Ujian Akhir Semester LANDASAN ILMIAH ILMU PENDIDIKAN DOSEN: PROF. DR. H. SOEGIYANTO, S.U. SEMESTER 1. Sekhah Efiaty S

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Ujian Akhir Semester LANDASAN ILMIAH ILMU PENDIDIKAN DOSEN: PROF. DR. H. SOEGIYANTO, S.U. SEMESTER 1. Sekhah Efiaty S"

Transkripsi

1 Ujian Akhir Semester SEMESTER 1 LANDASAN ILMIAH ILMU PENDIDIKAN DOSEN: PROF. DR. H. SOEGIYANTO, S.U. Sekhah Efiaty S PROGRAM STUDI PKLH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2012

2 UNIVERSITAS SEBELAS MARET PROGRAM STUDI PKLH PROGRAM PASCASARJANA UJIAN AKHIR SEMESTER Mata Kuliah : Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan Minat Utama : Pendidikan Geografi Hari dan Tanggal : 29 Juni 2012 Semester : I (Februari-Juli 2012) Dosen Penguji : Prof. Dr. Heribertus Soegiyanto, S.U. SOAL 1. Dalam era globalisasi peranan keluarga dalam peningkatan kualitas pendidikan semakin menonjol. Setujukah Saudara dengan pernyataan tersebut? Berikan rasionalnya, dan contoh-contoh konkrit di daerah Saudara! 2. Jelaskan secara singkat tinjauan ideologis, sosiologis dan tinjauan pedagogis dari pendidikan seumur hidup! 3. Penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi dalam inovasi pendidikan semakin meluas dan mendalam. Apakah kekuatan dan kelemahan TIK tersebut dalam bidang pendidikan, khususnya terkait dengan aspek sosial peserta didik? 4. Masih relevankah sumbangpikir dari tokoh pendidikan R.A. Kartini dan Ki Hajar Dewantara untuk mengembangkan pendidikan dewasa ini? Berikan rasional jawaban Saudara dengan contoh di daerah Saudara! 5. a. Apa yang dimaksud dengan manajemen pengelolaan satuanpendidikan yang berbassis sekolah/madrasah? b. Jelaskan peranan komite sekolah dalam hal soal tersebut 5a! c. bedakan antara kualifikasi akademik, kompetensi dan sertifikat pendidik? JAWABAN 1. (Dalam era globalisasi peranan keluarga dalam peningkatan kualitas pendidikan semakin menonjol. Setujukah Saudara dengan pernyataan tersebut? Berikan rasionalnya, dan contoh-contoh konkrit di daerah Saudara!) Setuju a. Era Globalisasi Era globalisasi terdiri dari dua kata, yaitu era dan globalisasi. Era adalah istilah lain untuk menyebut kata zaman atau masa. Era mengandung arti kurun waktu dalam sejarah, atau sejumlah tahun dalam jangka waktu antara beberapa peristiwa penting dalam sejarah. Sedangkan globalisasi diambil dari kata global, yang maknanya ialah universal. Achmad Suparman menyatakan Globalisasi adalah suatu proses

3 menjadikan sesuatu (benda atau perilaku) sebagai ciri dari setiap individu di dunia ini tanpa dibatasi oleh wilayah. b. Keluarga Kata keluarga berasal dari bahasa Sanskerta, yaitu "kulawarga", yang terdiri dari kata "ras" dan "warga" yang berarti "anggota". Keluarga adalah lingkungan yang terdapat beberapa orang yang masih memiliki hubungan darah. Keluarga sebagai kelompok sosial terdiri dari sejumlah individu, memiliki hubungan antar individu, terdapat ikatan, kewajiban, tanggung jawab di antara individu tersebut. Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang yang terkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Salvicion dan Celis (1998) di dalam keluarga terdapat dua atau lebih dari dua pribadi yang tergabung karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan, di hidupnya dalam satu rumah tangga, berinteraksi satu sama lain dan di dalam perannya masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu kebudayaan. c. Peranan Keluarga Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku antar pribadi, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan pribadi dalam posisi dan situasi tertentu. Peranan pribadi dalam keluarga didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut: 1) Ayah sebagai suami dari istri dan bapak dari anak-anak 2) Ayah sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan pemberi rasa aman 3) Ayah sebagai kepala keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya. 4) Ibu sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya 5) Ibu mempunyai peranan sebagai pengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya, juga pelindung 6) Ibu sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai anggota masyarakat dari lingkungannya 7) Ibu sebagai pencari nafkah tambahan dalam keluarganya 8) Anak-anak melaksanakan peranan psikosial sesuai dengan tingkat perkembangannya baik fisik, mental, sosial, dan spiritual. d. Kualitas Pendidikan Arti dasar dari kata kualitas menurut Dahlan Al-Barry dalam Kamus Modern Bahasa Indonesia adalah kualitet : mutu, baik buruknya barang. Seperti halnya yang dikutip oleh Quraish Shihab yang mengartikan kualitas sebagai tingkat baik buruk sesuatu atau mutu sesuatu. Sedangkan kalau diperhatikan secara etimologi, mutu atau kualitas diartikan dengan kenaikan tingkatan menuju suatu perbaikan atau kemapanan. Menurut Supranta kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus dikerjakan dengan baik. Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Guets dan Davis dalam bukunya Tjiptono menyatakan kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia,

4 proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Kualitas pendidikan menurut Ace Suryadi dan H.A.R Tilaar merupakan kemampuan lembaga pendidikan dalam mendayagunakan sumber-sumber pendidikan untuk meningkatkan kemampuan belajar seoptimal mungkin. Di dalam konteks pendidikan, pengertian kualitas atau mutu dalam hal ini mengacu pada proses pendidikan dan hasil pendidikan. Dari konteks proses pendidikan yang berkualitas terlibat berbagai input (seperti bahan ajar: kognitif, afektif dan, psikomotorik), metodologi (yang bervariasi sesuai dengan kemampuan guru), sarana sekolah, dukungan administrasi dan sarana prasarana dan sumber daya lainnya serta penciptaan suasana yang kondusif dari pihak sekolah dan keluarga peserta didik. Dengan adanya manajemen sekolah, dukungan kelas berfungsi mensingkronkan berbagai input tersebut atau mensinergikan semua komponen dalam interaksi (proses) belajar mengajar, baik antara guru, siswa dan sarana pendukung di kelas atau di luar kelas, baik dalam konteks kurikuler maupun ekstra-kurikuler, baik dalam lingkungan substansi yang akademis maupun yang non akademis dalam suasana yang mendukung proses belajar pembelajaran. Kualitas dalam konteks hasil pendidikan mengacu pada hasil atau prestasi yang dicapai oleh sekolah pada setiap kurun waktu tertentu (apakah tiap akhir cawu, akhir tahun, 2 tahun atau 5 tahun, bahkan 10 tahun). Prestasi yang dicapai atau hasil pendidikan (student achievement) dapat berupa hasil test kemampuan akademis, misalnya ulangan umum, EBTA atau UN. Dapat pula prestasi dibidang lain seperti di suatu cabang olah raga, seni atau keterampilan tambahan tertentu. Bahkan prestasi sekolah dapat berupa kondisi yang tidak dapat dipegang (intangible) seperti suasana disiplin, keakraban, saling menghormati, kebersihan dan sebagainya. Selain itu kualitas pendidikan merupakan kemampuan sistem pendidikan dasar, baik dari segi pengelolaan maupun dari segi proses pendidikan, yang diarahkan secara efektif untuk meningkatkan nilai tambah dan faktor-faktor input agar menghasilkan output yang setinggi-tingginya. Jadi pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan dasar untuk belajar, sehingga dapat mengikuti bahkan menjadi pelopor dalam pembaharuan dan perubahan dengan cara memberdayakan sumber-sumber pendidikan secara optimal melalui pembelajaran yang baik dan kondusif. Pendidikan atau sekolah yang berkualitas disebut juga sekolah yang berprestasi, sekolah yang baik atau sekolah yang sukses, sekolah yang efektif dan sekolah yang unggul. Sekolah yang unggul dan bermutu itu adalah sekolah yang mampu bersaing dengan siswa di luar sekolah. Juga memiliki akar budaya serta nilainilai etika moral (akhlak) yang baik dan kuat. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang akan dihadapi sekarang dan masa yang akan datang. Dari sini dapat disimpulkan bahwa kualitas atau mutu pendidikan adalah kemampuan lembaga dan sistem pendidikan dalam memberdayakan sumber-sumber

5 pendidikan untuk meningkatkan kualitas yang sesuai dengan harapan atau tujuan pendidikan melalui proses pendidikan yang efektif. Pendidikan yang berkualitas adalah pendidikan yang dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas, yaitu lulusan yang memilki prestasi akademik dan non-akademik yang mampu menjadi pelopor pembaruan dan perubahan sehingga mampu menjawab berbagai tantangan dan permasalahan yang dihadapinya, baik di masa sekarang atau di masa yang akan datang (harapan bangsa). e. Peranan keluarga dalam peningkatan kualitas pendidikan dalam era globalisasi 1) Rasionalnya Secara sosial maupun psikologis, keluarga adalah institusi yang sangat berperan dalam rangka melakukan sosialisasi, bahkan internalisasi, nilai-nilai pendidikan. Meskipun jumlah institusi pendidikan formal dari tingkat dasar sampai ke jenjang yang paling tinggi semakin hari semakin banyak, namun peran keluarga dalam transformasi nilai edukatif ini tetap tidak tergantikan. Karena itulah, peran keluarga dalam hal ini tak ringan sama sekali. Bahkan bisa dikatakan bahwa tanpa keluarga, nilai-nilai pengetahuan yang didapatkan di bangku meja formal tidak akan ada artinya sama sekali. Sekilas memang tampak bahwa peran keluarga tidak begitu ada artinya, namun jika direnungkan lebih dalam, siapa saja akan bisa merasakan betapa berat peran yang disandang keluarga. Problem yang dialami oleh anak jalanan untuk memperoleh pendidikan salah satunya adalah minusnya, bahkan tak adanya, peran keluarga ini. Kalaupun akhirnya mereka bersekolah, mereka hanya mendapatkan pengetahuan formal saja. Sementara kasih sayang, sopan santun, moralitas, cinta dan berbagai nilai afektif lainnya sulit mereka dapatkan. Mereka merasa tidak ada tempat yang baik untuk berlindung dan mengungkapkan seluruh perasaan secara utuh dan bebas. Umumnya mereka tidak memiliki keluarga yang mengemban peran tersebut. Kalaupun mereka memiliki keluarga, tidak ada situasi yang kondusif untuk saling berbagi perasaan antar anggota dalam sebuah keluarga. Ini merupakan salah satu kesulitan yang dihadapi oleh lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang mencoba memberdayakan anak jalanan. Mungkin persoalan sulitnya bagaimana dia mendapatkan pendidikan secara formal, tidak sesulit bagaimana dia memperoleh kasih sayang sejati. Dari paparan itu kita bisa mengerti betapa peran penting keluarga dalam rangka mengemban misi-misi pendidikan tidak bisa diabaikan. Di dalam keluarga tercermin jalinan kasih dan cinta dalam mana ikatan emosional, darah dan kekerabatan sangat mendominasi. Dengan demikian, keluarga merupakan cetak biru (blue print) akan menjadi apa seorang anak kelak. Sebagian orang secara tidak sadar mengatakan bahwa sebenarnya peran keluarga adalah sekunder, alias hanya menjadi pelengkap saja. Sebab pengetahuan formal sudah mereka dapatkan di bangku sekolahan. Logika ini tidak saja keliru secara etis, tapi juga patut dipertanyakan pula pandangan moralnya terhadap keluarga. Yang logis, keluarga justru merupakan institusi pendidikan pertama dan utama, kemudian baru dilengkapi dengan nilai-nilai pengetahuan yang didapatkan dari bangku sekolahan.

6 2) Contoh-contoh konkrit a) Di TK Budi Mulia II dan TK Bhakti Mulia Yogyakarta. Kedua sekolah TK ini dibangun oleh kalangan pendidikan terkemuka di Yogyakarta. TK Budi Mulia II Prof. Dr. H. Amien Rais dan TK Bhakti Mulia dipelopori oleh Prf. Dr. Bambag Purwoko. Keduanya adalah dosen di UGM yang cukup terkenal di kalangan masyarakat, khususnya masyarakat pendidikan di Yogyakarta. Bahkan Prof. Dr. H. Amien Rais bukan hanya merupakan tokoh nasional, beliau juga dikenal oleh kalangan internasional, baik di bidang pendidikan maupun politik. Kedua tokoh ini berpengalaman luar negeri yag cukup lama. Ilmu yang beliau raih di luar negeri kemudian diterapka di sekolah binaannya. Kedua tokoh pendidikan ini menerapkan sistim kolaborasi antara sekolah dengan orang tua siswa dalam mengikuti perkembanga anak didik. Orang tua siswa terlibat banyak dalam menyusun kegiatan sekolah. Bukan hanya memantau dalam aktivitas pembelajaran di kelas akan tetapi juga di luar kelas, seperti outbound, field study, pengajian bulanan, kunjungan sosial dan lainlain. Orang tua siswa juga terlibat dalam pemantauan perkembangan kejiwaan siswa didik. b) SD Muhammadiyah Sapen Yogyakarta juga menerapkan kerja sama yang sangat erat dengan orang tua siswa. Peranan orang tua sangat penting dalam ikut meningkatkan mutu pendidikan. Hal ini terlihat dari banyaknya aktivitas yang didukung oleh orang tua siswa. Kegiatan yang melibatkan orang tua siswa antara lain pertemuan bulanan orang tua di kelas, di dalam pertemuan ini selain diisi pengajian juga ada acara konsultasi kemajuan belajar anak didik. c) SMP Negeri 5 Yogyakarta dikenal sebagai sekolah unggulan di Yogyakarta. SMP Negeri 5 Yogyakarta merupakan sekolah yang sudah memiliki status RSBI. Di sekolah ini peran orang tua siswa sangatlah besar. Berikut beberapa keterlibatan orang tua siswa terhadap sekolah. 1) Keterlibatan orang tua siswa dirasakan mulai dari siswa awal masuk tahun ajaran baru. Setelah siswa baru diterima lewat PPDB Online, maka siswa baru dan orang tuanya diundang untuk diwawancara. Isi wawancara bukan dalam hal iuran, akan tetapi lebih ke hal kesiapan orang tua siswa dalam mendukung putra putrinya bersekolah di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Begitu juga dengan wawancara yang diberikan kepada siswa. Siswa digali alasannya mengapa berkeinginan untuk bersekolah di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Siswa juga digali pandangannya tentang kesiapannya untuk bersekolah di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Dengan adanya wawancara ini, maka sekolah sebagai pelaksana di lapangan menjadi tahu apa yang harus diberikan kepada anak didik. 2) Setelah siswa masuk, peran orang tua siswa masih sangat kelihatan. Hal ini terlihat dari adanya pembentukan komite sekolah yang murni hanya orang tua siswa yag terlibat di dalamnya. Komite Sekolah merupakan lembaga independen yang bertugas membuat rencana pengembanga sekolah, melaksanakan, sampai mengevaluasi program kekomitean.

7 3) Selain Komite Sekolah juga terdapat Komite Tidak Tetap. Komite Tidak Tetap didirikan pada awal tahun ajaran baru. Anggota Komite Tidak Tetap adalah dua orang tua siswa di tiap kelas VII. Tugas Komite Tidak Tetap adalah sebagai mediator antara sekolah dengan kelas yag bersangkutan. 4) Institusi lain di tiap kelas adalah adanya Paguyuban Kelas. Anggota Paguyuban Kelas adalah seluruh orang tua siswa pada kelas yag bersangkutan. Hampir setiap bulan Paguyuban ini mengadakan pertemuan. Pada saat pertemuan biasanya mereka membahas tentang program sekolah, baik yang sudah tercantum dalam RAPBS maupun yang bersifat insidental seperti: outbound, buka bersama, syawalan, refreshing bersama, kuliner bersama, kemah bersama dan lain-lain. Selain kegiatan yang bersifat kekeluargaan, orang tua siswa juga terlibat kegiatan yang mendukung aktivitas akademis sekolah. Orang tua siswa rela menghabiskan waktu untuk putra putrinya dengan membuat program-program akademik seperti Gala Widiatama (tambahan jam pelajaran sepulang sekolah), Gladi Widiatama (Try Out untuk siswa kelas IX), Afternoun Class (tambahan kemampuan berbahasa Inggris siswa), pembinaan OSN, student Excange di dalam dan luar negeri (Oesam Middlle School Of South Korea, Bartley Secondary School of Singapore, Raffles Secondary School of Singapore, Portland Secondary School of Melbourne Australia dan lain sebagainya. Dari semua kegiatan tersebut, pihak sekolah hanya sebagai pelaksana di lapangan, sedangkan seluruh biaya dan pengurusannya dilaksanakan oleh orang tua siswa. 2. Jelaskan secara singkat tinjauan ideologis, sosiologis dan tinjauan pedagogis dari pendidikan seumur hidup! a. Pendidikan Seumur Hidup (Long Life Education) 1) Pendidikan Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 2) Seumur Hidup Seumur hidup memiliki makna semur hidup manusia di dunia, di mana hidup manusia dimulai sejak lahir hingga meninggal dunia. Namun demikian ada beberapa pendapat bahwa kehidupan manusia ada sejak di dalam kandungan, yaitu sejak ditiupkannya ruh oleh Tuhan, ketika sijanin berusia empat bulan (pandangan agama). Begitu juga secara psikologi dijelaskan bahwa apabila kita ingin memiliki anak, maka persiapan kita bisa dimulai sejak kita memilih calon pasangan hidup kita. Setelah kita memilih calon pasangan hidup yang baik, maka kita memiliki peluang untuk memiliki anak atau keturunan yang baik pula. Setelah kita menikah dengan orang baik dan kita mulai merencanakan untuk memiliki anak atau keturunan, maka kita diharuskan selalu selektif dalam segala

8 tindakan kita, misalnya dalam memilih makanan yang baik, mengenakan pakaian yang sopan, bertutur kata yang santun, bergaul dengan orang baik dan lainnya, maka kelak kita akan memiliki keturunan yang baik pula. Dengan demikian diyakini bahwa yang dimaksud seumur hidup bukan saja antara ketika seorang bayi lahir sampai dengan meninggal, akan tetapi sebelum janin adapun kita sudah harus mempersiapkan pendidikan ataupun pembiasaan yang baik terhadap calon anak kita tersebut. 3) Pendidikan Seumur Hidup Dari definisi di atas maka sudah menjadi kesepakatan konseptual bahwa asas pendidikan seumur hidup dirumuskan bahwa proses pendidikan merupakan suatu proses kontinyu yang bermula sejak seseorang dilahirkan hingga meninggal dunia. Menurut GBHN 1978 dinyatakan bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam lingkungan rumah tangga, sekolah, dan masyarakat sehingga pendidikan seumur hidup merupakan tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah. Secara yuridis formal konsepsi pendidikan seumur hidup dituangkan dalam Tap MPR No. IV/MPR/1973 jo Tap MPR No. IV/MPR/1978 tentang GBHN, dengan prinsip-prinsip pembangunan nasional sebagai berikut: 1. Pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh rakyat Indonesia (arah pembangunan jangka panjang). 2. Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. 3. Konsepsi manusia Indonesia seutuhnya merupakan konsepsi dasar tujuan pendidikan nasional (UU Nomor 2 tahun 1989 Pasal 4) yakni pendidikan nasional bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu manusia yang beriman dan bertakwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan ketrampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. b. Tinjauan Ideologis Menurut Gunawan Setiardjo, ideologi adalah kumpulan ide atau gagasan atau aqidah 'aqliyyah (akidah yang sampai melalui proses berpikir) yang melahirkan aturanaturan dalam kehidupan. Sedangkan ideologis adalah semua sifat yang melahirkan aturan kehidupan. Oleh karena itu tinjauan ideologis pendidikan seumur hidup merupakan gagasan yang melahirkan aturan tentang pendidikan seumur hidup bagi manusia. Pada dasarnya setiap manusia hidup mempunyai hak asasi yang sama dalam hal pengembangan diri, dalam mendapatkan pendidikan yang layak seumur hidupnya untuk peningkatan pengetahuan dan ketrampilan hidup. Dengan demikian maka pada

9 masa yang akan dating setiap manusia akan terampil dalam menghadapi dan menyikapi tantangan hidup yang dihadapinya. c. Tinjauan Sosiologis Sosiologi berasal dari bahasa Latin yaitu Socius yang berarti kawan atau teman, sedangkan Logos berarti ilmu pengetahuan. Ungkapan ini dipublikasikan diungkapkan pertama kalinya dalam buku yang berjudul "Cours De Philosophie Positive" karangan August Comte ( ). Walaupun banyak definisi tentang sosiologi namun umumnya sosiologi dikenal sebagai ilmu pengetahuan tentang masyarakat. Jadi sosologis adalah semua hal yang berhubunga dengan masyarakata. Tinjauan sosiologis dari pendidikan seumur hidup bagi masyarakat merupakan solusi untuk memecahkan masalah pendidikan. Pendidikan harus diterapkan oleh orang tua kepada penerusnya. Namun demikian untuk mencapai target yang diinginkan maka orang tua harus memberi contoh lebih dulu kepada anaknya. Dengan orang tua bersekolah (berpendidikan) maka anak-anak mereka juga bersekolah (berpendidikan). Orang tua harus memasang target pendidikan yang lebih tinggi bagi anaknya dibanding dirinya. Orang tua juga harus menciptakan situasi edukatif terhadap anak dan lingkungannya selama hidupnya. Dengan demikian apabila ada orang tua yang tidak mampu secara material maka bekal pendidikan yang diberikan kepada anaknya akan mampu membekali si anak dalam kehidupannya pada masa yang akan datang. d. Tinjauan Pedagogis Pedagogis adalah ilmu atau seni mengajar anak-anak, proses pembelajaran terpusat pada guru atau pengajar. Pembelajaran yang bercorak pedagogik hanya akan menghasilkan budaya bisu (the cultural of silence). Peserta didik hanya diposisikan sebagai obyek yang harus menuruti kemauan guru. Perkembangan IPTEK yang pesat pada saat ini mempunyai pengaruh besar terhadap konsep tehnik dan metode pendidikan. Akibatnya, tidak mungkin lagi guru mentransfer ilmu seluruhnya kepada peserta didik. Karena itu, tugas pendidikan di sekolah yang utama ialah mengajarkan bagaimana cara belajar, menanamkan motivasi yang kuat dalam diri anak untuk belajar terus menerus sepanjang hidupnya, memberikan keterampilan kepada peserta didik untuk secara tepat, dan mengembangkan daya adaptasi yang besar dalam diri peserta didik. 3. Penggunaan teknologi informasi dan telekomunikasi dalam inovasi pendidikan semakin meluas dan mendalam. Apakah kekuatan dan kelemahan TIK tersebut dalam bidang pendidikan, khususnya terkait dengan aspek sosial peserta didik? a. Teknologi Informasi dan Komunikasi Teknologi Informasi dan Komunikasi atau biasa disingkat TIK (dalam bahasa Inggris dikenal dengan nama Information and Communication Technology atau ICT) adalah payung besar terminologi yang mencakup seluruh peralatan teknis untuk memproses dan menyampaikan informasi. TIK mencakup dua aspek yaitu teknologi informasi dan teknologi komunikasi. Teknologi informasi meliputi segala hal yang berkaitan dengan proses, penggunaan sebagai alat bantu, manipulasi, dan pengelolaan

10 informasi. Sedangkan teknologi komunikasi adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan penggunaan alat bantu untuk memproses dan mentransfer data dari perangkat yang satu ke lainnya. Oleh karena itu, teknologi informasi dan teknologi komunikasi adalah dua buah konsep yang tidak terpisahkan. Jadi Teknologi Informasi dan Komunikasi mengandung pengertian luas yaitu segala kegiatan yang terkait dengan pemrosesan, manipulasi, pengelolaan, pemindahan informasi antar media. Istilah TIK muncul setelah adanya perpaduan antara teknologi komputer (baik perangkat keras maupun perangkat lunak) dengan teknologi komunikasi pada pertengahan abad ke-20. Perpaduan kedua teknologi tersebut berkembang pesat melampaui bidang teknologi lainnya. Hingga awal abad ke-21 TIK masih terus mengalami berbagai perubahan dan belum terlihat titik jenuhnya. b. Inovasi Pendidikan Inovasi adalah an idea, practice or object thatperceived as new by an individual or other unit of adoption. Menurut Prof. Azis Inovasi berarti mengintrodusir suatu gagasan maupun teknologi baru, inovasi merupakan genus dari change yang berarti perubahan. Inovasi dapat berupa ide, proses dan produk dalam berbagai bidang, seperti di bidang pendidikan. Inovasi di bidang pendidikan menyangkut kurikulum yang berlaku, manajerial, pendekatan, model, metode, media, sumber belajar dan semua yang berkaitan dengan proses untuk memperoleh hasil belajar. Inovasi pendidikan menggunakan TIK sudah berkembang di negara maju sejak tiga puluh tahunan yang lalu. Untuk Indonesia dan negara berkembang yang lain baru beberapa tahun terakhir ini mulai banyak sekolah-sekolah yang dalam proses pembelajaran dan administrasinya berbasis web dan E-learning. Bahkan dalam proses penerimaan siswa baru banyak daerah yang menggunakan system online atau RTO (Real Time Online). Untuk sekolah-sekolah di Yogyakarta seperti SMP Negeri 5 Yogyakarta sudah sejak awal abad millennium ini sudah mulai berbasis TIK. Sampai saat ini SMP Negeri 5 Yogyakarta menggunakan LCD lengkap dengan jaringa internetnya untuk tiap ruag kelas. Di setiap sudut sekolah sudah dapat mengakses internet melalui hotspot. Juga setiap guru memiliki blog pembelajaran mulai dari perencanaan sampai pada proses penilaian. c. Kekuatan TIK Dalam Pendidikan Pada saat ini kita bias mendapatkan informasi dari belahan dunia manapun hanya dalam hitungan detik. Hal ini didorong oleh perubahan era industrialisasi menjadi era informasi telah terjadi, era industri yang ditandai dengan dibangunnya pabrik-pabrik berskala menengah dan besar telah mengguncang dunia, baik secara ekonomi maupun secara sosial. Kita pun masuk dalam aktivitas belajar C Generation. Sebuah aktivitas dimana peserta didik dan pendidik telah sama-sama melek internet. Pembelajaranpun tidak lagi terjadi hanya di dalam kelas, tetapi dapat dilakukan juga di luar kelas. Inilah yang kita sebut sebagai E-learning atau bahkan M-learning. Itulah era informasi yang terus berkembang saat ini. Pada awal millennium ini, era informasi juga telah mengguncangkan dunia, bahkan bommingnya lebih dahsyat dari yang pernah dibayangkan oleh masyarakat, informasi dapat diakses dengan mudah dan cepat dalam hitungan detik. Setiap perkembangan, dapat dengan mudah dan cepat diinformasikan kepada masyarakat, batasan ruang dan

11 waktu telah dihilangkan. Alvin Toffler benar, era industrialisasi akan berakhir dengan dimulainya era baru, yakni era informasi. Era informasi telah dimulai, teknologi menjadi suatu keharusan, tidak ada satu bidang pun di dunia ini yang tidak tersentuh oleh teknologi, termasuk teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Kecepatan dan ketepatan kita dalam mendapatkan informasi menjadi suatu peluang dan kekuatan, karena dengan mendapatkan informasi, kita dapat menentukan sesuatu lebih akurat. Dunia pendidikan pun terhanyut dalam arus globalisasi yang tak mengenal batas negara lagi. Information and communication technology (ICT) atau lebih dikenal dengan istilah Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) adalah suatu alat yang dimanfaatkan untuk mempermudah dan mempercepat kita dalam mendapatkan informasi. Perkembangan ICT di tanah air masih tertinggal jauh dibandingkan negara-negara lain yang sudah lebih maju. Meskipun masih tergolong sebagai negara berkembang, namun Cina, Malaysia, dan India, lebih maju dari kita dilihat dari sisi pengetahuan dan pemanfaatan ICT, apalagi Singapura yang sudah lebih maju dari anggota ASEAN yang lain. Oleh karena itu, gerakan melek ICT harus terus didengungkan dan dikampanyekan agar bangsa ini dapat memanfaatkan ICT dengan sebaik-baiknya. Khususnya dalam dunia pendidikan yang akan mempersiapkan calon pemimpin masa depan. Perkembangan ICT sangat dipengaruhi oleh peran pemerintah dan dukungan masyarakat. Peran pemerintah dapat dinilai dari upaya-upaya yang telah ditetapkan, baik regulasi pemerintah dari segi peraturan atau perangkat hukum, maupun regulasi dari segi penyediaan sarana dan prasarana ICT. Pemerintah harus jeli menangkap peluang dan bersinergi dengan masyarakat berpengetahuan. Masyarakat, selaku pengguna dan pemakai secara langsung, juga menentukan cepat atau lambatnya perkembangan ICT. Namun kesadaran masyarakat juga tidak terlepas dari peran pemerintah. Bila pemerintah tak cepat tanggap, maka perkembangan ICT pun akan melambat. Di Indonesia sudah ada badan yang mengurus perkembangan teknologi informasi, yaitu Tim Koordinasi Telematika Indonesia (TKTI). Salah satu target mereka adalah pelaksanaan pemerintahan online atau e-government. Dengan e-government, pemerintah dapat menjalankan fungsinya melalui media internet. Tujuannya adalah memberi pelayanan kepada publik secara transparan dengan akses yang lebih mudah. Hal ini terlhat antara lain dengan adanya proses penginputan data pegawai negeri, termasuk tenaga kependidikan dalam jaringan internet milik Departemen Pendidikan. Pendidikan tidak dapat terlepas dari ICT, karena proses pembelajaran dalam pendidikan akan lebih cepat dan efektif ketika dapat memanfaatkan ICT. Selain perubahan paradigma guru, dosen dan praktisi pendidikan dalam menggunakan ICT untuk proses pembelajar tentu sangat berharap adanya kebijakan yang mendukung dalam bidang ICT dari pemerintah. Kebijakan kementrian pendidikan dan kebudayaan, kementrian kominfo, dan lembaga-lembaga lainnya untuk mensukseskan percepatan dan maksimalisasi pemanfaatan ICT dalam pendidikan sangat ditunggu-tunggu oleh dunia pendidikan, karena kebijakan tersebut akan menjadi salah satu kunci suksesnya penerapan ICT dalam pendidikan di Indonesia. Untuk suksesnya penerapan ICT dalam pendidikan di semua lini, Selain dukungan Pemerintah, maka diperlukan penguasaan para guru, dosen dan praktisi pendidikan di bidang ICT. Dengan meleknya mereka pada ICT, diharapkan pendidikan di Indonesia

12 lebih maju dan cepat berkembang. The power of ICT in Education. begitulah orang bule sering mengatakannya. Kita memerlukan kekuatan besar untuk saling berbagi pengetahuan, dan berusaha keras agar penyebaran ilmu merata di seluruh pelosok nusantara. SDM guru dan dosen harus segera disiapkan, setelah itu baru fasilitasnya. Jangan biasakan fasilitas dulu baru SDM guru. Sebab fasilitas yang lengkap itu akan menjadi mubazir ketika SDM guru dan dosen tak mampu menggunakannya. Kekuatan ICT dalam dunia pendidikan kita akan terasa dahsyat bila para cendekiawan mau turun ke lapangan dan tidak duduk manis di singgasana keemasan. Apa yang dilakukan oleh pak Onno W Purbo, dan kawan-kawan melalui gerakan internet sehat, dan pemanfaatan internet murah untuk masyarakat harus diapresiasi. Indonesia membutuhkan orang-orang seperti ini dan mau berbagi tanpa pamrih. Dengan demikian, dunia pendidikan kita pun akan selangkah lebih maju dalam bidang ICT. Dalam proses pembelajaran di SMP Negeri 5 Yogyakarta. Model pembelajaran E- learning dan M-learning seolah menjadi kewajiban bagi semua bidang studi. Guru dan siswa sama-sama menguasai TIK. Pemanfaat teknologi ini dilakuan mulai dari membuat perencanaan, melaksanakan proses pembelajaran sampai pada proses penilaian. Semua guru memiliki Blog sebagai sumber materi, media mengajar, dan juga alat penyimpan data, ibaratnya sebuah almari file. Bahkan Face Book yang dianggap sebagai pengganggu dalam proses pembelajaran justru kami manfaatkan sebagai media untuk mengumpulkan tugas dari siswa kepada guru. d. Kelemahan TIK Dalam Pendidikan Selanjutnya Benny dan Tita (2000) memberi penjelasan. Di samping memiliki sejumlah kelebihan, TIK sebagai sarana komunikasi interaktif juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah tingginya biaya pengadaan dan pengembangan program komputer, terutama yang dirancang khusus untuk maksud pembelajaran (E-learning). Di samping itu, pengadaan, pemeliharaan, dan perawatan komputer yang meliputi perangkat keras (hardware) dan perangkat lunak (software) memerlukan biaya yang relatif tinggi. Oleh karena itu, pertimbangan biaya dan manfaat (cost benefit analysis) perlu dilakukan sebelum memutuskan untuk menggunakan komputer untuk keperluan pendidikan. Masalah lain adalah compability dan incompability antara hardware dan software. Penggunaan sebuah program komputer biasanya memerlukan perangkat keras dengan spesifikasi yang sesuai. Perangkat lunak sebuah komputer seringkali tidak dapat digunakan pada komputer yang spesifikasinya tidak sama. Di samping kedua hal di atas, merancang dan memproduksi program pembelajaran yang berbasis komputer (computer based instruction) merupakan pekerjaan yang tidak mudah. Memproduksi program komputer merupakan kegiatan intensif yang memerlukan waktu banyak dan juga keahlian khusus. Selain hardware dan software, hal yang tidak kalah penting adalah kesiapan brainware dalam mendukung penggunaan TIK. Di banyak sekolah di Indonesia masih ada saja guru yang belum terbiasa dengan penggunaan TIK dalam proses pembelajaran. Bahkan ketika mereka harus memegang mouse naka seolah yang mereka pegang adalah tikus yang sesungguhnya, yang akan lepas apabila memegangnya tidak erat. Selain itu juga paradigm yang mereka miliki dalam proses pembelajaran. Masih banyak di antara para guru yang menganggap pembelajaran secara langsung lebih baik dari pada pembelajaran menggunakan media TIK. Menurut mereka pembelajaran secara langsung lebih meningkatkan hubungan batin

13 antara pengajara atau pendidik dengan siswa didiknya. Bahkan banyak guru yang menganggap internet sebagai sumber informasi yang menyesatkan karena banyaknya situs yang berbau porno. Sementara itu untuk menghindari hal ini sangatlah mudah. SMP Negeri 5 Yogyakarta sebagai sekolah yang dianggap unggulan oleh masyrakat menggunakan strategi tertentu untuk mengurangi dampak negative dari penggunaan TIK. Hal yang dilakukan oleh SMP Negeri 5 Yogyakarta antara lain dengan memblokir youtube, facebook, twitter, dan situs-situs porno. Dengan demikian kelemahan atau dampak negatif TIK dapat ditekan seminim mungkin. 4. Masih relevankah sumbangpikir dari tokoh pendidikan R.A. Kartini dan Ki Hajar Dewantara untuk mengembangkan pendidikan dewasa ini? Berikan rasional jawaban Saudara dengan contoh di daerah Saudara! a. Sumbang pikir R.A. Kartini dalam mengembangkan pendidikan dewasa ini. Sejarah RA Kartini meyebutkan bahwa RA Kartini bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Pada masa pendidikan di ELS, RA Kartini belajar bahasa Belanda. Kemampuan RA Kartini berbahasa Belanda membuatnya sering melakukan korespodensi kepada teman-teman korespondensinya yang berasal dari Belanda. Salah satu teman korespondensi RA Kartini adalah Rosa Abendanon. Dalam masa sekarang banyak sekali kaum perempuan yang mampu berkomunikasi dalam beberapa bahasa asing. Untuk warga Indonesia, terutama di kalangan terpelajar mulain dari anak TK hingga Perguruan Tinggi, penguasaan bahasa asing sepertinya sudah menjadi kewajiban. Minimal mereka menguasai Bahasa Inggris. Di beberapa TK di Yogyakarta seperti TK Budi Mulia dan TK Bhakti Mulia, Bahasa Inggris dan Bahasa Arab sudah diberikan. Begitu juga di SD seperti SD Muhammadiyah Sapen, SD Serayu, SD Ungaran, SD Muhammadiyah Sokonandi dan masih banyak lagi, pelajaran Bahasa Inggris menjadi salah satu mata pelajaran yang wajib dipelajari. Di tingkat SMP seperti di SMP Negeri 5 Yogyakarta, mata pelajaran Bahasa Inggris justru memperoleh nilai yang lebih tinggi dari nilai bahasa Indoneisia dana Bahasa Jawa. Di SMP Negeri 5 Yogyakarta juga pernah ada pelatihan Bahasa Korea untuk mempersipkan guru dan siswa dalam menerima tamu Korea dalam rangka Student Exchange. Di tingkat SMA seperti SMA 3 Yogyakarta terdapat beberapa bahasa asing yang dipelajari, antara lain Bahasa Inggris, Bahasa Jerman, Bahasa Perancis, Bahasa Korea, dan beberapa siswanya mempelajari Bahasa Jepang dan Bahasa Cina. R.A Kartinipun juga sering membaca koran, majalah, dan buku-buku yang berasal dari Eropa. Karena kebiasaannya membaca, RA Kartini sangat tertarik dengan pola pikir perempuan Eropa yang begitu maju. Oleh karena itu, RA Kartini berkeinginan untuk mengangkat dan memajukan kedudukan perempuan Indonesia karena perempuan Indonesia pada saat itu berada pada posisi sosial yang rendah. Berbeda dengan sekarang, dimana perempuan Indonesia sudah banyak yang memiliki pola piker melebihi kaum lelaki. Oleh karena itu tidak heran apabila di beberapa negara termasuk Indonesia banyak tokoh perempuan yang kemudian menjadi pemimpin. Lihatlah Megawati Soekarno Putri, beliau adalah salah satu pemimpin negara di dunia ini selain ada Eva Peron atau Evita, Jacqueline Kennedy-Onassis, Margaret Thatcher, Indira

14 Gandhi, Angela Merkel, Benazir Bhutto dan Rosa Parks Corry Aquinno. Bahkan karena majunya kaum wanita maka banyak juga yang akhirnya melakukan tindakan kurang terpuji yang umumnya dilakukan oleh kaum lelaki. Kita lihat Maria Antoinette, Imelda Marcos, Angelina Sondakh, Neneng Sri Wahyuni, Nunun Nurbaeti, Miranda Swaray Goeltom, dan Melinda Dee. Pada dasarnya RA Kartini berkeinginan untuk mengangkat derajat perempuan Indonesia. Keinginannya sangat didukung oleh sahabat korepondensinya, yaitu Rosa Abendanon. Sejarah RA Kartini pun mencatat bahwa RA Kartini beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di majalah perempuan Belanda De Hollandsche Lelie. Selain soal emansipasi perempuan, sejarah RA Kartini pun memperjuangkan masalah sosial umum, seperti memperoleh kebebasan dan persamaan perlakuan di mata hukum. Namun demikian terkadang hal ini menjadi berlebihan sehingga sering kita lihat banyak kaum wanita yang melakukan tindakan melampaui kodratnya sebagai ibu, istri, dan teman perempuan dengan segala kelembutannya. b. Sumbang pikir Ki Hajar Dewantara dalam mengembangkan pendidikan dewasa ini. Ki Hajar Dewantara adalah seorang tokoh pendidikan Indonesia yang paling berpengaruh. bahlan saking berpengaruhnya, Ki Hajar Dewantarapun dinobatkan sebagi Bapak Pendidikan Indonesia. Tokoh pendidikan ini dilahirkan dengan nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat tanggal 2 Mei 1889 di Yogyakarta. Sebagaimana halnya anak-anak yang masih memiliki kekerabatan dengan gelar kebangsawanan Kraton Yogyakarta, Ki Hajar Dewantara juga berhak menjalani pendidikan di sekolah-sekolah yang disediakan oleh Belanda. Terakhir dia tercatat sebagai mahasiswa STOVIA, namun tidak lulus. Tidak ada penjelasan pasti kenapa Ki Hajar Dewantara tidak dapat menyelesaikan pendidikan tingginya di STOVIA. Namun demikian, sejarah mencatat bahwa pria ini akhirnya menjadi tokoh pendidikan di Indonesia, yang hari lahirnya dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Seperti banyak mahasiswa STOVIA yang lain, Ki Hajar Dewantara juga terlibat dalam aktivitas kelompok diskusi dan pergerakan nasional. Pada 1908 dia terlibat aktif dalam organisasi Boedi Oetomo, dan diberi tanggung jawab untuk mengurusi bagian propaganda. Tugas ini sejalan dengan profesi yang ditekuninya sebagai wartawan pada berbagai media, yaitu Sedya Tama, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Sebagai seorang wartawan, tulisan-tulisan KI Hajar Dewantara cukup agitatif dalam mempropagandakan semangat patriotik untuk membangkitkan semangat antikolonial. Tulisannya berhasil mensosialisasikan pentingnya kesatuan dan persatuan, serta menggugah kesadaran masyarakat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. Pada tanggal 25 Desember 1912 Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij. Organisasi politik ini memiliki tujuan untuk mewujudkan Indonesia merdeka. Ki Hajar Dewantara mendirikan Indische Partij ini bersama dua orang kawannya yang lain, yaitu dr. Douwes Dekker dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo. Entah dengan dasar pemikiran apa, ketiga tokoh nasional ini mencoba mendaftarkan organisasi politiknya agar bisa mendapat legalitas sebagai suatu badan hukum dari

15 pemerintahan kolonial Belanda. Seperti yang sudah ditebak dari mula, permohonan pendaftaran ini akhirnya ditolak pada tanggal 11 Maret Surat penolakan dikeluarkan oleh Gubernur Jendral Idenburg sebagai wakil pemerintah Belanda di negara jajahan, dengan alasan bahwa organisasi ini berpotensi membangkitkan semangat nasionalisme rakyat dan dikhawatirkan akan menjadi suatu gerakan yang menentang pemerintah Kolonial Belanda. Ki Hajar Dewantara berpandangan bahwa pendidikan harus mampu menciptakan kader intelektual yang memiliki perasaan nasionalisme dan hasrat merdeka yang kuat. Selain itu, juga memiliki kepercayaan tinggi akan kemampuan sendiri. Maka, arah pendidikan yang diterapkan Ki hajar Dewantara akhirnya berdasarkan pada nilai-nilai kebangsaan dan kebudayaan. Dengan kata lain, Ki Hajar Dewantara akhirnya memiliki visi dan misi perjuangan untuk memerdekakan bangsanya dari keterbelakangan, melalui jalur pendidikan. Ki Hajar Dewantara merupakan sosok yang dekat dengan rakyat, mendambakan kemerdekaan bangsanya dan bangga terhadap nilai budaya yang dimiliki bangsanya. Bahkan, Ki Hajar Dewantara pada akhirnya menanggalkan gelar kebangsawanan yang melekat pada namanya semula, Raden Mas Soewardi Soeryaningrat. Tindakan ini dilatarbelakangi keinginannya untuk dapat lebih dekat dengan rakyat, selanjutnya dia berganti nama menjadi Ki Hajar Dewantara. Ki Hajar Dewantara akhirnya memilih bidang pendidikan dan kebudayaan sebagai sarana perjuangan untuk mewujudkan kemerdekaan bangsa Indonesia. Strategi ini berdasar pada pertimbangan logis bahwa apabila rakyat diberi pendidikan yang memadai maka wawasan dan kesadarannya akan semakin luas. Keluasan wawasan dan kesadaran ini akan memicu keinginannya untuk bisa merdeka secara jiwa dan raga. Untuk mewujudkan gagasannya itu, selanjutnya Ki Hajar Dewantara mendirikan Perguruan Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan formal yang terbuka dan dapat diakses oleh rakyat secara luas. Melalui Taman Siswa, Ki Hajar Dewantara mengajarkan ilmu pengetahuan modern dan tradisi kebudayaan lokal. Ki Hajar Dewantara sebagai tokoh pendidikan, melalui metode pendidikan di Taman Siswa memiliki landasan filosofis yang menganjurkan seseorang untuk menjalani perannya sesuai dengan posisi dan kapasitasnya. Prinsip itu berbunyi: Ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani. Namun, pada era kekuasaan orde baru prinsip ajaran ini dipenggal, hingga hanya menyisakan aspek terakhir. Selanjutnya dijadikan sebagai landasan filosofis pendidikan nasional hingga saat ini, yaitu tut wuri handayani. Setelah Tokoh pendidikan ini menulis sebuah tulisan dengan judul " Andai Aku Seorang Bekanda" di salah satu surat kabar, Ki Hajar Dewantara ditangkap dan diasingkan ke Bangka, lalu ke Belanda. Di masa pengasingan tersebut, Tokoh pendidikan yang satu ini tidak merasa terpuruk atau menyerah. Ki Hajar Dewantara seolah mensyukuri "hukuman" yang diberikan kepadanya. Dalam pengasingannya di Belanda, Soewardi atau Ki Hajar Dewantara aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia). Di sini, sebagai tokoh pendidikan, Ki Hajar Dewantara merintis cita-citanya untuk

16 memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang nantinya menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya itu, Soewardi atau Ki Hajar Dewantara terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, misalnya Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan yang dilakukan oleh keluarga Tagore. Pengaruhpengaruh inilah yang melatarbelakangi Ki Hajar Dewantara dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri. Soewardi atau Ki Hajar Dewantara kembali ke Indonesia pada September Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara ikut bergabung dalam sekolah binaan saudaranya untuk mengajar. Selanjutnya, pengalaman mengajar ini digunakan oleh Ki Hajar Dewantara untuk mengembangkan konsep mengajar untuk sekolah yang didirikannya pada 3 Juli 1922, yaitu Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, Soewardi Soeryaningrat (Suwardi Suryaningrat) mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara (Ki Hajar Dewantara). Dalam perubahan nama tersebut beliau tidak lagi memakai gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal itu dimaksudkan agar beliau bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa. Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, Ki Hajar Dewantara diangkat sebagai Menteri Pengajaran Indonesia (Menteri Pendidikan, Pengajaran, dan Kebudayaan) yang pertama. Pada 1957, Ki Hajar Dewantara mendapatkan gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Penghargaan ini diterima oleh Ki Hajar Dewantara atas jasa-jasa beliau dalam merintis pendidikan umum. Karena berjasa dalam bidang pendidikan di Indonesia, beliau dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia. Beliau pun termasuk salah satu tokoh pendidikan di Indonesia yang paling berpengaruh. Selanjutnya, tanggal kelahiran beliau (2 Mei) dijadikan sebagai Hari Pendidikan Nasional. Penetapan tersebut dilakukan untuk menghargai jasa-jasa Ki Hajar Dewantara dalam bidang pendidikan umum di Indonesia. Penetapan 2 Mei sebagai hari Pendidikan Nasional dikuatkan memlaui Surat Keputusan Presiden RI No. 305 Tahun 1959, tanggal 28 November Pada masa sekarang landasan filosofis pendidikan nasional Indonesia hingga saat ini masih menggunakan falsafah tut wuri handayani, yaitu salah satu dari 3 prinsip utama pendidkan gagasan Ki Hajar Dewantara, selain Ing Ngarsa Sung Tulada dan Ing Madya Mangun Karsa. Ketiganya pada dasarnya masih sangat sesuai untuk diaplikan dalam kehidupan pendidikan di Indonesia bahkan di dunia saat ini. Kita lihat prinsip pertama, yaitu, Ing Ngarsa Sung Tulada. Prinsip ini menjadi wajib dimiliki oleh setiap insan pendidikan maupun siapapun yang dijadikan panutan oleh masyarakat. Orang yang dijadikan panutan sudah selayaknya bisa menjadi teladan bagi yang di belakang. Hal ini menghasilkan pepatah satu teladan lebih baik dari seribu nasihat. Untuk prinsip kedua Ing Madya Mangun Karsa, sangat mungkin diaplikasikan apabila kita berada pada posisi tengah, maka kita harus mampu untuk memberikan semangat

17 dan memotivasi bagi lingkungan kita untuk terus maju. Pada prinsip yang ketiga yang berbunyi Tut Wuri Handayani maka implementasinya adalah mampu membangun kemampuan dan kekuatan pada yang ada di depan kita. Ketiga hal tersebut sangat cocok diterapkan dalam dunia pendidikan kita. Apalagi saat ini sedang didengung-dengungkannya tentang pendidikan karakter. Proses pembelajaran yang bermuatan pendidikan karakter itu diselenggarakan dengan menegakkan dua pilar, yaitu pilar kewibawaan yang bernuansa sentuhan tingkat tinggi (high touch) oleh pendidik terhadap peserta didik dan pilar kewiyataan yang berisi kegiatan operasional pembelajaran berteknologi tinggi (high tech) dalam dinamika yang aktif, dinamis dan menggairahkan. Dua pilar pembelajaran tersebut merupakan implementasi pilar budaya nasional, ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani (artinya: di depan memberikan teladan, di tengah membangun semangat dan kemauan, di belakang membangun kemampuan dan kekuatan dalam suasana sentuhan tingkat tinggi (high touch), dan alam takambang jadi guru dalam suasana berteknologi tinggi (high tech). 5. a. Apa yang dimaksud dengan manajemen pengelolaan satuan pendidikan yang berbassis sekolah/madrasah? Pemerintah Indonesia telah melakukan upaya-upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang mana selama ini masih dirasa masih kurang, diantaranya dengan membuat program progaram antara lain aku anak sekolah dan dana bantuan operasional. Program tersebut diharapkan mampu menjunjung kualitas maupun kuantitas pendidikan di Indonesia, akantetapi karena pengelolaannya masih terpusat dan kaku, program tersebut tidak dapat memberikan dampak positif. Dugaannya adalah masalah manajemen yang belum sesuai. Hingga munculah suatu pemikiran atau gagasan baru dalam pengelolaan pendidikan yang memberi kebijakan kepada masing masing sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan dari pemerintah. Pemikiran inilah yang disebut dengan manajemen berbasis sekolah. BPPN dan Bank Dunia (1999) dalam Mulyasa, memberi pengertian bahwa MBS merupakan bentuk alternatif sekolah dalam program desentralisasi di bidang pendidikan, yang ditandai oleh otonomi luas di tingkat sekolah, partisipasi masyarakat, dan dalam kerangka kebijakan nasional. Sedangkan Depdikbud dalam Mulyasa (2002), mengemukakan MBS adalah suatu penawaran bagi sekolah untuk menyediakan pendidikan yang lebih baik dan lebih memadai bagi para peserta didik. Mulyasa (2002) mengemukakan Manajemen Berbasis Sekolah adalah pradigma baru pendidikan, yang memberikan otonomi luas pada tingkat sekolah (pelibatan masyarakat) dalam rangka kebijakan pendidikan nasional. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) adalah kebijakan pemerintah yang diberikan masing-masing sekolah untuk mengelola dan mengoptimalkan pendidikan di daerahnya sesuai dengan karakteristik di daerahnya masing-masing dan keikutsertaan masyarakat dalam mewujudkan tujuan pendidikan. Manajemen Berbasis Sekolah mempunyai alasan-alasan yang menerapkan MBS di sekolah-sekolah;antara lain: Departemen Pendidikan Nasional (2007: 3) merincikan alasan MBS sebagai berikut: 1) Dengan pemberian otonomi yang lebih besar kepada daerah maka sekolah akan lebih inisiatif dan kreatif dalam meningkatkan mutu sekolah

18 2) Dengan pemberian fleksibilitas keluwesan yang lebih besar kepada sekolah untuk mengelola sumberdayanya, maka sekolah akan lebih luwes dan lincah dala mengadakan dan memanfaatkan sumberdaya sekolah secara optimal untuk menigkatkan mutu sekolah. 3) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman bagi dirinya sehingga dia dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. 4) Sekolah lebih mengetahui kebutuhannya, khususnya input pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan 5) Pengembilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih cocok untuk memenuhi kebutuhan sekolah 6) Penggunaan sumberdaya pendidikan lebbih efisien dan efektif 7) Keterlibatan semua warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan 8) Sekolah dapat bertanggungjawab tentang mutu pendidikan masing-masing kepada pemerintah, orangtua peserta didik dan masyarakat pada umumnya 9) Sekolah dapat melakukan persaingan yang sehat dengan sekolah-sekolah yang lain dalam peningkatan mutu pendidikan melalui upaya yang inovatif 10) Sekolah dapat secara cepat merespon aspirasi masyarakat dan lingkunyannya yang berubah dengan cepat. Sedangkan Nukolis (2006: 21) memberikan alasan MBS sebagai berikut: Pertama, sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya, sehingga sekolah dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. Kedua, sekolah lebih mengetahuikebutuhannya. Ketiga, keterlibatan warga sekolah dan masyarakat dalam pengambilan keputusan dapat menciptakan transparansi dan demokrasi yang sehat. MenurutMulyasa (2009) alasan MBS antara lain: 1) Pemerintah mempunyai konsisten untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas pendidikan 2) Kegagalan program-program peningkatan kualitas pendidikan sebelumnya (JPS/Aku Anak Sekolah) karena manajemen yang terlalu kaku dan sentralistik 3) Muncul pemikiran ke arah pengelolaan pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan melaksanakan berbagai kebijakan secara luas. Data lain didapat dari internet yang menjabarkan alasan penerapan MBS di sekolah antara lain: 1) Sekolah lebih mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman bagi dirinya, sehingga dapat mengoptimalkan pemanfaatan sumber daya yang tersedia untuk memajukan sekolahnya. 2) Sekolah lebih mengetahui kebutuhan lembaganya, khususnya input dan output pendidikan yang akan dikembangkan dan didayagunakan dalam proses pendidikan sesuai dengan tingkat perkembangan dan kebutuhan peserta didik. 3) Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sekolah lebih tepat untuk memenuhi kebutuhan sekolah karena pihak sekolahlah yang paling mengetahui apa yang terbaik bagi sekolahnya. 4) Penggunaan sumber daya pendidikan lebih efisien dan efektif bila masyarakat setempat juga ikut mengontrol

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan

Ki Hadjar Dewantara. Mulai bersekolah dan menjadi wartawan Ki Hadjar Dewantara Ki Hadjar Dewantara dikenal sebagai pelopor pendidikan untuk masyarakat pribumi di Indonesia ketika masih dalam masa penjajahan Kolonial Belanda. Mengenai profil Ki Hajar Dewantara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan

BAB I PENDAHULUAN. hanya manusia yang berkualitas saja yang mampu hidup di masa depan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bagi suatu bangsa, peningkatan kualitas pendidikan sudah seharusnya menjadi prioritas pertama. Kualitas pendidikan sangat penting artinya, sebab hanya manusia

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA

KODE ETIK GURU INDONESIA KODE ETIK GURU INDONESIA MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan dapat mewujudkan semua potensi diri manusia dalam mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3).

BAB I PENDAHULUAN. mendidik anak-anak bangsa untuk taat kepada hukum (Azizy, 2003: 3). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia dinilai banyak kalangan mengalami kegagalan. Kondisi ini ada benarnya apabila dilihat kondisi yang terjadi di masyarakat maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran ataupun dengan cara lain yang dikenal dan diakui

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar

I. PENDAHULUAN. meningkatkan mutu pendidikan antara lain dengan perbaikan mutu belajarmengajar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu usaha yang mencetak seseorang menjadi generasi yang berkualitas dan memiliki daya saing. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan antara

Lebih terperinci

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012

Landasan Pengembangan Kurikulum. Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012 Landasan Pengembangan Kurikulum Farida Nurhasanah, M.Pd Sebelas Maret University Surakarta-2012 KURIKULUM: PENGERTIAN DASAR Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketamansiswaan merupakan kekhususan pendidikan di lingkungan Tamansiswa, yaitu melaksanakan sepenuhnya ketentuan dari sistem pendidikan nasional dengan tetap mengamalkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis

BAB I PENDAHULUAN. siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya peningkatan mutu sumber daya manusia Indonesia, khususnya siswa, Departemen Pendidikan Nasional yang tertuang dalam rencana srategis (Renstra) Depdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meina Nurpratiwi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada umumnya pengamatan orang tentang sekolah sebagai lembaga pendidikan berkisar pada permasalahan yang nampak secara fisik terlihat mata, seperti gedung,

Lebih terperinci

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL

MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL MEMAHAMI HAKIKAT HARI PENDIDIKAN NASIONAL Oleh INDRIYANTO Saya menyampaikan selamat memperingati hari pendidikan nasional yang ke-54 tanggal 2 Mei 2013 kepada seluruh warga Negara Indonesia di manapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang dapat menunjang kualitas sumber daya manusia yang bermanfaat bagi lingkungan masyarakat, bangsa dan negara. Untuk

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Simpulan BAB V SIMPULAN DAN REKOMENDASI Hasil penelitian menunjukkan bahwa filsafat pendidikan Ki Hadjar Dewantara merupakan sistem konsep pendidikan yang bersifat kultural nasional. Sekalipun Ki Hadjar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kompetensi Guru Guru memiliki peran penting dalam mencapai tujuan pendidikan. Pendapat Slameto (2012) bahwa kualitas pendidikan, terutama ditentukan oleh proses belajar mengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi

BAB I PENDAHULUAN. besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri atas pulau besar dan kecil mempunyai berbagai keragaman. Keragaman itu menjadi karakteristik dan keunikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma dalam bidang pendidikan dan berbagai perkembangan dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang membawa implikasi terhadap berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi seperti sekarang ini akan membawa dampak diberbagai bidang kehidupan. Hal ini menuntut adanya

Lebih terperinci

Kurikulum Berbasis TIK

Kurikulum Berbasis TIK PENDAHULUAN Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang terus, bahkan dewasa ini berlangsung dengan pesat. Perkembangan itu bukan hanya dalam hitungan tahun, bulan, atau hari, melainkan jam, bahkan menit

Lebih terperinci

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri

Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri Optimalisasi Program Kemitraan RSBI dengan PT dalam Rangka Menuju SBI Mandiri untuk berbagi pengalaman Oleh: Mardiyana Disampaikan pada Seminar Nasional Di FKIP UNS Surakarta, 26 Februari 2011 Landasan

Lebih terperinci

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd

UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL. Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd UPAYA MAHASISWA, DOSEN DAN PIHAK UNIVERSITAS DALAM PEMBENTUKAN KARAKTERISTIK MAHASISWA YANG IDEAL Oleh : Annisa Ratna Sari, S. Pd PENDAHULUAN Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang

BAB I PENDAHULUAN. suatu upaya melalui pendidikan. Pendidikan adalah kompleks perbuatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Maju mundurnya suatu bangsa ditandai oleh sumber daya manusia yang bermutu. Untuk menciptakan sumber daya manusia yang bermutu, itu diperlukan suatu upaya melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses.

BAB I PENDAHULUAN. produktif. Di sisi lain, pendidikan dipercayai sebagai wahana perluasan akses. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek penting bagi perkembangan sumber daya manusia, sebab pendidikan merupakan wahana atau salah satu instrumen yang digunakan bukan saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat

BAB I PENDAHULUAN. dijangkau dengan sangat mudah. Adanya media-media elektronik sebagai alat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapan dan di manapun ia berada. Pendidikan sangat penting artinya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan dan usaha untuk mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN

KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN KODE ETIK GURU INDONESIA PEMBUKAAN Dengan rahmat Tuhan Yang Maha Esa guru Indonesia menyadari bahwa jabatan guru adalah suatu profesi yang terhormat dan mulia. Guru mengabdikan diri dan berbakti untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi semakin menyuguhkan dinamika perubahan yang berkembang pesat. Perubahan yang terjadi bukan saja berkaitan dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pendidikan merupakan kegiatan antar manusia, oleh manusia dan untuk manusia. Oleh karena itu pendidikan tidak pernah lepas dari unsur manusia. Para ahli pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk kehidupan bermasyarakat.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah kunci sukses tidaknya suatu bangsa dalam pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya melakukan pembangunan di segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA

PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA PENGARUH MANAJEMEN PEMBELAJARAN REMIDIAL DENGAN TUGAS BERSTRUKTUR TERHADAP HASIL BELAJAR PKN DITINJAU DARI MOTIVASI BELAJAR SISWA (STUDI EKSPERIMEN DI SMA NEGERI 2 SURAKARTA) PROPOSAL TESIS Diajukan Untuk

Lebih terperinci

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna.

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa juga sekaligus meningkatkan harkat dan. peningkatan kehidupan manusia ke arah yang sempurna. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat dan bangsa. Negara berkembang seperti Indonesia,

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS. Disusun oleh : AGUS SUHONO

IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS. Disusun oleh : AGUS SUHONO IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI PADA SMA NEGERI 1 SRAGEN DAN SMA NEGERI 1 GEMOLONG KABUPATEN SRAGEN TESIS Disusun oleh : AGUS SUHONO N I M. : Q 100040102 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti 1 A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan dan perubahan suatu bangsa. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sasaran pokok pemerintah dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat. Pada kehidupan sekarang ini, semua orang berkepentingan

Lebih terperinci

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari Sejarah pendidikan Indonesia 1 Dyah Kumalasari PENDAHULUAN Francis Bacon Knowledge is power Pendidikan untuk Manusia.Sumber pokok kekuatan bagi manusia adalah Pengetahuaan. Mengapa...? Karena manusia dgn

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.131, 2010 PENDIDIKAN. Kepramukaan. Kelembagaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5169) UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

Majalah Bulanan FORUM KEADILAN, Terbit di Jakarta, Edisi 9 Januari KI HADJAR DEWANTARA PELETAK DASAR PENDIDIKAN NASIONAL Oleh : Ki Supriyoko

Majalah Bulanan FORUM KEADILAN, Terbit di Jakarta, Edisi 9 Januari KI HADJAR DEWANTARA PELETAK DASAR PENDIDIKAN NASIONAL Oleh : Ki Supriyoko Majalah Bulanan FORUM KEADILAN, Terbit di Jakarta, Edisi 9 Januari 2000 KI HADJAR DEWANTARA PELETAK DASAR PENDIDIKAN NASIONAL Oleh : Ki Supriyoko "Sungguh, seandainya saja aku ini seorang Nederlander,

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DAN PENGEMBANGAN IPTEK Untuk memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan Pancasila yang diampu oleh Ibu Selly Rahmawati, M.Pd Kelompok 8: 1. Desi Muji Hartanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terutama teknologi informasi menyebabkan arus informasi menjadi cepat dan tanpa batas. Hal ini berdampak langsung pada

Lebih terperinci

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008

KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR. Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 KOMPETENSI GURU SEKOLAH DASAR Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2008 RASIONAL 1. Jabatan guru sebagai jabatan yang berkaitan dengan pengembangan SDM 2. Era informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. tentu tidak dapat dipisahkan dari semua upaya yang harus dilakukan untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Membahas tentang pendidikan sudah tentu tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan

RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG. Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan RUMUSAN VISI DAN MISI SMP NEGERI 1 PAYUNG Pengambilan keputusan dalam perumusan visi-misi dan tujuan satuan pendidikan pengelolaan kurikulum 2013 1. Pengambilan Keputusan Dalam Perumusan Visi-Misi dan

Lebih terperinci

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks

Penerapan MBS, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2012), hlm Nanang Fattah, Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan dalam Konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber. Pada kenyataannya, pendidikan bukanlah suatu upaya yang sederhana, melainkan suatu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian integral dalam pembangunan, karena pendidikan memegang peran penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa. Keberhasilan pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 mengenai Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa Pendidikan nasional...bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta

Lebih terperinci

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa

PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP. Oleh : Ma rifani Fitri Arisa PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN BERBASIS POTENSI LOKAL MELALUI KEBIJAKAN LEADER CLASS DI DAERAH CILACAP Oleh : Ma rifani Fitri Arisa Pengantar Undang-undang republik Indonesia nomer 20 tahun 2013 tentang

Lebih terperinci

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA

BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA BUPATI LUWU PROPINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU NOMOR : TENTANG PENDALAMAN MATERI PENDIDIKAN AGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU, Menimbang : a. bahwa tujuan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. anak didik kita diberi bekal ilmu yang memadai melalui jalur pendidikan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini perkembangan global begitu cepat dan sangat dinamis. Pendidikan menjadi alat untuk mengatasi keadaan tersebut dan hal itu dapat dilakukan apabila anak didik

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA

- 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA - 1 - PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA I. UMUM Salah satu tujuan bernegara yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1

I. PENDAHULUAN. timbul pada diri manusia. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Bab 1 Pasal 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses dalam pembangunan manusia untuk mengembangkan dirinya agar dapat menghadapi segala permasalahan yang timbul pada diri manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada krisis karakter yang cukup memperihatinkan. Demoralisasi mulai merambah ke dunia pendidikan yang tidak pernah memberikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam

BAB I PENDAHULUAN. serta ketrampilan yang diperlukan oleh setiap orang. Dirumuskan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan manusia seutuhnya bertujuan agar individu dapat mengekspresikan dan mengaktualisasi diri dengan mengembangkan secara optimal dimensi-dimensi kepribadian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah memiliki keunggulan dan berkualitas adalah dambaan bagi guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah. Sebagai kepala sekolah sudah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, secara berturut-turut akan diuraikan tentang hal-hal berikut : latar belakang penelitian; identifikasi masalah; rumusan masalah; tujuan penelitian; manfaat penelitian,

Lebih terperinci

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA

BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA BAB II SISTEM AMONG DALAM GERAKAN PRAMUKA A. Pencetus Sistem Among Sistem among adalah hasil pemikiran dari Ki Hajar Dewantara, Ki hajar dewantara terlahir dengan nama Raden Mas Suwardi Suryaningrat pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembengkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembengkan nilai-nilai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan selalu diarahkan untuk pengembengkan nilai-nilai kehidupan manusia. Di dalam pengembangan nilai Ini, tersirat pengertian manfaat yang ingin dicapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah.

I. PENDAHULUAN. oleh pihak yang mengelola pelaksanaan pendidikan dalam hal ini adalah sekolah. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan sumber daya manusia berhubungan dengan upaya peningkatan disemua lembaga pendidikan. Untuk itu diperlukan upaya pengkajian semua unsur pada dunia pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks

BAB I PENDAHULUAN. generasi muda agar melanjutkan kehidupan dan cara hidup mereka dalam konteks BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai upaya manusia merupakan aspek dan hasil budaya terbaik yang mampu disediakan setiap generasi manusia untuk kepentingan generasi muda agar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu upaya untuk meningkatkan derajat kehidupan masyarakat adalah melalui pembangunan di bidang pendidikan. Pendidikan merupakan unsur yang paling vital dalam

Lebih terperinci

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 12 Tahun 2010 Tentang Gerakan Pramuka, (Jakarta : Kemenpora, 2010), hlm Kwartir Nasional Gerakan Pramuka, Undang-Undang Republik BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN KARAKTER YANG TERKANDUNG DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DAN RELEVANSINYA DENGAN PENCAPAIAN KURIKULUM 2013 A. Nilai-Nilai Pendidikan Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh pendidikan yang seluas-luasnya. Pendidikan dapat dimaknai sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan sebagai hak asasi manusia telah dilindungi oleh undangundang dan hukum, sehingga setiap individu memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang

Lebih terperinci

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2003 TENTANG SISTEM PENDIDIKAN NASIONAL I. UMUM Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam UU no. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dinyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan bangsa. Sejarah menunjukan bahwa kunci keberhasilan pembangunan Negaranegara maju adalah

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN

PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN PANCASILA SEBAGAI PARADIGMA PEMBANGUNAN Istilah paradigma pada mulanya dipakai dalam bidang filsafat ilmu pengetahuan Paradigma adalah pandangan mendasar dari para ilmuwan tentang apa yang menjadi pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem

BAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem perekonomian yang tidak kuat, telah mengantarkan masyarakat bangsa pada krisis yang berkepanjangan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai level/jenjang pendidikan. Mulai dari pendidikan dasar, menengah, sampai pendidikan tinggi.

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan.

BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK. dibahas dengan menggunakan perspektif teori pengambilan keputusan. BAB IV INTERPRETASI TEORI PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MENENTUKAN PENDIDIKAN ANAK Bab ini akan membahas tentang temuan data yang telah dipaparkan sebelumnya dengan analisis teori pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2010 TENTANG GERAKAN PRAMUKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan kepribadian ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan akan memenuhi kegagalan (Sanaky, 2010: 1).

BAB I PENDAHULUAN. yang dijalankan akan memenuhi kegagalan (Sanaky, 2010: 1). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masyarakat Indonesia kini sedang berada dalam masa transformasi. Era reformasi telah lahir, masyarakat Indonesia ingin mewujudkan perubahan dalam semua aspek

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

Aji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK Modul ke: Pendidikan Kewarganegaraan Sebagai Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Pada Modul ini kita akan mempelajari tentang arti penting serta manfaat pendidikan kewarganegaraan sebagai mata kuliah

Lebih terperinci

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

DWI KUSTIANTI A FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA MINAT MENJADI GURU DITINJAU DARI PERSEPSI SISWA TENTANG KARAKTERISTIK GURU DAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS XI IPS SMA ISLAM SUDIRMAN AMBARAWA (TAHUN AJARAN 2009/2010) SKRIPSI Disusun oleh: DWI KUSTIANTI

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN

KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN KEPUTUSAN KWARTIR NASIONAL GERAKAN PRAMUKA NOMOR : 056 TAHUN 1982 TENTANG PETUNJUK PENYELENGGARAAN KARANG PAMITRAN Ketua Kwartir Nasional Gerakan Pramuka Menimbang : 1. bahwa dalam rangka usaha meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Suatu bangsa bisa dikatakan telah maju apabila seluruh warga negaranya 1 1.1 Latar belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendukung utama bagi tercapainya sasaran pembangunan manusia Indonesia yang bermutu adalah pendidikan yang bermutu. Dengan pendidikan yang bermutu kita bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. diabaikan, yang jelas disadari bahwa pendidikan merupakan salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bidang yang sangat penting bagi kehidupan manusia. Di samping itu, pendidikan dapat mendorong peningkatan kualitas hidup manusia, bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (skill), sikap hidup (attitude) sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. (skill), sikap hidup (attitude) sehingga dapat bergaul dengan baik di masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan alat strategis untuk meningkatkan taraf hidup manusia. Melalui pendidikan manusia menjadi cerdas, memiliki ketrampilan (skill), sikap hidup

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG

LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG LEMBARAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 03 TAHUN 2005 SERI E PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 06 TAHUN 2005 TENTANG PENDIDIKAN BERBASIS KAWASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Guru memiliki peran dan tanggung jawab yang besar dalam proses pendidikan, di mana tugas seorang guru bukan hanya memberikan transfer ilmu dan seperangkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. strategis bagi peningkatan sumber daya manusia adalah pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam menghadapi tantangan peningkatan mutu sumber daya manusia pada masa yang akan datang, bangsa Indonesia telah berusaha meningkatkan mutu sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Perkembangan kemajuan bangsa sedikit

BAB I PENDAHULUAN. merupakan generasi penerus bangsa. Perkembangan kemajuan bangsa sedikit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses menyiapkan individu untuk mampu menyesuaikan diri dengan perubahan lingkungan. Pendidikan mempunyai peran penting dalam pembangunan

Lebih terperinci

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd.

KODE ETIK GURU INDONESIA. Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd. KODE ETIK GURU INDONESIA Drs. H. Asep Herry Hernawan, M.Pd. Laksmi Dewi, M.Pd. MUKADIMAH Guru Indonesia tampil secara profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri,

BAB I PENDAHULUAN. lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang berarti tidak dapat hidup tanpa orang lain. Sebagai makhluk sosial manusia dituntut untuk dapat menyesuaikan diri, baik terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bahwa salah satu tujuan Negara Republik Indonesia adalah mencerdaskan kehidupan

Lebih terperinci