Plasma Nutfah Indonesia

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Plasma Nutfah Indonesia"

Transkripsi

1 Warta s Nomor 20 Tahun 2008 ISSN Plasma Nutfah Indonesia Media Komunikasi Komisi Nasional Sumber Daya Genetik Warta Plasma Nutfah Indonesia merupakan media komunikasi dan pemasyarakatan plasma nutfah, terbit secara berkala dua kali setahun. Redaksi menerima sumbangan naskah berupa artikel maupun berita (news) tentang keplasmanutfahan. Isi warta Plasma Nutfah Indonesia dapat dikutip tanpa izin Redaksi maupun penulis tetapi perlu menyebut sumbernya. Isi Nomor Ini Berita Utama Dian Arum Varietas Baru Sedap Malam Balithi 1 Artikel Varietas Baru Ikan Budi Daya Air Tawar: Ikan Nila Best (Bogor Enhanced Strain Tilapia) 3 Berbagai Jenis Cempedak Lokal Kalimantan Tengah 6 Komak: Sumber Protein Nabati untuk Daerah Kering 8 Berita Lokakarya Kajian Koleksi Sumber Daya Genetik Kelapa Sawit di Indonesia 10 Aktivitas Komnas Kongres Kedua Komda Plasma Nutfah 13 Apresiasi Pengelolaan Sumber Daya Genetik untuk Ketahanan Pangan 14 Diskusi Panel tentang Pengelolaan Sumber Daya Genetik 15 Rapat Pleno Komisi Nasional Sumber Daya Genetik Tahun Lokakarya Penyusunan National Report on Plant Genetic Resources 17 Publikasi Baru 20 Dian Arum Varietas Baru Sedap Malam Balithi Dian Arum merupakan salah satu varietas baru sedap malam yang dihasilkan Balithi dan telah dilepas sebagai varietas unggul nasional yang berasal dari hasil seleksi individu terhadap rumpun tanaman induk tunggal varietas lokal Cianjur Sedap malam (Polianthes tuberosa) merupakan salah satu tanaman hias yang telah lama diusahakan oleh petani terutama di Pulau Jawa dan Sumatera Utara. Meningkatnya perekonomian masyarakat, menyebabkan kebutuhan akan bunga potong juga semakin meningkat. Hal ini memicu petani untuk menghasilkan bunga potong yang setiap saat berganti corak untuk memenuhi selera konsumen. Dengan demikian, varietas baru harus selalu diciptakan untuk mengimbangi pola perubahan selera konsumen. Program pemuliaan untuk menciptakan varietas baru pada tanaman sedap malam sampai saat ini masih langka. Selain mencakup persilangan, kegiatan pemuliaan juga dapat dilakukan melalui seleksi terhadap kultivar lokal atau varietas introduksi yang telah lama beradaptasi di suatu lingkungan tertentu dan atau telah dianggap sebagai varietas lokal dan seleksi terhadap koleksi plasma nutfah yang dimiliki. Pada sedap malam seleksi individu (klonal) dapat dilakukan terhadap tanaman induk tunggal (rumpun). Polianthes tuberosa, Sedap Malam Dian Arum Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun

2 Deskripsi tanaman sedap malam varietas Dian Arum. Karakter Uraian Asal : Mayak-Cianjur/Balai Penelitian Tanaman Hias Silsilah : Seleksi rumpun induk tunggal kultivar Cianjur Tinggi tanaman : 44,5-55,2 cm Lebar tajuk : 69,5-75,2 cm Bentuk daun : Panjang pipih dan terdapat lekukan pada urat daun di bagian tengah Ukuran daun : Panjang: 48,2-75,2 cm; lebar: 1,4-2,0 cm Bentuk ujung daun : Lancip Permukaan daun : Rata, berlilin dan berbintik merah pada pangkal daun Warna daun bagian atas : Hijau (Green group 143 C) Warna daun bagian bawah : Hijau (Green group 139 C) Susunan daun : Berselang-seling Umur berbunga : minggu setelah tanam Umur mulai panen : minggu setelah tanam Bentuk bunga : Seperti terompet Warna kelopak bunga : Hijau kekuningan (Yellow green 149 D) Warna mahkota bunga : Putih (White 155 C) Jumlah lapis mahkota bunga : 3-5 lapis Jumlah helaian mahkota bunga : Ukuran mahkota bunga : Panjang: 2,5-3,6 cm; lebar: 1,1-1,6 cm Ketebalan mahkota bunga : 1,0-1,2 mm Diameter bunga kuncup : 1,0-1,2 cm Diameter bunga mekar : 2,5-5,4 cm Ukuran tangkai bunga : Panjang 107,2-132,5 cm, diameter 1,2-1,4 cm Warna tangkai bunga : Hijau (Green 141 C) Ukuran malai bunga : Panjang 45,5-56,3 cm, diameter 2,6-3,9 cm Jumlah bunga per tangkai : kuntum Aroma bunga : Harum Lama kesegaran bunga : 4-6 hari setelah potong Susunan kuntum bunga : Berselang-seling pada tangkai bunga Jumlah bunga per ruas : 2 kuntum Jumlah ruas bunga : Jumlah anakan per rumpun : 12,3-16,4 anakan Warna ujung umbi : Putih (White 155A) Warna pangkal umbi : Coklat (Brown 200 A) Ukuran umbi : Panjang 1,4-4,5 cm; diameter 0,5-5,1 cm Hasil umbi : 19,5-22,7 umbi/rumpun/tahun Hasil bunga : 1-3 tangkai/rumpun/tahun Ketahanan terhadap penyakit bercak daun Xanthomonas sp. : Agak tahan Sifat-sifat khusus : Aroma bunga harum, tangkai bunga panjang, lurus dan kekar, agak tahan penyakit bercak daun Warta Plasma Nutfah Indonesia Penanggung Jawab Ketua Komisi Nasional Sumber Daya Genetik Sutrisno Redaksi Sugiono Moeljopawiro Husni Kasim Hermanto Ida N. Orbani Agus Nurhadi Alamat Redaksi Sekretariat Komisi Nasional Sumber Daya Genetik Jl. Tentara Pelajar 3A, Bogor Tel./Faks. (0251) genres@indo.net.id Hasil seleksi rumpun induk tunggal terhadap kultivar lokal Cianjur, diperoleh satu klon terpilih yang dianggap mewakili populasi sedap malam berbunga ganda di daerah Cianjur. Klon tersebut telah dilepas sebagai varietas baru oleh Balai Penelitian Tanaman Hias dengan nama Dian Arum. Keragaan Varietas Secara umum varietas Dian Arum memiliki bentuk tanaman yang cukup tinggi, sehingga mampu mendukung pertumbuhan tanaman untuk menghasilkan bunga yang berkualitas baik. Varietas ini memiliki jumlah anakan yang cukup banyak, sehingga akan menghasilkan jumlah bunga per rumpun yang juga makin banyak. Salah satu kriteria yang mempengaruhi preferensi konsumen dan harga jual bunga sedap malam adalah panjang tangkai bunga. Panjang tangkai bunga varietas Dian Arum lebih dari 75 cm dan telah memenuhi kriteria yang dinginkan oleh pasar bunga sedap malam. Demikian juga diameter tangkai bunga tidak begitu besar tetapi kekar, sehingga sangat cocok digunakan dalam rangkaian 2 Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

3 bunga dalam vas besar maupun kecil. Diameter bunga kuncup tidak begitu besar, namun setelah mekar diameternya lebih besar di atas 5 cm. Di samping itu, Dian Arum memiliki bunga berwarna kehijauan dan bagian ujung kuntum bunga yang masih menguncup sedikit kemerahan. Aroma bunganya juga cukup harum, sehingga sangat disukai oleh panelis pada saat uji preferensi. Varietas Dian Arum memiliki jumlah petal cukup banyak dan cukup tebal. Jumlah petal yang demikian akan membuat penampilan bunga menjadi lebih kompak. Petal yang lebih tebal biasanya akan memiliki periode kesegaran bunga yang lebih lama. Jumlah petal tersebut merupakan salah satu karakter utama yang membedakan varietas Dian Arum dengan varietas Roro Anteng asal Pasuruan Jawa Timur. Jumlah kuntum bunga cukup tinggi, sehingga tangkai malai bunga tertutup dengan rapat. Dengan panjang malai yang lebih pendek dan jumlah kuntum yang lebih banyak, maka posisi antar kuntum akan makin rapat. Hal tersebut lebih mempercantik penampilan bunga secara keseluruhan. Produksi bunga sedap malam varietas Dian Arum cukup tinggi mencapai 3 tangkai per rumpun per tahun. Dengan potensi produksi bunga seperti itu, varietas ini memiliki harapan yang cerah untuk dikembangkan lebih lanjut oleh petani sedap malam. Salah satu karakter yang menjadi perhatian adalah masalah periode kesegaran bunga dalam vas, umumnya konsumen menginginkan periode kesegaran yang lama. Varietas Dian Arum memiliki periode kesegaran vas yang cukup lama, yakni lebih dari 5 hari. Varietas Dian Arum memiliki sifat agak tahan terhadap penyakit bercak daun yang disebabkan oleh Xanthomonas sebagai salah satu penyakit penting pada tanaman sedap malam. Hal tersebut merupakan salah satu keunggulan varietas Dian Arum dibandingkan dengan varietas lainnya terutama dibandingkan dengan sedap malam berbunga semi ganda. Penggunaan kultivar yang agak tahan dan dibarengi dengan kultur teknik yang baik, maka serangan hama maupun penyakit dapat ditekan dan biaya produksi akan menjadi lebih rendah. Secara keseluruhan penampilan bunga varietas Dian Arum cukup baik dengan susunan kuntum yang teratur dan kompak, sehingga bagian tangkai malai bunga tertutupi. Demikian juga tangkai bunga yang lurus dan kekar (agak kaku), sehingga mudah ditancapkan saat merangkai bunga dalam vas besar maupun kecil. Hal ini juga akan mempercantik penampilan bunga secara keseluruhan. Donald Sihombing Balithi, Segunung-Cipanas ARTIKEL Varietas Baru Ikan Budi Daya Air Tawar: Ikan Nila Best (Bogor Enhanced Strain Tilapia) N ila dikenal sebagai ikan ekonomis penting di dunia karena cara budi daya yang mudah, rasa yang digemari, harga relatif terjangkau dan memiliki toleransi yang luas terhadap lingkungan (Wardoyo 2005). Sejak Nila diintroduksi ke Indonesia pada tahun 1969, perkembangan budidayanya di masyarakat cukup pesat. Produksi Nila pada tahun 2004 tercatat sebesar ton, meningkat sebesar 237% dalam kurun waktu 4 tahun (DGA 2005). Terlebih lagi dengan adanya kasus KHV (koi herpes virus) pada ikan Mas, Nila menjadi alternatif ikan air tawar yang dibudidayakan masyarakat dan menjadi salah satu andalan dalam program revitalisasi perikanan. Di pasar internasional Amerika Utara (Amerika Serikat dan Canada) dan Eropa, Nila dari tahun ke tahun konsumsinya semakin meningkat (Fish Farming Intl. 2005, 2006). Amerika Utara mengimpor ton pada tahun 2004, meningkat 25% dari tahun 2003 atau 68% lebih tinggi dibandingkan dengan tahun Di mana nilai impornya juga Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun

4 Tabel 1. Deskripsi keunggulan ikan Nila BEST. No. Parameter Hasil pengujian Keterangan 1. Ketahanan terhadap hama dan penyakit 2. Daya tahan terhadap perubahan lingkungan Tahan 140% lebih baik dari ikan Nila masyarakat (Taufik et al. 2008) Tahan Salinitas Kurang tahan (Listyowati dan Ariyanto 2007) Suhu Tahan o C 3. Produksi benih Sintasan 85% Di petani Derajat penetasan 90% Hatchery Fekunditas (butir/pemijahan) 3-5 kali > dari ikan masyarakat (Widyastuti et al. 2008) Daya tahan Baik Respon terhadap rangsangan Baik Kemudahan mendapatkan induk Mudah 4. Pembesaran Rasio konversi pakan 1,1 Kemudahan mendapatkan pakan Mudah Sintasan 84,4-93,3% (>8% dari ikan Nila masyarakat) Pertumbuhan Lebih baik dari varietas ikan Nila yang ada di masyarakat (Red NIFI, Nirwana, Gesit) Pertumbuhan 2 kali > dari ikan Nila masyarakat Danau Lido >9,5% dari ikan Nila masyarakat (Winarlin dan Gustiano 2008) Waduk Cirata >0,9% (Kusdiarti at al. 2008) Kolam Cianjur >9,5% (Winarlin dan Gustiano 2008) (Winarlin dan Gustiano 2008) Ukuran sebelum matang gonad (Listyowati dan Ariyanto 2007, Gustiano et al. 2008) Ukuran tanam 40 g, pemeliharaan di kolam selama 4 bulan (Winarlin dan Gustiano 2008) meningkat sampai $297 juta tahun 2004, 23% lebih tinggi dari tahun 2003 dan 71% dari tahun 2002 (Fish Farming Intl. 2005). Setengah dari impor Amerika Utara dipasok oleh Cina, sedangkan sisanya oleh Taiwan, Thailand, dan Indonesia. USDA (US Department of Agriculture) memberikan dukungan agar ketiga negara pengimpor utama dapat mengambil alih porsi impor yang dikuasai oleh Cina. Hal ini merupakan peluang yang harus disikapi secara positif. Patut diperhitungkan bahwa budi daya ikan Nila telah mulai menarik perhatian negara-negara Amerika Selatan yang dapat menjadi pesaing handal karena transportasi yang lebih murah. Oleh karena itu, penting sekali diupayakan budi daya yang efisien. Dalam periode waktu yang cukup lama, konsentrasi perikanan nasional adalah pada optimalisasi teknik dan sistem budi daya serta penyediaan benih bagi budi daya untuk meningkatkan produksi. Sedangkan pengembangan mutu genetik komoditas dirasakan masih tertinggal. Sejak Nila diintroduksi dari Taiwan 1969, upaya perbaikan mutu genetik dilakukan dengan cara mendatangkan strain unggul dari luar. Khusus Nila berwarna hitam, jenis-jenis dari luar negeri didatangkan dari Thailand tahun 1989 (Chitralada), Filipina tahun 1994 dan 1997 (GIFT). Sedangkan jenis warna merah didatangkan dari Thailand tahun 1989 (NIFI). Namun beberapa tahun terakhir terjadi kecenderungan penurunan kualitas genetik karena kurang tepatnya pengelolaan yang berpengaruh terhadap laju pertumbuhan (Gustiano et al. 2007). Hasil akhir dari penurunan pertumbuhan tersebut akan menyebabkan penurunan produksi dan produktivitas, serta pendapatan pembudidaya ikan. Di Indonesia, penelitian dasar terhadap perbaikkan mutu genetik Nila telah dilakukan oleh banyak peneliti terdahulu (Brzesky dan Doyle 1988, Matricia et al. 1989, Jangkaru et al. 1992, Widiyati et al. 1996, 2006, Widiyati 2003, Ariyanto dan Imron 2002, Nugroho et al. 2002, Wakhid dan Suwarsito 2003). Meskipun demikian penelitian-penelitian tersebut belum dalam konteks breeding program yang besar, berjalan sendiri-sendiri dan terputus. Berdasarkan ilustrasi di atas dapat dikemukakan arti penting Nila bagi budi daya air tawar dan perlunya riset perbaikan mutu genetik Nila untuk meningkatkan produksi dan produktivitas di masa mendatang. Berkaitan dengan masalah yang ada, upaya pemuliaan untuk menghasilkan jenis Nila unggul menggunakan pendekatan secara menyeluruh dilakukan di Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar (BRPBAT) melalui program seleksi. Riset diawali dengan karakterisasi jenis populasi (Nugroho et al. 2002, Widiyati 2003, Arifin et al. 2007), evaluasi populasi (Gustiano et al. 2005), dilanjutkan dengan seleksi (Gustiano 2007, Gustiano dan Arifin 2008), serta pengujian keragaan dan multilokasi (Widiyati et al. 2006, Kusdiati et al. 2007, Winarlin dan Gustiano 2007). 4 Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

5 Gambar 1. Fasilitas penelitian yang digunakan. Gambar 2. Ikan Nila BEST. Gambar 3. Penilaian dan pengujian varietas ikan Nila BEST. Setelah 4 tahun ( ) penelitian pemuliaan ikan Nila dilakukan di Instalasi Penelitian Plasma Nutfah Cijeruk (Gambar 1) telah diperoleh keturunan F 3. Berdasarkan keunggulan yang ada (Tabel 1), ikan hasil seleksi (Gambar 2) dinyatakan lulus oleh Tim Penilaian dan Pengujian Release Ikan Nila sebagai varietas baru yang diberi nama Nila BEST (Bogor Enhanced Strain Tilapia) yang ditetapkan pada tanggal 2 Desember 2008 (Gambar 3). Daftar Pustaka Arifin, O.Z., E. Nugroho, dan R. Gustiano Keragaman genetik populasi ikan nila (Oreochromis niloticus) dalam program seleksi berdasarkan RAPD. Berita Biologi 8: Ariyanto, D. dan Imron Keragaan TRUSS morphometri ikan nila (Oreochromis niloticus) strain 69; GIFT G-3, dan GIFT G-6. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8: Brzesky, V.J. and R.W. Doyle A morphometric criterion for sex discrimination in tilapia. In Pullin, R.S.V., T. Bukaswan, K. Tonguthai, and J.L. Maclan (Eds.). The Second ISTA, Bangkok, Thailand. ICLARM Conf. Proc. 15: Directorate General of Aquaculture The Indonesian Aquaculture Statistics Jakarta. 131 p. Fish Farming International Tilapia set to be next big thing. June p Fish Farming International Belgium to grow Tilapia. January p. Gustiano, R., A. Widiyati, dan Y. Suryanti Evaluasi pertumbuhan populasi nila (Oreochromis niloticus) di dua lokasi penelitian berbeda. Aquaculture Indonesiana 6: Gustiano, R Perbaikan mutu genetik ikan nila. Kumpulan Makalah Bidang Riset Perikanan Budidaya, Simposium Kelautan dan Perikanan. Jakarta. 6 hlm. Gustiano, R., O.Z. Arifin, A. Widiyati, dan L. Winarlin Pertumbuhan jantan dan betina 24 famili ikan nila (Oreochromis niloticus) pada umur 6 bulan. Dalam Prosiding Lokakarya nasional Pengelolaan dan perlindungan Sumber Daya Genetik di Indonesia. Jakarta. hlm Gustiano, R. dan O.Z. Arifin Respon dan heretabilitas pada seleksi famili ikan nila (Oreochromis niloticus) generasi ketiga (G3). Prosiding Nasional Seminar V Hasil Penelitian Perikanan dan Kelautan Yogyakarta. BP 14:1-9. Jangkaru, Z., M. Sulhi, dan S. Asih Uji banding pertumbuhan ikan nila merah jantan dan hitam jantan dipelihara dalam kolam secara intensif. Prosiding Seminar Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1991/1992, Balitkanwar, Sukamandi. hlm Kusdiarti, Ani Widiyati, Winarlin, dan Rudhy Gustiano Uji banding pertumbuhan biomas ikan nila Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun

6 (Oreochromis niloticus) seleksi dan nonseleksi di Waduk dan danau. 7 hlm. (proses publikasi Jurnal Ichthyology). Matricia, T., A.J. Talbot, and R.W. Doyle Instantaneous growth rate of tilapia genotypes in undisturbed aquaculture systems. I. Red and Grey morphs in Indonesia. Aquaculture 77: Nugroho, E., A. Widiyati, dan T. Kadarini Keragaan genetik ikan nila GIFT berdasarkan polimorfisme mitokondria DNA d-loop. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia 8:1-6. Wakhid, A. dan Suwarsito Uji kekebalan ikan nila strain GIFT dan Chitralada. Sains Akuatik 6: Wardoyo, S.E Pengembangan budidaya ikan nila (Oreochromis niloticus) di Indonesia. Orasi Pengukuhan Ahli Peneliti Utama Bidang Budidaya Perikanan. Departemen Kelautan dan Perikanan. 49 hlm. Widiyati, A., Sudarto, L. Emmawati, dan T. Kadarini Evaluasi pertumbuhan beberapa strain ikan nila (Oreochromis niloticus). Prosiding Hasil Penelitian Perikanan Air Tawar 1994/1995, Balitkanwar, Sukamandi. hlm Widiyati, A Keragaan fenotipa dan genotipa ikan nila (Oreochromis niloticus) dari Danau Tempe dan beberapa sentra produksi di Jawa Barat. Tesis Magister Sains, IPB. 41 hlm. Widiyati, A., O.Z. Arifin, E. Setiadi, Winarlin, dan R. Gustiano Implementasi hasil litbang pada demplot ikan nila (Orechromis niloticus) melalui budidaya monosex pada lingkungan yang optimal. Kementrian Riset dan Teknologi. 39 hlm. Widiyati, A., R. Gustiano, dan O.Z. Arifin Uji pertumbuhan 24 famili generasi pertama ikan nila di karamba jarring apung. Sainteks 13: Winarlin dan R. Gustiano Pertumbuhan nila (Oreochromis niloticus) jantan di lingkungan danau dan kolam. Sainteks 14: Rudhy Gustiano BRPBAT Bogor Berbagai Jenis Cempedak Lokal Kalimantan Tengah K alimantan Tengah memiliki potensi buahbuahan unggul lokal, antara lain buah cempedak yang tumbuh dan tersebar di beberapa kabupaten dengan tingkat produksi yang cukup tinggi serta potensi pasar yang menguntungkan karena memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan digemari oleh masyarakat luas. Penyebaran komoditas cempedak di Kabupaten Barito Selatan sebagian besar berada di Kecamatan Dusun Tengah dan daerah-daerah di sekitarnya yang merupakan komoditas spesifik lokalita. Pembedaan nama untuk masing-masing varietas lokal oleh penduduk setempat hanya berdasarkan penampilan visual saja, walaupun dari segi penampilan buah, bentuk buah, warna daging buah, tebal daging buah, dan ciri-ciri lainnya dapat dispesifikasikan menjadi beberapa varietas lokal yang di antaranya terdapat cempedak-cempedak lokal yang berkualitas dan memiliki keunggulan yang apabila dikelola dengan baik dapat dijadikan komoditas unggulan daerah dibidang hortikultura. Survei eksplorasi pohon induk buah-buahan unggul lokal yang dikhususkan pada cempedak lokal di Kabupaten Barito Selatan merupakan langkah awal untuk mengetahui potensi dan karakteristik dari berbagai cempedak spesifik lokalita dalam rangka penelusuran terhadap varietas lokal yang memiliki keunggulan-keunggulan tertentu sebagai dasar dilaksanakan pemutihan untuk ditetapkan sebagai varietas unggul nasional. Kerabat nangka menjadi perhatian dunia sejalan dengan khasiatnya sebagai pengganti karbohidrat pada sukun, kadar alkohol pada cempedak, antikanker pada nangka dan kadar ginseng pada kluwih. Jenis cempedak yang banyak terdapat di Kalimantan Tengah adalah cempedak nangka. Setiap 100 g buah matang cempedak mengandung 116 kal, 3 g protein, 0,4 g lemak, 28,6 g karbohidrat, 1,5 g besi 31 RE vitamin A, dan 15 g vitamin C. Buah nangka mengandung alkohol tinggi dan jika bereaksi dengan asam lambung akan menimbulkan gas dalam pencernaan. Untuk 100 g nangka terdapat 106 kal, 2 g protein, 0,2 g lemak, 1,0 g karbohidrat, 20 mg kalsium, 19 mg fosfor, 0,9 g besi, 0,9 g serat, 96 RE vitamin A, dan 7 mg vitamin C. Buah nangka berkhasiat antikanker, mencegah sembelit, dan antioksidan. Dari produksi buah per tahun, diketahui bahwa belum diberikan perlakuan agronomi untuk meningkatkan produksi, jadi pada saat musim berbuah pemilik hanya berharap dari kemampuan pohon meng- 6 Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

7 Cempedak Anipe hasilkan buah. Walaupun demikian, setiap pohon sudah dapat menghasilkan sekitar buah. Dari hasil penilaian terhadap mutu buah, dapat direkomendasikan bahwa cempedak lokal Kalimantan Tengah yang layak untuk diputihkan sebagai varietas unggul nasional terpilih sebanyak 3 (tiga) varietas, yaitu Cempedak Anipe, Cempedak Nangka, dan Cempedak Kapas (Gambar 1). Deskripsi Cempedak Anipe, Cempedak Nangka, dan Cempedak Kapas sebagai berikut: Cempedak Nangka Cempedak Kapas 1. Cempedak Anipe Karakter pohon Tinggi pohon : >20 M Lingkar batang pada ketinggian 1 m : 1,28 M Bentuk tajuk : Memayung Keadaan tajuk : Sedang Bentuk batang : Bulat Percabangan : Mendatar Letak cabang terendah : 2-5 M (+25,00 M) Tekstur kulit batang : Sedang Warna kulit batang : Kecoklatan Karakter daun Warna daun bagian atas : Hijau tua Warna daun bagian bawah : Hijau Perabaan daun bagian atas : Halus Perabaan daun bagian bawah : Kasar Permukaan daun : Mengkilap Belahan daun : Simetris Tepi daun : Rata Tipe daun : Datar Bentuk daun : Lonjong ujung runcing Ujung daun : Meruncing Panjang daun : Besar, >50 mm (+20,00 cm) Lebar daun : Besar, >50 mm (+8,00 cm) Tangkai daun : Sedang, 2-4 cm (+2,50 cm) Jarak antar daun : <5 cm (+1,50 cm) Kedudukan daun : Condong ke atas Karakter buah Tipe buah : Tidak beraturan Bentuk buah : Bulat panjang Tekstur kulit buah : Sedang Panjang buah : 35,00 cm Lebar buah : 11,00 cm Berat buah : 2,30 kg Warna kulit buah : Hijau kekuningan Duri buah : Berduri kecil rapat Tebal kulit buah : Sedang, 1,50 cm Tebal daging buah : Sedang, 0,30 cm Warna daging buah : Kuning Rasa daging buah : Manis legit Kandungan air : Agak basah Aroma : Lembut Panjang tangkai buah : Panjang, 7,50 cm Ketahanan buah dalam pengangkutan : Tahan Produksi Jadwal berbuah : Konsisten Panen musiman : Pertengahan musim Produksi per tahun/musim : Banyak, buah Gambar 1. Berbagai jenis cempedak lokal Kalimantan Tengah. hasilkan buah. Walaupun demikian, setiap pohon su- Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun

8 2. Cempedak Nangka 3. Cempedak Kapas Karakter pohon Karakter pohon Tinggi pohon : M (+17,00 M) Tinggi pohon : >20 M Lingkar batang pada ketinggian 1 m : 1,10 M Lingkar batang pada ketinggian 1 m : 1,27M Bentuk tajuk : Memayung Bentuk tajuk : Memayung Keadaan tajuk : Rimbun Keadaan tajuk : Sedang Bentuk batang : Bulat Bentuk batang : Bulat Percabangan : Jorong ke atas Percabangan : Jorong ke atas Letak cabang terendah : 2-5 M Letak cabang terendah : >5 M Tekstur kulit batang : Sedang Tekstur kulit batang : Sedang Warna kulit batang : Kecoklatan Warna kulit batang : Kecoklatan Karakter daun Karakter daun Warna daun bagian atas : Hijau Warna daun bagian atas : Hijau tua Warna daun bagian bawah : Hijau Warna daun bagian bawah : Hijau agak muda Perabaan daun bagian atas : Halus Perabaan daun bagian atas : Halus Perabaan daun bagian bawah : Kasar Perabaan daun bagian bawah : Halus Permukaan daun : Mengkilap Permukaan daun : Mengkilap Belahan daun : Simetris Belahan daun : Simetris Tepi daun : Rata Tepi daun : Rata Tipe daun : Datar Tipe daun : Datar Bentuk daun : Lonjong ujung runcing Bentuk daun : Lonjong ujung runcing Ujung daun : Meruncing Ujung daun : Meruncing Panjang daun : Besar, >50 mm (+18,00 cm) Panjang daun : Besar, >50 mm (+17,00 cm) Lebar daun : Besar, >50 mm (+8,00 cm) Lebar daun : Besar, >50 mm (+5,50 cm) Tangkai daun : Sedang, 2-4 cm (+3,50 cm) Tangkai daun : Sedang, 2-4 cm (+2,00 cm) Jarak antar daun : <5 cm (+2 cm) Jarak antar daun : <5 cm (+2,40cm) Kedudukan daun : Condong ke bawah Kedudukan daun : Condong ke atas Karakter buah Karakter Buah Tipe buah : Rata Tipe buah : Rata Bentuk buah : Bulat panjang Bentuk buah : Bulat panjang Tekstur kulit buah : Sedang Tekstur kulit buah : Sedang Panjang buah : 31,75 cm Panjang buah : 31,00 cm Lebar buah : 10,50 cm Lebar buah : 11,50 cm Berat buah : 2,35 kg Berat buah : 1,10 kg Warna kulit buah : Hijau kekuningan Warna kulit buah : Hijau kekuningan Duri buah : Berduri kecil rapat Duri buah : Berduri kecil rapat Tebal kulit buah : Sedang, 1,50 cm Tebal kulit buah : Tipis, 1,00 cm Tebal daging buah : Tebal, 0,50 cm Tebal daging buah : Tipis, 0,20 cm Warna daging buah : Kuning Warna daging buah : Putih kekuningan Rasa daging buah : Manis legit Rasa daging buah : Manis Kandungan air : Agak basah Kandungan air : Agak basah Aroma : Lembut Aroma : Merangsang Panjang tangkai buah : Panjang, 5,00 cm Panjang tangkai buah : Panjang, 7,00 cm Ketahanan buah dalam pengangkutan : Tahan Ketahanan buah dalam pengangkutan : Tahan Produksi Produksi Jadwal berbuah : Konsisten Jadwal berbuah : Konsisten Panen musiman : Pertengahan musim Panen musiman : Pertengahan musim Produksi per tahun/musim : Banyak, buah Produksi per tahun/musim : Banyak, buah Amik Krismawati BPTP Jawa Timur Komak: Sumber Protein Nabati untuk Daerah Kering B erkurangnya lahan subur untuk pertanian karena beralih fungsi menjadi kawasan perumahan atau industri memaksa kita yang bergerak dibidang pertanian untuk menggunakan lahanlahan yang mempunyai kesuburan rendah. Namun demikian, tidak banyak jenis tanaman yang dapat ditanam di lahan dengan kondisi kesuburan rendah dan curah hujan rendah. Salah satu tanaman yang mempunyai toleransi tinggi pada kondisi ini adalah kacang komak. Kacang komak termasuk dalam famili Leguminosae (Fabaceae), Sub Famili Papilionoidae (Faboideae), dulu kacang komak termasuk dalam 8 Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

9 genus Dolichos menurut Linneaus, tapi sekarang ditempatkan dalam genus tersendiri, genus Lablab. Kacang komak diduga berasal dari Asia, yang menyebar di daerah Afrika, daerah tropis dan subtropis lainnya. Tanaman ini banyak dibudidayakan di Brazil dan jazirah Arab. Di Indonesia tanaman ini sudah lama dikenal dan dibudidayakan namun tidak diketahui pasti kapan mulai dibudidayakan. Di Jawa Timur kacang komak banyak dibudidayakan di daerah Madura dan pantai utara Jawa Timur, dan daerah lain yang mempunyai curah hujan rendah dan pendek. Masyarakat menggunakan daun tanaman ini untuk hijau pakan ternak, bahkan daun muda dapat dijadikan sayur. Buah muda (polong) dapat dimanfaatkan untuk sayur seperti kacang kapri (kacang polong). Biji kacang yang tua digunakan sebagai campuran makanan yang bersantan atau campuran nasi ketan yang dapat meningkatkan kandungan protein. Kacang komak dapat beradaptasi baik pada daerah yang mempunyai curah hujan mm/ th dan ketinggian tempat m dari permukaan laut. Tanaman ini dapat tumbuh pada kisaran jenis tanah mulai dari pasir dalam sampai liat yang kuat asal drainase baik. ph tanah yang dikehendaki 4,5-7,5. Kacang ini sangat toleran terhadap kekeringan, periode kritis tanaman ini adalah pada saat perkecambahan. Setelah tumbuh akar tanaman akan memanfaatkan lengas tanah yang ada. Tanaman ini akan tumbuh baik bila rata-rata suhu harian antara o C. Tanaman ini toleran suhu tinggi dan dapat tumbuh pada suhu rendah sampai 3 o C untuk jangka waktu yang pendek. Kandungan Gizi Di negara berkembang hampir 43% kebutuhan protein berasal dari tanaman. Kacang komak merupakan salah satu sumber protein yang cukup tinggi setelah kedelai dan kacang tanah. Kandungan protein kacang ini berkisar antara 21-29%, kandungan protein kacang komak di Jawa Timur berkisar antara 22-23%. Kandungan lemak rendah, yaitu 1%, sangat cocok untuk orang-orang yang diet terhadap makanan dengan kandungan lemak tinggi. Biji kacang ini juga mengandung vitamin A, B, dan C yang cukup tinggi. Biji tanaman ini mengandung tannins, phytate, dan trypsin inhibitors, kandungannya sangat beragam tergantung varietasnya, namun dengan perendaman atau pemanasan akan menghilangkan aktivitas dari senyawa ini. Budi Daya Budi daya kacang komak sangat mudah karena mempunyai daya adaptasi yang tinggi dengan masukan (input) yang rendah sampai sedang. a. Jarak tanam Penanaman kacang komak monokultur bisa menggunakan alur bajak dengan kebutuhan benih kg/ha, atau intensif dengan tugal dengan jarak tanam 40 cm x 10 cm (1 biji/lubang) atau 40 cm x 20 cm (2 biji/lubang). Penanaman tumpangsari atau tumpanggilir ditanam disela-sela tanaman jagung sesuai dengan jarak tanam jagung. Populasi optimal pohon/ha, dengan hasil Gambar 1. Jenis-jenis kacang komak di Kecamatan Tongas, Probolinggo, Jawa Timur, tahun 2007 (pantai utara Jawa Timur). Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun

10 1,2 t/ha pada pertanaman monokultur dan 0,91 t/ha pada penanaman tumpangsari dengan jagung, peningkatan populasi menjadi tanaman/ ha dapat menurunkan hasil biji komak 15%. b. Pengendalian hama penyakit dan pemupukan Bila dilakukan pengendalian hama penyakit dapat meningkatkan hasil sebesar 60% dan bila disertai dengan pemupukan dapat meningkat 75%. Pemupukan anjuran hingga takaran 45 kg urea + 90 kg TSP + 90 kg dungan asam ascorbat dari tidak terdeteksi menjadi 55 mg/100 g bahan kering dan vitamin B, serta menurunkan atau menghilangkan senyawa antinutrisi. Pengolahan melalui fermentasi, penepungan atau ekstraksi protein juga menjadi potensi dan peluang cukup besar untuk dikembangkan. Jenis-jenis produk yang dapat dibuat dari kacang komak antara lain tempe, kecap, tahu, tepung komposit, makanan bayi, konsentrat protein, dan pakan. c. Pengairan Kacang komak mampu berproduksi hingga 0,8 t/ha hanya dengan pengairan pada saat tanam. Apabila tanaman diairi 1 kali pada saat tanam produksi mencapai 0,71 t/ha, dan akan meningkat 0,78 t/ha bila diairi 2 kali, yaitu saat tanam dan umur 1 bulan. d. Pemangkasan Pemangkasan pada kacang komak biasa dilakukan sebelum pembungaan yang bertujuan untuk merangsang pembungaan dan pertumbuhan polong. Gambar 2. Kondisi tanaman saat kondisi kering. Pascapanen Secara umum kacang komak dapat dimanfaatkan dalam bentuk biji muda, biji kering, kecambah biji, biji fermentasi atau ekstrak proteinnya. Sebagian besar kacang komak dipanen dalam bentuk biji yang telah masak atau tua. Untuk bahan pangan cepat hidang, kacang komak diolah menjadi kacang komak rebus, kacang komak goreng atau kecambah kacang komak. Pengolahan menjadi kecambah sangat menguntungkan karena dapat meningkatkan kan- Gambar 3. Kondisi tanaman muda. Dwi Setyorini BPTP Jawa Timur BERITA Lokakarya Kajian Koleksi Sumber Daya Genetik Kelapa Sawit di Indonesia I ndonesia merupakan negara produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia. Luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia meningkat secara pesat pada awal 1990-an dan pada tahun 2007, luas perkebunan kelapa sawit di Indonesia telah mencapai 6,04 juta ha. Meskipun demikian selain melalui perluasan lahan, produksi sawit Indonesia dapat pula ditingkatkan melalui intensifikasi. Peluang untuk intensifikasi masih cukup besar sebagaimana terlihat pada tahun 2004, rata-rata produktivitas CPO nasional adalah 3,72 t/ha/tahun sedangkan potensi genetiknya sekitar 14 t/cpo/ha/ 10 Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

11 tahun (Oil World Annual ). Rendahnya produktivitas kelapa sawit antara lain disebabkan oleh rendahnya kualitas bahan tanaman yang digunakan serta tingkat pemeliharaan yang masih di bawah standar. Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas minyak kelapa sawit di Indonesia adalah melalui perbaikan genetik bahan tanaman kelapa sawit dengan memanfaatkan sumber daya genetik (SDG) yang berbeda dengan material yang telah ada. Untuk itu, diperlukan ketersediaan SDG dengan tingkat keragaman yang tinggi sebagai sumber keragaman genetik. Tersedianya SDG yang didukung oleh sistem pengelolaan yang kuat akan memacu percepatan perakitan tanaman kelapa sawit unggul. Sebagai hasil dari kegiatan pemanfaatan SDG kelapa sawit melalui kegiatan pemuliaan, saat ini telah tersedia 33 varietas kelapa sawit yang menjadi materi dasar pengembangan kelapa sawit Indonesia. SDG kelapa sawit tersebar di beberapa lembaga riset dan produsen benih, seperti Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS), PT Socfin Indonesia, PT PP London Sumatera, PT Dami Mas Sejahtera, PT Tunggal Yunus Estate, PT Tania Selatan, dan PT Bina Sawit Makmur, serta beberapa calon produsen benih kelapa sawit lain. Pengelolaan SDG kelapa sawit yang ada di Indonesia selama ini belum dilakukan secara optimal. Selain karena ketiadaan lembaga pengelola, juga karena status SDG kelapa sawit berbeda-beda di setiap institusi. Sebagai contoh, SDG kelapa sawit yang dimiliki oleh PPKS sebagian berada di kebun HGU milik PT Perkebunan Nusantara IV dengan status pinjam pakai, sedangkan kebun sumber daya genetik kelapa sawit lainnya berada dalam pengelolaan lembaga swasta nasional dan swasta multinasional. Kenyataan ini memberi gambaran bahwa kelestarian sumber daya genetik kelapa sawit di Indonesia sangat rentan dan tidak terjamin, padahal pengadaan SDG tersebut, yang dilaksanakan melalui cara pertukaran dan pembelian, telah menghabiskan biaya yang sangat besar. Introduksi SDG kelapa sawit yang dilakukan oleh institusi swasta dari luar negeri (baik melalui pertukaran maupun pembelian) pada mulanya ditujukan untuk memperkaya keragaman SDG kelapa sawit nasional. Namun demikian, karena ketiadaan lembaga khusus yang memiliki kewenangan untuk pengelolaan SDG kelapa sawit nasional, kendali pemerintah dalam pengelolaan kekayaan genetik kelapa sawit tidak efektif. Hal ini jauh berbeda dengan negara lain seperti Malaysia yang memiliki lembaga khusus untuk jejaring kerja pengelolaan plasma nutfah. Malaysia Palm Oil Board (MPOB), memiliki akses luas untuk melakukan evaluasi SDG kelapa sawit Malaysia, baik yang dimiliki oleh institusi pemerintah maupun swasta. Sementara itu, di Indonesia pengelolaan SDG kelapa sawit bergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan, dan tidak memungkinkan keterlibatan pihak luar dalam mengawasi keberadaan SDG tersebut. Dalam hal evaluasi dan pemanfaatan SDG, masing-masing perusahaan atau lembaga menggunakan standar pengujian tersendiri, sehingga untuk mendapatkan gambaran potensi nasional dari SDG kelapa sawit sulit dilakukan. SDG yang terdapat di Indonesia memiliki keragaman genetik yang tidak luas dan hanya berada dalam kisaran segregasi dari bahan genetik yang sempit seperti Deli Dura dan turunan Tenera/Pisifera yang berkerabat dekat. Kenyataan ini memerlukan adanya upaya untuk memperluas keragaman genetik melalui kegiatan introduksi dan eksplorasi ke pusat-pusat keragaman genetik kelapa sawit di Afrika dan Amerika Selatan. Atas dasar kenyataan tersebut maka dirasakan perlu untuk membangun suatu kebun koleksi SDG kelapa sawit yang dikelola oleh lembaga pengelola SDG kelapa sawit nasional secara independen, yang mempunyai fungsi utama untuk mengamankan dan memperkaya keanekaragaman SDG kelapa sawit Indonesia dalam mendukung industri perbenihan kelapa sawit dan industri berbasis kelapa sawit yang lestari, kompetitif, sehat, dan kuat. Guna mewujudkan maksud tersebut di atas, maka pengelolaan SDG kelapa sawit sebaiknya dilakukan oleh lembaga independen. Untuk itu, diperlukan suatu kajian mendalam mengenai pentingnya pengelolaan SDG kelapa sawit di dalam satu rentang kendali, guna membangun persamaan persepsi, penyusunan rekomendasi, penyiapan rancang tindak pembangunan suatu kebun koleksi SDG kelapa sawit, serta membangun organisasi dan mekanisme kerjanya. Salah satu kegiatan yang dilakukan Riset Unggulan Strategi Nasional (RUSNAS) Kelapa Sawit adalah Kajian Koleksi Sumber Daya Genetik Kelapa Sawit di Indonesia. Sehubungan dengan hal tersebut, atas kerja sama Departemen Pertanian, Kementerian Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun

12 Negara Riset dan Teknologi, dan Masyarakat Kelapa Sawit Indonesia (MAKSI), telah dilaksanakan lokakarya Kajian Koleksi SDG Kelapa Sawit di Indonesia di Jakarta pada tanggal 9 Juli Lokakarya dihadiri oleh 91 orang peserta berasal dari Kementerian Negara Riset dan Teknologi, Departemen Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB); Dewan Minyak Sawit Indonesia (DMSI), Masyarakat Perkelapa Sawitan Indonesia (MAKSI), dan Tim Peneliti RUSNAS RISTEK Kelapa Sawit serta produsen dan calon produsen benih kelapa sawit. Lokakarya dibuka oleh Direktur Jenderal Perkebunan, didahului pengarahan/sambutan dari Sekretaris Kementerian Negara Riset dan Teknologi, dan Direktur Jenderal Perkebunan. Dalam lokakarya ini telah dibahas empat topik hasil kajian tentang ketersediaan SDG kelapa sawit, program eksplorasi SDG kelapa sawit dan perkembangannya, kelembagaan pengelola SDG kelapa sawit nasional, dan ketersediaan lahan untuk Kebun Koleksi Nasional SDG Kelapa Sawit. Berdasarkan butir-butir pokok dari sambutan/pengarahan, penyajian makalah dan diskusi, dapat dirumuskan beberapa hal dalam rangka pengembangan SDG kelapa sawit di Indonesia, sebagai berikut: 1. Kelapa sawit mempunyai peran strategis dalam perekonomian nasional, terutama dalam aspek penyerapan tenaga kerja, pertumbuhan PDB, pendapatan dan devisa bagi negara, stimulator penumbuhan pusat-pusat ekonomi baru di pedesaan, serta sebagai sumber pangan dan sumber energi penting di Indonesia. 2. Walaupun kelapa sawit bukan tanaman asli Indonesia, namun sangat sesuai dikembangkan di Indonesia. Luas areal kelapa sawit di Indonesia saat ini sekitar 6,7 juta ha dan diproyeksikan akan meningkat secara signifikan pada tahun-tahun mendatang. 3. Indonesia membutuhkan SDG kelapa sawit yang kaya dan beragam sebagai bahan baku untuk perakitan varietas unggul baru yang mampu mendukung pertumbuhan industri kelapa sawit yang memiliki daya saing global. 4. SDG kelapa sawit yang ada di Indonesia belum terdokumentasi dengan baik dan rawan terhadap erosi genetik dan kepunahan karena: Tidak ada kebun koleksi SDG kelapa sawit yang berskala nasional yang dikelola secara khusus; Belum ada lembaga khusus yang mengelola; SDG yang tersedia terbatas pada 12 produsen benih atau calon produsen benih yang kelestariannya belum terjamin secara optimal. 5. Beberapa kemajuan yang telah dicapai dalam pengembangan SDG kelapa sawit saat ini adalah: Telah ada kesepahaman para pemangku kepentingan tentang perlunya penanganan SDG kelapa sawit secara terintegrasi dan dikelola oleh Lembaga Khusus dan independen yang melayani kepentingan bersama; Telah terbentuk Konsorsium Para Produsen Benih yang difasilitasi pemerintah (Ditjen Perkebunan) dan Dewan Minyak Sawit Indonesia untuk melakukan eksplorasi SDG baru ke Afrika dan Amerika Selatan; Telah dapat dihimpun data dan informasi ketersediaan SDG kelapa sawit di berbagai Lembaga Riset milik pemerintah dan dunia usaha dalam negeri sebagai aset nasional; Telah dilakukan kegiatan eksplorasi SDG kelapa sawit tahap I dan berhasil mendapatkan 103 aksesi baru dari Kamerun; Telah tersedia lahan seluas ha untuk pembangunan Kebun Koleksi Nasional SDG Kelapa Sawit di Kabupaten Sijunjung, Sumatera Barat yang dialokasikan dan disiapkan oleh Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Sijunjung; Telah dihasilkan konsep model kelembagaan Kebun Koleksi Nasional SDG Kelapa Sawit yang mengakomodasi kepentingan semua pihak terkait. 6. Para pemangku kepentingan sepaham untuk menindaklanjuti pengembangan SDG kelapa sawit berskala nasional untuk mendukung pertumbuhan industri kelapa sawit yang mampu bersaing di tingkat global, yaitu dengan: Membangun kelembagaan pengelola SDG kelapa sawit di Indonesia yang mampu mengakomodasi kepentingan pihak-pihak terkait dengan merujuk kepada peraturan dan perundangan yang berlaku di Indonesia; Melakukan koleksi dan karakterisasi SDG yang ada di kebun koleksi SDG produ- 12 Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

13 sen benih dan calon produsen benih dalam negeri, serta melanjutkan kegiatan eksplorasi dan pertukaran SDG ke dan dengan negaranegara sebagai sumber SDG kelapa sawit di Afrika dan Amerika Latin; Membangun kebun koleksi nasional SDG kelapa sawit pada lahan yang telah disediakan oleh Pemda Kabupaten Sijunjung; Melengkapi Kebun Koleksi Nasional SDG kelapa sawit dengan SDG yang dimiliki oleh masing-masing pemilik SDG dalam negeri dengan mempertimbangkan hak dan kewajiban masingmasing, sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku; Menyepakati untuk menyerahkan sebagian dari hasil eksplorasi dan pertukaran SDG kepada pemerintah untuk ditempatkan di kebun koleksi nasional SDG kelapa sawit dengan hak dan kewajiban yang akan diatur tersendiri sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku; Untuk menjamin kelancaran pelaksanaan kegiatanpengembangan SDG kelapa sawit yang berkelanjutan di Indonesia, perlu didukung oleh kontribusi optimal semua pihak, terutama dari unsur birokrasi, akademisi, dan dunia usaha serta perlu didasari dengan aspek legal yang diperlukan. Komnas SDG AKTIVITAS KOMNAS Kongres Kedua Komda Plasma Nutfah K ongres Komisi Daerah Plasma Nutfah (Komda PN) se-indonesia diselenggarakan setiap 2 tahun sekali. Kongres pertama diselenggarakan di Kalimantan Timur pada tahun 2006 sedangkan Kongres Kedua dilaksanakan di Pekanbaru, Riau, pada tanggal 8-10 Juni Kongres dibuka oleh Asisten III Sekretaris Daerah mewakili Gubernur Provinsi Riau, yang dilanjutkan dengan sambutan Ketua Komda PN Provinsi Riau, dan Komnas SDG. Pada Kongres Kedua Komda PN disajikan lima makalah utama, yaitu 1. Strategi Ketahanan Pangan dengan Pemberdayaan Plasma Nutfah (Kepala Badan Litbang Pertanian) 2. Strategi dan Rencana Tindak Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (Asisten Deputi Bidang Keanekaragaman Hayati) 3. Pemanfaatan Varietas Lokal untuk Perbaikan Tanaman (Kepala Pusat Perlindungan Varietas Tanaman) 4. Sumber Daya Hayati Tumbuhan Indonesia (Kepala Pusat Konservasi Tumbuhan Kebun Raya Bogor, LIPI) 5. Perkembangan Komda Plasma Nutfah dan Jejaring Kerjanya (Komnas SDG) Setelah penyampaian makalah utama dan materi pendukung yang disampaikan oleh wakil dari Komda PN Provinsi Kalimantan Timur, Komda PN Provinsi Sumatera Selatan, Komda PN Provinsi Sumatera Barat, Komda PN Provinsi Jawa Timur, Komda PN Provinsi Jawa Tengah, Komda PN Provinsi Banten, Komda PN Kabupaten Palalawan, dan Komda PN Kabupaten Kampar. Peserta dibagi dalam lima kelompok sidang, yaitu (1) kelompok SDG tanaman, (2) kelompok SDG perkebunan, (3) kelompok SDG ternak, (4) kelompok SDG ikan, dan (5) kelompok SDG hutan dan hidupan liar. Pada hari ketiga, acara diisi dengan penanaman tanaman langka dan spesifik daerah di Kebun Koleksi Balai Benih Induk-Dinas Tanaman Pangan Padang Marpoyan. Dalam acara ini telah ditanam secara simbolis 48 bibit tanaman oleh wakil-wakil daerah dan Komda. Setelah penanaman pohon, kongres ditutup di Grand Ball Room Hotel Mutiara Merdeka. Hasil rumusan Kongres Kedua Komda PN sebagai berikut: 1. Ketahanan pangan penting dalam pemenuhan hak asasi manusia, pembentukan SDM berkualitas, dan ketahanan ekonomi/nasional. Untuk itu pemerintah berkewajiban untuk menyelenggarakan pengaturan, pembinaan pengendalian dan pengawasan, sedangkan Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun

14 masyarakat menyelenggarakan proses produksi dan berhak untuk memperoleh pangan. 2. Masalah utama dalam pencapaian ketahanan pangan adalah pertumbuhan permintaan pangan (cukup, tepat waktu, terjangkau, dan beraneka ragam) jauh lebih tinggi daripada penyediaan pangan. Di sisi lain, Indonesia kaya akan biodiversity yang berpengaruh terhadap kesuksesan pelestarian tanaman pangan, karena itu perlu: mengembangkan sistem produksi berbasis sumber daya, kelembagaan, melakukan kerja sama dan penelitian, serta melakukan inventarisasi, database dan konservasi. 3. Prinsip konservasi keanekaragaman hayati mencakup tiga tingkat (ekosistem, jenis, dan genetik) dengan tiga pilar (perlindungan, pengawasan, dan pemanfaatan secara lestari) yang diimplementasikan dalam dua program (ex situ dan in situ). 4. Pentingnya keanekaragaman hayati maka perlu disusun profil keanekaragaman di masingmasing kabupaten/kota sehingga klaim daerah lain dapat dihindari. 5. Salah satu strategi pemerintah untuk pelestarian SDG adalah melalui program IBSAP (mengembangkan konservasi keragaman hayati, membangun dan mengembangkan pranata kelembagaan dan kebijakan nasional maupun daerah serta upaya penegakan hukum, meningkatkan dekonsentrasi dan desentralisasi kewenangan pemerintah dalam pengelolaan keragaman hayati. 6. Varietas lokal yang telah ada dan dibudidayakan secara turun menurun oleh petani, menjadi milik masyarakat dan dikuasai oleh negara. Pendaftaran varietas lokal dilakukan oleh pemda kabupaten/provinsi/pusat pada perlindungan varietas tanaman (PVT). 7. Potensi genetik varietas lokal: mampu mengatasi berbagai cekaman lingkungan, dan memenuhi kebutuhan masyarakat dan mendukung keragaman genetik tanaman. 8. Faktor penyebab erosi genetik meliputi pemuliaan sentralistik, fokus pada beberapa komoditi prioritas dan mengabaikan keragaman genetik spesies non prioritas, pola konsumsi masyarakat yang seragam dan kerusakan lingkungan. 9. Komda di Indonesia telah berkembang dari 14 menjadi 19 pada tahun 2008, ke depan diharapkan Komda terbentuk di setiap provinsi/kabupaten/kota. Untuk itu diharapkan Pemda dan stakeholder lainnya dapat menginisiasi pendirian Komda bagi daerah yang belum ada, sedangkan bagi daerah yang sudah ada diharapkan Pemda mampu memfasilitasi kegiatan pelestarian plasma nuftah antara lain pendirian kebun koleksi dan kegiatan melakukan introduksi, eksplorasi, inventarisasi, konservasi, evaluasi, dan pemanfaatan plasma nutfah serta membangun jejaring kerja antar Komda dan Komnas. Diharapkan semua stakeholder berperan aktif terlaksananya kegiatan tersebut. Selain itu perlu mengkampanyekan/memperkenalkan plasma nuftah pada acara-acara di masing-masing daerah. 10. Disepakati penggunaan nama Komda Plasma Nuftah menjadi Komda Sumber Daya Genetik. Lebih lanjut Kongres Nasional Komda Sumber Daya Genetik ke III akan dilaksanakan di Jawa Timur (tahun 2010). 11. Kegiatan seminar mengenai hasil kegiatan dan penelitian oleh Komda SDG diselenggarakan setiap dua tahun sekali. Masing-masing Komda diharapkan dapat menganggarkan biaya untuk peserta dan pelaksanaan kegiatan tersebut. Tim Perumus Komnas SDG Apresiasi Pengelolaan Sumber Daya Genetik untuk Ketahanan Pangan P ersebaran sumber daya genetik terdapat di daerahdaerah, yang merupakan kekayaan pemerintah daerah atau masyarakat daerah. Untuk itu, pengelolaan plasma nutfah pada tingkat daerah harus diwujudkan. Implikasinya adalah perlu segera disiapkan elemen-elemen di daerah yang diperlukan dalam pengelolaan plasma nutfah, baik perangkat keras maupun perangkat lunak. Dalam rangka meningkatkan pemahaman pengelolaan plasma nutfah untuk ketahanan pangan, 14 Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun 2008

15 Komnas SDG menyelenggarakan Apresiasi Pengelolaan Plasma Nutfah untuk Ketahanan Pangan di Badan Lingkungan Hidup (dahulu Bapedalda), Semarang, Jawa Tengah. Apresiasi diselenggarakan pada tanggal 28 Juni 2008, dihadiri oleh 70 orang peserta dari pengurus Komisi Daerah Plasma Nutfah Provinsi Jawa Tengah dan staf/pejabat Dinas/Instansi dari 35 Kabupaten atau Kota di Provinsi Jawa Tengah. Dinas atau Instansi yang hadir dalam Apresiasi ini antara lain Dinas Kehutanan, Badan Litbang Daerah, Dinas Lingkungan Hidup, Dinas Perikanan, Bappedalda, Perguruan Tinggi, BPTP, Balai Taman Nasional, BPSB, BKSDA, dan Pemerintah Daerah. Acara dibuka oleh Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Provinsi Jawa Tengah, Ir. Djoko Sutrisno. Dalam sambutannya, Kepala BLH menyampaikan terima kasih kepada Komisi Nasional Sumber Daya Genetik yang memberikan pencerahan tentang pengelolaan SDG kepada anggota pengurus Komda dan pejabat daerah Provinsi Jawa Tengah. Materi yang disampaikan selama apresiasi berlangsung, yaitu: 1. Strategi dan Kebijakan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati (Drs. Muslihudin, Kementerian Negara Lingkungan Hidup) 2. Sistem Pengelolaan Sumber Daya Genetik (Prof. (Riset) Dr. Subandriyo, Komnas SDG) 3. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Genetik Ternak (Ir. Bambang Setiadi, MS, APU) 4. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Genetik Ikan (Dr. Rudhy Gustiano, Komnas SDG) 5. Kebijakan Konservasi Sumber Daya Genetik Hutan dan Hidupan Liar dan Perkembangan Komda Sumber Daya Genetik dan Jejaring Kerjanya (Dr. Machmud Thohari, DEA, Komnas SDG) 6. Aplikasi Bioteknologi Dalam Pengelolaan Sumber Daya Genetik untuk Perbaikan Sifat Tanaman (Dr. M. Herman, Komnas SDG) 7. Perkembangan Pengelolaan Sumber Daya Genetik di Jawa Tengah (Prof. Ir. Bambang Sudaryanto, MS, BPTP Jawa Tengah) Dengan diselenggarakan apresiasi ini, diharapkan peserta yang hadir dapat berperan aktif dalam pengelolaan sumber daya genetik di instansi maupun di lingkungan daerahnya. Agus Nurhadi Komnas SDG Diskusi Panel tentang Pengelolaan Sumber Daya Genetik D alam sistem pendidikan, upaya penyadaran terhadap masyarakat tentang pentingnya suatu pengetahuan dapat dilakukan melalui kegiatan pengajaran di perguruan tinggi. Demikian pula dengan program sosialisasi tentang pentingnya SDG kepada para mahasiswa merupakan salah satu metode yang dapat memberikan pemahaman secara efektif terhadap makna dan pentingnya SDG. Pemahaman mengenai pentingnya keberadaan SDG dan keanekaragamannya akan membengkitkan dan mendorong kepedulian berbagai pihak untuk berperan serta mengelola SDG. Berkaitan dengan hal tersebut, Komnas SDG menyelenggarakan Diskusi Panel tentang Pengelolaan Sumber Daya Genetik dengan para Widyaiswara Pusat Pemberdayaan dan Pengembangan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pertanian (P4TK Pertanian, VEDCA) yang dilaksanakan di Cianjur, Jawa Barat pada 8 Juli Diskusi dihadiri 63 peserta dari VEDCA yang terdiri dari akademisi Widyaiswara, para pejabat struktural dan beberapa orang mahasiswa. Dalam Diskusi Panel ini, disampaikan lima materi dengan pembicara dari Komnas SDG, yaitu: 1. Pengelolaan Agrobiodiversity: Strategi Menuju Ketahanan Pangan yang Berkelanjutan (Ir. Bambang Setiadi, MS, APU) 2. Strategi Pengelolaan Sumber Daya Genetik Ikan (Dr. Rudhy Gustiano) 3. Kupercayakan Padamu Keberlanjutan Sumber Daya Genetik Ternak (Ir. Bambang Setiadi, MS, APU) Warta Plasma Nutfah Indonesia Nomor 20 Tahun

Evaluasi Pertumbuhan Empat Populasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kolam Percobaan Cijeruk, Bogor

Evaluasi Pertumbuhan Empat Populasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kolam Percobaan Cijeruk, Bogor Evaluasi Pertumbuhan Empat Populasi Ikan Nila (Oreochromis niloticus) di Kolam Percobaan Cijeruk, Bogor Rudhy Gustiano, Titin Kurniasih dan Otong Zenal Arifin Research Institute for Freshwater Aquaculture

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45

Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Varietas Unggul Baru Mangga Hibrid Agri Gardina 45 Hingga saat ini varietas unggul mangga di Indonesia yang telah dilepas sebanyak 32 varietas. Dari 32 varietas unggul tersebut, 14 varietas berasal dari

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 491/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN SALISUN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 493/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN BENTARA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM

KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM KAJIAN KERAGAAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI DAN PENAMPILAN BUNGA BEBERAPA VARIETAS DAN GENOTIP SEDAP MALAM DI DATARAN MEDIUM Donald Sihombing, Wahyu Handayati dan R.D. Indriana Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

KARAKTERISASI VARIETAS UNGGUL SEDAP MALAM DIAN ARUM

KARAKTERISASI VARIETAS UNGGUL SEDAP MALAM DIAN ARUM Seminar Nasional Kedaulatan Pangan dan Energi KARAKTERISASI VARIETAS UNGGUL SEDAP MALAM DIAN ARUM Donald Sihombing 1), Suskandari Kartikaningrum 2) danwahyu Handayati 1) 1). BPTP Jawa Timur, Jl. Raya Karangploso

Lebih terperinci

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004

Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 Pedoman Penilaian dan Pelepasan Varietas Hortikultura (PPPVH) 2004 KENTANG (Disarikan dari PPPVH 2004) Direktorat Perbenihan Direktorat Jenderal Bina Produksi Hortikultura I. UJI ADAPTASI 1. Ruang Lingkup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sentra pertanaman kacang panjang yang mempunyai keanekaragaman genetik yang luas (Deanon dan Soriana 1967). Kacang panjang memiliki banyak kegunaan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 489/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG KEPOK BANGUN SARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 339/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DEGUS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 307/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK KEPROK BATU 55 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang

TINJAUAN PUSTAKA. Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Sawi hijau sebagai bahan makanan sayuran mengandung zat-zat gizi yang cukup lengkap untuk mempertahankan kesehatan tubuh. Komposisi zat-zat makanan yang terkandung dalam

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 514/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN JERUK BESAR KOTARAJA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

Pengembangan Potensi Sedap Malam dari Jawa Timur

Pengembangan Potensi Sedap Malam dari Jawa Timur Pengembangan Potensi Sedap Malam dari Jawa Timur Donald Sihombing, PER Prahardini, Wahyu Handayati, dan Tri Sudaryono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur Jln. Raya Karangploso Km 4 PO

Lebih terperinci

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor

Gambar 1. Beberapa varietas talas Bogor II. TINJAUAN PUSTAKA A. TALAS Talas Bogor (Colocasia esculenta (L.) Schott) termasuk famili dari Araceae yang dapat tumbuh di daerah beriklim tropis, subtropis, dan sedang. Beberapa kultivarnya dapat beradaptasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengenalan Tanaman Sorgum Tanaman Sorgum (Sorghum bicolor (L.) Moench) berasal dari negara Afrika. Tanaman ini sudah lama dikenal manusia sebagai penghasil pangan, dibudidayakan

Lebih terperinci

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541

LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 LAMPIRAN KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 3511/Kpts/SR.120/10/2009 TANGGAL : 12 Oktober 2009 DESKRIPSI SALAK VARIETAS SARI INTAN 541 Asal : Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika Silsilah : Gondok x

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Usaha perikanan budidaya dinilai tetap prospektif di tengah krisis keuangan global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih berpotensi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang beriklim tropis dan mempunyai keanekaragaman sumberdaya hayati yang berlimpah. Terdapat banyak sekali potensi alam yang dimiliki oleh

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 571/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGIS WANAYASA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN JANTAN DAN BETINA 24 FAMILI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA UMUR 6 BULAN

PERTUMBUHAN JANTAN DAN BETINA 24 FAMILI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA UMUR 6 BULAN PERTUMBUHAN JANTAN DAN BETINA 24 FAMILI IKAN NILA (Oreochromis niloticus) PADA UMUR 6 BULAN RUDHY GUSTIANO, OTONG ZENAL ARIFIN, ANI WIDIYATI dan L. WINARLIN Balai Riset Perikanan Budidaya Air Tawar Jl.

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 516/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN PISANG MAS KIRANA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 171/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN DUKU PRUNGGAHAN TUBAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Tanaman kacang panjang (Vigna sinensis L.) merupakan tanaman sayuran yang banyak digemari oleh masyarakat Indonesia yang digunakan sebagai sayuran maupun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 496/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN SAWO ASAHAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI

PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI PELUANG BISNIS BUDIDAYA JAMBU BIJI Oleh : Nama : Rudi Novianto NIM : 10.11.3643 STRATA SATU TEKNIK INFORMATIKA SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA 2011 A. Abstrak Jambu

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/KEPMEN-KP/2014 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SALINA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan salah satu tanaman pangan daerah tropis. Ubi kayu menjadi tanaman pangan pokok ketiga setelah padi dan jagung.

Lebih terperinci

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus)

KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) KOMPARASI UJI KARBOHIDRAT PADA PRODUK OLAHAN MAKANAN DARI TEPUNG TERIGU DAN TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Jurusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 308/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN JAMBU BOL GONDANG MANIS SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk Keprok Maga merupakan salah satu komoditi buah buahan andalan Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif dengan kultivar atau varietas jeruk

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga. tumbuhan dapat diklasifikasikan sebagai berikut: II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Komoditi Menurut Purwono dan Hartono (2012), kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosa. Kedudukan tanaman kacang hijau dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau

TINJAUAN PUSTAKA. A. Kacang Hijau 4 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kacang Hijau Kacang hijau termasuk dalam keluarga Leguminosae. Klasifikasi botani tanman kacang hijau sebagai berikut: Divisio : Spermatophyta Subdivisio : Angiospermae Classis

Lebih terperinci

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI

PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI. Edisi Kedua. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian AGRO INOVASI PROSPEK DAN ARAH PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KEDELAI Edisi Kedua Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian 2007 AGRO INOVASI MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA SAMBUTAN MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI I. UMUM. A. Latar belakang Dalam rangka pelepasan suatu varietas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar

I. PENDAHULUAN. nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian merupakan bagian integral dari pembangunan ekonomi nasional. Pembangunan pertanian memberikan sumbangsih yang cukup besar bagi perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan perekonomian di Indonesia, hal ini dapat dilihat dari kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto

Lebih terperinci

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan Anton J. Supit Dewan Jagung Nasional Pendahuluan Kemajuan teknologi dalam budidaya jagung semakin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha Triwulan-I Tahun I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara agraris menunjukkan bahwa sektor pertanian mempunyai peranan yang penting dalam mendukung perekonomian nasional, terutama sebagai sumber bahan

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING

MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING MENGENAL ORSINA SEBAGAI VARIETAS BARU TANAMAN KUMIS KUCING Agung Mahardhika, SP ( PBT Ahli Pertama ) Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan I. Pendahuluan Kumis kucing (Orthosiphon aristatus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dilihat dari letak geografis, Indonesia merupakan negara yang terletak pada garis khatulistiwa. Hal ini mempengaruhi segi iklim, dimana Indonesia hanya memiliki 2 musim

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Kedelai 2.1.1 Klasifikasi tanaman kedelai Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong

I. PENDAHULUAN. sangat penting untuk mencapai beberapa tujuan yaitu : menarik dan mendorong I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Strategi pembangunan pertanian yang berwawasan agribisnis dan agroindustri pada dasarnya menunjukkan arah bahwa pengembangan agribisnis merupakan suatu upaya

Lebih terperinci

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan

(Shanti, 2009). Tanaman pangan penghasil karbohidrat yang tinggi dibandingkan. Kacang tanah (Arachis hypogaea) merupakan salah satu tanaman pangan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor sub pertanian tanaman pangan merupakan salah satu faktor pertanian yang sangat penting di Indonesia terutama untuk memenuhi kebutuhan pangan, peningkatan gizi masyarakat

Lebih terperinci

PERAKITAN VARIETAS SALAK :

PERAKITAN VARIETAS SALAK : PERAKITAN VARIETAS SALAK : SARI INTAN 48 : SK Mentan No.3510/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 541 : SK Mentan No.3511/Kpts/SR.120/10/2009 SARI INTAN 295 : SK Mentan No.2082/Kpts/SR.120/5/2010 KERJASAMA ANTARA

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Talas (Colocasia sp) merupakan tanaman pangan dari umbi-umbian yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Talas termasuk dalam suku talas-talasan (Araceae), berwatakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 490/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN LANGSAT TANJUNG B-1 SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai

TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi dan Botani Cabai Cabai merupakan tanaman yang berasal dari Amerika Selatan. Cabai dikenal di Eropa pada abad ke-16, setelah diintroduksi oleh Colombus saat perjalanan pulang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada umumnya, sumber daya alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh

I. PENDAHULUAN. Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah tanaman semusim yang tumbuh membentuk rumpun dengan tinggi tanaman mencapai 15 40 cm. Perakarannya berupa akar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mempunyai agroekologi dataran rendah sampai dataran tinggi yang hampir semua dapat menghasilkan buah-buahan. Indonesia menghasilkan banyak jenis buah-buahan.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman

PENDAHULUAN. dengan megabiodiversity terbesar kedua. Tingginya tingkat keanekaragaman 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis dengan kekayaan sumber daya genetik (plasma nutfah) yang sangat besar. Oleh karena itu Indonesia termasuk negara dengan megabiodiversity terbesar

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertanian Indonesia memiliki potensi yang besar dalam segi sumberdaya dan kualitas, sehingga dapat menjadi sektor unggulan dalam meningkatkan pendapatan negara. Saat ini

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 570/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA DARAKANDE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 570/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA DARAKANDE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 570/Kpts/SR.120/9/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA DARAKANDE SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Penemuan Klon Kakao Tahan Hama Penggerek Buah Kakao (PBK) di Indonesia Agung Wahyu Susilo 1) 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118 Keberadaan hama penggerek buah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 734/Kpts/OT. 140/12/2006 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI NASIONAL SUMBER DAYA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 734/Kpts/OT. 140/12/2006 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI NASIONAL SUMBER DAYA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 734/Kpts/OT. 140/12/2006 TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI NASIONAL SUMBER DAYA GENETIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 191/Kpts/SR.120/3/2006 TENTANG PELEPASAN JERUK SIEM KINTAMANI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 472/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN GAPU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 472/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN GAPU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 472/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN DURIAN GAPU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

BADAN BENIH NASIONAL. Jakarta, zi- Mei 2009

BADAN BENIH NASIONAL. Jakarta, zi- Mei 2009 DEPARTEMEN PERIANIAN BADAN BENIH NASIONAL SEKRETARIAT : DIREKTORAT PERBENIHAN Jl. AUP Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12520 l(otak Pos 40/.lKS. PSM. Telp. :(021) 78l59ll -78847047 Fax. (02t) 78t59ll Nomor

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Komoditas tanaman hortikultura khususnya buah-buahan mempunyai prospek yang bagus untuk dikembangkan mengingat bertambahnya jumlah penduduk dan kesadaran masyarakat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan.

BAB I PENDAHULUAN. sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Minyak kelapa sawit merupakan minyak nabati yang berasal dari buah kelapa sawit, serta banyak digunakan untuk konsumsi makanan maupun non-makanan. Minyak

Lebih terperinci

VARIETAS-VARIETAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) YANG TELAH DILEPAS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN

VARIETAS-VARIETAS BUNCIS (Phaseolus vulgaris L.) YANG TELAH DILEPAS OLEH BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN No. 002, Agustus 2013 (Tanggal diunggah 22 Agustus 2013) Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya dan Fauzi Haidar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut :

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : II. TINJAUAN PUSTAKA.1 Kacang Panjang.1.1 Klasifikasi Tanaman Kacang Panjang Tanaman kacang panjang diklasifikasikan sebagai berikut : Kerajaan Divisi Kelas Sub kelas Ordo Famili Genus : Plantae : Spermatophyta

Lebih terperinci

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA.

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA. KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN LELE MUTIARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. Sondakh 1), dan Andi Tenrirawe 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang

Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang No. 6 - Agustus 2010 Varietas Unggul Baru Mangga Merah DARI KP. cukurgondang Balai Penelitian Tanaman Buah Tropika telah melepas enam varietas unggul mangga merah untuk buah segar. Varietas unggul mangga

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang dan 17 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Jagung Manis (Zea mays saccharata Sturt L.) Akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman setelah perkecambahan. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal

Lebih terperinci

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia

PEMBAHASAN. Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia 57 PEMBAHASAN Posisi PPKS sebagai Sumber Benih di Indonesia Hasil pertemuan yang dilakukan pengusaha sumber benih kelapa sawit yang dipimpin oleh Direktur Jenderal Perkebunan pada tanggal 12 Februari 2010,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat.

I PENDAHULUAN. [3 Desember 2009] 1 Konsumsi Tempe dan Tahu akan Membuat Massa Lebih Sehat dan Kuat. I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kedelai merupakan salah satu komoditas pangan strategis di Indonesia. Arti strategis tersebut salah satunya terlihat dari banyaknya kedelai yang diolah menjadi berbagai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 305/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA CENGKIR INDRAMAYU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 305/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA CENGKIR INDRAMAYU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 305/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN MANGGA CENGKIR INDRAMAYU SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1721, 2017 KEMENTAN. Pelepasan Varietas Tanaman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40/PERMENTAN/TP.010/11/2017 TENTANG PELEPASAN VARIETAS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 121/Kpts/LB.240/2/2004 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DALHARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN,

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 121/Kpts/LB.240/2/2004 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DALHARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL MENTERI PERTANIAN, KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 121/Kpts/LB.240/2/2004 TENTANG PELEPASAN JAMBU AIR DALHARI SEBAGAI VARIETAS UNGGUL Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan produksi jambu air, varietas unggul

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN Latar Belakang

I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN Indonesia sebagai negara agraris memiliki hasil pertanian yang sangat berlimpah. Pertanian merupakan sektor ekonomi yang memiliki posisi penting di Indonesia. Data Product

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr

BAB I. PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kandungan gizi kacang hijau per 100 gr. Tabel 1.2 Perbandingan kandungan protein kacang hijau per 100 gr BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu jenis tanaman kacang-kacangan yang sangat populer di Indonesia adalah kacang hijau (Vigna radiata.wilczek). Kacang hijau ialah tanaman penting ketiga di

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Manggis dan Syarat Tumbuh Manggis dengan nama latin Garcinia mangostana L. merupakan tanaman buah berupa pohon yang banyak tumbuh secara alami pada hutan tropis di kawasan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /KEPMEN-KP/2017 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI (OSPHRONEMUS GORAMY) GALUNGGUNG SUPER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Oleh karena itu, pembangunan ekonomi nasional abad ke- 21, masih akan tetap berbasis pertanian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era globalisasi saat ini, di mana perekonomian dunia semakin terintegrasi. Kebijakan proteksi, seperi tarif, subsidi, kuota dan bentuk-bentuk hambatan lain, yang

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 513/Kpts/SR.120/12/2005 TENTANG PELEPASAN APEL ANNA SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Spesies Phaseolus vulgaris L. atau common bean dikenal pula dengan sebutan French bean, kidney bean, haricot bean, salad bean, navy bean, snap bean, string bean, dry bean,

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR: 340/Kpts/SR.120/5/2006 TENTANG PELEPASAN DURIAN BIDO WONOSALAM SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row

Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Teknologi Produksi Ubi Kayu Monokultur dan Tumpangsari Double-Row Ubi kayu dapat ditanam sebagai tanaman tunggal (monokultur), sebagai tanaman pagar, maupun bersama dengan tanaman lain (tumpangsari atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Makanan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap manusia, karena didalamnya terkandung senyawa-senyawa yang sangat diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian

TINJAUAN PUSTAKA. tersebut dinamakan akar adventif (Duljapar, 2000). Batang beruas-ruas dan berbuku-buku, tidak bercabang dan pada bagian TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Seperti akar tanaman jagung tanaman sorgum memiliki jenis akar serabut. Pada ruas batang terendah diatas permukaan tanah biasanya tumbuh akar. Akar tersebut dinamakan akar

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kondisi Umum Lokasi Penelitian Tanaman salak yang digunakan pada penelitian ini adalah salak pondoh yang ditanam di Desa Tapansari Kecamatan Pakem Kabupaten Sleman Yogyakarta.

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 303/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN SAWO SEDAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 303/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN SAWO SEDAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 303/Kpts/SR.120/4/2006 TENTANG PELEPASAN SAWO SEDAN SEBAGAI VARIETAS UNGGUL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka meningkatkan

Lebih terperinci