Kata Kunci : UMKM, Perbandingan, Komposisi Laporan Keuangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Kata Kunci : UMKM, Perbandingan, Komposisi Laporan Keuangan"

Transkripsi

1 Analisis Perbandingan Komposisi Laporan Keuangan Usaha Mikro kecil Menengah Pada Sektor Jasa, Perdagangan, dan Produksi (Studi Kasus Pada UMKM Wilayah Depok) Anita Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2009 ABSTRAK Analisis Perbandingan Komposisi Laporan Keuangan UMKM bertujuan untuk (1) mengetahui gambaran umum UMKM sektor jasa, perdagangan dan produksi di wilayah Depok.(2) mengetahui gambaran umum komposisi laporan keuangan UMKM sektor jasa, perdagang dan produksi.(3) untuk mengetahui penerapan pencatatan akuntansi pada UMKM berdasarkan jenis usaha dengan berpedoman pada teori-teori pencatatan yang ada.(4) untuk mengetahui perbandingan komposisi laporan keuangan (harta,utang, modal, pendapatan, biaya dan laba) pada UMKM sektor jasa, perdagangan dan produksi. Hasil penelitian menunjukan nilai sig harta sig > 0,05 maka terima Ho, kesimpulanya tidak terdapat perbedaan rata-rata harta yang signifikan antara sektor produksi, dagang dan jasa. Nilai sig kewajiban > 0,05 maka terima Ho, kesimpulanya tidak terdapat perbedaan rata-rata kewajiban yang signifikan antara sektor produksi, dagang dan jasa. nilai sig modal awal > 0,05 maka terima Ho, kesimpulanya tidak terdapat perbedaan rata-rata modal awal yang signifikan antara sektor produksi, dagang dan jasa. Nilai sig pendapatan per bulan > 0,05 maka terima Ho, kesimpulanya tidak terdapat perbedaan rata-rata yang signifikan pendapatan perbulan antara sektor produksi, dagang dan jasa. Nilai sig biaya per bulan > 0,05 maka terima Ho, kesimpulanya tidak terdapat perbedaan rata-rata biaya perbulan yang signifikan antara sektor produksi, dagang dan jasa. Nilai sig > 0,05 maka terima Ho, kesimpulanya tidak terdapat perbedaan rata-rata laba perbulan yang signifikan antara sektor produksi, dagang dan jasa. Kata Kunci : UMKM, Perbandingan, Komposisi Laporan Keuangan PENDAHULUAN UKM memiliki potensi besar, hal ini terlihat dari kemampuannya bertahan menghadapi krisis yang begitu hebat. Fenomena inilah yang menjadi inspirator dan motivasi pemerintah pasca orde baru untuk mulai memperhatikan sektor yang selama ini terabaikan yaitu Usaha Kecil dan Menengah (UKM). Dalam konteks itulah kekuatan usaha kecil dan menengah (UKM) dapat mengelola aset berupa sumber daya alam untuk memberikan kontribusi yang optimal bagi kesejahteraan rakyat secara sosial dan ekonomi. Beberapa sektor UKM yang paling dekat dengan masyarakat diantaranya sektor jasa, dagang dan produksi. Ketiga sektor tersebut memiliki perbedaan dalam menjalankan kegiatan utama usahanya. Dari ketiga bentuk UKM yang disebutkan di atas, idealnya memiliki suatu catatan akuntansi. Catatan ini diantaranya berguna untuk mengetahui taransaksi transaksi yang terjadi yang akan berpengaruh terhadap harta, hutang, modal, pendapatan dan beban yang dimiliki perusahaan. Selain itu, catatan akuntansi juga berguna sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil tindakan

2 yang berhubungan dengan perkembangan dan kemajuan usaha. LANDASAN TEORI Definisi UKM Usaha Kecil adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan sebesar satu miliar rupiah atau kurang. Usaha Menengah adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh perseorangan atau rumah tangga maupun suatu badan bertujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk diperniagakan secara komersial dan mempunyai omzet penjualan lebih dari 1 miliar. (Kementrian Negara Koperasi dan Usaha Kecil Menengah tahun 2008) Laporan Keuangan (Financial Statement) Laporan keuangan merupakan sarana komunikasi dari sebuah perusahaan kepada pihak pihak yang berkepentingan. Ada beberapa jenis laporan keuangan utama dalam suatu perusahaan yaitu: 1. Laporan Laba Rugi (income statement) 2. Laporan Perubahan Modal (owner s equity statement) 3. Neraca (balance sheet) 4. Laporan arus kas (cash flow statement) Perbedaan Akuntansi Dagang dengan Akuntansi Manufaktur Prosedur akuntansi antara perusahaan jasa, dagang, dan manufaktur secara prinsip adalah sama. Perbedaan antara ketiga jenis usaha ini adalah pada sifat operasinya. Untuk perusahaan dagang dan manufaktur hal ini akan membawa pengaruh pada penentuan persediaan dan harga pokok produk. Pada perusahaan dagang akan lebih sederhana dibanding dengan perusahaan manufaktur karena perusahaan dagang hanya membeli dan menjualnya kembali sedangkan perusahaan manufaktur mengolah bahan baku menjadi barang jadi. Perusahaan manufaktur juga harus menggabungkan harga bahan yang dipakai dengan biaya tenaga kerja, dan biaya produksi lain untuk dapat menentukan harga pokok barang yang siap untuk dijual. Perusahaan manufaktur juga harus menggabungkan harga bahan yang dipakai dengan biaya tenaga kerja, dan biaya produksi lain untuk dapat menentukan harga pokok barang yang siap untuk dijual. Table 2.1 Perbedaan Penentuan Harga Pokok Penjualan Antara Perusahaan dagang dan Perusahaan Manufaktur Perusahaan Dagang ( Rp. 000 ) Perusahaan Manufaktur (Rp. 000) Harga Pokok Penjualan Persediaan Awal Barang Dagangan Harga Pokok Penjualan Persediaan Awal Barang Dagangan

3 Pembelian Bersih Harga Pokok Produksi ( lebih lengkap lihat Harga Pokok Produksi) Barang Tersedia Dijual Barang Tersedia Dijual Persediaan Akhir Barang (24.200) Persediaan Akhir Barang (20.600) Dagangan Jadi Harga Pokok Penjualan Harga Pokok Penjualan METODOLOGI PENELITIAN Objek penelitian pada penulisan skripsi ini adalah UMKM yang bergerak dalam sektor jasa, perdagangan, dan industri. Penulis memilih ketiga sektor UMKM ini sebagai objek penelitian karena pertimbangan dari data BPS tahun 2007 yang menyebutkan bahwa lebih dari separuh (52,5 %) populasi UMKM ditahun 2007 bergerak disektor perdagangan sebanyak 28,1%, bergerak dibidang industri sebanyak 6,5%, kemudian diikuti oleh sektor jasa seperti hotel dan restoran 11,9 %. Produk domestik bruto (PDB) yang dihasilkan ketiga sektor tersebut cukup besar dimana sektor perdagangan menyumbangkan sebesar Rp. 483,57 triliun, sektor industri sebesar 219,68 triliun dan sektor jasa sebesar 161,1 triliun. HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Wilayah Objek Penelitian Kota Depok merupakan Pusat Pemerintahan yang berbatasan langsung dengan Wilayah Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta dan juga merupakan wilayah penyangga Ibu Kota Negara yang diarahkan untuk Kota Pemukiman, Kota Pendidikan, Pusat Pelayanan Perdagangan dan Jasa, Kota Pariwisata dan sebagai kota resapan air. Analisis Gambaran Umum UMKM Kota Depok Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian utama adalah UMKM yang terdapat di sekitar wilayah Depok. Berikut penjelasannya : % Distribusi Kuesioner 21 42% 17 34% 50 Manufaktur Dagang Jasa Total 100% Gambar 4.1 : Unit Analisis Penelitian Dari gambar di atas, diketahui bahwa jumlah kuesioner yang dibagikan peneliti sebanyak 50 kuesioner. Dengan perincian sebagai berikut : 24% diisi oleh UMKM sektor manufaktur (12/50 x 100 %), 42 % diisi oleh sektor perdagangan (21/50 x 100 %) dan sisanya 34 % diisi oleh UMKM sektor jasa. Peneliti dalam memperoleh data tersebut malakukan peninjauan secara langsung kepada

4 UMKM yang ada di wilayah Depok dengan membagikan kuesioner ( lihat lampiran x ). Adapun pelaksanaan dari penelitian ini dimulai dari turunya SK skripsi pada bulan Maret 2009 sampai dengan September Analisis Gambaran Umum Laporan Keuangan UMKM Sektor Manufaktur, Dagang dan Jasa di Kota Depok. a. Pengetahuan Responden Tentang Pembukuan Di bawah ini akan merupakan hasil perhitungan statistik yang akan disajikan dalam bentuk gambar mengenai perbandingan responden yang mengetahui pembukuan dengan yang tidak mengetahui tentang pembukuan. 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Ya Tahu Pembukuan 56% Tidak 44% Gambar 4.13 : Pengetahuan Tentang Pembukuan Dari gambar di atas 56% responden menjawab mengetahui tentang pembukuan. Karena mayoritas UMKM mengetahui tentang pembukuan, seharusnya para pengelola UMKM bisa melakukan pencatatan keuangan dengan baik. Namun pada prakteknya hal ini belum terjadi dengan alasan pengelola UMKM tidak memiliki cukup waktu untuk melakukan pencatatan karena berbenturan dengan kegiatan lain yang harus dijalankan. Untuk menggali tentang pembukuan, bisa dilakukan dengan cara membaca buku-buku tentang pembukuan yang disajikan secara sederhana, atau dengan cara mengikuti pelatihan/seminar tentang pencatatan keuangan yang diadakan oleh asosiasi UMKM atau langsung dari pusat kementrian koperasi dan usaha kecil menengah. Tabel 4.2 Statistics Ingin mengelola usaha dengan benar Frequency Percent Valid Ya Tidak Total Sumber : Hasil Perhitungan Statistik Dari perhitungan statistik diketahui sebanyak 96% responden ingin mengelola usahanya dengan baik dan benar dalam arti responden juga mempunyai keinginan untuk belajar pembukuan dengan baik dan benar. Agar dapat diterapkan pada usahanya masing-masing. Sebesar 4% responden beranggapan bahwa tanpa pembukuan pun usahanya bisa berjalan baik dan tetap mendapatkan keuntungan, yang penting operasionalnya berjalan baik. b. Transaksi Yang Sering Terjadi Pada UMKM Di bawah ini adalah gambar yang menyajikan tentang transaksi yang sering terjadi pada UMKM.

5 100% 80% 60% 40% 20% Transaksi yang sering terjadi 0% 6% 100% 19% 76% 100% 42% 75% 100% 0% 14% 33% Jasa Dagang Manufaktur Dari 50 responden yang mengisi kuesioner, yang memiliki bukti transaksi sebesar 78% dan yang tidak memiliki bukti transaksi sebesar 22%. Besarnya prosentase UMKM yang memilki bukti transaksi seharusnya bisa menjadi langkah awal yang baik untuk bisa membuat laporan keuangan. 0% Pj.Tunai Pj.Kredit Pb.Tunai Pb.Kredit Gambar 4.14 : Transaksi Yang Sering Terjadi Dari gambar di atas, dapat diketahui bahwa frekuensi transaksi yang sering terjadi adalah penjualan tunai sebanyak 100% pada masing-masing jenis usaha hal ini berarti bahwa mayoritas UMKM melaksanakan transaksinya dalam bentuk tunai dan ini merata untuk setiap jenis usaha baik manufaktur, dagang maupun jasa. c. Responden Yang Memiliki Bukti Transaksi Di bawah ini adalah gambar yang menunjukan prosentase UMKM yang memiliki bukti transaksi dan yang tidak memiliki bukti transaksi. 80% 60% 40% 20% 0% Ya Bukti Transaksi 78% Tidak 22% Gambar 4.15 : Responden Yang Memiliki Bukti Transaksi d. Responden Yang Melakukan Pencatatan Transaksi Di bawah ini adalah gambar yang menunjukan prosenatse UMKM yang melakukan pencatatan transaksi dan yang belum melakukan penacatatan akuntansi. 100% 80% 60% 40% 20% 0% 33% 67% Mencatat transaksi 62% 38% 65% 35% Manufaktur Dagang Jasa Tidak/kadang Gambar 4.16 : Responden Yang Mencatat Transaksi UMKM yang melakukan pencatatan transaksi paling banyak dilakukan pada sektor manufaktur yaitu sebesar 67% sedangkan yang paling banyak tidak mencatat transaksi adalah pada sektor jasa yaitu 65% dan juga dagang 62% dengan alasan responden tidak mengerti tentang pencatatan akuntansi ada juga yang mengerti tapi mereka tidak melaksanakanya karena keterbatasan waktu sementara pencatatan akuntansi perlu kedisiplinan dalam arti harus dilakukan rutin (harian) dan konsisten. Ya

6 e. Responden Yang Memiliki Laporan Keuangan Rutin Di bawah ini adalah gambar yang menunjukan prosentase UMKM yang memiliki laporan keuangan rutin dan UMKM yang tidak memiliki laporan keuangan rutin. 100% 80% 60% 40% 20% 0% 50% 50% Laporan Keuangan Rutin 62% 38% 82% 18% Manufaktur Dagang Jasa Tidak Ya Dari gambar di atas diketahui bahwa sektor manufaktur sebesar 50% telah memiliki laporan keuangan rutin, sedangkan prosentase paling besar dari ketiga sektor tidak memiliki laporan keuangan dikarenakan ada yang tidak memiliki bukti transaksi ada juga yang hanya kadang-kadang mencatat transaksi sehingga tidak bisa dijadikan laporan keuangan rutin. Laporan keuangan rutin bisa dibuat jika ada pencatatan yang disiplin dan konsisten (harian) dengan cara dan metode yang baik sementara pencatatan pada UMKM masih sebatas pencatatan yang sederhana sehingga kurang bisa diandalkan untuk dijadikan laporan keuangan. Gambar 4.17 : Responden Memiliki Laporan Keuangan Rutin UMKM Yang Melakukan Pencatatan Akuntansi Berdasarkan jenis Usaha Tabel 4.4 Statistics Beda pencatatan Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent Valid Tahu ( 1) Tidak tahu ( 2) Total Dapat diketahui bahwa frekuensi tertinggi adalah kelompok 2 (tidak tahu) sebesar 56% artinya sebanyak 28 responden (dari 50 responden) menjawab tidak mengetahui bahwa pencatatan akuntansi setiap jenis usaha adalah berbeda. Sedangkan sebanyak 44% (22/50 x 100) respoden menjawab mengetahui bahwa pencatatan akuntansi setiap jenis usaha beda. Para pengelola UMKM sebagian besar hanya mengetahui pencatatan keuangan yang sederhana yaitu sebatas pendapatan dan pengeluaran. Kondisi ini kurang menguntungkan untuk UMKM, karena penerapan pencatatan akuntansi yang tidak sesuai dengan jenis usaha bisa jadi

7 menimbulkan kesalahan informasi yang dihasilkan misalnya dalam menghitung harga pokok penjualan. Masing-masing jenis usaha mempunyai metode yang berbeda, salah dalam menentukan harga pokok penjualan dapat menimbulkan harga pokok yang lebih rendah atau bahkan lebih tinggi dari nilai sebenarnya jika dihitung dengan metode yang benar. Komposisi Perbandingan Komponen Laporan Keuangan Sektor Produksi, Dagang dan Jasa a. Perbandingan Komposisi Harta Pada Sektor Produksi, Dagang dan Jasa Jasa.360 Jasa Produksi.360 Dagang.933 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik Kesimpulan : Sig Produksi _ Dagang 0,508 > 0,05 harta yang signifikan antara sektor produksi dengan dagang Sig Produksi _ Jasa 0,360 > 0,05 harta yang signifikan antara sektor produksi dengan jasa Sig Jasa_ Dagang 0,933 > 0,05 harta yang signifikan antara sektor jasa dengan dagang b. Perbandingan Komposisi Hutang/ Kewajiban Pada Sektor Produksi, Dagang dan Jasa Gambar 4.20 : Perbandingan Rata-rata Harta Terhadap Jenis Usaha Dari perhitungan statistik dan gambar di atas, diketahui bahwa dari sektor produksi terdapat perbedaaan rata-rata harta yang dimiliki, berbeda pada kisaran yaitu (termasuk kelompok 1, lihat angka paling depan) artinya berbeda pada rata-rata kelompok harta < 5juta. Kemudian diikuti oleh sektor dagang (1.5238) dan jasa (1.4118) Tabel 4.6 Statistics Multiple Comparisons Harta Terhadap Jenis Usaha (I) Jenis_usaha (J) Jenis_usaha Sig. Produksi Dagang.508 Gambar 4.21 : Perbandingan Rata-rata Kewajiban Terhadap Kewajiban Dari perhitungan statistik dan gambar di atas, diketahui bahwa pada sektor manufaktur terdapat perbedaan rata-rata kewajiban yaitu ( termasuk kelompok 1) artinya kewajiban pada sektor manufaktur berbeda pada kisaran < 5 juta. Kemudian diikuti oleh sektor dagang dan jasa yang tidak berbeda jauh yaitu berturut-turut dan Namun perbedaan kewajiban ketiganya masih dalam kisaran kelompok yang

8 sama yaitu kelompok satu dimana rata rata kewajibanya di bawah lima juta (< 5 juta). Dapat disimpulkan dari ketiga jenis usaha mempunya perbedaan rata-rata pada kisaran angka satu yang berarti < 5 juta Tabel 4.7 Statistics Multiple Comparisons Kewajiban Terhadap Jenis Usaha (I) Jenis_usaha (J) Jenis_usaha Sig. Produksi Dagang.372 Jasa.370 Jasa Produksi.370 Dagang.997 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik Kesimpulan : Sig Produksi _ Dagang 0,372> 0,05 kewajiban yang signifikan antara sektor produksi dengan dagang Sig Produksi _ Jasa 0,370 > 0,05 kewajiban yang signifikan antara sektor produksi dengan jasa Sig Jasa_ Dagang 0,997 > 0,05 kewajiban yang signifikan antara sektor jasa dengan dagang. c. Perbandingan Komposisi Modal Awal Pada Sektor Produksi, Dagang dan Jasa Gambar 4.22 : Perbandingan Rata-rata Modal Awal Terhadap Jenis Usaha Dari perhitungan statistik dan gambar di atas, diketahui bahwa pada sektor manufaktur terdapat perbedaan rata-rata modal awal yaitu (termasuk kelompok 2) artinya pada sektor manufaktur terdapat perbedaan rata rata modal awal pada kisaran antara 1 5 juta. Kemudian diikuti oleh sektor jasa yaitu ini juga termasuk kelompok 2 yang berarti terdapat perbedaan modal awal pada kisaran antara 1 5 juta. Perbedaan Rata rata modal awal sektor dagang artinya kisaran rata rata modal awalnya berbeda pada angka dibawah dibawah satu juta (< 1 juta). Tabel 4.8 Statistics Multiple Comparisons Modal awal Terhadap Jenis Usaha (I) Jenis_usaha (J) Jenis_usaha Sig. Produksi Dagang.126 Jasa.713 Jasa Produksi.713 Dagang.403 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik

9 Kesimpulan : Sig Produksi _ Dagang 0,126 > 0,05 modal awal yang signifikan antara sektor produksi dengan dagang Sig Produksi _ Jasa 0,713 > 0,05 modal awal yang signifikan antara sektor produksi dengan jasa Sig Jasa_ Dagang 0,403 > 0,05 modal awal yang signifikan antara sektor jasa dengan dagang d. Perbandingan Komposisi Pendapatan per Bulan Pada Sektor Produksi, Dagang dan Jasa Gambar 4.23 : Perbandingan Rata-rata Pendapatan Perbulan Terhadap Jenis Usaha Dari perhitungan statistik dan gambar di atas, diketahui pada sektor dagang terdapat perbedaan rata-rata pendapatan perbulan yaitu (termasuk kelompok 2) artinya terdapat perbedaan rata rata pendapatan perbulan pada kisaran 1 5 juta. Kemudian diikuti oleh sektor manufaktur/produksi yaitu ini juga termasuk kelompok 2 yang berarti terdapat berbedaan pendapatan rata-rata setiap bulan pada kisaran 1 5 juta. Perbedaan Rata rata pendapatan perbulan sektor jasa artinya kisaran rata rata pendapatan perbulannya juga berbeda pada angka 1 5 juta. Tabel 4.9 Statistics Multiple Comparisons Pendapatan per bulan Terhadap Jenis Usaha (I) Jenis_usaha (J) Jenis_usaha Sig. Produksi Dagang.998 Jasa.614 Jasa Produksi.614 Dagang.482 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik Kesimpulan : Sig Produksi _ Dagang 0,998 > 0,05 pendapatan perbulan yang signifikan antara sektor produksi dengan dagang Sig Produksi _ Jasa 0,614 > 0,05 pendapatan perbulan yang signifikan antara sektor produksi dengan jasa Sig Jasa_ Dagang 0,482 > 0,05 pendapatan perbulan yang signifikan antara sektor jasa dengan dagang. e. Perbandingan Komposisi Biaya per Bulan Pada Sektor Produksi, Dagang dan Jasa Gambar 4.24 : Perbandingan Rata-rata Biaya Perbulan Terhadap Jenis Usaha

10 Kisaran perbedaan rata rata biaya yang dikeluarkan oleh sektor dagang dan jasa berada di kelompok 2 (antara 1 5 juta) yaitu dan sektor manufaktur/produksi Sektor jasa memiliki perbedaan rata rata biaya perbulan dikisaran yang artinya terdapat perbedaan pada angka di bawah satu juta (<1 juta). Tabel 4.10 Statistics Multiple Comparisons Biaya per bulan Terhadap Jenis Usaha (I) Jenis_usaha (J) Jenis_usaha Sig. Produksi Dagang.825 Jasa.637 Jasa Produksi.637 Dagang.213 Sumber : Hasil Perhitungan Statistik Kesimpulan : Sig Produksi _ Dagang 0,825 > 0,05 biaya perbulan yang signifikan antara sektor produksi dengan dagang Sig Produksi _ Jasa 0,637 > 0,05 biaya perbulan yang signifikan antara sektor produksi dengan jasa Sig Jasa_ Dagang 0,213 > 0,05 biaya perbulan yang signifikan antara sektor jasa dengan dagang. f. Perbandingan Komposisi Laba per Bulan Pada Sektor Produksi, Dagang dan Jasa Gambar 4.25 : Perbandingan Rata-rata Laba Perbulan Terhadap Jenis Usaha Dari tabel dan gambar di atas diketahui bahwa perbedaan laba rata rata antara sektor manufaktur dan dagang tidak jauh berbeda yaitu berbeda di kisaran kelompok 2 yaitu (1 5 juta ). Sektor jasa berada di titik yang berarti perbedaan rata - rata laba per bulan pada sektor ini terdapat pada kelompok satu yaitu di bawah satu juta (< 1 juta). Namun karena nilai sig > 0,05 maka terima Ho, kesimpulanya tidak terdapat perbedaan rata-rata laba perbulan yang signifikan antara sektor produksi, dagang dan jasa. Hal ini sesuai dengan penelitian yang berjudul analisa perbandingan posisi keuangan perusahaan publik pada sektor perdagangan, jasa dan investasi dimana dapat ditarik garis merah bahwa dari hasil penelitian keduanya dengan menggunakan analisis uji ANOVA, diketahui secara umum variabel keuangan yang terdiri dari harta, hutang, modal, pendapatan, beban dan laba pada masingmasing objek penelitian (perusahaan publik dan UMKM) memiliki persamaan dalam rata-ratanya.

11 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut : 1. Secara umum, jika dilihat dari kondisi keseluruhan tidak ada perbedaan antara UMKM sektor manufaktur, dagang dan jasa baik dari segi jenis kelamin pengelolanya, umur, pendidikan maupun profil usaha yang meliputi perijinan usaha, lamanya usaha, perkembangan, tenaga kerja maupun kendala-kendala yang dihadapi. Dari hasil penelitian juga disimpulkan sebenarnya UMKM bisa melakukan pencatatan akuntansi dengan baik dan benar hanya saja membutuhkan kedisiplinan waktu dalam arti pencatatan harus dilakukan secara rutin dan konsisten. 2. Gambaran umum komposisi laporan keuangan UMKM tidak bisa diperhitungkan secara akurat karena sebagian besar UMKM belum menerapkan pencatatan akuntansi dengan konsisten dan belum menggunakan metode yang benar namun untuk pencatatan persediaan telah dilakukan oleh sektor manufaktur dan dagang sedangkan jasa tidak melakukan pencatatan pesediaan dan lebih memfokuskan pada pelayanan. 3. Pada prakteknya UMKM yang sudah menerapkan pencatatan akuntansi berdasarkan jenis usaha yang dikelola yaitu manufaktur sebanyak 25%, dagang sebanyak 14% dan jasa sebanyak 6% dan itupun terjadi pada usaha yang sudah mempunyai tenaga ahli pembukuan. 4. Komposisi laporan keuangan secara umum yaitu harta, utang, modal, kewajiban, pendapatan, biaya dan laba ternyata tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara ketiga jenis usaha baik dari UMKM sektor manufaktur, dagang maupun jasa. Saran Ekonomi berbasis kerakyatan hendaknya benar benar dijalankan oleh pemerintah tidak hanya sebatas slogan kampanye. Karena pada prakteknya di lapangan banyak kendala kendala yang dihadapi para pengelola UMKM yang semestinya bisa diperkecil oleh pihak berwenang dalam hal ini pemerintah. Untuk instansi pendidikan juga bisa memberikan kontribusi yang besar dalam menghasilkan wirausahawanwirausahawan muda misalnya dengan memberikan seminar seminar menarik tentang kewirausahawan, membentuk kelompok kerja mahasiswa dalam hal kewirausahaan dan harus dipraktekan dimulai dari skala yang kecil dan perkembanganya dipantau misalnya satu tahun ajaran atau bisa juga dijadikan syarat kelulusan. Untuk UMKM sendiri disarankan untuk bergabung dengan asosiasi UMKM atau sejenisnya, karena di asosiasi tersebut UMKM akan dibimbing dan dibina untuk kemudian diarahkan untuk menjadi lebih baik DAFTAR PUSTAKA Arif, dan Wibowo Akuntansi Untuk Bisnis dan Usaha Kecil Menengah. Grasindo, Jakarta Hermawan, Asep Penelitian Bisnis Paradigma Kuantitatif. Grasindo, Jakarta. Hermawan, Sigit Akuntansi Perusahaan Manufaktur. Graha Ilmu, Yogyakarta

12 Kustituanto, dan Badrudin Statistika 1 (deskriptif). Gunadarma, Jakarta. Kuswandi Pencatatan Keuangan Usaha Dagang Untuk Orang Awam. Elex Media Komputindo, Jakarta. Machmud, Ali Pengantar Akuntansi 1. Gunadarma, Jakarta. Machmud, Ali Pengantar Akuntansi 2. Gunadarma, Jakarta. Prasetyo, Fery Dwi Analisis Faktor - faktor yang Mempengaruhi Pemilik Usaha Kecil Menengah Dalam Pelaporan Kewajiban Perpajakan di Daerah Jogjakarta. Fakultas Ekoomi Universitas Islam Indonesia, Jogjakarta. Sarwoko Statistik Inferensi Untuk Ekonomi dan Bisnis. ANDI, Yogyakarta. Setiarso, Bambang Stategi Pengelolaan Pengetahuan (Knowledge-Management) Untuk Meningkatkan Daya Saing UKM. Jakarta. Subagyo, Pangestu Statistik Deskriptif. BPFE, Yogyakarta. Simangunsong, AO Akuntansi Keuangan Intermediate. PT. Dharma Karsa Utama, Jakarta. Subiyakto, Haryono Statistika 2. Gunadarma, Jakarta Tim Peneliti dan Pengembangan Wahana Kompouter Pengolahan Data Statistik Dengan SPSS Salemba Infotek, Jakarta. Tunggal, Amin Akuntansi Perusahaan Kecil dan Menengah. Rineka Cipta, Jakarta Wardoyo, dan Prabowo, Hendro Kinerja Lembaga Keuangan Mikro Bagi Upaya Peguatan Usaha Mikro, Kecil dan Menenganh di Wilayah Jabotabek. Universitas Gunadarma, Depok Weharima, Aria Manfaat Akuntansi Pertanggungjawaban Sebagai Alat Bantu Bagi Manajemen Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Biaya Pemasaran. Fakultas Ekonomi Universitas Widyatama.

ANALISIS PENCATATAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN (PPh 21) PADA UMKM DI WILAYAH BEKASI

ANALISIS PENCATATAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN (PPh 21) PADA UMKM DI WILAYAH BEKASI ANALISIS PENCATATAN PEMBAYARAN PAJAK PENGHASILAN (PPh 21) PADA UMKM DI WILAYAH BEKASI Anna Maria Afriyani Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 2009 Abstrak Penulisan ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan ekonomi global yang semakin pesat menuntut perusahaan (negara maupun swasta) untuk bersaing sangat ketat baik terhadap perusahaan lain yang sejenis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bagian penting dalam kehidupan perekonomian suatu negara, sehingga merupakan harapan bangsa dan memberikan

Lebih terperinci

SURVEY KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGUSAHA UKM DI KOTAMADYA DEPOK

SURVEY KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGUSAHA UKM DI KOTAMADYA DEPOK EKONOMI DAN BISNIS VOL 14 NO 1 2015 : 1-6 1 SURVEY KEPATUHAN WAJIB PAJAK PENGUSAHA UKM DI KOTAMADYA DEPOK Ernita Siambaton, Riskon Ginting dan Syamsurizal Jurusan Adm Niaga Politeknik Negeri Jakarta Abstrak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2014, pada tahun lalu terdapat 55,2

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2014, pada tahun lalu terdapat 55,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Berdasarkan data Badan Pusat Statistik 2014, pada tahun lalu terdapat 55,2 juta usaha kecil-menengah. Seluruh usaha tersebut memberikan kontribusi dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Umum UMKM BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Definisi dan Penggolongan UMKM Terdapat beberapa definisi menengenai usaha mikro, kecil, dan menengah. Berikut definisi mengenai UMKM menurut beberapa

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PENCATATAN KEUANGAN OLEH PENGUSAHA MIKRO-KECIL DI KECAMATAN CIPUTAT

IMPLEMENTASI PENCATATAN KEUANGAN OLEH PENGUSAHA MIKRO-KECIL DI KECAMATAN CIPUTAT Jurnal Liquidity Vol. 2, No. 1, Januari-Juni 2013, hlm. 66-72 IMPLEMENTASI PENCATATAN KEUANGAN OLEH PENGUSAHA MIKRO-KECIL DI KECAMATAN CIPUTAT Ermalina STIE Ahmad Dahlan Jakarta Jl. Ciputat Raya No. 77

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde

BAB I PENDAHULUAN. banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan nasional yang tengah dilakukan bangsa Indonesia membutuhkan banyak sumber dana dalam membiayai berbagai pengeluaran negara. Pada era Orde Baru, dapat dikatakan

Lebih terperinci

LANDASAN TEORI Definisi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau usaha lain untuk tujuan memperoleh keuntungan. Definisi lain yait

LANDASAN TEORI Definisi adalah penanaman uang atau modal dalam suatu perusahaan atau usaha lain untuk tujuan memperoleh keuntungan. Definisi lain yait ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI PADA AKTIVITAS CAPITAL BUDGETING USAHA MIKRO KECIL dan MENENGAH (UMKM) di KOTA DEPOK Nurhayati Mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma, 009 ABSTRAK Tujuan dari penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya perubahan ekonomi di pasar global tidak begitu berpengaruh, karena

BAB I PENDAHULUAN. adanya perubahan ekonomi di pasar global tidak begitu berpengaruh, karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang UMKM merupakan jenis usaha yang mampu bersaing ditengah perubahan lingkungan bisnis yang semakin maju serta ditunjang dengan adanya pasar global yang mengharuskan

Lebih terperinci

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan

Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan Profil UMKM Sepatu dan Sandal di Kecamatan Medan Denaiˏ Kota Medan Safaruddin 1 1 Jurusan Adminstrasi Niagaˏ Politeknik Negeri Medanˏ Medan 20155 E-mail: safaruddin_60@yahoo.com ABSTRAK Peran penting keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kembang sejak sebelum berdirinya Negara ini. Hal ini patut kita banggakan.

BAB I PENDAHULUAN. kembang sejak sebelum berdirinya Negara ini. Hal ini patut kita banggakan. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah UKM dan sektor ekonomi kerakyatan informal lainnya yang sering pula disebut dengan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), telah bertumbuh kembang sejak sebelum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka

BAB I PENDAHULUAN. berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam pencapaian pembangunan nasional yang berkesinambungan dan berkelanjutan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat, maka perlu diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata.

BAB I PENDAHULUAN an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) demikian UKM tidak dapat dipandang sebelah mata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam sejarah perekonomian indonesia, terutama pada era akhir 1990-an dimana terjadi krisis ekonomi. UKM (Usaha Kecil dan Menengah) pernah berperan sebagai penyelamat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha saat ini

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perkembangan perekonomian nasional yang dihadapi dunia usaha saat ini sangat cepat dan dinamis, tak terkecuali bagi Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di dalam perekonomian, bidang keuangan merupakan bidang yang sangat penting dalam suatu perusahaan. Banyak perusahaan yang berskala besar atau kecil, baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari perspektif dunia, diakui bahwa usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memainkan suatu peran yang sangat vital di dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Tidak

Lebih terperinci

AKUNTANSI & LINGKUNGANNYA. Dasar Akuntansi 1

AKUNTANSI & LINGKUNGANNYA. Dasar Akuntansi 1 AKUNTANSI & LINGKUNGANNYA Dasar Akuntansi 1 1 Definisi Akuntansi; Dari sudut Pemakai: Suatu disiplin yang menyediakan informasi yang diperlukan untuk melaksanakan kegiatan secara efisien dan mengevaluasi

Lebih terperinci

Laporan Keuangan: Neraca

Laporan Keuangan: Neraca Laporan Keuangan: Neraca MATERI 1. Sifat dan kegunaan laporan keuangan 2. Jenis Laporan Keuangan 3. Isi dan Elemen Laporan Keuangan, Khusus untuk Neraca 4. Catatan Atas Laporan Keuangan 5. Keterbatasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang terus mengupayakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang terus mengupayakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai salah satu negara berkembang yang terus mengupayakan pembangunan nasional disegala sektor. Upaya pembangunan tersebut didanai dari penerimaan

Lebih terperinci

Boks 1 DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI RIAU. I. Latar Belakang. Profil Responden

Boks 1 DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI RIAU. I. Latar Belakang. Profil Responden Boks 1 DAMPAK KRISIS KEUANGAN GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI RIAU I. Latar Belakang Peranan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam menyokong pertumbuhan ekonomi nasional dewasa ini semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai

BAB I PENDAHULUAN. 97% tenaga kerja Indonesia, terutama dalam mikro ekonomi yang mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Kecil dan Menengah (UKM) adalah tulang punggung perekonomian Indonesia yang memiliki peranan besar dalam meningkatkan pertumbuhan perekonomian Indonesia

Lebih terperinci

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA BAB II PERAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL A. STRUKTUR PEREKONOMIAN INDONESIA Ekonomi rakyat merupakan kelompok pelaku ekonomi terbesar dalam perekonomian Indonesia dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat. Karena pajak mempunyai fungsi sebagai budgetair yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang penting selain penerimaan bukan pajak. Pembayaran pajak sangat penting bagi negara untuk pelaksanaan

Lebih terperinci

Ayu Mulyaningsih. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Abstrak

Ayu Mulyaningsih. Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Gunadarma Abstrak ANALISIS PENGARUH JUMLAH SAHAM BEREDAR, ARUS KAS, DAN RASIO PROFITABILITAS TERHADAP LIKUIDITAS SAHAM PADA PERUSAHAAN OTOMOTIF YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Ayu Mulyaningsih Jurusan Akuntansi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Struktur modal secara umum didefinisikan sebagai perbandingan antara ekuitas (pendanaan modal yang dimiliki perusahaan) dengan kewajiban (pendanaan dengan

Lebih terperinci

BAB 1 BISNIS DAN LAPORAN KEUANGAN FINANCIAL MANAGEMENT CANVAS

BAB 1 BISNIS DAN LAPORAN KEUANGAN FINANCIAL MANAGEMENT CANVAS BAB 1 BISNIS DAN LAPORAN KEUANGAN FINANCIAL MANAGEMENT CANVAS i FINANCIAL MANAGEMENT CANVAS Sanksi Pelanggaran Pasal 113 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta (1) Setiap Orang yang dengan

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Melihat situasi politik ekonomi yang terjadi saat ini, perkembangan perusahaan banyak mengalami hambatan. Keadaan ini mengharuskan pimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang. mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha kecil merupakan bagian dari dunia usaha nasional yang mempunyai kedudukan, potensi dan peranan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pembangunan nasional.

Lebih terperinci

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun.

96% responden telah beroperasi antara 4 tahun hingga lebih dari 10 tahun, hanya 4% yang baru beroperasi selama 1-3 tahun. BOKS 1 HASIL QUICK SURVEY DAMPAK KRISIS EKONOMI GLOBAL TERHADAP KINERJA UMKM DI PROVINSI BENGKULU Krisis keuangan global yang dipicu oleh krisis subprime mortgage di Amerika Serikat memberikan dampak negatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membayar pengeluaran umum (Siti, 2011: 1). pendanaan APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dimana

BAB I PENDAHULUAN. membayar pengeluaran umum (Siti, 2011: 1). pendanaan APBN (Anggaran Penerimaan dan Belanja Negara) dimana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal balik (konstraprestasi) yang

Lebih terperinci

MEY N.NAWAITU 1, ZULKIFLI BOOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo

MEY N.NAWAITU 1, ZULKIFLI BOOKIU 2, USMAN 3 Jurusan Akuntansi Universitas Negeri Gorontalo 1 2 PEMAHAMAN WAJIB PAJAK ATAS PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 46 TAHUN 2013 TENTANG PAJAK PENGHASILAN ATAS PENGHASILAN DARI USAHA YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH WAJIB PAJAK YANG MEMILIKI PEREDARAN

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. Sebuah sistem informasi merupakan suatu kumpulan. atau seperangkat komponen yang berhubungan dan mendukung

BAB III LANDASAN TEORI. Sebuah sistem informasi merupakan suatu kumpulan. atau seperangkat komponen yang berhubungan dan mendukung BAB III LANDASAN TEORI III.1. Sistem Informasi Sebuah sistem informasi merupakan suatu kumpulan atau seperangkat komponen yang berhubungan dan mendukung dengan fungsi mengumpulkan,memproses, menyimpan

Lebih terperinci

Kewirausahaan. Mengelola Keuangan. Pamungkas Kurnianto S.S.T., M.A., M.Sc. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

Kewirausahaan. Mengelola Keuangan. Pamungkas Kurnianto S.S.T., M.A., M.Sc. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi Modul ke: 10 Taufan Fakultas Ilmu Komunikasi Kewirausahaan Mengelola Keuangan Pamungkas Kurnianto S.S.T., M.A., M.Sc. Program Studi Hubungan Masyarakat dan Penyiaran http://www.mercubuana.ac.id PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kinerja perusahaan merupakan kata yang umum untuk menggambarkan

BAB II TELAAH PUSTAKA. Kinerja perusahaan merupakan kata yang umum untuk menggambarkan BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1. Pengertian kinerja keuangan Perusahaan Kinerja perusahaan merupakan kata yang umum untuk menggambarkan keberhasilan atau kesuksesan suatu perusahaan. Kinerja yang baik menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. dan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dewasa ini, semua perusahaan bersaing ketat untuk memperoleh keuntungan dan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan atau kepada pihak-pihak yang berkepentingan diluar

BAB I PENDAHULUAN. pengguna laporan keuangan atau kepada pihak-pihak yang berkepentingan diluar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Para pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Para pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Para pemakai laporan keuangan dapat mengevaluasi kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (dan setara kas) dengan lebih baik jika mereka mendapatkan informasi yang

Lebih terperinci

PENGUNGKAPAN PELAPORAN KEUANGAN SEGMEN DAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM PT MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL, Tbk.

PENGUNGKAPAN PELAPORAN KEUANGAN SEGMEN DAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM PT MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL, Tbk. PENGUNGKAPAN PELAPORAN KEUANGAN SEGMEN DAN LAPORAN KEUANGAN INTERIM PT MILLENIUM PHARMACON INTERNATIONAL, Tbk. Margareta Heti email : nicka.margareth@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses penilaian terhadap perusahaan tertutup membutuhkan identifikasi atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Proses penilaian terhadap perusahaan tertutup membutuhkan identifikasi atas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Proses penilaian terhadap perusahaan tertutup membutuhkan identifikasi atas ciri spesifik pada perusahaan karena keterbatasan data pembanding yang umumnya tidak terlalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bandung dalam ajang Indonesia Tourism Award sebagai kota tujuan wisata

BAB I PENDAHULUAN. Bandung dalam ajang Indonesia Tourism Award sebagai kota tujuan wisata BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Bandung merupakan salah satu tempat yang menjadi tujuan pariwisata favorit di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan penghargaan yang diterima oleh kota Bandung

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Laporan keuangan merupakan hasil akhir suatu proses kegiatan pencatatan akuntansi yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi-transaksi keuangan

Lebih terperinci

Hasil Survei Pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD)

Hasil Survei Pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) Hasil Survei Pembentukan Perusahaan Penjaminan Kredit Daerah (PPKD) Pendahuluan Deskriptif Survei Pendanaan UMKM Agenda Persiapan Pembentukan PPKD Pemahaman Mengenai Regulasi terkait PPKD Pemahaman Mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perusahaan saat ini semakin pesat. Era saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan perusahaan saat ini semakin pesat. Era saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perusahaan saat ini semakin pesat. Era saat ini mendorong banyak perusahaan untuk semakin memperluas usahanya dengan meraih pangsa pasar. Perusahaan didirikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berskala kecil, menengah, dan besar yang diharapkan untuk bisa maju

BAB I PENDAHULUAN. baik yang berskala kecil, menengah, dan besar yang diharapkan untuk bisa maju BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam dunia usaha di Indonesia, banyak berdiri bentuk-bentuk usaha baik yang berskala kecil, menengah, dan besar yang diharapkan untuk bisa maju dan bertahan dalam menjalankan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak krisis moneter yang terjadi pada pertengahan tahun 1997 dan telah berkembang menjadi krisis ekonomi dan multidimensi, pertumbuhan ekonomi nasional relatif masih

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang dalam berbagai aspek baik ekonomi, sosial, dan politik. Salah satu tonggak yang kuat dalam pembangunan ekonomi di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. keamanan dan ketertiban negara. Upaya untuk memenuhi pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia sebagai negara berkembang yang tidak henti-hentinya melakukan pembangunan di segala bidang bertujuan untuk memajukan kesejahteraan masyarakat, seperti

Lebih terperinci

ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PADA UD. SUMBER MAKIAH LOKTABAT BANJARBARU

ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PADA UD. SUMBER MAKIAH LOKTABAT BANJARBARU ANALISIS SISTEM DAN PROSEDUR PENGENDALIAN INTERN PENERIMAAN KAS PADA UD. SUMBER MAKIAH LOKTABAT BANJARBARU Yudi Rahman Dosen Tetap STIE Pancasetia Banjarmasin ABSTRAK Sistem dan prosedur pengendalian merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Negara-negara di ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. bersaing dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Negara-negara di ASEAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Awal tahun 2016, Indonesia sebagai salah satu anggota ASEAN sudah memperbaiki pola pikir dalam menciptakan produk unggulan yang mampu bersaing dalam Masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang memiliki pembangunan perekonomian nasional yang bertujuan untuk mewujudkan kedaulatan politik dan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemberdayaan Usaha Mikro (UM) menjadi sangat strategis, karena potensinya yang besar dalam menggerakkan kegiatan ekonomi masyarakat, dan sekaligus menjadi tumpuan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri. Sumbangan sektor industri pengolahan (migas dan non-migas) memberikan kontribusi

Lebih terperinci

BAB VI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM)

BAB VI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) BAB VI USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) TANTANGAN PEREKONOMIAN NASIONAL INTERNAL EKSTERNAL Yaitu, masalah-masalah yang muncul dari dalam negeri (faktor domestik), antara lain : krisis multidimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembangunan. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur sebagaimana yang tercantum dalam Pembukaan UUD 1945. Upaya untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah mengandalkan berbagai pemasukan negara sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang notabenenya masih tergolong sebagai negara berkembang tentunya masih berupaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya melalui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui,

BAB 1 PENDAHULUAN. yang didukung oleh sanksi-sanksi untuk setiap ketidakpatuhan (Belkaoui, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Standar akuntansi merupakan masalah penting dalam profesi dan semua pemakai laporan keuangan. Oleh karena itu, mekanisme penyusunan standar akuntansi harus

Lebih terperinci

BAB 4. AKTIVITAS KETIGA

BAB 4. AKTIVITAS KETIGA BAB 4. AKTIVITAS KETIGA Capaian yang diharapkan setelah membaca bab aktivitas ketiga dalam materi Laporan Keuangan (Financial Statement) adalah stakeholder mampu: 1. Memahami tujuan laporan keuangan (Financial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Usaha kecil mampu menyerap 88%

Lebih terperinci

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS DAN RASIO AKTIVITAS TERHADAP LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ABSTRAK

PENGARUH RASIO LIKUIDITAS DAN RASIO AKTIVITAS TERHADAP LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ABSTRAK PENGARUH RASIO LIKUIDITAS DAN RASIO AKTIVITAS TERHADAP LABA PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA Shela Stefanie 1, Drs. Edison Sagala, SE, MS 2, Alfonsius, SE, MSi 3 1 Alumni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan disegala bidang harus terus dilakukan oleh pemerintah untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Untuk melaksanakan pembangunan, pemerintah tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, perusahaan tidak hanya diharapkan sebagai institusi pencipta kekayaan, namun diharapkan dapat menambah kekayaan tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Telah lebih dari satu dekade krisis ekonomi melanda Indonesia, keterpurukan

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Telah lebih dari satu dekade krisis ekonomi melanda Indonesia, keterpurukan Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Telah lebih dari satu dekade krisis ekonomi melanda Indonesia, keterpurukan ekonomi mengakibatkan banyaknya perusahaan yang mengalami kebangkrutan,

Lebih terperinci

MAKALAH KEGIATAN PPM. Meningkatkan Akses Permodalan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui Penyusunan Laporan Keuangan

MAKALAH KEGIATAN PPM. Meningkatkan Akses Permodalan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui Penyusunan Laporan Keuangan MAKALAH KEGIATAN PPM Meningkatkan Akses Permodalan Bagi Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Melalui Penyusunan Laporan Keuangan Oleh: Muniya Alteza, M.Si 1 Disampaikan pada Pelatihan Manajemen Keuangan

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN PADA PT. PALEM BAJA PALEMBANG

ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN PADA PT. PALEM BAJA PALEMBANG ANALISIS PERBANDINGAN LAPORAN KEUANGAN TAHUN PADA PT. PALEM BAJA PALEMBANG Abdullah Aziz Dina Oktaviana Jurusan Akuntansi POLITEKNIK PALCOMTECH PALEMBANG Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI

EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI EFEKTIVITAS PAJAK RESTORAN UNTUK MENINGKATKAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) PADA PEMERINTAH DAERAH KOTA KEDIRI Oleh: Muhammad Alfa Niam Dosen Akuntansi, Universitas Islam Kadiri,Kediri Email: alfa_niam69@yahoo.com

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Analisis Kondisi dan Kinerja Keuangan. YANANTO MIHADI PUTRA, S.E., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Manajemen Keuangan. Analisis Kondisi dan Kinerja Keuangan. YANANTO MIHADI PUTRA, S.E., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Manajemen Keuangan Modul ke: Analisis Kondisi dan Kinerja Keuangan Fakultas Ekonomi dan Bisnis YANANTO MIHADI PUTRA, S.E., M.Si. Program Studi Akuntansi www.mercubuana.ac.id Abstrak Pengertian dan pentingnya

Lebih terperinci

melakukan penelitian yang sejenis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per September 2007 (PSAK, Kerangka

melakukan penelitian yang sejenis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Standar Akuntansi Keuangan (SAK) per September 2007 (PSAK, Kerangka 4. bagi peneliti selanjutnya, dapat digunakan sebagai bahan referensi untuk melakukan penelitian yang sejenis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kriteria Usaha. Kriteria No Uraian. > 300 Juta-2,5 Milyar 3

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Kriteria Usaha. Kriteria No Uraian. > 300 Juta-2,5 Milyar 3 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam perekonomian indonesia Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan kelompok usaha yang memiliki jumlah paling besar. Selain itu kelompok ini terbukti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari BAB II LANDASAN TEORI II.1 Rerangka Teori dan Literatur II.1.1. Pengertian Entitas Suatu unit usaha atau kesatuan akuntansi, dengan aktifitas atau kegiatan ekonomi dari unit tersebut sebagai fokusnya.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Perkembangan dunia usaha di Indonesia tidak terlepas dari peranan pemerintah yang memberikan kesempatan terutama terhadap perusahaanperusahan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha di Indonesia saat ini sudah semakin pesat. Namun, hal

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha di Indonesia saat ini sudah semakin pesat. Namun, hal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan usaha di Indonesia saat ini sudah semakin pesat. Namun, hal tersebut bertentangan dengan semakin sulitnya memperoleh pekerjaan sesuai dengan bidang yang

Lebih terperinci

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat

RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Resona Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat Vol. 1, No. 1 (2017) 46-51 Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammadiyah Palopo RESONA Jurnal Ilmiah Pengabdian Masyarakat http://journal.stiem.ac.id/index.php/resona/index

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang Rupiah terhadap mata uang asing,

Lebih terperinci

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu (2011), UKM

ADLN-PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu (2011), UKM BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang semula dipandang sebelah mata akhirnya terbukti saat krisis global yang terjadi beberapa waktu lalu (2011), UKM hadir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal. Pembangunan ekonomi diharapkan dapat meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi dalam suatu negara sangat penting, karena pembangunan ekonomi bertujuan untuk mewujudkan ekonomi yang handal dan mandiri. Pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator

I. PENDAHULUAN. Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan perekonomian suatu negara dapat diukur melalui berbagai indikator ekonomi antara lain dengan mengetahui pendapatan nasional, pendapatan per kapita, tingkat

Lebih terperinci

Foundation of Financial Statement. Pertemuan 1, 2 dan 3

Foundation of Financial Statement. Pertemuan 1, 2 dan 3 Foundation of Financial Statement Pertemuan 1, 2 dan 3 INTERMEDIATE ACCOUNTING - I Tujuan Instruksional Umum: Setelah mengikuti mata kuliah ini mahasiswa mampu mencatat, menyajikan setiap perkiraan nominal

Lebih terperinci

LN menerima pembayaran untuk impor kita (-M), dan membelanjakan uangnya untuk membeli barang ekspor kita (X).

LN menerima pembayaran untuk impor kita (-M), dan membelanjakan uangnya untuk membeli barang ekspor kita (X). RTK menerima Pendapatan yang tersedia (Yd), dan membelanjakan penghasilannya untuk konsumsi (C). Bagian Yd yang tidak dibelanjakan untuk C disebut S: Yd = C + S RTP menerima: Dana Penyusutan + Cadangan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB II BAHAN RUJUKAN 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Salah satu fungsi akuntansi adalah mencatat transaksi-transaksi yang terjadi serta pengaruhnya terhadap aktiva, utang modal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk

BAB I PENDAHULUAN. Akuntanbilitas publik merupakan kewajiban pihak pemegang amanah (agent) untuk 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Dalam perkembangan sektor publik di Indonesia sekarang ini adalah semakin menguatnya tuntunan masyarakat kepada para penyelenggara pemerintahan. Salah satu yang menjadi

Lebih terperinci

Laba bersih = laba kotor beban usaha

Laba bersih = laba kotor beban usaha Membuat Laporan Keuangan Menurut Kamus Besar Akuntansi, laporan-laporan keuangan (financial statements) adalah laporan-laporan yang berisi informasi tentang kondisi keuangan dari hasil operasi perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara Umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT.INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk SEMINAR PENULISAN ILMIAH

ANALISIS LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT.INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk SEMINAR PENULISAN ILMIAH ANALISIS LAPORAN ARUS KAS UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PADA PT.INDOCEMENT TUNGGAL PRAKARSA, Tbk SEMINAR PENULISAN ILMIAH Diajukan Guna Melengkapi Syarat Syarat Untuk Mencapai Gelar Setara Sarjana Muda

Lebih terperinci

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **)

PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **) PERAN SERTA BANK INDONESIA DALAM PENGEMBANGAN USAHA MIKRO, KECIL DAN MENENGAH (UMKM) *) Oleh : Andang Setyobudi, SE **) I. PENDAHULUAN Membangun ekonomi Indonesia tidak bisa dilepaskan dari peranan Pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan salah satu sumber pendanaan bagi negara dalam menjalankan peran pemerintahan. Pajak menjadi pemegang andil terbesar dalam pembangunan di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana

BAB I PENDAHULUAN. berkembang, pemerintah memerlukan dana yang tidak sedikit, dimana dana BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang sedang berkembang baik dari segi pendidikan, infrastruktur, perekonomian, dan sebagainya. Untuk dapat terus berkembang,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran

BAB I PENDAHULUAN. sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) merupakan bidang yang sangat strategis dan berperan besar terhadap perekonomian Indonesia. Peran UMKM dalam perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat. negeri. Untuk menopang perekonomian suatu negara, UMKM memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat. negeri. Untuk menopang perekonomian suatu negara, UMKM memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Jumlah UMKM (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) yang terus meningkat setiap tahun merupakan sinyal positif untuk memperkuat perekonomian dalam negeri. Untuk menopang

Lebih terperinci

Bisma, Vol 1, No. 11, Maret 2017 KINERJA KEUANGAN PADA KANTOR PUSAT CREDIT UNION KELING KUMANG BERDASARKAN RASIO SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS

Bisma, Vol 1, No. 11, Maret 2017 KINERJA KEUANGAN PADA KANTOR PUSAT CREDIT UNION KELING KUMANG BERDASARKAN RASIO SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS KINERJA KEUANGAN PADA KANTOR PUSAT CREDIT UNION KELING KUMANG BERDASARKAN RASIO SOLVABILITAS DAN PROFITABILITAS ABSTRAKSI Anyap kk.anyap@yahoo.com Program Studi Manajemen STIE Widya Dharma Pontianak Credit

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu menumbuhkan dan mengembangkan

BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. tetapi memiliki tujuan yang sama yaitu menumbuhkan dan mengembangkan BAB I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada 1997-1998 Indonesia dilanda krisis moneter yang menyebabkan jatuhnya perekonomian secara makro. Banyak perusahaan besar yang merupakan jantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4).

BAB I PENDAHULUAN. dibandingkan usaha yang tergolong besar (Wahyu Tri Nugroho,2009:4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertengahan tahun 1997 terjadi krisis ekonomi yang menyebabkan perekonomian Indonesia terpuruk. Fenomena yang menggambarkan hal ini yaitu tingginya tingkat inflasi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran Usaha Mikro Kecil Menengah atau yang lebih dikenal dengan (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika krisis ekonomi terjadi di

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wirausaha memiliki peran penting dalam perkembangan ekonomi suatu negara, salah satu contohnya adalah negara adidaya Amerika. Penyumbang terbesar perekonomian Amerika

Lebih terperinci

Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal usaha yaitu aktiva yang menpunyai umur ekonomis lebih da

Salah satu bentuk investasi tersebut adalah aktiva tetap yang digunakan dalam kegiatan normal usaha yaitu aktiva yang menpunyai umur ekonomis lebih da PENGARUH EVALUASI PENILAIAN AKTIVA TETAP PADA ALOKASI PENGHASILAN UKM LINTANG DAMARINGATI (Mahasiswi Universitas Gunadarma 20208740) Abstraksi Metode penyusutan (depresiasi) merupakan suatu metode yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari

BAB 1 PENDAHULUAN. negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap negara memiliki sumber penerimaan sendiri begitu juga dengan negara Indonesia. Penerimaan negara Indonesia berasal dari penerimaan dari pajak, penerimaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan kecil menengah adalah sebuah entitas yang memiliki skala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perusahaan kecil menengah adalah sebuah entitas yang memiliki skala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan kecil menengah adalah sebuah entitas yang memiliki skala kecil. Perusahaan kecil menengah ini memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp. 200.000.000,-

Lebih terperinci

IndustriKecil danmenengah. T.M.Zakir Machmud Diklat Ekonomi Industri 2 Dep.Perindustrian dan LPEM FEUI April 2009

IndustriKecil danmenengah. T.M.Zakir Machmud Diklat Ekonomi Industri 2 Dep.Perindustrian dan LPEM FEUI April 2009 IndustriKecil danmenengah T.M.Zakir Machmud Diklat Ekonomi Industri 2 Dep.Perindustrian dan LPEM FEUI April 2009 Eksistensi dan peran IKM yang pada tahun 2006 mencapai 48,93 juta unit usaha, dan merupakan

Lebih terperinci

Analisis Isu-Isu Strategis

Analisis Isu-Isu Strategis Analisis Isu-Isu Strategis Permasalahan Pembangunan Permasalahan yang ada pada saat ini dan permasalahan yang diperkirakan terjadi 5 (lima) tahun ke depan yang dihadapi Pemerintah Kabupaten Bangkalan perlu

Lebih terperinci