FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI"

Transkripsi

1 TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI FIRDAWSYI NUZULA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

2 TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI FIRDAWSYI NUZULA NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii

3 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana FIRDAWSYI NUZULA NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 iii

4 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 12 Juni 2015 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro,PA(K) NIP Ni Putu Widarini,SKM.,MPH NIP Ketua Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Program Pascasarjana Universitas Udayana Mengetahui Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana Prof. dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH NIP Prof. Dr. dr.a.a. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP iv

5 Tesis ini Telah Diuji pada Tanggal 12 Juni 2015 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No: 1748/UN 14.4 HK/2015, Tanggal 12 Juni 2015 Ketua : Prof.Dr.dr.Mangku Karmaya, M.Repro, PA(K ) Anggota : 1. Ni Putu Widarini, SKM.,MPH 2. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, MSc, SP.And 3. Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si 4. dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App.Bsc, Ph.D v

6 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Nama : Firdawsyi Nuzula NIM : Program Studi Judul Tesis : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat : Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Implant Pada Wanita Pasangan Usia Subur Di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan di Universitas Udayana dan peraturan perundangundangan lain yang berlaku. Denpasar, Juni 2015 Firdawsyi Nuzula vi

7 UCAPAN TERIMA KASIH Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas kebesarannya penulis dapat menyelesaikan tesis yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Implant pada Wanita PUS di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi dengan tepat waktu. Tesis ini disusun sebagai salah satu persyaratan dalam menempuh Program Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH sebagai Ketua Program Studi Magister Imu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana atas bimbingan dan dukungan selama proses pembelajaran. Ucapan terima kasih yang mendalam juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro.,PA(K) dan Ni Putu Widarini,SKM.,MPH sebagai pembimbing tesis atas segala perhatian dan kesabarannya memberikan bimbingan dan saran kepada penulis, serta dr. I Wayan Gede Artawan Eka Putra, M.Epid atas kesabarannya dalam mengajarkan penulis tentang statistik dari ketidaktahuan menjadi paham dan mampu. Ucapan yang sama ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. (KEMD) atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan Program Pascasarjana di Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S(K) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sebagai mahasiswa vii

8 Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat di Universitas Udayana. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada seluruh dosen dan staf karyawan Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat atas bimbingan dan dukungannya selama menempuh pendidikan. Terima kasih yang sebesar-besarnya juga penulis sampaikan kepada para penguji tesis ini, yaitu Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, MSc, SP.And, Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App,Bsc,PHD yang telah memberikan saran dan kritiknya terhadap tesis ini. Penulis juga sampaikan banyak terima kasih kepada Bakesbangpol dan BPPKB Kabupaten Banyuwangi, Desa Tegalsari, Desa Karangdoro dan Desa Karangmulyo yang telah memberi ijin kepada penulis untuk melakukan penelitian. Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada PLKB desa yang dengan sabar membantu penulis dalam melaksanakan penelitian serta para responden atas waktu dan kerjasamanya untuk berpartisipasi dalam penelitian. Penulis sampaikan terima kasih sedalam-dalamnya kepada ayahanda tercinta atas motivasi yang selalu menjadikan semangat buat penulis untuk menyelesaikan tesis, suamiku yang dengan sabar memberikan dukungan serta doa disetiap keluh kesahku, keluarga besarku atas setiap doa yang selalu dipanjatkan untuk kelancaran selama proses belajar hingga tesis dan teman-teman MIKM Angkatan V atas bantuan, dukungan serta kebersamaan selama ini. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu memberkati kita semua. Penulis viii

9 ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI Penurunan angka kesuburan total terjadi secara global namun sangat lambat oleh karena rendahnya penggunaan kontrasepsi jangka panjang. Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) implant lebih efektif dalam mengendalikan jumlah penduduk dengan cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur (PUS) di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. Penelitian ini menggunakan rancangan cross-sectional analitik dan jumlah sampel 198 wanita PUS yang diseleksi dengan multistage random sampling. Variabel yang dianalisis adalah karakteristik wanita PUS, nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami yang dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner terstruktur mulai Maret 2015 hingga April Analisis data dilakukan secara univariat, bivariat dengan menggunakan uji chi square dan multivariat dengan regresi logistik. Ditemukan besar pemakaian implant pada wanita PUS di Kecamatan Tegalsari adalah 21,21%. Variabel yang mempunyai hubungan bermakna secara statistik pada pemakaian implant adalah pengetahuan tentang implant (OR=20,4; 95% CI= 4,8-180), informasi dari petugas kesehatan (OR=6,6; 95% CI= 2,7-18,7), role model (OR=5,3; 95% CI= 2,4-12,3) dan nilai budaya (OR=2,9; 95% CI= 1,3-7,4 ). Sebesar 34% kemungkinan pemakaian implant berhubungan dengan variabel nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model dan informasi dari petugas kesehatan. Faktor yang mempunyai hubungan paling besar adalah pengetahuan tentang implant yang baik. Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada wanita PUS di Kecamatan Tegalsari yang memakai implant mempunyai hubungan dengan adanya nilai budaya yang mendukung, adanya pengetahuan yang baik tentang implant, ada role model yang memakai implant serta adanya informasi dari petugas kesehatan. Upaya untuk memudahkan pemberian informasi pada wanita PUS dengan melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama yang dianggap sebagai panutan serta untuk menghindari terjadinya pemahaman yang keliru tentang nilai KB menurut keyakinan yang dianut. Kata kunci: wanita PUS, pemakaian implant, banyuwangi, role model ix

10 ABSTRACT RELATED FACTORS TO IMPLANT CONTRACEPTION USE AMONG WOMEN IN REPRODUCTIVE AGE IN TEGALSARI DISTRICT of BANYUWANGI Total fertility rate has declined globally but running very slowly, it is occurred because of the low use of long-term contraception. Long Term implant cotraception method is more effective to control the population by preventing unwanted pregnancy. The aim of this study is to determine the factors related to the using of implants contraception method among women in reproductive age at Tegalsari district of Banyuwangi. This study used a cross-sectional analytic and number of sample is 198 women in reproductive age (PUS) which selected by multistage random sampling. This study used a cross-sectional analytic and number of sample is 198 women in reproductive age (PUS) which selected by multistage random sampling. Data analysis was done by using univariate, bivariate with chi square test and multivariate logistic regression. It can be assumed that the percentage of implant use in women of reproductive age (PUS) at Tegalsari distric was 21,21%. variables that have a statistically significant correlation to the use of implants are implant knowledge (OR=20.4; 95% CI=4.8 to 180), information from health workers (OR=6.6; 95% CI= ), role model (OR=5.3; 95% CI=2.4 to 12.3) and cultural values (OR=2.9; 95% CI=1.3 to 7.4). 34% possibility of implant use relates to some variables, they are cultural values, implants knowledge, role model and information from health workers. Most related factors for implants use is good knowledge about implants. The factors related to implant use in women of reproductive age (PUS) at Tegalsari District have correlation with supported cultural values, good knowledge of the implant, role model who use implant and also the information from health workers. Some Efforts to facilitate the provision of information for women in reproductive age (PUS) are done by involving community leaders and religious leaders are regarded as role model and to avoid a missperception about family planning based on their religion. Keywords: women of reproductive age, implant use, Banyuwangi, role model x

11 DAFTAR ISI SAMPUL DALAM... PRASYARAKT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PENETAPAN PANITIA PENGUJI... PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG... DAFTAR LAMPIRAN... Halaman ii iii iv v vi vii viii ix x xv xvi xvii xviii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Rumusan masalah Tujuan penelitian Tujuan umum Tujuan khusus Manfaat penelitian Manfaat teoritis Manfaat praktis... 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi pemakaian implant di indonesia Metode kontrasepsi jangka panjang implant xi

12 2.3 Faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant Umur ibu Pendidikan Pekerjaan Paritas Jumlah penghasilan keluarga Nilai budaya Pengetahuan Persepsi manfaat Role model Ketersediaan alat kontrasepsi Akses ke tempat fasilitas pelayanan Informasi dari petugas kesehatan dukungan suami Dukungan tokoh masyarakat atau tokoh agama Teori perilaku Teori lawrence green Teori social learning BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka berpikir Konsep penelitian Hipotesis penelitian BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian Lokasi dan waktu penelitian Penentuan sumber data Populasi penelitian Kriteria inklusi dan eksklusi xii

13 4.3.3 Sampel penelitian Teknik pengambilan sampel Variabel penelitian Variabel penelitian Definisi operasional Instrumen penelitian Pengumpulan data Jenis data yang dikumpulkan Cara pengumpulan data Pengolahan data Teknik analisis data Analisis univariat Analisis bivariat Analisis multivariat Etika penelitian BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran umum lokasi penelitian Karakteristik responden Pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami Hubungan antara karakteristik responden dengan pemakaian implant Hubungan antara nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami Hasil analisis multivariat BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur xiii

14 6.2 Karakteristik wanita pasangan usia subur akseptor implant Nilai budaya dan pemakaian implant Pengetahuan tentang implant dan pemakaian implant Role model dan pemakaian implant Akses ke fasilitas kesehatan dan pemakaian implant Informasi dari petugas kesehatan dan pemakaian implant Dukungan suami dan pemakaian implant Keterbatasan penelitian BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN LAMPIRAN xiv

15 DAFTAR GAMBAR Halaman 3.1 Konsep penelitian Rancangan penelitian cross sectional xv

16 DAFTAR TABEL Halaman 4.1 Definisi operasional Distribusi frekuensi karakteristik responden di kecamatan tegalsari kabupaten banyuwangi Distribusi frekuensi pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan, dan dukungan suami di kecamatan tegalsari kabupaten banyuwangi Hubungan antara karakteristik responden dengan pemakaian implant Hubungan antara nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami di kecamatan tegalsari kabupaten banyuwangi Hasil analisis multivariat variabel, nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, dan informasi dari petugas kesehatan di kecamatantegalsari kabupaten banyuwangi xvi

17 DAFTAR SINGKATAN AKBK BKKBN BP2KB CI CPR HBM IUD KB KIE MKJP MOU NKKBS OR PPB PPM PUS Puslitbangkes PR RPJM SOR TFR : Alat Kontrasepsi Bawah Kulit : Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional : Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana : Confidence Interval : Contraceptive Prevalence Rate : Health Belief Model : Intra Uterine Device : Keluarga Berencana : Komunikasi Informasi Edukasi : Metode Kontrasepsi Jangka Panjang : Memorandum of Understanding : Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera : Odds Ratio : Perserikatan Bangsa-Bangsa : Perkiraan Permintaan Masyarakat : Pasangan Usia Subur : Pusat Penelitian dan Perkembangan Kesehatan : Prevalence Ratio : Rencana Pembangunan Jangka Menengah : Stimulus Organisme Respon : Total Fertility Rate xvii

18 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Lampiran 2. Lampiran 3. Lampiran 4. Lampiran 5. Lampiran 6. Lampiran 7. Lampiran 8. Lampiran 9. Penjelasan kepada calon responden tentang penelitian yang akan dilakukan Formulir persetujuan Kuesioner karakteristik wanita pasangan usia subur Hasil analisis dengan stata Surat ijin penelitian kepada bakesbangpol kabupaten banyuwangi Surat permohonan ethical clearance kepada komisi etik penelitian RSUP sanglah Surat rekomendasi penelitan dari badan kesatuan bangsa dan politik kabupaten banyuwangi Surat rekomendasi persetujuan etik dari RSUP sanglah Surat ijin telah melakukan penelitian di kecamatan tegalsari xviii

19 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengumumkan bahwa total populasi dunia pada tahun 2013 mencapai 7,2 milyar dan akan mencapai 9,2 milyar pada tahun 2050 (UNFPA, 2014). Indonesia menempati urutan kelima dengan jumlah penduduk terbesar di dunia. Diperkirakan setiap hari terlahir sepuluh ribu bayi, dengan kata lain penduduk Indonesia bertambah sekitar 3,5 juta jiwa setiap tahunnya. Pada masa reformasi program KB mengalami stagnasi selama kurun waktu 10 tahun terakhir pemerintah belum mampu menurunkan total fertility rate (TFR) yang mencapai 2,6. Angka ini masih jauh dari target yaitu sebesar 2,1. Laju pertumbuhan yang sangat pesat ini akan menjadi masalah bagi pembangunan bangsa Indonesia kedepannya (BKKBN, 2012). Angka kesuburan total telah mengalami penurunan secara global, namun di negara berkembang penurunan terjadi sangat lambat karena masih rendahnya penggunaan kontrasepsi modern yaitu hanya 31% (Sherpa, 2012). Persentase jumlah peserta KB yang dilaporkan tidak mengalami perubahan yaitu 60% pada tahun 2002 menjadi 61% pada tahun 2012 (BKKBN, 2012). Program kontrasepsi yang digalakkan dan efektif adalah metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dengan implant merupakan salah satu metode unggulannya. Pencapaian MKJP 1

20 2 implant di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2012 sebesar 4,95%, angka tersebut masih di bawah target angka nasional yaitu sebesar 5,70% pada tahun Tren angka pencapaian MKJP implant mengalami penurunan di Provinsi Jawa Timur dari tahun ke tahun (BKKBN, 2012). Banyuwangi merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan pencapaian kontrasepsi yang baik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan angka pencapaian kontrasepsi yang menempati urutan kedua tertinggi se-jawa Timur untuk cakupan KB baru (Dinkes Prov. Jatim, 2012). Proporsi pemakaian implant di Kabupaten Banyuwangi juga menunjukkan perkembangan dengan proporsi pemakai implant yang cukup banyak yaitu di atas target nasional dan provinsi dengan presentase pada tahun 2011 sebesar 9,3%, pada tahun 2012 menjadi 9,82% dan 9,89% pada tahun 2013 (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2013). Proporsi pemakaian implant menduduki peringkat sepuluh besar dari 38 Kabupaten yang ada di Provinsi Jawa Timur (Dinkes Prov. Jatim, 2012). Tegalsari salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah pemakai implant tertinggi dari tahun 2011 sebesar 11,66%, pada tahun 2012 meningkat menjadi 14,15% dan pada tahun 2013 mencapai 17% (BPPKB, 2014). Bentuk kepedulian serta komitmen yang tinggi terhadap masalah kesehatan masyarakat, Bupati Banyuwangi telah membuat beberapa program unggulan. Salah satu program unggulan yang berkaitan dengan masalah kependudukan dan KB adalah Harga Pas yaitu harapan keluarga peduli anak sejak dini dengan indikator pertama keluarga mengikuti KB dan memilih alat kontrasepsi yang sesuai. Menempatkan program kependudukan dan KB sebagai program prioritas

21 3 untuk mewujudkan masyarakat Banyuwangi yang sehat dan sejahtera menjadi tujuan dari program inovatif ini dengan memberikan layanan gratis untuk akseptor MKJP (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2012). MKJP implant (susuk) dinilai merupakan metode kontrasepsi yang paling efektif dari segi kegunaan dan biaya dengan tingkat keberhasilan mencapai 99% (Gebremariam & Addissie, 2014). Kenyataannya banyak wanita yang mengalami kesulitan dalam menentukan alat kontrasepsi yang sesuai untuk dirinya. Kendala yang sering ditemukan karena kurangnya pengetahuan. Banyak aspek yang harus dipertimbangkan yang meliputi derajat status kesehatan, kemungkinan munculnya efek samping, kemungkinan kegagalan atau kehamilan yang tidak dikehendaki, jumlah kisaran keluarga yang diharapkan, persetujuan dari suami atau istri, nilainilai budaya, lingkungan serta keluarga dan lain sebagainya (Affandi, 2011). Kontrasepsi implant memberikan kontribusi besar dalam membantu mengendalikan jumlah penduduk dengan cara mencegah kehamilan yang tidak diinginkan (Winner dkk, 2012). Penelitian kohort yang dilakukan di Nigeria dalam kurun waktu dua belas tahun menganalisis pada 377 wanita akseptor implant didapatkan 0% tingkat kegagalan atau 100% efektif dalam mencegah kehamilan (Aisien, 2007). Pemakaian kontrasepsi implant dipengaruhi oleh banyak faktor. Penelitian tentang faktor yang berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi yang dilakukan di Ethiopia didapatkan bahwa pengetahuan dan paritas lebih dari dua mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemakaian alat kontrasepsi (Alemayehu dkk, 2012). Hal ini juga sependapat dengan penelitian yang dilakukan di Tanzania yang menyatakan bahwa pengetahuan, agama,

22 4 penghasilan, hubungan sosial, daerah perkotaan, komunikasi antara pasangan dan informasi dari petugas kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemakaian kontrasepsi (Mosha & Ruben, 2013). Penelitian lain yang dilakukan di Makasar didapatkan bahwa selain pengetahuan, faktor dukungan suami dan informasi dari petugas kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap rendahnya minat untuk menggunakan implant (Salvina dkk, 2013). Namun pada penelitian yang berbeda ditemukan bahwa informasi dari petugas kesehatan, pendidikan dan umur pernikahan pertama tidak menunjukkan adanya hasil yang signifikan, hubungan yang signifikan ditemukan pada umur ibu, pendapatan keluarga, jumlah anak hidup, biaya pemasangan alat kontrasepsi, dan dukungan suami (Ode dkk, 2013). Kecamatan Tegalsari merupakan kategori kecamatan baru hasil pemekaran dari Kecamatan Gambiran yang berusia satu dekade sejak otonomi daerah. Terletak di pinggir kota dengan area persawahan dan perkebunan, dengan sebagian besar warganya bekerja sebagai petani modern, pekerja perkebunan dan industri rumah tangga. Beberapa pondok pesantren besar dapat ditemukan di Kecamatan Tegalsari, tiga perempat masyarakat beragama Islam dan sepertiganya beragama Hindu. Toleransi dari masyarakat sangat tinggi terbukti dari kerukunan masyarakat yang selalu hidup berdampingan, tolong menolong dan saling hormat menghormati. Tegalsari sebagai kecamatan baru selalu berbenah dan berusaha mewujudkan kesejahteraan segenap warganya (Kumala, 2014). Penelitian ini penting untuk memberikan gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada daerah dengan proporsi yang tinggi

23 5 sehingga nantinya dapat dijadikan masukan untuk daerah lain dengan proporsi pemakaian kontrasepsi implant yang rendah. Selain itu, belum ditemukannya penelitian serupa di Kabupaten Banyuwangi maka penelitian ini perlu dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. 1.2 Rumusan masalah Rumusan masalah penelitian tentang tingginya proporsi pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi meliputi hal berikut ini Apakah ada hubungan antara umur ibu dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur? Apakah ada hubungan antara pendidikan dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur? Apakah ada hubungan antara pekerjaan dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur? Apakah ada hubungan antara paritas dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur? Apakah ada hubungan antara nilai budaya dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur? Apakah ada hubungan antara pengetahuan tentang implant dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur? Apakah ada hubungan antara role model dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur?

24 Apakah ada hubungan antara akses ke fasilitas pelayanan dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur? Apakah ada hubungan antara informasi dari petugas kesehatan dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur? Apakah ada hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian Implant pada wanita pasangan usia subur? 1.3 Tujuan penelitian Tujuan umum Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Tujuan khusus Penelitian ini untuk mengetahui: 1. Hubungan antara umur ibu dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 2. Hubungan antara pendidikan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 3. Hubungan antara pekerjaan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 4. Hubungan antara paritas dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 5. Hubungan antara nilai budaya dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.

25 7 6. Hubungan antara pengetahuan tentang implant dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 7. Hubungan antara role model dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 8. Hubungan antara akses ke fasilitas pelayanan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 9. Hubungan antara informasi dari petugas kesehatan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 10. Hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 1.4 Manfaat penelitian Manfaat Teoritis 1. Memberikan kontribusi dalam pengembangan pengetahuan tentang faktorfaktor yang mempengaruhi pemakaian implant. 2. Menjadi acuan bagi calon peneliti selanjutnya, terutama yang berhubungan dengan keluarga berencana dan metode kontrasepsi Manfaat Praktis 1. Penelitian ini dapat menjadi masukan bagi penentu kebijakan, dinas kesehatan, badan pemberdaya perempuan dan KB, puskesmas dan fasilitas pelayanan kontrasepsi dalam mengembangkan program untuk penggunaan implant. 2. Penelitian ini akan memberikan implikasi terhadap proses monitoring dan evaluasi program kependudukan dan KB.

26 8 3. Penelitian ini dapat dijadikan informasi baru bagi layanan program KB untuk meningkatkan program yang berkaitan dengan kependudukan dan KB.

27 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi pemakaian implant di indonesia Upaya yang dilakukan dalam mengendalikan jumlah penduduk dan mengarahkan mobilitas penduduk untuk mewujudkan masyarakat supaya tumbuh seimbang dengan program keluarga berencana (KB). Keluarga kecil yang berkualitas dan sejahtera dapat direncanakan oleh setiap keluarga melalui program KB (Bappenas, 2013). Kontrasepsi merupakan sebuah metode atau upaya yang digunakan untuk mencegah kehamilan yang terjadi akibat pertemuan antara sperma dengan sel telur yang matang, upaya tersebut dapat bersifat sementara maupun permanen dan dapat dilakukan dengan menggunakan cara, alat atau obatobatan (Atikah, 2010). Keberhasilan program KB di Indonesia telah mendapat pengakuan dari masyarakat luas, termasuk masyarakat global. Keberhasilan tersebut ditandai dengan telah membudayanya suatu norma keluarga kecil dimasyarakat sebagai bagian dari upaya membudayakan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) dengan indikator penurunan trends TFR 5,61 per wanita pada tahun 1970 (BKKBN, 2003) dan menjadi 4,05 per wanita pada tahun 1982, kemudian 2,80 per wanita pada tahun 1992 hingga menjadi 2,34 per wanita pada tahun 2002 (BPS, 2014). Perkembangan program kependudukan dan keluarga berencana di Jawa Timur telah memberikan hasil yang cukup memuaskan. Berdasarkan hasil survei demografi dan kesehatan Indonesia tahun 2013 diketahui bahwa TFR di Jawa Timur 2,3 melampaui target RPJM 2,36. Contraceptive Prevalence Rate 9

28 10 (CPR) Jawa Timur 62,4 dan target RPJM adalah 60,1%. Sementara unmet need Jawa Timur 6,7% yang masih mendekati target RPJM 6,5%, sedangkan kesertaan ber KB MKJP di Jawa Timur masih rendah yaitu 19,1% dari target Nasional sebesar 27,5% (Suparmi, 2013). Pencapaian MKJP implant nasional mengalami penurunan trend dari tahun 1997 sebesar 10,97% menjadi 7,61% pada tahun 2002 dan kembali berkurang pada tahun 2007 mencapai 4,90% dan pada tahun 2012 mengalami sedikit kenaikan yaitu 5,70%. Provinsi Jawa Timur prevalensi pemakaian implant cenderung lebih rendah dibandingkan dengan angka nasional dan cenderung terjadi penurunan dalam empat kali periode terakhir, berdasarkan dari data kependudukan BKKBN pada tahun 1997 sebesar 8,28%, 8,40 pada tahun 2002, 6,74% pada tahun 2007 dan menjadi 4,95% pada tahun Banyuwangi yang merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur dengan prestasi pencapaian kontrasepsi yang baik. Hal ini ditunjukkan berdasarkan angka pencapaian kontrasepsi yang menempati urutan kedua tertinggi se- Jawa Timur untuk cakupan KB baru yaitu sebesar 14,17% setelah Kabupaten Bangkalan sebesar 14,35% dengan angka cakupan rata-rata provinsi 9,45% (Dinkes Prov. Jatim, 2012). Pencapaian MKJP implant di Kabupaten Banyuwangi juga menunjukkan perkembangan proporsi pemakaian implant yang cukup banyak yaitu diatas target nasional dan Provinsi dengan persentase 9,3% pada tahun 2011, pada tahun 2012 menjadi 9,82% dan 9,89% pada tahun 2013 (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2012) ; (Dinkes Kab. Banyuwangi, 2013). Proporsi pemakaian

29 11 implant di Provinsi Jawa Timur menduduki peringkat sepuluh besar dari 38 kabupaten atau kota dengan urutan kedelapan (Dinkes Prov. Jatim, 2012). Tegalsari adalah kecamatan yang ada di Kabupaten Banyuwangi dengan jumlah pemakai implant tertinggi selama periode tiga tahun terakhir dengan persentase sebesar 11,66 pada tahun 2011, pada tahun 2012 meningkat menjadi 14,15% dan pada tahun 2013 menjadi 17%. Perbandingan antara PPM dengan realisasi pada tahun 2011 cakupan KB baru dengan PPM 89 sampai bulan Desember mencapai 149 akseptor (167,4%) dan pada tahun 2012 dengan PPM 122 jumlah realisasi akseptor sebanyak 484 (396,7%) serta untuk cakupan KB aktif akseptor implant sampai bulan Desember tahun 2013 sebanyak akseptor atau sebesar 212,5% dari PPM (BPPKB, 2014). 2.2 Metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) implant Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP) merupakan suatu metode kontrasepsi efektif karena dapat memberikan perlindungan dari resiko kehamilan untuk jangka waktu hingga sepuluh tahun. Metode kontrasepsi jangka panjang dinilai paling cost effective dengan tingkat keberhasilan mencapai 99% (Purwoko, 2011). Alat Kontrasepsi Bawah Kulit (AKBK) atau Implant (susuk) merupakan metode kontrasepsi hormonal yang efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya kehamilan antara tiga hingga lima tahun. Cara kerja alat kontrasepsi ini adalah dengan menghambat ovulasi, menyebabkan selaput lendir tidak siap untuk menerima pembuahan dengan cara menebalkan mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh sperma. Konsentrasi yang rendah pada progestin akan

30 12 menimbulkan pengentalan mukus serviks. Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implant. Satu atau dua hari dari menstruasi merupakan masa yang tepat untuk dilakukan pemasangan pada kontrasepsi implant (BKKBN, 2011). implant memiliki efektifitas tertinggi dari setiap metode kontrasepsi, karena keefektifannya maka implant dapat digunakan oleh semua wanita disetiap keadaan (Jacobstein & Polis, 2014). Berdasarkan pengamatan secara kohort yang dilakukan di Nigeria dari tahun 1985 sampai 1996 dan dilakukan analisis pada tahun 2004 ditemukan pada akseptor implant selama periode itu tidak didapatkan kehamilan yang tidak diinginkan yang artinya keefektifan dari metode kontrasepsi implant mencapai 100% (Aisien, 2007). 2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pemakaian implant Program keluarga telah banyak mengalami perkembangan pada beberapa dekade terakhir, akan tetapi masalah kependudukan belum sepenuhnya teratasi. Lebih dari 120 juta wanita diseluruh dunia mempunyai keinginan untuk mencegah kehamilan akan tetapi mereka dan pasangannya tidak menggunakan alat kontrasepsi. Beberapa alasan yang membuat mereka menjadi unmet need diantaranya : karena persediaan alat kontrasepsi yang belum tersedia dengan baik ataupun tidak lengkap sehingga pilihan menjadi sangat terbatas, takut penolakan sosial atau tidak didukung oleh pasangannya, kekhawatiran akan muncul efek samping dan lain sebagainya (WHO, 2007). Di Indonesia sendiri penggunaan MKJP yang relatif masih rendah dipengaruhi oleh faktor sosial, demografi, ekonomi dan sarana serta faktor yang berkaitan dengan kualitas pelayanan dari

31 13 MKJP itu sendiri (Puslitbangkes, 2011). Faktor-faktor yang berhubungan antara lain seperti diuraikan dibawah ini Umur Sebagian besar masa reproduksi secara aktif digunakan untuk kebutuhan seksual, dengan demikian wanita memilki periode yang panjang dimana mereka memerlukan metode yang efektif yang digunakan untuk mengatur kehamilan dan menjarangkannya (Finer & Philbin, 2012). Penelitian yang dilakukan pada ibu muda di USA, untuk menjarangkan kehamilan mereka mengatakan diperlukan suatu metode kontrasepsi yang efektif untuk jangka panjang, karena umur yang muda maka masa reproduktifnya lebih panjang, dari penelitian tersebut didapati pada wanita usia <21 tahun cenderung mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan abortus lebih besar dua kali (Winner dkk, 2012). Pendapat yang sama pada penelitian yang dilakukan di Iran karena umur yang muda mempunyai masa reproduktif yang panjang sehingga diperlukan metode kontrasepsi efektif dalam waktu yang lama. Penelitian ini didapatkan hasil 64% dari pengguna implant adalah wanita dengan umur <24 tahun (Nakhaee & Mirahmadizadeh, 2002). Namun penelitian di Alabama menemukan hal yang berbeda, bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara umur dengan pemakaian kontrasepsi implant dan non implant dengan nilai p = 0,37 (Mcelderry, 1996). Departemen kesehatan Republik Indonesia membagi kelompok umur untuk akseptor KB menjadi dua kategori yaitu umur <20 atau >35 tahun, umur tahun (Depkes RI, 2006). Umur <20 tahun atau umur >35 tahun adalah usia untuk menunda kehamilan, umur tahun untuk menjarangkan kehamilan.

32 Pendidikan Peran pendidikan dalam mempengaruhi pola pemikiran perempuan untuk menentukan kontrasepsi mana yang lebih sesuai untuk dirinya, kecenderungan ini menghubungkan antara tingkat pendidikan akan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan seseorang, penelitian di Cambodia tersebut menegaskan hubungan pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi modern sangat berkaitan (Samandari, 2010). Berdasarkan hasil penelitian di Kenya tingkat pendidikan ibu dengan pemakaian kontrasepsi modern mempunyai hubungan yang signifikan. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memilih menggunakan metode kontrasepsi modern dengan efektifitas yang lebih tinggi (Copollo, 2011) Pekerjaan Banyak penelitian menemukan bahwa perempuan yang bekerja dan ikut berpartisipasi dalam menyumbang sumber perekonomian keluarga cenderung lebih mengatur kesuburannya, dengan memiliki satu anak atau bahkan tidak sama sekali, persaingan dalam karir dan pekerjaan bahkan kebijakan dari tempat kerja membuat mereka memilih untuk tidak mempunyai anak, sehingga mereka harus memilih kontrasepsi yang paling efektif dan berlangsung dalam waktu yang lama (Mosha & Ruben, 2013) Paritas Pengalaman berulang dari melahirkan dan resiko dari terlalu sering melahirkan sering menimbulkan suatu hal yang mempengaruhi kesehatan bahkan menimbulkan kematian, dari para akseptor metode kontrasepsi jangka Panjang di Cipayung Bandung memutuskan untuk memilih salah satu metode kontrasepsi

33 15 jangka panjang karena telah memiliki cukup anak yaitu lebih dari 5 dan mengalami komplikasi selama hamil dan melahirkan, oleh karena itu mereka menyadari terlalu sering melahirkan adalah membahayakan kesehatannya (Newland, 2001). Berbeda dengan penelitian Erman yang dilakukan di Palembang, paritas tidak mempengaruhi dalam pemilihan alat kontrasepsi dengan metode jangka panjang, dipaparkan tidak ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan penggunaan MKJP (Erman & Elviani, 2012). Paritas dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu paritas <2 dan >2 (Nakhaee & Mirahmadizadeh, 2002) Jumlah penghasilan keluarga Menurut Wang dkk (2006) dalam Mosha & Ruben (2013). perbedaan kesuburan menurut status sosial ekonomi telah menarik banyak perhatian karena mereka percaya bahwa perempuan dari keluarga kaya akan mempunyai kesehatan yang lebih baik yang secara pasti akan berpengaruh pada kesuburannya dan hal tersebut akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan penduduk yang mengakibatkan kepadatan pada sub populasi tertentu. Kesejahteraan ekonomi keluarga mempunyai hubungan positif terhadap penggunaan kontrasepsi, dengan OR 3,96 berarti pada keluarga sejahtera mempunyai 4 kali lebih besar dalam menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan (Mosha & Ruben, 2013). Hasil survei demografi dan kesehatan dari 55 negara berkembang dengan menggunakan indeks kekayaan untuk mengeksplorasi pemakaian kontrasepsi modern didapati kesenjangan dengan pemakaian lebih rendah pada masyarakat miskin (Gakidou & Vayena, 2007). Penghasilan dibagi

34 16 menjadi dua kategori berdasarkan UMR dari wilayah kabupaten Banyuwangi, rendah jika < Rp dan tinggi jika Rp (Pergub Jatim, 2014) Nilai budaya Lingkungan memiliki peranan yang sangat kuat dalam menentukan tindakan individu. Nilai-nilai budaya merupakan norma yang dipegang erat setiap masyarakat. Setiap daerah mempunyai nilai budaya yang berbeda-beda dan menjadi pegangan hidup setiap warganya. Beberapa penelitian menunjukkan hasil bahwa agama mempunyai peranan yang sangat kuat dalam mempengaruhi seseorang untuk memutuskan dalam memilih metode kontrasepsi yang digunakan untuk mengatur jumlah anak mereka. Penelitian di Tanzania mendapatkan hubungan yang signifikan antara agama dengan pemakaian kontrasepsi dengan nilai OR 2,802 dan p =0,02 (Mosha & Ruben, 2013). Penelitian di Turkey juga menemukan hasil yang serupa, didapatkan 32,5% pada WUS usia tahun tidak menggunakan kontrasepsi karena alasan kepercayaan bahwa mendapat dosa jika mereka menggunakan KB (Sahin, 2003) Pengetahuan Perilaku seringkali dipengaruhi oleh seberapa besar pemahaman kita atas sesuatu hal, karena hal itu maka pengetahuan seseorang sangat berkaitan erat dengan perilaku mereka dalam memutuskan tentang upaya untuk meningkatkan kesehatan mereka, pengetahuan memiliki pengaruh dalam memberikan putusan untuk menggunakan alat kontrasepsi, dengan nilai p = 0,00 dan OR 2,224 (Mosha & Ruben, 2013).

35 17 Sebagian besar masyarakat pada dasarnya telah mengetahui bahwa kontrasepsi mampu mengatur angka kelahiran, akan tetapi banyak pengguna kontrasepsi yang memutuskan untuk berhenti menggunakan kontrasepsi dan enggan untuk memakainya kembali karena mereka berenggapan akan menjadi resisten sehingga seringkali mengalami kegagalan, disini pentingnya pengetahuan untuk menghilangkan kesalah pahaman tersebut (Save, 2004) Persepsi manfaat Persepsi merupakan salah satu faktor yang mempunyai pengaruh akan terbentuknya perilaku. Perubahan perilaku dalam diri individu dapat diketahui melalui persepsi, secara umum persepsi dapat diartikan sebagai pengalaman yang dihasilkan dari panca indra manusia. Pengguna implant mempunyai anggapan yang positif bahwa metode ini merupakan cara yang paling aman, nyaman dan efektif (Kuiper dkk, 1997). Hasil dari pemikiran akan suatu tindakan yang dilakukan apakah akan membawa suatu manfaat dan keuntungan dalam mengurangi resiko akan timbulnya masalah kesehatan. Persepsi merupakan keyakinan yang mendapat pengaruh dari sosial dan budaya dan merupakan pertimbangan keuntungan dari orang lain yang telah melakukan, sejauh mana kepercayaan dengan menggunakan metode kontrasepsi dapat meningkatkan kesejahteraan (Tuner dkk, 2003) Role model (model peran) Model peran mempunyai peranan yang sangat penting untuk psikologis manusia dalam membantu perkembangan yang berfungsi sebagai pandangan untuk mengambil keputusan tentang hal yang akan mempengaruhi masa depan

36 18 (Thomas, 2014). Model peran yang positif seperti keberhasilan sesorang akan mempunyai pengaruh yang besar kepada orang lain yang menjadikannya sumber inspirasi untuk melakukan hal yang sama (Lockwood dkk, 2002) Ketersediaan alat kontrasepsi Hasil tinjauan lapangan diketahui bahwa tinggi rendahnya partisipasi masyarakat terhadap jenis pemakaian alat kontrasepsi karena dipengaruhi ketersediaan dari alat kontrasepsi itu sendiri, keterbatasan dari alat kontrasepsi seringkali menjadi kendala bagi akseptor sehingga akhirnya mereka memutuskan memilih salah satu kontrasepsi karena sebagai substitusi (BKKBN, 2008a). Pilihan metode kontrasepsi jangka panjang seperti implant, IUD dan sterilisasi harus lebih mudah untuk diakses bagi perempuan pasca aborsi dan melahirkan untuk mencegah kembali terjadinya aborsi yang tidak aman memerlukan metode kontrasepsi dalam jangka waktu yang lebih panjang akan lebih baik untuk kesehatan mereka (Trevvit, 2010) Akses ke tempat fasilitas pelayanan Faktor yang paling umum mempengaruhi penggunaan kontrasepsi modern pada masyarakat adalah akses jarak ke pelayanan kesehatan, ketersediaan alat serta keterjangkauan harga dari metode tersebut (Samandari, 2010). Goodman menyebutkan jarak kepelayanan kesehatan dengan waktu tempuh kurang dari tiga puluh menit akan menarik para perempuan untuk mengunjungi pusat pelayanan KB tersebut, jarak tempat pelayanan sangat efektif dalam meningkatkan penggunaan kontrasepsi dan menurunkan kesuburan (Goodman dkk., 2007).

37 Informasi dari petugas tenaga kesehatan Komunikasi inter personal atau konseling merupakan kegiatan percakapan tatap muka dua arah antara klien dengan petugas dengan tujuan untuk memberikan bantuan mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif sehingga calon akseptor mampu mengambil keputusan sendiri mengenai alat atau metode kontrasepsi yang terbaik untuk dirinya (BKKBN, 2009). Komunikasi dan informasi mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0,001 (Mosha & Ruben, 2013) Dukungan suami Tingkat kepedulian yang tinggi tentang keluarga berencana diketahui dari hasil penelitian yang dilakukan di Nigeria baik pada daerah perkotaan maupun pedesaan, 98,3% responden laki laki berpendapat bahwa keputusan untuk memakai KB harus diputuskan secara bersama dengan pasangan mereka, sehingga bisa saling memberi dukungan untuk menggunakannya (Ernest dkk, 2007). Pendapat tersebut ditegaskan oleh Kohan pada penelitian kualitatifnya, bahwa perempuan akseptor KB merasa lebih nyaman ketika keputusan KB diputuskan secara mufakat antara pasangan (Kohan dkk, 2012). Alasan pada wanita usia tahun yang tidak menggunakan KB di Turkey adalah karena tidak mendapat persetujuan sehingga tidak didukung oleh suami (Sahin, 2003). Berdasarkan beberapa penelitian tersebut sejalan dengan penelitian Aryanti di Kabupaten Lombok Timur dari beberapa faktor yang mempengaruhi wanita usia dini menggunakan KB hanya faktor dukungan suami yang mempunyai pengaruh 100% (Aryanti, 2014).

38 Dukungan tokoh masyarakat / tokoh agama Tokoh agama merupakan tokoh panutan yang memiliki wawasan keagamaan yang luas, mempunyai peran yang sangat strategis dalam mendukung program KB dan kesehatan reproduksi. BKKBN pusat telah membuat kesepakatan kesepakatan bersama (MOU) dengan departemen agama republik Indonesia, kesepakatan bersama tersebut dilksanakan mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten / kota sampai ditingkat lapangan (BKKBN, 2008b). 2.4 Teori perilaku Faktor yang mempengaruhi perilaku individu merupakan resultansi dari rangsangan dari luar dengan reaksi dari dalam individu. Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010) yang merupakan seorang ahli psikologi telah memaparkan teori S-O-R atau Stimulus Organisme Respon yaitu perilaku merupakan wujud dari respon seseorang terhadap rangsangan dari luar yang mana sesorang akan melakukan suatu tindakan setelah mendapatkan rangsangan dari luar. Beberapa teori yang berhubungan dengan perubahan perilaku manusia yang berhubungan dengan kesehatan sebagai berikut Teori lawrence green Menurut teori Lawrence Green dalam Notoatmodjo (2010), analisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Faktor perilaku terbentuk dari: 1. Predisposing factor (faktor predisposisi) adalah penyebab terlaksanakannya sebuah perilaku, hal ini merupakan faktor dalam diri individu sendiri, seperti; pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan dan nilai - nilai

39 21 2. Enabling factor (faktor pemungkin) yaitu faktor yang memungkinkan atau menjembatani perilaku atau tindakan manusia sehingga hal tersebut akan mendukung manusia untuk bertindak, seperti; lingkungan fisik, tersedianya fasilitas atau alat kesehatan, tersedia sarana kesehatan dan sebagainya. 3. Reinforcing factor (faktor pendorong) yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku, seperti; sikap dan perilaku petugas kesehatan, perilaku tokoh masyarakat atau tokoh agama yang kemudian dijadikan role model. Model Green dapat digambarkan secara sistematis sebagai berikut: B = F (Pf, Ef, Rf) Keterangan; B = Behaviour F = Fungsi Pf = Predispossing Factors Ef = Enabling Factors Rf = Reinforcing Factors Teori social learning Teori Social Learning atau teori belajar sosial dari Albert Bandura (1977) dalam (Boeree, 2006) mengemukakan bahwa teori belajar sosial menggunakan sudut pandang kognitif dalam menguraikan belajar dan perilaku. Melalui kognitif individu akan berasusmsi tentang pikiran manusia dan menafsirkan semua pengalaman yang terjadi. Menurut Bandura individu tidak berdiri sendiri dalam memproduksi perilaku akan tetapi berkaitan antara individu dengan lingkungan.

40 22 Kepribadian dan perilaku individu bersama dengan faktor lingkungan saling berinteraksi dan saling mempengaruhi dalam merespon situasi yang dihadapi. Dasar kognisi dalam proses belajar diringkas dalam empat tahap yaitu. 1. Atensi / perhatian Reaksi baru yang dipelajari dari melihat atau mendengar, maka hal tersebut akan menimbulkan perhatian yang akan menjadi sesuatu yang penting. Faktorfaktor untuk mendapatkan perhatian dipengaruhi oleh; penekanan penting dari perilaku menonjol, memperoleh perhatian dari ucapan atau teguran, membagi aktivitas umum dalam bagian-bagian yang wajar menjadi komponen keterampilan yang menonjol. 2. Retensi Setiap gambaran perilaku disimpan dalam memori atau tidak. Dasar untuk penyimpanan merupakan metode yang digunakan untuk penyandian atau memasukkan respon. Penyandian dalam simbol verbal lebih mudah untuk diamati. Kesan visual atau simbol verbal dapat menggerakkan pola pikir secara aktif mengenai tindakan. 3. Reproduksi gerak Waktu fakta-fakta dari tindakan baru disandikan dalam memori, maka memori tersebut akan dirubah kembali dalam tindakan yang tepat. Rangkaian tindakan baru merupakan simbol pertama pengaturan dan berlatih, semua waktu dibandingkan dengan ingatan atau memori dari perilaku model. Penyesuaian dibuat dalam rangkaian tindakan baru dan rangkaian perilaku awal. Perilaku akan dicatat oleh pengamat yang memberikan timbal balik yang benar dari perilaku

41 23 suka meniru. Dasar penyesuaian dari timbal balik membuat pengaturan simbolik rangkaian tindakan baru dan perilaku untuk memulai kembali. 4. Penguatan dan motivasi Tujuan utama dari atensi, retensi dan reproduksi gerak sebagian besar berhubungan dengan kemampuan seseorang untuk meniru perilaku penguatan menjadi relevan. Teori sosial belajar mempunyai dua implikasi penting yaitu belajar dari pengamatan, yang kedua adalah hadiah dan hukuman yang mempengaruhi pertunjukan dari perilaku yang dipelajari.

42 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka berpikir Metode kontrasepsi jangka panjang implant merupakan metode kontrasepsi yang efektif yang sesuai digunakan oleh pasangan usia subur dengan tujuan untuk menunda kehamilan atau menjarangkan kehamilan. Dalam upaya untuk meningkatkan akses dan mutu pelayanan KB MKJP implant diseluruh fasilitas pelayanan kesehatan banyak terobosan program yang ditawarkan oleh BKKBN. Banyak faktor yang mempengaruhi wanita usia subur dalam dalam menentukan pemakaian alat kontrasepsi yang sesuai dan diinginkan. Perilaku pencarian peningkatan kesehatan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Keputusan dalam menentukan jenis kontrasepsi yang digunakan oleh sesorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, secara internal dari individu sendiri berkaitan dengan kondisi karakteristiknya yang meliputi umur ibu, pekerjaan, pendidikan, pengetahuan. Faktor lingkungan juga mempunyai kaitan yang erat, pengaruh dari nilai-nilai budaya meliputi kepercayaan, tradisi dan agama. Pengaruh teman sebaya atau pemodelan dari teman atau tokoh idola, akses menuju tempat yang memfasilitasi serta dukungan dari pasangan merupakan faktor yang menentukan seseorang untuk memutuskan dalam memilih alat kontrasepsi yang sesuai dengan kebutuhannya. 24

43 Konsep penelitian Faktor Predisposisi Karakteristik Demografi : Umur ibu Pendidikan Pekerjaan Paritas Penghasilan Suku Struktural : Nilai Budaya Role model Pengetahuan Tentang Implant Faktor Pemungkin Akses ke fasilitas pelayanan Biaya pemasangan alat kontrasepsi Ketrampilan tenaga kesehatan Jumlah fasilitas pelayanan KB Pemakaian implant pada wanita PUS Faktor Penguat Informasi petugas kesehatan Dukungan suami Kebijakan peraturan pemerintah Sikap petugas pelayanan kesehatan Gambar 3.1 Konsep Determinan Pemakaian Implant Modifikasi dari Teori Lawrence Green dan Teori Social Learning Albert Bandura Keterangan : Yang diteliti : Yang tidak diteliti :

44 Hipotesis penelitian Hipotesis pada penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi sebagai berikut. 1. Ada hubungan antara umur ibu dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 2. Ada hubungan antara pendidikan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 3. Ada hubungan antara pekerjaan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 4. Ada hubungan antara paritas dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 5. Ada hubungan antara nilai budaya dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 6. Ada hubungan antara pengetahuan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 7. Ada hubungan antara role model dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 8. Ada hubungan antara akses ke fasilitas pelayanan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur. 9. Ada hubungan antara informasi dari petugas kesehatan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.

45 Ada hubungan antara dukungan suami dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur.

46 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan rancangan crosssectional analitik menggunakan pendekatan kuantitatif, yaitu melakukan pengukuran atau pengamatan pada seluruh variabel tergantung (dependent) dengan variabel bebas (independent) dilakukan dalam waktu yang sama. Wanita PUS Akseptor KB Non akseptor KB Implant Non implant Gambar 4.1 Bagan Rancangan Studi Cross-Sectional 4.2 Lokasi dan waktu penelitian Lokasi penelitian Penelitian ini dilakukan di kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Waktu penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Maret 2015 sampai dengan bulan April

47 Penentuan sumber data Populasi penelitian Populasi target dalam penelitian ini adalah semua wanita pasangan usia subur, sedangkan populasi terjangkau adalah semua wanita pasangan usia subur yang menggunakan KB dan bertempat tinggal menetap di kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Kriteria inklusi dan eksklusi Kriteria inklusi Semua wanita pasangan usia subur dengan usia tahun, akseptor KB, berdomisili di kecamatan Tegalsari Kriteria eksklusi Wanita pasangan usia subur yang tidak bersedia untuk menjadi responden, wanita pasangan usia subur yang sedang sakit kronis Sampel penelitian Penentuan besar sampel pada penelitian ini menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi pada dua kelompok independent dengan rumus dari Lameshow (1990) dalam (Sastroasmoro, 2011) untuk perhitungan besar sampel. Besar sampel dihitung dengan rumus sebagai berikut ; n Z 2PQ Z ( P P2 ) PQ P Q Keterangan ; P1 = proporsi pemakaian kontrasepsi implant dari penelitian (Aisien, 2007) = 0,032

48 30 Q1 = (1-P1) = (1-0,032) = 0,968 P2 = proporsi pemakaian kontrasepsi implant berdasarkan clinical judgement = 0,17 (BPPKB, 2014). Q2 = (1-P2) = (1-0,17) = 0,83 P = (P1+P2)/2 = (0,032+0,17)/2 = 0,101 Q = (1-P) = (1-0,101) = 0,899 Zα = Tingkat kemaknaan (1-α) = 1,96 dari derajat kemaknaan 95% Zβ = Koefisien power (1-β) = 1,282 untuk kekuatan uji power dari 90% n n Z 2PQ Z ( P 1 P ) PQ P Q ,96 2x0,101x0,899 1, x0,968 0,17x0,83 99 (0,032 0,17) Berdasarkan rumus dan perhitungan diatas didapatkan jumlah minimal total sampel keseluruhan adalah sebanyak 198 sampel Teknik pengambilan sampel Pengambilan sampel menggunakan teknik multistage random sampling, pada tahap pertama menentukan tiga desa yang diambil secara purposive sesuai dengan karakteristik yang mewakili dari enam desa yang ada di kecamatan, pada tahap kedua memilih dusun secara random dari masing-masing desa yang sudah terpilih dan pada tahap ketiga menentukan KK yang akan dijadikan sampel secara sistematik random sampling berdasarkan dari list akseptor KB dengan membagi jumlah total akseptor KB dengan jumlah sampel yang diambil pada masingmasing desa. Dengan interval yang didapatkan tanpa membedakan kontrasepsi apa yang dipakai oleh responden agar jumlah sampel yang diambil dapat 2

49 31 mencerminkan atau mirip dengan populasi yang ada sampai mendapatkan jumlah sampel yang dibutuhkan sesuai dengan kriteria dari penelitian Responden Responden yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah wanita pasangan usia subur. 4.4 Variabel penelitian Variabel penelitian terdiri dari variabel bebas (independent) dan variabel tergantung (dependent) Variabel bebas (independent) Variabel bebas pada penelitian ini adalah umur ibu, pendidikan, pekerjaan, paritas, nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas pelayanan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami Variabel Terikat (dependent) Variabel terikat atau tergantung dari penelitian ini adalah pemakaian implant.

50 Definisi operasional Tabel 4.1 Definisi operasional Variabel Independe nt; a. Um ur Definisi Operasional Umur wanita pasangan usia subur yang memakai alat kontrasepsi implant pada waktu penelitian Instru ment Kuesio ner Skala Peng ukur an Interval umur dalam tahun Catatan tentang Rencana Analisis Kategorikal a tahun = 0 b. <20 tahun atau > 35 tahun =1 (Depkes RI, 2008) b. Pendidik an c. Pendidikan terakhir dari wanita pasangan usia subur yang memakai kontrasepsi implant Kuesio ner Ordinal Kategorikal a. Dasar (SD) = 0 b. Menenga h (SMP & SMA) = 1 c. Tinggi ( PT) = 2 (UUD, 2003) d. Pekerjaa n Aktivitas utama untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari (finansial dan non finansial) dari wanita pasangan usia subur yang memakai kontrasepsi implant Kuesio ner Nominal Kategorikal a. Bekerja sebagai IRT = 0 b. Bekerja di bidang pertanian = 1 c. Bekerja di bidang industri = 2 d. Bekerja di bidang jasa = 3 (Anggraeni, 2012)

51 33 Variabel Definisi Operasional e. Paritas Jumlah anak (hidup atau mati) yang pernah dilahirkan oleh wanita pasangan usia subur yang memakai kontrasepsi implant Instru ment Kuesio ner Skala Peng ukur an Interval Catatan tentang Rencana Analisis Kategorikal a. 2 = 0 b. >2 = 1 (Depkes RI, 2008). f. Nilai budaya Tata nilai masyarakat yang meliputi tradisi dan kepercayaan serta keyakinan menurut sudut pandang agama pada masyarakat yang mempunyai pengaruh terhadap keputusan dalam memakai kontrasepsi implant meliputi pengaruh lingkungan tempat tinggal ibu, perasaan khawatir saat memakai kontrasepsi dan hal yang menyebabkan khawatir, dukungan dari tradisi masyarakat dan ada tidaknya larangan dari agama. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur. Terdapat 8 pertanyaan dengan 6 pertanyaan utama dan 2 pertanyaan lanjutan. Dari 6 pertanyaan, 5 pertanyaan dengan jawaban iya skor=1, dan 1 pertanyaan (E2) dengan jawaban tidak=1. Jadi pengambilan skoring berdasarkan dari 6 pertanyaan, dengan skor jawaban 4= mendukung. Kuesio ner Nominal Kategorikal a. Tidak mendukung = 0 b. Menduk ung =1 (Mosha & Ruben, 2013)

52 34 Variabel g. Pengetah uan tentang implant Definisi Operasional Pemahaman dan pengetahuan wanita pasangan usia subur tentang kontrasepsi implant yang diukur dengan kemampuan menjawab pertanyaan kuesioner. Pengetahuan tentang implant meliputi kontasepsi jangka panjang, manfaat kontrasepsi implant, efektifitas implant, indikasi dan kontraindikasi serta efek samping. Pemberian skor pada jawaban benar adalah 1 dan jawaban salah =0. Jawaban benar yang dipilih lebih dari 1 skor dianggap=1. Terdapat 10 pertanyaan dengan skoring pengetahuan kurang nilai 4, pengetahuan cukup nilai 5-6 dan pengetahuan baik nilai Instru ment Kuesio ner Skala Peng ukur an Ordinal Catatan tentang Rencana Analisis Kategorikal a. Kurang = 0 b. Cukup = 1 c. Baik = 2 (Alemayehu dkk., 2012)

53 35 Variabel h. Role model Definisi Operasional Model peran yang ditirukan dari seseorang yang memakai implant yang dianggap sebagai panutan, idola maupun orang yang dihormati dan seseorang tersebut mempunyai pengaruh untuk menirukan perilaku dalam pemakaian kontrasepsi implant. Role model meliputi orang terdekat dari responden yang memakai implant, idola yang memakai implant, ajakan memakai implant dari orang terdekat serta siapakah yang paling berpengaruh dalam keinginan untuk memakai implant. Terdapat 4 pertanyaan dengan nilai 3= ada role model, <3=tidak ada. Instru ment Kuesio ner Skala Peng ukur an Nominal Catatan tentang Rencana Analisis Kategorikal a. Tidak ada = 0 b. Ada = 1 i. Akses ke fasilitas pelayana n kesehata n Jarak tempuh, lama waktu tempuh dan sarana yang dibutuhkan wanita pasangan usia subur dari rumah ke fasilitas yang melayani kontrasepsi implant. Jarak jauh jika >2,5 km dengan skor=0, jarak dekat 2,5 km, dengan skor=1. Waktu tempuh >15 menit skor=0, dan waktu tempuh 15 menit skor=1. Nilai 3=mudah dijangkau. Kuesio ner Nominal Kategorikal a. Susah dijangkau = 0 b. Mudah dijangkau = 1 (BPS, 2013)

54 36 Variabel j. Informas i dari petugas kesehata n k. Dukunga n suami Definisi Operasional Informasi yang diterima oleh wanita pasangan usia subur tentang kontrasepsi implant yang diberikan oleh tenaga kesehatan meliputi berapa kali mendapatkan informasi, kejelasan dari informasi serta tingkat pemahaman ibu. Nilai 3=mendapat informasi. Dukungan yang diberikan suami dalam keikutsertaan memutuskan metode kontrasepsi dan keikutsertaan dalam pelaksanaannya baik secara moral dan material yang meliputi musyawarah bersama dalam mengambil keputusan, mendukung dalam bentuk keikut sertaan baik secara langsung maupun tidak langsung. 3=mendapat dari suami. Nilai dukungan Instru ment Kuesio ner Kuesio ner Skala Peng ukur an Nominal Nominal Catatan tentang Rencana Analisis Kategorikal a. Tidak mendapat informasi = 0 b. Mendapa t informasi = 1 (Salvina dkk, 2013) Kategorikal a. Tidak mendapat dukungan = 0 b. Mendapa t dukungan = 1 (Aryanti, 2014) Dependent Pemakaian implant Wanita pasangan usia subur yang memakai kontrasepsi implant. Kuesio ner Nominal Kategorikal a. Tidak memakai implant = 0 b. Memakai implant = 1

55 Instrument penelitian Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuesioner terstruktur yang digunakan untuk mengukur masing-masing variabel yang diteliti, yaitu berisikan tentang umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan, role model, jarak ke fasilitas pelayanan kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami. 4.6 Pengumpulan data Jenis data yang dikumpulkan Data yang digunakan dalam penelitian terdiri dari data primer dan data sekunder Cara pengumpulan data Proses pengumpulan data dimulai dengan cara permohonan ijin pengambilan data di Bakesbangpol. Data primer didapatkan dengan cara memberikan kuesioner sedangkan data sekunder didapatkan dari laporan tahunan pada BPPKB dan laporan tahunan Kabag KB pada kecamatan Tegalsari. Data sekunder yang didapatkan dari Kabag KB Kecamatan Tegalsari merupakan list akseptor KB, yang digunakan sebagai list untuk pengambilan sampel. Cara pengambilan data dengan mendatangi rumah dari masing-masing responden yang telah ditentukan secara systematic random sampling kemudian membagikan kuesioner terstruktur dan responden mengisi kuesioner dalam waktu 20 sampai 30 menit.

56 Pengolahan data Editing Proses editing dilakukan setelah data terkumpul dan dilakukan dengan memeriksa kelengkapan, kesinambungan dan keseragaman data Coding Dilakukan untuk mempermudah dalam pengolahan data. Data disederhanakan dengan menggunakan simbol-simbol tertentu pada setiap jawaban. Pengkodean dilakukan dengan memberi kode pada pertanyaan, nomor variabel, nama variabel dan kode jawaban Scoring Memberikan nilai jawaban pada setiap jawaban responden sehingga setiap jawaban responden dapat diberikan skor. Data yang telah terkumpul dari masingmasing responden di skor sesuai dengan variable yang ditanyakan Entering Meringkas data dengan memasukkan ke dalam tabel yang disediakan Tabulating Menyajikan data dalam bentuk tabel distribusi kemudian diinterpretasikan secara narasi. 4.7 Teknik analisis data Analisa univariat Analisis univariat digunakan untuk menggambarkan setiap variabel yang diteliti, dengan melihat gambaran distribusi dari variabel independent yaitu umur, pendidikan, pekerjaan, paritas, pengetahuan tentang implant, role model, jarak ke

57 39 fasilitas pelayanan, informasi dari petugas kesehatan serta dukungan suami dengan variabel dependent pemakaian implant. Data dianalisa menggunakan statistik deskriptif yang digunakan untuk mendapatkan hasil dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase (%) dari masing-masing variabel Analisa bivariat Analisis bivariat dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel independent dengan variabel dependent. Analisis bivariat dilakukan pada variabel yang telah dikategorikan dengan membuat tabel 2 x 2 colum percentage. Ukuran asosiasi variabel independent dengan variabel dependent ditunjukan dengan nilai Crude Odds Ratio (OR) dengan interpretasi nilai PR. Jika nilai PR = 1 maka variabel independent tidak mempunyai hubungan dengan pemakaian kontrasepsi implant, jika nilai PR >1 maka variabel independen berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi implant dan jika nilai PR <1 maka variabel independent tidak berhubungan dengan pemakaian kontrasepsi implant. Uji statistik dalam menghitung estimasi besar hubungan masing-masing variabel independent dengan variabel dependent menggunakan uji chi-square, dengan niali α = 0,05 dan Confidence Interval (CI) 95%, bila nilai p > tidak ada hubungan, bila nilai p berarti ada hubungan Analisa multivariat Analisis multivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara variabel bebas dengan variabel dependent dan variabel independent mana yang mempunyai hubungan paling besar terhadap variabel dependent. Analisis multivariat menghubungkan secara bersamaan antara beberapa variabel

58 40 independent dengan satu variabel dependent. Uji yang dilakukan untuk menjelaskan hubungan antara kedua variabel dengan menggunakan uji regresi logistik dan ukuran asosiasi akan ditampilkan dalam bentuk adjusted odds ratio dengan interval kepercayaan (CI) 95% dan dengan memasukkan semua variabel independent dan dianalisis secara bersamaan untuk mendapatkan model terbaik dengan nilai p<0, Etika penelitian Dalam penelitian ini menempuh beberapa langkah yang berhubungan dengan etika penelitian: informed consent atau lembar persetujuan yang diberikan kepada responden yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan menjelaskan tujuan dan prosedur dari penelitian dan kemudian responden menandatangani lembar persetujuan tersebut apabila bersedia sesuai dengan kesepakatan Anonimitas yaitu menjaga kerahasiaan identitas dari responden dengan langkah tidak mencantumkan nama responden melainkan menggantikan dengan kode Confidentially yaitu peneliti menjamin kerahasiaan informasi dari responden.

59 BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Gambaran umum lokasi penelitian Kecamatan Tegalsari merupakan kecamatan baru hasil pemugaran dari kecamatan Gambiran pada tahun Luas wilayah 65,23 km 2 dengan jumlah penduduk jiwa pada tahun 2014 dengan jumlah PUS sebanyak Wilayah ini berada pada ketinggian mdpl. Berdasarkan letak geografisnya kecamatan Tegalsari dibatasi oleh: Sebelah Utara Sebelah Selatan Sebelah Timur Sebelah Barat : Kecamatan Genteng : Kecamatan Bangorejo, Kecamatan Siliragung : Kecamatan Gambiran : Kecamatan Glenmore Sumber pendapatan di kecamatan Tegalsari berdasarkan pengembangan potensi dan arahan pengembangan pada kelompok Cluster Banyuwangi Tengah Barat meliputi pertanian tanaman pangan yang didominasi dengan tanaman padi, buah naga dan jeruk, peternakan, perkebunan dan industri kecil (Pokja Sanitasi Kab. Banyuwangi, 2012). Tanah yang subur mengantarkan masyarakatnya sebagian besar bekerja pada sektor pertanian dan perkebunan. Kecamatan Tegalsari termasuk salah satu kecamatan dengan kategori sejahtera. Jumlah penduduk miskin sebanyak KK dari KK yang ada pada tahun 2014 atau sebesar 8,5% (BPS Kab.Banyuwangi, 2014). Kecamatan Tegalsari terdiri dari 17 dusun dari enam desa yaitu Tegalsari, 41

60 42 Karangdoro, Karangmulyo, Tegalrejo, Dasri dan Tamansari. Desa Tegalsari merupakan desa terluas yang memiliki julukan kota santri dengan jumlah pondok pesantren terbanyak diantara desa di kecamatan lain, sedangkan desa Karangdoro merupakan desa dengan cakupan proporsi dengan PPM tertinggi pemakaian kontrasepsi yaitu sebesar 238,78% pada tahun Terdapat pondok pesantren terbesar se Kabupaten Banyuwangi dengan tiga per empat penduduknya beragama Islam dan sepertiga penduduknya beragama Hindu. Masyarakat di Kecamatan Tegalsari masih menjunjung tinggi tatanan nilai budaya. Kondisi sosial budaya dengan sistem patrilineal yang mengarahkan dalam setiap pengambilan keputusan termasuk keputusan untuk menentukan jenis kontrasepsi harus mendapatkan ijin dari suami. Keputusan yang diambil dimusyawarahkan secara bersama akan tetapi keputusan akhir tetap pada suami yang dianggap sebagai kepala keluarga. Jumlah penduduk mayoritas beragama islam. Bagi beberapa pemeluk agama merencanakan jumlah anak menyalahi kehendak Tuhan dan dilarang oleh agama, akan tetapi kebutuhan akan alat kontrasepsi mempunyai manfaat lain yang membawa kebaikan dalam waktu jangka panjang karena menyangkut masa depan dari keturunan mereka. Masyarakat menyadari kebutuhan akan kontrasepsi sehingga pemilihan akan kontrasepsi yang sesuai dan yang dianjurkan oleh agama yang paling diminati. Fasilitas pelayanan kesehatan di Kecamatan Tegalsari terdapat satu puskesmas dengan instalasi rawat inap, enam puskesmas pembantu disetiap

61 43 desa dan dua klinik swasta. Semua tempat fasilitas kesehatan melayani pemakaian alat kontrasepsi modern dengan semua metode. Tidak tersedia angkutan umum pada wilayah desa yang ada di Kecamatan Tegalsari akan tetapi jarak fasilitas pelayanan kesehatan dengan akses yang mudah dijangkau dan dapat ditempuh dalam waktu kurang dari sepuluh menit. 5.2 Karakteristik responden Tabel berikut menyajikan karakteristik responden yang meliputi umur, pendidikan, pekerjaan dan paritas di Kecamatan Banyuwangi pada tahun Tabel 5.1 Distribusi frekuensi karakteristik responden di kecamatan tegalsari kabupaten banyuwangi Umur (Median, IQR) tahun <20 tahun atau >35 tahun Pendidikan Rendah Menengah Tinggi Pekerjaan IRT Pertanian Jasa Paritas (Median, IQR) 2 anak >2 anak Karakteristik n= (12) 120 (60,61) 78 (39,39) 44 (22,22) 142 (71,72) 12 (6,06) 110 (55,56) 32 (16,16) 56 (28,28) 2 (2) 139 (70,20) 59 (29,80) Berdasarkan Tabel 5.1, dari 198 responden diketahui bahwa sebanyak 60,61% responden berada dalam kelompok umur tahun dan 39,39% berada dalam kelompok umur 20 tahun sampai 35 tahun. Median umur responden yaitu 34 (12). Jika dilihat dari distribusi pendidikan, 71,72%

62 44 berpendidikan menengah (SMP dan SMA), 22,22% berpendidikan rendah (tidak sekolah dan SD), dan 6,06% berpendidikan tinggi (akademi/perguruan tinggi). Jika dilihat dari distribusi status pekerjaan, 55,56% sebagai IRT, 28,28% bekerja di bidang jasa dan 16,16% bekerja di bidang pertanian atau perkebunan.. Jika dilihat dari distribusi paritas, 70,20% memiliki jumlah anak kurang dari sama dengan dua dan 29,80% memiliki jumlah anak lebih dari dua. Median paritas responden yaitu 2 (2).

63 Pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan, dan dukungan suami Tabel dibawah ini menampilkan beberapa variabel yang diteliti meliputi pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami. Tabel 5.2 Distribusi frekuensi pemakaian implant, nilai budaya, pengetahuan, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan, dan dukungan suami di kecamatan tegalsarikabupaten banyuwangi Karakteristik n=198 (%) Pemakaian Implant Tidak memakai Memakai implant Nilai Budaya Tidak mendukung Mendukung Pengetahuan tentang implant Kurang Cukup Baik Role Model Tidak ada Ada Akses ke Fasilitas Kesehatan Susah dijangkau Mudah dijangkau Informasi dari Petugas Kesehatan Tidak Mendapat Dukungan Suami Tidak Mendapat 156 (78,79) 42 (21,21) 78 (39,39) 120 (60,61) 65 (32,83) 44 (22,22) 89 (44,95) 118 (59,60) 80 (40,40) 21 (10,61) 177 (89,39) 96 (48,48) 102 (51,52) 14 (7,07) 184 (92,93)

64 46 Berdasarkan Tabel 5.2, dari 198 responden diketahui bahwa jika dilihat dari distribusi pemakaian implant, 78,79% tidak memakai implant dan 21,21% memakai implant. Jika dilihat dari distribusi nilai budaya, 60,61% mendapat dukungan dan 39,39% tidak mendapat dukungan. Jika dilihat dari distribusi pengetahuan tentang implant, 44,95% berpengetahuan baik, 32,83% berpengetahuan kurang dan 22,22% berpengetahuan cukup. Jika dilihat dari distribusi role model, 59,60% tidak ada role model dan 40,40% ada role model. Jika dilihat dari distribusi akses ke falitas kesehatan, 89,39% mudah dijangkau dan 10,61% susah dijangkau. Jika dilihat dari distribusi informasi dari petugas kesehatan, 51,52% mendapat informasi dari petugas kesehatan dan 48,48% tidak mendapatkan informasi dari petugas kesehatan. Jika dilihat dari distribusi dukungan suami, 92,93% mendapatkan dukungan dari suami dan 7,07% tidak mendapat dukungan.

65 Hubungan antara karakteristik responden dengan pemakaian implant Tabel berikut menyajikan hubungan antara karakteristik responden dengan pemakaian implant. Tabel 5.3 Hubungan antara karakteristik responden dengan pemakaian implant di kecamatan tegalsari kabupaten banyuwangi Variabel Umur tahun <20 tahun atau >35 tahun Pendidikan Rendah Menengah Tinggi Pekerjaan IRT Pertanian Jasa Paritas 2 anak >2 anak Tidak Memakai n (%) 93 (59,62) 63 (40,38) 34 (21,79) 111 (71,52) 11 (7,05) 82 (52,56) 28 (17,95) 46 (29,49) 110(70,51) 46 (29,49) Kategori Memakai n (%) 27 (64,29) 15 (35,71) 10 (23,81) 31 (73,81) 1 (2,38) 28 (66,67) 4 (9,52) 10 (23,81) 29 (69,05) 13 (30,95) OR 95% CI Nilai p ref 0,82 0,37-1,75 0,582 ref 0,95 0,31 ref 0,64 0,42 0,40-2,40 0,01-2,70 0,25-1,50 0,10-1,36 0,900 0,266 0,270 0,123 ref 1,07 0,47-2,36 0,854 Berdasarkan Tabel 5.3, pada kelompok memakai implant 35,71% pada usia <20 tahun atau >35 tahun, sedangkan pada kelompok tidak memakai implant 40,38%. Ada sedikit perbedaan pada kedua kelompok namun secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05 Berdasarkan karakteristik responden pada variabel umur didapatkan OR=0,82, yang artinya peluang umur <20 tahun atau >35 tahun untuk memakai implant 0,8 kali dibandingkan dengan yang umur tahun.

66 48 Variabel pendidikan didapatkan 73,81% pada kelompok memakai implant dengan pendidikan menengah dan 71,15% pada kelompok tidak memakai implant. Ada sedikit perbedaan dan secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05. Dilihat dari nilai OR=0,95 pada kelompok pendidikan menengah terhadap rendah dan OR=0,31 pada kelompok pendidikan tinggi terhadap pendidikan rendah, yang artinya peluang penggunaan implant pada pendidikan yang lebih tinggi 0,3 kali dibandingkan dengan pendidikan rendah. Variabel pekerjaan pada kelompok memakai implant 9,52% bekerja di bidang pertanian dan yang tidak memakai implant 17,95% dan didapatkan OR=0,64 pada ibu yang bekerja di bidang pertanian dan OR=0,42 pada ibu yang bekerja di bidang jasa yang artinya ibu yang bekerja di bidang pertanian mempunyai peluang untuk memakai implant lebih rendah 0,6 kali sedangkan yang bekerja di bidang jasa mempunyai peluang memakai implant lebih rendah yaitu 0,4 kali dan keduanya secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05. Variabel paritas dengan kelompok yang memakai implant 30,95% memiliki anak >2 dan 29,49% pada kelompok yang tidak memakai implant. Ada sedikit perbedaan namun secara statitik tidak bermakna (p>0,05) dengan mendapatkan nilai OR=1,1 yang artinya paritas lebih dari dua mempunyai peluang untuk memakai implant sebesar 1,1 kali dibandingkan dengan paritas <2.

67 Hubungan antara nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami. Tabel berikut menyajikan hubungan antara nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami. Tabel 5.4 Hubungan antara nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model, akses ke fasilitas kesehatan, informasi dari petugas kesehatan dan dukungan suami di kecamatan tegalsari kabupaten banyuwangi Variabel Nilai Budaya Tidak mendukung Mendukung Pengetahuan tentang implant Kurang Cukup Baik Role Model Tidak Ada Akses ke Fasilitas Kesehatan Susah dijangkau Mudah dijangkau Informasi dari Petugas Kesehatan Tidak Mendapat Dukungan Suami Tidak Mendapat Tidak Memakai n (%) 69 (44,23) 87 (55,77) 63 (40,38) 39 (25) 54 (34,62) 106(67,95) 50 (32,05) 17 (10,90) 139(89,10) 89 (57,05) 67 (42,95) 12 (7,69) 144 (92,31) Kategori Memakai n (%) 9 (21,43) 33 (78,57) 2 (4,76) 5 (11,90) 35 (83,33) 12 (28,57) 30 (71,43) 4 (9,52) 38 (90,48) 7 (16,67) 35 (83,33) 2 (4,76) 40 (95,24) OR 95% CI Nilai p ref 2,91 1,25-7,35 0,007 ref 4,04 20,42 0,62-43,78 4,79-180,31 0,083 <0,001 ref 5,3 2,38-12,26 <0,001 ref 1,16 0,35-5,02 0,796 ref 6,64 2,67-18,66 <0,001 ref 1,67 0,35-15,90 0,510

68 50 Berdasarkan tabel 5.4, analisis secara bivariat pada kelompok yang memakai implant didapatkan 78,57% dengan nilai budaya yang mendukung sedangkan pada kelompok yang tidak memakai implant hanya 55,57%. Ada perbedaan pada variabel ini dengan mendapatkan OR=2,91, yang artinya kelompok dengan nilai budaya yang mendukung mempunyai peluang untuk memakai implant 3 kali terhadap kelompok nilai budaya yang tidak mendukung dan secara statistik bermakna karena nilai p<0,05. Variabel pengetahuan cukup pada kelompok yang memakai implant 11,90% dan 25% pada kelompok yang tidak memakai, ada perbedaan pada pengetahuan cukup namun secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05 dengan nilai OR=4,04 yang artinya peluang untuk memakai implant pada pengetahuan cukup 4 kali lebih tinggi dibandingkan dengan yang pengetahuan kurang. Pengetahuan baik pada kelompok yang memakai implant mencapai 83,33% dan kelompok tidak memakai hanya 34,62%. Nilai OR yang didapatkan adalah OR=20,42 yang artinya peluang untuk memakai implant 20 kali lebih besar dibandingkan dengan yang pengetahuan kurang dan secara statistik bermakna karena nilai p<0,05. Semakin baik level pengetahuan tentang implant maka pemakaian implant semakin tinggi. Analisis bivariat variabel dengan ada role model pada kelompok yang memakai Implant mencapai 71,43% dan pada kelompok yang tidak memakai hanya 32,05%. Terdapat perbedaan yang cukup besar dengan mendapatkan nilai OR=5,3, yang artinya peluang untuk memakai implant pada kelompok

69 51 yang ada role model 5,3 kali lebih besar dibandingkan yang tidak ada role model dan secara statistik bermakna karena nilai p<0,05. Variabel akses ke fasilitas kesehatan mudah dijangkau pada kelompok yang memakai implant 90,48% dan kelompok yang tidak memakai 89,10%. Terdapat sangat kecil perbedaan dengan nilai OR=1,16, yang artinya peluang untuk memakai implant pada kelompok akses mudah dijangkau 1,2 kali dibandingkan dengan akses yang susah dijangkau, namun secara statistik tidak bermakna karena niali p>0,05. Variabel informasi dari petugas kesehatan yang mendapatkan informasi pada kelompok yang memakai implant sebesar 83,33% dan kelompok yang tidak memakai 42,95%. Terdapat perbedaan yang cukup besar dan mendapatkan nilai OR=6,64, yang artinya peluang untuk memakai implant pada kelompok yang mendapat informasi dari petugas kesehatan 6,6 kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak mendapatkan informasi dan secara statistik bermakna karena nilai p<0,05. Variabel dukungan suami yang mendapat dukungan pada kelompok yang memakai implant 95,24% dan kelompok yang tidak memakai 92,95%. Terdapat sedikit perbedaan dan didapatkan OR=1,67, yang artinya peluang untuk memakai implant pada kelompok yang mendapat dukungan suami 2 kali dibandingkan yang tidak mendapatkan dukungan namun secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05.

70 Hasil analisis multivariat Analisis multivariat untuk variabel dengan skala kategorikal menggunakan uji regresi logistik. Berdasarkan hasil analisis bivariat, semua variabel yang mempunyai nilai p<0,25 akan disertakan dalam analisis multivariat. Berdasarkan tabel 5.3 dan 5.4 didapatkan bahwa variabel yang akan dimasukkan dalam model yaitu variabel nilai budaya, pengetahuan, role model dan informasi dari petugas kesehatan. Tabel berikut menyajikan hasil analisis multivariat variabel nilai budaya, pengetahuan, role model dan informasi dari petugas kesehatan terhadap pemakaian implant. Tabel 5.5 Hasil analisis multivariat variabel, nilai budaya, pengetahuan, role model, dan informasi dari petugas kesehatan, di kecamatan tegalsari kabupaten banyuwangi Variabel Adjusted 95% CI OR Lower Upper Nilai p Nilai budaya 3,59 1,44 8,94 0,006 Pengetahuan 15,10 3,44 74,40 <0,001 tentang implant Role model 3,43 1,47 8,06 0,004 Informasi dari petugas kesehatan 3,13 1,16 8,44 <0,001 Berdasarkan tabel 5.5 dapat diketahui bahwa dari hasil analisis multivariat didapat faktor yang secara independent berhubungan dengan pemakaian implant pada responden yaitu nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model dan informasi dari petugas kesehatan (p<0,05). Jika dilihat dari nilai OR, pemakaian implant yang mendapat dukungan nilai

71 53 budaya 3,6 kali lebih besar mempunyai peluang untuk memakai implant dibandingkan dengan responden yang tidak mendapat dukungan nilai budaya. Pemakaian implant pada responden dengan pengetahuan cukup tentang implant 5 kali lebih besar dibandingkan dengan yang berpengetahuan kurang dan sebanyak 16 kali lebih besar mempunyai peluang untuk memakai implant pada kelompok dengan pengetahuan baik tentang implant. Pemakaian implant pada responden yang mempunyai role model 3 kali daripada responden yang tidak mempunyai role model dan pemakaian implant pada responden yang mendapat informasi dari petugas kesehatan 3 kali lebih besar daripada yang tidak pernah mendapatkan informasi. Hasil analisis mutivariat juga menunjukkan bahwa nilai R-square sebesar 0,3384, yang berarti bahwa sekitar 34% pemakaian implant pada responden berhubungan dengan variabel nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model dan informasi dari petugas kesehatan dan 66% sisanya dimungkinkan oleh faktor lain yang tidak diteliti. Setelah dilakukan analisis perlu dilakukan uji goodness of fit test untuk mengetahui apakah data fit untuk model ini. Berdasarkan hasil output goodness of fit test didapatkan nilai p=0,1129 yang menunjukkan bahwa data fit dengan model regresi logistik, artinya hasil prediksi dari model tidak jauh berbeda dengan data hasil observasi.

72 BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di tiga desa Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi pada bulan Maaret 2015 hingga April 2015 menunjukkan bahwa proporsi pemakaian implant sebesar 21,21%. Proporsi pemakaian implant di Kecamatan Tegalsari jauh lebih tinggi dibandingkan dengan angka nasional yaitu sebesar 5,70% dan angka provinsi 4,95% (BKKBN, 2012). Cakupan pemakaian implant di Banyuwangi khususnya Kecamatan Tegalsari mempunyai angka cakupan yang lebih tinggi, hal ini menenunjukkan keberhasilan dari program inovatif yang telah digalakkan sejak tahun 2010 sampai sekarang. Program inovatif dari bupati serta pemerintah kota Banyuwangi ini membuahkan hasil yang tidak sia-sia. Program-program tersebut tidak akan terlaksana dengan sempurna tanpa campur tangan dan kegigihan dari para PLKB serta dukungan yang diberikan oleh badan pemberdaya perempuan dan KB Kabupaten Banyuwangi. Pemakaian kontrasepsi implant di Nigeria berdasarkan hasil penelitian dari Aisien ditemukan 377 wanita memakai implant dari wanita atau hanya sekitar 3,2% (Aisien, 2007). Hasil dari penelitian ini masih menunjukkan perbedaan sedikit lebih rendah dari hasil 53

73 54 penelitian di Kecamatan Tegalsari, meski proporsi lebih tinggi dari penelitian yang dilakukan Aisien. Penelitian yang dilakukan di Ethopia Utara menemukan hasil yang lebih memprihatinkan dimana didapati wanita menikah yang memakai implant sebesar 0,1% dan 0% untuk IUD dengan unmet need sebesar 34% (Alemayehu dkk, 2012). 6.2 Karakteristik wanita pasangan usia subur akseptor implant Masa reproduksi merupakan masa aktif digunakan untuk kebutuhan seksual, sehingga mereka memerlukan metode yang efektif yang digunakan untuk menunda kehamilan, mengatur kehamilan dan menjarangkannya (Finer & Philbin, 2012). Usia reproduktif yaitu usia diantara 20 tahun sampai 35 tahun dimana merupakan usia dewasa yang cukup matang untuk dibuahi, dan sebaliknya usia <20 tahun yang merupakan usia terlalu muda untuk hamil sehingga penggunaan kontrasepsi diperlukan sebagai alat untuk menunda kehamilan. Usia yang terlalu tua untuk hamil yaitu >35 tahun, sehingga metode kontrasepsi diperlukan untuk mencegah kehamilan, sehingga pada kedua periode usia tersebut diperlukan metode yang lebih efektif dan berlaku dalam jangka waktu yang lebih panjang (Depkes RI, 2006). Pemakaian kontrasepsi implant lebih banyak dipakai oleh wanita usia muda <21 tahun karena mempunyai resiko abortus yang lebih tinggi (Winner dkk, 2012). Usia muda mempunyai masa reproduktif yang panjang sehingga diperlukan metode kontrasepsi efektif dalam

74 55 waktu yang lama, sehingga implant lebih banyak digunakan pada wanita usia <24 tahun (Nakhaee & Mirahmadizadeh, 2002). Penggunaan kontrasepsi dengan metode yang lebih efektif lebih banyak diminati wanita dengan umur <20 tahun dan >35 tahun dengan anggapan pemilihan yang rasional sesuai fase usia (Ode dkk, 2013). Hasil analisis bivariat didapatkan OR 0,82 dengan CI 0,37-1,75. Hasil menunjukkan bahwa peluang umur <20 tahun atau >35 tahun untuk memakai implant 0,8 kali dibandingkan dengan umur tahun, jadi wanita yang banyak menggunakan implant adalah umur tahun akan tetapi secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05 serta angka CI yang mengandung angka satu. Hal ini berlawanan dengan penelitain yang pernah dilakukan sebelumnya, akan tetapi hampir sama dengan penelitian yang dilakukan di Ethopia didapatkan akseptor implant lebih banyak pada usia 25 tahun sampai 35 tahun (Alemayehu dkk., 2012). Pemakaian implant lebih banyak digunakan pada wanita usia tahun. Diketahui bahwa pada usia tahun merupakan masa reproduksi dengan usia matang yang paling sempurna untuk dibuahi. Pada tahap usia ini kontrasepsi berfungsi untuk mengatur dan menjarangkan kehamilan. Masa keefektifan dari implant yang efektif dalam waktu 3 sampai 5 tahun sesuai dengan jarak ideal antara kehamilan.

75 56 Hasil penelitian terkait pendidikan sebesar 73,81% dengan pendidikan menengah pada kelompok yang memakai implant, 71,52% tidak memakai dan sebesar 2,38% pendidikan tinggi yang memakai implant dan 7,05% yang tidak memakai. Berdasarkan hasil analisis didapatkan nilai OR 0,95 pada pendidikan menengah dan 0,31 pada pendidikan tinggi. Diketahui bahwa peluang penggunaan implant pada yang berpendidikan tinggi (akademi atau universitas) lebih rendah 0,3 daripada yang berpendidikan rendah (SD dan tidak sekolah) dan terdapat trend terbukti semakin tinggi pendidikan didapatkan nilai OR yang semakin rendah. Pemakaian implant pada wanita PUS lebih banyak dipakai pada wanita dengan pendidikan rendah. Masalah ini memang sangat berkaitan. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat penting pada perkembangan dan kemajuan SDM suatu bangsa. Orang dengan pendidikan tinggi berkecenderungan mempunyai pemikiran yang lebih kritis dan selektif karena mempunyai prinsip yang menjadikan mereka lebih idealis dan berhati-hati dalam bertindak. Sebaliknya, seseorang dengan pendidikan yang rendah akan lebih mudah untuk dipengaruhi untuk melakukan suatu hal. Ketidaktahuan mereka akan beberapa hal membuat mereka lebih terbuka terhadap suatu hal baru yang diperkenalkan. Hal ini berlawanan dengan teori yang ada bahwa tingkat pendidikan akan mempengaruhi pemahaman dan pengetahuan

76 57 seseorang. Penelitian tersebut menegaskan bahwa hubungan pendidikan dengan pemilihan kontrasepsi modern sangat berkaitan (Samandari, 2010). Tingkat pendidikan lebih tinggi mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan dengan tingkat pendidikan rendah karena seorang ibu dengan pendidikan tinggi lebih berpengalaman dalam menggunakan kontrasepsi (Susanti dkk, 2013) Hasil yang sama didapatkan tingkat pendidikan ibu dengan pemakaian kontrasepsi modern mempunyai hubungan yang signifikan. Ibu dengan pendidikan lebih tinggi cenderung lebih memilih menggunakan metode kontrasepsi modern dengan efektifitas yang lebih tinggi (Copollo, 2011). Perbedaan yang terjadi berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Tegalsari bahwa, semakin rendah pendidikan seseorang maka semakin mudah untuk dipengaruhi dalam memutuskan memakai kontrasepsi. Hal ini menunjukkan bahwa orang dengan pendidikan yang rendah mempunyai kecenderungan untuk lebih mudah dipengaruhi oleh orang lain. Hasil penelitian terkait status pekerjaan ibu menunjukkan bahwa hanya 16,16% ibu yang memakai implant bekerja disektor pertanian, 28,28% dibidang jasa dan sebesar 55,56% sebagai ibu rumah tangga dan berdasarkan hasil analisis diketahui bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara status pekerjaan ibu dengan pemakaian implant (p>0,05). Akan tetapi berdasarkan analisis bivariat dapat disimpulkan

77 58 bahwa semakain sibuk ibu-ibu justru semakin rendah penggunaan implant Wanita yang bekerja cenderung lebih mengatur kesuburannya sehingga mereka harus memilih kontrasepsi yang paling efektif dan berlangsung dalam waktu yang lama (Mosha & Ruben, 2013). Pekerjaan juga memiliki hubungan yang signifikan dan mempunyai pengaruh yang paling dominan dalam pemakaian alat kontrasepsi (Anggraeni, 2012). Jenis pekerjaan seseorang menentukan gaya hidup serta kebiasaan dari individu. Pekerjaan mempunyai peranan yang cukup erat dengan pemikiran dan keputusan yang harus dilakukan demi keberlangsungan karir. Jenis pekerjaan menyangkut berat dan ringannya kategori pekerjaan mempengaruhi jenis pememakaian kontrasepsi yang digunakan. Anggapan kontrasepsi yang kurang aman bagi pekerja keras karena akan menimbulkan efek samping menyebabkan penggunaan kontrasepsi implant cenderung kurang diminati. Hasil penelitian terkait paritas menunjukkan bahwa 70,20% pada paritas 2 dan 29,80% pada paritas >2. Secara statistik paritas tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan didapatkan nilai OR yang didapatkan 1,07 dengan CI mengandung angka satu dan nilai (p>0,05). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Erman bahwa paritas tidak mempengaruhi dalam pemilihan kontrasepsi

78 59 dengan penggunaan metode baik jangka panjang maupun jangka pendek (Erman & Elviani, 2012). Pengalaman berulang ibu melahirkan mempengaruhi mereka dalam memutuskan dan memilih jenis kontrasepsi yang lebih efektif dalam waktu yang lama (Newland, 2001). Penelitian yang dilakukan oleh Newland sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Alemayehu, wanita yang mempunyai anak >2 mempunyai peluang lebih besar 3 kali dibandingkan dengan wanita yang mempunyai anak <2 terbukti dengan nilai OR 2,7 dan CI 1,4-5,1 (Alemayehu dkk., 2012). Jumlah anak hidup mempengaruhi pasangan usia subur dalam menentukan metode kontrasepsi yang akan digunakan. Pada pasangan dengan jumlah anak hidup masih sedikit terdapat kecenderungan untuk menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas rendah, sedangkan pada pasangan dengan jumlah anak hidup banyak terdapat kecenderungan menggunakan metode kontrasepsi dengan efektivitas yang lebih tinggi. 6.3 Nilai budaya dan pemakaian implant Faktor nilai budaya sebanyak 78,57% dengan nilai budaya yang mendukung dan 21,43% dengan nilai budaya yang tidak mendukung memakai kontrasepsi implant Didapatkan nilai OR 2,9 dengan CI 1,25-7,35 dan nilai p<0,05. Secara statistik nilai budaya mempunyai hubungan yang bermakna dan mempunyai peluang lebih besar 4 kali

79 60 pada wanita dengan nilai budaya yang mendukung untuk memakai kontrasepsi implant. Lingkungan memiliki peranan yang sangat kuat dalam menentukan tindakan individu. Penelitian di Cimahi mendapatkan hasil bahwa faktor budaya mempunyai hubungan yang paling dominan terhadap pemakaian kontrasepsi dengan nilai OR 29,93 dan nilai p= 0,005 (Setyowati, 2010). Penelitian serupa yang dilakukan di Tanzania mendapatkan hubungan yang signifikan antara agama dengan pemakaian kontrasepsi dengan nilai OR 2,802 dan p<0,05 (Mosha & Ruben, 2013). Hasil yang berbeda didapatkan pada penelitian yang dilakukan di Ethopia mendapatkan bahwa faktor agama dan nilai budaya tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemakaian kontrasepsi implant (Alemayehu dkk., 2012). Penelitian serupa di Turkey mendapatkan hasil yang berbeda bahwa agama dan budaya mempengaruhi mereka dalam memutuskan untuk memilih jenis kontrasepsi karena kepercayaan bahwa agama dan kebudayaan mereka melarang jenis kontrasepsi tertentu (Sahin, 2003). Sosial budaya merupakan kondisi yang diciptakan untuk mengatur tatanan kehidupan bermasyarakat yang mencakup semua bidang, Usaha untuk mempengaruhi perilaku seseorang akan lebih mudah dan efektif jika menyentuh nilai dan budaya dari masyarakat tersebut terlebih dahulu. Sebagian besar dari keyakinan dan agama

80 61 islam tidak menganjurkan umatnya untuk menggunakan kontrasepsi modern. Mengatur jarak kelahiran serta mencegah terjadinya kehamilan dengan menggunakan alat atau metode tertentu merupakan tindakan yang melawan kehendak Tuhan YME. 6.4 Pengetahuan tentang implant dan pemakaian implant Pengetahuan pada wanita usia subur 44,95% berpengetahuan baik, 32,83% berpengetahuan kurang dan 22,22% berpengetahuan cukup. Hasil yang didapatkan dari analisis bivariat pada pengetahuan cukup dengan kurang OR yang didapatkan adalah 4,04 sedangkan pengetahuan baik dengan kurang didapatkan OR=20,42. Setelah dianalisis secara multivariat variabel dengan pengetahuan cukup mendapat nilai p=0,063 dan pengetahuan baik p=0,001. Pengetahuan baik mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pemakaian implant Penelitian yang dilakuan di Makasar tentang rendahnya minat penggunaan implant didapatkan hasil bahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 (Salvina & Hasifah, 2013). Terkait penelitian serupa yang dilakukan di Aceh tentang faktor yang berhubungan dengan minat ibu dalam menggunakan implant mendapatkan hasil yang serupa bahwa pengetahuan mempunyai hubungan yang signifikan dengan nilai p=0,000 (Adyani, 2013). Perilaku seringkali dipengaruhi oleh seberapa besar pemahaman kita atas sesuatu hal, karena hal itu maka pengetahuan seseorang sangat berkaitan erat dengan perilaku mereka dalam memutuskan tentang

81 62 upaya untuk meningkatkan kesehatan mereka, pengetahuan memiliki pengaruh dalam memberikan putusan untuk menggunakan alat kontrasepsi, dengan nilai p = 0,00 dan OR 2,224 (Mosha & Ruben, 2013). Penggunaan alat kontrasepsi jangka panjang pada faktor pengetahuan mempunyai hubungan yang paling dominan dengan nilai OR=7,9 dan nilai CI 3,1-18,3 (Alemayehu dkk., 2012). Berbeda dengan penelitian serupa yang dilakukan di Mataram didapatkan hasil bahwa pengetahuan baik tidak mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemakaian kontrasepsi pada wanita usia subur dengan OR=2,1 akan tetapi nilai p>0,05 yaitu p=0,676 yang berarti secara statistik tidak bermakna (Aryanti, 2014). Hasil penelitian ini sejalan dengan teori yang dipaparkan oleh Notoatmojo (2010) bahwa pengetahuan merupakan hasil proses belajar dari seseorang yang dari tidak tahu menjadi tahu, dan seseorang yang tahu akan mempunyai kecenderungan untuk memilih dan melakukan. Upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat untuk memakai implant dengan cara memberikan pengetahuan kepada wanita usia subur dan pasangannya. Pengetahuan yang baik dan benar akan seuatu hal mempunyai pengaruh yang besar dalam menentukan keputusan yang diambil. Seseorang yang tahu akan manfaat, kegunaan, keefektifan serta efek samping dari implant secara benar membuat wanita PUS yang memilih implant menjadi lebih yakin dan nyaman untuk memakainya.

82 Role model dan pemakaian implant Model peran mempunyai peranan yang sangat penting untuk psikologis manusia dalam membantu perkembangan yang berfungsi sebagai pandangan untuk mengambil keputusan tentang hal yang akan mempengaruhi masa depan (Thomas, 2014). Berdasarkan analisis univariat pada seluruh responden sejumlah 198 responden terdapat 59,60% tidak ada role model dan sebesar 40,40% ada role model. Berdasarkan hasil bivariat didapatkan hasil sebesar 71,43% yang ada role model memakai implant dan 28,57% tidak ada role model yang tidak memakai implant Nilai OR=5,3 yang berarti ada role model mempunyai peluang 5 kali lebih besar untuk memakai implant dan secara statistik bermakna dengan nilai p=0,000 dengan CI 2,38-12,26. Setelah dilakukan analisis secara multivariat adanya role model mempunyai hubungan sebesar 4 kali dengan nilai p=0,004. Adanya model peran mempunyai pengaruh yang besar kepada orang lain yang menjadikannya sumber inspirasi untuk melakukan hal yang sama (Lockwood dkk, 2002). Upaya untuk mempengaruhi wanita usia subur untuk memakai implant dengan cara mengikut sertakan tokoh masyarakat atau seseorang yang mampu menjadi panutan agar memakai implant terlebih dahulu untuk mempengaruhi masyarakat. Model peran mempunyai pengaruh yang sangat penting untuk psikologis manusia dalam membantu perkembangan yang berfungsi

83 64 sebagai pandangan untuk mengambil keputusan tentang hal yang akan mempengaruhi masa depan (Thomas, 2014). Seseorang memutuskan melakukan suatu tindakan dengan memperhatikan orang lain. Keberhasilan serta manfaat dari keputusan yang diambil menjadikan daya tarik tersendiri bagi orang lain untuk memilih melakukan hal yang sama. Kisah sukses dari teman dekat, tokoh idola maupun keluarga merupakan magnet yang mampu mempengaruhi minat orang lain untuk memilih melakukan hal yang sama. 6.6 Akses ke fasilitas kesehatan dan pemakaian implant Faktor yang paling umum mempengaruhi penggunaan kontrasepsi modern pada masyarakat adalah akses jarak ke pelayanan kesehatan (Samandari, 2010). Akses, jarak tempuh dan letak geografis daerah perkotaan atau pedesaan mempengaruhi wanita pasangan usia subur untuk menentukan jenis kontrasepsi yang digunakan. Mereka yang mempunyai akses susah dijangkau akan cenderung lebih rendah penggunaan kontrasepsi jangka panjang, dengan nilai OR=1,21 dan p=0,05 yang secara statistik bermakna (Puslitbangkes, 2011). Akses ke fasilitas kesehatan dengan kategori mudah dijangkau sebesar 89,39% dan kategori susah dijangkau 10,61%. Berdasarkan hasil analisis bivariat didapatkan nilai OR=1,16, CI= 0,35-5,02 dan p>0,005, dapat disimpulkan bahwa variabel akses ke fasilitas kesehatan tidak mempunyai hubungan signifikan yang secara statistik bermakna dalam pemakaian implant. Akses yang terjangkau merupakan faktor

84 65 pendukung yang berpengaruh dalam pemakaian implant (Gustikawati, 2014). Penelitian terkait tentang faktor yang mempengaruhi penggunaan kontrasepsi mendapatkan bahwa akses yang mudah dijangkau mempengaruhi seseorang untuk memakai kontrasepsi dengan mendapat nilai OR=5,228 dan nilai p<0,005 (Ekarini, 2008). Akses yang mudah dijangkau meliputi jarak kepelayanan kesehatan dengan waktu tempuh kurang dari tiga puluh menit akan menarik para perempuan untuk mengunjungi pusat pelayanan KB tersebut, jarak tempat pelayanan sangat efektif dalam meningkatkan penggunaan kontrasepsi dan menurunkan kesuburan (Goodman dkk., 2007). Akses yang mudah menuju tempat yang memberikan fasilitas pelayanan kesehatan menjadi faktor yang utama sebagai penguat keinginan ibu untuk memperhatikan kesehatannya. Akses yang mudah dijangkau bukan hanya kedekatan jarak antara rumah menuju tempat pelayanan kesehatan, akan tetapi waktu tempuh dan alat transportasi yang digunakan juga mempunyai peranan penting. 6.7 Informasi dari petugas kesehatan dan pemakaian implant Penyuluhan dan KIE merupakan bentuk pemberian informasi baik dari tenaga kesehatan maupun petugas kesehatan yang bertujuan memberikan bantuan mengenai berbagai masalah yang berkaitan dengan pelayanan kesehatan reproduksi yang komprehensif sehingga

85 66 calon akseptor mampu mengambil keputusan sendiri mengenai alat atau metode kontrasepsi yang terbaik untuk dirinya (BKKBN, 2009). Hasil penelitian yang dilakukan menunjukkan bahwa 51,52% mendapatkan informasi dari petugas kesehatan dan 48,48% tidak mendapat. Berdasarkan analisis bivariat didapatkan sebanyak 83,33% kelompok yang memakai implant mendapat informasi dari petugas kesehatan dengan nilai OR=6,64, CI=2,67-18,66 dan dengan nilai p=0,000 yang berarti informasi dari petugas kesehatan mempunyai hubungan yang signifikan terhadap pemakaian implant dan secara statistik bermakna bahkan setelah dilakukan analisis secara multivariat didapatkan bahwa informasi dari petugas kesehatan tetap mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pemakaian implant dengan nilai p=0,000. Penelitian serupa yang dilakukan di Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinrang Makasar didapatkan hasil yang sama bahwa terdapat hubungan yang bermakna anatar pemberian informasi dari petugas kesehatan terhadap pemakaian kontrasepsi hormonal dengan nilai p=0,006. Pemberian informasi, penyuluhan dan penjelasan tentang alat kontrasepsi hormonal merupakan bentuk dukungan dari petugas kesehatan yang berkontribusi sangat besar pada tahap akhir pemakaian alat kontrasepsi karena penjelasan dan dorongan yang diberikan (Musdalifah dkk, 2013). Komunikasi dan informasi mempunyai

86 67 hubungan yang signifikan dengan nilai p = 0,001 (Mosha & Ruben, 2013). Rendahnya penggunaan kontrasepsi hormonal (implant) karena tidak mendapatkan informasi yang benar dari petugas kesehatan melainkan mendapatkan informasi yang salah dan tidak jelas dari teman atau keluarga yang menimbulkan rasa takut untuk memakai kontrasepsi implant. Dengan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% (α=0,05) diperoleh nilai p=0,002, yang berarti informasi dari petugas mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pemakaian kontrasepsi hormonal (implant) (Salvina & Hasifah, 2013). Berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan di Kecamatan Aikmel Kabupaten Lombok didapatkan hasil bivariate dengan uji chi square didapatkan nilai OR=2,7 yang mempunyai makna bahwa informasi dari petugas kesehatan mempunyai peluang untuk meningkatkan pemakaian kontrasepsi, namun secara statistik tidak bermakna karena nilai p>0,05 (Aryanti, 2014). Penelitian sejalan yang dilakukan di Buton Sulawesi Tenggara didapatkan hasil yang tidak jauh berbeda dengan penlitian Aryanti bahwa informasi dari petugas kesehatan tidak mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pemakaian kontrasepsi hormonal implant, dengan nilai p=0,536 (Ode dkk, 2013). Informasi yang benar dan sesuai mempunyai pengaruh yang besar terhadap keputusan akan tindakan seseorang. Informasi dari petugas

87 68 kesehatan yang diberikan kepada masyarakat secara terus menerus dan berkelanjutan dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman yang benar akan kesehatan terutama tentang kontrasepsi implant untuk mencegah terjadinya kesalah pahaman akan manfaat dan kegunaannya. Informasi yang berulang dari sumber yang dipercaya mempunyai peranan yang sangat penting. Seseorang yang tahu akan cenderung melakukan hal yang telah diketahuinya. Pemberian informasi tidak hanya dihitung dari berapa kali wanita usia subur dan pasangannya mendapatkan informasi, melainkan kejelasan dari informasi berpengaruh terhadap pemahaman dari penerima informasi. Pemberian informasi yang berulang dapat dijadikan sebagai pengingat kesadaran akan pentingnya kesehatan. 6.8 Dukungan suami dan pemakaian implant Saling memberikan dukungan dalam memilih dan memutuskan untuk menggunakan jenis kontrasepsi sangat berpengaruh terhadap tingkat keberhasilan dalam program keluarga berencana (Ernest dkk, 2007). Perempuan akseptor KB merasa lebih nyaman ketika keputusan KB diputuskan secara mufakat antara pasangan (Kohan dkk, 2012). Alasan banyaknya wanita pasangan usia subur yang tidak menggunakan alat kontrasepsi dikarenakan tidak mendapat dukungan dan tidak disetujui oleh suami (Sahin, 2003). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan didapatkan 93,94% mendapat dukungan dari suami dan hanya 6,06% yang tidak

88 69 mendapatkan dukungan. Hasil analisis bivariat didapatkan OR=3,11 akan tetapi secara statistik tidak bermakna (p>0,05) dan nilai CI dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan hasil 0,42-137,07 dimana mengandung angka satu dengan range yang terlalu lebar. Penelitian tersebut berlawanan dengan penelitian yang dilakukan di Kecamatan Aikmel Mataram, bahwa dukungan suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemakaian kontrasepsi dengan nilai p=0,000 pada analisis bivariat dengan menggunakan uji chi square (Aryanti, 2014). Hasil yang berbeda juga didapatkan pada penelitian yang dilakukan di Sulawesi bahwa dukungan suami mempunyai hubungan yang bermakna dengan pemakaian kontrasepsi hormonal (implant) pada pasangan suami istri, dengan nilai p=0,034. Metode kontrasepsi tidak akan dipakai oleh istri apabila tidak ada kerjasama dengan suami baik dukungan secara materi, atensi dan spiritual dan istri akan cenderung berhenti menggunakan kontrasepsi jika tidak mendapat ijin dan dukungan dari pasangannya (Ode dkk, 2013). Dukungan suami mempunyai hubungan yang bermakna terhadap pemakaian kontrasepsi hormonal (implant) dengan nilai p=0,000 dan merupakan variabel yang paling bepengaruh (Musdalifah dkk, 2013). Dukungan suami sangat berpengaruh besar dalam memutuskan untuk menggunakan atau tidak kontrasepsi serta metode apa yang sesuai. Kesadaran suami dalam keikutsertaan berpartisipasi dalam menentukan alat kontrasepsi yang sesuai menenjukkan kepedulian

89 70 bahwa masalah kesehatan reproduksi bukan hanya masalah pada wanita. Partisipasi pria dalam upaya mendukung program KB bukan hanya dengan mengantar istrinya ke pelayanan kesehatan atau sekedar memberikan materi finansial akan tetapi dengan ikut mendampingi pasangannya baik saat pemasangan maupun pada saat penyuluhan. Pentingnya peranan suami dalam mempengaruhi keputusan wanita untuk memakai implant mempunyai pengaruh yang sangat besar sehingga sebaiknya penyuluhan tentang kontrasepsi implant bukan hanya diberikan kepada ibu-ibu akan tetapi juga kepada pasangannya. 6.9 Keterbatasan penelitian Penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur dalam teknik pengumpulan data, sehingga data yang didapatkan masih sangat dasar karena responden cenderung hanya memilih dari jawaban yang tersedia dan tidak berkenan menyebutkan jawaban lain yang tidak tercantum pada pilihan jawaban dengan mengisi pilihan jawaban pada option alasan lain.

90 BAB VII SIMPULAN DAN SARAN 7.1 Simpulan Penelitian yang telah dilakukan menunjukkan hasil bahwa pemakaian kontrasepsi implant di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2015 adalah sebesar 21,21%. Faktor yang berhubungan dalam pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur diantaranya adalah nilai budaya, pengetahuan tentang implant, role model dan informasi dari petugas kesehatan. Nilai budaya yang mendukung yang meliputi agama dan kepercayaan serta adat istiadat jawa mempunyai hubungan yang berkaitan erat terhadap keputusan yang diambil dalam memilih jenis alat kontrasepsi apa yang akan digunakan. Pengetahuan yang baik tentang implant akan mendorong wanita pasangan usia subur untuk memakai implant. Beberapa akseptor yang diteliti yang tidak memakai implant menyatakan tidak memilih untuk memakai implant dikarenakan mereka mempunya anggapan yang salah tentang manfaat serta efek samping yang ditimbulkan dari implant. Adanya role model yang mempengaruhi minat dari wanita usia subur untuk memakai implant, baik adanya ajakan dari yang memakai implant atau sekedar melihat para panutan mereka memakainya. Besarnya akseptor KB yang memakai implant karena telah mendapat informasi yang benar dari petugas kesehatan. Dalam penelitian ini factor pengetahuan yang baik tentang implant 71

91 72 mempunyai hubungan yang paling besar terhadap pemakaian implant pada wanita PUS di kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. 7.2 Saran Bagi badan pemberdaya perempuan dan KB Upaya yang dilakukan dalam usaha untuk meningkatkan capaian kontrasepsi MKJP di Kabupaten Banyuwangi dengan terobosan memberikan pelayanan yang diberikan secara cuma-cuma atau gratis yaitu program Safari. Namun masih banyak masyarakat yang tidak tahu dan tidak mendengar tentang informasi tersebut dan kapan program tersebut diadakan di desa mereka, sehingga masih banyak wanita PUS yang masih tidak menggunakan implant karena alasan tidak mengerti dan tidak mempunyai cukup uang untuk membayar. Pelaksanaan safari sebaiknya disosialisasikan kepada masyarakat secara menyeluruh dan berulang kali untuk memastikan semua masyarakat telah mendengar dan mengetahuinya Bagi PLKB kecamatan tegalsari dan bidan wilayah Pentingnya informasi selain dari manfaat kontrasepsi dan kontrasepsi apa yang sesuai untuk masing-masing calon akseptor hendaknya juga diinformasikan kapan, dimana dan bagaimana prosedur dari program safari akan dilaksanakan. Pemberian informasi KIE atau penyuluhan lain sebaiknya melibatkan suami sehingga infromasi disampaikan bukan hanya pada ibu-ibu akan tetapi juga pada pasangannya serta pemberian informasi sebaiknya telah diprogramkan secara rutin berapa bulan sekali dengan memastikan bahwa semua PUS telah mendapatkan informasi.

92 Bagi peneliti selanjutnya Penelitian ini hanya meneliti tentang pemakaian implant pada wanita PUS di Kecamatan Tegalsari dengan memilih separuh desa sebagai perwakilan yang mempunyai karakteristik yang berbeda, sehingga jumlah responden terbatas sehingga kemungkinan hasil tidak tergeneralisir. Bagi peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti pada semua desa dengan jumlah sampel yang lebih banyak dan dengan menggunakan metode yang berbeda yaitu mix method sehingga hasil jawaban bukan hanya diukur dari hasil kuesioner melainkan juga wawancara secara langsung sehingga hasil yang diperoleh lebih objektif dan bisa digeneralisir ke masyarakat.

93 Daftar Pustaka Adyani, D Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Minat Ibu dalam Menggunakan Kontrasepsi Implant Di Wilayah Kerja Puskesmas Ingin Jaya Kabupaten Aceh Besar. Aceh. Stikes Ubudiyah. Affandi, B Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. S. Prof.Dr.dr Biran Affandi, Editor. Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Aisien, A. O Contraception with Levonorgestrel Subdermal Implant s (Norplant R ) in Benin-City, Nigeria : A 12-year Review. African Journal of Reproductive Health. Apr: 11(1): Alemayehu, M., Belachew, T., & Tilahun, T Factors associated with utilization of long acting and permanent contraceptive methods among married women of reproductive age in Mekelle town, Tigray region, north Ethiopia. BMC Pregnancy and Childbirth. 12(1), 6. doi: / Anggraeni, N. L. G "Hubungan Antara Karakteristik Sosiodemografi Ibu Dengan Pemakaian IUD di Kabupaten Klungkung" (tesis). Denpasar. Universitas Udayana. Aryanti, H "Faktor-faktor yang berhubungan dengan penggunaan kontrasepsi pada wanita kawin usia dini di kecamatan aikmel kabupaten Lombok Timur" (tesis). Denpasar. Universitas Udayana. Atikah, P Panduan Memilih Kontrasepsi. J. Budi, Editor. Edisi pertama. Yogyakarta: Nuha Medika. Bappenas Arah Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana dalam RKP 2012 dan Rancangan RKP Badan Perencana Pembangunan Nasional BKKBN Panduan Pelaksanaan KIP / Konseling Kontrasepsi Pria. Jakarta: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. BKKBN. 2008a. Buku Pedoman Penggarapan Unmet Need di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Mataram: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Prov NTB bekerjasama denga ADB-DHS-II. BKKBN. 2008b. Peran Ulama dibalik Sukses Program KB dan Keshatan Reproduksi di Provinsi Nusa tenggara Barat. Drs.H Sukardi Mkes, Editor. Mataram: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Prov NTB bekerjasama denga ADB-DHS-II. Retrieved from 74

94 75 BKKBN Panduan Konseling Kesehatan Reproduksi dan KB. Mataram: Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional Prov NTB. BKKBN Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. S. Prof.Dr.dr Biran Affandi, Editor. Edisi 3. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. BKKBN Angka Pemakaian Kontrasepsi Nasional. Retrieved November from Boeree, George Personality Theories. PSychology Departement Shippensburg University. page 1-9 BPPKB Pencapaian KB per mix Kontrasepsi Seluruh Tahapan Keluarga Sejahtera Tahun Badan Pemberdaya Perempuan dan Keluarga Berencana Kabupaten Banyuwangi BPS Trends Angka Fertilitas Total Menurut Provinsi. Retrieved November 10,2014,fromhttp:// BPS Kab.Banyuwangi Banyuwangi Dalam Angka 2013.Banyuwangi Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyuwangi Copollo, D. A "Modernization and Contraception in Kenya from 1998 to " (dissertation). Texas. University of Texas at Arlington. Dinkes Kab. Banyuwangi Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Dinkes Kab. Banyuwangi Profil Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Tahun Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Dinkes Prov. Jatim Profil Kesehatan Provinsi Jawa Timur Tahun Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Timur Erman, I., & Elviani, Y Hubungan Paritas dan Sikap Akseptor KB dengan Penggunaan Kontrasepsi Jangka Panjang di Kelurahan Muara Enim Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas Kota Lubuklinggau Tahun Jurnal Poltekes Palembang. 1-6 Ernest Orji, Ebenezeer Ojofeitemi, B. O The role of men in family planning decision-making in rural and urban Nigeria. The European Journal of Contraception & Reproductive Health Care. Mar: 12(1): 70. Finer, L. B., & Philbin, J. M Trends in ages at key reproductive transitions in the United States, Women s Health Issues : Official

95 76 Publication of the Jacobs Institute of Women's Health, 24(3), e doi: /j.whi Gakidou, E., & Vayena, E Use of modern contraception by the poor is falling behind. PLoS Medicine. Feb 6: 4(2), e31. doi: /journal.pmed Gebremariam, A., & Addissie, A Knowledge and perception on long acting and permanent contraceptive methods in adigrat town, tigray, northern ethiopia: a qualitative study. International Journal of Family Medicine, 2014, Goodman, D. C., Klerman, L. V, Johnson, K. a, Chang, C.-H., & Marth, N Geographic access to family planning facilities and the risk of unintended and teenage pregnancy. Maternal and Child Health Journal. Nov 28: 11(2): Gustikawati, D. A. N "Faktor Pendukung Dan Penghambat Istri Pasangan Usia Subur Dalam Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant Di Puskesmas I Denpasar Utara" (tesis). Universitas Udayana. Jacobstein, R., & Polis, C. B Progestin-only contraception: injectables and Implants. Best Practice & Research. Clinical Obstetrics & Gynaecology. 28(6), Johnson, S., Pion, C., & Jennings, V Current methods and attitudes of women towards contraception in Europe and America. Reproductive Health, 10(1), 1. Kohan, S., Simbar, M., & Taleghani, F Empowerment in family planning as viewed by Iranian women: a qualitative study. Journal of Biosocial Science, 44(2), Kumala, Lila Hubungan Faktor Individu Dengan Kinerja Pegawai Di Kantor Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. Jurnal Ilmiah Unej. Kuiper, H., Miller, S., Martinez, E., Loeb, L Urban adolescent females views on the IMPLANT and contraceptive decision-making : A double paradox. Family Planning Perspectives. Jul/Aug. 29(4): 167. Lockwood, P., Jordan, C. H., & Kunda, Z Motivation by positive or negative role models: Regulatory focus determines who will best inspire us. Journal of Personality and Social Psychology, 83(4),

96 77 Mcelderry, C. G "A Comparison Study of Norplant Use Among Economically Disadvantaged Women" (dissertation). Alabama. University of Alabama. Mosha, I. H., & Ruben, R Communication, knowledge, social network and family planning utilization among couples in Mwanza, Tanzania. African Journal of Reproductive Health. Sep: 17(3): Musdalifah, Muksen Sarake, R Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemilihan Kontrasepsi Hormonal Pasutri Di Wilayah Kerja Puskesmas Lampa Kecamatan Duampanua Kabupaten Pinarang Jurnal Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanduin, 1, Nakhaee, N., & Mirahmadizadeh, a.-r Five-year continuation rate and reasons for early removal of Norplant in Shiraz, Iran. The European Journal of Contraception & Reproductive Health Care. Dec: 7(4): Newland, L The deployment of the prosperous family : Family planning in West Java. Retrieved from Notoatmodjo, S Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rieneka Cipta. Notoatmodjo, S Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. S. Notoatmodjo, Editor. Edisi Revisi. Jakarta: Rieneka Cipta. Ode, W., Arliana, D., Sarake, M., & Seweng, A Kontrasepsi Hormonal Pada Akseptor KB Di Kelurahan Pasarwajo Kecamatan Pasarwajo Kabupaten Buton Sulawesi Tenggara. Jurnal fakultas Kesehatan Masyarakat Unhas, 1, Pergub Jatim Upah Minimum Kabupaten / Kota di Jawa Timur Tahun Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 72 Tahun Pokja Sanitasi Kab.Banyuwangi Buku Putih Sanitasi Kabupaten Banyuwangi (Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman 2012). Banyuwangi: Pokja Sanitasi Kab. Banyuwangi. Purwoko, E Kebijakan penggunaan metode kontrasepsi jangka panjang (MKJP) dalam jampersal, (September), Retrieved from Puslitbangkes Faktor - Faktor Yang Mempengaruhi Penggunaan MKJP di Enam Wilayah Indonesia. Retrieved from

97 78 Rattray, C The Norplant experience at the University Hospital of the West Indies. Journal of Obstetric and Gynaecology. Nov : 17(6): 569 Sahin, H Reasons for not using family planning methods in Eastern Turkey. European Journal of Contraception and Reproductive Health care. Mar : 8(1): 11 Salvina, Hasifah, Suryani, S Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rendahnya Minat Untuk Menggunakan Metode Kontrasepsi Hormonal ( IMPLANT ) Pada Akseptor KB Di Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Jurnal E-Library Stikes Nani Hasanudin Makasar: 2(4) :1 10. Samandari, G Contraceptive Use in Cambodia : A Multi-Method Examination of Determinants and Barriers to Modern Contraception" (dissertation). Chapel Hill. University of North Carolina Sastroasmoro, S. (2011). Dasar-dasar Metodologi Penelitian Klinis (4th ed., p. 287). Jakarta: Sagung Seto. Save, D. C Resistance against contraception or medical contraceptive methods : a Qualitative Study on Women and Men in Instanbul. The European Journal of Contraception & Reproductive Health Care. Jun: 9(2): 94 Setyowati, T Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim Pada Akseptor KB Golongan Resiko Tinggi Di Puskesmas Wilayah Kec. Cimahi Selatan Kota Cimahi Tahun Jurnal Kesehatan Stikes Kartika Ahmad Yani, 1, Sherpa, S Knowledge, Attitude, Practice and Preferences of Contraceptive Methods in Udupi District, Karnataka. Journal of Family and Health Reproductive. 7 (3): Suparmi, S Peningkatan Akses dan Mutu Pelayanan KB Menjelang JKN. AT/ Humas Perwakilan BKKBN Jatim, 22. Retrieved from Susanti, P.Mona Wowor, R. H Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Minat Ibu Terhadap Penggunaan Alat Kontrasepsi Implant di Puskesmas Ome Kota Tidore Kepulauan. Ejournal Keperawatan. Agust 1(1): 1-5 Thomas, M The Important of Role Models. Health Guidance. Retrieved November 27, 2014, from The-Importance-of-Role-Models.html

98 79 Trevvit, J. L "Female Reproductive Health in Russia : Demographic and Behavioral Determinant of Pregnancy Outcomes, Contraceptive Usage and Repeat Abortion" (dissertation). Baltimore. Johns Hopkins University Tuner, L.W., Hunt, S.H., Dibrezzo, R.C. J Health Belief Model. Jones and Bartlette Publisher. UNFPA Population Trends. Sept - Nov. Retrieved from population-trends UUD Undang-Undang Republik Indonesia Tentang Sistem Pendidikan. In UUD no 20 tahun 2003 (pp. 1 33). Jakarta. WHO Family Planning a Global Handbook for Providers (Evidence-b.). United States Agency for International Development Bureau for Global Health Office of Population and Reproductive Health. Winner, B., Peipert, j., Zhao, Q., Buckel, C., Madden, T., Allsworth, J Effectiveness of Long-Acting Reversible Contraception. New England Journal of Medicine. May 24: 2(1):

99 Lampiran 1 PENJELASAN KEPADA CALON RESPONDEN TENTANG PENELITIAN YANG AKAN DILAKUKAN Selamat pagi/siang/sore, Saya Firdawsyi Nuzula Mahasiswi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, saya akan melakukan penelitian sebagai syarat dalam menyelesaikan tugas akhir tentang kontrasepsi dengan judul Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Implant Pada Wanita Pasangan Usia Subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi. Pemilihan untuk memakai alat kontrasepsi yang tepat dipengaruhi oleh banyak faktor. Untuk tujuan tersebut, kami akan menanyakan beberapa pertanyaan. Kejujuran Anda dalam menjawab pertanyaan akan membantu memberikan data dan informasi yang benar mengenai fenomena yang terjadi. Keikutsertaan Anda dalam program ini sangat membantu kami untuk mengatasi permasalahan kependudukan. Keikutsertaan Anda dalam penelitian ini bersifat sukarela tanpa adanya unsur paksaan dan apabila Anda merasa tidak nyaman atau keberatan selama proses maka Anda diperkenankan untuk mengundurkan diri dari penelitian ini atau menolak menjawab pertanyaan yang tidak anda kehendaki. Hasil pengisian kuesioner Anda akan dijamin kerahasiannya serta bersifat anonim dimana form kuesioner yang diisi tidak akan berisi nama atau identitas Anda, melainkan kode responden. Apabila anda bersedia berpartisipasi dalam penelitian ini maka kami akan melakukan pengisian kuesioner yang akan berlangsung sekitar menit. Kami persilahkan Anda untuk menghubungi kami bila Anda mempunyai pertanyaan lebih lanjut tentang penelitian ini. Anda bisa menghubungi Firdawsyi Nuzula (pada nomor telepon ). 74

100 Lampiran 2 INFORMED CONSENT Penyataan oleh Responden Persetujuan untuk berpartisipasi pada penelitian mengenai Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemakaian Implant Pada Wanita Pasangan Usia Subur di Kecamatan Tegalsari Kabupaten Banyuwangi Tahun 2014 Bahwa saya telah membaca lembaran informasi yang diberikan kepada saya (atau telah dibacakan untuk saya), dan saya telah memahami tujuan penelitian ini dan sifat pertanyaan-pertanyaan yang akan ditanyakan pada saya. Saya menyadari bahwa: 1. Saya akan berpartisipasi dalam studi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemakaian implant pada wanita pasangan usia subur 2. Saya akan diwawancarai oleh petugas lapangan selama menit 3. Identitas saya akan dilindungi dengan cara menggunakan kode. Kode ini akan muncul pada kuesioner yang menyimpan semua informasi yang saya berikan, tetapi nama saya tidak akan disebutkan di sana. 4. Jawaban-jawaban saya akan dijaga kerahasiaannya selama penelitian. 5. Keikutsertaan dalam penelitian ini bersifat sukarela dan saya bisa mengundurkan diri kapanpun saya mau. 6. Saya boleh tidak menjawab suatu pertanyaan, oleh karena alasan apapun. 7. Saya memahami para peneliti akan melakukan setiap langkah yang bisa dilakukan untuk melindungi kerahasiaan saya. Saya setuju untuk ikut berpartisipasi dalam penelitian ini Banyuwangi, Suami, Responden, ( ) ( )

101 Lampiran 3 DAFTAR PERTANYAAN PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015 MAHASISWA PASCASARJANA IKM UNIVERSITAS UDAYANA KUESIONER KARAKTERISTIK WANITA PUS DAN FAKTOR LAIN A. Identifikasi Responden A1 Kode Responden A2 Nomor Responden A3 Suku A4 Agama A5 Dusun A6 Desa B. Identifikasi Pengumpul Data B1 Nama pengumpul data B2 Tanggal pengumpulan data - - B3 Tanda tangan C. Karakteristik Wanita Pasangan Usia Subur C1 Berapa umur ibu? Tanggal/Bulan/Tahun berapa ibu lahir? C2 Apa pendidikan terakhir yang ibu tempuh? Tahun SD/sederajat 1. SMP/sederajat 2. SMA/sederajat 3. PT/sederajat

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berkualitas dan sejahtera dapat direncanakan oleh setiap keluarga melalui program

BAB II KAJIAN PUSTAKA. berkualitas dan sejahtera dapat direncanakan oleh setiap keluarga melalui program BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Prevalensi pemakaian implant di indonesia Upaya yang dilakukan dalam mengendalikan jumlah penduduk dan mengarahkan mobilitas penduduk untuk mewujudkan masyarakat supaya tumbuh

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI FIRDAWSYI NUZULA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB)

BAB 1 PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk. Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana telah menjadi salah satu sejarah keberhasilan dan telah diterapkan sejak tahun 1970 dalam rangka upaya pengendalian jumlah penduduk. Ledakan penduduk

Lebih terperinci

PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR

PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR YUDI ARDIANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN EFEK SAMPING PENGGUNAAN KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MENGWI II NI PUTU ENIK ERNAWATI PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015

HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015 UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN KINERJA PETUGAS LAPANGAN KELUARGA BERENCANA DI KABUPATEN GIANYAR TAHUN 2015 SANG AYU NYOMAN DIANTARI NIM. 1320015032 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, INTERAKSI SOSIAL, DAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

GUSTI AYU RATNA ADI SARI

GUSTI AYU RATNA ADI SARI UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB HORMONAL TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SELEMADEG BARAT KABUPATEN TABANAN TAHUN 2015 GUSTI AYU RATNA ADI

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDAK TERPENUHINYA KEBUTUHAN BER-KB (UNMET NEED KB) DI KELURAHAN

UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDAK TERPENUHINYA KEBUTUHAN BER-KB (UNMET NEED KB) DI KELURAHAN UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDAK TERPENUHINYA KEBUTUHAN BER-KB (UNMET NEED KB) DI KELURAHAN SEMARAPURA KLOD KANGIN KECAMATAN KLUNGKUNG LUH GDE KRISNA DEWI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

Factors Associated to Implant Use among Married Women of Reproductive Age in Banyuwangi

Factors Associated to Implant Use among Married Women of Reproductive Age in Banyuwangi Laporan hasil penelitian Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Pemakaian Implan pada Wanita Kawin Usia Subur di Kabupaten Banyuwangi Firdawsyi Nuzula 1,2, N.P. Widarini 2,3, Mangku Karmaya 2,4 1 Akademi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator

BAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah kependudukan telah menjadi perhatian pemerintah Indonesia sejak ditandatanganinya deklarasi mengenai kependudukan oleh para pemimpin dunia termasuk presiden

Lebih terperinci

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB NON MKJP TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA TAHUN 2016

UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB NON MKJP TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA TAHUN 2016 UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB NON MKJP TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA TAHUN 2016 NI LUH MADE MEGA KARYATI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN AKDR PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR BARAT

PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN AKDR PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR BARAT UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN AKDR PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR BARAT SANG AYU MADE CHANDRADITA ASTASANI 1120025021 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN

Lebih terperinci

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

Nuke Devi Indrawati.   Tlp : ABSTRAK ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG PELAYANAN KB YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR AKSEPTOR KB DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Nuke

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR PANDE PUTRI DWINTASARI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional maupun internasional, telah memberi pengaruh pada program keluarga berencana nasional di Indonesia. Perubahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)

BAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan) BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi modern memainkan peranan penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian ibu. Kehamilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dalam tingkat jumlah penduduk terbesar di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD)

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SUAMI DAN PENGETAHUAN IBU DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DI PUSKESMAS POLOKARTO KABUPATEN SUKOHARJO PUBLIKASI ILMIAH Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah

Lebih terperinci

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :

Volume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KB KONDOM DI DESA BANGSALAN KECAMATAN TERAS KABUPATEN BOYOLALI The Relationship Between The Knowledge Level And Men s Participation In Family

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )

ABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: ) ABSTRAK Pemilihan kontrasepsi dalam rumah tangga merupakan kesepakatan antara suami dan istri sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bersama. Peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan Keluarga Berencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru Program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan

Lebih terperinci

ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR TESIS ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR NI LUH PARTIWI WIRASAMADI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN PENDIDIKAN, PENGETAHUAN, USIA DAN DUKUNGAN SUAMI DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI IUD DI DESA TANGGAN GESI SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: Asri Septyarum 201310104217 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN KARAKTERISTIK SOSIAL DEMOGRAFI BIDAN DALAM PELAKSANAAN PROGRAM INISIASI MENYUSU DINI DI BIDAN PRAKTEK MANDIRI KABUPATEN BADUNG LUH SUDEMI PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI DETERMINAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PACARKELING KOTA SURABAYA

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI DETERMINAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PACARKELING KOTA SURABAYA DETERMINAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PACARKELING KOTA SURABAYA Oleh : UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT SURABAYA 2016 DETERMINAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI DI PUSKESMAS PACARKELING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah anak dalam keluarga (WHO, 2009). Program KB tidak hanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif tertentu, menghindari kelahiran yang tidak diinginkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara-negara berkembang diperkirakan selama kurun waktu 40 tahun program keluarga berencana (KB) telah berperan penting dalam peningkatan contraceptive prevalence

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) yang dimulai tahun 1970 telah meningkatkan angka prevalensi kontrasepsi (CPR) di Indonesia dari 26 persen tahun 1976 menjadi 62 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Dengan Angka Fertilitas atau Total Fertelitity Rate (TFR) 2,6, Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program KB di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF OLEH IBU BERAKTIFITAS DALAM RUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARGA I KABUPATEN TABANAN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF OLEH IBU BERAKTIFITAS DALAM RUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARGA I KABUPATEN TABANAN TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSLUSIF OLEH IBU BERAKTIFITAS DALAM RUMAH DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS MARGA I KABUPATEN TABANAN HESTERIA FRISKA ARMYNIA SUBRATHA PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

TESIS DETERMINAN PENERIMAAN PELAYANAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM PASCA PLASENTA PADA IBU PASCA PERSALINAN DI KOTA DENPASAR

TESIS DETERMINAN PENERIMAAN PELAYANAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM PASCA PLASENTA PADA IBU PASCA PERSALINAN DI KOTA DENPASAR TESIS DETERMINAN PENERIMAAN PELAYANAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM PASCA PLASENTA PADA IBU PASCA PERSALINAN DI KOTA DENPASAR NI MADE RAI WIDIASTUTI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyak negara di berbagai belahan dunia telah berkomitmen secara serius dalam mencapai target MDGs (Millennium Development Goals), termasuk negara Indonesia sampai

Lebih terperinci

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN ULANG PASCA PEMASANGAN IUD DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR TAHUN 2016

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN ULANG PASCA PEMASANGAN IUD DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR TAHUN 2016 UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KUNJUNGAN ULANG PASCA PEMASANGAN IUD DI PUSKESMAS I DENPASAR TIMUR TAHUN 2016 LUH PUTU SUSENI ARIATI NIM. 1420015034 PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK

PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWA SMA TENTANG BAHAYA ROKOK DI KOTA DENPASAR PASCA PENERAPAN PERINGATAN BERGAMBAR PADA KEMASAN ROKOK LUH DEVI PRIYANTHI ASDIANA 1120025061 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk ke empat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika Serikat. Masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan ekonomi, masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penduduk sebagai determinan pembangunan harus mendapat perhatian yang serius. Program pembangunan termasuk pembangunan dibidang kesehatan harus didasarkan pada dinamika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI WILAYAH PUSKESMAS SEKAMPUNG KABUPATEN LAMPUNG TIMUR Rosmadewi Jurusan Kebidanan Politeknik Kesehatan Tanjungkarang E-mail:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health Organization) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi oleh Indonesia di bidang kependudukan adalah pertumbuhan penduduk yang masih tinggi. Semakin tingginya pertumbuhan penduduk maka semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI DI KELURAHAN MOJOSONGO KECAMATAN JEBRES Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT OLEH WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI PUSKESMAS MENGWI I

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT OLEH WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI PUSKESMAS MENGWI I UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMANFAATAN PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT OLEH WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI PUSKESMAS MENGWI I NI PUTU IRMA JULIANTARI PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan

Lebih terperinci

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SKRIPSI FAKTOR PENYEBAB AKSEPTOR KB SUNTIK TIDAK MEMILIH METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) (Studi di Puskesmas Gading Kecamatan Tambaksari Surabaya) Oleh: NIM. 101311123046 UNIVERSITAS AIRLANGGA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan lebih tinggi dari perkiraan dua tahun yang lalu. Jumlah penduduk dunia pada bulan Juli 2013 mencapai

Lebih terperinci

SKRIPSI FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

SKRIPSI FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh

Lebih terperinci

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN TAHUN 2015

FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN TAHUN 2015 UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KURANG ENERGI KRONIS PADA IBU HAMIL DI PUSKESMAS I DENPASAR SELATAN TAHUN 2015 PUTU AYU PEGGY ARISTYA PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )

PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang ) PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang ) ABSTRACT This research was carried on in Nagari Koto Gaek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode

BAB I PENDAHULUAN. menggalakkan program keluarga berencana dengan menggunakan metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Masalah kependudukan merupakan masalah yang terus mendapatkan perhatian pemerintah dan lembaga terkait. Pembangunan kependudukan dan keluarga kecil berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010).

I. PENDAHULUAN. dengan jumlah penduduk sebanyak juta jiwa penduduk (BPS, 2010). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang besar yaitu dengan jumlah penduduk sebanyak 237.641.326 juta jiwa penduduk (BPS, 2010). Di tingkat

Lebih terperinci

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI

BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI BEBERAPA FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELUARGA BERENCANA PADA KELOMPOK IBU DI WILAYAH PUSKESMAS I SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina,

BAB I PENDAHULUAN. Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat di dunia setelah Cina, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan masalah besar bagi Negara di dunia khususnya Negara berkembang. Indonesia merupakan Negara dengan jumlah penduduk terbesar keempat

Lebih terperinci

Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan Laporan Performance Monitoring and Accountability 2020 (PMA2020) gelombang

Laporan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dan Laporan Performance Monitoring and Accountability 2020 (PMA2020) gelombang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Program Keluarga Berencana (KB) dibentuk dengan tujuan untuk mengendalikan jumlah penduduk sehingga dapat mewujudkan penduduk tanpa pertumbuhan atau Zero Population

Lebih terperinci

PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS

PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian PRB (Population

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2014 mencapai 231,4 juta BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu masalah utama di Indonesia adalah penduduk yang cukup tingi. Laju pertumbuhan penduduk bervariasi pada tahun 2009 sebesar 2,4%, sedangkan jumlah penduduk

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( ) GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village

Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village Associated Factors With Contraceptive Type Selection In Bidan Praktek Swasta Midwife Norma Gunung Sugih Village Arief AR, Dewiarti AN, Sibero HT Medical Faculty of Lampung University Abstract The rate

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai jenis masalah. Masalah utama di Indonesia dalam bidang kependudukan adalah masih tingginya pertumbuhan

Lebih terperinci

TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DENGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL PADA FERTILISASI IN VITRO

TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DENGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL PADA FERTILISASI IN VITRO TESIS TERDAPAT HUBUNGAN ANTARA UMUR IBU DENGAN JUMLAH FOLIKEL ANTRAL PADA FERTILISASI IN VITRO FRANSISKUS CHRISTIANTO RAHARJA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS TERDAPAT HUBUNGAN

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR

HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR TESIS HUBUNGAN PELAYANAN KEFARMASIAN DENGAN KEPUASAN PASIEN MENGGUNAKAN JASA APOTEK DI KOTA DENPASAR PUTU EKA ARIMBAWA NIM 1292161025 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS

HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS HUBUNGAN PENDIDIKAN IBU, STATUS PEKERJAAN IBU DAN PERAN BIDAN DENGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI WILAYAH PUSKESMAS WEDARIJAKSA PATI TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan tidak diinginkan merupakan tantangan sosial dan kesehatan global meliputi kehamilan yang tidak diinginkan (unwanted) dan kehamilan terjadi lebih cepat dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk dunia saat ini 7,2 milyar jiwa (menurut CIA World Factbook Tahun 2015). Indonesia menduduki urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak setelah

Lebih terperinci

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK

ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK 1 ABSTRACT PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN USIA KAWIN PERTAMA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI TERHADAP JUMLAH ANAK Nanik Oktavia ¹, Trisnaningsih ², Zulkarnain ³ This study aimed to determine the effect of education

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI MKJP PADA PUS DI PUSKESMAS TEMBILAHAN HULU Mia Rita Sari Akademi Kebidanan Husada Gemilang Mia.ritasari@yahoo.com Abstrak Cakupan preferensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dengan jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari negara berkembang dengan jumlah penduduk Indonesia yang menempati posisi ke empat di dunia setelah negara Cina, India dan Amerika

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DI DESA KARANGJATI KABUPATEN SEMARANG Dessy Yunita Dewi Program Studi DIV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Delapan tujuan Millenium Development Goals (MDG s) telah disepakati oleh 191 negara anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk dicapai pada tahun 2015 (WHO, 2013).

Lebih terperinci

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR TESIS HUBUNGAN JENIS FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA, STATUS KEPESERTAAN DAN KARAKTERISTIK SOSIO-DEMOGRAFIS DENGAN TINGKAT KEPUASAN PASIEN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI KOTA DENPASAR NI MADE WIDIASTUTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang terus meningkat merupakan salah satu masalah bagi negara-negara di dunia, khususnya negara berkembang.perserikatan Bangsa bangsa (PBB) memproyeksikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah kependudukan yang masih terjadi di Indonesia. Indonesia berada di urutan keempat negara dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari lima negara berkembang yaitu, India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada pertambahan penduduk dunia

Lebih terperinci

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN SKRIPSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMENGARUHI PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PEMAKAIAN METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (MKJP) DI KECAMATAN MEDAN DENAI TAHUN 2015 Oleh : AGUSTIA RIZKY AMELIA 121021059 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi..

ABSTRAK. Referensi : 16 buku ( ) + 7 kutipan dari internet Kata Kunci : Pengetahuan, tingkat ekonomi, pemilihan alat kontrasepsi.. HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT EKONOMI KELUARGA TERHADAP PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA PUS DI DESA BLANG LANCANG KECAMATAN JEUNIEB KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2016 Dewi Lisnianti 1*) dan Desi Safriani

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Peran program

Lebih terperinci

TESIS. Oleh ELVIPSON SINAGA /IKM

TESIS. Oleh ELVIPSON SINAGA /IKM HUBUNGAN KARAKTERISTIK IBU, DUKUNGAN SUAMI, BUDAYA DAN KUALITAS PELAYANAN KB DENGAN PEMAKAIAN KONTRASEPSI AKDR (IUD) DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SIBOLANGIT KABUPATEN DELI SERDANG TESIS Oleh ELVIPSON SINAGA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan

Lebih terperinci