BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL ISTIQLAL II 1995 : SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL ISTIQLAL II 1995 : SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM"

Transkripsi

1 BAB III FESTIVAL ISTIQLAL I 1991 DAN FESTIVAL ISTIQLAL II 1995 : SENI RUPA MODERN INDONESIA BERNAFASKAN ISLAM Kegiatan Festival Istiqlal yang diselenggarakan pada masa pemerintahan Presiden Soeharto pada tahun 1991 dan 1995, merupakan Festival yang berusaha menampilkan segi dan sisi kehidupan kebudayaan dan kesenian Islam Indonesia secara kontekstual. Tidak aneh, jika usaha menampilkan kebudayaan Islam Indonesia tersebut, mengambil inspirasi dari sebutan atau sisi lain dari kebudayaan Indonesia yang beranekaragam tersebut. Pilihan pun diambil dengan judul: Pameran Kebudayaan Indonesia yang Bernafaskan Islam. Bisa dikata, inilah tonggak penting bagaimana kebudayaan Islam di bumi nusantara secara fisik ditampilkan dalam suatu pameran Festival. Selaku Presid en saat itu, tanggapan ini kemudian dijelaskan oleh Soeharto, pada saat pembukaan pameran Festival Istiqlal I 1991, dalam pidatonya tersebut Soeharto mengatakan: Dalam festival ini akan kita tampilkan berbagai ragam kegiatan penjelmaan cipta karya dan cipta seni yang ditandai oleh ciri khas ke- Islaman. Kedatangan Islam di Indonesia memang membawa dampak dalam berbagai bidang kehidupan yang masih membekas sampai saat ini, seperti gaya arsitektur, dalam pola dan motif hiasan, dalam karya kesastraan dan berbagai cipta karya dan cipta seni lainnya. Bahkan, dalam adat istiadat masyarakat kita pengaruh Islam juga sangat kuat. Hal ini jelas terungkap, misalnya dalam peribahasa yang berlaku di ranah Minang: Adat bersendi syara dan syara bersendi Kitabullah. (Soeharto :1993). Namun, usaha menggelar acara seperti Festival Istiqlal tersebut, ternyata bukan saja menampilkan aspek kebudayaan Islam di bumi nusantara saja. Ditengarai masalah ini kemudian berkait dengan usaha pemerintah saat itu, untuk mempromosikan aspek wisata Indonesia secara turistik. Lebih gamblang pernyataan ini, dijelaskan lagi oleh Soeharto: Melalui Festival Istiqlal ini penampilan kebudayaan kita yang bernafaskan Islam itu, kita laksanakan dan kita kaitkan dengan Tahun Kunjungan Indonesia Dengan demikian, festival ini lebih merupakan paparan kebudayaan khas kaum muslimin Indonesia, baik bagi bangsa Indonesia sendiri maupun bagi bangsa-bangsa lainnya. Tujuan yang ingin kita capai adalah timbulnya kesadaran akan jatidiri khas umat Islam Indonesia, terpeliharanya saling pengertian antara berbagai umat beragama serta makin kukuhnya persahabatan antara bangsa-bangsa. (Soeharto :1993). 35

2 Bagi Soeharto sendiri, momen seperti Festival Istiqlal bisa dijadikan refleksi bagaimana, seharusnya kita memaknai kebudayaan Islam dalam konteks Indonesia. Setidaknya ada dua faktor unsur penting yang berkait di dalamnya, paparan ini kemudian terumuskan kembali dalam pidatonya sebagai berikut: 1. Unsur pertama adalah roh Islami, yang bertumpu pada jiwa tauhid serta pesan perdamaian, rahmat dan persaudaraan seluruh insan. Islam sebagai agama yang ditujukan pada kemanusiaan sebagai satu umat, mengajarkan asas-asas yang berlaku universal. Sehingga memberikan cukup peluang bagi setiap lingkungan sosial dan budaya untuk menerimanya dengan penyesuaian tanpa menimbulkan perubahan pada asas-asasnya. Al-Qur an pun menegaskan, bahwa manusia diciptakan bersuku-suku dan berbangsa-bangsa agar mereka saling berkenalan. Kesatuan manusia dan kebhinekaan budaya memang merupakan ciri khas dunia manusia. Karena itu, kesatuan sebagai umat hendaknya membuat manusia saling memperhatikan kesejahteraan sesamanya. Sebagai pendukung berbagai ragam budaya, manusia haruslah berusaha saling mengenal dan saling memahami, serta saling menghormati. Semuanya itu, pada gilirannya akan memperkaya peri kehidupan manusia yang beradab. Kiranya tidak terlalu menyimpang jika kondisi kemanusiaan tadi kita rangkum dalam semboyan Bhineka Tunggal Ika, karena kebhinekaan budaya umat manusia ditegaskan serentak dengan tunggalnya kemanusiaan. 2. Unsur kedua adalah semangat keindonesiaan, yaitu semangat kekeluargaan dan toleransi dari suatu masyarakat majemuk, yang menganut berbagi agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dalam semangat kekeluargaan dan toleransi ini, kaum muslimin menghargai agama serta kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa yang dianut oleh Saudara-saudaranya se-bangsa. Perpaduan kedua unsur tadi, antara yang universal dan yang nasional., menimbulkan kepribadian tersendiri dan menyebabkan kebudayaan kaum 36

3 muslimin Indonesia mempunyai ciri khasnya sendiri yang layak ditampilkan (Soeharto :1993). Upaya untuk mengenalkan bahwa Festival Istiqlal tersebut, bukanlah milik pemerintah atau negara tetapi untuk seluruh masyarakat Indonesia dipaparkan juga oleh Soeharto berikut ini: Festival seperti ini merupakan festival yang pertama kali kita selenggarakan di Tanah Air kita. Festival ini bukanlah festival negara ataupun festival pemerintah, tetapi festival masyarakat sendiri. Kesemarakan festival ini bergantung kepada dukungan umat Islam Indonesia khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. (Soeharto :1993). 3.1 Konsep Festival Istiqlal I 1991 Peristiwa Festival Istiqlal sesungguhnya bukan hanya sekedar masalah peristiwa pameran kesenian biasa. Lingkup ini tidak bisa dilepaskan melalui pengaruh sosiologis dan konteks kultural yang turut serta mempengaruhinya. Secara sosiologis, kita tahu pada masa 90-an pula isu mengenai gempuran globalisasi dan bagaimana tuntutan bangsa Indonesia menghadapi tantangan akhir abad-20, yang diyakini mempunyai kendala masalah sosial, ekonomi dan politik diramalkan semakin besar bahkan kompleks. Perhatian ini kemudian tertuang dalam latar belakang bagaimana Festival Istiqlal I itu digagas: Menjelang akhir abad 20 bangsa Indonesia dihadapkan pada tantangantantangan yang semakin besar. Di tengah gejolak iklim sosial, sosial, politik, dan ekonomi yang serba cepat dan penuh perubahan, bangsa Indonesia semakin dituntut untuk berbagai unsur utama: kreativitas, imajinasi, kerja keras, dan semangat pantang menyerah. Sikap dan kemampuan seperti itu tentu tidak bisa hadir begitu saja, melainkan harus ditumbuhkan secara bertahap dan terencana. Dalam hal ini bangsa Indonesia patut bersyukur karena telah memiliki pegangan yang jelas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yaitu Pancasila dan UUD Program Pembangunan yang dilaksanakan secara berkelanjutan telah menampakkan hasil dan berbagai perubahan, baik material maupun non-material. 37

4 Proses perubahan itu juga telah meningkatkan berbagai kemampuan bangsa Indonesia, baik secara kualitatif maupun kuantitatif, ini nampak dengan semakin meratanya tingkat pendidikan ke segala lapisan masyarakat. Bangsa Indonesia yang berjumlah 180 juta jiwa terdiri dari banyak suku dan beberapa keyakinan, sehingga tidak mengherankan jika ia sering dilihat sebagai masyarakat majemuk. Namun, apabila diingat bahwa 89 % dari seluruh penduduk Indonesia adalah muslim, mau tidak mau muncul pertanyaan: Bagaimana meningkatkan kualitas bangsa ini melalui etik Islam? Pertanyaan demikian adalah wajar, dan lebih berupa gagasan kultural karena menghubungkan pola perilaku bangsa dengan salah satu sumber keyakinannya yang terbesar. Seperti diketahui, kebudayaan tidak lain adalah cara hidup manusia. (Katalog Pameran Kebudayaan Indonesia Yang bernafaskan Islam, Festival Istiqlal I 1991, hal.2) Di sisi lain bagi Pontjo Sutowo sendiri yang menjadi ketua umum badan pelaksana Festival Istiqlal I 1991, ia menyatakan bahwa masalah kebudayaan tidak kalah pentingnya dengan masalah kemakmuran dan ekonomi suatu bangsa, masalahnya terletak pada persoalan bagaimana meningkatkan kualitas dan martabat manusia. Pontjo Sutowo kemudian menulis: Pada masa kini dan masa-masa yang akan datang, isu tentang kualitas dan martabat manusia semakin penting. Setelah berhasil melewati tahaptahap yang sulit dalam upaya meningkatkan kemakmuran dan swasembada pangan. Prioritas berikutnya tak pelak lagi adalah adalah pada manusia itu sendiri. Ini bukan berarti bahwa upaya meningkatkan kemakmuran lalu dihentikkan, atau pada masa-masa sebelumnya nilai-nilai kemanusiaan tidak dikembangkan. Keduanya tetap berjalan bersama, hanya titik beratnya berbeda. Pembanguan jangka panjang tahap kedua mencanangkan pentingnya peningkatan kualitas dan martabat manusia. Berbicara tentang manusia berarti berbicara tentang gagasan-gagasannya, impian dan harapan, perilaku dan karya-karyanya, singkatnya kebudayaannya. Jadi upaya meningkatkan kualitas dan martabat manusia tidak bisa lain mesti ditandasi oleh pemahaman terhadap kebudayaannya. Dalam kaitan ini suatu festival kebudayaan menjadi penting dan berfungsi sebagai refleksi yang pada gilirannya dapat menjadi inspirasi dan titik tolak bagi langkah peningkatan. (Pontjo Sutowo: 1991). 38

5 Penandasan lain tentang Festival Istiqlal 1991 yang dimaknai sebagai peristiwa kebudayaan dan kesenian Islam, dicoba dikemukakan lagi oleh Fuad Hassan. Sebagai seorang yang menjabat menteri pendidikan dan kebudayaan Indonesia pada saat itu, Fuad Hassan berkomentar: Pengolahan unsur kebudayaan yang bernafaskan Islam itu dalam berbagai kebudayaan daerah menghasilkan berbagai bentuk hasil kebudayaan yang berbeda-beda pula. Banyak dari hasil pengolahan itu bahkan merupakan puncak -puncak dari kebudayaan daerah. Dengan demikian, sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar 1945, puncakpuncak kebudayaan daerah yang seperti itu merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kebudayaan nasional kita. Karena itu saya harapkan agar Festival Istiqlal 1991 ini akan merupakan salah satu tonggak bersejarah dalam usaha kita semua lebih meningkatkan lagi perkembangan kebudayaan nasional. (Fuad Hassan: 1991). Di sisi lain, komentar berbeda tentang Festival Istiqlal pertama tahun 1991 ini, dikemukakan juga oleh Munawir Sjadzali, sebagai menteri agama. Munawir Sjadzali menulis: Sebagaimana kita ketahui bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki tradisi budaya yang beragam. Namun demikian, budaya juga memiliki fungsi integratif yang dapat mempertalikan keragaman itu dalam satu kesatuan. Oleh karena itu, melalui Festival Kebudayaan Indonesia yang bersumber dari nilai-nilai agama Islam dapat diharapkan terjadi proses pemahaman, baik pemahaman umat Islam terhadap hasil budayanya, maupun saling pemahaman antar umat beragama. (Munawir Sadjali: 1991). Pada masanya tahun 1991 Festival Istiqlal bukan saja peristiwa yang memfokuskan diri terhadap masalah kebudayaan Islam di Indonesia. Secara ekonomis pertimbangan ini juga dilakukan dalam upaya promosi pemerintah Indonesia, dalam bidang pariwisata. Karena di tahun tersebutlah Indonesia juga mengagendakan Tahun Kunjungan Indonesia 1991 /Visit Indonesian Year Masalah-masalah ini kemudian ditegaskan oleh Soesilo Soedarman, sebagai menteri pariwisata pos dan telekomunikasi: Menyadari hal itu, Departemen Pariwisata Pos dan Telekomunikasi bersama-sama dengan instansi terkait dan dunia usaha serta anggota masyarakat lainnya berupaya untuk meningkatkan dan melestarikan seni budaya nasional yang terbentuk dari puncak-puncak seni budaya tradisional masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Festival Istiqlal 1991 yang akan menggelar seni budaya bangsa Indonesia yang bersumber dan 39

6 bernafaskan tradisi keagamaan dan nilai-nilai yang diamalkan di dalam agama Islam ini saya sambut dengan gembira, terutama dalam kaitannya sebagai salah satu peristiwa utama dalam Tahun Kunjungan Indonesia Melalui Festival Istiqlal 1991 ini diharapkan umat Islam Indonesia khususnya, seluruh masyarakat Indonesia dan dunia pada umumnya dapat lebih mengenal serta menghayati nilai-nilai agama Islam yang tersirat pada setiap materi yang diperagakan, yang pada gilirannya akan dapat lebih memperkokoh keimanan dan semangat pengabdian kita kepada agama, nusa dan bangsa, serta terbentuknya jati diri bangsa yang dipayungi oleh semangat persatuan dan kesatuan. (Soesilo Soedarman: 1991). Rupanya, Festival Istiqlal diselenggarakan bukan hanya sekadar menampilkan hasil kebudayaan dan kesenian Islam nusantara saja. Akan tetapi harapannya kian meluas ke masalah yang sangat sulit sekali dirumuskan misalnya pada pokok masalah identitas Islam. Pada pokok ini Munawir Sjadzali memberikan tanggapan: Saat ini kita sering mendengar tentang proses globalisasi yang sedang berlangsung, yang mau tidak mau melibatkan kita, baik sebagai umat Islam maupun sebagai bangsa Indonesia. Sebagai umat dan sebagai bangsa, tentu saja kita tidak ingin tenggelam dalam arus globalisasi itu kehilangan identitas diri. Di sinilah terlibat betapa pentingnya pembicaraan tentang kaitan antara tradisi dan inovasi. Ungkapan berpegang dengan cara-cara lama yang baik dan mengambil cara-cara baru yang lebih baik. Memberikan panduan kepada kita di tengah-tengah dunia yang seolah-olah makin sempit, yang ditandai oleh saling keterpengaruhan dan saling ketergantungan yang makin ketat dan menonjol. (Munawir Sadjali: 1991). Dalam arus global ternyata globalisasi juga memberikan dampak bagaimana situasi identitas diri bisa terbelah. Dalam Festival Istiqlal I 1991, apa yang dikemukakan oleh Munawir Sjadzali di atas, tersirat refleksi kekhawatiran itu tersirat ada. Dengan demikian bisa saja terjadi, masalah Festival Istiqlal juga semacam pergulatan identitas diri (Islam) dengan arus global yang tengah dihadapi. Masalah identitas bukan saja masalah jati-diri yang seolah-olah diandaikan tetap, melainkan konsep identitas merupakan problematika yang sangat kompleks. Menyambut persoalan demikian, pengkaji cultural stidies dan kritikus budaya terkemuka Stuart Hall, sering berkomentar terhadap masalah konsep identitas tersebut, bahwa konsep identitas bukanlah konsep esensialis akan tetapi 40

7 persoalan strategi dan bagaimana seseorang menetapkan sebuah posisi (Stuart Hall: 2000:17). Tidak lain adalah pelukis A.D Pirous dengan beberapa rekannya di Bandung, yang pertama kali mengangankan proye k mushaf sebagai bagian dari festival seni Islam yang mereka rencanakan untuk diadakan pada Oktober 1991 di Masjid Istiqlal Jakarta, dalam rangka Tahun Kunjungan Wisata Indonesia. Rencana penyelenggaraan Festival Istiqlal I991 muncul dari hasil diskusi dengan Menteri Pariwisata, Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, serta dilaksanakan oleh Pontjo Sutowo, pengusaha yang dikenal dekat dengan Soeharto berasal dari Jakarta (Kenneth M. George: 2003). Seperti apa yang dikemukakan oleh A.D Pirous, bahwa suasana politik tahun an sangat tidak memungkinkan untuk menyelenggarakan festival semacam itu. Oleh karena itu bagi Pirous, pemerintah, maupun para sponsor sangat tidak menduga bahwa Festival yang diselenggarakan sebulan penuh ini akan sukses dan menyerap lebih kurang 6,5 juta pengunjung. Ketika pada 1995 diadakan Festival Istiqlal II dalam rangka perayaaan kemerdekaan RI ke-50, banyak kaum elit Jakarta datang untuk memberi dukungan atau melibatkan diri dalam pameran itu (Kenneth M. George: 2003). Bisa dirumuskan bahwa poin-poin besar yang hendak dirangkai pada Festival Istiqal I 1991, diantaranya ialah: 1. Festival Istqilal I 1991, diselenggarakan pada akhir awal 90 saat bangsa Indonesia dan umat muslim akan mengalami masa globalisasi di abad 21. Untuk itu Festival Istiqlal I 1991, mencuatkan persoalan identitas Islam, berikut persoalan tradisi dan inovasi dalam era globalisasi. 2. Festival Istiqlal I 1991, ketika pertama kalinya digelar tahun 1991, maksud yang paling konseptual yaitu Festival Istiqlal berupaya menampilkan hasil-hasil kebudayaan Islam dan kesenian Islam dengan berbagai corak dan ekspresinya di seluruh Nusantara. 41

8 3. Festival Istiqlal I 1991 diselenggarakan oleh pemerintah saat itu, untuk mempromosikan aspek wisata Indonesia secara turistik, karena mengambil momentum Tahun Kunjungan Indonesia 1991 /Visit Indonesian Year Setidaknya dari ketiga pokok isu tersebut Festival Istiqlal I 1991, kemudian diselenggarakan. 3.2 Konsep Festival Istiqlal II 1995 Pada pokoknya pelaksanaan Festival Istiqlal II 1995, merupakan rantai kelanjutan pada konsep Festival Istiqlal yang pertama tahun Disebut pokok dan rantai kelanjutan karena konsep dan landasan-landasan yang diacu dan digunakannya tetap masih mengandalkan formulasi gagasan awal pada Festival Istiqlal I, terutama yang dibentuk oleh tim 7. Namun, sedikit banyak tentu saja ada penambahan disana-sini meliputi susunan acara, konsep pameran dan para peserta yang diundang untuk terlibat. Sebab dalam Festival yang ke II 1995 ini, para peserta pameran mengalami peningkatan, lebih kurang 200 seniman yang diundang baik yang berada dalam lingkup nasional maupun internasional. Pokok-pokok yang diangkat pada konsep Festival Istiqlal II 1995 ialah: 1. Pendalaman yang berkesinambungan dalam memahami materi pemikiran budaya Islam yang berkembang di Indonesia secara filosofis dan konseptual. 2. Penggalian yang terus-menerus dalam keragaman materi tata nilai Islami yang mewujud dalam khasanah kesenian Indonesia, khususnya seni rupa Kontemporer. 3. Perluasan wawasan yang menjangkau titik temu proses kreatif antar negara, dengan mengundang seniman muslim dari beberapa negara sebagai peserta pameran maupun peserta seminar. 42

9 Beberapa penjelasan dan catatan penting mengenai Festival Istiqlal II 1995 tersebut, bisa disimak dalam komentar Arsono selaku ketua koordinator pameran atau Chief - Coordinator: Festival Istiqlal, adalah upaya pengembangan orientasi sumber daya manusia dalam sebuah perhelatan akbar berupa Festival kebudayaan Indonesia yang bernafaskan Islam. Empat tahun sesudah Festival yang pertama, pada Festival Istiqlal II-1995 telah dicapai beberapa catatan penting. Pertama, pendalaman yang berkesinambungan dalam memahami materi pemikiran budaya Islam yang berkembang di Indonesia secara filosofis dan konseptual. Kedua, penggalian yang terus-menerus dalam keragaman materi tata nilai Islami yang mewujud dalam khasanah kesenian Indonesia, khususnya seni rupa Kontemporer. Ketiga, perluasan wawasan yang menjangkau titik temu proses kreatif antar negara, dengan mengundang seniman muslim dari beberapa negara sebagai peserta pameran maupun peserta seminar. (Arsono :1995). Penegasan bagaimana Festival Istiqlal II 1995 merupakan pijakan atau bahkan rantai kelanjutan dari Festival yang pertama. Ditegaskan juga oleh Ponjto Sutowo, yang tetap menjadi ketua pelaksana Festival Istiqlal baik yang pertama maupun yang kedua ini, Pontjo Sutowo mengatakan: Festival Istiqlal II-1995 pada dasarnya masih berpijak kepada konsepsi Festival Istiqlal yang pertama, yakni menggali dan mengembangkan kebudayaan Indonesia yang bernafaskan Islam. Pengertian menggali dapat dijabarkan dengan upaya penelitian, pengkajian, dan pengungkapan kembali seputar pemikiran makna dan penuturan nilai dari kebudayaan Indonesia yang bernafaskan Islam. Sedangkan pengertian mengembangkan dapat diurai dengan melakukan upaya pembinaan, pematangan, dan pembaruan (ijtihad) dari hasil penggalian. (Pontjo Sutowo :1995). Dicatat pula pameran Festival Istiqlal II 1995, mencatat jumlah peserta dari luar negeri bertambah. Berbeda dengan Festival yang pertama yang hanya diisi oleh karya - karya seniman Indonesia dan Malasyia saja. Pada Festival Istiqlal II 1995, jumlah peserta bertambah, diramaikan pula oleh para peserta lain dari luar negeri yang juga turut terlibat. Misalnya dari negara Bangladesh, Jordania, Libanon, Mesir, Pakistan, Singapura, Sudan dan Tunisia. Pameran yang tak ternilai ini telah menggelar 288 karya seni rupa dari 167 seniman (Pontjo Sutowo :1995). 43

10 Perlu juga dipahami sebelumnya secara historis, bagaiamana sesungguhnya Islam berkembang di bumi nusantara khususnya, dan umumnya di Asia Tenggara. Menurut beberapa tarikh yang tertulis, sering disebut bahwa jalur perdagangan lewat pesisir laut merupakan faktor penting bagaimana Islam berkembang di bumi nusantara. Pada akhir abad ke-12, di pantai timur Sumatera terdapat negara Islam bernama Perlak. Nama itu kemudian dijadikan Peureulak, didirikan oleh para pedagang asing dari Mesir, Maroko, Persi dan Gujarat, yang menetap di situ sejak awal abad ke-12. Pendirinya adalah orang Arab keturunan suku Quraisy. Menurut beberapa catatan kemudian pedagang Arab itu kawin dengan putri pribumi keturunan raja Perlak (Slamet Muljana :2003:130). Bagi catatan-catatan yang menyimpulkan bahwa berkembangnya Islam karena faktor perniagaan. Hal ini disimpulkan oleh para pedagang dari Arab yang menjalankan pelayaran beranting, menyisir pantai dari Jeddah melalui teluk Persia ke Kambayat/Gujarat di pantai barat India. Dengan sendirinya, hanya para pedagang di pantai Persia dan di pantai barat India yang langsung berhubungan dengan para pedagang Arab yang telah memeluk agam Islam. Gujarat merupakan pusat pertemuan para pedagang Arab, Persia, India, dan para pedagang dari Malaka. Para pedagang Persia dan India mendapat pengaruh Islam lebih dahulu daripada para pedagang Malaka. Gujarat, sebagai kota pelabuhan tempat bertemu para pedagang Arab-Persia yang telah memeluk agama Islam dengan para pedagang India dan para pedagang yang berasal dari Asia Tenggara, terutama para pedagang Malaka, menjadi pusat kehidupan agama Islam dan pangkal persebarannya ke Asia Tenggara, terutama ke Malaka, yang juga menjadi kota dagang, tempat bertemu para pedagang dari ketiga jurusan (Slamet Muljana :2003:146). Namun, penegasan bahwa faktor yang paling kuat berkembangnya Islam di nusantara dengan pesat dipengaruhi oleh faktor niaga. Bagi sejarawan dan peneliti ilmu sosial Anthony Reid asal Australia, persoalan demikian dibantahnya, dalam buku yang berjudul Sejarah Modern Awal Asia Tenggara, Reid mencoba menuliskan lain: 44

11 Pihak-pihak yang berpolemik mengajukan satu dari dua sudut pandang berikut ini sebagai penjelasan yang memadai tentang Islamisasi Asia Tenggara, sedemikian rupa sehingga timbul perdebatan agak keliru. Van Leur dan Schrieke, di satu sisi, menekankan perubahan pola perdagangan Samudera Hindia dari abad ke-12 sampai abad ke-16 dan menegaskan bahwa faktor-faktor politik lebih krusial dibanding faktor niaga. Val Leur dengan agak absurd menolak mengakui bahwa Islam menawarkan peradaban lebih tinggi bagi Asia Tenggara dan bersikukuh bahwa pergulatan antara Portugis dan orang Muslim mempertegas pola yang berbentuk sebelumnya di mana Islam tidak lebih daripada sekadar simbol persekutuan politik yang saling berhadapan satu dengan yang lain...sementara A.H Johns dan Fatimi di sisi lain, lebih memandang serius bukti sumber-sumber dari dalam dan membangun suatu penjelasan tandingan mengenai proses Islamisasi yang berpusat pada imam-imam Sufi yang cakap di bidang ilmu kebatinan dan memiliki kekuatan penyembuh, dan tidak kalah penting...bersedia menggunakan istilah dan unsur-unsur kebudayaan pra-islam dalam suatu semangat Islami. (Anthony Reid :2003:23). Antitesa ini masih memerlukan sintesa yang kokoh. Kedua penjelasan di atas mengandung banyak kebenaran, namun masing-masing memperbincangkan mengenal fenomena yang berbeda. Kehadiarn Islam tentu saja dibawa oleh perdagangan dan acapkali diperkuat oleh kekuatan politik dan militer (Anthony Reid: 2003). Begitulah, sebagaimana diketahui sebelumnya bahwa petunjuk yang memungkinkan bagaimana Islam berkembang di Asia Tenggara, pada akhirnya tidak bisa dilepaskan bahwa sejak dahulu kala faktor dan peran keterlibatan kekuasaan politik dalam Islam selalu terasa. Perlu dicatat kemudian, sebelum kegiatan Festival Istiqlal I 1991 dilaksanakan di negara Indonesia. Dibandingkan dengan Indonesia, negara tetanggga di Asia Tenggara seperti Malasyia telah terlebih dahulu menggelar bentuk kegiatan yang menampilkan secara insidental kebudayaan dan kesenian dalam seni rupa. Ini terjadi pada tahun 1984, pada watu itu negara Malasyia menyebut istilah pameran seni Islam tersebut dengan istilah Tamadun Islam. 45

12 Peristiwa Tamaddun Islam di Malasyia tersebut, diikuti oleh senimanseniman Malasyia. Seperti diantaranya adalah: Ismail Zain, Ponirin Anwar, Sulaeman Esa, Syed Thajudeen, Khatijah Sanusi, Ruzaika Omar Bassaree, Annuar Rashid, Awang Damit, Zakaria Awang, Ibrahim Hussein, Syeh Ahmad Jamal, Fatimah Ismail, Ahmad Khalid Yusoff, Redza Piyadasa, Sharifah Fatimah, Abdul Ghaffar Ibrahim, Syeh Salleh Mustaffa, Nik Zainal Abidin, Aza Osman, Khalil Ibrahim, Abdul Latif Mohidin, Raja Azhar, Ismail Abdullah (Kertas Kerja Tim 7 :1990). 3.3 Tujuan Festival Istiqlal Memulainya dengan pengertian kebudayaan. Panitia Festival Istiqlal mencoba memberikan pengertian kebudayaan dengan pengertian sebagai berikut: Kebudayaan adalah daya kemampuan manusia untuk merefleksikan pada dirinya sesungguhnya menunjuk manusia sebagai aktor yang mampu merangkai peristiwa masa lalu, masa kini, dan kemungkinan di masa datang dalam kesinambungan yang bermakna. (Pameran Kebudayaan Indonesia Yang bernafaskan Islam, Festival Istiqlal I 1991: 3) Pada tingkat manusia perorangan atau individu misalnya, upaya merefleksi diri itu sering dilakukan pada saat-saat khusus seperti pada bulan Ramadhan atau akhir tahun. Namun, masalahnya menjadi lain apabila menyangkut persoalan bangsa dan kebangsaan. Tersebarnya karya-karya budaya di berbagai tempat membutuhkan waktu dan usaha yang lebih khusus untuk mengumpulkannya. Salah satu cara yang lazim dilakukan adalah dengan suatu festival kebudayaan. Dalam festival itu, karya-karya budaya masa lalu dan masa kini dari berbagai tempat dapat dihadirkan secara bersamaan. Demikianlah, bertolak dari maksud untuk meningkatkan kualitas bangsa Indonesia dan peran serta umat Islam dalam pembangunan, besar manfaatnya mengadakan suatu festival kebudayaan dengan tema kebudayaan Indonesia bernafaskan Islam. Festival ini diadakan dalam skala nasional dan mengambil tempat di Jakarta, dengan pusat 46

13 penyelenggaraan di Masjid Istiqlal yang merupakan masjid nasional dan masjid terbesar di Indonesia. Dengan pertimbangan ini, festival kebudayaan ini disebut Festival Istiqlal. Tujuan dari Festival Istiqlal dihadirkan antara lain: 1. Meningkatkan kualitas dan peran serta umat Islam Indonesia dalam proses pembangunan. Hal ini didasari oleh anggapan, bahwa kunci keberhasilan bagi perkembangan suatu bangsa banyak tergantung pada kualitas bangsa itu sendiri. 2. Meninjau tradisi budaya masa lalu dengan kenyataan dan tantangan masa kini. Bagi kaum muslim Indonesia, makna dari tradisi kebudayaannya sering belum terpahami. Hal ini tentu berlawanan dengan hakekat kebudayaan yang mempunyai daya membentuk dan meneruskan nilai dari satu generasi ke generasi berikutnya. Festival Istiqlal, dengan demikian merupakan wahana untuk menyambung warisan nilai dan hasil karya masa lalu dengan kenyataan masa kini. 3. Menggali dan memperkenalkan khazanah hasil budaya Indonesia khususnya ragam kebudayaan Islam Indonesia, ke masyarakat luas, baik nasional maupun internasional. Di lingkungan internasional, khazanah kebudayaan Islam Indonesia kurang dikenal. Para sejarawan dan ahli kebudayaan internasional sering menganggap kurang penting kebudayaan Islam Indonesia. Kenyataan itu disebabkan oleh berbagai faktor, terutama belum intensifnya studi budaya Islam di Indonesia, serta belum tersedianya informasi yang memadai. 4. Menampilkan wajah Islam di Indonesia yang ramah, penuh toleransi antara sesamanya maupun antar aga ma lain. Segi ini merupakan sumbangan yang sangat besar bagi persatuan dan kesatuan bangsa dan kehidupan dunia yang lebih damai. 47

14 3.4 Ruang Lingkup Festival Istiqlal Ruang lingkup Festival Istiqlal ini meliputi berbagai bagian bidang-bidang yang terpisah konsepnya. Diantaranya: penulisan mushaf Al-Qur an, pameran seni rupa tradisional, pameran seni rupa modern, pameran arsitektur, seni pertunjukkan, busana muslimah, simposium dan lain sebagainya. Disebut mushaf Al-Qur an adalah tempat melaksanakan penulisan Kitab Al- Qur an dengan tulisan Indah (khat/kaligrafi) beserta hiasan/iluminasi pada lembaranlembaran kertas khusus. Perwujudan dari Al-Qur an tersebut tidak dalam bentuk yang biasa, melainkan dalam ukuran besar. Secara keseluruhan dapat mencerminkan kekayaan budaya bangsa yang serasi dengan kaidah dan hukum penulisan Mushaf Al-Qur an. Penulisan Mushaf Al-Qur an ini dilakukan di salah satu ruang di Masjid Istiqlal dan dilaksanakan oleh suatu tim ahli yang terpilih dari berbagai bidang keahlian seperti pentashih, alim ulama, khattat (kaligrafer) pendesain dan drafter. Setelah Mushaf ini selesai, akan merupakan Qur an Resmi yang mempunyai ciri khas Indonesia yang dapat dipertanggung-jawabkan dalam segi keabsahan hukum Islam. Dengan demikian isi kandungan Al-Qur an yang agung turut didukung oleh perwajahan yang estetis dan monumental. Sebagai Kitab Suci yang resmi, Mushaf Al-Qur an Istiqlal ini diharapkan akan menjadi acuan bagi seluruh Al-Qur an di Indonesia. Kemudian jangka waktu penulisan ini diperkirakan akan memakan waktu sekitar tiga sampai empat tahun. Beberapa penjelasan dan deskripsi mengenai berbagai pameran pada Festival Istiqlal I 1991, bisa disimak berikut ini: 48

15 Judul Gambar: Ruang Lingkup Festival Istiqlal Sumber: Kertas Kerja Tim Seni Arsitektur Memperkenalkan Arsitektur Islam Indonesia kepada khalayak Internasional dengan menampilkan hasil karya para arsitek Islam di Indonesia dari zaman terawal sampai saat ini. Secara umum pameran arsitektur merupakan simulasi semirip mungk in dengan suasana aslinya. Untuk setting dibuat suatu simulasi masjid atau bangunan Islam lainnya selengkap mungkin. Penyajian dapat berupa foto, gambar, peta dan denah, model atau maket, replika, artefak asli dan peralatan audio visual. Materi pameran arsitektur ini disusun berdasarkan 4 tema, yaitu: pertama, tema perubahan-perubahan besar yang dibawa Islam pada perkembangan arsitektur di 49

16 Indonesia; kedua, tema perkembangan arsitektur masjid di Indonesia; ketiga, tema arsitektur Islam di Indonesia; keempat, tema keragaman masjid di Indonesia Seni Rupa Judul Gambar: Ruang Lingkup Pameran Arsitektur Indonesia Sumber: Kertas Kerja Tim 7 Konsep pameran seni rupa Islam pada Festival Istiqlal I 1991, pameran seni rupa ini dibagi menjadi 2 kategori yaitu Pameran Seni Rupa Modern dan Pameran Seni Rupa Tradisional. Pada dasarnya, pameran seni rupa modern menampilkan karya seni rupa Islam yang diciptakan pada masa kini, meliputi lukisan, grafis, bentuk trimatra, seni khat dan sebagainya. Pelaksanaan pameran seni rupa modern dapat berupa pameran kelompok, pameran tunggal atau berdua, dan pameran karya seniman-seniman dari Malasyia. 50

17 Pameran seni rupa tradisional, menampilkan berbagai seni kerajinan yang disajikan meliputi seeni kain (batik, tenun ikat, tenun songket, tenun palekat, sulaman), seni kerajinan kulit, seni perhiasan, seni keramik, seni lukis kaca, seni anyamanan, seni senjata, seni busana muslim, dan seni interior gaya Islam. Adapun teknik presentasinya adalah dengan menampilkan karya asli, baik karya dwi matra, trimatra, maupun gabungan antara keduanya. Judul Gambar: Ruang Lingkup Pameran Seni Rupa Islam Indonesia Sumber: Kertas Kerja Tim 7 51

18 3.4.3 Kitab Suci Al-Qur an Menyajikan Kitab Suci Al-Qur an tulisan tangan. Kitab demikian terdapat di berbagai daerah dengan gaya masing-masing, di Aceh, Sumatera Barat, Jawa Barat, jawa Tengah, Jawa Timur, Madura, Kalimantan Selatan, Sulawesi dan daerah lainnya. Dalam pameran ini disajikan dua kelompok koleksi Al-Qur an yaitu Al-Qur an Mushaf kuno (koleksi utama Indonesia) dan koleksi Al-Qur an cetakan modern (koleksi dari negara-negara Islam). Judul Gambar: Ruang Lingkup Mushaf Al-Qur an Indonesia Sumber: Kertas Kerja Tim 7 52

19 3.4.4 Naskah, Buku dan Media Komunikasi Lainnya Menyajikan karya tulis beserta berbagai medianya. Seluruh materi berisi tentang sains, teknologi dan seni Islam di Indonesia. Secara umum materi pameran terdiri dari naskah kuno, buku, media cetak dan media elektronika. Konsep pameran Naskah pada Festival Istiqlal I 1991 Judul Gambar: Ruang Lingkup Pameran Naskah Indonesia Sumber: Kertas Kerja Tim 7 53

20 3.4.5 Tata Boga Pameran sekaligus bazar seni masakan di Indonesia. Sebagaimana diketahui masyarakat Islam menerapkan suatu ketentuan dan cara tentang makanan sesuai ajaran Islam, hal ini nampak pada masakan sehari-hari dan yang berkaitan dengan hari-hari besar Islam Peragaan Busana Muslimah Peragaan Busana Muslimah ini akan menampilkan karya perancang busana denga tema Menjalin Tradisi menuju Bentuk Busana Muslimah Indonesia Masa Kini. Penonjolan ciri ke-indonesiaan tentunya merupakan tantangan bagi para perancang busana. Diharapkan, dari peragaan busana ini akan meningkatkan apresiasi masyarakat pada busana muslimah, baik dari segi ketentuan agama, sosial, etis dan estetis Seni Pertunjukan Konsep seni pertunjukkan, menampilkan berbagai cabang seni pertunjukan yang terdiri dari: Seni Baca Al-Qur an, Teater, Baca Puisi, Musik, Tari, Film, Peragaan Busana. Seni Pertunjukkan yang disajikan memiliki unsur dan semangat Islam dan keindonesiaan. Sehingga dari pertunjukkan ini orang dapat melihat nilai-nilai Islam diterjemahkan melalui kemampuan local-genius (jatidiri) budaya Indonesia. Acara ini menampilkan seni tradisional maupun modern. 54

21 Judul Gambar: Konsep pameran Seni Pertunjukkan pada Festival Istiqlal I-1991 Sumber: Kertas kerja tim 7 Demikianlah, akan diperlihatkan pula bahwa seni Pertunjukkan Islam adalah tradisi yang hidup dan berkembang. Hidup karena terus bermakna bagi para pendukungnya dan bersatu dengan kegiatan mereka sehari-hari. Berkembang karena terus bergerak dalam rangka menjawab perubahan zaman beserta masalah-masalah yang timbul di dalamnya Forum Ilmiah Simposium, sebagai suatu festival budaya, Festival Istiqlal I 1991 ini akan lebih bermakna jika dibarengi dengan kegiatan reflektif yang mengkaji dan menafsirkan pagelaran seni pertunjukkan, benda-benda pamer dan berbagai segi kebudayaan lainnya. Kegiatan reflektif ini dimaksudkan untuk mengungkapkan perkembangan nilai-nilai keislaman dalam kebudayaan Indonesia masa lalu, masa kini dan kemungkinan esok. 55

22 Oleh karena itu, simposium ini mengambil tema utama: Islam Dan Kebudayaan Indonesia: Dulu, Kini Dan Esok. Secara lebih rinci, tema utama ini dibagi menjadi tiga subtema yaitu: 1. Ekspresi Estetik Islam di Indonesia. 2. Tradisi dan Inovasi Keislaman dalam Kebudayaan Indoensia. 3. Islam dan Masa Depan Peradaban Dunia. Judul Gambar: Konsep simposium forum ilmiah pada Festival Istiqlal I-1991 Sumber: Kertas kerja tim 7 Dengan demikian, masing-masing subtema tersebut menampung suatu pengertian kebudayaan yang sering dipakai: budaya dalam arti seni dipakai pada subtema. Pertama, budaya dalam arti keseluruhan kegiatan manusia pada subtema dua, meskipun masih dibatasi oleh batas kebangsaan. Pada subtema tiga, batas kebangsaan itu ditiadakan, sehingga dalam hal ini dipakai istilah peradaban. 56

23 Simposium ini terbuka untuk segenap ilmuwan, ulama, cendekiawan, budayawan dan seniman di Indonesia yang berminat dan menaruh perhatian pada perkembangan dan pengembangan kebudayaan Indonesia yang bernafaskan Islam. Simposium diselenggarakan pada tanggal Oktober 1991, bertempat di gedung Indosat, Jl. Medan Merdeka Barat, Jakarta Ceramah Di samping simposium, Bidang Forum Ilmiah juga akan menyelenggarakan ceramah-ceramah ilmiah. Materi ceramah dipilih dan ditentukan berdasar tantangan yang dihadapi oleh umat Islam dalam era-globalisasi, serta pentingnya pemecahan masalah tersebut dalam konteks keislaman di Indonesia. Dalam tiga kali kesempatan, rangkaian ceramah ini akan mengungkap: masalah pendidikan, masalah peranan wanita muslim dan masalah tafsir Al-Qur an Sayembara 1. Sayembara Adzan tingkat anak-anak dan remaja, mencakup usia 7-12 tahun dan tahun. 2. Sayembara Kaligrafi Islam berlaku bagi seluruh masyarakat Islam Indonesia, mencakup seluruh kategori usia. 57

24 Judul Gambar: Konsep acara sayembara pada Festival Istiqlal I-1991 Sumber: Kertas kerja tim 7 Dari paparan data di atas, bisa dimengerti bagaimana luasnya cakupan yang ingin disasar oleh panitia Festival Istiqlal, dengan mengetengahkan berbagai program pameran dari berbagai sisi tampilan kebudayaan dan kesenian Islan yang ingin ditampilkan. 3.5 Tim 7 dan Kertas kerja Tim 7 Pokok penting dari mana asal-muasal dan landasan fundamental penyelenggaraan dan dasar-dasar konsep Festival Istiqlal baik yang pertama dan kedua itu dibuat. Ada baiknya terlebih dahulu, kita melihat apa yang dinamakan dengan istilah tim 7 Bandung. 58

25 Bagaimana pun juga perhatian pada persoalan tim 7 secara khusus dan tersendiri, pada dasarnya juga perlu dilihat sebagai sistem hirarkis karena keterkaitannya sekaligus keterhubungannya dengan masalah politik dan kekuasaan. Istilah tim 7 merupakan keterangan bagaimana tim atau panitia perumus Festival Istiqlal itu disebut, dan mereka terdiri dari 7 orang perumus yang membidani keahliannya masing-masing yang diketuai oleh 1 orang. Mereka yang masuk dalam tim 7 tersebut antara lain: A.D Pirous (ketua), Mahmud Buchori (sekertaris), Ahmad No eman, Saini K.M, Yusuf Affendi, Abay Subarna, dan Yustiono. Bisa dilihat susunan panitia dibawah berikut ini, dijelaskan posisi dan tanggung jawab masing-masing anggota: Bagan : Penyusun Tim 7 Festival I 1991 Sumber: Kertas kerja tim 7 59

26 A.D Pirous sebagai ketua mengerjakan dan menangani bidang seni rupa, Machmud Buchori sebagai sekertaris menangani masalah scriptorium kemudian anggota-anggota lainnya seperti: Achmad Noe man menangani bidang arsitektur, Yusuf Affendi menangani bidang seni rupa tradisional (kerajinan), Saini K.M menangani masalah seni pertunjukan, Abay Subarna menangani bidang naskah, buku, dan sejarah seni rupa Islam dan Yustiono sebagai penyunting kertas kerja, dan menangani bidang forum ilmiah. Kertas kerja tim 7 merupakan suatu rancangan yang mengandung konsep-konsep sebagai pedoman dalam tahap pelaksanaan (Kertas Kerja Tim 7: 1991). Secara garis besar susunan kertas kerja tersebut terdiri dari dasar dan tujuan Festival yang tertulis dalam bab pendahuluan disusul oleh usulan program dalam bab-bab berikutnya, yaitu scriptorium, pameran, seni pertunjukkan, forum ilmiah, dan sayembara. Setiap satuan usulan program yang terdapat dalam suatu bab, disusun berdasar pada acuan sistematika yang sama. Sistematika itu, secara berurutan adalah: 1. Pengantar/Pendahuluan 2. Konsep umum 3. Materi dan teknik penyajian 4. Bahan dan Sarana 5. Sistem organisasi dan administrasi Karena setiap anggota menangani bidang-bidang khusus dan spesifik dalam menangani masalah kesenian Islam. Lalu, dalam bidang pameran seni rupa Islam misalnya, bidang ini dikerjakan oleh beberapa anggota lain diantaranya: A.D Pirous, But Muchtar, Amang Rahman, Yusuf Affendi, Sanento Yuliman, Yustiono, dan Lembaga Seni Rupa Indonesia (LSRI). 60

27 3.6 Seni Rupa Modern dalam Festival Istiqlal Judul Gambar: Pameran Seni Rupa Modern dalam Festival Istiqlal Sumber: Kertas Kerja Tim 7 Sebagaimana yang telah dijelaskan dimuka. Karena lingkup Festival Istiqlal itu bermacam-macam variannya yang dijalankan, maka di sini penulis mencoba akan mendeskripsikan secara lebih spesifik apa yang tertuang dan terumuskan dalam ketagori seni rupa modern dalam Festival Istiqlal tersebut. Lewat konsep yang diajukan oleh tim 7, bahwa seni rupa modern yang bernafaskan Islam bisa dirunut lewat latar belakang historisnya melalui berberapa tahapan perkembangan. Bentuk kegiatan yang dapat diandalkan dalam bidang seni rupa modern yang bernafaskan keislaman di Indonesia sejak 20 tahun terakhir ini, adalah bentuk Seni Lukis Kaligrafi Arab. Gaya seni lukis kaligrafi ini, telah dipelopori kelahirannya oleh beberapa pelukis modern Bandung, Yogyakarta, dan Surabaya. Kegiatan pameran yang 61

28 dijalankan sehubungan dengan gaya seni lukis kaligrafi ini dimulai diawal tahun tujuh puluh. Lalu menemukan pendukungnya, pada Pameran Besar Seni Lukis Kaligrafi, sehubungan dengan pameran MTQ di Semarang pada tahun 1979 yang diikuti oleh 26 pelukis. Kertas Kerja Tim 7, Tentang Masalah Seni Rupa Modern Indonesia. Pada tahun 1979 diadakan pameran seni lukis bernafaskan Islam (Pameran Kaligrafi Nasiona l), di Semarang. Sehubungan dengan MTQ XI. Karya yang dipamerkan sebanyak 120 buah dari 26 seniman mencakup (lukis, grafis, keramik, ukiran dan tapestri). Sebelumnya memang ada beberapa kegiatan yang membawa konsep gagasan nilai Islam lainnya misalnya: pada tahun 1981, diadakan pameran lukisan kaligrafi dan Mesjid di Banda Aceh, sehubungan MTQ ke XXI, diikuti oleh 45 seniman dengan 255 karya (lukisan kaligrafi dan fotografi. Kemudian diadakan pula tahun 1983, pameran lukisan kaligrafi di MTQ ke XIII, Padang, diikuti oleh 28 seniman dengan 75 karya. Pada tahun 1984 diadakan pameran lukisan kaligrafi menyambut tahun baru Hijriah 1425H, diikuti oleh 8 pelukis di Jakarta oleh Yayasan Ananda. Pada tahun 1987, pameran kaligrafi Islam Indonesia, di Mesjid Istiqlal diikuti oleh 32 seniman. Kemudian pada tahun 1985, untuk pertama kali 5 orang pelukis senior Indonesia yang mendukung gaya seni lukis kaligrafi Arab ini, berkesempatan berpameran di Timur Tengah. Pameran ini mendapat kesan pertama tentang seni lukis bernafaskan Islam untuk pertama kali di luar negeri. Hal ini wajar dalam masyarakat seni modern Indonesia yang berpenduduk 90% beragama Islam. Kegiatan kesenian kreatif ini, bukan tidak mungkin dapat berkembang menjadi salah satu ciri seni lukis modern Indonesia dalam forum Internasional. Memang, sangat diketahui jika keanekaragaman hasil kebudayaan dan ekspresi kesenian di Indonesia mempunyai berkah tersendiri, disamping pula menyimpan sisi problematika yang tak mudah dirumuskan. Bagi peneliti sejarah seni Wiyoso Yudoseputro ada kesukaran tersendiri, jika kita melihat kenyataan masalah praktik kesenian di Indonesia. Kesulitan untuk merumuskan kenyataan ini, diakibatkan oleh kemajemukan ekspresi kesenian setiap masing-masing daerah di nusantara. 62

29 Mendeskripsikan prestasi artistik yang dapat menjelaskan ekspresi dalam kesatuan gaya seni rupa Indonesia dirasakan sulit mengingat kemajemukan ekspresi sebagai landasan perkembangan seni rupa muslim di Indonesia. Tidak mudah pula mengadakan bahasan banding gaya-gaya ekspresi lokal atau daerah mengingat kompleksitas dan pluralitas kebudayaan pendukungnya. Adapun pengertian gaya seni rupa sebagi jati diri dari ekspresi estetik suatu bangsa disamping didukung oleh tradisi budaya nasionalnya, juga faktor-faktor pendukungnya lain, seperti tuntutan media dan teknik, filsafat hidup dan pranata dalam kebudayaan yang bersifat lokal, nasional atau regional. (Wiyoso Yudoseputro :1993:111). Gambar 3. 1 Sumber: Katalog Seni Rupa Modern Festival Istiqlal-1991 Salah satu karya seniman Sulbi asal Jepara, yang ditampilkan dalam Festival Istiqlal I-1991 Karya trimatra yang dipengaruhi nuansa etnik-tradisional Demikianlah, dengan menampilkan serangkaian pameran besar seni rupa bernafaskan Islam di Indonesia dalam rangka Festival Istiqlal pada tahun 1991 diharapkan dapat merangsang-suburkan mekarnya satu bentuk kesenian atau kebudayaan yang berkarakter nasional dan mempunyai identitas Indonesia, di samping bentuk dan gaya seni rupa lainnya. 63

30 3.7 Konsep Pameran Seni Rupa Modern Dalam Festival Istiqlal pertama ini, draf awal konsep kegiatan pameran seni rupa modern yang diajukan oleh tim 7, meliputi dua konsep materi pameran yang diajukan: 1. Karya seni rupa (lukisan, grafis, patung, keramik, tapestri, ukiran) yang diciptakan dalam nafas dan suasana Islam; umumnya kaligrafi Arab. Karya yang dibuat baik berciri kaligrafi Arab atau Islam maupun non kaligrafi. 2. Karya seni kaligrafi Arab atau Islam murni yang diciptakan berdasarkan kaidah khat (anatomi) sesuai fan (gaya) nya masing-masing. Disebut pameran kaligrafi murni, karena dalam pameran seni rupa jenis ini, akan menampilkan kaligrafi yang khas sesuai khat (anatomi), fan (gaya) yang ada dalam dunia seni tulis indah, seperti jenis Naskhi, Thulus, Al-Farisi, Diwani, Diwani Jali, Kufi, dan Raihani. Sumber karya khat dapat diambil dari hasil mengadakan satu sayembara kaligrafi Islam Indonesia secara nasional. Dari karya utama khattat (kaligrafer) yang terdapat di Indonesia dan dari Malasyia dan Brunnei Darussalam karena itu bentuk pameran dapat terdiri dari 3 macam kelompok. Pertama, hasil karya dari sayembara kaligrafi terdiri dari karya pemenang dan sekelompok pilihan dari karya peserta. Kedua, karya dari peserta bebas, tanpa sayembara. Mungkin dari karya juri atau khattat senior lainnya. Ketiga, karya undangan dari khattat di Malasyia dan Brunei Darussalam. Materi dan teknis penyajian seni rupa modern dalam Festival Istiqlal ini dibagi ke dalam beberapa bentuk seperti: 1. Pameran kelompok yang diikuti oleh sejumlah seniman dari seluruh Indonesia secara nasional. 2. Pameran Tunggal atau Berdua, atau Bertiga yang dipilih dan ditunjuk oleh panitia. 3. Pameran karya seniman dari Malasyia, dengan undangan khusus. 64

31 Pameran kelompok, adalah peserta yang diundang khusus oleh panitia, yang terdiri dari seniman dari Jakarta, Bandung, Yogyakarta, Surabaya dan lain-lain. Kepada peserta diinformasikan gagasan serta tema yang diminta, yaitu karya yang bernafaskan tamadun Islam. Undangan dikirimkan kepada kurang lebih 100 seniman, dan diharapkan dapat diikuti kurang lebih sekitar 50 seniman. Karya terdiri dari lukisan, seni grafis, gambar, patung, relief, keramik dan seni tapestri. Gambar 3.2 Sumber: Katalog Seni Rupa Modern Festival Istiqlal-1991 Karya lukisan kaligrafi Ahmad Sadali pada Festival Istiqlal I-1991 Sumber: Katalog Seni Rupa Modern Festival Istiqlal-1991 Sementara konsep pameran tunggal berdua atau bertiga, mengundang beberapa seniman senior, dengan kriteria yang berprestasi, yang otentik, khas dan masih aktif, untuk dapat mengadakan pameran tunggal atau berdua atau bertiga. Dengan tema yang sama, jumlah karya diusulkan sekitar buah. Karya dipamerkan terpisah dari pameran bersama yang 50 orang. Kemudian pamran tunggal, berdua, atau bertiga ini dapat membuat katalognya sendiri atau disponsori oleh panitia pusat Festival Istiqlal. 65

32 Memang dari banyaknya peserta yang diundang dalam pameran seni rupa modern yang bernafaskan Islam tersebut, rata-rata para seniman menampilkan karya-karya seni Islam yang berwujud pada masalah kaligrafi. Masalah dan pengaruh kuat seni lukis kaligrafi sebagai penanda karakter seni Islam, bagi A. D Pirous disebabkan pada faktor kebudayaan Islam pra-modern. Lebih jauh pada persoalan ini Pirous menjelaskan: Untuk beberapa daerah, makam -makam kuno merupakan khazanah yang kaya sekali berbagai ukiran kaligrafi yang terungkap dalam bentuk pahatan pada batu nisannya (Aceh, Gresik, Madura). Disamping itu khusus untuk daerah Jawa Barat (Cirebon), ditemukan pula suatu bentuk pengungkapannya mempunyai kaitan yang kuat sekali dengan kaligrafi, yaitu seni lukis yang teknik penggambarannya di atas kaca. Teknik ini diduga asal mulanya dari Tiongkok. Dalam bentuk lukisan kaca ini, terlihat beberapa latar belakang kebudayaan yang saling mempengaruhi dan mengisi. Karya-karyanya mencerminkan semacam sinkretisme antara pengaruh Hindu, China, Islam dan unsur asli daerah itu sendiri; yang tampil dengan dengan bentuk-bentuk tokoh wayang yang diciptakan dari susunan kaligrafi Islam dan diperkaya dengan unsur ornamen yang dipengaruhi oleh China. Tema yang demikian selain dilukis di atas kaca juga banyak dibuat dengan teknik relief dangkal di atas kayu jati. (A.D Pirous: 1991). Namun, hasil dari karya-karya tersebut di atas setidaknya dilakukan pada saat penyebaran agama, atau tujuan dakwah, ya ng disponsori oleh pemuka-pemuka agama saat itu (Sunan Gunung Jati, sekitar abad ke-17). Semua yang telah tadi disebutkan merupakan bentuk-bentuk kaligrafi yang dikerjakan oleh seniman tradisional, baik berupa seni rakyat ataupun yang sedang didukung oleh penguasa, yang dihasilkan pada masa lalu, yang sebagian besar masih berjalan dan sebagian sudah semakin langka. (A.D Pirous :1991). 66

33 Gambar 3.3 Sumber: Katalog Seni Rupa Modern Festival Istiqlal-1991 Salah satu karya seniman Rusmadi dengan medium seni cetak pada Festival Istiqlal1991 Utamanya, memahami penjelasan seni rupa modern bernafaskan Islam pada Festival Istiqlal Bagi Setiawan Sabanna dan Mamannoor peristilahan itu mengandung pengertian sekaligus berhadapan dengan tiga dunia persoalan (Set iawan Sabanna & Mamannoor :1991). Pertama, seni rupa modern yang hendaknya dipahami sebagai suatu bagian kepentingan dari konstelasi dunia seni rupa secara menyeluruh. Dalam pengertian ini, praktik seni rupa modern Indonesia secara tidak langsung mendapa tkan pengaruh yang kuat dari lahirnya nilai-nilai modernitas dan universalisme dalam seni rupa modern di Barat. Kedua, Indonesia dalam bagian kepentingan yang menyangkut masalah kebudayaan dan pola keseniannya. Secara tidak terpisahkan, bahwa kelangsungan kegiatan praktik-praktik kesenian tradisional dan etnik Indonesia dan seni rupa modern merupakan kenyataan yang tumbuh dan saling mempengaruhi satu sama lain. Ketiga, adalah Islam sebagai salah satu agama dan sepak terjangnya pengaruhnya terhadap kebudayaan Indonesia. Di sini dimengerti, secara integral bahwa pengaruh Islam pada pola kehidupan dan kebudayaan Indonesia merupakan kenyataan konstruk sejarah dan 67

34 kolonialisasi. Sehingga pengucapan Seni Rupa Indonesia yang bernafaskan Islam sesungguhnya menjadi tiga kepentingan dalam satu kepaduan. Setidaknya, di seputar itulah dasar dan pemikiran Panitia Bidang Seni Rupa Modern Festival Istiqlal 1991 ketika memulai bekerja. Adapun materi karya yang ditampilkan pada Festival Istiqlal I 1991, dapat dibagi ke dala m kelompok berikut ini: 1. Seni Lukis 2. Seni Grafis 3. Seni Tapestri 4. Seni Fotografi 5. Seni Keramik 6. Seni Trimatra atau Patung Seni lukis terdiri dari dari berbagai media, seperti kanvas, kertas, kaca, kain batik, dan lain-lain. Corak karya yang disuguhkan meliputi kaligrafi arab. Figuratif dan non figuratif serta kecenderungan abstrak. Media karya meliputi cat minyak, cat air, akrilik dan gouache, pastel-crayon serta bahan-bahan lain. Seni grafis karya seni terdiri dari berbagai teknik pengungkapan sdan teknik pengarapan. Seluruhnya adalah hasil kerja seni mencetak, cetak tinggi, cetak dalam, cetak datar dan cetak saring. Beberapa di antaranya mencoba penggabungan teknik. Seni tapestri ditampilkan dalam bentuk dan teknik serta ukuran yang beragam. Bahan dasar pengolahan karya tapestri adalah benang. Berbagai teknik pengolahan benang ini melalui jalinan, anyaman, ikat dan tenun. Selain itu tampak adanya upaya penempelan aksesori dan berbagai bahan untuk memperkaya bentuk dan ungkapan. Seni fotografi merupakan satu unsur keragaman dalam perbendaharaan seni rupa modern saat ini di Indonesia. Bahkan penggabungan karya seni fotografi ke dalam materi seni rupa modern pada saat ini menjadi pergelaran pertama di Indonesia. Seni keramik ditampilkan dengan keragaman bentuk dan teknik. Secara umum materi karya seni keramik modern disuguhkan dalam bentuk kualitas unsur bahan dan teknik pembakaran serta pewarnaan. Sementara keterangan seni patung adalah karya seni rupa tiga dimensi 68

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba

dengan mencermati bahwa praktik dan gagasan seni rupa Islam di nusantara ternyata bisa dimaknai lebih terbuka sekaligus egaliter. Kesimpulan ini terba BAB V KESIMPULAN Seni rupa modern Islam Indonesia adalah kenyataan pertumbuhan dan praktik seni rupa modern dan kontemporer Indonesia. Pada dasarnya semangatnya merangkul prinsip-prinsip baik pada nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan dan kesatuan suatu bangsa dapat ditentukan dari aspek- aspek nilai budaya dan tingkat peradabannya. Warisan budaya Indonesia yang berupa adat istiadat,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai.

I. PENDAHULUAN. Islam datang selalu mendapat sambutan yang baik. Begitu juga dengan. kedatangan Islam di Indonesia khususnya di Samudera Pasai. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam adalah agama yang damai, dimana agama ini mengajarkan keharusan terciptanya keseimbangan hidup jasmani maupun rohani sehingga dimanapun Islam datang selalu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata merupakan salah satu sektor pembangunan yang sekarang ini sedang dikembangkan oleh pemerintah Indonesia. Selain bertujuan untuk memperkenalkan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bhineka Tunggal Ika BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak keanekaragaman budaya, mulai dari indahnya potensi alam, tempat wisata, sajian kuliner hingga peninggalan

Lebih terperinci

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA

TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA TUGAS SENI BUDAYA ARTIKEL SENI RUPA Nama : Muhammad Bagus Zulmi Kelas : X 4 MIA No : 23 SENI RUPA Seni rupa adalah cabang seni yang membentuk karya seni dengan media yang bisa ditangkap mata dan dirasakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan salah satu bentuk kebudayaan manusia. Setiap daerah mempunyai kesenian yang disesuaikan dengan adat istiadat dan budaya setempat. Jawa Barat terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi.

BAB 1 PENDAHULUAN. itu wajib bagi generasi muda untuk melestarikan dan menjaganya agar tidak. hilang terkena arus globalisasi dan modernisasi. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman kebudayaannya dari sabang sampai merauke dan setiap kebudayaannya memiliki ciri khas dan karakter yang

Lebih terperinci

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG

PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR PUSAT KESENIAN JAWA TENGAH DI SEMARANG Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : AFIF WIDODOAJI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada abad ini gerak perubahan zaman terasa semakin cepat sekaligus semakin padat. Perubahan demi perubahan terus-menerus terjadi seiring gejolak globalisasi yang kian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejarah Islam di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, karena disamping menjadi salah satu faktor pemersatu bangsa juga memberikan nuansa baru dalam keberislamannya

Lebih terperinci

ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL

ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL ISLAM, DEMOKRASI DAN TANTANGAN GLOBAL Chairman The Institute, Jakarta Islam adalah salah satua agama besar di dunia, dimana saat ini diperkirakan terdapat antara 1.250 juta hingga 1,4 milyar umat Muslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni kaligrafi Islam atau biasa dikenal dengan khat sebenarnya. mengungkapkan perasaan melalui bentuk-bentuk artistik.

BAB I PENDAHULUAN. Seni kaligrafi Islam atau biasa dikenal dengan khat sebenarnya. mengungkapkan perasaan melalui bentuk-bentuk artistik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni kaligrafi Islam atau biasa dikenal dengan khat sebenarnya merupakan media komunikasi visual. Alasannya selain memberi pesan, nasehat, juga bercerita tentang

Lebih terperinci

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1

I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG I.1.1 Latar Belakang Pemilihan Kasus Kebudayaan memiliki unsur budi dan akal yang digunakan dalam penciptaan sekaligus pelestariannya. Keluhuran dan kemajuan suatu

Lebih terperinci

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011

SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011 1 Bagian Humas Pemerintah Kota Surabaya SAMBUTAN MENTERI NEGARA PEMUDA DAN OLAHRAGA RI PADA ACARA PERINGATAN HARI SUMPAH PEMUDA KE-83 TAHUN 2011 TANGGAL 28 OKTOBER 2011 (DIKIR NEGERI ASSALAMU ALAIKUM WR.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u

BAB I PENDAHULUAN. 1 M u s e u m T e k s t i l B e n g k u l u BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negeri yang kaya akan sejarah, budaya, dan kekayaan alamnya. Sejak masih jaman Kerajaan, masyarakat dari seluruh pelosok dunia datang ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal memiliki segudang sejarah yang panjang dari kebudayaankebudayaan masa lampau. Sejarah tersebut hingga kini masih dapat dinikmati baik dari

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pd Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat Budaya Banjar tgl. 24 Okt 2013 Kamis, 24 Oktober 2013

Sambutan Presiden RI pd Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat Budaya Banjar tgl. 24 Okt 2013 Kamis, 24 Oktober 2013 Sambutan Presiden RI pd Penganugerahan Gelar Kehormatan Adat Budaya Banjar tgl. 24 Okt 2013 Kamis, 24 Oktober 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PENGANUGERAHAN GELAR KEHORMATAN ADAT BUDAYA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 102 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Peran Cheng Ho dalam proses perkembangan agama Islam di Nusantara pada tahun 1405-1433 bisa dikatakan sebagai simbol dari arus baru teori masuknya agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar, yang wajib kita mensyukuri rahmat Allah SWT karena leluhur kita telah mewariskan khazanah kebudayaan yang tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beberapa pulau yang memiliki keanekaragaman dan warisan budaya yang bernilai tinggi yang mencerminkan budaya bangsa. Salah satu warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture>

BAB I PENDAHULUAN. GambarI.1 Teknik pembuatan batik Sumber: <www.expat.or.id/infi/info.html#culture> BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan museum tidak hanya sekedar untuk menyimpan berbagai bendabenda bersejarah saja. Namun dari museum dapat diuraikan sebuah perjalanan kehidupan serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak penduduk yang di dalamnya terdapat masyarakat yang berbeda suku, adat, kepercayaan (agama) dan kebudayaan sesuai daerahnya masing-masing.

Lebih terperinci

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK

48. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK 48. KOMPETENSI INTI DAN SENI BUDAYA SMA/MA/SMK/MAK KELAS: X A. SENI RUPA 3. memahami, menerapkan, menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penciptaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Seni lukis merupakan salah satu bagian dari cabang seni yang memiliki unsur dua dimensi dan sangat terkait dengan gambar. Secara historis terlihat bahwa sejak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia, bentuk imajinasi dan ide ide kreatif yang diwujudkan dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni bertumbuh dan berkembang sejajar dengan perkembangan manusia. Dengan kreativitas yang dimilikinya manusia selalu berusaha mengembangkan seni, baik kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan pesatnya perkembangan informasi di era globalisasi ini, komunikasi menjadi sebuah kegiatan penting. Informasi sangat dibutuhkan dalam mendukung

Lebih terperinci

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU

DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU DESKRIPSI KARYA KRIYA PRODUK BASKOM KAYU Oleh: Drs. I Made Radiawan,M.Erg. 195804111985031001 PROGRAM STUDI DESAIN FASHION FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2013 ABSTRAK Keanekaragaman

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2010 TENTANG CAGAR BUDAYA I. UMUM Pasal 32 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa negara memajukan

Lebih terperinci

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D)

79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) 627 79. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunadaksa (SMALB D) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju.

BAB I PENDAHULUAN. olehnya. Bahkan kesenian menjadi warisan budaya yang terus berkembang dan maju. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan Art Development Center di Banda Aceh sudah menjadi hal yang penting untuk dibahas. Terutama saat Tsunami membumihanguskan berbagai fasilitas yang ada, namun

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU,

PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, PERATURAN DAERAH PROVINSI RIAU NOMOR : 1 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT MELAYU RIAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR RIAU, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mempertahankan dan melestarikan adat

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional, Bogor, 17 September 2011 Sabtu, 17 September 2011

Sambutan Presiden RI pada Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional, Bogor, 17 September 2011 Sabtu, 17 September 2011 Sambutan Presiden RI pada Lomba Cipta Seni Pelajar Tingkat Nasional, Bogor, 17 September 2011 Sabtu, 17 September 2011 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA LOMBA CIPTA SENI PELAJAR TINGKAT NASIONAL,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Permasalahan. Kain batik sudah menjadi semacam identitas tersendiri bagi masyarakat Jawa. Motif dan coraknya yang beragam dan memikat memiliki daya jual yang tinggi.

Lebih terperinci

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E)

80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) 80. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunalaras (SMALB E) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Maamun Al-Rasyid Perkasa Alamsjah IX yang menjadi Sultan ketika itu. Menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masjid Raya Al-Mashun didirikan pada tahun 1906, dan selesai pada tahun 1909.Secara keseluruhan biaya pembangunan masjid ditanggung sendiri oleh Sultan Maamun Al-Rasyid

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan seni dan budayanya. Hal itu telihat dari keberagaman suku yang dimiliki Bangsa Indonesia, mulai dari cara hidup

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013

Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 Sambutan Presiden RI pada Peresmian Pesta Kesenian Bali ke-35, Denpasar, 15 Juni 2013 Sabtu, 15 Juni 2013 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERESMIAN PESTA KESENIAN BALI KE-35 DI ART CENTRE, ARDHA

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi

BAB II DATA DAN ANALISA. Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh. 3. Pengamatan langsung / observasi BAB II DATA DAN ANALISA 2. 1 Data dan Literatur Sumber data-data untuk menunjang studi Desain Komunikasi Visual diperoleh dari: 1. Media elektronik: Internet 2. Literatur: Koran, Buku 3. Pengamatan langsung

Lebih terperinci

BAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya.

BAB VII KESIMPULAN. Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh. berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya. BAB VII KESIMPULAN Bentuk dan gagasan pada tari kontemporer telah jauh berkembang dibandingkan dengan pada awal terbentuknya. Tari kontemporer kini memperlihatkan proses kreatif dan inovasi yang semakin

Lebih terperinci

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP)

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Rencana Pelaksanaan Pembelajaran(RPP) Satuan Pendidikan : SMP/MTs Mata Pelajaran : Seni Budaya Kelas / Semester : VII / Materi Pokok : SENI RUPA Sub Materi Pokok : Menerapkan Ragam Hias pada Bahan Keras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. membentang luas lautan yang merupakan pesisir utara pulau Jawa. Kabupaten BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kabupaten Tuban provinsi Jawa Timur merupakan wilayah yang berada di Jalur Pantai Utara (Pantura) Pulau Jawa. Sebelah utara Kabupaten Tuban membentang luas lautan

Lebih terperinci

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA)

MEDAN TRADITIONAL HANDICRAFT CENTER (ARSITEKTUR METAFORA) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki berbagai ragam budaya yang dilatarbelakangi suku-suku dari daerah setempat. Ragam budaya tersebut memiliki ciri khas masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk budaya, berbicara mengenai makhluk budaya tentu saja kita akan kembali membahas tentang asal muasal manusia atau hakikat dari manusia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN KEKAYAAN INTELEKTUAL PENGETAHUAN TRADISIONAL DAN EKSPRESI BUDAYA TRADISIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni

BAB I PENDAHULUAN Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Potensi Kota Yogyakarta Sebagai Kota Budaya Dan Seni Kota Yogyakarta merupakan kota yang terkenal dengan anekaragam budayanya, seperti tatakrama, pola hidup yang

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN

2013 POLA PEWARISAN NILAI-NILAI SOSIAL D AN BUD AYA D ALAM UPACARA AD AT SEREN TAUN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia merupakan makhluk yang memiliki keinginan untuk menyatu dengan sesamanya serta alam lingkungan di sekitarnya. Dengan menggunakan pikiran, naluri,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keanekaragaman suku bangsa dengan budayanya di seluruh Indonesia merupakan kebudayaan bangsa dan perlu mendapat perhatian khusus. Setiap suku bangsa memiliki budaya

Lebih terperinci

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat

BAB I PENDAHULUAN. Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Objek Letak Kabupaten Bangkalan berada pada ujung Pulau Madura bagian Barat sangat menguntungkan dikarenakan berdekatan dengan kota Surabaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa, tarian dan adat istiadat yang dimiliki oleh setiap suku bangsa juga sangat beragam. Keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional,

BAB I PENDAHULUAN. karya dihasilkan dari imajinasi dan temporer seniman. Batasan dari cetak tradisional, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni grafis tradisional ditengah arus kemajuan dibidang percetakan. Cetak tradisional mampu mempertahankan eksistensinya di masyarakat, karena sebuah karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia penuh dengan keberagaman atau kemajemukan. Majemuk memiliki makna sesuatu yang beragam, sesuatu yang memilik banyak perbedaan begitupun dengan masyarakat

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pesisir Timur pantai Sumatera Utara sejak abad ke-13, merupakan tempat persinggahan bangsa-bangsa asing dan lintas perdagangan. Bangsa India dan Arab datang dengan

Lebih terperinci

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1

WAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1 WAWASAN NUSANTARA Dewi Triwahyuni Page 1 WAWASAN NUSANTARA Wawasan Nusantara adalah cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai

Lebih terperinci

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs)

56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) 56. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama (SMP)/Madrasah Tsanawiyah (MTs) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri khasnya masing-masing. Hal itu bisa dilihat pada pengaruh karya seni rupa peninggalan kerajaan

Lebih terperinci

sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Bersama Nasional, 27 Desember 2010 Senin, 27 Desember 2010

sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Bersama Nasional, 27 Desember 2010 Senin, 27 Desember 2010 sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Bersama Nasional, 27 Desember 2010 Senin, 27 Desember 2010 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN NATAL BERSAMA NASIONAL DI JAKARTA CONVENTION CENTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Dalam lingkup sosio-kultural yang lebih sempit, salah satu manfaat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Friedman (2000) mengatakan, dalam perspektif global saat ini tidak banyak dipertentangkan tentang fakta bahwa homogenisasi dunia barat, tetapi kebanyakan masyarakat

Lebih terperinci

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B)

78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) 619 78. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Atas Luar Biasa Tunarungu (SMALB B) A. Latar belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar

Lebih terperinci

D. Antropologi Materi Pembelajaran. Alokasi Waktu. Kegiatan Pembelajaran. Sumber Belajar

D. Antropologi Materi Pembelajaran. Alokasi Waktu. Kegiatan Pembelajaran. Sumber Belajar D. Antropologi Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. masyarakat, bangsa, dan negara sesuai dengan pasal 1 UU Nomor 20 Tahun 2003. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang

54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan Keterampilan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang 54. Mata Pelajaran Seni Budaya dan untuk Sekolah Dasar Luar Biasa Tunarungu (SDLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya dan keterampilan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahirnya teknologi informasi sebagai konsekuensi dari perubahan zaman yang semakin modern, terutama dunia industri yang semakin pesat turut mempengaruhi berbagai dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAPORAN TUGAS AKHIR BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beragam budaya dan tradisi Indonesia membuat banyaknya kerajinan tradisional di Indonesia. Contohnya yang saat ini lagi disukai masyarakat Indonesia yaitu kerajinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang ini kata modern merupakan kata yang tidak asing lagi didengar, terutama dalam dunia arsitektur. Hal ini yang kemudian memunculkan sebuah arsitektur yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Adi Khadafi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Perkembangan dunia kesenirupaan saat ini sudah sangat pesat sekali dengan inovasi bahan dan media dari karya seni rupa yang sudah beragam dan kadang tidak

Lebih terperinci

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B)

59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) 487 59. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunarungu (SMPLB B) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA SALINAN - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan

WAWASAN KEBANGSAAN a) Pengertian Wawasan Kebangsaan WAWASAN KEBANGSAAN Wawasan kebangsaan lahir ketika bangsa Indonesia berjuang membebaskan diri dari segala bentuk penjajahan, seperti penjajahan oleh Portugis, Belanda, Inggris, dan Jepang. Perjuangan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang begitu unik. Keunikan negara ini tercermin pada setiap dimensi kehidupan masyarakatnya. Negara kepulauan yang terbentang dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu dari sekian banyak negara di dunia yang kaya akan kebudayaan. Kebudayaan di Indonesia tersebar di hampir semua aspek kehidupan,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. menarik wisatawan untuk berkunjung ke suatu daerah tujuan wisata. Salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kegiatan pariwisata merupakan suatu industri yang berkembang di seluruh dunia. Tiap-tiap negara mulai mengembangkan kepariwisataan yang bertujuan untuk menarik minat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebudayaan merupakan hasil cipta manusia dan juga merupakan suatu kekayaan yang sampai saat ini merupakan hal yang berpengaruh besar pada sikap dan sifat manusia.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia memiliki moto atau semboyan Bhineka Tunggal Ika, artinya yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun pada hakikatnya bangsa

Lebih terperinci

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI

BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI BAB IV PERBANDINGAN PERSAMAAN DAN PERBEDAAN GAYA KALIGRAFI A. Persamaan Gaya Corak Kaligrafi di Masjid Al- Akbar Surabaya dengan Masjid Syaichuna Kholil Bangkalan Masjid merupakan tempat ibadah umat muslim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Bayu Dwi Nurwicaksono, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Tradisi sedekah bumi dengan berbagai macam istilah memang banyak diadakan di berbagai tempat di pulau Jawa. Namun, tradisi ini sudah tidak banyak

Lebih terperinci

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA

ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA ARSITEKTUR ISLAM PROSES MASUK DAN BERKEMBANGNYA AGAMA DAN KEBUDAYAAN ISLAM DI INDONESIA Dra. Dwi Hartini Proses Masuk dan Berkembangnya Agama dan Kebudayaan Islam di Indonesia Ahmad Mansur, Suryanegara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu tonggak utama pembangun bangsa. Bangsa yang maju adalah bangsa yang mengedepankan pendidikan bagi warga negaranya, karena dengan

Lebih terperinci

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D)

60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) 495 60. Mata Pelajaran Seni Budaya untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunadaksa (SMPLB D) A. Latar Belakang Muatan seni budaya sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi

BAB I Pendahuluan. 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi 1 BAB I Pendahuluan 1.1 Multimedia Interaktif Flash Flip Book Pakaian Adat Betawi Republik Indonesia disingkat RI atau Indonesia adalah negara di Asia Tenggara, yang dilintasi garis khatulistiwa dan berada

Lebih terperinci

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

MODUL PERKULIAHAN. Sejarah Desain. Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh MODUL PERKULIAHAN Sejarah Seni Rupa Prasejarah Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Fakultas Teknik Perencanaan & Desain Desain Produk 01 Kode MK Abstract Seni rupa dapat dikatakan sebagai

Lebih terperinci

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK)

KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) DRAF EDISI 27 FEBRUARI 2016 KOMPETENSI INTI DAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) Dokumen ini telah disetujui Pada tanggal: Kepala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK

PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK PROVINSI RIAU PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIAK NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA INDUK PELESTARIAN BUDAYA MELAYU KABUPATEN SIAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIAK, Menimbang : a. bahwa budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Indonesia adalah sebuah negara kepulauan terbesar di dunia dengan 17.500 pulau dan dihuni 931 kelompok etnik, mulai dari Aceh di Sumatera

Lebih terperinci