KLASIFIKASI BURUNG BERDASARKAN SUARA KICAU BURUNG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KLASIFIKASI BURUNG BERDASARKAN SUARA KICAU BURUNG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK SKRIPSI"

Transkripsi

1 KLASIFIKASI BURUNG BERDASARKAN SUARA KICAU BURUNG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh : Lorencius Echo Sujianto Putera PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2016 i

2 BIRD CLASSIFICATION BASED ON ITS CHIRPING SOUND USING NEURAL NETWORK BACK PROPAGATION A THESIS Presented as Partial Fulfillment of Requirements to Obtain Sarjana Komputer Degree in Informatics Engineering Department By : Lorencius Echo Sujianto Putera INFORMATICS ENGINEERING STUDY PROGRAM INFORMATICS ENGINEERING DEPARTMENT FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY SANATA DHARMA UNIVERSITY YOGYAKARTA 2016 ii

3 HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI KLASIFIKASI BURUNG BERDASARKAN SUARA KICAU BURUNG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Oleh : Lorencius Echo Sujianto Putera Telah disetujui oleh : Pembimbing, Dr. Cyprianus Kuntoro Adi, S.J., M.A., M.Sc. Tanggal :... iii

4 HALAMAN PENGESAHAN KLASIFIKASI BURUNG BERDASARKAN SUARA KICAU BURUNG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Dipersiapkan dan ditulis oleh : LORENCIUS ECHO SUJIANTO PUTERA NIM : Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji pada tanggal 26 Agustus 2016 dan dinyatakan memenuhi syarat Nama Lengkap Susunan Panitia Penguji Tanda Tangan Ketua : Eko Hari Parmadi S.Si, M.Kom... Sekretaris : Dr. Anastasia Rita Widiarti... Anggota : Dr. C. Kuntoro Adi, S.J., M.A., M.Sc.... Yogyakarta... Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Dekan, Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D. iv

5 MOTTO Strength does not come from WINNING. Your struggles develop your strengths. When you go through HARDSHIPS and decide not to SURRENDER, that is strength. Arnold Schwarzenegger If you can do what you do best and be HAPPY you re further along in life than most people. Leonardo DiCaprio v

6 PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa di dalam skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah. Yogyakarta,... Penulis Lorencius Echo Sujianto Putera vi

7 LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Lorencius Echo Sujianto Putera NIM : Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul : KLASIFIKASI BURUNG BERDASARKAN SUARA KICAU BURUNG MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal... Yang menyatakan Lorencius Echo Sujianto Putera vii

8 ABSTRAK Perkembangan teknologi yang semakin pesat memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan, khususnya menyalurkan hobi terutama untuk komunitas kicau mania. Burung selain memiliki keindahan fisik juga memiliki keindahan suara yaitu suara kicaunya, terutama burung passerine atau burung yang termasuk dalam ordo Passeriformes. Teknologi selain berperan penting sebagai media untuk bertukar informasi mengenai seputar tips dalam merawat burung, juga diharapkan untuk dapat memberikan fungsi lain, yaitu mendeteksi suara kicau burung, sehingga masyarakat yang memiliki hobi serupa dapat dengan mudah menentukan jenis burung berdasarkan suara kicaunya. Oleh karena itu diperlukan sebuah sistem yang dapat mengklasifikasikan jenis burung berdasarkan suara kicaunya. Penelitian ini menghasilkan sebuah model klasifikasi untuk jenis burung. Data yang digunakan merupakan data rekaman suara burung Cucak Hijau, Cucak Rawa, dan Kenari yang didapatkan dari situs omkicau. Sistem menerapkan metode MFCC (Mel Frequency Cepstral Coefficients) untuk cirinya dan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik untuk klasifikasinya. Percobaan proses klasifikasi dengan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik dengan melakukan optimalisasi arsitektur jaringan dan pemilihan ciri menghasilkan akurasi 100% untuk 13 koefisien, 99.72% untuk 26 dan 39 koefisien. Kata Kunci : Klasifikasi, Passeriformes, MFCC, Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation viii

9 ABSTRACT Fast technological development gives people an easiness to occupy their own needs, especially the hobby for community of chirping mania. Not only having physical beauty but also bird has its beautiful sound which is its chirping sound, mainly passerine birds or birds of Passeriformes order. The technology plays an important role as a medium for exchanging information about tips on caring for birds, but it is also expected to be able to provide another purpose, that is to detect birds chirping sound, so that people who have the same hobby can easily determine the type of bird by its chirping sound. Therefore we need a system that can classify them. This study resulted in a classification model for the type of birds. The selected bird recording are used: Greater Green Leafbird, Straw-headed Bulbul, and Canary. The recordings were obtained from omkicau sites. The system applies MFCC (Mel Frequency Cepstral Coefficients) method for its feature and Neural Network Backpropagation for classification. Classification process experiment using Neural Network Backpropagation by optimizing network architecture and selecting the feature give 100% accuracy for 13 coefficients, 99.72% accuracy for 26 and 39 coefficients. Keyword : Classification, Passeriformes, MFCC, Neural Network Backpropagation ix

10 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, yang telah memberikan rahmat dan karunia yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir dengan baik. Penulis menyadari bahwa pada saat pengerjaan tugas akhir ini penulis mendapatkan banyak bantuan dari berbagai pihak, baik berupa dukungan, perhatian, kritik, dan saran serta doa yang sangat penulis butuhkan demi kelancaran dan mendapatkan hasil yang baik. Pada kesempatan ini penulis akan menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Tuhan Yesus Kristus yang senantiasa mencurahkan kasih karunia-nya serta memberikan bimbingan dan berkat dalam setiap langkah yang telah penulis lalui. 2. Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. 3. Dr. Cyprianus Kuntoro Adi, SJ., M.A., M.Sc. selaku dosen pembimbing akademik dan pembimbing tugas akhir yang telah dengan sabar dan penuh perhatian membimbing saya dalam penyusunan tugas akhir. 4. Dr. Anastasia Rita Widiarti M.Kom selaku Ketua Program Studi Teknik Informatika yang selalu memberikan dukungan dan perhatian serta saran kepada mahasiswa tugas akhir dalam pengerjaan tugas akhir. 5. Kedua orang tua tercinta Bapak Paulus Hari Kristanto dan Ibu Anastasia Sujiati yang selalu mendoakan, memotivasi, dan memberikan dukungan moral maupun materi kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini. 6. Seluruh dosen Teknik Informatika atas ilmu yang telah diberikan selama perkuliahan dan pengalaman-pengalaman yang sangat berarti bagi penulis. 7. Teman-temanku Kevin, Eva, Agustin, Pius, serta seluruh teman-temanku sesama peminatan komputasi yang telah berjuang bersama dan saling mendukung dalam penyusunan tugas akhir ini. x

11 8. Teman-teman Teknik Informatika 2012 Sanata Dharma, terima kasih atas semangat dan perjuangan bersama yang telah kalian berikan kepada satu sama lain. 9. Teman-temanku selain dari prodi TI, terima kasih atas dukungan yang telah kalian berikan. 10. Terima kasih kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah mendukung penyelesaian tugas akhir ini baik secara langsung maupun tidak langsung. Penulis menyadari bahwa masih adanya kekurangan dalam penulisan laporan tugas akhir ini. Kritik dan saran sangat penulis harapkan untuk perbaikan yang akan datang. Akhir kata, penulis berharap tulisan ini dapat berguna bagi perkembangan ilmu pengetahuan dan wawasan pembaca. Yogyakarta,... Penulis Lorencius Echo Sujianto Putera xi

12 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i TITLE PAGE... ii HALAMAN PERSETUJUAN... iii HALAMAN PENGESAHAN... iv MOTTO... v PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS... vii ABSTRAK... viii ABSTRACT... ix KATA PENGANTAR... x DAFTAR ISI... xii DAFTAR TABEL... xiv DAFTAR GAMBAR... xv BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Batasan Masalah Luaran Tugas Akhir Sistematika Penulisan... 3 BAB II LANDASAN TEORI Suara Burung Passeriformes Jenis-jenis Passeriformes Ekstraksi Ciri Mel Frequency Cepstral Coefficients Jaringan Syaraf Tiruan Arsitektur Jaringan Back Propagation Mempercepat Pelatihan Backpropagation xii

13 2.7. K-Fold Cross Validation Confusion Matrix BAB III METODOLOGI Gambaran Penelitian Data Preprocessing Ekstraksi Ciri Jaringan Syaraf Tiruan Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Metode Pengujian Kebutuhan Sistem Perancangan Antarmuka Sistem BAB IV IMPLEMENTASI DAN ANALISA Hasil Penelitian Pengujian Kombinasi Feature Optimalisasi Jaringan Syaraf Tiruan Percobaan Metode Training Pengujian Data Tunggal Analisa Hasil BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xiii

14 DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Confusion Matrix (Diana dan Shidik, 2014) Tabel 3.1 Statistic Features Indices Tabel Fold Cross Validation Tabel Fold Cross Validation Tabel Fold Cross Validation Tabel 4.1 Tabel Hasil Uji Data Tunggal xiv

15 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Burung Cucak Hijau (Sandi, 2012)... 6 Gambar 2.2 Burung Cucak Rawa (Bellerby, 2014)... 7 Gambar 2.3 Burung Kenari (Emilio, 2013)... 7 Gambar 2.4 Ilustrasi Arsitektur Jaringan Lapis Tunggal (Siang, 2005) Gambar 2.5 Ilustrasi Arsitektur Jaringan Lapis Majemuk (Siang, 2005) Gambar 2.6 Ilustrasi Arsitektur JST Back Propagation (Siang, 2005) Gambar 2.7 Efek Penghalusan Momentum (Hagan & Demuth, 1996) Gambar 2.8 Lintasan dengan momentum (Hagan & Demuth, 1996) Gambar 2.9 Lintasan Variable Learning Rate (Hagan & Demuth, 1996) Gambar 3.1 Diagram blok sistem Gambar 3.2 Contoh Sinyal dan Spectogram Suara Burung Cucak Hijau Gambar 3.3 Contoh Sinyal dan Spectogram Suara Burung Cucak Rawa Gambar 3.4 Contoh Sinyal dan Spectogram Suara Burung Kenari Gambar 3.5 Contoh hasil ekstraksi ciri MFCC Gambar 3.6 Arsitektur jaringan pelatihan dan pengujian 1 hiddel layer Gambar 3.7 Contoh model jaringan 1 hidden layer dengan MFCC 13 coefficients dan feature mean Gambar 3.8 Arsitektur jaringan pelatihan dan pengujian 2 hidden layer Gambar 3.9 Contoh model jaringan 2 hidden layer dengan MFCC 13 coefficients dan feature mean Gambar 3.10 Rancangan Antarmuka Menu Utama Sistem Gambar 3.11 Rancangan Antarmuka Ekstraksi Ciri Gambar 3.12 Rancangan Antarmuka Klasifikasi Gambar 4.1 Hasil Ekstraksi Ciri Suara Gambar 4.2 Grafik akurasi untuk 3 fold cross validation Gambar 4.3 Grafik akurasi untuk 5 fold cross validation Gambar 4.4 Grafik akurasi untuk 10 fold cross validation Gambar 4.5 Grafik hasil optimalisasi Gambar 4.6 Grafik akurasi percobaan metode training Gambar 4.7 Tampilan hasil uji coba data tunggal burung cucak hijau xv

16 Gambar 4.8 Tampilan hasil uji coba data tunggal burung cucak rawa Gambar 4.9 Tampilan hasil uji coba data tunggal burung kenari Gambar 4.10 Potongan grafik hasil percobaan 3 fold cross validation xvi

17 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat ini tentunya dapat memberikan keuntungan bagi masyarakat, salah satunya adalah memberikan kemudahan dalam memenuhi kebutuhan khususnya dalam menyalurkan hobinya terutama untuk komunitas kicau mania. Burung selain memiliki keindahan fisik juga memiliki keindahan suara, yaitu suara kicaunya. Di Indonesia sendiri ada beberapa jenis burung yang umum di pelihara oleh masing-masing individu dalam sebuah komunitas kicau mania, terutama burung passerine atau burung yang termasuk dalam ordo Passeriformes. Dalam hal ini teknologi selain berperan penting sebagai media untuk bertukar informasi mengenai seputar tips dalam merawat burung, juga diharapkan untuk dapat memberikan fungsi lain, yaitu mendeteksi suara kicau burung, sehingga masyarakat yang memiliki hobi serupa dapat dengan mudah menentukan jenis burung. Maka, untuk memenuhi hal itu diperlukan sebuah sistem yang dapat mengklasifikasikan jenis burung berdasarkan suara kicaunya. Pada tahun 2012 terdapat penelitian dengan judul Klasifikasi Jenis Burung Berdasarkan Suara Kicau Burung Menggunakan Wavelet Packet Decomposition Dan Jaringan Syaraf Tiruan Self Organizing Map (Annisa, dkk 2012). Penelitian tersebut bertujuan untuk membuat sebuah sistem yang mampu mengklasifikasikan jenis burung berdasarkan suara kicaunya dalam sebuah perlombaan kicau burung. Nilai akurasi yang dihasilkan pada penelitian tersebut adalah 83.13% dengan menggunakan parameter JST SOM, dan 93.75% dengan parameter Euclidean Distance. Pada tugas akhir ini penulis akan mencoba untuk mengklasifikasikan jenis burung tersebut berdasarkan suara kicaunya dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan metode Back Propagation. 1

18 Perumusan Masalah Ada beberapa hal yang harus diperhatikan berkaitan dengan proses klasifikasi jenis burung berdasarkan suara kicaunya, mulai dari proses awal hingga akhir. Hal tersebut dapat dirumuskan menjadi beberapa rumusan masalah, yaitu sebagai berikut : 1. Bagaimana metode Jaringan Syaraf Tiruan Back Propagation mampu mengklasifikasikan jenis burung berdasarkan perbedaan suaranya. 2. Berapakah akurasi yang dihasilkan oleh Jaringan Syaraf Tiruan Back Propagation dalam mengklasifikasikan jenis burung. Sebuah alat uji dapat dikatakan baik jika menghasilkan akurasi di atas 50%, oleh karena itu perlu diketahui berapa nilai akurasi yang akan dihasilkan ketika dilakukan proses klasifikasi dengan menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan metode Back Propagation Tujuan Untuk menjawab rumusan-rumusan masalah yang ada, maka tujuan dari tugas akhir ini dapat dijabarkan menjadi beberapa poin penting, yaitu sebagai berikut : 1. Ekstraksi ciri suara kicau burung untuk mengetahui perbedaan dari setiap suara kicau burung menggunakan metode Mel Frequency Cepstral Coefficient. 2. Mengetahui hasil akurasi dalam mengklasifikasikan jenis burung menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Back Propagation Batasan Masalah Agar tahapan-tahapan pengerjaan tugas akhir ini lebih terfokus pada tujuan yang telah ditetapkan, maka perlu adanya batasan-batasan masalah. Batasanbatasan masalah tersebut, yaitu :

19 3 1. Suara burung kicau didapatkan dari sebuah situs berbagi informasi seputar burung kicau yang bernama omkicau. 2. Format rekaman berekstensi.wav yang didapatkan dari hasil konversi file.mp3. 3. Jenis burung yang dianalisa adalah burung Cucak Hijau, Cucak Rawa, dan Kenari. 4. Alat uji yang dibangun bersifat tidak real time. 5. Jumlah sampel yang akan dianalisis sebanyak 120 sampel per jenis burung. 6. Proses untuk ekstraksi ciri menggunakan toolbox yang telah disediakan oleh Roger Jang (Jang, 2005) Luaran Tugas Akhir Suatu sistem yang mampu menerima masukkan berupa rekaman suara burung kemudian menampilkan luaran berupa hasil klasifikasi, yaitu gambar dan nama burung tersebut Sistematika Penulisan Sistematika penulisan tugas akhir ini dibagi menjadi beberapa bab dengan susunan sebagai berikut : BAB I : PENDAHULUAN Bab ini membahas latar belakang, rumusan masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini membahas teori-teori yang mendukung dan menjadi dasar pemecahan masalah, antara lain teori mengenai suara burung, dan jenis burung, serta metode-metode seperti: Mel Frequency Cepstral Coefficient, dan Back Propagation.

20 4 BAB III : METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas analisa komponen-komponen yang akan digunakan untuk pengerjaan tugas akhir, serta perancangan sistem secara lengkap. BAB IV : IMPLEMENTASI DAN ANALISA HASIL Bab ini membahas analisa hasil perancangan sistem, dan pengujian rekaman suara burung. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini berisi kesimpulan dari hasil analisa dan saran-saran untuk pengembangan lebih lanjut.

21 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini membahas penjabaran teori-teori yang bersangkutan dengan penulisan Tugas Akhir ini. Teori-teori tersebut adalah Suara Burung, Pengertian Passeriformes serta beberapa jenis Passeriformes yang akan dianalisa, Ekstraksi Ciri, Jaringan Syaraf Tiruan, K-Fold Cross Validation, Confusion Matrix Suara Burung Bagian utama mekanisme produksi suara pada burung adalah paru-paru, bronkus, syrinx, trakea, larynx, mulut, dan paruh (Fagerlund, 2004). Syrinx burung merupakan instrumen ganda yang ada dalam dada, pada bagian trakea yang terbagi menjadi dua bronkus. Sebagian dari syrinx terletak pada masing-masing bronkus dan mampu membuat suara. Hal ini berarti bahwa burung dapat bernyanyi dengan nada yang berbeda secara bersamaan, atau bahkan dapat bernyanyi duet dengan dirinya sendiri. Tidak semua burung bernyanyi dan tidak semua suara yang dihasilkan merupakan nyanyian (songs). Bernyanyi hanya terbatas pada ordo Passeriformes, atau burung bertengger. Ini berarti bahwa setidaknya setengah dari burung-burung yang ada di dunia tidak dapat bernyanyi. Kebanyakan burung menggunakan vokalisasi pendek, suara tersebut memiliki banyak fungsi, dan secara umum dinamakan panggilan (calls) untuk membedakannya dengan nyanyian (songs). Nyanyian (songs) digunakan untuk tujuan yang berbeda dari panggilan (calls). Hal inilah yang menarik hati manusia Passeriformes Passeriform (ordo Passeriformes) dikenal sebagai burung passerine atau burung bertengger, merupakan ordo burung terbesar yang ada di bumi. Ordo Passeriformes terbagi menjadi dua subordo, yaitu Tyranni dan Passeri. Subordo 5

22 6 Tyranni terdiri dari sekitar spesies yang dianggap sederhana dan dikelompokkan sebagai suboscines. Sedangkan burung pada subordo Passeri dikelompokkan sebagai oscines atau burung penyanyi, Passeri terdiri dari sekitar spesies (Passeriform, 2015) Jenis-jenis Passeriformes Dengan melihat kembali trend yang pernah terjadi pada beberapa tahun ini (perlombaan-perlombaan yang pernah digelar), ada beberapa jenis burung passerine yang umum dipelihara oleh kicau mania. Maka dari itu, jenis burung passerine yang akan di analisa pada tugas akhir ini adalah: Cucak Hijau (Chloropsis sonnerati), Cucak Rawa (Pycnonotus zeylanicus), dan Kenari (Serinus canaria). Informasi rinci ketiga jenis burung tersebut adalah sebagai berikut : 1. Cucak Hijau Gambar 2.1 Burung Cucak Hijau (Sandi, 2012) Ordo : Passeriformes Famili : Chloropseidae Genus : Chloropsis Nama Ilmiah : Chloropsis sonnerati

23 7 2. Cucak Rawa Gambar 2.2 Burung Cucak Rawa (Bellerby, 2014) Ordo : Passeriformes Famili : Pycnonotidae Genus : Pycnonotus Nama Ilmiah : Pycnonotus zeylanicus 3. Kenari Gambar 2.3 Burung Kenari (Emilio, 2013) Ordo : Passeriformes Famili : Fringillidae

24 8 Genus : Serinus Nama Ilmiah : Serinus canaria 2.4. Ekstraksi Ciri Proses ini merupakan tahapan yang paling penting dalam mengklasifikasikan suara kicau burung passerine. Dalam ekstraksi ciri ini akan menghasilkan informasi penting yang dapat membedakan suara kicau ketiga jenis burung tersebut, seperti frekuensi, amplitudo, intensitas, dan sebagainya Mel Frequency Cepstral Coefficients MFCC didasarkan atas variasi bandwith kritis terhadap frekuensi pada telinga manusia yang merupakan filter yang bekerja secara linier pada frekuensi rendah dan bekerja secara logaritmik pada frekuensi tinggi. Filter ini digunakan untuk menangkap karakteristik fonetis penting dari sinyal ucapan. Untuk meniru kondisi telinga, karakteristik ini digambarkan dalam skala mel-frekuensi, yang merupakan frekuensi linier di bawah 1000 Hz dan frekuensi logaritmik di atas 1000 Hz (Setiawan, dkk 2011). 1. Pre-emphasis Menurut Jang (2005), sinyal suara s(n) dikirim ke filter high-pass : s 2 (n) = s(n) a s(n 1), ( 2.1 ) dimana s 2 (n) adalah sinyal output dan nilai a biasanya antara 0.9 dan 1.0. Z- transform dari filter adalah H(z) = 1 a z 1. ( 2.2 ) Tujuan dari pre-emphasis adalah untuk mengkompensasi bagian frekuensi tinggi yang ditekan pada saat produksi suara manusia. Selain itu juga dapat memperkuat forman penting dari frekuensi tinggi.

25 9 2. Frame Blocking Dalam langkah ini sinyal wicara kontinyu diblok menjadi frame-frame N sampel, dengan frame-frame berdekatan dengan spasi M (M < N). Frame pertama terdiri dari N sampel pertama. Frame kedua dengan M sampel setelah frame pertama, dan overlap dengan N M sampel. Dengan cara yang sama, frame ketiga dimulai 2M sampel setelah frame pertama (atau M sampel setelah frame kedua) dan overlap dengan N 2M sampel. Proses ini berlanjut hingga semua wicara dihitung dalam satu atau banyak frame. Nilai tipikal untuk N dan M adalah N = 256 dan M =100 (Mustofa, 2007). 3. Hamming Windowing Langkah berikutnya adalah pemrosesan dengan window pada masingmasing frame individual untuk meminimalisasi sinyal tak kontinyu pada awal dan akhir masing-masing frame. Window dinyatakan sebagai w(n), 0 n N 1, dengan N adalah jumlah sampel dalam masing-masing frame, x 1 (n) adalah sinyal input dan hasil windowing adalah y 1 (n). y 1 (n) = x 1 (n)w(n), 0 n N 1 ( 2.3 ) Jenis window yang digunakan adalah window Hamming. w(n) = cos [ 2πn ], 0 n N 1 ( 2.4 ) N 1 Dengan N adalah jumlah sampel. 4. Fast Fourier Transform Langkah pemrosesan berikutnya adalah transformasi fourier cepat/ fast fourier transform (FFT), FFT ini mengubah masing-masing frame N sampel dari domain waktu menjadi domain frekuensi. FFT adalah algoritma cepat untuk mengimplementasikan discrete fourier transform (DFT) dengan didefinisikan pada kumpulan (set) N sampel, {X n }, seperti berikut ini

26 10 X n = N 1 2πjkn N k=0 x k e, n = 0, 1, 2,, N 1 ( 2.5 ) dengan, x k = deretan aperiodik dengan nilai N N = jumlah sampel 5. Triangular Bandpass Filters Studi psikofisikal menunjukkan bahwa persepsi manusia dari kandungan frekuensi suara pada sinyal wicara tidak mengikuti skala linier. Untuk masingmasing nada dengan frekuensi aktual, f dalam Hz, pitch diukur dengan skala mel. Skala mel-frequency adalah frekuensi linier berada dibawah 1000 Hz dan bentuk logaritmik berada diatas 1000 Hz. Sebagai titik referensi adalah pitch dengan tone 1 khz, 40 db diatas nilai batas ambang pendengaran, ini dinyatakan 1000 mel. Pendekatan persamaan untuk menghitung mel dalam frekuensi f (Hz) adalah mel(f) = 2595x log 10 (1 + f 700) ( 2.6 ) Salah satu pendekatan simulasi spektrum yaitu menggunakan filter bank, satu filter untuk masing-masing komponen mel-frequency yang diinginkan. Filter bank mempunyai respon frekuensi bandpass segitiga dan jarak bandwidth ditentukan oleh konstanta interval mel-frequency. 6. Dicrete Cosine Transform Langkah selanjutnya yaitu mengubah spektrum log mel menjadi domain waktu. Hasil ini disebut mel frequency cepstrum coefficient (MFCC). Reprentasi cepstral dari spectrum wicara memberikan reprentasi baik dari sifat-sifat spektral lokal sinyal untuk analisis frame yang diketahui. Karena koefisien mel spectrum adalah bilangan nyata. Dengan mengubahnya menjadi domain waktu menggunakan discrete cosine transform (DCT). Jika koefisien spektrum daya mel hasilnya adalah S k, k = 1,2,, K, sehingga MFCC dapat dihitung, c n adalah

27 11 c n = k (log S k) cos [n (k 1 ) π k=1 ], n = 1, 2,, k ( 2.7 ) 2 k Dimana c n adalah koefisien cepstrum mel-frequency dan S k adalah koefisien daya mel. 7. Log Energy Merupakan salah satu cara untuk menambah nilai koefisien yang dihitung dari linear prediction atau mel-cepstrum, nilai tersebut merupakan log energy signal. Ini berarti pada setiap frame terdapat nilai energi yang ditambahkan, berikut rumus untuk menghitung nilai energi : E m = log K 1 K=0 x_windowed 2 (k; m) ( 2.8 ) x_windowed = sinyal hasil windowing, k = jumlah frame, dan m = panjang frame (Sidiq, dkk 2015). 8. Delta Cepstrum Secara umum metode yang digunakan untuk mandapatkan informasi dari ciri yang dinamis biasa disebut dengan delta-features. Turunan waktu dari ciri dapat dihitung dengan beberapa metode, hasil dari perhitungan delta akan ditambahkan ke vektor ciri, sehingga menghasilkan vektor ciri yang lebih besar. Nilai dari delta akan diturunkan sekali lagi terhadap waktu menjadi nilai delta-delta pada beberapa kasus delta-delta disebut dengan koefisien percepatan, karena nilai tersebut turunan dari kuadrat waktu dari koefisien. Persamaan untuk menghitung feature ini adalah C m (t) = [S t = M M C m (t + t)t]/[s t = M M t 2 ], ( 2.9 ) Nilai M biasanya bernilai 2. Jika menambahkan kecepatan, feature berdimensi 26. Jika menambahkan baik kecepatan dan akselerasi, dimensi feature menjadi 39.

28 12 Pada umumnya sistem pengenalan suara menggunakan 39 feature ini untuk mengenali (Jang, 2005) Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik mirip dengan jaringan syaraf biologis (Siang, 2005). Jaringan syaraf tiruan dibentuk sebagai generalisasi model matematika dari jaringan syaraf biologis, dengan asumsi bahwa : 1. Pemrosesan informasi terjadi pada banyak elemen sederhana (neuron). 2. Sinyal dikirimkan diantara neuron-neuron melalui penghubungpenghubung. 3. Penghubung antar neuron memiliki bobot yang akan memperkuat atau memperlemah sinyal. 4. Untuk menentukan output, setiap neuron menggunakan fungsi aktivasi (biasanya bukan fungsi linier) yang dikenakan pada jumlahan input yang diterima. Besarnya output ini selanjutnya dibandingkan dengan suatu batas ambang. Jaringan Syaraf Tiruan ditentukan oleh 3 hal : 1. Pola hubungan antar neuron (disebut arsitektur jaringan). 2. Metode untuk menentukan bobot penghubung (disebut metode training/learning/algoritma). 3. Fungsi aktivasi Arsitektur Jaringan Beberapa arsitektur jaringan yang sering dipakai dalam jaringan syaraf tiruan antara lain : 1. Jaringan Lapis Tunggal

29 13 Dalam jaringan ini, sekumpulan input neuron dihubungkan langsung dengan sekumpulan output-nya. Dalam beberapa model (misal perceptron), hanya ada sebuah unit neuron output. Gambar 2.4 Ilustrasi Arsitektur Jaringan Lapis Tunggal (Siang, 2005) Pada gambar 2.4 terdapat n unit input (x 1, x i,, x n ) dan m buah unit output (Y 1, Y j,, Y m ) kemudian (w 11, w j1,, w m ) yang menyatakan bobot hubungan antara unit ke-i dalam input dengan unit ke-j dalam output. Bobot-bobot ini saling independen. Selama proses pelatihan, bobot-bobot tersebut akan dimodifikasi untuk meningkatkan keakuratan hasil. 2. Jaringan Lapis Majemuk Jaringan lapis majemuk merupakan perluasan dari jaringan lapis tunggal. Dalam jaringan ini, selain unit input dan output, ada unit-unit lain diantara unit input dan output (sering disebut lapis tersembunyi). Dalam jaringan ini dimungkinkan ada beberapa lapis tersembunyi. Unit dalam satu lapis tidak saling berhubungan.

30 14 Gambar 2.5 Ilustrasi Arsitektur Jaringan Lapis Majemuk (Siang, 2005) Pada gambar 2.5 terdapat n buah unit input (x 1, x i,, x n ) dan m buah unit output (Y 1, Y j,, Y m ), sebuah lapis tersembunyi yang terdiri dari p buah unit (z 1,, z p ). Jaringan ini dapat menyelesaikan masalah yang lebih kompleks Back Propagation Jaringan Syaraf Tiruan Back Propagation membandingkan perhitungan keluaran dengan target keluaran dan menghitung nilai error untuk setiap unit jaringan. 1. Arsitektur Back Propagation Gambar 2.6 Ilustrasi Arsitektur JST Back Propagation (Siang, 2005)

31 15 Gambar 2.6 merupakan arsitektur jaringan syaraf tiruan back propagation dengan n buah input ditambah sebuah bias, sebuah lapis tersembunyi yang terdiri dari p unit ditambah sebuah bias, dan sebuah lapis unit keluaran. 2. Fungsi Aktivasi Dalam jaringan syaraf tiruan back propagation, fungsi aktivasi yang dipakai harus memenuhi beberapa syarat, yaitu : kontinu, terdeferensial dengan mudah dan merupakan fungsi yang tidak turun. Salah satu fungsi yang memenuhi ketiga syarat tersebut sehingga sering dipakai adalah fungsi sigmoid biner yang memiliki range (0,1). 1 f(x) = dengan turunan 1+e x f (x) = f(x)(1 f(x)) ( 2.10 ) Fungsi lain yang sering dipakai adalah sigmoid bipolar dengan range (-1,1). f(x) = 2 1 dengan turunan 1+e x f (x) = (1+f(x))(1 f(x)) 2 ( 2.11 ) Fungsi sigmoid memiliki nilai maksimum = 1. Maka untuk pola yang targetnya > 1, pola masukkan dan keluaran harus terlebih dahulu ditransformasi sehingga semua polanya memiliki range yang sama seperti fungsi sigmoid yang dipakai. Alternatif lain adalah menggunakan fungsi aktivasi sigmoid hanya pada lapis yang bukan lapis keluaran. Pada lapis keluaran, fungsi aktivasi yang dipakai adalah fungsi identitas : f(x) = x. 3. Proses Pelatihan Back Propagation Proses Pelatihan Jaringan Syaraf Tiruan Back Propagation terdiri dari 3 proses, yaitu propagasi maju, propagasi mundur, dan perubahan bobot. Ketiga proses tersebut dilakukan secara berulang sampai kondisi penghentian terpenuhi. Umumnya penghentian yang dipakai adalah iterasi dan error. 1. Propagasi Maju Selama propagasi maju, sinyal masukkan (= x i ) dipropagasikan ke lapis tersembunyi menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Keluaran dari setiap unit lapis tersembunyi (= z j ) tersebut selanjutnya

32 16 dipropagasikan maju lagi ke lapis tersembunyi di atasnya. Demikian seterusnya hingga mendapatkan luaran jaringan (= y k ). Berikutnya, luaran jaringan (= y k ) dibandingkan dengan target yang harus dicapai (= t k ). Selisih t k y k adalah error yang terjadi. Jika nilai error lebih kecil dari yang telah ditentukan, maka iterasi dihentikan, jika tidak, maka bobot setiap garis dimodifikasi untuk mengurangi error yang terjadi. 2. Propagasi Mundur Berdasarkan error t k y k, dihitung faktor δ k (k = 1,2,, m) yang dipakai untuk mendistribusikan error di unit y k ke semua unit tersembunyi yang terhubung langsung dengan y k. δ k juga dipakai untuk mengubah bobot garis yang berhubungan langsung dengan unit luaran. Dengan cara yang sama, dihitung faktor δ j di setiap unit lapis tersembunyi sebagai dasar perubahan bobot semua garis yang berasal dari unit tersembunyi di bawahnya. Demikian seterusnya hingga semua faktor δ di unit tersembunyi yang berhubungan langsung dengan unit masukkan dihitung. 3. Perbaikan Bobot Setelah semua faktor δ dihitung, bobot semua garis dimodifikasi bersamaan. Perubahan bobot suatu garis didasarkan atas faktor δ neuron di lapis atasnya. Secara umum, algoritma pelatihan untuk jaringan back propagation adalah sebagai berikut : 1. Inisialisasi semua bobot dengan bilangan acak kecil. 2. Jika kondisi penghentian belum terpenuhi, lakukan langkah Untuk setiap pasang data pelatihan, lakukan langkah 4-9.

33 17 4. Tiap unit masukkan menerima sinyal dan meneruskannya ke unit tersembunyi di atasnya. 5. Hitung semua luaran di unit tersembunyi z j (j = 1,2,, p) z_net j = v j0 + n i=1 x i v ji ( 2.12 ) 1 z j = f(z_net j ) = 1+e z_net ( 2.13 ) j 6. Hitung semua luaran jaringan di unit y k (k = 1,2,, m) y_net k = w k0 + n j=1 x j w kj ( 2.14 ) y k = f(y_net k ) = 1 1+e y_net k ( 2.15 ) 7. Hitung faktor δ unit luaran berdasarkan error di setiap unit luaran y k (k = 1,2,, m) δ k = (t k y k )f (y netk ) = (t k y k )y k (1 y k ) ( 2.16 ) Hitung suku perubahan bobot w kj dengan laju percepatan α w kj = αδ k z j ; k = 1, 2,, m ; j = 0, 1,, p ( 2.17 ) 8. Hitung faktor δ unit tersembunyi berdasarkan error di setiap unit tersembunyi z j (j = 1,2,, p) δ_net j = m k=1 δ k w kj ( 2.18 ) Faktor δ unit tersembunyi : δ j = δ_net j f (z_net j ) = δ_net j z j (1 z j ) ( 2.19 ) Hitung suku perubahan bobot v ij v ij = αδ j x i ; j = 1, 2,, p ; i = 0, 1,, n ( 2.20 ) 9. Hitung semua perubahan bobot Perubahan bobot garis yang menuju ke unit luaran : w kj (baru) = w kj (lama) + w kj (k = 1, 2,, m ; j = 0, 1,, p) ( 2.21)

34 18 Perubahan bobot garis yang menuju ke unit tersembunyi : v ji (baru) = v ji (lama) + v ji (j = 1, 2,, p ; i = 0, 1,, n) ( 2.22 ) 10. Bandingkan kondisi penghentian Mempercepat Pelatihan Backpropagation Metode standar backpropagation seringkali terlalu lambat untuk keperluan praktis. Beberapa modifikasi dilakukan terhadap standar backpropagation dengan cara mengganti fungsi pelatihannya (Siang, 2005). Secara umum, modifikasi dapat dikelompokkan dalam 2 kategori. Kategori pertama adalah metode yang menggunakan teknik heuristik yang dikembangkan dari metode penurunan tercepat yang dipakai dalam standar backpropagation. Kategori kedua adalah menggunakan metode optimisasi numerik selain penurunan tercepat. Beberapa metode yang dipakai sebagai modifikasi adalah metode gradien conjugate, quasi Newton, dll. Dalam subbab berikut ini dibicarakan dahulu tentang beberapa modifikasi yang masuk dalam kategori pertama (backpropagation dengan momentum, variabel laju pemahaman, dan backpropagation resilient). Berikutnya barulah dibahas tentang beberapa metode yang masuk dalam kategori kedua. Beberapa metode yang dipakai untuk mempercepat pelatihan backpropagation adalah sebagai berikut : 1. Metode Penurunan Gradien dengan Momentum (traingdm) Meskipun metodenya paling sederhana, tapi metode penurunan gradien sangat lambat dalam kecepatan proses iterasinya. Ini terjadi karena kadang-kadang arah penurunan tercepat bukanlah arah yang tepat untuk mencapai titik minimum globalnya. Modifikasi metode penurunan tercepat dilakukan dengan menambahkan momentum. Dengan momentum, perubahan bobot tidak hanya didasarkan atas error yang terjadi pada epoch pada waktu itu. Perubahan bobot saat ini dilakukan

35 19 dengan memperhitungkan juga perubahan bobot pada epoch sebelumnya. Dengan demikian kemungkinan terperangkap ke titik minimum lokal dapat dihindari. Menurut Hagan dan Demuth (1996), sebelum mengaplikasikan momentum ke dalam sebuah aplikasi jaringan syaraf, akan dibuktikan dalam sebuah ilustrasi efek penghalusan dengan mempertimbangkan urutan pertama filter berikut : y(k) = γy(k 1) + (1 γ) w(k), ( 2.23 ) dimana w(k) adalah input ke filter, y(k) adalah output dari filter, dan γ adalah koefisien momentum yang harus memenuhi 0 γ < 1. ( 2.24 ) Efek dari filter ini ditunjukkan pada gambar 2.7. Pada contoh ini, input ke filter diambil dari gelombang sinus: w(k) = 1 + sin ( 2πk ), ( 2.25 ) 16 dan koefisien momentum yang ditetapkan pada γ = 0.9 (grafik kiri) dan γ = 0.98 (grafik kanan). Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa osilasi dari filter output kurang dari osilasi filter input. Selain itu, dengan meningkatnya γ, osilasi pada filter output berkurang. Perhatikan juga bahwa rata-rata filter output sama dengan ratarata filter input, meskipun dengan meningkatnya γ, filter output merespon dengan lebih lambat. Gambar 2.7 Efek Penghalusan Momentum (Hagan & Demuth, 1996)

36 20 Untuk memperingkas, filter cenderung mengurangi jumlah osilasi, sementara masih melacak nilai rata-rata. Untuk melihat bagaimana hal ini bekerja pada permasalahan jaringan syaraf, pertama-tama parameter pada persamaan berikut diperbarui : W m (k) = αs m (α m 1 ) T, ( 2.26 ) b m (k) = as m. ( 2.27 ) Ketika filter momentum ditambahkan untuk menggantikan parameter, maka didapatkan persamaan untuk modifikasi momentum backpropagation : W m (k) = γ W m (k 1) (1 γ) as m (a m 1 ) T, ( 2.28 ) b m (k) = γ b m (k 1) (1 γ)as m. ( 2.29 ) Ketika mengaplikasikan persamaan modifikasi ini, maka akan memperoleh hasil seperti pada gambar 2.8. Gambar 2.8 Lintasan dengan momentum (Hagan & Demuth, 1996) Dari gambar di atas filter cenderung membuat lintasan berjalan terus ke arah yang sama, semakin besar nilai γ maka semakin banyak momentum yang terdapat pada lintasan. 2. Variable Learning Rate (traingda, traingdx)

37 21 Dalam standar backpropagation, laju pemahaman berupa suatu konstanta yang nilainya tetap selama iterasi. Akibatnya, unjuk kerja algoritma sangat dipengaruhi oleh besarnya laju pemahaman yang dipakai. Secara praktis, sulit untuk menentukan besarnya laju pemahaman yang paling optimal sebelum pelatihan dilakukan. Laju pemahaman yang terlalu besar maupun terlalu kecil akan menyebabkan pelatihan menjadi lambat. Pelatihan akan lebih cepat apabila laju pemahaman dapat diubah ubah besarnya selama proses pelatihan. Jika error sekarang lebih besar dibandingkan error sebelumnya, maka laju pemahaman diturunkan. Jika sebaliknya, maka laju pemahaman diperbesar. Dengan demikian laju pemahaman dapat dibuat sebesar besarnya dengan tetap mempertahankan kestabilan proses. Menurut Hagan dan Demuth (1996), ada banyak pendekatan untuk mengubah learning rate (laju pemahaman). Salah satunya dengan cara yang paling mudah, dimana learning rate berubah berdasarkan performa sebuah algoritma. Aturan untuk variable learning rate backpropagation adalah sebagai berikut : a. Jika error kuadrat (pada semua training set) meningkat lebih dari persentase yang ditentukan ζ (umumnya satu hingga lima persen) setelah perubahan bobot, maka perubahan bobot diabaikan, learning rate dikalikan dengan faktor 0 < p < 1, dan koefisien momentum γ (jika digunakan) diberi nilai nol. b. Jika error kuadrat berkurang setelah perubahan bobot, maka perubahan bobot diterima dan learning rate dikalikan dengan faktor η > 1. Jika γ sebelumnya diberi nilai nol, maka akan diubah menjadi nilai aslinya. c. Jika error kuadrat meningkat namun kurang dari ζ, maka perubahan bobot diterima tetapi learning rate dan koefisien momentum tidak berubah. Dengan menggunakan parameter awal yang telah digunakan pada gambar 2.8 dan menambahkan parameter baru :

38 22 η = 1.05, p = 0.7, dan ζ = 4%, maka akan didapatkan hasil seperti pada gambar 2.9. Gambar 2.9 Lintasan Variable Learning Rate (Hagan & Demuth, 1996) 3. Resilient Backpropagation (trainrp) Jaringan backpropagation umumnya menggunakan fungsi aktivasi sigmoid. Fungsi sigmoid akan menerima masukan dari range tak berhingga menjadi keluaran pada range [0,1]. Semakin jauh titik dari x = 0, semakin kecil gradiennya. Pada titik yang cukup jauh dari x = 0, gradiennya mendekati 0. Hal ini menimbulkan masalah pada waktu menggunakan metode penurunan tercepat (yang iterasinya didasarkan atas gradien). Gradien yang kecil menyebabkan perubahan bobot juga kecil, meskipun masih jauh dari titik optimal. Masalah ini diatasi dalam resilient backpropagation dengan cara membagi arah dan perubahan bobot menjadi dua bagian yang berbeda. Ketika menggunakan penurunan tercepat, yang diambil hanya arahnya saja. Besarnya perubahan bobot dilakukan dengan cara lain (Siang, 2009).

39 23 4. Gradien Conjugate (traincgf, traincgp, traincgb) Dalam standar backpropagation, bobot dimodifikasi pada arah penurunan tercepat. Meskipun penurunan fungsi berjalan cepat, tapi tidak menjamin akan konvergen dengan cepat. Dalam algoritma gradien conjugate, pencarian dilakukan sepanjang arah conjugate. Dalam banyak kasus, pencarian ini lebih cepat. Ada berbagai metode pencarian yang dilakukan berdasarkan prinsip gradien conjugate, antara lain Fletcher-Reeves ( traincgf ), Polak-Ribiere ( traincgp ), Powel Beale ( traincgb ). Menurut Hagan & Demuth (1996), langkah-langkah dalam gradien conjugate adalah sebagai berikut : a. Memilih arah pencarian pertama p 0 menjadi gradien negatif p 0 = g 0, ( 2.30 ) b. Kemudian memilih learning rate α k untuk meminimalisasi fungsi bersamaan dengan arah pencarian : x k+1 = x k + α k p k, ( 2.31 ) c. Lalu memilih arah pencarian selanjutnya berdasarkan persamaan p k = g k + β k p k 1, ( 2.32 ) dengan persamaan berikut ini untuk menghitung nilai β k β k = g T k 1g k g T atau β k 1 p k = k 1 ( 2.33 ) g T k gk T g k 1 atau β g k = g k 1 T k 1 T g k g k 1 g k 1 d. Jika algoritma belum konvergen maka lanjut pada langkah ke K-Fold Cross Validation K-Fold Cross Validation merupakan teknik umum untuk menguji kinerja dari classifier. Data dibagi menjadi k bagian (fold), kemudian selama i = 1,, k dilakukan pelatihan terhadap data selain fold ke-i dan dilakukan pengujian terhadap

40 24 data fold ke-i tersebut, lalu menghitung jumlah pengujian yang mengalami kesalahan klasifikasi Confusion Matrix Confusion Matrix menunjukkan jumlah prediksi yang benar dan salah yang dibuat oleh model klasifikasi dibandingkan dengan hasil yang sebenarnya (nilai target) dalam data. Matrix adalah n x n, dimana n adalah jumlah nilai target (kelas). Kinerja model seperti ini biasanya dievaluasi dengan menggunakan data dalam matrix. Tabel berikut menampilkan confusion matrix 2 x 2 untuk dua kelas (positif dan negatif) (Diana dan Shidik, 2014). Tabel 2.1 Confusion Matrix (Diana dan Shidik, 2014) Confusion Matrix Target Positif Negatif Model Positif a b Positive predictive value a/(a+b) Negatif c d Negative predictive value d/(c+d) sensitivity specitivity Accuracy = (a+d)/(a+b+c+d) a/(a+c) d/(b+d)

41 BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini membahas analisa kebutuhan sistem mencakup metode yang digunakan untuk ekstraksi ciri suara burung, klasifikasi, dan pengujian sistem. Selain kebutuhan sistem, bab ini juga berisi perancangan sistem mencakup ekstraksi ciri, klasifikasi, pengujian, dan perancangan antarmuka sistem Gambaran Penelitian Data Preprocessing training feature Jaringan Syaraf Tiruan Ekstraksi Ciri testing feature Model Jaringan Hasil Klasifikasi Gambar 3.1 Diagram blok sistem Data Suara burung yang dipilih dalam klasifikasi ini adalah Cucak Hijau, Cucak Rawa, dan Kenari. Ketiga suara burung tersebut merupakan jenis burung yang termasuk populer di kalangan para kicau mania, oleh karena itu pemilihan jenis suara tersebut dilakukan karena banyaknya data suara yang dapat di akses oleh publik sebab cukup banyak orang-orang yang berbagi rekaman suara burung kicaunya pada situs online seperti pada situs omkicau. Data yang digunakan pada sistem berupa 3 buah rekaman suara burung, 1 rekaman untuk masing-masing jenis burung. Ketiga rekaman tersebut akan melalui tahap preprosesing terlebih dahulu sebelum dilakukan ekstraksi ciri. 25

42 26 Contoh data audio berupa sinyal digital dan spektogram yang digunakan pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar-gambar di bawah ini. Gambar 3.2 Contoh Sinyal dan Spectogram Suara Burung Cucak Hijau Gambar 3.3 Contoh Sinyal dan Spectogram Suara Burung Cucak Rawa

43 27 Gambar 3.4 Contoh Sinyal dan Spectogram Suara Burung Kenari Preprocessing Proses preprosesing yang dilakukan adalah konversi file.mp3 dengan frekuensi Hz dan stereo channel yang sudah mengalami pengompresan ke dalam bentuk file.wav dengan format PCM, frekuensi Hz, 8 bit, tipe mono. Proses ini membutuhkan aplikasi Audacity Aplikasi tersebut tidak hanya digunakan untuk konversi rekaman tipe.mp3 ke.wav, tetapi juga digunakan untuk memotong-motong rekaman secara acak menjadi beberapa file rekaman berdurasi 5 detik yang digunakan sebagai data pengujian tunggal. Kemudian pemotongan juga dilakukan dengan menggunakan fungsi yang telah dibuat pada Matlab, memotong rekaman menjadi 120 rekaman dengan durasi masing-masing 5 detik dan masing-masing rekaman tersebut dipotong secara berurutan sampai menghasilkan 120 rekaman, sehingga akan menghasilkan total rekaman sebanyak 360 file.wav yang siap untuk dilakukan proses ekstraksi ciri dan pelatihan model jaringan syaraf tiruan yang akan digunakan untuk proses klasifikasi data kelompok dan klasifikasi data tunggal.

44 Ekstraksi Ciri Metode ekstraksi ciri menggunakan metode yang bernama MFCC (Mel Frequency Cepstral Coefficient). Metode tersebut dipilih karena banyak digunakan dalam bidang speech processing, baik itu speech recognition maupun speaker recognition. Proses ekstraksi ciri dalam tahap pelatihan dilakukan pada semua file suara dengan menentukan terlebih dahulu ukuran frame dan overlap yang akan digunakan pada saat proses perhitungan nilai MFCC. Kemudian masing-masing nilai MFCC yang dihasilkan dari setiap rekaman yang ada, dilakukan proses reduksi ciri yaitu dengan menghitung nilai statistik berupa nilai mean, variance, min, dan max dari nilai MFCC, yang kemudian akan digunakan sebagai input dari jaringan syaraf tiruan. Gambar 3.5 Contoh hasil ekstraksi ciri MFCC Pada gambar 3.5 merupakan contoh hasil ekstraksi ciri MFCC sebelum dilakukan proses reduksi ciri atau mengubah dimensi ciri MxN menjadi Mx1. 39

45 29 merupakan jumlah koefisien MFCC yang dihasilkan, sedangkan 332 merupakan jumlah frame yang dihasilkan pada saat proses frame blocking. Jumlah frame sebanyak 332 dihasilkan melalui perhitungan sebagai berikut : Sample rate = 16000, Frame size = 25ms = (25/1000)*16000 = 400 sample point, Overlap = 10 ms = (10/1000)*16000 = 160 sample point, Step = = 240, Duration = 5s, Sample Total = 5*16000 = 80000, Jumlah frame = ( )/240 = 332 Proses reduksi ciri dilakukan dengan cara menghitung nilai mean, variance, minimum, dan maximum setiap baris koefisien MFCC yaitu Sebagai contoh baris pertama / koefisien pertama MFCC dilakukan perhitungan nilai mean dengan data nilai dari frame 1-332, sehingga akan menghasilkan 1 baris baru. Perhitungan dilakukan hingga mencapai koefisien ke 39, hal ini juga dilakukan ketika mencari nilai variance, minimum dan maximum. Pada akhir proses, akan menghasilkan ciri baru sebanyak 156x1 dengan rincian nilai mean, variance, minimum, dan maximum masing-masing sebanyak 39 untuk masing-masing file rekaman. Ada 9 tahap yang dilakukan pada proses ekstraksi ciri, dengan 8 tahap merupakan proses dari MFCC dan 1 tahap lainnya merupakan perhitungan terhadap nilai MFCC yang telah dihasilkan. Tahap-tahap tersebut adalah : 1. Pre-emphasis 2. Frame blocking 3. Hamming windowing 4. Fast Fourier Transform (FFT) 5. Triangular Bandpass Filters

46 30 6. Discrete Cosine Transform (DCT) 7. Log Energy 8. Delta Cepstrum 9. Menghitung nilai mean, variance, minimum, dan maximum Sebelum masuk pada jaringan syaraf tiruan, data terlebih dahulu diseleksi sesuai dengan feature yang diinginkan, dengan rincian dalam tabel berikut ini : MFCC Without Delta or Delta Delta (13 coefficients) Tabel 3.1 Statistic Features Indices Statistic Features Indices Mean Variance Minimum Maximum Total Coefficients Delta (26 coefficients) Delta Delta (39 coefficients) Keterangan : Untuk MFCC (13 coefficients) masing-masing feature (mean, variance, minimum, maximum) akan memiliki nilai sebanyak 13, sehingga total keseluruhan ada 52 nilai jika semua feature tersebut dipilih. Begitu pula dengan MFCC (26 coefficients) dan MFCC (39 coefficients) masingmasing feature (mean, variance, minimum, maximum) akan memiliki nilai sebanyak 26 dan 39, sehingga total keseluruhan ada 104 nilai untuk MFCC (26 coefficients) dan 156 nilai untuk MFCC (39 coefficients). Angka-angka pada kolom mean, variance, minimum, maximum merupakan nilai indeks yang menyatakan letak keberadaan feature tersebut pada masing-masing MFCC-nya dalam sebuah database feature. Kemudian data dibagi menjadi k bagian, untuk train, validation, test set.

47 31 Tabel Fold Cross Validation Percobaan Train Validation Test Tabel Fold Cross Validation Percobaan Train Validation Test 1 3,4, ,4, ,2, ,2, ,3,4 5 1 Tabel Fold Cross Validation Percobaan Train Validation Test 1 3,4,5,6,7,8,9, ,4,5,6,7,8,9, ,2,5,6,7,8,9, ,2,3,6,7,8,9, ,2,3,4,7,8,9, ,2,3,4,5,8,9, ,2,3,4,5,6,9, ,2,3,4,5,6,7, ,2,3,4,5,6,7, ,3,4,5,6,7,8, Setelah itu data feature yang telah dipilih akan dijadikan sebagai input pada jaringan syaraf tiruan, pada subbab selanjutnya akan dijelaskan mengenai arsitektur jaringan yang akan digunakan pada saat proses pelatihan dan pengujian Jaringan Syaraf Tiruan Metode klasifikasi jaringan syaraf tiruan propagasi balik dipilih karena kemampuannya untuk menghasilkan decision boundaries yang kompleks pada fitur-fitur yang ada. Hasil ini dapat dilihat dengan nilai keakuratan yang dihasilkan dari pengujian sampel diluar kumpulan sampel yang digunakan pada saat pelatihan.

48 32 Beberapa nilai parameter yang akan diatur pada jaringan syaraf tiruan propagasi balik : 1. Epoch/iterasi 2. Hidden layer/lapis tersembunyi 3. Fungsi training Arsitektur Jaringan Syaraf Tiruan Ada 2 jenis arsitektur jaringan syaraf tiruan yang akan digunakan untuk proses pelatihan dan pengujian, yaitu arsitektur dengan 1 hidden layer dan 2 hidden layer. Untuk masing-masing arsitektur akan dilakukan percobaan dengan mengkombinasikan beberapa parameter seperti jumlah neuron input yang akan bervariasi sesuai dengan feature yang dipilih, jumlah neuron pada masing-masing hidden layer serta fungsi training. Satu hidden layer x1 x2 z1 x3 z2 y1 x4 z3 y2 y3 Output zj xi Hidden Layer 1 Input Gambar 3.6 Arsitektur jaringan pelatihan dan pengujian 1 hiddel layer

49 33 Pada gambar 3.6, merupakan gambaran arsitektur jaringan dengan 1 hidden layer yang akan digunakan untuk pengujian pemilihan feature yang menghasilkan nilai akurasi yang baik, yaitu dengan memilih feature mean, variance, min atau max dan atau mengkombinasikan feature-feature tersebut sebagai input pada model jaringan. Adapun penjelasan mengenai gambar di atas adalah sebagai berikut : 1. Input (x1, x2, x3,... xi) merupakan lapisan input pada jaringan yang akan mewakili feature terpilih, sesuai dengan tabel 3.1. Sebagai contoh, jika feature yang dipilih adalah MFCC (13 coefficients) dengan nilai statistik mean maka nilai-nilai yang akan mengisi lapisan input jaringan adalah nilai yang ada pada indeks 1-13 dalam database, sehingga secara otomatis jumlah neuron pada lapisan input berjumlah sebanyak 13, mengikuti jumlah nilai feature yang dipilih. 2. Hidden layer 1 (z1, z2, z3,... zj) merupakan lapisan tersembunyi yang digunakan untuk mentransformasikan nilai-nilai input menjadi nilai yang dapat digunakan pada lapisan output. Jumlah neuron pada lapisan ini secara default sebanyak 10 neuron, karena pada dasarnya arsitektur jaringan dengan 1 hidden layer digunakan untuk mencari feature yang menghasilkan nilai akurasi paling baik. 3. Output (y1, y2, y3) merupakan lapisan output dengan neuron berjumlah 3, yaitu sebagai target luaran dari jaringan, bernilai antara 0 dan 1. Ada tiga target luaran yaitu 1 0 0, 0 1 0, dan 0 0 1, masing-masing mewakili jenis burung Cucak Hijau, Cucak Rawa dan Kenari secara berturut-turut. Gambar 3.7 Contoh model jaringan 1 hidden layer dengan MFCC 13 coefficients dan feature mean

Klasifikasi Burung Berdasarkan Suara Kicau Burung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik

Klasifikasi Burung Berdasarkan Suara Kicau Burung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Klasifikasi Burung Berdasarkan Suara Kicau Burung Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Lorencius Echo Sujianto Putera 1, C. Kuntoro Adi 2 1,2 Program Studi Teknik Informatika, FST, Universitas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Genre musik adalah pengelompokan musik sesuai dengan kemiripan satu dengan yang lain, seperti kemiripan dalam hal frekuensi musik, struktur ritmik, dan konten harmoni. Genre

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pengenalan Suara

TINJAUAN PUSTAKA. Pengenalan Suara Pengenalan Suara TINJAUAN PUSTAKA Menurut Peacock (1990), pengenalan suara merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi kata-kata yang diucapkan. Terdapat 5 faktor yang dapat mengontrol dan menyederhanakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Manusia dianugrahi oleh Tuhan dua telinga yang memiliki fungsi untuk menangkap sinyal-sinyal suara. Namun untuk mengoptimalkan dari fungsi telinga tersebut manusia harus belajar

Lebih terperinci

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation

Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko Pengembangan Aplikasi Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia dengan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Erlangga, Sukmawati Nur Endah dan Eko Adi Sarwoko

Lebih terperinci

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar.

udara maupun benda padat. Manusia dapat berkomunikasi dengan manusia dari gagasan yang ingin disampaikan pada pendengar. BAB II DASAR TEORI 2.1 Suara (Speaker) Suara adalah sinyal atau gelombang yang merambat dengan frekuensi dan amplitudo tertentu melalui media perantara yang dihantarkannya seperti media air, udara maupun

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Pemotong an Suara. Convert. .mp3 to.wav Audacity. Audacity. Gambar 3.1 Blok Diagram Penelitian BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan melalui blok diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1. Suara Burung Burung Kacer Burung Kenari Pengambil an

Lebih terperinci

PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MODEL PROPAGASI BALIK

PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN MODEL PROPAGASI BALIK ABSTRAK PENGENALAN SUARA MANUSIA DENGAN MENGGUNAKAN Dosen Jurusan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar Pada penelitian ini dibuat sebuah sistem pengenalan suara manusia dengan

Lebih terperinci

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz

i. Perangkat Keras Prosesor Intel Pentium(R) Dual-Core CPU 2.20 GHz Data yang pada awalnya berupa chanel stereo diubah ke dalam chanel mono. Kemudian data tersebut disimpan dengan file berekstensi WAV. Praproses Pada tahap ini dilakukan ekstraksi ciri menggunakan metode

Lebih terperinci

Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2016) - Semarang, 10 Oktober 2016 ISBN:

Seminar Nasional Ilmu Komputer (SNIK 2016) - Semarang, 10 Oktober 2016 ISBN: Perintah Suara Berbahasa Indonesia untuk Membuka dan Menutup Aplikasi dalam Sistem Operasi Windows Menggunakan Metode Mel Frequency Cepstrum Coefficient dan Metode Backpropagation Zakaria Ramadhan 1, Sukmawati

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI CAMPURAN NADA PADA SUARA PIANO MENGGUNAKAN CODEBOOK

IDENTIFIKASI CAMPURAN NADA PADA SUARA PIANO MENGGUNAKAN CODEBOOK IDENTIFIKASI CAMPURAN NADA PADA SUARA PIANO MENGGUNAKAN CODEBOOK Ade Fruandta dan Agus Buono Departemen Ilmu Komputer, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor Jl. Meranti

Lebih terperinci

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK

BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK BAB 2 KONSEP DASAR PENGENAL OBJEK 2.1 KONSEP DASAR Pada penelitian ini, penulis menggunakan beberapa teori yang dijadikan acuan untuk menyelesaikan penelitian. Berikut ini teori yang akan digunakan penulis

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Kerangka Pemikiran Perusahaan dalam era globalisasi pada saat ini, banyak tumbuh dan berkembang, baik dalam bidang perdagangan, jasa maupun industri manufaktur. Perusahaan

Lebih terperinci

PREDIKSI KESEHATAN KOPERASI DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION SKRIPSI

PREDIKSI KESEHATAN KOPERASI DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION SKRIPSI PREDIKSI KESEHATAN KOPERASI DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang Latar Belakang PENDAHULUAN Pengenalan fonem adalah implementasi dari speech to teks yang merupakan bagian dari speech recognition atau pengenalan ucapan. Pengenalan ucapan lebih dikonsentrasikan pada ekstraksi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Pada bab ini akan dielaskan mengenai teori-teori yang berhubungan dengan penelitian ini, sehingga dapat diadikan sebagai landasan berpikir dan akan mempermudah dalam hal pembahasan

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot

Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Jaringan Syaraf Tiruan pada Robot Membuat aplikasi pengenalan suara untuk pengendalian robot dengan menggunakan jaringan syaraf tiruan sebagai algoritma pembelajaran dan pemodelan dalam pengenalan suara.

Lebih terperinci

PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG

PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG PENGENALAN SUARA BURUNG MENGGUNAKAN MEL FREQUENCY CEPSTRUM COEFFICIENT DAN JARINGAN SYARAF TIRUAN PADA SISTEM PENGUSIR HAMA BURUNG TUGAS AKHIR MUHAMMAD AGUNG NURSYEHA 2211100164 Pembimbing: Dr. Muhammad

Lebih terperinci

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK)

BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) BAB IV JARINGAN SYARAF TIRUAN (ARTIFICIAL NEURAL NETWORK) Kompetensi : 1. Mahasiswa memahami konsep Jaringan Syaraf Tiruan Sub Kompetensi : 1. Dapat mengetahui sejarah JST 2. Dapat mengetahui macam-macam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Barcode Salah satu obyek pengenalan pola yang bisa dipelajari dan akhirnya dapat dikenali yaitu PIN barcode. PIN barcode yang merupakan kode batang yang berfungsi sebagai personal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wicara atau ucapan adalah cara berkomunikasi yang paling sederhana dan sering digunakan oleh manusia. Namun, seiring dengan perkembangan teknologi, proses komunikasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 19 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Kerangka pemikiran untuk penelitian ini seperti pada Gambar 9. Penelitian dibagi dalam empat tahapan yaitu persiapan penelitian, proses pengolahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Genre Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, genre adalah jenis, tipe, atau kelompok sastra atas dasar bentuknya. Jadi genre musik merupakan pengelompokan musik berdasarkan kemiripan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.6. Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan syaraf tiruan atau neural network merupakan suatu sistem informasi yang mempunyai cara kerja dan karakteristik menyerupai jaringan syaraf pada

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Data Yang Digunakan Dalam melakukan penelitian ini, penulis membutuhkan data input dalam proses jaringan saraf tiruan backpropagation. Data tersebut akan digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH

BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH BAB VIIB BACKPROPAGATION dan CONTOH 7B. Standar Backpropagation (BP) Backpropagation (BP) merupakan JST multi-layer. Penemuannya mengatasi kelemahan JST dengan layer tunggal yang mengakibatkan perkembangan

Lebih terperinci

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK

PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK PENGENALAN HURUF DAN ANGKA PADA CITRA BITMAP DENGAN JARINGAN SARAF TIRUAN METODE PROPAGASI BALIK Naskah Publikasi disusun oleh Zul Chaedir 05.11.0999 Kepada SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Suara Manusia Menurut Inung Wijayanto (2013), produksi suara manusia memerlukan tiga elemen, yaitu sumber daya, sumber suara dan pemodifikasi suara. Ini adalah dasar dari teori

Lebih terperinci

Pengenalan Pembicara dengan Ekstraksi Ciri MFCC Menggunakan Kuantisasi Vektor (VQ) Yoyo Somantri & Erik Haritman dosen tek elektro fptk UPI.

Pengenalan Pembicara dengan Ekstraksi Ciri MFCC Menggunakan Kuantisasi Vektor (VQ) Yoyo Somantri & Erik Haritman dosen tek elektro fptk UPI. Pengenalan Pembicara dengan Ekstraksi Ciri MFCC Menggunakan Kuantisasi Vektor (VQ) Yoyo Somantri & Erik Haritman dosen tek elektro fptk UPI. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi

Lebih terperinci

Karakteristik Spesifikasi

Karakteristik Spesifikasi Sinyal yang masuk difilter ke dalam sinyal frekuensi rendah (low-pass filter) dan sinyal frekuensi tinggi (high-pass filter) Lakukan downsampling pada kedua sinyal tersebut Low-pass frekuensi hasil downsampling

Lebih terperinci

PERANCANGAN PARAMETER TERBAIK UNTUK PREDIKSI PRODUKSI BAN GT3 MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT PROPAGATION

PERANCANGAN PARAMETER TERBAIK UNTUK PREDIKSI PRODUKSI BAN GT3 MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT PROPAGATION PERANCANGAN PARAMETER TERBAIK UNTUK PREDIKSI PRODUKSI BAN GT3 MENGGUNAKAN JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT PROPAGATION Fitrisia, Adiwijaya, dan Andrian Rakhmatsyah Program Studi S1 Teknik Informatika,

Lebih terperinci

oleh WAHYUNI PUTRANTO NIM. M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika

oleh WAHYUNI PUTRANTO NIM. M SKRIPSI ditulis dan diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan memperoleh gelar Sarjana Sains Matematika PERBANDINGAN METODE GRADIENT DESCENT DAN GRADIENT DESCENT DENGAN MOMENTUM PADA JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION DALAM PERAMALAN KURS TENGAH RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA oleh WAHYUNI PUTRANTO NIM.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Model Penelitian Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui blok diagram seperti yang terliat pada Gambar 3.1. Suara Manusia Rekam suara Hasil rekaman

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR YOSI NURHAYATI

PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR YOSI NURHAYATI PENGEMBANGAN MODEL JARINGAN SYARAF TIRUAN RESILIENT BACKPROPAGATION UNTUK IDENTIFIKASI CHORD GITAR YOSI NURHAYATI DEPARTEMEN ILMU KOMPUTER FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. perangkat. Alat dan bahan yang digunakan sebelum pengujian: BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengujian Perangkat Lunak Dalam mengetahui perangkat lunak yang dibuat bisa sesuai dengan metode yang dipakai maka dilakukan pengujian terhadap masing-masing komponen perangkat.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu

BAB 2 LANDASAN TEORI. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengenalan Suara. Pengenalan suara (voice recognition) dibagi menjadi dua jenis, yaitu speech recognition dan speaker recognition. Speech recognition adalah proses yang dilakukan

Lebih terperinci

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA

BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK AS A METHOD OF FORECASTING ON CALCULATION INFLATION RATE IN JAKARTA AND SURABAYA Anggi Purnama Undergraduate Program, Computer Science, 2007 Gunadarma Universiy http://www.gunadarma.ac.id

Lebih terperinci

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PREDIKSI CURAH HUJAN DI KOTA MEDAN MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Yudhi Andrian 1, Erlinda Ningsih 2 1 Dosen Teknik Informatika, STMIK Potensi Utama 2 Mahasiswa Sistem Informasi, STMIK

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum

Jaringan Syaraf Tiruan. Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Jaringan Syaraf Tiruan Disusun oleh: Liana Kusuma Ningrum Susilo Nugroho Drajad Maknawi M0105047 M0105068 M01040 Jurusan Matematika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret

Lebih terperinci

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI Oleh Nama : Januar Wiguna Nim : 0700717655 PROGRAM GANDA TEKNIK INFORMATIKA DAN MATEMATIKA

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil tahun 2006/2007 SPEAKER IDENTIFICATION DENGAN MENGGUNAKAN TRANSFORMASI WAVELET DISKRIT DAN JARINGAN SARAF

Lebih terperinci

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT

PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN DALAM MEMPREDIKSI TINGKAT PENGANGGURAN DI SUMATERA BARAT Havid Syafwan Program Studi Manajemen Informatika, Amik Royal, Kisaran E-mail: havid_syafwan@yahoo.com ABSTRAK:

Lebih terperinci

PREDIKSI JUMLAH PRODUKSI CONE ICE CREAM MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

PREDIKSI JUMLAH PRODUKSI CONE ICE CREAM MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat PREDIKSI JUMLAH PRODUKSI CONE ICE CREAM MENGGUNAKAN METODE BACKPROPAGATION SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika Oleh: Birgitta

Lebih terperinci

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita

Aplikasi yang dibuat adalah aplikasi untuk menghitung. prediksi jumlah dalam hal ini diambil studi kasus data balita BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN SISTEM 3.1. Analisa dan Kebutuhan Sistem Analisa sistem merupakan penjabaran deskripsi dari sistem yang akan dibangun kali ini. Sistem berfungsi untuk membantu menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI. mahasiswa Binus University secara umum. Dan mampu membantu

ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI. mahasiswa Binus University secara umum. Dan mampu membantu BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI 3.1. Analisa Sistem 3.1.1. Sejarah Umum Perusahaan Binus Learning Community adalah komunitas belajar binus yang berada dibawah sub unit mentoring Student

Lebih terperinci

APLIKASI MASALAH 0/1 KNAPSACK MENGGUNAKAN ALGORITMA GREEDY

APLIKASI MASALAH 0/1 KNAPSACK MENGGUNAKAN ALGORITMA GREEDY PLAGIAT PLAGIATMERUPAKAN MERUPAKANTINDAKAN TINDAKANTIDAK TIDAKTERPUJI TERPUJI APLIKASI MASALAH 0/1 KNAPSACK MENGGUNAKAN ALGORITMA GREEDY Skripsi Diajukan untuk Menempuh Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE

KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE KLASIFIKASI DATA MENGGUNAKAN JST BACKPROPAGATION MOMENTUM DENGAN ADAPTIVE LEARNING RATE Warih Maharani Fakultas

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI NILAI KURS JUAL SGD-IDR Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Multimedia 205 STMIK AMIKOM Yogyakarta, 6-8 Februari 205 IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN MULTI LAYER FEEDFORWARD DENGAN ALGORITMA BACKPROPAGATION SEBAGAI ESTIMASI

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN

PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN PERANCANGAN ALGORITMA KRIPTOGRAFI KUNCI SIMETRI DENGAN MENGGUNAKAN JARINGAN SARAF TIRUAN Ibrahim Arief NIM : 13503038 Program Studi Teknik Informatika, Institut Teknologi Bandung Jl. Ganesha 10, Bandung

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang BAB 3 PERANCANGAN SISTEM Bab ini menguraikan analisa penelitian terhadap metode Backpropagation yang diimplementasikan sebagai model estimasi harga saham. Analisis yang dilakukan adalah menguraikan penjelasan

Lebih terperinci

Perbandingan Sistem Perhitungan Suara Tepuk Tangan dengan Metode Berbasis Frekuensi dan Metode Berbasis Amplitudo

Perbandingan Sistem Perhitungan Suara Tepuk Tangan dengan Metode Berbasis Frekuensi dan Metode Berbasis Amplitudo Tersedia secara online di: http://journal.ipb.ac.id/index.php.jika Volume 2 Nomor 1 halaman 29-37 ISSN: 2089-6026 Perbandingan Sistem Perhitungan Suara Tepuk Tangan dengan Metode Berbasis Frekuensi dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Variabel Penelitian Penelitian ini menggunakan satu definisi variabel operasional yaitu ratarata temperatur bumi periode tahun 1880 sampai dengan tahun 2012. 3.2 Jenis dan

Lebih terperinci

Warble Of Lovebird Classification Using Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC)

Warble Of Lovebird Classification Using Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC) ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.2, No.2 Agustus 2015 Page 2968 KLASIFIKASI SUARA LOVEBIRD DENGAN METODE MEL FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT (MFCC) DAN FUZZY LOGIC Warble Of Lovebird Classification

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian

BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian BAB IV IMPLEMENTASI DAN EVALUASI 4.1 Spesifikasi Hardware dan Software yang digunakan dalam penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan satu set komputer dengan prosesor berkecepatan 1,18 GHz,

Lebih terperinci

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6

Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Penerapan Jaringan Saraf Tiruan Metode Backpropagation Menggunakan VB 6 Sari Indah Anatta Setiawan SofTech, Tangerang, Indonesia cu.softech@gmail.com Diterima 30 November 2011 Disetujui 14 Desember 2011

Lebih terperinci

BINUS UNIVERSITY. Program Studi Ganda. Teknik Informatika Matematika PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI SPEECH RECOGNIZER DENGAN SPECTROGRAM

BINUS UNIVERSITY. Program Studi Ganda. Teknik Informatika Matematika PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI SPEECH RECOGNIZER DENGAN SPECTROGRAM BINUS UNIVERSITY Program Studi Ganda Teknik Informatika Matematika PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI SPEECH RECOGNIZER DENGAN SPECTROGRAM Stefan A.Y. NIM : 0700683673 ABSTRAK Speech Recognizer atau pengenal

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Definisi Masalah Dalam beberapa tahun terakhir perkembangan Computer Vision terutama dalam bidang pengenalan wajah berkembang pesat, hal ini tidak terlepas dari pesatnya

Lebih terperinci

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI

KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI KLASIFIKASI CITRA PARU MENGGUNAKAN MODEL SELF-ORGANIZING MAPS RADIAL BASIS FUNCTION NEURAL NETWORKS (SOM-RBFNN) SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semua negara mempunyai mata uang sebagai alat tukar. Pertukaran uang dengan barang yang terjadi disetiap negara tidak akan menimbulkan masalah mengingat nilai uang

Lebih terperinci

PENDETEKSIAN TINGKAT USIA MUDA, DEWASA DAN TUA MENGGUNAKAN METODE MFCC DAN FUZZY LOGIC BERBASISKAN SPEECH RECOGNITION

PENDETEKSIAN TINGKAT USIA MUDA, DEWASA DAN TUA MENGGUNAKAN METODE MFCC DAN FUZZY LOGIC BERBASISKAN SPEECH RECOGNITION PENDETEKSIAN TINGKAT USIA MUDA, DEWASA DAN TUA MENGGUNAKAN METODE MFCC DAN FUZZY LOGIC BERBASISKAN SPEECH RECOGNITION DETECTION OF THE LEVEL OF YOUTH, ADULTS AND ELDERLY BY USING MFCC METHOD AND FUZZY

Lebih terperinci

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK

PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK PEMANFAATAAN BIOMETRIKA WAJAH PADA SISTEM PRESENSI MENGGUNAKAN BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK Program Studi Matematika FMIPA Universitas Negeri Semarang Abstrak. Saat ini, banyak sekali alternatif dalam

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini akan dibahas mengenai teori-teori pendukung pada penelitian ini. Adapun teori tersebut yaitu teori jaringan saraf tiruan dan algoritma backpropragation. 2.1. Jaringan Saraf

Lebih terperinci

APLIKASI SPEECH RECOGNITION BAHASA INDONESIA DENGAN METODE MEL-FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT

APLIKASI SPEECH RECOGNITION BAHASA INDONESIA DENGAN METODE MEL-FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT APLIKASI SPEECH RECOGNITION BAHASA INDONESIA DENGAN METODE MEL-FREQUENCY CEPSTRAL COEFFICIENT DAN LINEAR VECTOR QUANTIZATION UNTUK PENGENDALIAN GERAK ROBOT Anggoro Wicaksono, Sukmawati NE, Satriyo Adhy,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini akan dijelaskan bahan yang digunakan dalam membantu menyelesaikan permasalahan, dan juga langkah-langkah yang dilakukan dalam menjawab segala permasalahan yang ada

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

BAB 2 LANDASAN TEORI. fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses 8 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Teori Neuro Fuzzy Neuro-fuzzy sebenarnya merupakan penggabungan dari dua studi utama yaitu fuzzy logic dengan aplikasi neuro computing. Masing-masing memiliki cara dan proses

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Meter Air. Gambar 2.1 Meter Air. Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus BAB II DASAR TEORI 2.1 Meter Air Gambar 2.1 Meter Air Meter air merupakan alat untuk mengukur banyaknya aliran air secara terus menerus melalui sistem kerja peralatan yang dilengkapi dengan unit sensor,

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Tujuan Latar Belakang Ruang Lingkup Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Nada dan Chord Gitar

PENDAHULUAN Tujuan Latar Belakang Ruang Lingkup Manfaat Penelitian TINJAUAN PUSTAKA Nada dan Chord Gitar PENDAHULUAN Latar Belakang Sistem pendengaran manusia memiliki kemampuan yang luar biasa dalam menangkap dan mengenali sinyal suara. Dalam mengenali sebuah kata ataupun kalimat bukanlah hal yang sulit

Lebih terperinci

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika. Oleh: Yosep Dio Dewantara

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Komputer Program Studi Teknik Informatika. Oleh: Yosep Dio Dewantara IDENTIFIKASI KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BERDASARKAN SUARA MESIN MENGGUNAKAN FITUR LINEAR PREDICTIVE CODING DAN METODE BACK PROPAGATION HALAMAN JUDUL SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

LAPORAN SKRIPSI DETEKSI KANKER OTAK PADA DATA MRI MELALUI JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN EKSTRAKSI FITUR DISCRETE WAVELET TRANSFORM

LAPORAN SKRIPSI DETEKSI KANKER OTAK PADA DATA MRI MELALUI JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN EKSTRAKSI FITUR DISCRETE WAVELET TRANSFORM LAPORAN SKRIPSI DETEKSI KANKER OTAK PADA DATA MRI MELALUI JARINGAN SYARAF TIRUAN DENGAN EKSTRAKSI FITUR DISCRETE WAVELET TRANSFORM Oleh : Saeful Anwar 2009-51-030 SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI SALAH SATU SYARAT

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Jaringan Syaraf Biologi Otak manusia memiliki struktur yang sangat kompleks dan memiliki kemampuan yang luar biasa. Otak terdiri dari neuron-neuron dan penghubung yang disebut

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM

IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM IMPLEMENTASI JARINGAN SYARAF TIRUAN METODE BACKPROPAGATION UNTUK MEMPREDIKSI HARGA SAHAM Ayu Trimulya 1, Syaifurrahman 2, Fatma Agus Setyaningsih 3 1,3 Jurusan Sistem Komputer, Fakultas MIPA Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM Dalam bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan pembuatan sistem aplikasi yang digunakan sebagai user interface untuk menangkap citra ikan, mengolahnya dan menampilkan

Lebih terperinci

Presentasi Tugas Akhir

Presentasi Tugas Akhir Presentasi Tugas Akhir Bagian terpenting dari CRM adalah memahami kebutuhan dari pelanggan terhadap suatu produk yang ditawarkan para pelaku bisnis. CRM membutuhkan sistem yang dapat memberikan suatu

Lebih terperinci

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN :

POSITRON, Vol. IV, No. 2 (2014), Hal ISSN : Modifikasi Estimasi Curah Hujan Satelit TRMM Dengan Metode Jaringan Syaraf Tiruan Propagasi Balik Studi Kasus Stasiun Klimatologi Siantan Fanni Aditya 1)2)*, Joko Sampurno 2), Andi Ihwan 2) 1)BMKG Stasiun

Lebih terperinci

Digital Signal Processing To Identify chords Singer Using Mel Frequency Cepstral Coefficients (MFCC) and Neural Network Backpropagation Methods

Digital Signal Processing To Identify chords Singer Using Mel Frequency Cepstral Coefficients (MFCC) and Neural Network Backpropagation Methods Pemrosesan Sinyal DigitalUntuk Mengidentifikasi Akord Dasar Penyanyi Dengan Metode Mel Frequency Cepstral Coeficients (MFCC) Dan Jaringan Syaraf Tiruan Backpropagation Digital Signal Processing To Identify

Lebih terperinci

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh

BAB II. Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik. dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Penelitian dengan jaringan syaraf tiruan propagasi balik dalam bidang kesehatan sebelumnya pernah dilakukan oleh Sudharmadi Bayu Jati Wibowo

Lebih terperinci

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER

PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER PEMANFAATAN NEURAL NETWORK PERCEPTRON PADA PENGENALAN POLA KARAKTER Fakultas Teknologi Informasi Universitas Merdeka Malang Abstract: Various methods on artificial neural network has been applied to identify

Lebih terperinci

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK

PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Berkala Fisika ISSN : 1410-9662 Vol.18, No.4, Oktober 2015, hal 151-156 PREDIKSI PERHITUNGAN DOSIS RADIASI PADA PEMERIKSAAN MAMMOGRAFI MENGGUNAKAN ALGORITMA JARINGAN SYARAF TIRUAN PROPAGASI BALIK Zaenal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Ganjil Tahun 2006/2007 ANALISIS DAN PERANCANGAN PERANGKAT LUNAK PENGENALAN JENIS ALAT MUSIK BERDASARKAN SUMBER SUARANYA

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Burung dalam Perlombaan Tidak semua jenis burung dilombakan atau dapat mengikuti sebuah kontes, biasanya kontes burung dinilai dari kicauan atau suaranya yang merdu selain

Lebih terperinci

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON

SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Jurnal Informatika Mulawarman Vol. 7 No. 3 Edisi September 2012 105 SISTEM PENGENALAN KARAKTER DENGAN JARINGAN SYARAF TIRUAN ALGORITMA PERCEPTRON Anindita Septiarini Program Studi Ilmu Komputer FMIPA,

Lebih terperinci

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Riset di bidang sistem pengenalan ucapan otomatis (Automatic Speech Recognition) merupakan salah satu riset yang banyak ditekuni dan terus dikembangkan hingga saat

Lebih terperinci

Identifikasi Pembicara dengan Menggunakan Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC) dan Self Organizing Map (SOM)

Identifikasi Pembicara dengan Menggunakan Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC) dan Self Organizing Map (SOM) Pembicara dengan Menggunakan Mel Frequency Cepstral Coefficient (MFCC) dan Self Organizing Map (SOM) Inggih Permana 1, Benny Sukma Negara 2 1 Universitas Sultan Sarif Kasim Riau 2 Universitas Sultan Sarif

Lebih terperinci

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004/2005

UNIVERSITAS BINA NUSANTARA. Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004/2005 UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Informatika Skripsi Sarjana Komputer Semester Genap tahun 2004/2005 PENGENALAN CITRA WAJAH DENGAN MENGGUNAKAN TRANS FORMAS I WAVELET DIS KRIT D AN JARINGAN S ARAF

Lebih terperinci

Jaringan Syaraf Tiruan

Jaringan Syaraf Tiruan Jaringan Syaraf Tiruan (Artificial Neural Network) Intelligent Systems Pembahasan Jaringan McCulloch-Pitts Jaringan Hebb Perceptron Jaringan McCulloch-Pitts Model JST Pertama Diperkenalkan oleh McCulloch

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 20 BAB 3 PERANCANGAN SISTEM 3.1 Rancangan Perangkat Keras Sistem ini hanya menggunakan beberapa perangkat keras yang umum digunakan, seperti mikrofon, speaker (alat pengeras suara), dan seperangkat komputer

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN

BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN 68 BAB IV IMPLEMENTASI DAN PENGUJIAN Bab ini membahas tentang program yang telah dianalisis dan dirancang atau realisasi program yang telah dibuat. Pada bab ini juga akan dilakukan pengujian program. 4.1

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Jaringan Syaraf Tiruan Artificial Neural Network atau Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah salah satu cabang dari Artificial Intelligence. JST merupakan suatu sistem pemrosesan

Lebih terperinci

APLIKASI PENGENALAN SUARA DIGITAL NADA DASAR PIANO SKRIPSI M. ARDIANSYAH

APLIKASI PENGENALAN SUARA DIGITAL NADA DASAR PIANO SKRIPSI M. ARDIANSYAH APLIKASI PENGENALAN SUARA DIGITAL NADA DASAR PIANO SKRIPSI M. ARDIANSYAH 091402062 PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INFORMASI FAKULTAS ILMU KOMPUTER DAN TEKNOLOGI INFORMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2014

Lebih terperinci

OPTIMASI FUZZY BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMPREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA

OPTIMASI FUZZY BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMPREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA OPTIMASI FUZZY BACKPROPAGATION NEURAL NETWORK DENGAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMPREDIKSI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TUGAS AKHIR SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA

MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA MODEL PEMBELAJARAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK OTOMATISASI PENGEMUDIAN KENDARAAN BERODA TIGA Ramli e-mail:ramli.brt@gmail.com Dosen Tetap Amik Harapan Medan ABSTRAK Jaringan Syaraf Tiruan adalah pemrosesan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Perkembangan multimedia saat ini sangat cepat. Dengan multimedia, pengguna dapat menyerap informasi dengan lebih mudah, sehingga pemilihan informasi yang tepat menjadi penting. Pemilihan informasi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Forecasting Forecasting (peramalan) adalah seni dan ilmu untuk memperkirakan kejadian di masa yang akan datang. Hal ini dapat dilakukan dengan melibatkan data historis dan memproyeksikannya

Lebih terperinci

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI APLIKASI PENGENALAN SUARA MENJADI TEKS MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION

ANALISIS DAN IMPLEMENTASI APLIKASI PENGENALAN SUARA MENJADI TEKS MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION ANALISIS DAN IMPLEMENTASI APLIKASI PENGENALAN SUARA MENJADI TEKS MENGGUNAKAN METODE JARINGAN SYARAF TIRUAN BACKPROPAGATION ANALYSIS AND IMPLEMENTATION OF SPEECH TO TEXT APPLICATION USING BACKPROPAGATION

Lebih terperinci

HALAMAN SAMPUL SKRIPSI PENGENALAN POLA TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BACK PROPAGATION NEURAL NETWORK

HALAMAN SAMPUL SKRIPSI PENGENALAN POLA TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BACK PROPAGATION NEURAL NETWORK HALAMAN SAMPUL SKRIPSI PENGENALAN POLA TELAPAK TANGAN DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA BACK PROPAGATION NEURAL NETWORK Oleh: MOH SHOCHWIL WIDAT 2011-51-034 PROGRAM STUDI TEKNIK INFORMATIKA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION

APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION APLIKASI JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI PENJUALAN OBAT Pada PT. METRO ARTHA PRAKARSA MENERAPKAN METODE BACKPROPAGATION Zulkarnain Mahasiswa Teknik Informatika STMIK Budi Darma Jl. Sisingamangaraja

Lebih terperinci

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN

BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN BAB VIII JARINGAN SYARAF TIRUAN A. OTAK MANUSIA Otak manusia berisi berjuta-juta sel syaraf yang bertugas untuk memproses informasi. Tiaptiap sel bekerja seperti suatu prosesor sederhana. Masing-masing

Lebih terperinci

BIOMETRIK SUARA DENGAN TRANSFORMASI WAVELET BERBASIS ORTHOGONAL DAUBENCHIES

BIOMETRIK SUARA DENGAN TRANSFORMASI WAVELET BERBASIS ORTHOGONAL DAUBENCHIES Agustini, Biometrik Suara Dengan Transformasi Wavelet 49 BIOMETRIK SUARA DENGAN TRANSFORMASI WAVELET BERBASIS ORTHOGONAL DAUBENCHIES Ketut Agustini (1) Abstract: Biometric as one of identification or recognition

Lebih terperinci

PENGENALAN TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI WAVELET TRANSFORM DARI PROJECTION PROFILE

PENGENALAN TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI WAVELET TRANSFORM DARI PROJECTION PROFILE PENGENALAN TULISAN TANGAN MENGGUNAKAN EKSTRAKSI CIRI WAVELET TRANSFORM DARI PROJECTION PROFILE Radian Rizki Triadhi NRP : 1222033 E-mail : radianrizkitriadhi@ymail.com ABSTRAK Pengenalan tulisan tangan

Lebih terperinci

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN :

VOL. 01 NO. 02 [JURNAL ILMIAH BINARY] ISSN : PENERAPAN JARINGAN SYARAF TIRUAN UNTUK MEMPREDIKSI JUMLAH PRODUKSI AIR MINUM MENGGUNAKAN ALGORITMA BACKPROPAGATION (STUDI KASUS : PDAM TIRTA BUKIT SULAP KOTA LUBUKLINGGAU) Robi Yanto STMIK Bina Nusantara

Lebih terperinci