KAJIAN MANDIRI. Indonesia dan Indian Ocean Rim Association (IORA) Tahun : Peluang dan Tantangan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KAJIAN MANDIRI. Indonesia dan Indian Ocean Rim Association (IORA) Tahun : Peluang dan Tantangan"

Transkripsi

1

2

3 KAJIAN MANDIRI Indonesia dan Indian Ocean Rim Association (IORA) Tahun : Peluang dan Tantangan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia 2014

4 Indonesia dan Indian Ocean Rim Association (IORA) Tahun : Peluang dan Tantangan Pertama Kali diterbitkan di Indonesia pada tahun 2014 oleh: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik & Afrika (P3K2 Aspasaf) Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri Jalan Taman Pejambon no.6 Jakarta Pusat Indonesia Editor: Mohamad Hery Saripudin Cover Design: Andreansyah Dimas Weendra Puspa Gotama Layout: Muhammad Iqbal Maulana Font: Bookman Old Style 2014 Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik & Afrika (P3K2 Aspasaf) Indonesian National book Catalogue (Katalog Dalam Terbitan/KDT) Indonesia dan Indian Ocean Rim Association (IORA) Tahun : Peluang dan Tantangan Jakarta: Penerbit P3K2 Aspasaf ISBN:

5 Fakta dan Opini pada Publikasi ini Merupakan Interpretasi Eksklusif Tim Penyusun Tidak Mencerminkan Pandangan dan Kebijakan Umum dari Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia

6 PENGARAH: Duta Besar Dr. Darmansjah Djumala, M.A., Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan TIM PENYUSUN: Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 Aspasaf) Ketua Mohamad Hery Saripudin M.A., Kepala Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika Anggota Mohammad Hanifa Boy Dharmawan Suargana Pringganu Didi Wahyudi Dewi Kejora Mangantar Simon Hutagalung Makhya Suminar Marviana Sendi D.B. Siregar Muhammad Iqbal Maulana Sigit Aris Prasetyo Banga Malewa Derry Aplianta Sthevia Idira Putri Adhy Buwono Putro Pendukung Dwi Maryati Suryani Husen

7 FASILITATOR - Duta Besar RI di Muscat, Oman - Duta Besar RI di Colombo, Sri Lanka - Duta Besar RI di Tehran, Sri Lanka - Duta Besar RI di New Delhi, India - Duta Besar RI di Canberra, Australia - Duta Besar RI di Dhaka, Bangladesh - Duta Besar RI di Nairobi, Kenya - Duta Besar RI di Kuala Lumpur, Malaysia - Duta Besar RI di Abu Dhabi, Persatuan Emirat Arab - Duta Besar RI di Singapura, Singapura - Duta Besar RI di Bangkok, Thailand. - Konsul Jenderal RI di Sidney, Australia - Duta Besar Artauli RMP Tobing, Sekretaris Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hubungan Luar Negeri. - Sidharto Suryo Dipuro, Direktur Kerja Sama Intra Kawasan Asia Pasifik dan Afrika - Firdaus Dahlan, Direktur Sekretariat IORA

8 NARA SUMBER - Laksma Maritim Eko Susilo Hadi, SH., MH, Kepala Pusat Informasi, Hukum, dan KerjaSama Keamanan Laut, Bakorkamla. - Prof. Dr. Ikrar Nusa Bhakti, Peneliti Senior, Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. - Hary Christijanto, A.Pi, M.Sc, Kepala Subdit Sumber Daya Ikan, Kementerian Kelautan dan Perikanan. - Alan F. Koropitan, Ph.D, Dosen Senior IPB sekaligus Direktur Center for Oceanography and Marine Technology, Surya University. - Umar Juoro, M.A, M.A.P.E Peneliti Senior, the Habibie Centre. - Ringgo, SE. MM., Kasubdit Kerja Sama Internasional, Kementerian Perdagangan. - Lilik Kurniawan, S.T. M.Si, Direktur Pengurangan Resiko Bencana, Badan Nasional Penanggulangan Bencana. - Prof. Dr. Ir. Euis Sunarti M.Si. Kepala Pusat Penelitian Mitigasi Bencana, Institut Pertanian Bogor. - Ir. Nada Darmiyanti S., M.Phil, Assisten Deputi Jaringan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Internasional, Kementerian Riset dan Teknologi. - Rr. Nur Tri Aries Suestiningtyas, Kepala Biro Kerja Sama dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, Lembaga Ilmu Penelitian Indonesia. - Ibu Sumarni, Kasubdit Kerja Sama Regional Non ASEAN, Biro Kerja Sama Luar Negeri, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. - Dra. Diah Harianti, M. Psi, Direktur Internalisasi Nilai dan Diplomasi Budaya, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. - Ir. Muhammad Tassim Billah, MSc, Plt. Kepala Pusat Kerja Sama Luar Negeri, Kementerian Pertanian. - Ir. Abdi Dharma Saragih, Kasubdit Investasi dan Kerja Sama, Direktorat Aneka Energi Baru dan Energi Terbarukan, Kementerian ESDM. - Duta Besar Prof. Dr. Hasjim Djalal, Kepala Pusat Studi Asia Tenggara - Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, Penasihat Utama Kepala Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor - Dr. Luky Adrianto, Kepala Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor - Dr. Edy Prasetyono, Ketua Program Studi Pasca Sarjana Hubungan Internasional, Universitas Indonesia.

9 DAFTAR ISI DAFTAR ISI KATA PENGANTAR EXECUTIVE SUMMARY i v vii BAB I.PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang 1 B. Tujuan Kajian 4 C. Rumusan Permasalahan 5 D. Metode Penelitian 5 E. Sistematika Penulisan Kajian 6 BAB II.SEJARAH DAN PERKEMBANGAN IORA 9 A. Pendahuluan 9 B. Sejarah Pembentukan dan Perkembangan IORA 10 C. Organisasi dan Kelembagaan 12 C.1. Struktur IORA 12 C.2. Troika Keketuaan IORA 13 C.3. Mekanisme Kerja Sama IORA 14 C.4. Mekanisme Pendanaan IORA 17 C.5. Dana Khusus (Special Fund) 17 D. Perkembangan Terkini IORA 18 D.1. Perkembangan Kerja Sama pada Enam Area Prioritas 18 D.2. Fenomena Partisipasi LDCs di dalam IORA 22 D.3. Peningkatan Peran IORA 23 D.4. Penguatan Peran Sekretariat 23 D.5. Amendemen Peraturan Keuangan: Peningkatan Iuran Tahunan 24 D.6. Amandemen Piagam IORA 24 E. Evaluasi Forum KerjaSama IORA 25 F. Kesimpulan 26 BAB III. KEPENTINGAN INDONESIA DI IORA 29 A. Pendahuluan 29 B. IORA Penegasan Indonesia sebagai Negara Maritim Bermartabat 29 C. IORA dan Kepentingan Strategis Indonesia 33 C.1. Politik dan Keamanan 34 C.2. Ekonomi 36 C.3. Sosial Budaya 38 C.4. Pelestarian Lingkungan Hidup 39 D. Kesimpulan 40 i

10 BAB IV.LESSON LEARNED DAN PEMETAAN KEPENTINGAN NEGARA 41 ANGGOTA IORA A. Pendahuluan 41 B. Lesson Learned Mantan Negara IORA 41 C. Pemetaan Kepentingan Negara Anggota IORA 44 C.1. Australia 44 C.2. Bangladesh 47 C.3. India 48 C.4. Iran 49 C.5. Malaysia 50 C.6. Mozambik 51 C.7. Oman 52 C.8. Persatuan Emirat Arab (PEA) 53 C.9. Singapura 53 C.10.Sri Lanka 54 C.11.Thailand 57 D. Masukan Negara Anggota IORA terhadap Keketuaan Indonesia 58 D.1. Australia 58 D.2. Bangladesh 58 D.3. Malaysia 59 D.4. Mozambik 60 D.5. India 61 D.6. Iran 62 D.7. Oman 62 D.8. Persatuan Emirat Arab (PEA) 63 D.9. Singapura 64 D.10. Sri Lanka 65 D.11.Thailand 66 E. Kesimpulan 67 BAB V. STRATEGI KEKETUAAN INDONESIA DI IORA 69 A. Pendahuluan 69 B. Inisiatif Norma/Kebijakan Umum IORA 69 B.1. Penyusunan Deklarasi / Dokumen Target Khusus 70 B.2. Engagement dan Kerja Sama Lebih Terarah dengan Organisasi Regional Lainnya 70 B.3. Peningkatan kapasitas LDCs dan Pemajuan Kerja Sama yang Setara dan Saling Menguntungkan 71 B.4. Peningkatan Level Forum KerjaSama 71 B.5. Peningkatan Public Awareness 72 B.6. Penyusunan Code of Conduct 72 C. Inisiatif Mekanisme Kerja IORA 72 C.1.Perluasan Keanggotaan 72 C.2.Evaluasi Besaran Kontribusi Tahunan 73 C.3.Rotasi Negara Pejabat Troika Berdasarkan 3 Wilayah Geografi 74 C.4.Penguatan Sumber Daya Manusia Sekretariat IORA 74 D. Inisiatif Terhadap Enam Prioritas KerjaSama IORA 75 E. Inisiatif Pendukung Persiapan Keketuaan Indonesia 76 F. Kesimpulan 77 ii

11 BAB VI. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 79 A. Keamanan dan Keselamatan Maritim 79 B. Fasilitasi Perdagangan dan Investasi 81 C. Manajemen Perikanan 82 D. Manajemen Risiko Bencana Alam 84 E. Akademis, Ilmu Pengetahuan dan Teknologi 85 F. Pariwisata dan Pertukaran Sosial Budaya 87 LAMPIRAN Tabel 1. Kunjungan Tim Pusat P2K2 Aspasaf ke negara Anggota IORA Focus Group Discussion dengan Perwakilan Asing Negara IORA Diskusi Terbatas dengan Instansi Terkait 95 Matriks 1. Ringkasan Strategi Keketuaan Indonesia Pemetaan Area Prioritas Kerjasama Negara Anggota IORA Usulan Inisiatif Indonesia dalam Enam Area Prioritas 106 Neraca Perdagangan dengan Negara IORA 109 Dokumen 119 IORA Charter 119 Perth Declaration 127 Bengaluru Declaration 134 IORA Economic Declaration 137 Daftar Singkatan 141 Tim Penyusun 145 iii

12 iv

13 KATA PENGANTAR Keketuaan di Indian Ocean Rim Association (IORA) pada tahun mempunyai arti yang sangat penting bagi Indonesia. Keketuaan di organisasi yang beranggotakan negara - negara di lingkar Samudra Hindia tersebut merupakan momentum untuk semakin mengukuhkan peran Indonesia sebagai negara maritim yang bermartabat dan berpengaruh di kawasan. Indonesia juga berpeluang untuk mengoptimalkan keketuaan tersebut guna memetik manfaat yang sebesarbesarnya bagi kepentingan nasional. Keketuaan Indonesia di IORA juga sejalan dengan visi-misi Pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla untuk menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia (global maritime fulcrum). Keketuaan Indonesia di IORA merupakan implementasi dari visi dan misi tersebut. Dengan demikian, keberhasilan dari keketuaan dimaksud merupakan suatu keniscayaan. Untuk memanfaatkan Keketuaan IORA tersebut, Indonesia memerlukan persiapan dan strategi yang matang. Strategi yang dilaksanakan harus meliputi banyak sektor, termasuk diplomasi maritim ekonomi, sesuai dengan fokus pemerintah saat ini. Keketuaan Indonesia di IORA harus bermanfaat secara nyata bagi perekonomian Indonesia. Dalam rangka persiapan Keketuaan Indonesia tersebut, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia-Pasifik dan Afrika (P3K2 Aspasaf), Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia telah menyusun kajian dengan tema Indonesia dan Indian Ocean Rim Association (IORA) tahun : Peluang dan Tantangan. Isi kajian ini secara garis besar adalah pembahasan mengenai modalitas dan kepentingan Indonesia di IORA, pemetaan kepentingan dan lessonslearned dari negara-negara anggota IORA, serta rekomendasi strategi Keketuaan yang dapat dilaksanakan Pemerintah Indonesia di IORA. Saya sepenuhnya berharap agar kajian ini kiranya dapat menjadi masukan bagi para pemangku kepentingan di Indonesia, baik Kementerian Luar Negeri, maupun instansi terkait lainnya, dalam melaksanakan mandat Keketuaan di IORA nanti. Adalah harapan kita bersama agar kiranya Indonesia mampu menyelesaikan masa keketuaannya dengan baik dan sukses. Akhir kata, saya juga menyampaikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah mendukung kelancaran pelaksanaan kajian ini. Jakarta, Desember 2014 Duta Besar Dr. Darmansjah Djumala, M.A. Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia v

14 vi

15 EXECUTIVE SUMMARY IORA merupakan organisasi intra-kawasan di Samudra Hindia yang berdiri pada bulan Maret 1997 di Mauritius. Organisasi ini beranggotakan 20 negara yang terbentang di lingkar Samudra Hindia. IORA memiliki agenda utama untuk membangun saling pengertian serta kerja sama yang saling menguntungkan di kawasan Samudra Hindia. Adapun area prioritas kerja sama IORA adalah: (i) Keselamatan dan keamanan maritim; (ii) Fasilitasi perdagangan dan investasi; (iii) Manajemen perikanan; (iv) Manajemen resiko bencana alam; (v) Kerja sama di bidang akademik, sains dan teknologi; serta (vi) Pertukaran kebudayaan dan pariwisata. Saat ini Indonesia adalah Wakil Ketua IORA mendampingi Australia selaku Ketua untuk periode Sesuai kesepakatan, Indonesia akan menjadi Ketua IORA pada bulan November 2015 sampai dengan tahun 2017, dengan Afrika Selatan sebagai wakilnya. Dalam rangka mempersiapkan Keketuaan Indonesia di IORA , Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia, Pasifik, dan Afrika (P3K2 Aspasaf) telah menyusun Kajian Mandiri yang diharapkan dapat menjadi referensi bagi para pembuat keputusan dalam merumuskan strategi dan kebijakan. Keberhasilan keketuaan di IORA diukur di antaranya dari keberhasilan mendorong kemajuan kerja sama IORA, keberhasilan memantapkan citra sebagai negara maritim yang bermartabat, makmur dan berpengaruh di kawasan, serta keberhasilan memetik manfaat yang sebesar-besarnya bagi kepentingan nasional Indonesia. Beberapa kepentingan Indonesia di IORA adalah: a) Bidang Politik dan Keamanan Menjadikan kawasan Samudra Hindia yang aman dan damai, bebas piracy, terorisme dan kejahatan trans nasional lainnya. Memastikan keamanan dan kelancaran jalur transportasi dan komunikasi di kawasan. Peningkatan kerja sama dalam bidang politik dan keamanan, termasuk pelaksanaan latihan bersama bidang SAR antar negara anggota di kawasan. b) Bidang Ekonomi Promosi kerja sama ekonomi antar anggota yang saling menguntungkan, termasuk transportasi/perhubungan dan komunikasi, perdagangan dan investasi. Kerja sama dalam upaya pengelolaan sumber daya alam maritim (perikanan, energi dan mineral) dimana Indonesia harus dapat mengambil manfaat ekonomi. Peningkatan nilai ekspor Indonesia, nilai investasi asing di Indonesia, dan jumlah wisatawan asing ke Indonesia. vii

16 c) Bidang Sosial-Budaya Meningkatkan intensitas people to peole contact antara negara-negara anggota IORA guna meningkatkan socio-culture exchange untuk mendekatkan penduduk negara-negara tersebut dan menghindari kesalahpahaman dan mendorong perdamaian. Pelestarian kekayaan budaya negara-negara anggota IORA, khususnya Indonesia, di antaranya melalui pencatatan sebagai world heritage di UNESCO. d) Pelestarian Lingkungan Hidup Perlindungan lingkungan hidup di kawasan dari berbagai pencemaran. untuk mengembangkan governance system (sistem tata kelola) pemanfaatan Samudra Hindia untuk kemajuan dan kesejahteraan bersama secara adil dan berkelanjutan. Strategi Keketuaan Indonesia di IORA Rekomendasi strategi keketuaan Indonesia yang dihasilkan dari kajian ini meliputi empat koridor, yakni: a. Norma/Kebijakan Umum Menghasilkan dokumen (deklarasi) yang memberi arah masa depan IORA. Pelaksanaan program peningkatan kapasitas bagi Least Developed Countries (LDCs) dalam sektor perdagangan, investasi, pariwisata, penanggulangan bencana dan kerja sama teknik. Meningkatkan kerja sama dengan organisasi sejenis di kawasan, baik pada tataran Sekretariat, pertukaran informasi dan pengalaman, saling kunjung serta peningkatan kapasitas. Mengusulkan Pertemuan Tingkat Tinggi (kepala negara/pemerintahan) guna semakin mendorong dan meningkatkan komitmen dari masingmasing negara anggota. b. Organisasi dan Mekanisme Kerja Perluasan keanggotaan sebagai bentuk organisasi yang bersifat inklusif dan terbuka. Revisi kenaikan kontribusi tahunan dengan mengedepankan asas proporsionalitas kondisi ekonomi masing-masing negara anggota; Mengedepankan aspek representasi (geographical distribution) di dalam mekanisme Troika. Hal ini diharapkan mampu memperkuat pool of resources IORA. Penguatan dan optimalisasi fungsi Sekretariat dengan mengirimkan satu orang pejabat setingkat direktur dari masing-masing negara Troika. viii

17 c. Prioritas Kerjasama pada Enam Area Mengusulkan road map bagi masing-masing area prioritas kerja sama yang berisi target yang ingin dicapai, time frame, langkah-langkah implementasi dan mekanisme evaluasi capaian. Mengusulkan pembentukan Working Group / ad hoc committee. di masing-masing area prioritas kerja sama yang dipimpin langsung oleh champion country yang bertanggung jawab mendorong kemajuan area kerja sama tersebut. Mengajukan gagasan kerja sama sektor yang potensial dan penting bagi kepentingan Indonesia maupun negara-negara IORA lainnya, yakni energy and food security), serta interfaith dialogue dan demokrasi. d. Inisiatif Pendukung Persiapan Keketuaan Indonesia Pembentukan kelompok kerja/satuan tugas dalam skala nasional sebagai fasilitator penghubung di antara para pemangku kepentingan di Indonesia. Hal ini dapat dimulai dengan pembentukan gugus tugas IORA secara internal di Kemlu. Mempersiapkan anggaran untuk program-program yang akan diusung selama masa keketuaan Pelaksanaan public awareness campaign di dalam negeri untuk tidak saja meningkatkan profil IORA di dalam negeri, tapi juga pemanfaatan peluang yang ada bagi kepentingan nasional. Perlu didorong pembentukan Center of Excellence studies (CoE) di masing-masing area prioritas, di kalangan kampus/akademisi. Selain itu, perlu juga dibentuk National Center for Indian Ocean Studies (NCIOS) sebagai hub untuk hasil riset dan policy workshop tersebut untuk kemudian diimplementasikan dalam tataran kebijakan nasional. ix

18 x

19 BAB I PENDAHULUAN Whoever controls the Indian Ocean dominates Asia. This ocean is the key to the seven seas in the twenty-first century, the destiny of the world will be decided in these waters. Alfred Thayer Mahan, Ahli Geo-Strategi Amerika Serikat A. Latar Belakang Samudra Hindia merupakan Samudra terbesar ketiga di dunia. Menurut Ensiklopedia Britannica, Samudra Hindia digambarkan membentang sepanjang km dari ujung Selatan Benua Afrika hingga ujung Selatan Benua Australia. 1 Samudra Hindia juga mempunyai luas 73,33 juta km 2, dengan garis pantai sepanjang km. Secara geografis, Samudra Hindia terletak pada 20 LS dan 80 BT. Dasar terdalam Samudra Hindia mencapai m di bawah permukaan laut yang terdapat di Selatan Pulau Jawa (Java Trench). Wilayah perairan yang tercakup di dalam Samudra Hindia meliputi Laut Andaman, Laut Arab, Teluk Benggala, Laut Flores, Teluk Australia Besar, Teluk Aden, Teluk Oman, Laut Jawa, Selat Mozambik, Teluk Persia, Laut Merah, Laut Sawu, Selat Malaka dan Laut Timor. Berdeda dengan Samudra Pasifik dan Samudra Atlantik, Samudra Hindia berada pada derajat lintang yang rendah dan beriklim hangat. Sumber: Diakses tanggal 30 juni

20 Sejak masa lampau, Samudra Hindia memainkan peranan yang cukup vital, antara lain sebagai salah satu jalur utama dunia yang menghubungkan Benua Asia, Afrika dan Eropa, baik di sektor perdagangan, politik dan militer, kebudayaan hingga penyebaran agama. Selain itu, peristiwa fenomenal lainnya adalah rangkaian ekspedisi laut Bangsa Tiongkok yang dipimpin oleh Laksamana Zheng He, yang melintasi Samudra Hindia hingga mencapai pantai Mombasa di Afrika pada Abad Ke-15. Demikian halnya pelayaran Vasco de Gama yang melintasi Tanjung Harapan dan mencapai India pada tahun Pelayaran tersebut menandai kompetisi di antara negara-negara Eropa untuk memperebutkan pengaruh (baca: wilayah jajahan) di Asia hingga Pasifik. Arti strategis Samudra Hindia terus berlanjut sampai dengan era globalisasi seperti saat ini. Di Kawasan Samudra Hindia, terdapat 26 negara, 2 dengan jumlah populasi penduduk sebanyak + 2,4 milyar atau sekitar sepertiga penduduk dunia. 3 Di sisi lain, rute pelayaran Samudra Hindia memiliki arti penting bagi kehidupan ekonomi dunia seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan energi dan sumber daya alam, seperti minyak dan mineral lainnya. Sebanyak 70% jalur distribusi minyak dunia terletak di Samudra Hindia. Oleh sebab itu, gangguan keamanan yang muncul di kawasan tersebut kelak dapat memicu meningkatnya harga minyak dan gas bumi dunia. Dari aspek kekayaan mineral, negara-negara di kawasan Samudra Hindia tercatat memiliki potensi yang luar biasa. Sebanyak lebih dari dua pertiga cadangan minyak dunia, 35% cadangan gas dunia, 60% uranium, 40% emas, 80% berlian dan berbagai macam zat mineral lainnya terkandung di dalam kawasan Samudra Hindia. 4 Disamping itu, negara-negara di Samudra Hindia juga dikaruniai kekayaan hasil pertanian dan perikanan serta keindahan alam bagi pengembangan sektor pariwisata. Kawasan Samudra Hindia juga merupakan penggerak pertumbuhan perekonomian dunia. International Monetary Fund (IMF) mencatat bahwa pada tahun 2013 kawasan ini diperkirakan memiliki GDP sebesar US$ 8 triliun, dari keseluruhan GDP dunia sebesar US$ 73,9 triliun. 5 Kontribusi signifikan tersebut tidaklah mengherankan sebab mengacu kepada laporan IMF tahun 2013, GDP middle economies di kawasan Samudra Hindia, seperti Afrika Selatan, Australia, Indonesia dan India berkisar antara US$ 350 milyar hingga US$ 1,8 triliun. 6 Keempatnya adalah anggota dari The Group of Twenty (G-20), forum dua puluh negara ekonomi terbesar di dunia. Kondisi ini tak pelak turut mewarnai kebangkitan Samudra Hindia. 2 The Senate of Australia, Foreign Affairs, Defence and Trade References Committee, The importance of the Indian Ocean rim for Australia's foreign, trade and defence policy, the Senate Printing Unit, Parliament House, Canberra, 2013, p David Alexander, et al, Indian Ocean: A Sea of Uncertainty, Future Directions International, West Perth, 2012, p Id. at International Monetary Fund, World Economic Outlook Database, April Diakses pada tanggal 30 Juni Ibid. 2

21 Tentu saja, sebagai wilayah strategis, Samudra Hindia menghadapi sejumlah persoalan dan tantangan yang membutuhkan penanganan dan kerja sama serius di antara kalangan masyarakat internasional. Transnational crimes, seperti terorisme, perompakan dan pembajakan, perdagangan manusia, penyelundupan narkoba dan senjata serta pencurian ikan kerap kali terjadi di kawasan Lingkar Samudra Hindia. Bencana alam, perubahan iklim dan pencemaran laut di kawasan Samudra Hindia juga semakin mengundang keprihatinan masyarakat internasional. Warga dunia tidak dapat melupakan dahsyatnya dampak kehancuran dari Tsunami Aceh tahun 2004 lalu. Juga masih tergambar jelas di ingatan mengenai peristiwa hilangnya pesawat Malaysia Airlines MH 370 yang berujung pada pentingnya penanganan isu keselamatan dan keamanan transportasi secara bersama. Bagi Indonesia sendiri, Samudra Hindia memiliki arti penting bagi stabilitas kawasan. Pada The Shangri-la Dialogue tahun 2012, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan: in the twenty-first century the Indian Ocean will grow in geostrategic importance. We must make sure that the Indian Ocean does not become an area of new strategic contest and rivalry Memandang arti penting Samudra Hindia tersebut, sudah sepatutnya negara-negara di kawasan menjalin kerja sama yang saling menguntungkan. Pemanfaatan platform organisasi intrakawasan adalah salah satu opsi terbaik yang dapat ditempuh. Dalam kaitan ini, Indian Ocean Rim Association (IORA), yang diresmikan di Mauritius pada tanggal 6-7 Maret 1997 dan beranggotakan 20 negara yang terbentang di lingkar Samudra Hindia (Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagascar, Malaysia, Mauritius, Mozambique, Oman, Persatuan Emirat Arab, Seychelles, Singapura, Sri Lanka, Tanzania, Thailand, dan Yaman) adalah wadah bagi negara-negara di kawasan untuk dapat menjalin kerja sama dan memetik manfaat yang optimal dari kerja sama tersebut. Forum ini memiliki Mitra Dialog yang terdiri dari Amerika Serikat, Inggris, Jepang, Mesir, Tiongkok dan Perancis. Sebagaimana tercantum di dalam piagam pendirian IORA, agenda utama organisasi ini ialah membangun dan memperluas pemahaman dan saling pengertian serta kerja sama yang saling menguntungkan di antara negaranegara di kawasan. Organisasi ini juga menganut prinsip konsensus dengan mengedepankan pendekatan evolusi dan non-intrusif yang didasarkan pada prinsip-prinsip kedaulatan, kesetaraan, integritas teritorial, kemerdekaan politik dan non-intervensi serta hidup berdampingan secara damai dan saling menguntungkan. Adapun area prioritas kerja sama IORA meliputi (i) Keselamatan dan keamanan maritim; (ii) Fasilitasi perdagangan dan investasi; (iii) Manajemen perikanan; (iv) Manajemen resiko bencana alam; (v) Kerja sama di bidang akademik, sains dan teknologi; serta (vi) Pertukaran kebudayaan dan pariwisata. 3

22 Sejak awal pembentukan IORA, Indonesia telah menyatakan komitmennya untuk senantiasa mendukung kesuksesan forum ini. Pada Pertemuan Pertama Tingkat Menteri IORA tahun 1997, Menteri Luar Negeri RI Ali Alatas menyampaikan pidato yang di antaranya berisi pesan Presiden Soeharto bahwa Indonesia memiliki kepedulian yang tinggi terhadap stabilitas dan pembangunan di kawasan Samudra Hindia. Keterlibatan Indonesia di dalam IORA tidak hanya berlatar belakang sejarah panjang dan keterkaitan langsung kebudayaan Indonesia dengan Samudra Hindia melainkan juga ribuan kilometer garis pantai Indonesia yang terbentang menghadap Samudra Hindia serta Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) dan landas kontinen yang terluas di Kawasan Samudra Hindia. Peran dan posisi Indonesia di IORA dipandang semakin penting, terutama pada saat Indonesia menjadi Ketua IORA untuk periode menggantikan Australia, yang saat ini sebagai ketua sebagaimana disepakati pada the 13 th Council of Ministers Meeting (COMM) di Perth, 1 November Dalam rangka mempersiapkan sekaligus menyukseskan keketuaan Indonesia di IORA, sudah barang tentu, dibutuhkan persiapan yang matang. Dengan demikian, harapan Indonesia untuk tidak sekadar menjadi chairman tetapi sekaligus sebagai leader yang mewariskan footprint positif dan signifikan dalam upaya memajukan IORA dapat terwujud. Selaras dengan hal tersebut, Indonesia diharapkan mampu mengusulkan berbagai inisiatif yang dapat mendorong kemajuan forum kerja sama IORA sebagai forum yang reliable, solid, dan produktif. Upaya tersebut tentunya bukan pekerjaan yang mudah mengingat situasi geo-politik dan geo-ekonomi kawasan Samudra Hindia dan sekitarnya sangat kompleks, penuh ketidakpastian dan rawan akan konflik. Kita tentu mafhum dengan, sebut saja, sengketa Laut Tiongkok Selatan (LTS), Arab Spring, dan perundingan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) dan Trans Pacific Partnership (TPP) yang telah menyedot perhatian banyak pihak. IORA sendiri sebagai suatu organisasi pada saat ini menghadapi tantangan tidak mudah. Meskipun forum ini akan menginjak usia ke-20 pada tahun 2017 mendatang, patut dicatat bahwa belum ada capaian monumental dan manfaat nyata (tangible results) yang dapat dirasakan oleh para anggotanya. Dibandingkan dengan platform kerja sama regional lainnya, seperti Asia Pacific Economic Cooperation (APEC), Association of South East Asian Nations (ASEAN), dan Liga Arab, nama IORA hampir tidak pernah terdengar oleh masyarakat umum. Kondisi ini tentu menjadi pekerjaan rumah tersendiri pada saat keketuaan Indonesia nanti. B. Tujuan Kajian Pada tahun 2014, Pusat Pengkajian dan Pengembangan Kebijakan Kawasan Asia Pasifik dan Afrika (P3K2 Aspasaf), Badan Pengkajian dan Pengembangan Kebjiakan (BPPK) Kementerian Luar Negeri menyusun Kajian Mandiri yang mengambil tema besar Persiapan Keketuaan Indonesia di IORA tahun Kajian ini diharapkan mampu memberikan berbagai masukan kepada para pembuat keputusan di Kementerian Luar Negeri RI, pada khususnya, dan pemerintah Indonesia, pada umumnya, demi kepentingan nasional. 4

23 C. Rumusan Permasalahan Kajian Mandiri ini berangkat dari hipotesa Melalui keberhasilan Keketuaan di IORA, Indonesia akan semakin mengukuhkan peran globalnya sebagai negara maritim yang bermartabat dan dapat mencapai kepentingan nasional. Dengan demikian, kesuksesan Indonesia di dalam forum IORA kelak akan semakin mengukuhkan peran Indonesia sebagai negara maritim di tataran global. Tentunya, keberhasilan Indonesia di IORA diukur dari sejumlah parameter, antara lain meningkatnya frekuensi kerja sama di antara negaranegara anggota, perluasan keanggotaan, meningkatnya awareness masyarakat dan pengaruh IORA dalam konstelasi politik global. Keberhasilan Indonesia tersebut sudah barang tentu diharapkan juga mampu memberikan manfaat konkret bagi Indonesia. Untuk itu, matrikulasi/identifikasi potensi dan kepentingan Indonesia yang ingin dicapai melalui mekanisme IORA merupakan salah satu upaya yang harus dipersiapkan menjelang keketuaannya nanti. Berangkat dari hal tersebut, beberapa pertanyaan penting yang perlu dikaji dan ditemukan jawabannya ialah sebagai berikut: 1. Sejauh mana perkembangan IORA saat ini? Faktor/kondisi apa saja yang selama ini menghambat perkembangan IORA? Hal-hal apa saja yang patut dipertahankan? 2. Inisiatif atau bidang kerja sama apa saja yang diharapkan menjadi footprint Indonesia sebagai ketua? 3. Modalitas seperti apa yang dimiliki Indonesia di dalam kerangka kerja sama IORA? 4. Kepentingan apa saja yang ingin Indonesia capai melalui forum IORA? 5. Dari 6 (enam) area prioritas kerja sama IORA, sektor apa saja yang menjadi prioritas bagi Indonesia? 6. Inisiatif program dan proyek apa saja yang dapat diusung Indonesia dalam forum IORA? 7. Lesson learned seperti apa dari mantan Ketua IORA? 8. Masukan dan harapan negara-negara anggota IORA lainnya terhadap keketuaan Indonesia? 9. Bagaimana tanggapan negara-negara anggota IORA lainnya terhadap inisiatif yang akan diusung dalam keketuaan Indonesia? D. Metode Penelitian Kajian Mandiri bersifat policy-oriented sekalipun tetap menjunjung tinggi kaidah-kaidah akademis. Kajian Mandiri dilaksanakan pada tahun anggaran 2014 yang dimulai pada bulan Januari sampai dengan Oktober Penyusunan kajian Mandiri bersifat kualitatif dan deskriptif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan: 5

24 1. Studi lapangan untuk memperoleh data primer, khususnya dengan melakukan pertemuan dan diskusi dengan instansi terkait di negara negara Anggota IORA melalui mekanisme Policy Dialogue and Discussion (PDD), terutama negara mantan Ketua guna menggali lessons-learned yang kelak dapat menunjang keketuaan Indonesia. Kegiatan PDD ini dilaksanakan dengan: a. Oman (Ketua IORA tahun ) b. Sri Lanka (Ketua IORA tahun ) c. Iran (Ketua IORA tahun ) d. India (Ketua IORA tahun ) e. Australia (Ketua IORA tahun ) f. Negara-negara Anggota IORA lainnya: Bangladesh, Kenya, Malaysia, Persatuan Emirat Arab, Singapura, dan Thailand. 2. Studi kepustakaan dari berbagai buku, jurnal akademik, media massa, dll; 3. Proses konsultasi dalam format Focus Group Discussion (FGD) dengan perwakilan negara-negara Anggota IORA di Jakarta, yaitu: Afrika Selatan, India, Mozambique, Oman dan Yaman; 4. Proses konsultasi dalam format Focus Group Discussion (FGD) dengan instansi terkait di Indonesia, khususnya membahas identifikasi potensi dan kepentingan Indonesia dalam enam area prioritas kerja sama IORA; 5. Proses konsultasi dengan para pakar dalam format Pertemuan Kelompok Ahli (PKA). E. Sistematika Penulisan Kajian Kajian ini dijabarkan dalam enam bab yang diawali dengan latar belakang, tujuan, rumusan permasalahan, sistematika penulisan kajian dan metode penelitian pada Bab I Bab II membedah IORA lebih dalam yang mencakup aspek aspek: (i) sejarah pendirian; (ii) organisasi dan mekanisme kerja; (iii) perkembangan terkini; dan (iv) peluang dan tantangan. Bab ini memberikan gambaran evaluasi dan analisa tentang peluang perbaikan kerja sama IORA dari segi substansi, administrasi serta institusi. Bab III membahas hubungan Indonesia dan IORA guna merumuskan Pemetaan Modalitas dan Kepentingan yang ingin dicapai. Bab ini mengkaji halhal berikut: (i) nilai strategis Samudra Hindia bagi Indonesia dari perspektif politik dan keamanan, ekonomi perdagangan serta sosial budaya; (ii) pemetaan modalitas Indonesia, termasuk di dalam enam area prioritas kerja sama melalui mekanisme strength, weaknesses, opportunities and threat (SWOT); serta (iii) pemetaan prioritas kepentingan Indonesia. 6

25 Bab IV memuat lessons-learned dari negara negara mantan ketua IORA serta pandangan atas isu-isu yang akan diusulkan Indonesia. Hal tersebut tentunya akan bermanfaat bagi Indonesia dalam merancang strategi dan perannya sebagai Ketua, termasuk dalam memetakan like-minded member states pada isu-isu tertentu. Bab V merumuskan strategi dalam memajukan kepentingan nasional pada Keketuaan Indonesia di IORA nanti. Bab ini akan menjabarkan berbagai inisiatif yang dapat diusung Indonesia terkait program maupun upaya untuk memajukan IORA, yakni inisiatif di bidang substansi (norma/kebijakan umum) dan mekanisme organisasi IORA, inisiatif di enam prioritas kerja sama IORA dan inisiatif pendukung persiapan Keketuaan Indonesia di IORA. Bab VI akan memuat kesimpulan dan rekomendasi serta berbagai program dalam enam koridor kerja sama yang akan diusung Indonesia berdasarkan masukan dari berbagai pemangku kepentingan di Indonesia. 7

26 8

27 BAB II Sejarah dan Perkembangan Indian Ocean Rim Association (IORA) "Recent changes in the international system demand that the countries of the Indian Ocean shall become a single platform 7 Nelson Mandela, Presiden Afrika Selatan A. Pendahuluan IORA (Indian Ocean Rim Association), yang sebelumnya dikenal dengan IOR- ARC (Indian Ocean Rim Association Regional Cooperation), merupakan organisasi/forum kerja sama kawasan yang dideklarasikan di Mauritius pada bulan Maret Sesuai dengan piagam pendiriannya, IORA memiliki tujuan utama untuk mengembangkan kerja sama yang saling menguntungkan melalui pendekatan konsensus (consensus-based approach) dengan berdasarkan pada prinsip-prinsip kedaulatan, kesetaraan, integritas teritorial, kemerdekaan politik dan non-intervensi serta hidup berdampingan secara damai dan saling menguntungkan. IORA dapat dikatakan sebagai satu-satunya organisasi yang beranggotakan negara-negara di sub-kawasan Pasifik Barat Daya, Asia Tenggara, Asia Selatan, Timur Tengah hingga Pantai Timur Afrika. Hal ini terlihat dari 20 (dua puluh) negara anggota yang berbatasan langsung dengan Samudra Hindia, seperti Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Komoros, India, Indonesia, Iran, Kenya, Madagaskar, Malaysia, Mauritius, Mozambik, Oman, Seychelles, Singapura, Sri Lanka, Tanzania, Persatuan Emirat Arab dan Yaman. Selain itu, IORA juga memiliki 6 (enam) negara mitra wicara, yakni Tiongkok, Perancis, Mesir, Inggris, AS dan Jepang. Perubahan nama IOR-ARC menjadi IORA diresmikan dalam Pertemuan Tingkat Menteri ke-13 di Perth, Australia pada 1 November Keputusan tersebut dipandang sebagai upaya peningkatan kesadaran publik (public awareness) terhadap eksistensi forum IORA itu sendiri. Argumen tersebut juga turut didukung oleh Leighton G. Luke, Manager of Indian Ocean Research Programme, bahwa The change of name to Indian Ocean Rim Association is important, but it must be just the first step towards raising awareness of the organisation and the work it is doing, along with cultivating a sense of the Indian Ocean rim as a true region, rather than just a series of sub-regions. 8 7 Alpers, A Edward, The Indian Ocean in A world History, Oxford University Press, New York, 2014, p

28 B. Sejarah Pembentukan dan Perkembangan IORA Pembentukan forum kerja sama regional Samudra Hindia pada awalnya lahir dari gagasan bersama Afrika Selatan, Australia dan India. 9 Pada awal dekade 1990-an, Afrika Selatan, yang baru terlepas dari belenggu politik Apartheid, aktif melakukan serangkaian upaya untuk mendapatkan pengakuan dari aktor aktor regional dan global. Kunjungan Menteri Luar Negeri Afrika Selatan, Pik Botha, ke India pada tahun 1993 berbuah pada pembentukan forum kerja sama regional di kawasan Samudra Hindia. Respon positif India atas usulan tersebut dapat dilihat sebagai bentuk kekecewaan publik India terhadap mekanisme South Asian Association for Regional Cooperation (SAARC) serta penolakan pengajuan keanggotaan India di dalam Asia Pacific Economic Cooperation (APEC). Di sisi lain, gagasan pembentukan forum regional ini turut disambut baik Australia yang tengah mengembangkan arah politik luar negeri ke Kawasan Asia Selatan (look-north). Pada Maret 1995, berlangsung pertemuan di Mauritius yang dihadiri oleh para wakil pemerintah, akademisi dan pelaku bisnis yang berasal dari Afrika Selatan, Australia, India, Kenya, Mauritius, Oman dan Singapura membahas pengembangan gagasan kerja sama di antara negara-negara di kawasan Samudra Hindia. Di dalam pertemuan lanjutan yang berlangsung pada pertengahan Agustus 1995, negara negara core member states (M-7) tersebut berhasil merumuskan piagam pembentukan sebuah mekanisme kerja sama regional yang diberi nama Indian Ocean Rim Association for Regional Cooperation (IOR-ARC) yang kemudian disebut Indian Ocean Rim Association (IORA). Selain daripada negara negara M-7, pertemuan tersebut juga turut dihadiri oleh wakil-wakil dari Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, Yaman, Tanzania, Madagaskar dan Mozambik (M-14). Kemudian, pada Pertemuan Pertama Tingkat Menteri di Mauritius pada 6 7 Maret 1997, para negara M-7 berhasil meresmikan IOR-ARC Charter yang merupakan fondasi lahirnya IORA seperti sekarang ini. Para wakil dari negara M-14 kembali bertemu di Maputo, Mozambik, untuk membahas pembentukan Kelompok Kerja Perdagangan dan Investasi/Working Group on Trade and Investment (WGTI). 10 Pembentukan Working Group tersebut dinilai sangat krusial dalam upaya mendukung agenda IORA yang lebih fokus pada kerja sama ekonomi dan perdagangan. Pertemuan juga menyepakati perluasan keanggotaan ke Bangladesh, Iran, Seychelles, Thailand dan Persatuan Emirat Arab serta menjajaki Jepang dan Mesir sebagai Mitra Wicara (Dialogue Partners). Pada pertemuan Tingkat Menteri ke-3 di Oman tahun 2000 dan pertemuan sejenis tahun 2001 dan 2012, Tiongkok dan Inggris, Perancis serta AS masing masing diputuskan secara resmi bergabung sebagai negara mitra wicara. Sementara itu, Komoros disahkan sebagai negara anggota ke-20 pada tahun Saman Kelegama, Indian Ocean Regionalism: Is There a Future?, Economic and Political Weekly, Vol. 37, No. 25, June 22, 2002, p WGTI berperan di antaranya merumuskan dan melaksankan program kerja sama IORA, antara lain: peningkatan perdagangan, investasi dan pariwisata, pertukaran sains dan tekonogi serta peningkatan SDM ( 10

29 Di dalam perkembangannya, IORA terus berupaya untuk memperluas sekaligus meningkatkan intensitas kerja sama di antara negara anggota serta memanfaatkan peran negara mitra wicara. Langkah pembentukan High Level Task Force/HLTF yang secara khusus bertugas untuk memetakan sekaligus me-review masa depan IORA serta sejumlah isu lainnya yang disinyalir sebagai penghambat kemajuan forum tersebut merupakan upaya untuk memajukan organisasi di kawasan Samudra Hindia ini. Rekomendasi HLTF tersebut ditindaklanjuti di dalam Pertemuan Tingkat Menteri ke-9 di Sana a pada tahun 2009 melalui beberapa kebijakan, antara lain re-examination of the Charter, mendorong partisipasi perwakilan sektor teknis pada pertemuan teknis IORA dan mengevaluasi proyek-proyek yang mandek dalam kurun waktu dua tahun terakhir. Pertemuan Tingkat Menteri (Council of Ministers/CoM) ke-10 di Sana a pada Agustus 2010 telah menghasilkan sejumlah pencapaian penting yang terangkum di dalam Sana a Communique. Komunike ini pada intinya menyepakati pembentukan Maritime Transport Council (MTC), amandemen IORA Charter serta penawaran sejumlah flagship project kepada lembagalembaga subsider IORA, seperti Univeristy Mobility for Indian Ocean Region/UMIOR (bidang pendidikan), Regional Centre for Science and Technology Transfer/RCSTT (bidang IPTEK), Fisheries Support Unit/FSU (bidang perikanan) dan Maritime Transport Council/MTC (bidang transportasi laut). Pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-11 di Bengaluru November 2011, IORA berhasil mengidentifkasi 6 (enam) area prioritas kerja sama, yang meliputi (i) Keselamatan dan Keamanan Maritim; (ii) Fasilitasi Perdagangan dan Investasi; (iii) Manajemen Perikanan; (iv) Manajemen Resiko Bencana; (v) Kerja Sama Akademi, Sains dan Tekonologi; dan (vi) Promosi Pariwisata dan Pertukaran Kebudayaan. Dalam kaitan ini, Dewan Menteri menetapkan program capacity building dan workshop sebagai key instrument. Keterangan: IOR-ARC member states IOR-ARC dialogue partners *sumber: 11

30 C. Organisasi dan Kelembagaan C.1. Struktur IORA Sekretariat IORA terletak di Cyber City, Ebène, Mauritius dan diketuai oleh Sekretaris Jenderal (Sekjen) dengan dibantu oleh dua Direktur dan Staf pendukung lainnya. Ditunjuk oleh Dewan Menteri, Sekjen melaksanakan amanah jabatan selama tiga tahun. Sebagaimana tertuang di dalam Butir 5.f.v Charter and Rule of Procedures, Jabatan Sekjen dapat diperpanjang untuk satu periode berikutnya. Saat ini, jabatan Sekjen IORA periode dan dipegang oleh Duta Besar KV Bhagirath asal India. Perpanjangan masa jabatan Sekjen Bhagirath tersebut dikukuhkan pada CoM ke-14 IORA di Perth, Australia, 6 8 Oktober Sekretariat IORA, pada prinsipnya, bertugas melaksanakan kewajiban administratif. Sementara, hak pengambilan keputusan sepenuhnya berada di tangan Ketua IORA dengan mempertimbangkan persetujuan (konsensus) seluruh negara anggota. Lebih lanjut, Sekretariat IORA bertanggung jawab dalam penyelenggaraan pertemuan, representasi dan promosi, pengumpulan dan penyebaran informasi, pemeliharaan arsip, registrasi dan penyimpanan dokumentasi dan bahan penelitian serta pengelolaan sumber daya. Di sisi lain, Indonesia menaruh perhatian serius pada organisasi regional ini. Bentuk keseriusan tersebut ditunjukkan dengan penugasan seorang pejabat senior dari Kementerian Luar Negeri RI, Sdr. Firdaus Dahlan, sebagai salah satu direktur pada Sekretariat IORA. Secondmen tersebut melengkapi formasi direktur di Sekretariat IORA, yang saat ini hanya diisi oleh Mr. H Graham Anderson asal Afrika Selatan. Sumber: 12

31 C.2. Troika Keketuaan IORA Keketuaan IORA menganut konsep kepemimpinan 3 (tiga) negara atau Troika. Konsep ini memiliki komposisi ketua IORA periode sebelumnya ditambah Ketua IORA yang sedang menjabat dan Wakilnya (Ketua IORA pada periode berikutnya). Dalam kaitan ini, Tiga Serangkai ini diamanatkan oleh Dewan Menteri untuk secara aktif melakukan pertemuan troika/troika meeting di sela-sela Pertemuan Tingkat Menteri (CoM) dan Pertemuan Tingkat Pejabat Senior (CSO) guna semakin menyukseskan sekaligus meningkatkan koordinasi program kegiatan IORA. Sementara itu, Dewan Menteri IORA sendiri menetapkan Ketua IORA dari sederet calon yang telah diajukan oleh negara-negara anggota secara sukarela. Ketika kondisi tersebut tidak terpenuhi, Ketua akan dipilih berdasarkan pertimbangan geografis (keterwakilan wilayah). Sementara itu, posisi wakil ketua akan ditawarkan secara terbuka (open bidding) oleh Sekretariat kepada seluruh negara anggota IORA. Pengumuman tersebut umumnya dilakukan 6 (enam) bulan sebelum Pertemuan Tingkat Menteri. Terdapat beberapa catatan dalam penunjukkan wakil ketua IORA, yakni: 1. Jika terdapat lebih dari satu negara anggota yang menawarkan diri menjadi wakil ketua IORA, maka Dewan Menteri akan memutuskan wakil ketua IORA berdasarkan keputusan konsensus. 2. Namun, jika tidak terdapat satu pun calon wakil ketua, maka ketua IORA akan berkonsultasi dengan negara-negara anggota untuk menunjuk wakil ketua IORA berdasarkan pertimbangan geografis. Sejauh ini, Indonesia secara resmi ditetapkan sebagai Wakil Ketua IORA pada Pertemuan Tingkat Menteri ke-13 di Perth, Australia pada bulan November 2013 mendampingi Australia, selaku ketua periode Dengan demikian, komposisi troika saat ini meliputi India (ketua IORA periode ), Australia ( ) dan Indonesia ( ). Berikut tabel urutan bergabungnya negara anggota, mitra wicara dan pengamat di IORA beserta periode keketuaan beberapa negara anggota di IORA: Negara Anggota No. Nama Negara Keanggotaan Keketuaan Wakil Ketua 1. Australia 07 Maret Kesultanan Oman 07 Maret , Republik Afrika 07 Maret Selatan 4. Republik India 07 Maret Republik Kenya 07 Maret Republik Mauritius 07 Maret Republik Singapura 07 Maret Keterangan: Core Member States/M-7, melakukan pertemuan di Mauritius pada tanggal Maret 1995, membahas gagasan kerja sama negara-negara di kawasan Samudra Hindia 8. Malaysia 07 Maret Persatuan Republik Tanzania 07 Maret

32 10. Republik Indonesia 07 Maret , Republik Madagaskar 07 Maret Republik Mozambik 07 Maret Republik Sosialis Demokratik Sri Lanka 07 Maret , Republik Yaman 07 Maret Keterangan: 7 Negara anggota kedua / M-14 yang telah turut hadir pada pertemuan pertama (1 st Ministerial Meeting) IORA di Mauritius pada tanggal 6 7 Maret 1997 di Mauritius. 15. Persatuan Emirat Arab 31 Maret Republi Islam Iran 31 Maret Republik Rakyat 31 Maret Bangladesh 18. Kerajaan Thailand 31 Maret Republik Seychelles 15 November Persatuan Komoros 02 November Negara Mitra Wicara 1. Republik Arab Mesir 31 Maret Jepang 31 Maret Kerajaan Inggris 23 Januari Republik Rakyat 23 Januari 2000 Tiongkok 5. Republik Perancis 08 April Amerika Serikat 02 November 2012 Pengamat/Observer Status 1. Indian Ocean Tourism Organisation 2. Indian Ocean Research Group *dikutip dari berbagai sumber C.3. Mekanisme Kerja Sama IORA 23 January August 2010 Forum regional IORA bersifat Tripartit. Pemerintah, komunitas bisnis dan akademisi memiliki peranan penting dalam mempromosikan kerja sama dan interaksi yang lebih dekat antarnegara anggota IORA. IORA sendiri dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip regionalisme terbuka, yang dapat diartikan sebagai berikut: Dalam menghasilkan sebuah keputusan, negara negara anggota IORA tidak terikat (non-legally binding) oleh keputusan tersebut. Dengan kata lain, keputusan yang dihasilkan tidak memiliki kekuatan hukum tetap yang dapat mengikat negara-negara anggotanya. 11 Tiga komponen utama regionalism terbuka IORA meliputi (i) liberalisasi perdagangan, (ii) fasilitasi perdagangan dan investasi, serta (iii) kerja sama ekonomi dan teknik. 14

33 2. Kerja sama IORA didasarkan pada prinsip-prinsip kedaulatan, kesetaraan, integritas teritorial dan kebebasan politik serta saling menguntungkan (mutually beneficial). Selain itu, kerja sama tersebut tidak bertujuan untuk menggantikan ataupun menghalangi hak serta kewajiban para negara anggota baik secara bilateral, regional dan multilateral melainkan memperkuat dan melengkapi bukan sebagai. 3. Program kerja sama IORA menjunjung tinggi prinsip sukarela (voluntarism). 4. Keputusan diambil berdasarkan prinsip konsensus. Mekanisme IORA digerakkan oleh 3 (tiga) pilar, yaitu: (i) scholars (subfora Indian Ocean Rim Academic Group/IORAG), (ii) pelaku usaha (Indian Ocean Rim Business Forum/IORBF) dan (iii) pemerintah (Working Group on Trade and Investment/WGTI). Ketiga sub-fora tersebut memiliki lembaga subsider yang terdiri dari Regional Centre for Science and Technology Transfer (RCSTT), University Mobility for Indian Ocean Region (UMIOR), Maritime Transport Council (MTC) dan Fisheries Support Unit (FSU). Ketiga sub-fora tersebut kemudian melaporkan setiap keputusan atau usulan kepada Pertemuan Tingkat Pejabat Senior /Committee of Senior Officials (CSO). 12 CSO terdiri dari para pejabat pemerintah senior negara-negara anggota IORA, melakukan pertemuan paling tidak setahun sekali dan bertugas mengkaji pelaksanaan keputusan yang diambil oleh COM bekerja sama dengan WGTI, IORBF dan IORAG Hasil kesepakatan CSO, lebih lanjut, akan dibawa ke Pertemuan Tingkat Menteri/Council of Ministers (COM), selaku pengambil keputusan akhir. 13 COM merupakan para Menteri Luar Negeri negara anggota IORA yang melakukan pertemuan setiap tahunnya untuk merumuskan kebijakan, membahas perkembangan dan pencapaian kerja sama IORA serta memutuskan area kerja sama baru dan pembentukan badan khusus/specialized agencies terhadap isu-isu umum di Samudra Hindia Dalam rangka penguatan kerangka kerja sama IORA, seluruh negara anggota telah berhasil mengidentifikasi prioritas bidang kerja sama jangka menengah dan panjang seperti yang termaktub di dalam Piagam IORA. Prioritas tersebut meliputi pengentasan kemiskinan, memajukan transportasi kelautan, kerja sama perdagangan perikanan, penelitian dan manajemen, budidaya perikanan, pendidikan dan pelatihan, energi, teknologi dan informasi, kesehatan, perlindungan lingkungan, pertanian dan penanggulangan bencana. Penguatan kerja sama berdasarkan bidang prioritas tersebut disusun sebagai pedoman kebijakan IORA dalam menetapkan kerja sama di area priortas baru. 12 ( 13 ( 15

34 Pedoman Kebijakan / Policy Guidelines IORA 1. Perdagangan, investasi, keuangan, dan energi: (i) Fasilitasi perkembangan Clearing Payment Arrangement (CPA) untuk IORA termasuk wacana bergabung dengan Asian Clearing Union (ACU); (ii) Finalisasi dan pelaksanaan kerangka kerja sama Preferential Trade Arrangement (PTA) pada tahun 2012; (iii) Peningkatan kapasitas perdagangan dan mekanisme pembangunan infrastruktur di negara-negara anggota melalui linkage and network antar institusi terkait promosi ekspor, pariwisata, badan penelitian dan Bank Credit Export. 2. Pendidikan, Kebudayaan dan Teknologi: (i) mendukung pembentukan Pusat Ilmu Pengetahuan dan Transfer Teknologi kawasan (Regional Centre on Science and Transfer of Technology/RCSTT); (ii) meningkatkan kegiatan University Student Mobility Program for the Indian Ocean/UMIOR termasuk program pertukaran pekerja dan pelajar berprestasi; (iv) mendukung peningkatan kapasitas di bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi bagi akademisi dan peneliti; serta (v) mendukung kerja sama kebudayaan antar negara anggota; 3. Perikanan: meningkatkan kerja sama dalam kerangka Fisheries Support Unit (FSU). 4. Pariwisata: (i) partisipasi di pameran perdagangan dan pariwisata di kawasan; (ii) Investasi infrastruktur proyek pariwisata; (iii) Mendukung studi kepariwisataan yang feasible. 5. Manajemen Risiko Bencana: (i) melaksanakan studi mengenai sumber polusi; (ii) mekanisme distribusi dan dampaknya terhadap ekosistem pesisir di lingkar Samudra Hindia; (iii) studi mengenai efek Tsunami di Teluk Oman; dan (iv) mendukung upaya negara-negara anggota menyelesaikan masalah Flu Burung. 6. Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK): (i) optimalisasi website (sekarang sebagai alat diseminasi informasi termasuk web link of Customs and Quarantine Standards; dan (ii) mendukung penyelesaian Compendia on Customs and Quarantine and Standards. *Sumber: BAGAN ALUR KERJA SAMA IORA Council of Ministers (COM) Committee of Senior Official (CSO) Indian Ocean Rim Academic Group (IORAG) Indian Ocean Business Forum (IORBF) Working Group on Trade and Investment (WGTI) Regional Centre for Science and Technology Transfer (RCSTT) University Mobility for Indian Ocean Region (UMIOR) Maritime Transport Council (MTC) Fisheries Support Unit (FSU) 16

35 C.4. Mekanisme Pendanaan IORA Berdasarkan Piagam IORA, tiap negara anggota memiliki kewajiban kontribusi finansial tahunan (annual contribution). Terhitung mulai Januari 2015, sebagaimana disepakati pada CoM ke-14 di Perth bulan Oktober 2014, jumlah nominal kontribusi keanggotaan meningkat menjadi sebesar USD , berlaku bagi seluruh anggota IORA. C.5. Dana Khusus (Special Fund) Dana Khusus ditetapkan sebagai mekanisme keuangan pendukung yang berfungsi melengkapi pendanaan proyek dan program. Selain itu, Dana Khusus memberikan kontribusi dukungan atas tujuan IORA melalui penyediaan dana sekaligus membantu negara anggota dalam melakukan studi kelayakan dan pelaksanaan inisiatif, program dan proyek-proyek yang telah disetujui. Pertemuan Tingkat Menteri ke-4 di Kolombo, Sri Lanka tahun 2003 menyepakati bahwa Dana Khusus dapat berasal dari kontribusi sukarela para negara anggota, mitra wicara hingga pengamat dan organisasi internasional lainnya. Namun demikian, sumber pendanaan dari negara non-anggota diatur lebih lanjut berdasarkan persetujuan Komite Pejabat Senior dan Dewan Menteri. Berikut daftar aliran pendanaan khusus IORA (as of July 2014): Member States Voluntary Contribution: India April 2006 $ 50, 000 Sultanate of Oman October 2006 $ 50, 000 Islamic Republic of Iran February 2007 $ 75, 063 Yemen June 2009 $ 25, 000 India July 2012 $ 1 Million South Africa April 2013 $ 5, 000 UAE July 2013 $ 500, 000 Australia Dialogue Partner September 2013 China July 2011 $ 100, 000 China November 2012 $ 100, 000 $ 7,

36 Used Contribution: Tourism Feasibility Study May 2009 $ 25, 000 Fisheries Support Unit (FSU) May 2009 $ 30, 000 RCSTT (Establishment) December 2010 $ 25, 000 Tsunami June 2011 $ 20, 000 RCSTT (Events) December 2012 $ 50, 000 Institutional Mechanism for promoting Intra-Regional Investment & Trade *Sumber: March 2013 $ 15, 000 D. Perkembangan Terkini IORA Tidak dapat dipungkiri, Keketuaan India dan Australia di IORA telah membawa dampak positif yang cukup signifkan terhadap program kerja IORA, khususnya terkait pelaksanaan berbagai proyek peningkatan kapasitas (capacity building) di keenam sektor prioritas kerja sama. Mengerucutnya sektor prioritas IORA berdasarkan 6 (enam) area ini diharapkan mampu memberikan manfaat yang lebih nyata bagi para anggotanya. Terlebih, momentum perubahan nomenklatur IORA menunjukkan upaya peningkatan eksistensi IORA di dunia internasional sebagai forum besar dan penting di lingkar Samudra Hindia. D.1. Perkembangan Kerja Sama pada Enam Area Prioritas Ruang lingkup dan fokus kerja sama di 6 (enam) area prioritas IORA dibahas lebih lanjut pada Pertemuan Tingkat Menteri ke 13 di Perth, seperti yang tercantum di dalam Perth Communique, yaitu: 14 (i) (ii) Keselamatan dan Keamanan Maritim; Ruang lingkup kerja sama sektor keselamatan dan keamananan maritim meliputi ancaman dalam perdagangan maritim yang berkelanjutan, piracy, kebebasan laut lepas, pelaut dan nelayan serta hal-hal lain sesuai dengan UN Convention on the Law of the Seas (UNCLOS). Dalam hal ini, diharapkan terjalin kerja sama yang konkrit, termasuk melalui peningkatan diseminasi informasi mengenai peraturan dan hukum maritim. Fasilitasi Perdagangan dan Investasi; Kerja sama sektor fasilitasi perdagangan dan investasi bertujuan untuk meningkatkan integrasi dan pengembangan ekonomi di kawasan Samudra Hindia. Ruang lingkup kerja sama ini mencakup, di antaranya, pengembangan insisiatif business-friendly terkait isu ketahanan energi dan pangan, pariwisata dan infrastruktur serta mendorong aplikasi ekonomi biru

37 (iii) Manajemen Perikanan; (iv) (v) (vi) Kerja sama sektor manajemen perikanan, antara lain, menggarisbawahi komitmen untuk memerangi illegal fishing dan mendorong eksplorasi sumber daya alam laut yang aman, produktif dan bekelanjutan. Manajemen Risiko Bencana; Kerja sama sektor ini diarahkan pada penanganan bencana alam dan manajemen risiko serta upaya penanganan pencemaran laut. Kerja Sama Akademis, Sains dan Teknologi; Bentuk kerja sama sektor akademis, sains dan teknologi meliputi kerja sama penelitian, pelatihan (capacity building) serta exchange of experts and scholars. Sektor ini juga memiliki semangat untuk meningkatkan intensitas hubungan akademisi dengan think-tanks di wilayah lingkar Samudra Hindia. Promosi Pariwisata dan Pertukaran Kebudayaan. Kawasan Samudra Hindia dikaruniai kekayaan serta keberagaman budaya yang begitu luar biasa. Kondisi tersebut menyiratkan perlunya hubungan antar masyarakat yang lebih erat (closer people-to-people links), antara lain melalui kerja sama pariwisata, pendidikan dan bisnis. Melalui 6 (enam) area prioritas kerja sama IORA ini, patut diakui bahwa arah kerja sama IORA lebih terarah. Pada masa keketuaan India, intensitas kerja sama di keenam sektor prioritas cukup tinggi. Bentuk kerja sama, seperti workshop, pelatihan, pembangunan reseach centre dll cukup intensif dilaksanakan. Sementara itu, Keketuaan Australia juga telah menancapkan sejumlah pencapaian, antara lain terlaksananya 2 (dua) proyek kerja sama sektor keamanan dan keselamatan maritim, 1 (satu) proyek kerja sama sektor fasilitasi perdagangan dan investasi, 1 (satu) proyek kerja sama sektor manajemen perikanan, 2 (dua) proyek kerja sama sektor akademi, sains dan teknologi dan 1 (satu) proyek promosi pariwisata dan pertukaran budaya. Pertemuan Tingkat Menteri (CoM) ke-14 turut mendorong isu Gender Empowerment di dalam mekanisme IORA. Kerja sama di sektor ini dipandang penting mengingat peran krusial kaum perempuan sebagai kontributor pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara di wilayah Samudra Hindia. 15 Berikut ini daftar proyek IORA Tahun 2014 (as of July 2014): No Name of Projects of IORA s Six Priority Areas Hosted by Details Maritime Security and Safety 1. Conference on The Political Economy of Maritime Africa in the Indian Ocean Region, 12 to 14 March 2014, Nairobi, Kenya 2. Workshop on IORA and the Strategic Stability in the Indian Ocean, 5 March 2014, Mauritius 3. Status on the Headquarters Agreement and Memorandum of Understanding: Maritime Transport Council (MTC) for IORA Secretariat of IORA Secretariat/ Singapore Sultanate of Oman Completed Completed Current Project (In Development)

38 4. Feasibility Study: Establishment of IORA Sultanate of Current Project (In Shipping Company Oman Development) 5. Indian Ocean Dialogue, Thiruvananthapuram, 5 to 7 September 2014, Kerala, India India Current Project (In Development) 6. Capacity Building in Survey work through Indian Registrar of Shipping India Current Project (In Development) 7. Meeting: Mayors and Heads of City Councils of main Coastal Cities of IORA, Bandar Abbas, Iran Islamic Republic of Iran Current Project (In Development) Trade and Investment Facilitation 1. First Indian Ocean Renewable Energy United Arab Completed Ministerial Forum, Abu Dhabi, UEA, 21 January 2014 Emirates 2. Business Innovation Centre in the Indian Ocean Indonesia Current Project (In Development) 3. Report on the status on the Study on Institutional Mechanisms for Promoting Intra- Sri Lanka Current Project (In Development) Regional Investment and Trade in IORA Member States 4. Follow-up of the first Economic and Business Conference India/Mauritius Current Project (In Development) 5. Workshop: Business Facilitation, 4 to 5 August 2014 Mauritius Current Project (In Development) 6. Second Workshop: Trade Facilitation and Customs Harmonisation Australia/India Current Project (In Development) 7. Meeting for Presidents of the Chambers of Commerce and Industry Islamic Republic of Iran Current Project (In Development) 8. Workshops: Jointly hosted by RCSTT and Iran's Chamber of Commerce Islamic Republic of Iran Current Project (In Development) 9. Conference: Establishment of Free Trade Industries in the Region, Kish Island, 2014 Islamic Republic of Iran Current Project (In Development) 10. Feasibility Study: IORA Business Travel Card Secretariat of IORA Current Project (In Development) 11. Feasibility Study: Preferential Trade Agreement for IORA Member States Secretariat of IORA Current Project (In Development) 12. IOR B2B portal India Current Project (In Development) 13. Strategic Vision of the IORBF Australia/ Mauritius Current Project (In Development) 14. Establishment of a Mediation and Arbitration System and Appropriate Mechanism for settling disputes among IORA Members Islamic Republic of Iran Current Project (In Development) 15. Regional Internet Exchange Programme Mauritius Current Project (In Development) 16. Island Connectivity Mauritius Current Project (In Development) Fisheries Management 1. Disbursement of Funds: Workshop on Fishesotolith ageing and stock assessment, Muscat, Oman, 23 to 31 October Workshop on Fisheries Management, Kochi, 9 to 21 December Implementation of the Action Plan for the IORA Fisheries Support Unit 4. Workshop: Sustainable Aquaculture and Artisanal Fisheries Development in Eastern African Member States, Zanzibar, 11 to 16 August 2014 Sultanate of Oman India FSU Australia Completed Completed Current Project (In Development) Current Project (In Development) 20

39 5. Access to EEZ Fisheries Tanzania Current Project (In Development) 6. Training programme: Aquatic Plants Culture Technology Thailand Current Project (In Development) 7. Workshop: Fisheries Stock Assessments Australia Current Project (In Development) 8. Research project: "The Economic Aspects of Fisheries: A Framework for Regional Cooperation in IORA" India Current Project (In Development) 9. Actions taken by Member States on Illegal fishing Disaster Risk Management 1. Regional Meeting: Disaster Risk Reduction, September 2014 Secretariat of IORA Australia Current Project (In Development) Current Project (In Development) Academic and Science & Technology Cooperation (Ocean and Climate) 1. Workshop: Climate Change Adaptation, 31 Australia Completed March to 3 April 2014, Chennai, India 2. Work Plan: University Mobility in the Indian Ocean (UMIOR) India Current Project (In Development) 3. Indian Ocean Rim University- Virtual University developments India/Mauritius Current Project (In Development) 4. Indian Ocean Studies Chair in Mauritius India/Mauritius Current Project (In Development) 5. Indian Ocean Study Centre (IOSC) Indonesia Current Project (In Development) 6. Establishment of the Geo-technology Research Centre 7. Establishment of a Centre for Multilateral Education 8. Establishment of a Centre for Indian Ocean Observation and Forecasting 9. Workshop: Establishment of an IORA Centre of Excellence on Ocean Sciences and Environment, 30 June to 1 July 2014 Indonesia Malaysia Sri Lanka Sri Lanka Current Project (In Development) Current Project (In Development) Current Project (In Development) Completed 10. Workshop: Seasonal Climate Forecasting to Enhance Food Security Australia Current Project (In Development) 11. Workshop: Techniques and tools for environment protection and safe water Australia Current Project (In Development) 12. Workshop: Oil spill response and monitoring Australia Current Project (In Development) 13. Workshop: Research, Development and Regulation of Herbal Medicines Thailand Current Project (In Development) 14. Consideration of a course for IORA senior diplomats India Current Project (In Development) 15. Report of RCSTT activities and upcoming events RCSTT Current Project (In Development) 16. Development of an IORA Water Science and Technology Working Group South Africa Current Project (In Development) 17. Singapore Cooperation Programme Singapore Current Project (In Development) 18. Digital Platform: Improve connectivity between IORA Ministers and increase IORA visibility India Current Project (In Development) 19. Towards an Enhanced Ocean Observatory and Forecasting System for the Development of the Ocean Economy Mauritius Current Project (In Development) Tourism and Cultural Exchanges 1. Workshop: Heritage Management, 5 to 6 May 2014, Colombo, Sri Lanka Sri Lanka Completed 21

40 2. Consideration of the Feasibility Study: Tourism Promotion Second Phase Sultanate of Oman Current Project (In Development) 3. Consideration of the Establishment of an IORA Tourism Resource Centre for Member States Sultanate of Oman Current Project (In Development) 4. First IORA Tourism and Travel Mart, 21 to 22 November 2014 Seychelles Current Project (In Development) 5. Cruise Tourism for Eastern Africa and the Vanilla Islands Seychelles Current Project (In Development) 6. Training course: Tourism and Hospitality Management Mauritius Current Project (In Development) 7. Second Meeting of IORA Head of Archives Current Project (In Development) 8. Establishment of facilities to study culture in Universities Islamic Republic of Iran Current Project (In Development) 9. Workshop: Maritime Tourism in 2014 Islamic Republic of Iran Current Project (In Development) 10. Feasibility Study: IORA Member States Games Madagascar Empowerment of women and girls 1. Workshop: Women s empowerment on issues related to poverty alleviation India Current Project (In Development) 2. Consideration of an IORA Forum for the Empowerment of Women Kenya Current Project (In Development) 3. Dialogue: Women s economic empowerment Tourism and Textiles Australia Current Project (In Development) *Sumber: IORA Secretariat D.2. Fenomena Partisipasi LDCs di dalam IORA Dilihat dari aspek distribusi geografis keanggotannya, IORA merupakan organisasi besar yang beranggotakan negara-negara dari 3 kawasan (Asia Pasifik, Timur Tengah dan Afrika). Selain itu, IORA juga beranggotakan negara negara dengan tingkat ekonomi yang beragam, seperti Middle Developed Countries (MDCs), Newly Industrialised Countries (NICs) dan developing countries, serta Least Developed Countries (LDCs) 16, yaitu: Bangladesh, Komoros, Madagaskar, Mozambik dan Yaman. Beragamnya tingkat kesejahteraan anggota IORA ini memunculkan tantangan baru bagi kemajuan forum kerja sama tersebut, antara lain berupa rendahnya partisipasi negara LDCs di dalam mekanisme IORA karena persoalan finansial. Namun, di dalam perkembangannya, IORA menempuh sejumlah terobosan guna semakin meningkatkan partisipasi LDCs. Dalam kurun waktu dua tahun terakhir, partisipasi negara-negara LDCs di dalam setiap kegiatan pun semakin terlihat, termasuk menjadi tuan rumah dari berbagai inisiatif. Peningkatan peran LDCs tersebut karena adanya bantuan dana dari para negara anggota IORA serta special fund, yang saat ini sekitar USD 2 juta Vide Brafaks No. B-00111/Nariobi/140609, perihal: Assesment terhdap Masa Jabatan Sekjen IORA ( ) 22

41 D.3. Peningkatan Peran IORA Sejalan dengan perkembangannya, IORA terus berupaya untuk meningkatan profilnya melalui engagement dengan organisasi regional/internasional lain serta meningkatkan partisipasi negara mitra wicara. a. Penguatan Peran Negara Mitra Wicara Peran negara mitra wicara IORA tidak dapat dianggap remeh bagi perkembangan kerja sama IORA. Tiongkok, dapat dikatakan, merupakan negara mitra wicara yang cukup aktif di mana telah mengucurkan dana khusus sebesar US$ sejak Selain itu, Sekretariat IORA juga telah melakukan identifikasi peluang kerja sama dengan para negara mitra wicara, antara lain rencana penandatanganan MoU antara RCSTT dengan Chinese Science and Technology; pelaksanaan simposium IORA di Tokyo; dan penjajakan kerja sama dengan Universitas Sorbone untuk Workshop on Indian Ocean Maritime Satefy and Security. b. IORA menjadi observer di organisasi lain dan mengajak organisasi lain menjadi observer di IORA Sebagai upaya untuk meningkatkan profil IORA, Pertemuan Tingkat Pejabat Senior IORA (CSO) di Phuket, Thailand, yang berlangsung pada Juni 2014 membahas usulan untuk menjadikan IORA sebagai observer pada berbagai organisasi internasional, seperti specialized agencies PBB (UNCTAD, UNESCO, IMO, FAO). Selain itu, terdapat usulan lain untuk menjajaki status observer kepada African Union Commission, Gulf Country Council (GCC) dan ASEAN. Namun demikian, ASEAN, hingga saat ini, keberatan dengan usulan tersebut mengingat status observer, selama ini, hanya ditujukan bagi negaranegara yang ingin bergabung ke dalam mekanisme ASEAN. Di sisi lain, ASEAN menyambut baik inisiatif kerja sama di dalam koridor 6 prioritas IORA. 18 D.4. Penguatan Peran Sekretariat Sekretariat IORA dapat dikatakan memiliki SDM yang sangat terbatas. Komposisi staf di Sekretariat hanya terdiri dari 3 (tiga) wakil diplomatik (Sekretaris Jenderal dan dua Direktur), lima staf pendukung (dua koordinator, administrasi persuratan, Sekretaris Eksekutif dan administrasi keuangan) dan 9 staf lainnya (clerical assistant, driver dan petugas umum). Kondisi tersebut menjadi tantangan tersendiri bagi Sekretariat IORA, terutama dalam menjalankan perannya. Di sisi lain, isu Sekretariat telah menarik perhatian para negara anggota IORA. Peran Sekretariat dirasakan belum optimal. Para negara anggota mengharapkan peran aktif Sekretariat dalam mendukung implementasi berbagai proyek IORA serta meningkatkan profil IORA. Oleh karena itu, dibutuhkan strategi yang matang guna memecahkan masalah ini, antara lain dengan: 1. Meningkatkan kapasitas Sekretariat melalui pemanfaatan para ahli dan asisten peneliti sesuai dengan bidang pengetahuan yang diperlukan (Metodologi Penelitian, Ekonomi, Hubungan Internasional, Perdagangan dan Keuangan, Komunikasi, Hukum, Manajemen). Hal tersebut kelak 18 Nota Diplomatik Sekretariat ASEAN kepada IORA No. 078/2014 tanggal 20 Juni

42 akan bermanfaat, terutama dalam proses penyusunan concept papers, nota kesepakatan dan dokumen lainnya. 2. Meningkatkan partisipasi Sekretariat IORA pada konferensi, seminar dan lokakarya yang diselenggarakan negara anggota dan mitra wicara sebagai bagian dari upaya interaksi IORA dengan para stakeholders. Selain itu, kunjungan ke berbagai lokasi proyek IORA dalam rangka memantau sekaligus mengawasi proyek tertentu diharapkan mampu semakin meningkatkan kinerja Sekretariat. 3. Meningkatkan hubungan dengan media sekaligus penguatan peran portal resmi IORA sebagai wadah untuk melakukan diseminasi informasi. 4. Menyusun daftar kesepakatan yang relevan yang dimiliki oleh seluruh negara anggota baik dalam konteks bilateral, regional maupun multilateral sebagaimana yang diputuskan pada CoM IORA ke-14 di Perth pada 9 Oktober Daftar tersebut, tidak lain, digunakan sebagai referensi dalam mengidentifikasi tingkat konektifitas antar negara anggota di bidang perdagangan. Sejumlah upaya tersebut, sudah barang tentu, menuntut kinerja prima Sekretariat yang tentunya membutuhkan sokongan dana yang cukup. Sehubungan dengan hal tersebut, Sekretariat telah merancang proposal peningkatkan kontribusi keanggotaan IORA untuk mendukung penguatan peran, tugas dan program kerja Sekretariat. 19 D.5. Amendemen Peraturan Keuangan: Peningkatan Iuran Tahunan Usulan menaikkan iuran tahuan IORA (Annual Membership Contribution) sempat dibahas pada pertemuan CSO IORA di Phuket, Thailand, bulan Juni Pembahasan ini sempat mengundang pro dan kontra dari beberapa negara yang merasa terbebani, seperti Mauritius dan Sri Lanka. Kedua negara ini berdalih dibutuhkan persetejuan Parlemen dari pemerintah masing-masing untuk dapat mengeluarkan dana tersebut. Kendati demikian, besaran kontribusi tahunan akhirnya disepakati pada pertemuan CoM ke-14 bulan Oktober 2014 di Perth. Dengan demikian, seluruh negara anggota, terhitung mulai Januari 2015, memiliki kewajiban untuk memberikan kontribusi tahunan sebesar USD dari yang sebelumnya sebesar USD D.6. Amandemen Piagam IORA Berangkat dari pemikiran untuk melakukan beberapa perubahan mendasar, seperti nomenklatur, peran sekretariat dan kontribusi tahunan, negara anggota IORA sepakat untuk mengajukan amandemen terhadap Piagam IORA. Pada pertemuan CoM ke-14 di Perth, seluruh negara anggota IORA membahas Piagam tersebut. Namun, tiga negara anggota, yakni India, Oman dan Madagaskar, tidak menandatangani dokumen tersebut lantaran faktor teknis, seperti tidak memiliki full powers dan ketidakhadiran pejabat terkait. Sebagai catatan, IORA telah melakukan amandemen piagamnya pada pada tahun Amandemen tersebut menggantikan Piagam sebelumnya yang dibuat pada tahun Paper Increased Annual Member Contribution by IORA Secretariat. 24

43 E. Evaluasi Forum Kerja Sama IORA IORA yang telah berdiri selama 17 tahun seyogianya memainkan peranan penting di dalam arsitektur global. Namun, melihat fakta yang ada, tidak dapat dipungkiri bahwa pengaruh IORA masih belum terlampau signifikan seperti halnya organisasi internasional lainnya, seperti ASEAN, APEC, GCC dan AU. Kendati demikian, sebagai organisasi yang beranggotakan negara negara di kawasan Samudra Hindia, IORA dipandang berpotensi untuk menjadi forum kerja sama krusial di kawasan. Setidaknya, modalitas IORA dapat dilihat antara lain: 1. IORA merupakan satu-satunya platform kerja sama di bidang politik dan geo-ekonomi antar negara di kawasan Samudra Hindia. Single platform ini dinilai mampu menciptakan networking di antara pemangku kepentingan negara anggota dan mitra wicara IORA. 2. Kondisi tersebut, tentunya, merupakan lahan subur bagi tumbuh dan berkembangnya kerja sama ekonomi dan sejenis sekalipun negara negara anggota IORA belum dapat memetik manfaat secara optimal hingga saat ini. 3. Di sisi lain, IORA diprediksi mampu menghadirkan solusi bagi penyelesaian isu-isu terkini dan rentan di kawasan Samudra Hindia, seperti perdagangan manusia, penyelundupan narkotika, proliferasi senjata, perubahan iklim dan bencana alam. Keberadaan IORA seyogianya dapat membuka kesempatan kepada negara-negara di lingkar Samudra Hindia untuk menciptakan rezim kerja sama regional. Rezim kerja sama tersebut dapat berupa code of conduct yang mengatur mekanisme penyelesaian masalah di kawasan Samudra Hindia. 4. IORA juga dapat berperan dalam meredakan ketegangan di kawasan sebagai akibat dari rivalitas RRT AS. Melalui suatu code of conduct, IORA diprediksi mampu meredakan tensi persaingan untuk kemudian mentransformasikannya menjadi kerja sama yang saling menguntungkan. Adapun faktor faktor yang dipandang turut menghambat perkembangan IORA sejauh ini adalah sebagai berikut: 1. Disparitas ekonomi antar negara anggota, absennya asas sukarela penurunan tarif (lack of reciprocity and free rider problem) serta lambannya agenda liberalisasi perdagangan disinyalir sebagai bottlenecking factors dari perkembangan IORA selama ini. 2. Perluasan keanggotaan IORA tidak dilandasi intensitas kerja sama yang tinggi (widening took place before deepening the regional grouping). Sehingga, bertambahnya jumlah anggota baru justru menjadi pemicu kian rumitnya proses pengambilan keputusan. 3. Masalah politik keanggotaan IORA menyebabkan fokus kerja sama ekonomi terabaikan (housekeeping matters overriding economic action matters). Sebagai contoh, usulan keanggotaan Pakistan sampai sejauh ini berlarut larut akibat keengganan India. 25

44 4. Negara negara anggota IORA umumnya tergabung ke dalam beberapa organisasi kerja sama internasional lainnya. Kondisi demikian justru menjadi permasalahan tersendiri. Para negara anggota IORA menaruh perhatian lebih pada mekanisme kerja sama regional lainnya ketimbang IORA. 5. Peran Sekretariat dipandang belum optimal dalam memantau dan mengawasi proyek kerja sama IORA yang ada. 6. IORA dijalankan dengan mekanisme Triple Helix Formula, yakni pemerintah, akademisi dan swasta. Namun, sayangnya, peran akademisi dan pelaku usaha tidak terlalu dominan dibandingkan dengan pemerintah di dalam mekanisme sehari-hari. 7. Disparitas ekonomi negara anggota secara tidak langsung turut mempengaruhi kepentingan masing-masing negara. Kondisi ini kian bertambah rumit seiring dengan dinamika geo-politik regional. 8. Rendahnya intensitas pertemuan IORA, khususnya pada tingkat Pejabat Senior maupun di level teknis menyebabkan berbagai isu yang dibahas tidak berjalan secara berkelanjutan. 9. Pertemuan para pejabat tinggi IORA sejauh ini belum menyentuh tingkat kepala negara/pemerintahan (summit). 10. Para pemangku kepentingan di negara-negara anggota IORA banyak yang tidak menyadari keberadaan IORA. Hal ini disebabkan kurangnya publikasi serta capaian yang fenomenal dan dirasakan manfaatnya secara luas. 11. Keanggotaan IORA masih belum mencakup seluruh negara di lingkar Samudra Hindia, meliputi Arab Saudi, Maladewa, Myanmar, Pakistan dan Timor Leste. F. Kesimpulan IORA merupakan forum kerja sama di kawasan Samudra Hindia yang memiliki potensi demikian besar, yang mempersatukan negara-negara dari kawasan Afrika, Timur Tengah, Asia, dan Australia. Namun demikian, IORA masih belum membuat pencapaian fenomenal. Untuk mengembangkan potensi besar yang dimilikinya tersebut, kiranya permasalahan yang berkutat pada aspek substansi, institusi dan administrasi patut segera dicarikan solusinya. Secara garis besar, permasalahan utama yang terus membelenggu perkembangan IORA ialah tidak adanya visi-misi yang jelas. Dalam hal ini, perlu dicarikan/dirumuskan tujuan bersama (common goals) yang dapat menyatukan seluruh negara anggota. Selain itu, political will negara-negara anggota IORA dirasakan masih lemah. Tidak heran apabila muncul usulan untuk menyelenggarakan pertemuan tingkat Kepala Negara/Pemerintahan guna melengkapi mekanisme yang sudah ada saat ini. Selain itu, keanggotaan IORA belum menyentuh seluruh negara di lingkar Samudra Hindia. Hal ini tentunya membutuhkan perhatian khusus. Selain daripada itu, mekanisme konsensus ditengarai semakin mempersulit proses pengambilan keputusan. Untuk itu, adalah penting untuk memikirkan mekanisme yang lebih sederhana, seperti simple majority. 26

45 Di sisi lain, mekanisme kepemimpinan Troika membutuhkan terobosan baru. Sistem rotasi berdasarkan keterwakilan wilayah kiranya dapat dipertimbangkan. Peran sekretariat IORA, yang selama ini belum menjalankan fungsinya dengan optimal, kiranya juga perlu dibenahi. Peran sentral Sekretariat sebagai pihak yang bertanggung jawab menjalankan tugas administrasi kiranya dapat disokong dengan pendanaan yang memadai. Tidak kalah pentingnya adalah masalah subtansi area prioritas kerja sama IORA. Perlu dipikirkan kembali upaya peningkatan kerja sama di area yang memberikan hasil dan dampak nyata kepada anggotanya. Diharapkan melalui penyusunan road map yang berisi mekanisme pengawasan dan evaluasi, kerja sama di keenam prioritas dapat semakin ditingkatkan. Pada keketuaannya nanti, Indonesia patut segera mencarikan solusi atas berbagai permasalahan tersebut. Keberhasilan Indonesia kelak tentu akan menjadi footprint sekaligus pencapaian tersendiri. Pencapaian ini tentunya diharapkan mampu berkontribusi bagi kepentingan nasional Indonesia. 27

46 28

47 BAB III Kepentingan Indonesia di IORA Mewujudkan Indonesia menjadi negara maritim yang mandiri, maju, kuat, dan berbasiskan kepentingan nasional, serta Mendorong kerja sama maritim komprehensif di kawasan, khususnya melalui IORA. 20 Visi Misi Presiden Terpilih Joko Widodo Wakil Presiden Terpilih Jusuf Kalla A. Pendahuluan Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang berbasis maritim, dengan pulau di dalamya serta dikaruniai posisi geografis yang sangat strategis ditambah kekayaan alam yang melimpah. 21 Jika potensi tersebut dikelola secara benar dan bijaksana, kemakmuran serta kesejahteraan bagi seluruh rakyat Indonesia merupakan sebuah keniscayaan. Keketuaan Indonesia di IORA merupakan salah satu cara dalam upaya untuk semakin mengukuhkan peran global sebagai negara maritim yang bermartabat dan disegani sebagaimana yang pernah dirasakan pada masa kejayaan Sriwijaya dan Majapahit. B. IORA Penegasan Indonesia sebagai Negara Maritim Bermartabat Kedigdayaan Indonesia pada masa Kerajaan Sriwijaya dan Majapahit, yang dikenal luas hingga daratan Eropa dan Timur Tengah, berangkat dari kekuatan maritim yang luar biasa. Kejayaan tersebut seolah meredup setelah Indonesia terkungkung oleh penjajahan bangsa kolonial selama lebih dari 350 tahun. Tak pelak, masa tersebut, sedikit banyak, telah menggeser paradigma masyarakat Nusantara dari orientasi maritim (ocean-oriented) menjadi daratan (landoriented). Keyakinan ini diperkuat oleh fakta bahwa penjajah lebih memilih untuk merampas rempah-rempah (baca: kekayaan di darat) ketimbang potensi sumber daya hayati di laut Indonesia. Kebangkitan paradigma maritim kembali terlihat ketika Djoeanda dkk merumuskan dan berhasil mendeklarasikan Naskah Djoeanda pada tanggal 13 Desember Deklarasi ini menjadi dasar perjuangan Bangsa Indonesia untuk diakui sebagai negara kepulauan oleh dunia internasional. Salah satu klausul yang kelak menegaskan Indonesia sebagai negara maritim ialah bahwa segala perairan di sekitar, di antara dan yang menghubungkan pulau-pulau yang termasuk daratan Negara Republik Indonesia, dengan tidak memandang luas atau lebarnya adalah bagian-bagian yang wajar daripada wilayah daratan negara Republik Indonesia, dan dengan demikian merupakan bagian daripada perairan nasional yang berada di bawah kedaulatan mutlak daripada negara Republik Indonesia. Lalu lintas yang damai di perairan pedalaman ini bagi Berita Badan Informasi Geospasial, 29

48 kapal-kapal asing dijamin selama dan sekedar tidak bertentangan dengan/mengganggu kedaulatan dan keselamatan negara Indonesia. Gagasan Negara Nusantara/Negara Kepulauan (Archipelagic State) berhasil dikukuhkan setelah lahirnya konvensi PBB tentang hukum laut atau yang lebih dikenal dengan United Nation Convention on the Law of the Sea (UNCLOS) pada 10 Desember Proses ratifikasi pun berlangsung tak lama berselang, tepatnya pada tahun 1985 melalui UU Nomor 17 Tahun Setelah diratifikasi oleh 60 negara dan resmi berlaku pada tahun 1994, UNCLOS mensahkan tambahan wilayah nasional Indonesia seluas 3,1 juta km 2 wilayah perairan dan 2,7 juta km 2 Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE). 22 Pencapaian tersebut menginspirasi Presiden Abdurrahman Wahid pada tahun 1999 untuk menetapkan tanggal 13 Desember sebagai Hari Nusantara. Perjuangan Bangsa Indonesia untuk kembali meraih Kedaulatan sebagai Negara Maritim sangatlah beralasan. Jika dilihat dari aspek geografis, dua pertiga wilayah Nusantara terdiri dari lautan, dengan total luas sekitar 5.8 juta km 2. Adapun potensi ekonomi kelautan Indonesia di antaranya: (i) Di sektor perdagangan, Indonesia merupakan pasar yang menjanjikan dengan total populasi sebanyak 249 juta jiwa ditambah GDP sebesar USD 868,3 triliun serta pendapatan perkapita sebesar USD Jumlah populasi yang besar, di sisi lain, juga menjadi modalitas di sektor ekonomi. (ii) Di bidang perikanan tangkap laut, perairan Indonesia memiliki potensi sekitar 6,5 juta ton/tahun, potensi budidaya payau seluas 2,96 juta hektar dan potensi budidaya laut mencapai 12,55 juta hektar. (iii) Dasar laut perairan Indonesia kaya akan potensi kandungan cadangan minyak dan gas bumi. Di sektor migas dan mineral, dari total 60 cekungan migas di Indonesia, 70% berada di laut dengan total cadangan minyak bumi sebesar 9,1 milliar barrel. (iv) Di sektor kekayaan keanekaragaman hayati kelautan, Indonesia merupakan marine mega bio-diversity terbesar di dunia. Kekayaan spesies ikan (37% dari spesies ikan dunia), 555 spesies rumput laut serta 950 biota terumbu karang menegaskan dominasi kekayaan keanekaragaman hayati ini. (v) Di sektor sumber daya terbarukan, wilayah kedaulatan laut Indonesia memiliki potensi energi pembangkit listrik sebesar 727 GW (teoritis), 76,5 GW (teknis) dan 49 GW (praktis). 23 Potensi energi tersebut berasal dari pasang surut permukaan laut, ombak laut dan panas laut. (vi) Di sektor pariwisata, sebagian besar objek wisata di Indonesia terletak di laut, pesisir dan pulau-pulau kecil. Garis pantai yang membentang sepanjang km menyimpan potensi pariwisata bahari yang begitu menakjubkan. Dengan demikian, Indonesia, selayaknya, mampu mendorong kerja sama sektor pariwisata dengan negara-negara kepulauan kecil yang menjadikan pariwisata laut sebagai devisa utama negara, seperti Maladewa, Mauritius dan Seychelles Diakses tanggal 17 September Diakses pada tanggal 18 September

49 (vii) Perairan Indonesia, khususnya Selat Malaka dan jalur ALKI, memiliki potensi industri pelayaran yang begitu luar biasa. Adapun total nilai sektor ekonomi tersebut diperkirakan: 24 Apabila dibedah lebih lanjut, sektor sektor ekonomi potensial di antaranya meliputi: Perikanan Laut. 2. Perikanan Perairan Umum Daratan. 3. Budidaya Laut. 4. Budidaya Perairan Umum Daratan. 5. Pertambangan Migas dan Mineral Lepas Pantai (off-shore). 6. Pertambangan Migas dan Mineral di Pantai (on-shore). 7. Pengilangan Migas dari Laut. 8. Industri Bioteknologi Hasil Laut dan Perairan Umum Daratan. 9. Industri Barang Input Perikanan. 10. Transportasi Laut, Sungai dan Danau. 11. Pelabuhan Laut, Sungai dan Danau. 12. Industri Kapal, Mesin dan Peralatan Maritim. 24 Presentasi Sekretaris Jenderal Kementerian Kelautan dan Perikanan pada Peringatan World Oceans Day, Launching Hari Nusantara 2014 dan Seminar Nasional Bidang Kelautan di Bandung, 11 Juni Disampaikan Dr. Luky Adrianto, Kepala Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB) dalam presentasi sebagai narasumber Pertemuan Kelompom Ahli di Bogor, 21 Agustus

50 13. Bangunan Kelautan lainnya. 14. Industri Hotel dan Restoran Pantai, Laut dan Perairan Umum Daratan. 15. Industri Pertahanan dan Keamanan Laut. 16. Jasa Wisata Pantai, Laut dan Perairan Umum Daratan. 17. Jasa Pendidikan Kelautan dan Maritim. 18. Jasa Sistem Logistik Kelautan. Kondisi tersebut menyiratkan keunggulan komparatif sekaligus kompetitif Indonesia dalam percaturan ekonomi global. Hal ini tentu saja membutuhkan pengelolaan secara optimal. Minimnya kontribusi sektor maritim terhadap PDB, yang hanya berkisar 5 % atau Rp. 60 triliun, menjadi pekerjaan rumah tersendiri bagi pemerintah yang belum menjadikan sektor maritim sebagai mesin penggerak utama perekonomian Tanah Air. 26 Pemerintah (c.q. Kementerian Kelautan dan Perikanan) lantas menyusun kebijakan pembangunan berkelanjutan. Kebijakan ini menjunjung tinggi konsep keseimbangan pembangunan ekonomi dan keberlanjutan sumber daya alam serta lingkungan atau yang lebih dikenal dengan Blue Economy. 27 Strategi lainnya turut menitikberatkan pada tiga bidang pokok, yakni ekonomi, pertahanan-kemananan dan politik dengan semangat pro-poor, pro-growth, projob, dan pro-environment. Tidak dapat dipungkiri, salah satu hambatan terbesar yang dihadapi pemerintah dalam mengoptimalkan potensi kelautan Indonesia adalah kondisi infrastruktur laut, seperti: Kemampuan daya angkut armada nasional yang masih terbatas yang hanya mencapai 54,5% dan 4% untuk ekspor 2. Keterbatasan jumlah pelabuhan yang memenuhi standar internasional sehingga memicu hampir 70% dari ekspor barang dan komoditas Indonesia harus melalui Singapura. 3. Keterbatasan akses permodalan bagi nelayan dan petani. 4. Rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan nelayan. 5. Sistem pendataan kelautan dan perikanan. 6. Belum adanya produk hukum yang mengatur pengelolaan potensi kelautan secara komprehensif. 7. Kondisi Middle Income Trap. 8. Sinkronisasi manajemen hulu-hilir industri kelautan. 9. Teknologi from input to ouput of ocean products. 26 Disampaikan Prof. Dr. Laode M. Kamaluddin, dalam Seminar Kelautan dalam rangka World Ocean Day, Bandung, 11 Juni http:// STRATEGIS/?category_id=65. Diakses tanggal 19 September Dikompilasi dari paparan Dr. Luky Adrianto, Kepala Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB) dalam Pertemuan Kelompom Ahli di Bogor, 21 Agustus 2014 dan Majalah Trans Media, Peluang Indonesia dalam Transportasi Laut Dunia, Kementerian Perhubungan, edisi 06/2012 halaman 9. 32

51 Tingginya tingkat ketergantungan antar negara dan semakin kompleksnya permasalahan yang dihadapi di era globalisasi membuat Indonesia tidak dapat berjuang sendiri. Tidak heran apabila Indonesia menganut kebijakan pengembangan kerja sama di kawasan, baik di bidang politik, ekonomi maupun sosial budaya. IORA, sebagai organisasi kerja sama di kawasan Samudra Hindia, dinilai memiliki bobot strategis bagi Indonesia, khususnya pada periode Keketuaan Semangat nasional untuk kembali meraih kejayaan maritim, antara lain melalui mekanisme IORA, seperti halnya yang dikemukakan di dalam Visi-Misi Presiden Wakil Presiden RI Terpilih, seyogianya patut didukung semua pihak. Pengembangan konsep wawasan matra laut melalui sinkronisasi antara kepentingan nasional dengan program IORA niscaya merupakan salah satu cara dalam merebut kejayaan maritim Indonesia tersebut. C. IORA dan Kepentingan Strategis Indonesia Sebagaimana telah disinggung sebelumnya, Samudra Hindia memiliki bobot strategis bagi Indonesia, baik dari segi geo-politik maupun geo-ekonomi. Selain sebagai jalur pelayaran utama distribusi minyak dan gas dunia, Samudra Hindia juga dilalui alur komoditas perdagangan internasional Western Indo Pacific, yang meliputi Laut Merah, Teluk Aden, Teluk Persia, Laut Arab, Teluk Bengal, Laut Andaman hingga ke Selat Malaka dan Singapura (Figure I). Selain itu, pada saat ini secara perlahan terjadi pergeseran gravitasi politik dan ekonomi dunia menuju Samudra Hindia. Hal ini tercermin, di antaranya dari nilai total ekspor-impor negara IORA yang berada di posisi ketiga dibandingkan kelompok ekonomi lainnya. 33

52 Berangkat dari posisi geostrategis di antara Samudra Hindia dan Samudra Pasifik serta Benua Asia dan Australia, Indonesia sudah selayaknya menjadi kekuatan poros maritim dunia. Presiden RI terpilih telah menangkap peluang tersebut dengan merumuskan suatu kebijakan yang kelak menempatkan Indonesia sebagai poros maritim dunia yang maju, makmur, kuat dan berdaulat berbasis ekonomi kelautan, hankam dan budaya. Tentu saja, dibutuhkan langkah langkah strategis, antara lain penguatan dan pengembangan sektor ekonomi kelautan berbasis inovasi ramah lingkungan, pengembangan pusat pusat pertumbuhan ekonomi baru di pesisir sepanjang ALKI, pulau-pulau kecil dan wilayah perbatasan, penguatan dan pengembangan konektivitas maritim ( tol laut ) serta menjadikan Indonesia sebagai pusat R&D tropis dan Global Climate Change. 29 Kebijakan strategis tersebut membutuhkan sokongan mekanisme kawasan. IORA pun muncul sebagai salah satu opsi yang patut dipertimbangkan. Melalui forum IORA, Indonesia dapat menjalin kerja sama guna memanfaatkan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan (environmental services) yang terdapat di Samudra Hindia. Selain itu, bersama sama dengan negara lainnya, Indonesia dapat mengembangkan suatu governance system (sistem tata kelola) pemanfaatan Samudra Hindia demi kemajuan dan kesejahteraan bersama secara adil dan berkelanjutan. Arti penting dan tujuan strategis Indonesia di IORA dapat dimaknai melalui serangkaian perspektif, antara lain: C.1. Politik dan Keamanan Posisi strategis di kawasan menuntut Indonesia untuk senantiasa berinteraksi dengan negara negara kekuatan besar lainnya. Tidak dapat dipungkiri, negara tersebut memiliki kepentingan tertentu, termasuk terhadap kekayaan laut (perikanan dan mineral), keamanan navigasi serta pengembangan seaprojection capability pertahanan. 29 Disampaikan Prof. Dr. Rokhmin Dahuri, Penasehat Utama dengan Pusat Kajian Sumber Daya Pesisir dan Lautan Institut Pertanian Bogor (PKSPL-IPB) dalam presentasi sebagai narasumber Pertemuan Kelompom Ahli di Bogor, 21 Agustus

53 Situasi tersebut menempatkan Indonesia sebagai pemain penting dalam menjaga keamanan maritim di kawasan Asia Pasifik dan Asia Tenggara. Selain daripada itu, kondisi tersebut juga menuntut Indonesia menaruh perhatian lebih dalam upaya mengamankan wilayah juridiksinya dari penyalahgunaan matra laut nasional. Di sisi lain, dibandingkan dengan negara negara anggota IORA lainnya, anggaran pertahanan Indonesia menempati peringkat lima besar pada tahun Kondisi ini sesungguhnya mencerminkan adanya pekerjaan rumah tersendiri bagi peningkatan kemampuan pertahanan nasional. Saat ini Indonesia menghadapi beberapa tantangan nyata di bidang politik dan keamanan sebagai berikut: (i) Konstelasi balance of power di Samudera Hindia antara India, yang didukung Amerika Serikat, dengan Tiongkok, yang didukung Pakistan, serta Rusia dalam persaingan energi, war on terrorism dan perdagangan senjata membuat wilayah ini sebagai ajang perebutan pengaruh di antara negara negara besar. Hal ini tidak terlepas dari fakta Samudra Hindia sebagai jalur perdagangan dunia yang kemudian memicu munculnya paradigma neo-merkatilisme di mana negara-negara membangun kekuatan laut untuk melindungi kepentingan ekonomi dan perdagangannya. 35

ISU-ISU TERKINI ASEAN. Dewi Triwahyuni

ISU-ISU TERKINI ASEAN. Dewi Triwahyuni ISU-ISU TERKINI ASEAN Dewi Triwahyuni Beberapa isu terkait ASEAN saat ini: Kasus Pengungsi Myanmar (Rohingya) Masyarakat Ekonomi ASEAN ASEAN & Kerjasama IORA ASEAN & Konflik Laut Cina Selatan IORA & ASEAN

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

APA ITU IORA? Indian Ocean Rim Association (IORA)

APA ITU IORA? Indian Ocean Rim Association (IORA) FACT SHEET APA ITU IORA? Indian Ocean Rim Association (IORA) Organisasi regional di lingkar Samudera Hindia Didirikan di Mauritius, 7 Maret 1997. Terdiri dari 21 negara anggota; 7 mitra dialog Tujuan awal:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Era globalisasi telah mendorong negara-negara di dunia untuk memperluas ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya keterbukaan, baik keterbukaan

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA

DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA DEKLARASI BERSAMA TENTANG KEMITRAAN STRATEGIS ANTARA PERANCIS DAN INDONESIA Jakarta, 1 Juli 2011 - 1 - Untuk menandai 60 tahun hubungan diplomatik dan melanjutkan persahabatan antara kedua negara, Presiden

Lebih terperinci

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF) www.appf.org.pe LATAR BELAKANG APPF dibentuk atas gagasan Yasuhiro Nakasone (Mantan Perdana Menteri Jepang dan Anggota Parlemen Jepang) dan beberapa orang diplomat

Lebih terperinci

MAHYELDI WALIKOTA EMZALMI WAKIL WALIKOTA

MAHYELDI WALIKOTA EMZALMI WAKIL WALIKOTA MAHYELDI WALIKOTA EMZALMI WAKIL WALIKOTA Visi: Mewujudkan Kota Padang sebagai Kota Pendidikan, Perdagangan dan Pariwisata Yang Sejahtera, Religius dan Berbudaya MISI 1. Mewujudkan pendidikan yang berkualitas

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJA SAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap persatuan dan kesatuan nasional, penegakan hukum dan penghormatan HAM

Lebih terperinci

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL

BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL BAB 7 PEMANTAPAN POLITIK LUAR NEGERI DAN PENINGKATAN KERJASAMA INTERNASIONAL A. KONDISI UMUM Perhatian yang sangat serius terhadap

Lebih terperinci

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013 I. PENDAHULUAN Kegiatan Sosialisasi Hasil dan Proses Diplomasi Perdagangan Internasional telah diselenggarakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal... DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i DAFTAR TABEL... iii DAFTAR GAMBAR... iii DAFTAR GRAFIK... iii DAFTAR SINGKATAN... iii ABSTRAK... iii ABSTRACT... iv BAB I PENDAHULUAN... 1 I.1 Latar Belakang... 1 I.2 Rumusan

Lebih terperinci

BAB V. Kesimpulan dan Saran

BAB V. Kesimpulan dan Saran BAB V Kesimpulan dan Saran 5.1. Kesimpulan Subnational government mengacu pada pemerintah wilayah daerah yang berada di bawah pemerintah pusat, baik pada negara dengan sistem federal atau negara kesatuan.

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dengan Perdana Menteri Perancis, Jakarta, 1 Juli 2011 Jumat, 01 Juli 2011 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DENGAN PERDANA MENTERI PERANCIS, Y.M. FRANÃ

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PETIKAN KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA KONFERENSI TINGKAT TINGGI ASIA AFRIKA TAHUN 2015 DALAM RANGKA PERINGATAN KE-60 KONFERENSI ASIA AFRIKA

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek

BAB V KESIMPULAN. penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk kegiatan malpraktek BAB V KESIMPULAN Illegal Fishing merupakan kegiatan penangkapan yang dilakukan oleh nelayan yang tidak bertanggung jawab dan bertentangan oleh kode etik penangkapan bertanggung jawab. Illegal Fishing termasuk

Lebih terperinci

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017 Dr. Ir. Suprayoga Hadi, MSP Ketua Delegasi Indonesia pada HLD RECI UN-ESCAP Bangkok,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN CHARTER OF THE ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (PIAGAM PERHIMPUNAN BANGSA-BANGSA ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1

PUSAT KAJIAN ADMINISTRASI INTERNASIONAL LAN (2006) 1 ABSTRAK KAJIAN KERJASAMA ANTARA PEMERINTAH INDONESIA, MALAYSIA DAN SINGAPURA DALAM MENANGANI MASALAH KEAMANAN DI SELAT MALAKA Selat Malaka merupakan jalur pelayaran yang masuk dalam wilayah teritorial

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi regional di kawasan Asia Tenggara yang telah membangun mitra kerjasama dengan Tiongkok dalam berbagai

Lebih terperinci

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA UPAYA JEPANG DALAM MENJAGA STABILITAS KEAMANAN KAWASAN ASIA TENGGARA RESUME SKRIPSI Marsianaa Marnitta Saga 151040008 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA

PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA KETUA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PIDATO KETUA DPR-RI Dr. MARZUKI ALI PADA SIDANG PLENO I AIPA GENERAL ASSEMBLY KE-32 PHNOM PENH, THE KINGDOM OF CAMBODIA Yang Mulia Presiden ASEAN Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016

Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Pidato Bapak M. Jusuf Kalla Wakil Presiden Republik Indonesia Pada Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa- Bangsa Ke-71 New York, 23 September 2016 Bapak Presiden SMU PBB, Saya ingin menyampaikan ucapan

Lebih terperinci

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010

Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 Pidato Presiden RI mengenai Dinamika Hubungan Indonesia - Malaysia, 1 September 2010 Rabu, 01 September 2010 PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA MENGENAI DINAMIKA HUBUNGAN indonesia - MALAYSIA DI MABES

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

KERANGKA STRATEGIS Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global

KERANGKA STRATEGIS Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global KERANGKA STRATEGIS 2012-2015 Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global Pertemuan Tahunan Para Presiden APRU ke 16 Universitas Oregon 27-29 Juni 2012 Draf per 24 Mei 2012 APRU: Sekilas Pandang 42

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 184 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE MEMBER STATES OF ASSOCIATION OF SOUTHEAST ASIAN NATIONS (ASEAN) AND

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN

KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN PENUGASAN PENUGASAN WAKIL PRESIDEN KEPPRES NO. 1 TAHUN KEPUTUSAN PRESIDEN TENTANG PENUGASAN WAKIL PRESIDEN MELAKSANAKAN TUGAS PRESIDEN ABSTRAK : - bahwa untuk menjaga lancarnya pelaksanaan pemerintahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG WILAYAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai

Lebih terperinci

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D

Medan, Desember 2015 Pejabat Rektor. Prof. Subhilhar, Ph.D KATA PENGANTAR Dengan mengucap puji syukur kepada Allah Yang Maha Kuasa dan atas HidayahNya, Naskah Akademik dengan judul Menegakkan Negara Maritim Bermartabat, dapat diselesaikan dengan baik. Naskah Akademik

Lebih terperinci

MANUAL ACARA KONGRES NASIONAL MARITIM KONASMI KOMITMEN PEMERINTAH MENUJU INDONESIA POROS INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA)

MANUAL ACARA KONGRES NASIONAL MARITIM KONASMI KOMITMEN PEMERINTAH MENUJU INDONESIA POROS INDIAN OCEAN RIM ASSOCIATION (IORA) MANUAL ACARA KONGRES NASIONAL MARITIM KONASMI KOMITMEN PEMERINTAH MENUJU INDONESIA POROS INDIAN EAN RIM ASSIATION (IORA) Deklarasi dan Pelantikan Pengurus Asosiasi Pemerintah Daerah Kepulauan dan Pesisir

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 [Type text] LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH TAHUN 2012 BUKU I: Prioritas Pembangunan, serta Kerangka Ekonomi Makro dan Pembiayaan Pembangunan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PANITIA NASIONAL PENYELENGGARA PERTEMUAN KHUSUS PARA PEMIMPIN NEGARA-NEGARA ASEAN, NEGARA-NEGARA LAIN, DAN ORGANISASI-ORGANISASI INTERNASIONAL

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata saat ini telah menjadi salah satu motor penggerak ekonomi dunia terutama dalam penerimaan devisa negara melalui konsumsi yang dilakukan turis asing terhadap

Lebih terperinci

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN AGREEMENT BETWEEN THE GOVERNMENT OF THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE GOVERNMENT OF THE CZECH REPUBLIC OF ECONOMIC COOPERATION

Lebih terperinci

LAPORAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN THE FIRST IORA BUSINESS SUMMIT 2017 JAKARTA, 6 MARET 2017

LAPORAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN THE FIRST IORA BUSINESS SUMMIT 2017 JAKARTA, 6 MARET 2017 LAPORAN MENTERI PERDAGANGAN PADA ACARA PEMBUKAAN THE FIRST IORA BUSINESS SUMMIT 2017 JAKARTA, 6 MARET 2017 Yang terhormat Presiden Republik Indonesia, Bapak Joko Widodo. Yang terhormat Presiden Republik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan dalam berbagai bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin BAB IV KESIMPULAN Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin memiliki implikasi bagi kebijakan luar negeri India. Perubahan tersebut memiliki implikasi bagi India baik pada

Lebih terperinci

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011

MATRIKS 2.3 RENCANA TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN 2011 MATRIKS 2.3 TINDAK PEMBANGUNAN KEMENTERIAN/LEMBAGA TAHUN KEMENTERIAN/LEMBAGA : KEMENTERIAN LUAR NEGERI 1. Program Peningkatan Hubungan dan Politik Luar Negeri melalui Kerjasama ASEAN Meningkatnya peran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Republik Perancis saat ini merupakan salah satu negara yang dapat dikatagorikan sebagai salah satu negara yang maju dari benua Eropa. Republik Perancis saat ini adalah

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA PERATURAN PRESIDEN NOMOR 24 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS, DAN FUNGSI KEMENTERIAN NEGARA SERTA SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, DAN FUNGSI ESELON I KEMENTERIAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA

RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA Lampiran Surat Nomor: Tanggal: PENANGGUNGJAWAB: KEMENTERIAN LUAR NEGERI RENCANA AKSI KEBIJAKAN KELAUTAN INDONESIA 2016 2019 NO. A. BATAS MARITIM, RUANG LAUT, DAN DIPLOMASI MARITIM A.1 PERUNDINGAN DAN PENYELESAIAN

Lebih terperinci

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi

Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi Bidang: Politik Dalam Negeri dan Komunikasi MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN No Prioritas/ Fokus Prioritas/ Kegiatan Prioritas Rencana Tahun Prakiraan Pencapaian Rencana Prakiraan Maju

Lebih terperinci

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012

Pidato kebijakan Presiden Indonesia Susilo Bambang Yudhyono Bogor, 13 Juni 2012 For more information, contact: Leony Aurora l.aurora@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)8111082309 Budhy Kristanty b.kristanty@cgiar.org Cell Indonesia: +62 (0)816637353 Sambutan Frances Seymour, Direktur

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010. 100 BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Rusia adalah salah satu negara produksi energi paling utama di dunia, dan negara paling penting bagi tujuan-tujuan pengamanan suplai energi Eropa. Eropa juga merupakan

Lebih terperinci

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011

RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 LAMPIRAN : PERATURAN KEPALA BNPP NOMOR : 4 TAHUN 2011 TANGGAL : 7 JANUARI 2011 RENCANA KERJA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN TAHUN 2011 A. LATAR BELAKANG Penyusunan Rencana Kerja (Renja) Badan Nasional

Lebih terperinci

"One Belt One Road" Sebuah Orkestra "Angklung" Antara Tiongkok dan Indonesia

One Belt One Road Sebuah Orkestra Angklung Antara Tiongkok dan Indonesia "One Belt One Road" Sebuah Orkestra "Angklung" Antara Tiongkok dan Indonesia 2017-05-09 09:45:17 CRI http://indonesian.cri.cn/201/2017/05/09/1s165475.htm "One Belt One Road" Sebuah Orkestra "Angklung"

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Letak Asia Tenggara yang sangat strategis serta memiliki kekayaan alam yang melimpah membuat beberapa Negara di Eropa mempunyai niat untuk menguasai wilayah di Asia

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA. Presiden Republik Indonesia, UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1988 TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang :

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg

2 Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Neg LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.200, 2015 PERTAHANAN. Pertahanan Negara. 2015-2019 Kebijakan Umum. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 97 TAHUN 2015 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN

Lebih terperinci

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara ASEAN didirikan di Bangkok 8 Agustus 1967 oleh Indonesia, Malaysia,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 4 TAHUN 1988 (4/1988) TENTANG PENGESAHAN "PROTOCOL AMENDING THE TREATY OF AMITY AND COOPERATION IN SOUTHEAST ASIA" DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden

Lebih terperinci

lebih banyak pihak yang akan hadir dalam General Assembly nanti. Mengenai materi presentasi juga mereka dapat diminta bantuannya untuk membawakan

lebih banyak pihak yang akan hadir dalam General Assembly nanti. Mengenai materi presentasi juga mereka dapat diminta bantuannya untuk membawakan PRESS RELEASE DELEGASI DPR-RI MENGHADIRI FIRST CONTACT GROUP MEETING OF PARLIAMENTARIANS FOR EDUCATION IN THE UNESCO NEW DELHI CLUSTER COUNTRIES OF BANGLADESH, BHUTAN, INDIA, MALDIVES, NEPAL, AND SRI LANKA

Lebih terperinci

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang Bab V KESIMPULAN Dalam analisis politik perdagangan internasional, peran politik dalam negeri sering menjadi pendekatan tunggal untuk memahami motif suatu negara menjajaki perjanjian perdagangan. Jiro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hubungan Indonesia dengan Jepang telah berlangsung cukup lama dimulai dengan hubungan yang buruk pada saat penjajahan Jepang di Indonesia pada periode tahun 1942-1945

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi

Pidato Dr. R.M. Marty M. Natalegawa. Menteri Luar Negeri. Republik Indonesia. Pada Pertemuan Pejabat Tinggi Pidato Menlu RI Dr. R.M. Marty M. Natalegawa Pada Pertemuan Pejabat Tinggi Untuk Pembentukan ASEAN Supreme Audit Institutions (SAI), Jakarta, 13 Oktober 2011 Kamis, 13 Oktober 2011 Mohon diperiksa disesuaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penelitian Negara-negara di seluruh dunia saat ini menyadari bahwa integrasi ekonomi memiliki peran penting dalam perdagangan. Integrasi dilakukan oleh setiap negara

Lebih terperinci

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010

Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, Selasa, 09 November 2010 Keterangan Pers Presiden RI pada Acara Kunjungan Kenegaraan Presiden Amerika Serikat, 09-11-2010 Selasa, 09 November 2010 KETERANGAN PERS PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN

Lebih terperinci

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini. PAPARAN WAKIL MENTERI LUAR NEGERI NILAI STRATEGIS DAN IMPLIKASI UNCAC BAGI INDONESIA DI TINGKAT NASIONAL DAN INTERNASIONAL PADA PERINGATAN HARI ANTI KORUPSI SEDUNIA JAKARTA, 11 DESEMBER 2017 Yang terhormat

Lebih terperinci

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016

Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 Pernyataan Pers Bersama, Presiden RI dan Presiden Federasi Rusia, Rusia, 18 Mei 2016 Rabu, 18 Mei 2016 PERNYATAAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN FEDERASI RUSIA KEDIAMAN PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah Australia begitu gencar dalam merespon Illegal, Unreported, Unregulated Fishing (IUU Fishing), salah satu aktivitas ilegal yang mengancam ketersediaan ikan

Lebih terperinci

PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERDAGANGAN INTERNASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, w w w.bpkp.go.id KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN PRESIDEN NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN TIM NASIONAL UNTUK PERUNDINGAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

Lebih terperinci

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM*

STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* STATUTA INSTITUT INTERNASIONAL UNTUK DEMOKRASI DAN PERBANTUAN PEMILIHAN UMUM* Institut Internasional untuk Demokrasi dan Perbantuan Pemilihan Umum didirikan sebagai organisasi internasional antar pemerintah

Lebih terperinci

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian

Presented by: M Anang Firmansyah IMF. system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian Presented by: M Anang Firmansyah IMF Dana Moneter Internasional adalah Salah satu badan khusus dalam system Perserikatan Bangsa-bangsa yang didirikan berdasarkan perjanjian internasional pada tahun 1945

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR

Lebih terperinci

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) ASEP GINANJAR PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 1. Peran Indonesia dalam

Lebih terperinci

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta

KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta KERJASAMA INTERNASIONAL PERGURUAN TINGGI: Pengalaman di Universitas Negeri Yogyakarta Oleh: Satoto E. Nayono Kantor Urusan Internasional dan Kemitraan - Universitas Negeri Yogyakarta Jalan Colombo 1, Yogyakarta

Lebih terperinci

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia

Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Ministry of National Development Planning/Bappenas Kerjasama Pembangunan Internasional dalam Rangka Pelaksanaan SDGs di Indonesia Direktorat Politik Luar Negeri dan Kerjasama Pembangunan Internasional

Lebih terperinci

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG

CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG CUPLIKAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011, TANGGAL 20 MEI 2011 TENTANG MASTERPLAN PERCEPATAN DAN PERLUASAN PEMBANGUNAN EKONOMI INDONESIA 2011-2025 A. Latar Belakang Sepanjang

Lebih terperinci

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN

PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA STRATEGI PEMBANGUNAN PERKOTAAN BERKELANJUTAN UNDP INDONESIA Agenda Perserikatan Bangsa-Bangsa 2030 untuk Pembangunan Berkelanjutan Indikator

Lebih terperinci

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013

EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 Evaluasi Pelaksanaan Renja Tahun 2013 2.1 BAB 2 EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 2.1. EVALUASI PELAKSANAAN RENJA TAHUN 2013 DAN CAPAIAN RENSTRA SAMPAI DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi tidak hanya berelasi dengan bidang ekonomi, tetapi juga di lingkungan politik, sosial, dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Teh ditemukan sekitar tahun 2700 SM di Cina. Seiring berjalannya waktu, teh saat ini telah ditanam di berbagai negara, dengan variasi rasa dan aroma yang beragam. Menurut

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang

BAB V KESIMPULAN. Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang BAB V KESIMPULAN Diplomasi Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dihadapkan pada berbagai perubahan dan pergeseran kekuatan dalam lingkungan strategis global dan regional sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 62 TAHUN 2010 TENTANG PEMANFAATAN PULAU-PULAU KECIL TERLUAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 2008 TENTANG PENGESAHAN MEMORANDUM OF UNDERSTANDING ON THE ASEAN POWER GRID (MEMORANDUM SALING PENGERTIAN MENGENAI JARINGAN TRANSMISI TENAGA LISTRIK

Lebih terperinci

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG KEPUTUSAN SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Nomor : 20/SK/K01-SA/2010 TENTANG FOKUS RISET INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG SENAT AKADEMIK INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG Menimbang : Mengingat : (a) bahwa

Lebih terperinci

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN

MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA - SALINAN SALINAN p PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG PEREKONOMIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG KELAS JABATAN DI LINGKUNGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Globalisasi ekonomi bagi seluruh bangsa di dunia adalah fakta sejarah yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan ASEAN. Globalisasi

Lebih terperinci

Peningkatan Kerjasama Indonesia India

Peningkatan Kerjasama Indonesia India Peningkatan Kerjasama Indonesia India Tulisan ini dimuat dalam buletin Atase Pendidikan KBRI New Delhi Edisi VI, ditampilkan di blog dengan harapan agar bisa berbagi informasi bagi teman-teman yang belum

Lebih terperinci

SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009

SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009 SAMBUTAN PRESIDEN RI PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REP. KOREA. 6 MARET 2009 Jumat, 06 Maret 2009 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA KUNJUNGAN KENEGARAAN PRESIDEN REPUBLIK KOREA, YANG MULIA

Lebih terperinci

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN. BAB V KESIMPULAN Kebangkitan ekonomi Cina secara signifikan menguatkan kemampuan domestik yang mendorong kepercayaan diri Cina dalam kerangka kerja sama internasional. Manuver Cina dalam politik global

Lebih terperinci