Penanggung Jawab: Pembantu Dekan I Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Drs. Alinis Ilyas, M.Ag

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Penanggung Jawab: Pembantu Dekan I Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Drs. Alinis Ilyas, M.Ag"

Transkripsi

1

2 DARUL ILMI Jurnal Pendidikan Guru raudhatul Athfal (PGRA) ISSN: Pengarah: Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Prof. Dr. H. Syaiful Anwar, M.Pd Penanggung Jawab: Pembantu Dekan I Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Drs. Alinis Ilyas, M.Ag Ketua Penyunting: Dra. Eti Hadiati, M.Pd Sekretaris Penyunting: Heny Wulandari, M.Pd.I Penyunting Ahli: Dra. Nilawati Tadjuddin, M.Si Dra. Romlah, M.Pd.I Penyunting Pelaksana: Baharudin, S.Pd.I., M.Pd Meisuri, S.Pd., M.Pd Tata Usaha: Nurul Hidayah, M.Pd.I Alamat Redaksi: Jurusan Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA) Fakultas Tarbiyah IAIN Raden Intan Lampung Jalan Letkol. H. Endro Suratmin Sukarame Bandar Lampung Telp. (0721)

3 Volume 6, Nomor 1, Agustus 2012 ISSN: Daftar Isi Editorial. i ii Orientasi Bimbingan Perkembangan untuk Mengoptimalisasi Kecerdasan Jamak Anak Taman Kanak-Kanak Dra. Hj. Rifda El Fiah, M.Pd Bermain Dadu geometri, Keterampilan Sosial, dan Berhitung Permulaan Anak Usia Dini sebagai Alternatif Pembelajaran di PAUD Bambang Anggoro, M.Sc Self Digesting (Makna dan Pengembangannya Bagi Anak Usia Dini) Yuli Marfuah, S.Pd.I Pendidikan Agama Islam pada Anak Usia Dini dalam Keluarga Perkawinan Beda Agama Muhammad Yusuf, M.Pd.I Membimbing Kematangan Beragama (Mature Religion) Anak Usia Dini Suwono, M.Pd.I Upaya Guru Meningkatkan Kreativitas anak Melalui Permainan Bervariasi Desi Susanti, S.Pd.I

4 ORIENTASI BIMBINGAN PERKEMBANGAN UNTUK MENGOPTIMALISASI KECERDASAN JAMAK ANAK TAMAN KANAK-KANAK Oleh: Dr. Hj. Rifda El Fiah, M.Pd Abstrak Masa usia dini merupakan masa yang sangat berpengaruh bagi perkembangan di masa yang akan dating, masalah yang dihadapi anak di kemudian hari bukanlah merupakan masalah yang ringan, tetapi membutuhkan berbagai kemampuan yang perlu dikuasai anak sebagai bekal di kemudian hari. Ketidakmampuan anak menyelesaikan berbagai masalah di usia dini menjadikan anak mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Oleh karena itu, anak membutuhkan bimbingan dari orang dewasa dalam melalui tahapan perkembangannya. Bimbingan membantu peserta didik di TK dalam mencapai tugas-tugas perkembangan yang optimal sebagai makhluk Tuhan, makhluk social dan pribadi, dan secara psikologis. Kata Kunci: Bimbingan Konseling, Anak Usia Dini A. Latar Belakang Masalah Pada hakikatnya sejak lahir anak sudah memiliki potensi kuat untuk tumbuh dan berkembang, oleh karena itu potensi tersebut dikembangkan dan dilakukan sejak anak masih kecil. Dukungan berupa pemberian kesempatan dan pendidikan yang dilakukan sejak kecil dari lingkungan diharapkan kian menumbuhkembang potensi-potensi yang dimiliki anak. Pertemuan Forum Pendidikan Dunia tahun 2000 yang diselenggarakan di Dakar, Senegal, menggambarkan betapa pentingnya pendidikan anak usia dini sehingga menjadi perhatian dunia internasional. Forum ini menghasilkan 6 kesepakatan sebagai kerangka aksi pendidikan untuk semua (The Dakar Framework for Action Education for All) yang salah satu butirnya adalah kesepakatan untuk memperluas dan memperbaiki keseluruhan perawatan dan

5 pendidikan anak usia dini, terutama bagi anak yang sangat rawan dan kurang beruntung (Jalal, 2002:9). Pemerintah RI melalui Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga memberikan perhatian khusus bagi pendidikan anak usia dini. Pada pasal 28 UUSPN diungkapkan bahwa: 1. Pendidikan anak usia dini diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar 2. Pendidikan anak usia dini dapat diselenggarakan melalui jalur pendidikan formal, non-formal dan/atau informal. 3. Pendidikan anak usia dini pada jalur pendidikan formal berbentuk Taman Kanak-kanak (TK), Raudlatul Athfal (RA), atau bentuk lain yang sederajat. Undang-undang di atas menegaskan bahwa anak usia dini memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan tentunya keberhasilan pendidikan pada usia dini akan mempengaruhi keberhasilan pendidikan berikutnya. Walaupun gaung tentang pentingnya pendidikan bagi anak usia dini di Indonesia bermunculan di mana-mana dan mulai disadari oleh banyak pihak, orang tua, birokrat, pendidik dan masyarakat secara umum, tetapi pada tataran praktik ternyata pendidikan anak usia dini meninggalkan banyak masalah dan tantangan. Misalnya, laporan hasil analisis Tim pendidikan untuk semua ( education for all) Indonesia tahun 2000, yang berpangkalan di Departemen Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pada tahun 2000, dari sekitar 26 juta anak Indonesia usia 0-6 tahun, lebih dari 80 % belum mendapatkan layanan pendidikan anak usia dini. Khususnya anak usia 4-6 tahun yang berjumlah 12 juta, baru

6 sekitar 2 juta yang terlayani di Taman Kanak-kanak (TK) dan Raudatul Athfal (RA). Meskipun masih kecil anak TK tidak terlepas dari masalah. Masalah yang dihadapi anak di kemudian hari bukanlah merupakan masalah-masalah yang ringan, tetapi membutuhkan berbagai kemampuan yang perlu dikuasai anak yang tidak hanya dimiliki anak nanti, tapi perlu dibekali sejak anak masih kecil. Ketidakmampuan anak menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupannya di kemudian hari menjadikan anak mengalami kesulitan dalam menjalani kehidupannya. Karena itu bantuan yang diberikan kepada anak oleh orang dewasa menjadi sangat menentukan bagi perkembangannya dimasa yang akan datang Salah satu bentuk upaya bantuan yang dapat diberikan adalah dengan memberikan bimbingan yang berorientasi kepada upaya anak untuk mampu mengembangkan seluruh potensi yang dimilikinya (Nurihsan, 2003:11). Lebih lanjut, Murro & Kottman (Syaodi h, 2003:91) menegaskan bahwa bimbingan memfokuskan pada proses mendorong perkembangan (encouragement). Metode ini diarahkan untuk membantu anak menempatkan nilai pada diri anak sebagaimana dirinya sendiri, membangun kepercayaan dan kemampuan anak membangun penghargaan diri, membantu anak untuk mampu mengembangkan diri dengan media kerjasama dengan teman-temannya yang lain, membantu anak mengembangkan keterampilan secara berurutan dan secara psikologis memungkinkan anak untuk sukses, mengakui dan memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki anak dan memanfaatkan minat anak sebagai energi dalam kegiatan pembelajaran anak.

7 (PP No. 27/1990 pasal 3). Tujuan di atas menyiratkan bahwa pendidikan TK memfokuskan pada upaya mengembangkan seluruh dimensi kecerdasan anak yang direalisasikan dalam bentuk sikap, pengetahuan, keterampilan dan daya pikir. Selain itu juga yang menjadi penekanan lainnya adalah pada pengembangan aspek-aspek perkembangan pribadi yang diperlukan untuk proses perkembangan anak pada saat ini dan selanjutnya (Solehuddin, 1997:36). Adapun dalam kurikulum 2004 ditegaskan bahwa tujuan pendidikan di Taman Kanak-kanak adalah membantu anak didik mengembangkan berbagai yang dimiliki. Namun dalam upaya mengembangkan kecerdasan jamak anak usia TK para guru menemui sejumlah hambatan antara lain: fasilitas pembelajaran yang kurang lengkap, kurang pengetahuan dan wawasan tentang kecerdasan jamak, belum ada program pembelajaran berorientasi pada pengembangan kecerdasan jamak anak, terlalu berorientasi pada kurikulum yang dikembangkan DIKNAS, dan kurangnya sumberdaya manusia yang memiliki wawasan tentang pengembangan kecerdasan jamak anak. Dalam konteks bimbingan para guru menyampaikan beberapa pendapat berupa kegiatan yang dipandang dapat membantu meningkatkan kecerdasan jamak anak usia TK, yaitu: panduan pengembangan program pembelajaran berorientasi kecerdasan jamak, panduan bimbingan berorientasi pada pembelajaran untuk meningkatkan kecerdasan jamak, dan pelatihan pengembangan program pembelajaran berorientasi kecerdasan jamak. Makalah ini mencoba membahas sisi pengembangan anak usia dini dan Taman Kanak-Kanak dari aspek kecerdasan jamak melalui pola pembimbingan perkembangan.

8 B. Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak 1. Pengertian, Tujuan dan Fungsi Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak kanak Pada hakekatnya bimbingan merupakan proses bantuan yang diberikan kepada individu agar individu mampu mencapai perkembangan yang optimal. Bantuan dalam arti bimbingan yaitu memfasilitasi individu untuk mengembangkan kemampuan memilih dan mengambil keputusan atas tanggung jawab sendiri. Adapun perkembangan optimal adalah perkembangan yang sesuai dengan potensi dan sistem nilai yang dianut (Kartadinata, 2010: 204). Mortensen & Schmuller (Nurihsan, 2003: 9) mengemukakan konsep bimbingan sebagai berikut. Guidance may be defined as that part of the total educational program that helps provide the personal opportunities and specialized staff services by which each individual can develop to the fullest of his abilities and capacities in term of the democratic idea. Saat ini bimbingan dan konseling yang berkembang adalah bimbingan dan konseling perkembangan, yaitu bantuan kepada konseli yang dirancang dengan memfokuskan pada kebutuhan, kekuatan, minat, dan isu-isu yang berkaitan dengan tahapan perkembangan konseli dan merupakan bagian penting dan integral dari keseluruhan program pendidikan. Bagi anak Taman Kanak-kanak (TK) bimbingan dan konseling (BK) perkembangan yang diberikan kepada m ereka adalah upaya pemberian bantuan kepada anak TK yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya mereka dapat memahami dirinya sehingga sanggup bertindak secara wajar sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan, keluarga, dan masyarakat serta kehidupan pada umumnya. Bimbingan membantu peserta

9 didik di TK mencapai tugas-tugas perkembangan secara optimal sebagai makhluk Tuhan, makhluk sosial dan pribadi, dan secara psikologis menavigasi anak untuk sukses, mengakui dan memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki anak serta memanfaatkan minat anak sebagai energi dalam kegiatan pembelajarannya. Ditilik dari sisi bimbingan, tujuan umum bimbingan di TK adalah membantu peserta didik agar mampu mengenal dirinya dan lingkungan terdekatnya sehingga dapat menyesuaikan diri melalui tahap peralihan dari kehidupan di rumah ke kehidupan di TK dan masyarakat sekitar anak. Dengan bimbingan diharapkan anak TK akan berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan dan karakteristiknya. Ernawulan & Mubiar (2008: 1.6) me njelaskan bahwa tujuan khusus layanan bimbingan di TK adalah sebagai berikut. 1. Membantu anak lebih mengenal dirinya, kemampuannya, sifatnya, kebiasaannya, dan kesenangannya. 2. Membantu anak agar dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya. 3. Membantu anak untuk mampu mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya. 4. Membantu menyiapkan perkembangan mental dan sosial anak untuk masuk ke lembaga pendidikan selanjutnya. 5. Membantu orang tua agar mengerti, memahami, dan menerima anak sebagai individu. 6. Membantu orang tua dalam mengatasi gangguan emosi anak yang ada hubungannya dengan situasi keluarga di rumah. 7. Membantu orang tua mengambil keputusan memilih sekolah bagi anaknya yang sesuai dengan taraf kemampuan kecerdasan, fisik, dan inderanya. 8. Memberikan informasi pada orang tua untuk memecahkan masalah kesehatan anak. Tujuan layanan bimbingan di TK yang dilaksanakan oleh para guru di sekolah menurut Ernawulan (2007: 31) lebih bernuansa pencegahan dan pengembangan, memberikan pengetahuan dan informasi yang bersifat umum

10 mengenai diri anak sendiri dan lingkungannya. Dikemukakan oleh Hilddebrant (1986) bahwa kemampuan kognitif lebih diarahkan pada pemahaman diri dan pemahaman lingkungan sekitar anak. Anak dibantu untuk lebih memahami fakta dan statusnya sebagai anak, jenis kelaminnya, tugas-tugasnya, kebutuhankebutuhan dan pemenuhannya, kekayaan dirinya, pemeliharaan kesehatan, penjagaan keselamatan diri, dan lain-lainnya. Anak juga dibantu memahami tentang anggota keluarganya, orang-orang yang ada di sekitar rumahnya, temantemannya, lingkungan alamnya, sarana dan prasarana yang ada di sekitarnya, dan beberapa peraturan yang ada di masyarakat sekitarnya. Anak juga dibantu untuk mengembangkan kemampuan sosialnya meskipun dalam taraf yang masih sederhana, antara lain kemampuan dasar berkomunikasi, berinteraksi, beradaptasi, bekerjasama baik dengan teman-temannya, dengan saudaranya maupun orang lain dalam kehidupan kesehariannya. Asosiasi Bimbingan dan Konseling Indonesia (ABKIN, 2008: 215) sendiri mengakui bahwa kebutuhan akan layanan bimbingan di TK bukan tidak ada, tetapi ekspektasinya berbeda dengan jenjang sekolah dasar dan menengah. Oleh karena itu agar konselor dapat berperan secara efektif dan produktif di jenjang pendidikan prasekolah ini ABKIN mengusulkan agar diangkat konselor kunjung (roving counselor), yang berfungsi untuk membantu guru mengatasi perilaku mengganggu ( disruptive behavior) sesuai keperluan, salah satunya dengan pendekatan direct behavioral consultation. Diharapkan dengan adanya bantuan ini akan dapat membantu peserta didik mengoptimalkan pencapaian tugas-tugas perkembangannya.

11 Berdasarkan pengertian dan tujuan yang ingin dicapai Ernawulan & Mubiar (2008: 1.15) mengemukakan bahwa layanan bimbingan di TK dapat berfungsi sebagai berikut. 1.Fungsi pemahaman, yaitu usaha bimbingan yang akan menghasilkan pemahaman tentang : (1) diri anak didik terutama oleh orang tua dan guru; (2) lingkungan anak didik yang mencakup lingkungan keluarga dan sekolah terutama oleh orang tua, guru, dan pembimbing; (3) lingkungan yang lebih luas (di luar rumah dan sekolah); dan (4) cara-cara penyesuaian dan pengembangan diri. 2.Fungsi pencegahan, yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan tercegahnya anak didik dari berbagai permasalahan yang dapat mengganggu, menghambat ataupun menimbulkan kesulitan dalam proses perkembangannya. 3.Fungsi perbaikan, yaitu usaha bimbingan yang akan menghasilkan terpecahkannya berbagai permasalahan yang dialami oleh anak didik. 4.Fungsi pemeliharaan dan pengembangan, yaitu usaha bimbingan yang menghasilkan terpeliharanya dan berkembangnya berbagai potensi dan kondisi positif anak didik dalam rangka perkembangan dirinya secara mantap dan berkelanjutan. Layanan bimbingan di TK merupakan bagian dan penunjang yang tak terpisahkan dari keseluruhan kegiatan pendidikan di lembaga pendidikan prasekolah ini dan mencakup seluruh tujuan dan fungsi bimbingan. Ditilik dari tujuan dan materinya, lingkup layanan bimbingan di TK mengutamakan penekanan pada kegiatan sebagai berikut ini. 1. Bimbingan Pribadi-Sosial Bimbingan pribadi sosial ini dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pribadi sosial dalam mewujudkan pribadi yang mampu menyesuaikan diri dan bersosialisasi dengan lingkungan secara baik. 2. Bimbingan Belajar Bimbingan belajar dimaksudkan untuk mencapai tujuan dan tugas perkembangan pendidikan melalui kegiatan belajar sambil bermain yang

12 mencakup pengembangan kemampuan dasar dan pembentukan sikap dan perilaku. 2. Pendekatan Bimbingan dan Konseling di Taman Kanak-kanak Pemberian layanan bimbingan untuk anak TK pada dasarnya dapat diberikan dengan dua pendekatan yakni developmental guidance yang berorientasi perkembangan dan curative/corrective guidance yang lebih berfokus pada penyembuhan atau perbaikan (Ernawulan, 2007). Pendekatan pertama lebih diarahkan pada pemahaman dan pengembangan semua potensi, kemampuan dan karakteristik anak dan diperuntukkan bagi semua individu; sedangkan pendekatan kedua diarahkan untuk membantu menyembuhkan dan memperbaiki perilaku menyimpang anak sehingga dapat diatasi dan dipecahkan semua masalah yang menimpanya. Berkenaan dengan bantuan untuk mengoptimalkan perkembangan potensi-potensi anak TK maka pendekatan yang lebih tepat adalah pendekatan perkembangan yang memang sangat cocok dengan kondisi anak yang sedang berada dalam proses perkembangan menuju kematangan dalam semua aspek kepribadiannya. Semua anak membutuhkan bimbingan dan khusus untuk anak TK yang secara umum belum banyak menghadapi permasalahan yang membutuhkan penyembuhan maka bimbingan yang berorientasi perkembangan merupakan bimbingan yang paling sesuai untuk mereka yang berada di jenjang prasekolah ini. Dibandingkan dengan pelaksanaan layanan bimbingan di jenjang sekolah menengah, layanan bimbingan di TK memiliki keunikan tersendiri. Di sekolah menengah dipakai sistem guru bidang studi maka pembelajaran dan bimbingan

13 dilaksanakan oleh petugas tersendiri sesuai dengan bidangnya masing-masing. Sedangkan di TK karena menggunakan sistem guru kelas maka pembelajaran dan bimbingan dilakukan oleh petugas yang sama (Supriadi, 2004; Sholehuddin, 1997). Dengan kata lain pembelajaran dan bimbingan dilaksanakan oleh guru kelas yang memberikan pembelajaran sekaligus melakukan proses bimbingan di kelas yang menjadi tanggung jawabnya. Pada dasarnya di TK peranan para guru lebih besar sebagai pembimbing dibandingkan sebagai guru atau pengajar. Tugas guru lebih banyak membantu anak mengembangkan kepribadiannya dan hanya sedikit memerankan fungsinya sebagai guru materi pelajaran secara formal. Hal ini tentunya dapat dilihat dari kurikulum TK yang memang belum ada mata pelajaran, belum ada materi atau isi pelajaran yang secara formal berkenaan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pada jenjang pendidikan TK program dan isi pendidikan masih bersifat umum dan proses pendidikannya bersifat terpadu. Keterpaduannya ini bukan hanya antara isi mata pelajaran namun juga dalam pemberian layanan atau proses bantuan. Jadi keterpaduan terlihat jelas dalam keseluruhan kegiatan pendidikan di TK yaitu pelaksanaan pembelajaran, latihan, dan bimbingan. Sedangkan pelaksanaannya menurut Muslihuddin (2009: 18) dapat dilakukan dengan pendekatan sebagai berikut. 1. Pendekatan instruksional dan interaktif, yaitu terpadu dengan pelaksanaan Program Kegiatan Belajar (PKB). Misalnya menciptakan suasana dan kegiatan kelas yang menyenangkan dan bervariasi, membiasakan disiplin, mengadakan kegiatan individual, kelompok dan klasikal. 2. Pendekatan dukungan sistem, yaitu dengan menciptakan suasana taman kanak-kanak dan lingkungannya yang menunjang perkembangan anak.

14 3. Pendekatan pengembangan pribadi, yaitu dengan memberikan kesempatan kepada anak untuk berkembang sesuai dengan kondisi dan kemampuan dirinya. Pendekatan ini dapat dilakukan dengan memberikan tugas-tugas individual, penempatan anak dalam kelompok berdasarkan minat dan kemampuan. 3. Prinsip-prinsip bimbingan dan konseling di Taman Kanak-kanak Berkenaan dengan prinsip bimbingan di TK Ernawulan (2007) menjelaskan bahwa sejatinya pelaksanaan pelayanan bimbingan di TK harus memperhatikan prinsip-prinsip berikut ini. 1. Bimbingan adalah proses yang menyatu dalam seluruh aktivitas pendidikan. 2. Bimbingan harus berpusat pada anak yang dibimbing. 3. Kegiatan bimbingan mencakup seluruh kemampuan perkembangan individu yang meliputi kemampuan sosial-emosional, motorik kasar, motorik halus, visual, pendengaran, bahasa dan kecerdasan. 4. Bimbingan harus dimulai dengan mengenal (mengidentifikasi) kebutuhan - kebutuhan yang dirasakan oleh anak, serta diberikan kepada semua anak. 5. Bimbingan harus luwes (fleksibel) sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan anak usia TK. 6. Dalam memberikan bimbingan hendaknya selalu mencari dan menggunakan data yang tersedia mengenai anak serta lingkungannya dalam kurun waktu tertentu yang dicatat secara rinci. 7. Dalam menyampaikan permasalahan anak kepada orang tua hendaknya diciptakan situasi aman dan menyenangkan sehingga memungkinkan komunikasi yang wajar dan terhindar dari kesalahpahaman. 8. Dalam melaksanakan kegiatan bimbingan, hendaknya orang tua diikutsertakan agar mereka dapat mengikuti perkembangan dan memberikan bantuan kepada anaknya di rumah. 9. Bimbingan dilakukan seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan yang dimiliki oleh guru sebagai pelaksana bimbingan dan bilamana perlu dikonsultasikan kepada kepala sekolah dan tenaga ahli. 10. Dalam hal diperlukan penanganan khusus maka disarankan untuk disalurkan kepada tenaga ahli misalnya psikiater, dokter, psikolog, dan konselor. 11. Layanan bimbingan selayaknya diberikan secara berkelanjutan. 12. Harus dijaga kerahasiaan data tentang anak yang dibimbing. Berkaitan dengan ini Kartadinata (2000: 9) mengemukakan bahwa visi bimbingan adalah bersikap edukatif, perkembangan, dan outreach. Visi bimbingan yang bersifat edukatif karena orientasi bimbingan adalah upaya

15 pencegahan dan perkembangan bukan pada upaya korektif dan terapeutik. Visi bimbingan yang bersifat perkembangan dimaksudkan bahwa titik sentral tujuan bimbingan adalah pada upaya memberdayakan seluruh potensi manusia melalui perekayasaan lingkungan perkembangan. Sedangkan visi bimbingan yang bersifat outreach karena target populasi layanan bimbingan meliputi berbagai ragam dimensi masalah, target, intervensi, setting, metode, dan waktu layanan dalam rentang yang cukup luas. Kartadinata (2010) menjelaskan bahwa misi bimbingan terfokus pada upaya mencegah munculnya kondisi yang dapat menghambat perkembangan, mengembangkan seluruh potensi, serta menjembatani kesenjangan antara perkembangan aktual dengan yang diharapkan. Jadi kepedulian bimbingan bukan terletak pada masalah melainkan pada pribadi individu karena sejatinya upaya bimbingan di TK diarahkan untuk membantu perkembangan anak agar dapat berkembang secara optimal yang difokuskan pada upaya pengembangan aspek biopsikososiospiritualnya. 4. Karakteristik Bimbingan di Taman Kanak-kanak Bimbingan di TK memiliki beberapa karakteristik yang membedakannya dengan bimbingan di jenjang lainnya. Ernawulan dan Mubiar (2008: ) mengidentifikasinya sebagai berikut: Pertama, proses bimbingan harus disesuaikan dengan pola pikir dan pemahaman anak. Pelaksanaan bimbingan bagi anak di TK relatif cukup sulit untuk dilaksanakan, berbeda dengan peserta didik di jenjang di atasnya. Hal ini bukan karena berbedanya langkah-langkah bimbingan namun lebih disebabkan oleh perbedaan karakteristik anak yang dibimbing. Kedua, pelaksanaan bimbingan terintegrasi dengan pembelajaran. Hal ini bermakna bahwa guru ketika akan merencanakan kegiatan pembelajaran harus juga memikirkan bagaimana perencanaan bimbingannya.

16 Ketiga, waktu pelaksanaan bimbingan sangat terbatas. Interaksi guru dengan anak relatif tidak lama berkisar 2,5-3 jam. Keterbatasan waktu ini mengharuskan guru untuk meramu kegiatan secara efektif baik yang terkait dengan pengembangan dalam kegiatan pembelajaran secara rutin maupun melaksanakan bimbingan dengan anak. Keempat, pelaksanaan bimbingan dilaksanakan dalam nuansa bermain. Hal ini merupakan konsekwensi dari esensi aktivitas anak TK yakni proses pembelajaran dilaksanakan dalam nuansa bermain. Bermain merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari dunia anak, bahkan tiada hari tanpa bermain. Kelima, adanya keterlibatan teman sebaya. Usia TK merupakan masa peralihan dari lingkungan keluarga ke lingkungan sekolah sebagai lingkungan yang lebih luas. Pada usia ini ketertarikan anak pada interaksi teman sebaya mulai tumbuh dan berkembang. Anak sering terlihat berkelompok dan berkomunikasi dengan teman sebayanya. Keenam, adanya keterlibatan orang tua. Orang tua merupakan pihak yang tidak dapat dipisahkan dari proses bimbingan dan konseling karena orang tua merupakan orang yang paling dekat dengan anak. Saat anak sedang belajar di TK guru berperan sebagai pengganti orang tua, sedangkan waktu yang tersedia untuk melaksanakan bimbingan sangat terbatas. Dari paparan karakteristik tersebut merefleksikan bahwa layanan bimbingan di TK dominan dilakukan oleh orang-orang yang sangat berarti dalam kehidupan anak seperti guru dan orang tua. Kerjasama keduanya akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan optimal semua potensi peserta didik. Guru memiliki peran yang sangat strategis dalam layanan bimbingan tersebut. Oleh sebab itu, karakteristik bimbingan di TK akan sangat diwarnai oleh fungsi guru sebagai pembimbing dalam proses pembelajaran. Dalam implementasinya layanan bimbingan di TK diintegrasikan dalam sistem pembelajaran dan menjadi tanggung jawab guru. Layanan dasar bimbingan yang terintegrasi dalam proses pembelajaran dan seluruh kegiatan pendidikan di TK dengan memadukan materi bimbingan dalam pembelajaran dapat membantu anak mengembangkan seluruh aspek potensi yang dimiliki anak (Ernawulan, 2007; Sholehuddin, 1997).

17 Berkaitan dengan fungsi dan peran guru sebagai pembimbing di TK, Muro & Kottman (1995: 53) menegaskan bahwa guru merupakan elemen penting dalam implementasi program bimbingan secara komprehensif. Posisi guru di kelas sangat signifikan untuk: (1) mendorong peserta didik agar belajar dan mengembangkan diri secara positif; (2) membuka kebutuhan peserta didik terhadap pencapaian nilai individu yang lebih tinggi (3) melihat pentingnya selfimage peserta didik secara positif, mengembangkan sikap respek, dan memahami perbedaan; (4) mengidentifikasi peserta didik berkebutuhan khusus; (5) menjadi penasihat kunci untuk membangkitkan harapan peserta didik; (6) memonitor prestasi akademik secara terbuka dengan orang tua; (7) melakukan referal kepada konselor jika masalah peserta didik berada di luar jangkauannya; dan (8) menemukan jalan bersama konselor untuk membantu peserta didik tanpa harus mengeluarkannya dari kelas. C. Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan di Taman Kanak-kanak 1. Makna Pendekatan Perkembangan Dijelaskan Myrick (Muro & Kottman, 1995:4) four basic approaches to guidance and counseling have developed: (a) crisis, (b) remedial, (c) preventive, and (d) developmental. Terdapat empat pendekatan yang dapat diformulasikan sebagai suatu pendekatan dalam bimbingan, yakni pendekatan krisis, remedial, preventif, dan perkembangan. Pendekatan krisis merupakan layanan bimbingan yang diberikan bila ditemukan adanya masalah kritis yang harus segera ditanggulangi, dan guru berusaha membantu anak yang menghadapi masalah tersebut untuk

18 menyelesaikannya. Pendekatan remedial merupakan layanan bimbingan yang diberikan guru dengan memfokuskan bantuannya kepada upaya penyembuhan atau perbaikan kelemahan atau masalah yang dihadapi anak. Bantuan ini bertujuan untuk menghindarkan terjadinya krisis yang mungkin dapat terjadi. Pendekatan preventif merupakan pendekatan yang mencoba mengantisipasi masalah-masalah yang mungkin akan muncul pada anak dan mencegah terjadinya masalah tersebut. Pendekatan perkembangan merupakan pendekatan yang lebih mutakhir dan proaktif, dibandingkan dengan ketiga pendekatan di atas. Dalam pendekatan perkembangan, kebutuhan akan layanan bimbingan di TK muncul dari karakteristik dan permasalahan perkembangan anak didik. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan lebih berorientasi pada pengembangan ekologi perkembangan anak didik, dengan kata lain bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak didik dapat berkembang secara optimal. Pendekatan ini bertolak dari pemikiran bahwa perkembangan yang sehat akan berlangsung dalam interaksi yang sehat antara anak didik dengan lingkungannya. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan Blocher (1974:5) bahwa human personality grows optimally out of healthy interactions between the growing organism and the culture or environment. Optimalisasi perkembangan kepribadian manusia terjadi melalui interaksi yang sehat dengan budaya atau lingkungannya. Untuk itu setiap personal yang terlibat dalam aktivitas pendidikan dan bimbingan di TK hendaknya merujuk pada asumsi bahwa setiap anak pada hakikatnya perlu mengembangkan pemahaman diri (selfunderstanding) serta pemahaman dan penghargaan setiap individu di sekitarnya.

19 Sebab penerimaan diri secara positif ( positive regard) dan sikap menghargai (respect) manusia sebagai makhluk termulia merupakan interdependen dan pokok dalam relasi kehidupan masyarakat (Kartadinata, 2010). Dalam pendekatan perkembangan kebutuhan akan pelayanan bimbingan di TK muncul dari karakteristik dan permasalahan perkembangan peserta didik, baik permasalahan yang berkenaan dengan perkembangan fisik motorik, kognitif, sosial, emosi, bahasa, maupun moral spiritual anak. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan lebih berorientasi pada pengembangan ekologi perkembangan peserta didik. Pernyataan di atas berimplikasi terhadap proses pelaksanaan bimbingan, yakni perkembangan merupakan tujuan bimbingan dan interaksi yang sehat merupakan iklim lingkungan perkembangan yang harus dikembangkan oleh guru. Implikasi yang pertama bermakna bahwa konselor perlu memiliki kerangka berpikir dan keterampilan yang memadai untuk memahami perkembangan peserta didik sebagai dasar tujuan dan perumusan bimbingan. Sedangkan implikasi yang terakhir bermakna bahwa konselor perlu menguasai pengetahuan dan keterampilan khusus untuk mengembangkan lingkungan perkembangan sebagai pendukung sistem pelaksanaan bimbingan. Meskipun bimbingan dengan pendekatan perkembangan dikatakan merupakan pendekatan termutakhir namun dalam pendekatan ini dimungkinkan juga ditemukan juga pendekatan lainnya. Dengan kata lain konselor dalam melaksanakan pendekatan perkembangan tidak mustahil juga melakukan intervensi krisis, remedial, mengembangan program pencegahan bahkan

20 menggunakan kurikulum bimbingan ( guidance curriculum) yang komprehensif, yang berujung kepada pengembangan seluruh aspek perkembangan yakni mencakup akademik dan intelektual, sosial, pribadi, dan karier (Baker, 1992; Myrick dan Reynolds, 1993 dalam Muro & Kottman, 1995: 5). Menurut Kartadinata (2010) komprehensif di sini juga bermakna bahwa bimbingan diperuntukkan bagi siswa, orang tua, guru, dan stake holder lain secara berimbang tanpa membedakan jender, ras, etnik, latar belakang budaya, disabilitas, struktur keluarga, dan status ekonomi. Perolehan sikap dan perilaku yang diharapkan terbentuk pada diri peserta didik dalam bimbingan perkembangan harus dirumuskan secara komprehensif dan selanjutnya dijadikan dasar dan rujukan dalam pengembangan program bimbingan. Sedangkan inti pendekatan/metode untuk mengembangkan dan menguasai perilaku yang diharapkan terletak pada pengembangan lingkungan belajar yakni lingkungan yang memungkinkan peserta didik memperoleh perilaku baru yang lebih efektif (Kartadinata, 2000: 19). Di dalam lingkungan belajar dikembangkan peluang, harapan, pemahaman, persepsi yang memungkinkan peserta didik memperkokoh dan memenuhi kebutuhan dan motif dasar mereka atau mungkin mendorongnya untuk mengubah atau menyesuaikan kebutuhan dan motif dasar tersebut kepada perilaku dan nilai-nilai yang berkembang dalam lingkungan belajar. Di dalam konsep bimbingan perkembangan lingkungan belajar dirumuskan ke dalam konsep lingkungan (ekologi) perkembangan manusia (Ernawulan, 2007: 39).

21 Blocher (1974: 26) menjelaskan bahwa ekologi perkembangan merupakan learning environment berupa lingkungan fisik, sosial, dan psikologis di mana individu belajar memperoleh tingkah laku baru. Ekologi ini tercakup dalam tiga struktur yaitu opportunity structure, support structure, dan reward structure. Ketiganya perlu mendapatkan perhatian serius dari pendidik, sebab bagaimanapun perkembangan senantiasa terkait dan tidak terlepas dari lingkungan baik fisik, psikis, maupun sosial budaya. People do not grow and develop in a vacuum kata Blocher (1987: 15). Ketiga struktur ekologi perkembangan manusia tersebut menurut Ernawulan (2007) dapat dijelaskan seperti berikut. a. Struktur kesempatan (opportunity structure) Sejumlah situasi yang memungkinkan individu dapat mencoba (mengembangkan) perilaku baru yang mengarahkan dirinya dapat meraih keberhasilan, menuntaskan tugas perkembangan, atau mengontrol dirinya. Struktur ini sangat ditentukan oleh tingkat stimulasi yang diberikan lingkungan belajar. Jika kondisi lingkungan kaku/statis dalam arti stimulasinya sangat sedikit atau kurang bermakna makna kesempatan meraih sukses atau penunaian tugastugas perkembangan relatif kecil. b. Struktur dukungan (support structure) Jaringan kerja ( network) yang posistif dan pemeliharaan hubungan manusiawi yang mampu mengembangkan kehangatan ( warmth), dorongan keberanian ( encouragement), dan empati yang optimal. Bila individu berada dalam situasi lingkungan yang mendukung tadi maka ia akan mampu mengatasi berbagai situasi yang mengganggu aktivitas belajarnya. c. Struktur ganjaran (reward structure) Ganjaran (penghargaan) yang bermakna bagi peserta didik yang memungkinkan mereka berhasil dalam mengatasi tantangan atau penyelesaian tugas-tugas perkembangan. Jika ganjaran diarahkan pada pemuasan kebutuhan dasar maka mereka akan dapat mengembangkan potensinya. Penghargaan dapat bersifat intrinsik, ekstrinsik, material, dan psikologis. Apapun bentuk dan sifat penghargaan tersebut, hal terpenting yang perlu digarisbawahi pendidik adalah perlu difokuskan dan diberikan ganjaran instrinsik atau psikologis agar peserta didik dapat mengembangkan komitmen atau semangat belajarnya. Peserta didik hidup dan berkembang dalam lingkungan yang selalu berubah, tidak vakum, tidak mudah bahkan sulit ditebak. Perubahan lingkungan

22 yang rumit dan sulit diprediksi dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan individu. Blocher (1987: 61) menjelaskan bahwa dalam kehidupan masyarakat modern cepat atau lambat individu akan mengalami diskontinyuitas perkembangan saat berinteraksi dengan lingkungan. Diskontinyuitas tersebut terjadi lebih disebabkan oleh adanya tuntutan dari lingkungan yang tidak koheren dengan kemampuan atau kondisi pribadi individu. Kemandegan perkembangan berupa stagnasi (penghentian) kualitas perkembangan atau dapat juga dalam bentuk penyimpangan perilaku. Agar anak TK mampu mengembangkan potensi dirinya atau mencapai tugastugas perkembangannya baik secara fisik, emosi, intelektual, sosial, dan spiritual serta menghindari diskontinyuitas perkembangan atau kesenjangan antara sikap, perilaku, dan gaya hidup maka harus ada upaya untuk memfasilitasi optimalisasi potensi tersebut. Layanan bimbingan dan konseling khususnya layanan bimbingan dengan pendekatan perkembangan sebagai bentuk komunikasi interpersonal adalah wahana navigasi yang berfungsi untuk membantu, mengarahkan, dan membantu anak usia TK mengoptimalkan segenap potensinya, termasuk kecerdasan jamaknya. 2. Prinsip-prinsip Bimbingan Perkembangan Asumsi yang dikembangkan dalam bimbingan perkembangan adalah setiap individu memiliki potensi positif dalam dirinya. Bimbingan dipandang sebagai suatu proses perkembangan ( development process) yang menekankan kepada upaya membantu individu dalam semua fase perkembangannya yang menyangkut fase pribadi, sosial, pendidikan, dan karier (Sherter & Stone, 1971).

23 Mathewson (Shertzer & Stone, 1971) menjelaskan bahwa bimbingan perkembangan sebagai pemberian layanan yang kepedulian utamanya membantu peserta didik agar mencapai perkembangan atau kematangan yang positif dalam pelaksanaannya melibatkan teamwork antara guru, konselor, dan administrator. Bimbingan perkembangan didasarkan atas empat kebutuhan akan bimbingan, yaitu ( a) kebutuhan untuk menilai dan memahami diri; (b) kebutuhan untuk memiliki kemampuan menyesuaikan diri baik terhadap diri sendiri maupun terhadap lingkungan; (c) kebutuhan untuk memiliki orientasi tehadap kondisi kehidupan masa sekarang dan yang akan datang; dan (d) kebutuhan untuk mengembangkan potensi diri. Dengan demikian bimbingan perkembangan menurut Bullard (1993: 1) memiliki program bimbingan yang prinsip rancangannya menghendaki pada kebutuhan (needs), kekuatan (strength), minat (interst), dan isu-isu yang berkaitan dengan tahap/fase perkembangan peserta didik yang bervariasi dan merupakan hal penting (vital) dan terpadu (integral) dengan proses sekolah secara keseluruhan. Muro dan Kottman (Ahman, 1998; Kartadinata, 2010) menjelaskan bahwa bimbingan perkembangan merupakan program bimbingan yang di dalamnya mengandung prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Bimbingan diperlukan oleh seluruh anak Setiap anak membutuhkan layanan bimbingan perkembangan. Hal ini didasarkan bahwa tidak ada individu yang tidak bermasalah. Layanan bimbingan tidak hanya diperuntukkan bahwa anak bermasalah tetapi perlu menjadi upaya bantuan yang diberikan untuk seluruh anak didik.

24 b. Bimbingan perkembangan memfokuskan pada upaya membelajarkan anak Bimbingan perkembangan diarahkan untuk membantu tercapainya proses pembelajaran anak. Proses bimbingan tidak terlepas dari proses pembelajaran secara keseluruhan. c. Konselor dan guru merupakan fungsionaris bersama dalam program bimbingan perkembangan Pada jenjang TK, guru selain berperan sebagai pengajar juga berperan sebagai pembimbing dalam upaya membantu tumbuh kembang anak. d. Kurikulum yang diorganisasikan dan direncanakan merupakan bagian penting dalam bimbingan perkembangan Keberhasilan bimbingan perkembangan yang dilakukan guru tidak terlepas dari seberapa jauh kurikulum bimbingannya diorganisasi dan direncanakan secara matang, yang berisi tujuan dan sasaran untuk membantu anak didik dalam pertumbuhan dan perkembangannya. e. Program bimbingan perkembangan peduli dengan penerimaan, pemahaman, dan pengayaan diri (self-enhancemet). Kegiatan dalam bimbingan perkembangan dirancang untuk membantu anak mengetahui lebih banyak tentang dirinya, menerima keadaan dirinya, serta memahami kekuatan pada dirinya. f. Bimbingan dan konseling perkembangan memfokuskan pada proses mendorong perkembangan (encouragement) Metode encouragement diarahkan untuk : (1) menempatkan nilai pada diri anak sebagaimana dirinya sendiri, (2) percaya pada dirinya sendiri, (3) percaya

25 akan kemampuan diri sendiri dan membangun penghargaan akan dirinya, (4) pengakuan untuk bekerja dengan sungguh-sungguh, (5) memanfaatkan kelompok untuk mempermudah dan meningkatkan perkembangan sehingga anak merasa memiliki tempat dalam kelompok, (7) membantu pengembangan keterampilan secara berurutan dan secara psikologis, (8) mengakui dan memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki anak, dan (9) memanfaatkan minat anak sebagai energi dalam pengajaran. g. Bimbingan perkembangan mengakui perkembangan yang terarah ketimbang akhir perkembangan yang definitif Perkembangan anak merupakan suatu proses yang menjadi, artinya dalam proses perkembangannya anak membangun dirinya sesuai dengan karakteristik dan kemampuannya. h. Bimbingan perkembangan sebagai tim oriented menuntut pelayanan dari konselor professional Keberhasilan program bimbingan perkembangan tidak terlepas dari kerjasama seluruh pihak yang terlibat. Keefektifan pelaksanaan program bimbingan tidak terlepas dari pemahaman, pengetahuan dan keterampilan konselor dalam melaksanakan program bimbingan. i. Bimbingan perkembangan peduli dengan identifikasi awal akan kebutuhankebutuhan khusus dari anak Setiap anak memiliki karakteristik dan kemampuan yang berbeda-beda, identifikasi awal dalam pelaksanaan program bimbingan perkembangan perlu

26 dilaksanakan untuk menemukan dan memahami berbagai kebutuhan khusus yang dimiliki anak. j. Bimbingan perkembangan peduli dengan penerapan psikologi Bimbingan perkembangan tidak hanya memperhatikan bagaimana anak didik belajar, tetapi juga mengarahkan pada bagaimana anak menggunakan kemampuan-kemampuan yang dimilikinya. k. Bimbingan perkembangan memiliki kerangka dasar dari psikologi anak, psikologi perkembangan dan teori-teori belajar Bimbingan perkembangan merupakan konsep yang memperhatikan berbagai ilmu lain yaitu psikologi anak, psikologi perkembangan dan teori-teori belajar, dalam aplikasinya bimbingan perkembangan akan berorientasi pada kerangka dasar dari ilmu-ilmu yang mempengaruhinya. l. Bimbingan perkembangan mempunyai sifat urutan dan lentur Bimbingan perkembangan bersifat fleksibel, disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan yang dimiliki oleh setiap anak didik. Bertolak dari penjelasan tentang prinsip-prinsip bimbingan perkembangan maka dapat disimpulkan bahwa bimbingan perkembangan merupakan suatu upaya bantuan yang dapat diberikan kepada anak didik yang dirancang dengan memperhatikan berbagai kebutuhan, kemampuan, minat, dan masalah-masalah dalam perkembangan anak. 3. Komponen Bimbingan Perkembangan Komponen (struktur program) bimbingan perkembangan yang komprehensif menurut Muro dan Kottman, (1995:5-7) terdiri atas empat

27 komponen, yaitu: guidance curriculum, responsive services, individual planning and system support. a. Layanan Dasar Bimbingan (Guidance Curriculum) Layanan dasar bimbingan merupakan layanan dasar bimbingan, suatu layanan umum yang bersifat pengembangan dan diperuntukkan bagi semua anak didik. Layanan ini terarah pada pengembangan keterampilan hidup, kemampuan dan perilaku yang harus dikuasai anak sesuai dengan tugas dan tahap perkembangannya. Layanan dasar merupakan inti dari program bimbingan perkembangan, memiliki cakupan dan urutan sesuai dengan kebutuhan dan tahapan perkembangan anak. Kurikulumnya dirancang dengan menggunakan sumber-sumber yang sesuai dengan kebutuhan anak. Pelaksanaan pemberian layanan dasar bimbingan tidak dapat dipisahkan dari pembelajaran, dan diberikan sejak pengalaman pertama anak masuk sekolah, dengan materi yang diselaraskan dengan usia dan tahapan perkembangan anak. b. Layanan Responsif (Responsive Services) Layanan responsif adalah layanan yang diarahkan untuk membantu anak didik mengatasi masalah-masalah yang dihadapi pada saat ini, baik masalah sosial-pribadi maupun masalah pengembangan pendidikan. Isi layanan responsif adalah hal-hal yang menjadi kepedulian anak dalam jangka pendek yang terjadi dan dirasakan pada saat ini yang perlu mendapat intervensi bimbingan. Layanan responsif mengandung layanan yang bersifat penanganan krisis, remediatif dan preventif. Penanganan krisis merupakan layanan responsif yang dilakukan untuk menangani berbagai masalah yang dihadapi anak yang harus segera diatasi.

28 Layanan remedial adalah intervensi terhadap anak didik yang mungkin telah melakukan pilihan atau tindakan yang salah atau tidak memiliki kemampuan untuk memecahkan masalahnya. Sedangkan layanan preventif merupakan intervensi kepada anak didik agar mereka terhindar dari pilihan yang tidak tepat atau tidak memadai atau membawa anak agar mampu menentukan pilihan pada situasi tertentu. c. Perencanaan Individual (Individual Planning) Layanan perencanaan individual merupakan layanan yang dimaksudkan untuk membantu anak didik merencanakan, memonitor dan mengelola rencana pendidikan dan pengembangan sosial-pribadi oleh dirinya sendiri. Serangkaian isi perencanaan individual adalah hal-hal yang menjadi kebutuhan anak untuk memahami secara khusus tentang perkembangan dirinya sendiri. Layanan ini pada dasarnya lebih bersifat individual karena didasarkan atas perencanaan, tujuan dan keputusan yang ditentukan oleh masing-masing anak didik. Tujuan pokok dari aspek ini adalah membantu anak memantau dan memahami pertumbuhan dan perkembangannya secara proaktif. Langkah ini dapat menggunakan berbagai nara sumber, informasi dan kegiatan, untuk seluruh anak dan membantu anak secara individual mengembangkan dan mengimplementasikan perencanaan pribadi. d. Dukungan Sistem (System Support) Dukungan sistem merupakan komponen yang secara tidak langsung memberikan dukungan bagi kelancaran perkembangan anak didik. Komponen ini berkenaan dengan pemberian layanan dan kegiatan yang berkaitan dengan aspek manajerial yang antara lain mencakup pengembangan program, pengembangan

29 staf, alokasi dana dan fasilitas, kerjasama dengan orang tua dan sumber lainnya, riset dan pengembangan. 4. Evaluasi Program Bimbingan Perkembangan Guna mengetahui tingkat keberhasilan dan kelancaran ataupun hambatan pelaksanaan program bimbingan perkembangan harus diadakan evaluasi. Evaluasi ini lebih ditujukan pada evaluasi proses yang dilakukan pada rentetan kegiatan. Hasil dari kegiatan evaluasi dijadikan pijakan untuk memberikan umpan balik bagi perbaikan kegiatan-kegiatan berikutnya. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam pelaksanaan evaluasi program bimbingan perkembangan menurut Ernawulan (2007) dan Muslihuddin (2009) adalah (a) merumuskan pertanyaan, (b) menetapkan sasaran evaluasi, (c) pelaksanaan evaluasi, (d) mengkaji tingkat keberhasilan pelaksanaan program, (e) pengambilan keputusan, (f) melaksanakan pertimbangan kontekstual, (g) merumuskan rekomendasi, dan (h) melaksanakan tindak lanjut. Penelitian ini memilih pendekatan perkembangan sebagai suatu pendekatan dalam layanan bimbingan karena pendekatan perkembangan dipandang sebagai pendekatan yang lebih mutakhir dan proaktif. Dalam pendekatan perkembangan, kebutuhan akan layanan bimbingan muncul dari karakteristik dan permasalahan perkembangan anak. Pendekatan perkembangan dalam bimbingan lebih berorientasi pada bagaimana menciptakan suatu lingkungan yang kondusif agar anak dapat berkembang secara optimal. Selain itu, pendekatan perkembangan juga memberikan perhatian kepada tahap-tahap

30 perkembangan anak, kebutuhan dan minat, serta membantu anak mempelajari keterampilan hidup. Bimbingan perkembangan untuk meningkatkan kecerdasan spiritual diperuntukkan bagi semua anak dan struktur program bimbingan perkembangan yang akan dikembangkan terkait dengan layanan dasar, layanan responsif, layanan perencanaan individual, dan dukungan sistem. 5. Lingkungan Perkembangan Anak TK Sejumlah penelitian di beberapa dekade memperlihatkan bahwa masa kanak-kanak merupakan masa yang unik dan mempunyai karakteristik tersendiri. Pemahaman dan pengetahuan tentang perkembangan anak ini diaplikasikan dalam bidang pendidikan, khususnya dalam kegiatan pembelajaran dan bimbingan anak. Salah satu teori dan penelitian perkembangan anak adalah Developmentally Appropriate Practices (DAP) yang dicetuskan oleh Sue Bredekamp di awal an ( diterjemahkan sebagai pendidikan yang selaras dengan tahapan perkembangan anak merupakan istilah yang digunakan oleh National Association for the Education of Young Children (NAEYC) yang dimaksudkan untuk memberikan pendidikan pada anak dengan cara yang sesuai dengan karakteristik perkembangan dan belajar anak. Kazt (Megawangi at.al, 2004) menjelaskan bahwa penerapan konsep DAP dalam pendidikan anak memungkinkan para pendidik untuk memperlakukan anak sebagai individu yang utuh (the whole child) dengan melibatkan empat komponen dasar yang ada pada diri anak, yaitu pengetahuan ( knowledge), keterampilan (skills), sifat alamiah (dispositions), dan perasaan (feelings).

31 Bredekamp (1987: 2) dalam Megawangi (2004) meny atakan bahwa konsep yang sesuai bagi perkembangan anak memiliki tiga dimensi, yakni selaras menurut usia, selaras menurut lingkungan sosial dan budaya, dan selaras menurut anak sebagai pribadi yang unik. Pertama, selaras menurut umur dimaksudkan bahwa para pendidik harus mengetahui tahapan perkembangan anak dalam setiap rentang usianya. Kedua, selaras menurut lingkungan sosial dan budaya. Pendidik harus mengetahui latar belakang sosial dan budaya anak karena hal ini dapat menjadi bahan acuan guru dalam mempersiapkan materi pelajaran yang relevan dan berarti bagi kehidupan anak. Ketiga, selaras menurut anak sebagai individu yang unik dimaksudkan agar para pendidik juga harus mengerti bahwa setiap anak adalah unik; memiliki bakat, minat, kelebihan, kekurangan, dan pengalaman yang berbeda-beda. Oleh karena itu guru hendaknya dapat menyesuaikan diri dengan keunikan-keunikan tersebut dalam berinteraksi dan menghadapi anak. Pendidikan yang berorientasi perkembangan memungkinkan para guru dapat merencanakan sejumlah pengalaman yang dapat menumbuhkan minat anak, merangsang keingintahuan mereka, melibatkan mereka secara emosional maupun intelektual, dan membuka daya imajinasi mereka dalam nuansa lingkungan yang mendidik. Metode ini juga akan menambah beberapa konsep anak melalui pengalaman sensorik maupun persepsi. Pendidikan yang berorientasi perkembangan juga sebanyak mungkin melibatkan anak dalam kegiatan meneliti, menguji, memanipulasi, dan bereksperimen dengan berbagai macam benda yang menarik bagi anak seusia mereka. Hal ini menurut Santrock dan Yussen (1992: 64). tentunya harus

32 mempertimbangkan karakteristik lain dalam cara belajar anak; bahwa anak memiliki rentang perhatian pendek (short attention span) dan orientasi perilakunya pada di sini dan kini (here and now). Menilik sejumlah karakteristik tadi, maka pendidikan bagi anak menurut Muslihuddin (2009: 42) perlu didesain dengan memperhatikan prinsip-prinsip: (1) berpijak dari apa yang dibawa anak-anak, (2) aktivitas belajar hendaknya menggugah pemahaman anak dari waktu ke waktu, dan (3) guru memberikan berbagai bahasan yang memiliki relevansi dengan anak dan apa yang dirasakan/dibutuhkannya. Secara genetika setiap individu yang lahir ke dunia diyakini telah memiliki sejumlah potensi tertentu sebagai landasan dasar untuk berkembang. Namun lingkungan perkembangan juga dipercaya sebagai aspek yang turut mempengaruhi perkembang anak. Tumbuh kembang dan optimal tidaknya potensi-potensi dimaksud tidak terlepas dari pengaruh kondisi lingkungan di mana anak tersebut berada. Diungkapkan Santrock dan Yussen (1992: 68) bahwa sekolah sebagai suatu masyarakat kecil bagi anak yang memiliki budaya, norma dan aturan, serta tuntutan-tuntutan tertentu. Sekolah memiliki fungsi dan tujuan yang tidak sederhana bagi anak. Selain memfasilitasi optimalisasi proses perkembangan anak secara menyeluruh yang relevan dengan harapan dan norma yang berlaku di masyarakat, sekolah juga memiliki fungsi dan peran mengembangkan seluruh dimensi perilaku termasuk pengembangan aspek-aspek moral, sosial, emosional, dan spiritual anak.

33 Urie Bronfrenbrenner & Ann Crouter (Sigelman & Shaffer, 1995:86) dalam (Yusuf, 2000) mengungkapkan bahwa lin gkungan perkembangan merupakan berbagai peristiwa, situasi atau kondisi di luar organisme yang diduga mempengaruhi atau dipengaruhi oleh perkembangan individu. Adapun lingkungan dimaksud adalah (a) fisik: segala sesuatu dari molekul yang ada di sekitar jenis sebelum lahir sampai kepada rancangan arsitektur suatu rumah, (b) sosial: seluruh manusia yang secara potensial mempengaruhi dan dipengaruhi oleh perkembangan individu. Sebagai makhluk sosial anak harus dididik untuk mengembangkan keterampilan sosialnya. Sebagaimana ditekankan Vygotsky (1978:24) bahwa tentang pentingnya konteks sosial dalam proses belajar anak. Sejatinya pengalaman interaksi sosial sangat berperan dalam mengembangkan kemampuan berpikir anak. Banyak bentuk aktivitas mental yang tinggi diperoleh dari konteks sosial dan budaya tempat anak berinteraksi dengan lingkungannya. Studi ini menjadikan lingkungan perkembangan menjadi sesuatu hal yang sangat diperhatikan karena pada hakikatnya lingkungan perkembangan merupakan aspek yang turut mempengaruhi perkembangan anak. Penciptaan lingkungan perkembangan oleh guru merupakan aktivitas utama dalam melaksanakan layanan bimbingan perkembangan bagi anak TK, sehingga dengan lingkungan yang kondusif yang diciptakan guru anak akan lebih dapat meningkatkan kecerdasan jamak mereka.

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Pendekatan Perkembangan dalam Bimbingan di Taman Kanak-kanak 47 PENDEKATAN PERKEMBANGAN DALAM BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Bimbingan perkembangan merupakan suatu bentuk layanan bantuan yang

Lebih terperinci

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran

Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Model Hipotetik Bimbingan dan konseling Kemandirian Remaja Tunarungu di SLB-B Oleh: Imas Diana Aprilia 1. Dasar Pemikiran Pendidikan bertanggungjawab mengembangkan kepribadian siswa sebagai upaya menghasilkan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN

PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN PERTEMUAN 13 PENYELENGGARAAN LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PADA JALUR PENDIDIKAN FORMAL RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN

Lebih terperinci

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Konsep, Fungsi dan Prinsip Bimbingan di Taman Kanak-kanak 34 KONSEP, FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Kebutuhan akan layanan bimbingan di taman kanak-kanak muncul dari karakteristik

Lebih terperinci

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR

KONTEKS TUGAS DAN EKSPEKTASI KINERJA KONSELOR RAMBU-RAMBU PENYELENGGARAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM JALUR PENDIDIKAN FORMAL DIREKTORAT JENDERAL PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2008 KONTEKS TUGAS

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k

Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah k FOKUS LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Suherman, M.Pd. Kemandirian sebagai tujuan Bimbingan dan Konseling Kompetensi peserta didik yang harus dikembangkan melalui pelayanan bimbingan dan konseling adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut perubahan tidak akan terjadi dan tujuan tidak akan tercapai. Pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah upaya untuk membantu manusia mencapai kedewasaan. Upaya ini menuntut adanya proses yang harus dicapai, karena tanpa proses tersebut perubahan tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang mandiri... (UURI No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Astriana Rahma, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas mengenai kondisi pendidikan anak usia dini secara global.kemudian ditelaah menjadi lebih terfokus ke dalam fenomena-fenomena yang sedang dialami oleh lembaga-lembaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live

BAB I PENDAHULUAN. pilar yaitu, learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan insan yang berkualitas. Menurut UNESCO pendidikan hendaknya dibangun dengan empat pilar yaitu, learning to know,

Lebih terperinci

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR DAFTAR ISI i v BAB I PENDAHULUAN 1 A. Latar Belakang Masalah 1 B. Rumusan dan Pertanyaan Penelitian 10 C. Tujuan Penelitian 11 D. Manfaat Penelitian 11 E. Asumsi Penelitian 12

Lebih terperinci

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI I. Pengertian Dan Karakteristik Anak Usia Dini Dalam undang-undang tentang sistem pendidikan nasional dinyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah suatu upaya pembinaan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berlangsung di tempat-tempat kursus, masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang berlangsung di tempat-tempat kursus, masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan yang berlangsung di sekolah disebut pendidikan formal, pendidikan yang berlangsung di tempat-tempat kursus, masyarakat dikatakan pendidikan nonformal,

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY Konsep Dasar Bimbingan & Konseling Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY A.1. Pengertian Bimbingan Upaya Bantuan Oleh Pembimbing/ Konselor Kepada Agar Selesainya masalah yg dihadapi konseli Mencapai Penyesuaian

Lebih terperinci

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor

RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING. #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor Nama : Nella Andriyani NIM : 1002423 Kelas : Biologi B 2010 RESUME PRESENTASI KULIAH BIMBINGAN DAN KONSELING #1: Keterkaitan, Keunikan, Tugas Guru dan Konselor Tugas-tugas pendidik untuk mengembangkan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti

PENDIDIKAN TPA & KB. Martha Christianti PENDIDIKAN TPA & KB Martha Christianti Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS Tentang

Lebih terperinci

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C

Pendidikan TPA/ KB. Eka Sapti C Pendidikan TPA/ KB Eka Sapti C Anak Usia Dini? Usia 0 8 tahun (NAEYC = National Assosiation Education for Young Child) Usia 0 6 tahun (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas) PAUD? UU No. 20 Th. 2003 SISDIKNAS

Lebih terperinci

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd

MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd MENJADI KONSELOR PROFESIONAL : SUATU PENGHARAPAN Oleh : Eva Imania Eliasa, M.Pd A. PENDAHULUAN Banyak pertanyaan dari mahasiswa tentang, bagaimana menjadi konselor professional? Apa yang harus disiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bellanita Maryadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bellanita Maryadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan modal dasar untuk menyiapkan manusia yang berkualitas. Menurut Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003 Pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah:

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam UU RI NO.20 TH 2003 adalah: Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar kekuatan spiritual keagamaan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia

I. PENDAHULUAN. Anak usia dini berada pada rentang usia 0-8 tahun (NAEYC, 1992). Anak usia I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu perkembangan dengan pesat dan fundamental bagi kehidupan selanjutnya. Anak usia dini berada pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan Tutor Oleh Gugus PAUD Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Tutor PAUD Di Desa Cangkuang Rancaekek BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Anak Usia Dini non formal dipandang memiliki peran penting dalam pembentukan sumber daya manusia ke depan. Namun kesiapan tenaga pendidik di lembaga PAUD

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 27 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR KUALIFIKASI AKADEMIK DAN KOMPETENSI KONSELOR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL,

Lebih terperinci

REVIEW: PHILOSOPHICAL COUNSELING AS A WINDOW ON THE ABSTRACT REALITIES OF EVERYDAY LIFE. Euis Kurniati 1

REVIEW: PHILOSOPHICAL COUNSELING AS A WINDOW ON THE ABSTRACT REALITIES OF EVERYDAY LIFE. Euis Kurniati 1 184 Review Buku: PHILOSOPHICAL COUNSELING REVIEW: PHILOSOPHICAL COUNSELING AS A WINDOW ON THE ABSTRACT REALITIES OF EVERYDAY LIFE Euis Kurniati 1 KONSEP DASAR PHILOSOPHICAL COUNSELING AS A WINDOW ON THE

Lebih terperinci

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB.

ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. ASSALAMU ALAIKUM WR.WB. PENDIDIKAN BERMUTU efektif atau ideal harus mengintegrasikan tiga bidang kegiatan utamanya secara sinergis, yaitu (1) bidang administratif dan kepemimpinan, (2) bidang instruksional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem. Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 butir 1 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa: Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Masa usia dini merupakan masa keemasan bagi seorang anak, sering disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh terjadinya perubahan yang sangat cepat

Lebih terperinci

MANAJERIAL BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK

MANAJERIAL BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Manajemen Bimbingan di Taman Kanak-kanak 136 MANAJERIAL BIMBINGAN DI TAMAN KANAK-KANAK Penata Awal Pelaksanaan layanan bimbingan di taman kanak-kanak perlu mendapatkan dukungan manajerial yang memadai

Lebih terperinci

DEFINSI MODEL PERANGKAT ASUMSI, PROPORSI, ATAU PRINSIP YANG TERVERIFIKASI SECARA

DEFINSI MODEL PERANGKAT ASUMSI, PROPORSI, ATAU PRINSIP YANG TERVERIFIKASI SECARA DEFINSI MODEL PERANGKAT ASUMSI, PROPORSI, ATAU PRINSIP YANG TERVERIFIKASI SECARA EMPIRIK, DIORGANISASIKAN KEDALAM SEBUAH STRUKTUR (KERJA) UNTUK MENJELASKAN, MEMPREDIKASI DAN MENGENDALIKAN PERILAKU ATAU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus. dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang harus dikembangkan sejak dini agar dapat berkembang secara optimal. Anak memiliki karakteristik yang khas dan tidak

Lebih terperinci

Deteksi Dini Dan Stimulasi Kecerdasan Jamak Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Mubiar Agustin

Deteksi Dini Dan Stimulasi Kecerdasan Jamak Anak Usia Taman Kanak-Kanak. Mubiar Agustin Deteksi Dini Dan Stimulasi Kecerdasan Jamak Anak Usia Taman Kanak-Kanak Mubiar Agustin Pendahuluan Pengembangan potensi dasar anak melalui kegiatan pendidikan perlu dilakukan sejak anak masih kecil, karena

Lebih terperinci

USULAN PENULISAN BUKU BAGI DOSEN DI LINGKUNGAN FIP UNY BUKU PANDUAN PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR. Aprilia Tina Lidyasari, M.

USULAN PENULISAN BUKU BAGI DOSEN DI LINGKUNGAN FIP UNY BUKU PANDUAN PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR. Aprilia Tina Lidyasari, M. USULAN PENULISAN BUKU BAGI DOSEN DI LINGKUNGAN FIP UNY BUKU PANDUAN PELAKSANAAN BIMBINGAN DAN KONSELING DI SEKOLAH DASAR Aprilia Tina Lidyasari, M.Pd 198204252005012001 FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

KTSP TK Dra. Masitoh, M.Pd

KTSP TK Dra. Masitoh, M.Pd KTSP TK Dra. Masitoh, M.Pd Siapakah Anak itu? Titipan dan amanat dari Tuhan YME Individu yang sedang dalam proses tumbuh kembang dengan sangat pesat Memiliki sejumlah potensi dan kemampuan Unik, tetapi

Lebih terperinci

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI

PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI PROFESIONALITAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING OLEH: DRA. WIRDA HANIM M.PSI PARADIGMA BIMBINGAN DAN KONSELING Hakikat dan Urgensi Bimbingan dan Konseling Layanan bimbingan dan konseling komprehensif pencapaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama

BAB I PENDAHULUAN. potensi intelektual dan sikap yang dimilikinya, sehingga tujuan utama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan salah satu fondasi yang menentukan ketangguhan dan kemajuan suatu bangsa. Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal dituntut untuk melaksanakan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan

PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan PENDEKATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM 1. Arah atau Sasaran Kurikulum PAUD Kurikulum diarahkan pada pencapaian perkembangan sesuai dengan tingkatan pertumbuhan dan perkembangan anak berdasarkan standar perkembangan

Lebih terperinci

MODEL BIMBINGAN PERKEMBANGAN: Alternatif Pelaksanaan Bimbingan di SD *) Oleh Edi Purwanta **)

MODEL BIMBINGAN PERKEMBANGAN: Alternatif Pelaksanaan Bimbingan di SD *) Oleh Edi Purwanta **) Pendahuluan MODEL BIMBINGAN PERKEMBANGAN: Alternatif Pelaksanaan Bimbingan di SD *) Oleh Edi Purwanta **) Dua puluh lima tahun yang lalu bimbingan dan konseling hadir secara resmi di tengah-tengah pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lapangan pendidikan merupakan wilayah yang sangat luas. Ruang lingkupnya mencakup seluruh pengalaman dan pemikiran manusia tentang pendidikan. Setiap orang pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan formal yang terstruktur dan membentuk sebuah sistem yang saling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha yang dilakukan keluarga, masyarakat, pemerintah, melalui bimbingan, pengajaran, dan latihan yang berlangsung disekolah sepanjang hayat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. fisik dan psikis yang siap merespon stimulasi yang diberikan oleh. anak perlu diberi stimulasi yang optimal melalui pendidikan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa anak usia dini yang berlangsung (0 6) tahun merupakan masa peka bagi anak. Anak mulai sensitif menerima berbagai upaya perkembangan seluruh potensi anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu

BAB I PENDAHULUAN. yang melibatkan respon-respon mental dan tingkah laku, di mana individu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam rentang kehidupan manusia, manusia akan mengalami perubahan, baik perubahan dari luar maupun dari dalam. Dari dalam seperti fisik, pertumbuhan tinggi

Lebih terperinci

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens

Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang dikembangkan melalui layanan bimbingan dan konseling adalah kompetens BIMBINGAN DAN KONSELING SEBAGAI LAYANAN PENGEMBANGAN PRIBADI MAHASISWA Dr. Suherman, M.Pd. Universitas Pendidikan Indonesia Kemandirian sebagai Tujuan Layanan Bimbingan dan Konseling Kompetensi SISWA yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

Volume 8, Nomor 1 Juli 2014 ISSN:

Volume 8, Nomor 1 Juli 2014 ISSN: Volume 8, Nomor 1 Juli 2014 ISSN: 2086-6909 Daftar Isi Editorial. i ii Penggunaan Media Kolase dalam Mengembangkan Keterampilan Motorik Halus Anak Usia Dini di RA Raihan Sukarame Bandar Lampung Dra. Hj.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Rohiman Lesmana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Rohiman Lesmana, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan salah satu unsur yang dapat menciptakan kemajuan peradaban dan kualitas hidup bangsa. Dalam penyelenggaraan pendidikan faktor pembentukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Setelah membaca bab ini Anda diharapkan dapat : 1. Mengetahui karakteristik program pembelajaran anak usia dini

PENDAHULUAN. Setelah membaca bab ini Anda diharapkan dapat : 1. Mengetahui karakteristik program pembelajaran anak usia dini PENDAHULUAN 1 Tujuan Setelah membaca bab ini Anda diharapkan dapat : 1. Mengetahui karakteristik program pembelajaran anak usia dini 2. Memahami kedudukan sumber belajar dalam pembelajaran anak usia dini

Lebih terperinci

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR

KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR KISI KISI UKG 2015 GURU BK/KONSELOR No 1. Pedagogik 1 Menguasai teori dan praksis pendidikan 1.1 Menguasai ilmu pendidikan dan landasan keilmuannya 1.1.1 Guru BK atau konselor dapat mengaplikasikan ilmu

Lebih terperinci

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK)

LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) LAYANAN KONSELING DI SEKOLAH (KONSEP & PRAKTIK) Pelayanan Pendidikan di Sekolah Administratif / Manajemen Pembelajaran Perkembangan individu yang optimal dan mandiri Konseling (Naskah Akademik ABKIN, 2007)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4).

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut (UU Sisdiknas, bab I pasal I butir 4). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai usia 6 tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifi Nurshifa Budiarti, 2016 Studi Implementasi Kurikulum 2013 PAUD di TK Negeri Pembina Se Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fifi Nurshifa Budiarti, 2016 Studi Implementasi Kurikulum 2013 PAUD di TK Negeri Pembina Se Kota Bandung 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak usia dini merupakan kelompok usia yang berada dalam proses perkembangan unik, karena proses perkembangannya (tumbuh dan kembang) terjadi bersama dengan

Lebih terperinci

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY

Konsep Dasar. Bimbingan & Konseling. Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY Konsep Dasar Bimbingan & Konseling Nur Hayati, M.Pd PGPAUD FIP UNY A.1. Pengertian Bimbingan Upaya Bantuan Oleh Pembimbing/ Konselor Kepada Agar Selesainya masalah yg dihadapi konseli Mencapai Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak

BAB I PENDAHULUAN. terhadap apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan. Anak seolah-olah tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah manusia kecil yang memiliki potensi yang masih harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, anak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011),

BAB I PENDAHULUAN. hlm 3. 1 Suyadi, Manajemen PAUD, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2011), BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak dipublikasikannya hasil-hasil riset mutakhir di bidang neuroscience dan psikologi, fenomena Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan keniscayaan. Pasalnya, perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Layanan bimbingan pada dasarnya upaya peserta didik termasuk remaja untuk mengatasi masalah-masalah yang dihadapi termasuk masalah penerimaan diri. Bimbingan

Lebih terperinci

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA

KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA KEDUDUKAN BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM SITEM PENDIDIKAN NASIONAL BERORIENTASIKAN BUDAYA DI SUSUN OLEH : SURANTO HARIYO H RIAN DWI S YUNITA SETIA U YUYUN DESMITA S FITRA VIDIA SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN

Lebih terperinci

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Oleh : Badru Zaman, M.Pd PENDIDIKAN GURU ANAK USIA DINI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Alasan Pentingnya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Dilihat dari kedudukan usia dini bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai 293 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian dan pengembangan model pembelajaran ini telah mencapai tujuan, yakni menghasilkan model pembelajaran berlatar budaya lokal yang

Lebih terperinci

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN PROGRAM PENDIDIKAN GURU PENDIDIKAN ANAK USIA DINI SILABUS Mata Kuliah Seminar Pendidikan Anak Usia Dini Kode mata Kuliah GT 506 SKS 2 (dua) Prodi-Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Bab I membahas mengenai latar belakang masalah; tujuan penelitian dan pengembangan; spesifikasi produk; pentingnya penelitian dan pengembangan; asumsi dan keterbatasan penelitian dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB 1 PENDAHULUAN. menurut Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan di Indonesia terdiri dari berbagai jenjang, mulai dari jenjang prasekolah hingga jenjang perguruan tinggi. Pada jenjang pendidikan prasekolah menurut

Lebih terperinci

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING

FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING PPG DALAM JABATAN Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi 2018 Hak cipta Direktorat Pembelajaran, Dit Belmawa, Kemenristekdikti RI, 2018 FUNGSI DAN PRINSIP BIMBINGAN DAN KONSELING Dr. Catharina

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kemandirian 2.1.1 Pengertian Kemandirian Menurut Havighurst (1972) kemandirian atau autonomy merupakan sikap individu yang diperoleh selama masa perkembangan. Kemandirian seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya fitrah yang suci. Sebagaimana pendapat Chotib (2000: 9.2) bahwa 26 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Masa kanak-kanak merupakan masa yang paling penting dalam perkembangan manusia. Pada fase inilah seorang pendidik dapat menanamkan prinsip-prinsip yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) menjadi perhatian dunia internasional, terbukti dalam pertemuan forum pendidikan yang dilakukan tahun 2000 di Dakar ibukota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah pada dasarnya merupakan lingkungan sosial yang berfungsi sebagai tempat bertemunya individu satu dengan yang lainnya dengan tujuan dan maksud yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk hidup yang senantiasa berkembang dan mengalami perubahan-perubahan bertahap dalam hidupnya. Sepanjang rentang kehidupannya tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya hidup ini adalah memecahkan masalah. Hal ini memerlukan kemampuan berpikir kritis dan kreatif. Berpikir kritis untuk menganalisis masalah; dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara efektif dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dan utama dalam konteks pembangunan bangsa dan negara. Begitu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Oleh sebab itu hampir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sri Murni, 2014 Program bimbingan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bimbingan dan konseling merupakan terjemahan dari Guidance dan Counseling dalam bahasa Inggris. Istilah ini mengandung arti : (1) mengarahkan (to direct),

Lebih terperinci

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang

maupun kemampuan mengadaptasi gagasan baru dengan gagasan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar untuk menumbuh kembangkan potensi sumber daya manusia peserta didik dengan cara mendorong dan memfasilitasi kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan tidak hanya penting tetapi menjadi keharusan bagi setiap orang yang hidup di era ini. Kemajuan teknologi menjadikan generasi penerus untuk tumbuh menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang dilalui oleh anak usia dini. formal, non-formal dan informal. Pendidikan anak usia dini jalur pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitiberatkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya merupakan tindakan yang dilakukan dengan maksud agar orang yang dihadapinya mengalami perubahan dan peningkatan dari segi pengetahuan, kemampuan,

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian tentang program bimbingan belajar berbasis pendekatan humanistik untuk meningkatkan kemandirian belajar peserta didik yang dilakukan di SMP Negeri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tahun-tahun pertama kehidupan anak atau yang sering dikenal dengan usia dini merupakan masa yang sangat tepat untuk meletakkan dasar-dasar pengembangan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak

BAB I PENDAHULUAN. atau usia dini dimana pada masa ini adalah masa penentuan. karakter usia dini yang salah satunya adalah masa berkelompok anakanak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia senantiasa membutuhkan kehadiran orang lain dan berinteraksi dengan orang lain dalam hidupnya. Guna memenuhi kebutuhan tersebut individu dalam berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. layanan pendidikan diperoleh setiap individu pada lembaga pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan merupakan hal yang dibutuhkan oleh setiap individu. Sejak lahir, setiap individu sudah membutuhkan layanan pendidikan. Secara formal, layanan pendidikan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perancangan 1. Penjelasan Judul Perancangan Pendidikan PAUD saat ini sangatlah penting, sebab merupakan pendidikan dasar yang harus diterima anak-anak. Selain itu untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. mendefiniskan pendidikan anak usia dini sebagai. boleh terpisah karena ketiganya saling berkaitan. Aspek kognitif berkaitan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dalam rentang kehidupan manusia, memiliki peran yang strategis. Manusia melalui usaha sadarnya berupaya untuk mengembangkan segenap potensi yang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI

LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA DINI Prosiding Seminar Bimbingan dan Konseling Vol. 1, No. 1, 2017, hlm. 390-394 Tersedia Online di http://pasca.um.ac.id/conferences/index.php/snbk ISSN 2579-9908 LAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING ANAK USIA

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 HAND OUT MATA KULIAH KELOMPOK BERMAIN KODE MK/SKS : UD 408/2 SKS 1 O L E H : N I N I N G S R I N I N G S I H, M. P D N I P. 1 3 2 3 1 6 9 3 0 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU - PAUD JURUSAN PEDAGOGIK FAKULTAS

Lebih terperinci

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA KTSP DAN IMPLEMENTASINYA Disampaikan pada WORKSHOP KURIKULUM KTSP SMA MUHAMMADIYAH PAKEM, SLEMAN, YOGYAKARTA Tanggal 4-5 Agustus 2006 Oleh : Drs. Marsigit MA FMIPA UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA KTSP DAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, remaja berasal dari kata Latin adolensence yang berarti tumbuh atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan suatu masa yang penuh dengan dinamika. Dikatakan demikian karena memang masa remaja adalah masa yang sedang dalam tahap pertumbuhan. Ini

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

SILABUS. A.3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan

SILABUS. A.3. Menguasai esensi pelayanan bimbingan dan konseling dalam jalur, jenis, dan jenjang satuan pendidikan UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN JURUSAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DAN BIMBINGAN SILABUS A. Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini membahas tentang posisi dan urgensi bimbingan dan konseling

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa

BAB I PENDAHULUAN. Deasy Yunika Khairun, Layanan Bimbingan Karir dalam Peningkatan Kematangan Eksplorasi Karir Siswa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan proses yang esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita individu. Pendidikan secara filosofis merupakan proses yang melibatkan berbagai

Lebih terperinci

Sigit Sanyata

Sigit Sanyata #6 Sigit Sanyata sanyatasigit@uny.ac.id School guidance curriculum Individual student planning Responsive servise System support proses pemberian bantuan kepada seluruh konseli penyiapan pengalaman terstruktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak usia dini (AUD) adalah sosok individu yang sedang menjalani suatu proses perkembangan dengan pesat dan sangat fundamental bagi kehidupan selanjutnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age)

BAB I PENDAHULUAN. Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age) BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Masa kanak-kanak dari usia 0-8 tahun disebut masa emas (golden age) yang hanya terjadi satu kali dalam perkembangan kehidupan manusia sehingga sangatlah penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Anak merupakan sosok individu yang sedang mengalami proses perkembangan yang sangat pesat bagi kehidupan serta organisasi yang merupakan satu kesatuan jasmani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang diharapkan. Sadar pentingnya ketrampilan proses sains pada anak akan semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pengembangan pembelajaran sains pada anak usia dini, memiliki peranan yang sangat penting dalam membantu meletakkan dasar kemampuan dan pembentukkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal

BAB I PENDAHULUAN. memasuki pendidikan lebih lanjut yang diselenggarakan baik formal, informal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini (PAUD) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang pendidikan dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HAL Bahan Belajar Mandiri 1 : Bahan Belajar Mandiri 2 Teknik-Teknik Memahami Perkembangan Anak

DAFTAR ISI HAL Bahan Belajar Mandiri 1 : Bahan Belajar Mandiri 2 Teknik-Teknik Memahami Perkembangan Anak DAFTAR ISI HAL Bahan Belajar Mandiri 1 : Hakekat Bimbingan Perkembangan di Sekolah Dasar 3 Pendahuluan Kegiatan Pembelajaran 1 Konsep Dasar Bimbingan 7 Latihan Tes Formatif 1 Balikan dan Tindak lanjut

Lebih terperinci