Judul : SOP PENGUATAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT KKPN Balai KKPN Kupang Nomor : PKL.1/01 Ruang lingkup : Standar operasional prosedur penguatan
|
|
- Iwan Darmadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Judul : SOP PENGUATAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT KKPN Balai KKPN Kupang Nomor : PKL.1/01 Ruang lingkup : Standar operasional prosedur penguatan kelembagaan masyarakat KKPN ini dibuat hanya diperuntukan bagi pelaksanaan kegiatan penguatan kelembagaan masyarakat dalam wilayah KKPN, dalam melaksanakan Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 jo. Undang-Undang Nomor 45 tahun 2007 tentang Perikanan, dan Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil. Wilayah KKPN yang dimaksud meliputi: TNP. Laut Sawu, SAP. Kep. Aru Bagian Tenggara, SAP Raja Ampat, SAP. Kep. Waigeo sebelah Barat, TWP. Kapoposang, TWP. Gili Air dan Gili Trawangan, TWP. Padaido dan TWP. Laut Banda Tujuan : memberi arahan urutan langkah kegiatan yang harus diikuti oleh ke-8 Satker KKPN tersebut diatas yang berada dibawah pengelolaan Balai KKPN Kupang dalam melaksanakan kegiatan penguatan kelembagaan masyarakat di wilayah KKPN setempat. Bagan Alir :
2 Bagan alir SOP Penguatan KelembagaanMasyarakatKKPN lingkup BalaiKKPN Kupang 1 Tim PKM KKPN Dok renc penguatan kelembaga an 2 Camat Surat Pengantar Kec 3 Kades Undangann Rapat 8 Bantuan dana, pelatihan, Pendampingan, monitoring & evaluasi Tim PKM KKPN Masy (termasuk swasta) 4 Rapat-rapat (sosialisasi, pembahasan, diskusi) Kelompok Produksi Kelompok Konservasi Kelompok Wanita Komitmen masy atas azas konservasi & perikanan berkelanjutan 7 SK Kelompok 6 Kades 5 Pembentukan kelompok (Produksi, konservasi, wanita)
3 Deskripsi: Kedelapan langkah yang tergambar pada bagan alir diatas dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Tim PKM (Penguatan Kelembagaan Masyarakat) KKPN Tim ini bisa saja, bila diperlukan terdiri dari unsur staf Balai KKPN, LSM, dan instansi terkait/ mitra kerja lainnya yang turun ke lapangan untuk melakukan pendekatan ke masyarakat dengan peran masing2 dibawah pimpinan ketua tim yang ditunjuk oleh Kepala Balai KKPN Kupang. Dengan membawa dokumen materi rencana penguatan kelembagaan dan surat Tugas, maka Tim melapor ke kecamatan setempat. 2. Camat/Pemda setempat Di Kecamatan tim KKPN akan berkoordinasi dengan petugas Balai Penyuluhan sesuai pasal 16 UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang Sistem Penyuluhan Pertanian,Perikanan, dan Kehutanan, dimana program penyuluhan harus terintegrasi. Camat akan mengeluarkan surat pengantar ke Kepala Desa untuk melakukan pengumpulan masyarakat. 3. Kepala Desa Mengeluarkan undangan rapat kepada Tim KKPN dan Masyarakat berdasarkan surat pengantar yang mereka terima dari Camat. 4. Rapat pembahasan Rapat pembahasan dapat berbentuk sosialisasi, diskusi, dsb dimana pada akhirnya masyarakat paham dan menerima akan azas konservasi dan perikanan berkelanjutan. Rapat dapat diadakan berkali-kali dengan waktu yang berbeda. 5. Pembentukan kelompok Pembentukan kelompok dilakukan setelah masyarakat menerima azas konservasi dan perikanan berkelanjutan. Ada 3 kelompok yang dibutuhkan untuk dibentuk yang menjadi sasaran program penguatan kelembagaan masyarakat di wilayah KKPN yaitu kelompok produksi, kelompok konservasi dan kelompok wanita. 6. Kepala Desa Kepala desa melegalisir kelompok ini dengan mengeluarkan SK Kepala Desa tentang pembentukan kelompok-kelompok tersebut. 7. SK Kelompok Terbentuknya 3 kelompok yaitu: Produksi, Konservasi dan Wanita melalui SK KADES setempat, sehingga masing-masing personil kelompok sesuai peran dalam organisasinya bisa berjalan. 8. Tim PKM Tim Penguatan Kelembagaan Masyarakat KKPN memberikan bantuan dana, pendampingan, monitoring dan evaluasi kepada Kelompok-kelompok tersebut secara berkala
4 Lampiran-Lampiran
5 Lampiran 1. Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan Menjelasakan Bahwa: Pasal 15 (1) Pada tingkat Kecamatan berbentuk Balai Penyuluhan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (2) huruf d mempunyai tugas: a. Menyusun programa penyuluhan pada tingkat kecamatan sejalan dengan program penyuluhan kabupaten/kota; b. Melaksanakan penyuluhan berdasarkan programa penyuluhan; c. Menyediakan dan menyebarkan informasi teknologi, sarana produksi, pembiayaan, dan pasar; d. Memfasilitasi pengembangan kelembagaan dan kemitraan pelaku utama dan pelaku usaha; e. Memfasilitasi peningkatan kapasitas penyuluh PNS, penyuluh swadaya, dan penyuluh swasta melalui proses pembelajaran secara berkelanjutan; dan f. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usaha tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha. (2) (Balai Penyuluhan berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelakuutama, dan pelaku usaha. (3) Balai Penyuluhan bertanggung jawab kepada badan pelaksana penyuluhan kabupaten/kota yang pembentukannya diatur lebih lanjut dengan peraturanbupati/walikota. Pasal 16 (1) Pos penyuluhan desa/kelurahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat (5) merupakan unit kerja nonstruktural yang dibentuk dan dikelola secara partisipatif oleh pelaku utama. (2) Pos penyuluhan berfungsi sebagai tempat pertemuan para penyuluh, pelaku utama, dan pelaku usaha untuk: a. Menyusun programa penyuluhan; b. Melaksanakan penyuluhan di desa/kelurahan; c. Menginventarisasi permasalahan dan upaya pemecahannya; d. Melaksanakan proses pembelajaran melalui percontohan dan pengembangan model usaha tani bagi pelaku utama dan pelaku usaha; e. Menumbuhkembangkan kepemimpinan, kewirausahaan, serta kelembagaan pelaku utama dan pelaku usaha; f. Melaksanakan kegiatan rembug, pertemuan teknis, temu lapang, dan metode penyuluhan lain bagi pelaku utama dan pelaku usaha; g. Memfasilitasi layanan informasi, konsultasi, pendidikan, serta pelatihan bagi pelaku utama dan pelaku usaha; dan h. Memfasilitasi forum penyuluhan perdesaan.
6 Lampiran 2. Format Surat Perintah Tugas KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL BALAI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN NASIONAL JL. Yos Sudarso Jurusan Bolok. Kelurahan Alak. Kecamatan Alak Kota Kupang-Nusa Tenggara Timur Telp / Fax.(0380) bkkpn_kupang@yahoo.co.id DASAR SURAT TUGAS Nomor : ST. /BKKPN/.../ : 1. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.24/MEN/2011 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : PER.23/MEN/2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Nasional; 2. Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Satuan Kerja Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (Balai KKPN) Kupang Tahun Anggaran..., Nomor DIPA-... tanggal...; DIPERINTAHKAN KEPADA: No. NAMA/NIP PANGKAT/GOL JABATAN Tujuan Keperluan Hari/tanggal Pembiayaan :... : Dalam rangka melaksanakan kegiatan di wilayah KKPN..Kab..Prop. :... sampai dengan... (... hari) : Biaya transportasi yang timbul berkaitan dengan pelaksanaan tugas tersebut dibebankan kepada Satker (499352)Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (Balai KKPN) Tahun Anggaran... Demikian surat ini dibuat untuk dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab dan setelah menjalankan tugasnya selambat-lambatnya 1 (satu) minggu, masing-masing/ tim diwajibkan membuat laporan secara tertulis. Kupang, Yang memberi tugas, Kepala Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (Balai KKPN) Dr. Yesaya Mau, A.Pi., M.Si NIP
7 Lampiran 3. Peta wilayah kerja Balai KKPN Kupang
8 Lampiran 4. Penuntun Pelaksanaan Penguatan Kelembagaan Masyarakat I. PENGERTIAN 1. Lembaga adalah unit kegiatan atau kelompok/organisasi yang dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu 2. Lembaga pemerintah adalah lembaga yang berada dalam struktur pemerintahan atau organisasi yang dibentuk oleh pemerintah untuk kepentingan pelayanan masyarakat 3. Kelompok masyarakat adalah organisasi yang dibentuk oleh masyarakat untuk kepentingan masyarakat yang bersangkutan, seperti kelompok tani, kelompok nelayan, kelompok PKK dan kelompok remaja. 4. Pengembangan kelembagaan adalah upaya untuk meningkatkan fungsi dan peranan lembaga-lembaga pemerintah dan masyarakat dalam kerangka pengelolaan KKPN secara terpadu 5. Pelembagaan sistem pengelolaan KKPN adalah suatu proses sosialisasi program dan kegiatan pengelolaan KKPN untuk mendorong upaya peningkatan peranserta masyarakat 6. Peningkatan efektifitas lembaga adalah suatu proses yang mendorong peningkatan kemampuan lembaga-lembaga yang berkepentingan untuk menangani program-program kegiatan pengelolaan KKPN 7. Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses peningkatan kemampuan masyarakat untuk berperan serta dalam program kegiatan pengelolaan KKPN untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat 8. Pemanfaatan potensi masyarakat adalah proses atau kegiatan untuk mendorong keterlibatan masyarakat dengan cara menggali sumberdaya yang dimiliki oleh masyarakat, baik pengetahuan, ketrampilan maupun kebiasaankebiasaan tradisional yang dapat mendukung program-program dalam rangka pengelolaan KKPN 9. KKPN adalah Kawasan Konservasi Perairan Nasional yang dilindungi, dikelola dengan sistem zonasi, untuk mewujudkan pengelolaan sumber daya ikan dan lingkungannya secara berkelanjutan
9 II. PELAKSANAAN PENGUATAN KELEMBAGAAN A. Tingkat Dusun Kegiatan ditingkat dusun dititik beratkan pada: 1. Identifikasi lembaga/kelompok masyarakat yang sudah ada serta menggali peranan dan potensinya dalam pengelolaan KKPN. Satker KKPN, LSM dan Mitra terkait lainnya, pemuka masyarakat bersamasama dengan masyarakat melakukan: 1) Identifikasi semua kelompok/lembaga masyarakat yang sudah ada 2) Identifikasi potensi dan kendala yang dihadapi lembaga-lembaga tersebut dalam pengembangan program-program KKPN 3) Identifikasi harapan-harapan masyarakat tentang peranan lembagalembaga/kelompok-kelompok tersebut dalam pengelolaan KKPN. 2. Pengembangan peranan berbagai lembaga/kelompok masyarakat yang terkait dengan pengelolaan KKPN. Strategi pengembangan peran lembaga-lembaga/kelompok-kelompok masyarakat: Satker KKPN, LSM dan Mitra terkait lainnya, pemuka masyarakat sebagai motivator secara bersama-sama; 1) Mendorong masyarakat untuk memanfaatkan berbagai lembaga/kelompok yang telah ada untuk berperan serta dalam pengelolaan KKPN 2) Memfasilitasi masyarakat melalui bimbingan praktis untuk mengembangkan peranan lembaga-lembaga tersebut dalam usaha mencapai tujuan pengelolaan KKPN 3. Analisis kebutuhan untuk membentuk lembaga/kelompok masyarakat yang diperlukan bagi pengelolaan KKPN. Satker KKPN, LSM dan Mitra terkait lainnya, pemuka masyarakat sebagai motivator melalui pertemuan lalu berdialog dengan masyarakat untuk: 1) Mengkaji kapasitas lembaga-lembaga/kelompok-kelompok masyarakat yang sudah ada.
10 2) Mendorong masyarakat untuk menentukan kelompok-kelompok atau lembaga-lembaga yang dibutuhkan dalam pelaksanaan pengelolaan KKPN. 3) Memberikan pandangan kepada masyarakat untuk merintis berdirinya lembaga- lembaga/kelompok-kelompok masyarakat baru oleh dan untuk kepentingan masyarakat sendiri. 4. Pembentukan lembaga-lembaga/kelompok-kelompok masyarakat baru sesuai kebutuhan. Pembentukan kelompok masyarakat yang baru dilakukan berdasarkan kesepakatan dari masyarakat dan diusahakan agar Satker KKPN didampingi LSM terkait dalam pembentukannya dapat terus; 1) Mendorong masyarakat untuk terlibat aktif dalam pembentukan kelompok- kelompok masyarakat yang dibutuhkan 2) Memberikan pendampingan dalam pembentukan kelompok sesuai dengan sasaran yang diinginkan dan pemilihan kader konservasi serta pengurus kelompok. 5. Identifikasi Lembaga/perusahaan swasta yang berpotensi berperan serta dalam pengelolaan KKPN Ada 4 pendekatan penting untuk mengidentifikasi 1) Identifikasi lembaga/perusahaan swasta (mis: koperasi atau toko) yang memiliki potensi untuk diajak berperan serta dalam pengelolaan KKPN 2) Melakukan penjajagan mengenai kemungkinan keterlibatan lembaga/perusahaan yang telah diidentifikasi, dalam program penguatan kelembagaan masyarakat atau program pemberdayaan masyarakat melalui pertemuan/diskusi 3) Mengusahakan kerja sama antara kelompok-kelompok masyarakat dan lembaga/perusahaan yang bersedia ikut dalam program-program pengelolaan KKPN
11 4) Memberikan pelatihan atau bantuan teknis lainnya, bilamana dianggap perlu, bagi lembaga/perusahaan swasta tersebut untuk meningkatkan kinerjanya. 6. Pemberdayaan lembaga-lembaga yang akan dilibatkan dalam pengelolaan KKPN, baik melalui optimalisasi peran, maupun peningkatan kapasitas. Beberapa strategi pemberdayaan lembaga/kelompok masyarakat dapat dilakukan dengan: 1) Mendorong peran serta aktif dari berbagai lembaga/kelompok masyarakat yang kegiatannya berkaitan langsung dengan pelestarian dan pemanfataan sumber daya ikan dalam wilayah KKPN 2) Meningkatkan frekwensi pertemuan antar lembaga/kelompok masyarakat dengan lembaga pemerintah dan dunia usaha dalam kaitannya dengan pengembangan/peningkatan pengelolaan KKPN 3) Meningkatkan jumlah kegiatan-kegiatan pembangunan, terutama yang berkaitan dengan pelestarian sumber daya ikan yang melibatkan lembaga-lembaga /kelompok-kelompok terkait. 4) Menyelenggarakan acara simulasi tentang program dan kegiatankegiatan rehabilitasi, pengamanan dan kegiatan pengelolaan KKPN lainnya bagi lembaga/kelompok. 5) Melibatkan peran serta lembaga-lembaga/kelompok-kelompok terkait dalam menyusun dan mengembangankan kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan KKPN 6) Mengadakan diskusi kelompok secara berkala untuk membahas pelaksanaan kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam rangka monitoring dan evaluasi. 7) Memanfaatkan potensi nilai-nilai tradisional atau adat-istiadat untuk mendukung pelaksanaan pengelolaan KKPN 7. Pelembagaan program Pelembagaan program dilakukan melalui:
12 1) Peningkatan komitmen anggota lembaga-lembaga/kelompok-kelompok terkait untuk terus-menerus terlibat dalam proses pelaksanaan pengelolaan KKPN 2) Peningkatan peranserta lembaga-lembaga potensial secara konsisten dalam pelaksanaan pengelolaan KKPN. 3) Pengembangan sistim monitoring dan evaluasi kegiatan masyarakat pada umumnya, dan lembaga-lembaga/kelompok-kelompok terkait pada khususnya dalam pelaksanaan pengelolaan KKPN. 8. Pengembangan pengawasan dan pengamanan KKPN yang berbasis masyarakat (POKMASWAS). Pengamanan dan pengawasan KKPN berbasis masyarakat dilakukan sebagai berikut: 1) Mengembangkan sistim pemantauan wilayah KKPN, termasuk peranan dan tanggung jawab setiap anggota POKMASWAS dalam sistem 2) Mengembangkan sistem pengamatan lapangan, termasuk penentuan peranan, penjadwalan, dan tanggung jawab setiap anggota POKMASWAS 3) Mengembangkan sistem evaluasi, termasuk penentuan peranan, penjadwalan, dan tanggung jawab setiap anggota POKMASWAS 4) Meningkatkan peranan lembaga-lembaga masyarakat, pemerintahan dan swasta dalam pengawasan & pengamanan KKPN yang berbasis masyarakat. 9. Pemberdayaan lembaga-lembaga yang berpotensi dalam meningkatkan perekonomian masyarakat. Pemberdayaan lembaga-lembaga masyarakat dilakukan melalui; 1) Memberi mereka informasi tentang kegiatan-kegiatan usaha yang memiliki potensi untuk dikembangkan di dusun yang bersangkutan 2) Memberi pelatihan bagi lembaga-lembaga bersangkutan tentang teknikteknik berusaha 3) Memperkenalkan kepada mereka cara-cara pemanfataan sumber daya ikan yang ramah lingkungan
13 4) Melakukan kajian tentang kemungkinan diversifikasi kegiatan perekonomian masyarakat terutama masyarakat nelayan 10. Dukungan promosi bagi kegiatan-kegiatan ekonomi mikro yang ramah lingkungan dan berpotensi untuk berkembang. Lembaga-lembaga masyarakat dapat meningkatkan peranan mereka dalam mengembangkan perekonomian masyarakat dengan cara-cara sebagai berikut: 1) Ikut serta secara aktif dalam upaya pengembangan berbagai jenis mata pencaharian alternatip di dusun bersangkutan. 2) Memberi bimbingan kepada masyarakat yang ingin mengembangkan usaha baru, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya ikan yang ramah lingkungan 3) Membantu masyarakat setempat untuk melakukan diversifikasi kegiatan usaha mereka, khususnya masyarakat nelayan. 4) Mendorong tumbuhnya kegiatan perekonomian masyarakat yang berbasis pada daratan melalui bimbingan serta pemberian bantuan teknis lainnya terutama bagi nelayan yang berminat. 11. Peningkatan kerjasama antar lembaga-lembaga yang terlibat dalam pembangunan ekonomi dan pengelolaan KKPN. Meningkatkan kerjasama antar lembaga/kelompok dilakukan melalui; 1) Meningkatkan pengembangan berbagai jenis usaha ekonomi mikro alternatip di dusun bersangkutan. 2) Memberikan bimbingan bagi masyarakat yang ingin mengembangkan usaha-saha baru, khususnya yang berkaitan dengan pemanfaatan sumber daya ikan yang ramah lingkungan 3) Membantu masyarakat setempat untuk melakukan diversifikasi kegiatan usaha mereka, khususnya masyarakat nelayan 4) Mendorong tumbuhnya perekonomian masyarakat yang berbasis di daratan melalui bimbingan serta pemberian bantuan teknis lainnya terutama bagi nelayan yang berminat.
14 12. Kajian tentang peluang untuk membangun kemitraan dengan sektor swasta serta peluang-peluang lain yang memberikan penghasilan. Kajian peluang untuk membangun kemitraan dengan sektor swasta serta peluang-peluang lainnya dilakukan melalui; 1) Diskusi dengan masyarakat 2) Jajak pendapat mengenai peluang pembentukan kemitraan dengan lembaga swasta 3) Pendekatan persuasif secara individual maupun kelompok dengan pihak swasta di dusun 4) Mendorong peranserta pihak swasta dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat untuk mencapai tujuan pengelolaan KKPN B. Tingkat Desa Kegiatan pengembangan ditingkat desa dititik beratkan pada: 1. Identifikasi lembaga/kelompok masyarakat yang sudah ada serta menggali peranan dan potensinya dalam pengelolaan KKPN. 1) Identifikasi berbagai kelompok/lembaga masyarakat yang sudah ada melalui kajian statistik desa dan wawancara langsung dengan masyarakat 2) Identifikasi potensi dan kendala yang dihadapi lembaga-lembaga tersebut dalam pelaksanaan kegiatan-kegiatan pengelolaan KKPN 3) Identifikasi harapan-harapan masyarakat di dusun lokasi tentang peranan lembaga-lembaga/kelompok-kelompok di dusun lain atau ditingkat desa tersebut dalam menunjang pengelolaan KKPN. 2. Pengembangan peranan berbagai lembaga/kelompok masyarakat yang terkait dengan pengelolaan KKPN. Strategi pengembangan peran lembaga-lembaga/kelompok-kelompok masyarakat: Satker KKPN, LSM dan Mitra terkait lainnya, pemuka masyarakat sebagai motivator secara bersama-sama; 1) Mendorong masyarakat untuk mengkaji kemungkinan membina kerjasama lembaga-lembaga antar dusun
15 2) Mengkaji kemungkinan dibentuknya lembaga/kelompok masyarakat di tingkat desa (bila diperlukan), untuk mengatasi masalah-masalah yang berkaitan dengan program dan kegiatan pengelolaan KKPN yang melibatkan beberapa dusun di dalam desa yang sama. 3. Identifikasi dan keikutsertaan lembaga-lembaga swasta dalam pengelolaan KKPN. Strategi untuk mengidentifikasi dan mengikutsertakan lembaga-lembaga swasta tingkat desa; 1) Mengkaji statistik desa dan menanyakan langsung pada masyarakat tentang lembaga-lembaga swasta yang diharapkan dapat menunjang kegiatan masyarakat dalam program dan kegiatan pengelolaan KKPN. 2) Melakukan pendekatan persuasif kepada pihak swasta untuk ikut berperanserta bersama-sama masyarakat dalam mengembangkan mata pencaharian alternatif masyarakat yang sesuai dengan program dan kegiatan pengelolaan KKPN. 3) Memfasilitasi pertemuan rutin antara pihak swasta dan lembagalembaga /kelompok-kelompok masyarakat ditingkat desa. 4. Kajian peluang untuk mendirikan jaringan kerjasama antar lembaga Strategi untuk mengkaji peluang mendirikan jaringan kerjasama antar lembaga; 1) Mengembangkan komunikasi sosial antara lembaga-lembaga/kelompokkelompok masyarakat dengan lembaga-lembaga pemerintahan desa. 2) Meningkatkan kerjasama antara lembaga-lembaga/kelompok-kelompok masyarakat di tingkat dusun dengan lembaga-lembaga pemerintahan desa. 3) Meningkatkan koordinasi antara lembaga-lembaga/kelompok-kelompok masyarakat di tingkat dusun dengan lembaga-lembaga pemerintahan desa. 5. Peluang kerjasama dan pembentukan program bersama Strategi untuk mengkaji peluang kerjasama dan membentuk program bersama.
16 1) Melibatkan berbagai lembaga/kelompok masyarakat di dusun-dusun bertetangga serta di tingkat desa dalam program dan kegiatan pengelolaan KKPN. 2) Merintis kerjasama antar lembaga dan berbagi peran dalam program dan kegiatan pengelolaan KKPN. 6. Kajian tentang peranan sektor swasta dalam pengembangan usaha mikro pada tingkat desa Beberapa strategi untuk melakukan kajian peranan sektor swasta : 1) Mengkaji peranan yang mungkin dimainkan oleh sektor swasta untuk menunjang kegiatan ekonomi masyarakat terutama mata pencaharian alternatif. 2) Mendorong keikutsertaan sektor swasta dalam pengembangan mata pencaharian alternatif dan dalam program & kegiatan pengelolaan KKPN. 3) Memfasilitasi pertemuan rutin antara sektor swasta dengan lembagalembaga/kelompok-kelompok masyarakat desa 7. Peningkatan kerjasama antara lembaga/kelompok masyarakat dan lembaga-lembaga pemerintahan desa. Peningkatan kerjasama tersebut dilakukan melalui: 1) Mengembangkan komunikasi sosial antara lembaga-lembaga/kelompokkelompok masyarakat dengan lembaga-lembaga pemerintahan desa. 2) Meningkatkan koordinasi antar lembaga-lembaga tersebut dalam rangka pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan KKPN. 3) Menentukan peran masing-masing lembaga dalam pelaksanaan pengelolaan KKPN. 8. Peningkatan kerjasama antar lembaga dalam pelaksanaan pengawasan dan pengamanan KKPN terpadu Pengamanan dan pengawasan KKPN berbasis masyarakat dilakukan sebagai berikut:
17 1) Menyusun rancangan pengawasan dengan pengamanan KKPN di desa bersama POKMASWAS, mekanisme kerja dan peranan lembaga/anggota POKMASWAS di tingkat desa 2) Menyusun sistem pelaporan dan penyelesaian kasus- pelanggaran serta peranan masing-masing lembaga/mitra kerja 3) Melakukan penyuluhan dan pelatihan bagi POKMASWAS serta aparat desa tentang sistem pengawasan dan pengamanan dalam pengelolaan KKPN C. Tingkat Kecamatan Penguatan kelembagaan di tingkat kecamatan difokuskan pada: 1. Identifikasi lembaga-lembaga pemerintah dan kelompok-kelompok masyarakat yang diharapkan dapat dilibatkan dalam pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan KKPN. 1) Cara mengidentifikasi lembaga-lembaga pemerintahan dan kelompok masyarakat ditingkat Kecamatan. 2) Identifikasi lembaga-lembaga pemerintahan atau lembaga/kelompok masyarakat ditingkat kecamatan yang diharapkan bisa dilibatkan dalam kegiatan yang berkaitan dengan pengelolaan KKPN melalui pertemuan dengan aparat kecamatan. 3) Identifikasi kemungkinan kerjasama dan kesepakatan untuk mengembangkan program mata pencaharian alternatif masyarakat dan kegiatan POKMASWAS antara lain melalui Balai Penyuluhan tingkat Kecamatan (amanat UU no. 16 th 2006). 4) Identifikasi lembaga/kelompok masyarakat dari berbagai desa, melalui kajian data statistik desa dan wawancara langsung dengan masyarakat. 5) Identifikasi peluang kerjasama antar lembaga/kelompok masyarakat diberbagai desa di satu kecamatan, dan menjajagi kemungkinan kerjasama melalui pertemuan antara para wakil dari berbagai lembaga masyarakat.
18 2. Identifikasi lembaga-lembaga swasta yang berpotensi untuk ikut bekerja sama dalam pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan KKPN. 1) Menanyakan langsung kepada aparatur Kecamatan, masyarakat dan mengamati secara langsung keberadaan badan usaha atau pengusaha perorangan di tingkat kecamatan atau di desa-desa sekitar yang mungkin dapat dilibatkan. 2) Menjajaki kemungkinan pengembangan kerjasama dengan badanbadan usaha yang dimaksud melalui pertemuan-pertemuan informal maupun perorangan. 3. Pembentukan jaringan kelembagaan Strategi pembentukan jaringan kelembagaan di tingkat kecamatan yaitu; 1) Mengadakan pertemuan antara para wakil lembaga-lembaga masyarakat di tingkat kecamatan dan di desa-desa sekitar lokasi yang mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaan KKPN. 2) Mengadakan pertemuan untuk menjalin kerjasama antara para wakil kelompok- kelompok masyarakat di desa-desa sekitar lokasi KKPN tersebut. 3) Membentuk jaringan kemitraan antara lembaga pemerintahan di tingkat kecamatan dan desa-desa di sekitar lokasi dan kelompok-kelompok masyarakat serta badan usaha swasta untuk memajukan perekonomian masyarakat setempat. 4. Peningkatan kapasitas lembaga Strategi untuk meningkatkan kapasitas lembaga pemerintah yaitu; 1) Mengadakan pertemuan antara para wakil lembaga-lembaga masyarakat di tingkat kecamatan dan desa-desa sekitar lokasi yang mempunyai peranan penting dalam pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan KKPN. 2) Bersama-sama dengan lembaga pemerintahan kecamatan (via Balai Penyuluhan Kecamatan) dan desa-desa sekitar lokasi untuk; merancang sistem pengamanan DPL melalui POKMASWAS,
19 pengembangan DPL-DPL baru, jenis- jenis mata pencaharian alternatif, dll 3) Bekerjasama dengan lembaga pemerintahan di tingkat kecamatan dan desa-desa disekitar lokasi serta badan usaha yang ada untuk membangun kemitraan dalam kegiatan ekonomi masyarakat khususny dibidang perikanan. 5. Peningkatan koordinasi antara lembaga/kelompok masyarakat dengan pemerintah dan dunia usaha dalam pelaksanaan program dan kegiatan pengelolaan KKPN dan pengembangan usaha ekonomi masyarakat. Peningkatan koordinasi antar lembaga; 1) Meningkatkan koordinasi antar lembaga/kelompok masyarakat, dan antara lembaga/kelompok masyarakat dengan pemerintah dan dunia usaha dalam rangka meningkatkan ekonomi masyarakat melalui pertemuan regular. 2) Mengembangkan kegiatan-kegiatan yang saling menguntungkan untuk kepentingan bersama dengan melibatkan lembaga-lembaga yang penting (mis; unsur dinas pemberdayaan masyarakat) D. Tingkat Kabupaten Kegiatan penguatan kelembagaan di tingkat kabupaten difokuskan pada upaya memajukan perekonomian masyarakat: 1. Memberikan pelatihan bagi lembaga-lembaga pemerintah terkait di tingkat kabupaten (kerjasama dengan LSM, DKP kabupaten, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Perdagangan - UKM, dll) tentang cara-cara mengindentifikasi pasar-pasar potensial bagi produk usaha mikro. 2. Memberikan pelatihan bagi lembaga-lembaga pemerintah dan masyarakat mengenai cara-cara mengembangkan sistim jaringan antar usaha mikro diberbagai desa, dan meningkatkan akses mereka ke pasar.
20 3. Mengidentifikasi dan melibatkan LSM-LSM ditingkat kabupaten, PEMKAB (DKP kabupaten, Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Dinas Perdagangan-UKM dll) dalam pengembangan usaha mikro 4. Memberikan informasi secara berkala kepada lembaga-lembaga pemerintah (mis: Dinas pemberdayaan masyarakat, DKP kabupaten, Dinas Perdagangan-UKM dll) III. EVALUASI III.1 Aspek-aspek yang perlu dikaji: A. Evaluasi keberhasilan pelembagaan program KKPN B. Evaluasi keberhasilan pembentukan kelompok/lembaga masyarakat C. Evaluasi keberhasilan pemberdayaan kelompok/lembaga terkait D. Evaluasi keberhasilan pembentukan jaringan antar lembaga III.2 Indikator-indikator evaluasi A. Indikator kajian keberhasilan pelembagaan program KKPN 1) Masyarakat di lokasi KKPN tersebut telah mengerti akan maksud dan tujuan pengelolaan KKPN 2) Masyarakat di lokasi KKPN tersebut berperan serta secara aktif dalam berbagai program KKPN 3) Pemuka-pemuka/lembaga-lembaga masyarakat baik di kabupaten, kecamatan, desa maupun dusun diwilayah KKPN tersebut ikut mempromosikan keberhasilan pengelolaan KKPN 4) Pejabat baik di kabupaten, kecamatan, desa maupun dusun di wilayah KKPN tersebut ikut mempromosikan keberhasilan pengelolaan KKPN B. Indikator kajian keberhasilan pembentukan kelompok/lembaga masyarakat 1) Kelompok-kelompok masyarakat yang relevan bagi KKPN tersebut seperti kelompok produksi, kelompok konservasi dan kelompok wanita telah dibentuk. 2) Lembaga-lembaga swadaya masyarakat yang akan berpartisipasi dalam program KKPN telah terbentuk di lokasi KKPN tersebut
21 C. Indikator kajian keberhasilan pemberdayaan kelompok/lembaga terkait 1) Kelompok/lembaga terkait telah mendapat berbagai pelatihan yang relevan bagi pelaksanaan pengelolaan KKPN dan sesuai dengan fungsi masing - masing kelompok/lembaga. 2) Kelompok-kelompok masyarakat telah melakukan berbagai kegiatan sesuai dengan fungsi mereka; kelompok konservasi telah aktif mempromosikan cara-cara konservasi, kelompok produksi telah giat melakukan kegiatan produksi dsb. 3) Lembaga-lembaga swadaya masyarakat telah berperan serta dalam pelatihan, memberi bantuan teknis bagi kelompok-kelompok masyarakat, mempromosikan KKPN, dsb. 4) Lembaga-lembaga pemerintah yang terkait telah memberikan bantuan yang diperlukan untuk keberhasilan KKPN. D. Indikator kajian keberhasilan pembentukan jaringan antar lembaga 1) Jaringan kerjasama antar kelompok/lembaga yang sama diberbagai dusun dan desa telah terbentuk dan mulai berfungsi. 2) Kerjasama antara berbagai lembaga terkait diberbagai lokasi telah tercipta dan berfungsi.
22 Lampiran 5. Penuntun pengembangan Mata Pencaharian Alternatif Pengembangan mata pencaharian alternatif dilakukan sebagai salah satu cara untuk mengurangi tekanan pada terumbu karang dan sumber daya ikan lainnya, disamping juga untuk mengurangi ketergantungan nelayan pada tengkulak pada masa panceklik. Pengembangan mata pencaharian alaternatif dilakukan melalui; 1. Menentukan jenis-jenis usaha yang akan dikembangkan 2. Melengkapi studi kelayakan masing-masing pilihan, khususnya dengan penelitian pasar. 3. Memberdayakan/membentuk kelompok ekonomi mikro. 4. Memberikan pelatihan teknis dan manajemen usaha. 5. Mengusahakan pembiayaan bagi usaha-usaha pilihan; a) Penyediaan dana awal. b) Peningkatan akses ke berbagai sumber dana c) Mengkaji kemungkinan pengembangan koperasi Analisis kebutuhan mata pencaharian alternatif dilakukan dengan cara; 1. Mengidentifikasi jenis-jenis usaha /kegiatan yang ingin dikembangkan dalam pengembangan mata pencaharian alternatif. 2. Mengidentifikasi jenis-jenis usaha/kegiatan masyarakat yang ingin dikurangi. 3. Membuat kajian kelayakan bagi setiap jenis kegiatan mata pencaharian alternatif Analisis biaya-manfaat Studi pemasaran 4. Membuat perkiraan dana yang dibutuhkan
Judul : SOP PENGUATAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT KELOMPOK WANITA KKPN, BALAI KKPN KUPANG Nomor : PKL.5/01 Ruang lingkup : Standar operasional prosedur
Judul : SOP PENGUATAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT KELOMPOK WANITA KKPN, BALAI KKPN KUPANG Nomor : PKL.5/01 Ruang lingkup : Standar operasional prosedur penguatan kelembagaan masyarakat ini dibuat hanya diperuntukan
Lebih terperinciJudul : SOP PENGUATAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT BUDIDAYA, BALAI KKPN KUPANG Nomor : PKL.2/01 Ruang lingkup : Standar operasional prosedur penguatan
Judul : SOP PENGUATAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT BUDIDAYA, BALAI KKPN KUPANG Nomor : PKL.2/01 Ruang lingkup : Standar operasional prosedur penguatan kelembagaan masyarakat melalui budidaya ikan ini dibuat
Lebih terperinciJudul : SOP PENGUATAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT PENANGKAPAN IKAN, BALAI KKPN KUPANG
Judul : SOP PENGUATAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT PENANGKAPAN IKAN, BALAI KKPN KUPANG Nomor : PKL.3/01 Ruang lingkup : Standar operasional prosedur penguatan kelembagaan masyarakat melalui penangkapan ikan
Lebih terperinciJudul : SOP PENGUATAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT POKMASWAS, BALAI KKPN KUPANG
Judul : SOP PENGUATAN KELEMBAGAAN MASYARAKAT POKMASWAS, BALAI KKPN KUPANG Nomor Ruang lingkup : PKL.4/01 : Standar operasional prosedur penguatan kelembagaan masyarakat melalui Kelompok Masyarakat Pengawas
Lebih terperinciJudul : SOP INVESTASI BUDIDAYA DI WILAYAH KKPN, BALAI KKPN KUPANG Nomor : INB.1/01 Ruang lingkup : Standar operasional prosedur investasi budidaya
Judul : SOP INVESTASI BUDIDAYA DI WILAYAH KKPN, BALAI KKPN KUPANG Nomor : INB.1/01 Ruang lingkup : Standar operasional prosedur investasi budidaya ini dibuat hanya diperuntukan bagi pelaksanaan investasi
Lebih terperinciJudul : SOP PENELITIAN BAGI WARGA NEGARA ASING DI WILAYAH KKPN, BALAI KKPN KUPANG Nomor : Penel.1/01 Ruanglingkup : Standar operasional prosedur
Judul : SOP PENELITIAN BAGI WARGA NEGARA ASING DI WILAYAH KKPN, BALAI KKPN KUPANG Nomor : Penel.1/01 Ruanglingkup : Standar operasional prosedur penelitian bagi Warga Negara Asing ini dibuat hanya diperuntukan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BONE NOMOR 5 TAHUN 2010 T E N T A N G PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN
Lebih terperinciMENJAWAB TANTANGAN KONSERVASI KELAUTAN,PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL ( MEMAHAMI MAKNA UNTUK MENGELOLA )
MENJAWAB TANTANGAN KONSERVASI KELAUTAN,PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL ( MEMAHAMI MAKNA UNTUK MENGELOLA ) DISAMPAIKAN OLEH AGUS DERMAWAN DIREKTUR KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN -1- PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN HALMAHERA TIMUR NOMOR 29 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEEN HALMAHERA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciMEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2009 TENTANG PEMBIAYAAN, PEMBINAAN, DAN PENGAWASAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK
Lebih terperinciRENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA
RENCANA AKSI PENGELOLAAN TNP LAUT SAWU DAN TWP GILI MATRA Balai Kawasan Konservasi Perairan Nasional (BKKPN) KUPANG Jl. Yos Sudarso, Jurusan Bolok, Kelurahan Alak, Kecamatan Alak, Kota Kupang, Provinsi
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH
1 PEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKULU TENGAH NOMOR 08 TAHUN 2012 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUH PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 4 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN
Lebih terperinciDATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG
DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MAWALI KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG 1. PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT (DPL) 1. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan
Lebih terperinciBUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 05 TAHUN 2011 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN, KEDUDUKAN, TUGAS POKOK DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO, Menimbang:
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa
Lebih terperinci2018, No Menteri Pertanian sebagaimana dimaksud dalam huruf a perlu ditinjau kembali; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud da
No.124, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMTAN. Penyuluhan Pertanian. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 03/Permentan/SM.200/1/2018 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENYULUHAN
Lebih terperinciPEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03//Permentan/OT.140/1/2011 TANGGAL : 31 Januari 2011 PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Lebih terperinciDATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG
DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PINTU KOTA KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG . PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN
PERATURAN PRESIDEN NOMOR 154 TAHUN 2014 TENTANG KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN
Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.42/Menhut-II/2012 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG
PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BANYUMAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1151, 2012 KEMENTERIAN KEHUTANAN. Penyuluh Kehutanan. Swasta. Swadaya Masyarakat. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.42/MENHUT-II/2012 TENTANG PENYULUH
Lebih terperinciPERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT
PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI JAWA BARAT GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciWALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI
SALINAN WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 6 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN MODEL KAWASAN RUMAH PANGAN LESTARI DI KOTA KEDIRI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA KEDIRI, Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 39 TAHUN 2007
GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 39 TAHUN 2007 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATAKERJA SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN PROVINSI LAMPUNG
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARA ENIM NOMOR 5 TAHUN 2008 PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUARA ENIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 15 TAHUN : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 15 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.12/MEN/2010 TENTANG MINAPOLITAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendorong percepatan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.150, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEHUTANAN. PNPM Mandiri. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.16/MENHUT-II/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG
KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pemberdayaan masyarakat
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA DAN PENUYUH PERTANIAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH
BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PENGELOLA KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciBAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
BAB II VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN A. Visi Visi yang telah ditetapkan oleh Dinas Perikanan dan Kelautan Kabupaten Pelalawan adalah Menjadi Fasilitator dan Penggerak Ekonomi Masyarakat Perikanan
Lebih terperinciDATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG
DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN PAUDEAN KECAMATAN LEMBEH SELATAN KOTA BITUNG 1. PENGELOLAAN LINGKUNGAN 1. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan dengan terumbu
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
PEMERINTAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA/KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN,
Lebih terperinciBUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G
BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS NOMOR 28 TAHUN 2008 T E N T A N G PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN MUSI RAWAS DENGAN
Lebih terperinciPETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI
PETUNJUK PELAKSANAAN PENGEMBANGAN KELEMBAGAAN EKONOMI PETANI PUSAT PENYULUHAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBERDAYA MANUSIA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 i ii KATA PENGANTAR Pengembangan
Lebih terperinciDATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MOTTO KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG
DATA PERENCANAAN DESA KELURAHAN MOTTO KECAMATAN LEMBEH UTARA KOTA BITUNG . PENGELOLAAN DAERAH PERLINDUNGAN LAUT. Menjaga dan memperbaiki kualitas ekosistem terumbu karang dan habitat yang berhubungan dengan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 14/MEN/2009 TENTANG MITRA BAHARI MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sebagai tindak lanjut Pasal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS. NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN MAROS NOMOR : 05 Tahun 2009 TENTANG KEHUTANAN MASYARAKAT DI KABUPATEN MAROS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAROS Menimbang : a. bahwa guna meningkatkan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEMERINTAH DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT,
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG
PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 24 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEMERINTAHAN DESA KABUPATEN SUMBAWA BUPATI SUMBAWA Menimbang : Mengingat : a.
Lebih terperinciUU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K)
UU Nomor 16 Tahun 2006 Tentang SISTEM PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN (SP3K) PUSAT PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN BADAN PENGEMBANGAN SDM KELAUTAN DAN PERIKANAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
Lebih terperinciPERAT URAN DAERAH K ABUP AT EN BAT ANG NOMOR
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN BATANG DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 03/Permentan/OT.140/1/2011 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN TENAGA HARIAN LEPAS TENAGA BANTU PENYULUH PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 5 2009 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN DAN SUSUNAN ORGANISASI BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.13/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.76/Menlhk/Setjen/Kum.1/8/2016 TENTANG PENYULUH KEHUTANAN SWASTA DAN PENYULUH KEHUTANAN SWADAYA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH. KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.
PEMERINTAH KABUPATEN MALANG DESA/ KEL.. KECAMATAN... Jalan... No... Telp.(0341)... CONTOH KEPUTUSAN DESA/ KELURAHAN... Nomor : 180/ /421.629/2012 TENTANG TIM PEMBINA/ POKJA POS PELAYANAN TERPADU DESA/
Lebih terperinci2016, No Kehutanan tentang Penyuluh Kehutanan Swasta dan Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 199
No.1410, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Penyuluh Kehutanan. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.76/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2016 TENTANG
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN MAJENE
PEMERINTAH KABUPATEN MAJENE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No. 1230, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUT. Kelompok Tani Hutan. Pembinaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.57/Menhut-II/2014 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN KELOMPOK
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH
BUPATI BANGKA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN TERUMBU KARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa ekosistem
Lebih terperinciStrategi 3: Mencegah erosi Daerah Aliran Sungai (DAS) dan banjir di wilayah pemukiman penduduk Mengurangi Dampak Erosi Daratan/Lahan Pertanian
Hasil yang diharapkan Taraf hidup masyarakat meningkat Anak putus sekolah berkurang Pengangguran di dalam desa berkurang Indikator Pendapatan nelayan, petani dan masyarakat lainnya Data jumlah anak putus
Lebih terperinci2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2008 tentang Wilayah Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 177, Tambahan Lembaran
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1170, 2015 BNPP. Garda Batas RI. Pembinaan. Pedoman. BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2011 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.23/MEN/2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN
BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN BUPATI BULUKUMBA NOMOR : 87 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN SARANA DAN PRASARANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN, DAN KEHUTANAN KABUPATEN BULUKUMBA DENGAN
Lebih terperinciPedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir
Pedoman Umum Penyusunan Rencana Pengembangan Desa Pesisir i Kata Pengantar Kegiatan pembangunan di wilayah pesisir dan Pulau-Pulau Kecil mempunyai potensi dampak kerusakan habitat, perubahan pada proses
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I PENDAHULUAN
LAMPIRAN II PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 82/Permentan/OT.140/8/2013 TANGGAL : 19 Agustus 2013 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA DEFINITIF KELOMPOKTANI DAN RENCANA DEFINITIF KEBUTUHAN KELOMPOKTANI BAB I
Lebih terperinciSINERGI DAN PERAN KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAL (KPPN) DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN
SINERGI DAN PERAN KOMISI PENYULUHAN PERIKANAN NASIONAL (KPPN) DALAM PENYELENGGARAAN PENYULUHAN KELAUTAN DAN PERIKANAN Oleh : Ir.Sumardi S. M.Ed dan Dr Soen an HP Komisi Penyuluhan Perikanan Nasional Disampaikan
Lebih terperinciBUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG
BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 53 TAHUN 2008 TENTANG URAIAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PEREMPUAN KABUPATEN SITUBONDO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 15 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KOORDINASI PENYULUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:
Lebih terperinciKeputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan
Keputusan Menteri Kehutanan No. 31 Tahun 2001 Tentang : Penyelenggaraan Hutan Kemasyarakatan Menimbang : a. bahwa dengan Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan Nomor 677/Kpts-II/1998 jo Keputusan Menteri
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KELAUTAN
Lebih terperinciMENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG
MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/11/2008 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN PENYULUH PERTANIAN SWADAYA DAN PENYULUH PERTANIAN SWASTA DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciBUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN
SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciPERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG
PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DAN PERHUTANAN SOSIAL NOMOR: P. 1 /V-SET/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PEMBENTUKAN SENTRA HASIL HUTAN BUKAN KAYU UNGGULAN DIREKTUR JENDERAL
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG
BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR : 30 TAHUN 2008 TENTA NG PENJABARAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PELAKSANA PENYULUHAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN PURWOREJO BUPATI PURWOREJO,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO
PEMERINTAH KABUPATEN WONOSOBO PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI WONOSOBO, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciBUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G
BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 10 TAHUN 2010 T E N T A N G BADAN PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN SIGI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIGI,
Lebih terperinciOleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan
Oleh: Ir. Agus Dermawan, M.Si. Direktur Konservasi Kawasan dan Jenis Ikan DIREKTORAT KONSERVASI KAWASAN DAN JENIS IKAN DIREKTORAT JENDERAL KELAUTAN, PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL KEMENTERIAN KELAUTAN DAN
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 19 TAHUN 2013 TENTANG SEKRETARIAT BADAN KOORDINASI PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciDUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA
DUKUNGAN PASCAPANEN DAN PEMBINAAN USAHA PEDOMAN TEKNIS PEMBINAAN USAHA PERKEBUNAN TAHUN 2013 DIREKTORAT JENDERAL PERKEBUNAN KEMENTERIAN PERTANIAN DESEMBER 2012 KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU
PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 2 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN ORGANISASI DAN TATA KERJA KANTOR PELAKSANA PENYULUHAN PERTANIAN, PERIKANAN DAN KEHUTANAN KABUPATEN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR PER. 13/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 13/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PROGRAMA PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciPERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA.
PERATURAN BUPATI SUMBAWA NOMOR 17 TAHUN 2008 TENTANG RINCIAN TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN KABUPATEN SUMBAWA. BUPATI SUMBAWA Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER. 18/MEN/2008 TENTANG AKREDITASI TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN WILAYAH PESISIR DAN PULAU-PULAU KECIL MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN
PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR PER.07/MEN/2008 TENTANG BANTUAN SOSIAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PESISIR DAN PEMBUDIDAYA IKAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciPROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,
PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG MEKANISME KERJA DAN METODE PENYULUHAN DI WILAYAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG
- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA
PEMERINTAH KABUPATEN PURBALINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENATAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.29/Menhut-II/2013 TENTANG PEDOMAN PENDAMPINGAN KEGIATAN PEMBANGUNAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinci