PENGENDALIAN SOSIAL. Judul. Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas : II (Dua) Nomor Modul : Sos.II.02

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGENDALIAN SOSIAL. Judul. Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas : II (Dua) Nomor Modul : Sos.II.02"

Transkripsi

1 Judul PENGENDALIAN SOSIAL Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas : II (Dua) Nomor Modul : Sos.II.02 Penulis : Drs. Arief Herdiyanto C. Penyunting Materi : Drs. Eko Tri Rahardjo, M.Pd. Penyunting Media : Dra. Indrayanti Christanto, M.Pd.

2 DAFTAR ISI IDENTITAS DAFTAR ISI PENDAHULUAN Kegiatan Belajar 1: PENGENDALIAN SOSIAL... 5 Petunjuk... 5 Uraian Materi... 5 I. Pengertian Pengendalian Sosial... 5 II. Cakupan Pengendalian Sosial... 6 III. Sifat Pengendalian Sosial... 7 IV. Tujuan Pengendalian Sosial... 8 TUGAS KEGIATAN Kegiatan Belajar 2: TEKNIK-TEKNIK PENGENDALIAN SOSIAL Petunjuk Uraian Materi I. Cara-cara Pengendalian Sosial II. Bentuk-bentuk Pengendalian Sosial TUGAS KEGIATAN Kegiatan Belajar 3: KONSEKUENSI PENGENDALIAN SOSIAL Petunjuk Uraian Materi I. Fungsi Pengendalian Sosial II. Peranan Pranata Sosial atau Lembaga Sosial Dalam Pengendalian Sosial III. Konsekuensi Penggunaan Teknik-teknik Pengendalian Sosial TUGAS KEGIATAN PENUTUP KUNCI KEGIATAN DAFTAR PUSTAKA... 31

3 PENDAHULUAN Salam jumpa, mudah-mudahan Anda dalam keadaan sehat dan suasana hati yang baik saat membaca modul ini, sehingga Anda dapat membaca modul ini dengan cermat dan teliti. Pernahkah Anda melihat polisi mengendalikan aksi unjuk rasa para buruh pabrik? Atau pernahkah Anda berusaha melerai teman Anda yang sedang berkelahi? Itulah yang dimaksud dengan pengendalian sosial! Pengendalian sosial itulah yang akan kita pelajari dalam modul ini. Kemampuan Anda mengklasifikasi jenis-jenis pengendalian sosial, serta mengungkapkan teknik-teknik pengendalian sosial, kemudian mampu mengatasi konsekuensi penggunaan teknik-teknik pengendalian sosial dalam masyarakat, merupakan tujuan pencapaian hasil belajar Anda setelah mempelajari modul ini. Modul ini terbagi menjadi tiga kegiatan. Kegiatan Belajar 1: Pengertian Pengendalian Sosial. Kegiatan Belajar 2: Teknik-teknik Pengendalian Sosial. Kegiatan Belajar 3: Konsekuensi Pengendalian Sosial. Untuk mempelajari modul ini diperlukan waktu 6 jam pelajaran atau 6 kali 45 menit. Pada akhir setiap kegiatan belajar disediakan soal-soal latihan atau tugas yang harus Anda kerjakan. Di bagian belakang modul ini disediakan kunci jawaban. Pergunakan kunci jawaban tersebut setelah Anda selesai mengerjakan latihan/tugas Anda. Dengan demikian Anda dapat mengukur atau menilai kemajuan belajar Anda sendiri. Pelajari modul ini kegiatan demi kegiatan, sehingga seluruh kegiatan belajar dapat Anda kuasai dengan baik dan benar. Apabila Anda masih belum paham benar, bacalah berulang-ulang dengan lebih cermat, diskusikanlah dengan teman dan guru Anda, atau tanyalah kepada orang yang menguasai benar masalah itu, bisa pula dengan banyak membaca koran, majalah, dsb. Selamat belajar, semoga Anda berhasil.

4 4

5 Kegiatan Belajar 1 PENGENDALIAN SOSIAL Setelah mempelajari kegiatan belajar 1 ini Anda diharapkan dapat: 1. menyimpulkan pengertian pengendalian sosial dari berbagai macam pendapat; 2. mengemukakan empat cakupan pengendalian sosial; 3. membedakan sifat pengendalian sosial; dan 4. menyimpulkan tujuan pengendalian social. I. Pengertian Pengendalian Sosial Manusia dalam kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi tersebut adakalanya timbul masalah, misalnya terjadi salah paham lalu berkelahi. Benar tidak? Bagaimana kalau timbul masalah? Tentunya kita semua berharap masalah tersebut dapat diselesaikan dengan baik dan akan kembali pada situasi dan kondisi semula, sehingga akan terwujud suatu keseimbangan sosial (social equilibrium). Untuk menciptakan keseimbangan sosial tersebut diperlukan upayaupaya menghilangkan penyimpangan-penyimpangan sosial seperti yang pernah Anda pelajari dari modul terdahulu. Agar Anda mudah mengerti, perhatikan gambar di bawah ini. Gambar 1. Pengendalian Sosial 5

6 Dari gambar di atas seseorang yang melerai perkelahian tersebut melakukan pengendalian sosial demi terciptanya kembali keadaan keseimbangan sosial, yang terwujud melalui perdamaian kembali kedua orang yang berkelahi. Berikut ini beberapa definisi tentang pengendalian sosial. Menurut Berger (1978) Pengendalian Sosial adalah: berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang. Roucek (1965) mengemukakan bahwa Pengendalian Sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana dimana individu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok. Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang didalam masyarakat disebut pengendalian sosial (Social Control). Bagaimana, Anda sudah paham? Bagus, bila Anda sudah paham. Untuk lebih memahami marilah kita lanjutkan belajar tentang pengendalian sosial dengan penjelasan mengenai cakupan pengendalian sosial. II. Cakupan Pengendalian Sosial Siapa saja yang terlibat dalam pengendalian sosial? Yang terlibat dalam pengendalian sosial bisa seorang individu atau kelompok individu/manusia. Contohnya sebagai berikut: 1. Pengawasan antar individu. Contoh: Amir menyuruh adiknya agar berhenti berteriak-teriak. Tono mengawasi adiknya agar tidak berkelahi. Polisi memerintahkan memakai helm pada seorang pengendara sepeda motor. Dari contoh di atas Amir, Tono dan Polisi sebagai individu (manusia seorang diri) pengendali sosial, yang mengendalikan individu lain. 2. Pengawasan individu dengan kelompok. Contoh: Guru mengawasi ujian di kelas. Polisi mengatur lalu lintas. Bapak memerintah anak-anaknya untuk segera belajar daripada ribut terus. Dari contoh di atas guru, polisi, dan bapak sebagai individu yang melakukan pengendalian sosial terhadap kelompok individu, yaitu murid, pengguna jalan dan anak-anak. 6

7 3. Pengawasan kelompok dengan individu. Contoh: Bapak dan Ibu Pranoto selalu mengontrol perilaku anak tunggalnya. Sekelompok orang menyuruh turun pada seorang anak yang memanjat tiang listrik. Kawanan massa menghajar seorang pencopet. Dari contoh di atas Bapak dan Ibu, sekelompok orang dan kawanan massa merupakan kelompok pengendali sosial terhadap seorang individu, yaitu anak tunggal, seorang anak dan seorang pencopet. 4. Pengawasan antar kelompok. Contoh: Dua perusahaan yang melakukan joint venture (patungan) selalu melakukan saling pengawasan. Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memeriksa Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas). Dua atau lebih negara berkembang bergabung dalam pengawasan peredaran obat-obatan terlarang. Dari contoh di atas, ada kelompok orang dalam perusahaan, BPK dan Negara yang mengawasi atau sebagai pengendali sosial kelompok lain yaitu perusahaan, Depdiknas dan negara berkembang. Demikianlah, Anda kini telah mengetahui 4 hal cakupan pengendalian sosial. Cobalah cari contoh-contoh lain agar Anda lebih memahaminya. Diskusikan dengan teman atau guru Anda. Setelah Anda mengetahui 4 cakupan pengendalian sosial, selanjutnya akan kita bahas mengenai sifat-sifat pengendalian sosial. III. Sifat Pengendalian Sosial Bagaimana masyarakat melakukan pengendalian sosial terhadap perilaku anggotanya? Ada 2 sifat yang dipakai dalam pengendalian sosial. Dua sifat dalam pengendalian sosial tersebut yaitu : 1. Preventif: yaitu pengendalian sosial yang dilakukan sebelum terjadi pelanggaran, artinya mementingkan pada pencegahan agar tidak terjadi pelanggaran. Contoh: Untuk mencegah anaknya berkelahi Ibu Amir menyuruh anak-anaknya tidak bermain di luar rumah. Tidak bosan-bosannya guru menasehati murid-muridnya untuk segera pulang dan tidak nongkrong-nongkrong dulu di jalanan; untuk menghindari terjadinya tawuran pelajar, merokok atau terlibat narkoba. 2. Represif: adalah pengendalian sosial yang dilakukan setelah orang melakukan suatu tindakan penyimpangan (deviasi). 7

8 Pengendalian sosial ini bertujuan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum terjadinya tindakan penyimpangan. Contoh: Berulangkali Ibu Tono menasehati agar Tono tidak berkelahi, namun suatu hari kemudian Tono berkelahi juga. Betulkah itu contoh pengendalian social represif? Jelas itu salah! Mengapa? Karena nasehat kepada Tono dilakukan sebelum Tono berkelahi. Contoh pengendalian represif yang betul, misalnya : Hakim menjatuhkan hukuman kepada terpidana. Pak Rudi di PHK karena korupsi. Dari contoh tersebut, terpidana dan Pak Rudi mendapat hukuman dan PHK setelah melakukan tindakan penyimpangan. Nah, Anda kini telah mengerti dua sifat pengendalian sosial. Cobalah Anda cari contoh-contoh lain agar Anda lebih memahaminya. Diskusikan dengan teman atau guru Anda. Selamat untuk usaha Anda. Marilah sekarang kita lanjutkan belajarnya. Tahukah Anda mengapa perlu pengendalian sosial? Apa tujuannya? Nah, untuk itu marilah kita bahas tujuan pengendalian sosial. IV. Tujuan Pengendalian Sosial Tahukah Anda apa tujuan masyarakat melakukan pengawasan terhadap perilaku dan tindakan para anggotanya? Tulislah jawaban Anda pada kertas tersendiri dan jangan melihat jawabannya dahulu untuk menguji kemampuan Anda sendiri. Nah, sekarang cocokkan jawaban Anda dengan jawaban berikut: Tujuan pengendalian sosial adalah terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas dan perubahan di dalam masyarakat. Sebelum terjadi perubahan, dalam masyarakat sudah terkondisi suatu keadaan yang stabil, selaras, seimbang dan sebagainya. Dengan adanya perubahan, menyebabkan terjadi keadaan yang tidak stabil. Tujuan pengendalian sosial untuk memulihkan keadaan yang serasi seperti sebelum terjadinya perubahan. Apakah jawaban Anda betul atau mendekati pengertian di atas? Bagus bila demikian. Alangkah damai, tentram dan amannya kehidupan kita seandainya semua anggota masyarakat menyadari sepenuhnya untuk melaksanakan keteraturan, keserasian dan ketertiban social. Dengan demikian kita tidak perlu terlalu banyak melakukan pengendalian sosial. Setuju! Sekarang, coba amati keadaan masyarakat di lingkungan Anda. Catat kejadian-kejadian yang termasuk dalam wujud cakupan pengendalian sosial, serta kejadian-kejadian yang termasuk sifat-sifat pengendalian sosial. Kalau sudah Anda temukan dan catat, saya salut pada Anda! Namun, apakah contoh wujud cakupan pengendalian sosial yang Anda catat beserta sifat pengendalian sosialnya sudah benar? Mari kita cocokkan. 8

9 Ada 4 cakupan pengendalian sosial yaitu: 1. pengendalian sosial antar individu; 2. pengendalian sosial individu terhadap kelompok; 3. pengendalian sosial kelompok terhadap individu; 4. pengendalian sosial antar kelompok. Apakah kejadian-kejadian yang Anda temukan tersebut menunjukkan ke 4 hal di atas? Ada dua sifat pengendalian social: 1. Preventif: sebelum terjadi pelanggaran. 2. Represif: setelah terjadi pelanggaran. Apakah kejadian-kejadian yang Anda temukan menunjukkan ke 2 sifat itu? Kalau belum benar dan komplit, cari dan catat kembali kejadian-kejadian di sekitar Anda! Selamat untuk usaha Anda! Kini Anda telah selesai mempelajari kegiatan 1 modul ini. Sebelum Anda melangkah mengerjakan Tugas Kegiatan 1, bacalah sekali lagi dan diskusikan dengan teman atau guru bila ada hal yang perlu lebih diperjelas lagi. Setelah itu, coba Anda kerjakan tugas di bawah ini. 9

10 KEGIATAN 1 A. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar! Pengendalian sosial adalah... A. upaya untuk melerai perselisihan antar dua kelompok B. usaha untuk menciptakan perdamaian dunia C. upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang dalam masyarakat D. keadaan suatu masyarakat yang aman terkendali E. terdapatnya keteraturan dan ketertiban dalam masyarakat. 2. Pengendalian sosial menurut Berger adalah... A. berbagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang B. upaya bersama untuk saling menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup C. kondisi dalam masyarakat yang disebabkan oleh adanya ketertiban dan keteraturan D. wujud suatu kemapanan pola hidup masyarakat maju E. seluruh anggota masyarakat berupaya menciptakan perilaku terkendali. 3. Pengendalian sosial adalah suatu istilah relatif yang mengacu pada proses terencana dimana individu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup suatu kelompok, adalah pendapat: A. Berger B. Froman C. Lapiere D. Lemert E. Roucek. 4. Perhatikan contoh berikut: 1. Toni mengawasi adiknya agar tidak berkelahi lagi. 2. Polisi lalu lintas mengatur para pengendara di perempatan jalan. 3. Andi menangisi adiknya yang meninggal akibat tawuran pelajar. 4. Sebagai anak tunggal Tomi selalu dikontrol orang tuanya. 5. Sekelompok masyarakat berjaga-jaga untuk mengantisipasi terjadinya serangan balasan kelompok lain, karena kemarin terlibat tawuran. Dari contoh di atas, 4 contoh yang termasuk dalam cakupan pengendalian sosial, yaitu... A. 1, 2, 3 dan 4 B. 1, 2, 3 dan 5 C. 1, 2, 4 dan 5 D. 1, 3, 4 dan 5 E. 2, 3, 4 dan 5

11 5. Perhatikan pernyataan-pernyataan berikut: 1. Rudi mendapat peringatan keras dari Kepala Sekolah karena sering bolos. 2. Perampas motor dikeroyok massa. 3. Anto sering dinasehati ibunya sejak kecil, agar tidak merokok. 4. Himbauan Wali Kelas kepada muridnya agar rajin belajar pada awal tahun ajaran. Dari pernyataan-pernyataan di atas yang termasuk Pengendalian Sosial Represif adalah: A. 1 B. 2 C. 3 D. 1 dan 2 E. 3 dan Terciptanya suatu keadaan dimana anggota masyarakat bertindak sesuai dengan harapan kelompok atau masyarakat yang bersangkutan, merupakan perwujudan... A. proses pengendalian sosial B. cakupan pengendalian sosial C. sifat pengendalian sosial D. tujuan pengendalian sosial E. manfaat pengendalian sosial. B. Kerjakan tugas ini dengan baik. 1. Dari berbagai macam definisi pengendalian sosial yang Anda sudah pahami, cobalah Anda merumuskan sendiri pengertian pengendalian sosial. 2. Coba Anda bandingkan definisi pengendalian sosial menurut Berger dengan Roucek! Definisi mana yang sesuai dengan keadaan yang sering terjadi di lingkunganmu? 3. Apa tujuan tata tertib yang ada di sekolah tempat Anda belajar? 11

12 12

13 Kegiatan Belajar 2 TEKNIK-TEKNIK PENGENDALIAN SOSIAL Setelah mempelajari kegiatan belajar 2 ini Anda diharapkan dapat: 1. menguraikan cara-cara pengendalian sosial; 2. mengkategorikan bentuk-bentuk pengendalian sosial. I. Cara-cara Pengendalian Sosial Belakangan ini kalau kita membaca koran sering mendapat berita terjadinya tawuran antara kelompok masyarakat yang kadang-kadang berbau SARA (Suku, Agama, Ras, antar golongan). Cara pengendalian sosial apakah yang sebaiknya dilakukan kelompok masyarakat tersebut? Bagaimana cara Anda mengatasinya bila itu terjadi di lingkungan Anda? Berikan dua cara yang dapat Anda lakukan. Sekarang cocokkan jawaban Anda, apakah sesuai dengan cara-cara berikut. A. Cara Persuasif Cara persuasif lebih menekankan pada usaha untuk mengajak atau membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku dimasyarakat. Terkesan halus dan menghimbau. Aspek kognitif (pengetahuan) dan afektif (sikap) sangat ditekankan. Contoh: 1. Para tokoh masyarakat membina warganya dengan memberi nasehat kepada warga yang bertikai agar selalu hidup rukun, menghargai sesama, mentaati peraturan, menjaga etika pergaulan, dan sebagainya. 2. Seorang ibu dengan penuh kasih sayang menasehati anaknya yang ketahuan mencuri. Ibu itu berusaha memberi pengertian pada anaknya bahwa mencuri itu perbuatan yang tercela dosa dan sangat merugikan orang lain. Mencuri itu akan berakibat buruk pada kehidupannya kelak. Ia akan menjadi orang terkucil dan tersingkir dari masyarakat. 3. Seorang guru membimbing dan membina muridnya yang ketahuan merokok di sekolah. Guru tersebut dengan penuh kewibawaan dan kesabaran menanamkan pengertian bahwa merokok itu merusak kesehatan dan juga merugikan orang lain, selain itu juga merupakan pemborosan. 13

14 B. Cara Koersif Cara koersif lebih menekankan pada tindakan atau ancaman yang menggunakan kekerasan fisik. Tujuan tindakan ini agar si pelaku jera dan tidak melakukan perbuatan buruknya lagi. Jadi terkesan kasar dan keras. Cara ini hendaknya merupakan upaya terakhir sesudah melakukan cara persuasif, contoh: 1. Agar para perampas sepeda motor jera akan perbuatannya, maka ketika tertangkap masyarakat langsung mengeroyoknya. Tindakan tersebut sebenarnya dilarang secara hukum, karena telah main hakim sendiri. Namun cara tersebut dilakukan masyarakat dengan maksud agar para perampas sepeda motor lainnya takut untuk berbuat serupa. 2. Peraturan hukum dari negara tertentu yang memberlakukan hukuman cambuk, rajam, bahkan hukuman mati bagi pelaku kejahatan, agar para pelaku kejahatan atau orang yang akan berniat jahat jera dan takut melakukan tindak kejahatan. Bagaimana, apakah Anda sudah paham? Bagus! Kami harap Anda sudah paham dan mengerti betul dua cara pengendalian sosial tersebut. Supaya tertanam kuat pada benak Anda tentang kedua cara pengendalian sosial yang telah kita pelajari tadi, perhatikan dan amati gambar berikut. Gambar manakah cara persuasif dan mana yang cara koersif? Gambar. 2 Cara-cara pengendalian sosial Bila Anda menjawab gambar 1 adalah cara pengendalian sosial persuasif dan gambar 2 adalah cara pengendalian sosial koersif, Anda benar. Selamat! 14

15 C. Cara Pengendalian Sosial Melalui Sosialisasi Cara pengendalian sosial melalui sosialisasi dikemukakan oleh Froman pada tahun 1944 sebagai berikut: Jika suatu masyarakat ingin berfungsi secara efisien, maka mereka harus melakukan perannya sebagai anggota masyarakat. Melalui sosialisasi mereka dapat menjalankan peran sesuai dengan yang diharapkan masyarakat. Misalnya, sejak kecil seseorang dididik melakukan kewajiban yang ada di lingkungan keluarga seperti membersihkan rumah dan merapikan kamar, lambat laun akan timbul rasa senang dalam diri anak tersebut jika sudah melakukan kewajibannya. Apabila si anak tersebut sudah besar dan hidup di lingkungan yang lebih luas, ia akan terbiasa berperan sesuai dengan status yang ia sandang. Melalui sosialisasi seseorang diharapkan dapat menghayati (menginternalisasikan) norma-norma, nilai di masyarakat dan menerapkan dalam perilakunya sehari-hari. D. Cara Pengendalian Sosial Melalui Tekanan Sosial Cara pengendalian sosial melalui tekanan sosial dikemukakan oleh Lapiere pada tahun Lapiere berpendapat bahwa pengendalian sosial merupakan suatu proses yang lahir dari kebutuhan individu akan penerimaan kelompok. Kelompok akan sangat berpengaruh jika anggotanya sedikit dan akrab. Keinginan kelompok dapat digunakan untuk menerapkan norma-norma yang ada agar para anggotanya dapat merealisasikannya. Misalnya, pandangan masyarakat konservatif yang masih menganggap perlu diadakannya upacara adat secara seremonial. Mereka cenderung tetap melaksanakannya daripada melanggarnya. Bagaimana, apakah uraian di atas dapat Anda pahami? Bagus kalau Anda sudah paham tentang cara-cara pengendalian sosial seperti yang telah diuraikan tersebut. Mari kita lanjutkan belajarnya! II. Bentuk-bentuk Pengendalian Sosial Bentuk-bentuk pengendalian sosial antara lain: 1. Desas-desus (Gosip) Merupakan kabar burung atau kabar angin yang kebenarannya sulit dipercaya. Namun dalam masyarakat pengendalian sosial ini sering terjadi. Gosip sebagai bentuk pengendalian sosial yang diyakini masyarakat mampu untuk membuat pelaku pelanggaran sadar akan perbuatannya dan kembali pada perilaku yang sesuai dengan nilai dan norma dalam masyarakat. Gosip kadang dipakai sebagai alat untuk mendongkrak popularitas seseorang, misalnya artis, pejabat, dsb. 15

16 2. Teguran Merupakan peringatan yang ditujukan pada pelaku pelanggaran. Bisa dalam wujud lisan maupun tulisan. Tujuan teguran adalah membuat si pelaku sesegera mungkin menyadari kesalahannya. Misalnya, seorang guru menegur muridnya yang sering ngobrol pada waktu belajar di kelas. Adakalanya juga memberikan surat pemanggilan orang tuanya untuk ke sekolah. 3. Hukuman (Punishment) Adalah sanksi negatif yang diberikan kepada pelaku pelanggaran tertulis maupun tidak tertulis. Pada lembaga formal diberikan oleh Pengadilan, pada lembaga non formal oleh Lembaga Adat. 4. Pendidikan Pengendalian sosial yang telah melembaga baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat. Pendidikan membimbing seseorang agar menjadi manusia yang bertanggung jawab dan berguna bagi agama, nusa dan bangsanya. Seseorang yang berhasil di dunia pendidikan akan merasa kurang enak dan takut apabila melakukan perbuatan yang tidak pantas atau menyimpang bahkan melanggar peraturan. Contoh: setelah Tono terpilih menjadi pelajar teladan ia sangat menjaga perilakunya dengan baik, untuk tidak melanggar tata tertib, bertutur kata baik, mengerjakan tugas dan kewajibannya sebagai pelajar dengan penuh tanggung jawab. 5. Agama Merupakan pedoman hidup untuk meraih kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Sebagai pemeluk agama seseorang harus menjalankan kewajiban dan menjauhi larangan. Contoh: jika seseorang meyakini dan patuh pada agamanya, maka dengan sendirinya perilakunya terkendali jauh dari perilaku menyimpang atau melanggar peraturan. Misalnya, tidak akan memfitnah, korupsi, berjudi, mencuri, dsb. 6. Kekerasan Fisik Kekerasan fisik akan dijalankan sebagai alternatif terakhir dari pengendalian sosial, apabila alternatif lain sudah tidak dapat dilakukan. Namun banyak kejadian, perlakuan ini terjadi tanpa melakukan bentuk pengendalian sosial lain terlebih dahulu. Contoh: Pencuri dihajar massa dan tidak diserahkan pada polisi. Rumah dukun santet dibakar. Petugas keamanan menembak perusuh tanpa tembakan peringatan terlebih dahulu. 16

17 Sekarang, coba amati gambar di bawah ini: Gambar. 3 Aksi Demonstrasi Apakah gambar tersebut termasuk dalam salah satu cara pengendalian sosial yang Anda telah pelajari? Kalau termasuk, cara yang mana? Termasuk dalam bentuk pengendalian sosial apa? Berikan alasan Anda! Bagus! Anda telah berpikir serius. Kalau sudah Anda ketahui jawabannya, mari kita coba cocokkan jawaban Anda! Ada dua jawaban yang benar, yaitu: Demonstrasi termasuk dalam cara pengendalian sosial persuasif! Alasannya: aksi demonstrasi merupakan cara yang lebih menekankan, mengajak atau menghimbau tanpa tindak kekerasan atau kasar. Demonstrasi termasuk jenis pengendalian sosial teguran! Alasannya: merupakan peringatan yang ditujukan ke Pemerintah/pejabat yang dianggap melakukan pelanggaran dalam wujud tulisantulisan atau spanduk. Sudahkah cocok jawaban Anda? Kalau belum, coba Anda berpikir lebih mendalam lagi. Carilah pula contoh-contoh lain tentang cara pengendalian sosial beserta bentuk pengendaliannya di masyarakat sekitar Anda! Diskusikan dengan teman dan guru pamong atau guru bina Anda! Selamat! Materi kegiatan belajar 2 telah selesai. Untuk memperdalam peguasaan materi Anda, coba kerjakan tugas kegiatan 2. Jawaban dapat Anda cocokkan di belakang modul. Bila masih banyak yang salah, berarti Anda belum menguasai benar. Belajarlah sekali lagi! 17

18 KEGIATAN 2 A. Berilah tanda silang (X) pada jawaban yang benar Yang bukan termasuk cara pengendalian sosial yaitu... B. persuasif C. sosialisasi D. tekanan sosial E. hukuman dan teguram. 2. Sejak kecil seorang anak dididik untuk melakukan kewajibannya, sehingga setelah dewasa ia akan terbiasa berperan sesuai dengan statusnya, merupakan cara pengendalian sosial melalui... A. persuasif B. koersif C. preventif D. sosialisasi E. tekanan sosial. 3. Pengendalian sosial merupakan suatu proses yang lahir dari kebutuhan individu akan penerimaan kelompok. Keinginan kelompok dapat digunakan untuk menerapkan norma-norma, adalah pendapat: A. Froman B. Roucek C. Lapiere D. Berger E. Soerjono Soekanto. 4. Perhatikan contoh-contoh berikut: 1. Artis Ayu dikabarkan bercerai dengan suaminya, padahal suaminya sedang belajar di luar negeri. 2. Pak Badu mendapat penghargaan sebagai karyawan teladan. 3. Soleh sangat kuat imannya sehingga tidak berani dan takut dosa kalau berbohong. 4. Sepulang sekolah Bodri dicambuki ayahnya karena pakaiannya compangcamping akibat berkelahi. 5. Andi berpendidikan tinggi, sebab dia telah meraih gelar Doktor sehingga berperilaku intelek. Dari contoh-contoh tersebut yang dikategorikan dalam jenis pengendalian sosial gosip, agama dan kekerasan fisik adalah: A. 1, 2 dan 3 B. 1, 2 dan 4 C. 1, 2 dan 5 D. 1, 3 dan 4 E. 1, 3 dan 5.

19 B. Kerjakan tugas ini dengan baik. 1. Dari berbagai cara pengendalian sosial yang telah Anda pelajari mana yang cocok bagi Anda dalam mengatasi perkelahian antar warga di lingkungan Anda? Berikan alasan Anda! 2. Nasehat dan teguran orang tua termasuk dalam jenis pengendalian sosial apa? Lengkapi jawaban Anda dengan alasan Anda! C. Remaja yang terlibat narkoba setujukah kalau dimasukkan dalam penyimpangan yang harus diatasi dengan cara koersif? Diskusikan dengan teman Anda! 19

20 20

21 Kegiatan Belajar 3 KONSEKUENSI PENGENDALIAN SOSIAL Setelah mempelajari kegiatan belajar 3 ini Anda diharapkan dapat: 1. menguraikan fungsi pengendalian sosial; 2. menjelaskan peranan pranata sosial atau lembaga sosial dalam pengendalian sosial; 3. menguraikan konsekuensi penggunaan teknik-teknik pengendalian sosial; dan 4. menyimpulkan konsekuensi penggunaan cara pengendalian sosial. I. Fungsi Pengendalian Sosial Setelah Anda memahami uraian materi pada kegiatan 1 dan 2 terdahulu, ternyata fungsi pengendalian sosial itu pada hakekatnya terdiri atas dua hal. Betulkah? Coba sekarang Anda perhatikan bahwa fungsi pengendalian sosial ada 2 hal pokok, yaitu: 1. Meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma. Usaha ini ditempuh melalui pendidikan baik formal maupun non formal. Melalui pendidikan formal ditanamkan kepada peserta didik kesadaran untuk patuh aturan, sadar hukum dan sebagainya melalui mata pelajaran-mata pelajaran yang ada. Melalui pendidikan non formal, mass media dan alat-alat komunikasi menyadarkan warga masyarakat untuk beretika baik, tertib lalu lintas, dan sebagainya. 2. Mempertebal kebaikan norma. Hal ini dilakukan dengan cara mempengaruhi alam pikiran seseorang dengan legenda, hikayat-hikayat, cerita-cerita rakyat maupun cerita-cerita agama yang memiliki nilai-nilai terpuji, contohnya cerita Malin Kundang, cerita Nabi Sulaiman, dan sebagainya. Dengan demikian dalam pelaksanaan pengendalian sosial diperlukan sarana atau alat yang berupa lembaga atau pranata sosial. Tahukah Anda apa peranan pranata sosial atau lembaga sosial dalam pengendalian sosial? Untuk lebih mendalami hal tersebut marilah kita pelajari uraian berikut. II. Peranan Pranata Sosial atau Lembaga Sosial Dalam Pengendalian Sosial Peranan lembaga sosial atau pranata sosial dalam pengendalian sosial yang terjadi di masyarakat adalah sangat besar dan dibutuhkan, khususnya terhadap perilaku yang menyimpang demi keseimbangan sosial. 21

22 Terlebih dahulu marilah kita perjelas pengertian lembaga sosial atau pranata sosial. Lembaga sosial merupakan wadah/tempat dari aturan-aturan khusus, wujudnya berupa organisasi atau asosiasi. Contohnya KUA, mesjid, sekolah, partai, CV, dan sebagainya. Sedangkan pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan yang mengatur perilaku dan hubungan antara anggota masyarakat agar hidup aman, tenteram dan harmonis. Dengan bahasa sehari-hari kita sebut aturan main/cara main. Jadi peranan pranata sosial sebagai pedoman kita berperilaku supaya terjadi keseimbangan sosial. Pranata sosial merupakan kesepakatan tidak tertulis namun diakui sebagai aturan tata perilaku dan sopan santun pergaulan. Contoh: kalau makan tidak berbunyi, di Indonesia pengguna jalan ada di kiri badan jalan, tidak boleh melanggar hak orang lain, dan sebagainya. Jadi lembaga sosial bersifat konkret, sedangkan pranata sosial bersifat abstrak, namun keduanya saling berkaitan. Pranata sosial atau lembaga sosial apa yang terdapat dalam masyarakat yang dipakai sebagai pengendalian sosial? Pengendalian sosial itu dapat dilakukan oleh: 1. Polisi Polisi sebagai aparat negara, bertugas memelihara keamanan dan ketertiban, mencegah dan mengatasi perilaku menyimpang. Peran Polisi bukan hanya menangkap, menyidik, dan menyerahkan pelaku pelanggaran ke instansi lain seperti Kejaksaan, tetapi juga membina dan mengadakan penyuluhan terhadap orang yang berperilaku menyimpang dari hukum. 2. Pengadilan Pengadilan merupakan alat pengendalian sosial untuk menentukan hukuman bagi orang yang melanggar peraturan. Tujuannya agar orang tersebut jera dan sadar atas kesalahan yang diperbuatnya, serta agar orang lain tidak meniru berbuat hal yang melanggar hukum atau merugikan orang lain. Sanksi yang tegas akan diberikan bagi mereka yang melanggar hukum, berupa denda, kurungan atau penjara. Ringan beratnya hukuman tergantung kesalahan pelaku menurut hukum yang berlaku. 3. Adat Adat merupakan lembaga atau pranata sosial yang terdapat pada masyarakat tradisional. Dalam hukum adat terdapat aturan untuk mengatur tata tertib tingkah laku anggota masyarakatnya. Adat yang sudah melembaga disebut tradisi. Pelanggaran terhadap hukum adat dan tradisi akan dikucilkan atau diusir dari lingkungan masyarakatnya tergantung tingkat kesalahannya berat atau ringan. 22

23 4. Tokoh Masyarakat Adalah orang yang memiliki pengaruh atau wibawa (kharisma) sehingga ia dihormati dan disegani masyarakat. Tokoh masyarakat diharapkan menjadi teladan, pembimbing, penasehat dan petunjuk. Ada dua macam tokoh masyarakat: a. tokoh masyarakat formal, misalnya Presiden, Ketua DPR/MPR, Dirjen, Bupati, Lurah, dsb; b. tokoh masyarakat informal, misalnya pimpinan agama, ketua adat, pimpinan masyarakat. Nah, kini Anda telah mempelajari tentang peranan pranata sosial di dalam masyarakat. Apakah Anda sudah paham? Bagus. Andaikan belum, coba sekali lagi ulangi mempelajarinya. Bila sudah paham, jawab pertanyaan berikut: adakah peran pranata sosial dalam pengendalian sosial di lingkunganmu? Tulislah jawabanmu dalam kertas tersendiri. Lalu, peran lembaga/pranata sosial apa saja yang ada di lingkunganmu, berikan contoh-contohnya. Jawaban Anda dapat didiskusikan dengan teman atau guru bina Anda agar Anda dapat mengetahui apakah jawaban Anda sudah benar. Mari kita lanjutkan belajar Anda dengan bahasan berikut. III. Konsekuensi Penggunaan Teknik-teknik Pengendalian Sosial Apa itu konsekuensi? Konsekuensi adalah akibat yang harus ditanggung dari hasil perbuatan, pemecahan masalah, rencana atau langkah yang sudah diambil. Penggunaan teknik-teknik atau cara-cara pengendalian sosial telah kita pelajari pada kegiatan 2. Masih ingat? Mari kita ingat kembali. Teknik-teknik atau caracara pengendalian sosial adalah persuasif, koersif, melalui sosialisasi, melalui tekanan. Ternyata cara-cara atau teknik-teknik dalam pengendalian sosial tersebut tidak semuanya cocok kita terapkan dalam kondisi, situasi, waktu dan tempat yang sama. Oleh karena itu kita perlu hati-hati dalam penerapan cara pengendalian sosial tersebut: Konsekuensi yang harus kita tanggung dalam teknik-teknik pengendalian sosial adalah diperlukannya hukum, pendidikan, agama dan kedisiplinan individu yang betul-betul menunjang terciptanya keseimbangan sosial. Mari kita bahas satu persatu: 1. Hukum Hukum adalah aturan yang tertulis yang mengatur hak dan kewajiban dan hubungan hukum antar manusia. Hukuman adalah penderitaan yang dijatuhkan secara resmi oleh lembaga yang berwenang terhadap pihak yang melakukan pelanggaran atau kejahatan. 23

24 Hukuman adalah sanksi yang negatif. Sedangkan sanksi positif disebut Rewards, yang berupa pujian, hadiah, bagi orang yang mematuhi aturan sehingga dapat dijadikan teladan. Tujuan hukuman ialah agar si pelaku menjadi jera atas perbuatannya dan menjadi baik lagi seperti keadaan sebelum ia menjadi jahat. 2. Pendidikan Pendidikan formal maupun pendidikan informal. Pendidikan formal adalah pendidikan melalui sekolah sedangkan pendidikan non formal melalui pergaulan di masyarakat. Pendidikan sekolah akan mampu membentuk perilaku manusia untuk disiplin, mematuhi tata tertib, membina hubungan baik dengan sesama. Melalui pergaulan masyarakat sangat berpengaruh bagi perkembangan pribadi seseorang. Pemahaman diri, pemahaman masyarakat dan pemahaman nilai-nilai hidup akan membantu terciptanya masyarakat yang terkendali. Pelaku pelanggaran akan berkurang kalau masyarakat cukup berpendidikan. 3. Agama Agama adalah bentuk hubungan pribadi antara manusia dengan Allah. Orang yang beragama akan mencoba agar semua pikiran, ucapan dan tindakannya sesuai dengan hukum Allah. Tidak ada agama yang mengajarkan kejahatan. Tidak saling mengganggu, tidak saling menjelekkan, tidak saling memfitnah, tetapi saling menghargai pihak lain, menghargai bahwa ada perbedaan (hak untuk berbeda) adalah sikap seorang pemeluk agama dalam pengendalian sosialnya. Oleh karena itu kalau terjadi pelanggaran terhadap nilai-nilai dan norma-norma agama seseorang akan sangat merasa berdosa dan mendapat sanksi berat dari kelompok agamanya. 4. Kedisiplinan Individu Masyarakat terdiri dari individu-individu. Karena itu bila semua individu mengusahakan kebenaran, kejujuran dan kedisiplinan, maka seluruh masyarakat akan menjadi tertib. Orang akan menjadi sedih, menyesal, karena merasa bersalah, berdosa, merupakan hasil mawas diri atas introspeksi. Orang yang menyesal akan berusaha memperbaiki kesalahannya, diminta atau tidak diminta. Oleh karena itu dengan mendisiplinkan diri sendiri niscaya pelanggaran tidak pernah terjadi. Nah, bagaimana, apakah Anda sudah paham? Semoga Anda sudah mengerti betul uraian konsekuensi menggunakan teknik-teknik pengendalian sosial. Dengan demikian Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 3 ini. Cobalah baca sekali lagi uraian materinya, kemudian buatlah rangkuman pada kertas tersendiri sebelum Anda mengerjakan Tugas Kegiatan 3. 24

25 KEGIATAN 3 A. Jawablah pertanyaan ini dengan jelas dan benar! 1. Uraikan dengan jelas fungsi pengendalian sosial! 2. Jelaskan secara singkat peranan pranata sosial dalam pengendalian sosial! 3. Salah satu teknik atau cara pengendalian sosial adalah persuasif. Apakah dampak positif dan negarif teknik persuasif bagi pelaku penyimpangan sosial? 4. Tulislah sekurang-kurangnya 2 pelaku pengendalian sosial yang ada di lingkunganmu! B. Lengkapilah isi tabel! Perhatikan tabel dengan cermat dan teliti, ada beberapa kolom yang tak terisi atau terdapat tanda titik-titik. Isilah titik-titik tersebut dengan pernyataan yang cocok dan betul. Keterangan tabel: PENYIMPANGAN SOSIAL (PELANGGAR ATURAN): Adalah individu atau seseorang yang melakukan tindakan penyimpangan atau yang melanggar aturan/norma/hukum. Misalnya: pengendara sepeda motor, koruptor, pencuri, penyimpangan seksual, dsb. PENGENDALIAN SOSIAL (PENGENDALI ATURAN): Adalah lembaga sosial, pranata sosial maupun individu atau kelompok individu yang melakukan pengawasan atau kontrol sosial terhadap perilaku penyimpangan, pelanggar aturan. Misalnya: polisi, pengadilan, adat, tokoh masyarakat, dsb. 25

26 C A AKIBAT PENYIMPANGAN SOSIAL PENGENDALIAN SOSIAL R (PELANGGAR ATURAN) (PENGENDALI ATURAN) A P P 1. merasa tidak dipermalukan 1. tidak perlu alat/sarana O atau turun gengsi 2. mudah pelaksanaannya E S 2. muncul kesadaran (a).... I 3. enggan berbuat salah... R T I S F U N 1. merasa kesalahannya 1. merasa kurang diperlukan A E relatif ringan fungsinya G 2. mudah berbuat salah lagi 2. mudah dilupakan S A (b). 3. kurang dihargai T I I F F K P (c). 1. menegakkan norma O (d).... O S 2. sadar betul kesalahannya... I 3. tertanamnya norma 3. merasa dihormati, E T secara kuat disegani, berwibawa I R F S N 1. kehilangan harta, nafkah 1. perlu alat/sarana I E 2. kesengsaraan, kesakitan, 2. dibenci G kematian F A 3. harga diri jatuh, merasa 3. diteror, diculik, dibunuh T terkucil I F 26

27 PENUTUP Nah. Anda telah menyelesaikan kegiatan belajar 1, 2 dan 3 ini dengan baik. Berarti Anda telah menyelesaikan modul ini. Selamat untuk Anda! Kami harap Anda telah paham benar bahasan Pengendalian Sosial ini. Kalau Anda merasa belum paham benar, ulangi lagi membacanya dengan lebih cermat dan penuh konsentrasi. Atau Anda bisa membaca rangkuman di bawah ini, sehingga menjadi benar-benar paham dan lebih mengerti. RANGKUMAN 1. Berger (1978) mendefinisikan pengendalian sosial sebagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang. 2. Roucek (1965) mengemukakan bahwa pengendalian sosial adalah suatu istilah kolektif yang mengacu pada proses terencana dimana individu dianjurkan, dibujuk, ataupun dipaksa untuk menyesuaikan diri pada kebiasaan dan nilai hidup kelompok. 3. Secara umum dapat disimpulkan bahwa upaya untuk mewujudkan kondisi seimbang didalam masyarakat disebut Pengendalian Sosial (Social Control). 4. Empat cakupan pengendalian sosial: pengawasan antar individu, pengawasan individu dengan kelompok, pengawasan kelompok dengan individu, pengawasan antar kelompok. 5. Sifat pengendalian sosial ada dua macam: Preventif, yaitu pengendalian sosial dilakukan sebelum terjadinya pelanggaran. Represif, yaitu pengendalian sosial yang ditujukan untuk memulihkan keadaan seperti sebelum pelanggaran terjadi. 6. Tujuan pengendalian sosial: terciptanya suatu keadaan yang serasi antara stabilitas dan perubahan dalam masyarakat. 7. Cara/teknik pengendalian sosial terdiri dari: Cara persuasif, yaitu cara yang menekankan usaha mengajak atau membimbing anggota masyarakat agar dapat bertindak sesuai dengan aturan atau norma yang berlaku di masyarakat. Cara represif, yaitu pengendalian sosial dengan menekankan pada tindakan atau ancaman yang menggunakan kekuatan fisik atau kekerasan. Cara sosialisasi, yaitu penciptaan kebiasaan dan penanaman norma-norma, nilai-nilai masyarakat kepada individu. Cara tekanan sosial, yaitu individu dalam kelompok masyarakat akan melaksanakan keinginan kelompoknya pada norma-norma yang diterapkannya. 27

28 8. Jenis pengendalian sosial: desas-desus pendidikan teguran agama hukuman kekerasan fisik 9. Fungsi pengendalian sosial: meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma; mempertebal kebaikan norma. 10. Peranan pranata sosial/lembaga sosial dalam pengendalian sosial : sebagai pedoman kita berperilaku supaya terjadi keseimbangan sosial sekaligus pengendali aturan. Peranan itu dilakukan oleh: 1. Polisi, 2. Pengadilan, 3. Adat, dan 4. Tokoh Masyarakat 11. Konsekuensi penggunaan cara/teknik pengendalian sosial: Diperlukannya: hukum pendidikan agama kedisiplinan individu yang betulbetul menunjang terciptanya keseimbangan sosial. Dalam pemahaman modul ini, adakah hal-hal yang belum Anda pahami dengan baik? Kalau belum, segera diskusikan dengan teman Anda, atau Anda dapat mencari sumber-sumber lain, bias juga Anda tanyakan kepada guru bina Anda. Anda pasti sukses! 28

29 TUGAS KEGIATAN 1 A. 1. C 4. C 2. A 5. A 3. E 6. D B. 1. Pengendalian sosial Usaha untuk menciptakan kondisi seimbang dalam masyarakat. 2. Perbandingan definisi pengendalian sosial menurut Berger dan Roucek: Berger mendefinisikan pengendalian sosial sebagai cara yang digunakan masyarakat untuk menertibkan anggotanya yang membangkang. Sedangkan menurut Roucek, pengendalian sosial tidak hanya terbatas pada tindakan terhadap mereka yang membangkang saja, tetapi mencakup pula proses sosialisasinya. 3. Tujuan tata tertib di sekolah: sebagai pengendalian sosial di sekolah, agar siswa tertib dan disiplin, yaitu dalam bentuk keteraturan perilaku siswa. KEGIATAN 2 A. 1. E 2. D 3. C 4. D B. 1. Yang cocok dalam mengatasi perkelahian antar warga adalah cara persuasif. Sekali-kali cara koersif. Alasannya: kalau hanya cara persuasif saja warga tidak akan jera, maka sesekali perlu cara koersif. 2. Teguran dan nasehat orang tua termasuk dalam jenis pengendalian sosial teguran. C. Remaja yang terlibat narkotika harus diatasi dengan cara koersif. Setuju, alasannya supaya jera dan tidak berbuat lagi. Tidak setuju, alasannya karena perlu pembinaan. 29

30 KEGIATAN 3 A. 1. Fungsi pengendalian sosial: Meyakinkan masyarakat tentang kebaikan norma. Usaha ini ditempuh melalui pendidikan baik formal maupun nonformal. Mempertebal kebaikan norma. Hal ini dilakukan dengan cara mempengaruhi alam pikiran seseorang dengan legenda, hikayat, ceritacerita rakyat, cerita-cerita agama yang memiliki nilai-nilai terpuji, seperti Malinkundang, cerita Nabi Sulaeman, dsb. 2. Peranan pranata dalam pengendalian sosial : sangat besar dan dibutuhkan khususnya terhadap perilaku yang menyimpang demi keseimbangan sosial. Pranata sosial merupakan aturan perilaku masyarakat. 3. Dampak positif persuasif bagi pelaku penyimpangan: merasa tidak dipermalukan, muncul kesadaran, enggan berbuat salah lagi. Dampak negatif persuasif bagi pelaku menyimpan: membuat jera/kapok, sadar betul kesalahannya, tertanamnya norma kuat. Dampak negatif koersif bagi pelaku menyimpang: kehilangan harta/nafkah, kesengsaraan, kesakitan, kematian, harga diri jatuh, merasa terkucil. 4. Pelaku pengendali sosial yang ada di lingkungan (sekurang-kurangnya dua): 1. Polisi 3. Lembaga Adat 2. Pengadilan 4. Tokoh masyarakat B. (a). bisa dilakukan kapan saja (b). coba-coba melanggar aturan (c). membuat jera atau kapok (d). kesempatan melampiaskan emosi. Semoga jawaban Anda tidak jauh dari kunci jawaban di atas. Salut untuk usaha Anda! Semoga Anda sukses! Social equilibrium: kondisi seimbang dalam masyarakat. Kolektif: kumpulan secara bersama-sama. Seremonial: dilakukan secara besar-besaran, meriah dan resmi. Internalisasi: masuknya unsur-unsur budaya pada seseorang. Sosialisasi: pembiasaan nilai, norma dan adat pada seseorang atau masyarakat. 30

31 DAFTAR PUSTAKA Dra. Kun Maryati & Juju Suryawati, SPd., Sosiologi jilid 1 untuk SMU Kelas 2, Esis, Jakarta, Tim Penulis MGMP Sosiologi, Giat Belajar Sosiologi IA, PT Remaja Karya, Bandung, M. Sitorus, Berkenalan dengan Sosiologi I, Penerbit Erlangga, Jakarta, Dra. Juju Suryawati & Dra. Kun Maryati, Modul Sosiologi, MGMP DKI, Jakarta, Dra. Laurent Widyasusanto, Penuntun Belajar Sosiologi jilid 1, PT. Pradaya Paramita, Jakarta,

PENGENDALIAN SOSIAL. b. Pengawasan individu dengan kelompok.

PENGENDALIAN SOSIAL. b. Pengawasan individu dengan kelompok. PENGENDALIAN SOSIAL 1. Pengertian Pengendalian Sosial Manusia dalam kehidupannya akan selalu berinteraksi dengan manusia lainnya. Dalam berinteraksi tersebut adakalanya timbul masalah, misalnya terjadi

Lebih terperinci

Pengendalian Sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial

Pengendalian Sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial Pengendalian Sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial Pokok materi Pengendalian Penyimpangan Sosial Pengertian Pengendalian sosial Upaya Pengendalian Penyimpangan Sosial Pengertian & jenis-jenisnya

Lebih terperinci

BAB 6 PENGENDALIAN SOSIAL

BAB 6 PENGENDALIAN SOSIAL YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

A. Macam-Macam Pengendalian Sosial

A. Macam-Macam Pengendalian Sosial PENGENDALIAN SOSIAL A. Macam-Macam Pengendalian Sosial 1. Berdasarkan Waktu Pelaksanaannya a. Tindakan preventif; yaitu tindakan yang dilakukan oleh pihak berwajib sebelum penyimpangan sosial terjadi agar

Lebih terperinci

KONTROL PENGENDALIAN SOSIAL

KONTROL PENGENDALIAN SOSIAL KONTROL PENGENDALIAN SOSIAL Dosen Pengampun : Antonius Ng Cambu S.Sos.,M.I.Kom Mata Kuliah : Pengantar Antropoligi Disusun Oleh Kelompok 4 Risal.A (201663301053) (kk) Risdayanti (201663201052) Rasdi Adnan

Lebih terperinci

Dinamika Pelanggaran Hukum

Dinamika Pelanggaran Hukum Dinamika Pelanggaran Hukum 1. Berbagai Kasus Pelanggaran Hukum Pelanggaran hukum disebut juga perbuatan melawan hukum, yaitu tindakan seseorang yang tidak sesuai atau bertentangan dengan aturanaturan yang

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 7 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 7 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 7 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian norma sosial, terbentuknya norma sosial, ciri-ciri

Lebih terperinci

Sumber : Jawa Pos, 8 September 2006 Gambar 13.1 Upaya pengendalian sosial diperlukan untuk mencapai keteraturan dan keselarasan dalam masyarakat.

Sumber : Jawa Pos, 8 September 2006 Gambar 13.1 Upaya pengendalian sosial diperlukan untuk mencapai keteraturan dan keselarasan dalam masyarakat. BAB 13 PENGENDALIAN SOSIAL Sumber : Jawa Pos, 8 September 2006 Gambar 13.1 Upaya pengendalian sosial diperlukan untuk mencapai keteraturan dan keselarasan dalam masyarakat. Pada semester satu kalian telah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kepatuhan hukum masyarakat merupakan salah satu bagian dari budaya hukum, dalam budaya hukum dapat dilihat dari tradisi perilaku masyarakat kesehariannya yang sejalan

Lebih terperinci

TUGAS SOSIOLOGI KEAS X PK MAN 1 SURAKARTA MATERI : NILAI DAN NORMA SOSIAL

TUGAS SOSIOLOGI KEAS X PK MAN 1 SURAKARTA MATERI : NILAI DAN NORMA SOSIAL TUGAS SOSIOLOGI KEAS X PK MAN 1 SURAKARTA Petunjuk : 1. Kerjakan soal-soal di bawah ini dengan cara memilih jawaban yang paling tepat diantara huruf a, b, c,d atau e serta mengisi soal essay 2. Lembar

Lebih terperinci

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Tema 4 Pekerjaan Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Kamu Harus Mampu Setelah mempelajari tema ini, kamu akan mampu: 1. mengenal pentingnya memiliki harga diri; 2.

Lebih terperinci

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latarbelakang Penelitian Sekolah merupakan salah satu lembaga sosial yang memiliki peranan penting dalam mengembangkan pendidikan di dalam masyarakat. Sekolah sebagai organisasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan

2. Macam-Macam Norma. a. Norma Kesusilaan Sumber: ibnulkhattab.blogspot.com Gambar 4.3 Masyarakat yang sedang Melakukan Kegiatan Musyawarah untuk Menentukan Suatu Peraturan. 2. Macam-Macam Norma a. Norma Kesusilaan Ketika seseorang akan berbohong,

Lebih terperinci

Di Unduh dari : Bukupaket.com

Di Unduh dari : Bukupaket.com bab 5 kejujuran gambar 5.1 tesa sedang berkumpul dengan teman temannya lihatlah gambar di atas tesa sedang berkumpul dengan teman temannya tentu kalian juga sering melakukannya setiap hari kita bergaul

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Oleh DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd Materi Ke-3 Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum Menampilkan sikap yang sesuai dengan hukum Pelanggaran hukum merupakan bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Sadar akan hakikatnya, setiap manusia Indonesia di muka bumi ini selalu berbuat untuk hal yang lebih baik. Untuk mengubah prilaku menuju ke hal yang lebih baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG ETIKA DAN TATA TERTIB PERGAULAN MAHASISWA DI KAMPUS REKTOR UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa untuk lancarnya

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SEKOLAH : MIN KUMAI HILIR MATA PELAJARAN : PKn KELAS/SEMESTER : I /I ALOKASI WAKTU : STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR INDIKATOR : : Membiasakan tertib di rumah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Disiplin Disiplin kerja sangatlah penting dalam mempengaruhi perkembangan diri suatu perusahaan atau instansi pemerintah. Disiplin kerja digunakan untuk dapat meningkatkan

Lebih terperinci

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat.

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Bagaimana jika kelasmu kotor? Sampah berserakan di manamana? Tentu kalian tidak senang! Dalam menerima pelajaran

Lebih terperinci

C. Perilaku sesuai dengan Norma dalam Kehidupan Sehari-hari

C. Perilaku sesuai dengan Norma dalam Kehidupan Sehari-hari Tabel 4.3 Peraturan dalam Berbagai Kehidupan No Aturan yang Berlaku Tujuan Manfaat (Diri sendiri, Masyarakat, Bangsa dan Negara) Kesimpulan (arti penting) 1 2 3 4 5 C. Perilaku sesuai dengan Norma dalam

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nama sekolah : Mata Pelajaran : Sosiologi Kelas/semester : X/ 2 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Standar Kompetensi : 2. Menerapkan nilai dan norma dalam proses pengembangan kepribadian. Kompetensi Dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta suatu keamanan dan suatu kerukunan, yang mana tiap-tiap individu di dalam suatu

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, kedisiplinan, kemandirian

BAB. I PENDAHULUAN. manusia yang memiliki kemampuan, keterampilan, kedisiplinan, kemandirian BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia saat ini dihadapkan pada berbagai kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sejalan dengan itu maka dibutuhkan sumber daya manusia yang memiliki

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA A. Deskripsi Data Data yang disajikan dalam penelitian ini merupakan hasil wawancara, dokumentasi dan observasi atau pengamatan langsung terhadap bimbingan beragama dalam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1. Latar Belakang Sekolah yang merupakan suatu sarana pendidikan diharapkan dapat menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan jaman.

Lebih terperinci

2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama

2 Kebiasaan (Folksway) Norma yang menunjukan perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang dalam bentuk yang sama C. Lembaga Sosial 1. Pengertian Lembaga Sosial dan Norma Lembaga Sosial suatu sistem norma yg bertujuan utk mengatur tindakan tindakan maupun kegiatan masyarakat dalam rangka memenuhi kebutuhan pokok dan

Lebih terperinci

B. Rumusan Masalah 1. Apa tujuan hukum sebagai kaidah sosial? 2. Sebutkan empat kaidah sosial?

B. Rumusan Masalah 1. Apa tujuan hukum sebagai kaidah sosial? 2. Sebutkan empat kaidah sosial? HUKUM SEBAGAI KAIDAH SOSIAL A. Pendahuluan Kita sudah membicarakan tentang sistem sosial, ketertiban, pengendalian sosial dan sedikit banyak juga tentang norma sosial. oleh karena pembahasan mengenai norma

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN BUPATI PURWAKARTA NOMOR 46 TAHUN 2014 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TAWURAN DAN PENGGUNAAN KENDARAAN BERMOTOR BAGI PESERTA DIDIK DI KABUPATEN PURWAKARTA BUPATI PURWAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

DISIPLIN DAN TATA TERTIB MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA

DISIPLIN DAN TATA TERTIB MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA 1 DISIPLIN DAN TATA TERTIB MAHASISWA UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA Pasal 1 Ketentuan Umum Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan : 1. Peraturan Disiplin dan Tata Tertib Mahasiswa UMBY adalah peraturan

Lebih terperinci

1 Kode Etik, dan Tata Tertib Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

1 Kode Etik, dan Tata Tertib Mahasiswa Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih 1 2 3 Lampiran : Kode Etik dan Tata Tertib Mahasiswa Nomor : 020/SK/ STMIK-P/III/2015 Tanggal : 7 Maret 2014 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam keputusan ini yang dimaksud dengan: 1) Sekolah Tinggi adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti

BAB II KAJIAN TEORI. Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Disiplin Kata disiplin itu sendiri berasal dari Bahasa Latin discipline yang berarti latihan atau pendidikan kesopanan dan kerokhanian serta pengembangan tabiat. Disiplin

Lebih terperinci

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PENGADILAN ANAK Undang-Undang No. 3 Tahun 1997 Tanggal 3 Januari 1997 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai salah

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian 1. Sejarah Berdirinya SDN Anjir Muara Kota Tengah SDN Anjir Muara Kota Tengah merupakan sekolah yang berada di wilayah Kecamatan Anjir

Lebih terperinci

Oleh : SAWABI, S.E, M.M

Oleh : SAWABI, S.E, M.M Oleh : SAWABI, S.E, M.M PERILAKU MENYIMPANG 1. Pengertian Perilaku menyimpang Robert MZ Lawang penyimpangan merupakan tindakan yang menyimpang dari norma-norma yang berlaku dalam suatu sistem sosial dan

Lebih terperinci

Kontrol Sosial. Pengantar Sosiologi

Kontrol Sosial. Pengantar Sosiologi Kontrol Sosial Pengantar Sosiologi Kompetensi yang ingin dicapai dari materi kuliah ini: Mahasiswa mampu: 1. Menjelaskan definisi kontrol sosial; 2. Memahami macam/bentuk sarana kontrol sosial; 3. Memahami

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda

Lebih terperinci

Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomer: 328/PER/2011

Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomer: 328/PER/2011 Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomer: 328/PER/2011 DEFINSI 1 1. Universitas adalah Universitas Brawijaya Malang, disingkat UB, sebuah institusi yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan, penelitian,

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN

RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN RENCANA PELAKSAAN PEMBELAJARAN Identitas Nama Sekolah : Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas/Semester : VII / satu Standar Kompetensi : 1. Menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang

Lebih terperinci

Kejadian Sehari-hari

Kejadian Sehari-hari Tema 5 Kejadian Sehari-hari Menghormati dan menaati orang tua merupakan salah satu perwujudan perilaku yang mencerminkan harga diri. Berperilaku baik, berarti kita juga mempunyai harga diri yang baik pula

Lebih terperinci

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA

STMIK AMIKOM YOGYAKARTA DISUSUN OLEH : NAMA : HERI SUARDI NIM : 11.11.5007 STMIK AMIKOM YOGYAKARTA TAHUN 2011 ABSTRAK Proses sosialisasi memungkinkan seseorang untuk dapat diterima sebagai anggota kelompok sosial atau masyarakat

Lebih terperinci

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Disiplin Mahasiswa IKIP Veteran Semarang ini, yang dimaksud dengan : 1.

Lebih terperinci

Norma Dalam Kehidupan Masyarakat

Norma Dalam Kehidupan Masyarakat Norma Dalam Kehidupan Masyarakat Pengertian Norma adalah pedoman perilaku untuk melangsungkan kehidupan bersama-sama dalam suatu kelompok masyarakat. Norma dapat juga diartikan sebagai petunjuk atau patokan

Lebih terperinci

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 SK Rektor Nomor : 591/IKIPVET.H/Q/VII/2013 Tentang PERATURAN DISIPLIN KEMAHASISWAAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Disiplin Mahasiswa IKIP Veteran Semarang ini, yang dimaksud dengan : 1.

Lebih terperinci

BAB XII PENGENDALIAN PENYIMPANGAN SOSIAL. Kata Kunci PETA KONSEP

BAB XII PENGENDALIAN PENYIMPANGAN SOSIAL. Kata Kunci PETA KONSEP BAB XII PENGENDALIAN PENYIMPANGAN SOSIAL Setelah membaca bab ini kalian diharapkan mampu menjelaskan pengertian pengendalian penyimpangan sosial dan mendeskripsikan berbagai jenis-jenis pengendalian sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan dalam kehidupan masyarakat diatur oleh hukum. Hukum di Indonesia dimuat dalam bentuk konstitusi,

Lebih terperinci

Negara. Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia.

Negara. Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Tema 7 Negara Dengan belajar yang rajin dan tekun, merupakan contoh perwujudan rasa bangga sebagai bangsa Indonesia. Kamu Harus Mampu Setelah mempelajari tema ini, kamu akan mampu menampilkan rasa bangga

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian serta dari hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan mengenai komunitas anak nakal yang ada Di

Lebih terperinci

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna

ketertiban biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna tema 5 ketertiban gambar 5.1 masuk kelas dengan tertib biasakanlah mematuhi tata tertib tata tertib melatih sikap disiplin sejak kecil kita disiplin sudah besar jadi orang berguna kamu harus mampu setelah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 25/PER/M.KOMINFO/12/2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, kesimpulan

BAB V PENUTUP. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, kesimpulan 87 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, kesimpulan yang di dapatkan dari pembahasan penulisan hukum ini adalah : 1. Pelaksanaan peraturan disiplin

Lebih terperinci

BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL

BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN SOSIOLOGI BAB VI PENYIMPANGAN SOSIAL DAN PENGENDALIAN SOSIAL ALI IMRON, S.Sos., M.A. Dr. SUGENG HARIANTO, M.Si. KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN

Lebih terperinci

DAFTAR ANGKET BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH KENAKALAN REMAJA

DAFTAR ANGKET BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH KENAKALAN REMAJA DAFTAR ANGKET BIMBINGAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH KENAKALAN REMAJA A. IDENTITAS RESPONDEN 1. Nama :... 2. Umur :... 3. Status :... 4. Alamat : RT /RW..Desa Truko Kangkung. B. IDENTITAS ORANG TUA 1. Nama

Lebih terperinci

BAB 2 DATA DAN ANALISA

BAB 2 DATA DAN ANALISA 2 BAB 2 DATA DAN ANALISA Produk utama yang akan dibuat berbentuk sebuah game interaktif untuk anak anak. Game tersebut mengajarkan sekaligus mendidik anak anak mulai dari usia 7-9 tahun mengenai sebagian

Lebih terperinci

PEDOMAN ETIKA, TATA TERTIB, SISTEM PENGHARGAAN DAN SANKSI MAHASISWA OLEH: TIM PENYUSUN

PEDOMAN ETIKA, TATA TERTIB, SISTEM PENGHARGAAN DAN SANKSI MAHASISWA OLEH: TIM PENYUSUN PEDOMAN ETIKA, TATA TERTIB, SISTEM PENGHARGAAN DAN SANKSI MAHASISWA OLEH: TIM PENYUSUN SEKOLAH TINGGI TEKNIK IBNU SINA BATAM 2011 i KATA PENGANTAR Sekolah tinggi Teknik Ibnu Sina sebagai salah satu perguruan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 1595/UN4/05.10/2013 TENTANG

KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 1595/UN4/05.10/2013 TENTANG Keputusan Rektor Unhas Nomor : 1595/UN4/05.10/2013 KEPUTUSAN REKTOR UNIVERSITAS HASANUDDIN NOMOR : 1595/UN4/05.10/2013 TENTANG KETENTUAN TATA TERTIB KEHIDUPAN KAMPUS BAGI MAHASISWA UNIVERSITAS HASANUDDIN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas dan berkarakter.

Lebih terperinci

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK

NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 1997 TENTANG PENGADILAN ANAK Menimbang: DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa anak adalah bagian dari generasi muda sebagai

Lebih terperinci

KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT

KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT Bab - 4 Kemerdekaan Mengemukakan Pendapat KEMERDEKAAN MENGEMUKAKAN PENDAPAT Bab 4 Tahukah kalian, bahwa kemerdekaan mengemukakan pendapat dijamin oleh negara? Dengan adanya kemerdekaan berpendapat akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin

BAB I PENDAHULUAN. mengubah tingkah lakunya ke arah yang lebih baik. 1. sukses dalam hidupnya adalah orang-orang yang mempunyai sikap disiplin 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Disiplin dalam belajar merupakan hal yang penting di dalam pendidikan. Dengan menjalankan disiplin akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Disiplin belajar

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. SIMPULAN 1. Penelitian ini membuktikan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kedisiplinan anak dalam melaksanakan norma-norma sekolah, dalam hal ini adalah

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

LEMBAGA SOSIAL. Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si

LEMBAGA SOSIAL. Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si LEMBAGA SOSIAL Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Pengantar Lembaga sosial lembaga kemasyarakatan social institution Didalam masyarakat pasti ada norma yang mengatur hidup mereka guna mencapai ketertiban

Lebih terperinci

FAJAR DWI ATMOKO F

FAJAR DWI ATMOKO F HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN PERILAKU DELINKUENSI PADA REMAJA SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1)

Lebih terperinci

Lembaga Kemasyarakatan. Yesi Marince, S.IP., M.Si

Lembaga Kemasyarakatan. Yesi Marince, S.IP., M.Si Lembaga Kemasyarakatan Yesi Marince, S.IP., M.Si Definisi. Lembaga kemasyarakatan yaitu suatu bentuk atau wadah atau institute dimana terdapat pengertian yang abstrak perihal adanya normanorma dan peraturan-peraturan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis dalam mengembangkan segenap potensi yang ada pada diri manusia, tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan

Lebih terperinci

V PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN

V PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN V PERILAKU MENYIMPANG DAN PENGENDALIAN Tindakan Sosial berdasarkan sfatnya; tindakan yang sesuai dengan norma-norma yang diterima oleh masyarakat banyak atau norma umum (konformitas) tindakan yang berlawanan

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penandasan kembali terhadap falsafah Man behind the gun. Roda organisasi sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. penandasan kembali terhadap falsafah Man behind the gun. Roda organisasi sangat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia di dalam suatu organisasi dipandang sebagai sumber daya. Artinya, sumber daya atau penggerak dari suatu organisasi. Penggerak dari sumber daya yang lainnya,

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan

2 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.263, 2015 LIPI. Pegawai. Kode Etik. PERATURAN KEPALA LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2015 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA ILMU PENGETAHUAN

Lebih terperinci

MATERI 9 PERILAKU MENYIMPAG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN TERHADAP NILAI DAN NORMA

MATERI 9 PERILAKU MENYIMPAG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN TERHADAP NILAI DAN NORMA MATERI 9 PERILAKU MENYIMPAG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN TERHADAP NILAI DAN NORMA 1. Penyimpangan Sosial sebagai bentuk Pelanggaran terhadap Nilai dan Norma Sosial Pada dasarnya, segala perilaku yang melanggar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan masyarakat. Demikian pula permasalahan hukum juga akan ikut berkembang seiring dengan perkembangan

Lebih terperinci

SOSIOLOGI X PENYIMPANGAN DAN PENGENDALIAN SOSIAL TAHUN PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TUJUAN PEMBELAJARAN

SOSIOLOGI X PENYIMPANGAN DAN PENGENDALIAN SOSIAL TAHUN PELAJARAN STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR TUJUAN PEMBELAJARAN YAYASAN WIDYA BHAKTI SEKOLAH MENENGAH ATAS SANTA ANGELA TERAKREDITASI A Jl. Merdeka No. 24 Bandung 022. 4214714 Fax.022. 4222587 http//: www.smasantaangela.sch.id, e-mail : smaangela@yahoo.co.id 043 URS

Lebih terperinci

KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 1 PURI KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: / 660 / / 2017 TENTANG

KEPUTUSAN KEPALA SMA NEGERI 1 PURI KABUPATEN MOJOKERTO NOMOR: / 660 / / 2017 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI JAWA TIMUR DINAS PENDIDIKAN SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PURI Jalan Jayanegara No. 2 Mojokerto, Jawa Timur Kode Pos 61363 Telp. ( 0321 ) 322636 Fax ( 0321 ) 322636 Website : www.sman1puri.sch.id

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang

I. PENDAHULUAN. Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang 1 I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Remaja sebagai bagian dari masyarakat merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup dengan baik tanpa berhubungan dengan orang lain, karena hampir setiap hari

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya, dari penelitian yang berjudul: Peran Bimbingan Konseling dan Pendidikan Agama Islam dalam Menanggulangi Kenakalan Remaja di SMK N

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA DI SMP NEGERI 3 WARUNGASEM KABUPATEN BATANG A. Analisis Pelaksanaan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 3 Warungasem

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH SEWAAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 15 TAHUN 2005 SERI E ===================================================== PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 6 TAHUN 2005 TENTANG PENYELENGGARAAN RUMAH

Lebih terperinci

kecil kehidupan seseorang. Adapun ciri-ciri penyimpangan primer adalah: 1) Bersifat sementara. 2) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku

kecil kehidupan seseorang. Adapun ciri-ciri penyimpangan primer adalah: 1) Bersifat sementara. 2) Gaya hidupnya tidak didominasi oleh perilaku A. PERILAKU MENYIMPANG 1. Pengertian Perilaku Menyimpang Beberapa ahli memberikan definisi yang berbeda-beda tentang pengertian perilaku menyimpang. Menurut Robert MZ Lawang penyimpangan merupakan tindakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib sekolah terhadap tingkat kedisiplinan siswa menunjukkan bahwa kecenderungan

Lebih terperinci

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih

Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikann Sekolah Tinggi Manajemen Informatika & Komputer Prabumulih 1 Lampiran : Kode Etik, Tata Tertib, Sistem Penghargaan dan Sanksi Tenaga Kependidikan STMIK Prabumulih Nomor : 018/STMIK-P/III/2014 Tanggal : 4 Maret 2014 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Kode Etik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara republik Indonesia adalah negara hukum, berdasarkan pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan menjunjung tinggi hak asasi manusia serta menjamin segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan kelompok yang sangat berpotensi untuk bertindak agresif. Remaja yang sedang berada dalam masa transisi yang banyak menimbulkan konflik, frustasi

Lebih terperinci

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN

PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN PERTEMUAN KE 4 POKOK BAHASAN A. TUJUAN PEMBELAJARAN Adapun tujuan pembelajaran yang akan dicapai sebagai berikut: 1. Mahasiswa dapat memahami tentang arti interaksi, kontak dan komunikasi. 2. Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV USAHA GURU DALAM MENCEGAH KENAKALAN SISWA DI SDN 02 KALIJOYO KECAMATAN KAJEN KABUPATEN PEKALONGAN A. Analisis bentuk kenakalan siswa di SDN 02 Kalijoyo Kecamatan Kajen Kabupaten Pekalongan SDN 02

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam perkembangan peradaban dan kebudayaan suatu bangsa, tidaklah cukup dengan hanya memiliki kecerdasan saja, tetapi harus disertai dengan kesehatan mental dan

Lebih terperinci

Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kewajiban Siswa

Bab I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 Kewajiban Siswa BUKU SAKU Bab I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Kewajiban Siswa Setiap siswa wajib : 1. Mempunyai dan membawa buku saku setiap mengikuti kegiatan di sekolah 2. Memahami, menghayati, dan melaksanakan semua ketentuan

Lebih terperinci

LEMBAGA KEMASYARAKATAN (LEMBAGA SOSIAL)

LEMBAGA KEMASYARAKATAN (LEMBAGA SOSIAL) LEMBAGA KEMASYARAKATAN (LEMBAGA SOSIAL) Definisi : Suatu jaringan proses-proses hubungan antar manusia dan antar kelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubunganhubungan tsb, sesuai dengan kepentingan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEDOMAN SATUAN POLISI PAMONG PRAJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 120 Undang-undang

Lebih terperinci

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017

BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 BULLYING & PERAN IBU Penyuluhan Parenting PKK Tumpang, 29 Juli 2017 oleh: Dr. Rohmani Nur Indah UIN Maulana Malik Ibrahim Malang Angket 1: Beri tanda berdasarkan pengalaman anda di masa kecil A. Apakah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah

I. PENDAHULUAN. Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbagai permasalahan yang terjadi pada bangsa kita saat ini sangatlah kompleks, salah satunya karena lemahnya pemahaman para generasi muda sebagai generasi penerus bangsa

Lebih terperinci

III NILAI-NILAI DAN NORMA SOSIAL

III NILAI-NILAI DAN NORMA SOSIAL III NILAI-NILAI DAN NORMA SOSIAL Nilai dan Norma Sosial Nilai Sosial (social value) Konsep-konsep umum tentang sesuatu yang dianggap baik, patut, layak, pantas yang keberadaannya dicita-citakan, diinginkan,

Lebih terperinci

a. preventif b. represif c.tono menasehati adiknya agar tidak berkelahi b. kelompok terhadap individu

a. preventif b. represif c.tono menasehati adiknya agar tidak berkelahi b. kelompok terhadap individu 1. Akhir-akhir ini pihak kepolisian begitu aktif mengajak masyarakat untuk tertib lalu lintas, misalnya pengguna sepeda motor diharuskan memakai helm standar dan menyalakan lampu kendaraan. Tindakan aparat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD Pencapaian Proses pendidikan yang berkarakter dalam kitab At-Tahliyatu

Lebih terperinci

Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita.

Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita. Salam sejahtera, Terimakasih kepada Tuhan yang maha Esa atas segala rahmat dan nikmat-nya yang terus mengalir dalam kehidupan kita. Yang saya hormati Bpk kepala sekolah SMPn 09 Kendari beserta jajaran

Lebih terperinci