Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik Achmad Paturisi * Kata kunci: tingkah laku, anak didik, hukum, faktor, perkembangan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik Achmad Paturisi * Kata kunci: tingkah laku, anak didik, hukum, faktor, perkembangan."

Transkripsi

1 Abstrak Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik Achmad Paturisi * Tingkah laku manusia (anak didik) selalu mengalami perubahan dan perkembangan menuju ke arah kesempurnaan. Proses pertumbuhan dan perkembangan yang terjadi pada diri anak didik meliputi pertumbuhan dan perkembangan jasmani maupun rohani. Dalam proses perkembangan khususnya, terdapat hukum-hukum perkembangan tingkah laku anak didik yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik. Pada kenyataannya, perkembangan anak didik pada umumnya selalu dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu pembawaan dan lingkungan. Pada tahap selanjutnya, terdapat beberapa teori yang berhubungan erat dengan faktorfaktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku anak didik, yaitu teori nativisme, empirisme, dan konvergensi. Kata kunci: tingkah laku, anak didik, hukum, faktor, perkembangan. A. Pendahuluan Manusia adalah satu-satunya makhluk yang diciptakan oleh Allah s.w.t. dengan bentuk yang sebaik-baiknya yang berbeda dengan makhluk ciptaan lainnya. Penciptaan manusia harus dipahami melalui tahap-tahap pertumbuhan dan perkembangan, yang mana dalam proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut manusia mengalami interaksi atau hubungan yang saling memperngaruhi antara kemampuan dasar atau pembawaan dengan kemampuan yang diperoleh, yaitu melalui belajar dan pengaruh dari lingkungan. Penting untuk dipahami bahwa perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang lebih menekankan pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, meskipun bukan organ-organ jasmaniah itu sendiri, melainkan terletak pada penyempurnaan fungsi psikologis yang ada pada organ-organ fisik. 1 Selain itu, pengertian perkembangan menunjukkan suatu proses tertentu, yaitu suatu proses yang menuju ke depan dan lebih sempurna serta tidak begitu saja dapat diulang kembali seperti misalnya sebuah pertunjukan film. Dalam perkembangan individu terjadi perubahan- * Universitas Negeri Manado. 1 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000), p. 42; Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), p. 11.

2 1088 Achmad Paturisi: Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik perubahan yang sedikit banyak bersifat tetap. 2 Perkembangan yang terjadi pada anak didik ini tidak hanya menjadi harus diperhatikan oleh seorang pendidik, guru misalnya, tetapi juga harus menjadi perhatian tersendiri bagi keluarga, terutama orang tua. Orang tua sebagai pendidik dalam keluarga dapat memberikan pendidikan yang benar sesuai dengan perkembangan anaknya. Apabila hal ini tidak atau kurang mendapat perhatian dari orang tua, maka dapat dimungkinkan bahwa apa yang terjadi pada anaknya dan memperlakukan anak tidak sebagaimana mestinya, tentu akan menghambat perkembangan anak itu sendiri. Dalam pertumbuhan dan perkembangan yang normal, pada diri seorang anak akan kelihatan adanya perubahan ukuran organ-organ tubuh (jasmaniah) seiring dengan bertambahnya umur anak. Ukuran-ukuran badan akan bertambah besar, baik yang tampak seperti kaki, tangan, tinggi badan dan lain-lain, maupun yang tidak tampak seperti jantung, paru-paru, otot-otot dan lain sebagainya. Bersamaan dengan hal itu, dalam bidang rohani/kejiwaanpun juga mengalami perubahan, yaitu bertambahnya kemampuan untuk mengamati, mengingat, merasakan, dan sebagainya, sejalan dengan pertumbuhan jasmani tersebut di atas, sehingga jiwa yang sehat akan berkembang sesuai dengan pertumbuhan jasmani yang sehat pula. 3 Dengan demikian, maka jelaslah bahwa manusia dengan segala aspeknya adalah merupakan suatu yang kompleks dan saling berinteraksi antara faktor pertumbuhan jasmaniah dan faktor perkembangan rohaniah. Apabila kita perhatikan dengan seksama beberapa penjelasan tersebut di atas, maka akan kelihatan bahwa perkembangan manusia tidak bisa terlepas dari pertumbuhannya. Oleh karena itu, perkembangan memiliki pengertian yang luas dan menyeluruh. Menurut Muhibbin Syah, perkembangan adalah suatu proses perubahan jasmani dan rohani (fisik dan psikis) manusia yang berlangsung secara teratur dan terus menerus, baik berupa bertambahnya unsur-unsur yang kuantitatif maupun kualitatif beserta dengan fungsi-fungsinya menuju ke arah yang lebih maju dan sempurna. 4 Selanjutnya bagaimanakah proses perkembangan itu terjadi, akan dapat dipahami dalam pembahasan tentang hukum-hukum 2 Siti Rahatyu Haditono, dkk., Psikologi Perkembangan, Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1999), p Moh. Kasiram, Ilmu Jiwa Perkembangan, Bagian Ilmu Jiwa Anak, (Surabaya: Usaha Nasional, 1983), p. 25; Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), p Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, p. 42; Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, 1999), p. 2; Moh. Kasiram, Ilmu Jiwa, p. 29.

3 Achmad Paturisi: Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik 1089 perkembangan tingkah laku anak didik dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. B. Hukum-Hukum Perkembangan Tingkah Laku Anak didik Hukum perkembangan dalam pandangan Muhibbin Syah dapat diartikan sebagai kaidah atau patokan umum mengenai sebab dan akibat terjadinya peristiwa perkembangan dalam diri anak didik. 5 Sedangkan menurut Retno Indayati, yang dimaksud dengan hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak didik, yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama. 6 Dari hasil penelitian tersebut para ahli Ilmu Jiwa perkembangan berpendapat bahwa jasmani dan rohani (jiwa) anak didik itu berlangsung menurut hukum-hukum perkembangan tertentu. Adapun hukum-hukum perkembangan itu adalah sebagai berikut: 1. Hukum Kodrat dan Iradat Tuhan Anak didik pada waktu dilahirkan ke dunia ini bersama dengan kodratnya sendiri, yaitu berupa bakat, pembawaan, potensi-potensi yang akan berkembang. Kodrat anak didik itu antara individu yang satu dengan individu yang lain tidak sama. Oleh karena itu arah perkembangan anak didik telah ditentukan oleh kodratnya masing-masing. Akan tetapi kesempurnaan perkembangan itu juga ditentukan oleh lingkungan dimana anak didik itu tinggal dan dibesarkan. Maka untuk mencapai kesempurnaan perkembangannya, kedua faktor tersebut harus sesuai dan saling melengkapi Hukum Mempertahankan Diri dan Perkembangan Dalam diri anak didik terdapat dorongan dan hasrat dasar untuk mempertahankan diri dan hasrat dasar untuk memperkembangkan pembawaannya. Hasrat untuk mempertahankan diri nampak dalam bentuk-bentuk nafsu makan dan minum, menjaga diri dari hal-hal yang neatif seperti rasa sakit, rasa tidak aman, dan sebagainya untuk itulah anak didik memerlukan sandang, pangan, papan dan juga pendidikan. Sedangkan hasrat untuk memperkembangkan pembawaannya terlihat dalam bentuk, hasrat ingin tahu, ingin bergerak, bermain-main dan lainlain. Hasrat-hasrat dasar ini dapat memperkembangkan pembawaan jasmani atau fisik seperti kaki, tangan, kepala, urat-urat, saraf dan lain-lain 5 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, p Retno Indayati, Diktat Psikologi Perkembangan, (Tulungagung: LPM STAIN Tulungagung, 1995), p Moh. Kasiram, Ilmu Jiwa, p. 36.

4 1090 Achmad Paturisi: Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik maupun pembawaan rohani atau psikis, seperti fantasi, kehendak, pikiran, perasaan, ingatan, kemauan, dan lain-lain Hukum Kesatuan Organ Setiap anak didik terdiri dari organ-organ yang antara satu dengan lainnya saling berhubungan. Semua organ-organ itu merupakan suatu kesatuan oeganisme yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahpisahkan. Demikian juga dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Perkembangan organ yang satu pasti berhubungan atau diikuti oleh perkembangan organ yang lain. Pross perkembangan fungsi-fungsi organ jasmaniah akan diikuti oleh proses perkembangan fungsi-fungsi rohaniah (kejiwaan). Perkembangan berfikir, bersikap dan berperasaan misalnya, tidak berdiri sendiri akan tetapi berhubungan dengan perkembangan panca indera, seperti mendengar, melihat, berbicara dan merasakan Hukum Tempo Perkembangan Setiap anak didik mempunyai tempo perkembangan sendiri-sendiri, antara individu yang satu denan individu yang lain tidak sama. Ada yang cepat, ada yang sedang dan ada yang lambat, sehingga akan terjadi kemungkinan dalam umur yang sama menunjukkan tingkat perkembangan yang berbeda. Ada anak yang serba cepat tingkat perkembangannya, seperti cepat merangkak, cepat berjalan, cepat bisa berbicara, akan tetapi ada pula anak yang serba lambat tingkat perkembangannya, merangkak terlambat, berjalan terlambat, berbicata terlambat, dan lain-lain. Pada anak-anak yang perkembangannya normal, perbedaan ini tidak nampak menonjol, akan tetapi pada anak-anak yang perkembangannya tidak normal, perbedaan ini akan kelihatan sekali. 10 Menurut Reno Indayati, tempo perkembangan seorang anak dapat dipengaruhi oleh faktor dari luar, yaitu dengan usaha-usaha sedemikian rupa sehingga akan lebih cepat tingkat perkembangannya, misalnya, pertama, Dengan cara memelihara tubuh yang sempurna. Kedua, Dengan usaha-usaha yang nyata untuk meningkatkan pertumbuhan fisik dan perkembangan jiwa anak, yaitu pemenuhan kebutuhan makanan yang bergizi, segera melatih berjalan, mengajari berbicara, sebelum usia lima tahun anak dilatih bernyanyi, berhitung, menulis dan lain-lain Hukum Ritme (Irama) Perkembangan Di samping ada tempo, di dalam perkembangan juga dikenal adanya irama atau naik-turunnya proses perkembangan. Ini berarti bahwa 8 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, p. 56; Simandjuntak dan Pasaribu, Pengantar Psikologi Perkembangan, (Bandung: Tarsito, 1984), p Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, p Simandjuntak dan Pasaribu, Pengantar, p Retno Indayati, Diktat Psikologi, p. 21.

5 Achmad Paturisi: Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik 1091 perkembangan anak didik itu tidak tetap (tidak merata), terkadang naik dan terkadang turun. Pada suatu saat seorang anak mengalami perkembangan yang tenang, akan tetapi pada saat yang lain (perkembangan selanjutnya) dia mengalami perkembangan yang menggoncangkan. 12 Menurut pendapat para ahli psikologi, setiap anak didik biasanya mengalami dua masa krisis yang disebut dengan masa trotz. dimana pada masa trotz ini terjadi dalam dua periode, yaitu: a. Trotz periode pertama atau krisis pertama terjadi pada usia 2 sampai 3 tahun, dengan ciri utama anak menjadi egois, selalu bersikap dan bertingkah laku mendahulukan kepentingannya sendiri, dan biasanya pada masa ini akan sering menentang dan membangkang kehendak orang tua. b. Trotz periode kedua atau krisis kedua terjadi pada umur antara 14 sampai 17 tahun, dengan ciri utama sering membantah orang tuanya sendiri, akan tetapi bedanya bentuk bantahan (perlawanan) tersebut dalam usaha untuk mencapai identitas pribadinya. 13 Irama perkembangan anak didik dalam garis besarnya ada tiga macam bentuk, yaitu: 14 a. Ada anak yang menunjukkan perkembangan yang menaik dengan cepat pada permulaan, akan tetapi kemudian menurun pada perkembangan selanjutnya. Misalnya, seorang anak di SD sangat pandai, akan tetapi pada waktu di sekolah lanjutan (SLTP) prestasinya menurun. b. Ada anak yang perkembangannya tenang, sedikit demi sedikit menaik, misalnya anak yang duduk di kelas satu SD tergolong anak yang bodoh, tetapi setelah kelas dua, kecenderungannya semakin naik, dan akhirnya tergolong anak yang pandai sampai di kelas enam. c. Ada anak yang pada pemulaannya menunjukkan perkembang yang merata (lambat), akan tetapi dalam fase-fase perkembangan berikutnya menaik dengan cepat. Misalnya, seorang anak pada waktu di SD berkemampuan biasa-biasa saja, tidak pandai dan juga tidak bodoh, akan tetapi setelah di SLTP menjadi anak yang sangat pandai dan berprestasi. 6. Hukum Masa Peka Menurut Moh. Kasiram, masa peka adalah suatu masa dimana suatu fungsi mengalami perkembangan yang sebaik-baiknya, oleh karena itu harus mendapat pelayanan yang semestinya. 15 Senada dengan pendapat 12 Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, p Ibid. 14 Moh. Kasiram, Ilmu Jiwa, p Ibid., p. 38.

6 1092 Achmad Paturisi: Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik tersebut Muhibbin Syah memberikan batasan, bahwa peka artinya mudah terangsang atau mudah menerima stimulus, sehingga pengertian dari masa peka adalah masa yang tepat yang terdapat pada diri anak untuk mengembangkan fungsi-fungsi tertentu, seperti fungsi mulut untuk berbicara dan membaca, fungsi tangan untuk menulis, dan sebagainya. 16 Menurut para ahli, masa peka ini hanya datang satu kali selama hidup anak didik. Apabila masa peka ini tidak digunakan sebaik-baiknya, (tidak mendapat kesempatan untuk berkembang atau terlambat perkembangannya), maka akan mengakibatkan fungsi-fungsi tersebut mengalami kelainan/abnormal. Hal ini akan mengganggu perkembangan selanjutnya. Misalnya, masa peka untuk berbicara seorang anak sudah terlewati, sedangkan anak itu belum dapat berbicara secara sempurna, amak dia akan mengalami kesukaran dalam bahasa untuk masa-masa selanjutnya Hukum Keperluan Belajar Antara perkembangan dan belajar terdapat hubungan yang sangat erat, sehingga hampir semua proses perkembangan memerlukan belajar. Keperluan belajar bagi proses perkembangan, terutama perkembangan fungsi-fungsi kejiwaan (psikis) sudah tidak diragukan lagi, seperti perkembangan berfikir, memecahkan masalah, meyakini kebenaran ajaan agama, tentunya tidak timbul atau ada sendiri dalam diri anak didik tanpa melalui belajar terlebih dahulu. Begitu juga fungsi fisik (jasmani), walaupun seorang anak sudah matang perkembangan otot-otot tangannya, kalau tidak belajar menulis tentu tangan anak tersebut tidak akan bisa difungsikan untuk menulis Hukum Rekapitulasi Hukum ini berasal dari teori rekapitulasi (recapitulation theory) yang dikemukakan oleh ahli Biologi Jerman Hackel, yang berpendapat bahwa ontogenese adalah rekapitulasi dari phylogenese, artinya adalah perkembangan individu anak didik itu merupakan ulangan singkat daripada perkembangan jenisnya. 19 Dalam versi yang lain dijelaskan bahwa menurut teori ini proses perkembangan individu anak didik adalah sebuah mikrokosmik (dunia kehidupan kecil) yang mencerminkan evolusi kehidupan jenis makhluk hidup dari tingkat yang paling sederhana ke tingkat yang paling kompleks Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, p Moh. Kasiram, Ilmu Jiwa, p. 39; Simandjuntak dan Pasaribu, Pengantar, p Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, p Simandjuntak dan Pasaribu, Pengantar, p Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, p. 40.

7 Achmad Paturisi: Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik 1093 Rekapitulasi pada dasarnya berarti pengulangan atau ringkasan kehidupan organisme tertentu seperti anak didik yang berlangsung secara evolusioner (sangat lambat) dalam waktu berabad-abad. Dalam hal ini dikaitkan dengan proses perkembangan psikis anak dipandang sebagai ulangan dari zaman dahulu, karena adanya kesamaan dengan perilaku kultural nenek moyangnya pada ratusan bahkan ribuan abad yang lalu. Contoh pengulangan perkembangan yang tampak pada anak adalah sebagai berikut: 21 a. Masa berburu dan menyamun, yaitu pada umur sekitar 8 tahun, ketika dia senang bermain kejar-kejaran, peran-perangan, dan menangkap hewan-hewna kecil (berburu) seperti kupu-kupu, capung dan belalang. b. Masa beternak, yaitu pada umur sekitar 10 tahun ketika dia suka memelihara hean-hewan piaraan seperti ayam, burung, kucing, kambing dan lain sebagainya. c. Masa bercocok tanam (bertani), yaitu pada umur sekitar 12 tahun ketika dia suka mengurus tanaman di kebun, menanam bunga-bunga, menyiraminya, memberinya pupuk dan lain sebagainya. d. Masa berdagang, yaitu pada umur 12 tahun ke atas, ketika dia suka bermain jual beli, kemudian meningkatkan menjadi kesenangan tukar menukar barang seperti foto, prangko, dan berkirim surat, serta menjalin persahabatan dengan orang lain. C. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Tingkah Laku Anak didik Perkembangan anak didik itu pada umumnya selalu dipengaruhi oleh dua faktor besar, yaitu faktor dari dalam dan faktor dari luar diri anak didik yang bersangkutan. Faktor dari dalam yang juga disebut dengan faktor intern atau faktor endogen, adalah faktor yang berasalh dari dalam diri anak didik itu sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Sedangkan faktor dari luar disebut juga dengan faktor ekstern atau faktor eksogen, adalah faktor yang berasal dari luar diri anak didik itu yang meliputi lingkungan dan pengalaman-pengalaman dari berinteraksi dengan lingkungannya. 22 Untuk mengetahui bagaimana kedua faktor tersebut (intern dan ekstern) mempengaruhi perkembangan anak didik, dapat dilihat dalam penjelasan berikut ini: 21 Moh. Kasiram, Ilmu Jiwa, p Sardjoe, Psikologi Umum, (Pasuruan: PT. Garoeda Buana Indah, 1994), p. 72; Bimo Walgito, Pengantar psikologi Umum, (Yogyakarta: Andi Offset, 1993), p. 46.

8 1094 Achmad Paturisi: Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik 1. Faktor pembawaan (hereditas) Menurut Sardjoe, yang dimaksud dengan faktor pembawaan atau hereditas adalah sifat-sifat kecenderungan yang dimiliki oleh setiap anak didik sejak masih dalam kandungan (konsepsi) sampai lahir. 23 Sedangkan menurut Mahfudh Shalahuddin pembawaan atau hereditas dapat diartikan pembawaan atau hereditas dapat diartikan sebagai kecenderungan untuk bertumbuh dan berkembang bagi anak didik, menurut pola-pola, ciri-ciri, serta sifat-sifat tertentu dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan melalui plasma benih, yang timbul sejak dalam kandungan (konsepsi) dan berlaku sepanjang hidup individu anak didik tersebut. 24 Senada dengan pendapat tersebut di atas, menurut Tadjab yang dimaksud dengan faktor hereditas adalah sifat-sifat atau ciri-ciri yang diperoleh oleh seorang anak atas dasar keturunan atau pewarisan dari generasi ke generasi melalui sel benih. Sifat-sifat atau ciri-ciri pembawaan teersebut ada sejak lahir, dan yang masih merupakan benih dan potensi yang terpendam dalam diri anak didik. 25 Lebih lanjut dijelaskan bahwa faktor pembawaan ini merupakan faktor keturunan, karena setiap anak didik itu terjadi dari pertemuan antara sperma (air mani) dari ayah dan sel telur (ovum) dari ibu. Pembawaan atau keturunan itu yang terpenting antara lain adalah bentuk tubuh, raut muka, warna kulut, rambut, intelegensi, bakat, sifat-sifat atau watak dan sebagainya yang berhubungan dengan fisik dan psikis. Hal ini menunjukkan bahwa faktor keturunan yang dibawa oleh anak didik sejak masih dalam kandungan hingga lahir itu, akan selalu ada atau dimiliki oleh setiap anak didik sebagaimana sifat-sifat yang dimiliki oleh kedua orang tuanya. Artinya setiap anak didik itu akan memiliki sifat-sifat seperti sifatsifat yang dimiliki oleh kedua orang tuanya Faktor lingkungan (environment) Lingkungan dalam pandangan Mahfudh Shalahuddin diartikan sebagai segala sesuatu yang melingkupi atau mengelilingi individu sepanjang hidupnya, baik yang berupa lingkungan fisik seperti rumahnya, orang tuanya, sekolahnya, teman-teman sepermainannya dan lain sebagainya, maupun lingkungan psikologis yang berupa aspirasi atau harapan-harapannya, cita-citanya, masalah-masalah yang dihadapinya dan lain sebagainya. 27 Pengertian yang hampir sama juga dikemukakan oleh 23 Sardjoe, Psikologi, p Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi Pendidikan, (Surabaya: PT. Bina Ilmu, 1990), p Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, (Surabaya: Karya Abditama, 1994), p Ahmad Fauzi, Psikologi, p Mahfudh Shalahuddin, Pengantar Psikologi, p. 90.

9 Achmad Paturisi: Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik 1095 Ahmad Fauzi, menurutnya lingkungan adalah keluarga yang mengasuh dan membesarkan individu anak didik itu, sekoah tempat mendidik, masyarakat tempat individu tersebut berinteraksi juga bermain sehari-hari dan keadaan alam sekitar dengan iklimnya, flora dan faunanya. 28 Faktor lingkungan ini dapat berupa pengalaman-pengalaman, pendidikan, alam sekitar dan sebagainya yang juga sering disebut dengan milieu. Semuanya akan memberi pengaruh terhadap perkembangan anak didik. Pengaruh yang diberikan oleh lingkungan ini bukan meupakan suatu paksaan, dan pengaruh yang ditimbulkan oleh masing-masing lingkungan itu berbeda-beda. Pada umumnya pengaruh lingkungan itu bersifat pasif, dalam arti bahwa tidak merupakan suatu keharusan untuk diterima begitu saja oleh anak didik. Lingkungan memberikan kemungkinan-kemungkinan atau kesempatan-kesempatan kepada individu, bagaimana individu mengambil manfaat dari kesempatan yang diberikan oleh lingkungan tergantung kepada individu anak didik yang bersangkutan. Akan tetapi tidak demikian halnya dengan pengaruh yang ditimbulkan oleh pendidikan. Pendidikan dijalankan dengan penuh kesadaran, rasa tanggung jawab, dan secara sistematis berusaha ingin mengembangkan potensipotensi ataupun bakat-bakat yang ada pada individu anak didik sesuai dengan cita-cita ataupun tujuan pendidikan tertentu yang telah ditetapkan. Dengan demikian pendidikan itu bersifat aktif, dan ingin mengarahklan perkembangan individu ke suatu tujuan tertentu. 29 Sekalipun pengaruh lingkungan tidak bersifat memaksa, akan tetapi tidak dapat dipungkiri babwa peranan lingkungan cukup besar bagi perkembangan individu anak didik. Bahkan ada pendapat yang mengatakan bahwa individu tidak akan berarti apa-apa tanpa adanya lingkungan yang mempengaruhinya. Dalam perkembangan anak didik yang dipengaruhi oleh faktor-faktor intern dan ekstern tersebut di atas, menimbulkan berbagai pendapat tentang teori perkembangan. Hal ini disebabkan oleh sudut pandang dan pendekatan para ahli yang berbeda terhadap eksistensi anak didik. Untuk lebih jelasnya, berikut ini diuraikan tentang teori-teori yang berhubungan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku anak didik. a. Teori nativisme Nativisme adalah sebuah doktrin filosofis yang mempunyai pengaruh besar terhadap pemikiran psiklogis. Tokoh utama dari teori ini Arthur Schopenhauer ( ) seorang filosof Jerman. Menurut teori ini perkembangan anak didik itu ditentukan semata-mata oleh faktor 28 Ahmad Fauzi, Psikologi, p Sardjoe, Psikologi, p. 74.

10 1096 Achmad Paturisi: Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik pembawaan yang dibawa oleh individu sejak lahir. Selanjutnya juga dijelaskan bahwa sewaktu anak didik itu dilahirkan telah membawa sifatsifat tertentu dan potensi-potensi tertentu yang akan menentukan perkembangannya. Sedangkan faktor lain, yaitu lingkungan termasuk di dalamnya pendidikan tidak mempunyai pengaruh terhadap perkembangan anak didik. 30 Teori ini menimbulkan pandangan bahwa seakan-akan perkembangan anak didik itu telah ditentukan oleh sifat-sifat sebelumnya yang tidak dapat diubah, sehingga individu akan sangat tergantung kepada sifat-sifat yang diturunkan oleh kedua orang tuanya. Misalnya, kalau kedua orang tuanya ahli musik, maka kemungkinan besar anak-anak yang mereka lahirkan akan menjadi pemusik pula, apabila orang tuanya ahli politik, maka anaknya juga akan menjadi politikus, dan lain sebagainya. Jadi dapat dikatakan bahwa sifat-sifat yang dibawanya sejak lahir tidak dapat diubah oleh kekuatan-kekuatan lain termasuk pendidikan dan lingkungan. Teori ini menimbulkan pandangan pesimistis terhadap pendidikan, karena memandang pendidikan sebagai suatu usaha yang tidak berdaya menghadapi perkembangan anak didik yang ditentukan oleh faktor pembawaan tersebut. b. Teori empirisme Kebalikan dari teori nativisme adalah teori empirisme, dengan tokoh utamanya adalah John Locke ( ). Doktrin teori empirisme yang sangat terkenal adalah Tabula rasa yang berarti kertas kosong. Dokrin Tabula rasa ini menekankan arti penting pada lingkungan, pengalaman dan pendidikan. Menurut teori ini, perkembangan anak didik itu sematamata ditentukan oleh lingkungan dan pengalaman-pengalaman pendidikannya, sedangkan bakat dan pembawaan sejak lahir dianggap tidak ada pengaruhnya. Selanjutnya, teori ini menganggap bahwa setiap anak didik yang dilahirkan adalah seperti tabula rasa, dalam keadaan kosong bagaikan kertas putih yang belum ada tulisan-tulisannya. Kemudian akan menjadi apakah seorang individu itu kelak, tergantung kepada peranan lingkungan dan pendidikan serta pengalaman-pengalaman yang diperoleh selanjutnya. 31 Oleh karena itu, ditinjau dari segi pendidikan, teori ini akan menimbulkan pandangan yang optimistik, yaitu memandang bahwa usaha pendidikan itu akan mampu membentuk pribadi anak didik. Misalnya seorang anak yang memperoleh kesempatan yang memadai untuk mempelajari ilmu agama, tentu kelak akan menjadi seorang yang ahli agama, karena dia mempunyai pengalaman belajar di bidang agama, 30 Ahmad Fauzi, Psikologi, p. 108; Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan, p ; Ngalim Purwanto, Psikologi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2002), p Sardjoe, Psikologi, p. 76; Ahmad Fauzi, Psikologi, p. 109.

11 Achmad Paturisi: Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik 1097 dia tidak akan pernah menjadi politikus atau pemusik, walaupun kedua orang tuanya politikus ataupun pemusik sejati. c. Teori konvergensi Teori konvergensi ini merupakan gabungan antara teori nativisme engan teori empirisme. Teori ini menggabungkan arti penting pembawaan (hereditas) dengan lingkungan sebagai faktor-faktor yang berpengaruh dalam perkembangan anak didik. Tokoh utama teori konvergensi ini adalah Louis William Stern ( ), seorang filosof dan psikolog yang berasal dari Jerman. Menurut teori ini, perkembangan anak didik itu tidak hanya dipengaruhi oleh faktor lingkungan/pengalaman pendidikan dan juga tidak hanya dipengaruhi oleh faktor pembawaan saja, akan tetapi dipengaruhi oleh kedua faktor tersebut yang sama pentingnya. Faktor pembawaan tidak akan berarti apa-apa, jika tanpa didukung oleh faktor lingkungan/pengalaman. Demikian juga sebaliknya, faktor lingkungan atau pengalaman tanpa didukung faktor pembawaan tidak akan mampu mengembangkan anak didik menjadi lebih sempurna. Jadi perkembangan anak didik itu ditentukan oleh faktor pembawaan (hereditas) dan faktor lingkungan/pendidikan. Pembawaan termasuk di dalamnya bakat dan potensi-potensi yang telah ada pada individu anak didik, membutuhkan lingkungan yang sesuai agar hal itu dapat berkembang dengan sebaikbaiknya. Misalnya, seorang anak yang lahir dari keluarga santri atau kiai, umpamanya, kelak dia akan menjadi juga akan menjadi ahli agama apabila dia dididik di lingkungan pendidkan keagamaan. Teori konvergensi yang dikemukakan oleh William Stern itulah yang banyak diterima oleh para ahli pada umumnya sehingga teori yang dikemukakan oleh William Stern merupakan salah satu hukum atau teori perkembangan anak didik, di samping adanya hukum-hukum perkembangan yang lain. D. Penutup Hukum perkembangan adalah kaidah fundamental tentang realitas kehidupan anak didik, yang telah disepakati kebenarannya berdasarkan hasil pemikiran dan penelitian yang seksama. Hukum-hukum perkembangan itu adalah hukum kodrat dan iradat Tuhan, hukum mempertahankan diri dan perkembangan, hukum kesatuan organ, hukum tempo perkembangan, hukum ritme (irama) perkambangan, hukum masa peka, hukum keperluan belajar, dan rekapitulasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia (anak didik) pada umumnya adalah faktor dari dalam (intern atau endogen) dan faktor dari luar diri manusia yang bersangkutan (ekstern atau eksogen). Faktor dari dalam adalah faktor yang berasal dari dalam diri manusia itu

12 1098 Achmad Paturisi: Perkembangan Tingkah Laku Anak Didik sendiri yang meliputi pembawaan dan potensi psikologis tertentu yang turut mengembangkan dirinya sendiri. Sedangkan faktor dari luar adalah faktor yang berasal dari luar diri manusia itu yang meliputi lingkungan dan pengalaman-pengalaman dari berinteraksi dengan lingkungannya. Daftar Pustaka Fauzi, Ahmad, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia, Haditono, Siti Rahatyu, dkk., Psikologi Perkembangan, Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, Indayati, Retno, Diktat Psikologi Perkembangan, Tulungagung: LPM STAIN Tulungagung, Kasiram, Moh., Ilmu Jiwa Perkembangan, Bagian Ilmu Jiwa Anak, Surabaya: Usaha Nasional, Purwanto, Ngalim, Psikologi Pendidikan, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, Sardjoe, Psikologi Umum, Pasuruan: PT. Garoeda Buana Indah, Shalahuddin, Mahfudh, Pengantar Psikologi Pendidikan, Surabaya: PT. Bina Ilmu, Simandjuntak dan Pasaribu, Pengantar Psikologi Perkembangan, Bandung: Tarsito, Suryabrata, Sumadi, Psikologi Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, Syah, Muhibbin, Psikologi Belajar, Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu, Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, Tadjab, Ilmu Jiwa Pendidikan, Surabaya: Karya Abditama, Walgito, Bimo, Pengantar psikologi Umum, Yogyakarta: Andi Offset, 1993.

Hukum Perkembangan. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hukum hukum perkembangan. Indikator. tempo perkembangan. masa peka.

Hukum Perkembangan. Mahasiswa mampu mendeskripsikan hukum hukum perkembangan. Indikator. tempo perkembangan. masa peka. Perkembangan Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar Mahasiswa mampu mendeskripsikan hukum hukum perkembangan. Indikator Mahasiswa dapat menjelaskan tentang hukum konvergensi; Mahasiswa dapat menjelaskan tentang

Lebih terperinci

MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK

MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK Artikel MEMAHAMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TUMBUH KEMBANG ANAK Mardiya Selama ini kita sebagai orangtua masih menganggap anak sebagai harta yang tak ternilai harganya. Karena selain sebagai tempat

Lebih terperinci

MAKALAH BERTAHAN DAN MENGEMBANGKAN DIRI, IRAMA PERKEMBANGAN. Matakuliah : Psikologi Perkembangan. Dosen : Ahmad Agung Yuwono, M.Pd.

MAKALAH BERTAHAN DAN MENGEMBANGKAN DIRI, IRAMA PERKEMBANGAN. Matakuliah : Psikologi Perkembangan. Dosen : Ahmad Agung Yuwono, M.Pd. MAKALAH BERTAHAN DAN MENGEMBANGKAN DIRI, IRAMA PERKEMBANGAN. Matakuliah : Psikologi Perkembangan Dosen : Ahmad Agung Yuwono, M.Pd Disusun oleh : 1. Anisa Khafida (14144600207) 4. Siti Aminah (14144600198)

Lebih terperinci

Psikologi Perkembangan

Psikologi Perkembangan Psikologi Perkembangan Ahmad Agung Y, M.PD Andi Thahir, M.A (PAI 2010) Pengertian Psikologi Perkembangan Psikologi perkembangan ialah suatu ilmu yang merupakan bagian dari psikologi. Dalam ruang lingkup

Lebih terperinci

KONSEP ILMU JIWA PENDIDIKAN

KONSEP ILMU JIWA PENDIDIKAN KONSEP ILMU JIWA PENDIDIKAN Oleh. Drs Tadjab M.A Diterbitkan, penerbit KARYA ABDITAMA, Surabaya. Cetakan Pertama, 1994. KA 94.03 Tebal buku 130 halaman BAB I ILMU JIWA PENDIDIKAN Pendidikan tentang jiwa

Lebih terperinci

PENDAHULUAN PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN

PENDAHULUAN PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN PENDAHULUAN PENGANTAR ILMU PENDIDIKAN Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Kelompok 1 Pengantar Ilmu Pendidikan Oleh : 1. Abdul Karim K 5410001 2. Bhian Rangga JR K 5410012 3. Hendri Sulistiawan K

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TEORI KONVERGENSI DAN RELEVENSINYA DENGAN HADIST NABI MUHAMMAD SAW TENTANG FITRAH MANUSIA

BAB IV ANALISIS TEORI KONVERGENSI DAN RELEVENSINYA DENGAN HADIST NABI MUHAMMAD SAW TENTANG FITRAH MANUSIA BAB IV ANALISIS TEORI KONVERGENSI DAN RELEVENSINYA DENGAN HADIST NABI MUHAMMAD SAW TENTANG FITRAH MANUSIA Pendidikan dalam kehidupan manusia, mempunyai peranan penting dalam rangka mentrasformasikan nilai-nilai

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini akan diuraikan lebih jauh mengenai teori-teori yang menjelaskan mengenai asal sekolah, kemampuan Bahasa Inggris, serta pengertian belajar dan hasil belajar. A. Asal Sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kathryn Geldard dan David Geldard, menangani Anak dalam Kelompok, Pustaka Pelajar, 2013, hlm. 63 2

BAB I PENDAHULUAN. Kathryn Geldard dan David Geldard, menangani Anak dalam Kelompok, Pustaka Pelajar, 2013, hlm. 63 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah bukan saja merupakan lembaga pendidikan, tetapi juga merupakan suatu lembaga sosial, yang mencerminkan budaya yang menjadi bagian sekaligus menyebarkan kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN BAB I PENDAHULUAN Sejauh mana peranan dan efektivitas pendidikan dalam pembinaan kepribadian manusia, para ahli tidak sama pandangannya. Secara fisiologis, pandangan pandangan tersimpul dalam teori teori

Lebih terperinci

BAB II LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN HASIL BELAJAR SISWA. lingkungan belajar, macam-macam lingkungan belajar. Hasil belajar siswa yang

BAB II LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN HASIL BELAJAR SISWA. lingkungan belajar, macam-macam lingkungan belajar. Hasil belajar siswa yang BAB II LINGKUNGAN BELAJAR DI SEKOLAH DAN HASIL BELAJAR SISWA Lingkungan belajar yang membahas tentang pengertian belajar, pengertian lingkungan belajar, macam-macam lingkungan belajar. Hasil belajar siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia

BAB I PENDAHULUAN. laku. Mulai dari kandungan sampai beranjak dewasa sampai tua manusia BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pemegang peranan penting dalam meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas adalah dunia pendidikan. Pendidikan memiliki tujuan untuk mencerdaskan, meningkatkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP

HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP HUBUNGAN READINESS BELAJAR DAN PERSEPSI MATA PELAJARAN MATEMATIKA TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA SMP Intan Purnama Sari Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Muhammadiyah Purworejo

Lebih terperinci

Perkembangan Individu

Perkembangan Individu Perkembangan Individu oleh : Akhmad Sudrajat sumber : http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/24/perkembangan-individu/ 1. Apa perkembangan individu itu? Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari:

KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA. Langkah-langkah sistematis pembelajaran secara keseluruhan terdiri dari: KARAKTERISTIK DAN PERILAKU AWAL SISWA Dina Amelia 702011094 Mario da Costa 702011901 A. ANALISIS PEMBELAJARAN Analisis pembelajaran adalah: langkah awal yang perlu dilakukan sebelum melakukan pembelajaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan mengenal adanya sebuah istilah yang tidak pernah lepas dari kewajiban seorang siswa. Istilah tersebut adalah belajar. Belajar merupakan kata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asuh, asih, asah orang tua. Asuh adalah kebutuhan dasar pangan, sandang, papan,

BAB I PENDAHULUAN. asuh, asih, asah orang tua. Asuh adalah kebutuhan dasar pangan, sandang, papan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah titipan Tuhan untuk dipelihara dan dilindungi orang tua hingga didewasakan dan dilepaskan dari tanggung jawab orang tua. Anak adalah tunas bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

BAB I PENDAHULUAN. tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman yang semakin modern, seperti sekarang ini menuntut adanya Sumber Daya Manusia yang berkualitas tinggi. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain

BAB I PENDAHULUAN. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan belajarnya secara lancar dan berhasil tanpa mengalami kesulitan, namun di sisi lain BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, kita dihadapkan dengan sejumlah karakterisktik siswa yang beraneka ragam. Ada siswa yang dapat menempuh kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk. mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu sasaran yang sangat penting untuk mencapai pembangunan nasional. Untuk mencapai tujuan pembangunan nasional di bidang pendidikan

Lebih terperinci

resensi buku psikologi pendidikan

resensi buku psikologi pendidikan resensi buku psikologi pendidikan Resensi Buku oleh: charles Judul Buku Pengarang Penerbit : Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru : Muhibbin Syah : Remaja Rosdakarya (Bandung) Tahun Terbit : 2008

Lebih terperinci

PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR

PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR PERANAN PSIKOLOGI PENDIDIKAN DALAM PROSES BELAJAR MENGAJAR Novianti Dosen FKIP Prodi Pendidikan Matematika, Universitas Almuslim email: novianti.idr@gmail.com Abstrak Dalam sejarah perkembangannya, psikologi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat beberapa ahli 1 BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Pengertian Belajar Banyak ahli pendidikan yang mengungkapkan pengertian belajar menurut sudut pandang mereka masing-masing. Berikut ini kutipan pendapat

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN INDIVIDU I. Dra. Aas Saomah, M.Si

PERKEMBANGAN INDIVIDU I. Dra. Aas Saomah, M.Si PERKEMBANGAN INDIVIDU I Dra. Aas Saomah, M.Si JENIS-JENIS PSIKOLOGI Psikologi Umum Psikologi Industri Psikologi Klinis Psikologi Wanita Psikologi Lintas Budaya Psikologi Perkembangan KONSEP DASAR PSIKOLOGI

Lebih terperinci

OLEH : NANDANG BUDIMAN

OLEH : NANDANG BUDIMAN OLEH : NANDANG BUDIMAN PERKEMBANGAN SEBAGAI BAGIAN PSIKOLOGI UMUM DARI PSIKOLOGI PSIKOLOGI INDUSTRI PSIKOLOGI KLINIS PSIKOLOGI WANITA PSIKOLOGI LINTAS BUDAYA PSIKOLOGI PERKEMBANGAN PSIKOLOGI LAINNYA KONSEP

Lebih terperinci

Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar

Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Hubungan Antara Status Gizi dengan Prestasi Belajar Siswa Sekolah Dasar Waode sitti asfiah udu *Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat/Kedokteran Komunitas FK UHO ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga merupakan suatu sistem kompleks yang di dalamnya terdapat ikatan di antara anggotanya dan rasa saling memiliki. Keluarga menurut Ahmadi dan Uhbiyati

Lebih terperinci

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT

INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT INDIVIDU, KELUARGA DAN MASYARAKAT 1. PERTUMBUHAN INDIVIDU A. PENGERTIAN INDIVIDU Individu berasal dari kata latin, individuum artinya yang tidak terbagi. Jadi Individu merupakan suatu sebutan yang dipakai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang semakin canggih ini diakibatkan oleh majunya dunia

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang semakin canggih ini diakibatkan oleh majunya dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan urat nadi kehidupan individu dan masyarakat. Sebesar apa yang diberikan pendidikan di setiap pusat pendidikan, sebesar itu pula nilainya dalam mendidik

Lebih terperinci

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari

Sejarah pendidikan Indonesia 1. Dyah Kumalasari Sejarah pendidikan Indonesia 1 Dyah Kumalasari PENDAHULUAN Francis Bacon Knowledge is power Pendidikan untuk Manusia.Sumber pokok kekuatan bagi manusia adalah Pengetahuaan. Mengapa...? Karena manusia dgn

Lebih terperinci

BAB III TEORI KONVERGENSI

BAB III TEORI KONVERGENSI BAB III TEORI KONVERGENSI A. Latar Belakang Munculnya Teori Konvergensi Dalam ilmu psikologi sangat erat hubungannya dengan ilmu pendidikan, yaitu suatu pembawaan dan lingkungan. Soal pembawaan ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak memiliki potensi yang harus dikembangkan. Anak memiliki karakteristik tertentu yang khas dan tidak sama dengan orang dewasa, mereka selalu aktif, dinamis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pelaksanaan pembelajaran di sekolah tidak lepas dari permasalahan, di antaranya adalah masalah belajar. Permasalahan belajar dapat dipengaruhi oleh dua faktor,

Lebih terperinci

Kemampuan Berfikir Asosiatif Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Oleh Andewi Suhartini 2014

Kemampuan Berfikir Asosiatif Mahasiswa Pendidikan Agama Islam Oleh Andewi Suhartini 2014 KEMAMPUAN BERPIKIR ASOSIATIF MAHASISWA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (Penelitian pada Mahasiswa Semester V Kelas C Jurusan PAI Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Gunung Djati Bandung PADA Mata Kuliah Filsafat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Prestasi belajar atau hasil belajar adalah realisasi atau pemekaran dari kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.

Lebih terperinci

PENGARUH KEDISIPLINAN PENGGUNAAN WAKTU LUANG UNTUK BELAJAR ANTARA PRIA DENGAN WANITA Vitalis Djarot Sumarwoto

PENGARUH KEDISIPLINAN PENGGUNAAN WAKTU LUANG UNTUK BELAJAR ANTARA PRIA DENGAN WANITA Vitalis Djarot Sumarwoto PENGARUH KEDISIPLINAN PENGGUNAAN WAKTU LUANG UNTUK BELAJAR ANTARA PRIA DENGAN WANITA Vitalis Djarot Sumarwoto Abstrak Tujuan penelitian ini hakikatnya ingin mengetahui perbedaan kedisiplinan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara

BAB I PENDAHULUAN. kepribadian anak dan mampu mengaktualisasikan potensi-potensi dirinya secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lembaga sosial yang paling kecil, yang terdiri atas ayah, ibu dan anak. Dari beberapa fungsi keluarga salah satunya adalah memberikan pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang

BAB I PENDAHULUAN. agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang agama. 1 Di sekolah umum (SD, SMP, SMA) pengajaran agama dipandang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengajaran agama Islam berarti kegiatan mempelajari agama Islam, supaya orang mempunyai pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Lembar Kerja Siswa ( LKS ) 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa ( LKS ) Kata lembar kerja siswa terdiri dari tiga bagian, lembar, kerja dan siswa. Dalam kamus

Lebih terperinci

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar

MOTIVASI DALAM BELAJAR. Saifuddin Azwar MOTIVASI DALAM BELAJAR Saifuddin Azwar Dalam dunia pendidikan, masalah motivasi selalu menjadi hal yang menarik perhatian. Hal ini dikarenakan motivasi dipandang sebagai salah satu faktor yang sangat dominan

Lebih terperinci

Eka Rezeki Amalia A. ARTIKEL Sumber: Didownload tanggal 21 Maret 2008

Eka Rezeki Amalia A. ARTIKEL Sumber:  Didownload tanggal 21 Maret 2008 Eka Rezeki Amalia 06320004 A. ARTIKEL Sumber: http://www.whandi.net Didownload tanggal 21 Maret 2008 Memahami Kebutuhan Khas Remaja, Antara Psikologis dan Sosiologis Rabu, 31 Januari 2007 22:40:44 Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu tingkat kelayakan kesejahteraan hidupnya. Di

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat menjadi salah satu tingkat kelayakan kesejahteraan hidupnya. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan kehidupan bangsa tersebut.

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak di MTsN Kunir dan MTsN Langkapan Blitar. b)

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. Prestasi Belajar Aqidah Akhlak di MTsN Kunir dan MTsN Langkapan Blitar. b) 156 BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Pada bab ini diuraikan tentang: a) Pengaruh Kedisiplinan Belajar Terhadap Prestasi Belajar Aqidah Akhlak di MTsN Kunir dan MTsN Langkapan Blitar. b) Pengaruh Perhatian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial, individu di dalam menjalin hubungan dengan individu lain perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia secara hakiki merupakan makhluk sosial yang membutuhkan pergaulan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebagai makhluk sosial, individu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Anak terlantar merupakan salah satu penyandang masalah kesejahteraan sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial yang menjadi

Lebih terperinci

Oleh : Drs. Udiyono, M.Pd.

Oleh : Drs. Udiyono, M.Pd. PENGARUH MOTIVASI ORANG TUA, KONDISI LINGKUNGAN DAN DISIPLIN BELAJAR TERHADAP PRESTASI AKADEMIK MAHASISWA PENDIDIKAN MATEMATIKA UNIVERSITAS WIDYA DHARMA KLATEN SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2010/2011 Oleh

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya,

BAB 1 PENDAHULUAN. dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang. arti tidak memerlukan rangsangan (stimulus) dari luar dirinya, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Motivasi berasal dari kata motif. Motif artinya keadaan dinamis dalam diri (inner drive) yang mendorong seseorang berbuat sesuatu untuk memenuhi kebutuhannya.

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK SEKOLAH DASAR Ernawulan Syaodih Pendahuluan Perkembangan individu merupakan sesuatu yang kompleks, artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya

Lebih terperinci

Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80

Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80 Gambar 4.1 : Struktur Kepemimpinan wilayah RT 23 RW 2.80 A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pendidikan dipahami secara luas dan umum sebagai usaha sadar yang dilakukan pendidik melalui bimbingan, pengajaran,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I REJOTANGAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I REJOTANGAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014/2015 HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS VII SMP NEGERI I REJOTANGAN KABUPATEN TULUNGAGUNG TAHUN AJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna

Lebih terperinci

A. ALIRAN KONVENSIONAL

A. ALIRAN KONVENSIONAL A. ALIRAN KONVENSIONAL Aliran konvensional merupakan pandangan atau pendapat yang membahas tentang faktor-faktor yang menentukan perkembangan manusia dan kepribadiannya 1. Empirisme Aliran ini berpandangan

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH:

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna. Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Jurusan PPKn OLEH: PENGARUH MOTIVASI INTRINSIK DAN MOTIVASI EKSTRINSIK TERHADAP PRESTASI BELAJAR MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN SISWA KELAS VII DI SMPN 1 BANYAKAN KEDIRI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH Oleh : Pitriani Abstrak: Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1. Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan a. Pengertian Prestasi Belajar Akuntansi Keuangan Pengertian prestasi belajar menurut Sumadi Suryabrata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan anak merupakan proses yang kompleks, terbentuk dari potensi anak diri anak yang bersangkutan dan lingkungan sekitaranya. Perkembangan anak berlangsung

Lebih terperinci

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu :

MOTIVASI BELAJAR. Tiga aspek motivasi menurut Walgito, yaitu : MOTIVASI BELAJAR Motivasi berasal dari bahasa Latin, movere yang berarti bergerak atau bahasa Inggrisnya to move. Motif diartikan sebagai kekuatan yang terdapat dalam diri organisme yang mendorong untuk

Lebih terperinci

T H E S I S. Oleh : SUNDAHYANI. NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sistem

T H E S I S. Oleh : SUNDAHYANI. NIM : Q Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi : Manajemen Sistem PENGARUH KEBUTUHAN BERPRESTASI, BERAFILIASI DAN BERKUASA TERHADAP MINAT MASYARAKAT MENYEKOLAHKAN ANAKNYA DI SEKOLAH DASAR NEGERI 02 SELOKATON KECAMATAN GONDANGREJO KARANGANYAR T H E S I S Oleh : SUNDAHYANI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Metode Diskusi 1. Pengertian Diskusi Dalam kegiatan pembejaran dengan metode diskusi merupakan cara mengajar dalam pembahasan dan penyajian materinya melalui suatu problema atau

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Teknik Pembelajaran Secara Umum. seputar sikap dan perilaku menghadapi siswa. Beliau juga menjelaskan

BAB II KAJIAN TEORI. a. Pengertian Teknik Pembelajaran Secara Umum. seputar sikap dan perilaku menghadapi siswa. Beliau juga menjelaskan 1 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Tinjauan Tentang Teknik Pembelajaran Triad a. Pengertian Teknik Pembelajaran Secara Umum Danie Beaulieu menyatakan bahwa teknik pembelajaran merupakan cara

Lebih terperinci

PERILAKU MASA PUBER PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH PUI KECAMATAN MAJA KABUPATEN MAJALENGKA

PERILAKU MASA PUBER PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH PUI KECAMATAN MAJA KABUPATEN MAJALENGKA PERILAKU MASA PUBER PENGARUHNYA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI MADRASAH ALIYAH PUI KECAMATAN MAJA KABUPATEN MAJALENGKA 1 Yeni Suryaningsih 1 Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Majalengka

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman

BAB II KAJIAN TEORI. kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar. 1. memperoleh pengalaman-pengalaman atau pengetahuan, baik pengalaman BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis dan Hipotesis Tindakan 1. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri

Lebih terperinci

Indiyah Rosiana Rochmaningtyas. Universitas Sebelas Maret Surakarta

Indiyah Rosiana Rochmaningtyas. Universitas Sebelas Maret Surakarta PENGARUH MOTIVASI AYAH, IBU UNTUK MENYEKOLAHKAN ANAK DAN KEMANDIRIAN SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI KELAS XI IPS DI SMA NEGERI 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2013/2014 Indiyah Rosiana Rochmaningtyas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa

BAB I PENDAHULUAN. masa ini sering kali disebut dengan masa keemasan the Golden Age, masa-masa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak adalah individu yang unik, dimana anak selalu bergerak, memiliki rasa ingin tahu yang kuat, memiliki potensi untuk belajar dan mampu mengekspresikan diri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses

BAB II KAJIAN TEORI. Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Hasil Belajar Menurut Syaiful Bahri Djamarah, 2010:105. Pengertian hasil belajar adalah suatu proses belajar mengajar tentang suatu bahan pengajaran dinyatakan berhasil

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar

BAB II KAJIAN TEORI. A. Kerangka Teoretis. 1. Hasil Belajar. a. Pengertian Hasil Belajar BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoretis 1. Hasil Belajar a. Pengertian Hasil Belajar Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

Lebih terperinci

JURNAL PENELITIAN HUBUNGAN PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI

JURNAL PENELITIAN HUBUNGAN PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI JURNAL PENELITIAN HUBUNGAN PERSEPSI PERHATIAN ORANG TUA DAN KEDISIPLINAN BELAJAR TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X IPS SMA NEGERI Oleh : RENNISA ANGGRAENI NIM K8411061 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU

Lebih terperinci

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN II

BAHAN AJAR PEMBELAJARAN II BAHAN AJAR PEMBELAJARAN II Nama Mata Kuliah Kode I SKS Waktu Pertemuan Pertemuan : Filsafat Pendidikan : FIF 342 / 3 SKS : 1 x pertemuan (1 x 1 50 menit) : III Tujuan Instruksional Umum 1. Umum : Setelah

Lebih terperinci

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP (FISIK DAN PSIKOLOGIS) PADA ANAK JALANAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP (FISIK DAN PSIKOLOGIS) PADA ANAK JALANAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN HIDUP (FISIK DAN PSIKOLOGIS) PADA ANAK JALANAN Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S 1 Psikologi Diajukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) untuk dengan penuh tanggung jawab membimbing anak-anak didik ke kedewasaan. 1 Seperti halnya dalam pendidikan agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida

Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Pendidikan Keluarga (Membantu Kemampuan Relasi Anak-anak) Farida Manusia dilahirkan dalam keadaan yang sepenuhnya tidak berdaya dan harus menggantungkan diri pada orang lain. Seorang anak memerlukan waktu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau

BAB II KAJIAN TEORI. dapat memberikan hasil belajar yang optimal. 1. strategi pembelajaran itu ialah harus menguasai teknik-teknik penyajian, atau BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teori 1. Teknik Pembelajaran Pertemuan Ganda a. Pengertian Teknik Pembelajaran Slameto menjelaskan teknik pembelajaran adalah suatu rencana tentang cara-cara pendayagunaan

Lebih terperinci

ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI

ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI ANALISIS PRESTASI BELAJAR SISWA DENGAN MENGGUNAKAN INTERNET PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI DI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 MUARO JAMBI SKRIPSI OLEH YUNI KARTIKA A1C409014 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakat industri dan nantinya ke masyarakat informasi, dimana untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemasyarakat industri dan nantinya ke masyarakat informasi, dimana untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran PAI. tentang sikap, terkait dengan aspek-aspek psikologis.

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran PAI. tentang sikap, terkait dengan aspek-aspek psikologis. 12 BAB II KAJIAN TEORI A. Konsep Teoretis 1. Sikap Siswa dalam Proses Pembelajaran PAI a. Definisi Sikap Siswa Sikap merupakan unsur psikologi, oleh karena itu pengertian tentang sikap, terkait dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia di era globalisasi ini menghadapi dua tantangan besar. Pertama, tantangan untuk mewujudkan stabilitas negara yang mantap meliputi unsur ideologi,

Lebih terperinci

Bab III. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN Dan IMPLIKASINYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN

Bab III. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN Dan IMPLIKASINYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN Bab III. PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN Dan IMPLIKASINYA DALAM DUNIA PENDIDIKAN Oleh: Prof.Dr. Siti Partini Suardiman Drs. Hiryanto, M.Si Yulia Ayriza, M.Si, Ph.D Dra. Purwandari, M.Si Dr. Rita Eka Izzaty,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak yang abnormal (anak peyandang cacat). Tidak semua anak

BAB I PENDAHULUAN. maupun anak yang abnormal (anak peyandang cacat). Tidak semua anak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan di dunia mempunyai hak asasi manusia (HAM) yang sama. Demikian juga dalam hal memperoleh pendidikan, setiap warga Negara berhak memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana yang dilakukan oleh guru kepada muridnya sehingga diharapkan akan terwujudnya proses pembelajaran secara aktif demi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dewasa adalah merupakan tugas utama seorang ibu, karena para ibu mempunyai andil

BAB I PENDAHULUAN. dewasa adalah merupakan tugas utama seorang ibu, karena para ibu mempunyai andil 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak dalam rumah tangga adalah tugas semua orang tua, namun mendidik anak sejak dalam kandungan sampai lahir hingga anak tersebut menjadi dewasa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Salah satu bagian penting dalam kegiatan penelitian adalah sebuah cara atau metode yang digunakan dalam penelitian. Dalam metode penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang

BAB II KAJIAN TEORETIS. mencapai sesuatu yang dicita - citakan.. Hal ini menggambarkan bahwa seseorang BAB II KAJIAN TEORETIS 2.1 Kajian Teoretis 2.1.1. Pentingnya Minat Belajar Kata minat dalam bahasa Inggris disebut interest yang berarti menarik atau tertarik. Minat adalah keinginan jiwa terhadap sesuatu

Lebih terperinci

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin

TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM Oleh : Fahrudin A. Pendahuluan TEORISASI DAN STRATEGI PENDIDIKAN ISLAM --------------------------------------------------------------------- Oleh : Fahrudin Tujuan agama Islam diturunkan Allah kepada manusia melalui utusan-nya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar 1. Pengertian Prestasi Belajar Matematika Prestasi belajar tidak dapat dipisahkan dari masalah belajar. Pada dasarnya, prestasi belajar merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 4 GORONTALO. Oleh

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 4 GORONTALO. Oleh PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI KELUARGA TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS X DI SMK NEGERI 4 GORONTALO Oleh Olvan Manginsihi Hamzah Yunus Herwin Mopangga S1 Pendidikan Ekonomi ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. Asmaul Husna Dan Surat Yasin di MTsN Tunggangri. yang menjadi sifat dan watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis,

BAB V PEMBAHASAN. Asmaul Husna Dan Surat Yasin di MTsN Tunggangri. yang menjadi sifat dan watak seseorang, baik menyangkut fisik maupun psikis, BAB V PEMBAHASAN A. Proses Pembentukan Kepribadian Siswa Melalui Pembiasaan Membaca Asmaul Husna Dan Surat Yasin di MTsN Tunggangri Kepribadian adalah suatu totalitas yang menjadi ciri khas seseorang,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS VII DI SMPN 2 KRAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS VII DI SMPN 2 KRAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 HUBUNGAN ANTARA KEHARMONISAN KELUARGA DENGAN KEMATANGAN EMOSI SISWA KELAS VII DI SMPN 2 KRAS TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Teori 1. Tinjauan tentang Perhatian Orang Tua Perhatian merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar. Wasty Soemanto (2003: 34), mengartikan perhatian

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan

II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS. suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan 9 II. TINJAUAN PUSTAKA, KARANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses atau suatu rangkaian aktivitas yang menuju kepada perubahan-perubahan fungsional,

Lebih terperinci

PERANAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ANAK. Munirwan Umar 1

PERANAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ANAK. Munirwan Umar 1 PERANAN ORANG TUA DALAM PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR ANAK Munirwan Umar 1 Abstract: The parents are the main responsible person in children aducation. The parents who determine the children`s future. But

Lebih terperinci

BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS. kurang tepat, karena belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam

BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS. kurang tepat, karena belajar adalah perubahan yang terjadi di dalam BAB II PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN AL-QUR AN HADITS A. Pengertian Belajar Mengajar Seseorang beranggapan bahwa belajar adalah semata-mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta-fakta yang tersaji dalam bentuk

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif. adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Kerangka Teoritis 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Aktif Hisyam Zaini menjelaskan bahwa strategi pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN BAB V KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian, analisis, beserta interpretasi, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Ada hubungan antara kualitas pengajaran

Lebih terperinci

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI PSIKOLOGI PENDIDIKAN BAGI PENDIDIKAN ANAK USIA DINI Oleh : Putu Ronny Angga Mahendra, S.Pd. M.Pd puturonny87@gmail.com Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Dwijendra Dra. G.A Mas Darwati,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang

BAB I PENDAHULUAN. jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan secara umum diawali dalam suatu keluarga, orangtua yang bertanggung jawab dengan kelanjutan kehidupan pendidikan anak-anaknya karena pengaruh yang diterima

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif.yaitu menggunakan angka dalam mengumpulkan data dan memberikan penfsiran terhadap hasilnya. 1 Dalam penelitian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara umum, semua aktivitas yang melibatkan psiko-fisik yang menghasilkan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Secara umum, semua aktivitas

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan Latar Belakang Pendidikan Orang Tua (X 1 ) dengan Sikap

BAB V PEMBAHASAN. A. Hubungan Latar Belakang Pendidikan Orang Tua (X 1 ) dengan Sikap BAB V PEMBAHASAN A. Hubungan Latar Belakang Pendidikan Orang Tua (X 1 ) dengan Sikap Keberagamaan Siswa (Y) Data tentang latar belakang pendidikan orang tua diperoleh dari angket yang disebarkan kepada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Kesiapan Kesiapan menurut kamus psikologi adalah tingkat perkembangan dari kematangan atau kedewasaan yang menguntungkan untuk mempraktekkan sesuatu (Chaplin, 2006,

Lebih terperinci