HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN PENYAKIT KULIT DI SDN 38 KUALA ALAM KECAMATAN RATU AGUNG KOTA BENGKULU R A P L E S
|
|
- Sri Santoso
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE DENGAN PENYAKIT KULIT DI SDN 38 KUALA ALAM KECAMATAN RATU AGUNG KOTA BENGKULU R A P L E S Dosen Akademi Analis Kesehatan Harapan Bangsa Bengkulu ABSTRAK Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang berfungsi sebagai pelindung dari berbagai penyakit. Suatu penyakit timbul akibat dari berinteraksinya berbagai faktor, faktor-faktor tersebut antara lain agen atau penyebab penyakit, manusia sebagai host (induk semang) dan lingkungan. Manusia dapat mencegah terjadinya penyakit kulit dengan menerapkan personal hygiene. Masalah dalam penelitian ini adalah masih tingginya angka kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam dari keseluruhan siswa dan pelaksanaan personal hygiene masih kurang. Tujuan adalah mengetahui personal hygiene siswa SDN 38 Kuala Alam, mengetahui kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam dan menganalisa hubungan antara personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. Penelitian ini merupakan penelitian diskriptif yang bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah siswa SDN 38 Kuala Alam sebanyak 148 siswa. Pengambilan sampel pada penelitian ini dengan meggunakan purposive sampling. Sesuai dengan kriteria inklusi, jumlah sampel yang digunakan sebanyak 95 siswa. Variabel bebasnya adalah personal hygiene, sedangkan variabel terikatnya adalah penyakit kulit. Analisis yang digunakan dengan menggunakan uji Korelasi Lambda. Perhitungan uji statistik dengan Korelasi Lambda didapatkan nilai p<α (0,002<0,05) yang berarti Ho ditolak dan disimpulkan ada hubungan antara personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian ini adalah bagi masyarakat,sdn 38 Kuala Alam,Peneliti sendiri dan Institusi yang berguna dalam penelitian ini Kata Kunci : Kulit, personal hygiene, Sekolah Dasar. 1. PENDAHULUAN Kebersihan diri atau disebut juga dengan personal hygiene adalah suatu pengetahuan tentang usaha-usaha kesehatan perorangan untuk memelihara kesehatan diri sendiri, memperbaiki dan mempertinggi nilai kesehatan dan mencegah timbulnya penyakit. Pelaksanaan personal hygiene ada beberapa faktor yang mempengaruhi, faktor-faktor tersebut diantaranya citra tubuh, praktik sosial, status sosial ekonomi, pengetahuan, budaya, pilihan pribadi, dan kondisi fisik (Potter&Perry, 2009). Personal hygiene dilaksanakan dengan menjaga kebersihan tubuh, yang dapat dilakukan dengan mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Kebersihan dengan cara mandi maka dapat menghilangkan bau, debu, dan sel-sel kulit 1
2 2 yang sudah mati. Mandi bermanfaat untuk memelihara kesehatan, menjaga kebersihan, serta mempertahankan penampilan agar tetap rapi. Sedangkan mencuci tangan dengan sabun dikenal juga sebagai salah satu upaya pencegahan penyakit. Hal ini dilakukan karena tangan seringkali menjadi agen yang membawa kuman dan menyebabkan patogen berpindah dari satu orang ke orang lain, baik dengan kontak langsung maupun tidak langsung (Hidayat, 2010). Sebaiknya personal hygiene dapat diterapkan pada semua lingkungan, baik lingkungan rumah, sekolah, masyarakat maupun instansi-instansi yang lain. Sekolah merupakan tempat yang perlu diterapkan dalam pelaksanaan personal hygiene. Hal ini dikarenakan lingkungan sekolah merupakan tempat mencetak generasi dan masa depan bangsa, yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal dalam pembangunan kesehatan. Kebanyakan sekolah yang berada di perkotaan masih mempunyai fasilitas yang kurang, seperti sumber air bersih, tempat cuci tangan, kamar mandi, WC maupun sarana untuk belajar serta kurangnya pembinaan dari tenaga kesehatan. Fasilitas dan pembinaan tersebut sangat mendukung untuk menciptakan kesehatan sekolah terutama pelaksanaan personal hygiene (Entjang, 2010). Penyakit kulit mudah menginfeksi bila kebiasaan tidak menjaga kebersihan, terutama kebersihan pribadi. Penerapan kebersihan pribadi maka dapat memutuskan mata rantai penularan agen penyebab penyakit kulit dari tempat hidupnya ke host. Penyakit kulit akan lebih mudah menyerang apabila imun seseorang turun (Price&wilson, 2005). Hasil survei awal yang telah dilakukan oleh peneliti di Puskesmas Kuala Lempuing Kota Bengkulu terdapat 10 penyakit utama kasus terbanyak, diantaranya ISPA, penyakit kulit, skabies, hipertensi, asma, gangguan neurotik, diare, infeksi penyakit perut dan lain-lain. Selama tahun 2010 jumlah kunjungan dari 15 penyakit tersebut adalah sebanyak kasus. Kejadian penyakit kulit adalah sebanyak kasus yang terdiri dari tiga penyakit kulit yaitu penyakit kulit karena infeksi, alergi dan karena jamur, atau sekitar 28,86% dari kasus total (BPS Puskesmas Lempuing, 2010). Pada tahun 2011 kejadian penyakit kulit meningkat sekitar 29,70% dari kasus total. Selain di Puskesmas Lempuing Kota Bengkulu, peneliti juga melakukan survei awal pada bulan Januari 2013 di Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu memiliki
3 3 kawasan salah satunya Kelurahan Tanah Patah yang memiliki tingkat sekolah dasar sebanyak 3 sekolah dasar yaitu SD 32, SD 5 dan SD 38. Dilihat dari segi prilaku anak-anak di daerah SD 38 selain dekat dengan pesisir pantai yang kesehari-hariannya suka bermain tanpa mengunakan alas kaki sangat rentang terkena penyakit kulit. Survei awal di SDN 38 didapatkan data kurangnya fasilitas yang mendukung kesehatan, diantaranya tidak ada sumber air bersih di sekolah, tidak ada tempat cuci tangan, ada toilet atau kamar mandi, dan ada UKS tetapi kurang dimanfaatkan. Karena minimnya fasilitas yang ada, banyak siswa yang tidak menerapkan personal hygiene. Hal ini dapat dilihat dari siswa tidak cuci tangan sebelum makan, dan banyak siswa tidak bersepatu. Selain kondisi lingkungan sekolah dan perilaku siswa yang kurang baik, didapatkan data pengamatan dari 148 siswa secara keseluruhan dari kelas 1 sampai 6 terdapat 86 siswa yang mengalami gangguan kulit. Penyakit kulit yang terjadi paling banyak berupa gatalgatal pada tubuh, tangan dan kaki. Selain gata-gatal juga terdapat penyakit kulit yang jelas terlihat yaitu panu atau Pitiriasis versikolor. Berdasarkan data di atas, masih tingginya angka kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam dari keseluruhan siswa dan pelaksanaan personal hygiene masih kurang. Berdasarkan pemasalahan tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam. 2. Rumusan Masalah Berdasarkan data di atas rumusan masalah yang diambil yaitu tingginya angka kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam. 3. Pertanyaan Penelitian Adapun pertanyaan peneliti dalam penelitian tersebut adalah apakah terdapat hubungan personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu? 4. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum penelitian ini adalah diketahuinya hubungan personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah:
4 4 a. Diketahuinya gambaran personal hygiene siswa SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu; b. Diketahuinya distribusi frekuensi kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu; c. Diketahuinya hubungan personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. 5. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang personal hygiene anak SD, penyakit kulit, serta mengenai keterkaitan personal hygiene dengan penyakit kulit, dan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan bacaan dan tambahan koleksi bagi institusi pendidikan. 2. Manfaat Praktis Adapun manfaat praktis dalam penelitiann ini diantaranya: a. Bagi Masyarakat Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi kepada masyarakat untuk menerapkan personal hygiene sehingga dapat mencegah terjadinya penyakit kulit khususnya di wilayah Puskesmas Lempuing. b. Bagi SDN 38 Kuala Alam Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam upaya pencegahan dan penanganan penyakit kulit yang terjadi serta bahan pedoman untuk memberikan pendidikan tentang pentingnya pelaksanaan personal hygiene untuk siswanya. 6. Keaslian Penelitian Penelitian yang telah dilakukan dan berhubungan dengan penelitian ini, adalah penelitian yang dilakukan oleh Burhanuddin pada tahun 2010, yaitu Hubungan Personal Hygiene dengan penyakit kulit panu pada anak-anak SDN2 Kota Lampung. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah sama-sama meneliti personal hygiene dan jenis penyakit kulit. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya terletak pada variabel yang akan diteliti, tempat penelitian, alat pengumpul data dan jenis uji yang akan digunakan.
5 5 Pada penelitian sebelumnya variabel yang diteliti adalah penyakit kulit yaitu panu sedangkan pada penelitian ini variabel yang akan diteliti penyakit panu, skabies, bisul, gatal-gatal dan juga berbagai tinea pada tubuh. Tempat penelitian dahulu pada anak-anak SDN2 kota Lampung sedangkan penelitian sekarang pada sekolah dasar negeri 38 Kuala Alam Kota Bengkulu. Alat pengumpulan data pada penelitian terdahulu dengan lembar kuisioner, sedangkan sekarang menggunakan lembar observasi secara langsung, serta jenis uji yang digunakan pada penelitian dahulu menggunakan uji Chi squere sedangkan pada penelitian sekarang menggunakan uji korelasi Lambda. (dalam waktu yang bersamaan) (Setiadi, 2007). 7. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain penelitian observasi analitik, yaitu peneliti ingin mengetahui hubungan antara personal hygiene dengan penyakit kulit. Metode penelitian bersifat kualitatif dengan pendekatan yang digunakan (cross sectional) yaitu variabel sebab atau resiko dan variabel akibat atau kasus yang terjadi pada obyek penelitian diukur dan dikumpulkan secara simultan dan dalam satu kali waktu
6 6 B. Kerangka Penelitian Sakit Kulit Baik Tidak Sakit Kulit Personal Hygiene Cukup Sakit Kulit Tidak Sakit Kulit Sakit Kulit Buruk Tidak Sakit Kulit Gambar 2. Kerangka penelitian Hubungan Personal Hygiene dengan Penyakit Kulit
7 8 C. Definisi Operasional Tabel 1. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional No Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Skala ukur Hasil ukur 1 Variabel Bebas : Personal hygiene Suatu keadaan kebersihan tubuh pada siswa SDN 38 Kuala alam akibat dari penerapan kebiasaan suatu keadaan yang dilakukan untuk menjaga kebersihan seluruh tubuhnya, mulai dari rambut sampai kaki. Mengguna kan lembar observasi Nominal Ada tiga katagori penilaian, yaitu: 0 3 = buruk 1=4-6=cukup 2= 7-9 = baik 2 Variabel Terikat: Penyakit kulit Gangguan kulit yang ditandai dengan kelainan kulit seperti T. korporis, T. cruris, T. capitis, T. Manum, T. Ungium, skabies, bisul (Furunkulosis), gatal-gatal maupun kelainan warna kulit (panu atau Pitiriasis versikolor) yang dapat menyebabkan rasa tidak nyaman pada kulit anak SD Mengguna kan lembar observasi Nominal 0= Ya /menderita penyakit kulit 1=Tidak /tidak menderita penyakit kulit
8 9 D. Tempat Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. Waktu penelitian ini telah dimulai dari tanggal 20 April sampai dengan 10 Juli dikehendaki peneliti. Dalam hal ini diambil siswa kelas 1 sampai dengan kelas 6 yang berjumlah 95 siswa yang menjadi responden sesuai kriteria penelitian. (Notoadmodjo, 2008). F. Pengumpulan dan Pengolahan Data E. Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Setiadi, 2007). Populasi dalam penelitian ini adalah semua Siswa Sekolah Dasar Negeri 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengklu yaitu sebanyak 148 siswa. 2. Sampel Sampel dalam penelitian adalah siswa SD 38 Kuala Alam. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan sistem nonprobability sampling yaitu jenis purposive sampling. Yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu sesuai yang 1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan menyebarkan kuisioner kepada responden untuk memperoleh data primer yaitu data informasi tentang penyebab penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam. Alat pengumpulan data berupa lembar observasi yang diadobsi dari penelitian Khairunnas pada tahun Lembar observasi digunakan untuk pengamatan variabel terikat (penyakit kulit) dan variabel bebas (personal hygiene). Untuk penilaian lembar observasi variabel terikat yaitu untuk penyakit kulit bila Ya berarti sedang menderita penyakit kulit skornya adalah 0 dan bila Tidak berarti tidak menderita penyakit kulit skornya adalah 1. Sedangkan untuk menilai variabel bebas yaitu personal hygiene menggunakan lembar observasi. Lembar ini terdiri dari 9 nomor.
9 10 Setiap nomor lembar observasi keadaan tubuh, bila bersih dan sesuai observasi diberi nilai 1, dan 0 bila tidak bersih atau tidak sesuai observasi. Total skor lembar observasi personal hygiene ini adalah 9. Dari skor ini maka nanti dikelompokkan menjadi personal hygiene yang baik, cukup dan buruk. Pengklasifikasian ini dilakukan dengan cara melihat skor maksimal dan minimal dari nomor yang dinilai (Arikunto, 2003). Pemberian koding pada penelitian ini meliputi: a. variabel personal hygiene dengan nilai sesuai dengan lembar observasi yaitu : 1) 2 = Personal Hygiene Baik; yaitu 7-9 nomor observasi 2) 1 = Personal Hygiene Cukup; yaitu 3-6 nomor observasi 3) 0 = Personal Hygiene Buruk; yaitu 0-2 nomor observasi b. variabel penyakit kulit dengan menggunakan lembar observasi yaitu : 1) 1 = tidak menderita satu atau lebih penyakit kulit seperti T. korporis, T. cruris, T. capitis, T. Manum, T. Ungium, T. pedis, skabies, bisul (Furunkulosis), maupun kelainan warna kulit (panu atau Pitiriasis versikolor); 0 = sedang menderita satu atau lebih penyakit kulit seperti T. korporis, T. cruris, T. capitis, T. Manum, T. Ungium, T. pedis, skabies, bisul (Furunkulosis) maupun kelainan warna kulit (panu atau Pitiriasis versikolor). Data sekunder dalam penelitian ini adalah data seluruh siswa SDN 38 Kuala Alam Kota Bengkulu dan data jenis penyakit yang ada di Puskesmas Lempuing Kota Bengkulu. 2. Pengolahan Data Data yang terkumpul diolah secara manual, dalam hal ini Budiarto (2003) menyatakan, melalui beberapa tahapan sebagai berikut : a. Editing data Meneliti kembali data yang terkumpul untuk mengetahui apakah telah sesuai seperti yang diharapkan atau belum, untuk proses lebih lanjut.
10 11 b. Coding data Peneliti memberikan kode terhadap jawaban yang diberikan oleh responden agar lebih mudah dalam melakukan analisa terhadap data yang diperoleh. c. Tabulating data Masukkan data ke dalam tabel sesuai jenis data yang sudah diperoleh. d. Entry Data (Pemasukan Data) Data yang sudah terkumpul dan kode dimasukkan dalam komputer. e. Cleaning (Pembersihan Data) Sebelum melakukan analisa data dengan dilakukan pengecekan kembali terhadap data yang sudah masuk apakah data yang dimasukkan sudah benar dan tidak ada lagi kesalahan. Selanjutnya dilakukan transformasi data untuk menggambarkan variabel bebas dan variabel terikat. Kemudian dilakukan scoring terhadap pertanyaan yang berhubungan dengan masing-masing variabel dan diteruskan dengan pengujian kebenaran data dengan menggunakan uji Korelasi Lambda. G. Uji Analisis 1. Analisis Univariat Arikunto (2003) menyatakan, analisis univariat adalah metode statistik yang digunakan oleh peneliti untuk melihat distribusi frekuensi dan persentase dari tiap variabel dengan rumus : P = F n 100 % Keterangan : P : Persentase yang diinginkan F : Frekuensi yang diharapkan N : Sampel Kemudian data dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan dimasukkan ke dalam bentuk persentase dapat di interpretasikan dengan menggunakan kategori. 0 % = Tidak satupun dari responden 1% - 25% = Sebagian Kecil dari responden
11 12 26% - 49% = Hampir sebagian dari responden 50% = Setengah dari responden 51% - 75% = Sebagian besar dari responden 76% - 99% = Hampir seluruh dari responden 100% = Seluruh dari responden 2. Analisis Bivariat Analisis bivariat adalah metode yang digunakan untuk melihat adakah hubungan variabel independen dengan variabel dependen. Dengan melihat faktorfaktor yang mempengaruhi penyakit kulit maka data dianalisis dengan Data yang diperoleh kemudian dilakukan analisis. Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan uji Korelasi Lamda dengan tingkat kepercayaan 95% (p<0,05). Kriteria pengambilan keputusan dilakukan dengan melihat nilai probabilitas hitung. Maka dapat ditentukan hipotesis (H 0 ) ditolak apabila p<0,05 atau H 0 gagal ditolak apabila p>0,05. Apabila hipotesis menunjukkan hasil yang signifikan (H 0 ditolak) maka terdapat nilai asosiasi. Dahlan (2006), menyatakan bahwa untuk mengetahui nilai asosiasi atau kuatnya hubungan antara 2 variabel, maka peneliti menggunakan koefisien korelasi yaitu: Tabel 2. Nilai Korelasi N0 Nilai Korelasi 1 0,00-0,199 sangat lemah 2 0,20-0,399 Lemah 3 0,40-0,599 Sedang 4 0,60-0,799 Kuat 5 0,80-1,000 sangat kuat 8. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Jalannya Penelitian Penelitian ini dilakukan di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan ratu Agung Kota Bengkulu. Waktu penelitian mulai tanggal 20 April sampai dengan 10 Juli 2013 dengan mengambil data pada responden tentang personal hygiene dan penyakit kulit yang dilakukan
12 13 secara pengamatan. Jumlah responden yang memenuhi syarat untuk diikutsertakan dalam penelitian ini sebanyak 95 siswa dari 148 siswa yang akan dijadikan sampel penelitian. Jumlah tersebut berkurang dari sampel yang telah ada sebelumnya dikarenakan ada beberapa responden yang tidak memenuhi kriteria inklusi dalam penelitian ini, diantaranya 4 responden menderita penyakit alergi, 19 responden tidak bertempat tinggal di Ratu Agung dan sebanyak 10 responden tidak masuk saat dilakukan pengambilan data. Hasil penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah personal hygiene, sedangkan penyakit kulit merupakan variabel terikatnya. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel. Responden dalam penelitian ini adalah siswa sekolah dasar. Gambaran responden pada penelitian ini terdiri dari umur, jenis kelamin dan kelas. Tabel 3. Distribusi umur, responden dibagi menjadi tiga golongan, yaitu golongan umur 7-10 tahun, tahun dan tahun. No Umur ( Tahun) Jumlah Persentase , , ,5 Total Dapat diinterpretasikan bahwa golongan umur tahun paling banyak yaitu 56 siswa dari 95 responden atau 58,9%.
13 14 Tabel 4. Distribusi jenis kelamin bisa dikatakan berimbang. Responden perempuan lebih banyak dari pada laki-laki. Jenis Kelamin Jumlah Persentase Laki-Laki 42 44,2 Perempuan 53 55,8 Total Dapat diinterpretasikan bahwa jumlah perempuan lebih banyak dari siswa lakilaki yaitu 53 siswa atau 55,8%. Tabel 5. Distribusi Kelas yang diambil sebagai responden penelitian ini masing-masing kelas I sampai dengan kelas VI. Kelas Total I II III IV V VI ,63 13,69 15,79 17,89 21,05 18, Dapat diinterpretasikan bahwa jumlah kelas paling banyak dari penelitian yaitu dari kelas v SD Negeri 38 Kuala Alam Kota Bengkulu, yaitu sebnayak 20 siswa atau 21,05%. 2. Analisis Univariat 1.Tingkat Pelaksanaan Personal Hygiene Tabel 6. Distribusi Frekuensi Menurut Tingkat Personal Hygiene di SDN 38 Kuala Alam Periode 2013 Tingkat Pelaksanaan Personal Hygiene Frekuensi Persentase (f) (%) Baik 54 56,8 Cukup 34 35,8 Buruk 7 7,4 Total Sumber: Data Primer (2013)
14 15 Dapat diinterpretasikan bahwa distribusi responden menurut tingkat pelaksanaan personal hygiene sebagian kecil dari responden atau sekitar 7,4% responden yang memiliki personal hygiene buruk dari 95 responden. 2. Penyakit kulit Tabel 7. Distribusi Frekuensi Responden Menurut Penyakit Kulit di SDN 38 Kuala Alam Periode 2013 Penyakit Kulit Frekuensi Persentase (f) (%) Ya 34 35,8 Tidak 61 64,2 Total Sumber: Data Primer (2013) Dapat diinterpretasikan bahwa kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam hampir sebagian dari responden atau sebanyak 35,8% menderita penyakit kulit atau yang menderita penyakit kulit sebanyak 34 siswa. 3. Analisis Bivariat 1. Hubungan Tingkat Pelaksanaan Personal Hygiene dengan Penyakit Kulit Tabel 8. Hubungan Tingkat Pelaksanaan Personal Hygiene dengan Penyakit Kulit di SDN 38 Kuala Alam Periode 2013 Tingkat Penyakit Kulit Total P r Personal Hygiene Ya Tidak F % F % F % Value Baik 5 5, , ,8 0,006 0,500 Cukup 25 26,3 9 9, ,8 Buruk 4 4,2 3 3,2 7 7,4 Total 34 35, , Sumber: Data Primer (2013)
15 16 Dari tabel silang tabel 8 variabel tingkat personal hygiene dengan penyakit kulit diperoleh hasil bahwa dari responden sebanyak 54 yang tingkat personal hygiene baik memiliki penyakit kulit sebanyak 5,3%, hal ini dikarenakan penerapan personal hygiene dapat memutuskan rantai penularan penyakit kulit baik dari lingkungan ke manusia ataupun dari manusia sakit ke manusia sehat, sehingga dapat mencegah terjadinya infeksi. Jumlah responden dengan personal hygiene cukup sebanyak 34 responden (35,8%), dari 34 responden tersebut sebanyak 25 responden (26,3%) menderita penyakit kulit,hal ini menunjukkan terjadinya penyakit kulit tidak hanya bergantung pada penerapan personal hygiene saja, tetapi ada faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya penyakit kulit pada siswa. Faktor-faktor tersebut diantaranya faktor imunitas, status gizi, genetik, agen penyebab, dan juga lingkungan yang mempengaruhi responden baik fisik, sosial budaya, ekonomi serta biologi. Sedangkan jumlah responden dengan personal hygiene buruk sebanyak 7 responden (7,4%) yang tidak mengalami penyakit kulit sebanyak 3 (3,2), sehingga faktor imunitas sangat penting dalam proses terjadinya penyakit kulit. Penyakit kulit lebih mudah menyerang pada individu yang yang memiliki iminitas rendah atau buruk. Imunitas yang rendah dapat menyebabkan pertahanan atau proteksi tubuh dari infeksi yang terjadi lemah, sehingga menyebabkan siswa mudah terkena penyakit, dalam hal ini penyakit kulit. Begitu juga dengan status gizi, status gizi sangat berkaitan dengan proses pembentukan dan pemeliharaan imunitas. Apabila status gizinya buruk maka akan memeperburuk pula imunitas seseorang. Selain imunitas dan gizi juga terdapat genetik yang dapat mempengaruhi kejadian penyakit kulit. Genetik merupakan faktor keturunan atau faktor yang diwariskan dari orang tua ke anaknya. Seperti penyakit tertentu yang diwariskan oleh orang tua kepada anaknya, termasuk gangguan kulit. Hasil analisis data diperoleh angka signifikansi hitung yang terlihat pada p value dengan nilai
16 17 0,006, dan nilai r adalah 0,500. Apabila nilai p lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak. Dengan demikian, uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. Sesuai dengan parameter kekuatan korelasi yang telah ditentukan bahwa nilai koefisien korelasi penelitian yang telah dilakukan memiliki kekuatan korelasi yang sedang yaitu diantara 0,40 0,599. B. Pembahasan 1. Personal Hygiene Sekolah dasar merupakan area yang tepat untuk menanamkan sejak dini tentang pelaksanaan kebersihan diri, sehingga anak senantiasa untuk menjaga pola hidup bersih dimanapun ia berada. Adapun pelaksanaan personal hygiene dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan tubuh, yang dapat dilakukan dengan mandi, menggosok gigi, mencuci tangan, dan memakai pakaian yang bersih. Apabila pelaksanaan personal hygiene tersebut tercipta dengan baik, maka akan tercipta suatu keadaan tubuh yang bersih dan sehat. Keadaan tubuh inilah yang dilihat dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 sebagian besar dari responden dinyatakan memiliki tingkat pelaksanaan personal hygiene yang baik, yaitu sebesar 56,8% atau sebanyak 54 responden dari 95 responden yang dilakukan penelitian. Hasil ini mununjukkan suatu keadaan tubuh yang bersih dan sehat di SDN 38 Kuala Alam cukup baik, hal ini tentunya tidak akan terwujud apabila siswa atau responden tersebut tidak menjaga kebersihan dirinya, dalam arti lain banyak siswa yang sudah menerapkan kebersihan perorangan atau personal hygiene, meskipun masih ada yang tidak menerapkannya. Pada penelitian ini juga didapatkan hasil bahwa sebesar 35,8% responden memiliki tingkat pelaksanaan personal hygiene cukup atau sebanyak 34 responden. Selain itu juga terdapat responden yang memiliki tingkat pelaksanaan personal hygiene buruk sebesar 7,4% atau 7 responden.
17 18 Dari hasil diatas menunjukkan bahwa distribusi responden menurut tingkat pelaksanaan personal hygiene cukup bervariasi, ada responden dengan personal hygiene baik sampai responden dengan personal hygiene buruk. Bervariasinya tingkat pelaksanaan personal hygiene pada siswa SDN 38 Kuala Alam ini dikarenakan banyak faktor yang memepengaruhi proses pelaksanaan personal hygiene, mulai dari faktor individu sendiri dan lingkungan. Faktor individu sangat memegang peranan penting dalam proses pelaksanaan personal hygine, diantaranya kebiasaan, pengetahuan dan kesadaran. Kebiasaan siswa yang tidak sehat sangat berperan dalam pelaksanaan penerapan personal hygiene, hal ini dikarenakan kebiasaan merupakan hal yang sudah dilakukan berkalikali bahkan sudah menjadi budaya. Sebagai contoh kebiasaan mandi, cuci, kakus di Selokan, maka untuk merubah agar tidak melakukan MCK di Selokan sangat sulit bahkan membutuhkan proses yang lama, begitu juga dengan penerapan pelaksanaan personal hygiene sangat sulit kalau tidak didukung oleh pengetahuan dan kesadaran. Pengetahuan yang baik akan pentingnya pelaksanaan personal hygiene, dapat menjadi dasar dalam penerapan yang dilakukan dalam kehidupan seharihari. Sedangkan siswa yang memiliki pengetahuan yang cukup belum tentu menerapakan personal hygiene, kalau dalam diri siswa tersebut tidak tertanam kesadaran bahwa personal hygiene sangat baik bagi kesehatan dan bahkan dapat menjadikan badan sehat, segar dan nyaman. Hal ini sesuai dengan pendapat Potter & Perry (2005) yang menyatakan bahwa sikap seseorang melakukan higiene perorangan dipengaruhi oleh sejumlah faktor. Faktor faktor tersebut antara lain citra tubuh, praktik sosial, status sosialekonomi, pengetahuan, kebudayaan, pilihan pribadi dan kondisi fisik. Dengan adanya faktor-faktor tersebut maka tidak ada dua orang yang melakukan perawatan kebersihan dengan cara yang sama, sehingga praktik higiene seseorang bersifat unik. Selain faktor-faktor di atas, ada fakta lain yang dapat menyebabkan terjadinya tingkat
18 19 pelaksanaan personal hygiene yang cukup dan buruk di SDN 38 Kuala Alam. Fakta tersebut antara lain kurangnya fasilitas yang mendukung kesehatan, diantaranya tidak ada sumber air bersih di sekolah, ada toilet atau kamar mandi, tidak ada tempat cuci tangan dan ada UKS tetapi kurang dimanfaatkan. Personal hygiene tidak akan tercipta dengan baik apabila fasilitas yang ada tidak mendukung dalam proses penerapannya. Minimnya fasilitas yang ada, mengakibatkan banyak siswa yang tidak menerapkan personal hygiene. Hal ini dapat dilihat dari siswa tidak cuci tangan sebelum makan, kalau BAB pergi ke Selokan, dan kebersihan badan siswa yang kurang. Padahal kebiasaan mandi, cuci dan kakus di Selokan bukan merupakan hal yang baik bagi kesehatan, dikarenakan Selokan adalah tempat yang terbuka dan tidak terlindungi serta bisa menjadi sumber penularan penyakit. Selain masalah fasilitas yang ada di SDN 38 Kuala alam, di tempat penelitian ini juga kurang mendapatkan pembinaan dari tenaga kesehatan setempat. Hal ini dikarenakan tenaga Puskesmas kurang memprioritaskan anak sekolah dasar dan hanya melaksanakan kegiatan pengobatan di Puskesmas bagi pasien yang sakit saja. Fenomena ini tergambar pada jawaban guru yang mengatakan bahwa sekolah ini jarang sekali didatangi petugas kesehatan setempat. Padahal untuk merubah suatu kebiasaan sesorang yang tidak sehat, tidak hanya cukup dengan sekali atau duakali, tetapi harus secara terus menerus. Adanya pembinaan secara terusmenerus diharapkan dapat menanamkan dalam diri seseorang dalam hal ini siswa, bahwa personal hygiene sangat penting dalam kehidupan sehari-hari untuk menjaga kesehatan. Enjang (2000), menyatakan bahwa fasilitas dan pembinaan dari petugas kesehatan sangat mendukung untuk menciptakan kesehatan sekolah terutama personal hygiene. Faktor-faktor di atas merupakan faktor yang memepengaruhi tingkat pelaksanaan personal hygiene buruk yang ada di SDN 38 Kuala Alam. Personal hygiene tidak
19 20 akan tercipta dengan baik apabila tidak ada kesadaran individu akan pentingnya pelaksanaan personal hygiene bagi kesehatan dan juga lingkungan yang mendukung dalam proses penerapan personal hygiene. 2. Penyakit Kulit Kulit merupakan pembungkus yang elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh luar. Kulit juga merupakan alat pertahanan pertama dalam mecegah terjadinya suatu gangguan pada tubuh. Gangguan gangguan kulit banyak sekali terdapat di Indonesia dan setiap orang pernah dihadapi dengan gejala-gejala seperti panu, kutu air di kaki, kadas, kurap dan lain-lain. Gangguan pada kulit atau bisa disebut penyakit kulit pada umumnya lebih banyak disebabkan karena infeksi bakteri, jamur, virus, parasit dan karena alergi. Data hasil penelitian tabel 4 menunjukkan bahwa kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam hampir sebagian dari responden atau sebanyak 35,8% responden menderita penyakit kulit, tepatnya yang menderita penyakit kulit sebanyak 34 siswa. Penyakit kulit yang terjadi menurut tanda dan gejala yang ada diantaranya panu (Pitiriasis versikolor), skabies dan beberapa Tinea, yaitu Tinea korporis, Tinea manus serta Tinea pedis. Infeksi yang terjadi paling banyak adalah karena jamur seperti panu dan berbagai Tinea, hal ini terjadi karena siswa yang kurang memeperhatikan kebersihan tubuhnya. Jamur dapat hidup pada tubuh manusia terutama pada kulit. Jamur akan mengalami pertumbuhan yang abnormal yang dapat menimbulkan suatau masalah pada kulit, terutama bila kebersihan badan yang buruk dan terlalu lembab. Dengan keadaan kulit yang lembab dapat menjadikan pertumbuhan yang cepat bagi jamur. Kelembapan ini biasanya dikarenakan adanya pengeluaran keringat yang berlebih karena aktivitas atau cuaca yang panas, yang tidak diimbangi dengan proses menjaga kebersihan tubuh yang baik. Dilihat dari letak geografis, SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung yang berada di daerah pantai dan dekat
20 21 dengan Selokan pemukiman penduduk, ini mengakibatkan kondisi cuaca yang ada di sana relatif tidak teratur, sehingga tubuh merespon untuk mengeluarkan keringat yang berlebih bila dibandingkan pada kondisi yang cuaca yang rendah atau dingin. Bila penerapan personal hygiene buruk, maka dapat memudahkan pertumbuhan jamur yang ada di kulit dan menyebabkan terjadinya penyakit kulit. Terjadinya penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam banyak faktor yang mempengaruhi, terutama faktor individu sebagai host, dan juga lingkungan. Siswa SDN 38 Kuala Alam masih memiliki kesadaran yang kurang untuk mencegah terjadinya suatu penyakit kulit, dalam hal ini penerapan pola hidup bersih dan sehat yang ditunjukkan dengan studi pendahuluan dan penelitian yang dilakukan. Dari studi pendahuluan yang dilakukan banyak siswa yang tidak memakai sepatu, MCK di Selokan dan terlihat kurang menjaga kebersihan pribadi, diataranya kebersihan tangan, kaki dan pakaian. Selain itu, siswa juga menganggap remeh penyakit kulit yang terjadi, hal ini dapat diketahui dari siswa yang menderita penyakit kulit dan belum diobati. Padahal ini bisa menyebabkan proses penularan kepada temannya bila tidak segera diobati. Inilah yang menyebabkan tingginya kejadian penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam. Selain faktor individu, juga terdapat faktor lingkungan yang kurang baik di SDN 38 Kuala Alam, diantaranya kurangnya fasilitas yang mendukung kesehatan, diantaranya tidak ada sumber air bersih di sekolah, tidak ada toilet atau kamar mandi dan tidak ada tempat untuk cuci tangan. Bila fasilitas ini tidak terpenuhi, maka usaha untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit kulit tidak akan terwujud. Selain faktor lingkungan di dalam sekolah faktor lingkungan di luar sekolah juga turut mempengaruhi terjadinya penyakit kulit, seperti faktor lingkungan rumah tangga, fisik, ekonomi dan sosial budaya. Hal ini di tegaskan oleh Thomas (2004) bahwa lingkungan mempengaruhi kesehatan
21 22 seseorang, lingkungan yang dimaksud adalah lingkungan biologi, sosial budaya, fisik, dan ekonomi. Sedangkan faktor lain yang juga mempengaruhi terjadinya penyakit kulit adalah agen penyebab, diantaranya virus, parasit, jamur, bakteri dan juga alergen. Faktor ini merupakan penentu terjadinya penyakit kulit, tetapi dapat diminimalisir dengan perilaku sehat yang diterapkan oleh individu dalam kehidupan di sekolah maupun di rumah. Jumlah responden yang tidak menderita penyakit kulit sebesar 64,2%. Tepatnya dari 95 responden yang tidak menderita penyakit kulit sebanyak 61 siswa. Jumlah ini cukup banyak bila dibandingkan dengan responden yang menderita penyakit kulit. Responden yang tidak mendertita penyakit kulit kebanyakan responden dengan kebersihan diri cukup hingga baik. Responden atau siswa tidak merderita penyakit kulit karena terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi, faktor tersebut antar lain adanya kekebalan tubuh yang kuat dari infeksi yang terjadi dan kebiasaan hidup sehat. Sesuai dengan pendapat Harahap (2000) yang menyatakan bahwa bila seseorang terkena suatu penyebab penyakit atau bibit penyakit, belum tentu akan menjadi sakit karena masih tergantung beberapa hal, diantaranya daya tahan tubuh, genetik, status gizi, usia, dan kebiasaan hidup sehat. Jadi dapat dikatakan penyakit kulit tidak hanya tergantung dari adanya penyebab saja tetapi banyak faktor yang memepengaruhi terjadinya penyakit kulit. 3. Hubungan Tingkat Personal Hygiene dengan Penyakit Kulit Berdasarkan uji Korelasi Lambda yang telah dilakukan didapatkan hasil nilai koefisien korelasi (r) sebesar 0,500 dengan tingkat signifikansi (p) sebesar 0,006. Sesuai dengan parameter kekuatan korelasi yang telah ditentukan bahwa nilai koefisien korelasi penelitian yang telah dilakukan memiliki kekuatan korelasi yang sedang yaitu diantara 0,40 0,599. Apabila nilai p lebih kecil dari α (0,05) maka Ho ditolak. Dengan demikian, uji menunjukkan bahwa ada hubungan
22 23 antara personal hygiene dengan penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. Hasil tersebut dibuktikan dengan penyakit kulit yang dialami sejalan dengan tingkat pelaksanaan personal hygiene. Seluruh responden dengan tingkat pelaksanan personal hygiene baik tidak menderita penyakit kulit dan sebaliknya responden yang tingkat pelaksanaan personal hygiene buruk menderita penyakit kulit. Berdasarkan tabel 5 jumlah responden dengan personal hygiene baik sebanyak 54 responden (56,8%) dan sebagian kecil dari responden ada yang menderita penyakit kulit. Jumlah responden dengan personal hygiene cukup sebanyak 34 responden (35,8%), dari 34 responden tersebut sebanyak 25 responden (26,3%) menderita penyakit kulit dan hanya 9 responden (9,5%) yang tidak menderita penyakit kulit. Sedangkan jumlah responden dengan personal hygiene buruk sebanyak 7 responden (7,4%), dari jumlah tersebut sebagian besar dari responden menderita penyakit kulit. Melihat data yang ada, dapat dikatakan bahwa responden dengan personal hygiene yang baik mengalami penyakit kulit, sedangkan responden dengan personal hygiene yang cukup sebagian mengalami dan sebagian tidak mengalami penyakit kulit. Untuk responden dengan personal hygiene buruk semua mengalami penyakit kulit. Hasil ini menunjukkan bahwa personal hygiene merupakan salah satu faktor yang berperan dalam proses pencegahan penyakit kulit dan masih banyak faktor lain yang mempengaruhi terjadinya penyakit kulit. Hasil tersebut sesuai dengan pendapat Hidayat (2007) yang menyatakan bahwa banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak terpeliharanya personal hygiene dengan baik. Gangguan fisik yang sering terjadi adalah gangguan kulit seperti penyakit kulit, gangguan membran mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga, dan
23 24 gangguan fisik pada kuku. Bahkan Siahaan (1999) menyatakan bahwa tidak mandi berakibat kebersihan badan jelek yang mengakibatkan terjadinya penyakit kulit seperti skabies, infeksi kulit, celulitis, jamuran seperti Tinea korporis, panu, dan penyakit kulit lain. Walaupun tidak berdampak pada angka kematian, tetapi hal ini mengurangi kualitas kesehatan mereka. Selain itu, Mariyati (1999) menyatakan bahwa usaha untuk pencegahan infeksi kulit yaitu dengan mandi air bersih dengan sabun, mengganti pakain yang kotor dengan yang bersih, dan menggunakan handuk secara individual. Hasil yang lain menunjukkan bahwa pada personal hygiene cukup, ada responden yang menderita dan ada responden yang tidak menderita penyakit kulit. Dari data yang didapat 9,5% tidak menderita penyakit kulit dan 26,3% menderita penyakit kulit. Bila dibandingkan dengan penyakit kulit yang terjadi pada siswa yang memiliki personal hygiene buruk, siswa yang memiliki personal hygiene cukup ini ternyata jauh lebih banyak yang menderita penyakit kulit, yaitu sekitar empat kali lipat dari siswa yang memiliki personal hygiene buruk. Sesuai pendapat Harahap (2000) menyatakan bahwa bila seseorang terkena suatu penyebab penyakit atau bibit penyakit, belum tentu akan menjadi sakit karena masih tergantung beberapa hal, diantaranya daya tahan tubuh, genetik, status gizi, usia, dan kebiasaan hidup sehat. Faktor yang juga mempengaruhi kejadian penyakit selain faktor personal hygiene adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan berupa faktor fisik, sosial budaya, dan juga ekonomi. Faktor fisik seperti udara yang panas, air yang kotor, tanah yang tercemer dapat mengakibatkan terjadinya penyakit kulit. Seperti kondisi udara yang ada di Sumberbulus relatif panas, ini mengakibatkan tubuh merespon dengan pengeluaran keringat yang berlebih dan bila tidak diimbangi dengan tingkat pelaksanaan personal hygiene yang baik, maka dapat meningkatkan pertumbuhan jamur yang ada di kulit yang mengakibatkan terjadinya penyakit kulit. Selain itu, budaya juga turut
24 25 mengambil bagian dalam proses terjadinya penyakit kulit, seperti budaya MCK di Selokan. Selokan sebenarnya bukan tempat yang cocok untuk melakukan MCK, sebab Selokan merupakan sumber air yang terbuka dan tidak terlindungi, yang mengakibatkan banyak mikroorganisme yang hidup di air Selokan dan ini akan menyebabkan masalah kesehatan termasuk penyakit kulit bila terus digunakan sebagai MCK. Penyakit kulit tidak akan menular pada orang lain, bila seseorang segera mengobati dan menghindari kontak dengan orang lain. Pengobatan penyakit kulit juga memerlukan biaya, hal inilah yang menyebabkan orang yang kurang mampu lebih banyak menderita penyakit kulit dari pada orang yang mampu. Faktor-faktor di atas merupakan faktor lain yang dapat mempengaruhi dalam proses terjadinya penyakit kulit di SDN 38 Kuala Alam selain faktor personal hygiene. Faktor inilah yang menyebabkan bahwa siswa yang sudah memiliki personal hygiene cukup tetapi masih bisa terkena penyakit kulit. Selain itu, faktorfaktor tersebut merupakan salah satu keterbatsan dalam penelitian yang tidak dapat di kontrol, sehinga dapat menyebabkan bias. Jadi dari pembahasan ini dapat dikatakan bahwa kejadian penyakit kulit tidak bergantung pada personal hygiene saja, tetapi masih banyak faktor lain yang berpengaruh. 9. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: a. Sebagian kecil dari responden atau 6 responden (6,3%) personal hygiene buruk; b. Hampir sebagian dari responden atau 31 responden (32,6%) menderita penyakit kulit c. Hasil Analisa statistik didapatkan p value sebesar 0,002 dan r sebesar 0,613 dengan demikian p<0,05 menunjukkan Ho ditolak, artinya ada hubungan antara personal hygiene dengan penyakit kulit di
25 26 SDN 38 Kuala Alam Kecamatan Ratu Agung Kota Bengkulu. B. Saran Saran yang dapat diberikan terkait dengan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor lain yang berpengaruh, seperti status gizi, lingkungan, kekebalan tubuh dan lain-lainya yang dapat meyebabkan kejadian penyakit kulit di wilayah kerja Puskesmas Ratu Agung. b. Bagi responden diharapakan dapat meningkatkan pelaksanaan personal hygiene demi menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah terjadinya penyakit, baik penyakit kulit maupun penyakit yang lain; c. Bagi sekolah dasar terutama SDN 38 Kuala Alam diharapkan dapat melengkapi sarana dan prasarana yang dapat mendukung pelaksanaan peningkatkan kesehatan, terutama yang menunjang pelaksanaan personal hygiene, sehingga pencegahan penyakit dapat tercipta dan proses belajar mengajar dapat berjalan dengan baik d. Bagi tenaga perawat di Puskesmas diharapkan dapat memberikan pembinaan secara berkala terkait kesehatan siswa, seperti sosialisasikan manfaat dan pentingnya menjaga kebersihan diri (personal hygiene), ajarkan cara menjaga kebersihan diri serta aktifkan kembali UKS demi peningkatkan kesehatan dan pencegahan penyakit pada siswa sekolah dasar. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, S Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta BPS Kota Bengkulu dan Badan Perencanaan Pembangunan Budiarto, E Metodologi Penelitian Kedokteran. Jakarta: EGC. Thomas, C. T Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta: EGC Dahlan, S Statistika Untuk Kedokteran Dan Kesehatan. Jakarta: PT Arkans. Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu Buku Saku Pelaksanaan PHBS Bagi Masyarakat di Wilayah Kecamatan.
26 27 Peningkatan Promosi Kesehatan Tahun 2010 Entjang, I Ilmu Kesehatan masyarakat. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti Graham-Brown, R. dan Burns, T Lecture Notes Dermatologi Edisi 8. Jakarta: EGC Hidayat, A Konsep Personal Hygiene. Yogyakarta: Graha Ilmu Laporan Monitoring Data Balai Pengobatan Tahun 2011 Puskesmas Kuala Lempuing kota Bengkulu Ma sum, Y. dan Wahyurini, C Kebiasaan Memelihara Kebersihan Sejak Dini. -cetak /0406// 18/muda/ htm. (29 Januari 2013 ) Mariyati, S Bahan Pengajaran Kesehatan Keluarga dan Lingkungan. Bogor: UPT. Produksi Media Informasi IPB Notoadmojo, S Ilmu Kesehatan Masyarakat Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: Rineka cipta Potter, P. A. dan Perry, A. G Buku Ajar Fundamental Keperawtan: Konsep, Proses dan Praktik Edisi 4. Jakarta: EGC Price, S. A. dan Wilson, L. M Patofisiologi Konsep Klinis Proses- Proses Penyakit. Jakarta: EGC Siahaan, S. H. Paceklik dan Penyakit Puskesmas Payung Rejo, Kec. Padang Ratu, Kab. Lampung Tengah. Setiadi Konsep & Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu STIKes Bhakti Husada Pedoman Penulisan Skripsi. Cetakan II. Bengkulu: Bhakti Husada. Thomas, C. T Epidemiologi Suatu Pengantar Edisi 2. Jakarta: EGC Walgito, B Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta. Andi
BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit kulit banyak di jumpai di Indonesia, hal ini disebabkan karena Indonesia beriklim tropis. Iklim tersebut yang mempermudah perkembangan bakteri, parasit maupun
Lebih terperinciABSTRAK. Kata Kunci : Tingkat pengetahuan, Dukungan keluarga Personal hygiene
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PERSONAL HYGIENE PADA SISWA DI SDN PANJANG WETAN IV KECAMATAN PEKALONGAN UTARA KOTA PEKALONGAN 6 Asep Dwi Prasetyo ABSTRAK Faktor faktor tersebut
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE,
HUBUNGAN PENGETAHUAN, PERSONAL HYGIENE, DAN SUMBER AIR BERSIH DENGAN GEJALA PENYAKIT KULIT JAMUR DI KELURAHAN RANTAU INDAH WILAYAH KERJA PUSKESMAS DENDANG KABUPATEN TANJUNG JABUNG TIMUR TAHUN 2013 *V.A
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan termasuk jenis penelitian non-eksperimental observasional bersifat diskriptif analitik (eksplanatori reseach),
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai negara berkembang kini sedang menghadapi masalah kebersihan dan kesehatan. Kurangnya pengetahuan masyarakat tentang kesehatan dan gaya hidup yang tidak
Lebih terperinciPEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menjaga kebersihan diri merupakan salah satu upaya memelihara kesehatan dan pencegahan terhadap penyakit. Kebersihan diri atau personal hygiene adalah upaya
Lebih terperinciBAB III METODA PENELITIAN. 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan. hubungan antara variabel (Nursalam, 2003)
BAB III METODA PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Ditinjau dari tujuan yang akan dihadapi yaitu mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan dan motivasi pasien kusta dengan kepatuhan melakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki kelembaban tinggi. Pedikulosis kapitis merupakan infestasi kutu kepala Pediculus
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kejadian infestasi kutu kepala di Indonesia cukup tinggi karena sering menyerang masyarakat luas, hal ini berkaitan dengan iklim negara kita yang tropis dan memiliki
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Adapun lokasi penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Kota Gorontalo. 3.1.2. Waktu Penelitian Waktu penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
29 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel dengan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Personal hygiene adalah cara perawatan diri manusia untuk memelihara kesehatan yang sangat penting untuk diperhatikan. Pemeliharaan personal hygiene diperlukan untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan suatu keadaan yang terbebas dari kotoran, termasuk debu, sampah dan bau. Masalah kebersihan di Indonesia selalu menjadi polemik yang berkembang,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
34 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah Analitik Kuantitatif dengan rancangan penelitian Cross Sectional yaitu penelitian ini
Lebih terperinciPEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol.4, No.1, April 2015 66 PEMBIASAAN PERILAKU PERSONAL HYGIENE OLEH IBU KEPADA BALITA (USIA 3-5 TAHUN) DI KELURAHAN DERWATI Riane Wulandari¹, Sudewi Yogha², Rita Patriasih²
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Desain penelitian merupakan bentuk rancangan yang digunakan dalam melakukan prosedur penelitian. Jenis ini adalah Survey Analitik yaitu survey atau
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
55 BAB III METODE PENELITIAN A. KERANGKA KONSEP Variabel Bebas Variabel Terikat Pengetahuan pelaku industri Sanitasi Hygiene Hasil monitoring keamanan produk industri rumah tangga (PIRT) pada makanan dan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan lingkungan merupakan faktor penting dalam kehidupan sosial kemasyarakatan, bahkan merupakan salah satu unsur penentu atau determinan dalam kesejahteraan
Lebih terperinciJurnal CARE, Vol. 3, No. 1, 2015
Jurnal CARE, Vol. 3, No., 05 5 PELAKSANAAN PROGRAM UKS DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) SISWA SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEDUNG KANDANG KOTA MALANG Erlisa Candrawati ) ; Esti Widiani ) ),
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dibutuhkan zat gizi yang lebih banyak, sistem imun masih lemah sehingga lebih mudah terkena
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Anak pra sekolah merupakan kelompok yang mempunyai resiko besar terkena gizi kurang. Hal ini dikarenakan pada usia tersebut tumbuh kembang anak dalam masa yang
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013 Anih Kurnia, S.Kep., Ners. Program Studi D-III Keperawatan STIKes
Lebih terperinciBAB 1 : PEMBAHASAN. penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan
58 BAB 1 : PEMBAHASAN 1.1 Keterbatasan Peneliti Penelitian ini tidak terlepas dari berbagai keterbatasan, seperti metodologi, penelitian ini menggunakan desain penelitian case control study sehingga kemungkinan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kakimantan Tengah, Kalimantan selatan, Sulawesi Tengah, dan Gorontalo
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penyakit kulit masih tinggi di Indonesia dibuktikan dengan Riset Kesehatan Dasar oleh Departemen Kesehatan tahun 2007 prevalensi nasional penyakit kulit adalah
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control.
20 III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik dengan pendekatan case control. Pendekatan case control adalah suatu penelitian non-eksperimental yang menyangkut bagaimana
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Karakteristik Responden Berdasarkan hasil observasi lingkungan ditemukan 80% rumah responden beralaskan tanah. Hasil wawancara awal, 364
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan visi pembagunan Indonesia tahun 2025 yaitu Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang sosial kemanusiaan
Lebih terperinciHUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015
HUBUNGAN PERSONAL HYGIENE IBU DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA DAN MAWAR DESA CUKANGKAWUNG TASIKMALAYA PERIODE BULAN APRIL 2015 Oleh : Beti khotipah ABSTRACT Di Negara berkembang dan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
35 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
55 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain penelitian yang digunakan adalah survey analitik, yang mana akan diteliti hubungan variabel
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik komparatif dengan pendekatan cross sectional (Notoatmodjo, 2010). Pengambilan data primer dari semua pemulung di
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah correlation study yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan korelasi antara variabel independen dan variabel
Lebih terperinciSUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO
SUMMARY PERBEDAAN HIGIENE PERORANGAN DENGAN KEJADIAN PENYAKIT KECACINGAN DI SDN 1 LIBUO DAN SDN 1 MALEO KECAMATAN PAGUAT KABUPATEN POHUWATO Zainudin Lakodi NIM 811409110 Program study Kesehatan Masyarakat,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. variabel dependent. Pendekatan yang digunakan adalah pendekatan cross
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Jenis penelitian ini adalah descriptive correlation yaitu penelitian yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antara variabel independent dan variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Lokasi penelitian di Puskesmas Bonepantai Kabupaten Bone Bolango dan waktu penelitian di laksanakan selama 1 bulan dari tanggal 10 Mei sampai tanggal
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN
III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 DESAIN PENELITIAN Penelitian ini di desain melalui pendekatan cross-sectional study yaitu rancangan suatu studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
51 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah survey analitik, yang mana diteliti hubungan variabel dengan variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif menggunakan metode observasional korelatif dengan jenis
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian kuantitatif menggunakan metode observasional korelatif dengan jenis pendekatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif korelasional dengan metode pendekatan cross sectional, yaitu suatu penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis & Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini menggunakan desain deskriptif korelasi yaitu mendeskripsikan variabel independen dan dependen, kemudian melakukan analisis
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif dengan rancangan cross sectional, yaitu setiap variabel diobservasi hanya satu kali saja dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat. mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kebersihan merupakan hal yang penting, karena kebersihan dipengaruhi oleh nilai-nilai individu dan kebiasaan yang dapat mempengaruhi kesehatan dan psikologis seseorang.
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber
Lebih terperinciEFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015
Ns. Apriza, M.Kep EFEKTIFITAS TERAPI AROMA TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI DISMENOREA PADA REMAJA PUTRI DI SMA NEGERI 1 KABUN TAHUN 2015 Ns. Apriza, M.Kep Dosen S1 Keperawatan STIKes Tuanku Tambusai Riau
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan ini merupakan suatu penelitian deskriptif analitik dengan rancangan penelitian cross-sectional untuk mengetahui faktor-faktor yang
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Herdianti STIKES Harapan Ibu Jambi Korespondensi penulis :
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN MOTIVASI SERTA PERAN KELUARGA TERHADAP UPAYA PENCEGAHAN PENULARAN PENYAKIT TUBERKULOSIS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERAWATAN SUBAN KECAMATAN BATANG ASAM TAHUN 2015 Herdianti STIKES
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. melakukan intervensi terhadap subjek penelitian (Notoatmodjo, 2010). Pada
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan pendekatan cross sectional. Penelitian observasional adalah penelitian yang dilakukan tanpa melakukan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah diskriptif. Desain ini dipilih untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara
Lebih terperinciMaulina. Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-III Kebidanan
HUBUNGAN PENDIDIKAN, PARITAS DAN STATUS EKONOMI DENGAN KEJADIAN ISPA PADA ANAK 0-5 TAHUN DI PUSKESMAS KEUMALA 2013 Maulina Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda Aceh D-III Kebidanan menyebabkan kematian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Variable bebas
56 BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Variable bebas Intensitas Pencahayaan Luas Ventilasi JenisLantai Jenis dinding Kepadatan hunian Kelembaban Variabel Terikat Kejadian Kusta Suhu Frekwensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. independen (tingkat pengetahuan) dan variabel dependen (penerapan toilet
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Metode Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktorfaktor
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pediculosis humanus capitis (kutu) adalah salah satu ektoparasit penghisap darah yang berinfestasi di kulit kepala manusia, bersifat menetap dan dapat menimbulkan
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Blum yang dikutip oleh Notoadmodjo (2007), bahwa derajat kesehatan dipengaruhi oleh 4 (empat) faktor yaitu : lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan, dan
Lebih terperinciGambaran Perilaku Hidup Sehat Dalam Mencegah Penyakit Pada Petugas Kebersihan Di TPS Danau Bratan Dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang
Gambaran Perilaku Hidup Sehat Dalam Mencegah Penyakit Pada Petugas Kebersihan Di TPS Danau Bratan Dan TPS Terusan Sulfat Kota Malang Amanda Rusyda Mahasiswa Jurusan Keperawatan Poltekkes Kemenkes Malang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengetahuan tentang hygiene adalah dasar tentang kebersihan dan akan mempengaruhi praktik hygiene seseorang. Permasalahan yang sering terjadi adalah ketiadaan motivasi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Utara, Kabupaten Bone Bolango pada tanggal 10 Mei Juni 2013
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Bulango Utara Kecamatan Bulango Utara Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini dilakukan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi Dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian sebagai tempat melakukan kegiatan penelitian guna memperoleh data yang berasal dari responden. Lokasi
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA
HUBUNGAN PERILAKU CUCI TANGAN PAKAI SABUN (CTPS) DENGAN KEJADIAN DIARE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN 02 PELEMSENGIR KECAMATAN TODANAN KABUPATEN BLORA 2 ABSTRAK Diare adalah suatu kondisi dimana seseorang buang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hominis (kutu mite yang membuat gatal). Tungau ini dapat menjalani seluruh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Skabies merupakan penyakit endemi yang menyerang masyarakat. Skabies adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh Sarcoptes scabiei var. Hominis (kutu mite yang membuat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitik yaitu peneliti tidak
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain dan Jenis Penelitian Desain penelitian adalah strategi untuk mendapatkan data yang dibutuhkan berupa pertanyaan sebagai alat ukur (Nursalam, 2003). Jenis penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena menjelaskan hubungan antara dua variabel yaitu
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. TIPE PENELITIAN Desain dalam penelitian ini menggunakan tipe penelitian kuantitatif. 3.2. DESAIN PENELITIAN Desain yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu korelasi, karena
Lebih terperinciJURNAL KESEHATAN MASYARAKAT (e-journal) Volume 3, Nomor 3, April 2015 (ISSN: )
ANALISIS HUBUNGAN DAN SANITASI DENGAN KEBERADAAN COLIFORM FECAL PADA HANDLE PINTU TOILET DI TEMPAT TEMPAT UMUM DI KOTA SEMARANG Purwita Sari *), Nurjazuli **), Sulistiyani *) *) Mahasiswa Fakultas Kesehatan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif analitik yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui hubungan antara tingkat pengetahuan
Lebih terperinciPERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PEMULUNG DI TPA KEDAUNG WETAN TANGERANG
PERILAKU PERSONAL HYGIENE PADA PEMULUNG DI TPA KEDAUNG WETAN TANGERANG Intan Silviana Mustikawati 1 1 Fikes Universitas Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510 intansilviana@esaunggul.ac.id
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
36 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Desain penelitian ini adalah deskriptif analityc dengan rancangan cross sectional study, yaitu setiap variabel diobservasi hanya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata dan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Dan Waktu Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha Ilomata dan Beringin Provinsi Gorontalo. 3.1.2 Waktu Penelitian
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah analitik. Penelitian ini menggunakan metode survei dengan pendekatan Cross Sectional. Cross Sectional adalah data
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini adalah survei analitik. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 3.1.1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Ruang kebidanan RSUD.Dr.M.M Dunda Limboto Tahun 2012. 3.1.2. Waktu Penelitian Penelitian
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG HYGIENE MAKANAN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI PUSKESMAS JATIBOGOR TAHUN 2013 Nurjanatun Naimah 1, Istichomah 2, Meyliya Qudriani 3 D III Kebidanan Politeknik
Lebih terperinciBAB I LATAR BELAKANG
BAB I LATAR BELAKANG A. Latar Belakang Pesantren adalah suatu tempat yang tersedia untuk para santri dalam menerima pelajaran-pelajaran agama Islam sekaligus tempat berkumpul dan tempat tinggalnya (Qomar,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tubuh dari pengaruh lingkungan hidup. Organ ini merupakan alat tubuh
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kulit merupakan organ yang esensial, vital dan sebagai cermin kesehatan pada kehidupan. Kulit juga termasuk pembungkus elastis yang melindungi tubuh dari pengaruh
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian. Demak, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah cross sectional
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Penelitian Jenis penelitian ini merupakan kuantitatif. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi study yang bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dari lingkungan baru inilah sifat dan perilaku manusia terbentuk dengan sendirinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan merupakan bagian terpenting dan mendasar kehidupan manusia. Sejak dilahirkan manusia sudah berada dalam lingkungan baru dan asing baginya. Dari lingkungan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
47 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian 1. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode Deskriptif Analitik dengan desain penelitian cross sectional dimana variabel independen (umur,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis/ rancangan penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian analitik yang digunakan untuk mengukur hubungan (korelasi) tingkat pengetahuan vulva hygiene dengan
Lebih terperinciHUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU MENCUCI TANGAN DENGAN BENAR PADA SISWA KELAS V SDIT AN-NIDA KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2013 Zuraidah, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan studi analitik yang bertujuan untuk mengungkapkan hubungan antar variabel yaitu pemberian MP ASI dengan frekuensi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang lingkup keilmuan : Ilmu Kulit dan Kelamin 2. Ruang lingkup tempat : RSUD Tugurejo Semarang 3. Ruang lingkup waktu : Periode Agustus September
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan. penderita asma yang mengikuti senam asma.
39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional, dimana data yang menyangkut rutinitas serta faal paru diambil
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke. atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk lansia umur 60 tahun ke atas di seluruh dunia sangat cepat, bahkan lebih cepat dibandingkan dengan kelompok usia lainnya. Semakin meningkatnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Kerangka Konsep Kerangka konsep merupakan abstraksi dari suatu agar bisa dikomunikasikan dan membentuk suatu teori yang dapat menjelaskan keterkaitan antar variabel (baik variabel
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case
27 III. METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini menggunakan metode survei analitik dengan pendekatan case control, yaitu dimana efek diidentifikasi pada saat ini, kemudian faktor resiko
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menua adalah proses menghilang kemampuan jaringan secara perlahan-lahan untuk memperbaiki diri, mempertahankan struktur, dan fungsi normal sehingga tidak dapat
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pendekatan metode cross sectional mencari hubungan lamanya LAMANYA PENGGUNAAN IUD TIDAK
BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan metode cross sectional mencari hubungan lamanya penggunaan IUD dengan kejadian keputihan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. trakea bahkan paru-paru. ISPA sering di derita oleh anak anak, baik di negara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Salah satu penyakit yang dialami siswa dimana merupakan salah satu masalah kesehatan yang menonjol di masyarakat adalah penyakit Infeksi Saluran Pernafasan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini adalah explanatory research yang akan meneliti hubungan faktor lingkungan hunian dan perilaku kebersihan perorangan
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN
BAB IV METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini menggunakan jenis penelitian analitik cross sectional. Yaitu dengan menggunakan metode kuantitatif dan dengan pendekatan cross sectional, dimana
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan jenis korelasi dan pendekatan cross sectional. Penelitian deskriptif adalah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan
34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Desain penelitian adalah metode observasional analitik dengan pendekatan cross sectional yaitu jenis penelitian yang pengukuran variabel-variabelnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian
BAB III METODE PENELITIAN Bab ini membahas tentang metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian malaria di Kelurahan Kayubulan Kecamatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan
III. METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian analitik observatif dengan menggunakan desain potong lintang (Cross sectional) yang dilakukan secara satu waktu atau mengumpulkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. dilakukan pada saat yang bersamaan dalam satu waktu (Notoatmojo, 2003)
24 III. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional, dengan pengukuran variabel bebas dan variabel terikat yang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu
39 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik korelasi yaitu untuk mencari arah dan kuatnya hubungan antara dua variabel atau lebih (Sugiyono,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metode Pendekatan Jenis penelitian ini termasuk penelitian Explanatory research yaitu penjelasan yang dilakukan untuk menggambarkan keadaan yang sebenarnya
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan
24 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini termasuk metode deskriptif kuantitatif dan teknik pengumpulan datanya menggunakan kuesioner. Data yang telah
Lebih terperinciHUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP PERSONAL HYGIENE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN TLOGOMAS 2 MALANG ABSTRAK
HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) TERHADAP PERSONAL HYGIENE ANAK USIA SEKOLAH DI SDN TLOGOMAS 2 MALANG Maria Goreti Jelau Gabur 1), Atti Yudiernawati 2), Novita Dewi 3) 1 ) Mahasiswa Program
Lebih terperinciPERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU
PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT SKABIES PADA SANTRI WUSTHO (SMP) DI PESANTREN AL-FALAH BANJARBARU Norhalida Rahmi 1, Syamsul Arifin 2, Endang Pertiwiwati 3 1,3 Program Studi Ilmu Keperawatan
Lebih terperinciLampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR
Lampiran 6 SUMMARY HUBUNGAN PERILAKU DENGAN HYGIENE PERORANGAN PADA ANAK SEKOLAH DASAR ANITA B. ABDULRAHMAN NIM : 811409105 Program Studi Kesehatan Masyarakat, Jurusan Kesehatan Masyarakat, Fakultas Ilmu-ilmu
Lebih terperinciHUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN DERMATITIS PADA ANAK BALITADI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS SUKARAYA TAHUN 2016 Berta Afriani STIKES Al-Ma arif Baturaja Program Studi DIII
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak pada hakikatnya merupakan aset terpenting dalam tercapainya keberhasilan suatu negara, karena merupakan generasi penerus bangsa selanjutnya. Derajat kesehatan anak
Lebih terperinci