LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO TAHUN 2008

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO TAHUN 2008"

Transkripsi

1 BAB I. PENDAHULUAN LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO TAHUN 2008 KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA MOJOKERTO 2009 I-0

2 BAB I. PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Telah banyak program dan kegiatan lingkungan hidup yang dilaksanakan oleh pemerintah, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, namun upaya yang telah dilakukan selama ini terkesan seolah-olah kurang optimal, karena skala kegiatan yang belum critical momentum " sehingga tenggelam dalam laju atau percepatan yang sedemikian besar dari kerusakan lingkungan. Dengan melihat percepatan perusakan lingkungan yang terjadi saat ini, maka tidak ada jalan lain bagi kita semua untuk : a). Mengerahkan segala daya upaya yang ada pada kita untuk bertindak secara bersama-sama mencegah dan memulihkan kerusakan lingkungan, b). Mendorong pengembangan kemitraan kepada semua pihak untuk bersama-sama mewujudkan pembangunan berkelanjutan melalui pengarusutamaan aspek lingkungan dalam tiap bentuk pembangunan, c). Revitalisasi kearifan tradisional sebagai "gerakan moral dan estetika lingkungan" dalam perubahan perilaku dan perubahan sikap, melalui pemberdayaan masyarakat yang dilakukan secara terstruktur dan terintegrasi untuk menumbuhkan kesadaran, kemandirian dan keberdayaan yang merupakan wujud kesadaran kolektif menuju lingkungan yang baik dan sehat. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah suatu konsep pembangunan yang memadukan aspek ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan hidup dalam upaya mensejahterakan masyarakat. Hal itu mengacu pada pertumbuhan dengan memperhatikan keterbatasan sumberdaya alam dan kemampuan institusi masyarakat di dalam melaksanakan pembangunan, kebutuhan dan aspirasi masyarakat yang merupakan dasar di dalam menyusun program-program pembangunan. Disamping itu pembangunan berkelanjutan tidak akan tercapai tanpa memasukkan unsur konservasi lingkungan ke dalam kerangka proses pembangunan. Untuk itu diperlukan keterpaduan, yaitu tuntutan adanya kerjasama lintas sektoral melalui pertukaran informasi dan penyesuaian pasaritas sektoral. Proses pertukaran informasi di dalam pengambilan keputusan merupakan suatu sistem, yang menyangkut penataan penggunaan sumberdaya alam, buatan dan sumberdaya manusia di dalam suatu ruang/wilayah. Kenyataan ini menggarisbawahi pentingnya laporan pengelolaan lingkungan hidup disusun, baik pada tingkat Iokal/daerah, regional maupun nasional, karena hal tersebut diperlukan dalam penyajian informasi segala aspek lingkungan dalam rangka melaksanakan pembangunan berkelanjutan. Berbagai bencana yang terjadi saat ini terkadang sulit dikategorikan sebagai bencana alam murni, hal ini disebabkan karena masih terjadinya eksploitasi sumberdaya alam yang tidak memperhatikan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, sehingga mengakibatkan berbagai musibah yang merugikan masyarakat, tidak hanya harta benda tetapi yang terpenting hilangnya nyawa manusia. I-1

3 BAB I. PENDAHULUAN Pembangunan yang merusak lingkungan bukanlah kegiatan pembangunan, melainkan bencana yang tertunda. Hal ini mengindikasikan bahwa lingkungan hidup menjadi sangat rentan terjadinya perubahan yang disebabkan karena aktivitas alam maupun manusia. Aktivitas manusia inilah yang justru lebih banyak menimbulkan kerentanan bagi lingkungan, sehingga perlu dicarikan solusi yang tepat untuk mengeliminasi terjadinya bencana dalam menekan terjadinya degradasi lingkungan di masa yang akan datang, sehingga lingkungan dapat memberikan dukungan bagi keberlanjutan kehidupan di planet bumi. Dua hal penting yang perlu segera mendapatkan perhatian kita semua, setelah banyaknya terjadi bencana lingkungan, yaitu komitmen tinggi untuk menghentikan kerusakan lingkungan yang kini sedang berlangsung, rehabilitasi dan pernulihan kerusakan lingkungan yang sudah terjadi. Dengan melihat kejadian bencana lingkungan selama ini dalam kontek pelaksanaan pembangunan yang berkelanjutan, maka sangat diperlukan informasi, analisis dan data base lingkungan yang merupakan sebagai sarana untuk menyusun perencanaan pembangunan yang lebih komprehensip. Informasi, analisis dan data base lingkungan tersebut dijadikan dalam bentuk laporan, yang mana laporan tersebut adalah Laporan Status Lingkungan Hidup Daerah (State of The Environment Report) Maksud dan Tujuan Maksud dan tujuan Penyusunan Laporan Status Lingkungan Hidup Kota Mojokerto adalah: 1) Menyediakan data, informasi, dan dokumentasi untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan pada semua tingkat dengan memperhatikan aspek dan daya dukung serta daya tampung lingkungan hidup. 2) Meningkatkan mutu informasi tentang lingkungan hidup sebagai bagian dari sistem pelaporan publik serta sebagai bentuk dari akuntabilitas publik. 3) Menyediakan sumber informasi utama bagi Rencana Pembangunan Tahunan Daerah (Repetada), Program Pembangunan Daerah (Propeda), dan kepentingan penanam modal (investor). 4) Menyediakan informasi lingkungan hidup sebagai sarana publik untuk melakukan pengawasan dan penilaian pelaksanaan Tata Praja Lingkungan (Good Environmental Governance) serta sebagai landasan publik untuk berperan dalam menentukan kebijakan pembangunan berkelanjutan bersama-sama dengan pemerintah Isu - Isu Utama Lingkungan Hidup Di Kota Mojokerto 1. Masih rendahnya skor Kota Mojokerto dalam Penilaian Adipura tahun , yaitu 61 pada Tingkat Nasional dan 33 di Jawa, atau kota terkotor kedua adalah merupakan tantangan tersediri bagi Kantor Lingkungan Hidup yang menjadi I-2

4 BAB I. PENDAHULUAN Leading-Sektor Tim Adipura Kota Mojokerto. Meskipun hasil Pantau I telah menunjukkan adanya peningkatan nilai namun karena adanya peningkatan passing grade, maka hal itu belum memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan grade Kota Mojokerto. Namun pada tahun 2009 akhirnya Kota Mojokerto berhasil meraih adipura (Lampiran...). 2. Dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Propinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota, maka pembenahan kelembagaan Lingkungan Hidup di Daerah juga menjadi hal yang mendesak untuk segera disikapi. 3. Perkembangan yang cepat dalam pertumbuhan kota, membawa dampak yang tidak baik bagi sanitasi lingkungan. Hal ini terlihat dari semakin tingginya tingkat pencemaran lingkungan, akibat tidak terkontrolnya pembuangan limbah, baik limbah domestik rumah tangga maupun limbah akibat kegiatan industri kecil dan menengah, ataupun masih sedikitnya kegiatan usaha yang memiliki Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) yang berfungsi optimal. 4. Pembangunan yang cepat juga membawa akibat samping berupa turunnya kualitas lingkungan hidup karena polusi air, udara dan tanah dan hilangnya keanekaragaman hayati. Persoalan pengelolaan sampah dan pemantauan kualitas lingkungan tetap akan mendapatkan perhatian lebih dalam tahun Penyusunan Produk Hukum Daerah (Peraturan Daerah) tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup 6. Peningkatan kepedulian masyarakat dan khususnya pelaku dunia usaha terhadap upaya pelestarian lingkungan 7. Peningkatan kompetensi dan kualitas Sumber Daya aparatur Kantor LIngkungan Hidup 8. Penyusunan Konsep Tata Ruang Wilayah yang berwawasan Lingkungan 9. Penyusunan Data Base Industri Kota Mojokerto Kebijakan Pengelolaan Dan Pendanaan Lingkungan Hidup Kota Mojokerto Pengelolaan Lingkungan Hidup a) Kebijakan Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Mojokerto Pengelolaan lingkungan hidup tidaklah secara otomatis atau langsung menampakkan hasil yang dapat dilihat secara nyata, tetapi memerlukan waktu yang panjang. Untuk itu maka perkembangan pelaksanaan kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup harus memperhatikan apa yang selama ini ada serta tantangan, kendala dan peluang yang diperkirakan akan dihadapi dalam kurun waktu 25 tahun mendatang. Selanjutnya disebutkan pula bahwa misi dari pengelolaan lingkungan hidup dalam kurun waktu 25 tahun mendatang adalah tercapainya keselarasan, I-3

5 BAB I. PENDAHULUAN keserasian dan keseimbangan antara manusia dan lingkungan hidup, terjaminnya kepentingan generasi masa kini dan generasi masa depan, tercapainya kelestarian fungsi lingkungan hidup dan terkendalinya pemanfaatan sumberdaya secara bijaksana. Disebutkan pula bahwa kebijaksanaan pengelolaan lingkungan hidup seyogyanya mengacu pada: Pendayagunaan sumberdaya alam sebagai pokok-pokok kemakmuran rakyat yang dilaksanakan secara bertanggung jawab dan sesuai dengan kemampuan daya dukung alam serta mengutamakan sebesar-besarnya kemakmuran rakyat, kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup. Tata ruang nasional yang berwawasan lingkungan yang merupakan suatu pedoman bagi perencanaan pembangunan daerah. Pembangunan ekonomi dan ekologi berimbang dalam pengelolaan kekayaan alam Indonesia sehingga dapat menjamin manfaatnya pada masa kini juga kehidupan di masa yang akan datang. Pengelolaan sumberdaya alam yang dapat diperbarui dengan prinsip kelestarian hasil alam, sehingga fungsinya harus dapat selalu terpelihara sepanjang masa. b) Surat Keputusan Walikota Mojokerto tentang Lingkungan Hidup Selama Tahun Pemerintah Kota Mojokerto telah menetapkan peraturan mengenai lingkungan hidup diantaranya adalah a. SK Walikota Mojokerto No /433/ /2002 Tanggal 2 September 2002 tentang Pembentukan Komisi Penilai dan Tim Teknis AMDAL dan Komisi Pengarah UKL/UPL b. SK Walikota Mojokerto No. 24 Tahun 2003 Tanggal 30 Juni 2003 tentang Pengambilan Contoh Air/Udara dan Uji Limbah Cair dan Padat c. SK Walikota Mojokerto No /410/ /2005 Tanggal 14 Juli Tahun 2005 tentang Tim Koordinasi Pengelolaan Lingkungan Hidup. d. Peraturan Walikota Mojokerto Nomor 37 Tahun 2008 tentang Rincian Tugas Pokok dan Fungsi Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto Kebijakan Pendanaan Lingkungan dalam Rangka Melaksanakan Pembangunan yang Berkelanjutan di Kota Mojokerto a. Kkan Anggaran pembangunan pada dasarnya merupakan cerminan kebijakan pemerintah dalam mencapai tujuan dan sasaran pembangunan berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan. Anggaran pembangunan juga dapat memberikan gambaran lembaga pemerintah yang mana bertanggung jawab melaksanakan tugas dan fungsi tertentu maupun menggambarkan amanat/kebijakan yang telah ditetapkan. Aspek pembiayaan Rencana Kerja Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto sepenuhnya dibebankan pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah I-4

6 BAB I. PENDAHULUAN Kota Mojokerto maupun Dana Alokasi Khusus bidang Lingkungan Hidup dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Sejak awal Pemerintah Kota Mojokerto melalui Kantor Lingkungan Hidup memiliki komitmen yang kuat berupaya memperhatikan aspek lingkungan pada setiap sisi kegiatan pembangunan. Berbagai upaya selama ini telah dilakukan untuk melindungi lingkungan hidup dan sumberdaya alam, antara lain dengan menyusun Peraturan Daerah, Keputusan Walikota dan Perijinan Lingkungan serta meletakkan landasan yang kuat berupa peraturan perundangundangan yang menyangkut pengelolaan lingkungan hidup, RTH, persampahan, konservasi maupun tata ruang Agenda Pengelolaan Lingkungan Hidup Kota Mojokerto Sesuai dengan agenda pokok pembangunan di kota Mojokerto sebagaimana tercantum dalam RPJMD (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah) Kota Mojokerto, prioritas pembangunan tahun 2009 yaitu menciptakan Kota Mojokerto yang aman dan damai, menciptakan Kota Mojokerto yang adil dan demokratis serta meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kota Mojokerto; maka penyusunan programprogram pembangunan pada pelaksanaan RPJMD tahun ke 2 juga ditujukan kepada pencapaian ketiga agenda tersebut. Agenda kebijakan ini dirumuskan dalam program - program prioritas pembangunan untuk mendukung ketiga agenda tersebut dalam setiap urusan Pembangunan. Adapun program-program prioritas untuk Kantor Lingkungan Hidup yang ditetapkan dalam RPJMD Kota Mojokerto adalah : 1. Program Peningkatan Sumber Daya Alam untuk Kepentingan Masyarakat a. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup, b. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup. c. Program Peningkatan Pengendalian Polusi 2. Program Penataan dan Pengembangan Kawasan Pembangunan. a. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau Pada tahun 2010, terdapat 7 (tujuh) Prioritas Program yang akan dilaksanakan, yaitu: 1. Program Pelayanan Administrasi Perkantoran 2. Program Peningkatan sarana dan Prasarana Aparatur 3. Program Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Aparatur 4. Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan Hidup 5. Program Peningkatan Kualitas dan Akses Informasi Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup 6. Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Persampahan 7. Program Pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH) I-5

7 BAB I. PENDAHULUAN I-6

8 BAB II. GAMBARAN UMUM BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Visi dan Misi Pembangunan Kota Mojokerto Dengan nilai-nilai strategis dan segala potensi yang dimiliki oleh Kota Mojokerto serta memperhatikan peluang dan tantangan yang ada pada saat ini dan akan datang, ditetapkanlah visi dan misi Kota Mojokerto. Visi Kota Mojokerto adalah : "Terwujudnya Kota Mojokerto Yang Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral" Untuk mewujudkan visi pemerintah Kota Mojokerto, maka telah ditetapkan misi yang akan dicapai selama kurun waktu Tahun sebagai berikut 1. Mewujudkan clean and good governance 2. Meningkatkan peran serta masyarakat dan swasta dalam proses pembangunan 3. Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat 4. Meningkatkan kualitas pendidikan dan sumber daya manusia 5. Meningkatkan kesejahteraan sosial dan ekonomi 6. Meningkatkan upaya pengentasan kemiskinan 7. Mewujudkan iklim usaha yang kondusif, profesional dan berdaya saing tinggi 8. Meningkatkan kualitas pengelolaan lingkungan dan tata ruang 9. Meningkatkan keimanan, ketaqwaan dan kesalehan sosial 10. Menjunjung tinggi nilai-nilai demokrasi, transparansi, akuntabilitas dan kesetaraan gender 11. Memantapkan stabilitas keamanan, politik, dan pemerintahan 2.2. Kondisi Geografis, Demografis, Geologi, Tata Ruang, Kependudukan dan Kesehatan Masyarakat 1. Geografis Kota Mojokerto terletak di tengah-tengah Kabupaten Mojokerto, terbentang pada ' ' Lintang Selatan dan ' ' 12 Bujur Timur. Wilayahnya merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata - rata 22 m diatas permukaan laut dengan kondisi permukaan tanah yang agak miring ke Timur dan Utara antara 0-3%. Dengan lokasi geografis tersebut, Kota Mojokerto mempunyai iklim tropis, dipengaruhi oleh angin muson yang selalu berhembus berganti arah laut ke Tenggara dan sebaliknya. Batasbatas Kota Mojokerto adalah Sebelah Utara Sebelah Timur : Sungai Brantas : Kecamatan Mojoanyar II-7

9 BAB II. GAMBARAN UMUM Sebelah Selatan : Kecamatan Sooko dan Puri Sebelah Barat : Kecamatan Sooko Secara administratif Kota Mojokerto dibagi menjadi 2 Kecamatan, 18 Kelurahan, 655 Rukun Tetangga (RT), 176 Rukun Warga (RW) dan 70 Dusun/Lingkungan yaitu:: 1. Kecamatan Magersari Mempunyai luas wilayah ± Ha, meliputi 10 Kelurahan, 37 lingkungan, 106 Rukun Warga dan 375 Rukun Tetangga. 2. Kecamatan Prajuritkulon Mempunyai luas wilayah ± Ha, meliputi 8 Kelurahan, 33 Lingkungan, 70 Rukun Warga dan 280 Rukun Tetangga. Luas wilayah total Kota Mojokerto adalah ± 1.646,54 hektar, merupakan satuan luas dan satuan wilayah kota terkecil di Jawa Timur maupun di Indanesia saat ini. Luasan kota tersebut terdiri dari ± 633,82 hektar tanah sawah (± %) dan ± 156,27 hektar tanah kering (± 9,49%), ± 774,23 hektar bangunan (± 45,24%) dan ± 81,57 hektar penggunaan lain - lain. 2. Demografis Kota Mojokerto mempunyai penduduk sebanyak jiwa yang tersebar di 2 (dua) kecamatan dan 18 (delapan belas) kelurahan. Penduduk Laki-laki sebanyak jiwa atau sebesar 49,2 persen; dan Penduduk yang berjenis kelamin Perempuan adalah sebanyak atau sebesar 50,8 persen. Dari komposisi penduduk laki-laki dan perempuan itu bisa dilihat bahwa Rasio Jenis Kelamin (Sex Ratio) Kota Mojokerto adalah sebesar 96,84 persen; artinya di setiap 100 penduduk wanita terdapat 96 penduduk laki-laki. Besarnya jumlah penduduk di Kota Mojokerto dengan luas wilayah yang sangat kecil akan menyebabkan kepadatan Kota Mojokerto menjadi sangat tinggi, yaitu penduduk per kilometer persegi (km 2 ) di tahun 2007 dan sebesar penduduk per kilometer persegi di tahun Pada tahun 2008 wilayah yang mempunyai tingkat kepadatan tertinggi adalah Kelurahan Mentikan, yaitu sebesar jiwa per km 2 ; disusul oleh Kelurahan Sentanan sebesar ; selanjutnya Kelurahan Kauman sebesar jiwa per km 2. Dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya, perkembangan penduduk Kota Mojokerto memiliki pertumbuhan yang fluktuatif. Namun pada tahun 2008 pertumbuhan penduduk Kota Mojokerto mengalami penurunan yang sangat siginifikan hingga sebesar 0,72 persen dibanding dengan tahun sebelumnya. Penurunan laju pertumbuhan penduduk ini disinyalir terkait dengan perpindahan penduduk ke luar Kota Mojokerto yang meningkat, menurunnya angka kelahiran serta meningkatnya angka kematian. II-8

10 BAB II. GAMBARAN UMUM Dari jumlah penduduk di atas apabila dilihat secara kelompok umur, maka struktur umur penduduk Kota Mojokerto adalah struktur umur muda yang artinya jumlah penduduk usia muda yang terdiri dari usia remaja dan usia produktiflah yang dominan, sedangkan untuk usia tua masih relatif sedikit. Struktur penduduk menurut kelompok umur ini apabila digambarkan akan berbentuk piramida. Namun yang terjadi di Kota Mojokerto justru tidak sepenuhnya menganut teori demografi, dimana semakin tua usia penduduk jumlahnya akan semakin berkurang. Dalam kondisi begitu bentuk piramida akan bisa terlihat semakin mengerucut ke atas, yang menggambarkan usia tua semakin kecil jumlahnya. Di Kota Mojokerto penduduk usia 0 14 tahun jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan jumlah penduduk yang berusia tahun. Usia 0 14 tahun hanya sebanyak jiwa. Sedangkan penduduk usia tahun berjumlah jiwa. Penduduk usia tahun apabila diklasifikasikan menurut kelompok 5 tahunan jumlahnya relatif lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok umur sebelumnya (Tabel 2.1). Tetapi yang istimewa adalah penduduk usia 65 ke atas, ternyata jumlahnya melebihi kelompok umur tahun. Hal ini bisa dijadikan sebagai indikator bahwa usia harapan hidup penduduk Kota Mojokerto sudah di atas 65 tahun. Tabel 2.1. Jumlah Penduduk (Jiwa) Kota Mojokerto Tahun 2008 NO KELOMPOK UMUR LAKI-LAKI PEREMPUAN JUMLAH I > JUMLAH Sumber : BPS Kota Mojokerto II-9

11 BAB II. GAMBARAN UMUM 3. Topografi dan Geologi Wilayah Kota Mojokerto merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata ± 22 meter diatas permukaan laut dengan kondisi permukaan tanah yang agak miring ke Timur dan Utara antara 0-3%. Tanahnya terdiri dari 2 jenis, yaitu tanah jenis Alluvial seluas ± 1.033,05 Ha (±62,74%) dan jenis Gromosol seluas ± 613,49 ha (± 37,26%), dengan karakteristik daya tahan air cukup baik. Permeabilitas tanah umumnya lambat, kepekaan tanah terhadap erosi sedang dan produktivitas tanah rendah sampai sedang, dengan kedalaman efektifnya ± cm. Secara geografis wilayah Kota Mojokerto juga memiliki kekayaan alam berupa sungai-sungai yang cukup besar. Beberapa sungai yang melintasi wilayah Kota Mojokerto antara lain: Sungai Brantas dengan panjang ± 3,5 Km di sebelah utara Sungai Sadar yang mempunyai panjang ± 2 Km berada di Sebelah Selatan Sungai Brangkal sepanjang ± 2,25 Km serta Sungai Gedeg sepanjang ± 2 Km berada di Sebelah Barat 4. Kebijakan Tata Ruang Kota Mojokerto Pertumbuhan penduduk dan peningkatan kegiatan pembangunan utamanya di perkotaan menyebabkan terjadinya pergeseran pola penggunaan tanah/lahan. Sering dijumpai penggunaan lahan tidak sesuai dengan kaidah penataan ruang wilayah, seperti pengembangan permukiman yang tidak diikuti dengan sistem penataan jalan dan drainase yang baik, sehingga timbul berbagai masalah seperti banjir, pencemaran tanah dan hilangnya ruang terbuka hijau. Pemerintah Kota Mojokerto dalam melaksanakan pembangunan telah berpedoman pada Undang-undang Nomor 24 Tahun 1992 yaitu mengenai Penataan Ruang serta Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta Bentuk Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang dan Permendagri No.2 Tahun 1987 tentang Penyusunan Rencana Kota. Secara umum rencana pengembangan tata ruang wilayah kota Mojokerto tercermin pada penetapan berbagai aspek seperti tersebut dibawah ini: 1. Pemanfaatan lahan 2. Penggunaan lahan (rencana struktur), misal kawasan lindung dan kawasan budidaya 3. Pengalokasian unit perencanaan, untuk penyebaran dan pengaturan II-10

12 BAB II. GAMBARAN UMUM besaran/jumlah penduduk pada suatu wilayah tertentu 4. Pengaturan kawasan dan pembagian wilayah pengembangan kota 5. Pengaturan sistem transportasi 6. Penetapan kebutuhan utilitas, dan lain-lain Pemanfaatan ruang diharapkan berdaya guna dan berhasil guna serta bertujuan untuk terpeliharanya kelestarian kemampuan lingkungan hidup. Dalam pembangunan yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan ini perlu diperhatikan kelestarian, keselarasan dan keseimbangan pemanfaatan ruang dengan memperhatikan kondisi manusia (seperti latar belakang sosial, ekonomi dan budayanya), daya dukung lingkungan (seperti struktur tanah, siklus hidrologi, siklus udara), fungsi lingkungan (seperti resapan air, konservasi flora dan fauna), estetika lingkungan (seperti bentang alam, pertamanan dan arsitek bangunan; lokasi seperti jarak yang sesuai dari suatu tempat ke tempat lain), dan struktur kawasan (seperti pusat lingkungan dalam perumahan dan pusat kegiatan dalam kawasan perdagangan). 5. Kesehatan Masyarakat Perkembangan kesehatan menyangkut seluruh aspek kehidupan manusia. Bila pembangunan kesehatan berhasil dengan baik maka akan meningkatkan kesejahteraan rakyat secara langsung. Selain itu pembangunan kesehatan juga memuat mutu dan upaya kesehatan yang sangat dipengaruhi oleh ketersediaan fasilitas kesehatan yang didukung oleh sumberdaya yang memadai seperti rumah sakit, puskesmas dan tenaga kesehatan serta ketersediaan obat. Upaya pemerintah dalam menyediakan fasilitas pelayanan kesehatan (Yankes) seperti rumah sakit, puskesmas dan puskesmas pembantu terus mengalami peningkatan. II-11

13 BAB II. GAMBARAN UMUM Tabel 2.2 Jenis Pelayanan Kesehatan dan Paramedis di Kota Mojokerto Tahun 2006 dan 2007 NO Jenis Pelayanan Kesehatan dan Paramedis Jumlah Rumah Sakit Pemerintah dan Swasta Puskesmas Puskesmas Pembantu Klinik KB Tempat Praktek Dokter Apotek Laboratorium Medis Dokter Spesialis Dokter Umum Dokter Gigi Sarjana Farmasi Penilik Kesehatan Analis Medis dan Anestesi Ahli Gizi Asisten Apoteker Sanitarian Fisioterapi Bidan Perawat Perawat gigi Penata Rontgen 2 3 Sumber : Dinkes Kota Mojokerto Jumlah rumah sakit yang ada di Kota Mojokerto tahun 2008 adalah sebanyak 7 Rumah Sakit Umum milik pemerintah maupun swasta, 5 puskesmas dan 14 puskesmas pembantu. Jumlah puskesmas meningkat bila dibandingkan pada tahun Dokter merupakan sumber daya manusia yang sangat dibutuhkan dalam dunia kesehatan. Dengan bantuan dokter maka banyak kemungkinan penyakit dapat disembuhkan. Menurut data yang tersedia di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, jumlah dokter pada tahun 2008 bertambah dibandingkan tahun 2007 menjadi 86 orang, sedangkan tahun 2007 sebanyak 83 orang. Dari sini terlihat bahwa kesehatan penduduk di Kota Mojokerto sudah menjadi perhatian. Jumlah apotek juga sudah cukup tersedia, terbukti selama tahun 2008 ada sebanyak 34 apotek di wilayah Kota Mojokerto. II-12

14 BAB II. GAMBARAN UMUM Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, persentase 18 (delapan belas) penyakit yang diderita oleh penduduk wilayah Kota Mojokerto adalah sebagai berikut: Tabel 2.3. Daftar 18 (Delapan belas) Penyakit Menurut Persentase di Kota Mojokerto Tahun 2006 dan 2007 NO JENIS PENYAKIT Infeksi Akut lain Pada Saluran Pernafasan Atas Penyakit Tekanan Darah Tinggi Jumlah Persentase Jumlah Persentase Penyakit Kulit Infeksi Penyakit Kulit Alergi Penyakit Kulit Karena Jamur Infeksi Usus yang Lain Diare (termasuk tersangka kolera) Gingivitis dan Penyakit Periodental Penyakit Pulpa dan Jaringan Periapikal Penyakit Rongga Mulut,Kelenjar Ludah,Rahang Gangguan Neurotik Asthma Pusing Gastritis Pharingitis Artritis tidak Spesifik Rheumatoid Arthritis Lain Selain Penyakit tersebut 18. di atas Sumber : Dinkes Kota Mojokerto Data tersebut diperoleh berdasarkan pemantauan kasus di puskesmas sekitar wilayah Kota Mojokerto. Jumlah pasien yang terdeteksi penyakit mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Tahun 2007 terdapat pasien sedangkan pada tahun 2008 sebanyak pasien. Sedangkan jenis penyakit terbanyak yang menyerang penduduk di Kota Mojokerto untuk tahun 2008 ini adalah Tekanan Darah Tinggi sebanyak 27,79 persen. Berbeda dari tahun 2007 penyakit terbanyak yang diderita penduduk Kota Mojokerto yaitu ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Atas) sebanyak 35,75 persen, namun keluhan penyakit ini menurun tahun 2008 menjadi hanya 12,51 persen. II-13

15 BAB II. GAMBARAN UMUM Beberapa penyebab yang mendukung meningkatnya penyakit tersebut antara lain : mobilitas penduduk yang sangat tinggi, banyaknya industri/perusahaan yang berdiri di wilayah kota sehingga meningkatkan polusi udara, padatnya lalu lintas kendaraan serta rendahnya kualitas lingkungan. II-14

16 BAB III. KUALITAS AIR BAB III KUALITAS AIR Segala bentuk kehidupan di bumi ini bermula dari air. Air menopang kehidupan manusia, termasuk kehidupan dan kesinambungan rantai pangan mahluk hidup di bumi. Oleh karena itu air merupakan salah satu sumber daya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan dan perikehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum, sehingga merupakan modal dasar dan faktor utama pembangunan. Disamping itu air merupakan komponen lingkungan hidup yang penting bagi kelangsungan hidup dan kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya. Dalam menunjang kehidupannya manusia melakukan usaha dan atau kegiatan yang memerlukan air dengan kualitas yang baik sesuai dengan peruntukannya, akan tetapi di lain pihak kegiatan dan atau usaha tersebut berpotensi menimbulkan dampak negatif, antara lain berupa pencemaran yang dapat mengancam ketersediaan air, daya guna, daya dukung, daya tampung, dan produktivitasnya. Air sebagai sumber kehidupan makhluk hidup berpotensi mengalami pencemaran dan bahkan sumber air secara fisik dapat mengalami kerusakan. Limbah yang berasal dari kegiatan industri, pertanian, dan rumah tangga mempunyai pengaruh besar terhadap perubahan kuantitas dan kualitas air, baik air permukaan maupun air tanah serta sumber air lainnya. Melihat fakta tersebut, penyelamatan sumber daya air di Indonesia pada umumnya dan Kota Mojokerto pada khususnya, perlu dilakukan secara terpadu, sistematis dan terarah. Dalam rangka melestarikan fungsi air perlu dilakukan pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air secara bijaksana dengan memperhatikan kepentingan generasi sekarang dan mendatang serta keseimbangan ekologis, guna menunjang pembangunan yang berkelanjutan. Sesuai dengan Peraturan Daerah Propinsi Jawa Timur No. 5 Tahun 2000 tentang Pengendalian Pencemaran Air di Propinsi Jawa Timur, pemerintah Kota Mojokerto melalui Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto melakukan perlindungan, penanggulangan dan permulihan mutu air pada sumber-sumber air, pencegahan pencemaran air pada sumber pencemaran, penetapan perizinan pembuangan limbah cair dan pengawasan. Adapun kegiatan pengendalian pencemaran air di Kota Mojokerto antara lain adalah menginventarisasi dan mengidentifikasi sumber-sumber air dan sumber pencemaran, pemantauan kualitas pada sumber-sumber air, penetapan perizinan pembuangan limbah cair dan pengawasan Status Potensi sumber air di Kota Mojokerto terdiri dari sumber air permukaan, air tanah dan air hujan. Potensi sumber air permukaan umumnya berasal dari sungai, sedangkan untuk air tanah berasal dari sumur artesis dan sumur air tanah dangkal. Pada saat ini kondisi sumber air di Kota Mojokerto belum mengalami defisit air, namun demikian apabila pemanfaatan III- 15

17 BAB III. KUALITAS AIR sumberdaya air di berbagai tempat di Kota Mojokerto dilakukan secara berlebihan, tidak mustahil pada suatu saat akan mengalami defisit air, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sumber air tersebut dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pertanian, industri, rumah tangga, dan lain-lain Potensi Air Permukaan Air permukaan merupakan salah satu ekosistem air yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan. Air permukaan yang terdapat di Kota Mojokerto adalah sungai, dimana sungai ini memiliki multifungsi baik sebagai penyimpan air dan pencegah banjir, maupun sebagai kesatuan ekologi dan sumber bahan pangan. Potensi sumber air yang berasal dari sungai perlu dikelola dengan baik dan berkelanjutan. Air sungai memiliki peranan penting terhadap aktivitas masyarakat Kota Mojokerto. Kota Mojokerto dilalui oleh 3 Daerah Aliran Sungai (DAS) utama yaitu DAS Kali Brantas, DAS Kali Brangkal dan DAS Kali Sadar. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan sumberdaya air yang dapat digunakan sebagai penyedia air bagi cadangan air tanah, untuk perikanan dan pertanian, oleh sebab itu pengelolaan DAS perlu dilakukan mulai hulu sampai hilir. Berikut data mengenai panjang sungai utama yang terdapat di Kota Mojokerto. Tabel 3.1. Daftar Nama dan Panjang Sungai Utama di Kota Mojokerto, 2008 No Nama Sungai Panjang (Km) DAS Kali Brantas DAS Kali Brangkal DAS Kali Sadar 3,5 2,25 2 Sumber: Kota Mojokerto dalam Angka, 2008 Merujuk pada Peraturan Pemerintah RI no.82 tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, sungai utama di Kota Mojokerto dapat diklasifikasikan sebagai badan air kelas III. Dimana badan air tersebut adalah sebagai air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan air yang sama dengan kegunaan tersebut. Sebagai salah satu upaya untuk melindungi sumber air di Kota Mojokerto, dilakukan pemantauan secara periodik terhadap kualitas air sungai utama. Data kualitas air sungai diperoleh guna mengoptimalkan kemampuan Pemerintah Kota Mojokerto dalam memantau kualitas air sungai, maka sejak Tahun 2002 Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto telah melakukan sampling rutin terhadap kualitas air sungai yang ada di Kota Mojokerto, terutama pada DAS Kali Brantas, DAS Kali Brangkal dan DAS Kali Sadar serta anak sungainya. III- 16

18 TSS (mg/l) BAB III. KUALITAS AIR Pemilihan badan air atau sungai yang dipantau sesuai dengan prioritas masing-masing yang rawan atau berpotensi menimbulkan dampak lingkungan, seperti sungai yang berada di sekitar daerah industri, industri rumah tangga, dan pemukiman penduduk. Selain itu juga dipilih sungai yang melintasi batas kabupaten/kota atau sungai lintas propinsi tanpa mengabaikan sungai/saluran yang ada di pusat kota. Aliran air permukaan yang dipantau oleh Kantor Lingkungan Hidup Kota Mojokerto dalam kurun waktu 2007 dan 2008 adalah DAS Kali Brantas, DAS Kali Sadar, DAS Kali Brangkal, Saluran Jembatan R. Wijaya, Saluran Sinoman, Saluran Depan Pasar Hewan, Saluran Benteng Pancasila, Kali Cemporat, Saluran Brawijaya, Saluran Prajurit Kulon, Saluran Jalan Pemuda, Saluran Jalan Majapahit dan Kali Ngrayung Meri. Adapun hasil pemantauan kualitas air dari badan air tersebut disajikan pada bagian berikut ini. Pada DAS Kali Brantas dilakukan pemantauan pada dua titik, dengan lokasi pengambilan sampel di Jembatan Padangan dan di Jembatan Tol Surabaya-Mojokerto. Pemantauan kualitas DAS Kali Brantas dilakukan terhadap paramater fisik, kimia dan biologi. Secara kualitas fisik dapat digambarkan melalui parameter TSS (Total Suspended Solid), adapun hasil pemantauan terhadap TSS disajikan pada Gambar Jembatan Padangan Jembatan Surabaya- Mojokerto 10 Desember '07 14 Desember '07 12 Juni '08 8 Juli ' Tanggal Pengambilan Sampel Gambar 3.1. Diagram Hasil Pemantauan TSS di DAS Kali Brantas Tahun Berdasarkan Gambar 3.1. tampak bahwa menurut parameter TSS kualitas DAS Kali III- 17

19 mg/l mg/l BAB III. KUALITAS AIR Brantas sangat baik karena jauh di bawah baku mutu air Kelas III (lebih kecil dari 400 mg/l), sehingga dapat diperoleh gambaran bahwa kualitas fisik DAS Kali Brantas masih memenuhi baku mutu air Kelas III. Kualitas kimia DAS Kali Brantas dapat diperoleh secara umum melalui pemantauan terhadap parameter BOD, COD, dan DO, dimana hasilnya juga menunjukkan hasil di bawah baku mutu air Kelas III (BOD < 6 mg/l; COD < 50 mg/l; DO > 3 mg/l). Data hasil pemantauan BOD, COD dan DO disajikan pada Gambar 3.2 dan Gambar Desember '07 14 Desember '07 12 Juni '08 8 Juli '08 BOD COD DO Tanggal Pengambilan Sampel Gambar 3.2. Diagram Hasil Pemantauan BOD, COD dan DO di hulu Sungai Brantas (Jembatan Padangan) Tahun Desember '07 14 Desember '07 12 Juni '08 8 Juli '08 BOD COD DO Tanggal Pengambilan Sampel III- 18

20 Phenol (ug/l) Nitrit (mg/l) BAB III. KUALITAS AIR Gambar 3.3. Diagram Hasil Pemantauan BOD, COD dan DO di hilir Sungai Brantas (Jembatan Surabaya-Mojokerto) Tahun Berdasarkan data pada Gambar 3.2 dan 3.3, menunjukkan bahwa secara umum tidak terjadi pencemaran secara kimia. Namun berdasarkan parameter kimia yang lain yaitu parameter nitrit dan phenol kualitas DAS Kali Brantas telah melampaui baku mutu air Kelas III (nitrit < 0,06 mg/l, phenol < 1 µg/l). Data untuk parameter nitrit ditampilkan pada Gambar 3.4, dan phenol pada Gambar Desember '07 14 Desember '07 12 Juni '08 8 Juli '08 Jembata Padangan Jembatan Surabaya-Mojokerto Catatan : Baku mutu air Kelas III, nitrit < 0.06 mg/l Tanggal Pengambilan Sampel Gambar 3.4. Diagram Hasil Pemantauan Nitrit di DAS Kali Brantas Tahun Desember '07 14 Desember '07 12 Juni '08 8 Juli '08 Jembata Padangan Jembatan Surabaya- Mojokerto Catatan : Baku mutu air Kelas III, phenol < 1 ug/l Tanggal Pengambilan Sampel III- 19

21 BOD (mg/l) BAB III. KUALITAS AIR Gambar 3.5. Diagram Hasil Pemantauan Phenol di DAS Kali Brantas Tahun Gambaran mengenai kualitas mikrobiologi pada DAS Kali Brantas diperoleh melalui pemantauan terhadap parameter fecal coli dan total koliform. Berdasarkan hasil pemantauan, fecal coli dan total koliform DAS Kali Brantas menunjukkan hasil jauh di bawah baku mutu air Kelas III (Fecal Coli < 2000 MPN/100ml; Total Koliform < MPN/100 ml), adapun data secara lengkap disajikan pada Tabel 3.2. Tabel 3.2. Hasil Pemantauan Kualitas Mikrobiologi DAS Kali Brantas Tahun Lokasi sampling Tanggal Pengambilan Jembatan Padangan Jembatan Surabaya-Mojokerto Sampel Fecal Coli (MPN/100ml) Total Koliform (MPN/100ml) Fecal Coli (MPN/100ml) Total Koliform (MPN/100ml) 10 Desember Desember Juni Juli Selain melakukan pemantauan terhadap DAS Kali Brantas, juga dilakukan pemantauan kualitas air pada badan air lainnya. Pada tahun 2007 selain pada DAS Kali Brantas juga dilakukan pemantauan kualitas air pada 5 badan air di Kota Mojokerto, yaitu DAS Kali Sadar, DAS Kali Brangkal, Saluran Sinoman, Saluran Jembatan R. Wijaya dan Saluran Depan Pasar Hewan. Sedangkan pada tahun 2008 disamping DAS Kali Brantas dilakukan pula pemantauan kualitas air pada 10 badan air di Kota Mojokerto, yaitu DAS Kali Sadar, DAS Kali Brangkal, Saluran Depan Pasar Hewan, Saluran Benteng Pancasila, Kali Cemporat Jl. R. Wijaya, Saluran Brawijaya, Saluran Prajurit Kulon Jl. Tribuana Tungga Dewi, Saluran Jalan Pemuda, Saluran Jl. Majapahit (Samping RS. Rekso Waluyo), dan Kali Ngrayung Meri, Juli Agustus September Juni Juli 2008 S.Sadar S. Brangkal Sal. Jembatan R. Wijaya Sal Sinoman Sal. Depan Pasar Hewan Sal. Benteng Pancasila Kali Cemporat Sal. Brawijaya Sal. Prajurit Kulon Sal Jl. Pemuda Sal. Jl. Majapahit Kali Ngayung Meri III- 20

22 COD (mg/l) BAB III. KUALITAS AIR Gambar 3.6. Diagram Hasil Pemantauan BOD Badan Air di Kota Mojokerto Tahun Hasil pemantauan BOD terhadap badan air yang disajikan pada Gambar 3.6 tampak bahwa terdapat badan air yang melampaui baku mutu BOD untuk badan air Kelas III (> 6 mg/l), antara lain adalah DAS Sadar, Saluran Jembatan R. Wijaya, Saluran Depan Pasar Hewan, Saluran Benteng Pancasila, Kali Cemporat, Saluran Prajurit Kulon dan Saluran Jl. Pemuda Juli Agustus September Juni Juli 2008 S. sadar S. Brangkal Jembatan R. Wijaya Sal. Sinoman Hulu Sal. Depan Pasar Hew an Sal Benteng Pancasila Kali Cemporat Sal. Jl.Braw ijaya Sal. Jl.Prajurit Kulon Sal. Jl Pemuda Sal. Jl Majapahit Kali Ngrayung Meri COD standar Tanggal Pengambilan Sampel III- 21

23 BAB III. KUALITAS AIR Gambar 3.7. Diagram Hasil Pemantauan COD Badan Air di Kota Mojokerto Tahun Hasil pemantauan COD terhadap badan air disajikan ada Gambar 3.7, dimana terdapat 1 badan air yang melampaui baku mutu COD untuk badan air Kelas III (> 50 mg/l), yaitu Saluran Jembatan R. Wijaya. Sedangkan badan air lainnya masih di bawah baku mutu COD untuk badan air kelas III. III- 22

24 DO (mg/l) BAB III. KUALITAS AIR Juli Agustus September 2007 S. sadar S. Brangkal Jembatan R. Wijaya Sal. Sinoman Hulu Tanggal Pengambilan Sampel 12 Juni Juli 2008 Sal. Depan Pasar Hew an Sal Benteng Pancasila Kali Cemporat Sal. Jl.Braw ijaya Sal. Jl.Prajurit Kulon Sal. Jl Pemuda Sal. Jl Majapahit Kali Ngrayung Meri DO standar Gambar 3.8. Diagram Hasil Pemantauan DO Badan Air di Kota Mojokerto Tahun Hasil pemantauan DO terhadap badan air disajikan ada Gambar 3.8, secara umum DO badan air ada di Kota Mojokerto berada di atas baku mutu DO untuk badan air Kelas III (DO > 3 mg/l). Hanya saja yang perlu mendapat perhatian adalah DAS. Sadar, Saluran Jl. Benteng Pancasila dan Saluran Jl. Pemuda karena nilai DOnya kurang dari 3 mg/l. III- 23

25 TSS (mg/l) BAB III. KUALITAS AIR Juli Agustus September 2007 S. sadar S. Brangkal Jembatan R. Wijaya Sal. Sinoman Hulu Tanggal Pengambilan Sampel 12 Juni Juli 2008 Sal. Depan Pasar Hewan Sal Benteng Pancasila Kali Cemporat Sal. Jl.Brawijaya Sal. Jl.Prajurit Kulon Sal. Jl Pemuda Sal. Jl Majapahit Kali Ngrayung Meri Gambar 3.9. Diagram Hasil Pemantauan TSS Badan Air di Kota Mojokerto Tahun Hasil pemantauan TSS terhadap badan air disajikan ada Gambar 3.9. Nilai TSS badan air ada di Kota Mojokerto berada di bawah baku mutu TSS untuk badan air Kelas III (TSS < 400 mg/l). III- 24

26 Fecal Coli (MPN/100ml) BAB III. KUALITAS AIR Juli Agustus September 2007 S. sadar S. Brangkal Jembatan R. Wijaya Sal. Sinoman Hulu Tanggal Pengambilan Sampel 12 Juni Juli 2008 Sal. Depan Pasar Hewan Sal Benteng Pancasila Kali Cemporat Sal. Jl.Brawijaya Sal. Jl.Prajurit Kulon Sal. Jl Pemuda Sal. Jl Majapahit Kali Ngrayung Meri Fecal Coli standar Gambar Diagram Hasil Pemantauan Fecal Coli Badan Air di Kota Mojokerto Tahun Hasil pemantauan Fecal Coli terhadap badan air disajikan ada Gambar Pada sebagian besar badan air hasil pengukuran Fecal Coli berada di bawah baku mutu Fecal Coli untuk badan air Kelas III (< 2000 mg/l). Namun terdapat beberapa badan air yang memiliki hasil pengukuran Fecal Coli yang cukup tinggi yaitu Saluran Jembatan Raden Wijaya, DAS. Sadar, Saluran Depan Pasar Hewan, Saluran Jl Benteng Pancasila, Kali Cemporat. Kondisi ini perlu diwaspadai karena hal ini menunjukkan adanya potensi pencemaran akibat pembuangan tinja manusia. III- 25

27 Total Koliform (MPN/100ml) BAB III. KUALITAS AIR Juli Agustus September 2007 S. sadar S. Brangkal Jembatan R. Wijaya Sal. Sinoman Hulu Tanggal Pengambilan Sampel 12 Juni Juli 2008 Sal. Depan Pasar Hewan Sal Benteng Pancasila Kali Cemporat Sal. Jl.Brawijaya Sal. Jl.Prajurit Kulon Sal. Jl Pemuda Sal. Jl Majapahit Kali Ngrayung Meri Total Koliform standar Gambar Diagram Hasil Pemantauan Total Koliform Badan Air di Kota Mojokerto Tahun Hasil pemantauan Total Koliform terhadap badan air disajikan pada Gambar Pada sebagian besar badan air hasil pengukuran Total Koliform berada di bawah baku mutu Total Koliform untuk badan air Kelas III (< mg/l). Namun terdapat beberapa badan air yang memiliki hasil pengukuran Total Koliform yang cukup tinggi yaitu Saluran Jembatan Raden Wijaya, DAS. Sadar, Saluran Sinoman Hulu, Saluran Depan Pasar Hewan, Saluran Jl Benteng Pancasila, Kali Cemporat, Saluran Jl. Prajurit Kulon, dan Saluran Jl.Pemuda. III- 26

28 BAB III. KUALITAS AIR Secara umum hampir sebagian besar kualitas air sungai telah tercemar limbah industri maupun limbah domestik. Hal ini secara tak langsung disebabkan oleh semakin berkembangnya industri dan bertambahnya penduduk Potensi Air tanah Berdasarkan siklus hidrologi, tanah adalah tempat menyimpan cadangan air pada musim hujan, maka penggunaan lahan sesuai dengan fungsinya merupakan langkah penting untuk tetap menjaga tersedianya air secara berkesinambungan. Kondisi hidrogeologi suatu daerah sangat menentukan potensi jumlah maupun mutu air tanah, sehingga batas aman jumlah air tanah yang bisa diambil sangat berbeda dari suatu daerah ke daerah yang lain. Karena itu, perlu ada pembatasan pengambilan air tanah. Kenyataannya, sektor industri dan jasa masih terus mengandalkan air tanah untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga pengambilan air tanah menjadi berlebihan. Belum lagi adanya penggunaan air tanah yang dimanfaatkan penduduk sebagai sumber air bersih dengan membuat sumur gali, sumur bor, dan sumur pompa tangan. Penggunaan air tanah dan jumlah sumur bor yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Pemakaian air tanah yang terus meningkat akan menyebabkan penurunan muka air tanah. Potensi kuantitas air tanah di Kota Mojokerto telah dilakukan dalam studi Potensi Air Bawah Tanah atau dalam Neraca Air Tanah, jumlah air tanah yang masuk meliputi presipitasi dan kembalian penggunaan air sebesar ± ,892 m 3 /tahun sedangkan jumlah air tanah yang hilang meliputi evapotranspirasi, aliran sungai, penggunaan air tanah domestik dan non domestik sebesar ± m 3 /tahun sehingga terdapat cadangan air tanah yang tersimpan sebesar ± m 3 /tahun. Studi Neraca Air Tanah ini tidak dilakukan tiap tahun namun dilakukan tiap 5 tahun sekali. Perhitungan kesetimbangan air yang pernah dilakukan ada 3 sistem, yaitu Climatic System, Surface Water System dan Ground Water System diperoleh seperti Tabel 3.3. Tabel Kesetimbangan Air di Kota Mojokerto Jumlah Kesetimbangan Air No Uraian (m 3 ) 1 Presipitasi Evapotranspirasi ,166 3 Limpasan Permukaan ,23 4 Imbuhan Air Bawah Tanah ,223 5 Penggunaan Air (Domestik dan Non Domestik) Cadangan Air yang Tersimpan Sumber: Laporan Data Base Potensi Air Bawah Tanah Kota Mojokerto 2006 III- 27

29 BAB III. KUALITAS AIR Curah Air Hujan Curah hujan yang turun di Kota Mojokerto sedikit banyak mempengaruhi kondisi air di Kota Mojokerto. Curah hujan di suatu tempat antara lain dipengaruhi ol eh keadaan iklim, keadaan perputaran atau pertemuan arus udara. Oleh karena itu jumlah curah hujan beragam menurut bulan dan letak stasiun pengamat. Curah hujan pada bulan Desember 2007 merupakan curah hujan tertinggi yang terjadi dalam kurun waktu yaitu mencapai 452 mm. Jumlah bulan hujan pada tahun 2008 lebih sedikit dibandingkan pada tahun Data tentang hari hujan dan rata-rata curah hujan tahun disajikan pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Jumlah Curah Hujan dan Hari Hujan Rata-rata Bulanan Kota Mojokerto Tahun Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Bulan Curah Hujan Rata-rata (mm) Hari Hujan Rata-rata (hari) Sumber : Kota Mojokerto Dalam Angka tahun Tekanan Pada bagian ini akan diuraikan tentang faktor penekan terhadap status kualitas dan kuantitas air. Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Mojokerto sebesar 0,72% dengan jumlah penduduk sebesar jiwa pada akhir tahun 2008 (Kota Mojokerto Dalam Angka, 2009) secara tak langsung menyebabkan tekanan terhadap sumber daya air. Sumber daya air di Kota Mojokerto dimanfaatkan oleh penduduk sebagai sumber air bersih baik digunakan oleh penduduk untuk memenuhi kebutuhan domestik sehari-hari dan juga oleh sektor industri. Selain itu dimanfaatkan pula sebagai air irigasi pertanian. Di lain pihak sumber daya air juga dimanfaatkan sebagai badan air penerima limbah dari kegiatan industri ataupun kegiatan domestik yang berpotensi menurunkan kualitas dari badan air tersebut. Penurunan kualitas air dapat disebabkan antara lain oleh : a). Pertumbuhan dan kegiatan penduduk III- 28

30 BAB III. KUALITAS AIR Peningkatan jumlah penduduk dan kegiatan penduduk, akan menyebabkan terjadinya peningkatan kebutuhan air bersih dan meningkatnya volume limbah domestik. b). Perubahan tata ruang Pembangunan yang tidak mengindahkan pola tata ruang kota dan lingkungan akan mengakibatkan terganggunya sumberdaya alam khususnya air. c). Pertumbuhan industri, usaha jasa terutama di pusat kota Kegiatan perubahan lahan dijadikan industri/kegiatan maupun pemukiman dengan cara pemanfaatan/penggunaan lahan juga menjadi salah satu penyebab terganggunya lingkungan dan sumberdaya alam khususnya air. d). Alih fungsi hutan kota dan lahan Kerusakan hutan kota ataupun ruang terbuka hijau menyebabkan terjadinya kerusakan cadangan air serta menyebabkan terjadinya banjir. Sedimentasi sungai akan menyebabkan menyebabkan daya tampung sungai menjadi berkurang sehingga potensi air yang ditampung juga terbatas. e). Penyediaan air Semua jenis kegiatan aktivitas manusia maupun kegiatan lainnya serta pertambahan penduduk akan berkorelasi dengan kebutuhan air dan meningkatnya kebutuhan akan air bersih. f). Pencemaran Air Keberadaan industri, baik industri besar, menengah maupun kecil dan kegiatan pertanian (yang menggunakan pupuk dan pestisida), TPA sampah (yang menghasilkan lindi), bengkel, service kendaraan, kegiatan cuci mobil dan pembuangan oli bekas yang ada di pusat kota di Kota Mojokerto memungkinkan terjadinya pencemaran air Penyediaan Air Bersih Penyediaan air bersih bagi kegiatan sehari-hari penduduk Kota Mojokerto dalam skala rumah tangga maupun industri dikelola oleh PDAM Kota Mojokerto, dengan memanfaatkan sumber air dari sumur dalam berkapasitas 200 liter/detik. Menurut data dari Kantor PDAM Kota Mojokerto, konsumsi air yang telah disalurkan pada tahun 2007 adalah sebesar m 3 untuk memenuhi kebutuhan pelanggan, sedangkan untuk tahun 2008 adalah sebesar m 3 untuk memenuhi kebutuhan pelanggan. Ditilik dari jumlah pelanggannya memang terjadi penurunan, namun dari segi kuantitas air yang dikonsumsi tampak adanya kenaikan yang cukup signifikan. Hal ini tentunya merupakan suatu tekanan tersendiri bagi sumberdaya air di Kota Mojokerto karena tentunya dengan adanya peningkatan konsumsi air bersih akan meningkatkan pula volume air limbah yang dibuang ke lingkungan. Selain disuplai oleh PDAM Kota Mojokerto, penduduk Kota Mojokerto memenuhi kebutuhan air bersihnya dengan memanfaatkan sumber daya air tanah dengan menggunakan sumur pompa tangan dan sumur gali Potensi Pencemaran Air Pencemaran air di daratan terjadi pada air permukaan yang meliputi sungai dan pencemaran air tanah. Sumber pencemaran dapat dikelompokkan menjadi 3 (tiga) yaitu rumah III- 29

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA. Bab II Bab II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang memenuhi hajat hidup orang banyak sehingga perlu dilindungi agar dapat bermanfaat bagi hidup dan kehidupan manusia serta mahkluk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI 3.1 IDENTIFIKASI PERMASALAHAN BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI PELAYANAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP PROVINSI JAWA TENGAH Dalam penyelenggaraan pemerintahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG

5.3. VISI JANGKA MENENGAH KOTA PADANG Misi untuk mewujudkan sumberdaya manusia yang cerdas, sehat, beriman dan berkualitas tinggi merupakan prasyarat mutlak untuk dapat mewujudkan masyarakat yang maju dan sejahtera. Sumberdaya manusia yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto WALIKOTA BOGOR KATA PENGANTAR Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang berkelanjutan perlu didukung data dan informasi lingkungan hidup yang akurat, lengkap dan berkesinambungan. Informasi

Lebih terperinci

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan BAB - VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN 6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan Strategi adalah langkah-langkah berisikan program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi, yang dirumuskan dengan kriterianya

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI

BAB II DESKRIPSI ORGANISASI BAB II DESKRIPSI ORGANISASI 2.1. Sejarah Organisasi Kota Serang terbentuk dan menjadi salah satu Kota di Propinsi Banten berdasarkan Undang-undang Nomor 32 tahun 2007 yang diundangkan pada tanggal 10 bulan

Lebih terperinci

Perencanaan Perjanjian Kinerja

Perencanaan Perjanjian Kinerja Bab II Perencanaan Perjanjian Kinerja Dengan berlakunya Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah, setiap satuan kerja perangkat Daerah, SKPD harus menyusun Rencana

Lebih terperinci

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO

RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO RENCANA PENGELOLAAN SDA DAN LH DAS BARITO Oleh: Firman Dermawan Yuda Kepala Sub Bidang Hutan dan Hasil Hutan Bidang Perencanaan Pengelolaan SDA dan LH I. Gambaran Umum DAS Barito Daerah Aliran Sungai (DAS)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Kerja Dinas Kesehatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Program dan kegiatan pembangunan pada dasarnya disusun untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat sebesarbesarnya yang diukur berdasarkan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan

BAB I PENDAHULUAN Tujuan Penulisan Laporan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tujuan Penulisan Laporan Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan (the United Nations Conference on Environment and Development UNCED) di Rio

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU ISU STRATEGIS 4.1 Permasalahan Pembangunan Capaian kinerja yang diperoleh, masih menyisakan permasalahan dan tantangan. Munculnya berbagai permasalahan daerah serta diikuti masih banyaknya

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG. Nomor 1 Tahun 2009 LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 1 Tahun 2009 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 1 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2009-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a. bahwa air tanah mempunyai

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh:

KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: KEBIJAKAN DAN PENANGANAN PENYELENGGARAAN AIR MINUM PROVINSI BANTEN Oleh: R.D Ambarwati, ST.MT. Definisi Air Minum menurut MDG s adalah air minum perpipaan dan air minum non perpipaan terlindung yang berasal

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi Terwujudnya Masyarakat Bengkulu Utara yang Mandiri, Maju, dan Bermartabat Visi pembangunan Kabupaten Bengkulu Utara Tahun 2011-2016 tersebut di atas sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI

BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI BAB 04 STRATEGI PEMBANGUNAN SANITASI Pada bab ini akan dibahas mengenai strategi pengembangan sanitasi di Kota Bandung, didasarkan pada analisis Strength Weakness Opportunity Threat (SWOT) yang telah dilakukan.

Lebih terperinci

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU

BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU SALINAN BUPATI LANDAK PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PERLINDUNGAN SUMBER AIR BAKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH RANCANGAN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS

BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS BAB III ANALISIS ISU STRATEGIS 3.1 Identifikasi Faktor Lingkungan Berdasarkan Kondisi Saat Ini sebagaimana tercantum dalam BAB II maka dapat diidentifikasi faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap

Lebih terperinci

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah;

bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Air Tanah; LEMBARAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b. WALIKOTA SALATIGA, bahwa

Lebih terperinci

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN

BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA DAN KELOMPOK SASARAN 5.. Rencana Program dan Kegiatan Program adalah Instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh instansi

Lebih terperinci

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH - 125 - BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Tujuan dan sasaran yang telah dirumuskan untuk mencapai Visi dan Misi selanjutnya dipertegas melalui strategi pembangunan daerah yang akan

Lebih terperinci

PERENCANAAN PERLINDUNGAN

PERENCANAAN PERLINDUNGAN PERENCANAAN PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP UU No 32 tahun 2009 TUJUAN melindungi wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dari pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup menjamin keselamatan,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 VISI Dalam periode Tahun 2013-2018, Visi Pembangunan adalah Terwujudnya yang Sejahtera, Berkeadilan, Mandiri, Berwawasan Lingkungan dan Berakhlak Mulia. Sehingga

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam 11 PENDAHULUAN Latar Belakang Hutan, termasuk hutan tanaman, bukan hanya sekumpulan individu pohon, namun merupakan suatu komunitas (masyarakat) tumbuhan (vegetasi) yang kompleks yang terdiri dari pohon,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN TABEL 6.1 STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi : Terwujudnya pemerintahan yang baik dan bersih menuju maju dan sejahtera Misi I : Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang profesional, transparan, akuntabel

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR : 03 TAHUN 2010 PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANGERANG NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PENGELOLAAN SUNGAI DAN DRAINASE DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM

BAB IV GAMBARAN UMUM BAB IV GAMBARAN UMUM A. Kondisi Geografis dan Kondisi Alam 1. Letak dan Batas Wilayah Provinsi Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi yang ada di pulau Jawa, letaknya diapit oleh dua provinsi besar

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal.

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1. Visi 2017 adalah : Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013- ACEH TAMIANG SEJAHTERA DAN MADANI MELALUI PENINGKATAN PRASARANA DAN SARANA

Lebih terperinci

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG

GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR : 10 TAHUN 2012 TENTANG PEMBANGUNAN AIR MINUM DAN PENYEHATAN LINGKUNGAN BERBASIS MASYARAKAT DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR DENGAN

Lebih terperinci

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015

REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 REVISI PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2015 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Jabatan : Tgk.

Lebih terperinci

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA

PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA PENGELOLAAN DAN KELESTARIAN KEBERADAAN SUMBER AIR SEBAGAI SALAH SATU UNSUR PENTING KEBUTUHAN MANUSIA Disampaikan dalam Kegiatan Pengabdian Pada Masyarakat (PPM) Dosen: PELATIHAN DAN SOSIALISASI PEMBUATAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam kerangka pembangunan nasional, pembangunan daerah merupakan bagian yang terintegrasi. Pembangunan daerah sangat menentukan keberhasilan pembangunan nasional secara

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI

BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI BAB II KEBIJAKAN DAN STRATEGI Jawa Barat Bagian Utara memiliki banyak potensi baik dari aspek spasial maupun non-spasialnya. Beberapa potensi wilayah Jawa Barat bagian utara yang berhasil diidentifikasi

Lebih terperinci

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.4. Tabel Keterkaitan Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran TABEL KETERKAITAN VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi : Terwujudnya Kabupaten Grobogan sebagai daerah industri dan perdagangan yang berbasis pertanian,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DAFTAR ISI BAB I KETENTUAN UMUM... 2 BAB II LANDASAN PENGELOLAAN AIR TANAH... 3 Bagian Kesatu Umum... 3 Bagian Kedua Kebijakan

Lebih terperinci

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH

BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 VISI KABUPATEN BENGKULU TENGAH Bengkulu Tengah yang Lebih Maju, Sejahtera, Demokratis, Berkeadilan, Damai dan Agamis 1. Maju, yang diukur dengan : (a) meningkatnya investasi;

Lebih terperinci

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban

1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban 1. Mewujudkan tata pemerintahan yang amanah didukung oleh aparatur pemerintah yang profesional dan berkompeten. 2. Mewujudkan keamanan dan ketertiban masyarakat serta kehidupan politik yang demokratis.

Lebih terperinci

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN

Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo TUJUAN SASARAN STRATEGI ARAH KEBIJAKAN Tabel 6.1 Strategi, Arah dan Kebijakan Kabupaten Ponorogo VISI : PONOROGO LEBIH MAJU, BERBUDAYA DAN RELIGIUS MISI I : Membentuk budaya keteladanan pemimpin yang efektif, guna mengembangkan manajemen pemerintahan

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2008 TENTANG AIR TANAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 10, Pasal

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN - 115 - BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Visi dan Misi, Tujuan dan Sasaran perlu dipertegas dengan upaya atau cara untuk mencapainya melalui strategi pembangunan daerah dan arah kebijakan yang diambil

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi pembangunan daerah dirumuskan untuk menjalankan misi guna mendukung terwujudnya visi yang harapkan yaitu Menuju Surabaya Lebih Baik maka strategi dasar pembangunan

Lebih terperinci

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008

STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 LAPORAN STATUS LINGKUNGAN HIDUP KOTA DENPASAR TAHUN 2008 DITERBITKAN DESEMBER 2008 DATA OKTOBER 2007 SEPTEMBER 2008 PEMERINTAH KOTA DENPASAR PROVINSI BALI KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadapan

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU

WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU SALINAN WALIKOTA BATU PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 49 TAHUN 2013 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI KANTOR LINGKUNGAN HIDUP KOTA BATU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO,

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO, BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGELOLAAN AIR TANAH BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa pengaturan Air Tanah dimaksudkan untuk memelihara kelestarian

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT TAHUN

Lebih terperinci

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA

BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA BAGIAN ORGANISASI DAN KEPEGAWAIAN SETDA KOTA LANGSA PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 Dalam rangka mewujudkan manajemen pemerintah yang efektif, transparan, akuntabel dan berorientasi pada hasil, yang bertanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Strategi kebijakan pelaksanaan pengendalian lingkungan sehat diarahkan untuk mendorong peran dan membangun komitmen yang menjadi bagian integral dalam pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 -

IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI. Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37 - IV. GAMBARAN UMUM KOTA DUMAI 4.1 Kondisi Geografis Kota Dumai merupakan salah satu dari 12 kabupaten/kota di Provinsi Riau. Ditinjau dari letak geografis, Kota Dumai terletak antara 101 o 23'37-101 o 8'13

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di berbagai kota di Indonesia, baik kota besar maupun kota kecil dan sekitarnya pembangunan fisik berlangsung dengan pesat. Hal ini di dorong oleh adanya pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2012-2032 DISEBARLUASKAN OLEH : SEKRETARIAT DEWAN SUMBER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dimilikinya selain faktor-faktor penentu lain yang berasal dari luar. Hal ini BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aliran permukaan adalah air yang mengalir di atas permukaan. Aliran permukaan sendiri memiliki peranan penting dalam menentukan kualitas air yang dimilikinya selain

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2016 NOMOR 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 28 TAHUN 2010 TENTANG IRIGASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mendukung keberhasilan pembangunan pertanian yang

Lebih terperinci

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika pembangunan yang berjalan pesat memberikan dampak tersendiri bagi kelestarian lingkungan hidup Indonesia, khususnya keanekaragaman hayati, luasan hutan dan

Lebih terperinci

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH

BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Pada bab ini akan disampaikan seluruh program dalam RPJMD 2013-2017 baik yang bersifat Program Unggulan maupun program dalam rangka penyelenggaraan Standar Pelayanan

Lebih terperinci

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950);

1. Undang-undang Nomor 11 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Barat (Berita Negara tanggal 4 Juli Tahun 1950); PERATURAN DAERAH PROPINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2001 TENTANG POLA INDUK PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI JAWA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT Menimbang : a. bahwa sumber daya

Lebih terperinci

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR TABEL Daftar Tabel... i BAB I. KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN Tabel SD-1. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan/Tutupan Lahan. l 1 Tabel SD-1A. Perubahan Luas Wilayah

Lebih terperinci

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET

PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET PERJANJIAN KINERJA TAHUN 2016 KABUPATEN BONE BOLANGO NO SASARAN STRATEGIS INDIKATOR KINERJA TARGET 1. Optimalisasi peran dan fungsi Persentase produk hukum kelembagaan pemerintah daerah daerah ditindaklanjuti

Lebih terperinci

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN

BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN BAB VIII INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN PENDANAAN Upaya untuk mewujudkan tujuan, sasaran, strategi dan arah kebijakan dari setiap misi daerah Kabupaten Sumba Barat

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011

BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 BAB II GAMBARAN UMUM RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA SAMARINDA TAHUN 2011 A. Isu Strategis Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kota Samarinda Tahun 2011 merupakan suatu dokumen perencanaan daerah

Lebih terperinci

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA

BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA DAFTAR ISI Kata Pengantar... i Daftar Isi... iii Daftar Tabel... vi Daftar Gambar... ix Daftar Grafik... xi BAB I KONDISI LINGKUNGAN HIDUP DAN KECENDERUNGANNYA A. LAHAN DAN HUTAN... Bab I 1 A.1. SUMBER

Lebih terperinci

BAB III OBYEK LAPORAN KKL. 3.1 Gambaran Umum Puskesmas Cimahi Utara Keadaan Geografis Puskesmas Cimahi Utara

BAB III OBYEK LAPORAN KKL. 3.1 Gambaran Umum Puskesmas Cimahi Utara Keadaan Geografis Puskesmas Cimahi Utara BAB III OBYEK LAPORAN KKL 3.1 Gambaran Umum Puskesmas Cimahi Utara 3.1.1 Keadaan Geografis Puskesmas Cimahi Utara Puskesmas Cimahi Utara berada di Kecamatan Cimahi Utara, Kota Cimahi dan mendapat curah

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1

DAFTAR ISI. Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 DAFTAR ISI A. SUMBER DAYA ALAM Tabel SD-1 Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan Utama... 1 Tabel SD-2 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsi/Status... 1 Tabel SD-3 Luas Kawasan Lindung berdasarkan RTRW dan

Lebih terperinci

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO

VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO 1 VISI DAN MISI H. ARSYADJULIANDI RACHMAN H. SUYATNO V I S I Riau Yang Lebih Maju, Berdaya Saing, Berbudaya Melayu, Berintegritas dan Berwawasan Lingkungan Untuk Masyarakat yang Sejahtera serta Berkeadilan

Lebih terperinci

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR

- 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR - 1 - PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR TAHUN 2011 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DI PROVINSI JAWA TIMUR I. UMUM Air merupakan karunia Tuhan sebagai salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN WALIKOTA BOGOR NOMOR : 08 Tahun 2015 TANGGAL : 22 Juni 2015 TENTANG : RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KOTA BOGOR TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemerintah Kota

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan per Kecamatan/ Kelurahan (Ha)... 3 II. KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA... 4

DAFTAR ISI. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan per Kecamatan/ Kelurahan (Ha)... 3 II. KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA... 4 DAFTAR ISI I. KEADAAN GEOGRAFIS... Tabel. Letak Geografis Tahun 2007... Tabel 2. Banyaknya Dusun /Lingkungan, RW dan RT Kec/ Kelurahan... 2 Tabel 3. Luas Wilayah Menurut Penggunaan Lahan per Kecamatan/

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PENETAPAN DAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN PANGAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional

Bab II. Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG Tinjauan Penataan Ruang Nasional Bab II Tujuan, Kebijakan, dan Strategi 2.1 TUJUAN PENATAAN RUANG 2.1.1 Tinjauan Penataan Ruang Nasional Tujuan Umum Penataan Ruang; sesuai dengan amanah UU Penataan Ruang No. 26 Tahun 2007 tujuan penataan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang

I. PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu permasalahan yang dihadapi negara yang sedang berkembang adalah pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Pertumbuhan penduduk mengakibatkan terjadinya peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN BAB IV PRIORITAS DAN SASARAN PEMBANGUNAN Prioritas dan sasaran merupakan penetapan target atau hasil yang diharapkan dari program dan kegiatan yang direncanakan, terintegrasi, dan konsisten terhadap pencapaian

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN URUSAN WAJIB LINGKUNGAN HIDUP 4.1. Visi dan Misi 4.1.1. Visi Bertitik tolak dari dasar filosofi pembangunan daerah Daerah Istimewa Yogyakarta,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1984 TENTANG PENYELENGGARAAN BANTUAN PEMBANGUNAN KEPADA PROPINSI DAERAH TINGKAT I, KABUPATEN/ KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II, DAN DESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci