BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
|
|
- Farida Sutedja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia maupun secara alami jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan bumi semakin panas. Panas yang terjadi mengakibatkan terjadinya perubahan iklim global. Pencairan es dikutub utara sebagai awal terjadinya peningkatan tinggi permukaan laut sehingga jika dibiarkan, luas permukaan bumi akan berkurang dari waktu ke waktu. Dampak lain dari pemanasan global berupa terjadinya bencana alam seperti : perubahan siklus udara dan air, yang bisa mengganggu keberadaan manusia dimuka bumi. Untuk mengurangi laju kecepatan perubahan iklim global dapat dilakukan dengan mengurangi sumber emisi GRK, terutama yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan mengurangi penyebab pelepasan GRK yang tersimpan secara alami di alam, seperti halnya Clorathidrat yang tersimpan di pegunungan es dalam jumlah giga ton sehingga menjadi terlepas ke atmosfer. Untuk mengurangi laju kecepatan perubahan iklim ini tidak dapat dilakukan oleh sebagian manusia yang menghuni permukaan bumi, melainkan harus oleh seluruh penduduk yang menghuni belahan bumi manapun. Untuk itu sebagai bentuk kepedulian dunia terhadap perubahan iklim ini maka pada pertemuan Komisi Tingkat Tinggi ke 20 disepakati untuk mengurangi emisi yang diakibatkan oleh aktivitas manusia dengan menurunkan emisi dari sumbernya. Pada pertemuan tersebut Indonesia berkomitmen untuk menurunkan emisi sebesar 26 % dengan kemampuan sendiri dan 41 % dengan bantuan pihak luar. Tindak lanjut dari komitmen Indonesia tersebut ditindaklanjuti dengan gerakan Rencana Aksi Nasional Penurunan Gas Rumah Kaca (RAN GRK), pada 1
2 tahun 2011 keluar Peraturan Presiden no.61 tahun 2011 memberi panduan bagi daerah untuk menindaklanjuti penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Gas Rumah Kaca (RAD GRK). RAN GRK maupun RAD GRK merupakan penjabaran komitmen kepada kegiatan konkrit secara nasional maupun daerah melalui 5 sektor yang berpotensi sebagai sumber emisi yakni : kehutanan, pertanian, industry, Energi dan pengelolaan limbah. Penyusunan RAD GRK mengutamakan pelaksanaan pembangunan ekonomi dengan target mampu menurunkan emisi Karbon disetiap sektor tanpa mengganggu dari arah pembangunan itu sendiri. Paradigma yang digunakan dalam pembangunan rendah karbon adalah pembangunan berkelanjutan berdasarkan pendekatan cross sektoral serta mengutamakan kebijakan dan kegiatan mitigasi perubahan iklim ke dalam perencanaan pembangunan daerah. Provinsi Jambi dengan bentang alam yang terdiri dari dataran tinggi, rendah serta lahan gambut, dengan kondisi ini memiliki potensi sebagai penyimpan Karbon (Stok Karbon) maupun sebagai penghasil Karbon (Emitter Karbon). Aktivitas perekonomian masyarakat Jambi juga menjadi peluang sebagai sumber emisi Karbon, dominasi sektor perkebunan, pertanian dapat mempengaruhi alih fungsi lahan hutan menjadi sub sektor tersebut, tata guna lahan dan perubahan tata guna lahan menjadi penyebab utama emisi karbon di Negara-negaraberkembang. Aktivitas pemukiman, sektor industry menghasilkan limbah cair, padat, maupun gas. Semua limbah tersebut berpotensi sebagai penghasil emisi Karbon. Penghitungan semua aktivitas perekonomian pada setiap sektor yang menghasilkan emisi Karbon akan menentukan perhitungan mitigasi yang akan diambil. Kegiatan mitigasi ini selanjutnya akan dijabarkan kedalam Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi. Pada tahun 2015 melalui kegiatan mitigasi perubahan iklim maka diadakan kegiatan untuk menunjang implementasi RAD GRK di Provinsi Jambi. Kegiatan yang di lakukan adalah untuk 2
3 mengkoordinir pelaksanaan mitigasi, dan penghitungan besaran emisi khusus untuk sektor limbah Tujuan Tujuan umum kegiatan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim adalah: 1. Melaksanakan koordinasi dengan instansi terkait untuk pembentukan kelembagaan/sekretariat Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) di 11 kabupaten /kota. 2. Melaksanakan sosialisasi / aksi mitigasi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) di 4 kabupaten /kota. 3. Melaksanakan Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK) di 11 kabupaten/kota. 4. Melaksanakan FGD Perubahan Iklim sebanyak 3 kali. 1.3.Manfaat Manfaat dari pelaksanaan kegiatan ini adalah : 1. Terlaksananya pembentukkan kelembagaan/sekretariat Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK)di 11 kabupaten /kota. 2. Tersosialisasinya dan terlaksananya aksi mitigasi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK)di 4 kabupaten /kota. 3. Tersedianya data Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK)di 11 kabupaten /kota. 4. Terlaksananya FGD Perubahan Iklimsebanyak 3 kali. 3
4 BAB II INPUT KEGIATAN 2.1. Waktu Pelaksanaan Kegiatan ini dilaksanakan selama jangka waktu 1 (satu) tahun anggaran terhitung dari tanggal 1 Januari s/d 31 Desember Lokasi Kegiatan Lokasi kegiatan tersebar di Kabupaten/Kota dalam Provinsi Jambi 2.3 Target Target kegiatan Pengendalian Dampak Perubahan Iklim a) Terlaksananya pembentukkan kelembagaan/sekretariat Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK)di 11 kabupaten /kota. b) Tersosialisasinya dan terlaksananya aksi mitigasi Gas Rumah Kaca (RAD-GRK)di 4 kabupaten /kota. c) Tersedianya data Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD-GRK)di 11 kabupaten /kota. d) Terlaksananya FGD Perubahan Iklimsebanyak 3 kali. 2.4 Tim Pelaksana Tim pelaksana kegiatan adalah aparatur pemerintah di lingkungan Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jambi. 2.5 Anggaran Sumber dana atau anggaran berasal dari Dana Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jambi Tahun Anggaran 2015 sebesar Rp ,- (dua ratus lima puluh enam juta seratus delapan puluh dua ribu rupiah) 4
5 BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1. Koordinasi Pembentukkan Kelembagaan/ Sekretariat RAD GRK Koordinasi pembentukkan kelembagaan/sekretariat RAD GRKdilakukan di 11 kabupate/kota. Kegiatan ini dimulai dengan berkoordinasi dengan Bappeda Provinsi Jambi. Langkah selanjutnya adalah mengaktifkan Pokja RAD GRK Provinsi Jambi, yakni Pokja Limbah yang dikoordinir oleh BLHD, Pokja Berbasis Lahan yang dikoordinir oleh Dinas Kehutanan dan terdiri dari anggota Dinas Perkebunan dan Dinas Pertanian, serta Pokja Energi yang terdiri dari Dinas ESDM dan Dinas Perhubungan. Setiap pokja membuat perhitungan sendiri dengan berkoordinasi dengan SKPD terkait dengan kabupaten/kota. Melalui peningkatan koordinasi sekretariat ini dapat dilakukan perbaikan Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAD GRK Provinsi Jambi. Pada tahun 2015 ini, telah terbentuk kelembagaan/ sekretariat RAD GRK sebagai berikut : No Kabupaten /Kota Status Pembentukkan Sekretariat RAD GRK SK.Bupati/walikota Pokja RAD GRK Dok.RAD GRK 1. Kerinci Ada Ada Proses 2. Sungai penuh Proses Proses Proses 3. Bungo Tebo Merangin SK 108/Bappeda/2015 tentang Tim Koordinasi dan Pokja Penyusunan RAD GRK SK no 151/Bappeda/2015 tentang pembentukkan tim pelaksanan penyusunan RAD GRK 6. Sarolangun Batanghari Muaro Jambi Ada Ada Proses 9. Tanjabtim
6 10. Tanjabbar Kota Jambi Tabel 3.1. kelembagaan/ sekretariat RAD GRK 3.2. Sosialisasi / Aksi Mitigasi Dampak Perubahan Iklim Sosialisasi / Aksi Mitigasi Dampak Perubahan Iklim dilakukan pada sekolah dasar di 4 kabupaten/kota yaitu Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh, Kabupaten Muaro Jambi dan Kabupaten Batang Hari. Materi sosialisasi adalah emisi gas rumah kaca dan bahan perusak ozon serta dampak terhadap lingkungan. Sosialisasi kepada dunia usaha terutama industri Crude Palm Oil (CPO) yang menimbulkan emisi GRK dilaksanakan di PT.Dasa Anugrah Sejahtera (DAS). Alasan memilih industri CPO karena limbah cair CPO merupakan sumber emisi gas methan yang cukup besar di Provinsi Jambi dibanding industri lainnya. Besaran emisi gas methan dari industri CPO adalah 182 juta tonmethan M 3 atau 4,3 milyar CO 2. Antisipasi yang dapat dilakukan oleh dunia usaha adalah melakukan penangkapan gas methan (methan capture) dan mengubahnya menjadi energi listrik sebesar MW. Untuk menunjang pembiayaan penangkapan gas methan maka Millenium Compact Account for Indonesai (MCAI) diundang sebagai narasumber untuk mendanai pembangunan pembangkit tenaga listrik dari gas methan. MCAI adalah sumber pembiayaan dari pemerintah Amerika Serikat yang bertujuan untuk membangun kesejahteraan hijau (Green Prosperity) bagi negara negara berkembang Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAD GRK Sektor Limbah Emisi dan Mitigasi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Jumlah penduduk sangat mempengaruhi jumlah emisi gas rumah kaca disuatu wilayah. Provinsi Jambi termasuk provinsi yang sedang tumbuh dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Peningkatan jumlah penduduk meningkatkan jumlah limbah yang pada akhirnya menambah jumlah emisi gas CO 2 dan Methan (CH 4 ).Pengukuran dilakukan 6
7 dengan metode Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan (PEP) terhadap penurunan emisi GRK di Provinsi Jambi melalui identifikasi kegiatan-kegiatan yang menurunkan emisi disetiap SKPD terkait di seluruh kabupaten /kota. Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat dibedakan 2 kegiatan yang dapat menurunkan emisi secara langsung maupun tidak langsung. Penurunan emisi secara langsung dilakukan melalui kegiatan inti, berupa pembangunan Tempat Pengolahan Akhir (TPA) untuk limbah kota/kabupaten. Tipe pengelolaan langsung ini dengan meningkatkan TPA open dumping menjadi TPA sanitari landfill. Untuk mengetahui tingkat penurunan emisi pertahun dari tahun 2013 sampai 2015 dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.2. Penurunan Emisi GRK Tahun 2013 Bidang Pengelolaan Limbah Kegiatan Mitigasi Jumlah Aksi Mitigasi 2013 Emisi BAU (Tco2e) Penurunan Emisi (ton CO2e) Kegiatan Inti , ,30 Terjadi penurunan sebesar 1.505,30 CO 2 e dari emisi BAU sebesar 3.901,66 Ton CO 2 e Dengan persentase sebesar 38,58 % dengan 9 aksi mitigasi. Tabel 3.3. Penurunan Emisi GRK Tahun 2014 Bidang Kegiatan Mitigasi Jumlah Aksi Mitigasi 2014 Emisi BAU (Tco2e) Penurunan Emisi (ton CO2e) Pengelolaan Limbah Kegiatan Inti ,3 (-2.758,1) Terjadi penurunan sebesar (-2.758,1) CO 2 e dari emisi BAU sebesar 919,3 Ton CO 2 e Dengan persentase sebesar 0 % dengan 16 aksi mitigasi. Penurunan emisi bernilai negative (-) dikarenakan aksi mitigasi belum 7
8 dilakukan penangkapan gas metan CH4. Nilai negative (-) akan berubah menjadi positif (+) apabila telah dilakukan penangkapan gas metan. Tabel 3.4. Penurunan Emisi GRK Tahun 2015 Bidang Kegiatan Mitigasi Jumlah Aksi Mitigasi 2015 Emisi BAU (Tco2e) Penurunan Emisi (ton CO2e) Pengelolaan Limbah Kegiatan Inti (- 322,16) Terjadi penurunan sebesar (-322,1) CO 2 e dari emisi BAU sebesar 21,5 Ton CO 2 e Dengan persentase sebesar 0 % dengan 7 aksi mitigasi. Penurunan emisi bernilai negative (-) dikarenakan aksi mitigasi belum dilakukan penangkapan gas metan CH4. Nilai negative (-) akan berubah menjadi positif (+) apabila telah dilakukan penangkapan gas metan Jenis Kegiatan Mitigasi di Provinsi Jambi Kegiatan yang menurunkan emisi GRK di Provinsi Jambi mayoritas dalam bentuk peningkatan TPA dan pembuatan IPAL komunal dan pembuatan MCK sanimas. Sumber dana yang digunakan berasal dari APBN dan APBD kabupaten/kota. Untuk melihat bentuk kegiatan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5 dibawah ini : 8
9 Tabel 3.5. Kegiatan Mitigasi GRK Provinsi Jambi Tahun 2013 Kode RAD Aksi Mitigasi LPJ/LAKIP /Dokume n Pelaporan Lain Kategori Kegiatan Pelaksana/ Penanggun g Jawab Lokasi Kab/Kota/Kec /Des Pelaksana Target Realisasi Jumlah Unit Satuan Jumlah Unit Satuan % Emisi BAU (Tco2e) Emisi GRK Penurunan Emisi (Tco2e) 1 2a 2b 2c 3 4 5a1 5a2 5b1 5b2 5c TPS 3R TPS 3R Inti TPS 3R TPS 3R Inti TPS 3R TPS 3R Inti TPS 3R TPS 3R Inti Inti BLHD/ Kebersihan BLHD/ Kebersihan BLHD/ Kebersihan BLHD/ Kebersihan DPU Kab. Merangin 42,88 Kab. Tebo 428,55 Kab. Batanghari Kota Sungai Penuh Kab. Kerinci 428,55 85,76 Jumlah sampah Ton/ Thn Jumlah sampah Ton/ Thn Jumlah sampah Ton/ Thn Jumlah sampah Ton/ Thn 42,88 428,55 428,55 85,76 Jumlah sampah Ton/ Thn Jumlah sampah Ton/ Thn Jumlah sampah Ton/ Thn Jumlah sampah Ton/ Thn 1000 KK 1000 KK Inti DPU Kab. Bungo 400 KK 400 KK Inti DPU Kab. Tebo 500 KK 500 KK Inti Inti DPU DPU Kab. Muaro Jambi Kota Sungai Penuh 280 KK 280 KK 231 KK 231 KK 1.684, , ,5 JUMLAH 3.901, ,30 0 9
10 Tabel 3.6. Kegiatan Mitigasi GRK Provinsi Jambi Tahun 2014 Aksi Mitigasi Lokasi Pelaksana Kode RAD LPJ/LAKIP /Dokume n Pelaporan Lain Kategori Kegiatan Pelaksana/ Penanggung Jawab Kab/Kota/Kec /Des Jumlah Unit Satuan Realisasi Jumlah Unit Satuan % Emisi BAU (Tco2e) Emisi GRK Penurunan Emisi (Tco2e) 1 2a 2b 2c 3 4 5a1 5a2 5b1 5b2 5c Inti DPU Kerinci 4 Unit 4 Unit Inti DPU Bungo 2 Unit 2 Unit Inti DPU Tebo 3 Unit 3 Unit Inti DPU Muaro Jambi 4 Jumlah 4 Jumlah Inti DPU Sungai Penuh 3 Jumlah 3 Jumlah 919,3 (-2.758,1) JUMLAH 919,3 (-2.758,1) 10
11 Tabel 3.7. Kegiatan Mitigasi GRK Provinsi Jambi Tahun 2015 Aksi Mitigasi Lokasi Pelaksana Kode RAD LPJ/LAKIP/D okumen Pelaporan Lain Kategori Kegiatan Pelaksana an/ Penanggu ng Jawab Kab/Kota/Kec /Des Realisasi Jumlah Unit Satuan Jumlah Unit Satuan % Emisi BAU (Tco2e) Emisi GRK Penurunan Emisi (Tco2e) 1 2a 2b 2c 3 4 5a1 5a2 5b1 5b2 5c Inti DPU Kab. Kerinci 200 KK Tertangani 200 KK Tertangani Inti Inti Inti Inti Inti Inti DPU DPU DPU DPU DPU DPU Kab. Muaro Jambi Kab. Muaro Jambi Kab. Muaro Jambi Kab. Muaro Jambi Kab. Muaro Jambi Kab. Muaro Jambi 40 KK Tertangani 40 KK Tertangani 50 KK Tertangani 50 KK Tertangani 40 KK Tertangani 40 KK Tertangani 50 KK Tertangani 50 KK Tertangani 40 KK Tertangani 40 KK Tertangani 40 KK Tertangani 40 KK Tertangani 21.5 (-322,16) JUMLAH 21.5 (-322,16) 11
12 Dapat dilihat dari tabel diatas terdapat aksi mitigasi yang penurunan emisinya bernilai negatif (-). Hal ini dikarenakan jenis aksi mitigasi limban cair berupa pembangunan sanimas/ belum melakukan penangkapan gas metan (CH4) pada sumber emisi. Dalam artian pembangunan sarana prasarana sanimas/ yang dilakukan pihak pemerintah atau swasta hanya sebatas untuk sanitasi lingkungan dan estetika lingkungan, belum melakukan pembangunan yang berbasis pengendallian dampak perubahan iklim berupa pengurangan emisi gas rumah kaca. Untuk itu diharapkan kepada pihak terkait untuk kedepannya merencanakan pembangunan yang berbasis penurunan emisi gas rumah kaca Pelaksanaan Sosialisasi Sistem Inventarisasi GRK dengan Aplikasi SIGNSMART di Provinsi Jambi Kenaikan suhu bumi merupakan dampak dari pemanasan global akibat peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) yang memerangkap panas. Kenaikan suhu tersebut mengakibatkan perubahan iklim. Tiga GRK utama yaitu CO 2, CH 4, dan N 2 O. Peraturan Presiden Nomor 71 tahun 2011 tentang Penyelenggaran Inventarisasi GRK Nasional mengamanatkan untuk menginventarisasi GRK di tiap Provinsi. Inventarisasi GRK secara berkala diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk mengukur pencapaian penurunan emisi GRK dari berbagai aksi kegiatan mitigasi perubahan iklim di Indonesi dalam pencapaian ketahanan iklim dan keberlanjutan pembangunan nasional. Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan telah membuat aplikasi SIGN SMART (Sistem Inventarisasi Gas Rumah Kaca Nasional Sederhana, Mudah, Akurat, Ringkas dan Transparan) untuk memperkecil resiko human error dalam pelaksanaan inventarisasi, kuantitas dan kualitas data yang beragam, ketidakberlanjutan dan penyebaran data yang perlu dikumpulkan. Aplikasi ini bersifat on line sehingga bisa terpantau langsung oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. 12
13 Total Emisi GRK Provinsi Jambi dengan metode perhitungan menggunakan aplikasi SIGNSmart Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dapat dilihat pada Tabel dan diagram dibawah ini : Tabel 3.8. Total Emisi (Ton CO2) tahun Tahun Sektor Total Emisi ( Ton CO2) 2013 Limbah Pertanian Lahan Jumlah Limbah Pertanian Jumlah Gambar 3.1 Emisi dari Semua Sektor Sampai Tahun 2014 Kabupaten/ Kota yang telah memasukan data pada aplikasi SIGN Smart adalah sebagai berikut : 1. Kota Jambi 2. Batang Hari 3. Kerinci 13
14 4. Kerinci 5. Tebo 6. Tanjab Barat 7. Sungai Penuh 3.4. Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD) Kegiatan ini dilakukan sebanyak 3 kali yaitu ; 1. FGD sosialisasi hasil kegiatan PEP tahun Jumlah penduduk sangat mempengaruhi jumlah emisi gas rumah kaca di suatu wilayah.provinsi Jambi termasuk provinsi yang sedang tumbuh dengan jumlah pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi. Peningkatan jumlah penduduk meningkatkan jumlah limbah yang pada akhirnya menambah jumlah emisi gas CO 2 dan Methan (CH 4 ). Pengukuran dilakukan dengan metode Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan (PEP) terhadap penurunan emisi GRK di Provinsi Jambi melalui identifikasi kegiatan-kegiatan yang menurunkan emisi di setiap SKPD terkait di seluruh kabupaten /kota. Berdasarkan hasil perhitungan maka dapat dibedakan 2 kegiatan yang dapat menurunkan emisi secara langsung maupun tidak langsung. Penurunan emisi secara langsung dilakukan melalui kegiatan inti, berupa pembangunan Tempat Pengolahan Akhir (TPA) untuk limbah kota/kabupaten. Tipe pengelolaan langsung ini dengan meningkatkan TPA open dumping menjadi TPA sanitari landfill. Untuk mengetahui tingkat penurunan emisi pertahun dari tahun 2010 sampai 2012 dapat dilihat pada tabel berikut : 14
15 Tabel 3.9. Penurunan Emisi GRK Tahun 2010 Bidang Pengelolaan Limbah Kegiatan Mitigasi Jumlah Aksi Mitigasi Kegiatan Inti 16 Kegiatan Pendukung Anggaran (Rp) Penurunan Emisi (ton CO2e) Tabel Penurunan Emisi GRK Tahun 2011 Bidang Pengelolaan Limbah Kegiatan Mitigasi Jumlah Aksi Mitigasi Kegiatan Inti 21 Kegiatan Pendukung 2011 Anggaran (Rp) Penurunan Emisi (ton CO2e) Tabel Penurunan Emisi GRK Tahun 2012 Bidang Pengelolaan Limbah Kegiatan Mitigasi Jumlah Aksi Mitigasi 2012 Anggaran (Rp) Penurunan Emisi (ton CO2e) Kegiatan Inti Kegiatan Pendukung Berdasarkan ketiga tabel tersebut dapat dilihat bahwa penuranan emisi mengalami tren penurunan. Penurunan terbesar terjadi pada tahun Seluruh kegiatan tersebut dapat menurunkan emisi dari baseline Business As Ussual (BAU). Penurunan emisi dapat pada baseline data berikut : 15
16 Tabel Business As Ussual dan Mitigasi GRK Provinsi Jambi Tahun Tahun BAU Mitigasi Penurunan ton eco2 % ,0% ,3% ,3% ,6% ,7% ,8% ,8% ,9% ,9% ,9% ,9% Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa penurunan emisi sampai tahun 2012 adalah 0,3 % atau sebesar ton CO 2 eq. penurunan emisi juga disajikan dalam bentuk grafik dibawah ini : Gambar 3.2. Grafik Penurunan Emisi GRK Provinsi Jambi 600, , ,000 BAU Mitigasi 450, , Pemantauan Bahan Perusak Ozon 16
17 Kegiatan ini dilakukan melalui koordinasi dengan distributor BPO Provinsi dan mengiventaris distributor sampai ke kabupaten/kota. Melalui kegiatan ini maka akan terhitung jumlah BPO yang digunakan di Provinsi Jambi serta pengguna /konsumen BPO. Dengan diketahui jumlah yang terpakai di Provinsi Jambi maka dapat diketahui jumlah yang berasal BPO dengan mengkalikan jumlah yang dipakai dengan faktor emisi BPO tersebut. Tabel Jumlah Bahan Perusak Ozon Di Kabupaten/Kota se-provinsi Jambi NO KABUPATEN/KOTA JENIS JUMLAH PER JENIS JUMLAH BPO BPO KG/TAHUN KG/TAHUN % R ,6 1 Merangin 2 Sarolangun R134a ,8 R ,6 R ,6 R ,2 R134a 6.038,4 R12 2, ,6 23, ,6 11,60 3 Tanjung Jabung Barat R22 326,4 R134a 65,4 557,0 0,54 R ,2 4 Tanjung Jabung Timur R134a 4.243, ,2 4,13 R12 652,8 5 Batang Hari 6 Bungo R22 163,2 R134a 383,8 R ,0 R134a ,2 R ,0 R , ,8 1, ,2 55, ,2 163,2 0,16 Sambungan tabel 3.13 NO KABUPATEN/KOTA JENIS JUMLAH PER JENIS JUMLAH BPO % 17
18 BPO KG/TAHUN KG/TAHUN R22 163,2 8 Kerinci R134a 163,2 R600 4,68 R22 163,2 331,1 0,32 9 Sungai Penuh R134a 1632 R ,6 3100,8 3,02 10 Muaro Jambi R22 163,2 163,2 0,16 11 Kota Jambi Distributor ke Kabupaten/Kota se Provinsi Jambi JUMLAH TOTAL ,6 100,00 Berdasarkan hasil survei 10 Kabupaten/kota terhadap Pemakaian bahan perusak ozon pada pengguna atau bengkel service di Provinsi Jambi sebanyak ,6 kg yang terbesar adalah di Kabupaten Bungo sebanyak ,2 kg atau 55, 40 %. Sementara Kota Jambi adalah distributor bagi kabupaen/kota lainnya. Adapun jenis bahan perusak ozon yang digunakan di Provinsi Jambi dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel 3.14 Jumlah Konsumsi Bahan Perusak Ozon (BPO) Berdasarkan Jenisnya JENIS BPO JUMLAH PER JENIS KG/TAHUN % R ,0 30,18 R134a ,2 35,82 R ,4 1,91 R ,8 2,22 R ,0 28,59 R ,6 1,27 Total ,0 100,00 18
19 Persentase Penggunaan BPO Provinsi Jambi 2014 R600 1% R123 29% R22 30% R410 2% R12 2% R134a 36% Gambar 3.3 Persentase Penggunaan Bahan Perusak Ozon (BPO) di Provinsi Jambi Tahun 2014 Berdasarkan kekuatan merusak ozon maka jenis yang digunakan di Provinsi Jambi sebagian termasuk yang merusak dan sebagian adalah jenis pengganti bahan perusak ozon yang diperbolehkan. Adapun jenis tersebut dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 3.15 Jenis Bahan Perusak Ozon Berdasarkan Daya Rusak Ozon dan Daya Emisi Gas Rumah Kaca No Jenis BPO Daya Rusak Daya Emisi Gas Ozon Rumah Kaca Jenis Bahan (Ozone (Global Warning pengganti BPO Depletion Potensial/GWP) Potensial /ODP) 1. R22 Rendah sedang HC R134a Rendah Sangat Rendah MC R12 Sangat tinggi Sangat tinggi HC12 4. R410 Bukan bahan Bukan merupakan Tergolong aman perusak ozon gas rumah kaca 5. R123 Sangat rendah Sangat rendah Tidak ada pengganti 6. R600 Sangat tinggi Sangat tinggi HC
20 3. FGD Pencegahan Kebakaran Lahan dan Hutan Brigade Pegendalian Kebakaran Hutan (Brigdalkar) adalah suatu lembaga yang dilengkapi dengan sumber daya tenaga, peralatan dan dana yang memadai untuk melakukan tugas-tugas dan fungsi pencegahan, pemadaman dan penanganan pasca kebakaran hutan. Landasan hukum dalam melaksanakan tugas dan fungsi: 1. UU Nomor 5 Tahun 1990 ttg KSDAH & E 2. UU Nomor 23 Tahun 1997 ttg Pengelolaan LH 3. UU Nomor 32 Tahun 1999 ttg Pemerintah Daerah 4. UU Nomor 41 Tahun 1999 ttg Kehutanan 5. PP Nomor 28 Tahun 1985 ttg Perlindungan Hutan 6. Permenhut Nomor : P12/Menhut/2009 ttg Pengendalian Kebakaran Hutan 7. SK Dirjen PHKA Nomor : 21/Kpts/Dj-IV/2002 ttg Pedoman Pembentukan Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan di Indonesia 8. Keputusan Dirjen PHKA Nomor: 22/Kpts/Dj-IV/2002 tentang Pembentukan Brigade Pengendalian Kebakaran Hutan di Provinsi Sumatera Utara, Riau, Jambi, Kalimantan Barat dan Kalimantan Tengah 9. Perdirjen PHKA Nomor : P2/IV-Set/2014 ttg Pembentukan dan pembinaan Masyarakat Peduli Api 10. Perdirjen PHKA Nomor : P4/IV-Set/2015 ttg Pedoman Patroli Manggala Agni bersama Masyarakat Dalam Pengendalian Kebakaran Hutan Dan Lahan Prioriotas utama kegiatan Brigdalkarhut Manggala Agni adalah kawasan konservasi karena kawasan tersebut ditunjuk dan ditetapkan untuk tujuan konservasi yaitu sebagai kawasan pelestarian plasma nutfah, keperwakilan ekosistem dan merupakan benteng terakhir bagi pelestarian alam, sehingga harus diselamatkan dari kepunahan. Berbagai bentuk 20
21 gangguan dan ancaman, khususnya kebakaran harus dikendalikan atau hilang dari kawasan ini. Prioritas berikutnya adalah kawasan hutan lindung atau hutan yang tidak dibebani hak/ijin. WILAYAH KEGIATAN BRIGDALKARHUT MANGGALA AGNI BERDASARKAN SK DIRJEN PHKA NOMOR 21/Kpts/Dj-IV/2002 Kawasan Konservasi merupakan kawasan prioritas utama bagi Brigdalkar karena kawasan tersebut merupakan benteng terakhir perlindungan plasma nutfah. Oleh karenanya harus diselamatkan dari berbagai bentuk gangguan dan ancaman, khususnya kebakaran. Pada Kawasan Hutan Lainnya, Brigdalkar memberikan bantuan kepada satuan tugas pemadaman yang ada, baik bantuan teknis, sarana, tenaga maupun operasional pemadaman. Pada lahan, Brigdalkar memberikan bantuan kepada satuan tugas pemadaman yang ada atau pemilik/pengelola lahan dalam bentuk bantuan teknis dan bersama-sama satuan tugas lain melalui koordinasi Pemerintah Daerah melakukan bantuan pemadaman. 21
22 Gambar STRUKTUR ORGANISASI BRIGDALKARHUT 22
23 Gambar MEKANISME KOORDINASI DAN KEGIATAN PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN MEKANISME KOORDINASI DAN PERBANTUAN BRIGDALKARHUT MANGGALA AGNI Kawasan Konservasi Untuk pengendalian kebakaran di dalam kawasan hutan, khususnya kawasan konservasi, Brigdalkarhut Manggala Agni bertindak paling awal dan paling depan sesuai dengan lingkup tanggung jawab yang dibebankan kepadanya. Dalam keadaan di mana Brigdalkar tidak mampu lagi menjalankan tugasnya dan memerlukan dukungan dari luar, Brigdalkar dapat meminta bantuan kepada lembaga atau instansi lain secara berjenjang dalam garis komandonya, yaitu Daops, Brigdalkar Propinsi dan Pusdalops. 23
24 Kawasan Hutan Lainnya Untuk pengendalian kebakaran hutan di luar kawasan konservasi, maka sesuai dengan prioritas wilayah kerjanya, Brigdalkar dapat memenuhi permintaan bantuan apabila sedang tidak ada kebakaran di dalam kawasan konservasi. 24
25 BAB IV KESIMPULAN 4.1 KESIMPULAN Dari uraian di atas diperoleh kesimpulan sebagai berikut : 1. Kelembagaan RAD GRK dapat digambarkan sebagai berikut : a. Pokja RAD GRK telah terbentuk di 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Kerinci, Batang Hari dan Muaro Jambi. b. Dakumen RAD GRK baru dilakukan proses penyusunan oleh Kabupaten Kerinci, Batang Hari dan Muaro Jambi. 2. Sosialisasi / aksi mitigasi telah dilaksanakan di 3 Kabupaten/ Kota dalam Provinsi Jambi. a. Kabupaten kerinci dilaksanakan di MAN Kemantan Kerinci b. Kota Sungai Penuh dilakukan di SMP Negeri 4 Sungai Penuh c. Kabupaten Muaro Jambi dilakukan di SMP Negeri 17 Muaro Jambi 3. Data mitigasi RAD GRK Provinsi Jambi tahun 2013 s/d 2015 yaitu : a. Pada tahun 2015 Terjadi penurunan sebesar 1.505,30 CO 2 e dari emisi BAU sebesar 3.901,66 Ton CO 2 e Dengan persentase sebesar 38,58 % dengan 9 aksi mitigasi b. Pada tahun 2014 Terjadi penurunan sebesar (-2.758,1) CO 2 e dari emisi BAU sebesar 919,3 Ton CO 2 e Dengan persentase sebesar 0 % dengan 16 aksi mitigasi. Penurunan emisi bernilai negative (-) dikarenakan aksi mitigasi belum dilakukan penangkapan gas metan CH4. Nilai negative (-) akan berubah menjadi positif (+) apabila telah dilakukan penangkapan gas metan. c. Pada tahun 2015 Terjadi penurunan sebesar (-322,1) CO 2 e dari emisi BAU sebesar 21,5 Ton CO 2 e Dengan persentase sebesar 0 % dengan 7 aksi mitigasi. Penurunan emisi bernilai negative (-) dikarenakan aksi mitigasi belum dilakukan penangkapan gas metan CH4. Nilai negative (-) akan 25
26 berubah menjadi positif (+) apabila telah dilakukan penangkapan gas metan. 4. Sosialisasi dan pelatihan aplikasi program SIGNSMART telah dilakukan di 11 kabupaten/ kota Se-Provinsi Jambi, dan jumlah kabupaten yang telah menginput data SIGNSMART yaitu Kota Jambi, Batang Hari, Kerinci, Tebo, Tanjab Barat, Sungai Penuh 5. Anggaran yang telah diserap pada Kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim sampai dengan 31 Desember 2015 sebesar Rp ,- atau sebesar 99,9 % SARAN Setelah melaksanakan kegiatan Antisipasi Dampak Perubahan Iklim tahun anggaran 2015 dapat disarankan sebagai berikut : 1. Sulitnya mendapatkan data dari kabupaten/ kota dikarenakan kurangnya sumber daya manusia yang berkompetensi di instansi terkait kabupaten/ kota sehingga disarankan adanya peningkatan kompetensi sumber daya manusia dimaksud. 2. Terdapatnya penurunan emisi bernilai negatife (-) dengan persentase di anggap 0 % dikarenakan kegiatan aksi mitigasi tidak dilakukan gas metan hanya sebatas sanitasi, sehingga diharapkan kepada pemerintah daerah atau pihak terkait agar merencanakan pembangunan sanitasi bukan hanya berbasis kesehatan lingkungan tetapi juga harus berbasis pengendalian dampak perubahan iklim di antaranya penangkapan gas metan sehingga menurunkan emisi gas rumah kaca menjadi signifikan dan mencapai target penurunan 26 % pada tahun
27 Halaman KATA PENGANTAR. DAFTAR ISI I ii I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Manfaat II III IV INPUT KEGIATAN Waktu Pelaksanaan Lokasi Kegiatan Target. 2.4 Tim Pelaksana 2.5 Anggaran PELAKSANAAN KEGIATAN 3.1. Koordinasi Pembentukan Kelembagaan Sekretariat RAD GRK Sosialisasi / Aksi Mitigasi Dampak Perubahan Iklim 3.3. Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan RAD GRK Sektor Limbah Pelaksanaan Fokus Group Discussion (FGD).. PENUTUP 4.1 Kesimpulan 4.2 Saran
Sosialisasi Rencana Aksi Daerah Gas Rumah Kaca (RAD GRK) Tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sebagaimana diketahui bahwa Gas Rumah Kaca (GRK) merupakan gasgas yang terdapat di atmosfer, yang berasal dari alam maupun antropogenik (akibat aktivitas manusia).
Lebih terperinciRencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin
Lebih terperinciLaporan Kegiatan Workshops/sosialisasi Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Provinsi Jambi Tahun 2012 I. PENDAHULUAN
I. PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Gas Rumah Kaca (GRK) adalah jenis gas yang dihasilkan oleh aktivitas manusia dan secara alami, yang jika terakumulasi di atmosfer akan mengakibatkan suhu bumi semakin
Lebih terperinciJambi, Desember 2013 Penulis
Laporan pelaksanaan Sosialisasi Pemantauan Evaluasi dan Pelaporan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (PEP RAD GRK) ini, menguraikan tentang : pendahuluan, (yang terdiri dari latar belakang,
Lebih terperinciStrategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi:
Strategi dan Kebijakan Provinsi Maluku Untuk Mencapai Target Penurunan Emisi: Pengalaman dari Penyusunan Rencana Aksi Daerah (RAD) Bappeda Provinsi Maluku Background KOMITMEN PEMERINTAH PUSAT PENURUNAN
Lebih terperinci(RAD Penurunan Emisi GRK) Pemanasan Global
PEMANASAN GLOBAL DAN PERUBAHAN IKLIM (RAD Penurunan Emisi GRK) Oleh : Ir. H. Hadenli Ugihan, M.Si Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumsel Pemanasan Global Pengaturan Perubahan Iklim COP 13 (2007) Bali menghasilkan
Lebih terperinciPEMANFAATAN LIMBAH SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI PROVINSI JAMBI DR. EVI FRIMAWATY
Zumi Zola Zulkifli Gubernur Jambi JAMBI TUNTAS 2020 PEMANFAATAN LIMBAH SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DI PROVINSI JAMBI DR. EVI FRIMAWATY PROVINSI JAMBI TERLETAK DI BAGIAN TENGAH PULAU SUMATERA GAMBARAN
Lebih terperinciBAB IV PENUTUP. 1. Ketercapaian target dari masing-masing sasaran adalah sebagai berikut : - Meningkatnya indeks kualitas lingkungungan hidup
BAB IV PENUTUP Laporan Kinerja Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Provinsi Kepulauan Bangka Belitung disusun berdasarkan Kebijakan Umum Anggaran (KUA) Tahun Anggaran 2016 serta Penetapan Kinerja Tahun
Lebih terperinciINFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI
INFORMASI PENGGUNAAN BAHAN PERUSAK OZON (BPO) DI PROVINSI JAMBI Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyimpulkan bahwa, sebagian besar peningkatan suhu rata-rata global sejak pertengahan abad
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK
PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Disampaikan pada Pembahasan Pedoman Penyusunan RAD GRK Jakarta, 12 Januari 2012 www.bappenas.go.id 1 PENURUNAN EMISI GAS RUMAH
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA)
PEMERINTAH PROVINSI PAPUA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH (BAPPEDA) 1 1. PROSES PENYUSUNAN DILAKUKAN SECARA SWAKELOLA; 2. TIM PENYUSUN DIBENTUK DALAM KELOMPOK KERJA (POKJA) SK GUBERNUR PAPUA NOMOR
Lebih terperinciBAB II. PERENCANAAN KINERJA
BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada
Lebih terperinciData Capaian pada Tahun Awal Perencanaan (2010) Rp (juta) target. target
Tabel 5.1 Rencana, Kegiatan, Kinerja, Target Kinerja dan Kerangka Pendanaan SKPD Badan Hidup Kabupaten Pelalawan (Satuan Dalam Juta Rupiah) 1.1. Meningkatkan 1.1.1. kinerja Membaiknya pelayanan kinerja
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.1429, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dana Alokasi Khusus. Pemanfaatan. Petunjuk Teknis. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09 TAHUN 2013
Lebih terperinciMemperhatikan pokok-pokok dalam pengelolaan (pengurusan) hutan tersebut, maka telah ditetapkan Visi dan Misi Pembangunan Kehutanan Sumatera Selatan.
BAB II. PERENCANAAN KINERJA A. Rencana Strategis Organisasi Penyelenggaraan pembangunan kehutanan di Sumatera Selatan telah mengalami perubahan paradigma, yaitu dari pengelolaan yang berorientasi pada
Lebih terperinciRENCANA AKSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017
RENCANA AKSI DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN KERINCI TAHUN 2017 NO SASARAN PROGRAM KEGIATAN URAIAN INDIKATOR KINERJA Target URAIAN INDIKATOR KINERJA SATUAN TARGET KET 1 2 3 4 5 6 7 8 10 11 1 Penurunan
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM
KEBIJAKAN NASIONAL MITIGASI DAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam Forum Diskusi Nasional Menuju Kota Masa Depan yang Berkelanjutan dan Berketahanan
Lebih terperinciDinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur
P E M E R I N T A H KABUPATEN KUTAI TIMUR Dinamika Upaya Pengarusutamaan Kegiatan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Dalam Perencanaan Pembangunan Kabupaten Kutai Timur Oleh: Ir. Suprihanto, CES (Kepala BAPPEDA
Lebih terperinciRENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK)
RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAN-GRK) Shinta Damerys Sirait Kepala Bidang Pengkajian Energi Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Kementerian Perindustrian Disampaikan
Lebih terperinciKEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA
KEBIJAKAN NASIONAL DALAM MENDUKUNG PEMDA MELAKSANAKAN PROGRAM PENURUNAN EMISI GRK DAN SISTEM PEMANTAUANNYA ENDAH MURNININGTYAS Deputi Bidang SDA dan LH Disampaikan dalam acara FGD Pembentukan Komite Pembangunan
Lebih terperinciBAB III AKUNTABILITAS KINERJA
BAB III AKUNTABILITAS KINERJA Akuntabilitas kinerja adalah kewajiban untuk menjawab dari perorangan, badan hukum atau pimpinan kolektif secara transparan mengenai keberhasilan atau kegagalan dalam melaksanakan
Lebih terperinciBUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016
SALINAN BUPATI BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 59 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BLITAR
Lebih terperinciKnowledge Management Forum April
DASAR HUKUM DIREKTORAT JENDERAL BINA PEMBANGUNAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PERAN PEMDA UNTUK MEMBERDAYAKAN PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN IKLIM INDONESIA UU 23 tahun 2014 tentang
Lebih terperinciPENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN. Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013
PENCEGAHANKEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Solo, 27 Maret 2013 OUTLINE I. PENDAHULUAN II. PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN KEBAKARAN LAHAN DAN KEBUN: anggaran atau
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL
PENGARUSUTAMAAN ADAPTASI PERUBAHAN IKLIM DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL Endah Murniningtyas Deputi Bidang SDA dan LH Kementerian PPN/Bappenas Lokakarya Mengarusutamakan Adaptasi Perubahan Iklim dalam Agenda
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN I.1
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Yogyakarta sekarang ini sudah menjadi penarik tersendiri bagi penduduk luar Kota Yogyakarta dengan adanya segala perkembangan di dalamnya. Keadaan tersebut memberikan
Lebih terperinciSambutan Endah Murniningtyas Penyusunan Rencana Aksi Daerah Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca Balikpapan, Februari 2012
Sambutan Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS) Penyusunan
Lebih terperinciGUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012
GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD - GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI
Lebih terperinciPIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon
PIPIB untuk Mendukung Upaya Penurunan Emisi Karbon Peraturan Presiden RI Nomor 61 tahun 2001 tentang Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca terbit sebagai salah satu bentuk kebijakan dalam
Lebih terperinciPEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP
3 PEMBAGIAN URUSAN DAN RUANG LINGKUP 3.1. Pembagian Urusan Gubernur selaku pimpinan daerah provinsi dalam menyusun RAD GRK harus berpedoman pada Peraturan Presiden No 61 tahun 2011 tentang RAN GRK. Penyusunan
Lebih terperinciINTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN
INTEGRASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GRK KE DALAM PEMBANGUNAN Endah Murniningtyas Deputi Bidang Sumberdaya Alam dan Lingkungan Hidup Disampaikan dalam Workshop: Peran Informasi Geospatial dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Kondisi Umum
BAB I PENDAHULUAN A. Kondisi Umum Pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat menyebabkan telah terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Berbagai program dan kegiatan telah dilaksanakan
Lebih terperinciIV.B.7. Urusan Wajib Perumahan
7. URUSAN PERUMAHAN Penataan lingkungan perumahan yang baik sangat mendukung terciptanya kualitas lingkungan yang sehat, sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat. Dengan meningkatnya kualitas
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011
SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN DEKONSENTRASI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF
BAB V RENCANA PROGRAM, KEGIATAN, INDIKATOR KINERJA, KELOMPOK SASARAN, DAN PENDANAAN INDIKATIF 5.1. Rencana Program dan Kegiatan Pasal 1 ayat 16 Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 menyebutkan bahwa program
Lebih terperinciPENDAHULUAN LAPORAN AKHIR Latar Belakang
1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada pertemuan G20 di Pittsburg pada bulan September 2009, telah mencanangkan bahwa pada tahun 2020 Indonesia akan menurunkan emisi Gas
Lebih terperinci2018, No Produk, Kehutanan dan Penggunaan Lahan Lainnya, dan Limbah; d. bahwa Pedoman Umum Inventarisasi GRK sebagaimana dimaksud dalam huruf c
No.163, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Inventarisasi GRKN. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.73/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM
PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.84/MENLHK-SETJEN/KUM.1/11/2016 TENTANG PROGRAM KAMPUNG IKLIM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN
Lebih terperinciSOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH
Republik Indonesia SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK BIDANG LIMBAH KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM Disampaikan dalam Sosialisasi Penyusunan RAD-GRK Balikpapan, 28-29 Februari
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciTERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR
TERWUJUDNYA PENGENDALIAN PENCEMARAN DAN PERUSAKAN LINGKUN INDIKATOR: INDEKS KUALITAS AIR hasil pemantauan kualitas air sungai yang memenuhi baku mutu. hasil pemantauan air sungai yang memenuhi baku mutu
Lebih terperinciPusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan Industri Kementerian Perindustrian
GREEN CHILLER POLICY IN INDUSTRIAL SECTOR Disampaikan pada: EBTKE CONEX Jakarta Convention Center 21 Agustus 2015 Pusat Pengkajian Industri Hijau dan Lingkungan Hidup Badan Penelitian dan Pengembangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk pada saat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelapa sawit (elaeis guineensis) menurut para ahli secara umum berasal dari Afrika. Disamping itu ada pula para ahli yang berpendapat bahwa kelapa sawit terbentuk
Lebih terperinciGUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG
GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG STRATEGI DAN RENCANA AKSI PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA DARI DEFORESTASI DAN DEGRADASI HUTAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR
Lebih terperinciIMPLEMENTA IMPLEMENT S A I S IRENCANA RENCAN A AKSI AKSI NAS NA I S O I NA N L PENURU PENUR NA N N EMISI EMISI GAS RUMA M H H KACA
IMPLEMENTASI RENCANA AKSI NASIONAL PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA Ir. Wahyuningsih Darajati, M.Sc Direktur Lingkungan Hidup Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Disampaikan ik dalam Diskusi
Lebih terperinciREFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM
REFLEKSI PEMBANGUNAN BIDANG KEHUTANAN DIKEPEMIMPINAN GUBERNUR JAMBI BAPAK Drs. H. HASAN BASRI AGUS, MM Provinsi Jambi mempunyai Luas Wilayah daratan 4.882.857 ha. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan
Lebih terperinciPERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL
www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN INVENTARISASI GAS RUMAH KACA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang
Lebih terperinciBAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA
BAB II PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. Rencana Strategis Rencana Strategis (Renstra) yang ditetapkan oleh Badan Daerah Provinsi Kalimantan Barat merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau
I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Indonesia memiliki hutan mangrove terluas di dunia yakni 3,2 juta ha (21%) dari luas total global yang tersebar hampir di seluruh pulau-pulau besar mulai dari Sumatera,
Lebih terperinciPEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM
I. PENDAHULUAN PEMERINTAH DAERAH SUMATERA BARAT DALAM PENGURANGAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM Dr. Bambang Istijono, ME Anggota Ikatan Geografi Indonesia Cabang Sumatera Barat Kepala Bappeda Provinsi Sumatera
Lebih terperinciDAFTAR ISI. DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Landasan Hukum Maksud dan Tujuan...
DAFTAR ISI DAFTAR ISI... i BAB I. PENDAHULUAN... 1 1.1. Latar Belakang... 2 1.2. Landasan Hukum... 3 1.3. Maksud dan Tujuan... 4 1.4. Sistematika Penulisan... 4 BAB II. EVALUASI PELAKSANAAN KINERJA RENJA
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Provinsi Papua dengan luas kawasan hutan 31.687.680 ha (RTRW Provinsi Papua, 2012), memiliki tingkat keragaman genetik, jenis maupun ekosistem hutan yang sangat tinggi.
Lebih terperinci1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah
1.1 GRK dan Pengelolaan Limbah Limbah adalah sisa suatu usaha dan/atau kegiatan (UU 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan LH). Pengelolaan Sampah diatur melalui UU 18/2008 (berwawasan lingkungan)
Lebih terperinciBAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA
BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1488, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekosentrasi. Lingkungan Hidup. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciPemerintah Provinsi Kalimantan Selatan BAB III Urusan Desentralisasi
3. URUSAN LINGKUNGAN HIDUP a. Program dan Kegiatan. Program pokok yang dilaksanakan pada urusan Lingkungan Hidup tahun 2012 sebagai berikut : 1) Program Pengendalian Pencemaran dan Perusakan Lingkungan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate
BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kelestarian lingkungan dekade ini sudah sangat terancam, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di seluruh dunia. Perubahan iklim global (global climate change) yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan bidang sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, sehingga perhatian dan alokasi pendanaan pun cenderung kurang memadai. Disamping
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak
IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45
Lebih terperinciPEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)
Republik Indonesia PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) Disampaikan dalam Sosialisasi Penyusunan RAD-GRK Balikpapan, 28-29 Februari 2012 Outline A. PENDAHULUAN
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD GRK) PROVINSI JAMBI
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD GRK) PROVINSI JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAMBI, Menimbang
Lebih terperinciRISET dan REGULASI PENGELOLAAN DAS
RISET dan REGULASI PENGELOLAAN DAS Oleh: C. Nugroho S. Priyono Badan Penelitian, Pengembangan dan Inovasi Kementerian LingkunganHidup dan Kehutanan Jl. Gunung Batu 5 Bogor Email: c_nugroho_sp@yahoo.com
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung.
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Singkong merupakan salah satu komoditi pertanian di Provinsi Lampung. Provinsi Lampung pada tahun 2013 memiliki luas panen untuk komoditi singkong sekitar 318.107 hektar
Lebih terperinciKEMENTERIAN PERTANIAN
Republik Indonesia SOSIALISASI PEDOMAN PENYUSUNAN RAD-GRK SEKTOR PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN Disampaikan dalam Sosialisasi Penyusunan RAD-GRK Balikpapan, 28-29 Februari 2012 KOMITMEN PEMERINTAH INDONESIA
Lebih terperinciRINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014
RINGKASAN LAPORAN INVENTARISASI EMISI GAS RUMAH KACA TAHUN 2014 Dalam rangka pelaksanaan kebijakan penurunan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebesar 26% dari bussiness As UsuaIl (BAU) pada tahun 2020, Pemerintah
Lebih terperinciBUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BELITUNG
SALINAN BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG STANDAR PELAYANAN MINIMAL BIDANG LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN BELITUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG, Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG
GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 02 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGGUNAAN DAN PENETAPAN PERKIRAAN ALOKASI DANA BAGI HASIL CUKAI HASIL TEMBAKAU PROVINSI JAMBI TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT
Lebih terperinciKepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sedang Membuka Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah Provinsi Jambi Tahun /10/2014 2
Kepala Dinas Kehutanan Provinsi Jambi Sedang Membuka Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan Daerah Provinsi Jambi Tahun 2015 3/10/2014 2 Peserta Rapat Koordinasi Perencanaan Pembangunan Kehutanan
Lebih terperinciIklim Perubahan iklim
Perubahan Iklim Pengertian Iklim adalah proses alami yang sangat rumit dan mencakup interaksi antara udara, air, dan permukaan daratan Perubahan iklim adalah perubahan pola cuaca normal di seluruh dunia
Lebih terperinciINFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI
INFORMASI RUANG TERBUKA HIJAU (RTH) DI PROVINSI JAMBI Saat ini banyak kota besar yang kekurangan ruang terbuka hijau atau yang sering disingkat sebagai RTH. Padahal, RTH ini memiliki beberapa manfaat penting
Lebih terperinciKEPUTUSAN BUPATI BATANG HARI NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2016
KEPUTUSAN BUPATI BATANG HARI NOMOR : TAHUN 2016 TENTANG PEMBENTUKAN TIM KOORDINASI KELOMPOK KERJA (POKJA) SANITASI KABUPATEN BATANG HARI TAHUN 2016 BUPATI BATANG HARI, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciVersi 27 Februari 2017
TARGET INDIKATOR KETERANGAN 13.1 Memperkuat kapasitas ketahanan dan adaptasi terhadap bahaya terkait iklim dan bencana alam di semua negara. 13.1.1* Dokumen strategi pengurangan risiko bencana (PRB) tingkat
Lebih terperinci`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH
`BAB IV PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAH DAERAH URUSAN BIDANG LINGKUNGAN HIDUP (Urusan Bidang Lingkungan Hidup dilaksanakan oleh Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDAL) Aceh. 2. Realisasi Pelaksanaan
Lebih terperinciPENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG PENGENDALIAN KERUSAKAN DAN ATAU PENCEMARAN LINGKUNGAN HIDUP YANG BERKAITAN DENGAN KEBAKARAN HUTAN DAN ATAU LAHAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Lebih terperinciIKLIM. Dr. Armi Susandi, MT. Pokja Adaptasi, DNPI
TRANSPORTASI DAN PERUBAHAN IKLIM Dr. Armi Susandi, MT Prodi Meteorologi, ITB Pokja Adaptasi, DNPI Seminar Public Transportation as The Solution of Bandung Traffic ITB, 2 Oktober 2010 OUTLINE Komitmen Indonesia
Lebih terperinciPemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAN/RAD-GRK
Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan (PEP) RAN/RAD-GRK Sekretariat RAN-GRK/Bappenas Jakarta, 26 Januari 2017 OUTLINE 1. PEP RAN/RAD-GRK 2. PEP ONLINE 3. RENCANA TINDAK LANJUT 2 PEP RAN/RAD-GRK Pemantauan
Lebih terperinciBUPATI TANJUNG JABUNG BARAT
BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 20 TAHUN 2012 T E N T A N G PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PROGRAM SATU MILYAR SATU KECAMATAN (SAMISAKE) KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim adalah fenomena global yang disebabkan oleh kegiatan manusia dalam penggunaan energi bahan bakar fosil serta kegiatan alih guna lahan dan kehutanan. Kegiatan
Lebih terperinciL PEI\{DAITULUAIT. 1.1 Latar Belakang. di Sumatra Selatan 51,73 oh), di Kalimantan (di Kalimantan Selatan 9,99 %o;
L PEI\{DAITULUAIT 1.1 Latar Belakang Bahan tambang merupakan salah satu sumber daya alam yang dikuasai oleh negara dan harus dapat dimanfaatkan secara optimal untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat (amanat
Lebih terperinciPERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT : TINJAUAN SECARA MAKRO
PERKEMBANGAN EKONOMI KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT 2011-2015: TINJAUAN SECARA MAKRO Prof. Dr. Ir. Zulkifli Alamsyah, M.Sc. Guru Besar Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Jambi Disampaikan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN BUNGO
Menimbang : PEMERINTAH KABUPATEN BUNGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUNGO NOMOR 30 TAHUN 2008 TENTANG PENGIKATAN DANA ANGGARAN UNTUK PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN MELALUI PEKERJAAN TAHUN JAMAK SELAMA
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 12/Menhut-II/2009 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN,
PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P. 12/Menhut-II/2009 TENTANG PENGENDALIAN KEBAKARAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Pasal 22, Pasal 23, Pasal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. (terutama dari sistem pencernaan hewan-hewan ternak), Nitrogen Oksida (NO) dari
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemanasan global merupakan salah satu isu di dunia saat ini. Masalah pemanasan global ini bahkan telah menjadi agenda utama Perserikatan Bangsabangsa (PBB). Kontributor
Lebih terperinciPERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
PERUBAHAN IKLIM DAN BENCANA LINGKUNGAN DR. SUNARTO, MS FAKULTAS PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA Perubahan Iklim Dan Dampaknya Terhadap Lingkungan Lingkungan adalah semua yang berada di
Lebih terperinciPERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM
PERAN DINAS KEHUTANAN SEBAGAI MITRA UTAMA DDPI KALTIM Oleh DINAS KEHUTANAN PROVINSI KALIMANTAN TIMUR DALAM ACARA PELATIHAN GCF YANG BERJUDUL PENGUATAN KERANGKA KERJA KELEMBAGAAN PROVINSI MENGENAI PERUBAHAN
Lebih terperinciGUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK)
GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 49 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD-GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang : a. bahwa Rencana
Lebih terperinciRENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA
RENCANA AKSI DAERAH (RAD) UNTUK PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (GRK) DKI JAKARTA BADAN PENGELOLA LINGKUNGAN HIDUP DAERAH PROVINSI DKI JAKARTA 1 OUTLINE 2 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Pendekatan dan
Lebih terperinciVISI HIJAU UNTUK SUMATRA
REPORT FEBRUARY 2O12 Ringkasan Laporan VISI HIJAU UNTUK SUMATRA Menggunakan informasi Jasa Ekosistem untuk membuat rekomensi rencana peruntukan lahan di tingkat provinsi dan kabupaten. Sebuah Laporan oleh
Lebih terperinciINDIKATOR KINERJA BPLH KOTA BANDUNG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD
BAB VI INDIKATOR KINERJA BPLH KOTA BANDUNG MENGACU PADA TUJUAN DAN SASARAN RPJMD I ndikator kinerja menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 010 tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah nomor
Lebih terperinciPENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN
PENGARUSUTAMAAN PERUBAHAN IKLIM KE DALAM PERENCANAAN PEMBANGUNAN Dr. Medrilzam Direktorat Lingkungan Hidup Kedeputian Maritim dan Sumber Daya Alam Diskusi Koherensi Politik Agenda Pengendalian Perubahan
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1358, 2012 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Dekonsentrasi. Tugas Pembantuan. Penyelenggaraan. Petunjuk Teknis. TA 2013. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciSASARAN STRATEGIS 1 : Menurunnya beban pencemaran lingkungan hidup
Ringkasan Eksekutif Laporan Akuntabilitas Kinerja (LAKIP) ini disusun sebagai wujud dan tekad Kementerian Lingkungan Hidup dalam melaksanakan kewajiban sebagaimana diamanatkan dalam Instruksi Presiden
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Indonesia sebagai salah satu negara yang tergabung dalam rezim internasional UNFCCC dan juga telah menyepakati mekanisme REDD+ yang dihasilkan oleh rezim tersebut dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mencukupi kebutuhan hidup. Aktivitas-aktivitas manusia telah mengubah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan manusia yang cepat mendorong manusia memanfaatkan alam secara berlebihan. Pemanfaatan tersebut baik sebagai pemukiman maupun usaha untuk mencukupi kebutuhan
Lebih terperinciRENCANA AKSI KINERJA SASARAN TAHUN PERUBAHAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PELALAWAN
SASARAN TAHUN 2016 PERUBAHAN BADAN LINGKUNGAN HIDUP KABUPATEN PELALAWAN SASARAN Membaiknya kinerja pelayanan aparatur dibidang hidup INDIKATOR Persentase pelayanan administrasi perkantaroran sesuai SOP
Lebih terperinciPEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016
Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan
Lebih terperinciGUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG
GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 36 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA AKSI DAERAH PENURUNAN EMISI GAS RUMAH KACA (RAD GRK) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciPENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP
PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP PENGELOLAAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP Sumber daya alam dan lingkungan hidup memiliki peran yang sangat strategis dalam mengamankan kelangsungan
Lebih terperinci