Efek Pemberian Madu Hutan terhadap Mukosa Gaster yang Diinduksi Ibuprofen Suspensi

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Efek Pemberian Madu Hutan terhadap Mukosa Gaster yang Diinduksi Ibuprofen Suspensi"

Transkripsi

1 Efek Pemberian Madu Hutan terhadap Mukosa Gaster yang Diinduksi Ibuprofen Suspensi Ferina Nur Haqiqi Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Dewasa ini, insiden global mengenai ulkus gaster semakin meningkat beberapa dekade. Penyakit ini biasanya diawali dari sindroma dispepsia yang berkembang menjadi gastritis lalu menjadi ulkus gaster bahkan dapat menjadi suatu perforasi pada saluran cerna. Obat anti inflamasi non steroid (OAINS) adalah salah satu faktor penyebab ulkus gaster. Salah satunya adalah ibuprofen. Ibuprofen bersifat analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat, sehingga menjadi pilihan di kalangan medis dalam penggunaannya. Efek samping yang tersering terjadi pada saluran gastrointestinal adalah induksi gastroulcerative yang terkadang disertai anemia sekunder akibat pendarahan saluran cerna hingga perforasi gastrointestinal. Salah satu alternatif pengobatan ulkus gaster yang beredar di masyarakat adalah dengan mengonsumsi madu. Sejak dahulu madu sudah banyak digunakan oleh para ahli kedokteran untuk menyembuhkan beberapa penyakit, salah satunya adalah ulkus gaster. Kata kunci: Gaster, Ibuprofen, Madu hutan, Ulkus gaster The Effect Of Honey For Gastric Mucose that Induced by Ibuprofen Suspension Abstract Currently, the global incidence of gastric ulcers is increasing for several decades. The disease usually begins from dyspeptic syndrome which develop into gastritis and gastric ulcers can even be a perforation of the gastrointestinal tract. Non Steroid Anti Inflammatory Drugs (NSAID) are one of the causes of gastric ulcers. One of them is ibuprofen. Ibuprofen is an antiinflammatory analgesic with a power that is not too strong, so that the choice among medical in use. The most common side effects that occur in the gastrointestinal tract is sometimes accompanied by gastroulcerative induction, secondary anemia due to gastrointestinal bleeding gastrointestinal perforation. One of many alternative treatment of gastric ulcers are circulating in the community is to consume honey. Since long time ago honey is widely used by medical experts to cure some diseases, one of them is gastric ulcer. Keywords: Forest honey, Gaster, Gastric ulcer, Ibuprofen Korespondensi: Ferina Nur Haqiqi, alamat Komplek Palem Permai III no. B4, HP , ferina.fkunila12@gmail.com Pendahuluan Insidensi mengenai ulkus gaster semakin meningkat secara global. Di Indonesia, 4 juta orang menderita ulkus gaster setiap tahunnya, dan 46% dari kejadian ulkus gaster disebabkan oleh pemakaian Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) yang bersifat mengiritasi gaster. Sifat iritasi ibuprofen terhadap gaster ini diawali dengan terjadinya sindroma dispepsia yang berkembang menjadi gastritis hingga menjadi ulkus gaster bahkan dapat menimbulkan suatu perforasi pada gaster. 1 Normalnya, gaster cukup kuat untuk menahan asam klorida (HCl) yang disekresikan gaster karena mukosa gaster dilindungi oleh lapisan mukus/mukus barier, dan epitel selapis silindris sehingga HCl tetap terjaga di dalam gaster yang nantinya berfungsi untuk mencerna bolus-bolus makanan dari esofagus menjadi kimus. Namun, apabila terjadi ketidakseimbangan dalam gaster dapat menyebabkan meningkatnya jumlah HCl diatas ambang batas normal, seperti makanan minuman, stress, obat anti inflamasi non steroid (OAINS), alkohol, dan bile reflux yang dapat menimbulkan defek lapisan mukus dan terjadi difusi balik ion H + sehingga akan mengakibatkan timbulnya gastritis akut/ kronis hingga menjadi ulkus gaster. 2,3 OAINS adalah salah satu faktor penyebab ulkus gaster. OAINS yang pertama kali diperkenalkan di banyak negara yaitu ibuprofen. Ibuprofen bersifat analgesik dengan daya anti inflamasi yang tidak terlalu kuat, sehingga menjadi pilihan di kalangan medis dalam penggunaannya. Efek samping yang tersering terjadi pada saluran gastrointestinal adalah induksi gastroulcerative yang kadang- Majority Volume 4 Nomor 8 November

2 kadang disertai anemia sekunder akibat pendarahan saluran cerna hingga perforasi gastrointestinal. 2 Salah satu alternatif pengobatan ulkus gaster yang beredar di masyarakat adalah dengan mengkonsumsi madu. Madu memiliki berbagai macam jenis dan efek. Jenis-jenis madu dibagi berdasarkan asal nektar yang meliputi madu flora, madu ekstra flora dan madu embun. Salah satu madu yang saat ini sedang dikembangkan adalah madu hutan. Sejak dahulu madu sudah banyak digunakan oleh para ahli kedokteran untuk menyembuhkan beberapa penyakit. Penyakitpenyakit yang berhasil disembuhkan antara lain: luka (pasca pembedahan, dibuktikan oleh ahli bedah Rusia,Y. Krintsky), penyakit saluran pernapasan bagian atas, flu, penyakit paru (TBC pulmonary), penyakit jantung (Avicena bapak kedokteran berpendapat bahwa madu adalah obat penyakit jantung yang manjur), penyakit pada saluran gastrointestinal, penyakit sistem hepatobilier, penyakit syaraf dan penyakit kulit. Madu hutan merupakan salah satu madu yang memiliki banyak efek terhadap kesehatan, dilaporkan bahwa madu hutan dapat menyembuhkan beberapa penyakit seperti luka bakar, penyakit pada sistem hepatobilier, dan ulkus gaster. 1,3 Isi Normalnya, gaster cukup kuat untuk menahan asam klorida (HCl) yang disekresikan gaster. Pertahanan mukosa melindungi mukosa gaster dari autodigesti, yaitu; Dengan sekresi mukus, lapisan tipis pada permukaan mukosa gaster yaitu HCl dan pepsin di sekresikan dari kelenjar gaster melewati lapisan permukaan mukosa dan memasuki lumen gaster tanpa adanya kontak langsung dengan epitel mukosa gaster, dengan sekresi bikarbonat menyebabkan epitel mukosa gaster mensekresi bikarbonat ke zona batas adhesi mukus, menyebabkan ph mikro-lingkungan netral pada zona batas adhesi mucus, dengan pertahanan epitel gaster rangkaian interseluler yang menjadi pertahanan dari difusi balik ion hydrogen dan dengan vaskularisasi gaster yaitu dengan menyediakan oksigen, bikarbonat, dan nutrien untuk epitel gaster. 2 Destruksi mukosa gaster diduga merupakan faktor penting dalam patogenesis iritasi gaster. Golongan OAINS salah satunya adalah ibuprofen yang dapat menyebabkan luka pada gaster dengan 2 cara yaitu, secara langsung atau iritasi topikal dari jaringan epitel dan menghambat sintesis prostaglandin yang berfungsi sebagai agen protektif gaster. Selain itu, terdapat beberapa mekanisme lain seperti histamine yang dikeluarkan, merangsang sekresi asam dan pepsin lebih lanjut dan meningkatkan permeabilitas vaskuler terhadap protein. Mukosa menjadi edema dan sejumlah besar protein plasma dapat hilang. Mukosa kapiler dapat rusak dan mengakibatkan hemoragi intestinalis. 3,4 Ibuprofen adalah turunan dari asam fenil propionat dari golongan OAINS. Ibuprofen yang memiliki analgetik-antipiretik ini bekerja dengan cara menghambat enzim siklooksigenase pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu. Ibuprofen yang bersifat asam dan mempunyai sifat kohesif yang lebih besar daripada sifat adhesif, sehingga sulit kontak dengan zat lain terutama air dan mengakibatkan ibuprofen tidak mudah dibuat dalam bentuk sediaan tertentu. Di samping itu, salah satu efek samping ibuprofen dalam sediaan oral adalah menyebabkan iritasi pada lambung (gastroulcerative). Ibuprofen diserap dengan mudah di dinding saluran pencernaan. Kadar puncak dalam darah dicapai dalam waktu 1-2 jam setelah pemberian oral dengan waktu paruh eliminasi selama 2 jam. Waktu paruhnya yang pendek menyebabkan pemberian dilakukan 3 kali sehari untuk mendapatkan efek terapi yang optimum. 5 Ibuprofen berupa serbuk hablur putih hingga hampir putih, berbau khas lemah dan tidak berasa dengan titik lebur C. Ibuprofen praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton dan dalam chloroform serta sukar larut dalam etil asetat. Ibuprofen obat yang praktis, namun tidak larut dalam air. Jadi untuk mendapatkan sediaan peroral dalam bentuk cair dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan suspensi. Suatu ibuprofen suspensi memerlukan bahan pensuspensi seperti natrosol HBR untuk meningkatkan viskositas dan memperlambat sedimentasi sehingga dapat menghasilkan suspensi yang stabil. 6 Gambaran dari iritasi atau erosi gaster adalah kehilangan integritas yang karakteristik dari mukosa gaster yang terbatas pada mukosa dan tidak tidak meluas di bawah muskularis Majority Volume 4 Nomor 8 November

3 mukosa. Iritasi dapat berupa hiperemi ringan dan edema disertai sebukan sel radang, limfosit, makrofag, polimorfonuklear (PMN), dan eosinofil pada lapisan permukaan dari lamina propria. Kadang-kadang terjadi pelepasan mukosa setempat dan jarang mengenai seluruh mukosa. Apabila proses ini tidak dihambat akan terjadi terus menerus hingga pada lapisan muskularis sehingga menyebabkan ulkus. Ulkus gaster adalah keadaan di mana kontinuitas mukosa lambung terputus dan meluas sampai di bawah epitel. 7 Inflamasi yang terus menerus tanpa adanya terapi yang adekuat dapat menyebabkan iritasi atau erosi gaster, dimana terjadi kehilangan integritas dari mukosa gaster yang terbatas pada mukosa dan tidak mencapai lapisan muskularis gaster. Efek dari iritasi gaster dapat berupa hiperemi ringan dan edema disertai sebukan sel radang, limfosit, makrofag, polimorfonuklear (PMN), dan eosinofil pada lapisan permukaan dari lamina propia. Bahkan pada beberapa kasus dilaporkan terjadi pelepasan mukosa setempat. Apabila proses ini tidak dihambat, akan terjadi terus menerus hingga pada lapisan muskularis. Dan lesi yang sudah mencapai lapisan muskularis disebut ulkus. Ulkus gaster dapat dinilai dengan berbagai pemeriksaan. Diantaranya pemeriksaan radiologi berupa pemeriksaan Barium X-Ray, pemeriksaan ph nafas, dan pemeriksaan endoskopi dan histopatologi. Untuk pemeriksaan histopatologi dapat dinilai dengan sistem skoring sebagai berikut; nilai 0 berarti tidak ada nekrosis dan tidak ada sel radang, untuk 1 berarti terdapat nekrosis setempat (focal) dan terdapat sel radang ringan, untuk nilai 2 nekrosis merata (difusa) dan sel radang menyebar (multifocal), untuk nilai 3 berarti perforasi pada gaster. 8 Salah satu alternatif dalam pengobatan ulkus gaster adalah madu. Madu dihasilkan oleh serangga lebah madu (Apis mellifera) termasuk dalam superfamili apoidea. Madu adalah obat alami karena tidak perlu diolah di laboratorium. Madu sudah ada di alam dan tinggal diolah dari sarangnya. Madu hutan, dapat diperoleh dari daerah hutan tropis. Indonesia mempunyai hutan tropis dengan luas terbesar ketiga setelah Brazil dan Zaire. 9 Adapun manfaat madu adalah untuk membunuh mikroorganisme patogen karena senyawa yang terkandung didalam madu adalah senyawa radikal hidrogen. Selain itu dalam madu terdapat banyak sekali kandungan vitamin, asam mineral, dan enzim yang sangat berguna bagi tubuh sebagai antibodi dan penghambat pertumbuhan sel kanker atau tumor. Penggunaan madu pun telah dikenal sejak puluhan ribu tahun yang lalu, misalnya untuk pengobatan penyakit ulkus gaster, batuk dan mata. 10,11 Madu juga bisa diberikan topikal untuk luka bakar, infeksi, dan ulkus. Dan sampai saat ini madu sudah banyak digunakan untuk pengobatan klinis karena khasiat yang dimiliki madu sangatlah banyak dan madu memang baik untuk perawatan luka secara topikal karena dapat meningkatkan produksi jaringan granulasi dan kolagen serta periode epitelisasi secara signifikan. 11 National Honey Board menyatakan bahwa madu mengandung asam sekitar 0,57%, protein sekitar 0,266%, nitrogen sekitar 0,043%, asam amino sekitar 0,1%, mineral sekitar 0,17%, dan beberapa komponen lain, seperti fenol, koloid, dan vitamin, yang semuanya membentuk sekitar 2,1% dari seluruh komposisi madu dan madu juga dapat mempercepat waktu penyembuhan pada luka. 8 Beberapa kandungan mineral dalam madu diantaranya; belerang (S), kalsium (Ca), tembaga (Cu), mangan (Mn), besi (Fe), fosfor (P), klor (Cl), kalium (K), magnesium (Mg), iodium (I), seng (Zn), silikon (Si), natrium (Na), molibdenum (Mo) dan aluminium (Al) sedangkan potasium merupakan mineral utama pada madu. Madu pun mengandung vitamin diantaranya vitamin E, vitamin C serta vitamin B1, B2, B6. Madu juga memiliki keasaman yang rendah dengan ph 3,9. 1,7 Madu memiliki sifat gastroprotektor karena memiliki karakteristik diantaranya: hiperosmolar, madu memiliki konsentrasi gula yang tinggi dan kadar air yang rendah menyebabkan tekanan osmotik meningkat sehingga keadaan disekitar mikroba menjadi hipertonis yang menyebabkan air yang berada di dalam sel mikroba keluar sehingga terjadi plasmolisis. Higroskopis, madu juga bersifat higroskopis sehingga memungkinkan terjadinya dehidrasi mikroba yang mengakibatkan mikroba dalam keadaan inaktif. Kadar ph rendah, suatu kondisi lingkungan yang tidak menyokong untuk pertumbuhan mikroba. 7 Inhibin, Inhibin sebagai bahan antimikroba yang bertanggung jawab Majority Volume 4 Nomor 8 November

4 menghambat pertumbuhan organisme baik gram positif maupun gram negatif. Hidrogen peroksida, aktivitas antimikroba dari madu sebagian besar disebabkan oleh adanya hidrogen peroksida yang dihasilkan secara enzimatik pada madu. Kandungan hidrogen peroksida ini menghasilkan radikal bebas hidroksil dengan efek antimikroba. Antimikroba, dari berbagai kandungan bahan antimikroba dari madu yang telah diketahui, terdapat beberapa jenis madu dengan bahan kandungan tambahan yang berasal dari tanaman yang dikunjungi lebah. 1,7 Ringkasan Destruksi mukosa gaster diduga merupakan faktor penting dalam patogenesis iritasi gaster. Salah satu agen yang dapat mengiritasi mukosa gaster yaitu obat golongan OAINS, salah satunya adalah ibuprofen. Ibuprofen adalah turunan dari asam fenil propionat dari golongan OAINS. Ibuprofen praktis tidak larut dalam air, sangat mudah larut dalam etanol, dalam metanol, dalam aseton dan dalam chloroform serta sukar larut dalam etil asetat. Ibuprofen obat yang praktis, namun tidak larut dalam air. Jadi untuk mendapatkan sediaan peroral dalam bentuk cair dapat diformulasikan ke dalam bentuk sediaan suspensi. Suatu ibuprofen suspensi memerlukan bahan pensuspensi seperti natrosol HBR untuk meningkatkan viskositas dan memperlambat sedimentasi sehingga dapat menghasilkan suspensi yang stabil. Ibuprofen yang memiliki analgetikantipiretik ini bekerja dengan cara menghambat enzim siklo-oksigenase pada biosintesis prostaglandin, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PG-G2 terganggu. Salah satu efek samping ibuprofen dalam sediaan oral adalah menyebabkan iritasi pada lambung (gastroulcerative). Gambaran dari Iritasi atau erosi gaster adalah kehilangan integritas yang karakteristik dari mukosa gaster yang terbatas pada mukosa dan tidak tidak meluas di bawah muskularis mukosa. Iritasi yang terus menerus tanpa adanya tata laksana akan menyebabkan ulkus pada gaster. Inflamasi yang terus menerus tanpa adanya terapi yang adekuat dapat menyebabkan iritasi atau erosi gaster, dimana terjadi kehilangan integritas dari mukosa gaster yang terbatas pada mukosa dan tidak mencapai lapisan muskularis gaster. Efek dari iritasi gaster dapat berupa hiperemi ringan dan edema disertai sebukan sel radang, limfosit, makrofag, polimorfonuklear (PMN), dan eosinofil pada lapisan permukaan dari lamina propia. Bahkan pada beberapa kasus dilaporkan terjadi pelepasan mukosa setempat. Apabila proses ini tidak dihambat, akan terjadi terus menerus hingga pada lapisan muskularis. Lesi yang sudah mencapai lapisan muskularis disebut ulkus. Ulkus gaster dapat dinilai dengan berbagai pemeriksaan salah satunya pemeriksaan histopatologi. Untuk pemeriksaan histopatologi dapat dinilai dengan sistem skoring sebagai berikut; nilai 0 berarti tidak ada nekrosis dan tidak ada sel radang, untuk 1 berarti terdapat nekrosis setempat (focal) dan terdapat sel radang ringan. Untuk nilai 2 nekrosis merata (difusa) dan sel radang menyebar (multifocal), untuk nilai 3 berarti perforasi pada gaster. Salah satu alternatif dalam pengobatan ulkus gaster adalah madu. Adapun manfaat madu adalah untuk membunuh mikroorganisme patogen karena senyawa yang terkandung didalam madu adalah senyawa radikal hidrogen. Selain itu dalam madu terdapat banyak sekali kandungan vitamin, asam mineral, dan enzim yang sangat berguna bagi tubuh sebagai antibodi dan sebagai alternatif pengobatan ulkus gaster Madu memiliki sifat gastroprotektor, diantaranya; hiperosmolar, higroskopis, kadar ph yang rendah, memiliki fungsi inhibin, mengandung hidrogen peroksida, dan berfungsi sebagai antimikroba, serta dapat menginduksi epitelisasi mukosa gaster. National Honey Board menyatakan bahwa madu mengandung asam sekitar 0,57%, protein sekitar 0,266%, nitrogen sekitar 0,043%, asam amino sekitar 0,1%, mineral sekitar 0,17%, dan beberapa komponen lain, seperti fenol, koloid, dan vitamin, yang semuanya membentuk sekitar 2,1% dari seluruh komposisi madu dan madu juga dapat mempercepat waktu penyembuhan pada luka. Simpulan Madu memiliki efek gastroprotektor pada mukosa gaster yang mengalami iritasi hingga ulkus. Salah satunya pada mukosa gaster yang di induksi ibuprofen. Karena madu memiliki efek sebagai antibiotik, antiinflamasi, Majority Volume 4 Nomor 8 November

5 penyeimbang ph gaster, dan sebagai penginduksi epitelisasi dari mukosa gaster. Daftar Pustaka 1. Bukhari M. H. Khalil J. Qamar S. Qamar, Z. Zahid, M. Ansari N. & Bakhshi, I. M. Comparative gastroprotective effects of natural honey, Nigella sativa and cimetidine against acetylsalicylic acid induced gastric ulcer in albino rats. Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan.2011;21(3): Arianto A. Pembuatan kapsul obat golongan anti inflamasi nonsteroid (ibuprofen) yang tidak mempunyai efek samping dalam lambung dan pengujian disolusi. Komunikasi Penelitian USU. 2005;17(5): Prasanti D. I.Perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas. Universitas Diponegoro. 2006; Rondonuwu, A. A., Wullur, A., & Lolo, W. A. Kajian penatalaksanaan terapi pada pasien gastritis di instalasi rawat inap. Pharmacon. 2014;3(3): Febrianti R. V. & Wahyuningsih, I. Ibuprofen-polivinilpirolidon (pvp) pada tikus putih jantan ulcerogenic effect of ibu profen- polyvinylpyrrolidone (pvp) solid dispersion in rats male. Pharmaciana Putra Y. P. Yuslianti E. R., Kedokteran, F. Jenderal, U., Yani A. & Bandung, C.. Pengaruh ekstrak antanan (centella asiatica) dibandingkan dengan ibuprofen terhadap kadar hcl gaster tikus. Fakultas Kedokteran Universitas Jenderal Achmad Yani Suprijono A. Trisnadi S. & Negara H. P.. Pengaruh Pemberian Madu terhadap Gambaran Histopatologi Lambung Studi pada Tikus Putih Jantan Galur Wistar yang Diinduksi indometasin. Sains Medika.2011;3(1) : Mustaba R., Winaya I & Berata I. K. Studi Histopatologi Lambung pada Tikus Putih yang Diberi Madu sebagai Pencegah Ulkus Lambung yang Diinduksi Aspirin. Indonesia Medicus Veterinus. 2012;1(4): Radam R. R. Produktivitas dan kontribusi peternakan lebah madu terhadap pendapatan masyarakat di desa muara pamangkih kabupaten hulu sungai tengah. Hutan Tropis Mutmainnah S. Efek madu sebagai gastroprotektor terhadap kerusakan mukosa lambung mencit yang diinduksi indometasin. Universitas Muhammadiyah Surakarta Vangoori, Y., Klnrr, D., Gadekal, M., & Ramesh, P. Evaluation of antiulcer activity of Ethanolic extract of leaves of Vitex negundo on pylorus ligature induced and aspirin induced ulcer in albino rats. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences.2013: Majority Volume 4 Nomor 8 November

6 Majority Volume 4 Nomor 8 November

TINJAUAN PUSTAKA. pada bagian superior sinistra rongga abdomen dibawah diafragma seperti. kardia, fundus, korpus, dan pilorus (Ellis, 2006).

TINJAUAN PUSTAKA. pada bagian superior sinistra rongga abdomen dibawah diafragma seperti. kardia, fundus, korpus, dan pilorus (Ellis, 2006). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaster 2.1.1 Anatomi dan Fisiologi Gaster Salah satu organ traktus gastrointestinal adalah gaster. Gaster terletak pada bagian superior sinistra rongga abdomen dibawah diafragma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lambung merupakan perluasan organ berongga besar berbentuk kantung dalam rongga peritoneum yang terletak di antara esofagus dan usus halus. Saat keadaan kosong, bentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspirin adalah golongan Obat Anti Inflamasi Non-Steroid (OAINS), yang memiliki efek analgetik, antipiretik dan antiinflamasi yang bekerja secara perifer. Obat ini digunakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat

BAB 1 PENDAHULUAN. Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat Anti-Inflamasi Nonsteroid (OAINS) adalah suatu golongan obat yang memiliki khasiat analgetik, antipiretik, serta anti radang dan banyak digunakan untuk menghilangkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja

I. PENDAHULUAN. memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang NSAID (non-steroidal antiinflamatory drugs) merupakan obat yang memiliki aktifitas penghambat radang dengan mekanisme kerja menghambat biosintesis prostaglandin melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ulkus didefinisikan sebagai defek pada mukosa saluran pencernaan yang mengenai lapisan mukosa hingga submukosa atau lebih. Ulkus mungkin terjadi pada seluruh saluran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka pada kulit sering terjadi dan dapat dialami oleh setiap individu. Luka merupakan salah satu proses kerusakan atau hilangnya komponen jaringan secara spesifik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia

BAB I PENDAHULUAN. Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus luka pada mulut baik yang disebabkan oleh trauma fisik maupun kimia sering terjadi di masyarakat indonesia. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh rusaknya ketahanan mukosa gaster. Penyakit ini. anemia akibat perdarahan saluran cerna bagian atas (Kaneko et al.

I. PENDAHULUAN. disebabkan oleh rusaknya ketahanan mukosa gaster. Penyakit ini. anemia akibat perdarahan saluran cerna bagian atas (Kaneko et al. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulkus gaster adalah ulserasi atau robeknya lapisan mukosa yang disebabkan oleh rusaknya ketahanan mukosa gaster. Penyakit ini masih menjadi masalah di bidang kesehatan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah,

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, I PENDAHULUAN Bab ini akan membahas mengenai: (1) Latar Belakang, (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari upaya World Health Organization (WHO) dalam memperkirakaan beban

BAB I PENDAHULUAN. dari upaya World Health Organization (WHO) dalam memperkirakaan beban BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Minuman beralkohol sudah dikenal dan digunakan oleh manusia sejak ribuan tahun. Masyarakat menemukan variasi penggunaan alkohol termasuk dalam makanan, obat-obatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan suatu respon protektif normal terhadap luka jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak atau zat-zat mikrobiologi. Inflamasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di zaman modern sekarang ini banyak hal yang memang dibuat untuk memudahkan manusia dalam melakukan aktivitasnya, termasuk makanan instan yang siap saji. Kemudahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur,

BAB I PENDAHULUAN. occidentale L.) seluas ha, tersebar di propinsi Sulawesi. Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Timur, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia memiliki areal perkebunan jambu mete (Anacardium occidentale L.) seluas 560.813 ha, tersebar di propinsi Sulawesi Tenggara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi rongga mulut. Lapisan ini terdiri dari epitel gepeng berlapis baik yang berkeratin maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Tukak lambung merupakan salah satu bentuk tukak peptik yang ditandai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, tukak lambung menjadi suatu penyakit yang banyak diderita oleh masyarakat dan dalam kondisi yang parah dapat menjadi penyebab kematian. Tukak lambung merupakan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ulkus Peptikum 2.1.1 Definisi Ulkus peptikum merupakan luka terbuka dengan pinggir edema disertai indurasi dengan dasar tukak tertutup debris (Tarigan, 2009). Ulkus peptikum

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 0 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan pengamatan menggunakan mikroskop dengan pembesaran 4x dan 10x terhadap 60 preparat, terlihat adanya peradangan yang diakibatkan aplikasi H 2 O 2 10%, serta perubahan

Lebih terperinci

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S)

NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) NONSTEROIDAL ANTI-INFLAMMATORY DRUGS (NSAID S) RESPON INFLAMASI (RADANG) Radang pada umumnya dibagi menjadi 3 bagian Peradangan akut, merupakan respon awal suatu proses kerusakan jaringan. Respon imun,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dikatakan sebagai mukosa mastikasi yang meliputi gingiva dan palatum keras. 7 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jaringan lunak rongga mulut dilindungi oleh mukosa yang merupakan lapisan terluar rongga mulut. Mukosa melindungi jaringan dibawahnya dari kerusakan dan masuknya mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah Inflamasi adalah suatu respon dari jaringan hidup atau sel terhadap suatu rangsang atau infeksi yang dilakukan oleh pembuluh darah dan jaringan ikat. Tanda-tanda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi minuman ini. Secara nasional, prevalensi penduduk laki-laki yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Minuman beralkohol telah banyak dikenal oleh masyarakat di dunia, salah satunya Indonesia. Indonesia merupakan salah satu negara yang cukup tinggi angka konsumsi minuman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi

I. PENDAHULUAN. yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Luka merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter, jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi dibanding dengan cedera

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rongga mulut yang sering ditemukan pada masyarakat adalah kasus

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan rongga mulut yang sering ditemukan pada masyarakat adalah kasus 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang kurang menentu, secara tidak langsung akan mempengaruhi tingkat kesehatan masyarakat pada umumnya, serta mempengaruhi kesehatan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007

BAB I PENDAHULUAN. protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit inflamasi saluran pencernaan dapat disebabkan oleh virus, bakteri, protozoa, dan alergi. Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. inflamasi. Obat ini merupakan salah satu kelompok obat yang paling banyak diresepkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Obat anti inflamasi nonosteroid (OAINS) merupakan kelompok obat yang paling banyak dikonsumsi diseluruh dunia untuk mendapatkan efek analgetik, antipiretik dan anti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut

BAB I PENDAHULUAN. mengurung (sekuester) agen pencedera maupun jaringan yang cedera. Keadaan akut BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan respon protektif setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakan jaringan, yang berfungsi menghancurkan, mengurangi, atau mengurung (sekuester)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Obat merupakan suatu bahan atau campuran bahan yang berfungsi untuk digunakan sebagai diagnosis, mencegah, mengurangi, menghilangkan, menyembuhkan penyakit atau gejala

Lebih terperinci

HUBUNGAN IBUPROFEN TERHADAP ULKUS GASTER RELATIONSHIP OF IBUPROFEN WITH GASTRIC ULCER

HUBUNGAN IBUPROFEN TERHADAP ULKUS GASTER RELATIONSHIP OF IBUPROFEN WITH GASTRIC ULCER HUBUNGAN IBUPROFEN TERHADAP ULKUS GASTER Soraya Rahmanisa 1, Aulian Mediansyah 2 1 Bagian Biologi Molekuler, Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung 2 Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan

I. PENDAHULUAN. (Nurdiana dkk., 2008). Luka bakar merupakan cedera yang mengakibatkan I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Luka bakar merupakan salah satu insiden yang sering terjadi di masyarakat khususnya rumah tangga dan ditemukan terbayak adalah luka bakar derajat II (Nurdiana dkk., 2008).

Lebih terperinci

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA APLIKASI MADU SEBAGAI PEMANFAATAN ALAMI UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA KULIT BIDANG KEGIATAN: PKM-GT

PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA APLIKASI MADU SEBAGAI PEMANFAATAN ALAMI UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA KULIT BIDANG KEGIATAN: PKM-GT PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA APLIKASI MADU SEBAGAI PEMANFAATAN ALAMI UNTUK MEMPERCEPAT PENYEMBUHAN LUKA PADA KULIT BIDANG KEGIATAN: PKM-GT Diusulkan Oleh: Fachruddin Perdana (I14080059/2008) Siti Anisah

Lebih terperinci

Lesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh

Lesi mukosa akut lambung akibat Aspirin atau dengan istilah Aspirin gastropati merupakan kelainan mukosa akibat efek topikal yang akan diikuti oleh V. PEMBAHASAN UMUM Lesi mukosa akut lambung akibat efek samping OAINS/Aspirin merupakan kelainan yang sering ditemukan. Prevalensi kelainan ini sekitar 70 persen sedangkan pada 30 persen kasus tidak didapatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. 10 juta jiwa, dan 70% berasal dari negara berkembang, salah satunya Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku merokok merupakan salah satu ancaman terbesar kesehatan masyarakat dunia. Menurut laporan status global WHO (2016), perilaku merokok telah membunuh sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian besar wilayah di Indonesia adalah wilayah dengan dataran rendah yaitu berupa sungai dan rawa yang di dalamnya banyak sekali spesies ikan yang berpotensi tinggi

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 18 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil uji tantang virus AI H5N1 pada dosis 10 4.0 EID 50 /0,1 ml per ekor secara intranasal menunjukkan bahwa virus ini menyebabkan mortalitas pada ayam sebagai hewan coba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%,

BAB I PENDAHULUAN. merupakan korban tersering dari kecelakan lalu lintas. 1. Prevalensi cedera secara nasional menurut Riskesdas 2013 adalah 8,2%, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut WHO, lebih dari 3.400 manusia di dunia meninggal di jalan setiap hari dan lebih dari 10 juta manusia mengalami cedera dan disabilitas tiap tahunnya. Anak anak,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan radang atau degenerasi pada jaringan yang mengelilingi dan mendukung gigi (Flaws dan Sionneau, 2001). Berdasarkan hasil Survei Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid

BAB I PENDAHULUAN. Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Natrium diklofenak merupakan obat golongan antiinflamasi nonsteroid (OAINS) dengan efek analgesik, antiinflamasi, dan antipiretik yang digunakan secara luas pada

Lebih terperinci

ABSTRAK ETIOPATOGENESIS ULKUS PEPTIKUM. Nita Amelia, 2006, Pembimbing utama : Freddy T Andries, dr., M.S.

ABSTRAK ETIOPATOGENESIS ULKUS PEPTIKUM. Nita Amelia, 2006, Pembimbing utama : Freddy T Andries, dr., M.S. ABSTRAK ETIOPATOGENESIS ULKUS PEPTIKUM Nita Amelia, 2006, Pembimbing utama : Freddy T Andries, dr., M.S. Ulkus peptikum adalah salah satu penyakit saluran pencernaan tersering. Lesi dari ulkus peptikum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. makanan dicerna untuk diserap sebagai zat gizi, oleh sebab itu kesehatan. penyakit dalam dan kehidupan sehari-hari (Hirlan, 2009). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saluran pencernaan merupakan gerbang utama masuknya zat gizi sebagai sumber pemenuhan kebutuhan tubuh baik untuk melakukan metabolisme hingga aktivitas sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN 25 BAB 5 HASIL PENELITIAN Preparat jaringan yang telah dibuat, diamati dibawah mikroskop multinokuler dengan perbesaran 4x dan 10x. Semua preparat dapat dibaca berdasarkan tolok ukur skor tingkat peradangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Pembangunan kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Inflamasi adalah suatu respon jaringan terhadap rangsangan fisik atau kimiawi yang merusak. Rangsangan ini menyebabkan lepasnya mediator inflamasi seperti histamin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat

BAB I PENDAHULUAN. Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat IX-xi BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Teh sarang semut merupakan salah satu jenis teh herbal alami yang terbuat dari bahan utama yaitu tumbuhan umbi yang digunakan oleh semut sebagai sarang sehingga

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat

I. PENDAHULUAN. dialami oleh siapa saja dan dapat terjadi dimana saja baik dirumah, tempat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter, biaya yang dibutuhkan juga cukup mahal untuk penanganannya. Luka bakar dapat dialami oleh siapa saja

Lebih terperinci

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah

Kata kunci: Penyembuhan luka, Ulserasi, Mukosa Oral, Sirih Merah ABSTRAK Latar belakang Luka yang sering ditemukan didalam rongga mulut adalah luka ulserasi. Ulserasi adalah lesi berbentuk seperti kawah pada kulit atau mukosa mulut, ulser biasanya terasa sakit seringkali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier

BAB I PENDAHULUAN. tubuh lain sehingga menimbulkan efek yang traumatis (Ismail 2009 cit Kozier BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Salah satu keadaan yang paling sering dialami oleh manusia adalah luka yang terjadi pada kulit dan menimbulkan trauma bagi penderitanya. Luka adalah kerusakan kontinuitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi para dokter. Prevalensi cedera luka bakar di Indonesia sebesar 2,2% dimana prevalensi luka bakar tertinggi terdapat

Lebih terperinci

UJI AKTIVITAS MADU SEBAGAI ANTITUKAK LAMBUNG TERHADAP TIKUS PUTIH GALUR WISTAR

UJI AKTIVITAS MADU SEBAGAI ANTITUKAK LAMBUNG TERHADAP TIKUS PUTIH GALUR WISTAR Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan ISSN:2089-3582 UJI AKTIVITAS MADU SEBAGAI ANTITUKAK LAMBUNG TERHADAP TIKUS PUTIH GALUR WISTAR 1 Sri Peni Fitrianingsih, 2 Ratu Choesrina 1,2Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem penghantaran obat dengan memperpanjang waktu tinggal di lambung memiliki beberapa keuntungan, diantaranya untuk obat-obat yang memiliki absorpsi rendah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN IODIN 10%, IODIN 70 %, IODIN 80%, DAN NaCl DALAM PERCEPATAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PUNGGUNG TIKUS JANTAN Sprague Dawley

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN IODIN 10%, IODIN 70 %, IODIN 80%, DAN NaCl DALAM PERCEPATAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PUNGGUNG TIKUS JANTAN Sprague Dawley EFEKTIVITAS PENGGUNAAN IODIN 10%, IODIN 70 %, IODIN 80%, DAN NaCl DALAM PERCEPATAN PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PUNGGUNG TIKUS JANTAN Sprague Dawley SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan

BAB I PENDAHULUAN. (Harty,2003). Perlukaan sering terjadi di dalam rongga mulut, khususnya pada gingiva (Newman dkk, 2002). Luka merupakan kerusakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gingiva merupakan jaringan ikat fibrosa, ditutupi epitel yang mengelilingi dan melekat ke gigi dan tulang alveolar dan meluas ke pertautan mukogingiva (Harty,2003).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tukak lambung merupakan salah satu gangguan gastrointestinal utama, yang dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan dari faktor agresif (asam lambung dan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan.

I. PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan hewan. I. PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Luka jaringan lunak rongga mulut banyak dijumpai pada pasien di klinik gigi. Luka adalah hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Keadaan ini dapat disebabkan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Stefany C.K, Pembimbing I : Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes. Pembimbing II: Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK.

ABSTRAK. Stefany C.K, Pembimbing I : Laella Kinghua Liana, dr., Sp.PA, M.Kes. Pembimbing II: Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK. ABSTRAK EFEK EKSTRAK RIMPANG JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn. Var. rubrum) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER PADA MENCIT GALUR Swiss Webster JANTAN YANG DIINDUKSI ASETOSAL Stefany C.K,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Zaman dahulu hingga sekarang ini, banyak sekali individu yang sering mengalami luka baik luka ringan maupun luka yang cukup serius akibat dari kegiatan yang dilakukannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang

BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang BAB 1 PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Inflamasi atau yang lebih dikenal dengan sebutan radang yang merupakan respon perlindungan setempat yang ditimbulkan oleh cedera atau kerusakkan jaringan untuk menghancurkan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran

BAB I PENDAHULUAN. beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Akhir- akhir ini sering dibicarakan tentang boraks yang terdapat pada beberapa jenis makan yang kita konsumsi, boraks sering digunakan dalam campuran beberapa bahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ulkus lambung merupakan masalah pencernaan yang sering ditemukan di masyarakat. Kejadian ulkus lambung berkisar antara 5% - 10% dari total populasi penduduk dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulkus peptik atau tukak peptik adalah defek mukosa gastrointestinal (GI) yang meluas sampai ke mukosa otot yang terjadi di esofagus, lambung atau duodenum (Brashers,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Obat analgesik antipiretik serta obat anti inflamasi nonsteroid (AINS) merupakan salah satu kelompok obat yang banyak diresepkan dan juga digunakan tanpa resep dokter.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang sering terjadi pada kulit atau jaringan akibat adanya kontak dengan listrik, api, pajanan suhu yang tinggi dari matahari,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Demam adalah kenaikan suhu diatas normal. bila diukur pada rectal lebih dari 37,8 C (100,4 F), diukur pada oral lebih dari 37,8 C, dan bila diukur melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu

BAB I PENDAHULUAN UKDW. 2013; Wasitaatmadja, 2011). Terjadinya luka pada kulit dapat mengganggu 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Limabelas persen dari berat badan manusia merupakan kulit (Wasitaatmadja, 2011). Kulit merupakan bagian terluar dari tubuh manusia yang memiliki fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain

BAB I PENDAHULUAN. Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setelah streptomisin ditemukan pada tahun 1943, ditemukan pula antibiotik lain yang memiliki sifat mirip dengan streptomisin, salah satu antibiotik yang ditemukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan daerah yang seringkali menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Luka BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Luka bakar adalah suatu luka yang disebabkan oleh panas, arus listrik atau bahan kimia yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan lebih dalam. Mayoritas dari luka bakar

Lebih terperinci

sebesar 90% (Dodge, 1993). Ulkus gaster berukuran lebih besar dan lebih menonjol sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih sering atau mudah dijumpai di

sebesar 90% (Dodge, 1993). Ulkus gaster berukuran lebih besar dan lebih menonjol sehingga pada pemeriksaan autopsi lebih sering atau mudah dijumpai di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyakit ulkus peptikum (ulkus peptik) merupakan penyakit yang masih banyak ditemukan terutama dalam kelompok usia di atas 45 tahun (Gartner dan Hiatt, 2001).

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENINGKATAN KADAR MUKUS LAMBUNG TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL GASTRITIS

ABSTRAK EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENINGKATAN KADAR MUKUS LAMBUNG TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL GASTRITIS ABSTRAK EFEK SUSU KEDELAI TERHADAP PENINGKATAN KADAR MUKUS LAMBUNG TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL GASTRITIS Yunita Indah Dewi, 2012. Pembimbing I : dr. Lusiana Darsono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Lisawati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inflamasi merupakan reaksi lokal jaringan terhadap infeksi atau cedera dan melibatkan lebih banyak mediator dibanding respons imun yang didapat. Inflamasi dapat diartikan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN

ABSTRAK. EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN ABSTRAK EFEK GASTROPROTEKTIF AIR PERASAN DAUN PISANG (Musa paradisiaca L.) PADA TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIINDUKSI ASPIRIN Melissa Chandra, 2014, Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra, dr., M.Kes. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit HIV & AIDS merupakan suatu penyakit yang terus berkembang dan menjadi masalah global yang melanda dunia. Indonesia merupakan negara di ASEAN yang paling tinggi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit ulkus peptikum (tukak peptik) terdiri dari ulkus gaster dan ulkus duodenum. Ulkus peptikum didefinisikan sebagai suatu defek mukosa atau submukosa yang berbatas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang

I. PENDAHULUAN. Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peternakan broiler merupakan salah satu sektor usaha peternakan yang berkembang pesat. Pada 2013 populasi broiler di Indonesia mencapai 1.255.288.000 ekor (BPS,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bentuk sediaan obat merupakan sediaan farmasi dalam bentuk tertentu sesuai dengan kebutuhan, mengandung satu zat aktif atau lebih dalam pembawa yang digunakan sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Prevalensi penyakit terkait inflamasi di Indonesia, seperti rematik (radang sendi) tergolong cukup tinggi, yakni sekitar 32,2% (Nainggolan, 2009). Inflamasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi

BAB I PENDAHULUAN. dengan luka terbuka sebesar 25,4%, dan prevalensi tertinggi terdapat di provinsi Sulawesi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan yang di akibatkan karena trauma, perubahan suhu, zat kimia, ledakan, sengatan listrik, atau gigitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka adalah terputusnya kontinuitas atau hubungan anatomis jaringan pada tubuh makhluk hidup. Luka dapat merupakan luka yang sengaja dibuat untuk tujuan tertentu, seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah

BAB I PENDAHULUAN. dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Timbulnya suatu penyakit berpengaruh terhadap perubahan gaya hidup dan pola konsumsi makanan, sehingga banyak timbul masalah kesehatan, salah satunya gangguan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture,

BAB I PENDAHULUAN. Terdapat beberapa tipe dari luka, diantaranya abrasi, laserasi, insisi, puncture, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan rusaknya permukaan kulit/mukosa yang menghasilkan perdarahan. Luka dapat disebabkan oleh 2 faktor, yaitu faktor fisik dan kimia. Terdapat beberapa

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. tingkat keparahan luka yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang

I.PENDAHULUAN. tingkat keparahan luka yang dapat mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Luka merupakan salah satu proses kerusakan atau hilangnya komponen jaringan secara spesifik yang terjadi mengenai bagian tubuh tertentu, tergantung dari tingkat keparahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya

BAB I PENDAHULUAN. Berbagai usaha dilakukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Misalnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring meningkatnya taraf hidup manusia dewasa ini, maka kebutuhan akan berbagai hal juga mengalami peningkatan seperti kebutuhan akan sandang, papan, pangan, kesehatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dispepsia menurut kriteria Rome III didefinisikan sebagai sekumpulan gejala yang berlokasi di epigastrium, terdiri dari nyeri ulu hati atau ketidaknyamanan, bisa disertai

Lebih terperinci

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid, BAB 1 PENDAHULUAN Inflamasi merupakan suatu respons protektif normal terhadap kerusakan jaringan yang disebabkan oleh trauma fisik, zat kimia yang merusak, atau zat-zat mikrobiologik. Inflamasi adalah

Lebih terperinci

Satuan Acara penyuluhan (SAP)

Satuan Acara penyuluhan (SAP) Lampiran Satuan Acara penyuluhan (SAP) A. Pelaksanaan Kegiatan a. Topik :Gastritis b. Sasaran : Pasien kelolaan (Ny.N) c. Metode : Ceramah dan Tanya jawab d. Media :Leaflet e. Waktu dan tempat : 1. Hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem peyampaian obat konvensional tidak dapat mempertahankan konsentrasi obat yang efektif selama periode yang diperlukan, terutama untuk obat-obat yang memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ketoprofen merupakan senyawa obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) turunan asam fenilalkanoat yang bekerja sebagai antiinflamasi, antipiretik, analgetik, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sembuh tanpa jaringan parut. Penyembuhan fraktur bisa terjadi secara langsung atau

BAB I PENDAHULUAN. sembuh tanpa jaringan parut. Penyembuhan fraktur bisa terjadi secara langsung atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, tulang rawan epifisis, baik yang bersifat partial ataupun total. 1 Penyembuhan fraktur adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gastritis adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan peradangan pada lapisan lambung. Berbeda dengan dispepsia,yang bukan merupakan suatu diagnosis melainkan suatu

Lebih terperinci

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi

menyebabkan timbulnya faktor lupa meminum obat yang akhirnya dapat menyebabkan kegagalan dalam efektivitas pengobatan. Permasalahan ini dapat diatasi BAB 1 PENDAHULUAN Pada saat ini, semakin banyak manusia yang terkena penyakit reumatik, baik orang dewasa maupun anak muda. Upaya manusia untuk mengatasi hal tersebut dengan cara farmakoterapi, fisioterapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Nyeri merupakan salah satu aspek yang penting dalam bidang medis, dan menjadi penyebab tersering yang mendorong seseorang untuk mencari pengobatan (Hartwig&Wilson,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada tubuh manusia, mineral berperan dalam proses fisiologis. Dalam sistem fisiologis manusia, mineral tersebut dibagi menjadi dua bagian yaitu makroelemen antara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses

BAB I PENDAHULUAN. mulut, yang dapat disebabkan oleh trauma maupun tindakan bedah. Proses BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Luka merupakan kerusakan fisik yang ditandai dengan terganggunya kontinuitas struktur jaringan yang normal. 1 Luka sering terjadi dalam rongga mulut, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat

BAB I PENDAHULUAN. luka ini dapat berasal dari trauma, benda tajam atau tumpul, perubahan suhu, zat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Luka adalah salah satu dari kasus cedera yang sering terjadi. Luka didefinisikan sebagai hilang atau rusaknya sebagian jaringan tubuh. Penyebab dari luka

Lebih terperinci

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku

Ag2SO4 SIFAT FISIKA. Warna dan bentuk: serbuk putih BM: Titik leleh (derajat C) : tidak ada. Titik didih: 1085 C. Tekanan uap: tidak berlaku Ag2SO4 Warna dan bentuk: serbuk putih BM: 311.8 Titik leleh (derajat C) : tidak ada Titik didih: 1085 C Tekanan uap: tidak berlaku Specific gravity: 5.45 Kelarutan dalam air: 0.57g/100 cc (0 C) Bahaya

Lebih terperinci

Proses Pembuatan Madu

Proses Pembuatan Madu MADU PBA_MNH Madu cairan alami, umumnya berasa manis, dihasilkan oleh lebah madu dari sari bunga tanaman (floral nektar); atau bagian lain dari tanaman (ekstra floral nektar); atau ekskresi serangga cairan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ulserasi peptik. Mukus gaster disekresi oleh sel mukosa pada epitel mukosa gaster

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ulserasi peptik. Mukus gaster disekresi oleh sel mukosa pada epitel mukosa gaster BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gaster 2.1.1 Pertahanan mukosa gaster Mukus gaster penting dalam pertahanan mukosa dan dalam mencegah ulserasi peptik. Mukus gaster disekresi oleh sel mukosa pada epitel mukosa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ulkus gaster tersebar diseluruh dunia dengan prevalensi yang berbeda tergantung pada sosial ekonomi, demografi, dijumpai lebih banyak pada pria, meningkat pada usia

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP MUKOSA GASTER PADA MODEL MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ASETOSAL

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP MUKOSA GASTER PADA MODEL MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ASETOSAL ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL RIMPANG KENCUR (Kaempferia galanga L.) TERHADAP MUKOSA GASTER PADA MODEL MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI ASETOSAL Yan Nie, 0810167 Pembimbing : 1. Laella Kinghua Liana,

Lebih terperinci