RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALOPO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALOPO"

Transkripsi

1 RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO RPJMD RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALOPO RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO PEMERINTAH KOTA PALOPO BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

2 PEMERINTAH KOTA PALOPO RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALOPO TAHUN

3 PEMERINTAH KOTA PALOPO RANCANGAN PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALOPO TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, yang mengamanatkan bahwa Kepala Daerah terpilih wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah; b. bahwa berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, yang mengamanatkan bahwa Kepala Daerah terpilih wajib menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu membentuk Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Palopo Tahun ; 3

4 PEMERINTAH KOTA PALOPO Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo, Provinsi Sulawesi Selatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 24, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4186); 2. Undang - Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas dari Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan LembaranNegara Republik Indonesia Nomor 3851); 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); 5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); 6. Undang Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4726); 7. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5234); 8. Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 9. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) 4

5 PEMERINTAH KOTA PALOPO sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 10. Undang-Undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 4438); 11. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2009 tentang Majelis Permusyawaratan Rakyat, Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 5043); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 41, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4090); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 56 tahun 2001 tentang Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 100, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4124); 14. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 15. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); 16. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi 5

6 PEMERINTAH KOTA PALOPO Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); 17. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664); 18. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); 19. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Satuan Kerja Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); 20. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); 21. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 22. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang wilayah Nasional (Lebaran Negara Republik Indonesia tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); 23. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah; 6

7 PEMERINTAH KOTA PALOPO 24. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 9 Tahun 2009 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi Sulawesi Selatan tahun ; 25. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Tahun 2003 Nomor 1); 26. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 08 Tahun 2008 tentang Satuan Kerja Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Palopo Tahun 2008 Nomor 08) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 06 Tahun 2010 (Lembaran Daerah Kota Palopo Tahun 2010 Nomor 06 ); 27. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 07 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Wajib dan Pilihan yang Menjadi Kewenangan Pemerintah Kota Palopo (Lembaran Daerah Tahun 2008 Nomor 07); 28. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 08 Tahun 2008 tentang Satuan Kerja Perangkat Daerah (Lembaran Daerah Kota Palopo Tahun 2008 Nomor 08) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 06 Tahun 2010 (Lembaran Daerah Kota Palopo Tahun 2010 Nomor 06 ); 29. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Tahun ; 30. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kota Palopo Tahun (Lembaran Daerah Kota Palopo Tahun 2008 Nomor 01); 7

8 PEMERINTAH KOTA PALOPO Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KOTA PALOPO dan WALIKOTA PALOPO MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAAN DAERAH KOTA PALOPO TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALOPO TAHUN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Kota Palopo. 2. Pemerintah Daerah adalah Walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 3. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD, adalah Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Palopo. 4. Walikota adalah Walikota Palopo. 5. Sekretaris Daerah adalah Sekretaris Daerah Kota Palopo. 6. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, yang selanjutnya disebut Bappeda, adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab 8

9 PEMERINTAH KOTA PALOPO terhadap pelaksanaan tugas dan fungsi perencanaan pembangunan di Kota Palopo. 7. Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disingkat SKPD, adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan tugas pemerintahan di bidang tertentu. 8. Instansi Vertikal adalah Perangkat Kementerian atau Lembaga Pemerintah Pusat di Daerah 9. Masyarakat adalah orang perorangan, kelompok orang, termasuk masyarakat hukum adat atau badan hukum yang berkepentingan dengan kegiatan dan hasil pembangunan. 10. Dunia Usaha adalah usaha mikro, usaha kecil, usaha menengah dan usaha besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. 11. Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. 12. Rencana Pembangunan Jangka Panjang, yang selanjutnya disingkat RPJP, adalah dokumen perencanaan untuk periode 20 ( dua puluh ) tahun yang memuat visi, misi dan arah pembangunan jangka panjang Kota Palopo. 13. Rencana Pembangunan Jangka Menengah, yang selanjutnya disingkat RPJM, adalah dokumen perencanaan untuk periode 5 (lima) tahun. 9

10 PEMERINTAH KOTA PALOPO 14. Rencana Kerja Pemerintah Daerah yang selanjutnya disebut RKPD adalah rencana kerja tahunan daerah yang merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk priode 1 (satu) tahun. 15. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo yang selanjutnya disebut RTRW Kota Palopo adalah hasil perencanaan tata ruang wilayah yang mengatur struktur dan pola ruang Kota Palopo untuk periode 20 (dua puluh) tahun. 16. Rencana Pembangunan Tahunan Satuan Kerja Perangkat Daerah yang selanjutnya disebut Renja- SKPD, adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 1 (satu) tahun. 17. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Satuan Kerja Perangkat Daerah, yang selanjutnya disebut Renstra-SKPD, adalah dokumen perencanaan SKPD untuk periode 5 (lima) tahun. 18. Pembangunan Daerah adalah perubahan yang dilakukan secara terus menerus dan terencana oleh seluruh komponen di daerah untuk mewujudkan visi daerah. 19. Visi adalah rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan. 20. Misi adalah rumusan umum mengenai upayaupaya yang akan dilaksanakan untuk mewujudkan visi. 21. Isu-isu Strategis adalah kondisi atau hal yang harus diperhatikan atau dikedepankan dalam 10

11 PEMERINTAH KOTA PALOPO perencanaan pembangunan daerah karena dampaknya yang signifikan bagi daerah dengan karakteristik bersifat penting, mendasar, mendesak, berjangka panjang dan menentukan tujuan penyelenggaraan pemerintahan daerah dimasa yang akan datang. 22. Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. 23. Kebijakan adalah arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Pusat/Daerah untuk mewujudkan visi dan misi. 24. Program adalah instrumen kebijakan yang berisi 1 (satu) atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD untuk mencapai sasaran dan tujuan serta memperoleh alokasi anggaran, atau kegiatan masyarakat yang dikoordinasikan oleh SKPD. 25. Indikator Kinerja adalah alat ukur spesifik secara kuantitatif dan/atau kualitatif yang terdiri dari unsur masukan, proses, keluaran, hasil, manfaat, dan/atau darnpak yang menggambarkan tingkat capaian kinerja suatu kegiatan. 26. Sasaran (target) adalah hasil yang diharapkan dari suatu program atau keluaran yang diharapkan dari suatu kegiatan. 27. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan Pemerintah Daerah yang 11

12 PEMERINTAH KOTA PALOPO dibahas dan disetujui bersama Pemerintah Daerah dengan DPRD dan ditetapkan dengan Perda. merupakan : BAB II KEDUDUKAN Pasal 2 RPJM Daerah Kota Palopo Tahun a. Penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah dan arah kebijakan keuangan daerah dengan mempertimbangkan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Palopo Tahun ; dan b. Dokumen perencanaan daerah yang memberikan arah sekaligus acuan bagi seluruh komponen pelaku pembangunan daerah dalam mewujudkan pembangunan daerah yang berkesinambungan. BAB III MAKSUD DANTUJUAN Pasal 3 Maksud dan tujuan penetapan RPJM Daerah adalah untuk menetapkan pedoman perencanaan sebagai acuan dalam : a. Penyusunan Renstra - SKPD, RKPD, Renja - SKPD dan perencanaan penganggaran ; dan 12

13 PEMERINTAH KOTA PALOPO b. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara perencanaan pembangunan Nasional, Provinsi dan Kota serta dengan Kabupaten/Kota yang berbatasan. BAB IV SISTEMATIKA Pasal 4 Sistematika RPJM Daerah Kota Palopo Tahun meliputi : BAB I : BAB II : BAB III : PENDAHULUAN Memuat latar belakang, landasan hukum, hubungan antar dokumen, sistematika penyusunan, maksud dan tujuan. GAMBARAN UMUM KOTA PALOPO Memuat telaahan terhadap kondisi Kota Palopo dari aspek geografi dan demografi, aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN KOTA PALOPO Memuat evaluasi pembangunan daerah terhadap kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu dan kerangka pendanaan. BAB IV : ISU-ISU STRATEGIS Memuat tantangan dan permasalahan pembangunan yang akan dihadapi selama 5 (lima) tahun dan isu strategis. 13

14 PEMERINTAH KOTA PALOPO BAB V : VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Memuat visi dan misi pemerintah daerah untuk kurun waktu 5 (lima) tahun ke depan, tujuan dan sasaran dari misi tersebut. BAB VI : STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Memuat dan menjelaskan arah kebijakan pembangunan Daerah, program pembangunan daerah dan indikator kinerja serta tahapan pencapaian. BAB VII : KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Menjelaskan hubungan antara kebijakan umum yang berisi arah kebijakan pembangunan berdasarkan strategi yang dipilih dengan target capaian indikator kinerja dan program pembangunan daerah. BAB VIII : INDIKASI RENCANA PROGRAM PRIORITAS DAN PENDANAAN Menjelaskan rencana program prioritas serta kebijakan keuangan daerah untuk memenuhi kebutuhan pendanaan selama 5 (lima) tahun. BAB IX : INDIKATOR KINERJA DAERAH memuat indikator kinerja daerah yang memberi gambaran tentang ukuran keberhasilan pencapaian visi dan misi Kepala Daerah dari sisi keberhasilan penyelenggaraan pemerintahan daerah, 14

15 PEMERINTAH KOTA PALOPO dalam memenuhi kinerja pada aspek kesejahteraan, layanan dan daya saing. Ukuran keberhasilan ditunjukan dari akumulasi pencapaian indikator outcome program pembangunan daerah setiap tahun sehingga kondisi kinerja yang diinginkan pada akhir priode RPJMD dapat dicapai. BAB X : PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN Menjelaskan masa transisi sebelum tersusunnya dokumen RPJMD priode berikutnya sehingga tercapai optimalisasi nilai-nilai pembangunan dan sinergi dalam pelaksanaan program pembangunan BAB XI : PENUTUP BAB V ISI DAN URAIAN RPJM DAERAH Pasal 5 Isi dan uraian RPJM Daerah Kota Palopo Tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, tercantum pada lampiran sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Daerah ini. BAB VI PENGENDALIAN DAN EVALUASI Pasal 6 15

16 PEMERINTAH KOTA PALOPO (1) Pemerintah Daerah melakukan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan RPJM Daerah Kota Palopo Tahun (2) Tata cara pengendalian dan evaluasi pelaksanaan RPJM Daerah Kota Palopo sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mengacu pada peraturan yang berlaku. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 7 Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kota Palopo. Ditetapkan di Palopo Pada tanggal 24 Desember 2013 WALIKOTA PALOPO, Ttd M. JUDAS AMIR Diundangkan di Palopo pada tanggal 24 Desember 2013 SEKRETARIS DAERAH KOTA PALOPO Ttd SYAMSUL RIZAL SYAM 16

17 PEMERINTAH KOTA PALOPO PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALOPO TAHUN I. UMUM Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Palopo Tahun merupakan dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk kurun waktu 5 (lima) tahun, yang digunakan sebagai acuan dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) untuk setiap jangka waktu 1 (satu) tahun. Berdasarkan pasal 5 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, menyatakan bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah merupakan penjabaran visi, misi dan program Kepala Daerah ke dalam strategi pembangunan daerah, kebijakan umum, program prioritas Kepala Daerah, dan arah kebijakan keuangan daerah, dengan berpedoman pada Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2012 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) Daerah Kota Palopo Tahun Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah tersebut digunakan sebagai pedoman dalam penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) SKPD, yang merupakan rencana pembangunan tahunan daerah, serta memuat prioritas pembangunan daerah, rancangan kerangka ekonomi makro yang 17

18 PEMERINTAH KOTA PALOPO mencakup gambaran perekonomian secara menyeluruh termasuk arah kebijakan fiskal, serta program dan kewilayahan dalam bentuk kerangka regulasi dan pendanaan yang bersifat indikatif. Kurun waktu Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah adalah 5 (lima) tahun. Pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Tahun terbagi dalam tahapan perencanaan pembangunan pada periodisasi perencanaan pembangunan tahunan yang dituangkan dalam : a. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2014 b. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 c. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2016 d. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2017 e. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2018 Keberhasilan dan implementasi pelaksanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Palopo Tahun , sangat tergantung dari kesepakatan, kesepahaman dan komitmen bersama antara Pemerintah Kota Palopo, Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan dan Pemerintah Pusat, serta pemangku kepentingan di Kota Palopo. Dalam rangka menjaga kontinuitas pembangunan dan menghindarkan kekosongan rencana pembangunan daerah, Walikota yang sedang memerintah pada tahun terakhir pemerintahannya diwajibkan menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) pada tahun pertama periode Pemerintahan Walikota berikutnya yaitu pada tahun Namun demikian, Walikota terpilih pada periode 18

19 PEMERINTAH KOTA PALOPO berikutnya tetap mempunyai ruang gerak yang luas untuk menyempurnakan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) melalui mekanisme perubahan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD-P) sebagaimana diatur dalam Undang - Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara. Dengan adanya kewenangan untuk menyusun Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD), maka jangka waktu keseluruhan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah adalah II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Isitilah-istilah dalam pasal ini dimaksudkan untuk mencegah timbulnya salah tafsir dan salah pengertian dalam memahami dan melaksanakan pasal-pasal dalam Peraturan Daerah ini. Pasal 2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah mempunyai kedudukan sebagai kerangka dasar pengelolaan pembangunan daerah dalam kurun waktu 5 (lima) tahun, yang merupakan penjabaran pembangunan Kota Palopo dengan tetap memperhatikan arahan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi Sulawesi Selatan serta merupakan pedoman dalam : 19

20 PEMERINTAH KOTA PALOPO a. Penyusunan Renstra - SKPD, Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Renja - SKPD, dan perencanaan penganggaran ; b. Mewujudkan perencanaan pembangunan daerah yang sinergis dan terpadu antara Perencanaan Pembangunan Nasional, Provinsi serta kabupaten/kota yang berbatasan. Pasal 3 Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Palopo tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Daerah Kota Palopo Tahun adalah untuk : 1. Mengidentifikasi perkembangan pembangunan dan pemerintahan di Kota Palopo dengan mempertimbangkan segala potensi dan sumber daya yang dimiliki Kota Palopo. 2. Merumuskan visi dan misi Kota Palopo yang akan dicapai melalui serangkaian tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, dan program prioritas pembangunan daerah jangka menengah. 3. Menyediakan dokumen perencanaan pembangunan untuk 5 (lima) tahun yang bersifat indikatif yang memuat kerangka makro Kota Palopo dan pilihan program prioritas setelah dibahas dalam rangkaian forum Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) RPJM Daerah. 4. Sebagai bahan acuan utama dalam menyusun Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renstra - SKPD), Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD), Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja - SKPD) dan perencanaan penganggaran. 20

21 PEMERINTAH KOTA PALOPO 5. Menyediakan rancangan tolok ukur untuk mengukur dan melakukan evaluasi kinerja tahunan setiap SKPD. 6. Memudahkan seluruh jajaran aparatur Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan pembangunan jangka menengah dengan cara menyusun program dan kegiatan secara terarah, terpadu, dan terukur. Pasal 4 Cukup Jelas Pasal 5 Cukup Jelas Pasal 6 Ayat (1) Cukup Jelas Ayat (2) Cukup Jelas Pasal 7 Cukup Jelas Pasal 8 Cukup Jelas 21

22 PEMERINTAH KOTA PALOPO DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... i DAFTAR ISI... ii DAFTAR TABEL... iii BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Maksud dan Tujuan Dasar Hukum Penyusunan Hubungan dengan Dokumen Perencana Lainnya Sistematika Penyusunan BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Aspek Geografi dan Demografi Karakteristik Lokasi dan Wilayah Potensi Pengembangan Wilayah Wilayah Rawan Bencana Demografi Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Aspek Kesejahteraan Masyarakat BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja Pelaksanaan APBD Neraca Daerah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu Proporsi Penggunaan Anggaran Analisis Pembiayaan

23 PEMERINTAH KOTA PALOPO 3.3 Kerangka Pendanaan Proyeksi Data Masa Lalu Kerangka Pendanaan BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS Permasalahan Pembangunan Analisis Isu-isu strategis BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN Visi Misi Tujuan dan Sasaran BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi Arah Kebijakan BAB VII KEBIJAKAN UMUM DAN PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH BAB VIII INDIKASI RANCANA PROGRAM PRIORITAS YANG DISERTAI KEBUTUHAN PENDANAAN BAB IX PENETAPAN INDIKATOR KINERJA DAERAH BAB X PEDOMAN TRANSISI DAN KAIDAH PELAKSANAAN 186 BAB XI P E N U T U P

24 PEMERINTAH KOTA PALOPO DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Luas dan Ketinggian Daerah di Kota Palopo 15 Tabel 2.2 Data Curah Hujan Kota Palopo 10 Tahun Terakhir ( ) Tabel 2.3 Penggunaan Lahan Kota Palopo Tabel 2.4 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s.d 2012 Atas Dasar Harga Berlaku Kota Palopo (juta) Tabel 2.5 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s/d 2012 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Palopo (juta Rp) 31 Tabel 2.6 Perkembangan Konstribusi Sektor dalam Tahun 2008 s/d 2012 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dalam Harga Konstan (Hk) Kota Palopo Tabel 2.7 Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas dasar Harga Berlaku (Hb) dan Harga Konstan (Hk) Kota Palopo Tahun Tabel 2.8 Nilai Inflasi Rata-Rata Kota Palopo Tahun 2008 s/d Tabel 2.10 PDRB Perkapita Kota Palopo Tahun 2008 s/d Tabel 2.12 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Palopo Tahun 2008 s.d Tabel 2.13 Angka Melek Huruf menurut kecamatan di Kota Palopo Tahun Tabel 2.14 Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Palopo Tahun 2008 s.d

25 PEMERINTAH KOTA PALOPO Tabel 2.15 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Palopo Tahun 2008 s/d Tabel 2.16 Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2012 menurut Kecamatan di Kota Palopo Tabel 2.17 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2008 s/d 2012 Kota Palopo.. 46 Tabel 2.15 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kecamatan Kota Palopo Tahun Tabel 3.1 Derajat Otonomi Fiskal Daerah (DOFD) Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012 Tabel 3.2 Perkembangan APBD dan Realisasi APBD Kota Palopo Tahun 2008 s/d Tabel 3.3 Pertumbuhan APBD Kota Palopo 2008 s/d Tabel 3.4 Realisasi Pendapatan Daerah Kota Palopo Tahun 2008 s/d Tabel 3.5 Perkembangan Asli Pendapatan Daerah 2008 s/d Tabel 3.6 Perkembangan Dana Perimbangan Kota Palopo 2008 s/d Tabel 3.7 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah kota Palopo Tahun 2008 s/d Tabel 3.8 Proposal Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Kota Palopo Tabel 3.9 Pertumbuhan Neraca Daerah Kota Palopo, Tabel 3.10 Analisis Rasio Keuangan Kota Palopo

26 PEMERINTAH KOTA PALOPO Tabel 3.11 Opini BPK terhadap laporan Keuangan Pemerintah daerah Kota Palopo Tahun 2008 s/d Tabel 3.12 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Palopo 2008 s/d Tabel 3.13 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Palopo Tabel 3.14 Pengeluaran Periodik, wajib dan Mengikut serta prioritas utama Kota Palopo, tahun 2010 s/d Tabel 3.15 SILPA Kota Palopo tahun 2010 s/d Tabel 3.16 Prosentase SILPA Kota Palopo untuk Pendanaan APBD tahun Tabel 3.17 Defisit Rill Anggaran Tabel 3.18 Komposisi Penutup deficit rill Anggaran Tahun Tabel 3.19 Proyeksi Pengeluran Periodik, Wajib Mengikat serta Prioritas Utama Kota Palopo (Ribu Rp.) Tabel 3.20 Daya Pajak (tax effort) Kota Palopo 2008 /d Tabel 3.21 Estimasi Pemerimaan Kota Palopo 2013 s/d 2018 (Ribu Rp.) Tabel 3.22 Kapasitas Rill Kemampuan Keuangan Daerah untuk mendanai Keuangan daerah Kota Palopo Tahun (Ribu Rp.).. 87 Tabel 3.23 Rencana Penggunaan Kapasitas rill Kemampuan keuangan daerah Kota Palopo (ribu Rp.)

27 PEMERINTAH KOTA PALOPO Tabel 3.24 Pendanaan Prioritas Kota Palopo Tahun (ribu Rp.) Tabel 3.25 Kebijakan Alokasi Anggaran Pemerintah Kota Palopo Tahun Tabel 5.1 Keterkaitan Pokok-pokok Visi, Misi dan Penjelasan Misi RPJMD Tabel 5.2 Keterkaitan Misi, tujuan dan Sasaran RPJMD Kota Palopo Tabel 6.1 Strategis Pembangunan RPJMD Kota Palopo Tahun Tabel 6.2 Arah Kebijakan Pembangunan Kota palopo 156 Tabel 7.1 Kebijakan Umum Pembangunan Jangka Menengah Pemerintah Kota Palopo Tabel 8.1 Tabel Indikasi Rencana Program Prioritas yang disertai Kebutuhan Pendanaan... Tabel 9.1 Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Kota Palopo Tahun Tabel 9.2 Penetapan Indikator Kinerja Daerah... 27

28 PEMERINTAH KOTA PALOPO BAB. I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Palopo merupakan salah satu kota yang berada di Provinsi Sulawesi Selatan dimana pembentukannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo di Provinsi Sulawesi Selatan. Ide awal peningkatan status Kota Administratif Palopo menjadi kota otonom, bergulir melalui aspirasi masyarakat yang menginginkan peningkatan status yang ditandai dengan lahirnya dukungan dari berbagai unsur organisasi kelembagaan seperti organisasi politik, pemuda, wanita dan profesi, serta dibarengi aksi bersama segenap komponen masyarakat untuk memperjuangkan perubahan status Kotif Palopo menjadi Kota Palopo. Secara historis, Kota Palopo tidak terlepas dari sejarah Kedatuan Luwu yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Sulawesi Selatan. Wilayah Kedatuan Luwu pada saat itu meliputi 6 (enam) daerah otonom yang telah terbentuk saat ini yaitu Kabupaten Luwu, Kabupaten Luwu Utara, Kabupaten Luwu Timur, Kabupaten Kolaka, Kabupaten Kolaka Utara dan Kota Palopo. Disamping sebagai pusat penyebaran Islam di wilayah utara Sulawesi Selatan, Palopo juga sebagai pusat perdagangan dan pusat pemerintahan Kerajaan Luwu. Bukti-bukti dari sejarah tersebut dapat dilihat dengan adanya peninggalan istana datu Luwu, masjid jami tua dan pelabuhan yang semua itu berada di jantung Kota Palopo. Rentang sejarah yang cukup panjang tersebut telah mewariskan nilainilai budaya lokal yang sangat berarti bagi perkembangan Kota Palopo ke depan. Setidaknya nilai-nilai budaya lokal tersebut secara emosional dapat mempersatukan masyarakat Kota Palopo bahkan wilayah Kedatuan Luwu 28

29 PEMERINTAH KOTA PALOPO pada saat sekarang ini dalam bingkai adat istiadat. Selain itu dapat memberikan motivasi dan semangat kerja bagi pemerintah dan masyarakat dalam memberikan pengabdian terbaik bagi kemajuan Kota Palopo. Seiring dengan perjalanan waktu, hingga saat ini Kota Palopo masih merupakan pusat kegiatan ekonomi bagi daerah-daerah sekitarnya. Sesuai dengan konteks Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Kota Palopo merupakan salah satu kawasan andalan di Provinsi Sulawesi Selatan dengan sektor unggulan pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata. Berdasarkan karakteristik sejarah Kota Palopo dan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional sebagai salah satu kawasan andalan, maka perencanaan pembangunan di Kota Palopo harus dilakukan secara komprehensif, terpadu, terarah, sistematis dan berkesinambungan. Untuk itu, dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang selanjutnya disingkat RPJMD Kota Palopo , sebagai amanat dari Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, sangat sesuai dengan kondisi dan realitas Kota Palopo dalam merencanakan pembangunan di segala bidang. Dokumen RPJMD akan menciptakan Kota Palopo yang mempunyai daya saing yang tinggi demi mewujudkan kesejahteraan masyarakat. RPJMD adalah dokumen perencanaan pembangunan untuk periode 5 (lima) tahun yang merupakan operasionalisasi dari visi dan misi Walikota terpilih. Sebagai suatu dokumen resmi rencana daerah, RPJMD mempunyai kedudukan yang strategis, yaitu menjembatani antara perencanaan strategis jangka panjang dengan perencanaan dan penganggaran tahunan. Dalam operasionalisasinya, RPJMD harus dijadikan rujukan utama seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam pembangunan daerah guna mencapai sasaran pembangunan dalam periode 5 (lima) tahun kedepan. 29

30 PEMERINTAH KOTA PALOPO Dalam RPJMD terkandung visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, arah kebijakan, kebijakan umum dan program pembangunan daerah serta indikasi rencana program prioritas yang disertai kebutuhan pendanaan, yang merupakan implementasi periode lima tahunan dari Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah yang selanjutnya disingkat RPJPD. RPJMD ini selanjutnya harus dijadikan acuan penyusunan Rencana Kerja Pembangunan Daerah sebagai bentuk perencanaan tahunan selama 5 (lima) tahun periode pemerintahan. Bagi Kota Palopo, RPJMD merupakan pelaksanaan dari periode kedua RPJPD Kota Palopo, dimana proses dan tahapan penyusunannya disesuaikan dengan ketentuan yang berlaku. Secara garis besar, RPJMD terdiri atas 7 (tujuh) tahapan yang diawali dengan persiapan penyusunan RPJMD, penyusunan rancangan awal RPJMD, penyusunan rancangan RPJMD, penyusunan kebijakan umum RPJMD, pelaksanaan musrenbang RPJMD, perumusan rancangan akhir RPJMD dan penetapan Peraturan Daerah tentang RPJMD. Penyusunan RPJMD dilakukan dengan empat pendekatan penting yaitu: Pertama, pendekatan teknokratik yakni proses penyusunan dengan berdasarkan pada penggunaan metode dan kerangka berpikir ilmiah oleh lembaga atau satuan kerja yang secara fungsional bertugas untuk itu. Kedua, pendekatan partisipatif yakni dengan memberikan kesempatan kepada stakeholder untuk memberikan masukan, saran dan kritikan atas rancangan RPJMD. Ketiga, pendekatan politis yakni menetapkan RPJMD berdasarkan visi misi Walikota terpilih dan melalui proses legislasi daerah dalam bentuk peraturan daerah. Keempat, pendekatan bottom up dan top down yang merupakan proses perencanaan yang aliran prosesnya dari atas ke bawah atau dari bawah ke atas dalam hirarki pemerintahan. Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa untuk menjamin pembangunan 30

31 PEMERINTAH KOTA PALOPO dilaksanakan secara sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh dan tanggap terhadap perubahan maka perlu disusun sebuah perencanaan pembangunan. Perencanaan pembangunan yang dimaksud adalah perencanaan pembangunan yang disusun secara terpadu oleh kementerian/lembaga dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. Untuk menjabarkan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, maka diterbitkanlah Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tersebut di atas digunakan sebagai acuan dalam penyusunan RPJMD Kota Palopo. 1.2 Maksud dan Tujuan Maksud dari penyusunan RPJMD Kota Palopo adalah menjadi pedoman dan arah pembangunan bagi seluruh stakeholder (pemerintah, masyarakat dan swasta) dalam mewujudkan cita-cita masyarakat Kota Palopo sesuai dengan visi, misi dan program pembangunan dari Walikota terpilih, sehingga seluruh upaya pembangunan dilakukan dengan sinergis, koordinatif, dan saling melengkapi satu dengan yang lainnya di dalam satu pola sikap dan pola tindak. Oleh karena itu, RPJMD Kota Palopo menjadi dokumen perencanaan sebagai landasan bagi Pemerintah Daerah dalam menyusun RKPD untuk setiap jangka waktu tahunan selama lima tahun kedepan. Pada prinsipnya tujuan penyusunan RPJMD Kota Palopo adalah untuk menciptakan Pemerintahan yang akuntabel, transparan, partisipatif, efisien, efektif, berorientasi terhadap visi dan misi, berkesinambungan, 31

32 PEMERINTAH KOTA PALOPO terarah dan terpadu dalam merealisasikan setiap program kebijakan yang telah disusun. Secara khusus tujuan penyusunan RPJMD adalah sebagai berikut : 1. Menyediakan kebijakan dan program pembangunan dalam skala prioritas yang lebih terarah agar menjadi indikator perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi pembangunan; 2. Menjadi pedoman dan acuan bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dalam penyusunan Rencana Strategis (RENSTRA); 3. Mengoptimalkan partisipasi masyarakat dalam perencanaan pembangunan; 4. Menciptakan pengelolaan sumber daya secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan; 5. Menjadi panduan/pedoman operasional visi dan misi Walikota terpilih dalam mencapai tujuan dan sasaran yang diharapkan; 6. Memelihara konsistensi antara capaian tujuan perencanaan strategis jangka panjang dengan tujuan perencanaan penganggaran lima tahunan dan tahunan pembangunan daerah; 7. Mewujudkan komitmen bersama antara eksekutif, legislatif, swasta dan masyarakat terhadap program pembangunan daerah; 8. Sebagai instrumen bagi pemerintah daerah untuk mengukur kinerja dalam menyelenggarakan tugas pemerintahan, pembangunan dan pelayanan pada masyarakat. 1.3 Dasar Hukum Penyusunan Dasar Hukum Penyusunan RPJMD Kota Palopo Tahun adalah sebagai berikut : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2002 tentang Pembentukan Kabupaten Mamasa dan Kota Palopo Propinsi Sulawesi Selatan 32

33 PEMERINTAH KOTA PALOPO (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 24 Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4186); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Naegara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4287); 3. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); 4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); 5. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 6. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional tahun (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor ) 7. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 68, Tambahan Lembaran negara Republik Indonesia Nomor 4725); 33

34 PEMERINTAH KOTA PALOPO 8. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang standar Akuntansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4503); 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); 10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Repuiblik Indonesia Nomor 4737); 11. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 12. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); 13. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 123, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5156) ; 14. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam 34

35 PEMERINTAH KOTA PALOPO Negeri Nomor 21 Tahun 2010 tentang Perubahan Ketiga atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 15. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 2008 tentang pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 16. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. 17. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 10 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Tahun ; 18. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 12 Tahun 2008 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Sulawesi Selatan ; 19. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Selatan Nomor 2 Tahun 2010 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Daerah; 20. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 8 Tahun 2008 tentang Pokok- Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. 21. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 9 Tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo ; 22. Peraturan Daerah Kota Palopo Nomor 11 Tahun 2013 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Kota Palopo Hubungan dengan Dokumen Perencanaan lainnya RPJMD Kota Palopo bukanlah suatu dokumen yang berdiri sendiri melainkan merupakan suatu rangkaian dokumen dari perencanaan lainnya baik pada level Nasional maupun Provinsi. Semua dokumen perencanaan tersebut merupakan satu kesatuan yang saling 35

36 PEMERINTAH KOTA PALOPO mendukung dan melengkapi. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional diwujudkan lebih lanjut dalam bentuk RPJPD, RPJMD dan RKPD. Sebagai konsekuensi negara kesatuan, perencanaan pembangunan daerah seharusnya tidak bertentangan dengan kepentingan nasional. Bahkan sistem perencanaan pembangunan daerah merupakan pilar dalam menentukan keberhasilan pembangunan nasional. Untuk itu, Perencanaan Pembangunan Nasional yang tertuang dalam RPJP Nasional dan RPJM Nasional memberikan keleluasaan bagi daerah untuk mengembangkan kreatifitasnya dalam menjalankan otonomi daerah dan tugas pembantuan dengan tidak mengabaikan kepentingan negara. RPJMD Kota Palopo merupakan bagian integral dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam penyusunan dokumen tersebut mempertimbangkan aspek-aspek dokumen perencanaan lain seperti RPJP Nasional, RPJM Nasional, RPJP Provinsi, RPJM Provinsi, RPJP Kota Palopo, RPJP Kabupaten Daerah sekitar, RTRW Nasional, RTRW Propinsi, RTRW Kota Palopo dan RTRW Kabupaten Daerah sekitar. Secara prosedural Rancangan RPJMD telah berpedoman pada RPJP Nasional, RPJP Propinsi Sulawesi Selatan, RPJP Kota Palopo dan RPJP daerah sekitar. Disamping itu RPJMD Kota Palopo disusun dengan mengacu pada RPJM Nasional dan RPJMD Propinsi Sulawesi Selatan, dan memperhatikan RPJMD daerah sekitar. RPJMD Kota Palopo juga berpedoman pada Rencana Umum Tata Ruang Wilayah Kota Palopo dan memperhatikan Rencana Umum Tata Ruang Kabupaten Daerah sekitar agar terjadi keterpaduan pembangunan antar wilayah secara regional. RPJMD Kota Palopo yang telah dijadikan 36

37 PEMERINTAH KOTA PALOPO Peraturan Daerah, akan dijabarkan ke dalam RKPD dan menjadi acuan bagi SKPD untuk menyusun dan menetapkan Renstra dan Renja SKPD. Berdasarkan pada uraian tersebut di atas, hubungan antar dokumen RPJMD Kota Palopo dengan dokumen perencanaan lain, baik tingkat Nasional, tingkat Provinsi, dan Daerah sekitarnya dapat digambarkan sebagai berikut : 37

38 Pedoman PEMERINTAH PUSAT Dijabarkan Diacu PEMERINTAH DAERAH RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO Gambar 1.1 Posisi Dokumen RPJMD Kota Palopo terhadap Dokumen Perencanaan Lainnya. RENSTRA KL Pedoman RENJA KL Pedoman RKA KL RINCIAN APBN RPJP Nasional Pedoman RPJM Nasional Dijabarkan RKP Pedoman RAPBN APBN Diserasihkan melalui Musrenbang RPJP Daerah Pedoman RPJM Daerah Dijabarkan RKPD Daerah Pedoman RAPBD APBD Diacu RENSTRA SKPD Pedoman Renja SKPD Pedoman RKA SKPD RINCIAN APBD UU SPPN UU KN 38

39 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II 1.5 Sistematika Penyusunan Sistematika penyusunan RPJMD Kota Palopo Tahun ini disusun berdasarkan pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian, dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah. Adapun susunannya : Bab I Pendahuluan, yang memuat latar belakang, maksud dan tujuan, dasar hukum penyusunan, hubungan antar dokumen RPJPD dengan dokumen rencana pembangunan daerah lainnya, dan sistimatika penyusunan. Bab II Gambaran umum kondisi daerah, yang memuat gambaran umum geografis daerah, kondisi demografi, kesejahteraan masyarakat, pelayanan umum dan daya saing daerah. Bab III Gambaran Pengelolaan keuangan daerah yang memuat gambaran kinerja keuangan masa lalu, kebijakan pengelolaan keuangan masa lalu dan kerangka pendanaan. Bab IV Analisis isu-isu strategis memuat permasalahan pembangunan daerah termasuk kondisi internal daerah yang menjadi masalah yang harus diatasi serta isu strategis dimana kondisi eksternal yang berpengaruh baik positif maupu negatif dimasa datang terhadap daerah. Bab V Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran merupakan tujuan pernyataan secara umum tentang apa yang ingin dicapai di masa depan, sedangkan sasaran merupakan tujuan yang ingin dicapai yang sudah dinyatakan secara eksplisit dengan disertai batas waktu yang jelas Bab VI Strategi dan Arah Kebijakan memuat strategi yang merupakan langkahlangkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi serta pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan sasaran akan dicapai,kemudian arah kebijakan merupakan pedoman RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

40 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II untuk mengarahkan rumusan strategi yang dipilih agar lebih terarah dalam mencapai tujuan dan sasaran dari waktu kewaktu selama 5 (lima) tahun. Bab VII Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah, memuat kebijakan umum yang merupakan arah/tindakan yang diambil oleh Pemerintah Daerah untuk mencapai tujuan dan sasaran, sedang program pembangunan daerah merupakan bentuk instrumen kebijakan yang berisi satu atau lebih kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD atau masyarakat, yang dikoordinasikan oleh pemerintah daerah untuk mencapai sasaran dan tujuan pembangunan daerah. BabVIII Indikasi Rencana Program Prioritas dan Pendanaan, menjelaskan rencana program prioritas serta kebijakan keuangan daerah untuk memenuhi pendanaan selama 5 (lima) tahun Bab IX Penetapan Indikator Kinerja Daerah menjelaskan mengenai indikator kinerja menurut Aspek, Fokus, Bidang Urusan atau Indikator Kinerja Utama dan Indikator Kinerja Menurut Urusan. BabX Pedoman Transisi dan kaidah Pelaksanaan, Menjelaskan masa transisi sebelum tersusunnya dokumen RPJMD priode berikutnya sehingga tercapai optimalisasi nilai-nilai pembangunan dan sinergi dalam pelaksanaan program pembangunan BabXI Penutup RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

41 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II BAB II. DATA DAN INFORMASI KONDISI UMUM DAERAH 2.1. Aspek Geografi dan Demografi Aspek geografi dan demografi merupakan dua aspek yang dapat memberikan informasi tentang kondisi fisik suatu wilayah sehingga didapatkan gambaran umum suatu daerah. Dalam konteks RPJMD, aspek ini akan mempengaruhi proses penentuan kebijakan pembangunan dalam kurun waktu 5 tahun. Kondisi geografi dan perkembangan demografi suatu daerah dapat memberikan kontribusi pada pengambilan kebijakan pembangunan dan pelayanan pada masyarakat Karakteristik Lokasi dan Wilayah Pelaksanaan pembangunan daerah di Kota Palopo tetap memperhatikan kondisi dan karakteristik wilayah yang dimiliki daerah, agar kegiatan pembangunan dapat dilaksanakan sesuai daya dukung dan daya tampung lingkungan. Karakterisitik wilayah Kota Palopo meliputi luas dan batas wilayah, letak dan kondisi geografis, topografi, geologi, hidrologi, klimatologi dan penggunaan lahan, yang dijelaskan sebagai berikut : Luas dan Batas Wilayah Administrasi Berdasarkan dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Palopo, luas wilayah Kota Palopo seluas 258,17 km 2 dengan batas batas wilayah administrasi sebagai berikut : a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Luwu b. Sebelah Timur berbatasan dengan Teluk Bone c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Luwu d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Toraja Utara. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

42 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Letak dan Kondisi Geografis Posisi astronomis Kota Palopo terletak pada Lintang Selatan dan Bujur Timur. Kota Palopo terletak dibagian Utara Provinsi Sulawesi Selatan dengan posisi geostrategis yang cukup baik. Wilayah Kota Palopo merupakan simpul dari beberapa kegiatan pembangunan ekonomi bagi wilayah hinterlandnya. Posisi geostrategis Kota Palopo tersebut memberikan peluang yang cukup besar dalam pengembangan wilayahnya dan membangun sinergitas antar wilayah disekitarnya. Wilayah Kota Palopo memiliki daerah pesisir di bagian Timur, pegunungan di bagian barat dan dataran rendah memanjang dari utara sampai selatan. Dengan dimensi wilayah ini, Kota Palopo memiliki 3 perspektif pembangunan wilayah yaitu wilayah pegunungan, wilayah dataran rendah dan wilayah pesisir. Perencanaan dan pelaksanaan pembangunan pada 3 perspektif wilayah tersebut akan berbeda, namun terangkum dalam sebuah konsep pembangunan yang terintegrasi Topografi Kemiringan lereng merupakan bentuk dari variasi perubahan permukaan bumi secara global, regional atau di khususkan dalam bentuk suatu wilayah tertentu. Variabel yang di gunakan dalam pengidentifikasian kemiringan lereng adalah sudut kemiringan lereng, titik ketinggian di atas permukaan laut dan bentang alam berupa bentukan akibat gaya satuan geomorfologi yang bekerja. Secara terminologi, lereng merupakan bagian dari bentang alam yang memiliki sudut miring dan beda ketinggian pada tempat tertentu sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa dari sudut (kemiringan) RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

43 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II lereng merupakan suatu variabel beda tinggi antara dua tempat, yang di bandingkan dengan daerah yang relatif lebih rata atau datar. Kemiringan lereng Kota Palopo dilihat dari titik ketinggiannya di atas permukaan air laut antara 0 25, , , , dan dpl. Adapun luas daerah dan ketinggian daerah di Kota Palopo dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel 2.1 Luas dan Ketinggian Daerah di Kota Palopo Tingkat Ketinggian Daerah (M dpl) Luas Wilayah No Kecamatan (Km 2 ) > Wara Selatan 15,11 7,462 1, Sendana 35,05 5,564-22, Wara 3,97 11, Wara Timur 5,34 12, Mungkajang 37,50 2,690-16, Wara Utara 5,69 6,348 2,116 2, Bara 22,00 7,005 2,335 14, Tellu Wanua 35,75 24,038 3,434 6, Wara Barat 97, , Jumlah 258,17 8,17 8,951 66, Sumber : RTRW Kota Palopo Tahun Geologi Struktur batuan di Kota Palopo pada umumnya terdiri dari 3 jenis batuan beku. Batuan metamorf dan batuan vulkanik serta endapan alluvial yang hampir mendominasi seluruh wilayah Kota Palopo. Batuan beku yang dijumpai secara umum terdiri dari intrusi batuan beku granit dan gebro serta beberapa intrusi kecil lainnya. Kemudian dijumpai pula batua beku yang merupakan jejak aliran larva yang telah membeku yang bersusunan balstik hingga andesitik. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

44 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Batuan sedimen yang dijumpai meliputi batu gamping, batu pasir, dan konglomerat, sedangkan batuan metamorf yang dijumpai meliputi batuan meta sedimen. Batuan vulkanik yang dijumpai terdiri dari tufa dan breksi vulkanik. Sedangkan endapan-endapan alluvial terdiri dari materialmatrial bersusunan berangkal, kerakai, kerikil, pasir hingga lempung, kondisi geologi ini akan menunjukkan potensi lahan yang dapat digunakan untuk mendukung pembangunan dan bangunan Kota Palopo. Diwilayah Kota Palopo mempunyai struktur batuan yang merupakan bahan galian sebagai bahan induk pembentuk tanah, secara garis besar dapat dikelompokkan sebagai berikut; a. Bahan tanah liat untuk pembentuk batu bata, banyak diupayakan oleh masyarakat di areal sawah di Kecamatan Wara, dan Wara selatan. b. Batuan endapan sungai berupa sirtu (pasir dan batu), banyak terdapat di sungai latuppa didominasi oleh batuan beku yang merupakan batuan sedimen beku, ukurannjya bervariasi dari yang sangat besar sampai yang kecil dan merupakan pecahan batu sampai butiran. c. Bahan galian atau butiran emas, terdapat di sungai Latuppa pada bagian hulu di atas bukit, merupakan daerah bekas penambangan emas di beberapa tempat pada zaman belanda. Dan pada saat ini masih diusahakan oleh masyarakat secara tradisional. d. Batuan sedimen, menyebar di bagian barat yang berbatasan dengan Kabupaten Tana Toraja e. Batuan terobosan, yang menyebar di bagian utara yang merupakan daerah pegunungan. Jenis batuan lainnya yang meruoakan pelapukan bahan pembentuk tanah, yang mempunyai kandungan potensial di Kota Palopo, adalah ; RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

45 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II a. Batuan gamping dan marmer (limestone dan marble), dimana lokasi penyebarannya di Kecamatan Telluwanua. b. Batuan Granit dan Granodiorit, untuk bahan bangunan lantai rumah, batu hias dinding dan sebagainya serta untuk pengerasan jalan (aggrogat) dimana lokasi penyebarannya di Kecamatan Wara dan Wara Selatan. c. Batu sabak, filit, kuarsil, batu gamping, dan batu lamau, terdapat di Kecamatan Wara, Wara Utara dan Bagian Barat Kota Palopo. Jenis batuan ini dikelompokkan menurut umu pembentukannya yang diurut dari batuan yang termuda hingga yang tertua, maka batuanbatuan ini tersusun atas 5 (lima) kelompok, yaitu; a. Kelompok endapan alluvial (termasuk didalamnya endapan Qal atau terumbu lokal) yang termasuk didalamnya endapan alluvial berupa karakal, kerikil, pasir dan batu, serta terumbu koral yang tersebar disepanjang pantai dan alur aliran sungai Latuppa. b. Batuan Tmb; terdiri dari napal dan sisipan batu gamping setempattempat, mengandung batu pasir gamping, konglomerat dan breksi. Selain itu terdapat beberapa kelompok intrusi batuan beku yang terdiiri dari batuan beku granit dan gabro. Batuan granit ini dijumpai pada Kecamatan Wara dan Kecamatan Telluwanua. c. Batu Tol, yaitu kelompok batuan hasil pembukuan aliran larva yang bersusun balastik hingga andesitic, kemudian breksi vulkanik, batu pasir dan batu lamau, serta batuan setempat-tempat mengandung fieldsphatoid. Batuan ini terususun di Bagian Selatan Kota Palopo dan banyak tersebar di daerah Kecamatan Wara Selatan. d. Batuan Tet, yaitu terdiri dari serpih, batu gamping dan batu pasir dengan sisipan konlomerat. Kelompok batuan ini terdapat di Kecamatan Wara dan Kecamatan Telluwanua. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

46 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II e. Batuan TKI, yaitu terdiri dari batuan-batuan yang mengalami metamorfisme, antara lain serpihan, filit, rijang, marmer, kuarsit dan beberapa bagian di utara Kota Palopo masuk dalam wilayah Kecamatan Wara dan Kecamatan Wara Selatan Hidrologi Keadaan Hidrologi di Kota Palopo umumnya dipengaruhi oleh sumber air yang berasal dari Sungai Bambalu/Sungai Battang, Sungai Latuppa, Sungai Boting dan anak sungai serta mata air dengan debit yang bervariasi. Disatu sisi keberadaan sungai-sungai tersebut sangat berpotensi dikembangkan bagi kepentingan pariwisata, misalnya wisata permandian alam dan rafting. Kondisi hidrologi Kota Palopo secara umum adalah sebagai berikut; 1. Air tanah, air tanah pada umumnya terdapat pada kedalaman meter. 2. Air permukaan, air permukaan pada umumnya berupa sungai dan genangan-genangan. Dalam hal ini, hidrologi di Kota Palopo untuk berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana dengan kelestariannya harus tetap dijaga.potensi sumberdaya air di Kota Palopo selain dipengaruhi oleh kondisi klimatologi wilayah, juga dipengaruhi oleh beberapa aliran sungai yang melintas pada beberapa kawasan. Potensi sumberdaya air tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian dan sumber air baku untuk kebutuhan lainnya. Potensi sumberdaya air di wilayah Kota Palopo yang telah termanfaatkan oleh penduduk dalam kehidupan kesehariannya untuk berbagai keperluan bersumber dari air tanah dangkal (air permukaan dan air tanah dalam air tanah dangkal/permukaan dapat berupa air sungai, sumur, rawa-rawa, bendungan, mata air dan lain sebagainya, RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

47 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II sedangkan potensi air tanah dalam dengan pemanfaatan air melalui pengeboran. Penyediaan air minum merupakan suatu kebutuhan pokok penduduk di suatu daerah, terutama pada daerah-daerah yang potensi air tanahnya terbatas dan kualitasnya kurang memadai jika ditinjau dari aspek kesehatan. Meskipun demikian, pengadaan air minum masih terbatas dan umumnya penduduk menggunakan sumur air tanah dangkal, dalam (artesis), air permukaandan mata air yang bersumber dari pegunungan. Wilayah Kota Palopo terdiri dari beberapa Daerah Aliran Sungai baik yang melintas dalam pusat kota maupun dipinggiran Kota Palopoterdiri dari 6 daerah terdiri dari : 1. DAS Purangi dengan luas cakupan area lebih kurang hektar. 2. DAS Bua dengan luas cakupan area lebih kurang 1.168,04 hektar. 3. DAS Songkama ti dengan luas cakupan area lebih kurang 136,20 hektar. 4. DAS Pacangkuda dengan luas cakupan area lebih kurang 6.412,80 hektar Klimatologi 5. DAS Boting dengan luas cakupan area lebih kurang 3.087,25 hektar. 6. DAS Salubattang dengan luas cakupan area lebih kurang ,59 hektar. Secara umum keadaan iklim Kota Palopo dipengaruhi oleh curah hujan, suhu dan kelembaban udara.metode klasifikasi iklim yang umum digunakan adalah metode Schmidt Fergusson dengan menggunakan data curah hujan dalam kurung waktu minimal 10 tahun terakhir. Data curah hujan yang diterima dari Stasiun Klimatologi Maros, keadaan curah hujan Kota Palopo dalam 10 tahun terakhir ( ) didapatkan informasi bahwa jumlah rata rata bulan basah sebesar RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

48 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II 261,41 mm dan jumlah rata rata bulan kering sebesar 17,89 mm. Berdasarkan metode Schmidt Fergusson, maka tipe iklim Kota Palopo dapat dihitung sebagai berikut, Q = 0,068 Nilai Q sebesar 0,068 yang didapatkan diatas menunjukkan bahwa tipe iklim Kota Palopo adalah tipe iklim A karena nilai Q nya berada antara 0 < Q < 0,143. Secara umum kondisi curah hujan Kota Palopo berfluktuasi rendah sehingga tidak ada perbedaan iklim yang ekstrim antara musim hujan dan musim kemarau.kondisi iklim seperti ini sangat mendukung untuk dilakukannya kegiatan pertanian oleh masyarakat di wilayah perdesaan yang ada di Kota Palopo.Data curah hujan Kota Palopo dalam 10 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut, Tabel 2.2 Data Curah Hujan Kota Palopo 10 Tahun Terakhir ( ). Tahun Jan Peb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nop Des Rata-Rata Sumber : Stasiun Klimatologi Maros, RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

49 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Penggunaan Lahan Penggunaan lahan di Kota Palopo cukup bervariasi sesuai dengan karakteristik wilayah yang dimukimi oleh masyarakat. Secara umum, Kota Palopo ini memiliki 3 dimensi wilayah yaitu pegunungan dan dataran tinggi, dataran rendah serta pesisir dan laut. Perbedaan dimensi wilayah ini mempengaruhi aktifitas masing masing masyarakat yang bermukim ditempat tersebut. Sesuai dengan pengelompokannya dalam rencana tata ruang wilayah, penggunaan lahan terdiri atas 2 bagian yaitu kawasan lindung dan kawasan budidaya. Kawasan lindung didefinisikan sebagai kawasan yang fungsi utamanya melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumberdaya alam dan sumberdaya buatan. Sedangkan kawasan budidaya merupakan kawasan yang fungsi utamanya untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumberdaya buatan yang terdapat diwilayah tersebut, dengan tetap menyerasikan pemanfaatan ruang dan pelestarian fungsi lingkungan hidup. Penentuan kedua jenis penggunaan lahan ini dilakukan dengan memperhatikan beberapa faktor antara lain topografi, jenis tanah, jenis batuan, klimatologi, penutupan lahan dan faktor lain yang dapat berpengaruh terhadap kondisi lingkungannya. Kawasan lindung terdiri dari kawasan hutan lindung, kawasan hutan konservasi, kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, ruang terbuka hijau, kawasan cagar budaya, kawasan rawan bencana dan kawasan lindung lainnya. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

50 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Sedangkan kawasan budidaya terdiri dari kawasan perumahan dan pemukiman, kawasan perdagangan dan jasa, kawasan perkantoran, kawasan industri dan pergudangan, kawasan pariwisata, kawasan ruang terbuka non hijau, kawasan evakuasi bencana, kawasan kegiatan sektor informal dan kawasan peruntukan lainnya. Luas dari masing masing jenis penggunaan lahan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut, Tabel 2.3. Penggunaan Lahan Kota Palopo NO. JENIS PENGGUNAAN LAHAN LUAS LAHAN (Ha) A. Kawasan Lindung 1. Kawasan hutan lindung 9.228,00 2. Kawasan hutan konservasi 3.250,00 3. Kawasan yang memberikan perlindungan 0 terhadap kawasan bawahannya 4. Kawasan perlindungan setempat 0 5. Kawasan ruang terbuka hijau 398,00 6. Kawasan cagar budaya 484,00 7. Kawasan rawan bencana 2.341,00 8. Kawasan lindung lainnya 4.121,22 B. Kawasan Budidaya 1. Kawasan perumahan & pemukiman 1.622,00 2. Kawasan perdagangan & Jasa 215,23 3. Kawasan perkantoran 62, Kawasan industri & pergudangan 215,23 5. Kawasan pariwisata 2.772,00 6. Kawasan ruang terbuka non hijau 17,00 7. Kawasan ruang evakuasi bencana 0 8. Kawasan ruang kegiatan sektor informal 693,00 9. Kawasan peruntukan lainnya 398,00 JUMLAH Sumber : Tata Ruang & Cipta Karya Kota Palopo, 2013 Berdasarkan informasi pada Tabel 2.3. diatas maka dapat diketahui bahwa luas kawasan lindung adalah Ha atau 35,74 % dari luas wilayah RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

51 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Kota Palopo. Proporsi antara luas wilayah untuk kawasan lindung dan kawasan budidaya ini dapat dijadikan tolok ukur dalam mengeluarkan kebijakan penggunaan lahan baik oleh masyarakat, pemerintah, swasta dan seluruh komponen masyarakat yang ada Potensi Pengembangan Wilayah Memperhatikan deskripsi tentang karakteristik wilayah di Kota Palopo, sebagaimana yang telah diuraikan diatas maka dapat diketahui bahwa wilayah ini memiliki potensi sumberdaya alam yang cukup untuk dikembangkan dalam menopang perekonomian daerah. Meskipun telah berstatus kota, namun disebagian wilayah Kota Palopo masih memiliki wilayah perdesaan yaitu disebelah barat, sedangkan wilayah perkotaan terdapat disebelah timur. Sebagaimana wilayah perdesaan pada umumnya yang aktifitas masyarakatnya masih lebih banyak bergerak disektor primer, maka demikian pula halnya di Kota Palopo. Kawasan pertanian tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan rakyat, dan budidaya ikan air tawar dapat dijumpai pada masyarakat yang bermukim dipinggiran kota. Sedangkan sektor perikanan banyak dilakukan oleh masyarakat yang bermukim diwilayah pesisir. Aktifitas masyarakat yang bergerak disektor sekunder seperti jasa, perdagangan dan industri dapat dijumpai di wilayah perkotaan. Sektor jasa dan perdagangan ini cukup berkembang dengan baik dalam beberapa tahun terakhir. Kegiatan perindustrian juga mulai berkembang meskipun masih dalam skala menengah. Kedua sektor ini masih berpotensi untuk dikembangkan mengingat kebijakan Pemerintah Kota Palopo yang akan terus mendorong perkembangan sektor jasa dan perdagangan Wilayah Rawan Bencana RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

52 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Fenomena alam berupa bencana merupakan sesuatu yang tak dapat diprediksi kapan dan dimana bisa terjadi. Namun demikian dengan mempelajari gejala alam yang ada, dapat dijadikan prakondisi akan terjadinya bencana tersebut. Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupun manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis. Selanjutnya, bencana alam adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain berupa gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor. Guna mengantisipasi besarnya dampak buruk dari terjadinya bencana alam, maka dibeberapa wilayah di Kota Palopo telah ditentukan sebagai kawasan rawan bencana banjir, kawasan rawan bencana tanah longsor, kawasan rawan bencana gelombang pasang, kawasan rawan bencana abrasi dan kawasan rawan kebakaran didalam dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Palopo Demografi Berdasarkan data pada Badan Pusat Statistik Kota Palopo, jumlah penduduk Kota Palopo pada tahun 2012 telah mencapai jiwa, terdiri dari laki laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa dengan rasio jenis kelamin sebesar 96,19. Sebaran penduduk terlihat tidak merata atau cukup bervariasi, dimana terdapat 3 (tiga) kecamatan dengan kepadatan penduduk terbilang padat jika dibandingkan dengan kecamatan lainnya, ketiga kecamatan dimaksud adalah Kecamatan Wara dengan angka kepadatan jiwa per km 2, Kecamatan Wara Timur dengan angka RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

53 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II kepadatan sebanyak jiwa per km 2 dan Kecamatan Wara Utara dengan angka kepadatan sebesar jiwa per km 2. Dua kecamatan dengan kepadatan sedang yaitu Kecamatan Bara kepadatan sekitar jiwa per km 2 dan Kecamatan Wara Selatan sekitar 980 jiwa per km 2. Sedangkan kecamatan lainnya yaitu Kecamatan Mungkajang, Kecamatan Sendana dan Kecamatan Wara Barat kepadatan penduduknya baru mencapai angka 134 jiwa 179 jiwa per km 2. Laju pertumbuhan penduduk dalam waktu tiga tahun terakhir mencapai 4,25 % pertahun yaitu dari jiwa pada Tahun 2009 menjadi jiwa pada tahun 2012, rata rata anggota rumah tangga dalam setiap rumah tangga berkisar 5 orang. Jika dilihat menurut kelompok usia struktur usia penduduk didominasi oleh kelompok usia produktif, hal ini terlihat dari jiwa penduduk KotaPalopo sekitar 30,14 % berada pada usia muda (0-14 tahun) dan 3,78 % pada kelompok usia tua (65 tahun keatas), selebihnya 66,08 % yang berada pada kelompok usia produktif (15 64 tahun ), dengan kata lain beban tanggungan (dependency ratio) Kota Palopo Tahun 2012 sebesar 66,08 %. Artinya, penduduk Kota Palopo yang berusia produktif (usia tahun) menanggung beban bagi penduduk yang belum dan atau tidak produktif sekitar persen dari jumlah penduduk secara total Indikator Kinerja Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Indikator kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah meliputi aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum, dan aspek daya saing daerah. Masing masing indicator dari setiap aspek tersebut akan dijelaskan pada setiap bagian berikut, Aspek Kesejahteraan Masyarakat RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

54 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Hasil pengolahan data yang berhubungan dengan aspek kesejahteraan masyarakat akan memberikan gambaran tetang kondisi kesejahteraan masyarakat mencakup kesejahteraan dan pemerataan ekonomi, kesejahteraan sosial, seni budaya dan olahraga. Masing masing indikator tersebut akan dijelaskan sebagai berikut, Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi Salah satu indikator pentng untuk mengetahui kondisi perekonomian secara makro adalah data produk domestic regional bruto (PDRB). Penyajian PDRB atas dasar harga konstan mengalami perubahan mendasar sebagai konsekuensi logis berubahnya tahun dasar yang digunakan. Selain menjadi bahan dalam penyusunan perencanaan, angka PDRB juga bermanfaat untuk bahan evaluasi hasil-hasil pembangunan yang telah dilaksanakan. Adapun beberapa kegunaan angka PDRB ini antara lain : 1. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan setiap sektor ekonomi, mencakup sektor pertanian; pertambangan dan penggalian; industri pengolahan; listrik, gas, dan air bersih; konstruksi; perdagangan, restoran dan hotel; pengangkutan dan komunikasi; lembaga keuangan; dan jasa-jasa lainnya; 2. Untuk mengetahui struktur perekonomian; 3. Untuk mengetahui besarnya PDRB perkapita penduduk sebagai salah satu indikator tingkat kemakmuran/kesejahteraan; 4. Untuk mengetahui tingkat inflasi/deflasi, berdasarkan pertumbuhan/perubahan harga produsen. Demikian halnya dalam penyusunan RPJMD Kota Palopo, maka indikator untuk mengukur pelaksanaan pembangunan ekonomi adalah menggunakan data PDRB Kota Palopo dalam 5 tahun terkahir yaitu antara Ketersediaan data ini didapatkan dari Buku Palopo Dalam Angka tebitan Kantor Badan Pusat Statistik Kota Palopo dari beberapa edisi. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

55 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Kondisi pembangunan ekonomi Kota Palopo dilihat pada 9 sektor PDRB, sebagaimana yang telah menjadi acuan penilaian secara nasional. Data kesembilan sektor pembangunan perekonomian tersebut dapat dilihat pada tabel berikut, RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

56 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Tabel 2.4. NO. SEKTOR Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s.d 2012 Atas Dasar Harga Berlaku Kota Palopo (juta) ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % 1. Pertanian ,20 29, ,56 25, ,79 21, ,53 18, ,92 17,12 2. Pertambangan & penggalian 2.412,22 0, ,39 0, ,51 0, ,14 0, ,17 0,14 3. Industri pengolahan ,13 4, ,68 4, ,09 3, ,07 3, ,23 3,45 4. Listrik, gas & air bersih ,40 1, ,42 1, ,40 1, ,33 1, ,84 1,73 5. Konstruksi ,78 9, ,87 11, ,63 11, ,64 12, ,98 11,01 6. Perdagangan, hotel & restoran 7. Pengangkutan & komunikasi 8. Keuangan, sewa & jasa perusahaan ,02 18, ,72 18, ,35 20, ,09 21, ,10 22, ,14 9, ,75 9, ,23 8, ,71 9, ,89 9, ,87 11, ,25 12, ,66 13, ,01 14, ,46 14,94 9. Jasa jasa ,47 14, ,66 17, ,12 18, ,37 19, ,82 19,64 PDRB ,34 100, ,34 100, ,77 100, ,89 100, ,42 100,00 Sumber : Buku Palopo Dalam Angka

57 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Berdasarkan Tabel 2.4 diatas maka dapat diketahui nilai produksi dari 9 sektor PDRB Kota Palopo serta besaran persentasenya. Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir ( ) kontribusi sektor pertanian terhadap PDRB memperlihatkan kecendrungan penurunan dari sisi presentase, tetapi mengalami peningkatan dalam nilai produksi. Jumlah penurunan sektor ini sebesar 12,10 % dengan nilai produksi pada Tahun 2008 sebesar Rp ,20 juta atau 29,22 % turun menjadi 17,12 % atau sebesar Rp ,92 juta pada Tahun Sektor Pertambangan dan Penggalian masih menjadi sektor yang memberikan kontribusi yang terkecil dalam pembentukan PDRB Kota Palopo. Selama 5 tahun nilai produksi dari sektor ini mengalami kecendrungan peningkatan dari tahun 2008 sebesar Rp ,22 juta menjadi Rp 3.562,17 juta. Meskipun demikian peningkatan nilai produksi sektor ini tidak mempengaruhi persentase terhadap PDRB. Kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB pada Tahun 2008 sebesar 0,17 %, turun sebesar 0,03 % dalam 5 tahun sehingga pada Tahun 2012 hanya sebesar 0,14 % terhadap total PDRB Kota Palopo. Sama halnya dengan sektor industri pengolahan yang mengalami kecendrungan peningkatan nilai produksi namun persentase kontribusinya terhadap PDRB mengalami penurunan. Nilai produksi sektor ini Tahun 2008 sebesar Rp ,13 juta dan meningkat nilainya pada Tahun 2012 sebesar Rp ,23 juta. Namun persentasenya terhadap pembentukan PDRB Kota Palopo mengalami penurunan dari 4,21 % pada Tahun 2008 menjadi 3,45 % pada Tahun 2012 atau turun sebesar 0,76 %. Demikian juga sektor Listrik, Gas dan Air Bersih masih memberikan kontribusi yang relatif kecil dimana pada tahun 2008 kontribusinya sebesar 1,66 % dengan nilai produksi Rp ,40 juta, sedangkan pada tahun 2012 sedikit meningkat dalam nilai produksi sebesar Rp ,84 dengan kontribusi sebesar 1,73 % terhadap PDRB Kota Palopo. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

58 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Sebaliknya, kontribusi beberapa sektor tersier justru menunjukkan peningkatan dari tahun ke tahun baik dari sisi kontribusi maupun dari nilai produksi. Sektor-sektor tersebut antara lain sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dan sektor Jasa-jasa. Peningkatan kontribusi tertinggi terjadi pada sektor Jasa-Jasa. Pada tahun 2010, kontribusi sektor ini sekitar 18,92 persen dengan nilai produksi sebesar Rp ,12 juta dan meningkat 0,66 persen menjadi 19,58 persen pada tahun 2011 dengan nilai produksi menjadi Rp ,37 juta. Kontribusi dan nilai produksi yang terus meningkat juga dicatat oleh sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan. Jika pada tahun 2010 kontribusinya terhadap pembentukan PDRB Kota Palopo mencapai 13,12 persen, pada tahun 2011 kembali meningkat menjadi 14,16 persen dengan nilai produksi sebesar Rp. 323, juta,-. Untuk sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, jika pada tahun 2010 nilai produksinya sebesar Rp ,35 juta dengan kontribusi sekitar 20,11 persen, maka pada tahun 2011 kontribusinya meningkat menjadi 21,42 persen dengan nilai produksi Rp. 489,491,09 juta dan pada tahun 2012 kembali meningkat menjadi Rp. 602,616,10 juta dengan kontribusinya 22,85 persen. Hal yang sama juga terjadi pada sektor Listrik, gas & air bersih. Kontribusi sektor ini terhadap pembentukan PDRB Kota Palopo terus meningkat setiap tahunnya. Tercatat pada tahun 2010 kontribusinya masih berada dilevel 1,65 persen dengan nilai produksi sebesar Rp ,40 juta, pada tahun 2011 kontribusinya meningkat menjadi 1,71 persen dengan peningkatan nilai produksi menjadi Rp ,33 juta dan tahun 2012 tetap meningkat menjadi 1,73 persen dengan nilai produksinya Rp ,84 juta atau meningkat 0,02 persen. Penurunan kontribusi sektor Pertanian dalam struktur perekonomian Kota Palopo namun tercatat mengalami peningkatan dari sisi nilai produktivitas menunjukkan bahwa sektor Pertanian tidak lagi menjadi sektor yang dominan dalam RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

59 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II pembentukan PDRB Kota Palopo. Hal tersebut disebabkan karena sektor-sektor lain utamanya sektor jasa (tersier) berkembang lebih cepat dari perkembangan sektor Pertanian itu sendiri. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

60 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Tabel 2.5 NO. SEKTOR Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s/d 2012 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kota Palopo (juta Rp.) ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % ( Rp ) % 1. Pertanian ,38 31, ,20 29, ,82 25, ,21 21, ,62 21,23 2. Pertambangan & penggalian 1.414,28 0, ,14 0, ,38 0, ,70 0, ,26 0,15 3. Industri pengolahan ,66 4, ,93 4, ,05 4, ,07 4, ,98 4,01 4. Listrik, gas & air bersih ,05 1, ,13 1, ,10 1, ,20 1, ,01 1,68 5. Konstruksi ,42 9, ,20 10, ,65 10, ,98 11, ,04 24,53 6. Perdagangan, hotel & restoran ,07 19, ,94 19, ,55 9, ,48 23, ,09 22,90 7. Pengangkutan & komunikasi 8. Keuangan, sewa & jasa perusahaan ,14 9, ,84 9, ,01 13, ,50 10, ,79 8, ,03 11, ,46 12, ,42 13, ,82 14, ,04 11,03 9. Jasa jasa ,90 13, ,71 13, ,17 12, ,35 12, ,98 11,34 PDRB , , , , , Sumber : Buku Palopo Dalam Angka

61 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Kontribusi sektor atas dasar harga konstan menilai kontribusi tiap sektor dalam perekonomian dengan menggunakan harga tahun dasar (base year) yaitu menghitung nilai produksi per sektor dengan tidak memperhatikan perkembangan harga namun mengikuti perkembangan nilai produksi dari tahun ke tahun dengan harga konstan atau tetap pada tahun dasar sebagai basis perhitungan. Perkembangan kontribusi sektoral atas dasar harga konstan dalam kurun waktu masih dipengaruhi oleh sektor Pertanian, sektor Konstruksi, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, sektor Pengangkutan dan Komunikasi, sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan serta sektor Jasa-Jasa. Diantara sektorsektor tersebut, sektor pertanian menunjukkan perkembangan nilai produksi dan kontribusi yang terus menurun. Jika pada tahun 2011, sektor pertanian masih mampu menyumbang 21,85 persen dengan nilai produksi sebesar Rp ,21 juta namun pada tahun 2012 menurun menjadi 21,23 persen namun kontribusinya meningkat menjadi Rp ,62 juta terhadap pembentukan PDRB. Sebaliknya sektor yang paling dominan dalam pembentukan PDRB Kota Palopo adalah sektor kontruksi. Sektor ini menunjukkan trend yang terus meningkat. Tercatat pada tahun 2011 nilai produksi sektor ini sebesar Rp ,98 juta dengan kontribusi sekitar 11,22 persen dan kemudian meningkat menjadi 24,53 persen dengan nilai produksi sebesar Rp ,04 juta pada tahun Pergeseran kontribusi sektor dari sektor Pertanian ke Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran mengindikasikan bahwa secara riil aktivitas perekonomian masyarakat Kota Palopo bergerak kearah sektor Jasa, Khususnya jasa perdagangan. Hal ini dibuktikan dengan meningkatnya peranan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menjadi sektor yang dominan dalam pembentukan PDRB Kota Palopo. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

62 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Tabel 2.6 Perkembangan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2008 s/d 2012 Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan harga Konstan (Hk) Kota Palopo NO Sektor Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk Hb Hk (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%) 1 Pertanian , , ,79 18,03 21,85 17,12 21,23 2 Pertambangan & Penggalian , ,18 0,15 0,16 0,14 0,15 0,14 0,15 3 Industri Pengolahan , ,33 3,80 4,21 3,65 4,13 3,45 4,01 4 Listrik,Gas & Air bersih , ,48 1,65 1,57 1,71 1,70 1,73 1,68 5 Konstruksi , ,12 11,29 10,36 12,11 11,22 11,01 24, Perdagangan, Hotel & Restoran Pengangkutan & Komunikasi Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan , ,73 20,11 21,79 21,42 23,38 22,85 22, , ,66 8,99 9,91 9,21 10,47 9,13 8, , ,39 13,12 13,28 14,16 14,22 14,94 11,63 9 Jasa-jasa , ,09 18,92 12,92 19,58 12,87 19,64 11,34 PDRB Sumber : Buku Palopo Dalam Angka, Edisi

63 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Kontribusi sektor pertanian atas dasar harga berlaku menurun sekitar 0,91 persen dari 17,12 persen tahun 2011 menjadi persen pada tahun 2012 dan atas dasar harga konstan juga menurun sekitar 0,62 persen dari 21,85 persen di tahun 2011 menjadi 18,03 persen di tahun Sektor Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan dengan kontribusi atas dasar harga berlaku dan konstan sekitar 14,16 persen dan 14,22 persen tahun 2011 mengalami penurunan menjadi 17,22 persen dan 21,23 persen. Sektor Jasa pada tahun 2011 atas dasar harga berlaku dan konstan memiliki kontribusi sebesar 19,58 persen dan 12,87 persen namun pada tahun 2012 mengalami peningkatan menjadi 19,64 persen atas dasar harga berlaku tapi menurun atas dasar harga konstan menjadi 11,34 persen. Dalam perkembangan kontribusi sektor ini, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran menunjukkan perkembangan peningkatan yang signifikan baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan. Peningkatan sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran dapat mencerminkan bahwa pertumbuhan perekonomian mengarah pada sektor jasa utamanya jasa Perdagangan menggantikan peranan sektor Pertanian yang selama ini menjadi sektor yang dominan dalam pertumbuhan ekonomi Kota Palopo. Tabel 2.7 Pertumbuhan Kontribusi Sektor dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Hb) dan harga Konstan (Hk) Kota Palopo Tahun 2012 NO Sektor RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO Pertumbuhan Hb (%) Hk (%) 1 Pertanian 13,50 23,44 2 Pertambangan & Penggalian -0,85-0,84 3 Industri Pengolahan 2,73 3,17 4 Listrik,Gas & Air bersih 0,69 0,61 5 Konstruksi 10,35 13,06 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 19,77 20,95 7 Pengangkutan & Komunikasi 8,15 4,12 8 Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 7,11 12,06 9 Jasa-jasa 16,11 8,53 PDRB 77,54 85,17 Sumber : Buku Palopo Dalam Angka Edisi Struktur perekonomian Kota Palopo berdasarkan pertumbuhan sektor atas dasar harga berlaku sampai dengan tahun 2012, sektor Pertanian, sektor Bangunan, 38

64 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran, dan sektor Jasa-Jasa masih menjadi sektor yang berpengaruh bagi perkembangan perekonomian Kota Palopo dimana sektor-sektor tersebut memiliki pertumbuhan masing-masing di atas 10 persen. Sedangkan atas dasar harga konstan, sektor yang mempunyai pertumbuhan kontribusi di atas 10 persen masih dipengaruhi oleh sektor pertanian dengan pertumbuhan kontribusi sebesar 23,44 persen, sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran sekitar 20,95 persen, sektor kontruksi sekitar 13,06 persen, dan sektor Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan sebesar 12,06 persen. Sebaliknya sektor yang mempunyai pertumbuhan kontribusi terkecil baik atas dasar harga berlaku maupun harga konstan adalah sektor Listrik, Gas dan Air Bersih dengan pertumbuhan sekitar 0,69 persen dan 0,61 persen serta sektor Pertambangan dan Penggalian masing-masing sekitar 0,85 persen dan 0,84 persen. Tabel 2.8 Nilai Inflasi Rata Rata Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012 Uraian Rata-rata pertumbuhan Inflasi 17,58 4,18 3,99 3,35 4,`11 6,64 Sumber : Buku Palopo Dalam Angka Edisi Laju inflasi di Kota Palopo periode menunjukkan pergerakan penurunan yang signifikan. Pada tahun 2008, inflasi Kota Palopo berada pada kisaran 17,58 persen. Tingginya inflasi ini disebabkan karena adanya gejolak ekonomi akibat krisis ekonomi global. Selanjutnya pada kurun waktu laju inflasi relatif stabil dengan kecenderungan menurun dimana tahun 2009 inflasi Kota Palopo sekitar 4,18 persen dan tahun 2010 dan tahun 2011 laju inflasi di Kota Palopo terus menurun menjadi 3,99 persen dan 3,35 persen, dan pada tahun 2012 kembali naik sekitar 4,11 RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

65 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Tabel 2.10 PDRB Perkapita Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012 Uraian Nilai PDRB (Rp) , , , , ,42 Jumlah Penduduk (jiwa) PDRB perkapita (Rp/jiwa) Sumber : Buku Palopo Dalam Angka Edisi

66 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II PDRB per kapita Kota Palopo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008, PDRB per kapita Kota Palopo adalah sebesar Rp ,- yang berarti rata-rata pendapatan satu orang penduduk Kota Palopo selama setahun adalah Rp ,- atau sebesar Rp ,- per bulan. Pada tahun 2009, PDRB per kapita Kota Palopo adalah Rp , yang berarti ratarata pendapatan satu orang penduduk Kota Palopo selama setahun adalah Rp ,- atau sebesar Rp ,- per bulan. Pada tahun 2011 dan 2012, PDRB per kapita di Kota Palopo mengalami peningkatan yang cukup pesat dibandingkan tahun sebelumnya. PDRB per kapita mencapai Rp. 15, ,- selama setahun atau Rp ,- per bulan, dan Rp ,- selama setahun atau Rp ,- per bulan dan Persentase peningkatannya hingga 15,40 persen jika dibandingkan tahun sebelumnya Kesejahteraan Sosial Pengukuran kinerja daerah dari aspek kesejahteraan sosial dapat dilihat dari sektor pendidikan, kesehatan, kemiskinan, kepemilikan tanah, kesempatan kerja dan kriminalitas. Keenam indikator tersebut dijelaskan masing masing sebagai berikut, Pendidikan Pada sektor pendidikan indikator yang dapat diukur antara lain Angka Melek Huruf (AMH), Angka Rata Rata Lama Sekolah, Angka Partisipasi Murni (APM), Angka Partisipasi Kasar (APK) dan Angka Pedidikan yang Ditamatkan (APT). Angka melek huruf (dewasa) adalah proporsi penduduk berusia 15 Tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin dan lainnya. AMH Kota Palopo dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut, RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

67 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Tabel 2.12 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012 No. Uraian Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis Jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas Angka melek huruf 0,998 0,890 0,999 0,999 0,998 Sumber : Pendidikan Kota Palopo, 2013 Berdasarkan Tabel 2.12 diatas bahwa angka melek huruf penduduk untuk usia 15 tahun keatas berkisar Antara 0,890 0,999. Jika data tersebut ditinjau pada setiap kecamatan datanya dapat dilihat pada tabel berikut. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

68 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Tabel 2.13 Angka Melek Huruf menurut Kecamatan di Kota Palopo Tahun 2012 No. Kecamatan Jumlah penduduk usia diatas 15 tahun yang bisa membaca dan menulis Jumlah penduduk usia 15 tahun keatas Angka melek huruf 1 Sendana , Selatan , Wara Timur , Wara , Wara Utara , Wara Barat , Mungkajang , Bara , Telluwanua ,99801 Jumlah ,99841 Sumber : Pendidikan Kota Palopo, Tabel 2.13 diatas menunjukkan bahwa Angka Melek Huruf ditiap kecamatan di Kota Palopo rata rata 0,99. Keadaan ini hampir merata terjadi pada 9 kecamatan. Selanjutnya indikator kinerja pendidikan dapat dilihat dari angka rata rata lama sekolah. Lamanya sekolah (years of schooling) adalah sebuah angka yang menunjukkan lamanya bersekolah seseorang dari masuk sekolah dasar sampai pada Tingkat Pendidikan Terakhir (TPT). Angka rata rata lama sekolah di Kota Palopo dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut, RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

69 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Tabel 2.14 Rata-Rata Lama Sekolah di Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012 No. Kecamatan L P L P L P L P L P 1 Sendana 12,05 12,04 12,03 12,02 12,04 12,02 12,05 12,04 12,12 12,02 2 Wara Selatan 12,05 12,05 12,04 12,04 12,05 12,04 12,05 12,05 12,14 12,07 3 Wara Utara 12,03 12,03 12,05 12,05 12,03 12,02 12,03 12,04 12,06 12,06 4 Wara 12,05 12,03 12,05 12,04 12,05 12,04 12,06 12,05 12,11 12,06 5 Wara Barat 12,06 12,06 12,05 12,03 12,04 11,98 12,06 12,07 12,05 12,05 6 Wara Timur 12,03 12,04 12,04 12,02 12,07 12,01 12,03 12,03 12,14 12,04 7 Mungkajang 12,04 12,04 12,04 12,03 12,03 11,96 12,04 12,05 12,11 12,05 8 Bara 12,04 12,05 12,06 12,05 12,04 11,70 12,04 12,03 12,12 12,05 9 Telluwanua 12,06 12,06 12,05 12,06 11,08 12,01 12,06 12,05 12,10 12,04 Jumlah 12,05 12,04 12,05 12,04 11,94 11,98 12,05 12,05 12,11 12,05 Sumber : Pendidikan Kota Palopo, Indikator berikutnya di sektor pendidikan adalah Angka Partisipasi Murni (APM). APM adalah perbandingan penduduk usia antara 7 18 tahun yang terdaftar sekolah pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 18 tahun. Perkembangan APM dalam 5 tahun terakhir di Kota Palopo disajikan pada tabel berikut, RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

70 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Tabel 2.15 Perkembangan Angka Partisipasi Murni (APM) Kota Palopo Tahun 2008 s/d 2012 NO JENJANG PENDIDIKAN SD/MI 1.1 Jumlah siswa kelompok usia 7-12 tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun APM SD/MI 90,35 96,62 91,69 90,02 91,02 2 SMP/MTs 2.1 Jumlah siswa kelompok usia tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs Jumlah penduduk kelompok usia tahun APM SMP/MTs 77,23 85,44 63,16 66,86 66,78 3 SMA/MA/SMK 3.1 Jumlah siswa kelompok usia tahun yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK Jumlah penduduk kelompok usia tahun APM SMA/MA/SMK 80,63 89,14 80,81 79,22 72,18 Sumber : Pendidikan Kota Palopo,

71 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Hingga tahun 2012, APM SD/MI menunjukkan angka 91,02 persen. Ini berarti jumlah siswa dengan usia 7-12 yang bersekolah di SD/MI sebanyak 91,02 persen dari total jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh SMP/MTs dimana angka APM tercatat sebesar 66,78 persen yang artinya masih terdapat 33,22 persen dari total jumlah penduduk usia tahun yang tidak/belum melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMP/MTs. Angka APM SMA/MA/SMK pada tahun 2012 yang sebesar 72,18 persen mencerminkan jumlah siswa dengan usia tahun yang bersekolah di SMA/MA/SMK sebanyak 72,18 persen dari total jumlah penduduk usia tahun sehingga masih terdapat penduduk usia tahun sebesar 27,82 persen yang tidak melanjutkan pendidikannya ke tingkat SMA/MA/SMK. Jika APM ditinjau pada setiap kecamatan di Kota Palopo, maka datanya dapat disajikan sebagai berikut, RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

72 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Tabel 2.16 Angka Partisipasi Murni (APM) Tahun 2012 menurut Kecamatan di Kota Palopo NO Kecamatan Jumlah siswa usia 7-12 th yang bersekolah di SD/MI SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK Jumlah Jumlah siswa siswa usia Jumlah jumlah jumlah penduduk usia th th APM penduduk usia APM penduduk usia usia 7-12 th bersekolah di bersekolah th 16-17th SMP/MTs di SMA/MA/ SMK 1 Sendana , , Wara Selatan , , ,55 3 Wara Timur , , ,32 4 Wara , , ,39 5 Wara Utara , , ,64 6 Wara Barat , , ,81 7 Mungkajang , , Bara , , ,34 9 Telluwanua , , ,07 Jumlah , , ,18 Sumber : Pendidikan Kota Palopo, 2013 APM 47

73 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Angka Partisipasi Murni (APM) menurut kecamatan di Kota Palopo tahun 2012 menggambarkan tingkat partisipasi penduduk usia sekolah di tingkat pendidikan tertentu pada setiap kecamatan. APM SD/MI tertinggi berada di Kecamatan Wara yaitu 116,01 persen sedang yang terendah berada di Kecamatan Wara Selatan sebesar 58,77 persen. Untuk tingkat SMP/MTs, Kecamatan Mungkajang memiliki APM tertinggi yaitu sebesar 148,80 persen dan Kecamatan Wara menjadi dari kecamatan dengan APM terendah yakni sekitar 4,66 persen. Di tingkat SMA/MA/SMK, APM tertinggi berada di Kecamatan Wara Utara sebesar 152,64 persen sedangkan Kecamatan Mungkajang memiliki APM terendah yaitu sebesar 0 persen. Variasi pencapaian APM SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di setiap kecamatan mencerminkan tingkat partisipasi penduduk usia sekolah di jenjang pendidikan tertentu semakin merata Indikator selanjutnya di sektor pendidikan adalah Angka Partisipasi Kasar (APK). APK adalah perbandingan jumlah siswa pada tingkat pendidikan SD/SLTP/SLTA dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7 18 tahun atau rasio jumlah siswa, berapapun usianya, yang sedang sekolah di tingkat pendidikan tertentu terhadap jumlah penduduk kelompok usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikan tertentu. APK menunjukkan tingkat partisipasi penduduk secara umum disuatu tingkat pendidikan. APK merupakan indikator yang paling sederhana untuk mengukur daya serap penduduk usia sekolah di masing masing jenjang pendidikan. Perkembangan angka partisipasi kasar penduduk di Kota Palopo dapat dilihat pada tabel berikut, RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

74 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Tabel 2.17 Perkembangan Angka Partisipasi Kasar (APK) Tahun 2008 S/D 2012 Kota Palopo NO JENJANG PENDIDIKAN SD/MI 1.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SD/MI Jumlah penduduk kelompok usia 7-12 tahun APK SD/MI 105,69 111,85 104,44 104,61 105,57 2 SMP/MTs 2.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMP/MTs Jumlah penduduk kelompok usia tahun APK SMP/MTs 92,78 108,93 96,24 98,06 100,02 3 SMA/MA/SMK 3.1 Jumlah siswa yang bersekolah di jenjang pendidikan SMA/MA/SMK Jumlah penduduk kelompok usia tahun APK SMA/MA/SMK 114,78 137,10 116,37 118,34 108,69 Sumber : Pendidikan Kota Palopo,

75 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Pada tahun 2012, APK SD tercatat sebesar 105,57 persen. Hal ini berarti bahwa jumlah siswa bersekolah di tingkat SD/MI melebihi jumlah penduduk usia 7-12 tahun. Kelebihan jumlah siswa tersebut disebabkan adanya penduduk yang belum mencapai usia sekolah SD/MI tapi telah bersekolah. Kondisi yang sama juga terjadi pada APK SMP/MTs yang mencatat angka sebesar 100,02 persen. Sebaliknya APK SMA/MA/SMK berada pada kisaran 108,69 persen. Artinya dari total jumlah penduduk usia SMA/MA/SMK, yang bersekolah di jenjang tersebut telah mencapai 108,69.. Kondisi Angka Partisipasi Kasar pada setiap kecamatan di Kota Palopo pada Tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut, RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO

76 Gambaran Umum Kondisi Daerah BAB. II Tabel 2.15 Angka Partisipasi Kasar (APK) Menurut Kecamatan Kota Palopo Tahun 2012 NO Kecamatan Jumlah siswa bersekolah di SD/MI SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK jumlah penduduk usia 7-12 th APK Jumlah siswa bersekolah di SMP/MTs Jumlah penduduk usia th APK Jumlah siswa bersekolah di SMA/MA/ SMK Jumlah penduduk usia th 1 Sendana , , Wara Selatan , , ,07 3 Wara Timur , , ,46 4 Wara , , ,12 5 Wara Utara , , ,39 6 Wara Barat , , ,59 7 Mungkajang , , Bara , , ,10 9 Telluwanua , , ,39 Jumlah , , ,69 Sumber : Pendidikan Kota Palopo, APK 51

77 Angka Partisipasi Kasar (APK) menurut kecamatan di Kota Palopo tahun 2012 menggambarkan tingkat partisipasi penduduk secara umum di suatu tingkat pendidikan pada setiap kecamatan. Dari 9 kecamatan di Kota Palopo, Kecamatan Wara Selatan memiliki APK terendah untuk jenjang SD/MI yaitu sebesar 68,25 persen sedangkan Kecamatan Wara memiliki APK tertinggi yaitu 134,55 persen. Untuk tingkat SMP/MTs, Kecamatan dengan APM tertinggi berada di Kecamatan Wara yaitu sebesar 5,83 persen dan Kecamatan Sendana yang terendah sebesar 84,10 persen. Di tingkat SMA/MA/SMK, APK tertinggi berada di Kecamatan Wara Utara sebesar 240,39 persen sedangkan Kecamatan Wara Timur memiliki APK terendah yaitu sebesar 0,46 persen. Sama halnya dengan APM, pencapaian APK SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK di setiap kecamatan mencerminkan tingkat daya serap penduduk usia sekolah di masing-masing jenjang pendidikan tertentu semakin merata. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO PAGE \*

78 PEMERINTAH KOTA PALOPO??> BAB. III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, menjadi titik tolak penyelenggaraan otonomi daerah pada kabupaten/kota. Daerah kabupaten/kota mempunyai kewenangan yang didasarkan pada azas otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, serta azas tugas pembantuan yang merupakan penugasan daerah untuk melaksanakan sebagian urusan pemerintahan. Ini berarti daerah diberikan keleluasaan menjalankan pemerintahan dan pembangunannya secara bertanggung jawab dengan melihat kondisi dan potensi lokalnya. Salah satu pertimbangan yang mendasari perlunya diselenggarakan otonomi daerah adalah peningkatan kemandirian pemerintahan daerah yang mempunyai implikasi langsung terhadap kemampuan keuangan daerah, sumber daya manusia dan sumber daya alam, dalam menjalankan roda pemerintahan dan kelanjutan pembangunan. Daerah kabupaten/kota adalah ujung tombak pelaksanaan pembangunan karena daerah-daerah tersebut yang lebih mengetahui kebutuhan dan potensi sumber daya di daerahnya yang pada akhirnya dapat meningkatkan local accountability pemerintah pusat terhadap pembangunan di daerah. Sebagai konsekuensi logis dari otonomi daerah yang diwujudkan dalam bentuk desentralisasi maka akan ada pelimpahan wewenang dan tanggung jawab dalam usaha penggalian dan penggunaan dana, baik yang berasal dari pemerintah pusat maupun dana yang berasal dari pemerintah daerah itu sendiri. Konteks desentralisasi memberikan wewenang pemerintahan oleh pemerintah pusat kepada daerah daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO PAGE \*

79 PEMERINTAH KOTA PALOPO??> kepentingan masyarakat setempat berdasarkan pada peraturan perundang undangan. Tujuan utama penyelenggaraan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal adalah untuk meningkatkan pelayanan publik dan memajukan perekonomian daerah. Pelaksanaan otonomi daerah secara langsung akan berpengaruh terhadap sistem pembiayaan, pengelolaan, dan pengawasan keuangan daerah. Sistem pembiayaan daerah dalam konteks otonomi daerah merupakan aspek yang sangat penting. Daerah diharapkan dapat meningkatkan kapasitas fiskal (fiscal capacity) agar mampu mencukupi kebutuhan fiskalnya (fiscal need) sehingga tidak mengalami defisit fiskal (fiscal gap). Salah satu upaya untuk meningkatkan kapasitas fiskal daerah tersebut adalah dengan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Pengelolaan keuangan daerah yang merupakan keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban dan pengawasan keuangan daerah adalah hal yang sangat penting dalam proses perencanaan suatu daerah secara keseluruhan. Tahapantahapan dalam pengelolaan keuangan daerah sangat krusial dalam memulai roda pemerintahan dan pembangunan setiap tahunnya untuk mewujudkan pelayanan dan kesejahteraan kepada masyarakat dengan lebih baik melalui perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengendalian dan evaluasi pembangunan. Dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan 2013, proses perencanaan pembangunan daerah yang dijabarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Palopo telah mengalami kemajuan yang cukup berarti setiap tahunnya sekaligus memperlihatkan keberhasilan dari pemekaran wilayah. Ini dapat dilihat dari perkembangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kota Palopo maupun program kegiatan yang dapat dilaksanakan pada periode tahun tersebut Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja Pelaksanaan APBD Pengelolaan keuangan daerah hingga saat ini masih sangat tergantung dengan kebijakan pemerintah pusat terutama dalam hal RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO PAGE \*

80 PEMERINTAH KOTA PALOPO??> peraturan perundang-undangan yang mendasarinya, terutama dalam hal pendapatan daerah yang sangat besar peranannya dalam perencanaan dan pendanaan pembangunan dalam kurun waktu tersebut. Dengan terbitnya Undang-Undang Pajak Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak dan Retribusi Daerah tentu memberikan warna baru dalam menentukan kerangka pendanaan dalam rencana kinerja pembangunan Kota Palopo periode tahun Dengan undang-undang tersebut yang nantinya diikuti oleh peraturan perundang-undangan yang dibawahnya, diharapkan ketergantungan pemerintah daerah dari dana pusat semakin berkurang atau Pemerintah Daerah lebih mandiri dalam hal pendanaan pembangunan. Derajat otonomi fiskal daerah yang selanjutnya disebut DOFD sebagai salah satu indikator untuk menganalisis kemampuan keuangan daerah, dengan mengukur kontribusi realisasi PAD terhadap APBD. Perkembangan DOFD Kota Palopo periode tahun , dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel III.1 Derajat Otonomi Fiskal Daerah (DOFD) Kota Palopo Tahun TAHUN PAD PENDAPATAN DAERAH DOFD 2008 Rp ,00 Rp ,88 6,91% 2009 Rp ,30 Rp ,30 5,44% 2010 Rp ,00 Rp ,73 6,82% 2011 Rp ,00 Rp ,00 7,05% 2012 Rp ,80 Rp ,44 6,89% Jumlah Rp ,10 Rp ,35 6,66% Sumber : DPPKAD Kota Palopo, Perhitungan APBD Kota Palopo, , (diolah) Dari tabel tersebut diatas dapat dijelaskan bahwa kontribusi pendapatan asli daerah (PAD) terhadap Pendapatan Daerah tahun mengalami peningkatan rata-rata 6,66 %. Dalam kurun waktu tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 perkembangan APBD Kota Palopo mengalami perubahan yang cukup berarti. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO PAGE \*

81 PEMERINTAH KOTA PALOPO??> Ini dapat dilihat dari perkembangan pendapatan maupun belanja pada APBD Kota Palopo. RPJMD PEMERINTAH KOTA PALOPO PAGE \*

82 Tabel III.2 Perkembangan APBD dan Realisasi APBD Kota Palopo, Sumber :DPPKAD Kota Palopo, Perhitungan APBD, PAGE \*

83 Tabel III.3 Pertumbuhan APBD Kota Palopo, URAIAN Rata-Rata Pertumbuhan (%) Pendapatan Rp Rp Rp Rp Rp ,15 Belanja Rp Rp Rp Rp Rp ,56 Penerimaan Pembiayaan Rp Rp Rp Rp Rp ,87 Pengeluaran Pembiayaan Rp Rp Rp Rp Rp ,56 Ada tiga sumber pembiayaan yang memegang peranan penting dalam keuangan daerah di Kota Palopo. Pertama, sumber pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), yang pelaksanaannya ditetapkan melalui Kepala Daerah setiap tahunnya. Kedua, sumber pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Sulawesi Selatan, Ketiga, sumber pembiayaan yang berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang di dalamnya terakomodasi dana dekonsentrasi dan dana-dana lainnya Pendapatan Daerah Otonomi daerah berimplikasi pada semakin luasnya kewenangan daerah untuk mengatur dan mengelola pendapatan daerah. Sehubungan dengan itu maka secara bertahap daerah dituntut untuk mengupayakan kemandirian pendapatannya dengan mengoptimalkan seluruh potensi pendapatan yang dimilikinya. Pendapatan daerah menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 Pasal 1 Ayat 13 merupakan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah nilai kekayaan bersih dalam periode tahun bersangkutan. Pendapatan daerah merupakan penerimaan pendapatan untuk memenuhi kebutuhan belanja pembangunan daerah yang bersumber dari Pendapatan asli daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lainlain Pendapatan daerah Yang Sah. Kapasitas keuangan daerah akan menentukan kemampuan pemerintah daerah dalam menjalankan fungsi pelayanan masyarakat. Oleh karena itu, pendapatan daerah harus dituangkan terlebih dahulu. Tanpa diketahuinya sumber-

84 sumber pendapatan daerah, maka pengelolaan keuangan daerah tidak akan berjalan dengan sempurna. Analisis kemampuan pemerintah dapat diukur dari penerimaan pendapatan daerah selama 5 tahun terakhir ( ) yang rata-rata menunjukan peningkatan dengan rincian sebagai berikut : Tabel III.4 Realisasi Pendapatan Daerah Kota Palopo Tahun 2008 s/d Tahun 2012 No (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) 1 PENDAPATAN , Pendapatan Asli Daerah , Pajak daerah , Retribusi daerah , Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan , Lain-lain PAD yang sah , Dana Perimbangan Uraian Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak , (0,09) Dana alokasi umum , Dana alokasi khusus ,05 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 22, Hibah Rata-rata Pertumbuhan (%) Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya ***) Dana penyesuaian dan otonomi khusus****) Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya ,56 32,68 22,62 Sumber : Realisasi Laporan Perhitungan APBD Kota Palopo, Penerimaan daerah seperti yang tertera pada tabel di atas dan tercermin dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah merupakan pendapatan yang diperoleh dari berbagai sumber seperti pendapatan asli daerah, sisa lebih perhitungan anggaran, dana alokasi umum, dana alokasi khusus dan penerimaan

85 daerah lainnya yang sah. Untuk tahun 2012 Pendapatan Asli Daerah Kota Palopo sebesar 525 milyar rupiah atau sekitar 99,39% dari target yang ditetapkan. Secara keseluruhan dalam kurun waktu tahun total pendapatan daerah Kota Palopo mengalami peningkatan rata-rata sebesar 10,15% Pendapatan Asli Daerah Pendapatan asli daerah merupakan sumber pendapatan yang berasal pajak dan retribusi daerah serta lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yang dianggarkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang telah ditetapkan. Tabel dibawah ini menunjukkan perkembangan pendapatan asli daerah tahun anggaran Tabel III.5 Perkembangan Pendapatan Asli Daerah Kota Palopo Uraian Anggaran Realisasi PAD Pencapaian Rata-Rata Pertumbuhan ,88 126, , ,30 92,49-13, , ,66 87,45 31, , ,00 94,07 26, , ,80 96,18 1,43 GR 11,40 Berdasarkan data perkembangan pendapatan asli daerah dari tahun terlihat adanya peningkatan yang cukup signifikan dari Rp. 24,90 Milyar pada tahun 2008 menjadi Rp. 36,21 Milyar di tahun 2012 dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan asli daerah selama periode sebesar 11,40 persen. Dari sisi realisasi, penerimaan PAD mengalami penurunan dari Rp pada tahun 2008 menjadi Rp. Rp pada tahun 2009 dengan tingkat pertumbuhan menurun sebesar 13,78 persen. Namun realisasi pada tahun 2010 meningkat menjadi Rp dengan tingkat pertumbuhan mencapai persen. Pada tahun 2012 pencapaian PAD sebesar 96,18 dari

86 anggaran yang direncanakan atau sebesar Rp namun tingkat pertumbuhan realisasi hanya sebesar 1,43 persen. a. Pajak Daerah Kinerja pajak daerah selama 5 (lima) tahun terakhir menunjukkan pertumbuhan yang semakin meningkat dalam pembentukan APBD Kota Palopo. Tercatat pertumbuhan tertinggi dalam lima tahun terakhir terjadi pada tahun 2011 sebesar 35 persen dan terendah terjadi pada tahun 2010 sebesar 6 (enam) persen. Perkembangan realisasi pajak daerah periode tahun anggaran dapat dilihat pada grafik dibawah ini : Realisasi pajak daerah selama periode tahun didominasi oleh Pajak Penerangan Jalan (PPJ) dengan kontribusinya di atas 50 persen dari total realisasi pajak daerah selama periode tersebut. Selain itu terdapat dua jenis objek pajak yang tidak terealisasi yaitu pajak air bawah tanah dan pajak sarang burung walet.

87 b. Retribusi Daerah Pendapatan dari retribusi merupakan salah satu komponen dalam Pendapatan Asli Daerah (PAD). Selama periode tahun hasil retribusi menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Pencapaian retribusi tertinggi terjadi pada tahun 2011 dengan realisasi sebesar Rp. 24,92 Milyar sedangkan tahun 2009 menjadi tahun dengan capaian terendah dengan realisasi sebesar Rp. 14,23 milyar. Hasil retribusi daerah berupa retribusi jasa umum, retribusi jasa usaha dan retribusi perizinan tertentu. Selama periode tahun retribusi jasa umum

88 menjadi penyumbang terbesar dalam pembentukan hasil retribusi daerah. Lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik di bawah ini: c. Hasil kekayaan Daerah Yang dipisahkan Hasil kekayaan daerah yang dipisahkan merupakan pendapatan berupa bagian laba (dividen) atas hasil investasi penyertaan modal kepada PT. Bank Sulselbar Palopo. Selama periode tahun realisasi dividen kepada pemerintah Kota Palopo mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada tahun 2008 realisasi hasil kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp. 771,3 juta meningkat menjadi Rp. 1,84 milyar pada tahun 2012 dengan rata-rata pertumbuhan pertahun menunjukkan kecederungan yang semakin meningkat.

89 d. Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang sah Lain-lain PAD yang sah merupakan sumber-sumber pandapatan asli daerah yang terdiri dari hasil penjualan asset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, kerugian uang daerah pendapatan keterlambatan pelaksanaan pekerjaan dan pendapatan dari pengembalian. Beberapa kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah terus dilakukan, diantaranya dengan melakukan pendataan kembali subyek dan obyek pajak, mengintensifkan penagihan pajak dan retribusi serta terus melakukan koordinasi dan pengawasan atas pelaksanaan penagihan pajak dan retribusi. Namun kegiatan-kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan pendapatan asli daerah tersebut dirasa belum mencapai hasil yang optimal. Hal ini disebabkan adanya beberapa permasalahan yang seringkali menjadi penghambat dalam peningkatan pendapatan asli daerah. Beberapa permasalahan tersebut antara lain : 1. Masih rendahnya usaha pajak (tax effort) yang dilakukan instansi yang terkait dengan optimalisasi kapasitas yang bias dipungut pajak. 2. Belum tersedianya data potensi pajak yang valid dan terkini sehingga kapasitas pajak tidak dapat dioptimalkan.

90 3. Belum efektifnya pelaksanaan Perda-Perda yang berkenaan dengan pajak dan retribusi daerah. 4. Masih lemahnya administrasi pendapatan daerah sehingga perda belum dilakukan sepenuhnya secara tegas. 5. Masih kurangnya kesadaran dan kepatuhan wajib pajak/retribusi untuk membayar pajak/retribusi. Atas permasalahan-permasalahan tersebut, Pemerintah daerah telah mengambil beberapa langkah strategis untk mengantisipasi permasalahanpermasalahan tersebut, antara lain : 1. Melakukan pendataan kembali atas subjek dan obyek pajak 2. Melakukan revaluasi atas nilai objek pajak 3. Meningkatkan sosialisasi perda-perda kepada masyarakat yang terkait dengan pajak/retribusi daerah. 4. Meningkatkan pengawasan dan pengendalian penagihan pajak dan retribusi daerah Dana Perimbangan Penerimaan daerah dari dana perimbangan juga mengalami peningkatan yang signifikan dari Rp. 288,84 milyar pada tahun 2008 menjadi Rp. 421,381 pada tahun Tingkat pencapaian realisasi dana perimbangan hampir selalu mencapai 100 persen dari anggaran. Tingkat pertumbuhan realisasi menunjukkan perkembangan yang fluktuatif dengan tingkat pertumbuhan tertinggi selama periode berada pada tahun Tabel III.6 Perkembangan Dana Perimbangan. Kota Palopo,

91 Uraian Anggaran Realisasi Pendapatan Pencapaian pertumbuhan realisasi ,00 100, , ,00 98,15 7, , ,00 100,00 4, , ,00 100,55 7, , ,00 99,71 21,13 Sumber: DPPKAD Kota Palopo, 2013 Komponen dana perimbangan terdiri dari dana alokasi umum, dana bagi hasil Sumber daya alam/non sumber daya alam serta dana alokasi khusus. Penyumbang terbesar dari dana perimbangan berasal dari dana alokasi umum yang sebagian besar digunakan untuk kegiatan belanja tidak langsung Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Sumber penerimaan daerah lainnya berupa lain-lain pendapatan daerah yang sah. Pendapatan ini berasal dari dana hibah, dana penyesuaian dan dana pendapatan lainnya. Lain-lain pendapatan yang sah Kota Palopo periode tahun terus menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan terhadap total pendapatan daerah dengan rata-rata pertumbuhan mencapai 7,25 persen. Sumber: DPPKAD Kota Palopo, 2013 (diolah)

92 Berdasarkan data ketiga sumber penerimaan tersebut diatas, pendapatan daerah Kota Palopo masih lebih didominasi oleh dana perimbangan yang terdiri dari Dana Alokasi umum, Bagi hasil SDA dan non SDA, serta Dana Alokasi Khusus. Selanjutnya diikuti oleh lain-lain Pendapatan daerah yang Sah yang terdiri dari bagi hasil Pajak dan bantuan keuangan dari Provinsi, serta dana penyesuaian, Sedangkan kontribusi PAD menjadi komponen terkecil dalam struktur Pendapatan daerah dan lebih didominasi oleh Retribusi daerah Belanja Daerah Belanja daerah menurut UU Nomor 33 Tahun 2004 merupakan semua kewajiban daerah yang diakui sebagai pengurang nilai kekayaan bersih dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan. Pengelolaan belanja daerah dilaksanakan berdasarkan pada anggaran kinerja yaitu belanja daerah yang berorientasi pada pencapaian hasil atau kinerja, dimana arah pengelolaan belanja daerah harus digunakan sebesar-besarnya untuk kepentingan publik dengan menganut pada Pro Poor, Pro growth, dan pro job. Pada dasarnya terdapat dua jenis belanja menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung. Gambaran realisasi belanja daerah kota palopo 3 (tiga) tahun terahir ( ) sebagaimana tabel dibawah ini : Tabel III.7 Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Belanja Daerah Kota Palopo Tahun 2008 s/d Tahun 2012

93 Sumber : Realisasi Laporan Perhitungan APBD Kota Palopo, Dari tabel diatas, realisasi belanja daerah Kota Palopo pada tahun 2008 sebesar Rp terdiri dari Belanja Tidak Langsung sebesar Rp atau 48,3 persen yang sebagian besar merupakan Belanja Pegawai, serta Belanja Langsung sebesar Rp atau 51,7 persen yang lebih didominasi oleh belanja modal. Pada tahun 2012 komposisi Belanja daerah sebesar Rp yang sebagian besar berupa belanja tidak langsung sebesar Rp atau 57,6 persen yang masih didominasi oleh Belanja pegawai, sedangkan Belanja langsung sebesar Rp atau 42,40 % juga masih didominasi oleh belanja Modal. Proporsi belanja tidak langsung yang relatif lebih besar bila dibandingkan dengan belanja langsung mengindikasikan bahwa serapan anggaran pemerintah lebih banyak digunakan untuk belanja pegawai. Tabel III.8 Proporsi Realisasi Belanja Terhadap Anggaran Belanja Kota Palopo

94 Sumber : DPPKAD Kota Palopo, 2013 Dari data yang ada terlihat bahwa proporsi belanja tidak langsung terhadap anggaran belanja menunjukkan bahwa proporsi realisasi belanja tidak langsung terhadap anggaran belanja selama periode mencapai 98,5 persen sedangkan untuk belanja langsung realisasinya mencapai 88,12 persen Neraca Daerah Pertumbuhan aset lancar dalam neraca keuangan Kota Palopo pada tahun 2009 meningkat sebesar 60,60 persen, pada tahun 2010 semakin meningkat menjadi 102,58 persen. Namun pada tahun 2011 menurun tajam menjadi negatif 22, 32 persen dan pada tahun 2012 sebesar negatif 21,14 persen. Penurunan aset lancar ini disebabkan menurunnya kas dari Rp pada tahun 2010 menjadi Rp pada tahun 2011 dan pada tahun 2012 semakin menurun menjadi Rp demikian juga dengan piutang dan persediaan yang mengalami pertumbuhan yang fluktuatif selama periode Invetasi jangka panjang tumbuh rata-rata sebesar 57,60 persen. Invetasi ini didorong oleh invetasi permanen sebesar 65 persen dan invetasi non permanen sebesar negatif 8,31 persen. Investasi permanen ini ditempatkan di Bank Sulselbar

95 dan PDAM Kota Palopo. Jumlah aset tetap dalam neraca keuangan Pemerintah Kota Palopo juga mengalami peningkatan dari Rp menjadi Rp pada tahun 2012 atau rata-rata tumbuh sebesar 26 persen selama periode Hutang jangka pendek dalam neraca keuangan pemerintah Kota Palopo mengalami penurunan secara nominal dari Rp tahun 2008 menjadi Rp pada tahun 2012 namun secara rata-rata tumbuh sebesar 1,21 persen pertahun selama Perbedaan antara hutang jangka pendek dengan kewajiban jangka pendek pada tahun 2008 disebabkan Pemerintah Kota Palopo masih mempunyai Hutang Perhitungan Fihak Ketiga (PFK) sebesar Rp , sehingga secara total kewajiban jangka pendek Pemerintah Kota Palopo pada tahun 2008 menjadi Rp Namun sejak tahun 2010 Pemerintah Kota Palopo tidak mempunyai utang perhitungan fihak ketiga (PFK). Pada tahun 2010, tahun 2011 dan tahun 2012 terdapat utang bunga yang merupakan bunga atas pinjaman pemerintah Kota Palopo kepada Pemerintah Pusat. Hutang jangka panjang Pemerintah Kota Palopo merupakan pinjaman pokok kepada Bank Dunia melalui pemerintah pusat dengan jangka waktu selama 15 (lima belas) tahun untuk pembangunan pasar besar (city market) Kota Palopo, sehingga terdapat kewajiban jangka panjang sampai tahun Sedangkan untuk ekuitas dana pemerintah Kota Palopo selama tahun tumbuh rata-rata sebesar 29 persen yang didominasi oleh ekuitas dana lancar dan ekuitas dana investasi. Untuk lebih jelasnya mengenai neraca keuangan Kota palopo pada tahun 2008 sampai tahun 2012 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

96 Tabel III.9 Pertumbuhan Neraca Daerah Kota Palopo,

97 68

98 Sumber : Laporan Keuangan Pemerintah Kota Palopo, (diolah) 69

99 Untuk rasio keuangan daerah, rasio yang digunakan adalah rasio likuiditas dan rasio solvabilitas. Rasio likuiditas yang digunakan adalah rasio lancar (current ratio) dan Quick Ratio. Rasio lancar adalah asset lancar dibagi dengan kewajiban jangka pendek, sedang Quick Ratio adalah asset lancar dikurangi persediaan dibagi dengan kewajiban jangka pendek. Rasio solvabilitas disebut juga Ratio leverage yaitu mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh suatu entitas dengan dana yang dipinjam dari kreditur entitas tersebut. Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva entitas dibiayai oleh hutang, rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman. Adapun Rasio yang tergabung dalam Rasio Leverage adalah rasio Hutang terhadap Ekuitas (Total Debt to Equity Ratio) yang merupakan Perbandingan antara hutang hutang dan ekuitas dalam pendanaan suatu entitas dan menunjukkan kemampuan modal sendiri dari entitas tersebut untuk memenuhi seluruh kewajibannya dan Rasio Hutang terhadap Total Aktiva (Total Debt to Total Asset Ratio) yaitu rasio yang merupakan perbandingan antara hutang (baik hutang lancar maupun hutang jangka panjang) dengan jumlah seluruh aktiva (aset). Berdasarkan formula tersebut, maka rasio likuiditas neraca keuangan Pemerintah Kota Palopo tahun adalah sebagai berikut:

100

101 Tabel III.10 Analisis Rasio Keuangan Kota Palopo NO URAIAN Aktifa Lancar Kewajiban Jangka Pendek Rasio Lancar (current ratio) 0,66 1,02 2,60 2,47 1,40 2 Aktifa Lancar Persediaan Kewajiban Jangka Pendek Rasio Quick (quick ratio) 0,62 0,89 2,43 2,18 1,18 3 Total Hutang Total Aset Rasio Total Hutang terhadap Total Aset 0,04 0,03 0,05 0,06 0,05 4 Total Hutang Total Ekuitas Rasio Hutang terhadap Modal 0,038 0,029 0,050 0,060 0,052 sumber : DPPKAD Kota Palopo, 2013 (data diolah) 140

102 Rasio lancar sangat berguna untuk mengukur kemampuan daerah dalam melunasi kewajiban-kewajiban jangka pendeknya. Semakin tinggi rasio berarti semakin terjamin pelunasan kewajiban jangka pendek. Dari tabel di atas, terlihat bahwa nilai rasio lancar dari tahun 2008 sampai dengan tahun 2012 mengalami peningkatan yang cukup tinggi yang menandakan bahwa aktiva lancar daerah dapat menjamin hutang lancarnya. Rasio kewajiban terhadap aset secara langsung membandingkan kewajiban jangka panjang ditambah dengan kewajiban jangka pendek dibagi dengan asset dikurangi kewajiban (hutang jangka panjang dan jangka pendek). Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rasio tahun 2008 sebesar 0,04, tahun 2009 sebesar 0,03, tahun 2010 sebesar 0,05, tahun 2011 sebesar 0,06 dan tahun 2012 sebesar 0,05. Semakin kecil nilai rasio ini, maka semakin baik rasio kewajiban terhadap asset, namun jika nilai rasio cukup besar atau berada diatas 0,75 maka, pihak kreditor harus berhati-hati meminjamkan memberikan kredit kepada Pemerintah daerah tersebut. Jika dilihat dari hasil tersebut menunjukkan bahwa kemampuan keuangan Pemerintah Kota Palopo selama tahun cukup mampu untuk membayar utang jika Pemerintah Kota Palopo melakukan pinjaman ke kreditor. Demikian juga dengan rasio total hutang terhadap ekuitas menunjukkan angka yang sangat kecil, dimana hal tersebut menunjukkan bahwa pemerintah daerah dapat memenuhi kewajibannya dari kemampuan modal sendiri Kebijakan Pengelolaan Keuangan Masa Lalu

103 Dalam kurun waktu tahun , terutama pada Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Perubahan (APBD-P) Tahun Anggaran 2008 sampai dengan Tahun 2012, setiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) merupakan satuan entitas akuntansi. Hal tersebut berarti bahwa SKPD tersebut bertanggung jawab terhadap anggarannya masingmasing termasuk dalam pencatatan akuntansinya. Realisasi dari anggaran tersebut disusun dalam Laporan Realisasi Anggaran yang harus dilaporkan secara fungsional kepada Bendahara Umum Daerah/Pejabat Pengelola Keuangan Daerah, yaitu Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) dan secara administratif harus dilaporkan kepada Pejabat Pengguna Anggaran masing-masing SKPD. Dari segi pengawasan dari rangkaian pengelolaan keuangan daerah, pada periode tahun , Laporan keuangan yang disusun oleh DPPKAD sebagai entitas pelaporan, menyajikan laporan keuangan yang terdiri dari laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP). Laporan keuangan inilah yang kemudian akan diaudit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pengelolaan keuangan ini mencakup seluruh transaksi keuangan yang dikelola oleh setiap SKPD dan dikoordinir oleh DPPKAD yang mengemban fungsi sebagai Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Pengelolaan keuangan daerah yang dimulai dari penyusunan anggaran pendapatan dan belanja daerah, perubahan anggaran

104 pendapatan dan belanja daerah, laporan semester dan prognosis realisasi anggaran, laporan realisasi anggaran, neraca hingga catatan atas laporan keuangan disusun secara otonomi oleh SKPD sebagai entitas akuntansi yang kemudian diverifikasi dan dikonsolidasi oleh DPPKAD sebagai entitas pelaporan menjadi Laporan Keuangan Kota Palopo. Sedangkan Laporan Arus Kas disusun secara sentralistik oleh PPKD. Pengelolaan keuangan Daerah tersebut tetap berpedoman pada aturan yang berlaku. Kebijakan akuntasi yang diterapkan dalam Pengelolan Belanja Daerah secara umum telah sesuai dengan ketentuan SAP walaupun masih terdapat beberapa kebijakan yang belum sepenuhnya mengikuti SAP. Dalam hal pelaporan dan pengawasan Laporan Keuangan Kota Palopo dapat dikatakan masih belum dapat menjadi yang terbaik. Ini dapat dilihat dari hasil opini audit BPK Kota Palopo sebagai berikut: Tabel III.11 Opini BPK terhadap Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Palopo Tahun OPINI BPK TERHADAP LAPORAN KEUANGAN DAERAH TAHUN KOTA PALOPO 2008 WAJAR DENGAN PENGECUALIAN 2009 DISCLAIMER 2010 DISCLAIMER 2011 DISCLAIMER 2012 WAJAR DENGAN PENGECUALIAN Sumber : DPPKAD Kota Palopo, 2013 Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK pada tahun 2009 dan 2010 opini disclaimer yang diperoleh Kota Palopo lebih disebabkan lemahnya pengelolaan aset daerah saat ini, sehingga

105 diharapkan target kedepan pada periode tahun , Kota Palopo mengharapkan opini BPK terhadap Laporan Keuangan Daerah Kota Palopo akan menjadi Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) dengan fokus pada peningkatan kompetensi aparatur dalam menyusun laporan Keuangan serta membenahi pengelolaan aset daerah yang selama ini menjadi titik lemah dalam Laporan keuangan Daerah Proporsi Penggunaan Anggaran ` Kebijakan umum keuangan daerah yang tergambar dalam pelaksanaan APBD yang merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam proses pengambilan keputusan yang terkait dengan kebijakan pendapatan maupun belanja daerah mengacu pada aturan yang melandasinya baik Undang-Undang, Peraturan Pemerintah, Keputusan Menteri, Peraturan Daerah maupun Keputusan Kepala Daerah. Anggaran pemerintah daerah yang tertuang dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) adalah rencana kerja keuangan tahunan pemerintah daerah dalam 1 (satu) tahun yang disusun secara jelas dan spesifik serta merupakan desain teknis pelaksanaan strategi untuk mencapai tujuan daerah dalam bentuk alokasi dana. Pada tabel berikut dapat dilihat realisasi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur Kota Palopo tahun Tabel III.12 Realisasi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Palopo,

106 Sumber: DPPKAD Kota Palopo, 2013 Realisasi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur pada tahun 2010 sebesar Rp yang sebagian besar merupakan belanja tidak langsung yang mencapai 74 persen dari total belanja aparatur atau Rp Dari belanja tidak langsung tersebut, belanja gaji dan tunjangan menjadi belanja paling dominan yang mencapai 91 persen atau sebesar Rp Demikian juga pada tahun 2011 dan 2012 dimana sebagian besar belanja aparatur dialokasikan untuk belanja gaji dan tunjangan masing-masing sebesar 84 persen dan 86 persen dari total belanja tidak langsung. Tabel berikut menyajikan analisis proporsi belanja untuk pemenuhan kebutuhan aparatur yaitu prosentase total belanja kebutuhan aparatur dengan total pengeluaran.

107 Tabel III.13 Analisis Proporsi Belanja Pemenuhan Kebutuhan Aparatur Kota Palopo Sumber: DPPKAD Kota Palopo, 2013 Untuk proporsi belanja pemenuhan kebutuhan aparatur, total belanja khusus untuk kebutuhan aparatur pada tahun 2008 mencapai 69,44% dari total keseluruhan pengeluaran kemudian meningkat signifikan pada tahun 2011 menjadi 80,17 persen dari total pengeluaran. Prosentase belanja aparatur turun sedikit ke 79,28 persen pada tahun Besarnya prosentase belanja aparatur ini mencerminkan bahwa anggaran belanja pemerintah sebagian besar dialokasikan untuk belanja aparatur dan selebihnya dialokasikan untuk belanja pembangunan sehingga hal ini hendaknya menjadi perhatian dalam penyusunan anggaran belanja pada tahun-tahun ke depan. Belanja periodik yang wajib dan mengikat merupakan pengeluaran yang wajib dibayar serta tidak dapat ditunda pembayarannya dan dibayar setiap tahun oleh pemerintah daerah seperti belanja gaji dan tunjangan pegawai, belanja penerimaan pimpinan dan anggota DPRD serta

108 operasional Kepala Daerah, belanja bunga, belanja jasa kantor berupa tagihan bulanan kantor seperti listrik, air, listrik dan sejenisnya, serta belanja lainnya yang bersifat wajib untuk dibayarkan setiap tahunnya. Belanja periodik prioritas utama merupakan pengeluaran yang harus dibayar secara periodik oleh pemerintah daerah dalam rangka keberlangsungan pelayanan dasar prioritas pemerintah daerah seperti pendidikan, kesehatan dan belanja sejenisnya. Tabel dibawah ini menunjukkan perkembangan pengeluaran periodik, wajib dan mengikat serta prioritas utama selama tahun

109 Tabel III.14 Pengeluaran Periodik, wajib dan mengikat serta prioritas utama Kota Palopo, NO URAIAN A. Belanja Tidak Langsung Bel a nja Ga ji da n Tunja nga n Belanja Penerimaan Anggota dan Pimpinan DPRD serta Operasional KDH/WKDH Bel a nja Bunga Bel a nja Ba ntua n Sos i a l Belanja Bantuan Keuangan Bel a nja Ta k Terduga B. Belanja Langsung Belanja honorarium PNS khus us untuk guru da n tenaga medis. Belanja Beasiswa Pendidikan PNS Belanja Jasa Kantor ( khusus tagihan bulanan kantor seperti listrik, air, telepon dan sejenisnya) Bel a nja s ewa gedung kantor (yang telah ada kontrak jangka panjangnya) Belanja sewa perlengkapan dan peralatan kantor ( yang telah ada kontrak jangka panjangnya) C. Pembiayaan Pengeluaraan Pembentukan Dana Cadangan Penyertaan Modal Investasi Pemba ya ra n Pokok Uta ng TOTAL ( A + B + C ) Sumber : DPPKAD Kota Palopo 2013 Belanja periodik wajib Pemerintah Kota Palopo terdiri dari :

110 1. belanja gaji dan tunjangan pegawai merupakan realisasi belanja untuk gaji pokok dan tunjangan pegawai sehingga wajib untuk dibayarkan. Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa selama periode total belanja gaji dan tunjangan pegawai mengalami peningkatan yang cukup signifikan. 2. belanja penerimaan pimpinan dan anggota DPRD serta operasional Kepala Daerah, merupakan realisasi penerimaan anggota dan pimpinan DPRD dan operasional walikota dan wakil walikota. Tahun 2010 belanja penerimaan DPRD dan Operasional Kepala Daerah sebesar Rp menurun menjadi Rp pada tahun 2011 kemudian meningkat kembali menjadi Rp belanja bunga, merupakan realisasi belanja atas bunga pinjaman kepada pihak tertentu. Khusus untuk tahun merupakan realisasi belanja bunga atas pinjaman kepada Bank Dunia melalui pemerintah pusat untuk pembangunan Pasar Besar (City Market) Kota Palopo. 4. Belanja Bantuan Sosial, merupakan realisasi atas bantuan sosial kepada masyarakat yang diberikan berdasarkan peraturan yang berlaku. 5. Belanja bantuan keuangan, merupakan realisasi atas bantuan keuangan kepada partai politik. 6. Belanja Tidak Terduga, merupakan realisasi atas belanja-belanja yang tidak terduga. Belanja periodik prioritas utama Pemerintah Kota Palopo terdiri dari:

111 1. Belanja Honorarium PNS Khusus Guru dan Tenaga Medis, berupa belanja pelayanan pendidikan gratis, pelayanan kesehatan gratis pada Kesehatan dan RSUD Sawerigading serta tambahan penghasilan berdasarkan kelangkaan profesi pada Kesehatan dan RSUD Sawrigading. 2. Belanja Beasiswa Pendidikan PNS, merupakan bantuan pendidikan bagi PNS yang melanjutkan pendidikan baik di tingkat S1 dan S2. 3. Belanja jasa kantor, berupa total keseluruhan belanja listrik, air, telepon dan sejenisnya yang dibayar setiap bulannya. 4. Penyertaan Modal Investasi, berupa penyertaan modal pemerintah kepada Bank Sulselbar Cabang Palopo dan PDAM Kota Palopo. 5. Pembayaran Pokok Utang, merupakan pembayaran pokok utang atas kegiatan-kegiatan yang belum terbayar pada tahun-tahun sebelumnya Analisis Pembiayaan Pencapaian prinsip efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan daerah tercermin dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SILPA) pertahunnya. SILPA per tahun diharapkan menurun baik secara nominal maupun persentasenya, dikarenakan kurang baik untuk perekonomian makro Kota Palopo, yang menggambarkan belanja pemerintah kurang diberdayakan dalam memacu pertumbuhan ekonomi daerah, sehingga belanja pemerintah tidak dapat secara optimal menggerakkan pertumbuhan ekonomi. Perkembangan SILPA pertahun dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

112 Tabel III.15 SILPA Kota Palopo, Sumber: DPPKAD Kota palopo, Perhitungan APBD, 2013 (diolah) Peningkatan Silpa dari tahun 2010 sampai dengan tahun 2012, diakibatkan oleh adanya alokasi anggaran untuk kegiatan fisik (Konstruksi) yang belum diserap pada akhir tahun anggaran meskipun pekerjaan telah selesai dikerjakan oleh pihak ketiga, serta kebijakan pemerintah Pusat terhadap lain-lain pendapatan daerah yang digunakan untuk pembangunan infastruktur dan operasional Pendidikan seperti dana Penyesuaian dan dana sertifikasi guru yang terlambat penyalurannya di daerah. Perkembangan prosentase SILPA yang digunakan untuk membiayai belanja Kota Palopo dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

113 Tabel III.16 Prosentase SILPA Kota Palopo untuk Pendanaan APBD Tahun TAHUN SILPA PENGELUARAN APBD PROSENTASE 2008 Rp Rp ,11% 2009 Rp Rp ,95% 2010 Rp Rp ,89% 2011 Rp Rp ,94% 2012 Rp Rp ,34% Sumber :DPPKAD Kota Palopo, APBD, 2013) Realisasi SiLPA selama periode menunjukkan perkembangan yang fluktuatif. Silpa tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar Rp milyar atau 6,89% dari realisasi APBD sedangkan Silpa terendah terjadi pada tahun 2008 dengan tingkat persentase 1,11 persen dari realisasi APBD atau sebesar Rp. 4,13 milyar. Tabel III.17 Defisit Rill Anggaran NO URAIAN Realisasi Pendapatan Daerah Dikurangi Realisasi Belanja Daerah Pengeluaran Pembiayan Daerah Defisit Riil ( ) ( ) ( ) ( ) Sumber :DPPKAD Kota Palopo, APBD, 2013) Dari tabel di atas terlihat bahwa pada tahun 2008 pemerintah mengalami defisit riil yang disebabkan oleh jumlah belanja daerah yang

114 terdiri dari belanja dan pengeluaran pembiayaan lebih besar daripada realisasi pendapatan daerah. Hal ini berarti jumlah kewajiban pemerintah lebih banyak jika dibandingkan dengan pendapatan. Defisit riil terus terjadi sampai dengan tahun 2012 kecuali tahun 2009 dimana realisasi pendapatan lebih besar daripada kewajiban belanja dan pengeluaran pembiayaan. Defisit riil tersebut pada dasarnya akan ditutupi oleh sumbersumber pendanaan lainnya. Komposisi penutup defisit riil dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Tabel III.18 Komposisi penutup defisit rill anggaran Tahun URAIAN Sis a Lebih Perhitungan Anggaran (SiLPA) Tahun Anggaran sebelumnya PROPORSI DARI TOTAL DEFISIT RIIL Pencairan Dana Cadangan Has il Penjualan Kekayaan Daerah Yang di Pisahkan Penerimaan Pinjaman Daerah Penerimaan Kembali Pemberian Pinjaman Daerah Penerimaan Piutang Daerah sumber : DPPKAD Kota Palopo, 2013 Komposisi penutup defisit riil anggaran merupakan sumbersumber pendapatan yang diharapkan dapat menutup defisit riil anggaran. Dari tabel di atas dapat terlihat bahwa sumber utama penutup defisit riil anggaran berasal dari Sisa Lebih Perhitungan Anggaran (SIlpa) Tahun

115 Anggaran Sebelumnya yang tiga tahun terakhir proporsinya semakin menurun. Selain itu sumber lain yang dapat digunakan untuk menutup defisit riil adalah dari hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan Kerangka Pendanaan Pendanaan program kegiatan yang akan diakomodir dalam periode tahun ini sangatlah penting untuk dikaji. Dari dasar analisis gambaran umum pengelolaan keuangan daerah pada periode sebelumnya ( ), maka dapat disusun suatu analisis dalam rangka pendanaan program kegiatan pada periode tahun Berdasarkan potensi pendanaan, Kota Palopo mempunyai potensi pendanaan dari Pendapatan Asli Daerah dan juga didukung oleh Dana Perimbangan dan sumber-sumber pendapatan lainnya. Tabel III.19 Proyeksi Pengeluaran Periodik, wajib dan Mengikat serta Prioritas Utama Kota Palopo, (Ribu Rp.)

116 sumber : DPPKAD Kota Palopo, 2013 (diolah) Berdasarkan realisasi belanja tidak langsung periode yang terus meningkat, maka dengan dasar perhitungan tersebut, maka pertumbuhan belanja tidak langsung untuk periode diperkirakan tumbuh 12 persen pertahun dimana sebagian besar dialokasikan untuk belanja gaji dan tunjangan selanjutnya dialokasikan

117 untuk belanja penerimaan untuk anggota dan pimpinan DPRD serta operasional kepala daerah dan belanja bunga. Khusus belanja bunga yang dialokasikan merupakan bunga atas pinjaman pemerintah Kota Palopo kepada Pemerintah Pusat untuk pembangunan pasar besar (city market) yang wajib dibayar setiap tahunnya selain pinjaman pokok. Untuk honorarium PNS khusus guru dan tenaga medis rata-rata pertumbuhan pertahun diperkirakan sebesar 2 persen. Hal ini berdasarkan perkiraan meningkatnya jasa pelayanan kesehatan dan pendidikan pada tahun-tahun mendatang program walikota terpilih yaitu pendidikan dan kesehatan gratis paripurna sehingga berimplikasi pada bertambahnya subsidi pemerintah daerah untuk melaksanakan program tersebut. Selain itu meningkatnya status RSUD Sawerigading dari tipe C menjadi tipe B diperkirakan berimplikasi pada peningkatan layanan kesehatan. Penyertaan modal pemerintah untuk periode tahun diperkirakan tetap pada angka Rp yang dialokasikan untuk Bank Sulselbar Palopo. Pembayaran pokok utang merupakan pembayaran pokok pinjaman kepada pemerintah pusat yang wajib dibayar setiap tahunnya berdasarkan dokumen perjanjian kerjasama Proyeksi Data Masa Lalu Dilihat dari sisi pendapatan, keuangan daerah yang berhasil adalah keuangan daerah yang mampu meningkatkan penerimaan secara berkesinambungan seiring dengan perkembangan perekonomian tanpa memperburuk alokasi faktor produksi dan keadilan serta dengan

118 sejumlah biaya administrasi tertentu. Salah satu indikator keuangan daerah tersebut adalah daya pajak (tax effort). Daya pajak merupakan perbandingan PAD terhadap kapasitas PAD. Kapasitas PAD sama dengan potensi PAD yaitu pendapatan yang diterima apabila seluruh potensi digunakan secara optimal, dalam hal ini PDRB. Perkembangan daya pajak (tax effort) Kota Palopo periode tahun , dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel III.20 Daya Pajak (tax effort) Kota Palopo, TAHUN PAD PDRB ATAS HARGA BERLAKU (Juta Rp) 2008 Rp 24,906 Rp 1,394, Rp 21,473 Rp 1,646, Rp 28,219 Rp 1,946, Rp 35,703 Rp 2,284, Rp 36,214 Rp 2,637, Sumber: BPS Kota Palopo, DPPKAD Kota Palopo 2013 (diolah) % Dari data di atas terlihat bahwa persentase daya pajak Kota Palopo selama lima tahun terakhir menunjukkan perkembangan yang masih rendah. Rata-rata daya pajak masih berkisar antara 1 1,8 persen dengan tingkat daya pajak tertinggi terjadi pada tahun 2008 kemudian menunjukkan kecenderungan yang semakin menurun. Hal ini berarti semakin kecil pula kemampuan pemerintah daerah dalam menjaring dananya melalui pajak Kerangka Pendanaan

119 a. Kerangka Penerimaan Penghitungan kerangka pendanaan memperhatikan kerangka penerimaan dan kerangka belanja, sebagai dasar penghitungan kapasitas riil pengelolaan keuangan daerah. Sesuai dengan analisis-analisis diatas dapat diestimasi kerangka pendanaan Kota Palopo pada tahun Pendanaan tersebut terbagi kedalam jenis-jenis pendapatan sesuai dengan aturan perundang-undangan yang berlaku. Tabel III.21 Estimasi Penerimaan Kota Palopo, (Ribu Rp.) Sumber : DPPKAD Kota Palopo 2013 (diolah) Estimasi penerimaan selama lima tahun ke depan sebagian besar masih didominasi oleh dana perimbangan yang terdiri dari dana bagi

120 hasil pajak/bukan pajak, dana alokasi umum dan dana alokasi khusus kemudian lain-lain pendapatan yang sah dan pendapatan asli daerah. b. Kerangka Belanja Daerah Kebijakan belanja daerah tahun diarahkan untuk mendukung pencapaian sasaran program prioritas walikota terpilih dengan melalui pengaturan pola pembelanjaan yang proporsional, efisien dan efektif yaitu : Pendidikan Gratis Paripurna, Kesehatan Gratis Paripurna, Bantuan biaya pendidikan S2 dan S3 bagi PNS dan masyrakat yang memiliki prestasi akademik, mendidik 100 pemuda setipa tahun untuk dikirim menjadi pelaut, mencetak wirausaha baru melalui pelatihan industri rumah tangga (home industri), menyalurkan bantuan permodalan sebesar Rp. 1 milyar per kelurahan, pemberian kartu sehat kepada masyarakat, pemakaman gratis bagi masyarakat Palopo, pengurusan kartu keluarga, akte dan KTP gratis, penghapusan retribusi pasar bagi pedagang sayur mayur dan pedagang kaki lima, pemberian bantuan pukat/jaring kepada nelayan tradisional secara bertahap, pemberian insentif kepada imam masjid dan pelaku keagamaan lainnya, peningkatan insentif RT/RW, pemberian insentif bagi PNS, perluasan layanan ambulans gratis, penataan dan fasilitasi pembenahan potensi adat dan budaya, mewujudkan pemerintahan yang bebas korupsi, pemasangan pipa air bersih secara gratis untuk menjangkau rumah penduduk yang tidak mampu, menjadikan Palopo sebagai daerah kota sub untuk jazirah Sulawesi Selatan bagian utara, pembenahan dan penataan hutan kota sebagai daya tarik pendukung pariwisata, penataan daerah pesisir melalui Program SALEMO (sampoddo-lemolemo), mewujudkan Kota Palopo sebagai daerah bebas banjir, pemberian

121 santunan kematian bagi warga yang tengah berduka karena anggota keluarganya ada yang meninggal. c. Penghitungan Kerangka Pendanaan Kapasitas riil kemampuan keuangan daerah adalah pendapatan daerah ditambah sisa lebih riil perhitungan anggaran yang menjadi total penerimaan kemudian dikurangi dengan belanja dan pengeluaran pembiayaan yang wajib dan mengikat serta prioritas utama. Dari perhitungan tersebut diperoleh kapasitas riil kemampuan keuangan daerah tahun 2014 sebesar Rp. 283,5 milyar dan tahun 2018 meningkat menjadi Rp milyar. Gambaran kapasitas riil kemampuan keuangan daerah Kota Palopo tahun anggaran dapat dilihat pada tabel di bawah ini: Tabel III.22 Kapasitas Rill kemampuan keuangan daerah untuk mendanai keuangan daerah Kota Palopo Tahun (Ribu Rp.)

122 sumber : DPPKAD Kota Palopo, 2013 Dari gambaran kemampuan riil keuangan daerah pada tabel diatas untuk mendanai pembangunan masih relatif kecil. Berkenaan dengan itu perlu pengawasan yang lebih proaktif dalam menjalankan semua program wajib dan prioritas yang telah dijanjikan pada rakyat.

123 Tabel III.23 Rencana penggunaan kapasitas rill kemampuan keuangan daerah Kota Palopo, (ribu Rp.) sumber: DPPKAD Kota Palopo, 2013 Berdasarkan tabel di atas bahwa dari rencana kapasitas riil kemampuan keuangan daerah setelah dikurangi belanja periodik yang

124 wajib dan mengikat serta prioritas utama dan selama tahun terjadi anggaran berimbang. Dari dana yang tersedia tersebut, dapat diambil pendekatan penggunaan dana yang tersedia dengan pendekatan prioritas penggunaan dana, dimana ada 3 (tiga) prioritas penggunaan dana yaitu: 1. Prioritas I, digunakan untuk alokasi pembangunan untuk program pembangunan daerah yang terkait langsung dengan Visi dan Misi Walikota. 2. Prioritas II, digunakan untuk alokasi pembangunan untuk program penyelenggaraan urusan lainnya. 3. Prioritas III, digunakan untuk alokasi Belanja Tidak Langsung Lainnya seperti Bantuan Sosial, Hibah, Tambahan Penghasilan PNS dan lain sebagainya. Tabel III.24 Pendanaan Prioritas Kota Palopo Tahun (ribu Rp.) Sumber :DPPKAD, BAPPEDA Kota Palopo 2011 (diolah)

125 Pendanaan prioritas pada tabel di atas selanjutnya menjadi kebijakan alokasi anggaran berdasarkan prioritas pendanaan seperti pada tabel di bawah ini : Tabel III.25 Kebijakan Alokasi Anggaran Pemerintah Kota Palopo, Tahun

126

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA DEPOK TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa untuk menjamin pembangunan dilaksanakan secara sistematis, terarah,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

WALIKOTA PALANGKA RAYA

WALIKOTA PALANGKA RAYA WALIKOTA PALANGKA RAYA PERATURAN DAERAH KOTA PALANGKA RAYA NOMOR 19 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA PALANGKA RAYA TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Lamongan tahun 2005-2025 adalah dokumen perencanaan yang substansinya memuat visi, misi, dan arah pembangunan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 8 2008 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR: 9 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2005-2025 DENGAN

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BENGKAYANG TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN

Pemerintah Kota Bengkulu BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan nasional adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan dengan memperhitungkan sumber daya yang

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 2 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN 2008-2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,

Lebih terperinci

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI REMBANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR

A. LATAR BELAKANG PENGERTIAN DASAR PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mengingat bahwa hakekat Pembangunan Nasional meliputi pembangunan manusia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia, maka fungsi pembangunan daerah adalah sebagai

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO

PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO PERATURAN DAERAH KOTA PALOPO NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KOTA PALOPO TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PALOPO, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang selama ini dilaksanakan di Kabupaten Subang telah memberikan hasil yang positif di berbagai segi kehidupan masyarakat. Namum demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung

BAB I PENDAHULUAN. perencanaan pembangunan nasional yang bertujuan untuk mendukung LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTABARU NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KOTABARU TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang P erencanaan pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN BAB I 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pelaksanaan pembangunan daerah yang merupakan kewenangan daerah sesuai dengan urusannya, perlu berlandaskan rencana pembangunan daerah yang disusun berdasarkan kondisi

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa agar kegiatan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG L E M B A R A N D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 06 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH KABUPATEN BALANGAN TAHUN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN Bab I Pendahuluan 1.1. LatarBelakang Pembangunan pada hakikatnya merupakan suatu proses yang berkesinambungan antara berbagai dimensi, baik dimensi sosial, ekonomi, maupun lingkungan yang bertujuan untuk

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA SELATAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANGKA SELATAN TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI KABUPATEN ACEH SELATAN NOMOR 18 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH KABUPATEN ACEH SELATAN TAHUN 2013-2018 1.1. Latar Belakang Lahirnya Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEMBATA NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LEMBATA TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEMBATA, Menimbang :

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KABUPATEN LEBAK TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2009 SERI E.8 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 14 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2005-2025

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2014-2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUMEDANG, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN SUMEDANG TAHUN 2009-2013

Lebih terperinci

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG BUPATI NGANJUK PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 02 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH, RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH, RENCANA STRATEGIS

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN POSO

PEMERINTAH KABUPATEN POSO 1 PEMERINTAH KABUPATEN POSO PERATURAN DAERAH KABUPATEN POSO NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN POSO TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU 5 SALINAN PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA BATU TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU,

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA TAHUN 2016 2021 DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 Tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, perencanaan pembangunan nasional terdiri atas perencanaan pembangunan

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN REMBANG TAHUN 2005 2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2010 NOMOR 3 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA BOGOR NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BOGOR TAHUN 2010-2014 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN TRENGGALEK SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA TANGERANG SELATAN TAHUN 2011-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG B U P A T I B I M A PERATURAN DAERAH KABUPATEN BIMA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BIMA TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG WALIKOTA SURAKARTA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA SURAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA SURAKARTA TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN

GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN GUBERNUR PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH PROVINSI PAPUA TAHUN 2005-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 134 TAHUN : 2011 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR 21 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH (RPJPD) KOTA CIMAHI TAHUN 2005 2025 DENGAN

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN BAB I PENDAHULUAN -1- Lampiran Peraturan Daerah Kabupaten Bangkalan Tanggal : 09 Desember 2010 Nomor : 12 Tahun 2010 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN BANGKALAN TAHUN 2005 2025 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 01 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN DEMAK TAHUN 2008 NOMOR : 4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN DEMAK NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH (RPJM) DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANYUMAS NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BANYUMAS TAHUN 2013-2018 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2014-2019 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Strategis

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Bab I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembangunan daerah sebagai bagian dari pembangunan nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang berkesinambungan meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH LEMBARAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 PERATURAN DAERAH KOTA DEPOK NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA DEPOK,

Lebih terperinci

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT

WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT WALIKOTA SOLOK PROVINSI SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA SOLOK NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2013 2018 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BREBES TAHUN 2012 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH(RPJMD) KABUPATEN LUWU TIMUR TAHUN 2011-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR,

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016-2021 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI

LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI LEMBARAN DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2010 NOMOR 6 PERATURAN DAERAH KOTA SUKABUMI Tanggal : 26 Nopember 2010 Nomor : 6 Tahun 2010 Tentang : TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARIMUN NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KARIMUN TAHUN 2011 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARIMUN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BULELENG TAHUN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BULELENG TAHUN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULELENG NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN BULELENG TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULELENG, SALINAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Bupati Lamongan Nomor : 44 Tahun 2016 Tanggal : 25 Oktober 2016. RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN LAMONGAN TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : E.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU NOMOR : 5 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN INDRAMAYU

Lebih terperinci

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017

WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 WALIKOTA BEKASI PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 26 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KOTA BEKASI TAHUN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR TAHUN 2010-2015 DENGAN

Lebih terperinci

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N

W A L I K O T A B A N J A R M A S I N W A L I K O T A B A N J A R M A S I N PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KOTA BANJARMASIN TAHUN 2011 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2009 SERI E.7 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN CIREBON TAHUN 2009-2014

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN, DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN KUDUS DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU

PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PEMERINTAH KABUPATEN KAPUAS HULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH KABUPATEN KAPUAS HULU TAHUN 2011-2031 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci