HIDUP DALAM MASYARAKAT YANG MAJEMUK AGAMA DAN KEYAKINAN
|
|
- Verawati Atmadjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 HIDUP DALAM MASYARAKAT YANG MAJEMUK AGAMA DAN KEYAKINAN Rm. Yosef Lalu, Pr PENDAHULUAN Kemajemukan adalah sifat dari dunia ini. Tuhan menciptakan umat manusia dalam perbedaan yang tak terhindarkan. Bahwa ada manusia Asia, manusia Eropa, manusia Afrika dan sebagainya adalah kenyataan. Dan bahwa manusia-manusia itu memiliki sejarah, kebudayaan, ada istiadat, bahasa, cita rasa, dll, yang berbeda merupakan kenyataan pula. Keanekaragaman itu indah dan memperkaya. A. MASYARAKAT INDONESIA ADA- LAH MASYARAKAT YANG MA- JEMUK Bangsa Indonesia adalah bangsa yang plural yang berciri keanekaragaman dalam pelbagai aspek kehidupan. Namun, keanekaragaman itu juga diterima dan dihayati dalam satu kesatuan sebagai bangsa. Suku-suku yang berasal dari ribuan pulau dengan budaya, adat istiadat, bahasa, dan agama yang berbeda-beda itu, semuanya mengikrarkan diri sebagai satu bangsa satu bahasa dan satu tanah air Indonesia. Bangsa Indonesia yang berbedabeda itu selain diikat oleh satu sejarah masa lampau yang sama, yakni penjajahan oleh bangsa asing dalam kurun waktu yang panjang, juga diikat oleh satu cita-cita yang sama yakni membangun masa depan bangsa yang berketuhanan, berperikemanusiaan, bersatu, berkeadilan, dan berdaulat. Oleh para bapa bangsa Pancasila telah ditegaskan sebagai falsafah hidup dan pedoman hidup bangsa. la mempersatukan kita sebagai bangsa. Menolak Pancasila berarti membubarkan bangsa dan Negara kita. Berdasarkan pemahaman seperti itu, maka setiap individu mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Suku yang satu tidak lebih diunggulkan dari suku lain, agama yang satu tidak mendominasi agama lain. Kodrat bangsa Indonesia memang berbeda-beda dalam kesatuan. Hal tersebut dirumuskan dengan sangat Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember
2 bijak dan tepat oleh bangsa Indonesia, yakni Bhineka Tunggal Ika yang berarti beranekaragam namun satu. Kenyataannya keberadaan bangsa Indonesia memang berbeda-beda namun tetap satu bangsa. Bangsa yang utuh dan bersatu serta yang berbeda-beda itu adalah saudara sebangsa dan setanah air. B. BANGSA INDONESIA MEMILIKI KEYAKINAN DAN AGAMA YANG MAJEMUK Kita mengetahui bahwa di dalam masyarakat majemuk tidak ada satu sistim sosial untuk semua dan juga tidak ada satu agama saja. Pilihan atas agama dan penghayatannya ditentukan oleh keinfasan dan tanggungjawab pribadi setiap orang. Namun, diperlukan kerjasama yang nyata dengan orang dan golongan lain di dalam masyarakat sebab hanya dalam suasana kerjasama dan saling menghormati terjaminlah kebebasan agama, yang memungkinkan setiap orang mengabdi Tuhan menurut keyakinan hatinya sendiri. Tugas dan wewenang Negara dan pemerintah tidak terbatas pada kontrol dan pengawasan saja, tetapi terutama menciptakan suasana yang menjamin kebebasan beragama berdasarkan martabat manusia. Maka, oleh Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang penghayatan sila pertama Pancasila, Ketuhanan Yang Maha Esa, dijelaskan sebagai berikut: Percaya dan takwa kepada Tuhan yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaan masingmasing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab. Hormat menghormati dan bekerjasama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda-beda sehingga terbina kerukunan hidup. Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadat sesuai dengan agama dan kepercayaan. Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain. Tampak sekali bahwa penjelasan mengenai sila pertama tidak pertamatama menyangkut Tuhan, tetapi terutama agama dan kepercayaan. Lebih khusus lagi, pokok perhatiannya ialah kerukunan umat beragama. Dalam Pancasila, terungkap pengakuan bahwa kepercayaan religius bangsa Indonesia, khususnya sebagaimana dinyatakan dalam bentuk agama, diterima sebagai nilai sosial, dan oleh karena itu akan dilindungi oleh Negara. Pancasila tidak langsung berbicara mengenai Tuhan sendiri, melainkan mengenai sikap manusia terhadap Tuhan. Pancasila tidak hanya mengakui kebebasan beragama, tetapi juga pluralisme agama sebab tidak setiap orang mengenal dan mengakui Tuhan dengan cara yang sama. 40 Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
3 C. PANDANGAN DAN SIKAP KITA agamaku adalah agamaku, agamamu TERHADAP AGAMA LAIN adalah agamamu. Pada kalangan agama Kristen misalnya tetap berkeyakinan bahwa karya penyelamatan Di atas sudah dikatakan bahwa kita hidup dalam masyarakat yang Kritus bukanlah monopoli orang kristen, beragam agama dan keyakinan. Dalam tetapi membawa keselamatan bagi hidup bersama itu tentu saja kita memiliki seluruh umat manusia, walaupun ada pelbagai pandangan, keyakinan dan yang tidak menyadarinya. sikap terhadap agama lain. Berikut ini secara singkat dan sederhana disebutkan satu-dua pandangan dan sikap itu. Pluralisme agama adalah feno- 3. Pandangan dan sikap pluralis mena kesadaran baru, yang tampaknya 1. Pandangan dan sikap eksklusif masih memerlukan penyadaran tentang Pandangan dan sikap ini dihayati maknanya supaya menjadi lebih nyata, oleh orang-orang yang menganggap lebih obyektif, supaya bisa dijadikan hanya agamanyalah yang benar dan pegangan. bisa menyelamatkan manusia. Dalam Tidak dapat disangkal bahwa kalangan Gereja katolik pernah ada kesadaran akan pluralisme agama keyakinan yang kuat bahwa diluar Gereja kiranya secara tidak langsung berkaitan (katolik) tidak ada keselamatan. Extra dengan kritik agama modern, yang Ecclessiam nula salus. Ini adalah secara diam-diam atau terang-terangan pandangan dan sikap kaum fundamentalis pada umumnya. Mereka sering yang sia-sia. Perang dengan motivasi mengecam pertikaian agama-agama tertutup, picik, menggunakan cara-cara agama sering yang paling kejam dan kekerasan dan sangat tidak toleran untuk berlarut-larut. Terkesan agama lebih mempertahankan dan menyebarkan membawa bencana daripada keselamatan. Agama-agama bersama-sama keyakinan dan agamanya. juga memberi gambaran tentang Tuhan 2. Pandangan dan sikap inklusif yang kejam. Bacalah ceritera dari Pandangan dan sikap ini dimiliki Anthony de Mello berikut ini: oleh orang-orang yang menerima bahwa dalam agama-agama lain ada kebenaran dan bisa menyelamatkan manusia. Aku dan temanku pergi ke Pasar Malam Pasar Malam Agama Allah ingin menyelamatkan semua Agama. Bukan pasar dagang. Pasar orang. Namun mereka tidak menganggap semua agama sama saja. Tetapi sengitnya, propagandanya pun agama. Tetapi persaingannya sama sama hebatnya. Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember
4 Di kios Yahudi, kami mendapat selebaran yang mengatakan bahwa Tuhan itu Mahapengasih, dan bahwa bangsa Yahudi adalah umat pilihan-nya. Ya, bangsa Yahudi. Tidak ada bangsa lain yang terpilih seperti bangsa Yahudi. Di kios Islam, kami mendengar bahwa Allah itu Mahapenyayang dan Mohammad ialah nabi-nya. Keselamatan diperoleh dengan mendengarkan Nabi Tuhan yang satu-satunya itu. Di kios Kristen, kami menemukan bahwa Tuhan adalah Cinta, dan bahwa di luar Gereja tidak ada keselamatan. Silakan mengikuti Gereja Kudus jika tidak ingin mengambil risiko masuk neraka. Di pintu keluar aku bertanya kepada Temanku, Apakah pendapatmu tentang Tuhan? Jawabnya, Rupanya la penipu, Fanatik, dan bengis! Dari: Burung Berkicau Anthony de Mello, SJ Para penganut agama rupanya makin memahami bahwa perang agama merupakan ironi yang tidak masuk akal dan mulai mengupayakan jalan damai lewat pamahaman baru. Mereka mau bekerjasama. Untuk mewujudkan citacita bahwa agama itu menyelamatkan manusia. Pluralisme agama itu lebih menyentuh pada kesadaran mengenai dilema kebenaran agama. Kalau kebenaran itu satu, mengapa ada banyak agama, yang bahkan saling menyalahkan dan berperang? Pluralisme agama bergumul dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: Mengapa Tuhan membiarkan (atau mungkin menghendaki) ada berbagai agama di atas muka bumi ini? Apakah semua tradisi keagamaan akhirnya manurut rencana Allah, bermuara ke dalam satu agama, yang mencakup kebenaran seperti sudah terdapat dalam aneka aliran keagamaan itu? Orang-orang pluralis percaya bahwa Allah giat dalam berbagai agama dan menyelamatkan orang melalui sarana mereka masing-masing. Dahulu dan sekarang. Disemua benua, dimanamana. Allah adalah Bapa yang mencintai semua orang. Agama-agama yang berbeda rasanya kurang penting, yang lebih penting adalah benar-benar percaya dan hidup sesuai dengan keyakinan subyektif dan orang-orang yang berbeda agama itu. Kaum pluralis berkeyakinan bahwa pluralisme agama adalah sikap moral yang bersifat imperatif, yang menuntut lebih jauh 42 Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
5 keterlibatan bersama dalam menangani Di tempat lain, pernah terjadi dunia yang lebih baik dan sejahtera bahwa dalam satu upacara tahbisan daripada terus bertengkar dan berperang imam, semua ulama dan pelbagai untuk mengklaim kebenaran tertentu. agama mendoakan dengan cara (cape deh!). masing-masing agama supaya imam Tentu saja pembicaraan mengenai pluralisme agama memerlukan ruang imam yang baik! Apakah peritiwa- yang baru ditahbiskan sungguh menjadi yang lebih besar lagi, bukan saja karena perstiwa itu bisa dilihat sebagai suatu cakupannya yang luas, tetapi juga karena fenomena dan pluralism keagamaan? masalahnya yang belum jelas. Biarlah para teolog kita terus menggumulinya. D. KERUKUNAN, TOLERANSI, DIA- Dalam uraian singkat ini, hanya LOG DAN KERJA SAMA ANTARA mau diperlihatkan bahwa setelah AGAMA melewati berbagai pemurnian melalui peristiwa-peristiwa sejarah, agama apa Sesudah kita melihat sepintas pun tampaknya dewasa ini harus tentang kemajemukan masyarakat dan dimurnikan melalui gejala pluralisme agama, pandangan dan sikap antara yang tidak terelakan. Mengabaikan penganut agama di Indonesia kini kita kenyataan pluralisme dengan menganggap diri sebagai kebenaran yang budaya hidup bersama dan para lihat pula secara singkat manyangkut tidak tersentuh oleh pengalamanpengalaman religius lain hanya akan kerukunan, toleransi dan kerjasama penganut agama dalam bentuk menjauhkan agama dan kehidupan antara agama-agama itu! nyata. Di salah satu wilayah pesisir, 1. Kerukunan antara agama umat beragama Katolik dan beragama Kiranya semua agama mengajarkan dan mengharapkan kerukunan Islam sangat rukun. Mereka umumnya masih berkerabat satu sama lain. Yang antar umat manusia, termasuk kerukunan antara penganut umat beragama. menarik ialah bahwa pada musim naik haji, kadangkala terjadi bahwa keluarga Seperti sudah dikatakan di atas, tampak dari orang yang mau naik haji pergi sekali bahwa penjelasan mengenai sila kepada bapak pastor paroki setempat pertama dari Pancasila tidak pertamatama menyangkut Tuhan, tetapi sambil membawa stipedium, minta didoakan supaya yang naik haji pergi dan terutama agama dan kepercayaan. Lebih pulang dengan selamat dan supaya khusus lagi, pokok perhatiannya ialah peristiwa naik haji itu bisa membawa kerukunan umat beragama. Dalam banyak berkat. Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember
6 Pancasila, terungkap pengakuan bahwa kepercaya-an religius bangsa Indonesia, khusunya sebagaimana dinyatakan dalam bentuk agama, diterima sebagai nilai sosial dan oleh karena itu akan dilindungi oleh Negara. Pancasila tidak langsung berbicara mengenai Tuhan sendiri, melainkan mengenai sikap manusia terhadap Tuhan. Pancasila tidak hanya mengakui kebebasan beragama, tetapi juga pluralisme agama sebab tidak setiap orang mengenal dan mengakui Tuhan dengan cara yang sama. Kita bersyukur bahwa dalam sejarah agama-agama di Indonesia kita mengalami masa-masa yang relatif sungguh rukun, walaupun disana-sini ada gejolak-gejolak kecil pernah terjadi. Dalam hal ini kita sering dipuji dan menjadi contoh untuk bangsa-bangsa lain. Sayang bahwa akhir-akhir ini kerukunan antara agama-agama di Indonesia mulai cukup terganggu di banyak tempat. Hal ini disebabkan antara lain: Agama sering diperalat atau ditunggangi demi kepentingan lain yang bersifat politis dan ekonomis. Fanatisme sempit karena kurang memahami agamanya sendiri dan agama orang lain. Kelompok-kelompok ekstrim garis keras dan perda-perda yang senyatanya tidak sesuai dengan Pancasila sepertinya dibiarkan berkembang oleh pemerintah. Merasa posisi dan pengaruhnya terancam karena adanya agama lain. Merasa agama lain sebagai saingan. Pencemaran simbol-simbol agama oleh pemeluk agama lain. Hal ini sering membakar emosi massa karena agama sering diyakini sebagai benteng terakhir untuk menegakan martabat pribadi atau kelompoknya. Dan sebagainya. 2. Toleransi Untuk mengelak pelbagai gejolak dan memupuk kerukunan antara agama antara lain dibutuhkan sikap toleran. Seorang yang toleran berarti orang yang bisa menerima, menanggung, dan menahan diri untuk bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang terhadap orang-orang yang berlainan aliran. Sikap toleransi tidak berarti membenarkan pandangan/ aliran yang dibiarkan itu, akan tetapi mengakui kebebasan serta hak-hak asasi para penganutnya untuk berpandangan lain. Kiranya dapat dibedakan tiga jenis toleransi. Toleransi negatif: isi ajaran dan penganut agama lain tidak dihargai, tetapi mereka dibiarkan saja karena menguntungkan (misalnya, dari segi ketenangan dalam politik, ekonomi) atau karena sikap acuh tak acuh terhadap agama. 44 Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
7 Toleransi positf: isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai. Toleransi ekumenis: isi ajaran serta penganutnya dihargai karena dalam ajaran mereka itu terdapat unsurunsur kebenaran juga dan bernilai untuk memperdalam pendirian dan kepercayaan sendiri. Toleransi sejati bukan sikap acuh tak acuh, yang menyamakan semua aliran yang berbeda tanpa menghormati atau mencari kebenaran; bukan laksana kopi susu, yang mencampurkan bagianbagian yang dianggap cocok dan macam-macam kepercayaan (sinkretisme); bukan pula sikap mengorbankan prinsip sendiri dengan berkompromi dalam hal-hal pokok. Toleransi sejati didasarkan pada sikap hormat terhadap martabat setiap manusia, hati nurani serta keyakinan dan keikhlasan sesama manusia terserah apapun agama, ideologi, atau pandangannya. Seorang yang toleran dalam arti positif bersedia mengadakan wawancara atau berdialog dengan sikap terbuka untuk mencari pengertian dan kebenaran, memperkaya pengalamannya sendiri dengan pengalaman orang lain tanpa mengorbankan prinsip-prinsip yang diyakini. Toleransi agama berakar dalam sejarah dan sikap suku-suku bangsa Indonesia. Tradisi toleransi dan kerukunan terbukti dalam Gerakan Nasional dan Perang Kemerdekaan, waktu penganut segala agama bahu membahu berjuang membela Negara Proklamasi. Demikian juga semasa bersama-sama mempertahankan diri, waktu umat agama seluruhnya diancam komunisme. Tradisi luhur ini perlu dipertahankan dan dikembangkan dalam Negara Pancasila dan tidak boleh dikorbankan demi kepentingan politik sementara atau keuntungan fasilitas oleh pimpinan salah satu kaum agama. Said Aqil siraj, tokoh NU, dalam satu kesempatan pernah mengatakan bahwa Indonesia tanpa Islam, Kristen, Hindu dan Budha tidak dapat dibayang kan keberadaannya. 3. Dialog dan Kerjasama Dialog adalah bentuk komunikasi dari hati ke hati. Kiranya perlu dibedakan antara dialog dan diskusi. Dalam diskusi kita boleh adu pendapat, lebih banyak pikiran yang berperanan. Dalam dialog, kiranya hatilah yang berperanan. Dalam dialog, kita saling mengungkapkan pikiran dan perasaan untuk dapat saling mengerti. Dalam dialog, dielakkan sikap saling menuduh dan menyerang. Hasil dialog adalah lebih saling mengerti dan menghangatkan relasi dengan tidak perlu meninggalkan prinsip-prinsip dan keyakinan kita. Di dalam dialog tidak ada kata menang atau kalah. Hanya ada saling pengertian dan relasi yang semakin baik. Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember
8 Dalam dialog antar agama, terdapat beberapa bentuk dialog yang dapat diperkembangkan yaitu: a. Dialog kehidupan Kita sering hidup bersama dengan umat beragama lain dalam satu lingkungan atau daerah. Dalam hidup bersama itu, kita tentu berusaha untuk bertegur sapa, bergaul, dan saling mendukung serta saling membantu satu sama lain. Hal itu dilakukan bukan saja demi tuntutan sopan santun dan etika pergaulan, tetapi juga tuntutan iman kita. Dengan demikian, terjadilah dialog kehidupan. b. Dialog karya Dalam hidup bersama dengan umat beragama lain, kita sering diajak dan didorong untuk bekerjasama demi kepentingan bersama atau kepentingan yang lebih luas dan luhur. Kita bekerjasama dalam kegiatan sosial kemasyarakatan, kegiatan sosial karitatif, kegiatan rekreatif, dan kegiatankegiatan lainnya. Dalam kegiatankegiatan seperti itu, kita dapat lebih saling mengenal dan menghargai. c. Dialog iman Dalam hal hidup beriman, kita dapat saling memperkaya walaupun kita berbeda agama. Kenneth Cragg, seorang uskup Anglikan dan juga seorang Islamolog pernah berkata: Apa yang anda pikirkan dan rasakan bila sayup-sayup mendengar suara azan dan menara mesjid? Kalau anda jujur dan cukup religius bukankah anda dapat terajak untuk berdoa? Ada banyak ajaran iman yang sama, ada banyak visi dan misi agama kita yang sama. Lebih dari itu semua, kita mempunyai perjuangan yang sama dalam menghayati ajaran iman kita. Dalam hal ini, kita dapat saling belajar, saling meneguhkan, dan saling memperkaya. Dialog yang benar berarti kesaksian iman, bukan perbandingan (atau konfrontasi) perumusan iman. Sebagaimana agama harus dimengerti dari dalam, dan pengalaman iman pribadi, begitu juga dialog antar agama pertama-tama berarti penghayatan iman bersama. Oleh karena itu, dialog antar agama, yang adalah dialog iman, tidak pernah dapat dilepaskan dari kasih dan pengharapan. Kasih sebagai tanda penyerahan kepada Tuhan; pengharapan sebagai keterbukaan untuk karya Roh, yang bertiup ke mana Ia mau. Apa kiranya dapat kita pelajari dan petik dari dialog-dialog ini? Di sini, disebut satu-dua manfaat yang dapat kita petik, antara lain: Dari agama Islam, kita dapat belajar sikap pasrah kepercayaan yang teguh kepada Tuhan yang Maha Esa, ketekunan dalam berdoa secara 46 Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
9 teratur, dan sikap tegar menolak kemaksiatan. Dari agama Kristen/katolik kita dapat belajar tentang kepercayaan akan Kerajaan Allah, dimana orang dapat percaya dan berharap tentang terciptanya suasana kasih tanpa batas terhadap Allah dan sesama yang menjamin kesejahteraan lahir bathin manusia. Dari agama Hindu dan Buddha (juga aliran Kepercayaan), kita dapat belajar, misalnya tentang penekanan pada hal-hal batin. Agama-agama Hindu dan Buddha (demikian juga agama-agama oriental lainnya) sangat menekankan doa batin, meditasi, kontemplasi, yoga, dan berbagai sendi bermeditasi lainnya yang sangat disukai dan dipraktikkan di seluruh dunia. Dari agama Konghucu (juga agama Buddha), kita dapat belajar tentang penekanan dan penghayatan umatnya pada hidup moral dan perilaku. Mereka sangat menekankan praktik hidup yang baik. Agama Konghucu dan agama Buddha adalah agama moral. Dari Aliran Kepercayaan dan agama asli, kita dapat belajar tentang kedekatan mereka pada alam lingkungan hidup. Agama asli percaya akan keharmonisan seluruh kosmis. Ada mata rantai kehidupan yang melingkupi seluruh alam raya, yang tidak boleh dirusakkan. Maka, umat agama asli selalu membuat upacara sebelum mereka mengolah tanah atau menebang pohon, semacam tindakan minta izin kepada sesama saudara sekehidupan. Dalam gerakan melestarikan ekologi saat ini rupanya kita perlukan menimba inspirasi dari agama asli ini. Kalau kita perhatikan dan melaksanakan semua usaha ini, dengan sendirinya akan tercipta persaudaraan yang sejati dan kerjasama antara pemeluk agama-agama. E. PENDIDIKAN AGAMA DALAM MASYARAKAT MAJEMUK Sesudah mendengar masukan yang sederhana dan mungkin kurang teratur ini, saya mengajak para pendidik untuk berdialog tentang bagaimana kita mendidik para anak didik kita untuk bersikap terbuka, toleran, inklusif dan pluralis dalam kehidupan bermasyarakat, khususnya dalam kehidupan beragama. Izinkan saya untuk memberikan satu dua catatan dalam hal ini: 1. Pendidikan untuk bersikap terbuka, toleran, inklusif dan pluralis, harus dimulai sejak usia dini. Kata orang sifat dan karakter seseorang secara dasariah terbentuk pada usia 0 s.d 4 tahun. Jadi pendidikan untuk sikap yang terbuka terhadap kemajemukan harus sudah dimulai dalam keluarga. Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember
10 Anak-anak tidak boleh dihasut untuk bersikap tertutup dan fanatik. 2. Pendidikan yang membentuk sikapsikap terbuka ini tidak cukup hanya secara verbal (dengan kata-kata), tetapi lebih-lebih dengan keteladanan, dengan kesaksian hidup. Kita sendiri harus bersikap terbuka. Sikap kita mewarnai suasana keluarga atau lembaga pendidikan kita. 3. Sikap-sikap yang perlu dibina dalam hubungan dengan penganut agama lain dapat disebut antara lain: a. Sikap terbuka untuk bergaul, berinteraksi dan berdialog. b. Sikap solider sebagai sama-sama umat beriman, yang mengakui Tuhan yang sama, yang diimani oleh Ibrahim, bapa kaum beriman. c. Sikap adil, bahwa sebagai warga bangsa dan warga agama kita mempunyai hak dan peluang yang sama. d. Sikap positif, tidak berprasangka buruk dan menjauhkan pelbagai macam fobia (Islam fobia, Katolik fobia...dsbnya). Pimpinan Dan Staf Komisi Kateketik Konferensi Waligereja Indonesia Mengucapkan Selamat Natal 25 Desember 2013 dan Selamat Memasuki tahun Baru 2014 TUHAN BESERTA KITA 48 Praedicamus Vol. XII, No. 44, Oktober-Desember 2013
KERJASAMA ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM MEMBANGUN KEBERSAMAAN
KLIPING AGAMA KERJASAMA ANTAR UMAT BERAGAMA DALAM MEMBANGUN KEBERSAMAAN KELOMPOK 2 : o PUTRO DEN ARDANTO / 07 o RICKY JITRO SIMATUPANG / 08 o STANISLAUS KRIS BANGKIT TRI PUTRA / 09 o DAME DISNA SITUMORANG
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : II/MPR/1978 TENTANG PEDOMAN PENGHAYATAN DAN PENGAMALAN PANCASILA (EKAPRASETIA PANCAKARSA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS
Lebih terperinci2.4 Uraian Materi Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia,
2.4 Uraian Materi 2.4.1 Pengertian dan Hakikat dari Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa Indonesia Sebagai pendangan hidup bangsa Indonesia, Pancasila berarti konsepsi dasar tentang kehidupan yang
Lebih terperinciC. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender
C. Perilaku Toleran terhadap Keberagaman Agama, Suku, Ras, Budaya, dan Gender Semua manusia pada dasarnya sama. Membeda-bedakan perlakuan terhadap sesama manusia karena warna kulit atau bentuk fisik lainnya
Lebih terperinci12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
12. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama
Lebih terperinciBartima Oktavia Bahar Nim: E
Tugas : 45 BUTIR-BUTIR PANCASILA Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mata kuliah Pendidikan Pancasila Semester Genap Disusun Oleh : Bartima Oktavia Bahar Nim: E51116302 Departemen Antropologi
Lebih terperinciBAB XIII GEREJA DI ANTARA PLURALITAS
Modul ke: BAB XIII GEREJA DI ANTARA PLURALITAS 14 Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi A. PENDAHULUAN INDONESIA GEREJA DI ANTARA PLURALITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga
Lebih terperinciI. Hakikat Pancasila. 1. Pancasila sebagai dasar Negara
I. Hakikat Pancasila Pancasila adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Pancasila merupakan rumusan
Lebih terperinciC. Partisipasi Kewarganegaraan sebagai Pencerminan Komitmen terhadap Keutuhan Nasional
semangat persatuan dan kesatuan. Buatlah kesimpulan berkaitan dengan arti penting persatuan dan kesatuan, serta semboyan Bhinneka Tunggal Ika. d. Tulislah hasil pengamatan dan diskusi dalam tabel berikut
Lebih terperinci11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD)
11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik untuk Sekolah Dasar (SD) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan
Lebih terperinciPendidikan Pancasila. Makna dan Aktualisasi Sila Ketuahanan Yang Maha Esa Dalam Kehidupan Bernegara pada Bidang Politik ekonomi, sosial dan hankam
Modul ke: Pendidikan Pancasila Makna dan Aktualisasi Sila Ketuahanan Yang Maha Esa Dalam Kehidupan Bernegara pada Bidang Politik ekonomi, sosial dan hankam Fakultas EKONOMI Dr. Saepudin S.Ag. M.Si. Program
Lebih terperinciPILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGAR
PILAR KEHIDUPAN BERBANGSA DAN BERNEGAR EMPAT PILAR Pancasila UUD 1945 NKRI Bhineka Tunggal Ika KARAKTER Unsur kunci: komitmen, kata2 dpt dipegang, keputusan demi kebaikan bersama Memperlakukan sesama dgn
Lebih terperinciKONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA
KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Dosen : Drs.Tahajudin Sudibyo N a m a : Argha Kristianto N I M : 11.11.4801 Kelompok : C Program Studi dan Jurusan : S1 TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA
Modul ke: Fakultas MKCU PENDIDIKAN PANCASILA Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi lain (Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Ideologi liberalism) Dr. H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi
Lebih terperincitercantum Meskipun yaitu : Indonesia Limaa berikut: Rakyat. Dia Pancasila yang dasar Sekarang S Setelah Rumusan
PANCASILAA Perisai Pancasila menampilkan lima lambang Pancasila Pancasilaa adalah ideologi dasar bagi negara Indonesia. Nama ini terdiri dari dua kata dari Sanskerta: pañcaberarti lima dan śīla berarti
Lebih terperinciMATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA
MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA PERTEMUAN KE 8 OLEH : TRIYONO, SS. MM. STTNAS YOGYAKARTA Pancasila Material ; Filsafat hidup bangsa, Jiwa bangsa, Kepribadian bangsa, Sarana tujuan hidup bangsa, Pandangan
Lebih terperinciC. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA
- 273 - C. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDIPEKERTI SMALB TUNANETRA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan
Lebih terperinciBUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN
BUTIR BUTIR PANCASILA YANG TERBARU BESERTA CONTOH PENGAMALAN Butir butir Pancasila yang dahulu ada 36 butir sekarang diubah menjadi 45 butir pancasila. Dan sekarang ini masyarakat banyak yang belum tahu
Lebih terperinciPancasila dan Budaya. STMIK Amikom Yogyakarta. oleh : Rossidah ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika. pembimbing :
Pancasila dan Budaya STMIK Amikom Yogyakarta oleh : Rossidah 11. 02. 8043 ( Kelompok A ) D3 Manajemen Informatika pembimbing : Drs. M. Kalis Purwanto, MM 1 DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI i ii BAB
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara di wilayah Asia secara geografis yang diwarnai oleh dua kenyataan, yaitu kemajemukan agama dan kebudayaan, serta situasi kemiskinan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU
BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU Pluralisme adalah sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin memungkirinya, kehidupan
Lebih terperinciKEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA
KEDUDUKAN DAN FUNGSI PANCASILA Tugas Akhir Pendidikan Pancasila NAMA :YULI NURCAHYO NIM : 11.11.5420 KELOMPOK : E JURUSAN : S1 TEKNIK INFORMATIKA DOSEN : Dr. Abidarin Rosyidi M.Ma JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama adalah penghubung antara manusia dengan Tuhan. Setiap manusia berhak menganut agama sesuai dengan keinginannya. Berlakunya Undang-Undang Nomor 29 Tahun 1945
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012
Sambutan Presiden RI pada Perayaan Natal Nasional, Jakarta, 27 Desember 2012 Kamis, 27 Desember 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA PERAYAAN NATAL NASIONAL DI PLENARY HALL JAKARTA CONVENTION
Lebih terperinciINTI SILA PERTAMA SAMPAI INTI SILA KELIMA
1 INTI SILA PERTAMA SAMPAI INTI SILA KELIMA 1. Arti Penting Keberadaan Pancasila Pancasila sebagai dasar negara adalah sebuah harga mati Yang tidak boleh di tawar lagi. Bukan tidak mungkin, apabila ada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap individu yang ada dan diciptakan di muka bumi ini selalu memiliki perbedaan. Tak ada dua individu yang memiliki kesamaan secara utuh, bahkan meskipun
Lebih terperinciPENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
PENERAPAN SILA PERTAMA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Untuk memenuhi salah satu syarat mata kuliah pendidikan pancasila Dosen: Drs. Tahajudin Sudibyo DISUSUN OLEH: Nama : NIKA NUR ANINDA Nim : 11.11.5142 Kelompok
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA. Pancasila Sebagai Ideologi Negara. Modul ke: 05Fakultas EKONOMI. Program Studi Manajemen S1
Modul ke: 05Fakultas Gunawan EKONOMI PENDIDIKAN PANCASILA Pancasila Sebagai Ideologi Negara Wibisono SH MSi Program Studi Manajemen S1 Tujuan Perkuliahan Menjelaskan: Pengertian Ideologi Pancasila dan
Lebih terperinciUKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latarbelakang
BAB I PENDAHULUAN I.1. Latarbelakang Pluralitas agama merupakan sebuah kenyataan yang tidak dapat lagi dihindari atau disisihkan dari kehidupan masyarakat umat beragama. Kenyataan akan adanya pluralitas
Lebih terperinciPENGERTIAN DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan.
PENGERTIAN DEMOKRASI Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat. kata kratos berarti pemerintahan. Jadi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat,yaitu pemerintahan yang rakyatnya
Lebih terperinciGereja di dalam Dunia Dewasa Ini
ix U Pengantar ndang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menegaskan bahwa pemerintah mengusahakan dan menyelenggarakan suatu sistem pendidikan nasional yang meningkatkan keimanan
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Kebudayaan Indonesia Akar dari Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Disusun Oleh: Nama : Alif Rizki Andriawan NIM : 11.11.5193 Kelompok Prodi dan Jurusan : E : S1 TI Dosen Pembimbing : Abidarin Rosidi, Dr,
Lebih terperinciPENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA
PENTINGNYA TOLERANSI DALAM PLURALISME BERAGAMA Disusun oleh: Nama Mahasiswa : Regina Sheilla Andinia Nomor Mahasiswa : 118114058 PRODI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2012
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinciTUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA
TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara
Lebih terperincid. bahwa dalam usaha mengatasi kerawanan sosial serta mewujudkan, memelihara dan mengembangkan kehidupan masyarakat yang
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NO.: Ä Ä Ä TAHUN 2003 TENTANG KERUKUNAN UMAT BERAGAMA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa Negara Republik Indonesia
Lebih terperinci11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan
11. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik Sekolah Menengah Pertama (SMP) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan
Lebih terperinciWAWASAN NUSANTARA. Dewi Triwahyuni. Page 1
WAWASAN NUSANTARA Dewi Triwahyuni Page 1 WAWASAN NUSANTARA Wawasan Nusantara adalah cara pandang suatu bangsa tentang diri dan lingkungannya yang dijabarkan dari dasar falsafah dan sejarah bangsa itu sesuai
Lebih terperinciPancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara
Pancasila; sistem filsafat dan ideologi Negara FILSAFAT PANCASILA Filsafat Harafiah; mencintai kebijaksanaan, mencintai hikmat atau mencintai pengetahuan. Filsafat Pancasila; refleksi kritis dan rasional
Lebih terperinci10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E)
10. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Kristen untuk Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa Tunalaras (SMPLB E) A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi
Lebih terperinciPENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2
PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-2 Substansi Hak dan Kewajiban asasi Manusia dalam Pancasila PANCASILA UNDANG UNDANG DASAR 1945 PASAL 28A -28J UNDANG-UNDANG
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. mayoritas dengan penganut minoritas. Penganut atau golongan agama saling
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebebasan beragama di Indonesia adalah kebebasan yang berprinsip kekeluargaan. Hal ini bermakna tidak ada perbedaan antara penganut yang mayoritas dengan penganut
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.
BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama
Lebih terperinciI PENDAHULUAN. menjalankan kehidupan bermasyarakat dan bemegara serta dalam menjalankan
1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kerukunan umat beragama merupakan dambaan setiap umat, manusia. Sebagian besar umat beragama di dunia, ingin hidup rukun, damai dan tenteram dalam menjalankan
Lebih terperinciKURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012
KURIKULUM 2013 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 PENDIDIKAN
Lebih terperinciPANCASILA PENJABARAN NILAI-NILAI PANCASILA
PANCASILA PENJABARAN NILAI-NILAI PANCASILA 1 1. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA a. Percaya & Taqwa Kpd Tyme Sesuai Dgn Agama & Kepercayaannya Masing2 Menurut Dsr Kemanusiaan Yg Adil Dan Beradab b. Hormat
Lebih terperinciNILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA
NILAI-NILAI DAN NORMA BERAKAR DARI BUDAYA BANGSA INDONESIA Diajukan oleh: Muhammad choirul mustain 11.11.4897 Kelompok D(S1-TI) Dosen: Tahajudin S, Drs Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Akhir Mata Kuliah
Lebih terperinci26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI)
26. Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) A. Latar Belakang Pendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara
Lebih terperinci19. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SMP/MTs
19. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SMP/MTs KELAS: VII KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL) 1. Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya KOMPETENSI INTI 2 (SIKAP
Lebih terperinciKESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA
KANTOR UTUSAN KHUSUS PRESIDEN UNTUK DIALOG DAN KERJA SAMA ANTAR AGAMA DAN PERADABAN KESEPAKATAN PEMUKA AGAMA INDONESIA HASIL MUSYAWARAH BESAR PEMUKA AGAMA UNTUK KERUKUNAN BANGSA Jakarta 8-10 Februari 2018
Lebih terperinciBAB IV KESIMPULAN. dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman,
BAB IV KESIMPULAN Masyarakat yang plural atau majemuk merupakan masyarakat yang dipenuhi dengan budaya-budaya yang beragam di mana mengakui keberagaman, perbedaan, dan kemajemukan budaya, baik ras, suku,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia sangatlah beragam dan multikultural baik dalam hal budaya maupun dalam sistem kepercayaan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya keanekaragaman
Lebih terperinciPANCASILA & AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila. Reza Oktavianto Nim : Kelas : 11-S1SI-07
PANCASILA & AGAMA Tugas akhir kuliah Pendidikan Pancasila STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Reza Oktavianto Nim : 11.12.5818 Kelas : 11-S1SI-07 Jurusan : S1 SISTEM INFORMASI KEL. : NUSANTARA DOSEN : Drs.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kata "agama" berasal dari bahasa Sansekerta, agama yang berarti "tradisi".
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III mengatakan Agama adalah ajaran, sistem yang mengatur tata keimanan ( kepercayaan ) dan peribadatan kepada Tuhan yang
Lebih terperinci1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa
1. Pancasila sbg Pandangan Hidup Bangsa Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dalam perjuangan untuk mencapai kehidupan yang lebih sempurna, senantiasa memerlukan nilai-nilai luhur yang dijunjungnya
Lebih terperinciSOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016
SOAL UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS) II 2016 Mata Pelajaran Kelas Nama Guru : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan : SMK XI : Nur Shollah, SH.I Pilihan Ganda : Pilihlah salah satu jawaban yang paling tepat!
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu. cita cita bangsa. Salah satu pelajaran penting yang terkandung dalam
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaan merupakan cabang ilmu pendidikan yang menuntun masyarakat Indonesia untuk mampu mewujudkan cita cita bangsa. Salah satu pelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kalah banyak. Keberagaman agama tersebut pada satu sisi menjadi modal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah bangsa yang beragam baik dari sisi budaya, etnis, bahasa, maupun agama. Dari sisi agama, di negara ini hidup berbagai agama besar dunia seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain
Lebih terperinciPANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT
PANCASILA DALAM KEHIDUPAN MASYARAKAT Oleh : Falihah Untay Rahmania Sulasmono KELOMPOK E NIM. 11.11.5273 11-S1TI-09 Dosen Pembimbing : Abidarin Rosidi, Dr, M.Ma STMIK AMIKOM YOGYAKARTA 2011 ABSTRAKSI Pancasila
Lebih terperinciSoal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan
88 Lampiran 1. Instrumen Penelitian Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Nama : No Absen : Kelas : Petunjuk Soal 1) Isilah identitas nama anda dengan benar 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan
Lebih terperinciBung Karno, pohon sukun dan Pancasila
Bung Karno, pohon sukun dan Pancasila Rabu, 7 Juni 2017 16:28 WIB 88 Views Oleh Kornelis Kaha Masyarakat di depan patung Ir. Soekarno (Bung Karno) di alun-alun Kota Ende, Nusa Tenggara Timur (NTT). (ANTARA)
Lebih terperinciAji Wicaksono S.H., M.Hum. Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK
Modul ke: 11 Fakultas DESAIN SENI KREATIF Pancasila dan Implementasinya Bagian I Pada Modul ini kita akan mempelajari mengenai keterkaitan sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa) dengan Prinsip pembangunan
Lebih terperinciBAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA
BAB I ARTI DAN MAKNA GEREJA A. KOMPETENSI 1. Standar Kompetensi Memahami karya Yesus Kristus yang mewartakan Kerajaan Allah dan penerusannya oleh Gereja, sehingga dapat mengembangkan hidup bersama dan
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN IDENTITAS NASIONAL
PENDIDIKAN KEWARAGANEGARAAN Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi D. MACHDUM FUADY, S.H., M.H. Akuntansi www.mercubuana.ac.id 1. PENGERTIAN. 2. PARAMETER. 3. UNSUR-UNSUR PEMBENTUK. 4. SEBAGAI
Lebih terperinciBAHAN TAYANG MODUL 11 SEMESTER GASAL TAHUN AKADEMIK 2016/2017 RANI PURWANTI KEMALASARI SH.MH.
Modul ke: 11 Fakultas TEKNIK PANCASILA DAN IMPLEMENTASINYA SILA KETIGA PANCASILA KEPENTINGAN NASIONAL YANG HARUS DIDAHULUKAN SERTA AKTUALISASI SILA KETIGA DALAM KEHIDUPAN BERNEGARA ( DALAM BIDANG POLITIK,
Lebih terperinciOleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen Fak. Syariah dan Ilmu Hukum UIN Suska Riau/Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kota Pekanbaru.
PENDIRIAN RUMAH IBADAT MENURUT PERATURAN BERSAMA MENTERI AGAMA DAN MENTERI DALAM NEGERI NO. 8 DAN 9 TAHUN 2006 TENTANG PENDIRIAN RUMAH IBADAT (Studi Kasus Kota Pekanbaru) Oleh: H. Ismardi, M. Ag Dosen
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA VANDALISME DAN HUBUNGANNYA DENGAN PELANGGARAN PENGAMALAN PANCASILA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA NAMA : IMRO ATUL ARIFAH NIM : 11.11.5183 KELOMPOK : E PRODI/ JURUSAN: S1/ TEKNIK
Lebih terperinciSTRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK
A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima
Lebih terperinciPENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya
Modul ke: PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN Pancasila dan Implementasinya Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Hubungan Masyarakat Ramdhan Muhaimin, M.Soc.Sc Sub Bahasan 1.Sejarah Lahirnya Pancasila 2.Pancasila
Lebih terperinciKEWARGANEGARAAN WAWASAN NUSANTARA. Modul ke: Fakultas FEB. Syahlan A. Sume. Program Studi MANAJEMEN.
KEWARGANEGARAAN Modul ke: WAWASAN NUSANTARA by Fakultas FEB Syahlan A. Sume Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id WAWASAN POKOK BAHASAN: NUSANTARA 1. PENGERTIAN DARI WAWASAN NUSANTARA 2. MAKSUD
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia seacara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu kegairahan,
Lebih terperinciBAB XI MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA. Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. Modul ke: Fakultas MKCU. Program Studi Psikologi.
BAB XI Modul ke: MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA Fakultas MKCU Dosen : Drs. Petrus Yusuf Adi Suseno, M.H. www.mercubuana.ac.id Program Studi Psikologi MEMAKNAI HIDUP BERNEGARA A. PENDAHULUAN MEMAKNAI? -Memberi
Lebih terperinciYODI PERMANA PENGAMALAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN SISTEM INFORMASI
TUGAS AKHIR YODI PERMANA 11.12.5667 PENGAMALAN PANCASILA PENDIDIKAN PANCASILA JURUSAN SISTEM INFORMASI DOSEN : Drs. Muhammad Idris P, M PENDAHULUAN Sebagai warga negara yang setia pada nusa dan bangsa,
Lebih terperinciPANCASILA. Sebagai Ideologi Negara. Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK. H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Modul ke: Fakultas Teknik
Modul ke: PANCASILA Sebagai Ideologi Negara Disampaikan pada perkuliahan Pancasila kelas PKK Fakultas Teknik H. U. Adil Samadani, SS., SHI.,, MH. Program Studi Teknik Industri www.mercubuana.ac.id Pendahuluan
Lebih terperinci42. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK
42. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan
Lebih terperinciSEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA
TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA SEJARAH PERUMUSAN PANCASILA DAN BUTIR PENGAMALAN PANCASILA Disusun oleh: Nama : Gigih Fajar Kurniawan Nim : 11.11.5519 Kelompok Jurusan Nama Dosen : F : S1-TI :Abidarin
Lebih terperinciPada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut
Pada pembahasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa negara Indonesia adalah negara kepulauan. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki wilayah laut bebas di antara pulau-pulau di Indonesia. Laut bebas
Lebih terperinciTUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA
TUGAS AKHIR PENDIDIKAN PANCASILA SEMESTER GANJIL T.A. 2011/2012 STMIK AMIKOM Yogyakarta NAMA : Listia Fitriani NIM : 11.01.2931 Kelompok : B Program Studi : Diploma 3 Jurusan : Teknik Informatika Dosen
Lebih terperinciPANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA. Nama : Oni Yuwantoro N I M : Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM
PANCASILA DAN AGAMA STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Oni Yuwantoro N I M : 11.02.7952 Kelompok : A Jurusan : D3 MI Dosen : Drs. Kalis Purwanto, MM SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM
Lebih terperinciSTMIK AMIKOM YOGYAKARTA
Pengamalan dan penghayatan pancasila serta jalur-jalur yang digunakan dalam penerapan pengamalan pancasila 1 3 NAMA : Muhammad iqbal NIM : 11.11.5437 Kelas : E Ruangan : Citra 2 Dosen : Dr. Abidarin Rosidi,M.Ma
Lebih terperinciKELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1
1 KELUARGA DAN PANGGILAN HIDUP BAKTI 1 Pontianak, 16 Januari 2016 Paul Suparno, S.J 2. Abstrak Keluarga mempunyai peran penting dalam menumbuhkan bibit panggilan, mengembangkan, dan menyertai dalam perjalanan
Lebih terperinciSANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA
SANTIAJI PANCASILA: Lima Nilai Dasar PANCASILA Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH. SILA KETUHANAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciMemahami Budaya dan Karakter Bangsa
Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter
Lebih terperinciA. Pengertian dan Kategori Nasionalisme
A. Pengertian dan Kategori Nasionalisme Nasionalisme adalah rasa kesadaran untuk berbangsa dan bernegara sendiri secara berdaulat. Menurut Dr. Hertz, nasionalisme mengandung empat unsur yaitu sebagai berikut:
Lebih terperinciSEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
HUBUNGAN ANTAR AGAMA DI INDONESIA Dosen : Mohammad Idris.P, Drs, MM Nama : Dwi yuliani NIM : 11.12.5832 Kelompok : Nusa Jurusan : S1- SI 07 SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM YOGYAKARTA
Lebih terperinciS a o l a CP C N P S N Te T s e Wa W w a a w s a a s n a Ke K b e a b n a g n s g a s a a n
Soal CPNS Tes Wawasan Kebangsaan 1. Prinsip-prinsip dasar dalam kehidupan bernegara yang menjadi sumber hukum bagi peraturan perundang-undangan yang ada dalam sebuah negara adalah. A. Dasar negara B. Hukum
Lebih terperinciMATERI V BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA
BERTUMBUH DALAM CINTA AKAN KRISTUS MELALUI DOA 1. PENGANTAR Keluarga Kristiani dipanggil untuk menjadi rasul kehidupan Setiap pasangan suami-istri dipanggil oleh Tuhan untuk bertumbuh dan berkembang dalam
Lebih terperinciSambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014
Sambutan Presiden RI pd Dharma Santi Nasional Perayaan Hari Raya Nyepi, di Jakarta, 25 Apr 2014 Jumat, 25 April 2014 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA DHARMA SANTI NASIONAL PERAYAAN HARI
Lebih terperinci03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia.
03. Mata Pelajaran Pendidikan Agama Katolik A. Latar Belakang Agama memiliki peran yang amat penting dalam kehidupan umat manusia. Agama menjadi pemandu dalam upaya mewujudkan suatu kehidupan yang bermakna,
Lebih terperinciPARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT
PARADIGMA PANCASILA DILINGKUNGAN MASYARAKAT UNTUK MEMENUHI TUGAS AKHIR MATA KULIAH PENDIDIKAN PANCASILA Di susun oleh NAMA : Aji Guruh Prasetyo NIM : 11.11.4619 PROGRAM JURUSAN : TI : Teknik Informatika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,
Lebih terperinciPEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG
PEMERINTAH KOTA SEMARANG DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 37 SEMARANG Jl. Sompok No. 43 Telp. 8446802 Semarang Website.www.smp 37.smg.sch.id Email: smp 37 smg @ yahoo.co.id ULANGAN TENGAH SEMESTER GANJIL TAHUN
Lebih terperinci18. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI
18. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI KELAS: I KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL) 1. Menerima dan menjalankan ajaran agama yang dianutnya teman, dan guru 1.1 Mensyukuri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya akan budaya, suku, ras dan agama. Hal tersebut sangat berkaitan dengan jiwa Nasionalisme bangsa Indonesia. Berbagai
Lebih terperinciBUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Acara
BUPATI KULON PROGO Sambutan Pada Acara MALAM TIRAKATAN DALAM RANGKA MENYONGSONG PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE 68 PROKLAMASI KEMERDEKAAN R I DI KABUPATEN KULON PROGO Tanggal, 16 Agustus 2013 Assalamu alaikum
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG
BUPATI CILACAP PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI CILACAP NOMOR 83 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PEMBENTUKAN DESA PANCASILA DI KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
Lebih terperinciK E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : VII/MPR/2001 TENTANG VISI INDONESIA MASA DEPAN
K E T E T A P A N MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR : VII/MPR/2001 TENTANG VISI INDONESIA MASA DEPAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinci