PEDOMAN AKTUARIA DAN PENDANAAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN AKTUARIA DAN PENDANAAN"

Transkripsi

1 PEDOMAN AKTUARIA DAN PENDANAAN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007

2 DANA PENSIUN PERTIUTANI KEPUTUSAN PENGURUS DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 88/Kpts IDPPHTI2OOT Tentang PEDOMAN AKTUARIA DAN PENDANAAN DIREKTUR UTAMA DANA PENSIUN PERHUTANI Menimbang Mengingat : 1. bahwa sebagai penjabaran Pedoman Penerapan Tata Kelola yang Baik, diperlukan antara lain adanya Pedoman Aktuaria dan Pendanaan. 2 bahwa pedoman tersebut perlu ditetapkan dengan Keputusan Pengurus. : 1. Undang-undang Nomor 11 Tahun Peraturan Pemerintah RI Nomor 76 Tahun Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : 5121Ktv Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan Nomor : Kep-136/BL Keputusan Menteri Keuangan RI Nomor : KEPzgslKM.6l Keputusan Menteri BUMN No. Kep-38/MBU/ Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 882/KPTS/DrR/200s. B. Keputusan Direksi Perum Perhutani Nomor : 1006A/Kpts ldn MEMUTUSKAN Menetapkan PERTAMA KEDUA PEDOMAN AKTUARIA DAN PENDANAAN, sebagaimana terlampir. Hal-hal yang belum cukup diatur dalam keputusan ini dapat diatur dalam ketentuan tersendiri. Pedoman, pentunjuk atau ketentuan lain sebelumnya, yang beftentangan dengan Keputusan ini dinyatakan tidak berlaku. KETTgA...

3 KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan, dengan ketentuan bahwa segala sesuatu akan diubah dan diitur kembali sebagaimana mestinya apabila dikemudian hari terdapat kekeliruan dalam penetapan ini. Ditetapkan di : Jakafta Padatanggal : 27 Desember2007 Tembusan kepada Yth : 1. Direktur Utama selaku Pendiri Dana Pensiun perhutani 2. Dewan Pengawas Dana Pensiun Perhutani 3. Segenap Pengurus Dana Pensiun Perhutani DrREKrr uram& /rq-' ' $r. vaxnur,r*1, M/fe

4 Lampiran Surat Keputusan Pengurus Dana Pensiun Perhutani Nomor : 88/Kpts/DPPHTl2007 Tanggal : 27 Desember 2007 PEDOMAN AKTUARIA DAN PENDANAAN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007

5 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN MAKSUD DAN TUJUAN... 2 RUANG LINGKUP Pengeftian dan Komponen Pendanaan... z 3.2 Rasio Kecukupan Dana Pendanaan dan Kepesertaan Valuasi AKuaria Kewajiban Pendanaan Dana Pensiun Kekayaan Pendanaan Dana Pensiun Penggunaan dan Pengembangan Dana Resiko Pendanaan Dana Pensiun 15 ry. KEWENANGAN, KEWAJIBAN DAN TANGGUNG JAWAB V. SISTIM PELAPOMN L7 REVISI PEDOMAN L7

6 I. PENDAHULUAN Sebagai sebuah lembaga Dana Pensiun Pemberi Kerja yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti, aspek pendanaan merupakan salah satu hal yang terpenting dalam pelaksanaan dan kelangsungan kegiatan Dana Pensiun. Pendanaan menentukan sampai di mana kesanggupan Dana Pensiun untuk dapat memenuhi dan mewujudkan tujuan pendiriannya, yakni : membayarkan Manfaat Pensiun sesuai dengan yang telah dijanjikan dan kelangsungan dari Program Pensiun itu sendiri. Untuk mewujudkan komitmen tersebut, dipandang perlu untuk menetapkan dan memberlakukan aturan-aturan seta ketentuan-ketentuan standar dalam bidang pendanaan, dalam bentuk sebuah Pedoman Aktuaria dan Pendanaan. Prinsip-prinsip dalam Pedoman Aktuaria dan Pendanaan ini merupakan standar acuan yang paling mendasar bagi semua insan Dana Pensiun dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan Dana Pensiun, yang keberhasilan dan kegagalannya sangat ditentukan oleh aspek pengelolaan pendanaan. Hasil Usaha seta kelancaran dan keberhasilan pelaksanaan kegiatan Dana Pensiun sangat tergantung dan pada akhirnya hanya akan dinilai dari keberhasilannya memenuhi dan melaksanakan amanat dari Pendiri dan Pesefta dalam memelihara dan menatausahakan sefta mengelola dana yang dipercayakan kepada Dana Pensiun, bagi kepentingan pembayaran Manfaat Pensiun yang telah pasti dan harus dapat dipenuhi. Untuk itu, semua jajaran pejabat sefta pekerja Dana Pensiun harus selalu terikat pada keharusan untuk bersama-sama melakukan dan melaksanakan semua kegiatannya dengan orientasi dan acuan induk : pengelolaan, penjagaan dan pengembangan pendanaan dengan sebaik-baiknya, dengan antara lain selalu berpedoman dan melaksanakan semua ketentuan yang digariskan di dalam Pedoman Aktuaria dan Pendanaan ini. II. MAKSUp.,.,...

7 II. MAKSUD DAN TUJUAN Pedoman Aktuaria dan Pendanaan ini dimaksudkan sebagai acuan dasar bagi Dana Pensiun dalam melaksanakan kegiatan pengelolaan Dana Pensiun/ yang keberhasilannya sangat ditentukan oleh aspek pengelolaan pendanaan. Tujuannya, yaitu agar kecukupan dana dalam rangka pemenuhan kewajiban program pensiun, khususnya pembayaran Manfaat Pensiun, dapat dicapai dengan sebaik-baiknya. III. RUANG LINGKUP 3.1 Pengeftian dan Komponen Pendanaan Pengeftian Dalam hal pendanaan, Dana Pensiun mempunyai 5 (lima) azas yang sangat mendasar, yaitu sebagai berikut : 1. Azas keterpisahan kekayaan Dana Pensiun dari kekayaan badan hukum Pendiri. 2. Azas penyelenggaraan dalam sistim pendanaan Dana Pensiun. 3. Azas pembinaan dan pengawasan. 4. Azas penundaan manfaat. 5. Azas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk Dana Pensiun. Tetapi apabila Pemberi Kerja telah memutuskan untuk mendirikan Dana Pensiun, Pemberi Kerja mempunyai kewajiban untuk mencukupi pendanaan yang diperlukan guna pemenuhan kewajiban. Dengan demikian maka Dana Pensiun harus mengelola kegiatan pendanaan dengan sebaik-baiknya, yaitu mengelola dan mengembangkan dana dengan tujuan untuk dapat melakukan pembayaran Manfaat Pensiun dengan sebaik-baiknya Kewaiiban...

8 3.t.2 Kewajiban dan Kekayaan Dana Pensiun Setiap saat Dana Pensiun harus mengetahui dengan tepat, berapa besar jumlah kewajiban yang menjadi beban Pendiri guna penyelenggaraan program pensiun, menurut nilainya sekarang. Jumlah kewajiban seperti itu disebut sebagai Kewajiban Dana Pensiun. Selain daripada itu, Dana Pensiun harus beroperasi berdasarkan azas pendanaan, dalam afti bahwa guna penyelenggaraan program pensiun tersebut harus dibentuk dan dihimpun dana guna pemenuhan kewajibannya. Dana atau kekayaan tersebut harus dihimpun dan dikelola berdasarkan azas pemisahan kekayaan dari kekayaan Pendiri. Adapun dana tersebut dihimpun dari sumber-sumber : 1. Dana awal 2. Iuran pensiun dari Pesefta dan Pendiri 3. Hasil pengembangan dana 4. Pelimpahan dana dari Dana Pensiun lain Himpunan dana itulah yang disebut dengan Kekayaan Dana Pensiun. 3.2 Rasio Kecukupan Dana Rasio Kecukupan Dana (RKD) adalah hasil bagi (dalam prosen) jumlah Kekayaan Dana Pensiun terhadap jumlah Kewajiban Dana Pensiun. Dalam keadaan optimal sepeti yang dikehendaki Undang-Undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992, diharapkan jumlah Kekayaan Dana Pensiun sama dengan jumlah Kewajiban Dana Pensiun. Atau dalam prosen : Kekayaan DP = 100o/o Kewajiban. Dalam keadaan demikian, RKD Dana Pensiun, yaitu 100o/o. Ini berarti bahwa Nilai sekarang seluruh Kewajiban dapat ditutup dan dipenuhi oleh Kekayaan Dana Pensiun. Namun

9 Namun, sepanjang waktu pengelolaan Dana Pensiun, kegiatan pengembangan Kekayaan Dana Pensiun dan penggunaan Kekayaan untuk pembayaran Manfaat Pensiun dapat membawa keadaan Pendanaan Dana pensiun ke dalam 2 (dua) kemungkinan, yaitu sebagai berikut : 1. Keadaan oveffundeq di mana jumlah Kekayaan > jumlah Kewajiban, atau RKD Dana Pensiun > 1000/0, sehingga terjadi Surplus. 2. Keadaan undeffunded, di mana jumlah Kekayaan < jumlah Kewajiban, atau RKD Dana Pensiun < 100%, sehingga terjadi Defisit, 3. Jika RKD berada pada angka 100% atau lebih, sampai l2oo/o, dan terjadi overfunded, Pemberi Kerja (Pendiri) harus tetap membayar luran Pensiun Normal, namun tidak lagi membayar Iuran Tambahan, Jika nilai RKD mencapai di atas 720o/o, maka pemberi Kerja (pendiri) dapat mengurangiluran Norma[ sampai RKD kembali pada nilai 120olo. 4. Jika RKD kurang dari 100%, terjadi underfunded, di mana terdapat defisit kekayaan, sehingga timbul kewajiban Pemberi Kerja (pendiri) untuk membayar iuran tambahan atas defisit tersebut, dengan mengangsurnya selama jangka waktu teftentu, di samping membayar Iuran Normal. Kebijakan Dana Pensiun selalu mengusahakan agar pengelolaan dan pengembangan Dana diarahkan kepada terpenuhinya Rasio Kecukupan Dana sebesar 100o/o atau lebih, dengan kata lain, selalu berusaha mencapai keadaan oveffunded. 3.3 Pendanaan dan Kepeseftaan Pendanaan Dana Pensiun pada dasarnya, yaitu jumlah himpunan dana yang diperlukan dan harus tersedia untuk memenuhi kewajiban Dana pensiun, berupa pembayaran Manfaat Pensiun. Dengan demikian, Pendanaan Dana Pensiun sangat erat kaitannya dengan Kepeseftaan. Disatu...

10 Di satu sisi, jumlah Kewajiban harus dapat diperhitungkan tepat, yakni sebesar jumlah Manfaat Pensiun yang diperhitungkan berdasarkan rumus atau formula Manfaat Pensiun bagi masing-masing Pesefta, dan harus dibayarkan bagi seluruh Pesefta, baik Pesefta yang masih membayar Iuran (Pesefta Aktif) maupun Pesefta yang tidak lagi membayar Iuran (Pensiunan). Di sisi lain, sebagian dari Kekayaan Dana Pensiun, yang berasal atau terhimpun dari iuran Pesefta dan Iuran Pemberi Kerja, juga harus diperhitungkan dengan tepat jumlahnya, yakni sebesar prosentase teftentu dari Penghasilan Dasar Pensiun (PhDP) masing-masing Peseta yang masih membayar luran (Pesefta Aktif). Sehubungan dengan itu, kebenaran perhitungan pendanaan Dana Pensiun sangat tergantung pada kebenaran dan akurasi dari data kepesetaan, baik jumlah, besarnya PhDP, usia, susunan keluarga, masa kerja (masa Kepesertaan) dan data pesefta lainnya, Pengelolaan administrasi, pelaporan, dokumentasi dan terpeliharanya hubungan baik dengan peserta menjadi salah satu kebijakan penting Dana Pensiun, dan ditetapkan dalam bentuk Pedoman Pelayanan Kepeseftaan. 3.4 Valuasi Aktuaria Pengeftian Pendanaan Dana Pensiun harus dihitung dan ditetapkan dengan benar, karena Pendanaan yang pada intinya berupa perbandingan antara Kewajiban dan Kekayaan tersebut berkaitan dengan janji dan komitmen jangka panjang Pendiri. Perhitungan Pendanaan Dana Pensiun tidak dapat dan tidak boleh dilakukan oleh Pendiri atau oleh Pengurus, tetapi hanya boleh dilakukan oleh Aktuaris, profesi yang memang secara khusus memiliki kompetensi untuk melakukan perhitungan aktuaria. Guna...

11 Guna mendapatkan hasil valuasi Pendanaan Dana pensiun yang tepat, perhitungan yang dibuat oleh Aktuaris harus didasarkan kepada penggunaan berbagai Asumsi dan Tabel yang sesuai dengan Kebijakan Program Pensiun, dan memenuhi ketentuan yang berlaku. Berbagai Asumsi tersebut, yaitu antara lain : 1. Asumsi tingkat bunga teknis yang digunakan. 2. Asumsi tingkat perkiraan kenaikan gaji. 3. Asumsi turn over kepesertaan. 4. Asumsi perubahan-perubahan peraturan yang tidak diperkirakan sebelumnya. Sedangkan Tabel-tabel yang digunakan, yaitu antara lain : 1. Tabel Mortalita 2. Tabel Nilai Sekarang 3. Tabel Faktor Pengurang (Discount Factor) Penunjukan Aktuaris Penunjukan Aktuaris yang akan melakukan perhitungan Valuasi Pendanaan Dana Pensiun dilakukan dan menjadi wewenang dari Dewan pengawas, bukan oleh Pendiri. Hal ini adalah wajar, karena Dewan Pengawas, yang berkewajiban mengawasi pengelolaan Dana Pensiun, mewakili semua pihak yang berkepentingan dengan Pendanaan Dana Pensiun dan kelangsungan Program Pensiun, yakni : Pendiri (Pemberi Kerja) dan pesefta (termasuk Pensiunan) Penunjukan itu dapat didasarkan pada usul dari Pengurus, atau langsung oleh Dewan Pengawas, Aktuaris harus melakukan tugasnya secara mandiri dan obyektif, bebas dari pengaruh Pendiri, Pemberi Kerja, Dewan Pengawas, pengurus, dan pihak lain yang berkepentingan di Dana Pensiun Informasi dan Data Kepesertaan Unsur lain yang sangat berpengaruh pada perhitungan Valuasi Aktuaria, yaitu berbagai data dan informasi Kepeseftaan, yong kebenaran, keakuratan dan transparansinya sangat penting dan harus senantiasa dijaga. Mengingat...

12 Mengingat cakupan perhitungan waktu yang panjang dalam perhitungan Aktuaria, perbedaan dan kesalahan yang kecil pada data dan informasi Kepesertaan akan membawa dampak besar dalam hasil perhitungan. Untuk memperoleh hasil perhitungan Aktuaria yang benar dan setepat mungkin, Dana pensiun harus memelihara secara teratur dan tertib serta menjaga keakuratan data dan informasi kepesertaan, yang antara lain terdiri dari : 1. Jumlah peserta dan pensiunan 2. Struktur usia peserta secara keseluruhan 3. Data kematian peserta akibat sakit 4. Data kematian peserta akibat kecelakaan 5. Data kelahiran 6. Data promosi 7. Data demosi 8. Data turn over peserta aktif (Karyawan) 9. Data peserta baru 10. Data pesefta / karyawan / janda / duda / anak 11. Struktur gaji Peserta 72. Perubahan gaji pesefta baik akibat promosi, berkala ataupun kenaikan 13. Tingkat bunga pasar 14. Tingkat inflasi Berkaitan dengan data dan informasi kepesertaan, dalam rangka Penerapan Tata Kelola Yang Baik, Dana Pensiun harus menetapkan Pedoman khusus tentang Pelayanan Kepeseftaan, yang menetapkan antara lain mekanisme dan prosedur pelaporan data dan informasi dari peserta Laooran

13 3.4.4 Laporan Valuasi Aktuaria Dalam melakukan Valuasi Aktuaria, Aktuaris harus meyakini, bahwa perhitungan dilakukan berdasarkan informasi dan data kepesertaan yang benar. Untuk itu, Aktuaris menerima Pernyataan Tertulis dari Pendiri. Aktuaris juga melakukan perhitungan dengan berbagai asumsi dan tabel yang secara umum berlaku dan / atau disetujui oleh Pendiri. Pada akhir Valuasi, Aktuaris harus membuat Laporan Valuasi Aktuaria, yang harus memuat beberapa Pernyataan dan atau dilampiri dengan beberapa dokumen, yang ditetapkan dalam ketentuan Menteri Keuangan RI. Laporan Aktuaris pada intinya harus menetapkan : 1, Jumlah Kekayaan Dana Pensiun. 2. Jumlah Kewajiban Dana Pensiun. 3. Jumlah Surplus atau Defisit. 4. Rasio Pendanaan Dana Pensiun. 5. Besarnya Iuran Tambahan (dalam hal terjadi Defisit) yang harus disetor Pendiri. 6. Besarnya Iuran Normal yang menjadi beban Pendiri. Laporan Aktuaris juga harus dilampiri dengan Pernyataan dari Pendiri tentang kesanggupannya untuk membayar Iuran-iuran sesuai yang diperhitungkan dan yang telah ditetapkan oleh Aktuaris dalam Pernyataan Aktuaris. Penyelesaian Laporan Valuasi Aktuaria selalu berkaitan dengan penyelesaian Laporan Keuangan Dana Pensiun dari Auditor, berkaitan dengan perhitungan jumlah Kekayaan Dana Pensiun. Sehubungan dengan itu, Dana Pensiun menetapkan kebijakan untuk selalu dapat menyelesaikan kedua Laporan tersebut dalam waktu sesegera mungkin. 3.5 Kewaiiban...

14 3.5 Kewajiban Pendanaan Dana Pensiun Kewajiban Dana Pensiun Pendiri yang telah memutuskan dan menetapkan penyelenggaraan Program Pensiun, beftanggungjawab terhadap pemenuhan dan kecukupan dana untuk menjalankan program pensiun tersebut, yakni sejumlah dana untuk menutup jumlah Kewajiban Dana Pensiun. Sesuai dengan ketentuan per-undang-undangan, Dana Pensiun yang mengelola Program Pensiun harus dibentuk dengan status Badan Hukum tersendiri yang terpisah. Walaupun kewajiban pendanaan baru akan timbul pada saat yang akan datang, pada saat pesefta berhenti bekerja, namun jumlah kewajiban tersebut sejak awal sudah harus dihitung nilainya berdasarkan perhitungan Aktuaria, dengan menggunakan perhitungan Nilai Sekarang. Setiap saat, Dana Pensiun harus dapat mengetahui dengan tepat, berapa besar jumlah kewajiban yang menjadi beban Pendiri untuk penyelenggaraan program pensiun, menurut nilainya sekarang. Kewajiban berupa Pembayaran Manfaat Pensiun tersebut secara berkala dihitung dan ditetapkan melalui pelaksanaan Valuasi Aktuaria oleh Aktuaris, dan digolongkan kedalam dua macam Kewajiban : 1. Kewajiban Aktuaria 2. Kewajiban Solvabilitas Di samping itu, sebagai sebuah lembaga yang menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti, tentunya Dana Pensiun juga memiliki dan terikat pada berbagai kewajiban lainnya, yang digolongkan sebagai Kewajiban Jangka Pendek, Kewajiban Aktuaria Kewajiban Aktuaria, yaitu Dana yang seharusnya telah tersedia untuk menutup Kewajiban atas Masa Kerja yang telah dijalani.

15 Yang dimaksud dengan definisi tersebut, yaitu kewajiban Dana Pensiun yang dihitung pada saat perhitungan, sebesar jumlah dari seluruh Manfaat Pensiun dari semua Pesefta yang telah ada, dengan asumsi bahwa Dana Pensiun berjalan terus. 3,5,3 Kewajiban Solvabilitas Kewajiban Solvabilitas, yaitu Dana yang seharusnya telah tersedia untuk menutup Kewajiban Dana Pensiun, apabila Dana Pensiun dibubarkan Kewajiban Jangka Pendek Pada prinsipnya Dana Pensiun tidak diperbolehkan mempunyai beban dan Kewajiban yang lain diluar Kewajiban pembayaran Manfaat Pensiun, yang dinyatakan dalam bentuk Kewajiban Aktuaria dan Kewajiban Solvabilitas, Namun demikian, sebagai sebuah Lembaga Keuangan, dalam pelaksanaan kegiatan pengelolaannya, Dana Pensiun pasti mempunyai hutang atau kewajiban yang timbul karena kelambatan penerimaan atau kelambatan (tetundanya) pem baya ran Kewajiban tersebut digolongkan sebagai Kewajiban Jangka Pendek, dan terdiri dari : 1. Hutang Manfaat Pensiun yang Jatuh Tempo 2. Pendapatan Yang Diterima Dimuka 3. Beban Yang Masih Harus Dibayar 4. Kewajiban Jangka Pendek Lainnya Pembayaran Manfaat Pensiun Kewajiban utama Dana Pensiun, yang berupa Kewajiban Pembayaran Manfaat Pensi un, di perhitungkan dan di laksanakan pem baya rannya dengan berpedoman pada Buku Peraturan Dana Pensiun. Pembayaran Manfaat Pensiun, terdiri dari : 1. Pembayaran Manfaat Pensiun secara berkala (tiap bulan). 2. Pembayaran Sekaligus sebesar 20o/o atau sebesar 100o/o dari Manfaat Pensiun, sepanjang diatur dalam Peraturan Dana Pensiun. 3.5,6 Pajak.,...,.,... 10

16 3.5.6 Pajak Penghasilan Atas pembayaran Manfaat Pensiun dikenakan Pajak Penghasilan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 3.6 Kekayaan Pendanaan Dana Pensiun Kekayaan pendanaan Dana Pensiun berasal dari : Dana Awal Dana Awal, yaitu sejumlah dana yang harus disetorkan oleh Pendiri pada saat pendirian Dana Pensiun. Dana ini berupa perhitungan Kewajiban Pembayaran Manfaat Pensiun yang timbul karena pada saat pendirian Dana Pensiun telah ada Pekerja Aktif yang menjadi Peseta Iuran Pensiun 1. Iuran Normal Iuran Normal, yaitu Iuran yang dibayar dan disetorkan, serta menjadi beban dari Peserta maupun Pemberi Kerja. Iuran Peserta dipotong dari pembayaran gaji (upah) Peseta setiap bulan, bersama dengan Iuran Pemberi Kerja. Besarnya Iuran Normal Beban Pekerja : 5Yo dari Penghasilan Dasar Pensiun. Besarnya Iuran Normal Pemberi Kerja : sebesar Prosentase teftentu dari Penghasilan Dasar Pensiun masing-masing Pesefta, sesuai (menurut) perhitungan Aktuaris. 2. Iuran Tambahan Iuran Tambahan, yaitu Iuran yang dibayar oleh dan atas beban Pendiri, untuk menutup kekurangan Pendanaan Dana Pensiun. Seperti...,... 11

17 Seperti ditegaskan dalam Undang-undang Dana Pensiun, Pendiri bertanggungjawab terhadap kecukupan Pendanaan Program Pensiun, dan oleh karena itu, apabila jumlah Kekayaan Dana Pensiun lebih kecil dari jumlah Kewajiban Dana Pensiun atau terjadi Defisit, Pendiri harus menutup jumlah kekurangan (Defisit) tersebut, dengan melakukan penyetoran secara angsuran, seperti ditetapkan didalam Laporan Valuasi Aktuaria oleh Aktuaris Hasil Pengembangan Dana Hasil Pengembangan Dana merupakan hasil usaha investasi dari kekayaan Dana Pensiun, Dana Pensiun harus selalu mengupayakan, agar dicapai Hasil Usaha Investasi yang semaksimal mungkin, sehingga dapat dicapai tingkat pengembangan yang optimal dari Kekayaan Dana Pensiun. Hal ini pada hakekatnya mengandung pengetian, bahwa Investasi Dana Pensiun tidak saja harus memperoleh hasil yang maksimal, tetapi juga harus aman dan terhindar dari risiko kerugian, atau bahkan berkurangnya Kekayaan. Hasil Usaha Investasi sebagai komponen sumber Kekayaan Dana Pensiun, besarnya target atau sasaran Hasil Usaha Investasi ditetapkan oleh Pendiri dalam Arahan Investasi, dan harus sedapat mungkin dicapai oleh Pengurus Dana Pensiun Pelimpahan dari Dana Pensiun Lain Dana Pensiun juga dapat memperoleh tambahan Kekayaan dari sumber yang lain, berupa Pelimpahan Dana dari Dana Pensiun yang lain, walaupun sangat kecil kemungkinan terjadinya Pelimpahan Dana Ini dapat terjadi apabila ada Peseta yang semula menjadi Pesefta pada Dana Pensiun lain, kemudian bekerja pada Pendiri dan menjadi Pesefta pada Dana Pensiun. 3.7 Pen99unaan,... t2

18 3.7 Penggunaan dan Pengembangan Dana Alokasi Kekayaan Dana Pensiun Dana Pensiun harus semaksimal mungkin mengembangkan jumlah Dana yang menjadi kekayaannya, melalui kegiatan pengembangan dana atau kegiatan Investasi. Sehubungan dengan hal tersebut, penggunaan atau alokasi Dana yang utama adalah berupa dana yang dapat diinvetasikan, atau Dana Investasi. Kekayaan lainnya ini berupa Aktiva Lancar dan Aktiva Tetap yang digunakan untuk pengelolaan Dana Pensiun. Jumlah keseluruhan dari Dana Investasi dan Aktiva Lainnya tersebut merupakan Aktiva Bersih Dana Pensiun, setelah dikurangi dengan Kewajiban Jangka Pendek. Sifat dari keberadaan dan kegiatan Dana Pensiun sebagai sebuah amanah dalam bentuk pengelolaan dana untuk kepentingan penghasilan hari tua para Peserta mengharuskan Pengurus dan semua pekerja Dana Pensiun untuk selalu bekerja dengan efisien, hemat dan berusaha menekan biaya operasional secara wajar. Untuk itu diperlukan sejumlah dana untuk menutup Biaya Pengelolaan atau Biaya Operasional, yang tentunya juga harus diambil dari kekayaan Dana Pensiun. Secara umum ditetapkan, bahwa jumlah dana yang dialokasikan untuk biaya operasional penyelenggaraan kegiatan Dana Pensiun dan Dana yang dialokasikan sebagai Kekayaan lainnya yang menunjang Operasional tidak melebihi jumlah 5olo darijumlah kekayaan. Atau dengan kata lain : sebesar minimal 95o/o dari seluruh jumlah kekayaan Dana Pensiun harus dikembangkan dan dialokasikan sebagai Dana Investasi Investasi Dana Pensiun Investasi Dana Pensiun merupakan kegiatan pokok Dana Pensiun yang berupa pengembangan Dana atau Kekayaan yang telah dimiliki, yang telah terhimpun. Sehubungan...,. 13

19 Sehubungan dengan itu, Pendiri (Pemberi Kerla) sangat berkepentingan dengan pelaksanaan Investasi Dana Pensiun, karena bertambah dan berkembangnya Dana akan berarti mengurangi besarnya kewajiban Pendiri (Pemberi Kerja) untuk mencukupi dan memenuhi pendanaan Program Pensiun, yang menjadi tanggung jawabnya, Keadaan inilah yang mendorong Pemberi Keria (Pendiri) untuk menaruh perhatian pada kegiatan Investasi Dana Pensiun dan selalu mensyaratkan agar Hasil Investasi atau Return On Investmenf (ROI) selalu harus dapat meningkatkan RKD, agar iuran tambahan berangsur berkurang, sampai menjadi nol apabila RKD menjadi 100o/o atau lebih. Mengingat bahwa penanggungjawab dari kecukupan jumlah kekayaan (dana) untuk menutup kewajiban adalah Pendiri, kegiatan Investasi yang dijalankan oleh Pengurus harus dilaksanakan sesuai dan berdasarkan arahan dari Pendiri, yang disebut sebagai Arahan Investasi Kekayaan Lainnya Di luar Dana Investasi, Kekayaan Dana Pensiun juga dialokasikan dalam bentuk beberapa macam Aktiva lainnya, yang semuanya timbul sebagai akibat logis dari terselenggaranya pengelolaan Dana Pensiun sebagai sebuah Lembaga Keuangan. Aktiva dan bentuk Kekayaan Lainnya tersebut, yaitu : 1. Aktiva Lancar Diluar Investasi Aktiva Lancar yang digunakan untuk atau timbul karena pengelolaan Dana Pensiun, terdiri dari : a. Sisa Kas b, Rekening Giro Bank c. Piutang Iuran d. Beban Dibayar Dimuka e. Piutang Investasi f. Piutang Lain-lain 2. Aktiva L4

20 IV. KEWENANGAN, KEWA'IBAN DAN TANGGUNG JAWAB 1, DireKur Umum dan Kepesetaan secara khusus, Direktur Umum dan Kepesertaan bertanggung jawab untuk selalu mengawasi, memonitor dan melakukan evaluasi atas seluruh pelaksanaan kegiatan Aktuaria dan Pendanaan, dan melakukan perbaikan serta penyesuaian pedoman Aktuaria dan Pendanaan berkaitan dengan perubahan dan perkembangan yang selalu te{adi. DireKur Umum dan Kepeseftaan secara khusus bertanggung jawab terhadap : a. b. Pelaksanaan perhitungan Valuasi Aktuaria dengan menggunakan jasa Aktuaris Pengawasan atas kelancaran penerimaan Iuran Pensiun dari Pendiri (Pemberi Kerja) c. Penerapan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Dana Pensiun, khususnya yang berkaitan dengan Pendanaan dan Kepeseftaan. d. Mengawasi kebenaran, kelancaran dan perkembangan perhitungan serta pembayaran Manfaat Pensiun. e. Membina hubungan dan kerjasama dengan Pendiri (Pemberi Ke[a) beserta semua Unit Kerjanya berkaitan dengan pengelolaan administrasi Kepesertaan. Membina hubungan dan melakukan sosialisasi tentang Pendanaan dan Kepesertaan dengan para Pesefta dan Pensiunan. 2. Manajer Umum dan Kepesertaan Bertanggung jawab terhadap semua pelaksanaan Operasional berkaitan dengan Aktuaria dan Pendanaan, di samping bidang Kepesertaan, sesuai dengan Pedoman Prosedur dan Pedoman Operasional yang telah ditetapkan. b. Mengkoordinir pelaksanaan semua kegiatan Bidang Kepesertaan, AKuaria, dan Pendanaan. c. Membina... 16

21 c. d. Membina dan melakukan hubungan baik serta koordinasi dengan Unit Kerja Pendiri berkaitan dengan masalah Kepeseftaan, AKuaria, dan pendanaan. Berkoordinasi dengan para Manajer Bidang yang lain dan pimpinan Unit Kerja Dana Pensiun lainnya. v. SISTIM PE1APORAN 1. Sistim Pelaporan Bidang Aktuaria dan Pendanaan menjadi tanggung jawab Bidang Kepeseftaan Dana Pensiun, dengan dikoordinir oleh Direktur Umum dan Kepesertaan. 2. Secara khusus, Direktur Umum dan Kepesetaan bertanggung jawab terhadap kelancaran proses Valuasi Aktuaria oleh Aktuaris dan ketepatan penyelesaian Laporan Valuasi Aktuaria. 3. Data Kepesetaan yang merupakan bagian dan unsur penting dalam perhitungan Aktuaria dan Pendanaan diadministrasikan oleh Bagian Kepesetaan, dan harus dikonversi menjadi Informasi Kepesetaan dengan tepat, lengkap pada waktunya. 4. Pengurus menetapkan jenis dan macam Laporan yang harus dibuat, baik untuk keperluan Manajemen Dana Pensiun, maupun untuk kepentingan pihak luar, di 5. samping Laporan yang harus dibuat sesuai ketentuan Regulasi. Jenis dan macam Laporan tersebut dan tatacara seta prosedur pembuatan / pengirimannya ditetapkan dalam Buku Panduan operasionil Bidang Kepeseftaan. vi. REVISI PEDOMAN 1. Revisi terhadap Pedoman Aktuaria Dan Pendanaan ini harus dilakukan guna penyesuaian terhadap perubahan dan perkembangan yang terjadi. Direktur Umum dan Kepesertaan bertanggung jawab untuk mengkoordinir pelaksanaan revisi dan perubahan tersebut, yang harus dilakukan oleh seluruh jajaran Bidang Kepesertaan. 3, Semua... t7

22 3. Semua Bidang Dana Pensiun dapat dan wajib memberikan informasi tentang adanya perubahan dan perkembangan serta hal-hal lainnya, yang dinilai dan dipeftimbangkan perlu disampaikan kepada jajaran Bidang Kepesertaan, sebagai bahan pertimbangan dan alasan bagi revisi dan perubahan Pedoman Aftuaria Dan Pendanaan. 4. Penyampaian informasi seperti dimaksud dilakukan oleh / melalui Manajer Bidang masing - masing, kepada Manajer Umum dan Kepesertaan. 5. Setiap Revisi dan Perubahan atas Pedoman Aktuaria Dan Pendanaan harus disusun dan diputuskan oleh Pengurus, dan dilaporkan kepada Pendiri untuk mendapatkan pengesahan berlakunya. VII. PENUTUP 1. Ketentuan tentang Pedoman Aktuaria dan Pendanaan ini menjadi dasar dan atau pedoman bagi seluruh jajaran Dana Pensiun dan Pekerja dalam Unit Kerja Dana Pensiun dalam bersikap, berpikir dan beftindak melaksanakan tugas dan pekerjaannya. 2. Pedoman AKuaria dan Pendanaan ini merupakan bagian tak terpisahkan dari Pedoman Penerapan Tata Kelola Yang Baik yang ditetapkan oleh pendiri, Pedoman Aktuaria Dan Pendanaan ini memuat Prinsip-prinsip pedoman pelaksanaan kegiatan Pendanaan dan Kepesetaan yang diterapkan di Dana Pensiun Rincian pelaksanaan Pedoman tersebut perlu dijabarkan lebih lanjut. Sejak berlakunya Pedoman Aktuaria dan Pendanaan ini maka seluruh Pedoman, peraturan atau ketentuan yang bertentangan dengan prinsip-prinsip Pedoman Aktuaria dan Pendanaan ini dinyatakan tidak berlaku. 6. Penerapan Pedoman Aktuaria Dan Pendanaan ini terlebih dulu diberitahukan dan disosialisasikan kepada semua Organ Dana Pensiun dan jajaran Dana Pensiun. 18

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN Lampiran Surat Keputusan Pengurus Dana Pensiun Perhutani Nomor : 91/Kpts/DPPHT/2007 Tanggal : 27 Desember 2007 PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA KERJA DAN ANGGARAN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN.......

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 77/KMK.017/1995 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Program Pensiun

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA Keputusan ini telah diketik ulang, bila ada keraguan mengenai isinya harap

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 510/KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS DANA PENSIUN PEMBERI KERJA MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang a bahwa untuk memberikan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS POSISI PENDANAAN DANA PENSIUN PLN TERHADAP KENAIKAN MANFAAT PENSIUN

BAB IV ANALISIS POSISI PENDANAAN DANA PENSIUN PLN TERHADAP KENAIKAN MANFAAT PENSIUN BAB IV ANALISIS POSISI PENDANAAN DANA PENSIUN PLN TERHADAP KENAIKAN MANFAAT PENSIUN 4.1 Gambaran Posisi Pendanaan Dana Pensiun PLN Pendanaan Dana Pensiun adalah kemampuan dana pensiun dalam memenuhi kewajibannya

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2017 TENTANG PENDANAAN DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN,

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN

PEDOMAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEDOMAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 2 3.1 Pengertian tentang Pengambilan Keputusan... 2 3.2 Urgensi

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2005 TENTANG

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2005 TENTANG MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 113/PMK.05/2005 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 510/ KMK.06/2002 TENTANG PENDANAAN DAN SOLVABILITAS

Lebih terperinci

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN

Penjelasan atas UU Nomor 11 Tahun 1992 P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN P E N J E L A S A N A T A S UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN U M U M Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011. Tentang KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 446 /Kpts/Dir/2011 Tentang DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI, Menimbang : a. bahwa Dana Pensiun merupakan sarana penghimpun dana, guna

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM OLEH KOPERASI Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR : KEP-60/NB.1/2016 TENTANG PENGESAHAN ATAS PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN PERHUTANI DEWAN KOMISIONER OTORITAS JASA KEUANGAN Menimbang

Lebih terperinci

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA

PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA PEDOMAN ORGANISASI DAN TATA KERJA DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 III. RUANG LINGKUP... 2 3.1 Struktur Organisasi Dana Pensiun... 2 3.2 Uraian Tugas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Definisi Dana Pensiun Sesuai UU No. 11 tahun 1992, dana pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun Dalam PP No. 77 Tahun

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGELOLAAN RESIKO

PEDOMAN PENGELOLAAN RESIKO PEDOMAN PENGELOLAAN RESIKO DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 3 3.1 Pemahaman tentang Resiko... 3 3.2 Hubungan antara Resiko, Kerugian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN S A L I N A N KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL LEMBAGA KEUANGAN NOMOR : KEP-2345/LK/2003 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pensiun Pensiun sejauh ini dianggap sebagai ungkapan rasa terima kasih. Para pensiun diibaratkan sebagai individu-individu yang melayani raja dan negara mereka sepanjang

Lebih terperinci

PEDOMAN PERILAKU DAN KODE ETIK

PEDOMAN PERILAKU DAN KODE ETIK PEDOMAN PERILAKU DAN KODE ETIK DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 3 3.1 Komponen Perilaku dan Kode Etik... 3 3.2 Pelaksanaan Penerapan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 218/Kpts/Dir/2009 TENTANG ARAHAN INVESTASI DANA PENSIUN PERHUTANI

KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 218/Kpts/Dir/2009 TENTANG ARAHAN INVESTASI DANA PENSIUN PERHUTANI KEPUTUSAN DIREKSI PERUM PERHUTANI SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN PERHUTANI Nomor : 218/Kpts/Dir/2009 TENTANG ARAHAN INVESTASI DANA PENSIUN PERHUTANI DIREKTUR UTAMA PERUM PERHUTANI Menimbang : bahwa memperhatikan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 37, 1992 (ADMINISTRASI. Kesejahteraan. PENSIUN. Tenaga Kerja. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

A. LAPORAN PENGURUS. I. Kepesertaan 1. Jumlah Peserta per 31 Desember 2010.

A. LAPORAN PENGURUS. I. Kepesertaan 1. Jumlah Peserta per 31 Desember 2010. A. LAPORAN PENGURUS Dalam rangka memenuhi kewajiban DP PERTAMINA, dengan ini disampaikan perkembangan Kepesertaan, Laporan Valuasi Aktuaria dan Laporan Keuangan DP PERTAMINA Tahun 2010 Dalam menjalankan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN APBD PERTEMUAN 5

PELAKSANAAN APBD PERTEMUAN 5 PELAKSANAAN APBD PERTEMUAN 5 Pelaksanaan anggaran adalah tahap di mana sumber daya digunakan untuk melaksanakan kebijakan anggaran. Suatu hal yang mungkin terjadi dimana anggaran yang disusun dengan baik

Lebih terperinci

32/DP. Mengingat : 1. DANA PENSIUN

32/DP. Mengingat : 1. DANA PENSIUN Tambahan Berita - Negara R.I. Tanggal 28/7-2017 No. 60. Pengumuman dalam Berita - Negara R.I. sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-undang No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. SALINAN KEPUTUSAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN LIA No. 028/SK/P/V/2012 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LIA PENGURUS YAYASAN LIA

KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN LIA No. 028/SK/P/V/2012 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LIA PENGURUS YAYASAN LIA KEPUTUSAN PENGURUS YAYASAN LIA No. 028/SK/P/V/2012 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LIA PENGURUS YAYASAN LIA Menimbang : a. bahwa untuk menjamin kesinambungan karyawan Yayasan LIA setelah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dana Pensiun merupakan suatu badan hukum yang mengelola dan menjalankan manfaat pensiun, yang didirikan secara terpisah oleh perusahaan, dengan mencadangkan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN PEDOMAN PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran II I. PEDOMAN UMUM A TANGGUNG JAWAB ATAS LAPORAN KEUANGAN 1 Pengurus Dana Pensiun bertanggung jawab atas laporan keuangan Dana

Lebih terperinci

Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN

Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN Lampiran III PENJELASAN SETIAP PERKIRAAN DALAM LAPORAN KEUANGAN DANA PENSIUN I. NERACA Neraca adalah laporan yang menggambarkan keadaan keuangan pada saat tertentu dan terdiri dari kekayaan (aktiva) yang

Lebih terperinci

Aktiva Lain-lain yang mempunyai kekuatan hukum sebagai aktiva yang tidak mempunyai manfaat lagi dapat dicadangkan untuk dihapuskan.

Aktiva Lain-lain yang mempunyai kekuatan hukum sebagai aktiva yang tidak mempunyai manfaat lagi dapat dicadangkan untuk dihapuskan. I. PENDAHULUAN Aktiva dikelompokkan dalam aktiva investasi, operasional dan lain-lain sebagai berikut : Aktiva Investasi, yaitu aktiva yang mempunyai kontribusi langsung terhadap kinerja pendapatan Dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian tingkat kecukupan dana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian tingkat kecukupan dana BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Landasan Teori Bagian ini akan membahas lebih mendalam mengenai teori-teori dan pendekatan-pendekatan yang menjelaskan pengertian

Lebih terperinci

Seminar Kajian Peraturan Pendanaan Dana Pensiun

Seminar Kajian Peraturan Pendanaan Dana Pensiun Hotel Sheraton Media, Jakarta, 4 September 27 Steven Tanner Seminar Kajian Peraturan Pendanaan Dana Pensiun Biro Dana Pensiun DAYAMANDIRI DHARMAKONSILINDO Providing Professional Actuarial Consulting Services

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK. Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK. Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG SURAT KEPUTUSAN DIREKSI PT SEMEN INDONESIA (PERSERO) Tbk. SELAKU PENDIRI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK Nomor : 0033/Kpts/Dir/2014 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN SEMEN GRESIK DIREKSI Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-33/KM.10/2011 TENTANG PENGESAHAN PERATURAN DANA PENSIUN PUPUK KALIMANTAN TIMUR

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-33/KM.10/2011 TENTANG PENGESAHAN PERATURAN DANA PENSIUN PUPUK KALIMANTAN TIMUR Tambahan Berita Negara R. I tanggal 13/5-2011 No. 38. Pengumuman dalam Berita Negara R.I. sesuai dengan ketentuan Pasal 7 ayat (2) Undang-undang No.11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun. SALINAN KEPUTUSAN

Lebih terperinci

Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun

Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun Undang-Undang Nomor 11 tahun 1992 Tentang Dana Pensiun BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan : 1. Dana Pensiun adalah badan hukum yang mengelola dan menjalankan program

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia telah menimbulkan

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS)

BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) BUPATI BANTUL PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN RENCANA KEGIATAN DAN ANGGARAN SEKOLAH (RKAS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN A. Penyajian dan Analisis Data 1. Kebijakan Penerapan Akuntansi Dana Pensiun Pada PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Laporan keuangan PT. Bank Negara Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1995 TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN USAHA SIMPAN PINJAM I OLEH KOPERASI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk meningkatkan pendapatan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R

KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R KEPUTUSAN DIREKSI PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK NOMOR : KP/085/DIR/R PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PT. BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO) TBK DIREKSI PT. BANK NEGARA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG LEMBAGA PELAKSANA PENJAMINAN SISTEM RESI GUDANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM

P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM P E N J E L A S A N A T A S PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN PEMBERI KERJA UMUM Undang-undang Nomor 11 tahun 1992 tentang Dana Pensiun mengatur berbagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk

Lebih terperinci

LAPORAN TAHUNAN DEWAN PENGAWAS DANA PENSIUN BRI TAHUN 2012

LAPORAN TAHUNAN DEWAN PENGAWAS DANA PENSIUN BRI TAHUN 2012 LAPORAN TAHUNAN DEWAN PENGAWAS DANA PENSIUN BRI TAHUN 2012 Laporan Tahunan Dewan Pengawas Dana Pensiun BRI ini merupakan hasil pengawasan terhadap pengelolaan Dana Pensiun BRI periode tahun 2012, dan merupakan

Lebih terperinci

- 1 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH

- 1 - DANA PENSIUN. PROGRAM PENSIUN MANFAAT PASTI LAPORAN AKTIVA BERSIH Berjalan Sebelumnya AKTIVA INVESTASI (Nilai Wajar) Deposito on call XX XX Deposito Berjangka XX XX Sertifikat Deposito XX XX Sertifikat Bank Indonesia XX XX Saham XX XX Obligasi XX XX Unit Penyertaan Reksadana

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 33 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM PENSIUN BERDASARKAN PRINSIP SYARIAH I. UMUM Industri jasa keuangan syariah di Indonesia telah mengalami

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LANDAK NOMOR 5 TAHUN 2005 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LANDAK,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN

Bab I Pendahuluan BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap orang mendambakan hidup tenang, tenteram, bahagia dan sejahtera. Berbagai cara dilakukan untuk dapat memperolehnya. Hal yang biasa dilakukan adalah

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAYANAN KEPESERTAAN

PEDOMAN PELAYANAN KEPESERTAAN PEDOMAN PELAYANAN KEPESERTAAN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 1 III. RUANG LINGKUP... 1 3.1 Kebijakan Umum Pelayanan Kepesertaan... 1 3.2 Sistem dan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1984 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) HUSADA BHAKTI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1984 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) HUSADA BHAKTI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 1984 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) HUSADA BHAKTI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk menyelenggarakan ketentuan sebagaimana dimaksud

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.8, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KEUANGAN. Penyetoran. PNBP. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5/PMK.02/2013 TENTANG TATA CARA PENYETORAN PENERIMAAN

Lebih terperinci

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama.

a. Koperasi dimiliki oleh anggota yang bergabung atas dasar sedikitnya ada satu kepentingan ekonomi yang sama. AKUNTANSI PERKOPERASIAN PSAK NO. (REVISI ) 0 PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN NO. (REVISI ) AKUTANSI PERKOPERASIAN Paragraf-paragraf yang dicetak dengan huruf tebal dan miring adalah paragraf standar

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa pengelolaan dan

Lebih terperinci

PEDOMAN PENGISIAN FORMULIR DATA ELEKTRONIK UNTUK LAPORAN AKTUARIS

PEDOMAN PENGISIAN FORMULIR DATA ELEKTRONIK UNTUK LAPORAN AKTUARIS PEDOMAN PENGISIAN FORMULIR DATA ELEKTRONIK UNTUK LAPORAN AKTUARIS Formulir data elektronik ini diisi oleh Dana Pensiun penyelenggara program Manfaat Pasti yang menyampaikan laporan aktuaris. Formulir data

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG

PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG No. Tahun 2003 Seri PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 01 TAHUN 2003 T E N T A N G POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 1998 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa perkembangan ekonomi dan perdagangan dunia telah menimbulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga menciptakan lingkungan persaingan yang semakin ketat hal ini. kesejahteraan masa tua karyawan dengan mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. pesat sehingga menciptakan lingkungan persaingan yang semakin ketat hal ini. kesejahteraan masa tua karyawan dengan mengikuti BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Penelitian Pembangunan ekonomi di Indonesia mengalami perkembangan dengan pesat sehingga menciptakan lingkungan persaingan yang semakin ketat hal ini menuntut perusahaan

Lebih terperinci

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 62 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN KEUANGAN UNIT PELAKSANA TEKNIS PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT PADA DINAS KESEHATAN YANG MENERAPKAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM.

MEMUTUSKAN : PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA. BAB I KETENTUAN UMUM. PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN DAN INVESTASI DANA PROGRAM JAMINAN SOSIAL TENAGA KERJA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a bahwa pengelolaan dan pengembangan

Lebih terperinci

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN

PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN PEDOMAN SISTIM PENGENDALIAN INTERN DANA PENSIUN PERHUTANI 2007 DAFTAR ISI I. PENDAHULUAN... 1 II. MAKSUD DAN TUJUAN... 2 III. RUANG LINGKUP... 2 3.1 Pihak Yang Berkepentingan... 3 3.2 Lingkungan Pengendalian

Lebih terperinci

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311

BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) Kode Pos 92311 1 BUPATI JENEPONTO Jalan Lanto Dg. Pasewang No. 34 Jeneponto Telp. (0419) 21022 Kode Pos 92311 PERATURAN DAERAH KABUPATEN JENEPONTO NOMOR : 4 TAHUN 2003 T E N T A N G POKOK POKOK PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNG

Lebih terperinci

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN

SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN RAHASIA REPUBLIK INDONESIA SURVEI LEMBAGA KEUANGAN PERUSAHAAN DANA PENSIUN 2011-2012 PERHATIAN 1. Daftar isian ini digunakan untuk mencatat Keterangan dan Laporan Keuangan Perusahaan Dana Pensiun Tahun

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN No.Kpts 44/C00000/2010 S0 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN PERTAMINA DIREKTUR UTAMA PT PERTAMINA (PERSERO)

SURAT KEPUTUSAN No.Kpts 44/C00000/2010 S0 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN PERTAMINA DIREKTUR UTAMA PT PERTAMINA (PERSERO) 1 SURAT KEPUTUSAN No.Kpts 44/C00000/2010 S0 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN PERTAMINA DIREKTUR UTAMA PT PERTAMINA (PERSERO) Menimbang : a. Bahwa dalam rangka memberikan Manfaat Pensiun yang lebih baik dan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-368/KM.5/2005 TENTANG

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-368/KM.5/2005 TENTANG DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : KEP-368/KM.5/2005 TENTANG PENGESAHAN ATAS PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN BANK INDONESIA MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.179, 2015 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESRA. Aset. Jaminan Sosial. Ketenagakerjaan. Pengelolaan. Perubahan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5724). PERATURAN

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1

MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH PEMERINTAH KOTA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakekatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 TAHUN 2005 TENTANG PENDIRIAN, PENGURUSAN, PENGAWASAN, DAN PEMBUBARAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT

- 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 1 - LAMPIRAN SURAT EDARAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 7 /SEOJK.03/2016 TENTANG STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK PERKREDITAN RAKYAT - 2 - PEDOMAN STANDAR PELAKSANAAN FUNGSI AUDIT INTERN BANK

Lebih terperinci

Perkara Penting yang Sedang Dihadapi

Perkara Penting yang Sedang Dihadapi Ikhtisar Data Keuangan Penting Laporan Dewan Pengawas dan Pengurus Profil Dana Pensiun BTN Analisa & Pembahasan Manajemen Penilaian Efektivitas Pengendalian Intern Evaluasi efektivitas sistem pengendalian

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG INVESTASI PEMERINTAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk memperluas investasi pemerintah

Lebih terperinci

KEPUTUSAN Nomor : 630. H Tahun 2012

KEPUTUSAN Nomor : 630. H Tahun 2012 KEPUTUSAN Nomor : 630. H Tahun 2012 TENTANG PERATURAN DANA PENSIUN DARI DANA PENSIUN GEREJA-GEREJA KRISTEN JAWA BADAN PELAKSANA SINODE GEREJA-GEREJA KRISTEN JAWA Menimbang: a. Bahwa tujuan penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR : 11 TAHUN 2004 TENTANG POKOK-POKOK PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA Menimbang : a. bahwa dalam pelaksanaan Anggaran

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN ASET JAMINAN SOSIAL KETENAGAKERJAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

Hasil Pengawasan Atas Pengelolaan Dana Pensiun Bank Mandiri Satu Tahun Buku 2015

Hasil Pengawasan Atas Pengelolaan Dana Pensiun Bank Mandiri Satu Tahun Buku 2015 Hasil Pengawasan Atas Pengelolaan Dana Pensiun Bank Mandiri Satu Tahun Buku 2015 Menunjuk Peraturan Dana Pensiun Bank Mandiri Satu yang telah disahkan oleh Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Nomor

Lebih terperinci

No peserta harus dapat dipenuhi dari Iuran tersebut. Untuk itu, badan penyelenggara harus dapat mengelola dan mengembangkan secara terarah dan

No peserta harus dapat dipenuhi dari Iuran tersebut. Untuk itu, badan penyelenggara harus dapat mengelola dan mengembangkan secara terarah dan TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No. 5486 TENAGA KERJA. Aset. Jaminan Sosial Ketenagakerjaan. Pengelolaan. Pencabutan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 256) PENJELASAN ATAS

Lebih terperinci

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG

SALINAN KEPUTUSAN MENTERI BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG SALINAN KEPUTUSAN NOMOR KEP-236/MBU/2003 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa dalam rangka mendorong kegiatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1990 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1990 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1990 TENTANG PERUSAHAAN UMUM (PERUM) LISTRIK NEGARA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dengan berlakunya Undang-undang Nomor 15 Tahun

Lebih terperinci

Laporan Hasil Pengawasan atas Pengelolaan Pengurus terhadap Dana Pensiun Perhutani 2009

Laporan Hasil Pengawasan atas Pengelolaan Pengurus terhadap Dana Pensiun Perhutani 2009 Laporan Hasil Pengawasan atas Pengelolaan Pengurus terhadap Dana Pensiun Perhutani 2009 I. Pendahuluan Dana Pensiun Perhutani (DPP) didirikan oleh Direksi Perum Perhutani pada 9 Mei 1997 dan telah disetujui

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 77 TAHUN 1992 TENTANG DANA PENSIUN LEMBAGA KEUANGAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan Undang-undang Nomor 11 Tahun

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 1999 TENTANG PERUSAHAAN UMUM KEHUTANAN NEGARA (PERUM PERHUTANI) PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan diundangkannya Peraturan

Lebih terperinci

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH

BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH BUPATI KULON PROGO PERATURAN BUPATI KULON PROGO NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN DAN PENGELOLAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,

Lebih terperinci

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG

-1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG -1- OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2013 TENTANG PERSYARATAN DAN TATA CARA PEMBUBARAN DAN PENYELESAIAN LIKUIDASI DANA PENSIUN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM

- 2 - MEMUTUSKAN : BAB I KETENTUAN UMUM SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA MILIK NEGARA NOMOR PER-05/MBU/2007 TENTANG PROGRAM KEMITRAAN BADAN USAHA MILIK NEGARA DENGAN USAHA KECIL DAN PROGRAM BINA LINGKUNGAN MENTERI NEGARA BADAN USAHA

Lebih terperinci

Hubungan Kerja Direksi dan Dewan Pengawas. Good Governance is Commitment and Integrity

Hubungan Kerja Direksi dan Dewan Pengawas. Good Governance is Commitment and Integrity Hubungan Kerja Direksi dan Dewan Pengawas Good Governance is Commitment and Integrity Struktur Good Governance BPJS Ketenagakerjaan Tahun 2014 PRESIDEN Organ BPJS TK Otoritas Jasa Keuangan Badan Pemeriksa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Dalam rangka pelaksanaan pembangunan nasional yang pada hakikatnya merupakan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan seluruh masyarakat Indonesia

Lebih terperinci

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah.

b. bahwa sehubungan dengan hal tersebut, perlu ditetapkan Peraturan Daerah Kota Yogyakarta tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. LEMBARAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (Berita Resmi Kota Yogyakarta) Nomor : 48 Tahun 2004 Seri : D ============================================================== PERATURAN DAERAH KOTA YOGYAKARTA (PERDA KOTA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 105 TAHUN 2000 TENTANG PENGELOLAAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN KEUANGAN DAERAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: Bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci