PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON"

Transkripsi

1 PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

2 ABSTRAK Ronald G Tampubolon. Perencanaan Kredit Investasi dalam pengembangan Industri Kecil Menengah Pakan Ternak (Studi Kasus PT AFI). Di bawah Bimbingan Ma mun Sarma, sebagai Ketua dan Sri Hartoyo, sebagai Anggota. Pada umumnya, IKM merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup dalam menjalankan usahanya hanya dengan mengandalkan modal sendiri (equity) dengan jumlahnya sangat terbatas. Untuk mendukung pengembangan usaha, maka kredit dari Perbankan merupakan salah satu sumber dana yang sangat penting, baik untuk modal kerja maupun investasi pembiayaan pembangunan atau pembelian barang modal. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persyaratan untuk memperoleh kredit dan secara khusus untuk (1) mempelajari faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha PT AFI, (2) menganalisis rencana pengembangan usaha dan pentingnya sumber dana dari luar berupa kredit investasi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi PT AFI. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan pelaku usaha untuk melihat proses dan kebijakan manajemen, dalam pencapaian kinerja perusahaan yang merupakan faktor-faktor internal yang meliputi (1) Aspek Umum, (2) Aspek Manajemen, (3) Aspek Produksi, (4) Aspek Pemasaran, dan (5) Aspek Keuangan. Sedangkan metode analisis yang digunakan mencakup : (1) Analisis Keuangan, dengan menggunakan analisa (a) Rasio Likuiditas, (b) Rasio Leverage, (c) Rasio Aktivitas, (d) Rasio Rentabilitas, dan (e) Rasio Coverage, dan (2) Penilaian Investasi dengan menggunakan metode : (a) Payback Period, (b) Net Present Value, (c) Internal Rate of Return, dan (d) Profitability Index. Sedangkan data eksternal yang mendukung perkembangan usaha, diperoleh dari hasil kajian yang meliputi Undang- Undang, Instruksi Presiden, Peraturan dari Lembaga-Lembaga Negara, Bank Indonesia dan bahan bacaan, buku-buku literatur, laporan, internet, serta artikel hasil penerbitan sumber karya ilmiah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa faktor-faktor eksternal seperti kenaikan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga bahan bakar minyak sudah mulai berkurang, dan masih terbukanya peluang pasar karena kebutuhan pakan masih besar. Sedangkan berdasarkan factor-faktor internal menunjukkan perkembangan yang positif, diantaranya (1) Analisis Keuangan, yang didasarkan pada penjualan hasil dari peramalan yang didasarkan pada data penjualan selama lima tahun terakhir, diperoleh Proyeksi Keuangan yaitu (a) Rasio Likuiditas 2,23 kali memenuhi persyaratan minimal, (b) Rasio Leverage 2,01 kali, memenuhi persyaratan maksimal, (c) Rasio Aktivitas menunjukkan trend positif, (d) Rasio Rentabilitas menunjukkan trend yang positif, dan (e) Rasio Coverage menunjukkan trend positif. Sedangkan berdasarkan (2) Penilaian Investasi diperoleh hasil : (a) Payback Period 4 tahun 3 bulan ; (b) Net Present Value > 0, berarti proyek layak ; (c) Internal Rate of Return > dari Rate of Return, berarti proyek layak ; dan (d) Profitability Index > 1, berarti proyek layak. Sedangkan berdasarkan analisa sensitivitas dengan asumsi penjualan turun 10% dan produksi turun 10%, serta biaya penjualan, umum dan administrasi naik 2%, ternyata belum mempengaruhi sensitivitas kelayakan proyek. Semua kondisi ini tentu akan menjadi nilai positif bagi perbankan, yang dalam menjalankan usahanya dituntut menerapkan manajemen risiko yaitu, supaya beroperasi secara lebih hati-hati (prudential), khususnya menghindari terjadinya risiko gagal bayar dari counterparty.

3 RINGKASAN Ronald G Tampubolon. Perencanaan Kredit Investasi dalam pengembangan Industri Kecil Menengah Pakan Ternak (Studi Kasus PT AFI). Di bawah Bimbingan Ma mun Sarma, sebagai Ketua dan Sri Hartoyo, sebagai Anggota. Ketika terjadi krisis ekonomi, Industri Kecil Menengah (IKM) terbukti tangguh karena tetap mampu bertahan. IKM merupakan salah satu pilar dan lokomotif pembangunan ekonomi untuk memberdayakan sumber daya dan mendorong tumbuhnya pengembangan kewirausahaan yang mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan. Kenyataannya banyak IKM yang mengalami kesulitan untuk berkembang, karena berbagai kelemahan diantaranya terbatasnya permodalan, sarana dan prasarana. Pada umumnya, IKM merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup dalam menjalankan usahanya hanya dengan mengandalkan modal sendiri (equity) dengan jumlahnya sangat terbatas. Untuk mendukung pengembangan usaha, maka kredit dari Perbankan merupakan salah satu sumber dana yang sangat penting, baik untuk modal kerja maupun investasi pembiayaan pembangunan atau pembelian barang modal. Secara umum tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui persyaratan untuk memperoleh kredit dan secara khusus untuk (1) mempelajari faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha PT AFI, (2) menganalisis rencana pengembangan usaha dan pentingnya sumber dana dari luar berupa kredit investasi dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi PT AFI. Pengumpulan data dilakukan melalui wawancara langsung dengan pelaku usaha untuk melihat proses dan kebijakan manajemen, dalam pencapaian kinerja perusahaan yang merupakan faktor-faktor internal yang meliputi (1) Aspek Umum, (2) Aspek Manajemen, (3) Aspek Produksi, (4) Aspek Pemasaran, dan (5) Aspek Keuangan. Sedangkan metode analisis yang digunakan mencakup : (1) Analisis Keuangan, dengan menggunakan analisa (a) Rasio Likuiditas, (b) Rasio Leverage, (c) Rasio Aktivitas, (d) Rasio Rentabilitas, dan (e) Rasio Coverage, dan (2) Penilaian

4 Investasi dengan menggunakan metode : (a) Payback Period, (b) Net Present Value, (c) Internal Rate of Return, dan (d) Profitability Index. Sedangkan data eksternal yang mendukung perkembangan usaha, diperoleh dari hasil kajian yang meliputi Undang- Undang, Instruksi Presiden, Peraturan dari Lembaga-Lembaga Negara, Bank Indonesia dan bahan bacaan, buku-buku literatur, laporan, internet, serta artikel hasil penerbitan sumber karya ilmiah. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa faktor-faktor eksternal seperti kenaikan daya beli masyarakat akibat kenaikan harga bahan bakar minyak sudah mulai berkurang, dan masih terbukanya peluang pasar karena kebutuhan pakan masih besar. Sedangkan berdasarkan factor-faktor internal menunjukkan perkembangan yang positif, diantaranya (1) Analisis Keuangan, yang didasarkan pada penjualan hasil dari peramalan yang didasarkan pada data penjualan selama lima tahun terakhir, diperoleh Proyeksi Keuangan yaitu (a) Rasio Likuiditas 2,23 kali memenuhi persyaratan minimal, (b) Rasio Leverage 2,01 kali, memenuhi persyaratan maksimal, (c) Rasio Aktivitas menunjukkan trend positif, (d) Rasio Rentabilitas menunjukkan trend yang positif, dan (e) Rasio Coverage menunjukkan trend positif. Sedangkan berdasarkan (2) Penilaian Investasi diperoleh hasil : (a) Payback Period 4 tahun 3 bulan ; (b) Net Present Value > 0, berarti proyek layak ; (c) Internal Rate of Return > dari Rate of Return, berarti proyek layak ; dan (d) Profitability Index > 1, berarti proyek layak. Sedangkan berdasarkan analisa sensitivitas dengan asumsi penjualan turun 10% dan produksi turun 10%, serta biaya penjualan, umum dan administrasi naik 2%, ternyata belum mempengaruhi sensitivitas kelayakan proyek. Semua kondisi ini tentu akan menjadi nilai positif bagi perbankan, yang dalam menjalankan usahanya dituntut menerapkan manajemen risiko yaitu, supaya beroperasi secara lebih hati-hati (prudential), khususnya menghindari terjadinya risiko gagal bayar dari counterparty. Ada beberapa rekomendasi/saran yang disarankan dari hasil penelitian ini, baik untuk pihak PT AFI, maupun pihak-pihak lain, yaitu : a. Agar rencana pengembangan usaha melalui penambahan kapasitas produksi dapat dilaksanakan, disarankan perusahaan untuk mengajukan permohonan kredit investasi ke bank. b. Perusahaan tetap mempertahankan dan meningkatkan kondisi keuangan, sehingga apabila kredit investasi disetujui oleh bank untuk penambahan penambahan pabrik dan mesin baru dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi dapat

5 dilaksanakan, maka persyaratan kondisi pinjaman (financial covenant), dapat dipenuhi, yaitu memelihara Current Ratio minimal 1,2 kali dan Debt Equityt Ratio maksimum 2,5 kali. c. Pertumbuhan industri tepung ikan dan pasokan jagung produksi dalam negeri yang menjadi kebutuhan pokok bagi industri pakan, masih belum sejalan, sehingga sebagian besar bahan baku masih diimpor, oleh sebab itu dibutuhkan peran dari investor, maupun Pemerintah untuk mengembangkan industri tersebut. d. Produksi pakan tidak bisa terlepas dari struktur budidaya dan populasi ternak, karena pada dasarnya pakan mewakili 60-70% dari seluruh biaya yang dibutuhkan. Keadaan ini tentu menjadikan pakan ternak memiliki nilai strategis dan masih memberikan peluang yang cukup luas, oleh sebab itu Pemerintah diharapkan akan memberikan perhatian lebih serius dan konsisten pada usaha perikanan budidaya.

6 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa laporan akhir yang berjudul : Perencanaan Kredit Investasi dalam pengembangan Industri Kecil Menengah Pakan Ternak (Studi Kasus PT AFI) merupakan hasil karya saya sendiri di bawah bimbingan komisi pembimbing, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya. Laporan akhir ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Semua data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa kebenarannya. Bogor, Januari 2007 Ronald G Tampubolon F

7 PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) RONALD G TAMPUBOLON Laporan Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007

8 Judul Laporan Akhir : Perencanaan Kredit Investasi dalam Pengembangan Industri Kecil Menengah Pakan Ternak (Studi Kasus PT AFI) Nama Mahasiswa : Ronald G Tampubolon Nomor Pokok. : F Program Studi : Industri Kecil Menengah Menyetujui, Februari 2007 Komisi Pembimbing Dr.Ir. Ma mun Sarma, MS, M.Ec Ketua Dr.Ir. Sri Hartoyo, MS Anggota Mengetahui, Ketua Program Studi Industri Kecil Menengah, Dekan Sekolah Pascasarjana, Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis,MS,Dipl.Ing,DEA Prof.Dr.Ir. Khairil A. Notodiputro,MS Tanggal Ujian : 3 Januari 2007 Tanggal Lulus :

9 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Balige pada tanggal 14 Januari 1965 sebagai anak sulung dari enam bersaudara dari ayah Paul Tampubolon dan Ibu Solodina (alm). Pendidikan Sarjana ditempuh di Jurusan Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, lulus pada tahun Pada tahun 2005 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah. Sejak tahun 1994, Penulis bekerja pada BNI sebagai analis kredit dengan pangkat Senior Asisten Manager dan ditempatkan di Cabang Palu Sulawesi Tengah, dan sejak tahun 1997 dipindahkan ke Divisi Pengendalian Keuangan. Pada tahun 1998, penulis dipromosikan menjadi Manajer. Penulis menikah pada tahun 1999 dan telah dikaruniai dengan dua orang putra, Jogi (7 tahun) dan Jordy (5 tahun). viii

10 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang maha Esa atas segala berkat dan karunia-nya, sehingga laporan akhir berjudul Perencanaan Kredit Investasi dalam pengembangan Industri Kecil Menengah Pakan Ternak (Studi Kasus PT AFI), yang merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah (PS MPI), Sekolah Pascasarjana (SPs), Institut Pertanian Bogor (IPB), dapat diselesaikan. Penulis menyadari bahwa laporan akhir ini tidak akan tersusun tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Dr.Ir. Ma mun Sarma, MS, M.Ec, selaku Ketua Komisi Pembimbing atas pengarahan, bimbingan dan dorongan dalam penyusunan dan penyelesaian laporan akhir 2. Bapak Dr.Ir. Sri Hartoyo, MS, selaku anggota Komisi Pembimbing yang telah mengorbankan waktu dan pikirannya dalam melaksanakan bimbingan dan memberikan perhatian penuh dalam penyusunan laporan ini. 3. Seluruh staf administrasi dan dosen pengajar PS MPI IPB yang telah membantu dan membuka cakrawala dan wawasan untuk menggali informasi lebih mendalam dalam proses penyampaian materi studi. 4. Seluruh staf dan pimpinan PT AFI, khsususnya Bapak Yosdi, yang telah memberikan kesempatan dan banyak membantu penulis dalam penyediaan data maupun penjelasan, sehingga tulisan ini dapat dirampungkan. 5. Anak-anakku tercinta, yang selama mengikuti perkuliahan maupun dalam proses penyusunan laporan akhir ini telah merelakan begitu banyak kehilangan waktu untuk dapat selalu bersama-sama. 6. Seluruh pihak yang telah membantu dalam proses penyusunan laporan akhir ini, baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

11 Penulis berharap bahwa laporan akhir ini dapat memberikan dukungan kontribusi pemikiran bagi semua pihak yang berkepentingan, walaupun tidak luput dari berbagai kekurangan. Oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan diterima bagi perbaikan dan penyempurnaannya. Jakarta, Januari 2007 Penulis

12 DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK... ii RINGKASAN... RIWAYAT HIDUP. PRAKATA.. DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR LAMPIRAN.. iii viii ix xiii xiv xv I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang B. Perumusan Masalah... 7 C. Tujuan II. LANDASAN TEORI... 8 A. Sumber dan Kebutuhan Dana... 8 B. Kredit 9 1. Pengertian Jenis Kredit Kredit Investasi Penetapan Kondisi Pinjaman Segmentasi Kredit C. Laporan Keuangan Analisis Aspek Keuangan a. Jenis-Jenis Rasio Keuangan b. Penilaian Investasi Peramalan xi

13 III. METODE KAJIAN A. Pengumpulan Data B. Metode Analisis IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Keadaan Umum Sejarah Perusahaan Perizinan Usaha Susunan Pengurus dan kepemilikan saham 26 B. Hal yang Dikaji Aspek Manajemen Aspek Produksi Aspek Pemasaran Aspek Keuangan. 43 a. Neraca. 43 b. Laba/Rugi 44 c. Analisa Rasio Peramalan Penjualan Proyeksi Penilaian Proyek Investasi.. 53 KESIMPULAN DAN SARAN A Kesimpulan B Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xii

14 DAFTAR TABEL No Halaman 1. Jumlah Kredit yang Disalurkan Berdasarkan Jenis Kredit Kebutuhan Pakan Ternak Perkembangan Produksi Perikanan pada Tahun Jenis Kredit Dilihat dari Tujuan Penggunaan Dananya Segmentasi Kredit Susunan Pengurus dan Kepemilikan Saham Komposisi dan Jumlah Karyawan Tetap Komposisi dan Jumlah Karyawan Tidak Tetap Target Produksi Bahan Pembantu dan Sumber Pemenuhannya Bahan Baku dan Sumber Pemenuhannya Perusahaan dan Kapasitas Produksi Pesaing Jumlah Grosir dan Pelanggan Laporan Neraca Laporan Laba Rugi Rasio tahun Peramalan Penjualan Tahun Laporan Neraca Proyeksi Laporan Laba Rugi Proyeksi Rasio Proyeksi Aset, Produksi dan Penjualan Analisa Sensitivitas xiii

15 DAFTAR GAMBAR No Halaman 1. Konsep 5 C Struktur Organisasi Flowchart Proses Produksi untuk Pakan Terapung Flowchart Proses Produksi untuk Pakan Tenggelam xiv

16 DAFTAR LAMPIRAN No Halaman 1. Peramalan Penjualan Proyeksi Cashflow Asumsi Penyusunan Cashflow Proyeksi Rugi/Laba dan Neraca Perhitungan Produksi dan Penjualan Penilaian Proyeksi Investasi pada Kondisi Normal Penilaian Proyeksi Investasi pada Kondisi Penjualan Turun 10% Penilaian Proyeksi Investasi pada Kondisi Produksi Turun 10% Penilaian Proyeksi Investasi pada Kondisi Biaya Penjualan, 70 Administrasi dan Umum naik 2%. 10. Kuesioner xv

17 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya harus diakui bahwa Industri Kecil dan Menengah (IKM) memang terbukti tangguh, karena ketika terjadi krisis ekonomi yang menimpa beberapa belahan bumi termasuk Indonesia, ternyata IKM terbukti tetap mampu bertahan. Selain itu IKM, ternyata merupakan salah satu pilar dan lokomotif pembangunan ekonomi nasional yang berperan dalam memberdayakan semua sumber daya yang ada, serta mendorong tumbuhnya pengembangan kewirausahaan yang mampu meningkatkan ekonomi kerakyatan (Hubeis, 2005). Sebaliknya krisis yang terjadi justru menyebabkan tumbangnya sejumlah usaha besar (konglomerat) yang selama ini diperlakukan sebagai pilar ekonomi (trickle down effect). Kondisi ini mengakibatkan adanya pergeseran pendekatan perekonomian ke arah IKM, atau yang sering disebut dengan ekonomi kerakyatan, yaitu suatu ekonomi yang berbasis kepada rakyat di mana rakyat lebih banyak berperan sebagai unit produksi yang aktif (desentralisasi dengan adanya power sharing) dan kemandirian (Syarief, 2006). Jika dilihat dari jumlah pelaku (Kemenkop, 2006), maka pada tahun 2004 peranan dari IKM adalah 99,99 %, dimana 99,85% oleh Usaha Kecil dan sisanya (0,14%) oleh Usaha Menengah, sedangkan Usaha Besar hanya 0,01%. Namun jika dilihat dari sudut Produk Domestik Bruto (PDB) tahun 2004, maka produksi yang dihasilkan oleh Usaha Besar adalah 44,12%, sedangkan sisanya (55,88%) adalah IKM, yaitu Usaha Kecil 40,36%, dan Usaha Menengah 15,52%. Hal ini menunjukkan bahwa di dalam pembangunan dunia usaha nasional, peranan IKM sudah terbukti besar, meskipun dalam PDB peranannya memang belum proporsional. Kondisi ini sudah barang tentu tidak diharapkan akan demikian selamanya, tetapi harus berkembang. Untuk mewujudkan perekonomian nasional yang kokoh, justru diharapkan bahwa usaha kecil perlu diberdayakan agar dapat menjadi usaha kecil yang tangguh dan mandiri, serta dapat berkembang menjadi usaha menengah (Kemenkop, 1998) dan untuk mewujudkan struktur dunia usaha nasional yang kokoh, maka usaha menengah perlu ditingkatkan jumlahnya dan diberdayakan menjadi usaha yang tangguh,

18 2 mandiri dan ungggul, sehingga peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, eskpor dan pembentukan produk domestik bruto semakin meningkat (Kemenkop, 1999). Apabila diperhatikan kondisi di lapangan, ternyata banyak juga IKM yang mengalami kesulitan untuk berkembang, karena berbagai kelemahan yang dimiliki, yang pada umumnya disebabkan oleh antara lain : manajemen (SDM) yang terbatas ; lemahnya kemampuan penetrasi pasar ; lemahnya permodalan ; iklim usaha yang kurang kondusif ; terbatasnya sarana dan prasarana ; sifat produk dengan lifetime pendek (Hubeis, 2005). Perlu diketahui bahwa, IKM pada umumnya adalah merupakan usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup yang menjalankan usahanya dengan mengandalkan modal sendiri (equity) dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas. Untuk mendukung pengembangan usaha maka kredit adalah merupakan salah satu sumber dana (permodalan) yang sangat penting, baik untuk modal kerja maupun untuk membiayai pembangunan atau pembelian barang modal. Oleh sebab itu harus disadari, bahwa pada hakekatnya pengembangan IKM bukan hanya tanggungjawab pengusaha itu sendiri, melainkan merupakan tanggungjawab bersama antara pemerintah dan masyarakat. Bantuan permodalan tentu saja sangat diharapkan melalui peran serta dari perbankan. Hal ini memang telah menjadi komitmen perbankan, yaitu bahwa untuk pengembangan usaha mikro, kecil dan menengah diperlukan bantuan teknis ; tujuan pemberian bantuan teknis oleh Bank Indonesia adalah membantu pengembangan UMKM dalam bentuk : (a) pelatihan; dan atau (b) penyediaan informasi (BI, 2005 a ). Selain itu, peranan Perbankan Nasional perlu ditingkatkan sesuai dengan fungsinya dalam menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat dengan tetap memperhatikan pembiayaan kepada usaha kecil sejalan dengan perkembangan yang terjadi di bidang sosial dan ekonomi, bank dianjurkan menyalurkan sebagian dananya melalui pemberian KUK (BI, 2001). Sesuai dengan komitmennya, maka dana perbankan yang telah disalurkan dalam bentuk kredit untuk beberapa periode terakhir, dapat dilihat pada Tabel 1.

19 3 Tabel 1. Jumlah Kredit yang Disalurkan Berdasarkan Jenis Kredit Tahun 2004 Tahun 2005 Jenis Kredit Non KUK KUK Non KUK KUK Non KUK KUK Non KUK KUK Nilai (Rp. M) % Tase Nilai (Rp. M) % Tase Modal Kerja ,60% 19,40% ,69% 18,31% Investasi ,63% 16,37% ,37% 14,63% Konsumtif ,39% 12,61% ,13% 10,87% Jumlah ,09% 16,91% ,62% 15,38% Sumber : Bank Indonesia, 2006 (Data diolah kembali) Catatan : KUK = maks. kredit s/d Rp.500 juta Non KUK = maks. Kredit > Rp.500 juta Kredit yang diartikan sebagai kepercayaan (credere), sebagaimana terlihat pada Tabel 1, pada dasarnya dibedakan menjadi tiga jenis, yaitu kredit konsumtif yang merupakan jenis kredit yang diberikan, misalnya untuk membeli kendaraan, peralatan, dan lain-lain yang sifatnya untuk tujuan konsumtif ; kredit modal kerja, yaitu kredit yang digunakan untuk menambah modal kerja untuk membiayai seperti pembelian bahan baku, biaya-biaya produksi, biaya pemasaran, dan lain-lain dalam jangka waktu pendek, biasanya satu tahun ; dan kredit investasi yaitu merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, maupun ekspansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek baru. Data pada Tabel 1 di atas menunjukkan bahwa berdasarkan jenis kredit, jumlah Kredit Usaha Kecil (KUK) dengan maksimum kredit s/d Rp.500 juta,- pada tahun 2004 sebesar 16,91% dan pada tahun 2005 sebesar 15,38%. Sedangkan jika dilihat berdasarkan jenis kredit, maka jumlah Kredit Investasi pada tahun 2004 mencapai 16,37% dan pada tahun 2005 mencapai 14,63%. Sebagaimana diketahui bahwa pakan tidak bisa terlepas dari struktur budidaya dan populasi ternak, karena pada dasarnya pakan mewakili 60-70% dari seluruh biaya yang dibutuhkan (Infovet, 2006). Keadaan ini tentunya menjadikan pakan ternak memiliki nilai strategis dan masih memberikan peluang yang cukup luas, tetapi juga sekaligus menjadi kendala tersendiri bagi upaya pengembangan industri peternakan nasional, khususnya penyediaan bahan baku pakan.

20 4 Produksi bahan baku pakan ternak dalam negeri harus ditingkatkan untuk mengantisipasi kebutuhan pakan ternak Indonesia sebanyak 13 juta ton pada Jika tidak dilakukan pembenahan produksi bahan baku pakan, terutama jagung, maka kebutuhan bahan baku pakan harus meningkatkan impor. Peningkatan kebutuhan pakan pada 2010 tersebut harus diikuti dengan ketersediaan bahan baku di dalam negeri. Peningkatan menjadi 13 juta ton pada tahun 2010 tersebut dengan asumsi peningkatan kebutuhan setiap tahun rata-rata 10%. Inilah perlu dukungan semua pihak, terutama pemerintah, untuk mendorong peningkatan produksi bahan baku pakan yang selama ini diimpor (Suara Pembaruan, 2004). Industri pakan ternak yang kini bernaung di bawah Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) memiliki anggota sejumlah 47 perusahaan, di mana per bulan minimal mampu memproduksi ton. Sementara kapasitas produksi per tahun mencapai 11 juta ton (Sihombing, 2005). Apabila dilihat dari sudut kebutuhan pakan ternak, maka kebutuhan berdasarkan jenis ternak dapat dilihat dalam Tabel 2 di bawah ini. Tabel 2. Kebutuhan Pakan Ternak Jenis Ternak Persentase Kebutuhan Pakan Unggas 83% Aquakultur 7 % Babi 6 % Sapi Perah 3% Lainnya 1% Sumber : Infovet, Di bidang perikanan (aquakultur) pada tahun 2009, Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) menargetkan pencapaian produksi perikanan mencapai 10 juta ton. Pada tahun 2004 produksi perikanan Indonesia baru mencapai 6 juta ton, namun dari total produksi perikanan tersebut, hanya 1,4 juta ton yang berasal dari budidaya perikanan. Hal ini karena pemerintah lebih menekankan perkembangan penangkapan ikan, padahal potensi budidaya perikanan lebih besar dibandingkan perikanan tangkap, yaitu mencapai 57 juta ton. Sementara, potensi perikanan tangkap hanya 6,5 juta ton. Rendahnya produksi budidaya perikanan, antara lain disebabkan faktor pencemaran

21 5 lingkungan dan tidak tersedianya benih unggul. Untuk peningkatan produksi dapat dicapai dengan pemberian kredit dan pelatihan (Kusuma, 2004). Untuk tahun 2005, produksi perikanan Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Perkembangan Produksi Perikanan pada Tahun Uraian Tahun (ton) *) 2005**) Rata- Rata (%) Kenaikan (%) Tangkap 4,276,720 4,378,495 4,691,796 4,881,810 4,970, Laut 3,966,480 4,073,506 4,383,103 4,571,510 4,658, Perairan Umum 310, , , , , Budi daya 1,076,750 1,137,153 1,224,192 1,468,610 1,698, Laut 221, , , , , Tambak 454, , , , , Kolam 222, , , , , Karamba 39,340 40,742 40,304 53,694 65, Jaring Apung 40,710 47,172 57,628 62,371 72, Sawah 98,190 86,627 93,779 85,832 90, J u m l a h 5,353,470 5,515,648 5,915,988 6,350,420 6,668, Sumber : Sihombing, 2006 a. Keterangan : *) angka sementara, **) angka perkiaraan Dalam suatu kesempatan, Presiden berjanji akan memberikan perhatian lebih serius pada usaha perikanan budidaya, terutama pembangunan infrastruktur dan finansial. Alasannya, kedua hal tersebut merupakan persoalan yang sedang dihadapi dalam pembangunan sektor kelautan dan perikanan. Khusus untuk perikanan budidaya, perlu ditunjang dengan usaha pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi beserta peningkatan pengetahuan dari para pembudidaya (Jan, 2005). Pada tahun 2006 target yang ingin dicapai Departemen Kelautan dan Perikanan (DKP) antara lain produksi perikanan 7,7 ton atau meningkat dibanding tahun 2005, yang terdiri atas produksi perikanan tangkap 5,1 ton dan produksi perikanan budi daya 2,6 ton. Nilai ekspor komoditas perikanan ditargetkan USD 3,2 miliar atau meningkat 33,3 % dari tahun 2005 yang mencapai USD miliar. Konsumsi ikan ditargetkan 28 kg/kapita/tahun. Produksi udang pada tahun 2006 ditargetkan mencapai ton, selanjutnya

22 6 diprediksi pada tahun 2007 sebesar ton, tahun 2008 sebesar ton dan tahun 2009 sebesar ton. Untuk merealisasikan hal ini ada sekitar ha tambak udang diseluruh Indonesia akan direvitalisasi atau dioptimalkan oleh DKP tahun 2006 (Business News, 2006). Sehubungan dengan hal tersebut, PT AFI yang didirikan tahun 1990 di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, adalah merupakan salah satu IKM yang bergerak di bidang industri pakan ternak berencana untuk meningkatkan kapasitas produksinya. Kapasitas produksi, PT. AFI yang memproduksi pakan ternak khususnya pakan udang dan ikan, baru mencapai ton per tahun. Perusahaan sudah terbukti cukup tangguh karena dapat melewati krisis ekonomi yang terjadi. Sejak didirikan kondisi perusahaan menunjukkan perkembangan yang positif, yang dapat terlihat dari trend penjualan yang mengalami peningkatan selama tiga tahun terakhir, sebagamana yang disajikan oleh PT AFI, yaitu : Rp juta,- ; Rp juta,- dan Rp juta,- dengan persentase kenaikan mencapai : 23,25% ; 12,65% dan 2,61%. Dalam rangka peningkatan kapasitas produksi, perusahaan berencana untuk melakukan pembangunan pabrik tambahan dan pembelian mesin produksi yang baru. Untuk merealisasikan rencana tersebut, perusahaan akan melakukan pembiayaan dengan menggunakan sebagian besar dana yang bersumber dari modal sendiri. Namun karena keterbatasan modal sendiri, maka perusahaan memerlukan sumber dana lainnya, yaitu mengajukan kredit jangka panjang dalam bentuk kredit investasi ke bank. B. Perumusan Masalah 1. Apakah suatu usaha IKM, dari usaha kecil dapat tumbuh menjadi usaha menengah (dapat melakukan perluasan usaha) dengan bantuan modal dari luar?. 2. Apakah persyaratan-persyaratan yang harus dipenuhi untuk mendapatkan sumber dana dari luar, khususnya kredit investasi dari perbankan?. C. Tujuan 1. Mempelajari faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi perkembangan usaha PT AFI. 2. Menganalisis rencana pengembangan usaha dan pentingnya sumber dana dari luar berupa kredit investasi, dalam rangka meningkatkan kapasitas produksi PT AFI.

23 7 II. LANDASAN TEORI A. Sumber dan Kebutuhan Dana Dalam pembangunan ekonomi kerakyatan, usaha menengah sebagai bagian dari IKM, mempunyai peranan yang penting dan strategis untuk mewujudkan struktur dunia usaha nasional yang kokoh, dan untuk mewujudkan struktur dunia usaha nasional yang kokoh, maka usaha menengah perlu ditingkatkan jumlahnya dan diberdayakan menjadi usaha yang tangguh, mandiri dan unggul, sehingga peranannya dalam penyerapan tenaga kerja, ekspor dan pembentukan produk domestik bruto semakin meningkat (Kemenkop, 1999). Di sisi lain, sebagai usaha perorangan atau perusahaan yang sifatnya tertutup, IKM pada umumnya menjalankan usahanya dengan mengandalkan modal sendiri (equity) dari si pemilik yang jumlahnya sangat terbatas, sehingga untuk mewujudkan hal tersebut, usaha IKM membutuhkan sumber dana untuk tambahan modal kerja, maupun proyek investasi. Khusus untuk merealisasikan proyek dibutuhkan dana untuk investasi. Dana tersebut diklasifikasikan atas dasar aktiva tetap seperti tanah, bangunan, pabrik dan mesin-mesin. Setelah jumlah dana yang dibutuhkan diketahui, selanjutnya perlu ditentukan adalah dalam bentuk apa dana tersebut didapat. Yang jelas, yang akan dipilih adalah sumber dana yang mempunyai biaya yang paling rendah dan tidak menimbulkan masalah. Beberapa sumber dana yang penting (Umar, 2005) antara lain : 1. Modal pemilik perusahaan yang disetorkan 2. Saham yang diperoleh dari penerbitan saham di pasar modal 3. Obligasi yang diterbitkan oleh perusahaan dan di jual di pasar modal 4. Kredit yang diterima dari bank 5. Sewa guna (leasing) dari lembaga non bank Diantara beberapa sumber dana di atas, maka kredit yang bersumber dari perbankan merupakan salah satu sumber dana yang paling umum dikenal.

24 8 B. Kredit (Pinjaman) 1. Pengertian Kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, yang berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga (BI, 2005 b ). Kegiatan usaha Bank senantiasa dihadapkan pada risiko-risiko yang berkaitan erat dengan fungsinya sebagai lembaga intermediasi keuangan. Pesatnya perkembangan lingkungan eksternal dan internal perbankan telah menyebabkan semakin kompleksnya risiko kegiatan usaha perbankan. Oleh karena itu agar mampu beradaptasi dalam lingkungan bisnis perbankan, Bank dituntut untuk menerapkan manajemen risiko agar dapat beroperasi secara lebih berhati-hati, antara lain dengan menghitung besarnya risiko kredit yang timbul sebagai akibat kegagalan counterparty memenuhi kewajibannya (BI, 2003). Risiko merupakan suatu keadaan yang tidak pasti yang dihadapi seseorang atau perusahaan yang dapat memberikan dampak yang merugikan. Sedangkan risiko kredit adalah risiko bahwa debitur tidak dapat membayar utang dan memenuhi kewajiban seperti tertuang dalam kesepakatan, atau turunnya kualitas debitur, sehingga persepsi mengenai kemungkinan gagal bayar semakin tinggi (Kountur, 2004). Besarnya risiko kredit terdiri dari besarnya eksposur kredit dan kualitas eksposur kredit. Besarnya eksposur kredit sama dengan besarnya pinjaman itu sendiri, sedangkan kualitas eksposur dicerminkan oleh kemungkinan gagal bayar oleh debitur dan kualitas dari jaminan yang diberikan oleh debitur, semakin rendah kualitas kredit, maka semakin tinggi risiko kredit. Ukuran risiko gagal bayar adalah kemungkinan terjadinya gagal bayar pada periode tertentu yang dilakukan dengan pemeringkatan. Setiap bank memiliki model pemeringkatan sendirisendiri, namun secara umum ada lima faktor yang sering digunakan yang sering dikenal dengan 5C (character, capacity, capital, collateral, condition), sebagaimana disajikan dalam Gambar 1 (Djohanputro, 2004).

25 9 Catatan masa lalu Character Willingness to pay Moral hazard Capacity Rasio lancar, kas, efesiensi Trend kinerja keuangan Capital Rasio pinjaman/ekuitas Nilai jaminan Collateral Status hukum jaminan Kemudahan likuidasi Condition of Economy Kondisi makro Intervensi pihak tertentu Gambar 1. Konsep 5 C : character, capacity, capital, collateral, condition (Djohanputro, 2004). 2. Jenis Kredit Berdasarkan tujuan penggunaannya, Bank Indonesia (1999) membedakan kredit menjadi : a. kredit konsumtif merupakan jenis kredit yang diberikan misalnya untuk membeli kendaraan, peralatan, dan lain-lain yang sifatnya untuk tujuan konsumtif b. kredit modal kerja yaitu kredit yang digunakan untuk menambah modal kerja untuk membiayai seperti pembelian bahan baku, biayabiaya produksi, biaya pemasaran, dan lain-lain dalam jangka waktu pendek, biasanya satu tahun c. kredit investasi merupakan kredit jangka menengah atau jangka panjang untuk pembelian barang-barang modal beserta jasa yang diperlukan untuk rehabilitasi, modernisasi, maupun ekspansi proyek yang sudah ada atau pendirian proyek baru.

26 10 Menurut (Jusuf, 2004) disebutkan bahwa kredit merupakan sumber dana yang dimanfaatkan untuk membeli (membiayai) aktiva, baik aktiva lancar maupun aktiva tetap. Inti kebutuhan kredit yang tepat, ditentukan oleh tujuan penggunaan dana yang tergantung pada jenis aktiva yang dibiayai. Dalam Tabel 4 terdapat beberapa perbedaan jenis kredit dihubungkan dengan kebutuhan kredit. Tabel 4. Jenis kredit dilihat dari tujuan penggunaan dananya Uraian Aktiva Tetap Aktiva Lancar Jangka waktu Bersifat jangka Jangka panjang, pendek/ kebutuhan dana panjang transaksional (musiman) Jenis kredit Kredit Investasi Kredit Modal Kerja Jangka waktu kredit Jangka panjang, umumnya lebih dari satu tahun Jangka pendek atau jangka panjang tetapi pada umumnya tidak lebih dari satu tahun Sifat penggunaan Non Revolving Revolving Sumber pembayaran pokok pinjaman Sumber : Jusuf, Aliran dana yang berasal dari laba bersih Perusahaan dilikuidasi/ menurunnya aktiva lancar, aliran dana yang berasal dari bisnis tambahan, penjualan aktiva lainnya (mis : aktiva tetap), atau mengambil kredit dari bank lain 3. Kredit Investasi Menurut kamus perbankan, Kredit Investasi adalah kredit jangka menengah dan panjang yang diberikan untuk membiayai proyek baru ataupun proyek perluasan suatu perusahaan (investment loan). Sedangkan menurut (Muljono, 2001), Kredit Investasi merupakan kredit yang dikeluarkan oleh bank untuk pembelian barang modal, yaitu tidak habis dalam satu cycle, maksudnya proses dari pengeluaran uang kas dan

27 11 kembali menjadi uang kas tersebut akan memakan jangka waktu yang cukup panjang, setelah melalui beberapa perputaran. Ciri-ciri kredit investasi adalah : (a) bersifat tidak berputar (non revolving), yaitu pokok pinjaman yang telah dilunaskan tidak dapat ditarik lagi untuk pembelian barang investasi lainnya ; (b) merupakan kredit jangka panjang (lebih dari satu tahun) ; (c) pencairannya selalu dikaitkan dengan suatu investasi tertentu, misalnya untuk pembangunan pabrik ; (d) terdapat pola pembayaran angsuran yang teratur, misalnya setiap bulan dengan sistem cicilan tetap (Jusuf, 2004). Investasi dilakukan dengan menggunakan dana yang terbatas sumbernya. Agar penggunaan dana yang langka sumbernya tersebut dapat memberikan manfaat/imbalan/keuntungan sebaik-baiknya, perlu dilakukan pembahasan proyek investasi. Maksud dari pembahasan proyek yang utama adalah menetapkan potensi penghasilan proyek, yaitu menilai apakah akan menghasilkan cukup dana untuk dapat membayar kembali semua capital cost dalam jangka waktu yang diminta dan selanjutnya proyek akan tetap hidup dan berkembang (Sutojo, 1997). Disamping prospek usaha, maka secara finansial penanaman modal untuk suatu proyek investasi dapat disetujui oleh perbankan, jika telah dilakukan perhitungan penilaian dengan mempertimbangkan (Hadiwidjaja, 2000) hal berikut : a. Besarnya investasi (project cost) b. Umur ekonomi proyek c. Potensi proyek dalam memperoleh penghasilan dan menghimpun dana tunai d. Jangka waktu kredit yang dapat diberikan. e. Kemampuan pembiayaan sendiri nasabah (self financing) Menurut (Sutojo, 1997), apakah bank akan meluluskan permintaan kredit investasi yang diajukan kepada nasabah, akan tergantung dari hasil pertimbangan berikut :

28 12 a. faktor internal bank, misalnya melihat Dana Pihak Ketiga (DPK) yang dimiliki oleh bank, yaitu yang merupakan sumber dana yang akan disalurkan menjadi kredit kepada debitur. b. kredibilitas calon debitur yang mengajukan permintaan kredit, yang sering dinilai dengan menggunakan 5C. c. prospek masa depan proyek yang akan dibiayai dengan kredit, misalnya dikelola oleh manajemen profesional yang dapat menghasilkan keuntungan layak, didukung oleh sumber daya memadai, dan lain-lain. 4. Penetapan kondisi pinjaman Dalam upaya untuk mengendalikan risiko kredit, bank sering menetapkan sejumlah kondisi yang berkaitan dengan kredit yang diberikan. Penetapan kondisi ini terutama penting untuk kredit jangka panjang (long term loan), yaitu pinjaman yang mempunyai jangka waktu lebih dari satu tahun, sebab dengan memberikan kredit jangka panjang, bank menghadapi risiko dan pengaruh terhadap likuiditas yang lebih besar. Pelanggaran terhadap kondisi-kondisi yang telah disepakati dapat mengakibatkan bank membatalkan perjanjian dan pemberian kredit yang telah dilakukan. Oleh sebab itu sebelum perjanjian kredit ditandatangani, maka seluruh kondisi harus disetujui terlebih dulu oleh kedua belah pihak. Adapun kondisi tersebut adalah yang disebut dengan covenant (Jusuf, 2005), yaitu kondisi-kondisi yang telah dinegosiasikan dan disetujui oleh bank dan debitur. Dari sudut bank, covenant membantu menurunkan atau mengendalikan risiko dari transaksi dengan menspesifikasikan hal-hal tertentu yang harus tidak boleh dilakukan oleh debitur, yang terdiri dari : a. Affirmative covenants, yaitu sejumlah kondisi atau tindakan yang harus dilakukan oleh debitur, seperti : 1) Debitur harus menyerahkan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor sekali setahun dan laporan interim setengah tahun, biasanya home stattement. 2) Agunan harus diasuransikan melalui maskapai asuransi yang disetujui bank, dan sebagainya.

29 13 b. Negative covenants, yaitu covenants yang melarang debitur untuk melakukan sesuatu tindakan, seperti : 1) Debitur tidak boleh melakukan pergantian manajemen tanpa izin tertulis dari bank. 2) Debitur tidak boleh mengambil kredit dari bank atau institusi keuangan lainnya tanpa izin tertulis dari bank, dan sebagainya. c. Financial covenants, yaitu sejumlah persyaratan kondisi keuangan yang harus dipenuhi oleh debitur, seperti : 1) Memelihara Current Ratio minimal 1,2 kali 2) Maksimum Leverage Ratio adalah 2,5 kali 5. Segmentasi Kredit Di dalam pelaksanaan pemberian kredit kepada Nasabah, bank mendasarkan pada segmen usaha, yaitu Usaha Kecil, Menengah dan Korporasi. Adapun Usaha Kecil adalah usaha yang memenuhi kriteria yaitu : memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp.200 juta, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha ; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp.1 milyar, dengan plafond kredit keseluruhan maksimum Rp. 500 juta, sedangkan Usaha Menengah adalah usaha dengan kriteria yaitu : memiliki kekayaan bersih lebih besar dari Rp. 200 juta sampai dengan Rp.10 milyar, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, sedangkan berapa plafond kredit, tidak diatur (BI, 2005 a ). Sehubungan dengan tidak adanya aturan berapa besar plafond kredit yang dapat diberikan kepada Usaha Menengah, maka untuk memudahkan pengelolaan nasabah, bank menetapkan jumlah plafond kredit, seperti yang diterapkan oleh Bank BNI yang membagi segmen menjadi Usaha Kecil (Retail Market) dan Usaha Menengah (Middle Market), dengan kriteria sebagaimana disajikan dalam Tabel 5. Tabel 5. Segmentasi Kredit (Dalam Rp.Milyar) Segmentasi Asset Sales Plafond Kredit Retail Market < 6 < 8 < 5 Middle Market >6 s/d < 60 >8 s/d < 80 >5 s/d < 50 Sumber : BNI, 2006.

30 14 C. Laporan Keuangan Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja dan arus kas perusahaan yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan, dalam rangka membuat keputusan-keputusan ekonomi dan menunjukkan pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Komponen Laporan Keuangan secara lengkap terdiri dari : (1) neraca ; (2) laporan laba/rugi ; (3) laporan arus kas ; (4) laporan perubahan ekuitas ; (5) catatan atas laporan keuangan (IAI, 2002). Dua kiteria dasar yang terdapat dalam laporan keuangan untuk mengukur kondisi keuangan perusahaan adalah Laporan Neraca dan Laba/Rugi. Pembahasan mengenai Neraca dan Laba/Rugi merupakan suatu hal yang sangat penting, meskipun dalam perkembangannya ada analisa keuangan yang menekankan pada sumber dana dan cashflow (Rangkuti, 2005). 1. Analisis Aspek Keuangan Tujuan menganalisis aspek keuangan adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan, seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan dapat berkembang terus (Umar, 2005). a. Jenis-Jenis Rasio Keuangan Secara umum rasio atas laporan keuangan dapat dibagi menjadi lima golongan (Jusuf, 2005) sebagai berikut : 1) Rasio Likuiditas Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya (termasuk bagian dari kewajiban jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek, misalnya kredit investasi yang telah berubah menjadi kredit jangka pendek). Rasio yang paling banyak digunakan untuk mengukur likuiditas perusahaan

31 15 adalah Current Ratio, yaitu merupakan rasio yang menunjukkan sejauhmana Kewajiban Lancar (Current Liabilities) dijamin pembayarannya oleh Aktiva Lancar (Current Asset). Semakin besar rasio yang diperoleh, maka semakin lancar pembayaran hutang jangka pendeknya. Aktiva Lancar Current Ratio = x 1 kali (CR) Kewajiban Lancar 2) Rasio Leverage Rasio yang menunjukkan sejauhmana perusahaan dibiayai oleh utang (dana pihak luar). Rasio ini menunjukkan indikasi tingkat keamanan dari pemberi pinjaman (kreditur) dalam hal ini bank. Rasio yang paling banyak digunakan untuk menghitung leverage perusahaan adalah Deb to Equity Ratio (DER), yaitu perbandingan antara Total Kewajiban (Total Utang) dengan Total Modal Sendiri (Equity). Rasio ini menunjukkan sejauhmana Modal Sendiri menjamin seluruh Utang. Rasio ini juga sebagai perbandingan antara dana pihak luar dengan dana pemilik perusahaan yang dimasukkan ke perusahaan. Jika rasio ini cukup besar, maka pihak kreditur (termasuk bank) harus berhati-hati, karena DER yang tinggi menggambarkan semakin rendahnya tingkat keamanan dana yang ditempatkan dalam bisnis tersebut. Total Kewajiban DER = x 1 kali Modal Sendiri 3) Rasio Aktivitas Rasio yang menunjukkan kemampuan dan efektivitas manajemen dalam mengelola sumber-sumber yang dimilikinya, Efektivitas manajemen dalam mengelola bisnis umumnya dihitung dengan menggunakan rasio-rasio berikut :

32 16 a) Rasio Asset Turnover (Perputaran Aktiva) Rasio ini menunjukkan kemampuan manajemen mengelola seluruh investasi (aktiva) guna menghasilkan penjualan. Semakin besar rasio yang dihasilkan, akan semakin baik, karena merupakan gambaran bahwa manajemen dapat memanfaatkan setiap Rupiah Aktiva untuk menghasilkan Penjualan. Penjualan Bersih Asset Turnover = x 1 kali Aktiva b) Rasio Account Receivable Turnover (Perputaran Piutang Dagang) Rasio ini menunjukkan berapa kali Piutang Dagang perusahaan berputar dalam satu tahun. Bila dikatakan bahwa piutang dagang berputar sekian kali, sama saja maksudnya bahwa piutang dagang akan tertagih kembali (menjadi tunai) dalam waktu lebih kurang dari 360/sekian kali. Perputaran Piutang menunjukkan adanya indikasi : jumlah dana yang tertanam dalam bentuk piutang dagang sebelum akhirnya berubah menjadi bentuk tunai berhubungan dengan penyediaan dana yang diperlukan untuk membiayai piutang tersebut, yaitu indikasi kualitas penagihan piutang oleh perusahaan. Indikasi kualitas piutang dagang yang memburuk, karena masalahnya kemungkinan terjadi pada kualitas pelanggan yang tidak mampu atau tidak mau membayar. Jika nilai rasio yang dihasilkan semakin besar, akan menunjukkan tingkat perputaran piutang dagang semakin cepat. Perputaran Piutang Dagang Penjualan = x 1 kali Piutang Dagang

33 17 c) Rasio Inventory Turnover (Perputaran Persediaan ) Perputaran Persediaan menunjukkan berapa kali persediaan barang perusahaan berputar dalam setahun. Perputaran Persediaan merupakan indikator keberhasilan manajemen dalam mengelola persediaan barang. Jika nilai rasio perputaran persediaan besar, akan menunjukkan bahwa perusahaan telah berjalan dengan baik, karena memiliki tingkat persediaan rendah akibat dapat diserap oleh pasar. Perputaran Persediaan Harga Pokok Penjualan = x 1 kali Persediaan 4) Rasio Rentabilitas Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan mencetak laba. Untuk para pemegang saham (pemilik perusahaan) rasio ini menunjukkan tingkat penghasilannya dalam investasi. Rasio kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba terdiri dari : a) Rasio Margin Laba Kotor (Gross Profit Margin) Rasio ini menunjukkan berapa persen keuntungan yang dicapai dengan menjual produk. Dalam kondisi normal, Gross Profit Margin seharusnya positif, karena menunjukkan apakah perusahaan dapat menjual barangnya di atas harga pokoknya. Gross Profit Margin negatif, merupakan sebagai pertanda bahwa perusahaan tersebut rugi dalam bisnis utamanya. Gross Profit Margin Laba Kotor = x 100 % Penjualan b) Rasio Tingkat Pengembalian Investasi (Return On Investment atau ROI) Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan. Hasil

34 18 rasio yang semakin besar menunjukkan perolehan laba yang semakin besar Laba Bersih ROI = x 100 % Total Aktiva c) Rasio Tingkat Pengembalian Modal (Return On Equity atau ROE) Rasio ini mengukur berapa besar pengembalian yang diperoleh pemegang saham (pemilik) atas modalnya yang disetorkan untuk bisnis tersebut. ROE merupakan indikator yang tepat untuk mengukur keberhasilan bisnis dalam memperkaya pemegang saham. Semakin besar rasio yang dihasilkan, maka keuntungan yang diperoleh pemegang saham akan semakin besar. ROE Laba Bersih = x 100 % Modal Sendiri 5) Rasio Coverage Rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban-kewajiban kreditnya dengan sumber dana yang diperoleh dari bisnis. Dalam memberikan kredit, bank sangat memperhatikan kelancaran pembayaran kewajiban dalam kondisi normal, yaitu dalam kondisi perusahaan yang dibiayai berjalan terus (going concern). Dalam mengukur tingkat keamanan bank dalam pemberian kredit, rasio yang banyak dipergunakan adalah Times Interest Earned Ratio atau (EBIT Coverage Ratio) Earning Before Interest And Taxed Coverage Ratio. Rasio ini mengukur tingkat kemampuan perusahaan untuk membayar pokok maupun bunga pinjaman. Semakin besar rasio yang dihasilkan, maka semakin besar pula kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban kreditnya.

35 19 EBIT Laba Sebelum Bunga dan Pajak Coverage = x 100 % Ratio Beban Bunga b. Penilaian Investasi Penilaian penanaman modal dalam Proyek Investasi dilakukan untuk meyakini apakah proyek investasi secara teknis dan ekonomis feasible, sehingga secara finansial viable. Studi kelayakan terhadap aspek keuangan perlu menganalisis bagaimana prakiraan aliran kas akan terjadi. Pada umumnya metode yang biasa dipertimbangkan untuk dipakai dalam penilaian aliran kas dari suatu investasi adalah sebagaimana disajikan di bawah ini. 1) Payback Period Payback period adalah suatu periode yang diperlukan untuk menutup kembali pengeluaran investasi dengan menggunakan aliran kas, dengan kata lain payback period merupakan rasio antara nilai investasi dengan cash inflow-nya, yang hasilnya merupakan satuan waktu (Margaretha, 2004). Nilai Investasi Payback Period = x 1 tahun Kas Masuk Bersih Kriteria penilaian : i) jika hanya ada 1 usulan, pilihan yang umurnya < umur investasi ii) jika lebih dari 1 usulan, maka yang diterima adalah yang umurnya < umur investasi dan terendah 2) Net Present Value (NPV) NPV adalah selisih antara Present Value dari investasi dengan nilai sekarang dari penerimaan-penerimaan kas bersih (aliran kas operasional maupun aliran kas terminal) dimasa

36 20 mendatang. Penilaian proyek investasi berdasarkan NPV adalah suatu metode penilaian penanaman modal dalam proyek investasi dengan menggunakan ukuran : present value aliran kas netto, (Proceeds = EAT + Depreciation) setelah diperhitungkan dengan Present Value Cost of Capital. Proyek investasi dikatakan menguntungkan apabila present value dari aliran kas netto lebih besar dari pada present value atas penanaman modal atau net present value-nya positif PV Proceeds PV Capital Outlay > 0 (Umar, 2005). n C F t NPV = Σ - I 0 t = 1 (1 + K) t dimana : CF t = aliran kas per tahun pada periode t I 0 = investasi awal pada tahun 0 K = suku bunga (discount rate) Kriteria penilaian : i) Jika NPV > 0, maka usulan proyek diterima ii) Jika NPV < 0, maka proyek ditolak 3) Internal Rate of Return (IRR) Metode yang digunakan untuk mencari tingkat bunga yang menyamakan nilai sekarang dari arus kas yang diharapkan dimasa mendatang, atau penerimaan kas dengan mengeluarkan investasi awal. IRR adalah tingkat bunga yang menjadikan jumlah nilai sekarang dari pengeluaran modal (P.V. of Capital Outlays). Penilaian penanaman modal dalam proyek investasi berdasarkan IRR adalah suatu metode penilaian proyek investasi dengan menggunakan ukuran: aliran kas netto (proceeds) diperhitungkan dengan tingkat bunga tertentu (IRR) (Umar, 2005).

PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON

PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON PERENCANAAN KREDIT INVESTASI DALAM PENGEMBANGAN INDUSTRI KECIL MENENGAH PAKAN TERNAK (STUDI KASUS PT AFI) Oleh RONALD G TAMPUBOLON SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2007 ABSTRAK Ronald

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengambilan Keputusan Kredit 2.1.1 Teori Pengambilan keputusan kredit adalah semacam studi kelayakan atas perusahaan pemohon kredit (Firdaus 2009:184). Pengambilan keputusan

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun 2007-2010 Tugas Manajemen Keuangan Lanjutan Dosen: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME Oleh: Junita Nelly Panjaitan NIM. 127019020 Kelas A Pararel

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Menurut Kasmir (2008:104), rasio keuangan merupakan kegiatan membandingkan angka-angka yang ada dalam laporan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 5 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian 1. Pengertian Property dan Real Estate Menurut buku Realestate Sebuah Konsep Ilmu dan Problem Pengembang di Indonesia ( Budi Santoso,2000) definisi real estate adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH.

DAFTAR ISI. SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH. DAFTAR ISI Halaman SURAT PERNYATAAN RIWAYAT HIDUP. KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR.. DAFTAR ISTILAH. i ii iv vi viii x xi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang. 1 1.2 Perumusan Masalah.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien,

Lebih terperinci

Analisis Penggunaan Rasio Keuangan (BAB 1) Astried P. ANALISIS PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN

Analisis Penggunaan Rasio Keuangan (BAB 1) Astried P. ANALISIS PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN ANALISIS PENGGUNAAN RASIO KEUANGAN A. ANALISIS KEUANGAN (FINANCIAL ANALYSISI) Analisis Keuangan adalah seni untuk mengubah data dari laporan keuangan ke informasi yang berguna bagi pengambilan keputusan.

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN Febriyanto, S.E., M.M. LAPORAN KEUANGAN Laporan keuangan adalah catatan informasi keuangan suatu perusahaan pada suatu periode akuntansi yang dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito) dan menyalurkan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam latar belakang, kegiatan bank ialah menghimpun dana dari masyarakat (tabungan, giro, deposito)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Bab ini akan menjelaskan tinjauan teori baik itu definisi, konsep atau hasil penelitian ilmiah yang berkaitan dengan informasi akuntansi, informasi non akuntansi,

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN. o o

ANALISIS KEUANGAN. o o ANALISIS KEUANGAN Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisa prestasi operasi perusahaan. Analisis rasio keuangan juga dapat digunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan

Lebih terperinci

KREDIT. Menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit kepada dunia usaha.

KREDIT. Menyalurkan dana masyarakat (deposito, tabungan, giro) dalam bentuk kredit kepada dunia usaha. KREDIT PENGERTIAN Pengertian kredit menurut undang-undang No. 7 Tahun 1992 tentang Perbankan adalah : penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan kesepakatan

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke: Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Manajemen Keuangan. Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan. Basharat Ahmad. Modul ke:  Fakultas Ekonomi dan Bisnis Manajemen Keuangan Modul ke: Memahami Kondisi dan Kinerja Keuangan Perusahaan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Basharat Ahmad Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Materi Pembelajaran Analisa Rasio Keuangan

Lebih terperinci

RASIO LAPORAN KEUANGAN

RASIO LAPORAN KEUANGAN RASIO LAPORAN KEUANGAN NERACA (BALANCED SHEET) Terdiri dari elemen pokok : Asset, Hutang, dan Modal. Pengukuran terhadap elemen-elemen Neraca biasanya menggunakan historical cost LAPORAN RUGI-LABA (INCOME

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Laporan Keuangan Dalam menganalisis permohonan kredit modal kerja, peneliti menggunakan data dari aspek keuangan yaitu menggunakan rasio keuangan dan metode

Lebih terperinci

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN BAB 11 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN A. Arti Penting Analisis Laporan Keuangan Analisis terhadap laporan keuangan suatu perusahaan untuk mengetahui tingkat profitabilitas (keuntungan) dan tingkat

Lebih terperinci

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM.

PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM. PERTEMUAN 6 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN ANDRI HELMI M, SE., MM. TEKNIK ANALISIS RATIO MERUPAKAN TEKNIK ANALISIS YANG MENGGAMBARKAN HUBUNGAN MATEMATIKAL ANTARA SUATU JUMLAH TERTENTU DENGAN JUMLAH YANG LAIN

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Manajemen 2.1.1 Pengertian Manajemen Segala macam kegiatan terorganisir untuk mencapai tujuan pasti membutuhkan manajemen. Jadi orang-orang dalam kegiatan tersebut akan membutuhkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Tentang Kinerja Perusahaan 2.1.1 Pengertian Kinerja Perusahaan Perusahaan sebagai salah satu bentuk organisasi pada umumnya memiliki tujuan tertentu yang ingin

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu 50 BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu perusahaan. Salah satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian dan Karakteristik Laba. dengan pendapatan tersebut. Pengertian laba menurut Harahap (2008:113) BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan Laba 1. Pengertian dan Karakteristik Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan 2.2. Laporan Keuangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kinerja Keuangan Kinerja keuangan merupakan hasil kegiatan operasi perusahaan yang disajikan dalam bentuk angka-angka keuangan. Hasil kegiatan perusahaan periode saat ini harus

Lebih terperinci

Bab 9 Teori Rasio Keuangan

Bab 9 Teori Rasio Keuangan D a s a r M a n a j e m e n K e u a n g a n 123 Bab 9 Teori Rasio Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami mengenai jenis dan pembagian laporan keuangan serta mengerti tentang perhitungan tentang rasio

Lebih terperinci

MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO

MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO MEET 05 FOR E LEARNING ANALISA RASIO PENGERTIAN Rasio dapat dihitung berdasarkan financial statement yang telah tersedia yang terdiri dari : Balance sheet atau neraca, yang menunjukkan posisi finansial

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Harahap (2011:105) mendefinisikan laporan keuangan sebagai suatu laporan yang menggambarkan kondisi keuangan dan hasil usaha perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang

BAB I PENDAHULUAN. berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Suatu perusahaan dapat dikatakan mencapai kesuksesan dan berhasil memenangkan persaingan apabila dapat menghasilkan laba yang maksimal (Mahaputra, 2012). Di samping

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN

BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN BAB 4 PEMBAHASAN PENELITIAN Berdasarkan pada data-data yang telah diperoleh pada bab-bab sebelumnya, maka pada bab ini akan dilakukan pengolahan data dan analisis terhadap data-data tersebut. 4.1. Biaya

Lebih terperinci

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN

BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 23 BAB IV KERANGKA PEMIKIRAN 4.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 4.1.1 Studi Kelayakan Usaha Proyek atau usaha merupakan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan manfaat (benefit) dengan menggunakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis Berbagai teori yang berhubungan dengan penelitian ini dapat dilihat dalam penjelasan di bawah ini. 1. Pengertian Kredit Sebagaimana yang telah dijelaskan dalam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Penelitian oleh Dwi Susianto pada tahun 2012 dengan judul Travel AsiA Day Madiun-Malang, penelitian menggunakan metode-metode penilaian

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Pada hakekatnya laporan keuangan merupakan hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai alat untuk mengukomunikasikan

Lebih terperinci

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif

pendekatan rasional, yang pembuktiannya mudah dilakukan, sedangkan pertimbangan kualitatif A. PENDAHULUAN Terlaksananya suatu proyek investasi, seringkali tergantung kepada pertimbangan manajemen yang bersifat kuantitatif maupun kualitatif. Pertimbangan kuantitatif lebih bersifat kepada pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75).

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian (Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, 2002:75). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Peranan lembaga keuangan ditengah-tengah masyarakat dalam memajukan perekonomian sangat penting. Tidak dapat dipungkiri peranannya sebagai lembaga perantara

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Penggabungan usaha (business combination) adalah pernyataan dua atau lebih BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penggabungan Usaha Penggabungan usaha merupakan salah satu strategi untuk mempertahankan kelangsungan hidup dan menegmbangkan perusahaan. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. merupakan penyajian singkat mengenai hasil penelitian dan pembahasan, saran

BAB V PENUTUP. merupakan penyajian singkat mengenai hasil penelitian dan pembahasan, saran BAB V PENUTUP Bab ini terdiri dari kesimpulan, saran dan keterbatas penelitian. Kesimpulan merupakan penyajian singkat mengenai hasil penelitian dan pembahasan, saran merupakan anjuran yang disampaikan

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MEMENUHI PERSYARATAN PENGAJUAN KREDIT PT PVC PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO).

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MEMENUHI PERSYARATAN PENGAJUAN KREDIT PT PVC PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). ANALISIS LAPORAN KEUANGAN SEBAGAI SALAH SATU UPAYA MEMENUHI PERSYARATAN PENGAJUAN KREDIT PT PVC PADA PT BANK NEGARA INDONESIA (PERSERO). Nurul Parlina Universitas Gunadarma nurulparlina@yahoo.com Sudaryono,

Lebih terperinci

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI

LAPORAN KEUANGAN DEPRESIASI LAPORAN KEUANGAN www.mercubuana.ac.id DEPRESIASI PENGERTIAN Laporan keuangan merupakan hasil pencatatan transaksi yang terjadi pada periode tertentu yang berguna untuk evaluasi dan perencanaan. Laporan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. By: Budi Setiawan

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. By: Budi Setiawan ANALISIS LAPORAN KEUANGAN By: Budi Setiawan 1 ANALISIS LAPORAN KEUANGAN: Rasio Keuangan Membahas teknik-teknik yang digunakan oleh para investor dan manajer dalam menganalisis laporan keuangan Umumnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan banyaknya perusahaan sejenis bermunculan dan mengakibatkan semakin ketatnya persaingan. Perusahaan-perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian

BAB I PENDAHULUAN. luas yang dikenal dengan istilah perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Dengan semakin berkembangnya suatu kegiatan perekonomian maka diperlukan sumber-sumber penyediaan dana guna membiayai kegiatan usaha yang semakin berkembang tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya dalam pendirian perusahaan, pemilik selalu merumuskan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapainya, secara umum tujuan dari didirikannya perusahaan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Laba didefinisikan dengan pandangan yang berbeda-beda. Pengertian laba secara operasional merupakan perbedaan antara pendapatan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio akan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1. Rasio Keuangan Rasio yang menggambarkan suatu hubungan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain, dan dengan menggunakan alat analisis berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada pengajuan kredit, bank tentu akan meminta laporan keuangan (financial. Semua hal ini tercermin dalam laporan keuangan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pada pengajuan kredit, bank tentu akan meminta laporan keuangan (financial. Semua hal ini tercermin dalam laporan keuangan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian dan Tujuan Laporan Keuangan a. Pengertian Laporan Keuangan Pada pengajuan kredit, bank tentu akan meminta laporan keuangan (financial statement)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.1.1 Modal Kerja Modal Kerja sangat dibutuhkan perusahaan untuk mengoperasikan perusahaan. Modal kerja merupakan kekayaan atau aset yang diperlukan perusahaan

Lebih terperinci

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR

VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR VI. ANALISIS KEBERLANJUTAN FINANSIAL KOPERASI BAYTUL IKHTIAR 6.1. Analisis Rasio Keuangan Koperasi Analisis rasio keuangan KBI dilakukan untuk mengetahui perkembangan kinerja keuangan lembaga. Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN USAHA

STUDI KELAYAKAN USAHA STUDI KELAYAKAN USAHA 1 PENGERTIAN STUDI KELAYAKAN USAHA Studi kelayakan usaha ialah suatu penelitian tentang layak tidaknya suatu bisnis dilaksanakan dengan berhasil dan menguntungkan secara kontinyu.

Lebih terperinci

Bab 1 Analisis Penggunaan Rasio Keuangan

Bab 1 Analisis Penggunaan Rasio Keuangan M a n a j e m e n K e u a n g a n 1 Bab 1 Analisis Penggunaan Rasio Keuangan Mahasiswa diharapkan dapat memahami, menguasai teori terkait dan menjelaskan jenis dan pengertian rasio keuangan, metode perbandingan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Laporan Keuangan 1. Pengertian Laporan Keuangan Sebuah perusahaan pastilah memerlukan pencatatan keuangan atas transaksi-transaksi bisnis yang telah dilakukan agar perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS RASIO KEUANGAN

ANALISIS RASIO KEUANGAN ANALISIS RASIO KEUANGAN N U R A E N I, S. S O S., M. A B Analisis Rasio Keuangan Analisis rasio keuangan merupakan teknik analisis laporan keuangan yang dilakukan dengan cara membandingkan satu komponen

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN. yang diambil dari laporan keuangan PT. PITIBO DELYKARYA selama periode tahun

BAB IV PEMBAHASAN. yang diambil dari laporan keuangan PT. PITIBO DELYKARYA selama periode tahun BAB IV PEMBAHASAN IV.1. Perhitungan Analisis Rasio Perhitungan analisis rasio yang dilakukan oleh penulis berdasarkan data data yang diambil dari laporan keuangan PT. PITIBO DELYKARYA selama periode tahun

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Terdapat beberapa pengertian mengenai analisis, yaitu : 1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2002) : Analisis adalah penyelidikan terhadap suatu peristiwa

Lebih terperinci

ANALISA KEUANGAN Rasio Keuangan. Sumber : Syafarudin Alwi BamBang Riyanto

ANALISA KEUANGAN Rasio Keuangan. Sumber : Syafarudin Alwi BamBang Riyanto ANALISA KEUANGAN Rasio Keuangan Sumber : Syafarudin Alwi BamBang Riyanto 1 Analisa Keuangan Analisa rasio keuangan Analisa kekuatan dan kelemahan finansial 2 Analisa Ratio Keuangan Pengertian Rasio merupakan

Lebih terperinci

Analisis Laporan Keuangan

Analisis Laporan Keuangan Bahan Kuliah Manajemen Keuangan Bisnis I Pertemuan IV Analisis Laporan Keuangan Dosen : Suryanto, SE., M.Si Analisis Laporan Keuangan Analisis Indeks Analisis Common Size Analisis Rasio Keuangan Analisis

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Rasio Keuangan a. Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis keuangan yang paling sering digunakan. Rasio keuangan menghubungkan berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN. 1) faktor kritis dalam analisis rasio keuangan, 2) mempelajari bagaimana analisis rasio keuangan tersebut dipergunakan dan

ANALISIS KEUANGAN. 1) faktor kritis dalam analisis rasio keuangan, 2) mempelajari bagaimana analisis rasio keuangan tersebut dipergunakan dan ANALISIS KEUANGAN Analisis rasio keuangan merupakan dasar untuk menilai dan menganalisis prestasi operasi perusahaan. Analisis rasio keuangan juga dapat digunakan sebagai kerangka kerja perencanaan dan

Lebih terperinci

METADATA INFORMASI DASAR

METADATA INFORMASI DASAR METADATA INFORMASI DASAR 1 Nama Data : Indikator Sektor Korporasi 2 Penyelenggara Statistik : Departemen Statistik, Bank Indonesia 3 Alamat : Jl. M.H. Thamrin No. 2 Jakarta 4 Contact : Divisi Statistik

Lebih terperinci

Bab 2: Analisis Laporan Keuangan

Bab 2: Analisis Laporan Keuangan Bab 2: Analisis Laporan Keuangan Pentingnya analisis laporan keuangan dan pihak pihak yang berkepentingan. Macam laporan keuangan. Analisis rasio keuangan. Keterbatasan analisis laporan keuangan. Pentingnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penguji dari pekerjaan bagian pembukuan, tetapi untuk selanjutnya laporan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Analisa Laporan Keuangan 2.1.1.1 Pengertian Analisa Laporan Keuangan Pada mulanya laporan keuangan bagi suatu perusahaan hanyalah sebagai alat penguji

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS. merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi

BAB II LANDASAN TEORITIS. merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi BAB II LANDASAN TEORITIS A. Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan, merupakan suatu ringkassan dari transaksi-transaksi keuangan yang terjadi selama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Analisis Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan tertentu antara elemen yang satu dengan elemen yang lain dalam suatu laporan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian dan Jenis-jenis Laporan Keuangan 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Secara umum dapat dikatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukkan kondisi perusahaan

Lebih terperinci

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk

MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk MAKALAH Untuk Memenuhi Tugas Manajemen Keuangan ANALISIS RASIO KEUANGAN : PT. HOLCIM tbk Disusun oleh Nama : AdhiPrasetyo NPM : 06320005872 Kelas/Nomer Absen : 2D Adm. Perpajakan / 03 DEPARTEMEN KEUANGAN

Lebih terperinci

Analisis rasio keuangan. perusahaan daerah aneka karya. Kabupaten Boyolali. tahun Yulaika Dyah Iswandari F BAB I PENDAHULUAN

Analisis rasio keuangan. perusahaan daerah aneka karya. Kabupaten Boyolali. tahun Yulaika Dyah Iswandari F BAB I PENDAHULUAN Analisis rasio keuangan perusahaan daerah aneka karya Kabupaten Boyolali tahun 1998 2000 Yulaika Dyah Iswandari F 3300040 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan keuangan merupakan alat yang penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi mengenai posisi keuangan suatu perusahaan, kinerja serta perubahan posisi keuangan perusahaan yang berguna

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pengertian Saham Saham merupakan salah satu instrument pasar keuangan yang paling banyak diminati masyarakat saat ini. Menerbitkan saham merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Judul Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam Efektivitas Pengambilan Keputusan Pemberian Kredit Modal Kerja Pada PT. Bank SUMUT B. Latar Belakang Penelitian

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan

TINJAUAN PUSTAKA. Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Likuiditas Likuiditas merupakan suatu indikator yang mengukur kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada saat jatuh tempo dengan menggunakan

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah

BAB I PENDAHULUAN. Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah 16 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Untuk meningkatkan perekonomian masyarakat maka pemerintah telah menetapkan beberapa prioritas, antara lain adalah dengan memberikan akses yang luas

Lebih terperinci

WARMING UP : Buatlah Neraca dan Laba Rugi

WARMING UP : Buatlah Neraca dan Laba Rugi PENJUALAN 3000$ HPP 30% PENJUALAN BIAYA ADMINISTRASI = HPP KAS = 30% MODAL PAJAK 10% LABA DITAHAN 30% TOTAL MODAL = LABA DITAHAN X2 BIAYA BUNGA 30% HPP PERSEDIAAN = 3 X KAS PIUTANG = KAS HUTANG LANCAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri. Sumbangan sektor industri pengolahan (migas dan non-migas) memberikan kontribusi

Lebih terperinci

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero)

ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) ANALISIS KEUANGAN PT. PLN (Persero) I. Pendahuluan PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN) (Persero) merupakan penyedia listrik utama di Indonesia. Oleh karena itu, pemerintah berkepentingan menjaga kelayakan

Lebih terperinci

Financial Performance (2)

Financial Performance (2) Financial Performance (2) Modul ke: Liquidiity Ratio Solvability Ratio Activity Ratio Profitability Ratio Market Ratio Fakultas Pascasarjana Dr. Sawarni Hasibuan Program Studi Magister Teknik Industri

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Modal Kerja Modal kerja sangat diperlukan dalam menjalankan kegiatan usaha. Setiap perusahaan tentunya membutuhkan modal kerja dalam melakukan kegiatan operasional

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEUANGAN. Analisis Rasio Keuangan. Riska Rosdiana SE., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen

MANAJEMEN KEUANGAN. Analisis Rasio Keuangan. Riska Rosdiana SE., M.Si. Modul ke: Fakultas Ekonomi & Bisnis. Program Studi Manajemen Modul ke: MANAJEMEN KEUANGAN Analisis Rasio Keuangan Fakultas Ekonomi & Bisnis Riska Rosdiana SE., M.Si Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Pengantar Sebelum manajer keuangan mengambil keputusan

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN 6.1. Kebutuhan Investasi Tahun ke-0 Dalam menjalankan usaha ini, FVN melakukan investasi awal sebesar Rp 100.000.000,- sebelum masuk ke tahun pertama. FVN perlu membeli semua kebutuhan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.2.1. Profitabilitas Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 8 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan pada dasarnya adalah hasil dari proses akuntansi yang dapat digunakan sebagai

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di kabupaten Sukabumi.

3. METODOLOGI. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di kabupaten Sukabumi. 3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kabupaten Sukabumi pada UPI yang bergerak dalam kegiatan pengolahan hasil perikanan. UPI ini berlokasi di kabupaten Sukabumi, Jawa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Tingkat Kesehatan Bank Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 6/10/PBI/2004, tingkat kesehatan bank adalah hasil penilaian kualitatif

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. suatu perusahaan dalam periode tertentu. Salah satu cara dalam penilaian 58 BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. XYZ Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang penting dan dapat dipercaya untuk menilai kondisi keuangan dan hasil

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Koperasi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian Bab 1 Pasal 1 ayat 1, koperasi adalah badan hukum yang didirikan oleh orang perseorangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Laporan Keuangan Laporan keuangan adalah media yang dapat dipakai untuk meneliti kondisi kesehatan perusahaan yang terdiri dari neraca, perhitungan

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit.

BAB IV PEMBAHAS AN. IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama. yaitu, penjualan secara tunai atau secara kredit. BAB IV PEMBAHAS AN IV.1. Analisis Kebijakan Kredit PT Tirta Varia Intipratama IV.1.1. Analisis Kebijakan Penjualan Kredit Penjualan merupakan kegiatan operasional perusahaan di mana dengan ini perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Modal Kerja 1. Pengertian Modal Kerja Menurut Sawir (2005:129), modal kerja adalah keseluruhan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan, atau dapat pula dimaksudkan sebagai dana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Biaya Biaya merupakan unsur utama secara fisik yang harus dikorbankan demi kepentingan dan kelancaran perusahaan dalam rangka menghasilkan laba yang merupakan tujuan utama perusahaan.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Modal Kerja 2.1.1 Definisi Modal Kerja Modal kerja sangat penting dalam operasi perusahaan dari hari ke hari seperti misalnya untuk member uang muka pada pembelian bahan baku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Rasio Keuangan 2.1.1 Pengertian Rasio Keuangan Rasio keuangan merupakan alat analisis untuk menjelaskan hubungan antara elemen satu dengan elemen lain dalam suatu laporan keuangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh sejumlah keuntungan di masa depan. Pihak pihak yang melakukan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Investasi merupakan kegiatan penanaman sejumlah dana maupun sumber daya lainnya pada satu atau lebih aset selama kurun waktu tertentu dengan harapan memperoleh

Lebih terperinci