AKTIVITAS METAKOGNISI SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
|
|
- Sugiarto Widjaja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 KNPM V, Himpunan Matematika Indonesia, Juni 2013 AKTIVITAS METAKOGNISI SEBAGAI SALAH SATU ALAT UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Zahra Chairani Dosen STKIP PGRI Banjarmasin Abstrak: Kurikulum 2006, menyarankan untuk menggunakan pendekatan pemecahan masalah sebagai salah satu tujuan pembelajaran matematika sekolah. Akan tetapi istilah metakognisi yang terkait dengan proses berpikir siswa tidak diperkenalkan. Sehingga proses pemecahan masalah dipahami sebagai hasil aktivitas kognisi saja. Pentingnya aktivitas metakognisi dalam pembelajaran dapat dilihat dalam beberapa hal antara lain adanya revisi dalam dimensi tujuan pembelajaran Taxonomi Bloom dengan menambahkan dimensi Metakognisi oleh Krathwole. Selanjutnya konsep kurikulum baru 2013 juga telah mendudukkan metakognisi pada jenjang SMA dan Perguruan Tinggi, meskipun dalam berbagai hasil penelitian, menunjukkan bahwa pengembangan metakognisi siswa sudah dimulai sejak dini. Di samping itu beberapa hasil penelitian juga menunjukkan bahwa siswa yang mengembangkan aktivitas metakognisinya dapat meningkatkan kemampuan dalam memecahkan masalah matematika. Metakognisi diperlukan siswa untuk menguasai suatu jangkauan keterampilan intelektual khusus, kemudian mengumpulkan kembali keterampilan-keterampilan ini ke dalam strategi belajar yang tepat untuk suatu masalah khusus atau isu-isu dalam konteks yang berbeda Meskipun penguasaan aktivitas metakognisi memerlukan proses yang cukup lama, namun demikian hal ini dapat dilatihkan dengan melakukan pembiasaan dalam berbagai keterampilan metakognisi. Makalah ini mencoba untuk membahas bahwa aktivitas metakognisi dapat dilatih melalui self regulasi sehingga dapat digunakan sebagai salah satu alat untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika. Kata Kunci : aktivitas metakognisi, self regulasi, pemecahan masalah matematika Tujuan Pembelajaran matematika yang tertera dalam kurikulum 2006 adalah mengembangkan kemampuan berpikir logis, kritis, analitis, sistematis dan kreatif serta kemampuan bekerjasama. Akan tetapi dalam pengembangan untuk membentuk berbagai kemampuan tersebut belum sepenuhnya bahkan sedikit sekali menyentuh pada kemampuan metakognisi. Sehingga proses pembelajaran matematika dipahami sebagai hasil aktivitas kognisi saja. Ormrod (2008: 369), menyatakan bahwa metakognisi merupakan pengetahuan dan keyakinan mengenai prosesproses kognitif seseorang, serta usaha sadarnya untuk terlibat dalam proses berperilaku dan berpikir sehingga meningkatkan proses belajar dan memori. Bentuk kesadaran seseorang yang terkait dengan kemampuan kognisinya tentang apa yang diketahuinya, dan yang tidak diketahuinya berdasarkan pengetahuan yang sudah dimilikinya, pengalaman, proses dan monitoring dimana ia sendiri terlibat dalam kegiatan kognisinya sendiri adalah aspek dari aktivitas metakognisi. Dengan demikian ada dua hal penting dari pengertian aktivitas metakognisi, yaitu (1) kesadaran tentang kognisi, dan (2) kontrol atau pengaturan proses kognisi ketika belajar atau menyelesaikan masalah matematika. 652
2 653, Chairani, Aktivitas Metakognisi, Pentingnya aktivitas metakognisi dalam pembelajaran dapat dilihat dalam beberapa hal antara lain adanya revisi dalam dimensi tujuan pembelajaran yang semula meliputi (1) Factual knowledge,(2) Conceptual knowledge, (3) Procedural knowledge kemudian ditambah menjadi kategori ke- 4 yaitu Metacognition knowledge. Alasan utama penempatan metakognisi dalam kategori ke-4 tersebut adalah bahwa seseorang yang menggunakan meta-cognition kontrol and self regulation dalam proses berpikirnya telah termasuk penggunaan dimensi lain seperti remember, understand, apply, analyze, evaluate and create seperti kategori proses kognitif pada Taxonomi Bloom sebelumnya (Lorin D Anderrson, David R Krathwohl,Peter W Airasian, et al, P ) Konsep kurikulum baru 2013 pada ruang lingkup standar Kompetensi Lulusan (SKL) telah memberikan ilustrasi pengembangan metakognisi pada jenjang SMA dan Perguruan Tinggi disamping kemampuan factual, konseptual dan procedural. Berbagai hasil penelitian, sebagaimana dinyatakan oleh White Board dkk (2010), keterampilan metakognisi muncul di sekitar usia 8-10 tahun dan didahului oleh kemampuan kognitif lain seperti perkembangan Theori of Mind (TOM). Pentingnya aktivitas metakognisi juga di utarakan oleh Heru (2011) yang menyatakan bahwa metakognitif monitoring dan metakognitif kontrol dapat difikirkan sebagai suatu system quality kontrol yang berfungsi untuk meyakinkan bahwa hanya keluaran yang akurat dan tepat yang dihasilkan. System tersebut merupakan kesadaran seseorang terhadap kemampuan melakukan monitoring dan kontrol terhadap proses berpikirnya sehingga merupakan suatu keterampilan yang dapat dikembangkan dalam diri seseorang melalui pengaturan diri (self regulasi). Menurut Brown ( 1987) Keterampilan Self Regulasi adalah salah satu dari ketrampilan metakognisi, yang memberi kesempatan siswa untuk berpikir tentang proses berpikirnya, dan melakukan kontrol terhadap proses berpikirnya sendiri untuk mencapai tujuan berpikirnya sendiri. Beberapa pernyataan menunjukkan bahwa keterampilan ini merupakan hal penting untuk dikembangkan, sesuai dengan pendapat Scrhraw (2000) yang menyatakan bahwa, Most researchers agree that metacognition is an important construct to study, but difficult to measure. Central to problems relating to metacognition is finding ways to recording and making available to others one s metakognitive thought. Hasil penelitian juga dinyatakan oleh White & Fredericson (2005) yang menyatakan bahwa skill regulasi diri metakognisi diperlukan dalam kegiatan belajar. Sedangkan menurut De Soete, Roeyers dan Clercq (2003) regulasi metakognisi dapat dilatihkan. Pelatihan dengan Program metakognisi dapat berpengaruh terhadap kemampuan memecahkan masalah matematika Dari berbagai pendapat di atas, maka penulis menganggap penting untuk melakukan kajian tentang bagaimana aktivitas metakognisi dapat dilakukan sebagai salah satu alat (tool) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika, yang dalam makalah ini penulis batasi pada pengaturan diri (self regulasi ) yang terkait dengan (1) kesadaran tentang kognisi, dan (2) kontrol atau pengaturan proses kognisi dari dalam diri seseorang ketika mereka belajar atau menyelesaikan masalah matematika.
3 Chairani, Aktivitas Metakognisi, 654 TINJAUAN PUSTAKA 1. Pengetahuan Metakognisi Pengetahuan metakognisi (metacognition knowledge) adalah pengetahuan tentang kognisi, secara umum merupakan kesadaran seseorang tentang apa yang diketahui dan proses kognisinya. Umumnya para peneliti berpendapat bahwa dengan pengembangan, siswa yang dapat lebih sadar terhadap proses berpikirnya akan menambah pengetahuan saat berpikir dan cenderung membuat mereka untuk belajar lebih baik (Bransford, Brown and Cocking, 1999). Schoenfeld (1992) menyatakan bahwa ada 3 aspek metakognisi yang yang terkait dengan pembelajaran matematika, yaitu: (1). Keyakinan dan Intuisi (beliefs and intuitions)., (2) Pengetahuan seseorang tentang proses berpikirnya, serta (3). Kesadaran diri (Self awareness) atau Pengaturan diri (Self Regulation). Aktivitas yang dapat dilakukan berdasarkan ketiga hal tersebut dapat dijelaskan bahwa : Sewaktu seorang siswa dihadapkan pada suatu masalah matematika, yang terlebih dulu muncul adalah berpikir untuk menyelesaikan masalah tersebut. Adanya dorongan untuk menyelesaikan masalah tersebut, akan memunculkan ide-ide tentang matematika yang disiapkan (direncanakan) untuk menyelesaikan matematika dan pemikiran untuk menentukan dengan cara apa agar masalah tersebut dapat diselesaikan. Dalam hal ini diperlukan pengetahuan seseorang yang terkait dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sebelumnya misalnya pengetahuan faktual, pengetahuan conceptual, dan pengetahuan prosedural. Akan tetapi untuk dapat melakukan hal tersebut di atas dengan baik, maka siswa harus memiliki kemampuan untuk melakukan kontrol terhadap proses berpikirnya sendiri tentang hal-hal yang dipahaminya, rencana atau ide yang akan dilaksanakannya, pelaksanaan rencananya dan memeriksa apakah proses yang dilakukannya sudah sesuai dengan tujuan kognisinya. Dengan demikian dapat dikatakan ia melakukan kontrol terhadap proses kognisinya agar aktivitas proses berpikirnya tidak menyimpang dari tujuan dan hal ini adalah kemampuan yang perlu dikembangkan yang dapat dikatakan sebagai self regulasi dalam hal ini merupakan salah satu aspek dari pengetahuan metakognisi Self Regulasi Sebagai Aktivitas Metakognisi Aktivitas metakognisi seseorang adalah sesuatu yang unik. Sukar untuk mengasses aktivitas tersebut dengan menggunakan pensil dan kertas (Pintrich, Wolter and Baxter in press). Karena tujuan dari aktivitas metakognisi ini berbeda dengan perspektif yang dapat dilihat dari jawaban yang konkret. Oleh karena itu aktivitas metakognisi akan lebih baik di assessment dalam konteks aktivitas kelas dan diskusi melalui berbagai strategi. (Lorin D Anderrson, David R Krathwohl,Peter W Airasian, et al, P ). Hal ini dapat dirancang antara lain dengan mengajak siswa untuk belajar tentang berpikirnya, dan menghubungkannya dengan tiga aspek dari pengetahuan metakognisi ( pengetahuan factual, pengetahuan konseptual dan pengetahuan procedural) pada setiap tahap pemecahan masalah. Siswa dapat diminta untuk menentukan strategi yang dapat digunakan untuk menyelesaikan masalah, dan kemudian membandingkannya dengan strategi yang digunakan siswa lainnya. Selanjutnya dilakukan diskusi kelas dalam setiap pembelajaran, bukan hanya tentang strategi pemecahan masalah saja, akan tetapi dapat meliputi informasi bagaimana siwa mendapatkan strategi tersebut. Dalam diskusi ini guru mendengarkan apa yang
4 655, Chairani, Aktivitas Metakognisi, didiskusikan siswa, memberikan kesempatan untuk melakukan percakapan dengan siswa secara individual, atau meminta mereka mereviu tentang apa yang dipikirkannya. Aktivitas self regulasi pada waktu siswa menyelesaikan masalah dapat dikembangkan sesuai dengan tahapan yang harus dilalui siswa dalam melakukan pemecahan masalah. Oleh karena wujud dari self regulasi sebagai salah satu aktivitas metakognisi adalah munculnya kesadaran tentang apa yang diketahui seseorang (pengetahuan metakognisi), apa yang dilakukan seseorang (keterampilan metakognisi) dan bagaimana mengkontrol keadaan kognisinya, maka aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan melatih atau melakukan pembiasaan tentang apa yang diketahui, apa yang dilakukan dan bagaimana melakukan kontrol setiap aktivitas tersebut. Apa yang diketahui seseorang, akan terkait dengan pengetahuan yang sudah dimilikinya, yaitu pengetahuan factual, pengetahuan konseptual dan pengetahuan procedural. Sedangkan apa yang dilakukan seseorang akan terkait dengan kesadaran seseorang dalam memilih langkah atau strategi yang digunakannya untuk memecahkan masalah, dan dalam melakssanakan strategi tersebut seeorang harus melakukan kontrol proses kognisinya agar tidak menyimpang dari tujuan. Skema berikut mempresentasikan self regulasi dengan komponen pengetahuan metakognisi yang terkait dengan tahapan pemecahan masalah. Self Regulasi Kesadaran diri sendiri terhadap pengetahuan yang dimiliki Kesadaran terhadap strategi yang dilakukan Kesadaran dalam melakukan kontrol proses berpikirnya Tahapan Pemecahan masalah Menurut Taccasu Project ( 2008) strategi yang dapat dilakukan guru atau dosen dalam mengembangkan metakognisi peserta didik melalui kegiatan belajar dan pembelajaran antara lain adalah membimbing pembelajar dalam mengembangkan kebiasaan peserta didik yang baik melalui (a) pengembangan kebiasaan mengelola diri sendiri (b) memonitor dan meningkatkan kemampuan belajar (membaca, menulis, mendengarkan, mengelola waktu, dan memecahkan masalah, dst), c) mengembangkan kebiasaan untuk berpikir positif, dan d) mengembangkan kebiasaan untuk berpikir secara hirarkhis HASIL DAN PEMBAHASAN Salah satu cara untuk memberikan kesempatan agar aktivitas metakognisi dapat menjadi alat dalam pemecahan masalah melalui self regulasi adalah dengan mengembangkan berbagai pertanyaan siswa kepada dirinya sendiri yang terkait dengan aspek-aspek aktivitas metakognisi yang dikaitkan dengan tahapan pemecahan masalah. Dengan melatih
5 Chairani, Aktivitas Metakognisi, 656 kesadaran siswa, maka siswa akan terbiasa untuk selalu melakukan aktivitas metakognisi pada setiap kali melakukan pemecahan masalah. Dalam proses penyelesaian masalah matematika, menurut pendekatan Polya, siswa tentunya harus memahami masalah, merencanakan strategi penyelesaian, membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan, serta melaksanakan keputusan tersebut dan memeriksa kembali. Dalam proses tersebut mereka seharusnya memonitoring dan mengecek kembali apa yang telah dikerjakannya. Apabila keputusan yang diambil tidak tepat, maka mereka seharusnya mencoba alternatif lain atau membuat suatu pertimbangan. Proses menyadari adanya kesalahan, memonitor hasil pekerjaan serta mencari alternatif lain merupakan beberapa aspek-aspek metakognisi yang diperlukan dalam penyelesaian masalah matematika. Dalam hal ini keberhasilan dalam pembelajaran matematika dapat diketahui melalui aktivitas metakognisi. Beberapa aspek aktivitas metakognisi dapat dikembangkan menggunakan strategi pengembangan metakognitif Berikut ini penulis memberikan suatu gambaran dari aktivitas metakognisi yang terkait dengan self regulasi yang dapat dikembangkan guru untuk melatih siswanya dalam melakukan pemecahan masalah matematika dalam bentuk contoh pertanyaan siswa kepada dirinya sendiri dalam pemecahan masalah sebagaimana terurai pada Tabel 1 berikut. Tabel 1. Contoh Pertanyaan untuk Mengembangkan Self Regulasi Tahapan Pertanyaan yang pemecaha dikembangkan sebagai n masalah self regulasi Memahami 1. Bagaimana cara masalah membaca soal agar saya dapat memahami masalah soal ini 2. Bagaimana saya dapat mengidentifikasi apa yang diketahui dan yang ditanyakan dari soal ini? 3. Apakah dengan membaca seperti ini saya dapat memahami soal? 4. Apakah saya bisa menggunakan cara lain agar lebih memahami soal ini? Merencana 5. Bagaimana saya dapat kan menyusun rencana pemecahan memecahkan masalah masalah ini? 6. Bagaimana saya dapat menentukan konsepkonsep/ pengetahuan yang sudah saya ketahui agar dapat saya gunakan untuk pemecahan masalah ini? 7. Bagaimana saya tahu bahwa rencana strategi pemecahan masalah yang saya pilih ini sudah sesuai dengan tujuan soalnya? 8. Bagaimana saya dapat yakin bahwa soal ini dapat saya selesaikan dengan rencana strategi pemecahan masalah yang saya pilih ini? 9. Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa ada strategi lain yang lebih baik selain dari strategi yang saya pilih ini. Menyelesai 10. Bagaimana saya dapat kan melakukan prosedur Masalah penyelesaian untuk menyelesaikan soal ini? 11. Bagaimana saya bisa tahu kalau prosedur ini sesuai untuk menyelesaikan masalah ini?
6 657, Chairani, Aktivitas Metakognisi, Tahapan Pertanyaan yang pemecaha dikembangkan sebagai n masalah self regulasi 12. Bagaimana saya dapat mengggunakan konsepkonsep dan keterampilan yang sudah saya miliki untuk menyelesaikan masalah ini? 13. Bagaimana saya dapat mengetahui bahwa rencana strategi yang saya pikirkan, sudah sudah tepat untuk digunakan dalam penyelesaian soal ini? Memeriksa 14. Bagaimana saya dapat kembali mengetahui, bahwa prosedur penyelesaian saya ini sudah benar? 15. APakah saya yakin, bahwa proses memeriksa kembali ini sudah tepat? 16. Apakah saya perlu untuk memeriksa lagi dengan lebih teliti? 17. Bagaimana saya dapat memeriksa kembali hasil penyelesaian soal dengan lebih baik? Pertanyaan-pertanyaan seperti pada contoh di atas tersebut dapat dilakukan seseorang selama proses pemecahan masalah berlangsung, dalam hal ini siswa mengobservasi sendiri kerja memorinya pada lapisan kognisi untuk mengevaluasi proses dan mengatur aktivitas kognisinya. Apabila evaluasi menunjukkan bahwa proses pemecahan masalah belum bagus, maka siswa harus menelusuri aktivitas kognisinya secara lebih hati-hati, dan mencari pada long term memori(ingatan jangka panjang) untuk mendapatkan pengetahuan yang dapat digunakan agar membuatnya menjadi lebih baik. Contoh pertanyaan di atas dapat dikembangkan sesuai dengan masalah yang dihadapi. PENUTUP Kesimpulan Dari uraian di atas, dapat dikatakan bahwa dalam proses mengembangkan keterampilan aktivitas metakognisi siswa diperlukan self regulasi. Salah satu strategi yang sederhana dalam mengembangkan aktivitas metakognisi siswa adalah melatih siswa untuk menggunakan kesadarannya dengan cara bertanya pada dirinya sendiri selama pelaksanaan memecahkan masalah. Selama proses pemecahan masalah dilakukan misalnya dilakukan menurut tahapan Polya (memahami masalah, merencanakan, menyelesaikan, dan memeriksa kembali), maka pada setiap tahapan tersebut siswa secara sadar melakukan kontrol terhadap tujuan kognisinya agar tidak menyimpang dari tujuan. Makalah ini menunjukkan bahwa self regulasi siswa merupakan salah satu komponen aktivitas metakognisi yang dapat digunakan sebagai alat (tool) untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam pemecahan masalah matematika. DAFTAR PUSTAKA Anderson,O.W. & Krathwohl, D.R A Taxonomy for Learning Teaching, and Assessing (A Revision of Blooms Taxonomy of Educational Objectives), Addision Wesley, Longman, New York. Blakey, E. & Spence, S Developing Metacognition, Clearinghouse on Information Resources Syracusa, New York. Dawson, Th & Fucher, K 2008, Metacognition and Learning Adulthood,
7 Chairani, Aktivitas Metakognisi, 658 Contemporary Education Psychology, 11, Desoete, A Off-line Metacognition in Children with Mathematics Learning Disabilities, Disertation, Universiteit Gent. De Soete, A. Roeyers. A& Clercq, A.D (2003). Can off line Metacognition Enhance Mathematical Problem Solving. Journal of Educational Psichology. 95, Flavell, J.H Metacognition and Cognitive Monitoring, A New Area of Cognitive Developmental Inquiry, American Psychologist, 34, pp Gama, C Integrating Metacognition Instruction in Interactive Learning Environment, University of Sussex, Integrating Metacognition, diakses 15 September, Heru Astikasari Setyo Murti, Metacognition and dan Theory of Mind (TOM) Jurnal Psikologi Pitutur Vol I no.2 Juni 2011 Hunter,M (2004), Enhanching Teaching, MacMillan College Publication, Co, New York. Kayashima. M. & Inaba Akiko The Model of Metakognitive Skill and How To Facilitte Development of The Skill. Proceeding Vol 9 Conference of Artificiale Intelegence in Education at Sidney. Faculty of Arts and Education. Tamagawa University. Japan: p (3-4). Kelly, R.T Teaching Problem Solving, Journal of Research in Mathematics Education, NCTM,Reston,VA. Polya,G. (1973). How To Solve it, Second Edition, Princeton University Press, Princeton, New Jersey.p.6-25 Ormrod, E,J, Edisi ke-6. Psikologi Pendidikan.Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang jilid 1. University of Northern Colorado (Emirita) University of New Hampshire. Jakarta: Erlangga. p Schraw, Gregory dan Brooks, David W. (2008) Helping Students Self- Regulate in Chemistry Courses: Improving the Will and the Skill Tersedia pada: ult.html. Diakses pada 26 Juli Taccasu Project. (2008) Metacognition Tersedia pada: f/metacognition.html Diakses pada 10 September White, B & Fredericson. (2005). A Theoritical frame Work and Approach for Fostering Metacognitive Development. Journal Educational Psychologist, Whitebread, D., Almeqdad, Q., Bryce, D.,Demetriou, D., Grau, V., & Sangster, C.(2010). Metacognition in Young Children: Current Methodological and Theoritical Developments. A. Efklides and P. Misailidi(eds.), Trends and Prospects in Me t a c o g n i t i o n Re s e a r c h, DOI : / _
8 659, Chairani, Aktivitas Metakognisi,
Profil Metakognisi Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Open-Ended (Studi Kasus Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa )
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Profil Metakognisi Siswa Smp Dalam Memecahkan Masalah Open-Ended (Studi Kasus Ditinjau dari Tingkat Kemampuan Siswa ) Muhammad Sudia FAKULTAS
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG
PENERAPAN STRATEGI METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 PADANG Siska Putri Permata 1), Suherman 2), dan Media Rosha 3) 1) FMIPA UNP, email: siskaputri8998@yahoo.com 2,3)
Lebih terperinciVol. 1 No. 1 Th. Jan-Des 2016 ISSN: PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS PENGETAHUAN METAKOGNITIF UNTUK MEMPERSIAPKAN GENERASI ABAD KE-21
PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS PENGETAHUAN METAKOGNITIF UNTUK MEMPERSIAPKAN GENERASI ABAD KE-21 Binar Azwar Anas Harfian FKIP Universitas Muhammadiyah Palembang email: binar.azwar@gmail.com Abstrak Isu
Lebih terperinciPENGETAHUAN METAKOGNISI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LIMIT
Prosiding Seminar Nasional Volume 02, Nomor 1 ISSN 2443-1109 PENGETAHUAN METAKOGNISI DALAM MENYELESAIKAN MASALAH LIMIT Pathuddin 1 Mahasiswa S3 Universitas Negeri Surabaya 1 pathuddinsapa@yahoo.co.id 1
Lebih terperinciMETAKOGNISI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA PENGEMBANGANNYA?
INSPIRAMATIKA Jurnal Inovasi Pendidikan dan Pembelajaran Matematika Volume 3, Nomor 1, Juni 2017, ISSN 2477-278X, e-issn 2579-9061 METAKOGNISI DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA: APA, MENGAPA DAN BAGAIMANA
Lebih terperinciProses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO
Proses Metakognitif Siswa SMA dalam Pengajuan Masalah Geometri YULI SUHANDONO Email : mas.yulfi@gmail.com Abstrak : Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan proses metakognitif siswa dalam pengajuan
Lebih terperinciPELIBATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA. Oleh: Mustamin Anggo (Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Kendari)
PELIBATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Oleh: Mustamin Anggo (Dosen Pendidikan Matematika FKIP Unhalu Kendari) Abstrak Metakognisi memainkan peran penting dalam mendukung kesuksesan siswa
Lebih terperinciP 25 Learning Mathematics To Grow Metacognitive Ability In Understanding And Mathematic Problems Solving On Limit
P 25 Learning Mathematics To Grow Metacognitive Ability In Understanding And Mathematic Problems Solving On Limit Aning Wida Yanti, S.Si., M.Pd Department of Mathematics Education, State University of
Lebih terperinciPEMANFAATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMA * Theresia Kriswianti Nugrahaningsih**
PEMANFAATAN METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA SMA * Theresia Kriswianti Nugrahaningsih** e-mail: kriswianti_th@yahoo.com Abstrak Istilah metakognisi diperkenalkan oleh John Flavell,
Lebih terperinciIDENTIFIKASI AKTIVITAS KARAKTERISTIK METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAAN KIMIA
IDENTIFIKASI AKTIVITAS KARAKTERISTIK METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAAN KIMIA IDENTIFICATION OF THE STUDENT S METACOGNITIVE CHARACTERISTIC TO SOLVE THE PROBLEM IN CHEMICAL
Lebih terperinciMetakognisi dan Usaha Mengatasi Kesulitan dalam Memecahkan Masalah Matematika Kontekstual
Metakognisi dan Usaha Mengatasi Kesulitan dalam Memecahkan Masalah Matematika Kontekstual Mustamin Anggo Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Haluoleo E-mail: mustaminanggo@yahoo.com Abstrak
Lebih terperinciSCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No.1, Januari - April 2015 STKIP PGRI Banjarmasin SCAFFOLDING DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA 5 Zahra Chairani STKIP PGRI Banjarmasin. E-mail:
Lebih terperinciDisain Pembelajaran Matematika Realistik yang Melibatkan Metakognisi Siswa pada Pokok Bahasan Aritmetika Sosial di Sekolah Menengah Pertama
Disain Pembelajaran Matematika Realistik yang Melibatkan Metakognisi Siswa pada Pokok Bahasan Aritmetika Sosial di Sekolah Menengah Pertama Usman Mulbar Jurusan Matematika FMIPA UNM Makassar E-mail: u_mulbar@yahoo.com
Lebih terperinciPengkategorian Kesadaran Metakognitif Mahasiswa pada Pembelajaran Aljabar Linier di AMIKOM Mataram
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 Pengkategorian Kesadaran Metakognitif Mahasiswa pada Pembelajaran Aljabar Linier di AMIKOM Mataram Muhamad Galang Isnawan AMIKOM Mataram galangisna@yahoo.com
Lebih terperinciDeskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom Elisabeth Rukmini. Keywords: Bloom s taxonomy, cognitive, meta-cognitive
Deskripsi Singkat Revisi Taksonomi Bloom Elisabeth Rukmini Abstract The Bloom s taxonomy revision mainly consisted of curriculum, instructional design, and assessment. Educational development, sociocultural
Lebih terperinciANALISIS METAKOGNISI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH DALAM MATERI KAIDAH PENCACAHAN PADA SISWA KELAS XII IPS I MAN I KUBU RAYA
ANALISIS METAKOGNISI TERHADAP PEMECAHAN MASALAH DALAM MATERI KAIDAH PENCACAHAN PADA SISWA KELAS XII IPS I MAN I KUBU RAYA Yudi Darma 1, Muhamad Firdaus 2, Andre Pratama 3 1,2,3 Program Studi Pendidikan
Lebih terperinciLAPORAN TUGAS AKHIR. Topik Tugas Akhir: Penelitian Pendidikan Matematika
LAPORAN TUGAS AKHIR Topik Tugas Akhir: Penelitian Pendidikan Matematika KETERAMPILAN METAKOGNISI SISWA IMPULSIF DAN SISWA REFLEKTIF DALAM MENYELESAIKAN SOAL BILANGAN DI SMP NEGERI 1 KESAMBEN TUGAS AKHIR
Lebih terperinciPERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM
Awi, Perangkat Asesmen Model 11 PERANGKAT ASESMEN MODEL PKM YANG MELIBATKAN SCAFFOLDING METAKOGNITIF BERDASARKAN REVISI TAKSONOMI BLOOM Awi dan Sukarna Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Lebih terperinciOLEH: NILA ANGGRENI E1M
ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNITIF SISWA PADA PEMBELAJARAN KIMIA MATERI HIDROLISIS GARAM KELAS XI IPA SMAN 7 MATARAM TAHUN PELAJARAN 2015/2016 JURNAL SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan dalam Menyelesaikan
Lebih terperinciNurfauziah Siregar FTIK, IAIN Padangsidimpuan
Rekognisi: Jurnal Pendidikan dan Kependidikan p-issn 2527-5259 e-issn 2599-2260 Vol.2, No.2, Desember 2017 PENDEKATAN METAKOGNITIF BERBASIS MASALAH SEBAGAI PEMBELAJARAN MATEMATIKA Nurfauziah Siregar FTIK,
Lebih terperinciPENGETAHUAN METAKOGNITIF UNTUK PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
PENGETAHUAN METAKOGNITIF UNTUK PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK Endang Indarini, Tri Sadono, dan Maria Evangeli Onate Mahasiswa Magister Manajemen Pendidikan FKIP Universitas Kristen Satya Wacana ABSTRAK Tulisan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini tanpa disadari telah
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Perkembangan sains dan teknologi yang begitu cepat di abad ke 21 tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini tanpa disadari telah mempengaruhi
Lebih terperinciPENELUSURAN PERILAKU METAKOGNITIF MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
PENELUSURAN PERILAKU METAKOGNITIF MAHASISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Dona Afriyani Program Studi Tadris Matematika Jurusan Tarbiyah STAIN Batusangkar Korespondensi: Jl. Jenderal Sudirman No.
Lebih terperinci3/30/2010 Rustaman file 1
3/30/2010 Rustaman file 1 3/30/2010 Rustaman file 2 MATERI PERKULIAHAN Pertemuan 3 Prosedur dan Alat Penilaian: Ranah 17 09-2009 kognitif (C1-C6) relevansi dengan tujuan pembelajaran Pertemuan 4 Perbandingan
Lebih terperinciMETAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL
METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL MUSTAMIN ANGGO Abstrak Metakognisi merupakan kesadaran tentang kognisi, dan pengaturan kognisi seseorang. Dalam pembelajaran matematika, metakognisi
Lebih terperinciKemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru Dalam Mengajukan Masalah Matematika Sekolah
Jurnal UJMC, Volume 4, Nomor 1, Hal. 19-26 pissn : 2460-3333 eissn : 2579-907X Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi Mahasiswa Calon Guru Dalam Mengajukan Masalah Matematika Sekolah Siti Nuriyatin 1, Soffil
Lebih terperinciRosi Kurniawati Tino Leonardi, M. Psi Fakultas Psikologi Universitas Airlangga Surabaya
Hubungan Antara Metakognisi dengan Prestasi Akademik pada Mahasiswa Fakultas Psikologi Universitas Airlangga yang Aktif Berorganisasi di Organisasi Mahasiswa Tingkat Fakultas Rosi Kurniawati Tino Leonardi,
Lebih terperinciDIAGNOSA KESULITAN METACOGNITIVE AWARENESS TERHADAP PROSES PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
September 2017 Vol. 1, No. 2, Hal. 206 DIAGNOSA KESULITAN METACOGNITIVE AWARENESS TERHADAP PROSES PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Destia Wahyu Hidayati IKIP Veteran Jawa Tengah, Semarang; destia281289@gmail.com
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. A. Deskripsi Konseptual. 1. Metakognitif. Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan
9 BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Metakognitif Menurut Flavell (1976) yang dikutip dari Yahaya (2005), menyatakan bahwa metakognisi merujuk pada kesadaran pengetahuan seseorang yang berkaitan
Lebih terperinciPEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA KONTEKSTUAL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA Mustamin Anggo Dosen Penedidikan Matematika FKIP Universitas Haluoleo Kendari Abstrak Kemampuan metakognisi yang
Lebih terperinciANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF
22-199 ANALISIS SOAL UJIAN NASIONAL IPA SMP TAHUN 2014 BERDASARKAN DIMENSI PENGETAHUAN DAN DIMENSI PROSES KOGNITIF Herni Budiati SMP Negeri 22 Surakarta hernibudiati@yahoo.co.id Abstrak- Penelitian ini
Lebih terperinciHUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA
HUBUNGAN METAKOGNISI, EFIKASI DIRI AKADEMIK DAN PRESTASI AKADEMIK PADA MAHASISWA Quroyzhin Kartika Rini 1 Ursa Majorsy 2 Ratna Maharani Hapsari 3 Fakultas Psikologi, Universitas Gunadarma { 1 quroyzhin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menerima masalah dan berusaha menyelesaikan masalah tersebut 1. Selain itu,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemecahan masalah merupakan suatu upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan permasalahan yang ditemukan. Polya mengatakan bahwa pemecahan masalah adalah salah satu
Lebih terperinciPROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DENGAN MENGGUNAKAN MAPPING MATHEMATICS
PROSES SCAFFOLDING BERDASARKAN DIAGNOSIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH PERTIDAKSAMAAN KUADRAT DENGAN MENGGUNAKAN MAPPING MATHEMATICS Yusi Hartutik, Subanji, dan Santi Irawati SMK Negeri 1
Lebih terperinciMETAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA (STUDI KASUS PADA SISWA SMP BERDASARKAN GENDER)
METAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA (STUDI KASUS PADA SISWA SMP BERDASARKAN GENDER) Kamid *) *) Dosen pada Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Jambi E-mail: mas_gaya@yahoo.com
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adi Satrisman, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia sesuai dengan falsafah Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945, yang berfungsi untuk mengembangkan
Lebih terperinciPENERAPAN STRATEGI METAKOGNISI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROFIL METAKOGNISI SISWA SMA KELAS X
http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/gravity ISSN 2442-515x, e-issn 2528-1976 GRAVITY Vol. 2 No. 2 (2016) PENERAPAN STRATEGI METAKOGNISI PADA PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENGIDENTIFIKASI PROFIL METAKOGNISI
Lebih terperinciIDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI MIA 4 SMAN 1 MENGANTI GRESIK
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI ASAM BASA KELAS XI MIA 4 SMAN 1 MENGANTI GRESIK THE IDENTIFICATION OF THE STUDENT S METACOGNITIVE CHARACTERISTIC
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. didefinisikan sebagai pemikiran tentang pemikiran (thinking about
BAB II KAJIAN TEORI A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan Metakognisi Istilah metakognisi diperkenalkan oleh John Flavell, seorang psikolog dari Universitas Stanford pada sekitar tahun 1976 dan didefinisikan
Lebih terperinciANALISIS PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM D-Ei-Hd. Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari**, Sadijah Ahmad***
ANALISIS PENGUASAAN KONSEP KIMIA SISWA SMA DALAM MODEL PEMBELAJARAN PRAKTIKUM D-Ei-Hd Susiwi*, Achmad A.Hinduan**, Liliasari**, Sadijah Ahmad*** * Dosen Jurusan Pend. Kimia FPMIPA UPI ** Dosen Sekolah
Lebih terperinciPENDEKATAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN SAINS DI KELAS
ERUDIO, Vol. 2, No. 2, Desember 2014 ISSN: 2302-9021 13 Srini M. I : Pendekatan Keterampilan Metakognitif dalam Pembelajaran Sains di Kelas PENDEKATAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF DALAM PEMBELAJARAN SAINS
Lebih terperinciPROFIL METAKOGNISI MAHASISWA PEREMPUAN DALAM MENYELESAIKAN MASALAH BANGUN DATAR DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF REFLEKTIF DAN IMPULSIF
JPE (Jurnal Pendidikan Edutama) Vol. 5 No. 1 Januari 2018 P-ISSN : 2339-2258 (Print) E-ISSN: 2548-821X (Online) http://ejurnal.ikippgribojonegoro.ac.id/index.php/jpe PROFIL METAKOGNISI MAHASISWA PEREMPUAN
Lebih terperinciSTRATEGI MEMBANGUN METAKOGNISI SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
STRATEGI MEMBANGUN METAKOGNISI SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Muhammad Romli a a Jurusan Pendidikan Matematika FKIP Universitas Madura Jl. Raya Panglegur Km..5 - Pamekasan Madura Abstrak
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Mind, Acquire, Search Out, Trigger, Exhibit, Reflect (MASTER) Model MASTER merupakan suatu langkah dalam Cara Belajar Cepat (CBC) di terapkan untuk membuat suasana
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN METAKOGNITIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS TINGKAT TINGGI SISWA KELAS X KEP 3 SMK NEGERI 1 AMLAPURA Oleh I Wayan Puja Astawa (email: puja_staw@yahoo.com
Lebih terperinciMETAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS
METAKOGNISI SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SISTEM PERSAMAAN LINEAR TIGA VARIABEL DI SEKOLAH MENENGAH ATAS Triyana Agustin Siagian, Sugiatno, Munaldus Pendidikan Matematika FKIP Untan, Pontianak Email
Lebih terperinciPembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Masalah Kontekstual
Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Metakognitif Berbasis Masalah Kontekstual Oleh: Dosen Pendidikan Matematika FKIP Universitas Riau E-mail: murni_atma@yahoo.co.id ABSTRAK Makalah ini memberikan
Lebih terperinciSP Rahmawati et al. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Pertanyaan Peserta Didik
SP-008-1 Rahmawati et al. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Pertanyaan Peserta Didik Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Pertanyaan Peserta Didik melalui Penerapan Discovery Learning pada Pembelajaran
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah
BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga
Lebih terperinciKEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM MEMBACA TEKS EKONOMI KELAS XI- IPS K3 DI SMA NEGERI 10 MALANG
KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA DALAM MEMBACA TEKS EKONOMI KELAS XI- IPS K3 DI SMA NEGERI 10 MALANG Riris Dwi Novianti Mit Witjaksono Agung Haryono Abstract Cognitive ability is a behavior that emphasizes the
Lebih terperinciKORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO
KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR SISWA DI SMAN 1 DAWARBLANDONG, MOJOKERTO (CORRELATION BETWEEN METACOGNITIVE SKILLS WITH STUDENT LEARNING OUTCOMES AT SMAN 1 DAWARBLANDONG,
Lebih terperinciBAB I. teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan. ketajaman berpikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peranan penting dalam mengembangkan ketajaman berpikir manusia. Perkembangan
Lebih terperinciAnalisis Buku Siswa Matematika SMP Ruang Lingkup Statistika dengan Kesesuaian Unsur Unsur Karakteristik Berpikir Kreatif
SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2015 PM - 121 Analisis Buku Siswa Matematika SMP Ruang Lingkup Statistika dengan Kesesuaian Unsur Unsur Karakteristik Berpikir Kreatif R. Ach.
Lebih terperinciABSTRAK KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP NEGERI KUPANG
ABSTRAK KORELASI ANTARA KETERAMPILAN METAKOGNITIF DENGAN HASIL BELAJAR BIOLOGI SISWA SMP NEGERI KUPANG Yusnaeni Ganing, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Nusa Cendana Kupang, Jl.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sistem pendidikan di Indonesia telah lama menggunakan teori taksonomi pendidikan secara adaptif sebagai landasan pendekatan belajar. Implikasi dari penggunaan
Lebih terperinciPROFIL KUALITAS DAN KUANTITAS PERTANYAAN SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 MADIUN
PROFIL KUALITAS DAN KUANTITAS PERTANYAAN SISWA PADA PEMBELAJARAN BIOLOGI KELAS XI MIA SMA NEGERI 1 MADIUN I Nyoman Tri Bayu Tanaya 1, Suciati 2, Maridi 3 1,2,3 Pendidikan Sains Program Pascasarjana Universitas
Lebih terperinciTINGKAT BERPIKIR KOGNITIF MAHASISWA BERDASARKAN BENTUK PERTANYAAN PADA MATA KULIAH BIOLOGI UMUM
SEMINAR NASIONAL PENDIDIKAN SAINS Strategi Pengembangan Pembelajaran dan Penelitian Sains untuk Mengasah Keterampilan Abad 21 (Creativity and Universitas Sebelas Maret Surakarta, 26 Oktober 2017 TINGKAT
Lebih terperinciIDENTIFIKASI PENGETAHUAN METAKOGNISI CALON GURU FISIKA
IDENTIFIKASI PENGETAHUAN METAKOGNISI CALON GURU FISIKA Hera Novia 1.*), Ida Kaniawati 2, Dadi Rusdiana 2 1 Program Pendidikan IPA, Sekolah Pascasarjana Universitas Pendidikan Indonesia 2 Departemen Pendidikan
Lebih terperinciTri Dyah Prastiti FKIP-UT, Jl. Cabe Raya, Pondok Cabe, Pamulang, Kota Tangerang Selatan
PENINGKATAN PEMAHAMAN MODUL PENGANTAR STATISTIKA MELALUI DISKUSI EKSPLORATIF YANG MENEKANKAN PENGETAHUAN METAKOGNITIF PADA MAHASISWA S1 PGSD POKJAR SIDOARJO Tri Dyah Prastiti (tridyahprastiti@ut.ac.id)
Lebih terperinciAKTIVITAS METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GENDER SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO
AKTIVITAS METAKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GENDER SISWA KELAS VII SMP NEGERI 1 NANGGULAN KABUPATEN KULON PROGO Retno Sari 1, Tri Atmojo Kusmayadi 2, Imam Sujadi 3 1,2,3 Prodi
Lebih terperinciPenerapan Strategi Metakognisi pada Cooperative Learning untuk Menyelidiki Pemikiran Siswa dalam Menyelesaikan Permasalahan pada Materi Fluida Dinamis
Penerapan Strategi Metakognisi pada Cooperative Learning untuk Menyelidiki Pemikiran Siswa dalam Menyelesaikan Permasalahan pada Materi Fluida Dinamis Feri Apryandi 1,a), Hera Novia 1,b), dan Dedi Sasmita
Lebih terperinciUNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.2, pp , May 2015
KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA DI KELAS XI SMA NEGERI 1 SUMENEP STUDENT METACOGNITIVE SKILLS THROUGH
Lebih terperinciPENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, DAN PERILAKU METAKOGNISI MAHASISWA
PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS PEMECAHAN MASALAH UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN, KETERAMPILAN, DAN PERILAKU METAKOGNISI MAHASISWA Mariati Purnama Simanjuntak Prodi Pascasarjana Universitas Negeri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan salah satu tempat siswa untuk mendapatkan ilmu mencetak sumber daya manusia yang handal, memiliki kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin menuntut peningkatan sumber daya manusia yang berkualitas dan bermoral. Untuk menciptakan sumber daya manusia
Lebih terperinciPERILAKU METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
ISSN 2442-3041 Math Didactic: Jurnal Pendidikan Matematika Vol. 1, No. 3, September - Desember 2015 STKIP PGRI Banjarmasin PERILAKU METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA Zahra Chairani Dosen
Lebih terperinciBAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang. Kemampuan matematika merupakan kemampuan dalam bidang akademik yang
BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Kemampuan matematika merupakan kemampuan dalam bidang akademik yang sangat penting, tidak hanya di sekolah melainkan juga dalam penerapannya di kehidupan sehari-hari.
Lebih terperinciJurnal Pembelajaran Sains VOLUME 1 NOMOR 1, AGUSTUS 2017
Jurnal Pembelajaran Sains VOLUME 1 NOMOR 1, AGUSTUS 2017 http://journal2.um.ac.id/index.php/ e-issn: 2527-9157 KESADARAN METAKOGNITIF MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI UNIVERSITAS SRIWIJAYA PADA
Lebih terperinciIMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN
IMPLEMENTASI SCAFFOLDING UNTUK MENGATASI KESALAHAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH LINGKARAN Abstrak: Kemampuan pemecahan masalah merupakan hal penting yang harus dilatihkan kepada siswa. Lev Semyonovich
Lebih terperinciELEMEN BERNALAR: IMPLIKASI DAN AKIBAT-AKIBAT PADA INDIKATOR MENGANTISIPASI SERTA MENCARI SOLUSI TERHADAP MASALAH MELALUI METAKOGNISI
Elemen Bernalar: Implikasi Dan Akibat-Akibat... ELEMEN BERNALAR: IMPLIKASI DAN AKIBAT-AKIBAT PADA INDIKATOR MENGANTISIPASI SERTA MENCARI SOLUSI TERHADAP MASALAH MELALUI METAKOGNISI Duwi Nuvitalia Abstrak
Lebih terperinciPENGARUH STRATEGI METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA
Pengaruh Strategi Metakognitif... (Ferida Dwi Prasetyoningrum) 19 PENGARUH STRATEGI METAKOGNITIF TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 6 YOGYAKARTA THE EFFECT OF
Lebih terperinciInfinityJurnal Ilmiah Program Studi Matematika STKIP Siliwangi Bandung, Vol 4, No.2, September 2015
PEMBELAJARAN ICARE (INRODUCTION, CONNECT, APPLY, REFLECT, EXTEND) DALAM TUTORIAL ONLINE UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS MAHASISWA UT Oleh: 1) Yumiati, 2) Endang Wahyuningrum 1,
Lebih terperinciNorma I. M. J. et al., Analisis Pengetahuan Metakognisi Siswa...
1 Analisis Pengetahuan Metakognisi Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Berbasis Polya Pokok Bahasan Perbandingan Kelas VII di SMP Negeri 4 JEMBER (The Analysis Metacognition Knowledge of Student
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan ajar merupakan kebutuhan penting dalam proses belajar mengajar, karena dengan adanya bahan ajar maka dapat terselenggara pembelajaran yang baik. Menurut
Lebih terperinciISSN WAHANA Volume 64, Nomer 1, 1 Juni 2015
PENTINGNYA METKOGNISI DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA DI SMK PEMESINAN Liknin Nugraheni Mahasiswa Pascasarjana, UNESA Surabaya Dosen FKIP, UNIPA Surabaya Email : liknin@yahoo.com ABSTRAK Salah satu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah metakognisi pertama kali dikemukakan oleh Flavell pada tahun 1976. Secara sederhana Flavell mengartikan metakognisi sebagai knowing about knowing, yaitu
Lebih terperinciANALISIS PERTANYAAN GURU DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA
ANALISIS PERTANYAAN GURU DAN PERANANNYA DALAM PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES SAINS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Desak Made Citrawathi 1* (1 * Dosen Jurusan Pendidikan Biologi, FMIPA Universitas Pendidikan
Lebih terperinciUniversitas Muhammadiyah Surakarta 1) 2) Kata Kunci: memantau dan mengevaluasi; merencana; metakognitif
ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH APLIKASI DERET TAK HINGGA Ari Fitria Nurul Ni mah 1), Masduki 2) 1) Mahasiswa Pendidikan Matematika, 2) Dosen Pendidikan Matematika, FKIP Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pemecahan masalah matematis merupakan suatu kemampuan yang harus dimiliki siswa. Pengembangan kemampuan ini menjadi fokus penting dalam pembelajaran matematika
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bangsa. Berdasarkan hal tersebut, negara-negara di dunia berkompetisi dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tingkat pendidikan menjadi salah satu indikator dari kemajuan suatu bangsa. Berdasarkan hal tersebut, negara-negara di dunia berkompetisi dalam meningkatkan
Lebih terperinciJurnal Saintech Vol No.04-Desember 2014 ISSN No
STRATEGI HEURISTIK DALAM PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SEKOLAH Oleh : Drs. Hardi Tambunan, M.Pd *) *) Universitas Quality, Medan Email: tambunhardi@gmail.com Abstract Development of scientific and technology
Lebih terperinciJiniari Apriska Dewi 2, Suratno 3, Iis Nur Asyiah 4
IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN REQUEST (RESUME, QUESTION, INVESTIGATION, SOLUTION AND PRESENTATION) TERHADAP KETERAMPILAN METAKOGNISI SISWA SMP DALAM PEMBELAJARAN IPA Jiniari Apriska Dewi 2, Suratno 3,
Lebih terperinciPendidikan Biologi Volume 4, Nomor 3 September 2012 Halaman 73-80
Pendidikan Biologi Volume 4, Nomor 3 September 2012 Halaman 73-80 PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR RASIONAL SISWA KELAS VIII-F SMP NEGERI 5 SURAKARTA TAHUN
Lebih terperinciJurnal Wacana Pendidikan ISSN:
Edisi 7 th. V, April 2011 1 Jurnal Wacana Pendidikan ISSN: 1978-2802 Edisi 7 th. V, April 2011 2 Jurnal Wacana Pendidikan ISSN: 1978-2802 Edisi 7 th. V, April 2011 3 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERMATEMTIKA
Lebih terperinciTHE PROFILE OF TEACHER QUESTIONS ON MATHEMATICS LESSONS IN IX CLASS STUDENTS WITH VISUAL IMPAIRMENT SMPLB YKAB SURAKARTA. Lampung, Indonesia.
Proceeding of International Conference On Research, Implementation And Education Of Mathematics And Sciences 2014, Yogyakarta State University, 18-20 May 2014 THE PROFILE OF TEACHER QUESTIONS ON MATHEMATICS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semenjak diberlakukannya kurikulum 2013, istilah metakognitif sering muncul 1. Istilah metakognitif sering muncul karena metakognitif membentuk siswa agar ia mengetahui
Lebih terperinciPEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING
PEMAHAMAN MATEMATIS SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA PADA PEMBELAJARAN DENGAN MODEL RECIPROCAL TEACHING P-31 Oleh : Abd. Qohar Dosen Jurusan Matematika F MIPA UM, Mahasiswa S3 Pendidikan Matematika UPI e-mail:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang diajarkan pada setiap jenjang pendidikan di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai dengan Sekolah Menengah Atas
Lebih terperinciISSN: Quagga Volume 9 No.2 Juli 2017
VEE DIAGRAM DIPADU CONCEPT MAP SEBAGAI ALAT KONSEPTUAL UNTUK MENGEMBANGKAN PEMAHAMAN KONSEP MAHASISWA Handayani Program Studi Pendidikan Biologi FKIP Universitas Kuningan handa_yani08@yahoo.co.id ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akhirnya akan dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sejalan dengan hal tersebut Brandt (1993) menyatakan bahwa hampir
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berbagai macam permasalahan yang harus dihadapi oleh dunia pendidikan Indonesia dewasa ini, antara lain adalah masih lemahnya proses pembelajaran yang dilakukan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemakaian Buku Teks (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2010), 50. Pendidikan (Jakarta: Depdikbud, 2013).
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran di kelas biasanya menggunakan fasilitas pendukung seperti buku paket. Menurut Muclish buku paket dapat diartikan sebagai buku yang berisi uraian
Lebih terperinciANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DIMENSI TIGA
ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DIMENSI TIGA PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1. Program Studi Pendidikan Matematika
PENINGKATAN PEMAHAMAN KONSEP DAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN SCIENTIFIC LEARNING (PTK Bagi Siswa Kelas VIIG Semester Gasal SMP Negeri 1 Tawangharjo Tahun Ajaran 2013/2014) NASKAH PUBLIKASI
Lebih terperinciANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI
ANALISIS KEMAMPUAN METAKOGNISI SISWA DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI MELALUI ASSESMEN PEMECAHAN MASALAH DI SMA NEGERI 5 KOTA JAMBI Merry Chrismasta SIMAMORA 1), Jodion SIBURIAN 1), GARDJITO 1) 1) Program Studi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam. mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan matematika merupakan salah satu unsur utama dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hakikatnya matematika berkedudukan sebagai ilmu
Lebih terperinciPROFIL JENIS PERTANYAAN SISWA SMA BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI
PROFIL JENIS PERTANYAAN SISWA SMA BERDASARKAN TAKSONOMI BLOOM REVISI Lissa Universitas Wiralodra e-mail: lissa@unwir.ac.id p-issn: 2338-4387 e-issn: 2580-3247 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
Lebih terperinciEndang Susantini Jurusan Biologi - FMIPA Universitas Negeri Surabaya
EFEKTIVITAS PERANGKAT PEMBELAJARAN BIOLOGI BERBASIS STRATEGI METAKOGNITIF DITINJAU DARI KEMAMPUAN SISWA DAN KATEGORI SEKOLAH Endang Susantini Jurusan Biologi - FMIPA Universitas Negeri Surabaya email:
Lebih terperinciSKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.) Pada Prodi MATEMATIKA OLEH :
PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN SAVI (SOMATIC AUDIO VISUAL INTELEKTUAL) TERHADAP KEMAMPUAN PENGETAHUAN METAKOGNITIF SISWA PADA MATERI PERBANDINGAN SISWA KELAS VII-2 MTsN TANJUNGANOM NGANJUK TAHUN AJARAN 2014/2015
Lebih terperinciIDENTIFIKASI POLA KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMAN 18 SURABAYA
IDENTIFIKASI POLA KARAKTERISTIK DAN LEVEL METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA MATERI KESETIMBANGAN KIMIA KELAS XI SMAN 18 SURABAYA THE IDENTIFICATION OF THE STUDENTS METACOGNITIVE CHARACTERISTIC
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi
8 BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Kemampuan berpikir matematika tingkat tinggi Berpikir menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) yaitu menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan
Lebih terperinci