1.1 LATAR BELAKANG. pendahuluan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "1.1 LATAR BELAKANG. pendahuluan"

Transkripsi

1 I-1 pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN Pada Bab Pertama ini dipaparkan mengenai Latar Belakang, Dasar Hukum Penyusunan, Hubungan Antar Dokumen, Sistematika Penulisan dan Maksud dan Tujuan Penyusunan RPJMD Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun LATAR BELAKANG P embangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Sistem perencanaan pembangunan daerah merupakan bagian penting yang mendukung keberhasilan sistem perencanaan pembangunan nasional. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran, pelaksanaan dan evaluasi. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah sebagai penjabaran dari Pasal 154 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan Daerah mengatur tentang perencanaan pembangunan daerah, baik di tingkat Provinsi maupun Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya dilaksanakan oleh Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. Peraturan dan perundangan di era desentralisasi memperlihatkan komitmen politik pemerintah untuk menata kembali dan meningkatkan sistem, mekanisme, prosedur dan kualitas proses perencanaan dan penganggaran daerah. Ini dilakukan dengan tujuan untuk mewujudkan tata kelola pemerintahan daerah yang lebih baik, demokratis, dan pembangunan daerah berkelanjutan. Dalam peraturan dan perundangan baru penyusunan rencana dikehendaki memadukan pendekatan teknokratis, demokratis, partisipatif, politis, bottom-up dan top down process. Ini bermakna bahwa perencanaan daerah selain diharapkan memenuhi kaidah penyusunan rencana yang sistematis, terpadu, transparan dan akuntabel, konsisten dengan rencana lainnya yang relevan, juga kepemilikan rencana (sense of ownership) menjadi aspek yang perlu diperhatikan. Keterlibatan stakeholders dan legislatif dalam proses pengambilan keputusan perencanaan menjadi sangat penting untuk memastikan rencana yang disusun mendapatkan dukungan optimal bagi implementasinya. Undang Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional menetapkan bahwa daerah kabupaten/kota yang memiliki kepala daerah baru diharuskan memiliki Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan satu dokumen rencana resmi daerah yang dipersyaratkan bagi mengarahkan pembangunan daerah dalam jangka waktu 5 (lima) tahun ke depan dalam masa pimpinan Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah Terpilih. Sebagai suatu dokumen rencana yang penting sudah sepatutnya Pemerintah Daerah, DPRD, dan masyarakat KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

2 I-2 pendahuluan memberikan perhatian penting pada kualitas proses penyusunan dokumen RPJMD, dan tentunya diikuti dengan pemantauan, evaluasi, dan review berkala atas implementasinya. Kabupaten Kotawaringin Barat yang telah melaksanakan Pemilihan Umum Kepala Daerah (PEMILU KADA), maka adalah suatu keharusan bagi Bupati Kotawaringin Barat terpilih untuk menuangkan visi, misi dan program pembangunan yang telah disampaikannya kedalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotawaringin Barat. Penjabaran visi, misi dan program pembangunan Bupati dan Wakil Bupati Kotawaringin Barat terpilih periode merupakan rumusan umum keadaan yang diinginkan pada akhir periode perencanaan sesuai dengan deskripsi visi dan rumusan mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan dalam rangka mewujudkan cita-cita pembangunan daerah dimaksud. Upaya-upaya tersebut berisikan dan berintikan kegiatan-kegiatan yang disusun oleh masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menggunakan prinsip-prinsip SMART yang diterjemahkan kedalam sasaran, tujuan, prediksi alokasi anggaran, indikator dan target yang ingin dicapai dalam pelaksanaan kegiatan dimaksud. 1.2 DASAR HUKUM PENYUSUNAN Landasan hukum penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun mengacu pada sejumlah peraturan perundangan dan pedoman sebagai berikut: E S E N S I RPJMD menekankan tentang pentingnya menerjemahkan secara arif VISI, MISI dan Agenda KEPALA DAERAH TERPILIH kedalam tujuan, sasaran, strategi dan kebijakan pembangunan yang merespon kebutuhan dan aspirasi masyarakat serta kesepakatan tentang tolok ukur kinerja untuk mengukur keberhasilan atau ketidak berhasilan pembangunan daerah dalam 5 tahun kedepan. (1) Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang Pembentukan Daerah Tingkat II di Kalimantan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1953 Nomor 9) Sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1959 Nomor 72, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 1820); (2) Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); (3) Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); (4) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4421); (5) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang- Undang- Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844); KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

3 I-3 pendahuluan (6) Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); (7) Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725); (8) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5243); (9) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 1988 tentang Koordinasi Kegiatan Instansi Vertikal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1988 Nomor 10, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3373); (10) Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4578); (11) Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 165, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4593); (12) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4614); (13) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663); (14) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737); (15) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Uang Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4738); (16) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741); (17) Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4815); (18) Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 20, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4816); (19) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tata Cara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4817); KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

4 I-4 pendahuluan (20) Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833); (21) Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pelaksanaan Tugas dan Wewenang serta Kedudukan Keuangan Gubernur sebagai Wakil Pemerintah di Wilayah Provinsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5107); (22) Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun ; (23) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; (24) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 517); (25) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 694); (26) Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 4 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2010 Nomor 4 Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 34); (27) Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 1 Tahun 2011 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun (Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Tahun 2011 Nomor 1 Tambahan Lembaran Daerah Provinsi Kalimantan Tengah Nomor 40); (28) Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 10 Tahun 2006 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2006 Nomor 10); (29) Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 32 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2007 Nomor 32); (30) Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 14 Tahun 2008 tentang Urusan Pemerintahan Daerah Yang Menjadi Kewenangan Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 14); (31) Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 18 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 18, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, Nomor 3); (32) Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 19 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Inspektorat, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Lembaga Teknis Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2008 Nomor 19, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, Nomor 4); KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

5 I-5 pendahuluan (33) Peraturan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Nomor 5 Tahun 2009 tentang Tata Cara Penyusunan Perencanaan Pembangunan Daerah dan Pelaksanaan Musyawarah Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat (Lembaran Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2009, Nomor 5); (34) Peraturan Bupati Kotawaringin Barat Nomor 24 Tahun 2008 tentang Tugas Pokok dan Fungsi Bappeda Kabupaten Kotawaringin Barat (Berita daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2009, Nomor 24)... Tenta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 mengatur tentang peranan dan tanggung jawab Bappeda untuk menyiapkan RPJMD, keterkaitan visi dan misi Kepala Daerah Terpilih dengan RPJMD, pokok-pokok isi dokumen RPJMD, waktu pelaksanaan Musrenbang RPJMD dan penyampaian RPJMD; status hukum RPJMD. P R I N S I P Sejalan dengan Undang- Undang 25 Tahun 2004 maka penyusunan RPJMD perlu memenuhi prinsip-prinsip sebagai berikut: Strategis Demokratis dan Partisipatif Politis Perencanaan Bottom- Up Perencanaan Top- Down Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 walaupun tidak mengatur secara eksplisit tentang RPJMD, namun mengatur tentang peranan dan kedudukan RKPD yang merupakan penjabaran RPJMD dalam kaitannya dengan perumusan Kebijakan Umum Anggaran (KUA), Renja SKPD, RKA SKPD, dan RAPBD. Undang- Undang ini menekankan tentang penganggaran berbasis prestasi (performance budgeting). Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 mengatur tentang fungsi RPJMD untuk menjabarkan visi, misi, dan program Kepala Daerah; perlunya konsistensi dan keselarasan dengan RPJPD dan RPJM Nasional; pokok-pokok kandungan RPJMD memuat arah kebijakan keuangan daerah, selain strategi, kebijakan umum pembangunan daerah, program lintas SKPD, dan lintas kewilayahan; RKPD merupakan penjabaran RPJMD serta; status hukum RPJMD sebagai Peraturan Daerah. Undang-Undang No 33 Tahun 2004 seperti halnya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tidak mengatur secara langsung RPJMD, namun mengatur tentang peranan dan kedudukan RKPD, Renja SKPD, RKA SKPD, dan APBD yang merupakan penjabaran RPJMD. Undang-Undang ini menekankan tentang perlunya penyusunan Renja dan RKA SKPD berbasis penganggaran kinerja. Ini menunjukkan tentang perlunya RPJMD juga menggambarkan target capaian kinerja pembangunan daerah sehingga mudah untuk ditransformasikan ke dalam rencana tahunan (RKPD). Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 menekankan tentang RPJMD sebagai dasar dalam penyusunan Rancangan APBD, RKPD, Renja SKPD dan RKA SKPD sebagai penerjemahan RPJMD. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 menekankan tentang perlunya RPJMD mencakup target pencapaian Standar Pelayanan Minimal dalam jangka menengah dan kemudian dituangkan dalam RKPD untuk target pencapaian SPM Tahunan. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang merupakan penjabaran Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 telah mengatur secara rinci mekanisme, proses, dan prosedur penyusunan penganggaran tahunan daerah, termasuk di dalamnya RKPD, KUA, PPAS, RKA-SKPD, RAPBD, dan APBD. Mengingat RPJMD dijadikan dasar bagi penyusunan RAPBD, maka dokumen RPJMD perlu sedemikian rupa sehingga mudah diterjemahkan ke dalam rencana dan penganggaran tahunan daerah yang diatur dalam PERMENDAGRI Nomor 13 Tahun Ini bermakna bahwa RPJMD perlu mencerminkan kerangka penganggaran yang diatur dalam PERMENDAGRI tersebut. Untuk KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

6 I-6 pendahuluan itu, RPJMD perlu menggunakan kerangka fungsi, urusan wajib, dan urusan pilihan pemerintahan daerah dalam menganalisis isu strategis, merumuskan strategi, kebijakan dan menetapkan prioritas programnya, setiap program perlu mempunyai tolok ukur dan target kinerja capaian program yang jelas. 1.3 HUBUNGAN ANTAR DOKUMEN Hubungan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya adalah bahwa secara hakiki dalam rangka pengendalian evaluasi data informasi mendapat dukungan dari tiga aspek yang saling berkaitan, yaitu: (1) Aspek produk perencanaan (2) Aspek Operasional Koordinasi antar pelaku pembangunan. Partisipasi masyarakat (stakeholders) dalam proses penyusunan perencanaan pembangunan. Konsistensi antara rencana versus anggaran. Efisiensi dan efektifitas alokasi sumber daya. (3) Aspek Kelembagaan Perencanaan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotawaringin Barat mempunyai kedudukan sebagai kerangka dasar pengelolaan manajerial kepala daerah dalam pelaksanaan pembangunan daerah untuk periode lima (5) tahun ke depan, yang merupakan penjabaran kehendak masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat yang diwujudkan dalam Visi dan Misi Kepala Daerah dengan tetap memperhatikan arahan, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Provinsi (RPJM-Prov) Kalimantan Tengah dan RPJPD Kabupaten Kotawaringin Barat. RPJMD berfungsi sebagai arah serta pedoman dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengelolaan pembangunan, dan pelayanan kepada masyarakat, bagi Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, pelaku bisnis dan sektor swasta serta seluruh komponen masyarakat guna mewujudkan keserasian pembangunan, pertumbuhan dan kemajuan wilayah di segala bidang. Selain itu, RPJMD berfungsi sebagai tolok ukur penilaian kinerja Kepala Daerah di setiap akhir tahun anggaran dan juga pada akhir masa jabatan. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

7 I-7 pendahuluan Gambar 1.1 Kedudukan RPJMD Dengan Dokumen Perencanaan Lainnya 1.4 SISTEMATIKA PENULISAN Sistematika RPJMD Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun mengacu pada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 54 Tahun 2011 tentang Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2008 Tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dengan susunan sebagai berikut : BAB I BAB II BAB III BAB IV BAB V Pendahuluan Bab ini berisi tentang latar belakang, landasan hukum, maksud dan tujuan kedudukan RPJMD dengan dokumen perencanaan lainnya dan sistematika penulisan. Gambaran Umum Kondisi Daerah Bab ini menguraikan tentang kondisi geografis daerah dan data terkait dengan indikator kunci kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, meliputi aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah. Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah serta Kerangka Pendanaan Bab ini memuat penjelasan tentang realisasi dan proyeksi pengelolaan keuangan daerah dan mengulas aspek kemampuan pendanaan program jangka menengah yang akan disusun untuk mencapai visi, misi dan program kepala daerah terpilih. Cakupan pembahasan meliputi: pendapatan daerah, belanja daerah, pembiayaan daerah, neraca daerah dan kebijakan pengelolaan keuangan daerah. Analisis Isu-Isu Strategis Bab ini memuat telaah terhadap kondisi, situasi, rumusan isu dan permasalahan strategis dalam penyelenggaraan fungsi-fungsi pemerintahan daerah secara menyeluruh. Visi, Misi, Tujuan dan Sasaran KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

8 I-8 pendahuluan Mengemukakan secara jelas tentang visi, misi dan agenda (program) Kepala Daerah Terpilih. BAB VI BAB VII BAB VIII BAB IX Bab X Strategi dan Arah Kebijakan Berdasarkan visi, misi dan agenda Kepala Daerah Terpilih dirumuskan tujuan (SMART), strategi pencapaian tujuan dan kebijakan yang akan ditempuh untuk masing-masing strategi pembangunan daerah. Kebijakan Umum dan Program Pembangunan Daerah Bab ini menjelaskan mengenai Program pembangunan (baik SKPD, lintas SKPD maupun Lintas Kewilayahan) dan Program Pengembangan Kelembagaan dan Legislasi Daerah. Untuk masing-masing program dicantumkan nama program, tolok ukur dan target kinerja capaian program dan pagu indikatif. Penetapan Indikator Kinerja Daerah Bab ini memuat penjelasan indikator kinerja pembangunan daerah baik untuk pengukuran tahunan maupun lima tahunan. Pedoman Transisi dan Kaidah Pelaksanaan Bab ini mengemukakan mengenai program dan kegiatan pendukung yang diperlukan untuk dapat mengimplementasikan RPJMD secara efektif. Bagian-bagian yang tercantum dalam bab ini adalah: Konsistensi penyusunan Renstra SKPD, RKPD dan Renja SKPD dengan RPJMD; Pemantauan dan evaluasi kinerja; Penguatan kemampuan dan kapasitas DPRD untuk memantau dan mengevaluasi RPJMD; dan Penguatan kemampuan dan kapasitas Non-Government Stakeholders untuk memantau dan mengevaluasi implementasi RPJMD. Penutup Bab ini memuat kata-kata penutup dan penekanan kembali sejumlah materi inti yang telah dijabarkan dalam bab-bab sebelumnya. 1.5 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Maksud penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun adalah: 1) Merupakan arah pembangunan yang ingin dicapai Kabupaten Kotawaringin Barat dalam kurun waktu masa bakti Kepala Daerah terpilih periode yang disusun berdasarkan visi, misi dan program Kepala Daerah. 2) Program dan kegiatan yang direncanakan sesuai dengan urusan pemerintah yang menjadi batas kewenangan daerah dengan mempertimbangkan kemampuan dan kapasitas keuangan daerah. 3) Dapat mengantisipasi kebutuhan pembangunan daerah dalam jangka lima tahunan Tujuan Adapun tujuan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun adalah: 1) Tersusunnya Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

9 I-9 pendahuluan 2) Penetapan Peraturan Daerah tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun ) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun menjadi pedoman bagi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) menyusun Renstra-SKPD. 4) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun akan digunakan dalam penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah. 5) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun sebagai dasar evaluasi dan laporan pelaksanaan atas kinerja lima tahunan dan tahunan pemerintah daerah. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

10 II-1 Gambaran umum kondisi daerah BAB 2 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH Pada Bab Kedua ini dipaparkan mengenai kondisi geografi dan demografi daerah dan data terkait dengan indikator kunci kinerja penyelenggaraan pemerintahan daerah, meliputi aspek kesejahteraan masyarakat, aspek pelayanan umum dan aspek daya saing daerah ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI Secara rinci analisis geografi daerah Kabupaten Kotawaringin Barat dapat dilakukan antara lain terhadap : Karakteristik Lokasi dan Wilayah a. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Kalimantan Tengah yang terletak di bagian barat dan memiliki Daerah Aliran Sungai Arut, Sungai Kumai dan Sungai Lamandau, dengan ibukota kabupaten di Pangkalan Bun. Luas Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat tercatat Km 2 atau sekitar 6,2% dari luas wilayah Provinsi Kalimantan Tengah. Kabupaten Kotawaringin Barat terdiri dari 6 (enam) Kecamatan, yaitu Kecamatan Arut Selatan, Kecamatan Kumai, Kecamatan Kotawaringin Lama, Kecamatan Arut Utara, Kecamatan Pangkalan Banteng dan Kecamatan Pangkalan Lada. Dua kecamatan terakhir adalah hasil pemekaran dari Kecamatan Kumai. (Tabel 2.1) Tabel 2.1 Luas Kabupaten Kotawaringin Barat Menurut Kecamatan Kecamatan Luas (KM 2 ) Persentase Terhadap Luas Kabupaten 1. Kotawaringin Lama ,32 2. Arut Selatan ,31 3. Kumai ,15 4. Pangkalan Banteng ,14 5. Pangkalan Lada 229 2,13 6. Arut Utara ,96 Jumlah ,00 Sumber : Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka Tahun 2010 Secara administratif letak geografis Kabupaten Kotawaringin Barat berbatasan dengan: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Lamandau Sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Jawa Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Seruyan Sebelah Barat berbatasan dengan Kabupaten Sukamara KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

11 II-2 Gambaran umum kondisi daerah Gambar 2.1 Wilayah Administratif Kabupaten Kotawaringin Barat (Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Kotawaringin Barat) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

12 II-3 Gambaran umum kondisi daerah b. Letak dan Kondisi Geografis Secara geografis berdasarkan Peta RTRWK tahun 2003 letak Kabupaten Kotawaringin Barat berada pada posisi Lintang Selatan, dan Bujur Timur. Namun berdasarkan peta rekomendasi RTRWK tahun 2009 berada pada posisi adalah Lintang Selatan, Bujur Timur. c. Kondisi Topografi Keadaan topografis Kabupaten Kotawaringin Barat dapat digolongkan menjadi 4 (empat) bagian, yaitu dataran, daerah datar berombak, daerah berombak berbukit dan daerah berbukit-bukit yang terdiri dari: 1. Sebelah utara adalah pegunungan dan macam tanah latosol tahan terhadap erosi; 2. Bagian tengah terdiri dari tanah podsolik merah kuning juga tahan terhadap erosi; 3. Sebelah selatan terdiri dari danau dan rawa alluvial/organosol banyak mengandung air. Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat di sekitar aliran Sungai Kumai, Arut, dan Lamandau, mudah tergenang, berawa-rawa dan merupakan daerah endapan serta bersifat organik dan asam. Ketinggian merupakan faktor yang penting dalam penyebaran kegiatan budidaya terutama pertanian, sehingga ketinggian merupakan faktor yang perlu diperhatikan didalam pembangunan pertanian dalam arti luas. Ketinggian tempat dari permukaan air laut berpengaruh terhadap suhu udara, yaitu setiap naik 100 m suhu akan turun rata - rata 0,6:, sehingga makin tinggi suatu tempat akan menyebabkan daerah tersebut mempunyai suhu lebih rendah. Dilihat dari kesesuaian penggunaan lahan berdasarkan kemiringan lahan, mayoritas lahan di daerah ini dapat diarahkan penggunannya untuk budidaya petanian, jika faktor lain mendukung. Lahan ini adalah lahan yang mempunyai kemiringan <40%. Lahan yang mempunyai kemiringan > 40% termasuk peka terhadap erosi. Kelerengan di atas 40 penyebarannya terkonsentrasi di bagian utara, dimana ketinggian wilayahnya di atas 500 meter di atas permukaan laut. Tipe kelas lereng ini hanya terdapat di wilayah Kecamatan Arut Utara. Tabel 2.2 Klasifikasi Lereng Kabupaten Kotawaringin Barat No. Kecamatan Luas (Ha) 0 2 % 2 15 % % > 40 % Jumlah 1 Kotawaringin Lama , , , ,89 2 Arut Selatan , , , ,86 3 Kumai , , ,44 4 Pangkalan Banteng , , ,58 5 Pangkalan Lada 7.189, , ,74 6 Arut Utara , , , ,98 Jumlah , , , , ,49 % 46,85 29,65 16,15 7, Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Kotawaringin Barat d. Geologi Jenis tanah di daerah selatan berbeda jenis tanah yang terdapat di daerah utara. Jenis tanah yang terbentuk erat hubungannya dengan bahan induk (geologi), iklim dan keadaan medannya. Secara garis besar, jenis tanah yang terdapat di kabupaten Kotawaringin Barat adalah sebagai berikut : Podsolik Merah Kuning, Tanah podsolik merah kuning merupakan jenis tanah yang sering dijumpai terletak menyebar di tengah sampai hulu sungai kecamatan Arut Utara, sedikit Arut KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

13 II-4 Gambaran umum kondisi daerah Selatan dan kecamatan Kumai. Tanah podsolik telah mengalami perkembangan lebih lanjut, bersolum dalam, terbentuk dari bahan induk batu liat, dengan bentuk wilayah berombak sampai agak berbukit. Warna tanah podsolik ini adalah warna merah kuning dengan tekstur halus sampai kasar, dan memiliki drainase baik dengan reaksi tanah masam. Kompleks Podsolik (Podsolik Merah Kuning-Podsol), Tanah regosol podsol merupakan jenis tanah terletak menyebar di tengah kecamatan Kumai, Arut Selatan dan sedikit Kotawaringin Lama. Tanah podsolik telah mengalami perkembangan lebih lanjut, bersolum dalam, terbentuk dari bahan induk batu liat, dengan bentuk wilayah berombak sampai agak berbukit. Warna tanah podsol ini adalah warna coklat dengan tekstur halus sampai kasar, dan memiliki drainase baik dengan reaksi tanah masam. Kompleks Regosol (Podsol), dijumpai menyebar di bagian Timur Kecamatan Kumai, tanah ini bersolum dalam terbentuk dari bahan induk endapan pasir yang didominasi mineral kwarsa. Bentuk wilayahnya datar sampai berombak, dengan warna tanah coklat sampai kelabu muda, tekstur kasar, drainase baik dan reaksi tanah masam. Aluvial, jenis tanah ini terbentuk hasil endapan, banyak terdapat di sekitar daerah aliran sungai Lamandau, Arut, dan Kumai serta di daerah pantai sampai ke bagian tengah kecamatan Kumai. Tanah tersebut relatif lebih subur jika dibandingkan dengan tanah-tanah yang mengalami perkembangan lanjut. Organosol, tanah ini terbentuk dari bahan organik yang tertimbun di tempat tersebut, menyebar di kecamatan Kumai dan sedikit di kecamatan Kotawaringin Lama dan Arut Selatan. Warna tanah ini hitam bersifat asam. Oksisol (Lateritik), Jenis tanah oksilik (lateritik) terdapat bagian atas (hulu) kecamatan Arut Utara. Keadaan medan bergelombang, berbukit, dan bergunung dengan solum tanahnya dalam. Tanah jenis ini memiliki tekstur halus, berdrainase baik, hanya saja daerah ini curah hujan sangat tinggi. Warna tanah oksilik adalah kuning kemerahan dan termasuk jenis tanah yang telah lanjut mengalami perkembangan pelapukan. Sedangkan susunan geologi yang terdapat di Kabupaten Kotawaringin Barat tersusun atas 10 formasi, yaitu : 1. Batuan Terobosan Sintang; 2. Granit Mandahan; 3. Granit Sukadana; 4. Batuan GA Berapi; 5. Tonalik Sepauk; 6. Formasi Dahor; 7. Endapan Rawa; 8. Batuan Gunung api; 9. Alluvium; dan 10. Formasi Laut. Rincian mengenai susunan geologi di Kabupaten Kotawaringin Barat dapat dilihat pada Tabel 2.3 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

14 II-5 Gambaran umum kondisi daerah No. Jenis Formasi Tabel 2.3 Formasi Geologi Di Kabupaten Kotawaringin Barat Kecamatan Ktw. Lama Arut Selatan Kumai* Arut Utara Pangkalan Banteng Pangkalan Lada Jumlah Persentase (%) 1. Batuan Terobosan , ,22 0,01 Sintang 2. Granit Mandahan 265, , ,27 0,16 3. Granit Sukadana , ,66 9,71 4. Batuan GA Berapi , , ,40 1,41 5. Tonalit Sepauk , ,37 5,40 6. Formasi Dahor , , , , , , ,25 25,61 7. Endapan Rawa , , , , , ,50 38,56 8. Batuan Gunung api , ,87 792, ,35 18,11 9. Alluvium 0 129, , ,34 0, Formasi Laut , ,15 0,23 JUMLAH , , , , , , ,50 100,00 Sumber : Diolah dari Peta Geologi Kalimantan Tengah, Tahun 2004 * Luas lebih kecil, karena sebagian data tidak ada di Kawasan Taman Nasional Tanjung Puting Berdasarkan Tabel 2.3 di atas terlihat bahwa formasi geologi terbanyak yang terdapat di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah formasi endapan rawa dan formasi Dahor masing-masing seluas ,50 Ha dan ,25 Ha. Untuk lebih jelasnya mengenai persebaran susunan geologi yang terdapat di Kabupaten Kotawaringin Barat, lihat Gambar 2.2. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

15 II-6 Gambaran umum kondisi daerah Gambar 2.2 Peta Geologi Wilayah Kab. Kotawaringin Barat KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

16 II-7 Gambaran umum kondisi daerah e. Hidrologi Di daerah Kalimantan pada umumnya sungai sangat berperan penting di dalam kehidupan masyarakat selain tempat untuk mencari nafkah juga berperan sebagai prasarana dan sarana transportasi. Demikian pula di daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, sungai berperan sebagai prasarana dan sarana transportasi yang digunakan oleh masyarakat di dalam melakukan aktivitasnya. Tabel 2.4 Nama-Nama Sungai di Kotawaringin Barat Menurut Panjang yang Dapat Dilayari dan Rata-Rata Kedalaman No Nama Sungai Sungai Kumai Sungai Arut Sungai Lamandau Panjang (Km) 175,00 250,00 300,00 Dapat Dilayari (Km) 100,00 190,00 250,00 Sumber: Kabupaten Kotawaringin Barat Dalam Angka Tahun 2010 Rata-Rata Kedalaman (M) 6,00 4,00 6,00 Lebar (M) 300,00 100,00 200,00 f. Klimatologi Kabupaten Kotawaringin Barat terletak pada daerah beriklim panas dan lembab. Hal ini disebabkan karena secara geografis, masih terletak di sekitar khatulistiwa dan bercurah hujan tinggi. Suhu maksimum berkisar 30,7 C 32,8 C dan suhu minimum antara 21,8 C - 23,5 C. Rata-rata kecepatan angin dalam 10 tahun terakhir berkisar antara 4-6 knot. Kecepatan angin tertinggi terjadi pada bulan Agustus dan September. Jumlah hari hujan 202 hari. Curah hujan di Kabupaten Kotawaringin Barat mulai dari wilayah Selatan hingga ke pedalaman yang menjadi semakin meningkat. Jumlah curah hujan mm/tahun dalam 10 tahun terakhir. Rincian kondisi suhu udara, kecepatan angin dan banyaknya curah hujan disajikan pada Tabel 2.5, Tabel 2.6 dan Tabel 2.7. Tabel 2.5 Suhu Udara Rata-Rata Maksimum/Minimum dan Kelembaban Udara Di Stasiun Meteorologi Pangkalan Bun Suhu Udara ( 0 C) Kelembaban Udara (%) No. Bulan Maks Min Maks Min Januari 32,4 22,0 31,6 23, Februari 32,4 23,4 32,4 23, Maret 31,6 22,9 31,9 23, April 32,6 22,8 32,4 23, Mei 32,3 22,9 32,7 23, Juni 31,5 22,8 32,5 23, Juli 30,7 22,7 31,4 21, Agustus 31,1 22,7 32,1 22, September 31,9 23,1 33,4 22, Oktober 31,7 23,2 32,8 22, Nopember 32,4 23,5 32,1 23, Desember 30,7 23,2 31,9 23, Sumber : Kotawaringin Barat Dalam Angka, Tahun 2010 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

17 II-8 Gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.6 Kecepatan Angin Rata-Rata di Stasiun Meteorologi Pangkalan Bun (Knot) No. Bulan Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober Nopember Desember Sumber : Kotawaringin Barat Dalam Angka 2009 Tabel 2.7 Banyaknya Curah Hujan Di Kabupaten Kotawaringin Barat (mm) No. Bulan Curah Hujan 1. Januari 135,8 2. Februari 131,8 3. Maret 372,2 4. April 310,1 5. Mei 110,2 6. Juni 65,8 7. Juli 219,0 8. Agustus 94,5 9. September 15,6 10. Oktober 222,5 11. Nopember 238,1 12. Desember 407,4 Tahun , , , , , , , , ,4 Sumber : Kotawaringin Barat Dalam Angka 2009 g. Penggunaan Lahan 1. RENCANA POLA RUANG KAWASAN LINDUNG Kedudukan kawasan lindung sangat penting dalam mendukung pembangunan yang berkelanjutan. Tersedianya kawasan lindung untuk melindungi tanah dan air pada daerah hulu, perlindungan sempadan sungai, pantai dan ekosistem serta perlindungan keanekaragaman sumberdaya hayati. Kawasan lindung adalah suatu kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk melindungi kelestarian lingkungan hidup yang mencakup sumber daya alam, sumber daya buatan yang mempunyai nilai sejarah/budaya bangsa. Selain itu kawasan ini juga mempunyai fungsi terhadap perlindungan hidrologis, perlindungan sumberdaya di darat maupun di laut. Pengelolaan kawasan lindung adalah upaya penetapan, pelestarian dan pengendalian pemanfaatan kawasan lindung. Pemantapan kawasan lindung dilakukan dengan memperhatikan hal-hal sebagai berikut: KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

18 II-9 Gambaran umum kondisi daerah Kawasan lindung ditetapkan oleh pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku tetap dipertahankan; Penggunaan lahan yang telah ada pada kawasan lindung seperti permukiman, sawah, tegalan, dan perkebunan dalam kawasan lindung ini dimungkinkan sepanjang masih menjamin fungsi hidrologis; Penggunaan lahan yang tidak menjamin fungsi hidrologis secara bertahap diubah menjadi hutan lindung sesuai dengan kondisi setempat dan kemapuan pemerintah; Perubahan penggunaan lahan dalam kawasan lindung yang tidak bisa menjamin fungsi hidrologis dilarang, kecuali suatu jenis penggunaan yang karena sifatnya dapat dialihkan ke tempat lain. Pengelolaan kawasan lindung secara umum ditujukan untuk mencegah kemungkinan timbulnya berbagai kerusakan fungsi lingkungan hidup terintegrasi antara kepentingan pemanfaatan sumber daya alam secara optimal dengan pelestariannya. Dalam konteks ini diharapkan bahwa penempatan ruang dalam rangka pengembangan wilayah diserasikan dengan kemampuan dan daya dukung wilayahnya. Kawasan lindung berfungsi utama melindungi kelestarian sumber daya alam, sumber daya buatan, serta nilai budaya dan sejarah bangsa. Di dalam kawasan ini tidak diperkenankan adanya kegiatan budidaya yang dapat mengurangi atau merusak fungsi lindungnya. Kriteria yang dipergunakan untuk menentukan kawasan lindung ini didasarkan pada Keppres Nomor 32 Tahun Berdasarkan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007, Pasal 5 ayat 2, yang termasuk dalam kawasan lindung adalah: a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, antara lain, kawasan hutan lindung, kawasan bergambut, dan kawasan resapan air; b. Kawasan perlindungan setempat, antara lain, sempadan pantai, sempadan sungai, dan kawasan sekitar danau/waduk; c. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya, antara lain, kawasan suaka alam, kawasan pelestarian alam, serta kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan; d. Kawasan rawan bencana alam, antara lain, kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan tanah longsor, kawasan rawan gelombang pasang, dan kawasan rawan banjir; e. Kawasan lindung lainnya, misalnya taman buru, cagar biosfer, kawasan perlindungan plasma nutfah, kawasan pengungsian satwa, dan terumbu karang; f. Kawasan lindung geologi antara lain kawasan sekitar mata air. Lahan yang difungsikan sebagai kawasan lindung memiliki kriteria kondisi lahan sebagai berikut: a. Kawasan Hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 1000 sampai 2000 meter atau lebih; b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40 % atau lebih; c. Kawasan sempadan sungai dengan radius meter; d. Kawasan di sekitar danau / mata air dengan radius 150 meter dari danau / mata air. Untuk daerah yang mengalami perubahan guna lahan dari kawasan lindung menjadi tegalan maka arahan pengembangannya berupa pengembalian fungsi kawasan tersebut kepada fungsi semula. Rencana kegiatan terhadap kawasan lindung adalah sebagai berikut: a. Pengendalian kegiatan budidaya yang telah ada secara ketat dan secara berangsur-angsur dilakukan relokasi keluar kawasan ini dengan tetap memperhatikan kondisi sosial ekonomi penduduk yang terkena kebijakan tersebut. b. Pengembalian fungsi hidro-orologi kawasan hutan yang telah mengalami kerusakan, salah satunya dengan cara reboisasi. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

19 II-10 Gambaran umum kondisi daerah c. Pencegahan dilakukannya kegiatan budidaya baru, kecuali kegiatan yang tidak mengganggu fungsi lindung. Adapun beberapa kriteria dalam penentuan Kawasan Lindung berdasarkan karakteristik fisik dasar, sebagai berikut : a. Topografi : Untuk melihat sisi kelerengan/ketinggian lahan. b. Jenis tanah : Menyangkut masalah kepekaan tanah terhadap erosi atau bahaya tanah longsor. c. Iklim/curah hujan : Identifikasi curah hujan, sehingga diketahui kapasitas hujan. Topografi merupakan kelerengan yang dinyatakan dalam prosentase kemiringan dan dilihat berdasar sudut kemiringan yang menjadi kriteria kawasan lindung. Adapun kriteria kawasan lindung berdasarkan ketentuan Direktorat Tata Guna Tanah Departemen Dalam Negeri adalah : a. Kelerengan 0-8% atau kelerengan tingkat I, lahan dengan kemiringan lereng ini dapat digunakan secara intensif dengan pengelolaan yang kecil; b. Kelerengan 8-15% atau kelerengan tingka II (landai), pada lahan tersebut dapat digunakan sebagai kegiatan permukiman dan pertanian tapi harus memperhatikan proses pengelolaan tanah dan konstruksi untuk menghindari terjadinya bahaya erosi; c. Kelerengan 15-25% atau kelerengan tingkat III (agak curam), kemungkinan terjadinya erosi lebih besar dibandingkan dengan kelerengan sebelumnya; d. Kelerengan 25-45% atau kelerengan tingkat IV (curam), jika pertumbuhan atau perkembangan tanaman keras dipermukaan tanah kurang, maka akan mudah terjadi erosi/tanah longsor; e. Kelerengan 45% atau kelerengan tingkat V (sangat curam), kelerengan tersebut sangat peka terhadap erosi, sehingga kegiatan yang harus diprioritaskan adalah kawasan lindung/rawan bencana. Tabel 2.8 Nilai Bobot Kelerengan Kelas Jenis Tanah Nilai Bobot I 0% - 8% (datar) 20 II 8% - 15% (landai) 40 III 15% - 25% (curam) 60 IV 25% - 45% (agak curam) 80 V > 45% (sangat curam) 100 Sumber : Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/1980 Selain itu, tanah merupakan salah satu unsur penting dalam kehidupan dan tanah terbagi dalam beberapa golongan berdasarkan tingkat kepekaan terhadap erosi. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/II/1980, tentang kriteria cara penatapan hutan lindung, dimana bentuk klasifikasi ini berdasarkan kepekaan tanah terhadap erosi sebagai berikut : Tabel 2.9 Tingkat Kepekaan Jenis Tanah Kelas Jenis Tanah Tingkat Kepekaan Nilai I Aluvial, Tanah Glei, Planosal, Hidromorf Tidak peka 15 Kelabu, Latorik Air Tanah II Latosol Kurang peka 30 III Brown forest soil, Noncolcic brown, Agak peka 45 Mediteran IV Andosol, Loterik, Gromosol, Potsol, Peka 60 Padsolik V Regosol, Litosol, Orgosol, Rezina Sangat peka 75 Sumber : Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/1980 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

20 II-11 Gambaran umum kondisi daerah Kriteria ketiga adalah berdasarkan pada jenis iklim. Bagi daerah iklim basah, komponen iklim sangat berpengaruh terhadap kerusakan tanah adalah curah hujan, yang menyebabkan pengikisan dan pengangkatan tanah (erosi) maupun pencucian unsur-unsur hara (top soil) yang diperlukan tanaman. Tabel 2.10 Intensitas Hujan Harian Rata-rata Kelas Intensitas Hujan Klasifikasi Nilai Bobot I < 13,6 mm/hari Sangat rendah 10 II 13,6 20,7 mm/hari Rendah 20 III 20,7 27,77 mm/hari Sedang 30 IV 27,7 34,8 mm/hari Tinggi 40 V > 34,8 mm/hari Sangat Tinggi 50 Sumber : Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 837/KPTS/UM/1980 Dari beberapa kriteria tersebut untuk kemudian dijumlahkan nilai bobotnya untuk digolongkan menjadi 4 (empat) kriteria, yaitu : a. < 75, kawasan budidaya tanaman semusim/permukiman. b , kawasan budidaya tanaman tahunan. c , kawasan penyangga d. > 175, kawasan lindung. a) Kawasan Yang Memberikan Perlindungan Bawahannya Kawasan yang memberikan perlindungan bagi kawasan dibawahnya (hutan lindung). Perlindungan terhadap kawasan hutan lindung dilakukan untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah, air tanah dan air permukaan. Kawasan hutan lindung yang mempunyai skor lereng, jenis tanah, curah hujan > 175 ; kemiringan > 40 % dan ketinggian > 500 m dpl. Kawasan yang memberikan perlindungan dibawahnya, terdiri dari : 1) Hutan Lindung Tujuan ditetapkan hutan lindung adalah mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah dan air permukaan. Berdasarkan hasil uji konsistensi dengan RTRWP Kalteng Tahun 2009, maka hingga akhir tahun perencanan 2029, hutan lindung di Kabupaten Kotawaringin Barat seluas hektar di Kecamatan Arut Utara dan sebagian kecil di Pulau Samudera Desa Tanjung Putri Kecamatan Arut Selatan seluas 240 hektar. 2) Kawasan Bergambut dan Resapan Air Kawasan Bergambut Kawasan gambut yang perlu dilindungi adalah kawasan yang mempunyai kedalaman > 3m pada hulu sungai dan rawa, yang berfungsi untuk melindungi hidrologi wilayah. Tanah gambut mempunyai ekosistem hutan gambut dan gambut mempunyai kemampuan yang besar untuk menyimpan air (dari alam). Kawasan bergambut berada diantara Sungai Arut dan Sungai Lamandau Kecamatan Arut Selatan dan Kecamatan Kotawaringin Lama seluas kurang lebih hektar. Kawasan Resapan Air Kawasan resapan air di Kabupaten kotawaringin Barat seluas 28,991 hektar yang berada di Kecamatan Arut Selatan seluas 491 hektar, Kecamatan Kumai seluas 5000 hektar, Kecamatan Pangkalan Lada seluas 6000 hektar, Kecamatan Pangkalan Banteng seluas KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

21 II-12 Gambaran umum kondisi daerah 4500 hektar, Kecamatan Arut Utara seluas 8000 hektar dan Kecamatan Kotawaringin Lama seluas 5000 hektar. b) Kawasan Perlindungan Setempat 1) Kawasan Sempadan Pantai Peruntukkan fungsional kawasan sempadan pantai dimaksudkan dalam upaya melindungi wilayah pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai dengan batas minimal meter dari titik pasang tertinggi kearah darat yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi pantai serta dimaksudkan untuk mengamankan kerusakan lingkungan akibat gerusan, abrasi dan intrusi air laut. Kebijaksanaan pemanfaatan kawasan yang ditempuh antara lain: Mencegah segala bentuk kawasan kegiatan budidaya disepanjang pantai yang dapat mengganggu kelestarian fungsi pantai. Mengendalikan kegiatan yang telah ada Mengembalikan fungsi lindung pantai yang telah mengalami kerusakan. Kawasan sempadan pantai ini membentang di bagian selatan wilayah pesisir Kabupaten Kotawaringin Barat, mulai dari Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) di Kecamatan Kumai sampai wilayah pesisir selatan Kecamatan Arut Selatan. Panjang pantai ini kurang lebih 156 Km, sehingga luas lahan perlindungan sempadan pantai adalah hektar. 2) Kawasan Sempadan Sungai Sempadan sungai perlu dilindungi dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai. Sungai-sungai di Kabupaten Kotawaringin Barat yang perlu dilindungi adalah sungai-sungai besar seperti Sungai Kumai, Sungai Arut dan Sungai Lamandau. Perlindungannya sekurang-kurangnya 100 meter dari kiri dan kanan sungai dan 50 meter bagi anak sungai diluar permukiman serta apabila sungai dan anak sungai tersebut melintasi lingkungan permukiman, maka areal perlindungannya adalah meter di kirikanan sungai. Sempadan Sungai di Kabupaten Kotawaringin Barat mempunyai luas kurang lebih 725 Km². Untuk DAS Arut luas sempadan sungai sekitar 250 Km², sedangkan DAS Lamandau yang mengalir dari Kabupaten Lamandau memiliki sempadan sungai yang harus dilindungi seluas 325 Km² dan DAS Kumai yang merupakan kumpulan anak - anak sungai memiliki luas 150 Km². 3) Kawasan Sempadan Danau/Rawa Di Kabupaten Kotawaringin Barat terdapat beberapa danau/rawa yang juga perlu dilindungi sebagai pengendali banjir atau digunakan untuk kepentingan masyarakat sehari-hari maupun untuk kepentingan pertanian dan perkebunan. Danau-danau yang dimaksud tersebut adalah Danau Kenambui dan Sulung di Kecamatan Arut Selatan serta Danau Gatal dan Kotawaringin di Kecamatan Kotawaringin Lama. Areal yang perlu dilindungi adalah selebar meter dari bibir danau ke arah darat. 4) kawasan air terjun kawasan air terjun patih mambang desa keraya kecamatan kumai; dan 5) kawasan kearifan lokal lainnya kawasan kearifan lokal lainnya meliputi desa pasir panjang kecamatan arut selatan dan desa sekonyer kecamatan kumai. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

22 II-13 Gambaran umum kondisi daerah c) Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam dan Cagar Budaya Perlindungan terhadap kawasan suaka alam dan cagar budaya di kabupaten Kotawaringin Barat dilakukan untuk melindungi keanekaragaman biota, tipe ekosistem, gejala dan keunikan alam bagi kepentingan plasma nuftah, ilmu pengetahuan dan pembangunan pada umumnya. Dalam peraturan Menteri Kehutanan P.19 tahun 2004, kawasan suaka alam dan cagar budaya ini termasuk dalam Kawasan Suaka Alam (KSA) dan Kawasan Pelestarian Alam (KPA). Kawasan Pelestarian Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di darat maupun di perairan yang mempunyai fungsi perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam. Sedangkan Kawasan Suaka Alam adalah kawasan dengan ciri khas tertentu, baik di daratan maupun di perairan, yang berupa cagar alam dan suaka margasatwa. Adapun penjelasan dari masing-masing kategori Kawasan Pelestarian Alam dan Kawasan Suaka Alam adalah sebagai berikut : 1) Kawasan Suaka Alam Kawasan Suaka Alam merupakan kawasan pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya yang juga berfungsi sebagai wilayah sistem penyangga kehidupan. Kawasan yang merupakan kawasan suaka alam di Kabupaten Kotawaringin Barat yaitu : Taman Nasional Tanjung Puting ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan No. 698/pkts/UM/XI/78, tanggal 13 November 1978 dan SK Menteri Kehutanan No 687/kpts-II/1996, tanggal 25 Oktober 1996 seluas hektar. Taman ini secara geografis terletak antara 2º35-3º20 LS dan 111º50-112º15 BT sedangkan secara administratif pemerintahan, terletak berbatasan langsung dengan Kabupaten Seruyan. Luas kawasan yang masuk ke dalam wilayah administrasi Kabupaten Kotawaringin Barat adalah seluas hektar. Taman Wisata Alam Tanjung Keluang ditetapkan berdasarkan berita acara tata batas tanggal 5 mei 2011 seluas hektar. Taman Wisata Tanjung Keluang secara secara administratif pemerintahan, terletak di kecamatan Kumai. 2) Kawasan Pelestarian Alam kawasan pelestarian alam yaitu Suaka Marga Satwa Sungai Lamandau dan suaka alam laut (kawasan padang lamun yang berada di sepanjang garis pantai Desa Teluk Bogam, Desa Sungai Bakau, Gosong Senggora dan Sepagar seluas kurang lebih 210 hektar. kawasan sebaran terumbu karang berada di Sei Sungai Cabang Timur, Gosong Senggora dan sepagar seluas kurang lebih 200 hektar. daerah perlindungan laut khususnya ikan berada di Gosong Senggora dan Tanjung Keluang); 3) Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan cagar budaya merupakan kawasan yang dilindungi karena memiliki nilai sejarah dan pengetahuan. Kawasan cagar budaya yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat yaitu Istana Kuning/Keraton Lawang Agung Bukit Indera Kencana, Astana Mangkubumi di Kecamatan Arut Selatan, Astana Al-Nursari, Makam dan Masjid Kyai Gede dan Makam Raja Kuta Tanah di Kecamatan Kotawaringin Lama.Di Kecamatan Arut Utara yaitu Rumah Adat, Batu Patahan, Tiang Pantar, Balai Pinyang Laman, Batu Dahiang Burung, Sapundu, Rumah Betang Kuning, Batu Lancang, Tempayan Hermaung Yadana dan Monumen Iskandar Sambi. d) Kawasan Lindung Geologi Kawasan lindung geologi termasuk kawasan mata air merupakan sumber air baku yang bermanfaat bagi kelangsungan hidup. Sumber mata air terbesar berasal dari tiga sungai yang KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

23 II-14 Gambaran umum kondisi daerah berada di Kabupaten kotawaringin barat yaitu, Sungai Kumai sepanjang 175 Km, Sungai Lamandau sepanjang 325 Km dan Sungai Arut sepanjang 250 Km. Untuk kawasan mata air lainnya berada di kecamatan Arut Selatan meliputi tebing tinggi, Danau Sulung, Danau Seluluk, Danau Kenambui. Terdapat kawasan mata air yang berasal dari danau di Kecamatan Kotawaringin Lama (Danau Gatal, Masorayan, Terusan, Asam, Purun dan Batang Pagar) seluas 1,210 hektar. e) Kawasan Rawan Bencana 1) Kawasan Rawan Kebakaran Kebakaran hutan merupakan salah satu dari realitas kondisi yang ada saat ini. Dampak dari kebakaran hutan berupa kabut asap tidak hanya dirasakan secara lokal namun juga secara regional (lintas wilayah/negara). Untuk itu perlu dilakukan suatu rencana yang mengakomodir kawasan rawan kebakaran hutan yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat. Adapun lokasi dari kawasan rawan kebakaran hutan adalah kawasan yang sebelumnya telah terjadi kebakaran (bekas kebakaran). Di Kabupaten Kotawaringin Barat terdapat 1122 titik rawan atau seluas 205 km 2. Kawasan-kawasan yang perlu ditetapkan sebagai kawasan rawan kebakaran hutan adalah kawasan yang terletak di daerah pesisir, dekat pantai dan muara sungai. Menyingkapi masalah permasalahan kebakaran hutan di Kalimantan Tengah, maka kegiatan pengendalian kebakaran yang meliputi kegiatan mitigasi, kesiagaan, dan pemadaman api. Kegiatan mitigasi bertujuan untuk mengurangi dampak kebakaran seperti pada kesehatan dan sektor transportasi yang disebabkan oleh asap. Beberapa kegiatan mitigasi yang dapat dilakukan antara lain: (1) menyediakan peralatan kesehatan terutama di daerah rawan kebakaran, (2) menyediakan dan mengaktifkan semua alat pengukur debu di daerah rawan kebakaran, (3) memperingatkan pihak-pihak yang terkait tentang bahaya kebakaran dan asap, (4) mengembangkan waduk-waduk air di daerah rawan kebakaran, dan (5) membuat parit-parit untuk mencegah meluasnya kebakaran beserta dampaknya. Kesiagaan dalam pengendalian kebakaran bertujuan agar perangkat penanggulangan kebakaran dan dampaknya berada dalam keadaan siap digerakkan. Hal yang paling penting dalam tahap ini adalah membangun partisipasi masyarakat di kawasan rawan kebakaran. Tahapan ketiga adalah kegiatan pemadaman api. Pada tahap ini usaha lokal untuk memadamkan api menjadi sangat penting karena upaya di tingkat lebih tinggi memerlukan persiapan lebih lama sehingga dikhawatirkan api sudah menyebar lebih luas. Pemadaman api di kawasan bergambut jauh lebih sulit daripada di kawasan yang tidak bergambut. Hal ini terkait dengan kecepatan api yang sangat cepat dan tipe api di bawah permukaan. Strategi pemadaman api secara konvensional seperti pada kawasan hutan dan lahan tidak bergambut harus dikombinasikan dengan cara-cara khas untuk kawasan bergambut, terutama untuk memadamkan api di bawah permukaan. Pemadaman api di bawah pemukaan dengan menyemprotkan air ke atas permukaan lahan tidaklah efektif, karena tanah gambut mempunyai daya hantar air vertikal yang sangat rendah. Cara lainnya adalah dengan membuat parit yang dialiri, atau penyemprotan air melalui lubang yang telah digali hingga batas api di bawah permukaan. 2) Kawasan Rawan Gelombang Pasang kawasan rawan gelombang pasang yaitu kawasan yang berada di daerah pantai terutama Tanjung Pengujan Sampai Tanjung Keluang, Teluk Pulai Sampai Teluk Ranggau, Keraya dan Sebuai Kecamatan Kumai; KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

24 II-15 Gambaran umum kondisi daerah 3) Kawasan Rawan Banjir kawasan rawan banjir meliputi daerah di Kecamatan Arut Selatan yaitu Desa Kumpai Batu Bawah, Rangda, Sulung Kenambui, Umpang, Tanjung Trantang. di Kecamatan Kotawaringin Lama yaitu Desa Lalang, Rungun dan Kondang; 4) Jalur Evakuasi Bencana jalur evakuasi bencana berada pda kawasan bandara baru di Kecamatan Kumai dan Desa Kumpai Batu Atas di Kecamatan Arut Selatan; dan f) Kawasan Lindung Lainnya 1) Kawasan Perlindungan Plasma-Nutfah Kawasan lindung hutan plasma-nutfah merupakan kekayaan alam yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat berada pada Taman Nasional Tanjung Puting (TNTP) seluas hektar, Suaka Marga Satwa Sungai Lamandau seluas hektar dan Tanjung Keluang seluas hektar. 2) Kawasan Terumbu Karang dan Biota Laut yang di Lindungi Kawasan yang merupakan daerah Konservasi Laut Daerah (KKLD) terutama terumbu karang,ikan dan padang lamun yang dilindungi berada di Gosong Senggora dan Sepagar secara geografis terletak antara '65''BT dan 3 12'58''LS, dan daerah perlindungan laut terutama ikan berada di Gosong Sebogor dan Tanjung Keluang secara geografis terletak antara '43''BT dan 2 58'38''LS. 3) Kawasan Koridor Bagi Jenis Satwa dan Biota Laut yang di Lindungi kawasan koridor bagi jenis satwa dan biota laut yang di lindungi yaitu ikan, terumbu karang dan padang lamun di Gosong Senggora, Sepagar, Gosong Sebogor,dan Tanjung Keluang di Kecamatan Kumai; 4) Kawasan Cagar Biosfer Kawasan cagar biosfer berada di kawasan Taman Nasional Tanjung Puting. Terdiri dari zona inti/area inti sebagai area untuk melestarikan keanekaragaman hayati, zona penyangga berfungsi untuk melindungi area inti dari dampak kegiatan manusia, dan zona transisi yaitu kawasan terluas yang merupakan kawasan untuk kerjasama dengan masyarakat lokal. 5) Kawasan Pantai Berhutan Bakau Kawasan pantai berhutan bakau yaitu di sungai mambang desa kubu hingga Desa Sungai Bakau di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat seluas kurang lebih 6,973 hektar; 6) Kawasan Konservasi Perairan Sungai Atau Danau Kawasan konservasi perairan sungai atau danau, meliputi : Kawasan konservasi perairan sungai Arut di sungai Desa Panahan seluas hektar; Kawasan konservasi perairan Danau Seluluk seluas 200 hektar; Kawasan konservasi perairan Danau Gatal seluas hektar; Kawasan konservasi perairan Danau Masorayan seluas 250 hektar. 7) Kawasan Hutan Kota Kawasan hutan kota yang telah ditetapkan dengan Perda seluas 785,75 hektar, meliputi : Kawasan Wisata Alam Kelurahan Sidorejo seluas 5 hektar SK. Bupati Nomor : /2/HUK; Kawasan Pangkalan TNI AU seluas 713 hektar SK. Bupati Nomor : 3 Tahun 2009; Hutan Kota Desa Purbasari seluas 55,75 hektar SK. Bupati Nomor : /16/HUK; Kawasan Klinik Rehabilitasi Orang Utan seluas 12 hektar SK. Bupati Nomor : /1/HUK pebruari Tahun 2007; KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

25 II-16 Gambaran umum kondisi daerah Hutan lindung dalam arti khusus Desa Pasir Panjang Kecamatan Arut Selatan seluas 411 hektar; Hutan Kota di Kecamatan Arut Selatan dan Kumai (penanaman turus jalan di Kecamatan Arut Selatan seluas 25 hektar); dan Hutan Kota di Kecamatan Arut Selatan (penanaman turus jalan di Kota Pangkalan Bun seluas 10 hektar). 8) Kawasan Suaka Alam Laut dan Perairan Lainnya Kawasan suaka alam laut di Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan kawasan konservasi tumbuhan laut seperti padang lamun dan terumbu karang. Kawasan Padang Lamun yang berada di sepanjang garis pantai desa Teluk Bogam, Desa Sungai Bakau, Gosong Senggora dan Sepagar seluas 210 hektar. Kawasan sebaran terumbu karang berada di Sei Sungai Cabang Timur, Gosong Senggora dan Sepagar seluas 200 hektar. Daerah perlindungan laut khususnya ikan berada di Gosong Senggora dan Tanjung Keluang. 2. Rencana Pola Ruang Kawasan Budidaya a) Kriteria Kawasan Budidaya Kawasan budidaya adalah kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Kawasan ini dimanfaatkan secara terencana dan terarah sehingga dapat berdaya guna dan berhasil guna bagi hidup dan kehidupan manusia. Adapun rencana pengembangan bagi kawasan budidaya ini disesuaikan dengan masing-masing fungsi kawasan. Persyaratan utama dalam pengembangan kawasan budidaya adalah pemanfaatan sumber daya yang ada secara tidak berlebihan atau secara optimal sehingga di satu sisi sumber daya tersebut dapat berguna bagi kehidupan dan penghidupan manusia dan di sisi lain sumber daya tersebut masih tetap terjaga kelestariannya. Berdasarkan peraturan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, kawasan budidaya adalah wilayah yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia, dan sumber daya buatan. Yang termasuk dalam kawasan budidaya adalah kawasan peruntukan hutan produksi, kawasan peruntukan hutan rakyat, kawasan peruntukan pertanian, kawasan peruntukan perikanan, kawasan peruntukan pertambangan, kawasan peruntukan permukiman, kawasan peruntukan industri, kawasan peruntukan pariwisata, kawasan tempat beribadah, kawasan pendidikan, dan kawasan pertahanan keamanan. Terdapat banyak kriteria untuk penentuan kawasan budidaya khususnya untuk budidaya pertanian dalam arti luas. Beberapa diantaranya adalah: Kepmentani No. 837/Kpts/UM/II/1980 dan No. 683/Kpts/UM/8/1981 dimana jumlah bobot nilai dari ketiga faktor fisik (lereng, jenis tanah dan curah hujan) haruslah berbobot < 124, dan juga kriteria landsystem yang berpedoman pada kesesuaian lahan dan berdasarkan kriteria fisik lahan. b) Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat ini, dimana untuk menghindari tumpang tindih pengelompokan jenis kawasan budidaya dan untuk menselaraskan produk tata ruang diatasnya, maka penetapan jenis kawasan budidaya mengikuti terminologi dari Pemerintah Daerah Propinsi Kalimantan Tengah dalam produk RTRWP Kawasan budidaya dikategorikan menjadi; Kawasan Budidaya Hutan Produksi (HP), Hutan Produksi Tetap (HPT), Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK),Kawasan Pengembangan Produksi (KPP), Kawasan Permukiman dan Penggunaan Lain (KPPL). KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

26 II-17 Gambaran umum kondisi daerah Kawasan hutan produksi diarahkan pemanfaatannya untuk tujuan pemenuhan kebutuhan kayu serta keperluan industri, baik untuk tujuan lokal, nasional maupun ekspor. Kawasan Hutan Produksi terdiri dari 3 kawasan, yaitu Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP) seluas hektar, Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) seluas hektar dan Hutan Produksi yang dapat dikonversi (HPK) seluas hektar. c) Kawasan Hutan Rakyat (HTR) Penetapan pencadangan lokasi Hutan Tanaman Rakyat (HTR) untuk Kabupaten Kotawaringin Barat ditetapkan oleh Menteri Kehutanan No. SK. 114/Menhut-II/2008 seluas hektar meliputi Kecamatan Arut Utara ( Desa Nanga Mua, Desa Pangkut, Desa Sukarami, Desa Kerabu, dan Desa Gandis) dan Desa Amin Jaya Kecamatan Pangkalan Banteng. d) Kawasan Pemukiman dan Penggunaan Lain (KPPL) Kawasan Pemukiman dan Penggunaan Lain adalah kawasan dengan peruntukan kegiatan budidaya, kawasan pemukiman kota, desa, kawasan industri, pariwisata, pertanian tanaman pangan, perikanan, peternakan, perkebunan dan hutan rakyat, serta penggunaan lain selain di atas Potensi Pengembangan Wilayah Potensi Pengembangan wilayah merupakan wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya, yang meliputi pertanian, perkebunan, perikanan, pertambangan, industri, pariwisata,permukiman dan peruntukan lainnya. 1) Kawasan Peruntukan Pertanian Untuk kawasan pertanian tanaman pangan yang ada di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat terdiri dari pertanian lahan basah dan pertanian lahan kering, perikanan, dan perkebunan rakyat. Pengelolaan untuk kawasan pertanian ini adalah sebagai berikut: Pengembangan dan intensifikasi pertanian pangan seluas hektar meliputi Kecamatan Arut Selatan seluas hektar, Kecamatan Arut Utara seluas hektar, Kecamatan Pangkalan Lada seluas hektar, Kecamatan Pangkalan Banteng seluas hektar, Kecamatan Kotawaringin Lama seluas hektar dan Kecamatan Kumai seluas hektar yaitu pada tanah alluvial di sekitar sungai, baik pada lahan pasang surut maupun non pasang surut. Pengembangan dan intensifikasi lahan pertanian pangan berkelanjutan (PLBB) sawah di wilayah kabupaten seluas hektar meliputi Kecamatan Arut Selatan seluas hektar, Kecamatan Arut Utara seluas 350 hektar, Kecamatan Pangkalan Lada seluas 620 hektar, Kecamatan Pangkalan Banteng seluas 840 hektar, Kecamatan Kotawaringin Lama seluas hektar dan Kecamatan Kumai seluas hektar Intensifikasi hortikultura di Kecamatan Arut Selatan, Kotawaringin Lama, Kumai, Arut Utara, Pangkalan Banteng dan Pangkalan Lada Upaya perencanaan terhadap kawasan pertanian di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah: a. Pemanfaatan ruang di kawasan peruntukan pertanian harus diperuntukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dalam hal ini masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat, dengan tetap memelihara sumber daya tersebut sebagai cadangan pembangunan yang berkelanjutan dan tetap memperhatikan kaidah-kaidah pelestarian fungsi lingkungan hidup; b. Penggunaan lahan untuk kegiatan pertanian tanaman harus memanfaatkan potensi tanah yang sesuai untuk peningkatan kegiatan produksi dan wajib memperhatikan aspek kelestarian fungsi lingkungan hidup dan mencegah kerusakannya; c. Kawasan pertanian tanaman lahan basah dengan irigasi teknis tidak boleh dialihfungsikan; KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

27 II-18 Gambaran umum kondisi daerah d. Kawasan pertanian tanaman lahan kering tidak produktif dapat dialihfungsikan dengan syarat-syarat tertentu yang diatur oleh pemerintah daerah setempat dan atau oleh Departemen Pertanian; e. Wilayah yang menghasilkan produk perkebunan yang bersifat spesifik lokasi dilindungi kelestariannya dengan indikasi ruang; Wilayah yang sudah ditetapkan untuk dilindungi kelestariannya dengan indikasi geografis dilarang dialihfungsikan; f. Upaya pengalihan fungsi lahan dari kawasan pertanian lahan kering tidak produktif (tingkat kesuburan rendah) menjadi peruntukan lain harus dilakukan tanpa mengurangi kesejahteraan masyarakat. 2) Kawasan Peruntukan Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Barat dengan luas hektar, cadangan lahan perkebunan seluas hektar, terdiri dari perkebunan besar kelapa sawit, karet, lada, kelapa, dll tersebar di 6 Kecamatan di kabupaten Kotawaringin Barat. 3) Kawasan Peruntukan Perikanan kawasan peruntukan perikanan tangkap di perairan laut meliputi kawasan pemanfaatan umum pada rencana zonasi diluar kawasan alur atau zona alur ruang terbagi dalam jalur penangkapan, yaitu : a. jalur 1a sejauh 0-3 mil laut diperuntukan bagi nelayan dengan klasifikasi : - peralatan penangkapan ikan menetap; - alat penangkap ikan tidak menetap tidak dimodifikasi; dan - kapal perikanan tanpa motor dengan ukuran kurang dari 10 meter. b. jalur 1b sejauh 3-6 mil laut, diperuntukan bagi nelayan dengan klasifikasi: - alat penangkap ikan tidak menetap yang dimodifikasi; - kapal perikanan tanpa motor atau bermotor temple dengan ukuran kurang dari 12 meter atau kurang dari 5 gt; - pukat cincin (purse seine dengan ukuran dari 150 meter); dan - jaring insang hanyut dengan ukuran kurang dari 1000 meter. kawasan peruntukan perikanan tangkap diperairan umum meliputi sungai, danau dan rawa antara lain : a. sungai kumai pada bagian hulu diluar pelayaran; b. sungai arut dan anak sungai dari kelurahan baru sampai desa nanga mua; c. sungai kotawaringin dari desa pendulangan sampai ke kelurahan kotawaringin hilir; dan d. danau meliputi :danau batang pagar,danau kenambui, danau sulung, danau rangda, danau kedipi, danau asam, danau terusan. kawasan peruntukan perikanan budidaya di laut meliputi : a. budidaya keramba jaring apung pada kawasan desa kubu, sei penyimping kearah tanjung keluang; b. budidaya teripang dan rumput laut berada didesa sungai bakau dan teluk bogam; c. budidaya air payau ditambak meliputi kawasan sungai ratik desa sungai bakau, kawasan teluk ranggau dan sungai gumpung didesa sungai cabang timur dan kawasan desa tanjung puteri; dan d. budidaya air payau di sungai meliputi kawasan dari tanjung kalap sampai desa sebukat. kawasan budidaya air tawar meliputi : a. keramba jaring apung meliputi kawasan karang anyar sampai danau seluluk di sungai lamandau dan dari sungai tembaga sampai sungai bungur di sungai arut; KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

28 II-19 Gambaran umum kondisi daerah b. kolam ikan meliputi kawasan desa natai kerbau di kecamatan pangkalan banteng, desa sagu di kecamatan kotawaringin lama keramba ikan meliputi kawasan desa runtu, desa kenambui dan kelurahan kotawaringin hulu. kawasan budidaya ikan di rawa meliputi desa sebuai, tanjung putri dan tanjung trantang. Kawasan pengolahan ikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terdiri atas : 1) kawasan pengolahan ikan meliputi desa kapitan, desa kubu, desa tanjung putri dan kelurahan mendawai seberang; 2) kawasan pelabuhan perikanan meliputi kelurahan kumai hilir, desa kubu, dan pendulangan di desa tanjung putri; 3) kawasan pembenihan ikan atau udang meliputi balai benih ikan didesa pasir panjang, UPR pangkalan banteng dan UPR sagu, balai benih udang galah di desa kapitan, dan balai benih ikan payau atau udang di desa sungai bakau; dan 4) sarana dan prasarana perikanan tangkap yaitu pusat pelelangan ikan (PPI) Kumai. 4) Kawasan Peruntukan Pertambangan Kawasan peruntukan pertambangan tersebar di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat, yaitu : Potensi tambangan batubara di kecamatan pangkalan banteng; Potensi tambangan biji besi di kecamatan arut utara meliputi desa pandau, desa riam dan desa sambi; Potensi tambangan emas di kecamatan arut utara meliputi desa pangkut, desa kerabu dan desa penyombaan; dan Potensi tambangan zirkon di kecamatan pangkalan banteng dan kecamatan kumai. 5) Kawasan Peruntukan Industri Kawasan industri adalah tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan. Penentuan dan pengelolaan kawasan industri berdasarkan pada peraturan menteri perindustrian nomor 35 tahun 2010 tentang pedoman teknis kawasan industri, yaitu di kelompokkan menjadi : kawasan peruntukan industri/industrial estate, yaitu : a. industri besar dan menengah berada di kecamatan kumai, p.lada dan p.banteng seluas hektar ( tiga lokasi); b. industri kecil tersebar diseluruh daerah di kabupaten kotawaringin barat; kawasan peruntukan industri diluar kawasan industri, yaitu : a. industri pengolahan kayu lapis korea indonesia (korindo) merupakan industri besar di kabupaten kotawaringin barat; b. industri translik merupakan industri rumah tangga. industri mikro, kecil dan menengah tidak wajib berlokasi dalam kawasan industri. 6) Kawasan Peruntukan Pariwisata Pemanfaatan ruang untuk daya tarik wisata di Kabupaten Kotawaringin Barat terletak pada wisata alam yang dapat ditingkatkan pengembangannya secara fisik dan non fisik sehingga dapat berfungsi dan bernilai tambah. Lokasi-lokasi wisata yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat antara lain: 1) Kawasan wisata alam : Kecamatan Kumai seperti : Taman Nasional Tanjung Puting, Pantai Kubu, Pantai Keraya, Pantai Teluk Bogam, Tanjung Keluang, Pantai Sebuai, Air terjun Patih Mambang, Gosong Senggora, Suaka Marga Satwa Sungai Lamandau, Danau naruhum. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

29 II-20 Gambaran umum kondisi daerah 2) Kawasan wisata budaya : Kecamatan Arut Selatan seperti : Istana Kuning, Astana Mangkubumi, Kolam Pemandian Putri Raja dan Makam Raja-Raja Kutaringin yang terletak di tengah kota Pangkalan Bun Kecamatan Kotawaringin Lama : Astana Al Nursari, Masjid Kyai Gede dan Makam Kyai Gede terletak di Kecamatan Kotawaringin Lama. 7) Kawasan Peruntukan Permukiman Kawasan peruntukan permukiman di bagi menjadi dua bagian yaitu kawasan peruntukan permukiman perkotaan meliputi pangkalan bun, kotawaringin, pandu sanjaya, karang mulya, kumai, pangkut dan kawasan peruntukan permukiman perdesaan meliputi desa-desa di kabupaten kotawaringin barat. Pengembangan kawasan permukiman di Kabupaten Kotawaringin Barat diarahkan untuk pemenuhan perumahan yang layak huni untuk berbagai lapisan masyarakat. Untuk klasifikasi dari permukiman yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat dapat dibagi menjadi tiga yaitu : Permukiman dengan kepadatan tinggi Kawasan permukiman dengan kepadatan tinggi berada di wilayah Kecamatan Pangkalan Lada dengan tingkat kepadatan jiwa/km 2, Kecamatan Arut Selatan dengan tingkat kepadatan jiwa/km 2, dan Kecamatan Pangkalan Banteng dengan tingkat kepadatan jiwa/km 2 ; Permukiman dengan skala kepadatan sedang Kawasan permukiman dengan kepadatan sedang berada di wilayah Kecamatan Kotawaringin Lama dengan tingkat kepadatan jiwa/km 2., dan Kecamatan Kumai dengan tingkat kepadatan jiwa/km 2 ; Permukiman dengan skala kepadatan rendah Kawasan permukiman dengan kepadatan sedang berada di wilayah Kecamatan Arut Utara dengan tingkat kepadatan 5.08 jiwa/km 2. Jika dilihat dari kecenderungan yang ada pada umumnya permukiman yang dibangun oleh pribadi (masyarakat) ada tiga jenis yaitu yang tertata dengan rapi, sembarangan dan tidak teratur, serta kampung kumuh. Permukiman yang dibangun/dikembangkan oleh pengembang umumnya berupa rumah dalam berbagai tipe, sedangkan untuk rumah dinas tidak ada penambahan. Pengembangan kawasan perumahan dan permukiman di Kabupaten Kotawaringin Barat ditentukan berdasarkan atas luasan kapling rumah dibawah ini: a. Rumah kapling kecil, setidaknya seluas 200 meter persegi. b. Rumah kapling menengah, luas lahan antara >250 meter persegi. c. Rumah kapling besar, luas lahan >500 meter persegi. Tabel 2.11 Rencana Pengembangan Perumahan Kecamatan Jumlah Pertambahan Kebutuhan Rumah Tahun 2029 (unit) Luas LahanYang dibutuhkan Untuk Pertambahan Rumah Tahun 2029 (km2) Besar Sedang Kecil Jumlah Besar Sedang Kecil Jumlah Ktw. Lama , , , ,16 Arut Selatan , , , ,06 Kumai , , , ,57 Arut Utara , , , ,83 P. Bbanteng , , , ,89 P. Lada , , , ,47 Total , , , ,98 Sumber: Hasil Rencana, Tahun 2029 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

30 II-21 Gambaran umum kondisi daerah Arahan pengembangan untuk kawasan perumahan di Kabupaten Kotawaringin Barat pada masa mendatang adalah sebagai berikut : a. Pembangunan rumah tidak boleh merusak kondisi lingkungan yang ada. b. Dalam penataan rumah harus memperhatikan lingkungan dan harus berpegang pada ketentuan KDB dan KLB yang telah ditetapkan. c. Pada kawasan-kawasan atau lokasi-lokasi yang berfungsi sebagai ruang terbuka hijau dan bersifat khusus sebaiknya tidak dialihfungsikan untuk permukiman atau kegiatan lain yang diperkirakan dapat menurunkan kualitas lingkungan. d. Mendorong partisipasi masyarakat untuk mengadakan rumah sendiri tetapi penataannya harus mengikuti rencana tata ruang dan advis planning yang dikeluarkan oleh Dinas Permukiman dan Prasarana Wilayah. e. Untuk pengembangan perumahan yang dilakukan oleh developer harus disertai juga dengan pembangunan fasilitas umum dan sosial terutama pada RTH dan lapangan olah raga, tempat ibadah, makam, perbelanjaan, serta jalan yang menghubungkan dengan jalan yang ada disekitarnya dan jalan utama kota. f. Pada kawasan terbangun kota, harus disediakan ruang terbuka hijau yang cukup yaitu: Untuk kawasan yang padat, minimum disediakan area 10% dari luas total kawasan. Untuk kawasan yang berkepadatan bangunannya sedang harus disediakan ruang terbuka hijau minimum 20 % dari luas kawasan. Untuk kawasan berkepadatan bangunan rendah harus disediakan ruang terbuka hijau minimum 30 % terhadap luas kawasan secara keseluruhan. Untuk kawasan permukiman, taman harus disediakan ruang terbuka hijau 60 % terhadap luas kawasan secara keseluruhan. 8) Kawasan Peruntukan Lainnya (a) Kawasan Peruntukan Pertahanan Dan Keamanan Kawasan Peruntukan Pertahanan dan Keamanan meliputi hutan kawasan tertentu untuk latihan militer (hkt-m) di Kecamatan Kumai. (b) Rencana Pengembangan Kawasan Perdagangan dan Jasa Seiring dengan perkembangan Kabupaten Kotawaringin Barat maka kegiatan perdagangan di Kabupaten Kotawaringin Barat juga semakin meningkat. Kabupaten Kotawaringin Barat dalam skala nasional dan regional mempunyai fungsi sebagai pusat kegiatan distribusi barang dan jasa untuk wilayah sekitarnya. Sehingga dengan demikian keberadaan pusat perdagangan dan jasa (komersial) yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat mempunyai arti yang sangat penting dan perlu diarahkan secara tepat. Rencana pengembangan kawasan komersial yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah sebagai berikut : 1. Kegiatan perdagangan skala besar (grosir) untuk jenis sayuran, ikan dan sejenisnya, garment, elektronika dan barang pelengkapan sehari-hari diarahkan di Kecamatan Kumai, karena dekat dengan pelabuhan dan akan dikembangkan sebagai kawasan industri pengolahan hasil bumi. Kegiatan perdagangan ini perlu dilengkapi dengan tempat bongkar muat barang, tempat parkir kendaraan, container sampah dan pelengkap kebersihan lainnya. 2. Untuk kegiatan perdagangan barang campuran, misalnya garment, elekronika dan jasa seperti bank, show room mobil-motor, bioskop, biro perjalanan, akan dilayani di sekitar pusat kota. Pengembangan perdagangan dan jasa pada kawasan ini KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

31 II-22 Gambaran umum kondisi daerah diarahkan dengan itensitas rendah-sedang baik dalam bentuk bangunan maupun tarikan orang yang akan datang dengan disertai sistem parkir di dalam (off street) 3. Perdagangan kebutuhan sehari-hari untuk skala kecil dan menengah dilayani oleh pasar yang tersebar di seluruh kecamatan Kabupaten Kotawaringin Barat. Kawasan ini juga dikelilingi oleh pertokoan yang akan menjadi pusat pelayanan bagi wilayah sekitarnya. 4. Sesuai dengan perkembangan Kabupaten Kotawaringin Barat maka diperlukan pengembangan kawasan perdagangan baru dengan berbagai skala pelayanan, mulai dari toko/warung, pertokoan, pasar, yaitu: a) Pusat perdagangan baru, direncanakan pada setiap pusat-pusat pelayanan; b) Pertokoan, dimana pengembangannya diperlukan pada kawasan baru yang telah dan akan dikembangkan. Pertokoan ini sebaiknya berdekatan dengan fasilitas umum lainnya sehingga secara keseluruhan berfungsi sebagai pusat lingkungan; c) Toko dan warung, sifatnya eceran dan barang dagangannya merupakan bahan kebutuhan sehari-hari. Arahan pengembangannya adalah menjadi satu dengan kawasan/lingkungan permukiman. (c) Rencana Pengembangan Kawasan Fasilitas Umum Kawasan Perkantoran Kawasan perkantoran yang ada di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat tetap dipertahankan di PKW Kabupaten Kotawaringin Barat Kota Pangkalan Bun yang memiliki skala pelayanan regional, dan di Kecamatan Kumai yang memiliki skala pelayanan kecamatan/lokal, sedangkan untuk instansi lainnya lokasinya menyebar. Kawasan Pendidikan Untuk melayani kebutuhan penduduk, kegiatan pendidikan di Kabupaten Kotawaringin Barat diarahkan tersebar di seluruh wialyah kecamatan. Kawasan Pelayanan Kesehatan Untuk masa yang akan datang lokasi dari rumah sakit yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat tetap dipertahankan mengingat lokasinya yang ada pada saat ini cukup sentral dan mempunyai aksesibilitas yang tinggi, jadi hanya perlu meningkatkan mutu pelayanan saja. Sedangkan untuk pengembangan pelayanan kesehatan lainnya setingkat puskesmas diarahkan di pusat pelayanan lingkungan permukiman terutama pada wilayah baru yang akan dikembangkan sehingga pengembangan baru ini (bersamaan dengan fasilitas lainnya) sekaligus dapat merupakan daya tarik perkembangan daerah pada masa yang akan datang. Selain itu terkait dengan ini untuk pusat pelayanan PKL yang tidak mempuyai fasilitas kesehatan setingkat puskesmas harus dikembangkan pada pusat pelayanan PKL ini. Kawasan Peribadatan Seperti pada umumnya masyarakat di Indonesia, ternyata masyarakat Kabupaten Kotawaringin Barat mayoritas memeluk agama Islam, setelah itu agama Kristen Hindu, dan Budha. Berbagai jenis fasilitas peribadatan ini lokasinya sudah tersebar dan sudah dapat melayani kebutuhan penduduk. Ruang Olah Raga Sesuai dengan kondisi Kabupaten Kotawaringin Barat maka untuk rencana Ruang Olah Raga diarahkan pengembangan lapangan olah raga yang bersifat terbuka terutama disetiap unit lingkungan permukiman yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat. Untuk lapangan olah raga yang ada sekarang sebisa mungkin dihindari untuk peralihan KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

32 II-23 Gambaran umum kondisi daerah fungsi sebagai kawasan terbangun, dan hanya difungsikan sebagai RTH baik untuk tempat olah raga, taman kota, maupun sebagai peresapan air. Ruang Terbuka Non Hijau Kota Ruang terbuka non hijau merupakan ruang terbuka di wilayah perkotaan yang tidak termasuk dalam kategori RTH berupa ruang terbuka yang diperkeras (paved) yaitu jalan maupun ruang-ruang terbuka yang telah diperkeras sehingga tidak terdapat vegetasi yang mampu meresapkan air. Luasan area ruang terbuka non hija diperoleh dari luas lapangan olahraga, lapangan upacara, serta parkir terbuka. Area ini tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat. Rencana pengembangan ruang terbuka non hijau di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah mempertahankan ruang terbuka non hijau yang saat ini ada yaitu ruang terbuka yang diperkeras (paved) meliputi taman bermain, stadion olahraga, jaringan jalan serta parkir yang diperkeras sehingga bersama dengan fungsi ruang terbuka hijau (RTH) akan meningkatkan kualitas lingkungan fisik, ekonomi dan sosial Kabupaten Kotawaringin Barat. (d) Rencana Peruntukan Lainnya Untuk Kawasan Pertahanan dan Keamanan kawasan peruntukan lainnya untuk pertahanan dan keamanan adalah : 1. Komando Distrik Militer (KODIM)-1014/Pangkalan Bun di kecamatan Arut Selatan 2. komando rayon militer (KORAMIL) yang terdapat di kecamatan-kecamatan di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat 3. lanud TNI-AU tipe D di Pangkalan Bun (e) Rencana Peruntukan Evakuasi Bencana kawasan peruntukan evakuasi bencana berada pada ibukota masing-masing kecamatan yaitu kecamatan arut utara di pangkut, kecamatan arut selatan di pangkalan bun, kecamatan pangkalan banteng di karang mulya, kecamatan pangkalan lada di pangkalan lada, kecamatan kumai di kumai dan kecamatan kotawaringin lama di kotwararingin lama. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

33 II-24 Gambaran umum kondisi daerah Gambar 2.3 Sebaran Penggunaan Lahan di Kabupaten Kotawaringin Barat (Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Kotawaringin Barat) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

34 II-25 Gambaran umum kondisi daerah Wilayah Rawan Bencana a. Kawasan Rawan Kebakaran Kebakaran hutan merupakan salah satu dari realitas kondisi yang ada saat ini. Dampak dari kebakaran hutan berupa kabut asap tidak hanya dirasakan secara lokal namun juga secara regional (lintas wilayah/negara). Untuk itu perlu dilakukan suatu rencana yang mengakomodir kawasan rawan kebakaran hutan yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat. Adapun lokasi dari kawasan rawan kebakaran hutan adalah kawasan yang sebelumnya telah terjadi kebakaran (bekas kebakaran). Di Kabupaten Kotawaringin Barat terdapat 1122 titik rawan atau seluas 205 km 2. Kawasan-kawasan yang perlu ditetapkan sebagai kawasan rawan kebakaran hutan adalah kawasan yang terletak di daerah pesisir, dekat pantai dan muara sungai. Menyingkapi masalah permasalahan kebakaran hutan di Kalimantan Tengah, maka kegiatan pengendalian kebakaran yang meliputi kegiatan mitigasi, kesiagaan, dan pemadaman api. Kegiatan mitigasi bertujuan untuk mengurangi dampak kebakaran seperti pada kesehatan dan sektor transportasi yang disebabkan oleh asap. Beberapa kegiatan mitigasi yang dapat dilakukan antara lain: (1) menyediakan peralatan kesehatan terutama di daerah rawan kebakaran, (2) menyediakan dan mengaktifkan semua alat pengukur debu di daerah rawan kebakaran, (3) memperingatkan pihak-pihak yang terkait tentang bahaya kebakaran dan asap, (4) mengembangkan waduk-waduk air di daerah rawan kebakaran, dan (5) membuat parit-parit untuk mencegah meluasnya kebakaran beserta dampaknya. Kesiagaan dalam pengendalian kebakaran bertujuan agar perangkat penanggulangan kebakaran dan dampaknya berada dalam keadaan siap digerakkan. Hal yang paling penting dalam tahap ini adalah membangun partisipasi masyarakat di kawasan rawan kebakaran. Tahapan ketiga adalah kegiatan pemadaman api. Pada tahap ini usaha lokal untuk memadamkan api menjadi sangat penting karena upaya di tingkat lebih tinggi memerlukan persiapan lebih lama sehingga dikhawatirkan api sudah menyebar lebih luas. Pemadaman api di kawasan bergambut jauh lebih sulit daripada di kawasan yang tidak bergambut. Hal ini terkait dengan kecepatan api yang sangat cepat dan tipe api di bawah permukaan. Strategi pemadaman api secara konvensional seperti pada kawasan hutan dan lahan tidak bergambut harus dikombinasikan dengan cara-cara khas untuk kawasan bergambut, terutama untuk memadamkan api di bawah permukaan. Pemadaman api di bawah pemukaan dengan menyemprotkan air ke atas permukaan lahan tidaklah efektif, karena tanah gambut mempunyai daya hantar air vertikal yang sangat rendah. Cara lainnya adalah dengan membuat parit yang dialiri, atau penyemprotan air melalui lubang yang telah digali hingga batas api di bawah permukaan. b. Kawasan Rawan Gelombang Pasang kawasan rawan gelombang pasang yaitu kawasan yang berada di daerah pantai terutama Tanjung Pengujan Sampai Tanjung Keluang, Teluk Pulai Sampai Teluk Ranggau, Keraya dan Sebuai Kecamatan Kumai; c. Kawasan Rawan Banjir kawasan rawan banjir meliputi daerah di Kecamatan Arut Selatan yaitu Desa Kumpai Batu Bawah, Rangda, Sulung Kenambui, Umpang, Tanjung Trantang. di Kecamatan Kotawaringin Lama yaitu Desa Lalang, Rungun dan Kondang; d. Jalur Evakuasi Bencana jalur evakuasi bencana berada pda kawasan bandara baru di Kecamatan Kumai dan Desa Kumpai Batu Atas di Kecamatan Arut Selatan; KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

35 II-26 Gambaran umum kondisi daerah Gambar 2.4. Tingkat Kebakaran Hutan di Kabupaten Kotawaringin Barat (Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Kotawaringin Barat) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

36 II-27 Gambaran umum kondisi daerah Demografi a) Kependudukan Aspek kependudukan dalam proses pembangunan berperan penting utamanya dalam meningkatkan nilai tambah guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat sepanjang kualitas penduduk memenuhi persyaratan dalam meningkatkan produktivitas. Kabupaten Kotawaringin Barat memiliki jumlah penduduk jiwa pada tahun Pada akhir tahun 2009 berjumlah jiwa dan pada akhir tahun 2010 berjumlah jiwa yang tersebar di 81 desa dan 13 Kelurahan pada 6 kecamatan. Dari jumlah penduduk tersebut sebesar 41,58 % penduduk berada di Kecamatan Arut Selatan atau berjumlah jiwa, Kecamatan Kumai (19,54 % atau berjumlah jiwa), Kecamatan Pangkalan Banteng (13,07 % atau berjumlah jiwa), Kecamatan Pangkalan Lada (11,80 % atau berjumlah jiwa), Kecamatan Kotawaringin Lama (7,08 % atau berjumlah jiwa), Kecamatan Arut Utara (6,92 % atau berjumlah jiwa). Secara demografis, peningkatan atau penurunan jumlah penduduk pada dasarnya tergantung pada kelahiran, kematian dan migrasi. Faktor kelahiran dan kematian biasa disebut dengan faktor faktor alamiah, sedangkan arus masuk dan keluar yang disebut dengan migrasi. Dengan mengamati faktorfaktor yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk di Kabupaten Kotawaringin Barat selama Tahun menandakan bahwa faktor migrasi penduduk merupakan variabel penting dalam mempengaruhi pertambahan penduduk. Tabel 2.12 Jumlah Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat Menurut Kecamatan, Tahun No Kecamatan Jumlah Penduduk (orang) Kec. Kotawaringin Lama 17,291 17, Kec. Arut Selatan 89,607 91, Kec. Kumai 43,644 44, Kec. Arut Utara 13,644 13, Kec. Pangkalan Banteng 32,538 33, Kec. Pangkalan Lada 26,707 27, Kab. Kotawaringin Barat 223, , Sumber data : Kobar Dalam Angka 2010 Tabel 2.13 Penduduk Menurut Kecamatan, Jenis Kelamin Dan Sex Rasio KECAMATAN Jenis Kelamin Sex Total Laki-Laki Perempuan Rasio Ktw. Lama Arut Selatan Kumai P. Banteng P. Lada Arut Utara KTW. BARAT Sumber : Kobar Dalam Angka 2010 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

37 II-28 Gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.14 Penduduk Menurut Kelompok Umur Jenis Kelamin Kelompok Umur Total Laki-Laki Perempuan Ktw. Barat Sumber data : Kobar Dalam Angka 2010 b) Ketenagakerjaan Lapangan pekerjaan formal yang tersedia belum mampu menyerap sepenuhnya tenaga kerja yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat. Dilihat dari jenisnya, lapangan pekerjaan yang tersedia masih didominasi sektor informal seperti nelayan, petani, penambang tradisional dan sebagainya. Penduduk Kabupaten Kotawaringin Barat sebanyak 80,61 % berumur 10 tahun ke atas sebanyak 80,61 % dan merupakan usia produktif secara ekonomis. Penduduk yang bekerja di sektor pertanian sebesar 41,91 %, perdagangan sebesar 20,33% dan 18,37% terserap pada sektor lain. Jumlah penduduk dengan latar belakang pekerjaan pada sektor pertanian terdiri dari tenaga kerja laki-laki sebesar 52.79% dan perempuan sebesar 47.21%. Tabel 2.15 Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Lapangan Usaha Kecamatan Lapangan Pekerjaan Pertanian Industri Jasa Jumlah Ktw. Lama Arut Selatan Kumai P. Banteng P. Lada Arut Utara Ktw. Barat Sumber : BPS Mei 2010 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

38 II-29 Gambaran umum kondisi daerah 2.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi a. Pertumbuhan Produk Domestik Regional Bruto Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) yang merupakan jumlah produk nilai barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi atau jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor produksi yang ikut serta dalam proses produksi, jumlah pengeluaran yang dilakukan untuk konsumsi rumah tangga, lembaga swasta, konsumsi pemerintah, dan perubahan ekspor netto dari satu daerah. Kontribusi Kabupaten Kotawaringin Barat terhadap pembentukan PDRB Provinsi Kalimantan Tengah sebesar 12,20 % atau terbesar ke-3 setelah Kabupaten Kotawaringin Timur dan Kabupaten Kapuas. Dari angka PDRB dapat terlihat seberapa besar kegiatan perekonomian yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu (satu tahun) di Kabupaten Kotawaringin Barat dan pertumbuhan dari kegiatan perekonomian (sektor) Kabupaten Kotawaringin Barat jika dibandingkan dengan tahuntahun sebelumnya terdapat pada Tabel 2.16., Tabel 2.17., Tabel dan Tabel KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

39 Tabel 2.16 Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 2006 s.d Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2000 Kabupaten Kotawaringin Barat (Dalam Juta Rupiah) II-30 gambaran umum kondisi daerah NO SEKTOR (RP) % (RP) % (RP) % % % (RP) % 1 PERTANIAN ,29 47, ,83 46, ,10 44, ,01 44, ,88 43,59 2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN ,94 1, ,84 1, ,00 1, ,45 1, ,24 1,35 3 INDUSTRI PENGOLAHAN ,06 14, ,28 14, ,36 14, ,13 15, ,92 15,14 4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 5.684,46 0, ,86 0, ,45 0, ,12 0, ,72 0,35 5 BANGUNAN , ,44 3, ,34 3, ,69 3, ,79 3,73 6 PERDAG, HOTEL & RESTORAN ,18 15, ,27 15, ,65 16, ,61 16, ,25 16, PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI KEU, PERSEWAAN & JASA PERUSH ,89 7, ,30 7, ,67 7, ,97 7, ,77 7, , ,46 2, ,620 3, ,42 3, ,67 3,44 9 JASA-JASA ,07 7, ,04 7, ,04 7,73 189,983,69 7, ,85 7,87 TOTAL PDRB ,49 100, ,32 100, ,21 100, ,10 100, ,00 Sumber : Kotawaringin Barat Dalam Angka 2010 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

40 Tabel 2.17 Nilai Dan Kontribusi Sektor Dalam PDRB Tahun 2006 S.D 2010 Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kotawaringin Barat (Dalam Juta Rupiah) II-31 gambaran umum kondisi daerah NO SEKTOR (RP) % (RP) % (RP) % (RP) % (RP) % 1 PERTANIAN ,15 50, ,22 49, ,31 46, ,90 44, ,34 43,20 2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN ,66 1, ,68 1, ,68 1, ,98 1, ,34 1,60 3 INDUSTRI PENGOLAHAN ,18 11, ,62 12, ,33 12, ,99 13, ,95 14,10 4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH 9.497,22 0, ,04 0, ,30 0, ,06 0, ,85 0,39 5 BANGUNAN ,65 3, ,24 3, ,67 3, ,05 3, ,47 3,02 6 PERDAG, HOTEL & RESTORAN ,22 16, ,55 15, ,42 15, ,69 16, ,30 16, PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI ,11 6, ,07 6, ,25 7, ,04 8,27 KEU, PERSEWAAN & JASA PERUSH ,17 2, ,64 2, ,28 3, ,34 3, ,95 8, ,22 4,09 9 JASA-JASA ,06 7, ,51 7, ,87 8, ,56 8, ,11 8,90 TOTAL PDRB ,41 100, ,57 100, ,11 100, ,62 100, ,52 100,00 Sumber : Kotawaringin Barat Dalam Angka 2010 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

41 NO Tabel 2.18 Perkembangan Kontribusi Sektor Dalam PDRB Tahun 2006 S.D 2010 Atas Dasar Harga Berlaku (HB) Dan Harga Konstan (HK) Kabupaten Kotawaringin Barat Sektor II-32 gambaran umum kondisi daerah HB HK HB HK HB HK HB HK HB HK % % % % % % % % % % 1 Pertanian 50,21 47,05 49,26 46,78 46,69 44,87 44,40 44,13 43,20 43,59 2 Pertambangan& Penggalian 1,52 1,27 1,55 1,34 1,60 1,37 1,61 1,37 1,60 1,35 3 Industri Pengolahan 11,87 14,77 12,63 14,64 12,86 14,86 13,79 15,21 14,10 15,14 4 Listrik,Gas&Air bersih 0,32 0,28 0,35 0,31 0,37 0,33 0,39 0,35 0,39 0,35 5 Konstruksi 3,10 3,38 3,10 3,50 3,09 3,64 3,08 3,67 3,02 3,73 6 Perdagangan, Hotel, & Restoran 16,68 15,95 15,95 15,76 15,68 16,09 16,21 16,42 16,48 16,71 7 Pengangkutan & Komunikasi 6,31 7,42 6,57 7,32 7,99 7,99 8,27 7,92 8,22 7,82 8 Keuangan, sewa, & Js. Perusahaan 2,43 2,48 2,74 2,70 3,48 3,13 3,66 3,16 4,09 3,44 9 Jasa-jasa 7,57 7,39 7,85 7,64 8,21 7,73 8,58 7,78 8,90 7,87 PDRB 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : BPS Kotawaringin Barat 2010 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

42 II-33 gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.19 Pertumbuhan Kontribusi Sektor Dan PDRB Atas Dasar Harga Berlaku Dan Harga Konstan (HK) Tahun 2006 S.D Tahun 2010 (HB) Kabupaten Kotawaringin Barat Pertumbuhan NO Sektor Hb Hk % % 1 Pertanian 8,26 5,01 2 Pertambangan & Penggalian 13,54 8,93 3 Industri Pengolahan 14,86 6,81 4 Listrik,Gas & Air bersih 18,72 14,01 5 Konstruksi 10,82 8,54 6 Perdagangan, Hotel & Restoran 11,00 7,26 7 Pengangkutan & Komunikasi 17,49 7,89 8 Keuangan, sewa, & Jasa Perusahaan 26,76 14,91 9 Jasa-jasa 16,08 9,48 PDRB 11,50 6,65 Sumber : BPS Kotawaringin Barat 2010 Berbeda dengan struktur perekonomian nasional yang mengalami pergeseran kearah industri pengolahan, maka struktur ekonomi Kabupaten Kotawaringin Barat masih didominasi oleh sektor primer (pertanian). Dari gambar 2.5. dapat dilihat kontribusi terbesar masih dipegang sektor Pertanian. Disusul kemudian oleh Perdagangan, Restoran dan Hotel, Industri pengolahan, Pengangkutan dan Komunikasi merupakan sektor yang mempunyai peranan terbesar terhadap pembentukan PDRB Kabupaten Kotawaringin Barat pada kurun waktu lima tahun terakhir. 3,44% 7,82% 7,87% Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan 43,59% Listrik, Gas dan Air Bersih 16,71% Bangunan 3,73% 0,35% 15,14% 1,35% Perdagangan, Restoran dan Hotel Pengangkutan dan Komunikasi Gambar 2.5 Struktur Perekonomian Kabupaten Kotawaringin Barat (Sumber: BPS Kabupaten Kotawaringin Barat) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

43 Laju Pertumbuhan (%) II-34 gambaran umum kondisi daerah Pertumbuhan ekonomi regional sangat erat hubungannya dengan masing-masing sektor yang membentuknya. Pertumbuhan ekonomi yang berkesinambungan diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, memperluas kesempatan kerja, pemerataan pembagian pendapatan masyarakat, meningkatkan hubungan ekonomi dan mengusahakan adanya pergeseran kegiatan ekonomi dari sektor primer ke sekunder dan tersier, dengan harapan tercapai pendapatan masyarakat yang meningkat secara nyata dan merata. Walaupun situasi makro ekonomi nasional mengalami beberapa hambatan sebagai pengaruh krisis keuangan dunia, namun pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2009 dan 2010 tetap dapat tumbuh masing-masing sebesar 6,41% dan 6,56 % dimana tingkat pertumbuhan tersebut masih lebih tinggi dibandingkan dengan Pertumbuhan Ekonomi Propinsi Kalimantan Tengah sebesar 6,47% maupun Pertumbuhan Ekonomi Nasional sebesar 6,1 %. Jika dijabarkan secara sektoral yang nilainya di bawah pertumbuhan total PDRB ada 4 (empat) sektor, yaitu berturut-turut : Sektor Industri Pengolahan (6,03 %); Sektor Pertanian (5,25 %); Sektor Pengangkutan dan Komunikasi (5,21%) dan Sektor Pertambangan dan Penggalian (5,04 %), sementara 5 (lima) sektor yang lain tumbuh diatas total PDRB, yaitu: Sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan (16,22 %); Sektor perdagangan, hotel dan restoran (8,46%); Sektor bangunan (8,40 %); Sektor jasa-jasa (7,82%); dan Sektor listrik, gas dan air bersih (7,75 %). 7,50 7,00 6,50 6,00 5,50 5,00 4,50 5,3 6,45 4,91 6,06 5,56 5,03 6,47 6,15 5,95,84 5,69 5,5 6,85 6,95 6,28 6,16 6,06 6,06 6,41 5,48 4,5 6,56 6,47 6,1 Ktw. Barat Nasional Kalteng 4,00 4,3 4,5 3,50 3,00 3, Tahun Grafik 2.1 Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten Kotawaringin Barat, Provinsi Kalimantan Tengah dan Nasional Tahun KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

44 II-35 gambaran umum kondisi daerah b. Laju Inflasi Inflasi merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk melihat keadaan perekonomian suatu daerah. Tinggi rendahnya inflasi menunjukkan stabilitas ekonomi suatu daerah. Inflasi Kalimantan Tengah diwakili oleh kota Palangka Raya dan kota Sampit. Perkembangan harga berbagai komoditas pada bulan Juni 2010 di Pangkalan Bun secara umum menunjukkan adanya kenaikan. Berdasarkan hasil pemantauan BPS Kabupaten Kotawaringin Barat terhadap harga berbagai komoditas pada bulan Juni 2010 terjadi inflasi sebesar 0,31 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 120,70 pada bulan Mei 2010 menjadi 121,08 pada bulan Juni Laju inflasi tahun kalender (Januari 2010 Juni 2010) sebesar 2,81 persen dan laju inflasi year on year (Juni 2009 Juni 2010) sebesar 4,16 persen. Inflasi terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukan oleh naiknya indeks harga pada : kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 1,97 persen; kelompok sandang 0,07 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas dan vahan bakar 0,02 persen kelompok kesehatan, kelompok pendidikan, rekreasi dan olah raga serta kelompok transpor, komunikasi dan jasa keuangan tetap. Beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga diantaranya adalah cabe 78,82 persen, cabe rawit 70,00 persen, wortel 42,86 persen, kubis/kol putih 42,31 persen. Komoditas yang memberikan andil/sumbangan inflasi terbesar adalah minuman jadi teh manis sebesar 0,2024 persen. Sedangkan komoditas yang mengalami penurunan harga diantaranya adalah nanas - 27,27 persen, pepaya -14,29 persen, nangka muda -12,50 persen, terong panjang 11,11 persen, ikan nila -10,26 persen. Komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi terbesar daging ayam ras sebesar -0,2106 persen. Inflasi yang terjadi di Pangkalan Bun pada bulan juni 2010 ini lebih tinggi dari inflasi yang terjadi pada bulan Mei 2010 sebesar 0,01 persen. Jika dibandingkan dengan kota lain maka inflasi Pangkalan Bun lebih rendah dari inflasi Palangka Raya sebesar 3,71 % dan lebih rendah juga dari inflasi nasional 0,18 persen. Pada tahun 2007 kota Palangka Raya maupun kota Sampit mengalami inflasi masingmasing 7,96% dan 7,57% sedangkan inflasi di kota Pangkalan Bun adalah 9,67 %. Pada tahun 2008, kota Palangka Raya dan Sampit mengalami kenaikan menjadi 11,65 % dan 8,89 % persen. Pada tahun 2009 inflasi Kalimantan Tengah turun menjadi 1,39 % untuk Kota Palangka Raya, 2,85 % untuk Kota Sampit dan 2,81 % untuk Kota Pangkalan Bun. Pada bulan Oktober 2010, Kota Pangkalan Bun terjadi deflasi sebesar -0,36 dan Laju Inflasi Kota Pangkalan Bun tahun 2010 mengalami kenaikan menjadi 6,78 %. Kota Pangkalan Bun inflasinya lebih rendah jika dibandingkan angka inflasi nasional sebesar 6,96 %. Perkembangan inflasi Kota Pangkalan Bun, Sampit, Palangkaraya dan Indonesia selama empat tahun terakhir seperti disajikan pada table KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

45 II-36 gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.20 Laju Inflasi Kota Pangkalan Bun, Sampit dan Palangka Raya Tempat Laju Inflasi Pangkalan Bun 9,67 12,46 2,81 6,78 5,58 Sampit 7,57 8,89 2,85 9,53 6,60 Palangka Raya 7,96 11,65 1,39 9,49 5,28 Sumber : BPS Kab. Kotawaringin Barat c. PDRB Perkapita Sasaran utama dari perkembangan ekonomi regional bukan saja untuk meningkatkan nilai tambah sektoral, akan tetapi juga berupa untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi belum tentu menjamin kemakmuran yang tinggi pula pada masyarakat karena mungkin pertumbuhan penduduknya cukup tinggi pula. Dengan demikian jelas bahwa untuk melihat keberhasilan pembangunan tidak cukup hanya melihat dari nilai PDRB semata namun juga perlu mencermati perkembangan PDRB Perkapita sebagai salah satu indikator tingkat kesejahteraan dari aspek pendapatan. Dengan tingkat laju pertumbuhan ekonomi tahun 2010 yang mencapai 6,56% memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap PDRB Perkapita dan Pendapatan Regional Perkapita. PDRB Perkapita atas dasar harga berlaku dari tahun ke tahun menunjukkan adanya perkembangan positif yaitu dari sebesar Rp ,46 pada tahun 2005 menjadi Rp ,11 pada tahun Tabel.2.21 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Berlaku Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Uraian Nilai PDRB (Rp) , , , , , ,52 Jumlah Penduduk (jiwa) 202, , , , , PDRB perkapita (Rp/jiwa) , , , , , ,11 Sumber : BPS Kab. Kotawaringin Barat Tabel 2.22 PDRB Perkapita Atas Dasar Harga Konstan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Uraian Nilai PDRB (Rp) , , , , , ,09 Jumlah Penduduk (jiwa) 202, , , , , PDRB perkapita (Rp/jiwa) ,28 9,827, ,313, ,798, , ,88 Sumber : BPS Kab. Kotawaringin Barat KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

46 II-37 gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.23 Persandingan Sasaran Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi antara Nasional, Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Kotawaringin Barat No. Indikator Sasaran RPJMN ( ) Sasaran RPJM Prov. Kalteng ( ) Sasaran RPJMD Kab. Kobar ( ) 1. Pertumbuhan Ekonomi - Rata-rata 6,3-6,8 % pertahun - Sebelum Tahun 2014 tumbuh 7 % Dari 6,47% naik menjadi 7,5 % pada akhir tahun 2015 Dari 6,56% naik menjadi 7,3 % pada akhir tahun Laju Inflasi Rata-rata 4-6% pertahun Dari 9,51% turun menjadi 2,5% pada akhir tahun 2015 Dari 5,58 % turun menjadi 3% pada akhir tahun Tingkat Pengangguran 5-6% pada akhir tahun % pada akhir tahun % pada akhir tahun Tingkat Kemiskinan 8-10% pada akhir tahun % pada akhir tahun 2015 Dari 6,27% turun menjadi 2 % pada akhir tahun 2016 d. Gambaran Ekonomi Sektoral a) Pertanian Pada dasarnya pembangunan sub-sektor tanaman pangan dan hortikultura diarahkan pada peningkatan pendapatan dan kesejahteraan petani khususnya peran serta masyarakat pada umumnya melalui peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pertanian. Hal tersebut dapat dicapai salah satunya melalui perluasan areal pertanian, sehingga produksi beras dapat ditingkatkan kualitasnya. Untuk itu perlu dilakukan perbaikan pengolahan pasca panen dan sistem pemasarannya. Produksi tanaman pangan seperti padi ladang secara keseluruhan cenderung mengalami penurunan. Namun di sisi lain terdapat pula peningkatan produksi komoditas lain dalam empat tahun terakhir, yakni padi sawah dan sayuran. Pada tahun 2009 capaian produksi tanaman pangan secara umum belum optimal. Produksi padi hanya mencapai ton (turun 29,46 % dari tahun 2008 yang sebesar ton). Rendahnya capaian produksi ini disebabkan kondisi iklim sejak tahun 2008 sangat tidak kondusif (iklim basah dengan curah hujan yang sangat tinggi) dan bencana alam berupa banjir di sentra produksi padi, akibatnya luas tanam padi musim tanam Oktober 2008 Maret 2009 sangat rendah sehingga luas panen juga menurun yakni hanya Ha (turun 37,26% dari tahun 2008 yang sebesar ha). Produksi jagung tahun 2009 mencapai ton (naik 266,16% dari tahun 2008 yang hanya sebesar 1108 ton). Hal ini tidak terlepas dari usaha pemerintah daerah dalam pengembangan agribisnis jagung yang dimulai sejak tahun 2008 melalui paket kebijakan KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

47 II-38 gambaran umum kondisi daerah pinjaman modal, pendampingan dan penetrasi teknologi yang gencar serta jaminan kepastian pasar memberikan motivasi tersendiri bagi petani. Produksi kedelai dan Ubi jalar tahun 2009 masing masing sebesar 76,9 ton dan ton. Angka produksi kedua komoditi ini turun masing-masing sebesar 57,23% dan 11,22% dibandingkan angka produksi tahun Hal ini disebabkan petani lebih memilih menanam jagung yang lebih menguntungkan dengan adanya fasilitasi modal dan pasar. Untuk komoditi lainnya, yakni kacang tanah, kacang hijau dan ubi kayu produksinya mengalami peningkatan dibandingkan tahun 2008 yaitu kacang tanah mencapai 220 ton (naik 21,36%), kacang hijau 18,20 ton (naik 29,79%), sedangkan ubi kayu produksinya sebesar ton (naik 48,93%). Usaha pertanian tanaman pangan dan hortikultura di Kabupaten Kotawaringin Barat hanya sebagian kecil yang berorientasi pasar, karena mayoritas hasil produksi dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan keluarga petani. Selain itu, lahan-lahan pertanian yang baru dikembangkan belum berfungsi secara optimal, serta tingginya alih fungsi lahan pertanian tanaman pangan ke perkebunan sawit dan karet dimana harga komoditas lebih tinggi. Upaya mendorong dan mengoptimalkan sentra-sentra baru pengembangan padi yang lebih tertata secara kewilayahan terus dilakukan. Dalam hal ini, pada tahun 2009 dilaksanakan rehabilitasi/optimalisasi lahan sawah seluas 386 ha, pembangunan JITUT seluas 432 ha, JUT sepanjang meter, pengembangan TAM seluas 75 ha. Dalam bidang perbenihan telah dilaksanakan pengembangan Balai Benih Padi di Tanjung Terantang seluas 15 ha. Balai Benih Padi ini akan terus dioptimalkan fungsinya dalam rangka pemenuhan penyediaan benih unggul berkualitas bagi petani. b) Perkebunan Kabupaten Kotawaringin Barat dengan luas Ha, Cadangan Lahan Perkebunan seluas Ha, telah dibuka untuk Perkebunan ,93 Ha dan Sisa lahan Perkebunan seluas ,07 Ha. Ada 5 komoditi utama yang telah dikembangkan dan telah mengarahkan kepada kegiatan usaha Agribisnis oleh petani pekebun maupun oleh Perusahaan Perkebunan seperti : Kelapa Sawit, Karet, Lada dan lainnya. Komoditi yang dominan meliputi : (1) Kelapa Sawit seluas Ha (90,19 %), (2) Karet seluas ,50 Ha ( 7,88% ), (3) Kelapa Dalam seluas 1.249,72 (0,68%), (4) Lada seluas 1.718,70 Ha (0,93%), (6) Nilam seluas 125,00 Ha (0,07%), (7) Komoditi lainnya seluas 463,75 Ha (0,25%). Adapun total produksi komoditi perkebunan di wilayah Kabupaten Kotawaringin Barat (sampai Desember 2009) sebesar ton. Komoditi yang dominan meliputi: (1) Kelapa Sawit (TBS) sebesar ,55 ton (98,36%), (2) Karet kering sebesar ,36 ton (1,25%), (3) Lada butiran kering sebesar 5.924,95 ton (0,24%), Kelapa (butiran) sebesar 3.346,82 ton (0,14%) dan Nilam (brangkasan) 9,64ton (0,001%) dan Komoditi lainnya sebesar 319,65 ton (0,01%). KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

48 II-39 gambaran umum kondisi daerah Grafik 2.2 Luas Areal Perkebunan Berdasarkan Komoditi Tahun , , , , , , , , ,00 0,00 K. Sawit karet lada kelapa nilam lainnya Luas Areal Perkebunan (Ha) , , , ,72 125,00 463,75 (Sumber: Dinas Perkebunan Kab.Kotawaringin Barat) Langkah yang ditempuh pemerintah untuk memacu usaha disektor perkebunan, khususnya kelapa sawit telah dapat meningkatkan produktivitas yang mampu menembus pasar dalam negeri maupun eksport dalam bentuk Crude Palm Oil (CPO), RPB Palm Stearin, RPB Palm Olein, Crude Palm Strearin, Palm Fatty Acid Distillate, Crude Palm Kernel Oil, Palm Nut Shell, Mixed Vegetable Oil In Bulk, Indonesian Palm Kernel Meal Expelier, Hydrogenated RBD Palm Stearn dengan jumlah nilai ekspor dapat dilihat pada Tabel KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

49 II-40 gambaran umum kondisi daerah Produk Tabel 2.24 Jumlah Produksi Sektor Perkebunan Volume Ekspor Nilai Ekspor ( dalam MT ) ( dalam USD ) Crude Palm Oil (CPO) , , , , , , , ,05 RPB Palm Stearin , , , , , , , ,08 RPB Palm Olein 9.244, , , , , , , ,00 Crude Palm Stearin 3.404, ,62 - Palm Fatty Acid D , , , , , , , ,39 Crude Palm Kernel Oil , , , , , , , ,51 Palm Nut Shell 1.550, , , ,00 Mixed Vegetable Oil in Bulk , ,85 - Ind Palm Kernel Meal Expelier 2.052, , , ,00 Hydrogenated RBD Palm Stearn , , Jumlah , , , , , , , ,03 Sumber: Dinas Perkebunan Kab.Kotawaringin Barat, Tahun 2009 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

50 II-41 gambaran umum kondisi daerah c) Kehutanan Sumber Daya Alam Kabupaten Kotawaringin Barat di Sub Sektor Kehutanan sangat besar, namun demikian kelestarian kawasan hutan yang berfungsi untuk menjaga keseimbangan ekosistem di alam sangat perlu diperhatikan. Selama enam tahun sebelumnya, sub sektor kehutanan menjadi primadona Kabupaten Kotawaringin Barat dalam upaya meningkatkan Pendapatan Asli Daerah. Sampai dengan tahun 2008 luas kawasan hutan di Kabupaten Kotawaringin Barat dapat dilihat pada Tabel No Tabel 2.25 Luas Kawasan Hutan Menurut Fungsinya Luas Fungsi Kawasan ( Ha ) Prosentase ( % ) I Kawasan Lindung ,12 26,62 Hutan Lindung (HL) Taman Nasional (TN) Hutan Wisata (HW) Suaka Margasatwa (SM) , , , ,89 0,96 22,38 0,23 3,04 II Kawasan Budidaya ,88 73,38 Hutan Produksi Terbatas (HPT) Hutan Produksi Tetap ( HP ) Hutan Produksi yang Dapat di Konversi (HPK) KPP /KPPL Kawasan Pengembangan Produksi Danau dan Sungai , ,00 156,063, , , ,54 4,58 22,90 14,50 20,48 10,29 0,62 T o t a l ,00 100,00 Sumber: Revisi RTRW Kabupaten Kotawaringin Barat Adapun jumlah produksi hasil hutan sektor kehutanan dilihat berdasarkan jenis komoditas kayu di Kabupaten Kotawaringin Barat pada tahun 2008 dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.26 Jumlah Produksi Hasil Hutan Sektor Kehutanan Komoditas Jumlah Produksi (dalam M 3 ) (Kelompok) Kayu Meranti , ,79 99,675, , ,13 Kayu Rimba Campuran , , , , ,48 Kayu Indah 781,45 437,42 562,75 403,51 159,92 Rotan 2.177, ,86 900,74 148, ,35 Jelutung - 32,07 125,66 290, ,83 Kulit Kayu 68,00 10,60 6, Sumber: Dinas Kehutanan Kab.Kotawaringin Barat, Tahun 2010 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

51 II-42 gambaran umum kondisi daerah d) Perikanan Produksi ikan di daerah Kabupaten Kotawaringin Barat selama ini masih bertumpu pada usaha penangkapan ikan, baik pada perairan umum (sungai, danau, rawa). Peningkatan produksi ikan perairan umum tersebut diduga berhubungan dengan permintaan pasar yang meningkat dan sumberdaya perairan umum yang potensial, maka perlu adanya peningkatan dan revitalisasi pembangunan perikanan yang baik selain peningkatan, pengembangan sarana-prasarana produksi perikanan dan kelautan. Dengan panjang garis pantai 156 Km produksi perikanan tangkap pada tahun 2009 mencapai 9.054,98 ton, sedangkan produksi ikan budidaya untuk konsumsi mencapai. 894,42 ton dengan luas kolam 118 Ha pada tahun 2009 meningkat dari luas areal pada tahun 2008 seluas 104,2 Ha. Jumlah total produksi perikanan baik tangkap maupun budidaya sebesar 9.949,40 ton pada tahun 2009 atau mengalami kenaikan sebesar 1,2% dibanding produksi pada tahun 2008 sebesar 9.830,64 ton. Sedangkan produksi benih yang mampu dipenuhi pada tahun 2009 adalah sebanyak ekor. Percontohan budidaya teripang sejak tahun 2008 telah dilaksanakan, namun hasilnya belum maksimal. Tingkat konsumsi ikan masyarakat Kotawaringin Barat sebesar 36,5 Kg/kapita yang artinya diatas tingkat konsumsi perikanan nasional yang berada pada kisaran 27 kg/kapita/tahun. Dibandingkan tahun sebelumnya, jumlah konsumsi ikan masyarakat Kotawaringin Barat relatif tidak mengalami peningkatan. Dalam perdagangan skala besar, sektor ini masih belum dapat memenuhi kebutuhan nilai ekspor. Padahal dilihat dari potensi yang ada, sektor ini memiliki potensi yang besar dalam menunjang pemasukan devisa negara terutama dari perikanan laut. e) Peternakan Dari data yang ada diketahui, bahwa sektor peternakan di Kabupaten Kotawaringin Barat hanya sebagian yang mengalami peningkatan terutama pada produksi daging sapi potong pada tahun 2008 sebesar 666,01 ton yang pada tahun sebelumnya hanya 399,13 ton. Produksi daging kambing / domba tahun 2008 sebesar 27,87 ton mengalami kenaikan dibanding tahun 2007 sebesar 16,00 ton, begitu pula produksi daging babi terjadi kenaikan dimana pada tahun 2007 sebesar 25,55 ton sedangkan tahun 2008 sebesar 44,23 ton. Hal yang sama juga terjadi pada produksi daging unggas dimana tahun 2007 sebasar 964,44 ton terjadi kenaikan di tahun 2008 sebesar 978,613 ton. Peningkatan produksi peternakan tersebut berkorelasi positif dengan populasi hewan ternak. Tercatat populasi ternak di Kabupaten Kotawaringin Barat terjadi peningkatan dari mulai tahun 2006 hingga tahun 2008, dimana Kecamatan Arut Selatan memiliki populasi terbesar untuk sapi potong dan kambing atau domba, berturut-turut 1831 ekor dan 434 ekor. Sedangkan untuk populasi babi terbanyak di Kecamatan Arut Utara sebanyak 731 ekor. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

52 II-43 gambaran umum kondisi daerah Populasi unggas untuk Kabupaten Kotawaringin Barat rata-rata mengalami kenaikan dari tahun 2006 sampai tahun 2008, terkecuali pada populasi ayam ras petelur pada tahun 2008 tidak ada populasi (tak ada data terkait). Pada Tahun 2006 di Kabupaten Kotawaringin Barat tidak ada populasi untuk kelinci, dan mulai ada pada tahun 2007 di Kecamatan Kumai, Kecamatan Pangkalan Lada dan kecamatan Pangkalan Banteng. Beragam peningkatan yang terjadi terus berlanjut pada tahun 2009 dimana dengan kerja keras semua pihak terjadi peningkatan populasi pada semua jenis ternak komersil dibandingkan tahun Ternak sapi potong pada akhir tahun 2009 telah mencapai ekor (naik 56,86% dari tahun 2008 yang hanya ekor). Populasi Ternak Kambing/Domba mencapai ekor (naik 12,81%), Babi sebanyak ekor (naik 24,22%), Ayam Buras sebesar ekor (naik 13,87%), Ayam Ras Pedaging sejumlah ekor (naik 9,53%) dan Itik mencapai ekor (naik 13,99%). Pada tahun 2009 sarana pendukung Pusat Pembibitan Ternak terus dilengkapi sehingga telah berfungsi sebagai inkubator perbibitan ternak. Dalam bidang perbibitan ternak sapi, kenerja petugas Inseminasi Buatan (IB) cukup baik dimana dengan fasilitasi pelaksanaan IB (kawin suntik) berhasilkan dilahirkan pedet sebanyak ekor (101,08% dari target yang ditetapkan yaitu ekor dan naik 63,43% dari capaian tahun 2008 f) Perindustrian Sektor perindustrian yang perlu dilakukan adalah pengembangan dan revitalisasi industri kecil, rumah tangga, menengah dan besar. Usaha-usaha yang perlu dilakukan tidak hanya sampai disitu saja tetapi juga penyiapan sumber daya manusia, untuk kebutuhan industri termasuk keterampilan pelaku industri tersebut dalam pengelolaan dan aspek teknis industri yang ditekuni. Hasil hutan yang melimpah, perlu diupayakan peningkatan produksinya tak hanya dalam bentuk barang melainkan dalam bentuk barang setengah jadi ataupun barang jadi yang berharga ekonomi tinggi, sehingga industri pengolahan hasil hutan dapat menjadi primadona yang menarik baik bagi usaha wisata maupun perdagangan pada umumnya. Selain industri hasil hutan, industri hasil pertanian, perikanan dan perkebunan juga perlu dikembangkan menjadi produk yang berdaya saing tinggi di pasar lokal maupun regional. Secara umum kondisi industri di Kabupaten Kotawaringin Barat belum berkembang secara optimal. Kecilnya peranan sektor industri ini dimungkinkan oleh sedikitnya jumlah usaha industri di Kabupaten Kotawaringin Barat. Disamping itu, industri yang ada pada umumnya merupakan industri dengan skala kecil. Hanya beberapa industri yang berskala menengah ke atas seperti industri kayu lapis dan kelapa sawit. Sektor industri komoditas kayu pada tahun 2008 mengalami penurunan, dimana pemasukan yang diterima dari hasil ekspor kayu lapis berupa plywood yang nilainya pada tahun 2007 mencapai ,81 USD, terjadi penurunan ditahun 2008 dengan nilai ekspor sebesar ,05 USD, dimana jumlah produksi pada tahun 2007 sebesar ,3643 M3 dan pada tahun 2008 sebesar M3. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

53 II-44 gambaran umum kondisi daerah Sedangkan pada produk moulding nilai ekspor tahun 2007 mencapai ,32 USD, kemudian terjadi penurunan di tahun 2008 menjadi sebesar ,75 USD dengan jumlah produksi untuk tahun 2007 sebesar ,0206 M 3 dan tahun 2008 jumlah produksi sebesar ,1252 M 3. Masalah lain yang dihadapi dalam pengembangan industri berskala kecil di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah kurangnya bantuan modal kerja, dan peralatan yang dimiliki, teknik pemasaran, disamping kurangnya sarana dan prasarana perhubungan sehingga mempersulit pemasaran produk industri. Komo ditas Kayu Jumlah Produksi Kayu 2009 Produksi Produk (m3) Plywood Moulding Nilai Ekspor (USD) , , , ,77 Pengembangan perekonomian daerah yang lebih diorientasikan pada pemberdayaan potensi lokal dengan tenaga kerja lokal pula terindikasi dari aktivitas industri skala kecil menengah yang masih mendominasi aktivitas perekonomian masyarakat. Sektor industri pengolahan memberikan kontribusi pertumbuhan PDRB Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar 1,25 %, Jumlah industri kecil dan rumah tangga sebanyak 949 unit usaha atau meningkat 6,87% dibanding tahun Sebelumnya sebanyak 888 unit usaha. Perkembangan jumlah industri, nilai investasi dan tenaga kerja yang diserap di Kabupaten Kotawaringin Barat dapat dilihat pada Tabel Tabel 2.27 Statistik Perindustrian Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Tahun Unit Usaha ( buah ) Investasi ( Rp ) Tenaga Kerja ( orang ) Sumber: Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kab.Kotawaringin Barat, Tahun 2009 g) Perdagangan Pembangunan sektor perdagangan difokuskan pada perlindungan konsumen dan fasilitasi peningkatan ekspor yang dilaksanakan melalui pengamanan produk melalui monitoring harga bahan pokok 20 komoditas, monitoring distribusi barang dalam pengawasan, pembinaan perlindungan konsumen dan pemantauan barang kedaluwarsa. Untuk menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok dilakukan dengan mengintensifkan koordinasi dengan Bulog dan lembaga terkait. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

54 II-45 gambaran umum kondisi daerah Sebagaimana arah kebijakan nasional bahwa untuk meningkatkan Penerimaan Negara maka Sektor Perdagangan khususnya Perdagangan Luar Negeri diarahkan untuk peningkatan ekspor. Perdagangan luar negeri pada tahun 2009 mengalami peningkatan. Nilai ekspor meningkat sebesar 40,43% dari US$ ,23 dengan volume M 3 dan ,447 MT menjadi US$ ,86 dengan volume M 3 dan ,987 MT. Komoditas yang diekspor mencakup 12 jenis komoditi terdiri dari Playwood, Moulding, CPO, Biji Zirkonium, RBD Palm Stearin, Palm Kernel Expeller Faq, RBD Palm Olein, CPKO, Lump Ore Zinc (logam dasar) Iron Ore (biji besi) dan Udang Beku dengan tujuan Asian, Eropa, Timur tengah dan Jepang. Jumlah perijinan dibidang usaha perdagangan di Kabupaten Kotawaringin Barat mengalami penurunan 2,07% dari 193 unit menjadi 189 buah, hal ini dikarenakan sebagian besar pengusaha sudah memiliki ijin usaha yang meliputi PT, CV, Firma, perorangan, koperasi dan badan usaha lainnya. Secara umum jumlah ijin usaha yang diterbitkan tahun ini naik sebesar 6,21 % dari tahun sebelumnya sebesar 3042 menjadi sebesar Untuk meningkatkan dinamika perdagangan telah dilakukan perlindungan keberadaan pasar tradisional sebagai tempat transaksi masyarakat. h) Pertambangan Dari beberapa potensi yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat yang sudah dimanfaatkan adalah bahan galian B seperti emas terdapat di Kecamatan Arut Utara Desa Sambi, Kecubung di Kecamatan Arut Utara Desa Pangkut dan Gandis. Kaolin di Kecamatan Kumai Desa Keraya dan Kubu. Tambang galian C seperti pasir kwarsa dan tanah liat terdapat diseluruh Kecamatan. Selain pemanfaatan hasil galian yang ada, perlu juga dilakukan penelitian dan eksplorasi potensi sumber daya tambang untuk mengetahui kandungan mineral dan jenis tambang yang ada di daerah. Pada perdagangan ekspor, sektor ini telah menyumbangkan komoditas zircon sand (pasir sirkon) dengan nilai ekspor sampai tahun 2008 mencapai Rp ,00 dengan volume ekspor ,00 MT. i) Pariwisata Secara umum potensi kepariwisataan di Kabupaten Kotawaringin Barat, tidak hanya memiliki potensi alam seperti hutan alami dan pantai, tetapi juga wisata kebudayaan berupa rumah betang, acara ritual dan tarian-tarian daerah lainnya. Bila diperhatikan dari posisinya, Kabupaten Kotawaringin Barat berada di ujung sebelah barat Provinsi Kalimantan Tengah, memiliki garis pantai dan hutan beragam dari yang bercirikan mangrove sampai ke bagian interiornya yang merupakan hutan tropis basah yang ditumbuhi oleh berbagai jenis pohon langka dan tidak terdapat dibelahan dunia lainnya seperti ulin dan kayu nyatu. Taman Nasional Tanjung Puting yang terkenal dengan flora dan satwa langkanya seperti Bekantan dan Orang Utan menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan mancanegara dan lokal. Tidak hanya itu saja, panorama alam yang begitu indah untuk dinikmati oleh KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

55 II-46 gambaran umum kondisi daerah wisatawan melalui sungai yang mengalir di dalam kawasan taman tersebut menjadikan kawasan ini semakin eksotis. Obyek wisata Taman Nasional Tanjung Puting Pangkalan Bun adalah salah satu obyek wisata Taman Nasional yang sudah menjadi icon dunia, dimana jumlah kunjungan wisatawan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Untuk kunjungan wisatawan mancanegara tahun 2008 sebanyak orang dan tahun 2009 meningkat menjadi orang sedangkan untuk wisatawan nusantara tahun 2008 sebanyak orang dan tahun 2009 meningkat menjadi orang sedangkan untuk kunjungan wisatawan dari sehari menjadi dua hingga tiga hari. Obyek wisata sejarah yang ada di Kabupaten Kotawaringin Barat adalah Istana Kuning, Istana Mangkubumi, Kolam Pemandian Putri Raja dan Makam Raja-raja Kutaringin yang terletak di tengah kota Pangkalan Bun, sedangkan Astana Al Nursari, Masjid Kyai Gede dan Makam Kyai Gede terletak di Kecamatan Kotawaringin Lama. Obyek wisata alam dan pantai di Kabupaten Kotawaringin Barat terletak di tepi Pantai yaitu di obyek wisata Bugamraya yang terdiri dari Taman Wisata Alam Tanjung Penghujan, Pantai Kubu, Pantai Tanjung Keluang, Gosong Senggora dan Air Terjun Patih Mambang dengan alamnya yang asli. Kunjungan wisatawan ke obyek wisata Bugamraya pada tahun 2008 sebanyak orang dan pada tahun 2009 meningkat menjadi orang e. Sektor dan Komoditas Unggulan a) Sektor Unggulan Sektor yang menjadi peringkat unggulan perekonomian Kabupaten Kotawaringin Barat adalah: (1)Pertanian, (2) Perdagangan, (3) Industri pengolahan, (4) Jasa-jasa dan Pengangkutan, dan (5) Komunikasi. Pada peringkat sektor tersebut hanya pertanian (secara umum) dan industri pengolahan yang menjadi sektor basis. b) Komoditas Unggulan Berdasarkan analisis ZOPP dalam dokumen Kajian Produk Unggulan Daerah, telah ditetapkan sejumlah kriteria penilaian komoditas unggulan dari masing-masing sektor ekonomi yang berkembang di Kabupaten Kotawaringin Barat sebagaimana dipaparkan berikut ini: Ketersediaan sumberdaya alam, Ketersediaan sumberdaya buatan, Ketersediaan sumberdaya manusia, Kontribusi terhadap perekonomian kawasan, Kemungkinan dikembangkan dalam skala ekonomi / industri, Penyerapan tenaga kerja, Dampak pengembangan spasial, Potensi pasar lokal / regional, Jumlah produksi, Potensi pasar ekspor, Hambatan biaya, teknologi dan kelembagaan, Dampak negatif terhadap lingkungan. Berdasarkan variabel-variabel tersebut diatas, setelah dilakukan analisis diketahui terdapat 5 (lima) komoditas unggulan, yaitu: Kelapa sawit, Karet, Ayam buras, Udang putih, dan Ikan lais. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

56 II-47 gambaran umum kondisi daerah Berdasarkan peta situasi komoditas unggulan tersebut, maka dapat pula diidentifikasi produk-produk olahan yang potensial dikembangkan dengan mendasarkan pada kapasitas dan kemampuan produksi lokal. Salah satu yang paling potensial dilihat dari ragam produknya adalah komoditas kelapa sawit yang dapat diolah menjadi CPO, RBD Palm Stearin, RBD Palm Olein hingga minyak goreng. Secara umum harapannya adalah bahwa dengan pengembangan produk olahan tersebut maka arus investasi akan meningkat dan perekonomian daerah secara relatif akan tumbuh pula. Pada Tabel 2.28 berikut ini dipaparkan produk olahan dari masing-masing komoditas unggulan: Tabel 2.28 Potensi Produk Unggulan Berbasis Komoditas Unggulan Kabupaten Kotawaringin Barat No. Komoditas Produk Pangsa Pasar 1. Kelapa sawit (plasma) Crude Palm Oil (CPO) Regional, Nasional RBD Palm Stearin RBD Palm Olein Palm Fatty Acid Distillate Crude Palm Kernel Oil Minyak goreng 2. Ayam buras Daging olahan Lokal 3. Karet Rubber Lokal, Regional, Nasional 4. Udang putih Daging olahan Lokal, Regional, Nasional 5. Ikan lais Daging olahan Lokal Sumber : Kajian Produk Unggulan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, Tahun 2006 dan hasil analisis f. Tingkat Perekonomian Penduduk Jumlah rumah tangga miskin selama kurun waktu 5 tahun terakhir secara umum mengalami penurunan. Tercatat pada tahun 2005 jumlah rumah tangga miskin adalah sebanyak yang kemudian menurun 52,23% menjadi rumah tangga pada tahun No Kecamatan Tabel 2.29 Jumlah Rumah Tangga Miskin Tahun 2009 Jumlah Rumah Tangga Miskin Arut Selatan Arut Utara Kotawaringin Lama Kumai Pangkalan Lada Pangkalan Banteng Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Barat. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

57 II-48 gambaran umum kondisi daerah g. Kondisi Permukiman Kondisi pemukiman di Kabupaten Kotawaringin Barat ditinjau dari pola pembentukannya pada umumnya membentuk pola linier. Bentuk pola linier ini diperlihatkan oleh suatu pemukiman yang memanjang di sepanjang tepian jalur-jalur aliran sungai dan jaringan jalan yang ada. Pembentukan pola pemukiman ini sangat dimaklumi mengingat kondisi fisik di Kabupaten Kotawaringin Barat merupakan daerah yang banyak dilalui sungai, terlebih keberadaan sungai ini hingga kini masih dijadikan urat nadi lalu lintas kegiatan sosial ekonomi penduduknya. Adapun bentuk pola pemukiman seperti ini dapat dilihat pada setiap kecamatan yang dilaluinya, misalnya sepanjang Sungai Lamandau, Sungai Arut Selatan, dan Sungai Kumai serta beberapa sungai kecil lainnya. Selain itu juga, terdapat suatu bentuk pola permukiman yang teratur yaitu pola permukiman yang diperlihatkan oleh pemukiman-pemukiman transmigrasi di Kabupaten Kotawaringin Barat yang umumnya disebut Satuan Pemukiman (SP). Pola pemukiman ini biasanya dibuat secara terpadu, dimana masing-masing unit bangunan rumah yang dijadikan sebagai tempat hunian (istirahat, berkumpul dengan keluarga) dikelilingi oleh lahan-lahan yang secara langsung dijadikan sebagai tempat melakukan kegiatan ekonomi mereka (bertani, berkebun) Fokus Kesejahteraan Masyarakat a. Pendidikan Kondisi pendidikan di Kabupaten Kotawaringin Barat dapat diuraikan sebagaimana Tabel 2.30 berikut : Tabel 2.30 Kondisi Pendidikan Tahun Tahun No. Uraian Angka melek huruf (%) 94,93 94, Angka rata-rata lama sekolah (tahun) 7,71 8, Angka PartisipasiKasar Angka Partisipasi Kasar (APK) PAUD 17, Angka Partisipasi Kasar (APK) SD/MI 110,4 110, Angka Partisipasi Kasar (APK) SMP/MTs 73,00 73, Angka Partisipasi Kasar (APK) SMA/SMK 54,53 54, Angka Partisipasi Murni Angka Partisipasi Murni (APM) SD/MI/Paket A 85,08 85, Angka Partisipasi Murni (APM) SMP/MTs/Paket B 55 55, Angka Partisipasi Murni (APM) SMA/SMK/Paket C 36,83 36,86 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

58 II-49 gambaran umum kondisi daerah Keberhasilan daerah melaksanakan kewenangannya dalam pendidikan di daerah sangat tergantung pada kemampuan perencanaan kebijakan dalam pendidikan yang disiapkan oleh daerah itu sendiri, sehingga pada akhirnya daerah mempunyai pedoman dalam mengelola kewenangannya mulai dari pendanaan, perizinan, perencanaan, proses dan evaluasi yang sesuai standar, norma dan kebijakan dari pemerintah daerah masing-masing. Kondisi Pendidikan Dasar 9 (Sembilan) tahun di Kabupaten Kotawaringin Barat dari Tahun 2006 s.d 2010 adalah sebagai berikut : Jumlah sekolah tingkat SD/MI sebanyak 184 sekolah yang terdiri dari Sekolah Negeri 165 sekolah dan Sekolah Swasta 19 sekolah. Jumlah sekolah tingkat SMP/MTs terjadi peningkatan dari 43 sekolah tahun 2006 menjadi 61 sekolah tahun Jumlah sekolah tingkat SMA/MA, SMK terjadi penigkatan dari 23 sekolah tahun 2006 menjadi 25 sekolah tahun Sehubungan dengan hal tersebut maka, diperlukan berbagai langkah dan tindakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat berjalan secara dinamis dan berkesinambungan. Oleh sebab itu, berbagai langkah dan tindakan yang akan diambil perlu dituangkan dalam suatu program kerja yang mempunyai integritas yang tinggi, dengan mengedepankan skala prioritas dan tingkat efisiensi dan efektifitas pengelolaan anggaran di bidang pendidikan. Kelengkapan fasilitas pendidikan di Kabupaten Kotawaringin Barat ditunjukkan dengan keberadaan sarana pendidikan yang ada, mulai dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). Distribusi dari masing-masing jenis fasilitas pendidikan di setiap kecamatan pada umumnya cukup merata, kecuali untuk pendidikan tinggi belum ada di Kabupaten Kotawaringin Barat. Taman Kanak - Kanak (TK) Fasilitas Taman Kanak-Kanak sudah tersebar secara merata di semua Kecamatan. Dari 77 TK yang ada, hanya 2 unit TK yang dikelola oleh pemerintah, sedangkan 75 unit TK lainnya dikelola oleh swasta. Sekolah Dasar (SD) Untuk tingkat pendidikan SD/MI, distribusinya cukup merata ke setiap kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kotawaringin Barat. Jumlah sekolah SD/MI, baik negeri maupun swasta, adalah 184 unit. Total murid yang ditampung adalah siswa dengan tenaga pengajar berjumlah guru. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

59 II-50 gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.31 Fasilitas Pendidikan SD Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2010 No. Kecamatan Sekolah Guru Murid Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah Negeri Swasta Jumlah 1. Ktw Lama Arut Selatan Kumai Arut Utara Pangk. Lada Pangk. Banteng Jumlah Sumber : Kotawaringin Barat Dalam Angka 2010 Sekolah Menengah Pertama (SMP) Distribusi unit SMP cukup merata ke setiap kecamatan yang terdapat di Kabupaten Kotawaringin Barat. Jumlah sekolah SMP, baik negeri maupun swasta, adalah 58 unit. Total murid yang ditampung adalah siswa dengan tenaga pengajar berjumlah 811 guru. Rinciannya dapat dilihat pada Tabel 2.32 Tabel 2.32 Fasilitas Pendidikan SMP Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2010 No. Kecamatan Sekolah Guru Murid Negeri Swasta Jml Negeri Swasta Jml Negeri Swasta Jml 1. Ktw Lama Arut Selatan Kumai Arut Utara Pangk. Lada Pangk. Banteng Jumlah Sumber : Kotawaringin Barat Dalam Angka 2010 Sekolah Menengah Atas (SMA) Jumlah Sekolah Menengah Atas di Kabupaten Kotawaringin Barat, baik negeri maupun swasta, berjumlah 16 unit, dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 358 guru dan murid sebanyak siswa. Tabel 2.33 Fasilitas Pendidikan SMA Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2010 No. Kecamatan Sekolah Guru Murid Negeri Swasta Jml Negeri Swasta Jml Negeri Swasta Jml 1. Ktw Lama Arut Selatan Kumai Arut Utara Pangk. Lada Pangk. Banteng Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, Tahun 2010 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

60 II-51 gambaran umum kondisi daerah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Jumlah Sekolah Menengah Kejuruan di Kabupaten Kotawaringin Barat, baik negeri ataupun swasta, berjumlah 10 unit, dengan jumlah tenaga pengajar sebanyak 236 guru dan jumlah murid sebanyak siswa. Tabel 2.34 Persandingan Sasaran Pendidikan antara Nasional, Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Kotawaringin Barat No. Indikator Target RPJMN (Tahun 2014) Target RPJM Prov. Kalteng (Tahun 2015) Target RPJMD Kab. Kobar (Tahun 2016) 1. Meningkatnya rata-rata lama sekolah penduduk berusia 15 tahun ke atas (tahun) 2. Menurunnya angka buta aksara penduduk berusia 15 tahun ke atas (%) 3. Meningkatnya APM SD/SDLB/MI/Paket A (%) 4. Meningkatnya APM SMP/SMPLB/MTs/Paket B (%) 5. Meningkatnya APK SMA/SMK/MA/Paket C (%) 6. Meningkatnya APK PT usia tahun (%) 8,25 9,10 9,10 4,18 1,2 1,2 96,0 99,04 98,0 76,0 84, ,0 70,09 70,09 30,0 30,0 7. Menurunnya disparitas partisipasi dan kualitas pelayanan pendidikan antar wilayah, gender, dan sosial ekonomi, serta antar satuan pendidikan yang diselenggarakan oleh pemerintah dan masyarakat b. Kesehatan Undang-Undang Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan telah menggariskan tujuan diselenggarakan pembangunan kesehatan, yaitu untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari tujuan nasional. Sasaran yang ingin dicapai adalah meningkatnya kualitas dan pemerataan pelayanan kesehatan yang semakin terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Dari 18 indikator Kewenangan Wajib dan SPM di Kabupaten Kotawaringin Barat ada 9 indikator yang tidak mencapai target atau sebesar 50% indikator SPM tidak tercapai di KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

61 II-52 gambaran umum kondisi daerah banding tahun 2008 hanya 7 (tujuh) indikator yang tidak mencapai target sesuai diharapkan atau 38,8%. Kendala yang dihadapi adalah penetapan sasaran yang belum akurat sehingga angka proyeksi sasaran sangat jauh dengan kondisi di lapangan. Berdasarkan kondisi obyektif mengenai kesehatan masyarakat tersebut, maka pelayanan kesehatan yang diberikan pemerintah dirasakan masih perlu peningkatan, karena disamping belum adanya jaminan pemerataan pelayanan kesehatan khususnya bagi masyarakat di pedalaman, juga bagi masyarakat yang memerlukan pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah. Kondisi Kesehatan Kabupaten Kotawaringin Barat dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 2.35 Kondisi Kesehatan Tahun No. Uraian Tahun Rasio tempat tidur rumah sakit per satuan penduduk (1000:1) 0,004 0, Rasio dokter per satuan penduduk 0,09 0,1 3. Rasio tenaga para medis per satuan penduduk 18, Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan 6. Cakupan desa/kelurahan Universal Child Immunization (UCI) Cakupan Balita Gizi Buruk mendapat perawatan Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit TBC, BTA Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat Miskin Cakupan Kunjungan Bayi Angka Kematian Bayi /1000 Kelahiran Hidup Angka Kematian Ibu / Kelahiran Hidup AKABA per 1000 Balita Angka Kelangsungan Hidup Bayi 986,24 993, Angka Usia Harapan Hidup (tahun) 71,47 71, Persentase Balita Gizi Buruk (%) 0,07 0,07 1) Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Kematian bayi adalah kematian yang terjadi antara saat setelah bayi lahir sampai bayi belum berusia tepat satu tahun. Banyak faktor yang dikaitkan dengan kematian bayi. Secara garis besar, dari sisi penyebabnya, kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau yang umum disebut dengan kematian neo-natal adalah kematian bayi yang terjadi pada bulan pertama setelah dilahirkan, dan umumnya disebabkan oleh KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

62 II-53 gambaran umum kondisi daerah faktor-faktor yang dibawa anak sejak lahir, yang diperoleh dari orang tuanya pada saat konsepsi atau didapat selama kehamilan. Kematian bayi eksogen atau kematian post neo-natal, adalah kematian bayi yang terjadi setelah usia satu bulan sampai menjelang usia satu tahun yang disebabkan oleh faktor-faktor yang bertalian dengan pengaruh lingkungan luar. Angka kematian bayi (AKB) menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat dimana angka kematian itu dihitung. Kegunaan AKB untuk pengembangan perencanaan berbeda antara kematian neo-natal dan kematian bayi yang lain. Karena kematian neo-natal disebabkan oleh faktor endogen yang berhubungan dengan kehamilan maka programprogram untuk mengurangi angka kematian neo-natal adalah yang bersangkutan dengan program pelayanan kesehatan ibu hamil, misalnya program pemberian pil besi dan suntikan anti tetanus. Sedangkan angka kematian Post-Neo Natal dan angka kematian anak serta kematian balita dapat berguna untuk mengembangkan program imunisasi, serta program-program pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk anak dibawah usia 5 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai dengan usia 1 tahun. Angka kelangsungan hidup bayi = (1-angka kematian bayi). AKB dihitung dengan jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per kelahiran hidup pada tahun yang sama, dengan cara sebagai berikut: AKB D 0 1th Lahir idup 1000 Dimana: 1 = per 1000 kelahiran AKB = Angka kematian bayi/infant Mortality Rate (IMR) D 0-1th = Jumlah kematian bayi (berumur kurang 1 tahun) pada satu tahun tertentu. Lahir idup = Jumlah kelahiran hidup pada satu tahun tertentu. Berikut adalah perhitungan AKHB, diketahui jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun dan jumlah kelahiran per Kecamatan Hidup pada tahun 2010, sebagai berikut: Tabel Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) dan Angka Kematian Bayi (AKB) Kabupaten Kotawaringin Barat pada Tahun 2010 Kecamatan Jumlah kematian bayi usia dibawah 1 tahun pada tahun 2010 Jumlah Kelahiran Hidup pada tahun 2010 AKB AKHB Ktw Lama ,95 988,05 Arut Selatan ,44 978,56 Kumai ,21 993,79 Arut Utara ,98 996,02 Pangk. Lada , Pangk. Banteng ,02 995,98 Jumlah ,75 986,24 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

63 II-54 gambaran umum kondisi daerah AKB nasional adalah sebesar 24 pada tahun 2010, maka dengan AKB sebesar 13,75 pada tahun 2010 di Kabupaten Kotawaringin Barat masih dibawah rata-rata nasional atau dengan kata lain merupakan keberhasilan dari program-program imunisasi, pencegahan penyakit menular terutama pada anak-anak, program penerangan tentang gizi dan pemberian makanan sehat untuk ibu hamil dan anak. Perkembangan dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, untuk mengetahui perkembangan hasil penanggulangan/kebijakan yang telah dilaksanakan mengatasi tingginya AKB di Kabupaten Kotawaringin Barat disajikan sebagaimana gambar berikut : Grafik 2.3 Angka Kematian Bayi Per 1000 Kelahiran Hidup Di Kabupaten Kotawaringin Barat Periode ,4 13, , ,2 6, ) Persentase Balita Gizi Buruk Persentase balita gizi buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Keadaan tubuh anak atau bayi dilihat dari berat badan menurut umur. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO. WHO (1999) mengelompokkan wilayah yaitu kecamatan untuk kabupaten/kota dan kabupaten/kota untuk provinsi berdasarkan prevalensi gizi kurang ke dalam 4 kelompok dari seluruh jumlah balita, yaitu : a. rendah = di bawah 10 % b. sedang = % c. tinggi = % d. sangat tinggi = 30 % Gizi buruk adalah status gizi menurut berat badan dan tinggi badan dengan Z-score <-3 dan atau dengan tanda-tanda klinis marasmus, kwashiorkor, dan marasmus-kwashiorkor. Kasus balita gizi buruk selalu ditemukan setiap tahun di wilayah Kotawaringin Barat. Pada tahun 2010, 6 (enam) puskesmas melaporkan adanya kejadian kasus balita gizi buruk dengan total kasus berjumlah 7 balita. Jumlah ini sama dengan jumlah kasus balita gizi buruk dari tahun sebelumnya yang tercatat 7 kasus yang dilaporkan oleh 6 puskesmas. Kasus gizi buruk terjadi di wilayah Puskesmas Arut Utara 2 kasus, Puskesmas Mendawai, Natai Pelingkau, Sungai Rangit, Teluk Bogam, dan Karang Mulya masing-masing 1 kasus. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

64 Kotawaringi Arut Selatan Mendawai Madurejo Palingkau Kumpai Kumai Teluk Bogam Sungai Rangit Pangkalan Semanggang Karang Mulya Arut Utara II-55 gambaran umum kondisi daerah Grafik 2.4 Jumlah Kasus & Puskesmas Balita Gizi Buruk Kabupaten Kotawaringin Barat Periode KASUS PUSKESMAS Data lima tahun terakhir menunjukkan hampir seluruh puskesmas pernah melaporkan adanya kasus balita gizi buruk. Hanya satu puskesmas belum pernah melaporkan adanya kasus gizi buruk di wilayah kerjanya selama lima tahun terakhir yaitu Kumpai Batu Atas. Grafik 2.5 JUMLAH KASUS BALITA GIZI BURUK TIAP PUSKESMAS PERIODE Pada tahun 2010 ditemukan 7 kasus gizi buruk atau 0,074% dari jumlah balita yang ditimbang. Dari jumlah tersebut 100% sudah mendapat perawatan baik di rumah sakit maupun di puskesmas perawatan. Ketujuh kasus gizi buruk tersebut ditemukan di wilayah kerja Puskesmas Arut Utara sebanyak 2 kasus dan Mendawai, Natai Palingkau, Sungai Rangit, Karang Mulya dan Teluk Bogam masing-masing satu kasus. 3) Dukungan Sarana Kesehatan Untuk fasilitas kesehatan di Kabupaten Kotawaringin Barat, saat ini dilayani oleh 1 buah Rumah Sakit Umum, puskesmas sebanyak 15 buah dan puskesmas pembantu (pustu) sebanyak 72 buah. Rincian fasilitas kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2.37 berikut ini. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

65 II-56 gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.37 Fasilitas Kesehatan Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2010 No. Kecamatan Jenis Fasilitas (unit) Rumah Sakit Puskesmas Pustu Jumlah 1. Ktw Lama Arut Selatan Kumai Arut Utara Pangk. Lada Pangk. Banteng Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, Tahun 2010 Sementara itu, untuk tenaga kesehatan, saat ini dilayani oleh dokter umum sebanyak 23 orang, dokter gigi sebanyak 8 orang, bidan sebanyak 110 orang, perawat sebanyak 147 orang, asisten apoteker sebanyak 14 orang dan tenaga teknis lainnya 18 orang. Rincian jumlah tenaga kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2.38 berikut ini. No. Tabel 2.38 Jumlah Tenaga Kesehatan Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2010 Kecamatan Dokter Umum Dokter Gigi Jenis Tenaga Kesehatan (orang) Bidan Perawat Asisten Apoteker Tenaga Teknis Lainnya Jumlah 1. Ktw Lama Arut Selatan Kumai Arut Utara Pangk. Lada Pangk. Banteng Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, Tahun 2010 Tabel 2.39 Persandingan Sasaran Kesehatan antara Nasional, Provinsi Kalimantan Tengah dan Kabupaten Kotawaringin Barat No. Indikator Target RPJMN (Tahun 2014) Target RPJM Prov. Kalteng (Tahun 2015) Target RPJMD Kab. Kobar (Tahun 2016) 1. Meningkatnya umur harapan hidup 2. Menurunnya angka kematian ibu melahirkan per kelahiran hidup 3. Menurunnya angka kematian bayi per kelahiran hidup 4. Menurunnya prevelensi kekurangan gizi (gizi kurang dan gizi buruk) pada anak balita (%) 72,0 72,10 72, ,04 (dalam %) < 15,0 < 15,0 0 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

66 II-57 gambaran umum kondisi daerah c. Kemiskinan Persentase penduduk diatas garis kemiskinan dihitung dengan menggunakan formula (100 - angka kemiskinan). Angka kemiskinan adalah persentase penduduk yang masuk kategori miskin terhadap jumlah penduduk. Penduduk miskin dihitung berdasarkan garis kemiskinan. Garis kemiskinan adalah nilai rupiah pengeluaran per kapita setiap bulan untuk memenuhi standar minimum kebutuhan-kebutuhan konsumsi pangan dan non pangan yang dibutuhkan oleh individu untuk hidup layak. Data kemiskinan yang baik dapat digunakan untuk: 1. Mengevaluasi kebijakan pemerintah terhadap kemiskinan; 2. Membandingkan kemiskinan antar waktu, antar daerah; 3. Menentukan target penduduk miskin dengan tujuan untuk memperbaiki posisi mereka. Beberapa pengertian terkait dengan kemiskinan antara lain: 1. Kemiskinan relatif, ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencapai standar kehidupan yang ditetapkan masyarakat setempat sehingga proses penentuannya sangat subjektif. 2. Kemiskinan absolut, ditentukan berdasarkan ketidakmampuan untuk mencukupi kebutuhan pokok minimum. Untuk melihat penduduk miskin dunia, biasanya Bank Dunia menggunakan garis kemiskinan US $ 1 atau US $ 2 per hari. 3. Kemiskinan Struktural (contoh; kemiskinan karena lokasi yg terisolasi, misal orang mentawai, orang tengger dsb). Adalagi kemiskinan kultural (karena faktor adat) seperti suku badui di cibeo (Banten), suku kubu (Jambi), dayak dan sebagainya. Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach). Dengan pendekatan ini, kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Dengan pendekatan ini, dapat dihitung Head Count Index (HCI), yaitu persentase penduduk yang berada di bawah garis kemiskinan. Metode yang digunakan adalah menghitung garis kemiskinan (GK), yang terdiri dari dua komponen yaitu garis kemiskinan makanan (GKM) dan garis kemiskinan bukan-makanan (GKBM). Penghitungan garis kemiskinan dilakukan secara terpisah untuk daerah perkotaan dan perdesaan. Penduduk miskin adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan dibawah garis kemiskinan. Tabel 2.40 Garis Kemiskinan, Jumlah dan Persentase Penduduk Miskin Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Garis Kemiskinan Penduduk Miskin (%) Penduduk Miskin (000 jiwa) ,76 19, ,87 17, ,27 16,5 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

67 II-58 gambaran umum kondisi daerah d. Kesempatan Kerja (Rasio Pennduduk Yang Bekerja) Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan Kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja. Sementara itu, angkatan kerja (labour force) menurut Soemitro Djojohadikusumo didefinisikan sebagai bagian dari jumlah penduduk yang mempunyai pekerjaan atau yang sedang mencari kesempatan untuk melakukan pekerjaan yang produktif. Bisa juga disebut sumber daya manusia. Rasio penduduk yang bekerja adalah perbandingan jumlah penduduk yang bekerja terhadap jumlah angkatan kerja. Jika yang tersedia adalah angka pengangguran, maka angka yang digunakan adalah = (1 - angka pengangguran) Rasio penduduk yang bekerja Penduduk yang bekerja Angkatan kerja Contoh menghitung rasio tersebut terlebih dahulu disusun data angkatan kerja yang bekerja dan yang mencari pekerjaan menurut kelompok umur berdasarkan hasil sensus terakhir ke dalam tabel sebagai berikut: Tabel 2.41 Penduduk Berusia 10 Tahun Ke Atas Menurut Jenis Kegiatan Utama Di Kabupaten Kotawaringin Barat No. Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2006 Tahun 2007 Tahun 2008 Tahun 2009 Tahun Bekerja Sekolah Mengurus Rumah Tangga Lainnya Jumlah KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

68 II-59 gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.42 Kondisi Ketenagakerjaan di Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2007 s/d Tahun 2010 Tahun AK (jiwa) TPAK (%) TKK (%) TPT (%) ,62 92,75 7, ,73 94,57 5, ,98 95,26 4, ,74 90,75 9, Fokus Seni Budaya dan Olahraga Pembangunan bidang seni, budaya dan olahraga sangat terkait erat dengan kualitas hidup manusia dan masyarakat. Hal ini sesuai dengan 2 (dua) sasaran pencapaian pembangunan bidang sosial budaya dan keagamaan yaitu (i) untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab serta (ii) mewujudkan bangsa yang berdaya saing untuk mencapai masyarakat yang lebih makmur dan sejahtera. Pencapaian pembangunan seni, budaya dan olahraga dapat dilihat berdasarkan indikator sebagai berikut: a. Jumlah grup kesenian adalah jumlah grup kesenian per penduduk. b. Jumlah gedung kesenian adalah jumlah gedung kesenian per penduduk. c. Jumlah klub olahraga adalah jumlah klub olahraga per penduduk. d. Jumlah gedung olahraga adalah jumlah gedung olahraga per penduduk. Selanjutnya penyajian pencapaian pembangunan seni, budaya dan olahraga dapat dilihat pada tabel dibawah ini: No Tabel 2.43 Perkembangan Seni, Budaya dan Olahraga Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Tahun Jumlah grup kesenian Jumlah gedung kesenian Jumlah klub olahraga Jumlah gedung olahraga KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

69 II-60 gambaran umum kondisi daerah 2.3 ASPEK PELAYANAN UMUM Fokus Layanan Urusan Wajib Pendidikan Kondisi sarana dan prasarana pendidikan di Kabupaten Kotawaringin Barat dapat dilihat pada Tabel 2.44 berikut : Tabel 2.44 Kondisi sarana dan prasarana pendidikan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Tahun No. Uraian Pendidikan dasar SD/MI Perbandingan guru dan siswa SD/Mts 1 : 26 1:26 SMP/MTs Perbandingan guru dan siswa SMP/Mts 1:14 1: Pendidikan Menengah Rasio guru terhadap murid 557,61 1: Fasilitas Pendidikan Persentase SD/MI yang memiliki ruang kelas sesuai SPM 79, Persentase SMP/Mts yang memiliki ruang kelas sesuai SPM 86, Persentase SMA/MA/SMK yang memiliki ruang kelas sesuai SPM 75, Angka Putus Sekolah Angka Putus Sekolah (APS) SD/MI 0, Angka Putus Sekolah (APS) SMP/MTs 2, Angka Putus Sekolah (APS) SMA/SMK/MA 2, Guru yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV Guru SD/SDLB yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 28, Guru SMP/SMPLB yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 89, Guru SMA/SMALB/SMK yang memenuhi kualifikasi S1/D-IV 67, Kesehatan a. Rasio Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) Per Satuan Balita Pengertian Posyandu adalah suatu wadah komunikasi alih teknologi dalam pelayanan kesehatan masyarakat dari Keluarga Berencana dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat dengan dukungan pelayanan serta pembinaan teknis dari petugas KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

70 II-61 gambaran umum kondisi daerah kesehatan dan keluarga berencana yang mempunyai nilai strategis untuk pengembangan sumber daya manusia sejak dini. Tujuan penyelenggaraan Posyandu: 1. Menurunkan Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Kematian Ibu ( ibu Hamil, melahirkan dan nifas). 2. Membudayakan NKKBS. 3. Meningkatkan peran serta dan kemampuan masyarakat untuk mengembangkan kegiatan kesehatan dan KB serta kegiatan lainnya yang menunjang untuk tercapainya masyarakat sehat sejahtera. 4. Berfungsi sebagai Wahana Gerakan Reproduksi Keluarga Sejahtera, Gerakan Ketahanan Keluarga dan Gerakan Ekonomi Keluarga Sejahtera. Pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak-anak sejak usia dini, merupakan suatu strategi dalam upaya pemenuhan pelayanan dasar yang meliputi peningkatan derajat kesehatan dan gizi yang baik, lingkungan yang sehat dan aman, pengembangan psikososial/emosi, kemampuan berbahasa dan pengembangan kemampuan kognitif (daya pikir dan daya cipta) serta perlindungan anak. Pengalaman empirik dibeberapa tempat menunjukan, bahwa strategi pelayanan kesehatan dasar masyarakat dengan fokus pada ibu dan anak seperti itu, dapat dilakukan pada Posyandu. Karena Posyandu merupakan wadah peranserta masyarakat untuk menyampaikan dan memperoleh pelayanan kesehatan dasarnya, maka diharapkan pula strategi operasional pemeliharaan dan perawatan kesejahteraan ibu dan anak secara dini, dapat dilakukan di setiap posyandu. Terkait dengan hal tersebut diatas perlu dilakukan analisis rasio posyandu terhadap jumlah balita dalam upaya peningkatan fasilitasi pelayanan pemenuhan kebutuhan tumbuh kembang anak sejak dalam kandungan, dan agar status gizi maupun derajat kesehatan ibu dan anak dapat dipertahankan dan atau ditingkatkan. Pembentukan Posyandu sebaiknya tidak terlalu dekat dengan Puskesmas agar pendekatan pelayanan kesehatan terhadap masyarakat lebih tercapai dan idealnya satu Posyandu melayani 100 balita. Oleh karena itu perlu dihitung rasio ketersediaan posyandu per balita. Kegunaannya untuk mengetahui berapa selayaknya jumlah posyandu yang efektif tersedia sesuai dengan tingkat penyebarannya serta sebagai dasar untuk merevitalisasi fungsi dan peranannya dalam pembangunan daerah. Untuk menghitung rasio posyandu per satuan balita dapat disusun tabel sebagai berikut: Tabel 2.45 Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2006 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Jumlah posyandu Jumlah balita Rasio 0,77 0,77 1,49 0,72 0,51 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

71 II-62 gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.46 Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan Tahun 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Kecamatan Jumlah posyandu Jumlah balita Rasio (1) (2) (3) (4) (5=4/3) 1 Ktw Lama ,83 2 Arut Selatan ,44 3 Kumai ,65 4 Arut Utara ,59 5 Pangk. Lada ,35 6 Pangk. Banteng ,50 Jumlah ,51 b. Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pusekesmas Pembantu (Pustu) Tabel 2.47 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2006 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Jumlah Puskesmas Jumlah Poliklinik/R.Bersalin/B. Pengobatan Jumlah Pustu Jumlah Penduduk Rasio Puskesmas persatuan penduduk 0,06 0,05 0,06 0,06 0,06 6. Rasio Poliklinik persatuan penduduk 0,08 0,08 0,07 0,07 0,07 7. Rasio Pustu persatuan penduduk 0,37 0,34 0,33 0,33 0,30 Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, Tahun 2010 Tabel 2.48 Jumlah Puskesmas, Poliklinik/R.Bersalin dan Pustu Menurut Kecamatan Tahun 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Kecamatan Jumlah Penduduk Puskesmas Poliklinik/R. Bersalin Pustu Jumlah Rasio Jumlah Rasio Jumlah Rasio (1) (2) (3) (4) (5=4/3) (6) (7=6/3) (8) (9=8/3) 1 Ktw Lama Arut Selatan Kumai Arut Utara Pangk. Lada Pangk. Banteng Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, Tahun 2010 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

72 II-63 gambaran umum kondisi daerah c. Rasio Rumah Sakit Persatuan Penduduk Rumah sakit adalah suatu organisasi yang melalui tenaga medis profesional yang terorganisir serta sarana kedokteran yang permanen menyelenggarakan pelayanan kesehatan, asuhan keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis serta pengobatan penyakit yang diderita oleh pasien. Untuk menghitung rasio rumah sakit per satuan penduduk dapat disusun tabel sebagai berikut : Tabel 2.49 Jumlah dan Rasio Rumah Sakit Per jumlah Penduduk Tahun 2006 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Jumlah Rumah Sakit Umum (Pemerintah) Jumlah Penduduk Rasio 0,05 0,04 0,04 0,04 0,04 Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, Tahun 2010 d. Rasio Dokter Persatuan Penduduk Indikator rasio dokter per jumlah penduduk menunjukkan tingkat pelayanan yang dapat diberikan oleh dokter dibandingkan jumlah penduduk yang ada. Apabila dikaitkan dengan standar sistem pelayanan kesehatan terpadu, idealnya satu orang dokter melayani penduduk. Jumlah dokter dan dokter spesialis di Indonesia belum memenuhi kebutuhan sesuai rasio jumlah penduduk Indonesia. Selain itu distribusi dokter dan dokter spesialis tidak merata serta kualitasnya masih perlu ditingkatkan. Untuk menghitung rasio dokter per satuan penduduk dapat disusun tabel sebagai berikut: Tabel 2.50 Jumlah Dokter Tahun 2006 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Jumlah Dokter Jumlah Penduduk Rasio 0,13 0,19 0,13 0,08 0,13 Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, Tahun 2010 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

73 II-64 gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.51 Jumlah Dokter Menurut Kecamatan Tahun 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Dokter Rasio (1) (2) (3) (4) (5=4/3) 1 Ktw Lama Arut Selatan Kumai Arut Utara Pangk. Lada Pangk. Banteng Jumlah Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, Tahun 2010 e. Rasio Tenaga medis Persatuan Penduduk Rasio Tenaga Medis per jumlah penduduk menunjukkan seberapa besar ketersediaan tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kepada penduduk. Untuk menghitung rasio tenaga medis persatuan penduduk dapat disusun tabel sebagai berikut : Tabel 2.52 Jumlah Tenaga Medis Tahun 2006 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk Rasio 1,54 2,00 1,16 1,19 1,33 Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, Tahun 2010 Tabel 2.53 Jumlah Tenaga Medis Menurut Kecamatan Tahun 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Kecamatan Jumlah Penduduk Jumlah Tenaga Medis Rasio 1 Ktw Lama ,40 2 Arut Selatan ,08 3 Kumai ,25 4 Arut Utara ,32 5 Pangk. Lada ,88 6 Pangk. Banteng ,06 Jumlah ,33 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

74 II-65 gambaran umum kondisi daerah Lingkungan Hidup a. Persentase Penduduk Berakses Air Minum Syarat-syarat air minum menurut Kementerian Kesehatan adalah tidak berasa, tidak berbau, tidak berwarna, dan tidak mengandung logam berat. Walaupun air dari sumber alam dapat diminum oleh manusia, terdapat resiko bahwa air ini telah tercemar oleh bakteri (misalnya Escherichia coli) atau zat-zat berbahaya. Walaupun bakteri dapat dibunuh dengan memasak air hingga 100 C, banyak zat berbahaya, terutama logam, tidak dapat dihilangkan dengan cara ini. Untuk menghitung persentase penduduk berakses air bersih dapat disusun tabel sebagai berikut: Tabel 2.54 Proporsi Jumlah Penduduk yang Mendapatkan Akses Air Minum dan Jumlah Penduduk Tahun 2006 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Jumlah penduduk yang mendapatkan akses air minum 2. Jumlah penduduk Persentase penduduk berakses air 3,68 3,13 3,62 4, bersih Sumber : BPS Kabupaten Kotawaringin Barat, Tahun Sarana dan Prasarana Umum a. Proporsi Panjang Jaringan Jalan Dalam Kondisi Baik Panjang jaringan jalan di Kabupaten Kotawaringin Barat berdasarkan kondisi dapat disusun tabel sebagai berikut : Tabel 2.55 Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Tahun 2006 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Kondisi Jalan Panjang Jalan (km) Kondisi Baik 320,25 344,72 304,27 359,83 408,93 2. Kondisi Sedang Rusak 645,82 983, , , ,39 3. Kondisi Rusak 329,69 236,37 576,12 542,72 661,18 4. Kondisi Rusak Berat 173,26 163,94 292,03 275,51 273,76 5. Jalan secara keseluruhan (nasional, provinsi, dan kabupaten/kota) 1.469, , , , ,26 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

75 II-66 gambaran umum kondisi daerah b. Rasio Tempat Ibadah Per satuan Penduduk Tabel 2.56 Rasio Tempat Ibadah Tahun 2006 dan 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO. Bangunan tempat Ibadah Jumlah (unit) Jumlah pemeluk Rasio Jumlah (unit) Jumlah pemeluk Rasio (5=3/4) 6 7 (8=6/7) 1. Mesjid , ,76 Mushola/Langgar Gereja , ,95 3. Pura , ,03 4. Vihara , ,13 5. Kelenteng Lainnya/Balai Kaharingan , ,01 Jumlah , ,38 c. Rasio Tempat Pembuangan sampah Per satuan Penduduk Tabel 2.57 Rasio Tempat Pembuangan Sampah terhadap Jumlah Penduduk Tahun 2006 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat No Uraian Jumlah Daya Tampung TPS (m³) Jumlah Penduduk Rasio Daya Tampung TPS thd Jumlah penduduk 0,78 0,75 1,17 1,23 1, ASPEK DAYA SAING DAERAH Fokus Kemampuan Ekonomi Daerah a. Produktivitas Total Daerah Produktivitas total daerah dihitung untuk mengetahui tingkat produktivitas tiap sektor per angkatan kerja yang menunjukan seberapa produktif tiap angkatan kerja dalam mendorong ekonomi daerah per sektor. Produktivitas Total Daerah dapat diketahui dengan menghitung produktivitas daerah per sektor (9 sektor) yang merupakan jumlah PDRB dari setiap sektor dibagi dengan jumlah angkatan kerja dalam sektor yang bersangkutan. PDRB dihitung berdasarkan 9 (sembilan) sektor. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

76 II-67 gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.58 Produktivitas Per Sektor Tahun 2007 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO SEKTOR (RP) % (RP) % (RP) % (RP) % 1 TOTAL PDRB , , , , PERTANIAN ,22 49, ,31 46, ,90 44, ,34 43,2 1.2 PERTAMBANGAN & PENGGALIAN ,68 1, ,68 1, ,98 1, ,34 1,6 1.3 INDUSTRI PENGOLAHAN ,62 12, ,33 12, ,99 13, ,95 14,1 1.4 LISTRIK, GAS & AIR BERSIH ,04 0, ,30 0, ,06 0, ,85 0, BANGUNAN ,24 3, ,67 3, ,05 3, ,47 3, PERDAG, HOTEL & RESTORAN ,55 15, ,42 15, ,69 16, ,30 16, PENGANGKUTAN & KOMUNIKASI ,07 6, ,25 7, ,04 8, ,95 8, KEU, PERSEWAAN & JASA PERUSH ,64 2, ,28 3, ,34 3, ,22 4, JASA-JASA ,51 7, ,87 8, ,56 8, ,11 8,9 2 JUMLAH ANGKATAN KERJA Fokus Fasilitas Wilayah/Infrastruktur Suatu fasilitas wilayah atau infrastruktur menunjang daya saing daerah dalam hubungannya dengan ketersediaannya (availability) dalam mendukung aktivitas ekonomi daerah di berbagai sektor di daerah dan antar-wilayah Aksesibilitas Daerah a. Rasio Panjang Jalan Per Jumlah Kendaraan Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan dihitung untuk mengetahui tingkat ketersediaan sarana jalan dapat memberi akses tiap kendaraan. Rasio panjang jalan per jumlah kendaraan adalah perbandingan panjang jalan terhadap jumlah kendaraan. Tabel 2.59 Rasio Panjang Jalan per Jumlah Kendaraan Tahun 2006 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Panjang Jalan 2. Jumlah Kendaraan 3. Rasio 1.469, , , , , ,03 0,03 0,03 0,03 0,02 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

77 II-68 gambaran umum kondisi daerah b. Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum Jumlah orang/barang yang terangkut angkutan umum dalam periode 1 (satu) tahun. Tabel 2.60 Jumlah Orang/Barang yang Terangkut Angkutan Umum Tahun 2007 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Satuan Jumlah orang Orang Jumlah Barang Ton c. Jumlah Orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/Terminal Per Tahun Jumlah orang/barang melalui dermaga/bandara/terminal dalam periode 1 (satu) tahun. Tabel 2.61 Jumlah Orang/Barang Melalui Dermaga/Bandara/Terminal Tahun 2007 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Orang Brng Orang Brng Orang Brng Orang Brng Orang Brng 1. Dermaga Bandara Terminal Jumlah Penataan Wilayah a. Luas Wilayah Produktif Luas wilayah produktif adalah persentase realisasi luas wilayah produktif terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW. Rasio dihitung dengan rumus sebagai berikut: KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

78 II-69 gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.62 Rasio Luas Wilayah Produktif Tahun 2011 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Luas Wilayah produktif ,00 2. Luas Seluruh Wil. Budidaya ,86 3. Rasio (1./2.) 67,50 b. Luas Wilayah Industri Luas wilayah industri adalah persentase realisasi luas kawasan Industri terhadap luas rencana kawasan budidaya sesuai dengan RTRW. Rasio dihitung dengan rumus sebagai berikut: Tabel 2.63 Rasio Luas Wilayah Industri Tahun 2011 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Luas Wilayah Industri 2. Luas Seluruh Wil. Budidaya 3. Rasio (1./2.) 4.500, ,86 0,57 c. Luas Wilayah Perkotaan Luas wilayah perkotaan adalah persentase realisasi luas wilayah perkotaan terhadap luas rencana wilayah budidaya sesuai dengan RTRW. Rasio dihitung dengan rumus sebagai berikut: Tabel Rasio Luas Wilayah Perkotaan Tahun 2011 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Luas Wilayah Perkotaan , , ,00 2. Luas Seluruh Wil. Budidaya Rasio (1./2.) ,86 10,39 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

79 II-70 gambaran umum kondisi daerah Fasilitas Bank dan Non Bank Fasilitas bank dan non bank diukur dengan jenis dan jumlah bank dan cabang-cabangnya, dan jenis dan jumlah perusahaan asuransi dan cabang-cabangnya a. Jenis dan Jumlah Bank dan Cabang-Cabangnya Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Menurut fungsinya, bank dibagi menjadi bank umum dan bank perkreditan rakyat. Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Perkreditan Rakyat adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Tabel 2.65 Jenis dan Jumlah Bank dan Cabangnya Tahun Kabupaten Kotawaringin Barat Jumlah NO Sektor Bank Umum 1.1. Konvensional Syariah BPR 2.1. Konvensional Syariah Jumlah Fasilitas Listrik a. Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Penyediaan tenaga listrik bertujuan untuk meningkatkan perekonomian serta memajukan kesejahteraan masyarakat. Bila tenaga listrik telah dicapai pada suatu daerah atau wilayah maka kegiatan ekonomi dan kesejateraan pada daerah tersebut dapat meningkat. Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah Daerah berkewajiban untuk melistriki masyarakat tidak mampu dan daerah terpencil. Indikator yang digunakan untuk melihat pencapaian sasaran pemerintah daerah tersebut adalah persentase rumah tangga yang menggunakan listrik. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

80 II-71 gambaran umum kondisi daerah Persentase rumah tangga yang menggunakan listrik merupakan proporsi jumlah rumah tangga yang menggunakan listrik sebagai daya penerangan terhadap jumlah rumah tangga, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tabel 2.66 Persentase Rumah Tangga yang Menggunakan Listrik Tahun Kabupaten Kotawaringin Barat No Uraian Total Jumlah Rumah Tangga menggunakan listrik Jumlah Rumah Tangga Persentase Rumah Tangga yang menggunakan listrik (2)/(3) , Ketersediaan Penginapan Ketersediaan penginapan/hotel merupakan salah satu aspek yang penting dalam meningkatkan daya saing daerah, terutama dalam menerima dan melayani jumlah kunjungan dari luar daerah. Semakin berkembangnya investasi ekonomi daerah akan meningkatkan daya tarik kunjungan ke daerah tersebut. Dengan semakin banyaknya jumlah kunjungan orang dan wisatawan ke suatu daerah perlu didukung oleh ketersediaan penginapan/hotel. a. Jenis, Kelas, dan Jumlah Penginapan/hotel Jenis penginapan/hotel dapat dibedakan menjadi : a. Hotel Berbintang Hotel berbintang adalah suatu usaha jasa yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, di mana setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayanan, dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran, dan telah memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang seperti yang telah ditentukan. Ciri khusus dari hotel berbintang adalah mempunyai restoran yang dikelola langsung di bawah manajemen hotel tersebut. Untuk Hotel Berbintang, kriteria penggolongannya didasarkan pada persyaratan dasar dan penilaian teknis operasional. Persyaratan Dasar : Perijinan (persetujuan Prinsip, Ijin Usaha). Persyaratan Teknis : Unsur Fisik, Unsur Pengelolaan, Unsur Pelayanan. Penetapan penilaian golongan kelas hotel bintang dilakukan dengan penggabungan dari nilai persyaratan dasar dan persyaratan teknis. Penilaian penggolongan Hotel Bintang dilaksanakan oleh PHRI. b. Hotel Melati Hotel Melati adalah suatu usaha yang menggunakan suatu bangunan atau sebagian bangunan yang disediakan secara khusus, di mana setiap orang dapat menginap, makan, memperoleh pelayanan dan menggunakan fasilitas lainnya dengan pembayaran, dan belum memenuhi persyaratan sebagai hotel berbintang. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

81 II-72 gambaran umum kondisi daerah Tabel 2.67 Jenis, Kelas dan Jumlah Penginapan/Hotel Tahun 2005 dan 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat No Jenis Penginapan/Hotel Jumlah Hotel Jumlah Kamar Jumlah Tempat Tidur Jumlah Hotel Jumlah Kamar 1. Hotel Bintang Hotel Bintang Hotel Bintang Hotel Bintang Hotel Bintang Hotel Non Bintang (hotel melati dan penginapan lainnya) Jumlah Tempat Tidur Total Jumlah penginapan/hotel Fokus Iklim Berinvestasi Keamanan dan Ketertiban a. Angka Kriminalitas Angka Kriminalitas adalah rata-rata kejadian kriminalitas dalam satu bulan pada tahun tertentu. Artinya dalam satu bulan rata-rata terjadi berapa tindak kriminalitas untuk berbagai kategori seperti curanmor, pembunuhan, pemerkosaan, dan sebagainya. Indikator ini berguna untuk menggambarkan tingkat keamanan masyarakat, semakin rendah tingkat kriminalitas, maka semakin tinggi tingkat keamanan masyarakat. Angka kriminalitas dihitung berdasarkan delik aduan dari penduduk korban kejahatan dalam periode 1 (satu) tahun, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tabel 2.68 Angka Kriminalitas Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun No Jenis Kriminal Jumlah kasus Narkoba Jumlah kasus Pembunuhan Jumlah Kejahatan Seksual Jumlah kasus Penganiayaan Jumlah kasus Pencurian Jumlah kasus Penipuan Jumlah kasus Pemalsuan uang Total Jumlah Tindak Kriminal Selama 1 Tahun Jumlah Penduduk Angka Kriminalitas (8)/(9) 6,53 7,03 8,37 11,48 5,71 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

82 II-73 gambaran umum kondisi daerah Fokus Sumber Daya Manusia Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan kunci keberhasilan pembangunan nasional dan daerah. Hal ini dapat disadari oleh karena manusia sebagai subyek dan obyek dalam pembangunan. Mengingat hal tersebut, maka pembangunan SDM diarahkan agar benar-benar mampu dan memiliki etos kerja yang produktif, terampil, kreatif, disiplin dan profesional. Disamping itu juga mampu memanfaatkan, mengembangkan dan menguasai ilmu dan teknologi yang inovatif dalam rangka memacu pelaksanaan pembangunan nasional. Kualitas sumberdaya manusia juga memiliki peranan penting dalam meningkatkan daya saing daerah dan perkembangan investasi di daerah. Indikator kualitas sumberdaya manusia dalam rangka peningkatan daya saing daerah dapat dilihat dari kualitas tenaga kerja dan tingkat ketergantungan penduduk untuk melihat sejauhmana beban ketergantungan penduduk. a. Kualitas Tenaga Kerja (Rasio Lulusan S1/S2/S3) Salah satu faktor penting yang tidak dapat diabaikan dalam kerangka pembangunan daerah adalah menyangkut kualitas sumber daya manusia (SDM). Kualitas SDM ini berkaitan erat dengan kualitas tenaga kerja yang tersedia untuk mengisi kesempatan kerja di dalam negeri dan di luar negeri. Kualitas tenaga kerja di suatu wilayah sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan. Artinya semakin tinggi tingkat pendidikan yang ditamatkan penduduk suatu wilayah maka semakin baik kualitas tenaga kerjanya. Kualitas tenaga kerja pada suatu daerah dapat dilihat dari tingkat pendidikan penduduk yang telah menyelesaiakan S1, S2 dan S3. Rasio lulusan S1/S2/S3 adalah jumlah lulusan S1/S2/S3 per penduduk, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Tabel 2.69 Rasio Lulusan S1/S2/S3 Kabupaten Kotawaringin Barat NO Uraian Jumlah lulusan S Jumlah lulusan S Jumlah lulusan S Jumlah lulusan S1/S2/S Jumlah penduduk Rasio lulusan S1/S2/S3 (4/5) 48,71 51,69 50,97 55,20 58,12 b. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan) Rasio ketergantungan digunakan untuk mengukur besarnya beban yang harus ditanggung oleh setiap penduduk berusia produktif terhadap penduduk yang tidak produktif. Penduduk muda berusia dibawah 15 tahun umumnya dianggap sebagai penduduk yang belum produktif karena secara ekonomis masih tergantung pada orang tua atau orang lain KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

83 II-74 gambaran umum kondisi daerah yang menanggungnya. Selain itu, penduduk berusia diatas 65 tahun juga dianggap tidak produktif lagi sesudah melewati masa pensiun. Penduduk usia tahun, adalah penduduk usia kerja yang dianggap sudah produktif. Atas dasar konsep ini dapat digambarkan berapa besar jumlah penduduk yang tergantung pada penduduk usia kerja. Meskipun tidak terlalu akurat, rasio ketergantungan semacam ini memberikan gambaran ekonomis penduduk dari sisi demografi. Rasio ketergantungan (dependency ratio) dapat digunakan sebagai indikator yang secara kasar dapat menunjukkan keadaan ekonomi suatu negara apakah tergolong negara maju atau negara yang sedang berkembang. Dependency ratio merupakan salah satu indikator demografi yang penting. Semakin tingginya persentase dependency ratio menunjukkan semakin tingginya beban yang harus ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai hidup penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Sedangkan persentase dependency ratio yang semakin rendah menunjukkan semakin rendahnya beban yang ditanggung penduduk yang produktif untuk membiayai penduduk yang belum produktif dan tidak produktif lagi. Rasio ketergantungan adalah perbandingan jumlah penduduk usia <15 tahun dan >64 tahun terhadap jumlah penduduk usia tahun, dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: Penduduk usia 15 th usia 64 Penduduk usia Tabel 2.70 Rasio Ketergantungan Tahun 2005 s.d 2010 Kabupaten Kotawaringin Barat No Uraian Jumlah Penduduk Usia < 15 tahun Jumlah Penduduk usia > 64 tahun Jumlah Penduduk Usia Tidak Produktif (1) &(2) Jumlah Penduduk Usia tahun Rasio ketergantungan (3) / (4) ,70 48,11 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

84 III-1 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pada bab ketiga ini memuat penjelasan tentang realisasi dan proyeksi pengelolaan keuangan daerah dan mengulas aspek kemampuan pendanaan program jangka menengah yang akan disusun untuk mencapai visi, misi dan program kepala daerah terpilih. Cakupan pembahasan meliputi: pendapatan daerah, belanja daerah, pembiayaan daerah, proyeksi keuangan daerah dan kebijakan pengelolaan keuangan daerah 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur keuangan daerah diantaranya Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, dan Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, keuangan daerah harus dikelola secara tertib, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab serta taat pada peraturan perundangundangan dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah (Perda). Dalam hubungannya dengan RPJM, APBD merupakan komitmen politik penyelenggara pemerintahan daerah untuk mendanai strategi pembangunan pada satuan program dan kegiatan selama kurun waktu 5 tahun. Hubungan antara dokumen perencanaan strategik dengan anggaran, dapat dilihat dalam Gambar 3.1 sebagai berikut: Gambar 3.1 Kerangka Hubungan Antara Strategi, APBD dan Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

85 III-2 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Arah kebijakan keuangan daerah yang diambil oleh Kabupaten Kotawaringin Barat mengandung makna bahwa: 1. Arah belanja APBD Kabupaten Kotawaringin Barat digunakan sepenuhnya untuk mendukung kebijakan dan prioritas strategis jangka menengah, 5 tahunan. 2. Untuk menjamin ketersediaan dana maka kebijakan pendapatan diarahkan untuk mendapatkan berbagai sumber pendapatan yang sustain dan jumlah yang memadai. Mengingat kebijakan masing-masing komponen APBD berbeda maka kebijakan Keuangan Daerah juga dirinci pada masing-masing komponen tersebut, meliputi kebijakan Pendapatan, Belanja, Pembiayaan, dan kebijakan umum. Adapun, perihal hubungan strategi dengan (arah kebijakan) komponen APBD dapat dilihat dalam Gambar 3.2 berikut ini: Gambar 3.2 Kerangka Hubungan Antara Strategi dan Komponen APBD Gambar 3.2 menunjukkan hubungan antara proses perencanaan kegiatan dengan keuangan. Satuan terkecil dari perencanaan strategik adalah program dan kegiatan. Melalui analisis belanja, standar pelayanan, dan standar harga atas komponen belanja tiap kegiatan, dapat dihitung kebutuhan belanja. Dengan demikian, arah kebijakan belanja Kabupaten Kotawaringin Barat, pada prinsipnya adalah agar belanja dapat mendukung kebutuhan dana seluruh kegiatan. Belanja yang tidak strategic dan tidak memiliki nilai tambah (non value-added) diminimalisir. Pada tahap berikutnya, untuk menutup semua kebutuhan belanja, APBD harus mampu mengoptimalkan sumber-sumber pendapatannya. Semua potensi pendapatan semaksimal mungkin digali agar mampu menutup seluruh kebutuhan belanja. Kebijakan pendapatan diarahkan agar sumber-sumber pendapatan yang mendukung APBD selama ini harus diidentifikasi dengan baik, ditingkatkan penerimaannya (intensifikasi), dan diupayakan sumber-sumber pendapatan baru (ekstensifikasi) oleh Pemerintah daerah. Mengingat bahwa komponen anggaran menggunakan struktur surplus atau defisit maka atas selisih antara pendapatan dan belanja dihitung sebagai surplus/defisit dan dialokasikan ke pembiayaan. Bila suatu APBD mengalami defisit maka kebijakan pembiayaan mengupayakan sumber pemasukan kas untuk menutup defisit tersebut (pembiayaan penerimaan). Sebaliknya, apabila APBD mengalami selisih lebih maka atas surplus tersebut akan dialokasikan dalam pembiayaan pengeluaran pada pos-pos pembiayaan yang diperkenankan oleh peraturan Kinerja Pelaksanaan APBD Upaya realisasi target Pendapatan Daerah pada Tahun dilakukan melalui kegiatan Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan. Dengan memperhatikan kondisi daerah yang sedang KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

86 III-3 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan berjalan pada periode itu, bahwa pengadaan pajak dan retribusi baru haruslah dicermati secara hati-hati sehingga meminimalisir gejolak dalam masyarakat dimana pada gilirannya justru akan mendistorsi kegiatan perekonomian daerah. Intensifikasi pendapatan daerah dilakukan dengan peningkatan kualitas pemungutan pajak dan retribusi yaitu dengan mengoptimalkan jenis-jenis pungutan pajak daerah dan retribusi daerah yang sudah ada. Selanjutnya pada tahun kedua sampai tahun berikutnya dapat dilakukan ekstensifikasi pajak dan retribusi. Disamping itu dapat dilakukan peningkatan Taxing Power antara lain melalui penyerahan beberapa pajak pusat kepada daerah, atau PPh badan diturunkan dari 30% menjadi 25%, sisihkan kepada daerah Kabupaten Kotawaringin Barat sebesar (1,5% - 2,5%). Hendaknya, PPN lambat laun dialihkan kepada daerah. Demikian halnya mengenai kebijakan terhadap bagi hasil sumber daya alam diupayakan mengalami pembaharuan (direformasi), pengenaan PBB dengan perlakuan progresif 1. Kinerja pengelolaan melalui intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan daerah ini disayangkan belum bisa ditampilkan performance-nya lantaran ketiadaan data serta dokumen terkait bagi Kabupaten Kotawaringin Barat. Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 25 Pendapatan Daerah dikelompokkan atas 3 (tiga) komponen antara lain : 1. Pendapatan Asli Daerah 2. Dana Perimbangan 3. Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Pendapatan daerah meliputi semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana lancar, yang merupakan hak daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat selama kurun waktu pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan periode memiliki kecenderungan peningkatan performance, sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3.3 dan Tabel 3.1 berikut ini : ,00 548, , , , , , ,88 565,903,431, , ,65 0, , , ,00 Realisasi Target Gambar 3.3 Realisasi dan Target Pendapatan Daerah Tahun Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 (diolah) 1 Di ambil dari Kebijakan Umum Anggaran pada dokumen Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) dan Suplemen Penyelarasan Program bedasarkan Permendagri No.13 Th 2006 tentang pengelolaan keuangan daerah, Pemerintah Kabupaten Kotawaringin Barat. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

87 III-4 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Tabel 3.1 Rata-Rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun Kabupaten Kotawaringin Barat No. Uraian Rata-rata (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) Pertumbuhan (%) 1 PENDAPATAN 242,995,916, ,468,467, ,507,226, ,903,431, ,162,976, Pendapatan Asli Daerah 26,523,628, ,069,048, ,625,313, ,237,426, ,429,548, Pajak daerah 2,740,918, ,914,366, ,660,332, ,059,567, ,852,483, Retribusi daerah 19,064,385, ,464,676, ,312,362, ,937,386, ,142,469, Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 598,533, ,466, ,490,401, ,772,439, ,204,652, Lain-lain PAD yang sah 4,119,790, ,859,538, ,162,216, ,468,033, ,229,943, Dana Perimbangan 208,477,876, ,822,266, ,620,397, ,627,178, ,230,639, Dana bagi hasil pajak 18,095,960, ,668,837, ,468,342, ,309,180, ,960,664, Dana bagi hasil pajak/ bagi hasil bukan pajak 4,908,257, ,557,268, ,765,504, ,802,236, ,991,563, Dana alokasi umum 161,422,000, ,301,000, ,975,000, ,789,904, ,740,904, Dana alokasi khusus 18,969,540, ,651,295, ,819,614, ,031,883, ,004,000, Dana Perimbangan Provinsi 5,082,118, ,643,864, ,591,935, Dana Penyesuaian ,693,974, ,595,210, Bagi Hasil Pajak Provinsi ,938,297, Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 7,994,411, ,152, ,261,515, ,038,826, ,502,788, , Hibah ,133,942, ,252,788, (4.46) Dana darurat Dana bagi hasil pajak dari provinsi dan Pemerintah Daerah lainnya ***) Dana penyesuaian dan otonomi khusus****) Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya ,000, Bantuan Dana Kontijensi 4,617,000, (25.00) Pendapatan Lainnya 3,377,411, ,152, ,904,884, (20.73) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

88 III-5 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Dalam selang periode tercatat Pendapatan Daerah Kotawaringin Barat menunjukkan kecenderungan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 25,93% dan rata-rata pencapaian target sebesar 105,01% sebagaimana terinci pada Tabel 3.2. Tabel 3.2 Perkembangan Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian Target Margin surplus/minus (Rp) Pertumbuhan Pendapatan (%) , , ,26 105, , , ,65 105,70 66, , , ,05 109,99 25, , , ,86 103,24 11, , , ,12 99,52 0, , , ,00 100, Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 (%) Rata-rata 104,11 20,74 Adapun dari sudut pandang kontribusi komponen pembentukan pendapatan daerah Kabupaten Kotawaringin Barat menunjukkan struktur pendapatan daerah sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3.4 berikut : Struktur Pendapatan Daerah Tahun % 7% Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan 89% Lain-lain pendapatan yang sah Gambar 3.4 Struktur Pendapatan Daerah Tahun Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 (diolah) Dengan nilai rata-rata pencapaian target yang melebihi 100%, hal ini mengindikasikan komitmen pemerintah dalam mengoptimalkan sumber-sumber pendapatan yang ada untuk mengejar target yang telah ditetapkan di awal tahun anggaran. Namun melihat struktur KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

89 III-6 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan pendapatan daerah Kotawaringin Barat dimana dominasi komponen Dana Perimbangan yang begitu besar (89%), menunjukkan betapa Pendapatan Daerah setempat sangat tergantung dengan kondisi pemerintah pusat. Dengan demikian performance dan isu-isu nasional turut berperan besar menentukan besarnya nominal pendapatan daerah Kabupaten Kotawaringin Barat, sehingga agar daerah mampu mandiri secara keuangan hendaknya proporsi dana perimbangan semakin diminimalisir digantikan dengan sumber-sumber Pendapatan Asli Daerahnya yang lebih bersifat endogen. a) Pendapatan Asli Daerah Perkiraan Pendapatan Asli Daerah diupayakan menyesuaikan dengan ketentuan yang ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000, juga Peraturan Pemerintah yang mengikuti perubahan atas Undang-Undang tersebut yakni Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah dan Peraturan Pemerintah Nomor 66 tentang Retribusi Daerah. PAD merupakan pendapatan yang berasal dari sumber-sumber pendapatan asli dan hasil usaha daerah yang sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Kelompok akun ini dirinci lagi berdasarkan sumber, yaitu : Pajak Daerah; Retribusi Daerah; Hasil Pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan; dan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah. Perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Kotawaringin Barat selama kurun waktu pelaksanaan pemerintahan dan pembangunan periode menunjukkan kecenderungan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 12,16% dan rata-rata pencapaian target sebesar 99,76% sebagaimana terlihat pada Tabel 3.3. Tabel 3.3 Perkembangan Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian Target Margin surplus/minus (Rp) Pertumbuhan Pendapatan (%) , , ,96 114, , , ,05 123,29 39, , , ,05 141,13-36, , , ,86 123,93 27, , , ,88 111,84 17, , , , ,85 Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 (%) Rata-rata 122,95 12,16 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

90 III-7 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Dari sisi persentase tingkat pencapaian terhadap target, capaian tertinggi pada tahun 2007 yang terealisasi sebesar 141,13% dari target. Sedangkan pencapaian terendah terjadi pada tahun 2009 dimana hanya terealisasi 111,84%. Berikut merupakan rincian mengenai target dan realisasi tiap-tiap komponen pembentuk PAD Kabupaten Kotawaringin Barat dalam kurun waktu tahun 2005 s.d 2009 sebagaimana terlihat pada Tabel 3.4 berikut : KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

91 III-8 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Tabel 3.4 Rincian Target dan Realisasi Masing-Masing Akun Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Tahun Uraian Kegiatan Target Realisasi Berlebih/ (Berkurang) % Pendapatan Asli Daerah , , ,96 114, a. Pajak Daerah , , ,00 108,55 b. Retribusi Daerah , , ,00 115,64 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan , ,26 398,26 100,00 d. Lain-lain PAD yang Sah , , ,70 116,20 Pendapatan Asli Daerah , , ,05 123, a. Pajak Daerah , , ,00 96,68 b. Retribusi Daerah , , ,00 104,32 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan , ,05 0,05 100,00 d. Lain-lain PAD yang Sah , , ,00 135,64 Pendapatan Asli Daerah , , ,5 141, a. Pajak Daerah , , ,00 104,08 b. Retribusi Daerah , , ,00 112,73 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan , ,51 331,5 100,00 d. Lain-lain PAD yang Sah , , ,54 263,91 Pendapatan Asli Daerah , , ,86 123, a. Pajak Daerah , , ,00 97,94 b. Retribusi Daerah , , ,00 119,46 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan , ,24 0,00 100,00 d. Lain-lain PAD yang Sah , , ,86 153,64 Pendapatan Asli Daerah , , ,88 111,84 a. Pajak Daerah , , ,00 108, b. Retribusi Daerah , , ,20 115,99 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan , , ,07 100,15 d. Lain-lain PAD yang Sah , , ,61 108, Pendapatan Asli Daerah , , ,14 90,82 a. Pajak Daerah , , ,00 103,31 b. Retribusi Daerah , , ,20 97,41 c. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang Dipisahkan , , ,67 95,81 d. Lain-lain PAD yang Sah , , ,27 63,57 Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

92 III-9 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Adapun dari sudut pandang kontribusi komponen pembentukan PAD Kabupaten Kotawaringin Barat, akan ditunjukkan struktur PAD-nya sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3.5 berikut : Struktur PAD Periode % 12% Pajak Daerah Retribusi daerah 47% Hasil pengelolaan yg dipisahkan 5% Lain2 PAD yg sah Gambar 3.5 Struktur Pendapatan Asli Daerah Tahun Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 (diolah) Struktur Pendapatan Asli Daerah diatas menunjukkan dominasi akun retribusi daerah sebagai sumber penerimaan utama PAD Kabupaten Kotawaringin Barat yakni sebesar sekitar 47% dari rata-rata total PAD-nya. Selanjutnya berturut-turut yakni : untuk akun Lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 36 %, untuk akun Pajak daerah sebesar 12 % serta kontribusi terendah diberikan oleh akun Hasil pengelolaan yang dipisahkan dimana hanya memberikan kontribusi sebesar 5% dari rata-rata total PAD untuk periode 2005 s.d Sementara itu rincian capaian realisasi komponen pembentuk PAD Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2005 s.d 2009 dapat dipaparkan sebagai berikut : 1) Akun Pajak Daerah Capaian target dan realisasi pajak daerah dalam kurun waktu 2005 s.d 2009 Kab. Kotawaringin Barat seperti diilustrasikan oleh Gambar 3.6 di bawah ini : KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

93 III-10 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Realisasi Target Gambar 3.6 Capaian Target dan Realisasi Pajak Daerah Tahun Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 (diolah) Dalam gambar di atas nampak bahwa ditahun 2005 s.d 2009 secara keseluruhan realisasi pajak daerah mengalami trend meningkat. Begitupun dalam hal kinerja, dengan rata-rata pencapaian antara target dan realisasi sebesar 100%, ini mengindikasikan bahwa realisasi mampu mencapai target bahkan melebihi target. Khusus untuk tahun 2006, angka target dan realisasi berada pada kondisi seimbang sebesar Rp , ini bisa dibilang merupakan capaian terburuk kinerja pajak daerah tahun 2005 s.d 2009, hal ini dikarenakan pada tahun-tahun lainnya selalu ada selisih positif antara target dengan realisasi yang dicapai. Kinerja pajak daerah terbaik ditunjukkan pada tahun 2009 dengan membukukan selisih positif sebesar Rp , dimana ini merupakan selisih terbesar dibandingkan selisih tahun-tahun lainnya untuk periode anggaran 2005 s.d ) Akun Retribusi Daerah Capaian target dan realisasi retribusi daerah dalam kurun waktu 2005 s.d 2009 Kabupaten Kotawaringin Barat seperti diilustrasikan oleh Gambar 3.7 di bawah ini : KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

94 III-11 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan , , , , , , , , , , Realisasi Target Gambar 3.7 Capaian Target dan Realisasi Retribusi Daerah Tahun Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 (diolah) Pada gambar di atas nampak bahwa ditahun 2005 s.d 2009 secara keseluruhan realisasi pajak daerah mengalami trend meningkat. Begitupun dalam hal kinerja, dengan rata-rata pencapaian antara target dan realisasi sebesar 100%, ini mengindikasikan bahwa realisasi mampu mencapai target bahkan melebihi target. Kinerja retribusi daerah terbaik ditunjukkan pada tahun 2009 dengan membukukan selisih positif sebesar Rp , dimana ini merupakan selisih terbesar dibandingkan selisih tahun-tahun lainnya untuk periode anggaran 2005 s.d ) Akun Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan Capaian target dan realisasi hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan dalam kurun waktu 2005 s.d 2009 Kabupaten Kotawaringin Barat seperti diilustrasikan oleh Gambar 3.8 berikut ini : , , , , , , , , , ,00 0, , , , ,00 Target Realisasi Gambar 3.8 Capaian target dan realisasi hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan Tahun Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 (diolah) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

95 III-12 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Pada gambar di atas nampak bahwa ditahun 2005 s.d 2009 secara keseluruhan pencapaian realisasi hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan mengalami trend meningkat. Begitupun dalam hal kinerja, dengan rata-rata pencapaian antara target dan realisasi sebesar 100%, ini mengindikasikan bahwa realisasi hanya mampu mencapai target, belum mampu melebihi target. Khusus untuk tahun 2006 dan 2008, angka target dan realisasi berada pada kondisi seimbang, berturut-turut sebesar Rp ,05 untuk tahun 2006 dan Rp ,24 untuk tahun 2008, ini bisa dikatakan merupakan capaian terburuk kinerja Hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan selama tahun 2005 s.d 2009, hal ini dikarenakan pada tahun-tahun lainnya selalu ada selisih positif antara target dengan realisasi yang dicapai walaupun bernominal kecil. Kinerja hasil pengelolaan kekayaan yang dipisahkan terbaik ditunjukkan pada tahun 2009 dengan membukukan selisih positif sebesar Rp ,07, dimana ini merupakan selisih terbesar dibandingkan selisih tahun-tahun lainnya untuk periode anggaran 2005 s.d ) Lain-lain PAD yang sah Capaian target dan realisasi hasil Lain-lain PAD yang sah dalam kurun waktu 2005 s.d 2009 Kabupaten Kotawaringin Barat seperti diilustrasikan oleh Gambar 3.9 berikut ini : , , , , , , , , , , , , ,00 Realisasi Target Gambar 3.9 Capaian target dan realisasi hasil Lain-lain PAD yang sah Tahun Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 (diolah) Dari gambar di atas nampak bahwa ditahun 2005 s.d 2009 secara keseluruhan performance pencapaian realisasi Lain-lain PAD yang sah sangatlah berfluktuatif. Pada tahun 2006, angka target dan realisasi berada pada kondisi seimbang, namun hal ini bukanlah merupakan capaian terburuk kinerja selama tahun 2005 s.d 2009, hal ini disebabkan pada tahun tersebut bila dibandingkan dengan tahun-tahun lainnya, nominal Rp adalah capaian realisasi tertinggi pada akun ini. Disisi lain kinerja dengan selisih target dan realisasi terbesar ditunjukkan pada tahun 2007 dengan membukukan KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

96 III-13 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan selisih positif sebesar Rp ,54, dimana ini merupakan selisih terbesar bagi akun Lain-lain PAD yang sah dibandingkan selisih tahun-tahun lainnya di akun yang sama untuk periode anggaran 2005 s.d b) Dana Perimbangan Dana Perimbangan dari Pusat dan Provinsi merupakan pendapatan yang berasal dari sumber pengalokasian dana dari Pemerintah Pusat dan Provinsi. Seiring dengan pelaksanaan Otonomi Daerah dan desentralisasi fiskal, pengganggaran dan perimbangan selain bertujuan untuk memberikan kepastian sumber pendanaan bagi APBD, juga mengurangi atau memperkecil kesenjangan fiskal antar daerah, antar Pusat dan Daerah, serta untuk mendanai pelaksanaan kegiatan khusus yang merupakan kewenangan dan tanggungjawab pusat kepada daerah. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan pemerintahan daerah terdiri dari : 1) Dana Bagi Hasil Bagi Hasil Pajak Bagi Hasil Sumber Daya Alam 2) Dana Alokasi Umum 3) Dana Alokasi Khusus, dapat diklasifikasikan : Dana Reboisasi Dana Kesehatan Dana Pendidikan Dana Bidang Infrastruktur Dana Perikanan dan Kelautan Dana Pertanian Dana Lingkungan Perkembangan Pendapatan Daerah Kabupaten Kotawaringin Barat dari Dana Perimbangan selama kurun waktu tahun 2005 s.d 2009 menunjukkan kecenderungan meningkat dengan rata-rata pertumbuhan pendapatan sebesar 28,32% dan rata-rata pencapaian target sebesar 103,34 % sebagaimana terlihat pada Tabel 3.5 berikut. KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

97 III-14 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Tabel 3.5 Perkembangan Target dan Realisasi Dana Perimbangan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp) Pencapaian Target Margin surplus/minus (Rp) (%) Pertumbuhan Pendapatan (%) , , ,30 104, , , ,00 104,12 75, , , ,00 108,25 21, , , ,00 102,54 12, , , ,00 98,43 3, , , ,00 100,91-1,45 Rata-rata 103,08 22,36 Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 Dari sisi persentase tingkat pencapaian terhadap target, capaian tertinggi terjadi pada tahun 2007 yang terealisasi sebesar 108,25% dari target. Sedangkan pencapaian terendah terjadi pada tahun 2009 dimana hanya terealisasi 98,43%. Berikut merupakan rincian mengenai target dan realisasi tiap-tiap komponen pembentuk Dana Perimbangan Kabupaten Kotawaringin Barat dalam kurun waktu tahun 2005 s.d 2009 sebagaimana terlihat dalam Tabel 3.6 berikut. Tabel 3.6 Rincian Target dan Realisasi Masing-Masing Akun Dana Perimbangan Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun Tahun Uraian Kegiatan Target Realisasi Berlebih/ (Berkurang) % Dana Perimbangan , , ,30 104, a. Bagi Hasil Pajak , , ,00 177,50 b. Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber daya Alam , , ,00 212,31 c. Dana Alokasi umum , ,00-100,00 d. Dana Alokasi Khusus , ,00 0,30 100,00 e. Dana Perimbangan Provinsi , ,00 71,16 Dana Perimbangan , , ,00 104, a. Bagi Hasil Pajak , , ,00 203,02 b. Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber daya Alam , , ,00 165,18 c. Dana Alokasi umum , ,00-100,00 d. Dana Alokasi Khusus , ,00 945,00 100,00 e. Dana Perimbangan Provinsi ,00 104,85 KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

98 III-15 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Dana Perimbangan , , ,00 108, a. Bagi Hasil Pajak , , ,00 203,94 b. Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber daya Alam , , ,00 163,73 c. Dana Alokasi umum , ,00 0,00 100,00 d. Dana Alokasi Khusus , , ,00 133,44 e. Dana Perimbangan Propinsi , , ,00 101,90 Dana Perimbangan , , ,00 102, a. Bagi Hasil Pajak , , ,00 116,11 b. Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber daya Alam , , ,00 176,12 c. Dana Alokasi umum , , ,00 100,00 d. Dana Alokasi Khusus , , ,00 101,82 e. Dana Penyesuaian ,00 Dana Perimbangan , , ,00 98, a. Bagi Hasil Pajak , , ,00 111,91 b. Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber daya Alam , , ,00 55,36 c. Dana Alokasi umum , ,00 0,00 100,00 d. Dana Alokasi Khusus , ,00 0,00 100,00 e. Dana Penyesuaian , , ,00 140,57 f. Bagi Hasil Pajak Propinsi , , ,00 76,28 Dana Perimbangan , , ,00 100, a. Bagi Hasil Pajak , , ,00 144,98 b. Bagi Hasil Bukan Pajak Sumber daya Alam , , ,00 50,22 c. DBH Cukai Hasil Tembakau , , ,00 50,00 d. Dana Alokasi umum ,00 100,00 e. Dana Alokasi Khusus ,00 100,00 f. Dana Penyesuaian , ,44 g. Bagi Hasil Pajak Propinsi , ,00 120,26 Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 Adapun dari sudut pandang kontribusi komponen pembentukan Dana Perimbangan Kabupaten Kotawaringin Barat, berikut akan ditunjukkan struktur Dana perimbangan-nya sebagaimana diilustrasikan pada Gambar 3.10 ini : KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

99 III-16 gambaran pengelolaan keuangan daerah serta kerangka pendanaan Struktur Dana Perimbangan Tahun ,82 2,06 0,85 6,51 11,55 74,67 2,54 Dana bagi hasil pajak Dana Bagi Hasil Bukan Pajak SDA Dana alokasi umum Dana alokasi khusus Dana Perimbangan Provinsi Dana Penyesuaian Bagi Hasil Pajak Provinsi Gambar 3.10 Struktur Dana Perimbangan Tahun Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 (diolah) Struktur Dana Perimbangan diatas menunjukkan dominasi akun Dana Alokasi Umum sebagai sumber penerimaan utama, yakni sekitar 74,67 % dari rata-rata total Dana perimbangannya. Berikutnya secara berturut-turut yakni : akun Dana alokasi Khusus sebesar 11,55 %, akun Bagi hasil pajak sebesar 6,51 %, akun Dana bagi hasil bukan pajak Sumber Daya Alam sebesar 2,54 %, akun Dana Penyesuaian sebesar 2,06 %, akun Dana perimbangan propinsi dimana memberikan kontribusi sebesar 1,82 %, serta kontribusi terendah diberikan oleh akun Bagi hasil pajak propinsi sebesar 0,85 %, dari rata-rata total Dana perimbangan untuk periode 2005 s.d Sementara itu rincian capaian realisasi komponen pembentuk Dana Perimbangan Kabupaten Kotawaringin Barat tahun 2005 s.d 2009 dapat dipaparkan sebagai berikut : 1) Bagi hasil pajak Capaian target dan realisasi bagi hasil pajak dalam kurun waktu 2005 s.d 2009 Kab. Kotawaringin Barat seperti diilustrasikan oleh Gambar 3.11 di bawah ini : Realisasi Target Gambar 3.11 Capaian Target dan Realisasi Bagi Hasil Pajak Tahun Sumber: LKPJ Bupati Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun 2005 s.d 2009 (diolah) KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT TAHUN

KATA PENGANTAR. RKPD KAB. KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2014 i II - 1

KATA PENGANTAR. RKPD KAB. KOTAWARINGIN BARAT TAHUN 2014 i II - 1 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan YME serta atas perkenan-nya kita dapat menyelesaikan dokumen Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Kabupaten Kotawaringin Barat Tahun

Lebih terperinci

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung

Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Keputusan Presiden No. 32 Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 32 TAHUN 1990 (32/1990) Tanggal : 25 JULI 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang selain merupakan sumber alam yang penting artinya bagi

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 32 TAHUN 1990 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN LINDUNG PRESIDEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015

RKPD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN 2015 i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Undang-Undang

Lebih terperinci

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN

RPJMD KABUPATEN LAMANDAU TAHUN i BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) berpedoman pada Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional,

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PROBOLINGGO NOMOR : 07 TAHUN 2013 Rencana Pembangunan TANGGAL Jangka : 11 Menengah JUNI 2013 Daerah BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan memainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah adalah dokumen perencanaan pembangunan tahunan yang disusun untuk menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sebagaimana telah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan adalah suatu proses untuk menentukan tindakan masa depan yang tepat, melalui urutan pilihan, dengan memperhitungkan sumber daya yang tersedia. Dalam rangka

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan

Bab I Pendahuluan. Pendahuluan Bab I Pendahuluan LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR TAHUN 2012 TANGGAL JUNI 2012 Rencana Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN R encana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) adalah dokumen perencanaan pembangunan daerah untuk periode 5 (lima) tahun. RPJMD memuat visi, misi, dan program pembangunan dari Bupati

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 17 Tahun 2015 Tanggal : 29 Mei 2015 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemerintah

Lebih terperinci

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I - 1 BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang LAMPIRAN : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR : 2 TAHUN 2009 TANGGAL : 14 MARET 2009 TENTANG : RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2008-2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) merupakan bagian dari Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN), seperti tercantum dalam Undang- Undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa

Lebih terperinci

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI SUMBA BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUMBA BARAT TAHUN 2016-2021 DENGAN

Lebih terperinci

19 Oktober Ema Umilia

19 Oktober Ema Umilia 19 Oktober 2011 Oleh Ema Umilia Ketentuan teknis dalam perencanaan kawasan lindung dalam perencanaan wilayah Keputusan Presiden No. 32 Th Tahun 1990 Tentang : Pengelolaan Kawasan Lindung Kawasan Lindung

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS

EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS EVALUASI ARAHAN PEMANFAATAN LAHAN TAMBAK DI KABUPATEN SAMPANG MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS Firman Farid Muhsoni Jurusan Ilmu Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo JL. Raya Telang

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang

Rencana Kerja Pemerintah Daerah Kabupaten Kuningan TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN. tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH TAHUN 2017 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) TAHUN 2017 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undangundang Nomor 24 Tahun 1992 tentang Penataan Ruang perlu

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN

ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN BAB I PENDAHULUAN - 1 - LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013-2017 ISI DAN URAIAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN

PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN PROBOLINGGO PERATURAN DAERAH NO. 07 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN PROBOLINGGO TAHUN 2013-2018 JL. RAYA DRINGU 901 PROBOLINGGO SAMBUTAN

Lebih terperinci

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG

SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG SURAT KEPUTUSAN MENTERI PERTANIAN Nomor : 837/Kpts/Um/11/1980 TENTANG KRITERIA DAN TATA CARA PENETAPAN HUTAN LINDUNG MENTERI PERTANIAN, Menimbang : a. bahwa untuk lebih mantap dan tertibnya tata cara penetapan

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Strategis (Renstra) adalah merupakan dokumen resmi Perencanaan Pembangunan Satuan Kerja Perangkat Daerah untuk periode 5 (lima) tahunan yang berorientasi pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk menjalankan tugas dan fungsinya, pemerintah daerah memerlukan perencanaan mulai dari perencanaan jangka panjang, jangka menengah hingga perencanaan jangka pendek

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) RKPD KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I - 1 LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR : TAHUN 2012 TANGGAL : 2012 TENTANG : RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH TAHUN 2013 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN BERAU TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 44 TAHUN 2004 TENTANG PERENCANAAN KEHUTANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan lebih lanjut ketentuan Bab IV Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1

LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN I CONTOH PETA RENCANA STRUKTUR RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 1 LAMPIRAN II CONTOH PETA RENCANA POLA RUANG WILAYAH KABUPATEN L - 2 LAMPIRAN III CONTOH PETA PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS KABUPATEN L

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana kerja pembangunan daerah yang selanjutnya disingkat RKPD adalah dokumen perencanaan daerah untuk periode 1 (satu) tahun atau disebut dengan rencana pembangunan

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BAB 1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 BAB 1. PENDAHULUAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perencanaan pembangunan merupakan tahapan awal dalam proses pembangunan sebelum diimplementasikan. Pentingnya perencanaan karena untuk menyesuaikan tujuan yang ingin

Lebih terperinci

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KAIDAH PERUMUSAN KEBIJAKAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Disampaikan dalam acara: Workshop Perencanaan Pembangunan Daerah Metro Lampung, 30-31 Oktober 2017 Digunakan dalam perumusan: Rancangan awal RPJPD

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.326, 2015 KEHUTANAN. Hutan. Kawasan. Tata Cara. Pencabutan (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5794). PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 1997 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah negara kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA

BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA PERENCANAAN WILAYAH 1 TPL 314-3 SKS DR. Ir. Ken Martina Kasikoen, MT. Kuliah 10 BAB VII KAWASAN LINDUNG DAN KAWASAN BUDIDAYA Dalam KEPPRES NO. 57 TAHUN 1989 dan Keppres No. 32 Tahun 1990 tentang PEDOMAN

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN : PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR : 31 TAHUN 2011 TANGGAL : 24 MEI 2011 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) KABUPATEN NGAWI TAHUN 2012 BAB I PENDAHULUAN Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA)

REPUBLIK INDONESIA 47 TAHUN 1997 (47/1997) 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Menimbang : PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber:

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL.

MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL. PP 47/1997, RENCANA TATA RUANG WILAYAH NASIONAL... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 47 TAHUN 1997 (47/1997) Tanggal: 30 DESEMBER 1997 (JAKARTA) Sumber: LN 1997/96;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan perdesaan sebagai basis utama dan bagian terbesar dalam wilayah Kabupaten Lebak, sangat membutuhkan percepatan pembangunan secara bertahap, proporsional dan

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG,

BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, 1 BUPATI MALANG PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 20 TAHUN 2011 TENTANG MEKANISME TAHUNAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN KABUPATEN MALANG BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa untuk lebih menjamin ketepatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah yang disingkat RPJMD sebagaimana amanat Pasal 264 ayat (1) Undang-Undang 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah ditetapkan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2004 TENTANG PENATAGUNAAN TANAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 16 ayat (2) Undang-undang Nomor 24

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahwa Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Purworejo Tahun 2011-2015 telah berakhir pada periode masa kepemimpinan Kepala Daerah Drs. MAHSUN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional telah mengamanatkan bahwa agar perencanaan pembangunan daerah konsisten, selaras,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1

BAB I PENDAHULUAN. RPJMD Kabupaten Grobogan Tahun I 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Pemerintah Pusat memberikan kewenangan yang lebih besar kepada daerah untuk melakukan serangkaian

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 Lampiran I Peraturan Bupati Pekalongan Nomor : 15 Tahun 2014 Tanggal : 30 Mei 2014 RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN PEKALONGAN TAHUN 2015 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dokumen perencanaan

Lebih terperinci

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH

DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Lampiran II. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor : Tanggal : DATA MINIMAL YANG WAJIB DITUANGKAN DALAM DOKUMEN INFORMASI KINERJA PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DAERAH Tabel-1. Lindung Berdasarkan

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH KONDISI GEOGRAFIS Kota Batam secara geografis mempunyai letak yang sangat strategis, yaitu terletak di jalur pelayaran dunia internasional. Kota Batam berdasarkan Perda Nomor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional bahwa untuk menjamin pembangunan dilaksanakan secara sistematis, terarah,

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA SALINAN NOMOR : 3 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MAJALENGKA Menimbang :

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 104 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PERUBAHAN PERUNTUKAN DAN FUNGSI KAWASAN HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan upaya pengelolaan faktor kependudukan, Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup, agar upaya pengelolaan tersebut dapat berhasil maka aspek pemanfaatan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng )

PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke Gubernur Jateng ) PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) KABUPATEN KENDAL TAHUN 2016-2021 PEMERINTAH KABUPATEN KENDAL ( Dalam Proses Konsultasi ke

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain:

BAB 1 PENDAHULUAN. Beberapa pokok utama yang telah dicapai dengan penyusunan dokumen ini antara lain: BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program dan Kegiatan dalam dokumen Memorandum Program Sanitasi ini merupakan hasil konsolidasi dan integrasi dari berbagai dokumen perencanaan terkait pengembangan

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan kewenangan masing-masing pemerintah daerah sesuai dengan yang diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. MPS Kabupaten Pesawaran Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Pemukiman (PPSP) merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan akses terhadap sanitasi layak perkotaan dimana didalamnya setiap

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN

RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN BUPATI GRESIK NOMOR : TAHUN 2017 TANGGAL : MEI 2017 1.1. Latar Belakang RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) KABUPATEN GRESIK TAHUN 2018 BAB I PENDAHULUAN Rencana Kerja Pemerintah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG GUBERNUR NUSA TENGGARA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2013-2018 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan yang berkualitas menjadi salah satu kunci keberhasilan pembangunan yang baik dalam skala nasional maupun daerah. Undang-Undang Nomor 25 Tahun

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 1 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR LAMPIRAN NOMOR : 40 TAHUN 2012 LAMPIRAN TANGGAL : 30 MEI 2012 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar

Lebih terperinci

Pemerintah Kota Cirebon

Pemerintah Kota Cirebon BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan Pembangunan Daerah adalah suatu proses penyusunan tahapan-tahapan kegiatan yang melibatkan berbagai unsur pemangku kepentingan didalamnya, guna pemanfaatan

Lebih terperinci