BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengertian sehari-hari, permintaan diartikan secara absolut yaitu

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut pengertian sehari-hari, permintaan diartikan secara absolut yaitu"

Transkripsi

1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. TEORI PERMINTAAN Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari, permintaan diartikan secara absolut yaitu jumlah barang yang dibutuhkan. Jalan pikiran ini berangkat dari titik tolak bahwa manusia mempunyai kebutuhan. Atas dasar kebutuhan ini individu tersebut mempunyai permintaan akan barang. Sepintas lalu, pengertian ini tidak menimbulkan masalah, akan tetapi bila kita pikirkan lebih jauh dalam dunia nyata, barang di pasar mempunyai harga. Dengan kata lain permintaan baru mempunyai arti apabila didukung oleh tenaga beli peminta barang. Permintaan yang didukung oleh tenaga beli disebut permintaan efektif, sedangkan permintaan yang hanya didasarkan atas kebutuhan saja disebut sebagai permintaan absolut atau potensial. Pengertian permintaan dari kacamata ilmu ekonomi yaitu berbagai jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga pada suatu waktu tertentu. Defenisi ini menunjukkan jumlah barang dan jasa yang diminta pada berbagai tingkat harga, artinya dalam berbagai tingkat harga terdapat sejumlah barang yang diminta. (Tati Suhartati dan Joesron Fathurrozi, 2003:12) 24

2 Faktor Penentu Permintaan Permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang ditentukan oleh banyak faktor. Diantara faktor-faktor tersebut yang terpenting adalah: 1. Harga barang itu sendiri Jika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika harga suatu barang semakin mahal, maka permintaan konsumen terhadap barang itu akan menurun. (Mandala Manurung, 2004:55) 2. Harga barang lain yang mempunyai kaitan erat dengan barang tersebut barang pengganti (barang substitusi) sekiranya harga barang pengganti bertambah murah maka barang yang digantikannya akan mengalami pengurangan atau penurunan dan sebaliknya. barang pelengkap (barang komplementer), kenaikan atau penurunan permintaan terhadap barang pelengkap selalu sejalan dengan perubahan permintaan barang yang dilengkapinya. barang netral, perubahan terhadap permintaan salah satu barang tidak akan mempengaruhi permintaan barang lainnya. 3. Pendapatan rata-rata masyarakat dan rumah tangga Pendapatan para pembeli merupakan faktor yang sangat penting dalam menentukan corak permintaan terhadap berbagai barang. Perubahan pendapatan selalu menimbulkan perubahan permintaan berbagai jenis barang. 4. Cita rasa masyarakat 25

3 Cita rasa mempunyai pengaruh yang cukup besar terhadap keinginan masyarakat untuk membeli barang-barang. 5. Jumlah penduduk Pertambahan penduduk tidak dengan sendirinya menyebabkan pertambahan permintaan. Tetapi biasanya pertambahan penduduk diikuti oleh perkembangan dalam kesempatan kerja. Dengan demikian lebih banyak orang yang menerima pendapatan dan ini menambah daya beli dalam masyarakat. Pertambahan daya beli ini akan menambah permintaan. 6. Ramalan mengenai keadaan di masa mendatang Perubahan-perubahan yang diramalkan mengenai keadaan pada masa yang akan datang dapat mempengaruhi permintaan. Ramalan para konsumen bahwa hargaharga akan menjadi bertambah tinggi pada masa depan akan mendorong mereka untuk membeli lebih banyak pada masa kini, untuk menghemat pengeluaran pada masa yang akan datang. Sebaliknya, ramalan bahwa lowongan kerja akan bertambah sukar diperoleh dan kegiatan ekonomi akan mengalami resesi, akan mendorong orang lebih berhemat dalam pengeluarannya dan mengurangi permintaan. (Sadono Sukirno, 2005:80) Adalah sangat sukar untuk menganalisa sekaligus pengaruh berbagai faktor tersebut terhadap permintaan suatu barang. Oleh sebab itu dalam membicarakan teori permintaan, para ahli ekonomi membuat analisis yang lebih sederhana, dengan menganggap permintaan suatu barang terutama dipengaruhi oleh harga barang itu sendiri. Sadono Sukirno menganalisa mengenai hubungan antar jumlah permintaan 26

4 suatu barang dengan harga barang tersebut. Adapun dalam analisa tersebut diasumsikan bahwa faktor-faktor lain tidak mengalami perubahan, ceteris paribus. Secara matematis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan dituliskan dalam persamaan yang dikenal dengan fungsi permintaan: Dimana: QD= f(pq,py,y,t,c,ed ) QD= kuantitas permintaan Pq = harga barang itu sendiri Py = harga barang lain Y = pendapatan rata-rata masyarakat dan rumah tangga T = cita rasa masyarakat C = jumlah penduduk Ed = ramalan mengenai keadaan di masa mendatang Hal ini disajikan dalam tabel permintaan di bawah, yang menunjukkan adanya hubungan antara harga dan jumlah barang yang akan dibeli. Tabel 2.1 : Permintaan barang X Jenis barang Harga per unit (P) Jumlah yang diminta (Q) A 10 1 B 9 2 C 8 3 D 7 4 E 6 5 F 5 6 G 4 7 Sumber : Pengantar Teori Mikroekonomi, Sadono Sukirno Pada setiap harga pasar, pada suatu waktu tertentu akan terdapat sejumlah barang yang hendak dibeli para pembeli. Pada harga yang lebih rendah jumlah barang 27

5 yang diminta bertambah, demikian sebaliknya pada harga yang lebih tinggi jumlah yang akan diminta berkurang. Berdasarkan tabel tersebut kita dapat menentukan jumlah barang yang diminta pada berbagai tingkat harga. Dari daftar permintaan tabel atas barang X dengan tingkat harga yang berbeda menghasilkan kombinasi tingkat permintaan dan hubungannya dengan tingkat harga sehingga dapat dibuat sebuah kurva permintaan sebagai berikut: P 12 D 10 8 Kurva Permintaan D Q Kurva 2.1 Permintaan Barang dan Harga Kurva di atas memperlihatkan bahwa permintaan berbentuk garis lurus yang miring dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping to the right) atau mempunyai lereng (slope) yang negatif. Hal ini sangat erat kaitannya dengan hubungan antara jumlah dan harga yang bersifat berbanding terbalik atau mempunyai arah yang berlawanan. Q naik apabila P turun. Sifat dari permintaan ini disebut Hukum Permintaan. Hukum Permintaan pada hakikatnya merupakan suatu hipotesis yang menyatakan: makin rendah harga suatu barang maka makin banyak permintaan terhadap barang tersebut. Sebaliknya, semakin tinggi harga suatu barang, maka makin 28

6 sedikit permintaan terhadap barang tersebut, faktor-faktor lain dianggap tetap, ceteris paribus. (Sadono Sukirno, 2005:76) Perubahan Permintaan Ada suatu hal yang penting sekali untuk diperhatikan dalam perubahan permintaan yaitu perbedaan antara istilah permintaan dan jumlah yang diminta. Hal ini sering sekali menimbulkan kesalahpahaman, sebab kebanyakan orang menganggapnya sama. Sampai saat ini masih ada yang mengatakan bahwa naiknya harga sesuatu barang akan menurunkan permintaan akan barang itu pernyataan itu salah, sebab dalam hal ini bukan permintaan (demand) berubah atau turun, tetapi adalah jumlah yang diminta (quantity demanded). Ada perbedaan yang jelas antara kedua istilah ini, timbul karena adanya perbedaan pengertian masalah perubahan atau gerakan kurva permintaan. Perubahan permintaan dapat dibedakan dalam dua pengertian: 1. Gerakan sepanjang kurva permintaan (shift a long demand curve) 2. Gerakan seluruh kurva permintaan (shift of the demand curve) Hal yang pertama menyebabkan terjadinya perubahan jumlah yang diminta sedangkan hal yang kedua menyebabkan terjadinya perubahan permintaan. Kondisi ini dapat dilihat pada kurva di bawah ini berikut: 29

7 P D P P Kurva Permintaan D Q Q Q Kurva 2.2 Perubahan Jumlah Yang Diminta Kurva 2.2 menunjukkan perubahan permintaan sepanjang kurva. Terjadi bila harga barang atau jasa yang diminta berubah naik atau turun. Penurunan harga tersebut akan menaikkan jumlah yang diminta dan kenaikan harga barang atau jasa tersebut akan mengurangi jumlah yang diminta. D t D Dn P 0 D t D Qt Q Qn Dn Q Kurva 2.3 Pergeseran Kurva Permintaan Kurva 2.3 menunjukkan terjadinya pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri disebabkan oleh perubahan permintaan yang ditimbulkan oleh faktor- 30

8 faktor selain harga barang atau jasa tersebut. Permintaan bisa naik (kurva permintaan bergeser ke kanan menjadi Dn Dn) dan bisa juga turun (kurva permintan bergeser ke kiri Dt Dt). Pada gambar di atas jelas sekali terjadi adanya pergeseran kurva permintaan, yang disebut perubahan permintaan. (Sugiarto, dkk, 2000:34-35) Ada banyak sebab mengapa kurva permintaan bergeser yakni: 1. tingkat pendapatan masyarakat (income) 2. citarasa atau selera masyarakat (taste) 3. harga barang lain khususnya harga barang-barang perlengkapan dan harga barang pengganti (price of related comodities) Jadi dapat diambil suatu asumsi mengenai apa yang dimaksud dengan kenaikan dan penurunan permintaan, yaitu : 1. Permintaan dikatakan naik jika: Orang atau masyarakat bersedia membeli jumlah yang lebih banyak sekalipun harga barang itu tetap tak berubah. Orang atau masyarakat bersedia membeli jumlah barang yang tetap sekalipun harga barang itu sudah naik. 2. Permintaan dikatakan turun jika: Orang akan membeli jumlah yang lebih sedikit walaupun harganya tidak berubah. Orang akan membeli jumlah barang yang tetap sekalipun harga barang itu sudah turun. Sehubungan dengan adanya perbedaan pengaruh-pengaruh yang ditimbulkan masing-masing variabel, maka pernyataan perubahan permintaan maupun jumlah 31

9 permintaan di atas berada dalam keadaan cateris paribus, yang berarti semua hal lain tetap ASURANSI Defenisi Asuransi Istilah Asuransi adalah istilah serapan dari bahasa Belanda assurantie, dalam bahasa Inggris assurance. Istilah lain berasal dari bahasa Belanda yang artinya sama dengan assurantie adalah verzekering, dalam bahasa Inggrisnya insurance. Di kalangan perguruan tinggi hukum, istilah-istilah tersebut diterjemahkan dengan pertanggungan. Tetapi di kalangan dunia usaha digunakan istilah serapan asuransi. Sekarang, baik istilah pertanggungan maupun asuransi dipakai secara resmi dalam perundang-undangan. Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Dagang Pasal 246 Asuransi atau Pertanggungan adalah suatu perjanjian, dimana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu peristiwa tak tertentu. (Prof.Abdulkadir Muhammad,dkk, 2000:121) Menurut Undang-Undang Nomor. 2 Tahun 1992, Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih dimana penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung, dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapakan, atau akan diderita tertanggung, yang 32

10 timbul dari suatu peristiwa yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan. (Frianto Pandia,S.E, dkk, 2005:135) Prinsip-Prinsip Asuransi Agar usaha asuransi tidak menjadi spekulatif, ada beberapa prinsip yang harus dipenuhi: a) Insurable Interest Insurable Interest maksudnya dapat dibuktikan secara hukum adanya hubungan antara pihak tertanggung dengan sesuatu yang dipertanggungkan. Sebuah mobil yang dipertanggungkan harus dapat dibuktikan secara hukum mempunyai hubungan yang sah secara hukum dengan pihak tertanggung. Hubungan yang paling kuat antara keduanya adalah kepemilikan. Artinya pihak tertanggung secara hukum dapat membuktikan sebagai pemilik mobil yang diasuransikan. b) Unmost Good Faith Unmost good Faith berkaitan dengan kewajiban pihak penanggung dan tertanggung untuk menyampaikan informasi-informasi yang benar dan akurat tentang hal-hal yang terkait dengan atau memengaruhi pengambilan keputusan asuransi. Kepatuhan kepada prinsip ini menunjukkan itikad baik kedua pihak. Kewajiban memberikan informasi ini disebut duty of disclosure. Beberapa hal berikut adalah bentuk-bentuk pelanggaran terhadap prinsip ini: 1) Non Disclosure, tidak diungkapkannya suatu informasi karena tidak mengetahui atau karena informasi tersebut dianggap tidak penting. 33

11 2) Consealtment, kesengajaan memberikan informasi karena niat menyembunyikannya. 3) Fraudulent Misrepresentation, kesengajaan memberikan gambaran yang tidak sebenarnya. 4) Innocent Misrepresentation, ketidaksengajaan memberi gambaran atau keterangan yang salah tentang fakta materil. c) Indemnity Indemnity mempunyai makna mengembalikan kondisi financial tertanggung seperti pada sebelum terjadi kerugian. Pelaksanaan Indemnity dapat dilakukan dengan pembayaran tunai, penggantian, perbaikan, dan pembangunan kembali. d) Proximate Cause Proximate Cause adalah sebab aktif, efisien yang menyebabkan terjadinya suatu peristiwa. Sebab aktif itu berlangsung independent, tanpa intervensi atau rekayasa. e) Subrogation Subrogation pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian. Seorang yang menjadi peserta program asuransi mobil berhak mendapat penggantian dari pihak asuransi atas kerusakan mobil akibat ditabrak mobil milik orang lain. Tetapi peserta program asuransi tersebut tidak berhak meminta ganti rugi kepada penabraknya; pihak asuransilah yang memiliki hak tersebut. 34

12 f) Contribution Contribution (kontribusi) merupakan konsekuensi logis dari prinsip Indemnity. Pihak penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung lain yang memiliki kepentingan yang sama untuk ikut membayar ganti rugi kepada seorang tertanggung. Beberapa penyebab unsur kontribusi adalah: 1. adanya dua atau lebih polis indemnity. 2. polis menutup kepentingan yang sama (Common Interest) 3. polis menutup resiko yang sama (Common Peril) 4. polis menutup kepentingan asuransi yang sama 5. masing-masing polis harus bertanggungjawab atas kerugian (Mandala Manurung, 2004:136) Unsur-Unsur Asuransi Berdasarkan defenisi yang telah dikemukakan di atas, maka dalam pengertian asuransi tersimpul unsur-unsur sebagai berikut: (Prof.Abdulkadir Muhammad,dkk, 2000:21) 1. Subjek Asuransi Dalam setiap perjanjian asuransi selalu ada minimal dua pihak, yaitu penanggung dan tertanggung. Penanggung (insurer) adalah perusahaan asuransi yang berbentuk badan hukum Perseroan Terbatas (PT), atau Perusahaan Perseroan (Persero), atau Koperasi. Sedangkan tertanggung (the isnsured) dapat berupa manusia 35

13 perseorangan, badan hukum, perusahaan perseroan, perusahaan persekutuan, perusahaan badan hukum. 2. Perikatan atau Perjanjian Antara penanggung dan tertanggung harus ada perikatan, baik karena perjanjian maupun karena ketentuan undang-undang. Perikatan antara penanggung dan tertanggung terjadi karena perjanjian, yaitu persetujuan bilateral saling mengikatkan diri secara bebas yang menimbulkan kewajiban dan hak masing-masing pihak. Penanggung wajib menerima pengalihan resiko dan berhak atas pembayaran premi, sedangkan tertanggung wajib membayar premi dan berhak menerima penggantian jika timbul kerugian. Ini terdapat pada asuransi kerugian dan asuransi jiwa, sifatnya sukarela (voluntary). Perikatan antara penanggung dan tertanggung terjadi karena undang-undang, artinya undang-undang yang menentukan bahwa antara penanggung dan tertanggung telah terjadi asuransi. Dalam hal ini tidak ada kesepakatan pihak-pihak, melainkan kewajiban undang-undang. Ini terdapat pada asuransi sosial yang sifatnya wajib (compulasary). 3. Objek Asuransi Objek asuransi dalam pengertiannya termasuk juga premi asuransi, jumlah uang ganti kerugian atau santunan yang dibayarkan kepada tertanggung. Pada asuransi kerugian, objek asuransi adalah harta kekayaan dan kepentingan yang melekat atas harta kekayaan. Pada asuransi jiwa, objek asuransi adalah jiwa manusia 36

14 yang menyatu dengan badannya. Pada asuransi sosial, objek asuransi adalah jiwa dan raga manusia. 4.Tujuan Asuransi Secara umum, tujuan asuransi adalah memberikan perlindungan (protection) terhadap harta kekayaan, jiwa dan/atau raga manusia dari ancaman bahaya atau peristiwa yang tidak pasti dan sebelumnya tidak dapat diketahui akan terjadi. 5. Resiko dan Premi A.Resiko Resiko (uncertainty) diartikan sebagai ketidakpastian yang mungkin menyebabkan suatu kerugian (loss) atau keuntungan (benefit). Resiko yang diasuransikan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya kerugian. Kerugian tersebut harus dapat diukur. Selanjutnya kemungkinan tersebut tidak dapat diperkirakan terjadinya. Misalnya saja kecelakaan diri tidak dapat ditentukan sebelumnya mengenai waktu akan terjadinya dan penyebabnya. Ada beberapa karakteristik resiko yang dapat diasuransikan, yaitu: Dapat dinilai dengan uang Harus bersifat murni, artinya bila terjadi akan mendatangkan kerugian, dan jika tidak terjadi akan berdampak netral, misalnya rumah jika terbakar akan mendatangkan kerugian dan jika tidak terjadi pemilik tidak rugi dan tidak untung. Kerugian terjadi secara kebetulan dan tidak direncanakan Tidak bertentangan dengan kepentingan umum 37

15 Premi asuransi yang dikenakan cukup wajar Pihak yang mengasuransikan harus memiliki insurable interest (dapat dibuktikan secara hukum). (Juli Irmayanto, dkk, 2004:214) B. Premi Premi asuransi adalah sejumlah uang yang wajib dibayar tertanggung kepada penanggung setiap jangka waktu tertentu. Jumlah premi sangat tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkat risiko dan jumlah nilai pertanggungan. Semakin besar risiko maka premi yang ditetapkan akan semakin tinggi. Pihak penanggung juga memperhitungkan nilai waktu uang yang dibayarkan oleh pihak tertanggung, semakin cepat jangka waktu asuransi maka premi akan semakin besar dan sebaliknya. Periodisasi pembayaran premi tergantung pada perjanjian yang sudah dituangkan di dalam polis asuransi. Periodisasi dapat bulanan, triwulan, semesteran, dan tahunan. (Y.Sri Susilo, dkk, 2000:210) Macam-macam Premi a. Premi Dasar: premi yang dibebankan kepada tertanggung pada saat pengeluaran polis. b. Premi Tambahan: premi yang didapatkan bila terjadi perubahan data atau tambahan data tentang interest hal ini dapat menyebabkan tambahan premi. c. Reduksi Premi: pengurangan jumlah premi karena biaya yang dikeluarkan dalam jasa pelayanan premi cukup banyak. d. Tarif Kompeni: tarif yang digunakan oleh para anggota dari gabungan perusahaan asuransi pada saat penutupan asuransi. 38

16 e. Tarif Non Kompeni: tarif yang digunakan dalam menentukan besarnya premi bukan tariff yang disusun oleh gabungan tetapi yang ditentukan oleh penanggung untuk asuransinya. (Frianto Pandia,S.E, dkk, 2005:139) 6.Syarat-Syarat Khusus Syarat khusus pada asuransi jiwa antara lain premi dibayar, asuransi jiwa berjalan, premi tidak dibayar, asuransi tidak berjalan. Dalam perjanjian asuransi sering dimuat janji-janji khusus yang berupa klausula polis. Maksud klausula tersebut adalah untuk mengetahui batas tanggung jawab penanggung dalam pembayaran ganti kerugian apabila timbul resiko. 7.Polis Asuransi Polis merupakan bukti tertulis atau surat perjanjian. Menurut Pasal 255 KUHD pembuatan persetujuan mewajibkan penanggung untuk menandatangani polis dan menyerahkannya kepada tertanggung pada jangka waktu tertentu. Walaupun yang menandatangani hanya penanggung tetapi juga mengikat tertanggung. (Frianto Pandia,S.E,dkk, 2005:138) Perusahaan asuransi menjual janji-janji yang dicantumkan dalam suatu kontrak yang dikenal dengan sebutan polis. Kontrak asuransi merumuskan kapan perusahaan asuransi akan membayar yang ditanggung dan jumlah yang akan dibayarkan. Akan tetapi, masalah pembuatan kontrak asuransi bukan hanya membuat konsep instrumen hukum. Penyusunan dokumen itu di dahului oleh analisis yang intensif terhadap perekonomian dan pertimbangan-pertimbangan teknis. Untuk 39

17 menentukan bukan saja apa jenis asuransi yang hendak dicantumkan, tetapi juga tarifnya, serta pembatasan-pembatasannya. Bagi rata-rata pemegang polis, kontrak asuransi tampak panjang dan rumit. Kerumitan ini terutama disebabkan susunan kalimatnya yang khas mengikuti bahasa yang lazim dalam bidang hukum. Secara praktis kunci untuk memahami suatu polis adalah melakukan suatu analisis mengenai perjanjian pertanggungan yang lazim, pembatasannya, pengecualiannya, dan syarat-syaratnya. (Herman darmawi, 2000:11) Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut: nomor polis nama dan alamat tertanggung uraian resiko jumlah pertanggungan jangka waktu pertanggungan besar premi, bea materai, dll bahaya-bahaya yang dijaminkan khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor polisi, nomor rangka dan nomor mesin kendaraan. (Y. Sri Susilo, dkk, 2000:209) Fungsi Polis 1. Perjanjian pertanggungan 2. Sebagai bukti jaminan dari penanggung kepada tertanggung untuk mengganti kerugian yang mungkin dialami tertanggung 3. Sebagai pembayaran premi asuransi oleh tertanggung kepada penanggung sebagai balas jasa atas jaminan penanggung. (Frianto Pandia,S.E,dkk, 2005:138) 40

18 Macam-macam Polis a. Polis Perjalanan: menjamin barang insurable interest selama perjalanan sampai di tempat. b. Polis Pelabuhan: menanggung resiko yang mungkin menimpa kapal selama di pelabuhan. c. Polis Waktu : pertanggungan yang berlaku selama jangka waktu tertentu. d. Polis Veem: menanggung barang selama berada di gudang dari kemungkinan resiko rusak, terbakar, atau hilang. (Frianto Pandia,S.E,dkk, 2005:139) Manfaat Asuransi Beberapa manfaat asuransi bagi pihak tertanggung antara lain: 1) Rasa aman dan perlindungan Polis asuransi yang dimiliki tertanggung akan memberikan rasa aman dari resiko atau kerugian yang mungkin timbul. Kalau resiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi 2) Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil Prinsip keadilan diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai pertanggungan dan premi yang harus ditanggung oleh pemegang polis secara periodic dengan memperhatikan secara cermat factor-faktor yang berpebgaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk mendapatkan nilai pertanggungan, pihak penanggung telah membuat kalkulasi yang tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besar nilai pertanggungan, maka semakin besar pula premi periodic yang harus dibayarkan oleh pihak tertanggung. 41

19 3) Polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit. 4) Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan Premi yang dibayarkan setiap periode memiliki substansi yang sama dengan tabungan, pihak penanggung juga memperhitungkan bunga atas premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan perjanjian kedua belah pihak). 5) Alat penyebaran resiko Resiko yang seharusnya ditangung oleh tertanggung ikut dibebankan juga kepada penanggung dengan imbalan sejimlah premi tertentu yang didasarkan atas nilai pertanggungan. 6) Membantu meningkatkan kegiatan usaha Investasi yang dilakukan oleh para investor dibebani dengan resiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab (pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan sebagainya). (Y. Sri Susilo, dkk, 2000:204) Dari segi pemerintah/publik: Perusahaan asuransi merupakan satu lembaga keuangan yang memberikan fasilitas untuk pembiayaan yang dapat dipergunakan dalam tahap pembangunan ekonomi Indonesia. Berdasarkan pada UU No 19/1960, ternyata bahwa sumbangan lembaga asuransi terhadap pembangunan ekonomi ialah: a. Sebagai lembaga pembentukan modal (capital formation). b. Lembaga penabungan (saving) (A.Abbas Salim, 2000:26) 42

20 Jenis-jenis Asuransi A. Usaha asuransi 1. Asuransi kerugian atau Non Life Insurance Asuransi kerugian yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti. Di beberapa negara asuransi kerugian juga disebut sebagai general insurance karena lingkup usahanya yang sangat luas. Usaha asuransi kerugian dapat dibagi menjadi 3 yaitu: 1. Asuransi kebakaran, 2. Asuransi pengangkutan (marine insurance), dan 3. Asuransi aneka seperti asuransi kendaraan bermotor, asuransi kecelakaan diri, pencurian, uang dalam pengangkutan dan penyimpanan, kecurangan. (Y. Sri Susilo,dkk, 2000:210) 2. Asuransi Jiwa atau Life Insurance Asuransi jiwa adalah suatu jasa yang diberikan oleh perusahaan asuransi dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan. Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan dalam 3 macam sebagai berikut: 1. Ordinary Life Insurance : Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai tertentu dengan premi yang dibayar secara periodik (bulanan, triwulanan, semesteran, tahunan). 43

21 2. Group Life Insurance: Asuransi jiwa yang biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan medis atas suatu kelompok orang-orang di bawah satu polis di mana masing-masing anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi. 3. Industrial Life Insurance: Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu. Premi umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik polis kepada agen yang disebut debit agent. Dalam asuransi jiwa risiko yang dihadapi ialah: 1.Risiko kematian yaitu jaminan untuk keturunan, seorang bapak kalau dia meninggal dunia sebelum waktunya atau dengan tiba-tiba, maka dengan mengasuransikan dirinya kepada perusahaan asuransi jiwa si anak tidak akan terlantar dalam hidupnya. 2.Hidup seseorang terlalu lama yakni jika seseorang yang telah mencapai umur ketuaan (old age) dan tidak mampu untuk mencari nafkah atau membiayai anakanaknya, maka dengan membeli asuransi jiwa risiko yang mungkin diderita dalam arti kehilangan kesempatan untuk mendapat penghasilan akan ditanggung oleh perusahaan asuransi. (A.Abbas Salim, 2000:25) Peranan Serta Tujuan Asuransi Jiwa: a.menentramkan kepala keluarga (suami/bapak), dalam arti memberi jaminan penghasilan, pendidikan apabila kepala keluarga tersebut meninggal dunia. b.dengan membeli polis asuransi jiwa dapat digunakan sebagai alat untuk menabung (saving). c.sebagai sumber penghasilan (earning power). Umumnya pada negara-negara maju, seseorang yang merupakan kunci dalam perusahaan akan diasuransikan 44

22 oleh perusahaan dimana ia bekerja. Hal ini perlu dilaksanakan mengingat pentingnya posisi yang dipegangnya. Banyak sedikitnya akan mempengaruhi terhadap kehidupan perusahaan yang sedang berjalan. d.menjamin pengobatan dan menjamin kepada keturunan jika yang mengasuransikan tidak mampu untuk mendidik anak-anaknya (beasiswa/ pendidikan). 3. Reasuransi Reasuransi adalah pertanggungan ulang atau pertanggungan yang dipertanggungkan atau asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah suatu sistem penyebaran risiko dengan penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain. (Y. Sri Susilo,dkk, 2000:210) B. Usaha penunjang 1. Pialang asuransi adalah usaha memberikan jasa perantara dalam penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan bertindak untuk kepentingan tertanggung. 2. Pialang reasuransi adalah usaha memberikan jasa perantara dalam penempatan reasuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi reasuransi dengan bertindak untuk kepentingan perusahaan asuransi. 3. Penilai kerugian asuransi adalah yang memberikan jasa penilaian terhadap kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan. 45

23 4. Konsultan aktuaria adalah usaha memberikan jasa konsultan aktuaria. 5. Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung. (Y. Sri Susilo,dkk, 2000:210) Permintaan Asuransi Jiwa Teori yang menguraikan tentang kebutuhan permintaan terhadap asuransi jiwa sebenarnya sampai saat ini belum ada. Tetapi untuk menjelaskan tentang permintaan asuransi jiwa dapat dianalogkan dari teori permintaan suatu barang yang ada dalam teori ekonomi mikro yang telah dijabarkan sebelumnya. Dalam teori mikro mengenai permintaan konsumen mengatakan mengenai jumlah yang diminta akan suatu barang ditentukan oleh barang itu sendiri (Y), pendapatan (X1), selera (X2), latar belakang (X3), dan sebagainya (Xn), dengan demikian, dapat dibuat suatu fungsi permintaan sebagai berikut: Y= f (X1, X2, X3, Xn) Dari fungsi di atas ditransfer ke fungsi permintaan asuransi jiwa, maka yang diartikan X1 adalah tingkat pendapatan masyarakat, dan X2 adalah tingkat pendidikan masyarakat. Sehingga ini dijadikan landasan sebagai model permintaan asuransi jiwa. Landasan di atas bukan berarti hanya variabel atau faktor X1 dan X2 yang menentukan permintaan, tetapi masih ada lagi faktor lain yang dapat mempengaruhi permintaan akan asuransi jiwa seperti faktor sosial budaya, agama, kebiasaan 46

24 keluarga, usia, jumlah anggota keluarga, dan sebagainya. Maka faktor yang tidak termasuk di atas dimasukkan dalam variabel stochastic atau error term. 2.3 PENDAPATAN Dalam mengukur kondisi ekonomi seseorang atau rumah tangga, salah satu konsep pokok yang paling sering digunakan yaitu melalui tingkat pendapatannya. Pendapatan menunjukkan seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu pada suatu kegiatan ekonomi. Dengan kata lain pendapatan juga dapat diuraikan sebagai keseluruhan penerimaan yang diterima pekerja atau buruh, baik berupa fisik maupun non fisik selama ia melakukan pekerjaan pada suatu perusahaan, instansi atau pendapatan ia bekerja. Setiap orang bekerja berusaha memperoleh pendapatan dengan jumlah yang maksimal agar bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Dapat dikatakan bahwa pendapatan itu terdiri dari upah atau penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti sewa, bunga dan deviden serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial atau asuransi pengangguran/ pensiun. Peraturan pemerintah tahun 1982 tentang perlindungan upah dalam pasal 1: Upah adalah suatu penerimaan sebagai imbalan dari pekerjaan kepada buruh untuk sesuatu pekerjaan atau jasa yang telah atau akan dilakukan, dinyatakan atau dimiliki dalam bentuk uang yang ditetapkan menurut suatu persetujuan, atau peraturan perundang-undangan, dan dibayarkan atas dasar perjanjian kerja antara pengusaha dan buruh, termasuk tunjangan baik untuk buruh sendiri maupun keluarganya. 47

25 Dari pengertian di atas, para pekerja lebih mengutamakan pendapatan real, agar kebutuhan mereka secara minimal dapat dipenuhi dengan perhitungan yang tepat. Karena tenaga beli (upah) tersebut sangat dipengaruhi oleh harga umum barang-barang konsumsi atau biaya hidup. (Sumber: ) 2.4. PENDIDIKAN Pendidikan dalam arti mikro (sempit) merupakan proses interaksi antara pendidik dan peserta didik baik di keluarga, sekolah maupun di masyarakat. Sedangkan pendidikan dalam arti makro (luas) adalah proses interaksi antara manusia sebagai individu/ pribadi dan lingkungan alam semesta, lingkungan sosial, masyarakat, sosial-ekonomi, sosial-politik dan sosial-budaya. Ruang lingkup pengertian pendidikan 1. Pendidikan Informal Pendidikan informal adalah pendidikan yang di peroleh seseorang di rumah dalam lingkungan keluarga, berlangsung tanpa organisasi, tanpa orang tertentu yang di angkat sebagai pendidik tanpa program yang harus diselesaikan dalam jangka waktu tertentu dan tanpa evaluasi formal berbentuk ujian. Namun pendidikan informal menentukan kepribadian anak, apakah anak akan menjadi anak yang bertanggung jawab,berbudi luhur, patuh akan peraturan, berpegang teguh pada janjinya atau sebaliknya. 2. Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah pendididkan yang mempunyai bentuk atau organisasi tertentu, seperti di sekolah atau universitas. Ini terlihat adanya 48

26 penjenjangan, adanya program pembelajaran, jangka waktu proses belajar dan bagaimana proses penerimaan murid dan lain-lain. Jenjang pendidikan: Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan. a) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. b) Pendidikan Dasar merupakan jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun pertama masa sekolah anak-anak yang melandasi jenjang pendidikan menengah. c) Pendidikan Menengah merupakan jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar yang harus dilaksanakan minimal 3 tahun. d) Pendidikan Tinggi adalah jenjang pendidikan setelah menengah yang mencakup program pendidikan diploma, sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselengggarakan oleh perguruan tinggi. Mata pelajaran pada pendidikan tinggi merupakan penjurusan dari SMA, akan tetapi semestinya tidak boleh terlepas dari pelajaran SMA. 49

27 3. Pendidikan Non Formal. Pendidikan non formal meliputi berbagai usaha khusus yang di selenggarakan secara terorganisasi agar terutama generasi muda dan juga orang dewasa,yang tidak dapat sepenuhnya atau sama sekali tidak berkesempatan mengikuti pendidikan sekolah. Pendidikan Non Formal meliputi kegiatan pengetahuan praktis dan ketrampilan dasar yang di perlukan masyarakat. (Sumber: ) 2.5 PENELITIAN TERDAHULU Dalam bagian ini memuat penelitian yang telah dilakukan peneliti lain, dan permasalahan yang diangkat juga pernah dilakukan oleh beberapa peneliti lain, melalui penelitian biasa ataupun skripsi, yang mana mendasari pemikiran penulis dalam penyusunan skripsi ini, seperti oleh beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan kajian pustaka yaitu penelitian dari: Iin Widyana Sari (2001) yang berjudul Analisa Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Asuransi Jiwa pada Asuransi Jiwa Bersama 1912 Cabang Medan. Variabel yang digunakan yaitu Pendapatan, Pendidikan, Usia Tertanggung dan Jumlah Anggota Keluarga sebagai variabel independen, sedangkan permintaan asuransi jiwa sebagai variabel dependennya. Penelitian ini menggunakan model analisa regresi linier berganda dengan metode Ordinary Least Square (OLS). Data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari pihak yang berwenang pada AJB Bumi Putra 1912 cabang Medan. Berdasarkan analisa empiris diperoleh kesimpulan bahwa variabel pendapatan, pendidikan, dan jumlah anggota keluarga berpengaruh positip terhadap 50

28 permintaan asuransi jiwa, sedangkan variabel usia berpengaruh negatip terhadap permintaan asuransi jiwa. Dari uji parsial (uji-t) variabel pendidikan tidak nyata pengaruhnya terhadap permintaan asuransi jiwa (t-hitung < t-tabel). Namun, jika dilakukan uji secara serentak (uji-f) keempat variabel independens nyata pengaruhnya terhadap permintaan asuransi jiwa pada tingkat kepercayaan 99%. Dari ke empat variabel yang diuji, pendapatan merupakan variabel yang paling dominan terhadap permintaan asuransi jiwa, hal ini dapat dibuktikan melalui nilai probabilitanya yang signifikan pada α 1%, artinya tingkat kepercayaannya adalah 99 %. Koefisisen determinasi (R 2 ) sebesar 0,86 %, yang berarti keempat variabel bebas mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 86 % dan sisanya 14 % dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi. Penelitian terdahulu lainnya adalah oleh Veranika SP (2004) yang berjudul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Kerugian pada PT. Jasaraharja Putra cabang Medan. Penelitian ini menelaah bagaimana pengaruh pendapatan dan pendidikan masyarakat terhadap permintaan Asuransi Kerugian. Variabel yang digunakan antara lain variabel independen (pendapatan dan pendidikan) dan variabel dependen (permintaan Asuransi Kerugian). Model analisa yang digunakan adalah model analisa regresi linier berganda dengan menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS). Berdasarkan analisa empiris diperoleh kesimpulan bahwa variabel pendapatan berpengaruh positip terhadap permintaan asuransi kerugian, sedangkan variabel pendidikan mempunyai pengaruh negatip terhadap permintaan asuransi kerugian. Hal ini tidak sesuai dengan hipotesis yang dibuat, yang menyatakan bahwa baik 51

29 variabel pendapatan maupun pendidikan mempunyai pengaruh yang positif terhadap permintaan asuransi kerugian. Selain itu, berdasarkan uji-t yang dilakukan, variabel pendidikan tidak signifikan (tidak nyata pengaruhnya) terhadap permintaan asuransi kerugian (t-hitung < t-tabel). Namun secara serentak (uji-f) keduanya secara nyata mempengaruhi permintaan asuransi kerugian pada tingkat kepercayaan 95%. Nilai R 2 (koefisien determinasi) yang diperoleh sebesar 0,572 yang berarti variabelvariabel independen yaitu pendapatan dan pendidikan mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 57,2 % dan sisanya 42,8 % dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi. Namun dalam penelitian ini tidak diungkapakan mengenai metode pengambilan sampel. Penelitian lainnya yaitu penelitian dari Elsye Renatha (2006) dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Permintaan Terhadap Asuransi Jiwa pada PT. Allianz Life Indonesia cabang Medan. Variabel yang digunakan adalah pendapatan, pendidikan dan usia sebagai variabel independen dan permintaan polis asuransi jiwa sebagai variabel dependennya. Model analisa yang digunakan adalah regresi linier berganda dengan metode analisa Ordinary Least Square (OLS). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode simple random sampling atau pengambilan sampel secara acak. Dari ketiga variabel yang diuji, variabel pendapatan dan pendidikan berpengaruh positif terhadap permintaan asuransi jiwa, sedangkan variabel usia berpengaruh negatif terhadap permintaan asuransi jiwa. Dari uji parsial (uji-t) yang dilakukan, pendapatan dan pendidikan nyata pengaruhnya terhadap permintaan asuransi jiwa, sedangkan usia tidak nyata pengaruhnya terhadap permintaan asuransi 52

30 jiwa (t-hitung < t-tabel). Namun, jika dilakukan uji secara serentak (uji-f) ketiga variabel bebas nyata pengaruhnya terhadap permintaan asuransi jiwa pada tingkat kepercayaan 99%. Nilai R 2 (koefisien determinasi) sebesar 0, yang berarti variabel pendapatan, pendidikan, dan usia tertanggung mampu menjelaskan variasi dari variabel dependen sebesar 90,2 % dan sisanya 9,8 % dijelaskan oleh variabel lainnya yang tidak dimasukkan ke dalam model estimasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan tersebut maka penulis mencoba untuk melanjutkan penelitian dengan mengaitkannya pada produk asuransi jiwa yang lebih spesifik dengan pembatasan yang lebih sempit. 53

ASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1

ASURANSI. Created by Lizza Suzanti 1 ASURANSI 1 Pengertian Asuransi adalah mekanisme proteksi atau perlindungan dari risiko kerugian keuangan dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain. Asuransi adalah suatu perjanjian dimana seseorang

Lebih terperinci

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo

ASURANSI. Prepared by Ari Raharjo ASURANSI Prepared by Ari Raharjo Email: ariraharjo2013@gmail.com Definisi Asuransi atau pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

Lebih terperinci

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/

PERUSAHAAN ASURANSI ATA 2014/2015 M6/IT /NICKY/ PERUSAHAAN ASURANSI 1. PENGERTIAN USAHA DAN KARAKTERISTIK ASURANSI Definisi (UU no. 2 tahun 1992) Perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan nama penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Kajian Pustaka Dalam Kajian Pustaka ini akan dijelaskan mengenai pengertian-pengertian yang mendasari dalam prosedur penebusan polis asuransi, kajian pustaka

Lebih terperinci

http://www.hadiborneo.wordpress.com/ Secara bahasa Berasal dari kata assurantie dari bahasa Belanda yang berakar dari bahasa latin yaitu assecurare yang berarti meyakinkan orang. Menurut UU No. 2 Tahun

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Bank 1. Pengertian Bank Pengertian bank menurut Undang-undang RI Nomor 10 Tahun 1998 tanggal 10 November 1998 tentang Perbankan, bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

Lebih terperinci

STIE DEWANTARA Manajemen Asuransi, Pegadaian & Anjak Piutang

STIE DEWANTARA Manajemen Asuransi, Pegadaian & Anjak Piutang Manajemen Asuransi, Pegadaian & Anjak Piutang Manajemen Lembaga Keuangan, Sesi 5 Pengertian Asuransi Asuransi Assurantie (B. Belanda) = Pertanggungan Assecurare (B. Latin) = Meyakinkan orang Asuransi Bahasa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda-beda. Definisi definisi tersebut antara lain : dapat terjadi dengan cara membayar premi asuransi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pandang yang berbeda-beda. Definisi definisi tersebut antara lain : dapat terjadi dengan cara membayar premi asuransi. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Premi Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi, sepintas definsi tersebut tidak ada kesamaan antara definisi satu dengan

Lebih terperinci

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 151

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 151 amanitanovi@uny.ac.id A. PENGERTIAN Usaha asuransi merupakan suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada tertanggung apabila terjadi risiko dimasa mendatang. Apabila risiko itu benar-benar terjadi,

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Sapto (2004) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Atas. Pengakuan Pendapatan dan Beban Dalam Kaitannya Dengan PSAK No.

BAB II URAIAN TEORITIS. Sapto (2004) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Atas. Pengakuan Pendapatan dan Beban Dalam Kaitannya Dengan PSAK No. BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Sapto (2004) melakukan penelitian dengan judul Evaluasi Atas Pengakuan Pendapatan dan Beban Dalam Kaitannya Dengan PSAK No.36 Tentang Akuntansi Asuransi Jiwa.

Lebih terperinci

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK

PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO. Yopi Nisa Febianti Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK PERMINTAAN DALAM EKONOMI MIKRO Yopi Nisa Febianti 1 1. Dosen Pend. Ekonomi FKIP Unswagati ABSTRAK Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sebagai konsumen selalu melakukan berbagai permintaan untuk berbagai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi permintaan timbul dari perilaku konsumen yaitu karena pendapatan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Fungsi permintaan timbul dari perilaku konsumen yaitu karena pendapatan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan 2.1.1. Konsep Pengertian Permintaan Fungsi permintaan timbul dari perilaku konsumen yaitu karena pendapatan yang terbatas sementara keinginannya adalah untuk mencapai

Lebih terperinci

A. INSURED B. INSURER C. ACCIDENT D. INTEREST

A. INSURED B. INSURER C. ACCIDENT D. INTEREST MENURUT PASAL 246 KUHD RI; ASURANSI ATAU PERTANGGUNGAN ADALAH SUATU PERJANJIAN, DENGAN MANA SEORANG PENANGGING MENGIKATKAN DIRI PADA TERTANGGUNG DENGAN MENERIMA SUATU PREMI, UNTUK MEMBERI PENGGANTIAN KEPADANYA

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Umum Asuransi Dalam bahasa Belanda kata asuransi disebut Assurantie yang terdiri dari kata Assurandeur yang berarti penanggung dan Geassurreerde

Lebih terperinci

II. LANDASAN TEORI. Pengertian pemasaran sangat luas,banyak ahli yang telah memberikan definisi atas

II. LANDASAN TEORI. Pengertian pemasaran sangat luas,banyak ahli yang telah memberikan definisi atas 10 II. LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian pemasaran Pengertian pemasaran sangat luas,banyak ahli yang telah memberikan definisi atas pemasaran ini. Definisi yang diberikan sering berbeda antara ahli yang satu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Pengertian Asuransi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, asuransi adalah suatu perjanjian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jalan berusaha mengkonsumsi barang dan jasa yang sebanyak-banyaknya.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan jalan berusaha mengkonsumsi barang dan jasa yang sebanyak-banyaknya. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Permintaan 2.1.1. Konsep Pengertian Permintaan Fungsi permintaan timbul dari perilaku konsumen yaitu karena pendapatan yang terbatas sementara keinginannya adalah untuk mencapai

Lebih terperinci

RESIKO DALAM ASURANSI

RESIKO DALAM ASURANSI RESIKO DALAM ASURANSI PENGERTIAN RISIKO Arthur Williams dan Richard, M.H Risiko adalah suatu variasi dari hasil-hasil yang dapat terjadi selama periode waktu tertentu. A.Abas Salim Risiko adalah ketidakpastian

Lebih terperinci

BAB II PENGATURAN ASURANSI DI INDONESIA. A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi. diharapkan. Disamping itu dapat pula berupa peristiwa negatif yang

BAB II PENGATURAN ASURANSI DI INDONESIA. A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi. diharapkan. Disamping itu dapat pula berupa peristiwa negatif yang BAB II PENGATURAN ASURANSI DI INDONESIA A. Pengertian dan Dasar Hukum Asuransi Manusia selalu dihadapkan dengan peristiwa yang tidak pasti. Peristiwa yang tidak pasti tersebut dapat berupa peristiwa menguntungkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Asuransi Kerugian Dalam perkembangan dunia usaha tidak seorang pun yang dapat meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang secara tepat, setiap ramalan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian Perjanjian Perjanjian adalah peristiwa seseorang berjanji kepada seorang lain atau dua orang itu berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Menurut

Lebih terperinci

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak

Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential. Ratna Syamsiar. Abstrak Manfaat Dan Mekanisme Penyelesaian Klaim Asuransi Prudential Ratna Syamsiar Dosen Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Lampung Abstrak PT Prudential Life Assurance memberikan perlindungan bagi

Lebih terperinci

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI

SISTEM INFORMASI ASURANSI. Materi 1 PENGENALAN ASURANSI SISTEM INFORMASI ASURANSI Materi 1 PENGENALAN ASURANSI Dr. Kartika Sari U niversitas G unadarma Materi 1-1 Pengertian Asuransi Asuransi adalah: Suatu mekanisme pemindahan risiko dari tertanggung (nasabah)

Lebih terperinci

BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI

BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI BAB IV RISIKO DALAM ASURANSI A. Definisi Risiko RISIKO adalah : a. Risiko adalah kans kerugian b. Risiko adalah kemungkinan kerugian c. Risiko adalah ketidak pastian d. Risiko adalah penyimpangan kenyataan

Lebih terperinci

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Asuransi Pengertian Asuransi

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Asuransi Pengertian Asuransi 6 BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1 Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Terdapat beberapa pengertian atau definisi mengenai asuransi berdasarkan pendapat para ahli yang nampak berbeda namun mempunyai inti dan tujuan

Lebih terperinci

SOSIALIASI ASURANSI Dalam Rangka Penggunaan Transaksi Non Tunai Dalam Asuransi TKI. Jakarta, Februari 2015

SOSIALIASI ASURANSI Dalam Rangka Penggunaan Transaksi Non Tunai Dalam Asuransi TKI. Jakarta, Februari 2015 SOSIALIASI ASURANSI Dalam Rangka Penggunaan Transaksi Non Tunai Dalam Asuransi TKI Jakarta, Februari 2015 Pengertian Asuransi Pasal 1 angka 1 UU NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN Asuransi adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada

II. TINJAUAN PUSTAKA. dua belah pihak atau lebih, dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi Kendaraan Bermotor Berdasarkan Pasal 1 sub (1) UU No. 2 Tahun 1992 Tentang Usaha Perasuransian, dinyatakan bahwa pengertian asuransi atau pertanggungan adalah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Jasa Kualitas jasa merupakan isu strategik bagi setiap organisasi pemasaran, terlepas dari bentuk produk yang dihasilkan. Kualitas menurut ISO 9000 adalah derajat atau

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan sebagai jumlah barang yang dibutuhkan. Permintaan ini hanya didasarkan atas kebutuhan saja atau manusia

Lebih terperinci

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. Hubungan antara Risiko dengan Asuransi 11/8/2014 Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada

Lebih terperinci

Mengenal Hukum Asuransi di Indonesia. Oleh: Mustari Soleman Masiswa Fakultas Hukum Univ.Nasional

Mengenal Hukum Asuransi di Indonesia. Oleh: Mustari Soleman Masiswa Fakultas Hukum Univ.Nasional Mengenal Hukum Asuransi di Indonesia Oleh: Mustari Soleman Masiswa Fakultas Hukum Univ.Nasional Sejarah Singkat Asuransi Asuransi berasal dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Risiko Risiko adalah bahaya, akibat, atau konsekuensi yang dapat terjadi akibat sebuah proses yang sedang berlangsung atau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Sejarah Asuransi Menurut Latumarissa (2012: 448) asuransi berasal dari masyarakat Babilonia 4000-3000 SM yang dikenal dengan perjanjian Hammurabi.

Lebih terperinci

BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM. sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai

BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM. sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu Pasal 302 sampai BAB II PEMBAHASAN ASURANSI JIWA SECARA UMUM A. Pengertian Asuransi Jiwa Dalam KUHDagang yang mengatur tentang asuransi jiwa, pengaturannya sangat singkat sekali dan hanya terdiri dari tujuh (7) pasal yaitu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (surplus) kepada pihak yang kekurangan dana (deficit) di samping

BAB II KAJIAN PUSTAKA. (surplus) kepada pihak yang kekurangan dana (deficit) di samping BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan Umum Tentang Bank 1. Pengertian Bank Bank sebagai lembaga intermediasi keuangan (financial intermediary) yang mengalihkan dana dari pihak yang kelebihan dana (surplus)

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi

BAB II LANDASAN TEORI. dengan sudut pandang yang mereka gunakan dalam asuransi. Adapun definisi BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Asuransi Banyak definisi yang telah diberikan kepada istilah asuransi. Dimana secara sepintas tidak ada kesamaan antara definisi yang satu dengan yang lainnya. Hal

Lebih terperinci

Minggu Ke III ASURANSI JIWA

Minggu Ke III ASURANSI JIWA Minggu Ke III ASURANSI JIWA A. PENGERTIAN A. Abbas Salim dalam buku Dasar-Dasar Asuransi (Principles of Insurance) memberi definisi tentang asuransi jiwa, bahwa : Asuransi Jiwa adalah asuransi yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang semakin kuat sangat berpengaruh dalam pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi yang semakin kuat sangat berpengaruh dalam pertumbuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu sektor usaha yang mempengaruhi perkembangan perekonomian di Indonesia yaitu sektor perbankan, dimana sektor ini memberikan dampak dalam upaya peningkatkan

Lebih terperinci

PENGENALAN ASURANSI. Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan

PENGENALAN ASURANSI. Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan PENGENALAN ASURANSI Sistem Informasi Asuransi dan Keuangan APAKAH ASURANSI ITU? Asuransi adalah: Suatu mekanisme pemindahan risiko dari tertanggung (nasabah) kepada penanggung (pihak asuransi). Dengan

Lebih terperinci

Asuransi Jiwa

Asuransi Jiwa Bab 1: Pengantar Asuransi Statistika FMIPA Universitas Islam Indonesia Asuransi Jiwa Asuransi Jiwa Asuransi adalah salah satu bentuk pengendalian risiko yang berupa perjanjian antara nasabah asuransi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung unsur investasi, yakni pada tahapan-tahapan pendidikan anak, maka

BAB I PENDAHULUAN. mengandung unsur investasi, yakni pada tahapan-tahapan pendidikan anak, maka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asuransi pendidikan merupakan salah satu jenis asuransi jiwa yang mengandung unsur investasi, yakni pada tahapan-tahapan pendidikan anak, maka ada sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENGENALAN ASURANSI

BAB I PENGENALAN ASURANSI BAB I PENGENALAN ASURANSI A. Pengertian Asuransi Asuransi ialah: suatu kemauan untuk menetapkan keruguan-kerugian kecil (sedikit) yang sudah pasti sebagai pengganti (substitusi) kerugian-kerugian besar

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh II. TINJAUAN PUSTAKA A. Asuransi dan Jenis-Jenis Asuransi 1. Pengertian Asuransi Istilah asuransi berasal dari bahasa Belanda Verzekering atau Assurantie. Oleh R Sukardono diterjemahkan dengan pertanggungan,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuransi Asuransi atau Pertanggungan menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang (K.U.H.D) Republik Indonesia pasal 246 adalah Suatu perjanjian dengan mana seorang penanggung mengikatkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi. sehingga kerugian itu tidak akan pernah terjadi. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Asuransi dan Pengaturan Asuransi 1. Pengertian Asuransi Apabila seseorang menginginkan supaya sebuah resiko tidak terjadi, maka seharusnyalah orang tersebut mengusahakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asuransi atau pertanggungan merupakan sesuatu yang sudah tidak asing lagi bagi masyarakat Indonesia. Dimana sebagian besar masyarakat Indonesia sudah melakukan

Lebih terperinci

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan

BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan BAB II Permintaan, Penawaran & Keseimbangan 2.1. Pengertian Permintaan Permintaan adalah berbagai jumlah barang yang diminta oleh konsumen pada berbagai tingkat harga pada periode tertentu. Hukum permintaan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti pertanggungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti pertanggungan BAB II KAJIAN PUSTAKA Landasan Teori 2.1 Pengertian Asuransi dalam bahasa Belanda di sebut verzekering yang berarti pertanggungan atau asuransi dan dalam bahasa Inggris disebut Insurance 20. Ada 2 (dua)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Asuransi Asuransi adalah suatu alat sosial yang menggabungkan risiko individu menjadi risiko kelompok dan menggunakan dana yang dikumpulkan oleh kelompok tersebut untuk memnayar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan akan jaminan dan perlindungan berkaitan dengan semakin tingginya resiko yang harus dihadapi. Resiko semakin dekat dengan hidup manusia, baik resiko

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat

I. PENDAHULUAN. rasa tidak aman yang lazim disebut sebagai risiko. kelebihan. Oleh karena itu manusia sebagai makhluk yang mempunyai sifat-sifat I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan yang tidak kekal merupakan sifat yang alamiah, mengakibatkan adanya suatu keadaan yang tidak dapat diramalkan lebih dulu secara tepat. Dengan demikian keadaan termaksud

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Teori - Teori 1. Pengertian Asuransi Jiwa Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian, dalam buku Abdulkadir, Hukum Asuransi Indonesia (2015:18) pengertian

Lebih terperinci

Tinjauan Atas Implementasi Asuransi Kredit (Kredit Guna Bhakti) Pada Bank Bjb Cabang Pembantu Ujungberung Bandung

Tinjauan Atas Implementasi Asuransi Kredit (Kredit Guna Bhakti) Pada Bank Bjb Cabang Pembantu Ujungberung Bandung Repositori STIE Ekuitas STIE Ekuitas Repository Final Assignment - Diploma 3 (D3) http://repository.ekuitas.ac.id Final Assignment of Accounting 2016-04-18 Tinjauan Atas Implementasi Asuransi Kredit (Kredit

Lebih terperinci

Prosiding Matematika ISSN:

Prosiding Matematika ISSN: Prosiding Matematika ISSN: 2460-6464 Menentukan Tingkat Premi dan Nilai Asuransi Kesehatan yang Optimal pada Pasar Persaingan Sempurna 1 Neneng Detti Sumyatty, 2 Onoy Rohaeni, 3 Eti Kurniati 1,2,3 Prodi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan

BAB I PENDAHULUAN. menempatkan dirinya dalam perkembangan yang sangat pesat, seiring dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan yang dilakukan bangsa Indonesia meliputi berbagai bidang kehidupan diantaranya idiologi, politik, ekonomi, sosial budaya dan pertahanan keamanan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. otomatis terkait dengan kebutuhan dasar yang diperlukan oleh manusia. Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha untuk mendapatkan derajat kesehatan pada masyarakat yang tinggi dewasa ini diupayakan oleh pemerintah maupun swasta. Salah satu langkah yang ditempuh adalah

Lebih terperinci

ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG

ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG 123 ANALISIS HUKUM PEMBERATAN RISIKO DALAM ASURANSI JIWA PADA PERUSAHAAN AJB BUMIPUTERA 1912 BANDAR LAMPUNG Oleh: Sri Zanariah Dosen Tetap Yayasan Pada Fakultas Hukum Universitas Saburai ABSTRAK Terjadinya

Lebih terperinci

ASURANSI. a. Insured b. Insurer c. Accident d. Interest

ASURANSI. a. Insured b. Insurer c. Accident d. Interest Definisi Asuransi ASURANSI Menurut Pasal 246 KUHD Republik Indonesia: Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima

Lebih terperinci

ASURANSI. Definisi Asuransi

ASURANSI. Definisi Asuransi Definisi Asuransi ASURANSI Menurut Pasal 246 KUHD Republik Indonesia: Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima

Lebih terperinci

BAB II RUANG LINGKUP HUKUM ASURANSI Oleh : SURAJIMAN

BAB II RUANG LINGKUP HUKUM ASURANSI Oleh : SURAJIMAN BAB II RUANG LINGKUP HUKUM ASURANSI Oleh : SURAJIMAN A. PENGERTIAN ASURANSI Asuransi atau dalam bahasa Indonesianya disebut pertanggungan, dalam bahasa inggris disebut insurance,sedangkan dalam bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pola dasar Pembangunan Nasional meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan bangsa dan mewujudkan pembangunan nasional.dalam poladasar juga ditandaskan bahwa pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu

I. PENDAHULUAN. Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia di dalam hidupnya selalu berada dalam ketidakpastian dan selalu mengalami risiko, yaitu suatu peristiwa yang belum dapat dipastikan terjadinya dan bila terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah disepakati kepada tertanggung apabila risiko tersebut benar-benar terjadi.

BAB I PENDAHULUAN. sudah disepakati kepada tertanggung apabila risiko tersebut benar-benar terjadi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asuransi Jiwa merupakan salah satu industri dibidang jasa yang memberikan perlindungan pada calon pemegang polis apabila terjadi risiko di masa mendatang. Pihak asuransi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi adalah serapan dari istilah bahasa Belanda assurantie, dalam

TINJAUAN PUSTAKA. Istilah asuransi adalah serapan dari istilah bahasa Belanda assurantie, dalam 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Perjanjian Asuransi 1. Pengertian dan Pengaturan Asuransi Istilah asuransi adalah serapan dari istilah bahasa Belanda assurantie, dalam bahasa Inggris assurance. Istilah lain

Lebih terperinci

PAJAK PENGHASILAN (PPh)

PAJAK PENGHASILAN (PPh) PAJAK PENGHASILAN (PPh) Pengaturan PPh UU No. 7/1983 UU No. 7/1991 UU No. 10/1994 UU No. 17/2000 UU No. 36/2008 tentang PPh Subjek Pajak Orang pribadi atau badan yang memenuhi syarat subjektif (berdomisili

Lebih terperinci

BAB VI POLIS ASURANSI

BAB VI POLIS ASURANSI BAB VI POLIS ASURANSI A. Pengertian Polis Untuk setiap perjanjian perlu dibuat bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak yang mengadakan perjanjian. Bukti tertulis untuk perjanjian asuransi disebut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial dan bagian dari masyarakat. Dalam kehidupannya manusia juga tidak bisa terlepas dari kejadian-kejadian yang tidak diharapkan, kehidupan

Lebih terperinci

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17

Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI. 02-Dec-17 Istilah dan Pengertian Asuransi ASURANSI - Menurut Pasal 246 KUHD, asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian di mana seorang penanggung dengan menikmati suatu premi mengikatkan dirinya kepada

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 23/POJK.05/2015 TENTANG PRODUK ASURANSI DAN PEMASARAN PRODUK ASURANSI I. UMUM Perkembangan industri perasuransian saat ini cukup pesat sehingga mendorong

Lebih terperinci

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA OTORITAS JASA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 69 /POJK.05/2016 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PERUSAHAAN ASURANSI, PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH, PERUSAHAAN REASURANSI,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1992 TENTANG USAHA PERASURANSIAN BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan: 1. Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. barang-barang dicuri, dan sebagainya. Kemungkinan akan kehilangan atau

BAB I PENDAHULUAN. barang-barang dicuri, dan sebagainya. Kemungkinan akan kehilangan atau 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia dalam hidupnya memiliki harta kekayaan sebagai hasil jerih payahnya dalam bekerja. Harta kekayaan tersebut bisa berupa rumah, perhiasan, ataupun kendaraan

Lebih terperinci

Dokumen Perjanjian Asuransi

Dokumen Perjanjian Asuransi 1 Dokumen Perjanjian Asuransi Pada prinsipnya setiap perbuatan hukum yang dilakukan para pihak dalam perjanjian asuransi perlu dilandasi dokumen perjanjian. Dari dokumen tersebut akan dapat diketahui berbagai

Lebih terperinci

Financial Check List. Definisi Asuransi. Apa Manfaat dan Fungsi Asuransi? Kapan Sebaiknya Membeli Asuransi?

Financial Check List. Definisi Asuransi. Apa Manfaat dan Fungsi Asuransi? Kapan Sebaiknya Membeli Asuransi? Daftar Isi Financial Check List 1 01 Definisi Asuransi 3 02 Apa Manfaat dan Fungsi Asuransi? 5 5 03 Kapan Sebaiknya Membeli Asuransi? 6 7 04 Siapa yang Perlu Melakukan Perlindungan Asuransi? 8 Bagaimana

Lebih terperinci

pada strategi pemasaran untuk mencapai hasil yang lebih baik. 2. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan informasi dan

pada strategi pemasaran untuk mencapai hasil yang lebih baik. 2. Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan informasi dan 1. Untuk mengetahui faktor pendapatan, harga sepeda motor Yamaha, harga sepeda motor kompetitor (Honda) di Medan untuk dijadikan rekomendasi pada strategi pemasaran untuk mencapai hasil yang lebih baik.

Lebih terperinci

S I L A B US MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI

S I L A B US MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI A. Deskripsi singkat : S I L A B US MANAJEMEN RISIKO DAN ASURANSI Manajemen Risiko dan Asuransi membahas mengenai Ruang Lingkup Manajemen Risiko dan Asuransi, Pengertian Risiko, Manajemen Risiko, Fungsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak pernah terlepas dari bahaya, Beberapa macam bahaya yang mengancam kehidupan manusia disebabkan oleh peristiwa yang timbul secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang. sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang sedang membangun terutama bidang pendidikan dan ekonomi. Pembangunan nasional dilaksanakan untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi 8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.1. Asuransi 2.1.1 Pengertian Asuransi Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seorang tertanggung, dengan

Lebih terperinci

Premi Asuransi BAB V PREMI ASURANSI

Premi Asuransi BAB V PREMI ASURANSI BAB V PREMI ASURANSI A. Pengertian Premi Asuransi Pengertian Premi adalah pembayaran dari tertanggung kepada penanggung, sebagai imbalan jasa atas pengalihan resiko kepada penanggung. Menurut pengertian

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. terjadinya permintaan. Kita tentu masih ingat bahwa masalah ekonomi timbul

BAB II URAIAN TEORITIS. terjadinya permintaan. Kita tentu masih ingat bahwa masalah ekonomi timbul BAB II URAIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Permintaan Untuk memahami arti permintaan, terlebih dahulu kita lihat latar belakang terjadinya permintaan. Kita tentu masih ingat bahwa masalah ekonomi timbul akibat

Lebih terperinci

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI. Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : Disusun oleh : Kelompok 8 MAKALAH HUKUM KOMERSIAL HUKUM ASURANSI Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Komersial Dosen Pembimbing : ------- Disusun oleh : Kelompok 8 Dickxie Audiyanto (125020305111001) Gatra Bagus Sanubari

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Direktorat Jenderal Peraturan Perundang-undangan Departemen Hukum dan HAM RI Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 13, 1992 (EKONOMI. ASURANSI. Uang.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk

BAB I PENDAHULUAN. kemakmuran, kesehatan, keamanan termasuk juga kecelakaan kerja. Untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kerja Praktek Melakukan manajemen resiko berarti merencanakan masa depan dengan lebih sistematis, matang dan terencana. Kita semua menginginkan jaminan kemakmuran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian baik bagi perorangan maupun

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian baik bagi perorangan maupun 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia dalam hidupnya selalu dihadapkan pada peristiwa yang tidak terduga akan terjadi, yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian baik bagi perorangan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. Konsep pengenaan pajak atas penghasilan berdasarkan Undang-undang Pajak

BAB 4 PEMBAHASAN. Konsep pengenaan pajak atas penghasilan berdasarkan Undang-undang Pajak BAB 4 PEMBAHASAN Konsep pengenaan pajak atas penghasilan berdasarkan Undang-undang Pajak Penghasilan (UU PPh) Pasal 4 ayat (1) yang saat ini berlaku di Indonesia mengandung pengertian bahwa, yang menjadi

Lebih terperinci

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3

Bahan Ajar Ekonomi Teknik. Pertemuan 2 dan 3 Bahan Ajar Ekonomi Teknik PENGANTAR EKONOMI & MANAJEMEN 2 4/2/2015 Universitas Gunadarma Nur RACHMAD Pertemuan 2 dan 3 2.Mekanisme penentuan harga permintaan dan penawaran Sub Pokok Bahasan : Konsep permintaan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan terhadap identifikasi masalah, dapat dirumuskan beberapa kesimpulan di antaranya : 1. Kedudukan para pihak : a. Hubungan hukum antara

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem dan Prosedur 2.1.1 Pengertian sistem Sistem dapat didefinisikan sebagai kumpulan dari komponen yang saling berhubungan satu dengan yang lain nya membentuk satu kesatuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, undang-undang yang mengatur asuransi sebagai sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan kendaraan bermotor sebagai sarana transportasi di Indonesia menunjukan pertumbuhan yang cukup pesat karena kebutuhan setiap orang tidak terlepas

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PERASURANSIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa industri perasuransian yang sehat, dapat diandalkan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia.

I. PENDAHULUAN. Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam. keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahaya kebakaran pada kehidupan manusia banyak yang mengancam keselamatan harta kekayaan, jiwa, dan raga manusia. Bagi orang yang berkepentingan, dia merasa perlu untuk

Lebih terperinci

PBAB II URAIAN TEORITIS

PBAB II URAIAN TEORITIS PBAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Endang Puspasari (1999) skripsi yang berjudul Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kecil di Pasar Pagi Wonosobo. Fakultas Ekonomi. Universitas

Lebih terperinci

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN)

Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) Formulir Nomor IV.PRO.10.1 (KOP PERUSAHAAN) DOKUMEN PEMBERITAHUAN ADANYA RISIKO YANG HARUS DISAMPAIKAN OLEH PIALANG BERJANGKA UNTUK TRANSAKSI KONTRAK DERIVATIF DALAM SISTEM PERDAGANGAN ALTERNATIF Dokumen

Lebih terperinci

UTMOST GOOD FAITH. 3. Material facts

UTMOST GOOD FAITH. 3. Material facts UTMOST GOOD FAITH 1. Non insurance contracts: Pada umumnya kontrak perdagangan/komersial mengacu pada doktrin caveat emptor (pembeli bebas mengetahui kondisi barang/jasa yang akan dibelinya). Dalam kontrak

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi

BAB III TINJAUAN TEORI. 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya. a. Pengertian Asuransi 1 BAB III TINJAUAN TEORI A. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Pengertian Asuransi dan Pengaturannya a. Pengertian Asuransi Dalam kamus Hukum kata Asuransi berasal dari Assurantie yang berarti asuransi,

Lebih terperinci

BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI

BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI 15 BAB II PERJANJIAN ASURANSI DAN BENTUK-BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA DALAM PERJANJIAN ASURANSI A. Perjanjian Asuransi Asuransi merupakan salah satu jenis perjanjian khusus yang diatur dalam KUHD, sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS. Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan A. Tinjauan Penelitian Terdahulu BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti diantaranya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akan terpenuhi. Kebutuhan seseorang dikatakan terpenuhi apabila ia dapat 18 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pengertian Permintaan Pada umumnya kebutuhan manusia mempunyai sifat yang tidak terbatas, sedangkan alat pemuas kebutuhan itu sifatnya terbatas. Jadi

Lebih terperinci