KEDUDUKAN SURAT ELEKTRONIK ( ) SEBAGAI ALAT PEMBUKTIAN DALAM UNDANG-UNDANG PIDANA TERTENTU DI INDONESIA ARTIKEL

Transkripsi

1 KEDUDUKAN SURAT ELEKTRONIK ( ) SEBAGAI ALAT PEMBUKTIAN DALAM UNDANG-UNDANG PIDANA TERTENTU DI INDONESIA ARTIKEL Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Persyaratan Untuk Mencapai Gelar Sarjana Hukum Oleh : GAMA FERDIAN FITRA Bagian Hukum Pidana FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PADANG 2015

2 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BUNG HATTA PERSETUJUAN ARTIKEL Reg. No. 23/PID-02/VI-2015 Nama : Gama Ferdian Fitra Nomor : Program Kekhususan : Hukum Pidana Judul Skripsi : Kedudukan Surat Elektronik ( ) Sebagai Alat Pembuktian dalam Undang-undang Pidana Tertentu di Indonesia. Telah dikonsultasikan dan disetujui oleh pembimbing untuk di upload ke website 1. Dr. Uning Pratimaratri, S.H., M.H. (Pembimbing I) 2. Syafridatati, S.H., M.H. (Pembimbing II)

3 POSITION OF ELECTRONIC ( ) AS A PROOF OF CERTAIN CRIMINAL LAW IN INDONESIA Gama Ferdian Fitra 1, Uning Pratimaratri 1, Syafridatati 1 1 Program Study of Law, Faculty of Law, University of Bung Hatta ( E - mail: gamaferdian29@gmail.com ) ABSTRACT Technological developments that affect the system of proof in criminal acts, one of which is elktronik mail ( ). In the Era of Globalization media as a supporter in any activity unexpectedly brought a relatively new issue and have not found a clear legal basis in the community at large. Issues raised in this study are (1) What is the status of evidence of electronic mail ( ) in certain criminal laws in Indonesia (2) How is the expansion of evidence Indonesian Criminal Procedure Code. This study uses normative law research, in particular the inventory of positive law. The data used include the primary legal materials, secondary, and tertiary legal materials. Data obtained through the study of documents. Data were analyzed qualitatively. From the study it can be concluded that (1) Electronic mail ( ) has the power and the same position with the same evidence in the burden of proof at trial, s and other electronic records still do not have sufficient proof strength particularly in the Criminal Procedure Code, while according to laws outside the Penal Code has the same status as valid evidence (2) Expansion of documentary evidence that electronic mail ( ) can not stand alone need someone to give an explanation. Expansion assist in proving trials, especially criminal cases of cyber crime, pembuktianya can not conventionally. Keywords: Position, letters, electronic, verification Pendahuluan Kemajuan teknologi informasi membawa pengaruh terhadap munculnya berbagai bentuk kejahatan yang bersifat baru di ranah hukum, fenomena ini memerlukan penanggulangan yang tepat. Revolusi teknologi informasi berawal ditemukannya komputer dan menciptakan dunia tersendiri yang biasa disebut dunia maya (cyber space) ini tidak bisa dihindari dan akan berdampak pada permasalahan hukum yang semestinya mengikuti perkembangan teknologi untuk mengatasi masalah hukum teknologi. Masuknya teknologi komputer ke dalam jaringan kehidupan manusia membangkitkan kebutuhan untuk bertukar informasi antar komputer. Penukaran informasi antar komputer dilakukan dengan menghubungkan satu komputer dengan komputer yang lain melalui suatu jaringan komputer (computer network) dan 1

4 hubungan antar jaringan komputer (internet working). Perkembangan komputer ditandai juga dengan perkembangan penggunaan internet yang juga ditandai oleh pertumbuhan perusahaan-perusahaan penyedia jasa internet dan meningkatnya jumlah pengguna jasa, ini tidak disertai dengan perkembangan di bidang hukum. Demikian pula dengan perkembangan zaman, banyak kejahatan konvensional yang dilakukan dengan modus operasional yang canggih. Proses perkara pidana diperlukan teknik dan prosedur khusus untuk mengungkap kejahatan. Kejahatan yang juga saat ini marak terjadi yakni kejahatan di dunia maya (cyber). Perbuatan melawan hukum di dunia cyber ini bukan merupakan suatu hal yang mudah untuk diatasi, untuk saat ini sudah lahir suatu rezim baru yang dikenal dengan cyber law atau hukum telematika. Cyber law, secara internasional digunakan untuk istilah hukum yang terkait dengan pemanfaatan teknologi informasi dan telekomunikasi. Tindak pidana dengan 2 media elektronik bukan hal yang baru, sebab perkembangan teknologi sudah berkembang beberapa tahun terakhir. Berbicara mengenai sistem pembuktian dalam hukum acara pidana (KUHAP) alatalat bukti yang sah tercantum di dalam Pasal 184 KUHAP ialah : 1. Keterangan saksi 2. Keterangan ahli 3. Surat 4. Petunjuk 5. Keterangan terdakwa Alat-alat bukti yang tercantum di atas hanya terpaku pada satu objek saja dan tidak ada pengaturan mengenai media elektronik, kalaupun ada sifatnya terbatas dan belum dapat berdiri sendiri. Padahal pada kenyataannya pada saat ini banyak sekali kasus-kasus yang muncul, baik itu yang menyangkut kejahatan yang ada pengaturannya dalam hukum pidana secara umum maupun kejahatan-kejahatan yang menyangkut dunia maya (cyber) secara khusus yang menggunakan e- mail sebagai alat bukti.

5 Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis tertarik mengungkapkan permasalahan yang timbul untuk diangkat dalam suatu karya tulis ilmiah ini dengan judul Kedudukan Surat Elektronik ( ) sebagai Alat Pembuktian dalam Undang-undang Pidana Tertentu di Indonesia. Rumusan Masalah hukum dari tipe-tipe yang lain dan dapat mewujudkan sekaligus aspek normatif hukum yang secara berat sebelah dikemukakan oleh konsepsi legistis dan aspek tingkah laku masyarakat yang secara berat sebelah dikemukakan oleh konsepsi yang sosiologi. 2. Bahan Hukum Permasalahan yang diangkat dalam Penelitian normatif penelitian ini adalah: 1. Bagaimana kedudukan bukti surat elektronik ( ) dalam Undangundang pidana tertentu di Indonesia? 2. Bagaimana perluasan alat bukti dalam Undang-undang Pidana tertentu di Indonesia? Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian hukum normatif, khususnya inventarisasi hukum positif. dilakukan dengan penelitian pustaka, yaitu penelitian yang dilakukan dengan mempelajari bahan pustaka atau data sekunder. Data sekunder terdiri dari: a. Bahan Hukum Primer Yakni bahan yang telah ada dan yang berhubungan dengan karya ilmiah ini, Perundanganundangan tersebut yakni: 1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Inventarisasi hukum positif adalah Undang-undang Hukum kegiatan pendahuluan yang bersifat Acara Pidana (KUHAP). mendasar untuk melakukan penelitian 3

6 2) Undang-undang Nomor 36 b. Bahan Hukum Sekunder. Tahun 1999 tentang Yakni bahan-bahan Telekomunikasi. 3) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undangundang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. 4) Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme. 5) Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang. 6) Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak penelitian yang berasal dari literatur atau hasil penelitiannya yang erat kaitannya dengan Hukum Pidana, Hukum Acara Pidana, dan Jurnal. c. Bahan Hukum Tersier. Yakni merupakan bahan-bahan yang memberikan petunjuk terhadap bahan hukum primer dan sekunder, yang lebih dikenal dengan bahan acuan bidan hukum atau bahan rujukan bidang hukum seperti kamus dan ensiklopedi hukum Pidana Pencucian Uang. 7) Undang-undang Nomor 11 yang menterjemahkan membantu berbagai Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. 8) Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Hak Cipta. 4 istilah hukum yang digunakan dalam tinjauan pustaka maupun dalam pembahasan dan bahanbahan primer, sekunder, dan penunjang (tersier) di luar bidang hukum, misalnya dari

7 bidang ilmu telematika khususnya Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi dokumen. Dalam hal penelitian dilakukan terhadap A. Kedudukan Bukti Surat Elektronik ( ) dalam Undang-undang Pidana tertentu di Indonesia 1. Undang-undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi. digunakan untuk kepentingan penyidikan sebagai alat bukti penyidikan. literatur-literatur untuk 2. Undang-undang Nomor 20 Tahun memperoleh bahan teoritis ilmiah yang dapat digunakan sebagai dasar analisis terhadap substansi pembahasan dalam penulisan proposal. 4. Teknis Analisis Data Analisis data dilakukan secara kualitatif yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sitematis dan dianalisa untuk mencapai kejelasan yang dibahas. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 2001 tentang Tindak Pidana Korupsi. Alat bukti yang diperoleh dalam tindak pidana korupsi bersifat elektronik ( ) dianggap sebagai alat bukti petunjuk, dan dapat disimpulkan termasuk dalam alat bukti surat tetapi tidak dapat dijadikan alat bukti elektronik yang berdiri sendiri, karena kedudukannya harus didukung dengan keterangan saksi. 3. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme. 5

8 Kedudukan sebagai alat bukti telah diakui keberadaannya, berdasarkan doktrin (ilmu hukum) dikategorikan sebagai barang bukti, yang berfungsi sebagai data penunjang bagi alat bukti yang memiliki kekuatan pembuktian yang sama dengan alat bukti yang diatur dalam KUHAP. 4. Undang-undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang. telah diakui sebagai alat bukti elektronik. Kedudukan disini diakui dan sah sebagai salah satu alat bukti yang sah. 5. Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Kedudukan sebagai alat bukti yang sah, karena juga merupakan suatu data atau dokumen yang dapat diterima, dikirimkan, maupun disimpan 6. Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik. Tidak semua dapat dikategorikan sebagai alat bukti yang sah dalam hal sebagai berikut: a. Terhadap surat yang menurut undang-undang harus dibuat dala bentuk tertulis b. Terhadap surat beserta dokumen pendukungnya yang menurut undangundang harus dibuat dalam bentuk akta notaris atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta tanah. 7. Undang-undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Hak Cipta. Undang-undang ini menjelaskan penyalahgunaan komputer, sedangkan kedudukan bukti surat elektronik ( ) tidak dijabarkan secara terperinci. secara elektronik. 6

9 B. Perluasan Alat Bukti Surat dalam Pembuktian Tindak Pidana Dalam Pasal 5 ayat (1) Undangundang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik disebutkan bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya merupakan alat bukti hukum yang sah. Pasal tersebut menegaskan bahwa bukti elektronik adalah bukti yang sah. Selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2) Undangundang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dan/atau hasil cetaknya sebagaimana dimaksut ayat (1) merupakan perluasan alat bukti yang sah sesuai dengan Hukum Acara yang berlaku di Indonesia. elektronik tersebut harus memenuhi syarat formil dan syarat materiil yang telah di tentukan dalam Pasal 5 ayat (3) dan ayat (4) jo Pasal 6 jo Pasal 15 jo Pasal 16 jo Pasal 43 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik. a. Syarat formil Syarat formil alat bukti non elektronik diatur dalam Pasal 5 ayat (4) dan Pasal 43 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik yaitu; 1) Informasi atau dokumen itu bukanlah; a) Surat yang menurut undangundang harus dibuat dalam bentuk tertulis b) Surat dan beserta dokumennya yang menurut undang-undang harus dibuat dalam bentuk akta notaris atau akta yang dibuat oleh pejabat pembuat akta Berdasarkan alat bukti 7

10 2) Pengeledahan atau penyitaan dan keutuhannya dan dapat tetap menjaga terpeliharanya dipertanggunjawabkan sehingga kepentingan pelayanan umum. b. Syarat materiil 1) Pasal 5 ayat (3) Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik menyebutkan bahwa informasi elektronik dan/atau dokumen menerangkan suatu keadaan. 3) Sistem elektronik diataur dalam Pasal 15 sampai dengan Pasal 16 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik antara lain menyebutkan bahwa; elektronik dinyatakan sah apabila menggunakan sistem elektronik sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam undang-undang ini 2) Pasal 6 Undang-undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi elektronik dalm hal ini terda[pat ketentuan lain selain diatur dalam Pasal 5 ayat (4) yang mensyaratkan bahwa suatu informasi harus berbentuk tertulis atau asli, informasi elektronik dan/atau dokumen elektronik dianggap sah sepanjang yang tercantum di dalamnya dapat diakses, ditampilkan, dijamin 8 Alat bukti yang sah dalam bentuk petunjuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 ayat (2) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Hukum Acara Pidana, khusus untuk tindak pidana korupsi juga dapat diperoleh dari: a. Alat bukti lain yang berupa informasi yang diucapkan, dikirim, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat optik atau yang serupa dengan itu; dan b. Dokumen, yakni setiap rekaman data/atau informasi yang dapat dilihat, dibaca dan/atau didengar yang dapat dikeluarkan dengan atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas, maupun yang terakam secara elektronik, yang berupa tulisan, suara, gambar, peta, foto, huruf, tanda, angka, atau perforasi yang memiliki makna. Simpulan Dari pembahasan yang telah dijabarkan diatas, maka ditarik beberapa pokok kesimpulan mengenai kekuatan,

11 perluasan alat bukti surat elektronik dalam hukum acara pidana. 1. Surat elektronik ( ) mempunyai kekuatan dan kedudukan yang sama dengan alat bukti lainnya dalam beban pembuktian di persidangan, dan arsip elektronik lainnya masih belum mempunyai kekuatan pembuktian yang cukup khususnya dalam Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (KUHAP). Sedangkan menurut undangundang pidana diluar KUHP, e- mail mempunyai kedudukan yang sama dengan alat bukti lainnya. 2. Perluasan alat bukti surat membantu dalam pembuktian persidangan khususnya perkara tindak pidana cyber crime, pembuktianya tidak bisa secara konvensional. merupakan merupakan alat bukti dokumen elektronik yang sah dan menjadi di luar KUHP, yakni: UU No. 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi, UU No. 20 Tahun 2001 tentang perubahan atas UU No. 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, UU No. 15 Tahum 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme, UU No. 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang, UU No. 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang, UU No. 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, UU No. 19 Tahun 2003 tentang Hak Cipta. Saran Dari hasil penelitian di atas, surat elektronik ( ) banyak kekurangan dalam sistem pembuktian pidana. Berikut beberapa saran dalam perbaikan Undang-undang Pidana Tertentu di Indonesia, khususnya dalam KUHAP: beban pembuktian Undang-undang 9

12 1. Di dalam RUU KUHAP telah dibuat pengaturan surat elektronik ( ) yang dalam perkembangannya bisa dijadikan alat bukti yang sah dalam membuktikan dan memiliki kekuatan yang bisa dijadikan dalam pertimbangan hakim dalam memutus perkara pidana, khususnya perkara pidana melalui media elektronik. hakim diharapkan lebih memahami surat elektronik ( ) dalam perluasan alat bukti surat menjadi salah satu bukti yang sah, sebab beban pembuktian dalam kejahatan media elektronik perlu pembuktian dengan elektronik, dan tidak hanya dalam satu sudut pandang saja. 3. Pemanfaatan teknologi harus bebasis penyidikan, yang mengarah pada hal yang positif untuk Bukti elektronik sebagaimana meminimalisir penyalahgunaan dimaksud dalam Pasal 175 huruf c adalah sekalian bukti dilakukannya tindak pidana berupa sarana yang memakai elektronik. Dengan adanya RUU KUHAP tentang alat bukti elektronik ini kejahatan melalui dunia cyber bisa lebih optimal dalam penyidikan suatu perkara khususnya sebagai alat bukti yang sah tercantum di dalam KUHAP. 2. Bagi para penegak hukum penyidik, penuntut umum serta 10 teknologi di Era Globalisasi. Daftar Pustaka A. Buku-buku Adami Chazawi, 2008, Hukum Pembuktian Tindak Pidana korupsi, Alumni, Bandung. Andi Hamzah, dan Boedi Marsita, 1987, Aspek-aspek Pidana di Bidang Kontemporer, Sinar Grafika, Jakarta. Andi Hamzah, 1993, Hukum Pidana yang Berkaitan dengan Komputer, Sinar Grafika, Jakarta., 2014, Hukum Acara Pidana Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta. Barda Nawawi Arief, 2001, Cyber Crime, Citra Aditya Bakti, Bandung.

13 Didik Mansur, dan Muhammad Arif, 2005, Cyber Law, Refika Aditama, Bandung. Edmon Makarim, 2005, Kompilasi Hukum Telematika, Raja Grafindo, Jakarta. Hari Sasangka, dan Lili Rosita, 2003, Hukum Pembuktian Dalam Perkara Pidana, Mandar Maju, Bandung. Krisnawati, 2006, Bunga Rampai Hukum Pidana Khusus, Pena Pundi Aksara, Jakarta. Lilik Mulyadi, 2007, Hukum Acara Pidana Normatif, Teoritis, Praktik dan Permasalahannya, Alumni, Bandung. Muhammad Yahya, 1985, Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP, Pustaka, Kartini, Jakarta. Subekti, 2010, Hukum Pembuktian, Pradnya paramita, Jakarta. P.A.F. Lamintang, 2011, Dasar-dasar Hukum Pidana, Citra Aditya, Jakarta. Ronny Hanitijo Soemitro, 1990, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, Ghalia Indonesia, Jakarta. B. Peraturan Perundang-undangan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana Undang-Undang Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Perubahan Atas Undang- Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2003 tentang Tindak Pidana Terorisme Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007 tentang Tindak Pidana Perdagangan Orang Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Tindak Pidana Pencucian Uang. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2003 tentang Hak Cipta C. Sumber Lain. Dani Prabowo, Kompas Berita Nasional, Bareskrim Bongkar Kejahatan lewat " " Antarnegara, 9/12/ /Bareskrim.Bongkar.Keja hatan.lewat. .antarnegara.html Freddie, Jurnal Repository USU, 2009, Segi Positif dan Negatif dari Internet, m/7 Nahot Frastian, Wordpress, 2007, Surat Elektronik ( ), /jaringan-dan-telekomunikasi- 3/surat-elektronik- / Valez, Blogger Universitas Gunadarma, 2011, Dampak Positif dan Negatif Perkembangan Teknologi Informasi (Internet), dampak-fositif-dan-negatifperkembangan.html 11

14 Nahot Frastian, Wordpress, Surat Elektronik ( ), /jaringan-dan-telekomunikasi- 3/surat-elektronik- Wikipedia Indonesia, Surat Elektronik, ktronik Pidana,Pertanggungjawaban-PidanadanPemidanaan.html 12