KOMPETENSI DAN PERFORMANSI LINGUISTIK DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KOMPETENSI DAN PERFORMANSI LINGUISTIK DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA"

Transkripsi

1 KOMPETENSI DAN PERFORMANSI LINGUISTIK DALAM PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA 1. Pendahuluan Salah satu bahasa daerah yang telah lama menjadi bahasa perhubungan di antara berbagai suku bangsa di Indonesia adalah bahasa Melayu. Bahasa Melayu diangkat menjadi bahasa nasional, yaitu bahasa bangsa Indonesia pada saat Sumpah Pemuda dikrarkan. Ikrar pemuda pada 28 Oktober 1928 di samping mengakui satu tanah air dan satu bangsa Indonesia juga menjunjung tinggi bahasa persatuan, yaitu bahasa Indonesia. Setelah Indonesia merdeka bahasa Indonesia tidak hanya merupakan bahasa nasional, tetapi juga menjadi bahasa negara seperti yang tercantum dalam Pasal 36, Bab XV, Undang-Undang Dasar Dengan demikian, bahasa Indonesia tidak hanya menjadi sarana perhubungan antarsuku, tetapi juga merupakan bahasa resmi kenegaraan, bahasa pengantar dalam pendidikan, serta sarana pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Sejak Indonesia merdeka hingga sekarang bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang pesat. Berbagai upaya pengembangan telah dilakukan, misalnya pembakuan dalam bidang ejaan, peristilahan, tata bahasa, dan kosakata. Pertumbuhan dan perkembangan bahasa Indonesia merupakan suatu keberhasilan. Keberhasilan yang telah dicapai oleh bahasa Indonesia sulit ditemukan di negara-negara bekas jajahan yang lain (Soedjarwo, 1995:15). Berdasarkan hasil Sensus Penduduk 1990 diketahui bahwa penutur bahasa Indonesia berjumlah orang. Hal itu berarti bahwa hanya 15,19 % dari jumlah 1

2 penduduk Indonesia yang berusia lima tahun ke atas. Kenyataan itu menunjukkan bahwa masih banyak anggota masyarakat yang belum mengetahui bahasa Indonesia, terutama masyarakat pedesaan yang hidup terpencil di daerah pedalaman. Mereka umumnya berkomunikasi dengan bahasa daerah masing-masing. Bangsa Indonesia sebagai penutur bahasa Indonesia dapat digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu (a) kelompok yang belum mengetahui dan mengenal bahasa Indonesia, (b) kelompok yang mengetahui bahasa Indonesia, dan (c) kelompok yang mampu berbahasa Indonesia (Saleh, 1990:45). Kelompok pertama pada umumnya terjadi pada masyarakat yang hidup terpisah dari pengaruh luar, seperti masyarakat desa di pedalaman Papua (Irian Jaya) dan Kalimantan. Kelompok kedua, yaitu yang mengetahui bahasa Indonesia pada hakikatnya belum mampu berbahasa Indonesia. Masyarakat yang temasuk ke dalam kelompok ini adalah mereka yang pernah bersekolah, tetapi putus sekolah dasar dan kebetulan hidup kembali di daerah pedesaan yang tidak banyak mendapat pengaruh luar. Kelompok yang ketiga adalah masyarakat yang mampu berbahasa Indonesia, baik secara sederhana maupun secara baik dan benar. Golongan yang termasuk dalam kelompok ini, antara lain pelajar, mahasiswa, dan pegawai yang setidak-tidaknya telah mampu berbahasa Indonesia secara praktis. Sehubungan dengan adanya kelompok pemakai bahasa Indonesia itu, berikut dibicarakan aspek kompetensi dan performansi linguistik dalam hubungan dengan kaidah bahasa Indonesia. 2. Kompetensi dan Performansi Linguistik dalam Penggunaan Bahasa Indonesia Istilah kompetensi dan performansi linguistik pada hakikatnya merupakan padanan masing masing dari competence dan performance (Inggris). Kedua istilah terakhir competence dan performance muncul sebagai hasil pemikiran kelompok tata bahasa 2

3 generatif transformasi (transformational generative grammar). Tata bahasa generatif transformasi itu pada mulanya diperkenalkan oleh Noam Chomsky. Oleh karena itu, Noam Chomsky dikenal sebagai pelopor aliran linguistik transformasi. Hasil pemikiran Chomsky tentang competence dan performance itu sebenarnya tidak terlalu jauh berbeda dengan hasil pemikiran sebelumnya, terutama yang dikemukakan Ferdinand de Saussure, pelopor linguistik modern. Menurut Saussure, bahasa memiliki aspek langue dan aspek parole. Aspek langue dan parole (Saussure) masing-masing dapat dibandingkan dengan aspek competence dan performance (Chomsky), sedangkan Samsuri menyebut aspek masyarakat untuk kompeten dan perorangan untuk performansi (Verhaar, 1977:4; Samsuri, 1980:13; dan Kentjono, 1982:132). Aspek kompetensi diartikan sebagai pengetahuan yang dimiliki oleh pemakai bahasa mengenai bahasanya (Rusyana dan Samsuri, 1976:120). Aspek ini tidak jauh berbeda dengan konsep langue yang dikemukakan oleh Saussure. Langue diartikan sebagai keseluruhan sistem tanda yang berfungsi sebagai alat komunikasi antaranggota masyarakat bahasa (Kentjono, 1982:132). Aspek ini sifatnya abstrak karena hanya berupa seperangkat kaidah (bahasa) yang berada di dalam otak pemakai bahasa. Mengingat sifatnya abstrak, aspek competence atau langue (kemampuan) ini cenderung tidak disadari oleh pemakai atau penutur bahasa. Bahkan, hampir sebagian besar penutur bahasa Indonesia tidak menyadari pada saat mengucapkan kata, misalnya membaca, tulisan, pendengar, berbicara, bacaan, katakan, atasi, dan gemetar. Pada saat membaca kata-kata tersebut sesungguhnya ada kaidah yang mengatur penutur bahasa Indonesia, yaitu kaidah afiksasi. Memang sebagai kaidah jumlahnya terbatas, tetapi dengan menguasai kaidah yang terbatas 3

4 itu, ternyata penutur atau pemakai bahasa dapat menghasilkan bentuk ujaran yang tidak terbatas. Sehubungan dengan adanya pengelompokan atas kompetensi berbahasa, kelompok yang mampu berbahasa Indonesia itu pun sesungguhnya dapat dibedakan lagi atas dua golongan. Kedua golongan yang dimaksud adalah (a) kelompok yang mampu berbahasa Indonesia secara praktis dan (b) kelompok yang mampu berbahasa Indonesia secara lingusitis. Golongan yang mampu berbahaa Indonesia secara praktis berarti yang bersangkutan mampu berkomunikasi dengan bahasa Indonesia. Akan tetapi, bahasa yang digunakan tidak banyak dipengaruhi oleh gramatika bahasa Indonesia. Jadi, kelompok ini hanya menitikberatkan pada masalah komunikasi. Sebaliknya, masyarakat yang mampu berbahasa Indonesia secara linguistis tidak semata-mata bertitik tolak kepada terjadinya komunikasi, tetapi sangat perlu memperhatikan faktor gramatika. Bahkan, gramatika memegang peranan sangat penting dalam kelompok ini. Keberadaan masalah kompetensi bahasa Indonesia pernah dikemukakan oleh Saleh (1990:50 55). Di dalam pembicaraannya dikemukakan adanya kelompok ahli bahasa dan masyarakat pemakai bahasa Indonesia. Secara lebih terperinci dikatakan bahwa masyarakat pemakai bahasa Indonesia dapat dipilah atas (a) golongan yang paham bahasa Indonesia, (b) golongan yang dapat menggunakan bahasa Indonesia, dan (c) golongan yang baru belajar bahasa Indonesia. Golongan yang paham bahasa Indonesia berarti memahami bahasa Indonesia, tetapi hanya berperan sebagai pemerhati bahasa, tidak mengaku ahli bahasa. Golongan inilah pada umumnya yang memerlukan kaidah normatif sebagai pedoman berbahasa. Golongan yang dapat menggunakan bahasa Indonesia pada dasarnya tidak mampu 4

5 membedakan bahasa Indonesia yang baik dan bahasa Indonesia yang benar. Golongan ini menganggap bahwa bahasa Indonesia tidak perlu dipelajari karena bahasa Indonesia yang digunakan tidak diperoleh melalui proses belajar. Akan tetapi, bahasa Indonesia didapatkan dari pengalamannya sendiri. Golongan pemakai bahasa Indonesia yang sedang atau baru belajar ternyata cukup banyak jumlahnya dibandingkan dengan dua golongan terdahulu. Golongan ini diperkirakan lebih kurang 65 % masyarakat pemakai bahasa Indonesia termasuk ke dalam golongan ini. Kelompok inilah sesungguhnya yang perlu dituntun dan dibina agar mampu berbahasa Indonesia yang baik dan benar. Aspek performansi bahasa diartikan sebagai pemakaian bahasa itu di dalam keadaan sebenarnya (Rusyana dan Samsuri, 1976:120). Aspek ini pun tidak jauh berbeda dengan konsep parole yang dikemukakan oleh Saussure. Parole diartikan sebagai realitas fisis yang berbeda pada setiap orang (Kentjono, 1982:132). Aspek ini sifatnya konkret karena berwujud ujaran yang dapat ditangkap oleh indra pendengaran. Hal ini dapat dilihat di dalam pemakaian bahasa, misalnya, dengan hanya sebuah afiks men- ternyata dapat dihasilkan performansi bahasa yang tidak terbatas. Afiks men- itu dapat membentuk kata, seperti membaca, mengebom, mencatat, menggunting, mengarang, memimpin, merasa, merawat, menyapu, dan menulis. Keberhasilan penggunaan bahasa dalam kaitan dengan pengajaran bahasa (Indonesia) sesungguhnya sangat bergantung kepada penekanan salah satu di antara kedua aspek tersebut. Apabila ditekankan pada aspek performansi bahasa, pemakaian bahasa dalam pengajaran bahasa cenderung mengalami kegagalan. Kegagalan itu pada hakikatnya disebabkan oleh kenyataan bahwa keberadaan aspek performansi bahasa tidak terbatas. 5

6 Dengan demikian, penggunaan bahasa akan lebih banyak berupa hafalan sebab tanpa penguasaan kaidah sebagai dasar kompetensi. Penekanan aspek performansi bahasa di dalam penggunaannya sering menimbulkan pemahaman yang keliru terhadap suatu konsep. Hal itu terjadi karena tidak didasari atas pemahaman kaidah. Misalnya, seorang penutur menyebutkan dan menggolongkan kata petinju ke dalam kategori verba hanya berdasarkan kenyataan bahwa petinu itu adalah orang yang melakukan pekerjaan tinju. Contoh tersebut menunjukkan bahwa penutur belum menyadari kaidah yang mengatur sebuah kata sekaligus mengklasifikasikannya ke dalam kategori kata (nomina, verba, adjektiva, atau kategori lain). Ketidaksadaran terhadap kaidah merupakan akibat logis dari penekanan pada aspek performansi bahasa. Kekeliruan seperti itu akan semakin banyak terjadi kalau penekanan bahasa semakin jauh dari aspek kompetensi. Penekanan aspek kompetensi tidak berarti bahwa aspek performansi bahasa tidak penting. Keberhasilan seseorang dalam penggunaan bahasa justru secara konkret tampak pada aspek performansi bahasa. Aspek performansi bahasa akan semakin baik apabila pemakai atau penutur bahasa semakin menguasai aspek kompetensi bahasa. Artinya, pemakai bahasa hendaknya memahami kaidah-kaidah kebahasaan terlebih dahulu. Pemahaman terhadap aspek kompetensi menunjukkan penutur memiliki kesadaran tinggi tentang kaidah-kaidah yang mengatur suatu bahasa. Hal itu memperlihatkan kreativitas berbahasa seseorang telah tumbuh. Dengan demikian, orang yang bersangkutan dapat menghasilkan bentuk-bentuk ujaran (bahasa) yang tidak terbatas jumlahnya dibandingkan dengan kaidah yang dipahaminya. 6

7 Pentingnya penekanan aspek kompetensi (berupa kaidah kebahasaan) di dalam penggunaan bahasa yang benar dapat dibuktikan dengan beberapa kesalahan umum dalam bahasa Indonesia (sebagai aspek performansi bahasa). Kesalahan umum tersebut terjadi cenderung sebagai akibat kurangnya penguasaan kaidah yang berlaku. Kurangnya penguasaan kaidah itu dapat pula disebabkan oleh kurang diperhatikannya penekanan aspek kompetensi. Kesalahan-kesalahan dalam performansi bahasa dapat terjadi pada semua unsur kebahasaan. Kesalahan itu dapat terjadi, baik pada masalah ejaan, fonologi, morfologi, sintaksis, maupun semantik. Di bawah ini dikemukakan beberapa contoh kesalahan yang sering terjadi. Contoh-contoh tersebut diharapkan dapat mendukung pentingnya aspek kompetensi untuk menghasilkan performansi linguistik yang benar. 2.1 Bidang Ejaan (1) dihadapan, disamping, disebelah Ketiga kata tersebut seharusnya ditulis di hadapan, di samping, di sebelah. Kesalahan seperti itu cukp sering ditemukan di dalam karya tulis (ilmiah) walaupun kaidah penulisan preposisi di telah berulang-ulang disampaikan. Kekeliruan itu dapat ditanggulangi dengan penanaman pemahaman terhadap kaidah tata tulis yang berlaku di dalam bahasa Indonesia. Unsur di yang berparadigma (dapat saling menggantikan) dengan unsur ke dan dari berstatus sebagai kata. Oleh karena itu, unsur di yang berstatus sebagai kata harus dipisahkan penulisannya dengan kata yang mengikutinya. Secara ringkas kaidah tata tulis di atas dapat digambarkan sebagai berikut. 7

8 hadapan di ke dari samping sebelah atas sana (2) sekalipun dan sekali pun Kedua cara penulisan tersebut benar, tetapi bergantung kepada bentuk lain yang berparadigma dengannya. Penulisan sekalipun benar kalau berparadigma dengan kendatipun, meskipun, dan walaupun. Di pihak lain penulisan sekali pun juga benar apabila berparadigma dengan sekali juga atau satu kali juga. Berkaitan dengan hal itu, berikut disajikan kaidahnya secara ringkas. sekalipun walaupun meskipun sekali pun satu kali juga sekali juga kendatipun Masih banyak kesalahan cara penulisan yang dapat dihindari dengan peningkatan pamahaman terhadap kaidah tata tulis yang berlaku bagi pengguna bahasa Indonesia. Langkah ini sejalan dengan usaha peningkatan aspek kompetensi di dalam penggunaan bahasa yang benar sehingga ejaan tidak sekadar aturan yang memerlukan kemampuan menghafal semata-mata. 2.2 Bidang Fonologi Fonrm /i/ pada kata titik dan /u/ pada kata mulut cenderung dilafalkan dengan bunyi i dan u tinggi. Fonetis bunyi-bunyi tersebut adalah [i] dan [u]. Kesalahan itu dapat dicegah dengan 8

9 memahami kaidah yang berlaku untuk fonem vokal yang terdapat pada suku tertutup. Pelafalan fonem vokal pada suku tertutup bergeser pada posisi yang lebih rendah. Misalnya, fonem /o/ pada kata [roko?] dan fonem /e/ pada kata [EmbEr]. Sehubungan dengan hal itu, fonem /i/ dan /u/ pada kedua kata di atas titik dan mulut hendaknya juga bergeser pada posisi yang lebih rendah sehingga masing-masing menjadi [titi?] dan [mulut] bukan [titi?] dan [mulut]. Contoh di atas menunjukkan pentingnya pelafalan, yaitu ketepatan mengucapkan nama huruf atau bunyi yang digunakan dalam tuturan. Apabila ditemukan bentuk yang tertulis dengan huruf g, misalnya, harus dilafalkansesuai dengan namanya, yaitu ge. Dengan demikian, kata biologi dan dialog tidak dapat dilafalkan biolohi dan dialoh seperti yang lazim terjadi, tetapi harus dilafalkan biologi dan dialog. Pelafalan yang tepat seperti itu perlu diperhatikan karena ketidaktepatan atau kesalahan pelafalan dapat memengaruhi perubahan makna, lebih-lebih jika kesalahan itu sampai pada perubahan fonem. Hal ini cenderung terjadi pada kata yang berhomograf, seperti kata teras. Kata teras itu sulit dilafalkan secara mandiri sebab pelafalan yang tepat sangat ditentukan oleh konteks yang menyertainya ( duduk di teras. dan pejabat teras.). Perbedaan pelafalan kata teras itu mengarah kepada perbedaan fonemik. Dengan demikian, diperlukan kecermatan penutur memilih alternatif nama yang tepat atas huruf yang digunakan. Di samping ketidaktepatan pelafalan yang sampai pada taraf perubahan fonem dan perubahan makna, ada juga ketidaktepatan pelafalan pada taraf alofonis. Pada taraf alofonis ini perbedaan hanya sebagai varian tertentu atas kata yang bersangkutan sehingga tidak menimbulkan perbedaan makna. 9

10 2.2 Bidang Morfologi Kata mensukseskan, mengeterapkan, menterjemahkan, dan menyintai seharusnya ditulis menyukseskan, menerapkan, menerjemahkan, dan mencintai. Kesalahan pembentukan kata seperti itu terjadi karena pengguna bahasa tidak menguasai kaidah yang berlaku pada bentukan tersebut. Sebenarnya pada tiga bentuk kata pertama di atas berlaku kaidah {men-} /men/. Dikatakan demikian karena konsonan awal ketiga kata tersebut masing-masing /s/ dan /t/. Konsonan /s/ dan /t/ dalam afiksasi dengan prefiks {men-} mengalami peluluhan, sedangkan pada bentuk kata terakhir berlaku kaidah prefiks {men-} /men/ karena konsonan awal kata itu adalah /c/. Konsonan /c/ di dalam afiksasi dengan prefiks {men-} tidak mengalami peluluhan. Sesuai dengan kaidah tersebut kata apa pun yang beridentitas seperti pada kata bentukan di atas harus mengalami proses pembentukan yang sama. Hal itu tampak pada contoh-contoh berikut. men- + susahkan menyusahkan men- + sampaikan men- + sukseskan men- + sabuni men- + tangiskan menyampaikan menyukseskan menyabuni menangiskan men- + tertawakan menertawakan men- + terapkan menerapkan men- + terjemahkan menerjemahkan men- + tegaskan men- + cari menegaskan mencari 10

11 men- + curi men- + cintai mencuri mencintai men- + ceritakan menceritakan men- + coba mencoba 2.4 Bidang Sintaksis Kalimat (1) Pelaku ledakan bom Kuta berhasil ditangkap polisi; (2) Sejak subuh tim investigasi di lokasi peledakan; (3) Persoalan itu mereka pahami setelah berdiskusi; dan (4) Pengunjung membawa bunga mawar warna merah seharusnya sebagai berikut. a. Polisi berhasil menangkap pelaku ledakan bom Kuta. b. Sejak subuh tim investigasi bekerja di lokasi peledakan. c. Persoalan itu dipahami setelah didiskusikan oleh mereka. d. Pengunjung membawa mawar merah. Kesalahan keempat kalimat tersebut pada hakikatnya disebabkan oleh kekurangpahaman terhadap kaidah kalimat bahasa Indonesia. Kalimat (1) tidak dapat diterima secara logika (akal sehat) seharusnya Pelaku ledakan bom Kuta berhasil melarikan diri dari kepungan polisi atau seperti kalimat (a) di atas. Pada kalimat (2) tidak terdapat predikat yang seharusnya merupakan pola utama kalimat bahasa Indonesia di samping subjek sehingga diubah menjadi kalimat (b). Kalimat (3) tidak memenuhi syarat kesejajaran sehingga diubah menjadi kalimat (c). Di pihak lain kalimat (4) tidak memenuhi syarat kehematan karena mengandung kata yang berhipernim dan hiponim, 11

12 yaitu bunga mawar dan warna merah. Kalimat itu diubah menjadi kalimat (d) supaya memenuhi syarat kehematan. Hal lain yang juga perlu diperhatikan dalam pemakaian kalimat (bahasa Indonesia) adalah upaya pengutamaan bagian-bagian kalimat. Ada empat cara yang dapat ditempuh untuk mengutamakan bagian kalimat, yaitu (a) pengubahan bentuk kata, (b) pengubahan urutan kata,(c) penambahan partikel, dan (d) pemberian tekanan keras pada bagian kata yang diutamakan. Di samping keempat cara tersebut, pemasifan juga dapat dilakukan dalam pengutamaan bagian-bagian kalimat. Pemasifan yang benar harus sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia, yaitu mengikuti pola aspek + pelaku + tindakan. Dengan demikian, bentuk pasif seperti Surat kabar Bali Post Anda sedang baca dan Surat Saudara saya sudah terima tidak sesuai dengan kaidah yang berlaku dalam bahasa Indonesia. Kedua bentuk pasif tersebut seharusnya dijadikan seperti di bawah ini. a. Surat kabar Bali Post sedang Anda baca. b. Surat Saudara sudah saya terima. Contoh-contoh kesalahan di dalam performansi linguistik seperti dikemukakan di atas pada hakikatnya cenderung disebabkan oleh kurangnya penguasaan kaidah bahasa (Indonesia) bagi pengguna bahasa Indonesia. Hal itu berarti bahwa kesalahan di dalam aspek performansi linguistik akan semakin banyak terjadi apabila aspek kompetensi linguistik semakin tidak diperhatikan. Sebaliknya, semakin memahami aspek kompetensi linguistik (berupa kaidah bahasa) yang berlaku jelas akan semakin kecil terjadi kesalahan di dalam aspek performansi linguistik, termasuk di dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar. 12

13 Pembicaraan kompetensi dan perfomansi linguistik dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar juga berhubungan erat dengan sikap penggunanya. Hal itu terjadi karena kualitas penggunaan bahasa seseorang pada dasarnya berkaitan dengan sikap bahasa. Artinya, penggunaan bahasa Indonesia yang benar cenderung hanya terjadi di kalangan penutur yang mempunyai sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Oleh karena itu, sikap positif terhadap bahasa Indonesia perlu ditumbuhkan dalam upaya penggunaan bahasa Indonesia yang benar dan baik. Di samping sikap positif beberapa sikap dan kecenderungan yang tidak berkaitan dengan sikap bahasa ternyata tidak kecil pengaruhnya terhadap penggunaan bahasa Indonesia. Sikap dan kecenderungan tersebut, misalnya sikap tidak berdisiplin, ketidaktaatan terhadap peraturan, kecenderungan mencari jalan pintas, dan sikap tidak menghargai mutu (Soedjarwo, 1995:14). Sikap positif terhadap bahasa berarti pengguna bahasa bersangkutan memiliki kebanggaan, kecintaan, dan kesetiaan terhadap bahasanya. Sikap positif tersebut terwujud dalam ketaatan dan kepatuhan terhadap norma-norma dan kaidah-kaidah yang berlaku dalam bahasa. Dalam hubungan ini pengguna bahasa yang memiliki sikap positif tentu akan menggunakan bahasa dengan cermat, teliti, dan menaati norma-norma bahasa. Penutur yang mempunyai kesetiaan, kecintaan, dan kebanggaan terhadaap bahasa Indonesia jelas akan berupaya menggunakan bahasa Indonesia dengan benar dan baik. Penutur seperti itu tidak merasa malu, tetapi mempunyai jati diri tersendiri dan tidak mudah dipengaruhi oleh pihak pengguna bahasa lain, lebih-lebih penutur bahasa asing. Kualitas penggunaan bahasa Indonesia akan membaik jika para pengguna menggunakannya secara benar dan baik. Penggunaan bahasa Indonesia yang benar adalah penggunaan bahasa yang menaati norma-norma yang berlaku, baik norma lafal dan ejaan, 13

14 pembentukan kata, penyusunan kalimat, maupun norma penyusunan paragraf. Di pihak lain penggunaan bahasa yang baik adalah penggunaan bahasa yang disesuaikan dengan situasi dan pemilihan ragam bahasa yang tepat. Dalam hubungan ini pembinaan bahasa Indonesia lebih banyak berkenaan dengan penggunaan bahasa Indonesia baku, yaitu berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam situasi resmi yang mempertimbangkan norma atau kaidah yang berlaku. Terjadinya penggunaan bahasa Indonesia yang menyimpang dari norma yang ada cenderung disebabkan oleh tiga hal seperti yang dikemukakan oleh Bawa (1995:12). Halhal yang dimaksud adalah sebagai berikut. Pertama, pengguna bahasa Indonesia tidak memahami secara pasti kaidah, norma, aturan penulisan dan makna kata atau istilah bahasa Indonesia. Kedua, pengguna bahasa Idonesia kurang atau tidak memiliki sikap positif terhadap bahasa Indonesia. Ketiga, pengguna bahasa Indonesia kurang terlatih menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Ketiga hal tersebut semakin jelas tampak dalam kegiatan tuls-menulis, terutama dalam tulisan ilmiah. Sejalan dengan hal itu, pembinaan bahasa, termasuk bahasa Indonesia sesungguhnya juga berkaitan erat dengan kebiasaan menulis. Dikatakan demikian karena pentingnya penguasaan bahasa (Indonesia yang baik dan benar) cenderung dirasakan oleh pihak pengguna bahasa yang ingin menggunakannya sebagai sarana untuk mengembangkan gagasan, ide, pikiran, atau perasaan dalam wujud tertulis. Gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan akan lebih mudah dipahami pembaca apabila dibuat dengan bahasa yang jelas dan cermat. Kejelasan dan kecermatan isi tulisan hanya dapat dicapai dengan penerapan kaidah tata tulis yang benar. Dalam hal ini normanorma ejaan (EYD) memegang peranan yang sangat penting di samping norma pilihan 14

15 kata dan istilah, penyusunan kalimat (efektif), dan pembentukan paragraf yang baik. Oleh karena itu, perlu dipahami oleh semua pihak bahwa penggunaan bahasa secara tertulis pada hakikatnya lebih intensif dibandingkan dengan penggunaan bahasa yang lain. Keintensifan bahasa tulis ditandai oleh adnya upaya penulis untuk mengungkapkan ide, gagasan, pikiran, atau perasaan dengan sejelas-jelasnya dan secermat-cermatnya mengingat pemahaman atas isi tulisan itu ditentukan oleh penggunaan bahasa sematamata. Jadi, kompetensi dan performansi linguistik harus selalu diperhatikan dalam berbahasa, lebih-lebih pada saat berbahasa Indonesia yang berkaidah. 3. Penutup Uraian di atas dapat disimpulkan sebagai berikut. Kesalahan performansi linguistik di dalam penggunaan bahasa Indonesia yang benar dapat dikurangi melalui upaya penekanan pada aspek kompetensi linguistik (berupa kaidah kebahasaaan). Artinya, dengan memahami kaidah sebagai aspek kompetensi linguistik, kesalahan di dalam aspek performansi linguistik dapat ditekan. Akan tetapi, hal itu tidak berarti bahwa aspek performansi linguistik tidak penting. Justru aspek performansi linguistiklah yang menjadi cermin keberhasilan atau kegagalan penggunaan bahasa, terutama bahasa yang benar atau berkaidah. Kebenaran penggunaan bahasa sesungguhnya dilihat dari kepatuhan terhadap kaidah yang berlaku, termasuk di dalam penggunaan bahasa Indonesia. Kompetensi dan performansi linguistik mempunyai kaitan yang sangat erat karena untuk menghasilkan performansi linguistik yang berkaidah atau benar tidak cukup dengan cara hanya menghafalkan contoh-contoh. Dalam hal inilah diperlukan kesadaran 15

16 tentang adanya kaidah-kaidah atau norma-norma kebahasaan yang merupakan pedoman. Penekanan pada aspek performansi linguistik tanpa pemahaman tentang kaidah atau norma yang berlaku berarti membunuh kreativitas berbahasa. Daftar Pustaka Alwi, Hasan, Soenjono Dardjowidjojo, Hans Lapoliwa, Anton M. Moeliono Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustka. Bawa, I Wayan Perilaku Menjunjung Bahasa Persatuan. Dalam Nuansa: Bina Bahasa dan Sastra. Edisi Perdana, Oktober Denpasar: Balai Penelitian Bahasa. Kentjono, Joko Dasar-Dasar Linguistik Umum. Jakarta: Fakultas Sastra, Universitas Indonesia. Rusyana, Yus dan Samsuri (ed.) Pedoman Penulisan Tata Bahasa Bahasa Indonesia. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Saleh, Mbijo Bahasa Kita, Bahasa Indonesia, Sedang Berkembang. Dalam Ilmu dan Budaya. Tahun IX, Nomor 1, Oktober Jakarta: Dian Rakyat. Samsuri Analisis Bahasa. Jakarta: Erlangga. Soedjarwo Sikap dan Pemakaian Bahasa. Dalam Nuansa: Bina Bahasa dan Sastra. Edisi Perdana, Oktober Denpasar: Balai Penelitian Bahasa. Tim Penyusun. 1995, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Verhaar, J.W.M Pengantar Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. 16

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah

BAB1 PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah BAB1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan berpengaruh terhadap sistem atau kaidah suatu bahasa. Sesuai dengan sifat bahasa yang dinamis, ketika pengetahuan pengguna bahasa meningkat,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang BAB 1 PENDAHULUAN Dalam Bab 1 ini, penulis menjelaskan hal-hal yang menjadi latar belakang dilakukannya penelitian. Selanjutnya dalam Bab 1 ini, penulis juga menjelaskan tentang identifikasi masalah, pembatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia seperti kebudayaan, ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan salah satu alat untuk membentuk hidup masyarakat. Bahasa merupakan sarana pikir bagi manusia. Berbagai unsur kelengkapan hidup manusia seperti kebudayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang selalu membuka diri terhadap perkembangan. Hal ini terlihat pada perilakunya yang senantiasa mengadakan komunikasi dengan bangsa

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN BAHASA INDONESIA: KAJIAN BENTUK YANG BENAR DAN LAZIM DALAM PEMAKAIANNYA. Oleh I Wayan Teguh

LAPORAN HASIL PENELITIAN BAHASA INDONESIA: KAJIAN BENTUK YANG BENAR DAN LAZIM DALAM PEMAKAIANNYA. Oleh I Wayan Teguh LAPORAN HASIL PENELITIAN BAHASA INDONESIA: KAJIAN BENTUK YANG BENAR DAN LAZIM DALAM PEMAKAIANNYA Oleh I Wayan Teguh FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 1 KATA PENGANTAR Puji syukur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer,

BAB 1 PENDAHULUAN. Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bahasa merupakan sistem lambang bunyi yang bersifat dinamis, arbitrer, konvensional, dan memiliki makna. Sifat dinamis itu muncul karena manusia sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan bagian dari kebudayaan. Bahasa juga merupakan alat untuk berkomunikasi sehari-hari dan menjadi jembatan dalam bersosialisasi dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang ampuh untuk mengadakan hubungan komunikasi dan melakukan kerja sama. Dalam kehidupan masyarakat, bahasa menjadi kebutuhan pokok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. BAB I PENDAHULUAN Dalam BAB I, peneliti memaparkan hal-hal yang melatarbelakangi penelitian, uraian masalah, tujuan dan manfaat dari penelitian ini. A. Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa

Lebih terperinci

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif

Bahasa sebagai Sistem. Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai Sistem Bayu Dwi Nurwicaksono, M.Pd. Dosen Penerbitan Politeknik Negeri Media Kreatif Bahasa sebagai sebuah sistem Bahasa terdiri atas unsur-unsur yang tersusun secara teratur. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan mediator utama dalam mengekspresikan segala bentuk gagasan, ide, visi, misi, maupun pemikiran seseorang. Bagai sepasang dua mata koin yang selalu beriringan,

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI

NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI NASKAH PUBLIKASI PEMAKAIAN PREPOSISI PADA KOLOM POS PEMBACA DI HARIAN SOLOPOS SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra

Lebih terperinci

Buku ini memuat kumpulan tulisan penulis dalam rangka

Buku ini memuat kumpulan tulisan penulis dalam rangka Problematika Berbahasa Indonesia dan Pembelajarannya Edisi 2, oleh Prof. Dr. St. Y. Slamet Hak Cipta 2014 pada penulis GRAHA ILMU Ruko Jambusari 7A Yogyakarta 55283 Telp: 0274-4462135; 0274-882262; 0274-882368

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan

BAB I PENDAHULUAN. benar. Ini ditujukan agar pembaca dapat memahami dan menyerap isi tulisan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ruang lingkup pembelajaran bahasa Indonesia mencakup komponenkomponen kemampuan berbahasa Indonesia yang meliputi aspek berbicara, menyimak, menulis, dan

Lebih terperinci

Struktur Kata Bahasa Indonesia Dalam Pembelajaran

Struktur Kata Bahasa Indonesia Dalam Pembelajaran Struktur Kata Bahasa Indonesia Dalam Pembelajaran Oleh: Andri Pitoyo Universitas Nusantara PGRI Kediri Email: andri.pitoyo@yahoo.com ABSTRAK Permasalahan dalam kajian ini menekankan pada proses pertemuan

Lebih terperinci

PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR

PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR PEMILIHAN KATA BAHASA INDONESIA SEBAGAI SARANA PENGUASAAN BAHAN AJAR Sutarsih Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah Email: sutabinde1@yahoo.com Abstrak Bahasa sebagai alat komunikasi memiliki peran sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang sempurna dibandingkan dengan mahluk ciptaan lain. Manusia memiliki keinginan atau hasrat untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat

BAB I PENDAHULUAN. tindakan. Komunikasi dalam bentuk ujaran mungkin wujudnya berupa kalimat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa sebagai alat komunikasi yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam suasana resmi maupun tidak resmi, selalu terikat oleh suatu alat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi yang penting dalam kehidupan manusia. Manusia tidak akan melanjutkan hidup ini dengan baik dan teratur tanpa adanya bahasa.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan dan menerima informasi atau pesan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat komunikasi yang digunakan manusia untuk mengungkapkan pesan kepada orang lain. Dengan bahasa itu, kita dapat menyampaikan dan menerima informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berkomunikasi merupakan suatu kegiatan yang mempergunakan bahasa sebagai alat untuk menyampaikan gagasan, pikiran, maksud, serta tujuan kepada orang lain.

Lebih terperinci

BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA

BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA BAB II SEJARAH, KEDUDUKAN, DAN FUNGSI BAHASA INDONESIA Kompetensi Dasar Mahasiswa memiliki kemampuan untuk menjelaskan sejarah, kedudukan, dan fungsi BAHASA INDONESIA 2.1 Pengantar Materi bab dua ini bertujuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh peneliti terdahulu

Lebih terperinci

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul

: Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Judul Skripsi : Ortografis dalam Register Seabreg SMS Gaul Nama : Eli Rahmat Tahun : 2013 Latar Belakang Menurut Keraf bahasa memiliki empat fungsi, yaitu (1) sebagai alat untuk mengekpresikan diri, (2)

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan

BAB 2 LANDASAN TEORI. Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengantar Dalam penelitian ini, dijelaskan konsep bentuk, khususnya afiksasi, dan makna gramatikal. Untuk menjelaskan konsep afiksasi dan makna, penulis memilih pendapat dari Kridalaksana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri

BAB I PENDAHULUAN. ikrar ketiga Sumpah Pemuda 1928 yang berbunyi: Kami poetra dan poetri BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah alat untuk berinteraksi atau alat untuk berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep, atau juga perasaan. Betapa

Lebih terperinci

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI

KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI KESALAHAN EJAAN DAN KETIDAKBAKUAN KATA PADA KARANGAN ARGUMENTASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 2 SUKOHARJO Tahun Pelajaran 2008/2009 SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mendapatkan Gelar S-1 Pendidikan

Lebih terperinci

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA

BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA MODUL BAHASA INDONESIA KELAS XI SEMESTER 2 BAB V TEKS ULASAN FILM/DRAMA OLEH NI KADEK SRI WEDARI, S.Pd. A. Pengertian Teks Ulasan Film/Drama Teks ulasan yaitu teks yang berisi ulasan atau penilaian terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata

BAB I PENDAHULUAN. dapat berupa tujuan jangka pendek, menengah, dan panjang. Dalam mata BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan hasil belajar siswa merupakan tujuan yang ingin selalu dicapai oleh para pelaksana pendidikan dan peserta didik. Tujuan tersebut dapat berupa

Lebih terperinci

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA. Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran

KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA. Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran KALIMAT DALAM BAHASA INDONESIA Wagiati Fakultas Sastra Universitas Padjadjaran 1. Pengantar Makalah ini merupakan salah satu upaya untuk membantu pemahaman mengenai kalimat dalam bahasa Indonesia, khususnya

Lebih terperinci

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA

TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA TATA KATA DAN TATA ISTILAH BAHASA INDONESIA Tata bentukan dan tata istilah berkenaan dengan kaidah pembentukan kata dan kaidah pembentukan istilah. Pembentukan kata berkenaan dengan salah satu cabang linguistik

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau

I. PENDAHULUAN. berkomunikasi, dalam arti alat untuk menyampaikan pikiran, gagasan, konsep atau I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, digunakan baik sebagai bahasa pengantar sehari-hari ataupun bahasa pengantar di lingkungan formal seperti bahasa pengantar sekolah,

Lebih terperinci

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN

SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMAA & KOMPUTER JAKARTA STI&K SATUAN ACARA PERKULIAHAN Mata : Bahasa Indonesia Kode Mata : DU 23111 Jurusan / Jenjang : D3 TEKNIK KOMPUTER Tujuan Instruksional Umum : Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sarana yang paling utama dan vital untuk memenuhi kebutuhan tersebut adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Manusia dalam sepanjang hampir tidak pernah dapat terlepas dari peristiwa komunikasi. Di dalam komunikasi manusia memerlukan sarana untuk mengungkapkan ide,

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI. Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA DALAM KARANGAN SISWA KELAS X AK 3 SMK NEGERI 1 KOTA JAMBI Oleh Tuti Mardianti ABSTRAK Mardianti, Tuti. 2014. Analisis Kesalahan Berbahasa dalam Karangan Siswa Kelas X AK 3

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kemampuan berkomunikasi merupakan hal yang sangat diperlukan saat ini. Kemampuan ini hendaknya dilatih sejak usia dini karena berkomunikasi merupakan cara untuk

Lebih terperinci

Pengertian Universal dalam Bahasa

Pengertian Universal dalam Bahasa Pengertian Universal dalam Bahasa Istilah bahasa didefinisikan sebagai wujud komunikasi antarmanusia untuk dapat saling mengerti satu sama lain, sebagaimana yang dilansir oleh Edward Sapir tahun 1921.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun tidur 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa pada hakikatnya merupakan suatu hal yang tak mungkin dapat dipisahkan dari kehidupan sehari-hari. Tidak terlalu berlebihan jika dikatakan sejak bangun

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat

BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN. Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat BAB II KERANGKA TEORETIS, KERANGKA KONSEPTUAL, DAN PERTANYAAN PENELITIAN A. Kerangka Teoretis Kerangka teoretis merupakan suatu rancangan teori-teori mengenai hakikat yang memberikan penjelasan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem

BAB I PENDAHULUAN. lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia baik lisan maupun tulisan. Bahasa menurut Kridalaksana (2001: 21) adalah sistem lambang bunyi yang

Lebih terperinci

PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY. Abdullah Hasibuan 1. Abstrak

PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY. Abdullah Hasibuan 1. Abstrak PERBEDAAN TEORI LINGUISTIK FERDINAND DE SAUSSURE DAN NOAM CHOMSKY Abdullah Hasibuan 1 Abstrak Linguistik merupakan suatu ilmu yang bahasa secara ilmiah atau ilmu tentang bahasa. Kata Linguistik berasal

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Dalam BAB III, akan dipaparkan metode, definisi operasional, uraian data dan korpus, instrumen, teknik pengumpulan, dan teknik pengolahan. Adapun pemaparan hal-hal tersebut

Lebih terperinci

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya

Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya Modul 1 Pengertian Morfologi dan Ruang Lingkupnya B PENDAHULUAN Drs. Joko Santoso, M.Hum. agi Anda, modul ini sangat bermanfaat karena akan memberikan pengetahuan yang memadai mengenai bentuk, pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar

BAB I PENDAHULUAN. dari lapisan atas sampai lapisan bawah. Bahasa surat kabar harus lancar agar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekarang kita dapat dengan mudah memperoleh informasi mengenai berbagai peristiwa yang terjadi di dalam atau luar negeri melalui media elektronik atau cetak. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selalu mengalami perubahan dari masa ke masa sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia selalu mengalami perubahan dari masa ke masa sejalan dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan dan perkembangan bahasa telah menempatkan bahasa asing pada posisi strategis yang memungkinkan bahasa tersebut masuk dan mempengaruhi perkembangan

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN

Modul ke: BAHASA INDONESIA RAGAM BAHASA. Fakultas EKONOMI DAN BSNIS. Drs. SUMARDI, M. Pd. Program Studi MANAJEMEN Modul ke: BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BSNIS Drs. SUMARDI, M. Pd. RAGAM BAHASA Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id PENGERTIAN Ragam bahasa diartikan sebagai variasi bahasa menurut pemakaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa Indonesia adalah bahasa Negara Republik Indonesia yang tercantum dalam UUD 1945 Bab XV pasal 36. Sebagai bahasa Negara, bahasa Indonesia dipergunakan

Lebih terperinci

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA.

STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA. STRUKTUR KALIMAT BAHASA INDONESIA DALAM KARANGAN DESKRIPSI MAHASISWA PROGRAM BAHASA DAN SASTRA INDONESIA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA oleh Dra. Nunung Sitaresmi, M.Pd. FPBS UPI 1. Pendahuluan Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mencapai maksud dan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mencapai maksud dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa merupakan alat komunikasi yang berfungsi untuk mencapai maksud dan tujuan dari penuturnya. Setiap bahasa memiliki ragam dan pola-pola tertentu. Sebagai negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia.

BAB I PENDAHULUAN. melibatkan bahasa sebagai sarana untuk berinteraksi antar manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Bahasa memegang peranan penting dalam kehidupan manusia. Saat berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain, manusia menggunakan bahasa baik bahasa lisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri

BAB 1 PENDAHULUAN. atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya ilmiah adalah karya tulis yang disusun secara sistematis menurut aturan atau kaidah tertentu berdasarkan hasil berpikir ilmiah. Proses berfikir ilmiah terdiri

Lebih terperinci

MAKALAH RAGAM BAHASA INDONESIA

MAKALAH RAGAM BAHASA INDONESIA MAKALAH RAGAM BAHASA INDONESIA Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Dosen : Nia Nurhayatin, S.Pd. Disusun Oleh: Nama : Beny Susanto ( 2011081031 ) Yosa Fiki Alfiyudin ( 2011081131

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG

KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG KARAKTERISTIK KHUSUS BAHASA INDONESIA KEILMUAN PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG Anggota Kelompok A.Khoirul N. Khoirunnisa M. J. Fida Adib Musta in Sub Pokok Bahasan EYD DIKSI KEILMUAN

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA DALAM IKLAN Oleh: RIKA WIDAWATI & ANI RACHMAT. products. Language plays a crucial role in advertising. Language has at least the

BAHASA INDONESIA DALAM IKLAN Oleh: RIKA WIDAWATI & ANI RACHMAT. products. Language plays a crucial role in advertising. Language has at least the BAHASA INDONESIA DALAM IKLAN Oleh: RIKA WIDAWATI & ANI RACHMAT Abstract Advertising is a business in which language is used to persuade people to buy some products. Language plays a crucial role in advertising.

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik

BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA. Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik BAB II KERANGKA TEORI DAN KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kerangka Teori Konsep dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori sosiolinguistik dan teori tradisional. Teori sosiolinguistik yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN 5.1 Simpulan Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan dapat disimpulkan terdapat hubungan antara penguasaan kosakata (X 1), kemampuan menyusun kalimat efektif (X 2

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya.

BAB I PENDAHULUAN. menyampaikan isi hatinya, baik perasaan senang, sedih, kesal dan hal lainnya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Bahasa sangat berperan penting dalam kehidupan manusia. Tanpa bahasa, maka kehidupan manusia akan kacau. Sebab dengan bahasalah manusia

Lebih terperinci

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24)

BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) BASINDO Jurnal Kajian Bahasa, Sastra Indonesia, dan Pembelajarannya Vol 1 No 1 - April 2017 (14-24) PERILAKU BENTUK VERBA DALAM KALIMAT BAHASA INDONESIA TULIS SISWA SEKOLAH ARUNSAT VITAYA, PATTANI, THAILAND

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah sistem lambang bunyi yang digunakan oleh masyarakat pemakainya dalam berkomunikasi. Bahasa yang baik berkembang berdasarkan sistem, yaitu seperangkat

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EYD PADA MAJALAH DINDING SISWA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA JURNAL ILMIAH

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EYD PADA MAJALAH DINDING SISWA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA JURNAL ILMIAH ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN EYD PADA MAJALAH DINDING SISWA DI SMK BATIK 1 SURAKARTA JURNAL ILMIAH Disusun: INDAH FITRIANA A 310 080 016 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dapat terjalin dengan baik karena adanya bahasa. Bahasa merupakan suatu alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud, gagasan atau suatu ide yang ditujukan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kemampuan berbahasa ibu merupakan kemampuan yang dimiliki hampir semua anak yang dilahirkan. Kemampuan itu dapat diperoleh tanpa harus memberikan pengajaran khusus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan

BAB I PENDAHULUAN. bahasa mempunyai kaidah-kaidah ataupun aturan-aturan masing-masing yang baik dan BAB I PENDAHULUAN.1 Latar Belakang Masalah Robert Sibarani (1997: 65) mengemukakan, bahwa bahasa merupakan suatu sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan oleh masyarakat sebagai alat komunikasi. Setiap

Lebih terperinci

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA

OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Nama : Laela Mumtahanah NIM : 1402408305 BAB III OBJEK LINGUISTIK = BAHASA Objek kajian linguistik yaitu bahasa 3. 1. Pengertian Bahasa Objek kajian linguistik secara langsung adalah parole karena parole

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Pemakaian bahasa Indonesia mulai dari sekolah dasar (SD) sampai dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedudukan bahasa Indonesia saat ini semakin mantap sebagai wahana komunikasi, baik dalam hubungan sosial maupun dalam hubungan formal. Pemakaian bahasa Indonesia mulai

Lebih terperinci

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAHASA INDONESIA KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA. Drs. SUMARDI, M. Pd. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS BAHASA INDONESIA Modul ke: KARAKTERISTIK BAHASA INDONESIA Fakultas EKONOMI DAN BISNIS Drs. SUMARDI, M. Pd Program Studi MANAJEMEN www.mercubuana.ac.id A. Pengertian Bahasa 1. Bloch & Trager Bahasa adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula melalui bahasa, menurut Poerwadarmita (1985; 5), bahasa adalah alat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penggunaan bahasa oleh manusia merupakan salah satu kelebihan manusia dari pada makhluk lainnya di muka bumi ini. Semua orang menyadari betapa pentingnya peranan

Lebih terperinci

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen.

Modul ke: BAHASA INDONESIA. Ragam Bahasa. Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Fakultas FEB. Program Studi Manajemen. Modul ke: BAHASA INDONESIA Ragam Bahasa Fakultas FEB Sudrajat, S.Pd. M.Pd. Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Ragam Bahasa adalah variasi bahasa menurut pemakaian yang berbeda-beda menurut topik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan medium utama berupa bunyi ujaran (unsur bahasa yang hanya

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan medium utama berupa bunyi ujaran (unsur bahasa yang hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa adalah sistem lambang bunyi ujaran yang digunakan untuk berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Ragam bahasa menurut sarananya lazim dibagi atas ragam

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA BIDANG MORFOLOGI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VII MADRASAH TSANAWIYAH MUHAMMADIYAH 1 WELERI TAHUN AJARAN 2013/2014 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

BENTUK KATA DAN MAKNA

BENTUK KATA DAN MAKNA BENTUK DAN MAKNA BENTUK KATA DAN MAKNA 1. FONEM bunyi bahasa yang membedakan arti/ makna Contoh : /apēl/ dan /apəl/ /mental/ dan /məntal/ /s/ayur - /m/ayur /s/ : /m/ Fonem ada dua : Konsonan dan Vokal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa adalah suatu sistem yang dibutuhkan bagi manusia untuk dapat saling berkomunikasi satu sama lain. Bahasa menyampaikan pesan, konsep, ide, perasaan atau pemikiran

Lebih terperinci

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA

KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA KETIDAKEFEKTIFAN BAHASA INDONESIA DALAM KARYA ILMIAH SISWA DI KELAS XI UPW A SMK NEGERI 1 SINGARAJA oleh I Gede Tunas Adiyasa, NIM 0812011039 Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan memberikan penguasaan lisan dan tertulis kepada para pembelajar 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur Asing (BIPA) dimaksudkan untuk memperkenalkan bahasa Indonesia kepada para penutur asing untuk berbagai

Lebih terperinci

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN

2015 KAJIAN FONETIK TERHADAP TUTURAN BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 diuraikan bagian pendahuluan penelitian. Adapun uraiannya meliputi (1) latar belakang, (2) identifikasi masalah, (3) batasan masalah, (4) rumusan masalah, (5) tujuan penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia merupakan bahasa yang digunakan sebagai alat komunikasi untuk pemersatu antarsuku, bangsa dan budaya, sehingga perkembangan bahasa Indonesia saat ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk yang berbudaya. Sebagai makhluk yang berbudaya, manusia butuh berinteraksi dengan sesama manusia. Dalam berinteraksi dibutuhkan norma-norma

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa seseorang memiliki sifat serta pengetahuan yang baik. memadukan kalimat-kalimat yang kita tulis dan ucapkan.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan bahwa seseorang memiliki sifat serta pengetahuan yang baik. memadukan kalimat-kalimat yang kita tulis dan ucapkan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan bahasa yang baik dalam penulisan latar belakang skripsi sangat penting, disamping menunjukkan kepribadian sang penulis, juga lebih menunjukkan bahwa seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hidup bermasyarakat merupakan salah satu sifat manusia. Manusia tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain. Dalam menjalin interaksi dengan orang lain, manusia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan yang lainnya. Begitu pula

I. PENDAHULUAN. Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan yang lainnya. Begitu pula I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia dalam kehidupan sehari-hari selalu berinteraksi dengan yang lainnya. Begitu pula murid-murid sekolah dasar sebagai makhluk sosial juga berhubungan dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan

I. PENDAHULUAN. tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam bahasa menurut sarananya terdiri atas ragam lisan atau ujaran dan ragam tulis (Alwi, 2003:7). Ragam bahasa lisan memiliki beberapa perbedaan dengan ragam

Lebih terperinci

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama.

TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK. meskipun sifat kehadirannya pada tiap tataran itu tidak sama. Nama : Setyaningyan NIM : 1402408232 BAB 7 TATARAN LINGUISTIK (4) : SEMANTIK Makna bahasa juga merupakan satu tataran linguistik. Semantik, dengan objeknya yakni makna, berada di seluruh atau di semua

Lebih terperinci

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan

Sebuah kalimat efektif mempunyai ciri-ciri yang khas, yaitu kesepadanan struktur, keparalelan, ketegasan, kehematan, kecermatan, kepaduan, dan KALIMAT EFEKTIF Kalimat Efektif Kalimat Efektif adalah kalimat atau bentuk kalimat yang dengan sadar dan sengaja disusun untuk mencapai daya informasi yang tepat dan baik. Kalimat efektif memiliki kemampuan

Lebih terperinci

Kebermanfa atan Tingkat kesulitan Kondisi setempat Kelayakan Analisis Materi Kebahasaan dalam KTSP mkompetrnsi Dasar Materi 1. Menceritakan berbagai pengalaman dengan pilihan kata dan ekspresi yang tepat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai

I. PENDAHULUAN. Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Terampil berbahasa Indonesia merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran bahasa Indonesia di Sekolah Menengah Atas (SMA). Keterampilan berbahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arifin dan Hadi (2009: 1) menjelaskan bahwa bahasa Indonesia sudah ditetapkan sebagai bahasa negara, seperti tercantum dalam Pasal 36, Undang- Undang Dasar 1945.

Lebih terperinci

Kemampuan Menggunakan Kalimat Efektif Mahasiswa Jurusan Pendidikan. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah STKIP PGRI Banjarmasin

Kemampuan Menggunakan Kalimat Efektif Mahasiswa Jurusan Pendidikan. Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah STKIP PGRI Banjarmasin LENTERA Jurnal Ilmiah Kependidikan ISSN: 0216-7433 Vol. 8. No 2 (2013) 1-13 Kemampuan Menggunakan Kalimat Efektif Mahasiswa Jurusan Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah STKIP PGRI Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep merupakan gambaran mental dari objek, proses, atau apapun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal

Lebih terperinci

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

UNIVERSITAS MARITIM RAJA ALI HAJI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU HUKUM RENCANA KEGIATAN PROGRAM PEMBELAJARAN (RKPP) Mata Kuliah Kode SKS Semester Nama Dosen Bahasa UM 1104 3 II (dua) Riau Wati, M. Hum Deskripsi Mata Kuliah Standar Mata kuliah Bahasa merupakan mata kuliah

Lebih terperinci

SITUASI KEBAHASAAN DALAM BAHASA INDONESIA A. Aspek Sosiolinguistik Bahasa adalah sesuatu yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia tentu mengalami

SITUASI KEBAHASAAN DALAM BAHASA INDONESIA A. Aspek Sosiolinguistik Bahasa adalah sesuatu yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia tentu mengalami SITUASI KEBAHASAAN DALAM BAHASA INDONESIA A. Aspek Sosiolinguistik Bahasa adalah sesuatu yang hidup. Sebagai sesuatu yang hidup, ia tentu mengalami perkembangan. Dan, perkembangan berarti perubahan. Perubahan

Lebih terperinci

Abstrak. I. Pendahuluan

Abstrak. I. Pendahuluan Bahasa Indonesia, Antara Variasi dan Penggunaan Ditulis oleh Umi Faizah, S.Pd. Abstrak Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, yang berfungsi sebagai alat komunikasi mempunyai peran sebagai penyampai

Lebih terperinci

Kesalahan Menulis Karangan Pengalaman Pribadi Berbahasa Jawa Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Purworejo

Kesalahan Menulis Karangan Pengalaman Pribadi Berbahasa Jawa Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Purworejo Kesalahan Menulis Karangan Pengalaman Pribadi Berbahasa Jawa Siswa Kelas V SD Muhammadiyah Purworejo Oleh : Febry Puspita Sari Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa Febrypuspita08@gmail.com Abstrak:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa

BAB I PENDAHULUAN. studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Di Indonesia mata pelajaran Bahasa Indonesia merupakan salah satu bidang studi yang wajib dipelajari dan diajarkan di sekolah-sekolah. Mata pelajaran Bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi

BAB I PENDAHULUAN. Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerolehan bahasa oleh anak-anak merupakan salah satu prestasi manusia yang paling hebat dan paling menakjubkan. Itulah sebabnya masalah ini mendapat perhatian besar.

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati

ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati ANALISIS KESALAHAN PENGGUNAAN BAHASA INDONESIA OLEH SISWA ASING Oleh Rika Widawati Abstrak. Penelitian ini menggambarkan kesalahan penggunaan bahasa Indonesia terutama dalam segi struktur kalimat dan imbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya.

BAB I PENDAHULUAN. akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk sosial, dikaruniai akal dan pikiran yang sempurna diantara makhluk-makhluk ciptaannya. Manusia tidak bisa hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang

I. PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai lanjutan dari SMP, MTs,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran

Bab I Pendahuluan. Latar Belakang Pemikiran Bab I Pendahuluan A. Latar Belakang Pemikiran Keberadaan buku teks di perguruan tinggi (PT) di Indonesia perlu terus dimutakhirkan sehingga tidak dirasakan tertinggal dari perkembangan ilmu dewasa ini.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang 109 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut KBBI kata adalah unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan, yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA

ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA ANALISIS KESALAHAN BERBAHASA INDONESIA PADA PENELITIAN MINI MAHASISWA Eti Ramaniyar Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, IKIP PGRI Pontianak, Jalan

Lebih terperinci