ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL TERHADAP PERMINTAAN ENERGI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL TERHADAP PERMINTAAN ENERGI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP"

Transkripsi

1 ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL TERHADAP PERMINTAAN ENERGI DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LEAP ABSTRAK Frans J. Likadja Jurusan Teknik Elektro, FST, Universitas Nusa Cendana Kupang Jl. Adisucipto Penfui Kupang, Telp Emai: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penerapan Kebijakan Energi Nasional (KEN) terhadap jumlah permintaan konsumsi energi final per sektor konsumen dan per sektor energi di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) periode Metode penelitian yang digunakan adalah dengan melakukan pemodelan permintaan energi, dan mensimulasikannya menggunakan bantuan perangkat lunak Long Range Energy Alternative Planning System (LEAP) menggunakan skenario pertumbuhan penduduk dan PDRB per tahun. Asumsi yang digunakan mengikuti arah KEN dengan target pengurangan kemiskinan di Provinsi NTT yang terjadi pada Tahun 2015 sebesar 14% dan 12% pada akhir Tahun Komposisi penduduk desa dan kota pada tahun 2024 menjadi 50% - 50%, dan rasio elektrifikasi mencapai 100% pada tahun Hasil penelitian menunjukkan, bahwa pada akhir tahun 2024, total konsumsi energi final NTT adalah ribu SBM, atau meningkat 2.7 kali lipat dari konsumsi energi di tahun 2008 dengan rata-rata laju pertumbuhan konsumsi 6.38% per tahun. Pada tahun 2008 dominansi konsumsi energi final per sektor konsumen, berturut-turut adalah, sektor transportasi (41.69%), sektor rumah tangga (37.48%), sektor industri (17.08%) dan sektor komersil (3.74%). Sebaliknya di akhir Tahun 2024 mengalami perubahan, yakni sektor rumah tangga dan industri mengalami penurunan konsumsi energi menjadi 26% dan 16%, sedangkan sektor transportasi dan komersil meningkat masing-masing menjadi 51% dan 7%. Penggunaan energi final berdasarkan jenis energi pada akhir tahun 2024 berturut-turut masih didominansi oleh minyak solar (2.658,700 ribu SBM), LPG (927,463 ribu SBM), premium (920,149 ribu SBM), listrik (825,830 ribu SBM), biodiesel (347,011 ribu SBM), arang (345,728 ribu SBM), dan bioethanol (206,310 ribu SBM). Kata Kunci: Kebijakan Energi, Permintaan Energi, Jenis Energi, Sektor Energi 1. PENDAHULUAN Nusa Tenggara Timur (NTT) merupakan provinsi yang tidak memiliki sumber potensi energi fosil dan sangat bergantung pada pasokan energi dari daerah lain. Konsumsi energi final masyarakat NTT kurun waktu lima tahun ( ) menunjukkan peningkatan cukup drastis dengan rata-rata laju pertumbuhan 9.4% per tahun. Penggunaan energi masyarakat NTT juga tidak efisien, terlihat dari konsumsi energi dan intensitas energi di Provinsi NTT selama periode tahun 2000 hingga 2005 menunjukkan kecenderungan meningkat. Intensitas energi NTT pada tahun 2000 sebesar 0,32 SBM/juta rupiah naik menjadi 0,62 pada tahun 2001 dan terus mengalami peningkatan di tahun-tahun berikutnya. Kebutuhan energi NTT bertumbuh cepat, tetapi tidak diimbangi dengan laju pertumbuhan ekonomi [Sinlae, 2006]. Saat ini Provinsi NTT belum memiliki Rancangan Umum Energi Daerah (RUED) yang dijadikan pedoman untuk pengelolaan, pemanfaatan dan efisiensi penggunaan energi. Untuk menyusun perencanaan dan kebijakan energi yang terangkum mampu menjamin ketersediaan energi yang berkelanjutan bagi masyarakatnya. T-181 dalam RUED perlu upaya pemetaan kebutuhan energi per sektor pemakai (rumah tangga, komersial, transportasi, industri), analisis terhadap jenis energi yang digunakan (indeksasi), pemetaan dan pemanfaatan sumber energi baru dan terbarukan (intensifikasi dan diversifikasi), serta analisis terhadap efisiensi penggunaan energi (konservasi) energi) di berbagai sektor [Yusgiantoro, 2000]. Sebagaimana diamanatkan oleh PP No. 5 Tahun 2006 tentang KEN dan UU No. 30 Tahun 2007 tentang energi yang mengarahkan upayaupaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi, khususnya melalui upaya konservasi dan diversifikasi energi. Demikian juga perlunya kebijakan pengelolaan energi yang terintegrasi dan sinergis baik antar daerah dengan daerah maupun daerah dengan pusat. Dengan mengetahui arah KEN terhadap permintaan konsumsi energi final per sektor konsumen dan per sektor energi di Provinsi NTT periode , maka daerah dapat segera menyusun rencana prioritas pembangunan dan pemanfaatan sumber daya energi sehingga nantinya

2 2. METODE PENELITIAN Proyeksi permintaan energi merupakan dasar bagi penyusunan strategi penyediaan energi. Faktor utama yang menentukan tingkat permintaan energi adalah pertumbuhan ekonomi, jumlah penduduk, harga energi dan pola konsumsi energi dimasa lampau. Proyeksi permintaan dan strategi penyediaan energi merupakan dasar bagi perencanaan energi. Alat yang digunakan untuk perencanaan energi dapat berupa model energi. Berbagai model energi telah dikembangkan untuk membantu dalam perencanaan energi, namun model yang berdasarkan ekonometrika atau teknik statistika banyak digunakan untuk membuat proyeksi kebutuhan energi jangka panjang. 2.1 Perencanaan Energi dengan LEAP Penentuan Metode dan Model Analisis Untuk menentukan metode dan model analisis terlebih dahulu ditetapkan tahun dasar, yaitu tahun 2008, proyeksi atau prakiraan dilakukan selama hingga 15 tahun ke depan, yaitu dari tahun mendatang. Tahun 2008 ditetapkan sebagai tahun dasar karena data terkini dan data series tahun sebelumnya tersedia. Setelah semua data yang diperlukan dikelompokkan, data kemudian di input kedalam perangkat lunak LEAP untuk diproses, seperti terlihat pada Gambar 1. Modul Permintaan Dengan menggunakan perangkat lunak LEAP prakiran permintaan energi dihitung berdasarkan besarnya aktivitas pemakaian energi dan besarnya pemakaian energi per aktivitas atau intensitas pemakaian energi. Aktivitas pemakaian energi sangat berkaitan dengan tingkat perekonomian dan jumlah penduduk. Aktivitas pemakaian energi dikelompokkan menjadi 4 sektor, yaitu: (1) sektor rumah tangga; (2) sektor industri; (3) sektor transportasi; (4) sektor komersial. Modul Transformasi Modul ini digunakan untuk menghitung pasokan energi. Pasokan energi dapat terdiri atas produksi energi primer (gas bumi, minyak bumi dan batubara) dan energi sekunder (listrik, bahan bakar minyak, LPG, briket batubara dan arang). Susunan cabang dalam modul transformasi sudah ditentukan strukturnya, yang masing-masing kegiatan transformasi energi terdiri atas proses dan output. Proses menunjukkan teknologi yang digunakan untuk konversi, transmisi atau distribusi energi. Output adalah bentuk energi yang dihasilkan dari proses. Perhitungan dilakukan secara Bottom-Up. Dimulai dari jumlah permintaan energi, dihitung naik hingga ke sumber energi primer. Gambar 1 Susunan Model dalam LEAP Modul Variabel Penggerak Dalam modul variabel penggerak ditampung parameter-parameter umum yang nantinya dapat digunakan dalam proyeksi permintaan dan penyediaan energi antara lain, jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, Pendapatan Daerah Regional Bruto, pendapatan per kapita, pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan PDRB dan lain-lain. T-182 Gambar 2 Proses Perhitungan dalam Modul Transformasi Modul Sumber Daya Energi Modul ini terdiri atas Primary dan Secondary Resources. Kedua cabang ini sudah default. Cabangcabang dalam modul resources akan muncul dengan sendirinya sesuai dengan jenis-jenis energi yang dimodelkan dalam Modul Transformation (Gambar 2). Beberapa parameter perlu diisikan, seperti jumlah cadangan (minyak bumi, gas bumi dan batubara) dan potensi energi (tenaga air dan biomasa). 2.2 Skenario Ketersediaan Energi Terdapat tiga skenario yang diterapkan, yaitu: (1) skenario dasar yang menggambarkan jika tidak terjadi perubahan pola permintaan dan ketersediaan energi (sama dengan tahun dasar); (2) skenario konservasi, yaitu jika intensitas pemakaian energi diturunkan terhadap tahun dasar dengan penerapan

3 energi mix yang tetap dan, (3) skenario diversifikasi, yaitu bilamana intensitas total tetap, energi mix diubah, intensitas BBM turun dan intensitas energi lain dinaikkan guna mendapatkan gambaran tentang pola ketersediaan energi. 2.3 Skenario Kebijakan Energi Nasional (KEN) Skenario kebijakan energi daerah mengikuti arah KEN yang ditetapkan oleh Pemerintah secara Nasional. Kebijakan mengenai pengelolaan dan pemanfaatan energi di Indonesia termuat dalam dokumen KEN , blueprint Pengelolaan Energi Nasional (PEN) , dan PP No. 5 Tahun 2006 tentang KEN. Perpres KEN pada dasarnya mengukuhkan dokumen KEN dan PEN yang diterbitkan oleh Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral. Berdasarkan Perpres KEN, tujuan kebijakan energi nasional adalah mengarahkan upaya-upaya dalam mewujudkan keamanan pasokan energi dalam negeri (Pasal 2 ayat 1). 2.4 Asumsi Kunci Pada skenario ini, diasumsikan pertumbuhan penduduk di provinsi NTT akan tumbuh sebesar 2,07% per tahun, sedangkan PDRB akan tumbuh masing-masing sebesar 4,9 % per tahun. 2.5 Asumsi pada Sisi Aktivitas Permintaan Sektor Rumah Tangga Target pengurangan kemiskinan untuk Provinsi NTT pada tahun 2015 adalah 14% dan 12% pada tahun Komposisi desa kota pada Tahun 2024 di NTT menjadi 50% - 50%. Rasio elektrifikasi mencapai 100% pada tahun Sektor Komersial Sektor komersial pada Provinsi NTT diperkirakan akan tumbuh dengan elastisitas 1,2 %. Sektor Industri Sektor industri di NTT diperkirakan meningkat dengan elastisitas pertumbuhan mencapai 1,46%. Sektor Transportasi Pada sektor transportasi, sepeda motor yang menjadi alat transportasi yang banyak digunakan oleh masyarakat akan dikendalikan menurun sebesar 50% pada akhir tahun 2024, sedangkan untuk sedan & Jeep, Bus dan Truk diperkirakan meningkat, yaitu sebesar 15%, 20% dan 15% pada akhir tahun Konversi Bahan Bakar Minyak tanah ke LPG: Target konversi minyak tanah ke LPG dilakukan secara bertahap bergantung pada kondisi wilayah masing-masing. Untuk sektor rumah tangga selain ditentukan berdasarkan kelompok desa-kota, juga berdasarkan kelompok pendapatan seperti ditunjukan pada Tabel 1, sedangkan untuk sektor industri dan komersial diseluruh NTT ditargetkan selesai pada tahun Tabel 1 Target Konversi Minyak Tanah - LPG Sektor Rumah Tangga KEN No. Kelompok Pendapatan Target Konversi Minyak Tanah LPG (Tahun) Desa Kota Dibawah Garis Kemiskinan 2. Dibawah 1,5 x GK Sedang % teratas Minyak Solar Diesel: Dengan asumsi bahwa penggunaan minyak solar akan dialihkan secara bertahap pada biodiesel, maka sektor pengguna minyak solar ditargetkan sesuai dengan tahapan seperti di tunjukkan pada Tabel 2. Tabel 2 Proyeksi Pemakaian Biodiesel Sektor Transportasi PSO 1% 2,5% 5% 10% 20% Industri dan Komersial 2,5% 5% 10% 15% 20% Bensin - Bioethanol: Dengan asumsi bahwa penggunaan bensin akan dialihkan secara bertahap ke bioethanol, maka sektor pengguna bensin ditargetkan sesuai dengan tahapan seperti ditunjukan pada Tabel 3. Tabel 3 Proyeksi Pemakaian Biethanol Sektor Transportasi PSO 1% 2,5% 5% 10% 20% Industri dan Komersial 2,5% 5% 10% 15% 20% 2.6 Analisa Hasil Output yang diperoleh dari menjalankan program LEAP berupa grafik dan tabel hasil proyeksi permintaan dan penyediaan energi. Hasil perhitungan penawaran-permintaan berwujud berbagai alternatif neraca penawaran-permintaan. Dari alternatif yang ada dapat dipilih satu yang secara rasional menggambarkan perkembangan keseimbangan energi di masa depan dalam kurun waktu tertentu. Sedangkan alternatif yang lain dapat menggambarkan tingkat sensitifitas hasil proyeksi T-183

4 terhadap variabel-variabel yang berpengaruh pada keseimbangan permintaan dan penawaran energi. 2.7 Pengumpulan dan Pengolahan Data: Data-data yang dibutuhkan untuk mengetahui tingkat permintaan dan konsumsi per sektor pemakai dan per jenis energi yang digunakan di wilayah Provinsi NTT, yaitu tingkat ketersediaan energi saat ini per sektor pemakai (sektor industri, transportasi & komunikasi, serta rumah tangga & komersial) dan data per jenis energi yang digunakan (LPG, solar, minyak premium, minyak tanah). Salah satu tahapan penting dalam penelitian ini adalah pengumpulan dan pengolahan data. Data sekunder diperoleh dari berbagai dinas terkait di lingkup Pemerintah Provinsi NTT maupun dinas/instansi terkait lainnya baik di tingkat provinsi, kota dan kabupaten, dinas/ instansi lain kemudian dikelompokkan dan dianalisis. 2.8 Alat Penelitian yang Digunakan Peralatan yang digunakan untuk mengolah data adalah perangkat komputer dengan spesifikasi: Ram minimum 512 MB, prosesor Pentium Core 2 duo, sedangkan perangkat lunak menggunakan LEAP. Produk Domestik Regional Bruto per Sektor Tahun Salah satu indikator penting yang dipakai untuk mengukur kemampuan ekonomi / tingkat kesejahteraan suatu daerah, adalah dengan melihat Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). PDRB NTT atas dasar harga berlaku terus meningkat dari Rp trilyun (2007), Rp (2008), dan Rp triliun rupiah (2009). Jika dirata-ratakan dalam kurun waktu 3 tahun ( ), sumbangan terbesar dalam pembentukan PDRB NTT berasal dari sektor pertanian, yakni sekitar 40.08%, sedangkan sumbangan terendah dari sektor listrik, gas, dan air bersih yakni hanya 0.42%. Pendapatan Per Kapita Pada Tahun 2009 rata-rata pendapatan per kapita penduduk NTT mencapai Rp 4.89 juta, meningkat dari tahun sebelumnya (Rp 4.47 juta). Penduduk Kota Kupang tercatat paling besar pendapatan per kapitanya, yakni sekitar Rp juta per tahun, sedangkan kabupaten dengan pendapatan per kapita terendah adalah Kabupaten Sumba Barat Daya dengan rata-rata pendapatan sekitar Rp 2.89 juta per tahun (Gambar 3). 3. HASIL DAN DISKUSI 3.1 Gambaran Umum Provinsi NTT dan Profil Energi NTT Provinsi NTT terletak antara 8 o -12 o LS dan 118 o -125 o BT. Luas wilayah daratan ,9 km² tersebar pada 566 pulau (42 pulau dihuni dan 524 pulau tidak dihuni). Sebagian besar wilayahnya bergunung dan berbukit, hanya sedikit dataran rendah. NTT memiliki 40 sungai dengan panjang antara kilometer. Wilayah Provinsi NTT terbagi atas 20 kabupaten dan 1 kota, 284 kecamatan dan 2837 desa/kelurahan. Jumlah desa terbanyak berada di Kabupaten Kupang dan Timor Tengah Selatan (TTS) (masing-masing 240 desa/kelurahan), sedangkan yang paling sedikit jumlah desa/ kelurahannya adalah Kabupaten Sumba Tengah (43 Desa/kelurahan), ( BPS NTT, 2010) Populasi Jumlah penduduk NTT tahun 2009 tercatat sebanyak jiwa, dengan kepadatan 95 jiwa per kilometer persegi. Bila dilihat dari penyebaran penduduk NTT, jumlah penduduk terbesar berada di Kabupaten Belu (10,09%), disusul Kabupaten TTS dan Kabupaten Kupang masing-masing sebesar 9%, sedangkan persentase penduduk terkecil berada di Kabupaten Sumba Tengah (1,33%) Kondisi Ekonomi T-184 Gambar 3. Pendapatan Per Kapita Penduduk NTT Konsumsi Energi Konsumsi energi final dapat ditinjau menggunakan dua pendekatan, yaitu: (1) konsumsi energi final berdasarkan per jenis bahan bakar dan, (2) per sektor pemakai energi. Data data yang digunakan untuk menganalisis konsumsi energi final berdasarkan per jenis bahan bakar diperoleh dari data penjualan PT Pertamina, PT PLN Wilayah NTT dan Distamben Provinsi NTT. Sedangkan data konsumsi energi final per sektor pemakai dapat diperoleh dari Badan Pusat Satistik (BPS) NTT yang kemudian diolah berdasarkan penggunaan energi per sektor.

5 3.5 Berdasarkan Sektor Pemakai Proyeksi permintaan energi berdasarkan sektor pengguna untuk skenario KEN ditunjukkan pada Gambar 4. Dari grafik tersebut, terlihat bahwa total konsumsi energi NTT selama kurun waktu 25 tahun ( ) mencapai 69557, 31 ribu SBM. Pada akhir Tahun 2024, total konsumsi energi final NTT adalah ribu SBM, atau meningkat 2.7 kali lipat dari konsumsi energi saat Tahun Selama periode tersebut, rata-rata laju pertumbuhan konsumsi energi final NTT 6.38% per tahun.. Gambar 4 Proyeksi Permintaan Energi Berdasarkan Sektor Pengguna untuk Skenario KEN Sektor transportasi adalah sektor dengan konsumsi energi terbesar dibandingkan dengan konsumsi energi sektor lainnya. Total konsumsi energi final sektor transportasi berdasarkan skenario KEN selama kurun waktu 25 tahun ( ) mencapai ribu SBM, disusul oleh sektor rumah tangga sebesar 21643,37 ribu SBM, sektor industri ribu SBM dan sektor komersil sebesar ribu SBM. Di tahun 2024 mendatang, sektor komersil menjadi sektor yang mengkonsumsi energi final terbesar dibandingkan dengan sektor lainnya. Jika di tahun 2008, konsumsi energi sektor komersil ribu SBM, maka di tahun 2024 mendatang meningkat 5.4 kali atau menjadi ribu SBM dengan rerata laju pertumbuhan 11.13% per tahun. Konsumsi energi final sektor transportasi mengalami peningkatan 3.3 kali lipat. Pada Tahun 2008, konsumsi energi final sektor transportasi sebesar ribu SBM menjadi ribu SBM di tahun 2024 mendatang, dengan laju pertumbuhan rata-rata sebesar 7.74% per tahun, disusul kemudian oleh sektor Industri mengalami peningkatan sebesar 2.5 kali lipat, dengan laju pertumbuhan sebesar 5.85% dan oleh sektor Rumah Tangga naik menjadi 1.84 kali lipat dengan laju pertumbuhan sebesar 3.88% per tahun. Konsumsi energi final per sektor konsumen di NTT menurut skenario KEN untuk kurun waktu dan rerata laju pertumbuhan Konsumsi energi per tahun dapat dilihat pada Tabel 4. Kemudian jika dilihat dari dominansi konsumsi energi final per sektor konsumen di NTT berdasarkan skenario KEN, maka berturut-turut sektor transportasi mendominasi penggunaan energi sebesar 41.69%, sektor rumah tangga (37.48%), sektor industri (17.08%) dan sektor komersil (3.74%). Sebaliknya, dominansi konsumsi energi final ini mengalami perubahan di akhir Tahun 2024 mendatang, yakni sektor rumah tangga dan industri mengalami penurunan konsumsi energi menjadi 26% dan 16%, sedangkan sektor transportasi dan komersil meningkat masing-masing sebesar 51% dan 7%. Penurunan konsumsi energi final sektor rumah tangga disebabkan terjadinya konversi penggunaan minyak tanah ke LPG dan untuk sektor industri akan memanfaatkan bioethanol menggantikan bahan bakar solar. Perubahan dominansi konsumsi energi final per sektor konsumen pada tahun 2008 dan pada tahun 2024 dapat dilihat pada Gambar 5. Tabel 4 Konsumsi Energi Final Per Sektor Konsumen Skenario KEN Ann. Avg Growth (%) Sektor Total Rumah Tangga 868, , , , , ,73 3,88% Komersial 86, , , , , ,165 11,13% Industri 395, , , , , ,26 5,85% Transportasi 965, , , , , ,155 7,74% Total 2316, , , , , ,31 6,38% T-185

6 3.6 Berdasarkan Jenis Energi Pemakaian energi berdasarkan jenis energi menurut skenario KEN untuk wilayah NTT sampai tahun 2024 terlihat pada Gambar 6. Penggunaan energi final NTT pada tahun 2024 masih didominansi oleh Minyak Solar 2.658,700 ribu SBM dikuti oleh LPG 927,463 ribu SBM, Premium 920,149 ribu SBM, Listrik 825,830 ribu SBM, Biodiesel 347,011 ribu SBM, Arang 345,728 ribu SBM dan Bioethanol 206,310 ribu SBM. Pada Gambar 7, berdasarkan komposisi per jenis energi pada Tahun 2024 nanti, untuk minyak diesel mengalami peningkatan dari 25,5% (2008) menjadi 42,67% (2024). Kemudian diikuti oleh peningkatan energi listrik dari 9,04% (2008) menjadi 13,25 (2024). LPG juga mengalami peningkatan yang cukup signifikan sebesar 0,16% (2008) menjadi 14,88% (2024) yang diakibatkan masuknya kebijakan konversi dari minyak tanah ke LPG. Bahan bakar premium juga akan mengalami penurunan dari 32,9 % (2008) menjadi 14,77% (2024), hal ini diakibatkan oleh kebijakan penggunaan bioethanol sebagai pengganti premium. Pemakaian arang oleh konsumen rumah tangga juga mengalami penurunan persentasi pemakaian dari 9,24% (2008) menjadi 5,57% (2024). Penggunaan bahan bakar minyak tanah bahkan tidak ada lagi ditahun Peranan minyak tanah telah tergantikan oleh bahan bakar gas yakni LPG. Gambar 5 Dominansi Konsumsi Energi Final per Sektor Konsumen Skenario KEN Gambar 6 Pertumbuhan konsumsi Energi per Jenis energi Bahan Bakar KEN NTT T-186

7 4. SIMPULAN Sasaran perencanaan energi antara lain mengurangi konsumsi BBM hingga 23% di Tahun 2024 dan rasio elektrifikasi mencapai 100% di Tahun 2024 mendatang. Target kebijakan energi tersebut dapat tercapai dengan mempercepat pengalihan minyak tanah ke LPG secara bertahap dimulai dengan penduduk yang tinggal di daerah perkotaan. Terdapat jenis bahan bakar baru, yaitu biodiesel dan bioethanol yang ditargetkan secara bertahap menggantikan peranan minyak solar dan premium, sehingga pengurangan komposisi penggunaan bahan bakar minyak menjadi lebih progresif. 5. UCAPAN TERIMAKASIH Diucapkan terimakasih kepada Dirjen Pendidikan Tinggi yang telah membiayai penelitian ini melalui skim penelitian Hibah Strategis Nasional (Stranas) Tahun 2009 dan 2010 DAFTAR PUSTAKA Anonimus, LEAP: User Guide for LEAP Version 2008, Stockholm Environtment Institute Badan Pusat Statistik Propinsi NTT, Nusa Tenggara Timur Dalam Angka CAREPI NTB. Perencanaan Energi Provinsi Nusa Tenggara Barat , Mataram Departemen Energi Dan Sumber Daya Mineral, Kebijakan Energi Nasional , Jakarta Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi NTT, Buku Potensi dan Pengembangan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Kebijakan Energi Nasional , Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Blue Print Energi Nasional , Jakarta Sinlae, Y, dkk, Profil Energi Provinsi NTT , Kerjasama Undana-Pemda NTT dan LPPM ITB, Kupang Yusgiantoro, Purnomo. Ekonomi Energi: Teori dan Praktik, Pustaka LP3ES Indonesia Gambar 7 Komposisi energi per jenis bahan bakar 2008 dan 2024 Skenario KEN NTT T-187

III. METODE PENELITIAN. hardware Prosesor intel dual core 1,5 GHz, Memory Ram 1 GB DDR3, Hard

III. METODE PENELITIAN. hardware Prosesor intel dual core 1,5 GHz, Memory Ram 1 GB DDR3, Hard III. METODE PENELITIAN A. Alat Penelitian Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah sebuah laptop dengan spesifikasi hardware Prosesor intel dual core 1,5 GHz, Memory Ram 1 GB DDR3, Hard Disk 500

Lebih terperinci

Secara garis besar penyusunan proyeksi permintaan energi terdiri dari tiga tahap,

Secara garis besar penyusunan proyeksi permintaan energi terdiri dari tiga tahap, 41 III. METODE PENELITIAN A. Bahan Penelitian Dalam penelitian ini bahan yang diperlukan adalah data ekonomi, kependudukan dan data pemakaian energi. Berikut adalah daftar data yang diperlukan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini

BAB I PENDAHULUAN. manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Untuk mencapai pola pengelolaan energi diperlukan perubahan manajemen baik dari sisi demand maupun sisi supply energi. Pada kondisi saat ini telah diketahui bahwa permintaan

Lebih terperinci

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI

BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI BAB 4 INDIKATOR EKONOMI ENERGI Indikator yang lazim digunakan untuk mendapatkan gambaran kondisi pemakaian energi suatu negara adalah intensitas energi terhadap penduduk (intensitas energi per kapita)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Pendahuluan. Identifikasi dan Perumusan Masalah. Studi Pustaka. Pengumpulan Data.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Mulai. Studi Pendahuluan. Identifikasi dan Perumusan Masalah. Studi Pustaka. Pengumpulan Data. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah-langkah Penyusunan Tugas Akhir Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi dan Perumusan Masalah Studi Pustaka Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisis Data Penulisan

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA RENCANA AKSI PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) By: TIM P2RUED-P Pedoman Penyusunan dan Petunjuk Teknis RUED Penjelasan Pokok-Pokok

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT

BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT. 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT BAB IV GAMBARAN UMUM PROVINSI NTT 4.1 Keadaan Geografis dan Administratif Provinsi NTT Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) terdiri dari pulau-pulau yang memiliki penduduk yang beraneka ragam, dengan latar

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah

Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah Penyusunan Rencana Umum Energi Daerah (RUED) di Indonesia : Fasilitasi Penyusunan RUED di Propinsi Riau dan Kalimantan Tengah Nur Amalia amalia_aim@pelangi.or.id SISTEMATIKA : 1. Tujuan Proyek 2. Hasil

Lebih terperinci

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN Agus Sugiyono Bidang Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Gedung BPPT II, Lantai 20, Jl. M.H. Thamrin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Langkah-langkah Penyusunan Tugas Akhir Mulai Studi Pendahuluan Identifikasi dan Perumusan Masalah Studi Pustaka Pengumpulan Data Pengolahan Data Analisis Data Penulisan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi mempunyai peranan yang sangat penting bagi sebuah bangsa. Beberapa peranan strategis energi antara lain sumber penerimaan negara, bahan bakar dan bahan baku

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA 9 LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 39 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Alat Penelitian Untuk menganalisis data dari hasil penelitian ini dengan menggunakan software LEAP (Long-range Energi Alternatives Planning system). 3.2 Bahan Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi. Selain sebagai komoditas publik, sektor

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

Pemodelan Kebutuhan Energi Sulawesi Selatan dengan Skenario Energi Baru/Terbarukan

Pemodelan Kebutuhan Energi Sulawesi Selatan dengan Skenario Energi Baru/Terbarukan Pemodelan Kebutuhan Energi Sulawesi Selatan dengan Skenario Energi Baru/Terbarukan Rishal Asri 1, T. Haryono 2, Mohammad Kholid Ridwan 3 Mahasiswa Magister Teknik Sistem, Universitas Gadjah Mada 1 rishal.asri@ugm.mail.ac.id/085255807138

Lebih terperinci

Versi 27 Februari 2017

Versi 27 Februari 2017 TARGET INDIKATOR KETERANGAN 7.1 Pada tahun 2030, menjamin akses universal 7.1.1* Rasio elektrifikasi Indikator nasional yang sesuai dengan indikator layanan energi yang global (Ada di dalam terjangkau,

Lebih terperinci

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED)

PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) PERSIAPAN SUMATERA UTARA DALAM MENYUSUN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH (RUED) Oleh Ir. EDDY SAPUTRA SALIM, M.Si Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumatera Utara PADA ACARA SOSIALISASI RENCANA UMUM

Lebih terperinci

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia

Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia TEKNOLOI DI INDUSTRI (SENIATI) 2016 Pulau Ikonis Energi Terbarukan sebagai Pulau Percontohan Mandiri Energi Terbarukan di Indonesia Abraham Lomi Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Nasional Malang

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan :

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI. Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan : BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN, KETERBATASAN DAN REKOMENDASI 5.1. Kesimpulan Dari serangkaian analisis yang telah dilakukan sebelumnya, dapat disimpulkan : 1. Berdasarkan proyeks permintaan energi

Lebih terperinci

Roadmap Energy di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

Roadmap Energy di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Jurusan Teknik Elektro Politeknik Negeri Semarang E-mail : yusnan.badruzzaman@gmail.com Abstrak Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tidak memiliki potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa

BAB I PENDAHULUAN. wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Istimewa Yogyakarta adalah salah satu provinsi dari 33 provinsi di wilayah Indonesia dan terletak di pulau Jawa bagian tengah. Daerah Istimewa Yogyakarta di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumber daya energi adalah kekayaan alam yang bernilai strategis dan sangat penting dalam mendukung keberlanjutan kegiatan pembangunan daerah khususnya sektor ekonomi.

Lebih terperinci

PERENCANAAN ENERGI TERPADU DENGAN SOFTWARE LEAP (LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING)

PERENCANAAN ENERGI TERPADU DENGAN SOFTWARE LEAP (LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING) ORBITH VOL. 9 NO. 3 NOVEMBER 2013 : 160 167 PERENCANAAN ENERGI TERPADU DENGAN SOFTWARE LEAP (LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING) Oleh : Yusnan Badruzzaman Staff Pengajar Teknik Elektro Politeknik

Lebih terperinci

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan

Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi & Ketenagalistrikan DIREKTORAT JENDERAL LISTRIK DAN PEMANFAATAN ENERGI DEPARTEMEN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Kebijakan Pemerintah Di Sektor Energi dan Pembangkitan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keharusan yang harus dipenuhi. Ketersediaan energi listrik yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Banyumas khususnya kota Purwokerto dewasa ini banyak melakukan pembangunan baik infrastuktur maupun non insfrastuktur dalam segala bidang, sehingga kebutuhan

Lebih terperinci

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2008 disusun untuk menggambarkan kecenderungan situasi permintaan dan penyediaan energi Indonesia hingga 2030 dengan mempertimbangkan

Lebih terperinci

LEAP MANUAL PENYUSUNAN DATA BACKGROUND STUDY RPJMN TAHUN LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING SYSTEM

LEAP MANUAL PENYUSUNAN DATA BACKGROUND STUDY RPJMN TAHUN LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING SYSTEM LEAP LONG-RANGE ENERGY ALTERNATIVES PLANNING SYSTEM MANUAL PENYUSUNAN DATA BACKGROUND STUDY RPJMN TAHUN 2015-2019 Direktorat Sumber Daya Energi, Mineral dan Pertambangan Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

Lebih terperinci

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014

Energi di Indonesia. Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi. 3 Mei 2014 Energi di Indonesia Asclepias Rachmi Institut Indonesia untuk Ekonomi Energi 3 Mei 2014 SUMBER ENERGI TERBARUKAN HULU HULU TRANS- FORMASI TRANSMISI / BULK TRANSPORTING TRANS- FORMASI DISTRIBUSI SUMBER

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Demografi Provinsi Banten Provinsi Banten secara umum merupakan dataran rendah dengan ketinggian 0 200 meter di atas permukaan laut, serta

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas penentu kelangsungan perekonomian suatu negara. Hal ini disebabkan oleh berbagai sektor dan kegiatan ekonomi di Indonesia

Lebih terperinci

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI

PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI PETA REGULASI KONSERVASI ENERGI LOKAKARYA LPPM-ITB Bandung, 25 Februari 2011 YULI SETYO INDARTONO Dr Eng. Dr. AISYAH KUSUMA AGENDA 1. PENDAHULUAN 2. LANGKAH KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL 3. ARAH KEBIJAKAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi.

I. PENDAHULUAN. optimal. Salah satu sumberdaya yang ada di Indonesia yaitu sumberdaya energi. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam. Akan tetapi, sumberdaya alam yang melimpah ini belum termanfaatkan secara optimal. Salah satu sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi

BAB I PENDAHULUAN. listrik yang semakin meningkat sehingga diperlukan energy alternatif untuk energi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tenaga listrik merupakan sumber energy yang sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk kegiatan industry, kegiatan komersial, maupun dalam kehidupan sehari hari

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: irafit_2004@yahoo.com Abstract The industrial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah 35 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Provinsi Lampung Provinsi Lampung terletak di ujung tenggara Pulau Sumatera. Luas wilayah Provinsi Lampung adalah 3,46 juta km 2 (1,81 persen dari

Lebih terperinci

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan

BABI PENDAHULUAN. Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan BABI PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan sektor-sektor perekonomian dan pertumbuhan penduduk yang cukup pesat, jumlah keperluan energi secara nasional cenderung mengalami peningkatan dari

Lebih terperinci

Kajian INDONESIA ENERGY OUTLOOK

Kajian INDONESIA ENERGY OUTLOOK Kajian INDONESIA ENERGY OUTLOOK KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, kami sampaikan buku Indonesia Energy Outlook 2012 yang merupakan pemutakhiran publikasi yang

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM Konsentrasi pembangunan perekonomian Kota Batam diarahkan pada bidang industri, perdagangan, alih kapal dan pariwisata. Akibat krisis ekonomi dunia pada awal tahun 1997 pertumbuhan

Lebih terperinci

Mendukung Pengentasan Kemiskinan melalui Perencanaan Energi Daerah di Indonesia

Mendukung Pengentasan Kemiskinan melalui Perencanaan Energi Daerah di Indonesia Mendukung Pengentasan Kemiskinan melalui Perencanaan Energi Daerah di Indonesia Keluaran No. 10: Pentunjuk Pembentukan Forum Energi Daerah Saleh Abdurrahman (Pusdatin - DESDM) Oetomo Tri Winarno (ITB)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara yang sedang mengalami proses perkembangan perekonomiannya dalam jangka panjang akan berdampak terhadap perubahan struktur ekonomi pada hal yang paling mendasar.

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak

IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI. Undang-Undang No. 61 tahun Secara geografis Provinsi Jambi terletak IV. GAMBARAN UMUM PROVINSI JAMBI 4.1 Keadaan Umum Provinsi Jambi secara resmi dibentuk pada tahun 1958 berdasarkan Undang-Undang No. 61 tahun 1958. Secara geografis Provinsi Jambi terletak antara 0º 45

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya laju pertumbuhan perekonomian masyarakat Indonesia menyebabkan kebutuhan masyarakat juga semakin tinggi. Salah satunya adalah dalam bidang sarana transportasi.sektor

Lebih terperinci

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR SEMINAR KONVERSI BBG UNTUK KENDARAAN BERMOTOR LEMBAGA PENGEMBANGAN INOVASI DAN KEWIRAUSAHAAN ITB Bandung, 23 Februari 2012 KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR Dr. Retno Gumilang

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam rangka mengoptimalkan penggunaan energi, kebijakan energi nasional yang meliputi kebijakan penyediaan energi yang optimal dan melaksanakan konservasi, melaksanakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 5

DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 5 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... 2 DAFTAR TABEL... 4 DAFTAR GAMBAR... 5 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 7 1.2 Tujuan... 8 1.3 Sasaran... 8 1.4 Keluaran... 9 1.5 Ruang Lingkup... 9 1.5.1 Ruang Lingkup Wilayah...

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN ENERGI NASIONAL VISI: Terwujudnya pengelolaan energi yang berdasarkan prinsip berkeadilan, berkelanjutan, dan berwawasan lingkungan guna terciptanya kemandirian energi dan ketahanan energi nasional untuk mendukung pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM

BAB I PENDAHULUAN. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang sangat vital. BBM punya peran penting untuk menggerakkan perekonomian. BBM mengambil peran di hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi dan serta iklim perekonomian dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hakekatnya pertumbuhan ekonomi mempunyai tujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi suatu daerah merupakan salah satu usaha daerah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Dengan semakin meningkatnya penggunaan energi sejalan dengan berkembangnya perekonomian dan industri, maka disadari pula pentingnya penghematan energi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi

Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi Upaya Penghematan Konsumsi BBM Sektor Transportasi Menteri Negara PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Jakarta, 27 April 2006 Permasalahan Konsumsi BBM Sektor Transportasi Dalam rangka mewujudkan

Lebih terperinci

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA

SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA UMUM ENERGI DAERAH KABUPATEN/KOTA LAMPI RAN PERATURAN PRESIDEN NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL SISTEMATIKA PENYUSUNAN RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL, RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI, DAN RENCANA

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Perkiraan Konsumsi Energi Final

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Perkiraan Konsumsi Energi Final 57 BAB 4 PEMBAHASAN Dalam bab analisa ini akan dibahas mengenai hasil-hasil pengolahan data yang telah didapatkan. Untuk menganalisis pemanfaatan energi di tahun 2025 akan dibahas dua skenario yang pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Indonesia. Faktor-faktor yang..., Iva Prasetyo Kusumaning Ayu, FE UI, 2010. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan berlangsungnya pelaksanaan pembangunan ekonomi nasional, maka transformasi struktural dalam perekonomian merupakan suatu proses yang tidak terhindarkan.

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 08/08/Th.IV, 3 Agustus 2012 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2011 MENCAPAI 5,11 PERSEN Ekonomi Kabupaten Ngada pada tahun 2011 tumbuh

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan

I. PENDAHULUAN. dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ketersediaan energi dalam jumlah yang cukup dan kontinu sangat penting dalam menjalankan aktivitas ekonomi suatu negara. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dan

Lebih terperinci

ANALISIS ENERGY BALANCE TAHUN 2000 SAMPAI DENGAN 2015

ANALISIS ENERGY BALANCE TAHUN 2000 SAMPAI DENGAN 2015 Perencanaan Energi Provinsi Gorontalo 2000-2015 ANALISIS ENERGY BALANCE TAHUN 2000 SAMPAI DENGAN 2015 Erwin Siregar Abstract Energy Balance Table of Gorontalo Province that obtained from LEAP Model provides

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No.05/08/Th.V, 1 Agustus 2013 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 2012 MENCAPAI 5,61 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten Ngada yang diukur

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat

1 BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan salah satu kebutuhan mendasar manusia. Pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan penduduk di suatu negara yang terus meningkat berbanding lurus dengan

Lebih terperinci

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL

STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL STRATEGI KEN DALAM MEWUJUDKAN KETAHANAN ENERGI NASIONAL SEMINAR OPTIMALISASI PENGEMBANGAN ENERGI BARU DAN TERBARUKAN MENUJU KETAHANAN ENERGI YANG BERKELANJUTAN Oleh: DR. Sonny Keraf BANDUNG, MEI 2016 KETAHANAN

Lebih terperinci

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI

PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI PERUBAHAN POLA PENGGUNAAN ENERGI DAN PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Oleh: Agus Sugiyono *) M. Sidik Boedoyo *) Abstrak Krisis ekonomi di Indonesia banyak dipengaruhi oleh ketergantungan industri dan masyarakat

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU Medan, 8 September 2016 BAB I LATAR BELAKANG Seiring dengan perkembangan penduduk dan pertumbuhan ekonomi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, energi mempunyai peranan yang sangat penting dan strategis untuk pencapaian tujuan sosial, ekonomi dan lingkungan dalam pembangunan

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 02/08/Th.IX, 8 Agustus 2017 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2016 MENCAPAI 5,19 PERSEN Pertumbuhan ekonomi Kabupaten

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2012 No. 01/07/1221/Th. V, 8 Juli 2013 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2012 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan Produk

Lebih terperinci

RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL

RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL RENCANA UMUM ENERGI NASIONAL Disampaikan pada The CASINDO Meeting PUSAT DATA DAN INFORMASI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL Grand Legi Hotel Mataram, 2 Maret 2011

Lebih terperinci

Studi Awal Kebutuhan Energi Listrik dan Potensi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta

Studi Awal Kebutuhan Energi Listrik dan Potensi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Studi Awal Kebutuhan Energi Listrik dan Potensi Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan di Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Ahmad Agus Setiawan, Suhono, M. Kholid Ridwan Haryono Budi Santosa,

Lebih terperinci

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT

BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT BAB II. GAMBARAN UMUM WILAYAH DAN PEMBANGUNAN PENDIDIKAN DI KABUPATEN SUMBA BARAT 2.1. Gambaran Umum 2.1.1. Letak Geografis Kabupaten Sumba Barat merupakan salah satu Kabupaten di Pulau Sumba, salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Gas alam merupakan salah satu sumber daya energi dunia yang sangat penting untuk saat ini. Sebagian besar gas alam yang dijual di pasaran berupa sales gas (gas pipa)

Lebih terperinci

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012

[ BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI ] 2012 logo lembaga [ PKPP F.1 ] [ Optimalisasi Sistem Energi untuk Mendukung Ketahanan Energi dan Pembangunan Ekonomi Koridor 6 ] [ Adhi Dharma Permana, M. Sidik Boedyo, Agus Sugiyono ] [ BADAN PENGKAJIAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG KEBIJAKAN ENERGI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa untuk menjamin keamanan pasokan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dikuasai hanya oleh negara-negara industri besar dunia (Zhao, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. besar dikuasai hanya oleh negara-negara industri besar dunia (Zhao, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis energi dunia saat ini sudah terjadi, dan konsumsi energi sebagian besar dikuasai hanya oleh negara-negara industri besar dunia (Zhao, 2008). Menurut proyeksi

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara

BAB IV GAMBARAN UMUM. Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara BAB IV GAMBARAN UMUM A. Gambaran Umum Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Kondisi Fisik Daerah Posisi Daerah Istimewa Yogyakarta yang terletak antara 7.33-8.12 Lintang Selatan dan antara 110.00-110.50 Bujur

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) TERKAIT BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) TERKAIT BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) 2014-2019 TERKAIT BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR Prof Dr ARMIDA S. ALISJAHBANA Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kapala BAPPENAS Disampaikan

Lebih terperinci

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat 1. INDIKATOR MAKRO 2010 2011 2012 No Indikator Makro Satuan Realisasi Realisasi Realisasi Rencana / Realisasi % terhadap % terhadap APBN - P Target 2012 1 Harga Minyak Bumi US$/bbl 78,07 111,80 112,73

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN

PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN BADAN PUSAT STATISTIK KABUPATEN NGADA No. 03/09/Th. VIII, 13 September 2016 PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN NGADA TAHUN 2015 MENCAPAI 4,86 PERSEN Tahukah Anda? RIlis PDRB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1)

BAB I PENDAHULUAN. perkiraan kapasitas pembangkit tenaga listrik.(dikutip dalam jurnal Kelistrikan. Indonesia pada Era Millinium oleh Muchlis, 2008:1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Listrik merupakan salah satu kebutuhan masyarakat yang sangat penting dan sebagai sumber daya ekonomis yang paling utama yang dibutuhkan dalam suatu kegiatan usaha.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis dan Demografis Provinsi Kalimantan Timur Provinsi Kalimantan Timur terletak pada 113 0 44-119 0 00 BT dan 4 0 24 LU-2 0 25 LS. Kalimantan Timur merupakan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN

PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN RENCANA DAN STRATEGI KEBIJAKAN PENGEMBANGAN ENERGI BARU TERBARUKAN DAN KEBERLANJUTANNYA DI NTT Oleh : Ir. Wayan Darmawa,MT Kepala Bappeda NTT 1 KONDISI UMUM PEMBANGUNAN NTT GAMBARAN UMUM Letak Geografis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan data dari BPPT (2013) dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di dunia terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu aspek penting dan vital untuk mempercepat proses pembangunan nasional. Infrastruktur juga memegang peranan penting sebagai

Lebih terperinci

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG

V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA DAN PELUANG V. PENGEMBANGAN ENERGI INDONESIA 2015-2019 DAN PELUANG MEMANFAATKAN FORUM G20 Siwi Nugraheni Abstrak Sektor energi Indonesia mengahadapi beberapa tantangan utama, yaitu kebutuhan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur

IV. GAMBARAN UMUM Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta. Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur 57 IV. GAMBARAN UMUM 4.1. Letak Geogafis dan Wilayah Administratif DKI Jakarta Provinsi DKI Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 7 meter diatas permukaan laut dan terletak antara

Lebih terperinci

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011

PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 BPS KABUPATEN PADANG LAWAS PERTUMBUHAN EKONOMI PADANG LAWAS TAHUN 2011 No. 01/06/1221/Th. IV, 30 Juli 2012 Pertumbuhan ekonomi Padang Lawas tahun 2011 yang diukur berdasarkan kenaikan laju pertumbuhan

Lebih terperinci

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011 No. 44/10/31/Th. XIV, 1 Oktober 2012 PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011 Laju pertumbuhan ekonomi yang diukur dari PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan total PDRB Kabupaten/Kota

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta 47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Asumsi Dasar 4.1.1 Keadaan Demografis Provinsi DKI Jakarta DKI Jakarta merupakan daerah yang terletak di 5 19' 12" - 6 23' 54" LS dan 106 22' 42" - 106 58'

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BAB IV KONDISI SOSIAL EKONOMI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Per Kapita dan Struktur Ekonomi Tingkat pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Timur dalam lima tahun terakhir

Lebih terperinci

ANALISIS PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI NASIONAL JANGKA PANJANG DI INDONESIA

ANALISIS PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI NASIONAL JANGKA PANJANG DI INDONESIA ANALISIS PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI NASIONAL JANGKA PANJANG DI INDONESIA Joko Santosa dan Yudiartono ABSTRACT In forecasting the demand, Indonesia is divided into several regions. Sumatera is considered

Lebih terperinci

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014 Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 214 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: fitriana.ira@gmail.com, irafit_24@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 DATA UMUM 4.1.1 Keadaan Demografi Provinsi Jawa Timur (Statistik Daerah Provinsi Jawa Timur 2015) Berdasarkan hasil estimasi penduduk, penduduk Provinsi Jawa

Lebih terperinci

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah

BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT. Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan luas wilayah 5.1. Kondisi Geografis BAB V GAMBARAN UMUM PROPINSI JAWA BARAT Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak di antara 5 o 50 ' - 7 o 50 ' Lintang Selatan dan 104 o 48 '- 108 o 48 ' Bujur Timur, dengan

Lebih terperinci

Panduan Pengguna Untuk Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan. Indonesia 2050 Pathway Calculator

Panduan Pengguna Untuk Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan. Indonesia 2050 Pathway Calculator Panduan Pengguna Untuk Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan Indonesia Pathway Calculator Daftar Isi 1. Ikhtisar Sektor Pertanian, Konstruksi dan Pertambangan... 3 2. Metodologi... 6 3. Hasil Pemodelan...

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI POTENSI ENERGI MIKROHIDRO UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA

IDENTIFIKASI POTENSI ENERGI MIKROHIDRO UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA IDENTIFIKASI POTENSI ENERGI MIKROHIDRO UNTUK PEMENUHAN KEBUTUHAN LISTRIK DI PROVINSI KALIMANTAN UTARA Suparno 1,Yudha Prasetyawan 2, Zahratika Rahmadyani 3 1) Dosen Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi

Lebih terperinci