PEDOMAN PENYELENGGARAAN FESTIVAL PENCAK SILAT

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEDOMAN PENYELENGGARAAN FESTIVAL PENCAK SILAT"

Transkripsi

1 PEDOMAN PENYELENGGARAAN FESTIVAL PENCAK SILAT HASIL MUNAS XII IPSI TAHUN 2007

2 PEDOMAN PENYELENGGARAAN FESTIVAL PENCAK SILAT Daftar Isi Pendahuluan I. Festival Pencak Silat II. Tujuan III. Tingkat dan Penyelenggaraan Festival Pencak Silat IV. Waktu Penyelenggaraan Festival V. Peserta VI. Tempat/Venue Festival VII. Pedoman Penampilan VIII. Perlengkapan Penampilan IX. Penghargaan X. Tim Juri XI. Komiti Pelaksana XII. Penutup

3 PEDOMAN PENYELENGGARAAN FESTIVAL PENCAK SILAT Pencak Silat dikenal sebagai Seni Beladiri (the arts of self defense) warisan leluhur budaya rumpun melayu, yang mengandung empat aspek utama yaitu pembinaan Mental Spiritual, kemahiran ilmu beladiri, disertai dengan gerak dan langkah yang indah dan aspek olahraga, yang mampu membuat jasmani menjadi sehat. Keseluruhan aspek tersebut terpadu menjadi satu dalam diri seorang pesilat. Dalam kehidupan masyarakat rumpun melayu, Pencak Silat telah menjadi satu kekayaan budaya dan adat kebiasaan turun menurun (dari nenek moyang) yang sampai saat ini masih dijalankan dan ditumbuh kembangkan secara terpadu dalam rantai seni budaya tradisional lainnya. Sementara itu upaya memperkenalkan dan memasyarakatkan Pencak Silat ke Mancanegara yang dilaksanakan melalui jalur olahraga, yang telah berhasil menjadi Pencak Silat sebagai salah satu cabang olahraga prestasi. Mengingat berbagai keterbatasan sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku dicabang olahraga, menyebabkan Pencak Silat pada saat dipertandingkan tidak sepenuhnya dapat menampilkan jatidiri secara utuh dengan segala kekayaan teknis yang dimiliki, seperti jurus jurus yang handal, busana yang indah, diiringi dengan tetabuhan music serta berbagai senjata khas yang dimiliki oleh tiap-tiap perguruan. Oleh karena itu untuk tetap menjaga dan melestarikan Pencak Silat sebagai tradisi budaya yang utuh, diperlukan suatu pentas yang mampu menampilkan Pencak Silat dengan aspek dan keanekaragaman serta latar belakang budaya yang dimilikinya, perlu diselengarakan Festival Pencak Silat dengan Pedoman Penyelenggaraan sebagaimana tercantum di bawah ini. I. FESTIVAL PENCAK SILAT Festival Pencak Silat adalah suatu kegiatan yang diikuti oleh beberapa Regu/Kelompok Perguruan Pencak Silat yang menampilkan aspek Seni Budaya dan Tradisi Pencak Silat secara utuh dalam bentuk penampilan. Tampilan tersebut dapat merupakan satu Paket Penampilan dengan Tema dan mempunyai Alur cerita atau suatu penampilan Perorangan, Berpasangan, dan Berkelompok. Penampilan dalam bentuk Cerita diatur dan dituangkan dalam satu scenario, memiliki sutradara, penata gerak, penata musik, penata busana dilengkapi dengan aksesoris, pesilat sebagai pemain utama, pemain pembantu dan kelengkapan lainnya. Bentuk penampilan lain dalam Festival adalah tampilan secara Perorangan, Berpasangan atau Berkelompok. Pesilat dapat tampil dengan Tangan Kosong atau Bersenjata dan dapat menggunakan iringan musik atau tidak.

4 II. TUJUAN Tujuan Festival Pencak Silat adalah : 1. Menggali dan melestarikan kekayaan Pencak Silat yang sarat dengan berbagai aspek budaya yang dimiliki atau terkait Pencak Silat. 2. Sebagai promosi dan upaya daerah-daerah untuk memasyarakatkan Pencak Silat di Mancanegara. 3. Menjadikan Aspek Seni beladiri dan Tradisi Pencak Silat sebagai lahan pengembangan kreatifitas. 4. Menjadikan Aspek Seni beladiri dan Tradisi sebagai obyek studi dan pengkajian ilmiah. 5. Sebagai pentas untuk saling memperkaya pengetahuan dan pengalaman tentang Seni Budaya Pencak Silat. 6. Memberikan penghargaan kepada peserta terbaik sebagai upaya penggalian, pelestarian, pengembangan, gagasan dan karya kreatif yang ditampilkan. III. TINGKAT DAN PENYELENGGARAAN FESTIVAL PENCAK SILAT Festival Pencak Silat diselenggarakan pada tingkat : 1. Tingkat Nasional dengan sebutan Festival Pencak Silat Nasional. Diselenggarakan oleh Pengurus Besar IPSI. 2. Tingkat di jajaran badan Induk Pencak Silat menurut tingkat keberadaanya mulai dari tingkat Cabang, Provinsi, Wilayah dst. 3. Tingkat prakarsa perguruan Pencak Silat dengan mengundang partisipasi perguruan lain. Diselenggarakan oleh Perguruan setelah mendapat persetujuan dari badan induk Pencak Silat setempat yang bersangkutan. Judul Festival diserahkan kepada penyelenggaraan. 4. Tingkat perguruan Pencak Silat sebagai internal perguruan. Penyelenggaraan Festival yang bersifat internal tidak memerlukan persetujuan dari badan induk Pencak Silat yang bersangkutan. 5. Festival Pencak Silat juga dapat diselenggarakan oleh Organisasi/institusi lain setelah mendapat persetujuan dari badan induk Pencak Silat ditempat yang bersangkutan. IV. WAKTU PENYELENGGARAAN FESTIVAL Waktu penyelenggaraan Festival Pencak Silat baik yang berskala maupun sesewaktu, diserahkan kepada penyelenggara. Untuk tingkat Nasional sedapatnya diselenggarakan secara berkala dan tetap setiap dua tahun sekali.

5 V. PESERTA 1. Ketentuan tentang peserta menurut Tingkat Penyelenggara Festival : 1.1. Festival Pencak Silat Cabang, diikuti oleh peserta terbaik dan utusan resmi dari perguruanperguruan anggota IPSI di Tingkat Cabang Festival Pencak Silat Daerah/Provinsi, diikuti oleh peserta terbaik dan utusan resmi dari Cabang-cabang yang ada di Daerah/Provinsi tersebut Festival Pencak Silat Wilayah, diikuti oleh peserta terbaik dan utusan resmi dari IPSI Daerah/Provinsi yang termasuk dalam wilayah tersebut Festival Pencak Silat Nasional, diikuti oleh peserta terbaik dan utusan resmi dari IPSI Wilayah Festival Pencak Silat Prakarsa Perguruan, diikuti oleh peserta yang merupakan utusan resmi dari organisasi Pencak Silat yang diundang oleh Perguruan yang bersangkutan. 2. Jumlah anggota setiap kelompok/tim peserta menurut tingkat penyelenggaraan festival : 2.1. Festival Pencak Silat Nasional Pesilat pendukung penampilan sebanyak-banyaknya 25 orang Pemusik (bila menggunakan musik hidup) sebanyak-banyaknya 10 orang Staf produksi sebanyak-banyaknya 5 orang Festival lainnya Ketentuan tentang jumlah anggota peserta setiap kelompok diserahkan kepada penyelenggara. 3. Umur Peserta Peserta Festival mulai umur 6 tahun sampai di atas umur 60 tahun. Khusus untuk peserta Festival berdasarkan umur dibagi 6 golongan yaitu : a. Golongan Usia Dini (putera/puteri) Umur : 9 12 tahun. b. Golongan Pra-Remaja (putera/puteri) umur di atas : tahun. c. Golongan Remaja (putera/puteri) umur di atas : tahun. d. Golongan Dewasa (putera/puteri) umur di atas : tahun. e. Golongan Pembina (putera/puteri) umur di atas : tahun + Pembina Utama tahun. f. Golongan Sesepuh (putera/puteri) umur di atas 60 tahun. VI. TEMPAT/VENUE FESTIVAL Festival Pencak Silat dapat diselenggarakan di Teater Berbingkai atau Arena di dalam gedung atau di luar gedung dengan memperhatikan dukungan peralatan teknis yang diperlukan seperti tata suara, lampu dan lainnya.

6 VII. Dalam Penyelenggaraannya Festival dibagi atas 4 kategori : 1. Penampilan Perorangan (Putera/Puteri). 2. Penampilan Berpasangan (Putera/Puteri). 3. Penampilan Berkelompok (Putera/Puteri). 3.1.Kandungan Penampilan. Setiap penampilan harus mengandung unsur Pencak Silat sebagai seni beladiri yang utuh, baik tangan kosong maupun bersenjata dengan diiringi musik atau tanpa musik. 3.2.Waktu Waktu yang disediakan untuk setiap penampilan adalah sebagai berikut : Penampilan Perorangan dan Berpasangan. Untuk golongan usia dini dan pra-remaja 2 (dua) menit. Untuk remaja dan dewasa, 3 (tiga) menit. Untuk golongan Pembina dan sesepuh, 2 (dua) menit Penampilan Berkelompok, hanya. Untuk golongan usia dini, pra-remaja, remaja serta dewasa, 5 (lima) menit. Untuk golongan Pembina dan sesepuh tidak ditampilkan Undian nomor urut dan jadwal penampilan Pihak penyelenggara menyelenggarakan undian untuk menetapkan nomor urut setiap kelompok, peserta dan jadwal penampilan sebelum Festival dimulai Pertemuan teknik Pertemuan teknik diselenggarakan sebelum festival dimulai, dipimpin oleh Ketua Festival, dihadiri oleh Tim Manager/Pelatih. 4. Penampilan dengan Ceritera 4.1.Ceriteria Tema festival yang ditetapkan penyelenggara. Ceritera yang dipilih adalah criteria yang sifatnya menggali dan melestarikan kekayaan Pencak Silat secara utuh dan keterkaitannya dengan berbagai aspek budaya lainnya seperti antara lain Epos Sejarah Kesatriaan, Ketakwaan dan Keimanan, Kesetiaan, Kejujuran dan lainnya. 4.2.Kandungan Tampilan Setiap penampilan harus mengandung unsur Pencak Silat minimal 60% dari total penampilan sebagai seni beladiri yang utuh baik tangan kosong maupun bersenjata yang dalam garapan tampilan dapat dikaitkan dengan berbagai unsur seni lainnya seperti drama, tari, musik, upacara adat dan lainnya.

7 4.3.Waktu Waktu yang disediakan untuk setiap penampilan adalah sekurang-kurangnya 10 menit dan paling lama 15 menit. 4.4.Undian nomor urut dan jadwal penampilan Pihak penyelenggara menyelenggarakan undian untuk menetapkan nomor urut setiap kelompok peserta dan jadwal penampilan sebelum festival dimulai. 4.5.Pertemuan teknik Pertemuan teknik diselenggarakan sebelum festival dimulai. VIII. PERLENGKAPAN PENAMPILAN 1. Senjata Menggunakan senjata dari khasanah rumpun Melayu.Penampilan dipilih oleh peserta dengan berpedoman pada 2. Pakaian Aneka pakaian Pencak Silat dari khasanah rumpun Melayu dan aksesoris yang diperlukan dapat digunakan sesuai dengan Tema/Alur Ceritera atau penampilan Perorangan, Berpasangan dan Berkelompok sepanjang tidak bertentangan dengan norma-norma susila rumpun Melayu. 3. Musik Musik pengiring baik musik hidup maupun rekaman, baik dari musik yang sudah ada maupun gubahan sendiri, baik dengan vocal atau instrumentalia yang bersumber dari khasanah musik tradisional rumpun Melayu, dapat digunakan secara penuh atau bagian yang diperlukan dalam suatu penampilan. Peralatan musik hidup disediakan oleh peserta kecuali pihak penyelenggara menyanggupi untuk pengadaannya. Bila peserta menggunakan musik rekaman, pihak penyelenggara menyediakan peralatan sound system. 4. Perlengkapan lain Berbagai perlengkapan lain yang sifatnya menunjang suatu penampilan dapat digunakan sesuai dengan tema/alur ceritera yang dipilih peserta, seperti topeng, tandu, kursi, bendera, umbul-umbul dan lainnya sepanjang tidak merusak pentas pertunjukan. IX. PENGHARGAAN 1. Dalam Festival Pencak Silat diberikan beberapa untuk penghargaan dengan predikat beberapa Penyaji Terbaik tanpa berjenjang. 2. Penilaian atas penampilan peserta dilakukan oleh Tim Juri. 3. Bentuk penghargaan dapat berupa trophy dan piagam atau bentuk lainnya yang disediakan oleh penyelenggara, untuk Festival tingkat Nasional, disain penghargaan bentuknya tetap.

8 X. TIM JURI Tim Juri festival Pencak Silat adalah mereka yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Penyelenggara Festival dengan jumlah 5 orang untuk satu kategori penampilan. Tim Juri terdiri dari para pakar yang dapat memberikan penilaian menurut keahliannya secara jujur dan obyektif untuk aspek seni beladiri Pencak Silat dan memiliki kredibilitas dibidang seni. Pedoman Pelaksanan Tugas Tim Juri penilaian Festival Pencak Silat ditetapkan tersendiri dan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari Pedoman Penyelenggaraan Festival Pencak Silat ini. Keputusan Tim Juri adalah Final dan dapat dipertanggung jawabkan. XI. KOMITE PELAKSANA Komite Pelaksana terdiri atas : Ketua Festival Seorang atau beberapa orang Wakil Ketua Sekretaris dibantu oleh staf sekretaris Bendahara dibantu oleh staf bendahara 2 (dua) Bidang Pokok A. Bidang Teknik Festival Ketua Komiti Penampilan Sekretaris Penampilan Dewan Juri Dewan Pendekar Anggota Juri Tim Kesehatan Pencatat Waktu Petugas Lapangan B. Bidang Umum Akomodasi & Konsumsi Transportasi Venues & Perlengkapan Acara & Protokol Keamanan Dana Publikasi & Dokumentasi

9 XII. PENUTUP Ketentuan lain yang sifatnya menunjang penyelenggaraan Festival ditetapkan oleh penyelenggara. Pedoman penyelenggaraan Festival Pencak Silat ini mulai berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada Tanggal : 23 Agustus 2007

10 PERATURAN FESTIVAL PENCAK SILAT HASIL MUNAS XII IPSI TAHUN 2007

11 PERATURAN FESTIVAL PENCAK SILAT IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA DAFTAR ISI PENDAHULUAN BAB I : PERATURAN FESTIVAL Pasal 1 : Pengertian setiap Kategori Penampilan Pasal 2 : Penampilan Festival dan Ketentuan tentang Umur Pasal 3 : Kategori Penampilan Festival dan Jenis kelamin Pasal 4 : Penampilan Festival Berdasarkan Golongan Pasal 5 : Tempat dan Perlengkapan Gelanggang Festival BAB II : KETENTUAN FESTIVAL Pasal 6 : Perlengkapan Penampilan Festival Pasal 7 : Waktu Penampilan Pasal 8 : Persiapan Penampilan Pasal 9 : Tata Cara Penampilan Pasal 10 : Pedoman Penilaian Pasal 11 : Sistim Penilaian Pasal 12 : Pengamatan dan Penetuan Penampilan Terbaik Pasal 13 : Pemberian Penghargaan Pasal 14 : Rapat Teknik Festival BAB III : PELAKSANAAN TEKNIS FESTIVAL Pasal 15 : Susunan dan Penunjukan Pelaksana Teknis Festival Pasal 16 : Kriteria, Tugas dan Tanggungjawab Pelaksana Teknis Festival Pasal 17 : Pakaian Pelaksana Teknik BAB IV : FESTIVAL PENCAK SILAT Pasal 18 : Tingkat dan Penyelenggaraan Festival Pencak Silat BAB V : PENUTUP

12 PERATURAN FESTIVAL PENCAK SILAT PENDAHULUAN Dalam kehidupan masyarakat Rumpun Melayu, Pencak Silat merupakan salah satu kekayaan budaya dan adat kebiasaan turun-temurun, yang sampai sekarang masih dijalankan dan tumbuh kembangkan, secara terpadu sebagai mata rantai dari senibudaya tradisional lainnya. Sementara itu upaya memperkenalkan dan memasyarakatkan Pencak Silat ke Mancanegara yang telah dilaksanakan melalui jalur olahraga telah berhasil menjadikan Pencak Silat sebagai salah satu cabang olahraga prestasi. Mengingat berbagai keterbatasan sesuai dengan norma dan ketentuan yang berlaku di cabang olahraga, menyebabkan Pencak Silat pada saat dipertandingkan tidak sepenuhnya dapat menampilkan Jatidiri secara utuh, dengan segala kekayaan Teknik yang dimiliki, jurus-jurus yang handal, busana yang indah, diiringi dengan tetabuhan musik, serta berbagai senjata khas yang dimiliki oleh tiap-tiap perguruan. Oleh karena itu, untuk tetap menjaga dan melestarikan Pencak Silat sebagai budaya luhur bangsa, perlu menampilkan Pencak Silat secara utuh melalui jalur Festival Pencak Silat. Festival Pencak Silat, dilakukan berdasarkan rasa persaudaraan dan jiwa kesatria dan menjunjung tinggi Ikrar Pesilat. Festival Pencak Silat ditampilkan sesuai dengan ketentuan Kategori yang diatur dalam Peraturan Festival Pencak Silat, dan dipimpin oleh pelaksana teknis Festival yang sah. Kategori Festival Pencak silat terdiri atas : Penampilan PERORANGAN Penampilan BERPASANGAN Penampilan BERKELOMPOK Penampilan CERITERA Untuk dapat melaksanakan Festival Pencak silat, dengan sebaik-baiknya sesuai dengan maksud dan tujuannya, ditetapkan Peraturan Festival Pencak Silat sebagai berikut :

13 BAB I PERATURAN FESTIVAL Pasal 1 Pengertian setiap Kategori Penampilan 1. Yang dimaksud dengan Penampilan PERORANGAN adalah : Penampilan seorang Pesilat dalam bentuk memperagakan kekayaan-kekayaan teknik jurus Pencak Silat, secara etis, efektif, estetetis dan kesatria, dengan tangan kosong atau bersenjata, mengenakan pakaian Pencak Silat dilengkapi, sesuai dengan tradisi masingmasing Perguruan, diiringi atau tanpa musik. 2. Yang dimaksud dengan penampilan BERPASANGAN adalah : Penampilan 2 (dua) orang pesilat dari satu kubu yang sama, saling berhadapan memperagakan kekayaan teknik jurus Pencak Silat, yang terencana, secara etis, efektif, estetis dan kesatria, dengan tangan kosong atau bersenjata, mengenakan pakaian Pencak Silat dilengkapi dengan asesoris sesuai tradisi masing-masing Perguruan, diringi atau tanpa musik. 3. Yang dimaksud dengan Penampilan BERKELOMPOK adalah : Penampilan minimal 3 (tiga) orang, maksimal 5 (lima) orang Pesiat dari kubu yang sama, memperagakan kekayaan Teknik Jurus Pencak Silat secara etis, efektif, estetis dan kesatria, dengan tangan kosong dan atau bersenjata, mengenakan Pakaian Pencak Silat dilengkapi dengan asesoris, sesuai dengan tradisi masing-masing Perguruan, diringin atau tanpa musik. Kategori ini hanya untuk Usia dini/pra-remaja, Remaja dan Dewasa. 4. Yang dimaksud dengan Penampilan CERITERA adalah : Penampilan Ceritera Pencak silat, dalam bentuk Ceritera yang diperagakan minimal 5 (lima) orang dan maksimal 15 orang dari satu kubu yang sama, Tema cerita ditentukan oleh Panitia Pelaksana. Alur ceritera hendaknya bersifat, menggali dan melestarikan kekayaan Budaya Pencak silat secara utuh dan keterkaitannya dengan berbagai aspek budaya lainnya seperti, Epos Sejarah Kesatriaan, Katakwaan, Keimanan, Kesetiaan, Kejujuran dan sesuai dengan tema yang ditetapkan oleh Panitia. Pasal 2 Penampilan Festival dan Ketentuan tentang Umur 1. Penampilan Festival Pencak Silat, dibagi atas beberapa Golongan, berdasarkan Umur dan jenis kelamin terdiri atas : 1.1.Gol USIA DINI ( Putera / Puteri ), umur 9-12 tahun. 1.2.Gol PRA-REMAJA ( Putera / Puteri ), umur tahun. 1.3.Golongan REMAJA ( Putera / Puteri ), umur tahun.

14 1.4.Golongan DEWASA ( Putera / Puteri ), umur tahun. 1.5.Golongan PEMBINA ( Putera / Puteri ), umur tahun. 1.6.Golongan PEMBINA ( Putera / Puteri ), umur tahun. 1.7.Golongan SESEPUH ( Putera / Puteri ), umur 60 tahun ke atas. 2. Penampilan Festival Pencak Silat, dalam Kategori CERITERA tidak dibagi atas Golongan dan jenis kelamin, tetapi minimal berumur 6 tahun sampai dengan berumur di atas 60 tahun. 3. Kebenaran tentang umur, dibuktikan dengan Ijazah atau Surat Keterangan Sejenisnya yang sah. Pasal 3 Kategori Penampilan Festival dan Jenis kelamin 1. Penampilan PERORANGAN, terdiri atas : 1.1.Perorangan Putera 1.2.Perorangan Puteri 2. Penampilan BERPASANGAN, terdiri atas : 2.1.Berpasangan Putera 2.2.Berpasangan Puteri 3. Penampilan BERKELOMPOK, terdiri atas : Penampilan Putera saja, atau Puteri Saja atau campuran Putera dan Puteri. 4. Penampilan CERITERA Dalam penampilan Kategori Ceritera, tidak diadakan pembagian golongan maupun Jenis kelamin, tergantung dari Alur Ceritera yang ditampilkan. 1. Golongan Usia Dini Penampilan Perorangan 1.2. Penampilan Berpasangan 1.3. Penampilan Berkelompok Pasal 4 Penampilan Festival Berdasarkan Golongan

15 2. Golongan Pra-Remaja Penampilan Perorangan 2.2. Penampilan Berpasangan 2.3. Penampilan Berkelompok 3. Golongan Remaja Penampilan Perorangan 3.2. Penampilan Berpasangan 3.3. Penampllan Berkelompok 4. Golongan Dewasa Penampilan Perorangan Penampilan Berpasangan 4.3. Penampilan Berkelompok 5. Golongan Pembina + Pembina Utama 5.1. Penampilan Perorangan Penampilan Berpasangan. 6. Golongan sesepuh Penampilan Perorangan 6.2. Penampilan Berpasangan 7. Untuk Penampilan Festival Kategori CERITERA, dapat diikuti oleh Usia Dini, Pra- Remaja, Remaja, Dewasa, Pembina dan Sesepuh sesuai dengan Tokoh dalam Ceritera.

16 Pasal 5 Tempat dan Perlengkapan Gelanggang Festival. 1. Festival Pencak Silat, dapat diselenggarakan di Teater Berbingkai atau Arena, di dalam gedung atau di luar gedung, di atas lantai atau dipanggung yang dilapisi Matras, atau boleh ditutup dengan alas yang tidak licin, berbentuk bujur sangkar berukuran 10 MX 10 M, atau disesuakan dengan kondisi tempat yang disediakan oleh Panitia Pelaksana. Perlengkapan/peralatan teknis lainnya yang diperlukan untuk mendukung suasana penampilan, diperkenankan untuk dapat di pergunakan. 2. Perlengkapan Gelanggang. Perlengkapan Gelanggang untuk Penampilan Festival yang harus disediakan oleh Panitia Pelaksana adalah : 2.1. Meja dan Kursi Aparat Festival Meja dan Kursi Tim Juri dan Dewan Pendekar 2.3. Formulir-formulir yang diperlukan untuk Festival dan alat tulis, menulis Jam Pertandingan, Stop Watch, Gong (Bel dan Pluit) dan lampu isyarat Perlengkapan pengeras suara (sound system) Papan nama : Pelaksana Festival, Dewan Pendekar, Tim Kesehatan dan Juri Perlengkapan-perlengkapan lain yang diperlukan.

17 BAB. II KETENTUAN FESTIVAL Pasal 6 Perlengkapan Penampilan Festival 1. Pakaian. Pakalan Pencak Silat sesuai dengan tradisi masing-masing Perguruan yang biasa digunakan di kawasan Rumpun Melayu. Bentuk dan warna, bebas diserahkan kepada masing-masing peserta, sepanjang tidak bertentangan dengan norma-norma susila. 2. Senjata. Senjata yang biasa digunakan secara tradisi yang asli maupun yang telah dimodifikasi di masing-masing Perguruan, di kawasan Rumpun Melayu. Jenis Senjata, boleh menggunakan senjata pendek, panjang atau senjata lain, untuk semua kategori. 3. Musik. Musik pengiring, baik musik hidup maupun rekaman, menggunakan vokal maupun Instrumentalia yang bersumber dari khasanah musik tradisional Rumpun Melayu, khusus untuk kategori Ceritera boleh menggunakan narasi sebagai pelengkap. Peralatan musik disediakan oleh peserta, kecuali apabila pihak penyelenggara menyanggupi untuk pengadaannya. 4. Perlengkapan lain. Berbagai perlengkapan lain yang sifatnya menunjang suatu Penampilan dalam Festival, dapat digunakan sesuai dengan alur ceritera yang dipilih oleh peserta, seperti Topeng, Tandu, Kursi, Meja, Bendera, Umbul-umbul dan lainnya, sepanjang tidak merusak pentas/arena Festival. Pasal 7 Waktu Penampilan 1. Kategori Perorangan dan Berpasangan. 1.1.Pesilat diberi kesempatan untuk menampilkan kemahirannya selama 3 (tiga) menit, ini berlaku bagi Pesilat Golongan Remaja dan Dewasa dan 2 Dua menit untuk Usia dini dan Pra-Remaja. Sedang untuk Golongan Pembina dan Sesepuh waktu penampilannya 2 (dua) menlt, waktu dihitung sejak Gong Tanda Mulai" dibunyikan.

18 1.2.Toleransi kelebihan Waktu penampilan adalah 30 (tiga puluh) detik, apabila lebih dari batas toleransi, maka akan diberikan teguran oleh Ketua Penampilan dengan tanda peringatan. 1.3.Salam pembukaan Bebas diberi waktu, paling lama 10 (sepuluh) detik dan tidak termasuk waktu Penampilan. 2. Kategori Berkelompok. 2.1.Kelompok Pesilat diberi kesempatan untuk menampilkan kemahirannya selama 5 (lima) menit, ini berlaku bagi Pesilat Golongan Usia Dini, Pra-Remaja, Remaja dan Dewasa. Sedang untuk Golongan Pembina dan sesepuh, kategori ini tidak ditampilkan. Waktu penampilan mulai dihitung sejak " Gong Tanda Mulai " dibunyikan. 2.2.Toleransi kelebihan Waktu Penampilan adalah 30 (tiga puluh) detik, apabila lebih dari batas toleransi, maka akan diberikan teguran oleh Ketua Penampilan dengan tanda peringatan. 2.3.Salam Pembukaan Bebas diberi waktu, paling lama 10 (sepuluh) detik dan tidak termasuk waktu Penampilan. 3. Kategori Ceritera 3.1.Tim pesilat yang akan tampil, dalam Tema Ceritera disediakan waktu sekurangkurangnya 10 menit dan paling lama 15 menit. Penampilan Kategori ini merupakan gabungan dari semua Golongan mulai dari Usia Dini sampai Sesepuh dan hal ini tergantung dari tokoh ceritera. 3.2.Toleransi kelebihan waktu penampilan adalah 30 (tiga puluh) detik, apabila lebih dari batas toleransi, maka akan diberikan teguran oleh Ketua Penampilan dengan tanda peringatan. Pasal 8 Persiapan Penampilan 1. Persiapan Penampilan Festival didahului dengan masuknya para Juri dari sebelah Kanan Dewan Pendekar dan setelah memberi hormat serta menyampaikan laporan tentang akan dimulainya tugas pengamatan kepada Dewan Pendekar, lalu para Juri mengambil tempat duduk yang telah disediakan. Selesai bertugas, Juri memberi hormat kepada Dewan Pendekar dan terus keluar melalui sebelah kiri Dewan Pendekar. 2. Senjata tajam yang akan dipergunakan dalam penampilan harus tumpul, dan sebelumnya sudah diperksa oleh Dewan Pendekar atau Panitia lain yang ditunjuk.

19 3. Pesilat yang tampil, memasuki area berjalan menurut adab atau kreatifitas masing-masing, menuju ke titik tengah Kemudian memberi hormat kepada Dewan Pendekar dan selanjutnya berbalik memberi hormat kepada para Tim Juri. Selesai penampilan pesilat memberi hormat kepada Juri dan Dewan Pendekar, langsung keluar. 4. Selesainya salam pembukaan isyarat diberikan untuk mulai penampilan, Gong/bell/pluit ditabuh tanda mulainya penampilan. Pesilat langsung melaksanakan peragaan diiringi atau tanpa musik. Berakhirnya penampilan, sesuai dengan waktu yang telah ditentukan, ditandai dengan bunyi isyarat. 5. Setelah penampilan berakhir, Pesilat memberi hormat kepada Juri dan Dewan Pendekar dari tengah arena, dan selanjutnya meninggalkan arena. 6. Para Juri kemudian memberikan penilaian untuk penampilan yang baru saja berlangsung, selama 30 (tiga puluh) detik. 7. Petugas gelanggang mengambil formulir hasil penilaian Juri, dan menyerahkannya kepada Sekretaris Penampilan. 8. Pada dasarnya, setiap Kategori penampilan dinilai oleh Juri yang sama. 9. Setelah selesai perhitungan nilai, para Juri meninggalkan tempatnya secara tertib, mengitari arena menuju ke Dewan Pendekar, memberi hormat dan melaporkan tentang selesainya pelaksanaan tugas. Selanjutnya para Juri meninggalkan gelanggang dari sebelah kiri Dewan Pendekar. Pasal 9 Tata Cara Penampilan 1. Perorangan. 1.1.Penampilan Perorangan, di mana Pesilat peserta memperagakan kekayaan-kekayaan Teknik Jurus Pencak silat, dengan tangan kosong atau bersenjata, sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, diiringi atau tanpa musik. 1.2.Untuk mendukung karakter pada saat penampilan, Pesilat diperkenankan mengeluarkan suara bukan merupakan kata-kata dan tidak berlebihan. 2. Berpasangan 2.1.Penampilan dua orang Pesilat dari satu kubu yang sama, saling berhadapan memperagakan kekayaan teknik jurus Pencak Silat, dengan tangan kosong atau bersenjata; sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, diringi atau tanpa musik.

20 2.2.Untuk mendukung karakter pada saat penampilan, Pesilat diperkenankan mengeluarkan suara/vokal yang tidak berlebihan 2.3.Pesilat bebas untuk : a. Keduanya tampil dengan Tangan Kosong. b. Salah satu atau keduanya bersenjata. c. Berganti senjata dalam penampilan atau senjata beralih tangan. 3. Berkelompok. 3.1.Penampilan minimal 3 (tiga) orang, maksimal 5 (lima) orang dari kubu yang sama, memperagakan teknik jurus Pencak Silat, dengan tangan kosong dan atau bersenjata; sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan, diringi atau tanpa musik. 3.2.Untuk mendukung karakter pada saat penampilan, kelompok Pesilat diperkenankan mengeluarkan suara/vokal atau narasi yang tidak berlebihan. 4. Ceritera 4.1.Penampilan Pencak Silat dalam bentuk Ceritera, yang diperagakan minimal oleh 5 (lima) orang dan maksimal 15 orang dari satu kubu yang sama, memperagakan kekayaan-kekayaan teknik jurus Pencak Silat, dengan tangan kosong atau bersenjata disesuaikan dengan alur Ceritera serta waktu yang telah ditetapkan, diiringi atau tanpa musik. 4.2.Pesilat diperkenankan untuk menampilkan : a. Ceritera Asli/ Legenda. b. Ceritera Saduran/Gubahan/Imajiner. c. Ceritera Dokumenter d. Ceritera Sejarah. 4.3.Ketepatan teknik dan keserasian teknik Setiap penampilan dalam bentuk ceritera, harus mengandung unsur Pencak silat, minimal 60 dari total penyajian sebagai Seni beladiri yang utuh baik Tangan-kosong maupun Bersenjata yang dalam garapan tampulan dapat dikaitkan dengan berbagai unsur seni lainnya seperti drama, tari, musik, upacara adat lainnya. 4.4.Untuk mendukung Penampilan, Pesilat diperkenankan mengeluarkan suara/vokal atau Narasi yang tidak berlebihan, lainnya, semata-mata untuk memperkuat suasana Teaterikal. 4.5.Sebelum melaksanakan penampilan Pimpinan Tim, harus menyerahkan synopsis kepada Ketua Komiti Penampilan.

21 Pasal 10 Pedoman Penilaian Unsur yang perlu dicermati sebagai obyek penilaian untuk kategori Perorangan, Berpasangan dan Berkelompok dalam penampilan Pencak Silat terutama adalah unsur Gerak, dengan skala prioritas sebagai berikut : 1. Perorangan Kriteria penilalan dan ketentuan nilai : a. Orisinalitas : Nilai : 20 b. Kemantapan Gerak : Nilai : Kemantapan Gerak 2. Ketrampilan. 3. Sikap Tegas dan berani. c. Kekayaan Gerak : Nilai : Kualitas Gerak 2. Kekayaan Gerak d. Penampilan : Nilai : Penggarapan gerak 2. Keserasian Pakaian 3. Keserasian gerak dengan musik pengiring 4. Stamina dan daya tahan 2. Berpasangan. Kriteria penilaian dan ketentuan nilai a. Orisinalitas : Nilai : 20 b. Kemantapan Gerak : Nilai : Kemantapan gerak. 2. Ketrampilan. 3. Sikap tegas dan berani. 4. Ketepatan teknik dan keserasian teknik. c. Kekayaan Gerak : Nilai : 30 1) Kualitas Gerak. 2) Kekayaan Gerak. d. Panampilan : Nilai : 20 1) Ketepatan waktu dalam belaan dan serangan. 2) Kecepatan dan ketepatan serangan.

22 3. Berkelompok. Kriteria penilaian dan ketentuan nilai a. Orisinalitas : Nilai : 20 b. Kemantapan Gerak : Nilai : 30 1) Kemantapan Gerak. 2) Ketrampilan. 3) Sikap Tegas dan berani. 4) Ketepatan teknik dan keserasian teknik. c. Kekayaan Gerak : Nilai : 30 1) Kualitas Gerak 2) Kekayaan Gerak d. Penampilan : Nilai : 20 1) Penggarapan gerak 2) Pola lantai 4. Ceritera. Kriteria penilaian dan ketentuan nilai : a. Kualitas dan kekayaan Teknik Pencak Silat : Nilai : 30 1) Kualitas dan kekayaan Teknik yang ditampilkan. 2) Kematapan dan ketepatan Teknik. 3) Penjiwaan dan keserasian dengan musik pengiring. b. Alur Ceritera : Nilai : 20 1) Keserasian tema yang disajikan dengan alur cerita. 2) Pemeranan acting. 3) Originalitas ceritera. c. Garapan Pencak Silat : Nilai : Kandungan gerakan Pencak silat yang ditampilkan (prosentase). 2. Sikap pasang, serangan dan belaan yang logis (kaidah). 3. Originalitas gerakan Pencak Siat. d. Tampilan Pesilat Utama : Nilai : Penjiwaan pemeranan yang dibawakan (akting) Kemantapan penampilan gerak sesuai dengan alur ceritera. 2. Kemantapan kaidah Pencak Silat.

23 e. Garapan Artistik : Nilai : Keserasian pakaian 2. Kreativitas penggunaan senjata 3. Pemanfaatan tata panggung f. Penataan Musik : Nilai : Komposisi (suana, lagu, volume, dinamika) 2. Originalitas musik (karakter) 3. Keserasian musik dengan tampilan penyajian (harmonisasi) Pasal 11 Sistim Penilaian 1. Untuk Kategori Perorangan, Berpasangan dan Berkelompok. 1.1.Yang memberikan Penilaian adalah TIM JURI, jumlahnya maksimal 5 (lima) orang. 1.2.Nilai Tertinggi dan terendah anggota tim juri dhilangkan, tiga nilai juri dijumlahkan menurut penilaian masing-masing. 1.3.Hasil yang diperoleh, merupakan jumlah nilai yang diberikan, kepada unsur yang dinilainya dari nomor penampilan bersangkutan. 1.4.Bila kemudian ditemukan nilai yang sama untuk suatu unsur penampilan, maka TIM JURI akan meninjau kembali pemberian Nilai mengikati SKALA PRIORITAS penilaian. 1.5.Penilaian dilakukan dengan sistim terbuka. 2. Untuk Kategori Ceritera. 2.1.Yang memberikan Penilaian adalah Tim Juri, jumlahnya 5 (lima) orang. 2.2.Seluruh Nlai anggota Tim Juri, dijumlahkan menurut unsur penilaian masing-masing, kemudian dibagi dengan banyakanya anggota Tim 2.3.Hasil yang diperoleh merupakan Jumlah Nilai yang diberikan, kepada unsur yang dinilai dari nomor penampilan bersangkutan. 2.4.Bila kemudian ditemukan Nilai yang sama untuk suatu unsur penampilan, maka Tim Juri akan meninjau kembali pemberian nilai mengikuti SKALA PRIORITAS penilaian. 2.5.Penilaian dilakukan dengan sistim terbuka. Pasal 12 Pengamatan dan Penentuan Penampilan Terbaik. 1. Pada dasarnya, setiap kategori penampilan akan dinilai oleh Pengamat yang sama. 2. Jumlah Juri yang menilal minimal 3 orang dan maksimal 5 (lima) orang. 3. Seorang Juri, hanya bertugas untuk memberikan nilai pada Pesilat yang tampil memperagakan teknik-teknik jurus Pencak Silat (untuk semua kategori, sedangkan penentuan dan pengumuman Penampilan terbaik, sebaiknya dilaksanakan selesai penyajian seluruh kategori.

24 4. Untuk menentukan Penampilan Terbaik, ditetapkan tata cara sebagai berikut : 4.1.Peserta Festival, untuk setiap Kategori minimal harus diikuti oleh 4 (empat) Tim Perguruan, dan dari 4 (empat) Tim tersebut dipilih 1 (satu) Penampilan Terbaik. 4.2.Peserta Festival untuk setiap Kategori yang jumlahnya antara 5 sampai 10 Tim, dipilih 3 (tiga) Penampilan Terbaik, tanpa jenjang. 4.3.Peserta Festival, untuk setiap kategori yang jumlahnya antara 11 sampai 15 Tim, dipilih 5 (lima) Penampilan Terbaik, tanpa jenjang. 4.4.Peserta Festival, untuk setiap kategori yang jumlahnya antara 16 sampai 20 Tim, dipilih 7 (tujuh Penampilan Terbaik, tanpa jenjang. 4.5.Peserta Festival, untuk setiap kategori yang jumlahnya lebih dari 21 Tim, dipilih 9 (sembilan) Penampilan Terbaik, tanpa jenjang. 4.6.Setelah ke 5 (lima) Juri, selesai memberikan penilaian, dan kembali ketempat Juri yang telah disediakan (dibelakang Dewan Pendekar) Ketua Penampilan, melakukan penghitungan perolehan nilai dari masing-masing juri yang bertugas dan masukkannya ke formulir Rekapitulasi Nilai yang telah disediakan, baru dinyatakan sah setelah ditandatangani oleh Juri yang bersangkutan. 4.7.Peserta Festival yang mendapatkan Nilai tertinggi dalam penampilannya, dinyatakan sebagai penampilan terbaik. Adapun jumlah penampilan terbaik, dalam setiap kategori ditentukan oleh jumlah peserta yang kut dalam Festival sesuai dengan butir 4.1 sd. 4.5 tersebut di atas. 4.8.Jika dalam Penampilan, jumlah penampilan ada yang sama, maka untuk menentukan penampilan terbaik ditentukan berdasarkan urut-urutan skala prioritas dari masingmasing kategori. 4.9.Setelah ditetapkan penampilan terbaik, berdasarkan kriteria tersebut di atas, maka Ketua Juri serta Ketua Penampilan, menandatangi formulir rekapitulasi nilai dan selanjutnya Ketua penampilan, mengumumkan hasil pegamatan penampilan peserta Festival. Pasal 13 Pemberian Penghargaan 1. Dalam Festival Pencak Silat, untuk Kategori : 1.1.Perorangan 1.2.Berpasangan 1.3.Berkelompok Diberikan Penghargaan dengan Predikat Terbaik kepada beberapa penyaji terbaik Tanpa Jenjang, sesuai dengan butir Dalam Festival Penampilan Ceritera, diberikan Penghargaan dengan Predikat Terbaik Kepada : 2.1.Penata Silat Terbaik 2.2.Pesilat Pria Terbalk

25 2.3.Pesilat Wanita Terbaik 2.4.Penata Artistik Terbaik 2.5.Penata Musik Terbaik 2.6.Penampilan Terbaik Pasal 14 Rapat Teknik Festival 1. Rapat Teknik diselenggarakan sebelum Festival dimulai. 2. Rapat Teknik dipimpin oleh Ketua Festival, di dampingi Bidang Teknik Festival, Ketua Penampilan, Dewan Pendekar dan Juri. 3. Dihadiri oleh Tim Manager atau Pelatih dari kontingen Peserta. 4. Acara Rapat Teknik pada dasarnya adalah penjelasan umum tentang pelaksanaan Festival dan undian peserta Festival. 5. Apabila diperlukan Pelaksana Teknis Festival, dapat menyelenggarakan rapat/pertemuan dengan peserta, sewaktu-waktu selama Festival berlangsung.

26 BAB III PELAKSANAAN TEKNIS FESTIVAL Pasal 15 Susunan dan Penunjukan Pelaksana Teknis Festival 1. Seorang Ketua Penampilan. Dalam melaksanakan tugasnya, Ketua Komite Penampilan dibantu oleh : 1.1.Dewan Pendekar, terdiri atas seorang ketua dibantu oleh dua anggota 1.2.Ketua Juri 1 orang dan Anggotanya, maksimal 15 orang. 1.3.Seorang Sekretaris Penampilan yang dapat dibantu oleh seorang atau lebih Wakil Sekretaris sesuai keperluan. 1.4.Pembawa Acara dan Pencatat Waktu serta Pembantunya sebagai Pemberi Isyarat. 1.5.Petugas gelanggang sesuai keperluan. 2. Penunjukan Pelaksana Teknis Festival. 2.1.Seluruh susunan Pelaksana Teknis Festival, harus mendapat pengesahan dari Pengunus IPSI, sesuai dengan Tingkatan Penyelenggaraan Festival. 2.2.Dalam Festival Tingkat Nasional, penunjukan Ketua Penampilan, Tim Juri dan Dewan Pendekar dilakukan oleh PB IPSI. Demikian juga untuk Festival lainnya, penunjukkan dilakukan oleh Pengurus IPSI setingkat Festival. Sedangkan untuk Sekretaris Festival, pencatat waktu, Petugas gelanggang dan Tim Kesehatan Festival diusulkan oleh Panitia Pelaksana serta disahkan oleh Pengurus IPSI pada tingkat yang bersangkutan. Pasal 16 Kriteria, Tugas dan Tanggungjawab Pelaksana Teknis Festival 1. Ketua Penampilan 1.1.Ketua Penampilan adalah seorang yang ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan oleh IPSI setingkat Festival yang menguasai semua ketentuan dan peraturan yang ditetapkan pada umumnya, dan Peraturan Festival Pencak Silat pada khususnya. 1.2.Kehadiran Ketua dan Tim Juri. Dewan Pendekar sepenuhnya menjadi tanggung jawab pihak penyelenggara Festival seperti biaya angkutan, penginapan dan makan yang sesuai, transpor lokal, uang saku serta keperluan lain berkaitan dengan pelaksanaan tugas, kecuali ditentukan oleh IPSI. 1.3.Juri yang akan bertugas adalah mereka yang telah mengikuti Penataran Juri sesuai dengan tingkatnya dan berhasil mendapatkan sertifikat Juri serta laik untuk ditugaskan.

27 1.4.Penugasan Juri oleh Pengurus IPSI berdasarkan ketingkatannya didasarkan kepada prestasi dan catatan Buku Tugas yang bersangkutan. 1.5.Juni haruslah seorang pakar dan paham dalam berbagai masalah yang meliputi bidang Teknik Pencak Silat. Bidang Teater Seni Musik, Bidang Seni Tari dan Bidang Artistik. 1.6.Jumlah juri yang bertugas dalam satu Festival Pencak Silat ditetapkan oleh Pengurus IPSI sesuai dengan tingkat Penyelenggara. 1.7.Dalam setiap penampilan dinilai oleh 5 (lima) orang Juri. 1.8.Tugas Tim Juri: Mengamati dan menilai setiap Penampilan Memberikan catatan-catatan yang diperlukan dalam formulir nilai Menandatangani formulir yang telah diisi Menjawab pertanyaan semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan teknis Penyajian apabila diperlukan Menyelesaikan masalah yang timbul baik teknis maupun non teknis penyelenggaraan Festival di mana keputusan Tim Juri mempunyai kekuatan mengingkat. Dalam melaksanakan tugasnya Juri secara teknis bertanggung jawab kepada Ketua Penampilan. 2. Dewan Pendekar. 2.1.Dewan Pendekar Festival Pencak Silat adalah seorang yang ditunjuk dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan oleh IPSI sesuai dengan tingkat Festival, yang mempunyai dedikasi dan loyalitas tinggi terhadap pelestarian pengembangan nilainilai Pencak Silat, harus menguasai dan mengerti Peraturan Festival. 2.2.Jumlah Dewan Pendekar sebanyak-banyaknya 3 (tiga) orang yang diangkat secara bergilir diantara para Pendekar, yang ada ditingkat penyelenggara. 2.3.Tugas Dewan Pendekar, sebagai pendamping Panitia Penyelenggara pada umumnya dan Pelaksana Teknis Festival khususnya, dalam melaksanakan tugasnya Dewan Pendekar memakai pakaian kebesaran Pendekar sesuai dengan perguruan masingmasing. 3. Sekretaris Penampilan 3.1.Sekretaris Penampilan adalah seorang yang berpengalaman dan menguasai masalah administrasi Festival yang ditunjuk oleh Panitia Pelaksana Festival.

28 3.2.Bertugas membantu Ketua Penampilan dalam penataan dan pengelolaan masalah administrasi Festival. Dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh seorang Asisten Sekretaris. 3.3.Sekretaris Penampilan bertanggung jawab kepada Ketua Penampilan sedangkan Asisten Sekretaris Penampilan bertanggung jawab kepada Sekretaris. 4. Pencatat Waktu. 4.1.Pencatat Waktu ditunjuk dan ditugaskan oleh Panitia Pelaksana dari mereka yang menguasai tugas tersebut. 4.2.Pencatat Waktu Berkewajiban : Memberi isyarat "Tanda Mulai dan Tanda Akhir penampilan Membuat catatan dan menanda tangani formulir catatan waktu penampilan peserta. 5. Tim Kesehatan. 5.1.Setiap penyelenggaraan Festival sedapat-dapatnya harus dihadiri disaksikan dan dijaga oleh Tim Kesehatan yang ditunjuk oleh Panitia Pelaksana. 5.2.Tim Kesehatan dimaksud personil yang memahami tentang kesehatan olahraga pada umumnya. Tim Kesehatan harus dilengkapi dengan ambulance dan oksigen. 5.3.Pada dasarnya Tim Kesehatan harus menyaksikan penampilan pertama hingga penampilan terakhir selesai dilaksanakan. Dalam kondisi tertentu, pelaksanaan Festival bisa dilaksanakan tanpa kehadiran Tim Kesehatan atas ketetapan Dewan Pendekar. 5.4.Dalam melaksanakan tugasnya Tim Kesehatan bertanggung jawab Secara prosedur teknis kepada ketua Komite Penampilan, secara umum kepada Ketua bidang Teknik Festival. Pasal 17 Pakaian Pelaksana Teknik Semua Pelaksana Teknik Festival memakai Pakaian Pencak Silat model standar, warna HITAM dengan kain samping yang dipakai dipinggang, Sabuk / Bengkung dan songkok warna HITAM / ikat kepala.

29 BAB IV FESTIVAL PENCAK SILAT Pasal 18 Tingkat dan Penyelenggaraan Festival Pencak Silat 1. Tingkat dan Penyelenggaraan Festival Pencak Silat 1.1.Festival Nasional 1.2.Festival Wilayah 1.3.Festival Daerah 1.4.Festival Cabang 1.5.Festival lainnya yang diselenggarakan di IPSI seperti invitasi Turnamen Terbuka, eksibisi dan lainnya. 2. Festival Khusus. Festival Pencak Silat lainnya yang diselenggarakan oleh suatu Badan/Instansi di luar IPSI yang menggunakan Peraturan Festival Pencak Silat ini, dan diselenggarakan melalui koordinasi dengan IPSI. BAB V P e n u t u p 1. Peraturan Festival Pencak Silat ini terkait dengan peraturan atau pedoman lainnya yang ditetapkan oleh IPSI yang berhubungan dengan Festival Pencak Silat. 2. Hal-hal lain yang belum tercakup diatur dalam peraturan ini akan diputuskan dalam Rapat Teknik pada saat penyelenggaraan Festival. 3. Peraturan Festival Pencak silat ini mulai berlaku sejak ditetapkan.

30 FESTIVAL PENCAK SILAT DAFTAR NILAI Penampilan Putera Puteri : PERORANGAN / BERPASANGAN / BERKELOMPOK Nama Tim / Regu : Nomor Undian : UNSUR YANG DINILAI NILAI MAXIMUM 1. Orisinalitas 20 NILAI KETERANGAN 2. Kemantapan Gerak Kekayaan Gerak Penampilan 20 Jumlah Nilai Catatan : Tanggal : Juri No. : Nama : Tanda Tangan :

31 FESTIVAL PENCAK SILAT DAFTAR NILAI Penampilan : CERITERA Judul Tema : Nama Tim / Regu : Nomer Undian : UNSUR YANG NILAI DINILAI MAXIMUM 1. Kekayaan / Keanekaragaman Teknik 30 Pencak Silat 2. Alur Cerita Garapan Penataan Pencak Silat 15 NILAI KETERANGAN 4. Tampilan Pesilat 5. Garapan Artistik Penataan Musik 10 Jumlah Nilai Catatan : Tanggal : Juri No. : Nama : Tanda Tangan :

32 PEDOMAN PELAKSAAN TUGAS TIM JURI PENILAIAN FESTIVAL PENCAK SILAT HASIL MUNAS XII IPSI TAHUN 2007

33 PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS TIM JURI PENILAIAN FESTIVAL PENCAK SILAT Daftar Isi I. Pendahuluan II. III. IV. Tim Juri Pedoman Penilaian Dalam Festival Pencak Silat Pemberian Penghargaan V. Penutup

34 PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS TIM JURI PENILAIAN FESTIVAL PENCAK SILAT I. PENDAHULUAN Pedoman Pelaksanaan Tugas Tim Juri Pencak Silat adalah ketentuan yang tidak terpisahkan dari Pedoman Penyelenggaraan Festival Pencak silat. Penilaian oleh Tim Juri bertujuan untuk meningkatkan kualitas Pencak silat dan upaya untuk memberikan penghargaan kepada masyarakat Pencak silat yang kreatif dalam menggali, melestarikan, dan mengembangkan Pencak silat. Untuk dapat melaksanakan tugas dimaksud, disusunlah pedoman sebagaimana tercantum di bawah ini: II. TIM JURI 1. Kriteria Anggota Tim Juri 1.1.Menghargai Pencak silat sebagai salah satu kekayaan budaya Rumpun Melayu. 2.2.Pakar atau paham dalam salah satu atau beberapa masalah: a. Bidang Teknik Pencak Silat b. Bidang Teater c. Bidang Seni Musik d. Bidang Seni Tari e. Bidang Artistik 3.3.Memiliki reputasi yang tidak tercela dari segi obyektifitas pemberian nilai, jauh dari sikap kolusi dan nepotisme. 2. Susunan Tim Juri. Susunan Tim Juri Festival Pencak Silat terdiri dari : b. Seorang Ketua merangkap anggota c. 15 (lima belas) orang anggota 3. Pengangkatan Tim Juri Pengangkatan Tim Juni dilakukan oleh instansi yang bertangung jawab menurut tingkat penyelenggara suatu Festival Pencak Silat dengan satu surat keputusan pengangkatan. 4. Tugas Tim Juri a. Tugas Tim Juri adalah memberikan penilaian terhadap penampilan peserta Festival dan menetapkan yang terbaik sesuai dengan unsur yang dinilai. b. Dalam melaksanakan tugasnya Tim Juri mendapat tempat yang khusus di arena/gelanggang Festival dan ruangan khusus untuk keperluan rapat Tim Juri. c. Menjaga kerahasiaan hasil penilaian sampai dengan saat yang ditetapkan untuk diumumkan. d. Menyampaikan hasil penilaian Tim Juri kepada Ketua Festival.

35 5. Rapat Tim Juri a. Rapat Tim juri dipimpin oleh Ketua Tim Juri dibantu oleh Sekretaris Dewan Juri dan dihadiri oleh anggota Dewan Juri. b. Rapat Tim Juri diselenggarakan berdasarkan kesepakatan setiap anggota dengan berpedoman kepada azas musyawarah mufakat. c. Bila Mufakat tidak tercapai dapat dilakukan pemungutan suara menggunakan satu hak suara yang dimiliki oleh setiap anggota Tim Juri. 6. Pertangung Jawaban Tim Juri : a. Setiap anggota Tim Juni bertanggung awab atas penilaian yang diberikannya. b. Ketua Tim Juri memberikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan tugas Tim Juri kepada Ketua Festival dengan menggunakan Berita Acara yang disediakan oleh Panitia. III. PEDOMAN PENILAIAN DALAM FESTIVAL PENCAK SILAT Penampilan Perorangan, Berpasangan dan Berkelompok. OBYEK PENILAIAN Unsur yang perlu dicermati sebagai obyek penilaian adalah unsur gerak dengan Skala Prioritas sebagai berikut : 1. Tampilan Pencak silat sebagai Seni Beladiri yang utuh, meliputi: PERORANGAN a. Orislnalltas b. Kemantapan Gerak c. Kekayaan Gerak/keanekaragaman Teknik d. Penampilan BERPASANGAN a. Orisinalitas b. Kemantapan Gerak c. Kekayaan Gerak/Keanekaragaman Teknik d. Penampilan BERKELOMPOK a. Orisinalitas b. Kemantapan Gerak c. Kekayaan Gerak/Keanekaragaman Teknik d. Penampilan 2. Tampilan Musik, meliputi: o Kemampuan musik dalam mendukung penampilan o Variasi iringan musik/tetabuhan o Keserasian gerak dengan irama

36 3. Tampilan Artistik, meliputi: Unsur Pakaian : a. Keserasian Pakaian dan Kelengkapan b. Desain Pakaian Pencak Silat tetap berpedoman pada nilai-nilai tradisional c. Tidak bertentangan dengan nilai moral dan etika Unsur Senjata a. Yang biasa dipakai secara tradisi di masing-masing perguruan b. Senjata yang digunakan tidak membahayakan pemain atau penonton. Penampilan Ceritera OBYEK PENILAIAN Unsur yang perlu dicermati sebagai obyek penilaian adalah : 1. Dari segi Tema : Pedoman penetapan Tema yang harus mengacu kepada penerapan nilai-nilai luhur Pencak Silat. Yang ditetapkan oleh penyelenggara maupun sub tema yang ditetapkan oleh peserta. 2. Dari segi Ceritera a. Ceritera disusun berdasarkan Tema yang ditetapkan b. Isi ceritera bertujuan untuk memberi makna pada arti dan wujud nilai-nilai luhur Pencak Silat. c. Tidak menyalahi norma agama, susila dan adat istiadat. d. Masuknya unsur adat istiadat Rumpun Melayu dalam alur cerita. e. Tidak menyinggung keberadaan ilmu beladiri lain dalam bentuk yang dapat menimbulkan salah paham. 3. Dari segi tampilan Pencak Silat sebagai ilmu beladiri a. Teknik Pencak Silat sesuai alirannya ditampilkan secara dominan dalam keseluruhan tampilan, minimal 60% dari total penampilan. b. Tampilan dapat dilakukan dengan tangan kosong atau bersenjata. 4. Unsur Musik Yang dinilai hanyalah penataan musik hasil penataan sendiri atau musik yang telah ada, baik musik hidup maupun rekaman. Unsur penilaian terletak pada kemampuan musik dalam mendukung penampilan secara umum sesuai dengan tuntutan ceritera. 5. Dari segi Artistik Kesesuaian Tema dengan penampilan, baik tema pokok a. Unsur Pakaian

37 Memakai pakaian Pencak Silat dan pakaian lainnya (bila diperlukan) sesuai tuntutan cerita. Disain pakaian Pencak Silat tetap berpedoman pada nilai-nilai tradisional sedangkan busana lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan nilai moral dan etika. b. Unsur Senjata. Pengguna senjata yang berasal dari khasanah senjata Rumpun Melayu dan atau senjata lainnya (bila diperlukan) sesuai tuntutan cerita. Senjata yang digunakan tidak membahayakan Pesilat atau penonton. c. Unsur Tata Panggung Dapat menggunakan unsur Tata Panggung untuk mendukung kebutuhan cerita. d. Unsur Efek Pengguna efek, baik efek suara, cahaya maupun bentuk efek elektronik lainnya. Peranan efek bertujuan untuk memberikan suatu suasana yang diinginkan. Keempat unsur diatas (pakaian, senjata, dan efek) dihimpun dalam satu perhitungan nilai. 6. Dari segi Penata Silat Kemampuan Penata silat dalam menggarap penampilan Pesilat. 7. Dari segi Pesilat a. Kemampuan Pesilat dalam membawakan peranannya sesuai dengan tuntutan cerita. b. Kemampuan pesilat dalam merampiskan teknik Pencak Silat 8. Sistim Penilaian a. Perorangan b. Berpasangan c. Berkelompok d. Ceritera Setiap anggota Juri memberi nilai antara 40 s/d 80 untuk setiap penampilan Seluruh nilai anggota Juri dijumlahkan menurut unsur penilaian masing-masing. Hasil yang diperoleh, merupakan jumlah Nilai yang diberikan kepada unsur yang dinilai dari nomor penampilan bersangkutan Bila kemudian ditemukan nilai yang sama untuk suatu unsur penampilan maka Tim Juri meninjau kembali pemberian Nilai mengikuti Skala Prioritas penilaian.

38 IV. PEMBERIAN PENGHARGAAN A. Penampilan Perorangan, Berpasangan, Berkelompok Penghargaan dengan Predikat Terbaik diberikan kepada : Beberapa Penampilan Terbaik Tanpa Jenjang B. Penampilan dengan Cerita Penghargaan dengan Predikat Terbaik diberikan kepada 1. Penata Silat 2. Pesilat Pria Terbaik 3. Pesilat Wanita Terbaik 4. Penata Artistik 5. Penata Musik 6. Penampilan Terbaik V. PENUTUP Pedoman Pelaksanaan Tugas Tim Juri Penilaian Festival Pencak Silat ini terkait dengan Peraturan atau Pedoman lainnya. Pedoman Pelaksanaan ini mulai berlaku sejak ditetapkan. Ditetapkan di : J A K A R T A Pada Tanggal : 23 Agustus 2007

I. NAMA KEGIATAN. Nama kegiatan ini adalah MARTIAL ARTS FESTIVAL CHAMPIONSHIPS MEMPERKAYA SENI BELADIRI ASLI INDONESIA YANG MENDUNIA PADA PELAJAR

I. NAMA KEGIATAN. Nama kegiatan ini adalah MARTIAL ARTS FESTIVAL CHAMPIONSHIPS MEMPERKAYA SENI BELADIRI ASLI INDONESIA YANG MENDUNIA PADA PELAJAR 1 LATAR BELAKANG Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Ada pengaruh berbagai budaya, Biasanya setiap daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Di

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI

BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI BERITA DAERAH KOTA SUKABUMI TAHUN 2009 NOMOR 27 PERATURAN WALIKOTA SUKABUMI Tanggal : 29 Desember 2009 Nomor : 27 Tahun 2009 Tentang : PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENTUKAN DAN BUKU ADMINISTRASI RUKUN WARGA

Lebih terperinci

PERATURAN PERTANDINGAN IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA

PERATURAN PERTANDINGAN IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA PERATURAN PERTANDINGAN IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA PENDAHULUAN Pertandingan Pencak Silat Indonesia dilakukan berdasarkan rasa persaudaraan dan jiwa kesatria dengan menggunakan insur-unsur beladiri, seni

Lebih terperinci

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK

BAB IV BELA DIRI. 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK BAB IV BELA DIRI 108 Kelas X SMA/MA/SMK/MAK Pencak Silat Olahraga bela diri pencak silat merupakan salah satu alat pembelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan, juga merupakan upaya melestarikan

Lebih terperinci

9 PERATURAN DAN KETENTUAN PERTANDINGAN CABOR PENCAK SILAT

9 PERATURAN DAN KETENTUAN PERTANDINGAN CABOR PENCAK SILAT 9 PERATURAN DAN KETENTUAN PERTANDINGAN CABOR PENCAK SILAT A. UMUM 1. Pelaksanaan Pertandingan Tanggal : 15 20 November 2015 Tempat : Hall UIN Ar-Raniry 2. Technical Meeting Umum Tanggal : 13 November 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diyakini oleh para pakar dan pendekarnya pencak silat.

BAB I PENDAHULUAN. diyakini oleh para pakar dan pendekarnya pencak silat. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pencak silat adalah olahraga bela diri yang merupakan salah satu budaya asli bangsa Indonesia. Masyarakat melayu pada saat itu menciptakan dan mempergunakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, PEMERINTAH KABUPATEN SLEMAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 1 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI SLEMAN, Menimbang : a. bahwa sebagai perwujudan

Lebih terperinci

PROPOSAL KEJUARAAN SMADA CUP VIII TAHUN 2016

PROPOSAL KEJUARAAN SMADA CUP VIII TAHUN 2016 PROPOSAL KEJUARAAN SMADA CUP VIII TAHUN 2016 PENDAHULUAN Menyadari akan pentingnya proses pewarisan nilai-nilai perjuangan bangsa, Pencak Silat yang merupakan warisan pusaka leluhur bangsa Indonesia dan

Lebih terperinci

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA

ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA ANGGARAN RUMAH TANGGA IKATAN AHLI PERENCANA BAB I UMUM Pasal 1 Pengertian Anggaran Rumah Tangga merupakan penjabaran Anggaran Dasar IAP Pasal 2 Pengertian Umum (1) Ahli adalah seorang yang berlatar belakang

Lebih terperinci

PENCAK SILAT OLIMPIADE BRAWIJAYA

PENCAK SILAT OLIMPIADE BRAWIJAYA PENCAK SILAT OLIMPIADE BRAWIJAYA 2014 I. NOMOR PERTANDINGAN 1. Perorangan Putra Dewasa a. Kelas A Berat 45 50 kg b. Kelas B Berat 51 55 kg c. Kelas C Berat 56 60 kg d. Kelas D Berat 61 65 kg e. Kelas E

Lebih terperinci

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA,

TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SURABAYA, SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 68 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN ORGANISASI LEMBAGA KETAHANAN MASYARAKAT KELURAHAN,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA

ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ANGGARAN DASAR KOPERASI FORTUGA ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- -----BAB I ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ---- ----

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1094, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN. Kode Etik. Pegawai Negeri Sipil. Pembinaan. PERATURAN KEPALA BADAN NASIONAL PENGELOLA PERBATASAN NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang: a. bahwa Badan Permusyaratan Desa merupakan perwujudan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PEMERINTAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA BARAT NOMOR 25 TAHUN 2006 TENTANG PEMILIHAN, PENGESAHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GRESIK Menimbang : bahwa sebagai wujud pelaksanaan

Lebih terperinci

PANDUAN TATA TERTIB I. PERATURAN PESERTA LOMBA

PANDUAN TATA TERTIB I. PERATURAN PESERTA LOMBA PANDUAN TATA TERTIB I. PERATURAN PESERTA LOMBA v Peserta wajib merupakan Karyawan Tetap perusahaan BUMN atau Kementerian BUMN v Peraturan Peserta Lomba sebagai berikut: Ø Terbuka untuk segala kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PERATURAN DAERAH PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT NOMOR 13 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

PERATURAN DESA NITA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA,

PERATURAN DESA NITA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA, PERATURAN DESA NITA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG LEMBAGA ADAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA NITA, Menimbang : a. bahwa untuk melestarikan nilai adat-istiadat tumbuh, berkembang serta dipelihara

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER

PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PEMERINTAH KABUPATEN JEMBER PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBER NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEMBER, Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

Makalah Penjaskes Pencak Silat

Makalah Penjaskes Pencak Silat Makalah Penjaskes Pencak Silat KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan karunia-nya penulis dapat menyusunn makalah tentang Pencak Silat. Dengan adanya makalah ini,

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SALINAN 1 PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

FESTIVAL SENI RELIGIUS DAN KERAKYATAN PROGRAM PENGELOLAAN KERAGAMAN BUDAYA TAHUN 2013 TATA TERTIB PESERTA FESTIVAL SENI RELIGIUS DAN KERAKYATAN 2013

FESTIVAL SENI RELIGIUS DAN KERAKYATAN PROGRAM PENGELOLAAN KERAGAMAN BUDAYA TAHUN 2013 TATA TERTIB PESERTA FESTIVAL SENI RELIGIUS DAN KERAKYATAN 2013 FESTIVAL SENI RELIGIUS DAN KERAKYATAN PROGRAM PENGELOLAAN KERAGAMAN BUDAYA TAHUN 2013 TATA TERTIB PESERTA FESTIVAL SENI RELIGIUS DAN KERAKYATAN 2013 1. Penampilan peserta festival Seni Religius dan Kerakyatan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LD. 6 2008 R PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA

BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA BUPATI BOGOR PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2000 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA SERTA TATA CARA PEMBENTUKANNYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR Menimbang : a. bahwa dalam rangka

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN 2006 NOMOR: 6 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR: 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 8 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR : 4 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG Menimbang : Bahwa untuk

Lebih terperinci

K O M I S I I N F O R M A S I

K O M I S I I N F O R M A S I K O M I S I I N F O R M A S I PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN TATA TERTIB KOMISI INFORMASI PROVINSI KEPULAUAN RIAU BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan ini yang dimaksud dengan: 1. Komisi Informasi

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 03 TAHUN 2005 T E N T A N G PERUSAHAAN DAERAH BANK PERKREDITAN RAKYAT BANK PASAR KABUPATEN LUMAJANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT Menimbang : PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 5 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI DESA / KELURAHAN DALAM KABUPATEN TANJUNG JABUNG

Lebih terperinci

Kejuaraan Pencak Silat NU Pagar Nusa Jawa Timur Open 2016

Kejuaraan Pencak Silat NU Pagar Nusa Jawa Timur Open 2016 PETUNJUK TEKNIS KEJUARAAN PENCAK SILAT NU PAGAR NUSA JAWA TIMUR OPEN 2016 NAMA KEGIATAN Kejuaraan TEMA Kegiatan ini bertemakan Meneguhkan Sebagai Pusaka Indonesia dantrisula Benteng Aswaja. LANDASAN KEGIATAN

Lebih terperinci

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem

2011, No Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 124, Tambahan Lem No.449, 2011 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN DALAM NEGERI. Kode Etik. Prinsip. Sanksi. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 5 2015 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA BEKASI NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR TAHUN 2014 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG, Menimbang :a. bahwa sesuai dengan Pasal 65 ayat (2)

Lebih terperinci

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI

WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI SALINAN WALIKOTA JAMBI PROVINSI JAMBI PERATURAN DAERAH KOTA JAMBI NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 46 TAHUN 2002 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN RUKUN TETANGGA DAN LEMBAGA PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 28 Tahun : 2013 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN WALIKOTA TANGERANG SELATAN NOMOR 33 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG SELATAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG

S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG S A L I N A N LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG SEKRETARIAT DAERAH KABUPATEN SUMEDANG 2015 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI,

PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 58 TAHUN 1999 TENTANG DIREKSI DAN DEWAN PENGAWAS BANK PEMBANGUNAN DAERAH MENTERI DALAM NEGERI, Menimbang Mengingat : a. bahwa Bank Pembangunan Daerah sebagai Bank Umum

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA PEMERINTAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 16 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA Menimbang : DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG

PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PEMERINTAH KABUPATEN KETAPANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KETAPANG NOMOR 6 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KETAPANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa

Lebih terperinci

- 3 - : Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 20 Maret 2013; MEMUTUSKAN :

- 3 - : Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 20 Maret 2013; MEMUTUSKAN : - 2-2. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 3. Undang-Undang

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 8 TAHUN 2002 TENTANG PEMBERDAYAAN PELESTARIAN, PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN KEDAMANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR : 5 TAHUN 2006 SERI : D NOMOR : 5 PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOGIRI NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN TEMU TEKNIS FESTIVAL TEATER KE-XX TINGKAT SMA/MA/SMK SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016

HASIL KESEPAKATAN TEMU TEKNIS FESTIVAL TEATER KE-XX TINGKAT SMA/MA/SMK SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016 HASIL KESEPAKATAN TEMU TEKNIS FESTIVAL TEATER KE-XX TINGKAT SMA/MA/SMK SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016 A. TEMA KEGIATAN Kegiatan ini bertemakan Permainan Tradisional dalam Seni Pertunjukan.

Lebih terperinci

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G 1 SALINAN L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG

PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG PEMERINTAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH PROVINSI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN LEMBARAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR : 2 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN LEBAK NOMOR 2 TAHUN 2008 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LEBAK, Menimbang : a. Bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG

BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BUPATI PACITAN PERATURAN BUPATI PACITAN NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS

DAERAH NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG TENTANG PERMUSYAWARATAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA BUPATI MUSI RAWAS PEMERINTAH KABUPATEN MUSI RAWAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUSI RAWAS NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang Mengingat BUPATI MUSI RAWAS, : bahwa

Lebih terperinci

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG SALINAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI NOMOR 31 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA TAHUN 2006 NOMOR 11 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAMUJU UTARA NOMOR : 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG

PEMERINTAH KABUPATEN MALANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN MALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR 14 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MALANG, Menimbang : a. bahwa Desa sebagai

Lebih terperinci

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

~ 1 ~ BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA ~ 1 ~ SALINAN BUPATI KAYONG UTARA PROVINSI KALIMANTAN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KAYONG UTARA NOMOR 16 TAHUN 2015 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KAYONG

Lebih terperinci

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG PERATURAN DAERAH KOTA MAGELANG NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MAGELANG, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk meningkatkan

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR PERSATUAN DRUM BAND INDONESIA MUKADIMAH

ANGGARAN DASAR PERSATUAN DRUM BAND INDONESIA MUKADIMAH JAKARTA, 27 DESEMBER 2013 ANGGARAN DASAR PERSATUAN DRUM BAND INDONESIA MUKADIMAH Olympism merupakan dasar fundamental dan filosofi kehidupan yang mencerminkan dan mengkombinasikan keseimbangan jasmani

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 6 TAHUN 2004 TENTANG BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG BUPATI TANAH BUMBU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH BUMBU NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PENGEMBANGAN DAN PERLINDUNGAN ADAT ISTIADAT SERTA LEMBAGA ADAT

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI FLORES TIMUR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2008 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang: a. BUPATI FLORES TIMUR, bahwa untuk menjamin pelaksanaan pembentukan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA BATU

PEMERINTAH KOTA BATU PEMERINTAH KOTA BATU PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 10 2006 SERI D PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 7 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN MENGHARAP BERKAT DAN RAHMAT ALLAH SUBHANAHU WATA ALA,

Lebih terperinci

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G

L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G L E M B A R AN D A E R A H KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BALANGAN NOMOR 07 TAHUN 2007 T E N T A N G TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PENGANGKATAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang Mengingat PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 9 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 42

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KUTAI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI BARAT NOMOR 24 TAHUN 2001 TENTANG PEMBERDAYAAN, PELESTARIAN, PERLINDUNGAN DAN PENGEMBANGAN ADAT ISTIADAT DAN LEMBAGA ADAT DALAM WILAYAH

Lebih terperinci

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR

PENCAK SILAT GAYA BOJONG PADA PAGURON MEDALSARI DESA BOJONG KECAMATAN KARANG TENGAH DI KABUPATEN CIANJUR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian terlahir dari ekspresi dan kreativitas masyarakat yang dilatarbelakangi oleh keadaan sosial budaya, ekonomi, letak geografis, pola kegiatan keseharian.

Lebih terperinci

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG

SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN. NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab /2010 TENTANG SALINAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN TUBAN NOMOR : 11/Kpts/KPU Kab 014329920/2010 TENTANG TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BUOL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BUOL NOMOR 7 TAHUN 2006 T E N T A N G PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BUOL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG DHARMMOTTAMA SATYA PRAJA PEMERINTAH KABUPATEN SEMARANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUARO JAMBI NOMOR 4 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUARO JAMBI, Menimbang

Lebih terperinci

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 23 Januari 2013;

: Keputusan Rapat Pleno Komisi Pemilihan Umum pada tanggal 23 Januari 2013; 2 3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5246); 4. Undang-Undang

Lebih terperinci

TOR (TERM OF REFERENCE) LOMBA OPERET GELORA AKSI

TOR (TERM OF REFERENCE) LOMBA OPERET GELORA AKSI TOR (TERM OF REFERENCE) LOMBA OPERET GELORA AKSI 2016 I. LATAR BELAKANG Kegiatan Gelora Aksi merupakan salah satu program kerja HMKM FK Unud dibawah Bidang 2 Seni dan Olah Raga. Salah satu rangkaian kegiatan

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 5 TAHUN 2007 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

Lebih terperinci

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA"

ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA LAMPIRAN I KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 14 TAHUN 2007 TANGGAL : 19 Juni 2007 ANGGARAN DASAR LEGIUN VETERAN REPUBLIK INDONESIA MUKADIMAH "DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA" Bahwa Veteran

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, PERATURAN DAERAH KOTA TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2007 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA, Menimbang : a. bahwa untuk membantu kelancaran penyelenggaraan

Lebih terperinci

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM PROVINSI, KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN/KOTA, PANITIA PEMILIHAN KECAMATAN, PANITIA PEMUNGUTAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA

PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PEMERINTAH KABUPATEN LINGGA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LINGGA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG TATA CARA PENCALONAN, PEMILIHAN, PELANTIKAN DAN PEMBERHENTIAN KEPALA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

KETENTUAN PELAKSANAAN FESTIVAL TEATER TINGKAT SMP/MTs KE-VI SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016

KETENTUAN PELAKSANAAN FESTIVAL TEATER TINGKAT SMP/MTs KE-VI SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016 KETENTUAN PELAKSANAAN FESTIVAL TEATER TINGKAT SMP/MTs KE-VI SE-JAWA TIMUR BULAN BAHASA DAN SASTRA 2016 A. Tema Kegiatan Kegiatan ini bertemakan Teks Sastra Sebagai Inspirasi Pertunjukan Teater dalam Era

Lebih terperinci

PEDOMAN PELAKSANAAN PARADE LAGU DAERAH TAMAN MINI INDONESIA INDAH TAHUN 2014

PEDOMAN PELAKSANAAN PARADE LAGU DAERAH TAMAN MINI INDONESIA INDAH TAHUN 2014 PEDOMAN PELAKSANAAN PARADE LAGU DAERAH TAMAN MINI INDONESIA INDAH TAHUN 2014 LATAR BELAKANG Dilihat dari perannya dalam upaya peningkatan motivasi kreativitas seni, kegiatan Parade Lagu Daerah Tingkat

Lebih terperinci

B. Kategori Tunggal Kategori yg menampilkan seorang Pesilat memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh

B. Kategori Tunggal Kategori yg menampilkan seorang Pesilat memperagakan kemahirannya dalam Jurus Tunggal Baku secara benar, tepat dan mantap, penuh A. Kategori Tanding Kategori yang menampilkan 2 (dua) orang Pesilat dari sudut yang berbeda. Keduanya saling berhadapan menggunakan unsur pembelaan dan serangan yaitu: menangkis/mengelak/mengena/menyerang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 2005 SERI E PERATURAN DAERAH KABUAPTEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2005 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH

PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH PEMERINTAH KOTA SUNGAI PENUH PERATURAN DAERAH KOTA SUNGAI PENUH NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SUNGAI PENUH, Menimbang : a. bahwa untuk

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANJUNG JABUNG BARAT NOMOR 9 TAHUN 2001 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN PERWAKILAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANJUNG JABUNG BARAT, Menimbang:

Lebih terperinci

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004, tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 BUPATI KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN ANAMBAS NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG KEDUDUKAN PROTOKOLER DAN KEUANGAN PIMPINAN DAN ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN,

PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PAMEKASAN, PEMERINTAH KABUPATEN PAMEKASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN PAMEKASAN NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM

KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM KODE ETIK PEGAWAI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM MUKADDIMAH Universitas Muhammadiyah Mataram disingkat UM Mataram adalah Perguruan Tinggi yang menyelenggarakan pendidikan akademik dan/atau pendidikan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.300, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KOMISI PEMILIHAN UMUM. Panitia Pemilihan. Pemungutan Suara. Luar Negeri. Pembentukan Tata Kerja. PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 04 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN PONOROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PONOROGO NOMOR 8 TAHUN 2006 TENTANG BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PONOROGO, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN

NAMA DAN TEMPAT KEDUDUKAN PERKUMPULAN Nomor : 35.- -Pada hari ini, Selasa, tanggal 15 (lima belas), bulan Juli, tahun 2014 (dua ribu empat belas), pukul 16.15 (enam belas lewat lima belas menit) WIB (Waktu Indonesia Barat).------------------------------------------------------------------

Lebih terperinci

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012

Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab /2012 Tanggal : 7 Mei 2012 Lampiran I : KEPUTUSAN KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN NGANJUK Nomor : 02/Kpts/KPU-Kab-014.329801/2012 Tanggal : 7 Mei 2012 PEDOMAN TEKNIS TATA KERJA KOMISI PEMILIHAN UMUM KABUPATEN, PANITIA PEMILIHAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJARMASIN

WALIKOTA BANJARMASIN WALIKOTA BANJARMASIN PERATURAN DAERAH KOTA BANJARMASIN NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN RUKUN TETANGGA (RT) DAN RUKUN WARGA (RW) DI WILAYAH KOTA BANJARMASIN DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN DEWAN DIREKSI PT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING TBK

PEDOMAN DEWAN DIREKSI PT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING TBK PEDOMAN DEWAN DIREKSI PT ENSEVAL PUTERA MEGATRADING TBK TUJUAN Pedoman Dewan Komisaris dan Direksi dibuat sebagai landasan atau pedoman yang mengikat setiap anggota Dewan Komisaris dan Direksi dengan tujuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG

LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG LEMBARAN DAERAH KOTA TANGERANG Nomor 3 Tahun 2011 PERATURAN DAERAH KOTA TANGERANG NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG RUKUN TETANGGA DAN RUKUN WARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TANGERANG, Menimbang

Lebih terperinci

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN

PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PEMERINTAHAN KABUPATEN BINTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BINTAN NOMOR 4 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN LEMBAGA KEMASYARAKATAN DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BINTAN, Menimbang:

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci