PERSEPSI MASYARAKAT KOTA MEDAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEHARTO ( ) JURNAL OLEH:

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERSEPSI MASYARAKAT KOTA MEDAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEHARTO ( ) JURNAL OLEH:"

Transkripsi

1 PERSEPSI MASYARAKAT KOTA MEDAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEHARTO ( ) JURNAL OLEH: MUHAMMAD. IHSAN SYAHAF NASUTION NIM

2 JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI MEDAN 2013 PERSEPSI MASYARAKAT KOTA MEDAN TERHADAP PEREKONOMIAN DI INDONESIA PADA MASA PEMERINTAHAN PRESIDEN SOEHARTO ( ) ABSTRAK Muhammad. Ihsan Syahaf Nasution, NIM: Persepsi Masyarakat kota Medan terhadap Perekonomian di Indonesia Pada Masa Pemerintahan Presiden Soeharto ( ). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat kota medan terhadap perekonomian di Indonesia pada masa pemerintahan Presiden Soeharto, yang mana setelah pemerintahan Soeharto telah banyak Presiden yang telah memimpin Indonesia, sehingga peneliti ingin mengetahui bagaimana persepsi masyarakat terhadap perekonomian pada saat Soeharto setelah mereka merasakan perekonomian sesudah Zaman Soeharto. Dalan penelitian ini peneliti menggunakan penelitian lapangan (Field Research) dengan melakukan pendekatan kualitatif, dimana sebagian sumber data diperoleh dari lapangan yang berhubungan dengan masalah penelitian.

3 Dalam hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa persepsi masyarakat kota Medan ialah: 1. Pemerinthan Soeharto berawal dari terjadinya peristiwa Gerakan 30 September, yang sering dikaitkan dengan pemberontakan PKI dimana telah membuat kondisi Politik Indonesia pada saat itu dalam keadaan kacaw, ditambah dengan permasalah ekonomi yang kacaw pada saat itu, ditandai dengan banyaknya demonstrasi yang menuntut Tritura (tiga tuntutan rakyat), dimana salah satunya adalh bubarkan PKI, hingga dikeluarkan surat perintah 11 Maret dengan tujuan agar Soeharto dapat mengambil kebijakan yang dirasa perlu dalam mengembalikan situasi kemanan dan politik pada saat itu, kemudian terjadilah dualism kepemimpinan di Indonesia pada saat itu hingga dilantiknya Soeharto oleh MPRS dengang ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968 setelah ditolaknya pidato laporan pertanggung jawaban Soekarno (nawaksara). 2. Keadaan perekonomian pada masa Soeharto mengalami pasang dan surut, terutama pada awal pemerintahannya Indonesia mengalami krisis yang diakibatkan besarnya hutang luar negeri Indonesia, perlahan-lahan perekonomian Indonesia pada saat itu dibenahi, sehingga tercapainya swasembada beras pada tahun 1984, hingga akhir pemerintahannya terjadi Krisis berkepanjangan yang melanda Indonesia. Selain itu perekonomian pada masa Soeharto lebih dikuasai pejabat-pejabat Politik, Militer, dan juga keluarga-keluarga Presiden. 3. Persepsi masyarakat kota medan terhadap perkonomian pada masa pemerintahan Soeharto, kebanyakan mereka dari hasil wawancara yang dilakukan memberikan persepsi yang positif terhadap perekonomian pada saat itu. I. Pendahuluan Soeharto ialah presiden Indonesia yang menjabat setelah pemerintahan presiden Soekarno, Soeharto menjabat sebagai presiden Indonesia pada tahun , pada saat Presiden Soeharto menjabat keadaan Indonesia diperkirakan sedang dalam keadaan yang tidak stabil yang merupakan peninggalan pemerintahan pada masa Presiden Soekarno, dengan hutang-hutang luar negerinya, dan program-program dalam pemerintahannya yang masi berfokus dalam pembangunan citra Negara Indonesia dimata Dunia. Untuk menangani ketidak stabilan dalam perekonomian Indonesia itu, Presiden Soeharto mengambil langkah-langkah yang berdasarkan kepada MPRS No.XXIII/MPRS/1966 yang bertujuan untuk menangani masalah dalam perkonomian Indonesia pada saat itu, langkah-

4 langkah yang diambil oleh pemerintahan Presiden Soeharto pada saat itu seperti, mengatasi kemacetan ekonomi dan memperbaiki sektor-sektor yang menyebabkan kemacetan tersebut, Debirokrasi untuk memperlancar kegiatan perekonomian, Berorientasi pada kepentingan produsen kecil, yang kemudian ditempuh dengan langkah-langkah awal dengan cara, melaksanakan operasi pajak, menetepkan sistem pemungutan pajak yang baru, menghemat pengeluaran Negara, membatasi kredit-kredit untuk bank. Selain mengambil langkah-langkah tersebut pemerintah juga melakukan kerjasama dengan luar negeri, karena pada saat itu bukan keadaan ekonomi saja yang tidak stabil, tetapi hutang Indonesia pada saat itu jugak banyak, sehingga Presiden Soeharto juga menjalin kerja sama dengan luar Negeri, demi tujuan menunda pembayaran hutang luar negeri dan bantuan-bantuan untuk Indonesia dalam menstabilkan keadaan ekonomi pada saat itu, yang dapat kita lihat bentuk kerjasama Indonesia dengan luar Negeri ialah dengan adanya 1. Perundingan Tokyo 2. Perundingan Amsterdam Dengan cara-cara yang dilakukan pemerintahan Presiden Soeharto mengalami kemajuan dalam menekan angka inflasi yang mulanya pada akhir pemerintahan orde lama tinggi, sedangkan harga kebutuhan pokok pada waktu itu tinggi, kemudian dibentuklah kabinet pembangunan pada tahun 1968, yang kebijakan ekonominya lebih mengarah kepada masalah harga barang khususnya sandang, pangan, dan kurs valuta asing. Sehingga pada tahun 1968 perekonomian di Indonesia dapat Stabil. Setelah terjadinya kestabilan dalam prekonomian Indonesia saat itu, kemudian masa orde baru mengambil langkah untuk melaksanakan pembangunan Nasional, yang direncakan dengan melaksanakan pembangunan jangka pendek dan pembangunan jangka panjang. Dimana bentuk pembangunan jangka pendek pada saat itu dapat kita lihat dengan adanya Pembangunan Lima Tahun (PELITA), sedangkan pembangunan jangka panjangnya yaitu pembanguna yang dilakukan dalam waktu (25-30) tahun. Yang berdasarkan pada trilogi pembangunan. Selain itu pemerintahan yang dilakukan Presiden Soeharto pada masa orde baru juga menganut pemerintahan dengan sistem militer yaitu dengan mencanangkan sasaran-sasaran yang tegas, dengan delapan jalur pemerataan seperti, pemenuhan kebutuhan pokok, memperoleh pendidikan,

5 pembangian pendapatan, kesempatan kerja, kesempatan berusaha, kesempatan berpartisipasi dalam pembangunan, penyebaran pembangunan di tanah air, kesempatan memperoleh keadilan. Berdasarkan rencana pembangunan nasional yang dilaksanakan pada masa orde baru ada dua masa yaitu masa panjang dan masa pendek, kemudian muncullah Pembangunan Lima Tahun (PELITA). Yang dimulai dengan adanya Pembangunan Lima Tahun yang Pertama (PELITA I) dengan rencana-rencana yang ingin dicapai seperti meningkatkan taraf hidup masyarakat dan sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi pembangunan tahap yang berikutnya, adapun sasaran yang menjadi fokus dari Pembanguna Lima Tahun Yang Pertama ialah, pangan, sandang, perbaikan prasarana perumahan rakyat, perluasan lapangan kerja, dan kesejahteraan rohani. Titik beratnya adalah pembangunan bidang pertanian yang sesuai dengan tujuan untuk mengejar keterbelakangan ekonomi melalui proses pembaharuan bidang pertanian, yang dilandaskan berdasarkan kepada sebagian besar dari penduduk Indonesia memiliki mata pencaharian dalam bidang pertanian. Pada saat berlangsungnya PELITA I juga terjadi peristiwa-peristiwa penting seperti pemilihan umum yang pertama di Indonesia, pertama kalinya Republik Indonesia memilik MPR yang tetap berdasarkan hasil pemilu, awal dari Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) yang berdasarkan Tap VI/MPR/1973 tentang Garis-garis Besar Haluan Negara sebagai ganti dari MANIPOL,dan terjadinya peristiwa malaria. Kemudian dibentuklah rencana Pembangunan Lima Tahun yang kedua (REPELITA II) dengan dengan rencana-rencana yang bertujuan untuk tersedianya pangan, sandang, perumahan, sarana prasarana, mensejahterakan rakyat, dan memperluas kesempatan kerja. Selain itu PELITA II juga diperkirakan berhasil karena berdasarkan pada laju invlasi pada saat itu, dimana pada saat awal orde baru inflasi tercatat mencapai pada saat PELITA I tinggi,dan pada saat PELITA II dapat di tekan lajunya. Kemudian dibentuklah rencana Pembangunan Lima Tahun yang Ketiga (Pelita III) dengan rencana-rencana pembangunan yang tujuan utamanya masih berpedomankan kepada trilogi pembangunan dengan titik berat pembangunan adalah pemerataan yang dikenal dengan Delapan Jalur Pemerataan, kemudian rencana Pembangunan lima Tahun yang ke Empat (REPELITA IV) sampai dengan rencana-rencana pembangunan yang tujuan utamanya adalah sektor pertanian

6 untuk menuju swasembada pangan, dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan mesin industri sendiri, ditengah berlangsungnya PELITA IV terjadilah resesi yang mengakibatkan pemerintah mengeluarkan kebijakan moneter dan fiskal demi tujuan agar terus berlangsungnya pembangunan ekonomi dan pembangunan nasional pada saat itu. Dibentuklah renca Pembangunan Lima Tahun yang Kelima (PELITA V) dengan rencanarencana pembangunan yang tujuan utamanya adalah sektor pertanian dan industri, Pada masa itu kondisi ekonomi Indonesia berada pada posisi yang baik, dengan pertumbuhan ekonomi sekitar 6,8% per tahun. Posisi perdagangan luar negeri memperlihatkan gambaran yang menggembirakan. Peningkatan ekspor lebih baik dibanding sebelumnya. Dan yang terahir dibentuklah rencana Pembangunan Lima Tahun yang Keenam (PELITA VI) dengan rencana-rencana pembanngunan yang tujuan utamanya adalah sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian, serta peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya, dikarenakan ekonomi dipandang sebagai penggerak dalam pembangunan, di tengah-tengah berlangsungnya PELITA VI pada tahun 1997 terjadilah krisis finansial di Asia Tenggara yang juga dialami oleh Indonesia, dan banyaknya terjadi tindakan korupasi di dalam permerintahan Presiden Soeharto Pada saat itu menimbulkan gejolak yang hebat di masyarakat pada saat itu, yang berujung dengan tuntuntan agar Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatan kepresidenannya. Puncak terjadinya gejolak tersebut berlangsung di depan gedung MPR RI sehingga memaksa Presiden Soeharto mengundurkan diri pada tanggal 21 Mei 1998, yang kemudian digantikan dengan presiden sementara, yaitu Presiden BJ Habibie. Pada pemerintahan sekarang ini telah terjadi beberapa kali pergantian Presiden Republik Indonesia Setelah lengsernya Presiden Soeharto, dengan berbagai keadaan dalam perekonomiannya masing-masing. Pada masa sekarang pemerintahan Negara Republik Indonesia dapat dikatakan dalam keadaan yang stabil, namun masih ada penduduk Indonesia yang kelaparan dan tidak memiliki pekerjaan (pengangguran), rendahnya tingkat kesejahteraan masyarakat pada saat ini. Diperkirakan Generasi 65 beranggapan bahwa pemerintahan Soeharto adalah masa-masa paling enak dalam kebutuhan ekonomi. Namun apakah ekonomi pada pemerintahan Orde Baru benar-benar mencerminkan stabilitas ekonomi? Untuk itu perlu dilihat

7 perbandingan persepsi antara generasi setelah 65 khususnya generasi 90-an yang terkenal dengan aktivitas pergerakan yang berusaha menggulingkan pemerintahan Soeharto hingga akhirnya benar-benar terguling. Untuk itu peneliti tertarik meneliti tentang Persepsi masyarakat kota Medan terhadap perekonomian di Indonesia pada masa pemerintahan presiden Soeharto Adapun yang menjadi tujuan peneliti dalam penelitian ini adalah, untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat kota medan tehadap perekonomian pada masa pemerintahan presiden soeharto, dan mengetahui bagaimana keadaan ekonomi pada masa pemerintahan presiden soeharto. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini yaitu: 1. Bagi Peneliti 1 Dengan dilakukannya penelitian ini, peneliti dapat mengetahui bagaimana sejarah terbentuknya (diangkatnya) Soeharto menjadi presiden Indonesia menggantikan presiden Soekarno pada saat itu. 2 Untuk mengetahui bagaimana keadaan ekonomi yang terjadi pada awal kepemimpinan presiden Soeharto hingga akhir dari kepemimpinannya. 3 Untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat kota Medan terhadap perekonomian yang terjadi pada saat kepemimpinan presiden Soeharto. 2. Bagi Masyarakat 1 Dengan dilakukannya penelitian ini masyarakat dapat lebih jelas mengerti bagaimana sejarah terbentuknya (diangkatnya) Soeharto menjadi presiden Indonesia menggantikan presiden Soekarno pada saat itu. 2 Masyarakat bias lebih mengerti bagaimana keadaan perekonomian yang terjadi pada masa kepemimpinan presiden Soeharto. 3 Untuk memberikan informasi bagaimana persepsi masyarakat terhadap perekonomian yang terjadi pada saat kepemimpinan presiden Soeharto.

8 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Persepsi Segala hal yang terjadi pada masa lalu biasanya terekam didalam ingatan masing-masing orang (individu), segala hal yang terekam didalam ingatan individu tersebut, akan dipengaruhi banyak hal yang terjadi di dalam hidupnya, seperti berapa lama ia hidup, kejadian apa saja yang dialaminya ketika dia hidup, dan banyak hal lagi yang dapat mempengaruhinya. Begitu juga dengan persepsi masing-masing individu, karena persepsi yang mereka utarakan pada dasarnya berasal dari ingatannya tentang hal apa saja yang dialaminya, sehingga mempengaruhi persepsi yang mereka utarakan. Menurut Noerhadi dalam Alfian (1985:206) menyatakan bahwa persepsi ialah penghayatan langsung oleh seorang pribadi atau proses-proses yang menghasilkan penghayatan langsung tersebut. Selanjutnya Noerhadi dalam alfian (1985:207) juga menyatakan bahwa per sepsi yang dihadapkan pada realita kebudayaan, masalahnya sangat tidak sederhana, karena realita yang tertangkap oleh persepsi ini pun sudah diwarnai oleh emosi, motivasi, dan ekspektasi meskipun ada tuntutan untuk mengadakan penyaringan sampai pada fakta murni dan menangkap kebenaran fakta tersebut. Dari pendapat diatas maka dapatlah dikatakan bahwa persepsi ialah penghayatan yang dilakukan oleh pribadi (individu), dan penghayatan tersebut dipengaruhi emosi, motifasi, dan ekspektasi. A. Pengertian Masyarakat Adapun yang dimaksud dengan masyarakat ialah. Shadily (1983:47) menyatakan bahwa masyarakat adalah golongan besar atau kecil terdiri dari beberapa manusia, yang dengan atau karena sendirinya bertalian secara golongan dan mempengaruhi satu sama lain. Sedangkan menurut ahli yang lainnya seperti Horton (2006:59) menyatakan masyarakat adalah sekumpulan manusia yang secara relatif mandiri, yang hidup bersama-sama cukup lama, yang mendiami suatu wilayah tertentu, memiliki kebudayaan yang sama, dan melakukan sebagian besar kegiatannya dalam kelompok tersebut.

9 Dari pendapat diatas maka dapat dikatakan bahwa masyarakat tidaklah terdiri dari satu orang saja, melainkan terdiri dari banyak orang yang saling berhubungan, dan dengan sendirinya bergabung, yang juga mempengaruhi antara yang satu dengan yang lain di antara mereka. 2.2 Pengertian Ekonomi Dalam kehidupan sehari-hari kata ekonomi mungkin tidak asing untuk didengar, karena tanpa kita sadari atau tidak kita telah melakukan tindakan ekonomi dalam kegiatan didalam kehidupan kita sehari-hari, baik anak kecil sampai ke orang dewasa pasti pernah melakukan tindakan ekonomi, walaupundalam bentuk yang berbeda-beda. Rahardja (2008:3) menyatakan bahwa definisi ilmu ekonomi ialah ilmu yang mempelajari prilaku individu dan masyarakat dalam menentukan pilihan untuk menggunakan sumber daya yang langka (dengan dan tanpa uang), dalam upaya meningkatkan kualitas hidupnya. Selanjutnya menurut ahli yang lain seperti Samuelson (2004:4) menyatakan bahwa ekonomi adalah kajian bagaimana masyarakat menggunakan sumber daya yang langka untuk memproduksi komoditi-komoditi berharga dan mendistribusikannya kepada masyarakat luas. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat dikatakan yang di maksud dengan ekonomi ialah, bagaimana masyarakat berprilaku dan menentukan pilihannya untuk menggunakan suberdaya yang ada untuk melakukan produksi dan mendistribusikannya kepada masyarakat luas. 2.3 Pengertian Pemerintahan Mungkin sering didengar dan dilihat tulisan-tulisan mengenai pemerintahan, tapi apakah sebenarnya yang dimaksud dengan pemerintahan itu?. Menurut Poerwadarminta dalam Soemantri (1976:17) adalah: 1. Perintah adalah perkataan yang bermaksud menyuruh melakukan sesuatu; 2. Pemerintah adalah kekuasaan memerintah suatu Negara (daerah Negara) atau badan yang tertinggi yang memerintah sesuatu Negara (seperti kabinet merupakan suatu pemerintah);

10 3. Pemerintahan adalah perbuatan (cara, hal urusan dan sebagainya) memerintah Sedangkan menurut Soemantri (1976:20) menyatakan bahwa bagi Negara-negara yang menganut ajaran tripraja. Pemerintahan adalah suatu perbuatan memerintah yang dilakukan oleh organorgan legislatif, eksekutif dan yudisiil yang dengan bekerja bersama-sama hendak mencapai suatu maksud atau tujuan. Dari beberapa pendapat diatas maka dapat dikatakan yang dimaksud engan pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh organ-organ yang ada dalam Negara demi mencapai tujuan dan cita-cita bersama. III. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (Field Reasearch) dengan pendekatan kualitatif, dimana sebagian sumber data di peroleh dari lapangan yang berhubungan dengan masalah penelitian,penelitian lapangan adalah kegiatan penelitian yang dilakukan di lingkungan masyarakat tertentu, baik dalam organisasi kemasyarakatan maupun lembaga pemerintahan. Sedangkan metode deskriptif kualitatif adalah usaha mendeskripsikan atau menggambarkan, melukiskan, menganalisa fenomena atau suatu keadaan, atau suatu peristiwa yang sedang dikaji untuk menemukan jawabannya dengan sistematis, factual dan akurat. Untuk memperkuatr literatur dilakukan studi pustaka (library Reasearch) dengan mengumpulkan referensi atau literatur yang berkaitan dan berhubungan dengan judul penelitian yang akan dilakukan. 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kota medan, adapun yang menjadi alasan peneliti mengambil lokasi ini sebagai tempat penelitian dikarenakan peneliti beranggapan masyarakat yang ada di lokasi penelitian dapat memberikan informasi-informasi yang dibutuhkan, dan data yang bersifat seobjektif mungkin.

11 3.2 Populasi dan Sampel 1. Populasi Populasi merupakan keseluruhan objek yang ada dalam penelitian. Arikunto (2006: 130) menyatakan bahwa populasi adalah keseluruhan subjek penelitian, apabila seseorang ingin memenuhi elemen yang ada di dalam wilayah penelitiannya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh masyarakat kota medan. 2. Sampel Menurut Arikunto (2006: 131) sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Mengingat besarnya populasi sehingga tidak memungkinkan untuk diteliti secara keseluruhan. Sampel dalam penelitian ini adalah masyarakat yang tinggal di kelurahan pangkalan mansyur kecamatan Medan johor, dengan diambil sampel berjumlah (10) informan yang meliputi orangorang yang hidup pada masa Orde Baru dan mengetahui keadaan perekonomian pada saat itu. Penelitian ini menggunakan purposive sampel yang mengambil sampel disesuaikan dengan tujuan penelitian. Dengan kriteria yang menjadi sampel dalam penelitian yaitu orang yang benarbenar mampu memberikan informasi yang sesuai dengan pekerjaan dan jabatannya mengenai masalah yang akan diteliti serta mengetahui tentang perekonomian pada masa pemerintahan Presiden Soeharto. 3.3 Bentuk data Adapun bentuk data yang digunakan yaitu: 1. Data primer: Data primer ialah data utama yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitian, untuk mendapatkan hasil yang ingin dituju. Yaitu data yang diperoleh langsung dari tempat penelitian. 2. Data Skunder: Data skunder ialah data pembantu data utama yang digunakan peneliti dalam penelitian untuk mendapatkan hasil yang ingin dituju. Yaitu data yang dikumpulkan melalui kajian ilmiah yang diperoleh dari literatur atau buku-buku yang mendukung dalam penelitian ini.

12 3.4 Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah: 1. Wawancara (interview) Metode penelitian yang dilakukan seorang peneliti dalam bentuk pertanyaan, dimana peneliti meberi pertanyaan kepada narasumber, dan kemudian nara sumber menjawab pertanyaan berdasarkan apa yang ia ketahui. 2. Literatur Yaitu sumber tulisan-tulisan yang berkaitan dengan keadaan perekonomian pada masa Orde Baru. 3.5 Teknik Analisa Data Untuk menganalisa data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mengumpulkan Data Yaitu mengumpulkan data yang diperoleh dari wawancara dan penelusuran buku-buku yang terkait dengan penelitian ini. 2. Mengklasifikasikan Data Yaitu dengan memilah-milah data kedalam kategori-kategori yang akan dimuat dalam laporan penelitian agar dapat dipahami dan mudah untuk melihat data yang diperoleh. 3. Menganalisis Data Yaitu mencari keterkaitan antara data primer dengan data skunder agar ditemukan satu rangkaian data yang memuat satu informasi. 4. Membuat Kesimpulan Yaitu membuat kesimpulansecara keseluruhan dari data-data yang sudah diolah dan menuangkan kedalam suatu laporan hasil penelitian.

13 IV. HASIL PENELITIAN Dari hasil semua wawancara diatas dari informan yang dipilih oleh penulis maka ada sebagian masyarakat yang berpersepsi positif dan negative, semua persepsi masyarakat merupakan gambaran dari peristiwa-peristiwa yang di alami masyarakat tersebut pada masa pemerintahan presiden Soeharto, baik di saat perekonomian Indonesia dalam keadaan yang stabil (baik) maupun dalam keadaan yang tidak stabil (tidak baik). Kita juga mengenal yang namanya program pembangunan jangka panjang dan program pembangunan jangka pendek, pembangunan jangka panjang adalah pembangunan yang ditetapkan pemerintah selama 25 tahun sekali, sedangkan pembangunan jangka pendek ialah pembangunan yang merupakan bagian dari pembangunan jangka panjang, namun lebih singkat dalam waktu pelaksanaannya yaitu selama 5 tahun. Pada masa Soeharto perekonomian di Indonesia lebih meihak kepada pengusaha-pengusaha besar dibandingkan dengan pengusaha kecil, selain itu kegiatan ekonomi yang dilakukan pada masa itu lebih bersifat politik dan mengutamakan orang-orang terdekat maupun keluarga presiden Soeharto pada saat itu. Hal yang wajar jika masyarakat memiliki perespsi tersendiri terhadap perekonomian pada masa pemerintahan presiden Soeharto, baik itu persepsi positif maupun negative, karena pada dasarnya persepsi merupakan suatu proses yang terjadi dalam proses pengamatan terhadap suatu informasi yang disampaikan orang lain yang sedang saling berkomunikasi, berhubungan atau bekerja sama. Jadi setiap orang tidak terlepas dari proses persepsi dalam menjalani hidup bermasyarakat. V. Kesimpulan Berdasarkan keterangan dan analisis yang telah diuraikan diatas, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Pemerinthan Soeharto berawal dari terjadinya peristiwa Gerakan 30 September, yang sering dikaitkan dengan pemberontakan PKI dimana telah membuat kondisi Politik Indonesia pada saat itu dalam keadaan kacaw, ditambah dengan permasalah ekonomi yang kacaw pada saat itu, ditandai dengan banyaknya demonstrasi yang menuntut Tritura (tiga tuntutan rakyat),

14 dimana salah satunya adalh bubarkan PKI, hingga dikeluarkan surat perintah 11 Maret dengan tujuan agar Soeharto dapat mengambil kebijakan yang dirasa perlu dalam mengembalikan situasi kemanan dan politik pada saat itu, kemudian terjadilah dualism kepemimpinan di Indonesia pada saat itu hingga dilantiknya Soeharto oleh MPRS dengang ketetapan MPRS No. XLIV/MPRS/1968 setelah ditolaknya pidato laporan pertanggung jawaban Soekarno (nawaksara). 2. Keadaan perekonomian pada masa Soeharto mengalami pasang dan surut, terutama pada awal pemerintahannya Indonesia mengalami krisis yang diakibatkan besarnya hutang luar negeri Indonesia, perlahan-lahan perekonomian Indonesia pada saat itu dibenahi, sehingga tercapainya swasembada beras pada tahun 1984, hingga akhir pemerintahannya terjadi Krisis berkepanjangan yang melanda Indonesia. Selain itu perekonomian pada masa Soeharto lebih dikuasai pejabat-pejabat Politik, Militer, dan juga keluarga-keluarga Presiden. 3. Persepsi masyarakat kota medan terhadap perkonomian pada masa pemerintahan Soeharto, kebanyakan mereka dari hasil wawancara yang dilakukan memberikan persepsi yang poitif terhadap perekonomian pada saat itu. DAFTAR PUSTAKA Alfian., (1985), Persepsi Masyarakat tentang kebudayaan (kumpulan karangan), Penerbit P.T Gramedia, Jakarta Arikunto, Suharsimi., (2006). Cipta, Jakarta Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit Rineka Horton, B Paul., (2006), Sosiologi, Penerbit Western Michigan University, Michigan Mirtah, Toha Perilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aflikasinya. FISIFOL UGM. Jakarta : CV. Rajawali Rahardja, Pratama., (2002), Pengantar Ilmu Ekonomi, Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Depok Robison, Richard., (1983). Soeharto & Bangkitnya Kapitalisme Indonesia, Penerbit Komunitas Bambu, Depok Roeder., (1982). Anak Desa (Biografi Presiden Soeharto), Penerbit Gunung agung.jakarta

15 Samuelson, A Paul, dan Nordhaus, D William., (2004), Ilmu makro Ekonomi, Penerbit P.T Media Global Edukasi, Jakarta Shadily, Hasan., (1983), Jakarta Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, Penerbit P.T Bina Aksara, Soemantri, Sri., (1976), Sistem-sistem pemerintahan Negara Negara ASEAN, Penerbit Tarsito, Bandung Sulastomo., (2001). Lengser Keprabon, Penerbit P.T Raja Grafindo Persada, Jakarta Sulastomo., (2008). Transisi Orde Lama ke Orde Baru, Penerbit Kompas, Jakarta. Sumber Koran 4. Koran Merdeka, (18/9/2012:5). Kondisi Ekonomi Pada Masa Soeharto Lebih 5. Baik Daripada Masa Sekarang?. 6. Sumber Internet 7.

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB

ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB ASSALAMU'ALAIKUM WR.WB KELOMPOK 11 Nama Anggota: Nur Ihsani Rahmawati (14144600186) Rizki Utami (14144600210) Siti Aminah (14144600198) Kelas: A5-14 FKIP/PGSD Tugas Kelompok : PKN Universitas PGRI Yogyakarta

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Suzan Bernadetha Stephani, S.E, M.M EKONOMI BISNIS Fakultas Program Studi AKUNTANSI www.mercubuana.ac.id SEJARAH PEREKONOMIAN INDONESIA Periode Orde Baru Orde Baru 1966-1998

Lebih terperinci

PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011

PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 PELAKSANAAN UUD 1945 PADA MASA ORDE LAMA DAN ORDE BARU FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 MENU Masa Orde Lama Masa Orde Baru Kelebihan dan kekurangan Orde Baru Berakhirnya

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: Sejarah Perkembangan Perekonomian Indonesia: Periode Orde Baru Fakultas Ekonomi & Bisnis ANDYAN PRADIPTA UTAMA, SE, MM Program Studi S-1 Manajemen www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

PEREKONOMIAN INDONESIA

PEREKONOMIAN INDONESIA Modul ke: PEREKONOMIAN INDONESIA Sejarah Perekenomian Indonesia Periode Orde Baru Fakultas FEB Sitti Rakhman, SP., MM. Program Studi Manajemen Latar belakang lahirnya Orde Baru Terjadinya peristiwa Gerakan

Lebih terperinci

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN

Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F BAB I PENDAHULUAN Pengaruh utang luar negeri dan defisit anggaran terhadap kondisi makro ekonomi OLEH: Siti Hanifah NIM.F 0102058 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam menyelenggarakan pemerintahan, suatu negara memerlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor

BAB I PENDAHULUAN. Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi dapat dilakukan dibanyak sektor, salah satunya adalah sektor properti. Pada umumnya banyak masyarakat yang tertarik menginvestasikan dananya di sektor properti

Lebih terperinci

A. Pengertian Orde Lama

A. Pengertian Orde Lama A. Pengertian Orde Lama Orde lama adalah sebuah sebutan yang ditujukan bagi Indonesia di bawah kepemimpinan presiden Soekarno. Soekarno memerintah Indonesia dimulai sejak tahun 1945-1968. Pada periode

Lebih terperinci

BAB I SEJARAH DAN SISTEM EKONOMI INDONESIA

BAB I SEJARAH DAN SISTEM EKONOMI INDONESIA BAB I SEJARAH DAN SISTEM EKONOMI INDONESIA FAKTOR INTERNAL (DOMESTIK) FAKTOR EKTERNAL (GLOBAL) kondisi fisik (termasuk iklim) Lokasi geografi Jumlah dan kualitas SDM Jumlah dan Kualitas SDA Kondisi awal

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari pembahasan skripsi yang berjudul Gejolak Politik di Akhir Kekuasaan Presiden: Kasus Presiden Soeharto (1965-1967) dan Soeharto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika

BAB I PENDAHULUAN. yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini dunia diperhadapkan pada masalah krisis ekonomi global yang dimulai dengan bangkrutnya lembaga-lembaga keuangan di Amerika sehingga akan berdampak buruk

Lebih terperinci

BAB II KEBIJAKAN SOEHARTO DALAM PEMERINTAHAN ORDE BARU. ini merupakan langkah awal kemunculan pemerintahan Orde Baru. Dalam

BAB II KEBIJAKAN SOEHARTO DALAM PEMERINTAHAN ORDE BARU. ini merupakan langkah awal kemunculan pemerintahan Orde Baru. Dalam BAB II KEBIJAKAN SOEHARTO DALAM PEMERINTAHAN ORDE BARU A. Lahirnya Orde Baru Dengan dikeluarkanya surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Jendral Soeharto, ini merupakan langkah awal kemunculan pemerintahan

Lebih terperinci

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA Asas kerakyatan mengandung arti bahwa kedaulatan ada pada rakyat. Segala hukum (recht, peraturan perundang-undangan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah rezim pemerintahan bagaimanapun kuat dan besar kekuasaannya tidak akan pernah berjaya terus-menerus tanpa ada batasnya. Suatu saat rezim tersebut kekuasaannya

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/1996 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1985/1986

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 1985 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1985/1986 UNDANG-UNDANG NOMOR 4 TAHUN 1985 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1985/1986 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan

BAB I PENDAHULUAN. dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan ekonomi suatu negara pada dewasa ini tidak dapat dipisahkan dari keadaan ekonomi negara lain. Suatu negara akan sangat tergantung dengan negara lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi adalah suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk disertai dengan perubahan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1980 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1980/1981

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1980 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1980/1981 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1980 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1980/1981 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi sebuah negara pada dasarnya bertujuan untuk mencapai kemakmuran masyarakat melalui pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan distribusi pendapatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1982 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1982 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 1982 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Anggaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER

BAB V KESIMPULAN. Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER 145 BAB V KESIMPULAN Bab ini merupakan kesimpulan dari penulisan skripsi yang berjudul MILITER DAN POLITIK DI INDONESIA (Studi Tentang Kebijakan Dwifungsi ABRI Terhadap Peran-peran Militer di Bidang Sosial-Politik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1983 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1983/1984

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1983 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1983/1984 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1983 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1983/1984 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

Fungsi Otorisasi Fungsi Perencanaan

Fungsi Otorisasi Fungsi Perencanaan Sesuai dengan berbagai literatur dan sejarah APBN, fungsi APBN selalu dikaitkan dengan tiga fungsi yaitu alokasi, distribusi dan stabilisasi. Tetapi secara normatif untuk Indonesia, maka fungsi APBN secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Saat ini hampir semua negara-negara di dunia menganut sistem pasar bebas sehingga terkait satu sama lain. Aliran dana bebas keluar masuk dari satu negara ke negara

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1995 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1995/96 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya.

BAB I PENDAHULUAN. akan mati, jadi wajar apapun yang terjadi di masa depan hanya dapat direka reka. itu tidak dapat diperkirakan kapan terjadinya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan ini tak ada seorangpun yang dapat memprediksi atau meramalkan apa yang akan terjadi di masa yang akan datang dengan baik dan sempurna. Meskipun telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal

BAB I PENDAHULUAN. kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Interaksi kebijakan fiskal dan moneter telah lama menjadi perdebatan di kalangan ekonom dan pengambil kebijakan. Pada satu sisi, kebijakan fiskal ditetapkan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dana jangka panjang. Pasar modal juga dapat didefinisikan sebagai pasar ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. dana jangka panjang. Pasar modal juga dapat didefinisikan sebagai pasar ekuitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasar modal adalah pasar untuk perdagangan surat berharga (baik simpanan maupun hutang) dimana perusahan swasta ataupun pemerintah dapat mencari sumber dana jangka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran.

BAB I PENDAHULUAN. 2. untuk mencapai tingkat kestabilan harga secara mantap. 3. untuk mengatasi masalah pengangguran. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan jangka panjang yang dilaksanakan di Indonesia bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur dengan mengacu pada Trilogi Pembangunan (Rochmat Soemitro,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global.

BAB I PENDAHULUAN. dari negara-negara maju, baik di kawasan regional maupun kawasan global. BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam perjalanan menuju negara maju, Indonesia memerlukan dana yang tidak sedikit untuk melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar disebabkan

Lebih terperinci

TENACIOUS Sejarah UKK Sem. I XII

TENACIOUS Sejarah UKK Sem. I XII Sejarah UKK Sem. I XII Landasan hukum terbentuknya Orde Baru : TAP MPR No. IX/ MPRS/ 1966 : penyerahan kekuasaan Soekarno kepada Soeharto akibat G 30S/ PKI, pengukuhan Supersemar (11 Maret 1966) TAP MPR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang khususnya bidang ekonomi, seperti krisis yang terjadi pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bidang khususnya bidang ekonomi, seperti krisis yang terjadi pada tahun BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Bangsa Indonesia saat ini sedang mengalami berbagai permasalahan dalam berbagai bidang khususnya bidang ekonomi, seperti krisis yang terjadi pada tahun 2008.

Lebih terperinci

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960)

Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR. (Ditetapkan di Bandung 19 November 1960) Lampiran 1: Rumusan Kebijakan Bantuan Luar Negeri dalam Ketetapan-ketetapan MPRS/MPR I. Periode 1960 1965 1. Ketetapan MPRS No. I/MPRS 1960 tentang Manifesto Politik Republik Indonesia sebagai Garis-Garis

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk

I. PENDAHULUAN. Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagaimana cita-cita kita bangsa Indonesia dalam bernegara yaitu untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur, maka pelaksanaan pembangunan menjadi hal yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan ekonomi sehingga dapat meningkatkan taraf pertumbuhan ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap negara, baik itu negara maju maupun negara berkembang menginginkan adanya perkembangan dan kemajuan dalam berbagai aspek kehidupan yang berkelanjutan. Salah satu

Lebih terperinci

Perekonimian Indonesia

Perekonimian Indonesia Perekonimian Indonesia Sumber : 2. Presentasi Husnul Khatimah 3. Laporan Bank Indonesia 4. Buku Aris Budi Setyawan 5. Sumber lain yg relevan (Pertemuan 1-11) Peraturan Perkuliahan Hadir dengan berpakaian

Lebih terperinci

Dasar-dasar Ilmu Ekonomi. Pertemuan 1

Dasar-dasar Ilmu Ekonomi. Pertemuan 1 Dasar-dasar Ilmu Ekonomi Pertemuan 1 Daftar Rujukan Mankiw, N. Gregory.2006. Priciples of Economics : Pengantar Ekonomi Mikro. Edisi 3. Salemba Empat. Jakarta Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi

Perekonomian Indonesia Pada Masa Reformasi Modul ke: 04Fakultas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi S1 MANAJEMEN Sejarah Perkembangan Perekonomian Indonesia Periode Revormasi Krisis ekonomi di Indonesia Fundamental ekonomi nasional pengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita. sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengertian uang merupakan bagian yang integral dari kehidupan kita sehari-hari. Ada yang berpendapat bahwa uang merupakan darahnya perekonomian, karena dalam

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1979 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1979/1980

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1979 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1979/1980 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 1979 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1979/1980 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, enimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

Masa Pemerintahan Orde Lama. Masa Pemerintahan Orde Baru

Masa Pemerintahan Orde Lama. Masa Pemerintahan Orde Baru Masa Pemerintahan Orde Lama Masa Pemerintahan Orde Baru A. Orde Lama Orde lama adalah sebutan bagi orde pemerintahan sebelum orde baru yang dianggap tidak melaksanakan Pancasila dan UUD 1945 secara murni

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab ini berisi hasil kesimpulan penelitian secara keseluruhan yang dilakukan dengan cara study literatur yang data-datanya diperoleh dari buku, jurnal, arsip, maupun artikel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri dengan hanya mengandalkan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi seluruh kebutuhannya sendiri dengan hanya mengandalkan Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Salah satu indikator dari terjadinya globalisasi di dunia pada saat ini, dapat dilihat dengan terjadinya perdagangan bebas antar negara di seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan ekonomi internasional yang semakin pesat, dimana kebutuhan ekonomi antar negara juga semakin saling terkait, telah meningkatkan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa

IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa IV. GAMBARAN UMUM 4.1 Gambaran Umum Inflasi di Pulau Jawa Selama periode 2001-2010, terlihat tingkat inflasi Indonesia selalu bernilai positif, dengan inflasi terendah sebesar 2,78 persen terjadi pada

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ).

BAB 1. PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia. lebih 375 buah ( Rahardjo Adisasmita, 2006:1 ). BAB 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekitar 65% jumlah penduduk Indonesia hidup di daerah pedesaan, sisanya 35% jumlah penduduk Indonesia menetap diperkotaan. Jumlah Desa di Indonesia mencapai sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Meningkatnya tindak pidana korupsi yang tidak terkendali akan membawa bencana, tidak saja terhadap kehidupan perekonomian nasional tetapi juga pada kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau

BAB III METODE PENELITIAN. Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau 64 BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara atau strategi menyeluruh untuk menemukan atau memperoleh data yang diperlukan, sedangkan penelitian pada hakekatnya adalah suatu proses atau wahana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat. Hal ini sangat mempengaruhi negara-negara lain karena 1 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar belakang masalah Pada tahun 2008 terjadi krisis global dan berlanjut pada krisis nilai tukar. Krisis ekonomi 2008 disebabkan karena adanya resesi ekonomi yang melanda Amerika

Lebih terperinci

Pendahuluan. Bab I. GBHN menyatakan bahwa sasaran utama pembangunan jangka panjang

Pendahuluan. Bab I. GBHN menyatakan bahwa sasaran utama pembangunan jangka panjang Pendahuluan Bab I 1.1 Latar Belakang Penelitian GBHN menyatakan bahwa sasaran utama pembangunan jangka panjang adalah terciptanya landasan yang kuat bagi Bangsa Indonesia untuk tumbuh dan berkembang atas

Lebih terperinci

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK,

PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, Manajemen Proyek PERTEMUAN III ASPEK EKONOMI, POLITIK, SOSIAL DAN BUDAYA Aspek Politik UMUMNYA ASPEK POLITIK YANG BERKAIT DENGAN MANAJEMEN PROYEK ADALAH : A. STABILITAS POLITIK B. ARAH KEBIJAKAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. membantu membiayai pembangunan nasional, sedangkan impor dilakukan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang ikut serta dalam kerjasama internasional, maka dari itu perekonomian Indonesia tidak lepas dari yang namanya ekspor dan impor.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga

BAB I PENDAHULUAN. Pencerminan tingkat inflasi merupakan persentasi kecepatan naiknya harga-harga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian suatu negara dapat ditinjau dari variabelvariabel makroekonomi yang mampu melihat perekonomian dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Variabelvariabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dari Kota Binjai sendiri. Kota Binjai merupakan kota yang dulunya

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan dari Kota Binjai sendiri. Kota Binjai merupakan kota yang dulunya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mengamati sejarah perkembangan ekonomi Indonesia sejak lahirnya orde baru sampai sekarang ini dapat dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Pada dasarnya setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan perekonomian nasional dan patut menjadi sektor andalan dan mesin penggerak pertumbuhan ekonomi karena sektor

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 37 III. METODE PENELITIAN Metode artinya cara melakukan sesuatu dengan teratur (sistematis). Metode penelitian merupakan suatu cara yang digunakan dalam mengumpulkan data penelitian dan membandingkan dengan

Lebih terperinci

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA

KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA KRISIS EKONOMI DI INDONESIA MATA KULIAH PEREKONOMIAN INDONESIA Definisi Krisis ekonomi : Suatu kondisi dimana perekonomian suatu negara mengalami penurunan akibat krisis keuangan Krisis keuangan/ moneter

Lebih terperinci

TUGAS KELOMPOK PKN 1 ORDE REFORMASI TAHUN 1998-SEKARANG. DosenPengampu: Ari Wibowo, M.Pd. Kelompok 12: MadinatulMunawaroh ( )

TUGAS KELOMPOK PKN 1 ORDE REFORMASI TAHUN 1998-SEKARANG. DosenPengampu: Ari Wibowo, M.Pd. Kelompok 12: MadinatulMunawaroh ( ) TUGAS KELOMPOK PKN 1 ORDE REFORMASI TAHUN 1998-SEKARANG DosenPengampu: Ari Wibowo, M.Pd. Kelompok 12: MadinatulMunawaroh (14144600187) Mega AyuSetyana (14144600211) Novi TrisnaAnggrayni (14144600199) Kelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan

BAB I PENDAHULUAN. mengejar ketertinggalan pembangunan dari negara-negara maju, baik di kawasan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian Indonesia selalu mengalami perjalanan yang berfluktuasi, minyak dan gas alam yang selama ini menjadi mesin pertumbuhan, harganya dipasar internasional

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 29 Perekonomian Indonesia di tahun 29 diperkirakan tumbuh melambat dibandingkan dengan tahun 28. Mayoritas responden (48,1%) memperkirakan pertumbuhan ekonomi tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi dunia saat ini adalah sangat lambat. Banyak faktor yang menyebabkan hal tersebut terjadi. Salah satunya adalah terjadinya krisis di Amerika.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Setiap perusahaan dalam melakukan aktivitas kegiatan oprasionalnya pasti membutuhkan dana, baik berasal dari internal perusahaan seperti laba ditahan dan

Lebih terperinci

1 SUMBER :

1 SUMBER : 1 UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1990 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1990/1991 1 NOMOR: 1 TAHUN 1990 (1/1990) TANGGAL: 14 MARET 1990 (JAKARTA) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1975 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1975/1976

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1975 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1975/1976 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1975 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1975/1976 DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul UUD 1945 Pasal 33 Ayat (1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul UUD 1945 Pasal 33 Ayat (1) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul Pembangunan di Indonesia sekarang ini sedang di prioritaskan pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan rakyat agar lebih maju dan merata. Kemajuan

Lebih terperinci

Perekonomian Indonesia

Perekonomian Indonesia Perekonomian Indonesia Modul ke: 03Fakultas Ekonomi & Bisnis Membahas Sejarah Perekonomian Indonesia, meliputi Orde Reformasi, Aspek Fundemental Ekonomi Nasional dan Kebijakan Perekeonomian Nasional Abdul

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Setelah Perang Dunia II, demokrasi menjadi salah satu wacana sentral di seluruh dunia. Saking derasnya arus wacana mengenai demokrasi, hanya sedikit saja negara yang

Lebih terperinci

SURVEI PERSEPSI PASAR

SURVEI PERSEPSI PASAR 1 SURVEI PERSEPSI PASAR Triwulan III 2010 Pertumbuhan ekonomi tahun 2010 diperkirakan sebesar 6,1%. Inflasi berada pada kisaran 6,1-6,5% Perkembangan ekonomi global dan domestik yang semakin membaik, kinerja

Lebih terperinci

SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA JAMAN ORDE BARU

SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA JAMAN ORDE BARU Modul ke: SEJARAH PERKEMBANGAN EKONOMI INDONESIA JAMAN ORDE BARU Perkembangan ekonomi Indonesia jaman Orde Baru Fakultas Ekonomi dan Bisnis Yusman, SE., MM. Program Studi Manajemen S 1 www.mercubuana.ac.id

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kota-kota besar di Indonesia saat ini berada dalam tahap yang relatif tinggi sebagai akibat pertumbuhan ekonomi yang pesat, peningkatan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai negara berkembang, Indonesia membutuhkan dana yang tidak sedikit jumlahnya di dalam pembangunan nasional. Dalam konteks pembangunan nasional maupun

Lebih terperinci

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999

SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 SEJARAH BANK INDONESIA : MONETER Periode 1997-1999 Cakupan : Halaman 1. Sekilas Sejarah Bank Indonesia di Bidang Moneter Periode 1997-2 1999 2. Arah Kebijakan 1997-1999 3 3. Langkah-Langkah Strategis 1997-1999

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kegiatan perekonomian berkembang begitu pesatnya, sehingga tercipta lingkungan yang kompetitif dalam segala bidang usaha. Persaingan di bidang industri semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang menganut sistem demokrasi. Demokrasi adalah bentuk pemerintahan yang melibatkan rakyat dalam pengambilan keputusan. Rakyat dilibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan pemerintah dalam perekonomian tampaknya semakin besar dan terus meningkat seiring dengan kemajuan ekonomi dari tahun ke tahun. Besar kecilnya kegiatan

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN ANALISIS PENGARUH INFLASI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2000-2014 NADIA IKA PURNAMA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan koperasi di Negara Indonesia mempunyai arti dan peranan tersendiri dalam

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan koperasi di Negara Indonesia mempunyai arti dan peranan tersendiri dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemilihan Judul Keberadaan koperasi di Negara Indonesia mempunyai arti dan peranan tersendiri dalam aspek perekonomian Negara Indonesia. Koperasi merupakan gerakan

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen)

IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) IMPLEMENTASI PRINSIP GOOD GOVERNANCE DI PEMERINTAHAN DESA (Studi Kasus di Kantor Kepala Desa Gedongan Kecamatan Plupuh Kabupaten Sragen) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat melaksanakan pembangunan. Dalam pelaksanaan pembangunan ini diperlukan strategi yang tepat agar tercapai pemerataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis

BAB I PENDAHULUAN. tinggi (suprime mortgage) di AS secara tiba-tiba berkembang menjadi krisis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perekonomian dunia saat ini dihadapkan pada suatu perubahan drastis yang tak terbayangkan sebelumnya. Krisis kredit macet perumahan beresiko tinggi (suprime mortgage)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya BAB I PENDAHULUAN Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 selanjutnya disingkat UUD 1945 1 telah mengalami perubahan sebanyak empat kali, yakni Perubahan Pertama pada tahun 1999, Perubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan

BAB III METODE PENELITIAN. untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian adalah upaya dalam ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh faktor-faktor dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan sistematis untuk mewujudkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan atau field research, yaitu penelitian yang di lakukan secara intensif, terinci dan mendalam

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DI KOPERASI BANK PERKREDITAN RAKYAT (KBPR) VII KOTO PARIAMAN SKRIPSI Diajukan guna memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum Disusun Oleh : AGUSRA RAHMAT BP. 07.940.030

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan daya saing masyarakatnya juga sangat menentukan arah

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan daya saing masyarakatnya juga sangat menentukan arah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Memasuki era global yang ditandai dengan akan diberlakukannya Asean Economic Community pada akhir 2015 serta berbagai perjanjian dunia lainnya menuntut setiap negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional.

BAB I PENDAHULUAN. diinginkan tersebut atau lebih dikenal dengan perdagangan internasional. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Suatu negara yang memiliki rasa ketergantungan dari negara lainnya, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dirasa tidaklah mencukupi, apabila hanya mengandalkan sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara

BAB I PENDAHULUAN. Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Krisis mata uang di Amerika Latin, Asia Tenggara dan di banyak negara telah menunjukkan bahwa ketidakseimbangan kebijakan moneter dapat menyebabkan konsekuensi serius

Lebih terperinci

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14

Kelompok 10. Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 Kelompok 10 Nama :- Maria Yuni Artha (197) - Neni Lastanti (209) - Sutarni (185) Kelas : A5-14 SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIIL 1959-1966 1. Pengertian Sistem Pemerintahan Presidensial Sistem presidensial

Lebih terperinci

EKONOMI INDONESIA MENGHADAPI REFORMASI, GLOBALISASI DAN ERA PERDAGANGAN BEBAS

EKONOMI INDONESIA MENGHADAPI REFORMASI, GLOBALISASI DAN ERA PERDAGANGAN BEBAS EKONOMI INDONESIA MENGHADAPI REFORMASI, GLOBALISASI DAN ERA PERDAGANGAN BEBAS Oleh: Ginandjar Kartasasmita Menteri Negara Koordinator Bidang Ekonomi, Keuangan dan Industri Bogor, 29 Agustus 1998 I. SITUASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan

BAB I PENDAHULUAN. di masa mendatang (Tandelilin, 2001). Tujuan investor menginvestasikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Investasi merupakan komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya lainnya yang dilakukan pada saat ini, dengan tujuan memperoleh sejumlah keuntungan di masa mendatang

Lebih terperinci

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi.

akan berpengaruh terhadap pertumbuhan bank tersebut, baik dilihat dari sudut pandang operasional bank dan dampak psikologis yang terjadi. Perkembangan dunia usaha di Indonesia, tidak terlepas dari peranan pemerintah yang memberikan kesempatan kepada pihak swasta untuk dapat mengembangkan diri seluas-luasnya sejauh tidak menyimpang dari sasaran

Lebih terperinci

sherila putri melinda

sherila putri melinda sherila putri melinda Beranda Profil Rabu, 13 Maret 2013 DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA DEMOKRASI YANG PERNAH BERLAKU DI INDONESIA Demokrasi berasal dari kata DEMOS yang artinya RAKYAT dan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1989/1990

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1989/1990 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 1989 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA NEGARA TAHUN ANGGARAN 1989/1990 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a.

Lebih terperinci

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN

ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN ANALISIS PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP TINGKAT PENGANGGURAN DI KOTA MEDAN TAHUN 2000-2014 NADIA IKA PURNAMA Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara email : nadiaika95@gmail.com

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, KETETAPAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR II/MPR/2002 TENTANG REKOMENDASI KEBIJAKAN UNTUK MEMPERCEPAT PEMULIHAN EKONOMI NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MAJELIS PERMUSYAWARATAN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. paradigma Interpretif fenomenologis dimana paradigma ini dipakai dalam

BAB III METODE PENELITIAN. paradigma Interpretif fenomenologis dimana paradigma ini dipakai dalam BAB III METODE PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Penelitian pada hakikatnya merupakan suatu upaya untuk menemukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran. Untuk menghadapi berbagai masalah yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN Mengingat jenis masalah penelitian yang dihadapi dalam penelitian bermacam-macam, dan selalu memperlihatkan sifat-sifat tertentu. Oleh karena itu kita harus menggunakan metode

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Menurut Winarno Surakhmad, Metode adalah merupakan cara utama yang

III. METODE PENELITIAN. Menurut Winarno Surakhmad, Metode adalah merupakan cara utama yang 35 III. METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian, metode merupakan faktor yang sangat penting untuk memecahkan suatu masalah, yang turut menentukan keberhasilan suatu penelitian. Menurut

Lebih terperinci