Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran. rawat inap dokter jaga, bidan. Rawat Inap dokter jaga, bidan.
|
|
- Sucianty Pranata
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 No PKL/PKLp 4 Widodaren (PKLp) dan Perkotaan Pendukung (PPK) Sine Widodaren Kedunggalar Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Pasar skala kecamatan, Pertokoan, Ruko Pusat Perdagangan Skala Kabupaten, meliputi Pasar Regional, Pasar Induk/Pasar Khusus, Pusat Perbelanjaan, Ruko Pusat Perdagangan Skala Kabupaten, meliputi Pasar Regional, Pasar Induk/Pasar Khusus, Pusat Perbelanjaan, Ruko Simpan Pinjam, Pegadaian, Bengkel, warung internet, salon. Jasa Sosial - Ekonomi Skala, seperti Jasa Koperasi Simpan Pinjam, Pegadaian, Bengkel, warung internet, salon, penginapan (hotel/losmen) Jasa Sosial - Ekonomi Skala, seperti Jasa Koperasi Simpan Pinjam, Pegadaian, Bengkel, warung internet, salon. Perbankan, penginapan (motel, hotel), money changer, pegadaian, jasa pengiriman dan jasa umum lainnya. SMU, SMK SMU, SMK SMU, SMK, Diploma Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan Rekreasi - Olahraga & Wisata Industri dan Potensi Lain bidan. Gereja. cornet dan abon sapi. Industri pengolahan limbah sapi berupa pupuk kandang dan pupuk organik. Industi pengolahan dan pemasran jagung berupa keripik, tepung, corn flake, pati jangung dan minyak jagung. Pengembangan sentra pembibitan bawang merah, cabe dan sawi. Puskesmas rawat inap dokter jaga, bidan. Puskesmas Rawat Inap dokter jaga, bidan. Puskesmas Rawat Inap Rumah Sakit tipe C, RS Bersalin Pusat peribadatan skala kecamatan / lokal, seperti Masjid, Musholla, Gereja. Pusat Peribadatan Skala / Lokal, seperti Masjid, Musholla, Gereja. Pusat peribadatan skala kecamatan, seperti Masjid, Gereja. Perkantoran skala kecamatan Perkantoran Skala Perkebunan Teh dan Bumi Perkemahan Jamus, GUnung Liliran. Lapangan Olahraga skala Perkantoran Wana wisata pemerintah skala Monumen Suryo, kecamatan dan Museum Trinil. swasta (kantor pos dan giro) Pusat Indusri anyaman bambu, genteng dan kripik tempe Industri pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan berupa teh kemasan, minyak cengkeh dan mete Industri pengolahan unggas berupa makanan olahan dari unggas dan limbahnya untuk pupuk kandang. Industri pengolahan domba berupa bahan tekstil dan limbahnya dapat dimanfaatkan menjadi pupuk. Industri pengolahan Pertanian tanaman pangan. Industri pengolahan dan pemasaran kedelai dan kedelai hitam berupa tempe, susu kedelai dan kecap. Pemasaran hasil holtikultura buah melon. Industri pengolahan kayu, dan pemasaran minyak, peralatan rumah tangga dan minuman nata de coco, minuman isotonik. Pitu Pasar skala kecamatan, Pertokoan, Ruko, Jasa Sosial - Ekonomi Skala, seperti Jasa Koperasi Simpan Pinjam, Pegadaian, Bengkel, warung internet, salon. SMU, SMK Puskesmas Rawat Inap, Rumah Sakit dokter jaga, bidan. Pusat peribadatan skala kecamatan, seperti Masjid, Gereja.. Perkantoran Pemerintah dan swasta skala - lokal Pusat hiburan dan rekreasi skala lokal, Pusat industri pengolahan/pemasaran hasil pertanian Laporan Akhir IV - 13
2 No PKL/PKLp dan Perkotaan Pendukung (PPK) Karanganyar Mantingan Kebutuhan Pengembangan Fasilitas Perkotaan Perdagangan Jasa Pendidikan Kesehatan Peribadatan Perkantoran Pasar skala kecamatan, Pertokoan, Ruko Pasar skala kecamatan, Pertokoan, Ruko Jasa Sosial - Ekonomi Skala, seperti Jasa Koperasi Simpan Pinjam, Pegadaian, Bengkel, warung internet, salon. Penginapan (motel, hotel), jasa pengiriman dan jasa umum lainnya. SMU, SMK, Diploma SMU, SMK, Perguruan Tinggi Puskesmas Rawat Inap, Rumah Sakit dokter jaga, bidan. Puskesmas Rawat Inap, Rumah Sakit C Pusat peribadatan skala kecamatan, seperti Masjid, Gereja. Pusat peribadatan skala kecamatan, seperti Masjid, Gereja, Pure. Perkantoran Pemerintah dan swasta skala - lokal Perkantoran Pemerintah dan swasta skala (kantor pos dan giro) Rekreasi - Olahraga & Wisata Pusat hiburan dan rekreasi skala lokal, Pusat hiburan dan rekreasi skala kecamatan - lokal Industri dan Potensi Lain Pusat industri pengolahan/pemasaran hasil pertanian Pusat industri kerajinan tangan berupa kerajinan dari kayu jati Pusat industri kerajinan menengah dan kecil Sumber : Hasil Rencana Laporan Akhir IV - 14
3 1. Rencana Jalan Bebas Hambatan Rencana pembangunan jalan bebas hambatan lintas tengah trans pulau Jawa bertujuan untuk menyeimbangkan dan meningkatkan perekonomian antara Jawa bagian selatan dengan Jawa bagian utara. Selama ini pertumbuhan perekonomian masyarakat di pantai utara (Pantura) Jawa lebih maju dibandingkan penduduk pantai selatan Jawa. Rencana pembangunan jalan bebas hambatan Ngawi - Kertosono dan Jalan bebas hambatan Solo Mantingan Ngawi, dengan panjang 44,7 Km. Right Of Way (Row) atau ruang milik jalan (Rumija) yang dibangun rata-rata 60 meter. Luas lahan yang dibutuhkan 361,4 Ha, terdiri dari lahan sawah seluas 331,2 Ha dan lahan darat seluas 0,301 Ha Adapun wilayah Kabupaten Ngawi yang terkena proyek pembangunan jalan bebas hambatan adalah sebagai berikut : Tabel 4.4 Wilayah Kabupaten Ngawi yang Terkena Proyek Pembangunan Jalan Bebas Hambatan NO NAMA KECAMATAN NAMA DESA 1 Mantingan Kedungharjo Mantingan Sambirejo Pengkol 2 Karanganyar Sriwedari 3 Widodaren Kauman Gendingan Widodaren Karangbayu Sidolaju 4 Kedunggalar Bangunrejo Kidul Jenggrik Wonokerto Pelanglor Gemarang 5 Paron Ngale Kebon Dawu 6 Ngawi Watualang NO NAMA KECAMATAN NAMA DESA Grudo Jururejo Beran 7 Geneng Klitik Kersoharjo Dempel Kersikan Kasreman Klampisan Baderan 8 Kwadungan Mojomanis Sumber :Dinas Perhubungan 2. Rencana Jalan Arteri Primer Jalan arteri primer merupakan jalan yang menghubungkan secara berdaya guna antar pusat kegiatan nasional atau antar pusat kegiatan nasional dengan pusat kegiatan wilayah. Jalan arteri primer ini juga melayani angkutan utama yang merupakan tulang punggung transportasi nasional yang menghubungkan pintu gerbang Kota Ngawi ke perbatasan Jawa Timur Jawa Tengah. Ketentuan teknis tentang jalan arteri sistem primer dijelaskan dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan disebutkan bahwa: a. Jalan arteri primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 60 km/jam dengan lebar badan jalan minimal 11 meter; b. Jalan arteri primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata c. Pada jalan arteri primer lalu lintas jarak jauh tidak boleh terganggu oleh lalu lintas ulang alik, lalu lintas lokal, dan kegiatan lokal; d. Jumlah jalan masuk ke jalan arteri primer dibatasi; e. Persimpangan sebidang pada jalan arteri primer dengan pengaturan tertentu; serta f. Jalan arteri primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus. Laporan Akhir IV - 15
4 b. Jalan kolektor primer mempunyai kapasitas yang lebih besar dari volume lalu lintas rata-rata; c. Jumlah jalan masuk dibatasi dan direncanakan. d. Persimpangan sebidang pada jalan kolektor primer dengan pengaturan tertentu; serta e. Jalan kolektor primer yang memasuki kawasan perkotaan dan/atau kawasan pengembangan perkotaan tidak boleh terputus. Rencana pengembangan jalan kolektor primer yang termasuk status jalan Nasional di Kabupaten Ngawi adalah ruas jalan A. Yani, Jalan Klitik Banyakan, Jalan Lombok, Jalan Batas Kota Ngawi Batas Kab. Magetan. Selain itu juga jalan Padangan Batas Kab. Ngawi, Batas Kab. Bojonegoro Batas Kota Ngawi dan Jalan Raya Padangan Gambar 4.1. Kondisi Jalan Arteri di Mantingan Rencana pengembangan jalan arteri primer yang memiliki status Jalan Nasional di Kabupaten Ngawi adalah ruas jalan Mantingan Batas Kota Ngawi, Jalan Gubernur Suryo, Jalan PB. Sudirman, Jalan Basuki Rahmat, Jalan Sukowati, Jalan Batas Kota Ngawi Batas Kab. Madiun. 3. Rencana Jalan Kolektor Primer Jalan kolektor 1 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Ibukota Provinsi; Jalan Kolektor 2 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan Ibukota Provinsi dengan Ibukota Kabupaten/Kota; serta Jalan Kolektor 3 adalah jalan kolektor primer yang menghubungkan antar Ibukota Kabupaten/ Kota. Ketentuan teknis tentang jalan Kolektor sistem Primer dijelaskan dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang memaparkan bahwa : a. Jalan kolektor primer didesain berdasarkan kecepatan rencana minimal 40 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 9 meter; Gambar 4.2. Kondisi Jalan Arteri Primer di Padas 4. Rencana Jalan Lokal Primer Jalan lokal merupakan jalan umum yang berfungsi melayani angkutan setempat dengan ciri perjalanan jarak dekat, kecepatan rata-rata rendah, dan jumlah jalan masuk tidak dibatasi. Jalan lokal primer ini pada dasarnya merupakan jalan penghubung utama antar kecamatan yang ada dan penghubung dengan fungsi utama di Kabupaten Ngawi yang tidak terletak di jalan arteri maupun kolektor. Laporan Akhir IV - 16
5 Ketentuan teknis tentang jalan Lokal sistem Primer dijelaskan dalam Pasal 15 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, yang memaparkan bahwa : a. Jalan lokal primer di desain berdasarkan kecepatan rencana minimal 20 km / jam dengan lebar badan jalan minimal 7,5 meter; dan b. Jalan lokal primer yang memasuki kawasan perdesaan tidak boleh terputus. Arahan pengembangan jalan lokal primer yang termasuk status Jalan a. Meliputi badan jalan, saluran tepi jalan, dan ambang pengamannya; b. Merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditetapkan oleh penyelenggara jalan yang bersangkutan berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Menteri; serta c. Hanya diperuntukkan bagi median, perkerasan jalan, jalur pemisah, bahu jalan, saluran tepi jalan, trotoar (hanya diperuntukkan bagi lalu lintas pejalan kaki), lereng, ambang pengaman, timbunan dan galian, goronggorong, perlengkapan jalan, dan bangunan pelengkap lainnya. Kabupaten di wilayah Kabupaten Ngawi, dan pengelolaannya menjadi wewenang Pemerintah Kabupaten Ngawi adalah : a. jalan-jalan yang menghubungkan antar kecamatan dan menghubungkan sistem perkotaan; b. rencana pengembangan jalan lingkar (ring road) utara ngawi; c. jalan-jalan utama yang menghubungkan antara jalan lingkar (ring road), jalan arteri primer dan jalan kolektor primer dengan jalan-jalan yang menghubungkan sistem perkotaan; d. rencana pengembangan jalan lokal primer yang berfungsi sebagai jalan lintas strategis kabupaten dan jalan penghubung antar kabupaten, meliputi 1) jalan yang menghubungkan Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten Bojonegoro. 2) jalan yang menghubungkan Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten Blora. 3) jalan yang menghubungkan Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten Grobogan. 4) jalan yang menghubungkan Kabupaten Ngawi dengan Kabupaten Karanganyar. Mendasar Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan, untuk mengendalikan fungsi jalan telah diatur Ruang Manfaat Jalan, Ruang Milik Jalan dan Ruang Pengawasan Jalan dengan ketentuan sebagai berikut : 1. Ruang Manfaat Jalan Dalam Pasal 34 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa Ruang Manfaat Jalan : 2. Ruang Milik Jalan Dalam Pasal 39 Peraturan Pemerintah No. 34 Tahun 2006 tentang Jalan, dijelaskan bahwa : a. Ruang Milik Jalan terdiri dari ruang manfaat jalan dan sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan; b. Ruang Milik Jalan merupakan ruang sepanjang jalan yang dibatasi oleh lebar, kedalaman, dan tinggi tertentu; c. Ruang Milik Jalan diperuntukkan bagi ruang manfaat jalan, pelebaran jalan, dan penambahan jalur lalu lintas di masa akan datang serta kebutuhan ruangan untuk pengamanan jalan; d. Sejalur tanah tertentu dapat dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau yang berfungsi sebagai lansekap jalan; serta e. Penggunaan ruang terbuka pada ruang milik jalan untuk ruang terbuka hijau dimungkinkan selama belum dimanfaatkan untuk keperluan ruang manfaat jalan. 3. Ruang Pengawasan Jalan Dalam Pasal 44 Peraturan Pemerintah No. 34/2006 tentang Jalan, dijelaskan : a. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang tertentu di luar ruang milik jalan yang penggunaannya ada di bawah pengawasan penyelenggara jalan; Laporan Akhir IV - 17
6 b. Ruang pengawasan jalan diperuntukkan bagi pandangan bebas pengemudi dan pengamanan konstruksi jalan serta pengamanan fungsi jalan; c. Ruang pengawasan jalan merupakan ruang sepanjang jalan di luar ruang milik jalan yang dibatasi oleh lebar dan tinggi tertentu; serta Berdasarkan ketentuan di atas, maka bagian-bagian jalan dapat digambarkan sebagai berikut : Gambar 4.3. Bagian-bagian Jalan No Fungsi Jalan Rumaja Rumija Ruwasja c. Perdagangan d. Fasilitas Umum Jalan Kolektor Primer a. Pusat Perbelanjaan b. Perumahan c. Perdagangan d. Fasilitas Umum Jalan Lokal Primer a. Pusat Perbelanjaan b. Perumahan c. Perdagangan d. Fasilitas Umum Sumber : Hasil Rencana 2008 Ditinjau dari kondisi dan kebutuhan pengembangan di Kabupaten Ngawi, maka arahan lebar ruang manfaat jalan, ruang milik jalan dan ruang pengawasan jalan dapat dilihat pada Tabel 4.5. berikut: Tabel 4.5. Arahan Rumaja, Rumija dan Ruwasja di Kabupaten Ngawi No Fungsi Jalan Rumaja Rumija Ruwasja 1 Jalan Tol Jalan Arteri Primer a. Pusat Perbelanjaan b. Perumahan Laporan Akhir IV - 18
7 Gambar 4.4 Konsep Dimensi Jalan yang berada di Ngawi sebanyak 2 unit terminal, yaitu terminal penumpang dan juga terminal barang Rencana pengembangan terminal penumpang, meliputi: a. memperbaiki, meningkatkan pelayanan dan mengembangkan terminal Tipe C, di Ngrambe, Geneng, Karangjati dan Gendingan; b. memperbaiki, meningkatkan pelayanan dan mengembangkan terminal barang di Ngawi, Mantingan dan Karangjati; c. memelihara dan meningkatkan pelayanan Terminal Kertonegoro Tipe A di tepi jalan lingkar Ngawi; dan d. peningkatan infrastruktur pendukung pelayanan terminal yang memadai. Rencana pengembangan terminal barang, meliputi: a. memperbaiki, meningkatkan pelayanan dan mengembangkan terminal barang di Ngawi, Mantingan dan Karangjati; b. peningkatan infrastruktur pendukung pelayanan terminal yang memadai. B. Rencana Terminal Pada dasarnya terminal berfungsi sebagai tempat persinggahan Gambar 4.5 Terminal dan Terminal Barang di Kabupaten Ngawi kendaraan/angkutan umum yang juga berfungsi mengatur pergerakan orang dan barang. Hingga tahun 2030 terdapat 2 unit terminal di Kabupaten Ngawi Laporan Akhir IV - 19
8 Rencana Kereta Api Dalam pasal 1 Undang-Undang No. 13 Tahun 1992 tentang Perkeretaapian, dijelaskan bahwa yang dimaksud dengan perkerataapian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan sarana, prasarana dan fasilitas penunjang kereta api untuk penyelenggaraan angkutan kereta api yang disusun dalam satu sistem. Sarana kereta api adalah segala sesuatu yang dapat bergerak di atas jalan rel. Prasarana kereta api adalah jalur dan stasiun kereta api termasuk fasilitas yang diperlukan agar sarana kereta api dapat dioperasikan. Sedangkan fasilitas penunjang kereta api adalah segala sesuatu yang melengkapi penyelenggaraan angkutan kereta api yang dapat memberikan kemudahan serta kenyamanan bagi pengguna jasa kereta api. Dalam pasal 13 UU No. 13/1992 tentang Perkeretaapian dijelaskan bahwa untuk kelancaran dan keselamatan pengoperasian kereta api, pemerintah menetapkan pengaturan mengenai jalur kereta api yang meliputi daerah manfaat jalan, daerah milik jalan dan daerah pengawasan jalan termasuk bagian bawahnya serta ruang bebas diatasnya. Hal ini berarti badan penyelenggara dalam memanfaatkan jalur tersebut tidak boleh mengakibatkan terganggunya penyelenggaraan angkutan kereta api. Agar masyarakat luas mengetahui batas jalur kereta api, maka badan penyelenggara wajib menempatkan tanda atau patok batas-batas jalur kereta api. Dalam ketentuan ini, yang dimaksud dengan daerah manfaat jalan kereta api adalah jalan rel beserta tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk konstruksi jalan rel. Daerah milik jalan kereta api yaitu daerah manfaat jalan kereta api beserta tanah di kiri dan kanannya yang dipergunakan untuk pengamanan konstruksi. Adapun untuk ketentuan-ketentuan tentang sepanjang jalan kereta api sebagai usaha perlindungan terhadap jaringan jalan tersebut dimana lahan yang termasuk jalan kereta api menurut UU RI No Ruang Manfaat Jalan (Rumaja) Kereta Api Ruang manfaat jalan memanfaatkan jalan rel kereta api yang panjangnya dari sumbu rel kereta api, digunakan untuk melindungi jalan atau lahan PT. Kereta Api Indonesia (KAI) dari gangguan berupa pembongkaran atau gangguan langsung terhadap badan rel kereta api, seperti melindungi dari bahaya banjir. Lahan selebar ini merupakan ruang bebas dari bangunan dan merupakan ruang bebas pandang kereta api, untuk mengakomodasikan badan kereta api dan perlengkapan lalu lintas kereta api. Ruang ini hanya diisi perlengkapan kegiatan lalu-lintas kereta api yaitu kabel-kabel sinyal, telegram dan telepon. Perlengkapan ini sangat penting bagi kelancaran terselenggaranya perlengkapan tersebut terganggu, maka akan membahayakan keselamatan perjalanan kereta api. 2. Ruang Milik Jalan (Rumija) Kereta Api Ruang milik jalan kereta api sepanjang 11 meter dari poros rel kereta api, termasuk dalam daerah bebas pandang. Kecelakaan kereta api bisa disebabkan tercampurnya perlintasan sisi orang dengan perlintasan kereta api. Untuk itu perlu diadakan pengendalian terhadap pergerakan manusia yang akan melintasi atau api. Damija diperlukan pula untuk menghindari terjadinya pemanfaatan asset kereta api untuk kepentinganlain. Selain itu lahan damija ini digunakan untuk memperlancar perjalanan kereta api dari gangguan seperti longsor, kendaraan lain yang melintas dan gangguan lainnya. 3. Ruang Pengawasan Jalan (Ruwasja) Kereta Api Ruang pengawasan jalan rel kereta api panjangnya 23 meter dari poros rel kereta api. Sekitar lahan ini bisa dibangun tetapi masih dalam pengawasan jawatan kereta api, disamping itu dalam jangka panjang sebagai lahan cadangan untuk keperluan dan kemanfaatan kelancaran kereta api. Tahun 1993 tentang Perkeretaapian adalah : Laporan Akhir IV - 20
9 Stasiun kereta api di Kabupaten Ngawi ini ada 4 yaitu Stasiun Geneng, Paron, Kedunggalar dan Stasiun Walikukun. Sistem pergerakan digunakan untuk melayani pergerakan yang menghubungkan antara Ngawi - Surabaya, Ngawi - Jakarta. dapat memenuhi standart kelayakan konservasi. Selain itu juga dilakukan konservasi pada rel kereta yang telah mati yang ditujukan pada ruas-ruas potensial. Untuk sempadan kereta api dapat difungsikan sebagai Ruang Terbuka Hijau yaitu antara sempadan garis tepi rel kereta api hingga batas pinggir kereta api. Dengan dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau, maka manfaat yang diperoleh sangat banyak, yaitu : 1. Sebagai alat peredam suara yang ditimbulkan oleh mesin kereta api; 2. Untuk mengurangi polusi, akibat polusi asap kereta api maupun kendaraan lain; dan 3. Untuk membatasi agar tidak dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar untuk Gambar 4.6 Stasiun Paron di Kabupaten Ngawi kegiatan baik kegiatan berdagang maupun mendirikan bangunan lainnya. Untuk pengembangan sistem perkeretaapian antara lain meliputi : 1. Rencana pengembangan prasarana transportasi perkeretaapian meliputi arahan pengembangan jalur perkeretaapian, pengembangan prasarana perkeretaapian untuk keperluan penyelenggaraan kereta api regional antar kota, terminal barang, serta konservasi rel mati. 2. Rencana pengembangan jalur perkeretaapian meliputi arahan pengembangan jalur kereta api ganda, dan penataan jalur perkeretaapian jalur Barat yaitu Surabaya Solo yang melewati stasiun Geneng, Paron dan Walikukun. 3. Rencana pengembangan prasarana perkeretaapian untuk keperluan penyelenggaraan kereta api regional antar kota Madiun Solo melewati Geneng Paron Walikukun. 4. Rencana pengembangan terminal barang di stasiun Paron. 5. Rencana pengembangan prasarana jalur perkeretaapian berupa penataan jalur yang terdiri dari tindakan pemasangan jalur ganda, tindakan pemasangan jalur melayang. Gambar 4.7 Sempadan Jaringan Kereta Api Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada peta 4.3 Pengembangan Jaringan Transportasi Konservasi sempadan rel kereta api pada dearah permukiman adalah 11,5 meter pada kiri dan kanan sepanjang rel kereta. Untuk konservasi sempadan rel kereta api di wilayah Kabupaten Ngawi sebaiknya diarahkan agar Laporan Akhir IV - 21
10 RENCANA TATA RUANG WILAYAH TAHUN Laporan Akhir IV - 22
11 Rencana Pengembangan Sistem Jaringan Prasarana Energi A. Energi Listrik Dalam rangka pemerataan pembangunan, maka penerangan ke wilayah terisolasi atau wilayah yang belum terjangkau kebutuhan akan listrik harus dilakukan melalui pengembangan jaringan baru. Diharapkan jaringan prasarana energi listrik akan mampu memenuhi kebutuhan akan energi listrik di wilayah Kabupaten Ngawi. Untuk mengoptimalkan pelayanan energi listrik pada masa depan, diperlukan adanya peningkatan pelayanan utamanya pada daerah-daerah yang menjadi pusat pertumbuhan wilayah dan wilayah yang menjadi target pengembangan. Pengembangan pelayanan energi listrik meliputi : 1. peningkatan daya energi listrik pada daerah-daerah pusat pertumbuhan dan daerah pengembangan berupa pembangunan dan penambahan gardu-gardu listrik di Widodaren, Ngrambe dan Karangjati; 2. penambahan dan perbaikan sistem jaringan listrik pada daerah-daerah yang belum terlayani; dan 3. meningkatkan dan mengoptimalkan pelayanan listrik sehingga terjadi pemerataan pelayanan diseluruh wilayah daerah, sehingga dapat diasumsikan bahwa setiap rumah tangga akan memperoleh layanan jaringan listrik, sehingga tidak ada masyarakat yang belum terlayani. Dalam peningkatan pelayanan jaringan listrik perlu diperhatikan adanya ketentuan pembangunan jaringan listrik, dimana dalam pengembangan jaringan listrik khususnya untuk pengembangan jaringan SUTT dan SUTET diperlukan Gambar 4.8 Sempadan SUTT 66 kv Tanah Datar areal konservasi pada sekitar jaringan yaitu sekitar 20 meter pada setiap sisi tiang listrik untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan bagi masyarakat. Laporan Akhir IV - 23
12 Kabupaten Ngawi memiliki wilayah yang luas dengan 19 kecamatan. Listrik atau penerangan sangat dibutuhkan oleh setiap daerah agar lebih mudah dalam memperoleh informasi guna memajukan daerah itu sendiri, Gardu Induk Kabupaten Ngawi jumlahnya saat ini ada 1 unit yaitu di Ngawi. Untuk memenuhi kebutuhan listrik masyarakat Kabupaten Ngawi, sumber energinya diambil dari Jaringan SUTT Jawa Bali dan akan diupayakan pengembangannya agar dapat menjangkau tempat terpencil. Selain itu berpotensi dikembangkan potensi sumber energy alternatif yang murah dan ramah lingkungan antara lain berupa Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro, solarcell serta biogas. Pemasangan pembangkit listrik tenaga air atau Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro (PLTMH) dilakukan pada daerah yang memiliki sumber air dan belum dimanfaatkan secara optimal, seperti air terjun, sumber irigasi dan sungai seperti Waduk Pondok, Waduk Sangiran dan Waduk Kedung Bendo. Beberapa peluang desa mandiri energi yang ada di Kabupaten Ngawi akan dikembangkan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat. Adapun wilayah mandiri energi penghasil biogas adalah desa-desa dengan potensi ternak besar karena biasanya sumber pembuatan dari biogas adalah kotoran ternak antara lain : Keterangan : Gambar 4.9 Sempadan SUTT 150 kv Tanah Datar : Ruang bebas (daerah terlarang) J1 : Jarak bebas (terdekat) untuk lapangan terbuka daerah luar kota J3 = J5 : Jarak bebas (terdekat) terhadap pohon-pohon pada umumnya dan bagian bangunan tahan api Dibutuhkan adanya alternatif bentuk energi lain yang bisa dikembangkan untuk peningkatan pelayanan listrik di Kabupaten Ngawi meliputi mikrohidro dan solarcell serta biogas. Desa - desa di Widodaren Desa - desa di Paron Desa - desa di Kendal Desa - desa di Geneng Desa - desa di Sine Desa - desa di Padas Desa - desa di Ngrambe Desa - desa di Kasreman Desa - desa di Gerih Laporan Akhir IV - 24
RENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
3.1. TUJUAN PENATAAN RUANG Luas wilayah kabupaten yang merupakan kawasan pertanian seluas 44.361,6 ha ( 34,23 % dari luas Kabupaten Ngawi), dan 47,15% penduduk merupakan petani, maka potensi terbesar Kabupaten
Lebih terperinciRENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Laporan Akhir
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayahnya laporan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi ini dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN
PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR 10 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN 2010-2030 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 335 /KPTS/013/2015 TENTANG
GUBERNUR JAWA TIMUR KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/ 335 /KPTS/013/2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS KEPUTUSAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 188/136/KPTS/013/2015 TENTANG PERPANJANGAN PENETAPAN LOKASI SISA
Lebih terperinciRENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
Bagian ini pada dasarnya menggambarkan potensi, masalah dan prospek pengembangan sesuai dengan kondisi eksisting serta kebijakan terkait yang akan digunakan untuk menyusun kebijakan, strategi pengembangan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI
SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN KEDIRI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2011 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEDIRI, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem
Lebih terperinciBUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR
SALINAN BUPATI BOGOR PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya
Lebih terperinciBUPATI BANGKA TENGAH
BUPATI BANGKA TENGAH SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA TENGAH NOMOR 37 TAHUN 2011 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA TENGAH, Menimbang : a. bahwa jalan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012
LEMBARAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PEMANFAATAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR NUSA
Lebih terperinciC. KLUSTER DESA PERKOTAAN
C. KLUSTER DESA PERKOTAAN 1. Gambaran Umum Dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Ngawi disebutkan, bahwa Ibukota Ibukota Kecamatan akan dijadikan sebagai pusat Layanan / Fungsi Perkotaan. Data Desa
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 6, Pasal 7,
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciUU NO. 38 TAHU UN 2004 & PP No. 34 TA AHUN 2006 TENTANG JALAN DIREKTORAT BINA TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM
UU NO. 38 TAHU UN 2004 & PP No. 34 TA AHUN 2006 UU No. 38 TAHUN 2004 & PP No. 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DIREKTORAT BINA TEKNIK DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM A. Jalan menurut
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG
GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 11 TAHUN 2004 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 34 TAHUN 2006 TENTANG JALAN www.bpkp.go.id DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBANGUNAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG PEMBANGUNAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa jalan mempunyai peranan penting dalam mendukung
Lebih terperinciPENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN
PENJELASAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SRAGEN NOMOR 11 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SRAGEN TAHUN 2011-2031 I. UMUM 1. Faktor yang melatarbelakangi disusunnya Rencana Tata Ruang
Lebih terperinciBUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG
BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2007 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN
Lebih terperinciPROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG,
PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARAWANG NOMOR 17 TAHUN 2016 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARAWANG, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi
Lebih terperinciRENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
7.1. PERUMUSAN KEBIJAKAN STRATEGIS OPERASIONALISASI RENCANA TATA RUANG WILAYAH DAN RENCANA TATA RUANG KAWASAN STRATEGIS Tata ruang yang telah disusun harus dijadikan pedoman pelaksanaan pembangunan. Beberapa
Lebih terperinciBUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP,
BUPATI CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai bagian sistem transportasi mempunyai
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT,
PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NO. 3 2009 SERI. E PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN
PEMERINTAH KABUPATEN TULUNGAGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TULUNGAGUNG NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TULUNGAGUNG, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciOutline. Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri simpang
Civil Engineering Diploma Program Vocational School Gadjah Mada University Nursyamsu Hidayat, Ph.D. Outline Klasifikasi jalan Dasar-dasar perencanaan geometrik Alinemen horisontal Alinemen vertikal Geometri
Lebih terperinciBUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH
BUPATI JEPARA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEPARA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PEMANFAATAN BAGIAN JALAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JEPARA, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN DI KABUPATEN TAPIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI TAPIN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka tertib pembangunan fisik
Lebih terperinciBUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN
BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 21 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTABARU, Menimbang : a.
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : Mengingat : a. bahwa dengan semakin
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 51 2010 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 51 TAHUN 2010 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DAN GARIS SEMPADAN SUNGAI/SALURAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciBUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI,
BUPATI NGAWI PERATURAN BUPATI NGAWI NOMOR 58 TAHUN 2008 TENTANG UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI NGAWI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk
Lebih terperinciWALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN,
WALIKOTA PEKALONGAN PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 7 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang Mengingat : a. bahwa sungai, saluran, waduk,
Lebih terperinciRENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI
Pembagian kecamatan-kecamatan di seluruh Kabupaten Ngawi sesuai dengan kondisi dan karakteristik kegiatan dibedakan menjadi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan. Identifikasi kawasan perkotaan dan perdesaan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 79 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 24 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BEKASI, Menimbang : a. bahwa dengan meningkatnya
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN
BERITA DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2012 NOMOR : 21 PERATURAN WALIKOTA CILEGON NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CILEGON Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinci2013, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Jaringan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan adalah ser
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.193, 2013 TRANSPORTASI. Perhubungan. Lalu Lintas. Angkutan Jalan. Jaringan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468) PERATURAN PEMERINTAH
Lebih terperinciPROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL,
PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KENDAL, Menimbang Mengingat : a. bahwa jalan sebagai salah satu prasarana
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEPULAUAN SELAYAR, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 TENTANG JALAN TOL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1990 Tentang: JALAN TOL Presiden Republik Indonesia, Menimbang: a. bahwa dalam rangka melaksanakan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan,
Lebih terperinciBAB I Pendahuluan I-1
I-1 BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi dan perkembangan transportasi mempunyai hubungan yang sangat erat dan saling ketergantungan. Perbaikan dalam transportasi pada umumnya akan
Lebih terperinciRENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI. Hak-hak LMDH 1. Menerima pelatihan-pelatihan usaha produktif dan kewirausahaan.
Hak-hak LMDH 1. Menerima pelatihan-pelatihan usaha produktif dan kewirausahaan. ditingkatkan intensifikasinya. Pengembangan sawah selain padi juga dilakukan penerapan sistem mina padi, tumpang sari dan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR : 21 TAHUN : 01 SERI : C PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 17 TAHUN 01 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERANG Menimbang : a.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian jalan Jalan adalah salah satu prasarana (infrastruktur) transportasi darat yang berawal dari titik asal (origin) menuju titik tujuan (destination) yang meliputi
Lebih terperinciWalikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat
- 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG JARAK BEBAS BANGUNAN DAN PEMANFAATAN PADA DAERAH SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan,
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada
Lebih terperinciKOORDINASI PERENCANAAN PENANGANAN PERUMAHAN PERKOTAAN KABUPATEN NGAWI
93 KOORDINASI PERENCANAAN PENANGANAN PERUMAHAN PERKOTAAN KABUPATEN NGAWI Oleh Bambang Hutojo Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Di Kabupaten Ngawi, wilayah yang didefinisikan sebagai kawasan permukiman perkotaan
Lebih terperinciBUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG
BUPATI BANGKA PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN JALAN DI KABUPATEN BANGKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANGKA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN
BAB I 1.1. LATAR BELAKANG Cepu merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Blora yang memiliki prospek perkembangan menjadi pusat pengelolaan minyak dan gas Blok Cepu. Untuk mendukung hal itu diperlukan
Lebih terperinciRENCANA TATA RUANG WILAYAH (RTRW) KABUPATEN NGAWI RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN NGAWI TAHUN Laporan Akhir V - 40
RENCANA TATA RUANG WILAYAH TAHUN 2010-2030 Laporan Akhir V - 40 5.2.2.7. Kawasan Peruntukan Pariwisata Kawasan peruntukan di Kabupaten Ngawi terdiri atas: kawasan pariwisata budaya, kawasan pariwisata
Lebih terperinciBUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURBALINGGA, Menimbang : a. bahwa jalan
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN NGAWI RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 2014
LAMPIRAN II : PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGAWI NOMOR : 6 Tahun 203 TANGGAL : Desember 203 PEMERINTAH KABUPATEN NGAWI RINGKASAN APBD MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH DAN ORGANISASI TAHUN ANGGARAN 204
Lebih terperinciPETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990
PETUNJUK TERTIB PEMANFAATAN JALAN NO. 004/T/BNKT/1990 DIREKTORAT JENDERAL BINA MARGA DIREKTORAT PEMBINAAN JALAN KOTA PRAKATA Dalam rangka mewujudkan peranan penting jalan dalam mendorong perkembangan kehidupan
Lebih terperinciKETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI. dengan fasilitas dan infrastruktur perkotaan yang sesuai dengan kegiatan ekonomi yang dilayaninya;
Lampiran III : Peraturan Daerah Kabupaten Bulukumba Nomor : 21 Tahun 2012 Tanggal : 20 Desember 2012 Tentang : RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN BULUKUMBA TAHUN 2012 2032 KETENTUAN UMUM PERATURAN ZONASI
Lebih terperinciLAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN
Lampiran VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR TAHUN 2011 LAMPIRAN VII PERATURAN DAERAH KABUPATEN SLEMAN NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2011 2031 MATRIK
Lebih terperinciGUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR,
GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 61 TAHUN 2006 TENTANG PEMANFAATAN RUANG PADA KAWASAN PENGENDALIAN KETAT SKALA REGIONAL DI PROVINSI JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang Mengingat
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN,
KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 52 TAHUN 2000 TENTANG JALUR KERETA API MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang: a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1998 tentang Prasarana dan Sarana Kereta
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 35 TAHUN 1991 TENTANG SUNGAI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sungai sebagai sumber air sangat penting fungsinya dalam pemenuhan kebutuhan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUNINGAN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG KETENTUAN GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUNINGAN, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya pembangunan
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG
PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 14 TAHUN 2001 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,
Lebih terperinciPERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 56 TAHUN 2009 TENTANG PENYELENGGARAAN PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN
BUPATI SIDOARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIDOARJO NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN-BAGIAN JALAN KABUPATEN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO, Menimbang : a.
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PEMERINTAH KABUPATEN LUWU TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUWU TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mewujudkan
Lebih terperinciPP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991)
PP 35/1991, SUNGAI... Bentuk: PERATURAN PEMERINTAH (PP) Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 35 TAHUN 1991 (35/1991) Tanggal: 14 JUNI 1991 (JAKARTA) Sumber: LN 1991/44; TLN NO. 3445 Tentang: SUNGAI
Lebih terperinciANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG
bidang TEKNIK ANALISIS KEBUTUHAN JALAN DI KAWASAN KOTA BARU TEGALLUAR KABUPATEN BANDUNG MOHAMAD DONIE AULIA, ST., MT Program Studi Teknik Sipil FTIK Universitas Komputer Indonesia Pembangunan pada suatu
Lebih terperinciPersyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan
Standar Nasional Indonesia Persyaratan umum sistem jaringan dan geometrik jalan perumahan ICS 93.080 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar Isi... Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup...
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 19 TAHUN 2007 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : a. bahwa dalam mengantisipasi pembangunan prasarana dan sarana yang
Lebih terperinciRENCANA TATA RUANG WILAYAH KABUPATEN LAMONGAN
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga Naskah Akademis untuk kegiatan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Lamongan dapat terselesaikan dengan baik
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG
PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28/PRT/M/2015 TENTANG PENETAPAN GARIS SEMPADAN SUNGAI DAN GARIS SEMPADAN DANAU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN
Lebih terperinciLEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 44, 1991 (PERHUBUNGAN. PERTANIAN. Perikanan. Prasarana. Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik
Lebih terperinciSALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, PAGAR, SUNGAI, DAN PANTAI
SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 07 TAHUN 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN BANGUNAN, PAGAR, SUNGAI, DAN PANTAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BULUNGAN, Menimbang : a. bahwa dalam
Lebih terperinciJalan bebas hambatan : Mantingan Widodarem Kedunggalar Paron Geneng Ngawi - Kwadungan. Jalan Lingkar di Kecamatan Ngawi
perkotaan IKK Pemenuhan fasilitas perkotaan dan peningkatan interaksi Penyediaan sarana penunjang APBD Kab Kebudayaan & Pariwisata Kab, Pu Ciptakarya Kab, BPN Kab, Koperasi,Industri dan Perdagangan Kab,
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN
BAB IV GAMBARAN WILAYAH PENELITIAN Perumnas Bumi Tlogosari terletak di Kelurahan Tlogosari Kulon dan Kelurahan Muktiharjo Kidul, Kecamatan Pedurungan yang merupakan bagian dari Bagian Wilayah Kota V Semarang.
Lebih terperinciPENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA
PENJELASAN I ISTILAH YANG DIGUNAKAN DALAM PROGRAM ADIPURA Perumahan menengah : meliputi kompleks perumahan atau dan sederhana permukiman Perumahan pasang surut : meliputi perumahan yang berada di daerah
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
GUBERNUR SUMATERA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA BARAT NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PEMANFAATAN DAN PENGGUNAAN BAGIAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA BARAT, Menimbang
Lebih terperinciTransportasi merupakan sistem yang bersifat multidisiplin bidang PWK, ekonomi, sosial, engineering, hukum, dll
Transportasi bukanlah tujuan akhir, namun merupakan alat/teknik/cara untuk mencapai tujuan akhir Kebutuhan transportasi merupakan derived demand (permintaan turunan) dari kebutuhan manusia akan tujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kereta api merupakan salah satu prasarana transportasi darat yang memegang peranan penting dalam mendistribusikan penumpang dan barang antar suatu tempat. Kelebihan
Lebih terperinciINFRASTRUKTUR BAB PERHUBUNGAN
BAB 5 INFRASTRUKTUR 5.1. PERHUBUNGAN Pembangunan infrastruktur perhubungan bertujuan memperlancar aksesibilitas dan membuka keterisolasian wilayah yang dapat meningkatkan kegiatan perekonomian wilayah
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon K I S A R A N
PEMERINTAH KABUPATEN ASAHAN SEKRETARIAT DAERAH Jalan Jenderal Sudirman No.5 Telepon 41928 K I S A R A N 2 1 2 1 6 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN ASAHAN NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG
Lebih terperinciPENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI
PENJELASAN ATAS PERATURAN DAERAH KOTA BONTANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG DAN PERATURAN ZONASI I. UMUM Di dalam undang-undang no 26 Tahun 2007 tentang penataan Ruang, dijelaskan
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 23 TAHUN 2008
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 23 TAHUN 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR : 23 TAHUN 2008 TENTANG JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SERDANG BEDAGAI Menimbang
Lebih terperinciBAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN. diperuntukkan bagi lalu lintas, yang berada pada permukaan tanah, di bawah
36 BAB III KONSEP UMUM TENTANG JALAN A. Pengertian dan Jenis-Jenis Jalan 1. Pengertian Jalan Menurut Peraturan Pemerintah No. 34 tahun 2006 tentang Jalan bahwa jalan adalah prasarana transportasi darat
Lebih terperinciPROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS
PROFIL KECAMATAN TOMONI 1. KEADAAN GEOGRAFIS Kecamatan Tomoni memiliki luas wilayah 230,09 km2 atau sekitar 3,31 persen dari total luas wilayah Kabupaten Luwu Timur. Kecamatan yang terletak di sebelah
Lebih terperinciBUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 10 TAHUN TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR : 10 TAHUN 2012... 2012 TENTANG GARIS SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka
Lebih terperinciJALAN Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 Tanggal 31 Mei 1985 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
JALAN Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 1985 Tanggal 31 Mei 1985 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dengan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1980 tentang Jalan telah ditetapkan ketentuan-ketentuan
Lebih terperinciBUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT
BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN GARUT NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GARUT, Menimbang : a. bahwa dengan semakin meningkatnya
Lebih terperinciBUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN
BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, Menimbang : a. bahwa jalan
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas
6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Lalu Lintas Jalan R.A Kartini Jalan R.A Kartini adalah jalan satu arah di wilayah Bandar Lampung yang berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2009 TENTANG SEMPADAN
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 1 TAHUN : 2009 SERI : E PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2009 TENTANG SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO,
Lebih terperinciPERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG,
PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUMAJANG NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI LUMAJANG, Menimbang : a. bahwa jalan sebagai prasarana transportasi merupakan
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG
1 RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 21 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG GARIS SEMPADAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Kondisi Wilayah Letak Geografis dan Wilayah Administrasi Wilayah Joglosemar terdiri dari kota Kota Yogyakarta, Kota Surakarta dan Kota Semarang. Secara geografis ketiga
Lebih terperinciPenataan Ruang. Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian
Penataan Ruang Kawasan Budidaya, Kawasan Lindung dan Kawasan Budidaya Pertanian Kawasan peruntukan hutan produksi kawasan yang diperuntukan untuk kawasan hutan yang mempunyai fungsi pokok memproduksi hasil
Lebih terperinciGEOGRAFIS GEOGRAPHICAL
1 GEOGRAFIS GEOGRAPHICAL Gambar/Figure 1.1 Peta Kabupaten Ngawi Menurut Kepadatan Penduduk Map of Ngawi Regency by Population Density Keterangan Kepadatan Penduduk: < 600 Jiwa/Km 2 600 900 Jiwa/Km 2 >
Lebih terperinciSISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN
SISTEM INFORMASI PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN PANGANDARAN Nama SKPD : DINAS PUHUBKOMINFO Jenis Data :Pemerintahan Tahun : 2016 PEKERJAAN UMUM Nama Nilai Satuan Ketersediaan Sumber Data 1 2 3 4 5 A. Panjang
Lebih terperinciPEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO
PEMERINTAH KABUPATEN KULON PROGO PERATURAN DAERAH KABUPATEN KULON PROGO NOMOR : 4 TAHUN 2009 TENTANG SEMPADAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KULON PROGO, Menimbang : a. bahwa dalam rangka menciptakan
Lebih terperinci