Keywords: organic waste, Indonesian shorelines, Youtefa Bay, Jayapura

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Keywords: organic waste, Indonesian shorelines, Youtefa Bay, Jayapura"

Transkripsi

1 PENCEMARAN ORGANIK DI PERAIRAN PESISIR PANTAI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA, PAPUA (ORGANIC WASTE IN THE YOUTEFA BAY SHORELINE OF JAYAPURA, PAPUA) Semuel Sander Erari¹, Jubhar Mangimbulude², Karina Lewerissa² 1 Mahasiswa Magister Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana 2 Dosen Magister Biologi, Universitas Kristen Satya Wacana Universitas Kristen Satya Wacana Jalan Diponegoro 52-60, Salatiga erarisemuelsander@yahoo.co.id Abstract - Indonesian shorelines and seas have natural resource potentials that need to be protected and well-managed. Youtefa Bay is one of the natural shoreline resource potentials in Jayapura, Papua Province. This bay is one of the natural tourism parks in Jayapura, so that it needs to be taken care of and well-maintained to preserve it. Acai River, Thomas River, and Anyaan River empty into this bay. This raises a threat of damage from land in the form of water contamination since the stream of those rivers is visually dirty and full of garbage. As a shoreline, it is threatened by damage from the land. This research was conducted in September October, 2011, to discover the water quality of Youtefa Bay shoreline. Water samples were taken from the estuaries of Acai River, Thomas River, and Anyaan River, as well as from the sea. The water samples that were taken were from the surface water with a depth of 1 meter. Next, the samples were analyzed in the Jayapura Regional Health Laboratory. The parameters that were analyzed were dissolved oxygen (DO), biochemical oxygen demand (BOD), chemical oxygen demand (COD), ammonia (NH4), phosphate (PO4), and sulfate (SO4). After that, at the sampling location, which was 500 meters before the river estuary, there was a kind of freshwater, so that the analytical results were compared with the value of Government Regulation No. 82, 2001, regarding water quality management and controlling water contamination in Indonesia. As the sample uses seawater, the data is compared with the seawater quality standard value for sea life. This refers to the Environment State Ministry Regulation No. 51, The analytical results reveal that the shoreline of Youtefa Bay contains organic waste materials that are above the quality standard value, such as the highest level of COD for all sampling locations is 1806 mg/l. However, this water is still productive because the body of water has the ability to clean itself (self-purification) from organic waste. Keywords: organic waste, Indonesian shorelines, Youtefa Bay, Jayapura Abstrak - Perairan pesisir pantai dan laut di Indonesia merupakan potensi sumberdaya alam yang perlu di jaga dan dikelola dengan baik. Teluk Youtefa merupakan salah satu potensi sumberdaya alam pesisir di kota Jayapura, Propinsi Papua. Teluk ini merupakan salah satu taman wisata alam yang berada di kota Jayapura, sehingga perlu mendapat perhatian serius untuk menjaga dan mengelolanya agar tetap lestari. Sebagai perairan pesisir terdapat muara Sungai acai, S. Thomas dan S. Anyaan yang bermuara ke Teluk ini. Hal ini menyebabkan terdapat ancaman kerusakan dari daratan berupa pencemaran air sebab aliran air dari ketiga sungai tersebut secara visual kotor dan penuh sampah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September Oktober 2011, dengan tujuan untuk mengetahui kualitas air di perairan pesisir Teluk Youtefa. Sampel air diambil pada muara sungai Acai, S. Thomas dan S. Anyaan serta perairan laut. Sampel air yang diambil adalah air permukaan dengan kedalaman 1 meter, selanjutnya sampel dianalisis di Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Jayapura. Parameter C - 327

2 yang dianalisis adalah Oksigen Terlarut (DO), Biochemical Oxigen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Ammonia (NH₃-N), Phospate (PO4) dan Sulfat (SO₄). Selanjutnya untuk titik sampling yang berjarak 186 meter sebelum muara sungai adalah jenis air kali sehingga hasil analisis dibandingkan dengan nilai Peraturan Pemerintah No. 82. Tahun Tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air di Indonesia, dan untuk sampel yang jenis airnya adalah air laut data dibandingkan dengan nilai baku mutu air laut untuk biota laut, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Nomor : 51 Tahun Hasil analisis menunjukan bahwa perairan pesisir pantai Teluk Youtefa mengandung bahan cemaran organik yang berada diatas nilai baku mutu misalnya kadar COD tertinggi untuk semua lokasi sampling adalah 1806 mg/l. meskipun demikian perairan ini masih produktif karena badan air memiliki kemampuan untuk membersihkan diri (Self purification) dari pencemaran organik tersebut. Kata Kunci; pencemaran organik, perairan pesisir pantai Indonesia, Teluk Youtefa, Kota Jayapura, Papua. LATAR BELAKANG Wilayah perairan pesisir Indonesia sangat fungsional dapat digunakan sebagai wahana tranprotasi dan pelabuhan, pariwisata, sumber penghasil pangan laut, kawasan pemukiman dan budidaya perikanan (Dahuri., et.,al dalam Salamet., B. 2007). Salah satu perairan pesisir Indonesia yang perlu mendapat perhatian pemerintah dan masyarakat untuk menjaga keberlanjutan ekologisnya adalah perairan pesisir Teluk Youtefa di Kota Jayapura, Propinsi Papua. Teluk Youtefa terletak di kota Jayapura, Propinsi Papua. Teluk ini sangat terkenal dengan potensi pemandangan alam laut yang indah, sehingga pada Tahun 1996 ditetapkan sebagai Taman wisata alam sesuai surat keputusan menteri kehutanan Nomor : 714/Kpts/-2/1996. Dengan luas Ha. ( 2011). Sebagai taman wisata alam sangat penting untuk dijaga kelestarian alamnya. Akhir - akhir ini banyak isu pencemaran yang berkembang dimasyarakat tentang kualitas perairan pesisir pantai Teluk Youtefa. Terdapat banyak sampah yang hanyut mengikuti aliran arus, bahkan saat memancing pun kemungkinan besar kail akan terkena kantong plastik (Abubar. 2008). Hal ini menimbulkan pertanyan apakah ada perhatian dari masyarakat dan pemerintah untuk menjaga dan melestarikan keindahan taman wisata alam Tersebut? Sepertinya tidak ada perhatian serius dari pemerintah dan masyarakat untuk menjaga dan melestariakan alam Youtefa yang sangat indah ini. Karena terlihat secara visual lingkungan ini sangat kotor dengan sampah. Rusaknya suatu ekosistem selalu tidak terlepas dari masyarakat yang tinggal di dalam ekosistem tersebut. Perairan pesisir pantai Teluk Youtefa saat ini dikotori oleh masyarakat yang berdomisili di sekitar wilayah Entrop, Kotaraja, Abepura, Kamkei dan Nafri. Terdapat juga aktifitas pelabuhan, pasar, pertokoan, bar, perhotelan, perbengkelan serta pencucian mobil dan motor. Aktifitas masyarakat perkotaan seperti ini menyebabkan banyak sampah atau limbah padat maupun cair yang dibuang ke parit - parit dan ke sungai di saat turun hujan (Binpa. 2011). Persepsi masyarakat adalah limbah bersifat padat maupun cair dibuang ke sungai atau ke parit-parit lalu mengalir bersama air parit dan sungai ke daerah pesisir pantai Teluk Youtefa adalah suatu tindakan yang tidak berbahaya. Hal ini menunjukan bahwa kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan sangat rendah. Pada perairan pesisir Teluk Youtefa terdapat tiga sungai yang mengalir di tengah kota dan bermuara ke perairan C - 328

3 pesisir pantai Teluk Youtefa yaitu sungai Anyan, S. Tomas, dan S. Acai. Secara ekologis sungai - sungai tersebut kondisinya kurang sehat karena di dalam badan sungai terdapat berbagai sampah maupun limbah cair bersifat organik dan nonorganik yang dibuang ke dalam badan sungai oleh masyarakat. Apabila saat turun hujan warna air pada sungai-sungai tersebut terlihat keruh dan saat-saat tertentu air itu berwarna dan berbau, ini merupakan indikatror telah terjadi pencemaran. Menurut Amin (2001), aktifitas manusia yang begitu kompleks di daratan sangat berpotensi mengganggu keseimbangan ekosistem perairan pesisir pantai dan laut. Masuknya pencemar organik dan nonorganik ke badan air perairan pesisir pantai Teluk Youtefa dapat menyebabkan kualitas perairan mengalami degradasi fungsi secara biologis. Potensi perairan pesisir pantai dan laut sebagai sumber pangan bagi masyarakat akan terganggu. Menurut Hardayanti (2007), degradasi lingkungan terjadi karena air limbah industri dan domestik yang dibuang ke badan sungai mengandung zat - zat pencemar yang tinggi. Selanjutnya menurut Erari et al. (2010), bahwa air limbah yang tidak diolah dengan baik berpotensi mencemari lingkungan perairan pesisir dan laut. Untuk mengukur pencemaran organik di perairan pesisir pantai Teluk Youtefa dapat ditentukan dengan mengukur nilai Oksigen Terlarut (DO), Biochemical Oxigen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Ammonia (NH₃-N), Phospate (PO4) dan Sulfat (SO₄). Saat ini perairan pesisir pantai Teluk Youtefa diduga tercemar, tetapi sepanjang pengetahuan penulis belum ada penelitian ilmiah tentang kualitas air di perairan pesisir Teluk Youtefa kota Jayapura, sehingga penelitian ini diarahkan untuk menjawab permasalahan tersebut. METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September - Oktober Sampel air diambil di muara - muara sungai dan daerah laut kawasan perairan pesisir pantai Teluk Youtefa Kota Jayapura, lokasi sampling ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian (Gambar 1). Sampel air yang diambil adalah air permukaan dengan kedalaman 1 meter, selanjutnya sampel dianalisis di Laboratorium Kesehatan Daerah Kota Jayapura. Parameter yang dianalisis adalah Oksigen Terlarut (DO), Biochemical Oxigen Demand (BOD), Chemical Oxygen Demand (COD), Ammonia (NH₃-N), Phospate (PO4) dan Sulfat (SO₄). Selanjutnya untuk titik sampling yang berjarak 186 meter sebelum muara sungai adalah jenis air kali sehingga hasil analisis dibandingkan dengan nilai Peraturan Pemerintah No. 82. Tahun Tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air di Indonesia, dan untuk sampel yang jenis airnya adalah air laut data dibandingkan dengan nilai baku mutu air laut untuk biota laut, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Nomor : 51 Tahun C - 329

4 Gambar 1. Peta Papua dan Lokasi Sampling di perairan pesisir pantai Teluk Youtefa. (Google Earth, 2011) Keterangan : A = Lokasi sampling di muara Sungai Acai, terdapat 4 titik sampling. B = Lokasi sampling di muara Sungai Thomas, terdapat 4 titik sampling. C = Lokasi sampling di muara Sungai Anyaan, terdapat 4 titik sampling. D = Lokasi sampling di daerah laut, terdapat 3 titik sampling. A. Lokasi sampling tepat dimuara Sungai Acai, terdapat 4 titik sampel air yang diambil. Penyebaran titik sampling pada muara S. Acai dapat dilihat pada gambar 2. Berikut ini. Keterangan gambar 2 : Titik 1 adalah jenis air tawar, titik 2 terdapat di tengah muara sungai jenis airnya adalah air laut, titik 3 dan titik 4 tepat disamping kiri dan kanan muara sungai jenis airnya adalah air laut. C - 330

5 Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : Jarak antar titik sampling : Titik 1 ke titik 2 : 186 meter Titk 2 ke titik 3 : 120 meter Titik 2 ke 4 : 150 meter Gambar. 2. Muara Sungai Acai. (Google Earth, 2011) B. Lokasi sampling tepat dimuara sungai Thomas terdapat 4 titik sampel air yang diambil. Penyebaran titik sampling dapat dilihat pada gambar 3. Berikut ini. Keterangan Gambar 3 : Angka 1, 2, 3 dan 4 menunjukan titik-titik sampling pada muara sungai. Jarak antar titik sampling : Titik 1 ke titik 2 : 154 meter Titk 2 ke titik 3 : 186 meter Titik 2 ke 4 : 200 meter Gambar3.MuaraS.Thomas (Google Earth, 2011) C. Lokasi sampling tepat dimuara sungai Anyaan terdapat 4 titik sampel air yang diambil. Keterangan Gambar 3 : Angka 1, 2, 3 dan 4 menunjukan titik-titik sampling pada muara sungai. Jarak antar titik sampling : Titik 1 ke titik 2 : 400 meter Titik 2 ke titik 3 : 180 meter Titik 2 ke titik 4 : 145 meter Gambar. 4. Muara S. Anyaan. (Google Earth, 2011) D. Lokasi sampling tepat di laut C - 331

6 perairan Teluk Youtefa, terdapat tiga titik sampling yaitu pada. 1. Arah laut muara S. Acai 2. Pertemuan arus antara Teluk Youtefa dengan perairan laut pasifik. 3. Pertemuan arus antara S. Anyaan dan S. Thomas Jarak antara titik sampling 1 ke titik sampling 2 adalah 2, 40 km, sedangkan jarak antara titik 2 ke titik 3 adalah 1, 84 km. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil analisis kualitas perairan pesisir Teluk Youtefa untuk setiap lokasi Muara Sungai Acai sampling dapat dilihat pada table 1-4 berikut ini. Tabel. 1. Hasil analisis kadar organik terlarut pada lokasi A. (muara S. Acai). Baku No Parameter Satuan mutu Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 A. Pemeriksaan Fisika Lapangan 1 Temperatur C Deviasi ,0 2 Zat Pat Terlarut (TDS) mg / l Pemeriksaan Kimia anorganik Bukan Logam 6,0-9, ph 7, 0-8, Biological Oxygen Demand (BOD) mg / l 20 5,0 41, Chemical Oxygen Demand ( COD) mg / l 10, mg / l > Dissolved Oxygen (DO) > Ammonia sebagai (NH₃4) mg / l , , , Phospat sebagai (PO₄P) mg / l 0, Sulfat (SO₄) mg / l Data : Penelitian September 2011 Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82 Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. C - 332

7 Muara Sungai Thomas. Prosiding Seminar Nasional Kimia Unesa 2012 ISBN : Tabel. 2. Hasil analisis kadar organik terlarut pada lokasi B. (muara S. Thomas). No Parameter Satuan A. Pemeriksaan Fisika Lapangan C Baku mutu Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Deviasi Temperatur C 2 Zat Pat Terlarut (TDS) mg / l pemeriksaan Kimia anorganik Bukan Logam 3 ph Biological Oxygen 4 Demand (BOD) 5 6,0-9,0 7,00 7, 0-8,5 7, mg / l Chemical Oxygen Demand ( COD) mg / l 10, mg / l > 4 2,20 6 Dissolved Oxygen (DO) > Ammonia sebagai (NH₃4) mg / l ,40 2, mg / l 0, Phospat sebagai (PO₄P) 0, Sulfat (SO₄) mg / l Data : Penelitian September 2011 Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82 Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Muara Sungai Anyaan. Tabel. 3. Hasil analisis kadar organik terlarut pada Lokasi C. (muara S. Anyaan). No Parameter Satuan A. Pemeriksaan Fisika Lapangan Baku mutu Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 Deviasi Temperatur C 2 Zat Pat Terlarut (TDS) mg / l pemeriksaan Kimia anorganik Bukan Logam 3 ph 7, 0-8,5 7, , Biological Oxygen Demand (BOD) mg / l , ,20 Chemical Oxygen Demand ( COD) mg / l 10,

8 6 Dissolved Oxygen (DO) mg / l > Ammonia sebagai (NH₃4) mg / l , ,70 2,10 8 Phospat sebagai (PO₄P) mg / l 0, ,65 2,06 9 Sulfat (SO₄) mg / l Data : Penelitian September 2011 Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82 Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. Tabel. 4. Hasil analisis kadar organik terlarut pada Lokasi D. (Pertemuan arus antara muara S. Acai dan Perairan laut Teluk Youtefa, Pertemuan arus antara Perairan Laut Teluk Youtefa dengan perairan pasifik dan Pertemuan arus antara muara S. Thomas dan muara S. Anyaan). No Parameter Satuan A. Pemeriksaan Fisika Lapangan Baku mutu Titik 1 Titik 2 Titik 3 Deviasi 3 30, Temperatur C 2 Zat Pat Terlarut (TDS) mg / l Pemeriksaan Kimia anorganik Bukan Logam 3 ph 7, 0-8, , Biological Oxygen Demand (BOD) mg / l Chemical Oxygen Demand (COD) mg / l 10, Dissolved Oxygen (DO) mg / l > Ammonia sebagai (NH₃4) mg / l Phospat sebagai (PO₄P) mg / l 0, ,10 9 Sulfat (SO₄) mg / l Data : Penelitian September 2011 Keterangan : Data diatas merujuk Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor : 82 Tahun 2001 Tentang : Pengelolaan Kualitas Air Dan Pengendalian Pencemaran Air (Kelas I) dan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor : 51 Tahun 2004 Tentang : Baku Mutu Air Laut Untuk Biota Laut. C - 334

9 Pencemaran Organik Di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut. Bahan organik yang masuk ke perairan bersumber dari air limbah rumah tangga dan air limbah perkotaan yang tercampur dengan air sungai. Akumulasinya dapat dilihat berdasarkan nilai COD. Pada muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan daerah laut. Kadar COD/mg/l COD COD COD COD Titik 1 Titik 2 Titik 3 Titik 4 M. S. Acai M.S. Thomas M. S. Anyaan Daerah Laut Lokasi Sampling Data : Penelitian September Keterangan : COD pada muara S. Acai berkisar antara 5 mg/l mg/l. untuk muara S. Thomas COD berkisar antara 30 mg/l 212 mg/l, S. Anyaan COD berkisar antara 35 mg/l 160 mg/l. Daerah laut yang merupakan tempat pertemuan arus antara muara - muara sungai hasil analisis menunjukan nilai COD yang lebih tinggi yaitu 270 mg/l 380 mg/l. Menurut Jenie (1993), nilai COD menunjukan senyawa-senyawa organik yang tidak dapat dipecah seperti pelarut pembersih dan bahan yang dapat dipecah secara biologis. Bahan organik yang berpotensi mencemari perairan pesisir pantai dan laut itu bersumber dari aktifitas masyarakat di daratan, lewat aktifitas masyarakat yang beragam didaratan menghasilkan berbagai jenis limbah rumah tangga yang bersifat organik. Biasanya limbah tersebut dibuang melalui saluran pembuangan (drainase) mengalir ke sungai dan akan mengalir bersama aliran air menuju muara sungai serta perairan pesisir pantai dan laut, sehingga akumulasi beban cemaran organik di muara sungai, di perairan pesisir pantai dan laut terpengaruhi oleh gerakan arus / aliran air pada perairan tersebut. Berdasarkan data penelitian terlihat bahwa S. Acai memiliki kadar COD tertinggi terdapat pada titik sampling ke empat (4) yaitu 304 mg/l. Titik sampling tersebut terletak disebelah kanan dari mulut sungai. Terkesan bahwa beban pencemaran di sungai ini mengalir bersama aliran air sungai dan terakumulasi disebelah kanan sungai karena perairannya sedikit tenang atau perputaran arus kurang kencang sehingga bahan organik menjadi terakumulasi di lokasi ini. Akumulasi bahan organik di muara S. Thomas, Nilai COD di badan sungai titik sampling 1 adalah 30 mg/l, ke arah C - 335

10 mulut sungai / titik sampling 2 adalah 50 mg/l, sebelah kiri sungai / titik sampling 3 adalah : 92 mg/l, kemudian sebelah kanan sungai / titik sampling 4 menunjukan nilai yang lebih tinggi yaitu : 212 mg/l. Beban cemaran organik di S. Thomas terakumulasi di sebalah kanan sungai, hal ini juga dipengaruhi oleh arus dan gelombang pantai, sebab arus sungai akan mengalirkan bahan - bahan organik ke suatu tempat akhir yang kemudian akan terakumulasi. Pada badan air S. Anyaan / titik sampling 1 kadar COD adalah 159 mg/l. Pada lokasi ini terdapat sebagian perumahan masyarakat berada langsung di atas sungai (rumah berlabu) sehingga air kotor dari sisa aktifitas rumah tangga langsung dibuang saja ke sungai. Terdapat juga beberapa kandang hewan (kandang babi), hal - hal tersebut mempengaruhi tingginya COD. Kemudian pada mulut sungai / titik sampling 2 COD adalah 77 mg/l, menurun karena adanya campuran air laut dan air sungai yang dipengaruhi oleh arus. Kemudian akumulasi COD di lokasi sungai sebelah kiri / titik sampling 4 dengan nilai COD 160 mg/l. Kadar COD di bagian Arah laut muara S. Acai titik sampling 1 adalah 829 mg/l. Selanjutnya tepat pada lokasi pertemuan arus antara Teluk Youtefa dengan perairan laut pasifik / titik sampling 2 adalah 1804 mg/l dan Pertemuan arus antara S. Anyaan dan S. Thomas / titik sampling 3 adalah 1806 mg/l. Nilai COD seperti ini menunjukan bahwa potensi pencemaran organik di perairan pesisir Teluk Youtefa dipengaruhi oleh bermuaranya S. Acai, S. Thomas dan S. Anyaan, yang turut menyumbangkan bahan - bahan organik yang berpotensi sebagai pencemar. Suhu dan ph Suhu perairan berada dalam batas normal yaitu berkisar antara ºC. Menurut Pandiangan. S. L. (2009), suhu merupakan salah satu sifat fisika yang dapat mempengaruhi metabolisme dan pertumbuhan biota pada suatu perairan. Umumnya suhu perairan Indonesia berkisar antara ºC dan akan mengalami penurunan satu atau dua derajat dengan bertambahnya kedalaman (Tomascik dalam Beruat. 2007). ph merupakan parameter kualitas air yang sangat penting dalam menentukan kualitas perairan. Kisaran ph pada perairan muara - muara sungai dan pesisir pantai Teluk Youtefa masih berada pada ambang batas yang ditetapkan sesuai dengan PP.No. 82. Thn , maupun untuk biota laut KepMen. LH. No. 51. Thn (lihat tabel 1 tabel 4). Zat Padat Terlarut Nilai zat padat terlarut pada muara - muara sungai maupun daerah laut berkisar antara 2.34 mg/l mg/l (tabel 1 - tabel 4). Terdapat pengaruh yang ditimbulkan oleh aktifitas pembuangan limbah masyarakat kota adalah berbagai macam sampah seperti sisa makanan, buah - buahan dan sayuran, hewan peliharaan yang mati, dan air limbah rumah tangga serta berbagai jenis sampah lainnya yang dibuang ke selokan dan masuk ke sungai - sungai. Sampah - sampah tersebut turut memicu tingginya kadar zat padat terlarut di perairan. Menurut Marasabessy (2001), bahwa partikel tersuspensi yang terlarut bersama air dari sungai akan terbawa oleh arus sungai ke arah muara perairan pesisir dan laut. Tingginya kadar zat padat terlarut dapat menghambat laju fotosintesis di perairan karena penetrasi cahaya matahari yang masuk keperairan akan tidak efektif (Tarigan, 2003). Biological Oxygen Demand (BOD), dan Dissolved Oxygen (DO) Menurut Irianto (2002), Biological Oxygen Demand (BOD) adalah parameter umum yang digunakan untuk menentukan tingkat pencemaran air dari suatu sumber pencemaran. Sesuai dengan PP.No. 82. Thn. 2001, dan KepMen. LH. No. 51. Thn. 2004, nilai BOD pada beberapa titik sampling telah melebihi nilai baku mutu C - 336

11 yang ditetapkan (tabel 1 tebel 4). Nilai BOD yang tinggi mencerminkan tingginya aktifitas mikroorganisme di dalam perairan dan juga menunjukan terdapat bahan - bahan organik yang tersuspensikan (Siradz. 2008). Dissolved Oxygen (DO) adalah jumlah oksigen terlarut di dalam badan air. DO ini bersumber dari proses fotosintesis dan absorbsi udara. Data penelitian menunjukan bahwa untuk sungai - sungai sebelum muara nilai DO rendah dan setelah muara dan laut nilainya berubah menjadi tinggi (tabel 1 tabel 4). Terlihat pada perairan S. Acai, S. Thomas dan S. Anyaan serta perairan laut. Pada S. Acai nilai DO sangat rendah pada titik sampling 1 sesuai nilai baku mutu PP.No. 82. Thn Nilai tersebut menunjukan kadar oksigen yang rendah. Sama halnya dengan perairan muara S. Thomas nilai DO sangat rendah pada titik sampling sebelum muara (titik 1) dan setelah muara dan laut nilai DO menjadi tinggi (tabel 2). S. Anyaan memiliki nilai DO yang layak bagi biota laut, tetapi pada titik sampling 4 dari lokasi ini nilai DO rendah. Menurut Warlina L (2004), DO yang rendah di perairan merupakan sebuah masalah, karena biota air akan kekurangan oksigen dan kemungkinan mereka tidak dapat bertahan hidup. Hal ini merupakan indikator terdapat banyak bakteri dan mikroorganisme yang berperan mengoksidasi beban pencemaran di perairan ini (Salmin. 2005). Untuk daerah laut nilai DO sesuai dengan nilai baku mutu air laut untuk biota laut, Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup. Nomor : 51 Tahun Nilai DO yang bervariasi pada badan sungai sebelum muara, muara dan daerah laut menunjukan beban pencemaran yang masuk ke perairan ini masih dapat dibersihkan secara alami oleh kemampuan perairan ini sendiri. Ammonia sebagai (NH₃4), Phospat sebagai (PO₄P) dan Sulfat (SO₄) Ammonia merupakan salah satu parameter pencemaran organik di perairan yang dihasilkan melalui proses pembusukan bahan-bahan organik (etrofikasi) secara anaerobik oleh mikroba (Linsley. 1991). Kandungan ammonia yang tinggi pada suatu perairan akan menyebabkan warna air menjadi keruh dan menghasilkan bau yang tidak yang tidak sedap. Tabel 1., menunjukan kadar ammonia di muara S. Acai berkisar antara 1.19 mg/l mg/l. Tabel 2., muara S. Thomas kadar ammonia berkisar antara 1.24 mg/l mg/l. Tabel 3., menunjukan kadar ammonia di muara S. Anyaan berkisara antara 1.70 mg/l mg/l. Perairan bagian laut kadar ammonia lebih tinggi yaitu berkisar antara 10.7 mg/l mg/l. Menurut Djenar (2008), kadar ammonia pada perairan alami biasanya kurang dari 0,1 mg/l, sehingga kadar ammonia pada muara - muara sungai menunjukan bahwa bahan organik terlarut pada perairan ini cukup tinggi. Phospat (PO₄P) unsur ini terdapat dalam perairan alami dalam jumlah yang sangat sedikit dan berperan sebagai senyawa mineral dan senyawa organik, bila jumlahnya meningkat itu akan berbahaya bagi biota aquatik yang hidup dalam perairan tersebut (Jenie. B. S. L. 1993). Memang secara alami lingkungan perairan memiliki kadar phospat 10 % dan 90 % sisanya bersumber dari aktifitas manusia seperti, buangan limbah industri, domestik, dan kegiatan lainnya (Rosariawati,. Bila kadar phospat di dalam perairan tinggi akan menyebabkan masalah eutrofikasi ketersediaan nutrient yang berlebihan (Dewi. D. F. 2003). Kadar phospat pada perairan muara S. Acai, titik sampling 1 adalah 2, 0 mg/l menunjukan nilai yang melebihi nilai baku mutu menurut PP.No. 82. Thn yaitu 0, 2 mg/l. Titik sampling 2 titik sampling 4 adalah jenis air laut memiliki kadar phospat berkisar antara 0, 37 mg/l - 2, 4 mg/l. Pada perairan muara S. Thomas untuk titik sampling 1 memiliki kadar C - 337

12 phosphat 1, 44 mg/l dan dinyatakan telah melebihi nilai baku mutu menurut PP.No. 82. Thn yaitu 0, 2 mg/l. Titik sampling 2 titik sampling 4 memiliki nilai kadar phospat yang berkisar antara 1, 17 mg/l - 1, 38 mg/l. Untuk muara S. Anyaan memiliki kadar phospat berkisar antara 0, 65 mg/l - 2, 06 mg/l dan perairan laut berkisar anatar <0,015 mg/l - 0,10 mg/l. Secara keseluruhan kadar phospat di muara - muara sungai, perairan pesisir dan laut menunjukan bahwa aktifitas masyarakat perkotaan serta semakin bertambahnya jumlah penduduk sangat mempengaruhi masuknya fosfor ke badan sungai serta perairan pesisir dan laut, sebab limbah perkotaan yang dibuang setiap hari ke lingkungan akan meningkat. Kadar Sulfat (SO₄) yang terlarut pada muara S. Acai berkisar antara 12 mg/l mg/l. Muara S. Thomas berkisar antara 46 mg/l mg/l. Muara S. Anyaan berkisar antara 200 mg/l mg/l. Daerah laut nilai sulfat terlarut berkisar antara 1200 mg/l mg/l. Data ini menunujukan terdapat aktifitas bakteri yang aerobik dan fakultatif bekerja mengoksidasi bahan-bahan organik menjadi hasil - hasil akhir yang stabil dan diterima oleh lingkungan, misalnya sulfat (Linsley. 1991). Kadar sulfat tertinggi pada muara S. Anyaan yaitu 4400mg/l kemudian bagian laut 2625 mg/l. Sulfat organik adalah salah satu jenis unsur belerang yang terdapat di tanah dan digunakan oleh tumbuhan. Sehingga tingginya kadar sulfat pada perairan ini kemungkinan dipengaruhi oleh aktifitas pemukiman di daratan serta tererosi dan tercuci oleh musin hujan sehingga terbawa oleh aliran air masuk ke sungai dan mengalir ke perairan pesisir pantai dan laut. Masa Depan Perairan Pesisir Pantai dan Teluk Youtefa Keberlanjutan ekologis di perairan pesisir pantai Teluk Youtefa perlu menjadi dasar dalam pembangunan Kota Jayapura, mengingat Teluk Youtefa adalah Taman Wisata Alam, sehingga dalam pembangunan perlu mendapat perhatian yang serius. Mengacu pada Undang - Undang tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau - Pulau Kecil (PWP3K) atau yang dikenal dengan UU 27/2007. UU ini sangat penting dalam pengelolaan sumberdaya pesisir, yang mengutamakan unsur keterpaduan dan keberlanjutan baik secara ekologis, sosial, maupun ekonomi (Satria, 2009). Pencemaran yang terjadi ini bila dibiarkan maka akan mengancam kehidupan biota aquatik, berbagai jenis ikan akan bermigrasi ke perairan lain sehingga menyebabkan hasil tangkapan nelayan berkurang. Bila hal ini terjadi maka kualitas ekonomi masyarakat nelayan dipesisir Teluk Youtefa akan menurun karena masyarakat pesisir masih mengandalkan hasil laut untuk menopang ekonomi rumah tangga mereka. Pencemaran organik merupakan indikator terdapat kelemahan - kelemahan pemerintah dan tokoh tokoh masyarakat dalam menyadarkan masyarakat terhadap pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup di Kota Jayapura. Potensi alam Teluk Youtefa memang sangat mendukung keberadaannya sebagai Taman Wisata Alam contohnya; pemandangan alam yang sangat indah, keragaman budaya serta hal-hal menarik lainnya yang bisa dijumpai saat berwisata. Satu kekurangannya adalah telah terjadi pencemaran organik dan bibir pantainya penuh dengan sampah. Secara perlahan - lahan terdapat tekanan yang mengarah pada kerusakan. Hal ini jika dibiarkan maka potensi pariwisata di Kota Jayapura akan menurun, sedangkan potensi pariwisata adalah salah satu komponen penting dari perekonomian daerah yang bisa menghasilkan devisa. Kesimpulan Aktifitas masyarakat perkotaan sangat mempengaruhi kualitas air pada sungai Acai, S. Anyaan dan S. Thomas yang bermuara ke perairan pesisir pantai dan laut Teluk Youtefa. Pengaruhnya C - 338

13 adalah masyarakat membuang banyak sampah dan limbah cair yang berpotensi mencemari ekosistem sungai dan pesisir pada perairan Teluk Youtefa. Kadar pencemaran organik terlarut yang teridentifikasi pada muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan perairan laut (Tabel 1 tabel 4) menunjukan bahwa perairan ini mendapat masukan bahan - bahan organik terlarut yang cukup tinggi dari sungai - sungai. Bila hal ini tidak dicegah dari sekarang maka diduga dalam jangka waktu 5-10 tahun mendatang perairan ini benar - benar akan tercemar dan mengalami kerusakan ekosistem yang sulit untuk dipulihkan lagi. Disarankan agar pemahaman masyarakat kota tentang pengolahan dan pembuangan limbah rumah tangga perlu ditingkatkan dengan cara membuat kegiatan kampanye - kampanye lingkungan hidup. Agar kesadaran lingkungan dapat tertanam dalam pikiran dan tindakan setiap masyarakat. Dengan demikian pola hidup membuang sampah sembarangan dapat berkurang atau hilang, akhirnya kebersihan lingkungan khususnya lingkungan DAS Acai, S. Thomas dan S. Anyaan bisa dikatakan bebas sampah. Hal ini akan memberikan dampak positif bagi kelestarian alam Teluk Youtefa, Kota Jayapura. Pemerintah propinsi, melalui gubernur Papua harus mengeluarkan peraturan gubernur tentang baku mutu air laut, sehingga keputusan ini menjadi dasar hukum dalam upaya melestarikan lingkungan perairan pesisir pantai dan laut di Papua, khususnya kota Jayapura. Daftar Pustaka Amin. B Akumulasi dan Distribusi Logam Berat Pb dan Cu Pada Mangrove (Avicennia marina) di Perairan Pantai Dumai, Riau. Laboratorium Kimia Faperika Universitas Riau. Abubar. M Memancing Sampah di Teluk Youtefa. Tabloid Jubi. Com. Beruat Analisis Beberapa Parameter Kualitas Perairan Kecamatan Kei Besar Utara Timur Bagi Peruntukan Lola (Trochus niloticus). Ichthyos. Januari Binpa Teluk Youtefa diisukan tercemar. Harian Umum Bintang Papua. Dewi. D. F Phosphate Removal by Crystallization in Fluidized Bed Reactor Using Silica Sand. Jurnal Purifikasi, Vol.4, No.4, : Djenar. N. S Absorbdi Pulutan Ammoniak di Dalam Air Tanah dengan Memanfaatkan Tanaman Eceng Gondok (Eichhornia crassipes). Politeknik Negeri Bandung. Erari, S. S., Jubhar M., Karina L Pelestarian Hutan Mangrove Solusi Pencegahan Pencemaran Logam Berat di Perairan Indonesia. Prosiding Seminar Nasional VIII biologi Sains lingkungan dan pembelajarannya, Universitas Sebelas Maret Surakarta. Hardayanti Fitoremediasi Phospat dengan Pemanfaatan Enceng Gondok (eichhornia crassipes) (studi kasus pada limbah cair Industri kecil laundry). Jurnal Presipitasi Vol. 2 No Diakses 20 juli Irianto Fenomena Hubungan Debit Air Dan Kadar Zat Pencemar Dalam Air Sungai (Studi Kasus :SUB DPS) Citarum hulu). Peneliti Utama Bid. Lingkungan Keairan. Ishartanto. W. A Pengaruh Aerasi dan Penambahan Bakteri Bacillus sp. dalam Mereduksi Bahan Pencemar Air Limbah Domestic. Institut Pertanian Bogor. Iszati. M.. Perubahan Oksigen Terlarut dan ph Perairan Tambak Setelah Penambahan Rumput Laut Sargassum Plagyophillum dan Ekstraknya. C - 339

14 Laboratorium Biologi Struktur dan Fungsi Tumbuhan. FMIPA, UNDIP. Jenie. B. S. L Penanganan Limbah Industri Pangan. Kanisius. Linsley. R. K Teknik Sumberdaya Air. Penerbit Erlangga. Marasabessy Kondisi Oseonografi dan Keanekaragaman Ikan di Perairan Raha, Pulau Muna, Sulawesi Tenggara. Seminar Nasional Perikanan, Sekolah Tinggi Perikanan, Jakarta. Mampioper. D.A Hutan Bakau Teluk Youtefa di Libas Jalan Lingkar. Tabloid jubi. Com. Pandiangan. S. L Studi Keanekaragaman Ikan di Kawasan Perairan Bagian Barat Pulau Rubiah, Nanggroe Aceh Darussalam. Universitas Sumatra Utara. Medan. Rosariawari. Effektifitas Multivalen Metal Ions Dalam Penurunan Kadar Phospat Sebagai Bahan Pembentuk Deterjen. Jurnal Ilmiah Teknik Lingkungan Vol.2 No. 1 Salmin Oksigen Terlarut (DO) dan Kebutuhan Oksigen Biologi (BOD) Sebagai Salah Satu Indicator Untuk Menentukan Kualitas Perairan. Oseana, Volume XXX, Nomor 3. Slamet. B Studi Kualitas Lingkungan Perairan di Daerah Budidaya Perikanan Laut di Teluk Kaping dan Pegametan Bali. Balai Besar Riset perikanan laut, Gondol, Bali. Siradz Kualitas Air Sungai Code, Winongo dan Gajahwong, Daerah Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan. Satria. A Pesisir dan Laut untuk Rakyat. Penerbit IPB Press. Bogor. Tarigan., M. S. dan Edward Kandungan Total Zat Padat Tersuspensi di Perairan Raha, Sulawesi Tenggara. Pusat Penelitian Oseonografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. Warlina. L Pencemaran Air, Sumber Dampak dan Penanggulangannya. Sekolah Pasca sarjana Institut Pertanian Bogor. C - 340

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pencemaran Organik di Muara S. Acai, S. Thomas, S. Anyaan dan Daerah Laut yang Merupakan Perairan Pesisir Pantai dan Laut, Teluk Youtefa. Bahan organik yang masuk ke perairan

Lebih terperinci

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA

BAB. II TINJAUAN PUSTAKA BAB. II TINJAUAN PUSTAKA A. Keadaan Teluk Youtefa Teluk Youtefa adalah salah satu teluk di Kota Jayapura yang merupakan perairan tertutup. Tanjung Engros dan Tanjung Hamadi serta terdapat pulau Metu Debi

Lebih terperinci

PENCEMARAN ORGANIK DI PERAIRAN PESISIR PANTAI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA, PAPUA

PENCEMARAN ORGANIK DI PERAIRAN PESISIR PANTAI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA, PAPUA PENCEMARAN ORGANIK DI PERAIRAN PESISIR PANTAI TELUK YOUTEFA KOTA JAYAPURA, PAPUA TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Biologi Universitas Kristen Satya Wacana Untuk Memperoleh Gelar Magister Sains

Lebih terperinci

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP

STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP STUDI KUALITAS AIR DI SUNGAI DONAN SEKITAR AREA PEMBUANGAN LIMBAH INDUSTRI PERTAMINA RU IV CILACAP Lutfi Noorghany Permadi luthfinoorghany@gmail.com M. Widyastuti m.widyastuti@geo.ugm.ac.id Abstract The

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh

I. PENDAHULUAN. mandi, mencuci, dan sebagainya. Di sisi lain, air mudah sekali terkontaminasi oleh I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat pokok bagi kehidupan, karena selain dikonsumsi, juga digunakan dalam berbagai aktivitas kehidupan seperti memasak, mandi, mencuci, dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat

TINJAUAN PUSTAKA. Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat TINJAUAN PUSTAKA Ekosistem Air Ekosistem air terdiri atas perairan pedalaman (inland water) yang terdapat di daratan, perairan lepas pantai (off shore water) dan perairan laut. Ekosistem air yang terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa

TINJAUAN PUSTAKA. Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa TINJAUAN PUSTAKA Kondisi Umum Lokasi Pantai Sei Nypah adalah salah satu pantai yang berada di wilayah Desa Nagalawan, Kecamatan Perbaungan, Kabupaten Serdang Bedagai, Propinsi Sumatera Utara dan merupakan

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015

PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 PELAKSANAAN KEGIATAN BIDANG PENGENDALIAN KERUSAKAN PERAIRAN DARAT TAHUN 2015 A. PEMANTAUAN KUALITAS AIR DANAU LIMBOTO Pemantauan kualitas air ditujukan untuk mengetahui pengaruh kegiatan yang dilaksanakan

Lebih terperinci

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA

ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA ANALISIS KUALITAS AIR SUNGAI KONAWEHA PROVINSI SULAWESI TENGGARA Umar Ode Hasani Jurusan Kehutanan, Fakultas Kehutanan dan Ilmu Lingkungan UHO Email : umarodehasani@gmail.com Ecogreen Vol. 2 No. 2, Oktober

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Air merupakan komponen lingkungan yang penting bagi kehidupan yang merupakan kebutuhan utama bagi proses kehidupan di bumi. Manusia menggunakan air untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini pencemaran air merupakan permasalahan yang cukup serius. Aktivitas manusia dalam pemenuhan kegiatan sehari-hari, secara tidak sengaja telah menambah jumlah

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan pesisir dikenal sebagai ekosistem perairan yang memiliki potensi sumberdaya yang sangat besar. Wilayah tersebut telah banyak dimanfaatkan dan memberikan sumbangan

Lebih terperinci

KAJIAN KUALITAS AIR UNTUK AKTIFITAS DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) KRUENG ACEH Susi Chairani 1), Siti Mechram 2), Muhammad Shilahuddin 3) Program Studi Teknik Pertanian 1,2,3) Fakultas Pertanian, Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningkatnya aktifitas berbagai macam industri menyebabkan semakin besarnya limbah yang di hasilkan dari waktu ke waktu. Konsekuensinya adalah beban badan air selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Tapanuli Tengah merupakan salah satu wilayah yang berada di Pantai Barat Sumatera. Wilayahnya berada 0 1.266 m di atas permukaan laut serta terletak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Sibolga yang terletak di pantai barat Pulau Sumatera, membujur sepanjang pantai dari utara ke selatan dan berada pada kawasan teluk yang bernama Teluk Tapian Nauli,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pencemaran merupakan dampak negatif dari kegiatan pembangunan yang dilakukan selama ini. Pembangunan dilakukan dengan memanfaatkan potensi sumberdaya alam yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laut Indonesia sudah sejak lama didayagunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia terutama pemanfaatan sumberdaya hayati seperti ikan maupun sumberdaya non hayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini masyarakat mulai melupakan pentingnya menjaga kebersihan daerah aliran sungai. Membuang limbah padat dan cair dengan tidak memperhitungkan dampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang sangat diperlukan oleh semua makhluk hidup. Maka, sumber daya air harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak hanya menghasilkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya sektor industri pertanian meningkatkan kesejahteraan dan mempermudah manusia dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Namun disamping itu, industri yang ada tidak

Lebih terperinci

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 186 BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan 1. Secara umum suhu air perairan Teluk Youtefa berkisar antara 28.5 30.0, dengan rata-rata keseluruhan 26,18 0 C. Nilai total padatan tersuspensi air di

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan

1. PENDAHULUAN. masih merupakan tulang pungung pembangunan nasional. Salah satu fungsi lingkungan 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia, termasuk untuk menunjang pembangunan ekonomi yang hingga saat ini

Lebih terperinci

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia, seperti untuk minum, memasak, mandi, mencuci, dan kebutuhan lainnya. Untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017

PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 PEMANTAUAN KUALITAS AIR SUNGAI CIBANTEN TAHUN 2017 1. Latar belakang Air merupakan suatu kebutuhan pokok bagi manusia. Air diperlukan untuk minum, mandi, mencuci pakaian, pengairan dalam bidang pertanian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan penduduk dikarenakan tempat tinggal mereka telah tercemar. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi dewasa ini dibeberapa negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia, isu kualitas lingkungan menjadi permasalahan yang perlu dicari pemecahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semakin besarnya laju perkembangan penduduk dan industrialisasi di Indonesia telah mengakibatkan terjadinya penurunan kualitas lingkungan. Padatnya pemukiman dan kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktivitas industri akan memberikan dampak terhadap kondisi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kualitas air sungai dipengaruhi oleh kualitas pasokan air yang berasal dari daerah tangkapannya sedangkan kualitas pasokan air dari daerah tangkapan berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah, salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima beban pencemaran yang melampaui

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN

DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT INTISARI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN BAB I PENDAHULUAN DAFTAR ISI HALAMAN PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR ABSTRACT... i INTISARI... ii DAFTAR ISI... iii DAFTAR TABEL... v DAFTAR GAMBAR... viii DAFTAR LAMPIRAN... x BAB I BAB II PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang...

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan

BAB I PENDAHULUAN. mil laut dengan negara tetangga Singapura. Posisi yang strategis ini menempatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Batam merupakan salah satu kota di Propinsi Kepulauan Riau yang perkembangannya cukup pesat yang secara geografis memiliki letak yang sangat strategis karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi

BAB I PENDAHULUAN. Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air sungai merupakan salah satu sumber daya alam yang sangat vital bagi pemenuhan kebutuhan hidup manusia sehingga kualitas airnya harus tetap terjaga. Menurut Widianto

Lebih terperinci

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi

Kombinasi pengolahan fisika, kimia dan biologi Metode Analisis Untuk Air Limbah Pengambilan sample air limbah meliputi beberapa aspek: 1. Lokasi sampling 2. waktu dan frekuensi sampling 3. Cara Pengambilan sample 4. Peralatan yang diperlukan 5. Penyimpanan

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Ketaatan Terhadap Kewajiban Mengolahan Limbah Cair Rumah Sakit dengan IPAL Berdasarkan hasil pengamatan sarana pengolahan limbah cair pada 19 rumah sakit di Kota Denpasar bahwa terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu

BAB I PENDAHULUAN. Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era industrialisasi, semakin banyak orang yang menikmati waktu senggangnya (leisure time), dengan melakukan aktifitas wisata (Mulyaningrum, 2005). Lebih

Lebih terperinci

Bab V Hasil dan Pembahasan

Bab V Hasil dan Pembahasan biodegradable) menjadi CO 2 dan H 2 O. Pada prosedur penentuan COD, oksigen yang dikonsumsi setara dengan jumlah dikromat yang digunakan untuk mengoksidasi air sampel (Boyd, 1988 dalam Effendi, 2003).

Lebih terperinci

STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN

STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN EnviroScienteae Vol. 12 No. 1, April 2016 Halaman 1-6 p-issn 1978-8096 e-issn 2302-3708 STATUS KUALITAS AIR SUNGAI SEKITAR KAWASAN PENAMBANGAN PASIR DI SUNGAI BATANG ALAI DESA WAWAI KALIMANTAN SELATAN

Lebih terperinci

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH

ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH ANALISA KEKERUHAN DAN KANDUNGAN SEDIMEN DAN KAITANNYA DENGAN KONDISI DAS SUNGAI KRUENG ACEH Nurmalita, Maulidia, dan Muhammad Syukri Jurusan Fisika, FMIPA Universitas Syiah Kuala, Darussalam-Banda Aceh

Lebih terperinci

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi

2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus atau proses untuk menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia. Proses ini yang memungkinkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Batik merupakan suatu seni dan cara menghias kain dengan penutup lilin untuk membentuk corak hiasannya, membentuk sebuah bidang pewarnaan. Batik merupakan salah satu kekayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. permintaan pasar akan kebutuhan pangan yang semakin besar. Kegiatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di tengah era globalisasi ini industri pangan mulai berkembang dengan pesat. Perkembangan industri pangan tersebut disebabkan oleh semakin meningkatnya laju pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan

BAB I PENGANTAR. laju pembangunan telah membawa perubahan dalam beberapa aspek kehidupan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki hubungan timbal balik dengan lingkungannya. Secara alamiah, hubungan timbal balik tersebut terdapat antara manusia sebagai individu dan manusia sebagai

Lebih terperinci

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS

ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS ANALISIS PENCEMARAN LIMBAH CAIR KELAPA SAWIT BERDASARKAN KANDUNGAN LOGAM, KONDUKTIVITAS, TDS DAN TSS Daud Satria Putra, Ardian Putra Laboratorium Fisika Bumi, Jurusan Fisika FMIPA Universitas Andalas Kampus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber pendapatan, juga memiliki sisi negatif yaitu berupa limbah cair. Limbah cair yang dihasilkan oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Aktivitas pencemaran lingkungan yang dihasilkan dari suatu kegiatan industri merupakan suatu masalah yang sangat umum dan sulit untuk dipecahkan pada saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau

BAB I PENDAHULUAN. (Barus, 1996). Indonesia sebagai negara kepulauan yang terdiri dari pulau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem perairan yang menutupi seperempat bagian dari permukaan bumi dibagi dalam dua kategori utama, yaitu ekosistem air tawar dan ekosistem air laut (Barus, 1996).

Lebih terperinci

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya

Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya 1 Analisis Kesesuaian Lahan Wilayah Pesisir Kota Makassar Untuk Keperluan Budidaya PENDAHULUAN Wilayah pesisir merupakan ruang pertemuan antara daratan dan lautan, karenanya wilayah ini merupakan suatu

Lebih terperinci

Teknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah

Teknik Lingkungan KULIAH 9. Sumber-sumber Air Limbah Teknik Lingkungan KULIAH 9 Sumber-sumber Air Limbah 1 Pengertian Limbah dan Pencemaran Polusi atau pencemaran air dan udara adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah

BAB I PENDAHULUAN. tetapi limbah cair memiliki tingkat pencemaran lebih besar dari pada limbah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri tahu merupakan salah satu industri yang menghasilkan limbah organik. Limbah industri tahu yang dihasilkan dapat berupa limbah padat dan cair, tetapi limbah

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 PENELITIAN PENDAHULUAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN.1 PENELITIAN PENDAHULUAN Penelitian pendahuluan dilakukan untuk menentukan titik kritis pengenceran limbah dan kondisi mulai mampu beradaptasi hidup pada limbah cair tahu. Limbah

Lebih terperinci

PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN PADA KEGIATAN WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN

PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN PADA KEGIATAN WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN PENILAIAN KUALITAS LINGKUNGAN PADA KEGIATAN WISATA ALAM DI KAWASAN EKOWISATA TANGKAHAN SKRIPSI Oleh : Melyana Anggraini 061201022 / Manajemen Hutan PROGRAM STUDI KEHUTANAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton. Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Plankton Ima Yudha Perwira, SPi, Mp Suhu Tinggi rendahnya suhu suatu badan perairan sangat mempengaruhi kehidupan plankton. Semakin tinggi suhu meningkatkan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Sebelum dibuang ke lingkungan, keberadaan suatu limbah membutuhkan pengolahan dan pengendalian agar tidak terjadi pencemaran lingkungan yang tidak terkendali. Sehingga, setiap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga

I. PENDAHULUAN. sumber daya alam yang bersifat mengalir (flowing resources), sehingga I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sungai menjadi salah satu pemasok air terbesar untuk kebutuhan mahluk hidup yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Sungai adalah sumber daya alam yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa

BAB I PENDAHULUAN. air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sekitar 80% air minum yang digunakan oleh manusia dibuang atau menjadi air limbah. Air limbah domestik ini mengandung kotoran manusia, bahan sisa pencucian barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Air laut merupakan suatu medium yang unik. Sebagai suatu sistem, terdapat hubungan erat antara faktor biotik dan faktor abiotik, karena satu komponen dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Industri pembuatan tahu dalam setiap tahapan prosesnya menggunakan air dengan jumlah yang relatif banyak. Artinya proses akhir dari pembuatan tahu selain memproduksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Kesibukan dan rutinitas membuat orang harus pergi ke suatu tempat dengan

BAB I PENDAHULUAN. waktu. Kesibukan dan rutinitas membuat orang harus pergi ke suatu tempat dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesibukan aktifitas seseorang adalah salah satu faktor yang menuntut orang memiliki mobilitas tinggi, membuat orang bergerak terus maju dan berpacu dengan waktu.

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 27 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Lokasi penelitian terletak di belakang Perumahan Nirwana Estate, Cibinong yang merupakan perairan sungai kecil bermuara ke Situ Cikaret sedangkan yang terletak di belakang Perumahan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. 35 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Wilayah Penelitian Kecamatan Kota Timur merupakan kecamatan yang terdiri dari enam kelurahan. Masing masing kelurahan di kecamatan Kota Timur adalah

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN

EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN EFEKTIVITAS INSTALASI PENGOLAHAN AIR LIMBAH (IPAL) DOMESTIK SISTEM ROTATING BIOLOGICAL CONTACTOR (RBC) KELURAHAN SEBENGKOK KOTA TARAKAN Rizal 1), Encik Weliyadi 2) 1) Mahasiswa Jurusan Manajemen Sumberdaya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS

I. PENDAHULUAN. Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bandar Lampung sebagai kota pesisir, terletak pada posisi 5º20-5º31 LS dan 105º10-105º22 BT, mempunyai berbagai permasalahan yang berkaitan dengan karakteristik wilayah

Lebih terperinci

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Pertumbuhan Mikroalga Laut Scenedesmus sp. Hasil pengamatan pengaruh kelimpahan sel Scenedesmus sp. terhadap limbah industri dengan dua pelakuan yang berbeda yaitu menggunakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti

PENDAHULUAN. didarat masih dipengaruhi oleh proses-proses yang terjadi dilaut seperti 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Wilayah pesisir bukan merupakan pemisah antara perairan lautan dengan daratan, melainkan tempat bertemunya daratan dan perairan lautan, dimana didarat masih dipengaruhi oleh

Lebih terperinci

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.

Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M. Nama : Putri Kendaliman Wulandari NPM : 35410453 Jurusan : Teknik Industri Pembimbing : Dr. Ir. Rakhma Oktavina, M.T Ratih Wulandari, S.T, M.T TUGAS AKHIR USULAN PENINGKATAN PRODUKTIVITAS DAN KINERJA LINGKUNGAN

Lebih terperinci

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG

KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG KAJIAN SPASIAL FISIKA KIMIA PERAIRAN ULUJAMI KAB. PEMALANG F1 05 1), Sigit Febrianto, Nurul Latifah 1) Muhammad Zainuri 2), Jusup Suprijanto 3) 1) Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan FPIK UNDIP

Lebih terperinci

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON

ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON ANALISA PENCEMARAN LIMBAH ORGANIK TERHADAP PENENTUAN TATA RUANG BUDIDAYA IKAN KERAMBA JARING APUNG DI PERAIRAN TELUK AMBON OLEH : CAROLUS NIRAHUA NRP : 000 PROGRAM PASCASARJANA BIDANG KEAHLIAN TEKNIK MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kegiatan pembangunan industri adalah salah satu kegiatan sektor ekonomi yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Kontribusi sektor industri terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima.

BAB I PENDAHULUAN. instalasi pengolahan sebelum dialirkan ke sungai atau badan air penerima. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air limbah yang berasal dari daerah permukiman perkotaan merupakan bahan pencemar bagi mahluk hidup sehingga dapat merusak lingkungan di sekitarnya. Untuk menjamin

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kawasan kota pantai merupakan tempat konsentrasi penduduk yang paling padat. Sekitar 75% dari total penduduk dunia bermukim di kawasan pantai. Dua pertiga dari kota-kota

Lebih terperinci

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK

Program Studi Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pakuan Bogor ABSTRAK Efektivitas Eceng Gondok Terhadap Penurunan Kadar COD dan BOD pada Limbah Cair Industri Kembang Gula Lunak Mega Masittha, Dra. Ani Iryani, M.Si dan Farida Nuraeni, M.Si. Program Studi Kimia, Fakultas Matematika

Lebih terperinci

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air.

sedangkan sisanya berupa massa air daratan ( air payau dan air tawar ). sehingga sinar matahari dapat menembus kedalam air. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perairan merupakan ekosistem yang memiliki peran sangat penting bagi kehidupan. Perairan memiliki fungsi baik secara ekologis, ekonomis, estetika, politis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Air merupakan salah satu komponen sumber daya alam yang paling dibutuhkan oleh manusia, namun keberadaannya pada sumber-sumber air mempunyai risiko mudah tercemar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh

BAB I PENDAHULUAN. industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia mempunyai potensi yang cukup besar untuk pengembangan industri kelapa sawit. Pada saat ini perkembangan industri kelapa sawit tumbuh cukup pesat. Pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri atas 17.508 pulau dengan garis pantai sepanjang 81.791 km (Supriharyono, 2007) mempunyai keragaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Kebutuhan yang utama bagi terselenggaranya kesehatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan salah satu sumberdaya alam yang memiliki fungsi sangat penting bagi kehidupan manusia, serta untuk memajukan kesejahteraan umum sehingga merupakan modal

Lebih terperinci

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN

Prestasi, Volume 1, Nomor 1, Desember 2011 ISSN STUDI PENURUNAN KADAR BOD, COD, TSS DAN ph LIMBAH PABRIK TAHU MENGGUNAKAN METODE AERASI BERTINGKAT Fajrin Anwari, Grasel Rizka Muslim, Abdul Hadi, dan Agus Mirwan Program Studi Teknik Kimia, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir

5.1. Analisis mengenai Komponen-komponen Utama dalam Pembangunan Wilayah Pesisir BAB V ANALISIS Bab ini berisi analisis terhadap bahasan-bahasan pada bab-bab sebelumnya, yaitu analisis mengenai komponen-komponen utama dalam pembangunan wilayah pesisir, analisis mengenai pemetaan entitas-entitas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai kawasan pesisir yang cukup luas, dan sebagian besar kawasan tersebut ditumbuhi mangrove yang lebarnya dari beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Sidoarjo dan 6 kota yaitu Batu, Malang, Blitar, Kediri, Mojokerto, dan Surabaya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sungai Brantas adalah sungai terpanjang yang ada di provinsi Jawa Timur. Panjangnya yaitu mencapai sekitar 320 km, dengan daerah aliran seluas sekitar 12.000 km 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kualitas Air Kualitas air secara biologis ditentukan oleh banyak parameter, yaitu parameter mikroba pencemar, patogen dan penghasil toksin. Banyak mikroba yang sering bercampur

Lebih terperinci

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL

PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL 59 PENGARUH LIMBAH CAIR INDUSTRI PELAPISAN LOGAM TERHADAP KAN- DUNGAN CU. ZN, CN, NI, AG DAN SO4 DALAM AIR TANAH BEBAS DI DESA BANGUNTAPAN, BANTUL The Effect of Liquid Waste on The Content of Cu. Zn, Cn,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam bab ini, data yang diperoleh disajikan dalam bentuk tabel dan grafik. Penyajian grafik dilakukan berdasarkan variabel konsentrasi terhadap kedalaman dan disajikan untuk

Lebih terperinci

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK

ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN ABSTRAK ANALISIS PARAMETER FISIKA KIMIA PERAIRAN MUARA SUNGAI SALO TELLUE UNTUK KEPENTINGAN BUDIDAYA PERIKANAN Jalil 1, Jurniati 2 1 FMIPA Universitas Terbuka, Makassar 2 Fakultas Perikanan Universitas Andi Djemma,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Keberadaan industri dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat namun juga tidak jarang merugikan masyarakat, yaitu berupa timbulnya pencemaran lingkungan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang III. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Daerah Aliran Sungai (DAS) Way Keteguhan, yang merupakan salah satu DAS pada DAS di Kota Bandar Lampung. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia

PENDAHULUAN. terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki hutan mangrove terluas di dunia. Hutan mangrove umumnya terdapat di seluruh pantai Indonesia dan hidup serta tumbuh berkembang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Negara kita sedang giat-giatnya melaksanakan pembangunan di bidang ekonomi. Di dalam pembangunan ekonomi, di negara yang sudah maju sekalipun selalu tergantung pada sumberdaya

Lebih terperinci

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto)

Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto) Kadar Salinitas, Oksigen Terlarut,..Kepulauan Seribu-Provinsi DKI Jakarta (Dumarno, D & T. Muryanto) KADAR SALINITAS, OKSIGEN TERLARUT, DAN SUHU AIR DI UNIT TERUMBU KARANG BUATAN (TKB) PULAU KOTOK KECIL

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak

BAB I PENDAHULUAN. berdampak positif, keberadaan industri juga dapat menyebabkan dampak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberadaan sektor industri menjadi salah satu sektor penting, dimana keberadaannya berdampak positif dalam pembangunan suatu wilayah karena dengan adanya industri maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air harus dilindungi agar

Lebih terperinci

Makalah Pendamping: Kimia Paralel A STATUS MUTU AIR LAUT DI PELABUHAN BENOA BALI PASCA PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN

Makalah Pendamping: Kimia Paralel A STATUS MUTU AIR LAUT DI PELABUHAN BENOA BALI PASCA PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN 22 Makalah Pendamping: Kimia STATUS MUTU AIR LAUT DI PELABUHAN BENOA BALI PASCA PENGEMBANGAN KAWASAN PELABUHAN Ketut Gede Dharma Putra Laboratorium Kimia Lingkungan FMIPA Universitas Udayana Bali Kampus

Lebih terperinci

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI

ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI ABSTRACT THE IMPACT OF AGRICULTURAL ACTIVITIES IN THE VARIOUS LEVELS OF EUTROPHICATION AND DIVERSITY OF PHYTOPLANKTON IN BUYAN LAKE BULELENG BALI This research was conducted to find out the impact of agricultural

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan zaman, membuat masyarakat terpacu memberikan kontribusi untuk membangun. Pembangunan yang terjadi tidak hanya dari satu sektor, tetapi banyak

Lebih terperinci

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn

stasiun 2 dengan stasiun 3 dengan stasiun 3 Stasiun 1 dengan Stasiun 1 Morishita Horn Didapatkan hasil sungai Wonorejo Surabaya mempunyai indeks kesamaan komunitas makrozoobenthos antara stasiun 1 dengan stasiun 2 yaitu 0.88. Perbandingan dari kedua stasiun ini memiliki indeks kesamaan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. pesisir laut. Batas-batas wilayah tersebut yakni Laut Jawa di sebelah timur, selat

TINJAUAN PUSTAKA. pesisir laut. Batas-batas wilayah tersebut yakni Laut Jawa di sebelah timur, selat II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teluk Lampung Propinsi Lampung memiliki wilayah yang hampir seluruhnya berbatasan dengan pesisir laut. Batas-batas wilayah tersebut yakni Laut Jawa di sebelah timur, selat sunda

Lebih terperinci

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA

KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA KANDUNGAN ZAT PADAT TERSUSPENSI (TOTAL SUSPENDED SOLID) DI PERAIRAN KABUPATEN BANGKA Umroh 1, Aries Dwi Siswanto 2, Ary Giri Dwi Kartika 2 1 Dosen Jurusan Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Pertanian,Perikanan

Lebih terperinci

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG

STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG INFOMATEK Volume 19 Nomor 1 Juni 2017 STUDI LAJU DEOKSIGENASI PADA SUNGAI CIKAPUNDUNG UNTUK RUAS SILIWANGI - ASIA AFRIKA, BANDUNG Yonik Meilawati Yustiani, Astri Hasbiah *), Muhammad Pahlevi Wahyu Saputra

Lebih terperinci

PENCEMARAN BAHAN ORGANIK DAN EUTROFIKASI DI PERAIRAN CITUIS, PESISIR TANGERANG

PENCEMARAN BAHAN ORGANIK DAN EUTROFIKASI DI PERAIRAN CITUIS, PESISIR TANGERANG PENCEMARAN BAHAN ORGANIK DAN EUTROFIKASI DI PERAIRAN CITUIS, PESISIR TANGERANG Anna Rejeki Simbolon Progam Studi Pendidikan Biologi Universitas Kristen Indonesia annarejekisimbolon@gmail.com Abstract Cituis

Lebih terperinci

EVALUASI BOD DAN COD DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUAL2Kw DI SUNGAI PUDU KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU

EVALUASI BOD DAN COD DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUAL2Kw DI SUNGAI PUDU KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU Journal of Env. Engineering & Waste Management, Vol., No., Oktober 06: 07-8 EVALUASI BOD DAN COD DENGAN MENGGUNAKAN METODE QUALKw DI SUNGAI PUDU KECAMATAN MANDAU KABUPATEN BENGKALIS PROVINSI RIAU Ika Kusumawati

Lebih terperinci