PEMETAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) RUMAH TANGGA MISKIN PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANG TAHUN 2012.

Transkripsi

1 PEMETAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) RUMAH TANGGA MISKIN PADA TATANAN RUMAH TANGGA DI KOTA PADANG TAHUN Sumihardi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang) ABSTRACT Based on the survey results PHBs Padang City Health Office in 2009 which carried the village at 6 districts (the survey was done before the earthquake occurred) obtained: 1). Births attended by health personnel 95.2 exceeds the national target of 90%, 2). Gave Babies 68.3 Exclusive breastfeeding is still below the national target of 80%, 3). Considering infants and young children 74.5%, 4) Using clean water exceeds the national target 85%, 5). Washing hands with clean water and soap 71.2%, 6). Uses healthy latrines 79.2% is still below the national target of 80%, 7). Eradicate flick at home 66.2%, 8). Eat fruits and vegetables every day 57.8%, 9). Doing physical activity / exercise every day 67.5%, 10). Not smoke in the house 47.5 The research was a descriptive study. The study was to find out an overview and analysis Behavior Clean And Healthy (PHBS) in the aftermath of poor households in the Padang. It could be seen from the indicators of household structure in The results were expected to be able to answer the problem of PHBs in poor households, in order to achieve the level / classification Healthy IV which is expected to target the government and as a reference in the development of health promotion policies and programs PHBS in Padang.The results showed that the delivery attended by skilled health 99%, Exclusive breastfeeding 35%, Having Health Insurance (Managed Care) 64%, do not smoke in the house 20%, conducting physical activity / exercise every day 9%, eat fruits and vegetables every 40% of the number of occupants, the ground floor houses instead of 52% with an average of 50%. PENDAHULUAN perwujudan riil paradigma sehat dalam Perilaku hidup bersih dan sehat budaya hidup perorangan, keluarga dan hakikatnya adalah dasar pencegahan masyarakat yang berorientasi sehat, manusia dari berbagai penyakit. bertujuan untuk meningkatkan, Masyarakat yang mandiri untuk hidup memelihara dan melindungi kesehatannya sehat, dengan mengajak serta memotivasi (Depkes RI, 2006). PHBS meliputi PHBS masyarakat dan penyelenggara pelayanan di rumah tangga, tempat-tempat umum, kesehatan untuk merubah pola pikir dari Institusi Kesehatan, sekolah dan di sudut pandang sakit menjadi sudut tempat-tempat kerja. PHBS di rumah pandang sehat dan jabaran ini disebut tangga tujuannya untuk memberdayakan dengan Paradigma Sehat. Perilaku Hidup anggota keluarga agar tahu, mau dan Bersih dan Sehat (PHBS) merupakan mampu mempraktekkan perilaku hidup 41

2 bersih dan sehat serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Secara administrasi Pemerintah Kota Padang terdiri dari 11 Kecamatan dan 104 Kelurahan. Berdasarkan, Badan Pusat Statistik Kota Padang tahun 2008, tercatat jumlah penduduk kota Padang sebanyak jiwa dengan laju pertumbuhan penduduk 2,31 % per tahun. Untuk tahun 2009 terdapat Rumah Tangga Miskin ( RTM ) dengan jumlah jiwa jiwa. Adapun Kecamatan yang banyak keluarga miskinya adalah Kecamatan Koto Tangah, Kuranji dan Lubuk Begalung ( BAPPEDA Kota Padang, 2009). Pada tanggal 30 September 2009, gempa yang berkekuatan 7.6 mengguncang Propinsi Sumatera Barat. Kerusakan yang terjadi akibat gempa ini tersebar di 13 dari 19 kabupaten/kota dan memakan korban jiwa lebih dari orang. Daerah yang terkena dampak paling parah adalah Kota Padang, Kota Pariaman serta Kab. Padang Pariaman. Berdasarkan hasil survei PHBS Dinkes Kota Padang pada tahun 2009 yang dilakukan pada 6 Kelurahan di 6 Kecamatan (survey dilakukan sebelum terjadi bencana gempa) didapat :1).Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan 95,2 melebihi target nasional 90%, 2).Memberi Bayi Asi Eksklusif 68,3 masih dibawah target nasional yaitu 80%, 3).Menimbang bayi dan anak balita 74,5%, 4).Menggunakan air bersih 89,2 melebihi target nasional 85 %, 5).Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun 71,2%, 6).Menggunakan jamban sehat 79,2% masih dibawah target nasional 80%, 7).Memberantas jentik di rumah 66,2%, 8). Makan buah dan sayur setiap hari 57,8%, 9).Melakukan aktifitas fisik/olahraga setiap hari 67,5%, 10).Tidak merokok dalam rumah 47,5%. Berdasarkan hal tersebut di atas masih ada PHBS masyarakat Kota Padang dibawah target Nasional, maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pemetaan terhadap tingkat Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) rumah tangga miskin pada Tatanan Rumah Tangga di Kota Padang tahun 2012.Tujuan Mendapatkan Gambaran dan Pemetaan tentang 10 Indikator Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga Miskin di Kota Padang tahun 2012 METODOLOGI PENELITIAN Desain Penelitian ini adalah metode survei, yaitu mendapatkan gambaran pemetaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada Tatanan Rumah Tangga Miskin di Kota Padang. dengan menggunakan program Aplikasi Art View. Sehingga didapatkan Pemetaan Kota Padang dalam standar Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) pada tatanan rumah tangga miskin. Nantinya akan bermanfaat sebagai acuan dalam

3 4 2

4 pengembangan kebijakan dalam program Promosi Kesehatan dalam meningkatkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) di Kota Padang khususnya pada tatanan rumah tangga miskin. Penelitian ini dilakukan pada 11 Kecamatan.di Kota Padang selama tiga bulan (Juni s/d Agustus) pada tahun Populasi adalah seluruh keluarga miskin di Kota Padang yaitu Rumah Tangga Sampel diambil secara Proporsi random sampling. Jumlah sampel yang didapat 96 Rumah Tangga Miskin. Pemilihan untuk masing-masing Kecamatan dilakukan secara proporsional. Instrumen yang dipakai menggunakan kuesioner dengan cara wawancara dan mengamati langsung indikator PHBS di rumah tangga miskin. HASIL PENELITIAN Hasil pengolahan data,perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) keluarga miskin di Kota Padang secara umum adalah dalam kategori baik. Hal ini terlihat dari nilai pemetaan PHBS Kota Padang dengan nilai 50 %, yang berarti warna hijau. Hasil pemetaan PHBS keluarga miskin pada 11 kecamatan di Kota Padang, ada 5 kecamatan yang peta Data yang diperoleh di lapangan, diolah secara manual dan komputerisasi, dianalisa secara deskripif dan Analitik kemudian disajikan dalam bentuk Grafik dan Naratif. Analisis Deskriptif yaitu menggambarkan keadaan yang ditemui yang berkaitan dengan 10 indikator PHBS kemudian dibandingkan dengan keadaan yang seharusnya sesuai standar Propinsi dan Nasional. Secara Analitik yaitu melakukan Kompilasi data dan merger data deskripstif ke dalam Data Tematik yang disebut dengan Analisis Spasial yang hasilnya adalah Pemetaan wilayah menjadi tiga Zona yang di kategorikan menjadi Wilayah PHBS Kurang yang ditandai dengan warna merah, PHBS Sedang yang ditandai dengan warna kuning dan PHBS Baik yang di tandai dengan Hijau dan Biru PHBS nya berwarna kuning atau dalam kategori sedang. Kelima kecamatan tersebut adalah kecamatan Pauh, Koto Tangah, Padang Barat, Lubuk Begalung, dan kecamatan Padang Timur, sedangkan sisanya (6 kecamatan) peta PHBS nya berwarna hijau atau dalam kategori baik. Tabel 1 dibawah ini adalah hasil rata-rata sepuluh indikator PHBS keluarga miskin di Kota Padang tahun

5 Sumihardi; Pemetaan Prilaku Hidup Bersih Tabel I.1 Rata rata Sepuluh Indikator PHBS Keluarga Miskin Di Kota Padang Tahun 2012 Indikator PHBS KECAMATAN (%) Padang Padang Padang Pdg Nang Kuranji Pauh Lubuk Lubuk KT Bungus Barat Selatan Timur Utara Galo Begalung Kilangan Tangah Persalinan ditolong tenaga kesehatan Pemberian Bayi Asi Eksklusif Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM) Tidak merokok Melakukan aktifitas fisik/olahraga Makan buah dan sayur setiap hari Ketersediaan air bersih Ketersediaan Jamban Keluas lantai dengan jumlah penghuni Lantai rumah bukan dari tanah Rata Rata (%) Hasil penelitian 10 indikator perilaku hidup bersih dan sehat keluarga miskin di Kota Padang dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel.2. Sepuluh Indikator PHBS Keluarga Miskin Di Kota Padang Tahun 2012 KECAMATAN (%) Indikator PHBS Padang Padang Padan Padan Nang Kura Lubuk Lubuk Koto Bungus Total Barat Selatan g g Pauh Teluk Galo nji Begalung Kilangan Tangah Timur Utara Kabung (%) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan Pemberian Bayi Asi Eksklusif Mempunyai Jaminan Pemeliharaan Kesehatan (JPKM) Tidak merokok dalam rumah Melakukan aktifitas fisik/olahraga setiap hari Makan buah dan sayur setiap hari Ketersediaan air bersih Ketersediaan Jamban Kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni Lantai rumah bukan dari tanah RATA-RATA 50 44

6 Berdasarkan tabel di atas dapat dijelaskan bahwa dari 10 indikator PHBS keluarga miskin di Kota Padang, ada 7 indikator PHBS nya yang persentasenya di bawah 50%, yaitu:, Indikator Pemberian Bayi Asi Eksklusif 31%, Inikator merokok dalam rumah 25%, Indikator melakukan aktifitas fisik setiap hari/olah raga 19%, Indikator katersediaan air bersih 44%, Indikator katersediaan jamban 38%, Indikator kesediaan luas lantai dengan jumlah penghuni 38%, Lantai rumah bukan dari tanah 31%. Sementara tiga indicator lainnya yaitu pertolongan ditolong oleh tenaga kesehatan, mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan (JPKM) dan makan buah serta sayur setiap persentasenya lebih dari 50%. PEMBAHASAN Hasil penelitian dapat dijelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh keluarga atau masyarakat dalam pemberian Asi Ekslusif masih rendah. Hal ini terlihat dari 96 responden hanya 31% yang mebrikan ASI ekslusif kepada anaknya. Kondisi ini dapat disebabkan oleh rendahnya atau kurangnya pengetahuan ibu tentang manfaat pemberian ASI ekslusif kepada anaknya. Hasil penelitian tersebut di atas sesuai hasil kajian Ismail (2010), yang menjelaskan bahwa masih banyak ibu-ibu yang kurang mengetahui pentingnya pemberian ASI ekslusif kepada anaknya. Pendapat yang sama dikemukakan oleh Hakimi (2010) bahwa sebagian besar masyarakat belum mengetahui manfaat pemberian ASI eklusif kepada bayinya. Disamping itu masih rendahnya masyrarakat memberikan ASI eklusif kepada bayinya karena kurangnya air susu ibu. Guna meningkatkan pengetahuan ibu tentang pentingnya pemeberian ASI eklusif perlu dilakukan penyuluhan kepada ibu-ibu melalui kegiatan PKK atau kegiatan lain seperti pada saat kegiatan posyandu. Hal ini sesuai pendapat Prabandari (2010) bahwa untuk meningkatkan pengetahuan ibu tentang penting pemberian ASI eklusif perlu adanya penyuluhan kepada ibu-ibu rumah tangga. Faktor kebiasaan turut menentukan peta PHB di suatu wilayah, demikian juga di lokasi penelitian pada 11 kecamatan di Kota Padang. Faktor kebiasaan ini sulit untuk merubah dalam waktu yang singkat, lebihlebih yang berkaitan dengan kebiasaan individu dalam keluarga. Sebagai contoh, kebiasaan merokok seseorang walaupun sudah ada poster-poster tentang bahaya merokok terhadap diri yang bersangkutan maupun pada orang lain, tetapi kenyataan sulit bagi seseorang untuk menghentikan kebiasaan

7 4 5

8 merokok tersebut. Demikian juga halnya di 11 kecamatan di Kota Padang Hasil penelitian tersebut senada yang dikemukakan oleh Groth (2010) yang menjelaskan bahwa kebiasaan merokok seseorang sangat sulit untuk dihenstikan walaupun sudah banyak kampanyekampanye dan poster-poster bahaya merokok baik terhadap perokok aktif maupun perokok pasif.selain itu Prabandari (2010), menambahkan bahwa untuk menghentikan kebiasaan merokok yang telah melekat pada diri seseorang diperlukan kesadaran dan kemauan untuk menghentikannya.masih banyak anggota keluarga yang merokok di dalam rumah belum mengetahui pengaruh merokok terutama terhadap perokok pasif, sehingga sebagian besar banyak anggota keluarga yang merokok dalam rumah. Padahal bahanya lebih besar disbanding perokok itu sendiri, seperti dijelaskan oleh Anugrah. B. (2012 ) Menghirup asap rokok orang lain lebih berbahaya dibandingkan menghisap rokok sendiri. Bahkan bahaya yang harus ditanggung perokok pasif tiga kali lipat dari bahaya perokok aktif. Sebanyak 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok masuk ke tubuh perokok, sedangkan 75 persennya beredar di udara bebas yang berisiko masuk ke tubuh orang di sekelilingnya. Lebih lanjut dijelaskan oleh Anugrah B. (2012), dari penelitian terhadap pasien kanker paru-paru yang tidak pernah merokok, terlihat bahwa mereka yang menjadi perokok pasif di rumah akan meningkatkan risiko kanker paru-paru hingga 18%. Bila hal ini terjadi dalam waktu yang lama, 30 tahun lebih, risikonya meningkat menjadi 23%. Bila menjadi perokok pasif di lingkungan kerja atau kehidupan sosial, risiko kanker paru-paru akan meningkat menjadi 16% sedang bila berlangsung lama, hingga 20 tahun lebih, akan meningkat lagi risikonya menjadi Kurniawan (2012) menyatakan bahwa perokok pasif menghirup asap dari rokok orang lain yang tersebar luas di udara, maka dipastikan resiko penyakit yang di terima oleh perokok pasif sama dengan perokok aktif. Tetapi berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa justru bahaya yang di terima perokok pasif lebih tinggi dari perokok aktif. Sekitar 25 persen zat berbahaya yang terkandung dalam rokok lansung masuk ke tubuh perokok aktif tersebut. Bahaya yang diterima perokok pasif lebih besar karena perokok pasif menghisap asapnya tidak terfilter. Sedangkan racun yang diterima perokok aktif terfilter melalui ujung rokok. Tetapi semua akan berbalik berbahaya kepada perokok aktif jika ia kembali menghirup asap yang telah dihembuskannya ke udara bebas yang tidak disadarinya. Karena itu, perokok aktif harus pandai memilih tempat yang benar untuk merokok agar tidak merugikan orang lain. Terutama pada anak kecil, anak kecil yang sering menjadi perokok pasif dapat mengganggu

9 4 6

10 mentalnya, bahkan mereka lebih rentan terkena berbagai penyakit seperti asma, dan penyakit paru-paru di kelak masa tuanya. Masih rendahnya pencapaian indicator PHBS keluarga miskin di Kota Padang, yaitu kurang dari 50%, untuk indikator katersediaan air bersih, indikator katersediaan jamban, indikator kesediaan luas lantai dengan jumlah penghuni, dan indikator lantai rumah bukan dari tanah, dapat disebabkan oleh karena faktor ekonomi penduduk/keluarga miskin. Apabila dilihat dari indicator PHBS, seperti; Indikator katersediaan air bersih, indikator katersediaan jamban, indikator kesediaan luas lantai dengan jumlah penghuni, dan indikator lantai rumah bukan dari tanah, semua indicator tersebut sangat erat kaitannya dengan faktor ekonomi masyarakat, lebih lagi untuk masyarakat miskin. Hal senada dijelaskan oleh Jhonhardi (2008), bahwa factor ekonomi sangat berperan dalam mengatasi dan meningkatkan derajat kesehatan KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan dapat disimpulkan sebagai berikut: Persentase persalinan ibu melahirkan ditolong oleh tenaga kesehatan sebesar 99% Persentase pemberian bayi asi eksklusif 35%, Persentase mempunyai jaminan pemeliharaan kesehatan (JPKM) 64%, Persentase tidak merokok dalam rumah 20% Persentase melakukan aktifitas fisik/olahraga setiap hari 9% Persentase makan buah dan sayur setiap hari 59%, Persentase ketersediaan air bersih 81%, Persentase ketersediaan Jamban 41% Persentase kesesuaian luas lantai dengan jumlah penghuni 40%. Persentase lantai rumah bukan dari tanah 52% Disarankan perlu dilakukan penyuluhan terhadap kepala rumah tangga tentang kebiasaan-kebiasaan yang kurang baik terhadap indikator PHBS seperti bahaya rokok, makan buah dan sayur tiap hari, olah raga setiap hari, stop buang air besar disembarangan tempat dan kesesuaian luas lantai dengan jumlah hunian. Perlu peningkatan pengetahuan ibu rumah tangga tentang indikator PHBS melalui pendidikan dan penyuluhan serta sosialisasi program PHBS di masyarakat

11 4 7

12 DAFTAR PUSTAKA Anwar Hadi, Prinsip Pengelolaan Pengambilan Sampel, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Departemen Kesehatan RI, Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan, Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun 2004 Departemen Kesehatan RI, Pedoman Pelaksanaan Promosi Kesehatan Daerah, Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI Tahun 2005 Departemen Kesehatan RI, Buku Pedoman Manajemen Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tingkat Puskesmas, Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tahun 1996/1997 Departemen Kesehatan RI, Buku Pedoman Pembinaan Program Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Tatanan Rumah Tangga, Pusat Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Tahun 2000/2001 Departemen Kesehatan RI, Panduan Manajemen PHBS Menuju Kabupaten/Kota Sehat Pusat Promosi Kesehatan Tahun 2002 Departemen Kesehatan RI. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Jakarta.2006 Dinas Kesehatan Kota Padang, Profil Dinas Kesehatan Padang Dinas Kesehatan Propinsi Makasar, Pedoman Pengembangan Kabupaten / Kota PercontohanProgram Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), 2006 Kementeri Kesehatan Republik Indonesia, Pidato Sambutan menteri Kesehatan Pada Rapat Kerja Nasional Gubernur, Jakarta 31 Januari 2011 Notoatmodjo,Soekidjo.Prof.Dr.SKM M Com. Promosi Kesehatan Teori dan Aplikasi. Cetakan pertama. Jakarta. PTRinekaCipta.2005 Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat di Rumah Tangga. Jakarta Pusat Promosi Kesehatan Departemen Kesehatan RI. Rumah tangga Sehat dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. Jakarta Tjiptoherijanto. P dan soesetyo, B., Ekonomi Kesehatan, Rineka Cipta Departemen Kesehatan RI. Indikator Indonesia sehat Jakarta.2003 Departemen Kesehatan RI, Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan di Kabupaten/Kota, Jakarta