BUKU PEGANGAN KADER BKR

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BUKU PEGANGAN KADER BKR"

Transkripsi

1

2

3 BUKU PEGANGAN KADER BKR BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA JAKARTA 2013 i

4 Buku Pegangan Kader BKR Tentang Delapan Fungsi Keluarga Diterbitkan oleh : Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Hak Direktorat Bina Ketahanan Remaja Cetakan Pertama Disusun oleh : Indra Wirdhana, SH, MM Drs. M. Edi Muin, M.Si Witri Windrawati, SE Andi Hendardi, SH Alifah Nuranti, S.Psi, MPH Didik Trihantoro, S.Si, MAPS Antonius Angkawijaya, S.Psi, MM Ade Isyanah, S.Pd, MSR Dra. Robertha Suparyati, MM Khaeri Marifah, S.Psi Irmiyanti Kusumastuti, SE, MA Retnoningsih Suharno, S.Pd Soetriningsih, S.Sos, M.Si Ahmad Zuhdi, S.Sos, MPH Drs. Eddy Setiadi Priyo Susilo, Amd ISBN BADAN KEPENDUDUKAN DAN KELUARGA BERENCANA NASIONAL DIREKTORAT BINA KETAHANAN REMAJA Jl. Permata No. 1 Halim Perdana Kusuma Jakarta Timur Telp/fax : (021) , ii

5 KATA SAMBUTAN Dalam rangka mewujudkan misi Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional, yakni mewujudkan pembangunan yang berwawasan kependudukan dan mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera, maka salah satu strateginya adalah meningkatkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga melalui pembinaan keluarga. Dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. Oleh karena itu keluarga dituntut untuk aktif dan berperan dalam mengawal proses perkembangan dan pertumbuhan anaknya. Berdasarkan pemikiran di atas, maka penanaman nilai-nilai moral dalam keluarga melalui penanaman delapan fungsi keluarga sangatlah penting. Sosok orang tua sebagai penanggung jawab utama dalam menanamkan nilai-nilai yang paling mendasar sebelum anak masuk pada fase perkembangan dan pertumbuhan serta komunitas berikutnya, sehingga perlu disusun buku Pegangan Kader BKR tentang Delapan Fungsi Keluarga. iii

6 Semoga buku ini dapat bermanfaat dalam membina remaja, melalui penanaman dan penerapan nilai-nilai dalam delapan fungsi keluarga. Akhirnya kepada semua pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih. Semoga Tuhan senantiasa melimpahkan Taufik dan rahmatnya kepada kita semua. Amin. Jakarta, Maret 2013 Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga Dr. Sudibyo Alimoeso, MA iv

7 KATA PENGANTAR Berbagai upaya telah dilakukan untuk merespon masalah remaja, salah satunya melalui program Generasi Berencana (GenRe). Pendekatan program GenRe adalah melalui kelompok Bina Keluarga Remaja (BKR). Kegiatan Bina Keluarga Remaja (BKR) bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan orangtua atau keluarga lain dalam pembinaan tumbuh kembang remaja. Dengan adanya kegiatan BKR, orangtua diharapkan memiliki pengetahuan dan dapat menyampaikan pengetahuan yang mereka miliki serta menanamkan nilai-nilai dalam delapan fungsi keluarga. Pentingnya peran dan fungsi keluarga, menjadikan keluarga sebagai lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan berperan sebagai makhluk sosial. Sekaitan hal tersebut di atas, maka disusunlah buku Pegangan Kader BKR tentang Delapan Fungsi Keluarga. Buku ini ditujukan kepada para kader BKR dan orangtua sebagai bahan bacaan dalam memperkaya pengetahuan dan informasi tentang Delapan Fungsi Keluarga. Fungsi-fungsi yang ada pada Delapan Fungsi Keluarga menjadi prasayarat, acuan dan pola hidup setiap keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. BKKBN membagi fungsi keluarga, menjadi 8 fungsi yaitu fungsi v

8 agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. Akhirnya kepada semua pihak yang turut berpartisipasi dalam penyusunan buku ini, kami ucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi - tingginya. Jakarta, Maret 2013 Direktur Bina Ketahanan Remaja Indra Wirdhana, SH, MM vi

9 DAFTAR ISI Kata Sambutan... Kata Pengantar... Daftar Isi... iii v vii Bab I : PENDAHULUAN... 1 A. Pengertian Keluarga... 1 B. Tugas Utama Keluarga... 2 C. Fungsi Keluarga... 3 Bab II : DELAPAN FUNGSI KELUARGA... 5 A. Fungsi Agama... 5 B. Fungsi Sosial Budaya C. Fungsi Cinta Kasih D. Fungsi Perlindungan E. Fungsi Reproduksi F. Fungsi Sosialisasi Pendidikan G. Fungsi Ekonomi H. Fungsi Lingkungan Bab III : PENUTUP Daftar Pustaka vii

10 viii

11 BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Keluarga Keluarga merupakan lembaga pertama dalam kehidupan anak, tempat anak belajar dan berperan sebagai makhluk sosial. Keluarga juga merupakan satu-satunya lembaga sosial yang diberikan tanggung jawab untuk mengubah suatu organisme biologis menjadi manusia. Dalam keluarga umumnya anak melakukan interaksi yang intim. Pada saat sebuah lembaga mulai membentuk kepribadian seseorang dalam hal-hal penting, keluarganya tentu lebih banyak berperan dalam persoalan perubahan itu, dengan mengajarkan berbagai kemampuan dan menjalankan banyak fungsi-fungsi sosialnya (Sayyid: 2007). Keluarga adalah sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial dari tiap anggota keluarga (Duval, 1972 dalam Setiadi 2008). Menurut Slameto (2006) keluarga adalah lembaga pendidikan yang pertama dan utama bagi anak-anaknya baik pendidikan bangsa, dunia, dan negara sehingga cara orang tua mendidik anak-anaknya akan berpengaruh terhadap belajar. Sedangkan menurut Mubarak, dkk (2009) keluarga merupakan 1

12 perkumpulan dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau adopsi, dan tiap-tiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu dengan yang lain. Indonesia telah merumuskan pengertian keluarga seperti yang dicantumkan dalam UU No 52 Tahun 2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga, yang mendefinisikan keluarga sebagai unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya. B. Tugas Utama Keluarga Tugas utama keluarga adalah memenuhi kebutuhan jasmani, rohani, dan sosial anggota keluarganya. Yang mencakup pemeliharaan dan perawatan anak-anak, membimbing perkembangan kepribadian anak-anaknya dan memenuhi emosional anggota keluarganya. Keluarga sebagai sebuah sistem sosial mempunyai tugas atau fungsi agar sistem tersebut berjalan. Tugas tersebut berkaitan dengan pencapaian tujuan, integrasi dan solidaritas, serta pola kesinambungan atau pemeliharaan keluarga. Resolusi Majelis Umum PBB menguraikan fungsi-fungsi utama keluarga adalah : Keluarga sebagai wahana untuk mendidik, mengasuh dan sosialisasi anak, mengembangkan kemampuan seluruh anggotanya agar dapat menjalankan fungsinya di masyarakat dengan baik, serta memberikan kepuasan dan lingkungan sosial yang sehat guna tercapainya keluarga sejahtera (Megawangi, 1994). Agar fungsi keluarga berada 2

13 pada kondisi optimal, perlu peningkatan fungsionalisasi dan struktur yang jelas, yaitu suatu rangkaian peran dimana sistem sosial dibangun. C. Fungsi Keluarga Keluarga Sejahtera merupakan dambaan dan harapan dari setiap keluarga. Untuk mencapai kondisi tersebut bukan suatu yang tidak mungkin terjadi, apabila setiap keluarga menerapkan fungsi-fungsi yang seharusnya berjalan di dalam kehidupan keluarga. Fungsi yang dimaksud tersebut dikenal sebagai Delapan Fungsi Keluarga. Delapan fungsi keluarga adalah fungsi-fungsi yang menjadi prasayarat, acuan dan pola hidup setiap keluarga dalam rangka terwujudnya keluarga sejahtera dan berkualitas. BKKBN membagi fungsi keluarga, menjadi 8 fungsi yaitu fungsi agama, sosial budaya, cinta kasih, melindungi, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan. 3

14 4

15 BAB II DELAPAN FUNGSI KELUARGA Setiap fungsi dalam delapan fungsi keluarga mempunyai makna masing-masing dan mempunyai peran penting dalam kehidupan keluarga. Delapan fungsi keluarga ini diharapkan bukan hanya sebagai simbol belaka, tetapi dapat menjadikan pijakan dan tuntunan keluarga dalam menjalani roda kehidupannya. Adapun pembahasan mengenai masing-masing fungsi keluarga dalam delapan fungsi keluarga, adalah sebagai berikut : A. Fungsi Agama 1. Pengertian Fungsi Agama Agama adalah kebutuhan dasar bagi setiap manusia yang ada sejak dalam kandungan. Keluarga adalah tempat pertama seorang remaja mengenal agama. Keluarga juga menanamkan dan menumbuhkan serta mengembangkan nilai-nilai agama, sehingga remaja menjadi manusia yang berakhlak baik dan bertaqwa. Setiap manusia mempunyai kewajiban yang berbeda. Kewajiban tersebut disesuaikan berdasarkan umur dan profesinya. Karena itu penting bagi masing-masing individu untuk mengetahui dan sadar dengan tanggung jawab yang dipikulnya, termasuk dengan pengetahuan akan eksistensinya sebagai manusia yang dicipta oleh yang Maha Pencipta. 5

16 Manusia pada hakekatnya diciptakan tak lain adalah untuk menyembah kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena itu sangat pantaslah sekiranya setiap langkah yang akan dituju oleh setiap manusia hanyalah mengharap atas ridho dari Allah SWT. Dalam hidup perjalanan setiap manusia sesungguhnya tak lepas dari sekedar menjalani sebuah skenario yang telah digariskan oleh yang Maha mengatur, sehingga masing-masing orang satu sama lain baik rezeki, musibah dan takdir pasti tidak akan sama, karena disitulah letak kerahasiaan dari Sang Pencipta. 2. Nilai-Nilai dalam Fungsi Agama Dalam fungsi agama, terdapat 12 nilai dasar yang mesti dipahami dan ditanamkan dalam keluarga. Dua belas nilai dasar tersebut diantaranya: a. Iman, yang dimaksud dengan iman yaitu mempercayai akan adanya Allah SWT, Tuhan YME, mengamalkan segala ajarannya. b. Taqwa, yang dimaksud dengan taqwa adalah mengamalkan segala sesuatu yang diperintahkan dan menghindari segala yang dilarang Allah SWT. c. Kejujuran, yang dimaksud dengan kejujuran yaitu menyampaikan apa adanya. d. Tenggang rasa ditandai dengan adanya kesadaran bahwa setiap orang berbeda dalam sifat dan karakternya. 6

17 e. Rajin, maksudnya menyediakan waktu dan tenaga untuk menyelesaikan tugasnya dengan berusaha untuk mendapatkan hasil yang terbaik. f. Kesalehan, maksudnya adalah memiliki nilai moral yang tinggi dengan melakukan sesuatu yang benar secara konsisten. g. Ketaatan, maksudnya dengan segera dan senang hati melaksremajaan apa yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya. h. Suka membantu, memiliki kebiasaan menolong dan membantu orang lain tanpa mengharapkan imbalan. i. Disiplin, maksudnya menepati waktu, mematuhi aturan yang telah disepakati. j. Sopan santun, maksudnya adalah seseorang yang berperilaku sesuai dengan norma-norma dan nilai-nilai agama. k. Sabar dan Ikhlas, maksudnya kemampuan seseorang untuk menahan diri dalam menginginkan sesuatu serta dalam menghadapi suatu kesulitan. l. Kasih sayang, merupakan ungkapan perasaan dengan penuh perhatian, kesadaran dan kecintaan terhadap seseorang. 3. Penerapan Fungsi Agama dalam Keluarga a. Iman Menanamkan keimanan kepada remaja berhubungan dengan kemampuan orangtua dalam memberikan 7

18 nilai-nilai keagamaan agar dapat menjalankan ajaran agamanya. Misalnya: 1) Membiasakan menjalankan ibadah secara bersama dengan keluarga, baik di rumah maupun di tempat ibadah. 2) Bersyukur atas anugerah Tuhan YME. 3) Sabar ketika mendapat musibah. 4) Memberikan bahan bacaan dan pengetahuan tentang keagamaan b. Taqwa Ketaqwaan adalah buah dari keimanan yang harus tercermin dalam sikap dan perilaku sehari-hari, baik dirumah maupun di masyarakat. Orangtua sebaiknya menunjukkan prilaku ketaqwaan kepada anak. Misalnya, dengan menjalankan ibadah shalat, puasa. c. Kejujuran Kejujuran perlu ditanamkan oleh orangtua terhadap anak remajanya, baik dalam keluarga maupun dimasyarakat. Hilangnya kejujuran akan menimbulkan saling curiga sehingga akan membuat hidup tidak tentram. Menanamkan kejujuran dalam kehidupan keluarga, berkaitan dengan kemampuan orangtua dan remaja untuk mengatakan yang sebenarnya terjadi dan mendorong orang lain untuk berbuat hal serupa. Orangtua dapat menanamkan kejujuran pada remajanya dengan cara : 8

19 1) Berlaku jujur dalam setiap ucapan dan tindakannya. 2) Berbuat jujur terhadap siapapun. 3) Mengemukakan manfaat berlaku jujur. 4) Memberi contoh atau teladan orang yang selalu berlaku jujur. 5) Memperhatikan raut muka ketika berbicara dengan remajanya untuk menunjukkan rasa percaya orangtua kepada anaknya. d. Tenggang rasa Sikap tenggang rasa dapat tercermin dari kerukunan hidup beragama, yakni dengan saling menghormati dan memahami perasaan orang lain. Orangtua dapat menerapkan nilai moral tenggang rasa dalam fungsi agama dicerminkan melalui saling menghargai dan menghormati agama atau kepercayaan orang lain dalam menjalankan ibadahnya. Misalnya pada saat bulan Ramadhan, tidak makan atau minum dihadapan orang menjalankan ibadah puasa, menjaga kerukunan antar umat beragama, bersikap sopan dan berbudi luhur terhadap pemeluk agama lain. e. Rajin Ciri orang yang rajin adalah selalu melaksanakan tugas dengan baik dan benar, menyediakan waktu untuk menyelesaikan tugas, dan bertanggungjawab terhadap pekerjaan. Kewajiban orang tua untuk senantiasa memotivasi remaja rajin menjalankan kewajiban dan 9

20 tanggung jawabnya, misalnya dalam melaksanakan ibadah pengajian atau kebaktian. f. Kesalehan Dalam Fungsi Agama, kesalehan merupakan nilai moral tertinggi yang dimiliki seseorang. Dengan demikian, orang tua perlu memperhatikan dan menanamkannya nilai-nilai agama kepada remaja. Menanamkan kesalehan dalam kehidupan berkeluarga melalui fungsi agama dapat dilakukan dengan menjaga diri dari prilaku yang tidak baik. Cara penerapan yang dilakukan orangtua adalah dengan memberikan teladan dan mengingatkan: a. Menjalankan ibadah dan berbuat baik kepada sesama b. Menjauhi hal yang dilarang agama seperti tidak menyakiti hati orang lain, tidak berburuk sangka, dan tidak iri terhadap keberhasilan orang lain. g. Ketaatan Taat adalah melaksanakan tugas dan tanggungjawab dengan ikhlas. Ketaatan merupakan sikap terpuji dan pencerminan dari orang yang mempunyai moral dan akhlak yang mulia. Sebaiknya orangtua menanamkan sifat ketaatan ini sejak dini, dan dimulai dari keluarga. Ketaatan dalam kehidupan keluarga, tercermin dalam menjalankan kewajiban agama, mengikuti aturan, melaksanakan pekerjaan dengan tanggung jawab dan ikhlas. 10

21 Dalam menerapkan ketaatan kepada remaja, orangtua perlu memperhatikan: 1) Menjalankan ibadah sebagai pelaksanaan kewajibannya kepada Tuhan YME; 2) Mempunyai kesadaran sendiri untuk menyelesaian dengan segera tugas-tugas rumah maupun sekolah. h. Suka membantu Membantu atau menolong orang lain yang dilandasi dengan keikhlasan merupakan perbuatan yang sangat disukai oleh Tuhan YME. Menanamkan perilaku suka menolong dalam kehidupan keluarga melalui fungsi agama, berhubungan dengan kamauan orangtua dan remaja untuk selalu siap mengulurkan tangan membantu orang lain tanpa pamrih. Untuk menanamkan perilaku suka menolong, dapat dilakukan orangtua dengan memberikan contoh/teladan. Misalnya, dengan membantu kesulitan atau permasalahan yang dihadapi tetangga, teman, atau anggota keluarga lain. Ajaklah remaja untuk senantiasa ringan tangan jika ada teman atau anggota keluarga lain membutuhkan bantuan. i. Disiplin Disiplin adalah mematuhi aturan agama yang berlaku dan harus tertanam dalam pribadi setiap orang. Setiap anggota keluarga sebaiknya menjadi orang yang disiplin. Penerapan perilaku disiplin beragama 11

22 berhubungan dengan ketepatan dan keteraturan dalam memanfaatkan waktu, dan tidak melanggar aturan. Perilaku tersebut terlihat dari contoh berikut. 1) Melaksanakan ibadah tepat waktu 2) Selalu menepati janji 3) Mengikuti aturan-aturan yang telah ditetapkan j. Sopan santun Sikap sopan santun sebaiknya diajarkan oleh orangtua kepada remaja mulai dari kebiasaan di rumah. Sikap sopan anak bagaimanapun adalah cerminan orang tua. Sopan satun merupakan kepentingan bersama agar setiap orang dapat hidup berdampingan dan bermasayarakat. Sopan santun juga merefleksikan kepribadian yang penuh cinta dan tenggang rasa, contoh norma sopan santun 1) hormat menghormati 2) ajarkan bertutur kata sopan sejak dini 3) mengucapkan salam ketika bertemu dan saat berpamitan k. Sabar dan Ikhlas Sabar adalah kuatan jiwa dalam menahan diri yang didalamnya meliputi ketabahan, keuletan, ketahanan menghadapi tantangan, ancaman dan hambatan untuk mewujudkan apa yang kita inginkan. Sikap sabar 12

23 ini mesti ditanamkan oleh orangtua kepada remaja dan dimulai dari rumah. Penanaman sikap sabar dalam kehidupan keluarga, berkenaan dengan kemampuan orangtua dan remaja dalam menahan diri/bersikap tenang ketika menginginkan sesuatu dan ketika menghadapi kesulitan, tidak cepat puas dan tidak mudah marah. Contoh perilaku sabar: 1) Mampu menguasai nafsu amarah dalam diri 2) Tidak tergesa-gesa dalam menjalankan ibadah 3) Sabar dalam mewujudkan keinginan 4) Sabar dalam pergaulan l. Kasih sayang Kasih sayang adalah bentuk ungkapan perasaan (dengan sepenuh perhatian), kesadaran, dan kecintaan terhadap seseorang. Semua agama mengajarkan kepada umatnya supaya memounyai rasa kasih sayang terhadap semua orang. Pepatah agama mengatakan: kasihilah orang lain seperti kamu mengasihi dirimu sendiri. Ungkapan itu memberi arti bahwa rasa kasih sayang merupakan kebutuhan setiap orang. Setiap orang memerlukan kasih sayang dari orang lain. Mereka memerlukan kasih sayang dari orangtua dan orang-orang di sekelilingnya dengan tulus dan ikhlas. Menanamkan kasih sayang dalam kehidupan keluarga, 13

24 berhubungan dengan kemampuan orangtua dengan cara: 1) Memberikan perhatian penuh secara tulus dan ikhlas terhadap kesulitan dan permasalahan yang dihadapi anak remaja 2) Tidak bersikap kasar, dan mengingatkan anak bahwa sikap kasar tidak boleh dilakukan oleh siapa saja dan kepada siapapun. B. Fungsi Sosial Budaya 1. Pengertian Fungsi sosial budaya mempunyai makna bahwa keluarga adalah wahana pertama dan utama dalam pembinaan dan penanaman nilai-nilai luhur budaya yang selama ini menjadi panutan dalam tata kehidupan. Dengan penerapan fungsi sosial budaya dalam keluarga, nilai luhur yang selama ini sudah menjadi panutan dalam kehidupan bangsa tetap dapat dipertahankan dan dipelihara. Perkembangan sosial budaya dalam masyarakat telah mengalami banyak perubahan, dimana nilai-nilai sosial dan budaya yang dianut sudah semakin bebas, dan menyebabkan kurang dipegangnya lagi aturan-aturan dalam masyarakat. Penanaman nilai-nilai sosial budaya juga dimulai dari keluarga, karena keluarga merupakan lingkungan sosial yang pertama sekali dikenal oleh anak. 14

25 Di dalam keluarga inilah pertama sekali mulai terbentuknya penanaman nilai sosial budaya yang diajarkan melalui contoh perilaku orangtuanya. Adanya interaksi di dalam lingkungan keluarga antara satu anggota dengan anggota lainnya akan menyadarkan anak bahwa mereka berfungsi sebagai individu dan mahluk sosial. Sebagai mahluk sosial ia belajar menyesuaikan diri dengan kehidupan bersama, yaitu saling tolong menolong dan mempelajari adat istiadat yang berlaku disekitarnya. Melalui orangtualah anak belajar untuk menjalankan peran yang nantinya diharapkan di masyarakat. 2. Nilai-nilai dalam Fungsi Sosial Budaya Nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang dapat ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara lain : a. Toleransi dan saling menghargai Toleransi bisa diartikan sebagai sikap menghargai pendirian yang berbeda atau bertentangan dengan pendirian kita sendiri. Sikap toleransi ini bisa ditanamkan kepada anak-anak sejak kecil, karena pada usia anak mereka masih lebih bersifat egosentris, dimana anak menganggap bahwa dirinya adalah segalanya, yang membuat mereka sulit berbagi atau belum bersedia bermain dengan orang lain. Mereka juga sangat sensitif akan sesuatu yang berbeda yang ada di sekitarnya dan sering kali 15

26 mereka menolak dengan tegas perbedaan tersebut. Hal inilah yang membuat mereka seolah kejam dan tidak punya toleransi. Disinilah peran penting orangtua dalam menanamkan nilai toleransi kepada anaknya. Terutama, menstimulasi anak agar dia siap menerima keberadaan orang lain. Secara bersamaan, juga menanamkan karakter toleran terhadap orang lain yang berbeda dari dirinya. Orangtua harus mulai memperkenalkan toleransi dan perbedaan bukanlah sesuatu yang menakutkan, buruk atau harus dihindari pada mereka. Dan jangan lupa, kita sebagai orangtua harus menjaga sikap di hadapan mereka dengan tidak melontarkan kata-kata atau tindakan yang menolak perbedaan. Kadang kala, disadari atau tidak, kita melontarkan kata-kata yang tidak enak didengar mengenai perbedaan yang ada di sekitar kita seperti perbedaan suku, agama atau adat istiadat, bahkan bersikap sinis pada perbedaan tersebut. Sungguh, semua tindakan kita akan direkam tanpa sensor oleh anak. Jika kita tidak menjaga sikap dan tidak memberi bimbingan lebih lanjut, mereka akan kehilangan sikap toleransi pada sesamanya. b. Gotong Royong Gotong royong adalah melaksanakan pekerjaan secara bersama-sama yang dilandasi dengan kesukarelaan dan kekeluargaan. Membangkitkan jiwa 16

27 gotong royong dalam kehidupan keluarga berkaitan dengan kesediaan orang tua dan anak-anak untuk saling menolong dan tanpa pamrih dalam melakukan pekerjaan. Selain dapat menciptakan hubungan sesama yang positif, tolong menolong juga memberikan pengaruh positif bagi orang yang melakukannya. Orang yang suka menolong, akan membuat jiwanya lebih positif, jiwanya lebih besar, dan seringkali lebih bahagia. Itulah kenapa kita semua perlu menanamkan jiwa yang suka menolong pada anak-anak kita. Cara yang paling sederhana dan punya efek yang luar biasa adalah dengan memperagakan aktivitas kita yang suka menolong orang lain juga. c. Sopan Santun Semua orangtua tentu berharap anak mereka bersikap sopan dan santun. Namun, budi pekerti atau tata krama yang baik tidak bisa muncul begitu saja. Anak perlu mendapat pengajaran bagaimana bersikap sopan dan santun. Memang, tidak mudah menerapkan sopan santun pada anak. Tetapi jika orangtua berhasil mengajarkan sopan santun pada anaknya, si kecil akan tumbuh menjadi seseorang yang berperilaku baik di sepanjang hidupnya. Meskipun, tidak dapat dipungkiri bahwa lingkungan di luar rumah juga memiliki peran yang sangat besar pada pembentukan perilaku yang sopan dan santun ini. 17

28 Sopan santun ini dipelajari anak melalui teladan atau contoh dari orangtuanya, dimana diantara ayah dan ibu atau keluarga yg ikut tinggal dalam rumah belajar untuk saling menghormati dan bersikap lemah lembut satu dengan yang lain. d. Kebersamaan dan kerukunan Keluarga adalah tempat dimana seseorang dapat merasakan kebahagian atau kesedihan dalam dunia ini. Dalam keluarga kita tumbuh dan belajar tentang nilai-nilai kehidupan. Dengan keluarga pula kita berbagi suka duka kehidupan dan bahu membahu menghadapi berbagai masalah yang terjadi. Orangtua seharusnya mengajarkan kebersamaan kepada anak bukan malahan sibuk dengan bisnis dan menitipkan anak kepada kakek atau nenek atau bahkan pembantu. Kebersamaan sangatlah penting dan tidak bernilai harganya. Kebersamaan orangtua dan anak tidak akan tergantikan dengan kebersamaan lainnya. Tidak ada yang lebih indah lagi selain melihat kekompakan ayah, ibu dan anak-anak. Orangtua harus selalu menanamkannya sedari anak kecil. e. Kepedulian Peduli artinya menanggapi perasaan dan pengalaman orang lain. Ciri-ciri kepedulian sosial budaya yaitu upaya menghargai dan menghormati adat istiadat setempat. Setiap orang lahir disertai 18

29 sifat/watak/karakter dan kepribadian yang berbeda. Begitupun dalam hidup di masyarakat akan diwarnai oleh sosial, budaya dan adat yang berbeda setiap anggota keluarga semestinya mempunyai sikap kepedulian terhadap masalah sosial, budaya dan adat yang berbeda dimana saja berada. Sikap peduli dapat diawali oleh orangtua dalam keluarga terhadap anak-anaknya dengan memelihara, menghargai dan menghormati adat istiadat, sifat dan watak seseorang. Kepedulian diantara sesama anggota keluarga atau masyarakat akan membangkitkan rasa kekeluargaan serta kesetiakawanan. Menumbuhkan sikap peduli dalam kehidupan keluarga, melalui fungsi sosial budaya, berkenaan dengan bimbingan orangtua terhadap anak-anaknya untuk melestarikan adat istiadat dan menghargai serta menghormati sosial budaya orang lain. f. Cinta Tanah Air atau Nasionalisme Rasa cinta tanah air atau nasionalisme dapat dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk menghargai nilai nilai sejarah kepahlawanan, mencintai produk sendiri, menyadari adanya pengaruh global terhadap kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Saat ini jiwa kebangsaan kita dirasakan bukan mulai pudar lagi tapi justru semakin pudar setelah arus globalisasi informasi dan teknologi semakin kuat merasuk ke dalam keluarga. Hal ini sebagai 19

30 tantangan kita selaku orangtua untuk menanamkan kembali jiwa kebangsaan ini terhadap anak-anak. Menanamkan jiwa kebangsaan dalam kehidupan keluarg, melalui Fungsi Sosial Budaya, berhubungan dengan kemampuan orangtua dan anak-anak untuk menghargai nilai-nilai sejarah kepahlawanan, menyintai produksi dalam negeri dan menyadari adanya pengaruh globalisasi terhadap kehidupan. 3. Penerapan Fungsi Sosial Budaya dalam Keluarga Penerapan nilai-nilai dalam fungsi sosial budaya yang dapat ditanamkan didalam lingkungan keluarga antara lain : a. Toleransi dan saling menghargai Cara-cara menanamkan toleransi yang bisa dilakukan adalah : 1) Orangtua dapat mengajarkan toleransi dengan memberikan contoh-contoh dengan cara mereka sendiri. Membicarakan tentang toleransi dan sikap menghargai akan membantu anak memahami nilai apa yang ingin Anda tanamkan pada diri mereka. 2) Hati-hati jika membicarakan kebiasaan orangorang yang berbeda dengan orangtua. Meskipun hanya candaan, ini akan terserap pada pikiran anak dan dapat mempengaruhi sikapnya. 20

31 3) Carilah komunitas yang beragam. Berilah kesempatan anak untuk bermain dan beraktivitas dengan orang lain yang berbeda dengan diri mereka. Misalnya ketika memilih sekolah, tempat berlibur, atau penitipan anak, carilah tempat yang populasinya beragam. 4) Ketika mengetahui anak menolak pertemanan dengan berdasarkan alasan perbedaan warna kulit, tidak cantik/tampan, agama, status sosial, atau bahkan karena ada kekurangan (tuna daksa atau tuna grahita) pada teman barunya, maka segeralah untuk memberi pemahaman yang lebih lanjut. b. Gotong Royong Cara menanamkan nilai-nilai gotong royong antara lain : 1) Interaksi ibu dan ayah dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari dapat dijadikan sebagai teladan bagi anak-anaknya, misalnya ketika sang ibu menyediakan minum untuk ayahnya sedangkan sang ayah membantu ibu memperbaiki kompor yang rusak. Anak-anak akan mencontoh sikap saling menolong tersebut ketika mereka sedang berinteraksi dengan anakanak lain atau interaksi kakak-beradik. 2) Mendukung inisiatif anggota keluarga termasuk anak untuk menolong orang lain. Misalnya 21

32 mendukung inisiatifnya untuk terlibat dalam kegiatan sekolah yang tujuannya untuk tolongmenolong atau menolong orang lain yang sedang terkena musibah. 3) Memberikan contoh menolong orang yang sedang kesusahan, seperti membagi makanan, menyisihkan sebagian harta yang kita punya untuk orang yang kurang mampu, meringankan kesulitan keluarga atau orang lain, dan masih banyak lagi. c. Sopan Santun Cara-cara menanamkan sopan santun dalam keluarga: 1) Berikan contoh dalam kehidupan sehari-hari Anak adalah peniru paling ulung. Bahkan, saat masih belum dapat berbicara pun, anak sudah bisa menirukan perbuatan yang kita lakukan. Meskipun dalam "bahasa dan bentuk" yang lain. Sangatlah tepat ungkapan anak-anak mendengar tidak dengan telinga, melainkan dengan matanya Itu artinya, orangtua harus menjadi contoh nyata bagaimana bersikap sopan dan santun. 2) Ajarkan 3 kata penting "Terima kasih", "Tolong", dan "Maaf" adalah 3 kata penting yang sebaiknya diajarkan sejak anak lahir. Ucapkanlah kata "Tolong" jika ingin 22

33 meminta bantuan kepada siapa saja. Ucapkan "Terima kasih" bila si anak melakukan sesuatu untuk orangtua, dan jangan segan berkata "Maaf" jika orangtua berbuat salah. Dengan demikian anak akan mengetahui bahwa dirinya dihargai dan ia pun akan terbiasa menghargai orang lain. 3) Latihan sambil bermain Mungkin orangtua sudah berusaha mengajarkan sopan santun pada anak. Tapi bisa saja ketika anak berhadapan dengan orang lain ia melakukan perbuatan yang kurang santun. Jangan menyerah. Cobalah melatih sikap sopan santun dengan mengajak anak bermain peran. Coba minta anak menjadi tamu dan orangtua tuan rumahnya. Lakukan juga peran sebaliknya. Berperanlah sebagai tuan rumah yang sopan dan minta si Nk berperan sebagai tamu yang sopan. Biasanya, saat berperan anak akan menjadi "aktor" yang baik sehingga ia akan melakukan skenario yang sudah disepakati. Saat anak bersikap santun dalam peran yang dimainkannya pujilah perbuatannya. Tunjukkan bahwa orangtua sangat menghargai sikap positif ini. 4) Harus konsisten Anak sering lupa bagaimana bersikap baik, sehingga sangat wajar bila ia tiba-tiba melakukan tindakan kurang sopan. Jangan langsung 23

34 memarahinya. Tapi ingatkan dia bahwa tindakan tersebut tidak sopan. Beri peringatan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya, "Wah, karena terlalu haus, jagoan Bunda lupa bilang terima kasih ya..." Untuk membentuk sikap yang sopan dan santun orangtua harus konsisten dan jangan bersikap permisif atau memaklumi dengan alasan apapun. Bila anak melakukan tindakan yang tidak sopan, ingatkan lagi, lagi dan lagi. 5) Jangan dijadikan lelucon Sikap yang kurang sopan bukan lelucon atau bahan guyonan. Jangan menertawakan anak saat ia melakukan tindakan yang tidak santun. Bila orangtua atau anggota lain melakukannya, anak akan berpikir perbuatannya lucu, wajar dan benar. Ini akan membuat anak semakin sulit memahami makna sopan santun, apalagi mempraktekkannya. 6) Tunjukkan perhatian Anak sering melakukan tindakan yang tidak santun hanya untuk menarik perhatian orangtuanya. Karena itu, sebaiknya sesibuk apapun orangtua di meja makan, bersama tamu atau dengan pekerjaan, berikan perhatian pada anak. Berikan pujian jika anak menunjukkan perilaku yang sopan dan santun. 24

35 d. Kebersamaan dan kerukunan Cara menanamkan nilai-nilai kebersamaan antara lain: 1) Pertama, bisa dimulai dari dalam rumah. Orangtua harus menerapkan waktu makan bersama dengan anak setiap pagi dan malam hari. Dari sini anak anda akan selalu merasakan indahnya waktu makan bersama ayah dan ibunya. 2) Biasakan selalu mempunyai waktu luang pada saat anak belajar. Ayah dan ibu bisa bersamasama membantu dan menunggui anak ketika anak sedang belajar. Anak akan merasakan kebahagiaan karena orangtua selalu mendukungnya, 3) Sebagai orangtua bisa membiasakan komunikasi dengan anak. Komunikasi bisa menjalin kebersamaan. Biasakan untuk mengobrol setiap sore atau setelah anak pulang sekolah tentang semua kegiatannya disekolah. 4) Biasakan anak menonton televisi bersama orangtuanya diruang keluarga. Jangan meletakkan televisi dikamar tidur mereka karena akan membuat mereka lebih senang berdiam dikamar. 5) Lakukan kegiatan-kegiatan didalam rumah bersama misalnya membetulkan mobil digarasi 25

36 bersama anak atau memasak didapur dengan bantuan anak. Ini akan membuat kebersamaan semakin terjalin. 6) Orangtua bisa merencanakan berlibur bersama. Liburan adalah saat-saat yang penting untuk menjalin kebersamaan dengan anak anda. 7) Orangtua bisa mengajak anak untuk melakukan beberapa aktifitas olahraga setiap minggu bersama misalnya bermain basket, bersepeda, atau aktifitas lain. Kegiatan tersebut akan diingat oleh anak sampai anak dewasa. e. Kepedulian Cara menanamkan nilai-nilai kepedulian antara lain : 1) Menerapkan sikap peduli terhadap anak-anak dimulai oleh orangtua, bisa dengan cara penteladanan. Orangtua, apakah ayah atau ibu mungkin berbeda hobi, berlainan sifat dan watak. Adanya perbedaan kita harus saling menghargai dan menghormati. 2) Mungkin kita mempunyai dua orang anak, yang satu hobi nyanyi pop indonesia, dan satunya lagi nyanyi pop jawa. Keduanya tiba-tiba saling mengejek disebabkan perbedaan hobi. Kita dapat membicarakan masalah itu dengan melibatkan kedua anak-anak kita, agar mengerti perbedaan hobi dan menghargai keberadaannya. 26

37 3) Bisa juga kita mengajak anak-anak ketempat rekreasi cagar budaya, tempat kesenian atau seni patung, misalnya di Taman Mini Indonesia Indah atau tempat lainnya yang dekat. Di tempat itu orangtua dapat menunjukkan berbagai kesenian, adat dan budaya yang beragam yang saling berdampingan. f. Kebangsaan Cara-cara menanamkan nilai-nilai kebangsaan antara lain: 1) Tanamkan sikap Aku Bangga Jadi Orang Indonesia. 2) Mengajarkan bahasa Indonesia yang baik dan benar dirumah, selain juga bahasa asing lainnya. 3) Membeli dan menggunakan produk dalam negeri, kalau ada buatan masyarakat sekitar. 4) Menceritakan kepahlawanan atau cerita rakyat daerah. 5) Mengikuti atau menghadiri upaya bendera peringatan hari kemerdekaan 17 Agustusan atau hari-hari besar nasional lainnya. 6) Mengenalkan dan menyanyikan lagu-lagu kebangsaan, seperti Garuda Pancasila, Padamu Negeri, Halo-halo Bandung dan sebagainya. 7) Mengunjungi tempat-tempat bersejarah atau mengikuti upacara ziarah ke makam pahlawan. 27

38 Menanamkan jiwa kebangsaan juga dilakukan dengan membandingkan sifat, watak, sosial dan budaya bangsa lain yang berbeda. Orangtua dapat menceritakan dari segi keunggulan dan kelemahannya, sehingga dapat menggugah anakanaknya untuk tetap memiliki jiwa kebangsaan yang baik. Penanaman nilai-nilai kebangsaan sangat penting untuk menghindari konflik antar umat beragama. C. Fungsi Cinta Kasih 1. Pengertian Fungsi Cinta Kasih Salah satu kebutuhan dasar manusia adalah kebutuhan akan kasih sayang. Kasih sayang merupakan komponen dasar yang utama dalam proses pembentukan karakter atau akhlak anak. Dengan cinta dan kasih sayang suasana rumah akan menjadi tempat yang sangat menyenangkan bagi anak dan seluruh penghuninya. Sehingga rumah menjadi tempat tinggal dan berkumpulnya seluruh kegembiraan, kedamaian dan kesopanan. Rumah yang dipenuhi dengan sinar cinta dan kasih sayang akan menjadi tempat kejujuran dan segala sifat kebaikan dan kebahagiaan tinggal. Bahkan ada istilah yang mengatakan bahwa rumahku istanaku. Anak akan belajar mengasihi apabila di rumah kedua orangtuanya hidup dalam suasana penuh cinta kasih sayang. Dengan pelajaran cinta kasih yang diterimanya di 28

39 rumah anak akan menjadi anak yang lembut dan penurut. Apabila anak dibesarkan dalam suasana rumah yang penuh dengan kebencian dan kedengkian akan melahirkan watak yang gampang tersinggung dan cepat marah, hidupnya akan selalu dipenuhi oleh rasa dendam yang pada akhirnya akan merugikan anak itu sendiri dimasa dewasanya. Fungsi cinta kasih mempunyai makna bahwa keluarga harus menjadi tempat untuk menciptakan suasana cinta dan kasih sayang dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. 2. Nilai-nilai dasar Dalam menanamkan nilai-nilai cinta kasih dalam keluarga, maka ada beberapa hal yang harus diajarkan dalam keluarga, antara lain : a. Empati Empati adalah merupakan kepekaan seseorang dalam memahami dan mengerti perasaan orang lain. Kita mungkin sering mendengarkan kata-kata empati ini diucapkan oleh orang lain, bahkan oleh diri kita sendiri, tetapi apakah kita sendiri sudah pernah menerapkan empati dalam perilaku kita sehari-hari? Apalagi bila kita sedang berhadapan dengan pasangan atau anak-anak kita. Empati erat berhubungan dengan perilaku moral. Empati adalah suatu perasaan yang mendorong seseorang untuk 29

40 bertindak peduli, meskipun secara rasional tidak diperlukan. Anak yang tidak dapat mengembangkan kemampuan berempati akan menjadi orang yang tak peduli dan tak menyadari akibat perilaku mereka pada orang lain. Kemampuan berempati tidak didapatkan secara otomatis, tetapi harus dipelajari. Disinilah peran orangtua sangat diharapkan untuk dapat melatih kemampuan emosi anak dan memberikan contoh kepada anak untuk dapat berempati kepada orang lain. Jika orangtua dapat mengembangkan sikap empati anak-anak, maka mereka akan membangun kekuatan batin yang akan melindungi mereka dari pengaruh luar dalam pengambilan keputusan yang tepat. b. Keakraban Keakraban dapat diartikan sebagai hubungan yang dilandasi oleh rasa kebersamaam dan kedekatan perasaan. Ciri-ciri keakraban ini tidak hanya dilihat dari kebersamaan (kedekatan secara fisik) tetapi dapat dilihat dari adanya saling memberi perhatian, dapat menikmati kebersamaan, mempunyai keperdulian serta memiliki rasa persahabatan (kedekatan secara emosi). Kepedulian terhadap setiap anggota keluarga menjadi suatu keharusan dalam sebuah keluarga. Seperti apa pun sikap seorang anggota keluarga, ia patut mendapatkan kepedulian dari anggota yang 30

41 lain. Karena itu, peranan orangtua sangat penting dalam membangun kepedulian ini. Seorang anak yang sejak kecil diajari untuk peduli terhadap anggota keluarganya akan memberi perhatian yang besar kepada sesamanya. c. Keadilan Adil dalam pengertian sederhana adalah menempatkan segala sesuatu sesuai dengan potensi dan kapasitasnya. Dalam keluarga, keadilan harus ada dan ditanamkan sejak usia dini. Kita tidak bisa melakukan sesuatu secara adil tanpa memahami potensi dan kapasitas yang ada pada anak-anak. Perbedaan perlu dipahami untuk membuat perlakuan yang diberikan sesuai dengan kapasitasnya. Orangtua tidak menjadi seorang pemberi dan anak sebagai penerima. Lebih dari itu ada proses saling memahami, sehingga pemberian dan penerimaan adalah bagian dari peran dan fungsi orangtua dan anak yang memiliki hak dan kewajibannya masing-masing, baik yang sudah menjadi norma maupun kesepakatan. Orang adil dapat dicirikan dengan kemampuan seseorang untuk memperlakukan orang lain secara wajar seperti kita ingin diperlakukan oleh orang lain, berpihak pada kebenaran dan tidak pilih kasih terhadap orang lain. d. Pemaaf Pemaaf adalah dapat menerima kesalahan orang lain tanpa perasaan dendam. Namun mengakui 31

42 kesalahan dan berani meminta maaf lebih utama. Meminta maaf dan memberi maaf adalah sebuah keterampilan sosial dan emosional yang perlu diajarkan sejak dini, karena sangat berperan dalam membentuk kepribadian yang positif. Apabila anak tidak diajarkan sejak dini, maka anak akan menjadi anak yang egois. Jika hal tersebut terjadi pada anak, kelak ia akan menemui kesulitan dalam berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi. Hal ini juga membuat sportivitas anak tidak berkembang. Sportivitas yang rendah akan merugikan anak karena dia akan dicap negatif dan dijauhi teman-temannya. e. Kesetiaan Setiap anggota keluarga semestinya mempunyai sikap setia terhadap keluarga, teman dan kelompok sesuai dengan kesepakatan bersama tanpa adanya saling mengkhianati. Melalui kesetiaan dapat melahirkan kekuatan untuk menghadapi masalah yang selalu menghadang dihadapan kita. Orang tua bersama anak-anak dan anggota masyarakat lainnya sebaiknya membangun rasa kesetiakawanan. Penumbuhan sikap setia dalam kehidupan keluarga, melalui fungsi cinta kasih, berkenaan dengan bimbingan orangtua dan anak-anak untuk membangun kesetian dalam keluarga, bersama teman anak-anak dan orang lain dalam lingkungan masyarakat. 32

43 f. Suka Menolong Suka menolong adalah kebiasaan untuk menolong dan membantu orang lain. Tolong menolong yang dilandasi cinta kasih merupakan bagian dari kebersamaan yang dapat menjalin kerukunan dan kedamaian. Menumbuhkan sifat suka menolong dalam kehidupan keluarga, berhubungan dengan kemauan orangtua dan anak-anaknya untuk selalu siap mengulurkan tangan dalam membantu orang lain dan selalu mencari kesempatan ingin memberikan sumbangan. Dimulai dengan kebiasaan dalam keluarga, dimana ayah bisa membantu ibu untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah, seperti mengepel rumah, mencuci piring, dan sebagainya. g. Tanggungjawab Rasa bertanggung jawab bukan sikap bawaan dari lahir yang sudah ada pada setiap individu, tetapi merupakan sikap yang butuh pembiasaan dan pengajaran. Untuk membuat seseorang anak memiliki sikap bertanggung jawab, perlu peran orang lain untuk membiasakannya bertanggung jawab sedini mungkin mulai dari hal-hal yang kecil. Untuk memulai hal tersebut, anak membutuhkan contoh dan arahan dari lingkungan terdekatnya, terutama orangtua. 33

44 3. Penerapan Fungsi Cinta Kasih dalam Keluarga a. Empati Cara-cara mengajarkan anak-anak untuk melakukan empati : 1) Ajarkan anak-anak untuk mengikuti hati nurani. Jika dalam hati merasa bersalah, berarti itu tidak baik untuk siapa pun. Hal ini membantu mereka menjaga motivasi mereka tulus dan murni. Kita dapat membantu mereka untuk memahami hal ini dengan lebih baik, yaitu dengan membahas tentang apa yang memotivasi kita untuk melakukan sesuatu, bagaimana sebuah tindakan dapat bermanfaat bagi kita maupun orang lain dan tidak merugikan siapapun. 2) Ciptakan hubungan terbuka antara Anda dan anak-anak sehingga mereka tak ragu bercerita tentang pengalaman positif maupun negatif mereka. Tunjukkan perhatian atas cerita mereka dan berikan respon yang menunjukkan bahwa Anda peduli pada mereka. Dari kebiasaan ini, anak akan belajar mendengarkan, peduli, bahkan membantu orang lain. 3) Ajak dan biasakan anak untuk melakukan sesuatu bagi orang lain yang membutuhkan. Memberi sedekah pada fakir miskin, memberikan buku dan mainannya yang tak lagi digunakan ke anak yatim, atau memberi sumbangan pada korban 34

45 banjir. Melakukan tindakan menolong mudah dilakukan, baik di sekolah, dalam keluarga atau di masyarakat, namun yang perlu ditekankan adalah agar anak berpikir tentang kemalangan orangorang yang mereka bantu. Ketika mereka melakukannya, mereka dapat mengerti tentang bagaimana rasanya jika berada dalam posisi tersebut. 4) Sebagai orangtua, kita dapat mencoba untuk mengembangkan empati anak-anak dengan dialog. Beberapa contoh berikut: a) Ketika anak-anak kita berhadapan dengan orang yang tidak mereka suka atau bertentangan dengan mereka, bantulah mereka untuk mencoba menemukan sesuatu yang baik dari orang tersebut sekecil apapun. b) Mintalah anak-anak secara mental menempatkan dirinya dalam posisi musuh mereka atau mengajak mereka untuk melihat pengalaman yang telah terjadi sebelumnya dengan posisi yang berbalik. c) Ketika kita marah kepada seseorang, kita sering salah berasumsi orang itu akan melakukan sesuatu secara sengaja untuk menyakiti kita. Tetapi biasanya apa yang mereka lakukan berbeda dengan apa yang kita pikirkan. Kita dapat membantu anak- 35

46 anak kita untuk menemukan niat baik dari orang yang tidak mereka sukai. d) Ekspresikan empati kita sendiri, misalnya, "Bapak sangat lelah setelah pulang dari bekerja, pasti Bapak akan merasa jauh lebih baik jika ada seseorang yang membawakan minuman dan surat kabar." Setelah itu, kita dapat membantu mereka melihat efek yang kuat dari empati mereka: "Kamu lihat, kan? Bapak senang sekali karena ada seseorang yang meluangkan waktunya untuk membuat Bapak merasa nyaman. Bapak merasa sangat dicintai." 5) Bermain role play juga dapat membantu menyampaikan pesan tentang empati pada anak-anak. Jika mereka bercerita atau menghadapi masalah dengan temannya misalnya, bimbing mereka untuk mencari tahu apa yang menjadi penyebab temannya melakukan hal yang tak disukainya. 6) Mengajar Anak Empati Dengan Tidak Mencela Orang Yang Lemah. Entah itu membudaya atau naluri, tapi pada umumnya orang mencela yang lemah. Mungkin orang yang tampak aneh di kerumunan, orangtua yang berjalan pelan, seseorang yang gagap pada waktu wawancara tv, atau seorang teman yang kegemukan. 36

47 b. Keakraban Menerapkan sikap keakraban dari orangtua terhadap anak-anak agar menjadi kepribadian dilakukan dengan keteladanan, keterlibatan, penguatan, dan kerjasama dengan cara antara lain : 1) Membiasakan untuk makan bersama dengan keluarga juga merupakan salah satu cara untuk membina keakraban di dalam keluarga. 2) Mengajak teman-teman anak untuk makan bersama di rumah kita 3) Mengajak anak-anak untuk liburan bersama orangtua, dimana orangtua juga ikut terlibat dalam permainan dengan anak-anak, tidak hanya menemani secara fisik. c. Keadilan Cara menanamkan nilai-nilai keadilan pada anakanak dengan cara : 1) Membagi tugas pekerjaan rumah pada anakanak secara merata, dengan melihat potensi dan kapasitasnya masing-masing. 2) Tidak membedakan perlakuan terhadap anakanak, kalau ada yang berbuat salah untuk diberikan teguran, sedangkan yang berbuat baik berilah pujian. 3) Memberikan kesempatan yang sama bagi anakanak untuk mendapatkan pendidikan dan pemenuhan gizi pada anak. 37

48 d. Pemaaf Dapat mengakui dan menerima kesalahan diri sendiri dan menerima kesalahan orang lain tanpa menyimpan dendam bukanlah hal yang mudah dilakukan oleh orangtua apalagi oleh anak-anak, tetapi dapat kita tanamkan kepada anak-anak melalui dengan cara : 1) Beri Contoh. Kebiasaan kita minta maaf setelah melakukan kesalahan adalah hal yang sangat efektif untuk dijadikan pelajaran oleh anak. Dia akan melihat dan mempelajari bahwa bila seseorang berlaku salah maka ia harus minta maaf. Jika hal ini sering dilihatnya, akan lebih mudah meminta anak untuk belajar minta maaf. Bukankah anak mudah sekali belajar dari lingkungannya? Jadi, jangan sungkan minta maaf pada anak bila kita melakukan kesalahan, begitu juga sebaliknya apabila anak meminta maaf maka orangtua juga langsung memaafkan anak. 2) Pembiasaan. Setelah anak dapat meminta maaf atas kesalahannya, kita perlu membiasakannya agar anak menjelma menjadi anak yang memiliki etika moral yang baik. Caranya, ketika anak lupa minta maaf setelah melakukan kesalahan, kita harus mengingatkannya, Kakak, ayo minta maaf ke temanmu. Kamu kan sudah merusak mainannya! Pembiasaan seperti ini akan membuat anak tahu apa yang harus dilakukannya ketika dia melakukan kesalahan. 38

49 3) Ketika ada seseorang yang membuat kita marah, contohkan sikap tenang dan berorientasi pada penyelesaian masalah. Biasakan membicarakan masalah yang timbul, misalnya jika ada perbedaan pendapat antara ayah dan ibu,jangan segan meminta maaf secara terbuka. Ketika telah memaafkan, lanjutkan kehidupan dan tidak mengungkit lagi kesalahan orang tersebut. Begitu pula ke-tika anak yang berbuat kesalahan, contohkan bagaimana orangtua dapat memaafkannya. Dengan melihat contoh, anak akan belajar bagaimana mengatasi masalah dengan cara positif dan akhirnya akan mengaplikasikan dalam kehidupannya sehari-hari. 4) Mengajarkan anak untuk bicara kepada orang yang membuatnya sakit hati untuk memberitahukan bahwa perkataan atau tindakan orang tersebut telah menyakitinya. 5) Beri kesempatan pada anak untuk mengungkapkan masalahnya. Galilah dari diri anak apa yang membuatnya tidak mau/menolak meminta maaf. Orangtua harus bersikap netral, tidak berpihak kepada pelaku ataupun korban. Jika berpihak, dikhawatirkan pemulihan hubungan keduanya akan semakin sulit. 6) Tidak memaksa anak meminta maaf dan memaafkan. Sering dijumpai orangtua yang memaksa anaknya untuk minta maaf, Ayo,kamu minta maaf sekarang sama adik! Sebetulnya, cara seperti ini tidak benar dan dapat menekan anak. Semakin dipaksa untuk 39

50 meminta maaf, semakin sulit bagi anak untuk melakukannya. Karena paksaan merupakan sesuatu yang tidak menyenangkan maka hal itu tak akan diulangi lagi. Atau, kalaupun mau, anak akan meminta maaf dengan terpaksa, tidak tulus. 7) Tumbuhkan empati pada anak. Cara terbaik dengan menumbuhkan empatinya. Kamu sudah memukul adik seperti itu. Coba, kamu pikirkan kalau kamu yang diperlukan seperti itu, bagaimana rasanya? Mungkin anak tidak akan langsung menjawab atau berkomentar saat itu juga dengan mengatakan, Tidak enak, misalnya. Tapi setidaknya anak tahu, perbuatan telah membuat orang lain menderita, terganggu, atau tersakiti. Orangtua harus bisa memahami, perbuatannya itu tidak baik. Dia juga harus merasakan apa yang orang lain rasakan. Anak harus melihat dampak yang dia lakukan pada anak lain, bagaimana perasaan orang tersebut, dan sebagainya. 8) Berikan dorongan. Contoh, Ibu akan senang kalau kamu mendengarkan keluhan orang lain dan kamu mau mengubah perilakumu. Ibu berharap kamu juga bisa meminta maaf atas perbuatan yang sudah kamu lakukan pada temanmu. Harapan semacam ini tidak memberi kesan memaksa dan sok berkuasa, melainkan mengajari anak untuk bersikap terbuka dan membuatnya berpikir. Apalagi di usia ini anak sudah bisa diajak berpikir mengenai konsekuensi. 40

51 9) Kenalkan aneka cara meminta maaf. Ada berbagai cara meminta maaf, baik secara langsung maupun tidak. Ada yang lewat salaman tangan, rangkulan, sentuhan, dan cara lainnya, atau yang terbaru dengan SMS, , chat, komentar maaf di jejaring sosial seperti Facebook, Friendster, dan lain-lain. Anak tahu mana yang paling tepat dan cocok. Biasanya dengan dibebaskan mengemukakan pendapatnya, anak akan menemukan banyak ide. Kecuali jika anak memang tak tahu caranya, maka orangtua mempunyai kesempatan untuk memberi masukan. 10) Beri toleransi waktu. Hindari menyuruh anak meminta maaf di saat itu juga. Orangtua memang harus menunggu hingga anak mau melakukannya dengan tulus tanpa terpaksa. Selanjutnya, jika anak sudah siap, orangtua bisa menjadi perantara, membantu anak untuk meminta maaf dan mendamaikan kedua anak yang berseteru. 11) Dorong anak untuk memaafkan dan berbuat baik pada orang yang berbuat salah padanya. Ini mungkin paling sulit dilakukan dan terkesan tidak masuk akal bagi anak. Beritahu dasar pemikirannya, orang yang menyakiti orang lain adalah orang yang mengalami penderitaan di dalam dirinya. Karena itu, justru patut dikasihani dengan harapan kebaikan dapat mengubah keburukan dalam diri orang itu. 41

52 Beberapa manfaat apabila kita mengajarkan anak meminta maaf dan memaafkan : a) Belajar Etika Moral. Ada anak yang tidak sadar kalau dirinya melakukan kesalahan. Dia akan cuek dan tak peduli terhadap kesalahannya. Mungkin karena dia tak mendapat pengarahan bagaimana menyikapi kesalahannya sehingga secara etika dan moral, anak akan dicap negatif. Nah, bila kita mengajarkan minta maaf saat melakukan kesalahan, maka anak belajar etika dan moral yang positif. Dengan begitu di dalam pergaulan pun kepribadian anak akan lebih positif. b) Introspeksi dan Mengakui Kesalahan. Mengajarkan minta maaf dan memaafkan juga memberikan pemahaman kepada anak mengenai konsep salah dan benar dalam berhubungan dengan orang lain. Umpama, anak memukul temannya karena tak dipinjamkan mainan. Ini adalah tindakan keliru sehingga kita meminta anak untuk minta maaf pada temannya. Saat memberikan arahan inilah, anak akan tahu bahwa tindakannya salah. Kelak, anak akan lebih mudah untuk tidak membuat kesalahan. c) Lebih Realistis. Mudah minta maaf dan memaafkan akan menumbuhkan jiwa yang lebih realistis. Dia mampu menerima diri sendiri maupun orang lain dengan kelebihan dan kekurangannya. Secara emosional anak tumbuh 42

RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd

RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd RETNONINGSIH SUHARNO, S.Pd BIODA TA My name is Achmad Sopian, S.Pd. I Was born in Jakarta, 30 Juni 1982 I live in Kebonjeruk Jakarta Barat I Work for Pusdiklat Kependudukan dan KB BKKBN Pusat Telp. 081281665572

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang menarik pada zaman modern di Indonesia adalah pemahaman dan implementasi tentang nilai-nilai moral dalam kehidupan masyarakat kita yang semakin

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG

BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG 77 BAB IV ANALISIS PERAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI LINGKUNGAN KELUARGA DALAM MEMBENTUK AKHLAQUL KARIMAH PADA REMAJA DI DUSUN KAUMAN PETARUKAN PEMALANG A. Analisis Tentang Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM KELUARGA NELAYAN DI DESA PECAKARAN KEC.WONOKERTO KAB. PEKALONGAN A. Analisis Tujuan Pendidikan Akhlak Anak dalam Keluarga Nelayan di Desa Pecakaran Kec. Wonokerto.

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Budi pekerti adalah perilaku nyata dalam kehidupan manusia. Pendidikan budi pekerti adalah penanaman nilai-nilai baik dan luhur kepada jiwa manusia, sehingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin

BAB II LANDASAN TEORI. dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya Sin 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian Sebelumnya yang Relevan Penelitian tentang nilai-nilai moral sudah pernah dilakukan oleh Lia Venti, dengan judul Nilai-Nilai Moral dalam Novel Nyanyian Lembayung Karya

Lebih terperinci

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri

Pekerjaan. Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Tema 4 Pekerjaan Menghargai kelebihan orang lain merupakan wujud sikap memiliki harga diri Kamu Harus Mampu Setelah mempelajari tema ini, kamu akan mampu: 1. mengenal pentingnya memiliki harga diri; 2.

Lebih terperinci

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan

INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD. Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan L A M P I R A N 57 INVENTORI TUGAS PERKEMBANGAN SISWA SD Berikut ini 50 rumpun pernyataan, setiap rumpun terdiri atas 4 pernyataan Anda diminta untuk memilih 1 (satu) pernyataan dari setiap rumpun yang

Lebih terperinci

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA

PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA PENDEWASAAN USIA PERKAWINAN DAN OPTIMALISASI FUNGSI KELUARGA Oleh : Andang Muryanta Sudah banyak kita ketahui pembahasan terkait Pendewasaan Usia Perkawinan (PUP) yang dilaksanakan BKKBN dalam Program

Lebih terperinci

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa

Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa Delapan Fungsi Keluarga dalam Membentuk Generasi Penerus Bangsa Disusun oleh Saifulloh el Faruq dan Rouhdy Rangga, untuk memenuhi tugas mata kuliah Analisis Kependudukan. Di era globalisasi saat ini, realita

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG

BAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG BAB IV ANALISIS DATA TENTANG TOLONG MENOLONG SANTRI DI PONDOK PESANTREN DAARUN NAJAAH JERAKAH TUGU SEMARANG A. Analisis tolong menolong santri dalam aspek kebersihan. Setelah dipaparkan data hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah bahkan sekolah dewasa ini di bangun oleh pemerintah agar anak-anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai kunci peningkatan kualitas sumber daya manusia adalah hal yang perlu diperhatikan lagi di negara ini. Pendidikan juga dibuat oleh pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG

BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG BAB IV ANALISIS KURIKULUM TAMAN KANAK-KANAK RELEVANSINYA DENGAN PERKEMBANGAN PSIKIS ANAK DI TK AL HIDAYAH NGALIYAN SEMARANG A. Analisis relevansi kurikulum dengan perkembangan sosial Perkembangan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Keluarga adalah tempat pertama bagi anak belajar mengenai segala hal yang ada dalam kehidupan. Orang tua berperan penting dalam perkembangan anak dan memiliki

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal

BAB 1 PENDAHULUAN. berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak usia dini adalah anak yang berusia nol tahun atau sejak lahir hingga berusia kurang lebih anam tahun (0-6) tahun, dimana biasanya anak tetap tinggal di

Lebih terperinci

Program Pembangunan Karakter Klinik Abu Albani Centre

Program Pembangunan Karakter Klinik Abu Albani Centre Program Pembangunan Karakter Klinik Abu Albani Centre Tujuan Pembangunan Karakter Anak : Membangun sikap dan watak seseorang sehingga mempunyai sebuah sikap yang dapat dinilai sebagai sikap yang baik menurut

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci

Kejadian Sehari-hari

Kejadian Sehari-hari Tema 5 Kejadian Sehari-hari Menghormati dan menaati orang tua merupakan salah satu perwujudan perilaku yang mencerminkan harga diri. Berperilaku baik, berarti kita juga mempunyai harga diri yang baik pula

Lebih terperinci

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat.

Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Memelihara kebersihan lingkungan merupakan salah satu contoh aturan yang ada di masyarakat. Bagaimana jika kelasmu kotor? Sampah berserakan di manamana? Tentu kalian tidak senang! Dalam menerima pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis untuk memotivasi, membina, membantu, serta membimbing seseorang untuk mengembangkan segala

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG BAB IV ANALISIS UPAYA GURU PAI DALAM MEMBINA MORAL SISWA SMP NEGERI 1 KANDEMAN BATANG A. Analisis tentang Upaya Guru PAI dalam Membina Moral Siswa SMP Negeri 1 Kandeman Batang Sekolah adalah lingkungan

Lebih terperinci

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup?

Apa respons masyarakat terhadap individu yang sukses atau gagal dalam hidup? PENGASUHAN POSITIF KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN MASYARAKAT DIREKTORAT PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA 2017 Apa respons masyarakat terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa usia dini merupakan periode emas (golden age) bagi perkembangan anak untuk memperoleh proses pendidikan. Periode ini adalah tahun-tahun berharga bagi seorang anak

Lebih terperinci

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK

MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Artikel MENANAMKAN NILAI MORAL DAN KEAGAMAAN PADA ANAK Oleh : Drs. Mardiya Banyaknya anak yang cenderung nakal, tidak sopan, suka berkata kasar, tidak disiplin, tidak mau bekerjasama dengan teman, malas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. diwujudkan dalam berbagai sisi kehidupan, bukan hanya terjadi ketika seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Religius (religiosity) merupakan ekspresi spiritual seseorang yang berkaitan dengan sistem keyakinan, nilai, hukum yang berlaku. Religiusitas diwujudkan dalam

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD

BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD BAB IV ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER DALAM KITAB AT-TAHLIYATU WA AT-TARGÎB FI AT-TARBIYATU WA AT-TAHDÎB KARYA SAYYID MUHAMMAD Pencapaian Proses pendidikan yang berkarakter dalam kitab At-Tahliyatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa,

BAB I PENDAHULUAN. semua aspek perkembangan anak, meliputi perkembangan kognitif, bahasa, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan anak usia dini ( PAUD ) adalah jenjang pendidikan sebelum jenjang sekolah dasar yang merupakan suatu upaya pembinaan yang ditujukan bagi anak sejak

Lebih terperinci

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA

MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Artikel MENGHIDUPKAN 8 FUNGSI KELUARGA MENUJU KELUARGA SEJAHTERA Sunartiningsih, SE Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa keluarga sejahtera didefinisikan sebagai keluarga yang dibentuk berdasarkan

Lebih terperinci

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila. 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan 88 Lampiran 1. Instrumen Penelitian Soal Pemahaman Nilai-Nilai Pancasila Nama : No Absen : Kelas : Petunjuk Soal 1) Isilah identitas nama anda dengan benar 2) Bacalah dengan seksama setiap butir pertanyaan

Lebih terperinci

ASTA CITRA ANAK INDONESIA

ASTA CITRA ANAK INDONESIA Ide-ide atau konsep-konsep tentang kesejahteraan dan perlindungan anak yang ada pada saat ini tak bisa dilepaskan dari ide-ide atau konsep-konsep yang pernah muncul dan berkembang pada masa-masa sebelumnya,

Lebih terperinci

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih

MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA. Listyaningsih MEMBANGUN KARAKTER MELALUI INTERNALISASI NILAI-NILAI PANCASILA DI LINGKUNGAN KELUARGA Listyaningsih Emai: listyaningsih@unesa.ac.id Universitas Negeri Surabaya ABSTRAK Dalam rangka membangun karakter setiap

Lebih terperinci

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I)

PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) PANCASILA SEBAGAI LANDASAN ETIKA (I) Modul ke: 08 Udjiani Fakultas EKONOMI DAN BISNIS A. Pengertian Etika B. Etika Pancasila Hatiningrum, SH.,M Si Program Studi Manajemen A. Pengertian Etika. Pengertian

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING

PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING PERENCANAAN PROGRAM PELAYANAN BIMBINGAN DAN KONSELING 1. Tugas Perkembangan : Mencapai perkembangan diri sebagai remaja yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. 2. Rumusan Kompetensi : Memahami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam

I. PENDAHULUAN. Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga adalah satuan sosial yang paling mendasar, dan terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak (baik yang dilahirkan ataupun diadopsi). Menurut

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat

BAB V PEMBAHASAN. mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga mereka dapat BAB V PEMBAHASAN Menurut Ratna Megawangi, pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak dan mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari, sehingga

Lebih terperinci

Kode Etik PNS. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil adalah pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak melakukan suatu larangan.

Kode Etik PNS. Sumpah/Janji Pegawai Negeri Sipil adalah pernyataan kesanggupan untuk melakukan suatu keharusan atau tidak melakukan suatu larangan. Kode Etik PNS Sebagai unsur aparatur Negara dan abdi masyarakat Pegawai Negeri Sipil memiliki akhlak dan budi pekerti yang tidak tercela, yang berkemampuan melaksanakan tugas secara profesional dan bertanggung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap pasangan suami istri yang telah menikah pasti mengharapkan kehadiran seorang anak sebagai buah cinta dan kasih sayang mereka, tetapi untuk dapat mendidik

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN

BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN BAB IV ANALISIS UPAYA GURU DALAM PEMBENTUKAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMA N 1 KAJEN A. Upaya Guru dalam Membentuk Kecerdasan Emosional Siswa di SMA N 1 Kajen Dalam pembentukan kecerdasan emosional

Lebih terperinci

Tema 1. Keluarga yang Rukun

Tema 1. Keluarga yang Rukun Tema 1 Keluarga yang Rukun Manusia tidak bisa hidup sendiri. Manusia memerlukan bantuan orang lain. Manusia disebut makhluk sosial. Manusia saling bekerja sama. Mereka hidup bersama. Kalian mempunyai keluarga?

Lebih terperinci

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU

STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU STUDI TENTANG IMPLEMENTASI NILAI-NILAI BUDI PEKERTI SISWA KELAS VIII DI SMP NEGERI 21 PEKANBARU DRS. AHMAD EDDISON, M.Si. Dosen Program Studi PPKn FKIP Universitas Riau, Pekanbaru, Riau E-mail: ahmadeddison@gmail.com

Lebih terperinci

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL

MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL MATERI 6 BENTUK DAN FUNGSI LEMBAGA SOSIAL 1. Bentuk dan Fungsi Lembaga Sosial Pada dasarnya, fungsi lembaga sosial dalam masyarakat beraneka macam berdasarkan jenis-jenis lembaganya. Oleh karena itu, kita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social

BAB I PENDAHULUAN. keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga merupakan kelompok sosial terkecil dalam masyarakat, dalam keluargalah semua aktifitas dimulai, keluarga merupakan suatu kesatuan social yang diikuti oleh

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENGAMALAN IBADAH ANAK DALAM KELUARGA DI DESA KEMASAN KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENGAMALAN IBADAH ANAK DALAM KELUARGA DI DESA KEMASAN KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN BAB IV ANALISIS PERANAN ORANG TUA DALAM MENGEMBANGKAN PENGAMALAN IBADAH ANAK DALAM KELUARGA DI DESA KEMASAN KECAMATAN BOJONG KABUPATEN PEKALONGAN Atas dasar hasil penelitian yang telah dipaparkan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya.

BAB I PENDAHULUAN. mengalami gejolak dalam dirinya untuk dapat menentukan tindakanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia anak-anak merupakan usia yang sangat penting dalam perkembangan psikis seorang manusia. Pada usia anak-anak terjadi pematangan fisik yang siap merespon apa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. mempersiapkan anak-anak supaya memiliki visi dan masa depan sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan generasi penerus bangsa. Di pundaknya teremban amanat guna melangsungkan cita-cita luhur bangsa. Oleh karena itu, penyiapan kader bangsa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir :

PETUNJUK PENELITIAN. Nama : Usia : Pendidikan terakhir : 103 Nama : Usia : Pendidikan terakhir : Di tengah-tengah kesibukan anda saat ini, perkenankanlah saya memohon kesediaan anda untuk meluangkan waktu sejenak menjadi responden penelitian guna mengisi skala

Lebih terperinci

Allah Swt. menciptakan langit dan bumi beserta isinya.

Allah Swt. menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Pelajaran 3 Allah Mahapencipta Allah Swt. menciptakan langit dan bumi beserta isinya. Kegiatanku Amatilah gambar berikut ini! Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.4 Gambar 3.3 1. Buatlah pertanyaan dari hasil

Lebih terperinci

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA

KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA KODE ETIK TENAGA KEPENDIDIKAN STIKOM DINAMIKA BANGSA STIKOM DINAMIKA BANGSA MUKADIMAH Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Dinamika Bangsa didirikan untuk ikut berperan aktif dalam pengembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB IV PERILAK TERPUJI

BAB IV PERILAK TERPUJI BAB IV Standar Kompetensi (Akhlak) 4. Membiasa kan Perilaku Terpuji Kompetensi Dasar 4.1 Menjelaskan pengertian tawadlu, taat, qana ah, dan sabar. 4.2 Menampilkan contoh-contoh perilaku tawadlu, taat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dampak globalisasi yang terjadi saat ini membawa masyarakat Indonesia melupakan pendidikan karakter bangsa. Padahal, pendidikan karakter merupakan suatu pondasi bangsa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom

BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA. A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom BAB IV ANALISIS PERAN ULAMA DALAM MENDIDIK AKHLAK REMAJA A. Analisis Akhlak Remaja di Desa Karanganom 1. Remaja melakukan penyimpangan karena kurangnya pengetahuan agama. Akhlak remaja adalah tingkah laku

Lebih terperinci

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA

KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA KOMUNIKASI MENGOKOHKAN FUNGSI KELUARGA Tjondrorini & Mardiya Hari keluarga yang kita peringati pada tanggal 29 Juni setiap tahunnya tentu merupakan hari yang istimewa bagi semua keluarga di Indonesia.

Lebih terperinci

Seni Menata Hati Dalam Bergaul

Seni Menata Hati Dalam Bergaul Seni Menata Hati Dalam Bergaul Oleh : Turmudi Pergaulan yang asli adalah pergaulan dari hati ke hati yang penuh keikhlasan, yang insya Allah akan terasa sangat indah dan menyenangkan. Pergaulan yang penuh

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum Berdasarkan hasil penelitian mengenai Upaya Pembinaan Akhlak Siswa Melalui Keteladanan Guru (Studi Deskriptif Analitik terhadap Siswa dan Guru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. artinya ia akan tergantung pada orang tua dan orang-orang yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia terlahir dalam keadaan yang lemah, untuk memenuhi kebutuhannya tentu saja manusia membutuhkan orang lain untuk membantunya, artinya ia akan tergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21

PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 PEMBENTUKAN WATAK BANGSA INDONESIA MELALUI PENDIDIKAN PANCASILA SEBAGAI UPAYA PEMBANGUNAN BANGSA INDONESIA ABAD 21 Machful Indra Kurniawan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA

BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA BAB IV FAKTOR PENGHAMBAT DAN PENDUKUNG PELAKSANAAN BIMBINGAN KEAGAMAAN ORANG TUA DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK ANAK USIA DINI DI TK PELITA BANGSA 4.1. Faktor Penghambat dan Pendukung dalam Proses Bimbingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. pribadi dalam menciptakan budaya sekolah yang penuh makna. Undangundang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan wahana pendidikan formal dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai peserta didik yang mampu melahirkan nilai-nilai pancasila

Lebih terperinci

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW

OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW OPTIMALISASI PENDIDIKAN KARAKTER PADA ANAK USIA DINI MELALUI SENTRA BERMAIN PERAN DI TAMAN KANAK-KANAK ESTER MANEMBO KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW Oleh KARTIKA SANI A. PENGATAR Pendidikan karakter menjadi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Sosialisasi Anak Prasekolah 1. Pengertian Sosialisasi Sosialisasi menurut Child (dalam Sylva dan Lunt, 1998) adalah keseluruhan proses yang menuntun seseorang, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya alam. Dalam (Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003) Selain faktor yang berada dalam diri peserta didik, untuk dapat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan dasar yang penting untuk kemajuan bangsa, karena dengan adanya pendidikan sebuah bangsa akan mencapai kemajuan, baik dalam pengembangan

Lebih terperinci

BAB IX PERGAULAN SEHAT. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 169

BAB IX PERGAULAN SEHAT. Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 169 BAB IX PERGAULAN SEHAT Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan 169 Tahapan Belajar 1. Cari dan bacalah berbagai informasi tentang konsep dan prinsip pergaulan yang sehat antarremaja dan perlunya waspada

Lebih terperinci

Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomer: 328/PER/2011

Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomer: 328/PER/2011 Peraturan Rektor Universitas Brawijaya Nomer: 328/PER/2011 DEFINSI 1 1. Universitas adalah Universitas Brawijaya Malang, disingkat UB, sebuah institusi yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan, penelitian,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.926, 2013 KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP. Kode Etik. PNS. Pembinaan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG KODE ETIK PEGAWAI

Lebih terperinci

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN

ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN ANAK BATITA: USIA ± 15 BULAN 3 TAHUN 1. Pesat tapi tidak merata. - Otot besar mendahului otot kecil. - Atur ruangan. - Koordinasi mata dengan tangan belum sempurna. - Belum dapat mengerjakan pekerjaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa

Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Memahami Budaya dan Karakter Bangsa Afid Burhanuddin Kompetensi Dasar: Memahami budaya dan karakter bangsa Indikator: Menjelaskan konsep budaya Menjelaskan konsep karakter bangsa Memahami pendekatan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

Identifikasi Masalah Siswa

Identifikasi Masalah Siswa Identifikasi Masalah Siswa SERI : SMA / MA Disusun oleh : Andori, S.Pd.,Kons. JALAN JEND. GATOT SUBROTO PEMALANG 52319 2009 PETUNJUK PENGISIAN. Instrumen IMS ini bukanlah sebuah tes ataupun ujian, melainkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya)

5. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Nama : No HP : Alamat : Pendidikan Terakhir : 1. Pilihlah salah satu dari pilihan di bawah ini yang merupakan KELEMAHAN anda! (Jawablah dengan sejujur-jujurnya) Pemikiran dan perhatian ditujukan ke dalam,

Lebih terperinci

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga

ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) keluarga ITEM VALID (ANGKET KEHARMONISAN KELUARGA ISLAMI) Variabel Sub Variabel Indikator Item Valid Total (+) (-) Kehidupan Menjalankan nilai-nilai dan 1,2,3 4 4 beragama dalam ajaran agama Saling menghargai 1)

Lebih terperinci

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios

Generasi Santun. Buku 1A. Timothy Athanasios Generasi Santun Buku 1A Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli

BAB I PENDAHULUAN. pemutusan hubungan kerja atau kehilangan pekerjaan, menurunnya daya beli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis moneter yang berkepanjangan di negara kita telah banyak menyebabkan orang tua dan keluarga mengalami keterpurukan ekonomi akibat pemutusan hubungan kerja atau

Lebih terperinci

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012

KURIKULUM Kompetensi Dasar. Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN. Untuk KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 KURIKULUM 2013 Kompetensi Dasar Mata Pelajaran PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Untuk Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN TAHUN 2012 PENDIDIKAN

Lebih terperinci

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA

Membangun Karakter Anak Usia Dini SERI BACAAN ORANG TUA 21 SERI BACAAN ORANG TUA Membangun Karakter Anak Usia Dini Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini Nonformal dan Informal Kementerian Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2011 2011 TENTANG PEMBINAAN, PENDAMPINGAN, DAN PEMULIHAN TERHADAP ANAK YANG MENJADI KORBAN ATAU PELAKU PORNOGRAFI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6

BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6 BAB IV ANALISIS TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA PADA Q.S. AT- TAHRIM AYAT 6 A. Analisis Terhadap Konsep Pendidikan Keluarga Pendidikan dalam keluarga adalah pendidikan utama dan pertama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan dan dialami serta disadari oleh manusia dan masyarakat Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia Indonesia telah menerima Pancasila sebagai ideologinya. Ideologi yang bersumberkan pandangan hidup merupakan kristalisasi nilai-nilai yang diterima dan

Lebih terperinci

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK INSAN OMBUDSMAN KETUA OMBUDSMAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat : a. bahwa untuk mencapai tujuan Ombudsman, para

Lebih terperinci

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008

DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 DINAS PENDIDIKAN SMP NEGERI 3 LAWANG ULANGAN AKHIR SEMESTER GENAP TAHUN PELAJARAN 2007 / 2008 Mata Pelajaran : PPKn Kelas : VII ( TUJUH ) Hari, tanggal : Senin, 9 Juni 2008 Waktu : 60 Menit PETUNJUK UMUM:

Lebih terperinci

Hak-hak Anak dalam Islam

Hak-hak Anak dalam Islam Hak-hak Anak dalam Islam Musdah Mulia Islam merinci lebih jauh tentang hak-hak anak dan mengingatkan secara tegas kewajiban orang tua dan masyarakat untuk memerhatikan dan memenuhi hak-hak anak tersebut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang hidup dalam situasi lingkungan sosial. Manusia sebagai mahluk sosial memerlukan bantuan orang lain untuk memenuhi kebutuhannya,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis. mewawancarai secara mendalam kepada responden.

BAB IV ANALISIS DATA. dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisis. mewawancarai secara mendalam kepada responden. BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengantar urutan data, mengorganisasikan kedalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber

Lebih terperinci

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT

MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT MENJADI ORANGTUA TERBAIK UNTUK ANAK DENGAN METODE PENGASUHAN YANG TEPAT Dwi Retno Aprilia, Aisyah Program Studi PGPAUD Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Malang, Jalan Semarang 5 Malang Email:

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan seseorang memasuki masa dewasa. Masa ini merupakan, masa transisi dari masa anak-anak menuju dewasa.

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

Generasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios

Generasi Santun. Buku 1B. Timothy Athanasios Generasi Santun Buku 1B Timothy Athanasios Teori Nilai PENDAHULUAN Seorang pendidik terpanggil untuk turut mengambil bagian dalam menumbuhkembangkan manusia Indonesia yang utuh, berakhlak suci, dan berbudi

Lebih terperinci

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN

WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA SATUAN PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA YOGYAKARTA, Menimbang :

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO

BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO 64 BAB IV ANALISIS PENANAMAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA DI MA YMI WONOPRINGGO Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada kegiatan ekstrakurikuler pramuka di MA YMI Wonopringgo, peneliti

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Kelurahan Kebun Bunga termasuk dalam wilayah Kecamatan Banjarmasin Timur dengan luas wilayah 94 Ha yang terdiri dari 34 RT, orbitasi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang masalah. Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Pendidikan merupakan faktor utama yang sangat penting dalam pengembangan kepribadian manusia seiiring berkembangnya ilmu teknologi dan komunikasi yang semakin

Lebih terperinci