BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 Lampiran I : Peraturan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil Nomor 05/PER-DJKP3K/2014 tentang Pedoman Teknis Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) Tahun A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) merupakan Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri-KP) yang diperuntukkan bagi peningkatan kesempatan kerja dan kesejahteraan petambak garam rakyat dan pelaku usaha garam rakyat lainnya dalam upaya mendukung swasembada garam nasional, baik garam konsumsi maupun garam industri dengan prinsip bottom-up. PUGAR merupakan salah satu Program Prioritas Pembangunan Nasional yaitu Prioritas Nasional ke-4 tentang Penanggulangan Kemiskinan, oleh sebab itu, sesuai Instruksi Presiden RI Nomor 14 Tahun 2011 tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Pembangunan Nasional, pelaksanaan kegiatan PUGAR mendapat perhatian dari Unit Kerja Presiden Bidang Pemantauan, Pengawasan dan Pengendalian Pembangunan (UKP-4). Kegiatan PUGAR 2014 mengacu pada 15 Indikator Output PNPM Nasional sebagaimana Pedoman Pelaksanaan (Pedlak) PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan, dengan prioritas pada peningkatan kualitas produksi dan produktivitas di tingkat lahan tambak garam (on farm) melalui penguatan kapasitas petambak garam rakyat yang didukung dengan implementasi Teknologi Tepat Guna (TTG), penguatan koperasi, peningkatan partisipasi, tata kelola, pengarusutamaan gender, dan dukungan Pemerintah Daerah. Untuk menyamakan persepsi dan pemahaman dalam pelaksanaan kegiatan PUGAR 2014, baik di tingkat pusat maupun daerah, maka dipandang perlu adanya Pedoman Teknis Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) Tahun

2 B. Tujuan Kegiatan PUGAR bertujuan untuk: 1. Meningkatkan produktivitas dan kualitas garam rakyat melalui implementasi Teknologi Ulir Filter (TUF), dan/atau teknologi geomembran/isolator, serta Unit Pengolahan Garam (UPG), 2. Meningkatkan pendapatan petambak garam rakyat; 3. Menguatkan usaha KUGAR dengan memfasilitasi kemitraan/jejaring usaha dan pemasaran garam rakyat; 4. Memberdayakan perempuan mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan termasuk dalam hal pengambilan keputusan; 5. Mengoptimalkan sarana dan prasarana produksi, dan pengolahan garam rakyat; 6. Menginisiasi, memberdayakan, dan meningkatkan peranan korporatisasi (Koperasi dan/atau Badan Usaha Milik Desa/BUMDes) garam rakyat di tingkat desa. C. Sasaran Sasaran PUGAR adalah petambak garam rakyat di 43 Kabupaten/Kota di 9 Provinsi. D. Pengertian Dalam Peraturan Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau Pulau Kecil ini, yang dimaksud dengan: 1. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan yang selanjutnya disebut PNPM Mandiri-KP adalah program pemberdayaan masyarakat yang ditujukan untuk meningkatkan kemampuan dan pendapatan serta penumbuhan wirausaha kelautan dan perikanan; 2. Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat yang selanjutnya disebut PUGAR adalah bagian dari PNPM Mandiri KP melalui pemberdayaan masyarakat dan bantuan pengembangan usaha dalam menumbuhkembangkan usaha garam rakyat sesuai dengan potensi desa; 3. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya menumbuhkan kapasitas dan kemampuan masyarakat untuk meningkatkan posisi tawar (bargaining position), sehingga memiliki akses dan 2

3 kemampuan untuk mengambil keuntungan timbal balik dalam bidang sosial dan ekonomi; 4. Bantuan Langsung Masyarakat yang selanjutnya disingkat BLM adalah dana bantuan sosial yang disalurkan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan kepada KUGAR yang bertujuan untuk meningkatkan pengembangan usaha garam rakyat; 5. Pengarusutamaan gender adalah strategi yang dilakukan secara rasional dan sistematis untuk mencapai dan mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender dalam sejumlah aspek kehidupan manusia (rumah tangga, masyarakat, dan negara), melalui kebijakan dan program yang memperhatikan pengalaman, aspirasi, kebutuhan, dan permasalahan perempuan dan laki-laki ke dalam perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi dari seluruh kebijakan dan program di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; 6. Petambak garam rakyat adalah orang yang mata pencahariannya melakukan kegiatan usaha produksi garam sebagai penggarap penyewa lahan, penggarap bagi hasil (mantong) dan/atau pemilik lahan tambak garam dengan luasan tertentu yang mengerjakan lahan tambaknya sendiri, atau melakukan proses produksi melalui perebusan yang bukan merupakan aparat pemerintah seperti PNS/TNI/POLRI/anggota DPRD; 7. Kelompok Usaha Garam Rakyat yang selanjutnya disebut KUGAR adalah kumpulan pelaku usaha produksi garam rakyat yang terorganisasi dan dilakukan di lahan tambak (petambak garam rakyat), dengan cara perebusan (pelaku usaha produksi garam dengan cara perebusan) atau dengan cara mengolah air tua menjadi garam melalui evaporasi (pelaku usaha produksi garam skala rumah tangga); 8. Sarana dan prasarana usaha garam rakyat adalah peralatan, bahan, dan bangunan yang mendukung peningkatan produktivitas dan kualitas produk garam rakyat; 9. Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) adalah usaha desa yang dibentuk/didirikan oleh pemerintah desa yang kepemilikan modal dan pengelolaannya dilakukan oleh pemerintah desa dan masyarakat; 10. Kader Pemberdayaan Masyarakat (KPM) adalah anggota masyarakat desa dan kelurahan yang memiliki pengetahuan, 3

4 kemauan dan kemampuan untuk menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisifatif; 11. Kemitraan adalah kerjasama KUGAR dengan kelompok usaha, lembaga keuangan, dunia usaha, dan lembaga lainnya, baik yang dilakukan sendiri maupun difasilitasi oleh korporatisasi dengan memperhatikan prinsip kesetaraan, saling memerlukan, memperkuat, dan menguntungkan; 12. Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal usul adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia; 13. Koperasi adalah koperasi LEPP-M3 (Lembaga Ekonomi Pengembangan Pesisir Mikro Mitra Mina), koperasi pesisir, koperasi perikanan atau koperasi lainnya yang dapat berperan sebagai koperasi PUGAR; 14. Tenaga Pendamping adalah orang yang mempunyai pengalaman di bidang kelautan dan perikanan khususnya usaha garam rakyat dan bersedia tinggal di lokasi sasaran untuk mendampingi kelompok masyarakat secara terusmenerus selama berlangsungnya kegiatan PUGAR; 15. Tim Teknis adalah Tim yang dibentuk dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang terdiri atas unsur Dinas Kabupaten/Kota, Sekretariat Daerah dan SKPD terkait, antara lain Pekerjaan Umum, Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM, Perencanaan Pembangunan Daerah, dan/atau tokoh masyarakat serta unsur lain yang dianggap perlu, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat; 16. Tim Koordinasi adalah Tim PNPM Mandiri KP di Pusat yang dibentuk oleh Menteri Kelautan dan Perikanan untuk mengkoordinasikan PNPM Mandiri KP; 17. Kelompok Kerja yang selanjutnya disebut Pokja adalah Tim Pelaksana PUGAR di pusat yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal untuk mengkoordinasikan pelaksanaan PUGAR; 18. Kemandirian adalah kondisi petambak garam rakyat yang sudah mendapatkan fasilitasi PUGAR dan mampu 4

5 meningkatkan kesejahteraan serta mengembangkan usahanya; 19. Menteri adalah Menteri Kelautan dan Perikanan; 20. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Kelautan, Pesisir, dan Pulau-Pulau Kecil; 21. Dinas Provinsi atau Kabupaten/Kota adalah Dinas yang membidangi kelautan dan perikanan di tingkat Provinsi atau Kabupaten/Kota sesuai dengan kewenangannya; 22. Teknologi Ulir Filter (TUF) atau sejenisnya adalah teknologi produksi garam dengan memanfaatkan luas lahan bidang ulir atau peminihan sebagai area evaporasi dan penambahan filter pada pintu masuk air; 23. Teknologi Geomembran/Isolator adalah teknologi produksi garam dengan memanfaatkan lapis plastik kedap air (impermeable liner), aman bagi kesehatan dan ramah lingkungan. 5

6 BAB II INDIKATOR DAN PROSES PEMBERDAYAAN A. Indikator Keberhasilan Berdasarkan Pedoman Pelaksanaaan PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan, indikator keberhasilan PUGAR terdiri atas indikator output dan outcome sebagai berikut: 1. Indikator Output a. Indikator Output Umum Indikator Output Umum merupakan indikator output yang ditetapkan dalam Pedoman Pelaksanaan PNPM Mandiri Kelautan dan Perikanan pada Tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1. Indikator Output Umum Kelompok Indikator Nama Indikator Kinerja Output Target Tahun 2014 Pemanfaat 1. Jumlah Kelompok KUGAR (Penerima BLM PUGAR 2014) KUGAR (Kelompok Binaan) 2. Jumlah Kabupaten/ Kota 43 kab/kota (PUGAR) Partisipasi Umum Kualitas Ouput 3. Tenaga Pendamping PUGAR 4. Jumlah Anggota Kelompok yang hadir dalam kegiatan perencanaan dan pengambilan keputusan. 5. Jumlah pertemuan/ koordinasi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan TKPK Provinsi/ Kabupaten/ Kota 6. Ketepatan waktu penyaluran BLM 7. Persentase pemanfaatan BLM yang sesuai dengan 131 Tenaga Pendamping PUGAR orang (minimal keterlibatan 2 anggota KUGAR tiap Kabupaten/Kota) Minimal 2 kali dalam satu tahun. 100% persen pada Desember % 6

7 Kelompok Indikator Nama Indikator Kinerja Output Target Tahun 2014 RUB Penguatan Kapasitas Tata Kelola yang baik Gender Dukungan Pemda 8. Persentase jumlah anggota kelompok yang dilatih, diberikan bimtek dan/atau mengikuti temu usaha dibandingkan dengan total anggota kelompok 9. Persentase jumlah kelompok yang dibina oleh Tenaga Pendamping dalam menyusun RUB memperhatikan RPJM Desa 10. Persentase kepemilikan papan informasi penerima PNPM Mandiri KP berbasis desa 11. Persentase pengaduan yang ditindaklanjuti dibandingkan dengan total pengaduan. 12. Persentase rata-rata anggota kelompok perempuan dibandingkan dengan total anggota kelompok penerima. 13. Persentase jumlah Tenaga Pendamping, dan atau Kader Pemberdayaan Masyarakat yang perempuan. 14. Persentase jumlah kehadiran peserta perempuan dalam forum perencanaan dan pengambilan keputusan. 15. Persentase jumlah kabupaten/kota yang memiliki dukungan program/kegiatan dan anggaran untuk pemberdayaan. 10% 100% 100% 75% 10% 30% 10% 50% dari jumlah kabupaten/kota penerima 7

8 b. Indikator Output Khusus - Tercapainya target produksi garam rakyat sebesar (tiga juta tiga ratus ribu) ton dengan asumsi cuaca normal, masa produksi berikut persiapan 5 6 bulan, produktivitas rata-rata sebesar 125 ton/ha/musim; - Tercapainya kualitas garam rakyat KP 1 sebesar 50% dari total target produksi garam rakyat melalui implementasi Teknologi Ulir Filter (TUF) dan/atau teknologi geomembran/ isolator yang dibuat dari Low Density Polyethylene (LDPE) atau High Density Polyethylene (HDPE), teknologi tambak tradisional dan perebusan, serta Unit Pengolahan Garam (UPG) - Tersalurkannya BLM PUGAR 2014 kepada 898 KUGAR dan terbinanya KUGAR yang pernah mendapatkan BLM; - Berfungsinya koperasi garam rakyat di kawasan sentra garam; 2. Indikator Outcome - Meningkatkan rata rata pendapatan petambak garam rakyat minimal sebesar 30% dari tahun sebelum mendapatkan kegiatan PUGAR; - Terbangunnya 1 (satu) kemitraan/jejaring usaha garam rakyat di kawasan sentra garam di masing-masing Kabupaten/Kota; - Terinisiasinya pembentukan 1 (satu) calon Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) yang bergerak dalam bidang usaha garam di kawasan sentra garam di masing-masing Kabupaten/Kota; B. Proses Pemberdayaan Proses pemberdayaan PNPM Mandiri KP Nasional didasarkan pada teori Community Driven Development (CDD) yang merupakan perencanaan partisipatif yang diikuti oleh masyarakat desa secara utuh diawali dengan sosialisasi, identifikasi, pemetaan masalah, pengorganisasian kelompok/perencanaan masyarakat, pelaksanaan kegiatan hingga evaluasi secara bersama dalam kelompok. 8

9 Terdapat 6 (enam) elemen pemberdayaan yang harus menjadi acuan dalam proses pemberdayaan yang dilaksanakan melalui PNPM Mandiri KP, yakni: 1. Fasilitasi/Pendampingan Fasilitasi PNPM Mandiri KP dilakukan oleh Tenaga Pendamping mulai dari (a) mengidentifikasi/menumbuhkan kelompok, (b) memfasilitasi kelompok dalam penyusunan menyusun RUB, (c) melakukan pembinaan, pendampingan dan bimbingan teknis/manajemen usaha KP selama kegiatan usaha berlangsung, dan (d) membuat laporan hasil pelaksanaan kegiatan. 2. Partisipasi Komunitas Dari sisi perencanaan, seluruh unsur dalam kelompok dengan difasilitasi Tenaga Pendamping berpartisipasi menyusun RUB sesuai kebutuhan yang diinginkan kelompok dalam pengembangan usaha dengan meperhatikan kelayakan usaha dan potensi desa. Dari sisi pengawasan, seluruh anggota kelompok melakukan pengawasan bersama melalui pertemuan rutin yang dilakukan untuk membahas perkembangan usaha dan pengelolaan keuangan. 3. Pengorganisasian Kelompok KUGAR yang telah terbentuk memperoleh penguatan pengelolaan kelembagaan kelompok, manajemen keuangan dan bimbingan teknis pergaraman untuk memenuhi kebutuhan bersama. 4. Transparansi KUGAR menyediakan papan informasi penerima PNPM Mandiri KP di kawasan sentra garam di masing-masing Kabupaten/Kota, yang sekurang-kurangnya memuat jumlah KUGAR, besarnya jumlah dana BLM, luasan lahan dan tahun perolehan BLM dan jenis kegiatannya. Pertanggungjawaban keuangan kelompok difasilitasi oleh Tenaga Pendamping dilakukan melalui Laporan Pembelanjaan/Pemanfaatan BLM dan laporan perkembangan usaha yang secara berkala dilaporkan secara berjenjang ke Dinas Kabupaten/Kota dan Direktorat Jenderal KP3K dengan tembusan Dinas Provinsi. 9

10 5. Sistem Pengawasan Penggunaan dana kelompok dan perkembangannya dikontrol secara bersama oleh seluruh anggota kelompok. 6. Perspektif Gender Mulai dari proses perencanaan hingga pengambilan keputusan melibatkan peserta perempuan dengan difasilitasi oleh Tenaga Pendamping. BAB III Gambar 1. Proses Pemberdayaan 10

11 BAB III STRATEGI PELAKSANAAN PUGAR A. Strategi Dasar Strategi dasar PUGAR adalah: 1. integrasi program sejenis sejak proses perencanaan di tingkat desa melalui koordinasi dengan TKPK Daerah di Kabupaten/Kota; 2. peningkatan kemampuan kelembagaan KUGAR dalam mengelola BLM; 3. optimalisasi potensi pergaraman di kawasan tambak; 4. fasilitasi bantuan usaha bagi KUGAR; 5. pendampingan KUGAR dalam manajemen usaha, pemanfaatan teknologi, kemitraan dan peningkatan kualitas lingkungan dan sumber daya. B. Strategi Operasional Strategi Operasional PUGAR adalah: 1. pola PUGAR sebagai bagian dari PNPM Mandiri KP mengikuti pola PNPM Mandiri Nasional yang telah disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi masyarakat petambak garam rakyat; 2. penentuan lokasi BLM PUGAR memperhatikan daftar lokasi dan alokasi BLM PNPM Mandiri yang telah menggunakan Indeks Kemiskinan Wilayah (IKW) berbasis kecamatan yang diterbitkan oleh TNP2K dengan memperhatikan potensi kawasan tambak garam; 3. penetapan Tenaga Pendamping dan Tim Teknis; 4. sosialisasi tingkat Pusat dengan melibatkan Provinsi dan Kabupaten/Kota, dan sosialisasi tingkat Kabupaten/Kota; 5. penyiapan sumber daya manusia melalui pelatihan/bimbingan teknis dan manajemen usaha untuk Tenaga Pendamping; 6. adanya integrasi dan koordinasi Tenaga Pendamping PUGAR dengan Fasilitator Pemberdayaan Masyarakat PNPM Nasional yang sudah memiliki sertifikasi kompetensi oleh Lembaga Sertifikasi Profesi (LSP); 7. koordinasi Tenaga Pendamping dengan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (TKPKD) untuk integrasi program dengan PNPM lainnya pada forum Musyawarah Rencana Pembangunan Desa (Musrenbangdes); 8. identifikasi, seleksi dan verifikasi KUGAR calon penerima BLM; 11

12 9. identifikasi dan seleksi calon penerima BLM PUGAR dilakukan oleh Tenaga Pendamping, yang selanjutnya dilakukan verifikasi oleh Tim Teknis dibantu Tenaga Pendamping, untuk ditetapkan lebih lanjut dengan Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA); 10. penyusunan RUB KUGAR dibantu Tenaga Pendamping dengan memperhatikan kebutuhan para anggota kelompok dan pengarusutamaan gender; 11. verifikasi RUB dan dokumen administrasi oleh Tim Teknis dibantu oleh Tenaga Pendamping sebagai dasar pengusulan pencairan BLM; 12. optimalisasi dukungan kebijakan, program, dan pendanaan dari Pemerintah Daerah; 13. pelaporan secara berjenjang mulai dari Tenaga Pendamping, Dinas Kabupaten/Kota, dan Direktorat Jenderal KP3K. C. Strategi Industrialisasi Garam Strategi yang ditempuh dalam rangka industrialisasi garam seperti pada gambar 2. Pengembangan Usaha Garam Skala Mikro dan Kecil dengan mengakomodasi pengarusutamaan gender. Gambar 2. Strategi PUGAR 12

13 Des Nov Okt Sep Agus Jul Jun Mei Apr Mar Feb Jan D. Ruang Lingkup dan Jadwal Kegiatan 1. Ruang lingkup kegiatan PUGAR meliputi: a. koordinasi kegiatan; b. penetapan Tenaga Pendamping dan Tim Teknis; c. sosialisasi; d. pelatihan dan pembekalan Tenaga Pendamping; e. identifikasi, seleksi, verifikasi, dan penetapan calon KUGAR penerima BLM; f. penetapan kelompok penerima BLM; g. penyusunan dan pengusulan RUB/dokumen administrasi; h. penyaluran BLM; i. pemanfaatan BLM; j. pendampingan; k. pembinaan dan pengendalian; l. pemantauan dan evaluasi; dan m. Pelaporan. 2. Jadwal Kegiatan Jadwal kegiatan PUGAR pada Tabel 2. berikut : Tabel 2. Jadwal Kegiatan PUGAR BULAN NO. URAIAN 1. Persiapan Penetapan Tenaga 2. Pendamping dan Tim Teknis Sosialisasi Tingkat 3. Nasional Pembekalan Tenaga 4. Pendamping Tingkat Nasional Sosialisasi Tingkat 5. Daerah Identifikasi, Seleksi dan 6. Verifikasi Kelompok Usaha Garam Rakyat Penetapan Kelompok 7. Penerima BLM Penyusunan, Seleksi 8. dan 13

14 Verifikasi RUB 9. Penyaluran BLM Fasilitasi Peningkatan 10. Produktivitas dan Kualitas Garam Rakyat Peningkatan Peran dan 11. Kapasitas Perempuan PUGAR 12. Lokakarya Nasional 13. Pendampingan 14. Monitoring dan Evaluasi 14

15 BAB IV ORGANISASI PELAKSANA PUGAR A. Kedudukan PUGAR dalam PNPM Mandiri KP Untuk mendukung percepatan penanggulangan kemiskinan yang menjadi program prioritas pemerintah, maka sejak tahun 2009 Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri Kelautan dan Perikanan (PNPM Mandiri KP) melaksanakan program penanggulangan kemiskinan yang diutamakan bagi masyarakat kelautan dan perikanan. Salah satu bagian PNPM Mandiri KP adalah Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat (PUGAR) sebagaimana pada Gambar 3. B. Pendekatan Gambar 3. PUGAR dalam PNPM Mandiri KP Pendekatan PUGAR sebagai berikut: 1. Menempatkan masyarakat petambak garam rakyat sebagai pelaku utama kegiatan (subyek) melalui pola bottom up; 2. Memberdayakan masyarakat sesuai dengan karakteristik sosial, budaya, ekonomi, dan geografi; 15

16 3. Meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk usaha garam rakyat melalui peningkatan produksi dan kualitas garam; 4. Mengembangkan inovasi dan menerapkan teknologi TUF dan/atau geomembrane/isolator, gudang dan UPG; 5. Pengarusutamaan Gender dilakukan dengan: a. melibatkan perempuan dalam proses perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kegiatan; b. melibatkan perempuan sebagai Kader Pemberdayaan PUGAR; c. melibatkan perempuan sebagai Tenaga Pendamping; d. melibatkan perempuan dalam kegiatan produktif usaha garam; e. melibatkan perempuan dalam pemantauan internal KUGAR. C. Keragaan PUGAR Kegiatan PUGAR tahun 2011 dilaksanakan di 40 Kabupaten/Kota pada 10 Provinsi, tersebar di 90 kecamatan dan 241 desa pesisir. Kelompok yang diberdayakan sebanyak KUGAR dengan jumlah petambak mencapai petambak garam. Produksi garam yang dihasilkan mencapai ton, melebihi target produksi yang ditetapkan sebesar ton. Kegiatan PUGAR tahun 2012 dilaksanakan di 40 Kabupaten/Kota pada 9 Provinsi, tersebar di 139 kecamatan dan 326 desa pesisir. Capaian produksi garam tahun 2012 sebesar ,70 ton dari target ton. Dengan demikian, estimasi kebutuhan garam konsumsi tahun 2012 sebesar ton telah terlampaui, bahkan terjadi surplus sebesar ton. Kegiatan PUGAR 2012 telah berhasil memberdayakan KUGAR dengan jumlah anggota sebanyak petambak garam dari yang ditargetkan KUGAR. Pada tahun 2013 kegiatan PUGAR dilaksanakan di 42 Kabupaten/Kota pada 9 Provinsi, dengan memberdayakan KUGAR dari target KUGAR dengan jumlah anggota sebanyak petambak garam. Menghasilkan produksi garam sebesar , 55 ton dengan luas lahan ,83 Ha, dan produksi garam non pugar sebesar ,99 dengan luas lahan 5.160,00 Ha. Keragaan PUGAR disajikan pada Tabel 3. di bawah ini. 16

17 Tabel 3. Keragaan PUGAR No Rincian Target Realisasi Target Realisasi Target Realisasi Jumlah Kabupaten Jumlah Kelompok Jumlah Petambak Luas Lahan Produksi 4.365, , , , , ,83 (Ha) Produksi Garam , , , , ,55*) (Ton) *) Anomali cuaca dengan masa produksi rata-rata 1,5 bulan (BMKG, 2013). Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas garam rakyat, serta memberdayakan petambak garam menuju swasembada garam industri, kegiatan PUGAR 2014 dilaksanakan di 43 (empat puluh tiga) Kabupaten/Kota pada 9 (sembilan) Provinsi dengan target jumlah kelompok penerima BLM PUGAR 2014 sebanyak 898 KUGAR dan kelompok binaan sebesar KUGAR. D. ORGANISASI PELAKSANA PUGAR 1. Tingkat Pusat/Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) adalah penanggungjawab dan pelaksana PUGAR yang dikoordinasikan oleh Direktur Jenderal KP3K. Dalam pelaksanaan PUGAR, KKP dibantu Kelompok Kerja (Pokja) PUGAR. Pokja mempunyai tugas: a. mengintensifkan upaya upaya pemberdayaan untuk meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat; b. melakukan komunikasi dan koordinasi secara intensif dalam pelaksanaan PUGAR, baik di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan maupun kementerian/lembaga lain; c. menjalin kemitraan yang seluas-luasnya dengan instansi terkait, pihak swasta, dan lembaga perbankan untuk bersama-sama mewujudkan keberdayaan dan kemandirian petambak garam; 17

18 d. melakukan koordinasi kebijakan swasembada garam nasional dengan instansi terkait yang tergabung dalam Tim Koordinasi Swasembada Garam Nasional yang dikoordinasikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian c.q Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Sumbar Daya Hayati; e. mengintegrasikan PUGAR dengan program penanggulangan kemiskinan di pusat dan daerah. 2. Dinas Provinsi Untuk meningkatkan koordinasi antar instansi di tingkat Provinsi, Kepala Dinas Provinsi membentuk Tim Pembina PUGAR Tingkat Provinsi yang diketuai oleh Kepala Dinas Provinsi dengan anggota dari unsur Dinas Provinsi, Bappeda, dan/atau Dinas terkait yang menangani koordinasi penanggulangan kemiskinan di tingkat Provinsi. Dinas Provinsi bertugas: a. melakukan koordinasi pelaksanaan, pembinaan, sosialisasi, supervisi, monitoring, evaluasi, dan pengendalian kegiatan PUGAR di wilayahnya; b. melakukan komunikasi dan koordinasi dengan instansi terkait, termasuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) tingkat provinsi dalam peningkatan kesejahteraan petambak garam. c. mengkoordinasikan sinergi pendanaan dari APBD Provinsi. 3. Dinas Kabupaten/Kota Kepala Dinas Kabupaten/Kota bertindak sebagai penanggung jawab operasional PUGAR serta melaksanakan tugas sebagai Kuasa Pengguna Anggaran sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Dalam rangka kelancaran pelaksanaan PUGAR di tingkat Kabupaten/Kota, Kepala Dinas dibantu Tim Teknis tingkat Kabupaten/Kota. Dinas Kabupaten/Kota bertugas: a. menetapkan Tim Teknis dan Tenaga Pendamping melalui Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota; b. melakukan sosialisasi, publikasi, monitoring, dan evaluasi serta pelaporan; c. menetapkan KUGAR Penerima BLM dan Koperasi/BUMDes Pengelola sarana prasarana; d. menyalurkan BLM; 18

19 e. melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) dan Fasilitator PNPM Mandiri Inti terkait Musrenbangdes; f. melibatkan secara aktif pemangku kepentingan yang terkait dengan upaya pemberdayaan baik yang berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah, dan unsur masyarakat; g. melakukan optimalisasi peran serta kelembagaan sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat lokal dalam mendukung kegiatan PUGAR; h. melibatkan secara aktif petambak garam rakyat, pengolah serta pelaku usaha garam rakyat lainnya yang terdiri atas Asosiasi Petambak Garam, Tokoh Masyarakat, Koperasi maupun lembaga terkait yang memiliki peran dalam pemberdayaan usaha garam rakyat; i. mengoptimalkan peran Tenaga Pendamping dan Ketua Kelompok sebagai fasilitator sekaligus motivator dalam proses perencanaan partisipatif, pelaksanaan, dan pelaporan serta melakukan sosialisasi kepada pihak terkait; j. menerapkan upaya pemberdayaan dengan pola bottom up, sehingga jenis kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan kebutuhan kelompok sasaran di setiap wilayah secara konsisten dan berkelanjutan; k. melakukan pembinaan dan pengendalian untuk mencapai tujuan, sasaran, dan indikator keberhasilan PUGAR; l. bertanggung jawab secara fisik dan keuangan terhadap pelaksanaan PUGAR. 4. Tim Teknis Tim Teknis dibentuk dan ditetapkan oleh Bupati/Walikota atau Kepala Dinas Kabupaten/Kota yang terdiri atas unsur Dinas Kabupaten/Kota, Sekretariat Daerah, dan SKPD terkait antara lain Perindustrian, Perdagangan, Koperasi dan UKM, Pekerjaan Umum, Perencanaan Pembangunan Daerah, serta akademisi, dan/atau tokoh masyarakat serta unsur lain yang dianggap perlu, sesuai dengan kebutuhan dan kondisi setempat. Tim Teknis mempunyai tugas: a. melakukan verifikasi terhadap calon penerima BLM PUGAR yang dibantu Tenaga Pendamping. 19

20 b. melakukan seleksi dan verifikasi RUB KUGAR dibantu Tenaga Pendamping. c. mengusulkan calon KUGAR sebagai penerima BLM kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota selaku KPA. d. memberikan masukan terkait dengan pelaksanaan kegiatan PUGAR. 5. Koperasi/BUMDes Koperasi berasal dari koperasi LEPP-M3 atau Koperasi Perikanan, atau koperasi garam atau koperasi lainnya yang bergerak di bidang usaha pergaraman dengan kualifikasi koperasi sehat, yang ditetapkan lebih lanjut oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota sebagai Pengelola. Koperasi ini menerima bantuan PUGAR berupa gudang dan/atau UPG untuk dikelola bagi kebutuhan petambak yang dituangkan dalam surat pernyataan kesanggupan untuk mengelola dan memanfaatkan bantuan. Koperasi dan/atau BUMDes mempunyai tugas: a. mendata semua KUGAR yang menjadi anggota di wilayahnya masing-masing; b. mengelola dan memelihara gudang dan/atau UPG; c. membantu KUGAR dalam memenuhi kualitas garam; d. memfasilitasi pengolahan dan pemasaran garam dengan dunia usaha; e. memfasilitasi pembiayaan KUGAR. 6. Tenaga Pendamping Tenaga Pendamping mempunyai tugas: a. mengidentifikasi, dan menyeleksi calon penerima BLM; b. membantu Tim Teknis dalam melakukan verifikasi calon penerima BLM; c. menyusun rencana kerja dan melakukan pendampingan dalam penyusunan RUB, proses pencairan dana BLM dan menyusun laporan hasil pemanfaatan BLM. d. melakukan pendampingan teknis produksi dan pengolahan garam; e. mencatat data lahan, produksi, dan stok garam PUGAR dan non PUGAR, pengelolaan administrasi kelompok, pencatatan pemanfaatan BLM, dan penjualan/pemasaran hasil produksi garam; 20

21 f. menyusun laporan tertulis perkembangan pelaksanaan kegiatan pendampingan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota dengan tembusan kepada Ditjen KP3K dan Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi setiap bulan paling lambat laporan disampaikan pada tanggal 5 bulan berikutnya. Kriteria Tenaga Pendamping sebagai berikut: a. bukan Pegawai Negeri Sipil (PNS)/Penyuluh Perikanan/Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak (PPTK)/terikat kontrak kerja dengan Institusi lain; b. pendidikan minimal SLTA; c. memahami teknis di bidang pergaraman rakyat. d. memahami jalur distribusi dan pemasaran garam rakyat; e. memahami bidang pemberdayaan dan kelembagaan; f. bersedia tinggal di sekitar lokasi sasaran dan sanggup mematuhi peraturan dan tata laksana kegiatan PUGAR. Secara sistematis, struktur kelembagaan PUGAR disajikan pada Gambar 4. Gambar 4. Organisasi Pelaksana PUGAR Keterangan: TNP2K TKPK = Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan = Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan = garis komando = garis kordinasi 21

22 BAB V SELEKSI CALON KELOMPOK PENERIMA PUGAR Penentuan lokasi PUGAR dilakukan dengan memperhatikan kriteria lokasi meliputi: a. Tempat kegiatan produksi garam rakyat; b. Diutamakan lokasi yang telah sesuai dengan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (RZ-WP3K); c. Lokasi lahan tahun sebelumnya dan/atau lokasi baru dengan memperhatikan potensi lahan untuk usaha garam sesuai dengan kebijakan pemerintah daerah. A. Kriteria Calon Penerima BLM PUGAR 1. Petambak garam rakyat yang berdomisili di wilayah setempat yang dibuktikan dengan KTP, Kartu Keluarga, atau Surat Keterangan Domisili dari Desa/Kelurahan; 2. Apabila petambak garam rakyat berdomisili di wilayah lain dari kegiatan usahanya, maka diwajibkan calon penerima BLM memiliki surat keterangan yang menyatakan bahwa yang bersangkutan ada kegiatan usaha garam rakyat di desa tersebut yang dikeluarkan oleh Kepala Desa/Lurah setempat; 3. Bagi calon penerima BLM baru wajib memiliki surat keterangan sebagai petambak garam rakyat (pemilik penggarap/penyewa penggarap/penggarap bagi hasil/mantong) atau perebus garam yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepala Desa/Lurah setempat, sedangkan calon penerima BLM lama tidak disyaratkan dokumen tersebut, tetapi menggunakan dokumen tahun sebelumnya; 4. Pemilik penggarap lahan yang memiliki luas lahan maksimal 1 (satu) Hektar menjadi prioritas. Untuk pemilik penggarap lahan yang memiliki luas lahan maksimal 5 (lima) Hektar, hanya didanai maksimal 1 (satu) hektar, dibuktikan dengan dokumen kepemilikan dan penggarap lahan yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah setempat; 5. Setiap anggota KUGAR maksimal mendapatkan BLM hanya untuk pengembangan produksi seluas 1 (satu) Hektar; 6. Penyewa penggarap memiliki surat bukti sewa lahan yang diketahui oleh Kepala Desa/Lurah setempat dan pemilik lahan; 22

23 7. Penggarap bagi hasil dibuktikan dengan surat perjanjian antara penggarap dengan pemilik lahan atau penggarap penyewa lahan dan diketahui Kepala Desa/Lurah setempat; 8. Melakukan kegiatan produksi perebusan garam di wilayah pesisir, dibuktikan dengan surat keterangan sebagai pelaku usaha produksi garam dengan perebusan dari Kepala Desa/Lurah setempat bagi penerima BLM baru; 9. Melakukan usaha produksi garam skala rumah tangga/pekarangan di wilayah pesisir, dibuktikan dengan surat keterangan sebagai pelaku usaha produksi garam dari kepala Desa/Lurah setempat bagi penerima BLM baru; 10. Anggota KUGAR berjumlah 7 (tujuh) sampai 10 (sepuluh) orang; 11. Anggota KUGAR menjadi anggota koperasi dan/atau BUMDes; 12. Untuk petambak garam pemula, mempunyai pengalaman sebagai petambak garam minimal 1 (satu) tahun yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepala Desa/Lurah setempat; 13. Dengan pertimbangan mendukung swasembada garam industri, calon penerima BLM KUGAR diprioritaskan untuk menerapkan teknologi TUF dan/atau Geomembran/Isolator, dan teknologi peningkatan produktivitas dan kualitas lainnya. B. Tahapan Pengusulan dan Penetapan Penerima BLM 1. Tenaga Pendamping melakukan identifikasi dan seleksi terhadap calon penerima BLM PUGAR; 2. Hasil identifikasi dan seleksi calon penerima BLM dituangkan dalam Berita Acara Hasil Identifikasi dan Seleksi calon penerima BLM, dan disampaikan kepada Tim Teknis untuk diverifikasi; 3. Tim Teknis dibantu Tenaga Pendamping melakukan verifikasi calon penerima BLM. Selanjutnya hasil verifikasi diusulkan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota sebagai calon penerima BLM yang dituangkan dalam Berita Acara Hasil Verifikasi calon penerima BLM; 4. Hasil verifikasi calon penerima BLM ditetapkan sebagai penerima BLM dengan Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota. Surat Keputusan tersebut minimal memuat: nama kelompok, nama anggota kelompok, nomor KTP, jenis kelamin, alamat Desa/Kecamatan, jabatan dalam kelompok, luas dan lokasi lahan yang akan dikelola; 23

24 5. Surat Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota tentang Penetapan Penerima BLM PUGAR 2014 dilaporkan kepada Direktur Jenderal KP3K dengan tembusan kepada Kepala Dinas Provinsi; 6. Direktur Jenderal KP3K melaporkan penetapan penerima BLM tahun 2014 kepada Tim Koordinasi PNPM Mandiri KP; 7. Apabila dalam proses pengusulan dan penetapan ditemukan penyimpangan dari Pedoman Teknis PUGAR ini, maka Direktur Jenderal KP3K dapat meminta Dinas Kabupaten/Kota untuk melakukan perubahan dan penyesuaian sesuai dengan ketentuan dalam Pedoman Teknis. Tahapan Pengusulan dan Penetapan Penerima BLM PUGAR seperti pada Gambar 5. TIM KOORDINASI PNPM MANDIRI KP POKJA PUGAR DIRJEN MELAPORKAN PENERIMA BLM PUGAR KEPADA TIM KOORDINASI DINAS KP PROVINSI KEPALA DINAS KABUPATEN/KOTA MENETAPKAN DAN MELAPORKAN PENETAPAN PENERIMA PUGAR KEPADA DIRJEN DAN DINAS PROPINSI DINAS KP KAB/KOTA HASIL VERIFIKASI DIUSULKAN KEPADA KEPALA DINAS KAB/KOTA - TENAGA PENDAMPINGMELAKUKAN IDENTIFIKASI dan, SELEKSI, CALON PENERIMA BLM PUGAR - TIM TEKNIS MELAKUKAN VERIFIKASI TENAGA PENDAMPING DAN TIM TEKNIS KUGAR Keterangan: Gambar 5. Tahapan Pengusulan dan Penetapan Penerima BLM PUGAR = garis komando. = garis koordinasi. 24

25 C. Komponen BLM Akun Tujuan Memfasilitasi pengadaan sarana dan prasarana untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas garam rakyat, melalui penerapan Teknologi Ulir Filter dan/atau geomembran/isolator atau teknologi peningkatan produksi lainnya. 2. Sasaran KUGAR yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) melalui Surat Keputusan. 3. Keluaran Berfungsinya sarana dan prasarana untuk mendukung peningkatan produktivitas dan kualitas garam rakyat. 4. Ruang Lingkup Pembangunan/rehabilitasi/revitalisasi sarana dan prasarana produksi garam rakyat untuk peningkatan produksi, produktivitas, dan kualitas garam rakyat. 5. BLM diprioritaskan untuk menerapkan teknologi TUF dan/atau geomembran/isolator, atau sejenisnya guna peningkatan produksi dan kualitas garam rakyat dengan nilai maksimal Rp ,00- (lima puluh juta rupiah) sesuai dengan kebutuhan dalam Rencana Usaha Bersama (RUB). Sedangkan nilai BLM untuk usaha perebusan atau tambak garam tradisional maksimal Rp ,00- (dua puluh juta rupiah) sesuai dengan kebutuhan dalam RUB. 6. Peruntukan BLM yang bersumber dari Akun 57 pada masingmasing Satker Tugas Pembantuan diatur sebagai berikut : a. Prasarana 1) pembangunan/rehabilitasi saluran/jaringan irigasi tambak garam; 2) pembangunan/rehabilitasi galengan; 3) pembangunan/rehabilitasi tanggul; 4) pembangunan/rehabilitasi pintu air; 5) pembangunan/rehabilitasi jalan produksi; 6) pembangunan/rehabilitasi gudang; 7) pembangunan/rehabilitasi jembatan penghubung tambak; 8) prasarana Teknologi Ulir Filter (TUF) atau sejenisnya; 9) pembangunan/rehabilitasi prasarana produksi lainnya. 25

26 b. Sarana 1) sarana produksi tambak tradisional, TUF dan/atau Geomembran/Isolator; 2) penyediaan alat ukur salinitas; 3) penyediaan kincir angin; 4) penyediaan bahan aditif; 5) penyediaan gerobak dorong/alat angkut sederhana; 6) penyediaan pompa air; 7) penyediaan geomembran/isolator yang dibuat dari Low Density Polyethylene (LDPE) atau High Density Polyethylene (HDPE); 8) penyediaan mesin pengemasan garam; dan 9) penyediaan peralatan produksi garam rakyat lainnya. c. Sarana Perebusan 1) Penyediaan bangunan tempat pengolahan/perebusan garam; 2) penyediaan pompa air; 3) Penyediaan kuali stainless steel ; 4) Penyediaan gerobak dorong/alat angkut garam; 5) Penyediaan bak penampungan air; 6) Penyediaan tungku; 7) Penyediaan alat iodisasi; 8) Penyediaan sarana perebusan lainnya. 7. Serah Terima BLM Serah terima BLM PUGAR dituangkan dalam Berita Acara Serah Terima (BAST) dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota selaku KPA kepada Ketua KUGAR. 8. Pemanfaatan BLM KUGAR membelanjakan, mengelola dan memanfaatkan BLM sesuai kebutuhan dalam RUB didukung dengan tertib administrasi (meliputi: pencatatan/pembukuan, bukti-bukti pembelanjaan dan keabsahannya) dan tepat dalam penggunaan dibawah bimbingan/pembinaan dan pendampingan Tenaga Pendamping dan Dinas Kabupaten/Kota. 26

27 D. Komponen BLM Akun Tujuan Mengoptimalkan dan merevitalisasi UPG, pembangunan prasarana gudang, fasilitasi peningkatan produktivitas dan kualitas garam sebagai learning center, serta bantuan sarana prasarana pengolahan garam bagi kelompok perempuan dalam rangka peningkatan produktivitas dan kualitas garam rakyat. 2. Sasaran Koperasi dan/atau BUMDes, kelompok petambak, kelompok perempuan, yang ditetapkan sebagai pengelola oleh Kepala Dinas Kabupaten/Kota selaku KPA melalui Surat Keputusan. 3. Keluaran Beroperasinya UPG, terbangunnya gudang, tersedianya sarana pembelajaran (learning center) bagi kelompok untuk mendukung peningkatan produktivitas dan kualitas garam, tersedianya sarana prasarana pengolahan garam bagi kelompok perempuan. 4. Bantuan sarana dan prasarana bersumber dari Akun 52 dilaksanakan oleh masing-masing Dinas Kabupaten/Kota selaku Satker Tugas Pembantuan sesuai dengan ketentuan yang berlaku. 5. Serah terima sarana dan prasarana dituangkan dalam BAST dari Kepala Dinas Kabupaten/Kota selaku KPA kepada Penerima/Pengelola; 6. Pemanfaatan sarana dan prasarana tersebut sesuai dengan tujuan pengadaannya dalam rangka peningkatan produktivitas dan kualitas garam rakyat. 27

28 BAB V TATA CARA DAN PROSEDUR PENYALURAN BLM PUGAR A. Penyusunan Rencana Usaha Bersama (RUB) 1. KUGAR setelah ditetapkan dengan Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota sebagai penerima BLM menyusun RUB sesuai dengan kebutuhan prasarana dan sarana untuk menunjang peningkatan produksi dan kualitas garam rakyat; 2. RUB disusun berdasarkan kebutuhan prasarana dan sarana untuk peningkatan produktivitas dan kualitas garam; 3. Jumlah dana yang diusulkan dalam RUB sesuai dengan kebutuhan prasarana dan/atau sarana serta kondisi setempat; 4. Dalam penyusunan RUB KUGAR dibantu oleh Tenaga Pendamping; 5. RUB dilengkapi dengan dokumen administrasi pendukung yang terdiri dari: a. Data KUGAR (nama ketua, sekretaris, bendahara, anggota, dan umur, jenis kelamin, alamat) yang dilengkapi dengan fotokopi KTP/Kartu Keluarga/Surat Keterangan Domisili dari Desa/Kelurahan; b. Surat Keterangan sebagai petambak garam rakyat (pemilik penggarap/penyewa penggarap/penggarap bagi hasil/mantong), perebus/pemasak atau pengolah yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepala Desa/Lurah setempat bagi penerima BLM baru, c. Nomor rekening bank atas nama KUGAR pada Bank Pemerintah terdekat; d. Usulan Kuitansi penerima BLM PUGAR; e. Usulan Perjanjian Kesepakatan (PKS) tentang Penyaluran BLM PUGAR bermaterai secukupnya; f. Usulan Berita Acara Serah Terima (BAST) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUGAR; g. Surat Perintah Kerja (SPK); h. Pakta Integritas; i. Berita Acara Pembayaran (BAP); j. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTJB); k. Usulan Surat Pernyataan tentang kelengkapan dokumen pendukung BLM PUGAR. 28

29 6. RUB ditandatangani oleh Ketua KUGAR yang dilengkapi dengan dokumen administrasi untuk diusulkan kepada Tim Teknis. B. Seleksi, verifikasi, dan penetapan Rencana Usaha Bersama (RUB) beserta dokumen administrasi KUGAR. 1. RUB dan dokumen administrasi KUGAR yang telah ditandatangani oleh Ketua, disampaikan kepada Tim Teknis, untuk diseleksi dan diverifikasi dibantu Tenaga Pendamping; 2. RUB dan dokumen administrasi yang diverifikasi oleh Tim Teknis dilengkapi dengan: a. Berita Acara: - Hasil Identifikasi dan Seleksi Calon Penerima BLM; - Hasil Verifikasi Calon Penerima BLM. b. Data KUGAR (nama ketua, sekretaris, bendahara, anggota, dan umur, jenis kelamin, alamat) yang dilengkapi dengan fotokopi KTP/Kartu Keluarga/Surat Keterangan Domisili dari Desa/Kelurahan; c. Surat Keterangan sebagai petambak garam rakyat (pemilik penggarap/penyewa penggarap/penggarap bagi hasil/mantong), perebus/pemasak atau pengolah yang dibuktikan dengan surat keterangan dari Kepala Desa/Lurah setempat bagi penerima BLM baru, d. Nomor rekening bank atas nama KUGAR pada Bank Pemerintah terdekat; e. Usulan Kuitansi penerima BLM PUGAR; f. Usulan Perjanjian Kesepakatan tentang Penyaluran BLM PUGAR bermaterai secukupnya; g. Usulan Berita Acara Serah Terima (BAST) Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) PUGAR; h. Surat Perintah Kerja (SPK); i. Pakta Integritas; j. Berita Acara Pembayaran (BAP); k. Surat Pernyataan Tanggung Jawab Belanja (SPTJB); l. Usulan Surat Pernyataan tentang kelengkapan dokumen pendukung BLM PUGAR. 3. RUB dan dokumen administrasi hasil verifikasi Tim Teknis diusulkan kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA); 29

30 4. RUB dan dokumen administrasi yang dianggap belum memenuhi persyaratan dikembalikan kepada Tim Teknis untuk diperbaiki dan dilengkapi dan diusulkan kembali kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota untuk ditetapkan sebagai penerima BLM. C. Prosedur Penyaluran BLM 1. Penyaluran dana BLM PUGAR dilakukan dengan mekanisme Pembayaran Langsung (LS) kepada rekening KUGAR tanpa potongan pajak, melalui tahapan sebagai berikut: a. Kepala Dinas Kabupaten/Kota selaku Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) mengajukan Surat Perintah Membayar (SPM) kepada Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat dilengkapi dengan lampiran: 1) Keputusan Kepala Dinas Kabupaten/Kota tentang penetapan KUGAR penerima BLM; 2) Fotokopi KTP/Kartu Keluarga atau Surat Keterangan Domisili dari Desa/Kelurahan setempat. 3) Surat keterangan sebagai petambak garam rakyat (pemilik penggarap/penyewapenggarap/penggarap bagi hasil/mantong), perebus/pemasak, atau pengolah yang dibuktikan dengan surat keterangan dari kepala desa/lurah setempat; 4) Rencana Usaha Bersama (RUB); 5) Nomor Rekening aktif atas nama KUGAR; 6) Pakta Integritas yang ditandatangani oleh Ketua Kelompok; 7) Surat Perintah Kerja antara Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dengan Ketua Kelompok yang ditandatangani PPK dan Ketua Kelompok; 8) Berita Acara Serah Terima (BAST) BLM PUGAR antara PPK dengan KUGAR diketahui KPA; 9) Berita Acara Pembayaran yang ditandatangani oleh PPK dan Ketua Kelompok; 10) Surat Perjanjian Kesepakatan Penyaluran BLM PUGAR bermaterai secukupnya antara PPK dengan KUGAR diketahui oleh KPA; 11) Kuitansi yang sudah ditandatangani oleh Ketua KUGAR dan disetujui oleh PPK dengan materai Rp ,- (enam ribu rupiah) dan diketahui KPA; 30

31 12) Ringkasan Surat Perjanjian Kerjasama yang ditandatangani oleh PPK; 13) Surat Pernyataan Tanggungjawab Belanja (SPTB) yang ditandatangani oleh PPK; dan 14) Surat Perintah Membayar (SPM) yang ditandatangani oleh Pejabat Penandatanganan SPM. b. Penyaluran BLM dari KPPN ke rekening KUGAR dilakukan dengan penerbitan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) melalui bank Pemerintah terdekat dengan lokasi KUGAR; c. BLM dicairkan oleh Ketua, Bendahara, dan/atau Sekretaris KUGAR yang didampingi oleh Dinas Kabupaten/Kota; d. KUGAR dibantu oleh Tenaga Pendamping menyusun laporan realisasi pemanfaatan BLM dan menyampaikannya kepada Kepala Dinas Kabupaten/Kota; e. Kepala Dinas Kabupaten/Kota melaporkan hasil penyaluran dan pemanfaatan BLM PUGAR kepada Direktur Jenderal KP3K dan Kepala Dinas Provinsi dengan tembusan kepada Sekretaris Direktorat Jenderal KP3K; f. Direktur Jenderal KP3K selaku Koordinator Pokja PUGAR melaporkan penyaluran BLM PUGAR kepada Tim Koordinasi selaku Koordinator PNPM Mandiri KP. 31

32 Prosedur penyaluran BLM PUGAR seperti pada Gambar 6. TIM KOORDINASI (KOORDINATOR PNPM MANDIRI KP) DIRJEN KP3K MELAPORKAN HASIL PENYALURAN BLM PUGAR DIRJEN KP3K (KOORDINATOR POKJA PUGAR) DINAS PROPINSI DINAS KP KAB/KOTA MELAPORKAN HASIL PENYALURAN BLM PUGAR KEPADA DIRJEN KP3K SPM DINAS KP KAB/KOTA MELAPORKAN HASIL PENYALURAN BLM PUGAR KEPADA DINAS KP PROPINSI DINAS MENETAPKANPENERIMA BLM DINAS KABUPATEN/KOTA MENGUSULKAN HASIL VERIFIKASI RUB KPPN SP2D TIM TEKNIS TIM TEKNIS MENYELEKSI DAN MEMVERIFIKASI RUB BANK OPERASI ONAL MAMBANTU MENYUSUN RUB MENGAJUKAN RUB TRANSFER BLM KE REK. KELOMPOK TENAGA PENDAMPING KELOMPOK USAHA GARAM RAKYAT (KUGAR) PROSES PENCAIRAN BLM UNIT BANK TERDEKAT Gambar 6. Prosedur Penyaluran BLM PUGAR Keterangan: = garis komando = garis koordinasi 2. Tata cara penyaluran bantuan sarana dan prasarana berupa gudang dan/atau UPG dilakukan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. 32

33 BAB VI PEMBINAAN, PENGENDALIAN, DAN PENGAWASAN A. Pembinaan 1. Tingkat Pusat Dalam rangka menjaga kesinambungan dan keberhasilan pelaksanaan PUGAR, Tim Koordinasi dan Pokja melakukan pembinaan terhadap pelaksanaan kegiatan. Pembinaan Teknis dilakukan oleh Pokja dan Direktorat Pemberdayaan Masyarakat Pesisir dan Pengembangan Usaha. 2. Tingkat Provinsi Pembinaan pelaksanaan PUGAR dilakukan oleh Tim Pembina dalam hal ini Dinas Provinsi kepada Dinas Kabupaten/Kota, difokuskan untuk: a. Mendorong Dinas Kabupaten/Kota agar penyaluran dan pemanfaatan BLM agar tepat waktu, tepat guna dan tepat sasaran; b. melakukan pembinaan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan PUGAR. 3. Tingkat Kabupaten/Kota Dinas Kabupaten/Kota melakukan pembinaan kepada KUGAR baik penerima BLM tahun 2014 maupun tahun sebelumnya agar usaha pergaraman tetap berkelanjutan, melalui pembinaan kelembagaan, implementasi teknologi pergaraman, permodalan dan pemasaran. Pembinaan pelaksanaan PUGAR dilakukan untuk menjamin penyampaian dokumen administrasi dan pencairan BLM tepat waktu. B. Pengendalian Pengendalian terhadap PUGAR dilaksanakan mulai dari tahapan persiapan, penyiapan dokumen kelompok, pelaksanaan, dan pasca pelaksanaan kegiatan yang dilaksanakan secara berjenjang mulai dari Pusat, Provinsi, dan Kabupaten/Kota. 1. Tingkat pusat Untuk menjamin pelaksanaan PUGAR dapat berjalan sesuai dengan sasaran dan tujuan, Pokja memberikan layanan informasi untuk menampung dan menindaklanjuti pengaduan masyarakat kepada pihak yang berwenang. 33

34 Pokja melakukan pengendalian terhadap pelaksanaan PUGAR melalui koordinasi baik ke Provinsi dan Kabupaten/Kota untuk menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman pelaksanaan PNPM Mandiri KP dan Pedoman Teknis PUGAR serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan. 2. Tingkat Provinsi Tim Pembina melakukan pengendalian pelaksanaan PUGAR melalui koordinsi ke Kabupaten/Kota untuk menjamin pelaksanaan kegiatan sesuai dengan pedoman pelaksanaan PNPM Mandiri KP dan Pedoman Teknis PUGAR, serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan. 3. Tingkat Kabupaten Dinas Kabupaten/Kota bersama Tim Teknis dibantu Tenaga Pendamping melakukan pengendalian terhadap KUGAR untuk menjamin pelaksanaan kegiatan PUGAR sesuai dengan target waktu pelaksanaan dan berjalan sesuai pedoman pelaksanaan PNPM Mandiri KP dan Pedoman Teknis PUGAR, serta menyelesaikan permasalahan yang terjadi di lapangan. C. Pengawasan Pengawasan dilakukan oleh Inspektorat Jenderal yang dilaksanakan melalui audit, review, pemantauan, dan evaluasi untuk menjaga transparansi dan akuntabilitas serta mengetahui berbagai permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan kegiatan sejak dari tahap persiapan, penetapan kelompok, penyaluran dan pemanfaatan dana BLM serta memberikan saran saran perbaikan. D. Pengaduan Guna mencegah dan menanggulangi terjadinya penyimpangan, KKP menyediakan layanan pengaduan (complain and handling unit) yang dialamatkan kepada Tim Penanganan Pengaduan KKP yang berada pada Inspektorat V, Inspektorat Jenderal, KKP, Gedung Mina Bahari III Lantai 5 Jl. Medan Merdeka Timur Nomor 16 Jakarta Pusat dengan tembusan kepada Pejabat Eselon I terkait dan/atau melalui website 34

35 BAB VII MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN A. Monitoring Monitoring merupakan kegiatan pemantauan dan pengendalian perkembangan pelaksanaan PUGAR untuk mendapatkan data dan informasi yang dilakukan secara periodik dan berjenjang untuk meyakinkan tercapainya tujuan, sasaran, dan indikator keberhasilan. Hasil monitoring diharapkan dapat memberikan informasi yang menyangkut masukan (input), pelaksanaan (proses), keluaran (output), tujuan, dan sasaran kegiatan, serta kesesuaian pelaksanaan kegiatan terhadap rencana tahapan monitoring. Monitoring kegiatan PUGAR dilakukan baik pra kegiatan, pelaksanaan kegiatan, dan pasca kegiatan. 1. Monitoring Pra Kegiatan Sebelum pelaksanaan PUGAR tahun berjalan dimulai, setiap kabupaten/kota melakukan inventarisiasi data terhadap capaian kegiatan PUGAR tahun sebelumnya dan persiapan pelaksanaan kegiatan, antara lain target dan jumlah: KUGAR, dan petambak garam, penggunaan lahan, produktifitas, produksi, harga jual, pendapatan petambak, stok garam, penggunaan teknologi dan calon lokasi. Selanjutnya hasil monitoring tersebut digunakan sebagai basis data untuk mengevaluasi keberhasilan PUGAR tahun Monitoring Pelaksanaan Dinas Kabupaten/kota melakukan monitoring secara mandiri terhadap kegiatan dan komponen kegiatan yang ada dalam RKA-KL secara periodik agar berjalan sesuai target waktu dan indikator output yang sudah direncanakan. Hasil monitoring tersebut disampaikan kepada Ditjen KP3K dengan tembusan kepada Dinas Provinsi, untuk dikompilasi menjadi data nasional dan umpan balik solusi permasalahan yang diperlukan. Adapun monitoring yang dilaksanakan oleh Ditjen KP3K dilakukan secara berkala terhadap perkembangan pelaksanaan PUGAR di 43 kabupaten/kota. Monitoring baik administrasi atau teknis dilakukan untuk pengendalian dan pembinaan kegiatan agar pelaksanaan kegiatan sesuai dengan ketentuan. 35

36 Fokus monitoring diarahkan untuk : a. pengukuran pencapaian kinerja output; b. pengukuran capaian penyerapan anggaran; c. menilai keberlanjutan pemanfaatan output dari hasil kegiatan sebelumnya, termasuk pemanfaatan infrastruktur (gudang, UPG, dan lainnya) serta menelusuri penyebab terjadinya kendala/permasalahan dalam pelaksanaan kegiatan guna memberikan solusi alternatif penanganannya. Hasil monitoring tersebut digunakan sebagai bahan evaluasi pelaksanaan kegiatan PUGAR yang akan disampaikan oleh Dirjen KP3K kepada Menteri Kelautan dan Perikanan setiap triwulan selambat-lambatnya sebelum diumumkan di website Kementerian Kelautan dan Perikanan. 3. Monitoring Pasca Kegiatan Setelah berakhirnya tahun anggaran, Dinas Kabupaten/Kota diharapkan segera melakukan monitoring ke lokasi kegiatan untuk menilai capaian indikator output dan indikator outcome sebagaimana ditargetkan pada Bab II pedoman teknis ini. Perlunya Dinas kabupaten/kota melakukan pembinaan/pendampingan teknis dan administrasi secara berkesinambungan kepada KUGAR minimal selama 3 (tiga) tahun berikutnya untuk menjamin keberlanjutan usaha dan peningkatan kesejahteraan petambak garam rakyat termasuk perempuan yang terlibat dalam usaha tersebut sesuai amanat Program PNPM. Pelaksanaan monitoring, pembinaan/pendampingan teknis dan administrasi pasca kegiatan tersebut, dikoordinasikan dengan Badan Pelaksana Penyuluhan (Bapeluh) kabupaten/kota setempat. Fokus monitoring pasca kegiatan lebih diarahkan untuk mengukur capaian Indikator outcome atas pelaksanaan kegiatan PUGAR tahun 2011, 2012, 2013 dan 2014 yang ditinjau dari: a. Tercapainya peningkatan pendapatan petambak garam rakyat rata-rata sebesar 30% dari tahun sebelum mendapatkan PUGAR; 36

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2012 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

2 yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal dengan anggota dari masingmasing unit kerja eselon I terkait. PUMP, PUGAR, dan PDPT merupakan upaya ke

2 yang dikoordinasikan oleh Sekretaris Jenderal dengan anggota dari masingmasing unit kerja eselon I terkait. PUMP, PUGAR, dan PDPT merupakan upaya ke LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

2012, No.416.

2012, No.416. 5 2012, No.416 DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.07/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.41/MEN/2011

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.41/MEN/2011 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.41/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PERMEN-KP/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PERMEN-KP/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, DAFTAR LAMPIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.41/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2011

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2011 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.21/MEN/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN 2011 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA

- 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA - 1 - KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR 08 / Per / Dep.2 / XII / 2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 06/Permentan/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) BAB I PENDAHULUAN 5 2012, No.149 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) NOMOR : 04/Permentan/OT.140/2/2012 TANGGAL : 1 Pebruari 2012 PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1.

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I PENDAHULUAN. 1.1. LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 16/Permentan/OT.140/2/2008 TANGGAL : 11 Pebruari 2008 BAB I 1.1. Latar Belakang PENDAHULUAN Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2007 jumlah

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 BUPATI BANDUNG PERATURAN BUPATI BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2017 TENTANG PENGELOLAAN DANA DESA DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENGHITUNGAN DAN PEMBAGIAN RINCIAN DANA DESA SETIAP DESA SERTA PENGGUNAAN DANA DESA DI KABUPATEN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT DI BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 1 KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH NOMOR : 07 / Per / Dep.2 / XII /2016 TENTANG

Lebih terperinci

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep.

PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. Nomor : 01/Per/Dep. KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA PERATURAN DEPUTI BIDANG PEMBIAYAAN KEMENTERIAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA Nomor : 01/Per/Dep.3/II/2014

Lebih terperinci

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG DANAA DESA (ADD) DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG DANAA DESA (ADD) DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA 1 SALINAN BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 51 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGALOKASIAN DAN PEMBAGIAN ALOKASI DANAA DESA (ADD) DI KABUPATEN LAMONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 11/Permentan/OT.140/3/2011 TENTANG PERUBAHAN LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR 09/PERMENTAN/OT.140/2/2011 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN TANGKAP KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN TANGKAP NOMOR KEP. 32/KEP-DJPT/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. No.369, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI PERUMAHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 01/Permentan/OT.140/1/2014 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN

Lebih terperinci

PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN

PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN PANDUAN PETUNJUK TEKNIS BANTUAN PEMERINTAH PENGEMBANGAN SEKOLAH MODEL PENJAMINAN MUTU PENDIDIKAN KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH 2017 PANDUAN PETUNJUK

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41/PERMEN-KP/2015 TENTANG PEDOMAN UMUM MEKANISME PELAKSANAAN ANGGARAN BANTUAN PEMERINTAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG

BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG BUPATI JEMBER PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEDOMAN UMUM PENGELOLAAN MODAL LEMBAGA KEUANGAN MIKRO MASYARAKAT DAN KOPERASI PEDESAAN KABUPATEN JEMBER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 38 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN NOMOR 31/KEP-DJP2HP/2014 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN USAHA MINA PEDESAAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERIKANAN TAHUN 2014

Lebih terperinci

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 34 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN BANTUAN KEUANGAN YANG BERSIFAT KHUSUS KEPADA PEMERINTAH DESA YANG BERSUMBER

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 45 TAHUN 2013 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG BUPATI BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 40 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN BANTUAN (COMMUNITY DEVELOPMENT) UNTUK MENGENTASKAN KEMISKINAN (CDMK) BANTUAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 60 TAHUN 2014 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU

BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 28 TAHUN 2015jgylyrylyutur / SK / 2010 TENTANG MEKANISME PENYALURAN BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT (BLM) PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1339, 2015 KEMEN-PUPR. Perumahan Swadaya. Bantuan Stimulan. Pedoman. Perubahan. PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39/PRT/M/2015

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 67 TAHUN 2011 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

2016, No menetapkan Pedoman Umum Pemberian dan Pengelolaan Bantuan di Lingkup Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; Menging

2016, No menetapkan Pedoman Umum Pemberian dan Pengelolaan Bantuan di Lingkup Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak; Menging BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.940, 2016 KEMENPP-PA. Bantuan. Pemberian dan Pengelolaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2016

Lebih terperinci

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA

BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO DAN KECIL MELALUI

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA

KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DIREKTORAT JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN BUDIDAYA NOMOR 81 /PER-DJPB/2018 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERIKANAN

Lebih terperinci

Peran TKPK Kabupaten/Kota dalam Penggulangan Kemiskinan pasca UU 6 Tahun 2014 tentang Desa. Ir. TARMIZI A. KARIM, M.Sc

Peran TKPK Kabupaten/Kota dalam Penggulangan Kemiskinan pasca UU 6 Tahun 2014 tentang Desa. Ir. TARMIZI A. KARIM, M.Sc KEMENTERIAN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA Peran TKPK Kabupaten/Kota dalam Penggulangan Kemiskinan pasca UU 6 Tahun 2014 tentang Desa Ir. TARMIZI A. KARIM, M.Sc DIREKTUR JENDERAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 59 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 32 TAHUN 2011 TANGGAL 9 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK SEKOLAH

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan KEMENTERIAN PERTANIAN PEDOMAN UMUM Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan 2011 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : TENTANG PEDOMAN UMUM PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN (PUAP) DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK, BUPATI TRENGGALEK SALINAN PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 12 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM ANTI KEMISKINAN (ANTI POVERTY PROGRAM) KABUPATEN TRENGGALEK TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komoditi perkebunan yang sebagian terbesar merupakan perkebunan rakyat, perjalanan sejarah pengembangannya antara usaha perkebunan rakyat dan perkebunan besar, berjalan

Lebih terperinci

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG BUPATI BLORA PERATURAN BUPATI BLORA NOMOR 8A TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGANGGARAN, PELAKSANAAN DAN PENATAUSAHAAN, PERTANGGUNGJAWABAN DAN PELAPORAN SERTA MONITORING DAN EVALUASI HIBAH DI KABUPATEN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 19/Per/M.KUKM/VIII/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PERKUATAN PERMODALAN KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH DI KAWASAN

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA

PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI UU DESA KEMENTERIAN DESA, PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA PENJELASAN ATAS PERATURAN MENTERI DESA, PDT DAN TRANSMIGRASI NOMOR 1,2,3,4 dan 5 TAHUN 2015 DALAM RANGKA IMPLEMENTASI

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. No.418, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA DEPARTEMEN KEUANGAN. Penanggulangan Kemiskinan. Pendanaan. Pusat. Daerah. Pedoman. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 168 /PMK.07/2009 TENTANG

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 SALINAN WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 37 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN HIBAH DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PROGRAM ANTI KEMISKINAN (ANTI POVERTY PROGRAM) KABUPATEN TRENGGALEK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. /Per/M.KUKM/VIII/2006 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA. /Per/M.KUKM/VIII/2006 TENTANG PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR : /Per/M.KUKM/VIII/2006 TENTANG PEDOMAN TEKNIS BANTUAN UNTUK TEKNOLOGI TEPAT GUNA KEPADA USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG,

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012

SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 SALINAN PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 81 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMBERIAN BANTUAN SOSIAL DALAM BENTUK UANG KEPADA BADAN KESWADAYAAN MASYARAKAT DALAM RANGKA PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 29/PERMEN-KP/2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KEMENTERIAN KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.26/MEN/2010 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN

Lebih terperinci

2013, No BAB I PENDAHULUAN

2013, No BAB I PENDAHULUAN 2013, No.149 6 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/Permentan/OT.140/1/2013 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN PEDOMAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS PERDESAAN

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011

SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 36 TAHUN 2011 TANGGAL 23 AGUSTUS 2011 PETUNJUK TEKNIS PENGGUNAAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) BIDANG PENDIDIKAN TAHUN ANGGARAN 2011 UNTUK PENINGKATAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR 1 BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 35 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN KETIGA ATAS PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 21 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PENGGUNAAN BANTUAN KEUANGAN DESA TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, WALIKOTA BANJAR, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip

KATA PENGANTAR. Jakarta, 2015 Direktur Jenderal, Sumarjo Gatot Irianto Nip KATA PENGANTAR Dalam rangka pencapaian sasaran swasembada pangan berkelanjutan, Pemerintah berupaya untuk mengoptimalkan pemanfaatan seluruh sumber daya prasarana dan sarana pertanian guna peningkatan

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANA PERIMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN KEPADA DESA DI KABUPATEN KUDUS BUPATI KUDUS, Menimbang : a. bahwa alokasi Dana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN UMUM DALAM RANGKA PENYALURAN BANTUAN PEMERINTAH DI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor : 08/PERMEN/M/2006 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN STIMULAN UNTUK PERUMAHAN SWADAYA BAGI MASYARAKAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI GUNUNGKIDUL, SALINAN BUPATI GUNUNGKIDUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PENANGGULANGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 12 /MEN/2008 TENTANG BANTUAN LANGSUNG MASYARAKAT BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BERITA NEGARA. No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman

BERITA NEGARA. No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1192, 2012 KEMENTERIAN NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH. Bantuan Sosial. Mikro dan Kecil. Pedoman PERATURAN MENTERI NEGARA KOPERASI DAN USAHA KECIL DAN MENENGAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, 1 PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 21/PERMEN-KP/2016 TENTANG PEDOMAN MONITORING DAN EVALUASI TERPADU PELAKSANAAN PROGRAM/KEGIATAN PEMBANGUNAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PERBENDAHARAAN PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERBENDAHARAAN NOMOR PER- 34 /PB/2008 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PENYALURAN DAN PENCAIRAN DANA PROGRAM

Lebih terperinci

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI

PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI W A L I K O T A K E D I R I PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM MANAJEMEN PEMBANGUNAN PARTISIPATIF KOTA KEDIRI Menimbang WALIKOTA KEDIRI, : a. bahwa pelaksanaan pembangunan merupakan

Lebih terperinci

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman

2 masyarakat hukum serta keserasian dan sinergi dalam pelaksanaan pengaturan dan kebijakan mengenai desa; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaiman LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2015 PEMERINTAHAN. Desa. Penyelenggaraan. Pembangunan. Pembinaan. Pemberdayaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5717). PERATURAN

Lebih terperinci

BUPATI BANDUNG BARAT

BUPATI BANDUNG BARAT Menimbang : a. BUPATI BANDUNG BARAT PERATURAN BUPATI BANDUNG BARAT NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG BANTUAN KEUANGAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT, bahwa

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009

Gubernur Jawa Barat. PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009 Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 84 Tahun 2009 TENTANG PENGUATAN LEMBAGA DISTRIBUSI PANGAN MASYARAKAT TAHUN 2009 GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pengendalian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pengelolaan wilayah pesisir, laut dan pulau-pulau kecil merupakan hal yang sangat penting bagi keberlanjutan ekosistem dan sumberdaya alam hayati negeri kepulauan nusantara.

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN ALOKASI DANA DESA, BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA, DAN BANTUAN KEUANGAN

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

BUPATI SUMBAWA BARAT

BUPATI SUMBAWA BARAT BUPATI SUMBAWA BARAT PERATURAN BUPATI SUMBAWA BARAT NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PROGRAM DAERAH PEMBERDAYAAN GOTONG ROYONG (PDPGR) KARTU BARIRI TANI DAN KARTU BARIRI TERNAK DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT DENGAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN

Lebih terperinci

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016

PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 PEMANTAUAN DAN EVALUASI CAPAIAN KINERJA KEGIATAN PENGELOLAAN SISTEM PENYEDIAAN BENIH TANAMAN PANGAN TRIWULAN I 2016 KEMENTERIAN PERTANIAN-RI DIREKTORAT JENDERAL TANAMAN PANGAN DIREKTORAT PERBENIHAN TANAMAN

Lebih terperinci

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT

BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT BUPATI BINTAN HASIL PERBAIKAN PAK JAROT PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR 6 TAHUN 2013TAHUN TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN BANTUAN REHABILITASI SOSIAL RUMAH TIDAK LAYAK HUNI (RS-RTLH) TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TANGERANG, Menimbang : bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014 PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN HIBAH DAN BANTUAN SOSIAL YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGANYAR,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P. 24/Menhut-II/2010 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN KEBUN BIBIT RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 56 Tahun : 2015

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 56 Tahun : 2015 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 56 Tahun : 2015 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 55 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH

Lebih terperinci

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN PROVINSI JAMBI PERATURAN WALIKOTA JAMBI NOMOR 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN HIBAH YANG BERSUMBER DARI ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA JAMBI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.57, 2009 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT. Peningkatan. Pengawasan. Pengendalian. PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT Nomor: 01/PERMEN/M/2009 TENTANG ACUAN PENYELENGGARAAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.55/MenLHK/Setjen/Kum.1/6/2016 TENTANG PEDOMAN UMUM PENYALURAN BANTUAN LAINNYA YANG MEMILIKI KARAKTERISTIK BANTUAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 43 TAHUN 2014 TENTANG PERATURAN PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG DESA DENGAN

Lebih terperinci

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN Lampiran Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.16/Menhut-II/2011 Tanggal : 14 Maret 2011 PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pedoman

Lebih terperinci