TINJAUAN TERHADAP PENGHORMATAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) PADA WAKTU PERTIKAIAN BERSENJATA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL

Transkripsi

1 TINJAUAN TERHADAP PENGHORMATAN HAK ASASI MANUSIA (HAM) PADA WAKTU PERTIKAIAN BERSENJATA DALAM PERSPEKTIF HUKUM INTERNASIONAL Oleh Khoirussaleh Nasution ABSTRAK Hubungan Hukum Humaniter dan HAM adalah Hukum Humaniter itu mewakili suatu keseimbangan antara kebutuhan kemanusiaan dan kebutuhan militer dari negara-negara. Seiring dengan berkembangnya komunitas internasional, sejumlah negara di seluruh dunia telah memberikan sumbangan atas perkembangan hukum humaniter internasional. Hukum humaniter internasional mengatur sengketa bersenjata antara negara dengan kesatuan lainnya, sedangkan hak asasi manusia mengatur hubungan antara pemerintah dengan warga negara di dalam negara tersebut. Hukum humaniter internasional beralaku pada saat perang atau pada masa sengketa bersenjata, sedangkan hak asasi manusia berlaku pada saat damai. 1

2 Latar Belakang Hak Asasi Manusia yang merupakan hak dasar, melekat dan dimiliki oleh manusia di dalam kedudukannya sebagai obyek hukum, bukan sebagai obyek. Hak asasi tersebut berlaku secara universal karena memenuhi standar-standar keadilan yang bisa diterima dan diaplikasikan kepada umat manusi a di seluruh dunia. Hak Asasi Manusia tersebut adakalanya masih tidak dihormati dibeberapa Negara. Tetapi itu tidak berarti bahwa tidak ada kemajuan dalam usaha untuk menghormati dan melindungi Hak Asasi Manusia. Manusia telah melakukan langkah-langkah besar selama berlangsungnya proses dekolonisasi. Hak Asasi Manusia dalam abad ke-19 dengan menghapus perbudakan, demikian pula agama, bahasa pada abad ke-20 telah ikut mendukung berlangsungnya proses dekolonisasi. Hak Asasi Manusia sering diidentikkan dengan kebebasan fundamental manusia. Oleh sebab itu para pejuang hak asasi manusia berusaha membuat standar kebebasan yang paling tidak secara minim berlaku bagi semua orang di dunia ini. 1 Pembukaan Piagam PBB menyebutkan dengan tegas gagasan hak-hak asasi manusia yang mendasar. Pasal 1 ayat (3) menyebutkan salah satu tujuan PBB : Mewujudkan kerjasama internasional dalam menyelesaikan masalah internasional di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan atau yang bersifat kemanusiaan, dan dalam meningkatkan serta menjungjung tinggi penghargaan terhadap hak-hak asasi manusia dan kebebasan mendasar bagi semua umat manusia tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama. 2 menyamakan status wanita dengan status pria dalam arti psikologi secara bertahap di bidang pekerjaan. Perjuangan menentang diskriminasi rasial, etnis, jenis kelamin, 1 R. Suprapto, Hubungan Internasional : Sistem, Interaksi, dan Perilaku, cet. I, (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997), hal Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa dan Statuta Mahkamah Pengadilan 2

3 Ketentuan di atas kemudian diikuti oleh kesepakatan atas Deklarasi Universal ketentuan Pasal-Pasal Undang-Undang Dasar Tahun 1945, yang antara lain sebagai Hak-Hak Asasi Manusia sedunia oleh berikut; Pasal 27, 28, Pasal 28A-28J, Pasal Majelis Umum PBB pada tahun Deklarasi ini dinyatakan sebagai standar umum untuk mengukur keberhasilan bagi semua bangsa dan semua negara. 3 29, 30, 31 dan Pasal 34, 4 yang kemudian dijabarkan lebih lanjut dalam UU No. 39 Tahun 1999 tentang HAM dan peraturan pelaksanaan lainnya. Deklarasi Universal Hak-Hak Asasi Manusia yang disahkan oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan Resolusi 217 A (II) tanggal 10 Desember 1948, deklarasi ini merupakan puncak yang dapat dicapai umat manusia dalam perjuangan untuk memperoleh kehidupan dan kebebasan yang layak dan terhormat. Di Negara Republik Indonesia pengakuan, jaminan, serta perlindungan terdapat hak-hak asasi manusia, terutama juga dalam pelaksanaannya terhadap dalam Internasional, diterjemahkan oleh anggota IKAPI (Bandung : Penerbit Bina Cipta, 1982). 3 Peter R. Baehr, Hak-hak Asasi Manusia Dalam Politik Luar Negeri, cet. I, (Jakarta : Yayasan Obor Indonesia, 1998), hal Ketentuan-Ketentuan Pasal 27, Pasal 30 ayat (1) UUD Tahun 1945 tersebut mengenai hak-haknya warga negara dan ketentuan-ketentuan Pasal 28, 29 ayat (1) dan Pasal 34 Tahun UUD 1945 tersebut mengenai kedudukan warga negara, sedangkan Pasal 28A-28J yakni mengenai hak asasi manusia. UUD Tahun 1945 disusun atas dasar Pancasila dan berdasarkan kekeluargaan, sehingga sudah dengan sendirinya hak-hak asasi manusia akan mendapatkan tempat yang sewajarnya. Bahkan lebih dari pada itu tidak hanya sekedar merupakan hak saja bagi warga 4 Indonesia (B), Undang-Undang Dasar 1945, Pasal. 27,28,28A- 28J,29,30,31,dan Pasal 34. 3

4 negaranya tetapi juga terdapat kewajiban untuk menghormati hak-hak asasi orang lain. Demikianlah akhirnya oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam siding plenonya pada tanggal 10 Desember 1948 telah dapat diterima suatu Universal Declaration Of Human Rights. Dengan diterimanya Universal Declaration Of Human Rights oleh PBB tersebut, maka telah ada kriteria atau standar, atau ukuran yang bersifat internasional tentang hak-hakasasi manusia, walaupun pelaksanaannya diserahkan pada masing-masing negara. HAM merupakan hukum yang berlaku baik dalam situasi damai maupun dalam situasi konflik bersenjata (perang). Oleh sebab itu, perang tidak hanya melibatkan penerapan hukum humaniter saja, tetapi juga HAM. Baik Hukum Humaniter dan HAM saling melengkapi saat meletusnya konflik bersenjata. Sumber HI Pengertian sumber hukum dibedakan menjadi dua yaitu sumber hukum formal dan sumber hukum materiil. Sumber hukum formal adalah sumber hukum yang dilihat dari bentuknya, sedang sumber hukum materiil adalah segala sesuatu yang menentukan isi dari hukum. Menurut Starke, sumber hukum materiil hukum internasional diartikan sebagai bahan-bahan aktual yang digunakan oleh para ahli hukum internasional untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi suatu peristiwa atau situasi tertentu, apa yang disebut sumber materiil oleh Starke sama dengan apa yang kita maksudkan dengan sumber formal Definisi sumber materil : bahan bahan aktual yang dipergunakan hukum internasional, untuk menetapkan hukum yang berlaku bagi hal hal tertentu. Sumber sumber materiil adalah : 4

5 1. Kebiasaan. 2. Traktat. 3. Putusan pengadilan atau badan arbitrasi. 4. Karya karya yuridis. 5 Sumber sumber yang di pergunakan oleh Mahkamah Internasional dalam memutuskan masalah masalah hukum internasional tercantum dalam Piagam Mahkamah Internasional, Pasal (38), Paragraph 1, yaitu : 1. Traktat Internasional. 2. Kebiasaan Internasional, terbukti dalam praktik umum dan diterima sebagai hukum. 3. Asas asas umum hukum yang diakui oleh bangsa bangsa beradab. 4. putusan putusan hakim dan ajaran ajaran, publis publis yang tertangkap dari 5 Ibid., hal. 18 berbagai negara sebagai alat tambahan untuk penentuan hukum. 6 Jelas bahwa penggolongan sumber hukum internasional menurut pendapat para sarjana dan menurut Pasal 38 ayat (1) Satatuta Mahkamah Internasional terdapat perbedaan yaitu yang dapat dijelaskan berikut ini: 1. Pembagian menurut para sarjana telah memasukkan keputusan badan-badan arbitrase internasional sebagai sumber hukum sedangkan dalam Pasal 38 tidak disebutkan hal ini menurut Bour mauna 7 karena dalam praktik penyelesaian sengketa melalui badan arbitrase internasional hanya merupakan 6 Ibid., hal Boer Mauna, Hukum Internasional Pengertian, peranan dalam era Dinamika global (Bandung : Alumni, 2001). 5

6 pilihan hukum dan kesepakan para pihak pada perjanjian. aequo et bono ini berarti bahwa hakim dapat memutuskan 2. Penggolongan sumber hukum sengketa internasional internasional menurut para sarjana tidak mencantumkan prinsip-prinsip hukum umum sebagai salah satu sumber hukum, padahal sesuai prinsipprinsip hukum ini sangat penting bagi hakim sebagai bahan bagi Mahkamah Internasional untuk membentuk kaidah hukum baru apabila ternyata sumber hukum lainnya tidak dapat membantu Mahkamah Internasional untuk menyelesaikan suatu sengketa. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal 38 ayat (2) yang menyatakan bahwa: This propivisons shall not prejudice the power of the Court to decide a case ex aequo et bono, if the parties agree thereto. Asas ex berdasarkan rasa keadilannya (hati nurani) dan kebenaran. Namun sampai saat ini sangat disayangkan bawasannya asas ini belum pernah dipakai oleh hakim dalam Mahkamah Internasional. 3. Keputusan atau Ketetapan Organ-organ Internasional atau lembaga-lembaga lain tidak terdapat dalam Pasal 38, karena hal ini dinilai sama dengan perjanjian internasional Berdasarkan sifat daya ikatnya: sumber hukum internasional jika dibedakan berdasarkan sifat daya ikatnya maka dapat dibedakan menjadi sumber hukum primer dan sumber hukum subsider. Sumber hukum primer adalah sumber hukum yang sifatnya paling utama artinya sumber hukum ini dapat berdiri sendiri-sendiri meskipun tanpa 6

7 keberadaan sumber hukum yang lain. Sedangkan sumber hukum subsider diadakan oleh subjek hukum internasional yang menjadi merupakan sumber hukum tambahan yang baru mempunyai daya ikat bagi hakim dalam memutuskan perkara apabila anggota internasional. Dalam masyarakat hukum didukung oleh sumber hukum primer. Hal ini berarti bahwa sumber hukum subsider tidak dapat berdiri sendiri sebagaimana sumber hukum primer. Sumber hukum Primer dari hukum internasional meliputi: 1. Perjanjian Internasional internasional dewasa ini ada kecenderungan mengatur hukum perjanjian antara organisasi internasional atau antara organisasi internasional dengan subjek hukum internasional lain (International perjanjian Conventions), internasional secara tersendiri. Kecenderungan yang disebabkan oleh adalah perjanjian yang diadakan antara anggota masyarakat bangsa-bangsa dan bertujuan untuk mengakibatkan akibat hukum tertentu. 8 Dari batasan di atas jelaslah bahwa untuk dapat perkembangan yang pesat dari organisasi internasional di lapangan ini dan adanya ciri khusus perjanjian yang diadakan badan-badan demikian tampak misalnya dalam Konfrensi Internasional mengenai Hukum dinamakan perjanjian Perjanjian Internasional yang internasional, perjanjian itu harus 8 Mochtar Kusumaatmaja dan Etty R. Agoes, op.cit., hal

8 diadakan di Vienna pada tahun Kebiasaan International (International Custom), apakah setiap kebiasaan internasional itu merupakan kaidah hukum yakni ketentuan yang mengikat negaranegara dalam hubungan satu sama lain? Untuk menjawab pertanyaan ini, perlu melihat perumusan yang terdapat dalam Pasal 38 ayat (1) sub b yang Jelas kiranya, dari perumusan di atas bahwa tidak setiap kebiasaan internasional merupakan sumber hukum. Untuk dapat dikatakan bahwa kebiasaan internasional itu merupakan sumber hukum perlu terdapat unsur-unsur sebagai berikut : a. Harus terdapat suatu kebiasaan yang bersifat umum. mengatakan: International b. Kebiasaan itu harus diterima custom, as evidence of a general practice accepted as law. Artinya, hukum kebiasaan internasional yang merupakan kebiasaan umum yang diterima sebagai hukum Konfrensi Vienna tahun 1968 ini menghasilkan Konvensi Vienna mengenai hukum perjanjian, tahun 1969 (Vienna Convention on The Law of treaties, 1968) dan mulai berlaku 27 januari Mochtar Kusumaatmaja dan Etty sebagai hukum. 3. Prinsip Hukum Umum (General Principles of Law), sumber hukum yang ketiga menurut Pasal 38 ayat (1) Piagam Mahkamah Internasional ialah asas hukum umum yang diakui oleh negara negara beradab. Yang dimaksud dengan asas hukum umum ialah asas hukum R. agoes, op.cit. hal

9 yang mendasari sistem hukum modern. Yang dimaksud dengan sistem hukum modern ialah sistem hukum positif yang didasarkan atas asas dan lembaga mempunyai kedudukan yang sama tingginya atau yang satu tidak lebih tinggi atau lebih rendah kedudukannya dari sumber hukum yang lain. hukum negara barat yang untuk Sumber Hukum sebagian besar didasarkan atas asas dan lembaga hukum romawi. Oleh karena sumber hukum internasional nomor 1,2,3 merupakan sumber hukum primer maka Mahkamah Internasional dapat memutuskan suatu perkara yang diajukan kepadanya dengan berdasarkan sumber hukum nomor 1 saja, 2 saja, atau 3 saja. Namun perlu diketahui bahwa pemberian nomor 1, 2, 3 tidak menunjukan herarki dari sumber hukum tersebut. Artinya bahwa ketiga Subsider Bahwa yang termasuk sumber hukum tambahan dalam hukum internasional adalah: 4. Putusan pengadilan. 5. Pendapat para sarjana hukum internasional yang terkemuka. Oleh karena sumber hukum internasional nomor 4 dan 5 merupakan sumber hukum subsider maka Mahkamah Internasional tidak dapat memutuskan suatu perkara yang diajukan kepadanya dengan hanya berdasarkan sumber hukum nomor 4 saja, 5 saja, atau 4 dan 5 saja. Hal ini berarti bahwa kedua sumber hukum tersebut hanya bersifat menambah sumber hukum primer sehingga tidak dapat berdiri sendiri. sumber hukum tersebut 9

10 HAM Internasional Penandatanganan Magna Charta pada tahun 1215 dianggap sebagai perlindungan hak asasi manusia yang pertama, dalam kenyataannya isinya hanya memuat perlindungan hak kaum bangsawan dan kaum Gerejani. Oleh sebab itu, Magna Charta bukan merupakan awal dari sejarah hak hak asasi manusia. Pada abad 18 perkembangan sejarah perlindungan hak-hak asasi manusia cukup pesat seperti yang dialami oleh bangsa-bangsa Inggris, Perancis dan Amerika Serikat. Perjuangan rakyat di negara- negara tersebut sangat luar biasa dalam menghadapi kesewenangwenangan para penguasanya. Pertumbuhan ajaran demokrasi menjadikan sejarah perlindungan hak asasi manusia memiliki kaitan erat dengan usaha pembentukan tatanan negara hukum yang demokratis. Pembatasan kekuasaan penguasa dalam undang-undang termasuk konstitusi, negara harus melindungi hak yang melekat secara kodrati pada individu yang menjadi rakyatnya. Konvensi yang ditandatangani oleh lima belas Dewan anggota Eropa di Roma, pada tanggal 4 Nopember 1950, mengakui pernyataan umum hak-hak asasi manusia yang diproklamasikan Sidang Umum PBB 10 Desember 1948, konvensi tersebut berisi antara lain, pertama hak setiap orang atas hidup dilindungi oleh undang-undang, kedua menghilangkan hak hidup orang tak bertentangan, dan ketiga hak setiap orang untuk tidak dikenakan siksaan atau perlakuan tak berperikemanusiaan atau merendahkan martabat manusia. Menurut Myres Mc Dougal 11, yang mengembangkan suatu pendekatan terhadap hak asasi manusia yang sarat nilai dan berorientasi pada kebijakan, berdasarkan pada nilai luhur perlindungan terhadap martabat manusia. Tuntutan pemenuhan hak asasi manusia meliputi juga pengertian pemimpin suatu 11 tanggal 01 Oktober 2012 diakses 10

11 berasal dari pertukaran nilai-nilai intenasional yang luas dasarnya. Nilai-nilai ini dimanifestasikan oleh tuntunan-tuntunan yang berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan sosial, seperti rasa hormat, kekuasaan pencerahan, kesejahteraan, kesehatan, keterampilan, kasih sayang dan kejujuran. Semua nilai ini bersama-sama mendukung dan disahkan oleh, nilai luhur martabat manusia. Berdasarkan Piagam PBB Pasal 68 pada tahun 1946 telah terbentuk Komisi Hak-Hak Manusia ( Commission on Human Rights ) beranggota 18 orang. Komisi inilah yang pada akhirnya menghasilkan sebuah Deklarasi Universal tentang Hak-hak Asasi Manusia ( Universal Declaration of Human Rights ) yang dinyatakan diterima baik oleh sidang Umum PBB di Paris pada tanggal 10 Desember Sedangkan di Indonesia Hak hak Asasi Manusia, tercantum dalam UUD Tahun 1945 yang tertuang dalam pembukaan, dan pasal-pasalnya, Kemerdekaan adalah hak segala bangsa. Sebagai konsekuensinya penjajahan harus dihapuskan dari muka bumi karena tidak sesuai dengan perikemanusian dan prikeadilan. Kesadaran dunia internasional untuk melahirkan Deklarasi Universal tahun 1948 di Paris, yang memuat salah satu tujuannya adalah menggalakkan dan mendorong penghormatan terhadap Hak Asasi Manusia dan kebebasan asasi bagi semua orang tanpa membedakan ras, jenis kelamin, bahasa atau agama (pasal 1). Pasal tersebut diperkuat oleh ketentuan Pasal 55 dan Pasal 56 tentang kerja sama ekonomi dan sosial international, yang mengakui hak-hak universal HAM dan ikrar bersama-sama negara-negara anggota untuk kerja sama dengan PBB untuk tujuan tersebut. Organ-organ PBB yang lebih banyak berkiprah dalam memperjuangkan HAM di antaranya yang menonjol adalah Majelis Umum, Dewan ECOSOC, CHR, Komisi tentang Status Wanita, UNESCO 11

12 dan ILO. Hak Asasi Manusia merupakan suatu bentuk dari hukum alami bagi umat manusia, yakni terdapatnya sejumlah aturan yang dapat mendisiplinkan dan menilai tingkah laku setiap orang. Konsep ini disarikan dari berbagai ideologi dan filsafat, ajaran agama dan pandangan dunia, dan wilayah di mana kebuasan konflik bersenjata diperbolehkan. Dengan alasanalasan ini, kadang-kadang hukum humaniter disebut sebagai peraturan tentang perang berperikemanusiaan. Hukum humaniter mencoba untuk mengatur agar suatu perang dapat dilakukan dengan lebih terlambang dengan negara-negara itu dalam memperhatikan prinsip-prinsip suatu kode perilaku internasional. Dengan demikian, konsep hak asasi tidak lain adalah komitmen bangas-bangsa di dunia tentang pentingnya penghormatan terhadap sesamanya. kemanusiaan. Mohammed Bedjaoui mengatakan bahwa tujuan hukum humaniter adalah untuk memanusiawikan perang. Oleh karena itu, perkembangan hukum perang menjadi hukum sengketa bersenjata dan kemudian menjadi hukum humaniter Penghormatan HAM saat Konflik Bersenjata Hukum humaniter tidak dimaksudkan untuk melarang perang, atau untuk mengadakan undang-undang yang menentukan permainan perang, tetapi karena alasan-alasan perikemanusiaan untuk mengurangi atau membatasi penderitaan sebenarnya tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai oleh hukum humaniter tersebut, yaitu : Memberikan perlindungan terhadap kombatan maupun penduduk sipil dari penderitaan yang tidak perlu (unnecessary suffering). individu-individu dan untuk membatasi 12 Ibid 12

13 2. Menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka yang jatuh ke tangan musuh. Kombatan yang jatuh ke tangan asasi yang harus dihormati dan dijunjung tinggi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya istilah human, humanitarian, dan humanitarism. musuh harus dilindungi dan dirawat serta berhak diperlakukan sebagai tawanan perang. 3. Mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas. Di sini yang terpenting adalah asas kemanusiaan. Masuk dan dekatnya HAM dengan hukum humaniter terbukti pula dari makna humanitarian (kemanusiaan itu sendiri), sehingga pelanggaran hukum humaniter sama dengan melanggar berat HAM. Dalam Dasar Negara Indonesia Pancasila pun mengenal kemanusiaan yang adil dan beradab. Di titik ini, fokus, gerak, komitmen, kepedulian, semangat, beserta cita-citanya menempatkan manusia pada posisinya sebagai makhluk utama Tuhan yang memiliki hak utama dalam wujud hak Penutup Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan diatas, maka dapat ditarik benang merah Hubungan Hukum Humaniter dan HAM adalah Hukum Humaniter itu mewakili suatu keseimbangan antara kebutuhan kemanusiaan dan kebutuhan militer dari negara-negara. Seiring dengan berkembangnya komunitas internasional, sejumlah negara di seluruh dunia telah memberikan sumbangan atas perkembangan hukum humaniter internasional. Dewasa ini, hukum humaniter internasional diakui sebagai suatu sistem hukum yang benarbenar universal. Pada umumnya aturan tentang perang itu termuat dalam aturan tingkah laku, moral dan agama. Hukum untuk perlindungan bagi kelompok orang 13

14 tertentu selama sengketa bersenjata dapat ditelusuri kembali melalui sejarah di hampir semua Negara atau peradaban di dunia. Oleh karena itu, perkembangan hukum perang menjadi hukum sengketa bersenjata dan kemudian menjadi hukum humaniter sebenarnya tidak terlepas dari tujuan yang hendak dicapai oleh hukum humaniter tersebut, yaitu menjamin hak asasi manusia yang sangat fundamental bagi mereka yang jatuh ke tangan musuh. Kombatan yang jatuh ke tangan musuh harus dilindungi dan dirawat serta berhak diperlakukan sebagai tawanan perang, mencegah dilakukannya perang secara kejam tanpa mengenal batas, di sini yang terpenting adalah asas kemanusiaan. Masuk dan dekatnya HAM dengan Hukum Humaniter terbukti pula dari makna humanitarian (kemanusiaan itu sendiri), sehingga pelanggaran hukum humaniter sama dengan melanggar berat HAM. Penerapan HAM dalam konflik bersenjata Hukum humaniter internasional merupakan dasar dari hak asasi manusia, dalam arti bahwa hak asasi manusia merupakan bagian dari hukum humaniter. Hukum humaniter lebih dahulu daripada hak asasi manusia dan dikembangkan setelah hukum humaniter internasional. Hukum humaniter internasional mengatur sengketa bersenjata antara negara dengan kesatuan lainnya, sedangkan hak asasi manusia mengatur hubungan antara pemerintah dengan warga negara di dalam negara tersebut. Hukum humaniter internasional beralaku pada saat perang atau pada masa sengketa bersenjata, sedangkan hak asasi manusia berlaku pada saat damai. Hukum humaniter internasional melindungi mereka yang tidak mampu terus berperang atau yang sama sekali tidak turut bertempur, yaitu penduduk sipil. Dalam hukum humaniter yang terpenting adalah prinsip penghormatan jiwa manusia, kebebasan dan 14

15 keamanan pribadi yang dirumuskan sekaligus dalam pengertian perlindungan, perawatan dan bantuan yang diberikan kepada para korban sengketa bersenjata. Prinsip kemanusiaan, penghormatan jiwa, kebebasan dan keamanan pribadi dan prinsip perlindungan para korban kejahatan dan atau penyalahgunaan kekuasaan, serta ketentuan khusus bagi perlindungan kelompokkelompok rentan dapat ditemukan dalam hukum hak asasi manusia dan dalam hukum humaniter. Daftar Pustaka A. Peraturan Perundang-Undangan Indonesia... Undang-Undang Dasar Tahun Undang-Undang Tentang Hak Asasi Manusia. UU No. 39 Tahun Undang-Undang Tentang Peradilan Hak Asasi Manusia. UU No. 26 Tahun 2000 B. Buku. Kusumaatmaja Mochtar, Agoes R. Etty. Pengantar Hukum Internasional : PT. Alumni, Suprapto R. Hubungan Internasional Sistem, Interaksi dan Perilaku. Cet. I. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1997 Baehr Peter R. Hak-hak Asasi Manusia Dalam Politik Luar Negeri. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, AK. Syahmin. Hukum Internasional Humaniter bagian 1 umum. Bandung : Armico, Haryomataram KGPH. Pengantar Hukum Humaniter. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, Pusham UII. Hukum Hak Asasi Manusia. Yogyakarta : Pusham UII, Nussbaum Arthur, Admawiria Suhaedi Sam. Sejarah Hukum Internasional. Bandung : Tjikapundung, Nasution Buyung Adnan, M. Zen A. Patra. Instrumen Internasional Pokok Hak Asasi Manusia. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia,

16 Azra Azumardi. Demokrasi, Hak Asasi Manusia Madani. Jakarta : Prenada Media, Rover C. de. Acuan Universal Penegakan HAM. Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, C. Lain-lain Universal Declaration of Human Rights. Johnpau.wordpress.com. tanggal 30 September Diakses Diakses tanggal 01 Oktober Diakses tanggal 01 Oktober Gudangilmu03.blogspot.com. tanggal 01 Oktober Diakses Diakses tanggal 01 Oktober Id.shvoong.com. Diakses tanggal 01 Oktober Imadekariada.blogspot.com. tanggal 01 Oktober Diakses Diakses tanggal 07 Oktober