Kesiapan Lembaga Penyiaran Menyongsong Penerapan Kebijakan Penyiaran Digital
|
|
- Handoko Kusumo
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Kesiapan Lembaga Penyiaran Menyongsong Penerapan Kebijakan Penyiaran Digital Suhariyanto Abstract : The phenomenon of digital broadcasting can no longer dammed, more and more institutions are asking permission for the organization of broadcasting, but because of the limited television channels resulted in the government can not issue new licenses for television broadcasting. The solution to it all is to use digital technology, compared to analog technology that one can only use one frequency channel, so with this digital technology, a frequency can be used six to eight channels.. Keywords : Digital Broadcasting, Analog, Frequency, Television PENDAHULUAN Kebutuhan implementasi model digital dalam dunia penyiaran merupakan keniscayaan untuk memenuhi tuntutan perkembangan globalisasi teknologi. Perkembangan dunia penyiaran di Indonesia terlihat sejak dikeluarkannya Undang-undang No. 32 tahun 2002 tentang penyiaran dengan munculnya paradigma baru Desentralisasi dan Demokratisasi mengubah paradigma lama Sentralisasi. Implementasi dari amanat Undang-undang penyiaran tersebut lebih mengedepankan tumbuhnya program lokal (diversity of content) dan tumbunya kepemilikan lembaga penyiaran di berbagai daerah (diversity ownership). Peluang untuk berkembangnya lembaga penyiaran radio maupun televisi diberbagai daerah semakin terbuka luas. Minat masyarakat untuk mendirikan stasiun penyiaran radio dan televisi semakin banyak. Tidak hanya di kota-kota besar namun juga dipelosok-pelosok daerah kini bermunculan lembaga penyiaran radio dan televisi termasuk jenis lembaga penyiaran komunitas. Tahun 2008 tercatat 11 stasiun penyiaran televisi berizin siaran nasional, 97 televisi berizin siaran lokal (regional), 30 televisi berlangganan. Selain itu masih terdapat sekitar 300 izin baru tak tertampung karena tidak tersedia kanal TV (kompas 23 oktober 2008). Spektrum frekuensi merupakan sumber daya yang sangat terbatas terutama kondisi saat ini masih menggunakan teknologi analog yang sangat memboroskan spektrum frekuensi. Sudah selayaknya digantikan dengan teknologi Suharyanto adalah Dosen Fakultas Ilmu Komputer UDINUS Semarang 53
2 54 Techno.Com, Vol. 7 No. 3, Nop 2008 digital yang sudah terbukti bisa meningkatkan efesiensi. Dengan teknologi digital problematika kekurangan kanal dalam penyiaran akan dapat teratasi atau tertampung. Keunggulan Teknologi Digital Keunggulan utama dari sistem digital adalah pengguanaan spektrum frekuensi yang efisien. Jika dengan teknologi analog 1 frekuensi hanya dapat digunakan untuk 1 kanal transmisi. Dengan sisitem digital untuk penyiaran TV, 1 frekuensi dapat digunakan untuk memancarkan sebanyak 6 hingga 8 kanal transmisi sekaligus dengan program yang berbeda. Sedangkan untuk penyiaran radio, 1 kanal frekuensi digital dapat dipakai untuk 28 program siaran. Kualitas gambar dan suara lebih prima tidak noise dan tidak terjadi gambar bayangan (ghost) serta kebutuhan daya pemancar yang relatif lebih hemat. Efisiensi dari sistim digital juga berupa penggunaan satu tower yang dapat dipakai secara bersama sehingga lebih hemat biaya pembangunan tower. Yang menjadi permasalahan bagi stasiun penyiaran yang sudah eksis bersiaran masing-masing mendirikan tower sehingga jika harus dilakukan penggabungan maka akan terjadi pemusnahan tower. Pada hal aset untuk mendirikan tower nilainya tidak sedikit. Teknis Operasional Penyiaran Digital Sistim penyiaran TV digital bukanlah teknologi baru. Pada pertengahan tahun 90 an, siaran televisi lewat satelit (DVB-S) dan siaran kabel (DVB-C) telah menggunakan teknologi digital. Penyiaran tersebut dianggap sukses maka pada awal tahun 2000 an mulai dicoba penyiaran digital pada pita VHF dan UHF yang selama ini menggunakan sistem analog. Pada awal pengoperasian sistem digital dapat dilakukan bersamaan dengan siaran analog atau secara simulcast. Negara Belanda dan Italia yang lebih dulu melakukan uji coba siaran TV Digital dan saat ini sudah berada pada era digitalisasi. Di Jerman migrasi ke digital tahun 2003 (Berlin) dan tahun 2005 (Munich). Inggris uji coba mematikan beberapa siaran analog tahun 2005, dan secara total akan mematikan analog (cut off analog) tahun Amerika akan menyatakan hari selamat tinggal TV analog tahun 2009 dan Perancis pada tahun 2010 cut off analog. Jepang era digitalisasi penyiaran (cut off analog) pada tahun 2011 dan saat itu pula pabrik analog ditutup. Sementara di Indonesia pertama kali melakukan uji coba siara TV digital pada 13 Agustus 2008 yaitu TVRI pusat Jakarta. Sedang untuk penyiaran radio telah dilakukan uji coba siaran digital yaitu Radio Delta Insani Jakarta (99.1 MHz) dan Radio Suara Sangkakala Surabaya (1.06 MHz). Teknis operasional penyiaran radio akan dilakukan pada band III dengan lebar pita 7 MHz. 1 kanal frekuensi digital penyiaran radio dapat dipakai 28 program siaran. Rencana pemerintah akan akan memberikan 2 kanal frekuensi pada setiap wilayah siaran. Berarti setiap wilayah bisa dipakai untuk 56 program siaran. Penyiaran radio digital menurut rencana juga akan dikembangkan pada band II yang saat ini diapakai TV VHF. Sedangkan TV VHF yang kini masih ditempati oleh TVRI nantinya seluruhnya akan dipindahkan ke kanal UHF. Untuk penyiaran TV digital akan dilakukan pada band IV dan V dengan lebar pita 8 MHz. 1 kanal frekuensi digital penyiaran TV dapat dipakai 6 program siaran. Setiap wilayah siaran akan diberikan 6 kanal frekuensi. Berarti nantinya setiap wilayah siaran bisa mendapatkan 36 program siaran. Dengan demikian problematika yang saat ini
3 Kesiapan Lembaga Penyiaran (Suharyanto) 55 banyak lembaga penyiaran yang tidak mendapatkan kanal analog, pada era digital nanti dapat teratasi atau tertampung pada kanal frekuensi digital. Kebijakan Pemerintah dan Standarisasi Digital Sistim penyiaran digital yang dipakai oleh berbagai negara terdiri dari DVB-T (Digital Video Broadcasting- Terresterial, standar Eropa), ATSC (Advanced Television Systems Committee, standar Amerika Utara), ISDB-T (Integrated Srevices Digital Broadcasting, standar Jepang), DMB-T/H (Digital Multimedia Broadcast-Terresterail, standar China). Kini sebagian besar negara maju dan berkembang telah memilih sistemnya sendiri dan mulai melakukan siaran secara rutin. Indonesia telah memilih sistem DVB-T seperti yang btelah ditetapkan pada Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika No.07/P/M.Kominfo/3/2007 tanggal 21 Maret 2007 tentang standar penyiaran digital teresterial untuk televisi tidak bergerak. Untuk penyiaran Radio akan menggunakan standar T-DAB (Terresterial Digital Audio Broadcast) yang saat ini masih dalam pengkajian. Migrasi dari analog ke digital di Indonesia akan dilakukan dalam 3 tahap yang kini telah ditetapkan oleh pemerintah. Tahap I tahun meliputi akan dilakukan moratorium perizinan penyiaran analog, Pengenalan televisi digital, Pereode simulcast atau lembaga penyiaran menyiarkan analog bersamaan dengan digital, Migrasi secara selektif di kota-kota besar. TahapII tahun yaitu Seluruh penyiaran analog pindah ke digital khusus di kota besar dan beberapa daerah pilihan, Memulai izin baru dalam kontek pe nyiaran digital. Tahap III tahun 2017, Seluruh penyiaran telah migrasi ke digital (cut off analog), Selamat Tinggal Penyiaran Analog menuju Era Digital Dalam siaran digital di Indonesia mengharuskan adanya pemisahan antara stasiun telvisi sebagai content provider dan penyedia jaringan sebagai network provider. Selama ini dalam sistim analog stasiun penyiaran yang mengelola sendiri program dan jaringan karena satu kanal frekuensi ditempati satu stasiun televisi. Dalam sistem digital satu kanal frekuensi ditempati lebih dari satu stasiun televisi bisa mencapai enam stasiun televisi, sementara pemilik kanal adalah pihak lain. Untuk itu pemerintah akan membentuk 2 kelembagaan yaitu Penyedia Infrastruktur (Network Provider) dan Penyedia Program (Content Provider). Network Provider adalah Lembaga atau Perusahaan yang diberikan izin untuk menyediakan infrastruktur/ hard ware/ jaringan penyiaran digital. Content Provider adalah Lembaga yang dberikan izin untuk menyiarkan siarannya melalui kanal program yang disediakan oleh penyelenggara infrastruktur. Menyikapi Regulasi Kebijakan pemerintah untuk membentuk Network Provider dan Content Provider dalam penyiaran digital diperlukan kearifan dan keadlian. Siapakah yang berhak menjadi network provider dan content provider? akan terkait de ngan kewenangan yang diharapkan tidak merugikan pihak lain. Jangan sampai terjadi penyalah gunaan kewenangan atau mengekploitasi untuk kepentingan keuntungan bisnis golongan tertentu.
4 56 Techno.Com, Vol. 7 No. 3, Nop 2008 Regulasi hendaknya lebih mengedapankan semangat amanat undang-undang No.32 tahun 2002 tentang penyiaran yang mengarah pada Desentralisai dan Demokratisasi. Untuk itu Diversity of content dan Diversity ownership menjadi salah satu pertimbangan dalam menentukan regulasi bukan lagi semangat sentralisasi yang memilki kekuatan untuk memonopoli. Akan lebih baik jika dibentuk konsorsium televisi lokal untuk membentuk network provider untuk menghindarkan adanya ekploitasi terhadap content provider. Dengan adanya konsorsium dalam mengelola sebuah kanal akan lebih efektif dan efesien karena semua anggota dari kanal tersebut sama-sama merasa memiliki kanal sehingga dapat meminimalkan konflik. Pembahasan regulasi yang kini sedang diproses oleh pemerintah perlu melibatkan Komisi Penyiaran Indonesia Daerah, KPID dan Badan Pengkajian dan Penarapan Teknologi, BPPT serta masukan dari kalangan lembaga penyiaran. Diharapkan regulasi dapat menjamin keadilan, kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. Kesiapan Lembaga Penyiaran dan Problematika Digital Secara teknis dalam penyiaran digital diperlukan pengadaan perangkat penunjang untuk penyiaran televisi digital berupa Set Top Box (STB) yang ditambahkan pada penerima televisi analog agar dapat menerima siaran digital. Pada penyiaran radio antara lain dikenal IBOC (in band on channel) yaitu sistem ganda analog dan digital. Permasalahan yang timbul akankah semua pendengar atau pemirsa mampu membeli peralatan tambahan agar bisa menikmati siaran digital. Bagaimana dengan masyarakat yang tergolong miskin akankah berhak menikmati siaran digital karena ketidak mampuannya secara ekonomis membeli peralatan tambahan. Berapa harga peralatan tambahan tersebut juga belum diketahui, ada yang menyebutkan untuk sebuah set top box seharga sekitar dua ratus ribu rupiah. Bagi rakyat miskin kiranya perlu adanya subsidi dari pemerintah sehingga dapat menikmati siaran digital. Bagi lembaga penyiaran tentunya akan ada perubahan transmisi yang dulunya analog diganti dengan peralatan transmisi digital yang memerlukan tambahan investasi. Jika ada kebijakan penggabungan tower, bagi stasiun penyiaran yang sudah eksis mengalami problem akan dikemanakan investasi mahal tower yang sudah berdiri, akankah dirobohkan yang memerlukan biaya lagi. Untuk stasiun penyiaran yang akan berdiri tidak mengalami permasalahan, justru akan lebih hemat biaya karena bisa bergabung tower dengan pihak lain. Berkembangnya teknologi yang sangat cepat berisiko terhadap seringnya penggantian peralatan yang mengakibatkan biaya tinggi. Sumber daya manusia dari segi kuantitas dan kualitas masih terbatas terutama dalam menyambut era digital diperlukan pelatihan secara berkelanjutan. Diperkirakan saat ini lembaga penyiaran lokal belum siap karena banyak yang belum memahami penyiaran digital ditambah regulasi yang belum jelas sehingga masih banyak yang bertanya langkah apa yang akan ditempuh. Oleh karena pemerintah maupun KPID sebagai lembaga yang juga memiliki fungsi dan tugas ikut serta membina lembaga penyiaran perlu melakukan sosialisai dan diseminasi secara intensif. Penyiaran digital juga perlu disosialisasikan kepada masyarakat (pendengar dan pemirsa) sehingga road map migrasi ke digital yang direncanakan pemerintah dapat terwujud sesuai dengan jadwal yang ditentukan. Lembaga penyiaran yang tidak mendapatkan kanal kini memilki peluang untuk mempersiapkan diri mengambil kanal baru digital lewat perizinan penyiaran digital. Mengingat saat ini masih banyak dijumpai penyiaran radio
5 Kesiapan Lembaga Penyiaran (Suharyanto) 57 yang tidak sesuai kanal, radio ilegal serta masih banyak masyarakat yang ingin mendirikan lembaga penyiaran televisi baru. Disisi lain akan terbuka peluang bisnis baru yaitu terbentuknya Penyedia Isi Program (Content Provider), Penyedia Jaringan (Network Provider), Pelayanan Pemasangan Peralatan (Service Provider), Perusahaan Penyedia Perangakat Digital (Electronic Manucfactures) dan sebagainya. Berdirnya lembaga penyiaran dan terbukanya peluang bisnis baru dapat membuka lapangan pekerjaan atau menyerap tenaga kerja lebih banyak yang berarti dapat mengurangi pengangguran. PENUTUP Menyongsong penerapan kebijakan penyiaran digital menuntut lembaga penyiaran radio dan televisi untuk mempersiapkan diri baik secara teknis maupun non teknis. Sikap aktif dari lembaga penyiaran diperlukan dalam maintenance management, kemampuan skil sumberdaya manusia, serta kesiapan dalam mengemas program. Dalam era digital nanti satu kanal dapat diisi dengan berbagai program serta berbagai ragam fiture diantaranya terdapat sinyal data yang bisa dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan masyarakat. Misalnya data multi bahasa (multi lingual), subtitling, data streaming untuk teletex (digital) dan jenis informasi lainnya. Bahkan Penyiaran Radio bisa terlihat gambar tidak bergerak serta data informasi sehingga pendengar dan pemirsa dimanjakan dengan model dan fiture dari penyiaran digital. Bagi lembaga penyiaran yang tidak siap bersaing dalam sistem penyiaran digital akan ditinggalkan oleh penggemarnya yang akhirnya akan mati secara alamiah. Kita sambut penyiaran digital semoga lembaga penyiaran terutama di Jawa Tengah sukses dan dapat memberikan kemakmuran dan kesejahteraan masyarakat. DAFTAR PUSTAKA 1. Undang-undang Republik Indonesia No. 32 Tahun Donow, K.R. & Miles, P.(1999). A Web of Sound: The Fruitful Convergence of Radio, Audio, and the Internet, Media Studies Journal, vol.13, no. 2, Spring/Summer Feldman, T. (1997). An Introduction to Digital Media, London: Routledge.
Perubahan lingkungan eksternal. 1. Pasar TV analog yang sudah jenuh. 2. Kompetisi dengan sistem penyiaran satelit dan kabel. Perkembangan teknologi
Televisi digital atau penyiaran digital adalah jenis televisi yang menggunakan modulasi digital dan sistem kompresi untuk menyiarkan sinyal video, audio, dan data ke pesawat televisi. Alasan pengembangan
Lebih terperinciTEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM
TEKNOLOGI & FREKUENSI PENYIARAN MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM APA YANG TERJADI KETIKA FREKUENSI TIDAK DIATUR? Harmful interference audience Tayangan Lembaga Media ACUAN PENGATURAN FREKUENSI
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah. Kehadiran siaran televisi digital di Indonesia sudah merupakan sesuatu yang tidak dapat ditolak lagi keberadaannya. Televisi digital merupakan etape akhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari perkembangan siaran TV (Televisi) di Indonesia diperoleh bahwa TV merupakan suatu media informasi yang sangat strategis dan efektif bagi masyarakat untuk mendapatkan
Lebih terperinciSiaran Televisi Digital Indonesia Siap Dinikma5
SiaranTelevisiDigitalIndonesiaSiapDinikma5 Selasa,3Maret200916:25WIB Jakarta,(ANTARANews) SiarantelevisidigitalIndonesiasudahmulaibisa dinikmaj konsumen atau sesuai target semula yang akan diujicobakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Saat ini dunia berada dalam era globalisasi informasi. Ramalan Marshall McLuhan pada tahun 1960-an bahwa kehidupan dunia akan merupakan suatu kehidupan desa yang mendunia
Lebih terperinciREPUBLIK INDONESIA PERATURAN TENTANG MAHA ESA. non-teknis. Lembaran. Indonesia. Nomor 4252); Tambahan. Nomor 3981); Nomor 4485); Nomor 4566);
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 27 /P/M.KOMINFO/8/2008 TENTANG UJI COBA LAPANGANN PENYELENGGARAAN SIARAN TELEVISI
Lebih terperinciTeknologi & frekuensi Penyiaran. Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom
Teknologi & frekuensi Penyiaran Muhammad Irawan Saputra, S.I.Kom., M.I.Kom Apa yang terjadi ketika frekuensi tidak diatur? Harmful interference audience Tayangan Lembaga Media Acuan Pengaturan Frekuensi
Lebih terperinciBERITA NEGARA. No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan.
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.747, 2011 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Televisi Digital Terestrial. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciCara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat
Cara Kerja Exciter Pemancar Televisi Analog Channel 39 di LPP (Lembaga Penyiaran Publik) Stasiun Transmisi Joglo Jakarta Barat Yogo Tri Saputro 17411549 Teknik Elektro Latar Belakang Pada dasarnya pemancar
Lebih terperinciBerdasarkan undang-undang, stasiun televisi di seluruh negara harus. memindahkan siaran mereka dari sistem analog ke digital pada tanggal 17 Februari
Era menuju ke televisi digital (DTV) telah tiba. Bersiaplah menuju televisi yang lebih baik secara dramatis. Berdasarkan undang-undang, stasiun televisi di seluruh negara harus memindahkan siaran mereka
Lebih terperinciStasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran
Stasiun Relay, Interferensi Siaran&Stándar Penyiaran Stasiun Relay Fungsi stasiun relay : menerima gelombang elektromagnetik dari stasiun pemancar, kemudian memancar luaskan gelombang itu didaerahnya.
Lebih terperinciBAB II SISTEM SIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL 2.1 MODEL BISNIS SISTEM SIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL
BAB II SISTEM SIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL 2.1 MODEL BISNIS SISTEM SIARAN TV DIGITAL TERESTRIAL Penyiaran televisi digital terestrial secara umum didefinisikan sebagai pengambilan atau penyimpanan gambar
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.773, 2012 KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penggunaan Pita Spektrum. Frekuensi. Radio Ultra High Frequency. Transisi. Televisi. Digital Terestrial. PERATURAN
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G
DRAFT PERATURAN MENTERI PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR TAHUN 2013 T E N T A N G PENYELENGGARAAN PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL DAN PENYIARAN MULTIPLEKSING MELALUI SISTEM TERESTRIAL
Lebih terperinciProses Penyiaran TV Digital Dengan Teknologi DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terestrial) di LPP TVRI Jakarta.
Proses Penyiaran TV Digital Dengan Teknologi DVB-T (Digital Video Broadcasting-Terestrial) di LPP TVRI Jakarta. Nama : Tisnandi NPM : 15409644 Jurusan : TEKNIK ELEKTRO Dosen Pembimbing : Dr. Hamzah Afandi.,
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
No.682, 2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Pita Spektrum. Frekuensi Radio. Transisi. Televisi. Digital Terestrial. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Lebih terperinciTINJAUAN TERHADAP MODEL BISNIS PENYELENGGARAAN PENYIARAN TV DIGITAL
TINJAUAN TERHADAP MODEL BISNIS PENYELENGGARAAN PENYIARAN TV DIGITAL Daniel P. Hutabarat Jurusan Sistem Komputer, Fakultas Ilmu Komputer, Universitas Bina Nusantara, Jln. K.H. Syahdan No. 9, Kemanggisan,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi di bidang informasi berkembang dengan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi di bidang informasi berkembang dengan pesat. Berbagai fasilitas untuk mendapatkan informasi secara cepat pada media cetak meliputi surat kabar,
Lebih terperinciBAB II TEKNOLOGI DVB-H
BAB II TEKNOLOGI DVB-H 2.1. Pendahuluan Mobile TV adalah pengiriman kanal TV ke terminal pelanggan baik terminal berupa handset, PDA atau sejenisnya. Mobile TV terminal didesign untuk digunakan sesuai
Lebih terperinciDIGITAL VIDEO BROADCASTING (DVB) ERA MODERN PENYIARAN TV
MATA KULIAH MANAJEMEN BISNIS ICT TUGAS KELOMPOK 6 RANIDA PRADITA 55416110009 MARDIYAN DAMA 55416110021 SIGIT WIBAWA 55416110030 DIGITAL VIDEO BROADCASTING (DVB) ERA MODERN PENYIARAN TV DIGITAL VIDEO BROADCASTING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Radio Republik Indonesia (RRI) adalah Lembaga Penyiaran Publik. Milik Bangsa. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Radio Republik Indonesia (RRI) adalah Lembaga Penyiaran Publik Milik Bangsa. Dengan disahkannya Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran, RRI saat
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 23/PER/M.KOMINFO/11/2011 TENTANG RENCANA INDUK (MASTERPLAN) FREKUENSI RADIO UNTUK KEPERLUAN TELEVISI SIARAN DIGITAL TERESTRIAL PADA
Lebih terperinciMenuju Indonesia TV Digital 2018: Bisnis vs Regulasi
Menuju Indonesia TV Digital 2018: Bisnis vs Regulasi Fahrul Pradhana Putra Magister Teknik Informatika, Program Pascasarjana, Universitas Dian Nuswantoro, Semarang E-mail : fahrulpradana@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciTINJAUAN TERHADAP PERHITUNGAN BIAYA HAK PENGGUNAAN FREKUENSI RADIO UNTUK TELEVISI DIGITAL TERESTRIAL DI INDONESIA
TINJAUAN TERHADAP PERHITUNGAN BIAYA HAK PENGGUNAAN FREKUENSI RADIO UNTUK TELEVISI DIGITAL TERESTRIAL DI INDONESIA Daniel PH Computer Engineering Department, Faculty of Engineering, Binus University Jl.
Lebih terperinciSebelum melaksanakan riset rating ada beberapa faktor yang perlu
Riset Penyiaran A. RISET RATING Peringkat Program atau rating menjadi hal yang sangat penting bagi pengelola stasiun penyiaran komersial. Perusahaan atau lembaga rating menyediakan jasa kepada stasiun
Lebih terperinciPeluang dan Tantangan Industri Media dan Konten Prospek Bisnis Penyiaran di Indonesia yang Dipengaruhi Kemajuan Teknologi
KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIA REPUBLIK INDONESIA Peluang dan Tantangan Industri Media dan Konten Prospek Bisnis Penyiaran di Indonesia yang Dipengaruhi Kemajuan Teknologi Rakornas KADIN Bidang
Lebih terperinciDEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA
DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA LAPORAN SINGKAT RAPAT DENGAR PENDAPAT UMUM (RDPU) BADAN LEGISLASI DPR RI DALAM RANGKA PENGHARMONISASIAN, PEMBULATAN, DAN PEMANTAPAN KONSEPSI RUU TENTANG PENYIARAN
Lebih terperinciBAB III PERANCANGAN SFN
BAB III PERANCANGAN SFN 3.1 KARAKTERISTIK DASAR SFN Kemampuan dari COFDM untuk mengatasi interferensi multipath, memungkinkan teknologi DVB-T untuk mendistribusikan program ke seluruh transmitter dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan Televisi Siaran Analog pada pita Ultra High Frequency dan sesuai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah jenis media massa yang hingga saat ini diminati masyarakat luas, dikarenakan sifatnya yang audio visual sehingga masyarakat dapat merasakan apa yang
Lebih terperinciKEBIJAKAN PENYIARAN NASIONAL
KEBIJAKAN PENYIARAN NASIONAL BAMBANG SUBIJANTORO PLT. DIREKTUR JENDERAL SARANA KOMUNIKASI DAN DISEMINASI INFORMASI DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA RI PENYIARAN NASIONAL UU 32/2002 Untuk menjaga integrasi
Lebih terperinciDasar- dasar Penyiaran
Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran SPEKTRUM FREKUENSI TELEVISI PROSES PENGIRIMAN SINYAL TELEVISI PROSES PENERIMAAN SINYAL TELEVISI Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PERMASALAHAN Perkembangan teknologi digital khususnya Siaran Televisi digital di Indonesia sudah tidak dapat dihindari lagi keberadaannya. Sistem penyiaran digital
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sistem radio digital (Digital Audio Broadcasting, DAB, sekarang ini lazim
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sistem radio digital (Digital Audio Broadcasting, DAB, sekarang ini lazim disebut dengan radio digital) sangat inovatif dan merupakan sistem penyiaran multimedia
Lebih terperinciMULTIPLEXING DE MULTIPLEXING
MULTIPLEXING DE MULTIPLEXING Adri Priadana ilkomadri.com MULTIPLEXING DAN DEMULTIPLEXING MULTIPLEXING Adalah teknik menggabungkan beberapa sinyal untuk dikirimkan secara bersamaan pada suatu kanal transmisi.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Jaringan POTS (Plain old telephone service) yang saat ini tersambung dengan kabel tembaga tidak mengahasilkan pendapatan yang signifikan bagi penyedia jaringan.
Lebih terperinciDampak Konvergensi terhadap Regulasi TIK. Khamami Herusantoso Semiloka ISKI Bandung 27 Agustus 2008
Dampak Konvergensi terhadap Regulasi TIK Khamami Herusantoso Semiloka ISKI Bandung 27 Agustus 2008 Outline Definisi Konvergensi Dampak Konvergensi Regulasi TIK saat ini Antisipasi Konvergensi terhadap
Lebih terperinciRESUME PENYIARAN TV DIGITAL
RESUME PENYIARAN TV DIGITAL PBB KESEPAKATAN DUNIA Road TV Digital Indonesia 103 IPP Terbengkalai 24 September 2014 IMPLEMENTASI > 85% ASO: ü USA ü EROPA ü ASIA ü dll Bagaimana dengan RI Sebagai Anggota
Lebih terperinciDasar-dasar Penyiaran
Modul ke: Dasar-dasar Penyiaran Gelombang Electro Magnetic & Pengaturan Frekuensi Fakultas Ilmu Komunikasi Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi Broadcasting Gelombang Electro Magnetic Gelombang
Lebih terperinciBAB 1. PENDAHULUAN. Pada dekade akhir-akhir ini, pertumbuhan dari satellite service, perkembangan
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dekade akhir-akhir ini, pertumbuhan dari satellite service, perkembangan digital cable, inovasi HDTV dan IPTV telah banyak berpengaruh dalam perkembangan teknologi
Lebih terperinciKARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS. Nama : Ahmad Hermantiyo NIM :
KARYA ILMIYAH LINGKUNGAN BISNIS Nama : Ahmad Hermantiyo NIM : 10.12.4809 Stimik Amikom Yogyakarta 2010/2011 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Suatu titik terang yang bermula pada suatu kesederhanaan
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pendahuluan Perkembangan antenna saat ini semakin berkembang terutama untuk system komunikasi. Antenna adalah salah satu dari beberapa komponen yang paling kritis. Perancangan
Lebih terperinciModul ke: Direktorat Teknik. Fakultas FIKOM. Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting.
Modul ke: Direktorat Teknik Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting www.mercubuana.ac.id Departemen On Air Penyiaran On Air Broadcast atau Master Control Room stasiun televisi atau
Lebih terperinciBERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA
BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1351, 2014 KEMENKOMINFO. Frekuensi Radio. Telekomunikasi Khusus. Televisi. Ultra High Frequency. Rencana Induk. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
Lebih terperinciINDEKS PERATURAN MENTERI KOMINFO TAHUN No. Permen Tentang Ket
INDEKS PERATURAN MENTERI KOMINFO TAHUN 2009 No. Permen Tentang Ket 1. Permenkominfo No. 01/P/M.KOMINFO/01/2009 2. Permenkominfo No. 02/P/M.KOMINFO/01/2009 3. Permenkominfo No. 03/P/M.KOMINFO/01/2009 4.
Lebih terperinciAnalisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2014) 1-5 1 Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis Nezya Nabillah Permata dan Endroyono Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinciKAJIAN KESIAPAN TRANSISI SISTEM TELEVISI ANALOG KE SISTEM TELEVISI DIGITAL (STUDI KASUS DI BANDA ACEH)
KAJIAN KESIAPAN TRANSISI SISTEM TELEVISI ANALOG KE SISTEM TELEVISI DIGITAL (STUDI KASUS DI BANDA ACEH) Rizal Munadi 1), Hubbul Walidainy 2), M. Irhamsyah 3), Ahmad Ryan Hafidh 4) 1,2,3) Wireless and Networking
Lebih terperinciDAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI RI TAHUN 2013
DAFTAR INFORMASI PUBLIK INFORMASI YANG WAJIB TERSEDIA SETIAP SAAT PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI RI TAHUN 2013 1 2 3 4 Penyediaan Jasa Akses Internet Pada Wilayah Pelayanan Universal Telekomunikasi Internet
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN LAYANAN TELEVISI PROTOKOL INTERNET (INTERNET PROTOCOL TELEVISION) DENGAN RAHMAT TUHAN
Lebih terperinciDasar- dasar Penyiaran
Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran STASIUN RELAY SISTEM SATELIT CARA KERJA STASIUN RELAY DAN SATELIT Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Template Modul
Lebih terperinciBAB II PENGATURAN TENTANG PENYIARAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN
BAB II PENGATURAN TENTANG PENYIARAN DI INDONESIA BERDASARKAN UNDANG UNDANG PENYIARAN NOMOR 32 TAHUN 2002 TENTANG PENYIARAN A. Peraturan Perundang-Undangan tentang Perizinan Bagi Lembaga Penyiaran Dalam
Lebih terperinciPengaruh Globalisasi
DAKWAH PENCERAHAN DI BIDANG MEDIA Muchlas Ketua Majelis Pustaka dan Informasi Pimpinan Pusat Muhammadiyah PENGAJIAN RAMADHAN 1435 H PIMPINAN PUSAT MUHAMMADIYAH Yogyakarta, 4 s.d. 6 Ramadhan 1435 H/1 s.d.
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG
Update Pembahasan 2015 PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2016 TENTANG UJI COBA LAPANGAN TEKNOLOGI TELEKOMUNIKASI, INFORMATIKA, DAN PENYIARAN UNTUK KEPERLUAN MASA
Lebih terperinciSistem Pemancar Televisi
Akhmad Rudyanto Putu Rio Aditya Linda Wulandari Yuli Fitriani 2207.100.624 2207.100.638 2207.100.645 2207.100.649 1 Sistem Pemancar Televisi Memancarkan sinyal RF (audio & video) melalui gelombang elektromagnetik
Lebih terperinci13. Peraturan Menteri Komunikasi dan Informatika
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN TELEVISI SECARA DIGITAL DAN PENYIARAN MULTIPLEKSING MELALUI SISTEM TERESTRIAL
Lebih terperinciCONVERGENCE MEDIA. Toward Knowledge Based Society
CONVERGENCE MEDIA Toward Knowledge Based Society CDMA GSM/UMTS IEEE Cellular IEEE LAN 2G CDMA (IS-95A) GSM TDMA IS-136 IEEE 802.16 IEEE 802.11 2.5G CDMA (IS-95B) GPRS 802.11g 3G cdma 2000 E-GPRS EDGE WCDMA
Lebih terperinciKEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 169 /DIRJEN/2002 T E N T A N G
KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI NOMOR : 169 /DIRJEN/2002 T E N T A N G PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT TELEVISI SIARAN SISTEM ANALOG DIREKTUR JENDERAL POS DAN TELEKOMUNIKASI Menimbang
Lebih terperinciKOMUNIKASI DATA SUSMINI INDRIANI LESTARININGATI, M.T
Multiplexing Multiplexing adalah suatu teknik mengirimkan lebih dari satu (banyak) informasi melalui satu saluran. Tujuan utamanya adalah untuk menghemat jumlah saluran fisik misalnya kabel, pemancar &
Lebih terperinciDigital Radio Broadcasting. oleh : Agus F.I. Soetama untuk : WORKSHOP PENYEGARAN PIMPINAN RADIO SIARAN SWASTA 14 OKTOBER 2009 Semarang Jawa Tengah
Digital Radio Broadcasting oleh : Agus F.I. Soetama untuk : WORKSHOP PENYEGARAN PIMPINAN RADIO SIARAN SWASTA 14 OKTOBER 2009 Semarang Jawa Tengah mengapa harus digital? 2 Efesien dalam penggunaan spektrum
Lebih terperinciINTERNET PROTOCOL TELEVISION ( IPTV )
Pertemuan XII INTERNET PROTOCOL TELEVISION ( IPTV ) Saat ini, peranan internet sudah /dak bisa dipungkiri. Dengan IP nya (Internet Protocol), internet telah berperan pada semua aspek CET (Informa/on, Communica/on,
Lebih terperinciKERANGKA KERJA PENGEMBANGAN APLIKASI TV DIGITAL BERBASIS SOFTWARE
KERANGKA KERJA PENGEMBANGAN APLIKASI TV DIGITAL BERBASIS SOFTWARE Yuliana Rachmawati K 1 1 Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknologi Industri Institut Sains & Teknologi AKPRIND Yogyakarta Email :
Lebih terperinciBERITA NEGARA. KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Perubahan Data. Perizinan Penyiaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA
No.1017, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Perubahan Data. Perizinan Penyiaran. Tata Cara. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR
Lebih terperinciTren Teknologi Informasi dan Komunikasi Indonesia ICT Whitepaper
Tren Teknologi Informasi dan Komunikasi 2010 Indonesia ICT Whitepaper TIK dan Pertumbuhan Ekonomi Pembangunan TIK akan menghasilkan efek berantai ke meningkatnya angka pertumbuhan ekonomi Dampak TIK terhadap
Lebih terperincib. Zona-2 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,315,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 927,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun 1,190,000
A. BIAYA IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN PUBLIK 1. JASA PENYIARAN RADIO 1) Izin Prinsip (Baru) Per Izin 1,460,000 2) Izin Tetap (Baru) Per tahun 1,030,000 3) Izin Perpanjangan Per tahun
Lebih terperinciCRITICAL POINT DIGITALISASI PENYIARAN TERESTERIAL DI INDONESIA KOMISI PENYIARAN INDONESIA
CRITICAL POINT DIGITALISASI PENYIARAN TERESTERIAL DI INDONESIA KOMISI PENYIARAN INDONESIA Dasar Hukum Internasional berlakunya Digitalisasi Penyiaran Teresterial ITU Convention and Constitution (Article
Lebih terperinci1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan seharihari, tanpa komunikasi hubungan sosial tidak akan berjalan dengan baik. Termasuk dalam kegiatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perkembangan dunia teknologi sekarang ini juga sangat berpengaruh terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada kehidupan masyarakat modern yang memasuki era globalisasi, komunikasi menjadi suatu kebutuhan yang memegang peranan penting terutama dalam sebuah proses
Lebih terperinciPENGEMBANGAN KONTEN MIDDLEWARE INTERAKTIF PADA SISTEM SIARAN TV DIGITAL DI INDONESIA
0065: Hary Budiarto & S.M. Prasetiyo TI-5 PENGEMBANGAN KONTEN MIDDLEWARE INTERAKTIF PADA SISTEM SIARAN TV DIGITAL DI INDONESIA Hary Budiarto 1, dan Sofyan Mufti Prasetiyo 2 1 Badan Pengkajian dan Penerapan
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN. BCTV tepatnya diluncurkan pada tanggal 3 Juni Tetapi baru memulai
BAB IV GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 4.1 Sejarah dan Profil KOMPAS TV Surabaya KOMPAS TV Surabaya dulunya bermula dari Bussiness Channel Television (BCTV) yang merupakan stasiun televisi lokal di Jawa Timur.
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR:.../P/M.KOMINFO/.../2009 TENTANG RENCANA DASAR TEKNIK PENYIARAN
RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR:.../P/M.KOMINFO/.../2009 TENTANG RENCANA DASAR TEKNIK PENYIARAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Penjatahan kanal band VHF dan UHF di Indonesia [1] Kanal Masa transisi Dijital penuh Band III VHF: Ch Ch.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hadirnya teknologi dijital pada sistem transmisi penyiaran TV memberikan banyak keuntungan, seperti kualitas penerimaan yang lebih baik, kebutuhan daya pancar yang
Lebih terperinciMODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si
PERTEMUAN 14 FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA, JAKARTA MODUL TEKNOLOGI KOMUNIKASI (3 SKS) Oleh : Drs. Hardiyanto, M.Si POKOK BAHASAN Pengertian dampak konvergensi media pada kehidupan masyarakat.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jakarta. Saat ini televisi Indonesia menyiarkan peristiwa olahraga yang. terbilang penting untuk masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Perkembangan dunia televisi saat ini tumbuh pesat. Banyaknya stasiun televisi nasional maupun lokal pada saat ini menjadi bukti pesatnya perkembangan
Lebih terperinciPEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL
SALINAN PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI SELATAN,
Lebih terperinciDasar- dasar Penyiaran
Modul ke: Dasar- dasar Penyiaran GELOMBANG ELEKTRO MAGNETIC SPEKTRUM FREKUENSI PENGATURAN FREKUENSI Fakultas FIKOM Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan Template Modul
Lebih terperinciRANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG
RANCANGAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2013 TENTANG PERSYARATAN TEKNIS ALAT DAN PERANGKAT PENERIMA TELEVISI SIARAN DIGITAL BERBASIS STANDAR DIGITAL VIDEO
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan teknologi yang terus meningkat bukan lagi dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan teknologi yang terus meningkat bukan lagi dalam hitungan tahun melainkan bulan, terutama di bidang elektronik termasuk teknologi perangkat audio. Kini
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN PENYIARAN LEMBAGA PENYIARAN BERLANGGANAN MELALUI SATELIT, KABEL, DAN TERESTRIAL DENGAN
Lebih terperinciIEEE n. Mariza Azhar, Gotama Edo Priambodo, Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta
IEEE 802.11n Mariza Azhar, 31522 Gotama Edo Priambodo, 31807 Jurusan Teknik Elektro FT UGM, Yogyakarta 1. Pengertian IEEE 802.11n IEEE 802.11n-2009 adalah sebuah perubahan standar jaringan nirkabel 802,11-2.007
Lebih terperinciKebijakan dan Rencana ke Depan Indonesia ICT Whitepaper
Kebijakan dan Rencana ke Depan 2010 Indonesia ICT Whitepaper 5 Sukses ICT Pilar penting penggerak pembangunan Pembangkit dan penyerap tenaga kerja Sumber devisa baru Pilar penting pencerdasan bangsa Alat
Lebih terperinciTEKNOLOGI BROADCASTING TV
TEKNOLOGI BROADCASTING TV Penulis: : Ciptono Setyobudi Edisi Kedua Cetakan Pertama, 2012 Hak Cipta 2012 pada penulis, Hak Cipta dilindungi undang-undang. Dilarang memperbanyak atau memindahkan sebagian
Lebih terperinciPERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG
SALINAN PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2013 TENTANG PENGGUNAAN PITA SPEKTRUM FREKUENSI RADIO ULTRA HIGH FREQUENCY PADA ZONA LAYANAN I DAN ZONA LAYANAN XIV
Lebih terperinciANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000
SINGUDA ENSIKOM VOL. 7 NO. 3/ Juni ANALISIS BANDWIDTH KANAL CATV MENGGUNAKAN MODULATOR TELEVES 5857 DAN ZINWEL C1000 Mulia Raja Harahap, Maksum Pinem Konsentrasi Teknik Telekomunikasi, Departemen Teknik
Lebih terperinciMENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 08/P/M.
MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 08/P/M.KOMINFO/3/2007 TENTANG TATA CARA PERIZINAN DAN PENYELENGGARAAN PENYIARAN
Lebih terperinciBERITA NEGARA PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA
No.1578,2013 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA. Penyiaran. Televisi. Digitial. Multipleksing. Terestrial. PERATURAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA
Lebih terperinciWALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR
SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 15 TAHUN 2014 TENTANG TATA CARA PELAYANAN PEMBERIAN REKOMENDASI IZIN PENYELENGGARAAN PENYIARAN JASA PENYIARAN RADIO WALIKOTA
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN DIGITAL DIVIDEND PADA SPEKTRUM FREKUENSI RADIO TELEVISI DIGITAL
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN DIGITAL DIVIDEND PADA SPEKTRUM FREKUENSI RADIO TELEVISI DIGITAL Riza Azmi Calon Peneliti Puslitbang Sumber Daya dan Perangkat Informatika Jln. Medan Merdeka Barat
Lebih terperinciPemancar&Penerima Televisi
Pemancar&Penerima Televisi Pemancar Bagian yg sangat vital bagi stasiun penyiaran radio&tv agar tetap mengudara Pemancar TV dibagi 2 bagian utama: sistem suara&sistem gambar Diubah menjadi gelombang elektromagnetik
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 181/KEP/M.KOMINFO/12/ 2006 T E N T A N G
KEPUTUSAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA NOMOR : 181/KEP/M.KOMINFO/12/ 2006 T E N T A N G PENGALOKASIAN KANAL PADA PITA FREKUENSI RADIO 800 MHZ UNTUK PENYELENGGARAAN JARINGAN TETAP LOKAL TANPA KABEL
Lebih terperinciKOMUNIKASI DATA JUFRIADIF NA`AM. 1. Pendahuluan
KOMUNIKASI DATA JUFRIADIF NA`AM 1. Pendahuluan Definisi dasar Komunikasi adalah saling menyampaikan informasi kepada tujuan yang diinginkan Informasi bisa berupa suara percakapan (voice), musik (audio),
Lebih terperinciSAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARAA PERINGATAN HARI ULANG KE- 70 KEMERDEKAAN RI 17 Agustus 2015
SAMBUTAN MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PADA UPACARAA PERINGATAN HARI ULANG TAHUN KE- 70 KEMERDEKAAN RI 17 Agustus 2015 Bismillahirrahmanirrahim Assalamu alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh Selamat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. jauh dari studio siaran dalam lingkup broadcasting sudah dapat dilakukan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Mengirim suara dari venue atau lokasi acara yang secara geografis jauh dari studio siaran dalam lingkup broadcasting sudah dapat dilakukan dengan menggunakan
Lebih terperinciWALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
SALINAN WALIKOTA SORONG PERATURAN DAERAH KOTA SORONG NOMOR 34 TAHUN 2013 TENTANG PENYIARAN TELEVISI MELALUI KABEL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SORONG Menimbang: a. bahwa televisi merupakan
Lebih terperinciKOMUNIKASI DATA JUFRIADIF NA`AM. 4. Komunikasi Disekitar Kita
KOMUNIKASI DATA JUFRIADIF NA`AM 4. Komunikasi Disekitar Kita Sisitem item komunikasi di sekitar kita Telepon: lokal, interlokal, international Radio broadcast (siaran): AM (MW), FM (mono, stereo) TV broadcast:
Lebih terperinciOptimalisasi Network Gain Jaringan Digital melalui Pemanfaatan Kombinasi SFN dan MFN di Pulau Jawa dengan Metode Monte Carlo
A-95 Optimalisasi Network Gain Jaringan Digital melalui Pemanfaatan Kombinasi SFN dan MFN di Pulau Jawa dengan Metode Monte Carlo Novita Purwaningsih, Endroyono1, dan Gatot Kusrahardjo2 Jurusan Teknik
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 25 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Potret Dunia Penyiaran di Kalimantan Tengah Sebagai amanat luhur dari Undang-Undang Penyiaran Nomor 32 Tahun 2002 adalah lahirnya sebuah lembaga yang bertugas
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2005 TENTANG TARIF ATAS JENIS PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK YANG BERLAKU PADA DEPARTEMEN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciMEDIA PENYIARAN. Freddy H. Tulung Dirjen Sarana Komunikasi & Diseminasi Informasi
MEDIA PENYIARAN Freddy H. Tulung Dirjen Sarana Komunikasi & Diseminasi Informasi 1 IDUSTRI KREATIF INGGRIS NEW ZEALAND INDONESIA Advertising Advertising Advertising Architecture Architecture Architecture
Lebih terperinci