PEMBERDAYAAN PEREMPUAN LANJUT USIA MELALUI PERUBAHAN POLA HIDUP

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMBERDAYAAN PEREMPUAN LANJUT USIA MELALUI PERUBAHAN POLA HIDUP"

Transkripsi

1 ARTIKEL HIBAH KOMPETITIF UPI PEMBERDAYAAN PEREMPUAN LANJUT USIA MELALUI PERUBAHAN POLA HIDUP Oleh H. Yudha M. Saputra, M.Ed, dkk PROGRAM STUDI ILMU KEOLAHRAGAAN JURUSAN PENDIDIKAN KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG 2007

2 1 ABSTRAK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN LANJUT USIA MELALUI PERUBAHAN POLA HIDUP Oleh H. Yudha M. Saputra, M.Ed., dkk Penelitian ini dilatarbelakangi oleh beberapa persoalan mendasar yang berkaitan dengan masih rendahnya perhatian kita terhadap para lansia. Padahal mereka juga manusia yang memerlukan perhatian dan perlakuan yang sama agar tetap berdaya dalam mengisi kehidupannya. Para lansia sering dibiarkan dalam kesendirian, sehingga dianggap mengganggu orang lain karena tidak mandiri. Aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi menjadi salah satu alternatif agar para lansia tetap berdaya dan mandiri dalam mengisi kehidupannya. Kebugaran menjadi target yang ingin dicapai dalam penelitian ini melalui dua jenis perlakuan yaitu kegiatan olahraga dan pemberian nutrisi. Dengan pemberian pola hidup inilah, kebugaran lansia secara perlahan tapi pasti dapat meningkat. Berkaitan dengan isu sentral tersebut, penulis mencoba untuk mengidentifikasi secara khusus yaitu pengaruh pola hidup berupa aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi terhadap kebugaran para lansia. Secara teoritis, untuk meningkatkan kebugaran seseorang dapat dilakukan melalui kegiatan olahraga dan pemberian nutrisi yang seimbang. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah metode eksperimen. Penyelidikan yang menuturkan, menganalisa, dan mengklarifikasikan penyelidikan dengan teknik observasi dan tes. Sampel yang digunakan adalah sebanyak 20 perempuan lansia di panti sosial yang ada di Kota Bandung. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive sampling. Kesimpulan secara umum dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Secara signifikan aktivitas olahraga tidak dapat meningkatkan kebugaran perempuan lansia. (2) Secara signifikan pemberian nutrisi tidak dapat meningkatkan kebugaran perempuan lansia. (3) Tidak ada perbedaan yang signifikan antara aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran para perempuan lansia.

3 2 A. Pendahuluan Di Indonesia pada tahun 2050 jumlah penduduk lanjut usia (lansia) akan mencapai sepuluh juta jiwa. WHO telah memperhitungkan pada 2025 Indonesia akan mengalami peningkatan jumlah warga lansia sebesaar 41,4% yang merupakan sebuah peningkatan tertinggi di dunia. Dengan semakin berkembangnya teknologi di bidang kesehatan serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan kesehatan, maka usia harapan hidup pada tahun-tahun ke depan diperkirakan mencapai 70 tahun, sehingga populasi lansia di Indonesia tidak saja akan melebihi jumlah balita bahkan menempati peringkat keempat dunia setelah RRC, India, dan Amerika Serikat. (WHO, 2007). Proses penuaan dalam suatu populasi dapat menimbulkan dampak dalam berbagai aspek yaitu kesehatan, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Dengan berkembangnya program Keluarga Berencana di Indonesia, maka keluargakeluarga di masa yang akan datang rata-rata hanya mempunyai dua anak saja. Para lansia akan menghadapi keadaan yangmana semua anak mereka harus bekerja. Tentunya akan dipermasalahkan siapa yang akan merawat para lansia tersebut. Terbatasnya aksesibilitas perempuan lansia yang menyebabkan terbatasnya mobilitas serta terbatasnya hubungan lansia dengan lingkungannya, penurunan kesempatan kerja serta rendahnya penggunaan sumber daya yang ada menyebabkan masalah perempuan lansia menjadi topik yang perlu diperhatikan. Selain itu adanya hambatan dari menurunnya fungsi organ reproduksi yang berdampak pada meningkatnya pengeroposan tulang pada perempuan lansia menambah beban yang dialami perempuan lansia. Permasalahan yang sedemikian besar yang dihadapi oleh perempuan lansia telah memberikan inspirasi perlunya solusi yang tepat dalam mengatasi persoalan tersebut. Terutama dalam hal mengatasi menurunnya kualitas hidup yang diakibatkan oleh menurunnya fungsi organ reproduksi menjadi fokus yang akan diangkat dalam penelitian ini. Pola makan dan olahraga menjadi salah satu alternatif yang sederhana dan mudah untuk dilakukan dengan program yang dibuat secara sederhana pula diharapkan mampu mengurangi dan bahkan mengatasi berbagai persoalan menurunnya fungsi organ reproduksi tersebut.

4 3 Jadi road map dalam penelitian ini adalah mengangkat sebuah penomena personal dan sosial yang dihadapi perempuan lansia yang saat ini mereka berada dalam kondisi yang kurang stabil dalam menjalani kehidupannya. Ketidakstabilan tersebut lebih dikarenakan kurang berfungsinya organ reproduksi sehingga berdampak personal yaitu pada pengeroposan tulang khususnya pada perempuan lansia. Dampak sosialnya menjadikan kualitas hidup semakin menurun dan kurang berdaya dalam menjalankan aktivitasnya. Berdasarkan kepedulian atas kondisi perempuan lansia itulah peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian untuk memberdayakan perempuan lansia dengan mengadakan upaya dan tindakan-tindakan yang merubah pola hidup perempuan lansia. Perubahan pola hidup yang akan diteliti meliputi perubahan pola makan dan pola olahraga. Berdasarkan uraian latar belakang masalah tersebut bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan lansia perlu dilakukan pembinaan berupa program nutrisi dan olahraga secara tepat. Pembinaan melalui pemberian program ini merupakan salah satu bentuk pemberdayaan perempuan lansia, maka fokus penelitian ini adalah pemberdayaan perempuan lanjut usia melalui perubahan pola hidup, yakni dengan program pemberian nutrisi dan olahraga secara teratur. Pemberdayaan perempuan lansia dengan sasaran akhir terwujudnya kinerja perempuan lansia yang lebih baik. Jadi pola pengembangan pembinaan lansia dimaksudkan sebagai suatu sistem dalam konteks manajemen diri, khususnya pemberdayaan perempuan lansia di Kota Bandung. Adapun yang menjadi permasalahan utama dalam penelitian ini adalah: (1) Seberapa besar pengaruh pemberian nutrisi terhadap tingkat kebugaran perempuan lanjut usia di Kota Bandung? (2) Seberapa besar pengaruh pemberian program olahraga terhadap tingkat kebugaran perempuan lanjut usia di Kota Bandung? dan (3) Apakah ada perbedaan signifikan antara pengaruh pemberian program olahraga dan pola nutrisi terhadap tingkat kebugaran perempuan lanjut usia di Kota Bandung? Dengan tujuan tujuan adalah untuk menggali informasi mengenai berbagai hal yang terkait dengan implementasi pemberdayaan perempuan lanjut usia di Kota Bandung. Urgensi hasil penelitian ini akan dikembangkannya sebuah program pemberdayaan perempuan lanjut usia di wilayah Kota Bandung.

5 4 B. Kajian Pustaka Dalam kajian pustaka ini ada dua hal penting yang perlu dikaji secara teoritik yaitu: (1) faktor gizi dan (2) olahraga. 1. Faktor Gizi Pendidikan gizi bagi kaum usia lanjut, kelompok pra pensiun dan mereka yang akan merawat manula merupakan pencegahan yang amat penting. (Hartono, 1991). Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI (1991) telah membuat buku Petunjuk Menyusun Menu bagi Usia Lanjut, yang isinya dapat disaring sebagai berikut : a. Menu hendaknya mengandung zat gizi dari beraneka ragam bahan makanan yang terdiri dari zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.` b. Jumlah kalori yang baik untuk dikonsumsi oleh usia lanjut adalah 50% dari Hidrat Arang yang bersumber dari Hidrat Arang kompleks (sayur-sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian). c. Jumlah lemak dalam makanan dibatasi, yang 25-30% dari total kalori. d. Jumlah protein yang dikonsumsi sebaiknya 8-10% dari total kalori. e. Makanan sebaiknya mengandung serat dalam jumlah besar yang bersumber pada buah, sayur dan beraneka pati, yang dikonsumsi dengan jumlah yang bertahap. f. Menggunakan bahan makanan yang tinggi kalsium, seperti susu nonfat, yoghurt, ikan. g. Makanan mengandung zat besi (Fe dalam jumlah besar, seperti kacangkacangan, hati,daging, bayam atau sayuran hijau. h. Membatasi penggunaan garam. Perhatikan label makanan yang mengandung garam, seperti adanya monosodium glutamat, sodium bikarbonat, sodium citrat. i. Bahan makanan sebagai sumber zat gizi sebaiknya dari bahan makanan yang segar dan mudah dicerna. j. Hindari bahan makanan yang mengandung alkohol dalam jumlah besar. k. Makanan sebaiknya yang mudah dikunyah, seperti bahan makanan lembek.

6 5 2. Olahraga Usia bertambah tingkat kesegaran jasmani akan turun. Penurunan kemampuan akan semakin terlihat setelah umur 40 tahun, sehingga saat usia lanjut kemampuan akan turun antara 30-50%. (Kusmana, 1992). Oleh karena itu, bila para usia lanjut ingin berolahraga harus memilih sesuai dengan umur kelompoknya, dan kemungkinan adanya penyakit. Olahraga usia lanjut perlu diberikan dengan berbagai patokan, antara lain beban ringan atau sedang, waktu relatif lama, bersifat aerobik dan atau kalistenik, tidak kompetitif/bertanding. Beberapa contoh olahraga yang sesuai dengan batasan di atas, yaitu jalan kaki, dengan segala bentuk permainan yang ada unsur jalan kaki, misalnya golf, lintas alam, mendaki bukit, senam dengan faktor kesulitan kecil, dan olahraga yang bersifat rekreatif dapat diberikan. Dengan latihan otot manusia usia lanjut dapat menghambat laju perubahan degeneratif. Dalam perkembangannya, konsep pola hidup ini telah digunakan dalam berbagai situasi, termasuk untuk situasi panti sosial. Implementasi konsep pola hidup dalam kondisi ini, sekurang-kurangnya melahirkan pengertian sebagai berikut: a. Pola hidup merupakan suatu keputusan bertindak dengan menggunakan kecakapan dan sumber daya pendidikan yang tersedia untuk mencapai tujuan melalui hubungan yang efektif antara lingkungan dan kondisi yang paling menguntungkan. Lingkungan di sini adalah lingkungan yang memungkinkan para lansia dan pembina panti sosial. Sedangkan kondisi dimaksudkan sebagai suatu iklim konduktif dalam kegiatan pembinaan di panti sosial. b. Dalam program pembangunan bangsa, pentingnya peran serta masyarakat termasuk kelompok perempuan lanjut usia, merupakan suatu kebutuhan mendesak yang tak dapat ditawar-tawar lagi. Program tersebut setidaknya sejalan dengan 3 (tiga) isi kunci pembangunan yang meliputi: (1) peningkatan kualitas hidup, (2) pelibatan peran serta masyarakat, dan (3) pelestarian lingkungan. Tanpa adanya peran serta masyarakat, termasuk kaum perempuan lanjut usia secara optimal, sangat mustahil kebutuhan peningkatan kualitas hidup dan pelestarian lingkungan dapat dicapai. Yang menjadi pertanyaan adalah, mengapa kelompok perempuan lanjut usia mempunyai peranan yang

7 6 harus dilibatkan. Strategi merupakan garis besar haluan, bertindak dalam mengelola proses belajar mengajar utnuk mencapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. c. Beberapa kelebihan yang dimiliki kaum perempuan lanjut usia, sebagai berikut: (1) Dengan jumlah perempuan > 50% dari jumlah penduduk dunia telah menjadikan potensi yang tiada terbatas untuk terus diberdayakan. Sehingga perempuan, baik sebagai individu maupun kelompok, merupakan sumberdaya manusia yang potensial bila diberdayakan. (2) Berbagai penelitian menunjukkan bahwa kaum perempuan mempunyai kecenderungan untuk lebih peduli terhadap permasalahan yang terjadi dalam lingkungannya. d. Beberapa kelemahan yang dimiliki kaum perempuan yang selama ini menjadi sorotan, merupakan dampak konstruksi sosial yang ada, antara lain: (1) Masih banyak dijumpai rendahnya status dan kedudukan perempuan dalam masyarakat. (2) Adanya hambatan kultural bagi perempuan untuk berperan serta secara aktif dalam pembangunan. (3) Adanya hambatan material berupa rendahnya tingkat pendidikan dan keterampilan sebagian besar perempuan. (4) Rentannya posisi perempuan (dan anak-anak) dalam masyarakat, sehingga apabila masyarakatnya miskin, maka perempuan dan anak-anaklah yang paling berat menanggung akibatnya. (5) Rendahnya akses/peluang dan kontrol perempuan dalam berbagai bidang kehidupan. e. Perlunya pola hidup yang lebih baik untuk memfasilitasi para lansia dalam mengisi hidupnya dengan aktivitas yang positif dan berguna bagi dirinya maupun orang lain. Kegiatan olahraga menjadi salah satu langkah positif untuk dapat dimanfaatkan optimal oleh setiap lansia agar memiliki tubuh yang fit dan mampu bergerak tanpa harus dibantu orang lain. Demikian pula halnya dengan pola makan yang baik dapat pula mendukung terhadap peningkaan tubuh yang bugar, sehingga tidak mudah terkena penyakit diusianya yang sudah renta tersebut. f. Pola hidup melalui kegiatan olahraga dan pola nutrisi yang seimbang dan tepat sasaran akan dapat memberdayakan para lansia untuk lebih dapat diterima di luar komunitasnya karena tidak lagi banyak menggantungkan hidupnya pada orang lain. Kemandirian menjadi target utama dari pembentukan pola hidup

8 7 bagi para lansia yang sering dicap sebagai manusia lemah dan tidak produktif bahkan sering menjadi penghambat bagi kaum produktif. Asumsi ini harus dibuang jauh, karena para lansia yang dapat mengisi hidupnya dengan pola gerak dan nutrisi yang tepat akan menjadi bagian dari masyarakat yang berkontribusi dalam pembangunan. Atas dasar pertimbangan teori tersebut, maka rumusan hipotesis yang akan diuji adalah sebanyak pertanyaan penelitian yang telah diajukan, yaitu sebagai berikut : (a) Pemberian pola hidup berolahraga pada lansia secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kebugaran. (b) Pemberian pola hidup berupa nutrisi pada lansia secara signifikan berpengaruh terhadap peningkatan kebugaran. (c) Tidak ada perbedaan secara signifikan antara pemberian pola hidup berupa olahraga dan nutrisi pengaruhnya terhadap kebugaran. C. Metode Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan pengaruh pola nutrisi dan olahraga terhadap pemberdayaan perempuan lanjut usia di Kota Bandung. Untuk mencapai tujuan ini diperlukan data berupa hasil perolehan yang menunjukkan tingkat pemberdayaan berupa kinerja perempuan lanjut usia. Prosedur ini digunakan dengan alasan bahwa hasil pola hidup dengan nutrisi dan olahraga ini dapat diobservasi dan dianalisis berdasarkan perubahan antara kemampuan sebelum dan sesudah memperoleh perlakuan (treatment) yang digambarkan dalam desain penelitian. Untuk merealisasikannya diperlukan suatu metode penelitian. Metode yang cocok untuk digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode eksperimen menurut pandangan Leedy (1985:211) menguraikan bahwa The experimental method deals with the phenomenon of cause and effect. Maksudnya metode eksperimen berhubungan dengan fenomena-fenomena sebab dan akibat. Sedangkan Hyllegard, et.al (1996:424) menjelaskan bahwa Experiments are conducted to investigate cause and effect relationships. Maksudnya eksperimen dilakukan untuk menyelidiki yang berhubungan dengan sebab akibat. Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas dan tiga variabel terikat. Gambar 1 di bawah ini menjelaskan mengenai hubungan antara variabel yang terlibat dalam penelitian.

9 8 Variabel Bebas Variabel Terikat X1 Y2 X2 Gambar 1. Hubungan Sebab Akibat antara pola nutrisi (makan) dan pola olahraga terhadap kebugaran Keterangan: X1 = Pola Makan (Nutrisi) X2 = Pola Olahraga Y1 = Kebugaran Dalam suatu penelitian eksperimen perlu dipilih suatu desain yang sesuai dengan kebutuhan variabel yang terkandung dalam tujuan dan hipotesis penelitian. Untuk itulah, maka desain yang sesuai dengan penelitian eksperimen ini adalah True experimental designs. (Leedy, 1985:214), dimana studi ini melakukan pretest dan posttest. Untuk lebih jelasnya dapat pada gambar 2 di bawah ini. Sampel Pretest Posttes Kelompok A O1 X1 O2 Kelompok B O3 X2 O4 Keterangan: O1, dan O3, = Tes awal (Pretest) O2, dan O4, = Tes akhir (Posttest) X 1 = Perlakuan dengan pola makan X 2 = Perlakuan dengan pola olahraga

10 9 Sampel diperoleh dari data-data perempuan lansia dari 2 panti sosial yang ada di kota Bandung. Setiap kelompok dipilih secara acak sederhana 10 orang sampel. Terdapat 2 kelompok perlakuan dengan pembagian kelompok sebagai berikut. Kelompok I : Kelompok yang diberi perlakuan olahraga saja selama 15 menit, 3x dalam seminggu Kelompok II : Kelompok yang diberi perlakuan perubahan pola nutrisi setiap hari Untuk penelitian lapangan sampai dengan tersusunnya hasil penelitian diperlukan instrument yang digunakan adalah tes kebugaran. Pengumpulan data dalam pelaksanaan penelitian ini dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (1) Pencatatan data-data anggota masing-masing kelompok, (2) Penilaian pretes masing-masing kelompok sebelum perlakuan, (3) Pengujian perlakuan terhadap masing-masing kelompok, (4) Penilaiaan posttes masing-masing kelompok setelah perlakuan, dan (5) Pencatatan dalam format penilaian. Adapun tes yang digunakan untuk mengukur kebugaran para lansia sebagai berikut: 1. Tes Fleksibilitas 2. Tes Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan 3. Tes Fungsi Koordinasi Syaraf 4. Tes Daya Tahan Kardiovaskular Proses analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia dari hasil tes kebugaran dan wawancara. Dengan jumlah data yang sedemikian banyaknya, maka setelah dibaca, dipelajari, dan ditelaah selanjutnya mengadakan analisis. Data-data hasil penelitian dicatat, dikelompokkan dan dilanjutkan dengan analisis Uji Beda (uji t) untuk menilai signifikansi signifikansi pengaruh perlakuan terhadap kebugaran perempuan lansia. D. Hasil Penelitian Data yang diperoleh dari hasil tes dan pengukuran merupakan skor-skor mentah dan masih belum berarti. Untuk mendapatkan kesimpulan atau makna dari data-data tersebut harus diolah dan dianalisis secara statistik. Pengolahan data ini dihitung secara manual dengan menggunakan komputer program SPSS.

11 10 Berdasarkan hasil penghitungan tersebut peneliti menuangkannya dalam bentuk tabel-tabel agar mudah dibaca dan dipahami. Tabel 1 Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Kebugaran Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan Kegiatan Olahraga pada Lansia di Kota Bandung No Item Tes Pretest Posttest T-skor Pretest 1 Fleksibilitas: Rata-rata 0,6 cm 1,4 cm 50,10 Simpangan Baku 3,87 3,57 10,01 2 Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan Rata-rata 2,18 liter 2,46 liter 49,90 Simpangan Baku 0,63 0, Fungsi Koordinasi Syaraf Rata-rata 26 unit 44,6 unit 49,9 Simpangan Baku 12,87 14,16 10,04 4 Daya Tahan Kardiovaskular Rata-rata 241,1 meter 263,3 meter 50 Simpangan Baku 66,85 78,24 9,85 T-skor Posttest 51 9,07 50,4 9,4 50,10 10,10 50,10 10,00 Tabel 2 Rata-rata dan Simpangan Baku Hasil Tes Kebugaran Sebelum dan Sesudah Pemberian Perlakuan Pemberian Nutrisi pada Lansia di Kota Bandung No Item Tes Pretest Posttest T-skor Pretest 1 Fleksibilitas: Rata-rata 1,4 cm 1,45 cm 50,10 Simpangan Baku 2,38 2,94 10,17 2 Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan Rata-rata 1,44 liter 1,70 liter 49,50 Simpangan Baku 0,68 0,64 10,88 3 Fungsi Koordinasi Syaraf Rata-rata 19,5 unit 25,6 unit 50 Simpangan Baku 11,88 15,81 9,88 4 Daya Tahan Kardiovaskular Rata-rata 254,10 meter 255,6 meter 49,9 Simpangan Baku 49,81 39,16 10,04 T-skor Posttest 50,3 9,75 50,5 10,43 50,10 10,01 50,40 9,39

12 11 Berdasarkan hasil pengolahan data selanjutnya penulis menganalisis guna membuktikan hipotesis yang diajukan. Adapun pengujiannya sebagai berikut: H1: Pola hidup berolahraga dapat meningkatkan kebugaran secara signifikan pada perempuan lansia di Kota Bandung Hipotesis statistik yang diuji: Ho: µ1 = µ2 Ha: µ1 µ2 Untuk menentukan apakah pola hidup melalui aktivitas olahraga ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran, maka peneliti mengolahnya dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan pengujian ini diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 3. Tabel 3 Hasil Uji Peningkatan Kebugaran melalui Pola Hidup Berolahraga pada Perempuan Lansia No Data t hitung t table (0,05) Fleksibilitas Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan: Fungsi Koordinasi Syaraf: Daya Tahan Kardiovaskular Kebugaran 1,077 0,340 0,089 0,031 0,335 Hasil Uji Hasil penghitungan bahwa t hitung diperoleh sebesar 0,335 sedangkan dari t tabel pada α = 0,05 dengan dk = n + n - 2 didapat sebesar. Dengan demikian ternyata bahwa t hitung < t tabel. Ini berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh dari pola hidup berolahraga terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran para lansia setelah memperoleh perlakuan berupa kegiatan berolahraga secara signifikan pada α = 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian aktivitas olahraga hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya kegiatan olahraga bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar kebugaran stabil.

13 12 H2: Pola hidup melalui pemberian nutrisi dapat meningkatkan kebugaran secara signifikan pada perempuan lansia di Kota Bandung Hipotesis statistik yang diuji: Ho: µ1 = µ2 Ha: µ1 µ2 Untuk menentukan apakah pola hidup melalui pemberian nutrisi ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kebugaran, maka peneliti mengolahnya dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan pengujian ini diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 4. Tabel 4 Hasil Uji Peningkatan Kebugaran melalui Pemberian Nutrisi pada Perempuan Lansia No Data t hitung t table (0,05) Fleksibilitas Kekuatan dan Daya Tahan Otot Lengan: Fungsi Koordinasi Syaraf: Daya Tahan Kardiovaskular Kebugaran 0,132 0,696 0,074 0,370 0,631 Hasil Uji Hasil penghitungan bahwa t hitung diperoleh sebesar 0,631 sedangkan dari t tabel pada α = 0,05 dengan dk = n + n - 2 didapat sebesar. Dengan demikian ternyata bahwa t hitung < t tabel. Ini berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak terdapat pengaruh dari pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran para lansia setelah memperoleh perlakuan berupa pemberian nutrisi secara signifikan pada α = 0,05. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian nutrisi hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya pemberian nutrisi bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar tetap fit dan dapat menopang aktivitas sehari-hari. H3: Tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara pola hidup berolahraga dan pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia di Kota Bandung

14 13 Hipotesis statistik yang diuji: Ho: µ1 = µ2 Ha: µ1 µ2 Untuk menentukan apakah kedua pola hidup melalui aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi ini memberikan pengaruh berbeda terhadap peningkatan kebugaran, maka peneliti mengolahnya dengan menggunakan uji-t. Berdasarkan pengujian ini diperoleh hasil seperti tampak pada Tabel 5. Tabel 5 Hasil Uji Beda kedua Pola Hidup Berolahraga dan Pemberian Nutrisi pada Perempuan Lansia No Data t hitung t table (0,05) Hasil Uji 1 Kebugaran 0,039 2,101 Hasil penghitungan bahwa t hitung diperoleh sebesar 0,039 sedangkan dari t tabel pada α = 0,05 dengan dk = n + n - 2 didapat sebesar 2,101. Dengan demikian ternyata bahwa t hitung < t tabel. Ini berarti Ho diterima. Hal ini menunjukkan tidak terdapat perbedaan pengaruh dari pola hidup berolahraga dan pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pemberian aktivitas olahraga maupun nutrisi hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya kegiatan olahraga maupun pemberian nutrisi secara teratur bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar kondisi tubuh tetap dapat berfungsi dalam melakukan aktivitasnya setiap hari. E. Pembahasan Tujuan pemberian nutrisi maupun aktivitas olahraga bagi perempuan lansia adalah untuk mendukung aktivitasnya agar mandiri dan memberi kontribusi bagi kehidupan bangsa. Peningkatan yang terjadi melalui kegiatan olahraga dan pemberian nutrisi sebenarnya ada namun kurang berarti. Peningkatan itu biasanya berbentuk kemajuan untuk selalu dapat menjaga diri dan mandiri dengan tidak selalu menggantungkan dirinya kepada orang lain. Tubuh yang tetap terpelihara

15 14 melalui olahraga dan pemberian nutrisi tidak lain untuk menjaga diri dengan tetap awet dalam berkarya. Khususnya dalam konteks pola hidup perempuan lansia yang ada di Kota Bandung yang umumnya sudah berusia > 65 tahun. Kemajuan hasil pemberian aktivitas olahraga dan nutrisi sangat diharapkan sekali terutama peningkatan kemampuan baik kognitif, afektif, maupun psikomotor. Sekaitan dengan penggunaan pola hidup ini, hingga saat ini belum ada yang mengkajinya. Untuk itulah, peneliti merasa tertarik untuk mencermatinya secara lebih khusus. Penelitian yang membahas mengenai pemberdayaan perempuan lansia melalui pembentukan pola hidup, khususnya performa lokomotor, manipulatif, dan nonlokomotor serta kemampuan bergaul dalam komunitasnya telah memunculkan beberapa buah kesimpulan. Mengacu pada hasil pengolahan dan analisis data, maka diperoleh temuan-temuan penelitian yang telah menjawab pertanyaan penelitian yang diutarakan pada rumusan masalah serta telah membuktikan hipotesis penelitian. Adapun hasil dan pembahasan selengkapnya adalah sebagai berikut: 1. Pemberian aktivitas olahraga hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya kegiatan olahraga bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar kebugaran tetap stabil, sehingga para lansia tersebut lebih percaya diri dan mandiri dalam berbuat sesuatu bagi dirinya maupun bagi orang lain. 2. Pemberian nutrisi hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya pemberian nutrisi bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar tetap fit dan dapat menopang aktivitas seharihari, sehingga tidak mudah terkena penyakit. 3. Pemberian aktivitas olahraga maupun nutrisi hanya memberikan sedikit pengaruh namun tidak signifikan terhadap peningkatan kebugaran. Artinya kegiatan olahraga maupun pemberian nutrisi secara teratur bagi perempuan lansia bukan untuk meningkatkan kebugaran melainkan hanya untuk memelihara dan menjaga agar kondisi tubuh tetap dapat berfungsi dalam

16 15 melakukan aktivitasnya setiap hari, sehingga para lansia tetap dapat berkarya dan tidak menjadi benalu bagi lingkungannya. F. Kesimpulan Berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data, maka diperoleh temuan yang telah menjawab beberapa pertanyaan penelitian yang diutarakan pada rumusan masalah serta telah membuktikan hipotesis penelitian. Pada akhirnya dapat diajukan beberapa kesimpulan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Tidak terdapat pengaruh dari pola hidup berolahraga terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran para lansia setelah memperoleh perlakuan berupa kegiatan berolahraga secara signifikan 2. Tidak terdapat pengaruh dari pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Ini berarti tidak terdapat peningkatan kebugaran para lansia setelah memperoleh perlakuan berupa pemberian nutrisi secara signifikan 3. Tidak terdapat perbedaan pengaruh dari pola hidup berolahraga dan pemberian nutrisi terhadap peningkatan kebugaran perempuan lansia. Hasil ini menunjukkan bahwa bagi perempuan lansia yang sudah berusia > 65 tahun perlu diberikan berbagai aktivitas olahraga maupun nutrisi seimbang bukan untuk meningkatkan kebugaran, karena diusia lansia peningkatan kebugaran akan sulit diperoleh. Oleh karena itu, aktivitas olahraga dan pemberian nutrisi dimaksudkan agar kondisi fisiknya tetap terjaga dan terhindar dari berbagai macam penyakit, sehingga masa hidupnya akan tetap bermakna dan tidak menggantungkan hidupnya dengan orang lain. Temuan hasil penelitian ini mengilhami berbagai cara tentang perlunya upaya memelihara kondisi perempuan lansia dari berbagai kendala hidup yang disinalir kurang berguna dan bahkan cenderung menyusahkan orang lain. Atas dasar hal tersebut, maka diajukan beberapa rekomendasi sebagai berikut: 1. Pemberian aktivitas olahraga dan nutrisi harus terus dilakukan untuk memelihara kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotornya. Cara ini dapat mendukung terhadap terciptanya stabilitas emosi para lansia. Tidak menutup

17 16 kemungkinan para lansia akan merasa enjoy saat bergerak bebas, sehingga terhindar dari stress dan penyakit lainnya. 2. Kepada para pembina di panti sosial khusus lansia agar secara rutin memberikan aktivitas gerak dan pemberian nutrisi seimbang guna menjaga tubuhnya agar lebih bugar dan tidak selalu menjadi beban bagi semua pihak. 3. Penelitian selanjutnya diperlukan dengan mengungkap berbagai soal yang belum diteliti pada saat ini, seperti menentukan bentuk-bentuk olahraga yang lebih sederhana dan sering membawa para lansia ke luar dari lingkungan panti. Dengan maksud, agar menambah pemahaman dan pengalaman mereka, sehingga hidupnya akan lebih berguna.

18 17 DAFTAR PUSTAKA Bermann N,D Aging and the heart. Lexington: The Collamore Press. Direktorat Bina Gizi Masyarakat Depkes RI, Petunjuk Menyusun Menu bagi Usia Lanjut. Departemen Kesehatan, Jakarta Hartono, A Gizi bagi Manula, Kompas, 18 Agustus. Hikmat, H Strategi Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Humaniora Kartari D,S, Manusia usia lanjut. Disampaikan dalam Diskusi Ilmiah Badan Litbangkes Depkes RI, Jakarta, 30 Januari. Kusmana, D Olahraga pada usia Lanjut. Simposium Menuju Hidup Sehat pada Usia Lanjut. Bogor, 7 November. Murniati, N.A Getar Gender: Perempuan Indonesia dalam Perspektif Sosial, Politik, Ekonomi, Hukum, dan HAM. Magelang: Indonesia Tera Sadoso Jangan Malas Berolahraga. Diambil dari Depkes.co.id. Saptandari, Pinky Tantangan dan Peluang Gerakan Perempuan dalam Menyongsong Otonomi Daerah. Yogyakarta. Jurnal Analisis Sosial. Vol. 6, No. 1 Februari Semiawan C,R Aspek sosial gerontology. Jakarta: EGC. Suhartini, Rr., Halim., Khambali., Basyid.(2005). Model-model pemberdayaan Masyarakat. Yogyakarta: Pelangi aksara WHO Expert Committee Report Health of the elderly Diambil dari

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula GIZI DAUR HIDUP: Gizi Lansia/Manula By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Usia Lanjut/Lanjut Usia

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung

SATUAN ACARA PENYULUHAN. : Gizi Seimbang Pada Lansia. : Wisma Dahlia di UPT PSLU Blitar di Tulungagung SATUAN ACARA PENYULUHAN ( Gizi Seimbang Pada Lansia ) Topik Sasaran : Gizi Seimbang Pada Lansia : lansia di ruang Dahlia Hari/tanggal : Sabtu, 29 April 2017 Waktu Tempat : 25 menit : Wisma Dahlia di UPT

Lebih terperinci

GIZI SEIMBANG LANSIA

GIZI SEIMBANG LANSIA GIZI SEIMBANG LANSIA Batasan usia Lansia Durmin (1992) membagi lansia menjadi young elderly (65-74 tahun) dan older elderly (75 tahun ke atas). Munro (1987) membagi older elderly menjadi 2 yaitu usia 75-84

Lebih terperinci

Diet untuk Orang Dewasa

Diet untuk Orang Dewasa Diet untuk Orang Dewasa Karakteristik Dewasa: Usia reproduksi Usia produksi produktivitas kerja Aktivitas fisik menurun dibanding remaja, dikelompokkan: Ringan Sedang Berat Perubahan pola makan: Penyesuaian

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia

SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA. Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia SATUAN ACARA PENYULUHAN POLA HIDUP SEHAT PADA LANSIA Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat Sub Pokok Bahasan : Pola Hidup Sehat dengan Gizi Seimbang Pada Lansia Penyuluh : Mahasiswi Gizi Poltekkes Hari/Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Gizi Prof.DR.Dr.Poorwo Soedarmo melalui Lembaga Makanan Rakyat 20 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola menu empat sehat lima sempurna adalah pola menu seimbang yang bila disusun dengan baik mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh. Pola menu ini diperkenalkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Lanjut Usia Lanjut usia adalah tahap akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia (Budi,1999). Sedangkan menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No.13 Tahun 1998

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan untuk dapatbertahan hidup. (Nugroho,2008). struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India, dan Amerika 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses menua merupakan kombinasi bermacam-macam faktor yang saling berkaitan. Proses menua dapat diartikan sebagai perubahan yang terkait waktu, bersifat universal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia yang berusia di atas 60 tahun (Badan Pusat Statistik, 2014). Menurut WHO saat ini di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Perencanaan penelitian sangat dibutuhkan untuk menunjang pencapaian tujuan. Perencanaan atau metode yang baik adalah mengungkapkan, menggambarkan dan menyimpulkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang,

BAB 1 PENDAHULUAN. berkala, enyahkan asap rokok, rajin senam osteoporosis, diet sehat dan seimbang, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat dianjurkan untuk melakukan upaya promotif dan preventif, dengan mengadopsi gaya hidup sehat dengan cerdik, yaitu cek kesehatan secara berkala, enyahkan asap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan masyarakat termasuk usia lanjut. Berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan masyarakat termasuk usia lanjut. Berdasarkan Undang-undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan pada peningkatan kualitas hidup manusia dan masyarakat termasuk usia lanjut. Berdasarkan Undang-undang No. 13

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit darah tinggi atau hipertensi adalah keadaan dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan diatas normal yang ditunjukan oleh angka sistolik dan diastolik

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, jenis penelitian yang digunakan adalah

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan permasalahan yang ada, jenis penelitian yang digunakan adalah BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis atau Desain Penelitian Berdasarkan permasalahan yang ada, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Pendekatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia. Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara Indonesia selalu menempati BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bab 1 Pendahuluan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kalsium merupakan salah satu mineral yang dibutuhkan oleh tubuh dalam jumlah yang banyak. Oleh karena itu kalsium disebut sebagai makro mineral. Kalsium juga merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Jepang 129%, Jerman 66%, dan Swedia 33% (Depkes,2003). Indonesia termasuk salah satu negara Asia yang pertumbuhan penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jumlah penduduk lansia (lanjut usia) Indonesia pada tahun 2025 dibandingkan dengan keadaan pada tahun 1990 akan mengalami kenaikan sebesar 414% dan hal ini merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Definisi lansia menurut UU nomor 13 tahun 1998 pasal 1 ayat (2) adalah seseorang yang telah mencapai usia lebih dari 60 tahun. Lanjut usia (lansia) merupakan kelompok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian mengenai Pemanfaatan Hasil Belajar Ilmu Gizi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN. Kesimpulan penelitian mengenai Pemanfaatan Hasil Belajar Ilmu Gizi 116 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI HASIL PENELITIAN A. Kesimpulan Kesimpulan penelitian mengenai Pemanfaatan Hasil Belajar Ilmu Gizi dalam Daur Kehidupan pada praktek Penyuluhan Gizi (Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan subsektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi kebutuhan pangan yang terus

Lebih terperinci

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P.

Pola Makan Sehat. Oleh: Rika Hardani, S.P. Pola Makan Sehat Oleh: Rika Hardani, S.P. Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-2, Dengan Tema: ' Menjadi Ratu Dapur Profesional: Mengawal kesehatan keluarga melalui pemilihan dan pengolahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini secara ekonomi biaya tahunan untuk perawatan kesehatan lansia cukup tinggi. Biaya ini semakin meningkat apabila usia harapan hidup bertambah. Olahraga

Lebih terperinci

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations

Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations ACTIVE 3 (6) (2014) Journal of Physical Education, Sport, Health and Recreations http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/peshr TINGKAT KEBUGARAN JASMANI ANGGOTA KLUB JANTUNG SEHAT Sigit Bangun Prabowo

Lebih terperinci

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian,

Serealia, umbi, dan hasil olahannya Kacang-kacangan, bijibijian, 4 generasi, kromosom akan melalui proses evaluasi dengan menggunakan alat ukur yang disebut dengan fungsi fitness. Nilai fitness dari suatu kromosom akan menunjukkan kualitas kromosom dalam populasi tersebut.

Lebih terperinci

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN PENGETAHUAN IBU DALAM PENATALAKSANAAN GIZI SEIMBANG PADA KELUARGA DI DESA SIBORBORON KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Emmi Silitonga* Lufthiani** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX)

2015 PENGARUH LATIHAN CIRCUIT TRAINING TERHADAP PENURUNAN LEMAK TUBUH DAN PENINGKATAN KEMAMPUAN DAYA TAHAN AEROBIK (VO2 MAX) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tubuh ideal dan sehat menjadi dambaan bagi semua orang karena hal ini akan menimbulkan rasa percaya diri dalam pergaulan serta tampil sehat dalam setiap kesempatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Subjek Populasi/ Sampel Penelitian 3.1.1 Lokasi Penelitian Lokasi pada penelitian ini yaitu Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Penelitian dilakukan di SMK Negeri

Lebih terperinci

METODE KESELURUHAN DAN METODE SAINTIFIK TERHADAP TEKNIK DASAR SERVIS ATAS

METODE KESELURUHAN DAN METODE SAINTIFIK TERHADAP TEKNIK DASAR SERVIS ATAS Erudio ( Journal of Educational Innovation), Volume 4, Nomor 1, Desember 2017 55 METODE KESELURUHAN DAN METODE SAINTIFIK TERHADAP TEKNIK DASAR SERVIS ATAS Muchamad Ishak Pendidikan Jasmani, Kesehatan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indikator keberhasilan yang dapat dipakai untuk mengukur keberhasilan suatu bangsa dalam membangun sumberdaya manusia adalah Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Lebih terperinci

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang Masalah Menurut WHO (2011) secara global hampir mencapai satu milyar orang memiliki tekanan darah tinggi (hipertensi) dan dua pertiga ada di negara berkembang. Hipertensi

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA ASUPAN PROTEIN, ZAT BESI, DAN VITAMIN C DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI KELURAHAN SEMANGGI DAN SANGKRAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh VIKA YUNIATI J 300 101

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada era globalisasi sekarang ini masyarakat disibukkan dengan pekerjaan yang menjadi rutinitas masyarakat tersebut. Masyarakat membutuhkan waktu untuk merefresh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah meningkatnya usia harapan hidup (UHH) manusia Indonesia. Hampir setiap tahunnya negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi serta berhasilnya pembangunan khususnya di bidang pendidikan dan kesehatan maka mengakibatkan terjadi penurunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah Negara beriklim tropis dengan sumber daya alam yang beraneka ragam, termasuk pangan. Sayur merupakan bahan pangan yang mudah didapat. Sayur memiliki

Lebih terperinci

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG

2015 GAMBARAN PENGETAHUAN LANSIA MENGENAI SENAM LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA BUDI PERTIWI KOTA BANDUNG A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Lanjut usia merupakan salah satu fase hidup yang akan dialami oleh setiap manusia, meskipun usia bertambah dengan diiringi penurunan fungsi organ tubuh tetapi lansia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. a. Balai. b. Kesehatan. c. Olahraga. d. Lanjut. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Judul laporan Dasar Program Perencanaan dan Perancangan Arsitektur (DP3A) yang diangkat adalah Balai Kesehatan dan Olahraga untuk Lanjut Usia Di Solo. Untuk dapat

Lebih terperinci

Lutvi Dwi Aprilia dan Supardiyono Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya

Lutvi Dwi Aprilia dan Supardiyono Jurusan Fisika, Universitas Negeri Surabaya PENERAPAN STRATEGI GROUP-TO-GROUP EXCHANGE TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII PADA MATERI POKOK GETARAN DAN GELOMBANG DI SMP NEGERI SUGIO LAMONGAN Lutvi Dwi Aprilia dan Supardiyono Jurusan Fisika,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penyelenggaraan pembangunan kesehatan di Indonesia akhir-akhir ini menghadapi berbagai permasalahan yang mendesak/akut, yang memerlukan penanggulangan dengan seksama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari

BAB I PENDAHULUAN. (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia mulai masuk ke dalam kelompok negara berstruktur tua (ageing population). Adanya ageing population merupakan cerminan dari semakin tingginya usia rata-rata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah lansia di beberapa negara, salah satunya Indonesia, telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil Sensus Penduduk tahun 2010

Lebih terperinci

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa

GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa GIZI DAUR HIDUP: Gizi Orang Dewasa By Suyatno,, Ir., MKes. Contact: E-mail: suyatnofkmundip@gmail.com Blog: suyatno.blog.undip.ac.id Hp/Telp Telp: : 08122815730 / 024-70251915 Dewasa: Karakteristik Usia

Lebih terperinci

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI

EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI EFEK JALAN KAKI PAGI TERHADAP KEPADATAN MINERAL TULANG PADA WANITA LANSIA DI DESA GADINGSARI SANDEN BANTUL SKRIPSI DIAJUKAN SEBAGAI PERSYARATAN UNTUK MENDAPATKAN GELAR SARJANA SAINS ILMU TERAPAN FISIOTERAPI

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN

PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN PENINGKATAN PENGETAHUAN GIZI MASYARAKAT MELALUI PENDIDIKAN DAN LATIHAN Astini Syarkowi *) Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan gizi masyarakat sehingga memiliki kecakapan memilih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dalam menggunakan

BAB III METODE PENELITIAN. pelaksanaan penelitian adalah hal yang sangat penting, sebab dalam menggunakan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian adalah suatu cara yang ditempuh untuk memperoleh data, menganalisis, dan menyimpan hasil penelitian. Penggunaan metode dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI

HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI HUBUNGAN ANTARA GAYA HIDUP DENGAN TINGKAT KETERGANTUNGAN DALAM AKTIVITAS KEHIDUPAN SEHARI HARI LANSIA DI KELURAHAN KOPEN TERAS BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses peningkatkan kualitas sumber daya manusia adalah tujuan setiap bangsa untuk menghadapi tantangan dalam kemajuan zaman sekarang ini. Peningkatan mutu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lansia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan usia harapan hidup. Jumlah lansia meningkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani (penjas) merupakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan, bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Susu adalah bahan pangan yang dikenal kaya akan zat gizi yang diperlukan oleh tubuh manusia. Konsumsi susu pada saat remaja terutama dimaksudkan untuk memperkuat tulang sehingga

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja,

BAB 1 : PENDAHULUAN. kemungkinan diskriminasi dari lingkungan sekitar. Gizi lebih yang terjadi pada remaja, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gizi lebih merupakan keadaan patologis, yaitu dengan terdapatnya penimbunan lemak yang berlebihan dari yang diperlukan untuk fungsi tubuh yang normal. (1) Gizi lebih

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS STATISTIK HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Dan Uji Statistik Deskriptif Kemampuan Melakukan Passing

BAB IV ANALISIS STATISTIK HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Dan Uji Statistik Deskriptif Kemampuan Melakukan Passing 1 BAB IV ANALISIS STATISTIK HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Dan Uji Statistik Deskriptif Kemampuan Melakukan Passing Atas Uji statistik deskriptif yang akan disajikan adalah penentuan rata-rata,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002). 74 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permainan sepakbola membutuhkan daya tahan fisik yang tinggi untuk melakukan aktifitas secara terus menerus dalam waktu lama tanpa mengalami kelelahan yang berarti.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tentunya akan mengalami yang namanya penuaan. Secara. kronologi, manusia dapat dikatakan lanjut usia apabila umurnya sudah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tentunya akan mengalami yang namanya penuaan. Secara. kronologi, manusia dapat dikatakan lanjut usia apabila umurnya sudah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia manusia akan terus bertambah seiring berjalannya waktu. Manusia tentunya akan mengalami yang namanya penuaan. Secara kronologi, manusia dapat dikatakan lanjut

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 47 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3. Metode Penelitian Melalui penelitian manusia dapat menggunakan hasilnya, sesara umum data yang telah diperoleh dari penelitian dapat digunakan untuk memahami, memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa pembengkakan yang disertai nyeri pada bagian-bagian tubuh seperti lutut, jari

BAB I PENDAHULUAN. berupa pembengkakan yang disertai nyeri pada bagian-bagian tubuh seperti lutut, jari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tolak ukur kemajuan bangsa adalah usia harapan hidup penduduknya, semakin panjang usia harapan hidup selain sebagai kebanggaan juga merupakan tantangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, ada yang berlari, berjalan, bersepeda, bermain sepak bola, atau

BAB I PENDAHULUAN. olahraga, ada yang berlari, berjalan, bersepeda, bermain sepak bola, atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hari-hari libur biasanya banyak masyarakat melakukan kegiatan olahraga, ada yang berlari, berjalan, bersepeda, bermain sepak bola, atau bulutangkis baik di lapangan

Lebih terperinci

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN

SIMPULAN DAN SARAN Simpulan LAKI-LAKI PEREMPUAN 135 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Tinggi badan lansia dapat diprediksi dari tinggi lutut, panjang depa, dan tinggi duduk. Panjang depa memberikan nilai korelasi tertinggi pada lansia lakilaki dan perempuan

Lebih terperinci

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011).

penyakit kardiovaskuler (Santoso, 2011). I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sayur-sayuran dan buah-buahan merupakan sumber serat pangan yang mudah ditemukan dalam bahan pangan dan hampir selalu terdapat pada hidangan sehari-hari masyarakat Indonesia,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian Dalam suatu penelitian pasti memerlukan sebuah metode untuk mencapai tujuan penelitian tersebut. Tujuan penelitian diantaranya adalah mengungkapkan,

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Hasil Penelitian dan Pembahasan Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada ketiga subjek, dapat dikatakan bahwa mereka memiliki perilaku sehat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di seluruh dunia saat ini terjadi transisi demografi dimana proporsi penduduk berusia lanjut (lansia) bertambah, sedangkan proporsi penduduk berusia muda menetap atau

Lebih terperinci

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG

FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG FAKTOR ANAK YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA MENETAP DARI LANSIA DI PANTI SOSIAL TRESNA WERDHA TERATAI KOTA PALEMBANG Mega Nurhayati 1, Lili Erina 2, Tatang Sariman 3 1,2,3 Program Studi Kependudukan, Program

Lebih terperinci

ALBERT GULTOM, NIM : PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TEMBUNG T.A 2016/2017.

ALBERT GULTOM, NIM : PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN TEMBUNG T.A 2016/2017. ABSTRAK ALBERT GULTOM, NIM : 1133111002 PENGARUH PEMBERIAN REWARD TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV SDN 101771 TEMBUNG T.A 2016/2017. SKRIPSI. FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI MEDAN, 2017.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) didefinisikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) didefinisikan sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan menurut WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) didefinisikan sebagai keadaan lengkap fisik, mental, dan kesejahteraan sosial dan bukan hanya ketiadaan penyakit

Lebih terperinci

2015 PERBANDINGAN PENGARUH SENAM IRAMA LINE DANCE DAN SENAM BODY COMBAT TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA DI SMAN 1 BATUJAJAR

2015 PERBANDINGAN PENGARUH SENAM IRAMA LINE DANCE DAN SENAM BODY COMBAT TERHADAP TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA DI SMAN 1 BATUJAJAR 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah anugrah terbesar yang Tuhan berikan pada manusia. Dengan sehat, manusia dapat melakukan aktivitas dan menjalani hidupnya dengan baik. Sehat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan strategi yang digunakan untuk melakukan penelitian. Metode penelitian juga merupakan rangkaian kegiatan pelaksanaan penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian 1. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di sekolah sepakbola PSBUM FPOK UPI jalan PHH. Mustopa Nomor 00 Bandung.. Waktu Penelitian

Lebih terperinci

PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT

PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT PEMBERIAN MAKAN PADA KELOMPOK RENTAN DALAM SITUASI DARURAT (yuniz) I. PENDAHULUAN Salah satu situasi kedaruratan yang sering menimbulkan banyak korban, adalah kejadian bencana, yang merupakan suatu keadaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya dengan baik (Depkes, 2006). Dalam sebuah negara

BAB 1 PENDAHULUAN. melaksanakan tugasnya dengan baik (Depkes, 2006). Dalam sebuah negara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan pembangunan dan teknologi telah membawa perubahan perilaku aktivitas fisik olahraga. Perubahan tersebut telah memberi pengaruh terhadap meningkatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang sehat mempunyai aktivitas masing-masing sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia yang sehat mempunyai aktivitas masing-masing sesuai dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia yang sehat mempunyai aktivitas masing-masing sesuai dengan kemampuan sendiri, sehingga lansia harus memelihara bahkan meningkatkan kesehatannya itu agar dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. mengalami kemunduran (Padila, 2013). Penuaan biasanya diikuti dengan 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Memasuki usia tua banyak lansia yang mengalami kemunduran fisik yang ditandai dengan pendengaran berkurang, penglihatan menurun, aktivitas fisik menjadi lambat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dekade belakangan ini gaya hidup manusia berkembang pesat. Muncul berbagai perubahan sebagai dampak dari gaya hidup yang semakin maju. Perubahan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai kemajuan dalam segala aspek kehidupan manusia saat ini telah meningkatkan kualitas hidup manusia, baik kemajuan dalam bidang sosioekonomi maupun dalam bidang

Lebih terperinci

Universitas Pendidikan Indonesia

Universitas Pendidikan Indonesia Pengaruh Strategi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, Dan Menyenangkan (Paikem) Terhadap Hasil Belajar Permainan Bolavoli Siswa Kelas Xi Rpl Smkn 2 Kota Bandung Lucky Ginanjar, Yunyun Yudiana

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian 188 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini terdiri dari kesimpulan yang mencerminkan hasil yang didapatkan dari penelitian dan saran yang merupakan rekomendasi untuk tindak lanjut. A. Kesimpulan 1. Keluarga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Universitas Kristen Maranatha BAB 1 Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan di sekolah menyita waktu terbesar dari aktifitas keseluruhan anak sehari hari, termasuk aktifitas makan. Makanan jajanan di sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan pembangunan sumberdaya manusia di Indonesia, terutama di bidang kesehatan berdampak pada penurunan angka kelahiran, penurunan kematian bayi, penurunan fertilitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan suatu tempat atau wilayah dimana penelitian tersebut dilakukan. Adapun penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. lansia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu (Dinkes, 2011). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah lansia meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada tahun 2000 atau 7,2% dari seluruh penduduk dengan usia harapan hidup 64,05 tahun. Tahun 2006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta perbaikan sosio-ekonomi berdampak pada peningkatan derajat kesehatan masyarakat dan usia harapan hidup, sehingga jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tekanan darah tidak normal dan frekuensi nadi tidak normal merupakan kejadian yang tidak asing bagi masyarakat Indonesia karena sering terdengar dialami orang. Namun,

Lebih terperinci

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) Laporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD) A. Visi dan Misi 1. Visi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Sleman 2010-2015 menetapkan

Lebih terperinci

Abstrak. Kata kunci: Kebugaran jasmani, sepakbola gawang bergerak, permainan

Abstrak. Kata kunci: Kebugaran jasmani, sepakbola gawang bergerak, permainan Pengaruh Bermain Sepakbola... (Angga Dwi Prasetya) 1 PENGARUH BERMAIN SEPAKBOLA GAWANG BERGERAK TERHADAP TINGKAT KESEGARAN JASMANI PESERTA EKSTRAKURIKULER SEPAKBOLA DI SD NEGERI 1 JOTANGAN KEC. BAYAT KAB.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh

METODE PENELITIAN. Populasi penelitian = 51 orang. 21 orang keluar. Kriteria inklusi. 30 orang responden. Gambar 2 Cara penarikan contoh METODE PENELITIAN Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan desain cross sectional study, dilaksanakan di Instalasi Gizi dan Ruang Gayatri Rumah Sakit dr. H. Marzoeki Mahdi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan disegala bidang selama ini sudah dilaksanakan oleh pemerintah telah mampu meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara umum antara lain dapat dilihat

Lebih terperinci

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Index Massa Tubuh Index Massa tubuh adalah salah satu pengukuran status gizi antopometri seseorang dengan menggunakan tinggi badan dan berat badan. Cara ini efektif digunakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin

I. PENDAHULUAN. usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu indikator utama tingkat kesehatan masyarakat adalah meningkatnya usia harapan hidup. Dengan meningkatnya usia harapan hidup, berarti semakin banyak penduduk

Lebih terperinci

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET Pendahuluan Prestasi olahraga yang tinggi perlu terus menerus dipertahankan dan ditingkatkan lagi. Salah satu faktor yang penting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS

BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS BAB IV ANALISIS ISU-ISU STRATEGIS A. Permasalahan Pembangunan Dari kondisi umum daerah sebagaimana diuraikan pada Bab II, dapat diidentifikasi permasalahan daerah sebagai berikut : 1. Masih tingginya angka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di negara maju maupun negara berkembang. Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana tidak ada gejala yang

Lebih terperinci

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7

Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang Gizi Dengan Status GIzi Pada Balita di Desa Papringan 7 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG GIZI DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI DESA PAPRINGAN KECAMATAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia

BAB I PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO), lanjut usia (lansia) adalah orang berusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proporsi penduduk pada usia 60 tahun keatas di negara berkembang diperkirakan meningkat menjadi 20% antara tahun 2015-2050. Menurut World Health Organization (WHO),

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Kelompok kontrol diperlukan untuk melihat sejauh mana peningkatan berpikir kritis dengan pembelajaran menggunakan multimedia animasi, yang selanjutnya dibandingkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami

I. PENDAHULUAN. Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman seperti sekarang ini masih banyak dijumpai orang-orang yang mengalami kekurangan gizi. Masalah gizi pada masyarakat umumnya terjadi karena faktor ekonomi yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Menua atau usia lanjut adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki, mengganti, dan mempertahankan fungsi normal

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

BAB III PROSEDUR PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode 36 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Metode penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen. Metode ini digunakan atas dasar pertimbangan bahwa sifat penelitian eksperimen

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 1 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Sehubungan dengan masalah yang ingin penulis ungkapkan tentang Kontribusi Panjang Tungkai dan Fleksibilitas Sendi Pinggul Terhadap Hasil Tendangan Ushiro

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental,

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan yang sangat pesat, yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan mental, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa bayi dan balita merupakan periode emas dalam kehidupan sehingga menjadi masa yang sangat penting karena pada masa ini berlangsung proses pertumbuhan dan perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Miftahul Rohmawati, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Miftahul Rohmawati, 2015 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sehat adalah nikmat karunia Allah yang menjadi dasar bagi segala nikmat dan kemampuan. Nikmatnya makan, minum, tidur, serta kemampuan bergerak, bekerja dan

Lebih terperinci