PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR
|
|
- Fanny Tan
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR YUDI ARDIANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
2 TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR YUDI ARDIANA NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
3 PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR Hasil penelitian Tesis untuk memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana Universitas Udayana YUDI ARDIANA NIM PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN MASYARAKAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015
4 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 29 JUNI 2014 Pembimbing I, Pembimbing II, Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro,PA(K) NIP Dr. Pande Putu Januraga, M.Kes, DrPH NIP Mengetahui Ketua Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, Prof. dr. Dewa NyomanWirawan, MPH NIP Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K) NIP
5 Tesis Ini Telah Diuji pada Tanggal : 29 Juni 2015 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana, No :...Tanggal... Ketua : Prof. DR. dr.mangku Karmaya, M.Repro PA (K) Anggota : 1. dr. Pande Putu Januraga, MPH. DrPH 2. Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, M.Sc, Sp.And 3. Dr.dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, Msi 4. dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App. Bsc, PhD
6 SURAT KETERANGAN BEBAS PLAGIAT NAMA : Yudi Ardiana NIM : PROGRAM STUDI : Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat JUDUL TESIS : PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti terdapat plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya bersedia menerima sangsi sesuai peraturan Mendiknas RI No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, Juni 2015 Yang Membuat Pernyataan, Yudi Ardiana NIM
7 UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkat dan rahmat-nya penulis dapat menyeselesaikan tesis yang berjudul Penerimaan Kontrasepsi Vasektomi Di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur ini tepat pada waktunya. Sebagai seorang istri dan ibu dari dua orang anak, menempuh pendidikan di MIKM Universitas Udayana adalah sebuah pengalaman yang sangat berharga dan membutuhkan pengorbanan besar. Terima kasih untuk segala cinta, kasih sayang dan pengertian dari suamiku Irwan Hariadi, SH dan kedua buah hatiku tersayang Neshwa Zunnurain Aisya dan M.Jibran Sakana Adenawa, yang sudah rela ditinggalkan selama kurang lebih dua tahun ini. Keluarga besarku terutama ibuku tercinta yang telah banyak berkorban baik mental dan material untuk mendukung dan membantu mengasuh anak-anak selama ini. Terima kasih penulis sampaikan kepada Bapak Prof. Dr. dr. Mangku Karmaya, M.Repro.PA (K) sebagai pembimbing I yang telah memberi dorongan, semangat, dan saran selama penulis mengikuti program magister, khususnya dalam penyelesaian tesis ini. Terima kasih sebesar-besarnya pula penulis sampaikan kepada Bapak dr. Pande Putu Januraga, MPH. DrPH sebagai pembimbing II yang tidak pernah lelah membalas dan dengan penuh kesabaran dan meluangkan waktu untuk membimbing serta memberikan perhatian dan kesabaran serta saran-saran yang sangat berharga dan sangat bermanfaat kepada penulis, sehingga bisa menulis penelitian kualitatif ini.
8 Ucapan yang sama juga ditujukan kepada Rektor Universitas Udayana Bapak Prof. Dr. dr. I Ketut Suastika, SpPD(KEMD). Terima kasih ini juga ditujukan kepada Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Udayana yang dijabat oleh Ibu Prof.Dr.dr. A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K). Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Prof.dr. Dewa Nyoman Wirawan, MPH selaku ketua PS MIKM UNUD. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan terima kasih kepada sekretariat PS MIKM UNUD, Kordinator Peminatan KIA-Kespro PS MIKM UNUD dan semua para dosen dan staf PS MIKM UNUD. Ungkapan terima kasih penulis sampaikan pula kepada para penguji tesis ini, yaitu Bapak Prof. Dr. dr. Alex Pangkahila, MSc, Sp.And, Ibu Dr. dr. Dyah Pradnyaparamita Duarsa, M.Si dan Ibu dr. Ni Wayan Arya Utami, M.App.Bsc.PHD yang telah memberikan masukan dan koreksi. Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus disertai penghargaan yang tak terhingga kepada semua partisipan yang telah membantu pada penelitian ini, ibu kader yang selalu setia mengantarkan peneliti berkeliling mengunjungi rumah partisipan dan terima kasih kepada bapak PLKB yang bersedia membatu, mendukung dan menyediakan data yang dibutuhkan pada penelitian ini. Terima kasih juga penulis ucapkan kepada teman-teman yang telah memberikan dukungannya sehingga tesis ini dapat terselesaikan. Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmat-nya kepada kita semua. Amin Ya Rabbal Alamin. Denpasar, Yudi Ardiana
9 ABSTRAK PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR Program keluarga berencana mendukung upaya pengendalian pertumbuhan penduduk. Salah satu upaya program KB yaitu meningkatkan penggunakan metode kontrasepsi jangka panjang seperti kontrasepsi vasektomi. Tujuan penelitian ini adalah untuk memahami lebih mendalam mengenai penerimaan kontrasepsi vasektomi. Studi ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik wawancara mendalam (In-depth interview). Wawancara mendalam dilakukan pada lima pasangan yang menggunakan vasektomi dan lima pasangan yang tidak menggunakan vasektomi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerimaan vasektomi di pengaruhi oleh pengetahuan, sikap pasangan, persepsi, manfaat vasektomi dan dukungan istri dalam penggunaan vasektomi. Peran tenaga kesehatan dalam menyebarkan informasi, memberi motivasi dan memfasilitasi pelayanan vasektomi dan dukungan dari lingkungan masyarakat juga mempengaruhi penerimaan terhadap vasektomi. Dapat disimpulkan penerimaan vasektomi di Kecamatan Wanasaba sudah baik karena adanya peran yang besar dari kader dan PLKB yang menyebarkan informasi tentang vasektomi, tetapi perlu meningkatkan promosi dan motivasi tentang kontrasepsi vasektomi kepada masyarakat, dengan peningkatan kapasitas PLKB dan menambah jumlah motivator KB, selain itu perlu diadakan pelatihan kader untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang vasektomi. Kata kunci: Penerimaan, vasektomi, keluarga berencana, Lombok Timur.
10 ABSTRACT ACCEPTANCE OF VASECTOMY METHOD IN SUB DISTRICT WANASABA DISTRICT LOMBOK TIMUR Family planning program supports efforts to control population growth. One of the efforts of family planning programs that improve the long-term use of contraceptive methods such as contraception vasectomy. The purpose of this research is to understand more deeply about the acceptance of contraception vasectomy. The study used a qualitative design with phenomenology approach. Data collection was done by using in-depth interviews (In-depth interview). In-depth interviews conducted in five couples using vasectomy and five couples who do not use vasectomy. The results showed that the acceptance of vasectomy is influenced by the knowledge, attitudes couples, perceptions, benefits of vasectomy and wife support the use of vasectomy. The role of health professionals in disseminating information, motivating and facilitating vasectomy services and support of the community also affect the acceptance of vasectomy. Can be concluded in District Wanasaba vasectomy acceptance has been good because of the large role of cadres and field officers who disseminate information about vasectomy, but need to improve the promotion and motivation of contraception vasectomy to the public, with the capacity PLKB and increase the number of family planning motivators, besides the expected community always access the correct information about vasectomy Keywords: Acceptance, vasectomy, family planning, east lombok.
11 DAFTAR ISI Halaman SAMPUL DEPAN. SAMPUL DALAM.... PRASYARAT GELAR... LEMBAR PENGESAHAN... PENETAPAN PANITIA PENGUJI... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR SINGKATAN. DAFTAR LAMPIRAN... i ii iii iv v vi vii viii 1x xi xiii xiv xv xvi BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan Khusus Manfaat Penelitian Manfaat Praktis Manfaat Teoritis... 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN 10 MODEL PENELITIAN Kajian Pustaka... 10
12 2.2 Kerangka Berpikir, Konsep, dan Hipotesis Landasan Teori Model Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Lokasi Penelitian Jenis dan Sumber Data Instrumen Penelitian Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan Teknik Analisa Data Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Etika Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Wilayah Geografis, Demografi dan Karakteristik Partisipan Penelitian Pengetahuan dan Sikap Partisipan Terhadap Vasektomi Pengalaman Menggunakan Vasektomi Peran Istri, Tenaga dan Lingkungan Terhadap Vasektomi Keterbatasan Penelitian BAB V SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran LAMPIRAN...
13 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 3.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data... Tabel 4.1 Hasil cakupan Akseptor Baru Kontrasepsi Vasektomi Tabel 4.2 Karakteristi Partisipan Wawancara Mendalam... Tabel 4.3 Karakteristik Patrtisipan pria yang menggunakan vasektomi
14 DAFTAR GAMBAR Halaman Tabel 2.1 Gambar Model Penelitian... 20
15 DAFTAR SINGKATAN BPS : Badan Pusat Statistik CPR : Contraceptive Prevalence Rate KB : Keluarga Berencana MOP : Metode Operatif Pria NKKBS : Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera PUS : Pasangan Usia Subur PUSKESMAS : Pusat Kesehatan Masyarakat RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar TFR : Total Fertility Rates WHO : World Health Organization
16 DAFTAR LAMPIRAN 1. Permohonan menjadi responden. 2. Penjelasan penelitian 3. Persetujuan menjadi Responden 4. Pedoman wawancara mendalam penerimaan kontrasepsi vasektomi.
17 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia sangat kompleks, baik dari segi kualitas, kuantitas, mobilitas/persebaran serta dari sisi data, informasi dan administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013 sebesar jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk yang masih tergolong tinggi yaitu sekitar 1,49% per tahun (Kemenkes RI, 2013). Program keluarga berencana dapat mendukung upaya pengendalian pertumbuhan penduduk. Program keluarga berencana yang berkualitas dapat mewujudkan keluarga yang sejahtera, sehat, mandiri, maju, mempunyai jumlah anak yang ideal, bertanggung jawab, memiliki wawasan ke masa depan, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Untuk meningkatkan kualitas program KB, paradigma baru yang dibangun oleh BKKBN adalah penekanan upaya menghormati hak-hak reproduksi dalam meningkatkan kualitas kehidupan keluarga (BKKBN, 2011a). Pembangunan kependudukan dan KB bersifat multisektoral yang melibatkan seluruh sektor. Menurut Riskesdas tahun 2013 bahwa metode kontrasepsi yang paling banyak digunakan oleh akseptor KB aktif adalah suntikan (46,87%) dan terbanyak ke dua adalah pil (24,54%). Sedangkan metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh akseptor KB aktif adalah Metoda Operasi Pria (MOP), yakni sebanyak 0,69%, kemudian kondom sebanyak 3,22%. Sedangkan pada peserta KB baru, suntikan adalah metode yang paling banyak 1
18 18 digunakan yakni sebesar 48,56%. Metode terbanyak ke dua adalah pil, sebesar 26,60%. Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang paling sedikit dipilih oleh para peserta KB baru yaitu sebanyak 0,25%, kemudian metode operasi wanita (MOW) sebanyak 1,52%, dan kondom (6,09%). Secara nasional, persentase peserta KB baru pada tahun 2013 adalah sebesar 18,49% (Kemenkes RI, 2014a). Partisipasi pria dalam program keluarga berencana sangat penting karena pria adalah partner dalam reproduksi, sehingga suami dan istri perlu berbagi tanggung jawab dan peran secara seimbang. Saat ini sedang digalakkan Program Kesetaraan dan Keadilan Gender, maka peran serta pria dalam hal ini seorang suami untuk mengikuti rogram KB seharusnya lebih meningkat lagi. Secara sosial ekonomi, termasuk menentukan jumlah anak yang ideal melalui perencanaan kehamilan dan kelahiran yang sehat juga merupakan tanggung jawab suami. Suami harus terlibat secara aktif dalam proses fertilisasi dan memiliki peranan yang sangat penting dalam memutuskan kontrasepsi yang akan dipakainya serta memberikan dukungan reproduksi bagi istri (BKKBN NTB, 2007). Upaya BKKBN untuk meningkatkan akseptor vasektomi antara lain yaitu melakukan advokasi kepada MUI dan Wali Gereja, menyediakan dukungan dana dan sarana operasional yang mendukung pelaksanaan kegiatan sterilisasi dan penggerakan di lapangan, mengadakan pelatihan dokter sebagai pemberi pelayanan, melakukan inventarisasi kondisi pelayanan diberbagai Rumah Sakit untuk mengantisipasi bila terjadi kerusakan atau hambatan (BKKBN, 2011b). BKKBN juga menyiapkan alat kontrasepsi bagi seluruh PUS peserta JKN dan
19 19 menurut Kemenkes per 21 Maret 2014 tersedia fasilitas kesehatan yang wajib memberikan pelayanan KB (Kemenkes RI, 2014b). Persentase peserta KB baru yang menggunakan metode kontrasepsi vasektomi pada tahun 2013 yang tertinggi adalah Provinsi Sumatera Utara yaitu serbesar 1,05% atau sebanyak akseptor baru. Provinsi NTB menempati posisi kedua dengan persentase peserta KB baru yang menggunakan metode kontrasepsi vasektomi sebesar 0,56% atau akseptor baru (Kemenkes RI, 2014a). Pelaksanaan pembangunan kependudukan dan KB di Provinsi NTB diarahkan untuk meningkatkan prevalensi penggunaan kontrasepsi, menurunkan unmeet-need, peningkatan pemakaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang (MKJP), peningkatan partisipasi pria ber KB, penurunan TFR dan penurunan laju pertumbuhan penduduk serta peningkatan program ketahanan dan pemberdayan keluarga (BKKBN NTB, 2011). Jumlah peserta kontrasepsi vasektomi baru di Kabupaten Lombok Timur mulai meningkat sejak tahun Pada tahun 2013 sebanyak 772 akseptor dan menjadi kabupaten dengan akseptor vasektomi tertinggi di NTB (BKKKBN Provinsi NTB, 2013). Pada tahun 2013 Jumlah Peserta KB aktif di Kabupaten Lombok Timur yang menggunakan kontrasepsi vasektomi sebesar akseptor dan peserta kontrasepsi vasektomi aktif yang tertinggi yaitu di Kecamatan Wanasaba sebanyak 441 akseptor (BKKBN Lombok Timur, 2013). Proporsi peserta KB aktif menurut jenis kontrasepsi di Kabupaten Lombok Timur tahun 2013 yaitu kontrasepsi suntikan sebanyak akseptor atau 46,7%, yang kedua Pil sebanyak akseptor atau 31,16%, kontrasepsi implan
20 20 sebanyak akseptor atau 14,27%, kontrasepsi IUD sebanyak akseptor atau 11,59%, kondom sebanyak akseptor atau 2,52%, MOW sebanyak akseptor atau 2,30% dan proporsi peserta KB aktif yang paling rendah adalah WOP yaitu sebanyak akseptor atau 0,82%. Kabupaten Lombok Timur sebagai salah satu kabupaten yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Barat mempunyai jumlah penduduk tertinggi yaitu tahun 2012 sebesar jiwa (BPS NTB, 2012). Kecamatan Wanasaba merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Lombok Timur dengan jumlah peserta kontrasepsi vasektomi tertinggi pada tahun 2014 yaitu dari target 76 akseptor dengan capaian sampai bulan agustus 2014 sudah mencapai 98 akseptor. Bila dibandingkan dengan 19 kecamatan yang lain di Kabupaten Lombok Timur maka kecamatan Wanasaba yang mencapai target paling tinggi sampai bulan Agustus 2014 (BKKBN Lombok Timur, 2014). Sehubungan dengan penggunaan metode kontrasesi vasektomi di Kabupaten Lombok Timur khususnya di Kecamatan Wanasaba ada beberapa faktor yang turut berperan dalam pengambilan suatu keputusan seperti pengetahuan, peran tenaga kesehatan, budaya bahkan mengikuti anjuran yang disampaikan oleh pemuka agama. Dibeberapa negara dan dibeberapa tempat di Indonesia telah banyak dilakukan penelitian tentang penerimaan kontrasepsi vasektomi antara lain seperti berikut ini. Sebuah penelitian kualitatif yang dilakukan di Andara Prades India tentang analisis faktor yang mempengaruhi penerimaan vasektomi menyatakan bahawa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi
21 21 vasektomi antara lain yaitu karena mereka tidak memiliki penghasilan yang tetap atau alasan ekonomi, merasa sudah memiliki jumlah anak yang cukup, alasan komplikasi dari penggunaan vasektomi yang rendah serta adanya motivasi dari diri sendiri yang disertai adanya motivasi dari pemerintah. Lebih dari 50% pemakaian vasektomi karena konseling sebelum dan sesudah vasektomi dilakukan dengan sangat baik sehingga para suami lebih suka menggunakan vasektomi dan karena mereka memiliki alasan bahwa istri mereka memiliki lebih banyak masalah kesehatan reproduksi (Murthy & Rao, 2003). Penelitian lain tentang penerimaan yang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang dilakukan di Nigeria, menyatakan bahwa penerimaan metode kontrasepsi vasektomi oleh laki-laki masih sangat rendah karena dipengarui oleh rendahnya pengetahuan tentang kontrasepsi vasektomi dan informasi yang tidak lengkap dan tidak benar tentang vasektomi (Akpanu & Nwoke, 2007). Adapun suatu studi kualitatif yang dilakukan di enam negara yaitu Bangladesh, Sri Langka, Kenya, Meksiko, Rwanda dan Amerika Serikat tentang faktor-faktor kunci yang menyebabkan orang untuk memilih vasektomi dan peran pasangan dalam pengambilan keputusan. Dibeberapa negara mereka memiliki alasan menggunakan vasektomi karena faktor budaya, ekonomi dan ras. Alasan yang utama dari semua negara yangm menerima vasektomi yaitu karena kepedulian terhadap kesehatan wanita. Namun di Bangladesh dan Sri Lanka peran perempuan dalam mendorong laki-laki untuk menggunakan vasektomi cenderung masih terbatas bila dibandingkan dengan empat negara lainnya dalam pengambilan keputusan penggunaan vasektomi (Landry & Ward, 1995).
22 22 Penelitian yang berbeda tentang faktor aksesabilitas informasi juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Sri Lanka yang menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah sumber utama informasi bagi akseptor dan bukan berasal dari media masa (Diaz & MK, 1988). Sebuah penelitian di Kecamatan Larangan Kabupaten Brebes tentang hubungan pengetahuan, sikap dan perilaku pria dalam kepesertaan menggunakan kontrasepsi keluarga berencana menyatakan bahwa sikap lebih mepengaruhi perilaku pria daripada pengetahuan pada partisipasi pria dalam penggunaan metode kontrasepsi (Agung Prabowo, 2011). Penelitian di Kecamatan Selo Kabupaten Boyolali tentang analisis faktorfaktor yang berpengaruh terhadap partisispasi pria dalam keluarga berencana menyatakan bahwa ada pengaruh pengetahuan, sikap dan akses layanan terhadap kepesertaan KB, perlu adanya komunikasi informasi edukasi yang lebih meningkat melalui kelompok dan paguyuban KB pria tentang alat kontrasepsi bagi pria untuk lebih meningkatkan pengetahuan pria tentang alat kontrasepsi (Ekarini, 2008). Masing-masing daerah atau negara tentunya memiliki perbedaan tatanan nilai, norma, budaya dan karakteristik masyarakat sehingga dapat menyebabkan adanya kemungkinan perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan masyarakat terhadap metode kontrasepsi vasektomi. Sesuai dengan hasil-hasil dari penelitian yang sudah dilakukan maka dapat diketahui bahwa ada beberapa alasan yang dapat mempengaruhi
23 23 penerimaaan kontrasepsi vasektomi antala lain yaitu karena alasan ekonomi, jumlah anak cukup, komplikasi yang rendah, dukungan dari pemerintah, kepedulian terhadap kesehatan wanita, akses layanan, komunikasi interpersonal yang baik, sikap dan pengetahuan serta peran pasangan dalam pengambilan keputusan. Sedangkan faktor-faktor yang membuat fenomena tingginya penerimaan kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur masih belum diketahui secara pasti. Hal ini yang menjadi dasar sehingga perlu dilakukan penelitian kualitatif untuk dapat menggali secara lebih mendalam tentang penerimaan kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. 1.2 Rumusan Masalah Fenomena tingginya penggunaan metode kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba bila dibandingkan dengan 19 kecamatan yang ada di Kabupaten Lombok Timur menjadi dasar sehingga perlu dikaji secara lebih mendalam tentang penerimaan masyarakat pada kontrasepsi vasektomi. Dari rumusan masalah tersebut dapat dibuat pertanyaan penelitian seperti dibawah ini. 1. Bagaimanakah penerimaan vasektomi oleh akseptor vasektomi dan non akseptor vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur? 2. Bagaimanakah pengetahuan, sikap dan pengalaman akseptor tentang metode vasektomi? 3. Bagaimanakah pengetahuan dan sikap non akseptor vasektomi tentang vasektomi?
24 24 4. Bagaimanakah pengetahuan, sikap, dukungan dan pengalaman istri akseptor tentang vasektomi? 5. Bagaimana peran istri, tenaga kesehatan dan pihak lain pada penerimaan kontrasepsi vasektomi? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Memahami lebih mendalam mengenai penerimaan kontrasepsi vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur Tujuan Khusus 1. Untuk memahami lebih dalam tentang penerimaan vasektomi oleh akseptor vasektomi dan non akseptor vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. 2. Untuk memahami lebih dalam tentang pengetahuan, sikap dan pengalaman akseptor vasektomi tentang vasektomi. 3. Untuk memahami lebih dalam tentang pengetahuan dan sikap non akseptor vasektomi tentang vasektomi. 4. Untuk memahami lebih dalam tentang pengetahuan, sikap, dukungan dan pengalaman istri akseptor tentang vasektomi. 5. Untuk memahami lebih dalam tentang peran istri, tenaga kesehatan dan pihak lain pada penerimaan vasektomi.
25 Manfaat Penelitian Manfaat praktis Hasil penelitian ini dapat menambah, memberi masukan serta memberikan gambaran kepada BKKBN agar bisa mengembangkan program sehingga penerimaan dan penggunaan kontrasepsi vasektomi dapat meningkat dan dapat melakukan intervensi terhadap faktor yang paling dominan yang mempengaruhi penerimaan dan penggunaan kontrasepsi vasektomi Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini dapat menjadi tambahan referensi dan dapat digunakan sebagai tambahan sumber informasi bagi penelitian selanjutnya tentang penerimaan kontrasepsi vasektomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi.
26 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Sterilisasi bagi pria (vasektomi) merupakan salah satu metode kontrasepsi modern dan efektif. Efektivitas metode vasektomi tidak perlu diragukan lagi (98,85%) asal dapat dilakukan seusai dengan SOP (standar operasional prosedur) yang telah ditetapkan. Pada pelaksanaan program, animo masyarakat terhadap vasektomi sangat kurang atau rendah. Peserta atau akseptor vasektomi sejak program KB dicanangkan pada tahun 1970 sampai saat ini masih menunjukkan angka yang masih sedikit. Kurangnya minat masyarakat terhadap vasektomi dimungkinkan karena program KB di waktu yang lalu yang bias gender. Beberapa faktor penyebab kurangnya partisipasi pria pada keluarga berencana dan memperhatikan kesehatan reproduksi antara lain yaitu faktor pengetahuan, sikap dan praktek, serta kebutuhan klien, faktor lingkungan yang terdiri dari sosial, budaya masyarakat (agama) dan keluarga/isteri, keterbatasan aksesibilitas dan sumber informasi tentang pelayanan kontrasepsi pria, dan terbatasnya jenis alat kontrasepsi bagi pria (BKKBN, 2007). Sebuah artikel tentang, mengapa kita perlu kontrasepsi pria? Maka perlu dilakukan penelitian-penelitian yang lebih lanjut untuk mendapatkan metode kontrasepsi bagi pria dan sangat perlu dilakukan sosialisasi tentang programprogram kontrasepsi, sehingga nantinya tidak ada akseptor baik pria atau wanita 101
27 11 menggunakan alat kontrasepsi dengan terpaksa dan tampa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan, penelitian ini dilakukan di desa Sonhoula di India (Cheng & Mruk, 2013). Perilaku masyarakat atau seseorang mengenai kesehatan ditentukan oleh sikap, pengetahuan, keyakinan, tradisi, kepercayaan, dan dari masyarakat ataupun orang itu sendiri. Hal ini sesuai dengan hasil dari sebuah studi kuantitatif bahwa ada hubungan antara persepsi, sikap, pengetahuan, sikap istri, praktik istri, sikap teman, praktik teman dengan partisipasi pria dalam KB. Partisipasi suami atau pria dalam KB tidak berhubungan dengan akses pelayanan dan tingkat pendidikan, tetapi ada faktor lain yaitu nilai sosial budaya yang menjadi hambatan yang berhubungan dengan kepesertaan dalam program keluarga berencana (Budisantoso, 2008). Sebuah penelian kuantitatif menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara dukungan dari keluarga dengan partisipasi pria dalam vasektomi yaitu semakin tinggi dukungan maka semakin tinggi partisipasi pria dalam vasektomi (Wahyuni, 2013). Pada sebuah penelitian kualitatif yang dilakukan di Brazil tentang partisipasi pria dalam metode kontrasepsi menyatakan bahwa ada tindakan-tindakan khusus yang perlu dilakukan kepada seseorang agar mereka mau berpartisipasi dalam hal kesehatan reproduksi seksual. Pendidikan dan diskusi tentang perang gender dapat meningkatkan kesadaran pria tentang pentingnya kesehatan reproduksi dan kesehatan seksual (Rn, Alvarenga, Osis, & Bahamondes, 2008).
28 12 Penelitian yang menguji peran laki-laki dalam keluarga berencana yang menekankan pada seksualitas pria, pengetahuan dan sikap untuk menggunakan kontrasepsi di kalangan Yorubas. Penelitian ini dilakukan di tiga negara yang berada diwilayah Barat Selatan Nigeria pada tahun Hasil studi ini menyatakan bahwa pria memainkan peran penting dalam keputusan yang berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan reproduksi kemudian pengetahuan tentang penggunaan kontrasepsi yang cukup tinggi tetapi penggunaannya masih rendah. Penelitian ini memiliki implikasi kebijakan antara lain pentingnya pendidikan kesehatan yang akan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya keluarga kecil, kemudian implikasi yang kedua yaitu untuk mrnyususn rencana strategi informasi, pendidikan dan komunikasi yang lebih epektif agar dapat menjangkau semua orang dari berbagai wilayah agar dapat berpartisipasi dalam menggunakan kontrasepsi (Adewuyi & Ogonjuyigbe, 2000). Sebuah artikel tentang, mengapa kita perlu kontrasepsi pria? Menyatakan bahwa sangat perlu dilakukan penelitian-penelitian yang lebih lanjut untuk mendapatkan metode kontrasepsi bagi pria dan sangat perlu dilakukan sosialisasi tentang program-program kontrasepsi, sehingga nantinya tidak ada akseptor baik pria atau wanita yang menggunakan alat kontrasepsi dengan terpaksa dan tampa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan, penelitian ini dilakukan di desa Sonhoula di India (Cheng & Mruk, 2013).
29 13 Faktor pendapatan juga memiliki pengaruh terhadap penerimaan kontrasepsi vasektomi, seperti sebuah penelitian di Thailand yang menyatakan alasan utama untuk menjalani vasektomi adalah ekonomi, alasan kesehatan, dan motivator utama untuk mencari informasi tentang vasektomi diperoleh dari teman-teman, kerabat, dan petugas kesehatan setempat, meskipun pengambil keputusan utama adalah laki-laki (Trakulwongse, 1980). Penelitian yang lain tentang faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi, seperti hasil penelitian di Nagfur India, bahwa walaupun memiliki pengetahuan yang tinggi tentang kontrasepsi vasektomi tetapi persetujuan dan niat untuk menggunakan vasektomi masih rendah (Noel & Ajeet, 2014). Hasil penelitian tentang vasektomi tersebut menyatakan bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi antara lain dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, akses layanan, dukungan keluarga dan karena adanya kepedulian pria terhadap kesehatan perempuan dan ada pengaruh lain seperti budaya, ekonomi dan ras dan lain-lain Penerimaan (acceptance) Penerimaan menurut Hurlock (1973) merupakan suatu tingkat kemampuan dan keinginan dari seseorang untuk dapat hidup dengan semua karakteristik yang dimilikinya. Seseorang yang mampu menerima dirinya artinya bahwa sebagai seseorang yang tidak memiliki masalah dengan dirinya, serta tidak mempunyai beban perasaan kepada diri sendiri sehingga orang tersebut lebih banyak medapatkan kesempatan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan.
30 14 Acceptance atau penerimaan menjadi faktor penting terhadap keberhasilan suatu program. Salah satu contoh yaitu penerimaan terhadap kontrasepsi vasektomi, dengan adanya penerimaaan terhadap kontrasepsi vasektomi maka akan membawa dampak bertambahnya jumlah akseptor metode kontrasepsi vasektomi Faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi Sejumlah faktor yang berpengaruh pada penerimaan kontrasepsi vasektomi yaitu pengetahuan, aksesabilitas informasi, dan pendapatan. Telah banyak penelitian yang dilakukan di beberapa negara di dunia untuk mengetahui beberapa faktor yang berpengaruhi penerimaan terhadap kontrasepsi vasektomi. Salah satu penelitian tentang penerimaan yang dipengaruhi oleh faktor pengetahuan yang dilakukan di Nigeria, bahwa penerimaan metode kontrasepsi vasektomi oleh lakilaki sebesar 1,6% dan yang tidak menerima sebesar 5,2%, selain itu penerimaan vasektomi dipengarui oleh rendahnya pengetahuan tentang kontrasepsi vasektomi dan informasi yang tidak lengkap dan tidak benar tentang vasektomi (Akpanu & Nwoke, 2007). Faktor aksesabilitas informasi juga menjadi faktor yang dapat mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi, sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan di Sri Lanka menyatakan bahwa komunikasi interpersonal adalah sumber utama informasi bagi akseptor dan bukan berasal dari media masa (Diaz & MK, 1988). Faktor pendapatan juga memiliki pengaruh terhadap penerimaan kontrasepsi vasektomi, seperti sebuah penelitian di Thailand yang menyatakan alasan utama
31 15 untuk menjalani vasektomi adalah ekonomi, alasan kesehatan, dan motivator utama untuk mencari informasi tentang vasektomi diperoleh dari teman-teman, kerabat, dan petugas kesehatan setempat, meskipun pengambil keputusan utama adalah laki-laki (Trakulwongse, 1980). 2.2 Kerangka Berpikir dan Konsep Dari beberapa hasil penelitian tersebut maka dapat dilihat bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi antara lain dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap, akses layanan, dukungan keluarga dan karena adanya kepedulian pria terhadap kesehatan perempuan dan ada pengaruh lain seperti budaya, ekonomi dan ras dan lain-lain Konsep Pengetahuan Salah satu pelayanan yang tersedia dalam program KB adalah pelayanan kontrasepsi. Pelayanan kontrasepsi akan berhasil dengan baik bila masyarakat mengenal berbagai jenis kontrasepsi yang tersedia. Akan tetapi pengenalan berbagai jenis kontrasepsi ini cukup sulit karena hal ini menyangkut pola pengambilan keputusan dalam masyarakat itu sendiri. Proses pengambilan keputusan untuk menerima suatu inovasi meliputi empat tahap yaitu tahap pengetahuan (knowledge), tahap persuasi (persuasion), tahap pengambilan keputusan (decision), dan tahap konfirmasi (confirmation). Suatu inovasi dapat diterima maupun ditolak setelah melalui tahap-tahap tersebut. Inovasi ditolak bila inovasi tersebut dipaksakan oleh pihak lain, inovasi tersebut tidak dipahami, inovasi tersebut dinilai sebagai ancaman terhadap nilai-nilai penduduk. Sementara
32 16 itu, inovasi yang diterima tidak akan diterima secara menyeluruh tetapi bersifat selektif dengan berbagai macam pertimbangan. Tingkat pengetahuan masyarakat akan mempengaruhi penerimaan program KB di masyarakat. Pengetahuan yang benar tentang program KB termasuk tentang berbagai jenis kontrasepsi akan mempertinggi keikutsertaan masyarakat dalam program KB (Notoatmodjo, 2003) Konsep Sikap Sikap merupakan pandangan atau perasaan yang diikuti sebuah kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan obyek (Purwanto, 1998). Sikap sebagai suatu keadaan mental dan saraf dari kesiapan yang diatur melalui pengalaman yang akan memberikan pengaruh terarah dan dinamik terhadap respon individu pada semua objek dan situasi yang berkaitan dengan diri seseorang. Jadi sikap merupakan suatu tindakan nyata yang dipengaruhi oleh pengalaman yang berpengaruh secara dinamik terhadap respon seseorang (Widayatun, 2009). Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap yaitu seperti berikut. a. Pengalaman pribadi Pengalaman yang terjadi secara tiba-tiba atau mengejutkan yang meninggalkan kesan paling mendalam pada jiwa seseorang. b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting. Dalam pembentukan sikap pengaruh orang lain sangat berperan. Misalnya di dalam kehidupan masyarakat yang hidup di pedesaan, mereka akan mengikuti apa yang diberikan oleh tokoh masyarakat.
33 17 c. Kebudayaan Kehidupan masyarakat dipengaruhi oleh sikap masyarakat yang diwarnai oleh budaya yang dimiliki oleh daerah masyarakat tersebut. d. Media massa Media masa banyak memberikan informasi dan dapat memengaruhi opini masyarakat dan kepercayaan seseorang mengenai suatu hal. Informasi dari media masa mampu memberikan landasan kognitif bagi terbentuknya sebuah sikap. e. Lembaga pendidikan dan lembaga agama Dalam lembaga pendidikan dan lembaga agama berpengaruh dalam pembentukan sikap, hal ini dikarenakan keduanya meletakkan dasar pengertian dan konsep moral di dalam diri individu. f. Faktor emosional Sikap yang didasari oleh emosi yang fungsinya hanya sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan untuk mekanisme pertahanan ego, sikap yang demikian merupakan sikap sementara dan segera berlalu setelah frustasinya hilang Konsep Budaya Kebudayaan merupakan serangkaian aturan-aturan, petunjuk-petunjuk, resep-resep, rencana-rencana, dan strategi-strategi, yang terdiri atas serangkaian model-model kognitif yang digunakan secara kolektif oleh manusia yang memilikinya sesuai dengan lingkungan yang dihadapinya (Spradley, 1972).
34 18 Kebudayaan merupakan pengetahuan manusia yang diyakini akan kebenarannya oleh yang bersangkutan dan yang diselimuti serta menyelimuti perasaan-perasaan dan emosi-emosi manusia serta menjadi sumber bagi sistem penilaian sesuatu yang baik dan yang buruk, sesuatu yang berharga atau tidak, sesuatu yang bersih atau kotor, dan sebagainya. Hal ini bisa terjadi karena kebudayaan itu diselimuti oleh nilai-nilai moral, yang sumber dari nilai-nilai moral tersebut adalah pada pandangan hidup dan pada etos atau sistem etika yang dimiliki oleh setiap manusia. Menurut Notoatmodjo (1993), pengetahuan merupakan domain yang sangat mempengaruhi perilaku seseorang (over persepsi, sikap dan penting untuk terbentuknya behavior). Persepsi, sikap, dan perilaku yang dilandasi oleh kesadaran dan pengetahuan, maka akan menghasilkan sebuah perilaku yang akan bertahan lama atau melekat pada individu tersebut. Seseorang yang memiliki persepsi positif terhadap sesuatu, maka individu tersebut akan berperilaku atau menunjukkan partisipasi yang lebih positif terhadap hal tersebut. 2.3 Landasan Teori Sesuai dengan uraian pada kajian pustaka maka pada penelitian ini menggunakan konsep dari teori Lawrence Green dimana kesehatan masyarakat atau seseorang dipengaruhi oleh faktor perilaku dan faktor diluar perilaku. Perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan
35 19 perilaku petugas terhadap kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku. Sterilisasi bagi pria (vasektomi) merupakan salah satu metode kontrasepsi modern dan efektif. Efektivitas metode vasektomi tidak perlu diragukan lagi (98,85%) asal dapat dilakukan seusai dengan SOP (standar operasional prosedur) yang telah ditetapkan. Beberapa faktor penyebab kurangnya partisipasi pria pada keluarga berencana dan memperhatikan kesehatan reproduksi antara lain yaitu faktor pengetahuan, sikap dan praktek, serta kebutuhan klien, faktor lingkungan yang terdiri dari sosial, budaya masyarakat (agama) dan keluarga/isteri, keterbatasan aksesibilitas dan sumber informasi tentang pelayanan kontrasepsi pria, dan terbatasnya jenis alat kontrasepsi bagi pria (BKKBN, 2007). Pada sebuah artikel tentang, mengapa kita perlu kontrasepsi pria? Maka perlu dilakukan penelitian-penelitian yang lebih lanjut untuk mendapatkan metode kontrasepsi bagi pria dan sangat perlu dilakukan sosialisasi tentang programprogram kontrasepsi, sehingga nantinya tidak ada akseptor baik pria atau wanita menggunakan alat kontrasepsi dengan terpaksa dan tampa mendapatkan penjelasan terlebih dahulu tentang alat kontrasepsi yang akan digunakan, penelitian ini dilakukan di desa Sonhoula di India (Cheng & Mruk, 2013).
36 Model Penelitian Model penelitian yang digunakan mengacu pada teori prilaku yang diciptakan oleh Lawrence Green, dimana faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor Predisposisi Pengetahuan Sikap Budaya Faktor Pendorong Istri Kader Petugas Kesehatan Pemerintah Penerimaan Vasektomi Faktor Pendukung Ketersediaan sarana dan fasilitas Gambar 2.1 Konsep Penelitan diadopsi dari Teori Lawrence Green
37 21 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Studi ini menggunakan rancangan kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Dalam hal ini peneliti pada penelitian kualitatif mencari jawaban atas pertanyaan mengapa dan bagaimana suatu keputusan diambil oleh subyek. Penelitian kualitatif betujuan untuk merangkum secara mendalam perilaku subyek dan alasan-alasan yang mendasari perilaku tersebut (Sastroasmoro, 2011). Penelitian ini berusaha untuk menggali secara lebih mendalam pengalaman nyata yang didasari adanya kesadaran pada partisipan yang digunakan untuk membantu peneliti dalam mengkaji tentang penerimaan kontrasepsi vasektomi dan faktorfaktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi. 3.2 Lokasi Penelitian Pengambilan data dilakukan di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur selama dua bulan yaitu bulan Maret dan April Alasan pemilihan tempat penelitian karena tingginya cakupan akseptor kontrasepsi vasektomi di daerah tersebut, sehingga peneliti tertarik untuk menggali lebih dalam tentang penerimaan vasektomi di Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. 3.3 Jenis dan Sumber Data Jenis Data Data yang dikumpulkan adalah data primer dan data sekunder. Data primer didapatkan melalui wawancara mendalam dengan partisipan yang telah dipilih. Data sekunder diperoleh dari dokumen tertulis yaitu laporan UPTD KB, serta
38 22 catatan lapangan. Data pada penelitian ini berupa uraian dan narasi dari informasi lisan partisipan maupun data sekunder Sumber Data Pada penelitian ini sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari partisipan yaitu pasangan suami istri yang menggunakan vasektomi dan pasangan suami istri yang tidak menggunakan vasektomi. Data sekunder digunakan untuk mendukung penelitian seperti laporan pelayanan KB di Kecamatan Wanasaba dan catatan lapangan Partisipan Penelitian Pada penelitian ini pemilihan partisipan dilakukan dengan prosedur purposive. Partisipan yang dipilih pada penelitian ini memiliki kriteria inklusi yaitu pasangan suami istri yang menggunakan vasektomi sejak tahun 2011, pasangan suami istri yang sudah mendapatkan informasi tentang kontrasepsi vasektomi, pasangan suami istri yang menggunakan kontrasepsi vasektomi maupun yang tidak menggunakan yang dapat berkomunikasi dengan baik dengan menggunakan bahasa Sasak atau bahasa Indonesia, bersedia menjadi informan, mampu memberikan informasi yang dibutuhkan dalam penelitin ini dan bertempat tinggal di wilayah Kecamatan Wanasaba Kabupaten Lombok Timur. Prosedur mencari partisipan dilakukan dengan meminta data akseptor dari UPTD dan tenaga PLKB yang bertugas di Kecamatan Wanasaba untuk mendapatkan informasi mengenai akseptor yang menggunakan metode kontrasepsi vasektomi. Setelah mendapatkan informasi peneliti melakukan kunjungan kepada akseptor yang menggunakan dan tidak menggunakan
39 23 kontrasepsi vasektomi untuk memberikan informasi tentang penelitian yang dilakukan. Apabila pasangan yang menggunakan dan tidak menggunakan vasektomi tersebut bersedia menjadi partisipan, maka dilakukan diskusi tentang waktu dan tempat untuk menggali informasi. Data yang dikumpulkan melalui wawancara mendalam dilakukan pada setiap pasangan pada waktu yang berbeda antara wawancara mendalam kepada suami dan kepada istri. 3.4 Instrumen Penelitian Instrumen penelitian pada penelitian ini adalah peneliti yang berperan sebagai instrumen yang dibantu oleh satu pendamping peneliti yang mencatat dan merekam hasil wawancara mendalam. Peneliti menggunakan pedoman wawancara mendalam untuk menggali secara mendalam penerimaan kontrasepsi vasektomi dan faktor-faktor yang mempengaruhi penerimaan kontrasepsi vasektomi. Instrumen lain yang digunakan antara lain alat perekan suara, buku catatan dan kamera.
40 Metode dan Teknik Pengumpulan Data Metode dan teknik pengumpulan data disajikan dalam bentuk tabel seperti dibawah ini. Jenis data Tabel 3.1 Metode dan teknik pengumpulan data Sumber data Teknik Jumlah Jenis Informasi Data Informan : primer Pasangan suami dan Wawancara 5 pasangan Penerimaan istri yang mendalam dan faktor- menggunakan metode faktor yang kontrasepsi vasektomi. mempengaru Pasangan suami dan 5 pasangan hi istri yang tidak penerimaan menggunakan metode kontrasepsi kontrasepsi vasektomi vasektomi Data Register KB, Laporan Dokumenta Jumlah Sekun tahunan KB. si akseptor, der umur, jumlah istri, jumlah anak. Data dikumpulkan menggunakan lembar pedoman wawancara mendalam dengan menggunakan alat bantu perekam, buku catatan, alat tulis, dan kamera digital. Setiap data yang dikumpulkan dari masing-masing partisipan segera
41 25 dilakukan analisa data hingga mencapai saturasi data, tanpa menunggu data dari semua partisipan terkumpul. 3.6 Metode dan Teknik Analisis Data Analisa data kualitatif merupakan suatu proses yang panjang di mana peneliti bekerja dengan data yang ada, membuat organisasi data, memilah menjadi kesatuan yang dapat diolah, menyintesiskan, mencari serta berupaya menemukan pola, poin-poin yang penting sehingga mampu memutuskan hal apa yang bisa diceritakan kepada orang lain (Bungin, 2012). Pada penelitian ini menggunakan analisis thematic dengan tahapan sesuai dengan yang diuraikan berikut ini (Moleong, 2000). 1. Menyusun transkrip hasil dari wawancara mendalam. 2. Membuat koding. Koding adalah proses pemecahan data menjadi unit-unit yang lebih kecil yang memiliki makna. Selanjutnya dibuat kategori dari unitunit kecil. 3. Membaca ulang transkrip hasil wawancara mendalam untuk melakukan recoding. 4. Membuat kategori informasi yaitu dengan mengelompokkan informasi yang sama dari hasil koding yang telah dibuat dan setiap kategori dianalisis berdasarkan tema penelitian. 5. Melakukan interpretasi terhadap informasi, membuat uraian analisis terperinci mengenai perasaan, pendapat dan persepsi partisipan yang terdapat dalam tema.
42 26 6. Merumuskan uraian mendalam menyangkut keseluruhan fenomena yang diteliti. Triangulasi dilakukan dengan cara melakukan pengecekan ulang terhadap kebenaran informasi yang diperoleh dari partisipan agar mendapatkan konfirmasi informasi. Jenis-jenis triangulasi diantaranya adalah triangulasi peneliti, metode, teori dan sumber data. Triangulasi data yang digunakan pada penelitian ini yaitu triangulasi sumber data yaitu dengan melakukan pengecekan data dengan fakta yang diperoleh dari partisipan yang berbeda, sampai menghasilkan data yang saling memperkuat antara satu data dengan data yang lainnya. 3.7 Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data Hasil analisis data disajikan dengan menggunakan narasi atau uraian sesuai dengan fenomena-fenomena yang ditemukan kemudian dianalisis berdasarkan tema-tema yang telah disusun sebelumnya. Penyajian hasil analisis juga dengan proses induktif dan deduktif dengan tujuan agar pemaparan hasil tidak monoton. 3.8 Etika Penelitian Peneliti mengurus ijin penelitian di Bapeda Kabupaten Lombok Timur. Karena penelitian ini melibatkan masyarakat, peneliti juga mengurus Ethical Clearance dari Komisi Etik Yayasan Kerti Praja Denpasar Bali. Peneliti melakukan koordinasi dengan Badan Pemberdayaan Perempuan Dan Keluarga Berencana karena menggunakan wilayah UPTD Kecamatan Wanasaba sebagai tempat penelitian. Sebelum melakukan wawancara mendalam, partisipan menandatangani pernyataan kesediaan menjadi responden penelitian setelah membaca pernyataan
43 27 penelitian. Setelah selesai wawancara mendalam partisipan diberikan kompensasi sebagai uang lelah pengganti penghasilan yang hilang akibat berpartisipasi dalam penelitian dan sebagai ucapan terima kasih serta penghargaan kepada partisipan.
44 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi pemaparan dari hasil penelitian dan pembahasan dari hasil penelitian. Sebelum masuk ke hasil penelitian dan pembahasan, berikut pemaparan tentang keadaan umum lokasi penelitian dan karakteristik partisipan penelitian Wilayah Geografis, Demografi dan Karakteristik Partisipan Penelitian Penelitian ini berlangsung di Kecamatan Wanasaba, yaitu di desa Wanasaba dan desa Karang Baru. Luas Wilayah Kecamatan Wanasaba sekitar 55,89 km2 yang terdiri dari lahan sawah seluas 22,08 km2, terdiri dari 14 Desa, 87 Dusun, dan 486 Rukun Tetangga (RT). Fasilitas kesehatan yang tersedia di wilayah Kecamatan Wanasaba tahun 2013 terdiri dari 1 Puskesmas, 7 Puskesmas pembantu, 8 Poskesdes, 3 unit praktek dokter, 4 unit praktek bidan, 44 orang dukun bersalin dan sekitar 85 Posyandu. Sarana dan prasarana yang mendukung pelaksanaan program Keluarga Berencana di Kecamatan Wanasaba terdiri dari 6 orang PLKB yang bertanggung jawab untuk 14 desa. Terdapat 89 kelompok KB. Puskesmas, Pustu dan Poskesdes merupakan fasilitas kesehatan yang cukup penting bagi masyarakat, biaya yang relatif murah dan jangkauan yang luas menjadikan Puskesmas, Pustu dan Poskesdes sebagai alternatif bagi sebagian besar masarakat untuk memperoleh layanan kesehatan. 28 1
45 29 Penduduk merupakan faktor dominan dalam pembangunan, disamping sebagai pelaksana, penduduk menjadi sasaran dari luas wilayah desa jumlah pembangunan itu sendiri. Oleh sebab itu pembangunan bidang kependudukan diarahkan pada pengendalian kuantitas, peningkatan kualitas serta pemerataan populasi antar wilayah. Kondisi kependudukan di suatu daerah dipengaruhi oleh kelahiran, kematian dan mobilitas. Disamping faktor alamiah tersebut perkembangan jumlah penduduk juga dipengaruhi oleh intervensi pemerintah melalui program-program kesehatan dan KB. Jumlah penduduk Kecamatan Wanasaba pertengahan tahun 2013 tercatat sebanyak jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak jiwa dan perempuan sebanyak jiwa. Pada tahun 2013 desa yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah desa Mamben Daya yaitu jiwa dengan rincian laki-laki jiwa dan perempuan jiwa, sedangkan desa Karang Baru Timur merupakan desa dengan penduduk paling kecil yaitu 985 jiwa yang terdisi dari 449 jiwa laki-laki dan perempuan 536 jiwa. Pada tahun 2013 penduduk di kecamatan Wanasaba tergolong padat, karena setiap satu kilo meter persegi rata-rata dihuni jiwa, hal itu berarti dalam 100 ha terdapat jiwa penduduk. Di kecamatan wanasaba terdapat 5 desa yang memiliki kepadatan cukup tinggi. Pada kelompok usia tidak produktif 0-14 dan 65 tahun ke atas penduduk laki-laki lebih besar dibanding perempuan, sebaliknya pada kelompok usia produktif, jumlah perempuan 56,67% dari total penduduk yang ada di Kecamatan Wanasaba. Hal ini disebabkan migrasi
46 30 penduduk usia produktif banyak terjadi pada penduduk laki-laki, karena alasan ekonomi untuk mencari pekerjaan bahkan sampai keluar negeri (TKI). Berdasarkan data yang diperoleh, tingkat pendidikan masyarakat di Kecamaan Wanasaba terutama di desa Wanasaba dan desa Karang Baru yaitu yang tertinggi adalah berpendidikan Sekolah Dasar, selanjutnya perpendidikan tidak tamat SD, SLTP, SLTA dan pergurua tinggi. Sebagian besar penduduk di kecamatan Wanasaba bekerja di bidang pertanian, disamping itu dari hasil pendataan Potensi Desa (PODES) tahun 2014 terdapat 5,52% penduduk yang bekerja sebagai tenaga kerja luar negeri, dengan jumlah yang termasuk besar, yaitu jiwa, dengan rincian laki-laki berjum-lah orang dan perempuan 440 orang. Secara sosial budaya masyarakat diwilayah penelitian umumnya percaya dengan peran kader dan petugas kesehatan seperti PLKB, karena kader dan PLKB dapat memberikan informasi dan dapat memfasilitasi masyarakat untuk memperoleh layanan kesehatan kesehatan terutama pelayanan Keluarga Berencana. Penyajian tabel 4.1 berikut ini adalah hasil cakupan akseptor baru kontrasepsi vasektomi dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014 di Kecamatan Wanasaba. Cakupan akseptor baru vasektomi terus meningkat dari tahun 2011 sampai tahun 2014, yang dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
47 31 Tabel 4.1 Hasil Cakupan Akseptor Baru Kontrasepsi Vasektomi No Tahun Akseptor Baru Vasektomi akseptor akseptor akseptor akseptor Peningkatan akseptor vasektomi dari tahun 2011 sampai tahun 2014 didukung oleh adanya program UPPKS (Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Sejahtera) yang sudah berlangsung sejak tahun 1990 dan sempat berganti nama yang dulu bernama UPPKA walaupun tidak membawa dampak yang sangat signifikan untuk meningkatkan cakupan akseptor vasektomi. Program UPPKS terdiri dari sebuah kelompok usaha yang mempunyai struktur kepengurusan yang terdiri dari akseptor KB jenis apapun. Namun sampai saat ini Program UPPKS yang ada di Wanasaba hanya tersisa 1 kelompok dan sudah seperti mati suri atau bisa dikatakan tidak berjalan. Bisa dikatakan bahwa program UPPKS tidak memiliki daya ungkit yang cukup besar dalam meningkatkan jumlah akseptor KB khususnya akseptor vasektomi. Program UPPKS ini tidak ditawarkan oleh PLKB maupun kader serta motivator KB sebelum calon akseptor mau menggunakan kontrasepsi namun kelompok UPPKS dapat diajukan oleh para akseptor setelah mereka menggunakan kontrasepsi jenis apapun dan tidak di khususkan kepada
PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR
TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN WANASABA KABUPATEN LOMBOK TIMUR YUDI ARDIANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENERIMAAN KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN. modern dan efektif. Efektivitas metode vasektomi tidak perlu diragukan lagi
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Sterilisasi bagi pria (vasektomi) merupakan salah satu metode kontrasepsi modern dan efektif. Efektivitas metode vasektomi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. administrasi kependudukan. Estimasi Jumlah penduduk Indonesia tahun 2013
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan di Indonesia sangat kompleks, baik dari segi kualitas, kuantitas, mobilitas/persebaran serta dari sisi data, informasi dan administrasi kependudukan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. jumlah penduduk Indonesia pada tahun 2013 yaitu sebanyak 248 juta jiwa. akan terjadinya ledakan penduduk (Kemenkes RI, 2013).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya laju pertumbuhan penduduk yang terjadi merupakan suatu permasalahan yang dihadapi Indonesia, maka diperlukan perhatian serta penanganan yang sungguh sungguh
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program keluarga berencana merupakan salah satu program pembangunan nasional yang sangat penting dalam rangka mewujudkan keluarga Indonesia yang sejahtera. Peran program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 248,8 juta jiwa dengan
Lebih terperinciNANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
TESIS HUBUNGAN AKTIVITAS SOSIAL, INTERAKSI SOSIAL, DAN FUNGSI KELUARGA DENGAN KUALITAS HIDUP LANJUT USIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA KOTA DENPASAR NANDINI PARAHITA SUPRABA PROGRAM PASCASARJANA
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI
TESIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN IMPLANT PADA WANITA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI FIRDAWSYI NUZULA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
Lebih terperinciVolume 3 / Nomor 1 / April 2016 ISSN :
HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KB KONDOM DI DESA BANGSALAN KECAMATAN TERAS KABUPATEN BOYOLALI The Relationship Between The Knowledge Level And Men s Participation In Family
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kondisi kependudukan di Indonesia saat ini baik yang menyangkut jumlah, kualitas, maupun persebarannya merupakan tantangan yang harus diatasi bagi tercapainya keberhasilan
Lebih terperinciFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR
UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI PRIA DALAM PENGGUNAAN METODE KONTRASEPSI VASEKTOMI DI KECAMATAN PAYANGAN KABUPATEN GIANYAR PANDE PUTRI DWINTASARI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan lebih tinggi dari perkiraan dua tahun yang lalu. Jumlah penduduk dunia pada bulan Juli 2013 mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan telah, sedang dan akan dilaksanakan untuk mengatasi masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah penduduk merupakan salah satu masalah yang dihadapi oleh negara berkembang, termasuk Indonesia. Salah satu masalah kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (1969) yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak dalam
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) merupakan bagian program pembangunan nasional di Indonesia yang sudah dimulai sejak masa awal pembangunan lima tahun (1969) yang bertujuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya ada pada posisi keempat di dunia, dengan laju pertumbuhan yang masih relative tinggi. Esensi tugas program
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perubahan lingkungan strategis baik nasional, regional maupun internasional, telah memberi pengaruh pada program keluarga berencana nasional di Indonesia. Perubahan
Lebih terperinciANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
TESIS ANALISIS JUMLAH, BIAYA DAN FAKTOR PENENTU TERJADINYA SISA MAKANAN PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR NI LUH PARTIWI WIRASAMADI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR
Lebih terperinciFactors that Contribute to the Acceptance of Vasectomy as Contraception Option in East Lombok Regency
Laporan hasil penelitian Faktor yang Berperan pada Penerimaan Kontrasepsi Vasektomi di Kabupaten Lombok Timur Yudi Ardiana 1,2, P. P. Januraga 2,3, Mangku Karmaya 2,4 1 Puskesmas Labuhan Haji, 2 Program
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui
Lebih terperinciFAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN
ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Yeti Yuwansyah Penggunaan alat kontrasepsi sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. tinggi. Berdasarkan hasil Sensus Penduduk pada bulan Agustus 2010 jumlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negara berkembang yang memiliki banyak permasalahan penduduk, salah satunya adalah pertumbuhan penduduk yang tinggi. Berdasarkan hasil
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penduduk adalah salah satu aspek terpenting dalam suatu Negara. Penduduk merupakan modal dasar dan faktor dominan dalam pembangunan serta menjadi titik sentral dalam pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah penduduk terbanyak keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat. Hasil penelitian PRB (Population
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tingginya pertumbuhan penduduk di Indonesia merupakan masalah utama yang dihadapi Indonesia. Dinamika laju pertumbuhan penduduk di Indonesia saat ini cukup tinggi.
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA. Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang )
PENGETAHUAN DAN SIKAP SUAMI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN KEIKUTSERTAAN MENJADI AKSEPTOR KB PRIA Darwel, Popi Triningsih (Poltekkes Kemenkes Padang ) ABSTRACT This research was carried on in Nagari Koto Gaek
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jiwa. Menurut data Badan Pusat Statistik sosial didapatkan laju pertumbuhan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dari tahun ke tahun jumlah penduduk Indonesia terus meningkat. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah penduduk Indonesia tahun 2010 adalah 237,6 juta jiwa. Menurut
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa dan diproyeksikan bahwa jumlah ini
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk salah satu negara sedang berkembang yang tidak luput dari masalah kependudukan. Berdasarkan data hasil Sensus Penduduk tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga
BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kontrasepsi 2.1.1 Definisi Kontrasepsi berasal dari kata kontra yang berarti mencegah dan konsepsi adalah pertemuan antara sel telur dan sel sperma yang mengakibatkan kehamilan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. berkualitas maka pemerintah memiliki visi dan misi baru. Visi baru pemerintah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Untuk mewujudkan penduduk Indonesia yang berkualitas maka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mulai dari penyediaan fasilitas pendidikan, kesehatan, lapangan kerja, dan
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2010 mencapai angka
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pembangunan pada hakikatnya adalah upaya mewujudkan tujuan nasional bangsa Indonesia yang maju, mandiri, sejahtera, berkeadilan, berdasarkan iman dan takwa kepada Tuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. diatas 9 negara anggota lain. Dengan angka fertilitas atau Total Fertility Rate
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan jumlah penduduk terbanyak no. 4 di dunia, yaitu 249 juta jiwa. Di antara negara ASEAN, Indonesia menjadi negara dengan jumlah penduduk
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: pengalaman, seksual, vasektomi. Referensi (108: )
ABSTRAK Pemilihan kontrasepsi dalam rumah tangga merupakan kesepakatan antara suami dan istri sesuai dengan kebutuhan dan keinginan bersama. Peningkatan partisipasi pria dalam penggunaan Keluarga Berencana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Keluarga Berencana merupakan program yang mendunia, hal ini sejalan dengan hasil kesepakan International Conference On Population and Development (ICPD) yang
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN AKDR PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR BARAT
UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PEMAKAIAN AKDR PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR BARAT SANG AYU MADE CHANDRADITA ASTASANI 1120025021 PROGRAM STUDI ILMU KESEHATAN
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. (bkkbn.go.id 20 Agustus 2016 di akses jam WIB). besar pada jumlah penduduk dunia secara keseluruhan. Padahal, jumlah penduduk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jumlah penduduk dunia saat ini 7,2 milyar jiwa (menurut CIA World Factbook Tahun 2015). Indonesia menduduki urutan keempat dengan jumlah penduduk terbanyak setelah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti menghindari kelahiran yang
Lebih terperinci*Fakultas Kesehatan Masyarakat
HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN PRAKTIK ISTERI DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI LINGKUNGAN IV KELURAHAN TELING ATAS KOTA MANADO Richard M. Haryanto*, B. S. Lampus*, Ardiansa Tucunan*. *Fakultas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Dari jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai jumlah penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Program Keluarga Berencana (KB) Nasional yang dicanangkan sejak tahun 1970, kemudian dikukuhkan dan diatur di dalam Undang-Undang Nomor 10 tahun 1992 tentang Perkembangan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Paradigma baru program keluarga berencana Nasional telah di ubah visinya dari mewujudkan Norma Kelurga Kecil Bahagia Sejahtera (NKKBS) menjadi visi untuk mewujudkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Pelayanan Keluarga Berencana (KB) di Indonesia mengalami suatu keadaan stagnan yang ditandai dengan tidak meningkatnya beberapa indikator pelayanan KB yaitu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. keterbatasan. Pertumbuhan penduduk yang pesat dan terbatasnya lahan sebagai sumber
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertambahan jumlah penduduk mengakibatkan kepadatan populasi semakin meningkat. Hal ini akan berpengaruh pada daya dukung lingkungan yang memiliki keterbatasan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang dilihat dari jumlah penduduknya menempati posisi keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat, dengan laju pertumbuhan
Lebih terperinciGASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )
GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka pertumbuhan penduduk yang tinggi merupakan salah satu masalah kependudukan yang masih terjadi di Indonesia. Indonesia berada di urutan keempat negara dengan jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu permasalahan global yang muncul di seluruh dunia, di samping isu tentang global warning, keterpurukan ekonomi, masalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang masih relatif tinggi. 1. Indonesia yang kini telah mencapai 237,6 juta hingga tahun 2010 menuntut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara keempat di dunia setelah Cina, India, dan Amerika Serikat dalam tingkat jumlah penduduk terbesar di dunia dengan laju pertumbuhan penduduk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya menurunkan hak-hak dasar kebutuhan manusia melalui Millenium Development Goals (MDG s) dengan 189 negara anggota Perserikatan Bangsa- Bangsa (PBB) melaksanakan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia berada di urutan ke empat dengan penduduk terbesar di dunia setelah Amerika, China, dan India. Jumlah penduduk Indonesia dari hasil Sensus 2016 mencapai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perbandingan karakteristik...,cicik Zehan Farahwati, FKM UI, 2009
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) berpotensi meningkatkan status kesehatan wanita dan menyelamatkan kehidupannya. Hal tersebut dapat dilakukan dengan cara memungkinkan
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDAK TERPENUHINYA KEBUTUHAN BER-KB (UNMET NEED KB) DI KELURAHAN
UNIVERSITAS UDAYANA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TIDAK TERPENUHINYA KEBUTUHAN BER-KB (UNMET NEED KB) DI KELURAHAN SEMARAPURA KLOD KANGIN KECAMATAN KLUNGKUNG LUH GDE KRISNA DEWI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. yang digunakan dengan jangka panjang, yang meliputi IUD, implant dan kontrasepsi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Alat kontrasepsi jangka panjang (MKJP) adalah alat kontrasepsi yang digunakan untuk menunda, menjarangkan kehamilan, serta menghentikan kesuburan, yang digunakan dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. negara ke-4 di dunia dengan estimasi jumlah penduduk terbanyak yaitu 256 juta jiwa
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan penduduk seharusnya menjadi sumber daya yang sangat dibutuhkan bagi pembangunan penduduk, namun sumber daya sering sebaliknya menjadi beban berat pembangunan
Lebih terperinciTESIS EVALUASI LAYANAN BROADBAND CAMPUS DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 DAN ITIL 3.0 FAJAR TRI PRABOWO
TESIS EVALUASI LAYANAN BROADBAND CAMPUS DENGAN MENGGUNAKAN FRAMEWORK COBIT 4.1 DAN ITIL 3.0 FAJAR TRI PRABOWO PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS EVALUASI LAYANAN BROADBAND CAMPUS
Lebih terperinciUNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB NON MKJP TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA TAHUN 2016
UNIVERSITAS UDAYANA PENGETAHUAN DAN PERSEPSI AKSEPTOR KB NON MKJP TENTANG KONTRASEPSI IMPLAN DI PUSKESMAS I DENPASAR UTARA TAHUN 2016 NI LUH MADE MEGA KARYATI PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS
Lebih terperincipemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363
Lebih terperinciPATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS
PATH ANALYSIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEDIAAN SUAMI SEBAGAI AKSEPTOR VASEKTOMI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SANDEN BANTUL YOGYAKARTA TESIS Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat
Lebih terperinciNASKAH PUBLIKASI. Disusun oleh: ASFARIZA YUDHI PRABOWO
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN METODE KONTRASEPSI PRIA TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP KEIKUTSERTAAN SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA DI GANDOK KALIKAJAR WONOSOBO NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh:
Lebih terperinciFAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR
FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERNCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada
Lebih terperinciSKRIPSI FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR
SKRIPSI FAKTOR DETERMINAN PERILAKU KELUARGA BERENCANA (KB) DENGAN METODE OPERASI PRIA (MOP) DI KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi, sosial, budaya, agama serta lingkungan penduduk. Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kependudukan adalah hal ikhwal yang berkaitan dengan jumlah persebaran, mobilitas, kualitas, kondisi kesejahteraan yang menyangkut politik, ekonomi, sosial, budaya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bayi sebagai upaya untuk menjarangkan jarak kehamilan. terbentuknya keluarga kecil yang berkualitas (BkkbN, 2013)
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang nomor 52 tahun 2009 tentang perkembangan kependudukan dan pembangunan keluarga, keluarga berencana adalah upaya untuk mewujudkan penduduk tumbuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pengendalian pertumbuhan dan jumlah penduduk, memiliki peran terhadap
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk merupakan masalah di suatu negara apabila tidak disertai peningkatan kualitas hidupnya. Laporan BKKBN 2014 menunjukkan tahun 2013, jumlah
Lebih terperinciGAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR
GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DALAM PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DI DESA PASIRANGIN KECAMATAN CILEUNGSI KABUPATEN BOGOR Yati Afiyanti!, Eka Ayu Nofyani ² 1. Program Studi Sarjana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan penduduk yang pesat merupakan masalah demografis yang penting dewasa ini. Indonesia menjadi negara ke-4 sebagai penduduk terbanyak di dunia setelah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai. masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan berbagai masalah. Masalah utama yang dihadapi di Indonesia adalah dibidang kependudukan yang masih tingginya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta India, hal ini telah dipraktekkan sejak berabad-abad yang lalu, tetapi waktu itu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keluarga Berencana (KB) bukanlah hal baru karena menurut catatan-catatan dan tulisan-tulisan yang berasal dari Mesir Kuno, Yunani Kuno, dan Tiongkok Kuno serta India,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. lebih besar menempatkan ibu pada risiko kematian (akibat kehamilan dan persalinan)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi modern memainkan peranan penting untuk menurunkan kehamilan yang tidak diinginkan yang merupakan salah satu penyebab terjadinya kematian ibu. Kehamilan
Lebih terperinciJurnal Magister Kedokteran Keluarga Vol 1, No 1, 2013 (hal 80-91)
HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP AKSEPTOR KB PRIA TENTANG VASEKTOMI SERTA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM VASEKTOMI (DI KECAMATAN TEJAKULA KABUPATEN BULELENG) Ni Putu Dewi Sri Wahyuni 1 Nunuk
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Lampung dari hasil Sensus Penduduk tahun 2010 mencatat jumlah penduduk mencapai 7.608.405 jiwa, sedangkan hasil sensus penduduk tahun 2000 mencatat jumlah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan, mendapatkan kelahiran yang memang sangat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dimana permasalahan keluarga adalah permasalahan sosial yang berarti
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah penduduk besar dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi menjadi problem dalam menghadapi kepadatan penduduk. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia sekitar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ledakan penduduk merupakan masalah yang belum terselesaikan sampai saat ini, pertumbuhan penduduk yang cepat terjadi akibat dari tingginya angka laju pertumbuhan penduduk.
Lebih terperinciPENGARUH KOMPENSASI TERHADA MOTIVASI DAN KINERJA PEGAWAI ADMINISTRASI DI DINAS PENDIDIKAN DISTRIK BAUCAU TIMOR LESTE
TESIS PENGARUH KOMPENSASI TERHADA MOTIVASI DAN KINERJA PEGAWAI ADMINISTRASI DI DINAS PENDIDIKAN DISTRIK BAUCAU TIMOR LESTE ( Study Pada Dinas PendidikanDistrik Baucau Timor Leste) JULIAO FREITAS GUSMAO
Lebih terperinciPENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah yang dihadapi beberapa negara berkembang dewasa ini adalah mengurangi jumlah kemiskinan dengan menggunakan berbagai cara baik melalui peningkatkan infrastruktur
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. peningkatan. Realita yang ada saat ini masih banyak masyarakat yang belum bisa
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang penduduknya sangat padat. Hal ini terlihat dari angka kelahiran yang terjadi di setiap tahunnya mengalami peningkatan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. petugas membantu dalam memilih dan memutuskan jenis kontrasepsi yang akan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Konseling merupakan aspek yang sangat penting dalam pelayanan Keluarga Berencana (KB) dan kesehatan reproduksi. Dengan melakukan konseling berarti petugas membantu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia saat ini menduduki peringkat ke empat untuk jumlah penduduk terbanyak di dunia yaitu sekitar 258 juta jiwa (United Nations, 2015). Dalam kurun waktu 40 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak
1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Jumlah penduduk yang terus meningkat dan sumber daya alam yang tidak memadai menyebabkan usaha pengendalian kelahiran menjadi keharusan. Hal tersebut merupakan tanggung
Lebih terperinciTESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS ANALISIS OVERREACTION PASAR PADA SAHAM WINNER DAN LOSER DI BURSA EFEK INDONESIA I GEDE SURYA PRATAMA NIM : 1390662029 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI MANAJEMEN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI
HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DENGAN SIKAP SUAMI DALAM BER-KB DI DESA WONOREJO WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEDAWUNG I SRAGEN SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar Sarjana Keperawatan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak
Lebih terperinciPROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM PEMAKAIAN KONTRASEPSI DI KELURAHAN MOJOSONGO KECAMATAN JEBRES Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah S1 Kesehatan
Lebih terperinciMORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN
TESIS MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN \ INGRID SARASWATI BAYUSENA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga. alat-alat kontrasepsi atau penanggulangan kelahiran.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah gerakan untuk membentuk keluarga yang sehat dan sejahtera dengan membatasi kelahiran. Dimana perencanaan jumlah keluarga dengan pembatasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat pertambahan penduduk yang demikian telah
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI KB PRIA DI LINGKUNGAN XVIII KELURAHAN TERJUN MEDAN MARELAN
GAMBARAN PENGETAHUAN SUAMI TERHADAP KONTRASEPSI KB PRIA DI LINGKUNGAN XVIII KELURAHAN TERJUN MEDAN MARELAN Lidya Metalia Tampubolon... ABSTRAK Keluarga Berencana (KB) merupakan tindakan yang membantu pasangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat
Lebih terperinciHUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK
HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA Susiana Sariyati Prodi DIII Kebidanan, Universitas Alma ata Yogyakarta
Lebih terperinci