MEMBANGUN SMK BERBASIS POTENSI DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MEMBANGUN SMK BERBASIS POTENSI DAERAH"

Transkripsi

1 KARYA ILMIAH MEMBANGUN SMK BERBASIS POTENSI DAERAH DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING DI ERA MEA Disampaikan dalam Simposium GTK Tingkat Nasional dalam rangka Hari Guru Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan pada tanggal November 2016 Disusun Oleh : NAMA : SITTI NOVI NINARMAN, S.Si NIP : NUPTK : JABATAN : GURU MULTIMEDIA ASAL : SMKN 01 BOMBANA nrivhy@yahoo.com HP : DINAS PENDIDIKAN, PEMUDA DAN OLAHRAGA KABUPATEN BOMBANA PROVINSI SULAWESI TENGGARA 2016

2 MEMBANGUN SMK BERBASIS POTENSI DAERAH DALAM MENINGKATKAN DAYA SAING DI ERA MEA Disampaikan dalam Simposium GTK Tingkat Nasional dalam rangka Hari Guru Nasional yang diselenggarakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan pada tanggal November 2016 Oleh : Sitti Novi Ninarman, S.Si1 nrivhy@yahoo.com PENGANTAR Potensi daerah adalah sebuah kemampuan dasar yang dimiliki oleh suatu daerah tertentu baik dalam sumber daya alam, sosial budaya maupun sumber daya manusia yang dapat dikembangkan sehingga menghasilkan suatu nilai tambah bagi daerah itu sendiri. Pembangunan suatu daerah dikatakan berhasil apabila memiliki kualitas sumber daya manusia yang unggul. Sebab, sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci di dalam reformasi ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta daya saing tinggi dalam persaingan global yang semakin terbuka. Mengingat sejak Tahun 2015 Indonesia bekerja sama dengan negaranegara ASEAN (Association South Each Asia Nation) melalui penandatanganan Asean Economic Community (AEC) atau yang di kenal MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) oleh masyarakat Indonesia. Dengan resminya kerjasama tersebut, maka setiap negara memperbolehkan anggota ASEAN bebas keluar masuk ke negara-negara kawasan ASEAN termasuk Indonesia. Sehingga indonesia harus memiliki kualitas SDM yang unggul agar mampu bersaing dengan negara Asing. Berdasarkan data Kemenakertrans, rincian jumlah pekerja asing yaitu sebanyak (pada tahun 2011), (2012), (2013), (2014), (2015), dan hingga satu semester di tahun 2016 ini (per-30 Juni) sebanyak pekerja. 2 1 Guru Multimedia di SMKN 01 Bombana Kabupaten Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara 2 Sumber : Merdeka.com 1

3 Angka tersebut menunjukkan supaya tenaga kerja di Indonesia perlu meningkatkan kualitas SDM agar terampil dan memiliki daya saing, sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan industri tidak perlu diisi oleh tenaga Asing lagi. Untuk mendapatkan kualitas SDM yang unggul dapat ditempuh melalui pendidikan. Pendidikan yang mengarah pada kualitas dan keterampilan yang unggul dalam menyiapkan SDM yang memiliki daya saing yang handal adalah melalui jalur pendidikan kejuruan. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 pasal 1 Ayat (3) yang menyatakan bahwa Pendidikan kejuruan adalah pendidikan pada tingkat pendidikan menengah yang mengutamakan pengembangan kemampuan siswa untuk dapat melaksanakan jenis pekerjaan tertentu. Sehingga para lulusan pendidikan kejuruan dapat melaksanakan pekerjaan sesuai bakat dan minat serta keterampilan yang dimiliki secara profesional. Hal ini ditegaskan pada Peraturan Pemerintah Nomor 29 Tahun 1990 pada pasal 3 Ayat (2) bahwa tujuan pendidikan menegah kejuruan yaitu mengutamakan penyiapan siswa untuk memasuki lapangan kerja serta mengembangkan sikap profesional. Untuk itu para siswa SMK harus dibekali dengan kompetensi kerja agar memiliki daya saing yang handal baik dalam bersaing dengan tenaga kerja indonesia maupun dengan tenaga kerja Asing. Kompetensi kerja yang dimaksud dalam hal ini yaitu kemampuan kerja setiap individu yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja yang sesuai dengan standar yang ditetapkan. 3 Adanya keahlian/keterampilan yang dimiliki oleh siswa SMK serta kesesuaian kompetensi yang diberikan oleh sekolah dan yang di butuhkan industri diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang pada akhirnya dapat terserap dalam industri. SMK menjadi harapan Pemerintah dapat mengatasi pengangguran, sebab SMK merupakan suatu wadah yang dipersiapkan untuk melatih 3 Undang-Undang RI Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Pasal 1 Ayat 10 2

4 siswa agar menjadi tenaga kerja terampil sesuai bidangnya sehingga langsung diterima di industri. Tetapi kenyataan yang terjadi dilapangan justru menunjukkan tidak adanya penurunan melainkan peningkatan yang sangat tajam dari tahun ketahun. Hal ini berdasarkan data yang dirilis oleh BPS (Badan Pusat Statistik) Pada Februari 2016, tingkat pengangguran terbuka tertinggi pada jenjang pendidikan SMK sebesar 9,84%. Angka tersebut meningkat 0,79% dibandingkan Februari Tabel 1. Pengangguran Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan No. Pendidikan Tertinggi Yang Ditamatkan Februari Februari Februari Februari Februari 1 Tidak/belum pernah sekolah 2 Tidak/belum tamat SD 3 SD 4 SLTP 5 SLTA Umum/SMU 6 SLTA Kejuruan/SMK 7 Akademi/Diploma 8 Universitas Total Sumber: BPS, Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengganguran adalah sebagai berikut: 1. Pertama, besarnya Angkatan Kerja Tidak Seimbang dengan Kesempatan Kerja. Ketidakseimbangan terjadi apabila angkatan kerja jumlahnya lebih besar dari pada kesempatan kerja yang tersedia. Kondisi sebaliknya dilapangan sangat jarang terjadi. 2. Kedua, struktur Lapangan Kerja Tidak Seimbang. 3. Ketiga, kebutuhan jumlah dan jenis para tenaga terdidik dan penyediaan tenaga terdidik tidak seimbang. Apabila kesempatan 4 Data Badan Pusat Statistik (BPS) 3

5 kerja jumlahnya sama atau lebih besar daripada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Alasannya, belum tentu terjadi karena kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia. 4. Keempat, Meningkatnya peranan dan aspirasi Angkatan Kerja Wanita dalam seluruh struktur Angkatan Kerja Indonesia. 5. Kelima, penyediaan dan pendayagunaan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang. Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya keadaan sebaliknya dapat terjadi. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya 5 Salah satu program penting dalam menyelesikan masalah pengangguran yaitu dengan menciptakan lapangan usaha yang berarti harus mencetak wirausaha. Pencetakan wirausaha harus diikuti dengan usaha menumbuh kembangakn jiwa semangat kewirausahaan dalam masyarakat Indonesia (Frinces, 2011:47). Jadi, Lulusan SMK tidak hanya dicetak sebagai tenaga yang siap bekerja melainkan mampu meciptakan lapangan kerja sendiri atau berwirausaha dengan keterampilan yang dimiliki. 6 Dengan seperti itu, para Lulusan SMK tidak harus keluar daerah untuk mencari pekerjaan sesuai jurusan yang mereka miliki melainkan dapat membuka lapangan kerja dengan mengembangkan potensi-potensi yang ada di daerah. Mengingat banyaknya jurusan-jurusan Kejuruan SMK yang tersedia didaerah tidak disesuaikan dengan potensi-potensi daerah yang ada sehingga menyebabkan banyaknya para lulusan SMK yang menganggur bahkan melanjutkan kuliah yang tidak relevan dengan kejuruan yang mereka miliki. 5 Muana, Nanga, Makro Ekonomi, Masalah dan Kebijakan 6 Lindawati 2013 dalam jurnalnya pengaruh pengetahuan dan persepsi siswa tentang wirausaha terhadap minat berwirausaha hal :4 4

6 Di Provinsi Sulawesi Tenggara Kabupaten Bombana terdapat sekolah Kejuruan yang jurusannya tidak relevan dengan kondisi daerah tersebut. Membuka jurusan yang tidak sesuai potensi daerah sehingga menghasilkan lulusan yang tidak terserap dalam dunia kerja sehingga industri yang daerah tersebut diisi oleh tenaga dari luar dikarenakan tidak adanya daya saing dan ketidak relevanan keahlian yang dimiliki untuk diterima. Potensi daerah yang dimiliki Provinsi Sulawesi tenggara seperti Pertambangan, Kelautan, Pertanian, Pariwisata dan Kehutanan bisa menjadi acuan dalam membuka jurusan yang sesuai dengan potensi daerah. Sehingga nantinya para lulusan dapat memberdayakan potensi daerah tersebut agar menghasilkan nilai tambah ekonomi dan membuka peluang kerja. Adanya program Pemerintah mengenai pendidikan vokasi dan berencana menambah jumlah Sekolah Kejuruan merupakan suatu upaya dalam meningkatkan daya saing bangsa. Komposisi vokasi pada umumnya memiliki kurikulum berbasis 60-70% praktek dan 30-40% teori. Kurikulum yang dirancang dan dikembangkan harus didasari dengan prinsip kesesuaian dengan kebutuhan Stakeholders sehingga kualitas lulusan pendidikan kejuruan sesuai dengan tuntutan dunia kerja. MASALAH Identifikasi masalah diperlukan dalam menjelaskan aspek-aspek permasalahan yang akan timbul dan lebih lanjut diteliti, sehingga akan memperjelas arah dalam penelitian. Penulis mengidentifikasi hal-hal sebagai berikut : 1. Semua Lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) diharapkan dapat terserap dalam dunia kerja. Tetapi, pada kenyataanya jumlah pengangguran lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) mengalami peningkatan dari tahun ke tahun itu di buktikan dengan data Pusat Statistik (BPS) Pada Februari 2016, tingkat pengangguran terbuka 5

7 tertinggi pada jenjang pendidikan SMK sebesar 9,84%. Angka tersebut meningkat 0,79% dibandingkan Februari Kompetensi yang dibutuhkan di dunia kerja tidak sesuai yang dimiliki para lulusan pendidikan kejuruan, sehingga lulusan SMK tidak memiliki daya saing. 3. Bagaimana meningkatkan daya saing lulusan SMK di era MEA (Masyarakat Ekonomi Asean)? PEMBAHASAN DAN SOLUSI Membuka Jurusan SMK Berbasis Potensi daerah Potensi daerah merupakan kemampuan dalam memanfaatkan dan mengembangkan suatu daerah untuk menghasilkan nilai ekonomi dalam menunjang keberlangsungan hidup masyarakat sekitar. Potensi yang ada pada suatu daerah dapat berupa potensi sumber daya alam, potensi sosial budaya, potensi sumber daya manusia yang apabila dimanfaatkan dan dikembangkan akan memberikan manfaat bagi manusia. Potensi daerah dapat menghasilkan suatu nilai ekonomi bagi manusia dalam berbagai bidang seperti : Bidang Perikanan, Bidang Pertanian, Bidang Perdagangan, Bidang Peternakan, Bidang Perkebunan, Bidang Perindustrian, Bidang Pertambangan, Dan Bidang Pariwisata. Untuk menghasilkan suatu nilai ekonomi pada potensi dibidang tersebut harus dibarengi dengan kualitas Sumber Daya Manusia yang terampil dan memiliki kemampuan dalam mengelolanya. Upaya untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia dapat dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dalam membentuk dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai tenaga pengisi pembangunan yang sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu mengembangkan kualitas sumber daya manusianya sedini mungkin agar secara terarah, terpadu dan menyeluruh melalui berbagai upaya produktif dan kreatif oleh seluruh komponen bangsa, agar generasi 6

8 muda dapat maju secara optimal disertai dengan hak dukungan dan lingkungan sekitar sesuai dengan potensi yang dimiliki. Jalur pendidikan kejuruan merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempersiapkan SDM yang dapat terserap oleh dunia kerja, sebab materi teori dan praktek telah diberikan sejak pertama masuk di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) dengan harapan kompetensi yang dimiliki lulusan SMK sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Data yang diperoleh bahwa pengangguran SMK dari tahun ketahun mengalami peningkatan. Berdasarkan data pada Februari 2016, tingkat pengangguran terbuka tertinggi pada tingkat pendidikan SMK sebesar 9,84%. Angka tersebut meningkat 0,79% dibandingkan Februari Hal itu dikaitkan dengan tidak adanya kesesuaian kompetensi siswa SMK dengan kebutuhan industri yang disebabkan oleh penggunaan kurikulum yang tidak disesuaikan dengan perkembangan dan kemajuan DU/DI. Kurikulum yang di gunakan di SMK diharapkan dapat membekali lulusannya dengan keterampilan tertentu untuk dapat mengisi lapangan kerja atau membuka lapangan usaha sendiri dalam hal ini kewirausahaan. Dengan adanya jiwa kewirausahaan SMK dapat mengembangkan potensi daerah sebagai modal daya saing bangsa. Untuk itu adanya harapan dalam mengembangkan Kurikulum SMK Berbasis Potensi Daerah guna memanfaatkan dan menambah nilai ekonomi serta daya saing pada daerah tersebut dan kesempatan membuka lapangan pekerjaan. Hal itu sejalan dengan pendapat Oemar Hamalik (2007:90) bahwa pengembangan kurikulum merupakan suatu yang dapat terjadi kapan saja sesuai kebutuhan. Dengan adanya kurikulum berbasis kompetensi daerah diharapkan adanya pengembangan SMK melalui program keahlian yang relevan dengan kebutuhan industri dan potensi daerah sehingga mampu menciptakan link and match SMK dengan dunia kerja baik dalam hal kualitas dan kuantitas SMK itu sendiri. 7

9 Banyaknya contoh yang terjadi dimana lulusan SMK tidak diterima bekerja disebabkan tidak adanya kesesuaian keahlian dan keterampilan yang dimiliki dengan kebutuhan DU/DI. Dengan membuka jurusan SMK berbasis potensi daerah akan memberikan kesempatan kepada lulusan SMK untuk mengembangkan keterampilan dibidangnya sesuai potensi yang ada di daerah itu. Sebagai contoh, SMKN 01 Bombana membuka jurusan Multimedia yang dimana di daerah tersebut potensinya lebih mengarah ke bidang Pertanian. Sehingga yang terjadi para lulusan SMK jurusan Multimedia pada akhirnya harus keluar daerah Bombana ke Kota Kendari atau sekitarnya untuk bekerja. Itupun pekerjaan yang didapatkan para lulusan SMKN 01 Bombana tidak sesuai dengan keahlian yang mereka pelajari selama menempuh pendidikan di SMKN 01 Bombana. Hal ini dikarenakan tidak adanya daya saing yang mereka miliki untuk dapat diterima bekerja di Industri. Disisi lain, para lulusan SMKN 01 Bombana jurusan Multimedia terpaksa harus melanjutkan pendidikan yang tidak relevan dengan kompetensi keahlian yang mereka peroleh. Hal ini sudah menjadi fenomena yang terjadi dari tahun ketahun. Berbicara kurikulum SMK berbasis potensi daerah yang mengarah dan relevan dengan jurusan yang ada di SMKN 01 Bombana di bidang pertanian yaitu jurusan ATPH (Agrobisnis Tanaman pangan dan Holtikutura). Tetapi hal itu belum mengimbangi tingginya Angka pengangguran dan peluang kerja bagi para lulusan SMK jurusan ATPH di SMKN 01 Bombana. Hal tersebut disebabkan kurangnya fasilitas sarana dan prasarana yang dimiliki oleh sekolah dalam membekali para siswa SMKN 01 Bombana jurusan ATPH untuk mengembangkan keahlian mereka dibidang itu. Sehingga kualitas SDM yang diharapkan pada lulusan SMKN 01 Bombana untuk mengelola potensi daerah tidak dapat berjalan sesuai harapan. Penggunaan kurikulum SMK berbasis potensi daerah sebenarnya akan lebih memberikan manfaat ekonomi bagi daerah dalam 8

10 meningkatkan daya saing apabila dibarengi dengan fasilitas sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran baik dari segi materi teori dan praktek, laboratorium, bahan dan alat praktek, buku referensi serta tenaga pendidik yang terlatih dan profesional dibidangnya yang mengikuti perkembangan dan kemajuan teknologi. Sehingga guru sebagai tenaga pendidik dapat mengembangkan kompetensi profesionalnya sesuai dengan kemajuan teknologi dan kemajuan industri yang nantinya dapat untuk diimplementasikan pada kompetensi kejuruan yang sebagai bekal kesiapan yang matang bagi para siswa di SMK yang ada. Berbicara kurikulum berarti keterkaitan atau segala sesuatu yang memiliki hubungan dengan segala bentuk aktivitas atau kegiatan yang ada dalam dunia pendidikan yang dapat dimana dapat mempengaruhi para peserta didik serta dapat mewujudkan tujuan pendidikan. Kurikulum yang diterapkan harus sejalan dengan perhatian Pemerintah terhadap dunia pendidikan Kejuruan dengan penyediaan fasilitas yang lengkap dan proses atau kegiatan pembelajaran baik teori maupun praktek, alat dan bahan praktek yang disesuaikan dengan kemajuan industri, adanya pelatihan buat guru kejuruan dalam mengembangkan kompetensi profesionalnya sesuai perkembangan teknologi. Sehingga apa yang menjadi tujuan SMK dalam meningkatkan kualitas SDM dan mencetak tenaga kerja terampil dan ahli di bidangnya dapat tercapai dan memliki daya saing yang handal. Kalau Pemerintah hanya membuat kurikulum saja tidak dibarengi dengan pemenuhan kebutuhan yang dibutuhkan oleh SMK dan kesesuain perkembangan industri, hal yang mustahil bagi SMK untuk mencetak tenaga terampil yang memiliki daya saing yang diharapkan akan kualitas dan kuantitas SDM. Sehingga apa yang diharapkan pada SMK akan tenaga terampil yang dihasilkan tidak akan pernah tercapai. Adanya Program Pemerintah tentang pendidikan vokasi dengan menambah jumlah SMK untuk menambah daya saing bangsa sepertinya menjadi tanda tanya besar akan kesiapan Pemerintah dalam mengatasi 9

11 pengangguran. Hal itu disebabkan SMK yang ada sekarang masih memberikan sumbangsi yang cukup besar bagi bangsa dalam mencetak pengangguran dengan predikat penganggguran terdidik. SMK yang notabene di persiapkan menjadi tenaga terampil tetapi pada kenyataannya lebih banyak mencetak pengangguran. Sehingga menjadi PR bersama bagi semua yang terlibat di dalamnya untuk membenahi bukan kurikulumnya tetapi kesiapan kita dalam mengembangkan dan meningkatkan pendidikan kejuruan tersebut. Menginggat adanya perubahan-perubahan kurikulum, dari kurikulum KTSP sampai Kurikulum 2013 yang dalam penerapannya pun tidak merata dan belum menunjukkan kemajuan yang signifikan dalam mencetak tenaga terampil dari SMK. Seharusnya kurikulum yang dibuat diharapkan dapat diimplementasikan bagi lulusan SMK didunia kerja dan disesuaikan dengan kebutuhan dan potensi daerah sekitar. Sehingga para lulusan SMK dapat berwirausaha dan membuka lapangan kerja dengan memberdayakan potensi daerah yang ada. Kalaupun masih ada lulusan SMK yang tidak siap untuk berwirausaha mereka dapat dipersiapkan untuk bekerja diluar negeri dengan keterampilan dan daya saing yang telah dibekali kepada mereka. Sehingga itu perlunya penerapan yang sejalan antara kurikulum berbasis potensi daerah dengan kompetensi kewirausahaan dan kompetensi bahasa. Dengan adanya kompetensi kewirausahaan dan kompetensi bahasa yang diajarkan maka penerapan kurikulum berbasis potensi daerah diharapkan dapat membantu bangsa dalam mengatasi pengangguran sebab sudah ada solusi yang ditawarkan. Pertama Kurikulum berbasis potensi daerah memberikan peluang kepada lulusan SMK untuk mengembangkan dan mengelola potensi daerah yang ada. Kedua kompetensi kewirausahaan memberikan rasa semangat bagi para lulusan SMK dalam menciptakan sesuatu hal yang baru secara kreatif dan inovatif dalam mewujudkan nilai tambah ekonomi bagi daerah sehingga lulusan SMK dapat menciptakan peluang kerja 10

12 dengan kualitas dan kuantitas SDM yang mereka miliki. Ketiga kompetensi Bahasa dapat memberikan kesempatan kepada para Lulusan SMK yang tidak terserap di industri tanah Air untuk bisa bersaing diluar negeri dengan tenaga kerja Asing. Karena dengan kemampuan dalam menguasai bahasa untuk berkomunikasi menjadi hal yang utama sebagai modal besar bagi lulusan SMK dapat bersaing di Era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). Kompetensi Bahasa yang diberikan kepada SMK selain bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris seharusnya Bahasa ASEAN pun wajib dipelajari guna mempermudah dalam berkomunikasi di era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN). SMK berbasis potensi daerah adalah SMK yang di dalamnya memuat kolaborasi antara kurikulum berbasis potensi daerah dengan kompetensi kewirausahaan dan kompetensi bahasa. Yang dimana kolaborasi tersebut merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan tetapi saling mengisi dan melengkapi. Sebagai contoh di SMKN 01 Bombana menerapkan kurikulum berbasis potensi daerah bidang pertanian, jurusan yang relevan dengan bidang itu adalah ATPH (Agrobisnis Tanaman Pangan dan Holtikultura). Dengan kompetensi yang telah dipelajari di SMK maka para lulusan tersebut dapat mengelola Pertanian yang ada di Bombana yang dapat menghasilkan nilai ekonomi Sehingga kompetensi kewirausahaan yang dimiliki lulusan SMK dapat menjadikan peluang besar bagi lulusan SMK dalam meciptakan lapangan kerja bagi lulusan SMKN 01 Bombana maupun masyarakat sekitar. Hal demikian akan berhasil apabila didukung oleh Pemerintah dalam menerapkan kurikulum berbasis potensi daerah dengan kolaborasi antara kompetensi kewirausahaan dan kompetensi Bahasa. Bentuk dukungan Pemerintah dalam mewujudkan keberhasilan kurikulum berbasis potensi daerah tersebut yaitu dengan menyediakan fasilitas sarana prasarana pembelajaran seperti gedung sekolah yang layak; laboratorium sesuai standar industri pertanian; materi teori dan praktek disesuaikan dengan perkembangan teknologi industri pertanian; alat dan 11

13 bahan praktik yang digunakan sesuai kebutuhan industri pertanian; perpustakaan yang lengkap sesuai referensi tentang industri pertanian; tenaga terampil dalam mendidik dalam ini yaitu guru yang harus dilatih kompetensi profesionalnya berdasarkan perkembangan teknologi industri pertanian; dan Pimpinan yang memiliki daya dukung dalam penerapannya disekolah; serta unsur-unsur masyarakat yang terlibat. Membangun SMK berbasis potensi daerah yaitu dengan menyiapkan para siswa SMK untuk mengembangkan potensi daerah dengan cara memberikan materi baik pengetahuan, keterampilan dan sikap kerja terkait potensi daerah dengan kemajuan dan perkembangan teknologi serta kesesuaian kebutuhan industri. Selain itu, mengajarkan siswa SMK tentang tatacara berkomunikasi yang baik sehingga dalam mengembangkan potensi daerah tersebut tidak mengalami kendala dalam hal ini siswa SMK diajak terjun langsung dalam dunia usaha seperti bagaimana membuka usaha, mengelola, mengembangkan, memelihara, memasarkan dan menghasilkan nilai ekonomi bagi para siswa SMK dan masyarakat sekitar dengan kerja sama antara Pemerintah dan Industri. Sehingga dengan adanya ilmu yang dimiliki dan pengalaman yang diajarkan dalam berwirausaha akan sangat membantu lulusan SMK dapat terserap didunia kerja. Dalam membangun SMK berbasis potensi daerah dapat menggunakan prinsip pengembangan seperti : 1. Prinsip relevansi : SMK yang dibangun, jurusannya harus menyesuaikan dengan potensi daerah; materi atau mata pelajaran yang diajarkan pada jurusan harus sesuai dengan potensi daerah dan kemajuan teknologi serta kebutuhan industri; program yang dibuat harus berdasarkan pada pengembangan potensi daerah, kebutuhan masyarakat sekitar, serta kemampuan siswa SMK itu sendiri; serta dibutuhkan kerja sama antara Pemerintah dan Industri dalam menyiapkan para siswa untuk dapat magang sesuai jurusannya. 12

14 2. Prinsip fleksibilitas : dalam pelaksanaannya SMK yang dibangun harus bisa menyesuaikan situasi dan kondisi potensi daerah baik dari segi tempat dan waktu pelaksanaannya yang mengikuti perkembangan teknologi dan kemajuan industri maupun latar belakang para siswa SMK yang memiliki kemampuan yang berbeda-beda baik segi material maupun non material. 3. Prinsip kontinuitas; SMK yang dibangun harus memerhatikan adanya kesinambungan antara lulusan SMK baik masa sekarang maupun masa nanti. Sehingga dalam penerapannya harus disesuaikan dengan tingkatan kelasnya, materinya, prakteknya yang berdasarkan dengan kemajuan teknologi dan kebutuhan industri serta kebutuhan lapangan kerja itu sendiri. 4. Prinsip efisiensi; SMK dyang dibangun dalam pelaksanaannya harus terkait dengan efisiensi waktu, tenaga, dan peralatan yang akan menghasilkan efisiensi biaya. 5. Prinsip efektivitas; terkait dengan efektifitas mengajar guru dan efektifitas belajar siswa sehingga tujuan akan tercapai dengan baik. Dengan adanya kerja sama antara Pemerintah dan Industri menyiapkan kebutuhan itu maka dalam rangka membangun SMK berbasis potensi daerah dalam meningkatkan daya saing era MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN) akan berhasil diterapkan disetiap daerah dan menjadi solusi dalam mengatasi pengangguran dan menjadi modal bangsa dalam mempersiapkan tenaga kerja yang handal. 13

15 KESIMPULAN DAN HARAPAN PENULIS a. Kesimpulan Berdasarkan uraian diatas penulis menarik kesimpulan bahwa Dalam meningkatkan daya saing lulusan SMK di era Masyarakat Ekonomi Asean, kurikulum SMK harus fokus pada kurikulum berbasis potensi daerah yang didukung dengan kompetensi berbasis kewirausahaan, dan kompetensi berbasis bahasa serta peran Pemerintah dan industri dalam bekerja sama memfasilitas program tersebut baik dari segi material maupun non material. b. Harapan Penulis Penulis mengharapkan adanya kerjasama Pemerintah dan industri untuk memberikan perhatian agar dapat membantu program tersebut sehingga dapat berjalan dengan baik. 14

16 DAFTAR PUSTAKA Tirtarahardja, Umar dan S.L. La Sulo Pengantar Pendidikan. Jakarta : Rineke Cipta Winarno, Budi, 2008, Globalisasi: Peluang atau Tantangan Bagi Indonesia, Jakarta: Erlangga. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1990 Tentang Pendidikan Menengah. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Muana, Nanga, Makro Ekonomi, Masalah dan Kebijakan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Frinces, Z. Heflin. (2011). Be An Entrepreneur (Jadilah Seorang Wirausaha) Kajian Strategis Pengembangan Kewirausahaan. Yogyakarta: Graha Ilmu. Nasution, S Kurikulum dan Pengajaran. Bandung: Bumi Aksara. Oemar Hamalik, (2007). Dasar-dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung : PT Remaja Rosda Karya Tarigan, Henry Guntur Strategi Pengajaran dan Pembelajaran bahasa. Bandung : Angkasa Sugono, Dendy, dkk Kamus Besar bahasa Indonesia Pusat Bahasa. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama Merdeka.com. (2016). Jumlah tenaga kerja asing di Indonesia per tahun cuma 70 ribu orang. [online]: /jumlah-tenaga-kerja-asing-di-indonesia-per-tahun-cuma-70-ribuorang.html. diakses tanggal 7 November 2016

17 Badan Pusat Statistik. (2016). Terbuka Menurut Pendidikan Tertinggi yang ditamatkan [online] view/id/972. diakses tanggal 8 November 2016

18

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun Tertinggi yang Ditamatkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada tahun 2015 Indonesia harus menghadapi persaingan global yang semakin terbuka, kerjasama Indonesia dengan negara-negara Association South Each Asia Nation (ASEAN)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan

BAB I PENDAHULUAN. dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi negara merupakan hal yang sangat penting untuk dicapai karena setiap negara menginginkan adanya proses perubahan perekonomian yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti

BAB I PENDAHULUAN. berubah menjadi maju atau lebih berkembang dengan sangat pesat, seperti 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan zaman, manusia ikut serta mengiringi perkembangan tersebut. Perkembangan tersebut mengakibatkan banyak hal yang berubah menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas dan handal di bidangnya masing-masing. memandirikan siswa didik. Dengan beberapa acuan perundangan tersebut jelas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan teknologi sangat mempengaruhi perekonomian masyarakat untuk menghadapi era globalisasi, bukan hanya masyarakat terpencil saja bahkan seluruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja.

BAB I PENDAHULUAN. disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan di. meningkatkan produktivitas kreativitas, kualitas, dan efisiensi kerja. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan nasional merupakan bagian yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan dengan pembangunan pendidikan dan latihan kerja. Dalam GBHN dinyatakan

Lebih terperinci

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI)

2017 ANALISIS STRATEGI KEMITRAAN BURSA KERJA KHUSUS (BKK) DENGAN DUNIA USAHA DAN DUNIA INDUSTRI (DU/DI) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu bagian dari pendidikan formal yang dirancang untuk dapat menghasilkan lulusan pada jenjang menengah yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha.

BAB I PENDAHULUAN. sebagian pihak yang menjadikan kewirausahaan ini sebagai trend-trend-an. enggannya lulusan perguruan tinggi untuk berwirausaha. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era globalisasi, persaingan mencari kerja semakin kompetitif sementara lapangan pekerjaan yang ditawarkan terbatas, kondisi tesebut menuntut mahasiswa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas ini diupayakan melalui sektor pendidikan baik pendidikan sekolah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era globalisasi, upaya pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan suatu keharusan agar dapat mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan:

BAB I PENDAHULUAN. Ganda (PSG), sebagai perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam. Dikmenjur (2008: 9) yang menciptakan siswa atau lulusan: BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap terjun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gun Gun Gunawan, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi

Lebih terperinci

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG

2015 PENGARUH KOMPETENSI SISWA TERHADAP DAYA SAING LULUSAN PADA PROGRAM ADMINISTRASI PERKANTORAN DI SMKN 11 BANDUNG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa banyak perubahan dalam berbagai kehidupan manusia dan lingkungan bisnis, tidak terkecuali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional.

BAB I PENDAHULUAN. Scoreboard (2009), dituntut untuk memiliki daya saing dalam dunia usaha internasional. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada abad 21, perekonomian ditandai dengan globalisasi ekonomi dimana negaranegara didunia menjadi satu kekuatan pasar. Indonesia sebagai negara yang menempati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan

BAB I PENDAHULUAN. berkreasi serta melakukan inovasi secara optimal yaitu mewujudkan gagasangagasan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pada suatu Negara yang sedang berkembang, peran para wirausahawan tidak dapat diabaikan terutama dalam melaksanakan pembangunan. Suatu bangsa akan berkembang

Lebih terperinci

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan

BAB I. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan. yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah lembaga pendidikan kejuruan yang tujuan utamanya mempersiapkan siswa menjadi tenaga kerja andal dengan mengutamakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebutuhan masyarakat yang semakin tinggi terhadap pendidikan bermutu menunjukkan bahwa pendidikan telah menjadi satu pranata kehidupan sosial yang kuat dan berwibawa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang dinamis sesuai dengan perubahan masyarakat dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam era informasi saat ini,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. erat. Hal ini terbukti dengan adanya fakta bahwa perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi ini pembangunan sumber daya manusia memiliki arti yang sangat penting. Dalam era tersebut diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Shinta Aryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Shinta Aryanti, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah Menengah Kejuruan merupakan sekolah yang bertujuan menciptakan lulusan yang memiliki kemampuan dan keahlian agar dapat langsung bekerja sesuai dengan minat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. peradaban yang lebih sempurna. Sebagaimana Undang Undang Dasar Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dewasa ini memiliki andil penting dalam kemajuan bangsa. Andil tersebut tentunya menuntun manusia sebagai pelaku pendidikan menuju peradaban yang

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan

BAB. I PENDAHULUAN. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah salah satu wahana pendidikan formal, yang mempunyai tujuan mempersiapkan para siswanya untuk menjadi tenaga kerja tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dibandingkan. seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pengangguran merupakan produk dari ketidakmampuan pasar kerja dalam menyerap angkatan kerja yang tersedia. Selain itu pengangguran terjadi disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membawa dampak bagi segala aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan membawa persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan yang terus berubah dan hampir semua orang melaksanakan pendidikan karena pendidikan itu tidak pernah terpisahkan dalam kehidupan manusia. Menurut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Naima Hady, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tantangan pendidikan saat ini dan masa yang akan datang adalah menyiapkan tenaga kerja dalam jumlah dan mutu yang sesuai dengan kebutuhan berbagai sektor,

Lebih terperinci

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Pendidikan Vokasi Bercirikan Keunggulan Lokal Oleh: Istanto W. Djatmiko Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta Peran Kebudayaan dalam Pembangunan Pendidikan Berkelanjutan Salah satu fungsi pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA (masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan di Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA (masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman saat ini sangat mempengaruhi sistem pendidikan di Indonesia. Dengan diberlakukannya MEA (masyarakat ekonomi asean) di tahun 2016, tidak hanya membuka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap

Lebih terperinci

SEMINAR NASIONAL PELUANG DAN TANTANGAN ALUMNI PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNM MENYONGSONG ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA)

SEMINAR NASIONAL PELUANG DAN TANTANGAN ALUMNI PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNM MENYONGSONG ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) PELUANG DAN TANTANGAN ALUMNI PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN UNM MENYONGSONG ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Mithen Lullulangi 1, dan Anas Arfandi 2 1,2 Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena

BAB I PENDAHULUAN. ini, banyak usaha atau bahkan industri yang menolak para pelamar kerja karena BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, salah satu masalah yang menarik untuk dikaji yaitu berkaitan dengan penyelenggaraan pendidikan adalah mengenai kesiapan kerja siswa. Saat ini, banyak

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian ini dalam

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian ini dalam 162 BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI A. KESIMPULAN Kesimpulan yang dapat dirumuskan dari hasil penelitian ini dalam kaitannya dengan pengujian hipotesis serta berdasarkan deskripsi data yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai hukum dasar, UUD 1945 merupakan sumber hukum tertulis, dimana seluruh segi kehidupan bangsa dan negara di atur di dalamnya. Dalam pembukaan Undang Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan

BAB I PENDAHULUAN. Penataan SDM perlu terus diupayakan secara bertahap dan berkesinambungan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rendahnya kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan masalah mendasar yang dapat menghambat pembangunan dan perkembangan ekonomi nasional. Penataan SDM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk

I. PENDAHULUAN. Teknologi (IPTEK) yang semakin kompleks di berbagai bidang kehidupan. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang tengah berkembang, saat ini sedang menuju suatu modernisasi. Hal ini terlihat dari adanya perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Agus Komar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan diharapkan mampu melahirkan calon-calon penerus pembangunan yang sabar, kompeten, mandiri, kritis, rasional, cerdas, kreatif, dan siap menghadapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja.

BAB I PENDAHULUAN. perwujudan kebijaksanan dan Link and Match. Dalam prosesnya, PSG ini. relevansi pendidikan dengan tuntutan kebutuhan tenaga kerja. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) adalah pendidikan formal yang memiliki pola pelatihan khusus untuk mengarahkan peserta didik agar menjadi lulusan yang siap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bebas ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Tantangan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. bebas ASEAN ECONOMIC COMMUNITY (AEC) Tantangan tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di tatanan dunia abad 21 ini menuntut masyarakat Indonesia supaya mampu menghadapi tantangan-tantangan pertumbuhan ekonomi global yang ada. Salah satu tantangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesatnya perkembangan zaman di era globalisasi dan Industrialisasi dengan bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia telah banyak menimbulkan permasalahan, salah

Lebih terperinci

ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL

ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL ANALISIS PELAKSANAAN UJIAN KOMPETENSI PRODUKTIF DALAM PEMBENTUKAN SUMBER DAYA MANUSIA UNGGUL (Studi Kasus Pada Siswa Program Keahlian Akuntansi SMK Negeri 1 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008) SKRIPSI Untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. peradaban bangsa yang bermartabat. Hal ini ditegaskan dalam Undang-undang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan nasional berfungsi untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dalam rangka mengembangkan kamampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Sumber Daya Manusia (SDM) seluruh kemampuan atau potensi penduduk yang berada di dalam suatu wilayah tertentu dengan semua karakteristik atau ciri demografis,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan

BAB I PENDAHULUAN. Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Banyaknya para pencari kerja di Indonesia tidak di imbangi dengan banyaknya lapangan pekerjaan yang mengakibatkan banyak orang tidak mendapatkan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerja pada umumnya relatif rendah dikarenakan rendahnya pendidikan dan latihan. setiap tahunnya tidak dapat terserap sepenuhnya.

BAB I PENDAHULUAN. kerja pada umumnya relatif rendah dikarenakan rendahnya pendidikan dan latihan. setiap tahunnya tidak dapat terserap sepenuhnya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dewasa ini sedang menghadapi beberapa keprihatinan nasional terutama di bidang ketenagakerjaan. Pertambahan penduduk

Lebih terperinci

KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA

KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA Tugas Individu : Tugas 7 Filsafat Pendidikan Kejuruan Dosen : Dr. Hj. Hasanah Nur. MT. KUANTITAS PROPORSI SMK : SMA Oleh ; Muhammad Riska Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Program Pascasarjana Universitas

Lebih terperinci

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo *

MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * MENILIK KESIAPAN DUNIA KETENAGAKERJAAN INDONESIA MENGHADAPI MEA Oleh: Bagus Prasetyo * Dalam KTT Association of Southeast Asian Nation (ASEAN) ke-9 yang diselenggarakan di Provinsi Bali tahun 2003, antar

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS A. Kajian Teori 1. Praktek Kerja Industri (Prakerin) a. Pengertian Praktik Kerja Industri Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu strategi dimana setiap peserta mengalami proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan

BAB I PENDAHULUAN. bidang pendidikan, bidang sosial dan lain sebagainya, sehingga memberikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi seperti sekarang ini setiap Negara di seluruh dunia semakin terbuka dalam segala bidang usaha seperti bidang politik, bidang industri, bidang pendidikan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah

BAB I PENDAHULUAN. sebenarnya bukan baru-baru ini saja terjadi. Fenomena pengangguran terdidik telah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tingkat pertumbuhan angkatan kerja yang cepat dan pertumbuhan lapangan kerja yang relatif lambat menyebabkan masalah pengangguran yang ada di suatu daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan zaman dimana kebudayaan, moral maupun tingkat ketergantungan manusia meningkat. Kondisi kebutuhan dan tantangan dunia kerja di era

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kewirausahaan merupakan bagian penting dalam pembangunan. Kewirausahaan dapat diartikan sebagai the backbone of economy yaitu syaraf pusat perekonomian atau sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan berkembang kearah perekonomian global. Industrinya dituntut untuk mampu bersaing dipasar regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan investasi sumber daya manusia jangka panjang yang mempunyai nilai strategis bagi kelangsungan peradaban manusia di dunia. Hampir semua

Lebih terperinci

Penguatan Pelibatan DU/DI dalam Upaya Revitalisasi SMK

Penguatan Pelibatan DU/DI dalam Upaya Revitalisasi SMK Artikel Penguatan Pelibatan DU/DI dalam Upaya Revitalisasi SMK Oleh : Dedy Iswanto, S.Pd. Guru SMK Diponegoro Lebaksiu Kab. Tegal A. Pengantar Dalam rangka meningkatkan produktivitas rakyat dan daya saing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan,

BAB I PENDAHULUAN. era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan bertambah pesatnya jumlah penduduk di Indonesia dalam era globalisasi dan industrialisasi dewasa ini menimbulkan banyak permasalahan, termasuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam era globalisasi persaingan antar negara di dunia melalui industrialisasi dan teknologi informasi menjadi semakin ketat dan tajam yang sudah barang tentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan bangsa Indonesia sebagaimana yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa diatur dalam Undang-Undang Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencapai tujuan pembangunan nasional. Seiring dengan laju pembangunan saat ini telah banyak pengaruh era globalisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya pemerintah untuk menghadapi tantangan era globalisasi adalah dengan peningkatan mutu manusia Indonesia melalui perbaikan mutu pendidikan untuk semua jalur pendidikan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar yang terencana, terprogram dan berkesinambungan membantu peserta didik mengembangkan kemampuannya secara optimal, baik aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan di era globalisasi sekarang ini menyebabkan meningkat dan bervariasinya kebutuhan manusia. Hal tersebut mendorong tumbuhnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan dunia pendidikan tidak terlepas dari perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan dunia pendidikan tidak terlepas dari perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan dunia pendidikan tidak terlepas dari perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek), artinya bahwa perkembangan Iptek harus diikuti oleh perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan potensi Sumber Daya Manusia (SDM) melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan tersebut diselenggalarakan pada semua jenjang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yang berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yang berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 yang berkaitan dengan tuntutan peningkatan kualitas pendidikan di Indonesia pada era reformasi sekarang, kelemahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keterkaitan secara sinergis, antara lain kebijakan, kurikulum, tenaga pendidik dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas sumber daya manusia Indonesia yang rendah disebabkan oleh rendahnya kualitas pendidikan yang dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling keterkaitan

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUN 2013

RENCANA KINERJA TAHUN 2013 RENCANA KINERJA TAHUN 2013 KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN SMK SPP NEGERI SEMBAWA PALEMBANG 2012 KATA PENGANTAR Puji Syukur Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas tersusunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pengertian Judul Pengertian judul : SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN MESIN DAN OTOMOTIF BERSTANDAR INTERNASIONAL DI SOLO BARU (PENEKANAN PADA ARSITEKTUR BIOKLIMATIK) adalah sebagai berikut:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour

BAB I PENDAHULUAN. Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dimulainya AFTA (Asean Free Trade Area) dan AFLA (Asean Free Labour Area) pada tahun 2003 yang lalu, APEC pada tahun 2010, dan kesepakatan WTO (world trade organization)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan titik berat pembangunan dalam memasuki era global. Era globalisasi dan pasar bebas tingkat AFTA dan AFLA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin. pelaksanaan pembangunan serta dalam menghadapi era globalisasi. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor penting untuk menjamin perkembangan dan kelangsungan kehidupan suatu bangsa. Perkembangan dunia pendidikan sejalan dengan

Lebih terperinci

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA TESIS. Oleh : Ties Setyaningsih

MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA TESIS. Oleh : Ties Setyaningsih MANAJEMEN SUMBER DAYA MANUSIA DALAM IMPLEMENTASI KURIKULUM BERBASIS KOMPETENSI DI SMK NEGERI 9 SURAKARTA TESIS Oleh : Ties Setyaningsih NIM : Q.100040077 Program Studi :Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sekolah menengah umum dan kejuruan sedikit ada. perbedaan, dimana Sekolah menengah umum lebih menekankan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sekolah menengah umum dan kejuruan sedikit ada. perbedaan, dimana Sekolah menengah umum lebih menekankan untuk BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sekolah menengah umum dan kejuruan sedikit ada perbedaan, dimana Sekolah menengah umum lebih menekankan untuk menyiapkan siswa untuk melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber daya manusia yang berkualitas sangat diperlukan dalam pembangunan suatu bangsa. Dinamika pembangunan di Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18

BAB I PENDAHULUAN. menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad ke 17, konsep kewirausahaan berkembang dengan menitikberatkan pada konsep risiko (Sumarsono, 2013). Kemudian pada abad 18 berkembang pandangan bahwa wirausaha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya.

BAB I PENDAHULUAN. seamkin baik pula kualitas sumber daya manusianya. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masalah pendidikan adalah merupakan masalah yang sangat penting dalam kehidupan. Karena masalah pendidikan itu tidak dapat dipisahkan dari kehidupan. Baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fortunata Merry Octaria, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan jumlah penduduk yang setiap tahunnya bertambah. Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian internal dalam pembangunan. Proses pendidikan tak dapat dipisahkan dari proses pembangunan itu sendiri. Berbicara tentang proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab.

BAB I PENDAHULUAN. perilaku seseorang sebagai usaha mencerdaskan manusia melalui kegiatan. manusia dewasa, mandiri dan bertanggung jawab. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan zaman yang semakin modern terutama pada era globalisasi saat ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah satu wahana untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada

BAB I PENDAHULUAN. potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas pendidikan terus-menerus dilakukan baik secara konvensional maupun inovatif dalam menghadapi berbagai tantangan yang dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan teknologi yang sangat cepat pada saat ini membawa dampak bagi tatanan kehidupan yang ditandai dengan meningkatnya persaingan yang tinggi sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu

BAB I PENDAHULUAN. bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan titik tolak perwujudan generasi muda untuk siap bersaing di era globalisasi dan tuntutan zaman. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai

BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI. Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai BAB IV KONDISI TENAGA KERJA KONSTRUKSI 4.1 Umum Tenaga kerja konstruksi merupakan bagian dari sektor konstruksi yang mempunyai peran yang signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional. Dalam Analisis Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. DIY, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. DIY, maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis data tentang studi eksplorasi tentang Bisnis Center sebagai laboratorium pembelajaran kewirausahaan di Perguruan Tinggi di DIY, maka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Banyaknya masyarakat yang sulit menemukan lapangan pekerjaan menimbulkan banyak sekali pengangguran khususnya di Kota Denpasar. Jumlah pencari kerja yang lebih

Lebih terperinci

BAB. I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Visi Pembangunan Pertanian adalah terwujudnya sistem pertanian bioindustri

BAB. I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG Visi Pembangunan Pertanian adalah terwujudnya sistem pertanian bioindustri Laporan Tahunan SMK-PPNegeri Sembawa / 205 BAB. I PENDAHULUAN. LATAR BELAKANG Visi Pembangunan Pertanian adalah terwujudnya sistem pertanian bioindustri berkelanjutan yang menghasilkan beragam pangan sehat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Horne (Mulyasana, 2011, h. 5) menyatakan bahwa : peserta didik untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat menentukan bagi perkembangan dan perwujudan diri individu, terutama bagi pembangunan bangsa dan negara. Kemajuan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. negara. Pendidikan tidak terlepas dari Kurikulum pendidikan yang telah

BAB I PENDAHULUAN. negara. Pendidikan tidak terlepas dari Kurikulum pendidikan yang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha untuk melakukan proses pembelajaran bagi peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan yang diterapkan di suatu negara. Pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada hakikatnya merupakan suatu upaya menyiapkan manusia agar mampu mandiri, menjadi anggota masyarakat yang berdayaguna untuk ikut serta dalam

Lebih terperinci

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR

2015 RELEVANSI MATA PELAJARAN PAKET KEAHLIAN TEKNIK SEPED A MOTOR SMK D ENGAN KOMPETENSI KERJA YANG D IBUTUHKAN D ALAM BID ANG SERVICE SEPED A MOTOR BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan diharapkan dapat menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, juga dapat menghasilkan SDM yang mampu menjadi ahli dan dapat bekerja dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kesepakatan untuk menjadi bagian dari MEA atau masyarakat ekonomi ASEAN yang akan diberlakukan mulai tahun ini, tidak hanya membuka arus perdagangan barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. commit to user

BAB I PENDAHULUAN. commit to user BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ditengah ketatnya persaingan dalam memasuki dunia kerja, para calon tenaga kerja dituntut untuk memiliki mental kuat, pengetahuan dan keterampilan yang memadai dan sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. kerja dengan penawaran angkatan kerja yang tersedia. upaya menumbuhkembangkan kewiraswastaan kepada masyarakat luas

I. PENDAHULUAN. kerja dengan penawaran angkatan kerja yang tersedia. upaya menumbuhkembangkan kewiraswastaan kepada masyarakat luas I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pengangguran merupakan masalah bangsa kita yang belum bisa dicari jalan keluarnya sampai saat ini. Dan ini bersumber pada ketidakseimbangan antara pertumbuhan angkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan (Saiman, 2009:22). Masalah pengangguran telah menjadi momok BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pengangguran menjadi permasalahan di Indonesia. Pengangguran terjadi karena perbandingan antara jumlah penawaran kesempatan kerja tidak sebanding dengan jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik bekerja sendiri atau bekerja sebagai bagian dari suatu kelompok sesuai

BAB I PENDAHULUAN. baik bekerja sendiri atau bekerja sebagai bagian dari suatu kelompok sesuai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Sekolah menengah Kejuruan ( SMK ) merupakan salah satu bentuk satuan pendidikan formal yang menyelenggarakan pendidikan kejuruan pada jenjang pendidikan menengah sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan Pembangunan Nasional Indonesia adalah mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan UUD 1945

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu, hal tersebut dapat dilihat dari semangat dan prestasi belajar siswa

BAB 1 PENDAHULUAN. tertentu, hal tersebut dapat dilihat dari semangat dan prestasi belajar siswa BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Setiap siswa mempunyai perhatian khusus terhadap mata pelajaran tertentu, hal tersebut dapat dilihat dari semangat dan prestasi belajar siswa terhadap pelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1. Tingkat pengangguran terbuka penduduk usia 15 tahun ke atas menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia menghadapi masalah keterbatasan kesempatan kerja bagi para lulusan perguruan tinggi dengan semakin meningkatnya pengangguran intelektual beberapa

Lebih terperinci