PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATA PELAJARAN PKn. Mahardika Eka Ananta

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATA PELAJARAN PKn. Mahardika Eka Ananta"

Transkripsi

1 PROBLEMATIKA PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL MATA PELAJARAN PKn Mahardika Eka Ananta Prodi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Universitas Negeri Malang Jl. Semarang 5 Malang Slytherun_rdd@yahoo.co.id Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui masalah yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian yang dilakukan pada MAN di Kota Batu menghasilkan pemecahan problematika pembelajaran kontekstual. Kendala yang terjadi dalam pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn adalah waktu, guru, karakter siswa dan referensi. Upaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembelajaran adalah guru berusaha untuk mencari waktu lain untuk materi yang belum dilaksanakan secara maksimal dan guru bisa mengikuti pendidikan nonformal seperti workshop, seminar atau lokakarya yang masih berhubungan dengan pengembangan pembelajaran, dan guru harus memikirkan pembelajaran yang lebih efektif menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta membuat siswa lebih nyaman bukan pembelajaran yang konvensional. Untuk mengatasi keterbatasan referensi yaitu guru memberi tahu bahwa referensi bukan hanya ada di buku saja tetapi bisa mencari bahan dari internet atau media cetak ataupun elektronik. Kata Kunci: Problematika, Pembelajaran Kontekstual, Mata Pelajaran PKn A. Latar Belakang Masalah Penelitian ini menelaah mengenai masalah-masalah yang terjadi pada pembelajaran kontekstual di sekolah terutama pada mata pelajaran PKn. Pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang proses pembelajarannya memberikan keleluasaan kepada siswa

2 untuk aktif dan membangun kebermaknaan sesuai dengan pemahaman yang mereka miliki sehingga meningkatkan aktifitas siswa dalam proses belajar. Pendekatan Contextual Teaching And Learning (CTL) sejalan dengan fungsi pendidikan nasional yaitu mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggungjawab ( Pasal 3 Undang- Undang Sistem Pendidikan Nasional No 20 Tahun 2003: 5). Maka sesuai dengan pasal diatas, pembelajaran kontekstual dalam pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan sangat diperlukan demi terwujudnya cita-cita yang ada di dalam undang-undang Sistem Pendidikan Nasional. B. LANDASAN TEORI Menurut Suprijono (2009:79) mendefinisikan Pembelajaran Kontekstual sebagai konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga. Pembelajaran kontekstual memuat 7 komponen yang saling ketergantungan yang tidak bisa dipisahkan. Menurut Komalasari (2010:13-14) ada 7 (tujuh) komponen utama pembelajaran kontekstual yaitu konstruktivisme (constructivism), menemukan (inkuiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community), pemodelan (modeling), refleksi (reflection), dan penilaian autentik (authenthic assessment). Disamping peran guru sangat penting dalam pembelajaran kontekstual di dalam kelas, terdapat beberapa faktor-faktor yang menjadi kendala yang terjadi dalam pembelajaran kontekstual, menurut Komalasari (2010: ) bahwa faktor-faktor yang menjadi kendala dalam pembelajaran kontekstual adalah (1) kepemimpinan kepala sekolah yang kurang mendukung; (2) sarana dan prasarana yang pembelajaran (media, alat, dan sumber

3 pembelajaran (buku) tidak memadai; (3) kualitas guru masih rendah dan tidak merata; (4) kondisi siswa (latar belakang siswa, motivasi belajar, budaya baca) kurang mendukung; (5) biaya dan dana tidak memadai; (6) keterbatasan waktu ; (7) dukungan orang tua, masyarakat dan instansi sebagai sumber belajar; (8) kejelasan kurikulum dan tingkat kesulitan materi dalam kurikulum. C. Permasalahan Penelitian 1. Bagaimanakah pemahaman guru tentang pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn di MAN Malang II Batu? 2. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn di MAN Malang II Batu? 3. Apa sajakah kendala yang terjadi dalam pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn di MAN Malang II Batu? 4. Bagaimana upaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembelajaran konstekstual pada mata pelajaran PKn di MAN Malang II Batu? 5. Bagaimana prospektif pelaksanaan pembelajaran konstekstual dalam mata pelajaran PKn di MAN Malang II Batu? D. Harapan Hasil Penelitian 1. Bagi guru dapat melaksanakannya dalam setiap program pembelajaran di dalam kelas. 2. Bagi Peneliti: sebagai wahana untuk mengkaji secara ilmiah model pembelajaran kontekstual yang ada di sekolah berdasarkan teori-teori yang pernah diperoleh di bangku kuliah. 3. Bagi Jurusan Hukum dan Kewarganegaraan : sebagai bahan referensi untuk menambah kajian pustaka ilmiah yang dapat menunjang dan membantu perkuliahan di jurusan Hukum dan Kewarganegaraan.

4 METODE Penelitian ini membahas tentang problematika pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn dengan menggunakan pendekatan kualitatif karena penelitian ini berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan arti data-data yang terkumpul dengan memberikan perhatian dan merekam sebanyak mungkin aspek yang diteliti dengan menggunakan metode observasi(pengamatan), wawancara, dan studi dokumentasi. Data-data yang dimaksud adalah kendala-kendala yang terjadi di dalam pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn seperti kendala mengenai waktu, guru, karakter siswa dan referensi. Lokasi penelitian adalah MAN MALANG II BATU. Sampel diambil secara purposive. Respondennya adalah guru mata pelajaran PKn kelas X, XI, dan kelas XII serta siswa yang dapat memberikan informasi tentang permasalahan yang diteliti. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi (pengamatan), wawancara, dan studi dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara mereduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Menurut Moleong (2010:9-10) penelitian kualitatif 1) Menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan jamak; 2) Metode ini secara menyajikan secara tidak langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden; 3) Metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Menurut Moleong (2010:11) bahwa metode deskriptif adalah suatu bentuk laporan penelitian yang datanya berasal dari kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka. Semua yang data yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa yang sudah diteliti. Peneliti menganalisis data yang sangat kaya tersebut dan sejauh mungkin dalam bentuk aslinya. Hal itu hendaknya dilakukan seperti orang merajut sehingga setiap bagian ditelaah satu demi satu.

5 HASIL Temuan penelitian ini adalah problematika pembelajaran kontekstual dan mata pelajaran PKn dapat mengetahui apa saja kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual. Kendala yang terjadi pada pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn di MAN MALANG II Batu berikut: Kendala-kendala yang terjadi dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual sebagai a. Waktu Guru sering kali kekurangan waktu dalam memberi materi, waktunya hanya 2x45 menit sehingga kesulitan untuk membawa siswa terjun langsung ke lapangan. b. Guru 1) Guru kurang menggunakan metode belajar yang beragam sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Hal tersebut kurang meningkatkan pemahaman siswa terhadap kompetensi yang disampaikan oleh guru. 2) Kurangnya semangat kerja dari guru untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual. 3)Adanya sikap terkondisi pada diri guru untuk menerapkan pembelajaran konvensional dalam melaksanakan KBM. 4)Dan belum mengerti pembelajaran kontekstual itu pembelajaran seperti apa. c. Karakter Siswa Karena karakteristik siswa yang beragam baik dari segi intelektual, biologis, dan psikologis, jadi guru masih belum optimal dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual.

6 d. Referensi Referensi yang digunakan oleh siswa kurang yaitu siswa berpatokan pada buku teks saja Upaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn di MAN MALANG II Batu Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn dalam kegiatan belajar-mengajar di MAN MALANG II Batu sebagai berikut: a. Waktu Guru berusaha untuk mencari waktu lain untuk materi yang belum dapat dilaksanakan secara maksimal agar materi tersebut bisa terlaksana. b. Guru 1) Guru bisa mengikuti pendidikan nonformal seperti workshop, seminar atau lokakarya yang masih berhubungan dengan pengembangan pembelajaran 2) Peran kepala sekolah untuk memberi tahu guru untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual itu perlu karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 3) Peran kepala sekolah untuk mengawasi kinerja guru dan memberi saran untuk membentuk kelompok belajar sesuai dengan pembelajaran kontekstual sehingga pembelajaran yang dilakukan lebih efektif, dan terus berupaya untuk memotivasi siswa dengan penghargaan berupa poin atau ucapan selamat bagi siswa aktif memberikan pendapat, aktif dalam menanggapi pendapat temannya satu kelas sehingga lebih bersemangat dalam mengikuti KBM.

7 c. Karakter Siswa Guru harus memikirkan pembelajaran yang lebih efektif, lebih mengaktifkan siswa dan yang terpenting adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta membuat siswa lebih nyaman bukan pembelajaran yang konvensional. Guru harus menjalin komunikasi yang lebih akrab dengan seluruh siswa, memotivasi siswa selalu semangat, tidak takut dan malu dalam mengemukakan pendapat. d. Referensi Untuk mengatasinya keterbatasan referensi yaitu guru memberi tahu bahwa referensi bukan hanya ada di buku saja tetapi bisa mencari bahan dari internet atau media cetak ataupun elektronik untuk kelangsungan pembelajaran sehingga siswa tidak terpaku pada buku yang tedapat di perpustakaan yang jumlahnya terbatas. PEMBAHASAN Pemahaman Guru tentang Pembelajaran Kontekstual pada Mata Pelajaran PKn di MAN Malang II Batu Pemahaman guru tentang pembelajaran kontekstual di MAN MALANG II Batu bisa disebutkan antara lain: Yang pertama adalah konsep belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata ke dalam kelas dan mendorong siswa untuk membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. Pernyataan di atas sama dengan Suprijono (2009:79). Pembelajaran Kontekstual atau Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan konsep yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata dan mendorong

8 peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga. Pemahaman guru yang ke dua adalah bahwa siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajari terkait dengan apa yang telah diketahui oleh siswa dan kegiatan yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari siswa, Pernyataan di atas sama dengan (Nurhadi, 2002:4). Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah diciptakan dalam proses belajar, agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pemahaman yang keempat adalah Kaedah pembelajaran yang menggabungkan isi kandungan dengan pengalaman harian siswa, masyarakat dan alam pekerjaan serta menyediakan pembelajaran secara konkrit. Hal ini sama dengan Suprijono (2009:79) Pembelajaran kontekstual merupakan prosedur pendidikan yang bertujuan membantu peserta didik memahami makna bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya dengan konteks kehidupan mereka sendiri dalam lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Pelaksanaan Pembelajaran Kontekstual pada Mata Pelajaran PKn di MAN Malang II Batu Persiapan sebelum mengajar adalah faktor penting untuk guru dalam melaksanakan suatu pembelajaran di kelas. Guru harus mempersiapkan apa saja yang ingin diajarkan pada siswa, terutama mempersiapkan perangkat pembelajaran yang disertai dengan menggunakan metode pembelajaran yang menunjang. Media harus mendukung, bahan ajar atau sumber belajar serta alat bantu secara baik. Setelah semua persiapan mengajar sudah di lakukan maka

9 guru dapat melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas secara maksimal. Berbagai macam metode belajar, media penunjang, alat bantu, bahan ajar, dan format penilaian yang sesuai dengan apa yang telah direncanakan di dalam Rencana Program Pembelajaran (RPP), SK/KD serta silabus dan sistem penilaiannya dapat diterapkan guna menciptakan pembelajaran secara kontekstual. Sebagaimana yang diungkapkan oleh ( Sanjaya, 2005:51) Pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu sistem kegiatan yang bertujuan membelajarkan siswa. Proses pembelajaran itu merupakan suatu kegiatan yang melibatkan berbagai komponen. Itulah pentingnya setiap guru memahami sistem pembelajaran. Melalui pemahaman sistem, minimal guru akan memahami tentang tujuan pembelajaran atau hasil yang diharapkan, proses kegiatan pembelajaran yang harus dilakukan, pemanfaatan setiap komponen dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dan bagaimana mengetahui keberhasilan pencapaian tersebut. Sebelum pelajaran dimulai, para siswa di MAN Malang II Batu diwajibkan membaca ayat-ayat Al-qur an terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran. Pada hari senin-kamis dan hari sabtu siswa wajib membaca doa dan bershalawat kepada nabi, sedangkan hari Jum at diwajibkan untuk membaca surat Yasin. Siswa yang tidak hafal boleh membaca Al-quran yang telah disediakan oleh pihak sekolah. Hal ini jarang ditemui pada sekolah-sekolah lain khususnya di sekolah umum. Selanjutnya guru membuka pelajaran dengan salam pembuka serta menanyakan kabar siswa. Setelah itu guru melakukan eksplorasi dengan memberi tiga soal untuk siswa dengan cara tanya jawab atau kuis terhadap siswa dengan maksud untuk mengetahui pemahaman siswa dan mengawali membuka pemikiran siswa. Cara tersebut agar siswa dapat mengaitkan manfaat/peran penguasaan kompetensi dalam kehidupan siswa dengan kompetensi terdahulu yang telah dipelajari.

10 Guru setiap menjelaskan materi selalu memberikan contoh pengetahuan yang sedang popular yang sedang terjadi di masyarakat kemudian dibangun oleh siswa sedikit demi sedikit, yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas (sempit). Pengetahuan bukanlah seperangkat fakta-fakta, konsep-konsep, atau kaidah yang siap untuk diambil dan diingat. Siswa harus mengonstruksikan pengetahuan itu dan memberi makna melalui pengalaman nyata. Nurhadi (2002:4) menyatakan: Pendekatan kontekstual adalah salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pentingnya lingkungan alamiah diciptakan dalam proses belajar, agar kelas lebih hidup dan lebih bermakna karena siswa mengalami sendiri apa yang dipelajarinya. Pendekatan kontekstual merupakan pendekatan yang memungkinkan siswa untuk menguatkan, memperluas, dan menerapkan pengetahuan dan keterampilan akademik dalam berbagai macam tatanan kehidupan, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Pada saat masuk kegiatan belajar mengajar guru menulis indikator dan SK/KD yang hendak dicapai agar pembelajaran sesuai dengan apa yang tercantum dalam indikator dan SK/KD. Setelah itu guru menerangkan materi yang baru dengan menjelaskan inti-intinya saja selama beberapa menit dan barulah siswa yang aktif kembali. Guru hanya mengarahkan saja tetapi yang bertindak siswanya. Guru tidak selamanya berceramah di depan kelas karena hal itu merupakan model konvensional dan akan membuat siswa menjadi bosan. Guru mengamati kegiatan yang dilakukan oleh siswa, baik diskusi yaitu belajar memecahkan masalah secara kelompok dan sesekali melakukan interaksi dengan siswa lainnya. Sebagaimana disebutkan oleh Sulhan (2006:7) Penyelenggaraan pembelajaran adalah salah satu tugas utama seorang guru, dimana pembelajaran dapat diartikan suatu sistem atau proses membelajarkan subyek didik/pembelajaran yang direncanakan atau didesain, dilaksanakan, dan di evaluasi secara sistematis agar subyek didik/pembelajar dapat mencapai tujuantujuan pembelajaran secara efektif dan efisien yaitu mencapai tujuan pembelajaran

11 sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada saat mengajar PKn guru memiliki sumber belajar sebagai bahan dasar dari materi yang akan disampaikan. Adapun sumber belajar utama dipakai guru adalah sarana cetak seperti buku teks, LKS, dan buku yang relevan dengan materi pelajaran serta didukung dengan artikel koran, gambar-gambar, berita televisi dan lingkungan sekitar. Setiap akhir pelaksanaan kegiatan belajar mengajar guru beserta siswa selalu melaksanakan kegiatan refleksi untuk melihat sejauh mana penguasaan materi yang telah dikusai oleh siswa dan melihat keberhasilan guru dalam mencapai penyampaian materi kepada siswa. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Komalasari (2010: 13-14) Refleksi adalah bagian penting dalam pembelajaran kontekstual. Refleksi merupakan upaya untuk melihat kembali, mengorganisir kembali, menganalisis kembali, mengklarifikasi kembali, dan mengevaluasi hal-hal yang telah dipelajari. Dengan memikirkan apa yang baru saja dipelajari, menelaah dan merespons semua kejadian, aktivitas, atau pengalaman yang terjadi dalam pembelajaran, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan yang baru diperolehnya merupakan pengayaaan atau bahkan revisi dari pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Kesadaran seperti ini penting ditanamkan kepada siswa agar bisa bersikap terbuka terhadap pengetahuan-pengetahuan baru. Penilaian pada mata pelajaran PKn di MAN Malang II Malang dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual yang dilakukan oleh guru, juga beragam sesuai dengan sub bab yang telah selesai diberikan. Penilaian yang dilakukan terdri dari 2 macam, yaitu (1)penilaian konsep, terdiri dari ulangan harian dan ulangan umum serta (2) penilaian praktek terdiri dari lembar kerja siswa, lembar pengamatan, dan kuis. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Komalasari (2010: 13-14)

12 Penilaian Autentik adalah upaya pengumpulan berbagai data yang bisa memberikan gambaran perkembangan peserta didik. Data dikumpulkan dari kegiatan nyata yang dikerjakan peserta didik pada saat melakukan pembelajaran. Gambaran perkembangan pengalaman belajar siswa ini perlu diketahui guru setiap saat bisa memastikan benar tidaknya proses belajar siswa. Dengan demikian, penilaian autentik diarahkan pada proses mengamati, menganalisis, dan penafsiran data yang telah terkumpul ketika dalam proses pembelajaran siswa berlangsung. Kendala yang terjadi pada pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn di MAN Malang II Batu berikut: Kendala-kendala yang terjadi dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual sebagai a. Waktu Guru sering kali kekurangan waktu dalam memberi materi, waktunya hanya 2x45 menit sehingga kesulitan untuk membawa siswa terjun langsung kelapangan. Hal tersebut sama dengan Komalasari (2010: ) menyebutkan: Salah satu dari kendala yang dihadapi oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual adalah masalah keterbatasan waktu. b. Guru 1) Guru kurang menggunakan metode belajar yang beragam sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru. Hal tersebut kurang meningkatkan pemahaman siswa terhadap kompetensi yang disampaikan oleh guru. 2)Kurangnya semangat kerja dari guru untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual. 3)Adanya sikap terkondisi pada diri guru untuk menerapkan pembelajaran konvensional dalam melaksanakan KBM.

13 4)Dan belum mengerti pembelajaran kontekstual itu pembelajaran seperti apa. c. Karakter Siswa Karena karakteristik siswa yang beragam baik dari segi intelektual, biologis, dan psikologis, jadi guru masih belum optimal dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual. Hal tersebut sama dengan Komalasari (2010: ) menyebutkan kondisi siswa (latar belakang siswa, motivasi belajar, budaya baca) kurang mendukung karena disebabkan oleh karakter yang berbeda-beda dan tingkat kepandaian siswa yang bermacam-macam. d. Referensi Referensi yang digunakan oleh siswa kurang yaitu siswa berpatokan pada buku teks saja Upaya mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn di MAN Malang II Batu Berdasarkan temuan penelitian yang didapatkan maka Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn dalam kegiatan belajar-mengajar di MAN MALANG II Batu sebagai berikut: a. Waktu Guru berusaha untuk mencari waktu lain untuk materi yang belum dapat dilaksanakan secara maksimal agar materi tersebut bisa terlaksana. b. Guru 1) Guru bisa mengikuti pendidikan nonformal seperti workshop, seminar atau lokakarya yang masih berhubungan dengan pengembangan pembelajaran

14 2) Peran kepala sekolah untuk memberi tahu guru untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual itu perlu karena dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. 3) Peran kepala sekolah untuk mengawasi kinerja guru dan memberi saran untuk membentuk kelompok belajar sesuai dengan pembelajaran kontekstual sehingga pembelajaran yang dilakukan lebih efektif, dan terus berupaya untuk memotivasi siswa dengan penghargaan berupa poin atau ucapan selamat bagi siswa aktif memberikan pendapat, aktif dalam menanggapi pendapat temannya satu kelas sehingga lebih bersemangat dalam mengikuti KBM. c. Karakter Siswa Guru harus memikirkan pembelajaran yang lebih efektif, lebih mengaktifkan siswa dan yang terpenting adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta membuat siswa lebih nyaman bukan pembelajaran yang konvensional. Guru harus menjalin komunikasi yang lebih akrab dengan seluruh siswa, memotivasi siswa selalu semangat, tidak takut dan malu dalam mengemukakan pendapat. Hal tersebut sama dengan (Nurhadi, 2003: 20-21) menyebutkan: Guru harus mempertimbangkan keragaman siswa dengan begitu guru dapat mengklasifikasikan dan merencanakan pembelajaran yang sesuai untuk memberikan pembelajaran yang bermakna. d. Referensi Untuk mengatasinya keterbatasan referensi yaitu guru memberi tahu bahwa referensi bukan hanya ada di buku saja tetapi bisa mencari bahan dari internet atau media cetak ataupun elektronik untuk kelangsungan pembelajaran sehingga siswa tidak terpaku pada buku yang tedapat di perpustakaan yang jumlahnya terbatas.

15 Prospektif pelaksanaan pembelajaran kontekstual dalam mata pelajaran PKn di MAN Malang II Batu Prospektif pembelajaran kontekstual menurut guru sebagai berikut: (a) Guru sangat mengharapkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan semaksimal mungkin, dengan dibantu oleh sekolah, dalam artian sekolah mencukupi segala sarana dan prasarana serta mengadakan pelatihan untuk cara pengoperasiannya, sehingga pelajaran dapat berjalan dengan baik ; (b) Sekolah dan kurikulum diharapkan dapat memberikan alokasi waktu yang cukup untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual, sehingga pelajaran dapat berjalan dengan baik, siswa memiliki pola pikir yang baik dan mau mencari ilmu sendiri, baik di sekolah maupun di luar sekolah serta dapat mengaplikasikan ilmu secara faktual maupun secara teori ; (c) Prospektif pembelajaran kontekstual sangat bagus dikarenakan siswa belajar dari kehidupan sehari-harinya yang kemudian dibawa ke kelas kemudian didiskusikan. Hal tersebut sama dengan Komalasari (2010:242) Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Pemahaman sebagian guru PKn tentang pembelajaran kontekstual di MAN MALANG II Batu masih kurang, dalam artian guru sudah memahami pembelajaran kontekstual dalam aspek teori, tetapi dalam aspek prakteknya guru belum memahami dan belum sesuai dengan pembelajaran kontekstual yang sesuai dengan teori yang ada. Hal tersebut dibuktikan dengan adanya waktu peneliti melakukan obsevasi, guru dalam melakukan pembelajaran tidak sesuai RPP dan silabus yang dibuatnya. Tetapi pembelajaran yang dilakukan guru tersebut sesuai dengan tujuan pembelajarannya. Dapat diketahui bahwa guru yang melakukan pembelajaran

16 kontekstual di MAN Malang II Batu sudah sesuai dengan komponen-komponen pembelajaran kontekstual seperti komponen konstruktivistik (constructivism), menemukan (inquiri), bertanya (questioning), masyarakat belajar (learning community) pemodelan (modeling), refleksi (reflection) dan penilaian autentik (authentic assessment). Kendala-kendala yang terjadi dalam melaksanakan pembelajaran kontekstual adalah waktu, guru, karakter siswa dan referensi. Upaya yang dilakukan untuk mengatasi kendala yang dihadapi dalam pembelajaran kontekstual pada mata pelajaran PKn dalam kegiatan belajar-mengajar di MAN MALANG II Batu sebagai berikut: a. Waktu Guru berusaha untuk mencari waktu lain untuk materi yang belum dapat dilaksanakan secara maksimal agar materi tersebut bisa terlaksana. b. Guru Guru bisa mengikuti pendidikan nonformal seperti workshop, seminar atau lokakarya yang masih berhubungan dengan pengembangan pembelajaran c. Karakter Siswa Guru harus memikirkan pembelajaran yang lebih efektif, lebih mengaktifkan siswa dan yang terpenting adalah menciptakan suasana belajar yang menyenangkan serta membuat siswa lebih nyaman bukan pembelajaran yang konvensional. d. Referensi Untuk mengatasinya keterbatasan referensi yaitu guru memberi tahu bahwa referensi bukan hanya ada di buku saja tetapi bisa mencari bahan dari internet atau media cetak ataupun elektronik untuk kelangsungan pembelajaran sehingga

17 siswa tidak terpaku pada buku yang tedapat di perpustakaan yang jumlahnya terbatas. Prospektif pembelajaran kontekstual menurut guru sebagai berikut: (a) Guru sangat mengharapkan bahwa pembelajaran kontekstual dapat dilaksanakan semaksimal mungkin, dengan dibantu oleh sekolah, dalam artian sekolah mencukupi segala sarana dan prasarana serta mengadakan pelatihan untuk cara pengoperasiannya, sehingga pelajaran dapat berjalan dengan baik (b) Sekolah dan kurikulum diharapkan dapat memberikan alokasi waktu yang cukup untuk melaksanakan pembelajaran kontekstual, sehingga pelajaran dapat berjalan dengan baik, siswa memiliki pola pikir yang baik dan mau mencari ilmu sendiri, baik di sekolah maupun di luar sekolah serta dapat mengaplikasikan ilmu secara faktual maupun secara teori ; (c) Prospektif pembelajaran kontekstual sangat bagus dikarenakan siswa belajar dari kehidupan sehari-harinya yang kemudian dibawa ke kelas kemudian didiskusikan Saran 1. Guru hendaknya menerapkan pendekatan pembelajaran kontekstual dengan variasi model pembelajaran seperti pembelajaran kooperatif, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran inkuiri, dan pembelajaran berbasis nilai. 2. Guru harus meningkatkan kompetensi dan profesionalisme dengan cara belajar mandiri dan mengikuti berbagai pendidikan dan pelatihan, serta mengubah pola budaya mengajar yang masih tergolong konvensional.\

18 Daftar Rujukan Komalasari, Kokom Pembelajaran Kontekstual :Konsep dan Aplikasi. Bandung: PT Refika Aditama. Moleong,Lexy J Metode Penelitian Kualitatif edisi revisi.bandung: Remaja Rosda Karya. Nurhadi, dkk Pembelajaran kontekstual dan penerapannya dalam KBK. Malang. UM Press. Sanjaya, W Pembelajaran Dalam Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK). Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sulhan, Najib Pembangunan Karakter pada Anak: Manajemen Pembelajaran Guru Menuju Lembaga PAUD Efektif. Surabaya: Intelektual Club. Supriyono, Agus Teori dan Aplikasi PAIKEM. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULAAN. Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan BAB I PENDAHULAAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi telah mengalami perkembangan yang begitu pesat. Setiap negara berusaha mempersiapkan diri untuk dapat bersaing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, dan bangsa. Kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta. keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, BAB I PENDAHULUAN Dalam bab 1 ini tentang pendahuluan yang terdiri dari beberapa sub bab, antara lain: Latar Belakang Masalah; Rumusan Masalah; Tujuan Penelitian; Manfaat Penelitian; Penegasan Istilah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran untuk peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan

BAB I PEDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang harus dipenuhi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bertanah air. Selain itu, pendidikan merupakan wadah kegiatan

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas pembelajaran merupakan salah satu pilar upaya peningkatan mutu pendidikan secara keseluruhan. Upaya peningkatan mutu pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. hal tersebut, pembangunan nasional dalam bidang pendidikan merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan pendidikan dewasa ini menuntut penyesuaian dalam segala faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran. Sehubungan dengan hal tersebut, pembangunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan Pendidikan Nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat (PP No.19 tahun 2005). Salah satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada dasarnya merupakan interaksi antara pendidik dengan peserta didik untuk mencapai tujuan pendidikan, yang berlangsung dalam lingkungan tertentu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan aspek terpenting dalam kehidupan guna membentuk sumber daya manusia yang berkualitas. Tanpa adanya pendidikan, manusia tidak akan pernah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nur Inayah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Standar Nasional pendidikan bertujuan menjamin mutu pendidikan nasional dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk watak serta peradaban bangsa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Perubahan seseorang yang asalnya tidak tahu menjadi tahu merupakan hasil dari proses belajar. Belajar merupakan berbuat, memperoleh pengalaman tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu aspek kehidupan yang sangat mendasar bagi pembangunan bangsa suatu negara. Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hakikat pendidikan merupakan proses interaksi antar manusia yang ditandai dengan keseimbangan antara peserta didik dengan pendidik. Proses interaksi yang dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan primer bagi setiap manusia. Dengan pendidikan seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan yang dapat menjamin kelangsungan kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu

BAB I PENDAHULUAN. bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah ilmu dasar yang dapat digunakan sebagai alat bantu memecahkan masalah dalam berbagai bidang ilmu. Salah satu karakteristik matematika yaitu mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di sekolah memegang peranan penting dalam pembangunan bangsa. Oleh karena itu, masalah pendidikan selalu mendapat perhatian dari berbagai pihak. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional. Melalui sektor pendidikan dapat dibentuk manusia yang berkualitas, berakhlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam rangka mengimbangi

BAB I PENDAHULUAN. mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam rangka mengimbangi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Balakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan sangat cepat yang mewarnai seluruh aspek kehidupan manusia. Dalam rangka mengimbangi perkembangan IPTEK tersebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS

BAB II KAJIAN TEORITIS 5 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Teori Kesadaran perlunya pendekatan kontekstual dalam pembelajaran didasarkan adanya kenyataan bahwa siswa sebagian besar tidak mampu menghubungkan antara apa yang mereka

Lebih terperinci

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM BIMBINGAN DAN KONSELING Ramtia Darma Putri, Universitas PGRI Palembang email: tyadhuarrma27@gmail.com Erfan Ramadhani, Universitas PGRI Palembang email: erfankonselor@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan aspek penting untuk membangun suatu bangsa dan negara yang maju. Peran penting pendidikan di Indonesia terletak pada upaya peningkatan mutu dan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL

PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING YANG DAPAT MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI SEGITIGA KELAS VII-G SMP NEGERI 7 MALANG ARTIKEL Oleh: SUARDI 608311454745 UNIVERSITAS NEGERI MALANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau

BAB I PENDAHULUAN. sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan.

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI PELAKSANAAN PEMBELAJARAN AKTIF DALAM UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU ` NI NYOMAN SATYA WIDARI ABSTRAKSI STAH Gde Puja Mataram Oleh karena itu guru dituntut

Lebih terperinci

BAB V. Pembahasan Penelitian. PGRI 3 Tulungagung sebelum melakukan pembelajaran Contextual Teaching

BAB V. Pembahasan Penelitian. PGRI 3 Tulungagung sebelum melakukan pembelajaran Contextual Teaching BAB V Pembahasan Penelitian 1. Perencanaan pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK PGRI 3 Tulungagung Berdasarkan temuan peneliti bahwa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Seseorang dapat dikatakan belajar jika dalam diri orang tersebut terjadi suatu aktifitas yang mengakibatkan perubahan tingkah laku yang dapat diamati dalam waktu

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF DIREKTORAT PEMBINAAN SMP DIREKTORAT JENDERAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL 2006 BAB 1 PENDEKATAN KONTEKSTUAL A. Latar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan wadah mencerdaskan kehidupan bangsa sebab melalui pendidikan tercipta sumber daya manusia yang terdidik dan mampu menghadapi perkembangan zaman

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar. Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan

BAB I PENDAHULUAN. ini sesuai pendapat Didi Supriadie yang menyatakan bahwa pendidikan. dapat menjalankan hidup dan kehidupannya sesuai dengan harapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat menjawab tantangan peradaban yang kini semakin maju dan berkembang sesuai dengan perkembangan zaman. Hal ini sesuai pendapat Didi Supriadie

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Pembelajaran 1. Pengertian Pembelajaran Secara umum pengertian pembelajaran adalah seperangkat peristiwa yang mempengaruhi peserta didik sedemikian rupa sehingga peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan bagian dari belahan dunia yang selalu berubah, oleh karena itu bangsa Indonesia harus mengikuti perubahan dan perkembangan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan peranan penting dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Kualitas kehidupan tersebut akan sangat ditentukan oleh kualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut Arifin et al. (2000: 146) bertanya merupakan salah satu indikasi seseorang berpikir.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan

I. PENDAHULUAN. menghadapi kehidupan nyata sehari-hari di lingkungan keluarga dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses pembelajaran berupa penguasaan pengetahuan dan keterampilan hidup yang dibutuhkan siswa dalam menghadapi kehidupan nyata sehari-hari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pada hakikatnya pendidikan adalah sarana untuk mencerdaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kemampuan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, yang artinya pendidikan dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha manusia (pendidik) dengan penuh tanggung jawab untuk membimbing anak didik menuju kedewasaan secara terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. daya pendidik dan peserta didik. Usaha peningkatan mutu pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan nasional bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Merujuk dari tujuan Sisdiknas tersebut maka tujuan pendidikan sekolah dasar

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan masyarakat dewasa ini, pendidikan banyak menghadapi berbagai tantangan dan hambatan. Salah satu tantangan yang cukup menarik adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil

BAB I PENDAHULUAN. dirasakan oleh siswa kelas VII SMPN 1 Bandar Lampung. Berdasarkan hasil BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari tentang makhluk hidup, mulai dari makhluk hidup tingkat rendah hingga makhluk

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS

PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS Jurnal Pena Ilmiah: Vol. 1, No. 1 (2016) PENERAPAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI ENERGI PANAS Eneng Siti Fatimah Nurlela 1, Atep Sujana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peraturan menteri pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia nomor 54 tahun 2013 tentang Standar kompetensi lulusan pendidikan dasar dan menengah, Undang-Undang Dasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari struktur yang abstrak dan pola hubungan yang ada didalamnya. Belajar matematika pada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sendiri. Sedangkan Sinaga dan Hadiati (2001:34) mendefenisikan kemampuan 9 BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teoritis 2.1.1 Hakekat Kemampuan Menurut Zain (dalam Milman Yusdi, 2010:10) mengartikan bahwa Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, kekuatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada hakikatnya pendidikan adalah upaya sadar dari suatu masyarakat dan pemerintah suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup dan kehidupan generasi penerus. Selaku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini banyak terobosan baru dalam dunia pendidikan yang berkaitan dengan peningkatan kualitas pendidikan. Pemerintah pun berperan aktif dalam meningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Motivasi belajar matematika berkurang. Minat belajar merupakan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut. Motivasi belajar matematika berkurang. Minat belajar merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang penting, yang diajarkan pada siswa sekolah dasar. Tetapi terkadang matematika dipandang sebagai mata pelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran kontekstual Pengajaran dan pembelajaran kontekstual atau contextual teaching and learning (CTL) merupakan suatu konsepsi yang membantu guru mengkaitkan konten mata

Lebih terperinci

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari,

Matematika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang tidak pernah lepas dari segala bentuk aktivitas manusia dalam kehidupan sehari-hari, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan umum pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UUSPN) No. 20 tahun 2003 adalah untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan,

BAB 1 PENDAHULUAN. ketrampilan, penanaman nilai-nilai yang baik, serta sikap yang layak dan. Pendidikan diselenggarakan dengan memberi keteladanan, 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan kemajuan di segala bidang aspek kehidupan suatu bangsa dan negara tidak lepas dari perkembangan dan kemajuan dibidang pendidikan. Pada dasarnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Segala upaya yang dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. dan ilmu atau pengetahuan. Tujuan pembelajaran matematika adalah terbentuknya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fungsi matematika adalah sebagai media atau sarana siswa dalam mencapai kompetensi. Dengan mempelajarai matematika diharapkan siswa dapat menguasai seperangkat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh :

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar ( PGSD) Oleh : PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR ILMIAH DALAM PEMBELAJARAN IPA TENTANG GAYA, GERAK DAN ENERGI MELALUI MODEL PEMBELAJARAN TOYS DAN TRICK SISWA KELAS V SDN BANGKLE 05 KEC. BLORA KAB. BLORA TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses

BAB I PENDAHULUAN. usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi manusia. Karena pengetahuan, wawasan dan pengalaman didapatkan dari pendidikan. Tanpa pendidikan manusia tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang. Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak

Lebih terperinci

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI SDN 2 KALIREJO KECAMATAN KARANGGAYAM TAHUN AJARAN 2014/2015

PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI SDN 2 KALIREJO KECAMATAN KARANGGAYAM TAHUN AJARAN 2014/2015 PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN IPA PADA SISWA KELAS VI SDN 2 KALIREJO KECAMATAN KARANGGAYAM TAHUN AJARAN 2014/2015 Ida Rosita¹, Suripto², Ngatman³ 1 Mahasiswa PGSD FKIP

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM). Pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas 7 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme Belajar merupakan komponen penting dalam setiap usaha penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Belajar merupakan aktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pemerintah Indonesia menyelenggarakan suatu sistem pendidikan dan pengajaran nasional yang diatur dengan undang-undang. Dalam arti sederhana pendidikan sering

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012

UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 UPAYA MENINGKATKAN MOTIVASI DAN PRESTASI MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KONTEKSTUALSISWA KELAS IV SDI RAI TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Metodius Makul Guru SDI Rai Ruteng - Manggarai Abstrak: Kenyataan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam perspektif pendidikan nasional, tujuan pendidikan nasional dapat dilihat secara jelas dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan

Lebih terperinci

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA

PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM. KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA PENGARUH AKTIVITAS BELAJAR SISWA DAN PARTISIPASI DALAM KEGIATAN OSIS TERHADAP PRESTASI BELAJAR PKn PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 MOJOGEDANG KECAMATAN MOJOGEDANG KABUPATEN KARANGANYAR TAHUN PELAJARAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Adanya persaingan dunia yang semakin ketat mengharuskan perbaikan kualitas sistem pendidikan Indonesia dari tahun ke tahun. Perbaikan sistem pendidikan tak lepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mencapai suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mencapai suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu sistem yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan tertentu dimana tujuan pendidikan pada hakekatnya adalah suatu proses terus menerus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran guru seringkali menggunakan beberapa metode maupun model yang bervariasi. Pemilihan berbagai metode pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning

BAB I PENDAHULUAN BAB II PEMBAHASAN Contextual Teaching and Learning BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran yang berorientasi pada penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi menggingat jangka pendek tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha manusia untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya yang berlangsung sepanjang hayat. Oleh karena itu maka setiap manusia harus menapaki

Lebih terperinci

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung

Oleh: Sulistyowati SD Negeri 02 Karangrejo Tulungagung 22 Sulistyowati, Peningkatan Prestasi Belajar Matematika... PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR IPS MATERI PERSIAPAN KEMERDEKAAN MELALUI PENDEKATAN CTL PADA SISWA KELAS V SDN 02 KARANGREJO TULUNGAGUNG SEMESTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Atik Sukmawati, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Situasi belajar mengajar di tingkat persekolahan hingga perguruan tinggi di Indonesia sekarang ini masih mengikuti pola lama yang berpusat pada sekolah atau guru.

Lebih terperinci

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Oleh: Samino Sangadji, Sularmi, Yulianti

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL. Oleh: Samino Sangadji, Sularmi, Yulianti 1 PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN KONTEKSTUAL Oleh: Samino Sangadji, Sularmi, Yulianti Program PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret Surakarta ABSTRAK Tujuan penelitian tindakan

Lebih terperinci

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING)

MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) MENINGKATKAN MINAT BELAJAR SAINS (IPA) DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) Diah Nugraheni Fakultas Ilmu Pendidikan, IKIP Veteran Semarang email: diah_fisika@yahoo.co.id

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sesuatu yang berakar pada budaya bangsa demi membangun masa kini dan masa mendatang kehidupan bangsa. Sehingga Pendidikan ditujukan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap. perubahan yaitu memajukan dan mencerdaskan kehidupan bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu hal yang tidak dapat dipisahkan dalam kehidupan. Ditegaskan dalam UUD 1945 pasal 31 ayat 1 bahwa Tiap-tiap warga negara berhak mendapat

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG VOLUME BANGUN RUANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING LEARNING ( CTL ) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 01 NGUNUT JUMANTONO NASKAH PUBLIKASI ILMIAH Ditulis

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DI KELAS VIII SMP NEGERI 6 LUBUK BASUNG Linda Purwanti SMP Negeri 6 Lubuk Basung Abstrak. Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan bertujuan utnuk menciptakan kualitas individu yang memiliki karakter kuat, berpandangan luas ke depan untuk meraih cita-cita yang diharapkan. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional merupakan salah satu tujuan dari kemerdekaan Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun

Lebih terperinci

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI 164519 KOTA TEBING TINGGI Syarigfah Guru SD Negeri 164519 Kota Tebing Tinggi Surel : syarigfah16@gmail.com

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang telah dilakukan pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III pada

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. yang telah dilakukan pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III pada BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis, refleksi, diskusi balikan, serta rencana tindakan yang telah dilakukan pada setiap siklus, mulai dari siklus I sampai siklus III pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu negara. Melalui pendidikan harkat dan martabat bangsa dapat ditingkatkan, sehingga tujuan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumusan tujuan pendidikan nasional dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan nasional berfungsi

Lebih terperinci

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2

Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung. Abstrak. n 1 +n 2 2 PENGARUH PENDEKATAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) DENGAN KELOMPOK KECIL TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP Fitriana Rahmawati STKIP PGRI Bandar Lampung Abstrak Tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen

BAB I PENDAHULUAN. Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 yang menyatakan bahwa : Proses pembelajaran pada umumnya memiliki komponen-komponen BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada tuhan yang maha esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu cakap, kreatif, mandiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan sains dan teknologi yang begitu pesat dewasa ini tidak lepas dari peranan matematika. Matematika merupakan bidang studi yang dipelajari oleh semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memeluknya. Namun, manusia dengan segala kelemahan yang ada padanya

BAB I PENDAHULUAN. untuk memeluknya. Namun, manusia dengan segala kelemahan yang ada padanya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan keyakinan orang mukmin dan penegasan Allah SWT, Islam adalah satu-satunya agama yang diridhoi Allah dan diperintahkan kepada manusia untuk memeluknya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang

BAB I PENDAHULUAN. kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Model pembelajaran kooperatif merupakan istilah yang mengacu kepada metode pembelajaran dengan siswa dari tingkat kemampuan yang berbeda-beda mampu bekerja bersama

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu

1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Mata pelajaran pendidikan kewarganegaraan (PKn) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan pada semua jenjang pendidikan di Indonesia. Tujuan mata pelajaran

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci