BAB 6 PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian maka pengembangan kompetensi yang. diharapkan ini mengacu pada jawaban responden akan berbagai hal yang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 6 PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil penelitian maka pengembangan kompetensi yang. diharapkan ini mengacu pada jawaban responden akan berbagai hal yang"

Transkripsi

1 BAB 6 PEMBAHASAN Berdasarkan hasil penelitian maka pengembangan kompetensi yang diharapkan ini mengacu pada jawaban responden akan berbagai hal yang menyangkut pendidikan berbasis kompetensi. Pendidikan berbasis kompetensi menekankan pada 3 aspek yang diperoleh siswa didik yaitu pengetahuan, ketrampilan dan kemampuan. Pada era persaingan pasar bebas yang akan datang yang lebih diharapkan adalah tersedianya sumber daya manusia yang tidak hanya unggul dari sisi pengetahuan namun juga unggul dalam ketrampilan dan kemampuannya. Masing-masing sumber daya manusia tersebut harus mempunyai keunggulan bersaing tertentu atau mempunyai keahlian tertentu dalam konteks umum dikenal dengan istilah spesialis bahkan perlu dikembangkan SDM yang mempunyai keahlian super spesialis. Pondok pesantren sebagai basis penciptaam generasi muda dengan pola pengajaran yang khas merupakan salah satu sistem pendidikan yang punya peluang yang cukup besar untuk menciptakan SDM dengan 3 kompetensi utama. Dalam sistem pondok pesantren dikembangkan hal-hal berikut : 1. Pengetahuan agama Pengetahuan agama diberikan kepada santri pondok diharapkan sebagai landasan mental spiritual yang akan mampu menjadi fliter atau penyaring terhadap budaya-budaya yang tidak produktif dan justru menjerumuskan generasi muda. Salah satu contoh budaya global yang sering menjangkiti 108

2 109 generasi muda adalah budaya narkoba, minum-minuman keras, budaya hedonis. Generasi mudah yang sudah terjangkiti penyakit tersebut dapat dipastikan tidak akan dapat berbuat lebih banyak untuk masa depan baik dirinya, lingkungan maupun bangsanya. Dengan adanya fondasi yang kokoh dari agama diharapkan generasi muda mampu untuk memilih dan memilah sesuatu yang dilarang dan merugikan untuk kehidupan dirinya. 2. Pengetahuan Umum Disamping pengetahuan agama santri pondok juga dibekali pengetahuan umum. Bekal pengetahuan umum ini berfungsi sebagai upaya untuk membaca fenomena alam dan sekaligus dapat berkreasi sesuai dengan bekal pengetahuan yang dimiliki untuk selanjutnya memanfaatkan, mengolah alam atau hasil alam menjadi sesuatu yang produktif dalam konteks kemakmuran. Tanpa adanya bekal ilmu pengetahuan maka santri tidak dapat memanfaatkan alam atau mengolahnya. Perlunya bekal ilmu pengetahuan ini sendiri merupakan implementasi dari tauladan Nabi dan perintah agama. Dalam ilmu agama juga sangat dianjurkan untuk memahami pengetahuan alam atau dalam bahasa agama membaca ayat kauniyah. Keseimbangan antara bekal agama dan bekal pengetahuan kauniyah ini diharapkan santri dapat menjadi pemimpin atau panutan dalam segala tingkah laku dan perbuatannya. 3. Ketrampilan Meskipun santri sudah memiliki pengetahuan agama dan umum namun tidak memiliki ketampilan maka sangat besar kemungkinkan tidak dapat berkreasi. Dengan adanya bekal ketrampilan santri dapat berkarya, menciptakan segala

3 110 sesuatu, atau memanfaatkan segala sesuatu sesuai dengan minatnya. Ketrampilan yang dikembangkan dengan baik menjadi sarana mereka untuk lebih mandiri dan mampu menciptakan pekerjaan. 4. Kemampuan Bekal pengetahuan baik agama dan pengetahuan umum, ketrampilan saja tidak cukup untuk dapat menjadi pemimpin atau pemenang dalam persaingan. Santri perlu juga dibekali dengan kemampuan. Kemampuan tersebut terdiri dari berbagai aspek baik manajerial, marketing, bisnis, kepemimpinan. Sarana untuk mewujudkan hal itu semua adalah dengan memberikan sarana berlatih, penggemblengan riil dan terjun secara langsung dalam wadah yang nyata. Pengembangan kompetensi Pondok Pesantren sangat penting sebab Pondok Pesantren sendiri merupakan sebuah sistem pendidikan mandiri yang dapat mencetak santri-santri kompeten, disamping itu pengaruh yang cukup besar pondok pesantren terhadap lingkungan di sekitarnya. Apabila pondok pesantren dapat mengembangkan kemampuan santri maka hal ini dapat mengangkat masyarakat sekitar pondok menjadi lebih baik. Kompetensi pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang meliputi tiga aspek yaitu agama, pengetahuan umum, ketrampilan wirausaha dan kemampuan menyeluruh atas ketiga hal tersebut menjadi sebuah motor penggerak bagi masyarakat sekitarnya. Sebagai gambaran data terakhir Departemen Agama tahun 2001 menunjukan jumlah pesantren seluruh Indonesia sudah mencapai buah dengan santri sebanyak orang. pesantren merupakan lembaga pendidikan swasta yang sangat mandiri dan sejatinya merupakan praktek

4 111 pendidikan berbasis masyarakat (community based education). Hampir 100% pendidikan yang berada atau di laksanakan di pesantren adalah milik swasta dan berstatus swasta. Cukup banyak jumlah pesantren dengan beragam corak ini selayaknya menjadi catatan pemerintah terutama dalam rangka realisasi gerakan pendidikian untuk semua (education for all). keberadaan pesantren yang menyebar dan meluas di pedesaan (sekitar atau 78,05%) bisa di jadikan sebagai basis gerakan pemberantas buta huruf, akselerasi program wajib belajar, dus bisa meningkatkan HDI (Human Development Indext) Indonesia di mata dunia yang saat ini anjlok, jauh berada di negara-negara tetangga Asia. Sedangkan berdasarkan hasil penelitian mengenai profil pesantren di Jawa Timur tahun 1997 terungkap bahwa pesantren yang tersebar di Jawa Timur berjumlah sekitar pesantren dengan jumlah santri santri yang terdiri dari santri putra orang dan santri putri orang. (PKSK dan Pemerintah Dati II Jawa Timur, 1997). Jika masing-masing Pondok pesantren tersebut mengembangkan kemampuan santri dengan mengkaitkan ketiga aspek ditambah dengan kemampuan wirausaha maka basis perekonomian Jawa Timur menjadi kokoh dan langsung berefek pada masyarakat sekitarnya. Kondisi yang sama juga berlaku untuk seluruh pesantren di Indonesia. Gambaran upaya-upaya model pendidikan berbasis kompetensi ini berdasarkan dari hasil penelitian didapatkan model yang dapat dikembangkan dengan asumsi pengembangan model berdasarkan harapan responden atas nilai yang sering muncul atau modus pada nilai yang diharapkan atau nilai yang sangat

5 112 diharapkan. Berikut adalah hal-hal yang perlu dikembangkan pada masing-masing aspek : 6.1 Metode Pembelajaran Pengembangan model dari metode pembelajaran ini dirangkum dari jawaban responden. Metode yang diharapkan untuk dikembangkan adalah sistem pengajaran Pondok yang menggabungkan model sistem pendidikan klasik dan modern. Sistem pendidikan klasik yang dimaksud adalah model pendidikan yang masih mempertahankan model tradisional dan konvensional dengan membatasi diri pada pengajaran kitab-kitab klasik dan pembinaan moral keagamaan semata. Sedangkan model modern metode pendidikannya dengan menciptakan model pendidikan modern yang tidak lagi terpaku pada metode pembelajaran klasik (wetonan, bandongan)dan materi-materi kitab kuning. Tetapi semua didesain berdasarkan system pendidikan modern. Metode pembelajaran khas pesantren seperti bandongan dan sorogan merefleksikan upaya pesantren melakukan pembelajaran yang menekankan kualitas pengusaan materi. Hal lain yang memungkinkan pesantren melaksanakan model pendidikan tuntas adalah model pembentukan kepribadian. Di pesantren santri tidak dididik aspek kognitif saja, melainkan sekaligus afektif dan psikomotoriknya. Latihan-latihan spritual dan hormat kepada guru sangat ditekankan. Santri juga didorong untuk mencontoh prilaku kyainya sebagai tokoh panutan. Selain itu santri juga dilatih untuk mandiri baik dalam belajar maupun dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Dalam waktu 24 jam kyai dan ustadz

6 113 memantau dan mengarahkan seluruh aktifitas santri sesuai dengan ideal-ideal moral keagamaan yang dikembangkan di pesantren. Pengembangan Metode klasikal, salah satu bentuknya adalah pengembangan model pendidikan formal (sekolah), mulai tingkat SD sampai perguruan tinggi., di lingkungan pesantren dengan menawarkan perpaduan kurikulum keagamaan dan umum serta perangkat ketrampilan teknologis yang dirancangbangun secara sitematik-integratik. Tawaran berbagao model pendidikan mulai dari SD unggulan, Madrasah Aliyah program Khusus (MAPK), SLTP dan SMA Plus yang dikembangkan pesantrencukup kompetitif dalam menarik minat masyarakat luas. Sebab, ada semacam jaminan keunggulan out put yang siap bersaing dalam berbagai sector kehidupan social. Disamping model pembelajaran klasikal, dikembangkan juga metode pelatihan yang menekankan pada kemampuan psikomotorik. Pelatihan yang dikembangkan adalah menumbuhkan kemampuan praktis seperti, pelatihan pertukangan, perkebunan, perikanan dan kerajinan-kerajinan yang mendukung terciptanya kemandirian integrative. Metode yang lain adalah dengan pelibatan pada wirausaha di unit-unit usaha yang dikembangkan pondok. Kemandirian dengan unit usaha ini penting agar pondok dapat terus berkembang dengan melengkapi sarana dan prasarana yang ada disamping itu diharapkan santri tidak dibebani dengan pembiayaan yang berlebih, atau bahkan gratis. Metode penyampaian materi dengan sistem keteladanan pengajar/ustad atau kyai merupakan sistem pengajaran yang sangat sesuai dengan pola pengajaran quantum learning, bahwa mengajar dengan

7 114 menggabungkan kemampuan visual dan audio dapat lebih menancap dalam benak siswa atau santri. Disamping itu dengan keteladanan maka siswa dapat lebih mengetahui bentuk praktek, lebih mendalam pemahamannya dan bagi guru sendiri akan menjadi lebih dihormati dan dihargai karena menyampaikan segala sesuatu yang sudah dilakukan yang tidak sekedar diutarakan. Tabel 6.1. Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Berbasis Kompetensi No. Model dikembangkan 1. Penyampaian materi dengan metode sorogan atau layanan Individu (individu learning process) 2. Penyampaian materi dengan metode wetonan/ bandongan atau layanan kolektif (colectife learning process) 3. Pengembangan metode pembelajaran dengan system klasikal 4. Penyampaian materi dengan metode Diskusi 5. Metode Penugasan pada setiap santri 6. Metode pembelajaran dengan memberikan Pelatihan 7. Metode magang pada perusahaan atau unit Usaha untuk mendalami wirausaha 8. Metode Pelibatan santri pada Organisasi 9. Metode Pelibatan santri untuk menangani Wirausaha atau bisnis yang dijalankan pondok 10. Metode pengajaran dengan keteladanan dari ustadz atau kyai 6.2 Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan unsur penunjang bagi tercapainya keberhasilan pendidikan. media yang lengkap dapat menjadi alat untuk santri atau siswa belajar lebih kongkrit dan dapat lebih mengembangkan ketrampilannya.

8 115 Sarana pertama yang mutlak dipenuhi adalah kelengkapan buku-buku pelajaran. Semakin lengkap buku pelajaran maka semakin dapat membantu santri mempelajari materi dengan baik. Disamping kelengkapan buku hal lain yang penting adalah keberadaaan dan kelengkapan buku di perpustakaan. Karena kelengkapan buku di perpustakaan adalah sebagai sarana yang menjadikan santri atau siswa mengetahui wawasan yang lebih luas. Jika setiap santri dapat memanfaatkan sarana kelengkapan buku di perpustakaan maka dapat dipastikan mereka akan memiliki pengetahuan yang lebih luas. Pengembangan media pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah adanya laboratorium mikrousaha. Laboratorium mikrousaha ini penting sebagai sarana berlatih untuk meningkatkan kemampuan santri akan sebuah usaha dan menjadi praktek pertama bagi para santri sebelum melakukan kegiatan usaha yang sesungguhnya. Selama ini laboratorium mikrousaha hanya dimiliki lembaga pendidikan perguruan tinggi. Namun pihak pesantren dapat melakukannya disesuaikan dengan potensi yang dimiliki masing-masing pesantren. Bagi pesantren yang mempunyai kemampuan di bidang pertanian maka laboratorium yang perlu dikembangkan adalah laboratorium yang terkait dengan bidang usaha pertanian, sedangkan apabila potensi yang dimiliki adalah bidang keuangan maka yang perlu dikembangkan adalah laboratorium yang menangani bidang keuangan baik itu dalam bentuk BPR (Bank Perkreditan Rakyat) seperti yang dimiliki Ponpes Sidogiri, Daarut Tauhiid, ataupun dalam bentuk Supermarket seperti Pesantren Hidayatullah dan Daarut Tauhiid.

9 116 Tabel 6.2. No. Pengembangan Media Pembelajaran Model yang dikembangkan 1. Kelengkapan kitab dan modul serta buku penunjang di Perpustakaan 2. Penambahan Fasilitas komputer 3. Penambahan Fasilitas internet 4. Penambahan Laboratorium iptek dan mikro wirausaha 5. Penambahan Fasilitas praktek ketrampilan 6.3. Materi Demikian pula dari segi materi pendidikan telah terjadi perkembangan, kalau semula hanya belajar ilmu pengetahuan agama kemudian juga mengadopsi pelajaran umum dan teknologi, dengan begitu telah terintegrasi ilmu agama dan umum, karena bagaimanapun teknologi dapat membantu pengamalan beragama. Bila upaya integrasi ini dapat berhasil, diharapkan tidak ada lagi kesan dikhotomi antara pendidikan agama dan umum. Pemaduan konsep ini dimaksudkan agar dapat diserap nilai-nilai agama yang kontektual dalam prilaku santri, sebagai wujud penghayatan terhadap keagungan Allah Swt. Disamping itu materi yang diharapkan dapat dikembangkan adalah materi ketrampilan siswa. Sedangkan materi kurikulum yang dapat dikembangkan integrated Curriculum yaitu perpaduan antara materi kurikulum yang telah diteapkan secara nasional ditambahah dengan pengembangan kurikulum mandiri pondok pesantren. Masing-masing Pondok mempunyai stressing pengembangan

10 117 materi untuk membentuk karakter santri sesuai dengan visi dan misi Pondok. Materi pengembangan bagi kompetensi pendidikan di Pondok juga dapat ditingkatkan dengan fasilitas komputer, internet, laboratorium mikro wirausaha, praktek-praktek ketrampilan. Adanya laborotoium mikro pondok dapat menjadi ajang santri untuk berwirausaha dan berkarya. Laboratorium ini juga sebagai sarana untuk meningkatkan ketrampilan siswa untuk memasarkan, meningkatkan sense santri sebagai tenaga marketing, dan mengelola usaha. Namun yang perlu digaris bawahi adalah pemanfaatan potensi alam, sebab Indonesia merupakan negara dengan potensi alam yang sangat berlimpah. Jika santri yang berjumlah ratusan ribu dapat mengembangkan basis perekonomian baik dari sektor pertanian, perikanan, perkebunan. Tabel 6.3. No. Pengembangan Materi Pembelajaran Berbasis Kompetensi Model yang dikembangkan 1. Pemberian materi ketrampilan di Pondok Pesantren 2. Pengembangan Kurikulum Terpadu (Integreted curriculum) 3. Pengembangan materi peningkatan imam dan taqwa (Imtaq) 4. Pengembangan materi pengusaan teknologi informasi 5. Pengembangan materi kewirausahaan 6.4. Pendidik/Guru/Ustadz/Ustadzah Kompetensi guru merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh sebuah lembaga pendidikan Ditengah persaingan mutu pendidikan secara nasional, menjadi kebutuhan mendesak bahwa penyelenggaraan pendidikan pesantren harus

11 118 didukung oleh tersedianya guru secara memadai baik secara kualitatif (professional) dan kuantitatif (Proporsional). Hal ini ditunjukkan oleh penguasaan para guru di pesantren tidak saja terhadap isi bahan pelajaran yang diajarkan tetapi juga teknik-teknik mengajar baru yang lebih baik. Dalam kaitan inilah peran guru sangat dominan, karena itu tuntutan professionalisme guru makin dibutuhkan. Menyadari akan pentingnya dua hal diatas, diharapkan kepada para pengasuh/pemimpin pesantren untuk mengupayakan peningkatan kualitas para gurunya dengan pendekatan dan cara-cara yang cocok di pesantren. Ada beberapa pendekatan peningkatan mutu guru yang mungkin sesuai untuk dikembangkan di pesantren demi memenuhi kebutuhan tersebut. Diantaranya melalui restrukturisasi guru, peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mengajar guru, serta manajemen pelatihan guru melalui teknik-teknik team teaching, mentoring dan coaching. Yang dimaksud dengan restrukturisasi guru pesantren adalah pendayagunaan guru sesuai keperluan lembaga agar mampu bertanggungjawab melaksanakan visi, misi dan tujuan pesantren yang telah ditetapkan secara efektif. Dalam system persekolahan modern, fungsi ini dilakukan oleh pemimpin lembaga secara ketat dengan melakukan spesialisasi tugas guru dan staf lain. Sebaliknya, di dunia pesantren fungsi tersebut dapat dilakukan secara fleksibel, dimana untuk meningkatkan fungsi layanan pendidikan pesantren, pengasuh pesantren tidak harus membuat spesialisasi ketat dalam pemberian tugas kepada guru atau staf lain. Pendekatan restrukturisasi guru pesantren secara longgar merupakan konsekuensi logis dari pola manajemen pesantren yang sederhana, tradisional.

12 119 Biasanya tampilnya seorang guru di pesantren lebih didorong oleh pengabdian seorang guru untuk mengamalkan ilmu yang telah dimiliki. Mengingat guru ini tidak menuntut gaji yang maksimal, bahkan banyak diantara mereka tidak meminta gaji sepeserpun. Keadaan demikian sering menimbulkan dilemma untuk meningkatkan professionalisme guru pesantren. Akhirnya kinerja mereka sering terkesan tidak optimal. Melalui aktualisasi nilai-nilai pesantren yang ada, restrukturisasi guru dapat diwujudkan dengan memberi kesempatan kepada guru untuk terlibat dalam penyusunan dan pelaksanaan program-program pendidikan dan pengajaran di dalamnya. Dengan melibatkan mereka, pengasuh pesantren akan lebih mudah mendapat masukan untuk membuat kebijakan pendidikan dan pengajaran. Tentu pelibatan guru dalam kegaiatan tersebut didasarkan kepada kompetensi yang dibutuhkan; tugas pokok guru pesantren adalah mengajar dan melaksanakan kurikulum sesuai prioritas, rencana dan sumber-sumber yang tersedia. Kemampuan pendidikan merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh sebuah institusi pengajaran. Tabel 6.3. No. Pengembangan Pendidik/guru Model yang dikembangkan 1. Pengembangan kompetensi guru untuk mampu menyampaikan materi 2. Pengembangan guru untuk mempunyai keahlian dan ketrampilan khusus 3. Pengembangan guru untuk memiliki integritas moral dan keteladanan 4. Pengembangan pendidikan guru semakin tinggi

13 120

14 121 Tabel 6.1. Pengembangan Metode Pembelajaran Pendidikan Berbasis Kompetensi No. Model dikembangkan 11. Metode sorogan 12. Metode wetonan/ bandongan 13. Metode Klasikal 14. Metode Outbound 15. Metode Diskusi 16. Metode Penugasan 17. Metode Pelatihan 18. Metode magang 19. Metode Pelibatan pada Organisasi 20. Metode Pelibatan pada Wirausaha 21. Metode pengajaran dengan keteladanan Berikut adalah tabel pengembangan model untuk media pembelajaran. Tabel 6.4. Media No. Model yang dikembangkan

15 Kelengkapan buku materi pelajaran agama dan formal 2. Kelengkapan sarana penunjang pendidikan formal 3. Kelengkapan buku - buku perpustakaan 4. Kebersihan, kerapian kondisi ruang belajar di pondok 5. Kebersihan dan kerapian ruang istirahat dan pondokan bagi santri Tabel 6.2. Pengembangan Materi Pengajaran Pendidikan Berbasis Kompetensi No. Model yang dikembangkan 1. Materi praktek ketrampilan 2. Materi kurikulum Diknas 3. Materi kurikulum mandiri pondok 4. Pelatihan dalam bentuk outbound 5. Penambahan kemampuan organisasi dan leadership 6. Penambahan kompetensi santri dengan tersedianya fasilitas komputer 7. Penambahan kompetensi santri dengan tersedianya fasilitas internet 8. Penambahan kompetensi santri dengan tersedianya fasilitas laboratorium mikro untuk wirausaha 9. Penambahan kompetensi santri dengan tersedianya fasilitas praktek ketrampilan (pertukangan, jahit - menjahit, pertanian, pertambakan )

16 Bea siswa ke luar negari Tabel 6.3. No. Pengembangan Pengajar Model yang dikembangkan 1. Kemampuan menyampaikan materi pelajaran 2. Kesediaan menyampaikan materi sepenuh hati 3. Kemampuan dan penguasaan pengajar menyampaikan materi agama 4. Jenjang pendidikan ustad 6.3 Metode Pembelajaran Pengembangan model dari metode pembelajaran ini dirangkum dari jawaban responden. Berikut adalah tabel untuk menunjukkan model yang selama ini ada dan model yang dikembangkan Tabel 6.1. Pengembangan Metode pembelajaran Pendidikan Berbasis Kompetensi No. Model Pesantren Pesantren Model yang Tradisional Modern dikembangkan 22. Metode sorogan 23. Metode wetonan/ bandongan 24. Metode Klasikal 25. Metode Outbound +

17 Metode Diskusi Metode Penugasan Metode Pelatihan Metode magang 30. Metode Pelibatan pada Organisasi 31. Metode Pelibatan pada Wirausaha 32. Metode pengajaran dengan keteladanan + Keterangan = selalu ada + = tidak selalu ada Tabel diatas menunjukkan dari 11 metode yang ditawarkan terdapat 10 metode yang menurut pendapat responden dapat dikembangkan sebagai metode pembelajaran di Pondok. Metode yang menurut pendapat responden yang kurang diharapkan untuk dikembangkan adalah metode outbound. Metode outbound selama dikenal hanya di beberapa pesantren dengan penekanan aspek pelatihan kepemimpinan yaitu Pesantren Daarut Tauhiid Bandung. Metoe outbound sendiri lebih banyak diadopsi sebagai bentuk metode dari pelatihan quantum teaching dari Amerika. Metode ini memang kurang dikenal apabila pondok pesantren tersebut tidak atau kurang menerapkan aspek pelatihan dalam membina santrinya. Disamping itu di Jawa Timur sarana metode outbound cukup terbatas dan memerlukan biaya yang tidak murah untuk mengaksesnya.

18 125 Metode yang cukup baru yang selama ini kurang dikenal di Pondok adalah metode pelibatan dalam kegiatan wirausaha dan metode magang. Sebab dua metode tersebut dikenal jika pondok menerapkan sistem wirausaha mandiri. 6.4 Media Media merupakan unsur penunjang bagi tercapainya keberhasilan pendidikan. Media yang lengkap dapat menjadi alat untuk santri atau siswa belajar lebih kongkrit dan dapat lebih mengembangkan ketrampilannya. Tabel 6.2. Pengembangan Media Pembelajaran No. Model Pesantren Tradisional Pesantren Modern Model yang dikembangkan 6. Kelengkapan kitab dan modul serta buku penunjang di Perpus 7. Fasilitas komputer 8. Fasilitas internet 9. Laboratorium mikro wirausaha 10. Fasilitas praktek ketrampilan + Keterangan = selalu ada + = tidak selalu ada Pengembangan media pembelajaran yang perlu dikembangkan adalah adanya laboratorium mikrousaha. Laboratorium mikrousaha ini penting sebagai sarana berlatih untuk meningkatkan kemampuan santri akan sebuah usaha dan menjadi praktek pertama bagi para santri sebelum melakukan kegiatan usaha yang

19 126 sesungguhnya. Selama ini laboratorium mikrousaha hanya dimiliki lembaga pendidikan perguruan tinggi. Namun pihak pesantren dapat melakukannya disesuaikan dengan potensi yang dimiliki masing-masing pesantren. Bagi pesantren yang mempunyai kemampuan di bidang pertanian maka laboratorium yang perlu dikembangkan adalah laboratorium yang terkait dengan bidang usaha pertanian, sedangkan apabila potensi yang dimiliki adalah bidang keuangan maka yang perlu dikembangkan adalah laboratorium yang menangani bidang keuangan baik itu dalam bentuk BPR (Bank Perkreditan Rakyat) seperti yang dimiliki Ponpes Sidogiri, Daarut Tauhiid, ataupun dalam bentuk Supermarket seperti Pesantren Hidayatullah dan Daarut Tauhiid. 6.5 Materi Pengajaran Materi pengajaran yang diharapkan dapat dikembangkan berdasarkan pendapat responden dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 6.3. Pengembangan Materi Pembelajaran Berbasis Kompetensi No. Model Pesantren Pesantren Model yang Tradisional Modern dikembangkan 6. Materi ketrampilan + 7. Materi kurikulum Terpadu + 8. Materi peningkatan Imtaq 9. Materi teknologi informasi Materi kewirausahaan Keterangan = selalu ada + = tidak selalu ada

20 127 Tabel menunjukkan dari seluruh materi yang ditawarkan maka semua dapat dikembangkan sebagai model pendidikan berbasis kompetensi. Model yang selama ini belum dikenal di pondok adalah materi kewirausahaan. Sedangkan materi lainnya sudah dikenal baik di pesantren tradisional dan pesantren modern. Pesantren tradisional selama ini menekankan pada pengajaran materi keagamaan dengan metode pendalaman kitab kuning, sedangkan pesantren modern menekankan pada pengambangan ilmu pengetahuan agama dengan teknologi. Sinergi keduanya tetap dilakukan dengan menambah materi magang dan materi kewirausahaan menjadi sebuah rangkuman materi yang diperlukan untuk pengembangan sistem pendidikan di pondok pesantren. 6.6 Pendidik Kemampuan pendidikan merupakan hal yang mutlak dimiliki oleh sebuah institusi pengajaran. Tabel 6.3. Pengembangan Pendidik No. Model Pesantren Tradisional Pesantren Modern Model yang dikembangkan 5. Mampu menyampaikan 6. Mempunyai keahlian dan + ketrampilan khusus 7. Memiliki integritas moral dan keteladanan 8. Jenjang pendidikan Pendidik + Keterangan = selalu ada + = tidak selalu ada

21 128 Pengembangan model pendidik dari tabel diatas menunjukkan kesamaan antara sistem pendidikan pesantren modern dan model yang dikembangkan, yang membedakan hanyalah pada titik tekan kemampuan pendidik terkait dengan keahlian dan ketrampilan khusus yang dimiliki. Jika sebelumnya lebih banyak di unsur ketrampilan dalam pengajaran yang menyangkut Iptek namun pada model yang dikembangkan juga menyangkut unsur wirausaha dan enterprenuership. Hal ini penting sebagai sarana belajar bagi santri agar dapat memberikan bekal yang lebih baik.

22 129

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari jawaban responden

Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari jawaban responden 81 5.2. Validitas dan Reliabilitas Kuisioner Data yang dikumpulkan dari penelitian ini berasal dari jawaban responden sebelum penelitian berlangsung kepada 30 responden santri Pondok Sunan Drajat. 5.2.1.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG

BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG BAB IV ANALISIS IMPLEMENTASI SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI SMP DARUL MA ARIF BANYUPUTIH KABUPATEN BATANG A. Analisis Implementasi Sekolah Berbasis Pesantren di SMP Darul Ma arif Banyuputih Kabupaten Batang

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab

BAB IV PENUTUP. (tradisional) adalah pesantren yang tetap mempertahankan pengajaran kitab-kitab BAB IV PENUTUP 1. Kesimpulan Pesantren sebagai lembaga pendidikan agama Islam khas Indonesia merupakan pendidikan alternatif dari pendidikan formal yang dikelola oleh pemerintah. Pertama, karena pesantren

Lebih terperinci

MODEL PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SANTRI MELALUI PONDOK PESANTREN BERBASIS BUDAYA AGRIBISNIS TANAMAN PALAWIJA ANSORI

MODEL PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SANTRI MELALUI PONDOK PESANTREN BERBASIS BUDAYA AGRIBISNIS TANAMAN PALAWIJA ANSORI MODEL PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN SANTRI MELALUI PONDOK PESANTREN BERBASIS BUDAYA AGRIBISNIS TANAMAN PALAWIJA ANSORI STKIP Siliwangi ansoryalb@gmail.com Abstrak Tanaman palawija adalah salah satu sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai negara yang merdeka dan berdaulat, Indonesia berhak menentukan nasib bangsanya sendiri, hal ini diwujudkan dalam bentuk pembangunan. Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan. mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Era globalisasi dewasa ini dan di masa datang sedang dan akan mempengaruhi perkembangan sosial budaya masyarakat muslim Indonesia umumnya, atau pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan dari seni dan budaya manusia yang dinamis dan syarat akan perkembangan, oleh karena itu perubahan atau perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan

BAB I PENDAHULUAN. baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Globalisasi telah membawa dampak bagi segala aspek kehidupan, baik dalam bidang ekonomi, sosial, maupun budaya. Kondisi ini akan membawa persaingan yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia telah melahirkan suatu perubahan dalam semua aspek, termasuk dalam struktur sosial, kultur, sistem pendidikan, dan tidak tertutup kemungkinan

Lebih terperinci

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN

Pondok Pesantren Modern di Semarang BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dan kompleksitas pada permasalahan global seperti sekarang ini, diperlukan penyiapan sumber daya manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Pendidikan dianggap sebagai suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insani untuk pembangunan suatu bangsa. Sering

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota

PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu. Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Madrasah Tsanawiyah (MTs) Mathla ul Anwar merupakan salah satu Madrasah Swasta yang di selenggarakan oleh Perguruan Mathla ul Anwar Kota Pontianak. Dalam

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Pendidikan pesantren dalam menghadapi era globalisasi, meskipun pada

BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL. Pendidikan pesantren dalam menghadapi era globalisasi, meskipun pada BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL Pendidikan pesantren dalam menghadapi era globalisasi, meskipun pada awalnya dunia pesantren terlihat enggan dan rikuh dalam menerima perubahan, sehingga tercipta kesenjangan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan global yang terjadi di Indonesia dalam beberapa dasawarsa terakhir ini, menuntut upaya strategi bisnis dan kemampuan teknologi yang mahir di berbagai sektor

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA 84 BAB IV ANALISIS DATA A. Implementasi UU Sisdiknas No.20 Tahun 2003 terhadap Pengembangan Kurikulum di Madrasah Miftahul Ulum Sidogiri Pasuruan Madrasah Miftahul Ulum Sidogiri Pasuruan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap proses pembelajaran untuk

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap proses pembelajaran untuk BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi dan analisis terhadap proses pembelajaran untuk menginternalisasi nilai-nilai kewirausahaan sehingga tumbuh kemandirian pada peserta Program

Lebih terperinci

tujuan, program pendidikan, kurikulum, satuan pendidikan strategi

tujuan, program pendidikan, kurikulum, satuan pendidikan strategi BABYT KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Pondok pesantren Husnul Khotimah mempakan lembaga pendidikan Islam terpadu yang digarap dengan metode dan sarana cukup modern. Misi utama pemaduan adalah

Lebih terperinci

SEKOLAH ISLAM TERPADU DI PEKANBARU

SEKOLAH ISLAM TERPADU DI PEKANBARU LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR SEKOLAH ISLAM TERPADU DI PEKANBARU Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Teknik diajukan oleh : FRAN WIJAYA

Lebih terperinci

Oleh : Anggono Ariebowo, Bambang Suprijadi, Bambang Adji Murtomo

Oleh : Anggono Ariebowo, Bambang Suprijadi, Bambang Adji Murtomo PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN MODERN AL-HAMID DI JAKARTA TIMUR PENGEMBANGAN PONDOK PESANTREN MODERN AL-HAMID DI JAKARTA TIMUR Oleh : Anggono Ariebowo, Bambang Suprijadi, Bambang Adji Murtomo Jakarta sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi seperti sekarang ini mutlak menuntut seseorang untuk membekali diri dengan ilmu pengetahuan agar dapat bersaing serta mempertahankan diri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ketika peserta didik akan mencari studi lanjut ke jenjang Sekolah Menengah Atas (SMA), siswa-siswa akan memikirkan berbagai alternatif pilihan program pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia

BAB I PENDAHULUAN. sangat besar terhadap dunia pendidikan dan pembentukan sumber daya manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pesantren merupakan khazanah pendidikan dan budaya Islam di Indonesia. Dalam perjalanan sejarah pendidikan Islam di Indonesia, peran pesantren tidak diragukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang PENDAHULUAN Latar Belakang Kebijakan pembangunan pendidikan tahun 2010-2014 memuat enam strategi, yaitu: 1) perluasan dan pemerataan akses pendidikan usia dini bermutu dan berkesetaraan gender, 2) perluasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi yang ditandai dengan persaingan yang ketat dalam semua aspek kehidupan, memberi pengaruh terhadap tuntutan akan kualitas sumber daya manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia

BAB I PENDAHULUAN. harus berhadapan langsung dengan zaman modern. dilepas dari kehidupan manusia. Islam juga mewajibkan kepada manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Eksistensi pesantren sebagai lembaga pendidikan Islam di Indonesia tidak diragukan lagi peranannya dan kiprahnya dalam membangun kemajuan bangsa Indonesia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari kondisi sosial kultural masyarakat. Pendidikan memiliki tugas BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan memiliki peran yang penting dalam suatu negara yakni sebagai saran untuk menciptakan manusia yang unggul. Pendidikan tidak bisa terlepas dari kondisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) sebagian besar bertumpu salah satunya pada sektor pendidikan dan pembangunan pribadi manusia khususnya untuk membentuk akhlakulkarimah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan untuk memecahkan masalah-masalah secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang penting dalam kehidupan manusia. Pendidikan sebagai suatu wadah dalam menyiapkan generasi bangsa yang mempunyai kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa dampak secara global, seperti persaingan dalam berbagai bidang kehidupan, salah satu diantaranya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah penulis lakukan tentang evaluasi program pembelajaran kitab kuning di M.A. Banat Perguruan Islam Mathali ul Falah Kajen Pati dapat disimpulkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Arus globalisasi akan menggeser pola hidup masyarakat dari agraris dan perniagaan tradisional menjadi masyarakat industri dan perdagangan modern. Globalisasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan

I. PENDAHULUAN. mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani dan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan nasional merupakan salah satu faktor yang sangat strategis dalam membentuk dan mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) Indonesia menuju masyarakat yang madani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan wahana yang penting dalam upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mendapatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan yang berkualitas akan menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. SDM yang dimaksud adalah peserta didik sebagai ouput pendidikan. Dengan SDM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam

BAB I PENDAHULUAN. melestarikan dan mengalihkan serta mentransformasikan nilai-nilai kebudayaan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam masyarakat yang dinamis, pendidikan memegang peranan yang menentukan eksistensi dan perkembangan masyarakat. Pendidikan merupakan usaha melestarikan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada saat ini dihadapkan pada tuntutan tujuan yang semakin canggih, semakin meningkat baik ragam, lebih-lebih kualitasnya (Tilaar, 1997). Di sisi lain, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF

BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF BAB 1 RINGKASAN EKSEKUTIF BAB I RINGKASAN EKSEKUTIF 1.1 Deskripsi Konsep Bisnis Teknologi telah menjadi unsur yang terdapat dalam kehidupan manusia, bahkan hampir di semua aspek kehidupan. Hampir semua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu.

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi dalam suatu dasar yang relatif terus menerus untuk mencapai satu atau. lebih, sehingga terjadi interaksi antar individu. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Organisasi adalah sekumpulan orang yang saling bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan tertentu, dengan kata lain organisasi adalah suatu unit sosial yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah Dasar (SD) Negeri Wirosari memiliki visi menjadikan SD Negeri Wirosari sekolah yang unggul, kreatif, inovatif, kompetitif dan religius. Sedangkan misinya

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes

BAB V PENUTUP. di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes 242 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Setelah melakukan kajian teoritis dan analisis data berdasarkan temuan di lapangan mengenai rekonstruksi kurikulum Ponpes Salafiyah di Ponpes Al-Ma dar yang meliputi desain

Lebih terperinci

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar dan terencana untuk memanusiakan manusia melalui pengembangan seluruh potensinya sesuai dengan yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era globalisasi seperti sekarang ini persaingan semakin kompetitif, maka diperlukan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Peranan sumber daya manusia (SDM)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayan Nugroho,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wayan Nugroho,2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting bagi kehidupan suatu bangsa. Melalui pendidikan ini manusia dapat mengembangkan berbagai ilmu pengetahuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju dan kompleksitas pada permasalahan global seperti sekarang ini, diperlukan penyiapan sumber daya manusia

Lebih terperinci

Bab I. Pendahuluan. persaingan yang semakin ketat di dalam dunia kerja. mengkonsumsi produk-produk jasa yang timbul dari kebutuhan untuk

Bab I. Pendahuluan. persaingan yang semakin ketat di dalam dunia kerja. mengkonsumsi produk-produk jasa yang timbul dari kebutuhan untuk Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam menghadapi era globalisasi, pendidikan merupakan sebuah hal yang mutlak agar dapat memiliki daya saing yang tinggi. Tanpa memiliki pendidikan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Pemerintah kabupaten dan kota di BAB I PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini, peneliti akan membahas tentang: 1) latar belakang; 2) fokus penelitian; 3) rumusan masalah; 4) tujuan penelitian; 5) manfaat penelitian; dan 6) penegasan istilah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para

BAB I PENDAHULUAN. penghasilan sebanyak-banyaknya dengan melakukan usaha sekecil-kecilnya. Para BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Pemilihan Objek Persaingan dalam dunia perekonomian kini telah melanda berbagai penjuru dunia. Sebagian orang terjebak dalam egonya untuk memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Indonesia memerlukan sumber daya manusia dalam jumlah dan mutu yang memadai sebagai pendukung utama dalam pembangunan. Untuk memenuhi sumber daya manusia tersebut,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madrasah Tsanawiyah adalah lembaga pendidikan yang sederajat dengan sekolah lanjutan menengah pertama yang memiliki ciri Islam yang dikelola dan dikembangkan di bawah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat yang cerdas di era seperti sekarang ini sangat penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu tujuan pendidikan nasional yang termuat dalam pembukaan UUD 1945 adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Mewujudkan masyarakat yang cerdas di era seperti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK

BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK BAB I LANDASAN KURIKULUM AL-ISLAM, KEMUHAMMADIYAHAN DAN BAHASA ARAB DENGAN PARADIGMA INTEGRATIF-HOLISTIK A. Latar Belakang Pemikiran Indonesia merupakan negara kepulauan dengan keragamannya yang terdapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN. perorangan, akan tetapi lembaga pendidikan ini adalah milik masyarakat.

BAB IV HASIL PENELITIAN. perorangan, akan tetapi lembaga pendidikan ini adalah milik masyarakat. 62 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian Pondok pesantren Hidayatul Mubtadiin sebagai salah satu lembaga pendidikan yang mengarah terhadap pembentukan generasi bangsa yang berakhalaqul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian,

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar adalah meletakkan dasar kecerdasan, pengetahuan, kepribadian, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem pendidikan national bertujuan untuk mewujudkan manusia Indonesia seutuhnya. Merujuk dari tujuan Sisdiknas tersebut maka tujuan pendidikan sekolah dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia yang. bermartabat dan mencapai kemajuan. Hal tersebut dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan diharapkan dapat membawa bangsa Indonesia yang. bermartabat dan mencapai kemajuan. Hal tersebut dilakukan secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah investasi jangka panjang yang menentukan keberlangsungan kehidupan bangsa yang beradap, berakhlak, dan berkarakter. Melalui pendidikan diharapkan dapat

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA

BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA BAB IV DAMPAK KEBERADAAN PONDOK PESANTREN DALAM BIDANG SOSIAL, AGAMA DAN PENDIDIKAN BAGI MASYARAKAT TLOGOANYAR DAN SEKITARNYA Adanya sebuah lembaga pendidikan agama Islam, apalagi pondok pesantren dalam

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Pada bagian ini dapatlah disimpulkan bahwa penalaran dan kontekstualisasi ibadah shalat dalam membina kepribadian siswa di SMA merupakan program yang dirancang sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang digunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas proses dan hasil belajar para siswa disetiap jenjang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Peningkatan kualitas proses dan hasil belajar para siswa disetiap jenjang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan lembaga sosial yang harus menyediakan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas dan mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Pengertian Kepemimpinan Kepemimpinan secara harfiah berasal dari kata pimpin. Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan

Lebih terperinci

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK

2016 PERAN BIMBINGAN KARIR, MOTIVASI MEMASUKI DUNIA KERJA DAN PENGALAMAN PRAKERIN TERHADAP KESIAPAN KERJA SISWA SMK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar manusia dalam mewujudkan suasana belajar dengan melakukan proses pembelajaran didalamnya menjadikan peserta didik aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi di Indonesia saat ini membutuhkan sumberdaya manusia berkompeten dan mempunyai kompetensi spiritual yang baik. Terjadinya kasus-kasus korupsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia. Pendidikan adalah usaha sadar yang sengaja dirancang untuk menciptakan kualitas Sumber Daya Manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya pendidikan merupakan faktor yang berperan penting dalam

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada hakekatnya pendidikan merupakan faktor yang berperan penting dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada hakekatnya pendidikan merupakan faktor yang berperan penting dalam menentukan kompetensi seorang individu. Kompetensi adalah kemampuan yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Kedua kemampuan ini akan menjadi tonggak atau landasan bagi

BAB I PENDAHULUAN. sekolah dasar. Kedua kemampuan ini akan menjadi tonggak atau landasan bagi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemampuan membaca dan menulis permulaan merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki ketika mereka mulai memasuki jenjang pendidikan di sekolah dasar. Kedua kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan pengajaran sejarah bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Kurikulum IPS SD (1994 : 150) menyatakan bahwa : Pengajaran sosial di SD bertujuan agar peserta didik mampu mengembangkan pengetahuan dan keterampilan dasar

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1 Gambaran Umum SMA IPIEMS Surabaya SMA IPIEMS Surabaya telah mengalami banyak sekali perubahan dan perkembangan dalam sejarahnya yang relatif panjang. Dari perspektif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan seseorang baik di lingkungan keluarga, sekolah, atau masyarakat. Pendidikan berlangsung seumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. untuk melaksanakan proses belajar mengajar yang diarahkan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna,

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mencapai tujuan pendidikan yang lebih optimal, berdaya guna, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Suroso Prawiroharjo sebagaimana dikutip Raka Joni (1984 : 5), salah

BAB I PENDAHULUAN. pendapat Suroso Prawiroharjo sebagaimana dikutip Raka Joni (1984 : 5), salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mulai dilaksanakan sejak manusia berada di muka bumi, adanya pendidikan sudah setua dengan adanya kehidupan manusia itu sendiri. Menurut pendapat

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG

BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG 69 BAB IV ANALISIS KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KINERJA GURU DI SMP ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG A. Kepemimpinan kepala sekolah di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Kepala sekolah merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pesantren merupakan lembaga pendidikan dan lembaga sosial yang banyak tumbuh di pedesaan dan perkotaan. Sebagai kerangka sistem pendidikan Islam tradisional, pesantren

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan

BAB I PENDAHULUAN. membekali setiap sumber daya manusia dengan pengetahuan, kecakapan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Pendidikan merupakan suatu tuntutan bagi setiap warga negara, baik yang tua maupun yang masih muda. Penyelenggaraan pendidikan diharapkan dapat membekali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada

BAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pesantren memiliki peranan yang penting dalam sejarah pembangunan pendidikan di indonesia. Di antara lembaga pendidikan yang pernah muncul di Indonesia, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak

BAB I PENDAHULUAN. spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

Lebih terperinci

BA B I. dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran guna. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan memberikan konstribusi

BA B I. dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran guna. dikenal dan diakui oleh masyarakat. Pendidikan memberikan konstribusi BA B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan pendidikan dalam kehidupan agar manusia dapat mengembangkan potensi dirinya melalui proses pembelajaran guna dikenal dan diakui oleh masyarakat.

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Era globalisasi merupakan suatu zaman dimana pertukaran budaya, seni dan kemajuan ilmu pengetahuan terjadi sangat pesat dan bebas. Banyak hal yang perlu dipersiapkan untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah,

I. PENDAHULUAN. penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, I. PENDAHULUAN Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum penelitian yang terdiri dari latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan dimana

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan dimana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pondok pesantren merupakan salah satu lembaga pendidikan dimana sistem pendidikan-nya menjadi inspirator bagi terbentuknya ragam lembaga pendidikan yang ada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia, pembentukan pribadi manusia yang berkualitas menjadi keharusan bagi suatu bangsa jika ingin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama. dalam menguasai Ilmu Pendidikan Agama Islam. BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidik/Guru merupakan elemen pokok dalam melahirkan dan mencetak santri/siswa yang berkualitas dalam belajar Pendidikan agama Islam, dan berakhlakul karimah. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Memasuki Abad 21, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin maju serta terbukanya pasar global akan menstimulus kita untuk selalu meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi perilaku anak yang semakin hilangnya nilai-nilai karakter bangsa. Hilangnya nilai-nilai karakter bangsa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM

I. PENDAHULUAN. Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menghadapi dan memasuki persaingan dunia kerja sekarang ini diperlukan SDM yang berkualitas, untuk itu SMK SMTI sebagai sekolah yang memiliki orientasi untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.232,2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG PENDIDIKAN KEAGAMAAN ISLAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGAMA REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri

BAB I PENDAHULUAN. menghadapi perkembangan ini dan harus berfikiran lebih maju. Ciri-ciri 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Majunya perkembangan IPTEK pada era globalisasi sekarang ini membuat dunia terasa semakin sempit karena segala sesuatunya dapat dijangkau dengan sangat mudah.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan manusia yang cerdas dan berkarakter. Pendidikan sebagai proses BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada dasarnya adalah usaha sadar mengoptimalkan bakat dan potensi anak untuk memperoleh keunggulan dalam hidupnya. Unggul dalam bidang intelektual, memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

I. PENDAHULUAN. Sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada tahun ajaran 2006 telah memberikan keleluasaan kepada guru dan sekolah (lembaga tingkat satuan pendidikan)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan

BAB I PENDAHULUAN. ini semakin berkembanng dengan sangat pesat. integratif, produktif, kreatif dan memiliki sikap-sikap kepemimpinan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan ialah sebuah proses yang terus menerus berkembang sesuai dengan perubahan zaman yang terjadi sebagai perkembangan IPTEK, perubahan nilai budaya, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kualitas pendidikan bagi pembangunan bangsa di masa datang. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya kualitas pendidikan bagi pembangunan bangsa di masa datang. Dalam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak reformasi bergulir pada satu dekade lalu, semakin disadari pentingnya kualitas pendidikan bagi pembangunan bangsa di masa datang. Dalam hal ini, pendidikan tidak

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kinerja mengajar guru merupakan komponen paling utama dalam meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga pendidik, terutama guru,

Lebih terperinci

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN 5.1 Visi Visi Walikota dan Wakil Walikota Pasuruan 2010-2015 merupakan visi pembangunan Kota Pasuruan 2010 2015. Mengingat periode rencana pembangunan 2010-2015 merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekar Arum Ningtyas, 2014 Hubungan Antara Kebiasaan Belajar dengan Hasil Belajar Sistem Pengapian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini salah satu tantangan yang harus dihadapi bangsa Indonesia adalah menyongsong era globalisasi yang ditandai dengan kemajuan teknologi disetiap bidang.

Lebih terperinci

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat.

dan kelembagaan yang kegiatannya saling terkait dan saling mendukung dalam peningkatan efisiensi, sehingga terwujudnya daya saing yang kuat. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi dan liberalisasi ekonomi telah membawa pembaruan yang sangat cepat dan berdampak luas bagi perekonomian, baik di dalam negeri maupun di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kualitas pendidikan di Indonesia masih tergolong rendah. Indikator paling nyata dari rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia adalah rendahnya perolehan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR SOLO ISLAMIC SCHOOL

TUGAS AKHIR SOLO ISLAMIC SCHOOL TUGAS AKHIR DASAR PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR ( D P 3 A ) SOLO ISLAMIC SCHOOL (Penggabungan Konsep Dekonstruksi dengan Arsitektur Islam) Diajukan Sebagai Pelengkap dan Syarat Guna Mencapai

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Dalam rangka mencapai tujuan dan sasaran pembangunan untuk mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan, perlu perubahan secara mendasar, terencana dan terukur. Upaya

Lebih terperinci