A. Tah ap an Pe mb an gu na n dal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "A. Tah ap an Pe mb an gu na n dal"

Transkripsi

1 A. LATAR BELAKANG Visi RPJPN yaitu Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Dalam mewujudkan visi RPJPN dicapai melalui 8 Misi Pembangunan Nasional. Misi-misi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Mewujudkan masyarakat berakhlak mulia, bermoral, beretika, berbudaya dan beradab berdasarkan falsafah Pancasila. 2. Mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 3. Mewujudkan masyarakat demokratis berlandaskan hukum. 4. Mewujudkan Indonesia, aman, damai dan bersatu. 5. Mewujudkan pemerataan pembangunan dan berkeadilan. 6. Mewujudkan Indonesia asri dan lestari. 7. Mewujudkan Indonesia menjadi Negara kepulauan yang mandiri, maju, kuat dan berbasiskan kepentingan nasional. 8. Mewujudkan Indonesia berperan penting dalam pergaulan dunia internasional. Dalam mewujudkan visi misi tersebut, Pembangunan Nasional dilaksanakan melalui Perencanaan Jangka Panjang Nasional dengan tahapan yang dijelaskan dalam gambar sebagai berikut: A. ~ 1 ~ Tah ap an Pe mb an gu na n dal

2 Peraturan presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang Rencana Pembangunan jangka menengah pada Prioritas ke 10 mengamanatkan bahwa penanganan daerah tertinggal, terluar, dan pasca konflik akan dilaksanakan dengan tema prioritas yaitu pengutamaan dan penjaminan pertumbuhan di daerah tertinggal, terdepan, terluar serta berkelangsungan kehidupan damai di wilayah pasca-konflik, arah kebijakan adalah peningkatan kualitas SDM dan Ekonomi Lokal bertumpu pada infrastruktur dan kapasitas lembaga daerah tertinggal. Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat, bangsa dan negara indonesia yang ditandai penduduk yang hidup dengan perilaku pelayanan kesehatan yang mermutu secara adil dan merata, serta memiliki derajat kesehatan yang optimal di seluruh wilayah republik indonesia. Kesehatan di daerah tertinggal merupakan salah satu kebutuhan dasar masyarakat (basic need). Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan strategi pembangunan nasional berwawasan kesehatan, profesionalisme, desentralisasi, dan jaminan pemeliharaan kesehatan masyarakat dengan memperhatikan berbagai tantangan saat ini dan di masa depan. Di beberapa daerah tertinggal diperlukan akselerasi kebijakan strategis yang harus didorong oleh Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) dalam rangka mendukung sasaran pembangunan kesehatan untuk mewujudkan indonesia sehat. Dengan berbagai kebijakan strategis tersebut, diharapkan kesenjangan pembangunan kesehatan antara daerah tertinggal dengan daerah maju akan semakin kecil sehingga pemerataan pembangunan kesehatan bisa dirasakan oleh semua masyarakat Indonesia. Latar belakang munculnya Perdesaan Sehat. 1. Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu unsur kesejahteraan yang harus diwujudkan. 2. Upaya meningkatkan derajat kesehatan masyarakat setinggi-setingginya harus didasarkan prinsip non-diskriminasi dan partisipatif. 3. Setiap upaya pembangunan haruslah dilandasi wawasan kesehatan, memperhatikan kesehatan masyarakat terutama kelompok miskin. 4. Percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan adalah ditujukan untuk merealisasikan komitmen tersebut. 5. Suatu komitmen keberpihakan pada karakteristik daerah tertinggal dan realisasi hak atas kesehatan. Perdesaan Sehat merupakan alternatif kebijakan untuk mempercepat pengentasan 158 dari 183 Kabupaten Daerah Tertinggal yang masih memiliki IPM dibawah 72,2 dan ~ 2 ~ am RP JP N

3 AHH dibawah 68,8. Berdasarkan Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 1 tahun 2013, esensi dari Perdesaan Sehat adalah: 1. Merupakan instrumen koordinasi dan fasilitasi pelaksanaan. 2. Sebagai kebijakan percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di daerah tertinggal. 3. Sebagai kerangka pencapaian sasaran prioritas nasional 3 & 10 tahun 2014 serta MDGS tahun Perdesaan Sehat merupakan salah satu kebijakan percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di daerah tertinggal yang bertumpu pada peningkatan kapasitas lembaga dan infrastruktur pelayanan kesehatan dasar. Hadirnya Perdesaan Sehat sebagai pondasi untuk menunjang percepatan pembangunan kualitas kesehatan di daerah tertinggal maka dalam Perdesaan Sehat terdapat lima pilar Perdesaan Sehat, yakni: 1. Percepatan ketersediaan Dokter Puskesmas bagi seluruh Puskesmas; 2. Percepatan ketersediaan Bidan Desa bagi seluruh Desa; 3. Percepatan ketersediaan air bersih bagi setiap rumah tangga; 4. Percepatan ketersediaan sanitasi bagi setiap rumah tangga; dan 5. Percepatan ketersediaan gizi seimbang bagi ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Dalam memfasilitasi pembangunan bidang kesehatan di daerah tertinggal dilaksanakan melalui kegiatan Fasilitasi Konsultan Manajemen Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan Daerah Tertinggal (Perdesaan Sehat) di tahun B. DASAR HUKUM KEGIATAN Peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar hukum pelaksanaan kegiatan adalah: 1. Undang-undang Dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia Tahun 1945 dan Amandemen (Kewajiban negara memenuhi hak-hak dasar Seluruh Rakyat). 2. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2004 Tentang Keuangan Negara. 3. Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sismtem Jaminan Sosial Nasional. 4. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2005 Tentang Otonomi Daerah. 5. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2007 Tentang Tahun Undang-undang Nomor 39 Tahun 2008 Tentang Kementerian Negara. 7. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. 8. Undang-undang Nomor 52 Tahun 2009 Tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga. 9. Keputusan Presiden Nomor 84/P Tahun 2009 Tentang Kabinet Indonesia Bersatu II. ~ 3 ~

4 10. Keputusan Presiden No. 24 Tahun 2010 Tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas, dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara. 11. Peraturan Presiden No.5 Tahun 2010 Tentang Percepatan Pelaksanaan Prioritas Nasional. 12. Instruksi Presiden No.3 Tahun 2010 Tentang Pembangunan yang berkeadilan. 13. Keputusan Presiden No.10 Tahun 2011 Tentang Perluasan Pembangunan Yang Berkeadilan. 14. Peraturan Menteri Daerah Tertinggal No 1 Tahun 2013 Tentang Pedoman Perdesaan Sehat. C. Maksud dan Tujuan C-1. Maksud Kegiatan Konsultan Manajemen Perdesaan Sehat yang teridiri dari Konsultan Manajemen Pusat (KMP) dan Konsultan Manajemen Regional (KMR) bermaksud memfasilitasi terbentuknya Kelompok Kerja Perdesaan Sehat (POKJA PS) di Tingkat Pusat dan Forum Multi Stakeholder (FMS) di Daerah Regional yang dapat mendorong kinerjanya dalam mengkoordinasi seluruh kegiatan peningkatan kesehatan melalui Lima Pilar Perdesaan Sehat di daerah tertinggal. C-2. Tujuan KMP bertujuan memfasilitasi terwujudnya beberapa kegiatan Perdesaan Sehat di tingkat Pusat yang mencakup: 1. Membantu terbentuknya Kelompok Kerja Perdesaan Sehat di Tingkat Pusat. 2. Melakukan koordinasi bidang kesehatan di Daerah Tertinggal dengan KPDT, Kementerian/Lembaga Terkait, Perguruan Tinggi maupun Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten Daerah Tertinggal. 3. Merumuskan Grand Disain Perdesaan Sehat. 4. Merumuskan dan menyusun materi pelatihan dan sosialisasi. 5. Merumuskan Desain Rencana Aksi Nasional (RAN), Rencana Aksi Sektoral (RAS) dan RencanaAksi Daerah (RAD) Perdesaan Sehat. 6. Melakukan kompilasi dokumen RAN, RAD maupun RAS PerdesaanSehat. 7. Melakukan monitoring dan evaluasi Perdesaan Sehat ke daerah provinsi lokasi KMR. 8. Merumuskan rekomendasi alternatif kebijakan PerdesaanSehat. 9. Menyusun laporan kegiatan. KMR bertujuan memfasilitasi terwujudnya beberapa kegiatan Perdesaan Sehat di tingkat regional yang mencakup: 1. Membantu terbentuknya Forum Multi Stakeholder (FMS) Perdesaan Sehat di tingkat regional. ~ 4 ~

5 2. Melakukan koordinasi bidang kesehatan di Kabupaten Daerah Tertinggal, baik dengan KPDT, SKPD terkait, Bappeda maupun Perguruan Tinggi. 3. Melakukan kompilasi dokumen RAD Perdesaan Sehat. 4. Melakukan monitoring dan evaluasi Perdesaan Sehat ke daerah kabupaten daerah tertinggal. 5. Merumuskan rekomendasi alternatif kebijakan Perdesaan Sehat tingkat regional. 6. Menyusun laporan kegiatan. D. Keluaran Tingkat Pusat; keluaran yang ingin diperoleh dari kegiatan Fasilitasi Konsultan Manajemen Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan Daerah Tertinggal (Perdesaan Sehat) di tingkat pusat (KMP) adalah: 1. Terbentuknya Sekretariat Perdesaan Sehat di Tingkat Pusat. 2. Terlaksana koordinasi bidang kesehatan di daerah tertinggal dengan KPDT, Kementerian/Lembaga, Perguruan Tinggi maupun Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten. 3. Terlaksananya Pelatihan dan Sosialisasi Awal di Tingkat Pusat. 4. Terumuskannya dan tersusunnya Grand Disain Perdesaan Sehat. 5. Terumuskannya dan tersusunnya materi pelatihan dan sosialisasi. 6. Terumusnya Desain RencanaAksi Nasional (RAN), Rencana Aksi Sektoral (RAS) dan Rencana Aksi Daerah (RAD) PerdesaanSehat. 7. Terkompilasinya dokumen RAN, RAD maupun RAS PerdesaanSehat. 8. Terlaksana monitoring danevaluasiperdesaansehatke Daerah. 9. Terumuskannya rekomendasi alternatif kebijakan Perdesaan Sehat. 10. Tersusun laporan kegiatan, berupa : Laporan Pendahuluan, Laporan Bulanan, Laporan Antara, Laporan Draft Akhir, Laporan Akhir dan Ringkasan Eksekutif dan Softcopy Laporan dalam bentuk CD. Tingkat Regional; keluaran yang ingin diperoleh dari kegiatan Fasilitasi Konsultan Manajemen Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan Daerah Tertinggal (Perdesaan Sehat) di tingkat regional (KMR) adalah: 1. Terbentuknya Forum Multi Stakeholder (FMS) di tingkat regional. 2. Terlaksana koordinasi bidang kesehatan di daerah tertinggal, dengan SKPD terkait, Bappeda maupun Perguruan Tinggi. 3. Terkompilasinya dokumen RAD Perdesaan Sehat. 4. Terlaksana monitoring dan evaluasi Perdesaan Sehat ke Daerah. 5. Terumuskannya rekomendasi alternatif kebijakan Perdesaan Sehat tingkat regional. 6. Tersusun laporan kegiatan, berupa:laporanpendahuluan, Laporan Bulanan, Laporan Antara, Laporan Draft Akhir, laporan Akhir dan Ringkasan Eksekutif dan Softcopy Laporan dalam bentuk CD. ~ 5 ~

6 Alur kegiatan pekerjaan Fasilitasi Manajemen Perdesaan Sehat disajikan pada Gambar B, dengan esensi : (1) latar belakang perlunya kegiatan fasilitasi Konsultan Manajemen Perdesaan Sehat di tingkat Pusat (KMP) dan tingkat Regional (KMR), (2) adanya isu pokok koordinasi berbagai sektor terkait integrasi pembangunan perdesaan sehat dan upaya memfasilitasi percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di daerah tertinggal, (3) pendekatan kegiatan berupa penguatan infrastrutur lima pilar perdesaan sehat, penguatan kelembagaan perdesaan sehat serta fasilitasi pendampingan KMR agar terintegrasi dengan PERTI dan SKPD terkait perdesaan sehat di kabupaten daerah tertinggal (4) metoda pelaksanaan kegiatan yang meliputi metoda pemetaan basis data lima pilar perdesaan sehat, metoda fasilitasi penyusunan Grand Disain, RAN,RAS dan RAD serta metoda sosialisasi dan FGD untuk menjaring masukan stakeholder terkait (5) output kegiatan, (6) outcome dan (7) impact kegiatan KMP Perdesaan Sehat. ~ 6 ~

7 B. Alur Berfikir ~ 7 ~

8 Kegiatan Fasilitasi Konsultan Manajemen Kelompok Kerja Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan Daerah Tertinggal (Perdesaan Sehat) dilakukan di Pusat dan Regional. Adapun lokasi kegiatan Sekretariat Konsultan Manajemen Perdesaan Sehat Tingkat Pusat adalah di Jalan Tanah Abang V/37B Jakarta Pusat. Sedangkan untuk Konsultan Manajemen Regional sebagaimana diuraikan berikut ini serta cakupan wilayah kegiatan secara nasional disajikan pada tabel berikut: Tabel Lokasi Sekretariat Perdesaan Sehat di Wilayah Regional ~ 8 ~

9 E. Ringkasan Hasil Kegiatan E-1 Capaian Kegiatan KMP 1. Fasilitasi Pembentukan Kelompok Kerja (POKJA) Perdesaan Sehat di Tingkat Pusat Kelompok Kerja Perdesaan Sehat (POKJA-PS) merupakan forum koordinasi lintas Kementrian/Lembaga (K/L) dan berbagai pemangku kepentingan terkait ~ 9 ~

10 lainnya dalam pelaksanaan aksi keberpihakan bagi kegiatan percepatan pembangunan kualitas kesehatan di daerah tertinggal. Pembentukan POKJA Perdesaan Sehat di Tingkat Pusat berdasarkan Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal Nomor 1 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembangunan Perdesaan Sehat di Daerah Tertinggal. Pembentukan Pokja PS yang difasilitasi oleh KPDT dimana KMP-PS juga merupakan salah satu bagian yang ikut dalam proses fasilitasinya telah terlaksana melalui SK Menteri PDT-RI Nomor: 140/KEP/M-PDT/IX/2013 tentang Pembentukan Tim Kelompok Kerja (Pokja) Perdesaan Sehat. Keanggotaan POKJA-PS yang telah terbentuk terdiri atas beberapa unsure yaitu: 1.Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. 2.Kementerian Koordinator Bidang Politik dan Keamanan. 3.Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat. 4.Kementerian Kesehatan. 5.Kementerian Pertanian. 6.Kementerian Dalam Negeri / Badan Pengelola Perbatasan. 7.Kementerian Pekerjaan Umum. 8.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 9.Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). 10.Badan Koordinasi Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN). 11.Organisasi Profesi Kedokteran dan Bidan (Ikatan Dokter Indonesia dan Ikatan Bidan Indonesia). 12.Perguruan Tinggi / Akademi; dan 13.Swasta dan Organisasi Masyarakat Sipil untuk isu kesehatan dan perdesaan. Dengan adanya Tim POKJA-PS ini diharapkan upaya membangun Perdesaan Sehat dapat dipercepat dengan koordinasi dan sinkronisasi K/L terkait. Tupoksi POKJA-PS 2013 meliputi: sesuai dengan Peraturan Menteri KPDT Nomor 1 Tahun 1.Bersama kementerian terkait berkoordinasi dalam menetapkan kebijakan yang mendukung operasionalisasi pengembangan perdesaan sehat di Daerah tertinggal; Melakukan inventarisasi masalah, potensi dan kebutuhan dalam pelaksanaan kebijakan di bidang kesehatan masyarakat; 2.Merumuskan rekomendasi kebijakan, termasuk didalamnya penanganan kasus darurat kesehatan terkait dengan ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan Balita di dalam wilayah kerja Perdesaan Sehat; 3.Melakukan pengawasan, monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan kebijakan Perdesaan Sehat; dan 4.Melakukan fasilitasi koordinasi kebijakan antar lintas pelaku/pemangku kepentingan di dalam pelaksanaan kebijakan Perdesaan Sehat. Peran Fasilitasi Konsultan Manajemen PS (KMP-PS) terhadap Tim POKJA yang telah terbentuk pada dasarnya adalah membantu kelancaran tugas-tugas Sekretaris POKJA-PS. Kegiatan yang dilakukan KMP dalam fasilitasi POKJA PS meliputi kegiatan koordinasi maupun fasilitasi ketersediaan bahan-bahan atau ~ 10 ~

11 materi yang dibutuhkan untuk proses pembentukan maupun aktifitas lanjutan setelah pembentukan POKJA PS. Tupoksi dari POKJA-PS diharapkan dapat berjalan dengan baik dengan difasilitasi oleh KPDT. Selain ikut ambil bagian dalam proses pembentukan POKJA PS, KMP juga berupaya untuk ikut memfasilitasi tupoksi POKJA-PS diatas pada point 2 dan 3, melalui fasilitasi perumusan RAD-RAS- RAN PS, fasilitasi perumusan Rekomendasi Alternatif Kebijakan PS dan fasilitasi perumusan Grand Disain PS. 2. Koordinasi Bidang Kesehatan Kegiatan koordinasi bidang kesehatan di daerah tertinggal dengan Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal (KPDT) dan Pemangku Kepentingan dilakukan dalam rangka penerimaan dan penyampaian informasi, diskusi, sosialisasi, konsolidasi, sinergi dan penguatan kapasitas (capacity building) atas pelaksanaan Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan di Daerah Tertinggal (Perdesaan Sehat). Kegiatan koordinasi bidang kesehatan yang telah dilakukan sampai dengan 5 Desember diuraikan sebagai berikut: 1.Koordinasi Bidang Kesehatan KMP-PS dengan K/L dan Pokja PS. a. Workshop dan pelatihan PS, Informasi cara perolehan dan jenis data di daerah, informasi awal tentang rencana pembentukan Pokja PS di Pusat. Perlunya acuan dari pengembangan konsep sebagai alternatif kebijakan percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di derah tertinggal. b. Tersosialisasikannya kepada Anggota POKJA tentang Perdesaan Sehat. c. Tersosialisasinya Permen PDT No. 1 Tahun d. Tersampaikan tugas dan fungsi POKJA. e. Tersusunnya Rencana Kerja serta ketetapan lainnya. 2.Koordinasi Bidang Kesehatan KMP-PS dengan KPDT a. Terinformasikannya capaian kegiatan serta lokasi kegiatan BANSOS untuk bahan melakukan koordinasi dan advokasi mendorong terealisasinya bantuan tersebut. b. Terinformasikannya pembagian lokasi irisan yang di tangani oleh PS bagi PERTI, KMP, LKNU, Muslimat NU. c. Terverifikasinya data PERTI, BANSOS, Lokasi PS serta modul. d. Disepakatinya Struktur kepanitiaan, Materi, Jadwal, Tempat, Narasumber, peserta dan Undangan. e. Disepakatinya indikator PS untuk dimasukkan dalam intrumen bantu dalam penyusunan RAD, 4 aspek (Ketersediaan, keterjangkauan, keberterimaan dan kualitas). f. Tersosialisasikannya kepada Anggota POKJA tentang Perdesaan Sehat. g. Terinventarisasi dan teridentifikasikannya output kegiatan Perdesaan Sehat di tingkat regional maupun daerah tertinggal, berupa dokumen RAD serta capaian FMS. 1.Koordinasi Bidang Kesehatan KMP-PS dengan Perguruan Tinggi ~ 11 ~

12 a. Tersosialisasinya Bantuan Stimulan PS di Daerah Tertinggal, Rencana Pelatihan PS Pusat. b. Jadwal tentaif pelatihan kader, relawan di masing-masing region oleh masing-masing PERTI. c. Bersama PERTImendorong pembentukan FMS tingkat provinsi yang diharapkan ada kordinasi lanjutan akhir bulan september d. Terinformasikannya jenis data yang sudah di kumpulkan relawan di tingkat kecamatan. e. Tersampaiknnya hasil kegiatan PERTI dan DIM. 4.Koordinasi Bidang Kesehatan KMP-PS dengan Ormas dan Institusi Profesi a. Terinformasikannya capaian kegiatan serta lokasi kegiatan BANSOS sebagai bahan koordinasi dan advokasi mendorong terealisasinya BANSOS. b. Lokasi irisan TOR KMP, Bansos, Masterplan, LKNU, dan Muslimat yang dapat disinergikan fasilitasinya di Daerah. c. Tersusunya agenda rencana dan materi work shop Muslimat-NU. d. Tersampaikannya materi mengenai pendidikan bidan yang berkualitas, koordinasi peran fungsi Akbidyo-KMP dalam PS. e. Tersampaikannya peran perempuan dalam menekan AKI dan AKB. 3. Workshop dan Pelatihan Perdesaan Sehat Kegiatan Pelatihan dan Sosialisasi Awal Perdesaan Sehat di Pusat yang difasilitasi oleh KMP-PS bersinergi dengan Sekretariat PS dan dengan arahan dari pihak KPDT digelar dalam rangkaian kegiatan Workshop dan Pelatihan pada tanggal Mei 2013 di Hotel Grand Trophic. Metode yang digunakan meliputi: 1.Penyampaian paparan oleh Narasumber. 2.FGD/Diskusi interaktif antar peserta yang dipandu oleh Moderator. 3.Role Paly terkait isues PS. 4.Perumusan RKTL hasil pelaksanaan workshop dan Pelatihan. 1. Draft Grand Desain Perdesaan Sehat Grand Design Perdesaan Sehat disusun dengan maksud untuk menyediakan acuan bagi penyusunan rencana induk maupun rencana aksi Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan di Daerah Tertinggal (Perdesaan Sehat) mengenai bagaimana mencapai visi dan misi jangka panjang pengelolaan Perdesaan Sehat sebagaimana diamanahkann dalam RPJP. Grand design yang dalam hal ini diposisikan dan berperan menjembatani antara Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJPM), bertujuan untuk memberikan arah bagi penyusunan Rencana Induk dan Rencana aksi Perdesaan Sehat secara bertahap, sistematis, terarah, terukur, dan komprehensif sebagai acuan pengelolaan Perdesaan Sehat di Pusat maupun di Daerah. Dalam pembahasan ini, KMP-PS berupaya untuk memfasilitasi rumusan ~ 12 ~

13 Grand Disain Perdesaan Sehat. Adapun esensi dari perumusan Grand Desain Perdesaan Sehat antara lain: 1.Pada Bab I (Pendahuluan), dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang menjadi titik tolak perlunya disusun Grand Design Perdesaan Sehat ini dan maksud serta tujuannya. 2.Pada Bab II (Grand Disain PS), dijelaskan bagaimana visi dan misi, tujuan dan sasaran, prinsip dasar, arah kebijakan dan strategi, sasaran lima tahunan perdesaan sehat, serta ukuran keberhasilan. 3.Pada Bab III (Road Map PS) diuraikan rumusan tujuan Road Map Perdesaan Sehat, Keterkaitan Grand Design Perdesaan Sehat dengan Setiap Road Map Perdesaan Sehat sertakerangka Implementasi setiap tahapan Road Map 4.Pada Bab IV (Kaidah Pengelolaan) digambarkan mengenai lima elemen dasar yang merupakan unsur-unsur penting dari desain pengelolaan, yang ditarik dari mandat KPDT sebagai badan pengelola dengan koordinasi sebagai salah satu peran pentingnya. Kelima elemen desain tersebut adalah elemen-1 kaidah perencanaan, elemen-2kaidah pelaksanaan, elemen-3 kaidah pengawasan, elemen-4 kaidah pelaporan, serta elemen-5 Pendanaan. 5.Pada Bab V (Penutup) memberikan penegasan, catatan, dan penyemangat betapa persoalan Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan di Daerah Tertinggal (Perdesaan Sehat) sedemikian penting untuk dikelola dan diwujudkan dengan baik untuk Bangsa dan Negara Republik Indonesia. 5. Draft RAN-RAS-RAD Rencana Aksi merupakan Suatu dokumen yang bersifat lokal (daerah) maupun nasional yang disusun melalui proses koordinasi dan partisipasi K/L dan Pemda serta Pemangku Kepentingan yang memuat: 1.Landasan, prioritas, rencana aksi kelembagaannya. serta mekanisme pelaksanaan dan 2.Substansi kepentingan dan tanggungjawab semua pihak yang terkait. Disain RAN Perdesaan Sehat RAN-PS disusun dengan berpedoman pada dokumen RPJPN dan RPJMN, Renstra serta menjadi bahan pendukung dalam penyusunan RKP, Renja K/L. Sesuai dengan maksud dan tujuannya, penyusunan RAN-Perdesaan Sehat secara garis besar memuat upaya dukungan percepatan pencapaian indikator yang terkait MDGs; analisis situasi kesehatan terkait 5 pilar di daerah teringgal secara nasional dan regional; rencana aksi yang bertumpu pada kualitas kesehatan berdasar kewilayahan; arah kebijakan dan strategi terkait 5 pilar Perdesaan Sehat; serta serta matrik RAN Perdesaan Sehat. Disain RAS Perdesaan Sehat Rencana Aksi Sektor (RAS) Perdesaan Sehat merupakan bagian atau unsur pendukung dari Rencana Aksi Kementerian Daerah Tertinggal secara keseluruhan. Dalam Rencana Aksi Kementerian Daerah Tertinggal, RAN-PS menjadi salah satu bahan utama dalam penyusunan Rencana Aksi Kementrian Daerah Tetinggal, sehingga keberadaan RAS-PS tidak berdiri sendiri, namun ~ 13 ~

14 akan menjadi satu kesatuan dan termasuk dalam Rencana Aksi Kementerian Daerah Tertinggal. Secara garis besar Rencana Aksi Sektor menerangkan tentang rencana aksi dari 3 (tiga) sektor kementerian yang utama terkait dengan 5 Pilar Perdesaan Sehat, meliputi Kementerian Kesehatan, Kementerian Pekerjaan Umum, dan Kementerian Pertanian. Adapun esensi rencana aksi ketiga kementerian tersebut meliputi maksud dan tujuan; kondisi umum, tantangan dan isu strategis; peran sektor kesehatan dalam mendukung pembangunan Perdesaan Sehat; arah kebijakan dan strategi dalam mendukung pembangunan Perdesaan Sehat; serta program dan kegiatan. Disain RAD Perdesaan Sehat Dokumen RAD-PS merupakan penjabaran operasional Rencana Pembangunan Jangka Panjang maupun Menengah Daerah (RPJPD/RPJMD) dan sebagai pendukung Renstra yang disusun sebagai panduan dan arahan dalam pelaksanaan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan (Perdesaan Sehat) yang bertumpu pada peningkatan kapasitas lembaga dan infrastruktur pelayanan kesehatan dasar melalui 5 Pilar Perdesaan Sehat. RAD PS diharapkan didukung tindak lanjut advokasinya oleh daerah berupa: 1.Peraturan Kepala Daerah tentang Perdesaan Sehat. 2.SK Kepala Daerah tentang RAD. 3.SK Kepala Daerah tentang Forum Multi Stakeholder. 4.Peraturan atau keputusan lainnya yang sejenis. Dokumen RAD-PS ini diharapkan juga menjadi acuan maupun landasan pelaksanaan maupun evaluasi dalam melakukan Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan di Daerah Tertinggal (Perdesaan Sehat), berbasis Ketersediaan, Keterjangkauan, Keberterimaan dan kualitas 5 (Lima) Pilar Perdesaan Sehat. Secara garis besar Rencana Aksi Daerah Perdesaan Sehat menerangkan tentang identifikasi dan analisis situasi Perdesaan Sehat; arah kebijakan dan strategi pencapaian sasaran Perdesaan Sehat; rencana aksi daerah: program dan kegiatan; pemantauan dan evaluasi; serta matrik RAD Perdesaan Sehat. 6. Laporan Rapat Bulanan (Progress dan Program Kerja KMP) Secara garis besar progress dan program kerja KMP menguraikan tentang bagaimana kinerja KMP dalam melaksanakan tugas sebagai fasilitator dalam kegiatan Perdesaan Sehat yang dimulai pada bulan April hingga bulan Desember, untuk mengetahui progress dan progran kerja KMP disajikan pada tabel berikut: Tabel Rekap Capaian Umum Kegiatan KMP-PS s.d 5 Desember 2013 ~ 14 ~

15 Dari tabel diatas menunjukkan bahwa capaian kegiatan KMP-PS telah terselesaikan pada akhir bulan November Kegiatan-kegiatan ini pada intinya meliputi kegiatan: 1.)Persiapan awal KMP dalam hal tempat, peralatan/ inventaris, personil, tupoksi, komunikasi dan koordinasi awal dengan KPDT maupun pihak-pihak terkait; 2.)Optimalisasi awal Sekretariat PS yang didalamnya termasuk fasilitasi awal dan lanjutan atas terbentuk dan berfungsinya Kelompok Kerja Perdesaan Sehat (POKJA-PS) di tingkat Pusat serta koordinasi bidang kesehatan lanjutan dengan pihak terkait; 3.)Workshop dan pelatihan PS Pusat yang juga sebagai langkah awal kordinasi dan sosialisasi kepada daerah dan perti serta KMR PS; 4.)Fasilitasi perumusan Grand Disain Perdesaan Sehat; 5.)Fasilitasi perumusan Rencana Aksi Daerah, Sektor dan Nasionan (RAD, RAS, RAN) Perdesaan Sehat; 6.)Supervisi-monev ke wilayah regional; 7.)Rapat bulanan dan pembahasan laporan kegiatan termasuk capaian kegiatan dan rencana kegiatan; 8.)Rapat koordinasi dan FGD yang dilakukan baik pada setiap momen sosialisasi, fasilitasi, sinergi maupun sinkronisasi; dan 9.)Pelaporan yang meliputi Laporan Pendahuluan, Bulanan, Antara dan Akhir. 7. Laporan Monitoring dan Evaluasi Kegiatan pengawasan dalam bentuk monitoring evaluasi dan supervisi oleh KMP ke 7 (tujuh) regional dan telah dilakukan secara keseluruhan. Kegiatan ini juga dilakukan oleh KMR ke beberapa lokasi Kabupaten yang menjadi wilayah kerjanya. Kegiatan pengawasan ini dilaksanakan untuk memastikan bahwa pelaksanaan kegiatan sesuai dengan arah kebijakan, prinsip, dan tujuan dari kebijakan perdesaan sehat. Kegiatan pengawasan selain ditujukan untuk mengendalikan dan menjaga kualitas kegiatan, juga dilaksanakan untuk mengkonsolidasi dan memastikan pelaksanaan kegiatan perdesaan sehat di daerah tertinggal dapat berkontribusi secara maksimal pada pencapaian target yang telah ditetapkan dalam rencana strategis Kementerian Pembangunan Daerah Tertinggal. ~ 15 ~

16 Dengan mengacu kepada Peraturan Menteri PDT nomor 1 tahun 2013, bentukbentuk kegiatan pengawasan yang telah dilakukan oleh KMP-PS dan KMR-PS meliputi: a.pengiriman dokumen dan/atau surat dukungan kebijakan di lingkungan K/L (Pusat) dan wilayah (Provinsi/Kabupaten); b.melakukan dialog kebijakan dalam kerangka fasilitas advokasi (penetapan kebijakan), koordinasi dan sinergitas kebijakan percepatan pembangunan kualitas kesehatan berbasis perdesaan di daerah; c.melakukan kunjungan lapangan untuk kepentingan pengawasan tersebut; d.melakukan peningkatan kualitas individu dan manajemen perdesaan sehat di tingkat pusat, wilayah maupun di kawasan perdesaan; dan e.bentuk-bentuk kegiatan pengawasan lainnya sesuai kebutuhan. 1. Perumusan Rekomendasi Alternatif Kebijakan Perdesaan Sehat Kebijakan Pembangunan Perdesaan Sehat yang dituangkan dalam Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal No 1 Tahun 2013 tentang Pedoman Pembangunan Perdesaan Sehat adalah Kebijakan Strategis yang memberi arah percepatan pencapaian derajat kualitas kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, melalui pemenuhan dan berfungsinya Lima Pilar Perdesaan Sehat, yaitu (1) Dokter Puskesmas bagi setiap Puskesmas, (2) Bidan Desa bagi setiap Desa, (3) Air Bersih Layak bagi setiap rumah tangga, (4) Sanitasi Air Limbah bagi setiap rumah tangga, (5) kecukupan Gizi bagi Ibu Hamil, Menyusui dan Balita. Landasan kebijakan itu, perlu ditindaklanjuti dengan Komitmen Para Pengambil Keputusan di berbagai tingkatan Kepemerintahan Pusat dan Daerah serta Para Pemangku Kepentingan. Dengan mempertimbangkan berbagai dinamika lingkungan strategis, maka dalam rangka implementasi kebijakan pembangunan Perdesaan Sehat dan keberlanjutannya diperlukan upaya strategis dari aspek regulasi, kelembagaan dan aspek pembiayaan yang disajikan pada Gambar berikut: C. Rancang Bangun Perdesaan Sehat Adapun pokok-pokoknya rumusan kebijakannya adalah sebagai berikut : ~ 16 ~

17 1. Peraturan Menteri Pembangunan Daerah Tertinggal No 1 Tahun 2013, sebagai PedomanPelaksanaanmemerlukan penguatan regulasi pada tingkat yang lebih tinggi melalui Instruksi Presiden tentang Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal. Pada tingkat pelaksanan di masing-masing Daerah Tertinggal, diperlukan Peraturan Gubernur dan Peraturan Bupati tentang Pelaksanaan Perdesaan Sehat. 2. Guna mempercepat pelaksanaan Pembangunan Perdesaan Sehat, Para Gubernur dan Bupati segera membentuk Forum Multi Stakeholder (FMS) Perdesaan Sehat yang beranggotakan dari lintas sektor terkait berdasarkan Permen KPDT No.1 Tahun 2013 yang disesuaikan dengan kebutuhan di daerah masing-masing. 3. Dalam rangka sinkronisasi dan koordinasi Percepatan Pembangunan Perdesaan Sehat, diperlukan kejelasan tugas dan fungsi lembaga : a. Kementrian KPDT, melalui Kelompok Kerja Perdesaan Sehat Tingkat Pusat menyiapkan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian seluruh kegiatan Perdesaan Sehat di seluruh kabupaten daerah tertinggal. b. Pemerintah Provinsi melakukan pengawasan dan pengendalian pelaksanaan Percepatan Pembangunan Perdesaan Sehat di setiap Kabupaten Daerah Tertinggal sesuai dengan arah kebijakan pembangunan di wilayah jajaran provinsi. c. Pemerintah Kabupaten mengupayakan Sinkronisasi dan Koordinasi Arah Kebijakan Pembangunan Perdesaan Sehat Wilayah Kabupaten mengintegrasikan Kegiatan, Lokasi Prioritas, Sumber Pembiayaan serta Instansi Pelaksana dalam suatu Dokumen RencanaAksi Daerah (RAD) serta Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) yang diproses melalui Forum Musrenbang sebagaimana ketentuan yang berlaku. d. PerguruanTinggi di tujuh wilayah region membantu peningkatan kualitas SDM pelaksana Pembangunan PerdesaanTertinggal di setiap kabupaten daerah tertinggal. e. Lembaga Swadaya Masyarakat terkait Perdesaan Sehat membantu keberterimaan masyarakat untuk mencapai derajat kualitas kesehatan yang setinggitingginya melalui Lima Pilar Perdesaan Sehat. f. Akademi Kebidanan Yogya, Akademi Kebidanan Cirebon, maupun Akademi Kebidanan lain yang telah terakreditasi, membantu percepatan penyediaan Bidan Desa. g. Fasilitator Manajemen Perdesaan Sehat membantu sinkronisasi dan koordinasi perencanaan, pelaksanaan, pengawasan dan pengendalian Percepatan Pembangunan Perdesaan Sehat, di Tingkat ~ 17 ~

18 Pusat, Regional maupun seluruh Kabupaten yang menjadi sasaran prioritas. Kementrian Pembangunan Daerah Tertinggal bersama dengan Kementrian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS dan Kementrian Keuangan c/q Direktorat Jenderal Anggaran mengupayakan Nomenklatur Perdesaan Sehat sebagai Piranti Strategis Sinkronisasi berbagai Sumber Pembiayaan oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Pemerintah Kabupaten, termasuk kontribusi swasta melalui CSR dan swadaya Pemerintah Desa dan masyarakat setempat. Rumusan tindak lanjut itu merupakan Komitmen Bersama Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi maupun Pemerintah Kabupaten serta Para Pemangku Kepentingan yang akan menjadi dasar dalam penyusunan langkah-langkah operasional yang tersinkron dan terkoordinir sebagai wujud kepedulian dalam membangun Kualitas Sumberdaya Kesehatan Manusia di Daerah Tertinggal. Rekomendasi Alternatif Kebijakan Perdesaan Sehat dimana rumusannya difasilitasi oleh KMP-PS dengan rancang bangun dan sistematika yang digambarkan dalam outline sebagai berikut: Bab I : Pendahuluan yang berisi (a) Latar belakang, (b) Permasalahan Keberlanjutan Perdesaan Sehat dan (c) Pendekatan Rancang Bangun Pembangunan Perdesaan Sehat. Bab II : Analisis Strategis Pembangunan Lima Pilar Perdesaan Sehat, yang berisi (a) Analisis Situasi, (b) Peta Tipologi Lima Pilar Perdesaan Sehat dan (c) Pilihan Strategis Pembangunan Perdesaan Sehat. Bab III : Sinkronisasi dan Harmonisasi Regulasi, yang berisi (a) Regulasi Perdesaan sehat Sebagai Suatu Sistem Kebijakan (b) Landasan dan peraturan Perundang-undangan Terkait Saat Ini dan (c) Pokok-Pokok Penataan Regulasi. Bab IV : Koordinasi Ptogram yang berisi (a) Pentingnya Program dan kegiatan Perdesaan Sehat (b) Kondisi Program Terkait Perdesaan Sehat saat ini dan (c) Sinkronisasi Program dan Kegiatan Pembangunan Perdesaan Sehat. Bab V : Penguatan Kelembagaan, berisi (a) Pentingnya Kelembagaan perdesaan Sehat (b) Kelembagaan Perdesaan Sehat Saat ini dan (c) Kerangka Penataan Kelembagaan Perdesaan Sehat. ~ 18 ~

19 Bab VI : Keberpihakan Anggaran, yang berisi (a) Pentingnya Keberlanjutan anggaran Pembangunan Perdesaan Sehat (b) Review kebijakan Anggaran Pemerintah dan daerah serta (c) Kerangka DAK Perdesaan Sehat. Bab VII : Tindak Lanjut, yang berisi (a) landasan obyektif dan (b) pokok-pokok tindak lanjut. ~ 19 ~

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 2013, No.892 4 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN PERDESAAN SEHAT DI DAERAH TERTINGGAL BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam Undang-Undang

Lebih terperinci

KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KETUA KELOMPOK KERJA PEMBANGUNAN PERDESAAN SEHAT 2014 ACARA

KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KETUA KELOMPOK KERJA PEMBANGUNAN PERDESAAN SEHAT 2014 ACARA ! KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA LAPORAN KETUA KELOMPOK KERJA PEMBANGUNAN PERDESAAN SEHAT 2014 ACARA RAPAT KOORDINASI KELOMPOK KERJA PEMBANGUNAN PERDESAAN SEHAT HOTEL MILLENIUM

Lebih terperinci

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI TEMANGGUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TEMANGGUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka

Strategi Sanitasi Kabupaten Malaka BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sanitasi di Indonesia telah ditetapkan dalam misi Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMPN) tahun 2005 2025 Pemerintah Indonesia. Berbagai langkah

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 3 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang: a. bahwa dalam

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2018 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DENGAN

Lebih terperinci

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON

WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON WALIKOTA CIREBON PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA CIREBON NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KOTA CIREBON DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA CIREBON, Menimbang

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016

LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 LAMPIRAN PERATURAN GUBERNUR BALI TANGGAL 25 MEI 2015 NOMOR 26 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) PROVINSI BALI TAHUN 2016 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, BUPATI BANDUNG, Menimbang : a. bahwa berdasarkan

Lebih terperinci

PROPOSAL INOVASI PELAYANAN PUBLIK

PROPOSAL INOVASI PELAYANAN PUBLIK PROPOSAL INOVASI PELAYANAN PUBLIK Kategori : Perbaikan Pemberian Pelayanan Kepada Masyarakat Judul Inovasi : Percepatan Pembangunan Kualitas Kesehatan Berbasis Perdesaan (Perdesaan Sehat) di Daerah Tertinggal

Lebih terperinci

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH -1- BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI TRENGGALEK,

Lebih terperinci

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG

TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG Bagian Hukum Setda Kabupaten Bandung

Lebih terperinci

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10

HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS 10 REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/BAPPENAS HASIL KESEPAKATAN MUSRENBANGNAS 2010 DAN HASIL BILATERAL PASCA-MUSRENBANGNAS 2010 ANTARA K/L DAN BAPPEDA PROVINSI KELOMPOK IV: PRIORITAS

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.1312, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Perencanaan, Pengendalian dan Evaluasi Pembangunan Daerah, Tata Cara Evaluasi Raperda tentang RPJP Daerah dan RPJM Daerah serta Perubahan RPJP

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE)

KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) KERANGKA ACUAN KEGIATAN (TERM OF REFERENCE) DISKUSI KONDISI KUALITAS KESEHATAN DAN KEBUTUHAN PRIORITAS PEMBANGUNAN KESEHATAN INDONESIA DALAM KERANGKA KEMANDIRIAN KESEHATAN INDONESIA BERBASIS PERDESAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Balangan STRATEGI SANITASI KABUPATEN (SSK) I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sanitasi sesungguhnya masih menjadi isu strategis di Indonesia. Tidak hanya di tingkat masyarakat, namun juga pada sisi para pengambil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) Tahun 2015 merupakan dokumen perencanaan daerah tahun keempat RPJMD Kabupaten Tebo tahun 2011 2016, dalam rangka mendukung Menuju

Lebih terperinci

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH SALINAN BUPATI SINJAI PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINJAI NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINJAI, Menimbang

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG BUPATI SEMARANG PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN SEMARANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SEMARANG,

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II)

RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN (PERUBAHAN II) RENCANA STRATEGIS BAPPEDA KOTA BEKASI TAHUN 2013-2018 (PERUBAHAN II) B a d a n P e r e n c a n a a n P e m b a n g u n a n D a e r a h y a n g P r o f e s i o n a l, A n d a l d a n K r e d i b e l Untu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1

BAB I PENDAHULUAN. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah Kabupaten Banyuwangi Tahun I-1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam penyelenggaraan pembangunan perlu disusun beberapa dokumen yang dijadikan pedoman pelaksanaan sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan pemerintahan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional pasal 13 ayat (2) bahwa pemerintah daerah wajib menyusun

Lebih terperinci

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU

BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU BUPATI ROKAN HULU PROVINSI RIAU PERATURAN BUPATI ROKAN HULU NOMOR 23 TAHUN 2015 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN ROKAN HULU TAHUN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ROKAN HULU,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN DOKUMEN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH Bagian Hukum Sekretariat Daerah Kabupaten Ogan Komering Ulu PERATURAN

Lebih terperinci

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK

PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER MELALUI PPRG KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK PENGARUSUTAMAAN GENDER Strategi untuk mewujudkan kesetaraan dan keadilan gender melalui kebijakan dan program

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-undang Nomor 23 tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pada pasal 260 menyebutkan bahwa Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DAERAH KABUPATEN BELITUNG TIMUR NOMOR 17 TAHUN 2012 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BELITUNG TIMUR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan

Lebih terperinci

RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN

RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA RENCANA INDUK RISET NASIONAL - RIRN Tim RIRN Jakarta, 11 Maret 2016 1 1 Latar Belakang Penyusunan Evaluasi Menko PMK menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN BUPATI HUMBANG HASUNDUTAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN NOMOR 2 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016

RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 RENCANA KINERJA TAHUNAN KEGIATAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DAN PROMOSI KESEHATAN TAHUN 2016 Direktorat Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementerian Kesehatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SUMATERA SELATAN, PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO

PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO SALINAN PEMERINTAH KABUPATEN MUKOMUKO PERATURAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN MUKOMUKO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MUKOMUKO,

Lebih terperinci

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1

1.1. Latar Belakang. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kabupaten Mandailing Natal Tahun I - 1 1.1. Latar Belakang RPJMD merupakan penjabaran dari visi, misi dan program Bupati Mandailing Natal yang akan dilaksanakan dan diwujudkan dalam suatu periode masa jabatan. RPJMD Kabupaten Mandailing Natal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, yang dilakukan oleh pemerintah daerah bersama para pemangku kepentingan

Lebih terperinci

OLEH KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Dalam acara Orientasi Parameter Kesetaraan Gender Dalam Pembentukan Per Uuan bagi Pusat

OLEH KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Dalam acara Orientasi Parameter Kesetaraan Gender Dalam Pembentukan Per Uuan bagi Pusat OLEH KEMENTERIAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN PERLINDUNGAN ANAK Dalam acara Orientasi Parameter Kesetaraan Gender Dalam Pembentukan Per Uuan bagi Pusat dan Daerah di Hotel Millenium, Tanggal 26-28 Juni 2012

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR

PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PEMERINTAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DAN PELAKSANAAN MUSYAWARAH PERENCANAAN

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR. No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR No. 1, 2013 Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Flores Timur Nomor 0085 PERATURAN DAERAH KABUPATEN FLORES TIMUR NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Rencana Strategis ( Renstra ) Dinas Kesehatan 2012 2017 Berdasarkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, merupakan penjabaran

Lebih terperinci

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013

RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 RENCANA KERJA TAHUN ANGGARAN 2013 PEMERINTAH KABUPATEN BANDUNG BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA JL. RAYA SOREANG KM. 17 SOREANG TELP. (022) 5897432 2012 KATA PENGANTAR Dengan memanjatkan puji dan syukur

Lebih terperinci

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016

RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 RENCANA KERJA PEMBANGUNAN DAERAH (RKPD) PROVINSI SUMATERA UTARA TAHUN 2016 PEMERINTAH PROVINSI SUMATERA UTARA I-0 2015 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR BUPATI TIMOR TENGAH UTARA PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR RANCANGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH UTARA NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN TIMOR TENGAH

Lebih terperinci

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana

Penanggungjawab : Koordinator Tim Pelaksana CAKUPAN PEKERJAAN KOORDINATOR SEKTOR DAN STAF ADMINISTRASI PADA SEKRETARIAT PELAKSANAAN PERATURAN PRESIDEN (PERPRES) NOMOR 55 TAHUN 2012 TENTANG STRATEGI NASIONAL PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KORUPSI (STRANAS

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU

PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU PEMERINTAH PROVINSI MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 02 TAHUN 2010 TENTANG MUSYAWARAH PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a.

Lebih terperinci

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL

RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN RENCANA INDUK RISET NASIONAL 2015-2040 Tim RIRN 2015-2040 Jakarta, 28 Januari 2016 1 1 Latar Belakang Penyusunan Evaluasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah merupakan suatu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional. Hal ini dimaksudkan agar perencanaan pembangunan daerah senantiasa

Lebih terperinci

PADA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN TJAHJO KUMOLO

PADA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN TJAHJO KUMOLO MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016-2021 Disampaikan oleh: Menteri Dalam Negeri, TJAHJO KUMOLO Palangkaraya, 28 September 2016 KEMENTERIAN

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU

PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PEMERINTAH DAERAH KABUPATEN BARRU PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN BARRU TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI)

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN SUKAMARA (REVISI) BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan bidang Sanitasi di berbagai daerah selama ini belum menjadi prioritas, terlihat di Indonesia berada di posisi bawah karena pemahaman penduduknya mengenai

Lebih terperinci

Page 1 of 12 PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang

Lebih terperinci

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI

BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI BAB III ISU-ISU STRATEGIS BERDASARKAN TUGAS DAN FUNGSI 3.1. Identifikasi Permasalahan Berdasarkan Tugas dan Fungsi Pelayanan SKPD Permasalahan yang dihadapi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Provinsi

Lebih terperinci

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG

GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG GUBERNUR KEPULAUAN BANGKA BELITUNG PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR

Lebih terperinci

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : bahwa

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK

PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PEMERINTAH KABUPATEN GRESIK PERATURAN DAERAH KABUPATEN GRESIK NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

GUBERNUR SULAWESI BARAT

GUBERNUR SULAWESI BARAT GUBERNUR SULAWESI BARAT RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI BARAT NOMOR TAHUN 2017 TENTANG PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAN PENGANGGARAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR SULAWESI BARAT,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH +- PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI PERATURAN DAERAH KABUPATEN MELAWI NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MELAWI, Menimbang

Lebih terperinci

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA.

SURAKARTA KOTA BUDAYA, MANDIRI, MAJU, DAN SEJAHTERA. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, mengamanatkan kepada

Lebih terperinci

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN Bappeda Kabupaten Lahat dalam mewujudkan pencapaian tata pemerintahan yang baik (good gavernance) dan memenuhi tuntutan serta harapan masyarakat atas

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rencana Kerja Badan Penanaman Modal dan Perijinan Terpadu (BPMPT) Provinsi Jawa Barat adalah dokumen rencana pembangunan BPMPT untuk periode 1 (satu) tahun yang penyusunannya

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN LUWU UTARA TAHUN 2010-2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016

PEMUTAKHIRAN SSK LAMPUNG TIMUR Tahun 2016 Created on 10/3/2016 at 9:8:38 Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Untuk memenuhi target pembangunan sektor sanitasi, yang meliputi pengelolaan air limbah domestik, pengelolaan persampahan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Kota Tanjungbalai telah melaksanakan Pemilukada pada tahun 2015 dan hasilnya telah terpilih pasangan M. Syahrial, SH, MH dan Drs.H. Ismail sebagai Walikota dan Wakil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Amandemen ke-empat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pasal 18 ayat 2 menyebutkan bahwa pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota

Lebih terperinci

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BARRU PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARRU NOMOR 6 TAHUN 2016 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2016-2021 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BARRU,

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Blitar 2005-2025 BAB I PENDAHULUAN A. UMUM Di era otonomi daerah, salah satu prasyarat penting yang harus dimiliki dan disiapkan setiap daerah adalah perencanaan pembangunan. Per definisi, perencanaan sesungguhnya adalah

Lebih terperinci

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1

RKPD Tahun 2015 Pendahuluan I -1 1.1 Latar Belakang Undang-Undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR,

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJAR NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANJAR, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 27 ayat

Lebih terperinci

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA

BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA BUPATI SERDANG BEDAGAI PROVINSI SUMATERA UTARA PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERDANG BEDAGAI NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA DAN PEDOMAN PENYUSUNAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri

Direktorat Jenderal Bina Pembangunan Daerah Kementerian Dalam Negeri TATA CARA EVALUASI DOKUMEN PERENCANAAN DAERAH RAPERDA TENTANG RPJPD, RPJMD DAN PERUBAHAN RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH (RKPD) SESUAI DENGAN PERMENDAGRI 86 TAHUN 2017 Direktorat Jenderal Bina Pembangunan

Lebih terperinci

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN

PAPARAN PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN MENTERIDALAM NEGERI REPUBLIKINDONESIA PAPARAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PADA ACARA MUSRENBANG RPJMD PROVINSI BANTEN TAHUN 2017-2022 Serang 20 Juni 2017 TUJUAN PEMERINTAHAN DAERAH UU No. 23

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Pemerintah Kabupaten Wakatobi

Pemerintah Kabupaten Wakatobi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Wakatobi memiliki potensi kelautan dan perikanan serta potensi wisata bahari yang menjadi daerah tujuan wisatawan nusantara dan mancanegara. Potensi tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I - 1

BAB I PENDAHULUAN I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perencanaan pembangunan daerah sebagaimana diatur dalam Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1

BAB I PENDAHULUAN R P J M D K O T A S U R A B A Y A T A H U N I - 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah mengamanatkan,

Lebih terperinci

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN

BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN BUPATI BOALEMO PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOALEMO NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOALEMO, Menimbang : a.

Lebih terperinci

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang BAB PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah memberi peluang kepada daerah berupa kewenangan yang lebih besar untuk mengelola pembangunan secara mandiri

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PEMERINTAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH TAHUN 2012-2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH 1 PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 17 TAHUN 2015 TENTANG TATA LAKSANA PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MADIUN, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) PROVINSI SULAWESI TENGGARA TAHUN 1.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN Peletakan sendi-sendi dasar pembangunan Sulawesi Tenggara periode 2008 2013, telah memperlihatkan kerangka pembangunan yang jelas, terarah dan sistematis dalam menyongsong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah merupakan proses perubahan kearah yang lebih baik, mencakup seluruh dimensi kehidupan masyarakat suatu daerah dalam upaya meningkatkan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN LAMPIRAN I PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 29 TAHUN 2014 TENTANG RENCANA KERJA PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2015 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH

BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH BUPATI WONOSOBO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN WONOSOBO NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : Mengingat : BUPATI

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH

GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH Draft 4 GUBERNUR JAWA TENGAH RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR TENTANG INOVASI DAERAH DI PROVINSI JAWA TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TENGAH, Menimbang : a.

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KOTA BANDUNG TAHUN : 2008 NOMOR : 07 PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 07 TAHUN 2008 TENTANG TAHAPAN, TATA CARA PENYUSUNAN, PENGENDALIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA PEMBANGUNAN SERTA

Lebih terperinci

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih

RPJMD Kabupaten Jeneponto Tahun ini merupakan penjabaran dari visi, misi, dan program Bupati dan Wakil Bupati Jeneponto terpilih BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembangunan daerah sebagai bagian integral dari pembangunan nasional dan regional, juga bermakna sebagai pemanfaatan sumber daya yang dimiliki untuk peningkatan kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan daerah yang berkelanjutan merupakan salah satu faktor kunci keberhasilan dalam mendukung pencapaian target kinerja pembangunan daerah. Untuk itu diperlukan

Lebih terperinci

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan.

Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Revisi PP.38/2007 serta implikasinya terhadap urusan direktorat jenderal bina upaya kesehatan. Dr. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan kementerian kesehatan republik indonesia

Lebih terperinci

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN

RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN RENCANA STRATEGIS BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2014-2019 BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN GARUT TAHUN 2014 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Strategis

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO

PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO PEMERINTAH PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 3 TAHUN 2007 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO,

Lebih terperinci

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU.

DESA MENATA KOTA DALAM SEBUAH KAWASAN STRATEGI PEMBANGUNAN ROKAN HULU. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai Kabupaten yang baru berusia 17 tahun, sudah banyak yang dilakukan pemerintah untuk mengisi pembangunan, dapat dilihat akses-akses masyarakat yang terpenuhi

Lebih terperinci

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM PERENCANAAN PEMBANGUNAN DAERAH KABUPATEN LOMBOK BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Provinsi Lampung adalah dokumen perencanaan tahunan Pemerintah Daerah Provinsi Lampung, yang merupakan penjabaran dari Rencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) mengamanatkan penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP); Rencana

Lebih terperinci

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU

POKJA AIR MINUM DAN SANITASI KABUPATEN KEPULAUAN ARU BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Aspek adalah sebagai salah satu aspek pembangunan yang memiliki fungsi penting dalam menunjang tingkat kesejahteraan masyarakat karena berkaitan dengan kesehatan,

Lebih terperinci