DESAIN ULANG UNIT PEMANAS DAN PENGENDALI KECEPATAN INJEKSI MESIN MOLDING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "DESAIN ULANG UNIT PEMANAS DAN PENGENDALI KECEPATAN INJEKSI MESIN MOLDING"

Transkripsi

1 digilib.uns.ac.id DESAIN ULANG UNIT PEMANAS DAN PENGENDALI KECEPATAN INJEKSI MESIN MOLDING SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik Oleh : ANDHY RINANTO I JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012

2 digilib.uns.ac.id DESAIN ULANG UNIT PEMANAS DAN PENGENDALI KECEPATAN INJEKSI MESIN MOLDING Andhy Rinanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia Abstrak Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk melakukan desain ulang mesin injeksi molding yang masih menggunakan kompor minyak sebagai pemanas dan piston pneumatik sebagai unit injeksinya. Desain ulang ini menggunakan metode morphologi matrix. Pemanas dan unit injeksi yang menjadi kekurangan mesin, dinilai dan dibandingkan dengan fariasi komponen yang dapat memenuhi kebutuhan mesin dengan pertimbangan teknik dan ekonomi. Komponen yang merupakan standard part akan dibeli dari pasar, sedangkan jika tidak ada di pasar maka komponen akan dibuat dengan proses permesinan. Pemanas lama yang berupa kompor minyak sekarang digantikan Electric Heater dengan jenis Band Heater. Sedangkan power screw menggantikan piston untuk injeksi, diputar dengan motor listrik yang memiliki daya 0,5 hp. Kata kunci :Injection molding machine, band heater, design mesin molding i

3 digilib.uns.ac.id REDESIGN THE HEATING UNIT AND SPEED CONTROL INJECTION MOLDING MACHINE Andhy Rinanto Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, Indonesia Abstrak The aim of this thesis is to redesign injection molding machines that still use kerosene stove as a heater and as a pneumatic piston injection unit. This redesign using morphological matrix. Heating and injection unit into the machine deficiency, assessed and compared with components that can meet the needs of the machine with the technical and economic considerations. Components that are standard parts will be purchased from the market, whereas if there is no market then the component will be created by the machining process. Old heating oil stove now be replaced with a type of Electric Heater Band Heater. While the power screw to replace the injection piston, rotated by an electric motor that has a power of 0.5 hp. Key word : Injection molding machine, band heater, Injection molding machine design ii

4 digilib.uns.ac.id KATA PENGANTAR Puji dan syukur kepada Allah yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir penelitian yang berjudul, Desain Ulang Unit Pemanas dan Pengendali Kecepatan Injeksi Mesin Molding dengan baik. Maksud dari penulisan laporan tugas akhir ini adalah untuk memenuhi persyaratan dalam penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa dalam menyusun laporan tugas akhir ini masih banyak kekurangan, namun berkat bimbingan dan pengarahan dari Bapak/ Ibu dosen, pada akhirnya penulisan laporan tugas akhir ini dapat terselesaikan. Dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Tuhan Yesus Kristus yang telah melimpahkan rahmat-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 2. Yoana Wigati, yang selalu setia mendampingi, menemani, dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Bapak Heru Sukanto, S.T., M.T.,selaku pembimbing I dan juga Ketua Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. 4. Bapak Wahyu Purwo Raharjo, S.T., M.T.,selaku pembimbing II yang dengan sabar mengarahkan dan membimbing sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini. 5. Bapak Bambang Kusharjanta, S.T.,M.T., selaku Ketua Program Studi S1 Non-Reg Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 6. Bapak Prof. Dr. Kuncoro Diharjo, S.T., M.T., selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. 7. Romo Ir. Andreas Sugijopranoto, SJ., S.S., M.Sc., selaku Direktur ATMI yang telah memberikan segala fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 8. Bapak Y.V. Yudha Samodra, S.T., M.Eng., selaku Pembantu Direktur Bidang Akademik ATMI yang telah memberikan segala fasilitas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 9. Bapak Edy Yunianto, A.Md., selaku KUK CT ATMI yang telah memberikan segala fasilitas sehingga penulis commit dapat to menyelesaikan user skripsi ini dengan baik. iv

5 digilib.uns.ac.id 10. Dosen-dosen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta, yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat bagi penulis selama ini. 11. Para staf dan karyawan Jurusan Teknik Mesin, atas segala kesabaran dan pengertiannya dalam memberikan bantuan dan fasilitas demi kelancaran penyelesaian skripsi ini. 12. Rekan-rekan sesama mahasiswa tugas belajar ATMI di UNS, atas segala kekompakan dan kerjasamanya dalam menyelesaikan tugas kuliah bersama. 13. Rekan-rekan kerja CT ATMI yang telah memberikan banyak waktu luang, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. 14. Semua keluarga besar ATMI atas dukungan dan semangat yang diberikan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 15. Seluruh pihak-pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, atas segala bimbingan, bantuan, kritik dan saran dalam penyusunan skripsi ini. Penulis juga menyadari bahwa laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Surakarta,Oktober 2012 Penulis v

6 digilib.uns.ac.id DAFTAR ISI Abstrak... i Abstrak ( English )... ii Motto dan Persembahan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... vi Daftar Tabel... ix Daftar Gambar... x BAB I Pendahuluan Latar belakang Perumusan Masalah Batasan Masalah Tujuan dan Manfaat Sistematika Penulisan... 3 BAB II Landasan Teori Mesin Injection Molding Injection Unit Mold Unit Clamping Unit Proses Injection Molding Bahan Baku yang Digunakan Dalam Proses Injection Molding Temperatur Tekanan Injeksi Kecepatan Injeksi Pemanas Elektrik Perpindahan Kalor vi

7 digilib.uns.ac.id Perpindahan Kalor Konduksi Kondukstivitas Termal Perpindahan Panas Konduksi Pada Silinder Rumus Tekanan Rumus Daya Menentukan Diameter Poros BAB III Metode Penelitian Diagram Alir Penelitian Desain Ulang Alat dan Bahan Penelitian Mesin Injection Molding Tacho Meter Stop Watch Thermocouple dan Pembaca Suhu Portabel Inverter BAB IV Perancangan dan Pemilihan Part Morphologi Matrix Pengelompokan Informasi dan Pemilihan Part yang Digunakan A. Tuntutan Produk B. Variasi Elemen Konstruksi C. Mesin Injeksi Molding Hasil Desain Ulang Analisa dan Perhitungan A. Perhitungan Pemanas Elektrik B. Perhitungan Diameter Power Screw dan Pemilihan Motor Pengujian Komponen Pengujian Panas Pengujian Kecepatan commit... to user 46 vii

8 digilib.uns.ac.id Pengujian Proses Mesin Injeksi BAB V Penutup Kesimpulan Saran Daftar Pustaka Lampiran viii

9 digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini, terjadi pertumbuhan yang sangat pesat pada penggunaan produk plastik di industri manufaktur karena sangat serbaguna dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi. Dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat diperlukan khususnya untuk pemanfaatan dan pengolahan polimer, sehingga dapat dihasilkan produk plastik dengan kuantitas yang cukup tinggi dan kualitas yang baik [Low, 2004]. Salah satu teknik yang cukup efektif dan banyak dipergunakan untuk pengolahan bahan thermoplastik adalah injection molding. Injection Molding banyak dipilih karena memiliki beberapa keuntungan diantaranya : kapasitas produksi yang tinggi, sisa penggunaan material (useless material) sedikit dan tenaga kerja minimal. Sedangkan kekuranganya, biaya investasi dan perawatan alat yang tinggi, serta perancangan produk harus mempertimbangkan untuk pembuatan desain moldingnya [Kwong, 1998]. Injection molding adalah metode pembentukan material termoplastik dimana material yang meleleh karena pemanasan diinjeksikan oleh plunger ke dalam cetakan yang didinginkan oleh air dimana material tersebut akan menjadi dingin dan mengeras sehingga bisa dikeluarkan dari cetakan. Meskipun banyak variasi dari proses dasar ini, 90 % injection molding adalah memproses material termoplastik. Injection molding mengambil porsi sepertiga dari keseluruhan resin yang dikonsumsi dalam pemrosesan termoplastik. Sekarang ini bisa dipastikan bahwa setiap kantor, kendaraan, rumah, pabrik terdapat barang-barang dari plastik yang dibuat dengan cara injection molding, misalnya pesawat telepon, printer, keyboard, mouse, rumah lampu mobil, dashboard, reflektor, roda gigi, helm, televisi, sisir, roda furnitur, telepon seluler, dan masih banyak lagi yang lain yang dapat ditemukan. Mesin injection molding adalah peralatan terdiri dari dua dasar elemen, unit injeksi dan unit klem. Injection molding dapat digunakan dengan berbagai resin plastik. Resin commit dipilih to untuk user proses ini adalah polietilen, 1

10 digilib.uns.ac.id 2 polipropilen, ABS, dan fluorokarbon, karena karakteristik bentuk yang rumit dapat dihasilkan dengan mudah [Netsal, 1978]. Keuntungan mesin injeksi kecil adalah proses pencetakan permukaan yang baik dari produk dapat dicapai, material terbuang sedikit dan biaya tenaga kerja relatif rendah [Oyetunji, 2010]. Pekerjaan redesign akan melibatkan konsep desain, operasi, desain analisis yang akan melibatkan pemilihan unit pemanas dan pemasangan pengatur panas, pengaturan langkah piston, juga perakitan gambar mesin. Pengembangan mesin injection molding kecil untuk mencetak produk plastik industri skala kecil itu lahir dari fakta bahwa kebanyakan mesin injeksi umumnya berukuran besar. Dan terlebih untuk kalangan industri kecil, mesin yang digunakan biasanya hanya mengunakan kompor sebagai unit pemanas dan menggunakan engkol untuk mendorong material plastik ke dalam cetakan. Dengan kondisi yang demikian, maka mesin tidak mampu digunakan untuk pengaturan suhu dan kecepatan injeksi, dimana kedua hal ini sangat berpengaruh pada hasil cetakan. Mesin Injection Molding yang ada sekarang ( dari Fakultas Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret Surakarta ) berukuran panjang 1600 mm, lebar 300 mm dan tinggi 500 mm. Terdapat dua piston pneumatik yang berfungsi sebagai unit injeksi dan unit klem. Sedangkan untuk unit pemanas menggunakan kompor minyak. Selama ini, kecepatan injeksi tidak dapat dilihat maupun dibaca dengan pasti. Sedangkan unit pemanas yang menggunakan kompor juga mengalami kendala saat harus mengatur besarnya panas yang diinginkan untuk melelehkan material plastik. 1.2 Perumusan Masalah Perumusan masalah dalam penelitian ini yaitu Desain ulang unit pemanas dan pengendali kecepatan injeksi mesin molding. 1.3 Batasan Masalah Untuk mendapatkan arah penelitian yang baik, maka penelitian ini ditentukan batasan-batasan masalah sebagai berikut:

11 digilib.uns.ac.id 3 a. Mesin yang digunakan adalah mesin injection molding milik Universitas Sebelas Maret Surakarta ( UNS ), Fakultas Teknik. b. Rangka mesin dianggap kuat dan kokoh. c. Perpindahan panas yang diperhitungkan adalah perpindahan panas konduksi, sedangkan perpindahan panas konveksi dan radiasi diabaikan. 1.4 Tujuan Dan Manfaat Desain ulang yang dilakukan bertujuan untuk : a. Mendapatkan mesin injeksi yang mampu untuk diatur besarnya suhu pemanasan. b. Mendapatkan mesin yang mampu membaca kecepatan pergerakan piston saat injeksi. Dan desain ulang yang dilakukan diharapkan dapat memberikan manfaatmanfaat antara lain: a. Dengan kemudahan pengaturan besarnya suhu, diharapkan mampu digunakan untuk mengerjakan berbagai jenis material plastik, sesuai dengan titik lelehnya. b. Dapat digunakan untuk penelitian lebih lanjut terkait variasi suhu dan kecepatan injeksi terhadap hasil injeksi. 1.5 Sistematika Penulisan Agar penelitian dapat mencapai tujuan dan terarah dengan baik, maka disusun dengan sistematika penulisan sebagai berikut: a. Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, dan sistematika penulisan laporan penelitian. b. Bab II Landasan Teori, berisi tentang tinjauan pustaka dari penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang memiliki hubungan dengan tema penelitian dan dasar-dasar teori yang mendukung penelitian yang dilakukan.

12 digilib.uns.ac.id 4 c. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang langkah langkah dalam penelitian, diagram alir redesign serta langkah pengerjaan yang dilakukan. d. Bab IV Proses perancangan dan pemilihan komponen e. Bab V Penutup, kesimpulan dan saran

13 digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI Mesin injection molding Pengembangan mesin injection molding kecil untuk membentuk produk plastik kecil dalam industri skala kecil sudah dilakukan oleh Oyetunji ( 2010 ). Pekerjaan yang dilakukan meliputi desain, konstruksi dan pengujian mesin injection molding kecil yang mampu membentuk produk plastik ukuran kecil dengan menyuntikkan resin cair ke dalam cetakan, mendinginkan cetakan, dimana cetakan akan membeku dan menghasilkan produk yang ingin dikembangkan. Mesin dirancang dan dibuat untuk bekerja sebagai prototype dan digunakan untuk memproduksi plastik berukuran kecil. Konsep desain, pengoprasian, dan perakitan bagian komponen dibuat. Gambar kerja dan pemilihan bahan dibuat berdasarkan perhitungan dari diameter injeksi plunger, jumlah gigi yang diperlukan, kecepatan sudut, jumlah revolusi, torsi dan daya yang diperoleh dari motor listrik [Low, 2004]. Dalam mesin injection molding, umumnya terdapat 3 bagian utama yaitu : Injection unit, Mold unit, dan Clamping unit. Gambar 2.1 menunjukkan rangkaian dari mesin injection molding. Gambar 2.1. Unit mesin injection molding 5

14 digilib.uns.ac.id Injection unit Unit injeksi dari mesin injection molding memiliki pengaruh besar pada kualitas dibagian bentuk akhir [Johannaber, 1997]. Fungsi dasar adalah untuk menerima dan mengalirkan pelet ( bahan plastik ) padat dan juga aditif, melakukan peleburan, meneruskan cairan plastik sepanjang screw, menyuntikkan cairan plastik ke dalam cetakan, dan tetap ada di bawah tekanan (memegang tekanan). Fungsinya sangat mirip dengan yang dari ekstruder ulir tunggal, kecuali bahwa screw bergerak secara aksial selama fase injeksi. Gambar Injection unit ditunjukkan pada gambar 2.2 sebagai berikut : Gambar 2.2. Injection unit ( Friedrich Johannaber : 2007 ) Menurut Friedrich Johannaber, didalam injection unit terdapat bagian bagian sebagai berikut Screw Screw membuat perpindahan panas yang relatif cepat antara barrel yang panas dan material plastik dingin. Pada saat berputar, material dari hopper tertarik mengisi saluran screw dan didorong menuju ke arah nozzle. Agar jalannya material menjadi lancar, permukaan screw harus lebih halus dari barrel. Cylinder Screw Ram Cylinder screw ram berfungsi untuk mempermudah gerakan screw dengan menggunakan momen inersia sekaligus menjaga putaran screw tetap konstan, sehingga didapatkan tekanan dan kecepatan yang konstan saat dilakukan proses injeksi.

15 digilib.uns.ac.id 7 Barrel Barrel adalah tabung yang menyelubungi bagian luar screw, seperti sebuah extruder. Kegunaan dalam injection molding, barrel berguna untuk menyalurkan banyak panas pada plastik untuk proses melelehkan. Barrel harus mudah untuk dibongkar agar pada saat penggantian screw dan saat membersihkan menjadi lebih cepat. Penting untuk memperhatikan jumlah baut agar pada saat perakitan dan pembungkaran lebih mudah. Saat ini, sistem yang memungkinkan penggantian barrel dengan mudah menjadi permintaan yang tinggi karena penggunaan mesin yang semi otomatis. Nozzle Proses plasticating berakhir pada nozzle. Pada nozzle ini terjadi perputaran silinder pada sprue bushing yang terletak pada mold. Jika dibutuhkan, silinder tersebut tertutup pada saat proses plasticating dan fase pendinginan. Diameter terkecil dari lubang nozzle harus berada pada titik yang sama. Lubang nozzle harus berbentuk tapered sehingga diameter lubang die lebih besar 0,25 mm, seperti yang diilustrasikan pada gambar 2.3. sebagai berikut : Gambar 2.3. Bentuk lubang pada nozzle Hopper Hopper digunakan untuk jalan masuk dan untuk menampung material plastik sebelum masuk ke barrel. Untuk menjaga kelembaban material plastik, digunakan tempat penyimpanan khusus yang dapat mengatur kelembaban, sebab apabila kandungan air terlalu besar, dapat menyebabkan hasil injeksi tidak bagus. Pada umumnya hopper memiliki semacam jendela yang digunakan oleh operator untuk memeriksa pengisian bahan plastik dengan mudah. Dua desain dasar hopper berbentuk persegi commit dan to bulat. user Sebuah hopper persegi tidak

16 digilib.uns.ac.id 8 memungkinkan aliran penuh bahan ke arah screw karena adanya zona "mati" yang tercipta karena adanya sudut. Sebuah hopper berbentuk lingkaran memungkinkan aliran penuh bahan ke arah screw dan umumnya tidak akan menyebabkan pemisahan ukuran partikel dalam material. Motor dan Tansmission Gear Unit Bagian ini berfungsi untuk menghasilkan daya yang digunakan untuk memutar screw pada barrel, sedangkan transmission unit berfungsi untuk memindahkan daya dari putaran motor ke dalam screw. Selain itu transmission unit juga berfungsi untuk mengatur tenaga yang disalurkan sehingga tidak terjadi pembebanan yang terlalu besar. Nonreturn Valve Valve ini berfungsi untuk menjaga aliran plastik yang telah meleleh agar tidak kembali saat screw berhenti berputar Mold unit Mold adalah elemen kunci pada proses injection molding. Molding unit adalah bagian yang berfungsi untuk membentuk benda yang akan dicetak. Secara garis besar molding unit memiliki dua bagian utama yaitu bagian cavity dan core, bagian cavity adalah bagian cetakan yang berhubungan dengan nozzle pada mesin, sedangkan bagian core adalah bagian yang berhubungan dengan ejector. Ejector adalah bagian dari mesin yang digunakan untuk melepas produk plastik yang sudah jadi dari cetakannya. Gambar 2.4. menunjukkan bagian-bagian mold standar. Gambar 2.4. Bagian bagian mold standar

17 digilib.uns.ac.id 9 Molding unit memiliki bagian utama yaitu : 1. Sprue dan Runner System. 2. Cavity Side/ Mold Cavity. 3. Core Side. 4. Ejector System. 5. Gate. 6. Insert. 7. Coolant Channel Clamping unit Clamping unit berfungsi untuk memegang dan mengatur gerakan mold unit, serta gerakan ejector saat melepas benda dari molding unit, pada clamping unitlah bisa diatur berapa panjang gerakan molding saat dibuka dan seberapa panjang ejector harus bergerak. Gambar 2.5. menunjukkan clamping unit secara umum sebagai berikut : Gambar 2.5. Clamping unit Terdapat tiga macam clamping unit yang dipakai pada umumnya, yaitu mechanical, hydraulic, dan hydraulic mechanical system Proses injection molding Terdapat enam langkah penting di dalam setiap proses molding, yaitu sebagai berikut :

18 digilib.uns.ac.id Clamping Setiap mesin injection molding terdiri dari tiga peralatan dasar, yaitu mold unit, clamping unit dan injection unit. Clamping unit berfungsi untuk memegang cetakan / mold di bawah tekanan pada saat proses injeksi dan pendinginan berlangsung. Pada dasarnya, clamping berfungsi untuk memegang dua belahan mold dari injection molding, secara bersamaan. Pada saat proses injeksi clamping unit berfungsi untuk menahan gaya, tekan dan mengeluarkan benda jadi dari cetakan. 2. Injection Sebelum penginjeksian, material plastik masih dalam bentuk butiran-butiran serbuk yang mudah tersumbat. Kemudian material dalam bentuk butiran tersebut dimasukkan ke dalam hopper pada unit injeksi. Material plastik diproses dalam silinder yang dipanaskan hingga mencair. Kemudian silinder bekerja dengan motorized screw yang berfungsi untuk mencampur dan mengaduk material plastik yang sudah meleleh tersebut serta menekannya sampai pada ujung silinder. Setelah material cukup untuk diakumulasikan pada bagian ujung screw, proses injeksi bekerja. Material plastik yang sudah berada pada ujung screw kemudian dimasukkan atau diinjeksikan ke dalam cetakan melalui sprue bushing. Tekanan dan kecepatan injeksi pada saat proses berlangsung dikontrol oleh screw. 3. Dwelling Dwelling merupakan langkah penghentian sementara proses injeksi. Material plastik yang sudah diinjeksikan ke dalam cetakan dengan pemberian tekanan tertentu harus dipastikan mengisi ke semua bagian cavity (rongga cetakan). Proses ini untuk menghindari adanya cacat produk akibat keropos atau weld. 4. Cooling (Pendinginan) Material plastik yang sudah mengisi cetakan dan membentuk benda sesuai cetakan, lalu didinginkan dengan temperatur tertentu agar material plastik cepat menjadi solid atau mengeras.

19 digilib.uns.ac.id Mold opening (Pembukaan cetakan) Material yang sudah mengeras setelah didinginkan kemudian menjadi benda jadi. Dua belah cetakan kemudian dibuka dengan perantara peralatan clamping plate dan setting plate. 6. Ejection Langkah terakhir adalah mengeluarkan benda jadi dari dalam cetakan agar proses penginjeksian berikutnya dapat dilakukan. Pada langkah ejection biasanya, desain-desain molding tertentu digunakan untuk memotong runner dan sprue dari material plastik. Dengan demikian maka benda hasil molding tidak perlu dilakukan pekerjaan lanjutan pemotongan runner dan sprue Bahan baku yang digunakan dalam proses injection molding Dalam proses injection molding, bahan baku yang digunakan adalah polymer. Ada beberapa jenis polimer, antara lain : Thermoplastic Polymers Amorphous Thermoplastics Semi-Cristalline Thermoplastics Thermosets Temperatur Parameter kunci pada proses injection molding adalah temperatur leleh ( mencair ) dan temperatur di dalam cetakan. Efektivitas biaya dipengaruhi dari waktu yang dihabiskan untuk siklus yang meliputi injeksi, pendinginan, dan pergerakan dari unit klem (Neculai dan Cătălin, 2010 ). Daftar temperatur proses yang direkomendasikan untuk termoplastik dan elastomer termoplastik ditunjukkan pada tabel 2.1 ( halaman 10 dan 11) buku Johannaber, Data yang ditunjukkan merupakan pengaturan temperatur untuk daerah pemanasan pada plasticating unit dari mesin injection molding, serta untuk pengaturan temperatur pada nozzle dan suhu commit pendinginan to user pada cetakan. Besarnya temperatur

20 digilib.uns.ac.id 12 untuk melelehkan material termoplastik berkisar dari yang terendah sebesar 130 ºC sampai yang tertinggi sebesar 400 ºC Tekanan injeksi Tekanan, suhu, dan volume semua memiliki pengaruh kuat pada proses injection molding dan kualitas cetakan akhir. Tekanan, bagaimanapun, dan cara perubahannya selama proses injeksi, adalah parameter kerja yang paling penting [Johannaber, 2007, hal. 67] Tabel 2.1. Tekanan injeksi untuk material plastik [Johannaber, 2007, hal. 67] Kecepatan injeksi Kecepatan screw dianggap sebagai parameter mesin yang dianggap penting dan digunakan sebagai variabel input untuk pembangunan sebuah titik operasi. Hal ini adalah kecepatan keliling dari screw yang saling berkaitan dengan kualitas lelehan. Kecepatan screw dalam mesin injection molding biasanya dirancang untuk memproduksi part yang tipis commit pada to kapasitas user injeksi yang rendah dengan

21 digilib.uns.ac.id 13 kecepatan antara 0,05 sampai 1,5 m/s. Kecepatan screw yang rendah menghasilkan lelehan yang berkualitas. Tabel 2.2. Kecepatan injeksi pada material plastik [Johannaber 2007, hal. 78] 2.4. Pemanas elektrik Besarnya daya heater tergantung dari jenis material yang akan dipanaskan, massa benda yang akan dipanaskan, dan waktu yang ingin ditempuh dalam mencapai suhu tertentu. Untuk menentukan besarnya daya heater nantinya, menggunakan rumusan dari produsen heater sebagai berikut : 캸ኰ 䂘ú D 낸 নMP h... ( 2.1 ) Dimana : Q : Daya Heater, kwatt C m D t : Panas jenis material yang dipanaskan, : Massa barrel, kg : Kenaikan suhu : Waktu pemanasan h : Efisiensi, 0,1 0,5 喠痈䂘ú 喠痈 䂘ú 2.5 Perpindahan kalor Perpindahan kalor dapat didefinisikan sebagai berpindahnya energi dari satu daerah ke daerah lainnya sabagai akibat dari beda suhu antara daerah-daerah tersebut [Frank Keith, 1997 : hal 4]. Kepustakaan perpindahan kalor pada

22 digilib.uns.ac.id 14 umumnya mengenal tiga cara pemindahan panas yang berbeda yaitu perpindahan kalor konduksi, perpindahan kalor konveksi, dan perpindahan kalor radiasi Perpindahan kalor konduksi Proses perpindahan kalor konduksi adalah proses dimana panas mengalir dari daerah yang bersuhu lebih tinggi ke daerah yang bersuhu lebih rendah di dalam satu medium (padat,cair atau gas) atau antara medium-medium yang berlainan yang bersinggungan secara langsung(frank Keith, 1997 : hal 4). berikut : Dalam perpindahan kalor konduksi ini dipakai rumusan umum sebagai Keterangan : q k 츠.. = Perpindahan kalor, Watt (2.2) = Konduktivitas termal bahan, W/mºC, tegak lurus arah perpindahan kalor A = Luas benda, m 2 낸 = Gradien suhu kearah perpindahan kalor Gambar 2.6. Perpindahan kalor konduksi

23 digilib.uns.ac.id Konduktivitas termal Thermal conductivity of a material can be defined as the rate of heat transfer through a unit thickness of the material per unit area per unit temperature difference (Cengel, 2002 : hal 19). Konduktivitas termal dilambangkan dengan k. Satuan konduktivitas termal adalah Watt per meter derajat Celcius (W/m 0 C). Berdasarkan persamaan (2.1) sebagai rumusan persamaan dasar tentang konduktivitas termal, dapat dipakai nilai konduktivitas termal yang disajikan pada Tabel 2.3. Bahan yang mempunyai nilai konduktivitas termal tinggi dinamakan konduktor, sedangkan bahan yang nilai konduktivitas termal rendah disebut isolator. Tabel 2.3. Konduktivitas termal berbagai bahan pada 0 0 C (Holman,1997, hal 8)

24 digilib.uns.ac.id Perpindahan panas konduksi pada silinder Pada pengoperasian yang konstan, tidak ada perubahan temperatur pada waktu dan titik tertentu. Oleh karena itu perpindahan panas yang masuk ke dalam pipa harus sama dengan perpindahan panas yang keluar. Dengan kata lain, perpindahan panas pada pipa adalah konstan ( Cengel, 2002, hal. 165 ). Perpindahan panas konduksi pada pipa / silinder dirumuskan sebagai berikut : 캸ኰ 3, Ǵƅ 2 낸 낸 (Watt).(2.3) 2.6. Rumus Tekanan Dalam penelitian ini menggunakan barrel yang diisi material plastik, kemudian mendorongnya ke dalam cetakan. Cara kerjanya menggunakan prinsip tekanan bidang. Dimana : 相 yƽƽ = Tekanan m7䁠8m7䁠8 F = Gaya ( N ) A = Luasan bidang ( m7䁠8m7䁠8 ) 相 yƽƽ N mm.. (2.4) Pada mesin injection molding menggunakan power screw sebagai pendorong material plastik ke dalam cetakan. Besarnya gaya pada power screw menurut Sclater dan Chinoris, Bab. Screw, hal. 11 ditentukan dengan rumusan sebagai berikut : F injeksi = 相 ( N ). ( 2.5 ) 2.7. Rumus Daya Pada saat proses injeksi, ada gaya ( F ) yang dibutuhkan untuk mendorong material plastik dan ada juga pergerakan commit to ( user ) dari elemen pendorong. Maka dari

25 digilib.uns.ac.id 17 kondisi ini dapat diketahui daya ( ay 相 ) yang dibutuhkan pada saat injeksi. Karena direncanakan untuk mengganti piston dengan motor sebagai unit pendorong, maka daya ini nanti akan dibutuhkan untuk pertimbangan pemilihan motor. Dimana : ay 相 = Daya ( Watt ) ay 相 = Kecepatan gerak ( m ) m7䁠8... (2.6) 2.8. Menentukan diameter poros Seperti yang sudah direncanakan, unit pendorong akan menggunakan motor dan shaft yang dibentuk uliran, maka diperlukan perhitungan besarnya shaft yang dipakai. Melihat kebutuhannya, shaft yang di rancang harus bisa menahan beban puntir. Menurut Sudibyo, hal. 11, poros transmisi dihitung hanya berdasarkan momen puntir ( M t ) dengan tambahan faktor c yang mengandung angka keamanan terhadap puntir. Momen puntir yang ditransmisikan : (Nmm)... (2.7) Maka rumus untuk diameter poros transmisi pejal : Diameter 3 (mm) (2.8) Dimana : M t = Momen puntir ( Nm ) P = Tenaga ( kw ) n = Angka putaran ( rpm ) c 1,c 2 = faktor keamanan yang besarnya commit to tergantung user

26 digilib.uns.ac.id 18 Tabel 2.4. Faktor c terhadap m7䁠8m7䁠8 Material 15 St 37, St 42 6, St 50, St 60 6, Baja dengan batas patah yang lebih tinggi 5,8 123

27 digilib.uns.ac.id BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Diagram Alir Penelitian Secara lebih terperinci, diagram alir penelitian ditunjukkan pada Gambar 3.1 : yang akan dilakukan Mulai Pembongkaran dan mempelajari bagian mesin Desain ulang Tidak Apakah kondisinya baik? Pembuatan/ realisasi part Ya Perakitan Pengujian Tidak Apakah berfungi dengan baik? Ya Data dan analisa Selesai Gambar commit to 3.1. user Diagram alir penelitian 19

28 digilib.uns.ac.id 20 Secara terinci, diagram alir penelitian dijelaskan sebagai berikut : Pembongkaran dan mempelajari bagian mesin Tahap ini dilakukan untuk mengetahui kondisi serta dimensi dari bagian bagian mesin tersebut. Dari proses ini dapat diketahui bentuk dan dimensi secara detail tiap bagian mesin. Dengan mempelajari, diharapkan dapat diambil keputusan apakah sebuah part akan diganti atau tidak. Apabila sebuah part dinyatakan tidak layak, maka akan dilakukan proses desain ulang. Dari proses desain ulang ini akan menentukan apakah sebuah part akan dibuat dengan proses permesinan ataupun membeli. Namun apabila part mesin masih dinilai layak, maka akan dilakukan perakitan. Perakitan Tahap perakitan dilakukan apabila sudah ada kepastian bahwa tiap bagian mesin dinyatakan layak untuk dipakai dan bisa memenuhi kebutuhan penelitian. Setelah dirakit, maka akan diketahui apakah mesin bisa beroperasi dengan baik. Apabila mesin tidak beroperasi dengan baik, makan akan dilakukan proses desain ulang. Namun apabila mesin sudah beroperasi dengan baik, selanjutnya akan dilakukan pengujian. Pengujian Pengujian dilakukan untuk mengetahui apakah mesin bisa dioperasikan sesuai dengan kebutuhan, yaitu dapat diatur suhu pemanasannya dan mengetahui kecepatan injeksinya. Data dan analisa Setelah pengujian dilakukan maka diharapkan mendapatkan data tentang kinerja mesin. Dari data yang akan didapat, kemudian dilakukan analisa mengenai keunggulan dari mesin yang sudah di desain ulang dengan mesin seperti kondisi awal.

29 digilib.uns.ac.id Desain ulang Desain ulang merupakan rangkaian proses tersendiri. Diagram alir proses desain ulang akan ditunjukkan dalam gambar 3.2. berikut : Mulai Alternatif lain Pemilihan dari segi teknik Tidak Apakah memenuhi? Ya Alternatif lain Pemilihan dari segi ekonomi Tidak Apakah memenuhi? Desain part Tidak Ya Apakah standard part? Pembuatan part Membeli Ya Selesai Gambar 3.2. commit Diagram to alir user desain ulang

30 digilib.uns.ac.id 22 Secara lebih terinci, diagram alir desain ulang dijelaskan sebagai berikut : Pemilihan dari segi teknik Dalam proses ini dipilih beberapa alternatif part pengganti dari bagian mesin yang tidak sesuai dengan tuntutan. Pertimbangan teknik menjadi hal utama dalam proses ini, kemudian dilakukan penilaian dari berbagai pilihan tersebut. Pemilihan dari segi ekonomi Segi ekonomi juga menjadi pertimbangan atas pilihan part pengganti dari bagian mesin yang dianggap tidak memenuhi tuntutan. Pemilihan dari segi ekonomi ini akan membandingkan antara harga dan funsi dari part yang diganti. Standart Part Apabila penilaian jatuh pada part yang standart, maka akan dilakukan proses pembelian dari part yang dimaksud. Namun apabila part yang dipilih bukan part standart, maka proses permesinan akan dilakukan untuk membuat part yang akan digunakan. Perakitan Apabila proses pemilihan berdasarkan pertimbangan teknik dan ekonomi sudah didapat, maka proses perakitan dilakukan untuk mengetahui kinerja mesin.

31 digilib.uns.ac.id Alat dan Bahan Penelitian Mesin injection molding Sebagai bahan utama untuk penelitian kali ini adalah sebuah mesin injection molding yang masih menggunakan kompor sebagai unit pemanasnya, dan piston pneumatik sebagai penggerak pada injeksi unit dan clamp unit. Gambar 3.3. Mesin injection molding Tacho meter RPM meter digunakan untuk memeriksa putaran motor dalam 1 menit. Alat ini memiliki layar pembaca jumlah putaran dalam format digital sehingga mudah dalam pembacaan. Gambar 3.4. menunjukkan gambar tacho meter digital. Gambar 3.4. Tacho meter

32 digilib.uns.ac.id Stop watch Stop watch digunakan untuk mencatat waktu yang ditempuh power screw dalam jarak tertentu. Dari catatan waktu yang ada, dapat digunakan untuk perhitungan kecepatan injeksi. Dengan kecanggihan teknologi saat ini, ponsel pun dilengkapi dengan menu stop watch yang juga bisa digunakan untuk pencatatan waktu. Gambar 3.5. Stop watch Thermocouple dan pembaca suhu portabel Alat ini digunakan untuk memeriksa suhu pada bagian luar barrel. Hal ini dilakukan agar alat untuk yang digunakan untuk pembacaan suhu pada bagian dalam dan luar memiliki karakter yang sama, sehingga keakurasian dapat tercapai. Gambar 3.6. Thermocouple dan pembaca suhu portabel

33 digilib.uns.ac.id Inverter Inverter adalah sebuah perangkat elektronik yang mengubah tegangan AC tiga fasa dari jala-jala (berfrekuensi 50 Hz atau 60 Hz) menjadi tegangan DC, kemudian mengubahnya kembali menjadi tegangan AC tiga fasa dengan frekuensi yang bisa diatur-atur sesuai keinginan pengguna/user. Salah satu aplikasi Inverter dalam dunia elektroteknik adalah untuk mengendalikan kecepatan putaran motor AC. Contohnya pada sistem ban berjalan (conveyor belt) Seperti yang sudah diketahui bahwa kecepatan putaran motor AC dapat dikendalikan dengan mengatur frekuensi dari tegangan AC yang menjadi sumbernya. Gambar 3.7. Inverter

34 digilib.uns.ac.id 26

35 digilib.uns.ac.id BAB IV Perancangan dan Pemilihan Part Morphologi Matrix Dalam menentukan part yang digunakan, Metode Morphologi Matrix digunakan untuk menjamin bahwa produk yang akan dirancang benar benar dapat menjawab permasalahan yang ada dan dapat memenuhi semua tuntutan yang diberikan. Metode morphologi matrix di dalamnya mencakup 4 tahap, yaitu pengelompokan informasi, menyusun tabel morphologi matrix, menganalisa berbagai macam solusi yang muncul, kemudian menentukan salah satu solusi yang dianggap paling baik dan memenuhi kebutuhan Pengelompokan informasi dan pemilihan part yang digunakan. Berbagai macam informasi yang akan dikelompokkan adalah informasi terkait dengan tuntutan mesin injection molding yang di desain ulang dan beberapa model variasi elemen konstruksi yang nantinya akan digunakan. Pemilihan part melibatkan responden yang diminta memberikan penilaian terhadap beberapa part yang sudah ditentukan. Responden berasal dari lingkungan ATMI Surakarta, diambil acak dari karyawan dan instruktor. Keterangan inisial responden sebagai berikut : Adr : Andhy Rinanto ( Instruktor Center for Tool ) Bms : Bambang Saputro ( Instruktor Center for Tool ) Krs : Kristarto ( Kasi Center for Tool ) Her : Hera Prihatmo ( Karyawan Center for Tool ) Chr : Christian Ardinto ( Designer PT. IGI ) Vys : VY Suryadi ( Manager PT. IGI ) Wsw : Wisnu Wijayanto ( Manager design PT. ATMI Solo ) And : St. Andriyanto ( Instruktor WAP ) Agw : Agus Wahyudi ( Kasi Universal Grinding PT. ATMI Solo ) Ykr : Yuli Kristanto ( Instruktor WAD ) 26

36 digilib.uns.ac.id 27 A. Tuntutan produk Dalam merancang sebuah produk, akan lebih mudah apabila ada sebuah batasan yang diberikan. Batasan tersebut bisa berupa tuntutan yang diberikan / dibutuhkan oleh konsumen. Tabel 4.1 Tuntutan mesin yang dirancang No. Informasi 1. Pemanas bisa diatur suhunya. 2. Kecepatan gerak injeksi dapat dikendalikan B. Variasi elemen konstruksi Untuk mempermudah dalam proses perancangan, berbagai macam informasi yang didapat mengenai konstruksi dari setiap elemen mesin akan diklasifikasikan menurut jenis, fungsi, kelebihan, kekurangan serta menurut nilai ekonomisnya. Elemen konstruksi yang yang dipakai dalam desain ulang kali ini adalah jenis pemanas dan pengendali kecepatan injeksi. Tabel 4.2. Variasi jenis pemanas Jenis Karakteristik pemanas Mudah didapatkan Keuntungan Praktis Penggantian mudah Gambar Kompor Kerugian Panas tidak bisa diatur Kotor Terjadi panas yang berlebihan jika digunakan dalam waktu yang lama. Membutuhkan tempat yang cukup luas

37 digilib.uns.ac.id 28 Pemanas elektrik Keuntungan Kerugian Banyak di pasaran Panas bisa diatur Lebih bersih Mudah dalam penggantian Tempat lebih praktis Harga cukup mahal Memerlukan alat pendukung untuk pengaturan panasnya Pemanas induksi Keuntungan Kerugian Waktu pemanasan lebih singkat Panas bisa di atur Kebutuhan daya tinggi Memerlukan komponen pendukung yang rumit dan mahal Alat masih jarang di pasaran Untuk pemilihan jenis pemanas, 10 responden dilibatkan guna mendapatkan data yang lebih akurat. Tabel 4.3. menunjukkan pemilihan jenis pemanas yang digunakan.

38 digilib.uns.ac.id 29 Tabel 4.3. Pemilihan jenis pemanas Tuntutan pemanas Panas bisa diatur Daya rendah Perawatan mudah Mudah didapat Harga Murah Point Responden Kompor Nilai Total Adr Bms Krs Her Chr Vys Wsw And Agw Yul Pemanas elektrik Adr Bms Krs Her Chr Vys Wsw And Agw Yul

39 digilib.uns.ac.id 30 Pemanas induksi Adr Bms Krs Her Chr Vys Wsw And Agw Yul Dari data tabel 4.3, maka jenis pemanas elektrik / elektric heater dipilih untuk digunakan pada mesin injection molding. Dengan tuntutan alat dapat diatur suhu / temperaturnya, maka diperlukan juga alat yang digunakan untuk pembacaan suhu. Tabel 4.4. di bawah ini menunujukkan variasi alat pembaca temperatur.

40 digilib.uns.ac.id 31

41 digilib.uns.ac.id 32 Tabel 4.5. Pemilihan jenis pembaca suhu Tuntutan pembaca suhu Mudah dibaca Teliti Respon pembacaan cepat Banyak di pasaran Perawatan mudah Point Responden Analog Nilai Total Adr Bms Krs Her Chr Vys Wsw And Agw Yul Digital Adr Bms Krs Her Chr Vys Wsw And

42 digilib.uns.ac.id 33 Agw Yul Dari tabel 4.5., maka pembaca suhu digital dipilih untuk digunakan pada mesin injection molding. Dalam menggunakan pembaca suhu digital, dibutuhkan sensor yang dipasang pada benda yang dipanaskan. Sensor tersebut akan memberikan informasi panas yang akan terbaca pada pembaca suhu digital. Untuk jenis sensor yang digunakan adalah thermocouple. Tabel 4.6. menunjukkan jenis thermocouple yang sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan. Tabel 4.6. Pemilihan thermocouple Type J K RTP Harga Ö Ö X Ketersediaan di pasar Ö Ö Ö Popular di penggunaan mesin injeksi X Ö X Akurasi X X Ö Hubungan dengan thermocontrol Ö Ö X Range suhu Ö Ö X Thermocouple yang cocok digunakan untuk mesin injeksi ini adalah jenis K. Tuntutan kedua dari mesin injection molding ini adalah gerakan injeksi yang dapat diatur dan dibaca. Selanjutnya dipilihlah variasi penerus gerakan dari sumber penggerak, yang nantinya dapat memberikan masukan kecepatan geraknya. Tabel 4.7. menunjukkan variasi penerus gerakan dari sumber penggerak.

43 digilib.uns.ac.id 34 Tabel 4.7. Variasi transmisi / penerus gerakan Jenis Karakteristik transmisi Banyak di pasaran. Aktuator pneumatik Aktuator hidrolik Kerugian Keuntungan Kerugian Keuntungan Power kuat. Kecepatan gerak dapat diatur. Relative mahal. Perawatan sulit. Kotor. Komponen pendukung mahal. Sumber angin melimpah. Perawatan mudah. Komponen mudah didapatkan. Kecepatan susah diatur. Udara mudah mampat Gambar Screw Kerugia Keuntungan n Mudah di buat. Murah. Kuat. Konstruksi sederhana. Kecepatan gerak dapat diatur. Posisi harus center. mudah aus.

44 digilib.uns.ac.id 35 Tabel 4.8. Pemilihan jenis penerus gerakan Tuntutan penerus gerakan Tersedia di pasaran Kuat Perawatan mudah Dapat dikendalikan Harga Murah Point Responden Aktuator hidrolik Nilai Total Adr Bms Krs Her Chr Vys Wsw And Agw Yul Aktuator pneumatik Adr Bms Krs Her Chr Vys Wsw And Agw commit 3 to user 7 255

45 digilib.uns.ac.id 36 Yul Power screw Adr Bms Krs Her Chr Vys Wsw And Agw Yul Dari tabel 4.8., maka power screw dipilih untuk digunakan pada mesin injection molding. C. Mesin injection molding hasil desain ulang Gambar 4.1. Mesin injection molding hasil desain ulang

46 digilib.uns.ac.id Analisa dan perhitungan A. Perhitungan pemanas elektrik Dalam pemilihan pemanas elektrik, ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti target panas yang diinginkan, waktu pemanasan awal, massa dari benda kerja yang dipanaskan, dan panas jenis dari material yang dipanaskan. Untuk menentukan ukuran heater, menggunakan persamaan 2.1 sebagai berikut : Daya heater ( Q ) : kwatt Massa barrel ( m ) : 2,293 kg ( pengukuran dengan timbangan digital ) Panas jenis material besi ( C ) : 0,113 邘鮐 ᛐǴ 邘鮐 ᛐǴ Target panas yang dicapai : 300 ºC Suhu ruang : 25 ºC Waktu pemanasan ( t ) : 0,4 jam ( 24 menit ) Efisiensi ( h ) : 0,1 0,5 Q = 䧰觰, 䧰觰蔘 5 Ꝙ, 5 5ꝘꝘ 䧰觰 úꝙ Ꝙ,Ƽ Ꝙ,5 = 0, kwatt 690 Watt > diputuskan menggunakan 750 watt Untuk jenis pemanas elektrik yang dipilih adalah band heater karena menyesuaikan bentuk barrel yang dipanaskan sehingga pemasangan mudah karena bentuknya berupa silindris. Dan untuk memudahkan dalam pembelian atau pemesanan maka dipilihlah 3 band heater dengan daya masing masing 250 Watt. B. Perhitungan diameter power screw dan pemilihan motor Pada proses injeksi, diasumsikan tekanan pada proses injeksi dan clamping adalah sama besar. Pada mesin injection molding yang dirancang, menggunakan silinder pneumatic diameter 63 mm, dengan tekanan angin dari kompresor. Besarnya

47 digilib.uns.ac.id 38 tekanan angin dari kompresor berkisar antara 6 8 bar. Maka perhitungan untuk diameter power screw berdasarkan persamaan 2.4 adalah sebagai berikut : F injeksi F clamping Pada awal perhitungan, akan diasumsikan diameter shaft untuk power screw sebesar 25,4 mm ( 1 inch ), dengan pemilihan ulir square 4 TPI, dengan material power screw adalah St.60. Tekanan pada piston ( P clamping ) = 8 bar ( 1 bar = 0,1 N/mm) = 0,1 x 8 = 0,8 N/mm 2 Luas bidang piston ( A ) = 쎠 Ƽ 䧰觰 = 쎠 Ƽ 63 䧰觰 = 3117,245 mm 2 F clamping = P clamping x A = 0,8 N/mm 2 x 3117,245 mm 2 = 2493,796 N» 2494 N Maka dengan demikian, F injeksi 2494 N. Oleh karena power screw berbentuk silindris, maka perhitungan menggunakan rumus 2.5 sebagai berikut : Dimana : F r = Gaya shaft ( N ) p = pitch / jarak puncak ulir = r = Radius power screw F injeksi = 䧰觰쎠 䧰觰,Ƽ Ƽ = 6,35 mm = 0,00635 m dengan asumsi awal menggunakan diameter power screw sebesar 25,4 mm jenis square thread 4 TPI, maka besarnya diameter minor power screw sebesar 䐨 d = 25,4 ( 2 ) ú 䐨 = 25,4 ( 2 6,3 = 19,845 mm ú r = 蔘, Ƽ = 9,93 mm = 0,00993 m 䧰觰 maka besarnya gaya shaft berdasarkan persamaan 2.5 adalah : F r = 膈 4 膈 䧰觰쎠

48 digilib.uns.ac.id 39 = 䧰觰 Ƽ 蔘 Ƽ Ꝙ,ꝘꝘú5 䧰觰쎠 Ꝙ,ꝘꝘ 蔘蔘 5 = 253,828 N Torsi yang terjadi sebesar : T = = 2 3,828 0,00993 = 2,52 Nm = 0,252 kgm Pada tabel produsen motor listrik merk TECO, motor yang sesuai dengan kebutuhan torsi 0,252 kgm adalah motor dengan daya sebesar 0,5 hp. Perhitungan diameter power screw Dari perhitungan di atas dan berdasarkan data motor yang sudah dipilih, perhitungan Momen puntir dan diameter minimum yang bisa digunakan untuk power screw dapat dihitung menggunakan persamaan 2.7 dan 2.8 : Material power screw = St.60 Daya motor ( P ) = 0,5 hp ( Horse power ) Putaran motor ( n ) Momen puntir ( Mt ) yang terjadi = = = 750 Rpm 蔘 Ꝙ Ꝙ, 䐨 5 d 蔘 Ꝙ Ꝙ, Ꝙ, 䐨 5 䐨 Ꝙ = 4,6795 Nm Karena power screw menerima beban puntir dan tekuk, maka menggunakan persamaan 2.8 sebagai berikut : = 6,3,679 = 10,53 mm Dari perhitungan dapat diketahui bahwa diameter power screw pada asumsi di atas kuat untuk digunakan dalam konstruksi mesin injeksi.

49 digilib.uns.ac.id Pengujian komponen Pengujian panas Dalam pengujian panas, barrel dipanaskan tanpa diisi dengan material plastik. Hal ini dilakukan untuk mengetahui penyebaran panas pada dinding barrel tanpa dipengaruhi adanya material plastik. Hal ini akan dibandingkan dengan besarnya rambatan panas sesuai dengan perhitungan / teoritisnya. Kondisi dan data pada saat pengujian panas adalah sebagai berikut : Kondisi : - Dengan biji plastik. - Suhu ruang 32 C. - Data diambil pada pukul WIB. - Suhu diatur 250 C. - Area X diukur dengan thermocouple dan thermocontrol portable. Gambar 4.2. Posisi pengukuran panas pada barrel

50 digilib.uns.ac.id 41 Tabel 4.9. Data hasil pengukuran panas pada barrel ( ºC ) Waktu (menit) Suhu display mesin ( ºC ) Suhu permukaan barrel di area X ( ºC ) Suhu ºC Display mesin Panas permukaan barrel 0 1'30' 2'51' 4'10' 5'45' 7'16' 9'18' 12' 15'25' 18'51' 20' 22' 24' Waktu ( menit ) Gambar 4.3. Grafik panas pada barrel \

51 digilib.uns.ac.id 42 Dari gambar 4.3. dapat dilihat bahwa kenaikan suhu pada permukaan barrel dan rambatan panas ke bagian dalam barrel relatif konstan. Perbedaan suhu bagian permukaan dan dalam rata rata sebesar 27 ºC. Dan waktu yang dibutuhkan agar bagian dalam mencapai suhu 250 ºC adalah 18 menit 51 detik. Data di atas adalah data panas yang diambil dari display pada mesin dengan memasang thermocouple pada dinding barrel, di permukaan luar dan yang mendekati dinding bagian dalam. Untuk mengetahui suhu pada dinding barrel bagian dalam, juga dilakukan perhitungan dengan persamaan 2.3. sebagai berikut : Dimana : 䯸 ad, ' = 䯸 = Energi panas yang di salurkan = 750 W ( didapat dari daya heater ) L = Panjang benda yang dipanaskan = 50 mm = 0,05 m k = konduktivitas thermal material ( baja ) = 43 W/m ºC T 1 = Suhu dinding barrel bagian dalam T 2 = Suhu dinding barrel bagian luar ( pengukuran dengan thermocouple yang ditempelkan pada barrel / prtable ) r 1 = Radius dalam dinding barrel = 12,75 mm r 2 = Radius luar dinding barrel = 22,75 mm Suhu bagian luar barrel T 1 diambil dari titik X. Titik X dipilih karena pada titik tersebut dekat dengan nozzle yang akan mengeluarkan cairan plastik. Setelah dilakukan perhitungan dengan rumusan di atas dan menggunakan dasar pengukuran suhu pada dinding barrel bagian luar ( titik X ), maka suhu dinding barrel bagian dalam dapat diketahui sebagai berikut : r 2 r 1 T 1 T commit 2 Gambar 4.4. Ilustrasi dinding dalam dan to user dinding luar barrel

52 digilib.uns.ac.id 43 Tabel Data hasil perhitungan panas pada dinding barrel bagian dalam (ºC) Panas pengukuran pada area X ( T 2 ) ºC Suhu perhitungan pada dinding dalam barrel ( T 1 ) ºC Suhu permukaan barrel Suhu dinding dalam barrel ( perhitungan ) '30' 2'51' 4'10' 5'45' 7'16' 9'18' 12' 15'25' 18'51' 20' 22' 24' Gambar 4.5. Grafik perbandingan suhu pengukuran di permukaan luar barrel dan suhu perhitungan dinding barrel bagian dalam.

53 digilib.uns.ac.id 44 Dari perhitungan panas pada dinding barrel bagian dalam menggunakan refrensi panas yang diukur dari permukaan luar barrel menunjukkan perbedaan suhu antara dinding luar dan dinding dalam adalah sebesar 32 ºC. Kondisi ini sama dengan kondisi aktualnya, dengan perbedaan suhu sebesar 5 ºC. Pengujian juga dilakukan dengan cara memasukkan thermocouple ke dalam barrel dan dicatat kenaikan suhu di dalam barrel dengan refrensi waktu pada tabel 4.9. Kondisi pada saat pengukuran adalah sebagai berikut : - Thermocouple dimasukkan ke dalam barrel. - Di dalam barrel ada biji plastik. - Suhu ruang 32 ºC. - Set suhu pada thermocontrol 250 ºC. Data suhu yang tercatat adalah sebagai berikut : Tabel Hasil pengukuran suhu di dalam barrel Waktu Suhu ( menit ) ( ºC ) Kemudian untuk mendapatkan perbandingan pengukuran suhu di dalam barrel dan suhu yang terbaca pada display, proses selanjutnya adalah melakukan pencatatan suhu yang terbaca pada display dengan menggunakan refrensi waktu pada tabel 4.9. Dengan kondisi pengukuran yang serupa dengan gambar 4.1., set suhu 250

54 digilib.uns.ac.id 45 ºC, suhu ruang 32 ºC, hasil dari pembacaan suhu pada display ditunjukkan dengan tabel Tabel Data perbandingan suhu pada display, pada permukaan, dan suhu di dalam barrel terhadap waktu Waktu ( menit ) Suhu di dalam barrel ( ºC ) Suhu pada display mesin ( ºC ) Suhu pada permukaan barrel ( ºC ) Dari data pengukuran suhu di dalam barrel dan pembacaan suhu pada display dengan refrensi waktu yang sama, dapat dibuat grafik yang ditunjukkan pada gambar 4.6.

55 digilib.uns.ac.id Suhu ( ºC ) Suhu di dalam barrel Suhu pada display Suhu permukaan barrel 0 1'30' 2'51' 4'10' 5'45' 7'16' 9'18' 12' 15'25' 18'51' 20' 22' 24' Waktu ( menit ) Gambar 4.6. Grafik perbandingan suhu pada permukaan, pada display dan suhu di dalam barrel terhadap waktu Dari grafik dapat dilihat bahwa suhu yang terbaca di dalam barrel mulai mendekati suhu dinding dalam barrel pada menit ke 12, dan hampir sama dengan suhu dinding dalam pada menit ke 15. Hal ini disebabkan pada menit ke 15, panas pada heater mengalami kenaikan yang konstan ke suhu 250 ºC sehingga memberikan waktu untuk suhu di dalam barrel menyesuaikan dengan suhu pada permukaan pada menit ke Pengujian kecepatan Pada pengujian kecepatan gerakan injeksi, hal yang dilakukan adalah melakukan pengukuran besarnya putaran motor, yang dibandingkan dengan besarnya frequensi yang terbaca pada pengatur putaran motor ( inverter ). Kemudian dari data yang diperoleh, dilakukan perhitungan untuk mengetahui besarnya kecepatan linier gerakan injeksi. Tabel menunjukkan data dari hasil pengukuran putaran motor yang digunakan :

DESAIN ULANG UNIT PEMANAS DAN PENGENDALI KECEPATAN INJEKSI MESIN MOLDING

DESAIN ULANG UNIT PEMANAS DAN PENGENDALI KECEPATAN INJEKSI MESIN MOLDING 45 DESAIN ULANG UNIT PEMANAS DAN PENGENDALI KECEPATAN INJEKSI MESIN MOLDING Andhy Rinanto 1, Heru Sukanto 2, Wahyu Purwo Raharjo 2 1 Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Sebelas Maret 2 Staf Pengajar

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.2 MESIN EXTRUSI MOLDING CETAK PELLET PLASTIK 30 BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 PENDAHULUAN Hasil rancang bangun mesin akan ditampilkan dalam Bab IV ini. Pada penelitian ini Prodak yang di buat adalah Mesin Cetak Pellet Plastik Plastik, Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA

BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 30 BAB IV HASIL YANG DICAPAI DAN MANFAAT BAGI MITRA 4.1 PENDAHULUAN Hasil rancang bangun mesin akan ditampilkan dalam Bab IV ini. Pada penelitian ini Prodak yang di buat adalah Mesin Ekstrusi Cetak Pellet

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Mold Review Mold lama yang digunakan dalam memproduksi Bobbin A K25G adalah jenis injection molding. Mold lama ini menggunakan system hot runner. Mold ini sendiri

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017

METODE PENELITIAN. 1. Perancangan dilakukan pada bulan Oktober 2016 sampai januari 2017 19 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 PENDAHULUAN Metode yang digunakan adalah metode pengumpulan data, untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara tepat.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatkan permasalahan yang diteliti sehingga dapat menjelaskan dan membahas permasalahan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Proses Injection Molding Injection molding dapat membuat part yang memiliki bentuk yang kompleks dengan permukaan yang cukup baik. Variasi bentuk yang sangat banyak yang dapat

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Prosedur Penelitian Prosedur penelitian digunakan untuk mempersempit permasalahan yang diteliti, sehingga dapat membahas dan menjelaskan permasalahan secara tepat. Pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder

4.1. Menghitung Kapasitas Silinder BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Menghitung Kapasitas Silinder Pada perencangan alat uji kekentalan plastik ini sampel akan dilebur didalam silinder. Untuk itu dibutuhkan perhitungan untuk mencari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cara Kerja Alat Cara kerja Mesin pemisah minyak dengan sistem gaya putar yang di control oleh waktu, mula-mula makanan yang sudah digoreng di masukan ke dalam lubang bagian

Lebih terperinci

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION

PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION PREDIKSI SHRINKAGE UNTUK MENGHINDARI CACAT PRODUK PADA PLASTIC INJECTION Agus Dwi Anggono Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl. A.Yani Tromol Pos I Pabelan, Kartosura, 57102 E-mail : agusda@indosat-m3.net

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan

BAB II LANDASAN TEORI. Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Injection Molding 2.1.1. Pengertian Dasar Secara umum pengertian injection molding adalah proses pembentukan suatu benda atau produk dari material plastik dengan bentuk dan ukuran

Lebih terperinci

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA

MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA Proses Produksi I MATERIAL PLASTIK DAN PROSESNYA by Asyari Daryus Universitas Darma Persada OBJECTIVES Mahasiswa dapat menerangkan sifat dan jenis bahan plastik Mahasiswa dapat menerangkan cara pengolahan

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 28 BAB IV PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN 4.1 ALUR PROSES INJEKSI PLASTIK Gambar 4.1 Proses pencetakan pada mesin injeksi 29 Pada Proses Injeksi Plastik (Plastic Injection Molding Process) terdapat 2 bagian

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan

BAB III PERANCANGAN SISTEM. menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan 25 BAB III PERANCANGAN SISTEM 3.1 Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah pembangkit listrik surya termal yang menggunakan mesin stirling. Mesin stirling yang digunakan merupakan mesin stirling jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya.

BAB I PENDAHULUAN. semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain sebagainya. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kemajuan teknologi dalam segala aspek kehidupan saat ini semakin berkembang pesat, baik dalam dunia perekonomian, pendidikan, pembangunan, perindustrian, dan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri saat ini diikuti oleh pembaruan penggunaan bahan dasar produksi. Logam yang dahulu banyak digunakan dalam proses industri kini mulai ditinggalkan.

Lebih terperinci

MESIN PERUNCING TUSUK SATE

MESIN PERUNCING TUSUK SATE MESIN PERUNCING TUSUK SATE NASKAH PUBLIKASI Disusun : SIGIT SAPUTRA NIM : D.00.06.0048 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 013 MESIN PERUNCING TUSUK SATE Sigit Saputra,

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Flowchart Perencanaan Pembuatan Mesin Pemotong Umbi Proses Perancangan mesin pemotong umbi seperti yang terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai mm Studi Literatur

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER

PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER TUGAS SARJANA MESIN FLUIDA PERANCANGAN KOMPRESOR TORAK UNTUK SISTEM PNEUMATIK PADA GUN BURNER OLEH NAMA : ERWIN JUNAISIR NIM : 020401047 DEPARTEMEN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan. dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat,

BAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan. dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat, praktis, ringan dan tentu saja modern.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Didalam proses pencetakan produk plastik dapat digambarkan adalah adanya sejumlah material plastik dengan suhu tinggi dimasukkan kedalam mold, kemudian material

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian adalah metode yang digunakan untuk mendekatakan permasalahan yang diteliti sehingga menjelaskan dan membahas permasalahan secara

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI

BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI BAB IV ANALISA HASIL PERANCANGAN CETAKAN INJEKSI Pada bab ini akan dibahas mengenai analisa dari hasil perancangan cetakan injeksi yang telah dibuat pada bab sebelumnya. Analisa akan meliputi waktu satu

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Semua mekanisme yang telah berhasil dirancang kemudian dirangkai menjadi satu dengan sistem kontrol. Sistem kontrol yang digunakan berupa sistem kontrol loop tertutup yang menjadikan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA A. Radiator Radiator memegang peranan penting dalam mesin otomotif (misal mobil). Radiator berfungsi untuk mendinginkan mesin. Pembakaran bahan bakar dalam silinder mesin menyalurkan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN BAGIAN TRANSMISI MESIN KATROL ELEKTRIK (PULI DAN SABUK)

RANCANG BANGUN BAGIAN TRANSMISI MESIN KATROL ELEKTRIK (PULI DAN SABUK) RANCANG BANGUN BAGIAN TRANSMISI MESIN KATROL ELEKTRIK (PULI DAN SABUK) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : LAKSANA RAHADIAN SETIADI NIM. I8612030

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN CUP PADA MACHINING THERMOFORMING MEAF KMS600 DI PT. PASIFIC ASIA PACKAGING.

PROSES PEMBUATAN CUP PADA MACHINING THERMOFORMING MEAF KMS600 DI PT. PASIFIC ASIA PACKAGING. PROSES PEMBUATAN CUP PADA MACHINING THERMOFORMING MEAF KMS600 DI PT. PASIFIC ASIA PACKAGING. Nama : Yonathan Yosep ST. NPM : 27411567 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : Iwan Setyawan ST., MT. Latar Belakang

Lebih terperinci

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI

Tugas Akhir. Perancangan Cetakan Bagasi Sepeda Motor (Honda) Untuk Proses Injection Molding. Oleh : FIRMAN WAHYUDI Outline: JUDUL LATAR BELAKANG RUMUSAN MASALAH BATASAN MASALAH TUJUAN PERANCANGAN METODOLOGI PERANCANGAN SPESIFIKASI PRODUK DAN SPESIFIKASI MESIN PERENCANAAN JUMLAH CAVITY DIMENSI SISTEM SALURAN PERHITUNGAN

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Mesin Cetak Bakso Dibutuhkan mesin cetak bakso dengan kapasitas produksi 250 buah bakso per menit daya listriknya tidak lebih dari 3/4 HP dan ukuran baksonya

Lebih terperinci

BAB IV PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGOLAHAN DATA 4.1 Perhitungan Daya Motor 4.1.1 Torsi pada poros (T 1 ) T3 T2 T1 Torsi pada poros dengan beban teh 10 kg Torsi pada poros tanpa beban - Massa poros; IV-1 Momen inersia pada poros;

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Cahyadi (2010) penelitian yang berjudul Analisis Parameter Operasi pada Proses Plastik Injection Molding untuk Pengendalian Cacat Produk meneliti

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING

TUGAS AKHIR PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING TUGAS AKHIR PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING Disusun Sebagai Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian

METODOLOGI PENELITIAN. Waktu dan Tempat Penelitian. Alat dan Bahan Penelitian. Prosedur Penelitian METODOLOGI PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan dari bulan Januari hingga November 2011, yang bertempat di Laboratorium Sumber Daya Air, Departemen Teknik Sipil dan

Lebih terperinci

DESAIN AUTOMATIC LINE PLASTIC PACKING OF CAKE BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328

DESAIN AUTOMATIC LINE PLASTIC PACKING OF CAKE BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328 DESAIN AUTOMATIC LINE PLASTIC PACKING OF CAKE BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA 328 Saiful Huda 1*, Masruki Kabib 1, Rochmad Winarso 1 1 Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Muria Kudus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke

BAB I PENDAHULUAN. Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan. cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Injection molding adalah proses pembentukan plastik dengan cara melelehkan material plastik yang kemudian diinjeksikan ke dalam sebuah cetakan (mold). Dengan teknik

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1. WAKTU DAN TEMPAT Kegiatan Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juni hingga Desember 2011 dan dilaksanakan di laboratorium lapang Siswadhi Soepardjo (Leuwikopo), Departemen

Lebih terperinci

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA

UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNJUK KERJA MOBIL MSG 01 DENGAN SISTEM TENAGA UDARA Disusun Oleh : Nama : Muhammad Rizki Npm : 24411960 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing : 1. Dr. Rr.

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN

BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN BAB IV ANALISA DAN PERHITUNGAN 4.1. Hot Water Heater Pemanasan bahan bakar dibagi menjadi dua cara, pemanasan yang di ambil dari Sistem pendinginan mesin yaitu radiator, panasnya di ambil dari saluran

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 15 BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 PENGERTIAN MOLD Mold (cetakan) adalah adalah rongga tempat material leleh (plastik atau logam) memperoleh bentuk. Mold terdiri dari dua bagian yaitu pelat bergerak (moveable

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI )

RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) RANCANG BANGUN MESIN PENIRIS MINYAK (SISTEM TRANSMISI ) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Oleh: MUHAMMAD HUSNAN EFENDI NIM I8613023 PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK

Lebih terperinci

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force

Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Studi Pengaruh Kemiringan Dinding Mangkok Terhadap Tekanan Injeksi dan Filling Clamp Force Jurusan Teknik Mesin, Universitas Kristen Petra E-mail: amelia@petra.ac.id, ninukj@petra.ac.id T E K N O S I M

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA

RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA RANCANG BANGUN MESIN PENGIRIS BAWANG BAGIAN PERHITUNGAN RANGKA PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : EKO SULISTIYONO NIM. I 8111022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN

BAB III METODOLOGI PERANCANGAN BAB III METODOLOGI PERANCANGAN Sebelum melakukan perancangan mould untuk Tutup Botol ini, penulis menetapkan beberapa tahapan kerja sesuai dengan literatur yang ada dan berdasarkan pengalaman para pembuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan

BAB I PENDAHULUAN. Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Plastik merupakan bahan baku yang berkembang saat ini. Penggunaan material plastik sebagai bahan dasar pembuatan komponen kendaraan bermotor, peralatan listrik,

Lebih terperinci

LAPORAN PROYEK AKHIR PERAKITAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER

LAPORAN PROYEK AKHIR PERAKITAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER LAPORAN PROYEK AKHIR PERAKITAN MINIATUR LENGAN WHEEL LOADER PROYEK AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Oleh: JOKO SUSILO NIM. I8610018 PROGRAM DIPLOMA TIGA TEKNIK

Lebih terperinci

BAB III PERAWATAN MESIN PELLET BIJI PLASTIK

BAB III PERAWATAN MESIN PELLET BIJI PLASTIK BAB III PERAWATAN MESIN PELLET BIJI PLASTIK 3.1. Proses produksi mesin pellet biji plastic Proses kerja mesin pellet biji plastik ini adalah dengan cara menggiling plastik recycle yang masih berupa botolan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Digester Digester berasal dari kata Digest yang berarti aduk, jadi yang dimaksud dengan Digester adalah suatu mesin yang digunakan untuk mengaduk atau melumatkan

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV PERHITUNGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Perencanaan Tabung Luar Dan Tabung Dalam a. Perencanaan Tabung Dalam Direncanakan tabung bagian dalam memiliki tebal stainles steel 0,6, perencenaan tabung pengupas

Lebih terperinci

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL

PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL KEGIATAN IPTEK bagi MASYARAKAT TAHUN 2017 PENGERING PELLET IKAN DALAM PENGUATAN PANGAN NASIONAL Mohammad Nurhilal, S.T., M.T., M.Pd Usaha dalam mensukseskan ketahanan pangan nasional harus dibangun dari

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Conveyor merupakan suatu alat transportasi yang umumnya dipakai dalam proses industri. Conveyor dapat mengangkut bahan produksi setengah jadi maupun hasil produksi

Lebih terperinci

MEKANISME PENGGERAK PADA TROLLY ELECTRIC CRANE MANUAL

MEKANISME PENGGERAK PADA TROLLY ELECTRIC CRANE MANUAL MEKANISME PENGGERAK PADA TROLLY ELECTRIC CRANE MANUAL PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Ahli Madya (Amd) Oleh : RISING SINGGIH W NIM. I 8611043 PROGRAM STUDI DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN

BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN BAB IV PERHITUNGAN PERANCANGAN Pada tahap perancangan mesin Fitting valve spindle pada bab sebelumnya telah dihasilkan rancangan yang sesuai dengan daftar kehendak. Yang dijabarkan menjadi beberapa varian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL PERANCANGAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Identifikasi Produk Hasil identifikasi yang dilakukan pada sample produk dapat dilihat pada Tabel 4.1. Tabel 4.1. Data produk hardcase Data Produk Hardcase

Lebih terperinci

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG

ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG UNIVERSITAS GUNADARMA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI ANALISIS KERJA MOBIL TENAGA UDARA MSG 01 DENGAN SISTEM DUA TABUNG Disusun Oleh : Nama : Tohim Purnanto Npm : 27411140 Jurusan : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI WAKTU TERHADAP CACAT DAN KETEBALAN PRODUK PLASTIK PADA PROSES ROTATIONAL MOLDING

PENGARUH VARIASI WAKTU TERHADAP CACAT DAN KETEBALAN PRODUK PLASTIK PADA PROSES ROTATIONAL MOLDING TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI WAKTU TERHADAP CACAT DAN KETEBALAN PRODUK PLASTIK PADA PROSES ROTATIONAL MOLDING Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Teknik Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING

PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING PENGARUH PARAMETER WAKTU TAHAN TERHADAP CACAT WARPAGE DARI PRODUK INJECTION MOLDING PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata Satu pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu

steady/tunak ( 0 ) tidak dipengaruhi waktu unsteady/tidak tunak ( 0) dipengaruhi waktu Konduksi Tunak-Tak Tunak, Persamaan Fourier, Konduktivitas Termal, Sistem Konduksi-Konveksi dan Koefisien Perpindahan Kalor Menyeluruh Marina, 006773263, Kelompok Kalor dapat berpindah dari satu tempat

Lebih terperinci

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm

Gambar 3.1. Plastik LDPE ukuran 5x5 cm BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian 3.1.1 Waktu Penelitian Penelitian pirolisis dilakukan pada bulan Juli 2017. 3.1.2 Tempat Penelitian Pengujian pirolisis, viskositas, densitas,

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI digilib.uns.ac.id BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Tinjauan Pustaka Teknologi pengelasan las tahanan listrik mula-mula dikembangkan oleh Elihu Thompson pada akhir abad 19. Kini proses tersebut telah berkembang

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 7KG / MENIT UNTUK USAHA KECIL MENENGAH(SISTEM TRANSMISI)

RANCANG BANGUN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 7KG / MENIT UNTUK USAHA KECIL MENENGAH(SISTEM TRANSMISI) RANCANG BANGUN MESIN PEMIPIL JAGUNG DENGAN KAPASITAS PRODUKSI 7KG / MENIT UNTUK USAHA KECIL MENENGAH(SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna Memperoleh gelar Ahli Madya

Lebih terperinci

PEMBUATAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK LENGAN WHEEL LOADER (SILINDER LENGAN)

PEMBUATAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK LENGAN WHEEL LOADER (SILINDER LENGAN) PEMBUATAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK LENGAN WHEEL LOADER (SILINDER LENGAN) PROYEK AKHIR Diajukan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin Disusun

Lebih terperinci

ANALISA PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING PADA PENCETAKAN BOLA PLASTIK BERONGGA PROSES ROTATION MOLDING

ANALISA PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING PADA PENCETAKAN BOLA PLASTIK BERONGGA PROSES ROTATION MOLDING TUGAS AKHIR ANALISA PENGARUH VARIASI SUHU SINTERING PADA PENCETAKAN BOLA PLASTIK BERONGGA PROSES ROTATION MOLDING Diajukan Sebagai Syarat Menyelesaikan Program Studi Strata Satu Pada Jurusan Teknik Mesin

Lebih terperinci

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA

STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA TUGAS AKHIR STUDI EKSPERIMENTAL KOEFISIEN PERPINDAHAN KALOR MODEL WATER HEATER KAPASITAS 10 LITER DENGAN INJEKSI GELEMBUNG UDARA Disusun: SLAMET SURYADI NIM : D 200050181 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tahapan Persiapan Sebelum melakukan penelitian ada beberapa tahapan yang harus dilakukan diantaranya: 1. Studi pustaka mengenai mesin injeksi, metode DoE, material plastik,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II TINJAUAN LITERATUR BAB II TINJAUAN LITERATUR Motor bakar merupakan motor penggerak yang banyak digunakan untuk menggerakan kendaraan-kendaraan bermotor di jalan raya. Motor bakar adalah suatu mesin yang mengubah energi panas

Lebih terperinci

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut :

BAB III TEORI PERHITUNGAN. Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : BAB III TEORI PERHITUNGAN 3.1 Data data umum Data data ini diambil dari eskalator Line ( lampiran ) Adapun data data eskalator tersebut adalah sebagai berikut : 1. Tinggi 4 meter 2. Kapasitas 4500 orang/jam

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin

BAB III METODOLOGI Diagram Alur Produksi Mesin. Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin BAB III METODOLOGI 3.1. Diagram Alur Produksi Mesin Gambar 3.1 Alur Kerja Produksi Mesin 3.2. Cara Kerja Mesin Prinsip kerja mesin pencetak bakso secara umum yaitu terletak pada screw penekan adonan dan

Lebih terperinci

BAB 4 PEMBAHASAN. orang yang berumur tahun menempati peringkat paling tinggi yaitu sebesar

BAB 4 PEMBAHASAN. orang yang berumur tahun menempati peringkat paling tinggi yaitu sebesar BAB 4 PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Kuesioner 4.1.1 Data Kuesioner Bagian I Data usia responden yang menggunakan printer menunjukkan bahwa orang yang berumur 15-25 tahun menempati peringkat paling tinggi

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Motor BAB II DASAR TEORI 2.1 Konsep Perencanaan Sistem Transmisi Pada perancangan suatu kontruksi hendaknya mempunyai suatu konsep perencanaan. Untuk itu konsep perencanaan ini akan membahas dasar-dasar teori

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR

RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR RANCANG BANGUN MESIN PEMBUAT ES KRIM (BAGIAN SISTEM TRANSMISI) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh: MUH ARIES SETYAWAN NIM. I8113022 PROGRAM DIPLOMA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 70 tahun 2009 tentang konservasi energi.

BAB I PENDAHULUAN. peraturan pemerintah No. 70 tahun 2009 tentang konservasi energi. BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Sumber daya energi sangatlah penting, kelangkaan sumber daya energi dan cadangan sumber daya yang semakin terbatas membuat hampir seluruh dunia menjadikan permasalahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENGUJIAN

BAB III METODE PENGUJIAN BAB III METODE PENGUJIAN Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan dan pengaruh dari penggunaan Piston standard dan Piston Cavity pada mesin mobil mazda biante. Pengujian ini dilakukan untuk membandingkan

Lebih terperinci

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik

Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Jurnal Kompetensi Teknik Vol. 2, No.1, Novemberi 2010 65 Shrinkage pada Plastik Bushing dengan Variabel Temperatur Injeksi Plastik Toto Rusianto, Ellyawan, S.A. & Arif Rahmanto Jurusan Teknik Mesin, Institut

Lebih terperinci

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA TUGAS AKHIR PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA Disusun : JOKO BROTO WALUYO NIM : D.200.92.0069 NIRM : 04.6.106.03030.50130 JURUSAN TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

Lebih terperinci

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah.

FISIKA IPA SMA/MA 1 D Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. 1 D49 1. Suatu pipa diukur diameter dalamnya menggunakan jangka sorong diperlihatkan pada gambar di bawah. Hasil pengukuran adalah. A. 4,18 cm B. 4,13 cm C. 3,88 cm D. 3,81 cm E. 3,78 cm 2. Ayu melakukan

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN PENCACAH PLASTIK BEKAS KEMASAN

RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN PENCACAH PLASTIK BEKAS KEMASAN RANCANG BANGUN SISTEM TRANSMISI PADA MESIN PENCACAH PLASTIK BEKAS KEMASAN PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya Disusun oleh : RIDWAN YULIANTO I8109015 PROGRAM

Lebih terperinci

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL

PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL PERHITUNGAN DAYA DAN PENGUJIAN MESIN PENGEPRESS SANDAL Oleh : FIDYA GHANI PUTRA 08 030 06 DOSEN PEMBIMBING: Ir. Suhariyanto, MT. PROGRAM STUDI D3 TEKNIK MESIN FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI INSTITUT TEKNOLOGI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA

BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 31 BAB IV ANALISA PERBANDINGAN DAN PERHITUNGAN DAYA 4.1 MENGHITUNG PUTARAN POROS PISAU Dengan mengetahui putaran pada motor maka dapat ditentukan putaran pada pisau yang dapat diketahui dengan persamaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Bahan penelitian Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah material plastik berjenis polystyrene murni dan daur ulang. Sifat dari material plastik polystyrene yaitu

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK

BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK BAB III METODE PERANCANGAN DAN PABRIKASI PROTOTIPE PENGUPAS KULIT SINGKONG BERPENGGERAK MOTOR LISTRIK 3.1 Perancangan dan pabrikasi Perancangan dilakukan untuk menentukan desain prototype singkong. Perancangan

Lebih terperinci

BAB III METODE PERANCANGAN VDI 2222

BAB III METODE PERANCANGAN VDI 2222 BAB III METODE PERANCANGAN VDI 2222 3.1 Tahap - tahapan Dalam Proses Perancangan Bab ini berisi penjelasan tahapan perancangan Mesin Rough Maker Diameter Internal Pipa PP Ø600. Metode perancangan yang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran didapatkan, maka bisa dihitung dengan menggunakan persamaan. Q = m.c. T

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengukuran didapatkan, maka bisa dihitung dengan menggunakan persamaan. Q = m.c. T 36 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil pengukuran surya Cara pengukuran akan dilakukan dengan memanaskan air seberat 480 gram di atas pengumpul sinar. Suhu awal akan diukur terlebih dahulu dengan menggunakan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di laboratorium Energi dan Elektrifikasi Pertanian serta di dalam rumah tanaman yang berada di laboratorium Lapangan Leuwikopo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 PENDAHULUAN Proses ekstrusi dimulai dengan memasukan bahan baku, seperti pellet plastik dan serpihan plastik ke dalam hopper. Kemudian butiran plastik disampaikan maju dengan

Lebih terperinci

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST

PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PROSES PEMBUATAN PRODUK BERBAHAN PLASTIK DENGAN JENIS MATERIAL HDPE UNTUK TUTUP GALON AIR MINERAL DI PT. DYNAPLAST PENULISAN ILMIAH Nama : Dede Kurniadi NPM : 21410739 Program Studi : Teknik Mesin Pembimbing

Lebih terperinci

AKTUATOR AKTUATOR 02/10/2016. Rian Rahmanda Putra Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri

AKTUATOR AKTUATOR 02/10/2016. Rian Rahmanda Putra Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri AKTUATOR Rian Rahmanda Putra Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri AKTUATOR Istilah yang digunakan untuk mekanisme yang menggerakkan robot. Aktuator dapat berupa hidrolik, pneumatik dan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder)

PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder) PERANCANGAN ALAT PERAGA SISTEM HIDROLIK MINIATUR LENGAN ESKAVATOR (Boom Cylinder) PROYEK AKHIR Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md) Program Studi DIII Teknik Mesin

Lebih terperinci

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN

PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN PENGARUH PENGGUNAAN RADIATOR PADA SISTEM PENDINGIN MOTOR DIESEL STASIONER SATU SILINDER TERHADAP LAJU KENAIKAN SUHU AIR PENDINGIN Eko Surjadi Sfaf Pengajar, Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik,

Lebih terperinci

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger

Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Pengaruh Tebal Isolasi Thermal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger (Ekadewi Anggraini Handoyo Pengaruh Tebal Isolasi Termal Terhadap Efektivitas Plate Heat Exchanger Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen

Lebih terperinci

IV. PENDEKATAN DESAIN

IV. PENDEKATAN DESAIN IV. PENDEKATAN DESAIN A. Kriteria Desain Alat pengupas kulit ari kacang tanah ini dirancang untuk memudahkan pengupasan kulit ari kacang tanah. Seperti yang telah diketahui sebelumnya bahwa proses pengupasan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Berikut proses perancangan alat pencacah rumput gajah seperti terlihat pada diagram alir: Mulai Pengamatan dan Pengumpulan Perencanaan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengertian metodologi penelitian secara umum adalah metode yang menjelaskan bagaimana urutan suatu penelitian yang dilakukan, yaitu dengan menggunakan alat ukur dan lanngkah

Lebih terperinci

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM PERANCANGAN DAN PEMBUATAN MILL SHAFT ROLL SHELL UNTUK 4000 TCD (TON CANE PER DAY) PADA PABRIK GULA SEI SEMAYANG DENGAN PROSES PENGECORAN LOGAM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut :

Penggunaan sistem Pneumatik antara lain sebagai berikut : SISTEM PNEUMATIK SISTEM PNEUMATIK Pneumatik berasal dari bahasa Yunani yang berarti udara atau angin. Semua sistem yang menggunakan tenaga yang disimpan dalam bentuk udara yang dimampatkan untuk menghasilkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Singkat Alat Alat pembuat mie merupakan alat yang berfungsi menekan campuran tepung, telur dan bahan-bahan pembuatan mie yang telah dicampur menjadi adonan basah kemudian

Lebih terperinci

Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno

Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno Modifikasi Transmisi dan Final Gear pada Mobil Prototype Ronggo Jumeno Noorsakti Wahyudi Program Studi Mesin Otomotif Politeknik Negeri Madiun (PNM) Madiun, Indonesia ns.wyudi@yahoo.com Indah Puspitasari

Lebih terperinci