PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH. Oleh :
|
|
- Inge Verawati Jayadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 22 Media Bina Ilmiah PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN DI SEKOLAH Oleh : M u s l i h i n Widyaiswara BKD Lombok Barat dan Dosen Luar Biasa IAIN Mataram Abstract: The improvement of quality service in education can be reached by the optimalization of all components in school including by the empowerment of role and function of the school board. The school board as work partner of the principal has role as advisory agency, supporting, controlling, and mediator between the school with the parents and the society. The existences of the school board can help to improve quality, relevancy, and eficiency of education implementation through participation, transparancy, democratization, and accountability of education. Based on his role and function, the school board can be involved in formulating the school program, in making the school financial budgetting draft, education implementation, and education accountability. Kata Kunci : empowerment, school board, quality education PENDAHULUAN Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah (Depdiknas, 2002: 1). Pemerintah selama ini telah mengeluarkan biaya yang besar, tenaga yang banyak, dan waktu yang lama untuk meningkatkan mutu pendidikan, baik melalui penataran tenaga kependidikan, pengembangan kurikulum, perbaikan sarana dan prasarana pendidikan, dan sebagainya. Namun demikian, mutu pendidikan masih tetap kita rasakan sebagai tantangan. Tilaar (2001:xii) mengemukakan bahwa krisis pendidikan yang dihadapi bangsa Indonesia dewasa ini berkisar pada krisis manajemen. Manajemen pendidikan merupakan mobilisasi segala sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan pendidikan yang ditetapkan. Selanjutnya Enco Mulyasa (2003: 21) menyatakan bahwa manajemen pendidikan merupakan alternatif strategis untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Perbaikan manajemen pendidikan menurut Indra Djati Sidi (2002: 12), diarahkan untuk lebih memberdayakan sekolah menjadi lebih mandiri, kreatif, kompetitif, dan bertanggung jawab terhadap stakeholders khususnya orang tua dan masyarakat. Salah satu model manajemen pendidikan sesuai tuntutan reformasi dan demokratisasi yang sedang dikembangkan pemerintah adalah manajemen berbasis sekolah (MBS). Konsep MBS menawarkan kerja sama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masingmasing. Hal tersebut didasarkan atas keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada (Umaidi, 1999: 4). Manajemen berbasis sekolah merupakan satu usaha meningkatkan kinerja sekolah dalam meningkatkan kualitas pendidikan dengan memberi otonomi, fleksibilitas, dan partisipasi untuk mencapai sasaran mutu. Rutmini & Jiyono (1999: 78) menegaskan peningkatan mutu dapat diperoleh antara lain melalui partisipasi orang tua terhadap sekolah, fleksibilitas pengelolaan sekolah dan kelas, profesionalisme guru dan kepala sekolah, berlakunya insentif/disinsentif, dan lain-lain. Paradigma MBS (Ace Suryadi, 2003: 3) beranggapan bahwa satu-satunya jalan masuk yang terdekat menuju peningkatan mutu dan relevansi adalah demokratisasi, partisipasi dan akuntabilitas pendidikan. Keberhasilan MBS dapat ditentukan dengan meningkatnya partisipasi masyarakat, dengan mengakomodasi pandangan, aspirasi, dan menggali potensi masyarakat untuk menjamin demokratisasi, transparansi, dan akuntabilitas. Paradigma baru pengembangan pendidikan mengindikasikan adanya perubahan bentuk peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan. Suyanto (Republika, 15 Februari 2004) mengemukakan bahwa peranserta masyarakat diharapkan lebih bernuansa advokasi, mediasi, pemberdaya, dan demokratisasi. Penyaluran aspirasi dan kontribusi masyarakat yang beragam melalui institusi yang demokratis sebagaimana tertuang dalam UU No. 25 Tahun 2000 tentang Propenas , dan UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, di tingkat sekolah dinamakan Komite Sekolah dan di tingkat kabupaten/kota disebut Dewan Pendidikan.
2 Artikel Pendidikan 23 Komite sekolah merupakan badan mandiri yang mewadahi peranserta masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di tingkat sekolah. Anggota komite sekolah terdiri dari unsur orang tua siswa, masyarakat peduli pendidikan, siswa, guru, dan pemerintah setempat. Kehadiran Komite Sekolah pada satuan pendidikan akan menjadi mitra kerja kepala sekolah dalam usaha meningkatkan mutu, efisiensi, dan relevansi pengelolaan pendidikan. Peran yang harus dijalankan oleh Komite Sekolah adalah sebagai badan pertimbangan, pendukung, dan pengendali penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Selain itu juga dapat berperan sebagai mediator antara sekolah dengan masyarakat. Pembentukan komite sekolah pada satuan pendidikan telah diatur dalam Keputusan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 044/U/2002 tanggal 2 April 2002 tentang Pembentukan Dewan Pendidikan (DP) dan Komite Sekolah (KS). Tujuan pembentukan komite sekolah adalah: (a) mewadahi dan menyalurkan aspirasi dan prakarsa masyarakat dalam melahirkan keijakan operasional dan program pendidikan di satuan pendidikan; (b) meningkatkan tanggung jawab dan peranserta aktif dari seluruh lapisan masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan; (c) menciptakan suasana dan kondisi transparan, akuntabel, demokratis dalam penyelenggaraan dan pelayanan pendidikan yang bermutu di satuan pendidikan. Sekolah sebagai sistem penyelenggaraan pendidikan memiliki berbagai perangkat dan unsur yang saling berkaitan baik secara internal maupun eksternal. Dalam konteks pendidikan, sekolah memiliki stakeholders yang antara lain murid, guru, masyarakat, pemerintah, dunia usaha, dan sebagainya. Oleh karena itu, sekolah memerlukan manajemen yang akurat agar menghasilkan produk yang optimal sesuai dengan kebutuhan dan tuntutan stakeholders. Optimalisasi sumber-sumber daya yang berkenaan dengan pemberdayaan sekolah merupakan alternatif yang paling tepat untuk mewujudkan suatu sekolah yang mandiri dan memiliki keunggulan tinggi. Semua komponen yang ada di sekolah perlu diberdayakan dan diberikan otonomi dan tanggung jawab yang lebih besar dalam mengembangkan sekolah yang bermutu. Keberadaan komite sekolah pada setiap satuan pendidikan perlu lebih dioptimalkan dalam mendukung penyelenggaraan pendidikan untuk dapat meningkatkan layanan pendidikan yang berkualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Kehadiran komite sekolah dengan fungsi dan perannya diharapkan akan dapat menciptakan pendidikan yang lebih demokratis, partisipatif, dan akuntabel. Namun demikian, hal tersebut pada beberapa satuan pendidikan belum dapat dilaksanakan dengan baik. Hasil studi Ade Irawan, dkk (2004; 74) tentang studi kebijakan MBS di DKI Jakarta menggambarkan bahwa keberadaan peran dan fungsi komite sekolah masih menunjukkan adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan di lapangan. Sebagian anggota masyarakat belum pernah mendengar dan mengetahui keberadaan Komite Sekolah. Selanjutnya disebutkan pula banyak keluhan orang tua murid bahwa keberadaan komite sekolah bukan wakil mereka tapi mirip wakil pihak kepala sekolah, sehingga keberadaannya tidak jauh beda dengan BP3 yang hanya berfungsi menarik dana dari orang tua murid. Komite sekolah tidak saja bertugas memberikan sumbangan dana kepada sekolah, tetapi juga berperan secara lebih luas untuk ikut serta dalam penyelenggaraan pendidikan khususnya di sekolah. Bentuk peran sertanya adalah keikutsertaannya dalam merencanakan, menentukan kebijakan, mengendalikan, mengawasi, dan mengevaluasi apa yang terjadi di sekolah agar sekolah dapat menunjukkan akuntabilitasnya kepada stakeholder dan akan berpengaruh terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dengan kata lain komite sekolah dapat membantu sekolah dalam membuat program pembelajaran, menciptakan budaya belajar, membantu melakukan capacity building bagi terciptanya profesionalisme di sekolah. Meskipun demikian komite sekolah tidak boleh mencampuri urusan teknis manajerial sekolah, sehingga berubah menjadi kepala sekolah tandingan. Namun sebaliknya, ia harus mampu menjadi mediator dan partner sekolah dalam mencari berbagai dukungan masyarakat untuk mengembangkan sekolah ke arah yang lebih baik dari waktu ke waktu. Dengan begitu, lebih lanjut diharapkan akan berdampak terhadap peningkatan mutu pendidikan. Sehubungan dengan masalah tersebut di atas, maka menarik dan relevan untuk diteliti mengenai optimalisasi peran komite sekolah dalam peningkatan mutu pendidikan, terutama dalam hal penyelenggaraan pendidikan di sekolah. PENINGKATAN KUALITAS LAYANAN PENDIDIKAN Kata mutu atau kualitas memiliki banyak definisi yang berbeda dan bervariasi dari yang konvensional sampai yang lebih strategik. Definisi konvensional menggambarkan mutu sebagai karakteristik langsung dari suatu produk seperti: performansi (performance), keandalan (reliability), mudah dalam penggunaan (ease of use), estetika (esthetics), dan sebagainya. Definisi strategik menyatakan bahwa mutu adalah segala sesuatu yang mampu memenuhi keinginan atau kebutuhan pelanggan (meeting the needs of customer). Sejalan dengan itu, Depdiknas
3 24 Media Bina Ilmiah (2002: 7) memandang mutu pendidikan mencakup input, proses, dan output pendidikan. Input pendidikan sebagai segala sesuatu (berupa sumber daya, perangkat lunak, dan harapan) yang harus tersedia karena dibutuhkan untuk berlangsungnya proses. Proses pendidikan sebagai berubahnya sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Sesuatu yang berpengaruh terhadap berlangsungnya proses disebut input, sedang sesuatu dari hasil proses disebut output. Dalam pendidikan berskala mikro (tingkat sekolah), proses meliputi proses pengambilan keputusan, proses manajemen kelembagaan dan program, proses belajar mengajar, dan proses monitoring dan evaluasi. Output pendidikan sebagai kinerja sekolah. Kinerja sekolah adalah prestasi sekolah yang dihasilkan dari proses/perilaku sekolah yang diukur dari kualitasnya, efektivitasnya, produktivitasnya, efisiensinya, inovasinya, kualitas kehidupan kerjanya, dan moral kerjanya. Mutu pendidikan adalah karakteristik yang harus melekat pada sistem pendidikan itu sendiri. Kemampuan meningkatkan mutu harus dimiliki oleh sekolah sebagai suatu sistem tersendiri tanpa bergantung pada bantuan pihak luar termasuk pemerintah. Mutu pendidikan merupakan kemampuan manajemen dan teknis professional dari suatu sistem pendidikan (sekolah) dalam memanfaatkan faktor-faktor input agar dapat menghasilkan output yang setinggi-tingginya. Dengan demikian, usaha-usaha ke arah peningkatan mutu pendidikan diarahkan pada peningkatan kemampuan sekolah. Program peningkatan mutu pendidikan di sekolah menurut Depdikbud (1998: 180), dapat dilakukan dengan mengaplikasikan empat teknik, yaitu school review, benchmarking, quality assurance, dan quality control. 1). School review adalah suatu proses dimana seluruh komponen sekolah bekerja sama khususnya dengan orang tua dan tenaga professional (ahli) untuk mengevaluasi dan menilai efektivitas sekolah serta mutu lulusan. 2). Benchmarking yaitu suatu kegiatan untuk menetapkan target yang akan dicapai dalam suatu periode tertentu. Benchmarking dapat diaplikasikan untuk individu, kelompok ataupun lembaga. Langkah-langkah yang dilaksanakan adalah: (a) tentukan topik, (b) tentukan aspek/variable atau indikator, (c) tentukan standar, (d) bandingkan standar dengan kemampuan, (e) tentukan gap/kesenjangan yang terjadi, (f) rencanakan target untuk mencapai standar, (g) rumuskan cara-cara dan programprogram untuk mencapai target. 3). Quality assurance merupakan teknik untuk menentukan bahwa proses pendidikan telah berlangsung sebagaimana seharusnya. Dengan teknik ini akan dapat dideteksi adanya penyimpangan yang terjadi pada proses. Informasi yang akan dihasilkan dengan quality assurance dapat menjadi umpan balik bagi sekolah dan memberikan jaminan bagi orang tua bahwa sekolah senantiasa memberikan pelayanan terbaik bagi siswa. 4). Quality control merupakan suatu sistem untuk mendeteksi terjadinya penyimpangan kualitas output yang tidak sesuai dengan standar. Quality control memerlukan indikator kualitas yang jelas dan pasti, sehingga dapat ditentukan penyimpangan kualitas yang terjadi. Suyanto & Abbas (2001: ) mengemukakan bahwa secara umum prasyarat untuk menentukan prosedur dan metode kerja dalam peningkatan mutu pendidikan adalah; (1) memerlukan seorang pimpinan yang mengenali permasalahan dan memiliki motivasi menyelesaikan masalah tersebut; (2) kesiapan sumber daya manusia yang terlibat (termasuk guru, kepala sekolah, karyawan, siswa, dan orang tuanya); dan (3) tingkat pemahaman terhadap kondisi nyata dan tantangan ke depan (yang dihadapi oleh sekolah, masyarakat, bahkan negara sekalipun) di kalangan guru, siswa dan orang tuanya akan sangat mewarnai ketepatan strategi dalam meningkatkan mutu pendidikan. Peningkatan kualitas pendidikan di sekolah telah dilakukan dengan penerapan berbagai model manajemen. Salah satu model manajemen yang diadopsi dan diterapkan pada dunia pendidikan adalah Total Quality Management (TQM). TQM merupakan strategi dalam dunia bisnis untuk melakukan peningkatan kualitas terus menerus (continous improvement) dan berfokus pada pelanggan. Selain itu model manajemen untuk meningkatkan kualitas pendidikan yang terus dikembangkan di berbagai negara yaitu School- Based Management (SBM) yang dalam Bahasa Indonesia disebut Manajemen Berbasis Sekolah (MBS). Melalui MBS, sekolah diberikan otonomi dan keluwesan dalam mengelola semua sumber daya yang dimiliki untuk meningkatkan kinerja menuju peningkatan mutu pendidikan. Dalam rangka implementasi MBS di Indonesia, Depdiknas (2002: 12-21) memberikan rambu-rambu tentang karakteristik MBS yang memuat secara inklusif elemen-elemen sekolah efektif, yang dikategorikan dalam input, proses, dan output. Dalam penjelasanya dimulai dari output, proses dan input. 1). Output yang diharapkan: (1) prestasi akademik (academic achievement) seperti NEM, lombalomba, dan cara berpikir kritis, dan (2) prestasi
4 Artikel Pendidikan 25 non akademis (non-academic achievement) seperti keingintahuan yang tinggi, harga diri, kejujuran, kerja sama, dan sebagainya. 2). Proses yang diharapkan: (1) proses belajar mengajar yang efektivitasnya tinggi; (2) kepemimpinan kepala sekolah yang kuat; (3) lingkungan sekolah yang aman dan tertib; (4) pengelolaan tenaga kependidikan yang efektif; (5) memiliki budaya mutu; (6) memiliki teamwork yang kompak, cerdas, dan dinamis; (7) memiliki kewenangan (kemandirian); (8) partisipasi yang tinggi dari warga sekolah dan masyarakat; (9) memiliki keterbukaan (transparansi) manajemen; (10) memiliki kemauan untuk berubah (secara psikologis maupun fisik); (11) melakukan evaluasi dan perbaikan secara berkelanjutan; (12) responsif dan antisipatif terhadap kebutuhan; (13) memiliki komunikasi yang baik; (14) memiliki akuntbilitas; dan (15) memiliki kemampuan menjaga sustainabilitas. 3). Input pendidikan yang diharapkan: (1) memilliki kebijakan, tujuan, dan sasarn mutu yang jelas; (2) sumber daya tersedia dan siap; (3) staf yang kompeten dan berdedikasi tinggi; (4) memiliki harapan prestasi yang tinggi; (5) fokus pada pelanggan (khususnya siswa); dan (6) input manajemen yang memadai. PERAN DAN FUNGSI KOMITE SEKOLAH Komite sekolah merupakan penyederhanaan konsep masyarakat melalui perwakilan fungsi stakeholder dalam pendidikan. Komite Sekolah adalah badan mandiri yang mewadahi peranserta masyarakat dalam rangka meningkatkan mutu, pemerataan, dan efisiensi pengelolaan pendidikan di satuan pendidikan, baik pada pendidikan prasekolah, jalur pendidikan sekolah, maupun jalur pendidikan luar sekolah. Badan ini bersifat mandiri, tidak mempunyai hubungan hirarkis dengan lembaga pemerintahan. Pembentukan Komite Sekolah harus dilakukan secara transparan, akuntabel, dan demokratis. Transparan maksudnya bahwa komite sekolah harus dibentuk secara terbuka dan diketahui oleh masyarakat secara luas mulai dari tahap pembentukan panitia persiapan, proses sosialisasi oleh panitia persiapan, kriteria calon anggota, proses seleksi calon anggota, pengumuman calon anggota, proses pemilihan, dan penyampaian hasil pemilihan. Akuntabel artinya bahwa panitia persiapan hendaknya menyampaikan laporan pertangungjawaban kinerjanya maupun penggunaan dana kepanitiaan. Demokratis dimaksudkan dalam proses pemilihan anggota dan pengurus dilakukan dengan musyawarah mufakat. Jika dipandang perlu pemilihan anggota dan pengurus dapat dilakukan melalui pemungutan suara. Kepmendiknas No. 044/U/2002 menyebutkan bahwa peran yang dijalankan komite sekolah adalah sebagai berikut: (a) sebagai pemberi pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan di satuan pendidikan; (b) sebagai pendukung (supporting agency) baik yang berwujud finansial, pemikiran maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; (c) sebagai pengontrol (controlling agency) dalam rangka transparansi dan akuntabilitas penyelenggaraan dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan; dan (4) sebagai mediator antara pemerintah (eksekutif) dengan masyarakat di satuan pendidikan. Sesuai dengan Kepmendiknas Nomor 044/U/2002, untuk menjalankan perannya itu, komite sekolah memiliki fungsi sebagai berikut. 1) Mendorong tumbuhnya perhatian dan komitmen masyarakat terhadap penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 2) Melakukan kerja sama dengan masyarakat (perorangan / organisasi / dunia usaha / dunia industri) dan pemerintah berkenaan dengan penyelenggaraan pendidikan yang bermutu; 3) Menampung dan menganalisis aspirasi, ide, tuntutan, dan berbagai kebutuhan pendidikan yang diajukan oleh masyarakat; 4) Memberikan masukan, pertimbangan, dan rekomendasi kepada satuan pendidikan mengenai; kebijakan dan program pendidikan, Rencana Anggaran dan Pendapatan Sekolah (RAPBS), kriteria kinerja satuan pendidikan, kriteria tenaga kependidikan, kriteria fasilitas pendidikan, dan hal-hal lain yang terkait dengan pendidikan; 5) Mendorong orang tua dan masyarakat berpartisipasi dalam pendidikan guna mendukung peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan; 6) Menggalang dana masyarakat dalam rangka pembiayaan penyelenggaraan pendidikan di satuan pendidikan; dan 7) Melakukan evaluasi dan pengawasan terhadap kebijakan, program, penyelenggaraan, dan keluaran pendidikan di satuan pendidikan. STRATEGI PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH Peran dan fungsi Komite Sekolah tidak dapat dipisahkan dari pelaksanaan manajemen pendidikan di tingkat sekolah. Untuk dapat memberdayakan dan meningkatkan peran orang tua dan masyarakat, sekolah hendaknya dapat membina kerja sama
5 26 Media Bina Ilmiah dengan komite sekolah agar dapat menciptakan suasana yang kondusif dan menyenangkan bagi peserta didik dan warga sekolah. Untuk itu, komite sekolah (Indra Djati Sidi, 2001: 134) mesti melakukan berbagai upaya dalam bentuk mendayagunakan kemampuan yang ada pada orang tua, masyarakat dan lingkungan sekitarnya, termasuk LSM yang memiliki perhatian dan kepedulian pada bidang pendidikan. 1. Penyusunan rencana dan program Kebijakan pendidikan nasional (makro) harus dijabarkan menjadi program operasional di masingmasing satuan pendidikan (mikro). Programprogram tersebut antara lain berupa program mingguan, bulanan, semesteran, serta program tahunan. Komite sekolah dapat berfungsi sebagai pendamping bahkan penyeimbang bagi sekolah, sehingga setiap rencana dan program yang disusun oleh sekolah dapat diberikan masukan yang sesuai dengan aspirasi masyarakat yang diwakili oleh komite sekolah dimaksud. Atas nama masyarakat yang diwakilinya, komite sekolah dapat menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap rencana dan program pendidikan yang disusun oleh sekolah. Selain melaksanakan kurikulum standar, sekolah dapat juga menyusun program pendidikan life skills yang sesuai dengan keadaan dan kebutuhan pada masyarakat sekitar. Dalam hal ini, komite sekolah dapat membantu sekolah untuk mengumpulkan fakta-fakta mengenai kebutuhan serta potensi sumber daya yang tersedia dalam masyarakat untuk diterjemahkan ke dalam program pendidikan. Mekanisme yang mungkin dapat dilakukan adalah melalui rapat komite sekolah dengan sekolah yang dilaksanakan setiap semester atau tahunan, untuk menyusun, memperbaiki serta menyesuaikan rencana dan program untuk semester berikutnya. 2. Penyusunan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Sekolah (RAPBS). Sebagai pelaksana pendidikan yang otonom, sekolah menyusun rencana anggaran belanja setiap akhir tahun ajaran untuk digunakan dalam tahun ajaran berikutnya. Dari sisi pendapatan dan belanja sekolah harus diketahui bersama baik oleh pihak sekolah (kepala sekolah, guru, pegawai, serta para siswa) maupun komite sekolah sebagai wakil stakeholder pendidikan. Kedua sisi anggaran tersebut dituangkan ke dalam satu neraca tahunan sekolah (RAPBS) yang disyahkan atas persetujuan pihak sekolah dan komite sekolah. Mekanisme ini diperlukan untuk memperkecil penyalahgunaan keuangan baik dalam pendapatan maupun dalam pengeluaran sekolah. 3. Pelaksanaan program pendidikan Sistem pelaksanaan pendidikan pada masa orde baru, dikendalikan oleh sistem birokrasi dengan mata rantai yang panjang dari tingkat pusat, daerah sampai tingkat satuan pendidikan dan dilalkukan secara uniform (one fits for all). Dalam masa desentralisasi pendidikan, melalui paradigma MBS sekolah diberikan kesempatan seluas-luasnya untuk mengurus dan mengatur pelaksanaan pendidikan. Komite sekolah dapat melakukan peran dan fungsinya sebagai penunjang dan menjadi partner kepala sekolah dalam mengadakan sumber daya pendidikan dalam rangka melaksanakan pengelolaan pendidikan yang dapat memberikan fasilitasi bagi guru-guru dan murid untuk belajar sebanyak mungkin, sehingga pembelajaran menjadi semakin efektif. Komite sekolah bisa ikut serta meneliti berbagai permasalahan belajar yang dihadapi siswa secara kelompok maupun individual sehingga dapat membantu guru-guru menerapkan pendekatan belajar yang tepat bagi muridnya. 4. Akuntabilitas pendidikan Dalam masa orde baru, satu-satunya pihak yang berwenang meminta pertanggungjawaban pendidikan ke sekolah-sekolah adalah pemerintah pusat melalui badan pemeriksa, pengawas, dan penilik sekolah. Dalam era demokrasi dan otonomi, akuntabilitas pendidikan tidak hanya terletak pada pemerintah, namun bahkan lebih banyak pada masyarakat selaku stakeholder. Komite sekolah perlu menempatkan fungsinya sebagai wakil masyarakat untuk meminta pertanggungjawaban atas hasil-hasil pendidikan dalam mencapai prestasi belajar murid. Komite sekolah dapat menyampaikan ketidakpuasan para orang tua murid akan rendahnya prestasi yang dicapai oleh sekolah. PENUTUP Komite sekolah merupakan institusi yang dimunculkan untuk menampung dan menyalurkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Komite sekolah berperan sebagai: (1) Badan pertimbangan (advisory agency) dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan di sekolah; (2) Badan pendukung (supporting agency) baik berupa finansial, pemikiran, maupun tenaga dalam penyelenggaraan pendidikan; (3) Badan pengontrol (controlling agency) dalam transparansi dan akuntabilitas proses dan keluaran pendidikan; dan (4) Badan Penghubung (mediator agency) antara pihak sekolah dengan masyarakat dan pemerintah. Layanan pendidikan bermutu bagi siswa di sekolah merupakan tanggung jawab bersama antara pihak sekolah, keluarga, dan masyarakat. Kepala sekolah dan semua warga sekolah hendaknya mampu memberikan layanan yang sesuai dengan harapan peserta didik. Komite sekolah selaku representasi orang tua dan masyarakat juga turut
6 Artikel Pendidikan 27 mengemban tugas dan tanggung jawab yang sama terhadap keberlangsungan penyelenggaraan pendidikan di sekolah. Optimalisasi peran komite sekolah dapat dilakukan melalui pelibatannya dalam hal penyusunan rencana dan program sekolah, penyelenggaraan proses pendidikan, dan akuntabilitas pendidikan di sekolah. Kemitraan antara komite sekolah dengan kepala sekolah berpedoman pada prinsip komite sekolah. Komite sekolah: (a) adalah partner kerja kepala sekolah dan bersama-sama bertanggung jawab terhadap kelancaran penyelenggaraan pendidikan di sekolah, (b) merupakan mediator yang menghubungkan pihak sekolah dengan orang tua siswa dan masyarakat serta dengan pemerintah, sehingga segala sesuatu yang akan diprogramkan akan mudah disampaikan dan diterima oleh masyarakat, dan (c) lebih dekat dengan masyarakat dan lebih banyak mengetahui keinginan dan harapan masyarakat terhadap sekolah serta akan mempettanggungjawabkan program kepada masyarakat. DAFTAR PUSTAKA Ace Suryadi, & Tilaar, H.A.R. (1993). Analisis kebijakan pendidikan: suatu pengantar. Bandung : Remaja Rosdakarya. Depdiknas. (2002a). Panduan umum dewan pendidikan dan komite sekolah. Jakarta : Dirjen Dikdasmen (2003). Indikator kinerja dewan pendidikan dan komite sekolah. Jakarta : proyek Publikasi dan Sosialisasi Pendidikan. Indra Djati Sidi. (2001). Menuju masyarakat belajar; menggagas paradigma baru pendidikan. Jakarta : Logos. Nanang Fattah & Mohammad Ali. (2003). Materi pokok manajemen berbasis sekolah; 1-9; PGSD4408. Jakarta : Universitas Terbuka Rumtini & Jiyono. (Juni 1999). Manajemen berbasis sekolah: konsep dan kemungkinan strategi pelaksanaannya di Indonesia. Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan, Tahun Ke-5 Nomor 017. Jakarta :Balitbang Dikbud. Hal Sashkin, M., & Kiser, K.J. (1993). Putting total quality management to work: what TQM means, how to use it, & how to sustain it over the long run. San Francisco : Berrett-Koehler Publishers. Suyanto. (15 Pebruari 2004). Dewan pendidikan dalam sistem pendidikan nasional. Republika, h. 8. Suyanto & Abbas. (2001). Wajah dan dinamika pendidikan anak bangsa. Yogyakarta : Adicita Karya Nusa. Tilaar, H.A.R. (2001). Manajemen pendidikan nasional : kajian pendidikan masa depan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Windham, D.M. (1990). Improving the efficiency of educational systems: indicators of educational effectiveness and efficiency. New York : USAID. Undang-undang RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem pendidikan nasional (Sisdiknas), edisi lengkap. Jakarta : Tamita Utama.
UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS
UNJUK KERJA KOMITE SEKOLAH DI SMA NEGERI 3 SEMARANG TESIS Diajukan Kepada Program Studi Magister Manajeman Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan nasional saat ini sedang mengalami berbagai perubahan yang cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan Undang- undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, telah membawa nuansa pembaharuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan terwujud dengan baik apabila didukung secara optimal oleh pola. upaya peningkatan pola manajerial sekolah.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Peningkatan mutu pendidikan melalui kemandirian dan inisiatif sekolah dalam mengelola dan memberdayakan sumber daya yang tersedia akan terwujud dengan baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa pendidikan juga merupakan cara yang efektif sebagai proses nation and
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan telah diyakini sebagai salah satu aspek pembangunan bangsa yang sangat penting untuk mewujudkan warga Negara yang handal profesional dan berdaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa pemerintah daerah, yang mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era persaingan global, Indonesia memerlukan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, sehat, jujur, berakhlak mulia, berkarakter, dan memiliki kepedulian sosial
Lebih terperinciMENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN
Mengenal Komite Sekolah dan Peranannya dalam Pendidikan {133 MENGENAL KOMITE SEKOLAH DAN PERANANNYA DALAM PENDIDIKAN Rahmat Saputra Tenaga pengajar STAI Teungku Dirundeng Meulaboh Abstract The school committee
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keinginan pemerintah dan kebutuhan masyarakat. Paradigma baru manajemen
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Proses reformasi yang sedang bergulir, membawa perubahan yang sangat mendasar pada tatanan pemerintah Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dikeluarkannya UU No 22 tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manfaat penelitian secara teoritik dan praktis, serta penegasan istilah.
BAB I PENDAHULUAN Bab ini menjelaskan secara detail latar belakang dan alasan pemilihan judul tesis, rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian secara teoritik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang memberi keleluasaan kepada sekolah untuk mengatur dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pentingnya peningkatan kualitas pendidikan sebagai prasyarat mempercepat terwujudnya suatu masyarakat yang demokratis, pendidikan yang berkualitas tidak hanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Banyak faktor yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan, salah satunya adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mutu pendidikan berkaitan erat dengan proses pendidikan. Tanpa proses pelayanan pendidikan yang bermutu tidak mungkin diperoleh produk layanan yang bermutu. Banyak
Lebih terperinciKEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : 1. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Lebih terperinciPilihlah satu jawaban yang paling tepat
Naskah Soal Ujian Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Petunjuk: Naskah soal terdiri atas 7 halaman. Anda tidak diperkenankan membuka buku / catatan dan membawa kalkulator (karena soal yang diberikan tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada era desentralisasi, pendidikan ini ditekankan pada kebijakan setiap sekolah untuk mengatur rumah tangganya sendiri. Hal ini dapat dikatakan sebagai implementasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. desentralisasi kewenangan ke tingkat sekolah.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyelenggaraan pendidikan dalam otonomi daerah mengalami perubahan yang signifikan. Hal ini tercermin dalam pola pengelolaan sekolah yang dikenal dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan otonomi daerah harus diartikan sebagai upaya pemberdayaan daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dalam segala bidang
Lebih terperinciMANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA
MANAJEMEN PENDIDIKAN DASAR MENURUT PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DI INDONESIA Al Darmono Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ngawi Abstrak Menurut perundang-undangan, pendidikan dasar merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan faktor yang secara signifikan mampu meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), oleh karena itu pembangunan pendidikan memerlukan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) 2.1.1. Pengertian MBS Dalam era otonomi daerah, persoalan pemerataan dan peningkatan mutu pendidikan memerlukan adanya perbaikan dan reorientasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat dibidang peningkatan mutu pendidikan sangat diperlukan tertutama
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Partisipasi masyarakat dalam pembangunan pada umumnya dimulai dari tahapan perencanaan, proses pelaksanaan sampai dengan evaluasi pelaksanaan, partisipasi masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tatanan kehidupan masyarakat yang semrawut merupakan akibat dari sistem perekonomian yang tidak kuat, telah mengantarkan masyarakat bangsa pada krisis yang berkepanjangan.
Lebih terperinciWALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA
WALIKOTA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN KOMITE SEKOLAH WALIKOTA YOGYAKARTA Menimbang : a. bahwa berdasarkan Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pemerintahan dari sentralisasi ke desentralisasi membuka peluang masyarakat untuk dapat meningkatkan peran sertanya dalam pengelolaan pendidikan
Lebih terperinciBab I Pendahuluan. A. Latar Belakang
A. Latar Belakang Bab I Pendahuluan Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan berhubungan dengan proses penyelenggaraan pendidikan, sumber daya manusia
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Deskripsi Teoritis 1. Tinjauan Tentang Kualitas Pendidikan Setiap negara diseluruh dunia begitu menekankan pentingnya kualitas pendidikan. Salah satu langkah konkret untuk meningkatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah
1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Reformasi yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 berdampak ke hampir seluruh aspek kehidupan bangsa. Salah satu dampak dari adanya reformasi adalah perubahan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah adalah sebuah aktifitas besar yang di dalamnya ada empat komponen yang saling berkaitan. Empat komponen yang di maksud adalah Staf Tata laksana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang mengutamakan perluasan pengetahuan. Diharapkan pendidikan dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan penyempurnaan pendidikan di Indonesia terus diupayakan. Pendidikan pada umumnya merupakan pendidikan dasar dan menengah yang mengutamakan perluasan
Lebih terperinciMENTERI PENDIDIKAN NASIONAL
KEPUTUSAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 044/U/2002 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH NOMOR 044/U/2002 MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai tujuan pendidikan
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
BAB VI KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 6.1 Kesimpulan 1. Peran dan fungsi komite sekolah dalam peningkatan mutu sekolah merupakan faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan
Lebih terperinciPENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ERA GLOBALISASI. Paningkat Siburian. Abstrak
30 PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ERA GLOBALISASI Paningkat Siburian Abstrak Manajemen Berbasis Sekolah adalah suatu model pengelolaan sekolah yang memberdayakan semua pihak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan, serta efisiensi manajemen pendidikan dalam menghadapi tuntutan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sistem pendidikan nasional Indonesia dimaksudkan untuk menjamin pemerataan kesempatan pendidikan, meningkatkan mutu dan relevansi pendidikan, serta efisiensi manajemen
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. investasi. Dengan demikian nilai modal ( human capital ) suatu bangsa tidak hanya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu bentuk investasi sumber daya manusia ( SDM ) yang lebih penting dari investasi modal fisik. Pendidikan memberikan sumbangan yang amat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas SDM. Peningkatan kualitas SDM melalui pendidikan telah
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar
Lebih terperinciPERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014
PERAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENINGKATAN MUTU PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SEKOLAH DASAR AL FALAAH SIMO BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2013/2014 I T A S M U H A M M A D I V E R S U N I YA H S U R A K A R T A NASKAH
Lebih terperinciPARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN
PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN KEGIATAN EKSTRAKURIKULER DI SD NEGERI SE-KECAMATAN MUNTILAN THE PARTICIPATION OF SCHOOL BOARD IN CONDUCTING EXTRA CURRICULAR ACTIVITIES IN MOST OF STATE
Lebih terperinciBUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
BUPATI SUKOHARJO PERATURAN BUPATI SUKOHARJO NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SUKOHARJO, Menimbang : a. bahwa dalam upaya peningkatan
Lebih terperinciPERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF
PERAN SERTA MASYARAKAT/ STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2010 Latar Belakang l Lahirnya pendidikan inklusif sejalan
Lebih terperinciHAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM)
HAKIKAT MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) 1 (School Based Management/SBM) Oleh: Setya Raharja 2 Rasional dan Konsep Dasar MBS Manajemen berbasis sekolah (MBS) secara umum dimaknai sebagai desentralisasi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri.
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap kemajuan suatu bangsa dan merupakan wahana dalam menerjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana
Lebih terperinciMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. OLEH: ASEP SURYANA,M.Pd.
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH OLEH: ASEP SURYANA,M.Pd. Skema pendidikan Tumbuh dan berkembang Fisik Psikis Sosial Religi ESSQ Manusia Indonesia Seutuhnya Pendidikan Jalur, Jenis, Jenjang Orang Tua Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Salah satu upaya untuk meningkatkan peluang berpartisipasi tersebut
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan paradigma pemerintah dari sentralisasi ke desentralisasi telah membuka peluang masyarakat untuk meningkatkan peran sertanya dalam mengelola pendidikan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nasional (PROPENAS) Tahun Dalam BAB VII PROPENAS. ini memuat tentang Pembangunan Pendidikan, dimana salah satu arah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hubungan kemitraan antara pihak Sekolah dengan Orang Tua peserta didik, mula-mula tergabung dalam wadah yang diberi nama Persatuan Orang Tua Murid dan Guru
Lebih terperinciBUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG
BUPATI SIDOARJO PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 43 TAHUN 2012 TENTANG PELAKSANAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) PADA SATUAN PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SIDOARJO,
Lebih terperinciB A B I PENDAHULUAN. Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku
1 B A B I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang berlaku mulai tahun 2001, berusaha
Lebih terperinciManajemen Mutu Pendidikan
Manajemen Mutu Pendidikan Pengertian Mutu Kata Mutu berasal dari bahasa inggris, Quality yang berarti kualitas. Dengan hal ini, mutu berarti merupakan sebuah hal yang berhubungan dengan gairah dan harga
Lebih terperinciRINGKASAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN TATA KELOLA DAN AKUNTABILITAS PENDIDIKAN DASAR DI SULAWESI SELATAN
RINGKASAN PEMBERDAYAAN KOMITE SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN TATA KELOLA DAN AKUNTABILITAS PENDIDIKAN DASAR DI SULAWESI SELATAN Oleh: Darwing Paduppai, Suradi, & Sabri I. PERMASALAHAN PENELITIAN Komite sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sekolah,perguruan,lembaga diklat, dalam masyarakat serta berbagai satuan lingku
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan berkenaan dengan peningkatan kualitas manusia, pengembangan potensi, kecakapan dan karakteristik generasi muda kearah yang diharapkan
Lebih terperinciPERUMUSAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh : Suyanto SMK 2 Wonosobo. Faktor keberhasilan pendidikan di SMK yang dapat dilihat secara umum
PERUMUSAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh : Suyanto SMK 2 Wonosobo A. Pendaluluan Faktor keberhasilan pendidikan di SMK yang dapat dilihat secara umum adalah: 1. Terserapnya tamatan di dunia kerja sesuai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan memegang peranan yang sangat penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia dan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan peningkatan kualitas
Lebih terperinciMEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN. Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd
MEMBERDAYAKAN KOMITE SEKOLAH UNTUK MENINGKATKAN MUTU LAYANAN PENDIDIKAN Oleh : Alpres Tjuana, S.Pd., M.Pd Pendahuluan Govinda (2000) dalam laporan penelitiannya School Autonomy and Efficiency Some Critical
Lebih terperinciProf. Dr. H. D. Budimansyah, M.Si.
FUNGSI DEWAN PENDIDIKAN DAN KOMITE SEKOLAH DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Disampaikan pada Workshop Bantuan Sosial Komite Sekolah Angkatan II Tanggal 12 Juni 2012 Oleh Prof. Dr. H. D. Budimansyah, M.Si.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pada tahun 2003, Pemerintah Indonesia mulai memberlakukan desentralisasi tata kelola sistem pendidikan dasar dan menengah sebagai bagian dari pengalihan tanggung
Lebih terperinciBAB II TELAAH PUSTAKA
BAB II TELAAH PUSTAKA 2.1 Manajemen Pendidikan Departemen Pendidikan Nasional (2001), mendiskripsikan bahwa dalam paradigma baru manajemen manajemen pendidikan menegaskan fungsi-fungsi pendidikan yang
Lebih terperinciMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH. Cicih Sutarsih, M.Pd
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Bahan Diklat Teknis Manajemen Kepala Sekolah SMP di Lingkungan Provinsi Jawa Barat Oleh: Cicih Sutarsih, M.Pd UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Desember 2006 KONSEP DASAR MANAJEMEN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang mudah, karena sumber daya manusia yang berkualitas bukan hanya dilihat dari penguasaannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pusat, pemerintah daerah, dan masyarakat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan semata-mata bukan hanya tanggungjawab pemerintah pusat tetapi pemerintah daerah dan masyarakat, begitu juga dalam hal pembiayaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara hakiki pambangunan pendidikan merupakan bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan manusia. Upaya-upaya pembangunan di bidang pendidikan, pada dasarnya diarahkan
Lebih terperinci1. Pendahuluan June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari. Sunardi
2017 June, Volume 1 Number 1 Efektivitas Kinerja Komite Sekolah di SMP Negeri 1 Banjarsari Sunardi Program Studi Magister Administrasi Pendidikan, Program Pascasarjana, Universitas Galuh. Jl. R.E Martadinata
Lebih terperinciSEJARAH MBS DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA
SEJARAH MBS DAN PENERAPANNYA DI INDONESIA Disampaikan pada Seminar Nasional di Cianjur Pada Tanggal 21 Mei 2009 Oleh : Asep Suryana, M.Pd. UNIERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA 2009 A. Pendahuluan Secara teoritis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia. Pendidikan yang bermutu akan diperoleh pada sekolah yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dalam upaya peningkatan sumber daya manusia (SDM), pendidikan memiliki peranan yang cukup menonjol. Oleh karena itu sangat penting bagi pembangunan nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu komponen untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah adanya partisipasi masyarakat di dalam penyelenggaraan pendidikan, mulai dari pendidikan dasar
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mutu Pendidikan Penyelenggaraan layanan belajar bagi peserta didik biasanya dikaji dalam konteks mutu pendidikan yang erat hubungannya dengan kajian kualitas manajemen dan sekolah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang merupakan tempat dimana proses pendidikan dilakukan, mempunyai sistem yang dinamis dan kompleks. Kegiatan sekolah bukan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PADANG
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT DI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 PADANG Dita Novelina Risno Jurusan Administrasi Ilmu Pendidikan FIP UNP Abstract This research
Lebih terperinciStrategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi
Strategi Pengembangan Sekolah Efektif untuk Implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi Tjondro Indrasutanto Abstrak. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi oleh bangsa Indonesia adalah rendahnya
Lebih terperinciMATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd
MATERI KULIAH MANAGEMEN BERBASIS SEKOLAH By: Estuhono, S.Pd, M.Pd Manajemen Berbasis Sekolah (MBS) Estuhono, S.Pd, M.Pd Latar Belakang Muncul MBS 1. UU Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Dampak diberlakukannya Undang Undang tentang otonomi daerah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahirnya kebijakan pemerintah dengan kehadiran UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Otonomi Daerah telah membawa dampak yang cukup besar dalam berbagai aspek pemerintahan
Lebih terperinciMASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF
PERAN SERTA Click to edit Master subtitle style MASYARAKAT/STAKE HOLDERS DALAM IMPLEMENTASI PENDIDIKAN INKLUSIF Oleh: Ahmad Nawawi JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FIP UPI BANDUNG 2010 Latar Belakang Lahirnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rizqi Syaroh Amaliyah, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kebijakan desentralisasi pendidikan yang mengacu pada undang-undang No. 32 dan 33 tahun 2004 dimana terdapat prinsip-prinsip baru dalam pengelolaan pendidikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Subyek Penelitian Subyek penelitian terdiri dari 25 orang yang diambil dari pengurus komite sekolah dari 3 SMP Negeri yang ada di Kecamatan Musuk, Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas sumber daya manusia. Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perbaikan kualitas pendidikan merupakan salah satu upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia. Pendidikan sebagai salah satu aspek dalam penentuan human development
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini terjadi perubahan dalam sistem pengelolaan sekolah, termasuk Sekolah Dasar. Sejak diberlakukannya otonomi daerah, terjadi desentralisasi pendidikan,
Lebih terperinciMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH Oleh: Hamid Abstrak: Sejak tahun 1998 sampai sekarang, era reformasi telah membawa perubahan mendasar dalam berbagai segi kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia termasuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai dimensi dalam kehidupan mulai dari politik, sosial, budaya, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan terus menjadi topik yang diperbincangkan oleh banyak pihak. Pendidikan seperti magnet yang sangat kuat karena dapat menarik berbagai dimensi dalam
Lebih terperinciMANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DAN RELEVANSINYA DI ERA PENDIDIKAN MASA KINI. DR. H. Ma mur Sutisna WD, M.M.Pd Dosen FKIP Universitas Subang ABSTRAK
MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (MBS) DAN RELEVANSINYA DI ERA PENDIDIKAN MASA KINI DR. H. Ma mur Sutisna WD, M.M.Pd Dosen FKIP Universitas Subang ABSTRAK Banyak masalah yang dihadapi dalam dunia pendidikan
Lebih terperinciIMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (SCHOOL- BASED MANAGEMENT) DALAM RANGKA DESENTRALISASI PENDIDIKAN
IMPLEMENTASI MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH (SCHOOL- BASED MANAGEMENT) DALAM RANGKA DESENTRALISASI PENDIDIKAN Oleh Wahyudi (IP, FKIP, Universitas Tanjungpura, Pontianak) Abstrak: Otonomi daerah membawa konsekuensi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya pendidikan tergantung pada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan suatu aspek yang berperan penting dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sesuai dengan tuntutan zaman yang semakin berkembang. Berhasilnya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setelah diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara
Lebih terperinciWALIKOTA TASIKMALAYA
WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pendidikan di sekolah yakni: input, proses, dan out put (Rivai dan Murni, 2009).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penyelenggaraan pendidikan di sekolah adalah salah satu bentuk penyelenggaraan pendidikan formal yang terstruktur dan membentuk sebuah sistem yang saling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesadaran tentang pentingnya pendidikan yang dapat memberikan harapan dan kemungkinan yang lebih baik di masa mendatang, telah mendorong berbagai upaya dan
Lebih terperinciKISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH
Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu permasalahan pendidikan di Indonesia adalah kualitas pendidikan. Kualitas pendidikan berhubungan dengan proses penyelenggaraan pendidikan, sumber daya manusia
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. sekolah, pembentukan komite sekolah, peran komite sekolah, fungsi komite
BAB II KAJIAN PUSTAKA Pada bagian ini diuraikan beberapa konsep mengenai pengertian komite sekolah, pembentukan komite sekolah, peran komite sekolah, fungsi komite sekolah, dan landasan komite sekolah.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah. Kepmendiknas tersebut telah. operasional Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah..
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah lahir sebagai amanat Undang- Undang Nomor 25 Tahun 2000 tentang Program Pembangunan Nasional (Propenas) 2000 2004. Amanat rakyat
Lebih terperinciBUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR
BUPATI ALOR PERATURAN BUPATI ALOR NOMOR 17 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN MANAJEMEN BERBASIS SEKOLAH PADA JENJANG PENDIDIKAN DASAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI ALOR, Menimbang : a. bahwa
Lebih terperinciPeran dan Fungsi Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan
Peran dan Fungsi Komite Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan M. Misbah *) *) Penulis adalah Magister Agama (M.Ag.), dosen di Jurusan Pendidikan (Tarbiyah) STAIN Purwokerto. Abstract: Indonesian government
Lebih terperinciKISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH
Manajerial Menyusun perencanaan untuk berbagai tingkatan perencanaan Memimpin dalam rangka pendayagunaan sumber daya secara optimal Menciptakan budaya dan iklim yang kondusif dan inovatif bagi pembelajaran
Lebih terperinciPENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH
PENINGKATAN EFEKTIVITAS SEKOLAH ( Studi pada SD Negeri Sobokerto 1 dan MI Al-Islam Ngesrep 1 ) TESIS Oleh : Nama : Retnaning Winastuti NIM : Q.100030109 Program Studi : Magister Manajemen Pendidikan Konsentrasi
Lebih terperinciHUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG
HUBUNGAN ANTARA PARTISIPASI KOMITE SEKOLAH DENGAN PEMENUHAN STANDAR PELAYANAN MINIMAL SEKOLAH DASAR DI KECAMATAN KEPANJEN KABUPATEN MALANG Relationship Between Participation of School Committee with Fulfillment
Lebih terperinciLEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 10 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 7 TAHUN 2013 TENTANG PERAN MASYARAKAT DALAM BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia saat ini tidak terlepas dari masalah dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan persoalan yang paling mendasar yang dihadapi dunia
Lebih terperinciII TINJAUAN TEORETIS
( Word to PDF Converter - Unregistered ) http://www.word-to-pdf-converter.netbab II TINJAUAN TEORETIS A. Hakekat Komite Madrasah 1. Pengertian Komite Madrasah Komite Madrasah merupakan lembaga independent
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era reformasi yang sedang berjalan atau bahkan sudah memasuki pasca reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan, politik, moneter, pertahanan
Lebih terperinci