BAB IX PEMBANGUNAN DAERAH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IX PEMBANGUNAN DAERAH"

Transkripsi

1 BAB IX PEMBANGUNAN DAERAH A. UMUM Tuntutan politik yang telah melahirkan UU No. 22 Tahun 1999 dan UU No. 25 Tahun 1999 serta berbagai produk peraturan perundang-undangan pendukungnya memberikan peluang bagi pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah yang luas, nyata, dan bertanggung jawab. Namun dalam pelaksanaanya masih terdapat beberapa masalah pada pengembangan kapasitas daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan, pengembangan ekonomi wilayah, pemberdayaan masyarakat, dan penanganan daerah khusus seperti: D.I. Aceh, Irian Jaya, Maluku dan Maluku Utara. Dalam pelaksanaan pengembangan otonomi daerah masih dijumpai beberapa permasalahan, antara lain: terbatasnya kemampuan aparatur pemerintah daerah; belum efektifnya unit-unit organisasi pemerintah daerah; belum memadainya perangkat peraturan perundangan-undangan; masih adanya kesenjangan pemahaman tugas dan kewenangan antara sebagian anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dengan pemerintah daerah, dan belum berkembangnya mekanisme partisipasi lembaga dan organisasi masyarakat. Sementara itu, hasil-hasil yang telah dicapai sampai dengan awal tahun 2001 meliputi antara lain: (1) tersusunnya fungsi dan tingkat kewenangan pemerintahan menurut daerah dan sektor; (2) terbentuknya sistem kelembagaan yang mampu menjalankan kewenangan tersebut secara efektif dan efisien; (3) teralokasikannya sumber daya pembiayaan, personil, dan peralatan; dan (4) tersusunnya peraturan perundangan sebagai tindak lanjut dari UU No. 22/1999 dan UU No. 25/1999. Sasaran program pengembangan otonomi daerah yang hendak dicapai pada tahun 2002 meliputi: (1) tersedianya jumlah SDM aparatur yang berkualitas dan professional; (2) terjalinnya hubungan yang harmonis antar lembaga pemerintahan baik secara vertikal maupun horizontal; (3) meningkatnya kemampuan DPRD dalam melakukan analisa kebijakan dan komunikasi politik; (4) berkembangnya mekanisme pembiayaan dan akuntansi, pengelolaan keuangan yang transparan dan bertanggungjawab. Di samping itu, sesuai dengan Tap MPR No. IV/MPR/2000, pemerintah telah melakukan inisiatif untuk mencermati lebih lanjut hal-hal yang sifatnya krusial, misalnya yang menyangkut aspek kewenangan. Hasil pencermatan tersebut menjadi bahan masukan bagi penyempurnaan atau revisi atas UU No. 22/1999. Konsep penyempurnaan atau revisi dimaksud, diperkirakan dapat disampaikan kepada Dewan Perwakilan Rakyat pada akhir tahun Sementara itu, penyusunan berbagai peraturan perundang-undangan sebagai penjabaran lebih lanjut dari UU No. 22/1999 tetap dilaksanakan. Dalam pengembangan wilayah permasalahan yang dihadapi adalah: (1) terbatasnyadan ketidakterpaduannya penyediaan jaringan prasarana dan sarana; (2) masih adanya berbagai kesenjangan antardaerah dan antara desa dan kota; (3) IX-1

2 ketidakterpaduan antarsektor dalam pembangunan wilayah; (4) terbatasnya ketersediaan lapangan kerja dan usaha yang kompetitif; (5) rendahnya tingkat pendidikan; (6) hambatan informasi terhadap aksesibilitas modal, produksi, teknologi, dan pemasaran yang menyebabkan tingginya tingkat migrasi ke kota; (7) kurangnya pelibatan masyarakat luas terutama pihak swasta, lembaga-lembaga non pemerintah, dan masyarakat dalam pembangunan ekonomi wilayah; (8) kelembagaan adat yang belum berfungsi secara penuh dalam pengambilan keputusan publik; (9) kurang kuatnya struktur kelembagaan ekonomi lokal; dan (10) lemahnya koordinasi dalam pengelolaan dana pembangunan dalam menggerakkan kegiatan ekonomi di daerah. Disamping itu prioritas pembangunan daerah masih lebih ditujukan kepada wilayah-wilayah yang berpenduduk padat dan mudah terjangkau; dan masih rendahnya pendapatan masyarakat yang diakibatkan keterisolasian dan terpencil. Upaya yang telah dilakukan adalah: membangun jaringan prasarana dan sarana yang langsung dikelola oleh daerah melalui pendekatan partisipatisi dan pendampingan, meningkatkan alokasi dana langsung ke daerah melalui dana alokasi umum (DAU), Dalam menggerakkan kegiatan ekonomi di daerah dan membuka akses informasi desa-kota bagi masyarakat untuk memperoleh bantuan modal dan pemasaran kegiatan yang telah dilakukan daerah: pengembangan Kawasan Sentra Produksi (KSP) di 27 propinsi dan pengelolaan KAPET di 13 propinsi. Sementara itu untuk memulihkan ekonomi lokal dilakukan pengembangan ekonomi masyarakat melalui pola kemitraan di 39 kabupaten, memperkuat kelembagaan di tingkat masyarakat dan pemerintah kecamatan dikembangkan capacity building project in community development di 11 kabupaten. Di bidang transmigrasi upaya yang telah dilakukan adalah pembukaan lahan untuk permukiman transmigrasi seluas hektar dengan jumlah rumah terbangun mencapai unit yang prioritas penanganannya diarahkan untuk pengungsi dan transmigran masyarakat setempat. Sedangkan pada kawasan tertinggal upaya yang dilakukan adalah: (1) identifikasi kawasan tertinggal dan perbatasan di 26 propinsi; (2) tersusunnya kerangka acuan kerja program pengembangan kawasan tertinggal; (3) evaluasi hasil identifikasi kawasan tertinggal; dan (4) penyusunan rencana program dan kegiatan pengembangan kawasan tertinggal dan perbatasan. Dalam kaitan dengan pemberdayaan masyarakat perkotaan saat ini telah dilaksanakan program penanggulangan kemiskinan perkotaan dengan pendekatan pemberdayaan masyarakat di kelurahan yang melayani sekitar jiwa. Disamping itu telah disalurkan bantuan fasilitasi untuk peningkatan kapasitas pengelolaan perkotaan bagi 69 kota, serta telah dilaksanakan penataan dan rehabilitasi lingkungan permukiman kumuh seluas hektar. Untuk tahun anggaran 2002, pengembangan wilayah mempunyai sasaran: (1) tersusunnya kebijakan dan pedoman dalam berbagai pengembangan wilayah dengan pendekatan wilayah cepat tumbuh dan wilayah tertinggal; (2) berkembangnya jaringan dan pengelolaan prasarana dan sarana ekonomi wilayah yang terpadu; (3) terbukanya kesempatan bagi daerah dalam mengakses modal, teknologi, pemasaran, dan pelayanan perbankan; (4) meningkatnya kerja sama antara pemerintahmasyarakat-swasta sesuai dengan potensi dan kreasi daerah; (5) terbangunnya data dan informasi mengenai keberadaan berbagai kawasan yang mendukung investasi komoditi dan sektor unggulan daerah; (6) terciptanya perjanjian bilateral mengenai tapal batas yang jelas antara Indonesia dan negara-negara tetangga; (7) Terselenggaranya dan berkembangnya kerja sama antara Indonesia dengan negara IX - 2

3 tetangga (Malaysia, Thailand, Singapura, Brunei Darussalam, Philipina, Papua Nugini dan Timor Leste) di bidang keamanan, perekonomian, dan pengelolaan SDA dan lingkungan daerah perbatasan; (8) tersedianya kegiatan ekonomi dan industrilisasi perdesaan dengan dukungan sektor agribisnis berbasis kegiatan agraris dan maritim; (9) tersedianya bahan pangan dan bahan baku non pangan bagi kebutuhan konsumsi dan produksi; (10) terselenggaranya upaya penanggulangan kemiskinan perkotaan dan perdesaan; (11) terfasilitasinya daerah dalam meningkatkan kemampuan pengelolaan perkotaan; dan (12) meningkatnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan. Permasalahan pada prasarana permukiman dan pengembangan perumahan adalah: (1) masih rendahnya pelayanan air bersih; (2) masih rendahnya pelayanan air limbah; (3) menurunnya pelayanan jaringan jalan; (4) masih luasnya daerah tergenang; dan (5) masih banyaknya rumah tangga yang belum memiliki rumah (lebih kurang rumah tangga dan 10% diantaranya merupakan rumah tangga miskin). Masalah lain adalah: (1) sebanyak unit rumah yang ada belum memenuhi kualitas layak huni; (2) makin meningkatnya kawasan kumuh; (3) belum efisiensinya pasar perumahan primer dan terbatasnya sumber pembiayaan bagi pembangunan perumahan. Hasil upaya pelaksanaan tahun 2001, pada permukiman perkotaan adalah: berhasil ditingkatkannya kapasitas air bersih menjadi liter/detik yang melayani jiwa, penanganan drainase pada 20 kota metropolitan/besar dan 240 kota sedang serta kecil, penanganan air limbah di 8 kota metropolitan/besar dan 372 kota sedang serta kecil; pengendalian banjir di 7 kota metropolitan/besar; dan penanganan jalan kota sepanjang km. Disamping itu, pada permukiman perdesaan telah berhasil dibangun prasarana air bersih dan sanitasi di desa, serta pembangunan prasarana dan sarana perekonomian di desa pusat pertumbuhan. Sedangkan pencapaian melalui pengembangan perumahan adalah disalurkannya subsidi kredit pemilikan rumah bagi unit rumah RS/RSS; tersedianya rumah susun sewa sederhana sebanyak unit; subsidi prasarana dan sarana dasar bagi unit RS/RSS; tersedianya unit rumah melalui kegiatan Pembangunan Perumahan yang Bertumpu kepada Kelompok; tersedianya draft standard dokumen kredit pemilikan rumah dan penyiapan mekanisme pasar pembiayaan perumahan; dan tersedianya peraturan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan. Sasaran yang akan dicapai pada pengembangan prasana dan sarana permukiman untuk tahun anggaran 2002 adalah: meningkatnya kualitas pelayanan prasarana dan sarana permukiman di perkotaan dan perdesaan melalui: (1) peningkatan kapasitas air bersih sebesar liter/detik di 200 kota untuk melayani jiwa; (2) penanganan air limbah di 10 kota besar dan 150 kota sedang dan kecil untuk melayani jiwa; (3) peningkatan jaringan jalan di 75 kota sedang dan kecil sepanjang 545 km, dan 5 kota besar sepanjang 75 km; (4) pembangunan jalan baru sepanjang 250 km di kota sedang dan kecil serta 100 km di kota besar; (5) rehabilitasi dan pemeliharaan jalan perkotaan sepanjang km di 150 kota sedang dan kecil dan sepanjang 314 km di 8 kota besar; (6) perbaikan sistem drainase di 10 kota besar dan 150 kota sedang dan kecil untuk menangani genangan seluas hektar; (7) perbaikan sistem pengelolaan sampah di 10 kota kota besar dan 150 kota sedang dan kecil yang melayani jiwa; (8) peningkatan air bersih, sanitasi perdesaan, prasarana lainnya di desa; (9) IX-3

4 perumusan dan pengaturan norma standar prosedur dan manual sebanyak 45 paket; (10) penataan dan rehabilitasi lingkungan kumuh seluas 619 hektar; (11) peremajaan dan revitalisasi kawasan di 10 kota; dan (12) penanggulangan bencana alam dan kerusuhan sosial pada 10 lokasi penanggulangan darurat dan 15 lokasi rekonstruksi. Sedangkan sasaran pengembangan perumahan adalah: terpenuhinya kebutuhan rumah yang layak huni dan terjangkau serta terwujudnya lingkungan perumahan yang sehat, aman, harmonis dan berkelanjutan melalui: (1) penyediaan subsidi pemilikan rumah bagi unit rumah sederhana dan sangat sederhana; (2) penyediaan perumahan yang bertumpu kepada pemberdayaan masyarakat sebanyak unit rumah; (3) pengembangan rumah susun sewa sebanyak 864 unit; (4) pengembangan kawasan siap bangun dan lingkungan siap bangun sebanyak 8 kawasan; (5) perbaikan dan penataan kembali lingkungan permukiman tradisional pada 12 lokasi; (6) subsidi prasarana dan sarana dasar untuk mendukung unit rumah sederhana/rumah sangat sederhana; (7) penguatan kelembagaan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan di 11 kota; dan (8) pemberdayaan, peningkatan, dan pengembangan sistem pembiayaan perumahan Permasalahan penataan ruang dan pertanahan adalah: (1) belum memadainya peraturan perundangan penataan ruang dan pertanahan; (2) adanya ketidakterpaduan pemanfaatan ruang; (3) kurang memadainya kapasitas aparatur pemerintah dan kurangnya partisipasi masyarakat dalam pengendalian pemanfaatan ruang; (4) belum efektifnya penataan ruang sebagai alat untuk pengembangan wilayah yang dapat mengakomodasi kepentingan lintas sektor, lintas wilayah, lintas pelaku pembangunan dan lintas pembiayaan; (5) belum terjaminnya kepastian hukum hak atas tanah; (6) adanya ketidakadilan pemilikan tanah; (7) adanya ketidaksesuaian penggunaan tanah dengan fungsinya; (8) kurang tertibnya administrasi pertanahan; dan (9) lambatnya proses sertifikasi tanah. Sampai saat ini telah dilakukan penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, Rencana Tata Ruang Pulau, di 3 pulau besar; 26 Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi (RTRWP); 153 Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten (RTRWK); 94 Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK); peningkatan kualitas SDM 6 propinsi, 17 kabupaten, dan 3 kota; pembentukan Tim Koordinasi Penataan Ruang (TKPR) di 24 propinsi, 88 kabupaten, dan 11 kota. Selain itu telah dan akan terus dilakukan percepatan pendaftaran tanah dengan penerbitan sertifikat hak atas tanah melalui Prona, pendaftaran tanah sistematis, P3HT dan program transmigrasi sebanyak bidang; penyempurnaan UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria (UUPA); penyelesaian kasus-kasus pertanahan; pendataan penguasaan dan pemilikan tanah perdesaan di 112 kecamatan dan tanah perkotaan di 85 kelurahan, konsolidasi tanah seluas hektar (9.000 bidang); dan pengembangan sistem informasi pertanahan di 26 kantor pertanahan dan sistem informasi geografi di 24 kabupaten. Dalam rangka pengendalian penggunaan tanah sedang dilakukan penyusunan neraca penggunaan tanah di 4 kabupaten serta bimbingan dan pengendalian penggunaan tanah seluas hektar. Sementara dalam rangka pengembangan kapasitas kelembagaan telah dilakukan pendidikan dan pelatihan pertanahan, pembangunan dan renovasi gedung/kantor serta penelitian dan pengkajian pertanahan. Sasaran penataan ruang untuk Tahun 2002 adalah: (1) tersusunnya kebijakan penataan ruang untuk revisi RTRWN, memberi supervisi dalam pembuatan dan IX - 4

5 pengesahan 4 RTRWP propinsi baru, 10 RTRW kabupaten dan 10 RTRW kota, dan pemantapan RTR di 2 pulau besar; (2) tersusunnya kebijakan dan pedoman penataan ruang pesisir, laut dan pulau-pulau kecil; (3) tersusunnya 4 PP pelaksanaan UU No. 24 Tahun 1992 yaitu PP Penatagunaan Tanah, PP Pentaan Ruang Kawasan Perkotaan, PP Penataan Ruang Kawasan Perdesaan, dan PP Penataan Ruang Kawasan Tertentu; (4) tersosialisasikannya kebijakan, peraturan dan pedoman umum pelaksanaan penataan ruang untuk seluruh pihak yang berkepentingan; (5) terselenggaranya peningkatan kapasitas aparat daerah dalam penataan ruang dan pemanfaatan teknologi penataan ruang di 4 propinsi, 10 kabupaten, dan 10 kota; (6) tersusunnya kajian akademis untuk penyusunan kebijakan dan pedoman bagi daerah dalam pemanfaatan ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang bagi daerah rawan konflik; (7) terselenggaranya rapat koordinasi antar instansi di tingkat pusat, di tingkat daerah, serta antara instansi pusat dan instansi daerah; (8) terbentuknya forum komunikasi tata ruang antara pemerintah dan masyarakat; (9) peningkatan kapasitas aparat pemerintah daerah dan sistem informasi dalam penataan ruang di 4 propinsi, 10 kabupaten, dan 10 kota. Sasaran pengelolaan pertanahan tahun 2002 adalah: (1) penerbitan sertipikat untuk bidang tanah termasuk di dalamnya bidang di lokasi transmigrasi; (2) pembuatan peta dasar pendaftaran tanah seluas hektar; (3) menyempurnakan dan menyusun peraturan perundangan termasuk melanjutkan penyempurnaan UUPA; (4) pendataan penguasaan dan pemilikan tanah; (5) melanjutkan penyelesaian kasus-kasus pertanahan; (6) melaksanakan konsolidasi bidang tanah; (7) menyusun neraca penggunaan tanah di 14 kabupaten; (8) pengembangan sumber daya manusia; (9) pembangunan dan perbaikan sarana dan prasarana; dan (10) pengembangan institusi pertanahan di pusat dan daerah dalam rangka otonomi daerah dan desentralisasi. Permasalahan pemberdayaan masyarakat ditinjau dari aspek ekonomi adalah: (1) kurang berkembangnya sistem kelembagaan ekonomi untuk memberikan kesempatan bagi masyarakat khususnya masyarakat kecil dalam mengembangkan kegiatan usaha ekonomi kompetitif; (2) kurangnya penciptaan akses masyarakat ke input sumber daya ekonomi berupa kapital, lokasi berusaha, lahan usaha, informasi pasar, dan teknologi produksi; dan (3) lemahnya kemampuan masyarakat kecil untuk membangun organisasi ekonomi masyarakat yang dapat meningkatkan posisi tawar dan daya saingnya. Ditinjau dari aspek sosial, permasalahan dalam pemberdayaan masyarakat adalah: (1) kurangnya upaya yang dapat mengurangi pengaruh lingkungan sosialbudaya yang mengungkung masyarakat kepada kondisi kemiskinan struktural; (2) kurangnya akses masyarakat untuk memperoleh peningkatan pengetahuan dan ketrampilan termasuk informasi; (3) kurang berkembangnya kelembagaan masyarakat dan organisasi sosial yang dapat menjadi sarana interaksi sosial; (4) belum mantapnya kelembagaan yang dapat memberikan ketahanan dan perlindungan bagi masyarakat yang terkena mushibah akibat situasi ekonomi diluar kekuatannya, atau mengalami kecacatan, terlantar, fakir miskin, atau menjadi korban kejahatan atau kerusuhan sosial; (5) belum berkembangnya kelembagaan yang mampu mempromosikan asas kemanusian, keadilan, persamaan hak, dan perlindungan bagi masyarakat rentan; dan (6) belum berkembangnya kepedulian masyarakat terhadap konflik sosial akibat fragmentasi ideologi, ras, dan agama. IX-5

6 Selain itu dari aspek politik masalahnya adalah: (1) kuatnya peran pemerintah dan organisasi politik yang justru telah menekan hak dan kemandirian masyarakat; (2) belum matangnya masyarakat dalam menggunakan hak berpendapat dan berorganisasi; dan (3) kurangnya akses pelibatan masyarakat dalam pengambilan keputusan publik yang menyangkut kehidupan masyarakat secara langsung. Hasil-hasil yang telah dicapai sampai dengan awal tahun 2001 meliputi: (1) tersedianya permodalan, pendampingan dan pengembangan manajemen usaha yang menyangkut organisasi sosial ekonomi dan sistem jaringan kerja antar organisasi masyarakat; (2) tertanganinya kelompok masyarakat miskin melalui program pengembangan kecamatan di 727 kecamatan yang ditunjang pula oleh pembangunan prasarana pendukung desa tertinggal; (3) tersusunnya pedoman dalam rangka pengembangan kelembagaan di perdesaan; (4) tersusunnya pengembangan kebijakan strategis dalam rangka pemberdayaan masyarakat di bidang sosial, ekonomi dan politik; dan (5) tumbuhnya berbagai organisasi kemasyarakatan di berbagai lapisan masyarakat sebagai patner pemerintah dalam peningkatan keswadayaan masyarakat. Selanjutnya sasaran yang ingin dicapai pada tahun 2002 adalah: (1) bekembangnya organisasi sosial dan ekonomi masyarakat setempat yang dapat meningkatkan kehidupan sosial, ekonomi dan politik; (2) berkurangnya jumlah penduduk miskin dan meningkatnya kondisi sosial ekonomi keluarga dan kelompok masyarakat yang miskin dan berpotensi menjadi miskin; (3) berkembangnya kelembagaan keswadayaan di masyarakat; dan (4) meningkatnya solidaritas dan ketahanan sosial masyarakat terutama kepada masyarakat berpenghasilan rendah dan rentan sosial. Memburuknya kondisi politik yang terjadi di beberapa daerah terutama di Aceh, Irian Jaya, Maluku dan Maluku Utara serta konflik antaretnis yang terjadi di Kalimantan dipicu oleh kesenjangan sosial dan ekonomi, tuntutan masyarakat terhadap penghormatan hak asasi manusia (HAM) dan keadilan, serta perbedaan yang muncul akibat keragaman suku, budaya, adat, kebiasaan dan agama. Beberapa permasalahan utama yang masih ada di daerah-daerah khusus tersebut mencakup: (1) konflik, kerusuhan dan tindak kekerasan; (2) pengungsian; (3) kemacetan pembangunan dan perekonomian; dan (4) tidak adanya aparat pemerintahan di tempat tugas dan rendahnya wibawa pemerintah di mata masyarakat. Program penghentian konflik dan tindak kekerasan serta pemulihan pembangunan sedang dilakukan. Tingkat skala dari seluruh permasalahan di keempat daerah khusus saat ini berada dalam kondisi yang cenderung tidak semakin memburuk, bahkan di beberapa daerah seperti Irian Jaya dan Maluku Utara cenderung membaik. Status darurat sipil di Propinsi Maluku Utara justru diusulkan oleh pemerintah daerah setempat untuk dicabut. Demikian pula, tingkat pengungsian sedang berada pada jumlah yang sangat rendah, karena sebagian pengungsi sudah berhasil dikembalikan ke daerah dan yang lainnya sedang diusahakan ditempatkan pada lokasi baru. Demikian juga halnya dengan upaya penempatan aparat pemerintah pada tempat semula. Rancangan Undang-undang Otonomi Khusus Aceh (Nanggroe Aceh Darusalam) dan Rancangan Undang-undang Otonomi Khusus Irian Jaya sedang di dalam tahap pembahasan akhir di DPR yang diharapkan sudah selesai sebelum tanggal 17 Agustus IX - 6

7 Sasaran penanganan daerah khusus pada tahun 2002 adalah : (1) diterapkannya format otonomi khusus dalam bentuk Undang-Undang di D.I Aceh dan Irian Jaya; (2) meningkatnya pemulihan kehidupan masyarakat melalui pembangunan prasarana dan sarana ekonomi dan sosial; (3) terciptanya percepatan pemberdayaan masyarakat lokal sesuai dengan karakteristik lokal; (4) terwujudnya rekonsiliasi dan normalisasi kehidupan masyarakat di Maluku dan Maluku Utara; dan (5) terselesaikannya kasus-kasus pelanggaran hak asasi manusia melalui pelaksanaan peradilan maupun pemberian suatu kompensasi materiil dan spritual kepada keluarga korban. B. PROGRAM-PROGRAM PEMBANGUNAN Program pembangunan yang akan dilaksanakan pada tahun 2002 mengacu pada empat kelompok program yang tertuang dalam PROPENAS Keempat kelompok program dalam PROPENAS tersebut adalah: (1) mengembangkan otonomi daerah yang terdiri dari program peningkatan kapasitas aparat daerah, peningkatan kapasitas kelembagaan pemerintahan daerah, penataan pengelolaan keuangan daerah, dan penguatan lembaga non pemerintah; (2) mempercepat pengembangan wilayah terdiri dari program peningkatan ekonomi wilayah, pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh, pembangunan perdesaan, pembangunan perkotaan, pengembangan perumahan, pengembangan prasarana dan sarana permukiman, pembangunan wilayah tertinggal, pengembangan daerah perbatasan, penataan ruang, dan pengelolaan pertanahan; (3) meningkatkan pemberdayaan masyarakat terdiri dari program penguatan organisasi masyarakat, pemberdayaan masyarakat miskin, dan peningkatan keswadayaan masyarakat; dan (4) mempercepat penanganan daerah khusus terdiri dari program penanganan khusus Daerah Istimewa Aceh; penanganan khusus Irian Jaya; dan penanganan khusus Maluku dan Maluku Utara. Tujuan dan sasaran dari empat kelompok program pembangunan tersebut sesuai dengan PROPENAS adalah: akan diarahkan untuk mendukung upaya pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang kelima, yaitu meningkatkan pembangunan daerah dan mempercepat pelaksanaan desentralisasi dan otonomi daerah. 1. Program Peningkatan Kapasitas Aparat Pemerintah Daerah adalah: (1) menyusun standardisasi kompetensi jabatan aparatur daerah; (2) menganalisis kebutuhan peningkatan sumber daya manusia aparatur daerah; dan (3) memperbaik sistem penghargaan dan penghukuman. IX-7

8 2. Program Peningkatan Kapasitas Kelembagaan Pemerintahan Daerah adalah: (1) mengkaji tentang berlakunya otonomi daerah bagi daerah Propinsi, Kabupaten, Kota, dan/atau Desa; (2) menata struktur organisasi dan manajemen pemerintahan daerah yang mengikuti kaidah organisasi yang maju dan norma pemerintahan yang baik; (3) mengembangkan hubungan kerja antarorganisasi di lingkungan pemerintah secara horisontal dan vertikal, dan antara pemerintah dan masyarakat. 3. Program Penataan Pengelolaan Keuangan Daerah adalah: (1) meningkatkan komunikasi dan konsultasi dengan masyarakat, lembaga masyarakat setempat, dunia usaha, dan pemerintahan daerah; (2) meningkatkan kemampuan analisis kebijakan dan komunikasi politik anggota DPRD. 4. Program Penguatan Lembaga Non Pemerintah adalah: (1) Memperluas dan meningkatkan sumber penerimaan daerah; (2) menyederhanakan peraturan dan membenahkan kelembagaan keuangan; (3) mengembangkan mekanisme pembiayaan dan sistem akuntansi, dan keuangan yang transparan dan bertanggung jawab. 5. Program Peningkatan Ekonomi Wilayah adalah: (1) mengembangkan jaringan dan mengelola prasarana dan sarana ekonomi wilayah; (2) menyediakan bantuan alih teknologi, modal, pelayanan perbankan dan pemasaran produksi; (3) mengembangkan kemitraan antarpelaku ekonomi dalam kegiatan produksi dan pemasaran. 6. Program Pengembangan Wilayah Strategis dan Cepat Tumbuh Kegiatan pokok program pengembangan wilayah strategis dan cepat tumbuh pada tahun anggaran 2002 adalah: (1) menyusun kebijakan pengembangan wilayah dengan pendekatan wilayah strategis dan cepat tumbuh; (2) meningkatkan kerja sama dan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, dan dunia usaha; (3) mengembangkan database, jaringan promosi dan publikasi, dalam mempromosikan potensi-potensi unggulan daerah; (4) menyiapkan dan mengelola sarana dan prasarana ekonomi pada kawasan cepat tumbuh termasuk transmigrasi. IX - 8

9 7. Program Pembangunan Perdesaan adalah: (1) membangunan prasarana dan sarana; (2) menguatkan lembaga dan organisasi ekonomi masyarakat; (3) mengembangkan jaringan produksi dan pemasaran; (4) mengelolakan pemanfaatan sumber daya alam yang berkelanjutan; (5) meningkatkan kehidupan sosial-ekonomi kelompok masyarakat dan keluarga miskin di perdesaan secara terpadu; (6) menyempurnakan struktur organisasi pemerintahan desa dan organisasi sosial masyarakat 8. Program Pengembangan Perkotaan adalah: (1) meningkatkan upaya penanggulangan kemiskinan di perkotaan; (2) menguatkan institusi lokal di perkotaan; (3) menyempurnakan struktur kelembagaan kota; (4) meningkatkan kapasitas pengelolaan perkotaan; (5) meningkatkan fungsi kawasan fungsi di perkotaan. 9. Program Pengembangan Perumahan adalah: (1) mengembangkan sistem penyediaan perumahan yang bertumpu pada swadaya masyarakat; (2) mengembangkan mekanisme subsidi perumahan bagi masyarakat miskin dan berpendapatan rendah; (3) mengembangkan rumah susun sewa sederhana di kota besar; (4) memutakhirkan dan menyusun peraturan perundang-undangan, pedoman, norma, standar dan prosedur keselamatan konstruksi; (5) menguatkan kelembagaan pengawasan konstruksi dan keselamatan bangunan 10. Program Pengembangan Permukiman adalah: (1) meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana permukiman, termasuk air bersih dan perbaikan kampung; (2) menata dan merehabilitasi lingkungan permukiman kumuh; (3) melestarikan bangunan bersejarah dan kawasan tradisional. 11. Program Pembangunan Wilayah Tertinggal adalah: (1) menyusun pedoman umum dan petunjuk pelaksanaan pengembangan kawasan tertinggal; (2) menyusun pangkalan data (data base) kawsan tertinggal dan kepulauan terpencil; (3) mengkaji dan mengevaluasi hasil identifikasi kawasan tertinggal IX-9

10 12. Program Pengembangan Daerah Perbatasan adalah: (1) meningkatkan kerja sama dan kesepakatan dengan negara tetangga di bidang keamanan dan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan daerah perbatasan; (2) menata tapal batas antara Indonesia dan negara-negara tetangga; (3) mengembangkan ekonomi lokal melalui sistem pendampingan, kerja sama dan kemitraan dengan memperhatikan budaya, adat istiadat, kearifan tradisional dan keberlanjutan; (4) meningkatkan kerja sama bilateral dengan negara-negara tetangga mengenai pengembangan daerah perbatasan. 13. Program Penataan Ruang adalah: (1) menyusun peraturan perundang-undangan pelaksanaan penataan ruang; (2) menyusun kebijakan penataan ruang wilayah pesisir, laut, dan pulau-pulau kecil; (3) menyusun rencana tata ruang wilayah dan kawasan, khususnya pada wilayahwilayah metropolitan dan kawasan khusus yang berkembang pesat serta kawasan yang rawan konflik; (4) menyelenggarakan peningkatan kapasitas aparat daerah khususnya dalam pengendalian pemanfaatan ruang dan pelayanan informasi tata ruang kepada masyarakat luas; (5) memantapkan koordinasi dan konsultasi antara pusat dan daerah, kerja sama antar daerah dan konsultasi dengan lembaga dan organisasi masyarakat dalam kegiatan penataan ruang di tingkat nasional dan daerah 14. Program Pengelolaan Pertanahan adalah: (1) mengembangan kapasitas kelembagaan pertanahan di pusat dan daerah; (2) meningkatkan pelayanan pertanahan di daerah yang didukung sistem informasi pertanahan yang handal dan transparan; (3) mengendalikan penggunaan tanah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah termasuk pemantapan sistem perijinan yang berkaitan dengan pemanfaatan ruang atau penggunaan tanah di daerah; (4) menata penguasaan tanah agar sesuai dengan prinsip keadilan; (5) menginventarisasikan dan menyelesaikan masalah/kasus pertanahan; (6) menegakkan hukum pertanahan secara konsisten. 15. Program Penguatan Organisasi Masyarakat adalah: (1) menyediakan bantuan pendampingan dalam manajerial dan penyediaan informasi kepada lembaga ekonomi-sosial masyarakat; (2) mengembangkan forum lintas pelaku dalam komunikasi dan konsultasi baik antara pemerintah dan lembaga masyarakat, maupun antarlembaga masyarakat dalam kegiatan pengambilan keputusan publik IX - 10

11 16. Program Pemberdayaan Masyarakat Miskin adalah: (1) menyediakan bantuan hibah dalam bentuk pelayanan sosial dasar terutama pendidikan dan kesehatan; (2) memberikan potongan harga atau subsidi dalam berbagai pelayanan sosial dasar; (3) memberikan bantuan biaya hidup dan modal; (4) menyediakan bantuan prasarana dan sarana sosial ekonomi; (5) menyediakan bantuan pendampingan kepada keluarga dan kelompok masyarakat miskin untuk mengembangkan kemampuan usaha dan kebiasaan hidup produktif; (6) mengembangkan sistem perlindungan sosial yang sudah ada di masyarakat, usaha swasta, dan pemerintah; (7) meningkatkan kapasitas daerah untuk mengelola bantuan hibah dan perlindungan sosial; (8) memberdayakan perempuan melalui penguatan ekonomi lokal 17. Program Peningkatan Keswadayaan Masyarakat adalah: (1) meningkatkan kemampuan pemerintah daerah untuk membantu pengembangan jaringan kerja keswadayaan; (2) mengembangkan kapasitas lembagalembaga keswadayaan; (3) mengembangkan kemitraan lintas pelaku dalam kegiatan keswadayaan. 18. Program Penanganan Khusus Daerah Istimewa Aceh, Irian Jaya, Maluku dan Maluku Utara adalah: (1) menerapkan Undang-undang Otonomi Khusus Daerah Istimewa Aceh dan Irian Jaya; (2) memulihkan kehidupan masyarakat melalui rehabilitasi sarana dan prasarana umum di bidang pendidikan, kesehatan, sarana ekonomi, maupun sarana agama; (3) mempercepat pemberdayaan masyarakat lokal melalui penguatan pendidikan, kesehatan, kekuatan ekonomi rakyat, dan sistem pendampingan sosial; (4) menguatkan kapasitas kelembagaan pemerintah daerah dan kemasyarakatan; (5) merekonsiliasikan dan menormalisasikan kehidupan masyarakat Maluku dan Maluku Utara; (6) menyelenggaraan pelayanan kesehatan dan pendidikan bagi anak usia sekolah keluarga pengungsi dan daerah yang mengalami kerusuhan; (7) menyelesaian kasus-kasus pelanggaran HAM melalui peradilan yang jujur, adil, dan bermartabat; (8) memberian suatu kompensasi materiil dan spritual kepada keluarga korban. IX-11

C. MATRIKS RENCANA TINDAK IX REPETA 2002 Program Pembangunan Nasional PROPENAS Rencana Tindak Indikator Kinerja

C. MATRIKS RENCANA TINDAK IX REPETA 2002 Program Pembangunan Nasional PROPENAS Rencana Tindak Indikator Kinerja C. MATRIKS RENCANA TINDAK No 1 Peningkatan Kapasitas Aparat Pemerintah Menyusun standardisasi kompetensi jabatan aparatur daerah Menganalisis kebutuhan peningkatan sumberdaya manusia aparatur daerah Memperbaik

Lebih terperinci

BAB IX PEMBANGUNAN DAERAH

BAB IX PEMBANGUNAN DAERAH BAB IX PEMBANGUNAN DAERAH A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang kelima, yaitu meningkatkan pembangunan

Lebih terperinci

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010

MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN TAHUN 2011 PRAKIRAAN PENCAPAIAN TAHUN 2010 RENCANA TAHUN 2010 MATRIKS 2.2.B ALOKASI PENDANAAN PEMBANGUNAN BIDANG: WILAYAH DAN TATA RUANG (dalam miliar rupiah) PRIORITAS/ KEGIATAN PRIORITAS 2012 2013 2014 I PRIORITAS BIDANG PEMBANGUNAN DATA DAN INFORMASI SPASIAL A

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 23 TAHUN 2008 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PEMALANG, Menimbang : a. bahwa sistem

Lebih terperinci

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH KABUPATEN GORONTALO NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN, DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok Program Pengembangan Otonomi Daerah pada tahun 2004, yaitu

Lebih terperinci

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH

BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH BAB 12 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH A. KONDISI UMUM 1. PENCAPAIAN 2004 DAN PRAKIRAAN PENCAPAIAN 2005 Pencapaian kelompok

Lebih terperinci

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

*14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Copyright (C) 2000 BPHN UU 7/2004, SUMBER DAYA AIR *14730 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR 7 TAHUN 2004 (7/2004) TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PEMBANGUNAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang : bahwa untuk

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:a.bahwa setiap warga negara berhak untuk

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 79 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN

Lebih terperinci

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG 1 SALINAN BUPATI KAPUAS PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN BUPATI KAPUAS NOMOR 44 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG,

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH 1 GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN BIDANG DAERAH

BAB X PEMBANGUNAN BIDANG DAERAH BAB X PEMBANGUNAN BIDANG DAERAH A. KONDISI UMUM Pembangunan yang berlangsung selama ini ternyata masih belum merata, masih terdapat kesenjangan antar daerah, seperti antara Jawa luar Jawa, antara Kawasan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2008 TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan ketentuan Pasal 126 ayat (1)

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG PERUMAHAN DAN KAWASAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. Bahwa setiap orang berhak hidup

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL,

BUPATI GUNUNGKIDUL BUPATI GUNUNGKIDUL, BUPATI GUNUNGKIDUL PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG POLA HUBUNGAN KERJA ANTAR PERANGKAT DAERAH DAN ANTARA KECAMATAN DENGAN PEMERINTAHAN DESA BUPATI GUNUNGKIDUL, Menimbang Mengingat

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG,

PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, PERATURAN DAERAH KOTA SERANG NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN SAMPAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA SERANG, Menimbang: Mengingat: a. bahwa dalam rangka mewujudkan lingkungan yang baik

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2004 TENTANG SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa sumber daya air merupakan karunia Tuhan Yang

Lebih terperinci

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA

ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA ARAH KEBIJAKAN DAN STRATEGI PEMBANGUNAN DAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA SEMINAR INTERNASIONAL TEMU ILMIAH NASIONAL XV FOSSEI JOGJAKARTA, 4 MARET 2015 DR HANIBAL HAMIDI, M.Kes DIREKTUR PELAYANAN SOSIAL

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 63 TAHUN 2013 TENTANG PELAKSANAAN UPAYA PENANGANAN FAKIR MISKIN MELALUI PENDEKATAN WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik

Lebih terperinci

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH RANCANGAN RPJP KABUPATEN BINTAN TAHUN 2005-2025 V-1 BAB V ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN JANGKA PANJANG DAERAH Permasalahan dan tantangan yang dihadapi, serta isu strategis serta visi dan misi pembangunan

Lebih terperinci

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN

BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN BAB 29 PENINGKATAN PERLINDUNGAN DAN KESEJAHTERAAN SOSIAL Perlindungan dan kesejahteraan sosial merupakan hal-hal yang berkaitan dengan keterlantaran baik anak maupun lanjut usia, kecacatan, ketunasosialan,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN LUWU TIMUR NOMOR 08 TAHUN 2008 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN, PEMANFAATAN DAN PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN BERBASIS MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT.

PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 15 TAHUN 2009 TENTANG TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PEKERJAAN UMUM KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2007 TENTANG PENATAAN RUANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa ruang wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia

Lebih terperinci

Rencana Strategis

Rencana Strategis kesempatan kerja serta meningkatkan pendapatan masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang berkualitas adalah pertumbuhan ekonomi yang diharapkan mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran. Berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP

PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PEMERINTAH KABUPATEN CILACAP PERATURAN DAERAH KABUPATEN CILACAP NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN CILACAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CILACAP, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG - 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA DAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2017 TENTANG PERCEPATAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI PASCABENCANA GEMPA BUMI DI KABUPATEN PIDIE, KABUPATEN PIDIE JAYA, DAN KABUPATEN BIREUEN PROVINSI

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan situasi keamanan dan ketertiban

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG, PERATURAN DAERAH KABUPATEN BENGKAYANG NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN, PENGGABUNGAN DESA DAN PERUBAHAN STATUS DESA MENJADI KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BENGKAYANG,

Lebih terperinci

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI

BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI BAB 13 REVITALISASI PROSES DESENTRALISASI DAN OTONOMI DAERAH Kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah sesuai dengan Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor

Lebih terperinci

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN BUPATI CIAMIS PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI CIAMIS, Menimbang : a. bahwa kemiskinan

Lebih terperinci

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN

TUGAS POKOK DAN FUNGSI BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN BIDANG PENGEMBANGAN KAWASAN MEMIMPIN, MENGKOORDINASIKAN DAN MENGENDALIKAN TUGAS-TUGAS DIBIDANG PENGELOLAAN PENGEMBANGAN KAWASAN YANG MELIPUTI PENGEMBANGAN KAWASAN KHUSUS DAN KERJASAMA PENGEMBANGAN KAWASAN;

Lebih terperinci

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia

RPJM PROVINSI JAWA TIMUR (1) Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia LEVEL : VISI MISI LEVEL : ARAH KEBIJAKAN PEMBANGUNAN RPJM PROVINSI JAWA TIMUR Visi Terwujudnya Jawa Timur yang Makmur dan Berakhlak dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia Misi 1) Meningkatkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS 1 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBANGUNAN DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 16 TAHUN 2015 T E N T A N G TUGAS POKOK, FUNGSI DAN URAIAN TUGAS BADAN KETAHANAN PANGAN DAN KOORDINASI PENYULUHAN PROVINSI

Lebih terperinci

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA

PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PEMERINTAH PROVINSI PAPUA PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PENATAAN PERMUKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PAPUA, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan dan meningkatkan

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK PRESIDEN, Menimbang : a. bahwa saat ini masih terdapat permasalahan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace mencabut: UU 3-1972 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 37, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3682) UNDANG-UNDANG

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG KECAMATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 228

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1490, 2014 KEMENPERA. Perumahan. Kawasan Pemukiman. Daerah. Pembangunan. Pengembangan. Rencana. Pedoman. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA)

UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN. Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) UU 15/1997, KETRANSMIGRASIAN Oleh: PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor: 15 TAHUN 1997 (15/1997) Tanggal: 9 MEI 1997 (JAKARTA) Tentang: KETRANSMIGRASIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PRESIDEN

Lebih terperinci

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH,

GAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH, SALINAN GAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 54 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERDAGANGAN DAN PERINDUSTRIAN PROVINSI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.157, 2013 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA KESEJAHTERAAN. Penanganan. Fakir Miskin. Pendekatan Wilayah. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5449) PERATURAN

Lebih terperinci

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN.

A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. LAMPIRAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN MALANG NOMOR : 10 TAHUN 2007 TANGGAL : 28 Desember 2007 A. PEMBAGIAN URUSAN PEMERINTAHAN BIDANG PENDIDIKAN. 1. Kebijakan : 1.1. Kebijakan dan Standar : a. Penetapan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BREBES Nomor : 21 Tahun : 2008 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BREBES NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG I R I G A S I DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BREBES, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI SULAWESI TENGAH PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dalam rangka mewujudkan kesejahteraan masyarakat dan memantapkan

Lebih terperinci

BAPPEDA KAB. LAMONGAN

BAPPEDA KAB. LAMONGAN BAB IV VISI DAN MISI DAERAH 4.1 Visi Berdasarkan kondisi Kabupaten Lamongan saat ini, tantangan yang dihadapi dalam dua puluh tahun mendatang, dan memperhitungkan modal dasar yang dimiliki, maka visi Kabupaten

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008

BERITA DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN WALIKOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 NOMOR 46 TAHUN 2008 BERITA DAERAH KOTA SEMARANG TAHUN 2008 NOMOR 46 PERATURAN WALIKOTA SEMARANG NOMOR 46 TAHUN 2008 TENTANG PENJABARAN TUGAS DAN FUNGSI BADAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT, PEREMPUAN DAN KELUARGA BERENCANA KOTA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOM0R : 10 TAHUN : 2009 PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOGOR NOMOR 10 TAHUN 2009 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang : a. b. BUPATI BOGOR, bahwa sebagai

Lebih terperinci

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA SALINAN PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TIMUR NOMOR 2 TAHUN 2015 TENTANG PELAKSANAAN TRANSMIGRASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR KALIMANTAN TIMUR, Menimbang : a. bahwa ketimpangan persebaran

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 74 Tahun : 2016 PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 74 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS,

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KOTAWARINGIN BARAT, BUPATI KOTAWARINGIN BARAT PERATURAN BUPATI KOTAWARINGIN BARAT NOMOR 33 TAHUN 2009 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI KANTOR PENYULUHAN PERTANIAN DAN KETAHANAN PANGAN KABUPATEN KOTAWARINGIN BARAT DENGAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON

BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON BERITA DAERAH KABUPATEN CIREBON *s NOMOR 67 TAHUN 2016, SERI D. 16 PERATURAN BUPATI CIREBON NOMOR : 67 Tahun 2016 TENTANG FUNGSI, TUGAS POKOK DAN TATA KERJA DINAS PERUMAHAN, KAWASAN PERMUKIMAN DAN PERTANAHAN

Lebih terperinci

RGS Mitra 1 of 7 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK

RGS Mitra 1 of 7 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK RGS Mitra 1 of 7 INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2003 TENTANG PERCEPATAN PEMULIHAN PEMBANGUNAN PROPINSI MALUKU DAN PROPINSI MALUKU UTARA PASCAKONFLIK PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, - 1 - PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia

Mendukung terciptanya kesempatan berusaha dan kesempatan kerja. Meningkatnya jumlah minat investor untuk melakukan investasi di Indonesia E. PAGU ANGGARAN BERDASARKAN PROGRAM No. Program Sasaran Program Pengembangan Kelembagaan Ekonomi dan Iklim Usaha Kondusif 1. Peningkatan Iklim Investasi dan Realisasi Investasi Mendukung terciptanya kesempatan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANTUL, Menimbang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Lebih terperinci

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG

Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007 TENTANG PERATURAN KEPALA BADAN PELAKSANA BADAN REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI WILAYAH DAN KEHIDUPAN MASYARAKAT PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATERA UTARA Nomor : 5/PER/BP-BRR/I/2007

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2008 TENTANG PENGELOLAAN SUMBER DAYA AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.91, 2014 KEMENSOS. Dekonsentrasi. Tugas Pembantuan. Instansi Sosial. Provinsi. Kabupaten/Kota. Pelimpahan Kewenangan. PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

I. Permasalahan yang Dihadapi

I. Permasalahan yang Dihadapi BAB 34 REHABILITASI DAN REKONSTRUKSI DI WILAYAH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM DAN KEPULAUAN NIAS PROVINSI SUMATRA UTARA, SERTA PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN PROVINSI JAWA TENGAH I. Permasalahan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi,

Rencana Pembangunan Jangka Menengah strategi juga dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, BAB VI. STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif tentang bagaimana Pemerintah Daerah mencapai tujuan dan sasaran RPJMD dengan efektif dan efisien.

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 73 TAHUN 2005 TENTANG KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 127 ayat (1) Undang-Undang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2017 TENTANG PELIMPAHAN KEWENANGAN DEKONSENTRASI DAN PENUGASAN TUGAS PEMBANTUAN KEPADA DINAS SOSIAL DAERAH PROVINSI DAN DINAS SOSIAL DAERAH KABUPATEN/KOTA

Lebih terperinci

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG BUPATI KOTABARU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KOTABARU NOMOR 09 TAHUN 2013 TENTANG PERENCANAAN, PELAKSANAAN PEMBANGUNAN DAN PEMANFAATAN SERTA PENDAYAGUNAAN KAWASAN PERDESAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN A. Strategi Pembangunan Daerah Strategi adalah langkah-langkah berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi pembangunan Kabupaten Semarang

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa sesuai dengan Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2011 TENTANG PERCEPATAN PEMBANGUNAN PROVINSI PAPUA DAN PROVINSI PAPUA BARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2011 TENTANG PENANGANAN FAKIR MISKIN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai dengan Pembukaan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2008 TENTANG PENDANAAN DAN PENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN

V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN V BAB V PENYAJIAN VISI, MISI, TUJUAN, DAN SASARAN Visi dan misi merupakan gambaran apa yang ingin dicapai Kota Surabaya pada akhir periode kepemimpinan walikota dan wakil walikota terpilih, yaitu: V.1

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUTAI KARTANEGARA NOMOR 9 TAHUN 2006 TENTANG PEMBENTUKAN, PENGHAPUSAN DAN PENGGABUNGAN KELURAHAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KUTAI KARTANEGARA, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN JAYAPURA

BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN JAYAPURA BUPATI JAYAPURA PERATURAN DAERAH KABUPATEN JAYAPURA NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA TEKNIS DAERAH KABUPATEN JAYAPURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JAYAPURA, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI HULU SUNGAI SELATAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka memenuhi

Lebih terperinci