TRANSPORTASI MULTIMODA/ANTARMODA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TRANSPORTASI MULTIMODA/ANTARMODA"

Transkripsi

1 SEMINAR NASIONAL TRANSPORTASI TANTANGAN DAN KEBUTUHAN STANDARDISASI PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI MULTIMODA/ANTARMODA Prof. Dr. Ir. Agus Taufik Mulyono, MT. Ketua Forum Studi Transportasi Antar Perguruan Tinggi (FSTPT) KBK Transportasi JTSL FT UGM Universitas Bung Hatta, 31 Mei 2012

2 Outline Pemaparan TANTANGAN DAN KEBUTUHAN STANDARDISASI PENYELENGGARAAN TRANSPORTASI MULTIMODA/ANTARMODA 2 Pendahuluan: telaah pustaka, regulasi, dan kondisi saat ini Permasalahan dan telaah observasi lapangan transportasi / antarmoda Harapan ke depan: kebutuhan standardisasi transportasi /antarmoda

3 PENDAHULUAN: TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Beberapa Istilah Perlunya Standardisasi Transportasi Antarmoda/Multimoda Prespektif Antarmoda-Multimoda Simpul dan Ruang Lalulintas Permasalahan dan Tantangan Koridor Komoditas Ekonomi Nasional Pola Perjalanan Angkutan Barang Kondisi Transportasi Multimoda/ Antarmoda Arah Capaian Jaringan Pelayanan Multimoda Arah Capaian Jaringan Prasarana Multimoda Pola Pikir Kebutuhan NSPK dalam Penyelenggaraan Transportasi Multimoda 3

4 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Beberapa istilah dalam SISTRANAS (1/2) Transportasi antarmoda : transportasi penumpang dan atau barang yang menggunakan lebih dari satu moda transportasi dalam satu perjalanan yang berkesinambungan. 4 Transportasi : transportasi barang dengan menggunakan paling sedikit 2 (dua) moda transportasi yang berbeda, atas dasar satu kontrak yang menggunakan dokumen transportasi dari suatu tempat barang yang diterima oleh operator transportasi ke suatu tempat yang ditentukan untuk penerimaan barang tersebut.

5 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Beberapa istilah dalam SISTRANAS (2/2) Pelayanan transportasi: jasa yang dihasilkan penyedia jasa transportasi untuk memenuhi kebutuhan pengguna jasa transportasi Jaringan pelayanan transportasi: susunan rute-rute pelayanan transportasi yang membentuk satu kesatuan hubungan Jaringan prasarana transportasi: serangkaian simpul yang dihubungkan oleh ruang lalulintas sehingga membentuk satu kesatuan Ruang lalulintas: suatu ruang gerak sarana transportasi yang dilengkapi dengan fasilitas untuk mendukung keselamatan dan kelancaran transportasi Simpul transportasi: suatu tempat yang berfungsi untuk kegiatan menaikkan dan atau menurunkan penumpang, membongkar dan memuat barang, mengatur perjalanan serta tempat perpindahan intramoda dan antarmoda 5

6 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Perlunya standardisasi transportasi antarmoda/ (1/3) 6 Legalitas penyelenggaraan transportasi antarmoda/: UU 38/2004 : Jalan UU 22/2009 : LLAJ (Lalu Lintas & Angkutan Jalan) UU 23/2007 : Perkeretaapian UU 17/2008 : Pelayaran UU 1/2009 : Penerbangan PP 8/2011 : Angkutan Multimoda Kepmenhub 49/2005 : Sistranas Keterpaduan sistem jaringan pelayanan dan jaringan prasarana transportasi /antarmoda menunjukkan keterpaduan pemberlakuan 5 (lima) UU tersebut, untuk mencapai efektivitas dan efisiensi serta keberkelanjutan penyelenggaraan sistem transportasi antarmoda/

7 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Perlunya standardisasi transportasi antarmoda/ (2/3) 7 Sasaran Sistranas: terwujudnya penyelenggaraan transportasi yang efektif dan efisien. Indikator efektif : selamat, aksesibilitas tinggi, terpadu, kapasitas mencukupi, teratur, lancar dan cepat, mudah dicapai, tepat waktu, nyaman, tarif terjangkau, tertib, aman, dan polusi rendah. Indikator efisien : beban publik rendah dan utilitas tinggi dalam satu kesatuan jaringan transportasi nasional. Indikator efektif & efisien: indikator kunci dalam keterpaduan jaringan pelayanan dan prasarana transportasi atau antarmoda, dilaksanakan dalam pembangunan, pembinaan (pengaturan-pengendalian-pengawasan), penyelenggaraan. Keterpaduan jaringan pelayanan & prasarana transportasi merupakan interkoneksi pada simpul transportasi (titik temu untuk memfasilitasi kegiatan alih moda), disebut terminal antarmoda.

8 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Perlunya standardisasi transportasi antarmoda/ (3/3) 8 Terminal antarmoda melayani transportasi atau antarmoda, yang tidak pernah putus (single seamless service) terhadap sejuta masalah, baik dari aspek pengguna, operator, maupun regulator jasa transportasi : Pengguna : jaminan kualitas dan keselamatan, ketepatan waktu, keterjangkauan biaya Operator : jaminan solusi konflik, toleransi keterlambatan alat angkut, jaminan keamanan operasi bisnis Regulator : jaminan pengaturan keterpaduan, jaminan kelaikan fungsi alat angkut, Kompleksitas problem dan capaian yang ingin diwujudkan dalam penyelenggaraan keterpaduan jaringan pelayanan dan prasarana pada kegiatan terminal antarmoda harus mempertimbangkan tatanan fasilitas, tatanan fungsional, dan tatanan operasional. Tatanan fasilitas, fungsional, dan operasional pada pengelolaan terminal antarmoda/ diperlukan standardisasi (norma, standar, pedoman, manual, kriteria) untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif dan efisien.

9 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Perspektif jaringan transportasi dan antarmoda 9 Sumber : Rodrigue at al.(2009) Jaringan konvensional point-to-point, asal perjalanan (asal A, B, dan C) dihubungkan secara independen oleh moda transportasi (jalan dan rel) ke lokasi tujuan perjalanan (tujuan D, E, dan F). Lalulintas dikumpulkan pada 2 (dua) titik transhipment, yaitu stasiun KA dengan konsolidasi pergerakan penumpang/barang. Hal ini dapat menghasilkan load-factor dan/atau frekuensi transportasi yang lebih tinggi, khusunya diantara terminal.

10 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Integrasi hierarki transportasi 10 Pergerakan dari koridor sistem terdiri dari : rangkaian pusat (hub) yang berkompetisi, yang menyatukan jaringan lokal dan regional. Pusat distribusi biasanya satu terminal koordinasi jaringan tingkat lokal. Pusat artikulasi biasanya terminal utama memiliki antarmoda &, koordinasi jaringan tingkat global. Sumber : Roddrique et al.(2009) Angkutan : angkutan barang dengan minimal dua moda berbeda atas dasar satu kontrak, dilengkapi dokumen angkutan dari tempat penerima awal ke penerima lain oleh badan usaha angkutan dengan standar keamanan dan keselamatan.

11 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Rantai transportasi antarmoda Transportasi antarmoda: transportasi yang menggunakan lebih dari satu alat angkut dalam satu perjalanan intermodialisme: banyak alat angkut dalam satu kali perjalanan. 11 Sumber: Roddrigue et al.(2009) Fungsi utama transportasi antarmoda: Komposisi: pengumpulan dan konsolidasi barang/penumpang di simpul Koneksi: pengaliran barang dan/atau penumpang diantara minimal dua simpul Perpindahaan: proses perpindahan moda di suatu terminal/simpul yang berperan menyediakan kontinuitas pergerakan dalam rantai transportasi. Dekomposisi: proses pemisahan/fragmentasi barang/penumpang di terminal terdekat dari tujuan dan dtransfer ke dalam jaringan distribusi lokal/regional.

12 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Peran tiap moda 12 Terdapat korelasi: biaya transport, jarak layanan, dan pemilihan jenis moda. Pemilihan jenis moda : Moda angkutan jalan jarak pendek Moda angkutan jalan rel/ka jarak menengah Moda angkutan laut/udara jarak jauh Sumber: Roddrigue et al.(2009)

13 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Hierarki angkutan logistik di Indonesia 13 Sumber : Sistranas (2005)

14 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Simpul dan ruang lalulintas 14 Tatranas Tatrawil Tatralok Transportasi jalan : terminal penumpang tipe A dan terminal angkutan barang utama, jaringan jalan nasional. Transportasi KA : stasiun penumpang dan stasiun barang pengumpul, jaringan pelayanan lintas utama antarkota. Transportasi sungai dan danau : pelabuhan utama, jaringan trayek tetap & teratur yang utama. Transportasi penyeberangan : pelabuhan penyeberangan lintas provinsi dan antarnegara, jaringan pelayanan angkutan penumpang dan barang lintas antarprovinsi. Transportasi laut : pelabuhan umum internasional hub, internasional, dan nasional, pelabuhan khusus nasional/ internasional, dan jaringan trayek luar negeri, trayek utama dalam negeri dan trayek perintis yang didukung keselamatan pelayaran. Transportasi udara : bandar udara pusat penyebaran, dan jaringan pelayanan rute utama. Transportasi pipa : simpul pelayanan lintas provinsi & batas negara Transportasi jalan : terminal penumpang tipe B dan terminal angkutan barang pengumpan, jaringan jalan provinsi. Transportasi KA : stasiun penumpang dan stasiun barang pengumpan, jaringan pelayanan lintas cabang. Transportasi sungai dan danau : pelabuhan pengumpul, jaringan trayek tetap &teratur pengumpan. Transportasi penyeberangan : pelabuhan penyeberangan lintas provinsi dan antarkota, jaringan pelayanan angkutan penumpang & barang lintas antarkabupaten/kota. Transportasi laut : pelabuhan umum regional, pelabuhan khusus regional, jaringan dan trayek dalam negeri, trayek pengumpan dalam negeri dan trayek perintis yang didukung fasilitas kselamatan pelayaran. Transportasi udara : bandar udara bukan pusat penyebaran, jaringan pelayanan rute pengumpan. Transportasi pipa : simpul pelayanan lintas provinsi (regional) Transportasi jalan : terminal penumpang tipe C dan terminal angkutan barang lokal, jaringan jalan kabupaten dan jalan kota. Transportasi KA : stasiun penumpang dan stasiun barang pengumpan, dan jaringan lintas angkutan kota. Transportasi sungai dan danau : pelabuhan lokal, dan jaringan trayek dalam kabupaten/kota. Transportasi penyeberangan : pelabuhan penyeberangan lintas kabupaten/kota dan jaringan pelayanan angkutan penumpang dan barang lintas dalam kabupaten/kota. Transportasi laut : pelabuhan umum lokal, pelabuhan khusus lokal, jaringan dan trayek pengumpan dalam kabupaten/ kota. Transportasi udara : bandar udara bukan pusat, jaringan pelayanan dalam kabupaten/kota. Transportasi pipa : simpul pelayanan dalam kabupaten/kota atau lokal

15 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Permasalahan dan tantangan transportasi 15 Transportasi Jalan Transportasi Perkeretaapian Transportasi Laut Transportasi Udara Kelaikan prasarana & sarana amat rendah. Kenaikan jumlah dan pergerakan armada jtidak sebanding dgn panjang jalan Kemacetan & dampak polusi udara yang belum terkendali Jumlah kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas masih tinggi, muatan lebih di jalan sulit dikendalikan Pelayanan prasarana jalan yang ada masih jauh dari harapan Penduduk yg makin banyak berdampak pertumbuhan kendaraan bermotor tidak terkendali Sharing antara angkutan penumpang dan barang sangat rendah Kapasitas angkut dan lintas amat terbatas dan kurangnya fasilitas keterpaduan dengan moda lain Frekuensi terjadinya kecelakaan tinggi Kelaikan operasi prasarana dan sarana amat minim karena terbatasnya biaya preservasi dan rendahnya mutu SDM Keterbatasan lahan untuk pengembangan prasarana misal double track Partisipasi swasta amat rendah Kongesti beberapa pelabuhan utama akibat kapasitanya terbatas Peningkatan aksesibilitas pelayaran sampai daerah tertinggal dan wilayah terpencil Kompetensi SDM masih rendah Fasilitas keselamatan pelayaran masih jauh dari standar internasional Sistem operasional pelayaran belum mampu menjangkau wilayah nasional Responsivitas terhadap kejadian kecelakaan amat rendah Kuantitas dan kualitas SDM jauh dari standar kompetensi bidang kselamatan pnerbangan Jumlah fasilitas dan prasarana ditingkatkan sesuai tuntutan standar keselamatan Keterbatasan biaya untuk peremajaan pesawat yang tua Keterbatasan auditor kelaikan terbang pesawat Sistem operasional penerbangan belum mampu menjangkau wilayah nasional Persaingan tarif yang kurang sehat antar maskapai penerbangan Kondisi cuaca dan angin masih kurang stabil

16 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Koridor komoditas ekonomi nasional: perlu dukungan angkutan "Sentra Produksi dan Pengolahan Hasil Bumi dan Lumbung Energi Nasional" 16 "Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Tambang & Lumbung Energi Nasional" ''Pusat Produksi dan Pengolahan Hasil Pertanian, Perkebunan, dan Perikanan Nasional'' Koridor Sumatera Koridor Kalimantan Koridor Sulawesi Koridor Papua Kep. Maluku Koridor Jawa "Pendorong Industri dan Jasa Nasional" Koridor Bali Nusa Tenggara ''Pintu Gerbang Pariwisata Nasional dan Pendukung Pangan Nasional'' ' Pusat Pengembangan Pangan, Perikanan, Energi, dan Pertambangan Nasional''

17 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Pola perjalanan barang di Indonesia 17 Sumber: Pustral UGM (2006) Kondisi saat ini Sumber: Ditjen.Hubdar.(2006) Proyeksi kondisi mendatang

18 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Kondisi transportasi antarmoda/ 18 Kondisi Saat ini Kondisi yang diharapkan Keterpaduan pelayanan penumpang belum didukung pelayanan manajemen terpadu. Keterbatasan penerapan dokumen tunggal dan jumlah operator. Jaringan pelayanan belum terwujud pada antarmoda perkotaan angkutan penumpang. Pelayanan antarmoda/ dalam negeri terbatas pada angkutan barang kemasan kecil & skala pengiriman terbatas. Keterpaduan jaringan prasarana transportasi masih terbatas pada transportasi jalan dgn transportasi sungai &danau, penyeberangan, laut dan udara. Keterpaduan moda KA dan pelabuhan laut terbatas di Pulau Jawa Keterbatasan kualitas SDM, pembinaan yang belum terintegrasi, dan kebutuhan NSPK yang belum cukup mengatur keterpaduan pelayanan dan prasarana transportasi. Terwujudnya pelayanan antarmoda penumpang perkotaan dengan sistem tiket tunggal Peningkatan keseragaman operasional bagi semua operator. Mewujudkan jaringan keterpaduan pelayanan antarmoda perkotaan angkutan penumpang. Peningkatan pelayanan antarmoda/ dalam negeri pada angkutan barang dalam kemasan dan skala pengiriman yang lebih besar Peningkatan keterpaduan jaringan pelayanan antarmoda khususnya simpul penyeberangan, laut, dan udara untuk mendukung pelayanan antarmoda/ yang efektif & efisien Terwujudnya keterpaduan moda KA dan pelabuhan laut yang menyebar. Peningkatan kompetensi SDM, terwujudnya kelembagaan untuk membina transportasi antarmoda/, terpenuhinya jumlah dan implementasi NSPK keterpaduan pelayanan dan prasarana transportasi.

19 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Arah capaian jaringan pelayanan transportasi /antarmoda (1/5) 19 Capaian pelayanan yang berkesinambungan, tepat waktu, dan door to door service sesuai standar yang dibakukan, serta sinkronisasi dan keterpaduan jadwal pelayanan, efektivitas dan efisiensi aktivitas alih moda; yang didukung sistem layanan tiket, dokumen angkutan dan sistem IT yang memadai. Capaian transportasi antarmoda layanan angkutan penumpang dan/atau barang, sedangkan transportasi memberikan pelayanan angkutan barang yang dilaksanakan oleh satu operator transportasi yang didukung dokumen tunggal. Capaian terpadu pelayanan transportasi antarmoda/ diwujudkan melalui keterpaduan antara trayek/lintas/rute angkutan jalan, KA, penyeberangan sungai dan danau, laut dan udara dukungan keunggulan moda sesuai teknologi dan karakteristik wilayah layanan, serta lintasan tataran transportasi (Tatranas-Tatrawil-Tatralok)

20 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Arah capaian jaringan pelayanan transportasi /antarmoda (3/5) 20 Efektivitas layanan angkutan barang digunakan petikemas (container): LCL (less than container load) pengirim menyerahkan barang kepada operator, konsolidasi muatan dilakukan di CFS (container freight station). FCL (full container load) pengirim menyerahkan barang kepada operator, pengisian dan pengeluaran barang ke/dari petikemas dapat dilakukan di gudang pengirim dan gudang penerima barang Pengiriman barang internasional dokumen tunggal transportasi secara elektronik (electronic data interchange = EDI) Angkutan barang dapat memberikan pelayanan door to door atau dari gudang pengiriman ke gudang penerima barang, pengirim hanya berurusan dengan satu operator beserta besaran tarif yang diikat dalam satu kontrak meskipun proses pengangkutannya menggunakan lebih dari satu moda transport.

21 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Arah capaian jaringan pelayanan transportasi /antarmoda (4/5) Layanan angkutan secara berurutan: angkutan dari asal barang ke simpul transportasi asal moda feeder line (jalan, KA, kombinasi jalan dan KA, penyeberangan, pipa) angkutan dari simpul transportasi asal ke simpul transportasi tujuan moda main line (KA, laut, udara, pipa) angkutan dari simpul transportasi tujuan ke tempat penerima barang moda distribution line (jalan, KA, kombinasi jalan dan KA, penyeberangan, pipa) Kolaborasi moda transportasi : moda jalan/ka dan laut paling populer untuk angkutan barang moda jalan dan udara populer untuk angkutan barang mewah land bridge & sea train populer angkutan petikemas antar negara yang dipisahkan laut piggy back kolaborasi jalan dan KA, stasiun asal KA membawa moda jalan sampai stasiun tujuan, distribusi ke penerima dilakukan oleh moda jalan. 21

22 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Arah capaian jaringan pelayanan transportasi /antarmoda (5/5) 22 Kombinasi moda transportasi: Angkutan perkotaan kombinasi intramoda dan antarmoda di dalam kota Angkutan pemadu moda melayani penumpang dari dan/atau ke simpul Angkutan antar kota antarmoda melayani antar kota dengan tiket belum terpadu Angkutan pariwisata antarmoda khusus untuk wisata. Sistem tiket terpadu angkutan penumpang antar moda untuk perjalanan menerus dengan antarmoda (misal tiket terpadu KA dan pesawat bagi penumpang dari bandung yang menggunakan pesawat Garuda melalui Bandara Soekarno-Hatta) Sistem informasi pelayanan kemudahan penumpang mendapatkan informasi perjalanan Standar pelayanan keamanan, keselamatan, kenyamanan, kemudahan akses, kemudahan mobilitas, dan kemudahan informasi.

23 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Arah capaian jaringan prasarana transportasi /antarmoda Pengembangan jaringan prasarana transportasi antarmoda/ penumpang atau barang, dilakukan dengan memperhatikan keunggulan masing-masing moda transportasi didasarkan pada konsep pengkombinasian antara moda utama yang memberikan pelayanan pada jalur utama; moda pengumpan dan moda lanjutan yang memberikan pelayanan pada jalur pengumpan dan distribusi. Keterpaduan jaringan pelayanan dan prasarana transportasi dalam penyelenggaraan transportasi antarmoda/ yang efektif dan efisien diwujudkan dalam bentuk interkoneksi pada simpul transportasi yang berfungsi sebagai titik temu yang memfasilitasi alih moda (terminal antarmoda). Terminal antarmoda harus mampu memberikan pelayanan menerus yang tidak pernah putus terhadap antarmoda yang terlibat, dengan mempertimbangkan tatanan: fasilitas, fungsional, operasional. 23

24 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Pola pikir kebutuhan NSPK dalam penyelenggaraan transportasi (1/2) 24

25 TELAAH PUSTAKA, REGULASI DAN KONDISI SAAT INI Pola pikir kebutuhan NSPK dalam penyelenggaraan transportasi (2/2) 25

26 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan Non-Teknis Problem Internal Multimoda Problem Eksternal Multimoda Arah Pengembangan Angkutan Barang Arah Pengembangan Angkutan Penumpang Problem Implementasi PP 8/2011 Akar Masalah Problem Transportasi Antarmoda/Multimoda Permasalahan Lapangan: Persepsi Pengguna Permasalahan Lapangan: Persepsi Operator Transportasi Problem Keterpaduan Pelayanan Problem Keterpaduan Prasarana 26

27 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan non-teknis transportasi (1/2) 27 Permasalahan non-teknis yang menghambat perkembangan bisnis logistik atau angkutan barang dalam penyelenggaraan transportasi : proses bongkar muat barang yang masih relatif lama (rata-rata hampir 5,5 hari), sementara di Singapura dapat mencapai maksimal 1 (satu) hari dan Jepang hampir 3,1 hari. rantai birokrasi perijinan yang terlalu kompleks (banyak) dalam hal ekspor dan impor, kurang lebih terdapat 178 dokumen dari 36 instansi pemerintah. pelayanan administrasi angkutan barang yang umumnya masih manual Indonesia masih sebagai pelengkap (backyard) dari negara-negara Asean lainnya, misalnya Singapura; jauh dibandingkan Vietnam. belum ada keterpaduan antara produsen, penyedia jasa logistik dan pengguna, sehingga harga jual yang dibayar konsumen dan industri tidak dapat dikendalikan. sebagian perusahaan angkutan nasional hanya berposisi sebagai agen dengan kegiatan yang masih segmental (parsial).

28 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan non-teknis transportasi (2/2) 28 Permasalahan non-teknis yang menghambat perkembangan bisnis logistik atau angkutan barang dalam penyelenggaraan transportasi : rendahnya tingkat kompetensi SDM bidang logistic atau angkutan barang. belum adanya payung hukum yang mengatur jasa logistik, di sisi lain masih banyak peraturan yang tidak jelas dan masih parsial. keterbatasan modal untuk investasi dalam bidang transportasi dan pergudangan modern. tidak ada sinergi antar sektor yang terkait dalam pengembangan logistic. daya saing industri nasional merosot karena apresiasi rupiah & inflasi tinggi. fasilitas dan prasarana logistik kurang memadai dan tidak efisien. proses pemberian ijin usaha tidak memiliki aturan yang pasti lintasan pergerakannya tidak dibatasi wilayah administrasi databse pola angkutan barang tiap komoditi belum tersusun atau belum terdokumentasi dengan baik

29 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Problem internal pengusahaan angkutan barang 29 Kendala permodalan modal usaha besar, operator menyediakan peralatan kerja, mutu SDM, prasarana penunjang (transportasi, pergudangan, konsolidasi dan ruang muatan, urusan kepabeanan). Problem kompetensi SDM sertifikasi keahlian dan ketrampilan bidang angkutan dan kepabeanan mutlak harus dipenuhi, biaya sertifikasi mahal, pembajakan oleh opeartor lain, tidak ada roadmap kebutuhan SDM ke depan. Standardisasi teknis dan prosedur belum terbentuk compability teknis & prosedur administratif mutlak harus dilakukan Rendahnya penguasaan dan dukungan TI Distorsi liability antar unimoda dalam lingkaran

30 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Problem eksternal pengusahaan angkutan barang 30 Iklim bisnis yang kurang sehat persaingan bisnis antar operator belum kondusif, lebih memihak operator besar dan tidak ada segmentasi pasar jasa pengiriman barang Perbedaan persepsi terhadap regulasi tentang angkutan bisnis angkutan cenderung berkembang secara alamiah tanpa arah yang jelas Tumpang tindih regulasi nasional Operator di lapangan sering menghadapi banyak regulasi yang berbeda untuk aktivitas yang sama Arus liberalisasi Era perdagangan bebas menuntut perlakuan yang sama bagi semua operator namun seringkali sulit dilaksanakan Infrastruktur logistik Makin besar resiko yang harus ditanggung pengguna dan operator akibat kekuranglaik-an fungsi infrastruktur logistik

31 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Arah pengembangan angkutan barang ke depan 31 Angkutan barang lebih difokuskan pada pola transportasi, dengan arah pengembangan: Angkutan barang dilayani oleh simpul pelabuhan Interkoneksi di areal pelabuhan harus diperbaiki dengan fasilitas bongkar muat yang baik, waktu operasi optimum, jaringan KA sampai ke dermaga Jaringan KA diprioritaskan sampai ke pelabuhan strategis (utama primer/sekunder) Pengembangan dry port atau terminal angkutan barang dgn trayek khusus perlu disediakan sebagai simpul pengumpul dan penyebar angkutan barang di wilayah hinterland masing-masing Fungsi logistik perlu diimplementasikan Harapan ke depan lebih fokus pada keterpaduan antara moda darat(jalan) moda laut moda KA sebagai upaya penyelenggaraan transportasi angkutan barang antar pulau di Indonesia

32 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Arah pengembangan angkutan penumpang ke depan 32 Angkutan penumpang lebih difokuskan pada pola transportasi antarmoda, dengan arah pengembangan: Angkutan penumpang antar pulau difokuskan pada angkutan udara Feeder angkutan penumpang (di dalam pulau) dilayani oleh jaringan angkutan jalan dan KA Pengembangan jaringan angkutan KA (massal) untuk penumpang difokuskan di Jawa dengan penambahan pelayanan antar moda Pengembangan interkoneksi angkutan penumpang di simpul/ kota strategis difokuskan pada layanan angkutan umum bukan kendaraan pribadi Mempersingkat waktu tempuh dan tarif yang murah di dalam interkoneksi simpul/kota strategis yang berbasis angkutan umum Jakarta dan Surabaya sudah disiapkan untuk akses menggunakan moda KA menuju bandara Harapan ke depan lebih fokus pada keterpaduan moda jalan dan moda KA dalam penyelenggaraan angkutan penumpang antarmoda

33 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Problem implementasi PP 8/2011 tentang Angkutan Multimoda (1/3) 33 PP 8/2011 diharapkan sebagai norma penting yang dapat menjadi pagar pengaman terhadap pengusahaan angkutan barang khususnya bagi badan usaha angkutan dalam negeri. Secara makro isi PP 8/2011, adalah : Kegiatan angkutan Dokumen angkutan Badan usaha angkutan Pengguna jasa angkutan Penerima barang angkutan Batas tanggung jawab badan usaha angkutan Asuransi terhadap barang diangkut dan badan usaha Tarif angkutan barang Pembinaan terhadap badan usaha angkutan Problem implementasi PP 8/2011 : belum ada Peraturan Menteri (Permen) yang mengatur lebih detail operasional angkutan, yang selanjutnya dijabarkan dalam standar, pedoman, manual, dan kriteria.

34 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Problem implementasi PP 8/2011 tentang Angkutan Multimoda (2/3) 34 Beberapa Peraturan Menteri (Permen) yang kiranya diperlukan untuk implementasi PP 8/2011: Permen tentang tata cara atau prosedur pemberian rekomendasi standard trading conditions (STC) untuk penerbitan dokumen angkutan Permen tentang persyaratan dan tata cara/prosedur memperoleh izin usaha angkutan Permen tentang tata cara pendaftaran badan usaha angkutan Permen tentang tata cara pengenaan sanksi administratif bagi badan usaha angkutan Permen tentang pembinaan angkutan

35 Problem implementasi PP 8/2011 tentang Angkutan Multimoda (3/3) 35 Tiap usulan Permen tersebut memerlukan penjabaran lebih lanjut dengan standar, pedoman, manual, dan kriteria, antara lain : PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permen tentang tata cara atau prosedur pemberian rekomendasi standard trading conditions (STC) untuk penerbitan dokumen angkutan : Standar penyusunan dokumen angkutan Pedoman pengurusan transportasi angkutan Pedoman pergudangan dan konsolidasi muatan barang Pedoman tarif angkutan barang Pedoman pengasuransian badan usaha Pedoman penerbitan dokumen barang dari pengirim kepada operator angkutan Permen tentang persyaratan dan tata cara/prosedur memperoleh izin usaha angkutan : Standar persyaratan administrasi dan teknis pendirian badan usaha angkutan Standar sertifikasi SDM di bidang angkutan

36 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Akar masalah problem transportasi antarmoda/ 36 Kata kunci problem transportasi antarmoda/ : Kompetensi SDM Keadilan dan kelengkapan regulasi Kecukupan modal Manajemen lembaga pemerintah Manajemen badan usaha Daya beli pengguna Kebutuhan standardisasi

37 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan lapangan: persepsi pengguna Persepsi Pengguna Antarmoda Multimoda 37 Pelayanan Prasarana Pelayanan Prasarana Jalan - KA Jalan - Penyeberangan Jalan - Laut Jalan - Udara KA - Laut KA- Udara Jalan - KA Jalan - Penyeberangan Jalan - Laut Jalan - Udara KA - Laut KA - Udara Jalan - KA Jalan - Penyeberangan Jalan - Laut Jalan - Udara KA - Laut Jalan - KA Jalan - Penyeberangan Jalan - Laut Jalan - Udara KA - Laut

38 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan lapangan: persepsi pengguna terhadap pelayanan antarmoda 38

39 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan lapangan: persepsi pengguna terhadap prasarana antarmoda 39

40 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan lapangan: persepsi pengguna terhadap pelayanan 40

41 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan lapangan: persepsi pengguna terhadap prasarana 41

42 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan lapangan: persepsi operator 42 Persepsi Operator Antarmoda Multimoda Pelayanan Prasarana Pelayanan Prasarana Jalan - KA Jalan - Penyeberangan Jalan - Laut Jalan - Udara KA - Laut KA- Udara Jalan - KA Jalan - Penyeberangan Jalan - Laut Jalan - Udara KA - Laut KA- Udara Jalan - KA Jalan - Penyeberangan Jalan - Laut Jalan - Udara KA - Udara Jalan - KA Jalan - Penyeberangan Jalan - Laut Jalan - Udara KA - Laut

43 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan lapangan: persepsi operator terhadap pelayanan antarmoda 43

44 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan lapangan: persepsi operator terhadap prasarana antarmoda 44

45 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan lapangan: persepsi operator terhadap pelayanan 45

46 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Permasalahan lapangan: persepsi operator terhadap prasarana 46

47 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Problem keterpaduan antarmoda dalam persepsi pengguna 47 Problem keterpaduan pelayanan Problem keterpaduan prasarana Kepastian solusi konflik pelayanan alih moda Sistem tiket terpadu antar moda yang terlibat Keamanan dan kenyamanan pelayanan alih moda Keselamatan pelayanan alih moda Keterjangkauan biaya pelayanan transportas Ketepatan jadwal moda angkut di areal alih moda. Interkoneksi jadwal pelayanan antar moda Ketepatan perjalanan menuju areal alih moda Kelaikan fungsi moda angkut pada areal alih moda Optimalisasi kebutuhan prasarana alih moda Optimalisasi kebutuhan prasarana penghubung antar moda Optimalisasi kebutuhan prasarana pendukung alih moda Keterpaduan kapasitas prasarana antar moda Kewenangan pengaturan prasarana alih moda Kepastian solusi konflik prasarana pada areal alih moda Kesesuaian fungsi prasarana penghubung terhadap status simpul Interkoneksi fungsi prasarana antar moda Kesesuaian kapasitas prasarana simpul tiap moda

48 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Problem keterpaduan antarmoda dalam persepsi operator dan regulator 48 Problem keterpaduan pelayanan Problem keterpaduan prasarana Standardisasi penyelesaian konflik pelayanan alih moda Standardisasi sistem tiket terpadu antar moda Standardisasi sistem keamanan di areal alih moda Standardisasi sistem jaminan keselamatan di areal alih moda Standardisasi sistem informasi alih moda Standardisasi kelaikan fungsi moda angkut Standardisasi toleransi keterlambatan jadwal moda angkut Standardisasi interkoneksi jam operasi antar moda Standardisasi toleransi keterlambatan perjalanan menuju areal alih moda Standardisasi kesesuaian fungsi pelayanan moda angkut Optimalisasi kebutuhan prasarana alih moda Optimalisasi kebutuhan prasarana penghubung antar moda Optimalisasi kebutuhan prasarana pendukung alih moda Keterpaduan kapasitas prasarana antar moda Kewenangan pengaturan prasarana alih moda Kepastian solusi konflik prasarana pada areal alih moda Kesesuaian fungsi prasarana penghubung terhadap status simpul Interkoneksi fungsi prasarana antar moda Kesesuaian kapasitas prasarana simpul tiap moda

49 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Problem keterpaduan transportasi dalam persepsi pengguna 49 Problem keterpaduan pelayanan Problem keterpaduan prasarana Kepastian solusi konflik pelayanan angkutan barang Sistem dokumen angkutan barang yang terpadu Keamanan dan mutu barang angkutan Keselamatan pengiriman dan penerimaan barang angkutan Ketepatan jadwal pengiriman dan atau penerimaan barang Interkoneksi jadwal pelayanan antar moda Ketepatan perjalanan barang menuju areal alih moda Sistem informasi pelayanan angkutan barang Keterjangkauan biaya pelayanan angkutan Ketepatan jadwal moda angkut barang Kepastian solusi konflik prasarana angkutan barang Optimalisasi kebutuhan prasarana alih moda angkutan barang Optimalisasi kebutuhan prasarana penghubung alih moda angkutan barang Optimalisasi kebutuhan prasarana pendukung alih moda angkutan barang Kewenangan pengaturan prasarana alih moda angkutan barang Kesesuaian fungsi prasarana penghubung terhadap status simpul angkutan barang Interkoneksi fungsi prasarana alih moda angkutan barang Keterpaduan kapasitas prasarana alihmoda angkutan barang Kesesuaian kapasitas prasarana simpul tiap moda

50 PERMASALAHAN DAN TELAAH OBSERVASI LAPANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Problem keterpaduan transportasi dalam persepsi operator & regulator 50 Problem keterpaduan pelayanan Problem keterpaduan prasarana Standardisasi penyelesaian konflik angkutan barang di areal alih moda Standardisasi sistem keterpaduan dokumen angkutan barang Standardisasi keamanan dan mutu barang angkutan moda Standardisasi sistem informasi pelayanan angkutan barang Standardisasi toleransi keterlambatan pengiriman dan atau penerimaan barang Standardisasi toleransi keterlambatan moda angkutan barang Standardisasi kesesuaian jam operasi antar moda angkutan barang Standardisasi keselamatan pengiriman dan penerimaan barang angkutan Standardisasi toleransi keterlambatan perjalanan barang menuju areal alih moda Standardisasi kompetensi SDM angkutan Standardisasi kewenangan pengaturan prasarana alih moda angkutan barang Standardisasi penyelesaian konflik prasarana alih moda angkutan barang Standardisasi kebutuhan prasarana alih moda angkutan barang Standardisasi kebutuhan prasarana penghubung alih moda angkutan barang Standardisasi optimalisasi kebutuhan kebutuhan prasarana pendukung alih moda angkutan barang Standardisasi keterpaduan kapasitas prasarana alihmoda angkutan barang Standardisasi kesesuaian fungsi prasarana penghubung terhadap status simpul angkutan barang Standardisasi interkoneksi fungsi prasarana alih moda angkutan barang Standardisasi kesesuaian kapasitas prasarana simpul tiap moda

51 HARAPAN KE DEPAN: KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Konsep Analisis Family Tree Pohon SISTRANAS dan Cabang-cabang Utama Transportasi Multimoda Cabang 1. Badan Usaha Angkutan Multimoda Cabang 2. Keterpaduan Layanan Cabang 3. Keterpaduan Jaringan Pelayanan Cabang 4. Keterpaduan Sarana, Fasilitas, dan Muatan Cabang 5. Keterpaduan Jaringan Prasarana Cabang 6. Keterpaduan Manajemen Transportasi Antarmoda/ Multimoda 51

52 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Konsep Family Tree Pohon Sistranas 52 Transportasi Multimoda POHON (SISTRANAS) C 1 C 2 C 3 C 4 C 5 C 6 CABANG (RANAH MULTIMODA) G G G G G DAHAN (KEGIATAN DALAM RANAH) K K K RANTING (K) (KRITERIA UMUM KEGIATAN) S S S BUNGA (S) (STANDAR/NORMA KEGIATAN) P P P P P BUAH (P) (PEDOMAN/NORMA KEGIATAN)

53 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Konsep penataan prioritas kebutuhan: metode multikriteria 53 No Penilaian Prioritas Usulan Aspek Aspek Aspek Aspek Standar/ Legalitas Kelembagaan Publik Temporal Pedoman A B C A B C A B C A B C Rerata 1 Judul ,08 2 Judul ,83 3 Judul ,00 4 Judul ,08 5 Judul , n Judul-n X1 X2 X3 X4 X5 X6 X7 X8 X9 X10 X11 X12 R n Keterangan : A = Tatanan fasilitas (standardisasi tata letak) B = Tatanan fungsional (standardisasi kemanfaatan) C = Tatanan operasional (standardisasi implementasi)

54 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Konsep penataan prioritas kebutuhan 54 Tingkat kebutuhan penyusunan: Tingkat-1 (Label T1 pada tabel kebutuhan)= sangat penting dan strategis, jika usulan standar dan/atau pedoman tersebut tidak ada maka penyelenggaraan sistem layanan angkutan akan terhambat. Tingkat -2 (Label pada tabel kebutuhan) = amat penting & cukup mendesak, jika usulan standar dan/atau pedoman tersebut tidak ada maka sistem layanan yang ada dapat tetap berjalan namun dengan tidak optimal sehingga perlu penyempurnaan Tingkat- 3 (Label pada tabel kebutuhan)= penting namun kurang mendesak, usulan standar dan/atau pedoman tersebut diperlukan untuk penyempurnaan dan optimalisasi kinerja sistem layanan yang sudah ada secara umum

55 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Pohon dan cabang-cabangnya 55 POHON TRANSPORTASI ANTAR/MULTI-MODA -SISTRANAS Cabang I Badan usaha angkutan (BUAM) Cabang II Keterpaduan layanan transportasi Cabang III Cabang IV Cabang V Cabang VI Keterpaduan jaringan pelayanan transportasi Keterpaduan sarana, fasilitas, dan muatan transportasi Keterpaduan jaringan prasarana transportasi Keterpaduan manajemen transportasi

56 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-1 : Badan Usaha Angkutan Multimoda 56 Cabang I Badan usaha angkutan (BUAM) 1. Registrasi sebagai Badan Usaha yang berbadan hukum 2. Pendataran dan penerbitan izin operasional usaha angkutan 8. Pengawasan persaingan usaha bidang angkutan dan antarmoda 9. Pelaporan hasil usaha BUAM 3. Pendaftaran dan perizinan bagi BUAM luar negeri untuk beroperasi di Indonesia 4. Akreditasi dan pemeringkatan Badan Usaha Angkutan Multimoda 10. Pengenaan & pelaporan perpajakan bagi BUAM 11. Pengelolaan aset-aset peralatan kerja BUAM 12. Pengelolaan Sumber Daya Manusia BUAM 5. Pembukaan cabang & perwakilan (agen) 6. Kerjasama operasi antar badan usaha angkutan 7. Penggabungan, peleburan, pengambilalihan dan pemisahan BUAM 13. Pencabutan izin operasional usaha angkutan 14. Penetapan status pailit bagi BUAM 15. Pembubaran Badan Usaha Angkutan Multimoda

57 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-1 : Badan Usaha Angkutan Multimoda Kegiatan (Dahan) Registrasi sebagai Badan Usaha yang berbadan hukum Pendaftaran dan penerbitan izin operasional usaha angkutan Pendaftaran dan perizinan bagi BUAM luar negeri untuk beroperasi di Indonesia Akreditasi dan pemeringkatan BUAM Kebutuhan Standar/Norma (Ranting) UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab II pasal 7-14 (Norma) Kebutuhan Pedoman/Norma (Bunga) PP No. 43/2011 tentang Tata Cara Pengajuan dan Pemakaian Nama Perseroan Terbatas (Norma) Kepmen Kehakiman dan HAM No. M- 01.HT th 2001 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pengesahan Akta Pendirian dan Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas (Norma) Pedoman tentang tata cara dan persyaratan PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda, Bab IV pasal 7 (Norma) T1 memperoleh izin usaha angkutan nasional (Usulan KMHub, amanat PP 8/2011) PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda, Bab IV pasal 8 ayat 3, pasal 9 (Norma) Standar Akreditasi dan Pemeringkatan Badan Usaha Angkutan Multimoda T1 Pedoman tentang tata cara dan persyaratan memperoleh izin usaha angkutan bagi badan usaha asing (Usulan KMHub, sbg amanat PP 8/2011) Pedoman tata cara pengajuan akreditasi dan pemeringkatan badan usaha angkutan Pedoman tata cara penilaian akreditasi dan pemeringkatan badan usaha angkutan

58 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-1 : Badan Usaha Angkutan Multimoda 58 Kegiatan (Dahan) Kebutuhan Standar/Norma (Ranting) Kebutuhan Pedoman/Norma (Bunga) Pembukaan cabang & perwakilan (agen) BUAM Kerjasama operasi antar badan usaha angkutan & transportasi Penggabungan, peleburan, pengambilalihan, dan pemisahan BUAM Pengawasan persaingan usaha bidang angkutan dan antar-moda PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda, Bab IV pasal 8 ayat 1 (Norma) PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda, Bab IV pasal 10 untuk kerjasama BUAM dengan BUA Transportasi (Norma) PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda, Bab IV pasal 8 ayat 3 untuk BUAM asing dan BUAM nasional (Norma) UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab VIII pasal (Norma) UU No. 5/1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat (Norma) T1 Pedoman tata cara pengajuan izin pendirian kantor perwakilan dan penunjukan agen badan usaha Kepmenkeh & HAM No. M-01.HT th 2001 tentang Tata Cara Pengajuan Permohonan dan Pengesahan Akta Pendirian dan Persetujuan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas Pedoman tata cara pelaporan perubahan identitas dan penanggung jawab badan usaha angkutan Tatacara Penyampaian Laporan dan Penangananan Dugaan Pelanggaran terhadap Undang undang No 5 tahun 1999 (Kep. KPPU No. 5/KEP/KPPU/X/2000) Tatacara Pengajuan Upaya Hukum Keberatan terhadap Keputusan Komisi Pengawas Persaingan Usaha (Peraturan MA No. 1/2003)

59 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-1 : Badan Usaha Angkutan Multimoda Kegiatan (Dahan) Pelaporan hasil usaha BUAM Hal-ikhwal perpajakan bagi badan usaha angkutan Pengelolaan aset-aset peralatan kerja BUAM Kebutuhan Standar/Norma (Ranting) T1 PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda, Bab IV pasal 11 huruf c dan d (Norma) PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda, Bab IV pasal 12 ayat 3 dan 6 (Norma) PP No. 8/2001 tentang Angkutan Multimoda, Bab IV pasal 7 ayat 3 (Norma) Undang-undang dan peraturan perundangan terkait dengan pajak perseroan PP No. 8/2011 tentang Angkutan Mulmoda Bab IV, pasal 7 ayat 4 huruf a, pasal 5 (Norma) Standar kepemilikan peralatan kerja badan usaha angkutan nasional Standar kelaikan teknis dan fungsi peralatan kerja badan usaha nasional T1 T1 T1 Kebutuhan Pedoman/Norma (Bunga) Pedoman tata cara pelaporan kegiatan operasional angkutan kepada Menteri Perhubungan Pedoman tata cara pengenaan sanksi administratif atas badan usaha angkutan (amanat PP 8/2011) Pedoman penilaian peralatan kerja sebagai aset badan usaha angkutan Pedoman tata cara pengujian laik fungsi peralatan kerja badan usaha angkutan

60 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-1 : Badan Usaha Angkutan Multimoda Kegiatan (Dahan) Pengelolaan Sumber Daya Manusia BUAM Pencabutan izin operasional usaha angkutan Penetapan status pailit bagi Badan Usaha Angkutan Multimoda Pembubaran Badan Usaha Angkutan Multimoda Kebutuhan Standar/Norma (Ranting) PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda Bab IV, pasal 7 ayat 4 huruf b, pasal 6 (Norma) Standar kompetensi Sumber Daya Manusia bidang usaha angkutan nasional PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda Bab IV, pasal 12 ayat 4 huruf c dan ayat 5 (Norma) UU No. 37/2004 tentang Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (Norma) UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas (Norma) PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda Bab IV, pasal 12 ayat 5 huruf c (Norma) UU No. 40/2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab X, pasal (Norma) T1 Kebutuhan Pedoman/Norma (Bunga) Pedoman tata cara penilaian kompetensi keahlian dan ketrampilan serta sertifikasi SDM bidang angkutan Pedoman penyelenggaraan diklat pencapaian kompetensi keahlian dalam bidang angkutan Pedoman penyelenggaraan diklat pencapaian kompetensi ketrampilan dalam bidang angkutan Pedoman tata cara pengenaan sanksi administratif atas badan usaha angkutan (Usulan KMHub, sbg amanat PP 8/2011)

61 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-2 : Keterpaduan Layanan 61 Cabang II Keterpaduan Layanan Transportasi Multimoda/Antarmoda 10. Penyediaan sisinfokom layanan angk. 1. Serah-terima barang dari pengguna jasa (consignor) kepada agen BUAM 2. Pembuatan dokumen angkutan 3. Pengepakan barang kiriman angkutan 4. Pengangkutan barang dengan angkutan 5. Bongkar-muat barang angkutan 6. Konsolidasi barang di lokasi transit/gudang 7. Pengurusan kepabeanan untuk pengiriman lintas negara 8. Serah-terima barang dari agen BUAM kepada penerima barang (consignee) 9. Penentuan tarif layanan angkutan 11. Klaim atas cidera janji/kegagalan pengiriman 12. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal bagi layanan angkutan 13. Pengukuran kepuasan pengguna jasa layanan angkutan 14. Penyediaan sisinfokom layanan angkutan penumpang antar-moda 15. Penyediaan sistem tiket terpadu layanan angkutan penumpang antar-moda 16. Penentuan tarif layanan angkutan antar-moda 17. Klaim atas cidera janji/kegagalan layanan angkutan penumpang antar-moda 18. Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal bagi layanan angkutan penumpang antar-moda 19. Pengukuran kepuasan pengguna jasa layanan angkutan penumpang antar-moda

62 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-2 : Keterpaduan Layanan Transportasi Angkutan Multimoda/Antarmoda 62 Kegiatan (Dahan) Kebutuhan Standar/Norma (Ranting) Kebutuhan Pedoman/Norma (Bunga) Serah-terima barang dari pengguna jasa (consignor) kepada agen BUAM untuk dikirimkan Pembuatan dokumen angkutan Pengepakan/ pengemasan barang kiriman angkutan Pengangkutan barang dengan angkutan T1 T1 PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda, pasal 16 (Norma) Standar barang kiriman yang dapat dilayani oleh jasa pengiriman angkutan Standar dokumen angkutan (PP No. 8/2011 tentang Angkutan Multimoda, pasal 4) Standar pengepakan dan kemasan barang-barang kiriman angkutan T1 T1 T1 T1 T1 Pedoman tatacara penyerahan barang untuk pengiriman menggunakan jasa angkutan Pedoman tatacara identifikasi dan penerimaan barang angkutan Pedoman tata cara menyatakan penolakan pengangkutan barang yang tidak memenuhi standar barang kiriman Pedoman petunjuk pengisian dan penerbitan dokumen angkutan Pedoman pengemasan barang kargo angkutan berdasarkan berat dan volume Pedoman penyiapan dan penanganan barang curah untuk pengiriman angkutan Pedoman penyiapan dan penanganan barang khusus yang mengandung resiko keamanan dan keselamatan dalam pengangkutan Pedoman tata cara pengangkutan barang sesuai perjanjian dalam dokumen angkutan Pedoman tata cara penjagaan keselamatan dan keamanan pengangkutan barang Pedoman tata cara pengangkutan barang khusus dan barang berbahaya

63 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-2 : Keterpaduan Layanan Transportasi Angkutan Multimoda/Antarmoda 63 Kegiatan (Dahan) Kebutuhan Standar/Norma (Ranting) Kebutuhan Pedoman/Norma (Bunga) KM No. 14/2002 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat Barang dari dan ke Kapal (Norma) Bongkar-muat barang angkutan Konsolidasi barang di lokasi transit/pergudangan Pengurusan kepabeanan untuk pengiriman lintas batas negara Serah-terima barang dari agen BUAM kepada penerima barang (consignee) Penentuan tarif layanan angkutan T1 T1 Standar penyelenggaraan konsolidasi barang di lokasi transit/pergudangan UU No. 17/2006 tentang Perubahan atas UU No. 15/1995 tentang Kepabeanan, dan peraturan-peraturan perundangan turunannya (Norma) Standar penentuan tarif layanan transportasi Pedoman tata cara penyelenggaraan bongkarmuat barang angkutan dari dan ke kereta Pedoman tata cara penyelenggaraan bongkarmuat barang angkutan dari dan ke truk Pedoman tata cara penyelenggaraan konsolidasi barang Pedoman tatacara pengurusan kepabeanan bagi badan usaha angkutan Pedoman tata cara penyerahan barang dari penyedia jasa angkutan kepada penerima barang (consignee) Pedoman perhitungan biaya operasional layanan angkutan Pedoman penetapan tarif layanan angkutan

64 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-2 : Keterpaduan Layanan Transportasi Angkutan Multimoda/Antarmoda 64 Kegiatan (Dahan) Penyediaan sistem informasi dan komunikasi layanan angkutan Klaim atas cidera janji dan kegagalan pengiriman barang pada pengangkutan Kebutuhan Standar/Norma (Ranting) Standar sistem informasi dan komunikasi layanan angkutan T1 Kebutuhan Pedoman/Norma (Bunga) Pedoman perencanaan dan implementasi sistem informasi dan komunikasi layanan angkutan bagi penyedia jasa layanan Pedoman pemanfaatan sistem informasi dan komunikasi layanan angkutan bagi pengguna jasa layanan Pedoman monitoring dan evaluasi sistem informasi dan komunikasi layanan angkutan Pedoman tata cara pengajuan klaim atas cidera janji dan kegagalan pengiriman barang T1 Pedoman tata cara penyelesaian klaim pengguna jasa T1 Pedoman tata cara perhitungan ganti rugi atas kerusakan/kehilangan barang angkutan 12 Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal bagi layanan angkutan T1 Standar keamanan layanan angkutan Standar ketepatan waktu layanan angkutan T1 Pedoman perencanaan sistem keamanan bagi layanan angkutan Pedoman pengoperasian sistem keamanan bagi layanan angkutan Pedoman monitoring dan evaluasi penerapan sistem keamanan bagi layanan angkutan Pedoman perencanaan penjadwalan layanan angkutan barang Pedoman monitoring dan evaluasi ketepatan waktu layanan angkutan barang

65 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-2 : Keterpaduan Layanan Transportasi Angkutan Multimoda/Antarmoda 65 Kegiatan (Dahan) Kebutuhan Standar/Norma (Ranting) Kebutuhan Pedoman/Norma (Bunga) Pedoman tata cara pengukuran polusi lingkungan yang ditimbulkan oleh operasi layanan angkutan 12 Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal bagi layanan angkutan Standar keramahan terhadap lingkungan bagi pelayanan angkutan Pedoman tatacara perhitungan indeks keramahan terhadap lingkungan bagi layanan angkutan Pedoman penyusunan program monitoring dan evaluasi tingkat keramahan lingkungan bagi layanan angkutan 13 Pengukuran kepuasan pengguna jasa pengiriman barang angkutan Pedoman tata cara pengukuran kepuasan pengguna jasa angkutan 14 Penyediaan sistem informasi dan komunikasi layanan angkutan penumpang antar-moda T1 Standar sistem informasi dan komunikasi layanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman perencanaan sistem informasi dan komunikasi layanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman implementasi sistem informasi dan komunikasi layanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman evaluasi sistem informasi dan komunikasi layanan angkutan penumpang antar-moda

66 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-2 : Keterpaduan Layanan Transportasi Angkutan Multimoda/Antarmoda 66 Kegiatan (Dahan) Kebutuhan Standar/Norma (Ranting) Kebutuhan Pedoman/Norma (Bunga) 15 Penyediaan sistem tiket terpadu layanan angkutan penumpang antar-moda T1 Standar sistem tiket terpadu layanan angkutan penumpang antar-moda T1 Pedoman perencanaan dan desain sistem tiket terpadu bagi badan-badan usaha angkutan transportasi yang bersama-sama menyediakan layanan angkutan antar-moda Pedoman implementasi sistem tiket terpadu layanan angkutan antar-moda Pedoman monitoring dan evaluasi sistem terpadu layanan angkutan antar-moda 16 Penentuan tarif layanan angkutan penumpang antar-moda T1 Standar penentuan tarif layanan angkutan penumpang antar-moda T1 Pedoman perhitungan biaya operasional layanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman penetapan tarif layanan angkutan penumpang antar-moda 17 Klaim atas kegagalan/ ketidaknyamanan layanan angkutan antarmoda T1 T1 Pedoman tata cara penyampaian klaim atas kegagalan dan ketidaknyamanan layanan angkutan antar-moda Pedoman tata cara penyelesain klaim pengguna jasa layanan angkutan penumpang antar-moda

67 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-2 : Keterpaduan Layanan Transportasi Angkutan Multimoda/Antarmoda 67 Kegiatan (Dahan) Kebutuhan Standar/Norma (Ranting) T1 Standar penyediaan kapasitas layanan angkutan penumpang antar-moda Kebutuhan Pedoman/Norma (Bunga) Pedoman perhitungan optimalisasi dan sinkronisasi kapasitas layanan antar moda Pedoman perhitungan optimalisasi dan sinkronisasi kapasitas pada areal alih moda Pedoman tata cara perencanaan penyediaan layanan antar-moda untuk pengguna jasa yang berkebutuhan khusus 18 Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal bagi layanan angkutan penumpang antar-moda Standar keselamatan sistem layanan angkutan penumpang antar-moda Standar keamanan layanan angkutan penumpang antar-moda Standar ketepatan waktu layanan angkutan penumpang antar-moda T1 Pedoman perencanaan, implementasi dan evaluasi sistem keselamatan dan tanggap darurat pada layanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman pelatihan sistem keselamatan dan tanggap darurat bagi awak operator layanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman perencanaan, implementasi dan evaluasi sistem evakuasi dan mitigasi gangguan keamanan pada layanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman pelatihan sistem evakuasi dan mitigasi gangguan keamanan bagi awak operator layanan angkutan penumpang antarmoda Pedoman tata cara penjadwalan layanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman monitoring dan evaluasi ketepatan waktu layanan angkutan penumpang antar-moda

68 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-2 : Keterpaduan Layanan Transportasi Angkutan Multimoda/Antarmoda 68 Kegiatan (Dahan) Kebutuhan Standar/Norma (Ranting) Kebutuhan Pedoman/Norma (Bunga) Pedoman tata cara pengukuran polusi lingkungan yang ditimbulkan oleh operasi layanan angkutan 18 Pemenuhan Standar Pelayanan Minimal bagi layanan angkutan penumpang antar-moda Standar keramahan terhadap lingkungan bagi layanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman tatacara perhitungan indeks keramahan terhadap lingkungan bagi layanan angkutan Pedoman penyusunan program monitoring dan evaluasi tingkat keramahan lingkungan bagi layanan angkutan 19 Pengukuran kepuasan pengguna jasa angkutan penumpang antar-moda Pedoman tata cara pengukuran kepuasan pengguna jasa angkutan penumpang antar-moda

69 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-3 : Keterpaduan Jaringan Pelayanan 69 Cabang III Keterpaduan Jaringan Pelayanan Transportasi Multimoda/Antarmoda 4. Perencanaan trayek angkutan penumpang antarmoda terpadu 1. Perencanaan rute untuk jaringan pelayanan angkutan 2. Pembinaan jaringan pelayanan transportasi 5. Pembinaan jaringan pelayanan angkutan penumpang antar-moda 6. Pengawasan jaringan pelayanan angkutan penumpang antar-moda terpadu 3. Pengawasan jaringan pelayanan transportasi

70 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-3 : Keterpaduan Jaringan Pelayanan 70 Kegiatan (Dahan) Perencanaan rute transportasi Pembinaan jaringan pelayanan transportasi Pengawasan jaringan pelayanan transportasi Kriteria Umum (Ranting) 1. Keterpaduan jaringan pelayanan 2. Kapasitas mencukupi 3. Aksesibilitas tinggi 4. Mudah dijangkau 5. Kelancaran dan kecepatan 6. Keamanan 7. Efektivitas 8. Efisiensi T1 Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Standardisasi keterpaduan jaringan pelayanan angkutan barang antar moda transportasi jalan raya, jalan rel, laut, sungai dan penyeberangan, dan udara T1 Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman perencanaan rute jaringan pelayanan transportasi angkutan barang nasional Pedoman perencanaan rute jaringan pelayanan transpotasi angkutan barang lintas negara Pedoman tata cara pengusulan dan penetapan jaringan pelayanan transportasi nasional Pedoman evaluasi kelayakan fungsi jaringan pelayanan transportasi nasional Pedoman analisis optimasi keterpaduan jaringan pelayanan Pedoman analisis aksesibilitas jaringan pelayanan transportasi Pedoman monitoring dan evaluasi kinerja jaringan pelayanan transportasi Pedoman pemetaan potensi konflik dan gangguan fungsi jaringan pelayanan transportasi Pedoman resolusi konflik dan penanganan gangguan fungsi jaringan pelayanan transportasi Pedoman analisis dampak keselamatan untuk jaringan pelayanan transportasi

71 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-3 : Keterpaduan Jaringan Pelayanan 71 Kegiatan (Dahan) Perencanaan trayek angkutan penumpang antarmoda terpadu Pembinaan jaringan pelayanan angkutan penumpang antarmoda Pengawasan jaringan pelayanan angkutan penumpang antarmoda terpadu Kriteria Umum (Ranting) 1. Keterpaduan jaringan pelayanan 2. Kapasitas mencukupi 3. Aksesibilitas tinggi 4. Mudah dijangkau 5. Keselamatan 6. Keamanan 7. Kelancaran dan kecepatan 8. Kenyamanan 9. Efektivitas 10. Efisiensi Kebutuhan Standar (Bunga) Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman perencanaan dan pengembangan jaringan pelayanan T1 transportasi angkutan penumpang antar-moda dalam kota Pedoman perencanaan dan pengembangan jaringan pelayanan T1 transportasi angkutan penumpang antar-moda antar kota dalam provinsi Pedoman perencanaan dan pengembangan jaringan pelayanan T1 transportasi angkutan penumpang antar-moda antar kota antar provinsi Pedoman perencanaan dan pengembangan jaringan pelayanan transportasi angkutan penumpang antar-moda internasional dan lintas perbatasan Pedoman tata cara pengusulan dan penetapan jaringan pelayanan angkutan penumpang antar-moda nasional Pedoman evaluasi kelaikan fungsi jaringan pelayanan angkutan antar-moda nasional Pedoman analisis aksesibilitas jaringan pelayanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman analisis optimasi keterpaduan jaringan pelayanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman monitoring dan evaluasi kinerja jaringan pelayanan angkutan penumpang antar-moda Pedoman pemetaan potensi konflik dan gangguan fungsi pada jaringan pelayanan angkutan penumpang antarmoda Pedoman resolusi konflik dan penanganan gangguan fungsi pada jaringan pelayanan angkutan penumpang antarmoda Pedoman analisis dampak keselamatan untuk jaringan pelayanan transportasi angkutan penumpang antar-moda

72 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-4 : Keterpaduan sarana, fasilitas, dan muatan 72 Cabang IV Keterpaduan Sarana, Fasilitas, dan Muatan Transportasi Antar/Multimoda 4. Perencanaan keterpaduan sarana angkut angkutan penumpang antarmoda 1. Perencanaan keterpaduan sarana angkut angkutan 5. Perencanaan keterpaduan fasilitas pendukung angkutan penumpang antarmoda 2. Perencanaan keterpaduan fasilitas pendukung angkutan 3. Perencanaan keterpaduan muatan angkutan

73 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-4 : Keterpaduan sarana, fasilitas, dan muatan Kegiatan (Dahan) Kriteria Umum (Ranting) Perencanaan Efektivitas keterpaduan Efisiensi sarana angkut Keterpaduan angkutan Keselamatan Perencanaan keterpaduan fasilitas pendukung angkutan Efektivitas Efisiensi Keterpaduan Keselamatan Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Standar keterpaduan moda angkutan jalan raya T1 dengan moda angkutan jalan rel untuk muatan kargo dan petikemas Standar keterpaduan moda angkutan jalan raya T1 dengan moda angkutan jalan rel untuk muatan curah Standar keterpaduan moda angkutan laut T1 dengan moda angkutan jalan rel untuk muatan kargo dan petikemas Standar keterpaduan moda angkutan laut T1 dengan moda angkutan jalan rel untuk muatan curah Standar keterpaduan moda angkutan laut T1 dengan moda angkutan jalan raya untuk muatan kargo dan petikemas Standar keterpaduan moda angkutan laut T1 dengan moda angkutan jalan raya untuk muatan curah T1 Standar keterpaduan fasilitas bongkar muat dan pergudangan pada berbagai tipe terminal angkutan Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman evaluasi keterpaduan dan kompabilitas sarana transportasi angkutan barang Pedoman uji laik fungsi sarana angkut transportasi angkutan barang Pedoman perencanaan fasilitas pendukung operasi bongkar muat dan penyimpanan muatan pada transportasi angkutan barang Pedoman penilaian laik fungsi peralatan bongkar muat barang transportasi angkutan barang Pedoman penilaian laik fungsi peralatan pergudangan transportasi angkutan barang

74 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-4 : Keterpaduan sarana, fasilitas, dan muatan 74 Kriteria Umum Kegiatan (Dahan) (Ranting) 3 Perencanaan keterpaduan muatan angkutan Efektivitas Efisiensi Keterpaduan Keselamatan Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) T1 T1 Standar keterpaduan muatan kargo dan petikemas angkutan Standar keterpaduan muatan curah angkutan Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman uji laik fungsi kargo dan petikemas transportasi angkutan barang 4 5 Perencanaan keterpaduan sarana angkut angkutan penumpang antarmoda Perencanaan keterpaduan fasilitas pendukung angkutan penumpang antarmoda Efektivitas Efisiensi Keterpaduan Keteraturan Keselamatan penumpang dan awak operasional Pemenuhan kapasitas Pedoman evaluasi keterpaduan dan kompatibilitas sarana transportasi angkutan penumpang Pedoman uji laik fungsi sarana angkut transportasi angkutan penumpang Pedoman perencanaan keterpaduan fasilitas pendukung pengoperasian transportasi angkutan penumpang

75 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 75 Cabang V Keterpaduan Jaringan Prasarana Transportasi Antarmoda/Multimoda 4. Analisis kelayakan pembangunan terminal terpadu angkutan penumpang antarmoda 5. Perencanaan pembangunan terminal terpadu angkutan penumpang antarmoda 6. Pengoperasian terminal terpadu angkutan penumpang antarmoda 1. Analisis kelayakan pembangunan terminal terpadu angkutan 2. Perencanaan pembangunan terminal terpadu angkutan 3. Pengoperasian terminal terpadu angkutan

76 Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 76 Kegiatan (Dahan) 1 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Analisis kelayakan pembangunan terminal terpadu angkutan Kriteria Umum (Ranting) 1. Kelayakan teknis 2. Kelayakan ekonomi 3. Kelayakan finansial 4. Optimalisasi jaringan pelayanan 5. Ramah lingkungan 6. Keselamatan lalulintas 7. Keamanan pengguna 8. Penjaminan mutu barang Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Standar kelayakan terminal angkutan barang Standar kelayakan lingkungan pembangunan terminal angkutan barang Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman pra-studi kelayakan pembangunan terminal angkutan barang Pedoman perhitungan estimasi jumlah pertumbuhan pengguna pada terminal angkutan barang Pedoman studi kelayakan teknis pembangunan terminal angkutan barang Pedoman studi kelayakan ekonomi pembangunan terminal angkutan barang Pedoman studi kelayakan finansial pembangunan terminal angkutan barang Pedoman penyusunan analisa mengenai dampak lalulintas terminal angkutan barang Pedoman penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan dampak lalulintas terminal angkutan barang Pedoman penyusunan audit dampak lalulintas terminal angkutan barang 2 Perencanaan pembangunan terminal terpadu angkutan 1. Kecukupan kapasitas 2. Keselamatan pengguna 3. Kualitas hasil perencanaan 4. Pengurangan defisiensi utilisasi fasilitas 5. Kenyamanan operasional 6. Ketersediaan terhadap utilitas dan fasilitas pendukung 7. Ketersediaan fasilitas evakuasi 8. Keamanan yang memadai Standar perencanaan terminal angkutan barang Pedoman perencanaan prasarana beserta fasilitas akses terminal angkutan barang Pedoman perencanaan kebutuhan kapasitas ruang pergudangan pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan kebutuhan kapasitas ruang konsolidasi muatan pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan kebutuhan kapasitas ruang muatan pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan kebutuhan kapasitas ruang bongkar-muat pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan geometrik dan kebutuhan kapasitas ruang manuver kendaraan berat pada terminal angkutan barang

77 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 77 Kegiatan (Dahan) 2 Perencanaan pembangunan terminal terpadu angkutan Kriteria Umum (Ranting) 1. Kecukupan kapasitas 2. Keselamatan pengguna 3. Kualitas hasil perencanaan 4. Pengurangan defisiensi utilisasi fasilitas 5. Kenyamanan operasional 6. Ketersediaan terhadap utilitas dan fasilitas pendukung 7. Ketersediaan fasilitas evakuasi 8. Keamanan yang memadai Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Standar perencanaan terminal angkutan barang Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman perencanaan fasilitas informasi dan komunikasi keterpaduan prasarana terminal angkutan barang Pedoman perencanaan kapasitas ruang alih moda pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan geometrik jalan penghubung antar ruang alih moda pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan kapasitas parkir umum dan penitipan kendaraan pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan kapasitas ruang tunggu antarmoda pada terminal angkutan barang Pedoman penataan lansekap terminal angkutan barang Pedoman perencanaan fasilitas penyandang cacat pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan kapasitas ruang dan fasilitas kepabeanan, imigrasi, dan karantina pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan sistem keselamatan (pemadam kebakaran, T1 detector api, hydrant) pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan sistem keamanan (pemagaran batasan areal, T1 CCTV) pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan kapasitas dan rute jalur evakuasi pada terminal angkutan barang Pedoman perencanaan kapasitas kantor manajemen terminal angkutan barang Pedoman perencanaan kebutuhan ruang utilitas (fasilitas telekomunikasi, air bersih, kelistrikan) pada terminal angkutan barang Pedoman tata cara pemenuhan kenyamanan fasilitas interior terminal angkutan barang

78 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA 2 3 Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 78 Kegiatan (Dahan) Perencanaan pembangunan terminal terpadu angkutan Pengoperasian terminal terpadu angkutan Kriteria Umum (Ranting) 1. Kelaikan teknis 2. Kelaikan administasi 3. Penjaminan mutu barang 4. Efektivitas 5. Efisiensi 6. Ketertiban 7. Keteraturan 8. Keamanan 9. Keselamatan 10.Kenyamanan 11. Keberlanjutan 12.Ramah lingkungan 13.Ketepatan waktu 14.Kelancaran dan kecepatan pengiriman 15.Kemudahan capaian pengiriman Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Standar persyaratan uji kelaikan fungsi terminal angkutan barang Standar pengendalian pengoperasian terminal angkutan barang Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman perencanaan kapasitas dan sistem drainase pada terminal angkutan barang Pedoman rancangan teknik terinci kenyamanan, keamanan, dan keselamatan ruang tunggu terminal angkutan barang Pedoman audit keselamatan terhadap hasil perencanaan terminal angkutan barang Pedoman tata cara uji kelaikan teknis (keamanan dan keselamatan) terminal angkutan barang Pedoman tata cara uji kelaikan administratif terminal angkutan barang Pedoman kompilasi data teknis terhadap kondisi operasional terminal angkutan barang Pedoman kompilasi data administrasi terhadap kondisi operasional terminal angkutan barang Pedoman pengendalian operasional prasarana beserta fasilitas akses terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian kapasitas ruang pergudangan pada terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian kapasitas ruang konsolidasi muatan pada terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian kapasitas ruang muatan pada terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian kebutuhan kapasitas ruang bongkar-muat pada terminal angkutan barang

79 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA 3 Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 79 Kegiatan (Dahan) Pengoperasian terminal terpadu angkutan Kriteria Umum (Ranting) 1. Kelaikan teknis 2. Kelaikan administrasi 3. Penjaminan mutu barang 4. Efektivitas 5. Efisiensi 6. Ketertiban 7. Keteraturan 8. Keamanan 9. Keselamatan 10.Kenyamanan 11.Keberlanjuta 12.Ramah lingkungan 13.Ketepatan waktu 14.Kelancaran dan kecepatan pengiriman 15.Kemudahan capaian pengiriman Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Standar pengendalian pengoperasian terminal angkutan barang Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman pengoperasian dan pengendalian kapasitas ruang manuver kendaraan berat pada terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian sistem informasi dan komunikasi keterpaduan prasarana terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian kapasitas ruang alih moda pada terminal angkutan barang Pedoman monitoring dan evaluasi defisiensi keselamatan jalan penghubung antar ruang alih moda pada terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian kapasitas parkir umum dan penitipan kendaraan pada terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian kapasitas ruang tunggu antarmoda pada terminal angkutan barang Pedoman pengendalian lansekap terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian fasilitas penyandang cacat pada terminal angkutan barang Pedoman pengendalian kapasitas ruang dan fasilitas kepabeanan, imigrasi, dan karantina pada terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian sistem keselamatan (pemadam kebakaran, detector api, hydrant) pada terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian sistem keamanan (pemagaran batasan areal, CCTV) pada terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian kapasitas dan rute jalur evakuasi pada terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian dan pengendalian kantor manajemen terminal angkutan barang

80 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 80 3 Kegiatan (Dahan) Pengoperasian terminal terpadu angkutan Kriteria Umum (Ranting) 1. Kelaikan teknis 2. Kelaikan administrasi 3. Penjaminan mutu barang 4. Efektivitas 5. Efisiensi 6. Ketertiban 7. Keteraturan 8. Keamanan 9. Keselamatan 10.Kenyamanan 11.Keberlanjuta 12.Ramah lingkungan 13.Ketepatan waktu 14.Kelancaran dan kecepatan pengiriman 15.Kemudahan capaian pengiriman Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Standar pengendalian pengoperasian terminal angkutan barang Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman pengoperasian dan pengendalian ruang utilitas (fasilitas telekomunikasi, air bersih, kelistrikan) pada terminal angkutan barang Pedoman pengendalian pemanfaatan fasilitas interior terminal angkutan barang Pedoman pengendalian kapasitas dan sistem drainase pada terminal angkutan barang Pedoman pengendalian sistem kenyamanan, keamanan, dan keselamatan ruang tunggu terminal angkutan barang Pedoman audit keselamatan terhadap sistem pengoperasian terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian, monitoring dan evaluasi pemanfaatan fasilitas terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian, monitoring dan evaluasi lalu lintas pengaturan kendaraan keluar-masuk dan parker terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian, pengawasan dan pengendalian keamanan di lingkungan terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian, monitoring dan evaluasi pemanfaatan fasilitas utilitas pada terminal angkutan barang Pedoman pengoperasian pengutipan pajak, retribusi dan biaya sewa fasilitas terminal angkutan barang

81 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 81 Kegiatan (Dahan) Kriteria Umum (Ranting) Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman pra-studi kelayakan pembangunan terminal angkutan penumpang antarmoda 4 Analisis kelayakan pembangunan terminal terpadu angkutan penumpang antar-moda 1. Kelayakan teknis 2. Kelayakan ekonomi 3. Kelayakan finansial 4. Optimalisasi jaringan pelayanan 5. Ramah lingkungan 6. Keselamatan lalulintas 7. Keamanan pengguna Standar kelayakan (teknis, ekonomi, finansial) pembangunan terminal angkutan penumpang antarmoda Standar kelayakan lingkungan pembangunan terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perhitungan estimasi jumlah pertumbuhan pengguna terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman studi kelayakan teknis pembangunan terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman studi kelayakan ekonomi pembangunan terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman studi kelayakan finansial pembangunan terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman penyusunan analisa mengenai dampak lalulintas terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman penyusunan rencana pengelolaan dan pemantauan dampak lalulintas angkutan penumpang antarmoda Pedoman penyusunan audit dampak lalulintas terminal angkutan penumpang antarmoda

82 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 82 5 Kegiatan (Dahan) Perencanaan pembangunan terminal terpadu angkutan penumpang antar-moda Kriteria Umum (Ranting) 1. Kecukupan kapasitas 2. Keselamatan pengguna 3. Kualitas hasil perencanaan 4. Pengurangan defisiensi utilisasi fasilitas 5. Kenyamanan operasional 6. Ketersediaan terhadap utilitas dan fasilitas pendukung 7. Ketersediaan fasilitas evakuasi kebencanaan 8. Keamanan yang memadai Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Standar perencanaan teknis terminal angkutan penumpang antarmoda Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman perencanaan prasarana beserta fasilitas akses terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan fasilitas informasi dan komunikasi keterpaduan prasarana terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan kapasitas ruang alih moda pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan geometrik jalan penghubung antar ruang alih moda pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan kapasitas parkir umum dan penitipan kendaraan pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan kapasitas ruang tunggu antarmoda pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman penataan lansekap terminalangkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan fasilitas penyandang cacat pada terminal angkutan penumpang antarmoda

83 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 83 5 Kegiatan (Dahan) Perencanaan pembangunan terminal terpadu angkutan penumpang antar-moda Kriteria Umum (Ranting) 1.Kecukupan kapasitas 2.Keselamatan pengguna 3.Kualitas hasil perencanaan 4.Pengurangan defisiensi utilisasi fasilitas 5.Kenyamanan operasional 6.Ketersediaan terhadap utilitas dan fasilitas pendukung 7.Ketersediaan fasilitas evakuasi kebencanaan 8.Keamanan yang memadai Kebutuhan Standar/Norm a (Bunga) Standar perencanaan teknis terminal angkutan penumpang antarmoda T1 T1 T1 Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman perencanaan kapasitas ruang dan fasilitas kepabeanan, imigrasi, dan karantina pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan sistem keselamatan (pemadam kebakaran, detector api, hydrant) pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan sistem keamanan (pemagaran batasan areal, CCTV) pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan kapasitas dan rute jalur evakuasi pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan kapasitas kantor manajemen terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan kebutuhan ruang utilitas (fasilitas telekomunikasi, air bersih, kelistrikan) pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman tata cara pemenuhan kenyamanan fasilitas interior terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman perencanaan kapasitas dan sistem drainase pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman rancangan teknik terinci kenyamanan, keamanan, dan keselamatan ruang tunggu terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman audit keselamatan terhadap hasil perencanaan terminal angkutan penumpang antarmoda

84 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 84 6 Kegiatan (Dahan) Pengoperasian terminal terpadu angkutan penumpang antar-moda Kriteria Umum (Ranting) 1. Kelaikan teknis 2. Kelaikan administrasi 3. Penjaminan mutu pelayanan 4. Efektivitas 5. Efisiensi 6. Ketertiban dan keteraturan 7. Keamanan 8. Keselamatan 9. Kenyamanan 10.Keberlanjutan 11.Ramah lingkungan Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Standar persyaratan uji kelaikan fungsi terminal angkutan penumpang antarmoda Standar pengendalian pengoperasian terminal angkutan penumpang antarmoda Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman tata cara uji kelaikan teknis (keamanan dan keselamatan) terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman tata cara uji kelaikan administratif terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman kompilasi data teknis terhadap kondisi operasional terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman kompilasi data administrasi terhadap kondisi operasional terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengendalian operasional prasarana beserta fasilitas akses terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengendalian operasional sistem informasi dan komunikasi keterpaduan jaringan prasarana terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengendalian kapasitas ruang alih moda pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman monitoring dan evaluasi defisiensi keselamatan jalan penghubung antar ruang alih moda pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengendalian kapasitas parkir umum dan penitipan kendaraan pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengendalian operasional ruang tunggu antarmoda pada terminal angkutan penumpang antarmoda

85 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 85 Kegiatan (Dahan) Kriteria Umum (Ranting) Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman pengendalian lansekap terminal angkutan penumpang antarmoda 6 Pengoperasian terminal terpadu angkutan penumpang antar-moda 1. Kelaikan teknis 2. Kelaikan administrasi 3. Penjaminan mutu pelayanan 4. Efektivitas 5. Efisiensi 6. Ketertiban dan keteraturan 7. Keamanan 8. Keselamatan 9. Kenyamanan 10.Keberlanjutan 11.Ramah lingkungan Standar pengendalian pengoperasian terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengoperasian fasilitas penyandang cacat pada terminal angkutan penumpang antarmoda T1 T1 Pedoman pengendalian kapasitas ruang dan fasilitas kepabeanan, imigrasi, dan karantina pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengoperasian sistem keselamatan (pemadam kebakaran, detector api, hydrant) pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengoperasian sistem keamanan (pemagaran batasan areal, CCTV) pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman monitoring dan evaluasi kapasitas dan rute jalur evakuasi pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengendalian operasional kantor manajemen terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengoperasian dan pengendalian ruang utilitas (fasilitas telekomunikasi, air bersih, kelistrikan) pada terminal angkutan penumpang antarmoda

86 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-5 : Keterpaduan jaringan prasarana 86 6 Kegiatan (Dahan) Pengoperasian terminal terpadu angkutan penumpang antar-moda Kriteria Umum (Ranting) 1. Kelaikan teknis 2. Kelaikan administrasi 3. Penjaminan mutu pelayanan 4. Efektivitas 5. Efisiensi 6. Ketertiban dan keteraturan 7. Keamanan 8. Keselamatan 9. Kenyamanan 10.Keberlanjutan 11.Ramah lingkungan Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Standar pengendalian pengoperasian terminal angkutan penumpang antarmoda Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman pengendalian kenyamanan fasilitas interior terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengendalian kapasitas dan sistem drainase pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengendalian sistem kenyamanan, keamanan, dan keselamatan ruang tunggu terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman audit keselamatan terhadap sistem operasional terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengoperasian, monitoring dan evaluasi pemanfaatan fasilitas terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengoperasian, monitoring dan evaluasi lalu lintas pengaturan kendaraan keluar-masuk dan parker terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengoperasian, pengawasan dan pengendalian keamanan di lingkungan terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengoperasian, monitoring dan evaluasi pemanfaatan fasilitas utilitas pada terminal angkutan penumpang antarmoda Pedoman pengoperasian pengutipan pajak, retribusi dan biaya sewa fasilitas terminal angkutan penumpang antarmoda

87 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-6 : Keterpaduan Manajemen 87 Cabang VI Keterpaduan Manajemen Transportasi Antar-/Multi-moda 1. Penentuan arah kebijakan pengembangan transportasi antarmoda/ 6. Pembinaan badan usaha angkutan 2. Penyusunan & perencanaan sistem manajemen terpadu transportasi 3. Penerapan (implementasi) program-program kerja 4. Penilaian kinerja dan pengambilan langkah perbaikan 5. Pengkajian ulang atas hasil-hasil capaian (management review)

88 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-6 : Keterpaduan manajemen 88 Kegiatan (Dahan) Kriteria Umum (Ranting) Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) 1 Penentuan arah kebijakan pengembangan transportasi antarmoda/ Pedoman penentuan arah kebijakan bagi pengembangan usaha angkutan /antarmoda Penyusunan & perencanaan sistem manajemen terpadu transportasi Penerapan (implementasi) programprogram kerja Penilaian kinerja & pengambilan langkah perbaikan Pengkajian ulang atas hasil-hasil capaian (management review) Efektivitas Efisiensi Keterpaduan Keselamatan Pedoman perencanaan sistem manajemen terpadu bagi penyelenggara layanan transportasi angkutan barang Pedoman perencanaan sistem manajemen terpadu bagi penyelenggara layanan angkutan penumpang antarmoda Pedoman implementasi dan pengoperasian sistem manajemen terpadu layanan transportasi /antarmoda Pedoman evaluasi kinerja sistem manajemen terpadu layanan transportasi /antarmoda Pedoman pelaksanaan kegiatan management review bagi sistem manajemen terpadu layanan transportasi /antarmoda

89 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Cabang ke-6 : Keterpaduan manajemen 89 Kegiatan (Dahan) 6 Pembinaan badan usaha angkutan Kriteria Umum (Ranting) Berdaya guna Berhasil guna Efisien dan efektif Peningkatan mutu pelayanan Keseragaman operasional Standard minded Kebutuhan Standar/Norma (Bunga) B B Standar capaian penerapan standar teknis penyelenggaraan angkutan Standar capaian standar kompetensi SDM di bidang angkutan B C C C B B Kebutuhan Pedoman/Norma (Buah) Pedoman tata cara monitoring dan evaluasi badan usaha terhadap penerapan standar teknis kualitas pelayanan angkutan Pedoman tata cara monitoring dan evaluasi badan usaha terhadap penerapan standar teknis keselamatan dan keamanan angkutan Pedoman tata cara monitoring dan evaluasi badan usaha terhadap penerapan standar kompetensi keahlian SDM di bidang angkutan Pedoman tata cara monitoring dan evaluasi badan usaha terhadap penerapan standar kompetensi ketrampilan SDM di bidang angkutan Pedoman tata cara monitoring dan evaluasi badan usaha terhadap pelaksanaan serta pasca pendidikan dan pelatihan (diklat) seritifikasi kompetensi keahlian dan/atau ketrampilan SDM di bidang angkutan Pedoman tata cara monitoring dan evaluasi SDM badan usaha terhadap kepatuhan penerapan dokumen angkutan

90 KEBUTUHAN STANDARDISASI TRANSPORTASI ANTARMODA/ MULTIMODA Rekapitulasi dan distribusi jumlah 90 Ranah (Cabang) Jumlah Standar Pedoman Standar Pedoma T1 T1 n Badan usaha angkutan (BUAM) Keterpaduan layanan transportasi /antarmoda Keterpaduan jaringan pelayanan transportasi Keterpaduan sarana, fasilitas, dan muatan transportasi Keterpaduan jaringan prasarana transportasi Keterpaduan manajemen transportasi Jumlah : Keterangan: T1 = Prioritas tingkat 1, = Prioritas tingkat 2, = Prioritas tingkat 3 47% Standar T1 7% 14% T1 46% Pedoman 28% 58%

91 Transportasi antarmoda/ harus menjadi komitmen bersama para pemangku kepentingan penyelenggaraan transportasi darat (jalan, kereta api, sungai, danau, penyeberangan), laut, dan udara Untuk mewujudkan komitmen tersebut, perlu diawali dengan membangun budaya standardminded dalam penyelenggaraan transportasi antarmoda/ 91

92 92 TERIMA KASIH MATUR NUWUN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.118, 2012 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Penyelenggaraan. Pengusahaan. Angkutan Multimoda. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Pada tahun anggaran 2012, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 368 studi yang terdiri dari 103 studi besar, 20 studi sedang dan 243 studi kecil. Perkembangan jumlah studi dari tahun 2008 sampai

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB. 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 SISTEM TRANSPORTASI 2.1.1 Pengertian Sistem adalah suatu bentuk keterkaitan antara suatu variabel dengan variabel lainnya dalam tatanan yang terstruktur, dengan kata lain sistem

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI JAWA TIMUR TAHUN 2012-2032 GUBERNUR JAWA TIMUR, Menimbang : a. bahwa dalam rangka mencapai

Lebih terperinci

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut.

Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. Badan Litbang Perhubungan telah menyusun kegiatan penelitian yang dibiayai dari anggaran pembangunan tahun 2010 sebagai berikut. A. KEGIATAN POKOK 1. Studi Besar a. Sektoral/Sekretariat 1) Studi Kelayakan

Lebih terperinci

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN

RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN RUU SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DAN HARAPAN SISTEM TRANSPORTASI YANG TERINTEGRASI, AMAN, EFEKTIF, DAN EFISIEN Oleh: Zaqiu Rahman * Naskah diterima: 16 Januari 2015; disetujui: 23 Januari 2015 Keberhasilan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL Kuliah ke 12 PERENCANAAN TRANSPORT TPL 307-3 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL Dalam Peraturan Menteri Perhubungan Nomor: KM.49 Tahun 2005 Tentang Sistem Transportasi Nasional

Lebih terperinci

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA

P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA P E N J E L A S A N ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG I. UMUM ANGKUTAN MULTIMODA Angkutan multimoda (Multimodal Transport) adalah angkutan barang dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Penyusunan Tataran Transportasi Lokal Kota Tual 1.1. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Tataralok Sebagai Acuan Pengembangan Sistem Transportasi Terpadu Transportasi merupakan urat nadi kehidupan masyarakat, yang mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong,

Lebih terperinci

STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA. Sekretaris Badan Litbang Perhubungan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jakarta, Februari 2013

STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA. Sekretaris Badan Litbang Perhubungan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jakarta, Februari 2013 STRATEGI PEMERINTAH DALAM PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MULTIMODA Sekretaris Badan Litbang Perhubungan KEMENTERIAN PERHUBUNGAN Jakarta, Februari 2013 TRANSPORTASI MULTIMODA Menurut United Nations Conference

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Keberhasilan pembangunan sangat dipengaruhi oleh peran transportasi. Karenanya sistem transportasi nasional (SISTRANAS) diharapkan mampu menghasilkan jasa transportasi

Lebih terperinci

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi

Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi Kegiatan Badan Litbang Perhubungan tahun 2014 dapat diuraikan sebagai berikut: 1. Kegiatan studi/penelitian yang terdiri dari studi besar, studi sedang, dan studi kecil yang dibiayai dengan anggaran pembangunan.

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA

MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA MENTERIPERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PM. 8 TAHUN 2012 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran

2017, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2007 tentang Perkeretaapian (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran No.913, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Jasa Pengurusan Transportasi. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 49 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN JASA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA TENTANG NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa angkutan laut sebagai salah satu sarana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Transportasi sebagai urat nadi kehidupan berbangsa dan bernegara, mempunyai fungsi sebagai penggerak, pendorong dan penunjang pembangunan. Transportasi merupakan suatu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi

Perkembangan Jumlah Penelitian Tahun Prioritas Pembangunan Sentra Produksi Koridor Ekonomi Sulawesi Pada tahun anggaran 2013, Badan Litbang Perhubungan telah menyelesaikan 344 studi yang terdiri dari 96 studi besar, 20 studi sedang dan 228 studi kecil. Gambar di bawah ini menunjukkan perkembangan jumlah

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr

2017, No c. bahwa untuk mempercepat penyelenggaraan kewajiban pelayanan publik untuk angkutan barang di laut, darat, dan udara diperlukan progr No.165, 2017 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PELAYANAN PUBLIK. Daerah Tertinggal, Terpencil, Terluar, Perbatasan. Angkutan Barang. Penyelenggaraan. Pencabutan. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor : 17 Tahun 1988 Tanggal: 21 Nopember Presiden Republik Indonesia,

PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor : 17 Tahun 1988 Tanggal: 21 Nopember Presiden Republik Indonesia, PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT Peraturan Pemerintah (Pp) Nomor : 17 Tahun 1988 Tanggal: 21 Nopember 1988 Menimbang : Presiden Republik Indonesia, a. bahwa angkutan laut sebagai salah satu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN KEWAJIBAN PELAYANAN PUBLIK UNTUK ANGKUTAN BARANG DARI DAN KE DAERAH TERTINGGAL, TERPENCIL, TERLUAR, DAN PERBATASAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 61 TAHUN 2009 TENTANG KEPELABUHANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 78,

Lebih terperinci

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL DEPARTEMEN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT POKOK-POKOK PIKIRAN MENGENAI PENGEMBANGAN JARINGAN PELAYANAN DAN PRASARANA TRANSPORTASI DARAT TERPADU DALAM PERSPEKTIF SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan)

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan) Kuliah ke 13 PERENCANAAN TRANSPORT TPL 307-3 SKS DR. Ir. Ken Martina K, MT. BAB IX SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (Lanjutan) Jaringan Transportasi dalam Tatranas terdiri dari : 1. Transportasi antar moda

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan Kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN

BAB 1 BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN BAB 1 1.1 Latar Belakang Sistem transportasi merupakan salah satu bagian penting bagi suatu pembangunan negara. Transportasi menjadi salah satu sektor pendukung kemajuan sistem logistik

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN,

RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PENYELENGGARAAN PELABUHAN PENYEBERANGAN MENTERI PERHUBUNGAN, : a. bahwa dalam Peraturan Pemerintah Nomor 61 tahun 2009 tentang Kepelabuhanan telah diatur ketentuan

Lebih terperinci

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri

Rp ,- (Edisi Indonesia) / Rp ,- (Edisi Inggris) US$ 750 Harga Luar Negeri Hubungi Kami (021) 3193 0108 (021) 3193 0109 (021) 3193 0070 (021) 3193 0102 marketing@cdmione.com www.cdmione.com A ngkutan barang memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan pembangunan suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Moda kereta api berperan untuk menurunkan biaya logistik nasional, karena daya angkutnya yang besar akan menghasilkan efisiensi

Lebih terperinci

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT

BAHAN PAPARAN. Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT BAHAN PAPARAN Disampaikan pada : BIMBINGAN TEKNIS AUDIT PENGERTIAN ISTILAH 1. Bandar Udara adalah lapangan terbang yang dipergunakan untuk mendarat dan lepas landas pesawat udara, naik turun penumpang

Lebih terperinci

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N

2015, No RITJ yang ditetapkan dengan Peraturan Menteri Perhubungan; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 1666-2015 KEMENHUB. Jabodetabek. Rencana Induk Transportasi. Pedoman. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 172 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PENYUSUNAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1046, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Kebandarudaraan. Nasional. Tatanan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR PM 69 TAHUN 2013 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

Lebih terperinci

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (

2016, No Tahun 2007 Nomor 65, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4722); 2. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran ( No.814, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Pendelegasian Wewenang. Menteri Kepada Kepala BPTJ. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 66 TAHUN 2016 TENTANG PENDELEGASIAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita

2012, No.71 2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Kebandarudaraan adalah segala sesuatu yang berkaita LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.71, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Bandar Udara. Pembangunan. Pelestarian. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5295) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un

-2- Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5679); 6. Undang-Un pas GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 78 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG ANGKUTAN JALAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 137

Lebih terperinci

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI

BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI BAB-6 BAB VI ARAH PENGEMBANGAN JARINGAN TRANSPORTASI 6.1 Potensi dan Kendala Dalam menyusun kebijakan dan program perlu memperhatikan potensi dan kendala memperhatikan faktor internal Pemerintah dan faktor

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR

VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR VISI DAN MISI DINAS PERHUBUNGAN KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA KABUPATEN TANAH DATAR Visi dan Misi Dinas Perhubungan Komunikasi dan Informatika Kabupaten Tanah Datar mengacu pada Visi dan Misi instansi di

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG POLA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI WILAYAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN 2010 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN Menimbang : a. bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 13, Pasal 18, Pasal 19, Pasal 20, Pasal

Lebih terperinci

Lex Administratum, Vol. III/No. 5/Juli/2015

Lex Administratum, Vol. III/No. 5/Juli/2015 PENGEMBANGAN PENGATURAN PENGANGKUTAN MULTIMODA DALAM HUKUM PENGANGKUTAN NIAGA DI INDONESIA 1 Oleh : Virginia Gladys Randang 2 ABSTRAK Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penulisan ini adalah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 49 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (SISTRANAS)

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 49 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (SISTRANAS) MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR: KM. 49 TAHUN 2005 TENTANG SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL (SISTRANAS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERHUBUNGAN, Menimbang:

Lebih terperinci

Pesawat Polonia

Pesawat Polonia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara maritim sekaligus negara kepulauan terbesar di dunia, tidak bisa dibantah bahwa pelabuhan menjadi cukup penting dalam membantu peningkatan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 1988 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN PENGUSAHAAN ANGKUTAN LAUT PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa angkutan laut sebagai salah satu sarana

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : TENTANG TATA CARA DAN KRITERIA PENETAPAN SIMPUL DAN LOKASI TERMINAL PENUMPANG SERTA LOKASI FASILITAS PERPINDAHAN MODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG ANGKUTAN MULTIMODA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang Mengingat : bahwa untuk melaksanakan ketentuan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1

DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.1.1 Dasar Hukum... 1 1.1.2 Gambaran Umum Singkat... 1 1.1.3 Alasan Kegiatan Dilaksanakan... 3 1.2 Maksud dan Tujuan... 3 1.2.1 Maksud Studi...

Lebih terperinci

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH

LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-1 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH C-2 LAMPIRAN C DAFTAR ISTILAH 1. Angkutan kereta api adalah kegiatan pemindahan orang dan/atau barang dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kereta api. 2. Awak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah

I. PENDAHULUAN. adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan yang sering dihadapi dalam perencanaan pembangunan adalah adanya ketimpangan dan ketidakmerataan. Salah satu penyebabnya adalah penyebaran investasi yang

Lebih terperinci

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 66 TAHUN 2011 TENTANG RINCIAN TUGAS POKOK DINAS PERHUBUNGAN, INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BALI, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA. pengangkutan barang dari tempat asal ke tempat tujuan dengan lebih efektif dan 30 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PENGANGKUTAN MULTIMODA 2.1. Pengertian Angkutan Multimoda Dengan dikenalnya sistem baru dalam pengangkutan sebagai bagian dari perekonomian saat ini yaitu pengangkutan multimoda

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii

KATA PENGANTAR DAFTAR ISI. Kata Pengantar... i Daftar Isi... ii KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas karunia-nya Buku Informasi Transportasi Kementerian Perhubungan 2012 ini dapat tersusun sesuai rencana. Buku Informasi Transportasi

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 82 TAHUN 1999 TENTANG ANGKUTAN DI PERAIRAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : a. bahwa angkutan di perairan selain mempunyai peranan yang strategis dalam

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.260, 2014 PERHUBUNGAN. Transportasi. Angkutan Jalan. Pencabutan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5594) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Terwujudnya sistem transportasi yang selamat, efektif, efisien dan terpadu dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional.

Terwujudnya sistem transportasi yang selamat, efektif, efisien dan terpadu dalam satu kesatuan sistem transportasi nasional. BAB IV VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN IV.1 Visi Visi adalah suatu pernyataan tentang kondisi ideal masa depan yang realistik, dapat dipercaya dan mengandung daya tarik bagi satu

Lebih terperinci

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH

GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN TENGAH NOMOR 24 TAHUN 2008 T E N T A N G TUGAS POKOK DAN FUNGSI DINAS PERHUBUNGAN, KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH DENGAN

Lebih terperinci

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 151, Tambahan L No.394, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHUB. Terminal Khusus. Terminal untuk Kepentingan Sendiri. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 20 TAHUN 2017 TENTANG

Lebih terperinci

SU Studi Basic Design Rancangan Bangun Pesawat Udara Untuk Flying School. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara

SU Studi Basic Design Rancangan Bangun Pesawat Udara Untuk Flying School. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara SU 2014 03 Studi Basic Design Rancangan Bangun Pesawat Udara Untuk Flying School Pusat Penelitian dan Pengembangan Perhubungan Udara Jakarta: Badan penelitian dan Pengembangan Perubungan, 2014. 468 Hlm.

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2001 TENTANG KEBANDARUDARAAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN,

PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN NOMOR 8 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR BANTEN, Menimbang : a. bahwa untuk mewujudkan keamanan, keselamatan, ketertiban

Lebih terperinci

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR : 3 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA BARAT, Menimbang Mengingat : a. bahwa perhubungan

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1297, 2013 KEMENTERIAN PERHUBUNGAN. Jaringan. Rute. Penerbangan. Angkutan Udara. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 88 TAHUN 2013 TENTANG JARINGAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 1996 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam Undang-undang Nomor 21 Tahun 1992 tentang Pelayaran, telah diatur

Lebih terperinci

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN

PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN UMUM Pelabuhan sebagai salah satu unsur dalam penyelenggaraan pelayaran memiliki peranan yang sangat penting

Lebih terperinci

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47

2015, No Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5468); 4. Peraturan Presiden Nomor 47 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.306, 2015 KEMENHUB. Terminal. Penumpang Angkutan jalan. Pelayanan. Standar. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN 2015 TENTANG STANDAR PELAYANAN

Lebih terperinci

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 SALINAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 32 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN ANGKUTAN TAKSI DAN ANGKUTAN SEWA KHUSUS MENGGUNAKAN APLIKASI BERBASIS

Lebih terperinci

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG

-1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG -1- GUBERNUR ACEH PERATURAN GUBERNUR ACEH NOMOR 118 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI DAN TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN ACEH DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2011 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA, ANALISIS DAMPAK, SERTA MANAJEMEN KEBUTUHAN LALU LINTAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL

PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PENYELENGGARAAN ANGKUTAN LAUT DALAM NEGERI BERDASARKAN SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL http://images.hukumonline.com I. PENDAHULUAN Laut adalah ruang perairan di muka bumi yang menghubungkan daratan dengan

Lebih terperinci

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006

PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN ANALISIS OPERASI & EVALUASI SISTEM TRANSPORTASI SO324 - REKAYASA TRANSPORTASI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA 2006 PENGENALAN DASAR-DASAR ANALISIS OPERASI TRANSPORTASI Penentuan Rute Sistem Pelayanan

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 69 TAHUN 2001 TENTANG KEPELABUHANAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka pelaksanaan otonomi daerah, Pemerintah Daerah diberikan

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR 37 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N

2016, No Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5208); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan (Lembaran N BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.413, 2016 KEMENHUB. Penumpang dan Angkutan Penyeberangan. Daftar. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 25 TAHUN 2016 TENTANG DAFTAR

Lebih terperinci

KERANGKA REGULASI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN

KERANGKA REGULASI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN LAMPIRAN B KERANGKA REGULASI KEMENTERIAN PERHUBUNGAN TAHUN 2015-2019 NO BIDANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN A Pasal Dalam Undang-undang No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu Iintas dan Angkutan Jalan (LLAJ)

Lebih terperinci

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN BUPATI LUMAJANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI LUMAJANG NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, URAIAN TUGAS DAN FUNGSI SERTA TATA KERJA DINAS PERHUBUNGAN DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan

Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Peraturan Pemerintah No. 70 Tahun 1996 Tentang : Kepelabuhanan Oleh : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Nomor : 70 TAHUN 1996 (70/1996) Tanggal : 4 DESEMBER 1996 (JAKARTA) Sumber : LN 1996/107; TLN PRESIDEN

Lebih terperinci

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA

PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA PERENCANAAN ANGKUTAN TRANSPORTASI BARANG REGIONAL DI PELABUHAN BITUNG SULAWESI UTARA RENCANA PROPOSAL Untuk Memenuhi Persyaratan Ujian Seleksi Masuk Program Studi Pasca Sarjana Oleh : SYANNE PANGEMANAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL

PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL MENTERI PERHUBUNGAN REPUBUK INDONESIA PERATURAN MENTER. PERHUBUNGAN NOMOR: KM 11 TAHUN 2010 TENTANG TATANAN KEBANDARUDARAAN NASIONAL Menimbang: a. bahwa dalam Pasal 200 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN NASIONAL TAHUN 2010-2025 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Peran dan Karakteristik Angkutan Kereta Api Nasional Kereta api merupakan salah satu dari moda transportasi nasional yang ada sejak masa kolonial sampai dengan sekarang dan masa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL, PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/ KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG PEDOMAN PENGEMBANGAN KAWASAN BERORIENTASI TRANSIT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA

MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 70/PMK.04/2007 TENTANG KAWASAN PABEAN DAN TEMPAT PENIMBUNAN SEMENTARA MENTERI KEUANGAN, Menimbang : bahwa dalam rangka melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (4), Pasal 10A

Lebih terperinci

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG

PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG - 1-9 BUPATI PENAJAM PASER UTARA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN BUPATI PENAJAM PASER UTARA NOMOR 50 TAHUN 2016 TENTANG STRUKTUR ORGANISASI, TATA KERJA, TUGAS POKOK, FUNGSI DAN RINCIAN TUGAS DINAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena

I. PENDAHULUAN. bernegara dan bermasyarakat yang lebih baik dari kondisi sekarang. Oleh karena I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan sebuah upaya yang dilakukan untuk melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Hal tersebut sejalan dengan pernyataan Afiffudin (2010:42) yang menyatakan

Lebih terperinci

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara.

d. penyiapan bahan sertifikasi kecakapan personil serta penyiapan sertifikasi peralatan informasi dan peralatan pengamatan bandar udara. b. pemberian bimbingan teknis di bidang peralatan informasi dan komunikasi bandar udara dan peralatan pengamanan bandar udara; c. pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang peralatan informasi dan komunikasi

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2007 TENTANG PERKERETAAPIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa transportasi mempunyai peranan

Lebih terperinci

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT 1 BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 38 TAHUN 2014 PERATURAN GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG SISTEM TRANSPORTASI NASIONAL PADA TATARAN TRANSPORTASI WILAYAH PROVINSI

Lebih terperinci