KEGEMPAAN DI WILAYAH JAWA BARAT DAN KEJADIAN GEMPABUMI JAWA BARAT SELATAN TANGGAL 2 SEPTEMBER 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KEGEMPAAN DI WILAYAH JAWA BARAT DAN KEJADIAN GEMPABUMI JAWA BARAT SELATAN TANGGAL 2 SEPTEMBER 2009"

Transkripsi

1 KEGEMPAAN DI WILAYAH JAWA BARAT DAN KEJADIAN GEMPABUMI JAWA BARAT SELATAN TANGGAL 2 SEPTEMBER 2009 Oleh : Supartoyo *) dan Surono **) *) Surveyor Pemetaan Muda di Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi **) Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan gempabumi yang bersumber dari aktivitas zona subduksi di laut dan sesar aktif di darat. Kejadian gempabumi di wilayah ini berpotensi mengakibatkan bencana, seperti kejadian gempabumi Jawa Barat Selatan tanggal 2 September 2009 yang telah mengakibatkan 82 orang meninggal, 21 orang hilang, orang lukaluka, orang mengungsi, bangunan rusak berat, bangunan rusak sedang dan bangunan rusak ringan di wilayah Jawa Barat. Berdasarkan data lokasi pusat gempabumi, kedalaman, mekanisme fokal dan peta batimetri, maka penyebab gempabumi tersebut adalah sistem sesar aktif yang berarah timur laut barat daya (NE SW) yang terletak di Samudera Hindia selatan wilayah Jawa Barat. Kata kunci : sumber gempabumi, Gempabumi Jabarsel, sesar aktif timur laut barat daya (NE SW) Abstract West Java is an area which vulnerable to the earthquake and came from subduction zone and active fault. The occurrence of earthquake in West Java is potentially to disaster, such as demonstrate of destructive earthquake which occurred on September 2, 2009 and causing 82 people died, 21 people lost, people injured, people evacuated, buildings are heavy damage, buildings are moderate damage and buildings are slighty damage. Based on data of epicenter, depth of earthquake, focal mechanism and bathymetry, the earthquake is caused by active fault with NE SW trend which located in the Hindia Ocean southern of West Java. Key word : source of earthquake, earthquake of southern West Java, active fault of NE SW 1. Pendahuluan dan Latar Belakang Masalah Wilayah Jawa Barat merupakan salah satu pusat pertumbuhan perekonomian nasional dengan kehadiran berbagai industri, jasa, dan pariwisata, sehingga wilayah ini merupakan salah satu kawasan vital dan strategis. Ditinjau dari aspek tektonik, wilayah ini merupakan bagian dari pertemuan antara 2 lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Benua Eurasia dan Lempeng Samudera Hindia Australia. Implikasi dari kondisi tersebut mengakibatkan terbentuknya tataan geologi yang memberikan dampak positif maupun dampak negatif. Dampak positif tersebut antara lain, terbentuknya jalur mineralisasi di Pongkor, Cikotok, Ciemas dan Tasikmalaya; cekungan hidrokarbon di Perairan Utara Jawa Barat; potensi panas bumi di wilayah Banten, Garut dan Tasikmalaya; potensi air bawah tanah yang cukup melimpah; potensi bahan galian C, lokasi pariwisata akibat prosesproses geologi dan lain lain. Sedangkan dampak negatif dari kondisi tersebut adalah rawan kejadian bencana alam geologis di wilayah ini, yaitu gempabumi, tsunami, letusan gunungapi dan gerakan tanah. Berdasarkan sejarah kejadian gempabumi merusak, di wilayah Jawa Barat selama kurun waktu empat tahun terakhir telah terjadi 7 kejadian gempabumi merusak, yaitu kejadian Gempabumi Pasirwangi tanggal , Gempabumi Gunung Halu tanggal , Gempabumi Pangandaran tanggal , Gempabumi Jampang Kulon tanggal , Gempabumi 1

2 Tasikmalaya tanggal , Gempabumi Pantura Jawa Barat tanggal , dan terakhir Gempabumi Jawa Barat Selatan tanggal Gambar 1 menunjukkan daerah kawasan rawan gempabumi di Indonesia termasuk didalamnya wilayah Jawa Barat. Beberapa kejadian gempabumi tersebut berkaitan dengan tataan tektonik dan pola struktur geologi di Jawa Barat. Hingga kini telah diidentifikasi 4 (empat) pola struktur geologi di Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994; Yulianto et. al, 2007) yaitu, pola timur laut barat daya (NE SW), barat laut tenggara (NW SE), utara selatan (N S) dan barat timur (W E). Penyebab kejadian gempabumi Jawa Barat Selatan pada tanggal yang lalu masih menyimpan tekateki tentang penyebabnya, apakah disebabkan oleh aktivitas zona subduksi, sesar aktif pada zona prismatik akresi atau disebabkan oleh sistem sesar aktif lainnya. Tulisan ini membahas tentang kegempaan di wilayah Jawa Barat dan gempabumi yang terjadi pada tanggal Pembahasan tersebut didasarkan pada data kegempaan, sejarah gempabumi merusak, referensi dari penulis terdahulu, data dari USGS (United State Geological Survey), BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika), dan hasil pemeriksaan Tim Tanggap Darurat Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Analisis penyebab gempabumi didasarkan pada data lokasi episenter, kedalaman pusat gempabumi, mekanisme fokal dan peta batimetri. Gambar 1. Peta wilayah rawan gempabumi di Indonesia dan wilayah Jawa Barat merupakan salah satu wilayah rawan gempabumi (Supartoyo dan Surono, 2008). 2. Tataan Tektonik Wilayah Jawa Barat yang merupakan bagian dari Pulau Jawa menurut pembagian tektonik (tectonic province) merupakan bagian dari kawasan Indonesia barat. Menurut pembagian fisiografi dari Van Bemmelen (1949), wilayah Jawa Barat bagian utara merupakan dataran rendah yang tersusun oleh endapan aluvial. Bagian tengah merupakan Zona Bogor, Zona Bayah dan Zona Bandung yang tersusun oleh endapan sedimen berumur Tersier. Sedangkan bagian selatan merupakan Pegunungan Selatan. Dari tinjauan tektonik, Pulau Jawa merupakan bagian dari Paparan Sunda (Hall, 2002) (Gambar 2). Paparan Sunda merupakan suatu mosaik yang terdiri dari lempeng lempeng mikro yang 2

3 mulai menyatu pada Jaman Trias Akhir (Pulunggono dan Cameron 1984, dalam Pulunggono dan Martodjojo, 1994). Tektonik Wilayah Jawa Barat tidak terlepas dari tumbukan antara Lempeng Benua Eurasia yang bergerak lambat ke arah tenggara dengan kecepatan sekitar 0,4 cm/ tahun dan berinteraksi dengan Lempeng Hindia Australia yang bergerak relatif ke arah utara dengan kecepatan sekitar 7 cm/ tahun (Minster dan Jordan, 1978 dalam Yeat et. al, 1997). Tumbukan tersebut menghasilkan sejumlah elemen tektonik berupa jalur magmatik, zona penunjaman dan pembentukan pola struktur geologi. Pada Jaman Kapur tumbukan tersebut berarah timur laut barat daya, dan sejak Jaman Tersier arah tumbukan berubah menjadi barat timur (Katili, 1975), hingga sekarang. Pola struktur geologi suatu wilayah sangat terkait dengan aspek kegempaan, terutama struktur geologi yang masih aktif bergerak, yaitu sesar aktif. Sesar aktif merupakan sumber gempabumi yang tersebar di darat maupun di laut. Oleh karena itu mempelajari pola struktur geologi suatu wilayah sangat penting untuk menganalisis kaitannya dengan penyebab gempabumi km Gambar 2. Tataan tektonik kawasan Indonesia barat (Hall, 2002). Arah panah menunjukkan pergerakan lempeng. Pola struktur geologi di Pulau Jawa dapat dibagi menjadi 4 (empat) (Pulunggono dan Martodjojo,1994; Yulianto et. al, 2007), yaitu pola timurlaut baratdaya (NE SW), baratlaut tenggara (NW SE), utara selatan (N S) dan barat timur (WE). Keempat pola struktur geologi tersebut juga tercermin pada peta geologi lembar Jawa bagian barat (Ratman dan Gafoer, 1998). Pola timur laut barat daya (NE SW) Pulunggono dan Martodjojo (1994) menyebut pola timurlaut baratdaya (NE SW) ini dengan sebutan Pola Meratus, diwakili oleh Sesar Cimandiri di Jawa Barat yang dapat diikuti ke timurlaut sampai batas timur Cekungan Zaitun dan Cekungan Biliton. Pola ini muncul di daratan Jawa Tengah dan sebagian kecil di daratan Jawa Timur. Pola Meratus merupakan arah yang dominan di kawasan lepas pantai utara, seperti yang ditunjukkan oleh sesar pembatas Cekungan Pati, Flores, Central Deep Tuban, serta tinggian Bawean, Karimunjawa dan Masalembo (Nayoan dkk, 1972 dalam Pulunggono dan Martodjojo, 1994 ). Di Pulau Jawa lanjutan dari Cekungan Muria, Tuban serta tinggian Bawean terlihat jelas dari data satelit (Chotin, dkk 1984 dalam Pulunggono dan Martodjojo, 1994 ). Pola Meratus merupakan pola tertua yang terbentuk di Pulau Jawa. Sesar sesar di Pola Meratus diketahui berumur mulai 3

4 Kapur sampai Paleosen. Di Pulau Jawa sesar sesar ini aktif kembali pada umurumur yang lebih muda. Pola utara selatan (N S) Pulunggono dan Martodjojo (1994) menyebut pola utara selatan (N S) dengan sebutan Pola Sunda. Pola ini mengontrol cekungan yang terdapat di pantai utara Jawa Barat dan dominan terdapat di daratan wilayah Jawa bagian barat. Data seismik di lepas pantai Jawa Barat (Cekungan Zaitun), menunjukkan bahwa arah Sunda ini mengaktifkan kembali Pola Meratus pada umur Eosen Akhir Oligosen Akhir. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa Pola Sunda tersebut lebih muda dari Pola Meratus (Pulunggono dan Martodjojo, 1994) Pola barat timur (W E) Pulunggono dan Martodjojo (1994) menyebut pola barat timur (W E) sebagai Pola Jawa. Di Jawa Barat pola ini diwakili oleh sesar naik seperti Baribis, serta sesarsesar di Zona Bogor. Di Jawa Tengah hampir semua sesarsesar di jalur Serayu Utara dan Selatan mempunyai arah hampir barattimur. Sedangkan di Jawa Timur, pola sesar pada Pegunungan Kendeng juga berarah barat timur. Pola Jawa merupakan pola termuda yang mengaktifkan kembali seluruh pola yang ada sebelumnya (Pulunggono dan Martodjojo, 1994). Pola baratlaut tenggara (NW SE) Pola ini berarah baratlaut tenggara (NW SE) dan bersesuaian dengan pola utama struktur di Pulau Sumatera. Pola ini dominan berkembang di wilayah Banten yang letaknya relatif dekat dengan Pulau Sumatera. Berdasarkan sebaran batuan dan pola gaya berat wilayah Banten dikenal dengan sebutan Blok Banten yang diperkirakan dibatasi oleh struktur geologi berarah timurlaut baratdaya (NNE SSW) dan wilayah Jawa Barat (Nishimura, et. al., 1992). Salah satu sesar di wilayah Jawa Barat yang mengikuti pola ini adalah Sesar Baribis yang membentang di wilayah Majalengka. Sedangkan di Jawa Tengah dan Jawa Timur pola ini jarang ditemukan. Sesar yang memiliki pola ini diperkirakan aktif karena mengikuti keaktifan sesar utama Pulau Sumatera. Gambar 3. Pola struktur Pulau Jawa (Pulunggono & Martodjojo, 1994). 4

5 Gambar 4. Diagram roset yang memperlihatkan 4 (empat) pola struktur geologi di Pulau Jawa (Yulianto dkk, 2007). Hasil dan Pembahasan Kegempaan dan Sumber Gempabumi Berdasarkan data katalog kegempaan USGS tahun terlihat sebaran pusat gempabumi di wilayah Jawa Barat yang terletak di darat maupun di laut (Gambar 5). Sebaran kegempaan dengan kedalaman 0 40 km yang termasuk kegempaan dangkal terlihat lebih dominan di laut terutama di sekitar zona subduksi dibandingkan sebaran di darat. Sebaran kegempaan di darat dengan kedalaman sekitar 100 km hingga 200 km berkaitan dengan aktivitas zona subduksi. Sebaran kegempaan di laut Jawa pada kedalaman lebih dari 200 km, masih berkaitan dengan aktivitas zona subduksi. Gempabumi yang terjadi pada tanggal 9 Agustus 2007 pada kedalaman 286 km dengan magnituda 7 Skala Richter (SR) merupakan aktivitas zona subduksi. Kejadian gempabumi tersebut terjadi pada malam hari dan mengagetkan sebagian penduduk di kota Bandung dengan skala intensitas IV V MMI (Modified Mercally Intensity). Gempabumi yang bersumber dari Zona Subduksi dapat dibagi menjadi 2 lajur, yaitu lajur interplate atau megathrust dengan kedalaman 0 50 km dan lajur intraplate atau Benioff zone dengan kedalaman km (Crouse 1992, dalam Kertapati 2006). Sebaran kegempaan di darat dengan kedalaman dangkal (kurang dari 70 km) pada umumnya berkaitan dengan aktivitas struktur geologi setempat (Scholz, 1990), dalam hal ini adalah sesar aktif. Dari Gambar 6 terlihat beberapa kejadian gempabumi terletak di darat dengan kedalaman kurang dari 40 km di wilayah Jawa Barat yaitu di wilayah Sukabumi, Bogor, Cianjur, Majalengka, Garut, Kuningan dan Tasikmalaya. Kejadian gempabumi itu tentunya berkaitan dengan keberadaan sesar di wilayah tersebut. Berdasarkan sebaran struktur geologi dan beberapa kejadian gempabumi merusak, Soehaimi dkk (2004) membagi wilayah Jawa Barat terbagi menjadi 5 lajur sumber gempabumi (gambar 6), yaitu : 1. Sumber gempabumi MerakUjung Kulon. 2. Sumber gempabumi BogorPuncakCianjur. 3. Sumber gempabumi SukabumiPadalarangBandung. 4. Sumber gempabumi PurwakartaSubangMajalengkaBumiayu. 5. Sumber gempabumi GarutTasikmalayaCiamis. 5

6 Gambar 5. Peta sebaran kegempaan wilayah pantai selatan Jawa Barat dan Banten tahun (sumber USGS, 2008). Gambar 6. Peta sumber gempabumi di Jawa Barat dan Banten (Soehaimi dkk, 2004). Berdasarkan data mekanisme fokal wilayah Jawa dan Sumatera, kejadian gempabumi di selatan Jawa Barat pada umumnya memperlihatkan mekanisme sesar naik dengan arah kompressi dari selatan. Sedangkan di wilayah Selat Sunda memperlihatkan mekanisme sesar mendatar yang berkaitan dengan bagian ujung selatan Sesar Sumatera. Fenomena yang agak berbeda ditemukan di selatan Jawa Timur yang memperlihatkan didominasi oleh sesar normal. Sesar normal ini kemungkinan berkaitan dengan regangan akibat kompresi pada zona penunjaman. Sebaran mekanisme fokal selengkapnya ditampilkan pada gambar berikut ini. 6

7 Gambar 7. Sebaran mekanisme fokal kegempaan dangkal dengan magnituda lebih besar 5 di Pulau Sumatera dan Jawa berdasarkan data dari katalog CMT Harvard (Lasitha, et. al, 2006). 2.1 Sejarah Kejadian Gempabumi Merusak di Jawa Barat Kegempaan di wilayah Jawa Barat bersifat merusak (destructive earthquake). Kegempaan ini umumnya berasal dari pergerakan sistem sesar aktif di darat. Meskipun magnituda tidak besar, gempa jenis tersebut memiliki kedalaman dangkal dan bersumber dekat dengan pemukiman dan aktivitas penduduk. Sedangkan gempabumi yang bersumber dari zona subduksi jarang yang bersifat merusak, karena terletak cukup jauh dari pemukiman dan aktivitas penduduk, berpotensi menyebabkan tsunami, seperti yang terjadi pada tanggal Kejadian gempabumi yang bersumber di darat pada umumnya dapat memicu terjadinya bencana geologi lainnya berupa longsoran antara lain kejadian Gempabumi Sumedang tahun 1972, Gempabumi Palabuhanratu tahun 1973, Gempabumi Majalengka tahun 1990, Gempabumi Sukabumi tahun 2000, Gempabumi Gunung Halu tahun 2005, longsoran di Cianjur akibat gempabumi Jawa Barat Selatan mengakibatkan 31 orang meninggal dan 21 orang hilang. Wilayah Jawa Barat paling sedikit telah mengalami sebanyak 34 kejadian bencana gempabumi. Kejadian ini merupakan yang tertinggi untuk bencana gempabumi di Pulau Jawa, disusul oleh Jawa Tengah 25 kejadian, Jawa Timur 22 kejadian, Banten 6 kejadian dan Yogyakarta 5 kejadian. Tabel berikut ini menampilkan kejadian bencana gempabumi di Jawa Barat sejak tahun 1833 hingga sekarang. Tabel 1. Sejarah kejadian gempabumi merusak di Jawa Barat (modifikasi dari Supartoyo dan Surono, 2008). NO NAMA GEMPA TANGGAL PUSAT GEMPA KDLM (KM) MAG SKALA MMI KERUSAKAN 1. Jakarta & Jawa Barat 28/01/1833 III Beberapa bangunan rusak & retak di dinding. 2. BogorCianjur 10/10/1834 IIIX Terjadi kerusakan bangunan dan retakan jalan antara BogorCianjur. 7

8 3. Pantai selatan Jabar (Tsunami) 1840 Diperkirakan terjadi tsunami di pantai selatan Jabar (?) 4. Bogor 25/05/1843 III Getaran terasa di Bogor, menyebabkan kerusakan bangunan. 5. Cianjur 15/2/1844 III Kerusakan pada rumah penduduk. 6. Bogor 20/12/1852 IIIX Beberapa bangunan roboh. 7. Cirebon 30/11/1853 Retakan pada dinding bangunan. 8. Pantai selatan Jabar (Tsunami) 20/10/1859 Diperkirakan terjadi tsunami di pantai selatan Jabar (?) 9. Karawang 24/5/1862 Retakan pada dinding bangunan. 10. Ciamis 5/2/1873 Beberapa bangunan retak. 11. Kuningan 25/10/1875 III 7 orang meninggal, 628 rumah hancur, di Kuningan, Sumedang dan Manonjaya. 12. Sukabumi 14/1/1900 I Kerusakan pada bangunan. Getaran terasa di Priangan dan Banten 13. Rajamandala 15/12/1910 Retakan pada dinding bangunan. 14. Campaka, Bogor 21/1/1912 Retakan pada dinding bangunan. 15. Pantai selatan Jabar (Tsunami) 11/9/1921 7,2 Diperkirakan terjadi tsunami di pantai selatan Jabar. 16. Sukabumi 02/11/1969 6,5ºLS 107,1ºBT 57 5,4 V Di Sukabumi beberapa bangunan roboh. Di Campaka, Bogor beberapa bangunan retak dinding. 17. Sumedang 19/12/1972 6,9ºLS 107,8ºBT 4,5 Kerusakan pada bangunan tua. Terjadi longsoran dan nendatan tanah di Cibunar, Sumedang, Pasaribu dan Rancakalong. 18. Palabuhanratu 26/11/1973 6,8ºLS 106,6ºBT 62 4,9 V Retakan tanah dan bangunan di Citarik dan Cidadap. 19. Tasikmalaya 2/11/1979 8,6ºLS 107,8ºBT 64 6,4 I Di Tasikmalaya : rumah, 24 sekolah, 32 masjid rusak. Di Garut : 10 org meninggal, 12 org lukaluka, bangunan tua roboh & terjadi retakan tanah. 20. Tasikmalaya 16/4/1980 8,25ºLS 108,8ºBT 33 6,4 Retakan dinding di Singaparna, Garut, Sukawening, Pasanggrahan, Jamberea, Caringin dan Cilacap. Di Singajaya 10 bangunan SD rusak. 21. Sukabumi 10/2/1982 7,0ºLS 106,9ºBT 25 5,5 I 4 orang lukaluka, kerusakan berat hingga ringan pada bangunan. 22. Majalengka 6/7/1990 6,55ºLS 108,2ºBT 14 5,8 III bangunan roboh di Cengal, Wanahayu dan Sukamenak. Terjadi longsoran & retakan tanah sepanjang 10 km. 23. Cicalengka 18/8/2000 7,0ºLS 107,8ºBT 36 4,4 Retakan pada dinding rumah di Desa Marga Asih, Narawita & Waluya, Kecamatan Cicalengka. 24. Sukabumi 12/07/ WIB 6,9ºLS 106,9ºBT 33 5,1 V Di Sukabumi : 35 orang lukaluka, 365 bangunan rusak berat & 633 bangunan rusak ringan. Terjadi 8

9 Majalengka Kuningan Lembang Bandung Pasirwangi, Garut Gunung Halu, Bandung Pangandaran (Tsunami) Jampang Kulon Tasikmalaya Pantura Jawa Barat Selatan 28/06/ /3/ :38:09,4 WIB 11/7/ ,24 WIB 2/2/ :55:15 WIB 15/4/ :06 WIB 17/7/ :19:24 WIB 30/9/ :00:00 WIB 1/2/2007 9/8/ :04:58 WIB 2/9/ :55:00 WIB 7,2ºLS 108,39º BT 6,52ºLS 108º BT 6,73 o LS 107,81 o BT 7,2 LS 108,7 BT 7,19 LS 107,45 BT 9,311 LS 107,284 BT 94 km barat daya Sukabumi 7,77 LS 107,19 BT 6,17 LS 107,66 BT 8,24 LS 107,32 BT 33 kurang dari ,1 SR 4,8 SR 4,2 SR 4,2 SR 5 SR 7,7 Mw 5,2 SR 5,8 Mw 7 SR 7,3 SR I IVV IIIIV V V IV V V V I retakan tanah. RS Cibadak dindingnya retak. Di Bogor : 8 org lukaluka, 198 rumah rusak berat & 105 rumah rusak ringan di Kec. Cijeruk. Kerusakan terparah di Kec. Talaga, berupa rumah roboh, retakan pada dinding dan lantai rumah. Kerusakan bangunan di Kecamatan Cilimus dan Mandirancan berupa retakan dinding. Satu bangunan tua roboh di desa Caracas. 1 bangunan tua rusak di Desa Cihideung, Lembang. Getaran terasa di wilayah Bandung timur. Kerusakan bangunan dan rumah penduduk di Kab. Garut (Kec. Pasirwangi, Cisurupan, Sukaresmi & Samarang dan Kab. Bandung (Kec. Keratasari). 139 rumah penduduk, sekolah & sarana ibadah rusak di Kec. Gunung Halu, terjadi longsor. Lebih dari 550 orang meninggal akibat tsunami, ratusan orang lukaluka di pantai selatan Jabar, Jateng & Yogya. Tsunami melanda pantai Pangandaran, pantai Kebumen, pantai Cilacap, pantai Samas, pantai Parang Tritis Yogyakarta, runup ± 1 6 m, jarak inundasi ± m. 4 rumah penduduk rusak ringan di wilayah Jampang Kulon, Sukabumi. 2 sekolah mengalami kerusakan di Tasikmalaya. 1 org meninggal di Kec. Bogor Utara, Bogor. Indramayu : 3 steam turbin generator di kilang UP Pertamina Balongan,berhenti. Tasikmalaya : 10 rumah rusak di Bojonggambir & SD Giri Atikan dindingnya roboh. Ciamis : 2 rumah rusak di Kec. Purwadadi. Sukabumi : 4 rumah & 1 masjid rusak ringan di Kec. Lengkong, 1 rumah roboh dindingnya di Kec. Simpenan & 1 rumah dapurnya roboh di Kec. Pelabuhan Ratu. 82 orang meninggal, 21 orang hilang, orang lukaluka, orang mengungsi di Jawa Barat rumah rusak berat, rusak sedang, rusak ringan dan 490 sekolah roboh. Longsoran besar di Desa Cikangkareng, Kec. Cibinong, Cianjur menimbun 30 orang. Bencana terjadi di Kabupaten Sukabumi, Bandung, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan & Cilacap. Tsunami dengan runup ± 1 2 meter di pantai Pameungpeuk. 9

10 2.2 Gempabumi Jawa Barat Selatan Tanggal Pada hari Rabu sore tanggal 2 September sekitar pukul WIB masyarakat di wilayah Jawa Tengah, Jakarta, Banten dan khususnya Jawa Barat dikejutkan dengan goncangan gempabumi cukup kuat. Berdasarkan informasi dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) kejadian gempabumi tersebut terjadi pada hari Rabu tanggal 2 September 2009 pukul 14:55:00 WIB, pusat gempabumi berada pada koordinat 8,24 LS dan 107,32 BT, dengan magnituda 7,3 SR (Skala Richter) pada kedalaman 30 km. Sedangkan menurut informasi dari USGS pusat gempabumi berada pada koordinat 7,778 LS dan 107,328 BT, dengan magnituda 7,0 Mw (Momen Magnituda) pada kedalaman 49,5 km. Beberapa media massa dan elektronik menyebutkan bahwa kejadian gempabumi tersebut merupakan Gempabumi Tasikmalaya, karena bencananya terjadi di wilayah Kabupaten Tasikmalaya. Akan tetapi sebutan kejadian gempabumi tanggal 2 September 2009 sebagai gempabumi Tasikmalaya kurang tepat. Karena intensitas gempabuminya paling besar yaitu mencapai skala I MMI (Modified Mercally Intensity) dan konsentrasi bencana lebih banyak terjadi di wilayah Jawa Barat selatan yaitu di Cianjur selatan dan Garut selatan. Oleh karena itu, penamaan lebih tepat dari gempa tersebut adalah Gempabumi Jawa Barat Selatan atau dapat disingkat Jabarsel. Kejadian gempabumi utama yang terjadi diikuti oleh beberapa kali gempabumi susulan dengan magnituda yang semakin mengecil. Berdasarkan data dari Pos Pengamatan Gunungapi Guntur tercatat sebanyak 9 kejadian gempabumi susulan pada hari pertama. Analisis penyebab gempabumi dilakukan berdasarkan data kedalaman, mekanisme fokal dan penafsiran struktur (menggunakan peta batimetri dari Budiono, 2003) dan Shuttle Radar Topography Mission (SRTM). USGS telah mengeluarkan 3 jenis mekanisme fokal setelah kejadian gempabumi tersebut, yaitu USGS BodyWave Moment Tensor Solution, USGS W Phase Moment Tensor Solution dan USGS Centroid Moment Tensor Solution. Dari ketiga meknisme fokal tersebut menunjukkan mekanisme oleh sesar naik dengan pola sesar berarah timur laut (NE) (Gambar 9). USGS dalam keterangannya setelah terjadi gempabumi tersebut masih menganalisis apakah penyebab kejadian gempabumi tersebut berkaitan dengan aktivitas zona subduksi karena dari bentuk mekanisme fokal menunjukkan pola yang berbeda dengan pola subduksi. Berdasarkan data batimetri dari Budiono dkk (2003) dan SRTM terlihat beberapa kelurusan berarah timur laut (NE) di Samudera Hindia selatan Jawa Barat. Pola sesar berarah NE juga terdapat di selatan Jawa Tengah (Pulunggono dan Martodjodjo, 1994) dan di selatan Malingping, Banten (Yulianto dkk, 2007). Kedalaman pusat gempabumi adalah 49 km (USGS, 2009). Berdasarkan kedalaman penunjaman dari Kertapati dkk (1998) apabila kejadian gempabumi tersebut berkaitan dengan aktivitas zona subduksi (Benioff Zone) maka kedalaman gempa sekitar 100 km (Gambar 10). Dengan demikian diperkirakan bahwa kejadian gempabumi Jabarsel tanggal 2 September 2009 berkaitan dengan sesar aktif berarah timur laut (NE). Kesimpulan ini perlu didukung dengan data kegempaan yang terjadi di selatan wilayah Jawa Barat. Kejadian gempabumi Jabarsel tanggal 2 September 2009 tersebut telah mengakibatkan 82 orang meninggal, 21 orang hilang, orang lukaluka, dan orang mengungsi di Jawa Barat. Korban terbanyak tercatat di wilayah Cianjur akibat tertimpa longsoran. Sebanyak rumah rusak berat, rumah rusak sedang, rumah rusak ringan dan 490 sekolah roboh. Longsoran besar terjadi di Desa Cikangkareng, Kecamatan Cibinong, Cianjur yang menimbun 30 orang. Bencana terjadi di Kabupaten Sukabumi, Bandung, Cianjur, Garut, Tasikmalaya, Ciamis, Kuningan & Cilacap. Bencana terparah melanda kawasan selatan Jawa Barat yang berlokasi di dekat pusat gempabumi. Tsunami dengan run up ± 1 2 meter teramati di pantai Pameungpeuk. 10

11 Best Double Couple:Mo=4.2*10**19 NP1:Strike=214 Dip=48 Slip= 72 NP2: Best Double Couple:Mo=3.1*10**19 NP1:Strike= 49 Dip=46 Slip= 113 NP2: Best Double Couple:Mo=3.9*10**19 NP1:Strike= 57 Dip=50 Slip= 115 NP2: P ####### ############ ################# ################### #################### ######## ########## ######### T ######### ######### ######## #################### ################### ################# ############### ########### ## # ###### ########### ############### P ################ ################## ################### ####### ######### ######## T ######## ######### ####### ################## ################ ############### ############ ######### #### #### ## ###### ########### ############### ################### ################### ####### ########## ######## T ######### ######### ######## ################### ################## ################# ############### ############ ####### #### P ### ## a b c Gambar 8. Mekanisme fokal gempabumi Jabarsel tanggal 2 September 2009 menurut USGS BodyWave Moment Tensor Solution (a), USGS WPhase Moment Tensor Solution (b) dan USGS Centroid Moment Tensor Solution (c). Gambar 9. Peta kelurusan berarah NE SW di selatan Jawa Barat. Kedalaman penunjaman mengacu kepada Kertapati dkk (1998). 11

12 Gambar 10. Peta batimetri di Samudera Hindia Pulau Jawa (Budiono, 2003). Tanda bintang merupakan pusat gempabumi. Di Kabupaten Garut kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 8 orang meninggal, 164 orang lukaluka, orang mengungsi, ratusan bangunan mengalami kerusakan. Kerusakan terparah menimpa Kecamatan Cikelet dan Pameungpeuk yang terletak pada endapan aluvial pantai dan sungai. Retakan tanah ditemukan sepanjang lembah di Kampung Genteng, Desa Tanjung Jaya, Kecamatan Banjarwaji, berukuran panjang 2 10 meter dan lebar 2 3 cm. Retakan tanah tersebut berpotensi untuk terjadi gerakan tanah apabila dipicu oleh hujan ataupun goncangan kuat gempabumi dan mengancam sekitar 50 rumah penduduk di wilayah RT 01, RT 02, RW 06 Kp. Genteng, Ds. Tanjung Jaya, Kec. Banjarwaji. Retakan tanah sepanjang 15 meter dengan arah N 302 o E teramati di Kampung Babakan Nangka, Desa Sukanagara, Kecamatan Cisompet dan menghancurkan sebuah rumah penduduk. Di pantai Cikelet teramati jejak air laut naik setelah kejadian gempabumi utama dan menurut seorang nelayan air laut tersebut naik setelah sekitar 30 menit dari kejadian gempabumi. Di Kabupaten Tasikmalaya kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 5 orang meninggal, 108 orang lukaluka, orang mengungsi, ratusan bangunan mengalami kerusakan. Kerusakan bangunan pada umumnya disebabkan oleh konstruksi bangunan tidak dirancang tahan gempabumi, lokasi bangunan terletak pada bagian atas punggungan dan pada endapan rombakan gunungapi muda. Tidak teramati adanya jejak tsunami di pantai selatan Kabupaten Tasikmalaya. Kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan semburan air bercampur pasir halus berwarna putih keruh di Kampung Pasir Gede (Cibitu), Desa Sukahening, Kecamatan Sukahening dengan debit sekitar 330 ml/detik. Kejadian gempabumi tersebut juga mengakibatkan retakan di puncak Gunung Galunggung. Berdasarkan hasil pengukuran GPR (Ground Penetrating Radar) pada bagian atas Gunung Galunggung dan hasil analisis radargram oleh tim Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi retakan tersebut hanya terjadi pada permukaan tanah dan tidak menerus secara vertikal (ke dalam tanah). Tidak terlihat adanya offset mulai permukaan ke arah vertikal dari refleksi radargram. Di Kabupaten Cianjur kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 31 orang meninggal, 22 orang lukaluka, 21 orang hilang dan orang mengungsi. Korban meninggal dan hilang diakibatkan oleh longsoran batu dalam dimensi besar yang dipicu oleh kejadian gempabumi di Desa Cikangkareng, Kecamatan Cibinong. Di Kabupaten Bogor kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 2 orang meninggal, 9 orang lukaluka, 21 orang hilang dan 663 orang mengungsi. Sejumlah bangunan mengalami kerusakan. Di Kabupaten Sukabumi kejadian gempabumi tersebut mengakibatkan 3 orang meninggal, 1 korban akibat longsoran tebing yang disebabkan getaran gempabumi dan 20 orang lukaluka. Wilayah yang mengalami kerusakan paling parah adalah di Desa Neglasari, Kecamatan 12

13 Purabaya, Kecamatan Sagaranten, Kecamatan Palabuhanratu dan Kecamatan Simpenan. Di Kabupaten Bandung kejadian gempabumi mengakibatkan 22 orang meninggal dunia, 681 orang lukaluka dan orang mengungsi. Retakan tanah sepanjang 300 m terjadi di jalan raya Bandung Pengalengan pada km 2 dan longsoran di km 7. Di Kabupaten Ciamis kejadian gempabumi mengakibatkan 7 orang meninggal dunia, 37 orang luka berat, 170 orang luka ringan, orang mengungsi, 884 rumah hancur, rumah rusak berat dan rumah rusak ringan. Fasilitas umum yang mengalami kerusakan : 494 masjid rusak berat, 267 sarana pendidikan rusak, 68 kantor rusak dan 6 jembatan rusak. Di Kabupaten Cilacap kejadian gempabumi mengakibatkan 1 orang luka ringan, 98 rumah hancur, 408 rusak berat dan 739 rusak ringan. Fasilitas umum yang mengalami kerusakan yaitu 1 balai desa roboh, 3 rusak berat, dan 1 rusak ringan, 3 sekolah rusak berat, 3 pasar rusak berat dan 1 rusak ringan, 2 musholla rusak berat dan 1 rusak ringan. Dengan demikian cukup luas dampak yang terjadi akibat kejadian gempabumi tersebut terutama di wilayah Jawa Barat selatan yang terletak lebih dekat ke lokasi pusat gempabumi. 3. Kesimpulan Wilayah Jawa Barat merupakan wilayah rawan bencana gempabumi, paling tidak telah terjadi sebanyak 34 kali bencana gempabumi di wilayah ini sejak tahun 1833 hingga sekarang. Gempabumi yang terjadi di wilayah ini bersumber dari zona interplate atau megathrust, intraplate atau zona Benioff dan sistem sesar aktif di darat (MerakUjung Kulon, BogorPuncak Cianjur, SukabumiPadalarangBandung, PurwakartaSubangMajalengkaBumiayu dan Garut TasikmalayaCiamis). Gempabumi Jabarsel tanggal 2 September 2009 telah mengakibatkan bencana di wilayah Jawa Barat yang disebabkan oleh sesar naik berarah timur laut (NE) di Samudera Hindia. Sumber gempabumi yang terdapat di Jawa Barat masih banyak yang belum teridentifikasi baik yang di darat maupun di laut. Oleh karena itu masih perlu dilakukan penelitian dan kajian lebih lanjut untuk mengidentifikasi sumber gempabumi. Dengan teridentifikasinya sumber gempabumi tersebut tentunya akan memudahkan untuk melakukan serangkaian upaya mitigasi bencana gempabumi baik mitigasi secara struktural atau fisik maupun non structural atau non fisik. Ucapan Terimakasih Penulis mengucapkan terima kasih kepada Dr. Ir. E. Kusdinar Abdurrachman, DEA yang telah menugaskan penulis melakukan pemeriksaan gempabumi di Kabupaten Garut dan Tasikmalaya. Ucapan terima kasih juga penulis tujukan kepada Ir. Wawan Kurniawan, Ir. Rachman Sobarna, Ir. Agoes Darsoatmodjo, Ir. Suranta, Yukni ST, Nana atas informasi dampak gempabumi Jabarsel tanggal 2 September

14 Daftar Pustaka Budiono, K., dkk, 2003, Peta wilayah rawan bencana tsunami Indonesia, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi Kelautan. Hall, R., 2002, Cenozoic geological and plate tectonic evolution of SE Asia and the SW Pacific: computer based reconstruction, model and animation, Journal of Asian Earth Science (20) 2002, (tanggal 2 September 2009). (tanggal 2 September 2009). Katili, J.A., 1975, Volcanism and plate tectonics in the Indonesia island arcs, Tectonophysics, 26. Kertapati, E.K., dkk, 1998, Peta seismotektonik Indonesia (edisi kedua), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Kertapati, E.K., 2006, Aktifitas Gempabumi di Indonesia (Perspektif Regional Pada Karakteristik Gempabumi Merusak), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, ISBN X: 109 hal. Lasitha, S., Radhakrishna, M., and Sanu, T.D., 2006, Seismically active deformation in the Sumatera Java trench arc region : geodynamic implication, Current Science, Volume 90 no. 5, March 2006, Nishimura, S., Harjono, H., and Suparka, 1992, The Krakatau Islands: The Geotectonic Setting, GeoJurnal 28/2/1992, Pulunggono dan Martodjojo S., 1994, Perubahan tektonik PaleogenNeogen Merupakan Peristiwa Tektonik Terpenting di Jawa, Proceedings Geologi dan Geotektonik Pulau Jawa Sejak Akhir Mesozoik Hingga Kuarter, ISBN : , Ratman dan Gafoer, 1998, Peta Geologi lembar Jawa bagian barat (edisi kedua), Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Scholz, C.H., 1990, The mechanics of earthquake and faulting, Cambridge University Press, 439 pp. Soehaimi, A., Kertapati, E.K., dan Setiawan, J.H., 2004, Seismotektonik dan Parameter dasar Teknik Kegempaan Wilayah Jawa Barat, Lokakarya Cekungan Bandung Geodinamika, Permasalahan dan Pengembangannya di Bandung Tanggal 2122 Desember 2004, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi. Supartoyo dan Surono, 2008, Katalog Gempabumi Merusak Indonesia Tahun (Edisi Keempat), Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral: 159 hal. Van Bemmelen, R.W., 1949, The geology of Indonesia, Vol. I A., The hague Martinus Nijhoff. Yeats, R.S., Sieh, K., and Allen, C.R., 1997, The geology of earthquakes, Oxford university press: 567 pp. Yulianto, I., Hall, R., Clements, B., and Elder, C.R., 2007, Structural and stratigraphic evolution of the offshore Malingping block, West Java, Indonesia, Proceeding Indonesia Petroleum Association, ThirtyFirst Annual Convention and Exhibition, May

BENCANA GEMPABUMI DI INDONESIA TAHUN 2008

BENCANA GEMPABUMI DI INDONESIA TAHUN 2008 BENCANA GEMPABUMI DI INDONESIA TAHUN 2008 Supartoyo*, Imam A. SADISUN **, Chalid I. ABDULLAH **) *) Surveyor Pemetaan Madya Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah, PVMBG **) Pengajar Program Studi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI DAN KEGEMPAAN REGIONAL

BAB II GEOLOGI DAN KEGEMPAAN REGIONAL BAB II GEOLOGI DAN KEGEMPAAN REGIONAL II.1 Tataan Tektonik Daerah penelitian termasuk pada kawasan Indonesia bagian barat dan sangat dipengaruhi oleh aktivitas tektonik berupa tumbukan antara Lempeng Benua

Lebih terperinci

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL

BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL BAB III TATANAN GEOLOGI REGIONAL 3.1 Fisiografi Jawa Barat Van Bemmelen (1949) membagi zona fisiografi Jawa Barat menjadi empat bagian (Gambar 3.1). Pembagian zona yang didasarkan pada aspek-aspek fisiografi

Lebih terperinci

EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008)

EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008) EVALUASI KEJADIAN GEMPABUMI TEKTONIK DI INDONSESIA TRIWULAN IV TAHUN 2008 (OKTOBER-DESEMBER 2008) GEDE SUANTIKA Sub Bidang Pengamatan Gempabumi Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah Pusat Vulkanologi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara umum wilayah utara Jawa Barat merupakan daerah dataran rendah, sedangkan kawasan selatan merupakan bukit-bukit dengan sedikit pantai serta dataran tinggi.

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara umum Jawa Barat dibagi menjadi 3 wilayah, yaitu wilayah utara, tengah, dan selatan. Wilayah selatan merupakan dataran tinggi dan pantai, wilayah tengah merupakan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI JAWA BARAT Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan.

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL II.2 Fisiografi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 4 zona (Gambar 2.1), pembagian zona tersebut berdasarkan sifat-sifat morfologi dan tektoniknya (van

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona fisiografi yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949) (Gambar 2.1). Zona-zona tersebut dari utara ke selatan yaitu:

Lebih terperinci

KEJADIAN GEMPABUMI MERUSAK DI INDONESIA TAHUN 2007

KEJADIAN GEMPABUMI MERUSAK DI INDONESIA TAHUN 2007 KEJADIAN GEMPABUMI MERUSAK DI INDONESIA TAHUN 2007 SUPARTOYO 1 ) dan E. KUSDINAR ABDURACHMAN 2 ) 1 ) Surveyor Pemetaan Muda Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah 2 ) Kepala Bidang Pengamatan Gempabumi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi dan Geomorfologi Regional Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timur-barat ( van Bemmelen, 1949 ). Zona tersebut dari arah utara

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat menjadi 4 zona, yaitu: 1. Dataran Pantai Jakarta. 2. Zona Bogor 3. Zona Depresi Tengah Jawa Barat ( Zona

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Van Bemmelen (1949) secara fisiografi membagi Jawa Barat menjadi 6 zona berarah barat-timur (Gambar 2.1) yaitu: Gambar 2.1. Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen,

Lebih terperinci

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008

KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008 KEGEMPAAN DI INDONESIA PERIODE BULAN APRIL AGUSTUS 2008 DEVY K. SYAHBANA, GEDE SUANTIKA Bidang Pengamatan Gempabumi dan Gerakan Tanah, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Pada periode bulan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi empat bagian besar (van Bemmelen, 1949): Dataran Pantai Jakarta (Coastal Plain of Batavia), Zona Bogor (Bogor Zone),

Lebih terperinci

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949)

GEOLOGI REGIONAL. Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949) BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat menurut van Bemmelen (1949) terbagi menjadi enam zona (Gambar 2.1), yaitu : 1. Zona Gunungapi Kuarter 2. Zona Dataran Aluvial Jawa Barat Utara

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Secara fisiografis, van Bemmelen (1949) membagi Jawa Barat menjadi 4 bagian yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung, dan Zona Pegunungan Selatan Jawa

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI DAN MITIGASI PADA ZONA RAWAN GEMPA BUMI DI JAWA BARAT

IDENTIFIKASI DAN MITIGASI PADA ZONA RAWAN GEMPA BUMI DI JAWA BARAT IDENTIFIKASI DAN MITIGASI PADA ZONA RAWAN GEMPA BUMI DI JAWA BARAT Zufialdi Zakaria 1), Ismawan 2), dan Iyan Haryanto 1) 1) Laboratorium Geologi Teknik, Fakultas Teknik Geologi, UNPAD 2) Laboratorium Geodinamik,

Lebih terperinci

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT

BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT BENCANA GERAKAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI JAWA BARAT, 2 SEPTEMBER 2009 DI DESA CIKANGKARENG, KECAMATAN CIBINONG, KABUPATEN CIANJUR, PROVINSI JAWA BARAT Suranta Sari Bencana gerakan tanah terjadi beberapa

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL 1 BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di daerah Subang, Jawa Barat, untuk peta lokasi daerah penelitiannya dapat dilihat pada Gambar 2.1. Gambar 2.1 Peta Lokasi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis dan struktural daerah Jawa Barat dapat di bagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 GEOGRAFIS Jawa bagian barat secara geografis terletak diantara 105 0 00-108 0 65 BT dan 5 0 50 8 0 00 LS dengan batas-batas wilayahnya sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Fisiografi Jawa Barat dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barattimur (van Bemmelen, 1949 dalam Martodjojo, 1984). Zona-zona ini dari utara ke

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut Van Bemmelen (1949), secara fisiografis dan struktural daerah Jawa Barat dapat di bagi menjadi 4 zona, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI BARAT DAYA SUKABUMI 12 JUNI 2017

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI BARAT DAYA SUKABUMI 12 JUNI 2017 ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI BARAT DAYA SUKABUMI 12 JUNI 2017 ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI BARAT DAYA KOTA SUKABUMI Oleh Fajri Syukur Rahmatullah*, Dewintha Tresna*,Audia Kaluku*,

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Menurut van Bemmelen (1949), fisiografi Jawa Barat dibagi menjadi enam zona, yaitu Zona Dataran Aluvial Utara Jawa Barat, Zona Antiklinorium Bogor, Zona Gunungapi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografis Regional Secara fisiografis, Van Bemmelen (1949) membagi Jawa Barat menjadi 4 zona, yaitu Zona Dataran Pantai Jakarta, Zona Antiklinorium Bandung, Zona Depresi Bandung,

Lebih terperinci

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL

BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL BAB II TATANAN GEOLOGI DAN HIDROGEOLOGI REGIONAL II.1 Tektonik Regional Daerah penelitian terletak di Pulau Jawa yang merupakan bagian dari sistem busur kepulauan Sunda. Sistem busur kepulauan ini merupakan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Indonesia merupakan tempat pertemuan antara tiga lempeng, yaitu Lempeng Eurasia yang relatif diam, Lempeng Pasifik Barat yang relatif bergerak ke arah baratlaut, dan Lempeng Hindia

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN

KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN KARAKTERISTIK GEMPABUMI DI SUMATERA DAN JAWA PERIODE TAHUN 1950-2013 Samodra, S.B. & Chandra, V. R. Diterima tanggal : 15 November 2013 Abstrak Pulau Sumatera dan Pulau Jawa merupakan tempat yang sering

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL Indonesia merupakan tempat pertemuan antara tiga lempeng besar, yaitu Lempeng Eurasia yang relatif diam, Lempeng Pasifik yang relatif bergerak ke arah Barat Laut, dan Lempeng Hindia

Lebih terperinci

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI TASIKMALAYA 24 APRIL 2017

ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI TASIKMALAYA 24 APRIL 2017 ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPABUMI TASIKMALAYA 24 APRIL 2017 ULASAN GUNCANGAN TANAH AKIBAT GEMPA BUMI TASIKMALAYA Oleh Oriza Sativa*, Artadi Pria Sakti*, Fajri Syukur Rahmatullah*, Ariska Rudyanto*,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian.

BAB I PENDAHULUAN. 1.3 Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada aspek geologi serta proses sedimentasi yang terjadi pada daerah penelitian. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tugas Akhir mahasiswa merupakan suatu tahap akhir yang wajib ditempuh untuk mendapatkan gelar kesarjanaan strata satu di Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR ANALISIS ANOMALI UDARA BEBAS DAN ANOMALI BOUGUER DI WILAYAH NUSA TENGGARA TIMUR Aswin 1*), Gunawan Ibrahim 1, Mahmud Yusuf 2 1 Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika, Tangerang Selatan 2

Lebih terperinci

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*)

POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA. Oleh : Hendro Murtianto*) POTENSI KERUSAKAN GEMPA BUMI AKIBAT PERGERAKAN PATAHAN SUMATERA DI SUMATERA BARAT DAN SEKITARNYA Oleh : Hendro Murtianto*) Abstrak Aktivitas zona patahan Sumatera bagian tengah patut mendapatkan perhatian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Maslah Kondisi geologi Indonesia yang merupakan pertemuan lempeng tektonik menjadikan kawasan Indonesia ini memiliki kondisi geologi yang sangat kompleks. Selain menjadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang subduksi Gempabumi Bengkulu 12 September 2007 magnitud gempa utama 8.5 BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan antara lempeng Australia, Eurasia, dan Pasifik. Lempeng Australia dan lempeng Pasifik merupakan jenis lempeng samudera dan bersifat

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat (Gambar 2.1), berdasarkan sifat morfologi dan tektoniknya dibagi menjadi empat bagian (Van Bemmelen, 1949 op. cit. Martodjojo, 1984),

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat menjadi 4 bagian besar zona fisiografi (Gambar II.1) yaitu: Zona Bogor, Zona Bandung, Dataran Pantai Jakarta dan

Lebih terperinci

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON

ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON ANALISIS PROBABILITAS GEMPABUMI DAERAH BALI DENGAN DISTRIBUSI POISSON Hapsoro Agung Nugroho Stasiun Geofisika Sanglah Denpasar soro_dnp@yahoo.co.id ABSTRACT Bali is located on the boundaries of the two

Lebih terperinci

J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal

J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal J.G.S.M. Vol. 15 No. 2 Mei 2014 hal. 75-79 75 PENSESARAN MENDATAR DAN ZONA TUNJAMAN AKTIF DI SULAWESI: HUBUNGANNYA DENGAN KEGEMPAAN STRIKE-SLIP FAULTS AND ACTIVE SUBDUCTION IN THE SULAWESI AREA: THEIR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 15 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu lempeng India-Australia, Eurasia, dan Pasifik. Ketiga lempeng tersebut bergerak dan saling bertumbukan

Lebih terperinci

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST

ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST ANCAMAN GEMPABUMI DI SUMATERA TIDAK HANYA BERSUMBER DARI MENTAWAI MEGATHRUST Oleh : Rahmat Triyono,ST,MSc Kepala Stasiun Geofisika Klas I Padang Panjang Email : rahmat.triyono@bmkg.go.id Sejak Gempabumi

Lebih terperinci

BAB 2 Tatanan Geologi Regional

BAB 2 Tatanan Geologi Regional BAB 2 Tatanan Geologi Regional 2.1 Geologi Umum Jawa Barat 2.1.1 Fisiografi ZONA PUNGGUNGAN DEPRESI TENGAH Gambar 2.1 Peta Fisiografi Jawa Barat (van Bemmelen, 1949). Daerah Jawa Barat secara fisiografis

Lebih terperinci

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL

BAB 2 GEOLOGI REGIONAL BAB 2 GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI Secara fisiografis, daerah Jawa Barat dibagi menjadi 6 zona yang berarah timurbarat (Van Bemmelen, 1949). Zona tersebut dari arah utara ke selatan meliputi: 1. Zona

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Lempeng Euro-Asia dibagian Utara, Lempeng Indo-Australia. dibagian Selatan dan Lempeng Samudera Pasifik dibagian Timur. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Kepulauan Indonesia secara astronomis terletak pada titik koordinat 6 LU - 11 LS 95 BT - 141 BT dan merupakan Negara kepulauan yang terletak pada

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Regional Kabupaten Brebes terletak di Jawa Tengah bagian barat. Fisiografi Jawa Tengah berdasarkan Van Bemmelen (1949) terbagi atas 6 zona (Gambar 2.1), yaitu: 1.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia terletak di antara tiga lempeng aktif dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik. Konsekuensi tumbukkan lempeng tersebut mengakibatkan negara

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Daerah Jawa Barat memiliki beberapa zona fisiografi akibat pengaruh dari aktifitas geologi. Tiap-tiap zona tersebut dapat dibedakan berdasarkan morfologi

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Jawa Barat Pada dasarnya Van Bemmelen (1949) membagi fisiografi Jawa Barat menjadi empat bagian (Gambar 2.1) berdasarkan sifat morfologi dan tektoniknya, yaitu: a.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang dilewati oleh dua jalur pegunungan muda dunia sekaligus, yakni pegunungan muda Sirkum Pasifik dan pegunungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). P. Lombok 2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi sangat sering terjadi di daerah sekitar pertemuan lempeng, dalam hal ini antara lempeng benua dan lempeng samudra akibat dari tumbukan antar lempeng tersebut.

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI REGIONAL Kabupaten Brebes terletak di Jawa Tengah bagian baratlaut. Fisiografi Jawa Tengah berdasarkan Bemmelen (1949) terbagi atas 6 zona (Gambar 2.1), yaitu: 1.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan wilayah yang memiliki kekayaan sumber daya alam yang melimpah. Kekayaan Indonesia tersebar sepanjang nusantara mulai ujung barat Pulau

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Menurut van Bemmelen (1949), secara fisiografis daerah Jawa Barat dibagi menjadi enam zona, yaitu Zona Dataran Aluvial Jawa Barat Utara, Zona Antiklinorium Bogor,

Lebih terperinci

RESUME LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PELAKSANAAN KEGIATAN APBD DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN T.A 2014

RESUME LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PELAKSANAAN KEGIATAN APBD DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN T.A 2014 RESUME LAPORAN AKUNTABILITAS KINERJA PELAKSANAAN KEGIATAN APBD DINAS PERTAMBANGAN DAN ENERGI PROVINSI BANTEN T.A 2014 SEKSI AIR TANAH DAN GEOLOGI TATA LINGKUNGAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DAN PENGELOLAAN DATA

Lebih terperinci

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009

PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 PENGARUH GEMPA TEKTONIK TERHADAP AKTIVITAS GUNUNGAPI : STUDI KASUS G. TALANG DAN GEMPABUMI PADANG 30 SEPTEMBER 2009 Ahmad BASUKI., dkk. Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Terjadinya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan Indonesia termasuk dalam daerah rawan bencana gempabumi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepulauan Indonesia terletak pada pertemuan tiga lempeng tektonik utama, yaitu lempeng Indo-Australia di bagian Selatan, lempeng Eurasia di bagian Utara, dan lempeng

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Daerah Penelitian Secara administratif, daerah penelitian termasuk dalam wilayah Jawa Barat. Secara geografis, daerah penelitian terletak dalam selang koordinat: 6.26-6.81

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bencana alam tanah longsor sering melanda beberapa wilayah di Indonesia, terutama Pulau Jawa. Karena Pulau Jawa merupakan bagian dari cincin api yang melingkari

Lebih terperinci

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu

Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu 364 Pemodelan Tinggi dan Waktu Tempuh Gelombang Tsunami Berdasarkan Data Historis Gempa Bumi Bengkulu 4 Juni 2000 di Pesisir Pantai Bengkulu Rahmad Aperus 1,*, Dwi Pujiastuti 1, Rachmad Billyanto 2 Jurusan

Lebih terperinci

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik.

batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempa bumi merupakan peristiwa bergetarnya bumi karena pergeseran batuan pada kulit bumi secara tiba-tiba akibat pergerakaan lempeng tektonik. Pergerakan tiba-tiba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pantai selatan Pulau Jawa merupakan wilayah yang paling besar berpotensi gempa bumi sampai kekuatan 9 skala Richter sehingga dapat menyebabkan terjadinya tsunami. Halini

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Geografis Regional Jawa Tengah berbatasan dengan Laut Jawa di sebelah utara, Samudra Hindia dan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah selatan, Jawa Barat di sebelah barat, dan

Lebih terperinci

BAB II Geologi Regional

BAB II Geologi Regional BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat menurut van Bemmelen (1949) terbagi menjadi empat zona, yaitu : 1. Zona Dataran Pantai Jakarta (Coastal Plains of Batavia) 2. Zona Bogor (Bogor

Lebih terperinci

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017

KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI DESEMBER 2017 KAJIAN TREND GEMPABUMI DIRASAKAN WILAYAH PROVINSI ACEH BERDASARKAN ZONA SEISMOTEKTONIK PERIODE 01 JANUARI 2016 15 DESEMBER 2017 Oleh ZULHAM. S, S.Tr 1, RILZA NUR AKBAR, ST 1, LORI AGUNG SATRIA, A.Md 1

Lebih terperinci

ANALISA SESAR AKTIF MENGGUNAKAN METODE FOCAL MECHANISM (STUDI KASUS DATA GEMPA SEPANJANG CINCIN API ZONA SELATAN WILAYAH JAWA BARAT PADA TAHUN

ANALISA SESAR AKTIF MENGGUNAKAN METODE FOCAL MECHANISM (STUDI KASUS DATA GEMPA SEPANJANG CINCIN API ZONA SELATAN WILAYAH JAWA BARAT PADA TAHUN ANALISA SESAR AKTIF MENGGUNAKAN METODE FOCAL MECHANISM (STUDI KASUS DATA GEMPA SEPANJANG CINCIN API ZONA SELATAN WILAYAH JAWA BARAT PADA TAHUN 1999-2009) Oleh: Siti Rahmatul Aslamiah Roemaf ABSTRAK: Daerah

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 FISIOGRAFI REGIONAL Jawa barat dibagi atas beberapa zona fisiografi yang dapat dibedakan satu sama lain berdasarkan aspek geologi dan struktur geologinya.

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi 4 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Lokasi Penelitian Menurut Van Bemmelen (1949), lokasi penelitian masuk dalam fisiografi Rembang yang ditunjukan oleh Gambar 2. Gambar 2. Lokasi penelitian masuk dalam Fisiografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian I.2. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Hubungan Persebaran Episenter Gempa Dangkal dan Kelurusan Berdasarkan Digital Elevation Model di Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta I.2.

Lebih terperinci

GEMPABUMI DAN TSUNAMI GORONTALO, 17 NOPEMBER 2008

GEMPABUMI DAN TSUNAMI GORONTALO, 17 NOPEMBER 2008 GEMPABUMI DAN TSUNAMI GORONTALO, 17 NOPEMBER 2008 Athanasius CIPTA Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Jl. Diponegoro No. 57 Bandung Sari Sulawesi bagian utara, sebagaimana sebagian besar wilayah

Lebih terperinci

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH :

ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH : ANALISIS SEISMISITAS DAN PERIODE ULANG GEMPA BUMI WILAYAH SULAWESI TENGGARA BERDASARKAN B-VALUE METODE LEAST SQUARE OLEH : Astari Dewi Ratih, Bambang Harimei, Syamsuddin Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan

Lebih terperinci

BAB II GEOLOGI REGIONAL

BAB II GEOLOGI REGIONAL BAB II GEOLOGI REGIONAL 2.1 GEOGRAFIS Propinsi Jawa Barat secara geografis terletak diantara 105 00 00-109 00 00 BT dan 5 50 00-7 50 00 LS. Secara administratif, Jawa Barat di bagian utara berbatasan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Fisiografi Jawa Barat Fisiografi Jawa Barat oleh van Bemmelen (1949) pada dasarnya dibagi menjadi empat bagian besar, yaitu Dataran Pantai Jakarta, Zona Bogor, Zona Bandung

Lebih terperinci

Gempa Bumi Laut Maluku Tanggal 15 November Maluku Earthquakes on November 15th, 2014

Gempa Bumi Laut Maluku Tanggal 15 November Maluku Earthquakes on November 15th, 2014 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 6 No. 1, April 2015: 45-58 Gempa Bumi Laut Maluku Tanggal 15 November 2014 Maluku Earthquakes on November 15th, 2014 Supartoyo Surveyor Pemetaan Madya di Pusat

Lebih terperinci

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI

LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : 15 TAHUN 2011 TANGGAL : 9 SEPTEMBER 2011 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang PEDOMAN MITIGASI BENCANA GUNUNGAPI Indonesia adalah negara

Lebih terperinci

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara

PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS. Bayu Baskara PEMETAAN BAHAYA GEMPA BUMI DAN POTENSI TSUNAMI DI BALI BERDASARKAN NILAI SESMISITAS Bayu Baskara ABSTRAK Bali merupakan salah satu daerah rawan bencana gempa bumi dan tsunami karena berada di wilayah pertemuan

Lebih terperinci

LOKASI POTENSI SUMBER TSUNAMI DI SUMATERA BARAT

LOKASI POTENSI SUMBER TSUNAMI DI SUMATERA BARAT LOKASI POTENSI SUMBER TSUNAMI DI SUMATERA BARAT Badrul Mustafa Jurusan Teknik Sipil, Universitas Andalas Email: rulmustafa@yahoo.com ABSTRAK Akibat tumbukan antara lempeng Indo-Australia dan Eurasia dimana

Lebih terperinci

S e l a m a t m e m p e r h a t i k a n!!!

S e l a m a t m e m p e r h a t i k a n!!! S e l a m a t m e m p e r h a t i k a n!!! 14 Mei 2011 1. Jawa Rawan Gempa: Dalam lima tahun terakhir IRIS mencatat lebih dari 300 gempa besar di Indonesia, 30 di antaranya terjadi di Jawa. Gempa Sukabumi

Lebih terperinci

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH

MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH MELIHAT POTENSI SUMBER GEMPABUMI DAN TSUNAMI ACEH Oleh Abdi Jihad dan Vrieslend Haris Banyunegoro PMG Stasiun Geofisika Mata Ie Banda Aceh disampaikan dalam Workshop II Tsunami Drill Aceh 2017 Ditinjau

Lebih terperinci

Pergeseran koseismik dari Gempa Bumi Jawa Barat 2009

Pergeseran koseismik dari Gempa Bumi Jawa Barat 2009 Jurnal Lingkungan dan Bencana Geologi, Vol. 1 No. 1 April 2010: 35-42 Pergeseran koseismik dari Gempa Bumi Jawa Barat 2009 Irwan Meilano 1, Hasanuddin Z. Abidin 1, Heri Andreas 1, Dina Anggreni 1, Irwan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia memiliki tatanan tektonik yang kompleks, hal ini karena wilayah Indonesia yang terletak di pertemuan tiga lempeng aktif (triple junction) yang saling bertumbukan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk mengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan

Lebih terperinci

Deputi Bidang Koordinasi Insfratruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman

Deputi Bidang Koordinasi Insfratruktur Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman TSUNAMI WORKSOP TEMA : DUKUNGAN INSFRASTRUKTUR YANG HANDAL UNTUK PROYEK STRATEGIS NASIONAL (PSN) DI PROVINSI DIY Sub Tema : Mengungkap dan Menghitung Potensi Bahaya Gempabumi-Tsunami Di Bandara Kulon Progo

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gempa bumi sebagai suatu kekuatan alam terbukti telah menimbulkan bencana yang sangat besar dan merugikan. Gempa bumi pada skala kekuatan yang sangat kuat dapat menyebabkan

Lebih terperinci

LAPORAN GEMPABUMI Sungai Penuh - Jambi, 1 Oktober 2009 BMKG

LAPORAN GEMPABUMI Sungai Penuh - Jambi, 1 Oktober 2009 BMKG LAPORAN GEMPABUMI Sungai Penuh - Jambi, 1 Oktober 2009 BMKG BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA JAKARTA 2009 1 LAPORAN GEMPABUMI Jambi, 1 Oktober 2009 Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (http://wordpress.com/2010/10/25

BAB I PENDAHULUAN. pada episentrum LU BT (http://wordpress.com/2010/10/25 BAB I PENAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang rentan mengalami bencana alam yang disebabkan oleh banjir, tsunami, gempabumi, tanah longsor, letusan gunung berapi. Frekuensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keunikan geologi kepulauan Indonesia berada di pertemuan tiga lempeng raksasa, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo-Australia, dan Lempeng Pasifik. Ketiga lempeng

Lebih terperinci

Berikut kerangka konsep kegiatan pembelajaran geografi kelas VI SD semester II pada KD mengenal cara cara menghadapi bencana alam.

Berikut kerangka konsep kegiatan pembelajaran geografi kelas VI SD semester II pada KD mengenal cara cara menghadapi bencana alam. Materi Ajar Mitigasi Bencana Tsunami Di Kawasan Pesisir Parangtritis ( K.D Mengenal Cara Cara Menghadapi Bencana Alam Kelas VI SD ) Oleh : Bhian Rangga J.R Prodi Geografi FKIP UNS Berikut kerangka konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Indonesia terletak di Pacific ring of fire atau cincin api Pasifik yang wilayahnya terbentang di khatulistiwa dan secara geologis terletak pada pertemuan tiga lempeng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar 1.1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan wilayah dengan kondisi geologi yang menarik, karena gugusan kepulauannya diapit oleh tiga lempeng tektonik besar (Triple Junction) yaitu lempeng

Lebih terperinci

BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA TAHUN Cecep SULAEMAN Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Sari

BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA TAHUN Cecep SULAEMAN Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi. Sari BENCANA GEOLOGI DI INDONESIA TAHUN 2011 Cecep SULAEMAN Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Sari Selama tahun 2011 tercatat bencana geologi di wilayah Indonsia sebanyak 236 kejadian yang terdiri

Lebih terperinci

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018)

ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018) ANALISIS RELOKASI HIPOSENTER GEMPABUMI MENGGUNAKAN ALGORITMA DOUBLE DIFFERENCE WILAYAH SULAWESI TENGAH (Periode Januari-April 2018) Oleh Mariska N. Rande 1, Emi Ulfiana 2 1 Stasiun Geofisika Kelas I Palu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bencana merupakan suatu peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam

Lebih terperinci

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014

Ringkasan Materi Seminar Mitigasi Bencana 2014 \ 1 A. TATANAN TEKTONIK INDONESIA MITIGASI BENCANA GEOLOGI Secara geologi, Indonesia diapit oleh dua lempeng aktif, yaitu lempeng Indo-Australia, Lempeng Eurasia, dan Lempeng Pasifik yang subduksinya dapat

Lebih terperinci

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta,

BAB II Geomorfologi. 1. Zona Dataran Pantai Jakarta, BAB II Geomorfologi II.1 Fisiografi Fisiografi Jawa Barat telah dilakukan penelitian oleh Van Bemmelen sehingga dapat dikelompokkan menjadi 6 zona yang berarah barat-timur (van Bemmelen, 1949 op.cit Martodjojo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. lempeng tektonik, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia, dan BAB I PENDAHULUAN I.1. Judul Penelitian Penelitian ini berjudul Analisa Sudut Penunjaman Lempeng Tektonik Berdasarkan Data Gempa di Pulau Jawa Bagian Barat. I.2. Latar Belakang Indonesia merupakan negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng

BAB I PENDAHULUAN. lempeng Indo-Australia dan lempeng Pasifik, serta lempeng mikro yakni lempeng 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia terletak pada kerangka tektonik yang didominasi oleh interaksi dari tiga lempeng utama (kerak samudera dan kerak benua) yaitu lempeng Eurasia, lempeng Indo-Australia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang membentang dari Sabang sampai Merauke yang terdiri dari ribuan pulau besar dan kecil yang ada di dalamnya. Indonesia

Lebih terperinci

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI

PENYEBAB TERJADINYA TSUNAMI Pengenalan Tsunami APAKAH TSUNAMI ITU? Tsunami adalah rangkaian gelombang laut yang mampu menjalar dengan kecepatan hingga lebih 900 km per jam, terutama diakibatkan oleh gempabumi yang terjadi di dasar

Lebih terperinci