Persepsi Kepala Sekolah, Guru Bidang Studi, dan Siswa Terhadap Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Persepsi Kepala Sekolah, Guru Bidang Studi, dan Siswa Terhadap Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling"

Transkripsi

1 Persepsi Kepala Sekolah, Guru Bidang Studi, dan Siswa Terhadap Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling Solikin ( TR) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Latar belakang, sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu siswa agar berhasil dalam belajar, untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah - masalah yang timbul dalam diri siswa. Dalam kondisi seperti ini, layanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah lebih diakui sebagai profesi, namun belum semua komponen sekolah memahami betul pentingnya bimbingan dan konseling di sekolah. Permasalahan, dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, terkait beberapa kendala yang perlu mendapat perhatian untuk segera ditangani dan diatasi. Diantaranya adalah menyangkut persepsi siswa, guru, dan kepala sekolah terhadap layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, guru pembimbing hendaknya berusaha menelaah persepsi warga sekolah terhadap diri mereka, karena mereka juga memiliki sikap dan persepsi yang berbeda pula. Tujuan penelitian, dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dan persepsi kepala sekolah, guru bidang studi, dan siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling. Metode Penelitian, dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini mengambil tempat di SMP PGRI 07 Gemuh Kendal di Jalan Sigembok Gemuh Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Data yang dikumpulkan melalui penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu data tentang persepsi kepala sekolah, guru bidang studi, dan siswa dalam pelaksanaan kegiatan layanan bimbingan bimbingan dan konseling. Analisis data, dalam penelitian ini metode pengumpulan data yang digunakan adalah dengan metode pengamatan berpartisipasi, wawancara mendalam dan menganalisis dokumen. Keabsahan data dilakukan sejak awal pengambilan data, yaitu sejak melakukan reduksi data, display data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kegiatan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling pada SMP PGRI 07 Gemuh Kendal secara keseluruhan telah berjalan dengan baik. Adapun persepsi terhadap kegiatan pelaksanaan layanan bimgingan dan konseling adalah sebagai berikut: a) Kepala Sekolah memnyai persepsi yang baik, hal ini dikarenakan kepala sekolah sangat memahami betul apa yang ada pada layanan bimbingan dan konseling dan apa yang telah dilakukan oleh konselor atau guru BK sudah sesuai dengan program dan standar yang ada; b) Guru bidang studi, secara umum mempunyai persepsi yang baik, hanya pada penggunaan media IT untuk layanan bimbingan dan konseling masih lemah; c) Siswa, terdapat dua pendapat, pendapat yang pertama mengatakan bahwa layanan bimbingan dan konseling sudah sesuai dengan harapan, yaitu melayani siswa baik mempunyai masalah atau tidak mempunyai masalah untuk memaksimalkan perkembangan dirinya, pendapat yang kedua, bahwa layanan bimbingan dan konseling hanya mengurusi siswa yang mempunyai masalah terkait dengan pelanggaran tata tertib dan kedisiplinan sekolah. Kesimpulan, berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi dan masukan bagi mahasiswa, para tenaga pengajar, para peneliti dan semua pihak yang membutuhkan di lingkungan Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP Veteran Semarang. Saran, Hubungan timbal balik pada pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling akan terbentuk suatu penafsiran terhadap konselor pada warga sekolah. Untuk itu diperlukan usaha dari guru BK untuk lebih meningkatkan komunikasi dan peran di kalangan guru bidang studi lain, dan diperlukan metode dan cara-cara yang tepat dalam menyampaikan materi dan layanan kepada siswa. Dalam hal penguasaan penggunaan media IT, guru BK perlu meningkatkan pengetahuannya agar dalam pengelolaan bimbingan dan konseling menjadi lebih akurat. Kata Kunci : layanan bimbingan dan konseling, kepala sekolah, guru bidang studi 87 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

2 PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap bentuk aspek kehidupan manusia baik pribadi, keluarga, kelompok maupun dalam berbangsa dan bernegara yang sedang membangun, banyak ditentukan oleh kemajuan pendidikan. Pada dasarnya pendidikan merupakan proses untuk membantu manusia dalam mengembangkan dirinya sehingga mampu menghadapi setiap perubahan yang terjadi. Dalam rangka membangun manusia Indonesia yang seutuhnya pembangunan di bidang pendidikan merupakan sarana dan wahana yang sangat baik untuk pembinaan sumber daya manusia. Oleh karena itu bidang pendidikan perlu mendapat perhatian dan penanganan serta prioritas secara intensif oleh pemerintah dan pengelola pendidikan pada khususnya. Sekolah memiliki tanggung jawab yang besar untuk membantu siswa agar berhasil dalam belajar, untuk itu sekolah hendaknya memberikan bantuan kepada siswa untuk mengatasi masalah - masalah yang timbul dalam diri siswa. Dalam kondisi seperti ini, layanan bimbingan dan konseling di sekolah sangat penting untuk dilaksanakan guna membantu siswa dalam mengatasi masalah yang dihadapinya. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa: Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan mejadi warga yang demokratis serta bertanggung jawab. Prinsip-prinsip bimbingan harus diterjemahkan ke dalam program- program sebagai pedoman pelaksanaan di sekolah. Di dalam menerjemahkan prinsip ke dalam program peranan guru sangat penting karena guru merupakan sumber yang sangat menguasai informasi tentang keadaan siswa. Di dalam membuat program tersebut, kerja sama konselor dengan personel lain di sekolah merupakan suatu syarat yang tidak boleh ditinggalkan. Kerja sama ini akan menjamin tersusunnya program bimbingan dan konseling yang komprehensif, memenuhi sasaran, serta realistik. Meskipun keberadaan layanan bimbingan dan konseling di sekolah sudah lebih diakui sebagai profesi, namun belum semua komponen sekolah memahami betul pentingnya bimbingan dan konseling di sekolah. S e b a ga ima n a d i ke t a hu i b a hw a gu r u p emb im b ing adalah salah satu tenga pendidik yang bertugas menyelenggarakan bimbingan terhadap anak-anak didik baik yang bersifat preventif, persevarif, maupun yang bersifat kuratif atau korekftif. Hal ini mencakup segala aspek dalam memberikan bantuan terhadap anak didik. Bantuan yang lebih spesifik dan merupakan salah satu jenis layanan bimbingan di sekolah. Dalam rangka pelaksanaan bimbingan dan konseling di sekolah, terkait beberapa kendala yang perlu mendapat perhatian untuk segera ditangani dan diatasi. Diantaranya adalah menyangkut persepsi siswa, guru, dan kepala sekolah terhadap layanan bimbingan dan konseling. Dalam hal ini, guru 88 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

3 pembimbing hendaknya berusaha menelaah persepsi warga sekolah terhadap diri mereka, karena mereka juga memiliki sikap dan persepsi yang berbeda pula. Bertolak dari latar belakang di atas, peneliti ingin meneliti bagaimana persepsi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling dengan mengambil judul, Persepsi Kepala Sekolah, Guru Bidang Studi, Dan Siswa Terhadap Pelaksanaan Layanan Bimbingan Dan Konseling Di SMP PGRI 07 Gemuh Kabupaten Kendal. TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Persepsi Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan sesuai yang berarti dan merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu karena merupakan aktivitas yang integrated maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu. Terjadinya perbedaan bagi tiap individu dengan persepsi suatu obyek tergantung pada pengalaman dan pengamatan individu itu sendiri terhadap obyek yang sama apabila antara mereka ada yang sebelumnya telah mempunyai pengalaman tentang obyek tersebut dan yang lainnya belum / tidak memiliki pengalaman obyek itu. Kepala Sekolah Kepala sekolah adalah sorang guru yang mempunyai kemampuan untuk memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah sehingga dapat didayagunakan secara maksimal untuk mencapai tujuan bersama. Jadi profesionalisme kepemimpinan kepala sekolah berarti suatu bentuk komitmen para anggota suatu profesi untuk selalu meningkatkan dan mengembangkan kompetensinya yang bertujuan agar kualitas keprofesionalannya dalam menjalankan dan memimpin segala sumber daya yang ada pada suatu sekolah untuk mau bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Guru Bidang Studi Guru adalah orang yang melakukan kegiatan dalam bidang pendidikan dan pengajaran kepada orang lain. Dan kata guru secara fungsional menunjukkan kepada seseorang yang melakukan kegiatan dalam memberikan pengetahuan, ketrampilan, pendidikan, pengalaman, dan sebagainya. Orang yang melakukan kegiatan ini bisa siapa saja dan dimana saja. Siswa Siswa adalah orang yang datang ke suatu lembaga untuk memperoleh atau mempelajari beberapa tipe pendidikan. Seorang pelajar adalah orang yang mempelajari ilmu pengetahuan berapa pun usianya, dari mana pun, siapa pun, dalam bentuk apa pun, dengan biaya apa pun untuk meningkatkan intelek dan moralnya dalam rangka mengembangkan dan membersihkan jiwanya dan mengikuti jalan kebaikan. 89 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

4 Murid atau anak didik adalah salah satu komponen manusiawi yang menempati posisi sentral dalam proses belajar-mengajar. Di dalam proses belajar-mengajar, murid sebagai pihak yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian ingin mencapainya secara optimal. Murid akan menjadi faktor penentu, sehingga dapat mempengaruhi segala sesuatu yang diperlukan untuk mencapai tujuan belajarnya. Pengertian Layanan Bimbingan dan Konseling Bimbingan dan konseling adalah proses pemberian bantuan kepada individu atau siswa agar ia dapat mengenal dirinya dan memecahkan masalah atau kesulitan yang dihadapinya dengan caracara yang sesuai dengan keadaan individu yang dihadapi sehingga dapat mencapai kesejahteraan hidupnya. METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian Metode penelitian yang digunakan metode pendekatan penelitian kualitatif. metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berdasarkan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrumen kunci. Pengambilan sampel sumber data dilakukan secara Purposive dan Snowball, teknik pengumpulan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP PGRI 07 Gemuh yang terletak di desa Gemuhblanten Kecamatan Gemuh Kabupaten Kendal. Tahun Pelajaran 2011/2012. Adapun dasar pemilihan tempat yang akan diteliti adalah SMP PGRI 07 Gemuh merupakan sekolah swasta favorit di kecamatan Gemuh yang mempunyai siswa cukup banyak. Untuk waktu penelitian, penulis merencanakan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni Sumber Data Yang dimaksud sumber data dalam penelitian ini adalah subyek dari mana data diperoleh. sumber data yang utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti dokumentasi dan lain-lain. Sumber data menjelaskan tentang dari mana diperolehnya data sifat dan yang dikumpulkan serta orang-orang yang dimintai keterangan sehubungan dengan penelitian yang dilakukan. Orangorang yang dimintai keterangan tersebut adalah subyek atau responden yaitu kepala sekolah, guru, dan siswa SMP PGRI 07 Gemuh. 90 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

5 Teknik Pengumpulan Data Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode pengumpulan data berupa a) Metode Dokumentasi Dokumentasi adalah penelitian dengan menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku, majalah, dokumen, peraturan-peraturan, catatan harian, dan sebagainya. Dalam penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data dengan meneliti dokumen-dokumen baik yang resmi atau tidak resmi berupa data tentang sejarah sekolah, keadaan sekolah, keadaan guru dan peserta didik, keadaan karyawan sekolah, dan lingkungan sekitar sekolah, serta data-data lain yang relevan. b) Metode Observasi Observasi disini diartikan dengan pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan. Berdasarkan keterlibatan pengamatan dalam kegiatan-kegiatan orang yang diamati, peneliti menggunakan metode observasi partisipasi (participant observation). Irwan Suhartono (2002) menjelaskan bahwa dalam observasi partisipasi, pengamat ikut serta dalam kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh subyek yang diteliti atau diamati, seolah-olah merupakan bagian dari mereka. c) Metode Wawancara (interview) Wawancara adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden, dan jawaban-jawaban responden dicatat dalam jurnal harian peneliti. Dalam wawancara ini tidak keseluruhan populasi diambil secara keseluruhan. Menurut Suharsimi Arikunto (2002), besar kecilnya sampel yang baik adalah untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semuanya, jika subyeknya lebih besar dari 100, dapat diambil dengan cara acak. Wawancara ini ditujukan kepada kepala sekolah sebanyak 1 (satu) orang, guru bidang studi sebanyak 12 (dua belas), dan siswa sebanyak 12 (dua belas) siswa yaitu kelas IX A. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pelaksanaan Layanan Bimbingan dan Konseling di SMP PGRI 07 Gemuh Kendal a. Persiapan Guru BK dalam pemberian layanan Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di ruangan BK, peneliti menemukan beberapa informasi penting berupa dokumen- dokumen yang dimiliki oleh guru BK sebelum memberikan layanan seperti rencana pengajaran bimbingan dan konseling, satuan layanan, program tahunan, program semester, program bulanan, agenda kegiatan. Selain itu peneliti menemukan catatan kejadian siswa, catatan kunjungan rumah, buku sumber materi bimbingan dan konseling, laporan tindakan penyelesaian masalah, dan dokumen pendukung lainnya. 91 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

6 Dari hasil wawancara yang peneliti lakukan bahwa persiapan guru BK sebelum memberikan layanan menurut kepala sekolah sudah baik dan sesuai dengan standar layanan, menurut guru bidang studi sudah mempersiapkan dengan baik karena itu kewajiban semua guru, dan menurut siswa sudah membuat persiapan tapi hanya sebatas pada berkas program, soal kelengkapan dokumen lainnnya para siswa tidak tahu. b. Performance guru BK Dari hasil observasi yang peneliti lakukan di kelas, di kantor guru, dan di lingkungan sekolah, peneliti menemukan bahwa performance guru tentang cara berpakaian, cara berbicara, cara menyampaikan materi, cara memberikan motivasi dan jalan keluar pada siswa yang bermasalah cukup baik. Hubungan inter personal dengan guru bidang studi lain di kantor guru tidak mempunyai masalah, komunikasi dengan guru bidang studi yang lain lancar. Guru BK mempunyai kedekatan yang harmonis dengan siswa dan guru bidang studi, mereka sangat akrab dan ramah kepada siswa ataupun kepada guru yang lain serta kepada warga sekolah lain. Hasil wawancara yang dilakukan tentang performance guru BK, menurut kepala sekolah, guru BK mempunyai sifat ramah, terbuka, cara berbicaranya santun, hubungan dengan guru lain dan siswa berjalan harmonis. Sedangkan menurut guru bidang studi, guru BK mempunyai sifat ramah, terbuka, cara berbicaranya santun, hubungan dengan guru lain berjalan harmonis dan mempunyai kedekatan yang baik dengan siswa. Adapun menurut siswa, guru BK mempunyai sifat ramah, terbuka, cara berbicaranya santun, hubungan dengan guru lain berjalan harmonis dan mempunyai kedekatan yang baik dengan siswa. c. Kinerja dan profesionalitas guru BK Dari hasil observasi yang peneliti lakukan, peneliti melihat guru BK cukup profesional dalam melakukan tugasnya, baik itu di dalam kelas, dalam pemberian layanan sudah sesuai dengan prinsip layanan BK walaupun ada beberapa yang belum sesuai, penggunaan media juga cukup baik, akan tetapi penggunan media IT masih belum baik. Guru BK masih perlu banyak belajar dalam penggunaan media IT untuk pelaksanaan layanan BK. Hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti, menurut kepala sekolah, secara akademis sesuai dengan ijasah yang dimiliki yaitu jurusan bimbingan dan konseling, penguasaan materi sangat baik, dan penguasaan masalah sudah berjalan baik, begitu juga dengan pemanfaatan media IT, beliau menyatakan semua guru BK sudah mampu menggunakan media IT untuk menunjang pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Sedangkan menurut guru bidang studi, secara akademis, semua guru mengatakan sudah sesuai dengan ijasah yang dimiliki, secara penguasaan materi semua guru bidang studi juga mengatakan baik, begitu juga pada penguasaan masalah sudah berjalan baik, hanya ada perbedaan pendapat pada penggunaan media IT, sebagian besar guru mengatakan sudah baik 92 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

7 karena sudah mampu mengoperasikan komputer atau laptop, namun menurut guru TIK, guru BK belum maksimal dalam penggunaan media IT, menurut guru TIK, guru BK harus mempunyai program aplikasi yang khusus digunakan untuk kebutuhan BK. Sedangkan siswa mempunyai pendapat, guru BK sudah sarjana dan penguasaan materi yang disampaikan di kelas mudah dipahami oleh semua siswa bahkan siswa yang lambat pola pikirnya. Mengenai penggunaan media IT, para siswa mengatakan kurang mengetahui hal itu, namun yang mereka tahu guru BK yang ada mampu menggunakan komputer. d. Ketuntasan Penyelesaian Masalah Selama peneliti melakukan pengamatan, sering menjumpai siswa-siswa yang mempunyai masalah seperti terlambat datang, tidak memakai dasi, tidak memakai sabuk, tidak memakai sepatu hitam, siswa membolos, siswa tidak berangkat tanpa keterangan lebih dari tiga hari dan pelanggaran-pelanggaran lain. Pada SMP PGRI 07 Gemuh, pelanggaran-pelanggaran tersebut menjadi tanggungjawab guru BK dalam penanganannya. Tentu saja dibutuhkan suatu kesabaran dalam menyelesaikan masalah-masalah tersebut. Dalam pengamatan peneliti, guru BK telah melakukan tindak lanjut penyelesaian masalah-masalah tersebut dengan baik. Salah satu contoh, peneliti menjumpai terdapat siswa kelas IX yang tidak berangkat tanpa keterangan selama 5 (lima) hari, kemudian guru BK mencari informasi kepada teman-temannya, ternyata siswa tersebut mempunyai masalah dengan biaya sekolah. Kemudian guru BK menghadap kepada kepala sekolah perihal anak didik tersebut, intinya guru BK minta agar anak tersebut jangan ditagih masalah keuangan, akhirnya disetujui. Kemudian, guru BK mengadakan kunjungan rumah ke orang tua anak tersebut. Keesokan harinya anak tersebut mau berangkat sekolah dan sampai peneliti menyelesaikan penelitian anak selalu berangkat sekolah bahkan lebih rajin dalam kedatangan ke sekolah. Dalam hal masalah tersebut guru BK telah menyelesaikan masalah tersebut dengan baik. Hasil wawancara yang peneliti lakukan, menurut kepala sekolah semua masalah yang terjadi selama ini di sekolah dan ditangani oleh guru BK, semuanya berakhir dengan baik dan solusi yang diberikan sudah sesuai dengan prosedur layanan. Sedangkan menurut guru bidang studi, semua menyatakan bahwa sudah berjalan dengan baik dan sesuai dengan layanan yang harus diberikan. Sementara siswa mempunyai pendapat yang tidak sama, yaitu sebagian besar siswa menyatakan bahwa sudah berjalan dengan baik, namun dua orang siswa mengatakan bahwa ketuntasan menyelesaikan masalah hanya pada mereka yang terlibat pada pelanggaran tata tertib sekolah, sementara untuk masalah diluar itu masih belum berjalan dengan baik. Dari keterangan di atas menunjukkan bahwa dalam hal ketuntasan penyelesaian masalah guru bimbingan dan konseling di SMP PGRI 07 Gemuh Kendal memang telah melakukan dengan baik dan telah sesuai dengan program-program ataupun satuan layanan yang harus diberikan kepada siswa baik yang mempunyai masalah ataupun yang tidak mempunyai masalah. 93 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

8 Tentu saja ada beberapa hal yang masih harus disempurnakan sebagai contoh jumlah personil yang belum sesuai standar layanan bimbingan dan konseling. Jumlah siswa yang ada di SMP PGRI 07 Gemuh mencapai 461 peserta didik. Idealnya personel yang harus ada yaitu 3 (tiga) konselor sementara sekolah baru memiliki 2 (dua) konselor sehingga untuk layanan individual masih belum bisa berjalan dengan maksimal. Bimbingan pada prinsipnya adalah proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seorang atau beberapa orang individu dalam hal memahami diri sendiri, menghubungkan pemahaman tentang dirinya sendiri dengan lingkungan, memilih, menentukan dan menyusun rencana sesuai dengan konsep dirinya dan tuntutan lingkungan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Diperlukan suatu strategi pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling yang tepat dalam rangka memberikan layanan yang maksimal kepada siswa yang membutuhkan. Strategi tersebut harus mencakup empat komponen program, yaitu: (1) layanan dasar; (2) layanan responsif; (3) perencanaan individual; dan (4) dukungan sistem. Masingmasing empat komponen tersebut mempunyai strategi pelaksanaan yang berbeda disesuiak dengan kondisi yang ada di sekolah. Layanan Bimbingan dan konseling bertujuan membantu peserta didik mencapai perkembangan potensinya secara optimal sehingga mampu mencapai tugas-tugas perkembangannya, yang meliputi aspek pribadi sosial, belajar dan karir mencapai peserta didik yang mandiri. Tujuan-tujuan tersebut, peserta didik harus mendapatkan kesempatan untuk: (1) mengenal dan memahami potensi, kekuatan, dan tugas-tugas perkem-bangannya, (2) mengenal dan memahami potensi atau peluang yang ada di lingkungannya, (3) mengenal dan menentukan tujuan dan rencana hidupnya serta rencana pencapaian tujuan tersebut, (4) memahami dan mengatasi kesulitan-kesulitan sendiri (5) menggunakan kemampuannya untuk kepentingan dirinya, kepentingan lembaga tempat bekerja dan masyarakat, (6) menyesuaikan diri dengan keadaan dan tuntutan dari lingkungannya; dan (7) mengembangkan segala potensi dan kekuatan yang dimilikinya secara optimal. Pembahasan Penelitian Pada sistem pelaksanaan layanan Bimbingan dan Konseling akan terbentuk suatu penafsiran terhadap konselor pada warga sekolah. Semua tindakan yang dilakukan oleh konselor akan terbentuk persepsi yang tidak sama pada warga sekolah dalam hal ini kepala sekolah, guru, dan para siswa. Hal itu akan terjadi manakala masing-masing warga sekolah menafsirkan layanan bimbingan dan konseling dari sudut pandang mereka sendiri sesuai dengan pemahaman yang mereka punyai bukan berdasarkan pada prinsip-prinsip pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Dari hasil observasi dan wawancara selama penelitian, peneliti menjumpai bahwa persepsi yang ada pada kepala sekolah, guru bidang studi dan siswa pada umumnya semua menyatakan baik dan sudah sesuai dengan standar layanan, hanya sedikit perbedaan persepsi yang terjadi pada guru bidang 94 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

9 studi yaitu tentang penggunaan media IT, perbedaan itu terletak pada cara pandang guru bidang studi tentang kemampuan menggunakan atau mengoperasikan komputer. Semua guru bidang studi menyatakan bahwa guru BK sudah mampu, namun guru TIK mengatakan kemampuan yang semestinya dimiliki oleh guru BK yaitu penguasaan program aplikasi yang khusus digunakan untuk kebutuhan bimbingan dan konseling. Sementara itu pada siswa ada yang mempunyai persepsi bahwa guru hanya menyelesaikan masalah bagi mereka yang melanggar tata tertib sekolah, sementara penyelesaian masalah di luar tata tertib sekolah belum maksimal. Persepsi merupakan proses pengorganisasian, penginterpretasian terhadap stimulus yang diterima oleh individu sehingga merupakan aktivitas yang integrated dalam diri individu karena merupakan aktivitas yang integrated maka seluruh pribadi, seluruh apa yang ada dalam diri individu ikut aktif berperan dalam persepsi itu. Terjadinya perbedaan bagi tiap individu dengan persepsi suatu obyek tergantung pada pengalaman dan pengamatan individu itu sendiri terhadap obyek yang sama apabila antara mereka ada yang sebelumnya telah mempunyai pengalaman tentang obyek tersebut dan yang lainnya belum / tidak memiliki pengalaman obyek itu. Dalam persepsi terkandung komponen kognitif dan juga komponen konatif, yaitu sikap merupakan predisposisi untuk merespons, untuk berperilaku. Ini berarti bahwa sikap berkaitan dengan perilaku, sikap merupakan predisposisi untuk berbuat atau berperilaku. Proses terbentuknya persepsi didahului oleh penginderaan yang dapat diterima oleh diri seseorang secara keseluruhan, kemudian diinterprestasikan oleh seseorang sehingga orang tersebut menyadari tentang apa yang diinderanya itu. Dengan demikian di sekolah SMP PGRI 07 Gemuh Kendal, kepala sekolah mempunyai persepsi yang baik terhadap layanan bimbingan dan konseling, semua guru juga mempunyai persespsi yang baik. Sementara itu sebagian kecil siswa menganggap layanan bimbingan dan konseling benarbenar sangat dirasakan dalam membantu dirinya memaksimakan potensi yang ada pada dirinya, sedangkan sebagian besar siswa menganggap bahwa layanan bimbingan dan konseling hanya menangani siswa-siswa yang mempunyai masalah terkait dengan pelanggaran tata tertib dan pelanggaran disiplin, serta kesalahan dalam bersikap dan bersopan santun, tidak lebih dari itu. Persepsi yang terjadi pada siswa seperti di atas dapat dijadikan indikator bahwa pemahaman siswa terhadap layanan bimbingan dan konseling masing kurang. Konselor dan Guru berkewajiban membantu siswa untuk meningkatkan pemahaman persepsi siswa terahadap layanan bimbingan dan konseling sehingga para siswa dapat benar-benar memanfaatkan layanan bimbingan dan konseling lebih baik dari sebelumnya. Prosedur-prosedur yang dapat dilakukan, antara lain: 1) Memperjelas tujuan-tujuan layanan bimbingan dan konseling. Siswa akan tahu apa saja yang akan dia dapatkan apabila dia mengetahui tujuan-tujuan atau sasaran yang hendak dicapai 2) Menyampaikan secara rinci jenis-jenis layanan bimbingan dan konseling. Siswa akan lebih tahu layanan apa yang sesuai dengan permasalahan yang dialaminya. 3) Menciptakan suasana layanan yang menyenangkan 4) Menciptakan suasana hubungan yang hangat dan dinamis antara konselor dan murid 95 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

10 5) Melengkapi sumber dan peralatan belajar. Dalam layanan bimbingan dan konseling peranan kepala sekolah, guru dan konselor adalah saling membantu, mengisi, dan menunjang. Sebagaimana diketahui, kepala sekolah sebagai pemegang kebijakan, guru sebagai penguasa lapangan dan penggerak kegiatan siswa di dalam kelas, sedangkan konselor sebagai arsitek, penasihat dan penyumbang data, masukan dan pertimbangan bagi ditetapkannya layanan bimbingan dan konseling yang tepat untuk siswa. Layanan bimbingan dan konseling dilaksanakan di bawah tanggung jawab Kepala Sekolah dan seluruh staf. Koordinator bimbingan dan konseling bertanggung jawab dalam menyelenggarakan bimbingan dan konseling secara operasional. Personel lain yang mencakup Wakil Kepala Sekolah, Guru Pembimbing (konselor), guru bidang studi, dan wali kelas memiliki peran dan tugas masing-masing dalam penyelenggaraan layanan bimbingan dan konseling. Bila tujuan pendidikan pada akhirnya adalah pembentukan manusia yang utuh, maka proses pendidikan harus dapat membantu siswa mencapai kematangan emosional dan sosial, sebagai individu dan anggota masyarakat selain mengembangkan kemampuan inteleknya, Bimbingan dan konseling menangani masalah-masalah atau hal-hal di luar bidang garapan pengajaran, tetapi secara tidak langsung menunjang tercapainya tujuan pendidikan dan pengajaran di sekolah itu. Kegiatan ini dilakukan melalui layanan secara khusus terhadap semua siswa agar dapat mengembangkan dan memanfaatkan kemampuannya secara penuh. KESIMPULAN Berdasarkan uraian-uraian sebelumnya, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMP PGRI 07 Gemuh telah berjalan baik, hal ini dapat dilihat dari adanya program-program layanan bimbingan dan konseling, rencana satuan layanan yang telah direncanakan secara matang dan telah disampaikan kepada kepala sekolah selaku pemangku kebijakan, juga disampaikan kepada guru dan wali kelas selaku mitra dalam proses layanan bimbingan dan konseling dan juga telah disampaikan kepada peserta didik melalui tatap muka di dalam kelas. Performance guru BK dapat dikatakan baik, ramah, mempunyai kedekatan dengan siswa ataupun guru yang lain. Tindakan-tindakan yang diambil dalam menangani permasalahan siswa juga dilakukan dengan sangat baik dan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi guru BK sebagai konselor, bahkan terdapat beberapa inovasi yang diambil manakala penyelesaian masalah tidak dapat ditemukan dalam satuan layanan BK. Permasalahan yang pokok pada pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMP PGRI 07 Gemuh adalah pada jumlah personil konselor yang masih kurang sesuai dengan standar pelayanan bimbingan dan konseling dan penggunaan media IT dalam layanan bimbingan dan konseling masih sangat lemah. 2. Persepsi warga sekolah terhadap pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling di SMP PGRI 07 Gemuh cukup bervariasi, ringkasnya sebagai berikut: 96 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

11 a. Kepala sekolah Kepala sekolah selaku pimpinan sekolah dan pemangku kebijakan sekolah mempunyai persepsi yang baik terhadap layanan bimbingan dan konseling di SMP PGRI 07 Gemuh. Beliau sangat memahami bahwa tujuan sekolah yang telah dirumuskan oleh pengelola sekolah harus dijalankan secara komprehensif termasuk didalamnya adalah pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling. Bahkan kepala sekolah sangat mengapresiasi pola layanan bimbingan dan konseling yang ada, menurut beliau layanan bimbingan dan konseling merupakan salah satu pilar utama sekolah dalam mengantarkan siswa untuk mencapai prestasi maksimal dengan tidak mengesampingkan pertumbuhan dirinya baik itu bakat, minat dan potensi lain yang tersimpan pada siswa. b. Guru Bidang Studi Dari sampel jumlah guru yang sebanyak 12 personil, ditemukan bahwa 11 diantaranya mempunyai persepsi yang baik, sementara satu guru persepsinya kurang baik. Dari wawancara yang dilakukan, ditemukan mereka yang mempunyai persepsi baik telah mempunyai pemahaman yang cukup terhadap bimbingan dan konseling. Para guru ini menyadari bahwa tugas sebagai seorang guru saat sekarang ini bukanlah hanya mengajar tetapi juga mendidik. Untuk itu para guru ini sangat diuntungkan dengan pelaksanaan layanan bimbingan dan konseling karena proses pengelolaan siswa menjadi semakin jelas arah dan tujuannya tidak berdasarkan asumsi dari satu dua orang guru. Sementara bagi guru yang kurang baik persepsinya ditemukan bahwa beliau hanya mempermasalahkan pada penggunaan media IT yang masih lemah, menurut guru TIK, guru BK harus mempunyai program aplikasi yang khusus digunakan untuk kebutuhan BK, dan itu belum dilaksanakan oleh guru BK pada saat ini, untuk hal yang lain beliau mengatakan sudah baik. c. Siswa Dari jumlah siswa sebanyak 461 siswa, sampel yang diambil sebanyak 12 siswa, ditemukan bahwa 10 (sepuluh) diantaranya mempunyai persepsi yang baik, sementara 2 (dua) siswa yang lain mempunyai persepi yang kurang baik. Dari hasil wawancara ditemukan bahwa mereka yang mempunyai persepsi kurang baik adalah mereka yang rata-rata pernah mempunyai masalah terkait dengan pelanggaran tata tertib dan disiplin sekolah dari yang ringan sampai yang cukup berat. Hal ini mengakibatkan pada pikiran mereka bahwa layanan BK hanya berputar pada permasalahan pelanggaran tata tertib dan disiplin sekolah. Sedangkan bagi siswa yang mempunyai persepsi yang baik, rata-rata mereka hampir tidak pernah mempunyai permasalahan pelanggaran tata tertib dan disiplin sekolah, cenderung dari mereka malah lebih banyak memanfaatkan waktu luang mereka untuk berkonsultasi dengan guru BK mengenai permasalahan apapun. 97 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

12 DAFTAR PUSTAKA A. Hellen, 2005, Bimbingan dan konseling, Ciputat: Quantum Teaching. Bimo Walgito, 2001, Pengantar Psikologi Umum, Yogyakarta Andi Ofset. Djamarah, S.B., 2000, Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru, Surabaya.Usaha Nasional. Irawan Suhartono, 2002, Metode Penelitian Sosial, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Jalaluddin Rakhmat, 2004, Psikologi Komunikasi, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya. Lexy Moleong J, 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Prayitno dan Amti Erman, 2004, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Jakarta: Rineka Cipta Rahman (at all), 2006, Peran Strategis Kapala Sekolah dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, Jatinangor: Alqaprint. Sardiman, 2001, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta. Rajawali Sarlito Wirawan Sarwono, 1997, Psikologi Remaja, Jakarta : Raja Grafindo Persada. Shafique Ali Khan, 2005, Filsafat Pendidikan Al-Ghazali, Bandung. Pustaka Setia. Singgih D. Gunarso, 2000, Psikologi Remaja, Jakarta : Rineka Cipta. Suharsimi Arikunto, 2002, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : Rineka Cipta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003, Sistem Penddikan Nasional, 2005, Surabaya: Media Centre. Wahjosumidjo, 2002, Kepemimpinan Kepala Sekolah, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. 98 JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN BIMBINGAN DAN KONSELING

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003,

BAB I PENDAHULUAN. hlm Wahjosumidjo, Kepemimpinan Kepala Sekolah, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Kepemimpinan sebagai salah satu fungsi manajemen yang sangat penting untuk mencapai suatu tujuan organisasi. Penguasaan teori pengetahuan tentang kepemimpinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual. tertuang dalam sistem pendidikan yang dirumuskan dalam dasar-dasar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Fungsi Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UU No 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kecenderungan rasa ingin tahu terhadap sesuatu. Semua itu terjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan manusia sebagai makhluk yang paling sempurna, secara fitrah manusia telah dibekali potensi untuk tumbuh dan berkembang serta mempunyai kecenderungan

Lebih terperinci

PERUBAHAN PERSEPSI SISWA SMP TERHADAP BIMBINGAN KONSELING MELALUI LAYANAN INFORMASI. Siti Masruroh SMP Negeri 4 Surakarta

PERUBAHAN PERSEPSI SISWA SMP TERHADAP BIMBINGAN KONSELING MELALUI LAYANAN INFORMASI. Siti Masruroh SMP Negeri 4 Surakarta PERUBAHAN PERSEPSI SISWA SMP TERHADAP BIMBINGAN KONSELING MELALUI LAYANAN INFORMASI Siti Masruroh SMP Negeri 4 Surakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk untuk mengupayakan mengubah persepsi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tataran perencanaan organisasi umumnya mendasarkan pada perencanaan tujuan yang hendak dicapai di masa depan dengan perilaku yang diharapkan dari keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam. pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai peranan yang sangat strategis dalam pembangunan suatu bangsa. Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan manusia, yang bertujuan untuk membentuk

Lebih terperinci

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah*

MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah* Al Ulum Vol.64 No.2 April 2015 halaman 8-13 8 MANAJEMEN PENANGANAN MASALAH SISWA (STUDI DI MTS MUHAMMADIYAH 3 AL-FURQAN BANJARMASIN) Husnul Madihah* ABSTRAK Pokok persoalan dalam penelitian adalah 1) Apa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan pada saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas. Didalam UU No.20/2003 tentang sistem pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah, bukan dalam

BAB III METODE PENELITIAN. sosial dalam suasana yang berlangsung secara wajar atau alamiah, bukan dalam 70 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Menurut pendekatannya penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pendekatan ini diambil karena dalam penelitian ini berusaha menelaah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi

BAB V PENUTUP. simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka dapat peneliti simpulkan bahwa peranan guru bimbingan dan konseling dalam mengatasi pelanggaran tata tertib siswa di SMP

Lebih terperinci

Oleh : Dra Siti Masruroh ( SMP Negeri 4 Surakarta )

Oleh : Dra Siti Masruroh ( SMP Negeri 4 Surakarta ) 1 ARTIKEL JURNAL UPAYA PENGUBAHAN PERSEPSI SISWA TERHADAP BIMBINGAN KONSELING (BK) MELALUI LAYANAN INFORMASI BAGI SISWA KELAS VII H SMP NEGERI 4 SURAKARTA SEMESTER GASAL TAHUN 2009 / 2010 Oleh : Dra Siti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukkan pribadi manusia. Pendidikan sangat berperan dalam membentuk baik atau buruknya pribadi manusia menurut ukuran

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi:

BAB 1 PENDAHULUAN. (SISDIKNAS) No. 20 Tahun 2003 yang terdapat pada bab 2 pasal 3 yang berbunyi: BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan masalah yang sangat penting dari kehidupan manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia itu sendiri, karena tanpa pendidikan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tantangan terberat bagi bangsa Indonesia pada era globalisasi abad 21 ini adalah bagaimana menyiapkan manusia Indonesia yang cerdas, unggul dan berdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU

BAB I PENDAHULUAN. adanya perhatian pemerintah terhadap pendidikan, antara lain : disahkannya UU BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tujuan Pendidikan menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia benar -benar memperhatikan bidang pendidikan rakyatnya. Bukti lain yang menunjukkan adanya perhatian pemerintah

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN 84 BAB IV ANALISIS PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN BELAJAR SISWA DI MAN 2 PEKALONGAN Analisis data pada penelitian ini mengenai Peran Guru Bimbingan dan Konseling dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana

BAB I PENDAHULUAN. kelangsungan hidup bangsa dan negara, karena pendidikan merupakan wahana 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah merupakan salah satu kebutuhan manusia dalam hidupnya didunia ini. Pendidikan sangat berperan dalam upaya menjamin kelangsungan hidup

Lebih terperinci

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3) menyatakan bahwa Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga,

BAB I PENDAHULUAN. dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia merupakan suatu hal yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang baik dalam keluarga, masyarakat, bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tata cara hidup yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. bumi ini. Sebelumnya tidak tahu menjadi mengerti tata cara hidup yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar seseorang dalam mewujudkan berbagai potensi yang ada. Dengan adanya pendidikan manusia menjadi mulia di muka bumi ini. Sebelumnya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 78 BAB III METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian. Dalam metode penelitian dijelaskan tentang urutan suatu penelitian yang dilakukan yaitu dengan teknik dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas

BAB I PENDAHULUAN. yang matang akan menciptakan generasi-generasi yang cerdas baik cerdas BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan adalah aspek yang sangat penting dalam kehidupan. Pendidikan yang dilaksanakan secara baik dan dikelola dengan perencanaan yang matang akan menciptakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu,

BAB III METODE PENELITIAN. yang lengkap dan mendalam mengenai subjek yang diteliti. 1 Oleh karena itu, BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan studi kasus, sehingga peneliti berupaya memberikan pandangan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH. HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat S-1

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN adanya. 2 Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi. Yaitu BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Di tinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian,

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, 1 BAB I PENDAHULUAN Bab ini membahas hal-hal yang berkaitan dengan inti dan arah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan asumsi penelitian, hipotesis, metode penelitian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan bantuan individu dalam memperoleh penyesuaian diri sesuai dengan tingkat perkembangannya. Berhasil tidaknya individu dalam

Lebih terperinci

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME

KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME JURNAL KONSEP DIRI SISWA YANG BERASAL DARI KELUARGA BROKEN HOME ( STUDI KASUS SISWA KELAS VII DI UPTD SMP NEGERI 1 MOJO KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2016/2017 ) THE CONCEPT OF SELF STUDENTS WHO COME FROM A BROKEN

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian yang akan dilaksanakan, jenis penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dalam bentuk studi kasus. Penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting bagi manusia. Pendidikan adalah suatu proses sadar tujuan, artinya bahwa kegiatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan potensi yang dimiliki oleh masing-masing anak didik. Untuk 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Balakang Masalah Tujuan dari pendidikan adalah perkembangan kepribadian secara optimal dari anak didik. Dengan demikian setiap proses pendidikan harus diarahkan pada tercapainya

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 77 BAB III METODE PENELITIAN A. PENDEKATAN DAN JENIS PENELITIAN Metodologi penelitian adalah proses, prinsip dan prosedur yang kita gunakan untuk mendekati problem dan mencari jawaban. Dengan ungkapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan suatu proses yang berlangsung seumur hidup, pendidikan mampu melakukan proses pengubahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Jenis Penelitian Metode penelitian adalah strategi umum yang digunakan dalam pengumpulan data dan analisis data yang digunakan untuk menjawab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Gema Insani, 2006), h. 1 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen

BAB I PENDAHULUAN. (Jakarta: Gema Insani, 2006), h. 1 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam pandangan ajaran Islam, segala sesuatu harus dilakukan secara rapi, benar, tertib, dan teratur. Proses-prosesnya harus diikuti dengan baik. Sesuatu tidak

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami objek sasaran yang dikehendaki dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan faktor yang sangat penting dan menentukan bagi kehidupan manusia; demikian pula bagi kehidupan suatu bangsa. Untuk mencapai tujuan suatu

Lebih terperinci

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP TRI MURTI KECAMATAN PAKISAN KABUPATEN MALANG. Oleh

MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP TRI MURTI KECAMATAN PAKISAN KABUPATEN MALANG. Oleh Media Bina Ilmiah41 MANAJEMEN KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH TERHADAP MOTIVASI BELAJAR SISWA DI SMP TRI MURTI KECAMATAN PAKISAN KABUPATEN MALANG Oleh Made Dwianan Mustawan Dosen pada STAH Santika Darma Abstrak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. kepustakaan (buku) atau jenis penelitian kualitatif, yaitu suatu penelitian yang BAB III METODE PENELITIAN 1. Jenis dan Pendekatan Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan bermacam - macam materi yang terdapat dalam kepustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan pendidikan di Indonesia merupakan suatu sistem pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani

PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH. Oleh : Pitriani PEMBINAAN PESERTA DIDIK DALAM PENINGKATAN KEDISIPLINAN DI SEKOLAH Oleh : Pitriani Abstrak: Pendidikan merupakan faktor utama dalam membangun sumber daya manusia yang berkualitas. Dengan kata lain, pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian,

BAB I PENDAHULUAN. untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha orang dewasa dalam pergaulan dengan anak-anak untuk memimpin jasmani dan rohani ke arah kedewasaan. Dalam artian, pendidikan adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa katakata tertulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun

BAB I PENDAHULUAN. perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Pendidikan adalah proses melatih daya-daya jiwa seperti pikiran, ingatan, perasaan, baik untuk memahami realitas, nilai-nilai dan kebenaran, maupun sebagai warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Long life education adalah motto yang digunakan oleh orang yang berilmu. Hal ini dapat diartikan bahwa selama kita hidup ilmu itu harus dicari, ilmu tidak datang

Lebih terperinci

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA

PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA PENGARUH LAYANAN BIMBINGAN KELOMPOK TERHADAP PENINGKATAN RESILIENSI SISWA Ayunda Mayasari Dewi (10220138) Mahasiswa Pendidikan Bimbingan dan Konseling IKIP Veteran Semarang Abstrak Perumusan Masalah dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan diartikan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan

BAB III METODE PENELITIAN. Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan 74 BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Ditinjau dari sudut pandang pendekatannya, penelitian yang penulis lakukan dalam upaya menyusun skripsi ini adalah termasuk dalam jenis penelitian kualitatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa dan negara. Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada

BAB I PENDAHULUAN. sekolah-sekolah dengan dicantumkannya bimbingan dan konseling pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberadaan bimbingan dan konseling di sekolah di Indonesia sebenarnya telah dirintis sejak tahun 1960 dan baru mulai 1975 secara resmi memasuki sekolah-sekolah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan proses esensial untuk mencapai tujuan dan cita-cita pribadi individu. Secara filosofis dan historis pendidikan menggambarkan suatu proses yang melibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihadapinya dan mampu untuk melakukan sesuatu yang baru. untuk menunjang kemajuan kehidupan, baik bagi diri dan bangsanya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan suatu bangsa erat hubungannya dengan masalah pendidikan. Tingkat pendidikan suatu bangsa merupakan cermin kesejahteraan kehidupan bangsa tersebut.

Lebih terperinci

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

2015 PENERAPAN METODE COOPERATIVE SCRIPT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS BAB I PENDAHULUAN Bab ini akan menjelaskan mengenai hasil kajian yang terbagi menjadi empat bagian yaitu: A. Latar Belakang Masalah, B. Rumusan Masalah, C. Tujuan Penelitian, dan D. Manfaat Penelitian.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor, mendefinisikan "Pendekatan Kualitatif" sebagai. organisasi ke dalam variabel atau hipotesis.

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bogdan dan Taylor, mendefinisikan Pendekatan Kualitatif sebagai. organisasi ke dalam variabel atau hipotesis. BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian Pendekatan penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor, mendefinisikan "Pendekatan Kualitatif" sebagai prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. disebut dengan tata tertib. Siswa dituntut untuk menaati tata tertib sekolah di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah adalah sebagai lembaga pendidikan mempunyai kebijakan tertentu yang dituangkan dalam bentuk aturan. Salah satunya adalah aturan sekolah yang disebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis

BAB I PENDAHULUAN. Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia menurut Islam pada hakekatnya adalah makhluk monopluralis (wahdatul anasir), manusia memiliki empat fungsi yaitu manusia sebagai makhluk Allah SWT, manusia

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Ditinjau dari segi metodologi, penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, penelitian kualitatif adalah metode penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laju pendidikan di sekolah-sekolah, terutama di tingkat SMP dan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap laju pendidikan di sekolah-sekolah, terutama di tingkat SMP dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peranan Bimbingan dan Konseling ternyata memiliki andil cukup besar terhadap laju pendidikan di sekolah-sekolah, terutama di tingkat SMP dan SMA. Tidak bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia. Pada intinya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. seluruh aspek kepribadian manusia. Pada intinya pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memberikan pengaruh langsung terhadap perkembangan seluruh aspek kepribadian manusia. Pada intinya pendidikan mengarah pada memanusiakan manusia dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan mempunyai pengaruh yang sangat besar dan dinamis dalam kehidupan manusia di masa depan. Pendidikan dapat mengembangkan potensi yang dimilikinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk yang paling tinggi derajatnya, makhluk yang berkualitas dan merupakan makhluk seutuhnya. Makhluk yang seutuhnya adalah mereka yang

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan berbagai jenis metodologi penelitian. Dalam penelitian ini,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan berbagai jenis metodologi penelitian. Dalam penelitian ini, 40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Untuk mengungkapkan realitas yang ada, maka seseorang dapat menggunakan berbagai jenis metodologi penelitian. Dalam penelitian ini, penulis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT.

BAB I PENDAHULUAN. Ciputat Press, 2005), h Syafaruddin, dkk, Manajemen Pembelajaran, Cet.1 (Jakarta: Quantum Teaching, PT. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Madrasah atau sekolah merupakan sebagai salah satu wahana transformasi sosial budaya dalam lingkungan masyarakat yang eksistensinya tak dapat dipungkiri lagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode

BAB III METODE PENELITIAN. dipengaruhi atau ditentukan oleh tepat tidaknya penelitian atau penentuan metode BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah salah satu faktor yang terpenting dan sangat menentukan dalam penelitian, hal ini disebabkan karena berhasil tidaknya suatu penelitian banyak dipengaruhi atau ditentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan karena pendidikan merupakan proses yang berlangsung seumur hidup. Pendidikan merupakan tongkat estafet majunya

Lebih terperinci

Anik Sulistyowati Pembimbing I : Dr. Hera Heru SS, M.pd Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK

Anik Sulistyowati Pembimbing I : Dr. Hera Heru SS, M.pd Prodi BK FKIP UNISRI ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP TUGAS GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DENGAN KESEDIAAN BERKONSULTASI PADA SISWA KELAS XI IPS 4 MAN 2 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Anik Sulistyowati 11500044 Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisa

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. suatu pendekatan penelitian yang ditujukan untuk mendiskripsikan dan menganalisa 38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jenis Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancangan studi kasus dengan berorientasi pada pendekatan kualitatif. Yang dimaksud penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakuakan di BMT MMU Sidogiri Jl. Raya Sidogiri Kraton

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilakuakan di BMT MMU Sidogiri Jl. Raya Sidogiri Kraton BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi Penelitian Penelitian dilakuakan di BMT MMU Sidogiri Jl. Raya Sidogiri Kraton Pasuruan, yang secara khusus memberikan layanan jasa keuangan dengan prinsipprinsip syariah.

Lebih terperinci

Persepsi Siswa SMP di Kecamatan Kemiri terhadap Pembelajaran Matematika

Persepsi Siswa SMP di Kecamatan Kemiri terhadap Pembelajaran Matematika SEMINAR NASIONAL MATEMATIKA DAN PENDIDIKAN MATEMATIKA UNY 2016 Persepsi Siswa SMP di Kecamatan Kemiri terhadap Pembelajaran Matematika Anintya Dyas Retnoningsih 1, Budiyono 2 Fakultas Keguruan dan Ilmu

Lebih terperinci

Oleh: Juni Prasetiyono. Abstrak

Oleh: Juni Prasetiyono. Abstrak UPAYA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGUBAH PERSEPSI NEGATIF SISWA TENTANG BIMBINGAN DAN KONSELING DI MADRASAH ALIYAH NEGERI BUNTOK KABUPATEN BARITO SELATAN Oleh: Juni Prasetiyono Abstrak Dalam memasuki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di

BAB I PENDAHULUAN. tata tertib, peraturan dengan penuh rasa tanggung jawab dan disiplin. Di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan proses belajar mengajar tertib dan lancar, maka seluruh siswa harus mematuhi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22

BAB IV ANALISIS. 2002), hlm.22 BAB IV ANALISIS A. Optimalisasi manajemen layanan bimbingan dan konseling di SMP Islam Sultan Agung 1 Semarang Pendidikan merupakan aset yang tidak akan ternilai bagi individu dan masyarakat, pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 65 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu akan mendeskripsikan permasalahan dan fokus penelitian. Metode kualitatif adalah langkah-langkah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 69 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Berdasarkan jenis data yang diperlukan dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian kualitatif. Untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara

BAB I PENDAHULUAN. maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Peran guru sangat strategis pada kegiatan pendidikan formal, non formal maupun informal. Keberhasilan pendidikan akan terjadi bila ada interaksi antara pendidik dengan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai DerajatSarjana S-1. Oleh: HAFNI ISTIKHOMAH A

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan guna mencapai DerajatSarjana S-1. Oleh: HAFNI ISTIKHOMAH A IMPLEMENTASI PROGRAM BIMBINGAN DAN KONSELING (BK) DALAM BIMBINGAN BELAJAR SISWA DI SD NEGERI GEMOLONG 1 KECAMATAN GEMOLONG, KEBUPATEN SRAGEN TAHUN 2014/2015 NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagai persyaratan

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara.

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. sekolah dengan keefektifan sekolah di MTs Kabupaten Labuhanbatu Utara. 95 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1. Simpulan Berdasarkan hasil analisis data, temuan dan pembahasan penelitian maka dapat diambil beberapa simpulan sebagai berikut: 1. Terdapat hubungan yang signifikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dunia pendidikan Indonesia saat ini berada dalam kondisi yang memprihatinkan baik dilihat dari sudut pandang internal berhubungan dengan pembangunan bangsa maupun dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat

BAB I PENDAHULUAN. di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah membawa perubahan di hampir semua aspek kehidupan manusia. Di satu sisi perubahan itu bermanfaat bagi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta

Lebih terperinci

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru

Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Pengaruh Kepemimpinan Kepala Sekolah Terhadap Kinerja Guru Mukhamad Sulistiya (09120067) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Untuk meningkatkan mutu pendidikan disekolah tidak hanya

Lebih terperinci

Oleh: Suyanti. Kata kunci : Layanan Informasi, Penyimpangan perilaku, Studi kasus.

Oleh: Suyanti. Kata kunci : Layanan Informasi, Penyimpangan perilaku, Studi kasus. EFEKTIFITAS LAYANAN INFORMASI TENTANG PENDIDIKAN SEKS UNTUK MENGATASI PENYIMPANGAN PERILAKU SEKSUAL PADA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2015/2016 Oleh: Suyanti Abstrak Tujuan penelitian

Lebih terperinci

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING. DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN 2007/2008

FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING. DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN 2007/2008 FUNGSI BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM MENGATASI KESULITAN BELAJAR SISWA DI MTs NEGERI SURAKARTA 1 TAHUN 2007/2008 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi sebagian dari Tugas dan Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan untuk mengkaji mengenai Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada mata pelajaran Al-Qur an Hadits di MA

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP

STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP STUDI TENTANG PELAKSANAAN APLIKASI INSTRUMENTASI BIMBINGAN DAN KONSELING DI SMP DAN SMA NEGERI KOTA SUMENEP Juftiar Mahendra Zainur Putera Dr. Tamsil Muis Bimbingan Konseling, Fakultas Ilmu Pendidikan,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah proses dengan menggunakan berbagai macam metode pembelajaran, sehingga siswa memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkah

Lebih terperinci

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir.

perkembangan yang meliputi aspek pribadi, sosial, belajar dan karir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bimbingan dan konseling merupakan layanan bantuan kepada peserta didik, baik secara perorangan maupun kelompok, agar mampu mandiri dan berkembang secara optimal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Dalam sejarah perkembangan peradaban bangsa terlihat jelas bahwa kemajuan bangsa sangat terkait dengan pendidikan sebagai bagian yang tak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5).

BAB I PENDAHULUAN. hidup (life skill atau life competency) yang sesuai dengan lingkungan kehidupan. dan kebutuhan peserta didik (Mulyasa, 2013:5). 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang. Pendidikan bersifat umum bagi semua orang dan tidak terlepas dari segala hal yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan sangat penting dalam kelangsungan hidup bangsa. Pendidikan berkualitas sangatlah diperlukan dalam usaha untuk kemajuan bangsa dan negara. Sebagaimana disebutkan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas

1. PENDAHULUAN. sistem pendidikan nasional No.20 tahun 2003 yang menyatakan tegas 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah 1. Latar Belakang Sekolah adalah wadah pendidikan formal mempunyai tanggung jawab besar untuk mewujudkan cita-cita bangsa, sebagaimana yang diamanahkan dalam

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Artikel Skripsi HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSIONAL DENGAN PERILAKU AGRESIF SISWA KELAS XI IPS MAN II KOTA KEDIRI TAHUN PELAJARAN 2014/2015 SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh

Lebih terperinci

Pengaruh Tingkat Disiplin Dan Lingkungan Belajar Di Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa

Pengaruh Tingkat Disiplin Dan Lingkungan Belajar Di Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Pengaruh Tingkat Disiplin Dan Lingkungan Belajar Di Sekolah Terhadap Prestasi Belajar Siswa Nokwanti (0612035) Mahasiswa Pendidikan Ekonomi IKIP Veteran Semarang ABSTRAK Prestasi merupakan hasil yang dicapai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di

BAB 1 PENDAHULUAN. tetapi pendidikan bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, pendidikan harus di BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan esensial dalam kehidupan manusia, karena pendidikan, manusia dapat di bedakan dengan makhluk lain yang menempati alam ini. Kenyataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No

BAB I PENDAHULUAN. didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakikatnya merupakan usaha untuk membantu peserta didik dalam mengembangkan potensinya. Hal ini didasarkan pada UU RI No 20 Tahun 2003 tentang Sistem

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara

BAB III METODE PENELITIAN. A. Pendekatan dan Jenis Penelitian. misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dan lain-lain, secara BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Pendekatan yang digunakan pada penelitian ini adalah kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3:

BAB I PENDAHULUAN. ini sejalan dengan fungsi dan tujuan pendidikan yang tertuang dalam Undangundang. Sisdiknas No 20 tahun 2003 pasal 3: 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha sadar untuk pengembangan kepribadian yang berlangsung seumur hidup baik di sekolah maupun madrasah. Pendidikan juga bermakna

Lebih terperinci