POTENSI PENINGKATAN NILAI TAMBAH DALAM PEMANFAATAN BATUBARA DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "POTENSI PENINGKATAN NILAI TAMBAH DALAM PEMANFAATAN BATUBARA DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya"

Transkripsi

1 POTENSI PENINGKATAN NILAI TAMBAH DALAM PEMANFAATAN BATUBARA DI INDONESIA Gandhi Kurnia Hudaya Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara S A R I Sumber daya batubara yang dimiliki Indonesia mencapai 104,94 miliar ton dan cadangan 21,13 miliar ton. Kekayaan memerlukan upaya sistematis dan terintegrasi dalam pengelolaannya agar batubara dapat memberikan keuntungan yang optimal bagi negara dan rakyat Indonesia. Batubara diproyeksikan sebagai energi utama di Indonesia mulai tahun 2030, namun akan habis pada tahun Melihat rentang waktu yang relatif singkat, maka batubara sebagai sumber energi harus ditingkatkan nilai tambahnya mulai saat ini sehingga dapat dirasakan manfaatnya oleh rakyat Indonesia secara langsung. Tulisan ini memberikan gambaran tentang potensi-potensi yang ada dan atau yang belum termanfaatkan secara optimal dalam pengelolaan batubara di Indonesia. Peningkatan nilai tambah batubara dapat dibagi dua, yaitu langsung dan tidak langsung. Secara langsung antara lain adalah penggunaan batubara sebagai energi listrik termasuk oleh industri, teknologi peningkatan mutu (upgrading), pencairan, gasifikasi, coal water mixture, kokas pengecoran dan karbon aktif. Sementara yang termasuk dalam peningkatan nilai tambah batubara secara tidak langsung adalah jasa pertambangan, jasa penunjang, dan transportasi batubara. Potensi peningkatan nilai tambah (PNT) dalam pemanfaatan batubara, baik secara langsung maupun tidak langsung, sangat besar. Dengan demikian diharapkan, para pemangku kepentingan di subsektor pertambangan batubara dapat mengiplementasikan PNT barubara tersebut, sehingga pengaturan yang dilakukan oleh pemerintah dapat dirasakan secara langsung manfaatnya oleh rakyat Indonesia, yang berdampak pada peningkatan perekonomian dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat Indonesia. Potensi peningkatan nilai tambah (PNT) dalam pemanfaatan batubara sangat besar. Dengan Demikian, diharapkan para pemangku kepentingan di subsektor pertambangan batubara dapat merubah paradigma pengelolaan batubara yang selama ini hanya diekspor dalam bentuk raw material menjadi pengelolaan batubara yang berbasis PNT dan dapat dimanfaatkan secara optimal untuk memenuhi pasokan kebutuhan energi nasional. Sedangkan harapan untuk Pemerintah mampu menerbitkan peraturan terkait yang mendorong PNT yang didukung dan dapat dilaksanakan oleh pelaku usaha. Sehingga hasil dan manfaatnya dapat dirasakan secara langsung oleh rakyat Indonesia dari sumber daya batubara yang tersedia saat ini, yang berdampak pada peningkatan perekonomian dan membawa kesejahteraan bagi masyarakat. Kata kunci : batubara, nilai tambah, potensi, pemanfaatan, pengelolaan 13

2 1. PENDAHULUAN Sumber daya mineral dan batubara merupakan sumber daya yang tidak dapat diperbarui dan juga sebagai modal pembangunan, sumber daya batubara mencapai 104,94 miliar ton dengan cadangan 21,13 miliar ton (Buku Tahunan-ESDM, 2010). Sektor pertambangan batubara memberikan kontribusi cukup besar kepada negara, meliputi penerimaan negara, investasi, ketenagakerjaan, neraca perdagangan, maupun pembangunan daerah. Penerimaan negara, sektor pertambangan mineral dan batubara pada 2009 memberikan sumbangan kepada negara tidak kurang dari Rp. 51 triliun, yang terdiri atas penerimaan negara bukan pajak Rp. 15 triliun dan sisanya Rp. 40 triliun merupakan penerimaan pajak. Investasi sepanjang 2009, sektor ini naik 9,5% menjadi US$ 1,8 miliar dibandingkan dengan pencapaian tahun sebelumnya US$ 1,6 miliar yang berasal dari perusahaan pemegang kontrak karya (KK), perusahaan perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B), dan BUMN. Efek berantai ketenagakerjaan pada 2009 sektor pertambangan menyerap tenaga kerja hingga tenaga kerja dari perusahaan KK, PKP2B, dan BUMN. Jumlah ini belum termasuk tenaga kerja dari sektor usaha jasa pertambangan. Tahun 2010 perusahaan KK, PKP2B, dan BUMN diperkirakan memberikan kontribusi kepada negara kurang lebih Rp. 1 triliun, walaupun ada sedikit penurunan dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp. 1,2 triliun. Neraca perdagangan, ekspor komoditas tambang mineral dan batubara pada tahun 2010 diperkirakan lebih kurang bisa mencapai US$ 20 miliar (Nurbaiti, 2010). Angka-angka tersebut di atas dapat lebih ditingkatkan lagi apabila dapat dilakukan peningkatan nilai tambah produk pertambangan mineral dan batubara. Peningkatan nilai tambah ini merupakan kunci utama sehingga dapat mendorong pemanfaatan yang lebih optimal sebagaimana yang diamanatkan oleh UU No. 4 tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara serta peraturan turunannya. Untuk itu perlu peningkatan nilai tambah dalam pemanfaatan batubara sehingga sektor pertambangan batubara dapat memberikan kontribusi yang semakin besar kepada negara. Perkirakan kebutuhan energi Indonesia pada tahun 2030 akan meningkat hingga mencapai 3,6% dengan batubara sebagai sumber energi utama, artinya tingkat produksi batubara mencapai 517 juta ton. Berdasarkan data atau perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam Buku Energi Outlook 2010, rasio cadangan terhadap produksi batubara pada tahun 2030 adalah sebesar 20, artinya penyediaan batubara Indonesia masih mencukupi hingga 20 tahun mendatang atau sampai tahun Batubara bahkan diprediksi menjadi bahan bakar utama yang dominan untuk pembangkit listrik dengan pangsa sekitar 45% sehingga keandalan pasokan batubara dalam menjamin kelangsungan penyediaan listrik menjadi sangat strategis. Peningkatan nilai tambah dalam pemanfaatan batubara merupakan sesuatu yang segera harus dilakukan untuk dua hal, yang pertama adalah melakukan penghematan dalam penggunaan batubara sehingga usia pemakaiannya menjadi lebih lama khususnya untuk pemenuhan kebutuhan pembangkitan listrik, yang kedua adalah meningkatkan nilai tambah batubara sebelum diekspor. Untuk mengoptimalkan peningkatan nilai tambah (PNT) dalam pemanfaatan batubara di Indonesia (Gambar 1), maka perlu dilakukan pengaturan lebih rinci dan lebih tegas lagi, mengingat sumber daya batubara ini masih diandalkan setidaknya sampai tahun Sembari upaya lain yang telah dan sedang dilakukan oleh pemerintah untuk memanfaatkan sumber energi baru dan terbarukan. Indonesia tidak boleh bangga dan larut sebagai eksportir batubara terbesar ke-2 di dunia, karena dari total sumber daya batubara sebesar 104,7 juta ton, 87%-nya merupakan low rank coal (LRC) atau sebesar 90,7 juta ton yang mempunyai harga jual lebih 14 M&E, Vol. 8, No. 4, Desember 2010

3 murah dibandingkan dengan high rank coal (HRC), baik untuk penggunaan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) maupun untuk di ekspor (Lagaligo, A., 2009). Maka dari itu, pemanfaatan batubara Indonesia harus diarahkan pada upaya peningkatan nilai tambah LRC melalui proses blending dan upgrading brown coal (UBC), atau diubah (konversi) menjadi bahan bakar gas (BBG) melalui proses coal gasification, juga menjadi bahan bakar minyak (BBM) melalui proses coal liquefaction. 2. PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA Untuk meningkatkan nilai tambah batubara kualitas rendah (low rank coal) dapat dilakukan melalui pengolahan batubara dengan teknologi tertentu, yang bertujuan untuk meningkat kualitas dan sekaligus meningkatkan nilai kalornya menjadi lebih tinggi dan pada akhirnya dapat meningkatkan harga jual (ekspor). Dengan demikian penerimaan negara juga akan meningkat secara langsung melalui pajak dan dengan adanya pabrik pengolahan batubara tersebut akan menimbulkan multiplier effect bagi perekonomian di daerah khususnya lokasi di wilayah pertambangan dan pabrik pengolahan tersebut berada dan di Indonesia pada umumnya (Gambar 1). Teknologi pengolahan batubara sudah berkembang sejak pertama kali batubara ditambang secara langsung di Indonesia pada tahun Awalnya batubara hanya ditambang dan secara langsung digunakan, khususnya batubara kualitas tinggi. Seiring dengan kebutuhan konsumen meningkat dan sumber PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA Multiplier Effect PEMBANGKIT LISTRIK KONVERSI LOW RANK COAL UPGRADING Clean Coal Technology JASA PERTAMBANGAN JASA PENUNJANG TRANSPORTASI PEMERINTAH INDUSTRI CWM LIQUEFACTION GASIFICATION KOKAS KARBON AKTIF Batubara Mutu Tinggi BBM BBG Chem.Feedstock Gambar 1. Peningkatan nilai tambah batubara Sumber : Kajian Kebijakan Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara, Puslitbang tekmira,

4 daya batubara yang berkualitas tinggi semakin berkurang, maka batubara kualitas rendah juga ternyata laku dijual. Untuk yang disebut terakhir ini diperlukan penggerusan, pencucian, dan pencampuran yang merupakan PNT batubara paling sederhana, serta sudah menjadi hal yang lumrah dan sudah banyak diterapkan hampir di seluruh perusahaan pertambangan batubara di Indonesia. Batubara umumnya diekspor dalam bentuk bongkahan atau wantah (raw material). Dengan semakin berkurang cadangan dan produksi batubara kualitas tinggi, maka penambangan batubara kualitas menengah dan rendah sudah banyak peminatnya. Khusus untuk kualitas rendah, pada awalnya tidak ada yang tertarik, namun karena kebutuhan batubara cukup tinggi dan ditunjang dengan teknologi pengangkutan dan pengolahan yang makin berkembang, konsumsi untuk pembangkit listrik dan ekspor batubara kualitas rendah pun sudah terjadi. Hal ini patut disayangkan karena batubara kualitas rendah ini belum mempunyai nilai tambah, apalagi jika dijual dalam bentuk bongkahan. Dengan harga jual hanya US$ 29/ ton sementara biaya produksinya sendiri diatas US$ 20, maka sebenarnya keuntungan pengusaha hanya sedikit, apalagi untuk penerimaan negara. Oleh karena itu fokus peningkatan nilai tambah adalah pada batubara kualitas rendah (LRC). Teknologi pengolahan batubara semakin berkembang dan canggih. Hal ini disebabkan oleh kebutuhan dunia akan batubara semakin tinggi (Gambar 2) yang ditunjukkan oleh naiknya produksi dan ekspor batubara. Selain itu kesadaran dunia akan lingkungan juga semakin tinggi, sehingga teknologi pengolahan batubara saat ini dikembangkan suatu teknologi yang mendukung lingkungan dan bersih atau disebut 250 Ekspor Konsumsi Produksi Juta Ton Tahun Gambar 2. Produksi, konsumsi dan ekspor batubara periode (datawarehouse ESDM) M&E, Vol. 8, No. 4, Desember 2010

5 juga dengan clean coal technology. Beberapa teknologi pengolahan batubara telah berkembang di dunia dan juga di Indonesia yaitu teknologi peningkatan mutu (upgrading), pencairan, gasifikasi, coal water mixture, kokas pengecoran, dan karbon aktif lihat Gambar 1 (Puslitbang tekmira, 2010) Teknologi Penggunaan Batubara Sebagai Pembangkit Listrik Pada awalnya batubara yang digunakan sebagai bahan bakar untuk pembangkit listrik adalah batubara dengan peringkat tinggi dan menengah sebagaimana yang diterapkan pada pembangkit listrik batubara pertama di indonesia yaitu PLTU Suralaya. Namun perkembangan teknologi pembangkitan listrik saat ini telah mampu menghasilkan listrik dengan menggunakan batubara peringkat rendah. Penggunaan tenaga listrik di Indonesia selama kurun mengalami peningkatan yang cukup pesat, yaitu sebesar 14.5 % per tahun. Pada tahun 1971 penggunaannya baru sebesar 2.5 TWh dan meningkat mencapai 38.6 TWh pada tahun Berdasarkan studi MARKAL, kebutuhan tenaga listrik dalam 25 tahun mendatang akan mengalami pertumbuhan sebesar 7.8 % per tahun. Gambar 3 memperlihatkan data historis pemakaian tenaga listrik dan proyeksi penyediaan tenaga listrik untuk tiap jenis bahan bakar sampai tahun 2021 (Sugiono, A., 1996). Sesuai dengan program diversifikasi dan dengan harga minyak bumi yang terus meningkat, penggunaan batubara untuk pembangkit tenaga listrik merupakan suatu pilihan. Penggunaan batubara sebagai bahan bakar pembangkitan listrik diperkirakan mencapai 78 % dari total pembangkitan pada tahun 2021 dalam rangka pemenuhan kebutuhan energi listrik sebesar TWh. PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) membutuhkan batubara sebanyak 58,6 juta ton pada tahun Jumlah ini melonjak 95,3% dibanding dengan kebutuhan PLN terhadap batubara pada tahun 2010 yang sekitar Gambar 3. Data Historis dan Proyeksi Pembangkit Listrik; : Data historis dari IEA dan : Proyeksi studi MARKAL untuk Emission Reduction Case (Sugiyono, A., 1996) 17

6 30 juta ton (Arifenie, F. N., 2010). Dengan meningkatnya Pemakaian batubara dalam jumlah besar ini dapat menimbulkan dampak lingkungan, sehingga dibutuhkan pemilihan teknologi yang tepat dalam menerapkan teknologi batubara bersih, seperti Integrated Gasification Combined Cycle (IGCC). Industri pada awalnya hanya menggunakan bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin, solar dan minyak tanah sebagai bahan bakar pembangkit listrik. Namun saat ini industri tidak dapat lagi mengandalkan BBM, karena tingginya harga minyak dunia seiring dengan kebijakan pemerintah Indonesia yang mencabut subsidi BBM untuk industri serta mengurangi produksi minyak tanah. Hal ini mengakibatkan tingginya biaya produksi sehingga tidak mampu bersaing dan penggunaan BBM tidak ekonomis lagi. Batubara telah menjadi pengganti BBM yang dapat diandalkan dan ekonomis. Teknologi pembakaran juga semakin berkembang seperti teknologi cyclo burner sehingga batubara peringkat rendah pun saat ini sudah dapat dimanfaatkan dengan baik Teknologi Konversi Pencairan Batubara Teknologi pencairan adalah proses mengkonversi batubara menjadi bahan bakar minyak (BBM), seperti bensin atau solar. Proses ini diistilahkan sebagai coal liquefaction atau coal to liquids (CTL). Ada dua cara menghasilkan BBM dari batubara, yaitu melalui pencairan batubara secara langsung (Direct Coal Liquefaction/DCL) dan pencairan batubara secara tidak langsung (In-direct coal liquefaction/icl). Teknologi DCL menghasilkan fraksi nafta yang sangat cocok sebagai bahan baku pembuatan bensin, tetapi menghasilkan fraksi solar yang kurang baik, sehingga perlu di-upgrade lagi untuk meningkatkan angka setana-nya. Proses pencairan batubara tidak langsung (ICL) diawali oleh proses gasifikasi batubara atau reforming gas alam untuk menghasilkan sintesis gas (syngas), yaitu suatu gas dengan komposisi sebagian besar hidrogen dan karbon monoksida. Proses sintesa gas menjadi BBM umumnya menggunakan proses Fischer-Tropsch atau biasa disingkat F-T process. Pada proses ini hidrogen direaksikan dengan karbon monoksida dengan bantuan katalis menghasilkan BBM (hidrokarbon) alkohol, aldehydes, dan fatty acids. Saat ini teknologi DCL dikembangkan di Jepang, China dan USA sedangkan teknologi ICL dikembangkan oleh SASOL Afrika Selatan. a. Gasifikasi Batubara Teknologi gasifikasi adalah proses konversi batubara menjadi produk gas dalam sebuah reaktor, dengan atau tanpa menggunakan pereaksi berupa udara, campuran udara dan uap air atau campuran oksigen dan uap air. Apabila proses gasifikasi dilakukan langsung dalam tanah, maka prosesnya disebut gasifikasi batubara dalam tanah (underground coal gasification). Terdapat tiga produk utama proses gasifikasi batubara berdasarkan berdasarkan pereaksi yang digunakan, yakni gas bakar, syngas, dan SNG. Gas bakar dan syngas yang nilai kalorinya rendah dan menengah tidak ekonomis untuk ditransportasikan, sehingga harus langsung digunakan di lokasi gasifikasi. Sementara SNG yang mempunyai nilai kalor tinggi dapat digunakan untuk substitusi gas alam, sehingga pemanfaatannya juga mirip dengan pemanfaatan gas alam. Gas bakar dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar pada berbagai industri menengah padat modal seperi industri agro, industri keramik, industri logam, industri mineral, industri bangunan, mesin pembakaran internal (mesin diesel dan gas engine), dan lain-lain. Syngas dapat dimanfaatkan untuk bahan bakar seperti pembangkit listrik dan bahan baku berbagai industri kimia, BBM sintetik, bahan reduktor pada peleburan baja dan lain-lain. Selain produk gas, gasifikasi batubara juga menghasilkan limbah yang bermanfaat 18 M&E, Vol. 8, No. 4, Desember 2010

7 sebagai produk samping, yakni abu batubara, ter, dan belerang. Abu batubara dapat dipakai untuk bahan baku industri bahan bangunan. Ter dapat dimanfaatkan untuk industri bahan kimia, pelapis atap, dan bahan pengikat (binder). Sementara belerang apabila dimurnikan dapat dijual untuk bahan baku industri kimia. b. Kokas Pengecoran Kokas adalah material padatan hasil proses dekomposisi batubara dengan pemanasan bebas udara yang menghasilkan keluaran berupa padatan, cairan, dan produk gas (disebut proses karbonisasi). Padatan yang dihasilkan dari proses karbonisasi disebut char atau semikokas untuk produk karbonisasi temperatur rendah, dan disebut kokas untuk produk karbonisasi temperatur tinggi. Kegunaan kokas antara lain adalah sebagai bahan bakar dalam industri pengecoran dan industri pembuatan besi atau baja. Secara umum kegunaan kokas adalah sebagai: 1) sumber kalori, kokas bereaksi dengan oksigen dari tiupan udara menghasilkan panas untuk melelehkan besi dan slag; 2) chemicals, kokas berreaksi dengan oksigen dan CO 2 membentuk gas pereduksi untuk proses reduksi bahan baku besi; 3) sumber karbon pada pembuatan karbit; 4) reduktor oksida-oksida logam lainnya, seperti mangan, silika, dan fosfor; 5) unggun yang kuat, poros, dan media permeabel agar sirkulasi dan distribusi gas pereduksi optimal. Proses pembuatan kokas dari batubara noncoking dapat dilakukan dengan mencampur kokas yang diperoleh dari hasil karbonisasi batubara dengan material senyawa karbon yang bersifat coking substance dalam suatu bejana pencampur, umumnya digunakan double roll mixer. Material baru yang diperoleh dicetak berbentuk briket dan dikarbonisasi kembali agar coking substance senyawa karbon membentuk kokas dan mengikat kokas dari batubara non coking sehingga diperoleh gumpalan kokas yang kuat. Proses tersebut dapat diterapkan untuk batubara Indonesia terutama untuk menghasilkan kokas pengecoran. c. Karbon Aktif Karbon aktif adalah komoditas industri yang sangat bermanfaat untuk digunakan pada berbagai proses industri, seperti untuk pengolahan limbah cair dan gas, penyerap warna, penghilang bau, katalis maupun sebagai penarik kembali zat yang diinginkan. Batubara dapat digunakan sebagai bahan baku pembuat karbon aktif karena mengandung senyawa karbon tinggi, selain tempurung kelapa, kayu, tulang, ampas tebu, serbuk gergaji, ampas kertas, sekam, dan bonggol jagung. Proses pembuatan karbon aktif cukup sederhana, yaitu dengan melakukan proses karbonisasi dan aktivasi. Pada proses karbonisasi terjadi reaksi penguraian ikatan hidrokarbon membentuk gas-gas dan zat terbang, sehingga terbentuk struktur kristalit karbon dengan permukaan dan struktur pori yang menghasilkan sifat dengan daya adsorpsi rendah. Proses yang kedua, adalah aktivasi terhadap bahan hasil karbonisasi yang bertujuan untuk memperluas dan memperbesar permukaan dan pori-pori karbon aktif. Proses aktivasi dapat dilakukan dengan cara aktivasi kimia dan fisika. Puslitbangtek Mineral dan Batubara telah melakukan penelitian dan pengembangan teknologi pembuatan karbon aktif dari batubara sejak tahun 1990 (skala laboratorium), dan telah menghasilkan karbon aktif dengan bilangan iodine 1060 mg/ g. Pada tahun 2006, percobaan ditingkatkan ke skala bench yang dilanjutkan pada tahun 19

8 2007 dengan membuat rotary kiln skala pilot yang mempunyai kapasitas kg/jam (±1 ton/hari). Di samping kegiatan tersebut, dilakukan juga pembuatan karbon aktif skala pabrik (kapasitas 8 ton/hari) dengan menggunakan rotary kiln, kegiatan ini merupakan kerjasama Puslitbangtek Mineral dan Batubara dengan PT. Tanso Putra Asia dan PT. Tambang Batubara Bukit Asam. Uji coba skala pabrik menghasilkan bilangan iodine tertinggi 985 mg/g dengan perolehan produk (rendemen) 25%. Nilai tersebut sudah masuk dalam kisaran kualitas karbon aktif yang dijual di pasar dengan bilangan iodine mg/g. Namun perlu terus dilakukan peningkatan kualitas untuk memperoleh karbon aktif dengan kualitas maksimal dan ekonomis Teknologi Peningkatan Mutu (Upgrading) Teknologi peningkatan mutu (upgrading) pada umumnya dilakukan untuk menurunkan kadar air yang terdapat di dalam batubara, sehingga nilai kalori meningkat. Penurunan kadar air dalam batubara dapat dilakukan dengan cara mekanik atau perlakuan panas. Kadar air bebas dapat dikurangi secara efektif dengan cara mekanik, sedangkan penurunan kadar air bawaan harus dilakukan dengan cara pemanasan. Secara umum teknologi upgrading untuk menurunkan kadar air terdiri atas evaporasi, hot water/steam drying, dan nontermal atau pirolisis. Dengan turunnya kadar air serta meningkatnya nilai kalori maka harga jual batubara tersebut akan meningkat. a. Coal Water Mixture (CWM) Coal water mixture (CWM) atau Coal water fuel (CWF) adalah bahan bakar campuran antara batubara dan air yang dengan bantuan zat aditif membentuk suspensi kental yang homogen dan stabil selama penyimpanan, pengangkutan, dan pembakaran. Pembuatan CWM cukup sederhana, yaitu dengan mencampurkan batubara dan air dalam perbandingan tertentu. Dengan adanya pengungkungan/ penjebakan batubara di dalam air, maka CWM mempunyai sifat yang sama dengan minyak berat sehingga bisa dialirkan atau dipompa untuk transportasi maupun pembakaran. CWM biasanya dibuat dari batubara bituminous, karena batubara jenis ini umumnya mempunyai kadar air bawaan yang rendah dan sifat permukaan yang hidrofibik, yaitu sifat tidak menyukai air. CWF dapat pula dibuat dari batubara peringkat rendah namun harus melalui proses upgrading terlebih dahulu sehingga kadar air bawaan dalam batubara tersebut menjadi rendah. Pembuatan CWM cukup sederhana. Namun karena ada perbedaan berat jenis antara batubara dan air, maka batubara cenderung untuk memisah membentuk endapan dalam CWM. Karena itu perlu ditambahkan bahan aditif, baik sebagai dispersan (pengubah sifat permukaan) agar batubara terdispersi dengan baik terhadap air maupun sebagai penstabil. Selain itu, CWM juga harus mudah untuk dialirkan dan dibakar dengan nyala api yang stabil dan suhu yang tinggi. Pemanfaatan batubara sebagai bahan bakar dalam bentuk CWM dapat menggantikan minyak bakar berat (heavy fuel oil) yang biasa digunakan di industri-industri untuk pembangkit tenaga listrik, pabrik semen, pembangkit tenaga uap, dan industri-industri yang biasa menggunakan boiler sebagai penghasil uap. Keuntungan penggunaan batubara dalam bentuk CWM, antara lain: 1) Sifat alirnya yang tergolong bersifat cairan (fluida) sama dengan sifat alir BBM; 2) Dapat digunakan langsung sebagai bahan bakar cair menggantikan minyak bakar di kilang minyak atau industri lain yang biasa menggunakan heavy fuel oil; 20 M&E, Vol. 8, No. 4, Desember 2010

9 3) Penanganan sama dengan penanganan minyak bakar berat, memungkinkan pengiriman/ pengangkutan CWM di antara berbagai lokasi di dalam/luar instalasi/pabrik lewat pipa; 4) Batubara dalam bentuk suspensi dapat ditangani secara lebih bersih hingga menunjang program bersih lingkungan dan terhindar dari kemungkinan terjadinya pembakaran spontan, peledakan dan masalah debu yang biasa ditimbulkan batubara dalam bentuk serbuk. Puslitbang tekmira pada tahun 2010 telah melakukan kajian tentang kelayakan secara ekonomi dan menghitung nilai tambah teknologi pengolahan batubara. Hasilnya dapat dilihat pada Tabel MULTIFLIER EFFECT Dalam pertambangan batubara sebenarnya banyak pihak atau sektor yang terlibat dalam rantai pengelolaan batubara yaitu jasa pertambangan, jasa penunjang, dan jasa transportasi. Multiflier effect dari Peningkatan nilai tambah batubara juga berlangsung untuk ketiga jasa tersebut tulisan berikut akan memberikan gambaran tentang betapa besarnya dampak yang ditimbulkan baik selain pertumbuhan ekonomi juga aspek ketenaga kerjaan sebagaimana yang diharapkan oleh PP 23 tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara apabila kita dapat mengelola pertambangan batubara dan peningkatan nilai tambahnya di dalam negeri Jasa Pertambangan Jasa pertambangan batubara termasuk sektor yang saat ini sedang booming sejalan dengan kebutuhan batubara dunia yang semakin tinggi. Harga batubara semakin tinggi sehingga makin banyak pengusaha yang tertarik untuk berbisnis batubara. Pada saat ini, sebagian besar pertambangan menggunakan jasa kontraktor. Di tahun % operasional pertambangan batubara menggunakan jasa kontraktor dan diperkirakan pada tahun 2010 akan mencapai 90% (Majalah Tambang, 2008). Untuk gambaran Tabel 1. Nilai tambah teknologi pengolahan batubara No Teknologi Pengolahan Nilai Tambah 1. Peningkatan Mutu: - USD.17,75 per ton atau Upgraded Brown Coal (UBC) - 1,3 kali lipat 2. Pencairan Batubara: Brown Coal - USD.73,4 per ton atau Liquefaction (BCL) - 2,8 kali lipat 3. Gasifikasi : Syngas - USD.2,88 per MMBtu atau - 1,1 kali lipat 4. Coal Water Mixture - USD.80,8 per ton atau - 3 kali lipat 5. Kokas Pengecoran - Rp.4 juta per ton atau - 4,3 kali lipat 6. Karbon Aktif - Rp.5,5 juta per ton atau - 11,3 kali lipat Sumber: Kajian Akademis Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara,

10 omzet jasa kontraktor pertambangan batubara, PT Pama Persada pada tahun 2003 memiliki omset Rp 3,04 triliun dengan volume produksi 27,7 juta ton (Majalah Swa, 2006). Dengan demikian jika tahun 2009 produksi batubara Indonesia sudah mencapai 254 juta ton maka omset jasa kontraktor diperkirakan tidak akan kurang dari Rp 19,5 triliun Jasa Penunjang Dalam industri pertambangan tidak hanya pengusaha tambang yang berperan, tetapi juga ada industri alat-alat berat yang memasok peralatan tambang, industri garmen yang memasok seragam pegawai tambang, industri katering yang memasok makanan pegawai tambang, dan industri lainnya. Hingga saat ini pemerintah telah mengeluarkan peraturan yang mewajibkan pengusaha tambang untuk menggunakan produk nasional. Pengusaha tambang baru boleh mengimpor bahan atau peralatan penunjang pertambangan batubara jika memang tidak tersedia di Indonesia. Sebagai gambaran potensi jasa penunjang pertambangan batubara dapat dilihat dari jumlah tenaga kerja, sebanyak 16,883 orang tenaga kerja indonesia yang bekerja di PKP2B, belum termasuk tenaga kerja di subkontraktor pertambangan yang mencapai orang (Buku Tahunan-ESDM, 2010). Nilai ekonomi untuk jasa penunjang pertambangan cukup besar, sebagai contoh PT Pangansari salah satu penyedia katering utama di pertambangan batubara Indonesia pada tahun 2009 telah mempunyai nilai sedikitnya US$ 4,5 juta untuk 22,5 persen sahamnya (Koran Jakarta, 2009) Jasa Transportasi Transportasi berperan sangat penting dalam perdagangan batubara. Transportasi darat, sungai dan laut sangat menentukan kelancaran perdagangan batubara serta juga menentukan marjin keuntungan perusahaan batubara. Semakin jauh tambang dari sungai atau laut akan menyebabkan meningkatnya biaya transportasi darat serta mengurangi marjin keuntungan perusahaan tambang. Hingga saat ini transportasi mayoritas yang digunakan untuk perdagangan batubara, baik domestik maupun ekspor masih dikuasai oleh asing adalah transportasi laut, dan hanya 10% yang dikuasai oleh perusahaan pelayaran nasional. Dengan ekspor batubara Indonesia pada 2008 adalah 160 juta ton, dan tarif rata-rata ekspor sekitar U$ 30/ton, maka potensi devisa yang lari ke luar negeri per tahun adalah US$ 4,3 miliar atau setara dengan Rp. 41 triliun (Hudaya, G.K, 2009). Untuk menanggulangi hal ini, Pemerintah sudah berusaha untuk membatasinya dengan mengeluarkan UU Pelayaran No. 17 Tahun 2008 yang mewajibkan perdagangan domestik batubara dilakukan oleh kapal berbendera nasional sejak tahun KESIMPULAN Potensi peningkatan nilai tambah dalam pemanfaatan batubara sangat besar. Secara langsung, batubara dapat diolah dengan teknologi-teknologi pengolahan batubara yang dapat memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia. Multifile effect yang dapat merasakan secara langsung dari PNT batubara adalah sektor jasa pertambangan, sektor jasa penunjang dan sektor transportasi batubara. Ketiga sektor ini memiliki potensi besar untuk memberikan nilai tambah bagi perekonomian Indonesia. Dengan adanya PNT - yang selanjutnya akan segera diterbitkan suatu Peraturan Menteri ESDM tentang PNT batubara - diharapkan pemerintah dan rakyat Indonesia dapat menarik manfaat sebesar-besarnya dari sumber daya batubara dalam rangka meningkatkan kesejahteraan yang berkeadilan. DAFTAR PUSTAKA Arifenie, F. N., 2010, Konsumsi Batubara 2011, PLN butuh batubara 58,6 juta ton, Rabu, 22 September :05, klasik.kontan.co.id/industri/ news/47482/ 2011-PLN-butuh-batubara-586-juta-ton 22 M&E, Vol. 8, No. 4, Desember 2010

11 Hudaya, GK, 2009, Peluang Ekonomi Angkutan Batu Bara, Harian Pikiran Rakyat, Kamis, 3 Desember 2009, go.id/currentissues/?p=2479. Kajian Akademis Peningkatan Nilai Tambah Batubara, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, 2010, Buku Tahunan Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Jakarta Koran Jakarta Online, 8 Desember 2009, /koran-jakarta.com Lagaligo, A., 2009, Indonesia Harus Didorong Tingkatkan Mutu LRC, Majalah Tambang, 20 Maret 2009, com/detail_berita.php? category=18&newsnr=1278, diunduh 11 Nopember Majalah Swa-Sembada Online, Emas Hitam, Sang Primadona, 10 Juli 2006, /swamajalah/tren/ details.php?cid=1&id=4614. Majalah Tambang Online, 16 Mei 2008, Nurbaiti, 2010, Nilai tambah tambang mineral harus didorong, Bisnis Indonesia 27 Feb 2010, diunduh 11 Nopember 2010 Pikiran Rakyat Online, Peluang Ekonomi Batubara, 3 Desember 2009, Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara, 2010, Kajian Akademis Peningkatan Nilai Tambah Mineral dan Batubara, Laporan, Bandung Sugiyono, A., 1996, Teknologi Daur Kombinasi Gasifikasi Batubara Terintegrasi, Pertamina - KNI-WEC, Hasil-Hasil Lokakarya Energi 1996, hal Website Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Energi Outlook : Referensi Ketersediaan Energi Indonesia, 5 Oktober

KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya

KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA. Gandhi Kurnia Hudaya KAJIAN PERBANDINGAN PENGGUNAAN AKUABAT, MINYAK BERAT (MFO), DAN BATUBARA PADA PEMBANGKIT LISTRIK DI INDONESIA Gandhi Kurnia Hudaya Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara Gandhi.kurnia@tekmira.esdm.go.id

Lebih terperinci

AQUABAT SEBAGAI BAHAN BAKAR BOILER. Datin Fatia Umar

AQUABAT SEBAGAI BAHAN BAKAR BOILER. Datin Fatia Umar AQUABAT SEBAGAI BAHAN BAKAR BOILER Datin Fatia Umar Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira datinf@tekmira.esdm.go.id S A R I Aquabat adalah adalah campuran batubara halus,

Lebih terperinci

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012

Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012 Kekayaan Energi Indonesia dan Pengembangannya Rabu, 28 November 2012 Kebutuhan energi dunia terus mengalami peningkatan. Menurut proyeksi Badan Energi Dunia (International Energy Agency-IEA), hingga tahun

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA

PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA PERATURAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR : TENTANG PENINGKATAN NILAI TAMBAH BATUBARA MELALUI KEGIATAN PENGOLAHAN BATUBARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin.

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dibumi ini, hanya ada beberapa energi saja yang dapat digunakan. seperti energi surya dan energi angin. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi pada saat ini dan pada masa kedepannya sangatlah besar. Apabila energi yang digunakan ini selalu berasal dari penggunaan bahan bakar fosil tentunya

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR

Prarancangan Pabrik Karbon Aktif Grade Industri Dari Tempurung Kelapa dengan Kapasitas 4000 ton/tahun BAB I PENGANTAR BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Perkembangan industri di Indonesia mengalami peningkatan secara kualitatif maupun kuantitatif, khususnya industri kimia. Hal ini menyebabkan kebutuhan bahan baku dan bahan

Lebih terperinci

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA

SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA SUMARY EXECUTIVE OPTIMASI TEKNOLOGI AKTIVASI PEMBUATAN KARBON AKTIF DARI BATUBARA Oleh : Ika Monika Nining Sudini Ningrum Bambang Margono Fahmi Sulistiyo Dedi Yaskuri Astuti Rahayu Tati Hernawati PUSLITBANG

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Saat ini hidrogen diproyeksikan sebagai unsur penting untuk memenuhi kebutuhan clean energy di masa depan. Salah satunya adalah fuel cell. Sebagai bahan bakar, jika hidrogen

Lebih terperinci

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC

PROSES UBC. Gambar 1. Bagan Air Proses UBC Penulis: Datin Fatia Umar dan Bukin Daulay Batubara merupakan energi yang cukup andal untuk menambah pasokan bahan bakar minyak mengingat cadangannya yang cukup besar. Dalam perkembangannya, batubara diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini, Indonesia sedang berkembang menjadi sebuah negara industri. Sebagai suatu negara industri, tentunya Indonesia membutuhkan sumber energi yang besar. Dan saat

Lebih terperinci

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009 Pusat Data dan Informasi Energi dan Sumber Daya Mineral KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL 2009 Indonesia Energy Outlook (IEO) 2009 adalah salah satu publikasi tahunan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Tim Batubara Nasional Kelompok Kajian Kebijakan Mineral dan Batubara, Pusat Litbang Teknologi Mineral dan Batubara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bahan bakar adalah suatu materi yang dapat dikonversi menjadi energi untuk melakukan berbagai macam kegiatan seperti kegiatan transportasi, industri pabrik, industri

Lebih terperinci

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI

KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI KODE KEAHLIAN SDM BPPT BIDANG ENERGI BADAN PENGKAJIAN DAN PENERAPAN TEKNOLOGI KODE KEAHLIAN DESKRIPSI KEAHLIAN 03 BIDANG ENERGI 03.01 PERENCANAAN ENERGI 03.01.01 PERENCANAAN PENYEDIAAN ENERGI Keahlian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi dunia akan semakin besar seiring dengan pesatnya perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap terpenuhi agar roda

Lebih terperinci

2 Dalam rangka pembangunan nasional khususnya pembangunan industri pengolahan dan pemurnian dalam negeri yang memerlukan investasi besar, perlu diberi

2 Dalam rangka pembangunan nasional khususnya pembangunan industri pengolahan dan pemurnian dalam negeri yang memerlukan investasi besar, perlu diberi TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI PERTAMBANGAN. Usaha Pertambangan. Pelaksanaan. Perubahan. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 263) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan

BAB I PENDAHULUAN. sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi. masyarakat yang tinggi, bahan bakar tersebut lambat laun akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahan bakar minyak (BBM) dan gas merupakan bahan bakar yang tidak dapat terlepaskan dari kehidupan masyarakat sehari-hari. Permasalahannya adalah, dengan tingkat konsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan minyak bumi dan gas alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam strategis tidak terbarukan,

Lebih terperinci

Efisiensi PLTU batubara

Efisiensi PLTU batubara Efisiensi PLTU batubara Ariesma Julianto 105100200111051 Vagga Satria Rizky 105100207111003 Sumber energi di Indonesia ditandai dengan keterbatasan cadangan minyak bumi, cadangan gas alam yang mencukupi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua.

BAB I PENDAHULUAN. bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Batubara adalah batu sedimen organik yang terbentuk oleh tekanan di perut bumi. Benda ini biasanya berwarna hitam, dan kadang berwarna coklat tua. Batubara umumnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis

BAB I PENDAHULUAN. faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Perningkatan jumlah penduduk dan kemajuan teknologi merupakan faktor utama penyebab meningkatnya kebutuhan energi dunia. Berbagai jenis industri didirikan guna memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat

I. PENDAHULUAN. suatu alat yang berfungsi untuk merubah energi panas menjadi energi. Namun, tanpa disadari penggunaan mesin yang semakin meningkat I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kendaraan bermotor merupakan salah satu alat yang memerlukan mesin sebagai penggerak mulanya, mesin ini sendiri pada umumnya merupakan suatu alat yang berfungsi untuk

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis.

BAB 1 PENDAHULUAN. sumber daya alam tersebut adalah batubara. Selama beberapa dasawarsa terakhir. kini persediaan minyak bumi sudah mulai menipis. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia industri di Indonesia dengan cepat dan membawa dampak pada perekonomian, lapangan kerja dan peningkatan devisa Negara. Industri yang berkembang kebanyakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014 23 DESEMBER 2014 METODOLOGI 1 ASUMSI DASAR Periode proyeksi 2013 2050 dimana tahun 2013 digunakan sebagai tahun dasar. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia rata-rata sebesar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. dengan tambang mineral lainnya, menyumbang produk domestik bruto (PDB) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Batubara menempati posisi strategis dalam perekonomian nasional. Penambangan batubara memiliki peran yang besar sebagai sumber penerimaan negara, sumber energi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat.

I. PENDAHULUAN. mengimpor minyak dari Timur Tengah (Antara News, 2011). Hal ini. mengakibatkan krisis energi yang sangat hebat. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Krisis energi merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh dunia maupun Indonesia. Kementerian Riset dan Teknologi mencatat bahwa produksi minyak Nasional 0,9

Lebih terperinci

Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur

Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur Pemanfaatan Batubara dan Biomassa dengan Proses Pirolisa untuk Sumber Energi dan Industri di Kalimantan Timur F.4 Drs. Hasnedi, M.Si. BadanPengkajiandanPenerapanTeknologi 2012 LATAR BELAKANG Keputusan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap

I. PENDAHULUAN. tanpa disadari pengembangan mesin tersebut berdampak buruk terhadap I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mesin pada mulanya diciptakan untuk memberikan kemudahan bagi manusia dalam melakukan kegiatan yang melebihi kemampuannya. Umumnya mesin merupakan suatu alat yang berfungsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 AREN (Arenga pinnata) Pohon aren (Arenga pinnata) merupakan pohon yang belum banyak dikenal. Banyak bagian yang bisa dimanfaatkan dari pohon ini, misalnya akar untuk obat tradisional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN. Sementara produksi energi khususnya bahan bakar minyak yang berasal dari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk, kemajuan teknologi, dan peningkatan perekonomian menyebabkan peningkatan konsumsi energi di Indonesia. Sementara produksi energi khususnya

Lebih terperinci

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20

PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 TUGAS AKHIR PENGARUH VARIASI JUMLAH LUBANG BURNER TERHADAP KALORI PEMBAKARAN YANG DIHASILKAN PADA KOMPOR METHANOL DENGAN VARIASI JUMLAH LUBANG 12, 16 DAN 20 Tugas Akhir ini Disusun Guna Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG 4. Indonesia Mt

BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG 4. Indonesia Mt BAB I PENGANTAR A. LATAR BELAKANG Batubara adalah sumber energi terpenting untuk pembangkitan listrik dan berfungsi sebagai bahan bakar pokok untuk produksi baja dan semen.namun demikian, batubara juga

Lebih terperinci

I. BAB I PENDAHULUAN

I. BAB I PENDAHULUAN I. BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Energi merupakan sektor yang sangat penting dalam menunjang berbagai aspek di bidang ekonomi dan sosial. Seringkali energi digunakan sebagai tolok ukur kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu

BAB I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini jenis akasia (Acacia mangium Willd) yang sebagian besar berasal dari areal Hutan Tanaman Indusrti (HTI) telah banyak digunakan sebagai bahan baku kayu gergajian

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Gasifikasi Batubara Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebagian besar energi yang digunakan rakyat Indonesia saat ini berasal dari bahan bakar fosil yaitu minyak bumi, gas dan batu bara. Pada masa mendatang, produksi batubara

Lebih terperinci

Penentuan Properties Bahan Bakar Batubara Cair untuk Bahan Bakar Marine Diesel Engine

Penentuan Properties Bahan Bakar Batubara Cair untuk Bahan Bakar Marine Diesel Engine JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: 2301-9271 G-271 Penentuan Properties Bahan Bakar Batubara Cair untuk Bahan Bakar Marine Diesel Engine Nanang Juhantoro, I Made Ariana dan Semin Sanuri

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LOW RANK COAL UNTUK SEKTOR KETENAGA LISTRIKAN

PEMANFAATAN LOW RANK COAL UNTUK SEKTOR KETENAGA LISTRIKAN PEMANFAATAN LOW RANK COAL UNTUK SEKTOR KETENAGA LISTRIKAN Di Prersentasikan pada : SEMINAR NASIONAL BATUBARA Hotel Grand Melia,, 22 23 Maret 2006 DJUANDA NUGRAHA I.W PH DIREKTUR PEMBANGKITAN DAN ENERGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013).

BAB I PENDAHULUAN. minyak ikan paus, dan lain-lain (Wikipedia 2013). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Minyak merupakan trigliserida yang tersusun atas tiga unit asam lemak, berwujud cair pada suhu kamar (25 C) dan lebih banyak mengandung asam lemak tidak jenuh sehingga

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Karakterisasi Briket Arang Pengujian karakteristik briket meliputi kadar air, kadar abu, dekomposisi senyawa volatil, kadar karbon terikat, kerapatan dan nilai kalor.

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Silikat Dari Natrium Hidroksida Dan Pasir Silika Kapasitas Ton/Tahun BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan energi di Indonesia secara umum meningkat pesat sejalan dengan pertumbuhan penduduk, pertumbuhan perekonomian maupun perkembangan teknologi. Pemakaian energi

Lebih terperinci

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG

RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG RANCANG BANGUN TUNGKU PIROLISA UNTUK MEMBUAT KARBON AKTIF DENGAN BAHAN BAKU CANGKANG KELAPA SAWIT KAPASITAS 10 KG Idrus Abdullah Masyhur 1, Setiyono 2 1 Program Studi Teknik Mesin, Universitas Pancasila,

Lebih terperinci

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu:

1.2 Kapasitas Pabrik Untuk merancang kapasitas produksi pabrik sodium silikat yang direncanakan harus mempertimbangkan beberapa faktor, yaitu: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendirian Pabrik Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan yang berarti akibat krisis yang berkepanjangan, hal ini berdampak pada bidang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1

BAB I PENDAHULUAN I.1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Cadangan dan produksi bahan bakar minyak bumi (fosil) di Indonesia mengalami penurunan 10% setiap tahunnya sedangkan tingkat konsumsi minyak rata-rata naik 6% per tahun.

Lebih terperinci

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008

Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 Disusun Oleh: Ir. Erlinda Muslim, MEE Nip : 131 803 987 Departemen Teknik Industri-Fakultas Teknik-Universitas Indonesia 2008 1 KEBIJAKSANAAN ENERGI 1. Menjamin penyediaan di dalam negeri secara terus-menerus

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI

LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI LAPORAN HASIL PENELITIAN PEMBUATAN BRIKET ARANG DARI LIMBAH BLOTONG PABRIK GULA DENGAN PROSES KARBONISASI SKRIPSI OLEH : ANDY CHRISTIAN 0731010003 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI

Lebih terperinci

Laporan Akhir Kajian Ketercapaian Target DMO Batubara Sebesar 60% Produksi Nasional pada Tahun 2019

Laporan Akhir Kajian Ketercapaian Target DMO Batubara Sebesar 60% Produksi Nasional pada Tahun 2019 Laporan Akhir 1 Laporan Akhir Dokumen RPJMN (Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional) 2015-2019 menargetkan peningkatan konsumsi batubara domestik hingga 60% produksi nasional atau 240 juta ton pada

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281.

BAB I PENGANTAR. Tabel I. Produsen Batu Bara Terbesar di Dunia. 1. Cina Mt. 2. Amerika Serikat Mt. 3. Indonesia 281. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Sumber daya berupa bahan tambang di Indonesia bisa dikatakan melimpah. Salah satunya adalah batubara. Indonesia merupakan salah satu penghasil batubara terbesar di dunia.

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Untuk memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, diperlukan pengertian yang sesuai mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia memiliki cadangan gas yang cukup besar dan diperkirakan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi hingga 59 tahun mendatang (ESDM, 2014). Menurut Kompas

Lebih terperinci

Proses Pembakaran Dalam Pembakar Siklon Dan Prospek Pengembangannya

Proses Pembakaran Dalam Pembakar Siklon Dan Prospek Pengembangannya 5 Proses Pembakaran Dalam Pembakar Siklon Dan Prospek Pengembangannya 43 Penelitian Pembakaran Batubara Sumarjono Tahap-tahap Proses Pembakaran Tahap-tahap proses pembakaran batu bara adalah : pemanasan

Lebih terperinci

PT. SUKSES SEJAHTERA ENERGI

PT. SUKSES SEJAHTERA ENERGI + Minyak Sintetik (minyak bakar) E88 Carbon Briket CB88 Gas Sintetik Steel Wire Scrap (Kawat Besi Baja) PT. SUKSES SEJAHTERA ENERGI Jl. Manisrenggo Km. 4,5 Prambanan, Klaten, Jawa Tengah T. 0274-7459008

Lebih terperinci

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat

GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat GREEN INCINERATOR Pemusnah Sampah Kota, Industri, Medikal dsbnya Cepat, Murah, Mudah, Bersahabat, Bermanfaat WASTE-TO-ENERGY Usaha penanggulangan sampah, baik dari rumah tangga/penduduk, industri, rumah

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Karbon Aktif dari BFA dengan Aktifasi Kimia Menggunakan KOH Kapasitas Ton/Tahun. A.

BAB I PENGANTAR. Prarancangan Pabrik Karbon Aktif dari BFA dengan Aktifasi Kimia Menggunakan KOH Kapasitas Ton/Tahun. A. BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara tropis yang memiliki kekayaan sumber daya alam melimpah yang salah satu hasil utamanya berasal dari sektor pertanian berupa tebu. Indonesia

Lebih terperinci

Bab 2 Tinjauan Pustaka

Bab 2 Tinjauan Pustaka Bab 2 Tinjauan Pustaka 2.1 Pengertian Biomassa Guna memperoleh pengertian yang menyeluruh mengenai gasifikasi biomassa, maka diperlukan pengertian yang tepat mengenai definisi biomassa. Biomassa didefinisikan

Lebih terperinci

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN

Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika Kapasitas Ton per Tahun BAB I PENDAHULUAN Prarancangan Pabrik Sodium Tetra Silikat (Waterglass) dari Sodium Karbonat dan Pasir Silika BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sampai saat ini situasi perekonomian di Indonesia belum mengalami kemajuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Konsumsi bahan bakar di Indonesia sejak tahun 1995 telah melebihi produksi dalam negeri. Dalam kurun waktu 10-15 tahun kedepan cadangan minyak bumi Indonesia diperkirakan

Lebih terperinci

6/23/2011 GASIFIKASI

6/23/2011 GASIFIKASI GASIFIKASI 1 Definisi Gasifikasi Gasifikasi adalah suatu teknologi proses yang mengubah bahan padat menjadi gas, menggunakan udara atau oksigen yang terbatas. Bahan padat limbah kayu, serbuk gergaji, batok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang bersifat non renewable disebabkan dari semakin menipisnya cadangan minyak bumi. Saat

Lebih terperinci

Bab II Teknologi CUT

Bab II Teknologi CUT Bab II Teknologi CUT 2.1 Peningkatan Kualitas Batubara 2.1.1 Pengantar Batubara Batubara merupakan batuan mineral hidrokarbon yang terbentuk dari tumbuh-tumbuhan yang telah mati dan terkubur di dalam bumi

Lebih terperinci

RUBBER CRUDE OIL PRODUCT KNOWLEDGE

RUBBER CRUDE OIL PRODUCT KNOWLEDGE PRODUCT KNOWLEDGE RUBBER CRUDE OIL Kantor: Jl. Lawu Tegalarum 418 RT 02/13, Cangakan Karanganyar, Jawa Tengah, 57722 Telepon: 0271 494253 Pabrik: Ngamban RT 01/06 Buran, Tasikmadu Karanganyar, Jawa Tengah,

Lebih terperinci

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S

TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH : PUTRI MERIYEN BUDI S TUGAS ESSAY EKONOMI ENERGI TM-4021 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA OLEH NAMA : PUTRI MERIYEN BUDI S NIM : 12013048 JURUSAN : TEKNIK GEOLOGI INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2015 POTENSI INDUSTRI CBM DI INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Minyak merupakan sumber daya alam yang sangat dibutuhkan bagi kehidupan manusia saat ini. Minyak sangat dibutuhkan untuk bahan bakar kendaraan bermotor, kebutuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan terhadap energi terus meningkat untuk menopang kebutuhan hidup penduduk yang jumlahnya terus meningkat secara eksponensial. Minyak bumi merupakan salah satu

Lebih terperinci

KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR. Suganal

KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR. Suganal KOKAS DARI BATUBARA NON COKING : MENGHILANGKAN KETERGANTUNGAN KOKAS IMPOR Suganal Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara tekmira suganal@tekmira.esdm.go.id S A R I Kebutuhan kokas,

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENGUSAHAAN GAS SINTESIS BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK. Sujarwo

PENGEMBANGAN PENGUSAHAAN GAS SINTESIS BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK. Sujarwo PENGEMBANGAN PENGUSAHAAN GAS SINTESIS BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKU PUPUK Sujarwo Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara "tek-mira" sujarwo@tekmira.esdm.go.id S A R I Kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS 3.1 Kerangka Pemodelan Kajian Outlook Energi Indonesia meliputi proyeksi kebutuhan energi dan penyediaan energi. Proyeksi kebutuhan energi jangka panjang dalam kajian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar

BAB I PENDAHULUAN. I. 1. Latar Belakang. Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar BAB I PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang Secara umum ketergantungan manusia akan kebutuhan bahan bakar yang berasal dari fosil dari tahun ke tahun semakin meningkat, sedangkan ketersediaannya semakin berkurang

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Dry ice merupakan karbon dioksida padat yang mempunyai beberapa kegunaan, diantaranya yaitu pengganti es batu sebagai pengawet pada industri perikanan, untuk membersihkan

Lebih terperinci

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.

CH 3 -O-CH 3. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis. Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M. Pabrik Dimethyl Ether (DME) dari Styrofoam bekas dengan Proses Direct Synthesis CH 3 -O-CH 3 Dosen Pembimbing: Dr.Ir. Niniek Fajar Puspita, M.Eng 1. Agistira Regia Valakis 2310 030 009 2. Sigit Priyanto

Lebih terperinci

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1 Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dari total sumber daya batubara Indonesia sebesar lebih kurang 90,452 miliar ton, dengan cadangan terbukti 5,3 miliar ton [Badan Geologi Departemen Energi dan Sumber

Lebih terperinci

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia

Soal-soal Open Ended Bidang Kimia Soal-soal Open Ended Bidang Kimia 1. Fuel cell Permintaan energi di dunia terus meningkat sepanjang tahun, dan menurut Proyek International Energy Outlook 2013 (IEO-2013) konsumsi energi dari 2010 sampai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Selama ini Indonesia menggunakan BBM (Bahan Bakar Minyak) sebagai sumber daya energi primer secara dominan dalam perekonomian nasional.pada saat ini bahan bakar minyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. poly chloro dibenzzodioxins dan lain lainnya (Ermawati, 2011). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Selama ini penanganan sampah kota di negara-negara berkembang seperti Indonesia hanya menimbun dan membakar langsung sampah di udara terbuka pada TPA (Tempat Pembuangan

Lebih terperinci

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: irafit_2004@yahoo.com Abstract The industrial

Lebih terperinci

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040 Ana Rossika (15413034) Nayaka Angger (15413085) Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Institut Teknologi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tempurung Kelapa Tempurung kelapa terletak dibagian dalam kelapa setelah sabut. Tempurung kelapa merupakan lapisan keras dengan ketebalan 3 mm sam 5 mm. sifat kerasnya disebabkan

Lebih terperinci

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30%

UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30% TUGAS AKHIR UJI KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BRIKET BIO-COAL CAMPURAN BATUBARA DENGAN SERBUK GERGAJI DENGAN KOMPOSISI 100%, 70%, 50%, 30% Diajukan Guna Memenuhi Syarat Untuk Mencapai Derajat Sarjana Strata

Lebih terperinci

CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH. Ikin Sodikin

CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH. Ikin Sodikin CO-FIRING BATUBARA - BIOMASSA MENGGUNAKAN PEMBAKAR SIKLON SEDERHANA UNTUK INDUSTRI KECIL-MENENGAH Ikin Sodikin Pusat Penelitan dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara ikin@tekmira.esdm.go.id S

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI

PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI PEMANFAATAN LIMBAH SEKAM PADI MENJADI BRIKET SEBAGAI SUMBER ENERGI ALTERNATIF DENGAN PROSES KARBONISASI DAN NON-KARBONISASI Yunus Zarkati Kurdiawan / 2310100083 Makayasa Erlangga / 2310100140 Dosen Pembimbing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri

I. PENDAHULUAN. Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam masa menuju era globalisasi dan pasar bebas, kemajuan di bidang industri dan teknologi sangat menunjang kebijakan yang telah disusun pemerintah. Salah satu kebijakan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF

KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF KARAKTERISTIK PEMBAKARAN BIOBRIKET CAMPURAN AMPAS AREN, SEKAM PADI, DAN BATUBARA SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF Joko Triyanto, Subroto, Marwan Effendy Teknik Mesin Universitas Muhammadiyah Surakarta Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Batu bara BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Sumber daya alam atau biasa disingkat SDA adalah sesuatu yang dapat dimanfaatkan untuk berbagai kepentingan dan kebutuhan hidup manusia agar hidup lebih sejahtera yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia masih belum dapat mencapai target pembangunan di bidang energi hingga pada tahun 2015, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri masih ditopang oleh impor

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. terpenting di dalam menunjang kehidupan manusia. Aktivitas sehari-hari BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin menipisnya sumber daya alam yang berasal dari sisa fosil berupa minyak bumi diakibatkan karena kebutuhan manusia yang semakin meningkat dalam penggunaan energi.

Lebih terperinci

Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam

Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam Vol. 2, 2017 Potensi Batubara Sebagai Sumber Energi Alternatif Untuk Pengembangan Industri Logam Muhammad Gunara Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. HAMKA Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Diagram konsumsi energi final per jenis (Sumber: Outlook energi Indonesia, 2013) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Hingga kini kita tidak bisa terlepas akan pentingnya energi. Energi merupakan hal yang vital bagi kelangsungan hidup manusia. Energi pertama kali dicetuskan oleh

Lebih terperinci

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS

PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS PENGOLAHAN LIMBAH KANTONG PLASTIK JENIS KRESEK MENJADI BAHAN BAKAR MENGGUNAKAN PROSES PIROLISIS Nasrun, Eddy Kurniawan, Inggit Sari Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Malilkussaleh Kampus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Besarnya konsumsi listrik di Indonesia semakin lama semakin meningkat. Kenaikan konsumsi tersebut terjadi karena salah satu faktornya yaitu semakin meningkatnya jumlah

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang

1. PENDAHULUAN. Indocement. Bosowa Maros Semen Tonasa. Semen Kupang 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semen adalah komoditas yang strategis bagi Indonesia. Sebagai negara yang terus melakukan pembangunan, semen menjadi produk yang sangat penting. Terlebih lagi, beberapa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian batubara sebagai sumber energi telah menjadi salah satu pilihan di Indonesia sejak harga bahan bakar minyak (BBM) berfluktuasi dan cenderung semakin mahal.

Lebih terperinci

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015

Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Menteri Perindustrian Republik Indonesia PENGARAHAN MENTERI PERINDUSTRIAN RI PADA ACARA FORUM DIALOG DENGAN PIMPINAN REDAKSI JAKARTA, 30 JUNI 2015 Yth. : Para Pimpinan Redaksi dan hadirin yang hormati;

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Semakin meningkatnya kebutuhan minyak sedangkan penyediaan minyak semakin terbatas, sehingga untuk memenuhi kebutuhan minyak dalam negeri Indonesia harus mengimpor

Lebih terperinci

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0

KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0 KARAKTERISASI SEMI KOKAS DAN ANALISA BILANGAN IODIN PADA PEMBUATAN KARBON AKTIF TANAH GAMBUT MENGGUNAKAN AKTIVASI H 2 0 Handri Anjoko, Rahmi Dewi, Usman Malik Jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah

BAB I PENDAHULUAN. hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Biomassa adalah bahan biologis yang berasal dari organisme atau makhluk hidup. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, definisi biomassa adalah jumlah keseluruhan organisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Bahan bakar minyak dan gas semakin penting dalam berbagai kegiatan ekonomi dan kehidupan masyarakat. Oleh karena nya, kebutuhan dan konsumsi bahan bakar minyak dan

Lebih terperinci

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28% BAB I PENGANTAR I.1 Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya kesadaran akan sumber daya energi yang terbarukan dan ramah lingkungan, pemanfaatan hidrogen sebagai sumber pembawa energi (energy carrier)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi merupakan aspek penting dalam kehidupan manusia dan merupakan kunci utama diberbagai sektor. Semakin hari kebutuhan akan energi mengalami kenaikan seiring dengan

Lebih terperinci