BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Teori Optimasi Optimasi merupakan pendekatan normatif dengan mengidentifikasi penyelesaian terbaik dari suatu permasalahan yang diarahkan pada titik maksimum atau minimum suatu fungsi tujuan. Optimasi produksi diperlukan perusahaan dalam rangka mengoptimalkan sumberdaya yang digunakan agar suatu produksi dapat menghasilkan produk dalam kuantitas dan kualitas yang diharapkan, sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya. Optimasi produksi adalah penggunaan faktor-faktor produksi yang terbatas seefisien mungkin. Faktor-faktor produksi tersebut adalah modal, mesin, peralatan, bahan baku, bahan pembantu dan tenaga kerja. Berdasarkan langkah-langkah optimasi setelah masalah diidentifikasi dan tujuan ditetapkan maka langkah selanjutnya adalah memformulasikan model matematik yang meliputi tiga tahap, yaitu: 1. Menentukan variabel yang tidak diketahui (variabel keputusan) dan nyatakan dalam simbol matematik. 2. Membentuk fungsi tujuan yang ditunjukkan sebagai hubungan linier (bukan perkalian) dari variabel keputusan. 3. Menentukan semua kendala masalah tersebut dan mengekspresikan dalam persamaan atau pertidaksamaan yang juga merupakan hubungan linier dari variabel keputusan yang mencerminkan keterbatasan sumberdaya masalah tersebut. 7

2 8 Setiap perusahaan akan berusaha mencapai keadaan optimal dengan memaksimalkan keuntungan atau dengan meminimalkan biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi. Perusahaan mengharapkan hasil yang terbaik dengan keterbatasan sumberdaya yang dimiliki, namun dalam mengatasi permasalahan dengan teknik optimasi jarang menghasilkan suatu solusi yang terbaik. Hal tersebut dikarenakan berbagai kendala yang dihadapi berada diluar jangkauan perusahaan. Optimasi dapat ditempuh dengan dua cara yaitu maksimisasi dan minimisasi. Maksimisasi adalah optimasi produksi dengan menggunakan atau mengalokasian input yang sudah tertentu untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal. Sedangkan minimisasi adalah optimasi produksi untuk menghasilkan tingkat output tertentu dengan menggunakan input atau biaya yang paling minimal. Persoalan optimasi dibagi menjadi dua jenis yaitu tanpa kendala dan dengan kendala. Pada optimasi tanpa kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala atau keterbatasan-keterbatasan yang ada terhadap fungsi tujuan diabaikan sehingga dalam menentukan nilai maksimum atau minimum tidak terdapat batasan-batasan terhadap berbagai pilihan alternatif yang tersedia. Sedangkan pada optimasi dengan kendala, faktor-faktor yang menjadi kendala terhadap fungsi tujuan diperhatikan dalam menentukan titik maksimum atau minimum fungsi tujuan. Optimasi dengan kendala pada dasarnya merupakan persoalan dalam menentukan nilai variabel suatu fungsi menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan keterbatasan-keterbatasan yang ada. Keterbatasan-keterbatasan itu meliputi input atau faktor-faktor produksi seperti modal, bahan baku, tenaga kerja dan

3 9 mesin. Optimasi produksi dengan kendala perlu memperhatikan faktor-faktor yang menjadi kendala pada fungsi tujuan karena kendala menentukan nilai maksimum dan minimum. Fungsi tujuan merupakan suatu pernyataan matematis yang digunakan untuk mempresentasikan kriteria dalam mengevaluasi solusi suatu masalah. Fungsi tujuan dalam teknik optimasi produksi merupakan unsur yang penting karena akan menentukan kondisi optimal suatu keadaan. Fungsi tujuan dan kendala merupakan suatu fungsi garis lurus atau linier. Salah satu metode untuk memecahkan masalah optimasi produksi yang mencakup fungsi tujuan dan kendala adalah metode Linear Programming. Linear Programming adalah suatu teknik perencanaan analitis dengan menggunakan model matematika yang bertujuan untuk menemukan beberapa kombinasi alternatif solusi. 2.2 Optimasi Model Pengambilan Keputusan Pengaruh Ketersediaan Data Terhadap Pemodelan Apapun jenis model, akan memiliki sedikit nilai praktis jika tidak didukung oleh data yang handal. Walaupun sebuah model didefenisikan dengan baik, mutu pemecahannya akan bergantung pada seberapa baik kita dapat mengestimasi data. Jika estimasi tersebut terdistorsi, pemecahan yang diperoleh, walaupun optimal dalam arti matematis, pada kenyataannya dapat bermutu rendah dari sudut pandang sistem nyata. Dalam beberapa permasalahan, data tidak dapat diketahui dengan pasti sehingga data tersebut dapat diestimasi berdasarkan distribusi probabilitas. Pada permasalahan tersebut, struktur model kemungkinan perlu diubah untuk mengakomodasi sifat probabilistik

4 10 dari permintaan. Jadi berdasarkan ketersediaan data, pemodelan sistem dapat dibagi menjadi 2 jenis model, yaitu model probabilistic atau stokastik dan model deterministic Penyelesaian Terhadap Model Pengambilan Keputusan Pengambilan keputusan adalah suatu proses yang dikembangkan secara bertahap dan sistematis. Tidak semua proses pengambilan keputusan dapat dikembangkan secara sistematis dan bertahap. Bertahap dan sistematis artinya memiliki kriteria yang sistematis melalui sistem prosedur tertentu yang jelas dan teratur. Suatu kriteria yang baik haruslah mempunyai suatu ukuran atau nilai yang jelas, dapat dipergunakan untuk menilai berbagai alternatif pilihan, dan dapat dengan mudah dihitung dan dijabarkan. Selanjutnya untuk menambah pemahaman tentang model pengambilan keputusan, akan diterangkan mengenai salah satu model matematis yang prosesnya dikembangkan secara bertahap dan sistematis dalam proses pengambilan keputusan, yaitu Linear Programming Pengantar Linear Programming Linear Programming adalah suatu teknik aplikasi matematika dalam menentukan pemecahan masalah yang bertujuan untuk memaksimumkan atau meminimumkan sesuatu yang dibatasi oleh batasan-batasan tertentu, dimana hal ini dikenal juga sebagai teknik optimasi. Linear Programming merupakan suatu model umum yang dapat digunakan dalam pemecahan masalah pengalokasian sumber-sumber yang terbatas secara optimal. Keberhasilan suatu teknik operasi pada akhirnya diukur berdasarkan penyebaran penggunaannya sebagai alat pengambilan keputusan. Sejak diperkenalkan diakhir

5 an, Linear Programming telah terbukti merupakan salah satu alat riset operasi yang paling efektif. Keberhasilannya berakar dari keluwesannya dalam menjabarkan berbagai situasi kehidupan nyata diberbagai bidang pekerjaan, yaitu militer, industri, pertanian, transportasi, ekonomi, kesehatan, dan bahkan ilmu sosial dan perilaku. Disamping itu, tersedianya program komputer yang sangat efisien untuk memecahkan masalah-masalah Linear Programming yang sangat luas merupakan faktor penting dalam tersebarnya penggunaan teknik ini. Kegunaan Linear Programming adalah lebih luas daripada aplikasinya semata. Pada kenyataannya, Linear Programming harus dipandang sebagai dasar penting untuk pengembangan teknik-teknik operasi riset lainnya. Linear Programming adalah sebuah alat deterministik, yang berarti bahwa sebuah parameter model diasumsikan diketahui dengan pasti. Tetapi dalam kehidupan nyata, jarang seseorang menghadapi masalah di mana terdapat kepastian yang sesungguhnya. Teknik Linear Programming mengkompetisi kekurangan ini dengan memberikan analisis pasca optimum dan analisis parametrik yang sistematis untuk memungkinkan pengambil keputusan yang bersangkutan untuk memuji sensitivitas pemecahan optimum yang statis terhadap perubahan diskrit atau kontinu dalam berbagai parameter dari model tersebut. Pada intinya, teknik tambahan ini memberikan dimensi dinamis pada sifat pemecahan Linear Programming yang optimum. Tujuan dari Linear Programming adalah suatu hasil yang mencapai tujuan yang ditentukan (optimal) dengan cara yang paling baik diantara semua alternatif yang mungkin dengan batasan sumber daya yang tersedia. Meskipun mengalokasika sumber-sumber daya kepada kegiatan-kegiatan

6 12 merupakan jenis aplikasi yang paling umum, Linear Programming mempunyai banyak aplikasi penting lainnya. Sebenarnya, setiap masalah yang metode matematisnya sesuai dengan format umum bagi Linear Programming merupakan masalah bagi Linear Programming. Selanjutnya suatu prosedur penyelesaian yang sangat efisien, dinamakan metode simpleks, tersedia untuk menyelesaiakan masalah-masalah Linear Programming. Linear Programming merupakan masalah pemrograman yang harus memenuhi tiga kondisi berikut: 1. Variabel-variabel keputusan yang terlibat harus positif. 2. Kriteria-kriteria untuk memilih nilai terbaik dari variabel keputusan dapat diekspresikan sebagai fungsi linier. Fungsi kriteria ini biasa disebut fungsi objektif. 3. Aturan-aturan operasi yang mengarahkan proses-proses dapat diekspresikan sebagai suatu set persamaan atau pertidaksamaan linier. Set tersebut dinamakan fungsi pembatas Kelebihan dan Kekurangan Linear Programming Sebagai alat kuantitatif untuk melakukan pemrograman, Linear Programming mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan. Kelebihankelebihan dari Linear Programming yaitu: 1. Mudah digunakan terutama jika menggunakan alat bantu komputer. 2. Dapat menggunakan banyak variabel sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumber daya yang optimal dapat dicapai. 3. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau berdasarkan data yang tersedia.

7 13 Kekurangan-kekurangan dari Linear Programming yaitu: 1. Apabila alat bantu komputer tidak tersedia, maka Linear Programming dengan menggunakan banyak variabel akan menyulitkan analisisnya bahkan mungkin tidak dapat dikerjakan secara manual. Metode ini tidak dapat digunakan secara bebas dalam setiap kondisi, tetapi dibatasi oleh asumsi-asumsi. 2. Metode ini hanya dapat digunakan untuk satu tujuan misalnya hanya untuk maksimisasi keuntungan atau minimisasi biaya. 2.3 Teori Pompa ESP (Electric Submersible Pump) Sumur-sumur produksi minyak pada keadaan tertentu dapat berproduksi secara alami (natural flow), dimana tekanan alir reservoir cukup kuat untuk mengalirkan fluida hidrokarbon ke permukaan bumi sesuai kemampuannya. Sumur-sumur natural flow tidak memerlukan tenaga bantuan artificial lift sampai tekanan alir dasar sumur melemah/menurun atau tekanan hidrostatiknya naik dikarenakan kenaikan kadar air produksi. Namun ada juga sumur-sumur produksi yang pada saat well completion sudah mempunyai harga tekanan alir dasar sumur yang lebih rendah dari tekanan hidrostatik dan tekanan alir di wellhead, sehingga harus digunakan sistem pengangkatan buatan yang sesuai dengan kondisi dan sifatsifat reservoir, fluida dan sumurnya untuk memproduksi minyak ke permukaan. Electric Submersible Pump (ESP) merupakan salah satu sistem pengangkatan buatan yang dipakai oleh CNOOC SES Ltd. ESP cocok digunakan pada kondisi laju alir produksi > 2000 B/D, harga WC tinggi, GLR rendah, kedalaman < 8000 ft, temperatur < 250 o F (kondisi standar) dan < 350 o F (spesial kabel

8 14 dan motor) dan mekanisme pendorong water drive. Pada sub-bab ini akan membahas prinsip-prinsip dasar yang melatarbelakangi penggunaan ESP Produktivitas Formasi Produktivitas formasi merupakan kemampuan dari batuan (formasi) untuk mengalirkan fluida reservoir ke dalam/dasar sumur pada kondisi tekanan tertentu. Sumur-sumur yang baru umumnya mempunyai tenaga pendorong alamiah yang mampu mengalirkan fluida hidrokarbon dari reservoir ke permukaan dengan tenaganya sendiri. Penurunan kemampuan produksi terjadi dengan berjalannya waktu produksi dimana kemampuan dari formasi untuk mengalirkan fluida tersebut akan mengalami penurunan yang besarnya sangat tergantung pada penurunan tekanan reservoir. Untuk mengetahui kemampuan sumur berproduksi pada setiap saat, maka digunakan konsep Productivity index, Sedangkan kelakuan formasi produktif dinyatakan dalam bentuk grafis yang dikenal dengan grafik Inflow Performance Relationship (IPR) Productivity Index (PI) Index Produktivitas (PI) merupakan index yang digunakan untuk menyatakan kemampuan suatu formasi untuk berproduksi pada suatu beda tekanan tertentu atau merupakan perbandingan antara laju produksi yang dihasilkan formasi produktif pada drawdown yang merupakan beda tekanan dasar sumur saat kondisi statis (Ps) dan saat terjadi aliran (Pwf). Secara matematis dapat dituliskan dalam bentuk persamaan: PI q P s P wf... (2-1)

9 15 dimana: PI = productivity index, bpd/psi q= laju produksi cairan total, bbl/day P s = tekanan statis reservoir, psi P wf = tekanan dasar sumur sewaktu terjadi aliran, psi Atau PI dapat juga ditentukan dengan cara: PI dimana: q (WFL-SFL)... (2-2) PI = Produktivity Index, bbl/hari/ft q = Laju produksi aliran total, bbl/hari SFL = Static Fluid Level, ft WFL = Working Fluid Level, ft. Gambar 2.1 Kurva PI dan Pwf (persamaan 2-1) Inflow Performance Relationship (IPR) Tujuan menentukan potensi sumur minyak adalah untuk menghitung kemampuan reservoir mengalirkan minyak ke dalam sumur. Kemampuan ini merupakan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap laju produksi dan

10 16 dinyatakan dalam bentuk kurva (Inflow Performance Relationship Curve). Ada 3 metode kurva IPR yaitu kurva IPR satu fasa (Darcy), kurva IPR dua fasa (Vogel) dan kurva IPR tiga fasa (Pudjo Sukarno) Kurva IPR Satu Fasa Aliran fluida dalam media berpori telah dikemukakan oleh Darcy (1856) dalam persamaan: q k dp v...(2-3) A dl dimana: v = kecepatan aliran, cm/sec q = laju aliran fluida, cc/sec A = luas penampang media berpori, cm 2 k = permeabilitas, darcy = viskositas fluida, cp P = gradien tekanan dalam arah aliran, atm/cm. L Persamaan tersebut mencakup beberapa anggapan, diantaranya adalah: 1. Aliran mantap (steady state). 2. Fluida yang mengalir satu fasa. 3. Tidak terjadi reaksi antara batuan dengan fluidanya. 4. Fluida bersifat incompresible. 5. Viscositas fluida yang mengalir konstan. 6. Kondisi aliran isotermal.

11 17 7. Formasi homogen dan arah aliran horizontal. Persamaan diatas selanjutnya dikembangkan untuk kondisi aliran radial, dimana dalam satuan lapangan persamaan tersebut berbentuk: q 0, k. h.( P O B O ln( r e S r P w ) wf )... (2-4) dimana: q k h P r P wf μ o B o r e r w = Laju produksi, BPD. = Permeabilitas efektif minyak, md. = Ketebalan formasi produktif, ft. = Tekanan formasi, Psi. = Tekanan alir dasar sumur, Psi. = Viscositas, cp. = Faktor volume formasi, bbl/stb. = Jari-jari pengurasan sumur, ft. = Jari-jari sumur, ft Kurva IPR Dua Fasa umum berikut: Untuk perhitungan aliran dua fasa, Vogel telah memberikan persamaan qt q t max Pwf Pr Pwf 0.8 Pr 2...(2-5) dimana: q t = Laju produksi total, BPD. q t max = Laju produksi total maksimum, BPD.

12 18 P r P wf = Tekanan formasi, Psi. = Tekanan alir dasar sumur, Psi. Persamaan diatas akan tepat digunakan untuk persentasi air hingga 50 % Kurva IPR Tiga Fasa Metode ini dikembangkan dengan menggunakan simulator, yang juga digunakan untuk mengembangkan kurva IPR gas-minyak. Anggapan yang digunakan pada waktu pengembangan metode ini adalah: 1. Faktor Skin sama dengan nol 2. Gas, minyak dan air berada dalam satu lapisan dan mengalir bersama-sama, secara radial dari reservoir menuju lubang sumur. 3. Persentase/kadar air dalam laju produksi total Water Cut (WC) diketahui. Dalam Metode Pudjo Sukarno membuat persamaan sebagai berikut: q q o t max A 0 A 1 Pwf Pr A 2 Pwf Pr 2... (2-6) dimana: A n = konstanta persamaan (n = 0, 1 dan 2) dimana harganya berbeda untuk water cut yang berbeda. Hubungan antara konstanta tersebut dengan water cut ditentukan pula dengan analisis regresi: A n WC C 2 C... (2-7) 0 C1 2 WC dimana: C n = konstanta untuk masing-masing harga A n (dalam Tabel 2.1). Pada umumnya fluida yang mengalir dari formasi ke lubang sumur terdiri dari tiga fasa, yaitu gas, minyak dan air, maka dalam pengembangan kelakuan

13 19 aliran tiga fasa dari formasi ke lubang sumur dapat menggunakan analisis regresi dari Metode Pudjo Sukarno. Untuk menyatakan kadar air dalam laju produksi total digunakan parameter water cut, yaitu perbandingan laju produksi air dengan laju produksi cairan total. Harga water cut berubah sesuai dengan perubahan tekanan alir dasar sumur, yaitu makin rendah tekanan alir dasar sumur, makin tinggi harga water cut. 8) Tabel 2.1 Konstanta C n Untuk Masing-Masing A n n C 0 C 1 C Sedangkan hubungan antara tekanan alir dasar sumur terhadap water cut dapat dinyatakan sebagai P wf /P r terhadap P wf = P r ), dimana P wf = P r ) telah ditentukan dengan analisis regresi dan menghasilkan persamaan berikut: WC P wf P r P 1 Exp P P 2 wf / P r...(2-8)

14 20 Dimana harga P 1 dan P 2 tergantung dari harga water cut dan dapat ditentukan dengan persamaan berikut: P Ln(WC ( )... (2-9) P Ln ( WC )... (2-10) Dimana water cut dinyatakan dalam persen (%) dan merupakan data uji produksi. 2.4 Aliran Fluida Dalam Pipa Aliran fluida dalam pipa dipengaruhi oleh sifat-sifat fisik fluida, friction loss serta gradien tekanan fluida, sub-bab ini akan membahas pengaruh tersebut terhadap aliranan fluida dalam pipa Sifat Fisik Fluida Sifat fisik fluida (gas, minyak dan air) perlu diketahui karena merupakan variabel utama aliran fluida dalam media berpori maupun dalam pipa. Sifat fisik fluida yang akan dibahas adalah sifat fisik fluida yang mempengaruhi perencanaan Electric Submersible Pump (ESP) yaitu kelarutan gas dalamminyak (Rs); Faktor Volume Formasi (FVF), Viskositas (μ), serta Specific Gravity Fluida (SG). Sifat fisik tersebut dinyatakan sebagai fungsi tekanan, untuk suatu temperatur tertentu dan dapat diperoleh dari hasil pengukuran di laboratorium terhadap contoh fluida, baik yang diperoleh dari permukaan maupun dari dasar sumur. Hasil pengukuran tersebut tidak dapat digunakan untuk perhitunganperhitungan secara umum sehingga dikembangkan suatu korelasi-korelasi perhitungan sifat fisikik fluida yang diperoleh dari data laboratorium dan diolah dengan data statistik.

15 21 a. Kelarutan Gas Dalam Minyak (Rs) Sistem minyak pada tekanan yang tinggi, gas mula-mula terlarut dalam minyak, seiring terjadinya penurunan tekanan, fasa gas yang mula-mula terlarut dalam minyak akan terbebaskan dari larutan minyak. Jumlah gas yang terlarut akan tetap konstan sampai mencapai tekanan saturasi (Bubble Point Pressure-Pb). Gambar 2.2 Rs Sebagai Fungsi Tekanan 5) b. Faktor Volume Formasi (FVF) Faktor volume formasi diperlukan untuk memperkirakan volume fluida pada suatu tekanan dan temperatur tertentu. Perubahan volume fluida yang menyertai perubahan tekanan dan temperatur disebabkan oleh terbebaskannya gas sebagai akibat perubahan tersebut.

16 22 Gambar 2.3 Hubungan Faktor Volume Formasi Minyak dengan Tekanan 5) c. Viskositas ( μ ) Viskositas merupakan keengganan suatu fluida untuk mengalir. Harga viskositas ini dipengaruhi oleh temperatur dan tekanan, pada temperatur yang tinggi harga viskositas fluida akan mengecil dan sebaliknya pada temperatur rendah harga viskositas akan semakin besar. Gambar 2.4 Hubungan Viskositas Minyak Dengan Tekanan Reservoir 5)

17 23 d. Specific Gravity Fluida (SG) Specific Gravity fluida (SG) adalah perbandingan antara densitas fluida tersebut dengan fluida yang lain pada kondisi standart (14.7 psi, 60 o F). Untuk menghitung besarnya SG fluida tertentu, biasanya air diambil sebagai patokan densitas sebesar lb/cuft. Spesific Gravity fluida (SG f ) dapat dihitung apabila harga spesific gravity air (SG w ) dan spesific gravity minyak (SG o ) serta watercut (WC) diketahui, yaitu dengan menggunakan persamaan berikut : 1- WC x SGo WC x SGw SGf... (2-11) dimana: SG f = Spesific gravity fluida SG o = Spesific gravity minyak SG w = Spesific gravity air WC = Water cut, fraksi Friction Loss Persamaan gradien tekanan pada umumnya digunakan untuk setiap fluida yang mengalir pada sudut kemiringan pipa tertentu dinyatakan dengan tiga komponen, yaitu adanya perubahan energi potensial (elevasi), adanya gesekan pada dinding pipa dan adanya perubahan energi kinetik. Fluida yang mengalir di dalam pipa maka akan mengalami tegangan geser (shear stress) pada dinding pipa, sehingga terjadi kehilangan sebagian tenaganya

18 24 yang sering disebut dengan friction loss. Darcy dan Weisbah s menghitung kehilangan energi karena gesekan dengan persamaan: 2 Lv h = f d 2g... (2-12) dimana: h = Friction loss, ft f = Friction factor L = Panjang pipa, ft v = Kecepatan aliran rata-rata dalam pipa, ft/s 2 d = Diameter pipa, inch g = Percepatan gravitasi Berdasarkan persamaan diatas, William-Hazen membuat suatu persamaan empiris untuk friction loss (hf), yaitu: 1,85 1, Q hf 2,0830 4, (2-13) C ID dimana: hf C = Friction loss, psi per 1000 ft = Koefisien friksi; 94 (tubing lama > 10 tahun) dan 120 (tubing baru) Q ID = Laju produksi, gallon/menit = Diameter dalam pipa, inchi Berdasarkan persamaan tersebut, William-Hazen membuat Grafik friction loss seperti yang ditunjukkan dalam Gambar 2.5.

19 25 Gambar 2.5 Grafik Friction Loss Berdasarkan Persamaan William- Hazen 8) 2.5 Electric Submersible Pump (ESP) Electric Submersible Pump (ESP) merupakan salah satu artificial lift yang menggunakan pompa sentrifugal bertingkat banyak, dimana setiap tingkat terdiri dari dua bagian, yaitu impeller (bagian yang berputar) dan diffuser (bagian yang diam) serta memiliki poros yang dihubungkan langsung dengan motor penggerak. Motor penggerak ini menggunakan tenaga listrik yang di supplai dari permukaan dengan perantaraan kabel listrik. Sedangkan sumber listrik diambil dari power plant yang ada di lapangan minyak.

20 26 Gambar 2.6 Jenis Pompa ESP Peralatan Electric Submersible Pump Secara umum peralatan Electric Submersible Pump (ESP) terdiri dari dua bagian, yaitu: peralatan bawah permukaan dan peralatan atas permukaan. Susunan lengkap peralatan ESP dapat dilihat pada Gambar 2.7.

21 27 Gambar 2.7 Susunan lengkap peralatan ESP Peralatan di Bawah Permukaan Peralatan bawah permukaan dari ESP terdiri dari centralizer, pressure sensing instruments, electric motor, protector, intake, pump unit, electric cable, check valve, dan bleeder valve. Dalam kondisi kerja, unit bawah permukaan ditenggelamkan dalam fluida dengan disambung tubing yang kemudian digantungkan pada well head. a. Centralizer Centralizer atau sering digunakan Entry Guide (Gambar 2.8) berfungsi untuk menjaga kedudukan motor dan unit pompa berada ditengah sehingga pendinginan dapat tercapai dengan baik. Juga dalam beberapa kasus dapat mencegah kerusakan kabel karena adanya gesekan. Dalam penggunaan

22 28 centralizer harus teliti untuk memastikan centralizer tidak akan berputar dan bergeser ke atas atau ke bawah pada tubing string. Gambar 2.8 Entry Guide b. Pressure Sensing Instruments Tranducers untuk tekanan dan suhu bottom hole dipasang pada salah satu komponen unit di dasar sumur dan dihubungkan dengan main power cable dan groundingnya. Dengan mengukur tahanan listrik kabel, tranducers dan casing kemudian mengukur lagi tanpa tranducernya ESP maka perbedaan pengukuran tersebut adalah tahanan listriknya. Karakteristik tahanan listrik dari tranducers tahanan dan suhu yang dicatat tersebut dikalibrasikan dan diterjemahkan dengan tabel-tabel yang ada untuk membaca harga tekanan dan suhu alir sebenarnya pada saat testing dari dasar sumur. Secara umum PSI Unit (Gambar 2.9) mempunyai 2 komponen pokok, yaitu: 1. PSI Down Hole Unit, Dipasang dibawah Motor Type Upper atau Center Tandem, karena alat ini dihubungkan pada Wye dari Electric Motor yang seolah-olah merupakan bagian dari Motor tersebut.

23 29 2. PSI Surface Readout, Merupakan bagian dari system yang mengontrol kerja Down Hole Unit serta menampakkan (display) informasi yang diambil dari Down Hole Unit. c. Electric Motor Gambar 2.9 PSI Down Hole Unit dan Surface Readout Jenis motor pompa benam listrik adalah motor listrik induksi dua kutub tiga fasa yang diisi dengan minyak pelumas khusus yang mempunyai tahanan listrik (dielectric strength) tinggi. Dipasang paling bawah dari rangkaian dan motor tersebut digerakkan oleh arus listrik yang dikirim melalui kabel dari permukaan. Motor berfungsi untuk menggerakan pompa dengan mengubah tenaga listrik menjadi tenaga mekanik. Untuk lebih jelas dapat dihat pada Gambar 2.10 Motor ESP.

24 30 Gambar 2.10 Motor ESP

25 31 Fungsi dari minyak tersebut adalah: 1. Sebagai pelumas 2. Sebagai tahanan (isolator) 3. Sebagai media penghantar panas motor yang ditimbulkan oleh perputaran rotor ketika motor tersebut sedang bekerja. Jadi minyak tersebut harus mempunyai spesifikasi tertentu yang biasanya sudah ditentukan oleh pabrik, yaitu berwarna jernih, tidak mengandung bahan kimia, dielectric strength tinggi, lubricant dan tahan panas. Minyak yang diisikan akan mengisi semua celah-celah yang ada dalam motor, yaitu antara rotor dan stator. Motor berfungsi sebagai tenaga penggerak pompa (prime mover), yang mempunyai 2 (dua) bagian pokok, yaitu: 1. Rotor (gulungan kabel halus yang berputar) 2. Stator (gulungan kabel halus yang stasioner dan menempel pada badan motor) Stator menginduksi aliran listrik dan mengubah menjadi tenaga putaran pada rotor, dengan berputarnya rotor maka poros (shaft) yang berada ditengahnya akan ikut berputar, sehingga poros yang saling berhubungan akan ikut berputar pula (poros pompa, intake, dan protector). d. Seal Section (Protector) Kadang-kadang disebut isolation chamber. Protector (Gambar 2.11) dipasang diantara unit-unit motor dan pompa yang mempunyai fungsi utama yaitu:

26 32 1. Menghubungkanungkan ESP motor dan pompa housing 2. Menghindarkan aliran fluida produksi masuk ke dalam ESP motor, namun memberikan tekanan keseimbangan di dalam motor dengan tekanan sumur. 3. Tempat duduknya thrust bearing (yang mempunyai bantalan axial dari jenis marine type) untuk meredam gaya axial yang ditimbulkan oleh pompa. pa. 4. Memberikan ruang untuk pengembangan dan penyusutan minyak motor sebagai akibat dari perubahan temperatur dari motor pada saat bekerja dan saat dimatikan. Secara umumm protector mempunyai dua macam type, yaitu:positive Seal atau Modular Type Protector dan Labyrinth Type Protector.Untuk sumur-sumur miring dengan temperatur > 300 F disarankan menggunakan protektor dari jenis positive seal atau modular type protektor. Gambar 2.11 Protector

27 33 e. Intake (Gas Separator) Gas separator (Gambar 2.12) berfungsi memisahkan free gas dari aliran fluida produksi dan membantu mengalirkan keluar, biasanya ke arah casing annulus, menjauh dari pump intake. Dengan demikian, membantu mencegah gas locking dan umumnya efektif untuk gassy wells. Gambar 2.12 Gas Separator

28 34 Ada beberapa jenis intake yang sering dipakai, yaitu standart intake, rotary gas separator, static gas separator: 1. Standart Intake Dipakai untuk sumur dengan GLR rendah. Jumlah gas yang masuk pada intake harus kurang dari 10% sampai dengan 15% dari total volume fluida. Intake mempunyai lubang untuk masuknya fluida ke pompa, dan dibagian luar dipasang selubung (screen) yang gunanya untuk menyaring partikel masuk ke intake sebelum masuk kedalam pompa. 2. Rotary Gas Separator Dapat memisahkan gas 80-95%, dan biasanya dipasang untuk sumursumur dengan GLR tinggi. Gas Separator jenis ini tidak direkomendasi untuk dipasang pada sumur-sumur yang abrasive. 3. Static Gas Separator Sering disebut reverse gas separator, yang dipakai untuk memisahkan gas 25-50% dari fluidanya. f. Pump (Pompa) Merupakan pompa sentrifugal multistage, dimana setiap pompa terdiri dari sebuah rotating impeller dan stationary difuser (Gambar 2.13 dan 2.14). Sebuah ESP terdiri dari beberapa stage dan jumlah stage menentukan jumlah dari ketinggian fluida yang dihasilkan dan tenaga yang diperlukan untuk menggerakkan pompa. Perubahan tekanan dan energi dimulai sewaktu aliran fluida produksi dipompa memasuki impeller, dan sewaktu impeller mulai berputar gerakan putaran ini mendorong suatu gerakan putar dari liquid. Ada 2 komponen gerakan liquid yang ditimbulkan oleh impeller, yaitu:

29 35 1. Gerakan radial ke arah keluar dari titik tengah impeller, kekuatan sentrifugal. 2. Gerakan arah tangential pada pinggir luar diameter impeller. Fungsi diffuser sesuai namanya adalah merubah sebagian dari energi kecepatan tinggi menjadi energi kecepatan relatif rendah dan merubah ke pressure energy. Oleh diffuser, tenaga kinetis (velocity) fluida akan diubah menjadi tenaga potensial (tekanan) dan diarahkan ke stage selanjutnya. Pada proses tersebut fluida memiliki energi yang semakin besar dibandingkan pada saat masuknya. Kejadian tersebut terjadi terus-menerus sehingga tekanan head pompa berbanding linier dengan jumlah stages, artinya semakin banyak stages yang dipasangkan, maka semakin besar kemampuan pompa untuk mengangkat fluida. Gambar 2.13 Pompa ESP

30 36 Diffuser Impeller Gambar 2.14 Diffuser dan Impeller Untuk mengetahui spesifikasi diameter dan seri dari jenis pompa yang digunakan, Schlumberger menggunakan karakter secara abjad seperti pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Diameter dan Seri Pompa Type Series Outside diameter Minimum casing size A ½ D ½ G /8 S H J /8 M /8 L ¾ N ¾ ¾ P /8

31 37 Sebagai contoh penulisan tatanama seri pompa SN2600 dapat diartikan: S = seri 538 dengan OD pompa 5,38 N = jenis material dari stage, Ni-resist 2600 = laju alir dengan efisiensi terbaik Hz : 3500 RPM g. Check Valve Check valve biasanya dipasang pada tubing (2-3 joint) diatas pompa. Bertujuan untuk menjaga fluida tetap berada di atas pompa. Jika check valve tidak dipasang maka akan ada kebocoran fluida dari tubing (kehilangan fluida) yang melalui pompa yang dapat menyebabkan aliran balik dari fluida yang naik keatas, sebab aliran balik (back flow) tersebut membuat putaran impeller berbalik arah, dan dapat menyebabkan motor terbakar atau rusak. Jadi umumnya check valve digunakan agar tubing tetap terisi penuh dengan fluida sewaktu pompa mati dan mencegah supaya fluida tidak turun kebawah. h. Bleeder Valve Bleeder valve dipasang satu joint diatas check valve, mempunyai fungsi mencegah minyak keluar pada saat pompa dicabut. Bleeder valve dapat digantikan dengan wireline sliding sleeve door (SSD). Beda antara keduanya yaitu sliding sleeve door dapat dibuka dan ditutup menggunakan wireline sementara bleeder valve hanya dapat dibuka dan tidak bisa ditutup. i. Electric Cable Jenis kabel listrik untuk unit-unit instalasi ESP harus tahan terhadap rendaman minyak, gas, maupun air asin di dalam sumur dan tetap operasional dalam kondisi sumur yang sangat berat, antara lain tekanan alir, suhu tinggi, korosi dan sedikit gesekan-gesekan fisik dengan dinding-dinding

32 38 dalam casing. Fungsi utama kabel ESP adalah untuk mengalirkan energi untuk menggerakan dan memutar motor dan pompa di dalam sumur produksi. Kabel ESP terdiri dari tiga konduktor listrik disusun berupa konfigurasi round cable dan flat cable yang umumnya terbuat dari bahan copper dan juga dilapisi berbagai metal tapes terbuat dari baja galvanis, bronze, stainless steel dan bahan non metalik polyethylene. Dapat dilihat pada Gambar 2.15 Elecric Cable. Gambar 2.15 Elecric Cable j. Automatic Diverter Valve (ADV) Automatic Diverter Valve (ADV) dipasang 4 joint diatas pompa. ADV didesain untuk meningkatkan runtime ESP pada sumur berpasir dimana ADV akan aktif secara otomatis pada saat start-up ESP. Fungsi dari ADV yaitu untuk mencegah jatuhnya padatan kedalam pompa pada saat ESP mati, mencegah putaran balik, dan mencegah terjadinya plugging. Jadi alat ini dapat bekerja secara otomatis, tidakseperti penggunaan SSD dan RCV. ADV dapat dilhat pada Gambar 2.16.

33 39 Gambar 2.16 Automatic Diverter Valve (ADV) Peralatan di Atas Permukaan Unit peralatan atas permukaan ESP terdiri dari beberapa komponen utama, yaitu: wellhead, junction box, switchboard, transformer dan VSD. Peralatan atas permukaaan tersebut berperan untuk mengontrol kondisi ESP di bawah permukaan. a. Wellhead Wellhead atau kepala sumur dilengkapi dengan tubing hanger khusus yang mempunyai lubang untuk cable pack-off atau penetrator. Cable pack-off ini biasanya tahan sampai tekanan 3000 psi. Tubing hanger dilengkapi juga dengan lubang untuk hidraulic control line, yaitu saluran cairan hidraulik untuk menekan subsurface ball valve agar terbuka. Wellhead juga harus dilengkapi dengan seal agar tidak bocor pada lubang untuk kabel dan tulang. Wellhead di

34 40 desain untuk tahan terhadap tekanan 500 psi sampai 3000 psi. Dapat dilhat pada Gambar 2.17 Wellhead. Gambar 2.17 Wellhead b. Junction Box Junction box (Gambar 2.18) ditempatkan di antara kepala sumur dan untuk alasan keamanan. Gas dapat mengalir keatas melalui kabel dan ke permukaan menuju switchboard, yang bisa menyebabkan terjadinya kebakaran, karena itu kegunaan dari junction box ini adalah untuk mengeluarkan gas yang naik keatas tadi. Juction box biasanya 15 ft (minimum) dari kepala sumur dan normalnya berada diantara 2 sampai 3 ft diatas permukaan tanah.

35 41 Fungsi dari junction box antara lain: 1. Sebagai ventilasi terhadap adanya gas yang mungkin bermigrasi kepermukaan melalui kabel agar terbuang ke atmosfir. 2. Sebagai terminal penyambungan kabel dari dalam sumur dengan kabel dari switchboard. Gambar 2.18 Junction Box c. Switchboard Switchboard berfungsi untuk mengontrol kerja pompa (Gambar 2.19). Peralatan yang ada pada switchboard yaitu: 1. Start stop panel, yang berfungsi untuk menghidupkan atau

36 42 mematikan motor. 2. Breaker, sebagai pemutus aliran listrik saat dilakukan reparasi pompa. 3. Fuse, merupakan pengaman jika terjadi hubungan singkat pada arus listrik atau bila terjadi over voltage. 4. Recording ammeter, sebagai pencatat besarnya arus yang digunakan motor. Gambar 2.19 Switchboard d. Transformer Merupakan alat untuk mengubah tegangan listrik, bisa untuk menaikan atau menurunkan tegangan. Alat ini terdiri dari core (inti) yang dikelilingi oleh coil

37 43 dari lilitan kawat tembaga. Baik core maupun coil direndam dengan minyak trafo sebagai pendingin dan isolasi. Perubahan tegangan akan sebanding dengan jumlah lilitan kawatnya. Biasanya tegangan input transformer diberikan tinggi agar didapat ampere yang rendah pada jalur transmisi, sehingga tidak dibutuhkan kabel (penghantar) yang besar. Tegangan input yang tinggi akan diturunkan dengan menggunakan step-down tranformer sampai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh motor. Transformer dapat dilihat pada Gambar Gambar 2.20 Transformer e. Variable Speed Drive (VSD) Sistem ESP dioperasikan dengan frekuensi tetap 50 atau 60 Hz. Secara umum Variable Speed Drive (VSD) merupakan switchboard yang mempunyai kapasitas frekuensi yang dapat diubah. VSD digunakan untuk mengubah frekuensi tetap dari gelombang AC power menjadi frekuensi lainnya, biasanya berkisar

38 44 antara Hz. VSD dapat dilihat pada Gambar Dengan adanya range frekuensi tersebut, akan memberikan keleluasaan dalam penentuan laju alir produksi yang disesuaikan dengan kemampuan sumur melalui pengaturan putaran pompa. Dengan pengaturan putaran diharapkan akan didapatkan pemompaan yang optimum dengan tanpa harus merubah perencanaan jumlah stage. Penentuan besarnya frekuensi output dari VSD yang nantinya merupakan frekuensi putaran pompa dapat ditentukan melalui beberapa jenis pengontrol (control mode), yaitu: Speed Mode, yaitu pengaturan berdasarkan speed sebagai harga tetapan. Misal dengan Speed Mode pada 52 Hz, berarti motor akan tetap pada putaran 52 Hz. Current Mode, yaitu pengaturan berdasarkan running ampere sebagai harga tetapan. Misal dengan Current Mode pada 40 Amp, berarti VSD akan mengatur putaran (frekuensi) untuk menyesuaikan running ampere (40 Amp). Dengan mengubah frekuensi maka pump performance akan berubah juga. Frekuensi yang lebih tinggi menyebabkan kecepatan pompa menjadi lebih besar yang akan memberikan rate produksi dan head lebih besar, maka horse power yang dibutuhkan juga menjadi lebih besar.

39 45 Gambar 2.21 Variable Speed Drive 2.6 Dasar Perencanaan Electric Submersible Pump (ESP) Ada beberapa langkah yang perlu diperhatikan dalam perencanaan Electric Submersible Pump (ESP) yang akan dijelaskan dalam sub bab berikut ini Pengumpulan Data Teknis yang Diperlukan Mengumpulkan data yang diperlukan, yaitu data sumur (diameter dan panjang casing dan liner, kedalaman dan interval perforasi, diameter dan panjang tubing beserta coupling, data reservoir (laju produksi, tekanan statik dan alir sumur, temperatur dasar sumur, GOR, WC, SG minyak air dan gas, dan viskositas minyak) dan data PVT (tekanan gelembung dan gas terlarut).

40 Perhitungan Spesific Gravity Rata-rata dan Gradien Fluida Untuk menentukan harga SG rata-rata dapat digunakan Persamaan (2-14). Dan untuk menentukan besarnya gradien tekanan digunakan persamaan:... (2-14) Keterangan: Gf Sgmix = gradien tekanan, psi,ft. = SG rata-rata fluida Penentuan Laju Alir Produksi Optimum (Qopt) Untuk menentukan laju alir produksi optimum (Qopt) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:... (2-15) Keterangan: Qopt = laju alir produksi optimum, BFPD. WOR = water oil ratio, %. Qt = laju alir total fluida, BFPD Penentuan Datum (Mid Perforation) Untuk menentukan datum dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:... (2-16) Penentuan Kedalaman Pompa (PSD) Batasan umum untuk menentukan letak kedalaman pompa dalam suatu sumur adalah bahwa pompa harus ditenggelamkan didalam fluida sumur.

41 47 Sebelum perhitungan perkiraan Pump Setting Depth dilakukan, terlebih dahulu diketahui parameter yang menentukannya, yaitu Static Fluid Level (SFL) dan Working Fluid Level (WFL) dimana untuk menentukannya digunakan alat sonolog atau dengan operasi wireline, bila sumur tersebut tidak menggunakan packer. Jika sumur menggunakan packer, maka penentuan SFL dan WFL dilakukan dengan pendekatan: ekatan: A. Static Fluid Level (SFL, ft) Apabila sumur dalam keadaan mati (tidak diproduksikan), sehingga tidak ada aliran, maka tekanan didepan perforasi sama dengan tekanan statik sumur (P s ). Sehingga kedalam permukaan fluida di annulus (SFL, ft) adalah: = +,... (2-17) B. Working Fluid Level (WFL, ft) Bila sumur diproduksikan dengan rate produksi sebesar Q (bbl/d), dan tekanan alir dasar sumur adalah Pwf (psi), maka ketinggian (kedalaman bila diukur dari permukaan) fluida di annulus adalah: = Keterangan: +,... (2-18) SFL WFL Ps Pwf Q = Statik Fluid Level, ft. = Working Fluid Level, ft. = Tekanan Statik sumur, psi. = Tekanan alir dasar sumur, psi. = Rate produksi, BPD.

42 48 D Pc ρb Gf = Kedalaman sumur, ft. = Casing Head Pressure, psi. = Tekanan Bubble Point, psi. = Gradient Fluida Sumur, psi/ft. Untuk mengetahui berbagai posisi pompa, maka dapat dilihat pada Gambar 2.22 berikut: Gambar 2.22 Berbagai Posisi Pompa Pada Kedalaman Sumur Pump Setting Depth Minimum Pada keadaan yang diperlihatkan dalam Gambar 2.22B. (posisi minimum) dalam waktu yang singkat akan terjadi pump-off, oleh karena ketinggian fluida level diatas pompa relatif sangat kecil atau pendek sehingga gas yang akan dipompakan. Pada kondisi ini pump intake pressure (PIP) akan menjadi

43 49 kecil. Jika PIP mencapai harga dibawah bubble point pressure (ρb), maka akan terjadi penurunan efficiency volumetric dari pompa (disebabkan terbebasnya gas dari larutan). Pump Setting Depth (PSD) minimum dapat ditulis dengan persamaan: = +,... (2-19) Pump Setting Depth Maksimum Sedangkan keadaan yang ditunjukkan oleh Gambar 2.22C. (pompa pada keadaan maksimum) juga kedudukan yang kurang menguntungkan. Karena dalam keadaan ini memungkinkan terjadinya overload (pembebanan berlebihan), yaitu pengangkatan beban kolom fluida yang terlalu berat. Kedalaman Pump Setting Depth (PSDmax) dapat didefinisikan: =,... (2-20) Pump Setting Depth Optimum Kedudukan ini yang paling dikehendaki dalam perencanaan pompa benam listrik seperti dalam Gambar 2.22D. (pompa dalam keadaan optimum). Selanjutnya untuk menentukan kedalaman pompa yang optimum tadi (agar tidak terjadi pump-off dan overload serta sesuai dengan kondisi rate yang dikehendaki), maka kapasitas pompa yang digunakan harus sesuai dengan produktivitas formasi dari sumur yang bersangkutan. Untuk casing head tertutup, maka: c G Kedalaman pompa optimum = +... (2-21)

44 50 Untuk casing head terbuka, maka: c G Kedalaman pompa optimum = +... (2-22) Perhitungan Pump Intake Pressure (PIP) Intake adalah tempat masuknya fluida untuk diisap oleh pompa, pada kondisi sumur yang memiliki Gas Liquid Ratio (GLR) yang relatif tinggi juga dipasang gas separatorr agar gas yang terkandung dapat terlepaskan ke annulus lubang sehingga hanyaa fluida saja yang akan diisap oleh pompa. Berdasarkan setting depth pump, besarnya Pump Intake Pressure (PIP) dapat dihitung dengan persamaan: PIP = Pwf {(Datum PSD) x Gf}...(2-23) Keterangan: PIP Pwf = Pump Intake Pressure (Psi) = Tekanan alir dasar sumur (Psi) Datum = Mid Perforasi (ft) PSD Gf = Pump setting Depth (ft) = Gradient fluida (Psi/ft) Perhitungan Net Vertical Lift (Hd) Net Vertical Lift merupakan jarak vertikal yang dilalui dimana fluida akan terangkat ke permukaanan yaitu antara fluid level dengan surface. Dapat dihitung dengan Persamaan berikut: Vertical lift, (Hd) = Pump setting Depth (TVD) FOP

45 51 Fluid Over Pump, (FOP) = PIP/Gf Keterangan: FOP Hd = Fluid Over Pump, (ft) = Net vertical lift, (ft) Perhitungan Besarnya Friction Loss di Tubing (Hf) Dari Persamaan (2-13) maka dapat ditentukan besarnya friction Loss Sepanjang Tubing (Hf) adalah: =... (2-24) Keterangan: Hf PSD = Friction loss pada tubing, ft. = Kedalaman letak pompa dr permukaan, ft MD Perhitungan Total Dynamic Head (TDH) Total dynamic Head (TDH) adalah total pressure dimana pompa bekerja yang dinyatakan sebagai head (kolom atau ketinggian kolom cairan). TDH juga dapat dinyatakan sebagai pressure differential sepanjang pompa (outlet-inlet), atau sebagai kerja yang dilakukan oleh pompa pada cairan untuk menaikkannya dari satu level energi ke level lainnya yang dinyatakan dalam satuan feet (ft). TDH dihitung dengan persamaan sebagai berikut: = (2-25)

46 52 Keterangan: TDH THP Gf Hf Hd = Total Dynamic Head, ft. = Tubing Head Pressure, psi. = Gradien tekanan fluida sepanjang tubing, psi/ft. = Friction loss di tubing, ft. = Net Vertikal Lift, ft Penentuan Jenis Pompa dan Motor Berdasarkan data laju alir desain ESP, dapat ditentukan jenis pompa yang akan digunakan sesuai dengan spesifikasi yang tersedia, pompa yang digunakan adalah merk REDA, maka jenis-jenis pompa yang sesuai dapat dilihat dari pump summary. Jarak clearance antara OD pompa dengan ID casing minimal 1 inch. Grafik performa pompa dapat dilihat pada lampiran. Grafik performa pompa digunakan untuk menentukan Head Capacity, Horse Power Motor dan efisiensi pompa. Pemilihan seri pompa ini berdasarkan efisiensi maksimum pada laju produksi yang sudah didesain. Semua data yang didapatkan dari grafik tersebut digunakan untuk melakukan perhitungan dan perencanaan selanjutnya. Data Head Capacity pompa digunakan untuk menghitung banyaknya stages pompa yang dibutuhkan: Keterangan: Head per stage (feet/stage) =... (2-26) TDH = Total Dynamic Head, ft. Head Capacity = Head per stages, ft/stages.

47 53 Setelah didapatkan jumlah stages pompa yang dibutuhkan, kemudian dilanjutkan dengan melakukan perhitungan besarnya Horse Power yang dibutuhkan, nilai HP/stage didapat dari Grafik Pompa : Horse Power Motor = Brake Horse Power x stages... (2-27) Brake Horse Power = Stages x xsgmix... (2-28) Setelah didapatkan Horse Power Motor, selanjutnya adalah penentuan jenis motor. Penentuan jenis motor harus disesuaikan dengan jenis seri pompa yang dipilih dan besarnya Horse Power yang dibutuhkan sesuai dengan spesifikasi yang tersedia. Fluida yang mengalir melewati motor harus memiliki kecepatan > 1 ft/s sebagai syarat untuk pendinginan pada motor. = Keterangan: (, )... (2-29) V = kecepatan aliran fluida, ft/s. Pada tiap tiap jenis motor kecepatan aliran fluida berbeda-beda tergantung dari OD Motor. Spesifikasi motor yang tersedia dapat dilihat pada lampiran Penentuan Jenis Kabel dan Besarnya Voltage Dalam pemilihan kabel hal yang harus diperhatikan yaitu clearance antara ID casing dengan OD maksimum unit pompa harus lebih besar dari 0,126 inch. Clearance = ID Casing - OD Pompa, Inch... (2-30) Selain clearance, hal yang perlu dipilih tipe/jenis kabel dan panjang kabel.

48 54 Reda telah membuat grafik-grafik penurunan voltage pada kabel untuk beberapa harga amper motor yang berbeda. Penentuan panjang kabel (L) dapat dihitung dengan persamaan berikut : L = PSD ft... (2-31) Keterangan: L PSD = panjang kabel, ft. = Pump Setting Depth, ft MD. Berdasarkan pembacaan harga arus listrik (A) dan tegangan listrik (Vmotor) yang dibutuhkan untuk jenis motor yang bersangkutan, maka dapat dipilih jenis kabel pada lampiran. Pemilihan jenis kabel sebaiknya memilih jenis kabel yang memiliki kehilangan tegangan dibawah atau sekitar 30 volt tiap 1,000 ft. Hasil pembacaan voltage loss (Voltage Drop/1000, ft) yang didapat dari chart berdasarkan amper motor kemudian digunakan untuk perhitungan voltage drop kabel pada koreksi temperatur dengan menggunakan persamaan berikut: Keterangan: =... (2-32) L = Voltage Dropp Kabel, Volt = Panjang Kabel, ft Pemilihan Switchboard dan Transformer Menentukan jenis switchboard yang akan dipakai perlu diketahui terlebih dahulu berapa besarnya voltage total (Vtotal) yang akan bekerja pada

49 55 switchboard tersebut. Besarnya Voltage total atau tegangan yang bekerja pada switchboard dapat dihitung dari persamaan berikut ini: = +... (2-33) Perhitungan selanjutnya adalah perhitungan besarnya KVA yang dibutuhkan oleh transformer pada saat pengoperasian nantinya. =.... (2-34)

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisa Data Tujuan dari optimasi ESP dengan cara mengubah Pump Size adalah untuk mengoptimalkan laju alir produksi sesuai dengan kemampuan sumur. Penentuan laju

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1)

TUGAS AKHIR. Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata Kuliah Tugas Akhir Pada Program Sarjana Strata Satu (S1) TUGAS AKHIR OPTIMASI POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE (ESP) DENGAN UP-SIZE PUMP UNTUK MENINGKATKAN LAJU ALIR PRODUKSI PADA SUMUR CINTA C-14 DI LAPANGAN CNOOC SES Ltd Diajukan Guna Memenuhi Syarat Kelulusan Mata

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Diagram alir Penelitian BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pengumpulan Data Data Reservoir (Pwf,Ps,Pb) Data Produksi (Qt, Qo, Qw, WC, GOR, SG, ºAPI) Perhitungan Qmax dan Qopt dari IPR Aktual Evaluasi ESP

Lebih terperinci

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR...

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. HALAMAN PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix DAFTAR

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 PENERAPAN SISTEM PEMOMPAAN. Sumur XY-15 terletak dalam lapangan Onshore Lapangan XX Indonesia

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 PENERAPAN SISTEM PEMOMPAAN. Sumur XY-15 terletak dalam lapangan Onshore Lapangan XX Indonesia BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 PENERAPAN SISTEM PEMOMPAAN Sumur XY-15 terletak dalam lapangan Onshore Lapangan XX Indonesia dimana lapisan utamanya penghasil minyak, lapangan XX onshore adalah formasi

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: OPTIMASI LIFTING MENGGUNAKAN ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP DAN ANALISA KEEKONOMIAN PADA SUMUR X LAPANGAN Y Agung Adhisi Pradana, Siti Nuraeni, Djoko Sulistyanto Abstrak Dalam memproduksikan minyak dapat dilakukan

Lebih terperinci

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN

PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN PERENCANAAN ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP PADA SUMUR SPA-28 LAPANGAN SOPA PT. PERTAMINA EP REGION SUMATRA SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Perminyakan

Lebih terperinci

EVALUASI DAN DESAIN ULANG ELECTRIC SUBMERGIBLE PUMP (ESP) PADA SUMUR X DI LAPANGAN Y

EVALUASI DAN DESAIN ULANG ELECTRIC SUBMERGIBLE PUMP (ESP) PADA SUMUR X DI LAPANGAN Y EVALUASI DAN DESAIN ULANG ELECTRIC SUBMERGIBLE PUMP (ESP) PADA SUMUR X DI LAPANGAN Y Sefilra Andalucia Mahasiswa Magister teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta Abstract The rate of fluid production affects

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dunia saat ini. Terutama kebutuhan energi yang berasal dari sumber daya alam yang

BAB I PENDAHULUAN. dunia saat ini. Terutama kebutuhan energi yang berasal dari sumber daya alam yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Energi merupakan salah satu kebutuhan utama dalam kehidupan masyarakat dunia saat ini. Terutama kebutuhan energi yang berasal dari sumber daya alam yang tidak

Lebih terperinci

PUMP SETTING DEPTH (PSD)

PUMP SETTING DEPTH (PSD) PUMP SETTING DEPTH (PSD) Dari kondisi sumur diatas, maka Pump Setting Depth (PSD) adalah 3800 ft TVD dari permukaan atau 950 ft dari perforasi Dari data Trajectory Wellbore (Deviasi Sumur): PSD TVD = 3800

Lebih terperinci

EVALUASI POMPA ESP TERPASANG UNTUK OPTIMASI PRODUKSI MINYAK PT. PERTAMINA ASSET I FIELD RAMBA

EVALUASI POMPA ESP TERPASANG UNTUK OPTIMASI PRODUKSI MINYAK PT. PERTAMINA ASSET I FIELD RAMBA EVALUASI POMPA ESP TERPASANG UNTUK OPTIMASI PRODUKSI MINYAK PT. PERTAMINA ASSET I FIELD RAMBA Petrus Agus Wahono* Syamsul Komar Fuad Rusydi Suwardi *) Jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik Universitas

Lebih terperinci

ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT

ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT ANALISA SISTEM NODAL DALAM METODE ARTICIAL LIFT Oleh: *)Ganjar Hermadi ABSTRAK Dalam industri migas khususnya bidang teknik produksi, analisa sistem nodal merupakan salah satu metode yang paling sering

Lebih terperinci

APLIKASI VSD DALAM MENGATASI MASALAH WATER CUT DAN GAS YANG BERLEBIH PADA SUMUR ESP

APLIKASI VSD DALAM MENGATASI MASALAH WATER CUT DAN GAS YANG BERLEBIH PADA SUMUR ESP APLIKASI VSD DALAM MENGATASI MASALAH WATER CUT DAN GAS YANG BERLEBIH PADA SUMUR ESP Abstrak Electric Submersible Pump sebagai salah satu dari alat pengangkat buatan mempunyai beberapa keuntungan seperti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 TEORI PENGANGKATAN FLUIDA KE PERMUKAAN Metode Produksi adalah mengangkat fluida dari dalam sumur ke permukaan. Bila tekanan hydrostatic sumur tidak mampu lagi mengalirkan fluida,

Lebih terperinci

EVALUASI POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) UNTUK OPTIMASI PRODUKSI PADA SUMUR P-028 DAN P-029 DI PT. PERTAMINA EP ASSET 2 PENDOPO FIELD

EVALUASI POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) UNTUK OPTIMASI PRODUKSI PADA SUMUR P-028 DAN P-029 DI PT. PERTAMINA EP ASSET 2 PENDOPO FIELD EVALUASI POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) UNTUK OPTIMASI PRODUKSI PADA SUMUR P-028 DAN P-029 DI PT. PERTAMINA EP ASSET 2 PENDOPO FIELD EVALUATION ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) FOR OPTIMIZATION PRODUCTION

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN:

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: ANALISIS OPTIMASI PRODUKSI SUMUR GAS LIFT LAPANGAN AWILIGAR DENGAN PERBANDINGAN DESAIN ULANG DAN KONVERSI ESP Armand Zachary Sukandar, Djoko Sulistiyanto Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Trisakti

Lebih terperinci

RE-DESIGN ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP PADA PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA MINAS PEKANBARU

RE-DESIGN ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP PADA PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA MINAS PEKANBARU Volume 1 No.1 Juli 2016 Website : www.journal.unsika.ac.id Email : barometer_ftusk@staff.unsika.ac.id RE-DESIGN ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP PADA PT CHEVRON PACIFIC INDONESIA MINAS PEKANBARU 1) Dessy Agustina

Lebih terperinci

ANALISA PRESTASI ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP DI SUMUR X LAPANGAN Y

ANALISA PRESTASI ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP DI SUMUR X LAPANGAN Y ANALISA PRESTASI ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP DI SUMUR X LAPANGAN Y Ryanda Andre Moresto 1, Henry Nasution 2, Edi Septe 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Bung Hatta 2 Automotive

Lebih terperinci

OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN MINYAK MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL LIFT DENGAN ESP PADA LAPANGAN TERINTEGRASI

OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN MINYAK MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL LIFT DENGAN ESP PADA LAPANGAN TERINTEGRASI OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN MINYAK MENGGUNAKAN METODE ARTIFICIAL LIFT DENGAN ESP PADA LAPANGAN TERINTEGRASI Oleh : Agus Sugiharto, ST. MT *) ABSTRAK Tahapan tahapan dalam memproduksikan minyak dari reservoir

Lebih terperinci

Ilhami Nur , Semester II 2009/2010 1

Ilhami Nur , Semester II 2009/2010 1 ANALISIS PENGARUH GAS PADA PERENCANAAN ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) PADA SUMUR YANG MEMPRODUKSIKAN GAS DAN NOMOGRAF USULAN UNTUK MENENTUKAN PERSENTASE GAS DAN VOLUME FLUIDA MASUK POMPA Sari Ilhami Nur*

Lebih terperinci

EVALUASI PERBANDINGAN DESAIN ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP DAN SUCKER ROD PUMP UNTUK OPTIMASI PRODUKSI PADA SUMUR M-03 DAN M-05

EVALUASI PERBANDINGAN DESAIN ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP DAN SUCKER ROD PUMP UNTUK OPTIMASI PRODUKSI PADA SUMUR M-03 DAN M-05 Seminar Nasional Cendekiawan ke 3 Tahun 2017 ISSN (P) : 2460-8696 Buku 1 ISSN (E) : 2540-7589 EVALUASI PERBANDINGAN DESAIN ELECTRICAL SUBMERSIBLE PUMP DAN SUCKER ROD PUMP UNTUK OPTIMASI PRODUKSI PADA SUMUR

Lebih terperinci

EVALUASI POMPA ELECTRIC SUBMERSIBEL (ESP) SUMUR KWG WK DI LAPANGAN KAWENGAN AREA CEPU PT. PERTAMINA EP REGION JAWA

EVALUASI POMPA ELECTRIC SUBMERSIBEL (ESP) SUMUR KWG WK DI LAPANGAN KAWENGAN AREA CEPU PT. PERTAMINA EP REGION JAWA EVALUASI POMPA ELECTRIC SUBMERSIBEL (ESP) SUMUR KWG WK DI LAPANGAN KAWENGAN AREA CEPU PT. PERTAMINA EP REGION JAWA Wika Riestyastuti Mahasiswa Magister Teknik Geologi UPN Veteran Yogyakarta ABTRACT Embedded

Lebih terperinci

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... ii HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR... v RINGKASAN... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR GAMBAR... ix

Lebih terperinci

Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau

Program Studi Teknik Perminyakan Universitas Islam Riau JEEE Vol. 5 No. 1 Ali Musnal, Richa Melisa Perhitungan Analisis Sistem Nodal Untuk Menentukan Laju Alir Minyak Dengan Meningkatkan Range Efesiensi Electric Submercible Pump Pada Sumur di Lapangan Minyak

Lebih terperinci

ISSN: Ali Musnal Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Jalan Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru

ISSN: Ali Musnal Jurusan Teknik Perminyakan Fakultas Teknik Universitas Islam Riau Jalan Kaharuddin Nasution 113 Pekanbaru Jurnal aintis Volume 11 Nomor 2, Oktober 2010, 89-98 ISSN: 1410-7783 Perhitungan Laju Produksi Minyak Optimum Agar Tidak Terjadi Pelepasan Gas dari Minyak dengan Menggunakan Electric Submercible Pump Calculation

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: dibandingkan lapisan lainnya, sebesar MSTB. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan analisa dan perhitungan yang telah dilakukan, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut, yaitu: 1. Hasil analisa decline curve dari semua

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X Perencanaan Ulang Sumur Gas Lift pada Sumur X Amanu Pinandito, Sisworini, Sisworini, Djunaedi Agus Wibowo Abstrak Sumur X yang sudah beroperasi sejak 2004 merupakan sumur yang menggunakan gas lift sejak

Lebih terperinci

OPTIMASI PRODUKSI HASIL PERENCANAAN SUCKER ROD PUMP TERPASANG PADA SUMUR TMT-Y DI TAC-PERTAMINA EP GOLWATER TMT

OPTIMASI PRODUKSI HASIL PERENCANAAN SUCKER ROD PUMP TERPASANG PADA SUMUR TMT-Y DI TAC-PERTAMINA EP GOLWATER TMT OPTIMASI PRODUKSI HASIL PERENCANAAN SUCKER ROD PUMP TERPASANG PADA SUMUR TMT-Y DI TAC-PERTAMINA EP GOLWATER TMT PRODUCTION OPTIMIZATION RESULT OF SUCKER ROD PUMP PLAN INSTALLED IN TMT-Y WELLS AT TAC-PERTAMINA

Lebih terperinci

PERANCANGAN POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE (ESP) PADA SUMUR XY-15 DI LAPANGAN XX INDONESIA

PERANCANGAN POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE (ESP) PADA SUMUR XY-15 DI LAPANGAN XX INDONESIA PERANCANGAN POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE (ESP) PADA SUMUR XY-15 DI LAPANGAN XX INDONESIA Diajukan guna melengkapi sebagian syarat Dalam mencapai gelar Sarjana Strata Satu (S1) Disusun Oleh : Nama : Firmansyah

Lebih terperinci

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989).

Tinjauan Pustaka. Enhanced oil recovery adalah perolehan minyak dengan cara menginjeksikan bahanbahan yang berasal dari luar reservoir (Lake, 1989). Bab II Tinjauan Pustaka II.1 Enhanced Oil Recovery (EOR) Enhanced oil recovery (EOR) adalah metode yang digunakan untuk memperoleh lebih banyak minyak setelah menurunnya proses produksi primer (secara

Lebih terperinci

FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 4

FORUM TEKNOLOGI Vol. 03 No. 4 OPTIMASI POMPA PCP DENGAN MENGGUNAKAN ANALISA SISTEM NODAL Ganjar Hermadi *) ABSTRAK Progressive Cavity Pump (PCP) adalah salah satu jenis pompa yang digunakan dalam industri perminyakan sebagai alat pengangkatan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Dasar-dasar Pompa Sentrifugal Pada industri minyak bumi, sebagian besar pompa yang digunakan ialah pompa bertipe sentrifugal. Gaya sentrifugal ialah sebuah gaya yang timbul akibat

Lebih terperinci

Rizal Fakhri, , Sem1 2007/2008 1

Rizal Fakhri, , Sem1 2007/2008 1 SUATU ANALISA KINERJA GAS LIFT PADA SUMUR MIRING DENGAN MENGGUNAKAN SIMULATOR Gas lift Performance Analysis In Inclined Well Using Simulator Oleh: Rizal Fakhri* Sari Adanya kemiringan pada suatu sumur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat

BAB I PENDAHULUAN. memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang. lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan yang rendah ketempat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Pandangan Umum Pompa Pompa adalah suatu jenis mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari suatu tempat yang rendah ketempat yang lebih tinggi atau dari tempat yang bertekanan

Lebih terperinci

ISSN JEEE Vol. 4 No. 2 Musnal

ISSN JEEE Vol. 4 No. 2 Musnal ISSN 254-9352 JEEE Vol. 4 No. 2 Musnal Optimasi Perhitungan Laju Alir minyak Dengan Meningkatkan Kinerja Pompa Hydraulic Pada Sumur Minyak Di Lapangan PT. KSO Pertamina Sarolangon Jambi Ali Musnal 1 1

Lebih terperinci

EVALUASI DAN PERENCANAAN ULANG ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) PADA SUMUR X LAPANGAN Y SKRIPSI

EVALUASI DAN PERENCANAAN ULANG ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) PADA SUMUR X LAPANGAN Y SKRIPSI EVALUASI DAN PERENCANAAN ULANG ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) PADA SUMUR X LAPANGAN Y SKRIPSI Oleh : SATYA WICAKSANA 113040065/ TM PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah peralatan mekanis yang digunakan untuk menaikkan cairan dari dataran rendah ke dataran tinggi atau untuk mengalirkan cairan dari daerah bertekanan

Lebih terperinci

Studi Korelasi antara Kapasitas Daya Motor Electrical Submersible Pump terhadap 4 Parameter Sumur Minyak

Studi Korelasi antara Kapasitas Daya Motor Electrical Submersible Pump terhadap 4 Parameter Sumur Minyak ELKOMIKA ISSN (p): 2338-8323 ISSN (e): 2459-9638 Vol. 6 No. 1 Halaman 79-96 DOI : http://dx.doi.org/10.26760/elkomika.v6i1.79 Januari 2018 Studi Korelasi antara Kapasitas Daya Motor Electrical Submersible

Lebih terperinci

Studi Optimasi Kinerja Sucker Rod Pump Pada Sumur A-1, A-2,Z-1, Dan Z-2 Menggunakan Perangkat Lunak Prosper

Studi Optimasi Kinerja Sucker Rod Pump Pada Sumur A-1, A-2,Z-1, Dan Z-2 Menggunakan Perangkat Lunak Prosper Studi Optimasi Kinerja Sucker Rod Pump Pada Sumur A-1, A-2,Z-1, Dan Z-2 Menggunakan Perangkat Lunak Prosper Syahrinal Faiz, Djoko Sulistyanto, Samsol ST Program Studi Teknik Perminyakan, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Pengertian Pompa Pompa adalah suatu mesin yang digunakan untuk memindahkan fluida dari satu tempat ketempat lainnya, melalui suatu media aluran pipa dengan cara menambahkan energi

Lebih terperinci

EVALUASI TEKNIS DAN EKONOMIS WELL COMPLETION UNTUK UKURAN TUBING PADA SUMUR MINYAK X-26 DI PT. PERTAMINA EP ASSET 2 PENDOPO FIELD

EVALUASI TEKNIS DAN EKONOMIS WELL COMPLETION UNTUK UKURAN TUBING PADA SUMUR MINYAK X-26 DI PT. PERTAMINA EP ASSET 2 PENDOPO FIELD EVALUASI TEKNIS DAN EKONOMIS WELL COMPLETION UNTUK UKURAN TUBING PADA SUMUR MINYAK X-26 DI PT. PERTAMINA EP ASSET 2 PENDOPO FIELD EVALUATION OF TECHNICAL AND ECONOMIC WELL COMPLETION FOR SIZE TUBING ON

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial fluida, atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

Digital Well Analyzer Sebagai Inovasi Pengukuran Fluid Level Untuk Mendukung Program Optimasi Produksi

Digital Well Analyzer Sebagai Inovasi Pengukuran Fluid Level Untuk Mendukung Program Optimasi Produksi Digital Well Analyzer Sebagai Inovasi Pengukuran Fluid Level Untuk Mendukung Program Optimasi Produksi Oleh: Agus Amperianto, Alfian Mayando, Erick Yosniawan PERTAMINA EP - UNIT BISNIS EP LIRIK Kompleks

Lebih terperinci

POMPA. yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id

POMPA. yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id POMPA yusronsugiarto.lecture.ub.ac.id PENGERTIAN KARAKTERISTIK SISTIM PEMOMPAAN JENIS-JENIS POMPA PENGKAJIAN POMPA Apa yang dimaksud dengan pompa dan sistem pemompaan? http://www.scribd.com/doc/58730505/pompadan-kompressor

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pompa Pompa adalah suatu peralatan mekanis yang digerakkan oleh tenaga penggerak dan digunakan untuk memindahkan cairan (fluida) dari suatu tempat ke tempat lain yang

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN...

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... HALAMAN PENGESAHAN.... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH.... HALAMAN PERSEMBAHAN.... KATA PENGANTAR.... RINGKASAN.... DAFTAR ISI.... viii DAFTAR GAMBAR.... DAFTAR TABEL....

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN

BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN BAB III DESKRIPSI ALAT UJI DAN PROSEDUR PENGUJIAN 3.1. Rancangan Alat Uji Pada penelitian ini alat uji dirancang sendiri berdasarkan dasar teori dan pengalaman dari penulis. Alat uji ini dirancang sebagai

Lebih terperinci

EVALUASI DAN DESAIN ULANG POMPA ESP OPTIMASI PRODUKSI MINYAK PADA SUMUR MSY-01 DI LAPANGAN BG

EVALUASI DAN DESAIN ULANG POMPA ESP OPTIMASI PRODUKSI MINYAK PADA SUMUR MSY-01 DI LAPANGAN BG EVALUASI DAN DESAIN ULANG POMPA ESP UNTUK OPTIMASI PRODUKSI MINYAK PADA SUMUR MSY-01 DI LAPANGAN BG SKRIPSI Oleh : 113 080 047 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKANN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN

Lebih terperinci

EVALUASI DAN REKOMENDASI ESP PADA SUMUR M-04 DI LAPANGAN MUDI JOB PERTAMINA-PETROCHINA, TUBAN, JAWA TIMUR

EVALUASI DAN REKOMENDASI ESP PADA SUMUR M-04 DI LAPANGAN MUDI JOB PERTAMINA-PETROCHINA, TUBAN, JAWA TIMUR EVALUASI DAN REKOMENDASI ESP PADA SUMUR M-04 DI LAPANGAN MUDI JOB PERTAMINA-PETROCHINA, TUBAN, JAWA TIMUR SKRIPSI Disusun Oleh : RELIF TRI NUGROHO 113.10.2004 PROGRAM STUDI TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

Ilham Budi Santoso Moderator KBK Rotating.

Ilham Budi Santoso Moderator KBK Rotating. Ilham Budi Santoso Moderator KBK Rotating Santoso_ilham@yahoo.com Ilhambudi.santoso@se1.bp.com Definisi Pompa : peralatan yang digunakan untuk memindahkan cairan dengan cara menaikkan tingkat energi cairan.

Lebih terperinci

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... i HALAMAN PENGESAHAN... PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... RINGKASAN... DAFTAR ISI... DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL... BAB I. PENDAHULUAN...

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang berfungsi untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang berfungsi untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pompa Pompa adalah salah satu jenis mesin fluida yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat lain yang diinginkan. Pompa beroperasi dengan membuat

Lebih terperinci

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE PCP DAN GAS LIFT PADA SUMUR I LAPANGAN H

ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE PCP DAN GAS LIFT PADA SUMUR I LAPANGAN H ANALISIS PERBANDINGAN PENGGUNAAN METODE PCP DAN GAS LIFT PADA SUMUR I LAPANGAN H Hilman Afryansyah, Widartono Utoyo Jurusan Teknik Perminyakan FTKE Universitas Trisakti Abstrak Lapangan H merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan apabila tekanan reservoir atau metoda sembur alam sudah tidak

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan apabila tekanan reservoir atau metoda sembur alam sudah tidak BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tenik pengangkatan fluida reservoir kepermukaan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan metode sembur alam (natural flow) atau dengan metode pengangkatan

Lebih terperinci

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump)

MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) MODUL POMPA AIR IRIGASI (Irrigation Pump) Diklat Teknis Kedelai Bagi Penyuluh Dalam Rangka Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Kedelai Pertanian dan BABINSA KEMENTERIAN PERTANIAN BADAN PENYULUHAN

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN. yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing

BAB V PEMBAHASAN. yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing BAB V PEMBAHASAN Pada lapangan FRY kali ini dipilih 2 sumur untuk dianalisa dan dievaluasi yaitu sumur AN-2 dan HD-4, kedua sumur ini dilakukan treatment matrix acidizing guna memperbaiki kerusakan formasi

Lebih terperinci

EVALUASI PERHITUNGAN POTENSI SUMUR MINYAK TUA DENGAN WATER CUT TINGGI

EVALUASI PERHITUNGAN POTENSI SUMUR MINYAK TUA DENGAN WATER CUT TINGGI EVALUASI PERHITUNGAN POTENSI SUMUR MINYAK TUA DENGAN WATER CUT TINGGI Agustinus Denny Unggul Raharjo 1* 1 Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknik Perminyakan & Pertambangan, Universitas Papua Jalan

Lebih terperinci

Sistem Sumur Dual Gas Lift

Sistem Sumur Dual Gas Lift Bab 2 Sistem Sumur Dual Gas Lift 2.1 Metode Pengangkatan Buatan (Artificial Lift Penurunan tekanan reservoir akan menyebabkan penurunan produktivitas sumur minyak, serta menurunkan laju produksi sumur.

Lebih terperinci

aintis Volume 12 Nomor 1, April 2011, 22-28

aintis Volume 12 Nomor 1, April 2011, 22-28 Jurnal aintis Volume 1 Nomor 1, April 011, -8 ISSN: 1410-7783 Perhitungan Laju Alir Minyak Setiap Lapisan pada Sumur Commingle Distribution Of Calculated Rate Oil Flow To Commingle Well Ali Musnal Jurusan

Lebih terperinci

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA

(Indra Wibawa D.S. Teknik Kimia. Universitas Lampung) POMPA POMPA Kriteria pemilihan pompa (Pelatihan Pegawai PUSRI) Pompa reciprocating o Proses yang memerlukan head tinggi o Kapasitas fluida yang rendah o Liquid yang kental (viscous liquid) dan slurrie (lumpur)

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Peralatan 3.1.1 Instalasi Alat Uji Alat uji head statis pompa terdiri 1 buah pompa, tangki bertekanan, katup katup beserta alat ukur seperti skema pada gambar 3.1 : Gambar

Lebih terperinci

Pompa Sentrifugal Pesawat Tenaga Bisrul Hapis Tambunan, ST, MT

Pompa Sentrifugal Pesawat Tenaga Bisrul Hapis Tambunan, ST, MT Pompa Sentrifugal Faktor-faktor Pertimbangan Dalam Perencanaan Pompa 1. Sifat-sifat fluida: Berat jenis Untuk head dan kapasitas yang tetap, daya yang diperlukan untuk memompa fluida yang berat jenisnya

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN 4. Asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan permasalahan pada penelitian ini adalah:

BAB 1. PENDAHULUAN 4. Asumsi yang digunakan untuk menyederhanakan permasalahan pada penelitian ini adalah: Bab 1 Pendahuluan Pada saat produksi awal suatu sumur minyak, fluida dapat mengalir secara natural dari dasar sumur ke wellhead atau kepala sumur. Seiring dengan meningkatnya produksi dan waktu operasi,

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang

Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Bab I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Seiring dengan semakin meningkatnya kebutuhan minyak, maka berbagai cara dilakukan untuk dapat menaikkan produksi minyak, adapun beberapa cara yang dapat dilakukan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump).

BAB II DASAR TEORI. bagian yaitu pompa kerja positif (positive displacement pump) dan pompa. kerja dinamis (non positive displacement pump). BAB II DASAR TEORI 2.1. Dasar Teori Pompa 2.1.1. Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatu tempat ke tempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan

Lebih terperinci

PENGANTAR TEKNIK PERMINYAKAN (TM-110)

PENGANTAR TEKNIK PERMINYAKAN (TM-110) PENGANTAR TEKNIK PERMINYAKAN (TM-110) BUKU IV Pengantar Teknik Produksi oleh : Ir. Joko Pamungkas, MT JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN FAKULTAS TEKNOLOGI MINERAL UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN YOGYAKARTA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA.1. MESIN-MESIN FLUIDA Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: OPTIMASI PRODUKSI PADA PAD G-76 DENGAN PROGRAM TERINTEGRASI SUMUR DAN JARINGAN PIPA PRODUKSI

Seminar Nasional Cendekiawan 2015 ISSN: OPTIMASI PRODUKSI PADA PAD G-76 DENGAN PROGRAM TERINTEGRASI SUMUR DAN JARINGAN PIPA PRODUKSI OPTIMASI PRODUKSI PADA PAD G-76 DENGAN PROGRAM TERINTEGRASI SUMUR DAN JARINGAN PIPA PRODUKSI Abstrak Pradhita Audi Jurusan Teknik Perminyakan, Fakultas Teknologi Kebumian dan Energi, Universitas Trisakti

Lebih terperinci

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger

Aku berbakti pada Bangsaku,,,,karena Negaraku berjasa padaku. Pengertian Turbocharger Pengertian Turbocharger Turbocharger merupakan sebuah peralatan, untuk menambah jumlah udara yang masuk kedalam slinder dengan memanfaatkan energi gas buang. Turbocharger merupakan perlatan untuk mengubah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu 3 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Irigasi Curah Sistem irigasi bertekanan atau irigasi curah (sprinkler) adalah salah satu metode pemberian air yang dilakukan dengan menyemprotkan air ke udara kemudian jatuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Semakin maju peradaban manusia, kebutuhan akan energi akan semakin meningkat. Salah satu energi yang selalu diandalkan oleh umat manusia adalah energi dari sektor

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. fluida yang dimaksud berupa cair, gas dan uap. yaitu mesin fluida yang berfungsi mengubah energi fluida (energi potensial BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin-Mesin Fluida Mesin fluida adalah mesin yang berfungsi untuk mengubah energi mekanis poros menjadi energi potensial atau sebaliknya mengubah energi fluida (energi potensial

Lebih terperinci

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK

BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK BAB II PRINSIP-PRINSIP DASAR HIDRAULIK Dalam ilmu hidraulik berlaku hukum-hukum dalam hidrostatik dan hidrodinamik, termasuk untuk sistem hidraulik. Dimana untuk kendaraan forklift ini hidraulik berperan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Perpipaan Dalam pembuatan suatu sistem sirkulasi harus memiliki sistem perpipaan yang baik. Sistem perpipaan yang dipakai mulai dari sistem pipa tunggal yang sederhana

Lebih terperinci

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS

BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS BAB I PENGUJIAN TURBIN AIR FRANCIS 1.1 Pendahuluan 1.1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembang teknologi yang semakin maju, banyak diciptakan peralatan peralatan yang inovatif serta tepat guna. Dalam

Lebih terperinci

PENGGUNAAN IPR-VOGEL PADA DESIGN ESP DI LAPANGAN RANTAU

PENGGUNAAN IPR-VOGEL PADA DESIGN ESP DI LAPANGAN RANTAU IATMI 2005-08 PROSIDING, Simposium Nasional Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) 2005 Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung, 16-18 November 2005. PENGGUNAAN IPR-VOGEL PADA DESIGN ESP DI

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pemrograman Non Linier Pemrograman Non linier merupakan pemrograman dengan fungsi tujuannya saja atau bersama dengan fungsi kendala berbentuk non linier yaitu pangkat dari variabelnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Tabel 5.1 Hasil perhitungan data NO Penjelasan Nilai 1 Head kerugian mayor sisi isap 0,14 m 2 Head kerugian mayor sisi tekan 3,423 m 3 Head kerugian minor pada

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Sistem Produksi Secara umum produksi dapat diartikan sebagai suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan (input) menjadi hasil

Lebih terperinci

Metodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan Model Reservoir Menggunakan Simulator Eclipse

Metodologi Penelitian. Mulai. Pembuatan Model Reservoir Menggunakan Simulator Eclipse Bab III Metodologi Penelitian III.1 Diagram Alir Penelitian Mulai Studi Pustaka Persiapan Studi Data Pembuatan Model Reservoir Menggunakan Simulator Elipse Pembuatan Model Fasilitas Produksi Menggunakan

Lebih terperinci

POMPA SENTRIFUGAL. Oleh Kelompok 2

POMPA SENTRIFUGAL. Oleh Kelompok 2 POMPA SENTRIFUGAL Oleh Kelompok 2 M. Salman A. (0810830064) Mariatul Kiptiyah (0810830066) Olyvia Febriyandini (0810830072) R. Rina Dwi S. (0810830075) Suwardi (0810830080) Yayah Soraya (0810830082) Yudha

Lebih terperinci

ANALISIS KINERJA PROGRESSIVE CAVITY PUMP (PCP) PADA SUMUR KAS 273, LAPANGAN KENALI ASAM PT PERTAMINA EP ASSET I JAMBI

ANALISIS KINERJA PROGRESSIVE CAVITY PUMP (PCP) PADA SUMUR KAS 273, LAPANGAN KENALI ASAM PT PERTAMINA EP ASSET I JAMBI ANALISIS KINERJA PROGRESSIVE CAVITY PUMP (PCP) PADA SUMUR KAS 273, LAPANGAN KENALI ASAM PT PERTAMINA EP ASSET I JAMBI PERFORMANCE ANALISYS PROGRESSIVE CAVITY PUMP (PCP) WELL KAS 273, KENALI ASAM OIL FIELD

Lebih terperinci

BAB 5 DASAR POMPA. pompa

BAB 5 DASAR POMPA. pompa BAB 5 DASAR POMPA Pompa merupakan salah satu jenis mesin yang berfungsi untuk memindahkan zat cair dari suatu tempat ke tempat yang diinginkan. Zat cair tersebut contohnya adalah air, oli atau minyak pelumas,

Lebih terperinci

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN

PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN PERANCANGAN SISTEM DISTRIBUSI AIR BERSIH DINGIN DARI TANGKI ATAS MENUJU HOTEL PADA THE ARYA DUTA HOTEL MEDAN SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik HATOP

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA

INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA (Indra Wibawa Dwi Sukma_Teknik Kimia_Universitas Lampung) 1 INDUSTRI PENGOLAHAN BATUBARA Adapun berikut ini adalah flowsheet Industri pengolahan hasil tambang batubara. Gambar 1. Flowsheet Industri Pengolahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian pompa Pompa adalah alat untuk memindahkan fluida dari tempat satu ketempat lainnya yang bekerja atas dasar mengkonversikan energi mekanik menjadi energi kinetik.

Lebih terperinci

METODE PRODUKSI SUMUR SEMBUR BUATAN (GAS LIFT WELL)

METODE PRODUKSI SUMUR SEMBUR BUATAN (GAS LIFT WELL) Bab - I PENDAHULUAN Gas Lift adalah : suatu metode pengangkatan fluida dari suatu sumur dimana gas dengan tekanan relative cukup tinggi, yang digunakan sebagai media pengangkatan dalam proses mekanismenya.

Lebih terperinci

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN BAB IV GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN 4.1. Objek Penelitian Bengkel Bintang didirikan oleh bapak Agung Sudibjo yang beralamat di Jln.Sukodono Gesi Km 2, tepatnya di dukuh Siwalan Kelurahan Gesi. Bengkel

Lebih terperinci

EVALUASI DAN OPTIMASI POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) PADA SUMUR-SUMUR DI LAPANGAN X

EVALUASI DAN OPTIMASI POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) PADA SUMUR-SUMUR DI LAPANGAN X EVALUASI DAN OPTIMASI POMPA ELECTRIC SUBMERSIBLE PUMP (ESP) PADA SUMUR-SUMUR DI LAPANGAN X Putri Dwi Jayanti, Rachmat Sudibyo, Djoko Sulustiyanto Abstrak Setiap sumur produksi yang akan diproduksikan diharapkan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

BAB II DASAR TEORI. dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut. BAB II DASAR TEORI 2.1. Dasar Teori Pompa 2.1.1. Definisi Pompa Pompa merupakan alat yang digunakan untuk memindahkan suatu cairan dari suatut empat ketempat lain dengan cara menaikkan tekanan cairan tersebut.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Dasar Teori Pompa Sentrifugal 2.1.1. Definisi Pompa Sentrifugal Pompa sentrifugal adalah suatu mesin kinetis yang mengubah energi mekanik menjadi energi fluida menggunakan

Lebih terperinci

OPTIMASI PRODUKSI SUMUR-SUMUR GAS LIFT DI LAPANGAN A

OPTIMASI PRODUKSI SUMUR-SUMUR GAS LIFT DI LAPANGAN A OPTIMASI PRODUKSI SUMUR-SUMUR GAS LIFT DI LAPANGAN A Djoko Sulistyanto (Jurusan Teknik Perminyakan Universitas Trisakti) ABSTRAK Analisa nodal adalah suatu metode untuk menganalisa suatu sistem produksi

Lebih terperinci

PERHITUNGAN HEAT GENERATION MECHANICAL SEAL PADA POMPA SENTRIFUGAL 019P111A JENIS OVERHUNG DI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP

PERHITUNGAN HEAT GENERATION MECHANICAL SEAL PADA POMPA SENTRIFUGAL 019P111A JENIS OVERHUNG DI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP PERHITUNGAN HEAT GENERATION MECHANICAL SEAL PADA POMPA SENTRIFUGAL 019P111A JENIS OVERHUNG DI PT. PERTAMINA (PERSERO) REFINERY UNIT IV CILACAP Nama : Abdi Pangestu NPM : 20411009 Jurusan : Teknik Mesin

Lebih terperinci

Perencanaan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi Oleh : Gesa Endah Prastiti* Dr.Ir. Pudjo Sukarno**

Perencanaan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi Oleh : Gesa Endah Prastiti* Dr.Ir. Pudjo Sukarno** Perencanaan Rotative Gas Lift untuk Sistem Sumur yang Terintegrasi Oleh : Gesa Endah Prastiti* Dr.Ir. Pudjo Sukarno** Sari Seiring dengan diproduksikannya suatu sumur, maka performa sumur tersebut untuk

Lebih terperinci

OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN GAS UNTUK SUPPLY GAS INJEKSI SUMUR SUMUR GAS LIFT SECARA TERINTEGRASI

OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN GAS UNTUK SUPPLY GAS INJEKSI SUMUR SUMUR GAS LIFT SECARA TERINTEGRASI OPTIMASI PRODUKSI LAPANGAN GAS UNTUK SUPPLY GAS INJEKSI SUMUR SUMUR GAS LIFT SECARA TERINTEGRASI oleh : Unggul Nugroho Edi, MT *) ABSTRAK Dalam penelitian ini digunakan metode simulasi model reservoir,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 2 Mei 2015; 47-52

I. PENDAHULUAN. EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 2 Mei 2015; 47-52 EKSERGI Jurnal Teknik Energi Vol 11 No. 2 Mei 2015; 47-52 KINERJA MULTISTAGE HP/IP FEED WATER PUMP PADA HRSG DI SEKTOR PEMBANGKITAN PLTGU CILEGON F Gatot Sumarno, Suwarti Program Studi Teknik Konversi

Lebih terperinci

Nama : Zainal Abidin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT.

Nama : Zainal Abidin NPM : Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST., MT. ANALISIS EFISIENSI POMPA DAN HEAD LOSS PADA MESIN COOLING WATER SISTEM FAN Nama : Zainal Abidin NPM : 27411717 Jurusan : Teknik Mesin Fakultas : Teknologi Industri Pembimbing : Dr. Sri Poernomo Sari, ST.,

Lebih terperinci

TEKNIK PRODUKSI MIGAS SEMESTER 4

TEKNIK PRODUKSI MIGAS SEMESTER 4 TEKNIK PRODUKSI MIGAS SEMESTER 4 KATA PENGANTAR Kurikulum 2013 adalah kurikulum berbasis kompetensi. Didalamnya dirumuskan secara terpadu kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai

Lebih terperinci

FLOWLINE, MANIFOLD DAN SEPARATOR (1)

FLOWLINE, MANIFOLD DAN SEPARATOR (1) FLOWLINE, MANIFOLD DAN SEPARATOR (1) HP: 085269878796 Email: fadhlist_ui@yahoo.com A. FLOWLINE & MANIFOLD Fluida dari sumur dialirkan melalui flowline, manifold dan header selantjutnya menuju ke stasiun

Lebih terperinci