IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL UKM DI ITC MEGA GROSIR SURABAYA OLEH: JEANETTE SHELYTA BITIN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL UKM DI ITC MEGA GROSIR SURABAYA OLEH: JEANETTE SHELYTA BITIN"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL UKM DI ITC MEGA GROSIR SURABAYA OLEH: JEANETTE SHELYTA BITIN JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2013

2 IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL UKM DI ITC MEGA GROSIR SURABAYA SKRIPSI Diajukan kepada FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi OLEH: JEANETTE SHELYTA BITIN JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2013 i

3

4

5

6 KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala kasih karunia, berkat, dan penyertaan-nya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan gelar Sarjana Ekonomi pada Fakultas Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. Penyusunan skripsi ini tidak akan berhasil dengan baik tanpa bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada: 1. selaku Dekan Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 2. selaku Ketua Jurusan Fakultas Bisnis Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya. 3. JC. Shanti, SE., M.Si., Ak selaku dosen pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, memberikan pengarahan, semangat, dan dorongan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 4. J.TH. Budianto T., SE., ST., MM., Ak., QIA selaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk membimbing, memberikan v

7 pengarahan, semangat, dan dorongan kepada penulis hingga terselesaikannya skripsi ini. 5. Siprianus Salvator Sina, SE., MM., DRA. EC. Ninuk Muljani, MM., dan Hendro Susanto, SE., MM. yang telah membantu menulis dan bertukar pikiran mengenai topik penelitian maupun statistik. 6. Bernadetta Diana N, SE., M.Si., QIA, J. TH. Budianto, SE., ST., MM., Ak., QIA, dan Yohanes Harimurti, SE., M.Si., Ak., selaku dosen penguji siding tengah yang telah memberikan kritik yang sangat membangun sehingga penulis termotivasi untuk lebih memahami skripsi ini. 7. Segenap dosen Fakultas Bisnis Universitas Katolk Widya Mandala yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan selama masa studi. 8. Ibu, Mami, Papa, dan seluruh keluarga besar penulis yang memberikan dukungan baik secara moral, materiil, kasih sayang, doa, serta nasihat yang berguna. 9. Aditya Hardijanto yang telah membantu penulis dan memberikan motivasi, dukungan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 10. Teman-teman penulis, khususnya Yesika Candra Yani Kosasih, Elok Kurniawati, Yuliana Airlangga, Ronald Septiano, Edwin Widarto, Edward Ade Hartanto, Arum Kusumaningtyas, Billy Tegar Pradipta, Emilya Kartika vi

8 Sari, Ayu Nedialita, Hapid Sjauz, Dwi Indra Prawira Putra yang telah membantu penulis dan memberikan motivasi, dukungan, dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. 11. Seluruh teman dan pihak-pihak berkepentingan yang tidak dapat disebut namanya satu per satu di sini, terima kasih atas segala bantuan dan dukungannya. Penulis menyadari bahwa dalam skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan, oleh karena itu kritik maupun saran yang membangun sangat diharapkan demi perbaikan skripsi ini.semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menambah wawasan bagi pembacanya. Surabaya, 17 Juli 2013 Penulis vii

9 DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL i SURAT PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH. ii HALAMAN PERSETUJUAN. iii HALAMAN PENGESAHAN.. iv KATA PENGANTAR.... v DAFTAR ISI viii DAFTAR TABEL x DAFTAR GAMBAR xi DAFTAR LAMPIRAN xii ABSTRAK... xiii ABSTRACT... xiv BAB 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian SistematikaPenulisan BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Landasan Teori Pengembangan Hipotesis Kerangka Berpikir viii

10 BAB 3. METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Identifikasi Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Jenis Data dan Sumber Data Metode Pengumpulan Data Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel Teknik Analisis Data BAB 4. ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1. Karakteristik Obyek Penelitian Deskripsi Data Analisis Data Pembahasan.. 55 BAB 5. SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Keterbatasan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN ix

11 DAFTAR TABEL Halaman Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Tabel 4.1. Karakteristik Responden. 45 Tabel 4.2. Hasil Uji Reliabilitas Tabel 4.3. Hasil Uji Validitas Tabel 4.4. Hasil Uji One-Sample Kolmogorov-Smirnov Tabel 4.5. Hasil Uji Variance Inflation Factor Tabel 4.6. Hasil Grafik Plot Tabel 4.7. Hasil Uji Durbin-Watson Tabel 4.8. Hasil Koefisien Determinasi 50 Tabel 4.9. Hasil Uji F 51 Tabel Hasil Uji t. 52 x

12 DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 2.1. Kerangka Berpikir.. 31 xi

13 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1. Kuesioner Lampiran 2. Daftar UKM Sampel xii

14 ABSTRAK Pada perekonomian dewasa ini, banyak UKM yang berusaha mempertahankan kelangsungan usahanya atau pun menginginkan usahanya berkembang. Hal ini akan membuat terciptanya rencana-rencana yang berkaitan dengan keputusan keuangan perusahaan. Salah satunya adalah keputusan penentuan struktur modal. Penelitian empiris ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor penentu struktur modal UKM pada salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya. Variabel independen yang diambil adalah pertumbuhan perusahaan, aset tetap, resiko bisnis, profitabilitas, hubungan dengan bank, ukuran perusahaan, dan jaringan. Sumber data diperoleh dari kuesioner yang dibagikan kepada responden. Teknik Analisis data menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertumbuhan perusahaan, aset tetap, hubungan dengan bank, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Sedangkan variabel resiko bisnis, profitabilitas, dan jaringan terbukti memiliki pengaruh terhadap struktur modal UKM pada salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya. Kata Kunci: struktur modal, UKM, faktor-faktor penentu struktur modal xiii

15 ABSTRACT On today's economy, many SMEs who seek to maintain the continuity of its business or any business wanting to grow. This will make the creation of plans relating to the company's financial decisions. One is the determination of capital structure decisions. This empirical study aims to identify the determinants of capital structure of SMEs in one shopping center in Surabaya. Independent variables that are taken are growth companies, fixed assets, business risk, profitability, relationship with the bank, firm size, and network. Sources of data obtained from the questionnaires distributed to respondents. Data analysis techniques using multiple regression analysis. Results of this study showed that the growth of the company, fixed assets, the relationship with the bank, and firm size does not affect the capital structure. While the variable business risk, profitability, and the network is shown to have an influence on the capital structure of SMEs in one shopping center in Surabaya. Keywords: capital structure, SMEs, the determinants of capital structure xiv

16 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Struktur modal secara umum didefinisikan sebagai perbandingan antara ekuitas (pendanaan modal yang dimiliki perusahaan) dengan kewajiban (pendanaan dengan hutang) yang digunakan sebagai biaya operasi suatu perusahaan atau dengan kata lain, struktur modal adalah penggabungan modal yang berasal dari internal dan eksternal (Kabo, 2011). Pada dasarnya, keputusan pendanaan (financing) perusahaan berkaitan dengan penentuan sumber-sumber dana yang digunakan untuk membiayai usulanusulan investasi yang telah diputuskan sebelumnya. Pemenuhan kebutuhan dana tersebut dapat disediakan atau diperoleh dari sumber internal maupun eksternal perusahaan. Apabila perusahaan memenuhi kebutuhan pendanaannya dari sumber internal, maka perusahaan tersebut melakukan pendanaan internal (internal financing), yaitu dalam bentuk laba ditahan, demikian juga sebaliknya, saat perusahaan memenuhi kebutuhan dananya dari hutang, maka perusahaan tersebut melakukan pendanaan eksternal (eksternal financing). Hutang yang akan dipertimbangkan dalam struktur modal adalah hutang jangka panjang dengan alasan hutang jangka panjang memiliki jangka waktu lebih dari satu tahun, satu periode tersebut merupakan waktu yang relatif panjang sehingga 1

17 2 hutang jangka panjang lebih memerlukan perhatian dari manajer keuangan (Mardiyanto, 2009 dalam Kabo, 2011). Tujuan dari struktur modal adalah menggabungkan sumbersumber dana perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan yang akan meminimumkan biaya modal dan memaksimalkan hasil keuntungan perusahaan (Rodoni dan Ali, 2010 dalam Kabo, 2011). Struktur modal dapat menunjukkan kepada investor keseimbangan antara resiko dan tingkat pengembalian investasinya. Struktur modal tercermin pada unsur hutang dan modal sendiri, dan salah satu isu penting yang sering dihadapi oleh manajer suatu perusahaan adalah menentukan perimbangan yang tepat antara hutang dengan modal. Dalam penelitian ini, untuk mengukur struktur modal akan digunakan perbandingan antara total hutang jangka panjang dengan total aset. Penentuan penyusunan struktur modal penting adanya, dimana struktur modal berguna sebagai pondasi yang kuat bagi awal jalannya suatu usaha. Struktur modal yang baik akan memberikan dampak yang baik bagi kelangsungan suatu usaha, demikian sebaliknya, susunan struktur modal yang kurang baik akan memberikan dampak yang kurang baik juga bagi kelangsungan suatu usaha. Setelah diketahui bagaimana susunan struktur modal yang tepat, maka pemilik dapat menentukan bagaimana usaha tersebut akan mengelola pendanaannya. Ada pun beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal antara lain, pertumbuhan perusahaan yang dapat tampak dari perubahan jumlah aset yang dimiliki. Jumlah aset yang dimiliki

18 3 perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan. Pertumbuhan perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa memiliki resiko bisnis yang tinggi juga, hal ini akan menimbulkan kemungkinan kebangkrutan yang tinggi juga. Maka pertumbuhan perusahaan yang tinggi cenderung menggunakan hutang jangka panjangnya lebih rendah daripada perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah. Jumlah aset tetap yang dimiliki perusahaan dapat memberikan gambaran mengenai besar kecilnya jaminan yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk melunasi hutangnya. Aset tetap dapat dikatakan lebih memiliki nilai likuidasi yang lebih tinggi (Gaud, 2003 dalam Indrajaya, Herlina, dan Setiadi, 2011). Hal ini disebabkan aset tetap merupakan aset permanen yang digunakan oleh perusahaan dalam jangka waktu yang cukup lama. Jumlah aset yang tinggi juga memiliki nilai yang dapat digunakan sebagai cadangan suatu usaha saat mengalami kesulitan keuangan. Investor cenderung memberikan pinjaman bila ada jaminan yang dimililiki oleh perusahaan (Myers dan Majluf, 1984 dalam Margaretha dan Ramadhan, 2010). Dari uraian tersebut, dapat dikatakan bahwa aset tetap dapat mempengaruhi sumber pembiayaan yang dimiliki perusahaan. Resiko bisnis merupakan resiko dasar selain resiko keuangan yang dimiliki perusahaan sebagai resiko tambahan akibat penggunaan utang (Indrajaya, Herlina, dan Setiadi, 2011). Resiko bisnis tergolong dalam ketidakpastian yang akan dihadapi

19 4 perusahaan selama perusahaan terus beroperasi. Resiko bisnis di masa depan akan diramalkan dan dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk keputusan penambahan kewajiban atau tidak bagi perusahaan. Semakin tinggi resiko bisnis yang dimiliki, maka kemungkinan untuk sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan akan semakin tinggi dan sebaliknya saat resiko bisnis rendah maka kemungkinan untuk sebuah perusahaan mengalami kesulitan keuangan akan semakin rendah juga. Perusahaan dengan resiko bisnis yang tinggi akan kesulitan mencari dana eksternal (Moh d, Perry, dan Rimbey, 1995 dalam Margaretha dan Ramadhan, 2010). Profitabilitas dapat digunakan untuk melihat kemampuan suatu usaha dalam menghasilkan laba. Profitabilitas yang tinggi menunjukkan kemampuan usaha dalam menghasilkan laba di masa yang akan datang. Semakin tinggi profitabilitas suatu usaha, maka perusahaan akan cenderung melakukan pendanaan internal, dan sebaliknya semakin rendah profitabilitas suatu perusahaan, maka usaha tersebut akan cenderung melakukan pendanaan eksternal (Indrajaya, Herlina, dan Setiadi, 2011). Hubungan dengan lembaga keuangan terutama bank sangatlah penting bagi kelangsungan operasi perusahaan. Bank merupakan lembaga resmi peminjaman dana yang aman saat perusahaan akan mengajukan penambahan kewajibannya. Hubungan bisnis dan hubungan sosial yang baik antara perusahaan dan bank akan memberikan dampak positif saat perusahaan akan mengajukan

20 5 penambahan hutangnya, perusahaan akan merasa mudah untuk menambahkan utangnya sebagai biaya operasi, dan sebaliknya, saat hubungan bisnis dan sosial antara perusahaan dan bank tidak berjalan dengan baik, maka akan memberikan dampak negatif saat perusahaan akan mengajukan penambahan hutangnya, dimana perusahaan akan merasa susah dengan prosedur bank untuk penambahan jumlah hutangnya. Ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah karyawan pada perusahaan tersebut. Jumlah karyawan yang banyak akan menunjukkan ukuran dari perusahaan yang cenderung besar, sedangkan karyawan yang sedikit akan menunjukkan ukuran dari perusahaan yang cenderung kecil. Kecenderungan dari perusahaan yang memiliki jumlah karyawan yang besar (banyak) akan menggunakan hutang sebagai tambahan dana operasi bisnis perusahaan, dan sebaliknya saat perusahaan memiliki jumlah karyawan yang kecil (sedikit), maka perusahaan akan cenderung tetap menggunakan dana internal sebagai biaya operasi bisnisnya. Ukuran perusahaan yang besar mengindikasikan bahwa perusahaan tersebut cenderung memiliki arus kas yang stabil, dapat mengurangi resiko atas hutangnya (Nguyen dan Ramachandran, 2006) Faktor penentu terakhir struktur modal yang terakhir adalah jaringan. Suatu usaha dapat membangun jaringan bisnisnya dari pemasok, investor, kreditor, atau pihak ketiga lainnya. Jaringan bianis yang dibangun positif oleh perusahaan akan cenderung membuat perusahaan mendapatkan kepercayaan yang lebih tinggi

21 6 untuk menambah hutangnya, sedangkan hubungan jaringan bisnis yang dibangun negatif oleh suatu usaha akan cenderung membuat perusahaan tersebut tidak menggunakan hutang sebagai biaya operasi tetapi tetap menggunakan dana internal sebagai dana operasinya karena kurangnya kepercayaan terhadap pelaku usaha. Keterlibatan dalam jaringan juga mampu memberikan sinyal positif pada komunitas bisnis (Holmlund dan Tornroos, 1997 dalam Nguyen dan Ramachandran, 2006). Usaha kecil dan menengah di negara ini diawali dengan adanya jiwa kewirausahaan yang dimiliki oleh masyarakat Indonesia sejak jaman dulu. Hal ini membuka peluang bagi masyarakat untuk mencari pendapatan mereka secara mandiri, juga dengan harapan akan mendapatkan hasil yang lebih baik, baik dalam segi materi, waktu, atau pun kepuasan. Berdasarkan Undang-undang Nomor 20 tahun 2008 yang menyatakan tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini dan usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki,

22 7 dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undangundang ini. Kriteria untuk usaha kecil yang dimaksud adalah apabila jumlah aset > 50 juta 500 juta serta omzet > 300 juta - 2,5 miliar, dan untuk usaha menengah dimana jumlah aset > 500 juta - 10 miliar serta omzet sebesar > 2,5 miliar - 50 miliar. Para pelaku UKM memulai membuka usaha sendiri dengan modal pribadi yang tidak begitu besar dan menjadi wirausaha yang apa adanya, lambat laun hasil kerja keras mereka terbukti dengan kemampuan UKM untuk menopang perekonomian negara di saat krisis (1997/1998), sedangkan di sisi lain banyak perusahaan besar mengalami kesulitan keuangan dan bahkan pailit. Alasan mengapa UKM mampu menopang perekonomian negara adalah dimana bahwa UKM merupakan perusahaan kecil tidak terlalu bergantung pada modal besar ataupun memiliki pinjaman luar negeri dengan kurs dollar, sehingga saat terdapat fluktuasi nilai tukar, perusahaan besar yang mayoritas memiliki pinjaman luar negeri dengan mata uang asing adalah yang paling berpotensi terhadap dampak fluktuasi nilai tukar tersebut. Sekarang diakui bahwa UKM merupakan salah satu aset negara dan memegang peranan penting, yaitu sebagai penyumbang sebagian besar perekonomian negara yang dapat terlihat pada peningkatan produk domestik bruto (PDB) dan dampak positif lainnya terlihat juga pada penyerapan tenaga kerja oleh UKM yang dapat memberikan efek positif pada pemerataan pendapatan.

23 8 UKM terbukti menjadi salah satu faktor pendorong perekonomian negara, sampai dengan 2011 tercatat 52 juta UKM (Rifai, 2011) di Indonesia. Dan telah menyumbang 60% PDB dan mempekerjakan 97% tenaga kerja (Purnomo, 2011). Pada perekonomian dewasa ini, banyak UKM yang berusaha mempertahankan kelangsungan usahanya atau pun menginginkan usahanya berkembang. Hal ini akan membuat terciptanya rencanarencana yang berkaitan dengan keputusan keuangan perusahaan. Salah satunya adalah keputusan penentuan struktur modal. Agar tujuan tersebut dapat tercapai, maka diperlukan pengambilan keputusan yang tepat dari dalam mengoptimalkan sumber daya yang ada. Sampel yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah UKM yang terdapat pada salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya, yaitu ITC Mega Grosir Surabaya. Mengingat keputusan pendanaan merupakan hal yang penting dalam menentukan kemampuan suatu usaha untuk bertahan dalam persaingan, peneliti juga memiliki keingintahuan untuk mengetahui bahwa apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, maka peneliti melakukan penelitian tentang identifikasi faktor-faktor penentu struktur modal UKM di ITC Mega Grosir Surabaya.

24 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebbelumnya, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Apakah pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal? 2. Apakah aset tetap berpengaruh terhadap struktur modal? 3. Apakah resiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal? 4. Apakah profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal? 5. Apakah hubungan dengan bank berpengaruh terhadap struktur modal? 6. Apakah ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal? 7. Apakah jaringan berpengaruh terhadap struktur modal? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan uraian tujuan penelitian yang telah ada, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Menguji pengaruh pertumbuhan perusahaan terhadap struktur modal. 2. Menguji pengaruh aset tetap terhadap struktur modal. 3. Menguji pengaruh resiko bisnis terhadap struktur modal. 4. Menguji pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal. 5. Menguji pengaruh hubungan dengan bank terhadap struktur modal.

25 10 6. Menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal. 7. Menguji pengaruh jaringan terhadap struktur modal Manfaat Penelitian Dengan adanya uraian mengenai tujuan penelitian ini, maka penelitian ini akan memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Manfaat akademik Penelitian ini diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi dalam pengembangan teori khususnya dalam materi struktur modal. Karena pada penelitian ini mencakup teori-teori yang telah ada dan dikembangkan lebih dalam, sehingga penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi terhadap ilmu dan penerapan struktur modal serta ilmu-ilmu yang berkaitan. 2. Manfaat praktik Penelitian ini diharapkan mampu untuk membantu dalam pemberian masukan atau saran bagi para pihak-pihak yang berkepentingan, seperti investor yang memerlukan struktur modal untuk dapat melihat bagaimana keadaan suatu usaha sebelum investor memberikan keputusan akan menanamkan atau tidak modalnya pada usaha tersebut, pemilik memerlukan struktur modal untuk dapat mengetahui bagaimana keadaan usahanya untuk dan menentukan langkah berikutnya sebagai bentuk pertahanan atau pun

26 11 pengembangan usahanya, dan kreditor memerlukan untuk mengetahui bagaimana susunan struktur modal untuk dapat mengetahui keadaan suatu usaha dan menentukan akan memberikan pinjaman atau tidak kepada usaha tersebut Sistematika Penulisan Penulisan skripsi ini dibagi menjadi 5 bab. Adapun sistematikanya adalah sebagai berikut: BAB 1 PENDAHULUAN Bab ini membahas tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang penelitian terdahulu, landasan teori, pengembangan hipotesis penelitian dan kerangka berpikir. BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini berisi tentang desain penelitian, identifikasi variabel, definisi dan pengukuran variabel, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data, populasi, sampel, dan teknik pengambilan sampel, serta teknik analisis data. BAB 4 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab ini berisi tentang karakteristik objek penelitian, deskripsi data, analisis data, dan pembahasannya.

27 12 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN Bab ini memuat simpulan hasil penelitian, keterbatasan, dan saran-saran yang bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan.

28 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Topik penelitian mengenai struktur modal telah banyak dilakukan oleh peneliti terdahulu. Namun, penelitian yang berfokus pada struktur modal UKM pada pusat perbelanjaan masih tidak terlalu banyak diteliti di Indonesia. Adapun ringkasan-ringkasan berikut ini mengenai penelitian yang dilakukan terdahulu, meliputi: Keterangan Kusuma dan Prabansari (2005) Nguyen dan Ramachandran (2006) Kartika (2009) Variabel Dependen Struktur modal Struktur modal Struktur modal Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu Variabel Independen Resiko bisnis, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, struktur kepemilikan perusahaan Pertumbuhan perusahaan, aset tetap, resiko bisnis, profitabilitas, hubungan dengan bank, ukuran perusahaan, dan jaringan Resiko bisnis, struktur aktiva, 13 Obyek Penelitian Perusahaan manufaktur yang go public UKM yang terdaftar di bawah undangundang usaha di Vietnam Perusahaan manufaktur

29 14 Margaretha dan Ramadhan (2010) Indrajaya, Herlina, dan Setiadi (2011) Penelitian sekarang Struktur modal Struktur modal Struktur modal profitabilitas, ukuran perusahaan, Size, tangibility, profitability, liquidity, growth, non debt tax shield, age Struktur aktiva, ukuran perusahaan, tingkat pertumbuhan, profitabilitas, resiko bisnis Pertumbuhan perusahaan, aset tetap, resiko bisnis, profitabilitas, hubungan dengan bank, ukuran perusahaan, dan jaringan yang go public di BEI Industri manufaktur di BEI Perusahaan sektor pertambangan yang listing di Bursa Efek Indonesia UKM pada salah satu pusat perbelanjaan di Surabaya 2.2. Landasan Teori Struktur Modal a. Pengertian Struktur Modal Beberapa definisi struktur modal, antara lain, menurut Weston dan Copeland (1996 dalam Kabo 2011) mengatakan bahwa struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka

30 15 panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham. Menurut Keown (2000 dalam Kabo 2011), struktur modal adalah paduan atau kombinasi sumber dana jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan. Menurut Riyanto (2001 dalam Kabo 2011) bahwa struktur modal adalah perimbangan antara utang jangka panjang dengan modal sendiri. Menurut Higgins (2004 dalam Kabo 2011), capital structure is the composition of the liabilities side of a company s balance sheet, the mix of funding sources a company uses to finance it s operations. Menurut Brigham dan Houston (2001:5; dalam Kusuma dan Prabansari 2005), struktur modal adalah bauran dari hutang, saham preferen, dan saham biasa. Menurut Suad (1989:272; dalam Kusuma dan Prabansari (2005) stuktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara modal asing dengan modal sendiri. Berdasarkan beberapa definisi tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa struktur modal adalah penjumlahan dari ekuitas sebagai modal sendiri dan kewajiban jangka panjang yang digunakan untuk biaya operasi perusahaan. Struktur modal merupakan masalah penting dalam pembelanjaan perusahaan yang nantinya akan mempengaruhi pengambilan keputusan. Menurut Ali dan Rodoni (2010 Kabo 2011), struktur modal adalah proporsi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.

31 16 b. Teori Struktur Modal Beberapa teori mengenai struktur modal, antara lain sebagai berikut: 1. Teori Pecking Order Teori pecking order dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961, dan penamaannya dilakukan oleh Myers (1984) (Husnan, 1996:324; dalam Kusuma dan Prabansari, 2005). Dapat disimpulkan teori pecking order menyatakan bahwa: (a) Perusahaan lebih memilih untuk menggunakan sumber dana dari dalam atau pendanaan internal daripada pendanaan eksternal. Dana internal tersebut diperoleh dari laba ditahan yang dihasilkan dari kegiatan operasional. (b) Jika pendanaan eksternal diperlukan, maka perusahaan akan memilih pertama kali mulai dari menerbitkan sekuritas yang paling aman, yaitu hutang yang paling rendah resikonya, turun ke hutang yang lebih beresiko dengan menrbitkan obligasi, kemudian diikuti oleh sekuritas yang berkarakteristik opsi yaitu sekuritas hybrid seperti obligasi konversi, saham preferen, dan apabila belum mencukupi, maka saham biasa akan diterbitkan. (c) Terdapat kebijakan deviden yang konstan, yaitu perusahaan akan menetapkan jumlah pembayaran deviden yang konstan, tidak terpengaruh seberapa besarnya perusahaan tersebut untung atau rugi.

32 17 (d) Untuk mengantisipasi kekurangan persediaan kas karena adanya kebijakan deviden yang konstan dan fluktuasi dari tingkat keuntungan, serta kesempatan investasi lancar yang tersedia. Teori pecking order tidak mengindikasikan target struktur modal. Teori pecking order menjelaskan urut-urutan pendanaan. Berdasarkan teori tersebut, maka dalam teori pecking order tidak ada target struktur modal atau debt to equity ratio yang terdefinisikan dengan baik, karena terdapat dua jenis modal sendiri, yaitu modal internal dan modal eksternal. Modal sendiri yang berasal dari dalam perusahaan lebih disukai daripada modal sendiri yang berasal dari luar perusahaan. Menurut Myers (1996 dalam Kusuma dan Prabansari 2005) perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yaitu dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan, dan depresiasi. Urutan penggunaan sumber pendanaan dengan mengacu pada teori pecking order adalah: internal fund (dana internal), debt (hutang), dan equity (modal sendiri) (Kaaro, 2003:53; dalam Kusuma dan Prabansari, 2005). Ada pun alasan mengapa dana internal lebih disukai daripada dana eksternal adalah karena dana internal memungkinkan perusahaan untuk tidak perlu lagi bergabung dengan pemodal dari luar. 2. Teori Modigliani dan Miller (M&M) Modigliani dan Miller (1958 dalam Kartika 2009) mengemukakan bahwa nilai suatu perusahaan akan meningkat dengan adanya DER (rasio utang terhadap ekuitas) karena adanya

33 18 efek dari corporate tax rate shield. Hal ini dikarenakan dengan membayar bunga hutang maka pajak penghasilan yang dibayarkan perusahaan juga akan lebih kecil daripada dengan perusahaan yang tidak membayar bunga hutang. Hal ini dapat berpengaruh terhadap nilai perusahaan karena menghemat pembayaran pajak merupakan manfaat bagi pemilik perusahaan, maka nilai perusahaan yang menggunakan hutang akan lebih besar daripada perusahaan yang tidak menggunakan hutang. 3. Teori Trade-off Ada tiga model kesimpulan tentang penggunaan leverage, yaitu (Aji, 2003 dalam Kartika, 2009): (a) Perusahaan dengan risiko usaha yang lebih rendah dapat meminjam lebih besar tanpa harus dibebani oleh expected cost of financial distress sehingga diperoleh keuntungan pajak karena penggunaan hutang yang lebih besar. (b) Perusahaan yang memiliki tangible assets dan marketable assets seharusnya dapat menggunakan hutang yang lebih besar dari pada perusahaan yang memiliki nilai terutama dari intangible assets. Hal ini disebabkan intangible assets lebih mudah untuk kehilangan nilai apabila terjadi financial distress, dibandingkan standard asset dan tangible asset. (c) Perusahaan di Negara yang tingkat pajaknya tinggi seharusnya memuat hutang yang lebih besar dalam struktur modalnya dari pada perusahaan yang dibayarkan diakui pemerintah sebagai biaya, sehingga mengurangi pajak penghasilan.

34 19 c. Pentingnya Struktur Modal Setiap perusahaan baik dalam skala kecil atau pun besar membutuhkan dana untuk membiayai operasi perusahaan. Dalam perusahaan dana yang dibutuhkan atau biasa disebut dengan modal terdiri dari dua sumber, yaitu modal internal dan modal eksternal. Modal internal perusahaan dapat berupa laba ditahan, sedangkan modal eksternal dapat berupa hutang pada pihak ketiga. Struktur modal secara umum dapat diartikan adalah penjumlahan dari ekuitas dan kewajiban yang dibutuhkan perusahaan untuk membiayai operasi perusahaan. Pengambilan keputusan untuk menentukan besarnya setiap unsur struktur mdoal memerlukan pertimbangan tersendiri. Struktur modal dapat membantu para investor untuk menganalisa bagaimana keseimbangan antara resiko dengan tingkat pengembalian investasinya, sedangkan bagi para pemilik struktur modal dapat menjadi cermin bagi keadaan perusahaan saat ini sehingga pemilik dapat menentukan langkah selanjutnya untuk mempertahankan kelangsungan usahanya. Struktur modal yang tepat akan menghasilkan perusahaan yang sehat, dan sebaliknya struktur modal yang diambil dengan keputusan yang salah akan memungkinkan perusahaan akan jatuh pailit atau mengalami kesulitan keuangan.

35 Faktor-faktor Penentu Struktur Modal a. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan perusahaan dapat tampak dari perubahan jumlah aset yang dimiliki. Pertumbuhan perusahaan dapat menunjukkan seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Jumlah aset yang dimiliki perusahaan akan meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan perusahaan. Weston dan Brigham (1986 dalam Prabansari dan Kusuma 2005) mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang cepat harus lebih banyak mengandalkan pada modal eksternal. Pertumbuhan perusahaan yang tinggi mengindikasikan bahwa memiliki resiko bisnis yang tinggi juga, hal ini akan menimbulkan kemungkinan kebangkrutan yang tinggi juga. Maka pertumbuhan perusahaan yang tinggi cenderung menggunakan hutang jangka panjangnya lebih rendah daripada perusahaan dengan pertumbuhan yang rendah. b. Aset Tetap Pengertian aset tetap berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 16 (Revisi 2011) adalah aset berwujud yang: 1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan 2. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

36 21 Jumlah aset tetap yang dimiliki perusahaan dapat memberikan gambaran mengenai besar kecilnya jaminan yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk melunasi hutangnya. Aset tetap dapat dikatakan lebih memiliki nilai likuidasi yang lebih tinggi karena aset tetap merupakan aset permanen yang digunakan oleh perusahaan dalam jangka waktu yang cukup lama. Jumlah aset yang tinggi juga memiliki nilai yang dapat digunakan sebagai cadangan perusahaan saat mengalami kesulitan keuangan. Investor akan selalu memberikan pinjaman bila ada jaminan. Myers dan Majluf (1984 dalam Kartika 2009) mengatakan bahwa komposisi aset perusahaan mempengaruhi sumber pembiayaan. Brigham dan Gapensky (1996 dalam Kartika 2009) mengatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan hutang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang. Menurut Adrianto dan Wibowo (2007 dalam Indrajaya, Herlina, dan Setiadi 2011) menyatakan bahwa aset tetap yang besar akan menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memberikan jaminan yang lebih tinggi, sehingga dengan mengasumsikan semua faktor lain konstan, perusahaan akan meningkatkan utang untuk mendapatkan keuntungan dari penggunaan utang. c. Resiko Bisnis Resiko bisnis tergolong dalam ketidakpastian yang akandihadapi perusahaan selama perusahaan terus beroperasi. Resiko bisnis merupakan resiko yang ada pada pembawaan perusahaan

37 22 selain resiko keuangan. Indrajaya, Herlina, dan Setiadi (2011) menyatakan bahwa semakin tinggi resiko bisnis yang dimiliki maka tingkat penggunaan yang optimal akan semakin rendah, sehingga perusahan akan menggunakan sedikit hutang. Perusahaan dengan resiko bisnis yang tinggi maka akan meningkatkan kemungkinan bahwa perusahaan tersebut akan mengalami kesulitan keuangan, dan berikutnya akan menyebabkan perusahaan mengalami kesusahan dalam mencari tambahan dana eksternal. Hal ini dapat terjadi karena dengan resiko bisnis yang tinggi pada perusahaan menyebabkan investor enggan atau takut untuk menginvestasikan modal mereka dan kreditor pun tidak melihat adanya kemampuan perusahaan dalam mengembalikan utangnya, sebaliknya pada perusahaan dengan resiko bisnis yang rendah investor akan berani atau tertarik untuk menanamkan modalnya dikarenakan kemungkinan perusahaan untuk mengalami kesulitan keuangan adalah rendah, kreditor pun tidak akan ragu untuk memberikan utang pada perusahaan karena dirasa bahwa perusahaan akan mampu untuk mengembalikan utangnya. d. Profitabilitas Definisi profitabilitas secara umum adalah pengembalian investasi yang didapat perusahaan. Investasi yang ditanamkan perusahaan dapat berupa modal internal dan modal eksternal. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi dinilai memiliki sumber internal yang memadai untuk pembiayaan operasi perusahaan, sehingga perusahaan dengan hasil profitabilitas yang tinggi tidak memerlukan tambahan dana eksternal untuk pembiayaan operasi

38 23 perusahaan, sedangkan pada perusahaan dengan profitabilitas yang rendah, perusahaan dinilai tidak memiliki sumber dana internal yang cukup untuk profitabilitas mereka, sehingga perusahaan memerlukan tambahan dana eksternal untuk memenuhi kebutuhan operasi perusahaan. Brigham dan Houston (2001:40; dalam Kartika 2009), mengatakan bahwa perusahaan dengan tingkat pengambilan yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Indrajaya, Herlina, dan Setiadi (2011) menyatakan bahwa semakin profitable suatu perusahaan, maka semakin tinggi pula kemampuan perusahaan untuk mendanai kebutuhan investasi dari sumber internal.tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan dengan dana yang dihasilkan secara internal. Dengan laba ditahan yang besar, perusahaan akan lebih senang menggunakan laba ditahan sebelum menggunakan utang. Hal ini sesuai dengan teori pecking order yang menyatakan bahwa penggunaan dana internal akan lebih didahulukan daripada penggunaan dana eksternal. e. Hubungan dengan Bank Kesusahan yang sering dialami oleh suatu usaha adalah saat membutuhkan akses untuk peminjaman dana dari bank. Dimana sebagian prosedur dan syarat peminjaman pada bank, menghambat usaha tersebut untuk mendapatkan tambahan dana eksternal bagi usahanya. Hubungan bisnis dan sosial yang dijalani antara bank dan perusahaan akan memberikan dampak yang positif bagi perusahaan, dimana hubungan ini nantinya akan mempermudah akses untuk

39 24 tambahan peminjaman utang pada bank. Sebaliknya saat perusahaan tidak memiliki hubungan yang positif dengan bank maka prosedur peminjaman pada bank akan dirasa susah bagi perusahaan untuk dilakukan. Hubungan yang dekat dengan bank dapat mengendurkan kendala likuiditas untuk peminjam (Petersen dan Rajan, 1994 dalam Nguyen dan Ramachandran, 2006). f. Ukuran Perusahaan Marsh (1982) menemukan bahwa usaha besar lebih sering memilih utang jangka panjang (Nguyen dan Ramachandran, 2006). Ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah karyawan yang dimiliki. Perusahaan yang memiliki jumlah karyawan yang besar (banyak) cenderung memerlukan tambahan biaya eksternal bagi dana operasi usahanya karena biaya operasi yang besar akibat banyaknya jumlah karyawan, sedangkan pada perusahaan yang memiliki jumlah karyawan yang rendah (sedikit), perusahaan cenderung tidak membutuhkan biaya operasi yang tinggi bahkan dinilai dana internalnya telah cukup untuk memenuhi biaya operasi). Ukuran suatu usaha dapat menggambarkan prospek masa depan suatu usaha. Perusahaan yang berukuran besar cenderung memiliki jumlah karyawan yang lebih banyak. Semakin besar perusahaan, maka semakin besar juga hutang yang dimiliki perusahaan hal ini terkait dengan rendahnya resiko bisnis yang dimiliki oleh perusahaan besar. Perusahaan besar memiliki biaya hutang yang lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan kecil. Titman dan Wessels dalam Kartika (2009) menyatakan bahwa semakin besar ukuran perusahaan

40 25 akan memberikan kemungkinan bagi perusahaan untuk memiliki hutang yang semakin besar juga. g. Jaringan Dengan beberapa kesusahan yang dialami usaha di Indonesia untuk menjalin hubungan dengan bank, maka perusahaan di Indonesia cenderung memilih untuk mencari tambahan dana eksternal atau menjalin hubungan dengan jaringan bisnis yang lebih luas. Perusahaan membangun jaringannya dari yang paling dekat seperti pemasok, investor, atau pihak ketiga lainnya. Jaringan bisnis yang dibangun dengan hubungan yang positif oleh perusahaan akan cenderung membuat perusahaan mudah (mendapatkan kemudahan) untuk menambah utangnya, sedangkan jaringan bisnis yang dibangun negatif oleh perusahaan akan cenderung membuat perusahaan susah (mengalami kesusahan) dalam mendapatkan tambahan dana eksternal sehingga tidak menggunakan hutang sebagai biaya operasi tetapi tetap menggunakan dana internal sebagai dana operasinya. Keterlibatan dalam jaringan juga mampu memberikan sinyal positif pada komunitas bisnis (Holmlund dan Tornroos, 1997 dalam Nguyen dan Ramachandran, 2006) Pengembangan Hipotesis Pengaruh Pertumbuhan Perusahaan terhadap Struktur Modal Pertumbuhan suatu usaha akan menunjukkan sampai seberapa jauh usaha tersebut akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Pertumbuhan perusahaan dapat tampak dari

41 26 perubahan jumlah aset yang dimiliki. Teori pecking order (Nguyen dan Ramachandran, 2006) menunjukkan bahwa pertumbuhan UKM berpengaruh negatif dengan struktur modal. Myers (1977 dalam Nguyen dan Ramachandran 2006), menyatakan bahwa pertumbuhan suatu usaha yang tinggi memungkinkan usaha untuk memiliki lebih banyak pilihan investasi masa depan daripada usaha dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Dengan demikian perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi diharapkan tidak akan menggunakan utang sebagai pendanaan biaya operasinya. H 1 : Pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur modal Pengaruh Aset Tetap terhadap Struktur Modal Brigham dan Gapensky (1996 dalam Kartika 2009) mengatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap hutang akan lebih mudah mendapatkan utang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan terhadap hutang. Suatu perusahaan yang memiliki proporsi tinggi pada aset tetap, maka perusahaan akan cenderung menggunakan hutang dengan jumlah yang lebih tinggi daripada sebuah perusahaan dengan proporsi aset tetap yang rendah. Perusahaan dengan jumlah aset tetap yang tinggi akan lebih mudah mendapatkan akses pinjaman dari pihak luar karena memiliki aset tetap yang lebih berarti memiliki nilai yang dapat dijadikan jaminan saat mengalami kesulitan keuangan, dan sebaliknya perusahaan dengan jumlah aset tetap yang sedikit akan lebih susah untuk mendapatkan akses pinjaman dari pihak luar,

42 27 karena pihak luar akan menilai perusahaan dengan jumlah aset tetap yang sedikit akan kehilangan nilai saat terjadi kesulitan keuangan. H 2 : Aset tetap berpengaruh positif terhadap struktur modal Pengaruh Resiko Bisnis terhadap Struktur Modal Dalam konteks sektor usaha kecil, Ratu dan Roll (1987 dalam Nguyen dan Ramachandran 2006), berpendapat bahwa perusahaan kecil cenderung memiliki tingkat resiko bisnis yang lebih tinggi daripada perusahaan besar. Semakin tinggi resiko bisnis yang dimiliki suatu usaha maka kemungkinan untuk usaha tersebut mengalami kesulitan keuangan akan semakin tinggi, dan sebaliknya saat resiko bisnis rendah maka kemungkinan suatu usaha untuk mengalami kesulitan keuangan akan semakin rendah. Perusahaan dengan resiko bisnis yang lebih rendah memungkinkan perusahaan untuk dapat meminjam dana lebih besar. Moh d, Perry, dan Rimbey (1995 dalam Kartika 2009) mengatakan suatu usaha yang mempunyai resiko tinggi akan kesulitan mencari dana eksternal. Hal ini konsisten dengan penemuan Chung (1993 dalam Kartika 2009) bahwa semakin tinggi resiko yang dihadapi suatu usaha maka perusahaan tersebut cenderung mempunyai hutang yang sedikit. H 3 : Resiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal Hasil pengembalian dari penjualan dan investasi yang diterima oleh perusahaan akan menjadi pertimbangan tersendiri bagi perusahaan untuk menambah kewajibannya atau tidak, jika dirasa profitabilitas berada dalam tahap cukup akan memungkinkan

43 28 perusahaan untuk tidak menambah jumlah kewajiban, dan akan menggunakan dana internal untuk mencukupi sebagian besar biaya operasinya, sebaliknya pada saat perusahaan merasa bahwa profitabilitas perusahaan dalam tahap kurang, maka akan memungkinkan perusahaan untuk menambah jumlah hutangnya. Perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung memiliki hutang yang rendah. Pecking order theory menyatakan bahwa suatu usaha dengan profitabilitas yang tinggi mempunyai sumber dana internal yang melimpah. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi cenderung dengan rasio utang yang rendah (Puteh, 2011). Pemilik perusahaan biasanya lebih memilih untuk membiayai operasi dengan pendanaan internal karena tidak ingin kehilangan aset dan pengendalian atas bisnis mereka. H 4 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal Pengaruh Hubungan dengan Bank terhadap Struktur Modal Bank merupakan lembaga resmi peminjaman dana yang aman saat perusahaan akan mengajukan penambahan kewajibannya. Donnelly, Berry, dan Thompson (1985 dalam Nguyen dan Ramachandran 2006) berpendapat bahwa ada sejumlah manfaat bagi suatu usaha dalam membangun dan mempertahankan hubungan dengan beberapa lembaga keuangan antara lain, jaminan yang lebih besar dari ketersediaan dana, harga yang menguntungkan, dan pengetahuan perbankan yang lebih baik dari kebutuhan klien. Hal ini dapat diharapkan bahwa hubungan dengan bank dapat memberikan

44 29 jaminan implisit atau eksplisit akses ke dana untuk menutupi kebutuhan keuangan yang tak terduga. H 5 : Hubungan dengan bank berpengaruh positif terhadap struktur modal Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal Marsh (1982 dalam Nguyen dan Ramachandran 2006) menyatakan bahwa usaha yang besar lebih sering memilih hutang jangka panjang. Usaha yang besar mungkin dapat mengambil keuntungan dari skala ekonomi dalam menerbitkan hutang jangka panjang, dan bahkan mungkin memiliki daya tawar lebih dari kreditur. Selain itu, usaha yang besar sering melakukan diversifikasi dan memiliki arus kas yang lebih stabil, sehingga kemungkinan kesulitan keuangan bagi usaha besar adalah kecil, dan relatif terhadap usaha yang lebih kecil (Nguyen dan Ramachandran, 2006). Ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah karyawan yang besar (banyak) akan menggunakan hutang sebagai tambahan dana operasinya, dan sebaliknya saat perusahaan memiliki jumlah karyawan yang kecil (sedikit) maka perusahaan akan cenderung tetap menggunakan dana internal sebagai pembiayaan dana operasinya. Suatu usaha yang besar cenderung mengikuti pecking order theory dengan menggunakan hutang lebih besar dari pendanaan internal, sementara usaha yang kecil menggunakan banyak pendanaan internal daripada hutang. H 6 : Ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal.

45 Pengaruh Jaringan terhadap Struktur Modal Dengan hambatan yang dialami perusahaan di Indonesia untuk menjalin hubungan dengan bank maka perusahaan di Indonesia cenderung memilih untuk mencari atau menjalin hubungan dengan jaringan bisnis yang lebih luas. Perusahaan dapat membangun jaringannya dari yang paling dekat seperti keluarga atau kerabat pemilik, pemasok, investor, atau pihak ketiga lainnya. Jaringan bisnis yang dibangun positif oleh perusahaan akan cenderung membuat perusahaan untuk menambah hutangnya, sedangkan jaringan bisnis yang dibangun negatif oleh perusahaan akan cenderung membuat perusahaan tidak menggunakan hutang sebagai biaya operasi tetapi tetap menggunakan dana internal sebagai dana operasinya. Keterlibatan dalam jaringan juga dapat memberikan sinyal positif bagi komunitas bisnis (Holmlund dan Tornroos 1997 dalam Nguyen dan Ramachandran, 2006). H 7 : Jaringan berpengaruh positif terhadap struktur modal.

46 Model Penelitian Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu tersebut maka model penelitian pada penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut: Pertumbuhan Perusahaan Aset Tetap Resiko Bisnis Profitabilitas Hubungan dengan Bank Ukuran Perusahaan Jaringan H 1- H 2+ H 3- H 4- H 5+ H 6+ H 7+ Struktur Modal Gambar 2.1. Model Penelitian

47 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Desain penelitian pada penelitian ini adalah dengan pengujian hipotesis yang menguji mengenai faktor-faktor penentu struktur modal UKM di ITC Mega Grosir Surabaya, dimana terdapat tujuh faktor penentu struktur modal, yaitu pertumbuhan perusahaan, aset tetap, resiko bisnis, profitabilitas, hubungan dengan bank, ukuran perusahaan, dan jaringan. Penelitian ini akan dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada UKM di ITC Mega Grosir Surabaya Identifikasi Variabel, Definisi Operasional, dan Pengukuran Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Variabel Independen: 1. Pertumbuhan Perusahaan 2. Aset tetap 3. Resiko bisnis 4. Profitabilitas 5. Hubungan dengan bank 6. Ukuran Perusahaan 7. Jaringan b. Variabel Dependen: Struktur modal 32

48 Definisi dari variabel-variabel yang digunakan beserta pengukurannya adalah sebagai berikut: 1. Pertumbuhan Perusahaan Pertumbuhan suatu perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa jauh perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya. Myers (1977 dalam Nguyen dan Ramachandran 2006), menyatakan bahwa pertumbuhan suatu usaha yang tinggi memungkinkan 33 suatu usaha untuk memiliki lebih banyak pilihan investasi masa depan daripada usaha dengan tingkat pertumbuhan yang rendah. Pertumbuhan perusahaan diukur dengan presentase dari perubahan total perubahan total aset (Nguyen dan Ramachandran, 2006), data terlampir dalam lembar kuesioner: Pertumbuhan Perusahaan 2. Aset Tetap total aset tahun t total aset tahun t 1 total aset tahun t 1 Brigham dan Gapensky (1996) dalam Kartika (2009) mengatakan bahwa secara umum perusahaan yang memiliki jaminan terhadap utang akan lebih mudah mendapatkan utang daripada perusahaan yang tidak memiliki jaminan terhadap utang. Aset tetap diukur dengan menggunakan rasio dari aset tetap terhadap total aset (Nguyen dan Ramachandran, 2006), data terlampir dalam lembar kuesioner: Aset tetap total aset tetap total aset

49 3. Resiko Bisnis Dalam konteks sektor usaha kecil, Ratu dan Roll (1987) dalam Nguyen dan Ramachandran (2006), berpendapat bahwa perusahaan kecil cenderung memiliki tingkat resiko bisnis yang lebih tinggi daripada perusahaan besar. Moh d, Perry, dan Rimbey (1995) dalam Kartika (2009) mengatakan suatu usaha yang mempunyai resiko tinggi akan kesulitan mencari dana eksternal. Resiko bisnis diukur dengan standar deviasi dari laba sebelum pajak (Nguyen dan Ramachandran, 2006), data terlampir dalam lembar kuesioner: Resiko bisnis σ EBIT 4. Profitabilitas Profitabilitas merupakan suatu indikator kinerja yang dilakukan manajemen dalam mengelola kekayaan perusahaan yang ditunjukkan oleh laba yang dihasilkan. Profitabilitas dapat diukur dengan logaritma natural (ln) laba setelah pajak dibagikan dengan penjualan bersih (Nguyen dan Ramachandran, 2006), data terlampir dalam lembar kuesioner: laba setelah pajak Pro itabilitas ln penjualan 5. Hubungan dengan Bank Disebabkan variabel hubungan dengan bank berkaitan dengan perilaku perusahaan, maka data-data yang berkaitan 34 dengan hubungan dengan bank akan diteliti dengan

50 35 menggunakan kuesioner, lima poin skala likert (Anderson, Basilevsky, dan Hum, 1983 dalam Nguyen dan Ramachandran, 2006). Kuesioner dilampirkan pada Lampiran 1 Pernyataan Ukuran Perusahaan Marsh (1982) menemukan bahwa usaha besar lebih sering memilih utang jangka panjang (Nguyen dan Ramachandran, 2006). Ukuran perusahaan dapat dilihat dari jumlah karyawan yang dimiliki. Ukuran perusahaan diproksikan dengan logaritma natural (ln) jumlah karyawan (Nguyen dan Ramachandran, 2006), data terlampir dalam lembar kuesioner: Ukuran Perusahaan ln(jumlah karyawan) 7. Jaringan Disebabkan variabel jaringan berkaitan dengan perilaku perusahaan, maka data-data yang berkaitan dengan jaringan akan diteliti dengan menggunakan kuesioner, lima poin skala likert (Anderson, Basilevsky, dan Hum, 1983 dalam Nguyen dan Ramachandran, 2006). Kuesioner dilampirkan pada Lampiran 1 Pernyataan Struktur Modal Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai struktur modal. Struktur modal tersebut nantinya akan diproksikan dengan menggunakan perimbangan dari total hutang jangka panjang dengan total

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL UKM DI ITC MEGA GROSIR SURABAYA OLEH: JEANETTE SHELYTA BITIN

IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL UKM DI ITC MEGA GROSIR SURABAYA OLEH: JEANETTE SHELYTA BITIN IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR PENENTU STRUKTUR MODAL UKM DI ITC MEGA GROSIR SURABAYA OLEH: JEANETTE SHELYTA BITIN 3203009259 JURUSAN AKUNTANSI FAKULTAS BISNIS UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA 2013

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Struktur modal secara umum didefinisikan sebagai perbandingan antara ekuitas (pendanaan modal yang dimiliki perusahaan) dengan kewajiban (pendanaan dengan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan atau perbandingan antara jumlah hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Modal dan struktur modal perusahaan Modal (Munawir, 2001) adalah hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan dalam pos modal (modal saham), surplus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Struktur Modal Struktur modal adalah perimbangan antara total utang dan modal sendiri. Menurut Sartono (2001) yang dimaksud dengan struktur modal merupakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Pasar Modal Pasar modal merupakan kegiatan yang berhubungan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan, maupun sumber daya manusianya. Merupakan tantangan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan dunia bisnis saat ini telah menciptakan suatu kondisi persaingan yang ketat antar perusahaan. Hal tersebut menuntut perusahaan untuk dapat mengelola

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

BAB I PENDAHULUAN. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masalah klasik dalam urusan pengembangan setiap perusahaan adalah pendanaan. Tentunya hal ini tanpa mengurangi perhatian terhadap masalah-masalah lain yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan sektor perekonomian yang mendukung kelancaran aktivitas

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan sektor perekonomian yang mendukung kelancaran aktivitas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan sektor perekonomian yang mendukung kelancaran aktivitas ekonomi di Indonesia, khususnya sektor makanan dan minuman sangat menarik untuk di cermati

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 1. Modal Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tentu memerlukan modal, tersedianya modal yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori mengenai struktur modal yang diharapkan dapat menyelesaikan permasalahan yang ada dalam penelitian. Serta argumen yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumbersumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, keputusan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Trade-Off Theory Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan hutang sebanyak banyaknya. Suatu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. perbandingan antara modal asing (jangka panjang) dengan modal sendiri. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur Modal Salah satu isu penting yang di hadapi oleh manajer keuangan adalah Riyanto (2001) mengemukakan modal adalah perimbangan atau perbandingan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai

BAB I PENDAHULUAN. bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan perusahaan menjadi faktor yang sangat penting didalam kegiatan bisnis khususnya dalam bidang perekonomian. Tujuan perusahaan yakni mencapai laba

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 1 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis a. Struktur Modal Struktur modal sasaran adalah kombinasi antara utang saham preferen, dan saham ekuitas yang digunakan perusahaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Struktur modal Dasar struktur modal berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal secara teoritis didasarkan pada dua kerangka

Lebih terperinci

ANALISIS UNDERPR OLEH: YESIKA 3203009241 FAKULTAS BISNIS

ANALISIS UNDERPR OLEH: YESIKA 3203009241 FAKULTAS BISNIS ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI UNDERPR RICING PADA SAAT PENAWARAN UMUM SAHAM PERDANAA PERUSAHAAN SEKTOR KEUANGAN DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2003-2011 OLEH: YESIKA CANDRA YANI KOSASIH 3203009241

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal adalah pembiayaan permanen yang terdiri dari utang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham (Weston dan Copeland,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai

BAB I PENDAHULUAN. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendanaan adalah fondasi utama dalam dunia usaha dan perekonomian. Struktur pendanaan merupakan indikasi bagaimana perusahaan membiayai kegiatan operasionalnya atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. nilai perusahaan meningkat. Masalah struktur modal merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. nilai perusahaan meningkat. Masalah struktur modal merupakan masalah yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seseorang mendirikan perusahaan dengan tujuan untuk memakmurkan pemilik perusahaan atau pemegang saham. Tujuan ini dapat diwujudkan dengan memaksimumkan nilai perusahaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. beberapa kajian teori. Teori teori struktur modal bertujuan sebagai landasan 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA Penelitian ini tentang pengaruh profitabilitas, ukuran perusahaan, pertumbuhan penjualan dan struktur aktiva terhadap struktur modal perusahaan Property and Real Estate yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat sekarang ini banyak perusahaanperusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat sekarang ini banyak perusahaanperusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk mengantisipasi persaingan yang semakin ketat sekarang ini banyak perusahaanperusahaan baik kecil maupun besar melakukan pengembangan terhadap perusahaannya.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Profitabilitas Profitabilitas (profitability) adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba melalui operasional usahanya dengan menggunakan dana aset yang dimiliki oleh perusahaan.

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ANDALAS SKRIPSI ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR (Studi Empiris pada Perusahaan Manufaktur Jenis Foods and Beverages yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori a. Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan campuran sumber sumber dana jangka panjang yang digunakan perusahaan (Keown 2010), sedangkan menurut Riyanto

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian terdahulu Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan topik pengaruh struktur aktiva, profitabilitas, ukuran, dan pertumbuhan perusahaan terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi perusahaan karena modal merupakan salah satu dari faktor penggerak dalam perusahaan untuk menjalankan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan masalah penelitian serta perumusan hipotesis. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Landasan teori ini menjabarkan teori-teori yang mendukung hipotesis serta sangat berguna dalam analisis hasil penelitian. Landasan teori berisi pemaparan teori

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Struktur modal perusahaan terdiri dari kombinasi hutang dan ekuitas. Untuk menguji isu-isu tersebut, banyak teori telah dikembangkan dalam literatur dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan yang didirikan pasti memiliki tujuan untuk meningkatkan aktivitas maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu entitas yang tujuan utamanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perusahaan merupakan suatu entitas yang tujuan utamanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan merupakan suatu entitas yang tujuan utamanya menghasilkan keuntungan dimasa yang akan datang. Perusahaan dituntut tidak hanya menghasilkan produk yang berkualitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas antar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas antar BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Era globalisasi membuka peluang interaksi dan komunikasi tanpa batas antar Negara. Indonesia yang termasuk dalam anggota Negara ASEAN, mulai tahun 2015

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

BAB I PENDAHULUAN. pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkembangan dan perluasan industri pada umumnya membutuhkan sumber-sumber pendanaan yang merupakan faktor utama yang harus diperhatikan. Bagi setiap perusahaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. modal perusahaan, investor tidak dapat dipisahkan dari informasi perusahaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan meningkatnya minat serta pengetahuan masyarakat di bidang pasar modal, terutama bagi para investor yang berminat menginvestasikan modalnya, struktur

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan (Rodoni dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan (Rodoni dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Struktur Modal Struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Hasa, 2008) (Lusiana, 2006) (Meyulinda dan Yusfarita, 2010) Weston and Copeland (2010:19)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Hasa, 2008) (Lusiana, 2006) (Meyulinda dan Yusfarita, 2010) Weston and Copeland (2010:19) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan harus bisa menjalankan dan mengelola fungsi-fungsi penting di dalam perusahaan dan mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan keadaan yang sedang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tersedia bagi pemegang saham (Sartono, 2012:263). Setiap keputusan pendanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Financial Leverage Financial Leverage adalah penggunanaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif 9 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Kebijakan Hutang Dalam mendanai kegiatan operasionalnya, perusahaan memiliki dua alternatif pendanaan yaitu pendanaan internal dan pendanaan eksternal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di era globalisasi ini perkembangan perusahaan semakin lama semakin pesat. Banyaknya perusahaan yang bersaing untuk dapat berkembang di masing-masing usaha yang mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat,

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dalam dunia bisnis dan ekonomi yang pesat, menyebabkan perusahaan dalam berbagai sektor industri di Indonesia berlomba-lomba meningkatkan nilai

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Menurut Harjito dan Martono (2013:256) struktur modal (capital structure) adalah perbandingan atau imbangan pendanaan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penelitian Terdahulu Penelitian ini pada dasarnya mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Januarino Aditya (2006) dengan judul Studi Empiris Faktor-faktor yang Mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Packing Order Theory Pecking Order Theory menurut Myers (1984), menyatakan bahwa perusahaan lebih menyukai internal financing yaitu perusahaan lebih cenderung

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Struktur Modal Struktur modal berkaitan dengan pembelanjaan jangka panjang suatu perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal merupakan perimbangan antara penggunaan modal pinjaman yang terdiri dari: utang jangka pendek yang bersifat permanen, utang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang tersedia bagi pemegang saham (Sartono:2001). Setiap keputusan pendanaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Financial Leverage Financial Leverage adalah penggunanaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan harapan bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar daripada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era ekonomi global yang semakin maju saat ini, akan menimbulkan persaingan usaha yang sangat ketat. Hal ini akan mendorong manajer perusahaan meningkatkan produktivitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ekonomi global yang terus maju pada saat ini, dapat menimbulkan persaingan bisnis yang sangat ketat. Setiap perusahaan memerlukan investasi besar dengan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Myes dan Majluf Disebut sebagai pecking order theory karena teori ini BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pecking Order Theory Pecking order theory adalah teori struktur modal yang di rumuskan oleh Myes dan Majluf 1984. Disebut sebagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dalam suatu proses pengambilan keputusan pendanaan, seorang manajer keuangan harus mempertimbangkan sifat dan biaya dari sumber pendanaan yang akan dipilih.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan proporsi penggunaan sumber dana internal yang didapat dari

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan proporsi penggunaan sumber dana internal yang didapat dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keputusan penting yang dihadapi oleh seorang manajer (keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan atau BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal (capital structure) didefinisikan sebagai pembelanjaan permanen yang mencerminkan pertimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini dunia usaha sangat tergantung sekali dengan masalah pendanaan, beberapa pakar sepakat bahwa untuk keluar dari krisis ekonomi ini sektor riil harus digerakkan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 10 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal 1. Pengertian Modal Perusahaan membutuhkan modal untuk menjalankan aktivitasnya. Modal merupakan faktor yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung

I. PENDAHULUAN. keputusan pendanaan yang mampu meminimalkan biaya modal yang harus ditanggung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu keputusan penting yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan atau keputusan struktur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. pembaca dalam memahami maksud dari variabel-variabel yang akan diteliti. BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis Guna memudahkan pemahaman atas bahasan mengenai penelitian ini, maka diperlukan tinjauan teoretis. Hal tersebut perlu untuk meningkatkan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. baik mengunakan hutang (debt financing) ataupun dengan mengeluarkan saham

BAB 1 PENDAHULUAN. baik mengunakan hutang (debt financing) ataupun dengan mengeluarkan saham 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat ini dunia perekonomian semakin maju. Hal itu berdampak pada semakin ketatnya persaingan di dunia bisnis. Perusahaan besar maupun perusahaan kecil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengembangan perusahaan dalam upaya untuk mengantisipasi persaingan yang semakin tajam dalam pasar yang semakin global seperti sekarang ini akan selalu dilakukan baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kajian Teoritis 1. Struktur Modal Struktur modal pada dasarnya berkaitan dengan sumber dana, baik itu sumber internal maupun sumber eksternal. Sumber dana internal berasal dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang mendasari dilakukannya penelitian ini antara lain : 1. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Yuliati (2010) tentang Pengujian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan dalam era globalisasi saat ini menuntut setiap

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya persaingan dalam era globalisasi saat ini menuntut setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Meningkatnya persaingan dalam era globalisasi saat ini menuntut setiap perusahaan untuk mampu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi dan menuntut setiap perusahaan

Lebih terperinci

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 21 BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Pengertian Struktur Modal Husnan (2000:275) mendefinisikan struktur modal sebagai perbandingan antara sumber jangka panjang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan penelitian saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dalam melakukan penelitian saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian terdahulu adalah penelitian sebelumnya yang menjadi referensi dalam melakukan penelitian saat ini. Beberapa penelitian terdahulu yang dijadikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA

BAB I PENDAHULUAN. peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asean Free Trade Area (AFTA) 2015 telah berlangsung. Banyak tantangan dan peluang yang akan dihadapi oleh Indonesia dengan adanya AFTA. AFTA merupakan kerja sama antara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1. Modal Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari itemitem yang ada disisi kanan suatu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal BAB II KAJIAN TEORI A. Landasan Teori 1. Pengertian Modal dan Strukur Modal a. Pengertian Modal Menurut Munawir (2001) dalam Prabansari dan Kusuma (2005), modal adalah hak atau bagian yang dimiliki perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja

BAB I PENDAHULUAN. struktur modal perusahaan yang akhirnya akan mempengaruhi suatu kinerja 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap perusahaan, keputusan dalam pemilihan sumber dana merupakan hal yang penting karena hal tersebut akan berpengaruh terhadap struktur modal perusahaan yang

Lebih terperinci

perusahaan yaitu dari hutang (pinjaman) dan modal sendiri.

perusahaan yaitu dari hutang (pinjaman) dan modal sendiri. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah perusahaan selalu membutuhkan modal baik untuk pembukaan bisnisnya maupun pengembangan usahanya. Untuk dapat memenuhi pembiayaan dalam kegiatan tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan

BAB I PENDAHULUAN. penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Salah satu masalah dalam kebijaksanaan keuangan dalam perusahaan adalah masalah struktur modal. Masalah struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Dalam dunia usaha untuk meningkatkan kegiatan usaha pemilik usaha selalu dihadapkan dengan suatu masalah. Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dikaitkan dengan pembiayaan hutang dan ekuitas. Keputusan dalam

BAB I PENDAHULUAN. yang dikaitkan dengan pembiayaan hutang dan ekuitas. Keputusan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam aktivitas suatu perusahaan, sumber pendanan menjadi sesuatu yang vital. Ada banyak teori yang digunakan untuk menjelaskan variasi model rasio hutang di perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini keberlangsungan perusahaan-perusahaan di Indonesia terlihat tidak menentu dikarenakan kondisi ekonomi global cenderung tidak stabil. Apalagi

Lebih terperinci

BAB I. Pendahuluan. perusahaan Indonesia mulai menunjukkan perbaikan dilihat dari nilai indek

BAB I. Pendahuluan. perusahaan Indonesia mulai menunjukkan perbaikan dilihat dari nilai indek BAB I Pendahuluan 1.1. Latar belakang masalah Krisis yang terjadi di Indonesia tahun 1999 dan 2008 memberikan dampak langsung terhadap kinerja perusahaan. Perusahaan Indonesia mengalami kerugian dan kekurangan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Teori Struktur Modal Berbagai macam teori mengenai struktur modal sudah ada sejak lama dan muncul dari berbagai sudut pandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun demikian banyak hambatan yang

BAB I PENDAHULUAN. merangsang pertumbuhan ekonomi. Namun demikian banyak hambatan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi perekonomian saat ini ternyata sangat tergantung dengan masalah pendanaan, apalagi pada perusahaan yang sedang tumbuh senantiasa berhadapan dengan persoalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. Miftahurrohman (2014), tujuan utama dari sebuah perusahaan adalah untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perusahaan adalah suatu organisasi yang mengkombinasikan dan mengorganisasikan berbagai sumber daya dengan tujuan untuk memproduksi barang atau jasa untuk dijual.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berjudul Factors Determining the Capital Structure of Pharmaceutical BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pendanaan telah dilakakukan oleh: 1. T Mallikarjunappa dan Carmelita Goveas (2007) telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh laba atau keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara. menghasilkan barang atau jasa tersebut.

BAB 1 PENDAHULUAN. memperoleh laba atau keuntungan. Laba (profit) adalah selisih antara. menghasilkan barang atau jasa tersebut. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan bisnis dan ekonomi menyebabkan perusahaan dalam berbagai sektor di Indonesia ingin meningkatkan laba perusahaan. Perusahaan adalah suatu organisasi dimana

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pajak Penghasilan (PPh) mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan bernegara, khususnya di dalam pelaksanaan pembangunan karena pajak merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat menjawab

BAB I PENDAHULUAN. penyesuaian terutama dalam hal kebijakan agar perusahaan dapat menjawab BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan kondisi perekonomian global yang semakin pesat merupakan suatu tantangan sekaligus peluang bagi perusahaan untuk selalu melakukan penyesuaian terutama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. persaingan yang dihadapi. Meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dapat

BAB I PENDAHULUAN UKDW. persaingan yang dihadapi. Meningkatkan nilai perusahaan salah satunya dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi saat ini, setiap perusahaan dituntut untuk dapat melakukan fungsi-fungsi penting yang ada dalam perusahaan secara efektif dan efisien sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar. Bagi perusahaan, modal merupakan salah satu faktor penunjang yang

BAB I PENDAHULUAN. besar. Bagi perusahaan, modal merupakan salah satu faktor penunjang yang BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam menjalankan usahanya, perusahaan tidak dapat dipisahkan dari masalah permodalan. Modal sangat diperlukan bagi kelancaran operasi serta kegiatan perusahaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasio utang pada masing-masing perusahaan. Teori tersebut menyatakan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. rasio utang pada masing-masing perusahaan. Teori tersebut menyatakan bahwa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sumber pendanaan merupakan hal yang penting dalam mendukung operasi perusahaan. Sejumlah teori telah dikembangkan untuk menjelaskan variasi rasio utang pada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan teori 1. Variabel Fundamental Menurut Jogiyanto (2009), analisis fundamental atau analisis perusahaan merupakan analisis untuk menghitung nilai intrinsik dengan menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Keputusan finansial merupakan hal yang sangat penting bagi suatu perusahaan dan menjadi pusat perhatian stakeholders. Keputusan finansial yang diambil oleh manajer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar negara untuk memenangkan pasar perdagangan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Persaingan antar negara untuk memenangkan pasar perdagangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Persaingan antar negara untuk memenangkan pasar perdagangan dan investasi semakin ketat. Hal tersebut ditandai dengan banyaknya investor asing yang menanamkan dana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Tujuan utama dari setiap perusahaan adalah meningkatkan nilai perusahaannya dengan meningkatkan kemakmuran pemegang saham atau pemiliknya. Diperlukan tujuan dan strategi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Struktur Modal 2.1.1.1 Pengertian Struktur Modal Struktur modal merupakan suatu pilihan pendanaan perusahaan antar hutang dan ekuitas (Theresia,2007).

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Kepemilikan Teori keagenan yang dikembangkan Jensen dan Meckling (1976) mengkategorikan pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan, yaitu manajer, pemegang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10).

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham (Sawir, 2009:10). BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1. Tinjauan Teoretis 2.1.1 Struktur Modal Struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur modal yang optimal merupakan keputusan keuangan yang penting karena mempengaruhi kinerja dan nilai

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur modal yang optimal merupakan keputusan keuangan yang penting karena mempengaruhi kinerja dan nilai 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Struktur modal yang optimal merupakan keputusan keuangan yang penting karena mempengaruhi kinerja dan nilai sebuah. Kinerja yang bagus berdampak pada harga saham

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal, struktur modal telah menjadi salah satu faktor

BAB I PENDAHULUAN. berinvestasi di pasar modal, struktur modal telah menjadi salah satu faktor BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan meningkatnya minat serta pengetahuan masyarakat untuk berinvestasi di pasar modal, struktur modal telah menjadi salah satu faktor pertimbangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang 11 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Penelitian Terdahulu Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti variabel-variabel yang mempengaruhi struktur modal yang digunakan peneliti sebagai acuan dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 23 BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2. TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS 2.1 Tinjauan Teoretis 2.1.1 Teori Asimetri Informasi Teori asimetri informasi atau ketidaksamaan informasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teoritis 1. Pertumbuhan Perusahaan Tingkat pertumbuhan perusahaan akan menunjukkan sampai seberapa besar perusahaan akan menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya.

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PHARMACEUTICALS YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI. Diajukan Oleh : ZAINUL ARIFIN / FE / EM

ANALISIS STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PHARMACEUTICALS YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI. Diajukan Oleh : ZAINUL ARIFIN / FE / EM ANALISIS STRUKTUR MODAL PERUSAHAAN PHARMACEUTICALS YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI Diajukan Oleh : ZAINUL ARIFIN 0912010042 / FE / EM FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 8 BAB II LANDASAN TEORI A. Struktur Modal 1. Definisi Struktur Modal Menurut Bambang (2008:22), Struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang dengan modal sendiri.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pengertian struktur modal Menurut Weston dan Copeland (1992 dalam Saidi, 2004), memberikan definisi struktur modal

Lebih terperinci