Faktor Penyebab Dan Dampak Perselingkuhan Dalam Pernikahan Jarak Jauh

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Faktor Penyebab Dan Dampak Perselingkuhan Dalam Pernikahan Jarak Jauh"

Transkripsi

1 Faktor Penyebab Dan Dampak Perselingkuhan Dalam Pernikahan Jarak Jauh Devi Khairatul Jannah Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan Abstrak Pernikahan jarak jauh dapat menjadi penyebab tidak terpenuhinya kebutuhan karena intensitas kebersamaan menjadi berkurang. Tidak terpenuhinya kebutuhan dalam pernikahan akan mengakibatkan individu mencari pemenuhan kebutuhan tersebut di luar pernikahan melalui perselingkuhan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab serta dampak perselingkuhan dalam pernikahan jarak jauh. Subjek penelitian adalah seorang wanita yang melakukan perselingkuhan ketika berstatus menikah dan tinggal terpisah jauh dari suami. Metode penelitian yang dilakukan adalah kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara semi terstruktur. Pencapaian kredibilitas penelitian dilakukan dengan teknik triangulasi sumber melalui wawancara dengan significant person dan membandingkan kedua data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perselingkuhan yang dilakukan disebabkan oleh jarak yang jauh antara subjek dengan suami. Jauhnya jarak menjadikan beberapa kebutuhan tidak terpenuhi serta adanya kondisi lain yang menyebabkan subjek melakukan perselingkuhan. Kondisi tersebut diantaranya kebutuhan seksual, pengakuan dan perhatian, masalah yang belum terselesaikan, belum bisa meninggalkan masa muda serta pandangan yang permisif terhadap perselingkuhan. Pola perselingkuhan yang dilakukan adalah tipe serial affair dimana subjek menjalin hubungan berkali-kali dengan orang yang berbeda dalam waktu yang singkat. Adapun dampak dari perselingkuhan yang dilakukan adalah munculnya rasa cemas ketika melakukan perselingkuhan, munculnya niat dari suami untuk melakukan perceraian, serta adanya tindak kekerasan dari suami terhadap subjek. Kata kunci : pernikahan jarak jauh, perselingkuhan

2 Abstract Long distance marriage can be a cause of unfulfilled needs due to a reduced intensity of togetherness. Unmet needs in marriage will lead people to look for fulfillment outside the marriage through infidelity. This study aims to find out the causes and effects of infidelity in long distance marriage.subject of this study was a woman involving in infidelity while married and living apart from her husband. Research methode is qualitative with case study approach. Data is collected by semi-structured interviews. Credibility of the research carried out by triangulation technique through interview with significant person and comparing both of data.the results showed that the affair is committed due to the distance between subject and her husband. The long distance makes some unmet needs as well as any other conditions that cause the subject involve in infidelity. These conditions include sexual needs, needs of recognition and attention, unresolved conflict, can not leave the youth and a permissive value related to infidelity. The pattern of infidelity is serial affair where the subject is in a relationship for many times with different people for a short time. The impact of infidelity are the emergence of anxiety, the rise of willingness to carry out a divorce from her husband, and the husband's violence towards the subject. Keywords: Long distance marriage, infidelity

3 PENDAHULUAN Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan individu lainnya. Manifestasi dari sifat manusia sebagai makhluk sosial menjadikan manusia senantiasa membutuhkan orang lain, saling bersosialisasi, bertukar berbagai macam hal, hingga meneruskan keturunan. Hal ini merupakan wujud dari dorongan kebutuhan dasar manusia untuk dicintai dan dimiliki. Maslow (Feist & Feist, 2008) menjelaskan bahwa kebutuhan manusia untuk dicintai dan dimiliki terwujud dalam beberapa hal, seperti dorongan untuk bersahabat, keinginan memiliki pasangan dan keturunan, dan kebutuhan untuk melekat pada sebuah keluarga, lingkungan bertetangga atau berbangsa. Maslow (Feist & Feist, 2008) lebih lanjut menjelaskan bahwa kebutuhan ini juga mencakup sejumlah aspek hubungan seksual dan hubungan interpersonal, seperti kebutuhan untuk memberi dan menerima cinta. Kebutuhan-kebutuhan manusia untuk memberi dan menerima cinta, memiliki pasangan dan keturunan, serta kelekatan pada sebuah keluarga dapat ditempuh melalui proses pernikahan. Pernikahan merupakan suatu kebutuhan individu dewasa untuk mencapai berbagai macam tujuan. Tujuan pernikahan diantaranya adalah mendapatkan keturunan, menyatukan dua keluarga, serta memenuhi kebutuhan biologis pelaku pernikahan yang bersangkutan. Herning (Aqmalia & Fakhrurrozi, 2009) menjelaskan bahwa pernikahan merupakan suatu ikatan antara pria dan wanita yang kurang lebih permanen, ditentukan oleh kebudayaan dengan tujuan mendapatkan kebahagiaan. Setiap orang yang memasuki hubungan pernikahan memiliki harapan masing-masing dalam pernikahannya. Individu berharap dapat memenuhi harapan-harapan tersebut melalui pernikahan yang dijalani. Keterpenuhan harapan dan kebutuhan dalam pernikahan menjadi sebuah standar untuk menilai tingkat kualitas hubungan pernikahan tersebut. Individu yang merasa kualitas pernikahannya sesuai dengan harapannya, akan merasakan kepuasan dalam pernikahan. Sebaliknya individu yang merasa kualitas pernikahannya belum sesuai dengan harapannya, cenderung tidak merasakan kepuasan dalam pernikahan. Salah satu karakteristik kepuasan pernikahan menurut Klagsburg (Aqmalia & Fakhrurrozi, 2009) adalah menikmati kebersamaan dengan pasangan. Karakteristik ini dapat terpenuhi ketika individu tinggal bersama dan menghabiskan waktu dengan pasangan. Dalam beberapa pernikahan, hal ini tidak dapat terpenuhi ketika individu tinggal terpisah dalam jarak yang jauh dengan pasangan. Hal ini menjadi salah satu penyebab kurangnya kepuasan dalam pernikahan karena kurangnya intensitas untuk memiliki waktu bersama serta kurang kedekatan. Kepuasan pernikahan berkaitan dengan perasaan bahagia yang dirasakan oleh kedua individu dari pernikahan yang dijalani. Individu yang tidak merasakan kepuasan dalam pernikahan akan berupaya mencari kepuasan di luar pernikahannya. Liu (Olson, dkk, 2002) mengemukakan hasil penelitian yang telah menemukan bahwa orang-orang dengan jenis pekerjaan yang berada di luar rumah, jarang menghadiri kegiatan di tempat ibadah, serta orang-orang dengan

4 kepuasan pernikahan yang rendah, adalah orang-orang yang beresiko untuk berselingkuh. Perselingkuhan dalam rumah tangga menimbulkan dampak terhadap rumah tangga pelaku perselingkuhan sendiri. Dampak terhadap rumah tangga diantaranya kurangnya kepercayaan dari anggota keluarga kepada pihak yang melakukan perselingkuhan serta kehilangan keharmonisan. Hilangnya keharmonisan dalam rumah tangga pada akhirnya dapat berakibat pada perceraian. Amato & Rogers (Sori, 2007) mengatakan bahwa perselingkuhan merupakan penyebab yang paling banyak terdaftar sebagai penyebab perceraian. Studi yang dilakukan Amato dan Rogers terhadap lebih dari orang yang telah menikah di Amerika untuk menguji pengaruh berbagai masalah dalam pernikahan terhadap perceraian, ditemukan bahwa hubungan seks di luar nikah memberikan dampak pada perceraian dua kali lebih besar dari masalah lainnya (Olson, dkk 2002). Perselingkuhan terjadi disebabkan oleh berbagai macam faktor dan faktorfaktor tersebut berbeda pada setiap orang. Dampak yang ditimbulkan dari perselingkuhan juga berbeda antara satu orang dengan yang lain. Nilakusmawati & Srinadi (2007), dalam penelitiannya menjelaskan bahwa perselingkuhan juga menyebabkan hilangnya ketenteraman dalam rumah tangga. Ketenteraman yang dimaksud adalah hilangnya keharmonisan, kurangnya perhatian, serta terganggunya perkembangan jiwa anak. Mengingat besarnya dampak yang diakibatkan perselingkuhan serta banyaknya angka perselingkuhan yang terjadi, maka faktor-faktor penyebab serta dampak perselingkuhan merupakan hal yang menarik untuk ditelaah lebih lanjut. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi penyebab perselingkuhan serta dampak perselingkuhan tersebut pada pernikahan jarak jauh. Dengan mengetahui faktor penyebab perselingkuhan diharapkan dapat menjadi pelajaran bagi semua kalangan untuk dapat menghindari perselingkuhan sehingga diharapkan pula dapat mencegah permasalahan sosial lainnya yang bermula dari permasalahan dalam rumah tangga. Pernikahan. Hawari (Aqmalia & Fakhrurrozi, 2009) mengatakan, pernikahan adalah suatu ikatan antara pria dan wanita dewasa yang berdasarkan hukum, adat-istiadat, agama atau Undang-Undang. Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 pengertian pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. Olson & Defrain (2006) mendefinisikan pernikahan sebagai komitmen yang legal antara dua orang untuk berbagi kedekatan fisik dan emosional, berbagai macam tugas, serta sumber perekonomian. Popenoe (Amato, dkk, 2009) berpendapat bahwa secara tradisional, pernikahan dianggap sebagai kewajiban sosial, lembaga yang dirancang khususnya demi keamanan ekonomi dan penghasilan. Dewasa ini pernikahan dianggap sebagai jalan untuk menuju pemenuhan diri. Pernikahan bukan lagi berupa seperangkat norma dan kewajiban sosial yang harus ditegakkan secara luas, tetapi merupakan hubungan sukarela dimana individu bisa menjalankan dan menghentikan sesuai keinginan. Setelah menikah, pasangan tidak hanya

5 diharapkan menyesuaikan dengan standar perilaku tradisional, namun juga diharapkan untuk mengorbankan kepentingan pribadi, apabila perlu, demi pernikahan. Pasangan baru (new couple) adalah fase kedua dari siklus kehidupan keluarga, dimana dua individu dari dua keluarga yang berbeda bersatu untuk membentuk satu sistem keluarga yang baru. Fase ini tidak hanya melibatkan pembangunan satu sistem pernikahan baru, tetapi juga penyusunan kembali hubungan dengan keluarga jauh dan teman-teman untuk melibatkan pasangan. Pernikahan biasanya digambarkan sebagai bersatunya dua individu, tetapi pada kenyataannya adalah persatuan dua sistem keluarga secara keseluruhan dan pembangunan sebuah sistem ketiga yang baru (Santrock, 2002). Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa pengertian pernikahan adalah suatu ikatan yang sah berdasar hukum agama dan Undang-Undang yang menyatukan dua individu untuk berbagi kedekatan fisik dan emosional, berbagai macam tugas, serta sumber perekonomian dalam rangka mencapai kebahagiaan. Pernikahan jarak jauh adalah pernikahan dimana pasangan tinggal terpisah satu sama lain dalam jarak yang jauh. Alasan-Alasan untuk Menikah. Beberapa alasan individu untuk menikah seperti yang dijelaskan oleh Olson & Defrain (2006) diantaranya: a. Saling Melengkapi. Berbagi hidup dengan individu lainnya adalah alasan umum mengapa orang menikah. Saling melengkapi memungkinkan pasangan untuk berbagi perjalanan hidup. Meski beberapa orang percaya bahwa pernikahan dapat mengakhiri kesendirian, hal itu hanya akan terwujud apabila kedua belah pihak merasa nyaman dengan diri mereka sendiri. b. Cinta dan Keintiman. Kebutuhan akan cinta dan keintiman berkaitan dengan kebutuhan untuk saling melengkapi. Kebutuhan akan cinta dan keintiman dapat terpenuhi melalui pernikahan. c. Pasangan yang Suportif. Pernikahan memberikan kesempatan untuk berkembang sebagai manusia secara alami dan untuk merawat perkembangan pasangan. Pernikahan tidak bisa bertahan apabila individu hanya memikirkan perkembangan, kebutuhan karir, atau kebutuhan akan pengakuan bagi dirinya sendiri. Namun saling berbagi kesuksesan dan saling mendukung untuk kebaikan dan pencapaian akan menstabilkan suatu hubungan. d. Pasangan Seksual. Pernikahan disebut sebagai sumber kepuasan seksual yang stabil bagi pasangan menikah. Pernikahan sering dilihat sebagai jalan untuk legitimasi perilaku seksual seseorang. e. Menjadi Orangtua. Salah satu alasan klasik untuk menikah adalah untuk memiliki anak. Sebagian orang tua beranggapan bahwa memiliki anak merupakan suatu tugas yang menantang, membuat frustrasi, dan pada saat yang sama sangat menyenangkan. Perselingkuhan. Menurut kamus besar Bahasa Indonesia Edisi kedua tahun 1991, selingkuh adalah tidak berterus terang; tidak jujur; suka menyembunyikan sesuatu untuk kepentingan sendiri; curang; serong. Perselingkuhan dalam bahasa Inggris disebut dengan affair. Dalam kamus Oxford Learner s Pocket Dictionary, affair diartikan: Sexual relationship between two people, when one of them is married to somebody else. Secara umum dapat diterjemahkan bahwa

6 perselingkuhan adalah hubungan seksual antara dua orang dimana salah satunya telah menikah dengan orang lain. Perselingkuhan merupakan hubungan antara seseorang yang sudah menikah dengan orang lain yang bukan merupakan suami/istri yang sah. Hubungan tersebut dapat terbatas pada hubungan emosional yang sangat dekat atau juga melibatkan hubungan seksual. Glass & Staeheli serta Subotnik & Harris (Ginanjar, 2009) mengemukakan bahwa terdapat 3 komponen dari perselingkuhan emosional, yaitu keintiman emosional, kerahasiaan, dan sexual chemistry. Jadi walaupun hubungan yang terjalin tidak diwarnai oleh hubungan seks, namun tetap membahayakan keutuhan perkawinan karena hubungan ini dapat menjadi lebih penting daripada perkawinan itu sendiri. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa perselingkuhan adalah merupakan suatu hubungan emosional maupun seksual pada orang yang sudah menikah dengan orang lain di luar pernikahannya. Tipe-Tipe Perselingkuhan. Subotrik & Harris (Ginanjar, 2009) mengemukakan beberapa bentuk perselingkuhan sebagai berikut: a. Serial Affair. Tipe perselingkuhan ini paling sedikit melibatkan keintiman emosional tetapi terjadi berkali-kali. Hubungan yang terbentuk dapat berupa perselingkuhan semalam atau sejumlah affair yang berlangsung cukup lama. Dalam serial affair tidak terdapat keterlibatan emosional, hubungan yang dijalin hanya untuk memperolah kenikmatan atau petualangan sesaat. Inti dari perselingkuhan ini adalah untuk mendapatkan seks dan gairah. Ada sensasi perselingkuhan yang membuat pelakunya ketagihan karena tidak pernah lagi merasakannya dalam pernikahan yang penuh dengan rutinitas dan tanggung jawab. Walaupun tidak melibatkan keterlibatan emosional yang mendalam antara pasangan dan kekasih-kekasihnya, namun tidak berarti perselingkuhan ini tidak membahayakan. Tidak adanya komitmen dengan pasangan-pasangan selingkuh menunjukkan juga tidak adanya komitmen terhadap perkawinan. Hubungan dengan pasangan yang berganti-ganti juga berbahaya karena resiko penularan penyakit menular seksual. b. Flings. Mirip dengan serial affair, flings juga ditandai oleh minimnya keterlibatan emosional. Hubungan yang terjadi dapat berupa perselingkuhan satu malam atau hubungan yang terjadi selama beberapa bulan, tetapi hanya terjadi satu kali saja. Dibandingkan dengan tipe perselingkuhan yang lain, flings termasuk yang paling tidak serius dampaknya. c. Romantic Love Affair. Perselingkuhan tipe ini melibatkan hubungan emosional yang mendalam. Pihak yang berselingkuh merasa jatuh cinta lagi dan menemukan hubungan yang lebih memuaskan dengan pasangan selingkuh secara fisik dan emosional. Hubungan yang terjalin menjadi amat penting dalam keseluruhan kehidupan pasangan. Seringkali pasangan berpikir untuk melepaskan perkawinan dan menikahi kekasihnya. Bila perceraian tidak memungkinkan, perselingkuhan tersebut dapat berlangsung jangka panjang secara rahasia. d. Long Term Affair. Perselingkuhan jangka panjang merupakan hubungan yang menyangkut keterlibatan emosional paling mendalam. Hubungan dapat berlangsung bertahun-tahun dan bahkan sepanjang kehidupan perkawinan. Ada

7 banyak pasangan yang merasa memiliki hubungan lebih baik dengan pasangan selingkuhnya daripada dengan suami atau istri. Karena perselingkuhan sudah berlangsung lama, tidak jarang hubungan ini juga diketahui oleh istri dan bahkan pihak keluarga. Pada sejumlah pasangan tertentu, seolah ada perjanjian tidak tertulis bahwa perselingkuhan boleh terus berjalan asalkan suami tetap memberikan kehidupan yang layak bagi istri dan anak-anak. Faktor Penyebab Perselingkuhan. Faktor-faktor penyebab terjadinya tindakan selingkuh dirangkum oleh Harley (Suciptawati & Susilawati, 2005) sebagai tidak bertemunya kebutuhan suami dan istri dalam rumah tangga. Harley (Suciptawati & Susilawati, 2005) menguraikan daftar lima kebutuhan utama pria dan wanita sebagai berikut: kebutuhan istri meliputi kebutuhan akan kasih sayang (affection), percakapan (conversation), ketulusan dan keterbukaan (honesty and openness), komitmen finansial (financial commitment) dan komitmen keluarga (family commitment). Sedangkan kebutuhan suami meliputi kebutuhan seksual (sexual fulfillment), kebersamaan dalam rekreasi (recreational companionship), memiliki pasangan yang menarik (an attractive spouse), dukungan dalam rumah tangga (domestic support) dan kekaguman (admiration). Menurut hasil penelitian survey yang dilakukan Suciptawati & Susilawati (2005), faktor dominan penyebab munculnya perselingkuhan adalah karena tidak bisa menguasai diri dan ingin mencari selingan, kurangnya komunikasi, serta kurangnya perhatian pasangan terutama untuk kebutuhan batin. Sebagian besar responden menjawab setuju bahwa seseorang melakukan perselingkuhan karena kurangnya ketenteraman dalam rumah tangga pelaku selingkuh. Penyebab perselingkuhan sangat beragam dan biasanya tidak hanya disebabkan oleh satu hal saja. Ketidakpuasan dalam perkawinan merupakan kondisi yang umumnya menjadi penyebab terjadinya perselingkuhan, tetapi ada pula faktor-faktor lain di luar perkawinan yang mempengaruhi masuknya orang ketiga dalam perkawinan. Staheli (dalam Satiadarma, 2001) mengemukakan berbagai alasan yang dikemukakan sejumlah wanita yang berselingkuh tentang alasan perselingkuhan mereka, seperti meningkatnya rasa percaya diri ketika merasa diperhatikan pria, adanya keinginan akan pengalaman seksual yang lebih luas yang tidak dibatasi oleh hanya satu pasangan saja, suatu keinginan mencari kedekatan emosional yang mereka harapkan dapat mereka peroleh dari orang lain, mengusir rasa kesepian yang mereka alami, keinginan mendapatkan kasih sayang, serta kegairahan yang ditimbulkan dari suatu hubungan perselingkuhan yang membuat mereka merasa diri menjadi lebih muda, dimana hal ini juga merupakan upaya menyangkal proses penuaan yang mereka alami. Berdasarkan berbagai sumber yang dirangkum oleh Ginanjar (2009), ada sejumlah alasan terjadinya perselingkuhan: a. Kecemasan menghadapi masa transisi; seperti misalnya memiliki anak pertama, anak memasuki usia remaja, anak yang telah dewasa meninggalkan rumah, dan memasuki masa pension. b. Pasangan muda menimbulkan gairah baru sehingga menjadi semacam pelarian dari perkawinan yang tidak membahagiakan. c. Tidak tercapainya harapan-harapan dalam perkawinan dan ternyata diperoleh dari pasangan selingkuh.

8 d. Perasaan kesepian. e. Suami dan/atau istri memiliki ide tentang perkawinan dan cinta yang tidak realistis. Ketika perkawinan mulai bermasalah, pasangan menganggap bahwa cinta mereka sudah padam. f. Kebutuhan yang besar akan perhatian. g. Terbukanya kesempatan untuk melakukan perselingkuhan, yaitu kemudahan bertemu dengan lawan jenis di tempat kerja, tersedianya hotel dan apartemen untuk mengadakan pertemuan rahasia, dan berbagai sarana komunikasi yang mendukung perselingkuhan. h. Kebutuhan seks yang tidak terpenuhi dalam perkawinan. i. Ketidakhadiran pasangan, baik secara fisik maupun emosional, misalnya pada pasangan bekerja di kota yang berbeda, pasangan yang terlalu sibuk berkarir, dan pasangan yang sering bepergian dalam jangka waktu yang lama. j. Perselingkuhan yang sudah sering terjadi dalam keluarga besar, sehingga menyebabkan memudarnya nilai-nilai kesetiaan. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini ada satu orang. Karakteristik subjek penelitian adalah sebagai berikut: a. Pernah melakukan perselingkuhan pada saat menikah. b. Pernikahan yang dijalani adalah pernikahan dimana subjek tinggal terpisah jauh dari pasangan. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara semi terstruktur. Wawancara dilakukan terhadap subjek penelitian dan satu orang significant person. Analisis Data Pendekatan analisis data yang digunakan adalah menggunakan analisis isi (content analysis) dengan menggunakan teknik deskriptif naratif. Hasil wawancara diolah ke dalam verbatim dan kemudian dianalisis berdasarkan tema yang ditemukan. Hasil Hasil wawancara dari subjek dan significant person digunakan secara bersamaan untuk saling melengkapi. Hasil penelitian dijabarkan melalui beberapa tema yang sering muncul dalam wawancara untuk mempermudah mendapatkan gambarannya. Tema yang sering muncul diantaranya gambaran kehidupan pernikahan, masalah dalam pernikahan dan cara penyelesaiannya, alasan melakukan perselingkuhan, pola perselingkuhan, serta dampak perselingkuhan. a. Gambaran Kehidupan Pernikahan. Subjek merasakan hubungan yang lebih baik setelah pernikahan apabila dibandingkan dengan masa-masa pacaran. Hubungan subjek dengan suami berjalan baik dan saling menyayangi. Di awal

9 pernikahan, ada romantisme yang tergambar dari cerita subjek antara subjek dengan suami. Subjek juga memiliki persepsi yang baik tentang suami dimana subjek mengakui bahwa suaminya lebih baik dari pasangan selingkuh. Di pihak lain, suami juga menerima subjek dengan baik dan mencoba untuk selalu menyenangkan subjek. Subjek kurang menunjukan keakraban dengan suami ke lingkungan pertemanannya. Subjek terlihat malu untuk menunjukkan status pernikahan ketika berada di lingkungan pertemanan, yang diperlihatkan dengan cara menunjukkan kejengkelan terhadap suami. Hal ini disebabkan subjek tidak terlalu ingin menunjukkan status telah menikah, serta masih ingin menikmati masa muda tanpa beban pernikahan serta melakukan hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang yang belum menikah. Secara umum subjek merasa cocok dengan sifat-sifat suami. Subjek juga merasa suami lebih baik daripada pasangan selingkuh dan suami cukup memberikan perhatian meskipun subjek merasa suami kurang romantis. Menurut subjek, suami cukup memberikan kebebasan, namun suami terlihat belum memberi kebebasan sepenuhnya sehingga subjek dikontrol melalui sms. Kepuasan pernikahan belum tercapai karena subjek masih merasa belum bisa menjalankan peran sebagai istri yang ideal secara maksimal. Hal ini disebabkan karena subjek tinggal dalam jarak yang jauh dari suami. Selain itu, subjek juga masih ada kesibukan kuliah sehingga peran tersebut tidak bisa terjalankan dengan maksimal. b. Masalah dalam Pernikahan & Cara Penyelesaiannya. Subjek memiliki permasalahan ekonomi di dalam rumah tangga. Suami subjek sering memberikan uang kepada orang tua tanpa sepengetahuan subjek. Hal ini menjadi masalah karena subjek merasa belum mapan dalam masalah keuangan. Subjek juga merasa suami tidak terlalu memikirkan keluarga sendiri. Subjek merasa tidak dihargai sebagai istri karena suami tidak melibatkan istri dalam hal pengeluaran. Suami sering memberikan uang tanpa meminta izin kepada subjek. Subjek pada dasarnya bersedia membantu keuangan keluarga suami selama hal itu tidak berlebihan, karena subjek merasa rumah tangganya belum mapan. Permasalahan dalam rumah tangga subjek umumnya tidak melibatkan kekerasan fisik. Cara subjek dan suami mengungkapkan kekesalan atas permasalahan biasanya dengan marah atau saling diam. Penyelesaian masalah biasanya dilakukan dengan meminta maaf. Suami lebih sering mengalah namun terkadang keadaan membaik dengan sendirinya. Secara umum tidak ada langkah khusus dalam upaya penyelesaian masalah. c. Alasan Melakukan Perselingkuhan. Alasan melakukan perselingkuhan menurut subjek adalah karena suami membohongi subjek dengan memberikan uang kepada orang tuanya secara diam-diam. Subjek mencari pelarian ke laki-laki lain hanya ketika subjek merasa marah dengan suaminya. Menurut subjek, seorang pacar lebih bisa memberikan perhatian berupa kata-kata mesra daripada seorang teman. Menurut significant person, alasan subjek melakukan perselingkuhan adalah karena alasan ketertarikan seksual. Subjek menginginkan sesuatu yang lebih dari

10 apa yang selama ini didapat dari suami. Subjek dan suami tinggal berjauhan sehingga kebutuhan seksual tidak bisa terpenuhi dalam intensitas yang tinggi. Kebutuhan inilah yang mendorong subjek untuk melakukan perselingkuhan. Selain itu, ada kesempatan subjek untuk melakukan perselingkuhan di belakang suami karena jauhnya jarak subjek dengan suami yang menyebabkan suami tidak bisa mengawasi secara langsung. Subjek merasa memiliki beban karena menikah di usia muda. Hal ini dikuatkan oleh penjelasan significant person bahwa subjek belum bisa melepaskan masa muda yang hilang karena pernikahan, sehingga ingin bebas melakukan sesuatu yang dilakukan oleh orang yang belum menikah. Serta ingin membuktikan bahwa subjek masih diinginkan oleh banyak orang meskipun sudah menikah. Sehingga alasan subjek selingkuh bukan sebagai pelarian sesaat, melainkan suatu kebutuhan. Subjek juga memiliki kebutuhan untuk diakui dan diinginkan oleh orang lain. Hal ini dimungkinkan karena terkikisnya rasa percaya diri setelah menjalani pernikahan. Ada kemungkinan subjek menginginkan romantisme dari suatu hubungan karena suami tidak terlalu romantis. Subjek merasa pasangan selingkuh dapat memberikan perhatian yang berbeda dari suami. Perselingkuhan merupakan hal yang sudah pernah dilakukan subjek sejak sebelum menikah. Subjek pernah berselingkuh pada saat telah bertunangan dengan suaminya. Penyebab perselingkuhan dimungkinkan karena nilai yang diyakini subjek bahwa perselingkuhan bukan masalah besar. Subjek memiliki pandangan yang permisif terhadap perselingkuhan dan merasa tidak masalah melakukan hal itu karena menganggap hanya sebagai sampingan. Subjek juga selalu membutuhkan kedekatan dengan lawan jenis, sehingga ketika putus dengan pasangan yang satu, subjek akan mencari pasangan yang lain. Subjek sudah pernah melakukan hubungan seksual di luar pernikahan sejak sebelum menikah. Hal ini pernah dilakukan subjek dengan suami sebelum menikah. Sehingga kemungkinan subjek sudah terbiasa melakukan hubungan seksual di luar pernikahan seperti ini. d. Pola Perselingkuhan. Menurut subjek, perselingkuhan yang dilakukan hanya sebatas pacaran biasa dimana hanya melibatkan aktivitas seperti jalan-jalan, makan, dan berbincang. Subjek tidak memiliki harapan jangka panjang dari hubungan di luar pernikahannya karena tidak menjadi hubungan yang serius dan hanya sebagai pelarian. Menurut significant person, perselingkuhan subjek tidak melibatkan perasaan. Hubungan yang dijalani subjek merupakan hubungan yang tidak serius dan hanya terjalin selama beberapa bulan. Namun, menurut significant person, perselingkuhan subjek sudah sampai pada tahap keterlibatan aktivitas seksual. Menurut significant person, subjek melakukan perselingkuhan seperti sedang bermain, dimana hal itu disadari subjek bukan untuk waktu yang lama. Subjek pada akhirnya akan kembali kepada suami sebagai tujuan akhir. Subjek tidak berniat untuk mengacaukan rumah tangganya sehingga berusaha agar suaminya tidak mengetahui perselingkuhannya. Hal ini juga yang menjadikan subjek merasa tidak masalah karena meyakini pada akhirnya tetap akan kembali kepada suami sebagai tujuan utama. Subjek juga berusaha menjaga rahasia

11 perselingkuhan agar hubungan dengan suami tetap baik karena subjek pada dasarnya tidak berniat merusak pernikahannya. Subjek memisahkan status menikah dari sisi kehidupan lainnya dan sebaliknya. Hal ini dikarenakan subjek jauh dari suami, sehingga kehidupan subjek memiliki bagian yang terpisah satu sama lain. Subjek akan berperan sebagai istri ketika bersama suami, namun ketika tidak bersama suami subjek akan berperan sebagai individu yang seolah-olah belum menikah. e. Dampak Perselingkuhan. Subjek merasakan kecemasan dan ketakutan ketika melakukan perselingkuhan. Rasa takut yang dialami subjek bukan karena merasa bersalah, namun lebih pada perasaan ketakutan apabila hal tersebut diketahui oleh suami. Subjek tidak ingin mengacaukan pernikahannya sehingga sangat menjaga perselingkuhannya dari suaminya. Subjek merasa perhatiannya menjadi terbagi namun tetap memperhatikan suami. Hal ini dilakukan sebagai upaya untuk menutupi perselingkuhan subjek. Sehingga subjek berusaha memberikan perhatian lebih kepada suami agar suami tidak curiga. Subjek selalu merasa terancam ketika pasangan selingkuh tidak bisa menerima keadaan subjek yang sudah menikah. Subjek merasa takut apabila pasangan selingkuh terkesan mulai membahayakan hubungannya dengan suami. Ketika perselingkuhan subjek diketahui oleh suami, suami merasa dikhianati dan sangat marah. Suami sampai melakukan tindakan kekerasan yang sebelumnya tidak pernah dilakukan, dengan cara membenturkan kepala subjek ke tembok. Setelah mengetahui perselingkuhan subjek, suami berniat untuk menceraikan subjek. Namun hal tersebut pada akhirnya tidak jadi dilaksanakan. Pembahasan a. Faktor Penyebab Perselingkuhan Perselingkuhan merupakan suatu pelanggaran terhadap eksklusivitas hubungan seksual antara seorang laki-laki dan seorang perempuan yang telah menikah. Perselingkuhan terjadi ketika seseorang yang telah menikah melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang bukan pasangannya (Then, 2008). Lakilaki berpendapat bahwa sebuah hubungan baru dapat dinamakan perselingkuhan apabila di dalamnya terjadi hubungan intim yang terus-menerus dengan seorang perempuan yang bukan istrinya. Sebagian laki-laki juga menjelaskan bahwa melakukan hubungan seksual dengan seorang wanita tunasusila bukan termasuk dalam perselingkuhan. Bagi sebagian laki-laki, perselingkuhan berarti keterlibatan bukan sekadar berhubungan seksual dengan perempuan lain (Then, 2008). Then (2008) juga mengemukakan definisi yang dibuat oleh perempuan mengenai perselingkuhan. Beberapa perempuan menjelaskan bahwa ketika seorang laki-laki memberi perhatian lebih banyak kepada perempuan lain dibandingkan dengan yang diberikannya kepada istrinya, maka laki-laki tersebut telah berselingkuh. Perempuan beranggapan bahwa laki-laki tidak perlu melakukan hubungan seksual dengan perempuan yang bukan istrinya sebagai bentuk perselingkuhan. Perselingkuhan di mata perempuan adalah ketika laki-laki memberikan perhatian lebih kepada perempuan lain. Perempuan melihat sebuah pengungkapan perasaan sayang secara fisik dan emosional yang dilakukan

12 seorang laki-laki kepada seorang perempuan yang bukan istrinya sebagai suatu pelanggaran kesetiaan. Pada subjek penelitian ini, ditemukan bahwa subjek melakukan hubungan seksual dengan laki-laki lain di luar pernikahannya. Hal ini dilakukan pada saat subjek telah menikah. Sehingga berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa subjek telah melakukan perselingkuhan. Ada sejumlah situasi yang menyebabkan baik laki-laki maupun perempuan terlibat dalam hubungan di luar pernikahan. Situasi tersebut biasanya dilandasi faktor-faktor yang berbeda. Secara keseluruhan, laki-laki dan perempuan memiliki harapan dan kebutuhan yang sama dari pasangan masing-masing. Namun cara laki-laki dan perempuan berbeda dalam memenuhi kebutuhan emosional dan seksual. Beberapa alasan terjadinya hubungan di luar pernikahan seperti yang disebutkan oleh Then (2008) diantaranya: 1. Alasan-alasan yang berhubungan dengan masalah seksual: variasi dalam hubungan seksual, hubungan intim lebih banyak dan lebih sering, oral seks. 2. Alasan-alasan yang berhubungan dengan kesenangan karena sesuatu yang baru: sensasi tubuh yang baru, untuk bersenang-senang tidak ada tanggung jawab atau beban emosional, persahabatan dengan orang baru, kegairahan karena adanya tantangan baru, mendengar serangkaian erangan dan rintihan yang berbeda. 3. Alasan-alasan yang bersifat memberi dorongan ego: merasa menarik di depan seorang perempuan yang lebih muda, sensasi/kemungkinan diketahui pasangan, petualangan melakukan sesuatu yang terlarang, memompa ego, menjadi pusat perhatian total, kesempatan yang terlalu bagus untuk dilewatkan, dia yang memulai, sudah disediakan, mengapa tidak?. 4. Alasan-alasan yang berhubungan dengan istri: kekuasaan atas istri, merasa jenuh dalam pernikahan, istri tidak lagi menarik secara fisik/secara seksual, untuk membalas istri, masa transisi dalam pernikahan, untuk menghindari hubungan seksual dengan istri, untuk melukai istri, istri bertambah gemuk, istri terlalu memperhatikan anak-anak. 5. Alasan-alasan yang berhubungan dengan fantasi romantis: ingin merasakan pengalaman romantis, untuk mendapatkan cinta dan kasih sayang, pelarian sementara dari pernikahan yang tidak bahagia, sebagai pelarian ke dunia fantasi/khayalan, untuk membuktikan kejantanan/daya pikat/daya tarik seksual. Alasan yang mendasari perselingkuhan pada subjek penelitian ini secara umum disebabkan oleh adanya jarak yang jauh antara subjek dengan suami. Subjek memiliki kebutuhan seksual yang tidak dapat terpenuhi oleh suami. Hal ini dikarenakan subjek dan suami tinggal di kota yang berbeda sehingga intensitas berhubungan seksual tidak terlalu sering. Subjek dan suami hanya bertemu di akhir pekan, sehingga intensitas bertemu dan berkumpul dengan suami menjadi berkurang. Waktu berkumpul di akhir pekan yang biasa dimiliki subjek dan suami juga tidak sepenuhnya bisa dinikmati bersama. Subjek menjelaskan bahwa setiap akhir pekan subjek dan suami bertemu di rumah orang tua subjek. Hal ini tentunya mengakibatkan perhatian subjek dan suami terbagi antara pasangan dan orang tua. Sehingga waktu yang dimiliki subjek untuk bersama dengan suami menjadi semakin berkurang.

13 Perjalanan yang ditempuh dalam jarak yang jauh dapat mengakibatkan kelelahan. Suami subjek yang menempuh jarak yang jauh untuk bertemu dengan subjek juga kemungkinan merasa lelah. Kelelahan ini kemungkinan menyebabkan kurangnya antusiasme ketika bertemu dengan pasangan sehingga waktu bersama yang dimiliki menjadi kurang berkualitas. Kondisi-kondisi tersebut menyebabkan subjek melakukan perselingkuhan untuk memenuhi kebutuhan seksual. Hall & Lindzey mengungkapkan bahwa setiap kebutuhan adalah suatu keadaan kekurangan yang mendorong orang untuk menutup kekurangan itu. Pengisian kembali atau pemenuhan kebutuhan inilah yang disebut aktualisasi diri atau realisasi diri. Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa apa yang tampak sebagai dorongan-dorongan yang berbeda seperti lapar, seks, kekuasaan, prestasi, dan keingintahuan semata-mata merupakan manifestasi tujuan hidup pokok, yakni mengaktualisasikan diri sendiri. Lebih lanjut Goldstein (Hall & Lindzey, 1993) menjelaskan bahwa aktualisasi diri adalah kecenderungan kreatif dari kodrat manusia. Hal tersebut merupakan prinsip organik yang menyebabkan organisme berkembang dengan lebih penuh dan lebih sempurna. Kebutuhan seksual yang dimiliki subjek tentunya menuntut untuk dipenuhi. Ketika subjek ingin melakukan hubungan seksual, hal tersebut tidak bisa terpenuhi secara langsung ketika suami tidak ada. Sehingga, subjek melakukan perselingkuhan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Hal ini kemungkinan tidak akan terjadi apabila subjek tinggal bersama dengan suami. Tinggal bersama dalam satu rumah akan menjadikan waktu yang dimiliki untuk bersama akan lebih panjang, sehingga kekosongan sosok suami dapat langsung terisi. Subjek juga memiliki kesempatan untuk melakukan perselingkuhan, karena jarak yang jauh tidak memungkinkan suami untuk mengawasi subjek secara langsung. Kehidupan sehari-hari subjek juga lebih banyak diisi dengan interaksi dengan orang lain selain suami. Hal ini menjadi salah satu jalan atau kesempatan untuk melakukan perselingkuhan. Di satu sisi, subjek tidak setiap hari bertemu dengan suami sehingga tidak ada yang menjadi pengontrol interaksi subjek dengan orang lain. Pengawasan dalam jarak jauh tentunya berbeda dengan pengawasan jarak dekat. Suami tidak bisa melihat kehidupan keseharian subjek secara langsung, sehingga selama beberapa waktu, subjek dapat melakukan perselingkuhan tanpa diketahui oleh suami. Subjek juga menginginkan pengakuan dan merasa dibutuhkan oleh orang lain. Then (2008) mengemukakan salah satu motivasi utama perempuan melakukan perselingkuhan adalah untuk memperoleh dorongan dan rasa percaya diri yang sering terkikis selama menjalani pernikahan. Selain itu, subjek melakukan perselingkuhan ketika merasa kesal dengan suami atas masalah yang terjadi dalam rumah tangga. Subjek mengharapkan perhatian dan romantisme dari orang lain yang mana hal tersebut tidak didapat dari suami karena menurut subjek suami kurang romantis. Subjek merasa pasangan selingkuh lebih dapat memberikan perhatian. Then (2008) mengungkapkan bahwa perempuan melakukan perselingkuhan sebagai sarana untuk memperoleh perhatian dan kasih sayang, sehingga mampu untuk lebih menyukai dirinya. Kurangnya perhatian yang diperoleh subjek juga disebabkan oleh perpisahan jarak antara subjek dengan suami. Dalam jarak yang

14 berjauhan, perhatian tidak selalu bisa ditunjukkan secara langsung. Perhatian dalam wujud fisik tidak bisa terlihat langsung sehingga kecenderungan subjek merasa kurang diperhatikan sangat mungkin terjadi. Alasan lain yang menjadi penyebab perselingkuhan subjek adalah karena permasalahan dalam rumah tangga. Suami memberikan uang kepada orang tua suami tanpa sepengetahuan subjek sehingga subjek merasa tidak dianggap sebagai istri. Subjek merasa tidak dihargai mencoba mencari pelarian atas kekesalan dengan suami dengan cara berselingkuh. Subjek berupaya untuk mendapatkan perhatian dari orang lain ketika memiliki masalah dalam rumah tangga. Satiadarma (2001) mengemukakan salah satu alasan psikologis seseorang melakukan perselingkuhan adalah karena kebutuhan. Kebutuhan ini mencakup kebutuhan akan pujian, kasih sayang, komunikasi, dukungan keluarga, tekad kebersamaan keluarga, dukungan keuangan, kejujuran dan keterbukaan, penampilan fisik, kebersamaan, dan kebutuhan seksual. Pernikahan jarak jauh memungkinkan komunikasi kurang berjalan baik. Hal ini mungkin terjadi dalam pernikahan subjek. Minimnya intensitas kebersamaan menjadikan diskusi juga terhambat. Masalah-masalah dalam rumah tangga yang harus didiskusikan mungkin tidak dapat langsung terselesaikan dengan minimnya waktu untuk berdiskusi secara langsung. Sehingga ketika subjek atau suami membutuhkan pasangan untuk berkeluh kesah atas masalah yang ada, hal tersebut tidak bisa langsung terlaksana. Hal ini menyebabkan masalah akan lambat teratasi atau bahkan tidak selesai. Kebutuhan untuk berbagi ini menjadikan subjek mencari pasangan lain ketika tidak bisa terpenuhi. Alasan lainnya subjek melakukan perselingkuhan adalah karena subjek belum bisa melepaskan masa muda yang terenggut oleh pernikahan. Hurlock (2004) menyebutkan pernikahan di usia muda sebagai salah satu kondisi yang menyumbang terhadap kesulitan dalam penyesuaian perkawinan. Hurlock (2004) lebih lanjut menjelaskan bahwa perkawinan dan kedudukan sebagai orang tua sebelum orang muda menyelesaikan pendidikan mereka dan secara ekonomis independen membuat mereka tidak mempunyai kesempatan untuk mempunyai pengalaman yang dimiliki oleh teman-teman yang belum menikah atau orangorang yang telah mandiri sebelum menikah. Hal ini mengakibatkan sikap iri hati dan menjadi halangan bagi penyesuaian perkawinan. Subjek dalam hal ini masih ingin menikmati masa-masa seperti yang dirasakan teman-temannya yang belum menikah, seperti berpacaran. Hal ini juga dipengaruhi oleh jarak jauh antara subjek dengan suami dimana subjek menjadi lebih banyak berinteraksi dengan teman-teman sebaya daripada dengan suami. Sehingga subjek tidak memiliki model peran untuk diteladani. Hurlock (2004) menjelaskan bahwa remaja yang tetap bersekolah atau kuliah sesudah mereka secara hukum dewasa, masih berada dalam lingkungan teman sebaya mereka, akan tetap mengikuti garis-garis perilaku remaja dan bukan pola perilaku dewasa. Hal ini mengakibatkan subjek belum menguasai secara penuh tugas perkembangannya sebagai seorang dewasa yang sudah menikah. Selain itu, subjek memandang perselingkuhan sebagai suatu hal yang biasa. Satiadarma (2001) mengemukakan salah satu aspek penyebab perselingkuhan yang disebabkan oleh alasan psikologis adalah aspek moral. Perselingkuhan bisa

15 bersifat relatif sehingga masyarakat memandang hal tersebut dengan berbagai penilaian. Subjek beranggapan bahwa perselingkuhan tidak masalah karena hanya sebagai sampingan dan subjek tetap mengutamakan suami daripada pasangan selingkuh. Jarak yang jauh antara subjek dan suami menjadikan subjek belum secara penuh menjalani kehidupan pernikahan. Komitmen yang terbangun antara subjek dengan suami juga belum matang, sehingga ketika subjek jauh dari suami, komitmen pernikahan menjadi rapuh. Pernikahan yang dilalui bersama akan lebih mengeratkan pasangan, yang mungkin akan memberikan pandangan yang berbeda tentang pernikahan serta meningkatkan komitmen kedua belah pihak. b. Pola Perselingkuhan Perselingkuhan yang dilakukan subjek merupakan perselingkuhan yang tidak terlalu melibatkan emosi atau perasaan. Subjek sering berganti-ganti pasangan selingkuh yang menunjukkan tidak adanya keseriusan dalam hubungan tersebut. Subjek melakukan perselingkuhan hanya untuk memenuhi kebutuhan biologis. Subotrik & Harris (Ginanjar, 2009) mengemukakan salah satu bentuk perselingkuhan yang dinamakan dengan serial affair. Tipe perselingkuhan ini hanya melibatkan sedikit aspek emosional namun terjadi berkali-kali. Hubungan yang dijalin hanya utnuk memperoleh kenikmatan atau petualangan sesaat. Inti dari perselingkuhan ini adalah untuk mendapatkan seks dan gairah. Tipe perselingkuhan yang dilakukan subjek adalah tipe serial affair. Subjek menjalin hubungan berkali-kali dengan orang yang berbeda-beda namun hanya dalam jangka waktu yang singkat. Subjek tidak memiliki perasaan yang dalam kepada laki-laki yang menjadi pasangan selingkuh. Satiadarma (2001) mengemukakan bahwa pada sejumlah kasus perselingkuhan ada berbagai kondisi yang menggambarkan bahwa hubungan seksual pasangan menikah mengalami hambatan. Misalnya salah satu pasangan kehilangan gairah untuk melakukan hubungan seksual. Akibatnya, pasangannya berupaya memenuhi dorongan kebutuhan seksualnya dengan melakukan hubungan seksual di luar pasangan resminya. Sebagian pelaku perselingkuhan mengatakan bahwa pelaku tidak berniat meninggalkan pasangannya. Akan tetapi pelaku merasakan bahwa hubungan seksual dengan pasangannya mengalami hambatan, sehingga pelaku mencari jalan untuk memenuhi kebutuhan seksualnya dengan orang lain (Satiadarma, 2001). Hal ini juga terjadi pada subjek penelitian, dimana subjek hanya berupaya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya dari orang lain ketika suami berada dalam jarak yang jauh dan tidak dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Subjek juga menginginkan suatu variasi dalam hubungan seksual. Namun subjek tetap berupaya menutupi perselingkuhannya demi menjaga hubungan baik dengan suami dan tidak berniat untuk meninggalkan suaminya. Subjek melakukan perselingkuhan seperti sebuah petualangan yang pada akhirnya akan kembali kepada suami. c. Dampak Perselingkuhan Perselingkuhan yang dilakukan subjek memberikan dampak tidak hanya bagi subjek sendiri tetapi juga memberi dampak bagi suami. Subjek merasakan kecemasan apabila perselingkuhan diketahui oleh suami dan mengacaukan rumah

16 tangga subjek sendiri. Subjek juga tidak ingin perselingkuhannya diketahui oleh kedua orang tuanya. Freud (Semiun, 2006) mengartikan kecemasan sebagai suatu keadaan perasaan afektif yang tidak menyenangkan yang disertai dengan sensasi fisik yang memperingatkan orang terhadap bahaya yang akan datang. Semiun (2006) menjabarkan model struktural baru dari Freud yang mengemukakan bahwa ego harus menjadi tempat kecemasan. Dengan demikian, hanya ego yang dapat menghasilkan dan merasakan kecemasan, tetapi id, superego, dan dunia luar terlibat dalam salah satu dari tiga macam kecemasan yang berhasil diidentifikasi oleh Freud. Kecemasan tersebut diantaranya: 1. Ketergantungan ego pada id menyebabkan kecemasan neurotik. 2. Ketergantungannya pada superego menyebabkan kecemasan moral. 3. Ketergantungannya pada dunia luar menyebabkan kecemasan realistik. Kecemasan realistik yang juga dikenal sebagai kecemasan objektif, hampir serupa dengan ketakutan. Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan dan tidak spesifik terhadap suatu bahaya yang mungkin terjadi. Subjek mengalami kecemasan realistik terhadap perselingkuhan yang dilakukan. Kecemasan yang dialami ketika melakukan perselingkuhan bukan karena dasar benar atau salah berdasarkan moral, namun lebih pada kecemasan mengenai dampak dari perselingkuhannya terhadap pernikahan. Subjek tidak ingin menyakiti perasaan suami dan takut apabila perselingkuhannya diketahui oleh orang tua. Dampak lainnya ketika perselingkuhan subjek terbongkar, suami subjek sempat berniat untuk menceraikan subjek. Suami subjek merasa dikhianati atas perselingkuhan yang telah dilakukan subjek. Walaupun pada akhirnya perceraian tersebut tidak diproses, hal ini menunjukkan bahwa perselingkuhan merupakan faktor yang dapat menghancurkan pernikahan. Fisher (Then, 2008) menjelaskan bahwa perselingkuhan menjadi faktor utama penyebab perceraian. Walaupun terbongkarnya sebuah perselingkuhan tidak secara langsung mengakibatkan perceraian, namun hubungan tersebut dapat mengikis rasa percaya dan apabila terjadi terus-menerus akan berujung pada perceraian. Buss (Shackelford, Besser, dan Goetz, 2008) mengungkapkan bahwa perselingkuhan adalah penyebab utama perceraian dan pemukulan terhadap pasangan. Pada saat perselingkuhan subjek diketahui oleh suami, suami subjek melakukan tindakan agresif dengan cara membenturkan kepala subjek ke tembok. Suami subjek merupakan tipikal penyayang dan tidak pernah melakukan kekerasan fisik kepada subjek sebelumnya. Santoso (2010) menjelaskan bahwa agresivitas adalah perilaku fisik atau verbal yang diniatkan untuk melukai objek yang menjadi sasaran agresi. Biasanya muncul terkait dengan amarah, benci, iri atau cemburu, dendam, dan fanatisme. Perilaku agresif bisa bersifat verbal dan fisik, aktif dan pasif, langsung dan tidak langsung. Bentuk agresivitas fisik, aktif, dan langsung diantaranya seperti menikam, memukul, atau menembak. Munculnya tingkah laku agresif disebabkan oleh beberapa hal. Sears (Hidayat, 2004) mengemukakan salah satu penyebab utama tingkah laku agresif yaitu karena perasaan frustrasi. Gangguan atau kegagalan dalam mencapai tujuan menyebabkan individu marah dan menjadi frustrasi. Suami subjek melakukan

17 kekerasan fisik kepada subjek sebagai bentuk kemarahan atas perselingkuhan subjek. Suami merasa sakit hati sehingga melakukan tindakan kekerasan sebagai bentuk pelampiasan atas sakit hati yang dirasakan. Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan diantaranya: a. Penyebab perselingkuhan pada subjek penelitian secara umum disebabkan oleh jarak yang memisahkan tempat tinggal antara subjek dengan suami. Pernikahan jarak jauh yang dijalani subjek mengakibatkan beberapa kebutuhan tidak terpenuhi dengan baik serta kondisi-kondisi lain yang menyebabkan perselingkuhan. Kondisi tersebut diantaranya: kebutuhan seksual yang tidak dapat terpenuhi setiap saat dibutuhkan, kebutuhan untuk diakui dan mendapat perhatian, masalah rumah tangga yang belum terselesaikan, belum bisa meninggalkan masa muda dan menjalani peran sebagai orang dewasa yang menikah, serta adanya pandangan yang permisif terhadap perselingkuhan. b. Pola perselingkuhan yang dilakukan subjek adalah tipe serial affair, dimana subjek menjalin hubungan berkali-kali dengan orang yang berbeda, namun hanya dalam jangka waktu yang singkat. Subjek tidak memiliki keinginan untuk meninggalkan pasangan resminya, namun hanya berupaya untuk memenuhi kebutuhan seksual yang belum terpenuhi, dari orang lain. c. Dampak perselingkuhan yang dirasakan subjek adalah munculnya rasa cemas akan terbongkarnya perselingkuhan yang dilakukan di hadapan suami dan orang tua. Dampak lainnya yang dirasakan oleh suami sebagai korban perselingkuhan adalah perasaan sakit hati dan merasa dikhianati. Suami sempat berencana untuk menceraikan subjek namun hal tersebut tidak terlaksana. Suami subjek juga melakukan tindakan kekerasan kepada subjek sebagai bentuk luapan rasa marah ketika mengetahui perselingkuhan subjek. Saran a. Saran Praktis Setelah mengetahui faktor penyebab dan dampak perselingkuhan dalam pernikahan jarak jauh di atas, pasangan yang menikah diharapkan bisa mengusahakan untuk tinggal bersama dengan pasangan agar kebutuhan-kebutuhan psikologis dan biologis dapat terpenuhi. Walaupun pasangan harus hidup terpisah, diharapkan kedua belah pihak dapat saling memahami konsekuensi-konsekuensi yang ada sehingga dapat meminimalisir konflik yang mungkin muncul. Suami/istri diharapkan bersedia untuk memahami kebutuhan pasangannya serta saling menerima keterbatasan yang ada. Komunikasi yang baik antara kedua belah pihak sangat diperlukan dalam menciptakan pandangan yang sama. b. Saran Teoritis Penelitian selanjutnya yang akan meneliti mengenai perselingkuhan diharapkan dapat menggunakan lebih banyak subjek penelitian agar data yang diperoleh lebih bervariasi. Selain itu, diharapkan pengambilan data yang dilakukan dapat lebih mendalam agar lebih bisa memahami kasus yang ada secara

18 utuh. Kontak yang lama dengan subjek penelitian sangat diperlukan agar keterbukaan subjek dapat diperoleh. Peneliti selanjutnya juga diharapkan dapat melakukan konfirmasi ke subjek dan orang-orang terkait agar pengakuan yang diperoleh lebih valid dan tidak sepihak. DAFTAR PUSTAKA Amato, P. R., Booth, A., Johnson, D. R., & Rogers, S. J Alone Together: How Marriage in America is Changing. Cambridge: Harvard University Press. Aqmalia & Fakhrurrozi Kepuasan Pernikahan pada Pekerja Seks Komersial (PSK). graduate/psychology/2009/artikel_ pdf. 9 Juni Bogdan, R. C. & Biklen, S. K Qualitative Research for Education: An Introduction to Theory and Methods. Boston: Allyn and Bacon, Inc. Ekomadyo, A. S Prospek Penerapan Metode Analisis Isi (Content Analysis) dalam Penelitian Media Arsitektur. Jurnal Ilmu Pengetahuan Teknologi dan Seni. Agustus, 10 (2): Endraswara, S Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Epistemologi, dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. Feist, J. & Feist, G, J Theories of Personality. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ginanjar, A. S Proses Healing pada Istri yang Mengalami Perselingkuhan Suami. Makara, Sosial Humaniora. Juli, 13 (1): Hall, C. S. & Lindzey, G Teori-teori Holistik (Organismik- Fenomenologis). Yogyakarta: Kanisius. Harsanti, I Motivasi Seorang Wanita untuk Melakukan Perselingkuhan. ikel_ pdf. 20 Nopember Hawari, D Love Affair (Perselingkuhan) Prevensi dan Solusi. Jakarta: Balai Penerbit FKUI. Hidayat, S Hubungan Perilaku Kekerasan Fisik Ibu pada Anaknya terhadap Munculnya Perilaku Agresif pada Anak SMP. Jurnal Provitae. Desember, 1 (1). Hurlock, Elizabeth B Psikologi Perkembangan, Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga. Miles, M. B. & Huberman, A. M Analisis Data Kualitatif: Buku Sumber Tentang Metode-metode Baru. Jakarta: UI Press. Moleong, L. J Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Musianto, L. S Perbedaan Pendekatan Kuantitatif dengan Pendekatan Kualitatif dalam Metode Penelitian. Jurnal Manajemen & Kewirausahaan. September, 4 (2): Nilakusmawati, D. P. E. & Srinadi, I. G. A. M Perselingkuhan dan Perceraian (Suatu Kajian Persepsi Wanita). Ejournal. Juli, 6 (2). Olson, D. H. & Defrain, J Marriages and Families Intimacy, Diversity, and Strengths. New York: Mc Graw Hill.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan bagi manusia merupakan hal yang penting, karena dengan sebuah perkawinan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara sosial, biologis maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. (UU No. 1 tahun 1974 tentang perkawinan dalam Libertus, 2008). Keputusan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan dapat diartikan sebagai sebuah ikatan lahir batin seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan menjadi prioritas dalam hidup jika seseorang sudah berada di usia yang cukup matang dan mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. istri adalah salah satu tugas perkembangan pada tahap dewasa madya, yaitu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Membangun sebuah hubungan senantiasa menjadi kebutuhan bagi individu untuk mencapai kebahagiaan. Meskipun terkadang hubungan menjadi semakin kompleks saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan ikatan dan janji bersama seumur hidup antara pria dengan wanita yang bertujuan untuk membangun kehidupan rumah tangga bersama. Duvall

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk hidup yang lebih sempurna dari makhluk hidup lainnya. Mereka memiliki akal budi untuk berpikir dengan baik dan memiliki kata hati.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini perkembangan teknologi semakin canggih membuat komunikasi menjadi lebih mudah untuk dilakukan. Teknologi yang semakin canggih dan berbagai sosial

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI

HUBUNGAN ANTAR PRIBADI HUBUNGAN ANTAR PRIBADI Modul ke: Fakultas Psikologi Macam-macam hubungan antar pribadi, hubungan dengan orang belum dikenal, kerabat, hubungan romantis, pernikahan, masalah-masalah dalam hubungan pribadi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Perselingkuhan merupakan suatu pelanggaran kepercayaan. Hal ini terjadi

BAB II LANDASAN TEORI. Perselingkuhan merupakan suatu pelanggaran kepercayaan. Hal ini terjadi 19 BAB II LANDASAN TEORI A. Perselingkuhan Perselingkuhan merupakan suatu pelanggaran kepercayaan. Hal ini terjadi ketika salah satu ataupun kedua pasangan tidak menghormati lagi perjanjian untuk setia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena

BAB I PENDAHULUAN. tidak tinggal bersama (Long Distance Relationship) dalam satu rumah karena BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah sebuah komitmen legal dengan ikatan emosional antara dua orang untuk saling berbagi keintiman fisik dan emosional, berbagi tanggung jawab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu.

BAB I PENDAHULUAN. (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik. perkawinan antara manusia yang berlaian jenis itu. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan manusia di dunia yang berlainan jenis kelaminnya (laki-laki dan perempuan), secara alamiah mempunyai daya tarik menarik antara satu dengan yang lainnya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kualitas Perkawinan. Definisi lain menurut Wahyuningsih (2013) berdasarkan teori Fowers dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kualitas Perkawinan 1. Pengertian Kualitas Perkawinan Menurut Gullota (Aqmalia, 2009) kepuasan pernikahan merupakan perasaan pasangan terhadap pasangannya mengenai hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sindhi Raditya Swadiana, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada usia dewasa awal tugas perkembangan yang harus diselesaikan adalah intimacy versus isolation. Pada tahap ini, dewasa muda siap untuk menjalin suatu hubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. cinta, seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan individu dewasa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tugas perkembangan individu dewasa adalah merasakan ketertarikan terhadap lawan jenis yang akan menimbulkan hubungan interpersonal sebagai bentuk interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang disebut keluarga. Dalam keluarga yang baru terbentuk inilah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rumah tangga sudah tentu terdapat suami dan istri. Melalui proses perkawinan, maka seseorang individu membentuk sebuah miniatur dari organisasi sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. berbeda dengan keadaan yang nyaman dalam perut ibunya. Dalam kondisi ini, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak dapat hidup sendiri tanpa kehadiran manusia lainnya. Kehidupan menjadi lebih bermakna dan berarti dengan kehadiran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat hidup sendiri tanpa berhubungan dengan lingkungannya atau dengan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Individu adalah makhluk sosial yang memiliki kebutuhan untuk menjalin hubungan dengan individu lain sepanjang kehidupannya. Individu tidak pernah dapat hidup

Lebih terperinci

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA

UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah tahap yang penting bagi hampir semua orang yang memasuki masa dewasa awal. Individu yang memasuki masa dewasa awal memfokuskan relasi interpersonal

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua,

BAB 1 PENDAHULUAN. terbatas berinteraksi dengan orang-orang seusia dengannya, tetapi lebih tua, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia pada dasarnya adalah makhluk sosial yang senantiasa memerlukan interaksi dengan orang lain. Saat berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitarnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah merupakan saat yang penting dalam siklus kehidupan manusia. Pernikahan pada dasarnya menyatukan dua pribadi yang berbeda untuk mencapai tujuan bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam

BAB I PENDAHULUAN. penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan bagi beberapa individu dapat menjadi hal yang istimewa dan penting. Keputusan yang dibuat individu untuk menikah dan berada dalam kehidupan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan periode yang penting, walaupun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting namun kadar kepentingannya berbedabeda. Kadar kepentingan

Lebih terperinci

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI

KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI KEPUASAN PERNIKAHAN DITINJAU DARI KEMATANGAN PRIBADI DAN KUALITAS KOMUNIKASI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Mencapai Derajat Sarjana S-1 Diajukan Oleh : Dewi Sumpani F 100 010

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan

BAB II KAJIAN TEORI. dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1. Pernikahan 2.1.1. Pengertian Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Menurut Walgito, (2000) perkawinan adalah nikah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. hakekat itu, manusia selalu berusaha untuk selalu memenuhi kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial, yang tidak bisa hidup sendiri, saling membutuhkan dan saling tergantung terhadap manusia lainnya, dengan sifat dan hakekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Purwadarminta (dalam Walgito, 2004, h. 11) menjelaskan bahwa kawin sama dengan perjodohan laki-laki dan perempuan menjadi suami istri. Sedangkan menurut Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum. ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam sejarah manusia, belum ditemukan seorang manusia yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (Dr.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut

BAB I PENDAHULUAN. memiliki keinginan untuk mencintai dan dicintai oleh lawan jenis. menurut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan manusia terdapat berbagai bentuk hubungan sosial. Salah satunya adalah hubungan intim lawan jenis atau hubungan romantis. Hubungan ini dapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada

BAB I PENDAHULUAN. tentang orang lain. Begitu pula dalam membagikan masalah yang terdapat pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wanita merupakan individu yang memiliki keterbukaan dalam membagi permasalahan kehidupan maupun penilaian mereka mengenai sesuatu ataupun tentang orang lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada hakikatnya adalah mahkluk sosial dan mahkluk pribadi. Manusia sebagai mahluk sosial akan berinteraksi dengan lingkungannya dan tidak dapat hidup sendiri

Lebih terperinci

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan

Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Komunikasi Antar Pribadi Pada Pasangan Romantis Pasca Perselingkuhan Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan impian setiap manusia, sebab perkawinan dapat membuat hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan unsur penting dalam kehidupan manusia. Tujuan perkawinan adalah mendapatkan kebahagiaan, cinta kasih, kepuasan, dan keturunan. Menikah dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Manusia tidak dapat hidup seorang diri karena manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan kehadiran individu lain dalam kehidupannya. Tanpa kehadiran

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN. 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema

BAB V HASIL PENELITIAN. 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian 1. Rekap Tema dan Matriks Antar Tema Berdasarkan hasil wawancara yang telah dipilah dan dikategorisasikan dan dilakukan penyeleksian, didapatkan tema

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. telah memiliki biaya menikah, baik mahar, nafkah maupun kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menikah adalah bagian dari ibadah, karena itu tidak ada sifat memperberat kepada orang yang akan melaksanakannya. Perkawinan atau pernikahan menurut Reiss (dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia,

BAB I PENDAHULUAN. Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini, banyak perubahan-perubahan yang terjadi di dunia, terutama dalam gaya hidup masyarakat. Indonesia pun tidak luput dari perubahanperubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa awal adalah masa dimana seseorang memperoleh pasangan hidup, terutama bagi seorang perempuan. Hal ini sesuai dengan teori Hurlock (2002) bahwa tugas masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu proses penyatuan dua individu yang memiliki komitmen berdasarkan agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjalani hidup bersama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seorang wanita yang memilih untuk menikah dengan prajurit TNI bukanlah hal yang mudah, wanita tersebut harus memiliki komitmen yang kuat dalam hubungan pernikahannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Setiap orang tentu ingin hidup dengan pasangannya selama mungkin, bahkan kalau bisa untuk selama-lamanya dan bertahan dalam menjalin suatu hubungan. Ketika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Beberapa teori akan dipaparkan dalam bab ini sebagai pendukung dari dasar pelitian. Berikut adalah beberapa teori yang terkait sesuai dengan penelitian ini. 2.1 Anxiety (Kecemasan)

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, dimana manusia hidup saling membutuhkan satu sama lain. Salah satunya adalah hubungan intim dengan lawan jenis atau melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada masa kanak-kanak, relasi dengan orangtua sangat menentukan pola attachment dan relasi antar pribadi pada masa dewasa. Hubungan attachment berkembang melalui

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI

HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI HUBUNGAN ANTARA KUALITAS CINTA DAN KETERBUKAAN DIRI DENGAN KOMITMEN PERKAWINAN PADA PASANGAN SUAMI ISTRI SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tahapan dalam kehidupan manusia. Hal ini sering terjadi di belahan bumi manapun dan terjadi kapanpun. Pernikahan itu sendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masa dewasa merupakan masa dimana setiap individu sudah mulai matang dari segi fisik, kognitif, sosial, dan juga psikologis. Menurut Hurlock (dalam Jahja, 2011), rentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1

BAB I PENDAHULUAN. tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa. (UU RI Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 1 tahin 1974 pasal 1 tentang pernikahan menyatakan bahwa pernikahan adalah: Ikatan lahir dan batin antara seorang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan 1 BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sepanjang sejarah kehidupan manusia, pernikahan merupakan salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam kehidupan setiap individu. Hal tersebut menjadi suatu kabar

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal

A. LATAR BELAKANG Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah sesuatu yang sangat tabu dan menyakitkan sehingga wajib dihindari akan tetapi, anehnya hal HARGA DIRI PADA WANITA DEWASA AWAL MENIKAH YANG BERSELINGKUH KARTIKA SARI Program Sarjana, Universitas Gunadarma Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana gambaran harga diri

Lebih terperinci

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan

PEDOMAN WAWANCARA. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi penyesuaian dengan PEDOMAN WAWANCARA I. Judul Faktor-faktor yang mempengaruhi penyesuaian dengan pihak keluarga pasangan pada pria WNA yang menikahi wanita WNI. II. Tujuan Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia mengalami banyak transisi dalam kehidupannya. Menurut Santrock (dalam Dariyo, 2003) masa dewasa awal ditandai dengan adanya transisi secara fisik, transisi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau

BAB 1 PENDAHULUAN. (Santrock,2003). Hall menyebut masa ini sebagai periode Storm and Stress atau 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Masa remaja ditandai oleh perubahan yang besar diantaranya kebutuhan untuk beradaptasi dengan perubahan fisik dan psikologis, pencarian identitas dan membentuk hubungan

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Bab ini akan membahas tentang landasan teori berupa definisi, dimensi, dan faktor yang berpengaruh dalam variabel yang akan diteliti, yaitu bahasa cinta, gambaran tentang subjek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pernikahan dini dapat didefinisikan sebagai sebuah pernikahan yang mengikat pria dan wanita yang masih remaja sebagai suami istri. Lazimnya sebuah pernikahan dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Pernikahan merupakan hal yang umumnya akan dilalui dalam kehidupan ini. Sebagian besar manusia dewasa, akan menghadapi kehidupan pernikahan. Sebelum memasuki

Lebih terperinci

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh

Bagan 2. Konflik Internal Subyek. Ketidakmampuan mengelola konflik (E) Berselingkuh Bagan 2 Kondisi keluarga : penuh tekanan, memandang agama sebagai rutinitas dan aktivitas, ada keluarga besar yang selingkuh, Relasi ayah-ibu : ibu lebih mendominasi dan selalu menyalahkan sedangkan ayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. perih, mengiris dan melukai hati disebut unforgiveness. Seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Membuat perubahan hidup positif adalah sebuah proses multi tahapan yang dapat menjadi kompleks dan menantang. Pengalaman emosi marah, benci, dan kesedihan yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Manusia sebagai makhluk hidup mempunyai kebutuhan demi melangsungkan eksistensinya sebagai makhluk. Kebutuhan tersebut meliputi kebutuhan psikologis dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa adalah masa awal individu dalam menyesuaikan diri terhadap pola-pola kehidupan baru dan harapan-harapan sosial baru. Pada masa ini, individu dituntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia memiliki fitrah untuk saling tertarik antara laki-laki dan perempuan. Kemudian ketertarikan tersebut, diwujudkan dalam bentuk perkawinan atau pernikahan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan 13 BAB II LANDASAN TEORI A. Kepuasan Pernikahan 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan Pernikahan merupakan suatu istilah yang hampir tiap hari didengar atau dibaca dalam media massa. Namun kalau ditanyakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa (Undang-Undang No.1 Tahun BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dengan seorang wanita sebagai suami istri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam menjalani suatu kehidupan, dengan membangun suatu hubungan yang nyaman dengan orang lain. Seringnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup

BAB I PENDAHULUAN. melainkan juga mengikat janji dihadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk hidup BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Pernikahan atau perkawinan adalah suatu kejadian dimana dua orang yang saling mengikat janji, bukan hanya didepan keluarga dan lingkungan sosial melainkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua

BAB I PENDAHULUAN. saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana dua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan sebuah konsep "membina" hubungan dengan orang lain dengan saling mengasihi, saling mengenal, dan juga merupakan sebuah aktifitas sosial dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama

BAB I PENDAHULUAN. Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masa dewasa awal, merupakan periode selanjutnya dari masa remaja. Sama seperti halnya tahap-tahap perkembangan pada periode sebelumnya, pada periode ini, individu

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hubungan jarak jauh (long distance relationship) Pengertian hubungan jarak jauh atau sering disebut dengan long distance relationship adalah dimana pasangan dipisahkan oleh jarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. pada masa remaja, salah satunya adalah problematika seksual. Sebagian besar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dewasa ini, masalah-masalah yang muncul dalam kehidupan remaja sering menimbulkan berbagai tantangan bagi para orang dewasa. Banyak hal yang timbul pada masa remaja,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI HUBUNGAN ANTARA KEPUASAN SEKSUAL DENGAN KEPUASAN PERNIKAHAN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai Derajat S-1, Sarjana Psikologi Disusu Oleh: NUR ZULAIKAH F 100 030 010 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT menciptakan manusia yaitu laki-laki dan perempuan secara berpasang-pasangan. Allah SWT telah menentukan dan memilih jodoh untuk setiap masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat

BAB I PENDAHULUAN. sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Dalam sebuah perkawinan terdapat keterikatan secara

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah teori subjective well-being menurut Diener (2005). Teori yang dipilih akan digunakan untuk meneliti gambaran

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. keluarga yang harmonis. Dalam berumah tangga setiap pasang terkadang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan suatu tradisi dipersatukannya dua insan manusia dalam ikatan suci, dan keduanya ingin mencapai tujuan yang sama yaitu menjadi keluarga yang harmonis.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan

BAB I PENDAHULUAN. individu saling mengenal, memahami, dan menghargai satu sama lain. Hubungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pacaran merupakan salah satu proses yang biasanya dijalani individu sebelum akhirnya memutuskan menikah dengan pasangan. Pada masa pacaran, individu saling

Lebih terperinci

BAB V HASIL PENELITIAN

BAB V HASIL PENELITIAN BAB V HASIL PENELITIAN A. Rangkuman Hasil Penelitian Ketiga subjek merupakan pasangan yang menikah remaja. Subjek 1 menikah pada usia 19 tahun dan 18 tahun. Subjek 2 dan 3 menikah di usia 21 tahun dan

Lebih terperinci

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah

LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah LAMPIRAN I GUIDANCE INTERVIEW Pertanyaan-pertanyaan : I. Latar Belakang Subjek a. Latar Belakang Keluarga 1. Bagaimana anda menggambarkan sosok ayah bagi diri anda sendiri? 2. Bagaimana anda menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain

BAB I PENDAHULUAN. manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Dalam kehidupan, belum ada seorang manusia pun yang dapat hidup sendiri tanpa membutuhkan kehadiran manusia lain (www.wikipedia.com).

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat seseorang memutuskan untuk menikah, maka ia akan memiliki harapan-harapan yang tinggi atas pernikahannya (Baron & Byrne, 2000). Pernikahan merupakan awal terbentuknya

Lebih terperinci

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi,

Kesiapan menikah hasil identifikasi dari jawaban contoh mampu mengidentifikasi tujuh dari delapan faktor kesiapan menikah, yaitu kesiapan emosi, 61 PEMBAHASAN Hampir seluruh dewasa muda dalam penelitian ini belum siap untuk menikah, alasannya adalah karena usia yang dirasa masih terlalu muda. Padahal ketentuan dalam UU No.1 tahun 1974, seharusnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan jaman yang melaju sangat pesat dan persaingan global yang terjadi sekarang ini menuntut manusia untuk berusaha sebaik mungkin dalam menuntut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan sumber-sumber ekonomi (Olson and defrain, 2006). 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia akan mengalami peristiwa penting dalam hidupnya, salah satunya adalah momen perkawinan dimana setiap orang akan mengalaminya. Manusia diciptakan untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah masyarakat. Manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lain untuk memenuhi berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mahasiswa adalah individu yang menempuh perkuliahan di Perguruan Tinggi (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1996). Mahasiswa yang dimaksud adalah individu yang berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst

BAB I PENDAHULUAN. masa beralihnya pandangan egosentrisme menjadi sikap yang empati. Menurut Havighurst BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial. Perkembangan sosial masa dewasa awal (young adulthood) adalah puncak dari perkembangan sosial masa dewasa. Masa dewasa awal adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan.

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan-hubungan yang terjalin tersebut dapat berupa pertemanan, persahabatan, pacaran dan hubungan perkawinan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang selalu melakukan interaksi dengan makhluk sosial lainnya. Dalam kehidupannya untuk menjalin hubungan-hubungan dengan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013

BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Ilma Kapindan Muji,2013 BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pernikahan merupakan perjanjian antara laki-laki dan perempuan untuk bersuami istri dengan resmi (Kamus Umum Bahasa Indonesia, 1984). Menurut Undang-Undang Nomor 1 Tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Santrock, 2000) yang menyatakan bahwa tugas perkembangan yang menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masa dewasa muda merupakan masa dimana individu mulai mengemban tugas untuk menikah dan membina keluarga. Sesuai dengan pendapat Havighurst (dalam Santrock,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health

BAB I PENDAHULUAN. sebagai bekal untuk hidup secara mandiri. Masa dewasa awal atau early health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mahasiswa dikenal sebagai pelaku utama dan agent of exchange dalam gerakan-gerakan pembaharuan. Mahasiswa memiliki makna yaitu sekumpulan manusia intelektual

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam. seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam. seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan salah satu fase penting dalam kehidupan seseorang. Menurut Olson & DeFrain yang dikutip oleh Rini (2009) perkawinan adalah komitmen yang bersifat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi anak yang memberi dasar perilaku perkembangan sikap dan nilai kehidupan dari keluarga. Salah satunya adalah

Lebih terperinci

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN 149 5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN Pada bab pendahuluan telah dijelaskan bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran psychological well-being pada wanita dewasa muda yang menjadi istri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan dimana ia harus menyelesaikan tugas-tugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Abad 21 yang sedang berlangsung menjadikan kehidupan berubah dengan sangat cepat. Perubahan yang terjadi dalam bidang teknologi, informasi dan juga ledakan populasi

Lebih terperinci

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia

B A B I PENDAHULUAN. di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia 1 B A B I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap manusia akan mengalami serangkaian tahap perkembangan di sepanjang rentang hidup. Salah satu tahap perkembangan manusia adalah tahap remaja. Tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan

BAB I PENDAHULUAN. rentang usia dewasa awal. Akan tetapi, hal ini juga tergantung pada kesiapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pernikahan merupakan salah satu tugas perkembangan manusia pada masa dewasa. Pernikahan idealnya dimulai ketika individu berada pada rentang usia dewasa awal.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini menggunakan teori minding in the enhancement of

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam penelitian ini menggunakan teori minding in the enhancement of BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Alasan Pemilihan Teori Dalam penelitian ini menggunakan teori minding in the enhancement of closeness yang dikemukakan oleh Harvey & Omazu (1999). Alasannya adalah karena teori

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam memenuhi kebutuhannya. Salah satu tugas perkembangan seorang individu adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagaimana yang kita ketahui bahwa manusia adalah makhluk sosial oleh karena itu manusia tidak dapat hidup sendiri dan manusia juga akan berinteraksi dengan

Lebih terperinci